Gambar Sampul Bahasa Indonesia · k_Bab 11 Budaya Daerah
Bahasa Indonesia · k_Bab 11 Budaya Daerah
Deden

24/08/2021 16:55:39

SMA 12 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Budaya Daerah

Sumber:

www.pikiran-rakyat.com

Sumber:

www.pikiran-rakyat.com

Sumber:

:

Majalah

Gong

edisi 75/VII/

2005, halaman 26

BAB

XI

Kebudayaan daerah merupakan kebudayaan

citra di daerah itu sendiri. Kebudayaan di suatu

daerah seringkali tidak dipunyai oleh daerah lain.

Kalian tidak akan menemui reog Ponorogo di

Yogyakarta karena di sana yang dikenal adalah

budaya jathilan. Apakah salah satu kebudayaan di

daerahmu? Menarik bukan berdiskusi tentang

kebudayaan? Sekarang, kita juga akan belajar yang

masih dalam koridor budaya daerah. Kalian akan

belajar menilai penghayatan puisi terjemahan,

mengomentari unsur drama Indonesia yang memiliki

warna lokal, menyusun dialog dalam pementasan

drama, menilai unsur drama yang memiliki warna

lokal atau drama terjemahan, dan menulis esai.

Selamat belajar.

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

186

Menilai unsur drama

yang memiliki warna

lokal atau drama

terjemahan

• Mengidentifikasi unsur drama

• Mengomentari unsur drama

• Menyebutkan warna lokal

• Memahami garis besar cerita

• Menuangkan ide

• Menyusun dialog drama

• Mengidentifikasi unsur

pembangun drama

• Memberikan penilaian

terhadap unsur pembangun

drama

• Menangkap simbol-simbol

• Memahami isi

• Menilai penghayatan penyiar

Mengomentari unsur

drama Indonesia

yang memiliki warna

lokal

Menyusun dialog dalam

pementasan drama

Menilai penghayatan

puisi terjemahan

Budaya Daerah

Menulis esai

• Segi tertentu dari karya sastra

• Menyatakan penilaian

terhadap karya sastra

Peta Konsep

Budaya Daerah

187

A. Menilai Penghayatan Puisi Terjemahan

Pada Bab X, kalian telah belajar menganalisis puisi terjemahan. Pada

pelajaran kali ini, kalian akan kembali belajar tentang puisi terjemah-an,

yaitu tentang penghayatan penyair terhadap puisi yang diciptakan.

Puisi lahir dari sebuah pengalaman, entah itu pengalaman yang

dialami sendiri oleh penyair atau pengalaman orang lain yang dilihat,

didengar, dan dirasakan oleh penyair. Adanya latar belakang tersebut,

membuat penyair dalam menciptakan sebuah puisi selalu disertai

penghayatan yang penuh, seolah-olah dia sendiri yang mengalami

peristiwa tersebut.

Dalam mengungkapkan perasaannya, penyair menggunakan

kata-kata yang khusus, kata-kata puitis yang penuh makna. Kata-

kata tersebut dipilih dengan proses perenungan yang mendalam.

Bahkan, terkadang penyair menggunakan kata-kata yang ”tidak lazim”

menurut kaidah, namun mampu memberikan ”ruh” pada puisinya.

Untuk memahami sebuah puisi, tentu saja pembaca harus

memahami benar makna kata-kata khusus, kata-kata puitis, kata-

kata yang ”tidak lazim” tersebut. Itu tentu saja bukan tugas yang

mudah. Pembaca perlu menyelami benar diri seorang penyair agar

mampu menyibak tabir yang menyelimutinya.

Dengarkan pembacaan puisi terjemahan di bawah ini!

Dendang Asmara

Karya: Herman Hesse

Aku rusa dan kaulah kijang

Burunglah engkau dan aku pepohonan

Mentarilah engkau dan aku salju

Engkau siang dan impian aku

Di malam hari dari mulutku yang nyenyak

Terbanglah burung keemasan kepadamu

Lantang suaranya, warna warni sayapnya

Berdendanglah ia untukmu lagu asmara

Berdendanglah dia untukmu lagu tentang diriku

Diterjemahkan oleh Ramdhan K.H.

Dikutip dari

Membaca Sastra,

hlm. 52

Secara eksplisit, judul puisi di atas telah menceritakan isinya,

yaitu menceritakan seseorang yang sedang jatuh cinta. Bahasa yang

digunakan pada puisi tersebut cukup sederhana sehingga pembaca

tidak terlalu sulit memahami isinya. Penyair mengungkapkan

perasaannya dengan bahasa sederhana yang indah melalui bahasa

kiasan perbandingan (metafora):

Aku rusa dan kaulah kijang

Burunglah engkau dan aku pepohonan

Gambar 11.1

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

188

Mentarilah engkau dan aku salju

Engkau siang dan impian aku

Begitu besar perasaan cinta si Aku sehingga malam pun bukan

menjadi halangan bagi si Aku untuk ”bertemu” dengan kekasih hatinya.

Dengan menjelma sebagai ”burung keemasan”, si Aku menemui

kekasih hatinya untuk mengungkapkan segenap perasaannya.

Sekarang, dengarkanlah pembacaan puisi di bawah ini! Carilah

simbol-simbol yang terdapat pada puisi itu untuk mengungkap makna

puisi tersebut!

Payung

Karya Al Qing

Pagi hari kutanya payung

”Kau suka matahari membuatmu kering

Ataukah hujan membasahimu?”

Payung tertawa, dia berkata:

”Yang aku risaukan bukan hal-hal ini.”

Aku kejar bertanya padanya:

”Apa yang kau risaukan?”

Payung berkata:

”Yang aku pikirkan adalah

Di kala hujan aku tak boleh membiarkan pakaian manusia basah

Di hari cerah akulah awan di atas mereka!”

Diterjemahkan oleh Nurni Wuryandari

Dikutip dari

Membaca Sastra,

hlm. 11

Jawablah pertanyaan ini!

1.

Apakah tema puisi di atas?

2.

Apakah makna ”payung” pada judul puisi itu?

3.

Siapakah Aku pada puisi itu?

4.

Bagaimana cara penyair menampilkan unsur puitis pada

puisinya?

5.

Apa sesungguhnya yang ingin diceritakan penyair dalam puisi

itu?

6.

Apa pesan yang ingin disampaikan penyair?

7.

Apa maksud dua larik terakhir puisi tersebut?

Di kala hujan aku tak boleh membiarkan pakaian manusia basah

Di hari cerah akulah awan di atas mereka!”

Karya sastra bersifat poliinterpretasi. Artinya, penafsiran antara

satu orang dengan orang lain bisa berbeda. Bandingkan hasil

penafsiran kalian terhadap puisi di atas dengan hasil penafsiran yang

dilakukan oleh teman kalian. Carilah perbedaan dan persamaannya!

○○○○○○○○○○

Pelatihan 1

Gambar 11.2

○○○○○○○○○○

Tugas 1

Budaya Daerah

189

Presentasikan di depan kelas pembahasan kalian tentang puisi

”Payung” di atas. Sementara itu, teman-teman kalian akan mendengar-

kan. Teman-teman kalian akan memberikan tanggapan (persetujuan

atau penolakan) terhadap pembahasan kalian. Jawablah setiap

pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman kalian!

○○○○○○○○○○

Pelatihan 2

B. Mengomentari Unsur Drama Indonesia yang

Memiliki Warna Lokal

Pada Bab X, kalian telah belajar memahami karya sastra drama.

Agar lebih memahami unsur-unsur karya sastra drama, pada pelajaran

kali ini, kalian akan kembali belajar menanggapi karya sastra drama.

Namun, kali ini kalian akan belajar memahami karya sastra drama

Indonesia yang memiliki warna lokal/kedaerahan.

Warna lokal drama dapat diketahui dari tema, latar, dan tokoh.

Drama

Ken Arok,

misalnya, memiliki warna lokal karena mengambil

latar kehidupan kerajaan Majapahit.

Bacalah di dalam hati naskah drama ini. Sambil membaca,

pahamilah unsur-unsur yang membangun cerita drama tersebut!

Gading Cempaka

Karya Wisran Hadi

Pemain:

1.

Putri Gading Cempaka (Putri bungsu Ratu Agung, Raja Kerajaan

Bengkulu)

2.

Wanita Penyanyi (Suara Hati)

3.

Anak Dalam ( Putra sulung Ratu Agung. Kakak tertua Putri Gading

Cempaka)

4.

Para Hulubalang Kerajaan

5.

Para Pesirah dari Rejang Empat Pitulai

6.

Beberapa punggawa

7.

Para pemusik

Bagian Keempat

Beberapa hulubalang (Hulubalang I) dan punggawa kerajaan

memasang obor-obor pada tempat-tempat tertentu. Mereka bekerja

tanpa bicara sepatah kata pun, seakan ada sesuatu yang menekan.

Tiba-tiba dari luar pentas terdengar teriakan serempak keras

sekali: ”Pembunuhan! ”

Bersamaan dengan habisnya suara itu, orang-orang datang ke

pentas dari berbagai arah. Mereka saling bicara dan menuding

sesamanya. Begitu ramainya mereka bicara sehingga tidak jelas apa

yang dikatakannya. Yang dapat disimak adalah galau suara saling

memaki dan tudingan-tudingan.

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

190

Hulubalang II, III, dan IV datang. Orang-orang takut dan satu

per satu keluar.

Hulubalang I

: Semua akan jadi kacau! Semua orang saling

tuding di warung dan lepau!

Hulubalang II

: Pokoknya jangan menuduh siapa-siapa!

Hulubalang III

: Pasti suatu pengkhianatan!

Hulubalang II

: Siapa yang berkhianat?

Hulubalang III

: Mungkin di antara pesirah yang empat.

Hulubalang IV

: Hebat! Kalau ada di antara kita, akan kusunat!

Hulubalang III

: Pembunuh itu bisa kualat.

Hulubalang II

: Kalau dia pergi dengan cepat, pasti akan selamat!

Hulubalang IV

: Kita sudah bingung mencari pembunuhnya, tapi

kalian masih bicara tidak pakai adat! Mungkin

orang keparat! Mungkin orang beradat! Mungkin

orang pulau Rupat! Mungkin para pesilat! Mungkin

belah ketupat, segi empat, rakyat, hebat, bangsat!

Pembunuh itu akan kucegat! Hormat!

(

Keluar

)

Hulubalang II dan III mengejar Hulubalang IV keluar

Hulubalang III

: E, Sobat! Ayo, kita minum serbat!

(

Hulubalang-hulubalang itu menghilang ke

samping. Putri Gading Cempaka melintas pentas

dengan cepat sambil menggendong anaknya.

Dari arah lain, Anak Dalam datang

).

Anak Dalam

: Pembunuhan ini akan berlanjut. Ario Bago harus

diselamatkan.

Putri

: Jika anakku juga akan terbunuh, biarlah dia mati

dalam pangkuanku.

Anak Dalam

: Itu perasaan seorang ibu. Yang penting sekarang

kita harus menyelamatkan Ratu Bengkulu.

Putri

: Bagaimana menyelamatkannya?

Anak Dalam

: Disembunyikan.

Putri

: Ke mana?

Anak Dalam

: Jangan tanyakan! Semua dinding punya telinga!

Putri

: Berapa lama?

Anak Dalam

: Percayalah. Sebelum penobatannya, dia sudah

sampai dini.

Putri

: Wah, bagaimana, ya?

Anak Dalam

: Tidak ada ... wah ... wah! Bagaimana, bagaimana

apa lagi! Mari anak itu. Ayo cepat!

(

Putri menyerahkan gendongannya kepada Anak

Dalam

).

Budaya Daerah

191

Anak Dalam

: Kalau ada yang menanyakan, katakan aku ziarah

ke makam Ratu Agung. Hati-hati! Para pembunuh

itu ingin menghabiskan semua keturunan kita!

(

Anak Dalam segera membawa gendongan itu

keluar. Putri hanya termangu dan keluar ke arah

lain. Tiba-tiba dari luar terdengar suara serempak

berteriak

).

Suara Hati

: Terkutuk!

(

Bersamaan dengan habisnya suara itu, orang-

orang datang dari berbagai arah. Mereka saling

tuding dan memaki-maki. Suasana menjadi lebih

panas dan hiruk pikuk daripada suasana sebelum-

nya. Punggawa I, II, dan IV datang. Orang-orang

segan dan takut. Mereka keluar satu per satu

).

Punggawa I

: Di belakang peristiwa pembunuhan ini pasti ada

dalang!

Punggawa III

: O, tentu. Kalau tidak ada dalang, siapa yang me-

mainkan wayang.

Punggawa IV

: Kukira kita semua sudah dalang! Mau saja di-

bodohi para pendatang.

Punggawa I

: Pasti terlibat orang Rejang!

Punggawa III

: Bisa juga orang Minang!

Punggawa I

: Jangan-jangan orang Ujung Pandang.

Punggawa IV

: Uh! Mungkin orang Padang! Orang Semarang!

Orang Kerawang! Orang Malang! Waaaang!

Mande ang!

Setan semua! Kita sekarang sedang bingung,

kalian bicara ang ang ang! Kalau begini aku akan

menghadang!

Punggawa III

: Dihadang pakai apa? Dandang? Rendang? Parang?

Pedang? Bisa-bisa kau hilang!

(

Tiba-tiba terdengar suara serempak dan keras

sekali dari luar

).

Binatang!

(

Para pesirah dan semua orang datang dari

berbagai arah dan berteriak-teriak saling tuding.

Ada yang sudah mulai memukul lawannya bicara.

Juga ada yang sudah mulai berkelahi sesamanya.

Penyanyi datang membawa obor. Orang-orang

mundur dan duduk menyembah

).

Semua

: Putri!

(

Penyanyi segera keluar. Para pesirah berdiri dan

kesal sekali.

)

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

192

Pesirah III

: Ah, penyanyi itu lagi!

Pesirah II

: Kita sering keliru membedakannya.

Pesirah I

: Kadang-kadang dia mirip sekali dengan putri.

Pesirah IV

: Mungkin penyanyi itu putri sesungguhnya.

Pesirah I

: Mana mungkin.

Pesirah IV

: Mungkin saja. Bentuk lain dari bentuk aslinya.

Seperti sisi mata uang!

Pesirah III

: Ah, kau. Jangan mengalihkan perhatian. Kita

bicara soal pengkhianatan. Bukan jelmaan-jelmaan

setan!

(

Penyanyi datang dengan obor yang padam. Dia

letih sekali.

)

Pesirah I

: Kau lihat dia?

Penyanyi

: Tadi di pusara. Tapi ketika kususul ke sana, ter-

nyata dia ke muara.

Pesirah I

: Mencari ramuan obat untuk anaknya.

Pesirah III

: Sedih sekali dia.

Penyanyi

: Perempuan mana takkan sedih atas kematian

suami. Apalagi pembunuhnya sampai sekarang

belum diketahui.

(

Pergi

)

Pesirah I

: Dia menyindir kita lagi. Dikiranya kita tidak ber-

usaha mencari pembunuhnya!

Pesirah III

:(

Melihat ke samping dan terkejut

) Itu dia Putri!

(

Para pesirah bersama-sama mengejar bayangan

itu ke luar. Dari arah lain Putri Gading Cempaka

datang bersama Anak Dalam. Anak Dalam

menggendong Aria Bago. Mereka melewati pentas

dengan cepat. Para pesirah datang berlari mengejar

).

Pesirah

: Putri!

(

Tapi Putri dan Anak Dalam sudah menghilang.

Penyanyi masuk dengan letih

)

Penyanyi

: Jumpa?

Pesirah IV

: Tadi lewat di sini menggendong anaknya bersama

Anak Dalam.

Pesirah I

: Sejak kematian Maharaja Sakti banyak sekali

yang aneh dari perilakunya.

Pesirah IV

: Bahkan sulit sekali ditemui.

Pesirah II

: Padahal kita mau menanyakan mimpi-mimpinya.

Penyanyi

: Mimpi-mimpinya? Apa hubungannya?

Pesirah II

: Siapa tahu sebelum Maharaja Sakti terbunuh, dia

bermimpi macam-macam. Kita bisa meneliti pem-

bunuhan itu melalui penafsiran mimpinya.

Budaya Daerah

193

Penyanyi

: Aku tahu yang diimpikannya.

Pesirah II

: Jadi kau tahu? Apa?

Penyanyi

: Dia mimpikan putra Aria Bago menjadi Ratu yang

dapat mempersatukan seluruh Bengkulu.

Dia memimpikan rakyat kerajaan ini menjadi

rakyat yang aman dan makmur.

Dia memimpikan para pengkhianat akan cepat

bertobat.

Dia memimpikan para pesirah dari Rejang Pitulai

menjadi orang-orang pandai.

Orang yang arif bijaksana. Yang mampu meng-

usut segala persoalan sampai ke ujung-ujungnya.

Pesirah

: Hih! Menyindir lagi!

Penyanyi

: Kalau tidak percaya, ya, tidak apa.

(

Keluar

)

Sumber:

Empat Sandiwara Orang Melayu.

Angkasa, Bandung, 2000

1.

Tuliskan karakteristik pelaku pada cerita drama tersebut!

2.

Jelaskan tema cerita drama tersebut disertai bukti pendukung!

3.

Sebutkan unsur pembangun drama tersebut dan jelaskan hubungan

antarunsur tersebut!

4.

Ceritakan secara singkat isi drama tersebut dengan mengguna-

kan kalimatmu sendiri!

5.

Warna lokal apa yang menonjol pada cerita drama tersebut?

Jelaskan secara ringkas!

6.

Bagaimana perilaku berbahasa yang terlihat dalam dialog tokoh

pada cerita drama tersebut?

Di televisi, kalian dapat menyimak tayangan berupa drama yang

memiliki warna lokal. Misalnya, ketoprak humor, ludruk, atau lenong

atau sinetron komedi yang mengambil latar budaya tertentu, misalnya

Si Entong

yang mengambil latar budaya Betawi.

1.

Tontonlah tayangan televisi, misalnya ketoprak, lenong, atau

ludruk!

2.

Jelaskan warna lokal yang tampak pada tayangan tersebut!

3.

Sebutkan unsur-unsur yang membangun cerita drama tersebut

(ketoprak, lenong, atau ludruk dalam konteks ini dianggap

sebagai drama karena memiliki sebagian besar unsur drama)!

4.

Berikan tanggapan kalian terhadap pementasan drama tersebut

dikaitkan dengan unsur-unsur pembangun drama yang telah

kalian sebutkan sebelumnya!

○○○○○○○○○○

Pelatihan 3

○○○○○○○○○○

Tugas 2

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

194

Buka Wawasan

Secara rinci, perkembangan alur drama dibagi menjadi enam tahap, yaitu sebagai

berikut.

1.

Eksposisi atau disebut juga tahap perkenalan. Pada tahap ini, penonton mulai

diperkenalkan dengan lakon drama yang akan ditonton.

2.

Konflik, yaitu tahap ketika penonton sudah terlibat persoalan pokok (insiden).

3.

Komplikasi, yaitu tahap ketika insiden berkembang dan menimbulkan konflik

yang semakin banyak dan rumit.

4.

Krisis, yaitu tahap ketika berbagai konflik sampai pada puncak (klimaks).

5.

Resolusi, yaitu tahap ketika mulai dilakukan penyelesaian terhadap konflik yang

memuncak.

6.

Keputusan, yaitu tahap ketika semua konflik berakhir.

C. Menyusun Dialog dalam Pementasan Drama

Pada Bab X, kalian telah berlatih menyusun naskah drama

dengan menggubah sebuah cerpen atau novel. Untuk menghasilkan

sebuah karya sastra yang baik, kalian perlu terus berlatih membuat

sebuah naskah drama.

Kalian barangkali telah mengenal beberapa dramawan Indonesia

dan karya-karyanya. Namun, selain drama asli Indonesia, kita juga

mengenal drama terjemahan yang sangat populer di Indonesia. Salah

satunya adalah

Romeo Juliet.

Drama

Romeo Juliet

diangkat dari

sebuah novel dengan judul yang sama.

Kalian juga dapat menggubah novel

Romeo Juliet

tersebut

menjadi sebuah cerita drama. Menggubah berbeda dengan menerjemah-

kan. Menerjemahkan berarti penerjemah hanya mengalihbahasakan

dari bahasa asing menjadi bahasa Indonesia tanpa memberi bumbu

cerita. Sementara, menggubah berarti mengadopsi ide cerita tanpa

mengubah keaslian ide cerita itu sendiri. Penggubah boleh menambah

atau mengurangi alur cerita, namun tidak bisa mengubah pakem

cerita.

Bacalah penggalan cerita Romeo Juliet di bawah ini! Resapilah

jalan ceritanya dan hal-hal lain yang kalian perlukan untuk

menggubah se

buah naskah drama!

Romeo Juliet (I)

Karya Shakespeare

Verona yang terletak di Alpes, merupakan kota kecil yang

terkenal. Kota itu berada di hamparan lembah hijau di kaki bukit. Di

tengah-tengah kota, membelah aliran sungai yang airnya berkilau

Budaya Daerah

195

keperakan saat tertimpa sinar matahari, jernih dan indah dipandang.

Penduduk Verona menggunakan sungai tersebut untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari dan untuk mengairi perkebunan mereka. Selain

karena tanahnya yang subur, rakyat Verona juga pekerja keras, hingga

mereka hidup makmur dan tenteram. Hasil bumi yang berlimpah

cukup untuk menyangga kebutuhan hidup penduduk.

Dibandingkan kota-kota lain di Lo

mbard, keindaha

n Verona lebih

menarik wisatawan untuk datang menikmati pemandangan alam serta

mengunjungi berbagai peninggalan sejarah.

Penguasa Verona masa itu adalah Pangeran Escalus, seorang

pangeran yang bijaksana dan tegas. Ia selalu memberikan hadiah

bagi orang yang berjasa dan memberi hukuman setimpal bagi orang

yang berbuat jahat.

Di tengah kehidupan yang damai itu, tiba-tiba terbersit gagasan

menakutkan dalam pikira

nku untuk menulis cerita tragedi. Dengan

wewangian Boccaccio (penyair dan ilmu

an Itali) dan bantuan Pallas

(Dewa Kebijaksana-a

n), aku berusaha untuk membuat cerita sebagai

cermin kehidupan.

***

Di Verona hidup dua orang bangsawan yang saling bermusuhan,

yaitu Tuan Capulet dan Tuan Montague. Pada awalnya, kedua orang

itu bersahabat karib. Di mata Pangeran atau orang kebanyakan, kedua

keluarga itu memiliki kedudukan yang sederajat. Sebena

rnya, Tuan

Capulet dan Tuan Montague yang berasal dari ket

urunan terhormat

itu, senang menjalin persahabatan dengan siapa pun, tanpa membeda-

bedakan satu sama lain. Namun, karena sesuatu hal yang

menyinggung harga diri, persahabatan itu akhirnya retak kemudian

pecah, berubah menjadi perselisihan yang mengandung api

kebencian. Perselisihan itu dirasakan oleh seluruh keluarga dan

berlangsung terus-menerus, turun-temurun. Dendam berbalas

dendam mewarnai hubungan dua keluarga itu.

Bahkan, api dendam mereka yang terus berkobar itu, menimbul-

kan kekacauan yang mengancam ketenteraman Verona. Jika kedua

orang tersebut dan para pengikutnya kebetulan berpapasan, mereka

akan saling berkelahi, berusaha membunuh dan melukai, tanpa

memikirkan akibatnya. Demikian yang sering terjadi di kota itu.

Pangeran Escalus benar-benar merasa prihatin mendengar

perselisihan kedua sahabat dekatnya itu. Dengan segenap daya upaya,

ia berusaha mendamaikan kembali Tuan Capulet dan Tuan Montague.

Namun, sia-sia saja usaha Pangeran Escalus. Dendam yang telah

berakar kuat di hati, sangat sulit untuk dicabut. Ancaman Pangeran

Escalus sama sekali tidak mempan bagi mereka. Usaha Pangeran

Escalus ibarat ingin memadamkan api, tapi apa daya air yang

digunakan tidak sebanding dengan besarnya api yang menyala.

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

196

Di tengah pertikaian dua keluarga yang

tak kunjung usai, lahir seorang bocah bernama

Romeo. Hari berganti musim dan musim

berganti tahun. Romeo tumbuh menjadi

seorang pemuda yang tampan, dengan wajah

yang bersih, dagu lembut, dan tubuh tegap.

Ia menjadi bunga pembicaraan yang

mengasyikkan di kalangan muda-mudi Verona.

Saat remaja, Romeo jatuh cinta pada

pandangan pertama, terpikat oleh seorang

gadis cantik, Rosalina. Setiap saat, kecantikan,

keindahan, dan keanggunan gadis itu terbayang

di mata Romeo.

Ia berusaha menarik perhatian sang

gadis dengan mengungkap-kan perasaan

cintanya dengan bahasa syair yang menawan.

Demi cinta, ia bahkan rela menjadi pelayan

si gadis. Kadangkala, jika kerinduan

menyiksa, Romeo mengirim surat atau pesan

yang disampaikan melalui seseorang.

Namun, jika rasa rindu sudah tak tertang-

gungkan, maka Romeo berlari menemui si

gadis dan memuja keanggunannya. Ketika

menatap sorot mata bak pijar bintang itu, rasa

Sumber: kover buku

Romeo Juliet

. Penerbit: Navila, Yogyakarta Tahun: 2006

sakit akibat rindu yang ditanggung Romeo bukannya sembuh, malah

menimbulkan luka baru.

Sebagaimana Romeo, gadis itu Rosalina, juga berasal dari

lingkungan terhormat, dirawat dengan ajaran kebajikan, menimba

ilmu kebijaksanaan di sekolah dengan bimbingan seorang guru yang

termasyur.

Namun, malang tak bisa ditolak dan untung tak dapat diraih.

Harapan dan kenyataan tidaklah seindah khayalan. Gadis pujaan itu

menolak cinta Romeo dengan sebuah jawaban yang mampu memutus-

kan benang-benang kasih sayang dalam hatinya.

Pupus sudah harapan untuk menjalin kasih, merajut benang-

benang cinta menjadi sebuah kain kebersamaan. Sirna sudah harapan

untuk menjadi pemilik keanggunan sekuntum bunga yang sedang

mekar dalam hatinya. Sia-sialah semua usaha dan segenap kerja keras

yang ditempuh Romeo demi mendekati sang gadis pujaan. Jangankan

sekadar senyum penghilang dahaga jiwa, sekilas tatapan persahabatan

pun tak mau diberikan oleh si gadis.

Suatu ketika, ia berkeinginan meninggalkan Verona untuk melupa-

kan derita cinta yang ia rasakan. Jika duduk sendirian, Romeo terkadang

meratap, ”Bagaimana bisa aku mencintai dan melayani orang yang

tidak tahu berterima kasih? Mengapa aku mengharapkan seorang

Gambar 11.3

Romeo dan Juliet

Budaya Daerah

197

gadis dan tetap menebar benih tanpa pernah memanen hasil kecuali

hinaan dan ejekan? Selama ini aku selalu mengikuti kehendaknya.

Berlari mengikuti jalan yang ia lewati. Ia laksana pakaian yang

benangnya aku tenun dengan jiwaku. Aku tak bisa hidup jika jauh

darinya. Semakin lama tidak bertemu, pancaran keanggunan gadis

ini semakin memesona kalbuku. Alangkah baiknya jika aku segera

pergi agar mataku tak lagi melihat mata yang memikat itu; agar bara

cinta yang berkobar dalam hati karena tatapan matanya akan semakin

lemah hingga kemudian padam dan sirna.”

...............................................................................................

Pada kegiatan ini, diharapkan kalian nanti akan dapat menggubah

cerita prosa menjadi naskah drama. Tentu saja, agar dapat menggubah

sebuah cerita prosa menjadi drama, kalian perlu memahami benar

jalan cerita prosa tersebut. Untuk mengetahui pemahaman kalian

terhadap cerita Romeo Juliet, jawablah pertanyaan berikut!

1.

Di manakah latar cerita

Romeo Juliet

?

2.

Siapakah yang menjadi pemimpin di tempat itu? Bagaimana

sifat pemimpin itu?

3.

Bagaimana suasana tempat itu pada mulanya?

4.

Mengapa kemudian suasana tempat itu menjadi berubah?

5.

Pada cerita itu, dikisahkan dua keluarga yang saling bermusuhan.

Siapakah mereka?

6.

Apakah yang melatarbelakangi permusuhan tersebut?

7.

Siapakah Romeo? Deskripsikan penampilan fisik Romeo!

8.

Romeo jatuh cinta pada seorang gadis. Siapakah namanya?

9.

Apakah Romeo dan gadis itu akhirnya berpacaran?

10. Mengapa Romeo ingin pergi meninggalkan Kota Verona?

Gubahlah penggalan cerita

Romeo Juliet

itu menjadi satu babak

drama. Ingat, saat menggubah, kalian dapat menambahkan dialog,

mengubah alur, namun tidak boleh mengubah inti cerita.

Tukarkan naskah drama yang sudah kalian susun dengan naskah

drama yang disusun oleh teman kalian. Kemudian, perhatikan naskah

drama yang disusun oleh teman kalian dan berilah tanggapan

dengan berpijak pada pertanyaan di bawah ini disertai komentar

secukupnya!

1.

Apakah cerita drama tersebut sudah mencakup garis besar isi

cerita?

2.

Apakah pada naskah drama terdapat penambahan peristiwa,

latar, alur, dan tokoh?

○○○○○○○○○○

Pelatihan 4

○○○○○○○○○○

Tugas 3

○○○○○○○○○○

Pelatihan 5

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

198

3.

Apakah penambahan tersebut menyimpang dari pakem cerita?

4.

Apakah bahasa yang digunakan dalam dialog sesuai dengan

konteks budaya menurut cerita tersebut?

5.

Apakah unsur-unsur yang membangun drama tersebut terjalin

menjadi kesatuan yang padu?

Gubahlah lanjutan penggalan cerita Romeo Juliet ini menjadi

satu babak cerita drama!

Romeo Juliet (II)

Karya Shakespeare

Tingkah laku Romeo membuat sanak kerabat dan para sahabat

menjadi heran dan bertanya-tanya apa gerangan yang menimpa

Romeo. Mereka berusaha menghibur hati Romeo. Di antara sanak

keluarga dan saudara terdapat seorang yang paling dekat. Ia sering

memberi nasihat dan bersedia menemani Romeo selama bertahun-

tahun. Ia menyayangi dan menjadi sahabat Romeo dalam suka

maupun duka. Ia menganggap bahwa cinta yang diagungkan Romeo

bukanlah hal yang perlu dirisaukan.

”Apa gunanya bersedih seperti ini, Romeo?” hiburnya, ”per-

timbangan membingungkan apa yang bersemayam dalam pikiranmu

sehingga melewatkan masa remaja secara sia-sia. Mengapa engkau

mengejar gadis yang menghina da

n menghindarimu,

padahal engkau

sadar kalau dia tidak menghargai segala usahamu. Bahkan, ia sama

sekali tidak mempedulikan kehormatan, air mata, dan penderitaan

yang engkau alami, bahkan meragukan ketulusanmu.

Apa yang harus aku lakukan untuk memindahkan beban berat

dalam hatimu? Jangan karena gadis itu, persahabatan kita menjadi

goyah. Aku selalu berdoa demi kesehatan dan kebahagiaanmu. Oh,

jangan biarkan diriku meninggalkanmu tanpa melakukan sesuatu

untuk mensyukuri kebebasanmu yang berharga. Aku tidak rela jika

karena cinta yang engkau agungkan, engkau tidak menghiraukan

keadaan.

Gadis itu telah mencintai orang lain dan membiarkan engkau

meratap sendiri. Cinta seperti apa lagi yang engkau kejar ketika orang

yang engkau cintai telah bersumpah dalam sebuah istana cinta demi

orang lain?

Engkau masih muda, berasal dari keturunan terhormat, pun

dikaruniai wajah tampan. Sadarkah engkau bahwa tak seorang pun

bisa mengalahkan kegagahanmu? Tahukah engkau bahwa ketampanan-

mu menarik perhatian semua gadis? Selain itu, pengetahuan yang

engkau pelajari dengan susah payah, membuat engkau memiliki

kemampuan paling menonjol dibanding pemuda lain.

○○○○○○○○○○

Tugas 4

Budaya Daerah

199

Sebagai putra tunggal, engkau merupakan satu-satunya tumpuan

kasih sayang dari kedua orang tuamu. Tidakkah engkau berpikir

bahwa kesedihan yang mengukungmu, juga memengaruhi perasaan

ayahmu. Betapa ia mengharapkan dirimu untuk menggantikan

kedudukannya serta berharap kehebatanmu diakui banyak orang.

Coba engkau pikirkan pendapat sanak kerabat ketika tahu bahwa

engkaulah penyebab semua kehinaan ini? Musuh bebuyutanmu akan

tertawa melihat engkau menjadi pemuda durjana.

Satu-satunya nasihat dariku yang harus engkau pahami dan

resapi benar seluruh perkataanku adalah engkau bisa paham dan

meninggalkan kekhilafanmu selama ini. Bukalah kerudung cinta

yang membutakan penglihatanmu agar engkau siap menempuh jalan

yang telah ditentukan kakek moyangmu.

Namun, jika engkau ingin memperbudak dirimu sendiri, maka

pergilah ke tempat yang lain, sekiranya bisa menenangkan kegelisahan

hati dan membuatmu bahagia. Pilihlah beberapa gadis terhormat yang

bisa melayani, menghormati, sabar mendengarkan keluh kesah

hatimu, dan mencintai dirimu selamanya.

Jangan engkau taburkan lagi benih penderitaan di ladang jiwamu

yang tandus sebab ketika musim panen tiba, tak ada hasil yang bisa

dipetik sebagai balasan atas kerja kerasmu. Tinggallah bersama gadis-

gadis kota untuk beberapa lama sampai engkau temukan seorang

gadis cantik, menyenangkan, bertubuh ramping, berparas jelita

sehingga bila menatapnya, rasa cinta senantiasa menyiram hatimu.

Pada akhirnya, engkau bisa memberikan cintamu pada gadis itu

sampai usia tua.”

Berbagai nasihat telah menembus gendang telinga Romeo.

Namun, baru kali ini ia bisa merasakan kebenaran dari kalimat yang

baru saja didengar. Kebenaran saran tersebut mampu melepaskan

kekalutan pikiran, menyejukkan hati, dan menghangatkan jiwanya.

Kalimat-kalimat itu sedikit demi sedikit mengikis kesedihan yang

menggumpal dan meredakan kegundahan hatinya. Romeo berjanji

pada sahabat terpercaya itu untuk melupakan derita cinta dan mulai

mencari gadis lain yang bersedia mencintai dirinya.

................................................................................................

Malam-malam musim dingin melelahkan di Verona mulai

dimeriahkan berbagai pertunjukan untuk menyambut perayaan

agama. Musim mengundang gadis-gadis kota untuk hadir dalam

sebuah perjamuan. Upacara perjamuan itu diadakan di kediaman

Tuan Capulet. Seluruh penduduk Verona diundang tanpa kecuali

untuk ikut bersuka cita serta menghilangkan berbagai prasangka di

dalam hati.

Semua mempunyai kedudukan sama, tanpa membedakan gadis

berparas cantik maupun buruk rupa, tanpa membedakan ksatria atau

rakyat biasa. Para tamu undangan berkumpul dalam ruangan pertemuan

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

200

yang mewah. Kehadiran para gadis dalam pesta tidak sekadar

mengikuti perjamuan, namun menjadi kesempatan untuk saling

menonjolkan kecantikan dan mencari siapa yang lebih cantik.

Hampir semua penduduk kota mendapat undangan dari keluarga

Capulet, kecuali keluarga Montague. Perselisihan antardua keluarga

itu ternyata tak bisa dikalahkan oleh sebuah peringatan keagamaan.

Andaikata Tuan Capulet mengundang keluarga Montague pun,

mereka tentu tidak akan datang.

Namun, lain halnya dengan Romeo yang tidak mempedulikan

perselisihan antarkeluarga itu. Keinginannya untuk berkumpul

dengan para gadis, membuatnya bertindak tanpa memedulikan

dendam keluarga. Ia datang ke pesta perjamuan itu dengan me-

nyembunyikan wajah di balik topeng.

Tengah malam, ia memasuki ruangan bersama lima orang

temannya. Mereka menyelinap antara para gadis dengan bersikap

sopan walaupun wajah mereka menggunakan topeng. Setelah cukup

lama, akhirnya mereka melepas topeng agar para gadis itu dapat

mengenali kehadiran mereka.

Ruangan pesta yang temaram tiba-tiba terang benderang terkena

cahaya obor ketika pintu ruangan terbuka. Romeo terkejut atas

kejadian itu membuat wajahnya bersemu merah dan terdorong

menuju lorong ruangan. Kobaran cahaya obor itu terasa lebih terang

dari cahaya matahari bagi Romeo yang lugu karena ia terlihat jelas

di hadapan semua orang. Melihat kehadiran Romeo, semua tamu

menjadi curiga.

Sementara, para wanita tampak takjub dengan mata terbelalak

memandangnya. Mereka terpesona melihat tubuh tegap Romeo

dipadu dengan paras yang tampan alami. Mereka menganggap

Romeo seumpama langit yang berpadu dengan alam dan menjelma

menjadi keindahan. Bahkan, gadis tercantik pun akan terlihat buruk

jika disandingkan dengan Romeo.

Sementara itu, keluarga Capulet mengabaikan kehadiran musuh.

Ia berusaha menekan kemarahan dengan alasan yang tidak jelas.

Mungkin lebih penting bagi mereka menenangkan para tamu, para

ksatria terhormat, atau untuk menghindari balas dendam keluarga

Montague serta kemarahan Pangeran Escalus melawan anak muda

keturunan musuh itu.

Mungkin keluarga Capulet merasa malu menunjukkan

kemarahan dalam rumah sendiri, melawan musuh yang berusia

belasan tahun. Mereka tidak menghiraukan kehadiran Romeo seolah

tidak ada keinginan dalam hati mereka untuk menantang atau

melukainya.

Romeo segera melupakan kejadian tersebut. Dengan bantuan

obor di tangan, ia berusaha mencari gadis tercantik. Cahaya obor

membantunya memilih, menimbang, menilai yang terbaik di antara

Budaya Daerah

201

sekian banyak gadis. Semua itu ia lakukan dengan tenang agar tidak

mencurigakan.

Tidak berapa lama, matanya terbentur sesosok gadis berwajah

jelita dengan bentuk tubuh sempurna sedang dirayu oleh County

Paris dan Theseus. Gadis itu tampak dipaksa menemani mereka

dansa. County Paris tampak tergila-gila pada gadis itu. Sorot matanya

amat tajam, seolah-olah menelan gadis itu dalam seketika. Tetapi,

gadis itu tampak ragu dan tidak menyerahkan diri sepenuhnya.

Romeo belum pernah melihat gadis itu dan sepertinya ia telah

menemukan gadis impian, meski gadis itu tengah dalam rayuan

pemuda lain.

Romeo berkata kepada gadis itu dalam hati, ”Engkau berhak

untuk membanggakan diri atas keindahan sempurna yang engkau

miliki. Bahkan membuat pujian terhadap kecantikan seolah tidak

pernah ada, tidak pernah terlihat, dan tidak pernah hidup dalam hari-

hari kami sebelumnya.”

Saat menatap gadis itu dengan mata cerdik dan jenaka, cinta

pertama yang hampir membuat ia berharap untuk mati, kini sudah

terlupakan, seolah peristiwa itu tidak pernah terjadi, bagai kata

pepatah ”Sering tidak terpikirkan apa yang tidak terlihat”.

Bagaikan sebuah paku yang ditancapkan pada papan, begitulah

kisah cinta itu keluar menembus batas pemikiran cinta pada zaman

kuno ketika kedua pasang mata itu berserobok pandang.

Nyala api yang datang tiba-tiba berkobar semakin besar seolah

hanya kematian dan aliran darah dari keduanya yang mampu

memadamkan panas membakar. Romeo melihat dirinya berada dalam

amukan badai baru yang mengguncang antara harapan akan bertemu

pelabuhan baru yang lebih menyenangkan dengan bahaya tersesat

menghadang. Kebingungan membuat Romeo tak mampu memikir-

kan tindakan selanjutnya.

Ia menginginkan secercah cahaya, namun kobaran apinya hanyut

dan padam. Romeo seolah kehilangan akal, lupa keadaan dirinya,

lupa menanyakan nama gadis yang telah mengikat hati dalam ikatan

kokoh walaupun tak berbuat apa-apa. Pemuda itu tidak berusaha

melepaskan ikatan, malah melakukan tindakan bodoh mencari

berbagai cara agar bisa selalu memandangi sang gadis demi

memuaskan mata.

Sementara, Juliet, begitulah nama gadis cantik menawan itu,

mengedarkan pandangan menatap setiap orang yang hadir melalui

keindahan bola matanya. Tiba-tiba ia tercekat saat matanya

memandang Romeo. Seketika Juliet seolah ingin memasrahkan

seluruh jiwa dan raga tanpa memedulikan keadaan dirinya baik

kebebasan maupun kesehatan raga. Pemuda-pemuda lain, juga para

gadis cantik di ruangan itu seolah hilang dari pandangannya. Yang

ada hanyanya dia sendiri dan pemuda yang mengguncangkan

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

202

batinnya itu. Seolah-olah ruang pesta malam itu hanya disediakan

untuk sepasang anak muda yang tak sengaja saling memasang jerat

cinta itu. Bukan untuk lainnya.

Sejak detik itu, ia mulai membenci kemeriahan pesta dan hanya

merasakan kebahagiaan ketika matanya bersitatap dengan mata sang

kekasih hati. Rasa sakit dalam hati atas peperangan mereka telah

sirna, dikalahkan oleh kilauan cinta. Sejauh itu mereka hanya bisa

saling bertukar pandang, saling menatap dari kejauhan, berusaha

mengukur seberapa dalam rasa persahabatan berakar dalam dada

masing-masing dan membiarkan rasa itu tetap tumbuh.

Panah Cupid (dewa cinta) telah menembus ke dalam jantung,

membuat kedua orang itu berusaha mencari cara untuk mengakhiri

perang. Mereka ingin berdamai dan berusaha saling mengenal dengan

sedikit percakapan. Keberuntungan gadis itu menaungi keinginan

mereka untuk saling mendekat. Romeo mendekat sambil membawa

obor layaknya seorang ksatria bermaksud menjemput gadis itu untuk

menari bersama.

Nampak kebahagiaan menyinari wajah Juliet saat menyambut

Romeo, namun kemudian ia berusaha menyembunyikan kebahagiaan

yang baru saja mengisi rongga dadanya. Sebagai dewi pujaan yang

memenangkan malam melebihi semua orang di Verona, ia harus

mampu menguasai keadaan dengan sempurna agar tidak menimbul-

kan kecurigaan. Ia merasa harus menjaga martabatnya.

Sementara itu, Romeo sedang berjuang demi merebut tempat,

mendekat ke arah kursi tempat Juliet duduk agar bisa berdansa

bersama. Bunga rupawan penghias pesta malam itu turun dari kursi

dengan kebahagiaan membuncah di dada dan semakin bertambah

ketika Romeo mendekat. Kini, di sisi kanan Juliet duduk Romeo

dan di sisi lain duduk orang yang bernama Mercutio.

Mercutio merupakan salah seorang keluarga kerajaan yang

cukup terhormat karena tutur katanya berwibawa dan menyenangkan

bila diajak berbincang. Bagaikan seekor singa yang berada di antara

domba-domba, ia terlihat kokoh. Begitulah Mercutio dalam

pandangan gadis-gadis lugu.

Ia berusaha menggenggam tangan Juliet yang selembut salju

dengan gerakan bersahabat. Namun, kebekuan gunung es tidaklah

terasa sedingin tangan Mercutio bagi Juliet, meski bagi Mercutio

seolah sedang memegang bara. Secepat kilat sang ksatria menyambar

tangan Juliet. Meski terasa gemetar, Juliet menyukai kehangatan

genggaman Romeo. Juliet dengan kelembutan dan kehangatan jemari

tangan segera menyambut genggaman Romeo. Musik lembut

menenggelamkan Romeo dan Juliet dalam samudra kehangatan jiwa

yang tak bertepi. Langkahnya seolah tidak berbunyi dan mereka

seperti terbang ke langit sunyi tetapi membahagiakan.

Budaya Daerah

203

Juliet rela menanti lama demi mendengar suara sang pahlawan.

Namun, Romeo hanya terdiam mengiringi kesunyian yang

menyelimuti mereka. Akhirnya, dengan suara bergetar karena malu

dan bahagia, mendapat kesempatan berhadapan dengan Romeo, Juliet

memberanikan diri untuk berucap, ”Duhai, semoga kedatanganmu

ke tempat ini diberkahi.”

Namun, hanya kalimat itu yang sempat keluar dari bibirnya. Ia

tak sanggup lagi berbicara ketika cinta yang diharapkan semakin

mendekat. Lidah Juliet seolah melekat erat sehingga tak ada satu

kata pun yang mampu ia ucapkan lagi.

Sambil berusaha keras menahan gejolak dalam dada, pemuda

itu menjawab dalam keterpesonaan, ”Kesempatan ....” Mulutnya tiba-

tiba tercekat, namun setelah mampu mengendalikan diri, ia

melanjutkan, ”kesempatan seperti apa yang mendekat padaku, duhai

gadis pujaanku. Kehadiran diriku di tempat ini hanya diberkahi jika

bisa memuji dan membuatmu bahagia.”

Juliet kembali menguasai dirinya dan berusaha membalas

ungkapan Romeo. Sejenak ia menatap pilu, namun sejurus kemudian

berkata dengan senyum bahagia, ”Jangan meragukan keajaiban,

duhai cahaya hatiku, satu-satunya pangeran impian dalam mimpi

maupun terjaga. Lihatlah tangan Mercutio yang dingin dan telah

membekukan tanganku, atas kemurahan hatimu, engkau kembali

menghangatkan diriku dengan sentuhanmu.”

Romeo membalas penuturan Juliet dengan tegas, ”Jika begitu,

maka para dewa telah memberkahiku dengan berbagai kesenangan

dari langit. Diriku dianugerahi kebahagiaan yang sama seperti

layaknya aku berhasil menguasai satu negara.”

”Duhai semoga waktu ini diberkahi karena telah meminjamkan

kebahagiaan yang aku harapkan. Mungkinkah bisa kumiliki dewi

khayalan dambaan hatiku? Hanya kepada Tuhan aku memohon

sebagai pengganti penderitaan masa lampau agar diijinkan melayani,

mematuhi, dan menghormatimu sepanjang hidup. Semoga engkau

mampu melihat ketulusan jiwaku jika engkau percaya bahwa

kebenaran-Nya tak bisa disangkal. Pun aku tidak melihat sinar

kebohongan dalam tatapanmu.”

”Jika sentuhan tanganku mampu menghangatkanmu, pastikan

bahwa panas yang berasal dariku itu mampu menyejukkan seperti

yang aku rasakan melalui telapak tanganmu. Meskipun itu belum

seberapa jika dibandingkan dengan tatapan sekilas dan kilauan

cahaya berkobar pada mata menyenangkan yang menghiasi

kecantikanmu, menumbuhkan rasa cinta, menyalakan api dalam

perasaan kita. Lihatlah pikiranku telah meleleh lebur tanpa bentuk

juga keadaanku menjadi merana. Jika engkau tidak menolong,

pastilah diriku akan hancur menjadi abu. Semoga timbul belas

kasihan padaku, orang yang telah memaksamu terbakar.”

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

204

Pada kegiatan sebelumnya, kalian telah belajar menyusun dialog

dalam pementasan drama. Kalian juga telah belajar menggubah cerita

terjemahan menjadi sebuah naskah drama. Pengalaman apa yang

kalian peroleh ketika mengikuti kegiatan tersebut? Kesulitan-

kesulitan apa yang kalian temukan ketika mengikuti kegiatan itu?

Diskusikan kesulitan dan pengalaman kalian dengan dipandu Bapak/

Ibu Guru agar kalian dapat menemukan jalan keluarnya!

Pada kegiatan kali ini, kalian akan belajar menilai tema, plot,

tokoh, perwatakan, dan pembabakan, serta perilaku berbahasa teks

dalam drama tradisional atau terjemahan. Kalian tentu masih ingat,

bukan unsur-unsur pembangun cerita drama tersebut?

Kalian telah menyusun dua babak drama

Romeo Juliet.

Naskah

drama yang kalian susun, tentu akan berbeda dengan naskah drama

yang disusun oleh teman kalian. Perbedaan itu misalnya dalam hal

penokohan, pengaluran, pelataran, dan pengolahan cerita secara

menyeluruh. Perbedaan tersebut tentu saja akan memunculkan

varian-varian cerita

Romeo Juliet.

Dalam dunia sastra, munculnya

varian cerita tersebut tidak perlu dipersoalkan. Hal itu justru akan

memperkaya khazanah drama.

Fotokopilah naskah drama Romeo Juliet yang telah kalian

susun. Kemudian, tukarkan naskah drama yang kalian susun dengan

naskah drama yang disusun oleh teman kalian. Berikan penilaian

terhadap naskah drama yang disusun oleh teman kalian bertolak

pada pertanyaan berikut.

1.

Bagaimana teknik pemunculan tokoh yang dilakukan?

2.

Bagaimana cara menggambarkan karakter tokoh-tokoh drama

tersebut?

3.

Bagaimana cara menampilkan latar cerita drama itu?

4.

Bagaimana teknik mengolah alur cerita?

5.

Bagaimana cara menghubungkan peristiwa satu dengan peristiwa

lainnya atau antara babak satu dan babak lainnya?

6.

Apakah bahasa yang digunakan pada dialog sudah mencermin-

kan zaman ketika cerita itu lahir?

Apakah kalian setuju dengan pendapat yang disampaikan oleh

teman kalian? Jika setuju, tentu ada bagian-bagian naskah drama

kalian yang perlu diubah. Perbaikilah naskah drama kalian berdasar-

kan masukan yang diberikan oleh teman-teman kalian (jika kalian

setuju dengan masukan tersebut).

D. Menilai Unsur Drama yang Memiliki Warna Lokal

atau Drama Terjemahan

○○○○○○○○○○

Pelatihan 6

○○○○○○○○○○

Pelatihan 7

Budaya Daerah

205

Kalian belum selesai menggubah cerita Romeo Juliet. Masih

ada bagian cerita yang harus kalian gubah sampai akhir cerita.

Carilah novel Romeo Juliet di perpustakaan atau kalian dapat

membelinya di toko buku.

1.

Bacalah secara cermat novel

Romeo Juliet

sampai bagian akhir

cerita!

2.

Gubahlah cerita

Romeo Juliet

itu dalam bentuk drama dengan

memerhatikan

a.

teknik pengaluran;

b.

teknik penokohan;

c.

pembabakan drama;

d.

dialog tokoh;

e.

teknik pemunculan tokoh.

Bentuklah kelompok untuk memerankan cerita drama

Romeo Juliet

sesuai naskah drama yang kalian susun! Sebelumnya, berlatihlah di

rumah agar kalian dapat menyajikan pementasan drama yang maksimal.

○○○○○○○○○○

Tugas 5

○○○○○○○○○○

Pelatihan 8

E. Menulis Esai

Pada Bab X, kalian telah belajar menulis kritik terhadap karya

sastra (drama). Secara tertulis, kritik ditulis dalam bentuk karangan

esai. Di majalah atau surat kabar (kolom budaya atau sastra), kalian

dapat membaca berbagai contoh esai yang membahas berbagai topik.

Dalam dunia sastra, ada berbagai bentuk esai. Misalnya, esai

yang membahas sebuah topik budaya atau sastra dan esai yang

mengulas tentang karya sastra itu sendiri. Pada pelajaran ini, kalian

akan belajar menulis esai yang mengulas sebuah karya sastra.

Perhatikan contoh esai di bawah ini!

Absurditas Budi Darma sebagai Tantangan

Kritik Mutakhir

Esai Saifur Rohman

Perasaan tidak enak di hadapan ketidakmanusiawian,

kejatuhan yang tak terduga di depan gambaran diri

kita, yang disebut ”kemuakan” oleh seorang pengarang

pada zaman kita, itulah absurd.

(Albert Camus, Mite Sisifus:

Pergulatan dengan Absurditas

, 1999: 17)

Bilamana A. Teeuw dalam

Sastra Indonesia Modern I dan II

(1989: 81) pernah menyebut Budi Darma sebagai ”penulis esai

pendek yang menarik dan penulis prosa pembaru”, maka sisi menarik

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

206

dan faktor pembaru itu adalah perasaan absurd. Itulah kenapa saat

Penghargaan Achmad Bakrie bidang kesusastraan jatuh ke tangannya

pada 15 Agustus 2005 di Jakarta, juri memberikan argumentasi bahwa

dia ”pawai menangkap absurditas”.

Akan tetapi, apakah ”absurd”? Baru Albert Camus yang

menjelaskan secara jernih definisi absurd yang masih berlaku sampai

kini. Absurd pertama-tama adalah sebuah tegangan yang sedang

terjadi. Absurd hanya bisa eksis bukan berada pada satu kenyataan

semata-mata, melainkan dua kondisi yang saling bertautan. Hidup

ini menjadi absurd jika didefinisikan, pertama, sebagai kesempatan

untuk berjuang meraih impian; kedua, mengacu pada fakta bahwa

kehidupan selalu berakhir dengan kematian. Rentang antara titik

perjuangan dan kematian menimbulkan perasaan absurd. Tegangan

antara satu titik bernama harapan dan titik lain adalah kepunahan

memercikkan api absurd. Absurd adalah kemuakan, kehampaan,

paradoks, dan kesia-siaan.

Dalam

setting

sejarah sastra modern Indonesia, pemikiran absurd

pernah muncul jauh sebelumnya (sebelum nama Budi Darma

muncul). Pada masa kemerdekaan, Chairil Anwar adalah potret

absurditas melalui larik ”sekali berarti, sudah itu mati”. Pada dekade

70–80-an, novel-novel Iwan Simatupang adalah juru bicara karya

absurd. Putu Wijaya juga pernah dikelompokkan ke dalam barisan

absurd ketika H.B. Jassin menolak dengan mengatakan bahwa

karyanya mengikuti alur

stream of consciousness.

Sementara, Budi

Darma mengaku sendiri bahwa kebanyakan karyanya adalah absurd

(1980: 12). Akan tetapi, berbeda dengan absurditas yang telah

ditampilkan dalam kesusastraan Indonesia sebelumnya atau paling

tidak dalam wacana eksistensialisme, Budi Darma menyusun sketsa

absurditas melalui pintu romantisme. Pandangan romastisme

dielaborasi dari luar kesadaran menuju kesadaran.

Mulanya, dia percaya bahwa karya sastra lahir dari sebuah dunia

yang jauh dan tertangkap oleh pengarang lewat wahyu yang harus

dituliskan. Kalimat dalam sastra adalah proyeksi dari transendensi

yang mengalami emanasi menuju kesadaran aktual manusia.

Keyakinan itu diungkapkan ketika menulis cerpen-cerpen dalam

Orang-Orang Bloomington,

yang diterbitkan pertama kali oleh

Sinar

Harapan,

kemudian diterbitkan kembali oleh

Metafor Publishing

pada tahun 2004.

”Semua seolah-olah saya tulis di luar kesadaran saya sendiri.”

Produk berupa garis-garis alfabet itu tiba-tiba tak lebih merupakan

proyeksi dari dunia di luar kesadaran. Sebuah dunia yang tanpa

disadari.

Dunia itu mencengkeram kuat-kuat, menguasai kesadarannya

sampai-sampai, ”Saya tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menulis

apa yang didiktekan oleh sesuatu yang memanipulasi saya.”

Budaya Daerah

207

Dunia di luar kesadaran yang mengucuri dengan kata-kata itulah

yang telah melahirkan

Rafilus

(1988) dan

Nyonya Talis

(1993).

Tokoh-tokoh yang hidup di dalamnya memiliki stereotip sebagai

sosok yang memiliki kemampuan di luar manusia, melenceng dari

alur yang ”normal”. Rafius, misalnya, dapat hidup lagi dalam

kecelakaan kereta api. Judul

Nyonya Talis

tidak menuntun pada uraian

kisah sosok Nyonya Talis, tetapi menceritakan perjalanan hidup

seorang Madras.

Absurditas muncul bukan dari kesadaran akan absurditas,

sebagaimana diungkapkan oleh Jean-Paul Sartre. Akan tetapi,

absurditas melampaui keberadaan dan masuk pada luar sadar.

”Absurditas saya bukan semata digerakkan oleh kesadaran akan diri

saya, melainkan juga apa yang melampaui kekuatan saya.” Budi

Darma mengekpresikan kemuakan, kehampaan, paradoks, dan kesia-

siaan melalui jalur ”di luar kesadaran” untuk mengoreksi kondisi

kesadaran manusia.

Rasa muak itu pernah dimunculkan dengan sangat indah dalam

cerpen panjangnya bertajuk ”Keluarga M”. Tokoh utama adalah

seorang Aku, tetapi tokoh ini bukanlah seorang yang disukai pembaca

karena lebih tepatnya disebut tokoh antagonis. Si Aku tinggal di

sebuah apartemen sendirian dan sangat sensitif dengan keadaan di

luar. Pernah suatu hari, si Aku mendapati cat mobilnya tergores. Si

Aku tidak tahu siapa yang menggoresnya sampai kemudian ia melihat

kakak beradik yang bermain di sekitar lokasi. Mark dan adiknya,

Martin, dicurigai telah menggores mobil si Aku sehingga si Aku

langsung melabrak ke lantai tujuh menemui orang tuanya bernama

Malvin dan Meek. Pertengkaran mulut itu mulai mendapatkan

penjelasan yang meyakinkan bahwa Mark dan Martin bukanlah

pelakunya.

Namun, si Aku tidak percaya. Malah, rasa bencinya semakin

menggunung. Suatu ketika, rasa muak si Aku memuncak. Si Aku

kemudian menyusun rencana untuk mencelakai Mark dan Martin.

Usaha pertama si Aku untuk mencelakai Mark dan Martin berhasil.

Si Aku melempar kepala anak itu dengan batu sehingga peristiwa

itu menggemparkan seisi apartemen. Si Aku belum puas. Ia

kemudian berniat menyunduti ban mobil keluarga Meek agar tidak

bisa digunakan. Namun, setelah ditunggu-tunggu, kesempatan itu

tidak datang hingga akhirnya ia mendapatkan kabar bahwa keluarga

Meek mengalami kecelakaan. Dua anggota keluarga itu meninggal

dan lainnya cacat seumur hidup. Sisanya yang cacat seumur hidup

itu adalah Malvin dan Meek.

Begitulah kekuatan Budi Darma, tidak hanya mengungkapkan

perasaan absurd sebagai kenyataan yang harus diterima, tetapi harus

diproduksi kembali. Kemuakan bukanlah kontraproduktif. Absurditas

Budi Darma berada pada satu titik ketika sejarah sastra Indonesia

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

208

bergerak di antara kegairahan yang luar biasa untuk mengisi rak buku

sastra dan kemuakan pada rumusan estetika sebagai komoditas yang

dipasarkan.

Dikutip dengan penyederhanaan dari

Suara Merdeka,

11 September 2005

Jawablah pertanyaan di bawah ini berdasarkan esai di atas!

1.

Topik apa yang diangkat oleh penulis pada esai di atas?

2.

Karya sastra apa yang dibicarakan pada esai tersebut?

3.

Apa pendapat penulis tentang absurditas pada sebuah karya

sastra?

4.

Apa pendapat penulis tentang karya-karya Budi Darma?

5.

Bagaimana proses kreatif lahirnya karya-karya Budi Darma?

Jika kalian rajin membuka situs internet, cobalah kalian men-

jelajah situs

www.cybersastra.net

. Di sana, kalian dapat membaca

berbagai contoh esai sastra.

Kalian telah membaca contoh esai. Berdasarkan contoh esai di

atas dan contoh esai yang kalian baca melalui internet, buatlah

simpulan tentang pengertian esai dan prinsip-prinsip menulis esai!

Kalian mengenal pengarang-pengarang asing, yang karya-

karyanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Buku

terjemahan yang paling populer saat ini adalah Harry Potter

karangan J.K. Rowling. Selain itu, ada juga Ernest Hemingway,

Agatha Christie, Toray Haiden, dan masih banyak lagi. Untuk cerita

berbentuk cerpen, dikenal nama Anton Chekov, yang karya-karyanya

banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

1.

Bacalah cerpen Anton Chekov di bawah ini! Resapilah isi cerpen

itu dan temukan hal-hal menarik yang layak dikritisi!

Taruhan

Karya:

Anton Chekov

Saat itu malam musim gugur yang gelap. Seorang bankir

tua berjalan mondar-mandir di ruang kerjanya terkenang pesta

yang diselenggarakannya pada musim gugur lima belas tahun

silam. Banyak orang pandai yang hadir dan percakapan-

percakapan yang menarik di sana.

Di antara hal-hal yang mereka perbincangkan adalah masalah

hukuman mati. Para tamu, tidak sedikit di antaranya adalah para

sarjana dan jurnalis, sebagian besar tidak setuju atas pelaksanaan

○○○○○○○○○○

Pelatihan 9

○○○○○○○○○○

Tugas 6

○○○○○○○○○○

Pelatihan 10

○○○○○○○○○○

Pelatihan 11

Budaya Daerah

209

hukuman tersebut. Mereka menganggap hal itu sebagai suatu

bentuk hukuman yang sudah kuno. Sebagian dari mereka

berpendapat bahwa hukuman mati hendaknya diganti dengan

hukuman penjara seumur hidup secara universal.

”Aku tak sependapat dengan kalian,’’ kata sang tuan rumah.

”Aku sendiri belum pernah mengalami hukuman mati atau

penjara seumur hidup, tapi bila kita boleh mengambil per-

timbangan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, menurut

pendapatku hukuman mati lebih bermoral dan lebih manusiawi

daripada penjara. Eksekusi langsung membunuh, sedang penjara

seumur hidup membunuh perlahan-lahan. Siapakah algojo yang

lebih manusiawi, orang yang membunuhmu dalam beberapa

detik ataukah seorang yang mencabut nyawamu selama ber-

tahun-tahun?’’

Di antara mereka terdapat seorang pengacara muda yang

berusia sekitar dua puluh lima tahun. Ketika dimintai pendapatnya,

ia berkata, ”Hukuman mati dan penjara seumur hidup sama-

sama amoral, tapi kalau aku disuruh memilih di antara keduanya,

aku pasti memilih yang kedua. Bagaimanapun juga, hidup lebih

baik daripada tidak hidup sama sekali.’’

”Bohong! Aku berani bertaruh dua juta kau takkan betah

ngendon di sel walau hanya untuk lima tahun saja!’’ sang bankir

menggebrak meja dan berteriak kepada pengacara.

”Kalau kau serius,’’ sahut sang pengacara, ”aku bertaruh

akan ngendon bukan hanya selama lima, tapi lima belas tahun.’’

”Lima belas tahun. Jadi!’’ seru sang bankir. ”Tuan-tuan,

aku mempertaruhkan dua juta!’’

”Setuju. Kau bertaruh dengan dua juta, aku dengan

kebebasanku,’’ kata sang pengacara.

Maka taruhan edan-edanan itu jadilah.

Dan kini sang bankir berjalan mondar-mandir mengenang

ini semua dan bertanya pada dirinya sendiri, ”Kenapa kulakukan

taruhan ini? Si pengacara itu kehilangan lima belas tahun

kehidupannya dan aku membuang dua juta. Apakah ini akan

meyakinkan masyarakat bahwa hukuman mati lebih buruk atau

lebih baik daripada penjara seumur hidup? Tidak, tidak! Semua

ini kesia-siaan belaka. Di pihakku itu semata-mata akibat pikiran

mendadak dari seorang yang kaya raya; sedang bagi si pengacara,

semata-mata karena kerakusan akan harta.’’

Ia mengenang lebih jauh tentang apa yang terjadi setelah

pesta malam itu. Diputuskan bahwa sang pengacara harus

menjalani masa kurungannya di bawah pengawasan yang sangat

ketat di sebuah paviliun yang terletak di kebun milik sang bankir.

Selama tahun pertamanya di penjara, sang pengacara,

sepanjang kesimpulan yang dapat ditarik dari catatan-catatan

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

210

kecilnya, sangat menderita karena kesendirian dan kesepian.

Siang malam dari kamarnya terdengar suara piano. Ia menolak

anggur dan tembakau.

Pada tahun kedua tidak terdengar lagi suara piano dan sang

pengacara hanya meminta sastra Yunani dan Romawi kuno.

Dalam tahun kelima suara musik kembali terdengar dan sang

tahanan meminta anggur. Orang-orang yang mengawasinya

mengata-kan bahwa dalam waktu setahun itu ia hanya makan,

minum, dan berbaring saja di ranjang-nya. Ia sering menguap

dan bicara sendiri sambil marah-marah. Ia tidak lagi membaca

buku. Terkadang di malam hari ia duduk sambil menulis. Ia

menulis dalam waktu lama kemudian merobek-robek semuanya

di pagi hari. Lebih dari sekali terdengar ia menangis.

Selama dua tahun terakhir dari masa kurungannya sang

tahanan dengan edan-edanan membaca luar biasa banyak.

Sekarang ia menekuni ilmu-ilmu alam, kemudian melahap

karya-karya Byron dan Shakespeare. Ia mengirim catatan-

catatan kecil minta dikirimi dalam waktu yang bersamaan sebuah

buku tentang kimia, sebuah

textbook

tentang kedokteran, sebuah

novel, dan beberapa risalah filsafat atau teologi.

Sang bankir mengenang semua ini dan berpikir, ”Pukul dua

belas besok ia memperoleh kebebasannya. Berdasar kesepakatan,

aku nanti harus membayarnya dua juta. Kalau kubayar, tamatlah

riwayatku. Aku bangkrut selamanya ....” Lima belas tahun silam

uangnya berjuta-juta, tapi sekarang ia bahkan takut bertanya

kepada dirinya sendiri manakah yang lebih banyak dimilikinya,

uang ataukah utang. Berjudi di pasar modal, spekulasi yang

berisiko, dan kesembronoan yang tidak dapat dihilangkannya

bahkan sampai tuanya, perlahan-lahan telah mengantar bisnisnya

kepada kehancuran.

”Taruhan terkutuk itu,’’ bisik pria tua tadi sambil memegangi

kepalanya dalam keputusasaan. ”Kenapa orang itu tidak mati

Gambar 11.4

Makan bersama

saja? Umurnya baru empat puluh tahun. Ia

akan membawa pergi sampai recehan

terakhirku serta mengakhiri semuanya. Satu-

satunya cara melepaskan diri dari

kebangkrutan dan aib adalah pria itu harus

mati.’’

Jam baru saja berdentang menunjukkan

pukul tiga. Sang bankir menyimaknya. Di

rumah itu semua orang sudah tidur, dan yang

terdengar hanyalah bunyi pepohonan beku

yang menderu-deru di luar jendela. Dengan

berusaha agar tidak menimbulkan suara, ia

mengeluarkan kunci pintu yang tidak pernah

Budaya Daerah

211

dibuka selama lima belas tahun dari peti besinya kemudian

mengantongi di mantelnya lalu keluar dari rumah. Di kebun

suasananya gelap dan dingin. Ketika sedang mendekati paviliun,

ia memanggil-manggil sang pengawas dua kali. Namun tak ada

jawaban. Agaknya sang pengawas telah mencari perlindungan

dari cuaca buruk dan kini sedang tertidur di dapur atau rumah

kaca.

”Kalau aku punya keberanian untuk menjalankan niatku,’’

pikir laki-laki tua itu, ”kecurigaan pertama kali akan ditujukkan

kepada si pengawas.’’

Di dalam kegelapan ia meraba-raba mencari jalan dan pintu

kemudian memasuki aula paviliun. Tak ada seorang pun di sana.

Terlihat dipan tanpa seprei dan selimut serta sebuah kompor

besi samar-samar di sudut ruangan.

Di kamar tahanan terdapat sebatang lilin yang menyala

remang-remang. Sang tahanan duduk sendirian di depan meja.

Hanya punggung, rambut, dan kedua belah tangannya saja yang

nampak. Buku-buku yang terbuka berserakan di atas meja, kedua

kursi, dan karpet di dekat meja.

Lima menit berlalu dan sang tahanan tak sekalipun menoleh.

Lima belas tahun dalam kurungan telah mengajarkannya untuk

duduk tak bergeming. Sang bankir mengetuk-ngetuk jendela

dengan jarinya, tapi sang tahanan tidak melakukan sebuah

gerakan pun sebagai tanggapan. Lalu sang bankir dengan hati-

hati merobek segel pintu dan memasukkan kunci ke lubangnya.

Lubang kunci yang berkarat mengeluarkan suara serak dan pintu

pun berderit.

Pria itu duduk di depan meja, tidak seperti manusia biasa.

Nampak mirip tengkorak terbalut ku

lit yang berambut gondrong

keriting seperti perempuan dan berewokan. Wajahnya kuning

pucat karena tak pernah tersentuh sinar matahari, kedua belah

pipinya kempot, punggungnya panjang dan kecil, dan tangannya

yang dipakai untuk menopangkan kepalanya sangat kurus dan

lemah sehingga menyedihkan sekali bagi yang melihatnya.

Rambutnya sudah beruban, dan tak seorang pun yang melihat

sekilas ke wajah tua yang peot itu akan percaya bahwa ia baru

berusia empat puluh tahun. Di atas meja, di depan kepalanya

yang tertunduk, tergeletak secarik kertas yang berisi tulisan

tangan yang kecil-kecil.

”Manusia malang,’’ batin sang bankir, ”dia sedang tertidur

dan barangkali sedang melihat uang jutaan dalam mimpinya.

Aku tinggal mengangkat dan melempar benda setengah mati

ini ke atas dipan, membekapnya sebentar dengan bantal, dan

otopsi yang paling teliti sekalipun tak akan menemukan sebab

kematian yang tidak wajar. Tapi, pertama-tama, mari kita baca

apa yang telah ditulisnya di sini’’.

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

212

Sang bankir pun mengambil kertas itu

dan membacanya: ”Besok pukul dua belas

tengah malam aku akan memperoleh

kebebasanku dan hak untuk bergaul dengan

masyarakat. Namun sebelum kutinggalkan

ruangan ini dan melihat cahaya matahari,

kupikir aku perlu menyampaikan beberapa

patah kata kepadamu. Dengan nurani yang

jernih dan Tuhan sebagai saksinya, kunyata-

kan kepadamu bahwa aku memandang hina

kebebasan, kehidupan, kesehatan, dan semua

yang disebut oleh buku-bukumu sebagai

rahmat di dunia ini.’’

Gambar 11.5

Sang tahanan sedang membaca

”Selama lima belas tahun aku dengan rajin telah mempe-

lajari kehidupan duniawi. Memang benar, aku tidak melihat

dunia maupun orang-orang, tapi dalam buku-bukumu aku

meminum anggur yang wangi, menyanyikan lagu-lagu, berburu

rusa dan babi hutan di rimba, mencintai wanita-wanita....”

”Dan wanita-wanita cantik, selembut awan, yang diciptakan

oleh sihir kejeniusan para pujangga, mengunjungiku di malam

hari dan membisikkan dongeng-dongeng yang menakjubkan,

membuat aku mabuk kepayang.’’

”Dalam buku-bukumu kuterjunkan diriku ke dalam jurang

tanpa dasar, membuat berbagai keajaiban, membakar kota-kota

sampai rata dengan tanah, mengajarkan agama-agama baru,

menaklukkan seluruh negara.... Dan aku memandang hina buku-

bukumu, memandang hina semua rahmat duniawi dan kebijakan.

Semua itu hampa, lemah, dan khayali bagai bayang-bayang.

Sekalipun engkau hebat, bijaksana, dan tampan, kelak kematian

akan menghapuskanmu dari muka bumi seperti tikus di bawah

tanah. Dan keturunan, sejarah serta monumen kejeniusanmu

akan menjadi ampas beku yang habis terbakar bersama bola

bumi ini. Engkau sinting, dan menyusuri jalan yang salah.

Engkau menukar kesejatian dengan kepalsuan dan kecantikan

dengan keburukan. Demikian pula aku heran padamu yang telah

menukar surga dengan dunia. Kutunjukkan padamu kejijikanku

atas cara hidupmu, kutolak dua juta itu yang pernah kuimpikan

sebagai surga, dan yang kini kuanggap hina. Aku cabut hakku

atasnya, aku akan keluar dari sini lima menit sebelum waktunya,

dengan demikian akan batallah persetujuan itu.’’

Setelah membacanya, sang bankir meletakkan kembali

kertas tersebut di atas meja, dikecupnya kepala orang asing itu,

dan ia pun mulai menangis. Ia keluar dari paviliun itu.

Pada paginya sang pengawas yang malang mendatanginya

dengan berlari-lari dan melaporkan bahwa mereka telah melihat

Budaya Daerah

213

pria yang tinggal di paviliun itu memanjat jendela dan turun ke

kebun. Ia telah pergi ke pintu gerbang dan menghilang. Sang

bankir segera pergi bersama para pembantunya ke paviliun tadi

dan mendapatkan tahanannya telah melepaskan diri.

Sumber:

www.geocities.com,

tanpa nama penerjemah

2.

Tulislah sebuah esai berdasarkan cerita tersebut! Ada baiknya

jika kalian mengenal karya Anton Chekov lainnya sebagai bahan

perbandingan.

Rangkuman

1.

Kehidupan sosial politik dari penyair sangat memengaruhi isi, nuansa, dan pilihan

kata dalam sebuah puisi.

2.

Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra yang ditandai dengan pem-

babakan dan dialog para pelaku. Jadi, untuk menafsirkan isi juga melalui dialog

tersebut.

3.

Siapa saja yang diperlukan dalam pementasan drama? Mereka adalah sutradara,

aktor/aktris, penata letak, penata musik, penata lampu, dan penata kostum.

4.

Kritik setidaknya terdiri atas tiga hal, yaitu pendahuluan, isi pernyataan, dan penutup.

Refleksi

Ketika kita membandingkan puisi dalam negeri, kita mungkin merasa bahwa

kita berada di bawah mereka. Tepislah anggapan itu tetapi ada satu hal yang tidak

boleh kita lupa. Kita harus bangga terhadap karya sendiri tapi sekaligus mau belajar

dari orang lain. Egoisme yang berlebihan akan mengerdilkan sebuah kreativitas. Maka

dari itu sikap skeptis juga diperlukan dalam sebuah karya sastra. Hal ini tentunya

akan semakin mengembangkan karya kita. Karya tidak akan terkesan monoton dan

tidak berkembang. Mari kembangkan diri kalian.

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

214

1.

Dengarkan pembacaan puisi ini!

Melopee

Di bawah rembulan bergerak tenang sungai nan panjang

Di atas sungai nan panjang bergerak gontai sang rembulan

Di bawah rembulan di atas sungai bergerak perlahan sampan

menuju laut

Melalui ilalang panjang

Melalui padang terbentang

Bergerak perlahan sampan menuju laut

bersama sang rembulan yang gontai bergerak

sampan perlahan

menuju laut

Mereka begitu akrab menuju laut, sampan

rembulan dan lelaki

Mengapa rembulan dan lelaki berdua setia bergerak tenang

menuju laut

Ditulis oleh penyair Belanda diterjemahkan oleh Mursidah

Jawablah pertanyaan di bawah ini!

a.

Apakah tema puisi di atas?

b.

Gaya bahasa apa yang tampak pada puisi itu?

c.

Siapakah mereka pada puisi itu?

d.

Bagaimana cara penyair menampilkan unsur puitis pada

puisinya?

e.

Apa sesungguhnya yang ingin diceritakan penyair dalam

puisi itu?

f.

Apa pesan yang ingin disampaikan penyair?

2.

Pernahkah kalian mendengarkan cerita

Ramayana

?

Ramayana

adalah cerita yang mengisahkan kisah cinta Rama dan Sinta.

a.

Carilah cerita asli

Ramayana

dari buku cerita pewayangan!

Bacalah cerita tersebut dan pahamilah jalan ceritanya!

b.

Susunlah sebuah naskah drama berdasarkan cerita

Ramayana

tersebut!

3.

Berilah tanggapan terhadap naskah drama

Ramayana

yang

ditulis teman sebangku kalian! Tanggapilah naskah drama

tersebut!

a.

Bagaimana teknik pemunculan tokoh yang dilakukan?

b.

Bagaimana cara menggambarkan karakter tokoh-tokoh

drama tersebut?

c.

Bagaimana cara menampilkan latar cerita drama itu?

d.

Bagaimana teknik mengolah alur cerita?

○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○

Soal-Soal Pengembangan Kompetensi

Budaya Daerah

215

e.

Bagaimana cara menghubungkan peristiwa satu dan

peristiwa lainnya atau antara babak satu dan babak lainnya?

f.

Apakah bahasa yang digunakan pada dialog mencerminkan

zaman ketika cerita itu lahir?

4.

Tulislah sebuah esai tentang cerita

Romeo Juliet

yang pernah

kamu baca!

5.

Suntinglah penggalan esai di bawah ini dalam hal

a. pemilihan kata;

b. penerapan ejaan;

c. struktur kalimat;

d. struktur paragraf.

Perkelahian Pelajar

Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi

di antara pelajar. Bahkan bukan ”hanya” antarpelajar SMU,

tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang

mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada

remaja.

Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan,

tawuran ini sering terjadi. Data di Jakarta misalnya (Bimmas

Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian

pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan

menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan

korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain.

Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2

anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan

37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian

dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam

satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat

sekaligus.

Dampak Perkelahian Pelajar

Jelas bahwa perkelahian pelajar ini merugikan banyak

pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari

perkelahian pelajar. Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang

terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif.

Pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas. Kedua,

rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas

lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan.

Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir,

mungkin adalah yang paling dikhawatirkan para pendidik,

adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi,

perdamaian, dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu

belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk

memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk

melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

216

Kata Berhikmah

Jikalau sepotong kayu banyak akarnya lagi teguh, apakah ditakutkan ribu?

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika seseorang memiliki banyak teman.

terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap

kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.

Pandangan Umum terhadap Penyebab Perkelahian Pelajar

Sering dituduhkan, pelajar yang berkelahi berasal dari

sekolah kejuruan, berasal dari keluarga dengan ekonomi yang

lemah. Data di Jakarta tidak mendukung hal ini. Dari 275 sekolah

yang sering terlibat perkelahian, 77 di antaranya adalah

sekolah menengah umum. Begitu juga dari tingkat ekonominya,

yang menunjukkan ada sebagian pelajar yang sering berkelahi

berasal dari keluarga mampu secara ekonomi. Tuduhan lain juga

sering dialamatkan ke sekolah yang dirasa kurang memberikan

pendidikan agama dan moral yang baik. Begitu juga pada

keluarga yang dikatakan kurang harmonis dan sering tidak

berada di rumah.

Padahal penyebab perkelahian pelajar tidaklah sesederhana

itu. Terutama di kota besar, masalahnya sedemikian kompleks,

meliputi faktor sosiologis, budaya, psikologis, juga kebijakan

pendidikan dalam arti luas (kurikulum yang padat misalnya),

serta kebijakan publik lainnya seperti angkutan umum dan tata

kota.

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia

remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja

(juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian,

dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional

dan sistematik. Pada delikuensi situasional, perkelahian terjadi

karena adanya situasi yang ”mengharuskan” mereka untuk

berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya

kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat. Sedangkan

pada delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian

itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini

ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti

angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, mereka bangga

kalau dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.

..........................................................................................

Dikutip dari esai Raymond Tambunan dalam

Informasi Psikologi Online

Soal-Soal Latihan Ujian Nasional

217

A. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang

(

×

) pada huruf a, b, c, d, atau e!

1.

Pak Wahyu Subrata adalah seorang bupati. Di wilayah tempat

ia menjabat, dibangun sebuah rumah sakit. Pada saat acara

peresmian rumah sakit tersebut, Pak Wahyu Subrata diminta

untuk menyampaikan ....

a.

pidato

b.

sambutan

c.

ceramah

d.

khotbah

e.

anjangsana

2.

Tema yang sesuai disampaikan pada pidato peringatan Hari

Pendidikan Nasional adalah ....

a.

pentingnya mempererat tali silaturahmi

b.

upaya memberantas kemiskinan

c.

meningkatkan kepedulian sosial

d.

peran serta wanita dalam dunia pendidikan

e.

membangkitkan kembali semangat nasionalisme

3.

Berikut ini adalah hal yang perlu diperhatikan saat menyampaikan

pidato/sambutan,

kecuali ....

a.

setiap kata dan kalimat hendaknya diucapkan dengan jelas

b.

kalimat hendaknya tidak diucapkan dengan nada datar

c.

ekspresi wajah hendaknya mencerminkan tema dan isi

d.

anggota badan harus selalu bergerak

e.

perlu adanya penekanan kalimat agar pesan tersampaikan

4.

Dahulu kata

ikan

bermakna ’binatang yang hidup di air yang

memiliki sirip serta bernapas dengan insang’. Saat ini, kata

ikan

juga bermakna’lauk pauk’.

Perubahan makna seperti di atas disebut ....

a.

generalisasi

b.

spesialisasi

c.

ameliorasi

d.

peyorasi

e.

konotasi

5.

Pergeseran makna yang menunjukkan makna sekarang lebih sempit

cakupannya dibanding makna dahulu terdapat pada kata ....

a.

bapak

b.

nasi

c.

manuskrip

d.

berlayar

e.

sarjana

○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○

Soal-Soal Latihan Ujian Nasional

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

218

6.

Perhatikan program kerja tahunan OSIS ini!

1.

Kemasyarakatan dan Kemanusiaan

a)

Bakti sosial

b) Donor darah

Seksi humas

2.

......................................................

a)

Ekstrakurikuler olahraga

b) Ekstrakurikuler seni

Seksi minat dan

c)

Ekstrakurikuler penulisan

bakat

sastra

d) Ekstrakurikuler IT

e)

Perlombaan/sayembara

No.

Bidang

Pelaksana

Bagian yang kosong di atas dapat diisi ....

a.

Olahraga

b.

Seni

c.

Minat dan Bakat

d.

Keterampilan

e.

Kesenian dan Keterampilan

7.

Rancangan program kegiatan yang menyajikan gambaran umum

pelaksanaan sebuah kegiatan, yang mencakup latar belakang, tujuan,

rencana pembiayaan, kepanitiaan, dan lain-lain disebut ....

a.

konsep

b.

outline

c.

makalah

d.

proposal

e.

artikel

8.

Kisah Walisongo tak bisa dilepaskan begitu saja dari,

dongeng, mitos, dan berbagai cerita mistik yang melingkupinya.

Padahal, bila dinalar, acap kali mitos atau dongeng itu justru

bertolak belakang dengan maksud penyebaran agama Islam

yang berusaha menghilangkan unsur syirik atau kekafiran.

Begitu pun dengan kisah Sunan Bonang.

(

Suara Merdeka,

16

September 2007, hlm. 32)

Menurut letak gagasan utamanya, paragraf di atas termasuk

bentuk paragraf ....

a.

deduktif

b.

induktif

c.

persuasif

d.

argumentatif

e.

sebab-akibat

Soal-Soal Latihan Ujian Nasional

219

9.

Dalam karawitan Bali, gendang memiliki fungsi tidak

sekadar sebagai pengiring. Lebih dari itu, fungsi yang terpenting

adalah sebagai penanda gending. Penanda gending dapat

diartikan sebagai suatu tanda atau isyarat bunyi yang di-

munculkan untuk mengendalikan tempo, dinamika, irama, dan

lain sebagainya.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan

gendang yang sebelumnya dimainkan secara konvensional,

sekarang telah menjadi lahan garap baru dan mulai dilirik oleh

para kreator untuk dikembangkan lebih variatif. Perubahan ini

terutama pada cara memainkannya. Jika dahulu gendang hanya

dimainkan secara biasa, sekarang dimainkan dengan cara yang

lebih variatif.

Seperti yang dilakukan oleh I Wayan Barata, Nyoman

Winda, Subandi, Wayan Darya, dan komponis lainnya. Mereka

terus berkreasi untuk memainkan gendang. Nyatanya, seluruh

kreativitas yang dilakukan para komponis Bali itu banyak ditiru

oleh seniman musik generasi muda. ....

(Majalah

Gong

, edisi 75/VII/2005)

Pola pengembangan paragraf di atas adalah ....

a.

sebab-akibat

d.

perbandingan

b.

generalisasi

e.

proses

c.

contoh

10.

Pada awalnya, saya menganggap mungkin kesalahan itu

hanya karena suatu kelalaian. Namun, dari pengalaman dan

pengamatan selama ini, saya mempunyai cukup alasan bahwa

penyebabnya adalah keterampilan dan sikap pengasuh media

massa terhadap bahasa Indonesia yang masih kurang. Masih

sedikit media cetak maupun media elektronik yang dengan

sungguh-sungguh berusaha memperbaiki keterampilan teknis

personal kerjanya pada penguasaan bahasa Indonesia yang baik

dan benar.

Konjungsi yang menyatakan penegas dalam paragraf di atas

adalah ....

a.

karena

d.

bahwa

b.

namun

e.

yang

c.

dan

11. Berikut ini yang merupakan kebiasaan tidak baik saat membaca

adalah ....

a.

membaca dengan berkonsentrasi

b.

membaca dengan mengeraskan suara

c.

berusaha memahami makna kata sulit berdasarkan konteks

kalimat

d.

menemukan ide pokok dalam teks

e.

pandangan mata menyebar, tidak terfokus kata per kata

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

220

12.

Di luar masalah kebakaran hutan yang menjadi topik

berbagai pertemuan internasional, musim kemarau yang selalu

ditingkah suhu panas dan embusan angin cukup kencang, juga

sukses menimbulkan kebakaran di kompleks perumahan dan

pasar-pasar. Tak hanya itu, gara-gara sampah yang dibakar

malam hari, sebuah sekolah alam di Semarang tak luput dari

jilatan si jago merah, meluluhlantakkan ruang-ruang yang

seharusnya menjadi tempat belajar anak-anak.

(

Suara Merdeka,

30 September 2007).

Pertanyaan yang tidak sesuai dengan isi teks di atas adalah ....

a.

Kapan peristiwa kebakaran itu terjadi?

b.

Siapa yang pertama kali mengetahui peristiwa kebakaran itu?

c.

Apa penyebab kebakaran tersebut?

d.

Di mana sampah itu dibakar?

e.

Berapa jumlah kerugian akibat peristiwa kebakaran itu?

13. (1) opname

(2) sakit

(3) jarum

(4) diabetes

Kata di atas yang merupakan kata populer adalah ....

a.

1 dan 4

d.

2 dan 4

b.

2 dan 3

e.

1, 2, dan 3

c.

1 dan 3

14. Pasangan pengarang dan karya prosa naratif adalah ....

a.

Hilman Hariwijaya – Lupus

b.

Achdiat Karta Miharja – Bentrokan dalam Asrama

c.

Usmar Ismail – Citra

d.

Chairil Anwar – Aku

e.

Ebiet G. Ade – Berita kepada Kawan

15.

Bibir yang Tersayat

Ingin kuceritakan kepadamu

Kisah tentang seekor bulbul yang mati

Ingin kuceritakan kepadamu

Kisah .............................................

Kalau saja tak mereka sayat bibirku

(Samih al-Qasim)

Suasana yang tergambar pada puisi di atas ....

a.

sedih

d.

ketakutan

b.

gembira

e.

kemarahan

c.

mistis

16. Hal yang tidak perlu dilaporkan ketika menyusun laporan

pertanggungjawaban adalah .....

a.

latar belakang

c.

alokasi dana

b.

tujuan

d.

jumlah sponsor

c.

pelaksanaan

Soal-Soal Latihan Ujian Nasional

221

17. Puisi adalah karya seni yang puitis. Untuk menciptakan suasana

puitis tersebut dapat digunakan hal berikut,

kecuali

....

a.

persajakan

d.

gerak gerik

b.

kiasan bunyi

e.

ekspresi

c.

bahasa kiasan

18. (1) puisi

(2) cerpen

(3) novel

(4) drama

(5) esai

Dalam pengertian yang luas, cakupan prosa naratif meliputi ....

a.

1, 2, 3, 4, 5

b.

1, 2, 3, 4

c.

2, 3, 4 ,5

d.

2 dan 3

e.

2, 3, dan 5

19. Pernyataan yang benar tentang kritik sastra adalah ...

a.

Mengkritik adalah menyampaikan ulasan tentang karya

sastra dengan menyebutkan semua kekurangannya.

b.

Mengkritik adalah menanggapi kekurangan dan kelebihan

karya sastra secara objektif.

c.

Objektivitas sebuah kritik tidak akan pernah tercapai.

d.

Sebuah kritik sebaiknya disampaikan oleh pengarangnya

sendiri.

e.

Hanya karya sastra yang tidak bermutu yang layak untuk

dikritik.

20. Kekhasan drama dibandingkan genre sastra lain adalah

....

a.

adanya pembabakan dan dialog

b.

adanya alur

c.

adanya latar

d.

adanya tema

e.

adanya amanat

21. Yang membedakan karya sastra Indonesia dan terjemahan ada-

lah ....

a.

tema yang diangkat

b.

kata-kata puitis

c.

latar belakang sosial-budaya pengarang

d.

bahasa

e.

unsur intrinsik

22. Berikut ini adalah karya Chairil Anwar yang berupa puisi adalah ....

a

Deru Campur Debu

b

Tiga Menguak Takdir

c

Aku ini Binatang Jalang

dDoa

e

Hanya Satu

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

222

23.

Buku ini, dilihat dari keseluruhan isi puisi-puisinya, jelas

menunjukkan kedalaman makna, penuh dengan falsafah-

falsafah hidup dan disampaikan dengan jujur apa adanya tanpa

ditutup-tutupi. Wajar aja, kayaknya Om Remy ini benci

kemunafikan. Belia bisa lihat puisi “Puisi Tentang Operasi

Plastik 2000”, halaman 171. Di satu sisi, buku ini akan membuat

kita tertawa dalam tangisan pilu. Tertawa untuk kata-kata yang

dirangkainya dan menangis untuk makna yang disiratkannya.

Isi resensi di atas adalah ...

a

Tidak ada kebohongan dalam puisi-puisi Remy Sylado.

b

Remy Sylado menggunakan bahasa yang lugas.

c

Remi Sylado adalah pribadi yang humoris.

d

Puisi Remi Sylado miskin kata, namun kaya makna.

e

Puisi Remy Sylado penuh kritik moral.

24.

Suaramu bagus, Mir, tapi lebih bagus jika kamu diam.

Kalimat di atas merupakan ungkapan ....

a

pujian

d

sindiran

b

kritikan

e

saran

c

umpatan

25. Penghubung yang penulisannya selalu di awal kalimat adalah ....

a

namun

d

akan tetapi

b

tetapi

e

walaupun

c

sedangkan

B. Kerjakan soal-soal berikut di buku tulismu!

1.

Sebutkan dan jelaskan hal-hal yang menimbulkan efek puitis

pada puisi disertai contoh!

2.

Umpamakan kalian adalah seorang ketua OSIS, buatlah rancangan

program kerja tahunan!

3.

Ceritakan kembali sebuah prosa naratif terjemahan yang pernah

kalian baca! Dalam cerita kalian, tunjukkan

a.

tokoh;

b.

latar;

c.

alur;

d.

amanat.

4.

Tulislah sebuah makalah dengan tema ”Sosok Remaja dalam

Sinetron Indonesia”!

5.

Tulislah sedikitnya lima kata yang telah mengalami pergeseran

makna (dulu dan sekarang)!

Soal-Soal Latihan Ujian Nasional

223

Glosarium

absurd

:

tidak masuk akal; mustahil

akulturasi

:

percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling

bertemu dan saling memengaruhi

akreditasi

:

pengakuan terhadap

lembaga pendidikan yang

diberikan oleh badan yang berwenang setelah dinilai

bahwa lembaga itu memenuhi syarat kebakuan atau

kriteria tertentu

animo

:

1 hasrat dan keinginan untuk berbuat; 2 semangat

aplikasi

:

penggunaan, penerapan

asosiasi

:

perkumpulan orang yang mempunyai kepentingan

bersama

beasiswa

:

tunjangan yang diberikan kepada pelajar atau maha-

siswa sebagai bantuan biaya pelajar

bombastis

:

banyak berjanji tetapi tidak berbuat banyak, bersifat

omong kosong

dinar

: mata uang negara-negara Timur Tengah seperti

Aljazair, Bahrain dsb.

disertasi

:

karangan ilmiah yang ditulis untuk memperoleh gelar

doktor

eksplisit

:

gamblang, tegas, terus terang, tidak berbelit-belit

ekspresi

:

pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu mem-

perlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan,

perasaan dsb.)

empati

:

keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau

mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan

atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok

lain

figur

:

1 bentuk, wujud; 2 tokoh

genre

: jenis, tipe, atau kelompok sastra atas dasar

bentuknya; ragam sastra

heterogen

:

terdiri atas berbagai unsur yang berbeda sifat atau

berlainan jenis

jurnalistik

:

menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran

khotbah

:

pidato (terutama yang menguraikan ajaran agama)

komunitas :

kelompok organisme (orang dsb) yang hidup dan

saling berinteraksi di dalam daerah tertentu

kontras

:

memperlihatkan perbedaan yang nyata

manifestasi :

perwujudan sebagai suatu bentuk pernyataan perasa-

an atau endapat

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

224

mediasi

: proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam

penyelesaian suatu perselisihan sebagai

penasihat

mekamisme

: cara kerja suatu organisasi

metafora

: majas perbandingan

mikro

: 1 kecil, tipis, sempit; 2 berkaitan dengan jumlah

yang sedikit atau ukuran kecil

monolog

: pemb

icaraan yang dilakukan dengan diri sendiri

pandemi

: wabah yang berjangkit serempak di mana-

mana, meliputi daerah geografi yang luas

paradigma

: kerangka berpikir

patogen

: 1 parasit yang mampu menimbulkan penyakit

pada inangnya; 2 bahan yang menimbulkan

penyakit

paviliun

: rumah tambahan di samping rumah induk

perspektif

: sudut pandang

profesionalisme

:

memerlukan kepandaian khusus untuk

menjalankannya

promosi

: kenaikan pangkat

proposal

: rencan

a yang dituangkan dalam bentuk ran-

cangan kerja

realitas

: kenyataan

riset

: penelitian suatu masalah secara bersistem, kritis,

dan ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan dan

pengertian, mendapatkan fakta baru, atau melakukan

penafsiran yang lebih baik

saf

: deret dalam salat

sistematika

: pengetahuan mengenai klasifikasi

skenario

: rencana lakon sandiwara atau film berupa adegan

demi adegan yang tertulis secara terperinci

standardisasi

: penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas, dsb) de-

ngan pedoman (standar) yang ditetapkan

substansi

: 1 watak yang sebenarnya dari sesuatu; 2 unsur,

zat

terminologi

: peristilahan

transkripsi

: 1 pengalihan tuturan (yang berujud bunyi) ke

bentuk tulisan; 2 penulisan kata, kalimat, atau

teks dengan menggunakan lambang-lambang

bunyi

variabel

: 1 sesuatu yang dapat berubah-ubah

wawasan

: konsepsi cara pandang

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

Soal-Soal Latihan Ujian Nasional

225

Daftar Pustaka

Ahmadi. 1990.

Pengajaran Sastra

. Bandung: Sinar Baru Algessindo.

Akhadiah. 1981.

Kesalahan Berbahasa Indonesia

. Bandung: Pustaka

Prima.

Alwasilah dkk. 1996.

Pengajaran Bahasa Komunikatif

. Bandung:

Angkasa.

Alwi, Hasan dkk. 1989.

Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

. Jakarta:

Balai Pustaka.

Aminuddin. 1991.

Pengantar Apresiasi Karya Sastra

. Bandung: Sinar

Baru Algessindo.

Arifin, Z.E. 1995.

Cermat Berbahasa Indonesia

. Jakarta: Medyatama

Sarana Perkasa.

Badrun, A. 1983.

Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra)

. Surabaya:

Usaha Nasional.

Badudu, J.S. 1990.

Pelik-Pelik Bahasa Indonesia.

Bandung: Pustaka

Prima.

____ . 1995.

Membina Bahasa Indonesia Baku I

. Bandung: Pustaka

Prima.

____ . 1995.

Membina Bahasa Indonesia Baku II

. Bandung: Pustaka

Prima.

Budiharso, T. 2007.

Panduan Lengkap Penulisan Karya Ilmiah

.

Yogyakarta: Gala Ilmu.

Danandjaja, J. 2002.

Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan

Lain-Lain.

Jakarta: Grafiti.

Darmadi, K. 1996.

Meningkatkan Kemampuan Menulis

. Yogyakarta:

Andi Offset.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988.

Tata Bahasa Baku

Bahasa Indonesia

. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002.

Kamus Besar Bahasa In-

donesia

. Jakarta: Balai Pustaka.

____ . 2006.

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar

Isi

. Jakarta: Depdiknas.

____ . 2006.

Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan

. Jakarta: Depdiknas.

Effendi, S. 1995.

Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan

Benar

. Jakarta: Pustaka Jaya.

Eneste, P. (ed). 2001.

Buku Pintar Sastra Indonesia

. Jakarta: Kompas.

Finoza, L. 2000.

Komposisi Bahasa Indonesia

. Jakarta: Mawar

Gempita.

Gong, edisi 70/VII/2005

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

226

Gong

, edisi 70/VII/2005

Gong

, edisi 70/VII/2005

http://artikel.us/i pendidikan.html

http://kumpulan-cerpen.blogspot.com

Keraf, G. 1989.

Argumentasi dan Narasi

. Jakarta: Gramedia.

___ . 1993.

Pengkajian Karya Sastra

. Bandung: Tarsito.

___ . 1997.

Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa

.

Jakarta: Nusa Indah.

Kompas

, 8 Oktober 1999.

Kompas

, 4 Januari 2003

Kridalaksana, H. 1984.

Kamus Linguistik.

Edisi Kedua. Jakarta:

Gramedia.

____ . 1992.

Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia

. Jakarta:

Gramedia.

Liji, Liang. 2005.

100 Puisi Dinasty Tang.

Jakarta: Restu Agung.

Mustakim. 1994.

Membina Kemampuan Berbahasa

. Jakarta:

Gramedia.

Martono, E. 1993.

Mahir Surat-menyurat Dinas Bahasa Indonesia

.

Jakarta. Karya Utama.

Media Indonesia, 1 Juli 2003

.

Nurgiyantoro, B. 1995.

Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan

Sastra

. Yogyakarta: BPFE.

____ . 2000.

Teori Pengkajian Fiksi

. Yogyakarta: Gadjah Mada Uni-

versity Press.

Pamuntjak, K.St. dkk. 2000.

Peribahasa

. Jakarta: Balai Pustaka

Percikan Iman,

Mei 2003.

Pikiran Rakyat

, 29 Januari 2004

Pikiran Rakyat,

15 Januari 2005.

Pradopo, R. J. 1993.

Pengkajian Puisi

. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Rahmanto dan Hartato. 1985.

Metode Pengajaran Sastra

. Yogyakarta:

Kanisius.

Ramlan, M. 1991.

Tata Bahasa Indonesia

:

Penggolongan Kata

.

Yogyakarta: Andi Offset.

____ . 1996.

Ilmu Bahasa Indonesia

:

Sintaksis

. Yogyakarta: Karyono.

____ . 1996.

Kata Depan atau Preposisi dalam Bahasa Indonesia.

Yogyakarta: Karyono.

____ . 1997.

Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif

. Yogyakarta:

Karyono.

Rusyana, Y. 1991.

Bahasa dan Sastra dalam Gamitan

. Yogyakarta:

Kanisius.

Sabarti, A. 1988.

Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indone-

sia

. Jakarta: Sakura.

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

Soal-Soal Latihan Ujian Nasional

227

Samad, D. 1997.

Dasar-Dasar Meresensi Buku.

Jakarta: Grasindo.

Sardjono, P. 1992.

Pengantar Pengkajian Sastra

. Bandung: Pustaka

Wina.

Semi, A. 1988.

Kritik Sastra

. Bandung: Angkasa.

Shakespeare. 2006.

Romeo Juliet

. Yogyakarta: Navila

Soedjito. 1993.

Kosakata Bahasa Indonesia

. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Suara Merdeka, 11 September 2005

Suara Merdeka, 28 September 2007

Sudjiman, P. 1988.

Kamus Istilah Sastra

. Jakarta: Universitas Indo-

nesia.

____ . 1991.

Memahami Cerita Rekaan

. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sugono, D. 1999.

Berbahasa Indonesia dengan Benar

. Jakarta: Puspa

Swara.

Sumardjo dan Saini, K.M. 1988.

Apresiasi Kesusastraan

. Jakarta:

Gramedia.

Supriyadi. 1993.

Intisari Kesusastraan

. Bandung: Pustaka Wina.

Tarigan, H.G. 1984.

Apresiasi Kesusastraan

. Bandung: Angkasa.

___ . 1984.

Pengajaran Sintaksis

. Bandung: Angkasa.

___ . 1986.

Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa

. Bandung:

Angkasa.

___ . 1987.

Pengajaran Morfologi.

Bandung: Angkasa.

___ . 1993.

Prinsip-Prinsip Dasar Sastra

. Bandung: Angkasa.

___ .

1994.

Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

___ . 1995.

Pengajaran Semantik.

Bandung: Angkasa.

Tempo,

11 Februari 2004.

Tim Penyusun Buku Ajar Bahasa Indonesia. 1994.

Bahasa Indone-

sia untuk Mahasiswa.

Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

www.holutrinitycarmel.com

www.pendidikan.net/

www.waspada.co.id/

Daftar Pustaka

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

228

Indeks Subjek

arab Melayu 71, 87

artikel 51

berita 5, 19

biografi 21

cerpen 67

dialog 184

diskusi 7

drama 162, 170, 189, 194

unsur drama 162

tema 162

alur 162

kokoh 162

latar 162

amanat 162

fakta 5

gagasan utama 99

generalisasi 118

ide pokok 99

kalimat argumentatif 103

kalimat berita 134

kalimat perintah 134

kalimat persuasif 103

kalimat tanya 134

kata kajian 100

kata populer 100

koherensi 26

kohesi 26

konjungsi 125

kritik sastra 172

lisan 173

tertulis 173

laporan 26, 47

laporan diskusi 26

laporan kegiatan 33, 104, 143

imbuhan 140

isi laporan 41, 42

simpulan 42

saran 42

lampiran 42

halaman judul 42

surat penyerahan 42

pendahuluan 42

isi laporan 42

makalah 131

judul 131

nama penulis 131

pendahuluan 131

isi 131

penutup 133

daftar pustaka 133

membaca cepat 135

membaca intensif 23

moderator 4, 45

notulis 45

nyanyian 74

opini 5

pola paragraf 54, 122

pola pengembangan contoh 122

pola pengembangan perbandingan 123

pola pengembangan proses 123

paragraf deduktif 10, 106

paragraf induktif 106

paragraf persuasif 42

penceramah 48

pidato 100, 115

presentasi 135

program kegiatan 119

proposal 141

cover sheet

141

executive summary

141

need/problem description

142

project desription

142

budget

142

organization information

142

prosa naratif 155

puisi terjemahan 63, 81, 82, 153, 187

puisi Indonesia 77, 82, 85

puisi lama 66

Soal-Soal Latihan Ujian Nasional

229

gurindam 66

gurindam XII 66

seminar 7

spesialisasi 118

surat lamaran pekerjaan 10

tempat dan tanggal surat 10

hal atau perihal 10

lampiran 11

alamat surat 11

salam pembuka 11

isi surat 11

salam penutup11

topik suatu uraian 36

unsur intrinsik 155, 156

tema 156

amanat 156

alur 156

perwatakan 156

penokohan 156

Indeks Subjek

Komp Bahasa SMA 3 Bhs

230

Indeks Pengarang

Abdul Hamind, Fuad 33

Ali Haji, Raja 66

Al-Qasim, Samih 153

Alternbend 146

Anwar, Chairil 86

Aswi 179

Bloomfield 34

Chekov, Anton 208

Dini, Nh. 136

Hadi, Wisran 189

Hesse, Herman 187

Ibnoe Sayy We Es 49

Ismail, Usmar 86

Krashen 34

Lewis 146

Muttaqien, Zainal 178

Navis, A.A 157

Nobuo, Ayukawa 154

Prihartanti, Nanik 131

Qing, Al 188

Quasrimodo, Salvatore 178

Rohman, Saifur 205

Saidi, Moh. Zain 81

Schumann 34

Shakespeare 194, 198

Sumanidar, Yetfy 82

W.S. Hardjono, 169

Wuryandari, Murni 188

Teeuw, A. 196

Y., Santo 81

Yamin, Moh 85

Z, Zamzani 67