Halaman
Tema 7
Membangun Bangsa
Melalui Pendidikan
Pendidikan yang berkualitas tentunya dapat menghasilkan anak didik yang
cerdas dan mampu menjadi tenaga ahli yang dipersiapkan untuk membangun
bangsa melalui pendidikan yang dimilikinya.
Dalam pelajaran ini, Anda akan diajak untuk mempelajari dan mempraktikkan
cara mendengarkan informasi isi program sekolah, membaca intensif artikel pada
internet, mengidentifikasi makna kata dan makna bentuk lingual lain, mengomentari
unsur-unsur intrinsik berbahasa dalam drama Indonesia yang memiliki warna lokal/
daerah, menentukan tema; plot; tokoh; perwatakan; dan pembabakan; serta perilaku
berbahasa, menulis prinsip-prinsip kritik dan esai. Semua aspek yang Anda pelajari
tersebut akan dikaitkan dengan tema yang kita bahas dalam pelajaran ini, yakni
Membangun Bangsa Melalui Pendidikan.
Sumber: Tempo 21 Jan 07
Sumber: Tempo, 7 Agustus 2005
Sumber: Foto Haryana
PETA KONSEP
Membangun Bangsa Melalui Pendidikan
Kebahasaan
Kesastraan
Mendengarkan
Informasi Isi
Program Seko-
lah
Membaca In-
tensif Artikel
pada Internet
Menentukan Tema,
Plot, Tokoh, Perwa-
takan dan Pemba-
bakan serta Perilaku
Berbahasa
Mengidentifikasi
Makna Kata dan
Makna Bentuk
Lingual Lain
Menulis Prin-
sip-Prinsip
Kritik dan Esai
Mengomentari Un-
sur-Unsur Intrinsik
Berbahasa dalam
Drama Indonesia
yang Memiliki War-
na Lokal/Daerah
154
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
I. Kompetensi Berbahasa
A. Mendengarkan Informasi Isi Program Sekolah
Tujuan Pembelajaran
Anda diharapkan mampu mengajukan pertanyaan tentang isi program sekolah yang
belum jelas dan menanggapinya.
1. Mengajukan Pertanyaan
Dengarkan informasi yang akan dibacakan oleh teman Anda berikut ini!
Sambil mendengarkan, catat hal-hal yang belum jelas! Selanjutnya, ajukan
pertanyaan secara lisan!
Gagasan Diknas Hapus UAN
Pemberlakuan nilai dasar kelulusan 4,01 hingga kini menjadi momok
karena kualitas pendidikan di Jakarta dan Irian Jaya jelas berbeda
sehingga proses generalisasi nilai cenderung kurang relevan karena
bagaimanapun kualitas pendidikan di Jakarta lebih tinggi daripada di
daerah lain. Ditambah lagi dengan otonomi daerah yang membuat
pemda setempat berupaya melakukan trik-trik kebijakan yang bermuara
pada peningkatan mutu pendidikan daerah sebagai investasi masa
depan daerah. Di sisi lain, otonomi pendidikan memberikan angin
dingin, kesejukan, dan kebebasan kepada daerah untuk melakukan
improvisasi pemberdayaan sektor pendidikan semakin tajam dan kukuh.
Hal ini disebabkan, sentralisasi pendidikan cenderung menepikan nilai-
nilai kearifan lokal, khususnya dalam konteks pendidikan kebudayaan,
seperti pelajaran bahasa, seni, dan keterampilan. Proses ini semakin
menambah kemelut panjang dalam sistem pendidikan nasional.
Gambar 8 Mading, sebagai sarana penyam-
paian informasi program-program di sekolah.
Sumber: Foto Haryana
155
Membangun Bangsa Melalui Pendidikan
Standardisasi nilai UAN membuat fungsi guru tidak lagi dominan,
padahal guru tidak kalah penting dalam memberikan penilaian terhadap
siswa. Siswa mana yang layak naik atau tidak naik sebenarnya bukan
ditentukan oleh nilai UAN. Akibatnya, aspek afektif dan psikomotorik
terpinggirkan. Padahal integralisasi aspek kognitif, afektif, dan psikomo-
torik dalam pendidikan sangat penting dalam menciptakan peserta didik
yang kritis, inovatif, jujur, bertanggung jawab, dan humanis. Oleh karena
itu, tidak jarang guru menggerutu dan bersungut. Hal yang dominan
dalam menilai kemampuan, perilaku, sikap, dan mental seorang peserta
didik adalah guru, bukan sistem. Gurulah yang sering berdialektika
dengan murid dalam berbagai macam kesempatan.
Lahirnya gagasan penghapusan UAN hingga kini menjadi tarik-
menarik kepentingan bersama. Lahirnya kebijakan penghapusan UAN,
paling tidak, akan lebih memberikan ruang serta kesempatan kepada
daerah untuk membangun infrastruktur dan suprastruktur pendidikan
yang lebih pluralis, dinamis, demokratis, egaliter, dan humanis. Bagai-
manapun, inilah kesempatan untuk membangun desentralisasi pen-
didikan humanis di setiap daerah.
Konsep uniformisasi dalam sistem pendidikan nasional sekarang
cenderung masuk pada ranah karatan, yang berarti bahwa sentralisasi
kebijakan pendidikan sudah tidak laku sehingga memang benar-benar
segala kebijakan harus dirumuskan secara matang, metodologis, dan
humanis. Dengan demikian, kesungsangan kebijakan tidak berakibat
fatal dengan lahirnya korban-korban yang tidak bersalah dan tidak
berdosa di dunia pendidikan.
Oleh : Sabiqul Khair Sabdin
(Dikutip seperlunya dari harian
Jawa Po
s, 22 November 2007)
2. Menanggapi Informasi yang Didengar sebagai Bahan Perbaikan
Program
Informasi yang Anda dengarkan dari apa yang dibacakan teman Anda di
atas, tentu tidak semuanya telah Anda pahami isinya. Sekarang untuk memper-
jelas hal-hal yang masih membingungkan Anda, tanggapilah dengan mengajukan
berbagai pertanyaan mengenai pokok persoalan yang belum jelas terhadap
topik yang diperdengarkan kepada Anda tadi. Tulislah berbagai pertanyaan di
buku tugas Anda terlebih dahulu!
Contoh:
a. Mengapa UAN akan dihapus?
b. Mungkinkah keberadaan UAN membuat pendidikan kita mandul?
156
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
Pelatihan
Anda sudah mempelajari cara mengajukan pertanyaan tentang isi program
sekolah yang belum jelas dan menanggapinya. Sekarang agar lebih terasah
kemampuan Anda kerjakan perintah-perintah di bawah ini!
1. Tentunya teman sekelas Anda ada yang menjadi anggota OSIS,
bukan? Nah, teman Anda tersebut diharapkan maju ke depan kelas
untuk membacakan informasi program-program dari kegiatan
OSIS!
2. Teman-teman yang lain diharapkan mendengarkan dengan saksama
informasi dari teman angota OSIS tersebut!
3. Ajukan pertanyaan dan berilah tanggapan dari informasi teman
OSIS Anda tersebut!
4. Semoga terjadi diskusi yang menarik.
B. Membaca Intensif Artikel pada Internet
Tujuan Pembelajaran
Anda diharapkan mampu menemukan gagasan utama tiap paragraf, mendaftar
gagasan pendukungnya, dan merangkum isinya.
1. Menemukan Gagasan dan Pikiran Penulis Tiap Paragraf
Kali ini Anda diharapkan mampu membaca artikel yang bersumber dari
media elektronik, yaitu internet. Sambil membaca, temukan gagasan utama
dan gagasan pendukung setiap paragrafnya, lalu catat di buku tugas dengan
format berikut ini!
Format 7.1
Pendidikan Formal vs Pendidikan Nonformal
Kecenderungan masyarakat yang memahami pendidikan hanya
akan diperoleh jika bersekolah di pendidikan formal, tidaklah benar.
Oleh karena itu, harus diluruskan. Pendidikan dapat didapatkan di mana
pun, tidak harus di bangku sekolah. Disadari atau tidak, pendidikan
yang ada di negeri ini telah keluar dari tujuan yang sebenarnya, yaitu
menciptakan manusia humanis dan beretika untuk membangun bangsa.
1.
2.
Pendidikan Formal vs
Pendidikan Nonformal
..............................
Gagasan
Pendukung
Gagasan
Utama
Paragraf
Ke-
Sumber
Solopos, 25
Agustus 2007
..................
Judul
No.
...........
...........
...........
................
................
................
...................
..................
..................
157
Membangun Bangsa Melalui Pendidikan
Banyaknya sekolah dengan menawarkan janji muluk dengan sekian
keterampilan dan kesempatan kerja, membuat lulusan selalu berpikir
instan. Banyak juga yang meragukan dan mempertanyakan mengapa
sekarang pendidikan justru cenderung komersil. Tingginya biaya
pendidikan hanya dapat dinikmati orang-orang yang mempunyai uang.
Padahal kualitas juga perlu dipertanyakan.
Kehadiran sekolah diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang
ada di negeri ini, yang terjadi justru sebaliknya. Pendidikan menjadi
masalah yang terus-menerus tiada habisnya. Ini dapat kita lihat dari
jumlah lulusan setiap tahun yang tidak berimbang dengan jumlah
lapangan kerja yang ada. Sering kita dengar suara-suara miring, dengan
menjadi sarjana berarti siap menjadi pengangguran.
Masyarakat harus menyadari dan memahami, pendidikan tidak
harus berorientasi pada kerja. Sebuah ironi tersendiri jika seseorang
setelah menyelesaikan pendidikan dan berhasil justru menjadi mafia
pendidikan. Sebenarnya yang menjadi harapan kita adalah bagaimana
dengan menikmati pendidikan formal, khususnya, para lulusan mampu
menempatkan manusia pada tempatnya, dengan kata lain memanusia-
kan manusia.
Lalu bagaimana dengan masyarakat dari kalangan ekonomi
menengah ke bawah. Mereka juga perlu pendidikan. Namun biaya
pendidikan terlalu tinggi. Jangankan biaya pendidikan, untuk makan
pun sulit.
Lucu memang! Negara yang besar dan berdaulat serta memiliki
kekayaan alam yang begitu melimpah, ternyata rakyat-nya hanya mampu
menonton dan melihat pendidikan sebagai lembaga yang menjadi aset
yang diperjualbelikan. Mahalnya biaya pendidikan telah membuat
ribuan anak negeri putus sekolah.
Gambar 12 Pendidikan bisa didapatkan dengan mengikuti kursus.
Sumber: Foto Haryana
158
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
Pelatihan
Besarnya biaya pendidikan, disadari atau tidak telah membuat
martabat bangsa turun. Tingginya angka putus sekolah dan peng-
angguran menjadikan negara semakin jauh dari harapan bersama.
Tekad pemerintah memberantas kebodohan tanpa ditindaklanjuti dengan
kebijakan yang mengarah pada sistem pendidikan.
Di satu sisi, pemerintah menginginkan anak-anak Indonesia tidak
bodoh. Di sisi lain, biaya pendidikan yang tidak terjangkau masyarakat.
Untuk itu, mungkin dengan mengembalikan pendidikan pada substansi
awal adalah jawaban. Masyarakat harus diingatkan bahwa pendidikan
tidak harus di sekolah. Masyarakat tidak harus memaksakan untuk
mendapatkan pendidikan formal. Bahkan pendidikan nonformal kadang
justru dapat memberi nilai lebih dan bermanfaat.
Oleh: Fauzan
Sumber:
http://www.solopos.net
, tanggal 25 Agustus 2007
2. Merangkum Isi Seluruh Artikel
Berdasarkan catatan dalam format 7.1, rangkumlah isi seluruh artikel yang
telah Anda baca dalam beberapa kalimat. Tulislah di buku tugas dengan bahasa
yang baik, benar, jelas, dan mudah dipahami!
Anda sudah mempelajari menemukan gagasan dan pikiran penulis tiap
paragraf dan merangkum isi seluruh artikel
1. Cari artikel dari internet! (Jika di tempat Anda belum terjangkau
fasilitas internet, cari artikel di media cetak)
2. Baca artikel yang Anda temukan! Sambil membaca, buatlah catatan
seperti dalam format 7.1!
3. Berdasarkan catatan tersebut, buatlah rangkuman isi artikel yang
Anda baca!
4. Tukarkan dengan hasil tulisan teman Anda di sekolah!
C. Mengidentifikasi Makna Kata dan Makna Bentuk
Lingual Lain
Tujuan Pembelajaran
Anda diharapkan mampumembedakan kata-kata yang bersinonim, berantonim,
berhomonim, berhomograf, berhomofon, berhiponim, berpolisemi, mengalami
peyorasi, ameliorasi, perluasan dan penyempitan makna, serta menentukan makna
asosiasi dan sinestesia.
159
Membangun Bangsa Melalui Pendidikan
1. Membedakan Kata Bersinonim, Berantonim, Berhomonim,
Berhomograf, Berhomofon, Berhiponim, dan Berpolisemi
a. Kata yang Bersinonim
Suatu kata yang mempunyai makna yang sama dan dapat saling meng-
gantikan disebut dengan sinonim.
Contoh: benar = betul
Contoh dalam kalimat:
- Jawaban Anda benar.
- Jawaban Anda betul.
Kadang ada juga kata-kata yang awalnya bermakna sama, tetapi kemudian
menjadi berbeda makna karena pengaruh makna konotasi yang terkandung
dalam kata itu. Contoh: kata
buruh, pegawai, karyawan
. Kata-kata jenis ini
termasuk kata bersinonim yang bernuansa.
b. Kata yang Berantonim
Antonim maksudnya adalah kata yang berbeda atau berlawanan
maknanya. Jenis-jenis kata antonim ini dapat dibedakan menjadi berikut
ini.
1) Antonim kembar, yaitu antonim yang melibatkan pertentangan antara
dua kata.
Contoh: hidup >< mati
2) Antonim majemuk, yaitu antonim yang melibatkan pertentangan antara
banyak kata.
Contoh: - Sepatu itu tidak merah.
Oleh karenanya, kalimat itu mencakup pengertian bahwa
sepatu itu
putih, sepatu itu cokelat,
dan sebagainya.
3) Antonim gradual, yaitu pertentangan dua kata dengan melibatkan
beberapa tingkatan. Contoh: - Rumah itu sederhana.
Contoh kalimat di atas bisa bermakna: tidak mewah dan sangat
sederhana.
4) Antonim hierarkis, yaitu pertentangan antara kata-kata yang maknanya
berada dalam posisi bertingkat.
Contoh: Januari-Februari-Maret, April, dan sebagainya.
5) Antonim relasional, yaitu pertentangan antara dua buah kata yang
kehadirannya saling berhubungan.
Contoh: suami-istri
c. Kata Berhomonim
Kata- kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna
yang berbeda disebut dengan kata berhomonim.
Contoh: - kata
genting
Contoh dalam kalimat:
- Karena terjadi kerusuhan, Kota Ambon dalam keadaan genting. (gawat)
- Ayah sedang memperbaiki genting yang bocor. (atap)
160
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
d. Kata yang Berhomograf
Kata-kata yang tulisannya sama tetapi pelafalan dan maknanya berbeda
sering dikatakan sebagai kata yang berhomograf.
Contoh: kata
apel
Contoh dalam kalimat:
- Adik suka makan buah apel.
- Karyawan itu wajib mengikuti apel pagi.
e. Kata yang Berhomofon
Kata-kata yang cara pelafalannya sama tetapi penulisan dan maknanya
berbeda sering disebut dengan homofon.
Contoh: kata
bang
Contoh dalam kalimat:
- Bang Yogi naik sepeda motor.
- Ayah pergi ke bank untuk menyetor tabungan.
f. Kata yang Berhiponim
Kata-kata yang mempunyai hubungan antara makna spesifik dan makna
generik.
Contoh:
- ayam, kucing, kelinci, kuda merupakan hiponim dari hewan
- melati, mawar, anggrek, kenanga merupakan hiponim dari bunga
g. Kata yang Berpolisemi
Dalam bahasa Indonesia, sering dijumpai kata-kata yang menanggung
beban makna yang begitu banyak. Inilah yang disebut polisemi. Misalnya,
kata kepala.
Dari kata kepala ini dapat dijabarkan menjadi berikut ini.
1) Bagian atas suatu benda, contoh: kepala surat.
2) Sebagai kiasan atau ungkapan, contoh: kepala batu.
3) Berarti pemimpin, contoh: kepala negara.
2. Membedakan Kata yang Mengalami Peyorasi-Ameliorasi dan
Perluasan-Penyempitan Makna
Kata yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia seringkali mengalami
perubahan makna, di antara adalah perluasan, penyempitan, peninggian,
perendahan, dan sebagainya.
a. Peyorasi, maksudnya adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya
lebih rendah daripada kata sebelumnya.
Contoh:
- kroni
Kata sebelumnya bermakna sahabat, sedangkan makna baru berarti kawan
dari seorang penjahat.
161
Membangun Bangsa Melalui Pendidikan
b. Ameliorasi, yaitu perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih tinggi
daripada asalnya.
Contoh:
- wanita
Kata asalnya lebih rendah daripada perempuan, tetapi makna baru menjadi
lebih tinggi daripada perempuan.
c. Perluasan Makna
Hal ini terjadi apabila cakupan makna suatu kata lebih luas dari makna
asalnya.
Contoh:
kata ibu
Makna asalnya berarti emak, sedangkan makna baru berarti setiap
perempuan dewasa.
d. Penyempitan Makna
Hal ini terjadi apabila makna suatu kata lebih sempit cakupannya daripada
makna asalnya.
Contoh:
kata sarjana
Makna asalnya berarti cendekiawan, sedangkan makna bari berarti gelar
dari lulusan sebuah universitas.
3. Menentukan Makna Asosiasi dan Sinestesia
Selain keempat perubahan makna kata yang telah disebutkan di atas, masih
ada lagi jenis perubahan makna kata yang lain, yaitu sebagai berikut.
a. Asosiasi, yaitu perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat
Contoh:
- kata amplop
Makna kata asalnya berarti tempat untuk memberi uang, sedangkan makna
baru berarti suap.
b. Sinestesia, yaitu perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan
antara dua indra yang berlainan.
Contoh:
- berwajah manis
Makna asalnya berarti indra perasa, sedangkan makna baru berarti indra
penglihatan.
162
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
II. Kompetensi Bersastra
A. Mengomentari Unsur-unsur Intrinsik Berbahasa dalam
Drama Indonesia yang Memiliki Warna Lokal/Daerah
Tujuan Pembelajaran
Anda diharapkan mampu mengomentari tokoh, perwatakan, latar, plot, tema dan
perilaku berbahasa dalam drama Indonesia yang memiliki warna lokal/daerah.
Pada subtema ini Anda akan diberikan wacana tentang petikan naskah
drama yang berjudul “Petang di Taman” karya Iwan Simatupang. Perlu diketahui
Iwan Simatupang adalah orang yang tekun di dunia sastra, meskipun ia
mengenyam pendidikan sebagai di fakultas kedokteran. Ia terlahir sebagai
keturunan Batak. Nah, sekarang berilah komentar Anda terhadap perilaku
tokoh, perwatakan, alur, plot, tema, dan keseharian salah satu teks drama.
Perhatikan teks dialog singkat berikut ini
!
PETANG DI TAMAN
Karya : Iwan Simatupang
pemeran :
ot : orang tua
lsb : lelaki setengah baya
pb : penjual balon
w : wanita
Berlaku di sebuah taman, dalam jangka waktu satu jam terus menerus
(taman, bangku, ot masuk, batuk-batuk duduk di bangku lsb masuk, kemudian
duduk juga di bangku)
lsb : Mau hujan!
ot : Apa?
lsb : Hari mau hujan, langit mendung.
ot : Ini musim hujan?
lsb : Bukan. Musim kemarau.
ot : Di musim kemarau hujan tak turun.
lsb : Kata siapa?
(bunyi guruh)
ot : Ini bulan apa?
lsb : Entah.
163
Membangun Bangsa Melalui Pendidikan
ot : Kalau begitu, saya benar. Ini musim hujan.
lsb : Ini bulan apa?
ot : Entah.
lsb : Nah, kalau begitu, saya yang benar. Ini musim kemarau.
ot : Salah seorang dari kita musti benar.
lsb : Kalau begitu, saya saja yang kalah ini musim hujan.
ot : Oh, tidak...tidak, yang lebih tua mesti tahu diri dan mau mengalah. Ini
musim kemarau.
lsb : Ah...tidak...tidak pak tua, yang lebih muda mesti tahu menghormati
yang lebih tua. ini musim hujan.
(bunyi guruh)
ot : Kita sama-sama salah.
lsb : Maksudmu, bukan musim hujan dan bukan pula musim kemarau?
ot : Habis mau apa lagi?
lsb : Beginilah kalau kita terlalu gila hormat.
ot : Maumu bagaimana?
lsb : Ah, kita boleh lebih kasar sedikit.
ot : Lantas?
lsb : Ya..akan jelas nantinya musim apa sebenarnya kini.
ot : Dan kalau sudah bertambah jelas
? (lsb diam, ot merenung)
dan kalau
segala-galanya sudah bertambah jelas, maka kita pun sudah saling
bengkak-bengkak, karena barusan saja telah cakar-cakaran. dan siapa
tahu, salah seorang dari kita tewas pula dalam cakar-cakaran itu. atau
keduanya kita. dan ini semua, hanya oleh karena kita telah mencoba
mengambil sikap yang agak kasar terhadap sesama kita.
(tiba-tiba
marah)
ach..persetan dengan musim! dengan segala musim!
(bunyi guruh, tak beberapa lama kemudian masuk pb dengan
membawa balon beraneka warna)
ot : (
kepada pb)
Silahkan duduk.
(pb bimbang masih saja berdiri)
Ayo,
silahkan duduk!
(ot memberi ruang untuk duduk pb)
lsb : Tentu saja dia ragu-ragu, bapak buat dia...
ot : Kenapa?
lsb : Pakai silahkan segala! ini kan taman?
(tiba-tiba marah
) Dia duduk kalau
dia ingin duduk, dan dia tidak mau duduk, karena dia memang tak
mau duduk, habis perkara
!(melihat dengan geramnya pada pb, kemudian
pb
duduk, masih marah )
Kenapa kau duduk?
pb : eee...Saya mau duduk.
(ot tiba-tiba tertawa terpingkal-pingkal)
lsb
: (sangat marah)
Kenapa bapak tertawa?
ot
: (masih tertawa)
Karena... saya mau tertawa
...(terbahak-bahak)
164
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
bunyi guruh, angin berembus. balon-balon kena embus. sebuah mau
terlepas, pb berusaha dengan cepat menangkapnya. lsb menerkam
balon itu, dan ingin membiarkan balon itu terlepas dan terbang ke
udara. pb dan lsb bergumul, balon-balaon lainnya menjadi terlepas
semua dari tangan pb. sebuah balon dapat ditangkap oleh ot, lalu
ot bermain dengan asyiknya, kekanak-kanakan, manja. selepas dari
pergulatan dengan pb, ia berdiri dengan napas terengah-engah. pb
duduk dan menangis. ot masih bermain dengan balonnya.
lsb : (kepada pb) Kenapa...hei, kenapa kau menangis?
(pb tidak menyahut,
dan terus duduk di tanah, menangis, lsb marah)
Hei! kenapa kau
menangis?
ot :
(sambil bermain dengan balonnya)
Karena dia memang mau menangis.
pb :
(tiba-tiba)
Bukan! Bukan karena itu!
(serentak lsb dan ot tercengang)
lsb : Kalau begitu kau menangis karena apa?
pb : Karena balon-balon saya terbang/lepas.
ot :
(mengerti)
ooh..itu! Dia pedagang yang merasa dirugikan.
lsb : ooh itu!
(merogoh dompet dari sakunya)
Nah, ini sekedar mengganti
kerugianmu!
pb :
(berdiri)
Tidak! Pergi! Tinggalkan aku sendiri, aku tak mau dibayar!
ot dan lsb
(serempak)
: Tak mau?
(pb menggelengkan kepala)
lsb : Kenapa?
pb : Saya lebih suka balon.
lsb :
(tak mengerti)
Tapi kau kan penjualnya?
pb : Itu hanya alasan saya saja untuk bisa memegang balon, saya pecinta
balon.
lsb : Apa-apaan ini?
ot : Mengapa merasa aneh? Dia pecinta balon, titik. seperti juga orang lain
pecinta harmonika, pecinta mobil balap, pecinta perempuan cantik.
Apa yang aneh?
lsb :
(masih heran)
Jadi, kau bukan penjual balon?
ot : (
kepada pb)
ini balonmu, ambilah.
pb : tidak, bapak saja yang pegang terus.
ot :
(heran)
saya pegang terus?
pb : Karena saya lihat bapak menyukainya. Saya suka melihat orang yang
suka.
ot :
(tertawa)
Ah, ini bukan lagi kesukaan namanya, tapi kenangan.
Kenangan pada dulu. Ah tidak nak, sebaiknya kau terima kembali
balonmu ini.
pb :
(menolak balon)
Saya tak mau, saya tak berhak menerima kenangan
dari orang lain.
165
Membangun Bangsa Melalui Pendidikan
(masuk w, sambil mendorong kereta bayi)
w:
(menggapai ke arah balon)
Berikanlah kepada saya pak tua, kalau tak
seorang pun mau menerimanya.
(ot tiba-tiba memecahkan balon itu
sebelum sampai pada w lalu tertawa geli)
lsb :
(dengan marah)
Kenapa kau pecahkan?
ot : Karena saya memang mau memecahkannya. jelas?
(tertawa).
lsb : Jahanam! Orang tua tak tahu diri!
(berusaha menerkam ot)
w:
(melerai)
Sudah...sudah! Jangan berkelahi hanya karena itu! Bukan
itu begitu maksud saya tadi meminta balon itu.
lsb : Lepas!..Lepaskan saya! Biar saya hajar dia!
w : Jangan! Jangan!
(tiba-tiba menangis)
lsb :
(kesal melihat w menangis)
Ach...air mata lagi...bangsat! Mengapa
nyonya datang kemari?
w:
(tiba-tiba marah)
Siapa bilang saya nyonya?
lsb : Oh..maaf... jadi nyonya bukan nyonya? Kalau begitu, nyonya apa?
Nona barangkali?
w:
(gugup)
....Ti..tidak.
(menangis)
ot : Aaaha, nyonya bukan, nona juga bukan ...aaaha.
(tertawa)
pb : Sungguh kasar kalian,
(menuntun w supaya duduk di bangku)
sudahlah
bu, jangan hiraukan mereka. Sebaiknya ibu cepat-cepat pergi dari sini,
sebelum mereka nanti menghina ibu lebih parah lagi. Pergilah bu!
ot :
(kepada pb)
ahaa.. pergi dengan kau? Ahaa.. akhirnya sang putri
bertemu dengan pangerannya di sebuah taman. Dan si anak pun
bertemu dengan ayahnya....
(tertawa)
pb :
(tiba-tiba menyadari perkataan ot)
Siapa bilang saya...
(melihat silih berganti antara ot, lsb dn bayi dalam kereta)
Tidak!...Tidak! Saya
bukan....
ot :
(menyahut dengan cepat) B
ukan apanya nak?
pb :
(kepada ot)
Bapak mau menuduh saya...
lsb : Menuduh apa bung? Kau tampaknya begitu bernafsu berbincang
tentang sesuatu tuduhan yang sebenarnya tak ada. dan kau tampaknya
begitu bernafsu pula menolak tuduhan itu. Ingat bung, tuduhan yang
tak ada itu. Sekarang ...
(tertawa)
saya kini mulai curiga dan benar-
benar menuduh kau tentang sesuatu yang dengan terus terang saja
kukatakan itu belum jelas bagiku.
pb :
(bingung)
Tidak! Tidak!
(w dengan bernafsu sekali ingin melihat wajah
pb dengan teliti , pb semakin gugup
dan menutupi wajahnya dengan
kedua
tanganya)
..Tidak bukan saya...!
w:
(geram)
Ayo buka tanganmu, aku ingin melihat kau! Ayo buka!
(mencoba melepaskan tangan pb dari mukanya)
166
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
pb : Tidak! Bukan saya! Bukan saya!
w : Jahanam! Ayo buka tanganmu, kataku. Buka..bukaa..
pb : Bukan saya! Bukan saya!
w : Kurang ajar! Kau telah lari, ha! Kau pergi dan meninggalkanku sendiri.
Dan aku harus menanggung semua perbuatanmu, aku seorang wanita
sendirian.
(berusaha melepaskan tangan pb dari mukanya)
Ayo buka!
pb : Bukan saya! Saya cuma melakukan sekali saja.
ot :
(menyahut)
Itu kan sudah cukup tolol.
lsb :
(menimpali ot)
belum tentu, menurut ilmu kedokteran modern.....
w : Ayo buka tanganmu!
(kepada ot dan lsb)
Tolonglah tuan-tuan..
lsb : Bukan saya tak mau menolong, tapi saya secara prinsipiil tak mau
ikut-ikutan mencampuri urusan yang bukan menjadi urusan saya.
w:
(kepada ot)
Ayo pak, tolonglah saya pak...
ot : Saya orang tua
lsb : Bah! Apa pula maksudmu dengan kalimat itu? Saya orang tua. Kami
semua melihat bahwa kau memang orang tua dan sedikitpun tidak
ada tanda-tanda bahwa kau kebalikan dari kalimat itu.
ot :
(geli)
Katakanlah saja saya hanya ingin mempertegas kedudukan saya
dalam peristiwa yang sedang kita hadapi ini, yakni ketuaan saya
melarang terlihat sedikitpun di dalamnya. dan kalau kalian tanyakan
bagaimana pendirian saya dalam peristiwa yang sedikit rumit ini, maka
jawab saya, saya pro terhadap kalian berdua, terlepas dari peristiwa
itu benar-benar terjadi atau tidak. tegasnya saya pro dengan peristiwa
beginian.
lsb : Kata-kata hanya kata-kata yang muluk-muluk! Sedang yang diminta
sekarang adalah sebuah tindakan/perbuatan.
ot : Kata-kata saya yang mengemukakan pendirian saya adalah perbuatan
saya.
lsb : Bagus! Bagus! Berkata-katalah terus, dan saksikanlah betapa kedua
orang ini sebentar lagi bakal saling telan-menelan
(lsb maju dan
membantu membuka tangan pb)
pb :
(berteriak)
Bukan saya! Sungguh mati bukan saya, saya cuma
melakukan sekali saja, tidak lebih....
ot :
(geli)
....Dan tak kurang!
lsb : Diam bangsat!Cuma sekali, itu kan sudah cukup? Maumu berapa kali
ha? Serakah! Jadi kau mengaku sekarang?
w:
(histeris)
Aku..aku ditinggalkanya, dan dia menghilang meninggalkanku
menghadapi semua akibatnya.
(buas)
Buka, buka tanganmu.
lsb :
(sangat marah)
Buka.. buka!
setelah
bergumul sebentar akhirnya lsb berhasil membuka tangan pb yang
menutupi wajahnya)
167
Membangun Bangsa Melalui Pendidikan
Pelatihan
Berilah komentar setelah Anda baca teks di atas dengan tabel berikut ini!
B. Menentukan Tema, Plot, Tokoh, Perwatakan, dan
Pembabakan, Serta Perilaku Berbahasa
Tujuan Pembelajaran
Anda diharapkan mampu menentukan tema, plot, tokoh, perwatakan, dan pem-
babakan, serta perilaku berbahasa.
Tahukah Anda apa yang disebut novel? Novel merupakan salah satu genre
sastra. Novel merupakan salah satu hasil karya sastra yang bila dibaca tidak
habis sekali duduk. Dilihat dari segi tokoh yang dihadirkan dalam novel, tokoh
akan mengalami perubahan nasib yang berpengaruh besar dalam kehidupan-
nya.
Apa itu unsur intrinsik novel? Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur
yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur-unsur intrinsik dalam
sebuah novel, misalnya peristiwa, cerita, alur, plot, penokohan, tema, latar,
sudut pandang, dan gaya bahasa. Khusus pada babak ini kita akan belajar
mengenai karakter tokoh.
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu menjalin suatu cerita. Penulis menggambarkan tokoh dengan
karakter masing-masing. Cara penulis menampilkan tokoh disebut penokohan.
Tokoh dalam karya fiksi selalu mempunyai sifat, sikap, dan tingkah laku tertentu
yang selanjutnya disebut perwatakan. Dengan kata lain, perwatakan yaitu
gambaran watak para pelaku melalui usia, latar belakang sosial, moral, suasana
kejiwaan, agama yang dianut, aliran politik, idiologi, gerak dan tingkah laku,
cara berpakaian, jalan pikiran, atau ketika tokoh itu berhubungan dengan pelaku
lainnya.
Karakter tokoh dapat dibagi dalam beberapa jenis, antara lain sebagai
berikut.
a. Ditinjau dari peranan dan keterlibatannya dalam cerita, dapat dibedakan:
1) tokoh primer (utama) adalah tokoh yang selalu hadir dalam setiap
peristiwa dan dipaparkan dalam cerita serta penentu tema cerita;
No.
Tokoh Perwatakan
Plot
Latar
1.
2.
3.
4.
Orang tua
.......................
.......................
.......................
.......................
.......................
.......................
.......................
...................
...................
...................
...................
Taman
.......................
.......................
.......................
168
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
2) tokoh sekunder (bawahan) adalah tokoh yang mendukung tokoh
utama;
3) tokoh komplementer (tambahan) adalah tokoh figuran yang membantu
tokoh utama, tetapi tidak begitu aktif.
b. Dilihat dari perkembangan kepribadian tokoh, dapat dibedakan atas:
1) pelaku dinamis adalah tokoh yang dalam cerita dipaparkan sifatnya
senantiasa berubah;
2) pelaku statis adalah tokoh yang dalam cerita dipaparkan sifatnya tetap.
c. Dilihat dari masalah yang dihadapi tokoh:
1) simpel karakter adalah tokoh mengalami masalah yang sifatnya singkat
atau tidak sampai merubah jalan hidup;
2) kompleks karakter adalah tokoh yang mengalami masalah yang sifatnya
bermacam-macam sehingga sampai merubah jalan hidupnya.
d. Dilihat dari watak yang dimiliki tokoh, dapat dibedakan atas:
1) tokoh protagonis adalah tokoh yang mendukung cerita (memiliki per-
watakan baik);
2) tokoh antagonis adalah tokoh yang menentang cerita (memiliki
perwatakan buruk);
3) tokoh tritagonis adalah tokoh yang membantu pelaku protagonis mau-
pun antagonis.
Karakter tokoh digambarkan dalam tiga dimensi, yaitu psikis, fisik, dan
sosial (fisiologis, psikologis, dan sosiologis). Keadaan fisik biasanya dilukiskan
paling dahulu, baru kemudian sosialnya. Pelukisan karakter pelaku dapat
langsung melalui dialog yang mewujudkan watak dan perkembangan lakon,
tetapi banyak juga kita jumpai dalam cacatan samping (catatan teknis).
a. Keadaan fisik tokoh berkaitan dengan umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh,
suku, dan sebagainya berkaitan dengan karakter yang juga didukung oleh
wujud suara dalam berdialog. Misalnya tokoh sentral protagonis biasanya
memiliki karakterisasi suara tertentu, seperti merdu dan lembut.
b. Keadaan psikis berkaitan dengan emosi, ambisi, dan sebagainya. Pemilihan
aktor-aktris biasanya cenderung mencari kesesuaian atau kedekatan
karakter secara psikis.
c. Keadaan sosiologis berkaitan dengan jabatan, pekerjaan kelas sosial, dan
sebagainya.
Ada beberapa cara untuk memahami karakter tokoh dalam suatu novel,
yaitu:
a. melalui tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya;
b. gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupan
maupun cara berpakaian;
c. menunjukkan bagaimana perilakunya;
d. melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri;
e. memahami bagaimana jalan pikirannya;
169
Membangun Bangsa Melalui Pendidikan
f. melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentang dia;
g. melihat tokoh lain berbincang dengannya;
h. melihat bagaimanakah tokoh yang lain memberi reaksi terhadapnya;
i. melihat bagaimanakah tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lain.
Perhatikan dan baca teks novel berikut ini!
In Memoriam
: VIOLET
Hari itu dari saat aku tak ingat tanggal berapa dan nama harinya.
Sebab sudah sejak lama aku tak mempedulikan waktu. Aku pun tak
peduli kalau waktu tiba-tiba terhenti, tapi dunia tetap berpuar dan makin
cepat aku merasakan déjà vu.
Setelah beberapa saat sebelum hari itu, yang aku ingat adalah bekas
bebetan tali di pergelangan tangan dan kakiku. Raras bilang hari itu-
malam-dia, Pak Man, dan Mbok Nah mengikatku saat aku melemparkan
barang-barang di tengah-tengan tubuhku yang tak terkendali dan
berusaha merusak jaringan kulit tanganku dengan mencucupkan mata
pena yang tintanya sudah kering untuk menghisap hemoglobin yang
telah mengandung racun yang kubutuhkan. Sekelebat lagi yang aku ingat
adalah dingin yang amat sangat. Saat aku membuka mata ternyata
kepalaku disiram air kamar mandi oleh papi yang marah besar, tapi tak
kugubris. Aku tahu malam itu mami menangis tersedu-sedu. Yang
kudengar adalah suara Papi yang berdengung seperti tawon, mengomel,
dan menyumpahi anaknya yang tak tahu diuntung. Aku tak peduli. Entah
beberapa saat atau hari atau jam kemudian, tiba-tiba aku sudah di
tempat yang kusebut penjara. Penjara yang indisiplinernya mereka sebut
dengan “sahabat”. Bagiku sama saja. Sebab, selama empat bulan
berikutnya ku tak bisa dan tak boleh keluar dari tempat itu.
*****
Raras menampar wajah Violet sambil menangis. Yang ditampar
diam saja.
“Vi, kenapa sih kamu pake’ lagi? Raras meratap di antara Violet
dan suntikan yang tergeletak. Lubang merah kecil terlihat di lengan kiri
Violet yang masih terbalut kain. Ruangan itu sumpek sekali.
“Vi, bangun!” lalu ditamparnya sekali lagi.
Violet menegakkan kepala, membuka matanya yang lengket,
“Ras....,” panggil Vi dengan suara parau.
“Iya, aku di sini.”
170
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
“Excorciomusnya gak berhasil,” lalu Violet menangis, tak sampai
satu menit dan dia tertidur lagi. Raras teringat hampir sebulan yang
lalu; waktu itu Violet baru beberapa hari keluar dari pusat rehabilitasi.
Wajahnya segar sesegar tomat yang memerah. Kau cantik sekali, Vi.
Tak ada cekung hitam di wajahnya.
“Kenapa sih kamu bisa sampai pake?” tanya Raras waktu itu.
‘Nggak tahu...”
“Mungkin aku kena aprresio diabolica.”
“Apaan tuh? Diabolik artinya kalau nggak salah kerasukan satan,
kan?”
“Mungkin ada setan yang mengendalikan jadi aku ketagihan bikin
dosa.”
Raras tertawa, dia senang Violet sudah sadar, “Nama setannya
sabu-sabu, putaw, ekstasi. Tiga serangkai, alias ‘The Three Stooges’.”
‘kok Three Stooges?”
“Iya....abis, ngak lucu!”
“Three stooges’ kan lucu?!”
“Nggak, menurutku ‘Three stooges’ kasar! Kejam! Masih lucuan
Charlie Chaplin.” Keduanya tertawa kecil, lalu terdiam sejenak.
“Ras?”
“Ya?”
“Mungkin aku harus exocirmus.”
“Apa lagi tuh?”
“Melakukan upacara pengusiran setan.”
Raras melongo, “Yang benar kamu mau exo... apa tadi?”
“exorcismus!”
“Iya, itu?”
Violet mengangguk.
“Vi, menurutku yang pasti kamu harus melakukan pengakuan dosa.
Sebab kamu sudah jadi anak yang tersesat!” Lalu keduanya tertawa
Minggu berikutnya Violet menelpon Raras, lapor bahwa dia sudah
melakukan excorcismus simplex et privatus, pengusiran setan yang
dilakukan secara pribadi, tanpa izin Uskup.
Raras bilang, “Alhamdulillah...”
Tapi sekarang...Raras menampar wajah Violet sekali lagi. Orang-
orang di sini teler semua. Burhan juga teler. Dilihatnya wajah Burhan.
Raras benci sekali rasanya sudah ke ubun-ubun, ingin meludahi. Kenapa
171
Membangun Bangsa Melalui Pendidikan
meski ada maklhuk laknat seperti dia, pikir Raras. Lucifer datang lagi,
menyetani orang-orang yang memang sudah kesetanan, bahkan
menyetani Violet yang sudah mengusir jauh segala setan seperti aku
menyemprot habis nyamuk-nyamuk yang bernyanyi ‘nging-nging’ di
telingaku.
Tiba-tiba Vi jadi sangat dingin.
“Vi! Bangun! Bangun!” ditamparnya Violet sekali lagi, hari sudah
hampir tengah malam, jalanan sepi. Sopir taksi membantu Raras
menaikkan Vi ke kursi belakang.
“ke rumah sakit, Pak! Cepat!” sopir taksi pun ngebut.
*****
Vi tergeletak pasrah di ruang UGD. Entah apa yang dilakukan dokter
dan para perawat. Raras menangis di luar kamar. Narkan itu telah benar-
benar membuat Violet kaku.
Violet...Violet, kenapa bisa begini? Ya Tuhan...
Dua jam kemudian, pikiran Raras baru bisa jalan setelah sebelum-
nya mampet seperti hidung yang penuh ingus lengket, bukan cair. Ia
hubungi orang tua Violet di Jakarta, lalu satu nomor lagi yang juga
berawalan 021.
“Terima kasih Anda telah menghubungi layanan 24 jam pusat
rehabilitasi narkoba. Untuk informasi tekan satu. Untuk konsultasi tekan
dua. Untuk hubungan langsung ke bangsal perawatan rehabilitasi tekan
tiga. Untuk mengakhiri silakan tutup telepon Anda.”
Raras memencet angka tiga.
*****
“Ya, ini Gale,” suara laki-laki menyahut di seberang sana. Tepatnya
di Jakarta. Interlokal, dengan hand phone pula.
“Gale, aku Raras.”
“Raras? Temannya Violet ya? Ada apa, Ras?”
“Violet OD, sekarang aku di R.S. Bethesda. Di Jogja.”
“Hah! Kok bisa, Ras? Tapi Vi nggak apa-apa kan? Kamu kasih
susu untuk menetralisis racun, kan?” suara Gale terdengar panik,
setengah teriak di telinga Raras.
“Ya ... sekarang di UGD, nanti kuhubungi lagi ya.”
“Iya.”
“Janji ya!”
“Iya,” jawab Raras. Telepon diputus.
172
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
Di ujung ruang sana Gale seperti orang linlung. Bingung tak tahu
mesti harus berbuat apa. Di dekatnya seorang indisipliner dan tanya
bagaimana dapat izin keluar dari tempat adaptasi penjara itu. Dengan
galak indispiliner itu menjawab tak bisa kecuali kalau ia dinyatakan
bersih. Tak putus asa, ia mencari seorang indisipliner yang ia kenal
cukup dekat. Diselipkannya empat lembar lima puluh ribuan. Tapi ia
juga bilang ‘Tidak bisa terlalu berisiko’. Lalu diselipkannya lagi dua
lembar lima puluh ribuan.
“Tolonglah, kamu tahu violet, kan? Kamu tahu bagaimana aku dan
dia... dia OD, aku harus ketemu dia.” Kata Gale dengan wajah
memelas.
“Baik, dengan empat lagi lembaran uang seperti ini aku mau bantuin
kamu. Aku akan bikin laporan kalau kamu kuhukum di penjara WC.”
Gale mengangguk setuju dengan perjanjian dia akan kembali dalam waktu
empat hari dan membawa sisa uangnya. Lebih dari waktu yang ditentukan
itu, kalau tidak menghubungi ‘juru kunci’ penjara WC, ia akan dilaporkan
kabur bukan hanya kepada kepala pusat rehabilitasi, tapi juga kepada
orang tuanya dan akan dikenakan denda lebih banyak dari perjanjian
awal. Itu berarti akan tinggal lebih lama lagi di penjara ini.
Satu jam kemudian, setelah mengepak pakaian serta meminjam
uang dari seorang teman sesama pasien karena uangnya sudah habis
untuk menyogok mulut indisipliner tadi, ia pun diselinapkan keluar pusat
rehabilitasi. Saat itu pukul 01:00, ternyata di luar ‘penjara’ sana adalah
di tengah sawah. Dingin, diangkatnya kerah jaket jinsnya. Ia hanya
membawa dua kaos ganti dan celana serta sebuah handuk kecil. Celana
jins hanya lekat di badan. Kalau ia membawa barang banyak ia akan
ketahuan sebelum indisipliner tadi melapor. Maka itu, ia juga meminjam
tas punggung temannya. Mau tak mau ia harus jalan karena tak ada
tumpangan, apalagi kendaraan umum-mungkin siang hari juga tidak
ada. Setelah berjalan kira-kira satu setengah jam, akhirnya jalan beraspal
ketemu juga. Berhubung masih tidak ada kendaraan umum yang lewat,
maka ia jalan lagi hingga jam tangannya menunjukkan pukul empat
pagi. Ia menyetop truk sayur yang lewat dan ikut menumpang hingga
terminal dan mendapat bus superekonomi: jelek, jadi satu dengan penjual
ayam dan mbok-mbok penjual sayur lainnya. Sopir dan kendekturnya
berusaha meraup untung yang lebih dengan menjejalkan penumpang
yang berlebihan seperti umumnya bus-bus di Jakarta. Baru setelah turun
dari bus itu ia cukup beruntung, bertemu bus menuju Yogyakarta yang
dia stop di tengah jalan. Ia tak harus membayar penuh, setelah tawar-
menawar dengan kondektur. Lima puluh ribu rupiah lebih murah dari
harga asli. Lumayan bagus, ada AC-nya.
173
Membangun Bangsa Melalui Pendidikan
Pelatihan
Saat duduk di kursi yang tidak semuanya penuh dan menghela napas
panjang, ia baru merasakan badannya yang sangat lelah dan kotor.
Lengket karena belum mandi. Untung bus itu cukup sepi, sehingga tidak
perlu ada orang yang menghirup aroma tubuhnya yang tak sedap. Ia
menutup matanya, mencoba untuk istirahat, tetapi tidak bisa karena
ternyata pikirannya melayang ke mana-mana. Ke Violet yang mungkin
saat ini sedang terbaring lemas. Sekelebat di kepalanya juga jelas ter-
gambar malaikat maut yang berupa dua sisi; berjubah hitam dengan
wajah yang tertutup kethu dan malaikat perempuan yang patut disebut
Angel dengan pakaian putih, berwajah cantik bersinar dan sayap putih
nan megah. Keduanya, mendekati Violet...mengajak pergi.
(Sumber: dikutip dari novel
“Tabula Rasa”
karya Ratih Kumala, hal 90-95)
Anda sudah mempelajari menentukan tema, plot, tokoh, perwatakan,
dan pembabakan, serta perilaku berbahasa sekarang agar lebih terasah
kemampuan Anda kerjakan perintah-perintah di bawah ini!
1. Bagilah kelas menjadi beberapa kelompok!
2. Baca penggalan novel tersebut berulang-ulang!
3. Apresiasi novel tersebut dari berbagai hal, misalnya pemakaian
bahasa, sudut pandang, tema, dan unsur-usnur intrinsik lainnya!
4. Dapat juga dengan mengapresiasi dari unsur ektrinsiknya!
C. Menulis Prinsip-prinsip Kritik dan Esai
Tujuan Pembelajaran
Anda diharapkan mampu mengidentifikasi ciri-ciri kritik dan esai serta mengemukakan
pendapat di dalamnya.
1. Mengidentifikasi Ciri-ciri Kritik dan Esai
Kritik sastra dan esai merupakan suatu cabang dari ilmu sastra dalam
pengadaan analisis, penafsiran, serta penilaian sebuah teks sastra. Orang yang
melakukannya disebut kritikus sastra. Dia diharapkan memahami terlebih
dahulu tentang ilmu sastra sebelum membuat sebuah kritik sastra. HB. Jassin
pernah berpendapat bahwa kritik sastra adalah pertimbangan baik atau buruk
suatu hasil karya sastra. Oleh karena itu, seorang kritikus sastra akan dianggap
sebagai juru obat. Jika karya sastra telah diresensi oleh seorang kritikus terkenal,
maka karyanya dianggap bermutu dan bernilai sastra tinggi.
174
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
Ciri-ciri kritik sastra dan esai yang baik adalah selalu mempertimbangkan
empat komponen berikut ini.
a. Data atau fakta
b.
Inference
atau kesimpulan
c. Evaluasi atau
judgment
d. Penilaian
Selain itu, juga harus didukung oleh intuisi penulis secara tajam dan kritis.
Perhatikan contoh kritik sastra dan esai berikut ini.
a. Contoh kritik sastra
Kebangkitan Tradisi Sastra Kaum Bersarung
Penulis: Purwana Adi Saputra
Selama ini, entah karena dinafikan atau justru karena menafi-
kan fungsinya sendiri, kaum pesantren seolah tersisih dari pergulatan
sastra yang penuh gerak, dinamika, juga anomali. Bahkan, di
tengah-tengah gelanggang sastra lahir mereka yang menganggap
bahwa kaum santrilah yang mematikan sastra dari budaya bangsa.
Di setiap pesantren, kedangkalan pandangan membuat mereka
menarik kesimpulan picik bahwa santri itu hanya percaya pada
dogma dan jumud. Mereka melihat tradisi hafalan yang sebenar-
nyalah merupakan tradisi Arab yang disinkretisasikan sebagai
bagian dari budaya belajarnya, telah membuat kaum bersarung ini
kehilangan daya khayal dari dalam dirinya. Dengan kapasitasnya
sebagai sosok yang paling berpengaruh bagi transfusi budaya
bangsa ini, dengan seenaknya ditarik hipotesis bahwa pesantrenlah
musuh pembudayaan sastra yang sebenarnya. Kaum bersarung
adalah kaum intelektualis yang memarjinalkan sisi imaji dari alam
pikirnya sendiri. Pesantren adalah tempat yang pas buat mematikan
khayal. Pesantren adalah institut tempat para kiai dengan dibantu
para ustadnya menempa kepala para santri dengan palu godam
paksa.
(Dikutip seperlunya dari
Solopos
, 5 Desember 2007)
175
Membangun Bangsa Melalui Pendidikan
b. Contoh esai
Perda Kesenian dan Rumah Hantu
Oleh: Teguh W. Sastro
Beberapa waktu lalu Dewan Kesenian Surabaya (DKS) melon-
tarkan keinginan agar Pemkot Surabaya memiliki Perda (Peraturan
Daerah) Kesenian. Namanya juga peraturan, dibuat pasti untuk
mengatur. Tetapi peraturan belum tentu tidak ada jeleknya. Tetap
ada jeleknya. Yakni, misalnya, jika peraturan itu justru potensial
destruktif. Contohnya jika dilahirkan secara prematur. Selain itu,
seniman kan banyak ragamnya. Ada yang
pinter
(pandai) dan ada
juga yang
keminter
(sok tahu). Oleh karenanya, perten-tangan di
antara mereka pun akan meruncing, misalnya, soal siapa yang paling
berhak mengusulkan dan kemudian memasukkan pasal-pasal ke
dalam rancangan Perda itu. Sejauhmana keterlibatan seniman di
dalam proses pembuatan Perda itu, dan seterusnya.
Itu hanya salah satu contoh persoalan yang potensial muncul
pada proses pembuatan Perda itu, belum sampai pada tataran pelak-
sanaannya. Hal ini bukannya menganggap bahwa adanya
peraturan itu tidak baik, terutama menyangkut Perda Kesenian di
Surabaya. Menyangkut sarana dan prasarana, misalnya, bolehlah
dianggap tidak ada persoalan yang signifikan di Surabaya. Akan
tetapi, bagaimana halnya jika menyangkut mental dan visi para
seniman dan birokrat kesenian sendiri?
(Dikutip seperlunya dari
Jawa Pos
, 30 Januari 2007)
Setelah Anda membaca dan memahami contoh kritik dan esai di atas,
tentunya Anda dapat mengidentifikasi unsur-unsur dan ciri-ciri kritik dan esai
tersebut.
2. Menulis Kritik dan Esai
Untuk dapat menulis kritik dan esai dengan baik diperlukan latihan yang
terus-menerus. Sebagai langkah-langkah menulis kritik dan esai perlu Anda
perhatikan hal-hal berikut.
a. Menentukan tema atau topik yang akan ditulis/dikritik.
b. Mengumpulkan bahan-bahan referensi pendukung.
c. Mengidentifikasi unsur-unsur yang mendukung dan yang kontra.
d. Memilih unsur-unsur yang dapat mendukung tema.
e. Memulai untuk menulis kritik atau esai.
f. Membaca dan melakukan pengeditan ulang untuk revisi.
g. Mengirimkan ke media massa cetak.
176
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
Pelatihan
Selain langkah-langkah di atas, secara konkret Anda dapat mengikuti
langkah-langkah berikut ini.
a. Menentukan tema
b. Menentukan bentuk tujuan tulisan (kritik atau esai).
c. Mengumpulkan bahan dan mencari referensi yang mendukung.
d. Membuat kerangka (kritik atau esai).
e. Membuat isi (kritik atau esai).
f. Penutup atau kesimpulan.
Dengan langkah-langkah di atas, Anda dapat menulis kritik dan esai, baik
di bidang sastra maupun nonsatra dengan baik. Untuk memperoleh kualitas
yang baik, lakukan secara rutin untuk menulis kritik dan esai.
3. Mengemukakan Pendapat dalam Kritik dan Esai
Ide atau gagasan adalah pikiran utama atau pikiran pokok dalam suatu
paragraf atau wacana. Setelah Anda melakukan penulisan kritik dan esai secara
berkesinambungan, dapat menyampaikan ide dan gagasan dalam tulisan
tersebut. Penuangan gagasan dalam suatu tulisan dapat dilakukan dengan
penalaran berikut ini.
a. Penalaran deduktif, yaitu penalaran yang meletakkan pokok pikiran di awal
paragraf.
b. Penalaran induktif, yaitu penalaran yang meletakkan pokok pikiran di akhir
paragraf.
Dengan kedua penalaran tersebut, ide dan gagasan yang ingin Anda
tuangkan dalam kritik dan esai dapat dipahami pembaca secara jelas.
Anda sudah mempelajari cara mengidentifikasi ciri-ciri kritik dan esai,
menulis kritik dan esai, mengemukakan pendapat dalam kritik dan esai,
agar lebih terasah kemampuan Anda dalam memahami materi kerjakan
perintah-perintah di bawh ini!
(Tugas dikerjakan di rumah)
1. Setelah Anda memahami ciri-cirinya, tulis sebuah kritik atau esai
dengan langkah-langkah yang tetap!
2. Periksa kembali hasil tulisan Anda dari segi ejaan, tatabahasa, dan
hubungan antarkalimat!
3. Jika sudah baik, coba kirimkan ke redaksi media cetak yang terbit
di kota Anda!
177
Membangun Bangsa Melalui Pendidikan
Refleksi
Ruang Info
Jika pada Angkatan Balai Pustaka penulisan puisi masih banyak
dipengaruhi oleh puisi lama seperti pantun, syair, maka pada Angkatan
Pujangga Baru diciptakan puisi baru. Para pencipta puisi baru berusaha
melepaskan ikatan-ikatan puisi lama, tetapi kenyataannya ikatan itu
dalam puisi baru masih nampak.
Dalam pelajaran ini, Anda telah mempelajari serta mempraktikkan
cara mendengarkan informasi isi program sekolah, berpidato tanpa teks,
membaca intensif artikel pada internet, dan mengidentifikasi makna kata
dan makna bentuk lingual lain. Selain itu, Anda telah mengomentari
unsur-unsur intrinsik berbahasa dalam drama Indonesia yang memiliki
warna lokal/daerah, menentukan tema; plot; tokoh; perwatakan; dan
pembabakan; serta perilaku berbahasa, menulis prinsip-prinsip kritik
dan esai. Sudahkah Anda menguasai keterampilan yang Anda pelajari
dan lakukan tersebut? Jika sudah, Anda boleh meneruskan ke tema
berikutnya, tetapi jika Anda belum menguasai, sebaiknya Anda
mengulangi lagi pelajaran tersebut dan jangan sungkan-sungkan bertanya
pada guru pengampu dan orang tua Anda.
Kerjakan di buku tugas Anda!
A. Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1. Di bawah ini termasuk kalimat pertanyaan dalam forum diskusi yang tepat
adalah ....
a. Bagaimana kita tahu kalau itu baik, Saudara?
b. Maaf, Saudara-saudara, apa maksud diskusi ini?
c. Saudara moderator, saya ingin menanyakan program lanjutan diskusi ini
secara terintegrasi bagaimana, ya?
d. Jangan lakukan hal itu kalau Anda tidak ingin rugi!
e. Tenanglah Saudara-saudaraku, masih ada saya!
178
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
2. Bahasa yang digunakan dalam berpidato sebaiknya ....
a. baik dan komunikatif
b. benar
c. campuran
d. dipahami
e. ilmiah
3. Pertumbuhan otak berkaitan erat dengan kecerdasan. Karena itu, untuk memper-
oleh sumber daya manusia yang bermutu perlu dialokasikan anggaran yang
besar pula. Padahal, anggaran negara untuk sektor pendidikan dan kesehatan
sangatlah kecil, kurang dari enam persen total anggaran APBN 2001. Ketika
alokasi anggaran itu kecil, yang diperoleh pun SDM dengan mutu yang kurang
memadai. Hal ini akan berpengaruh pada proses pendidikan SDM berikutnya.
Oleh karena itu, sudah menjadi keharusan bahwa anggaran untuk sektor
kesehatan harus ditingkatkan.
Pikiran utama dalam paragraf di atas terdapat pada kalimat ....
a. Pertumbuhan otak berkaitan erat dengan kecerdasan.
b. Sumber daya manusia bermutu memerlukan anggaran besar.
c. Anggaran negara sangat kecil.
d. Hal ini berpengaruh pada proses pendidikan SDM.
e. Peningkatan anggaran menjadi keharusan.
4. Penanganan stres sangat bersifat pribadi. Artinya, penanganan setiap penderita
berbeda. Penanganan tersebut lebih banyak menyangkut perawatan jiwa. Misal-
nya, mendekatkan diri kepada Tuhan, mengungkapkan segala keluhan kepada
sahabat, menangis sepuas-puasnya, memaki-maki hewan, memukul-mukul
kasur, atau mendatangi tempat rekreasi. Memang, penanganan stres juga bisa
dengan menggunakan obat-obatan. Akan tetapi, hal itu sering mengakibatkan
ketergantungan atau ketagihan.
Inti paragraf di atas adalah ....
a. pribadi stres
b. pendekatan stres
c. keistimewaan stres
d. penanganan stres
e. penderita stres
179
Membangun Bangsa Melalui Pendidikan
5. Untuk dapat mengapresiasikan suatu karya sastra seseorang harus ....
a. menguasai semua ilmu sastra
b. menguasai semua ilmu puisi
c. menguasai ilmu bahasa
d. meresapi dan menikmati isi karya sastra
e. membaca semua karya sastra yang ada
6.
Karena kasih-Mu
Engkau tentukan waktu
Sehari lima kali bertemu
(Amir Hamzah)
Tema puisi di atas yang tepat adalah ....
a. percintaan
b. ketuhanan
c. cinta tanah air
d. keindahan alam
e. kemanusiaan
7. Di bawah ini yang merupakan tahapan mengapresiasi puisi adalah ....
a. tahap keterlibatan manusia
b. tahap keterlibatan jiwa
c. tahap keterlibatan teman
d. tahap keterlibatan saudara
e. tahap keterlibatan guru
8.
Ada konspirasi dalam diri
Menyiapkan air sembilan
Kematian lahutku
(AS. Sumbawi)
Dilihat dari gaya pengarang dalam mengungkapkan isinya, puisi di atas meng-
gunakan ....
a. keterlibatan konteks
d. keterlibatan buku-buku sastra
b. keterlibatan jiwa
e. keterlibatan makna
c. keterlibatan guru sastra
180
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa
9. Karya sastra yang dikatakan memiliki norma estetika adalah karya sastra yang
....
a. membentuk kenikmatan dan rasa indah
b. mampu menghidupkan atau memahami pengetahuan pembaca
c. menyajikan masalah-masalah norma moral, susila, dan keagamaan dalam
bentuk yang bertanggung jawab dan matang
d. tidak terikat pada waktu dan tempat
e. mengungkapkan fakta dalam realitas secara langsung
10. Gagasan pendukung dalam suatu paragraf maksudnya adalah ....
a. informasi yang mendukung gagasan utama
b. informasi pendukung penulis
c. informasi tambahan untuk pembaca
d. informasi pendukung penjelas
e. informasi pendukung paragraf
B. Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
1. Jelaskan perbedaan gagasan utama dan gagasan pendukung!
2. Buatlah satu paragraf yang mengandung gagasan utama dan pendukung!
3. Buatlah lima pertanyaan yang akan Anda ajukan dalam diskusi tentang
“Rencana Diadakannya Bakti Sosial di Daerah Pinggiran”!
4. Cari dan bacalah novel Indonesia dan novel terjemahan! Bandingkan nilai-
nilai dalam kedua novel tersebut!
5. Tulislah sebuah esai sastra!