Halaman
Pelajaran 22
Esai
Sumber:
Chairil Anwar pelopor Angkatan 45 dan Indonesia Indah Seri Aksara
Apa saja dapat dikritik. Begitu pula esai. Esai bukan karya sastra, bukan karya ilmiah.
Bagi yang baru pertama menyusun esai, barangkali akan menemui kesulitan bagaimana harus
memulainya. Padahal esai itu gampang disusun. Lebih-lebih bagi penulis yang terbiasa
membuatnya. Esai ditulis tanpa kaidah.
Tidak berarti seluruh pelajaran ini hanya membicarakan esai. Masih ada materi lain,
seperi puisi terjemahan, dan drama, khususnya drama tradisional.
Kemampuan Bersastra
Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)
266
A. Mendengarkan
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menilai penghayatan penyair terhadap puisi
terjemahan yang dilisankan
Menilai penghayatan penyair
Peristiwa di sekitar kita betapa pun kecilnya, kadang meninggalkan kesan kuat dalam
diri seseorang. Ini disebabkan oleh karena faktor penghayatan. Perhatikan bagaimana penyair
Jepang, Baso, menghayati dengan puisi berikut.
Kolam tua
Katak terjun: suara
Plung. Bergema
Dari Hartojo Andangdjaja,
Dari Sunyi ke Bunyi
Demikianlah penyair menghayati fenomena sepi. Sepi tidak hanya dirasakan Baso, tetapi
juga Sutardji Calzoum Bachri.
sepisau luka sepisau duri
sepikul dosa sepukau sepi
sepisau duka serisau diri
sepisau sepi sepisau nyanyi
Dari Sutardji Calzoum Bachri,
O Amuk Kapak
Sepi, sebagai fenomena, agaknya dapat membangkitkan perasaan mendalam dan
mencekam. Begitu juga fenomena lain. Kepekaan jiwa penyair bisa jadi tergugah oleh peristiwa
sepele yang luput dari perhatian kebanyakan orang.
1. Bacakan puisi berikut dengan penuh penghayatan!
Cordoba
Oleh Federico Garcia Lorca
Cordoba
Sayup-sayup dan sepi
Kudaku Zanggi, bulan purnama,
Dan buah zaitun di kantong pelana,
Walau kukenal jaring jalannya,
Berasa: tak lagi kucapai Cordoba.
Uji Kompetensi 22.1
Esai
267
B. Berbicara
Memutus padang, menjuang angin,
Kudaku Zanggi, bulan prnama,
Maut mengeram, mengintai di depan,
Dari Menara kota Cordoba.
Wahai! Amat panjangnya jalan!
Wahai, Zanggi, kuda perwira,
Bila disergap maut di jalan:
Raib di mata gerbang Cordoba.
Cordoba
Sayup-sayup dan sepi
Dari Dari M. Taslim Ali,
Puisi Dunia, Gema Jiwa Slavia dan Latin 1
2. Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan puisi yang Anda dengarkan tadi!
a. Apa judul yang Anda dengarkan tadi? Siapa penulisnya? Siapa pula penerjemahnya?
b. Apa yang dihayati penyair melalui puisi tadi?
c. Apa yang diungkapkan penyair dengan puisi tadi?
d. Bagaimana sikap penyair terhadap objek yang dihayati penyair?
e. Bagaimana tanggapan Anda mengenai sikap penyair pada puisi yang Anda dengarkan
tadi?
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mengomentari tema, plot, tokoh, perwatakan
pembabakan, serta perilaku berbahasa dalam drama Indonesa yang memiliki
warna lokal/daerah.
Memberikan komentar
Memberikan komentar berarti menyampaikan sikap. Secara ekstrem sikap itu hanya
dua, yaitu setuju dan tidak setuju. Dalam hal setuju orang boleh saja memperkuat apa yang
disetujui dengan cara menyampaikan bukti atau keterangan baru. Namun, yang harus diingat,
komentar hendaknya disampaikan seperlunya saja agar tidak menenggelamkan apa yang
dikometari. Begitu pula dalam hal tidak setuju. Orang boleh saja tidak setuju. Namun yang
harus diingat komentar hendaknya disampaikan dengan cara yang arif agar tidak menyinggung
perasaan.
Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)
268
1. Diskusikan unsur intrinsik penggalan drama berikut!
Ronggeng-ronggeng
Oleh Yono Daryono
Di kebun milik Juragan Bungkik. Bunyi gamelan menggema di setiap sudut. Orang-
orang berdatangan dari segala penjuru, mereka berdesakan mencari tempat di muka.
Para ronggeng mulai ngibing. Sampur Rantam Sari mulai berkelebat, orang-orang mulai
ngibing. Waseng ngibing mati-matian. Bergantian, Tembie, tukang becak, ngibing. Juragan
Bungkik tak henti-hentinya tertawa, matanya tak lepas menatap Rantam Sari, setiap
goyang diikutinya dengan matanya. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan datangnya hansip
dan membubarkan kelompok tayub, Juragan Bungkik ketakutan. Ia mengumpat. Orang-
orang berhamburan, mereka meninggalkan kelompok tayub. Kelompok tayub di tempat.
Jo, bingung menyaksikan orang-orang pada lari. Rantam Sari, Sum, Juminten bingung.
Kelompok hansip mendekati Rantam Sari. Sumi, Juminten mengendap-endap lalu kabur.
Hansip
: Kamu??
Rantam Sari
: (
nervouse
) Ronggeng!
Hansip
: B
ohong, kamu pasti ...
Jo
: Bukan, Pak. Dia ronggeng. Dia crew saya, Pak.
Hansip
: Crew
apa.
Jo
: Kelompok tayub, Pak.
Hansip
: Mem
punyai surat ijin?!
Jo
: Punya, Pak (
Jo merogoh saku, tapi tak ditemuinya surat yang
dimaksuid).
Wah, ketinggalan, Pak.
Hansip
: B
ohong, kamu pasti tidak punya izin pertunjukan. Kalian pasti tidak
mempunyai kartu seniman! Ini menyalahi peraturan. Setiap kegiatan
kesenian di desa ini harus mempunyai surat izin. dari yang berwajib,
tidak ada tawa-menawar.
Jo
: Tapi, kami kelompok kesenian rakyat. Tradisional, Pak dan patut
dapat dilestarikan, Pak.
Hansip
: T
idak peduli tradisional atau modern, yang penting surat izin.
Jo
: Ini kesenian dari leluhur, Pak. Nanti kalau tidak dilestarikan kita
bisa kuawalat, Pak. Tolong kami, Pak. Kami tak mampu melakukan
yang lain untuk cari makan, Pak dan kami takut, naanti dituduh tak
mampu mewarisi warisan leluhur.
Hansip
: Itu bukan urusanku, aku
hanya bertugas menanyakan surat ijin.
Dari Taufiq Ismail (ed.),
Horison Sastra Indonesia 4; Kitab Nukilan Drama
Uji Kompetensi 22.2
Esai
269
C. Membaca
2. Bagaimanakah komentar Anda mengenai tema, plot, tokoh, perwatakan, pembabakan,
dan perilaku berbahasa dalam drama tersebut?
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menilai tema plot tokoh perwatakan pembabakan
serta perilaku berbahasa dalam drama tradisional atau terjemahan drama.
Menentukan tema dan plot drama
Pernah nonton pertunjukan drama atau sinetron? Kalau kita perhatikan, alur ceritanya
ditampilkan dalam waktu yang sangat singkat. Bahkan, seluruh kisahnya hanya ditampilkan
dalam satu babak saja. Artinya, kisahnya hanya terjalin dalam satu peristiwa dalam satu
tempat saja. Di tempat itu pelaku bertemu dan berdialog dari adegan satu ke adegan lain. Dari
dialog merekalah kita mengetahui siapa saja pelaku drama tersebut. Dari dialog merekalah
kita dapat mengetahui pokok masalah yang menjadi pangkal konflik. Dari dialog merekalah
kita dapat mengetahui watak mereka masing-masing. Dari dialog mereka pulalah kita dapat
mengikuti jalan ceritanya. Dari dialog mereka pulalah kita dapat mengorek tema ceritanya.
1.
Bacalah penggalan naskah drama berikut!
Dua Orang Algojo
Melodrama satu babak
Oleh:
Fernando Arrabal
Alihbasa
Sori Siregar
Pelaku:
1. Dua orang algojo, namanya tidak dikenal
2. Ibu, Francoise
3. Dua orang anak lelaki putera Francoise: Benoit dan Maurice
4. Suami, Jean
Adegan berlangsung dalam kamar yang gelap, sebuah pintu keluar di sebelah kiri, sebuah
pintu lain di belakang, menuju ke kamar penyiksa. Dinding tanpa hiasan apa-apa. Di
tengah ruangan terletak sebuah meja dan tiga buah kursi.
(
Ruangan gelap. Kedua orang algojo duduk dengan tenang di atas kursi mereka. Sebuah
ketukan terdengar pada pintu kiri. Kedua algojo seakan-akan tidak mendengar ketukan
Uji Kompetensi 22.3
Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)
270
itu. Pintu terbuka pelan-pelan tanpa suara. Kepala seorang wanita muncul pelan-pelan.
Wanita itu memandang menyelidik ke sekeliling. Ia memasuki ruangan dan mendekati
kedua algojo
).
Francoise
: Selamat pagi tuan-tuan.... Maafkan saya ... apakah saya
menganggu tuan-tuan?
(
Kedua algojo terus mematung, seakan tidak mendengar suara itu
). Kalau saya
mengganggu tuan-tuan, saya akan pergi dengan segera.(
Suasana sepi. Kelihatannya
wanita ini mulai memberanikan dirinya. Akhirnya ia berkata lagi
).
Saya datang menemui tuan-tuan karena saya tidak dapat menundanya lagi. Maksud
saya, tentang suami saya. (
menghiba
) Lelaki tempat saya meletakkan segala harapan
saya, lelaki yang bersama saya melalui tahun-tahun yang berbahagia dan yang saya
cintai melebihi apa pun juga. (
Berbicara lebih pelan dan dengan tenan
g) Ya, ya, ya, ia
bersalah.
(
Tiba-tiba kedua algojo itu memberikan reaksinya, seakan tertarik dengan keterangan itu.
Seorang di antara mereka mengambil pinsil dan buku catatan
).
Ya, dia bersalah. Ia tinggal di rue du Travail nomor delapan. Namanya Jean Lagune.
(
Seorang di antara algojo itu mencatat keterangan ini. Setelah selesai kedua mereka
keluar melalui pintu kiri. Terdengar suara mobil meninggalkan halaman. Francoise juga
keluar melalui pintu kiri
).
Suara Francoise
: Masuklah anak-anakku, masuklah!
Suara Benoit
: Sekan-akan tidak
ada cahaya di tempat gelap ini.
Suara Francoise
: Ya, kamar ini sangat gelap. Kamar ini menakutkan saya, tetapi
betapa pun kita harus memasukinya. Kita harus menunggu ayah.
(
Francoise masuk diiringi kedua anaknya Benoit dan Maurice
).
Francoise
: Duduklah anak-anakku, jangan takut. (
mereka duduk mengitari
meja
).
Francoise
: (
berbicara dengan suara yang menghiba
) Betapa duka dan
dramatisnya hidup kita kini. Dosa apa yang telah kita lakukan
hingga harus menerima hukuman seperti ini?
Benoit
: J
angan berduka bunda, jangan menangis.
Francoise
: Tidak anakku, aku tidak akan menangis, ibu akan menerima segala
penderitaan yang menimpa kita saat ini. Betapa gembiranya ibu
melihatmu terlalu memikirkan keadaanku. Lihatlah adikmu Mauirice.
Dia masih seperti itu.
Dari
Budaja Djaja
No. 32 Th. IV. Januari 1971
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan naskah drama di atas!
a. Apakah yang menjadi tema penggalan drama di atas?
b. Pada penggalan drama tersebut terdapat beberapa peristiwa yang susul-menyusul.
Jelaskan peristiwa itu secara runtut dari peristiwa pertama hingga peritiwa terakhir!
c. Siapa sajakah pelaku-pelakunya? Bagaimanakah watak masing-masing?
d. Bagaimana pendapat ibu tentang Maurice? Pernyataan manakah yang menguatkan
pendapat tersebut?
e. Pada penggalan tersebut dikisahkan adanya konflik antara ibu dan Maurice. Dalam
hal manakah konflik itu?
Esai
271
D. Menulis
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mengetahui prinsip-prinsip penulisan kritik dan esai.
1. Belajar membuat esai
Anda mengenal HB. Jassin? Beliaulah yang mempopulerkan istilah
esai
melalui
Kesusastraan Indonesia dalam Kritik dan Esai
yang terbit berjilid-jilid. Sekalipun begitu,
menurut Agus R. Sarjono dalam Ismail ed. (2004) konsep esai “tidak cenderung menjadi
jelas.” Esai bukan karya sastra, bukan karya ilmiah. Pada karya sastra objek diabaikan,
pada karya ilmiah subjek diabaikan, tetapi pada esai subjek dan objek harus ditampilkan
dan tidak boleh diabaikan. “Karya ilmiah ditulis berdasar kaidah ilmiah, karya sastra ditulis
berdasar kaidah penulisan sastra, sementara esai ditulis tanpa kaidah apa-apa,” demikian
keterangan yang ditambahkannya.
Esai tidak hanya membahas masalah sastra. Politik, hukum, ekonomi, olahraga,
dan lain-lain bidang pun dapat dijadikan objek penulisan esai.
2. Langkah pembuatan esai
a. Menentukan materi esai dari segi daya tarik, selera masyarakat, dan tujuan.
b
. Menentukan topik dengan pertimbangan (1) bermanfaat atau tidak, (2) layak atau
tidak, (3) menarik atau tidak, (4) dikuasai penulis atau tidak (4) bahannya memadai
atau tidak, (5) masalahnya mungkin dibahas atau tidak, dan (6) sudah diketahui dan
dikembangkan.
c. Membatasi topik.
d. Mencari bahan tulisan.
e. Menyusun kerangka esai
f. Mengembangkan kerangka menjadi esai.
g. Melakukan revisi dan penyempurnaan.
1. Carilah guntingan esai dari koran! Kemudian, jelaskan siapa penulisnya, apa dan
bagaimana isi objek tulisannya, serta bagaimana pendapat penulis esai mengenai objek
yang dibahasnya!
2. Susunlah sebuah esai singkat dengan topik yang menarik perhatian Anda. Sastra (puisi,
prosa, drama), seni tertentu (seni rupa, seni lukis, atau seni lain), politik, ekonomi, sosial,
budaya, atau topik lain boleh Anda angkat.
Uji Kompetensi 22.4
Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)
272
Rangkuman
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mementaskan drama karya sendiri dengan tema
tertentu (pendidikan lingkungan dan sebagainya)
Mementaskan drama karya sendiri
Untuk mementaskan drama ada beberapa syarat utama yang harus dipenuhi. Anda masih
ingat?
1
. Bentuklah tiga empat grup drama (teater) di kelas Anda masing-masing! Berilah nama
yang bagus grup drama Anda
2. Tugas setiap grup adalah mementaskan naskah dengan prosedur sebagai berikut!
a. Tentukan salah seorang dari anggota grup Anda menjadi sutradara!
b. Pilihlah salah satu dari sekian naskah drama yang telah Anda susun pada pelajaran
yang lalu, tentu ada satu yang menurut pertimbangan Anda pantas dipentaskan menjadi
lakon yang menarik!
c. Tentukan pelaku dan kru pementasan!
d. Lakukan latihan untuk mementaskannya!
e. Jika latihan dirasa cukup, pentaskanlah drama tersebut di depan kelas! Aturlah agar
ruang yang berada di depan kelas Anda sebagai panggung lengkap dengan dekorasi
yang diperlukan. Anda yang tidak menjadi anggota grup bertugas mengamati
pementasannya, mencatat kelebihannya, kekurangannya, menyiapkan saran-saran,
dan menyiapkan bahan-bahan diskusi bagi pementasan berikutnya.
3. Bicarakan pementasan tersebut dalam diskusi kelas!
1. Sebuah peristiwa betapa pun kecilnya, kadang meninggalkan kesan kuat dalam
diri penyair. Ini karena faktor penghayatan. Kepekaan jiwa penyair bisa jadi tergugah
oleh peristiwa sepele yang luput dari perhatian kebanyakan orang.
2. Memberikan komentar berarti menyampaikan sikap setuju atau tidak setuju. Jika
setuju, ia boleh memperkuat apa yang disetujui dengan menyampaikan bukti atau
keterangan baru. Apabila tidak setuju, ia bisa menyatakan ketidaksetujuannya
dengan arif agar tidak menyinggung perasaan.
Ada Apa dalam Sastra Kita?
Uji Kompetensi 22.5
Esai
273
3. Tontonan drama selalu mempertunjukkan lakon dalam bentuk dialog.
4. Esai lahir karena penulisnya ingin ”ngobrol”. Dalam obrolan penulis bertukar cerita,
berbagi lelucon, atau anekdot. Jadinya, esai bukan karya sastra, bukan karya
ilmiah, juga bukan kritik.
5. Untuk mementaskan drama harus ada naskah, pemain, sutradara, tempat untuk
mementaskan, dan ada penonton.
1. Apa yang diungkapkan penyair W. H. Auden yang diterjemahkan oleh Chairil Anwar berikut?
Misalkan, kota ini punya penduduk sepuluh juta
Ada yang tinggal dalam gedung, ada yang tinggal dalam gua
Tapi tidak ada tempat buat kita, sayangku, tapi tidak ada tempat buat kita
Pernah kita punya negri, dan terkenang rayu
Lihat dalam peta, akan ketemu di situ
Sekarang kita tidak bisa ke situ, sayangku, sekarang kita tidak bisa ke situ
Dari HB Jassin,
Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45
2. Bagaimana komentar Anda mengenai tokoh dan wataknya dalam penggalan berikut?
Waseng
: Nah ... jangan pura-pura bingung, setelah susah payah meronda
setiap malam dan bajingan itu sekarang berada di depan kita
mengapa kita tidak segera bertindak. Sekarang saatnya untuk
bertindak langsung pada orangnya.
Tukang Becak
: Ya, tapi siapa wakil kita. Jangan-jangan kita dianggap main hakim
sendiri.
Tembie
: Semua! Karena kita tahu perbuatannya, kita semua saksi. (
Kepada
Juragan
Bungkik)
. Hee, kau! Jadi selama ini kamu menjadi kutu
busuk, ya. Pura-pura ikut ronda ternyata menidurkan peronda untuk
beraksi sendiri.
Juragan Bungkik
: Tapi aku tak
pernah merampok di desa ini?
Tembie
: Di desa ini atau bukan yang jelas kamu perampok.
Juragan Bungkik
: Aku merampok bukan memuja pencurian dan kekerasan.
Dari “Ronggeng-ronggeng” dalam Taufiq Ismail (ed.),
Horison Sastra Indonesia 4 Kitab
Nukilan Drama
3. Jelaskan tema dan plot dalam penggalan drama berikut!
Francoise : Ya, anakku, ibu hanya hidup untuk kalian. Ibu tidak punya kepentingan
lain. Kemewahan, pakaian-pakaian indah, pertemuan, teater tidak ada
artinya buatku, buatku hanya kalian. Apa kau kira ada kepentingan ibu
untuk yang lain?
Evaluasi
Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)
274
Refleksi
Benoit
: (
kepada Maurice
) Maurice, kau dengar apa yang barusan dikatakan ibu?
Francoise : Biarkan dia begitu, anakku. Kau kira ibu masih mengharapkan terima kasih
darinya untuk segalanya itu? Tidak, aku tidak mengharapkan apa-apa
darinya. Ibu menyadari bahwa dia masih beranggapan bahwa ibu belum
berbuat sebagaimana mestinya seorang ibu.
Benoit
: (
kepada Maurice
) Anak yang tak tahu diuntung.
Dari “Dua Orang Algojo” dalam Dari
Budaja Djaja
No. 32 Th. IV. Januari 1971
4. Masalah apa yang dibahas dalam esai berikut?
Agaknya nasiblah bagi bangsa Indonesia menjadi bangsa beringas, suka mengamuk
dan suka mengeroyok. Dalam sejarah politik, Belanda menamakannya
amouk partij.
Misalnya, tahun 1918 dimulai dari Solo lalu meruyak ke seluruh Jawa terjadi pengamukan
pribumi atas Cina. Peristiwa semacam terus berulang sampai tahun-tahun kemarin. Dalam
ukuran yang lebih kecil ialah pengamukan penduduk asli terhadap perantau. Atau golongan
profesi terhadap golongan profesi lainnya.
Di Sumatra, pengamukan dan pengeroyokan juga terjadi dalam sejarah. Pada tahun
1946, saat-saat permulaan revolusi, orang bersenjata mengeroyok kaum bangsawan
Sumatra Timur. Puluhan keluarga terbunuh. Termasuk “raja penyair” Amir Hamzah.
Peristiwa pengamukan itu tercatat dengan rasa bangga dalam buku sejarah sebagai
“revolusi sosial”.
5. Unsur mana sajakah yang harus disiapkan untuk menyelenggarakan pentas drama?
Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban
Anda atas soal evaluasi di atas! Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat
keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini.
Tabel Penguasaan Materi
Skor
Tingkat Penguasaan Materi
85 – 100
Baik sekali
70 – 84
Baik
60 – 69
Cukup
< 60
Kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang
berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi
pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai.
Pelajaran 23
Warna Lokal dalam Drama
Apakah kemarin atau malam tadi Anda nonton TV? Apakah film, ketoprak, wayang,
lawak, atau sinetron yang Anda tonton? Nah, seadanya nonton, berarti Anda telah menikmati
lakon sebuah ‘drama.” Walapun zaman sekarang dinilai sebagai zaman modern, tidak berarti
cerita klasik ditingglkan begitu saja. Cerita silat dari film Cina, umumnya bertumpu pada
cerita klasik. Wayang dan ketoprak pun bersumber dari cerita klasik. Bahkan, sebagian film
Barat juga bersumber dari cerita klasik. Tidak terkecuali sebagian dari drama kita. Banyak
drama modern yang diwarnai adat budaya setempat, atau diangkat dari kisah lama.
Tidak berarti seluruh pelajaran ini hanya membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan
drama tradisional atau terjemahan, tetapi juga masih belajar menyusun esai.
Kemampuan Bersastra
Sumber:
Indonesia Indah Sari Teater Tradisional Indonesia
Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)
276
A. Mendengarkan
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menilai penghayatan penyair terhadap puisi
terjemahan yang dilisankan
Menilai penghayatan penyair
Sudah kita ketahui bahwa peristiwa sesepele apa pun kadang menimbulkan kesan kuat
pada diri penyair. Ini karena faktor penghayatannya. Walaupun begitu, sebuah peristiwa yang
dialami oleh penyair yang berbeda akan menimbulkan kesan yang berbeda pula. Hal ini tidak
lepas dari penghayatan mereka yang juga berbeda.
1.
Bacakan puisi berikut dengan penuh penghayatan!
Terang Bulan di Tsingtao
Oleh Slauerfoff
Bulan meratap di atas perairan
Buat meringankan derita dunia
Hanya beberapa malam waktunya dan
Tahu dia, kerja ini tak bakal berguna.
Pegunungan yang hitam semata
Di arus lembut tertegak tegar
Ombak ombak pada jemu diganggu, serta
Tak mau lagi menikmati sinar.
Lama sudah dunia goyah
Antara bahagia dan nestapa
Tapi kini kena rampas dan paksa
Seakan dulu belum lagi pernah.
Bulan, baik kau tak tak bersinar lagi
Atau jadilah sepotong roti bundar besar
Dan demikianlah turunlah kau di Syangsi
Dan selamatkan dia dari bencana lapar.
Dari Hartojo Andangdjaja,
Dari Sunyi ke Bunyi
2. Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan puisi yang Anda dengarkan tadi!
a. Apa yang dihayati penyair melalui puisi tadi?
b. Apa yang diungkapkan penyair dalam puisi tersebut?
Uji Kompetensi 23.1
Warna Lokal dalam Drama
277
B. Berbicara
c. Apa yang diungkapkan dalam perasaan penyair melalui puisi tersebut?
d. Bagaimana tanggapan Anda mengenai perasaan penyair pada puisi yang Anda
dengarkan tadi?
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mengomentari tema plot tokoh perwatakan
pembabakan serta perilaku berbahasa dalam drama Indonesa yang memiliki
warna lokal/daerah
Memberikan komentar
Memberikan komentar berarti menyampaikan sikap setuju atau tidak setuju. Hal itu sudah
pernah kita lakukan. Masih ingat, bukan?
1.
Perhatikanlah penggalan drama berikut!
SENANDUNG SEMENANJUNG
Drama Wisran Hadi
BAHAGIAN KEDUA
YANG I TERGANGGU TIDURNYA DAN BANGUN. DIA HERAN SEKALI MELIHAT
SEMUA ORANG MENARI TANPA MENGIRAUKAN SOPAN SANTUN LAGI. DIA
BANGKIT DAN MARAH.
YANG I
Hentikan! Hentikan!
Semua sudah punya harga diri
Tapi tidak tahu diri
Sopan santun kita cukup tinggi
Istana bukan tempat menari.
ORANG-ORANG PATUH. MEREKA BERHENTI MENARI.
HANG II
Kita baru mulai berdiri
Jangan berhenti lagi
Ayo, terus menari!
Uji Kompetensi 23.2
Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)
278
ORANG-ORANG KEMBALI MENARI. YANG I BERTAMBAH MARAH, SEDANG HANG
II TETAP MEMBANTAH.
YANG I
Hentikan!
HANG II
Jangan!
YANG I
Hentikan!
HANG II
Jangan!
ORANG-ORANG MENJADI BINGUNG. SEBAGIAN DARI KELOMPOK MEREKA
SETUJU DENGAN LARANGAN YANG I. SEBAGIAN LAGI MENGIKUTI HANG II.
MEREKA TERPECAH MENJADI DUA KELOMPOK.
SEBAGIAN
Hentikan!
SEBAGIAN YANG LAIN
Jangan!
SEBAGIAN
Hentikan!
SEBAGIAN YANG LAIN
Jangan!
MAKIN LAMA KEDUA KELOMPOK ITU MENGELILINGI YANG I DAN TARIAN MEREKA
SEMAKIN CEPAT DIIRINGI TETABUHAN YANG SEMAKIN KERAS. YANG I HILANG
DALAM KEBERSAMAAN YANG LIAR ITU.
Dari Wisran Hadi,
Empat Sandiwara Orang Melayu
2. Pada penggalan drama tersebut ditemukan adanya warna daerah. Warna daerah manakah
itu! Pernyataan manakah yang menandai warna daerah itu? Jelaskan!
3. Bagaimana pula komentar Anda mengenai tema, plot, tokoh, perwatakan, pembabakan,
dan perilaku berbahasa dalam drama tersebut?
4. Kalau Anda menonton sinetron, film atau sandiwara yang menyajikan kisah berbau
kedaerahan, dari mana Anda tahu bahwa tontonan tersebut memiliki warna daerah?
Warna Lokal dalam Drama
279
C. Membaca
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menilai tema plot tokoh perwatakan pembabakan
serta perilaku berbahasa dalam drama tradisional atau terjemahan.
Menilai tokoh, perwatakan, dan perilaku berbahasa dalam drama
Memang, drama adalah cerita sebagaimana cerpen atau novel. Hanya saja, penulis drama
tidak sebebas pengarang cerpen atau novel dalam hal mengisahkan pelaku dan menyusun
jalannya cerita. Membaca cerpen, kita dengan mudah menghayatinya dari keterangan yang
disampaikan oleh pengarangnya. Kita mengetahui jalan ceritanya, pelaku-pelakunya, watak-
wataknya, dan pokok permasalahannya. Hal itu dimungkinkan karena semuanya sudah
dikisahkan secara tersurat oleh pengarang. Hanya tema dan amanatnyalah yang tersirat.
Lain halnya dengan drama. Alur cerita, pelaku, watak-wataknya, sumber konflik, pokok
permasalahan hanya disampaikan melalui dialog para pelakunya. Memang ada beberapa
keterangan mengenai panggung dan akting, tetapi itu sedikit sekali. Tidak terkecuali drama
terjemahan. Semuanya hanya dapat diikuti melalu dialog di antara pelaku-pelakunya. Untuk
memahami lebih jauh mengenai drama ikutilah uji kompetensi berikut!
1
. Bacalah teks drama berikut dengan cermat!
PETANI YANG KAYA
BABAK I
Di pondok petani ada kursi, meja, dan almari yang sederhana. Petani sedang makan.
Pedagang
: (Masuk) S
ahabatku, tolong berikan saya makan, dan izinkan saya tidur di
rumahmu. Saya lapar. Saya mau tidur (tunggu sedikit karena melihat petani
tercengang- cengang). Engkau mengerti? (Tunggu). Pak, di sini ada uang
sedikit. (Menaruh uang kertas di atas meja). Cukupkah?
Patani
: (Masih bingung, berdiri dengan susah payah. Menjawab dengan perlahan-
lahan). saya .... menjamahmu? ...
Pedagang
: (Heran) B
oleh saja.
Petani
: (Mendekati dan menjamah si pedagang. Dengan perlahan-lahan dan hati-
hati ia menyentuh pipinya, memutar kepalanya, mengamat-amati ke dalam
mulutnya, dan makin lama makin riang, katanya) Sama dengan saya.
Sama dengan saya! Segala-galanya persis sama dengan saya. (Pegang
bahunya).
Pedangang : (Sam
bil tertawa). Bagaimana? Kau belum pernah melihat manusia?
Uji Kompetensi 23.3
Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)
280
Petani
: (Sambil berbicara kepada dirinya sendiri, dengan gembira). Saya tidak
sendirian. Saya tidak sendirian. (Mulai melompat-lompat. Lihat lagi ke
pedagang) Kakinya sama, tangannya sama, lehernya sama ... segalanya
sama.
Pedagang
:
Nah, nah, nah, tenang dulu. Saya lapar. (Ambil piring dari mejanya lalu
menempatkannya dengan keras di atas meja dengan tersenyum). Saya
mau cari makan dulu.
Petani
: Ya, ya, ya (berlompat-lompat ke lemari, ambil makan. Keliling meja, sambil
menari-nari dan beroutar-putar. Menaruh makanan). (Pedagang mulai
makan. Petani sekali-sekali berbicara). Sama dengan saya. Sama dengan
saya. Ia tidak berkelainan. Ia makan. Ia mengunyah. Ia menelan. Ia
bernapas. Ada mata, ada telinga, ada rambut. Aduh, saya senang. (Sambil
memandangnya dengan gembira).
Pedagang
: (Sementara makan, ia tetap memperhatikan
uangnya di atas meja).
Mengapa engkau tidak mau menerima uang tu?
Petani
: Saya tidak butuhan uangmu. Saya mempunyai banyak intan.
Pedagang
: (Heran. Kem
udian tak mau makan). Intan? Engkau mempunyai banyak
intan? Berapa?
Petani
: (Pikir sedikit) Tahu. Beberapa lapangan penuh dengannya.
Pedagang
: (Heran sek
ali). Eh, eh, eh, eh, eh. Coba ulang?
Petani
: Beberapa lapangan penuh!
Pedagang
: (
dengan tercengang-cengang. Lalu sejurus kemudian berkata). Sahabatku!
Engkau amat kaya!
Petani
: Betul. Jadi saya tidak perlu dengan uang ini. (Tunggu) Tetapi bukan hanya
itu saja. Ada lain lagi.
Dikutip dari Kumpulan Drama, PCJ. Bohm MSC
2. Kerjakan tugas-tugas berikut sesuai dengan teks drama di atas!
a. Jelaskan karakter tiap-tiap pelaku yang Anda lakonkan! Sertai bukti-bukti yang bisa
mendukung pendapat Anda!
b. Sesuai dengan imajinasi Anda, bagaimanakah kondisi para pelaku dari petikan drama
di atas? Jelaskan tentang (1) Kondisi fisiknya, (2) Pakaiannya, (3) Barang-barang
yang dibawanya, (4) Suasana latar yang dialami pelaku, (5) Waktu yang tepat digunakan
pelaku dalam drama
c. Siapakah pelaku antagonis dan protagonisnya?
d. Andaikata Anda sebagai pedagang dalam kisah tersebut, bagaimanakah perasaan
Anda saat mendengar cerita petani itu?
e. Apakah lakon drama di atas ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari? Jelaskan!
Warna Lokal dalam Drama
281
D. Menulis
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mengetahui penerapan prinsip-prinsip penulisan
esai dalam penulisan esai tentang cerpen karya sastra terjemahan
Penulisan esai karya sastra terjemahan
Pada pelajaran yang lalu, Anda telah belajar membuat esai. Esai berbeda dengan karya
ilmiah atau karya sastra. Anda masih ingat, bukan?
1
. Carilah guntingan koran yang menyajikan esai! Jelaskan objek yang dibahas dalam esai
tersebut!
2. Susunlah sebuah esai singkat dengan objek penggalan drama ”Sang Anak” tersebut!
Gunakan prinsip dan cara penulisan esai yang Anda ketahui!
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mementaskan drama karya sendiri dengan tema
tertentu (pendidikan lingkungan dan sebagainya)
Mengatur penataan panggung pertunjukan drama
1. Dekorasi panggung
Dekorasi panggung biasanya diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria. Dilihat
dari bahannya, ada yang dibuat dari (1) bahan yang tak terlukis dan (2) dekorasi dari
bahan lukisan. Ditinjau dari segi konstruksinya ada dekorasi (1) berbingkai, (2) tidak
berbingkai, dan (3) dekorasi tiruan objek asli tiga demensi. Dilihat dari struktur settingnya,
dekorasi dipilah menjadi (1) dekorasi pentas terbuka dan (2) dekorasi pentas tertutup.
Ditinjau dari lokasi perwujudannya ada dekorasi (1) interior dan (2) eksterior. Dari segi
watak perencanaannya ada (1) dekorasi naturalis (dekorasi menirukan objek aslinya) dan
(2) dekorasi konvensional (dekorasi menurut kebiasaan lama
2. Komposisi pentas
Pentas merupakan bagian panggung. Pentas dapat berupa ruang belajar, ruang tamu,
rumah adat, arena atau lapangan. Lokasi panggung biasanya dibagi menjadi enam tempat
berakting. Masing-masing mempunyai makna berbeda.
Uji Kompetensi 23.4
Ada Apa dalam Sastra Kita?
Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)
282
Komposisi seperti di atas hendaklah Anda buat wajar, mampu menceriterakan suatu
kisah, dapat menggambarkan suatu emosi, dan bisa memberikan indikasi hubungan watak
antartokoh. Sebagai pedoman untuk mewujudkannya adalah (1) sesuai dengan daerah
permainan, (2) mampu menciptakan tataletak yang indah dan bermakna, (3) sanggup
menguasai perhatian penonton, (4) mampu mengingatkan pada suatu lokasi secara
konkret.
3. Komposisi penempatan
Komposisi penempatan sebagai berikut.
a
. Unity, artinya komposisi tampak sebagai kesatuan yang integral. Keintegralannya
terletak pada penggunaan sarana garis, warna, pakaian, sikap, dan anasir pentas.
Semuanya saling bertautan
b. Kontras, artinya hidup sebagai seni. Semua penataan di pentas tidak menimbulkan
situasi dan perasaan monoton, kebosanan, kejemuan sehingga menarik.
c. Variasi, artinya penampilan di panggung menunjukkan adanya suatu garis yang berbeda-
beda, tidak lurus, tidak serupa, sehingga memberikan kesan kuat pada penonton.
d. Koherensi (ketergantungan), artinya satu dengan yang lain saling terkait atau saling
tergantung
e. Balancing (keseimbangan), artinya semua peralatan di panggung ditata secara dinamis
dan saling mengimbangi. Keseimbangan di sini dalam hal jasmani atau tubuh pemain,
warna, penyinaran, bunyi, suara, dan segala peralatan di panggung. Semuanya bergerak
dinamis dan seimbang.
f. Perfokusan, artinya penampilan ada satu titik fokus atau pemusatan pandangan. Hal
ini untuk memperkuat pemeranan.
1. Dari sekian naskah drama yang telah Anda susun pada pelajaran yang lalu, tentu ada
satu yang menurut pertimbangan Anda pantas dipentaskan menjadi lakon yang menarik!
Tentukan naskah drama itu. Diskusikan dengan kelompok Anda untuk membahas penataan
panggung yang digunakan untuk mementaskan drama tersebut. Anda boleh mengonsepnya
dalam draf atau gambar.
2. Selanjutnya, pentaskan naskah drama tersebut sesuai dengan prosedur yang Anda
tetapkan. Mereka yang tidak menjadi anggota grup bertugas mengamati pementasannya,
mencatat kelebihannya, kekurangannya, menyiapkan saran-saran, dan menyiapkan bahan-
bahan diskusi bagi pementasan berikutnya.
3. Bicarakan pementasan tersebut dalam diskusi kelas!
1
Adegan rahasia
2
Adegan rileks/santai
2
Adegan ringan humor
5
Adegan serius
3
Adegan berat/honor
6
Adegan tergopoh/tegang
Uji Kompetensi 23.5
Warna Lokal dalam Drama
283
Rangkuman
1. Peristiwa sesepele apa pun kadang menimbulkan kesan kuat pada diri penyair.
Sebuah peristiwa dapat menimbulkan kesan berbeda pada setiap penyair karena
penghayatan mereka juga berbeda.
2. Memberikan komentar berarti menyampaikan sikap setuju atau tidak setuju. Adalah
kurang pada tempatnya kalau sikap setuju disampaikan secara berlebihan. Demikian
pula sikap tidak setuju. Adalah kurang tepat bila komentarnya menyinggung
perasaan, mencemooh, atau menghina.
3. Tokoh drama dan perwatakannya hanya dapat diketahui dari dialog dengan dukungan
akting pelakunya.
4. Esai berbeda dengan karya ilmiah atau karya sastra. Pada esai unsur subjektivitas
penulis dan objektivitas harus ditampilkan bersama. Esai ditulis tanpa kaidah.
Tidak hanya sastra, semua bidang dapat dijadikan objek penulisan esai. Penulisnya
pun tidak harus ahli sastra, Anda pun dapat menjadi penulis esai.
5. Salah satu tempat untuk mementaskan drama adalah panggung. Untuk keperluan
pentas, panggung harus ditata agar pemain mudah dan nnyaman melakukan dialog
dan akting. Dekorasi bisa ditambahkan asal memberikan dukungan pada ceritanya.
1. Apa yang diungkapkan penyair W. H. Auden yang diterjemahkan oleh Chairil Anwar berikut?
Di taman kuburan ada sebatang pohon berdiri
Tumbuh segar saban kali musim semi
Pasjalan lama tidak bisa tiru, sayangku, pasjalan lama tidak bisa tiru
Tuan konsul hantam meja dan berkata:
“Kalau tidak punya pasjalan, kau resmi tidak ada”
Tapi ke mana kita pergi ini hari, sayangku, tapi ke mana kita pergi ini hari
Dari HB Jassin,
Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45
2. Bacalah penggalan drama berikut!
Syeh Siti Jenar dan Sultan Demak, Raden Patah berada di balai agung keraton. Menanti
pahlawan pulang perang dari palagan Pengging
Teriakan Khalayak : P
ahlawan jubah putih keciptaan darah, wahai. Hidup pahlawan.
Hidup pahlawan. Mampus pemberontak
Evaluasi
Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)
284
Gong
Sultan
: Prajurit Wirobronjo pulang dari medan palagan Pengging.
Kemenangan. Kemenangan. Kejayaan.
Teriakan
: Hidup, Sunan Kudus, sang pahlawan. Mampus Kebo Kenongo,
sang pemberontak
Sunan Kudus muncul, berpelukan dengan sultan
Dari Vredi kastam Marta ”Syeh Siti Jenar.” dalam Taufiq Ismail dkk, 2002
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
a. Berapa adegankah dalam penggalan di atas?
b. Siapakah yang dianggap pahlawan dan penghianat dalam penggalan di atas?
3. Jelaskan pokok persoalan yang dibahas dalam esai berikut!
Cucu Wisnusarman memang selalu banyak mau. Maunya itu tampak sederhana, tapi
rumit. Ketika pertama kali mendekati anak gelandangan, tidur-tidur seenaknya di kaki
lima dan terminal, ia langsung ingin jadi gelandangan. Untuk itu dua hari dua malam ia
menghilang sehingga keluarganya kalang kabut. Selama dua malam itu semua kamar
mayat rumah sakit telah diperiksa; semua pos polisi telah ditanya; hasilnya nol besar.
Keluarganya sempat pasrah kalau harus menerima mayat. Nyatanya, yang nongol di
pintu adalah seorang gelandangan muda yang gembira (Parakitri T. Simbolon “Cucu
Wisnusarman Mau Jadi Koruptor dalam Taufiq Ismail (ed.),
Horison Esai Indonesia,
Kitab 2
).
4. Susunlah drama panggung sepanjang satu babak singkat sekali dengan tema bebas!
Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban
Anda atas soal evaluasi di atas! Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat
keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini.
Tabel Penguasaan Materi
Skor
Tingkat Penguasaan Materi
85 – 100
Baik sekali
70 – 84
Baik
60 – 69
Cukup
< 60
Kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang
berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi
pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai.
Refleksi
Pelajaran 24
Drama Terjemahan
Sumber:
Indonesia Indah Seri Teater tradisional Indonesia dan Teknik Menyusun Skenario
Pada pelajaran yang lalu Anda telah mengenal lebih banyak tentang drama tradisional,
drama terjemahan, dan esai. Nah, pada pelajaran ini pun Anda masih akan mempelajari drama,
khususnya drama terjemahan. Tetapi, cukupkah kita menikmati drama orang lain? Tidakkah
kita bisa menyusun sendiri naskahnya? Nah, ini tantangan. Anda pasti dapat membuatnya.
Kemampuan Bersastra
Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)
286
A. Mendengarkan
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menilai penghayatan penyair terhadap puisi
terjemahan yang dilisankan.
Menilai penghayatan penyair
Sebuah peristiwa yang dialami menimbulkan kesan yang berbeda pula. Namun, tidak
jarang, peristiwa yang berbeda bisa menimbulkan kesan yang sama. Hal ini tidak lepas dari
penghayatan masing-masing.
Di Prancis terdapat jembatan yang terkenal. Namanya Mirabeau lengkap dengan fenomena
kehidupan di seputarnya. Oleh Guillaume Apollinaire penghayatan atas fenomonea itu
diabadikan dalam bentuk puisi sebagai berikut. Bagaimana tanggapan Anda? Jelaskan!
Jembatan Mirabeau
Guillaume Apollinaire
Di bawah Jembatan Mirabeau mengalir Seine
Dan kasih kita
Selamanya harus tinggal di sana
Kenangan girang disusul duka
Walau malam pasti datang dan jam luput berdetak
Hari-hari cepat silam, aku tidak.
Tangan menjabat tangan dan berhadap-hadapan kami berdiri
Sementara di bawah
Jembatan tangan kami, buru memburu:
Ombak-ombak pandangan abadi yang gitu jemu
Walau malam pasti datang dan jam luput berdetak
Hari-hari cepat silam, aku tidak.
Kasih bagai gegas air mengalir ini.
Kasih juga mengalir
Hidup betapa juga tenangnya
Harapan menyiksa betapa juga hebatnya
Walau malam pasti datang dan jam luput berdetak
Hari-hari cepat silam, aku tidak.
Lewat hari-hari dan lampau minggu-minggu
Dan waktu yang luput
Tiada kasih dulu kembali lagi
Di bawah jembatan Mirabeau mengalir Seine
Dari M. Taslim Ali,
Puisi Dunia, Gema Jiwa Slavia dan Latin 1
Uji Kompetensi 24.1
Drama Terjemahan
287
B. Berbicara
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mengomentari tema plot tokoh perwatakan
pembabakan serta perilaku berbahasa dalam drama Indonesa yang memiliki
warna lokal/daerah
Memberikan komentar
Pada pelajaran yang lalu, Anda telah belajar memberikan komentar berarti menyampaikan
sikap setuju atau tidak setuju. Masih ingat, bukan?
1.
Perhatikanlah penggalan drama berikut!
SLA
1
Drama Arnold Perl
ADEGAN 1
(Ruang duduk rumah Aaron Katz. Aaron duduk di depan sebuah meja, memeriksa buku
kasnya. Isterinya mengelap sebuah noda di meja itu. Sang suami nampak puas dengan
keadaan, sang istri nampak tegang dengan suatu pikiran).
AARON
(mengetuk-ngetuk meja, menciptakan irama gembira) Lumayan. Tidak bagus, tetapi tidak
buruk. (Hannah menengok kepadanya dengan perasaan terganggu. Aaaron membalik
bukunya sambil mengetuk-ngetuk meja lagi). Benar-benar lumayan.
HANNAH
Hentikanlah. Jangan bikin suara. Apa eloknya?
AARON
Apa eloknya. Aku tidak bikin suara. Aku Cuma begini (Mengetuk-ngetuk meja seperti
tadi hanya lebih pelan. Hannah menggelengkan kepala, judeg). Hiduplah hati-hati dan
diam-diam. Itulah pedomanku. Hati-hati dan diam-diam. Hati-hati dan diam-diam aku
berdagang. Hati-hati dan diam-diam aku hidup berkeluarga. Hati-hati dan diam-diam aku
bangkrut dua kali dan dengan hati-hati dan diam-diam dengan pertolongan Tuhan aku
mulai semua usaha dari nol lagi (Hannah menggelengkan kepala lagi). Aku punya tempat
di Singapura, aku dikaruniai seorang anak lelaki, dan dikaruniai juga usaha dagang yang
lumayan (mengetuk-mengetuk meja lagi) Dan seorang istri. Aku juga dikaruniai seorang
istri ... kamu Hannahku sayang.
HANNAH
(Judeg) Lelaki.
Uji Kompetensi 24.2
Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)
288
C. Membaca
AARON
Lelaki itu, Hannah, toh bukan barang sembarangan. Adam adalah makhluk pertama ciptaan
Tuhan. Ia seorang lelaki.
HANNAH
Bahwa Tuhan menciptakan lelaki lebih dahulu dari wanita itu urusan-Nya. Tetapi bahwa
Ia memberi lebih banyak akal di ujung telunjukku daripada di dalam kepalamu, itu pun
juga bukan salahku.
Dari Budaja Djaya. No. 66 Tahun VI Nopember 1973
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan naskah drama tersebut!
a. Tahukah Anda judul drama di atas? Siapa pengarangnya? Siapa penerjemahnya?
b. Siapakah pelaku pada penggalan drama tersebut? Bagaimana hubungan mereka?
Bagaimanakah komentar Anda mengenai hubungan tersebut?
c. Pada awalnya dikisahkan adanya konflik antara Aaron dan Hannah. Mengapa mereka
bertikai? Bagaimana komentar Anda mengenai konflik tersebut?
d. Di mana, kapan, dan dalam situasi bagaimanakah peristiwa tersebut terjadi?
e. Pada penggalan tersebut dikisahkan adanya konflik antara ibu dan Moishe. Dalam hal
manakah konflik itu? Bagaimana komentar Anda?
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menilai tema plot tokoh perwatakan pembabakan
serta perilaku berbahasa dalam drama tradisional atau terjemahan.
Menentukan tokoh, perwatakan, dan
perilaku berbahasa dalam drama
Alur cerita drama hanya dapat dipahami melalui dialog pelaku-pelakunya. Kalau drama
itu dipentaskan, alur ceritanya begitu cepat berlalu. Sedetik saja tidak mengikuti dialog pelaku-
pelakunya, penonton akan kehilangan salah satu momen alur ceritanya. Berbeda halnya,
dengan membaca teks drama. Kita dapat mengikuti alur ceritanya dengan mengulang-ulang
membaca dialog para pelakunya. Bahkan lebih dari itu, melalui dialog pelaku-pelakunya kita
juga dapat mengetahui siapa pelaku-pelakunya, wataknya, dan lain-lain.
1
. Bacalah teks drama berikut dengan cermat!
PRAHARA
2
Oleh William Skakespeare
Babak pertama
Adegan 1
Diatas kapal di laut (Terdengar gemuruh prahara, guntur, dan petir. Masuk Nakhoda dan
Mualim dari jurusan lain-lain).
Uji Kompetensi 24.3
Drama Terjemahan
289
NAKHODA
Mualim!
MUALIM
Sini, nakhoda, bagaimana?
NAKHODA
Kawan, anjurkan para kelasi kerja keras! Kalau tidak, kita terdampar. Cepat! Cepat!
(Kelauar)
(Masuk kelasi-kelasi)
MUALIM
Hai kawan-kawan, tabah, tabahlah kalian. Cepat! Cepat! Turunkan layer atas. Perhatikan
suling nakhoda. –Hai, angin, tiuplah sampai pecah, asal kita di laut lepas.
(Masuk Alonso, Sebastian, Antonio, Ferdinant, Gonzalo, dan lain-lain).
ALONSO
Awas, mualim. Mana nakhoda? Tunjukkan kamu laki-laki!
MUALIM
Tinggalkan tuan-tuan di bawah!
ANTONIO
Di mana nakhoda, mualim?
MUALIM
Tuan tak dengar sulingnya? Tuan-tuan mengganggu kami. Tinggallah di bilik. Tuan-tuan
membantu prahara.
GONZALO
Sabarlah, kawan!
MUALIM
Kalau laut sabar juga. Pergilah! Gelombang dan guruh tak peduli gelar raja. Ke bilik!
Diam! Jangan ganggu kami!
GONZALO
Kawan ingatlah siapa yang ada di kapalmu ini?
Dari W. Shakespeare,
Prahara
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan naskah drama tersebut!
a. Apakah yang menjadi tema penggalan drama tersebut?
b. Maju, mudur, atau flashbackkah alur yang digunakan dalam penggalan drama tersebut?
Jelaskan!
c. Siapa sajakah pelaku dalam penggalan drama tersebut? Bagaimanakah watak mereka
masing-masing? Dari pernyataan manakah Anda mengetahu watak mereka demikian?
d. Pada teks di atas tertulis kata
babak
dan
adegan
. Apa maksud istilah itu? Jelaskan!
e. Ceritakan jalan cerita penggalan drama tersebut secara naratif!
Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)
290
Ada Apa dalam Sastra Kita?
D. Menulis
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mengetahui penerapan prinsip-prinsip penulisan
esai tentang cerpen karya sastra terjemahan.
Menulis esai
Pada pelajaran yang lalu, Anda telah belajar membuat esai. Esai berbeda dengan karya
ilmiah atau karya sastra.
1.
Carilah guntingan koran yang menyajikan esai! Jelaskan objek yang dibahas dalam esai
tersebut!
2. Susunlah sebuah esai singkat dengan objek penggalan drama “Sang Anak” tersebut!
Gunakan prinsip dan cara penulisan esai yang Anda ketahui!
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mementaskan drama karya sendiri dengan tema
tertentu (pendidikan lingkungan dan sebagainya)
Mementaskan drama karya sendiri
Pada pelajaran yang lalu Anda telah berlatih mementaskan drama karya sendiri, bukan?
Bagaimana kesan Anda? Sudah tentu dalam pementasan itu ada kelebihan dan kekurangannya.
Hal ini wajar.
Pada pementasan itu ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu ada naskah, pemain,
dan sutradara. Memilih naskah untuk dipentaskan memerlukan sentuhan seni.
Mementaskannya, memerlukan pemain. Menurut W.S. Rendra pemain yang baik akan mampu
menjelmakan peran yang hidup sekali. Ia bisa menjelma menjadi dokter dengan cara yang
meyakinkan. Ia juga bisa menjelma menjadi raja dari negeri dongeng, menjadi pemimpin
gerombolan perampok, atau menjadi ulama besar yang terpandang dengan cara-cara yang
sungguh meyakinkan. Tentu saja untuk mencapai mutu permainan itu tidak cukup sekadar
berpura-pura. Pemain harus benar-benar bisa menghayati peran ini. Oleh karena itu, pemain
perlu menelaah tokoh yang hendak diperankannya lebih dahulu.
Menurut Adjib Hamzah, pemain memiliki posisi unik. Alat ekspresi seorang pemain tidak
bisa dicopot dan dipindah-pindah sebab alat ekpresinya adalah tubuh dan suaranya sendiri.
Pemain harus melatih tubuh dan suaranya menjadi instrumen seni peran yang baik. Dengan
Uji Kompetensi 24.4
Drama Terjemahan
291
Rangkuman
tubuh dan suaranya, seorang pemain harus mampu berperan sesuai dengan karakter tokoh
yang diperankannya. Yang penting pemain harus dapat bekerja sama, baik dengan sutradara,
pemain lain, maupaun dengan kru pementasan.
1. Pada pelajaran yang lalu sebuah grup telah mementaskan naskah drama yang terpilih.
Kini pilih grup lain untuk mementaskan naskah lain dari naskah drama karya Anda yang
dianggap pantas dipentaskan! Aturlah depan kelas Anda sebagai panggung lengkap dengan
dekorasi yang diperlukan. Anda yang tidak menjadi anggota grup bertugas mengamati
pementasannya, mencatat kelebihannya, kekurangannya, dan menyiapkan saran-saran
bagi pementasan berikutnya.
2. Bicarakan pementasan tersebut dalam diskusi kelas!
1. Penghayatan seseorang adakalanya menimbulkan kesan kuat. Namun, hal ini
bergantung pada diri masing-masing. Sebuah peristiwa yang dialami oleh orang
yang berbeda akan menimbulkan kesan yang berbeda pula. Namun, tidak jarang,
peristiwa yang berbeda bisa menimbulkan kesan yang sama. Hal ini tidak lepas
dari penghayatan mereka.
2. Komentar berarti reaksi atas pernyataan atau pendapat orang lain. Komentar biasanya
difokuskan pada (1) isinya (nyata atau bohong, hangat atau basi, bermanfaat atau
tidak, benar atau tidak, logis atau tidak, dan lain-lain); (2) bahasanya (ejaannya
benar atau tidak, kata-katanya tepat atau tidak, kalimatnya benar atau tidak, dan
lain-lain); dan (3) gaya penyampaiannya (objektif atau tidak, menarik atau tidak,
komunikatif atau tidak, dan lain-lain).
3. Membaca teks drama dapat diketahui siapa yang berdialog, bagaimana watak
masing-masing, dan bagaimana alur ceritanya. Bahkan, pembaca dapat mengulang-
ulang membaca.
4. Pada penulisan esai unsur subjektivitas penulis dan objektivitas harus ditampilkan
bersama.
5. Pada setiap pementasan drama sekurang-kurangnya tiga syarat harus dipenuhi,
yaitu adanya naskah, pemain, dan sutradara. Pemilihan naskah memerlukan
sentuhan seni. Pemain harus mampu menjelmakan peran menjadi hidup. Untuk
mencapai mutu permainan tidak cukup berpura-pura. Pemain harus benar-benar
bisa menghayati perannya. Oleh karena itu, pemain perlu menelaah tokoh yang
hendak diperankannya lebih dahulu.
Uji Kompetensi 24.5
Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)
292
Refleksi
1. Bagaimanakah cara menilai penghayatan penyair terhadap puisi yang Anda dengarkan?
2. Bagaimana ciri komentar yang baik?
3. Bagaimana cara menentukan tema, plot, tokoh, perwatakan, dan pembabakan, serta
perilaku berbahasa teks dalam drama terjemahan?
4. Bagaimanakah perbedaan prinsip antara kritik dan esai?
5. Bagaimanakah langkah-langkah yang Anda tempuh dalam menyusun skenario drama
panggung?
Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban
Anda atas soal evaluasi di atas! Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat
keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini.
Tabel Penguasaan Materi
Skor
Tingkat Penguasaan Materi
85 – 100
Baik sekali
70 – 84
Baik
60 – 69
Cukup
< 60
Kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang
berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi
pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai.
Evaluasi
Pelatihan Ujian Akhir Semester 2
293
Pelatihan Ujian Akhir Semester 2
A. Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang benar!
1. Melati Merah
Lukaku membengkak lagi
Kutikam dengan bengkak
Dengan darah kupoles setangkai melati
Kusunting di rambut penghias duka abadi
Puisi di atas mengungkapkan makna ....
a. Seorang gadis yang hatinya sudah beberapa kali terluka.
b. Seorang gadis yang merasa sedih karena ditinggal oleh kekasihnya.
c. Seseorang bersedih karena ditinggalkan oleh orang yang dicintainya.
d. Kesedihan seseorang dapat hilang dengan cara menghibur diri.
e. Kesedihan seseorang gadis akibat perbuatannya sendiri.
2. Perhatikan penggalan puisi Amir Hamzah ’Padamu Jua’ berikut!
nanar aku, gila sasar
sayang berulang padamu jua
engkau pelik menarik ingin
serupa dara di balik tirai
Pada puisi tersebut penyair memilih kata dara bukan wanita, perempuan, atau gadis
karena ....
a. estetis
b. berkonotasi positif
c. sudah umum digunakan dalam masyarakat
d. berhomonim dengan dara yang berarti merpati
e. secara denotatif dara berbeda dengan wanita, perempuan, atau gadis
3. Perhatikan penggalan puisi Sutardji Calzoum Bachri ”Sepi Saupi” berikut!
sepisau luka sepisau duri
sepikul dosa sepukau sepi
sepisau duka serisau diri
sepisau sepi sepisau nyanyi
Fenomena yang mencekam perasaan penyair sehingga puisi di atas lahir adalah ....
a. sepi
d. khidmat
b. tenang
e. serius
c. khusyuk
Kemampuan Bersastra
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
294
4.
Bibi mengatakan bahwa sebentar lagi akan datang seorang laki-laki yang hendak
melihatku. Lalu ia mengatakan, ”Wati, kau harus hati-hati nanti. Kalau mengeluarkan
minuman, katakanlah bismillah dulu.”
”Ya, Bi.”
”Kau tidak boleh melihat orang itu. Kau harus melihat ke lantai.”
Kenapa, Bi?”
”Kalau kamu melihat tamumu itu pasti ia tidak mau menerima kamu sebagai istrinya.
Wanita yang berani melihat kepada suaminya itu wanita yang kurang menghormati laki-
laki. Kau tahu, Wati, laki-laki tak suka istrinya yang terlalu berani.” (Titi Said, ”Kawin”).
Unsur intrinsik yang dominan pada penggalan di atas adalah ....
a. latar
d. tokoh
b. alur
e. am
anat
c. watak
5.
Bau air yang rangsang, gemuruh bunyi ombak memecah dan pemandangan kepada
air yang putih-putih yang tiada berhenti-henti berkejar-kejaran dari tengah, seolah-olah
memenuhkan, melimpah-limpah-kan perasaan kalbunya sehingga geli-geli rasa kaki
dan tangannya. Dengan tiada diketahuinya dia telah mengejar ambai-ambai yang amat
cepat berlari-lari di pasir yang lembab-lembab. Di tempat karang-karang menjorok ke
tengah dia pun meninggalkan pasir dan berlari perlahan-lahan melompat-lompat dari
karang ke karang di antara lopak-lopak yang tenang dan jernih airnya. Di tempat ombak
memecah, berderai-derai menjadi buih yang putih kapas, dia berdiri memandang
kepada ombak yang gelisah belia itu
(S.T. Alisyahbana, Layar Terkembang)
Unsur intrinsik yang dominan pada penggalan di atas adalah ....
a. alur
d. watak
b. latar
e. amanat
c. tokoh
6.
Nit, pulang sekolah nanti bisa bicara sebentar?”
”Bicara apa Den?”
”Nantilah, bisa kan?”
Walaupun perasaan Nita mengiyakan sambil matanya mengedip ke arah Tanti ”Aku
minta maaf sama kamu. Pasti kamu tersinggung dengan nyanyianku.” Deni membuka
percakapan sesaat setelah keduanya bertemu usai bel pulang berbunyi. Pelataran
sekolah mulai sepi lapangan basket yang ada bangku panjangnya
(Nita Saya Buindar).
Penggalan cerpen tersebut menggunakan alur ....
a. maju
d. renggang
b. rapat
e. campuran
c. mundur
Pelatihan Ujian Akhir Semester 2
295
7.
Sekali peristiwa kepada suatu hari adalah seekor pelanduk duduk di dalam suatu
lubang busut tengah makan buah terung rimbang. Terdengar akan seekor harimau
berjalan menghampiri busut tempat ia duduk makan buah terung itu. Pada sangkanya
hendak menangkap ia. Gemetarlah sendi tulangnya dengan ketakutan yang amat
sangat, serba salah pikirannya. Di dalam hal itu dimamahnya sebiji buah terung itu
membesarkan bunyi mulutnya berkerab-kerab, berketub-ketub, serta katanya, ”Amboi,
sedap pekasam biji mata harimau itu.”
Karakter yang diperankan pelanduk pada kutipan di atas adalah ....
a. menciptakan rasa takut pada lawan agar dirinya selamat
b. menundukkan lawan dengan kecerdikan dan kelicikannya
c. menakut-nakuti musuh dengan berbagai macam ancaman
d. menyombongkan diri pada pihak yang mau menangkapnya
e. menunjukkan kelihaian dalam hal menyembunyikan rasa takut
8.
Dalam Atheis, tokoh utama Hasan memiliki anutan lama kurang kokoh karena
pemahamannya memang kurang. Lalu ia masuki paham baru namun hanya setengah-
setangah. Inilah yang menyebabkan ia terombang-ambing dalam kebimbangan.
Jiwanya goyah akibat benturan dua ajaran yang bertentangan.
Hasan dalam pembahasan di atas memiliki watak ....
a. mudah terpengaruh
b. tekun mempelajari ilmu baru
c. mudah menerima teknologi baru
d. suka memberi fatwa kepada rekan-rekannya
e. sukar membedakan paham lama dengan paham baru
9.
Tatkala orang berkumpul akan segera makan minum, Lebai Malang itu pun hendak
pergilah karena kedua kampung itu memanggil dia; tengah hendak pergi datang
pikiran yang tamak berkata di dalam hatinya, ”Aku ini dipanggil orang. Yang di pihak
hulu itu dekat sedikit, tetapi menyembelih seekor kerbau. Di pihak hilir ada menyembelih
dua ekor kerbau. Kalau aku minta di sebelah hilir, aku dapat dua tanduk. Jika minta
hulu, aku dapat satu tanduk, tetapi masakannya sedap. Yang sebelah hilir masakannya
kurang sedap, karena aku biasa makan pada kedua tempat itu.”
Masalah sosial yang berkaitan dengan amanat penggalan dongeng di atas adalah ....
a. masyarakat suka mengadakan jamuan makan
b. memotong ternak merupakan kebanggan suatu keluarga
c. dalam berkenduri tuan rumah mengundang banyak orang
d. dalam perhelatan perbedaan status sosial dikesampingkan
e. dalam masyarakat mana pun ada anggota yang bersifat tamak
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
296
10.
Sebagai petani, kita telah mengerjakan sawah kita. Kemudian, kalau sawah itu kering
karena hujan tidak turun, Tuhanlah yang punya kuasa. Kita sebagai umat-Nya, lebih
baik berserah diri dan mempercayai-Nya. Karena Dialah yang Rahman. Ialah yang
Rahim. Tuhanlah yang menentukan segala-galanya. Meskipun hujan diturunkannya
sehingga sawah-sawah berhasil baik, tapi kalau Tuhan menghendaki sebaliknya,
misalnya didatangkan-Nya pianggang atau tikus, maka hasilnya pun takkan ada juga.
(A. A. Navis, Kemarau).
Amanat yang disampaikan penulis melalui penggalan di atas adalah ....
a. airilah sawahmu yang kering
b. berusahalah selagi kamu masih bisa.
c. percayalah kepada Tuhan yang Rahman dan Rahim
d. berantaslah pianggang dan hama tikus yang menyerang sawah
e. berserah dirilah kepada kekuasaan Tuhan yang Rahman dan Rahim
11.
Di akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah pulang. Para malaikat
bertugas disamping-Nya. Di tangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala
manusia. Begitu banyaknya orang yang diperiksa. Maklumlah dimana-mana ada
perang. Dan di antara orang-orang yang diperiksa, itu ada seorang yang di dunia
dinamai Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum, karena ia sudah begitu yakin
akan dimasukkan ke surga. (A.A. Navis, ”Robohnya Surau Kami”).
Penggalan cerita di atas mengambil latar di ....
a. akhirat
d. rumah masing-masing
b. pengadilan
e. antara surga
dan neraka
c. dalam rumah
12. Hati perempuanku bertanya, perbuatan dan pikiran apa yang telah membawaku ke
tempat ini untuk menemuinya. Dua jam yang lalu sebetulnya aku dapat mengatakan
padanya ketika ia meneleponku bahwa aku tidak dapat datang, bahwa aku mempunyai
peker jaan lain yang mengikatku. Akan tetapi, suatu dorongan yang asing tiba-tiba
saja menyebabkan aku berkata ”aku datang” meskipun ragu. Dan setelah aku
menemuinya, aku menemukan pandangan yang itu-itu juga, pandang yang seakan
merindukan sesuatu yang tak terduga oleh siapa pun
(Nh. Dini, Hati Yang Damai).
Tema penggalan cerita di atas berhubungan dengan masalah ....
a. ketidaksetiaan seorang wanita
d. kenekatan seorang wanita
b. keinginan seorang wanita
e. keberanian seorang wanita
c. hati nurani seorang wanita
Pelatihan Ujian Akhir Semester 2
297
13. Perhatikan penggalan berikut!
AARON:
(mengetuk-ngetuk meja, menciptakan irama gembira) ”Lumayan. Tidak
bagus, tetapi tidak buruk.” (Hannah menengok kepadanya dengan perasaan
tergangggu. Aaron membalik bukunya sambil mengetu-ngetuk meja lagi).
“Benar-benar lumayan.”
HANNAH: ”Hentikanlah. Jangan bikin suara. Apa eloknya?”
Peristiwa yang mengganggu Hannah adalah ....
a. suara Aaron
d. keberadaan Aaron
b. ucapan Aaron
e. pertikaian Aaron-Hannah
c. perilaku Aaron
14. Perhatikan penggalan berikut!
Kinanti, istri Tumengung Sawunggandaru sedang duduk bersimpuh di altar sambil
memandang rembulan di langit yang kelam.
Kinanti: ”Oh, andaikan bulan bisa ngomong, pasti aku tidak sepi-sepi ini, untuk
berbicara saja harus lirih, perlahan. Untuk melakukan sesuatu pun tidak
diperbolehkan kecuali harus menyuruh mbok emban lalu apa artinya menjadi
istri Tumenggung kalau akhirnya hilang aku, seperti setetes air jatuh di tanah
berdebu ... Ah, kalau saja bulan bisa ngomong.”
Melalui ucapan Kinanti di atas, kita dapat mengetahui bahwa kaum perempuan itu ....
a. tidak memiliki kebebasan
b. tidak mengatur rumah tangga
c. tidak akan melakukan protes
d. tidak akan menuntut emansipasi
e. tidak selalu berada dalam kegembiraan
15. Perhatikan penggalan drama berikut!
Juragan Bungkik : ”Tolong, Nyai, sembunyikan aku.”
Rantam Sari
: ”Kenapa Kakang berubah jadi penakut?”
Juragan Bungkik : ”Tolong, Jo. Sembunyikan aku?”
Rantam Sari
: ”Tenanglah, Juragan! (menyenangkan) Apa sebenarnya yang
telah terjadi?”
Juragan Bungkik : ”Aku nekad. Selama ini aku telah banyak berbuat salah. Tapi
kesalahan itu aku buat karena aku cinta.”
Dengan dialog di atas, kita tahu bahwa sifat Juragan Bungkik adalah ....
a. takut
d. serba salah
b. tenang
e. serba nekad
c . bangga
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
298
16. Penulis dalam buku ini mengatakan bahwa anak-anak dan generasi muda pada zaman
modern berhadapan dengan kekacauan nilai dalam masyarakat. Nilai kerap kali
disamakan dengan harga atau keuntungan. Selain itu, nilai sosial pribadi seseorang
yang sering diukur dengan kemampuan membeli dan mendapatkan kementerengan.
Masalah yang dikritik dalam petikan di atas adalah ....
a. daya beli masyarakat
b. nilai sosial pribadi seseorang
c. kekacauan dalam masyarakat
d. masalah yang dihadapi anak-anak
e. kemampuan memperoleh kementerengan
17. Bacalah penggalan resensi berikut!
Kondisi fisik Hasan memburuk. Pikirannya pun tidak menentu. Namun, ia sampai pada
kesimpulan bahwa Anwarlah orang yang telah memisahkan dengan orang tuanya,
serta menjerumuskan ke jalan sesat. Maka, Hasan pun bertekad untuk memburu
Anwar. Tanpa mengindahkan peringatan tentara Jepang, ia pun ditembak. Sebelum
menghembuskan napas terakhir, Hasan sempat mengucapkan Allahuakbar, lalu tak
bergerak lagi. Demikian Akhdiat Kartamiharja mengakhiri kisahnya secara sad ending,
tragis, namun terselip nilai religi yang membawa harapan karena Hasan kembali ke
jalan yang benar (Akhdiat K. Miharja, Atheis)
Pernyataan berikut sesuai dengan penggalan resensi di atas,
kecuali
....
a. Novel diakhiri secara sad ending
b. Hasan sadar ia berada pada jalan yang sesat
c. Hasan sadar bahwa ia telah dijerumuskan oleh Anwar
d. Dalam novel ini terselip nilai-nilai agama yang membawa harapan
e. Sebelum meninggal, Hasan dikisahkan sempat balas dendam kepada Anwar
18.
Gadis itu meminta kakeknya menceritakan riwayat hudupnya, siapa sebenarnya
kedua orang tuanya dan di mana mereka sekarang. Sang kakek terdiam sebentar,
kemudian mulailah bercerita. ”Delapan belas tahun yang lalu, seorang pemuda kota
berjalan-jalan ke desa ini. Ia terpikat gadis cantik bunga desa ini dan mereka menikah.
Gadis itu adalah putri kakek satu-satunya.”
Unsur intrinsik yang menonjol pada penggalan cerita di atas adalah ....
a. alur
d. gaya bahasa
b. latar
e. latar budaya
c. tema
Pelatihan Ujian Akhir Semester 2
299
19. Perhatikan penggalan resensi berikut!
Cerita dimulai dengan pertemuan tokoh utama cerita ini, Dati, dengan bekas pacarnya,
Sidik, di lapangan terbang. Dati masih ”tergetar” menemui Sidik walaupun sudah
bersuami dan bahkan sudah dikarunia anak. Inilah alasannya mengapa Dati dikatakan
tak setia pada suaminya.
Pada penggalan di atas, penulis mengemukakan ....
a. fisik buku yang diresensi
b. awal plot cerita yang diresensi
c. gaya pengarang mengisahkan tokoh ceritanya
d. keuntungan yang bakal diperoleh bila membaca cerita
e. kekecewaan pembaca jika membaca buku yang diresensi
20. Tokoh Dati, tokoh utama Hati Yang Damai, seperti halnya tokoh-tokoh novel Nh. Dini
yang terbit kemudian (Sri pada
Pada Sebuah Kapal
dan Rina pada
La Barka
) adalah
tipe wanita yang dicintai banyak lelaki. Dati dihadapkan pada banyak pilihan. Ini suatu
kesempatan bagi Dini buat menilai watak lelaki. Bagi pembaca pria, novel ini tentu
memberi pelajaran tentang sifat-sifat wanita dengan gaya naratif dari sudut pandang
orang pertama yang sederhana.
Penggalan resensi di atas memberikan informasi bahwa ....
a. bagi pembaca pria, cerita Nh. Dini dinilai terlalu sederhana
b.
Hati yang Damai
terbit sesudah
Pada Sebuah Kapal
terbit
c. bagi kaum wanita, novel Nh. Dini banyak memberikan pelajaran
d. tokoh
Hati yang Damai, Pada Sebuah Kapal
, dan
La Barka
adalah wanita
e. novel yang disebut pada resensi di atas disusun dari sudut pandang orang ketiga
21.
Novel Mariane Katoppo Raumanen dapat dikategorikan sebagai bacaan populer. Plot
ceritanya sederhana saja. Manen bertemu Monang. Mareka saling jatuh cinta. Hanya
saja, keduanya tidak sampai ke pelaminan lantaran Manen bunuh diri.
Unsur intrinsik yang dibahas dalam penggalan resensi di atas adalah ....
a. watak pelaku
d. latar ceritanya
b. perwatakannya
e. s
udut pandang
c. jalan ceritanya
22.
Melihat cover Raumanen orang akan terjebak. Betapa tidak, foto gadis manis dengan
hidung mancung, bibir tipis memesona, sinar mata lembut ceria, dalam satu kesatuan
wajah oval yang keibuan, didukung oleh pipi montok. Konon wajah buku yang baik
dapat mengangkat nama baik pengarangnya. Jeratan cover mengetat setelah pembaca
berkenalan dengan Raumanen, tokoh utama novel yang berhasil menyabet hadiah
Buku Utama 1977 dan hadiah sastra Asia Tenggara 1982.
Isi penggalan resensi di atas yang
tidak tepat
adalah ....
a. ulasan tentang kulit buku
b. kelebihan buku yang diresensi
c. lukisan alur cerita pada buku yang diresensi
d. komentar mengenai gambar sampul buku yang diresensi
e. keberanian memajang foto asli pada sampul buku yang diterbitkan
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
300
23.
”Memesan tulisan di papan itu mahal” Akhirnya Saliyem teringat lagi akan kepraktisannya
dalam keuangan. Harga papan, ongkos pengecatan, tulisan. Ah, sepuluh ribu sendiri
habis di situ. Tentulah suaminya tidak akan setuju. Jumlah itu besar. Lebih baik
ditambahkan ke tabungan guna mengurus sertifikat baru tanah yang mereka miliki.
Demikian sukar, berbelit, dan mahal untuk mendapatkannya. Jadi, pengeluaran yang
bukan untuk makan, pakaian lebaran, dan kesehatan harus dihindari.
Pertimbangan Saliyem untuk menerima tulisan didasarkan pada ....
a. nilai sosial
b. nilai historis
c. nilai religius
d. nilai ekonomis
e. nilai psikologis
24. Sesaat tidak ada suaranya. Aku terus berjalan. Ia tetap membuntutiku mungkin sambil
mengingat-ingat. ”Kan sudah lama, Mas. Apa-apa sekarang mahal. Ongkos becak kan
boleh naik.”
”Tapi, tidak semahal itu.”
”Jadi, berapa?”
”Empat ratus. Kalau siang malah tiga ratus” sahutku.
”O, tujuh ratus, Mas!”
”Nggak!”
”Tukang becak nggak bakalan kaya kok, Mas,” ucapnya yang makin kurasakan
sebagai kesombonganku.
Latar budaya yang terdapat pada penggalan di atas adalah ....
a. budaya tidak menghargai orang lain
b. orang kecil selalu merendahkan diri
c. hidup di mana pun harus berjuang keras
d. aroganisme dalam menghadapi orang lain
e. dalam bertindak, orang selalu mencari alasan
25.
”Janganlah adinda bertanya jua” jawab baginda dengan sedihnya. ”Pertanyaan itu
hanya menambah luka Tuanku jua semata.”
”Ampun, Tuanku, orang yang arif tiada pernah putus asa sekalipun bagaimana juga
cobaan yang datang ke atas dirinya. Tiada pula ia bersedih hati karena kesedihan tiada
buahnya selain daripada menguruskan badan saja yang sudah ditakdirkan tiada juga
akan tertolak olehnya.”
(
Hikayat Kalilah dan Dimnah
).
Nilai moral yang tertuang dalam penggalan di atas tampak pada perbuatan ....
a. menghormati orang lain
b. mendahulukan kepentingan umum
c. menolong orang yang sedang menderita
d. menegur orang dengan bahasa yang sopan
e. memberikan bantuan pangan kepada pihak lain
Pelatihan Ujian Akhir Semester 2
301
26.
”Penduduk kampung ini,” kata Sutan Duano, ”lebih dari empat ribu orang laki-laki dan
perempuan. Kalau mereka kita ajak bergotong-royong mengangkut air danau, sawah-
sawah yang telah ditanami itu akan tertolong. Mereka bisa dibagi dalam sepuluh regu.
Dengan demikian, setiap orang hanya akan bergotong royong sekali sepuluh hari saja.
Dengan orang sebanyak itu, pekerjaan tidak akan lama benar. Paling hanya tiga jam
dalam sehari.....” (A.A. Navis, Kemarau).
Kegiatan yang belum membudaya dalam masyarakat pada penggalan cerita di atas
adalah ....
a. bekerja bakti
d. tolong-menolong
b. bercocok tanam
e. bekerja dengan tekun
c. bergotong royong
27.
Bukan guna-guna, bukan mantra, bukanlah yang gaib-gaib, yang dapat dipakai untuk
melayani laki-laki. Tetapi perempuan yang menurut, selalu akan dicintai oleh suaminya.
Sifat penurut pada perempuan membangkitkan kasihan laki-laki. Sifat penurut itu ialah
jalan menuju cinta, kesungguhan hati menuju kasih sayang dan setia membangkitkan
kepercayaan. Bukan keturunan, bukan kekayaan dan kecantikan, yang menjadi tiang
perkawinan. Hanyalah semata-mata sifat penurut, menyesuaikan diri akan kemauan
suami, kepandaian menjaga dan merahasiakan segala yang tak usah diketahui orang
lain. Hanya itulah yang engkau pelajari.
Unsur budaya yang menyatu pada masyarakat pada penggalan cerita di atas
adalah
....
a. istri harus menuruti kehendak suami
b. jodoh ditentukan oleh kemauan keluarganya
c. suami mendominasi kehidupan berumah tangga
d. dalam rumah tangga peran istri dinomorduakan
e. suami istri hidup rukum dalam rumah tangga sakinah
28.
Rabiya, aku minta kau mau menerima keputusanku dengan tawakal. Jangan
menyumpah-nyumpah dan jangan menggerutu atau kecewa. Bila nanti dengan
ketianku kau dan anak-anak terpaksa harus kembali dengan keadaan dua puluh lima
tahun yang lalu, kau harus menerima dan percaya bahwa itu kehendak Yang
Mahakuasa. Ingat bentul-betul bahwa dulu kita tidak punya apa-apa. Bahkan, tidak
pernah berpikir bahwa ada kemungkinan kita akan punya sesuatu yang berharga.
Nasihat ”aku” dalam penggalan di atas memiliki nilai ....
a. estetis
d. ekonomis
b. religius
e. monumental
c. humanis
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
302
29. Tuhan mengatur alam ini dengan musimnya. Ada musim kemarau ada musim hujan
seperti diatur-Nya waktu siang dan malam. Kalau malam tiba, meski seluruh manusia
meminta kepada-Nya agar matahari diterbitkan-Nya, tentu permintaan takkan dikabulkan.
Karena Tuhan tidak akan mengubah aturan yang telah ditetapkan sejak dulu itu. Nah,
pada waktu malam itu semua gelap. Tapi kalau kita memerlukan cahaya terang,
apakah kita akan meminta supaya matahari muncul di langit, Cin?
Nilai yang ditanamkan kepada Cin pada penggalan di atas adalah ....
a. niali moral
d. nilai sejarah
b. nilai agama
e. nilai sosial
c. nilai budaya
30. Kira-kira dua pal berjalan, nampaklah sekawan penunggang bagal datang dari jauh.
Enam saudagar sutra dari Toledo bermaksud membeli barang ke Murcia diiringkan oleh
empat orang bujangnya yang menunggang keledai. Keenam saudagar itu
mengembangkan payung akan melindungi diri masing-masing dari panas matahari.
(Cervantes,
Don Kisot
)
Budaya asing, ditinjau dari Indonesia, yang tersirat dari penggalan di atas adalah ....
a. berdagang sutra
b. bepergian berenam
c. hidup berpengawal
d. bepergian dengan menunggang keledai
e. berpayung untuk melindungi sengatan matahari
31.
Kalau angin bertiup dari arah timur tercium bau dari perusahaan ikan hiu itu melewati
pelabuhan tetapi hari itu baunya tidak tajam sebab angin telah berbalik ke arah utara
lalu berhenti, dan suasana di teras terasa nyaman dan cerah.
”Santiago,” kata anak laki-laki itu.
”Ya,” sahut si lelaki tua. Tangannya menggenggam gelas dan ia sedang melamunkan
tahun-tahun lampau
(E. Hemingway,
Lelaki Tua dan Laut
).
Budaya yang terasa asing bagi bangsa kita adalah ....
a. menyapa orang yang lebih tua tanpa kata sapaan
b. menanggapi sapaan orang denganm kata ”ya”
c. menggenggam gelas dengan tangan
d. melamunkan masa-masa silam
e. melakukan pembicaraan
Pelatihan Ujian Akhir Semester 2
303
32.
Aku masuk ke dalam kantor dan bersalaman dengan seorang lelaki yang tersenyum-
senyum yang bernama Pak Bleaucher. Pakaiannya lebih rapi ketimbang aku. Selanjutnya
ia membuka-buka tumpukan kertas seperti menata kue serabi.
”Saya yakin Anda akan puas dengannya,” katanya. ”Dia telah kami pilih sesuai dengan
persyaratan komputer. Tidak ada yang melebihinya dari sertus sepuluh juta wanita
yang memenuhi syarat di Amerika Serikat. Kami memilih berdasarkan suku, agama,
etnik, dan latar belakang regional
(Stephen Makler, ”Jodoh yang Sempurna”).
Budaya yang masih terasa asing dalam penggalan cerita di atas adalah ....
a. berpakaian rapi
b. berbicara dengan sopan
c. membuka-buka tumpukan kertas
d. memasuki kantor kemudian bersalaman
e. mencari pasangan hidup dengan bantuan komputer
33.
Sembilan tahun sudah kini aku dan Alice menikah. Tiga anak kami miliki, dua laki-laki
dan seorang perempuan. Kami tinggal di pinggiran kota dan banyak mendengarkan
musik klasik dan PH-nya Frankie Laine. Penghabisan kali mempertengkarkan bahwa
terlalu jauh untuk mengingat-ingat. Kami sepakat hampir dalam setiap hal. Dia seorang
istri yang baik dan jika aku boleh mengatakannya juga, aku pun seorang suami yang
baik. Perkawinan kami begitu sempurna. Kami akan bercerai bulan depan. Aku tak
kuasa menahannya
(Stephen Makler, ”Jodoh yang Sempurna”).
Menurut penggalan di atas yang namanya perkawinan sempurna adalah ....
a. suami istri selalu hidup rukun
b. suami istri tak pernah bertengkar
c. anak-anak menjadi buah perkawinan
d. perceraian pun akan disetujui suami isteri
e. suami istri bersepakat untuk sehidup semati
34. Ketika saya hela ke darat, mereka pada heran semuanya; apa sebab maka halnya jadi
demikian? Setelah hilang herannya itu dan diketahuinya mereka tersentuh dengan
manusia, lantas masing-masing mengepak-ngepakkan sayapnya hendak terbang.
Maka dengan kekuatan mereka yang dipersatukan itu, saya pun melambunglah ke
udara, dibawanya terbang dan melayang-layang ke udara. Dalam hal macam itu, tentu
orang lain tak akan dapat memikirkan apa yang harus diperbuat. Tetapi saya sedikit
pun tak hilang akal, dalam keadaan demikian. saya bekerja sedapat-dapatnya, saya
kemudiakan sebaik-baiknya belibis itu dengan tepi kain sarung ke arah tempat
kediaman saya (B. Th. Brondgeest, Baron von Munchhausen).
Pesan pengarang yang disampaikan melalui penggalan di atas adalah ....
a. jangan berputus asa
b. bekerjalah dengan sekuat tenaga
c. gunakan pisau belati sebagaimana mestinya
d. gunakan akal untuk melepaskan diri dari kesulitan
e. jangan meremehkan binatang yang kelihatannya tak berdaya
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
304
35.
Sesudah Lebaran Firdaus kembali lagi bekerja di kantornya. Tidak seperti biasa,
wajahnya begitu bersungut, begitu muram sehingga ketika Fahmi – pegawai kantor itu
juga – mendiktekan sebuah surat kepadanya, menanyakan sebab-sebab kesuraman
itu. Karena pertanyaan yang begitu mendesak, tak ada jalan lain buat Fidaus, terpaksa
ia bercerita tentang hilangnya uang lima pound itu. Dan di antara sifat-sifat Tuan Fahmi
yang istimewa, dia adalah ”Reuter” dalam jawatan itu. Setiap dia mendengar sebuah
berita, tentu disebarkannya merata kepada semua pegawai. Dia belum merasa puas
kalau belum semua orang mengetahui. Apalagi kalau berita itu merupakan rahasia
yang tak boleh dibocorkan
(Dari Ali Audah,
Kisah-kisah dari Mesir
).
Sesudah Lebaran hati Firdaus sedih karena ....
a. tidak punya uang
d. tidak dapat berhari raya
b. kehilangan uang
e. dicecar
berbagai pertanyaan
c. rahasianya dibocorkan
36. Kritik sastra bermanfaat bagi kepentingan ....
a. memperkuat seting di panggung hiburan
b. menentukan tujuan, tema, topik, dan isi karya sastra
c. sarana untuk menyampaikan sebuah gagasan secara subjektif
d. saran untuk memberikan penjelasan akan pentingnya pokok persoalan
e. pengembangan, penghubung antara karya sastra dengan peminatnya, dan umpan
balik kepada pengarang
37. ”Begitulah yang dikatakan orang. Kelima cincin emas yang didapat suamiku ini
memang bertuah, karena diberi oleh orang pintar yang berilmu tinggi. Sebenarnya aku
tak mau mempercayainya, tapi kenyataannya aku telah kehilangan dua orang yang
kucintai. Tiga cincin ini melambangkan tiga kehidupan dalam keluargaku, yakni aku,
dan kedua anakku. ...”, kata Nyonya majikan.
Latar budaya yang terkandung dalam penggalan cerpen tersebut tampak dari
keberadaan ....
a. cincin bertuah dari sang suami
b. kepercayaan terhadap tuah cincin
c. ketidakpercayaan terhadap cincin bertuah
d. cincin bertuah dari orang yang berilmu tinggi
e. majikan yang tidak percaya terhadap cincin bertuah
38. Pengertian esai adalah ....
a. tanggapan mengenai baik buruknya suatu hasil karya
b. fenomena atau suasana yang membuat jantung berdebar-debar
c. peristiwa yang memberikan firasat akan terjadinya sebuah peristiwa
d. konflik batin seorang penulis ketika menghadapi fenomena yang dilematis
e. prosa yang membahas masalah secara sepintas dari sudut pandang pribadi
penulisnya
Pelatihan Ujian Akhir Semester 2
305
39. Berikut yang dapat dikelompokkan sebagai essai adalah ....
a. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat tertawa.
b. Ditinjau dari penempatannya dekorasi dapat dipilah menjadi (1) dekorasi interior dan
(2) dekorasi eksterior.
c. Malam itu kami tidak main catur. Hanya omong-omong tentang orang kecil
berpakaian putih bikinan taylor pasar pagi tadi yang kutembak mobilnya dan sayang
tidak kena.
d. Ada burung dua, jantan dan betina/hinggap di dahan.//Ada dua anak, tidak jantan
tidak betina/gugur dari dahan//Ada angin dan kapuk gugur, dua-dua sudah tua/pergi
ke selatan.//Ada burung, daun, kapuk, angin, dan mungkin juga debu/mengendap
dalam nyanyian//
e. Menghubungkan anjing dengan demokrasi tidaklah sulit. Seperti diketahui anjing
butuh jalan-jalan. Dalam hal ini yang empunya anjing terpaksa menurut. Jadi,
seolah-olah anjing berada di atas angin. Akan tetapi, anjing itu tetap dimiliki. Dan
jangan lupa anjing itu harus pulang ke rumah tuannya
40. Salah satu tulisan yang dapat dikelompokkan sebagai bagian dari kritik adalah ....
a. Naskah Mahkamah memperlihatkan kepiawaian Asrul Sani dalam meramu cerita
sederhana tetapi penuh pesan. Kematangan seniman ini juga terlihat pada lakon
Husni Thamrin, atau pada film yang digarapnya
Titian Serambut Dibelah Tujuh dan
Apa yang Kaucari Palupi
, yang meraih penghargaan film terbaik pada Festival Film
Asia 1970 di Jakarta.
b. Dokter itu membujuk-bujuk. Akhirnya orang itu mau juga menulis. Tapi ia kelihatan
terpaksa sekali. Ia memejamkan matanya. Tangannya bergerak dengan lambat.
Tetapi jari-jari tangan itu tampak kaku. Urat-uratnya keluar. Dokter itu memperhatikan
dengan takjub. Ia seperti melihat sebuah pertempuran. Tetapi ia seorang yang
sabar.
c. Saudara-saudara,
Ini tahun keempat saya mengemban amanah. Tinggal setahun lagi saya mengemban
tugas sebagai Presiden, karena 2009 adalah batas akhir masa bakti saya sebagai
Presiden yang dipilih rakyat pada tahun 2004 yang lalu.
d. Suara musik lembut menyayat hati. Selagi musik terdengar, suara seorang
perempuan terdengar bergema. ”Sebenarnya ... memang tidak ada alasan bagiku
untuk menyeleweng ... hingga rumah tanggaku berantakan. Kini aku dicekam rasa
bersalah. Aku menyesal. Aku ingin bunuh diri.”
e. Pagi hari buruh Kasan Ngali dikejutkan : papan nama Bank Kredit tergeletak di
tanah. Mereka mengerumuni, membiarkan papan nama itu terbujur. Majikan harus
diberi tahu. Mereka mulai menerka-nerka siapa yang gatal tangan itu (Kuntowijoyo,
Pasar
).
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
306
abstrak
: ringkasan; ikhtisar
aferesis
: pengurangan bunyi pada awal kata, misalnya adipati
o
dipati
aksara Arab Melayu
: huruf J
awi; huruf Arab yang digunakan untuk
menuliskan bahasa Melayu
akting
: aksi atau gerak pemain drama di panggung
aktual
: betul-betul ada; sesungguhnya
alamiah
: wajar
alur
: plot; rangkaian peristiwa
amanat
: intent
ion; pesan yang disampaikan penyair/
pengarang kepada pendengar atau pembaca
ameliorasi
: per
ubahan makna menjadi lebih tinggi daripada makna
semula, misalnya karyawan, pria
analogi
: kias; proses
pengambilan kesimpulan dari dua hal
yang memiliki persamaan
anaptiksis
: penambahan bunyi pelancar pada gugus konsonan,
misalnya putra
o
putera
anonim
: t
anpa disebutkan nama pengarangnya; nama
pengarang tak dikenal
antonim
: kata y
ang berlawanan maknanya dengan kata lain
aplikatif
: berk
enaan dengan penerapan
apokop
: pengurangan bunyi di akhir kata, misalnya import
o
impor
argumentasi
: tulisan yang disertai alasan yang meyakinkan;
pemberian alasan untuk memperkuat atau menolak
suatu pendapat, pendirian, atau gagasan
artikel
: tulisan ilmiah yang dimuat dalam surat kabar atau
majalah
asimilasi
: per
ubahan bunyi-bunyi yang berbeda menjadi bunyi-
bunyi yang sama,
asosiasi
: (dalam hal perubahan makna) makna sekarang
dianggap memiliki hubungan makna dengan makna
semula (suap, amplop)
bacaan deduktif
: bacaan yang dimulai dengan pernyataan umum
kemudian disusulkan contoh atau bukti
bacaan dengan pola antiklimaks
: bacaan yang menyajikan gagasan secara bertahap
dari yang paling rumit ke yang paling sederhana
bacaan dengan pola klimaks
: bacaan yang menyajikan gagasan secara bertahap
dari yang sederhana sampai yang paling rumit
bacaan induktif
: bacaan yang dimulai dengan contoh-contoh dan
diakhiri dengan pernyataan umum
bait
: untai; rangkaian sejumlah larik sebagai bagian sajak,
yang kadang-kadang diikat oleh aturan panjang,
matra, atau pola rima
biografi
: r
iwayat hidup
Pelatihan Ujian Akhir Semester 2
307
blocking
: gerak dan pengaturan posisi pelaku menurut pola
tertentu dalam suatu pertunjukan drama
catatan kaki
: footnote; keterangan yang terletak pada kaki halaman
cerpen
: cerita pendek
daftar pustaka
: daftar buku yang menjadi acuan bagi sebuah tulisan
data
: keterangan yang benar dan nyata
deduksi
: proses berpikir untuk mengambil kesimpulan khusus
dari peristiwa umum
deduktif
: bersi
fat deduksi
definiendum
: y
ang diberi batasan
definiens
: y
ang membatasi; batasan
definisi formal
:
paparan dengan menunjukkan bahwa definiendum
dan definiensnya sama botot dan nilainya
definisi operasional
: paparan yang memuat cara sesuatu berproses
definisi etimologis
: paparan dengan menunjukkan asal usul katanya
definisi luas
: paparan dengan menjelaskan konsep rumit yang
tidak bisa dijelaskan dalam sebuah kalimat
definisi negatif
: definisi dengan kata ingkar bukan atau tidak
definisi nominal
: paparan mengenai sesuatu dengan menunjukkan
sinonim atau padanannya
definisi sinonim/antonim
:
paparan dengan menunjukkan sinonim atau
antonimnya
definisi terjemahan
: paparan dengan menunjukkan terjemahannya
definisi
: batasan
dekorasi
: hiasan
deskripsi
: lukisan; penggambaran dengan kata-kata yang jelas
dan terinci
dialog
: wawancara; percakapan
diftongisasi
: perubahan dua vokal tunggal menjadi vokal rangkap,
misalnya perubahan pada anggota
o
anggauta
diksi
: pemilihan kata yang setepat-tepatnya untuk
mendapatkan efek estetik yang intensif
disimilasi
: perubahan bunyi-bunyi yang sama menjadi bunyi-
bunyi yang berbeda, misalnya perubahan pada lauk-
lauk
o
lauk-pauk
diskusi
: pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran untuk
memecahkan suatu masalah
drama
: cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik
atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan
teater
dulce et utile
: m
enghibur dan bermanfaat
editing
: penyuntingan
eksposisi
: paparan; jenis tulisan yang digunakan untuk
memberikan informasi kepada pembaca
ekstemporan
: teknik berpidato dengan cara mengembangkan
catatan kecil yang sudah disiapkan
eksterior
: luar
ekstrinsik
: semua ada di luar karya sastra; unsur ekstrinsik,
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
308
semua unsur yang terdapat di luar karya sastra
elipsis
: penanggalan kata dari sebuah konstruksi
entimem
: silogisme yang dipersingkat
epentesis
: mes
agoge; penambahan bunyi di tengah-tengah kata,
misalnya perubahan bunyi pada akasa
o
angkasa
esai
: karangan prosa yang membahas suatu masalah
secara sepintas dari sudut pandang pribadi penulisnya
estetis
: bernilai indah
evaluasi
:
penilaian
fakta
: sesuatu yang benar-benar ada; yang sungguh-
sungguh terjadi; sesuatu yang dapat dibuktikan
kebenarannya
faktual
: berdasarkan kenyataan; mengandung kebenaran
familier
: bersifat kekeluargaan
fenomena
: perist
iwa yang dapat diamati
footnote
: catatan kaki, keterangan yang terletak pada kaki
halaman
gaya bahasa
:
figurative of language
, cara khas dalam
menyampaikan sesuatu, maksud, gagasan, dan
perasaan
generalisasi
: pukul rata
genus
:
golongan; kelas; kelompok
gurindam
:
jenis puisi Melayu Lama, terdiri dari dua larik, berima
akhir sama; larik pertama merupakan lukisan syarat
atau sebab, larik kedua jawab, kesimpulan, atau
akibat; umumnya berisi nasihat
haplologi
: per
ubahan bentuk kata karena penanggalan satu
suku dari tengah-tengah kata
hipernimi
: kata umum y
ang maknanya mencakup sejumlah
kata khusus
hiponim
:
hubungan dalam semantik antara makna spesifik
dan generik, atau antara anggota taksonomi dan
nama taksonomi, misalnya antara kucing, anjing,
dan kambing di satu sisi dan hewan di sisi lain;
kucing, anjing, dan kambing disebut hiponim dari
hewan; hewan disebut hipernim dari
kucing
,
anjing
,
dan
kambing
;
kucing
,
anjing
, dan
kambing
disebut
kohiponim
homofon
: kata yang dilafalkan dengan cara yang sama, tetapi
berbeda ejaan dan maknanya
homograf
: kata yang ditulis dengan cara yang sama, tetapi
berbeda lafal dan maknanya
homonim
: kata y
ang dilafalkan dan/atau ditulis dengan cara
yang sama, tetapi berbeda maknanya karena berbeda
asal usulnya
huruf saksi
: huruf dalam tulisan Arab untuk menandai bunyi vokal
Pelatihan Ujian Akhir Semester 2
309
ibid
: ibidem; sama dengan yang telah disebutkan di atas
identifikasi
: bukti diri; penetapan jati diri seseorang
ilokusi
: bentuk ujar
an yang digunakan untuk menyampaikan
informasi sekaligus melakukan suatu tindakan; the
act of doing something
ilustrasi
: gambar, lukisan, penjelasan untuk memperjelas
uraian
implikasi
: y
ang termasuk atau tersimpul, tetapi tidak dinyatakan
implikatur
: apa yang
dapat disarankan; apa yang dimaksudkan
impromtu
: teknik berpidato secara mendadak, serta merta,
tanpa persiapan sama sekali
improvisasi
: tanpa persiapan
indikator
: pet
unjuk atau keterangan
induksi
: proses berpikir untuk
mengambil kesimpulan umum
dari sejumlah peristiwa khusus
interior
: dalam
intrinsik
: semua yang terdapat dalam karya sastra; unsur
intrinsik, unsur yang terdapat di dalam karya sastra,
seperti tema, amanat, alur, latar, dan pelaku
irama
: alunan yang dikesankan oleh perulangan dan
pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang
pendeknya bunyi, keras lembutnya tekanan, dan
tinggi rendahnya nada
kata khusus
: kata yang cakupan maknanya terbatas
kata serapan
: kata yang dipungut dari bahasa asing
kata umum
: kata yang cakupan maknanya luas
klasifikasi
: penggolongan yang bersistem
klimaks
: puncak dari suatu peristiwa
koheren
: ber
hubungan; bersangkut paut
kohesi
: hubungan yang erat
kohesif
: padu
kompensas
i
: ganti rugi; imbalan
komunikasi
: kontak; hubungan
konformitas
: sikap menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan kaidah-
kaidah yang berlaku
konjungtor
: k
ata penghubung
konsisten
: taat asas; ajeg; tidak berubah-ubah
kontras
: memperlihatkan perbedaan nyata
konvensional
: berdasarkan kesepakatan atau k
ebiasaan
kritik
: kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai
uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu
hasil karya
kronologis
: m
enurut urutan waktu
laporan
: s
egala sesuatu yang dilaporkan
latar, setting
: keterangan mengenai tempat, waktu, dan situasi
dalam sebuah peristiwa
loc cit
:
loco citato
; pada tempat yang telah dikutip
lokusi
: bentuk ujaran untuk menyampaikan pernyataan atau
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
310
informasi;
the act of saying something
makalah
: t
ulisan ilmiah untuk dibacakan di muka umum atau
dipublikasikan melalui media massa
makna denotasi
: makna dasar yang bebas dari emosi dan penilaian
makna denotatif
: makna dasar yang bebas dari emosi dan penilaian
makna gramatikal
: makna yang ditentukan atas dasar hubungan unsur-
unsur bahasa dalam satuan-satuan yang lebih besar,
misalnya antara kata dengan kata lain dalam frase
makna kias
: makna ibarat; makna perbandingan; bukan makna
sebenarnya
makna konotatif
: makna tambahan pada makna dasar
makna leksikal
: makna yang sesuai dengan makna yang disebutkan
dalam kamus; lepas dari makna yang lepas dari
penggunaan atau konteksnya
makna lugas
: makna wajar; makna apa adanya, sesuai konsep,
referensi, hasil pengukuran, pembatasan, dan tanpa
konotasi tertentu
makna meluas
: perluasan makna; makna sekarang dianggap lebih
luas cakupannya daripada cakupan makna semula
(
ibu
,
bapak
)
makna menyempit
: penyempitan makna; makna sekarang dianggap lebih
terbatas cakupannya daripada cakupan makna
semula (
sarjana
,
pendeta
)
makna
: arti; maksud; pengertian
matra
: unsur irama yang berpola tetap dan yang berwujud
pertentangan berselang-seling antara suku panjang
dan suku pendek, antara suku bernada tinggi dan
bernada rendah, atau suku berakses dan yang tidak
beraksen
mesagoge
:
epentesis
metafora
: pemakaian kata atau frase bukan dengan arti
sebenarnya, melainkan dengan arti lain karena
memiliki kesamaan
metatesis
: pertukaran letak fonem, seperti yang terdapat pada
perubahan merah padma
o
merah padam
metode
: cara
monoftongisasi
:
perubahan vokal rangkap menjadi vokal tunggal ,
misalnya ramai
o
rame
nada
: sikap
penyair terhadap topik; suasana hati pengarang
narasi
: cerita
naratif
: bersifat kisah
nilai
: sifat-sifat y
ang yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan
objektif
: sesuai dengan keadaan sebenarnya
op cit
:
opere citato
, dalam karya yang telah dikutip
opini
: pendapat; kesimpulan, penilaian, pertimbangan, dan
keyakinan seseorang mengenai fakta
Glosarium
311
oposisi gradual
: pertentangan kata-kata dalam tingkat yang berbeda,
seperti baik dengan lebih baik, kurang baik, dan
buruk
oposisi hierarkis
: pertentangan kata-kata yang memiliki perbedaan
tingkat dalam satu perangkat, ukuran, besaran, dan
sebagainya, seperti Januari dengan Februari, Maret,
dan April
oposisi inversi
: pertentangan kata-kata yang posisi, arah, susunan
dan sebagainya terbalik
oposisi kembar
: antonim mutlak; pertentangan makna secara mutlak,
seperti hidup – mati
oposisi majemuk
: pertentangan kata-kata yang berada dalam kelas
yang sama, seperti merah dengan putih, biru, hitam,
hijau
oposisi relasional
: oposisi berkebalikan; pertentangan kata-kata yang
maknanya berlawanan arah, seperti menjual – membeli
oposisi
: pertent
angan
orator
: orang yang ahli berpidato
otoritas
: kekuasaan, kewenangan; kesaksian dari pihak yang
memiliki kewenangan untuk memberikan keterangan
padahan
: teknik
penyusunan peristiwa dan penjelasan dalam
alur yang berfungsi memberikan bayangan sebelum
terjadi sebuah peristiwa
panggung
: pentas; tempat untuk mementaskan drama
paragoge
: penambahan bunyi pada akhir kata
paragraf analogi
: penjelasan tentang sesuatu yang belum dikenal
dengan membandingkannya dengan sesuatu yang
sudah di kenal
paragraf contoh
: paparan mengenai sesuatu disertai sejumlah contoh
konkret
paragraf deduktif
: paragraf yang
disusun dengan menempatkan ide
pokok pada kalimat pertama
paragraf definisi
: paparan mengenai sesuatu dengan menunjukkan
batasan-batasannya
paragraf deskriptif
: paragraf yang
disusun dengan melukiskan ide pokok
secara jelas dan rinci
paragraf induktif
: paragraf yang disusun dengan menempatkan ide
pokok pada kalimat terakhir
paragraf induktif-deduktif
: paragraf
yang disusun dengan menempatkan ide
pokok pada kalimat pertama dan pada kalimat terakhir
paragraf klasifikasi
: paragraf yang memaparkan sesuatu dengan
menguraikannya atas kelompok-kelompok
paragraf perbandingan-pertentangan :
paparan dua tiga objek dengan menunjukkan
persamaan dan perbedaannya
paragraf sebab-akibat
: paparan mengenai sesuatu dengan menyajikan sebab
atau akibatnya
paragraf
: kelompok kalimat yang biasanya mengandung satu
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
312
ide pokok
pemarkah kohesi
: kata yang menandai bahwa kalimat satu dan kalimat
lain memiliki hubungan bentuk
penokohan
: karakterisasi;
characterization
; cara pengarang
melukiskan watak pelaku cerita
periodisasi sastra
: pembagian golongan dalam sejarah perkembangan
sastra berdasarkan waktu
perlokusi
: bentuk ujaran yang digunakan untuk memengaruhi
lawan bicara;
the act of effecting someone
persuasi
: bujukan; ajakan dengan alasan yang meyakinkan
perwatakan
: penokohan
persajakan
: perulangan bunyi
peyorasi
: perubahan makna menjadi lebih rendah daripada
makna semula, misalnya perubahan makna pada
kata oknum dan kaki tangan
pidato
: berbicara di
depan umum
plot
:
alur
polisemi
: kata y
ang memiliki makna lebih dari satu
pragmatik
: berfaedah; bersifat praktis
premis khusus
: premis yang memuat golongan yang jumlah
anggotanya paling sedikit
premis umum
: premis yang memuat golongan yang jumlah
anggotanya paling banyak
premis
: kalimat yang dijadikan dasar untuk mengambil
kesimpulan; alasan
program
: rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha
yang akan dijalankan
pronomina
: kata
ganti
properti
: perlengk
apan sandiwara
proposal
: renc
ana yang dituangkan dalam bentuk rancangan
kerja
prosedur
: t
ahap-tahap dalam melakukan aktivitas
proses
: runtunan perubahan; rangkaian perbuatan
protesis
: penambahan bunyi pada awal kata
proyeksi
: perkiraan tentang keadaan masa yang akan datang
dengan menggunakan data yang ada sekarang
puisi terjemahan
: puisi asing yang dialihbahasakan ke dalam bahasa
Indonesia
puisi
: ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama,
matra, rima, serta penyusunan larik dan bait
pusat kisahan
:
point of view
; posisi pengarang dalam cerita yang
dibuatnya
rasional
: m
enurut pikiran dan timbangan yang logis; menurut
akal sehat
rasionalisasi
: pembenaran sesuatu yang sebenarnya tidak benar
repetisi
:
pengulangan
retorik
: seni berpidato
rima
: perulangan bunyi
Glosarium
313
semantik
: tata makna
silogisme
: cara mengambil kesimpulan dari premis umum dan
premis khusus
simpulan
: konklusi; kesim
pulan; pendapat
sinestesia
: (dalam hal perubahan makna) makna sekarang
ditanggapi dengan indra lain, misalnya sikapnya
dingin
sinkop
: pengurangan bunyi di tengah kata
sinonim
: kata-kata y
ang memiliki kesamaan makna, tetapi
berbeda bentuknya
sinonimi
: kesamaan makna kata
sirkumtansi
: keadaan
sistematis
: teratur; menurut sistem
spasial
: menurut urutan tempat atau ruang
suasana
:
mood
, suasana hati, pikiran seseorang pada saat
tertentu
sudut pandang
:
point of view
, cara pengarang menempatkan diri
dalam cerita yang dibuatnya
sugesti
: pengaruh untuk menggerakkan hati orang
surat lamaran pekerjaan
: surat permintaan untuk mendapatkan pekerjaan
sutradara
: or
ang yang memimpin pementasan drama
tegangan
: suas
ana dalam cerita yang mendebarkan akibat
jalinan alur dalam cerita rekaan atau lakon
tema
: sense, gagasan, ide, pikiran utama dalam karya
sastra
tipografi
: tata letak huruf
tokoh
:
actor
; pelaku dalam cerita, drama, atau film
topik
: pokok pembicaraan dalam diskusi, ceramah, dan
sebagainya; bahan diskusi
Daftar Pustaka
314
Daftar Pustaka
314
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dkk. 2000.
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
. Jakarta: Balai Pustaka.
Aqib, Zainal. 2006.
Karya Tulis Ilmiah
. Bandung: Irama Widya.
Caraka, Cipta Loka. 2002.
Teknik Mengarang
. Yogyakarta: Kanisius
Damshauser, Berlolt dan Agus R. Sarjono ( ed ). 2004.
Berlolt Breeht: Zaman Buruk Bagi Puisi
.
Jakarta: Horison.
Djuharie, O. Setiawan, Suherli, 2002.
Panduan Membuat Karya Tulis.
Bandung: Irama Widya.
Endarmoko, Eko. 2006.
Tesaurus Bahasa Indonesia
. Jakarta: Gramedia.
Eneste, Pamusuk ( ed ). 2001.
Buku Pintar Sastra Indonesia
. Jakarta: Kompas.
Keraf, Gorys. 2001.
Komposisi
. Flores: Nusa Indah.
Kustiawan, Nanang. 2003.
Membuat Surat Dinas/Resmi
. Surabaya: Pustaka Media.
Marahimin, Ismail. 2004.
Menulis secara Populer
. Jakarta: Pustaka Jaya.
Mulyana. 2005.
Kajian Wacana
. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Muslimin, Totok Djuroto. 2002.
Teknik Mencari dan Menulis Berita
. Semarang: Dahara Price.
Pane, Sanusi. 2000.
Bunga Rampai dari Hikayat Lama
. Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Bahasa. 2003.
Buku Praktis Bahasa Indonesia I
. Jakarta: Depdiknas.
__________ 2004.
Buku Praktis Bahasa Indonesia II.
Jakarta: Depdiknas.
Pedoman Pembinaan Pengembangan Bahasa. 2004.
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dari Pedoman Umum Pembentukan
Istilah
. Bandung: Irama Widya.
Rampung , Bonne. 2005.
Fenomena Berbahasa
. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Sayuti, Suminto A. 2002.
Berkenalan dengan Puisi.
Yogyakarta: Gama Media.
Siswanto, Wahyudi. 2005.
Budi Darma: Karya dan Dunianya
. Jakarta: Grasindo.
Sitorus, Ronald H. 1993.
Kamus 2500 Peribahasa Indonesia
. Bandung: Pionir Jaya.
Soedarso. 2004.
Speed Reading
:
Sistem Membaca Cepat dan Efektif
. Jakarta: Gramedia.
Soetarno. 2003.
Peristiwa Sastra Melayu Lama
. Surakarta: Widya Duta.
Waluyo, J. Herman. 2002.
Drama: Teori dan Pengajarannya
. Yogyakarta: Hanindita.
________________ .2005.
Apresiasi Puisi: Panduan untuk Pelajaran dan Mahasiswa
. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Widyamartaya. 1990.
Seni Menggayakan Kalimat
. Yogyakarta: Kanisius.
Widyamartaya, A dan V. Sudiati. 2004.
Kiat Menulis Esai Ulasan
. Jakarta: Grasindo.
Indeks Subjek
315
Indeks
A
B
abstraksi 19
actor
237
aferensis 147
aktual 37, 50, 61, 62
alur 187, 248
amanat 17, 2, 87, 248, 261, 272
ambigu 18
analisis 83
analitik 187
analogi 26, 28, 53, 88
anaptiksis 148
anekdot 220
anonim 163
antiklimaks 14
antonim mutlak 135
antonim 135
aplikatif 37, 50, 62
apokop 148
argumen 39
argumentasi 39, 52, 67
artikel 50, 62, 210, 220
asimilasi 148
asosiasi 125, 128
autobiografi 26
bait 163, 168
balancing 282
bentuk kata 39
bentuk kata 62
biografi 26, 33, 39, 37
blocking
241
bunyi pelancar 197
catatan kaki 146
cerita pendek 187, 237
cerpen 194, 210
character 237
citraan 204
counterargument 52
daftar pustaka 146
data 2, 24, 33
deduksi 100
deduktif 4, 43, 99
definiens 27, 40
definiendum 27, 40
definisi etimologis 27
formal 27
logis 27
luas 27
nominal 27
operasional 29
sinonim/antonim 27
denotatif 7, 9, 135
deskripsi 67
deskriptif 4, 43
dialog 251, 269
diftongisasi 148
disimilasi 148
diskusi 3, 13, 16, 20, 29, 257
dongeng 163, 194, 237
drama 241, 251, 258, 261
dramatic personal
251
dulice et utile
216
efoni 193
ejaan 37, 62
eksposisi 67, 132
ekstrinsik 240, 257
elipsis 148
emosi 66
enjambememen 161
entimem 100
entri 137
epentesis 147
esai 220, 271, 281
estetika 161, 193
estetis 210
C
D
E
Indeks Subjek
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
316
fakta 2, 12, 20, 24, 39, 52
faktual 37, 50, 62
feature
210, 220
figuration of language
237
footnote
146
frase 37, 50
gagasan utama 43
generalisasi 19, 53, 88
genus 40
gradasi 19
gurindam 161, 173, 183
hamzah 197
haplologi 148
hikayat 163
hipernim 19, 27, 31
homofon 136
homograf136
homonim 136
hubungan sebab-akibat 88
humor 220
huruf arab melayu 208, 218
ibid
(
ibidem
) 146
identifikasi 64, 65
iklan 64
ilokusi 101, 112
ilustrasi 121
imajinasi 210
implikatur konvensional 112
impromptu 129
induktif 4, 43, 87
induktif-deduktif 43
informasi 2 , 12, 24, 52, 96, 131
intensif 20
intonasi 161
intrinsik 237, 240, 248, 257
irama 163, 168, 193, 204, 205
judul 182
kakofoni 193
kalimat topik 43
kampanye 64
kausalitas 53
kata berimbuhan 196
kata majemuk 209
kata serapan 218
kata ulang 208
kerangka 61
kesan 286
khotbah 64
kias 9
klasifikasi 26, 28
klimaks 14, 121
koheren 43,
110, 283
koherensi 31
kohiponim 19
komentar 277, 287
kompensasi 64, 66
konflik 251, 269
konformitas 64, 65
konjungtor 31
konotatif 7, 9
konsep makna 124
konsisten 82
kontras 282
kostum 241
kreativitas 210
kritik 250
kritikus 240
kronologis 14
kutipan langsung 134
kutipan tidak langsung 134
lafal 161
laporan 16, 36, 37, 48, 60, 82, 83, 94, 106,
118, 119, 131, 142
latar 187, 248
leksikal 19
F
G
H
I
J
K
L
Pelatihan Ujian Akhir Semester 2
317
loc.cit.
(
loco citato
) 146
logis 37, 49, 50, 61, 62
lokusi 101, 112
lugas 8, 9
lema 137
majalah dinding 220
makalah 133, 134
makna amelioratif 126
emotif 135
evaluatif 135
gramatikal 17
khusus 19
leksikal 17
meluas 125
menyempit 126
umum 19
membaca cepat 97, 142
mengutip 134
metafora 131
metode analisis 123
contoh 123
perbandingan 123
proyeksi 64
metatesis 148
moderator 3
monoftongisasi 148
nada 236, 246, 256
nalar 53
narasi 67
naskah 304, 306
nilai 183
budaya 216
estelika 193
moral 216
sosial 216
religius 134
notasi kutipan 136
objek 26, 66
op.cit.
(
opere citato
) 146
opini 2, 12, 20, 24
oposisi 135
gradual 136
majemuk 136
relasional 136
universi 136
orator 106
otoritas 41, 52
pakar 162
pantun 163
paragoge 147
paragraf 43, 54, 110
deduktif 99
induktif 87
perbandigan 111
proses 110, 123
pelaku 248
pemarkah 31
pemindahan 64, 66
penalaran 52, 53, 88
penanda contoh 111
penokohan 187
pentas 241
pemfokusan 282
pergeseran makna 124
periode 162, 163, 183, 194
periodisasi 162
perlokusi 101, 112
persuasi 64, 67
perwatakan 187
pidato 84, 108, 119, 120, 142
pikiran utama 43
pilihan kata 37, 62
plot 237
pola
analogi 28
bergantian 28
contoh 26
definisi 27, 110
perbandingan pertentangan 28
sebab akibat 28
utuh 28
polisemi 137
poster 64
pragmatik 89, 101
prati bukti 52
premis khusus 100
M
P
M
O
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
318
premis umum 100
premis 40, 99
point of view
237
prestise 53
program 84, 118
kegiatan 94, 106
kerja 115
pronomina 31
propaganda 64
properti 241
proposisi 40
prosa 160, 163
prosedur 60
proses penyerapan 135
protesis 147
poetry reading
214
proyeksi 66, 68
puisi 160, 163, 168, 173, 177, 182, 187, 192,
193, 214
terjemahan 160
rasional 37, 50, 62
rasionalisasi 65, 194
realistis 61
relevansi 53
repetisi 31, 121, 132
retorik 65, 132
rima 168, 193, 204, 205
runtut 37, 50, 62
saduran 160
sajak 168
sampiran 163
sastra asing 205
sebab-akibat 26
selebaran 64
semantik 18, 19, 21
seminar 29
sensasional 61
setting 187, 237, 251
silogisme 100
golongan 100
simpulan 100
sinestesia 126
sinetron 269
sinkop 147
sinonim 31, 135
sirkumulasi 40
sistematika 37, 50, 60, 62
sistematis 37, 50, 62
spasial 14
suasana 236, 246, 256
subjek 66
sugesti 64, 65
superordinat 19, 21
surat dinas 8
resmi 8
syair 177
tanggapan 125
teater 241
tema 172, 182, 183, 248
terjemahan 160
tipografi
168, 193, 204, 205, 210
topik 16, 49, 54, 61, 110, 168, 182
unity
282
variasi 282
vokal 196
Indeks Pengarang
Keraf 2, 27
Ahmad Syubbanuddin Alwy, 215
Ajip Rosidi 5
S
R
R
U
V
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia
merupakan
buku pelajaran bagi siswa-siswi SMA/MA yang terdiri atas lima jilid.
Buku ini menuntun kita untuk dapat berbahasa dan bersastra
Indonesia yang baik dan benar. Cakupan materi dalam buku ini
dikemas secara menarik dengan harapan agar mudah dipahami.
Berbagai aspek dalam buku ini meliputi ulasan materi serta uji
kompetensi dan tugas.
Karakteristik seri buku
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra
Indonesia
adalah sebagai berikut.
•
Tujuan Pembelajaran
merupakan tujuan yang akan dicapai siswa
dalam mempelajari setiap bab.
•
Ulasan Materi
disampaikan secara lugas dan mudah dipahami
oleh siswa.
•
Ilustrasi
yang menunjang penyampaian materi.
•
Tugas
berfungsi sebagai ajang latihan bagi siswa untuk lebih
memahami konsep yang ada.
•
Rangkuman
berisi ringkasan materi yang telah diulas setiap bab.
•
Refleksi
memuat simpulan sikap dan perilaku yang harus
diteladani.
•
Evaluasi
,
Pelatihan Ujian Akhir Semester 1
, dan
Pelatihan
Ujian Akhir Semester 2
untuk menguji siswa tentang pemahaman
terhadap materi yang diberikan.
•
Glosarium
memuat istilah-istilah penting dalam teks disertai
penjelasan arti istilah tersebut.
•
Indeks
merupakan daftar kata-kata penting yang diikuti dengan
nomor halaman kemunculan.
PUSAT PERBUKUAN
Departemen Pendidikan Nasional
ISBN :
978-979-068-906-0
(No. jil lengkap)
ISBN :
978-979-068-910-7
Harga Eceran Tertinggi: Rp
16.489
,-