Halaman
Tema 9
Ragam Budaya Nasional
Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia
memiliki berbagai macam ragam budaya nasional yang tersebar di setiap pulau di
Indonesia. Hal tersebut menjadikan kita sebagai generasi muda untuk terus
melestarikan dan menjaga produk budaya yang dimiliki bangsa ini.
Dalam pelajaran ini, Anda akan diajak untuk mempelajari dan mempraktikkan
cara menyampaikan topik suatu uraian, membaca intensif artikel dalam media
cetak, ragam bahasa Indonesia, membaca dan menanggapi puisi, membaca dan
menanggapi drama, menulis kembali cuplikan sastra Indonesia klasik dari Arab
Melayu ke dalam latin. Semua aspek yang Anda pelajari tersebut akan dikaitkan
dengan tema yang kita bahas dalam pelajaran ini, yakni Ragam Budaya Nasional.
Sumber: Atlas Indonesia
Sumber: Foto Haryana
Sumber: Garuda Jan 96
PETA KONSEP
Ragam Budaya Nasional
Menyampai-
kan Topik
Suatu Uraian
Kebahasaan
Kesastraan
Membaca In-
tensif Artikel
dalam Media
Cetak
Membaca dan
Menanggapi
Drama
Ragam Bahasa
Indonesia
Membaca dan
Menanggapi
Puisi
Menulis Kembali
Cuplikan Sastra
Indonesia Klasik
dari Arab Melayu
ke dalam Latin
200
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
I. Kompetensi Berbahasa
A. Menyampaikan Topik Suatu Uraian
Tujuan Pembelajaran
Anda diharapkan mampu mencatat pokok-pokok isi uraian, menyampaikannya
kepada teman, serta mengajukan pertanyaan dan menjawabnya.
1. Mencatat Pokok-pokok Isi Uraian
Baca teks uraian berikut ini! Sambil membaca, buatlah catatan seperti dalam
format 9.1
Format 9.1
Bahasa Jawa Hidup dalam Kekeringan
Bahasa adalah roh budaya. Hilang dan matinya suatu bahasa ber-
arti hilang dan mati pula nilai-nilai sebuah budaya. Dengan hilangnya
bahasa itu, maka segala peninggalan leluhur yang diwariskan lewat
tulisan dan bahasa akan berakhir dan tamat riwayatnya, mengingat
dalam mempelajari dan mengkaji suatu budaya harus melalui bahasa.
Untuk mengantisipasi kepunahan suatu bahasa, khususnya bahasa
Jawa yang penuturnya kurang lebih 60% penduduk di Indonesia, telah
ditempuh berbagai cara.
Bahasa Jawa di negara Indonesia kini meskipun mempunyai pen-
dukung yang amat besar, dalam perkembangannya juga bergeser dan
berubah, walaupun tingkat perubahan masih berlangsung lambat. Untuk
itu, bahasa Jawa akan terus mengalami pergeseran dan dimungkinkan
menuju kematian, jika pergeseran tersebut tidak segera dibendung dan
diantisipasi sejak dini. Bahkan kalangan kasepuhan memprediksi, bahasa
Jawa di bumi pertiwi ini hanya akan bertahan tiga generasi lagi. Mengingat
fungsi bahasa ibu semakin berkurang karena banyak keluarga muda yang
tidak paham dan tidak mau menggunakan lagi bahasa Jawa dalam
No.
Judul
Sumber
Pokok-pokok Isi Uraian
1.
2.
3.
4.
Bahasa Jawa Hidup dalam
Kekeringan
....................................
....................................
....................................
Solopos, 22
Agustus 2007
.....................
.....................
.....................
.......................................
.......................................
.......................................
.......................................
.......................................
201
Ragam Budaya Nasional
Pelatihan
berkomunikasi. Berdasarkan kondisi tersebut, bahasa Jawa akan semakin
ditinggalkan penuturnya dan mengalami kondisi gawat darurat, bahkan
akan segera mati, bagaikan hidup dalam kekeringan.
Kebudayaan Jawa yang dapat bersaing dengan budaya Barat dan
dapat diandalkan, di antaranya adalah bahasa dan seni. Untuk itu,
keunggulan tersebut wajib dipelihara dan dikembangkan secara maksi-
mal dan sungguh-sungguh lewat pendidikan formal, baik dari tingkat
play group
, TK, SD, SMP, hingga SMA. Apabila sampai lengah budaya
daerah semakin lemah, persatuan dan kesatuan bangsa semakin luntur
dan kendur. Sebaliknya, kecanggihan iptek di Barat semakin gencar,
sementara bangsa Indonesia semakin tertinggal serta terbentur.
Oleh : Imam Sutardjo, M.Hum.
(Dikutip seperlunya dari harian
Solopos
, 22 Agustus 2007)
2. Menyampaikan Isi Uraian kepada Teman
Setelah membaca teks yang berjudul
“Bahasa Jawa Hidup dalam
Kekeringan”
dan membuat catatan pokok-pokok isinya, tentu Anda telah
mengetahui garis besar isinya. Selanjutnya, bentuklah kelompok sesuai
kesepakatan dan sampaikan secara lisan isi teks tersebut kepada teman
sekelompok Anda. Lakukan secara bergantian! Mintalah guru Anda memberikan
pendapatnya atas cara penyampaian Anda dan teman-teman!
3. Mengajukan dan Menjawab Pertanyaan
Anda telah diajak membaca, mencatat, dan menyampaikan isi uraian
dalam teks. Selanjutnya (masih dalam kelompok diskusi) ajukan beberapa
pertanyaan tentang isi uraian kepada teman sekelompok. Sebaliknya, jika teman
Anda mendapat giliran mengajukan pertanyaan, berikan jawabannya.
Diskusikan hasilnya bersama teman sekelompok dan dipandu oleh guru Anda!
Anda sudah mempelajari cara mencatat pokok-pokok pikiran isi uraian,
menyampaikan isi uraian kepada teman, mengajukan dan menjawab
pertanyaan. Sekarang agar lebih terasah kemampuan Anda kerjakan
perintah-perintah i bawah ini!
Carilah suatu topik uraian di media cetak atau elektronik, kemudian
pahami isinya dan sampaikan kepada teman-teman atau saudaramu.
Apakah beberapa teman yang kritis untuk bahan diskusi lanjutan.
202
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
B. Membaca Intensif Artikel dalam Media Cetak
Tujuan Pembelajaran
Anda diharapkan mampu menemukan gagasan utama tiap paragraf, mendaftar
gagasan pendukungnya, dan merangkum isi artikel.
1. Menemukan Gagasan Utama Tiap Paragraf
Perkembangan wawasan dan pengetahuan seseorang memungkinkan
manusia memperoleh berita dari berbagai media massa, baik cetak maupun
elektronik. Artikel adalah karya tulis lengkap dalam majalah, surat kabar, dan
sebagainya. Untuk memahami isi artikel, perlu memahami gagasan utama
masing-masing paragraf.
Anda diharapkan mampu membaca secara intensif contoh artikel yang
didapatkan dari sebuah media cetak. Sambil membaca, catat gagasan utama
tiap paragraf yang Anda temukan di buku tugas dengan mengacu pada format
8.3!
Wayang Orang
Sriwedari
; dari Solo untuk Aceh
Pagelaran wayang orang
Sriwedari
Peduli Aceh yang baru dimulai
pukul 21.00 WIB tersebut ternyata cukup direspons masyarakat Solo
dan sekitarnya. Hal ini bisa dilihat dari penonton yang memadati gedung
itu sampai kursi belakang. Mungkin karena mereka bisa menikmati secara
cuma-cuma tanpa dipungut biaya, sehingga mereka berbondong-
bondong datang menikmati suguhan wayang orang yang cukup lama
tidak terjadi di gedung WO Sriwedari itu.
Mengambil lakon
Pandhawa Nugraha
, yang disutradarai oleh RT.
Riptodipuro, Diwasa, dan Supardi ini berkisah tentang gara-gara yang
ditimbulkan oleh Mahapatih Astina Harya Sengkuni untuk menyingkirkan
Pandhawa dari Astina membawa hikmah tersendiri. Hal ini awalnya
dipicu dengan perebutan kekuasaan antara Pandhawa dan Kurawa
sepeninggal Prabu Pandhu Dewanata. Sebenarnya Pandhawa yang lebih
berhak atas Astina tidak merisaukan lepasnya takhta ke Kurawa, namun
Sengkuni merasakan adanya ancaman serius jika Pandhawa masih hidup
sehingga berupaya dengan berbagai cara melenyapkan Pandhawa. Ter-
masuk membakar hidup-hidup Pandhawa di Pramanakathi, bangunan
yang mudah terbakar. Namun, akhirnya Pandhawa selamat dari maut
berkat pertolongan seekor musang putih. Pandhawa pun selalu memberi-
kan pertolongan di setiap tempat yang disinggahi hingga akhirnya me-
nemukan Kerajaan Amarta.
203
Ragam Budaya Nasional
Pelatihan
Misi utama digelarnya pertunjukan wayang orang ini sebagai bentuk
kepedulian terhadap bencana di Aceh dan Sumatra Utara. Malam itu,
memang hampir semua penonton yang masuk ke gedung WO Sriwedari
ikut menyumbang untuk dana Peduli Aceh, lewat kotak yang tersedia di
pintu masuk.
(Dikutip seperlunya dari harian
Solopos
, 24 Januari 2007)
2. Mendaftar Gagasan Pendukung dari Tiap Gagasan Utama
Kegiatan selanjutnya, Anda diharapkan mampu untuk mendaftar gagasan
pendukung dari tiap gagasan utama tersebut. Untuk itu, baca sekali lagi teks di
atas. Sambil membaca, temukan gagasan pendukung tiap gagasan utamanya,
lalu catat di buku tugas dengan format berikut ini!
Format 9.2
3. Merangkum Isi Seluruh Artikel
Setelah Anda menemukan gagasan utama dan gagasan pendukung dari
tiap-tiap paragraf tersebut, rangkumlah isi secara keseluruhan dari artikel
tersebut berdasarkan gagasan utama dan gagasan pendukung dari tiap-tiap
paragraf! Kerjakan di buku tugas!
Anda sudah mempelajari cara menemukan gagasan utama tiap paragraf,
mendaftar gagasan pendukung dari tiap gagasan utama, merangkum
artikel, sekarang kerjakan perintah-perintah di bawah ini!
1. Carilah artikel di media cetak, lalu guntinglah!
2. Catatlah gagasan utama dari tiap-tiap paragraf dari artikel yang
Anda dapatkan!
3. Catatlah gagasan pendukung dari gagasan utama dalam artikel yang
Anda pilih!
4. Buatlah rangkuman isi keseluruhan artikel yang Anda dapatkan!
No.
Paragraf
Gagasan Utama
Gagasan Pendukung
1.
2.
3.
4.
5.
Pertama
..............
..............
..............
..............
Pagelaran wayang orang peduli Aceh
di Sriwedari tidak dipungut biaya.
..................................................
..................................................
..................................................
.................................
.................................
.................................
.................................
.................................
204
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
C. Ragam Bahasa Indonesia
Tujuan Pembelajaran
Anda diharapkan mampu membedakan berbagai ragam bahasa dan menggunakan-
nya sesuai konteks dan situasi.
Bahasa dipergunakan dalam kehidupan bermasyarakat sebagai alat
komunikasi. Selain itu, bahasa juga berfungsi sebagai alat untuk berpikir dan
belajar. Dalam pemakaiannya, bahasa Indonesia sangat beragam. Faktor
keberagaman tersebut disebabkan oleh asal daerah, sarana, dan konteks
pemakaiannya. Selain itu, faktor sejarah dan perkembangan masyarakat pun
juga berpengaruh.
1. Membedakan Berbagai Ragam Bahasa
Berdasarkan sarananya, ragam bahasa dapat dibedakan menjadi ragam
bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Keduanya memiliki perbedaan sebagai
berikut.
a. Dalam ragam bahasa lisan, pada umumnya menggunakan kalimat yang
pendek-pendek, terputus-putus, dan cenderung memunculkan kosakata
percakapan. Misalnya:
sih, dong, gimana, tapi, oh,
dan sebagainya.
b. Dalam ragam bahasa tulis, penggunaan secara tulisan lebih cermat. Hal
ini karena pihak yang diajak berkomunikasi tidak berhadapan secara
langsung. Agar penyampaian sebuah pesan dalam bahasa tulis efektif,
hendaknya ada kelengkapan fungsi gramatikal, yang meliputi subjek,
predikat, dan objek.
Berdasarkan perbedaan situasi dan kondisi pemakaiannya, ragam bahasa
dibedakan menjadi ragam resmi dan ragam tak resmi. Ragam resmi biasanya
digunakan dalam situasi resmi/formal, misalnya pidato presiden, berita radio/
televisi, penulisan karya ilmiah, dan sebagainya. Sedangkan ragam bahasa
tak resmi biasanya digunakan dalam situasi santai/informal, misalnya ketika
menulis surat pribadi kepada teman, ketika bercakap-cakap dengan keluarga,
ketika sedang menawar belanjaan, dan sebagainya.
Untuk mengetahui resmi tidaknya suatu penggunaan bahasa dapat
diketahui melalui kaidah atau pedoman dalam berbahasa yang telah ditetapkan,
baik oleh pemerintah maupun oleh ahli bahasa. Pedoman-pedoman tersebut
adalah:
a. sesuai dengan EYD,
b. berpedoman pada pembentukan istilah,
c. sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
d. sesuai dengan tata bahasa baku bahasa Indonesia.
205
Ragam Budaya Nasional
Pelatihan
Selain itu, ciri bahasa resmi yang lain adalah:
a. menggunakan struktur kalimat yang lengkap,
b. menggunakan imbuhan secara eksplisit,
c. tidak dipengaruhi unsur bahasa daerah dan bahasa asing,
d. tidak terpengaruh dialek regional.
2. Menggunakan Berbagai Ragam Bahasa Sesuai Konteks dan Situasi
Berdasarkan situasinya, penggunaan ragam bahasa dapat dibedakan
menjadi ragam bahasa resmi dan tidak resmi. Berikut ini contoh pemakaian
bahasa menutur situasinya.
a. Situasi resmi
Contoh: - Saya setuju dengan pendapat Anda.
- Bagaimana keadaan Anda sekarang?
b. Situasi tak resmi.
Contoh: - Aku sih, oke aja dengan pendapatmu.
- Gimana kabar kamu?
Setelah mempelajari perbedaan berbagai ragam bahasa sebagai alat
komunikasi, coba aplikasikan dalam penggunaannya, salin format berikut
dalam buku tugas dan isilah!
No.
Kata Ragam
Lain
Ragam Tulis Konteks Resmi
Konteks Tidak
Resmi
206
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
II. Kompetensi Bersastra
A. Membaca dan Menanggapi Puisi
Tujuan Pembelajaran
Anda diharapkan mampu membacakan puisi yang dianggap penting dalam tiap
periodenya, menunjukkan majas, citraan, makna, lambang yang digunakan, serta
menyimpulkan nilai-nilai budayanya.
1. Menunjukkan Majas dalam Puisi
Dalam menulis sebuah puisi harus dipikirkan tentang cara penyampaian-
nya. Cara penyampaian ide atau perasaan dalam berpuisi disebut majas. Majas
merupakan susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul dalam
hati penulis dan mampu menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati
pembacanya. Majas dapat membuat kata-kata dalam puisi menjadi hidup dan
bergerak, sehingga merangsang pembaca untuk memberi reaksi tertentu. Coba
Anda cermati puisi di bawah ini!
Teratai
Kepada Ki Hajar Dewantara
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersenyum kembang indah permai
Tiada terlihat orang yang lalu
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun berseri, Laksmi mengarang
Biarpun dia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia
Teruslah, o, teratai bahagia
Berseri di kebun Indonesia
Biarlah sedikit penjaga taman
Biarpun engkau tak terlihat
Biarpun engkau tidak diminat
Engkau turut menjaga jaman
(Sanusi Pane)
Puisi di atas menggambarkan seorang tokoh yang dikagumi oleh penyairnya,
yaitu Ki Hajar Dewantara. Sifat yang dikagumi dari sang tokoh adalah rendah
hati, laksana bunga teratai yang tumbuh di kolam, tidak dikenal orang, diabai-
kan, dan tidak diminati. Akan tetapi, ide-idenya selalu dijadikan dasar pemikiran
banyak orang. Meski demikian, Ki Hajar Dewantara tetap meneruskan gagasan
dan cita-citanya untuk kemajuan bangsa Indonesia.
207
Ragam Budaya Nasional
Pelatihan
2. Menunjukkan Citraan dalam Puisi
Citraan atau pengimajian dalam puisi adalah susunan kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman imaji. Dengan daya imajinasinya, sang penyair
dapat menciptakan kata-kata seolah-olah mampu didengar, dilihat, atau
dirasakan oleh pembaca puisi. Coba Anda perhatikan contoh cuplikan puisi di
bawah ini!
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintu-Mu aku mengetuk
Aku tak bisa berpaling
(
Doa
, Chairil Anwar)
Imajinasi penyair dalam puisi di atas adalah krisis keimanan. Oleh
karenanya, penyair meyakini bahwa tidak ada jalan lain selain kembali kepada
jalan Tuhan. “Aku hilang bentuk-remuk. Maka Aku mengetuk pintu Tuhan; dan
karena Aku di negeri asing maka aku tidak bisa berpaling dari Tuhan”.
Anda sudah mempelajari cara menunjukkan majas dan citraan dalam
puisi, sekarang agar lebih terasah kemampuan Anda kerjakan perintah-
perintah di bawah ini!
1. Carilah puisi pada tiap-tiap angkatan (dari Balai Pustaka sampai
sekarang) di perpustakaan sekolah Anda!
2. Tunjukkan majas, citraan, dan nilai-nilai budaya dari puisi tersebut!
3. Bacalah di depan kelas di hadapan teman-teman Anda!
B. Membaca dan Menanggapi Drama
Tujuan Pembelajaran
Anda diharapkan mampu membaca drama satu babak yang dianggap penting dalam
tiap periode dan mengidentifikasi unsur yang tergambar dari para pelakunya.
Berikut ini adalah naskah drama karya HB. Jassin. Coba Anda baca
dengan cermat! Sambil membaca, identifikasikan unsur yang tergambar dari
dialog para pelaku dalam drama tersebut!
208
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
Tuliskan hasilnya di buku tugas dengan mengikuti format di bawah ini!
Format 9.3
Seniman Pengkhianat
“Orang-orang yang sudah menjual jiwa dan kehormatannya kepada
fasis Jepang disingkirkan dari pimpinan revolusi kita (orang-orang yang
pernah bekerja di propaganda polisi rahasia Jepang, umumnya di dalam
usaha kolone 5 Jepang). Orang-orang ini harus dianggap sebagai peng-
khianat perjuangan dan harus diperbedakan dari kaum buruh biasa
yang bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.” (
Perjuangan
Kita
, oleh Sjahrir, h. 24).
X : “Belum juga dia datang. Janjinya pukul sebelas. Sekarang
sudah lewat setengah jam.”
Y : “Ah, dia banyak urusannya barangkali. Sandiwara sangat
maju.”
X : “Itu dia! Manuskripku sekarang ada padanya.”
Y : “Manuskrip yang mana?”
X : “Sandiwara 4 babak, Kesuma Negara.”
Y : “Oh, yang baru lagi?”
X : “Ya, abis? Kemauan zaman. Kita mesti turut zaman, bukan?”
Y : “Aku heran melihat engkau. Apa saja acaranya, engkau mem-
buatnya menjadi sajak, cerita pendek, sandiwara, dan sebagai-
nya.”
X : “Apa susahnya. Bikin saja, asal u sama u, a sama a, b sama b,
sudah beres. Bikin cerita pendek syaratnya asal jangan lupa:
menghancurkan musuh, musuh jahanam, musuh biadab;
kemenangan tinggal tunggu hari lagi. Pihak kita: kesayangan
Tuhan, Tuhan telah menjanjikan kita kemenangan dan sebagai-
nya yang muluk-muluk, yang jelek-jelek pada pihak lawan.”
Y : “Kuheran. Engkau dapat menulis demikian.”
X : “Mengapa heran? Engkau juga bisa, kalau engkau mau.”
Y : “Biarpun aku meu, aku tidak bisa.”
No.
Nama Pelaku
Watak Tokoh
1.
2.
3.
X
Y
Z
....................................................
....................................................
....................................................
209
Ragam Budaya Nasional
X : “Bohong! (berbisik). Mengapa engkau begini bodoh? (sambil
menunjuk ke sepatu Y). Lihat! Sepatumu sudah ternganga-
nganga. Bajumu telah berjerumat. Kalau engkau mau... kantor
kami senantiasa akan menerima engkau.”
Y : “Kerjaku menjadi apa?”
X : “Biasa. Seperti aku sekarang. Sekali-sekali ada bestelan sajak,
atau cerita pendek, atau sandiwara, atau lelucon.”
Y : “Lantas kalau ada bestelen, engkau yang bikin?”
X : “Mau apa lagi?”
Y : “Engkau bisa tulis?”
X : “Bisa.”
Y : “Wah! Engkau ini orang aneh. Misalkan, pemerintah memerlu-
kan rambutan untuk santapan serdadunya. Lantas dia meng-
inginkan rambutan yang jitu, temponya tiga hari, engkau bisa
bikin?”
X : “Gampang, tiga hari terlalu lama. Pukul sebelas dibestel jam
dua belas sharp, tanggung siap.”
Y : “Tapi engkau toh mengerti, bahwa pekerjaan yang demikian
tidak ada jiwanya?”
X : “Jiwa? Perlu apa jiwa sekarang? Jiwa diobral di medan perang.
Hanya engkau yang meributkan perkara jiwa.”
Y : “Bukan demikian. Padaku sesuatu itu mesti ada ‘aku’-ku di
dalamnya. Kalau tidak, aku tidak puas.”
X : “Kalau sekarang engkau hendak memasukkan ‘aku’–mu ke
dalam suatu pekerjaan, nanti engkau akan mendapat panggilan
dari Gambir Barat1.
Y : “Oleh karena itulah, engkau tidak bisa menulis seperti
kehendakmu itu.”
X : “Bung! Aku bilang saja terus terang.
Gerak gerikmu sekarang diamat-amati oleh Gambir Barat.”
Y : “Aku sudah tahu lama. Tapi itu aku tidak ambil perduli.”
X : “Engkau harus hati-hati. Omonganmu jangan terlalu lancang.”
Y : “Aku tahu. Aku lemah. Aku tidak punya karaben. Tapi, kalau
aku disuruhnya menulis-menulis, seperti yang engkau laksana-
kan, lebih baik aku makan tanah.”
X : “Apa hinanya? Dia kuanggap majikan, aku buruh. Aku makan
gaji. Apa yang dia suruh, toh aku mesti bikin?”
Y : “Engkau mesti ingat. Engkau bukan buruh biasa. Engkau
seorang seniman.”
X : “Tidak! Aku tidak pernah bilang aku seorang seniman. Aku
orang biasa. Namaku X.”
210
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
Y : “Tapi pekerjaanmu? Pekerjaanmu mempropaganda ini itu
kepada rakyat.”
X : “Rakyat toh mesti diberi penerangan?”
Y : “Betul! Tapi bukan penerangan yang menjerumuskan itu, kalau
engkau bikin propaganda tentang laut, misalnya.”
X : “Aku tidak tahu.”
Y : “Memang. Engkau tidak tahu. Tapi mereka, anak-anak muda
yang terpedaya oleh ajak, atau cerita pendek, atau sandiwara-
mu tentang laut, apa engkau bisa tanggung?”
X : “Mereka mesti tahu sendiri.”
“Sobat! Engkau bangsa apa?”
X : “Aku bangsa Indonesia.”
Y : “Tulen?”
X : “Tulen!”
Y : “Tidak ada campuran?”
X : “Tidak! Ibu bapak 100% bangsa Indonesia.”
Y : “Kalau begitu aku tidak tahu, mengapa engkau mau menggali
kubur untuk bangsamu sendiri.”
X : “Aku tidak menggali kubur. Aku makan gaji.”
Y : “Tapi gajimu berlumuran darah bangsamu sendiri.”
X : “Tidak dengan pekerjaanku, bangsa kita toh sudah berlumuran
darah.”
Y : “Jadi engkau hendak menambahnya lagi?”
X : “Pekerjaanku ini seperti titik dalam lautan. Tidakkan menambah
dan tidak akan mengurangi.”
Y : “Oleh sebab itu, engkau kerjakan?”
X : “Mengapa aku saja yang engkau terkam?”
Y : “Karena aku anggap engkau wakil dari gerombolanmu.”
X : “Bukan golonganku saja yang diperbudak. Semua golongan,
tidak ada terkecualinya.”
Y : “Aku juga tahu. Yang menjerit-jerit berteriak-teriak di lapangan
besar, seperti orang edan, juga bangsa kita. Juga tukang tipu
rakyat.”
X : “Nah. Itu dia. Jadi bukan aku saja.”
Y : “Itu bukan alasan untuk melakukan pekerjaanmu seperti
sekarang ini.”
X : “Lantas maumu aku mesti makan angin?”
Y : “Bukan. Engkau dapat bekerja di lapangan lain. Pendidikanmu
cukup.”
X : “Maaf. Tapi aku tidak dapat hidup seperti engkau.”
Y : “Engkau mempunyai cita-cita?”
211
Ragam Budaya Nasional
X : “Penuh.”
Y : “Cita-citamu akan dapat menahan segala deritaan.”
X : “Aku tidak bisa. Tinggal di gubuk rebeh seperti engkau, maaf
saja. Aku biasa tinggak di Laan. Baju mesti saban hari ganti,
sepatu mesti necis, jangan sampai ternganga. Jajan tidak bisa
di pinggir jalan, nongkrong seperti engkau. Aku bisa duduk di
Oen.”
Y : “Tapi jangan anggap, buah penamu telah kercap seni. Di luar
kantomu ini, masih banyak pemuda-pemuda yang benar-benar
berdarah seni, 100% lebih bersih dari darahmu. Mereka
sekarang gelisah menanti akhirnya penindasan ini. Tapi dalam
sementara itu, mereka menangis melihat kelakuan gerombolan-
mu yang melontekan diri sebagai alat propaganda.”
X : “Engkau cemburu melihat kedudukanku sekarang ini. Itu
sebabnya engkau caci-caci aku.”
Y : “Aku tidak ingin kedudukanmu. Aku tidak ingin menjadi beo.
Aku tidak ingin menjadi ekor. Aku tidak ingin menjadi lonte
seperti engkau.”
X : “Kalau tidak ingin, engkau boleh tutup mulutmu.”
Y : “Aku tidak akan menutup mulutku.Aku akan meneriak-neriakkan
pengkhianatanmu terhadap bangsamu sendiri, yang engkau
jadikan mangsa kebengisan tokehmu dan yang engkau coba
meliputinya dengan tulisan-tulisanmu, untuk kepentingan kan-
tongmu sendiri. Seandainya leherku yang kurus ini engkau suruh
penggal pada tokehmu, aku akan terus berteriak: meneriakkan
pengkhianatanmu selama ini!”
Sumber:
Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang
, HB. Jassin, Balai
Pustaka, hal. 88- 92.
C. Menulis Cuplikan Sastra Indonesia Klasik dari Teks
Berhuruf Arab-Melayu dalam Huruf Latin
Tujuan Pembelajaran
Anda diharapkan mampu menyusun menulis kembali cuplikan sastra Indonesia
klasik dari teks berhuruf Arab-Melayu dalam huruf latin.
1. Ciri-ciri Sastra Melayu Klasik
Bahasa Melayu Klasik
adalah bahasa yang menggantikan
Bahasa
Melayu Kuno
. Peralihan ini dikaitkan dengan pengaruh agama
Islam yang
semakin mantap di
Asia Tenggara
pada
abad ke-13.
Setelah itu,
bahasa Melayu
mengalami banyak perubahan dari segi kosakata, struktur kalimat, dan tulisan.
212
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
Ciri-ciri bahasa Melayu klasik
1. Kalimat: panjang, berulang, berbelit-belit.
2. Banyak kalimat pasif.
3. Menggunakan bahasa istana.
4. Kosa kata klasik: ratna mutu manikam, edan kasmaran (mabuk asmara),
sahaya, masyghul (bersedih).
5. Banyak menggunakan perdu perkataan (kata pangkal ayat): sebermula,
alkisah, hatta, adapun.
6. Kalimat sungsang.
7. Banyak menggunakan akhiran
pun
dan
lah.
2. Sastra Melayu Klasik
Hikayat Inderaputra
Indraputera, putra Maharaja Bikrama Puspa adalah seorang putera
yang sangat arif bijaksana, lagi terlalu perkasa dan saktinya. Tetapi
nasibnya mula-mula tidak seberapa mujur. Semasa masih kecil, ia telah
diterbangkan oleh sekor merak emas. Ia jatuh di suatu taman dan
dipelihara oleh nenek kebayan. Sesudah beberapa lama ia diangkat
menjadi anak perdana menteri.
Tersebutlah perkataan Raja Syahsian tiada mempunyai seorang
anak. Pada suatu hari baginda pergi berburu dan melihat seekor kijang
menangisi ibunya yang telah dipanah mati. Baginda terharu dan ingin
berputera. Kemudian terdengar khabar bahwa di sebuah gunung yang
jauh ada tinggal seorang maharesi pertapa yang terlalu sakti, Berma
Sakti namanya. Barang siapa ingin beranak boleh meminta obat
daripadanya. Akan tetapi, karena tempat gunung terlalu jauh dan harus
melewati hutan rimba yang penuh dengan binatang buas, tiada seorang
pun yang sanggup pergi ke gunung itu. Indraputera menawarkan diri
untuk pergi ke gunung itu.
Maka pergilah Indraputera mencari obat itu. Bermacam-macam
pengalaman dialami. Ia pernah bertemu dengan tengkorak yang dapat
berkata-kata, membunuh raksasa dan bota yang makan manusia. Ia
juga pernah mengunjungi negeri jin Islam, negeri yang penghuninya
kera belaka dan kalau siang hari menjadi manusia. Ia bersahabat dengan
anak raja-raja yang berasal dari golongan manusia dan jin. Berbagai
hikmat diperolehnya; ada hikmat yang dapat menciptakan negeri
langkap dengan segalanya, menciptakan angin ribut, menghidupkan
orang yang telah mati. Akhirnya sampai ia di gunung tempat pertapaan
Berma Sakti. Berma Sakti memberikan obat kepada Indraputera; di
samping itu Indraputera juga diajar berbagai hikmat. Berkata Berma
213
Ragam Budaya Nasional
Pelatihan
Ruang Info
Sakti kepada Indraputera,” Hai anakku, pejamkan matamu dan citalah
barang yang engkau kehendaki niscaya sampailah ke tempat itu”.
Indraputera memejamkan matanya. ketika dibuka matanya, ia sudah
ada kembali di kebun nenek kebayan di negerinya.
Raja Syahsian dan perdana menteri sangat gembita. Setelah
memakan obat yang dibawa Indraputera, yaitu sekuntum bunga tunjung,
permaisuri hamillah dan melahirkan seorang anakyang elok parasnya
yang dinamakan Tuan Puteri Indra Seri Bulan. Pada suatu ketika
Indraputera dituduh berbuat jahat dengan dayang-dayang istana dan
akhirnya Indraputera dibuang di sebuah negeri yang kotanya terbuat
dari batu hitam. Raja negeri ini sangat memuliakan Indraputera dan
memberikan hadiah sehelai kain yang dapat menyembuhkan segala
macam penyakit kepada Indraputera.
Tuan Puteri Indra Seri Bulan pun besarlah. Ramai anak raja yang
datang meminang tuan puteri. Tidak lama kemudian, tuan puteri pun
sakit dan semua tabib istana tidak dapat menyembuhkan. Maka gong
pun dipalu,” Barang siapa dapat mengobati tuan puteri, jika hina sekali-
pun bangsanya akan diangkat menjadi menantu raja.” Indraputera
muncul dan menyembuhkan tuan putri. setelah dengan berbagai masalah
yang menerjang akhirnya Indraputera dapat meminang Tuan Puteri Indra
Seri Bulan.
Sumber:
Sejarah Kesustraan Melayu Klasik
Anda sudah diberi wacana tentang cara mempelajari ciri-ciri bahasa
Melayu klasik dan contoh sastra Melayu klasik sekarang agar lebih terasah
kemampuan Anda kerjakan perintah-perintah di bawah ini!
1. Carilah karya sastra Indonesia klasik dari teks berhuruf Arab-Melayu
dalam huruf latin di perpustakaan Anda!
2. Tulis kembali isinya ke dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar!
3. Mintalah tanggapan teman dan guru Anda!
Sutardji Calzoum Bachri dipandang sebagai pembaharu dunia puisi
Indonesia. Jika Chairil Anwar menempatkan kualitas bahasa dalam
kedudukan yang paling penting, maka Sutardji Calzoum Bachri
menempatkan bentuk fisik (bunyi) dalam kedudukan yang terpenting.
214
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
Refleksi
Dalam pelajaran ini, Anda telah mempelajari serta mempraktikkan
cara menyampaikan topik suatu uraian, membaca intensif artikel dalam
media cetak, ragam bahasa Indonesia, membaca dan menanggapi puisi,
membaca dan menanggapi drama, menulis kembali cuplikan sastra
Indonesia klasik dari Arab Melayu ke dalam latin. Sudahkah Anda
menguasai keterampilan yang Anda pelajari dan lakukan tersebut? Jika
sudah, Anda boleh meneruskan ke tema berikutnya, tetapi jika Anda
belum menguasai, sebaiknya Anda mengulangi lagi pelajaran tersebut
dan jangan sungkan-sungkan bertanya pada guru pengampu.
Kerjakan di buku tugas Anda!
A. Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1. Alur sorot balik terdapat dalam novel ....
a. Jalan Tak Ada Ujung
b. Warisan
c. Siti Nurbaya
d. Ladang perminus
e. Atheis
2. Berikut ini pasangan novelis dan novelnya adalah ....
a. Toha Mohtar - Pulang
b. Mochtar Lubis - Harimau! Harimau!
c. Hamidah - Keledai! Keledai!
d. Adi Negoro - Jayataka
e. Taufik Ismail - Belenggu
3. ...
Sebelum kalian membunuh harimau yang buas itu, bunuhlah lebih dahulu
harimau dalam hatimu sendiri... mengertikah kalian...percayalah pada
Tuhan...Tuhan ada... manusia perlu bertuhan.
Dalam nukilan di atas, Mochtar Lubis menggunakan gaya bahasa ....
a. personifikasi
b. simbolik
c. hiperbola
d. repetisi
e. alusio
215
Ragam Budaya Nasional
4. Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda resentie yang berarti ....
a. tujuan dari penerbit untuk mempromosikan bukunya
b. ulasan pengarang yang bertujuan mempengaruhi pembaca untuk membaca
hasil karyanya
c. telaah tentang buruknya sebuah buku sehingga pembaca mengetahui layak
tidaknya buku itu dibeli
d. kupasan tentang pentingnya sebuah buku untuk dibaca
e. keinginan penerbit yang terselubung
5. Fakta dalam isi berita sering disebut juga sebagai sesuatu yang ....
a. benar-benar terjadi
b. meragukan
c. samar-samar
d. belum tentu ada
e. kemungkinan
6. Pola penulisan berita dan pendapat dalam media massa cetak secara berurutan
adalah ....
a. judul, tubuh, ekor, teras
b. judul, teras, ekor, tubuh
c. teras, judul, tubuh, ekor
d. judul, teras, tubuh, ekor
e. teras, judul, ekor, tubuh
7. Bahasa sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional.
Berdasarkan kalimat di atas, fungsi bahasa adalah sebagai alat ....
a. komunikasi
b. bergaya
c. bergengsi
d. bersekolah
e. modern dalam berbicara
8. Karya sastra lama pada umumnya berbeda dengan karya sastra mo-dern. Karya
sastra lama biasanya ....
a. tidak bertema
b. mengutamakan keorisinilan
c. kesusastraan untuk dibaca
d. lebih banyak milik bersama
e. tidak mempersoalkan keindahan
9. Karya sastra berikut ini yang berbentuk drama adalah ....
a. Prabu dan Putri karya MH. Rustandi Kartakusuma
b. Balada Orang-Orang Tercinta karya WS. Rendra
c. Cahaya di Mata Emi karya Kirdjomulyo
d. Puntung Berasap karya Usmar Ismail
e. Tambera karya Utuy Tatang Sontani
216
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
10. Romantis sentimentil merupakan ciri khas roman-roman ....
a. Angkatan Balai Pustaka
b. Angkatan Pujangga baru
c. Angkatan Jepang
d. Angkatan ‘45
e. Angkatan ‘66
B. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
1. Jelaskan perbedaan antara gagasan utama dan gagasan pendukung dalam
suatu paragraf!
2. Jelaskan perbedaan utama antara fakta dan pendapat dalam pemberitaan media
massa cetak!
3. Sebutkan ciri-ciri karya sastra lama dan berilah contohnya!
4. Sebutkan ciri-ciri karya sastra modern dan berilah contohnya!
5. Jelaskan periodisasi kesusastraan Indonesia!