Gambar Sampul SEJARAH INDONESIA · c_Bab 7 Revolusi Menegakkan Panji panji
SEJARAH INDONESIA · c_Bab 7 Revolusi Menegakkan Panji panji
Sardiman AM, dan Amurwani Dwi

24/08/2021 14:18:51

SMA 11 K-13 revisi 2017

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

137

Sejarah Indonesia

BAB 7

Revolusi Menegakkan

Panji-Panji NKRI

......Sejarah Perundingan yang sudah-sudah menunjukkan

bahwa pokok kesulitan terletak pada permasalahan kedaulatan,

yaitu kedaulatan Belanda berdasarkan sejarah.

Tetapi pada tanggal 17 Agustus 1945, hari Proklamasi,

sudah tercetus revolusi di Indonesia.

Setelah itu, perjuangan bangsa Indonesia mengalir dalam satu saluran tertentu,

karena waktu itu bangsa Indonesia sudah menyatakan diri

sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Setelah hari ini jugalah bangsa Indonesia bertindak ke luar atas nama negaranya

yang diwujudkan dalam RI

Kutipan Pidato Hatta dalam Konferensi Meja Bundar

S

udah cukup lama bangsa Indonesia menikmati kemerdekaan. Sebagai

negara yang besar, dengan wilayah yang luas, dan penduduk yang

banyak, kedaulatan dan keutuhan negara menjadi sebuah tantangan. Para

pemimpin dan rakyat selalu berjuang untuk membangun Indonesia menjadi

lebih baik. Sebagai negara yang luas dan besar jumlah penduduknya, apakah

kamu melihat ancaman terhadap negara kita? Apakah masih ada ancaman

asing terhadap kedaulatan bangsa Indonesia? Apakah masih ada gerakan

yang ingin memisahkan Negara Kesatuan Republik Indonesia? Apakah

masih ada yang meragukan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara

dan landasan hukum Negara Republik Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan

tersebut. Pantas kita renungkan, karena ancaman dan tantangan akan selalu

138

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

ada baik dari dalam maupun dari luar. Ancaman terhadap kelangsungan NKRI

terjadi sejak Negara Indonesia terbentuk pasca proklamasi kemerdekaan 17

Agustus 1945. Bagaimana bentuk ancaman-ancaman terhadap kelangsungan

Negara Republik Indonesia? Bagaimana para pahlawan dan tokoh kita

menghadapinya? Kajian lebih dalam masalah ini harus kita lakukan, agar

sebagai generasi penerus kita dapat memecahkan masalah-masalah yang

berkaitan dengan ancaman terhadap kelangsungan Negara Indonesia.

Sumber: Dokumen Kemdikbud, 2014.

Gambar 7.1

Panglima Besar Jenderal Sudirman memimpin perang gerilya dengan ditandu.

139

Sejarah Indonesia

Revolusi Menegakkan Panji-Panji

NKRI

Perkembangan dan

Tantangan pada Awal

Kemerdekaan

Perjuangan Bangsa:

Antara Perang dan Damai

Nilai-Nilai Kejuangan Masa

Revolusi

• Terbentuknya Pemerintahan RI

• Sikap Sekutu yang mendua

• Ambisi Belanda untuk berkuasa kembali di Indonesia

Perbedaan strategi antara Sipil

dan Militer Indonesia

PETA KONSEP

Konflik Indonesia dengan

Sekutu dan NICA

140

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

ARTI PENTING

Melacak sejarah proses kemerdekaan bangsa Indonesia sangat penting

untuk memberikan kesadaran betapa berat perjuangan meraih dan

mempertahankan kemerdekaan. Mempelajari materi ini juga akan

selalu mengingatkan kita kepada ancaman yang mengusik kemerdekaan

Indonesia. Karena itu kita akan selalu berhati-hati dalam menjaga

keutuhan Negara Republik Indonesia. Kita semua tentu mencintai

perdamaian, tetapi kecintaan kita pada kemerdekaan lebih besar.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari kajian ini, diharapkan kamu dapat:

1.

Menganalisis perkembangan dan tantangan awal kemerdekaan

Indonesia.

2.

Mengevaluasi perjuangan bangsa Indonesia dalam menegakkan

kemerdekaan melalui perang dan diplomasi.

3.

Merekontruksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam

menegakkan kemerdekaan.

4.

Mengamalkan nilai-nilai perjuangan para tokoh masa Revolusi.

141

Sejarah Indonesia

A. Tantangan Awal Kemerdekaan

»

Coba amati baik-baik monumen Tugu Pahlawan Surabaya di atas!

1.

Mengapa dibangun Tugu Pahlawan tersebut?

2.

Apa hubungan tugu tersebut dengan perjuangan bangsa

Indonesia?

3.

Bagaimana makna perjuangan para pahlawan tersebut bagi

bangsa Indonesia?

Mengamati Lingkungan

Gambar 7.2

Monumen Tugu Pahlawan Surabaya.

Sumber: Dokumen Kemdikbud, 2014.

142

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bukan titik akhir perjuangan

bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Belanda

yang telah ratusan tahun merasakan kekayaan Indonesia enggan mengakui

kemerdekaan Indonesia. Sekutu yang telah memenangkan Perang Dunia II

merasa memiliki hak atas nasib bangsa Indonesia. Belanda mencoba masuk

kembali ke Indonesia dan menancapkan kolonialisme dan imperialismenya.

Sementara kondisi sosial ekonomi Indonesia masih sangat memprihatinkan,

perangkat-perangkat kenegaraan juga baru dibentuk, Indonesia ibarat bayi

baru lahir masih lemah, tetapi merdeka adalah harga mati. Berbagai upaya

bangsa asing untuk menguasai kembali bangsa Indonesia ditentang dengan

berbagai cara. Pertempuran heroik dengan korban ribuan jiwa terjadi di

berbagai daerah di Indonesia. Tidak terhitung dengan jelas berapa jumlah

korban jiwa dari pertempuran mempertahankan bangsa Indonesia tersebut,

bahkan banyak pahlawan tidak dikenal yang berguguran. Nah, bagaimana

kondisi awal Indonesia merdeka dan bagaimana proses perjuangan bangsa

Indonesia berikutnya? Mari kita telusuri melalui kajian di bawah ini!

1. Kondisi Awal Indonesia Merdeka

Secara politis keadaan Indonesia pada awal kemerdekaan belum begitu

mapan. Ketegangan, kekacauan, dan berbagai insiden masih terus terjadi.

Hal ini tidak lain karena masih ada kekuatan asing yang tidak rela kalau

Indonesia merdeka. Sebagai contoh rakyat Indonesia masih harus bentrok

dengan sisa-sisa kekuatan Jepang. Jepang beralasan bahwa ia diminta

oleh Sekutu agar tetap menjaga Indonesia dalam keadaan

status quo

.

Di

samping menghadapi kekuatan Jepang, bangsa Indonesia harus berhadapan

dengan tentara Inggris atas nama Sekutu, dan juga Belanda atau NICA

(Netherlands Indies Civil Administration

) yang berhasil datang kembali ke

Indonesia dengan membonceng Sekutu. Pemerintahan memang telah

terbentuk, beberapa alat kelengkapan negara juga sudah tersedia, tetapi

karena baru awal kemerdekaan tentu masih banyak kekurangan. PPKI yang

keanggotaannya sudah disempurnakan berhasil mengadakan sidang untuk

mengesahkan UUD dan memilih Presiden-Wakil Presiden. Bahkan, untuk

menjaga keamanan negara juga telah dibentuk TNI.

Memahami Teks

143

Sejarah Indonesia

Kondisi perekonomian negara masih sangat memprihatinkan sehingga

terjadi inflasi yang cukup berat. Hal ini dipicu karena peredaran mata uang

rupiah Jepang yang tak terkendali, sementara nilai tukarnya sangat rendah.

Permerintah RI sendiri tidak bisa melarang beredarnya mata uang tersebut,

mengingat Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri. Sementara

kas pemerintah kosong, waktu itu berlaku tiga jenis mata uang, yaitu

De

Javasche Bank

, uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang rupiah

Jepang. Bahkan, setelah NICA datang ke Indonesia juga memberlakukan

mata uang NICA. Kondisi perekonomian ini semakin parah karena adanya

blokade yang dilakukan NICA. Belanda juga terus memberi tekanan dan

teror terhadap pemerintah Indonesia. Inilah yang menyebabkan Jakarta

semakin kacau sehingga pada tanggal 4 Januari 1946 Ibu Kota RI pindah ke

Yogyakarta. Kemudian untuk mengatasi keadaan keuangan, pada 1 Oktober

1946 Indonesia mengeluarkan uang RI yang disebut ORI (Oeang Republik

Indonesia). Sementara itu uang NICA dinyatakan sebagai alat tukar yang

tidak sah.

Struktur kehidupan masyarakat

mulai mengalami perubahan,

tidak ada lagi diskriminasi. Semua

memiliki hak dan kewajiban

yang sama. Sementara dalam hal

pendidikan, pemerintah mulai

menyelenggarakan pendidikan

yang diselaraskan dengan

alam kemerdekaan. Menteri

Pendidikan dan Pengajaran juga

sudah diangkat. Kamu tahu

siapa Menteri Pendidikan dan

Pengajaran yang pertama di

Indonesia?

»

Nah, bagaimana uraian secara detail mengenai keadaan sosial,

ekonomi, dan politik Indonesia pada awal kemerdekaan dapat

dibaca buku-buku sejarah Indonesia yang ada.

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bukan titik akhir perjuangan

bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Belanda

yang telah ratusan tahun merasakan kekayaan Indonesia enggan mengakui

kemerdekaan Indonesia. Sekutu yang telah memenangkan Perang Dunia II

merasa memiliki hak atas nasib bangsa Indonesia. Belanda mencoba masuk

kembali ke Indonesia dan menancapkan kolonialisme dan imperialismenya.

Sementara kondisi sosial ekonomi Indonesia masih sangat memprihatinkan,

perangkat-perangkat kenegaraan juga baru dibentuk, Indonesia ibarat bayi

baru lahir masih lemah, tetapi merdeka adalah harga mati. Berbagai upaya

bangsa asing untuk menguasai kembali bangsa Indonesia ditentang dengan

berbagai cara. Pertempuran heroik dengan korban ribuan jiwa terjadi di

berbagai daerah di Indonesia. Tidak terhitung dengan jelas berapa jumlah

korban jiwa dari pertempuran mempertahankan bangsa Indonesia tersebut,

bahkan banyak pahlawan tidak dikenal yang berguguran. Nah, bagaimana

kondisi awal Indonesia merdeka dan bagaimana proses perjuangan bangsa

Indonesia berikutnya? Mari kita telusuri melalui kajian di bawah ini!

1. Kondisi Awal Indonesia Merdeka

Secara politis keadaan Indonesia pada awal kemerdekaan belum begitu

mapan. Ketegangan, kekacauan, dan berbagai insiden masih terus terjadi.

Hal ini tidak lain karena masih ada kekuatan asing yang tidak rela kalau

Indonesia merdeka. Sebagai contoh rakyat Indonesia masih harus bentrok

dengan sisa-sisa kekuatan Jepang. Jepang beralasan bahwa ia diminta

oleh Sekutu agar tetap menjaga Indonesia dalam keadaan

status quo

.

Di

samping menghadapi kekuatan Jepang, bangsa Indonesia harus berhadapan

dengan tentara Inggris atas nama Sekutu, dan juga Belanda atau NICA

(Netherlands Indies Civil Administration

) yang berhasil datang kembali ke

Indonesia dengan membonceng Sekutu. Pemerintahan memang telah

terbentuk, beberapa alat kelengkapan negara juga sudah tersedia, tetapi

karena baru awal kemerdekaan tentu masih banyak kekurangan. PPKI yang

keanggotaannya sudah disempurnakan berhasil mengadakan sidang untuk

mengesahkan UUD dan memilih Presiden-Wakil Presiden. Bahkan, untuk

menjaga keamanan negara juga telah dibentuk TNI.

Memahami Teks

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960.

1995.

Gambar 7.3

Mata uang provinsi Sumatera.

144

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

2. Kedatangan Sekutu dan Belanda

Tentu kamu masih ingat bagaimana Jepang menyerah kepada Sekutu.

Penyerahan Jepang kepada Sekutu tanpa syarat tanggal 14 Agustus 1945

membuat analogi bahwa Sekutu memiliki hak atas kekuasaan Jepang di

berbagai wilayah, terutama wilayah yang sebelumnya merupakan jajahan

negara-negara yang masuk dalam Sekutu. Belanda adalah salah satu negara

yang berada di kelompok Sekutu. Apakah kamu masih ingat bagaimana

Belanda saat kalah dan menyerahkan kekuasaan kepada Jepang? Apakah

Belanda kembali ke tanah airnya? Setelah Belanda kalah dengan Jepang,

mereka melarikan diri ke Australia.

Bagaimana kondisi Indonesia setelah Jepang menyerah tanpa syarat

kepada Sekutu? Bagi Sekutu dan Belanda, Indonesia dalam masa

vacum of

power

atau kekosongan pemerintahan. Karena itu, logika Belanda adalah

kembali berkuasa atas Indonesia seperti sebelum Indonesia direbut Jepang.

Dengan kata lain, Belanda ingin menjajah kembali Indonesia. Bagi Sekutu,

setelah selesai PD II, maka negara-negara bekas jajahan Jepang merupakan

tanggung jawab Sekutu. Sekutu memiliki tanggung jawab perlucutan senjata

tentara Jepang, memulangkan tentara Jepang, dan melakukan normalisasi

kondisi bekas jajahan Jepang? Bayangan Belanda tentang Indonesia jauh

dari kenyataan. Faktanya, rakyat Indonesia telah memproklamasikan

kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kondisi ini tentu bertolak

belakang dengan bayangan Belanda dan Sekutu. Karena itu, dapat diprediksi

kejadian berikutnya, yakni akan terjadi pertentangan atau konflik antara

Indonesia dengan Sekutu ataupun Belanda.

Bagaimana dampak kedatangan Sekutu ke Indonesia? Sekutu masuk

ke Indonesia diboncengi NICA. Mereka masuk melalui beberapa pintu

wilayah Indonesia terutama daerah yang merupakan pusat pemerintahan

pendudukan Jepang seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Setelah PD II,

terjadi perundingan Belanda dengan Inggris di London yang menghasilkan

Civil Affairs Agreement.

Isinya tentang pengaturan penyerahan kembali

Indonesia dari pihak Inggris kepada Belanda, khusus yang menyangkut

daerah Sumatra sebagai daerah yang berada di bawah pengawasan SEAC

(South East Asia Command)

. Di dalam perundingan itu dijelaskan langkah-

langkah yang ditempuh sebagai berikut.

145

Sejarah Indonesia

a.

Fase pertama, tentara Sekutu akan mengadakan operasi militer untuk

memulihkan keamanan dan ketertiban.

b.

Fase kedua, setelah keadaan normal pejabat-pejabat NICA akan

mengambil alih tanggung jawab koloni itu dari pihak Inggris yang

mewakili Sekutu.

Setelah diketahui Jepang menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945, maka

Belanda mendesak Inggris agar segera mensahkan hasil perundingan tersebut.

Pada tanggal 24 Agustus 1945 hasil perundingan tersebut disahkan.

Berdasarkan Persetujuan Potsdam, isi

Civil Affairs Agreement

diperluas.

Inggris bertanggung jawab untuk seluruh Indonesia termasuk daerah yang

berada di bawah pengawasan SWPAC (

South West Pasific Areas Command

).

Untuk melaksanakan isi Perjanjian Potsdam, maka pihak SWPAC di bawah

Lord Louis Mountbatten di Singapura segera mengatur pendaratan tentara

Sekutu di Indonesia. Kemudian pada tanggal 16 September 1945, wakil

Mountbatten, yakni Laksamana Muda WR Patterson dengan menumpang

Kapal Cumberland, mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Dalam

rombongan Patterson ikut serta Van Der Plass seorang Belanda yang mewakili

H.J. Van Mook (Pemimpin NICA).

»

Pada saat perundingan antara Belanda dan Inggris di London,

Parlemen Inggris telah memutuskan kepada Pemerintah Inggris

untuk tidak menggunakan pasukannya

untuk membantu pihak lain selain untuk

melaksanakan tugas Sekutu.

Setelah informasi dan persiapan dipandang

cukup, maka Louis Mountbatten membentuk

pasukan komando khusus yang disebut AFNEI

(

Allied Forces Netherlands East Indiers

) di bawah

pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison.

Mereka tergabung di dalam pasukan tentara

Inggris yang berkebangsaan India, yang sering

disebut sebagai tentara Gurkha. Tugas tentara

AFNEI sebagai berikut.

Sumber: 30 Tahun Indonesia

Merdeka 1945-1960, 1995.

Gambar 7.4

Van der Plass.

146

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

a.

menerima penyerahan kekuasaan tentara Jepang tanpa syarat.

b.

membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu;

c.

melucuti dan mengumpulkan orang-orang Jepang untuk dipulangkan

ke negerinya;

d.

menegakkan dan mempertahankan keadaan damai, menciptakan

ketertiban, dan keamanan, untuk kemudian diserahkan kepada

pemerintahan sipil; dan

e.

mengumpulkan keterangan tentang penjahat perang untuk kemudian

diadili sesuai hukum yang berlaku.

Pasukan Sekutu yang tergabung dalam AFNEI mendarat di Jakarta pada

tanggal 29 September 1945. Kekuatan pasukan AFNEI dibagi menjadi tiga

divisi, yaitu sebagai berikut.

a.

Divisi India 23 di bawah pimpinan Jenderal D.C Hawthorn. Daerah

tugasnya di Jawa bagian barat dan berpusat di Jakarta.

b.

Divisi India 5 di bawah komando Jenderal E.C Mansergh bertugas di

Jawa bagian timur dan berpusat di Surabaya.

c.

Divisi India 26 di bawah komando Jenderal H.M Chambers, bertugas di

Sumatra, pusatnya ada di Medan.

Kedatangan tentara Sekutu diboncengi NICA yang akan menegakkan

kembali kekuatannya di Indonesia. Hal ini menimbulkan kecurigaan terhadap

Sekutu dan bersikap anti Belanda.

Sementara Christison sebagai pemimpin AFNEI menyadari bahwa untuk

menjalankan tugasnya tidak mungkin tanpa bantuan pemerintah RI. Oleh

karena itu, Christison bersedia berunding dengan pemerintah RI. Selanjutnya,

Christison pada tanggal 1 Oktober 1945 mengeluarkan pernyataan

pengakuan secara

de facto

tentang negara Indonesia. Namun, dalam

kenyataannya pernyataan tersebut banyak dilanggarnya. Sebagai bukti akan

kita lihat dalam kajian di berikut ini.

147

Sejarah Indonesia

3. Merdeka atau Mati

Kedatangan Sekutu di Indonesia menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat

Indonesia. Apalagi dengan memboncengnya Belanda yang ingin menguasai

kembali Indonesia. Hal ini mengakibatkan berbagai upaya penentangan

dan perlawanan dari masyarakat. Bagaimana peristiwa kekerasan akibat

kedatangan Sekutu di Indonesia terjadi? Mari kita simak kajian di bawah ini.

a. Perjuangan rakyat Semarang dalam melawan tentara Jepang

Berita proklamasi terus menyebar ke penjuru tanah air. Pemindahan

kekuasaan dari pendudukan Jepang ke Indonesia juga terus dilakukan.

Pada tanggal 19 Agustus 1945, sekitar pukul 13.00 WIB berkumandang

lewat radio tentang sebuah pernyataan dan perintah agar pemindahan

kekuasaan dari tangan Jepang ke pihak Indonesia terus dilakukan. Hal ini

semakin membakar semangat para pemuda Semarang dan sekitarnya untuk

melakukan perebutan kekuasaan.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.

Gambar 7.5

Kedatangan tentara Sekutu di Indonesia.

148

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Bahkan Wongsonegoro selaku pimpinan pemerintahan di Semarang

mengeluarkan pernyataan atau perintah sebagai berikut.

Berdasarkan atas pengumuman-pengumuman Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia dan Komite Nasional di Jakarta, maka dengan ini kami atas nama

rakyat Indonesia mengumumkan sementara aturan-aturan pernerintahan

untuk menjaga keamanan umum di daerah Semarang.

1.

Mulai hari ini tanggal 19 Agustus 1945 jam 13.00 Permerintah RI

untuk daerah Semarang mulai berlaku.

2.

Terhadap segala perbuatan yang menentang pemerintah RI akan

diambil tindakan yang keras.

3.

Senjata api, kecuali yang di tangan mereka yang berhak memakainya

harus diserahkan kepada polisi.

4.

Hanya bendera Indonesia Merah Putih boleh berkibar.

5.

Terhadap segala perbuatan yang mengganggu ketenteraman dan

kesejahteraan umum diambil tindakan keras.

6.

Selanjutnya semua penduduk hendaknya melakukan pekerjaannya

sehari-hari sebagaimana biasa.

Semarang, 19 Agustus 1945

Kepala Pemerintahan RI Daerah Semarang

Wongsonegoro

Suasana di Semarang semakin panas. Jepang tidak menghiraukan seruan

pemerintahan di Semarang. Pada tanggal 7 Oktober 1945, ribuan pemuda

Semarang mengerumuni tangsi tentara Jepang,

Kedobutai

di Jatingaleh.

Sementara pimpinan mereka sedang berunding di dalam tangsi untuk

membahas mengenai penyerahan senjata. Perundingan itu berjalan tersendat-

sendat, tetapi akhirnya disepakati penyerahan senjata secara bertahap.

Ketegangan antara kedua belah pihak terus berlanjut. Pada tanggal 14

Oktober 1945, sekitar 400 orang tawanan Jepang dari pabrik gula Cepiring

diangkut oleh para pemuda ke penjara Bulu, Semarang. Dalam perjalanan,

sebagian dari para tawanan berhasil melarikan diri dan minta perlindungan

kepada batalion

Kedobutai

. Oleh karena itu, tanpa menunggu perintah,

para pemuda segera menyerang dan melakukan perebutan senjata terhadap

Jepang. Terjadilah pertempuran sengit antara rakyat Indonesia melawan

pasukan Jepang. Pertempuran ini dikenal dengan Pertempuran Lima Hari di

Semarang.

149

Sejarah Indonesia

Pada tanggal 14 Oktober 1945, pada petang harinya, petugas kepolisian

Indonesia yang menjaga persediaan air minum di Wungkal diserang oleh

pasukan Jepang. Mereka dilucuti dan disiksa di tangsi

Kedobutai

Jatingaleh.

Kemudian, di jalan Peterongan terdengar kabar bahwa air ledeng di Candi

telah diracuni oleh Jepang. Oleh karena rakyat menjadi gelisah, dr. Kariadi,

kepala laboratorium dinas Purusara Semarang ingin mengecek persediaan

air tersebut namun ia dibunuh oleh tentara Jepang. Hal ini telah menambah

sengitnya pertempuran antara para pemuda melawan tentara Jepang.

Para pemuda berhasil menangkap Mayor Jenderal Nakamura di kediamannya,

di Magelang. Tokoh Jepang ini ditahan oleh para pemuda. Hal ini semakin

meningkatkan kemarahan Jepang. Pada hari kedua dan ketiga Jepang

berusaha dapat menguasai daerah Semarang kembali.

Dalam pertempuran itu Jepang membagi pasukannya menjadi tiga kekuatan

sebagai berikut.

a.

Poros Barat, sasarannya penduduk markas

Kempetai

di Karangasem

yang telah dikuasai para pemuda. Selain itu, juga untuk menghambat

gerakan bantuan pasukan dari Pekalongan dan Kendal.

b.

Poros Tengah, dengan sasaran menguasai markas AMRI di Hotel Du

Pavillon.

c.

Poros Timur, dengan sasaran menduduki Sekolah Teknik dan mencegah

datangnya bantuan BKR dari Demak, Pati, dan Rembang. Sementara

itu, dari pihak Indonesia telah datang bantuan dari berbagai penjuru,

baik dari arah Barat (Kendal dan Weleri), juga dari Timur, seperti dari

Demak, Kudus, Pati, Purwodadi, bahkan dari Selatan seperti dari Solo,

Magelang, dan Yogyakarta.

Tanggal 17 Oktober 1945, tercapai suatu perundingan mengenai gencatan

senjata yang diadakan di Candi Baru. Pihak Indonesia juga menyetujui

perundingan tersebut. Sekalipun telah disepakati adanya gencatan senjata,

ternyata Jepang masih melanjutkan pertempuran. Pada tanggal 18 Oktober

1945 (hari kelima), Jepang berhasil mematahkan berbagai serangan para

pemuda. Pada hari itu, telah datang beberapa utusan pemerintah pusat dari

Jakarta untuk merundingkan soal keamanan dan perdamaian di Semarang.

Beberapa tokoh yang hadir dari Jakarta waktu itu, antara lain Kasman

Singodimejo dan Sartono. Pihak Jepang yang hadir, antara lain Jenderal

Nakamura. Kemudian, dilanjutkan perundingan untuk mengatur gencatan

senjata. Nakamura mengancam akan mengebom kota Semarang, apabila

150

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

para pemuda tidak mau menyerahkan senjata paling lambat tanggal 19

Oktober 1945 pukul 10.00. Wongsonegoro terpaksa menyetujui dengan

membubuhkan tanda tangan pada perjanjian itu.

Pada tanggal 19 Oktober 1945 pagi hari, belum ada tanda-tanda semua

senjata akan diserahkan kembali kepada Jepang. Sementara Jepang telah

bersiap-siap untuk membumihanguskan kota Semarang. Tiba-tiba pukul

07.45 terpetik berita bahwa tentara Sekutu mendarat di Pelabuhan Semarang

dengan menumpang kapal HMS Glenry. Mereka terdiri atas pasukan Inggris,

termasuk tentara

Gurkha.

Mereka bertugas untuk melucuti tentara Jepang.

Dengan kedatangan tentara Sekutu, berarti telah mempercepat berakhirnya

pertempuran antara pejuang Semarang dengan tentara Jepang. Untuk

mengenang pertempuran Lima Hari di Semarang ini, maka dibangun sebuah

monumen yang terkenal dengan sebutan Tugu Muda.

b. Pengambilalihan Kekuasaan Jepang di Yogyakarta

Di Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara serentak dimulai pada tanggal

26 September 1945. Sejak pukul 10 pagi, semua pegawai instansi pemerintah

dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh Jepang mengadakan aksi

pemogokan. Mereka memaksa orang-orang Jepang agar menyerahkan

semua kantor mereka kepada orang Indonesia. Pada tanggal 27 September

1945, KNI Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah

itu telah berada di tangan Pemerintahan RI.

Kepala Daerah Yogyakarta yang dijabat oleh Jepang (

Cokan

) harus

meninggalkan kantornya di jalan Malioboro. Tanggal 5 Oktober 1945,

gedung

Cokan Kantai

berhasil direbut dan kemudian dijadikan sebagai

kantor Komite Nasional Indonesia Daerah. Gedung

Cokan Kantai

kemudian

dikenal dengan Gedung Nasional atau Gedung Agung.

Satu hari setelah perebutan gedung

Cokan Kantai,

para pejuang Yogyakarta

ingin melakukan perebutan senjata dan markas

Osha Butai

di Kotabaru.

Rakyat dan para pemuda terus mengepung markas

Osha Butai

di Kotabaru.

Rakyat dan para pemuda terdiri dari berbagai kesatuan, antara lain TKR,

Polisi Istimewa, dan BPU (Barisan Penjagaan Umum) sudah bertekad untuk

menyerbu markas Jepang di Kotabaru.

151

Sejarah Indonesia

Sekitar pukul 03.00 WIB tanggal 7 Oktober 1945, terjadilah pertempuran

antara rakyat, pemuda, dan kesatuan dengan tentara Jepang di Yogyakarta.

Butaico

Pingit segera menghubungi TKR dan menyatakan menyerah, dengan

jaminan anak buahnya tidak disiksa. Hal ini diterima baik oleh TKR. Kemudian,

TKR meminta agar

Butaico

Pingit dapat mempengaruhi

Butaico

Kotabaru

untuk menyerah. Ternyata

Butaico

menolak untuk menyerah. Akibatnya

serangan para pejuang Indonesia semakin ditingkatkan.

Akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1945 sekitar pukul 10.00, markas

Jepang di Kotabaru secara resmi diserahkan ke tangan Yogyakarta. Dalam

pertempuran itu, pihak Indonesia yang gugur 21 orang dan 32 orang luka-

luka. Sedangkan dari pihak Jepang, 9 orang tewas dan 15 orang luka-luka.

Setelah markas Kotabaru jatuh, usaha perebutan kekuasaan meluas. R.P.

Sudarsono kemudian memimpin perlucutan senjata

Kaigun

di Maguwo.

Dengan berakhirnya pertempuran Kotabaru dan dikuasainya Maguwo, maka

Yogyakarta berada di bawah kekuasaan RI.

c. Arek-arek Surabaya untuk Indonesia

Perhatikan gambar tokoh

pahlawan berikut ini! Apakah

kamu mengenal tokoh tersebut?

Beliau bernama Bung Tomo,

terkenal karena perjuangannya

dalam pertempuran Surabaya

pada tahun 1945. Pertempuran

rakyat Surabaya dengan Sekutu

terjadi pada tahun 1945 tersebut,

menyebabkan ribuan rakyat yang

gugur. Karena itulah bangsa

Indonesia menetapkan tanggal 10

November sebagai Hari Pahlawan.

Sumber: Outward Appearances: Trend,

Identitas, Kepentingan, 1997.

Gambar 7.6

Bung Tomo sedang

mengobarkan semangat juang.

152

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Pada tanggal 25 Oktober 1945,

Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadir

Jenderal A.W.S. Mallaby mendarat di

Surabaya. Brigade ini adalah bagian

dari Divisi India ke-23, di bawah

pimpinan Jenderal D.C. Hawthorn.

Mereka mendapat tugas dari panglima

Allied forces for Netherlands East

Indies

(

AFNEI) untuk melucuti serdadu

Jepang dan menyelamatkan para

interniran Sekutu. Kedatangan mereka

diterima oleh pemimpin pemerintah

Jawa Timur, Gubernur Suryo. Setelah

diadakan pertemuan antara wakil-wakil

pemerintah RI dengan Mallaby, maka

dihasilkan kesepakatan sebagai berikut.

1)

Inggris berjanji bahwa di antara tentara mereka tidak terdapat

Angkatan Perang Belanda.

2)

Disetujui kerja sama antara kedua belah pihak untuk menjamin

keamanan dan ketentraman.

3)

Akan segera dibentuk “Kontak Biro” agar kerja sama dapat terlaksana

sebaik-baiknya.

4)

Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang saja.

Semangat tempur arek-arek Surabaya dalam melawan pasukan Sekutu, tidak

dapat dilepaskan dari kemenangannya melawan kekuatan Jepang di Surabaya dan

sekitarnya. Arek-arek Surabaya berhasil menyerbu dan menguasai markas Kempetai

yang terletak di depan Kantor Gubernur Surabaya. Semua senjata Kempetai Jepang

dilucuti. Pertempuran meluas ke Markas Angkatan Laut Jepang di Embong Wungu.

Markas Jepang ini juga berhasil dikuasai para pejuang. Gudang peluru di Kedung

Cowek juga berhasil direbut oleh arek-arek Surabaya. Pertempuran perebutan

kekuasaan terhadap Jepang ini berakhir setelah komandan Angkatan Darat Jepang

Jenderal Iwabe menyerah dan menyusul komandan Angkatan Laut Laksamana

Shibata. Semua kapal perang dan senjata serta pangkalannya diserahkan kepada

pejuang Indonesia.

Sumber: Gelora Api Revolusi, 1996.

Gambar 7.7

Brigadier Jenderal A.W.S.

Mallaby.

153

Sejarah Indonesia

Namun, pada perkembangan selanjutnya, ternyata pihak Inggris mengingkari

janjinya. Pada malam hari tanggal 26 Oktober 1945, peleton dari

Field

Security Section

di bawah pimpinan Kapten Shaw, melakukan penyergapan

ke penjara Kalisosok. Mereka akan membebaskan Kolonel Huiyer—seorang

Kolonel Angkatan Laut Belanda—beserta kawan-kawannya. Tindakan Inggris

dilanjutkan pada keesokan harinya dengan menduduki Pangkalan Udara

Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, Gedung Internatio, dan objek-objek vital

lainnya.

Pada tanggal 27 Oktober 1945, terjadi kontak senjata yang pertama antara

pemuda Indonesia dengan pasukan Inggris. Kontak senjata itu meluas

sehingga terjadi pertempuran pada tanggal 28, 29, dan 30 Oktober 1945.

Dalam pertempuran itu, pasukan Sekutu dapat dipukul mundur, bahkan

hampir dapat dihancurkan oleh pasukan Indonesia. Beberapa objek vital

yang telah dikuasai oleh pihak Inggris berhasil direbut kembali oleh rakyat.

Melihat kenyataan seperti itu, komandan pasukan Sekutu menghubungi

Presiden Sukarno untuk mendamaikan perselisihan antara para pejuang

Indonesia dengan pasukan Sekutu (Inggris) di Surabaya. Pada tanggal 30

Oktober 1945, Bung Karno, Bung Hatta, dan Amir Syarifuddin datang ke

Surabaya untuk mendamaikan perselisihan itu. Perdamaian berhasil dicapai

dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. Salah satu kesepakatannya

adalah untuk menjaga keamanan di Surabaya dan sekitarnya. Karena dirasa

perlu terus dilakukan komunikasi antara kedua pihak, maka dibentuklah

Kontak Biro yang anggotanya tokoh-tokoh dari Indonesia seperti Residen

Sudirman, Dul Arnawa dan Sungkana, sedangkan dari pihak Inggris antara

lain Mallaby dan Shaw. Namun, setelah Sukarno, Hatta, dan Amir Syarifuddin

beserta Hawthorn kembali ke Jakarta, ternyata masih terjadi pertempuran di

beberapa tempat.

Pada tanggal 30 Oktober 1945, dengan berkendaraan beberapa mobil,

para anggota Kontak Biro berusaha menuju gedung Internatio yang masih

terjadi kontak senjata. Pada saat itu, gedung ini diduduki oleh tentara

Inggris. Arek-arek Surabaya mengepung gedung itu dan menuntut agar

gedung itu dikosongkan. Kedatangan Kontak Biro yang di dalamnya ada

Mallaby itu, membuat arek-arek Surabaya menuntut agar Mallaby dan

tentara Inggris menyerah. Kebetulan hari itu sudah mulai gelap. Ketika itu

rombongan Mallaby sedang berada di tempat perhentian trem listrik yang

terletak beberapa belas meter sebelah utara Jembatan meledak, waktu itu

154

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

kira-kira pukul 20.30. Ternyata mobil yang ditumpangi Mallaby meledak

dan ditemukan Mallaby tewas. Tewasnya Brigjen Mallaby ini memancing

kemarahan pasukan Inggris. Pada tanggal 9 November 1945, Mayjen E.C.

Mansergh, sebagai pengganti Mallaby mengeluarkan ultimatum agar pihak

Indonesia di Surabaya meletakkan senjata selambat-lambatnya jam 06.00

tanggal 10 November 1945. 
Inggris mengeluarkan ultimatum yang berisi

ancaman bahwa pihak Inggris akan menggempur kota Surabaya dari Darat,

Laut, dan Udara, apabila orang-orang Indonesia tidak mau menaati ultimatum

itu. Inggris juga mengeluarkan instruksi yang isinya

“.........

semua pemimpin

bangsa Indonesia dari semua pihak di kota Surabaya harus datang selambat-

lambatnya tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 pada tempat yang telah

ditentukan dan membawa bendera merah putih dengan diletakkan di atas

tanah pada jarak 100 m dari tempat berdiri, lalu mengangkat tangan tanda

menyerah

.”

Akhirnya pertempuran berkobar di Surabaya. Inggris mengerahkan semua

kekuatan yang dimilikinya. Pada tanggal 10 November 1945, terjadi

pertempuran sengit di Surabaya. Salah satu tokoh pemuda, yaitu Sutomo

Sumber: Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe, 1985.

Gambar 7.8

Mobil tempat Mallaby tewas.

155

Sejarah Indonesia

(Bung Tomo) telah mendirikan Radio Pemberontakan untuk mengobarkan

semangat juang arek-arek Surabaya. Pada saat terjadi pertempuran di

Surabaya, Bung Tomo berhasil memimpin dan mengendalikan kekuatan

rakyat melalui pidato-pidatonya. Di dalam pidatonya melalui radio yang

begitu berapi-api dan selalu dimulai dan diakhiri dengan teriakan takbir,

Allahu Akbar

. Tokoh lain, misalnya Ktut Tantri, yakni wanita Amerika

yang juga aktif dalam mengumandangkan pidato-pidato revolusinya dalam

bahasa Inggris melalui Radio Pemberontakan Bung Tomo.

Sungkono sebagai Komandan Pertahanan Kota, pada tanggal 9 November

1945 pukul 17.00 mengundang semua unsur kekuatan rakyat, yang terdiri

dari Komandan TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar, Polisi Istimewa, BBI, PTKR, dan

TKR Laut untuk berkumpul di Markas Pregolan 4.

Kota Surabaya dibagi dalam 3 sektor pertahanan, yaitu Sektor Barat,

Tengah dan Timur. Sektor Barat dipimpin oleh Kunkiyat, Sektor Tengah

antara lain dipimpin oleh Marhadi, sedangkan Sektor Timur dipimpin oleh

Kadim Prawirodiarjo. Sementara itu Sukarno membakar semangat juang

rakyat lewat radio. Sesudah batas waktu ultimatum habis, keadaan semakin

ekplosif. Kontak senjata pertama terjadi di Perak, yang berlangsung sampai

jam 18.00. Inggris berhasil menguasai garis pertahanan pertama. Gerakan

pasukan Inggris disertai dengan pengeboman yang ditujukan pada sasaran

yang diperkirakan menjadi tempat pemusatan pemuda. Surabaya yang

telah digempur oleh Inggris berhasil dipertahankan oleh para pemuda

hampir 3 minggu lamanya. Sektor demi sektor dipertahankan secara gigih,

walaupun pihak Inggris menggunakan senjata-senjata modern dan berat.

Pertempuran yang terakhir terjadi di Gunungsari pada 28 November 1945,

namun perlawanan secara sporadis masih dilakukan. Markas pertahanan

Surabaya dipindahkan ke desa yang terkenal dengan sebutan Markas Kali.

Kejadian ini merupakan sebuah lambang keberanian dan kebulatan tekad

dalam mempertahankan kemerdekaan dan membela Tanah Air Indonesia

dari segala bentuk penjajahan.

Pertempuran di Surabaya telah menunjukkan begitu heroiknya para pejuang

kita untuk melawan kekuatan asing. Untuk mengenang, peristiwa itu, maka

tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.

156

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

d. Pertempuran Palagan Ambarawa

Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 29 November dan berakhir

pada 15 Desember 1945 antara pasukan TKR dan pemuda Indonesia

melawan pasukan Inggris. Latar belakang dari peristiwa ini dimulai dengan

insiden yang terjadi di Magelang sesudah mendaratnya Brigade Artileri

dari Divisi India ke-23 di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Oleh

pihak RI mereka diperkenankan untuk mengurus tawanan perang yang

berada di penjara Ambarawa dan Magelang. Ternyata mereka diboncengi

oleh tentara

Nederland Indische Civil Administration

(NICA) yang kemudian

mempersenjatai bekas tawanan itu. Pada tanggal 26 Oktober 1945 pecah

insiden Magelang yang berkembang menjadi pertempuran antara TKR dan

tentara Sekutu. Insiden itu berhenti setelah kedatangan Presiden Sukarno

dan Brigadir Jenderal Bethell di Magelang pada tanggal 2 November 1945.

Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan tercapai kata

sepakat yang dituangkan ke dalam 12 pasal, diantaranya sebagai berikut.

1)

Pihak Sekutu tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk

melakukan kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi

Allied

Prisoners War and Interneers

(APWI-tawanan perang dan interniran

Sekutu);

2)

Jalan raya Magelang-Ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia-

Sekutu; dan

3)

Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dalam badan-badan yang

berada di bawahnya.

Ternyata pihak Sekutu ingkar janji. Pada tanggal 20 November 1945 di

Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan

Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945

pasukan Sekutu yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa di bawah

lindungan pesawat tempur. Namun, tanggal 22 November 1945 pertempuran

berkobar di dalam kota dan pasukan Sekutu melakukan pengeboman

terhadap kampung-kampung yang berada di sekitar Ambarawa. Pasukan

TKR bersama pemuda dari Boyolali, Salatiga, Kartosuro bertahan di kuburan

Belanda, sehingga membentuk garis medan sepanjang rel kereta api dan

membelah kota Ambarawa. Sementara itu, dari arah Magelang pasukan

TKR dan Divisi V/Purwokerto di bawah pimpinan Imam Adrongi melakukan

serangan fajar pada tanggal 21 November 1945 dengan tujuan memukul

mundur pasukan Sekutu yang berkedudukan di Desa Pingit. Pasukan Imam

Adrongi berhasil menduduki Desa Pingit dan merebut desa-desa sekitarnya.

157

Sejarah Indonesia

Sementara itu, Batalion

Imam Adrongi meneruskan

gerakan pengejarannya.

Kemudian disusul 3

batalion yang berasal

dari Yogyakarta, yaitu

batalion 10 Divisi III di

bawah pimpinan Mayor

Suharto, batalion 8 di

bawah pimpinan Mayor

Sarjono, dan Batalion

Sugeng. Musuh akhirnya

terkepung. Walaupun

demikian, pasukan musuh

mencoba mematahkan

pengepungan dengan

mengadakan gerakan

melambung dan

mengancam kedudukan

pasukan Indonesia dari

belakang dengan tank-

tanknya. Untuk mencegah

jatuhnya korban, pasukan

mundur ke Bedono.

Dengan bantuan resimen

kedua yang dipimpin M.

Sarbini, batalion Polisi

Istimewa yang dipimpin Onie Sastroatmojo dan batalion dari Yogyakarta,

gerakan musuh berhasil ditahan di Desa Jambu.

Di Desa Jambu para komandan mengadakan rapat koordinasi yang dipimpin

oleh Kolonel Holland Iskandar. Rapat itu menghadirkan pembentukan

komando yang disebut Markas Pimpinan Pertempuran dan bertempat di

Magelang. Sejak saat Ambarawa dibagi atas 4 sektor, yaitu sektor Utara, sektor

Selatan, sektor Barat dan sektor Timur. Kekuatan pasukan bertempur secara

bergantian. Pada tanggal 26 November 1945 pimpinan pasukan TKR dari

Purwokerto yaitu Letkol Isdiman gugur. Setelah mengetahui Isdiman gugur

maka pimpinan pasukan TKR Purwokerto Kolonel Sudirman turun langsung

memimpin pasukan. Kehadiran Sudirman ini semakin menambah semangat

tempur TKR dan para pejuang yang sedang bertempur di Ambarawa. Kolonel

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.

Gambar 7.9

Peta Rute Gerilya Sudirman

158

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Sudirman menyodorkan taktik perang

Supit

Urang

.

Taktik ini segera diterapkan. Musuh

mulai terjepit dan situasi pertempuran semakin

menguntungkan pasukan TKR. Sejak saat itu,

pimpinan pasukan TKR Purwokerto dipimpin

oleh Kolonel Sudirman. Situasi pertempuran

menguntungkan pasukan TKR. Pada tanggal

5 Desember 1945, musuh terusir dari Desa

Banyubiru, yang merupakan garis pertahanan

yang terdepan.

Pada tanggal 12 Desember 1945 dini hari,

pasukan TKR bergerak menuju sasaran masing-

masing. Dalam waktu setengah jam pasukan

TKR berhasil mengepung musuh di dalam kota.

Pertahanan musuh yang terkuat diperkirakan

berada di Benteng Willem yang terletak

di tengah-tengah kota Ambarawa. Kota

Ambarawa dikepung selama empat hari empat malam. Musuh yang merasa

kedudukannya terjepit berusaha keras untuk melakukan pertempuran.

Pada tanggal 15 Desember 1945 musuh meninggalkan Kota Ambarawa

dan mundur ke Semarang. Pertempuran di Ambarawa ini mempunyai arti

penting karena letaknya yang sangat strategis. Apabila musuh menguasai

Ambarawa, mereka dapat mengancam 3 kota utama di Jawa Tengah, yaitu

Surakarta, Magelang dan Yogyakarta.

Dalam pertempuran itu, pasukan TKR mengalami kemenangan yang

gemilang. Menyambut kemenangan itu Sudirman yang masih berpakaian

perang langsung mengambil air wudu dan segera melakukan sujud syukur

seraya berdoa:

Ya Allah ya Tuhan, Maha Besar dan Maha Kuasa Engkau. Engkaulah sumber kekuatan dan

kemenangan. Ampunilah hamba-Mu yang lemah dan dhaif ini dan berikan kami kekuatan”

.

Kemenangan pertempuran Ambarawa ini cepat menyebar ke pos-pos

pertahanan TKR, bahkan sampai ke dapur-dapur umum. Hal ini semakin

menambah semangat juang pada pejuang di medan tempur.

Sumber: 30 Tahun Indonesia

Merdeka 1945-1960, 1995.

Gambar 7.10

Kolonel Sudirman.

159

Sejarah Indonesia

Dengan kemenangan ini nama Sudirman semakin populer sebagai

komandan dan pimpinan TKR. Kemenangan ini juga menunjukkan bahwa

Republik Indonesia masih memiliki pasukan yang kuat yaitu pasukan TKR

dan rakyat yang menolak kembalinya penjajah di bumi pertiwi Indonesia.

Untuk mengenang pertempuran Ambarawa, tanggal 15 Desember dijadikan

Hari Infanteri. Di Ambarawa juga dibangun Monumen Palagan, Ambarawa.

»

Coba lakukan telaah kritis apa makna kemenangan dalam

pertempuran Ambarawa bagi TNI dan perjuangan bangsa Indonesia

.

Untuk mendalami bagaimana Pertempuran Palagan Ambarawa dan

tokoh Sudirman, Kamu dapat membaca buku karya Sardiman, Guru

Bangsa: Sebuah Biografi Jenderal Sudirman

.

e. Pertempuran Medan Area

Pada tanggal 9 November 1945, pasukan Sekutu di bawah pimpinan Brigadir

Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Sumatra Utara. Pendaratan pasukan Sekutu

itu diboncengi oleh pasukan NICA yang telah dipersiapkan untuk mengambil

alih pemerintahan. Pemerintahan RI Sumatra Utara memperkenankan mereka

menempati beberapa hotel di Medan, seperti Hotel de Boer, Grand Hotel,

Hotel Astoria dan lainnya, karena menghormati tugas mereka. Sebagian

dari mereka ditempatkan di Binjai, Tanjung Morawa dan beberapa tempat

lainnya dengan memasang tenda-tenda lapangan.

Sehari setelah mendarat, tim dari RAPWI telah mendatangi kamp-kamp

tawanan di Pulu Berayan, Saentis, Rantau Prapat, Pematang Siantar dan

Berastagi untuk membantu membebaskan para tawanan dan dikirim

ke Medan atas persetujuan Gubernur M. Hasan. Ternyata kelompok itu

langsung dibentuk menjadi Medan Batalion KNIL. Dengan kekuatan itu,

maka tampaklah perubahan sikap dari bekas tawanan tersebut. Mereka

bersikap congkak karena merasa sebagai pemenang atas perang. Sikap ini

memancing timbulnya pelbagai insiden yang dilakukan secara spontan oleh

para pemuda. Insiden pertama terjadi di Jalan Bali, Medan pada tanggal 13

Oktober 1945. Insiden ini berawal dari ulah seorang penghuni hotel yang

merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai oleh salah

seorang yang ditemuinya. Akibatnya hotel tersebut diserang dan dirusak

oleh para pemuda.

160

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Insiden ini menjalar ke berbagai kota seperti

Pematang Siantar dan Brastagi. Sementara itu,

pada tanggal 10 Oktober 1945 dibentuk TKR

Sumatra Timur dengan pimpinannya Ahmad

Tahir. Selanjutnya diadakan pemanggilan

terhadap bekas

Giyugun

dan

Heiho

ke Sumatra

Timur. Panggilan ini mendapat sambutan luar

biasa dari mereka. Di samping TKR, di Sumatra

Timur terbentuk juga badan-badan perjuangan

yang sejak 15 Oktober 1945 menjadi Pemuda

Republik Indonesia Sumatra Timur dan

kemudian berganti nama menjadi Pesindo.

Sebagaimana di kota-kota lain di Indonesia,

Inggris memulai aksinya untuk memperlemah

kekuatan Republik dengan cara memberikan ultimatum kepada bangsa

Indonesia agar menyerahkan senjatanya kepada Sekutu. Hal ini dilakukan

pula oleh Kelly terhadap pemuda Medan pada tanggal 18 Oktober1945.

Sejak saat itu tentara NICA merasa memperoleh dukungan dari pihak

Inggris. Demikian pula pasukan Sekutu mulai melakukan aksi-aksi terornya,

sehingga timbul rasa permusuhan di kalangan pemuda. Patroli-patroli Inggris

tidak pernah merasa aman, karena pemerintah Republik Indonesia tidak

memberikan jaminan keamanan. Meningkatnya korban di pihak Inggris

menyebabkan mereka memperkuat kedudukannya dan menentukan sendiri

secara sepihak batas kekuasaannya.

Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papan-papan

yang bertuliskan

Fixed Boundaries

Medan Area di berbagai sudut pinggiran

kota Medan. Tindakan pihak Inggris itu merupakan tantangan bagi para

pemuda. Pihak Inggris bersama NICA melakukan aksi pembersihan terhadap

unsur-unsur Republik yang berada di kota Medan. Para pemuda membalas

aksi-aksi tersebut, setiap usaha pengusiran dibalas dengan pengepungan,

bahkan seringkali terjadi tembak menembak. Pada tanggal 10 Desember

1945, pasukan Inggris dan NICA berusaha menghancurkan konsentrasi

TKR di Trepes. Selanjutnya TKR menculik seorang perwira Inggris dan

menghancurkan beberapa truk. Dengan peristiwa ini Jenderal Kelly kembali

mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata mereka. Barang siapa

yang nyata-nyata melanggar akan ditembak mati. Daerah yang ditentukan

adalah kota Medan dan Belawan. Perlawanan terus memuncak, pada bulan

April 1946 tentara Inggis mulai berusaha mendesak pemeintah RI ke luar

Sumber: Pengabdian Selama

Perang Kemerdekaan Bersama

Brigade Ronggolawe, 1985.

Gambar 7.11

Letkol Gatot

Subroto.

161

Sejarah Indonesia

kota Medan. Gubernur, Markas Divisi TKR, Walikota RI pindah ke Pematang

Siantar. Dengan demikian Inggris berhasil menguasai kota Medan.

Pada tanggal 10 Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan suatu pertemuan

antara komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area.

Pertemuan memutuskan dibentuknya satu komando yang bernama

“Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area” yang dibagi atas 4 sektor

dan bermarkas di Sudi Mengerti (Trepes). Di bawah komando inilah mereka

meneruskan perjuangan di Medan Area.

f. Bandung Lautan Api

Di Bandung pertempuran diawali oleh usaha para pemuda untuk merebut

pangkalan udara Andir dan pabrik senjata bekas

Artillerie Constructie Winke

l

(ACW-sekarang Pindad) dan berlangsung terus sampai kedatangan pasukan

Sekutu di Bandung pada 17 Oktober 1945. Seperti halnya di kota-kota lain,

di Bandung pun pasukan Sekutu dan NICA melakukan teror terhadap rakyat,

sehingga terjadi pertempuran-pertempuran. Menjelang bulan November

1945, pasukan NICA semakin merajalela di Bandung. NICA memanfaatkan

kedatangan pasukan Sekutu untuk mengembalikan kekuasaan kolonialnya di

Indonesia. Namun, semangat juang rakyat dan para pemuda yang tergabung

dalam TKR, laskar-laskar dan badan-badan perjuangan semakin berkobar.

Pertempuran demi pertempuran terjadi.

Pada bulan Oktober di Bandung telah terbentuk Majelis Dewan Perjuangan

yang dipimpin panglima TKR, Aruji Kartawinata. Dewan perjuangan ini terdiri

atas wakil-wakil TKR dan berbagai kelaskaran. Pada tanggal 21 November

1945 Sekutu mengeluarkan ultimatum agar para pejuang menyerahkan

senjata dan mengosongkan Bandung Utara. Ternyata ultimatum itu tidak

diindahkan oleh pihak pejuang. Insiden terjadi, para pemuda melakukan

penyerobotan terhadap kendaraan-kendaraan Belanda yang berlindung di

bawah Sekutu. Penculikan juga sering terjadi.

Peristiwa yang memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November

1945. Selain menghadapi serangan musuh, rakyat menghadapi banjir besar

meluapnya Sungai Cikapundung. Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan

penduduk kehilangan tempat tinggal. Keadaan ini dimanfaatkan musuh

untuk menyerang rakyat yang tengah menghadapi musibah.

162

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Dalam suasana yang demikian itu, Majelis Dewan Perjuangan tidak sabar

menunggu reaksi dari pemerintah. Majelis yang terdiri dari berbagai kesatuan

ini memutuskan untuk melancarkan perlawanan. Pada malam hari tanggal

24 - 25 November 1945 rakyat Bandung melancarkan serangan terhadap

posisi-posisi Sekutu dan NICA.

Tanggal 23 Maret 1946, pihak Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum.

Isi ultimatum itu adalah agar TRI mengosongkan seluruh kota Bandung dan

mundur ke luar kota dengan jarak 11 km. Untuk menghindari penderitaan

rakyat dan kehancuran kota Bandung, maka Pemerintah RI menyetujui untuk

melaksanakan pengosongan kota Bandung.

Kolonel Abdul Haris Nasution sebagai Komandan Divisi III Siliwangi

menginstruksikan rakyat untuk mengungsi pada tanggal 24 Maret 1946.

Malam harinya bangunan-bangunan penting mulai dibakar dan ditinggalkan

mengungsi ke Bandung Selatan oleh sekitar 200.000 warganya. Kota

Bandung yang terbakar ini juga disaksikan oleh istri Otto Iskandardinata yang

masih menunggu kabar kepastian hilangnya sang suami. Warga mengungsi

dengan membawa barang seadanya, sebagian mengatur perjalanan ke

pengungsian, sebagian menyelamatkan dokumen-dokumen kota, sebagian

membakar gedung-gedung penting, bahkan meledakkan bangunan-

bangunan besar, hingga instalasi militer pun dihancurkan, salah satunya

gudang mesiu yang diledakkan oleh Mohammad Toha yang gugur bersama

ledakan. Tengah malam kota Bandung yang terbakar telah ditinggalkan.

Menyisakan kenangan perjuangan Bandung Lautan Api.

Peristiwa tersebut dikenang hingga kini. Mars Halo Halo Bandung diciptakan.

Kemudian monumen pun didirikan di lapangan Tegalega. Sineas pun tak

luput menjadikan peristiwa tersebut dalam film “Toha Pahlawan Bandung

Selatan”, sebuah film karya Usmar Ismail, juga film “Bandung Lautan Api”

karya Alam Rengga Surawijaya. Tak ketinggalan penulis puisi W.S. Rendra

juga mengabadikan dalam Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api.

g. Berita Proklamasi di Sulawesi

Berita proklamasi yang dikumandangkan oleh Sukarno dan Moh. Hatta,

sampai pula di Sulawesi. Sam Ratulangi, yang saat itu menjabat sebagai

Gubernur Sulawesi, yang berkedudukan di Makasar mendapat tugas dari

163

Sejarah Indonesia

PPKI untuk menyusun Komite Nasional Indonesia. Sementara itu, para

pemuda Sulawesi memperbanyak teks proklamsi untuk disebarluaskan

keseluruh pelosok penjuru. Atas inisiatif Manai Shopian dan kawan-kawan,

dibuat plakat proklamasi di rumah A. Burhanuddin dan di kantor pewarta

Celebes

, yang kemudian diganti nama dengan

Soeara Indonesia

.

Saat itu tentara Sekutu dengan cepat dapat menguasai Indonesia bagian

Timur, termasuk Sulawesi. Upaya Sam Ratulangi untuk menyampaikan berita

proklamasi ke penjuru Sulawesi mendapat halangan dari tentara Sekutu.

Para pemuda mulai mengorganisasi diri dan merencanakan untuk merebut

gedung-gedung vital. Pada tanggal 28 Oktober 1945, kelompok pemuda

yang terdiri dari bekas

Kaigun, Heiho

dan pelajar SMP, bergerak menuju

sasarannya dan mendudukinya. Akibat peristiwa itu pasukan Australia yang

telah ada, bergerak dan melucuti para pemuda. Sejak itu pusat gerakan

pemuda dipindahkan dari Ujungpandang ke Polombangkeng. Bahkan Sam

Ratulangi kemudian ditangkap oleh NICA dan diasingkan ke Serui, Papua.

Berita proklamasi di Sulawesi Tenggara diterima di Kolaka, Kendari. Mula-

mula berita diterima oleh kalangan

Kaigun

dan

Heiho

yang dibawa oleh

tentara Jepang. Saat itu yang bertugas memimpin Heiho adalah Idie Heiso

dan Sudamitsu Heiso. Sementara berita proklamasi baru diketahui oleh rakyat

Muna, saat Jepang menyerahkan pemerintahan Muna kepada Ode Ipa yang

kemudian meninggalkan Muna menuju Kendari. Di Buton berita proklamasi

diterima rakyat dari para pelayar yang tiba dari Jakarta dan Bangka serta dari

orang-orang Jepang yang datang ke Makassar. Mula-mula berita itu diterima

di Kepulauan Tukang Besi (Wakatobi). Di Sulawesi Tengah, berita proklamasi

diterima pada tanggal 17 Agustus pada pukul 15.00 waktu setempat. Berita

itu diterima Abdul Latief dari tentara Jepang yang dikawal dari dua tentara

Heiho

dari Sulawesi Selatan, yaitu Saleh Topetu dan Djafar. Perwira itu

mengatakan “Bangsa Indonesia sudah merdeka”.

Di Manado, berita proklamasi pertama kali diterima di markas besar tentara

Jepang yang berkedudukan di Minahasa. Di Markas itu terdapat alat-alat

sarana komunikasi yang mempekerjakan tenaga Indonesia diantaranya adalah

A.S. Rombot. Saat itu, Rombot sedang mendapat tugas untuk menerima

berita

Domei

dari Tokyo. Pada saat itulah berita tentang proklamasi yang

disebarkan di seluruh penjuru dunia itu diketahuinya, tepatnya pada 18

Agustus 1945. Berita itu diterimanya bersamaan dengan berita kapitulasi

Jepang dan perintah genjatan senjata. Segera setelah bertugas Rombot

mengontak W.F. Sumati yang saat itu sebagai

daidancho boo ei Teisintai

di

164

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Tondano. Kedua tokoh itu kemudian menyampaikan berita proklamasi itu

ke tokoh-tokoh nasionalis. Berita itu kemudian disebarkan ke Sangir Talaud,

Bolaang Mongondow, dan Gorontalo.

Setelah berita proklamasi kemerdekaan tersebar keseluruh penjuru Sulawesi,

sejak itu pula bendera merah putih mulai berkibar menjadi lambang Indonesia

merdeka. Cita-cita yang sudah lama diinginkan oleh rakyat pun terwujud.

Di Sulawesi Tenggara misalnya, bendera merah putih dikibarkan pada 17

September 1945 dengan dipimpin oleh D. Andi Kasim. Di Lasusua bendera

merah putih dikibarkan pada 5 Oktober 1945 yang dihadiri oleh kepala distrik

Patampanua dan beberapa pimpinan pemuda RI dari Luwu.

Sementara itu, pada 14 Februari 1946, B.W. Lapian sebagai pemimpin sipil

pada saat itu memimpin pasukan pemuda bersama Letkol. Ch. Taulu dan

Serda S.D. Wuisan merobek bagian biru pada bendera Belanda di tangsi

militer Belanda, di Teling, Menado. Peristiwa heroik itu menandai berkibarnya

bendera merah putih.

h. Operasi Lintas Laut Banyuwangi – Bali

Operasi lintas Laut Banyuwangi-Bali merupakan operasi gabungan dan

pertempuran laut pertama sejak berdirinya negara Republik Indonesia.

peristiwa itu dimulai dengan kedatangan Belanda dengan membonceng

Sekutu, mendarat di Bali dengan jumlah pasukan yang cukup besar, tanggal

3 Maret 1946. Hal ini dimaksudkan Bali sebagai batu loncatan untuk

menyerbu Jawa Timur yang dinilai sebagai lumbung pangan untuk kemudian

mengepung pusat kekuasaan RI. Bali juga dapat dijadikan penghubung ke

arah Australia.

Dengan perkembangan di atas, maka telah mengalihkan konfrontasi dari

Indonesia melawan Jepang berganti menjadi Indonesia melawan Belanda.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka para pemimpin perjuangan yang

sudah sampai di Jawa berusaha mencari bantuan dan membentuk kesatuan-

kesatuan tempur. Mereka antara lain telah membentuk Pasukan Markadi

atau Pasukan Merdeka sebagai pasukan induk. Pasukan itu kemudian lebih

dikenal dengan nama Pasukan M. Kapten Markadi sebelumnya bertugas

mendampingi Kolonel Prabowo, Kolonel Munadi dan Letkol I Gusti Ngurah

Rai ke markas besar TRI di Yogyakarta untuk meminta bantuan, karena makin

lemahnya kekuatan TRI Sunda Kecil di Bali.

165

Sejarah Indonesia

Kondisi itu mendorong Letjen. Urip Sumoharjo di Markas Besar TRI Yogyakarta

untuk memutuskan memperkuat TRI Sunda Kecil dengan bantuan senjata

dan amunisi kepada I Gusti Ngurah Rai. Untuk itulah Pasukan M berperan

penopang Pasukan Sunda Kecil di bawah Pimpinan Ngurah Rai. Pasukan ini

juga dilengkapi pasukan sandi yang disebut CIS (

Combat Intelligent Section

)

yang terdiri dari para pelajar. Disiapkanlah tiga pasukan untuk memblokade

pasukan Belanda. Pasukan angkatan laut dipimpin oleh Kapten Makardi

dan Waroka. Angkatan Darat di bawah pimpinan Letkol I Gusti Ngurah Rai.

Operasi itu direncanakan melalui tiga titik pendaratan. Pasukan Waroka

mendarat di Pantai Gerokgak dan Celuk Bawang. Pasukan Markadi mendarat

di antara Cupel dan Candi Kusuma, Jembrana dan Pasukan I Gusti Gurah

Rai mendarat di Pantai Yeh Kuning. Operasi rahasia itu ditujukan untuk

mendapatkan informasi intelijen yang akurat.

Pasukan diberangkatkan dari Muncar Banyuwangi dengan sasaran daerah

Kuning dan terus ke Munduk Malang. Penyeberangan dilaksanakan malam

hari. Rombongan ini dalam penyeberangannya di tengah laut dipergoki

oleh patroli Belanda dan langsung menembaki ke arah rombongan pasukan

Ngurah Rai. Akibatnya Cokorde Rai Gambir dan Cokorde Dharma Putra

gugur. Sebagian berhasil mendarat di Yeh Kuning dan sebagian lagi di

bawah Ngurah Rai kembali ke Muncar. Keesokan harinya tanggal 4 April

1946, rombongan Ngurah Rai berhasil mendarat di Pulukan untuk seterusnya

menuju Munduk Malang.

Gelombang ketiga, Pasukan M sebagai induk pasukan berangkat pada tanggal

4 April 1946 malam hari. Mereka berangkat dari pelabuhan Banyuwangi

dengan berkekuatan empat peleton. Sasarannya akan mendarat di daerah

Candikusuma. Saat fajar menyingsing, rombongan Pasukan M dipergoki

oleh dua

motorboat

Belanda yang sedang berpatroli. Terjadilah pertempuran

antara Pasukan M melawan patroli Belanda. Dengan taktik menempel pada

motorboat Belanda, Pasukan M sulit untuk ditembaki Belanda. Sebaliknya,

Pasukan M dapat melemparkan granat-granat tangan ke dek motorboat.

Akhirnya, satu

motorboat

Belanda terbakar dan tenggelam serta yang satunya

melarikan diri. Setelah berhasil menghancurkan patroli Belanda, Pasukan

memerintahkan untuk putar haluan kembali ke Banyuwangi, sebab arus laut

yang kuat dan kapal Markadi sendiri berlobang-lobang. Dalam perang ini,

pihak Pasukan M gugur dua orang, yakni Sumeh Darsono dan Sidik.

166

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Keesokan harinya, Pasukan M kembali berlayar menuju Bali dan mereka

berhasil melakukan pendaratan di Klatakan, Melaya, dan Candikusuma.

Sesampainya di Bali dilakukan koordinasi dan dibentuk MGGSK (Markas

Gabungan Gerakan Sunda Kecil). Kemudian pada bulan Juli 1946, juga

terjadi pendaratan pasukan tempur yang dipimpin oleh Kapten Saestuhadi.

Setelah itu terjadilah pertempuran di berbagai daerah.

Mula pertama pasukan MGGSK dihadang oleh pasukan Belanda di Klatakan.

Terjadilah pertempuran sengit. Pasukan MGGSK terdesak dan pemimpin yang

gugur, antara lain Kapten Saestuhadi, Kapten Suryadi, dan Letnan Nurhadi.

Selanjutnya, Pasukan M melakukan penyerangan ke berbagai daerah,

antara lain, di Gilimanuk Cekik, Penginuman, Candikusuma, Cupek, Negara,

Sarikuning, Pulukan, Gunungsari, Klatakan, Munduk Malang, Tabanan, dan

Celukan Bawang.

Untuk mengenang perjuangan pasukan kita yang gugur dalam operasi lintas

laut, maka di daerah Cekik, Gilimanuk didirikan monumen yang dinamakan

Monumen Operasi Lintas Laut Banyuwangi-Bali.

KESIMPULAN

1.

Usaha mempertahankan kemerdekaan terjadi di berbagai daerah di

Indonesia. Umumnya mereka berhadapan dengan kolonialisme baru yang

dipastikan dapat menyengsarakan rakyat Indonesia.

2.

Rakyat di berbagai daerah tidak memiliki ketakutan sedikitpun untuk

melawan kezaliman kolonialisme. Mereka berani bertempur dengan

korban yang sangat besar.

167

Sejarah Indonesia

1.

Tidak lama setelah proklamasi kemerdekaan, Sekutu datang ke

Indonesia. Mengapa Sekutu datang ke Indonesia? Jelaskan alasanmu!

2.

Berbagai pertempuran terjadi di berbagai daerah dalam menentang

Sekutu yang datang ke Indonesia. Mengapa rakyat Indonesia

melakukan perlawanan terhadap Sekutu?

3.

Di antara berbagai perjuangan rakyat Indonesia di berbagai daerah

dalam rangka melawan Sekutu dan Belanda pada bacaan di atas,

pertempuran mana yang menurutmu paling menarik? Jelaskan latar

belakang dan proses terjadinya pertempuran tersebut!

Tugas

1.

Bentuklah kelompok yang terdiri dari tiga orang. Kemudian buatlah

tema “berita sekitar proklamasi di daerah tempat tinggalku”. Setelah

kamu mendapatkan teman dalam satu kelompok ikutilah langkah-

langkah pembuatan tugas sebagai berikut:

a.

Kumpulkan buku, majalah, dan koran yang ada kaitan dengan

berita tentang Proklamasi 17 Agustus 1945.

b.

Setelah data-data kepustakaan terkumpul, diskusikan dengan

guru kamu, kira-kira siapa nara sumber yang pantas untuk

mendapatkan keterangan tentang berita sekitar proklamasi yang

ada di tempat tinggal kamu.

c.

Kemudian buatlah daftar pertanyaan yang terkait dengan kisah

sekitar proklamasi di daerah tempat tinggal kamu, misalnya

kapan berita proklamasi itu diterima oleh penduduk di kotamu.

Bagaimana berita itu dapat sampai di kota tempat tinggalmu.

LATIH UJI KOMPETENSI

168

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

d.

Nah, setelah tersusun daftar pertanyaannya. Cobalah membuat

janji dengan nara sumber yang direkomendasikan oleh guru,

atau tokoh masyarakat setempat. Jangan lupa membawa alat

yang dapat untuk mencatat atau merekam semua kegiatan

wawancara kamu.

e.

Setelah selesai melakukan wawancara kamu dapat menyalin

hasil wawancara itu ke dalam tulisan.

2.

Setelah tahapan no. 1 kamu buatlah sebuah laporan deskriptif naratif

dari hasil kerja kamu itu. Jangan lupa untuk memberi “judul” pada

laporan itu. Judul tidak harus sama dengan tema.

169

Sejarah Indonesia

B. Antara Perang dan Diplomasi

»

Coba amati gambar tempat perundingan Linggarjati di atas!

1.

Di manakah lokasi perundingan tersebut?

2.

Bagaimana peranan Linggarjati dalam sejarah revolusi

kemerdekaan Indonesia?

Linggarjati adalah satu simbol perjuangan diplomasi Indonesia dalam

menyelesaikan masalah kedaulatan dengan Belanda. Seperti telah kamu

kaji pada bagian sebelumnya, bahwa Belanda benar-benar belum mau

meninggalkan Indonesia. Konflik Indonesia-Belanda tidak dapat dihindari.

Kontak senjata dan perundingan dilakukan oleh kedua negara. Bagaimana

perjuangan bangsa Indonesia dalam konflik perang dan damai untuk

mencapai kedaulatan?

Mengamati Lingkungan

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.

Gambar 7.12

Tempat perundingan Linggarjati.

170

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Bangsa Indonesia juga sadar bahwa kekuatan senjata bukan satu-satunya jalan

untuk mencapai kemerdekaan. Jalur diplomasi atau perundingan adalah jalan

lain yang perlu ditempuh bangsa Indonesia. Hal ini juga menunjukkan bahwa

bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, tetapi lebih mencintai

kemerdekaan. Mengapa demikian? Sebab langkah diplomasi kadang tidak

selamanya menguntungkan bangsa Indonesia, demikian sebaliknya. Maka

dalam kajian di bawah ini kamu akan menelaah bagaimana bangsa kita

berusaha menjalankan politik damai untuk mempertahankan kemerdekaan,

tetapi juga tidak mengesampingkan dengan kekuatan senjata. Jalan damai

apa saja yang ditempuh bangsa Indonesia? Bagaimana dampak jalan yang

ditempuh tersebut? Mari kita telaah bersama.

1. Rangkaian Perjanjian Linggarjati

Perjanjian Linggarjati merupakan langkah-langkah yang diambil oleh

pemerintah Republik Indonesia untuk memperoleh pengakuan kedaulatan

dari pemerintah Belanda dengan jalan diplomatik. Perjanjian itu melibatkan

pihak Indonesia dan Belanda, serta Inggris sebagai penengah. Tokoh-tokoh

dalam perundingan itu adalah Letnan Jenderal Sir Philip Christison dari Inggris,

seorang diplomat senior serta mantan duta besar Inggris di Uni Soviet, yang

kemudian diangkat sebagai duta istimewa Inggris untuk Indonesia. Wakil

dari Belanda adalah Dr. H.J. Van Mook. Indonesia diwakili Perdana Menteri

Republik Indonesia Sutan Sjahrir.

Sebelum perundingan Linggarjati, sudah dilakukan beberapa kali perundingan

baik di Jakarta maupun di Belanda. Namun, usaha-usaha untuk mencapai

kesepakatan belum memenuhi harapan baik bagi pihak Indonesia maupun

bagi pihak Belanda. Usaha itu mengalami kegagalan karena masing-masing

pihak mempunyai pendapat yang berbeda.

Van Mook adalah orang Belanda yang lahir di Indonesia, yaitu di Semarang.

Ia juga seorang penganjur persekutuan sejak tahun 1930-an. Ia termasuk

kelompok pendorong gerakan orang Belanda di tanah jajahan Hindia

Belanda. Mereka bertujuan untuk menjadikan Hindia Belanda sebagai tanah

air mereka dalam bentuk persemakmuran. Atas pandangan itu suatu saat

nanti Indonesia menjadi bagiannya sesuai dengan makna politik dan sosialnya

sendiri. Atas dasar pemikirannya itu Van Mook berkeinginan keras untuk

171

Sejarah Indonesia

kembali ke Indonesia. Sebagai seorang Letnan Gubernur Jenderal Hindia

Belanda. Van Mook lebih siap menghadapi perubahan situasi daripada

pemerintahan yang ada di Negeri Belanda. Namun, ia mendapatkan situasi

yang jauh dari perkiraannya. Proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan

segala konsekuensinya itu tidak mungkin untuk ditarik kembali. Belanda

hanya dapat menolak dan tidak mengakui negeri jajahannya sebagai negara

yang berdaulat.

Pada awal kehadirannya di Jakarta, Van Mook mendapat tekanan baik dari

Sekutu maupun ancaman perlawanan dari pihak revolusioner Indonesia.

Oleh karena itu, pada awal kehadirannya Van Mook bersedia untuk

melakukan perundingan, meskipun pemerintah Belanda melarangnya untuk

bertemu dengan Sukarno. Pada 14 Oktober 1945, Van Mook bersedia

bertemu dengan Sukarno dan “kelompok-kelompok Indonesia”. Ia tidak

mau menyebut sebagai Republik Indonesia, karena pemerintah Belanda

belum mengakui pemerintahan Republik Indonesia. Dalam pokok pikiran

Van Mook menyatakan, bahwa NICA bersedia membangun hubungan

ketatanegaraan yang baru dan status Indonesia menjadi “negara dominion”

dalam persekutuan “persemakmuran Uni-Belanda”.

Demikianlah karena tidak ada titik temu antara Indonesia dan Belanda,

Cristison tetap berusaha mempertemukan mereka. Pemerintah Belanda

diwakili oleh Van Mook dan wakilnya, Charles O. Van der Plas. Indonesia

diwakili oleh Sukarno dan Moh. Hatta yang didampingi oleh H. Agus Salim

dan Ahmad Subarjo. Dalam pertemuan itu tidak ada hasil yang memuaskan

bagi pihak Indonesia. Pihak Belanda masih menginginkan kebijakan politiknya

yang lama.

Pada minggu-minggu terakhir Oktober 1945, berbagai insiden dan

konfrontasi dengan semakin banyaknya tentara NICA yang datang ke

Indonesia. Konfrontasi itu menyebabkan pihak Sekutu ingin segera

mengakhiri tugasnya di Indonesia, terlebih ketika aksi-aksi kekerasan terjadi

di kota besar di Indonesia, terutama pertempuran sengit di Surabaya.

Pihak Sekutu ingin segera meninggalkan Indonesia, tetapi tidak mungkin

melepaskan tanggungjawab internasionalnya. Untuk itulah satu-satunya

jalan untuk menyelesaikan itu dengan melakukan perundingan.

172

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

a. Perundingan Awal di Jakarta

Pada tanggal I Oktober 1945, telah diadakan perundingan antara Christison

(Inggris) dengan pihak Republik Indonesia. Dalam perundingan ini Christison

mengakui secara

de facto

terhadap Republik Indonesia. Hal ini pula yang

memperlancar gerak masuk Sekutu ke wilayah Indonesia. Kemudian, pihak

pemerintah RI pada tanggal 1 November 1945 mengeluarkan maklumat

politik. Isinya bahwa pemerintah RI menginginkan pengakuan terhadap

negara dan pemerintah RI, baik oleh Inggris maupun Belanda sebagaimana

yang dibuat sebelum PD II. Pemerintah RI juga berjanji akan mengembalikan

semua milik asing atau memberi ganti rugi atas milik yang telah dikuasai oleh

pemerintah RI.

Inggris yang ingin melepaskan diri dari kesulitan pelaksanaan tugas-tugasnya

di Indonesia, mendorong agar segera diadakan perundingan antara Indonesia

dan Belanda. Oleh karena itu, Inggris mengirim Sir Archibald Clark Kerr. Di

bawah pengawasan dan perantaraan Clark Kerr, pada tanggaI 10 Februari

1946 diadakan perundingan Indonesia dengan Belanda di Jakarta. Dalam

perundingan ini Van Mook selaku wakil dari Belanda mengajukan usul-usul

antara lain sebagai berikut:

1)

Indonesia akan dijadikan negara persemakmuran berbentuk federasi,

memiliki pemerintahan sendiri tetapi di dalarn lingkungan Kerajaan

Nederland (Belanda);

2)

masalah dalam negeri di urus oleh Indonesia, sedangkan urusan luar

negeri ditangani oleh pernerintah Belanda;

3)

sebelum dibentuk persemakmuran, akan dibentuk pemerintahan

peralihan selama sepuluh tahun; dan

4)

Indonesia akan dimasukkan sebagai anggota PBB.

Pihak Indonesia belum menanggapi dan mengajukan usul-usul balasannya.

Kebetulan situasi Kabinet Syahrir mengalami krisis, Persatuan Perjuangan (PP)

pimpinan Tan Malaka melakukan oposisi. PP mendesak pada pemerintahan

bahwa perundingan hanya dapat dilaksanakan atas dasar pengakuan seratus

persen terhadap RI.

Ternyata mayoritas suara anggota KNIP menentang kebijaksanaan yang

telah ditempuh oleh Syahrir. Oleh karena itu, Kabinet Syahrir jatuh. Presiden

Sukarno kemudian menunjuknya kembali sebagai Perdana Menteri.

Kabinet Syahrir II terbentuk pada tanggal 13 Maret 1946. Kabinet Syahrir II

mengajukan usul balasan dari usul-usul Van Mook. Usul-usul Kabinet Syahrir

II antara lain sebagai berikut:

173

Sejarah Indonesia

1)

RI harus diakui sebagai negara yang berdaulat penuh atas wilayah

Hindia Belanda.

2)

Federasi Indonesia Belanda akan dilaksanakan dalam masa tertentu.

Mengenai urusan luar negeri dan pertahanan diserahkan kepada suatu

badan federasi yang anggotanya terdiri atas orang-orang Indonesia

dan Belanda.

3)

Tentara Belanda segera ditarik kembali dari republik.

4)

Pemerintah Belanda harus membantu pemerintah Indonesia untuk

menjadi anggota PBB.

5)

Selama perundingan sedang terjadi, semua aksi militer harus dihentikan.

Usulan Syahrir tersebut ternyata ditolak oleh Van Mook. Sebagai jalan

keluarnya Van Mook mengajukan usul tentang pengakuan Republik

Indonesia sebagai wakil Jawa untuk mengadakan kerja sama dalam upaya

pembentukan negara federal yang bebas dalam lingkungan Kerajaan

Belanda. Pada tanggal 27 Maret 1946, Sutan Syahrir memberikan jawaban

disertai konsep persetujuan yang isi pokoknya antara lain sebagai berikut:

1)

supaya pemerintah Belanda mengakui kedaulatan

de facto

RI atas

Jawa dan Sumatra;

2)

supaya RI dan Belanda bekerja sama membentuk RIS; dan

3)

RIS bersama-sama dengan Nederland, Suriname, dan Curacao, menjadi

peserta dalam ikatan kenegaraan Belanda.

Usulan tersebut ternyata sudah saling mendekati kompromi. Oleh karena itu,

usaha perundingan perlu ditingkatkan.

b. Perundingan Hooge Veluwe

Perundingan dilanjutkan di negeri Belanda, di kota Hooge Veluwe bulan

April 1946. Pokok pembicaraan dalam perundingan itu adalah memutus

pembicaraan yang dilakukan di Jakarta oleh Van Mook dan Syahrir. Sebagai

penengah dalam perundingan, Inggris mengirim Sir Archibald Clark Kerr.

Pada kesempatan itu Syahrir mengirim tiga orang delegasi dari Jakarta, yaitu

Mr. W. Suwandi, dr. Sudarsono, dan A.K. Pringgodigdo. Mereka berangkat

bersama Kerr pada 4 April 1946. Dari Belanda hadir lima orang yaitu Van

Mook, J.H. van Royen. J.H. Logeman, Willem Drees, dan Dr. Schermerhorn.

Perundingan tersebut untuk menyelesaikan perundingan yang tidak tuntas

saat di Jakarta.

174

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Perundingan mengalami

deadlock

sejak hari pertama, karena masing-masing

pihak sudah mempunyai harapan yang berbeda. Delegasi Indonesia berharap

ada langkah nyata dalam upaya pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan

Indonesia. Sementara pihak Belanda menganggap pertemuan di Hooge

Veluwe itu hanya untuk sekedar pendahuluan saja.

Pada akhir pertemuan dihasilkan, draf Jakarta yang sudah disiapkan. Sebagian

dapat diterima dan sebagian lagi tidak dapat diterima. Usulan yang diterima

antara lain adalah pengakuan kekuasaan RI atas Jawa, sementara Sumatra

tidak diakui. Dari draf Jakarta, tidak ada satu pun yang disetuju secara resmi,

sehingga tidak dilakukan penandatanganan. Alasan utama Belanda adalah

Belanda tidak siap melakukan pengakuan atas kemerdekaan Indonesia. Oleh

karena itu, pemerintah Indonesia menolak bentuk perundingan di Hooge

Veluwe sebagai perjanjian internasional dua negara. Bagi Indonesia, menerima

delegasi Republik Indonesia sebagai mitra sejajar berarti menganggap negeri

bekas jajahannya sebagai mitra sejajar yang mempunyai kedudukan yang

sama di dunia internasional. Sementara itu, Belanda masih belum mengakui

Indonesia sebagai negara yang berdaulat.

Di sisi lain, kondisi Belanda yang saat itu sedang mempersiapkan pemilihan

umum pertama pascaperang tidak siap untuk mengambil keputusan yang

mengikat masalah Indonesia, karena masalah Indonesia tergantung pada

peta politik yang ada di Belanda. Satu di antara partai politik yang menentang

keras kebijakan perundingan adalah Partai Katolik, seperti halnya dengan

kelompok PP di Indonesia. Pada awal dimulainya perundingan Hooge Valuwe,

Romme pimpinan fraksi Partai Katholik di parlemen Belanda menulis di tajuk

Harian

Volkskrant

dengan nada keras antinegosiasi yang berjudul

De week

der Schande

(Minggu Yang Penuh Aib).

Kegagalan perundingan Hooge Veluwe bagi kedua negara membawanya

untuk kembali mengadakan perundingan. Bagi Indonesia perundingan

Hooge Veluwe memperkuat posisi Indonesia di depan Belanda. Perundingan

itu juga menjadikan masalah Indonesia menjadi perhatian dunia internasional.

Perundingan itu pula yang mengantarkan pada diplomasi internasional dalam

Perjanjian Linggarjati pada kemudian hari.

175

Sejarah Indonesia

c. Pelaksanaan Perundingan Linggarjati

Kegagalan dalam perundingan Hooge Veluwe, pada April 1946, menjadikan

pemerintah Indonesia untuk beralih pada tindakan militer. Pemerintah

Indonesia berpendapat perlu melakukan serangan umum di kedudukan

Inggris dan Belanda yang berada di Jawa dan Sumatra. Namun genjatan

senjata yang dilakukan dengan cara-cara lama dan gerilya tidak membawa

perubahan yang berarti. Resiko yang dihadapi pemerintah semakin tinggi

dengan banyaknya korban yang berjatuhan. Untuk mencegah bertambahnya

korban pada bulan Agustus hingga September 1946 direncanakan untuk

menyusun konsep perang secara defensif. Bagi Sukarno, Hatta, dan Syahrir

perlawanan dengan strategi perang defensif itu lebih beresiko dibandingkan

dengan cara-cara lama, karena akan memakan korban lebih banyak lagi.

Menurut mereka pengakuan kedaulatan Republik Indonesia lebih baik

dilakukan dengan jalan diplomasi.

Pada awal November 1946, perundingan diadakan di Indonesia, bertempat di

Linggarjati. Pelaksanaan sidang-sidangnya berlangsung pada tanggal 11 - 15

November 1946. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Sutan Syahrir, anggotanya

Mr. Moh. Roem, Mr. Susanto Tirtoprojo, dan A.K. Gani. Sementara pihak

Belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn dengan beberapa anggota, yakni

Van Mook, F de Boor, dan van Pool. Sebagai penengah dan pemimpin sidang

adalah Lord Killearn, juga ada saksi-saksi yakni Amir Syarifudin, dr. Leimena,

dr. Sudarsono, dan Ali Budiarjo. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh.

Hatta juga hadir di dalam perundingan Linggarjati itu.

Dalam perundingan itu dihasilkan kesepakatan yang terdiri atas 17 pasal. Isi

pokok Perundingan Linggarjati antara lain sebagai berikut:

1)

Pemerintah Belanda mengakui kekuasaan secara

de facto

pemerintahan RI atas wilayah Jawa, Madura, dan Sumatra. Daerah-

daerah yang diduduki Sekutu atau Belanda secara berangsur-angsur

akan dikembalikan kepada RI;

2)

Akan dibentuk Negara Indonesia Serikat (NIS) yang meliputi seluruh

wilayah Hindia Belanda (Indonesia) sebagai negara berdaulat;

3)

Pemerintah Belanda dan RI akan membentuk Uni Indonesia-Belanda

yang dipimpin oleh raja Belanda;

4)

Pembentukan NIS dan Uni Indonesia- Belanda diusahakan sudah selesai

sebelum 1 Januari 1949;

176

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

5)

Pemerintah RI mengakui dan akan memulihkan serta melindungi hak

milik asing;

6)

Pemerintah RI dan Belanda sepakat untuk mengadakan pengurangan

jumlah tentara; dan

7)

Bila terjadi perselisihan dalam melaksanakan perundingan ini, akan

menyerahkan masalahnya kepada Komisi Arbitrase.

Naskah persetujuan kemudian diparaf oleh kedua delegasi di Istana

Rijswijk

Jakarta (sekarang Istana Merdeka). Isi perundingan itu harus disyahkan dahulu

oleh parlemen masing-masing (Indonesia oleh KNIP). Untuk meratifikasi dan

mensyahkan isi Perundingan Linggarjati, kedua parlemen masih enggan dan

belum puas. Pada bulan Desember 1946, Presiden mengeluarkan Peraturan

No. 6 tentang penambahan anggota KNIP. Hal ini dimaksudkan untuk

memperbesar suara yang pro Perjanjian Linggarjati dalam KNIP. Tanggal

28 Februari 1947 Presiden melantik 232 anggota baru KNIP. Akhirnya isi

Perundingan Linggarjati disahkan oleh KNIP pada tanggal 25 Maret 1947,

yang lebih dikenal sebagai tanggal Persetujuan Linggarjati.

Setelah Persetujuan Linggarjati disahkan, beberapa negara telah memberikan

pengakuan terhadap kekuasaan RI. Misalnya dari Inggris, Amerika Serikat,

Mesir, Afganistan, Birma (Myanmar), Saudi Arabia, India, dan Pakistan.

Perjanjian Linggarjati itu mengandung prinsip-prinsip pokok yang harus

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.

Gambar 7.13

Schermerhom dan Syahrir sedang memaraf naskah Persetujuan Linggarjati.

177

Sejarah Indonesia

disetujui oleh kedua belah pihak melalui serangkaian perundingan lanjutan.

Ketentuan dalam pasal (2) misalnya, menentukan bahwa RI dan Belanda akan

bekerja sama untuk membentuk Negara Indonesia Serikat sebagai pengganti

Hindia Belanda. Namun, perundingan lanjutan terhambat karena masing-

masing pihak menuduh tentaranya melanggar ketentuan genjatan senjata.

Dokumen perjanjian itu pun akhirnya tidak membantu untuk memecahkan

masalah bagi kedua belah bangsa. Bahkan memperburuk keadaan.

Belanda kemudian mengadakan genjatan senjata operasi militer di Jawa dan

Sumatra pada 21 Juli 1947. Belanda menyebut tindakan itu sebagai “

actie

politionel

” (tindakan kepolisian). Istilah itu berarti “pengamanan dalam

negeri” atau yang dimaksud di sini adalah Indonesia. Artinya, Belanda tidak

mengakui kedaulatan Republik Indonesia, seperti yang sudah dinyatakan

dalam dokumen Linggarjati. Belanda memberi sandi pada serangan umum

itu dengan “Operasi Produk” yaitu operasi yang ditujukan untuk wilayah-

wilayah yang dianggap penting secara ekonomi bagi Belanda.

Kondisi itu mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengeluarkan

resolusi. Ada dua resolusi yang disampaikan oleh PBB. Pertama, menghimbau

agar RI dan Belanda segera menghentikan perang dan membentuk Negara

Indonesia Serikat, seperti yang diamanatkan dalam perjanjian Linggarjati.

Kedua, adalah usulan Amerika agar kedua belah pihak membentuk sebuah

tim untuk membantu menyelesaikan masalah itu. Usulan itu kemudian

dikenal dengan istilah “Komisi Tiga Negara”.

Komisi Tiga Negara (KTN) itu terdiri atas Australia, yang diwakili oleh

Richard C Kirby yang dipilih oleh RI. Belanda memilih Belgia yang diwakili

oleh Paul van Zeeland. Amerika diwakili oleh Frank P. Graham yang dipilih

oleh Belgia dan Autralia. Hasil dari KTN itu adalah perundingan diadakan

kembali oleh Indonesia dan Belanda. Pihak Belanda mengusulkan agar

diadakan perundingan di tempat yang netral. Atas jasa Amerika Serikat,

maka digunakannya kapal yang mengangkut tentaranya, dengan nama

USS Renville didatangkan ke Teluk Jakarta dari Jepang. Tentang perjanjian

Renville ini akan dibahas lebih lanjut di bagian berikutnya.

178

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

d. Konferensi Malino

Dalam situasi politik yang tidak menentu di Indonesia, Belanda melakukan

tekanan politik dan militer di Indonesia. Tekanan politik dilakukan dengan

menyelenggarakan Konferensi Malino. Penyelenggaraan konferensi ini

bertujuan untuk membentuk negara-negara federal di daerah yang baru

diserahterimakan oleh Inggris dan Australia kepada Belanda. Di samping

itu, di Pangkal Pinang, Bangka diselenggarakan konferensi untuk golongan

minoritas. Konferensi Malino diselenggarakan pada 15-26 juli 1946,

sedangkan Konferensi Pangkal Pinang pada 1 Oktober 1946. Diharapkan

daerah-daerah ini akan mendukung Belanda dalam pembentukan negara

federasi. Di samping itu, Belanda juga terus mengirim pasukannya memasuki

Indonesia. Dengan demikian, kadar permusuhan antara kedua belah pihak

semakin meningkat. Namun usaha-usaha diplomasi terus dilakukan. Sebagai

contoh tanggal 14 Oktober 1946 tercapai persetujuan gencatan senjata.

Usaha-usaha perundingan pun terus diupayakan.

Setelah perjanjian Linggarjati, Van Mook mengambil inisiatif untuk

mendirikan pemerintahan federal sementara sebagai pengganti Hindia

Belanda. Tindakan Van Mook itu menimbulkan kegelisahan di kalangan

negara-negara bagian yang tidak terwakili dalam susunan pemerintahan.

Pada kenyataannya pemerintah federal yang didirikan Van Mook itu tidak

beda dengan pemerintah Hindia Belanda. Untuk itulah negara-negara federal

mengadakan rapat di Bandung pada Mei – Juli 1948. Konferensi Bandung

itu dihadiri oleh empat negara federal yang sudah terbentuk yaitu Negara

Indonesia Timur, Negara Sumatra Timur, Negara Pasundan, dan Negara

Madura. Juga dihadiri oleh daerah-daerah otonom seperti, Bangka, Banjar,

Dayak Besar, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Riau,

dan Jawa Tengah. Sebagai ketua adalah Mr. T. Bahriun dari Negara Sumatra

Timur.

Rapat itu diberi nama

Bijeenkomst voor Federal Overleg

(BFO), yaitu suatu

pertemuan untuk Musyawarah Federal. Pengambil inisiatif BFO itu adalah

Ida Agung Gde Agung, seorang perdana menteri Negara Indonesia Timur.

juga R.T. Adil Puradiredja, seorang perdana menteri Negara Pasundan. BFO

itu dimaksudkan untuk mencari solusi dari situasi politik yang genting akibat

dari perkembangan politik antara Belanda dan RI yang juga berpengaruh

pada perkembangan negara-negara bagian. Pertemuan Bandung juga

179

Sejarah Indonesia

dirancang untuk menjadikan pemerintahan peralihan yang lebih baik

daripada pemerintahan Federal Sementara buatan Van Mook. (kamu dapat

membaca lebih lanjut tentang peran BFO dalam perjuangan diplomasi pada

buku Taufik Abdullah dan A.B.Lapian (ed) atau buku-buku yang lain).

2. Agresi Militer I

Di tengah-tengah upaya mencari kesepakatan dalam pelaksanaan isi

Persetujuan Linggarjati, ternyata Belanda terus melakukan tindakan

yang justru bertentangan dengan isi Persetujuan Linggarjati. Di samping

mensponsori pembentukan pemerintahan boneka, Belanda juga terus

memasukkan kekuatan tentaranya. Belanda pada tanggal 27 Mei 1947

mengirim nota ultimatum yang isinya antara lain sebagai berikut.

a.

Pembentukan Pemerintahan Federal Sementara (Pemerintahan Darurat)

secara bersama.

b.

Pembentukan Dewan Urusan Luar Negeri.

c.

Dewan Urusan Luar Negeri, bertanggung jawab atas pelaksanaan

ekspor, impor, dan devisa; dan

d.

Pembentukan Pasukan Keamanan dan Ketertiban Bersama

(

gendarmerie

), Pembentukan Pasukan Gabungan ini termasuk juga di

wilayah RI.

Pada prinsipnya Syahrir (yang kabinetnya jatuh Juni 1947) dapat menerima

beberapa usulan, tetapi menolak mengenai pembentukan Pasukan

Keamanan Bersama di wilayah RI. Tanggal 3 Juli dibentuk kabinet baru di

bawah Amir Syarifuddin yang juga tetap menolak pembentukan Pasukan

Keamanan Bersama di wilayah RI.

Pada tanggal 21 Juli 1947 tengah malam, pihak Belanda melancarkan ‘aksi

polisional’ mereka yang pertama. Pasukan-pasukan bergerak dari Jakarta dan

Bandung untuk menduduki Jawa Barat, dan dari Surabaya untuk menduduki

Madura dan Ujung Timur. Gerakan-gerakan pasukan yang lebih kecil

mengamankan wilayah Semarang. Dengan demikian, Belanda menguasai

semua pelabuhan di Jawa. Di Sumatra, perkebunan-perkebunan di sekitar

Medan, instalasi-instalasi minyak dan batu bara di sekitar Palembang dan

Padang diamankan. Pasukan-pasukan Republik bergerak mundur dalam

kebingungan dan menghancurkan apa saja yang dapat mereka hancurkan.

180

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Di beberapa daerah terjadi aksi-aksi pembalasan.Orang-orang Cina di Jawa

Barat dan kaum bangsawan yang dipenjarakan di Sumatra Timur dibunuh.

Beberapa orang Belanda, termasuk Van Mook ingin melanjutkan merebut

Yogyakarta dan membentuk suatu pemerintahan Republik yang lebih lunak,

tetapi pihak Amerika dan Inggris yang tidak menyukai ‘aksi polisional’

tersebut menggiring Belanda untuk segera menghentikan peperangan

terhadap Republlik Indonesia.

Ibu kota RI dapat dikurung Belanda. Hubungan ke luar bagi Indonesia juga

mengalami kesulitan, karena pelabuhan-pelabuhan telah dikuasai Belanda.

Secara ekonomis, Belanda juga berhasil menciptakan kesulitan bagi RI.

Daerah-daerah penghasil beras jatuh ke tangan Belanda. Hubungan ke luar

juga terhambat karena blokade Belanda. Tetapi Belanda belum berhasil

menghancurkan mental dan kekuatan Tentara Indonesia yang didukung oleh

kekuatan rakyat.

Pada tanggal 30 Juli 1947, pemerintah India dan Australia mengajukan

permintaan resmi agar masalah Indonesia-Belanda dimasukan dalam agenda

Dewan Keamanan PBB. Pemintaan itu diterima baik dan dimasukkan dalam

agenda sidang Dewan Keamanan PBB. Tanggal 1 Agustus 1947, Dewan

Sumber: Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe, 1985.

Gambar 7.14

Gerak tentara Belanda di Jawa dan daerah yang dikuasai pada agresi militer

Belanda.

181

Sejarah Indonesia

Keamanan PBB memerintahkan penghentian permusuhan kedua belah

pihak dan mulai berlaku sejak tanggal 4 Agustus 1947. Sementara itu

untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata, Dewan Keamanan PBB

membentuk Komisi Konsuler dengan anggota-anggotanya yang terdiri atas

para Konsul Jenderal yang berada di wilayah Indonesia. Komisi Konsuler

diketuai oleh Konsul Jenderal Amerika Serikat Dr. Walter Foote dengan

beranggotakan Konsul Jenderal Cina, Belgia, Perancis, Inggris dan Australia.

Komisi Konsuler itu diperkuat dengan personil militer Amerika Serikat dan

Perancis sebagai peninjau militer. Dalam laporannya kepada Dewan Keamanan

PBB, Komisi Konsuler menyatakan bahwa tanggal 30 Juli sampai 4 Agustus

1947 pasukan masih mengadakan gerakan militer. Pemerintah Indonesia

menolak garis demarkasi yang dituntut oleh pihak Belanda berdasarkan

kemajuan-kemajuan pasukannya setelah pemerintah melakukan gencatan

senjata. Namun penghentian tembak-menembak tidak dimusyawarahkan

dan belum ditemukan tindakan yang tepat untuk menyelesaikannya agar

jumlah korban bisa dikurangi.

Pada tanggal 3 Agustus 1947 Belanda menerima resolusi DK (Dewan

Keamanan) PBB dan memerintahkan kepada Van Mook untuk menghentikan

tembak-menembak. Pelaksanaannya dimulai pada malam hari tanggal 4

Agustus1947. Tanggal 14 Agustus 1947, dibuka sidang DK PBB. Dari Indonesia

hadir, antara lain Sutan Syahrir. Dalam pidatonya, Syahrir menegaskan bahwa

untuk mengakhiri berbagai pelanggaran dan menghentikan pertempuran,

perlu dibentuk Komisi Pengawas.

Pada tanggal 25 Agustus 1947, DK PBB menerima usul Amerika Serikat

tentang pembentukan suatu

Commitee of Good Offices

(Komisi Jasa-jasa Baik)

atau yang lebih dikenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN). Belanda menunjuk

Belgia sebagai anggota, sedangkan Indonesia memilih Australia. Kemudian

Belanda dan Indonesia memilih negara pihak ketiga, yakni Amerika. Komisi

resmi terbentuk tanggal 18 September 1947. Australia dipimpin oleh Richard

Kirby, Belgia dipimpin oleh Paul Van Zeelland dan Amerika Serikat dipimpin

oleh Dr. Frank Graham.

Ternyata Belanda masih terus berulah, sebelum Komisi Tiga Negara datang

di Indonesia. Belanda terus mendesak wilayah dan melakukan perluasan

wilayah kedudukannya. Kemudian tanggal 29 Agustus 1947, secara sepihak

Van Mook memproklamasikan garis demarkasi Van Mook, menjadi garis

batas antara daerah pendudukan Belanda dan wilayah RI pada saat gencatan

senjata dilaksanakan. Garis-garis itu pada umumnya menghubungkan titik

182

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

terdepan posisi Belanda. Menurut garis Van Mook, wilayah RI lebih sedikit

dari sepertiga wilayah Jawa, yakni wilayah Jawa Tengah bagian timur,

dikurangi pelabuhan-pelabuhan dan perairan laut.

3. Peran Komisi Tiga Negara

Masalah Indonesia-Belanda telah dibawa dalam sidang-sidang PBB. Hal ini

menunjukkan bahwa masalah Indonesia telah menjadi perhatian bangsa-

bangsa dunia. Kekuatan Indonesia di forum internasional pun semakin

kuat dengan kecakapan para diplomator Indonesia yang meyakinkan

negara-negara lain bahwa kedaulatan Indonesia sudah sepantasnya dimiliki

bangsa Indonesia. Tentu saja bahwa kepercayaan bukan disebabkan oleh

para diplomator saja. Perjuangan rakyat Indonesia adalah bukti bahwa

kemerdekaan merupakan kehendak seluruh rakyat Indonesia. PBB sebagai

organisasi internasional berperan aktif menyelesaikan konflik antara RI

dengan Belanda. Berikut ini beberapa peran PBB dalam penyelesaian konflik

Indonesia Belanda.

Atas usul Amerika Serikat DK PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) yang

beranggotakan Amerika Serikat, Australia, dan Belgia. KTN berperan aktif

dalam penyelenggaraan Perjanjian Renville Serangan Belanda pada Agresi

Militer II dilancarkan di depan mata KTN sebagai wakil DK PBB di Indonesia.

KTN membuat laporan yang disampaikan kepada DK PBB, bahwa Belanda

banyak melakukan pelanggaran. Hal ini telah menempatkan Indonesia lebih

banyak didukung negara-negara lain.

4. Perjanjian Renville

Komisi Tiga Negara tiba di Indonesia pada tanggal 27 Oktober 1947 dan

segera melakukan kontak dengan Indonesia maupun Belanda. Indonesia

dan Belanda tidak mau mengadakan pertemuan di wilayah yang dikuasai

oleh salah satu pihak. Oleh karena itu, Amerika Serikat menawarkan untuk

mengadakan pertemuan di geladak Kapal Renville milik Amerika Serikat.

Indonesia dan Belanda kemudian menerima tawaran Amerika Serikat.

Perundingan Renville secara resmi dimulai pada tanggal 8 Desember 1947

di kapal Renville yang sudah berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok. Delegasi

Indonesia dipimpin oleh Amir Syarifuddin, sedangkan delegasi Belanda

183

Sejarah Indonesia

dipimpin oleh R. Abdulkadir Wijoyoatmojo, orang Indonesia yang memihak

Belanda.

Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Indonesia menyetujui isi

Perundingan Renville yang terdiri atas tiga hal sebagai berikut:

a)

Persetujuan tentang gencatan senjata yang antara lain diterimanya

garis demarkasi Van Mook (10 pasal).

b)

Dasar-dasar politik Renville, yang berisi tentang kesediaan kedua pihak

untuk menyelesaikan pertikaiannya dengan cara damai (12 pasal).

c)

Enam pasal tambahan dari KTN yang berisi, antara lain tentang

kedaulatan Indonesia yang berada di tangan Belanda selama masa

peralihan sampai penyerahan kedaulatan (6 pasal).

Sebagai konsekuensi ditandatanganinya Perjanjian Renville, wilayah RI semakin

sempit dikarenakan diterimanya garis demarkasi Van Mook. Berdasarkan

garis demarkasi Van Mook itu wilayah Republik Indonesia tinggal meliputi

Yogyakarta dan sebagian Jawa Timur. Dampak lainnya adalah Anggota TNI

yang masih berada di daerah-daerah kantong yang dikuasai Belanda, harus

ditarik masuk ke wilayah RI di sekitar Yogyakarta. Sebagai contoh pasukan

yang berasal dari kesatuan Divisi Siliwangi yang berjumlah sekitar 35 000

orang harus ditarik dan dipindahkan ke wilayah RI. Kemudian sejumlah

sekitar 6000 pasukan dari Jawa Timur ditarik masuk ke wilayah RI. Peristiwa

inilah yang dikenal dengan peristiwa “hijrah”. Peristiwa “hijrah” ini dimulai

tanggal 1 Februari 1948.

Sumber: Atlas Sejarah Indonesia.

Gambar 7.15

Peta wilayah RI berdasar demarkasi Van Mook.

184

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Pada mulanya para pejuang TNI pejuangan yang berada di pos atau kantong-

kantong perjuangan itu tidak mau ditarik mundur ke wilayah RI atas dasar

garis Van Mook itu. Mereka berpandangan bahwa mereka tidak kalah

perang, tidak perlu dievakuasi. Mereka tidak mau ditarik mundur di belakang

garis Van Mook. Sudah tentu ini menjadi problem tersendiri karena sudah

menjadi keputusan dalam Perundingan Renville. Tampillah Sudirman dengan

kepiawian dan kebapakannya mendekati mereka para anggota TNI itu

dengan menegaskan bahwa kita TNI dan para pejuang Indonesia tidak kalah

perang, para prajurit tidak dievakuasi, tetapi melakukan hijrah ke tempat

yang kondusif untuk melakukan konsolidasi untuk mencapai kemenangan

yang lebih besar. Kemudian Sudirman mengeluarkan amanatnya sebagai

berikut.

Dengan pendekatan dan amanat dari panglima Besar Sudirman ini, dengan

penuh semangat para TNI melakukan hijrah untuk memasuki wilayah RI yang

diakui dalam Perjanjian Renville.

»

Coba diskusikan dengan anggota kelompokmu. Mengapa peristiwa

penarikan pasukan TNI dari Jawa Barat dan Jawa Timur ke wilayah

RI itu dinamakan hijrah? Siapa sebenarnya yang menamakan

peristiwa itu sebagai hijrah?

Isi Perjanjian Renville mendapat tentangan sehingga muncul mosi tidak

percaya terhadap Kabinet Amir Syarifuddin dan pada tanggal 23 Januari 1948,

Amir menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden. Dengan demikian

perjanjian Renville menimbulkan permasalahan baru, yaitu pembentukan

pemerintahan peralihan yang tidak sesuai dengan yang terdapat dalam

perjanjian Linggarjati.

“Anak-anakku anggota Angkatan Perang, tiap-tiap perjuangan mempunyai pasang

surutnya, tetapi dengan iman kita yang tetap teguh dan jiwa yang tetap besar, kita masih

sanggup untuk mengatasi percobaan ini dan percobaan-percobaan lainnya yang mungkin

akan

menyusul lagi.”

(Soekanto, SA., 1981).

185

Sejarah Indonesia

5.

Agresi Militer II dan Penangkapan Pimpinan Negar

a

Sebelum macetnya perundingan Renville sudah ada tanda-tanda bahwa

Belanda akan melanggar persetujuan Renville. Oleh karena itu, pemerintah

RI dan TNI sudah memperhitungkan bahwa sewaktu-waktu Belanda akan

melakukan aksi militernya untuk menghancurkan RI dengan kekuatan

senjata. Untuk menghadapi kekuatan Belanda, maka dibentuk Markas Besar

Komando Djawa (MBKD) yang dipimpin oleh A.H. Nasution dan Hidayat.

Seperti yang telah diduga sebelumnya, pada tanggal 19 Desember 1948

Belanda melancarkan agresinya yang kedua. Sebelum pasukan Belanda

bergerak lebih jauh, Van Langen (Wakil Jenderal Spoor) berbisik kepada Van

Beek (komandan lapangan agresi II):

overste tangkap Sukarno, Hatta, dan

Sudirman, mereka bertiga masih ada di istana”

,

demikian perintah pimpinan

Belanda terhadap Van Beek untuk menangkap dan membunuh ketiga

pimpinan nasional kita.

Agresi militer II itu telah menimbulkan bencana militer dan politik, baik

bagi Belanda maupun Indonesia. Walaupun Belanda tampak memperoleh

kemenangan dengan mudah, tetapi sebenarnya membayar cukup mahal.

Serangan Belanda ini telah menuai kritik dari berbagai negara.

Sumber: Gelora Api Revolusi, 1986.

Gambar 7.16

Tentara Belanda pada saat Agresi Militer II.

186

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Dengan taktik perang kilat, Belanda melancarkan serangan di semua front RI.

Serangan diawali dengan penerjunan pasukan-pasukan payung di Pangkalan

Udara Maguwo dan dengan cepat berhasil menduduki ibu kota Yogyakarta.

Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Hatta memutuskan untuk tetap tinggal

di ibukota, meskipun mereka tahu akan ditawan musuh. Alasannya, agar

mereka dengan mudah ditemui oleh TNI, sehingga kegiatan diplomasi dapat

berjalan terus. Di samping itu, Belanda tidak mungkin melancarkan serangan

secara terus-menerus, karena Presiden dan Wakil Presiden sudah ada di

tangan musuh.

Sebagai akibat dari keputusan untuk tetap tinggal di ibu kota, Presiden

Sukarno dan Wakil Presiden Hatta beserta sejumlah Menteri, Kepala Staf

Angkatan Udara Komodor Suryadarma dan lainnya juga ikut ditawan tentara

Belanda. Namun, kelangsungan pemerintahan RI dapat dilanjutkan dengan

baik, karena sebelum pihak Belanda sampai di Istana, Presiden Sukarno

telah berhasil mengirimkan radiogram yang berisi mandat kepada Menteri

Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara yang sedang melakukan kunjungan

ke Sumatra untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia

(PDRI). Perintah sejenis juga diberikan kepada Mr. A.A. Maramis yang sedang

di India. Apabila Syafruddin Prawiranegara ternyata gagal melaksanakan

kewajiban pemerintah pusat, maka Maramis diberi wewenang untuk

membentuk pemerintah pelarian

(Exile Goverment)

di luar negeri.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.

Gambar 7.17

Pasukan Belanda memasuki kota Yogyakarta.

187

Sejarah Indonesia

Sementara itu, Panglima Besar Jenderal Sudirman yang sedang sakit

harus dirawat oleh dr. Suwondo selaku dokter pribadinya di rumah di

kampung Bintaran. Setelah mendengar Belanda melancarkan serangan,

Jenderal Sudirman seperti timbul semangat baru. Ia mengingat janjinya

saat menguncapkan sumpah saat dilantik sebagai panglima TNI akan

memperjuangkan kedaulatan dan keutuhan NKRI sampai titik darah yang

penghabisan. Maka ia bangkit dari tempat tidur dengan berucap: “komando

kembali saya ambil alih”. Semua pasukan siap sesuai strategi yang telah

direncanakan. Sudirman segera menuju istana Presiden di Gedung Agung.

Rencananya untuk mengajak Presiden dan pimpinan yang lain untuk

meninggalkan kota untuk bergerilya. Tetapi Presiden Sukarno tidak bersedia

dan akan tetap di istana, sehingga akhirnya ditangkap Belanda.

Ketika mengetahui Presiden, Wakil Presiden, dan beberapa pemimpin lainnya

ditangkap Belanda, maka Jenderal Sudirman dengan para pengawalnya

pergi ke luar kota untuk mengadakan perang gerilya. Para ajudan yang

menyertai Jenderal Sudirman, antara lain Suparjo Rustam dan Cokropranolo,

dr. Suwondo. Sedangkan pasukan di bawah pimpinan Letkol Soeharto terus

berusaha menghambat gerak maju pasukan Belanda. Sebelum berangkat ke

luar kota Sudirman sempat memerintahkan Kapten Suparjo Rustam untuk

menyampaikan sebuah perintah kilat dari panglima melalui RRI Yogyakarta

yang ditujukan kepada semua anggota Angkatan Perang Republik Indonesia

(APRI), yang konsepnya sudah ditulis tangan sendiri oleh Panglima Besar

Sudirman. Isi perintah kilat itu sebagai berikut:

.

Perintah Kilat No.1/PB/D/48

1 .

Kita telah diserang

2 .

Pada tanggal 19 Desember Angkatan Perang Belanda menyerang kota Yogyakarta

dan lapangan terbang Maguwo.

3 .

Pemerintah Belanda telah membatalkan Persetujuan Gencatan Senjata

4 .

Semua angkatan Perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk

menghadapi serangan Belanda.

Dikeluarkan di tempat

Tanggal 19 Desember 1948,

Jam 08.00

Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia

Letnan Jenderal Sudirman

188

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Aksi militer Belanda yang kedua ini ternyata menarik perhatian PBB, karena

Belanda secara terang-terangan tidak mengikuti lagi Persetujuan Renville di

depan Komisi Tiga Negara yang ditugaskan oleh PBB. Pada tanggal 24 Januari

1949, Dewan Keamanan PBB membuat resolusi, agar Republik Indonesia

dan Belanda segera menghentikan permusuhan dan membebaskan Presiden

RI dan para pemimpin politik yang ditawan Belanda. Kegagalan Belanda

di medan pertempuran serta tekanan dari AS yang mengancam akan

memutuskan bantuan ekonomi dan keuangan, memaksa Belanda untuk

kembali ke meja perundingan.

6. Peran PDRI : Penjaga Eksistensi RI

Pada saat terjadi agresi militer Belanda II, Presiden Sukarno telah membuat

mandat kepada Syafruddin Prawiranegara yang ketika itu berada di

Bukittinggi untuk membentuk pemerintah darurat. Sukarno mengirimkan

mandat serupa kepada Mr. Maramis dan Dr. Sudarsono yang sedang berada

di New Delhi, India apabila pembentukan PDRI di Sumatra mengalami

kegagalan. Namun, Syafruddin berhasil mendeklarasi berdirinya Pemerintah

Darurat Republik Indonesia ini dilakukan di Kabupaten Lima Puluh Kota pada

tanggal 19 Desember 1948.

Susunan pemerintahannya antara lain sebagai berikut:

a)

Mr. Syafruddin Prawiranegara sebagai ketua merangkap Perdana

Menteri, Menteri Pertahanan dan Menteri Penerangan;

b)

Mr. T.M. Hassan sebagai wakil ketua merangkap Menteri Dalam Negeri,

Menteri Pendidikan, dan Menteri Agama;

c)

Ir. S.M. Rasyid sebagai Menteri Keamanan merangkap Menteri Sosial,

Pembangunan dan Pemuda;

d)

Mr. Lukman Hakim sebagai Menteri Keuangan merangkap Menteri

Kehakiman;

e)

Ir. Sitompul sebagai Menteri Pekerjaan Umum merangkap Menteri

Kesehatan;

f)

Maryono Danubroto sebagai Sekretaris PDRI;

g)

Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar;

h)

Kolonel A.H. Nasution sebagai Panglima Tentara Teritorial Jawa; dan

i)

Kolonel Hidayat sebagai Panglima Tentara Teritorial Sumatra.

189

Sejarah Indonesia

PDRI yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara

ternyata berhasil memainkan peranan yang

penting dalam mempertahankan dan menegakkan

pemerintah RI. Peranan PDRI itu antara lain sebagai

berikut.

PDRI dapat berfungsi sebagai mandataris kekuasaan

pemerintah RI dan berperan sebagai pemerintah

pusat. PDRI juga berperan sebagai kunci dalam

mengatur arus informasi, sehingga mata rantai

komunikasi tidak terputus dari daerah yang satu

ke daerah yang lain. Radiogram mengenai masih

berdirinya PDRI dikirimkan kepada Ketua Konferensi

Asia, Pandit Jawaharlal Nehru oleh Radio Rimba

Raya yang berada di Aceh Tengah pada tanggal

23 Januari 1948. PDRI juga berhasil menjalin hubungan dan berbagi tugas

dengan perwakilan RI di India. Dari India informasi-informasi tentang

keberadaan dan perjuangan bangsa dan negara RI dapat disebarluaskan ke

berbagai penjuru dunia. Terbukalah mata dunia mengenai keadaan RI yang

sesungguhnya.

Konflik antara Indonesia dengan Belanda masih terus berlanjut. Namun

semakin terbukanya mata dunia terkait dengan konflik itu, menempatkan

posisi Indonesia semakin menguntungkan. Untuk mempercepat penyelesaikan

konflik ini maka oleh DK PBB dibentuklah UNCI (

United Nations Commission

for Indonesia

) atau Komisi PBB untuk Indonesia sebagai pengganti KTN.

UNCI ini memiliki kekuasaan yang lebih besar dibanding KTN. UNCI berhak

mengambil keputusan yang mengikat atas dasar suara mayoritas.

UNCI memiliki tugas dan kekuasaan sebagai berikut:

a)

memberi rekomendasi kepada DK PBB dan pihak-pihak yang

bersengketa (Indonesia dan Belanda);

b)

membantu mereka yang bersengketa untuk mengambil keputusan

dan melaksanakan resolusi DK PBB;

c)

mengajukan saran kepada DK PBB mengenai cara-cara yang dianggap

terbaik untuk mengalihkan kekuasaan di Indonesia berlangsung secara

aman dan tenteram;

d)

membantu memulihkan kekuasaan pemerintah RI dengan segera;

e)

mengajukan rekomendasi kepada DK PBB mengenai bantuan yang

dapat diberikan untuk membantu keadaan ekonomi penduduk di

daerah-daerah yang diserahkan kembali kepada RI;

Sumber: 30 Tahun Indonesia

Merdeka 1945-1960, 1995.

Gambar 7.18

Syafruddin

Prawiranegara.

190

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

f)

memberikan saran tentang pemakaian tentara Belanda di daerah-

daerah yang dianggap perlu demi ketenteraman rakyat; dan

g)

mengawasi pemilihan umum, bila di wilayah Indonesia diadakan

pemilihan.

Ketika Presidan, Wakil presiden dan pembesar-pembesar Republik ditawan

Belanda di Bangka, delegasi BFO (

Bijzonder Federaal Overleg

) mengunjungi

mereka dan mengadakan perundingan, UNCI mengumumkan bahwa

delegasi-delegasi Republik, Belanda dan BFO telah mencapai persetujuan

pendapat mengenai akan diselenggarakannya KMB. UNCI juga berhasil

menjadi mediator dalam KMB. Bahkan peranan itu juga tampak sampai

penyerahan dan pemulihan kekuasaan Pemerintah RI di Indonesia.

7. Tetap Memimpin Gerilya

Kalau para pemimpin pemerintahan seperti Presiden Sukarno, Wakil Presiden

Moh. Hatta dan beberapa menteri ditangkap Belanda, Panglima Besar

Sudirman yang dalam kondisi sakit hanya dengan satu paru-paru justru

tetap teguh untuk memimpin perang gerilya. Ia dan rombongan melakukan

perjalanan dan pergerakan dari Yogyakarta menuju Gunungkidul dengan

melewati beberapa kecamatan, menuju Pracimantoro, Wonogiri, Ponorogo,

Trenggalek dan Kediri. Dalam gerakan gerilya dengan satu paru-paru itu

Sudirman kadang harus ditandu atau dipapah oleh pengawal masuk hutan,

naik gunung, turun jurang harus memimpin pasukan, memberikan motivasi

dan komando kepada TNI dan para pejuang untuk terus mempertahankan

tegaknya panji-panji NKRI. Dari Kediri lalu memutar kembali melewati

Trenggalek, terus melakukan perjalanan sampai akhirnya di Sobo. Di tempat

ini telah dijadikan markas gerilya sampai saat Presiden dan Wakil Presiden

dengan beberapa menteri kembali ke Yogyakarta.

Sungguh heroik perjalanan Sudirman. Ia telah menempuh perjalanan kurang

lebih 1000 km. Waktu gerilya mencapai enam bulan dengan penuh derita,

lapar dan dahaga. Sudirman tidak lagi memikirkan harta, jiwa dan raganya

semua dikorbankan demi tegaknya kedaulatan bangsa dan negara. Sekalipun

dalam keadaan sakit, Sudirman terus memberi semangat anak buahnya

untuk berjuang melawan kelicikan Belanda.

191

Sejarah Indonesia

8. Serangan Umum 1 Maret 1949

Pada saat para pemimpin ditangkap, Panglima TNI Jenderal Sudirman

memimpin perang gerilya. Beliau dan pasukannya segera meninggalkan kota

dan mengatur siasat. Bagaimana peranan TNI setelah agresi militer Belanda

II? Apakah mereka masih melakukan perlawanan terhadap Belanda?

Pihak Belanda ternyata tidak mau segera menerima resolusi DK PBB, tanggal

28 Januari 1949. Belanda masih mengakui bahwa RI sebenarnya tinggal

nama. RI sudah tidak ada, yang ada hanyalah para pengacau. Sementara itu,

Sri Sultan Hamengkubuwana IX lewat radio menangkap berita luar negeri

tentang rencana DK PBB yang akan mengadakan sidang lagi pada bulan

Maret 1949, untuk membahas perkembangan di Indonesia.

Sri Sultan berkirim surat kepada Jenderal Sudirman tentang perlunya

tindakan penyerangan terhadap Belanda. Sudirman minta agar Sri Sultan

membahasnya dengan komandan TNI setempat, yakni Letkol Soeharto.

Segera penyerangan terhadap Belanda di Yogyakarta dijadwalkan tanggal 1

Maret 1949 dini hari.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.

Gambar 7.19

Rute gerilya Pangsar Sudirman

192

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Pada tanggal 1 Maret 1949 dini hari sekitar pukul 06.00 sewaktu sirine

berbunyi sebagai tanda berakhirnya jam malam, serangan umum dilancarkan

dari segala penjuru. Letkol Soeharto langsung memegang komando

menyerang ke pusat kota. Serangan umum ini ternyata sukses. Selama enam

jam (dari jam 06.00 - jam 12.00 siang) Yogyakarta dapat diduduki oleh TNI.

Setelah Belanda mendatangkan bala bantuan dari Gombong dan Magelang,

dapat memukul mundur para pejuang kita.

Keberhasilan serangan umum itu, kemudian disebarluaskan melalui RRI

gerilya yang ada di Gunung Kidul. Berita ini dapat ditangkap oleh RRI di

Sumatra, yaitu Radio Rimba Raya di Aceh kemudian diteruskan ke luar negeri.

Walaupun hanya sekitar enam jam pasukan Indonesia berhasil menduduki

kota Yogyakarta, namun serangan ini sangat berarti bagi bangsa Indonesia.

Terutama ke dunia internasional untuk membuktikan bahwa RI masih ada,

tidak seperti yang diberikan oleh Belanda. Selain mengobarkan semangat

rakyat kembali juga menunjukkan kepada dunia bahwa negara Indonesia

masih mempunyai kekuatan. Pada waktu itu di Yogyakarta ada beberapa

wartawan asing yang peranannya sangat besar dalam menginformasikan

keadaan Indonesia kepada dunia.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.

Gambar 7.20

Letkol. Soeharto dan anak buahnya.

193

Sejarah Indonesia

9. Persetujuan Roem-Royen

Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dilancarkan oleh para pejuang Indonesia,

telah membuka mata dunia bahwa propaganda Belanda itu tidak benar. RI

dan TNI masih tetap ada. Namun Belanda tetap membandel dan tidak mau

melaksanakan resolusi DK PBB 28 Januari. Perundingan pun menjadi macet.

Melihat kenyataan itu, Amerika Serikat bersikap tegas dan terus mendesak

agar Belanda mau melaksanakan resolusi tanggal 28 Januari. Amerika

Serikat berhasil mendesak Belanda, untuk mengadakan perundingan dengan

Indonesia.

Ketika terlihat titik terang bahwa RI dan Belanda bersedia maju ke meja

perundingan, maka atas inisiatif Komisi PBB untuk Indonesia pada tanggal

14 April 1949 diselenggarakan perundingan di Jakarta di bawah pimpinan

Merle Cochran, anggota Komisi dari AS. Delegasi Indonesia dipimpin oleh

Moh. Roem dan delegasi Belanda dipimpin oleh H.J. Van Royen. Dalam

perundingan itu, RI tetap berpendirian bahwa pengembalian pemerintahan

RI ke Yogyakarta merupakan kunci pembuka perundingan-perundingan

selanjutnya. Sebaliknya pihak Belanda menuntut agar lebih dulu dicapai

persetujuan tentang perintah penghentian perang gerilya oleh pihak RI.

Merle Cochran, wakil dari AS di UNCI mendesak agar Indonesia mau

melanjutkan perundingan. Waktu itu Amerika Serikat menekan Indonesia,

kalau Indonesia menolak, Amerika tidak akan memberikan bantuan dalam

bentuk apa pun. Perundingan segera dilanjutkan pada tanggal 1 Mei 1949.

Kemudian pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai Persetujuan Roem-Royen. Isi

Persetujuan Roem-Royen antara lain sebagai berikut:

a)

Pihak Indonesia bersedia mengeluarkan perintah kepada pengikut

RI yang bersenjata untuk menghentikan perang gerilya. RI juga akan

Ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, guna

mempercepat penyerahan kedaulatan kepada Negara Indonesia Serikat

(NIS), tanpa syarat.

b)

Pihak Belanda menyetujui kembalinya RI ke Yogyakarta dan menjamin

penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua

tahanan politik. Belanda juga berjanji tidak akan mendirikan dan

mengakui negara-negara yang ada di wilayah kekuasaan RI sebelum

Desember 1948, serta menyetujui RI sebagai bagian dari NIS.

194

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumatra memerintahkan Sri

Sultan Hamengkubowono IX untuk mengambil alih pemerintahan Yogyakarta

dari pihak Belanda. Pihak tentara dengan penuh kecurigaan menyambut hasil

persetujuan itu, namun Panglima Jenderal Sudirman memperingatkan seluruh

komando kesatuan agar tidak memikirkan masalah-masalah perundingan.

Setelah pemerintah RI kembali ke Yogyakarta, pada tanggal 13 Juli 1949

diselenggarakan sidang Kabinet RI yang pertama. Pada kesempatan itu,

Syafruddin Prawiranegara mengembalikan mandatnya kepada Wakil Presiden

Moh. Hatta. Dalam sidang kabinet juga diputuskan untuk mengangkat Sri

Sultan Hamengkobuwono IX menjadi Menteri Pertahanan merangkap Ketua

Koordinator Keamanan.

10. Yogya Kembali

Bagaimana setelah disetujuinya Perjanjian Roem Royen? Bagaimana proses

kembalinya RI dan nasib pasukan gerilya yang dipimpin Jenderal Sudirman?

Sebagai pelaksanaan dari kesepakatan itu, maka pada tanggal 29 Juni 1949,

pasukan Belanda ditarik mundur ke luar Yogyakarta. Setelah itu TNI masuk

ke Yogyakarta. Peristiwa keluarnya tentara Belanda dan masuknya TNI ke

Yogyakarta dikenal dengan Peristiwa Yogya Kembali. Presiden Sukarno dan

Wakil Presiden Moh. Hatta ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.

Sejak awal 1949, ada tiga kelompok pimpinan RI yang ditunggu untuk kembali

ke Yogyakarta. Kelompok pertama adalah Kelompok Bangka. Kedua adalah

kelompok PDRI dibawah pimpinan Mr. Syafruddin Prawiranegara. Kelompok

ketiga adalah angkatan perang di bawah pimpinan Panglima Besar Jenderal

Sudirman. Sultan Hamangkubuwono IX bertindak sebagai wakil Republik

Indonesia, karena Keraton Yogyakarta bebas dari intervensi Belanda, maka

mempermudah untuk mengatasi masalah-masalah yang terkait dengan

kembalinya Yogya ke Republik Indonesia. Kelompok Bangka yang terdiri atas

Sukarno, Hatta, dan rombongan kembali ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli

1949, kecuali Mr. Roem yang harus menyelesaikan urusannya sebagai ketua

delegasi di UNCI, masih tetap tinggal di Jakarta.

Rombongan PDRI mendarat di Maguwo pada 10 Juli 1949. Mereka disambut

oleh Sultan Hamangkubuwono IX, Moh. Hatta, Mr.Roem, Ki Hajar Dewantara,

Mr. Tadjuddin serta pembesar RI lainnya.

195

Sejarah Indonesia

Pada tanggal itu pula rombongan Panglima Besar Jenderal Sudirman ditunggu

kedatangannya di Yogyakarta. Sebelumnya berangkat menuju Yogyakarta,

Sudirman berpamitan dengan masyarakat Sobo dan keluarga Pak Karso

yang rumahnya digunakan Sudirman. Ia berpamitan dengan bahasa Jawa,

kurang lebih demikian: “...

gandheng kulo badhe wangsul dateng Ngayojo

malih, namung weling kulo dateng Pak Karso (lan keluargo ing mriki), mugo

sampun ngantos nggadhahi alangan satunggal punopo

(berkenaan kami

akan kembali ke Yogya, hanya pesan kami semoga Pak Karso (dan keluarga di

sini) tidak mendapatkan halangan sesuatu apa” (Sardiman, 2008). Sudirman

kemudian berangkat dan selanjutnya memasuki Desa Wonosari.

Sesampainya di kota Yogyakarta, Rombongan Jenderal Sudirman dijemput

oleh Sultan Hamengkubuwono IX bersama pasukan di bawah pimpinan

Letkol Soeharto sebagai Panglima Perang Yogyakarta, dengan disertai

dua orang wartawan, yaitu Rosihan Anwar dari

Pedoman

dan Frans

Sumardjo dari

Ipphos.

Saat menerima rombongan penjemput itu Panglima

Besar Jenderal Sudirman berada di rumah lurah Wonosari. Saat itu beliau

sedang mengenakan pakaian gerilya dengan ikat kepala hitam. Pada esok

harinya rombongan Pangeran Besar Jenderal Sudirman dibawa kembali ke

Yogyakarta. Saat itu beliau sedang menderita sakit dengan ditandu dan

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.

Gambar 7.21

Presiden, Wakil Presiden dan rombongan tiba di Yogyakarta

196

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

diiringi oleh utusan dan pasukan beliau dibawa kembali ke Yogyakarta.

Dalam kondisi letih dan sakit beliau mengikuti upacara penyambutan resmi

dengan mengenakan baju khasnya yaitu pakaian gerilya.

Upacara penyambutan resmi para pemimpin RI di Ibukota dilaksanakan

dengan penuh khidmat pada 10 Juli. Sebagai pimpinan inspektur upacara

adalah Syafruddin Prawiranegara, didampingi oleh Panglima Besar Jenderal

Sudirman dan para pimpinan RI yang baru saja kembali dari pengasingan

Belanda. Pada 15 Juli 1949, untuk pertama kalinya diadakan sidang kabinet

pertama yang dipimpin oleh Moh. Hatta. Pada kesempatan itu Syafruddin

Prawiranegara menyampaikan kepada Presiden Sukarno tentang tindakan-

tindakan yang dilakukan oleh PDRI selama delapan bulan di Sumatra

Barat. Pada kesempatan itu pula Syafruddin Prawiranegara secara resmi

menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden RI Sukarno. Dengan

demikian maka berakhirlah PDRI yang selama delapan bulan memperjuangkan

dan mempertahankan eksistensi RI.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.

Gambar 7.22

Jenderal Sudirman dengan ditandu memasuki kota Yogyakarta setelah melakukan

perang gerilya.

197

Sejarah Indonesia

11. Konferensi Inter Indonesia

Belanda tidak berhasil membentuk negara-negara bagian dari suatu negara

federal. BFO. Namun di antara para pemimpin BFO banyak yang sadar dan

melakukan pendekatan untuk bersatu kembali dalam upaya pembentukan

Republik Indonesia Serikat (RIS). Hal ini terutama didorong oleh sukses yang

diperoleh para pejuang dan TNI kita dalam perang gerilya. Mereka sadar

hanya akan dijadikan alat dan boneka bagi kekuasaan Belanda. Oleh karena

itu perlu dibentuk semacam front untuk menghadapi Belanda.

Sementara itu, Kabinet Hatta meneruskan perjuangan diplomasi, yaitu

menyelesaikan masalah intern terlebih dahulu. Beberapa kali diadakan

Konferensi Inter-Indonesia untuk menghadapi usaha Van Mook dengan

Negara bonekanya. Ternyata hasil Konferensi Inter-Indonesia itu berhasil

dengan baik. Walaupun untuk sementara pihak RI menyetujui terbentuknya

Negara RIS, tetapi bukan berarti pemerintah RIS tunduk kepada pemerintah

Belanda.

Pada bulan Juli dan Agustus 1949 diadakan konferensi Inter-Indonesia. Dalam

konferensi itu diperlihatkan bahwa politik

devide et impera

Belanda untuk

memisahkan daerah-daerah di luar wilayah RI mengalami kegagalan. Hasil

Konferensi Inter-Indonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta antara lain:

a.

Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia

Serikat (RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme;

b.

RIS akan dikepalai oleh seorang presiden dibantu oleh menteri-menteri

yang bertanggung jawab kepada presiden;

c.

RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari RI maupun Belanda;

d.

Angkatan Perang RIS adalah Angkatan Perang Nasional, dan Presiden RIS

adalah Panglima Tertinggi Angkatan Perang; dan

e.

Pembentukan Angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal bangsa

Indonesia sendiri.

Dalam konferensi selanjutnya juga diputuskan untuk membentuk Panitia

Persiapan Nasional yang anggotanya terdiri atas wakil-wakil RI dan BFO.

Tugasnya menyelenggarakan persiapan dan menciptakan suasana tertib

sebelum dan sesudah KMB. BFO juga mendukung tuntutan RI tentang

penyerahan kedaulatan tanpa syarat, tanpa ikatan politik maupun ekonomi.

Pihak RI juga menyepakati bahwa Konstitusi RIS akan dirancang pada saat

KMB di Den Haag.

198

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

12. Konferensi Meja Bundar

Perjanjian Roem Royen belum menyelesaikan masalah Indonesia Belanda.

Salah satu agenda yang disepakati Indonesia-Belanda adalah penyelenggaraan

Konferensi Meja Bundar di Den Haag. Bagaimana pelaksanaan KMB tersebut?

Bagaimana kelanjutan perjuangan bangsa Indonesia dalam mewujudkan

Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah selesai KMB? Mari kita lacak

peristiwa-peristiwa proses pengakuan kedaulatan RI dari Belanda!

Indonesia telah menetapkan delegasi yang mewakili KMB yakni Moh. Hatta,

Moh. Roem, Mr. Supomo, Dr. J. Leimena, Mr. Ali Sastroamijoyo, Dr. Sukiman,

Ir. Juanda, Dr. Sumitro Joyohadikusumo, Mr. Suyono Hadinoto, Mr. AK.

Pringgodigdo, TB. Simatupang, dan Mr. Sumardi. Sedangkan BFO diwakili

oleh Sultan Hamid II dari Pontianak.

KMB dibuka pada tanggal 23 Agustus 1949 di Den Haag. Delegasi Belanda

dipimpin oleh Mr. Van Maarseveen dan dari UNCI sebagai mediator adalah

Chritchley. Tujuan diadakan KMB adalah untuk:

a.

menyelesaikan persengketaan antara Indonesia dan Belanda; dan

b.

mencapai kesepakatan antara para peserta tentang tata cara

penyerahan yang penuh dan tanpa syarat kepada Negara Indonesia

Serikat, sesuai dengan ketentuan Persetuiuan Renville.

Sumber: Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Gambar 7.23

Suasana Pembukaan KMB.

199

Sejarah Indonesia

Beberapa masalah yang sulit dipecahkan dalam KMB terutama sebagai

berikut.

a.

Soal Uni Indonesia-Belanda, pihak Indonesia menghendaki agar sifatnya

hanya kerja sama yang bebas tanpa adanya organisasi permanen.

Sedangkan Belanda menghendaki kerja yang lebih luas dengan organisasi

permanen (mengikat).

b.

Soal utang, pihak Indonesia hanya mengakui utang-utang Hindia Belanda

sampai menyerahnya Belanda kepada Jepang. Sementara Belanda

menghendaki agar Indonesia mengambil alih semua utang Hindia

Belanda sampai penyerahan kedaulatan, termasuk biaya perang kolonial

melawan TNI.

Setelah melalui pembahasan dan perdebatan, tanggal 2 November 1949

KMB dapat diakhiri. Hasil-hasil keputusan dalam KNIB antara lain sebagai

berikut:

a.

Belanda mengakui keberadaan negara RIS (Republik Indonesia Serikat)

sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. RIS terdiri dari RI dan 15

negara bagian/daerah yang pernah dibentuk Belanda.

b.

Masalah Irian Barat akan diselesaikan setahun kemudian, setelah

pengakuan kedaulatan.

c.

Corak pemerintahan RIS akan diatur dengan konstitusi yang dibuat oleh

para delegasi RI dan BFO selama KMB berlangsung.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949. 1995

Gambar 7.24

Hatta berpidato dalam Konferensi Meja Bundar.

200

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

d.

Akan dibentuk Uni Indonesia Belanda yang bersifat lebih longgar ,

berdasarkan kerja sama secara sukarela dan sederajat. Uni Indonesia

Belanda ini disepakati oleh Ratu Belanda.

e.

RIS harus membayar utang-utang Hindia Belanda sampai waktu

pengakuan kedaulatan.

f.

RIS akan mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan izin baru

untuk perusahaan-perusahaan Belanda.

Ada sebagian keputusan yang merugikan Indonesia, yakni beban utang

Hindia Belanda yang harus ditanggung RIS sebesar 4,3 miliar gulden. Juga

penundaan soal penyelesaian Irian Barat yang merupakan masalah yang

menjadi pekerjaan panjang bangsa Indonesia. Tetapi yang jelas bahwa hasil

KMB telah memberikan kesempatan yang lebih luas bagi Indonesia untuk

membangun negeri sendiri.

Setelah KMB selesai dan menghasilkan berbagai keputusan dengan segala

cara pelaksanaannya, kemudian Moh. Hatta dan rombongan pada tanggal

7 November 1949 meninggalkan negeri Belanda. Rombongan kemudian

singgah ke Kairo dan Rangoon. Tanggal 14 November 1949 Moh. Hatta tiba

di Maguwo, Yogyakarta disambut oleh Presiden.

13. Pembentukan Republik Indonesia Serikat

Isi KMB diterima oleh KNIP melalui sidangnya pada tanggal 6 Desember

1949. Tanggal 14 Desember 1949 diadakan pertemuan di Jalan Pegangsaan

Timur No. 56 Jakarta. Pertemuan ini dihadiri oleh wakil-wakil Pemerintah RI,

pemerintah negara-negara bagian, dan daerah untuk membahas Konstitusi

RIS. Pertemuan ini menyetujui naskah Undang-Undang Dasar yang akan

menjadi Konstitusi RIS.

Negara RIS berbentuk federasi meliputi seluruh Indonesia dan RI menjadi salah

satu bagiannya. Bagi RI keputusan ini sangat merugikan, tetapi merupakan

strategi agar Belanda segera mengakui kedaulatan Indonesia sekalipun dalam

bentuk federasi RIS. Dalam konstitusi itu juga dijelaskan bahwa Presiden dan

para menteri yang dipimpin oleh seorang Perdana Menteri, secara bersama-

sama merupakan pemerintah. Lembaga perwakilannya terdiri atas dua

201

Sejarah Indonesia

kamar, yakni Senat dan DPR. Senat merupakan perwakilan negara/daerah

bagian yang masing-masing diwakili dua orang. Kemudian, DPR beranggota

150 orang yang merupakan wakil-wakil seluruh rakyat Indonesia.

Pada tanggal 16 Desember1949, Ir. Sukarno terpilih sebagai Presiden RIS.

Secara resmi Ir. Sukarno dilantik sebagai Presiden RIS tanggal 17 Agustus

1949, bertempat di Bangsal Siti Hinggil Keraton Yogyakarta oleh Ketua

Mahkamah Agung, Mr. Kusumah Atmaja, dan Drs. Moh. Hatta diangkat

sebagai Perdana Menteri. Tanggal 20 Desember 1949 Kabinet Moh. Hatta

dilantik. Dengan demikian terbentuk Pemerintahan RIS.

Dengan diangkatnya Sukarno sebagai Presiden RIS, maka presiden RI menjadi

kosong. Untuk itu, ketua KNIP, Mr. Assaat ditunjuk sebagai pejabat Presiden

RI. Tanggal 27 Desember 1949 Mr. Assaat dilantik sebagai pemangku

jabatan Presiden RI sekaligus dilakukan acara serah terima jabatan dari

Sukarno kepada Mr. Assaat. Langkah ini diambil untuk mempertahankan

kelangsungan negara RI. Apabila sewaktu-waktu RIS bubar, maka RI akan

tetap bertahan, karena memiliki kepala negara.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.

Gambar 7.25

Upacara serah terima jabatan Presiden RI dari Ir. Sukarno kepada Mr. Assaat.

202

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

14. Pengakuan Kedaulatan

Pada tanggal 27 Desember 1949, terjadilah penyerahan kedaulatan Belanda

kepada Indonesia yang dilakukan di Belanda dan di Indonesia. Di Negeri

Belanda, delegasi Indonesia dipimpin oleh Moh. Hatta sedangkan pihak

Belanda hadir Ratu Juliana, Perdana Menteri Willem Drees, dan Menteri

Seberang Lautan Sasseu bersama-sama menandatangani akte penyerahan

kedaulatan di Ruang Tahta Amsterdam. Di Indonesia dilakukan oleh Sri Sultan

Hamengkubuwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda A.H.S. Lovink.

Dengan berakhirnya KMB itu, berakhir pula perselisihan Indonesia Belanda.

Indonesia kemudian mendapat pengakuan dari negara-negara lain.

Pengakuan pertama datang dari negara-negara yang tergabung dalam Liga

Arab, yaitu Mesir, Suriah, Lebanon, Saudi Arabia, Afganistan, India, dan lain-

lain. Untuk perkataan “penyerahan kedaulatan” itu oleh pihak Indonesia

diartikan sebagai “pengakuan kedaulatan”, walaupun pihak Belanda tidak

menyetujui dengan perkataan tersebut. Namun, dalam kenyataan oleh

masyarakat internasional diakuinya keberadaan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.

Gambar 7.26

Upacara serah terima penandatanganan pengakuan kedaulatan tanggal 27

Desember 1949.

203

Sejarah Indonesia

Walaupun Belanda sendiri tidak mengakui Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dan hanya mengakui tanggal 27

Desember 1949, namun keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia

itu tetap terhitung sejak Proklamasi Kemerdekaan oleh bangsa Indonesia.

Pada saat itu bangsa Indonesia tidak menghadapi Belanda, melainkan

menghadapi Jepang, karena sebelumnya Belanda sudah kalah dan menyerah

pada Jepang. Oleh karena itu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia mutlak

atas usaha bangsa Indonesia sendiri.

15. Kembali ke Negara Kesatuan

Setelah RIS menerima pengakuan kedaulatan, segera muncul rasa tidak

puas di kalangan rakyat terutama negara-negara bagian di luar RI. Sejumlah

15 negara bagian/daerah yang merupakan ciptaan Belanda, terasa berbau

kolonial, sehingga belum merdeka sepenuhnya. Negara-negara bagian

ciptaan Belanda adalah sebagai berikut.

a.

Negara Indonesia Timur (NIT) merupakan negara bagian pertama

ciptaan Belanda yang terbentuk pada tahun 1946.

b.

Negara Sumatra Timur, terbentuk pada 25 Desember 1947 dan

diresmikan pada tanggal 16 Februari 1948. Negara Sumatra Selatan,

terbentuk atas persetujuan Van Mook pada tanggal 30 Agustus 1948.

Daerahnya meliputi Palembang dan sekitarnya. Presidennya adalah

Abdul Malik.

d.

Negara Pasundan (Jawa Barat).

e.

Negara Jawa Timur, terbentuk pada tanggal 26 November 1948

melalui surat keputusan Gubernur Jenderal Belanda.

f.

Negara Madura, terbentuk melalui suatu plebesit dan disahkan oleh

Van Mook pada tanggal 21 Januari 1948.

Di samping enam negara bagian tersebut, Belanda masih menciptakan

daerah-daerah yang berstatus daerah otonom. Daerah-daerah otonom yang

dimaksud adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Dayak Besar (daerah

Kalimantan Tengah), Daerah Banjar (Kalimantan Selatan), Kalimantan

Tenggara, Jawa Tengah, Bangka, Belitung, dan Riau Kepulauan.

Setelah pengakuan kedaulatan tuntutan bergabung dengan negara RI

semakin luas. Tuntutan semacam ini memang dibenarkan oleh konstitusi

RIS pada pasal 43 dan 44. Penggabungan antara negara/daerah yang satu

204

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

dengan daerah yang lain dimungkinkan karena dikehendaki rakyatnva. Oleh

karena itu, pada tanggal 8 Maret 1950 Pemerintah RIS dengan persetujuan

DPR dan Senat RIS mengeluarkan Undang-Undang Darurat No. 11 Tahun

1950 tentang, Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS. Setelah

dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 11 itu, maka negara-negara

bagian atau daerah otonom seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Madura

bergabung dengan RI di Yogyakarta. Karena semakin banyaknya negara-

negara bagian/daerah yang bergabung dengan RI maka sejak tanggal 22

April 1950, negara RIS hanya tinggal tiga yakni RI sendiri, Negara Sumatra

Timur, dan Negara Indonesia Timur.

Perdana Menteri RIS, Moh. Hatta mengadakan pertemuan dengan Sukawati

(NIT) dan Mansur (Sumatra Timur). Mereka sepakat untuk membentuk Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sesuai dengan usul dari DPR Sumatra

Timur, proses pembentukan NKRI tidak melalui penggabungan dengan RI

tetapi penggabungan dengan RIS. Setelah itu diadakan konferensi yang

dihadiri oleh wakil-wakil RIS, termasuk dari Sumatra Timur dan NIT. Melalui

konferensi itu akhirnya pada tanggal 19 Mei 1950 tercapai persetujuan yang

dituangkan dalam Piagam Persetujuan. Isi pentingnya adalah :

a.

Kesediaan bersama untuk membentuk negara kesatuan sebagai

penjelmaan dari negara RI yang berdasarkan pada Proklamasi 17 Agustus

1945; dan

b.

Penyempurnaan Konstitusi RIS, dengan memasukkan bagian-bagian

penting dari UUD RI tahun 1945. Untuk ini diserahkan kepada panitia

bersama untuk menyusun Rencana UUD Negara Kesatuan.

Panitia bersama juga ditugaskan untuk melaksanakan isi Piagam Persetujuan

19 Mei 1950. Pada tanggal 12 Agustus 1950, pihak KNIP RI menyetujui

Rancangan UUD itu menjadi UUD Sementara. Kemudian, tanggal 14

Agustus 1950, DPR dan Senat RIS mengesahkan Rancangan UUD Sementara

KNIP, menjadi UUD yang terkenal dengan sebutan Undang-Undang Dasar

Sementara (UUDS) tahun 1950.

Pada tanggal 15 Agustus 1950 diadakan rapat gabungan parlemen (DPR)

dan Senat RIS. Dalam rapat gabungan ini Presiden Sukarno membacakan

Piagam Persetujuan terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia. Pada

hari itu, Presiden Sukarno terus ke Yogyakarta untuk menerima kembali

jabatan Presiden Negara Kesatuan dari pejabat Presiden RI, Mr. Asaat.

Dengan demikian, berakhirlah riwayat hidup negara RIS, dan secara resmi

tanggal 17 Agustus 1950 terbentuklah kembali Negara Kesatuan RI. Sukarno

kembali sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden RI.

205

Sejarah Indonesia

»

Kamu telah mempelajari bagaimana perjuangan bangsa Indonesia

memperjuangkan kedaulatan. Berbagai cara dilakukan, baik damai

maupun konfrontasi senjata dilayani demi mencapai kedaulatan

penuh. Menurut pendapatmu, bagaimana keuntungan dan kerugian

bangsa Indonesia melakukan perjuangan diplomasi dan bersenjata

dalam memperjuangkan kemerdekaan?

KESIMPULAN

1.

Belanda tidak rela begitu saja melepaskan Indonesia sebagai negara

merdeka.

2.

Berbagai upaya dilakukan Belanda untuk kembali menguasai

Indonesia.

3.

Untuk memecahkan masalah hubungan Indonesia Belanda, bangsa

Indonesia menggunakan dua cara yakni diplomasi dan konfrontasi.

4.

Kesabaran dan kegigihan bangsa Indonesia akhirnya memperoleh

hasil dengan diakuinya kemerdekaan Indonesia oleh Belanda.

206

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

1.

Terjadinya Perundingan Renville menimbulkan perbedaan pendapat

para tokoh bangsa Indonesia. Jelaskan alasan para tokoh yang

menentang hasil perundingan Renville!

2.

Menurut pendapatmu, bagaimana peranan bangsa asing yang ikut

serta memecahkan masalah Indonesia Belanda?

3.

Pada tanggal 1 Juli 1947 Belanda melakukan Agresi Militer I. Jelaskan

latar belakang dan dampak terjadinya Agresi Militer Belanda I!

4.

Panglima Besar Jendral Sudirman beserta tentaranya melakukan

perang gerilya sebagai bentuk perlawanan terhadap Belanda. Apakah

kamu sepakat dengan tindakan yang dilakukan Sudirman? Jelaskan

alasanmu!

5.

Perjuangan bangsa Indonesia mencapai kedaulatan penuh mengajarkan

kepada kehidupan sekarang bagaimana pentingnya kemerdekaan

penuh. Menurut pendapat kamu, apakah saat ini Indonesia sudah

merdeka 100
? Apakah ada sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia

yang belum merdeka? Apabila ada, coba kamu tuliskan contoh dan

analisislah penyebabnya!

LATIH UJI KOMPETENSI

207

Sejarah Indonesia

C. Nilai-nilai Kejuangan Masa Revolusi

»

Coba amati gambar di atas!

1. Berdasarkan gambar tersebut, coba buatlah beberapa

pertanyaan!

2. Kamu mungkin sudah tahu gambar di atas. Gambar itu

adalah Jenderal Sudirman yang sedang ditandu saat

memimpin perang gerilya

3. Siapakan Sudirman itu?

4. Bagaimana peranannya dalam sejarah revolusi kemerdekaan

Indonesia?

5. Nilai-nilai apa yang dapat kita kembangkan dalam

kehidupan sekarang ?

Mengamati Lingkungan

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.

Gambar 6.27

Jendral Sudirman di atas tandu.

208

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Jenderal Sudirman adalah salah satu tokoh revolusi kemerdekaan Indonesia.

Sosok tentara, pemimpin, guru, dan bapak bangsa yang berjasa besar dalam

perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sosok yang dilahirkan untuk revolusi

kemerdekaan. Sosok yang selalu taat kepada pemimpin bangsa. Sosok

religius dan tidak pernah takut dan gentar sedikitpun akan kekuatan asing.

»

Untuk memahami karakter Sudirman lebih jauh, coba kamu cari buku

tentang biografi Sudirman. Ceritakan kembali kisah Sudirman yang

kamu anggap paling berkesan. Tuliskan keteladanan yang pantas

ditiru dari kisah tersebut untuk kehidupan pada masa sekarang!

Peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dalam perang kemerdekaan, banyak

mengandung nilai-nilai positif sebagai nilai-nilai perjuangan yang penting

untuk kamu ketahui. Beberapa nilai perjuangan yang dimaksud antara lain

sebagai berikut.

1. Persatuan dan Kesatuan

Persatuan dan kesatuan adalah nilai yang sangat penting di dalam setiap

bentuk perjuangan. Semua organisasi atau kekuatan yang ada, sekalipun

dengan paham/ideologi atau organisasi yang berbeda, namun tetap bersatu

dalam menghadapi kaum penjajah untuk mencapai kemerdekaan. Pada

masa perlucutan senjata terhadap Jepang, perang melawan Sekutu maupun

Belanda, semua anggota TNI, berbagai anggota kelaskaran dan rakyat

bersatu padu.

Persatuan dan kesatuan senantiasa menjadi jiwa dan kekuatan perjuangan.

Hal yang cukup menonjol misaInya pada waktu Belanda menciptakan

negara-negara bagian dan daerah otonom dalam negara federal. Hal

tersebut jelas memperlihatkan bahwa Belanda berusaha memecah belah

bangsa Indonesia. Oleh karena itu, timbul berbagai kesulitan di lingkungan

rakyat Indonesia baik secara politis maupun ekonomis. Hal ini disadari benar

oleh rakyat Indonesia, sehingga banyak yang menuntut untuk kembali ke

negara kesatuan. Akhirnya tercapai pada tanggal 17 Desember 1950. Negara

kesatuan dan nilai persatuan cocok dengan jiwa bangsa Indonesia.

Mengamati Teks

209

Sejarah Indonesia

2. Rela Berkorban dan Tanpa Pamrih

Nilai kejuangan bangsa yang sangat menonjol di masa perang kemerdekaan

adalah rela berkorban. Para pemimpin, rakyat, dan para pejuang pada

umumnya benar-benar rela berkorban tanpa pamrih. Sebagai contoh Jenderal

Sudirman yang dalam keadaan sakit, hanya dengan satu paru-paru tetap

memimpin perang gerilya. Ia telah menempuh perjalanan kurang lebih 1000

km dalam waktu sekitar enam bulan dengan penuh derita, lapar dan dahaga,

tetapi semangatnya tak pernah padam. Ia tidak hanya mempertaruhkan jiwa

dan raganya tetapi juga mengorbankan harta benda untuk tegaknya cita-cita

Proklamasi, Negara Indonesia yang bersatu, sejahtera, aman dan tenteram.

Begitu juga tokoh-tokoh pejuang yang lain.

Mereka telah mempertaruhkan jiwa dan raganya, mengorbankan waktu dan

harta bendanya, demi perjuangan kemerdekaan. Kita tidak dapat menghitung

berapa para pejuang kita yang gugur di medan juang, berapa orang yang

harus menanggung cacat dan menderita, akibat perjuangannya. Juga berapa

jumlah harta benda yang dikorbankan demi tegaknya kemerdekaan, semua

tidak dapat kita perhitungkan.

3. Cinta pada Tanah Air

Rasa cinta pada tanah air merupakan faktor pendorong yang sangat kuat

bagi para pejuang kita untuk berjuang di medan laga. Timbullah semangat

patriotisme di kalangan para pejuang kita untuk melawan penjajah. Sebagai

perwujudan dari rasa cinta tanah air, cinta pada tumpah darahnya maka

munculah berbagai perlawanan di daerah untuk melawan kekuatan kaum

penjajah. Di Sumatra, di Jawa, Bali, Sulawesi dan tempat-tempat lain, muncul

pergolakan dan perlawanan menentang kekuatan asing, demi kemerdekaan

tanah airnya.

4. Saling Pengertian dan Harga Menghargai

Di dalam perjuangan mencapai dan mempertahankan kemerdekaan,

diperlukan saling pengertian dan sikap saling menghargai di antara para

pejuang. Sebagai contoh perbedaan pandangan antara pemuda (Syahrir

Mengamati Teks

210

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

dkk.) dengan Bung Karno-Bung Hatta dari golongan tua, tetapi karena saling

pengertian dan saling menghargai, maka kesepakatan dapat tercapai. Teks

proklamasi dapat diselesaikan dan kemerdekaan dapat diproklamasikan,

adalah bukti nyata sebuah kekompakan dan saling pengertian di antara

para tokoh nasional.

Berangkat dari sikap saling pengertian dan saling menghargai juga dapat

memupuk rasa persatuan dan menghindarkan perpecahan. Timbullah rasa

kebersamaan. Sebagai contoh, tokoh-tokoh Islam yang pernah menjadi

Panitia Sembilan dan PPKI, memahami dan menghargai kelompok-

kelompok lain, sehingga tidak keberatan untuk menghilangkan kata-kata

dalam Piagam Jakarta, ”Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi

para pemeluknya” dan diganti dengan ”Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Kelompok sipil lebih menekankan cara diplomasi atau perundingan damai,

sedangkan kaum militer menekankan strategi perjuangan bersenjata.

Ternyata berkat saling menghargai, baik perjuangan diplomasi maupun

perjuangan bersenjata dapat saling mendukung. Begitu juga ketika

terjadi Agresi Belanda II, para pemimpin sipil ingin bertahan di pusat ibu

kota (sehingga akhirnya ditawan Belanda) sedangkan kaum militer ingin

ke luar kota untuk melancarkan gerilya. Kaum militer tidak memaksakan

kehendaknya agar kaum sipil ikut ke luar kota untuk bergerilya, dan begitu

sebaliknya. Semua ini ada hikmahnya, bahwa perjuangan diplomasi maupun

perjuangan bersenjata saling mengisi dan sama-sama pentingnya.

Nilai-nilai perjuangan seperti persatuan dan kesatuan, rela berkorban

dan tanpa pamrih, cinta tanah air, saling pengertian atau tenggang

rasa dan harga menghargai, merupakan nilai-nilai yang penting untuk

dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu tidak hanya

penting di masa perjuangan menentang penjajahan, tetapi juga dalam

kegiatan pembangunan sekarang. Apabila kita memahami dan kemudian

mengamalkan nilai-nilai tersebut, menunjukkan adanya kesadaran sejarah

yang tinggi. Setiap orang yang memiliki kesadaran sejarah semacam

itu tentunya tidak akan korupsi, tidak akan memperkaya diri dengan

mengorbankan orang lain, tidak akan sewenang-wenang dan tidak akan

menyebarkan isu-isu perpecahan yang hanya untuk kepentingan golongan

sendiri. Dengan ini, maka pembangunan demi kemaslahatan umum akan

dapat tercapai.

211

Sejarah Indonesia

Sungguh kemerdekaan ini telah ditegakkan dengan seluruh pengorbanan,

baik jiwa, raga, dan harta, penuh dengan tetesan darah dan derai air mata,

beratus-ratus ribu jiwa melayang sebagai tumbal demi tegaknya panji-panji

NKRI. Mengapa tega dinodai dengan berbagai tindak amoral, korupsi,

penyalahgunaan wewenang, teror dan merusak persatuan dan kesatuan

bangsa. “Sungguh rendah kesadaran sejarah bangsaku”.

KESIMPULAN

1.

Setelah proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia masih harus

menghadapi perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan mencapai

kedaulatan penuh.

2.

Bangsa Indonesia tidak patah semangat untuk mempertahankan

kemerdekaan. Perjuangan dilakukan dengan cara damai maupun bersenjata.

3.

Perjuangan bangsa Indonesia memperoleh kedaulatan berhasil dengan

diperolehnya pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada akhir tahun 1949.

4.

Banyak tokoh terlibat dalam proses perjuangan memperoleh

kedaulatan negara Indonesia. Dengan cara yang berbeda-beda, para tokoh

menunjukkan suri tauladan yang patut ditiru generasi sekarang dan yang

akan datang.

5.

Kemerdekaan bukan berarti perjuangan telah selesai. Perjuangan tidak

lebih ringan, tetapi justru semakin berat. Walaupun musuh yang dihadapi

berbeda dengan masa penjajahan, tetapi membutuhkan tenaga dan biaya

yang sangat besar. Pada awal kemerdekaan, bangsa Indonesia masih harus

berhadapan dengan situasi politik dan ekonomi yang sangat kacau balau.

Sistem pemerintahan belum mantap, dan kondisi keuangan negara sangat

minim.

212

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

1.

Sebutkan tiga tokoh yang sangat berkesan dalam pikiranmu,

kemudian tuliskan peranan tokoh tersebut dalam perjuangan revolusi

kemerdekaan. Nilai-nilai apa yang pantas ditiru dari tokoh tersebut?

Jelaskan alasanmu!

2.

Nilai-nilai kejuangan para tokoh revolusi kemerdekaan masih relevan

diterapkan pada kehidupan sekarang dan yang akan datang? Pilihlah

tiga nilai yang dapat diamalkan pada kehidupan siswa dan pemuda

pada masa sekarang!

3.

Buatlah suatu rencana kegiatan berkelompok yang mungkin

kamu lakukan untuk mengamalkan nilai-nilai perjuangan revolusi

kemerdekaan!

LATIH UJI KOMPETENSI

213

Sejarah Indonesia

1.

Bagaimana kondisi politik Indonesia pada awal kemerdekaan?

2.

Mengapa terjadi pertempuran 10 November 1945, dan bagaimana

peristiwa itu berlangsung?

3.

Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang Bandung Lautan Api!

4.

Keputusan Perundingan Renville merupakan bencana nasional dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Coba telaah secara kritis dan

mendalam!

5.

Lakukan telaah kritis mengapa Belanda sangat mendukung

dilaksanakan Perjanjian Linggarjati!

6.

Apa makna Serangan Umum 1 Maret 1949 dalam konteks kehidupan

berbangsa dan bernegara Indonesia?

7.

Mengapa RIS berlangsung tidak terlalu lama?

8.

Pelajaran apa yang dapat kamu peroleh dengan belajar bab tentang

Revolusi Menegakkan Panji-panji NKRI?

LATIH ULANGAN AKHIR BAB

214

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

A.

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat

1.

Tentara Jepang datang ke Indonesia begitu cepat dan tidak banyak

mengadapi kendala, sebab ....

a.

kekuatan tentara Jepang sudah sangat terlatih

b.

Belanda di Indonesia memang sudah tidak berdaya dalam PD II

c.

Jepang sudah mengirim spionase-spionase ke Indonesia sebelum

tentara masuk ke Indonesia

d.

Jepang memiliki keahlian berpropaganda dengan semboyan

Jepang sebagai saudara tua

e.

Jalur-jalur kekuatan pemerintah Belanda yang sudah lemah

sudah diketahui Jepang

2.

Dampak pendudukan Jepang di Indonesia dalam bidang ekonomi,

antara lain ...

a.

Pertanian semakin maju dan perkebunan menjadi mundur

b.

Perkebunan dan pertanian menjadi mundur

c.

Pertanian mundur dan perkebunan maju

d.

Tanaman kopi dimusnahkan dan diganti dengan tanaman jarak.

e.

Industri bidang persenjataan semakin maju

3.

Beberapa tokoh yang memiliki peran signifikan dalam perumusan Teks

Proklamasi, antara lain....

a.

Sukarno, Moh. Hatta, B.M. Diah, Sukarni.

b.

Sukarni, B.M. Diah, Sudiro, Ahmad Subarjo

c.

Sayuti Melik, Ahmad Subarjo, Sudiro, Sukarno

d.

Sukarno, Ahmad Subarjo, Moh. Hatta, Sukarni

e.

Sukarni, Moh. Hatta, Ahmad Subarjo, Sayuti Melik

4.

Makna penolakan Nishimura memberi izin Sukarno untuk rapat PPKI,

ditunjukkan oleh pernyataan...

a.

Sukarno masih memperhitungkan kekuatan tentara Jepang

b.

Kemerdekaan Indonesia sangat tergantung dari kemauan dan

kemampuan bangsa Indonesia

LATIH UJI SEMESTER

215

Sejarah Indonesia

c.

Indonesia memang perlu dibicarakan dengan anggota PPKI

d.

Kemerdekaan Indonesia yang tidak diizinkan Jepang/PPKI berarti

tidak legal

e.

Kemerdekaan Indonesia harus didukung oleh semua kekuatan,

baik para tokoh senior, para pemuda maupun yang selama ini

bekerja sama dengan Jepang

5.

Makna perang gerilya yang dipimpin Sudirman di masa revolusi

adalah....

a.

sebagai penyeimbang politik Belanda yang licik

b.

untuk menunjukkan bahwa TNI masih eksis

c.

bentuk protes dari kebijakan pimpinan pemerintahan yang mau

begitu mudah ditangkap Belanda

d.

sebagai daya penekan para perunding di meja perundingan

untuk segera memutuskan menuju kedaulatan penuh Indonesia

e.

menunjukkan kepada dunia luar dan PBB bahwa apa yang

dilakukan Belanda di Indonesia tidak sesuai dengan realitas dan

kehendak seluruh rakyat Indonesia

B. Jawablah beberapa pertanyaan dan tugas berikut!

1.

Jelaskan bagaimana strategi Jepang sehingga begitu cepat dapat

masuk ke Indonesia dan dengan cepat dapat mengusir sisa-sisa

kekuatan Belanda?

2.

Dengan memahami uraian tentang pendudukan Jepang di Indonesia

lewat bab “Tirani Matahari Terbit”, coba simpulkan sifat-sifat

penjajahan Jepang di Indonesia!

3.

Sumpah Pemuda memiliki makna yang sangat penting dalam sejarah

perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya mendapatkan kemerdekaan.

4.

Mengapa pihak keamanan Jepang melalui Jenderal Nishimura tidak

mengizinkan Sukarno untuk mengadakan rapat PPKI, dan makna di

balik penolakan apa bagi bangsa Indonesia, jelaskan secara kritis!

5.

Jelaskan bagaimana keadaan Indonesia pada awal kemerdekaan,

216

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

mengapa menghadapi masalah ekonomi dan politik?

6.

Jelaskan yang kamu ketahui tentang Peristiwa Medan Area!

7.

Apa yang saudara ketahui tentang peristiwa hijrah tahun 1948. Apa

makna peristiwa itu bagi perjuangan para pejuang bangsa!

8.

Pada waktu Belanda melakukan Agresi Militer pertama banyak

mendapat kritik dan protes, karena Belanda telah ingkar janji seperti

telah disepakati dalam Perjanjian Linggarjati. Tetapi mengapa Belanda

masih juga melakukan Agresi Militer kedua? Bagaimana pendapat

anda?

9.

Bagaimana pandangan kamu tentang tokoh Sudirman yang memilih

meninggalkan istana untuk kemudian memimpin perang gerilya, tetapi

Sukarno tidak mau keluar kota untuk memimpin perjuangan dengan

TNI dan ditangkap oleh Belanda? Coba jelaskan secara kritis!

10.

Nilai-nilai kejuangan para tokoh revolusi kemerdekaan masih relevan

diterapkan pada kehidupan sekarang dan yang akan datang. Pilihlah

tiga nilai yang dapat diamalkan pada kehidupan siswa dan pemuda

pada masa sekarang!

Tugas

Tuliskan biografi singkat tokoh yang paling berkesan di masa kemerdekaan

dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan nilai-nilai apa yang

dapat kita teladani!

217

Sejarah Indonesia

GLOSARIUM

ABDACOM:

(American British Dutch Australian Command),

tentara gabungan

dari Amerika, Inggris, Belanda dan Australia pada Perang Dunia II untuk

menghadapi Jepang yang bermarkas di Lembang.

AFNEI:

(

Allied Forces Netherlands East Indiers

) di bawah pimpinan Letnan Jenderal

Sir Philip Christison yang tugasnya antara lain: menerima penyerahan

kekuasaan Jepang dan melucutinya untuk dikembalikan ke negeri Jepang.

Aneksasi:

pengambilan dengan paksa tanah (wilayah) negara lain untuk disatukan

dengan tanah (negara) sendiri; penyerobotan; pencaplokan

Asamu Shudan

: pemerintahan Tentara Keenambelas dari Angkatan Darat Jepang

yang berkuasa di Jawa-Madura.

Bangsa

Moor

:

Sebutan untuk kaum Muslim

Bushido

:

Jiwa ksatria yang diajarkan oleh Jepang

Chuo Sangi-in

:

Dewan Pertimbangan Pusat pada masa Jepang

Cultuurstelsel

:

Sistem Tanam Paksa yang digagas oleh Van den Bosch

de

Heeren XVII

(Dewan Tujuh Belas)

:

Dewan pimpinan VOC yang beranggotakan

17 orang wakil dari enam kamar dagang di Belanda

devide et impera:

Politik adu domba

East India Company

(EIC)

: Kongsi dagang Inggris berkantor pusat di India

Dai Ni Nankenkantai

:

Pemerinatahan Angkatan Laut Jepang di Jawa-Madura

Dokuritsu Junbi Inka

i

: Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

Dokuritsu Junbi Cosakai:

Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia

(BPUPKI)

Ekonomi Perang:

Kebijakan Jepang yang menegaskan bahwa semua usaha ekonomi

yang utama untuk membantu peperangan

Ekspansif:

Bersifat meluas

Eksploitasi:

Pemanfaatan untuk keuntungan sendiri

Exile government

: Pemerintahan pelarian

Fasisme

: Gerakan radikal ideologis nasionalis yang cenderung otoriter

Feodalisme:

Sistem sosial politik yang memberikan kekuasaan besar kepada

bangsawan.

Fujinkai

:

Organisasi atau perkumpulan wanita yang juga diberi latihan militer

sederhana (semi militer)

218

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Gerakan bawah tanah:

Organisasi para tokoh pribumi yang tidak formal, bersifat

rahasia di masa Jepang dan bersifat non-kooperatif

Giyugun

:

Prajurit sukarela di Sumatera

glory

: Memburu kejayaan, superioritas, dan kekuasaan. Dalam kaitan ini mereka

saling bersaing dan ingin berkuasa di dunia baru yang ditemukannya.

gold

:

Memburu kekayaan dan keuntungan dengan mencari

dan mengumpulkan

emas, perak dan bahan tambang serta bahan-bahan lain yang sangat

berharga. Waktu itu yang dituju terutama Guinea dan rempah-rempah dari

Timur

gospel

: Menjalankan tugas suci untuk menyebarkan agama. Pada mulanya orang-

orang Eropa ingin mencari dan bertemu Prester John yang mereka yakini

sebagai Raja Kristen yang berkuasa di Timur

Gun

:

Kawedanan

Gunseibu

:

koordinator pemerintahan dengan tugas memulihkan ketertiban dan

keamanan atau semacam gubernur pada masa Jepang

Gunseikan

:

Kepala pemerintahan militer

Gunshirekan

:

(panglima tentara) yang kemudian disebut dengan

Seiko Shikikan

(panglima tertinggi)

Grote Postweg

:

Jalan raya pos antara Anyer–Panarukan sejauh 1.000 km.

gugur gunung:

Bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan

(bersama)

Hakko

ichiu

: Yang bermakna “Delapan Penjuru Dunia di Bawah Satu Atap” yang

dijadikan slogan tentara Jepang untuk mempersatukan berbagai negara

di bawah Jepang, membentuk

kesatuan keluarga umat manusia dengan

memajukan dan mempersatukan bangsa-bangsa di dunia, termasuk

Indonesia

Heiho

:

Organisasi militer yang dibentuk Jepang, bertugas pembantu militer,

ditempatkan di medan perang menyatu dengan tentara Jepang.

Hinomaru

:

Bendera kebangsaan Jepang

Imperialisme:

Sistem politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk mendapatkan

kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar.

Interaksi:

Saling berhubungan.

Intervensi:

Campur tangan dalam perselisihan antara dua pihak.

Jawa Hokai

:

Himpunan Kebaktian (Rakyat) Jawa yang dibentuk Jepang.

Kapitulasi:

Penyerahan kekuasaan sebagai akibat kekalahan dalam peperangan

kepada pihak pemenang.

Kapitulasi Tuntang:

Perjanjian pengalihan kekuasaan di Hindia dari Belanda kepada

Inggris di Tuntang pada 18 September 1811

219

Sejarah Indonesia

Keibodan

: Organisasi pemuda semi militer, sebagai korps kewaspadaan usia 25-35

tahun

Kempete

i:

Polisi militer Jepang

Ken

: Kabupaten

Kimigayo

: Lagu Kebangsaan Jepang

KNIL

(

Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger

) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda

yang anggotanya ada juga orang pribumi di Hindia Belanda dan juga orang

Indo

Kochi

:

Daerah khusus, semacam daerah istimewa karena kedudukannya nyang

masih diakui sebagai kerajaan

Kolonialisme:

Paham tentang penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau

bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu

Komisaris Jenderal:

Badan pemerintah baru yang dibentuk oleh Pangeran Willem

VI setelah Inggris mengembalikan kekuasaan kepada Belanda. Terdiri atas

tiga orang, yakni: Cornelis Theodorus Elout (ketua), Arnold Ardiaan Buyskes

(anggota), dan Alexander Gerard Philip Baron Van der Capellen (anggota)

Komoditas:

Barang dagangan utama

Kongsi:

Persekutuan dagang

Konvensi London:

Perjanjian yang mengharuskan Inggris mengembalikan tanah

jajahan di Hindia kepada Belanda tahun 1814

Kotsubu:

Departemen Lalu Lintas zaman Jepang

Ku

: Kelurahan/desa

Landrente

:

Pajak tanah

Legiun Mangkunegara:

Legiun Mangkunegaran adalah organisasi militer ala Eropa

tepatnya Militer Perancis yang merupakan institusi modern di Asia pada awal

abad ke-19

Liberalisme:

Aliran ketatanegaraan dan ekonomi yang menghendaki demokrasi dan

kebebasan pribadi

liberte, egalite

dan

fraternite

:

Kebebasan, persamaan, dan persaudaraan; prinsip-

prinsip baru yang menggulingkan tradisi, hierarki monarki, aristokrat, dan

kekuasaan Gereja Katolik

Mobilisasi:

Pergerakan tenaga manusia untuk dijadikan tentara

Moderat:

Menghindari perilaku yang bersifat ekstrem

“Mutiara dari Timur”:

Untuk mengibaratkan daerah timur (Indonesia) yang kaya

rempah-rempah dan tambang

Nederlansche Handel Matschappij

(NHM): Perusahaan Perdagangan Belanda

220

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

NICA (

Netherlands Indies Civil Administration):

Tentara

Belanda yang datang

kembali ke Indonesia dengan membonceng tentara Sekutu

Onderkoopman:

Pedagang Muda

Ordonansi:

Peraturan pemerintah

Osamu Seirei

:

Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Ke-16.

Padrao

:

Patok batu sebagai tanda bahwa daerah yang ditemukan itu milik Portugis

Pasar Monopoli:

Hak tunggal untuk berusaha

Pasukan kavaleri:

Pasukan berkuda

Pelayaran

Hongi:

Pelayaran hongi adalah pelayaran yang diadakan oleh VOC

dengan menggunakan senjata lengkap untuk mengawasi jalannya monopoli

perdagangan.

Peta (Pembela Tanah Air)

: Organisasi militer dari kaum pribumi, tugas utamanya

menjaga pertahanan di Indonesia

Pendekatan saintifi

k: Pembelajaran atas dasar langkah-langkah: mengamati,

menanya, mengeksplorasi atau mengumpulkan informasi/data, mengasosiasi

atau menganalisis dan sintesis, kemudian mengomunikasikan

Prefektur:

wilayah yang memiliki otoritas

Propaganda:

Penjelasan yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan seseorang

agar menganut aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu

Raad van Indie

(Dewan Hindia

): Dewan yang bertugas memberi nasihat dan

mengawasi kepemimpinan gubernur jenderal

Radikal:

Kemajuan dalam berpikir dan bertindak untuk menuntut perubahan

Rasionalisme:

Paham yang mengatakan bahwa sumber dari segala kebenaran

adalah pikiran manusia

Republik

Bataaf:

Pemerintahan baru Belanda sebagai bagian dari Perancis yang

dipimpin oleh Louis Napoleon saudara dari Napoleon Bonaparte

Revolusi Perancis:

Suatu periode sosial

radikal dan pergolakan

politik

di Perancis

yang memiliki dampak abadi terhadap sejarah Perancis, dan lebih luas lagi,

terhadap Eropa secara keseluruhan

Romusa

:

Pekerja paksa pada zaman Jepang

Sambatan

:

Arti membantu untuk mengurangi beban keluhan karena pekerjaan

yang banyak

Sangyobu:

Departemen Perusahaan, Industri dan Kerajinan Tangan) atau urusan

Perekonomian

“Saudara tua”:

Sebutan orang Jepang yang mengaku (mempropagandakan) sebagai

saudara lebih tua dari orang-orang Indonesia, agar orang-orang Indonesia

dapat menerima kedatangan Jepang itu dengan baik

221

Sejarah Indonesia

Staatsblad

:

Lembaran Negara

Seikerei

: Tradisi penghormatan kepada dewa Matahari dengan cara

membungkukkan badan (seperti gerakan rukuk bagi orang Islam) ke arah

matahari terbit setiap pagi (tradisi ini sangat ditentang oleh orang Islam,

karena menyembah pada matahari)

Seinendan

: Organisasi pemuda semi militer pada usia 14-22 tahun

Shi (Syi)

: Kota praja

Shu (Syu)

: Daerah karesidenan

Shihobu

:

Departemen Kehakiman zaman Jepang

Shintoisme

:

Keyakinan atau agama kuno di Jepang

Sinkronis:

Konsep berpikir sejarah yang memandang peristiwa yang terjadi dalam

kurun waktu terbatas tetapi memanjang dan meluas dalam konteks ruang

dan aspek

Somobu

:

Departemen Dalam Negeri masa Jepang

Son

: Kecamatan

Sumera

:

Tarikh Jepang

Staten Generaal:

Parlemen Belanda

Tirani:

Bentuk tindakan atau kekuasaan yang sewenang-wenang

Tomi Shudan

:

Tentara Kedua puluh Lima dari Angkatan Darat Jepang yang

memerintah di Sumatera

Tonarigumi

: Setingkat rukun tetangga (RT)

Traktat London:

Perjanjian antara Inggris dan Belanda yang isinya antara lain

bahwa Belanda setelah mendapatkan kembali tanah jajahannya di

Kepulauan Nusantara, tidak dibenarkan mengganggu kedaulatan Aceh

tahun 1824.

Traktat Sumatera:

Perjanjian yang memberikan Belanda kebebasan untuk

meluaskan daerahnya sampai ke Aceh tahun 1871.

Vadem

:

Satuan ukur. satu

vadem

sama dengan 182 cm.

Vereenigde Oost Indische Compagnie

(VOC)

: Kongsi dagang Belanda

berkantor pusat di Batavia

Volksraad

:

Dewan Perwakilan Rakyat pada masa penjajahan Belanda.

Zaimubu

:

Departemen Keuangan pada masa Jepang

222

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dkk. 1978.

Manusia dalam Kemelut Sejarah.

Jakarta: LP3ES.

--------, dan A.B. Lapian. 2012.

Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 5 (Masa Pergerakan

Kebangsaan).

Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.

--------, dan A.B. Lapian. 2012.

Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan

Revolusi)

. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.

Adam, Ahmat. 2003.

Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan

.

Jakarta: Hasta Mitra.

Adam, Cindy. 1984.

Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia

.

(alih bahasa:

Abdul Bar Salim

). Jakarta: Gunung Agung.

Alfarizi, Salman. 2009.

Mohammad Hatta: Biografi Singkat

(1902 – 1980)

,

Yogyakarta: Garasi.

Anderson, Benedict R.O’G. 1972.

Java in a Time of Revolution: Occupation and

Resistance 1944-1946.

Ithaca: Cornell University Press.

Anshari, Endang Saifuddin. 1997.

Piagam Jakarta, 22 Juni 1945: Sebuah Konsensus

Nasional tentang Dasar Negara Republik Indonesia (1945-1949).

Jakarta:

Gema Insani Press.

Badan Musyawarah Musea. 1984.

Sejarah Perjuangan: Yogya Benteng Proklamasi

,

Jakarta: Badan Musyawarah Musea.

Benda, Harry J., 1983.

The Crescent and The Rising Sun: Indonesian Islam Under The

Japanese Occupation 1942 – 1945,

Holland/USA: Faris Publications.

Boomgaard, Peter dan Janneke van Dijk. 2001.

Het Indie Boek.

Zwolle: Waanders

Drukkers

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2007.

Wisata Sejarah

. Jakarta: Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata.

Direktorat Permuseuman. 1992/1993.

Sejarah Museum Perumusan Naskah

Proklamasi.

Jakarta: Direktorat Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan-

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Elson, R. E. 2009.

The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan.

Jakarta:

Serambi Ilmu Semesta.

Ensiklopedi Indonesia

. 1987. Jakarta: Ichtiar Baru – van Hoeve

Hering, Bob. 2003.

Mohammad Hoesni Thamrin.

Jakarta: Hasta Mitra.

Herkusumo, Arniati Prasedyawati. 1982.

Chuo Sangi In,

Jakarta: Rosda Jayaputra.

223

Sejarah Indonesia

Ingleson, John, 1983.

Jalan Pengasingan

.

(alih bahasa: Zamakhsyari Dhofier), Jakarta:

LP3ES.

Isnaeni, Hendri F. (2015).

Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Kesaksian, Penyiaran

dan Keterlibatan Jepang.

Jakarta: Kompas.

Kahin, George Mc.Turnan. 2013.

Nasionalisme & Revolusi Indonesia,

(alih bahasa

Tim Komunitas Bambu), Depok: Komunitas Bambu.

Kartasasmita, Ginandjar. A. Prabowo. Bambang Kesowo et.al. 1995.

30 Tahun

Indonesia Merdeka 1945-1960

. Jakarta: Sekretariat Negara.

Kompas. 16 Agustus 1975.

Lembaga Soekarno-Hatta. 1986.

Sejarah Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 dan

Pancasila,

Jakarta: Idayu Press.

Margana, Sri dan Widya Fitrianingsih (ed.). 2010.

Sejarah Indonesia: Perspektif Lokal

dan Global,

Yogyakarta: Ombak.

Miert, Hans van. 2003.

Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan

Pemuda di Indonesia 1918-1930.

Jakarta: Hasta Mitra.

Museum Sejarah Jakarta. 2012.

Petunjuk Museum Sejarah Jakarta.

Jakarta: Museum

Sejarah Jakarta.

Nasution, A.H. 1977.

Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia

I

., Bandung: Angkasa.

Noer, Deliar. 1985.

Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900 – 1942,

Jakarta: LP3ES.

Nordholt, Henk Schulte (ed). 1997.

Outward Appearances: Trend, Identitas,

Kepentingan.

Yogyakarta: LKIS.

Notosusanto, Nugroho. 1979.

Tentara Peta pada Jaman Pendudukan Jepang di

Indonesia,

Jakarta: Departemen Pertahanan dan Keamanan.

Panitia Penyusun Sejarah Brigade Ronggolawe. 1985.

Pengabdian Selama Perang

Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe.

Aries Lima.

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, 1984,

Sejarah Nasional

Indonesia VI ,

Jakarta: Balai Pustaka.

--------,, 1984,

Sejarah Nasional Indonesia VI,

Jakarta: Balai Pustaka.

Pour, Julius, 2010,

Doorstoot Naar Djokja: Pertikaian Pemimpin Sipil-Militer

, Jakarta:

Kompas.

PT. Mutiara Sumber Widya. 2004.

Album Pahlawan Bangsa.

Jakarta: Mutiara Sumber

Widya.

Reid, Anthony, J.S., 1974,

The Indonesian National Revolution 1945 – 1950

,

Hawthorn-Victoria: Longman Australia Pty Limited.

Ricklefs, M.C., (2008),

Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2008,

(alih bahasa Tim

Penerjemah Serambi), Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Sardiman A.M. 2008,

Guru Bangsa: Sebuah Biografi Jenderal Sudirman

, Yogyakarta:

Ombak.

224

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

--------,. dan Kusriyantinah, (1996),

Sejarah Nasional dan Sejarah Umum

, Surabaya:

Kendang Sari.

--------, 2014.

Pangsar Soedirman Sokoguru Revolusi

, Kedaulatan Rakyat,

19 Desember 2014.

Sudarmanto, Y.B. 1992.

Jejak-Jejak Pahlawan: Dari Sultan Agung hingga Hamengku

Buwono IX.

Jakarta: Grasindo.

Suganda, Her. 2009.

Rengasdengklok

:

Revolusi dan Peristiwa 16 Agustus 1945.

Jakarta: Kompas.

Suhartono, 1994,

Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi

1908 – 1945),

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Suwondo, Purbo S. 1996.

PETA: Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa dan

Sumatera 1942-1945.

Jakarta: Sinar Harapan.

Swantoro, P. 2002.

Dari Buku ke Buku: Sambung Menyambung Menjadi Satu.

Jakarta: KPG.

Tashadi, dkk., 1986/1987,

Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945 – 1949,

Jakarta;

Dep.Dik.Bud.

Tobing KML., 1986,

Perjuangan Politik Bangsa Indonesia: Linggarjati,

Jakarta:

Gunung Agung.

--------,

Perjuangan Politik Bangsa Indonesia: K.M.B.,

Jakarta: Haji Masagung.

Wild, Colin dan Peter Carey. 1986.

Gelora Api Revolusi.

Jakarta: Gramedia.

Zuhdi, Susanto (ed.), 2003:

Tempat Pengasingan dan Makam Pejuang Bangsa,

Jakarta: Proyek Pelestarian dan Pengembangan Sejarah, Asdep Urusan Sejarah

Nasional, Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan

dan Pariwisata.

Pemanfaatan internet untuk ilustrasi/gambar

https://www.google.co.id./search=rumah +Djiau Kie Siong

https://www.google.co.id/search=batas +wilayah, 5-1-2016

https://www.google.co.id/search=jenderal +sudirman, 4-1-2016

225

Sejarah Indonesia

Profil Penulis

Nama Lengkap

: Amurwani Dwi Lestariningsih, S.Sos.,

M.Hum

Telp Kantor/HP

: 08121098998

E-mail

: [email protected]

Alamat Kantor

: Kompleks Kemdikbud, Gedung E

lantai 9, JL. Jenderal Sudirman,

Senayan, Jakarta

Bidang Keahlian

: Sejarah Lisan

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Kepala Sub. Direktorat Pemahaman Sejarah (2007-2012)

2.

Kepala Sub. Direktorat Sejarah (2012-2015)

3.

Kepala Sub. Direktorat Nasional (2015- sekarang)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S2: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Jurusan Sejarah, Universitas Indonesia

(2004-2006)

2.

S1: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi, Universitas Sebelas

Maret (1988 – 1994)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Pancasila : Nilai Budaya, Ideologi Bangsa, dan Harapan Kita, (Penerbit

Kemenbudpar-2010)

2.

Panglima Soedirman Pejuang Tanpa Pamrih (Tim), (Penerbit

Kemenbudpar-2010)

3.

Gerwani : Kisah Tahanan Politik Wanita di Kamp Plantungan, (Penerbit

Kompas-2011)

4.

Malam Bencana 1965 Dalam Belitan Krisis Nasional Buku I, (Penerbit Yayasan

Obor-2013)

5.

MPR hingga Reformasi, (Penerbit MPR-2012)

6.

Indonesia Across Orders: Arus Bawah Sejarah Bangsa (1930-1960),

(Penerbit Yayasan Obor-2012)

7.

Buku Pelajaran Sejarah Kelas X; Kurikulum 2013, (Penerbit Kemdikbud-2012)

8.

Buku Pegangan Guru Sejarah Kelas X, Kurikulum 2013, (Penerbit

Kemdikbud-2012)

9.

Buku Pelajaran Sejarah Kelas XI; Kurikulum 2013, (Penerbit Kemdikbud-2013)

10.

Buku Pegangan Guru Sejarah Kelas XI, Kurikulum 2013, (Penerbit

Kemdikbud-2013)

226

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Profil Penulis

Nama Lengkap

: Sardiman AM. M.Pd.

Telp Kantor/HP

: 0274 548202/0811255660

E-mail

: [email protected]

Alamat Kantor

: Jl. Colombo No.1, Yogyakarta

Bidang Keahlian

: Sejarah Pemikiran

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Dosen Pendidikan Sejarah, FIS-UNY, (1980-sekarang)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Ilmu Pendidikan Kons. IPS, Pascasarjana UNY, (2013- sedang menyusun

disertasi)

2.

S2: Pendidikan Sejarah UNS (1986-1990)

3.

S1: Pendidikan Sejarah FKIS-IKIP Yogyakarta ( 1970-1976).

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Memahami Sejarah, Yogyakarta: Bigraaf, (2004)

2.

Guru Bangsa: Sebuah Biografi Jenderal Sudirman, Yogyakarta: Ombak (2008)

3.

Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

(2014: cetakan ke-22)

4.

Demokratisasi dan Defeodalisasi Masa Umar bin Abdul Aziz, Yogyakarta:

UnyPress, (2015)

5.

IPS Terpadu; Buku teks Pelajaran IPS, Surakarta: Tiga Serangkai (2007)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Sejarah dan Profil Bangsa Yahudi dalam Al-Qur’an: Kajian terhadap Surat

Al Baqarah, (2008)

2.

Dinamika Kebijakan Pendidikan pada Masa Orde Baru (Kebijakan Menteri

Daoed Joesoef dan Nugroho Notosusanto), (2012)

3.

Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara: Kajian terhadap Taman Indria dan

Konsep Paguron Tamansiswa, (2013)

227

Sejarah Indonesia

Profil Penelaah

Nama Lengkap

: Baha` Uddin, S.S., M.Hum

Telp Kantor/HP

: 0274-513096/081226563523

E-mail

: [email protected]

Alamat Kantor

: Fakultas Ilmu Budaya UGM, Jl. Sosio-Humaniora No. 1

Bulaksumur, Yogyakarta

Bidang Keahlian

: Sejarah Indonesia

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Staf Pengajar, Jurusan Sejarah, FIB-UGM (1999- sekarang)

2.

Staf Peneliti, Pusat Studi Korea UGM (1998-sekarang)

3.

Staf Peneliti Pusat Manajemen Kesehatan Pelayanan Kesehatan FK-UGM

(2000-2001)

4.

Staf Dewan Kebudayaan Prop. DIY

(2005)

5.

Anggota Revisi Kurikulum IPS Sejarah SMA, BSNP,Depdiknas

(2005-2006)

6.

Anggota Unit Laboratorium Terpadu FIB UGM (2006-sekarang)

7.

Dosen Pembimbing Lapangan KKN PPM Pembrantasan Buta Aksara LPPM

UGM di Jember, Jatim (2006)

8.

Dosen Pembimbing Lapangan KKN PPM Pembrantasan Buta Aksara LPPM

UGM di Jember dan Banyuwangi, Jatim (2007)

9.

Dosen Pembimbing Lapangan KKN PPM Pembrantasan Buta Aksara, LPPM

UGM di Wonosobo, Jawa Tengah (2008)

10.

Dosen Pembimbing Tutor Program Layanan Masyarakat Pembrantasan Buta

Aksara, LPPM UGM di Wonosobo, Jawa Tengah (2008)

11.

Reviewer Buku Pelajaran IPS Sejarah SMU, BNSP Depdiknas (2007)

12.

Bendahara Jurusan Sejarah FIB UGM (2007 - 2012)

13.

Sekretaris Jurusan Sejarah FIB-UGM (2007-2015)

14.

Reviewer Buku Pelajaran IPS Sejarah SD & SMP, BNSP Depdiknas (2008)

15.

Tim Teknis Program Layanan Masyarakat Pembrantasan Buta Aksara LPPM

UGM (2008)

16.

Reviewer Buku Pelajaran Sejarah Kurikulum 2013 (2013-2015)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S2: Program Pascasarjana/Program Studi Humaniora/Universitas

Gadjah Mada (2000 – 2005)

2.

S1: Fakultas Sastra/Jurusan Sejarah/Prodi Ilmu Sejarah/Universitas

Gadjah Mada (1993 – 1998)

Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Penelaah Buku Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Umum dan

Sederajat-Depdiknas (2007)

2.

Penelaah Buku Mata Pelajaran IPS Terpadu untuk Sekolah Dasar dan Sekolah

Menengah Pertama-Depdiknas (2008)

228

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

3.

Penelaah Buku Pelajaran IPS Sejarah SD & SMP-Depdiknas (2008)

4.

Penelaah Buku Pelajaran IPS Sejarah SMA-Depdiknas (2011)

5.

Penelaah Buku Pengayaan IPS dan Sejarah Kurikulum 2013-Kemendikbud (2013)

5.

Penelaah Buku Palajaran Sejarah Kelas XI Kurikulum 2013-Kemendikbud (2013)

7.

Penelaah Buku Palajaran Sejarah Kelas XII Kurikulum 2013-Kemendikbud (2013)

8.

Penelaah Buku Non-Teks IPS dan Sejarah Kurikulum 2013-Kemendikbud (2014)

9.

Penelaah Buku Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X SMALB Kurikulum 2013-Ke

mendikbud (2015)

10.

Penelaah Buku Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas XI SMALB Kurikulum 2013-Ke

mendikbud (2015)

Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):

1.

Pemahaman Antarbudaya dan Budaya Kerja pada Karyawan PT LG Electronics

Indonesia, Legok, Tangerang, Banten (2005)

2.

Dari Mantri Hingga Dokter Jawa: Studi Tentang Kebijakan Pemerintah Kolonial

dalam Penanganan Penyakit Cacar dan Pengaruhnya terhadap Pelayanan

Kesehatan Masyarakat Jawa pada Abad XIX sampai Awal Abad XX (2006)

3.

Studi Teknis Tamansari Pasca Gempa Bidang Sejarah (2007)

4.

Sejarah Perkembangan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (2008)

5.

Dinamika Pergerakan Perempuan di Indonesia (2009)

6.

Lebaran dan Kontestasi Gaya Hidup: Perubahan sensibilitas Masyarakat Gunung

Kidul Tahun 1990-an (2009)

7.

Dari Gropyokan hingga Sayembara: Studi Kebijakan Pemerintah Lokal Kadipaten

Pakualaman dalam Pengendalian Penyakit Pes Tahun 1916 - 1932 (2009)

8.

Sejarah dan Silsilah Kesultanan Kotawaringin (2009)

9.

Hari Jadi Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta (2010)

10.

Kebijakan Propaganda Kesehatan pada Masa Kolonial di Jawa (2010)

11.

Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas dalam Bidang Kesehatan dan

Pembangunan Pedesaan di Banjarnegara 1972-1989 (2011)

12.

Antara Tradisi dan Mentalitas: Dinamika Kehidupan Komunitas Pengemis di

Dusun Wanteyan, Grabag, Magelang (2011)

13.

Penyakit Sosial Masyarakat di Kadipaten Pakualaman pada masa Pakualam VIII

(1906-1937) (2012)

14.

Warisan Sejarah, Preservasi dan Konflik Sosial Di Ujung Timur Jawa:

Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan Penyelamatan Warisan Sejarah Dan

Budaya Situs Kerajaan Macan Putih Di Kabupaten Banyuwangi (2012)

15.

Kretek Indonesia: Dari Nasionalisme Hingga Warisan Budaya (2013)

16.

Sejarah Nasionalisasi Aset-aset BUMN: Dari Perusahaan Kolonial Menjadi

Perusahaan Nasional (2013)

17.

Westernisasi dan Paradoks Kebudayaan: Elit Istana Jawa Pada Masa Paku

Alam V (1878-1900) (2013)

18.

Pemetaan Daerah Rawan Konflik Sosial di DIY (2013)

19.

Bangsawan Terbuang: Studi Tentang Transformasi Identitas Bangsawan Jawa di

Ambon 1718-1980an (2014)

20.

Kajian Hari Jadi Daerah Istimewa Yogyakarta (2015)

21.

Ensiklopedi Budaya Kabupaten Kulonprogo (2015)

229

Sejarah Indonesia

Profil Penelaah

Nama Lengkap

: Prof. Dr. Hariyono, M.Pd

Telp Kantor/HP

: 0341-562778 / 0818380812

E-mail

: [email protected]

Alamat Kantor

: Jl. Semarang 5 Malang

Bidang Keahlian

: Sejarah Indonesia

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Dosen Sejarah di Universitas Negeri Malang (1988 – sekarang)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Fakultas Ilmu Budaya / Ilmu Sejarah / Universitas Indonesia (1999 – 2004)

2.

S2: PPs / Pendidikan Sejarah / IKIP Jakarta (1990 – 1995)

3.

S1: Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial/Pendidikan Sejarah/IKIP Malang

(1982 – 1986)

Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Nasionalisme Indonesia, Kewarganegaraan dan Pancasila. Malang. UM Press

(2010)

2.

Kedaulatan Indonesia Dalam Perjalanan Sejarah Politik. Malang. UM Press

(2011)

3.

Nasionalisme dan Generasi Muda Indonesia. Surabaya. Sekretariat Daerah

Propinsi Jawa Timur (2012)

4.

Arsitektur Demokrasi Indonesia; Gagasan Awal Demokrasi Para Pendiri

Bangsa.

Malang. Setara Press (2013)

5.

Dinamika Revolusi Nasional. Malang. Aditya Media (2013)

6.

Ideologi Pancasila, Roh Progresif Nasionalisme Indonesia. Malang. Intrans

Publishing (2014)

Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):

1.

Pemikiran Demokrasi menurut Pendiri Bangsa

2.

Sistem Among : Pemikiran Ki Hajar Dewantara

3.

Kekuasaan Raffles di Indonesia

230

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Profil Penelaah

Nama Lengkap

: Dr. Mumuh Muhsin Z., M.Hum.

Telp Kantor/HP

: 022-7796482/08112322511

E-mail

: [email protected]

Alamat Kantor

: Jl. Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor,

Sumedang

Bidang Keahlian

: Ilmu Sejarah

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya (2016-2021)

2.

Ketua MSI Cabang Jawa Barat sejak (2010-sekarang)

3.

Sekretaris Prodi S2 Kajian Budaya FIB Unpad (2011-2013).

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Fakultas Sastra/Jurusan Ilmu Sejarah/Program Studi Ilmu Sejarah/

Universitas Padjadjaran (2010)

2.

S2: Fakultas Pascasarjana/Jurusan Ilmu Humaniora/Program Studi Sejarah/

Universitas Gadjah Mada (1993)

3.

S1: Fakultas Sastra/Jurusan Sejarah Universitas Padjadjaran (1986)

Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):

1.

Priangan Abad ke-19; Kondisi Geografi, Ekonomi, dan Sosial (2008)

2.

Jatigede dalam Tinjauan Sejarah dan Budaya (2008)

3.

Kondisi Sosial-Ekonomi Cianjur Abad ke-19. (2009)

4.

Identifikasi Masalah Kebudayaan Sunda Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Yang

Akan Datang (2011)

5.

Bunga Rampai; Mozaik Budaya dan Sejarah dari Kampung Naga hingga

Partai Rakyat Pasundan (editor) (2012)

6.

Bunga Rampai; Pelangi Tradisi dan Sejarah dari Kampung Adat Kuta hingga

Peran Ulama Banten (editor) (2012)

7.

Bunga Rampai; Pelestarian Budaya dan Sejarah Lokal (editor) (2012)

8.

Inventarisasi dan Dokumentasi Sistem Mata Pencaharian yang Ada dan

Berkembang di Jawa Barat (2012)

9.

Kearifan Budaya Masyarakat Nelayan Jawa Barat dalam Menghadapi

Perubahan Ekosistem (2013)

231

Sejarah Indonesia

Profil Penelaah

Nama Lengkap

: Dr. Mohammad Iskandar

Telp Kantor/HP

: 08129689391

E-mail

: [email protected]

Alamat Kantor

: Komplek UI, Jl. Margonda Raya, Depok, Jabar

Bidang Keahlian

: Sejarah

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Dosen Ilmu Sejarah di Universitas Indonesia, Depok (2010 – 2016)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya/Program Studi Sejarah – Universitas

Indonesia

2.

S2: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya/Program Studi Sejarah – Universitas

Indonesia

3.

S1: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya/Program Studi Sejarah – Universitas

Indonesia

Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI (Erlangga -2013)

2.

Buku Sejarag Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII (Erlangga – 2014)

3.

Sejarah Para Pemikir Indonesia (Depbudpar – 2004)

4.

Sejarah Kebudayaan Indonesia: Sistem Ilmu Pengetahuan (Raja Grafindo

Persada/Rajawali Pers – 2009)

Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):

1.

De Javasche Bank

1828 – 1953.

(Bank Indonesia – 2014)

2.

Perjuangan bangsa mendirikan Bank Sentral (Bank Indonesia – 2015)

232

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Profil Editor

Nama Lengkap

: Drs. Heni Waluyo Siswanto, M.Pd.

Telp Kantor/HP

: 021-3804248 / 081310813308

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: hewalsisutaryo

Alamat Kantor

: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Jalan Gunung Sahari No.4 Jakarta Pusat

Bidang Keahlian

: Sejarah

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1. 1994 – 2016: Staf bidang Kurikulum di Pusat Kurikulum dan Perbukuan,

Balitbang, Kemdikbud.

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S2 Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta.

Tahun masuk 1999. Tahun Lulus 2004.

2.

S1 Jurusan Sejarah Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada.

Tahun masuk 1985. Tahun Lulus 1990.

Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Buku Sejarah Indonesia Kelas X, Tahun 2014.

2.

Buku Sejarah Indonesia Kelas XI, Tahun 2015.

Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):

1.

Penelitian tentang Penerapan Pendidikan Karakter di LPTK belum terbit.

2.

Penelitian tetang Implementasi Penilaian Hasil Belajar Siswa belum terbit.

Sekali Anda mencoba narkoba.

Tak akan pernah lepas diri Anda darinya