Halaman
Pelajaran 11
Pidato, Ceramah, dan
Makalah
Berdiri di depan publik saja kadang-kadang orang enggan. Lebih-lebih jika berpidato.
Masalahnya, begitu berdiri di depan publik, pembicara menjadi aktor tunggal. Tidak
ada yang dapat membantu. Pakaian, sikap, dan bahasanya menjadi pusat perhatian.
Untuk menyampaikan gagasannya, pembicara harus pandai memilih kata dan gaya.
Ia harus memahami makna kata dan efeknya jika digunakan.
Adakalanya sebelum disampaikan di depan publik, pidato tidak hanya
direncanakan, tetapi juga dikonsep. Wujudnya beragam, bisa naskah pidato bisa
makalah. Dalam hal menyusun teks pidato, pembicara tidak dilarang mengutip pendapat
orang lain.
Kemampuan Berbahasa
Sumber:
kbribuenosaries.org.af
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
130
B. Berbicara
A. Mendengarkan
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menilai laporan pelaksanaan program kegiatan yang
disampaikan.
Menilai laporan pelaksanaan kegiatan
Pada pelajaran yang lalu Anda telah belajar menilai sebuah presentasi laporan lisan.
Pada kegiatan itu yang perlu Anda perhatikan adalah identitas laporan yang dinilai, butir-butir
yang dinilai, serta nilainya masing-masing. Bahkan, Anda telah memformulasikan lembar
penilaian dalam format khusus. Masih ingat, bukan?
1
. Carilah kembali salah satu laporan kegiatan yang pernah Anda lakukan, baik kegiatan di
dalam maupun di luar sekolah!
2. Bacakan laporan itu di depan kelas, dengan lafal yang jelas!
3. Anda yang tidak mendapatkan giliran membaca bertugas menilai laporan lisan tersebut!
Gunakan format penilaian seperti yang terdapat pada pelajaran terdahulu. Perlu diingat,
format penilaian tersebut bukan satu-satunya. Jika dirasa kurang tepat, format tersebut
boleh Anda kurangi, boleh Anda tambah, dan boleh Anda ubah!
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat berpidato tanpa teks dengan intonasi dan sikap
yang tepat.
Berpidato Tanpa Teks
Pada pelajaran yang lalu Anda telah belajar berpidato tanpa teks. Anda telah belajar
menyiapkan materi yang akan disampaikan, mengemasnya serta menyajikannya secara
spontan di depan publik.
Begitu berdiri di depan publik, hanya pembicaralah yang menjadi aktor tunggal. Tidak
ada yang dapat membantu. Sukses tidaknya penyampaian materi pidato sangat tergantung
pada diri pembicara. Di antaranya harus menguasai materi yang disampaikan, memerhatikan
situasi dan kondisi untuk memulai berbicara, mengucapkan kata dan kalimat dengan jelas
dan tepat dengan gaya yang memikat, melayangkan pandangan ke seluruh pendengar, serta
memperlihatkan sikap sopan, hormat, dan familier yang mudah diamati oleh pendengar
merupakan indikator bagi sukses tidaknya pidato.
Uji Kompetensi 11.1
Pidato, Ceramah dan Makalah
131
C. Membaca
Juga sudah Anda ketahui bahwa materi pidato biasanya dikemas ke dalam bagian
pendahuluan, isi, dan bagian penutup. Bagian pendahuluan ditujukan untuk mempersiapkan
pendengar, baik emosi maupun pikiran mereka, agar menerima apa yang akan dikemukakan.
Bagian isi merupakan gagasan pokok yang disampaikan. Bagian tertentu dari bagian isi ini
adakalanya memerlukan ilustrasi atau contoh yang memadai. Ilustrasi ini dapat diangkat dari
pengalaman pribadi, dari sejarah, dari fiksi, atau dari buatan sendiri.
Pembicara dalam menyampaikan materi dapat menggunakan berbagai gaya, seperti
repetisi, retorik, perbandingan, kontras, analogi, dan metafora. Dapat pula pembicara
menyelipkan lelucon, peribahasa, slogan, dan pendapat tokoh tenar. Jika bertujuan
menyampaikan informasi, pembicara dapat menggunakan peraga, seperti gambar, tabel, dia-
gram, dan peta. Jika bertujuan memengaruhi pendengar, pembicara harus dapat meyakinkan
pendengar dengan bukti-bukti.
Bagian penutup pidato merupakan kunci keseluruhan isi pembicaraan. Panjang pendeknya
berbeda-beda sesuai dengan tujuan pidato. Pidato yang bersifat menghibur, penutup sebaiknya
berupa cerita singkat yang membawa klimaks uraian. Pada pidato yang bertujuan
menyampaikan informasi, penutup biasanya berupa ringkasan atau pengulangan bagian yang
terpenting dari uraiannya. Jika bertujuan memengaruhi pendengar, penutup pidato biasanya
berisi ajakan dan seruan untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara. Yang penting
pendengar jangan ditinggalkan di awang-awang kemudian jatuh sendiri. Beritahulah bahwa
uraian telah berakhir.
1. Susunlah kerangka pidato mengenai Sastra Asing yang memuat (1) judul, (2) salam
pembuka, (3) sapaan, (4) pendahuluan, (5) paparan dan pembuktian, (6) harapan, saran,
dan himbauan, (7) penutup, dan (8) salam penutup.
2. Tanpa membawa catatan apa pun, sampaikan materi pidato yang telah Anda siapkan di
depan kelas! Sesuaikan pidato Anda dengan situasi dan kondisi kelas Anda ketika itu!
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat membaca teks pidato dengan memerhatikan
kejelasan ucapan dan ekspresi wajah serta penekanan pada kata-kata
kunci.
Membaca teks pidato
Pada pelajaran yang lalu, kita telah mengenal ’gaya’ pidato Bung Karno. Untuk
menegaskan maksud pembicaraan, Bung Karno senang menggunakan gaya repetisi, retorik,
paralelisme, klimaks, perbandingan, dan kontras dengan suara dan nada yang memukau dan
meyakinkan. Masih ingat, bukan? Namun, tidak banyak tokoh yang memiliki bakat berpidato
seperti beliau. Walaupun begitu, gaya pidato dapat dipelajari dan ditiru.
Uji Kompetensi 11.2
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
132
1. Bacalah penggalan teks pidato W.S. Rendra pada saat menerima penghargaan dari
Akademi Jakarta pada tahun 1975 berikut dengan cermat!
Pidato Penerimaan Penghargaan dari Akademi Jakarta
Hari ini Akademi Jakarta telah memberikan hadiah penghargaan kepada saya sebagai
seorang seniman. Hadiah penghargan itu saya terima dengan baik. Terima kasih.
Selanjutnya perkenankan saya mengutarakan kegirangan hati saya karena mendapatkan
penghargaan ini.
Pepatah mengatakan ”Di dalam ilmu silat tidak ada juara nomor dua, di dalam ilmu
surat tidak ada juara nomor satu.” Tentu saja di dalam persaingan di rimba persilatan,
yang tinggal jaya hanyalah juara nomor satu sebab yang nomor dua sudah terbunuh di
dalam suatu pertarungan; sedangkan di dalam ilmu surat, ukuran apa yang akan dipakai
untuk menetapkan juara nomor satu? Bukankah ilmu surat itu cermin kehidupan? Maka
kehidupan itu banyak seginya. Dan semua segi kehidupan ini penting. Jadi, para ahli ilmu
surat itu, yang masing-masing mencerminkan segi berbeda dari kehidupan, tidak mungkin
dipertandingkan. Semuanya nomor satu. Tidak ada yang lebih unggul dari lainnya. Jadi,
mustahil bila saya menganggap bahwa penghargaan dari Akademi Jakarta ini bisa menjadi
ukuran mutu bagi kesenian saya, di dalam perbandingannya dengan karya seniman-
seniman lain yang tidak mendapatkan hadiah pada tahun ini. Maka kegembiraan saya
hari ini tidak ada hubungannya dengan rasa unggul. Lalu apakah dasar kegembiraan saya
yang sangat besar hari ini?
Di kota di mana saya tinggal, di yogya, sejak pementasan drama saya
Mastodon
dan Burung Kondor,
saya belum pernah diizinkan untuk melakukan pementasan sandiwara
lagi. Alasan pelarangan-pelarangan terhadap pementasan saya itu tidak bisa diterima
oleh akal sehat.
Oidipus Sudah Berpulang
dan
Lysistrata
yang sudah diizinkan di Jakarta
itu, tidak diizinkan untuk dimainkan di Yogya. Naskah
Oidipus
Sudah Berpulang
itu dilarang
karena dinilai tidak sesuai dengan naskah Sophocles yang asli. Tetapi, apakah ada
undang-undang melarang penyaduran? Sedang
Lysistrata
dilarang berdasarkan
pertimbangan atasan, serta mengingat ”situasi dan kondisi di Daerah Istimewa Yogyakarta
saat ini” – Astaga, jadi rupa-rupanya saat ini, menurut keterangan di dalam surat polisi
itu, Yogya dalam keadaan sedemikian rupa sehingga pementasan sebuah sandiwara
semacam
Lysistrata
saja dianggap akan bisa membahayakan suasana. Kalau begitu,
secara tidak langsung diakui bahwa Yogya penuh dengan keadaan yang tidak normal.
Ataukah keadaan Yogya diakui selalu tegang dan gawat terus-menerus? Bagaimanakah
sebenarnya? Sebagai penduduk Yogya saya kurang tahu duduk perkara keadaan aneh
semacam itu. Pemerintah pusat, para wakil rakyat, dan para wartawan harus menyelidiki
”situasi dan kondisi di Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini” seperti yang dikuatirkan
oleh polisi Yogya tersebut di atas. Apakah para atasan yang disebut oleh polisi itu benar
sudah tidak bisa menguasai suasana sehingga mereka menjadi repot hanya oleh sebuah
sandiwara? Itu harus benar-benar diselidiki. Apakah mereka takut menghadapi sindiran
dan kritikan? Kalau begitu apakah kewibawaan mereka sudah sedemikian tipis sehingga
gentar menghadapi kritikan?
Uji Kompetensi 11.3
Pidato, Ceramah dan Makalah
133
D. Menulis
Syahdan, para ksatria dan raja-raja bijaksana di dalam wayang tidak pernah mengamuk
karena kritikan-kritikan dari Semar, Bagong, dan Petruk. Mereka selalu menanggapi kritikan-
kritikan itu dengan baik. Mereka adalah ksatria dan raja-raja bijaksana, yang bisa diajak
bicara. Karena itu mereka mendapatkan wibawa. Lain para raja raksasa. Mereka tidak
punya Semar, Bagong, Gareng, dan Petruk yang memberikan kritikan-kritikannya. Mereka
penuh gairah angkara murka,
adigang-adigung-adiguna
, penuh
roso
risi
, rasa bersalah
sehingga mereka tidak tahan terhadap kritikan. Mereka kasar. Mereka hanya bisa menekan
dan melarang. Mereka tidak bisa diajak bicara.
Sumber:
Taufiq Ismail, dkk. (ed.), Horison Esai Indonesia Kitab 1
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan teks di atas!
a. Mengapa pembicara dalam teks di atas menyatakan rasa gembiranya?
b. Apa beda juara pada dunia persilatan dan juara pada dunia tulis-menulis?
c. Mengapa penghargaan Akademi Jakarta tidak dapat dianggap sebagai ukuran mutu
suatu karya seni?
d. Mengapa sejak pentas
Mastodon dan Burung Kondor
, pembicara tidak pernah
melakukan pentas drama di Yogyakarta?
e. Mengapa naskah
Oidipus
Sudah Berpulang
dan
Lysistrata
dilarang dipentaskan di
Daerah Istimewa Yogyakarta?
f. Bagaimana situasi dan kondisi Daerah Istimewa Yogyakarta?
g. Bagaimana ksatria dan raja bijaksana pada dunia wayang menanggapi kritik yang
disampaikan oleh wong cilik yang diwakili Semar, Gareng, Petruk, atau Bagong?
h. Masih dalam dunia wayang, mengapa raja raksasa tidak tahan menghadapi kritikan?
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menyusun makalah sesuai dengan struktur dan
teknik penulisan makalah.
Teknik Menyusun Makalah
1. Menyusun makalah
Makalah merupakan salah satu bentuk tulisan
ilmiah. Ciri utamanya tampak pada bentuk, bahasa,
dan isinya. Bentuknya sesuai dengan ketentuan
yang lazim. Bahasanya baku. Isinya, kecuali ilmiah,
juga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Makalah ditulis untuk disajikan dalam forum ilmiah
seperti ceramah, seminar, dan diskusi.
Makalah biasanya disusun dalam tiga tahap
yaitu perencanaan, penulisan, dan penyuntingan.
Pada tahap, perencanaan, penulis harus memilih
topik, menetapkan judul, mencari bahan tulisan,
dan menyusun kerangka. Kerangka biasanya sudah
menggambarkan tiga bagian, yaitu pendahuluan, tubuh tulisan, dan penutup.
Bagian
Pendahuluan
Judul
Pengantar
Isi
Tulisan
Pendahuluan
Pembahasan
Kesimpulan/Saran
Bagian Penutup
Daftar Pustaka
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
134
Pendahulan makalah sekurang-kurangnya memuat judul dan pengantar. Pada makalah
tertentu bagian ini dilengkapi daftar isi, daftar tabel, dan abstrak. Tubuh tulisan memuat
pendahuluan, pembahasan utama, dan penutup. Pendahuluan menyajikan pokok
permasalahan, isi menyajikan pembahasan, dan penutup menyajikan kesimpulan/saran.
Bagian penutup makalah setidak-tidaknya memuat daftar pustaka.
2. Kutipan dalam makalah
Mengutip bukan perbuatan tercela. Tetapi, harus jujur. Harus dijelaskan bahwa isi
atau kalimat yang dikutip itu memang pendapat atau kalimat orang lain dengan
menggunakan notasi kutipan.
Dalam hal kutip-mengutip ada dua macam kutipan, yaitu kutipan langsung dan kutipan
tidak langsung. Kutipan dikatakan langsung bila teks asli dikutip apa adanya. Jika yang
dikutip hanya intisarinya, disebut kutipan tidak langsung.
a. Kutipan langsung
Kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dari 4 larik dapat langsung
dimasukkan ke dalam teks dengan diapit tanda kutip. Kutipan langsung yang panjangnya
lebih dari 4 larik ditulis dengan cara tersendiri. Baik singkat maupun panjang, tanda
penunjukan (
notasi
) harus dibubuhkan, baik dengan catatan kaki, maupun dengan
cara lain.
–
Dalam hal klausa, Alwi (2000:39) menyatakan bahwa ”Istilah klausa dipakai untuk
merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi
belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu.”
b. Kutipan tidak langsung
Kutipan dikatakan tidak langsung kalau yang dikutip hanya gagasannya saja, kalimat-
kalimatnya tidak dikutip.
–
Secara visual teks drama tampak sebagai dialog atau
nebentext
dan teks samping
atau
hupttext
(Hasanuddin, 1996).
1. Perbaikilah penulisan notasi kutipan tidak langsung pada pernyataan berikut!
a. Menurut Burhan Nurgiantoro dalam bukunya
Teori Pengkajian Fiksi
terbitan Gadjah
Mada University Press tahun 1995, tema, berdasarkan tingkat kepentingannya, dibagi
dua, yaitu tema pokok dan tema tambahan.
b. H. M. Taylor dalam bukunya yang terbit pada tahun 1984 hlm. 9 menjelaskan bahwa
kepemimpinan merupakan seni seperti halnya seni lain yang dapat dikembangkan
dan ditingkatkan dengan latihan dan praktik.
c. Drama merupakan cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan
pada pentas dengan menggunakan percakapan dan aktion di hadapan penonton.
Demikian Harymawan dalam
Dramatugi
terbitan Rosda, Bandung, 1988.
Uji Kompetensi 11.4
Pidato, Ceramah dan Makalah
135
2. Ubahlah kutipan langsung berikut menjadi kutipan tidak langsung!
a. Oleh Teeuw (1984:23) dijelaskan bahwa ”sastra dapat berarti alat untuk mengajar,
buku petunjuk, buku instruksi atau buku pengajaran.”
b. Gorys Keraf (1995:120) menyatakan bahwa ”ada dua pengertian mengenai definisi,
yaitu definisi mengenai kata dan definisi mengenai referennya.”
c. Gonda dan Zoetmulder dalam Teeuw (1984) menjelaskan bahwa ”kata
susastra
nampaknya tidak terdapat dalam bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno.”
3. Susunlah sebuah makalah singkat mengenai pengaruh sastra asing! Walaupun singkat,
makalah yang Anda susun hendaknya mencerminkan adanya unsur judul, pengantar,
pendahuluan, pembahasan, kesimpulan, dan daftar pustaka!
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mengidentifikasi perubahan, pergeseran makna
kata, dan hubungan makna kata.
Mengidentifikasi hubungan makna kata
1. Sinonim
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki kesamaan makna (
syn
= sama,
anoma
=
nama). Proses terjadinya sinonim sebagai berikut.
a. Proses penyerapan
Proses penyerapan, baik dari bahasa asing serumpun maupun lain rumpun,
memungkinkan adanya dua tiga kata yang bersinonim. Misalnya, dalam bahasa
Indonesia sudah ada kata
hasil
,
tetapi kita masih menerima kata
produksi
. Sudah ada
kata
karangan
,
tetapi menerima kata
risalah, artikel,
dan
makalah
.
Adapun yang berasal
dari bahasa serumpun pun juga ada. Misalnya, sudah ada kata
ubi kayu,
tetapi
menyerap kata
singkong
;
sudah ada kata
tanah liat,
tetapi masih juga menyerap kata
lempung
.
Kadangkala diserap beberapa kata dari bahasa donor yang bersinonim seperti
buku, kitab,
dan
pustaka
;
sekolah
dan
madrasah; reklame, advertensi,
dan
iklan.
b. Pengaruh emosi dan evaluasi
Dalam bahasa Indonesia ada beberapa kata yang secara denotatif bersinonim
walaupun makna emotif dan makna evaluatif yang dikandungnya berbeda. Kata
hemat,
ekonomis,
dan
irit
,
misalnya, secara denotatif sama, tetapi secara emotif dan evaluatif
berbeda. Begitu juga kata
gadis
dan
perawan; mati, meninggal, wafat, berpulang,
tewas, gugur,
dan
mampus.
2. Antonim
Antonim adalah kata-kata yang maknanya berlawanan atau beroposisi Ada beberapa
oposisi, di antaranya adalah:
a. Oposisi kembar atau antonim mutlak
Dalam oposisi ini menyangkal kata pertama berarti menegaskan kata kedua,
seperti
hidup – mati; jantan – betina; pria – wanita.
Ada Apa dalam Bahasa Kita?
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
136
b. Oposisi majemuk
Oposisi ini ditandai banyaknya antonim, walaupun masih dalam kelas yang sama,
seperti
merah
berantonim dengan
putih, biru, hitam, hijau,
dan
ungu; emas
dengan
perak, tembaga, kuningan,
dan
besi,
c. Oposisi gradual
Oposisi gradual ditandai banyaknya antonim, walaupun dalam tingkat yang
berbeda, seperti
panjang
berantonim dengan
lebih panjang, kurang panjang,
dan
pendek
;
baik
dengan
lebih baik, kurang baik,
dan
buruk.
d. Oposisi relasional (berkebalikan)
Oposisi relasional ditandai dengan adanya perbedaan makna yang berlawanan
arah seperti
meminjam - meminjamkan; menjual – membeli.
e. Oposisi hierarkis
Oposisi hierarkis ditandai adanya perbedaan tingkat dalam satu perangkat ukuran
besaran dan lain-lain, seperti
Januari
berantonim dengan
Februari
,
Maret, April
;
meter
dengan
sentimeter, desimeter,
dan
kilometer
.
f. Oposisi inversi
Oposisi inversi dapat diuji melalui mengikuti kaidah sinonim yang mencakup
1
) penggantian istilah dengan istilah lain, dan 2) mengubah posisi suatu penyangkalan
dalam kaitan dengan istilah yang berlawanan, misalnya:
1)
Beberapa negara
tidak berpantai
bersinonim dengan
tidak
semua negara berpantai
.
Dengan demikian,
beberapa
berantonim dengan
semua
.
2)
Kita
diharuskan
tidak terlambat
bersinonim dengan
kita
tidak
diperbolehkan
terlambat.
Dengan begitu,
diharuskan
berantonim dengan
diperbolehkan; harus
dengan
boleh.
3. Homonim
Anda mengenal kata
bisa
? Nah, kata
bisa
itu ada dua. Kata
bisa
pertama, dari bahasa
Indonesia, berarti
racun
dan
bisa
kedua, dari bahasa Jawa, berarti
dapat
. Maka dikatakan
bisa
1
berhomonim dengan
bisa
2
. Dengan begitu, homonim merupakan hubungan antara
dua tiga kata yang secara kebetulan dilafalkan dan/atau ditulis dengan cara yang sama.
1
amat
sangat
–
2
amat
memerhatikan
1
baku
pokok
–
2
baku
saling
1
buku
batas ruas
–
2
buku
kitab
Ada dua jenis homonim, yaitu
homograf
dan
homofon
.
Homograf
adalah dua kata
atau lebih yang ditulis dengan cara yang sama.
1
mental
terpelanting –
2
mental
jiwa; batin
1
seret
sendat
–
2
seret
hela
1
tahu
mengerti
–
2
tahu
nama makanan
Homofon
dua kata atau lebih yang dilafalkan dengan cara yang sama.
bang
kakak
–
bank
lembaga keuangan
sangsi
bimbang
–
sanksi
tindakan
,
hukuman
tang
alat penjepit
–
tank
mobil lapis baja
Pidato, Ceramah dan Makalah
137
1
2
3
4
angka polisemi
kata/istilah turunan
dari entri
4. Polisemi
Polisemi
berarti kata yang memiliki banyak makna (
poly
= banyak;
sema
= tanda).
Kata
lari
dan
korban
adalah sebagian dari kata yang memiliki banyak makna.
Lari
memiliki makna 1)
berjalan kencang
(ia mengikuti lomba
lari
); 2)
hilang; lenyap
(
lari
semangatnya); 3)
kabur; minggat
(tahanan
lari
dari penjara); 4)
pergi menyelamatkan
diri
(koruptor itu
lari
ke luar negeri); 5)
arah; tujuan
(polisi membuntuti ke mana
lari
pencuri
itu; 6)
panjang suatu bidang
(ruang itu
larinya
empat meter).
Korban
memiliki makna
1) pemberian untuk menyatakan kebaktian atau kesetiaan
(jiwa raga kami relakan sebagai
korban
);
2) orang, binatang dan sebagainya yang menjadi
menderita akibat kejadian atau perbuatan jahat
(bantulah
korban
banjir);
3) binatang yang
dipotong sebagai persembahan
(di sini dijual hewan
korban
)
.
5. Sinonim dan polisemi dalam kamus
Kamus umumnya memuat sejumlah kata pokok, kata lema, atau entri. Di dalamnya
terdapat penjelasan mengenai kelas, makna, bentuk turunannya, dan lain-lain.
Perhatikan contoh berikut!
angka homonim
entri, tajuk, kata lema
kelas kata
arti kata
raga
n keranjang kasar dari rotan; – buah-buahan;
meraga 1
berbentuk raga;
2
kasap; ....
raga
n bola yang terbuat dari anyaman rotan;
bermain
sepak – bermain bola yang terbuat dari anyaman rotan
raga
n badan; tubuh
raga
v tunjuk; pamer
meragakan
menunjukkan; memperlihatkan agar dapat
disimak
peraga
1
orang yang suka ....
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat empat kata
raga
. Keempat-empatnya berhomonimi (memiliki kesamaan bentuk dengan makna yang
berbeda-beda). Kata
raga
(
1
) bersinonim dengan
kasap
dan
berserabut
;
peraga (2)
dengan
badan
dan
tubuh
. Sementara itu, kepolisemian kata
meraga
ditandai dengan angka
untuk menunjukkan banyaknya makna.
kata/istilah turunan
dari entri
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
138
Rangkuman
1. Mengapa terjadi kesinoniman dalam bahasa Indonesia?
2. Mengapa terjadi kehomoniman dalam bahasa Indonesia?
3. Sebutkan antonim kata
menerima, merah, puas, semua,
dan
jantan!
4. Jelaskan hubungan makna pada pasangan kata yang tercetak miring dalam kalimat berikut!
a. Aku
tahu
bahwa
tahu
ini dibuat dari kedelai lokal.
b. Ayah
jatuh
sakit setelah perusahaannya
jatuh
pailit dua tahun terakhir.
c. Bus yang
sarat
penumpang itu sudah tidak memenuhi
syarat
bagi kendaraan umum.
d. Isak tangis sedu
sedan
terdengar dari dalam
sedan
di dalam kereta jenazah.
1. Penilaian terhadap laporan biasanya dititikberatkan pada (1) kejelasan dan ketepatan
isinya, (2) kelengkapannya, (3) kebenaran dan objektivitasnya, (4) kecermatan
dan konsitensinya, (5) ketepatan waktunya, (6) saluran dan prosedurnya, (7)
sasarannya, (8) sistematikanya, dan (9) bobot laporannya. Tidak berarti identitas
laporan, butir-butir yang dinilai, serta nilainya masing-masing diabaikan.
2. a
Dalam hal berpidato, begitu berdiri di depan publik, pembicara menjadi aktor
tunggal. Tidak ada yang dapat membantu. Oleh karena itu, ia harus menguasai
materinya, memerhatikan situasi dan kondisi untuk memulai berbicara,
mengucapkan kata dan kalimat dengan jelas dan tepat dengan gaya yang
memikat, melayangkan pandangan ke seluruh pendengar, serta memperlihatkan
sikap sopan, hormat, dan familier.
b.
Materi pidato biasanya dikemas dalam tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi,
dan penutup. Pendahuluan dimaksudkan agar pendengar siap menerima apa
yang akan dikemukakan. Isi merupakan gagasan utama pidato. Bagian ini
adakalanya diberi ilustrasi atau contoh. Pembicara dapat menggunakan gaya
repetisi, retorik, perbandingan, kontras, analogi, dan metafora, dan lain-lain.
Penutup merupakan kunci keseluruhan pembicaraan.
3. Membaca teks pidato tak ubahnya menghidupkan naskah menjadi pidato
sungguhan. Setidak-tidaknya pembaca harus tahu permasalahannya, tahu kapan
mulai membaca, tahu cara melafalkannya, tahu ke mana pandangan dilayangkan,
dan tahu sikap ketika membaca.
4. Makalah merupakan tulisan ilmiah. Bentuknya sesuai dengan ketentuan yang lazim.
Bahasanya baku. Isinya, kecuali ilmiah, juga dapat dipertanggungjawabkan.
Uji Kompetensi 11.5
Pidato, Ceramah dan Makalah
139
a. Makalah biasanya disusun melalui tiga tahap, yaitu perencanaan, penulisan,
dan penyuntingan. Pada tahap perencanaan, penulis harus memilih topik,
menetapkan judul, mencari bahan tulisan, dan menyusun kerangka. Kerangka
biasanya sudah menggambarkan bagian pendahuluan, tubuh tulisan, dan
penutup. Bagian pendahuluan sekurang-kurangnya memuat judul dan pengantar.
Pada makalah tertentu bagian ini dilengkapi daftar isi, daftar tabel, dan abstrak.
Tubuh tulisan memuat bab pendahuluan, pembahasan utama, dan penutup.
Bab pendahuluan menyajikan pokok permasalahan; isi menyajikan pembahasan;
dan penutup menyajikan kesimpulan dan saran. Bagian penutup setidak-tidaknya
memuat daftar pustaka.
b. Dalam menyusun makalah, mengutip bukan perbuatan tercela. Tetapi, harus
dilakukan dengan jujur, harus dijelaskan bahwa isi atau kalimat yang dikutip itu
memang pendapat atau kalimat orang lain. Teknik apa pun dapat Anda gunakan,
asal konsisten.
5. Makna kata satu dengan kata lain mungkin bersinonim (memiliki kesamaan makna),
berantonim (berlawanan atau beroposisi), berhomonim (dilafalkan dan/atau ditulis
dengan cara yang sama), berhomograf (ditulis dengan cara yang sama), berhomofon
(dilafalkan dengan cara yang sama), dan mungkin berpolisemi (memiliki banyak
makna).
1. Kalau Anda diminta menilai laporan pelaksanaan program kegiatan yang disampaikan
secara lisan, unsur apa sajakah yang Anda nilai?
2. Susunlah kerangka pidato di depan teman-teman Anda dalam rangka memperingati Hari
Pendidikan Nasional. Kerangka yang Anda susun sekurang-kurangnya menggambarkan
(1) judul, (2) salam pembuka, (3) pendahuluan, (4) paparan dan pembuktian, (5) harapan,
saran, dan himbauan, dan (6) penutup.
3. Jelaskan maksud penggalan pidato berikut dan tentukan pula gaya yang digunakan
pembicara!
Tidak ada tempat di bumi Nusantara ini bagi mereka yang punya hobi korupsi,
mementingkan istri atau suami dan saudara-saudara sendiri, atau mementingkan partainya
sendiri sampai gemuk pundi-pundinya sementara rakyat makin miskin. Tidak ada tempat
di bumi Nusantara ini bagi pejabat yang sukanya menaikkan harga BBM, menaikkan
ongkos listrik, telepon. Tidak ada tempat di bumi Nusantara ini bagi pejabat yang suka
bermewah-mewah, pesta ulang tahun di hotel-hotel, suka menambah istri, suka bepergian
ke luar negeri, sementara rakyat makin lapar dan menganggur. Tidak ada tempat di bumi
Nusantara ini bagi pejabat dan aparat yang melindungi koruptor, tetapi malah menangkapi
mereka yang ingin membersihkan masyarakat dari penyakit kemaksiatan (Mustofa W.
Hasyim, Kali Code, Pesan-pesan Api).
Evaluasi
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
140
Refleksi
4. Perbaikilah notasi kutipan pada pernyataan berikut!
a. Menurut Gorys Keraf dalam bukunya
Eksposisi, Komposisi Lanjutan II,
terbitan PT
Grasindo, Jakarta, tahun 1995, pada halaman 20 ”Eksposisi berusaha untuk
menjelaskan suatu pokok persoalan, tanpa usaha memengaruhi pembaca.”
b. Dalam buku
Teknik Seni Berpidato Mutakhir (dalam Teori dan Praktik)
terbitan Absolut,
Yogyakarta, 2007, halaman 44, Luqman Hadinegoro, S.Pd, orator dikatakan tidak
tahu diri kalau meneruskan pidatonya meskipun kondisi dan situasinya sudah tidak
memungkinkan.
5. Jelaskan hubungan makna pada pasangan kata yang tercetak miring dalam kalimat berikut!
a. Akar permasalahan terdapat pada akar kuadrat.
b. Buku
ini membicarakan binatang
berbuku
.
c. Waktu
itu adalah
saat
yang paling baik untuk belajar.
d. Selain
makan
biaya, pembangunan jembatan juga
makan
waktu.
e. Saya punya teman.
Bang
Salam namanya. Ia bekerja pada
bank
swasta.
Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban
Anda atas soal evaluasi di atas! Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat
keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini.
Tabel Penguasaan Materi
Skor
Tingkat Penguasaan Materi
85 – 100
Baik sekali
70 – 84
Baik
60 – 69
Cukup
< 60
Kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang
berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi
pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai.