Gambar Sampul Bahasa Indonesia · p_Bab 16 Cerpen
Bahasa Indonesia · p_Bab 16 Cerpen
Sunardi

24/08/2021 15:58:42

SMA 12 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Pelajaran 16

Menemukan Standar Budaya

Melalui Analisis Cerpen

Sumber:

Kumpulan cerpen romansa

Sastra Indonesia tidak hanya berwujud puisi, namun bentuk prosa pun banyak. Sebagian

dari puisi yang kita miliki adalah puisi karya anak bangsa sendiri. Ada yang kemudian dijadikan

syair lagu dan ada yang tidak. Ada pula puisi terjemahan dari bahasa asing. Dengan melakukan

analisis atas puisi, syair lagu, dan puisi terjemahan kita akan dapat menempatkan budaya

kita di antara budaya bangsa-bangsa lain.

Sementara itu, prosa yang beredar dalam masyarakat cukup banyak. Labih-lebih prosa

singkat yang disebut cerita pendek. Hampir semua koran dan majalah menyediakan rubrik

cerita pendek. Fenomena ini menunjukkan bahwa cerita pendek memang digemari. Apa yang

dapat kita peroleh dari cerpen? Paling tidak, cerpen pun mencerminkan kondisi masyarakat

tempat pengarang berdomisili. Maka melalui analisis cerita pendek sebenarnya kita dapat

mengetahui bagaimana standar budaya tempat pengarang berdomisili.

Kemampuan Bersastra

Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)

192

A. Mendengarkan

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat mengevaluasi puisi terjemahan yang dibacakan.

Menentukan tema dan amanat puisi terjemahan

Mengenal puisi terjemahan

Mari kita cermati puisi

Datang Dara Hilang Dara, Datang Dara Hilang

terjemahan

Chairil Anwar dari

A Song of The Sea

karya penyair Cina, Hsu Chih-Mo. Aslinya puisi

terdiri atas lima bagian. Masing-masing terdiri atas dua bait.

Datang Dara, Hilang Dara

Datang Dara, Hilang Dara

”Dara, dara yang sendiri

Berani mengembara

Mencari di pantai senja

Dara, ayo pulanglah saja, Dara!”

”Tidak, aku tidak mau!

Biar angin malam menderu

Menyapu pasir, menyapu gelombang

Dan sejenak pula halus menyisir rambutmu

Aku mengembara sampai menemu.”

”Dara, rambutmu lepas terurai

Apa uang kaucari

Di laut dingin di siang pantai

Dara, pulang! Pulang!”

”Tidak, aku tidak mau!

biar aku berlagu, laut dingin juga berlagu

Padaku sampai kekalku

Turut serta bintang-bintang turut serta

baju.

Berjanji dara dengan kebebasan lagu.”

”Dara, dara, anak berani

Awan hitam mendung mau datang menutup

Nanti semua gelap, kau hilang jalan

Ayo pulang, pulang, pulang.”

Heeyaa! Lihat aku menari di muka laut

Aku jadi elang sekarang, membelah-belah gelombang

Ketika senja pasang, ketika pantai hilang

Aku melenggang, ke kiki ke kanan

Ke kiri, ke kanan, aku melenggang.”

dari: HB Jasmin, Chairil Anwar,

Pelopor Angkatan ‘45

Menemukan Standar Budaya Melalui Analisis Cerpen

193

B. Berbicara

Apabila dibacakan, perhatian pendengar mungkin terpusat pada puisi atau pada

pembacaannya. Oleh karena itu, evaluasi dapat difokuskan pada puisi atau pada

pembacaanya.

Jika terfokus pada puisinya, evaluasi di titik beratkan pada bentuk dan isinya.

Bentuknya tampak sebagai rangkaian bunyi yang memiliki kesamaan (

rima

), yang teratur

dalam sebuah

irama.

Ada yang terdengar merdu (efoni), dan ada yang tidak merdu

(kakofoni) sehingga dapat menimbulkan kesan mendalam pada pendengar.

Jika terfokus pada pembacaan, evaluasi di titik beratkan pada pribadi pembacanya,

tenang atau tidak, meyakinkan atau tidak; suaranya terdengar merdu atau tidak;

artikulasinya baik atau tidak; dapat memahami isi puisi yang dibacakan atau tidak, dapat

mengekspresikan isi puisi yang dibacakan atau tidak, dan lain-lain.

1. Bacakan kembali puisi ‘Datang Dara Hilang Dara’ tersebut!

2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan puisi yang Anda dengarkan!

a. Bunyi mana dan pada kata mana sajakah yang membangun sebuah rima?

b. Menurut pendapat Anda, bagaimana rima yang dibangun pada puisi atas, merdu atau

tidak? Jelaskan dengan singkat!

c. Menurut pendapat Anda, bagaimanakah iramanya, teratur atau tidak? Jelaskan dengan

singkat!

d. Apa sebenarnya yang diungkapkan oleh penyairnya?

e. Menurut Anda, bagaimana kesan yang Anda terima? Jelaskan!

Tujuan pembelajaran:

Anda diharapkan dapat membandingkan puisi Indonesia dengan puisi

terjemahan dalam hal penggunaan bahasa dan nilai-nilai estetika yang dianut

Membandingkan puisi Indonesia dengan puisi terjemahan

Puisi asli dan puisi terjemahan memiliki persaman, tetapi juga perbedaan. Paling tidak

dalam bahasa, rima, irama, tipografi, bahkan nilai estetikanya. Persamaan dan perbedaan

tersebut dapat kita temukan.

Bandingkan puisi yang berjudul ‘Datang Dara Hilang Dara’ di atas dengan puisi asli karya

Chairil Anwar berikut ditinjau dari

bahasa, rima, irama, tipografi, dan nilai estetika.

Uji Kompetensi 16.1

Uji Kompetensi 16.2

Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)

194

C. Membaca

Derai-Derai Cemara

Oleh Chairil Anwar

Cemara menderai sampai jauh

Terasa hari jadi akan malam

Ada beberapa dahan di tingkap merapuh

Dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan

Sudah lama bukan kanak lagi

Tapi dulu memang ada suatu bahan

Yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan

Tambah jauh dari cinta sekolah rendah

Dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan

Sebelum pada akhirnya kita menyerah

Dari Jassin,

Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat menganalisis cerpen yang dianggap penting pada

setiap periode untuk menemukan standar budaya yang dianut masyarakat

dalam periode tersebut.

Menganalisis cerpen

Hampir setiap periode muncul cerita singkat. Pada masa sastra lama cerita singkat

dengan sebutan dongeng. Bahasa dan kandungan isinya sejalan dengan masyarakat lama.

Sebelum proklamasi kemerdekaan tradisi dongeng dilanjutkan. Cerpen-cerpen mereka belum

beranjak dari tradisi, masih berkisah tentang ‘yang bukan-bukan.’ Baru setelah Hamka ikut

meramaikan penulisan cerpen, mulailah tradisi bergeser. Ceritanya tidak lagi khayali, tetapi

sudah lebih realistis. Begitulah makin lama jumlah penulis cerpen makin banyak. Bahkan

pada tahun 1950-an cerpen mengalami masa ‘keemasan’.

1

. Bacalah cerpen berikut dengan cermat!

Pembunuh Naga

Cerpen Indra Tranggono

Bukan kebetulan jika desa yang ditinggali Warsi dan Warih disebut desa Naga. Nama

itu tak ada hubungannya dengan naga yang menghuni gua, seperti dalam dongeng. Tidak

sama sekali. Namun warga desa itu sangat percaya bahwa ada seekor naga besar yang

tidur melingkar di bawah bumi di desa mereka. Naga itu sewaktu-waktu bangun, menggeliat

Uji Kompetensi 16.3

Menemukan Standar Budaya Melalui Analisis Cerpen

195

dan berjalan melata—tepatnya meluncur—dalam kecepatan melebihi suara. Bumi pun

seperti tikar yang ditarik dan dihempaskan. Kehadiran naga itu selalu diiringi suara gemuruh

rekahan dan patahan tanah. Jeritan orang-orang adalah orkestrasi yang menyusul

menyertainya dan memuncak pada tangisan panjang dan dalam.

Naga itu kadang menggoda orang-orang dengan menciptakan suara menggelegar

dan bergema disertai guncangan bumi yang tak begitu besar. Semula orang-orang panik

dan berlarian keluar rumah. Tapi karena sudah biasa, mereka hanya tersenyum dan

menganggap naga itu sedang mengajak bergurau atau sekedar iseng menggoda. Pernah

ada petugas dari kabupaten yang menyarankan sebaiknya mereka bedol desa transmigrasi

dari desa itu. Namun gagasan itu ditolak. Mereka berpikir, hamparan tanah di desa itu

sangat ramah terhadap setiap tamanan. Ribuan mata air pun tak pernah lelah memasok

air. Selain mengolah sawah, mereka juga membuka ladang dan kolam.

Setiap panen tiba, mereka selalu mengadakan upacara sedekah bumi. Selain

bersyukur kepada Yang Maha Pencipta, juga memberi makan untuk naga yang selalu

meringkuk di bawah bumi mereka. Agar naga itu tidak marah dan meluluhlantakkan

permukiman.

Begitulan doa Warsi, juga yang lain. Doa yang sudah berapa ratus ribu kali ia ucapkan.

Doa yang selalu menyertai pertumbuhan anaknya, Warih, yang kini menjadi jejaka. Waktu

melaju begitu cepat, pikir Warsi. Ia ingat ketika Warih masih bayi, ia menanam pohon

nangka di halaman rumahnya. Pohon itu kini telah tumbuh tinggi dan berbuah lebat.

Warih pun, seperi yang selalu ia ucapkan dalam doa, kini menjelma pohon yang begitu

kukuh. Warsi merasa tidak pernah sia-sia menyirami dan merabuki pohon itu.

“Bu, kalau sudah besar aku igin membunuh naga itu.”

Ucapan Warih itu selalu terngiang di telinga Warsi. Dadanya pun selalu berdesir.

“Kamu tidak akan bisa membunuhnya,

Le

!”

“Kenapa? Aku akan mencari pedang sakti di ujung dunia. Pedang itu akan kukibaskan

untuk memenggal naga. Lalu, ujung pedangku yang runcing akan kutikamkan di perutnya.

Beres. Dia mati. Dan bumi kita tidak akan pernah bergelombang.”

Warsi tertawa. Diam-diam ia kagum pada anaknya yang punya khayalan yang begitu

menakjubkan. Tapi diam-diam ia juga cemas.

“Sebaiknya kamu jadi pengarang saja.”

“Ah ... tidak mau. Mosok hanya jadi pelamun.”

“Bukan,

Le

. Mengarang itu merangkai cerita.dan itu tidak gampang.”

“Ah, tidak mau. Aku mau jadi petani seperti simbah, seperti bapak.”

Mengenang ucapan itu dada Warsi terasa mengembang. Matanya pun basah.

Kerinduannya pada Warih makin bergejolak.Ia ingin mengunjungi anaknya yang kini telah

berumah tangga di desa Watu Kelir, agak jauh dari desa Naga. Namun cita-cita itu selalu

diurungkan karena ibunya yang selalu sakit-sakitan membutuhkan perawatan.

Subuh belum sepenuhnya memudar. Desa itu gempar. Orang-orang menjerit dan

menangis. Rumah-rumah porak poranda. Warsi yang masih menjerang air langsung

melesat keluar rumah sambil menarik ibunya. Susah payah payah mereka keluar dari

rumahnya. Namun akhirnya bisa lolos dari reruntuhan atap.

Ya, naga itu lewat lagi. Kali ini sangat dahsyat. Warsi teringat Warih. Ia segera

melesat. Sampai di tempat, ia mendapati anaknya itu terbungkus kain kafan.

Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)

196

D. Membaca dan Menulis Aksara Arab Melayu

“Dia mau menolongku. Namun tiba-tiba runtuhan tembok menimpanya,” ujar Menur,

isteri Warih, terisak.

Dari

Kedaulatan Rakyat

, 9 Juli 2006

2. Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan penggalan cerpen tersebut!

a. Siapa saja yang dikisahkan dalam cerpen tersebut? Bagaimana watak masing-masing!

b. Bagaimanakah cara pengarang melukiskan watak mereka?

c. Peristiwa apa sajakah yang dialami pelaku-pelakunya? Ceritakan secara singkat, tetapi

runtut!

d. Kapan dan di mana peristiwa-peristiwa yang dikisahkan dalam cerpen tersebut?

e. Pada cerpen di atas terdapat unsur kepercayaan dan ritual yang dikisahkan.

Kepecayaan dan ritual manakah itu?

f. Di kalangan masyarakat manakah terdapat kepercayaan dan ritual seperti yang

dilukiskan dalam cerpen di atas?

g. Adakah masyarakat modern masih memiliki kepercayaan dan ritual seperti yang

dikisahkan dalam cerpen tersebut? Mengapa?

h. Apakah yang menjadi topik, tema, dan amanat cerpen tersebut?

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat mengalihkan teks aksara Arab Melayu ke dalam

aksara Latin serta menulis kembali cuplikan sastra Indonesia klasik dari

teks berhuruf Arab Melayu ke dalam huruf Latin

Mengenal kata berimbuhan dalam huruf Arab Melayu

1. Kata berimbuhan

Penulisan kata berimbuhan disesuaikan dengan lafalnya per suku kata.

berhadapan

- ber-ha-da-pan

membawakan

- mem-ba-wa-kan

2. Awalan diikuti vokal

Awalan yang diikuti vokal menyebabkan terjadinya perubahan suku kata sekaligus

perubahan penulisan.

a

-suh

me-nga

-suh

i

-ring

pe-ngi

-ring

Menemukan Standar Budaya Melalui Analisis Cerpen

197

3. Awalan ”di-, ku-, kau-, se-”, dan kata depan ”ke”

a. Vokal [a] yang berdiri sendiri sebagai suku kata awal bila didahului awalan

di-, ku-,

kau, se,

atau kata depan

ke

ditulis dengan cara sebagai berikut.

a

-ir

ke

air

a

-rah

se

-a-rah

b. Apabila awalan

ku-, kau-, se-

atau kata depan

ke

diikuti vokal [i], [e], [], [o], [u], atau

[a] suku tertutup, huruf alif (

) pengganti vokal tersebut diganti hamzah (

) di antara

persambungan awalan/kata depan dengan huruf berikutnya.

am

-bil

kau-am

-bil

e

-kor

se-e

-kor

4. Kata berakhiran –an

a. Akhiran –

an

yang bergabung dengan kata yang berakhir pada [a] ditulis dengan

hamzah

(

) dan

nun

(

)

ka-ta

per-ka-ta-an

mu-la

per-mu-la-an

b. Akhiran -

an

yang menimbulkan bunyi pelancar ditulis dengan huruf pelancar yang

sesuai.

ka-cau

ke-ka-cau-an

ra-mai

ke-ra-mai-an

5. Akhiran –i

a. Akhiran

–i

yang bergabung dengan kata yang berakhir pada [u] ditulis tanpa hamzah

han-tu

meng-han-tu- i

ta-hu

me-nge-ta-hu-i

b. Akhiran

–i

yang bergabung dengan kata yang berakhir pada [a] ditulis dengan ya (

)

diikuti beramzah (

) di atasnya seperti pada contoh berikut.

mu-la

mu-la-i

nama

me-na-ma-i

Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)

198

Ada Apa dalam Sastra Kita?

6. Partikel -lah, -kah, tah, dan -pun

Partikel

-lah, -kah, tah

, dan -

pun

tidak mengubah ejaan

a-pa

a-pa-kah

sa-ya

sa-ya-pun

1. Salinlah kalimat berikut ke dalam huruf Arab

a. Saya mempunyai cerita menarik.

b. Kalau kamu punya cerita yang menarik, cobalah ceritakan kepada kami.

2. Salinlah ke dalam huruf Latin!

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat menganalisis makna dalam nyanyian berbahasa

Indonesia

Memahami makna nyanyian

Sudah kita ketahui bahwa setiap nyanyian ada dua unsur utama, yaitu lagu dan syair.

Sebagaimana puisi, syair lagu pun mengandung makna, baik makna lugas maupun kias,

makna denotasi maupun konotasi, makna leksikal, maupun gramatikal.

Uji Kompetensi 16.4

Menemukan Standar Budaya Melalui Analisis Cerpen

199

Rangkuman

1. Tuliskan syair salah satu lagu pop yang menjadi favorit Anda!

2. Ada berapa baitkah syair lagu tersebut? Setiap bait berapa larik?

3. Bagaimanakah pola rima akhir setiap baitnya?

4. Jelaskan isi syair lagu tersebut dengan bahasa Anda sendiri!

5. Bagaimanakah tema dan amanat yang disampaikan melalui syair lagu tersebut!

1. Puisi terjemahan memiliki bentuk dan isi. Bentuknya tampak dari susunan bunyi

dan kata. Unsur tersebut disusun teratur, terus-menerus, susul-menyusul tanpa

putus-putus membangun sebuah

irama.

Kata-katanya pun dipilih. Ada yang memiliki

kesamaan bunyi (

rima

), ada yang tidak, ada yang terdengar merdu (efoni), dan ada

yang tidak (kakofoni) sehingga dapat menimbulkan kesan mendalam.

2. Puisi asli dan terjemahan memiliki persamaan, tetapi juga perbedaan. Rima, irama,

dan tipografinya pun sama. Unsur-unsur itu dipilih karena mengandung nilai estetis,

paling tidak menurut penyair masing-masing.

3. Walapun singkat, cerpen memiliki unsur intrinsik yang lengkap. Di dalamnya terdapat

unsur 1) alur (

plot),

2) tokoh

(actor),

3) penokohan

(character),

4) latar

(setting),

5)

gaya bahasa

(figurative of language),

6) tema

(sense),

7) amanat

(intention),

dan

8) sudut pandang

(point of view).

Cerpen kini tidak lagi mengisahkan kehidupan di

negeri dongeng yang bersifat khayali, tetapi sudah mengisahkan kehidupan yang

‘realis.’

4. Setiap nyanyian memiliki dua unsur utama, yaitu lagu dan syair. Sebagaimana

puisi, syair lagu pun mengandung makna, baik lugas maupun kias, baik denotasi

maupun konotasi.

5. Kata-kata yang berimbuhan dan berpartikel dalam aksara Arab Melayu pada

prinsipnya dibaca dan ditulis sesuai dengan lafalnya per suku kata, ada yang

menggunakan huruf saksi dan ada yang tidak.

Uji Kompetensi 16.5

Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)

200

1. Jelaskan dua persamaan bahasa antara puisi terjemahan dan puisi Indonesia!

2. Jelaskan isi singkat, tema, dan amanat puisi terjemahan berikut!

Rubayyat

1

Bangunlah! Surya, yang mengubrak-abrik gemintang

Di awang malam hingga lari lintang pukang

Mengusir malam dan gemintang dari langit, dan

Memanah putri Sultan dengan sepancar cerlang.

2

Sebelum sosok Subhi Kazib bisu berlalu

Kukira ada swara dalam losmin berseru:

“Bila Masjidul Batin telah siap seluruh,

Mengapa, O, Abdu, masih mengantuk jisimmu?”

Dari

Seri Sastra Dunia

-Umar Khayyam, Penerjemah M. Taslim Ali

3.

Jelaskan

1) alur (

plot),

2) tokoh

(actor),

3) penokohan

(character),

4) latar

(setting) yang

terdapat dalam penggalan cerpen berikut!

Mentari beranjak ke arah barat. Salat asar kutunaikan sudah. Kuambil segelas air

dari dispenser yang ada di ruang makan. Kulihat jam dinding, tepat setengah empat. Tak

lama setelah gelas kutaruh terdengar suara dari luar.

“Jo! Joan! Main bola, yuk!”

Dengan sedikit berlari aku menuju pintu depan. Ah, teman-teman kampung.

“Tunggu sebentar, aku ganti sarung dulu,” jawabku.

Tak lebih dari semenit aku keluar dengan seragam kebesaranku kaos

Persebaya

dan celana training warna

pink

. Peduli amat, tinggal ini yang ada di lemari. Maklum belum

sempat

nyuci

. Kukeluarkan sepeda kesayanganku, berpamitan dengan ibu yang sedang

memasak di dapur. Dan plas ....

Kurang dari lima menit kami sudah sampai dikompleks Kampus B Unair, tempat

kuliah kakakku. Komplek ini menjadi favorit atau lebih tepatnya satu-satunya tempat

bagi kami melewatkan hampir setiap sore dengan bermain bola (Dodong Priyambodo,

“Mereka Ada di Jalan,”

Kuntum

No. 251 November 2005).

Evaluasi

Menemukan Standar Budaya Melalui Analisis Cerpen

201

4. Jelaskan isi singkat, tema, dan amanat syair lagu berikut!

Bisa Saja

(Gigi)

Bisa saja kau memberi arti

Walau cinta bukan dasarnya

Ikatan kasih sungguh terang

Hanya karena saling memuja.

Bisa saja kau mengalami

Cerita orang kesepian

Kesepian akan seorang teman

Teman sehati, teman bercinta

Teman bercanda yang kau inginkan

Cintailah aku, pahamilah aku

Cintailah aku teman hidup paling berarti

Bisa saja semua terjadi padamu

Bisa saja semua padaku

Bisa saja semua ini terjadi pada kita semua.

5. Salinlah ke dalam huruf Latin!

Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Bahasa)

202

Refleksi

Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban

Anda atas soal evaluasi di atas! Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat

keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini.

Tabel Penguasaan Materi

Skor

Tingkat Penguasaan Materi

85 – 100

Baik sekali

70 – 84

Baik

60 – 69

Cukup

< 60

Kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang

berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi

pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai.