Halaman
Pelajaran 10
Ayo, Berkarya
Sumber:
sangkaparan.files.wordpress.com
Kata orang bijak, manusia memerlukan sandang, pangan, dan papan. Itu disebut
kebutuhan pokok. Untuk memenuhi kebutuhan pokok itu, manusia harus bekerja.
Agar mendatangkan produk yang memadai, pekerjaan harus diprogram. Namun, tidak
ada program yang sempurna, program harus direvisi. Kalau sudah dianggap baik,
program harus dilaksanakan. Selanjutnya, kita tinggal menunggu hasilnya.
Apakah hasilnya memuaskan atau tidak, kita harus menilai dari berbagai sudut.
Semua itu biasanya dikomunikasikian dengan bahasa. Akan tetapi, menggunakan
bahasa tidak bisa dilakukan sembarangan, harus hati-hati, terutama dalam hal memilih
kata. Kalau kata itu tetap dengan makna yang konstan, tidak menjadi masalah.
Masalahnya adalah kalau ada kata yang mengalami perubahan makna. Nah, pelajaran
ini akan membantu Anda mengenal perubahan yang dimaksud.
Kemampuan Berbahasa
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
118
A. Mendengarkan
Tujuan pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menilai pelaksanaan program kegiatan yang
disampaikan.
Menilai laporan pelaksanan program
Menilai laporan pelaksanaan program biasanya dititikberatkan pada (1) kejelasan dan
ketepatan isinya, (2) kelengkapannya, (3) kebenaran dan objektivitasnya, (4) kecermatan
dan konsitensinya, (5) ketepatan waktunya, (6) saluran dan prosedurnya, (7) sasarannya, (8)
sistematikanya, dan (9) bobot laporan.
Format Penilaian
Laporan Pelaksanaan Kegiatan
1. Identitas Objek Penilaian
a. Nama kegiatan yang dilaporan
:
.................................................................
b. Nama pelapor/pembaca laporan
:
.................................................................
c. Hari, tanggal penyampaian laporan :
.................................................................
d. Isi pokok laporan
:
.................................................................
2. Nilai
Unsur yang Dinilai
Nilai
ABCD
Unsur
Kata
Kebahasaan
Lafal
Intonasi
Kalimat
Unsur
Kejelasan isi
Nonkebahasaan
Kelengkapan
Kebenaran isi
Objektivitas laporan
Kecermatan pembuatan laporan
Konsitensi pembuatan laporan
Ketepatan waktu penyampaian laporan
Saluran penyampaian laporan
Prosedur penyampaian laporan
Sasaran laporan
Sistematika laporan
Bobot laporan
Keterangan: A
sangat sekali
, B
baik
, C
kurang baik
, D
tidak baik
.
Ayo, Berkarya
119
B. Berbicara
1. Carilah kembali salah satu laporan kegiatan, seperti laporan perjalanan ke objek wisata,
laporan karyawisata, laporan kunjungan muhibah, atau laporan kunjungan ke situs
purbakala yang pernah Anda lakukan, kemudian sampaikan secara lisan!
2. Nilailah laporan lisan tersebut dengan menggunakan format penilaian seperti di atas!
Kalau format dirasa kurang tepat, Anda bisa melakukan revisi!
Tujuan pembelajaran :
Anda diharapkan dapat berpidato tanpa teks dengan intonasi dan sikap
yang tepat.
Berpidato
1. Berpidato tanpa teks
Dewasa ini pidato sudah menjadi bagian dari hidup bermasyarakat. Hampir pada
setiap acara yang dihadiri sejumlah orang selalu ada pidato. Sudah barang tentu pidato
akan menjadi bermakna jika disiapkan dan disampaikan sungguh-sungguh. Dalam hal ini
pembicara biasanya berharap agar pendengar dengan suka rela mau menerima apa yang
disampaikan.
Pidato dapat disampaikan dengan berbagai cara. Di antaranya dilakukan dengan
cara (1) spontan, serta-merta, langsung, atau impromptu, (2) menghafal, (3) membaca
naskah, dan (4) mengembangkan dengan garis besar sebelumnya sudah disiapkan.
Apa pun tujuannya, bagaimana pun cara pembicara berpidato, isi pidato biasanya
disampaikan secara runtut dari (1) salam pembuka, (2) sapaan, (3) pendahuluan,
(4) paparan dan pembuktian, (5) harapan, saran, dan himbauan, (6) penutup, sampai
(
7) salam penutup.
2. Langkah-langkah berpidato
Agar pidato berhasil, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, baik sebelum
berpidato, pada saat berpidato, maupun sesudah berpidato.
a. Sebelum berpidato
1) Pembicara menyiapkan materi yang akan disampaikan. Kecuali itu, pembicara
juga harus menyiapkan penampilannya. Faktor kesehatan, kebersihan, tampilan,
tata rias, pakaian, dan perhiasan harus sesuai dengan forum, publik, dan suasana.
2
) Pada waktu akan melangkah ke podium
a) Hilangkan rasa gugup, misalnya dengan bercakap-cakap dengan orang-orang
yang duduk di sekitar Anda.
b) Hilangkan rasa bingung dengan cara menciptakan suasana santai, misalnya
dengan mengendorkan saraf yang tegang.
Uji Kompetensi 10.1
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
120
c) Bila telah diminta untuk menyampaikan pidato, pusatkan pikiran Anda pada
rencana yang telah Anda tetapkan.
d) Tariklah napas lambat-lambat dan teratur.
e) ”Mintalah izin” kepada orang-orang di sekitar Anda, misalnya dengan
menganggukkan kepala.
f) Majulah ke podium dengan rasa penuh percaya diri.
g) Sebelum berbicara, tenanglah sebentar.
b. Selama berbicara
1) Perhatikan publik satu per satu.
2
) Ambillah sikap, gerak-gerik, perubahan raut muka, suara, dan gaya yang wajar,
menarik; tidak berlebihan, tetapi sesuai dengan keperluan.
3) Sampaikan topik yang telah Anda siapkan secara sistematis, jelas, dan lugas
dengan kalimat yang mudah diterima
4) Pilihlah ragam bahasa yang sesuai dengan usia, jenis kelamin, jabatan, status,
kondisi, pengetahuan, dan kemampuan pendengar.
5) Agar menarik perhatian pendengar, gunakan sapaan untuk menandai pergantian
subtopik.
6) Hindari kalimat yang tidak masuk akal, bertele-tele, ruwet, tidak baku.
c. Sesudah berpidato
1) Setelah mengucapkan salam, berjalanlah secara wajar ke tempat duduk semula
dengan rasa percaya diri bahwa Anda telah melaksanakan tugas dengan baik.
2
) Hindari sikap, gerak, dan ucapan yang dapat mengganggu isi dan integritas Anda
sebagai pembicara.
1. Susunlah kerangka pidato mengenai ”Hidup Harus Bekerja” yang memuat (1) judul, (2)
salam pembuka, (3) sapaan, (4) pendahuluan, (5) paparan dan pembuktian, (6) harapan,
saran, dan himbauan, (7) penutup, dan (8) salam penutup.
2. Sampaikan materi pidato yang telah Anda siapkan tersebut tanpa membawa catatan apa
pun di depan kelas! Sesuaikan pidato Anda dengan situasi dan kondisi kelas Anda
ketika itu!
Uji Kompetensi 10.2
Ayo, Berkarya
121
C. Membaca
Tujuan pembelajaran:
Anda diharapkan dapat membaca teks pidato dengan memerhatikan
kejelasan ucapan dan ekspresi wajah serta penekanan pada kata-kata
kunci.
Membaca teks pidato
Pada pelajaran yang lalu kita telah mengenal ‘gaya’ pidato Bung Karno. Masih ingat,
bukan? Repetisi, klimaks, ilustrasi, dan pertanyaan-pertanyaan retorik mewarnai pidato beliau.
Lain Bung Karno, lain pula gaya Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dus, Ibu Mega, dan Pak SBY.
Masing-masing memiliki gaya tersendiri.
1.
Sebagaimana presiden-presiden terdahulu, Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
juga menyampaikan pidato awal tahun. Maka pada tanggal 31 Januari 2007 dari Istana
Merdeka, Jakarta beliau menyampaikan pidato awal tahun 2007. Berikut disajikan
penggalannya, bacalah dengan cermat!
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, di mana pun saudara berada dan berkarya,
Mengawali pidato ini, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa, Allah swt., karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita masih diberi
kesempatan dan kekuatan untuk melanjutkan ibadah, karya, dan pengabdian kita kepada
bangsa dan negara tercinta. Kita juga bersyukur karena kita masih diberi ketegaran dan
kesabaran untuk menghadapi berbagai tantangan dan ujian, dalam upaya besar kita
membangun hari esok yang lebih baik. Jalan yang kita tempuh dan lalui untuk menjadi
bangsa yang maju dan sejahtera, sebagaimana pula yang dialami oleh bangsa-bangsa
lain, adalah jalan yang panjang, tidak lunak, dan penuh dengan tantangan. Hanya bangsa
yang tangguh, ulet, cerdas, dan terus bekerja keraslah yang akan berhasil mencapai
cita-citanya. InsyaAllah, bangsa Indonesia akan mampu menghadapi dan mengatasi ujian
dan tantangan itu, dan kelak akan menjadi bangsa yang maju, adil, dan sejahtera.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, saya menunda penyampaian Pidato Akhir
Tahun, yang biasanya saya sampaikan di akhir bulan Desember. Saya ingin menggantinya
dengan tradisi baru, yakni menyampaikan Pidato Awal Tahun pada bulan Januari. Dalam
pertimbangan saya, pada bulan Januari, kita telah memperoleh gambaran yang lebih utuh
tentang apa yang telah kita capai di tahun sebelumnya. Pertimbangan saya yang lain
adalah setiap akhir tahun atau awal tahun baru banyak dilakukan evaluasi dan refleksi
Uji Kompetensi 10.3
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
122
kritis terhadap kinerja pemerintah, baik itu oleh DPR, partai-partai Politik, Lembaga Kajian
ataupun para pengamat secara perseorangan. Terhadap kritik dan masukan tersebut,
baik dengan atau tanpa usulan solusi, saya dan jajaran pemerintah yang saya pimpin
telah menyimaknya dengan saksama. Sebagian kritik itu logis dan dapat kami terima,
sebagian lagi perlu kami berikan klarifikasi dan penjelasan karena cara melihat
permasalahan berbeda, atau karena kurang mengetahui apa yang telah dilakukan oleh
pemerintah selama ini. Namun, sulit bagi pemerintah untuk merespons kecaman yang
hanya sarat dengan retorika, tanpa data dan fakta yang akurat, dan bernada ”pokoknya”
pemerintah gagal, jelek, dan tidak ada satupun kemajuan yang dicapai.
Dalam kesempatan yang baik ini, saya akan menjelaskan berbagai kemajuan dan
capaian, serta hambatan dan permasalahan yang kita alami terutama satu-dua tahun
yang lalu, beserta faktor-faktor penyebabnya. Dengan hati terbuka, saya ingin menjelaskan
apa saja yang telah berhasil dicapai oleh pemerintah, dan sebaliknya apa saja yang
belum berhasil diwujudkan, serta mengapa terjadi demikian. Dengan penjelasan itu saya
berharap, seluruh rakyat akan memperoleh gambaran yang utuh dan objektif tentang
masalah-masalah mendasar yang dihadapi bangsa dan negara kita. Dengan penjelasan
ini pula, yang akan saya sertai dengan fakta dan data yang ada, Saudara-saudara akan
lebih memahami ragam dan kompleksitas permasalahan yang kita hadapi bersama, serta
upaya apa saja yang kita lakukan untuk mengatasinya. Dengan demikian, diharapkan
saudara-saudara dapat mendudukkan masalah secara proporsional, dan diharapkan akan
terbebas dari berbagai berita yang menyesatkan dan tidak akurat.
Saudara-saudara,
Sejak awal pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu akhir Oktober 2004, saya telah
mengenali permasalahan mendasar yang dihadapi bangsa Indonesia, yaitu tingginya
tingkat kemiskinan, tingginya tingkat pengangguran, dan besarnya hutang pemerintah.
Di samping 3 (tiga) permasalahan mendasar ini, kita juga dihadapkan pada 3 (tiga)
permasalahan serius lain yang memerlukan perhatian kita semua, yaitu praktik korupsi
yang kronis dan penegakan hukum yang lemah, perekonomian nasional yang masih rapuh
dan rentan akibat krisis, dan keadaan politik serta keamanan yang masih rentan, termasuk
keadaan di Aceh dan Papua. Kita sadar dan amat mengetahui, jika keenam permasalahan-
permasalahan mendasar itu tidak kita tangani secara sungguh-sungguh, tekun, dan
konsisten, negara kita tidak akan bergerak maju, dan kesejahteraan rakyat juga tidak
akan bertambah baik.
Masalah kemiskinan, pengangguran, dan hutang pemerintah, terutama hutang luar
negeri yang amat tinggi merupakan masalah yang mengalir dari masa lalu yang menjadi
tantangan bersama kita masa kini. Sebelum krisis 1998, angka kemiskinan, pengangguran
dan hutang luar negeri itu masih relatif tinggi. Ketika negara kita mengalami krisis, angka
kemiskinan, pengangguran dan hutang pemerintah menjadi lebih tinggi lagi. Itulah
sebabnya, pemerintah berupaya dengan sungguh-sungguh untuk melanjutkan upaya
pengurangan kemiskinan, pengangguran dan hutang pemerintah terutama hutang luar
negeri kita. Upaya tersebut juga telah dilakukan oleh pemerintah-pemerintah sebelumnya,
yang dalam kenyataannya juga mengalami pasang-surut.
Sementara itu, permasalahan korupsi yang kronis dan lemahnya penegakan hukum,
kondisi perekonomian nasional baik di tingkat makro maupun mikro yang belum pulih dari
krisis, serta keadaan politik dan keamanan yang masih rentan dan belum kondusif untuk
pembangunan kembali negeri kita, tentu kita tangani secara serius pula. Kita bertekad,
Ayo, Berkarya
123
D. Menulis
meskipun tantangannya tidak ringan, untuk terus mengatasi masalah-masalah yang berat
itu, walaupun hasil yang kita petik tidak selalu serta merta dapat kita lihat dan rasakan.
Sumber tegak:
Situs Resmi Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan teks pidato di atas!
a. Sesudah menyampaikan salam, apa yang disampaikan oleh Presiden Yudhoyono?
b. Pidato Presiden Yudhoyono di atas boleh dikatakan sebagai upaya untuk mengubah
tradisi. Tradisi mana yang ingin diubah Presiden Yudhoyono? Mengapa tradisi itu
diubah? Bagaimana perubahannya?
c. Permasalahan mana sajakah yang dihadapi Presiden Yudhoyono pada awal beliau
memegang tampuk pemerintahan?
d. Bagaimana sikap pemerintahan Presiden Yudhoyono menghadapi permasalah tersebut?
e. Apakah hasil dari upaya yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Yudhoyono dapat
kita petik, kita lihat, dan kita rasakan? Mengapa?
Tujuan pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menyusun paragraf contoh, perbandingan, dan
proses sesuai dengan ciri-ciri paragraf tersebut.
Menyusun paragraf proses
Sudah kita ketahui bahwa eksposisi dapat dikembangkan dengan berbagai metode. Di
antaranya dengan perbandingan dan contoh. Metode perbandingan menghasilkan paragraf
perbandingan dan pertentangan, sedangkan metode contoh menghasilkan paragraf contoh.
Selain dengan kedua cara itu, topik dapat dipaparkan dengan metode analisis. Dengan
metode ini, suatu keutuhan diurai ke dalam bagian-bagian yang menjadi unsurnya. Caranya
pun beragam. Ada yang diurai bagian-bagiannya, fungsinya, sebab-musababnya, atau
prosesnya saja. Ada yang dilengkapi gambar, ada yang tidak.
Kaus Tanpa Kepala
Kalau bajumu yang bergambar tokoh kartun sudah usang, jangan keburu dibuang. Asal gambar
si tokoh kartun masih kelihatan oke, bisa bikin baju lain jadi keren. Caranya?
1.
Buat garis pola mengelilingi gambar tokoh kartun dengan kapur jahit lalu gunting mengikuti
pola itu.
2. Potong bagian kepala si tokoh kartun itu. Yang rapi, ya!
3. Pasangkan hasil guntingan si tokoh kartun itu ke T-shirt polos. Sesuaikan posisinya
dekat kerung leher.
4. Jahit gambar tokoh kartun tanpa kepala itu. Jadikan kepalamu penggantinya!
Dari
Jawa Pos
, 23 Desember 2007
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
124
Susunlah sebuah tulisan singkat dengan metode analisis proses. Anda memilih topik! Judul
yang Anda pilih boleh dimulai dengan
cara membuat .., cara kerja ..., prosedur ...
dan lain-
lain.
Tujuan pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mengidentifikasi perubahan, pergeseran makna
kata, dan hubungan makna kata.
Perubahan dan Pergeseran Makna
1. Mengidentifikasi terjadinya pergeseran makna
Kita tentu punya
ibu,
bukan? Tokoh perempuan yang kita sebut
ibu
inilah yang
melahirkan kita masing-masing. Di luar itu, memang ada perempuan yang juga kita panggil
dengan sebutan
ibu
walaupun tidak pernah melahirkan kita. Ada
Ibu
Kartini,
Ibu
Asmi,
Ibu
Nur,
Ibu
Kamti, dan ada
ibu-ibu
lain yang tidak dapat kita sebut satu per satu. Mengapa
mereka juga kita sebut
ibu
? Tidak ada alasan lain, kecuali karena mereka kita hormati.
Dari uraian di atas, ternyata makna
ibu
bergeser. Semula
ibu
berarti
kaum perempuan
yang melahirkan kita,
kemudian
kaum perempuan yang kita hormati
. Tidak hanya kata
ibu
, kata lain pun banyak yang maknanya bergeser karena perkembangan sosial, iptek,
pemakaian, asosiasi, pertukaran tanggapan, perbedaan tanggapan, penyingkatan, dan
lain-lain.
a. Perkembangan iptek
Dalam bidang iptek, kata yang semula mengandung konsep makna sederhana
tetap dipertahankan meskipun konsep makna yang dikandungnya mengalami
perubahan. Kata
berlayar,
misalnya, tetap digunakan meskipun sebagian besar kapal
secara teknis sudah tidak memakai layar. Begitu pula
kereta
api
. Meskipun penggerak
lokomotif bukan lagi tenaga uap/api, melainkan tenaga diesel dan tenaga listrik, istilah
kereta api
tetap dipertahankan.
b. Perkembangan sosial
Dalam bidang sosial ambillah contoh kata
ibu
. Kata
ibu
semula berarti
kaum
perempuan yang melahirkan kita.
Karena perkembangan sosial kemasyarakatan,
ibu
kemudian diberi arti
kaum perempuan yang kita hormati
. Kata
saudara
semula
saudara
berarti
satu perut,
tetapi kini digunakan untuk sapaan bagi siapa saja yang dianggap
sederajat. Kata
sarjana
yang semula berarti
orang pandai
sekarang digunakan sebagai
gelar akademik
meskipun kemampuannya tidak lebih jauh dari mereka yang tidak
lulus perguruan tinggi.
Uji Kompetensi 10.4
Ada Apa dalam Bahasa Kita?
Ayo, Berkarya
125
c. Perkembangan pemakaian
Hampir dalam setiap bidang kehidupan terdapat sejumlah kosakata yang hanya
dikenal dan digunakan dalam sektor itu saja. Kata
membajak, menabur, benih,
menamam, menuai, panen,
misalnya, hanya dikenal di bidang pertanian. Tetapi, kini
kata-kata serupa itu menjadi kosakata umum atau digunakan dalam bidang lain. Kata
imam, khotbah, halal, haram
tidak hanya digunakan dalam bidang agama Islam.
d. Adanya asosiasi
Asosiasi memberi makna baru berkaitan erat dengan bidang pemakaiannya. Kata
amplop
, misalnya, berarti
sampul
surat
. Tidak sembarang orang boleh tahu isinya.
Tapi, dalam kalimat
Beri amplop, pasti beres!
Kata
amplop
berasosiasi dengan
sesuatu
yang disembunyikan atau dirahasiakan
.
e. Pertukaran tanggapan atau sinestesia
Indra memiliki tugas khusus untuk menangkap gejala alami.
Manis, pahit
, dan
getir
hanya ditangkap dengan indra pencecap.
Kasar, keras,
dan
lembut
, hanya dapat
ditangkap dengan indra rabaan. Namun, sering kata-kata itu digunakan untuk diterima
dengan indra lain. Jadilah, ada ungkapan seperti:
1)
Kata-katanya manis didengar
sukar dilaksanakan.
2
) Berbicaralah dengan
kata yang lembut
, jangan dengan
kata kasar
.
f. Perbedaan tanggapan pemakai bahasa
Oleh karena pandangan hidup dan ukuran norma kehidupan, banyak kata yang
mempunyai nilai rendah atau kurang menyenangkan ditanggapi lain sehingga memiliki
nilai lebih atau menyenangkan; atau sebaliknya kata yang dinilai tinggi kemudian
ditanggapi lain sehingga menimbulkan kesan rendah atau kurang dihormati. Jadilah
dalam bahasa ada perubahan makna yang disebut
amelioratif
dan
peyoratif
.
g. Adanya penyingkatan kata
Sejumlah kata tanpa diucapkan lengkap sekalipun, dapat ditangkap maksudnya
karena sering digunakan. Kata
lok, lab, harian, berpulang
sebagai singkatan dari
lokomotif, laboratorium, surat kabar harian,
dan
berpulang ke rahmatullah
contohnya.
2. Mengindentifikasi perubahan makna
a.
Makna meluas
Gejala perubahan makna apabila cakupan makna sekarang lebih luas daripada
dahulu.
Contoh:
K
ata
Makna Semula
Makna Sekarang
Saudara
Hanya dipakai dalam
hubungan
Dipakai menyebut orang
kekeluargaan.
banyak, s
ederajat serumpun,
sebangsa, dan sebagainya.
Berlayar
Mengarungi laut dengan perahu
M
engarungi dengan segala
layar.
jenis perahu.
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
126
b. Makna menyempit
Gejala perubahan makna apabila cakupan makna sekarang
lebih
sempit dar
ipada
makna dahulu.
Contoh:
Kata
Makna Semula
Makna Sekarang
Sarjana
Dipakai untuk menyebut semua
Dipakai khusus yang telah
orang cendikiawan.
menyelesaikan kuliah dari
perguruan tinggi.
Pendeta
Or
ang yang berilmu.
Pemuka agama Kristen.
c. Makna peyoratif
Proses perubahan makna, bahwa makna baru dirasakan lebih tinggi nilainya
daripada makna dahulu.
Contoh:
1)
Kata
oknum
dahulu berarti pelaku, sekarang pelaku kejahatan.
2) Kata pembantu dahulu digunakan untuk menyebut siapa saja yang
memberikan bantuan, tetapi sekarang berkonotasi buruk, rendah dan
kurang menggembirakan.
d. Makna amelioratif
Proses perubahan makna, bahwa makna baru dirasakan lebih tinggi nilainya daripada
makna dahulu.
Contoh:
Kata
wanita
lebih tinggi nilainya daripada
perempuan.
Kata
istri
lebih tinggi nilainya daripada
bini.
e. Asosiasi
Perubahan makna terjadi karena persamaan sifat.
Contoh:
1
) Beri saja
amplop
,
agar
lebih mudah urusan.
Amplop
berarti uang sogok.
2) Jembatan timbang disinyalir banyak
mencatut
kendaraan berat.
Catut
berarti memungut secara tidak resmi.
f. Sinestesia
Kata yang dipakai keluar dari kelazimannya, biasanya disangkutkan dengan dua indra
yang berbeda.
Contoh:
1
) Kata-katanya sangat
pedas.
Pedas
untuk rasa, yang tepat sangat menyakitkan.
2) Wajahnya sangat
manis.
Manis
untuk rasa, yang tepat menawan, cantik, ayu, elok, rupawan.
Ayo, Berkarya
127
Rangkuman
Jelaskan makna kata yang tercetak miring dalam kalimat berikut, baik sebelum maupun
sesudah mengalami perubahan!
1. Orang itu menjadi
benalu
dalam keluarga saya.
2. Hatinya
panas
mendengar berita yang bernada fitnah.
3. Operasi dilakukan oleh seorang
laksamana
angkatan laut.
4. Makanan itu sudah
berbau
, jangan kau makan!
5. ”Mereka yang menjarah harta rakyat dan harta negara itu harus kita ganyang, harus kita
lengserkan, harus kita ganti. Setuju
saudara-saudara
?”
1. Menilai laporan lisan biasanya cukup menetapkan (1) isinya jelas dan tepat atau
tidak, (2) lengkap atau tidak, (3) benar dan objektif atau tidak, (4) cermat dan
konsisten atau tidak, (5) disampaikan tepat waktu atau tidak, (6) disalurkan melalui
prosedur yang benar atau tidak, (7) sasaran tepat atau tidak, (8) sistematis atau
tidak, dan (9) berbobot atau tidak.
2. Pidato dapat disampaikan secara (1) mendadak, serta merta, tanpa persiapan
sama sekali (
impromtu
), (2) mengembangkan catatan kecil yang sudah disiapkan
(
ekstemporan
), (3) membaca naskah, atau (4) menghafal. Dengan cara apa pun
disampaikan, pidato harus disiapkan dan disampaikan dengan bahasa yang mudah
dipahami, dengan cara yang menarik, dan sesuai dengan tujuan pidato,
menyampaikan informasi, menghibur, atau memengaruhi pendengar.
3. Membaca teks pidato tak ubahnya menghidupkan naskah menjadi pidato
sungguhan. Pembaca harus berusaha mengidentifikasikan diri dengan orator yang
diidolakan.
4. Eksposisi dapat dikembangkan dengan metode perbandingan dan contoh. Metode
perbandingan menghasilkan paragraf perbandingan dan pertentangan, sedangkan
metode contoh menghasilkan paragraf contoh. Selain itu, paragraf juga dipaparkan
dengan metode analisis. Dengan metode ini suatu keutuhan diurai ke dalam bagian-
bagian. Ada yang diurai bagian-bagiannya, fungsinya, sebab-musababnya, atau
prosesnya saja. Ada eksposisi yang dilengkapi gambar, ada yang tidak.
5. Dalam perkembangannya, ada kata yang mengalami perubahan, ada yang tidak.
Perubahannya pun beragam. Ada yang maknanya meluas (
ibu, bapak)
, menyempit
(
sarjana
,
pendeta
), ameliorasi (
karyawan, pria)
, peyorasi
(
oknum, kaki tangan)
,
asosiasi (
suap
,
amplop
), dan sinestesia (sikapnya
dingin
, pidatonya
hambar
).
Uji Kompetensi 10.5
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XII (Program Bahasa)
128
Refleksi
1. Sebutkan pedoman bagi pembicara pada saat menuju mimbar untuk menyampaikan pidato!
2. Perhatikan penggalan pidato berikut!
”Kita harus berubah. Kita harus berubah. Tak ada yang dapat mengubah keadaan selain
diri kita sendiri. Ketidakadilan harus kita ubah menjadi keadilan. Nasib kita yang selalu
ada di bawah harus kita angkat sendiri agar berada di atas. Kita semua tahu, negeri kita
amat kaya, tetapi selama ini hanya untuk
rayahan
atau untuk
bancakan
para pejabat,
sedang kita hanya kebagian sisa-sisanya. Mereka yang suka bancakan harta rakyat dan
harta negara itu harus kita ganyang, harus kita lengserkan, harus kita ganti. Setuju
saudara-saudara?” (Mustofa W. Hasyim,
Kali Code, Pesan-pesan Api
).
a. Apa yang disampaikan pembicara melalui penggalan di atas?
b. Dapatkah Anda menyebutkan beberapa kata kunci yang digunakan untuk mempertegas
maksud pembicara dalam pidato di atas?
3. Susunlah sebuah eksposisi singkat tentang proses. Anda boleh memaparkan
cara
membuat kue, cara kerja mesin uap, cara mengurus pembuatan KTP, cara memperoleh
paspor, cara memperpanjang STNK, dan sebagainya!
4. Jelaskan mengapa makna kata-kata yang tercetak miring berikut mengalami perubahan!
a. Pada dekade 1950-an bermunculan
bulanan
yang memuat cerita pendek.
b. Ketidakpuasan selalu mewarnai pilkada yang memperebutkan
kursi
kepala daerah.
5. Gunakan kata-kata (a) kakak, (b) pahit, (c) oknum, dan (d) halal dalam kalimat dalam arti
semula dan dalam arti sesudah mengalami perubahan!
Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban
Anda atas soal evaluasi di atas! Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat
keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini.
Tabel Penguasaan Materi
Skor
Tingkat Penguasaan Materi
85 – 100
Baik sekali
70 – 84
Baik
60 – 69
Cukup
< 60
Kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang
berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi
pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai.
Evaluasi