Halaman
137
Sejarah Indonesia
BAB 7
Revolusi Menegakkan
Panji-Panji NKRI
......Sejarah Perundingan yang sudah-sudah menunjukkan
bahwa pokok kesulitan terletak pada permasalahan kedaulatan,
yaitu kedaulatan Belanda berdasarkan sejarah.
Tetapi pada tanggal 17 Agustus 1945, hari Proklamasi,
sudah tercetus revolusi di Indonesia.
Setelah itu, perjuangan bangsa Indonesia mengalir dalam satu saluran tertentu,
karena waktu itu bangsa Indonesia sudah menyatakan diri
sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.
Setelah hari ini jugalah bangsa Indonesia bertindak ke luar atas nama negaranya
yang diwujudkan dalam RI
Kutipan Pidato Hatta dalam Konferensi Meja Bundar
S
udah cukup lama bangsa Indonesia menikmati kemerdekaan. Sebagai
negara yang besar, dengan wilayah yang luas, dan penduduk yang
banyak, kedaulatan dan keutuhan negara menjadi sebuah tantangan. Para
pemimpin dan rakyat selalu berjuang untuk membangun Indonesia menjadi
lebih baik. Sebagai negara yang luas dan besar jumlah penduduknya, apakah
kamu melihat ancaman terhadap negara kita? Apakah masih ada ancaman
asing terhadap kedaulatan bangsa Indonesia? Apakah masih ada gerakan
yang ingin memisahkan Negara Kesatuan Republik Indonesia? Apakah
masih ada yang meragukan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara
dan landasan hukum Negara Republik Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Pantas kita renungkan, karena ancaman dan tantangan akan selalu
138
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
ada baik dari dalam maupun dari luar. Ancaman terhadap kelangsungan NKRI
terjadi sejak Negara Indonesia terbentuk pasca proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945. Bagaimana bentuk ancaman-ancaman terhadap kelangsungan
Negara Republik Indonesia? Bagaimana para pahlawan dan tokoh kita
menghadapinya? Kajian lebih dalam masalah ini harus kita lakukan, agar
sebagai generasi penerus kita dapat memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan ancaman terhadap kelangsungan Negara Indonesia.
Sumber: Dokumen Kemdikbud, 2014.
Gambar 7.1
Panglima Besar Jenderal Sudirman memimpin perang gerilya dengan ditandu.
139
Sejarah Indonesia
Revolusi Menegakkan Panji-Panji
NKRI
Perkembangan dan
Tantangan pada Awal
Kemerdekaan
Perjuangan Bangsa:
Antara Perang dan Damai
Nilai-Nilai Kejuangan Masa
Revolusi
• Terbentuknya Pemerintahan RI
• Sikap Sekutu yang mendua
• Ambisi Belanda untuk berkuasa kembali di Indonesia
Perbedaan strategi antara Sipil
dan Militer Indonesia
PETA KONSEP
Konflik Indonesia dengan
Sekutu dan NICA
140
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
ARTI PENTING
Melacak sejarah proses kemerdekaan bangsa Indonesia sangat penting
untuk memberikan kesadaran betapa berat perjuangan meraih dan
mempertahankan kemerdekaan. Mempelajari materi ini juga akan
selalu mengingatkan kita kepada ancaman yang mengusik kemerdekaan
Indonesia. Karena itu kita akan selalu berhati-hati dalam menjaga
keutuhan Negara Republik Indonesia. Kita semua tentu mencintai
perdamaian, tetapi kecintaan kita pada kemerdekaan lebih besar.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari kajian ini, diharapkan kamu dapat:
1.
Menganalisis perkembangan dan tantangan awal kemerdekaan
Indonesia.
2.
Mengevaluasi perjuangan bangsa Indonesia dalam menegakkan
kemerdekaan melalui perang dan diplomasi.
3.
Merekontruksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam
menegakkan kemerdekaan.
4.
Mengamalkan nilai-nilai perjuangan para tokoh masa Revolusi.
141
Sejarah Indonesia
A. Tantangan Awal Kemerdekaan
»
Coba amati baik-baik monumen Tugu Pahlawan Surabaya di atas!
1.
Mengapa dibangun Tugu Pahlawan tersebut?
2.
Apa hubungan tugu tersebut dengan perjuangan bangsa
Indonesia?
3.
Bagaimana makna perjuangan para pahlawan tersebut bagi
bangsa Indonesia?
Mengamati Lingkungan
Gambar 7.2
Monumen Tugu Pahlawan Surabaya.
Sumber: Dokumen Kemdikbud, 2014.
142
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bukan titik akhir perjuangan
bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Belanda
yang telah ratusan tahun merasakan kekayaan Indonesia enggan mengakui
kemerdekaan Indonesia. Sekutu yang telah memenangkan Perang Dunia II
merasa memiliki hak atas nasib bangsa Indonesia. Belanda mencoba masuk
kembali ke Indonesia dan menancapkan kolonialisme dan imperialismenya.
Sementara kondisi sosial ekonomi Indonesia masih sangat memprihatinkan,
perangkat-perangkat kenegaraan juga baru dibentuk, Indonesia ibarat bayi
baru lahir masih lemah, tetapi merdeka adalah harga mati. Berbagai upaya
bangsa asing untuk menguasai kembali bangsa Indonesia ditentang dengan
berbagai cara. Pertempuran heroik dengan korban ribuan jiwa terjadi di
berbagai daerah di Indonesia. Tidak terhitung dengan jelas berapa jumlah
korban jiwa dari pertempuran mempertahankan bangsa Indonesia tersebut,
bahkan banyak pahlawan tidak dikenal yang berguguran. Nah, bagaimana
kondisi awal Indonesia merdeka dan bagaimana proses perjuangan bangsa
Indonesia berikutnya? Mari kita telusuri melalui kajian di bawah ini!
1. Kondisi Awal Indonesia Merdeka
Secara politis keadaan Indonesia pada awal kemerdekaan belum begitu
mapan. Ketegangan, kekacauan, dan berbagai insiden masih terus terjadi.
Hal ini tidak lain karena masih ada kekuatan asing yang tidak rela kalau
Indonesia merdeka. Sebagai contoh rakyat Indonesia masih harus bentrok
dengan sisa-sisa kekuatan Jepang. Jepang beralasan bahwa ia diminta
oleh Sekutu agar tetap menjaga Indonesia dalam keadaan
status quo
.
Di
samping menghadapi kekuatan Jepang, bangsa Indonesia harus berhadapan
dengan tentara Inggris atas nama Sekutu, dan juga Belanda atau NICA
(Netherlands Indies Civil Administration
) yang berhasil datang kembali ke
Indonesia dengan membonceng Sekutu. Pemerintahan memang telah
terbentuk, beberapa alat kelengkapan negara juga sudah tersedia, tetapi
karena baru awal kemerdekaan tentu masih banyak kekurangan. PPKI yang
keanggotaannya sudah disempurnakan berhasil mengadakan sidang untuk
mengesahkan UUD dan memilih Presiden-Wakil Presiden. Bahkan, untuk
menjaga keamanan negara juga telah dibentuk TNI.
Memahami Teks
143
Sejarah Indonesia
Kondisi perekonomian negara masih sangat memprihatinkan sehingga
terjadi inflasi yang cukup berat. Hal ini dipicu karena peredaran mata uang
rupiah Jepang yang tak terkendali, sementara nilai tukarnya sangat rendah.
Permerintah RI sendiri tidak bisa melarang beredarnya mata uang tersebut,
mengingat Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri. Sementara
kas pemerintah kosong, waktu itu berlaku tiga jenis mata uang, yaitu
De
Javasche Bank
, uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang rupiah
Jepang. Bahkan, setelah NICA datang ke Indonesia juga memberlakukan
mata uang NICA. Kondisi perekonomian ini semakin parah karena adanya
blokade yang dilakukan NICA. Belanda juga terus memberi tekanan dan
teror terhadap pemerintah Indonesia. Inilah yang menyebabkan Jakarta
semakin kacau sehingga pada tanggal 4 Januari 1946 Ibu Kota RI pindah ke
Yogyakarta. Kemudian untuk mengatasi keadaan keuangan, pada 1 Oktober
1946 Indonesia mengeluarkan uang RI yang disebut ORI (Oeang Republik
Indonesia). Sementara itu uang NICA dinyatakan sebagai alat tukar yang
tidak sah.
Struktur kehidupan masyarakat
mulai mengalami perubahan,
tidak ada lagi diskriminasi. Semua
memiliki hak dan kewajiban
yang sama. Sementara dalam hal
pendidikan, pemerintah mulai
menyelenggarakan pendidikan
yang diselaraskan dengan
alam kemerdekaan. Menteri
Pendidikan dan Pengajaran juga
sudah diangkat. Kamu tahu
siapa Menteri Pendidikan dan
Pengajaran yang pertama di
Indonesia?
»
Nah, bagaimana uraian secara detail mengenai keadaan sosial,
ekonomi, dan politik Indonesia pada awal kemerdekaan dapat
dibaca buku-buku sejarah Indonesia yang ada.
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bukan titik akhir perjuangan
bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Belanda
yang telah ratusan tahun merasakan kekayaan Indonesia enggan mengakui
kemerdekaan Indonesia. Sekutu yang telah memenangkan Perang Dunia II
merasa memiliki hak atas nasib bangsa Indonesia. Belanda mencoba masuk
kembali ke Indonesia dan menancapkan kolonialisme dan imperialismenya.
Sementara kondisi sosial ekonomi Indonesia masih sangat memprihatinkan,
perangkat-perangkat kenegaraan juga baru dibentuk, Indonesia ibarat bayi
baru lahir masih lemah, tetapi merdeka adalah harga mati. Berbagai upaya
bangsa asing untuk menguasai kembali bangsa Indonesia ditentang dengan
berbagai cara. Pertempuran heroik dengan korban ribuan jiwa terjadi di
berbagai daerah di Indonesia. Tidak terhitung dengan jelas berapa jumlah
korban jiwa dari pertempuran mempertahankan bangsa Indonesia tersebut,
bahkan banyak pahlawan tidak dikenal yang berguguran. Nah, bagaimana
kondisi awal Indonesia merdeka dan bagaimana proses perjuangan bangsa
Indonesia berikutnya? Mari kita telusuri melalui kajian di bawah ini!
1. Kondisi Awal Indonesia Merdeka
Secara politis keadaan Indonesia pada awal kemerdekaan belum begitu
mapan. Ketegangan, kekacauan, dan berbagai insiden masih terus terjadi.
Hal ini tidak lain karena masih ada kekuatan asing yang tidak rela kalau
Indonesia merdeka. Sebagai contoh rakyat Indonesia masih harus bentrok
dengan sisa-sisa kekuatan Jepang. Jepang beralasan bahwa ia diminta
oleh Sekutu agar tetap menjaga Indonesia dalam keadaan
status quo
.
Di
samping menghadapi kekuatan Jepang, bangsa Indonesia harus berhadapan
dengan tentara Inggris atas nama Sekutu, dan juga Belanda atau NICA
(Netherlands Indies Civil Administration
) yang berhasil datang kembali ke
Indonesia dengan membonceng Sekutu. Pemerintahan memang telah
terbentuk, beberapa alat kelengkapan negara juga sudah tersedia, tetapi
karena baru awal kemerdekaan tentu masih banyak kekurangan. PPKI yang
keanggotaannya sudah disempurnakan berhasil mengadakan sidang untuk
mengesahkan UUD dan memilih Presiden-Wakil Presiden. Bahkan, untuk
menjaga keamanan negara juga telah dibentuk TNI.
Memahami Teks
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960.
1995.
Gambar 7.3
Mata uang provinsi Sumatera.
144
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
2. Kedatangan Sekutu dan Belanda
Tentu kamu masih ingat bagaimana Jepang menyerah kepada Sekutu.
Penyerahan Jepang kepada Sekutu tanpa syarat tanggal 14 Agustus 1945
membuat analogi bahwa Sekutu memiliki hak atas kekuasaan Jepang di
berbagai wilayah, terutama wilayah yang sebelumnya merupakan jajahan
negara-negara yang masuk dalam Sekutu. Belanda adalah salah satu negara
yang berada di kelompok Sekutu. Apakah kamu masih ingat bagaimana
Belanda saat kalah dan menyerahkan kekuasaan kepada Jepang? Apakah
Belanda kembali ke tanah airnya? Setelah Belanda kalah dengan Jepang,
mereka melarikan diri ke Australia.
Bagaimana kondisi Indonesia setelah Jepang menyerah tanpa syarat
kepada Sekutu? Bagi Sekutu dan Belanda, Indonesia dalam masa
vacum of
power
atau kekosongan pemerintahan. Karena itu, logika Belanda adalah
kembali berkuasa atas Indonesia seperti sebelum Indonesia direbut Jepang.
Dengan kata lain, Belanda ingin menjajah kembali Indonesia. Bagi Sekutu,
setelah selesai PD II, maka negara-negara bekas jajahan Jepang merupakan
tanggung jawab Sekutu. Sekutu memiliki tanggung jawab perlucutan senjata
tentara Jepang, memulangkan tentara Jepang, dan melakukan normalisasi
kondisi bekas jajahan Jepang? Bayangan Belanda tentang Indonesia jauh
dari kenyataan. Faktanya, rakyat Indonesia telah memproklamasikan
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kondisi ini tentu bertolak
belakang dengan bayangan Belanda dan Sekutu. Karena itu, dapat diprediksi
kejadian berikutnya, yakni akan terjadi pertentangan atau konflik antara
Indonesia dengan Sekutu ataupun Belanda.
Bagaimana dampak kedatangan Sekutu ke Indonesia? Sekutu masuk
ke Indonesia diboncengi NICA. Mereka masuk melalui beberapa pintu
wilayah Indonesia terutama daerah yang merupakan pusat pemerintahan
pendudukan Jepang seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Setelah PD II,
terjadi perundingan Belanda dengan Inggris di London yang menghasilkan
Civil Affairs Agreement.
Isinya tentang pengaturan penyerahan kembali
Indonesia dari pihak Inggris kepada Belanda, khusus yang menyangkut
daerah Sumatra sebagai daerah yang berada di bawah pengawasan SEAC
(South East Asia Command)
. Di dalam perundingan itu dijelaskan langkah-
langkah yang ditempuh sebagai berikut.
145
Sejarah Indonesia
a.
Fase pertama, tentara Sekutu akan mengadakan operasi militer untuk
memulihkan keamanan dan ketertiban.
b.
Fase kedua, setelah keadaan normal pejabat-pejabat NICA akan
mengambil alih tanggung jawab koloni itu dari pihak Inggris yang
mewakili Sekutu.
Setelah diketahui Jepang menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945, maka
Belanda mendesak Inggris agar segera mensahkan hasil perundingan tersebut.
Pada tanggal 24 Agustus 1945 hasil perundingan tersebut disahkan.
Berdasarkan Persetujuan Potsdam, isi
Civil Affairs Agreement
diperluas.
Inggris bertanggung jawab untuk seluruh Indonesia termasuk daerah yang
berada di bawah pengawasan SWPAC (
South West Pasific Areas Command
).
Untuk melaksanakan isi Perjanjian Potsdam, maka pihak SWPAC di bawah
Lord Louis Mountbatten di Singapura segera mengatur pendaratan tentara
Sekutu di Indonesia. Kemudian pada tanggal 16 September 1945, wakil
Mountbatten, yakni Laksamana Muda WR Patterson dengan menumpang
Kapal Cumberland, mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Dalam
rombongan Patterson ikut serta Van Der Plass seorang Belanda yang mewakili
H.J. Van Mook (Pemimpin NICA).
»
Pada saat perundingan antara Belanda dan Inggris di London,
Parlemen Inggris telah memutuskan kepada Pemerintah Inggris
untuk tidak menggunakan pasukannya
untuk membantu pihak lain selain untuk
melaksanakan tugas Sekutu.
Setelah informasi dan persiapan dipandang
cukup, maka Louis Mountbatten membentuk
pasukan komando khusus yang disebut AFNEI
(
Allied Forces Netherlands East Indiers
) di bawah
pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison.
Mereka tergabung di dalam pasukan tentara
Inggris yang berkebangsaan India, yang sering
disebut sebagai tentara Gurkha. Tugas tentara
AFNEI sebagai berikut.
Sumber: 30 Tahun Indonesia
Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 7.4
Van der Plass.
146
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
a.
menerima penyerahan kekuasaan tentara Jepang tanpa syarat.
b.
membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu;
c.
melucuti dan mengumpulkan orang-orang Jepang untuk dipulangkan
ke negerinya;
d.
menegakkan dan mempertahankan keadaan damai, menciptakan
ketertiban, dan keamanan, untuk kemudian diserahkan kepada
pemerintahan sipil; dan
e.
mengumpulkan keterangan tentang penjahat perang untuk kemudian
diadili sesuai hukum yang berlaku.
Pasukan Sekutu yang tergabung dalam AFNEI mendarat di Jakarta pada
tanggal 29 September 1945. Kekuatan pasukan AFNEI dibagi menjadi tiga
divisi, yaitu sebagai berikut.
a.
Divisi India 23 di bawah pimpinan Jenderal D.C Hawthorn. Daerah
tugasnya di Jawa bagian barat dan berpusat di Jakarta.
b.
Divisi India 5 di bawah komando Jenderal E.C Mansergh bertugas di
Jawa bagian timur dan berpusat di Surabaya.
c.
Divisi India 26 di bawah komando Jenderal H.M Chambers, bertugas di
Sumatra, pusatnya ada di Medan.
Kedatangan tentara Sekutu diboncengi NICA yang akan menegakkan
kembali kekuatannya di Indonesia. Hal ini menimbulkan kecurigaan terhadap
Sekutu dan bersikap anti Belanda.
Sementara Christison sebagai pemimpin AFNEI menyadari bahwa untuk
menjalankan tugasnya tidak mungkin tanpa bantuan pemerintah RI. Oleh
karena itu, Christison bersedia berunding dengan pemerintah RI. Selanjutnya,
Christison pada tanggal 1 Oktober 1945 mengeluarkan pernyataan
pengakuan secara
de facto
tentang negara Indonesia. Namun, dalam
kenyataannya pernyataan tersebut banyak dilanggarnya. Sebagai bukti akan
kita lihat dalam kajian di berikut ini.
147
Sejarah Indonesia
3. Merdeka atau Mati
Kedatangan Sekutu di Indonesia menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat
Indonesia. Apalagi dengan memboncengnya Belanda yang ingin menguasai
kembali Indonesia. Hal ini mengakibatkan berbagai upaya penentangan
dan perlawanan dari masyarakat. Bagaimana peristiwa kekerasan akibat
kedatangan Sekutu di Indonesia terjadi? Mari kita simak kajian di bawah ini.
a. Perjuangan rakyat Semarang dalam melawan tentara Jepang
Berita proklamasi terus menyebar ke penjuru tanah air. Pemindahan
kekuasaan dari pendudukan Jepang ke Indonesia juga terus dilakukan.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, sekitar pukul 13.00 WIB berkumandang
lewat radio tentang sebuah pernyataan dan perintah agar pemindahan
kekuasaan dari tangan Jepang ke pihak Indonesia terus dilakukan. Hal ini
semakin membakar semangat para pemuda Semarang dan sekitarnya untuk
melakukan perebutan kekuasaan.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 7.5
Kedatangan tentara Sekutu di Indonesia.
148
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Bahkan Wongsonegoro selaku pimpinan pemerintahan di Semarang
mengeluarkan pernyataan atau perintah sebagai berikut.
Berdasarkan atas pengumuman-pengumuman Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia dan Komite Nasional di Jakarta, maka dengan ini kami atas nama
rakyat Indonesia mengumumkan sementara aturan-aturan pernerintahan
untuk menjaga keamanan umum di daerah Semarang.
1.
Mulai hari ini tanggal 19 Agustus 1945 jam 13.00 Permerintah RI
untuk daerah Semarang mulai berlaku.
2.
Terhadap segala perbuatan yang menentang pemerintah RI akan
diambil tindakan yang keras.
3.
Senjata api, kecuali yang di tangan mereka yang berhak memakainya
harus diserahkan kepada polisi.
4.
Hanya bendera Indonesia Merah Putih boleh berkibar.
5.
Terhadap segala perbuatan yang mengganggu ketenteraman dan
kesejahteraan umum diambil tindakan keras.
6.
Selanjutnya semua penduduk hendaknya melakukan pekerjaannya
sehari-hari sebagaimana biasa.
Semarang, 19 Agustus 1945
Kepala Pemerintahan RI Daerah Semarang
Wongsonegoro
Suasana di Semarang semakin panas. Jepang tidak menghiraukan seruan
pemerintahan di Semarang. Pada tanggal 7 Oktober 1945, ribuan pemuda
Semarang mengerumuni tangsi tentara Jepang,
Kedobutai
di Jatingaleh.
Sementara pimpinan mereka sedang berunding di dalam tangsi untuk
membahas mengenai penyerahan senjata. Perundingan itu berjalan tersendat-
sendat, tetapi akhirnya disepakati penyerahan senjata secara bertahap.
Ketegangan antara kedua belah pihak terus berlanjut. Pada tanggal 14
Oktober 1945, sekitar 400 orang tawanan Jepang dari pabrik gula Cepiring
diangkut oleh para pemuda ke penjara Bulu, Semarang. Dalam perjalanan,
sebagian dari para tawanan berhasil melarikan diri dan minta perlindungan
kepada batalion
Kedobutai
. Oleh karena itu, tanpa menunggu perintah,
para pemuda segera menyerang dan melakukan perebutan senjata terhadap
Jepang. Terjadilah pertempuran sengit antara rakyat Indonesia melawan
pasukan Jepang. Pertempuran ini dikenal dengan Pertempuran Lima Hari di
Semarang.
149
Sejarah Indonesia
Pada tanggal 14 Oktober 1945, pada petang harinya, petugas kepolisian
Indonesia yang menjaga persediaan air minum di Wungkal diserang oleh
pasukan Jepang. Mereka dilucuti dan disiksa di tangsi
Kedobutai
Jatingaleh.
Kemudian, di jalan Peterongan terdengar kabar bahwa air ledeng di Candi
telah diracuni oleh Jepang. Oleh karena rakyat menjadi gelisah, dr. Kariadi,
kepala laboratorium dinas Purusara Semarang ingin mengecek persediaan
air tersebut namun ia dibunuh oleh tentara Jepang. Hal ini telah menambah
sengitnya pertempuran antara para pemuda melawan tentara Jepang.
Para pemuda berhasil menangkap Mayor Jenderal Nakamura di kediamannya,
di Magelang. Tokoh Jepang ini ditahan oleh para pemuda. Hal ini semakin
meningkatkan kemarahan Jepang. Pada hari kedua dan ketiga Jepang
berusaha dapat menguasai daerah Semarang kembali.
Dalam pertempuran itu Jepang membagi pasukannya menjadi tiga kekuatan
sebagai berikut.
a.
Poros Barat, sasarannya penduduk markas
Kempetai
di Karangasem
yang telah dikuasai para pemuda. Selain itu, juga untuk menghambat
gerakan bantuan pasukan dari Pekalongan dan Kendal.
b.
Poros Tengah, dengan sasaran menguasai markas AMRI di Hotel Du
Pavillon.
c.
Poros Timur, dengan sasaran menduduki Sekolah Teknik dan mencegah
datangnya bantuan BKR dari Demak, Pati, dan Rembang. Sementara
itu, dari pihak Indonesia telah datang bantuan dari berbagai penjuru,
baik dari arah Barat (Kendal dan Weleri), juga dari Timur, seperti dari
Demak, Kudus, Pati, Purwodadi, bahkan dari Selatan seperti dari Solo,
Magelang, dan Yogyakarta.
Tanggal 17 Oktober 1945, tercapai suatu perundingan mengenai gencatan
senjata yang diadakan di Candi Baru. Pihak Indonesia juga menyetujui
perundingan tersebut. Sekalipun telah disepakati adanya gencatan senjata,
ternyata Jepang masih melanjutkan pertempuran. Pada tanggal 18 Oktober
1945 (hari kelima), Jepang berhasil mematahkan berbagai serangan para
pemuda. Pada hari itu, telah datang beberapa utusan pemerintah pusat dari
Jakarta untuk merundingkan soal keamanan dan perdamaian di Semarang.
Beberapa tokoh yang hadir dari Jakarta waktu itu, antara lain Kasman
Singodimejo dan Sartono. Pihak Jepang yang hadir, antara lain Jenderal
Nakamura. Kemudian, dilanjutkan perundingan untuk mengatur gencatan
senjata. Nakamura mengancam akan mengebom kota Semarang, apabila
150
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
para pemuda tidak mau menyerahkan senjata paling lambat tanggal 19
Oktober 1945 pukul 10.00. Wongsonegoro terpaksa menyetujui dengan
membubuhkan tanda tangan pada perjanjian itu.
Pada tanggal 19 Oktober 1945 pagi hari, belum ada tanda-tanda semua
senjata akan diserahkan kembali kepada Jepang. Sementara Jepang telah
bersiap-siap untuk membumihanguskan kota Semarang. Tiba-tiba pukul
07.45 terpetik berita bahwa tentara Sekutu mendarat di Pelabuhan Semarang
dengan menumpang kapal HMS Glenry. Mereka terdiri atas pasukan Inggris,
termasuk tentara
Gurkha.
Mereka bertugas untuk melucuti tentara Jepang.
Dengan kedatangan tentara Sekutu, berarti telah mempercepat berakhirnya
pertempuran antara pejuang Semarang dengan tentara Jepang. Untuk
mengenang pertempuran Lima Hari di Semarang ini, maka dibangun sebuah
monumen yang terkenal dengan sebutan Tugu Muda.
b. Pengambilalihan Kekuasaan Jepang di Yogyakarta
Di Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara serentak dimulai pada tanggal
26 September 1945. Sejak pukul 10 pagi, semua pegawai instansi pemerintah
dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh Jepang mengadakan aksi
pemogokan. Mereka memaksa orang-orang Jepang agar menyerahkan
semua kantor mereka kepada orang Indonesia. Pada tanggal 27 September
1945, KNI Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah
itu telah berada di tangan Pemerintahan RI.
Kepala Daerah Yogyakarta yang dijabat oleh Jepang (
Cokan
) harus
meninggalkan kantornya di jalan Malioboro. Tanggal 5 Oktober 1945,
gedung
Cokan Kantai
berhasil direbut dan kemudian dijadikan sebagai
kantor Komite Nasional Indonesia Daerah. Gedung
Cokan Kantai
kemudian
dikenal dengan Gedung Nasional atau Gedung Agung.
Satu hari setelah perebutan gedung
Cokan Kantai,
para pejuang Yogyakarta
ingin melakukan perebutan senjata dan markas
Osha Butai
di Kotabaru.
Rakyat dan para pemuda terus mengepung markas
Osha Butai
di Kotabaru.
Rakyat dan para pemuda terdiri dari berbagai kesatuan, antara lain TKR,
Polisi Istimewa, dan BPU (Barisan Penjagaan Umum) sudah bertekad untuk
menyerbu markas Jepang di Kotabaru.
151
Sejarah Indonesia
Sekitar pukul 03.00 WIB tanggal 7 Oktober 1945, terjadilah pertempuran
antara rakyat, pemuda, dan kesatuan dengan tentara Jepang di Yogyakarta.
Butaico
Pingit segera menghubungi TKR dan menyatakan menyerah, dengan
jaminan anak buahnya tidak disiksa. Hal ini diterima baik oleh TKR. Kemudian,
TKR meminta agar
Butaico
Pingit dapat mempengaruhi
Butaico
Kotabaru
untuk menyerah. Ternyata
Butaico
menolak untuk menyerah. Akibatnya
serangan para pejuang Indonesia semakin ditingkatkan.
Akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1945 sekitar pukul 10.00, markas
Jepang di Kotabaru secara resmi diserahkan ke tangan Yogyakarta. Dalam
pertempuran itu, pihak Indonesia yang gugur 21 orang dan 32 orang luka-
luka. Sedangkan dari pihak Jepang, 9 orang tewas dan 15 orang luka-luka.
Setelah markas Kotabaru jatuh, usaha perebutan kekuasaan meluas. R.P.
Sudarsono kemudian memimpin perlucutan senjata
Kaigun
di Maguwo.
Dengan berakhirnya pertempuran Kotabaru dan dikuasainya Maguwo, maka
Yogyakarta berada di bawah kekuasaan RI.
c. Arek-arek Surabaya untuk Indonesia
Perhatikan gambar tokoh
pahlawan berikut ini! Apakah
kamu mengenal tokoh tersebut?
Beliau bernama Bung Tomo,
terkenal karena perjuangannya
dalam pertempuran Surabaya
pada tahun 1945. Pertempuran
rakyat Surabaya dengan Sekutu
terjadi pada tahun 1945 tersebut,
menyebabkan ribuan rakyat yang
gugur. Karena itulah bangsa
Indonesia menetapkan tanggal 10
November sebagai Hari Pahlawan.
Sumber: Outward Appearances: Trend,
Identitas, Kepentingan, 1997.
Gambar 7.6
Bung Tomo sedang
mengobarkan semangat juang.
152
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Pada tanggal 25 Oktober 1945,
Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadir
Jenderal A.W.S. Mallaby mendarat di
Surabaya. Brigade ini adalah bagian
dari Divisi India ke-23, di bawah
pimpinan Jenderal D.C. Hawthorn.
Mereka mendapat tugas dari panglima
Allied forces for Netherlands East
Indies
(
AFNEI) untuk melucuti serdadu
Jepang dan menyelamatkan para
interniran Sekutu. Kedatangan mereka
diterima oleh pemimpin pemerintah
Jawa Timur, Gubernur Suryo. Setelah
diadakan pertemuan antara wakil-wakil
pemerintah RI dengan Mallaby, maka
dihasilkan kesepakatan sebagai berikut.
1)
Inggris berjanji bahwa di antara tentara mereka tidak terdapat
Angkatan Perang Belanda.
2)
Disetujui kerja sama antara kedua belah pihak untuk menjamin
keamanan dan ketentraman.
3)
Akan segera dibentuk “Kontak Biro” agar kerja sama dapat terlaksana
sebaik-baiknya.
4)
Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang saja.
Semangat tempur arek-arek Surabaya dalam melawan pasukan Sekutu, tidak
dapat dilepaskan dari kemenangannya melawan kekuatan Jepang di Surabaya dan
sekitarnya. Arek-arek Surabaya berhasil menyerbu dan menguasai markas Kempetai
yang terletak di depan Kantor Gubernur Surabaya. Semua senjata Kempetai Jepang
dilucuti. Pertempuran meluas ke Markas Angkatan Laut Jepang di Embong Wungu.
Markas Jepang ini juga berhasil dikuasai para pejuang. Gudang peluru di Kedung
Cowek juga berhasil direbut oleh arek-arek Surabaya. Pertempuran perebutan
kekuasaan terhadap Jepang ini berakhir setelah komandan Angkatan Darat Jepang
Jenderal Iwabe menyerah dan menyusul komandan Angkatan Laut Laksamana
Shibata. Semua kapal perang dan senjata serta pangkalannya diserahkan kepada
pejuang Indonesia.
Sumber: Gelora Api Revolusi, 1996.
Gambar 7.7
Brigadier Jenderal A.W.S.
Mallaby.
153
Sejarah Indonesia
Namun, pada perkembangan selanjutnya, ternyata pihak Inggris mengingkari
janjinya. Pada malam hari tanggal 26 Oktober 1945, peleton dari
Field
Security Section
di bawah pimpinan Kapten Shaw, melakukan penyergapan
ke penjara Kalisosok. Mereka akan membebaskan Kolonel Huiyer—seorang
Kolonel Angkatan Laut Belanda—beserta kawan-kawannya. Tindakan Inggris
dilanjutkan pada keesokan harinya dengan menduduki Pangkalan Udara
Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, Gedung Internatio, dan objek-objek vital
lainnya.
Pada tanggal 27 Oktober 1945, terjadi kontak senjata yang pertama antara
pemuda Indonesia dengan pasukan Inggris. Kontak senjata itu meluas
sehingga terjadi pertempuran pada tanggal 28, 29, dan 30 Oktober 1945.
Dalam pertempuran itu, pasukan Sekutu dapat dipukul mundur, bahkan
hampir dapat dihancurkan oleh pasukan Indonesia. Beberapa objek vital
yang telah dikuasai oleh pihak Inggris berhasil direbut kembali oleh rakyat.
Melihat kenyataan seperti itu, komandan pasukan Sekutu menghubungi
Presiden Sukarno untuk mendamaikan perselisihan antara para pejuang
Indonesia dengan pasukan Sekutu (Inggris) di Surabaya. Pada tanggal 30
Oktober 1945, Bung Karno, Bung Hatta, dan Amir Syarifuddin datang ke
Surabaya untuk mendamaikan perselisihan itu. Perdamaian berhasil dicapai
dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. Salah satu kesepakatannya
adalah untuk menjaga keamanan di Surabaya dan sekitarnya. Karena dirasa
perlu terus dilakukan komunikasi antara kedua pihak, maka dibentuklah
Kontak Biro yang anggotanya tokoh-tokoh dari Indonesia seperti Residen
Sudirman, Dul Arnawa dan Sungkana, sedangkan dari pihak Inggris antara
lain Mallaby dan Shaw. Namun, setelah Sukarno, Hatta, dan Amir Syarifuddin
beserta Hawthorn kembali ke Jakarta, ternyata masih terjadi pertempuran di
beberapa tempat.
Pada tanggal 30 Oktober 1945, dengan berkendaraan beberapa mobil,
para anggota Kontak Biro berusaha menuju gedung Internatio yang masih
terjadi kontak senjata. Pada saat itu, gedung ini diduduki oleh tentara
Inggris. Arek-arek Surabaya mengepung gedung itu dan menuntut agar
gedung itu dikosongkan. Kedatangan Kontak Biro yang di dalamnya ada
Mallaby itu, membuat arek-arek Surabaya menuntut agar Mallaby dan
tentara Inggris menyerah. Kebetulan hari itu sudah mulai gelap. Ketika itu
rombongan Mallaby sedang berada di tempat perhentian trem listrik yang
terletak beberapa belas meter sebelah utara Jembatan meledak, waktu itu
154
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
kira-kira pukul 20.30. Ternyata mobil yang ditumpangi Mallaby meledak
dan ditemukan Mallaby tewas. Tewasnya Brigjen Mallaby ini memancing
kemarahan pasukan Inggris. Pada tanggal 9 November 1945, Mayjen E.C.
Mansergh, sebagai pengganti Mallaby mengeluarkan ultimatum agar pihak
Indonesia di Surabaya meletakkan senjata selambat-lambatnya jam 06.00
tanggal 10 November 1945. Inggris mengeluarkan ultimatum yang berisi
ancaman bahwa pihak Inggris akan menggempur kota Surabaya dari Darat,
Laut, dan Udara, apabila orang-orang Indonesia tidak mau menaati ultimatum
itu. Inggris juga mengeluarkan instruksi yang isinya
“.........
semua pemimpin
bangsa Indonesia dari semua pihak di kota Surabaya harus datang selambat-
lambatnya tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 pada tempat yang telah
ditentukan dan membawa bendera merah putih dengan diletakkan di atas
tanah pada jarak 100 m dari tempat berdiri, lalu mengangkat tangan tanda
menyerah
.”
Akhirnya pertempuran berkobar di Surabaya. Inggris mengerahkan semua
kekuatan yang dimilikinya. Pada tanggal 10 November 1945, terjadi
pertempuran sengit di Surabaya. Salah satu tokoh pemuda, yaitu Sutomo
Sumber: Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe, 1985.
Gambar 7.8
Mobil tempat Mallaby tewas.
155
Sejarah Indonesia
(Bung Tomo) telah mendirikan Radio Pemberontakan untuk mengobarkan
semangat juang arek-arek Surabaya. Pada saat terjadi pertempuran di
Surabaya, Bung Tomo berhasil memimpin dan mengendalikan kekuatan
rakyat melalui pidato-pidatonya. Di dalam pidatonya melalui radio yang
begitu berapi-api dan selalu dimulai dan diakhiri dengan teriakan takbir,
“
Allahu Akbar
”
. Tokoh lain, misalnya Ktut Tantri, yakni wanita Amerika
yang juga aktif dalam mengumandangkan pidato-pidato revolusinya dalam
bahasa Inggris melalui Radio Pemberontakan Bung Tomo.
Sungkono sebagai Komandan Pertahanan Kota, pada tanggal 9 November
1945 pukul 17.00 mengundang semua unsur kekuatan rakyat, yang terdiri
dari Komandan TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar, Polisi Istimewa, BBI, PTKR, dan
TKR Laut untuk berkumpul di Markas Pregolan 4.
Kota Surabaya dibagi dalam 3 sektor pertahanan, yaitu Sektor Barat,
Tengah dan Timur. Sektor Barat dipimpin oleh Kunkiyat, Sektor Tengah
antara lain dipimpin oleh Marhadi, sedangkan Sektor Timur dipimpin oleh
Kadim Prawirodiarjo. Sementara itu Sukarno membakar semangat juang
rakyat lewat radio. Sesudah batas waktu ultimatum habis, keadaan semakin
ekplosif. Kontak senjata pertama terjadi di Perak, yang berlangsung sampai
jam 18.00. Inggris berhasil menguasai garis pertahanan pertama. Gerakan
pasukan Inggris disertai dengan pengeboman yang ditujukan pada sasaran
yang diperkirakan menjadi tempat pemusatan pemuda. Surabaya yang
telah digempur oleh Inggris berhasil dipertahankan oleh para pemuda
hampir 3 minggu lamanya. Sektor demi sektor dipertahankan secara gigih,
walaupun pihak Inggris menggunakan senjata-senjata modern dan berat.
Pertempuran yang terakhir terjadi di Gunungsari pada 28 November 1945,
namun perlawanan secara sporadis masih dilakukan. Markas pertahanan
Surabaya dipindahkan ke desa yang terkenal dengan sebutan Markas Kali.
Kejadian ini merupakan sebuah lambang keberanian dan kebulatan tekad
dalam mempertahankan kemerdekaan dan membela Tanah Air Indonesia
dari segala bentuk penjajahan.
Pertempuran di Surabaya telah menunjukkan begitu heroiknya para pejuang
kita untuk melawan kekuatan asing. Untuk mengenang, peristiwa itu, maka
tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.
156
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
d. Pertempuran Palagan Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 29 November dan berakhir
pada 15 Desember 1945 antara pasukan TKR dan pemuda Indonesia
melawan pasukan Inggris. Latar belakang dari peristiwa ini dimulai dengan
insiden yang terjadi di Magelang sesudah mendaratnya Brigade Artileri
dari Divisi India ke-23 di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Oleh
pihak RI mereka diperkenankan untuk mengurus tawanan perang yang
berada di penjara Ambarawa dan Magelang. Ternyata mereka diboncengi
oleh tentara
Nederland Indische Civil Administration
(NICA) yang kemudian
mempersenjatai bekas tawanan itu. Pada tanggal 26 Oktober 1945 pecah
insiden Magelang yang berkembang menjadi pertempuran antara TKR dan
tentara Sekutu. Insiden itu berhenti setelah kedatangan Presiden Sukarno
dan Brigadir Jenderal Bethell di Magelang pada tanggal 2 November 1945.
Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan tercapai kata
sepakat yang dituangkan ke dalam 12 pasal, diantaranya sebagai berikut.
1)
Pihak Sekutu tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk
melakukan kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi
Allied
Prisoners War and Interneers
(APWI-tawanan perang dan interniran
Sekutu);
2)
Jalan raya Magelang-Ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia-
Sekutu; dan
3)
Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA dalam badan-badan yang
berada di bawahnya.
Ternyata pihak Sekutu ingkar janji. Pada tanggal 20 November 1945 di
Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan
Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945
pasukan Sekutu yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa di bawah
lindungan pesawat tempur. Namun, tanggal 22 November 1945 pertempuran
berkobar di dalam kota dan pasukan Sekutu melakukan pengeboman
terhadap kampung-kampung yang berada di sekitar Ambarawa. Pasukan
TKR bersama pemuda dari Boyolali, Salatiga, Kartosuro bertahan di kuburan
Belanda, sehingga membentuk garis medan sepanjang rel kereta api dan
membelah kota Ambarawa. Sementara itu, dari arah Magelang pasukan
TKR dan Divisi V/Purwokerto di bawah pimpinan Imam Adrongi melakukan
serangan fajar pada tanggal 21 November 1945 dengan tujuan memukul
mundur pasukan Sekutu yang berkedudukan di Desa Pingit. Pasukan Imam
Adrongi berhasil menduduki Desa Pingit dan merebut desa-desa sekitarnya.
157
Sejarah Indonesia
Sementara itu, Batalion
Imam Adrongi meneruskan
gerakan pengejarannya.
Kemudian disusul 3
batalion yang berasal
dari Yogyakarta, yaitu
batalion 10 Divisi III di
bawah pimpinan Mayor
Suharto, batalion 8 di
bawah pimpinan Mayor
Sarjono, dan Batalion
Sugeng. Musuh akhirnya
terkepung. Walaupun
demikian, pasukan musuh
mencoba mematahkan
pengepungan dengan
mengadakan gerakan
melambung dan
mengancam kedudukan
pasukan Indonesia dari
belakang dengan tank-
tanknya. Untuk mencegah
jatuhnya korban, pasukan
mundur ke Bedono.
Dengan bantuan resimen
kedua yang dipimpin M.
Sarbini, batalion Polisi
Istimewa yang dipimpin Onie Sastroatmojo dan batalion dari Yogyakarta,
gerakan musuh berhasil ditahan di Desa Jambu.
Di Desa Jambu para komandan mengadakan rapat koordinasi yang dipimpin
oleh Kolonel Holland Iskandar. Rapat itu menghadirkan pembentukan
komando yang disebut Markas Pimpinan Pertempuran dan bertempat di
Magelang. Sejak saat Ambarawa dibagi atas 4 sektor, yaitu sektor Utara, sektor
Selatan, sektor Barat dan sektor Timur. Kekuatan pasukan bertempur secara
bergantian. Pada tanggal 26 November 1945 pimpinan pasukan TKR dari
Purwokerto yaitu Letkol Isdiman gugur. Setelah mengetahui Isdiman gugur
maka pimpinan pasukan TKR Purwokerto Kolonel Sudirman turun langsung
memimpin pasukan. Kehadiran Sudirman ini semakin menambah semangat
tempur TKR dan para pejuang yang sedang bertempur di Ambarawa. Kolonel
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 7.9
Peta Rute Gerilya Sudirman
158
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Sudirman menyodorkan taktik perang
Supit
Urang
.
Taktik ini segera diterapkan. Musuh
mulai terjepit dan situasi pertempuran semakin
menguntungkan pasukan TKR. Sejak saat itu,
pimpinan pasukan TKR Purwokerto dipimpin
oleh Kolonel Sudirman. Situasi pertempuran
menguntungkan pasukan TKR. Pada tanggal
5 Desember 1945, musuh terusir dari Desa
Banyubiru, yang merupakan garis pertahanan
yang terdepan.
Pada tanggal 12 Desember 1945 dini hari,
pasukan TKR bergerak menuju sasaran masing-
masing. Dalam waktu setengah jam pasukan
TKR berhasil mengepung musuh di dalam kota.
Pertahanan musuh yang terkuat diperkirakan
berada di Benteng Willem yang terletak
di tengah-tengah kota Ambarawa. Kota
Ambarawa dikepung selama empat hari empat malam. Musuh yang merasa
kedudukannya terjepit berusaha keras untuk melakukan pertempuran.
Pada tanggal 15 Desember 1945 musuh meninggalkan Kota Ambarawa
dan mundur ke Semarang. Pertempuran di Ambarawa ini mempunyai arti
penting karena letaknya yang sangat strategis. Apabila musuh menguasai
Ambarawa, mereka dapat mengancam 3 kota utama di Jawa Tengah, yaitu
Surakarta, Magelang dan Yogyakarta.
Dalam pertempuran itu, pasukan TKR mengalami kemenangan yang
gemilang. Menyambut kemenangan itu Sudirman yang masih berpakaian
perang langsung mengambil air wudu dan segera melakukan sujud syukur
seraya berdoa:
Ya Allah ya Tuhan, Maha Besar dan Maha Kuasa Engkau. Engkaulah sumber kekuatan dan
kemenangan. Ampunilah hamba-Mu yang lemah dan dhaif ini dan berikan kami kekuatan”
.
Kemenangan pertempuran Ambarawa ini cepat menyebar ke pos-pos
pertahanan TKR, bahkan sampai ke dapur-dapur umum. Hal ini semakin
menambah semangat juang pada pejuang di medan tempur.
Sumber: 30 Tahun Indonesia
Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 7.10
Kolonel Sudirman.
159
Sejarah Indonesia
Dengan kemenangan ini nama Sudirman semakin populer sebagai
komandan dan pimpinan TKR. Kemenangan ini juga menunjukkan bahwa
Republik Indonesia masih memiliki pasukan yang kuat yaitu pasukan TKR
dan rakyat yang menolak kembalinya penjajah di bumi pertiwi Indonesia.
Untuk mengenang pertempuran Ambarawa, tanggal 15 Desember dijadikan
Hari Infanteri. Di Ambarawa juga dibangun Monumen Palagan, Ambarawa.
»
Coba lakukan telaah kritis apa makna kemenangan dalam
pertempuran Ambarawa bagi TNI dan perjuangan bangsa Indonesia
.
Untuk mendalami bagaimana Pertempuran Palagan Ambarawa dan
tokoh Sudirman, Kamu dapat membaca buku karya Sardiman, Guru
Bangsa: Sebuah Biografi Jenderal Sudirman
.
e. Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 November 1945, pasukan Sekutu di bawah pimpinan Brigadir
Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Sumatra Utara. Pendaratan pasukan Sekutu
itu diboncengi oleh pasukan NICA yang telah dipersiapkan untuk mengambil
alih pemerintahan. Pemerintahan RI Sumatra Utara memperkenankan mereka
menempati beberapa hotel di Medan, seperti Hotel de Boer, Grand Hotel,
Hotel Astoria dan lainnya, karena menghormati tugas mereka. Sebagian
dari mereka ditempatkan di Binjai, Tanjung Morawa dan beberapa tempat
lainnya dengan memasang tenda-tenda lapangan.
Sehari setelah mendarat, tim dari RAPWI telah mendatangi kamp-kamp
tawanan di Pulu Berayan, Saentis, Rantau Prapat, Pematang Siantar dan
Berastagi untuk membantu membebaskan para tawanan dan dikirim
ke Medan atas persetujuan Gubernur M. Hasan. Ternyata kelompok itu
langsung dibentuk menjadi Medan Batalion KNIL. Dengan kekuatan itu,
maka tampaklah perubahan sikap dari bekas tawanan tersebut. Mereka
bersikap congkak karena merasa sebagai pemenang atas perang. Sikap ini
memancing timbulnya pelbagai insiden yang dilakukan secara spontan oleh
para pemuda. Insiden pertama terjadi di Jalan Bali, Medan pada tanggal 13
Oktober 1945. Insiden ini berawal dari ulah seorang penghuni hotel yang
merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai oleh salah
seorang yang ditemuinya. Akibatnya hotel tersebut diserang dan dirusak
oleh para pemuda.
160
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Insiden ini menjalar ke berbagai kota seperti
Pematang Siantar dan Brastagi. Sementara itu,
pada tanggal 10 Oktober 1945 dibentuk TKR
Sumatra Timur dengan pimpinannya Ahmad
Tahir. Selanjutnya diadakan pemanggilan
terhadap bekas
Giyugun
dan
Heiho
ke Sumatra
Timur. Panggilan ini mendapat sambutan luar
biasa dari mereka. Di samping TKR, di Sumatra
Timur terbentuk juga badan-badan perjuangan
yang sejak 15 Oktober 1945 menjadi Pemuda
Republik Indonesia Sumatra Timur dan
kemudian berganti nama menjadi Pesindo.
Sebagaimana di kota-kota lain di Indonesia,
Inggris memulai aksinya untuk memperlemah
kekuatan Republik dengan cara memberikan ultimatum kepada bangsa
Indonesia agar menyerahkan senjatanya kepada Sekutu. Hal ini dilakukan
pula oleh Kelly terhadap pemuda Medan pada tanggal 18 Oktober1945.
Sejak saat itu tentara NICA merasa memperoleh dukungan dari pihak
Inggris. Demikian pula pasukan Sekutu mulai melakukan aksi-aksi terornya,
sehingga timbul rasa permusuhan di kalangan pemuda. Patroli-patroli Inggris
tidak pernah merasa aman, karena pemerintah Republik Indonesia tidak
memberikan jaminan keamanan. Meningkatnya korban di pihak Inggris
menyebabkan mereka memperkuat kedudukannya dan menentukan sendiri
secara sepihak batas kekuasaannya.
Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papan-papan
yang bertuliskan
Fixed Boundaries
Medan Area di berbagai sudut pinggiran
kota Medan. Tindakan pihak Inggris itu merupakan tantangan bagi para
pemuda. Pihak Inggris bersama NICA melakukan aksi pembersihan terhadap
unsur-unsur Republik yang berada di kota Medan. Para pemuda membalas
aksi-aksi tersebut, setiap usaha pengusiran dibalas dengan pengepungan,
bahkan seringkali terjadi tembak menembak. Pada tanggal 10 Desember
1945, pasukan Inggris dan NICA berusaha menghancurkan konsentrasi
TKR di Trepes. Selanjutnya TKR menculik seorang perwira Inggris dan
menghancurkan beberapa truk. Dengan peristiwa ini Jenderal Kelly kembali
mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata mereka. Barang siapa
yang nyata-nyata melanggar akan ditembak mati. Daerah yang ditentukan
adalah kota Medan dan Belawan. Perlawanan terus memuncak, pada bulan
April 1946 tentara Inggis mulai berusaha mendesak pemeintah RI ke luar
Sumber: Pengabdian Selama
Perang Kemerdekaan Bersama
Brigade Ronggolawe, 1985.
Gambar 7.11
Letkol Gatot
Subroto.
161
Sejarah Indonesia
kota Medan. Gubernur, Markas Divisi TKR, Walikota RI pindah ke Pematang
Siantar. Dengan demikian Inggris berhasil menguasai kota Medan.
Pada tanggal 10 Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan suatu pertemuan
antara komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area.
Pertemuan memutuskan dibentuknya satu komando yang bernama
“Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area” yang dibagi atas 4 sektor
dan bermarkas di Sudi Mengerti (Trepes). Di bawah komando inilah mereka
meneruskan perjuangan di Medan Area.
f. Bandung Lautan Api
Di Bandung pertempuran diawali oleh usaha para pemuda untuk merebut
pangkalan udara Andir dan pabrik senjata bekas
Artillerie Constructie Winke
l
(ACW-sekarang Pindad) dan berlangsung terus sampai kedatangan pasukan
Sekutu di Bandung pada 17 Oktober 1945. Seperti halnya di kota-kota lain,
di Bandung pun pasukan Sekutu dan NICA melakukan teror terhadap rakyat,
sehingga terjadi pertempuran-pertempuran. Menjelang bulan November
1945, pasukan NICA semakin merajalela di Bandung. NICA memanfaatkan
kedatangan pasukan Sekutu untuk mengembalikan kekuasaan kolonialnya di
Indonesia. Namun, semangat juang rakyat dan para pemuda yang tergabung
dalam TKR, laskar-laskar dan badan-badan perjuangan semakin berkobar.
Pertempuran demi pertempuran terjadi.
Pada bulan Oktober di Bandung telah terbentuk Majelis Dewan Perjuangan
yang dipimpin panglima TKR, Aruji Kartawinata. Dewan perjuangan ini terdiri
atas wakil-wakil TKR dan berbagai kelaskaran. Pada tanggal 21 November
1945 Sekutu mengeluarkan ultimatum agar para pejuang menyerahkan
senjata dan mengosongkan Bandung Utara. Ternyata ultimatum itu tidak
diindahkan oleh pihak pejuang. Insiden terjadi, para pemuda melakukan
penyerobotan terhadap kendaraan-kendaraan Belanda yang berlindung di
bawah Sekutu. Penculikan juga sering terjadi.
Peristiwa yang memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November
1945. Selain menghadapi serangan musuh, rakyat menghadapi banjir besar
meluapnya Sungai Cikapundung. Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan
penduduk kehilangan tempat tinggal. Keadaan ini dimanfaatkan musuh
untuk menyerang rakyat yang tengah menghadapi musibah.
162
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Dalam suasana yang demikian itu, Majelis Dewan Perjuangan tidak sabar
menunggu reaksi dari pemerintah. Majelis yang terdiri dari berbagai kesatuan
ini memutuskan untuk melancarkan perlawanan. Pada malam hari tanggal
24 - 25 November 1945 rakyat Bandung melancarkan serangan terhadap
posisi-posisi Sekutu dan NICA.
Tanggal 23 Maret 1946, pihak Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum.
Isi ultimatum itu adalah agar TRI mengosongkan seluruh kota Bandung dan
mundur ke luar kota dengan jarak 11 km. Untuk menghindari penderitaan
rakyat dan kehancuran kota Bandung, maka Pemerintah RI menyetujui untuk
melaksanakan pengosongan kota Bandung.
Kolonel Abdul Haris Nasution sebagai Komandan Divisi III Siliwangi
menginstruksikan rakyat untuk mengungsi pada tanggal 24 Maret 1946.
Malam harinya bangunan-bangunan penting mulai dibakar dan ditinggalkan
mengungsi ke Bandung Selatan oleh sekitar 200.000 warganya. Kota
Bandung yang terbakar ini juga disaksikan oleh istri Otto Iskandardinata yang
masih menunggu kabar kepastian hilangnya sang suami. Warga mengungsi
dengan membawa barang seadanya, sebagian mengatur perjalanan ke
pengungsian, sebagian menyelamatkan dokumen-dokumen kota, sebagian
membakar gedung-gedung penting, bahkan meledakkan bangunan-
bangunan besar, hingga instalasi militer pun dihancurkan, salah satunya
gudang mesiu yang diledakkan oleh Mohammad Toha yang gugur bersama
ledakan. Tengah malam kota Bandung yang terbakar telah ditinggalkan.
Menyisakan kenangan perjuangan Bandung Lautan Api.
Peristiwa tersebut dikenang hingga kini. Mars Halo Halo Bandung diciptakan.
Kemudian monumen pun didirikan di lapangan Tegalega. Sineas pun tak
luput menjadikan peristiwa tersebut dalam film “Toha Pahlawan Bandung
Selatan”, sebuah film karya Usmar Ismail, juga film “Bandung Lautan Api”
karya Alam Rengga Surawijaya. Tak ketinggalan penulis puisi W.S. Rendra
juga mengabadikan dalam Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api.
g. Berita Proklamasi di Sulawesi
Berita proklamasi yang dikumandangkan oleh Sukarno dan Moh. Hatta,
sampai pula di Sulawesi. Sam Ratulangi, yang saat itu menjabat sebagai
Gubernur Sulawesi, yang berkedudukan di Makasar mendapat tugas dari
163
Sejarah Indonesia
PPKI untuk menyusun Komite Nasional Indonesia. Sementara itu, para
pemuda Sulawesi memperbanyak teks proklamsi untuk disebarluaskan
keseluruh pelosok penjuru. Atas inisiatif Manai Shopian dan kawan-kawan,
dibuat plakat proklamasi di rumah A. Burhanuddin dan di kantor pewarta
Celebes
, yang kemudian diganti nama dengan
Soeara Indonesia
.
Saat itu tentara Sekutu dengan cepat dapat menguasai Indonesia bagian
Timur, termasuk Sulawesi. Upaya Sam Ratulangi untuk menyampaikan berita
proklamasi ke penjuru Sulawesi mendapat halangan dari tentara Sekutu.
Para pemuda mulai mengorganisasi diri dan merencanakan untuk merebut
gedung-gedung vital. Pada tanggal 28 Oktober 1945, kelompok pemuda
yang terdiri dari bekas
Kaigun, Heiho
dan pelajar SMP, bergerak menuju
sasarannya dan mendudukinya. Akibat peristiwa itu pasukan Australia yang
telah ada, bergerak dan melucuti para pemuda. Sejak itu pusat gerakan
pemuda dipindahkan dari Ujungpandang ke Polombangkeng. Bahkan Sam
Ratulangi kemudian ditangkap oleh NICA dan diasingkan ke Serui, Papua.
Berita proklamasi di Sulawesi Tenggara diterima di Kolaka, Kendari. Mula-
mula berita diterima oleh kalangan
Kaigun
dan
Heiho
yang dibawa oleh
tentara Jepang. Saat itu yang bertugas memimpin Heiho adalah Idie Heiso
dan Sudamitsu Heiso. Sementara berita proklamasi baru diketahui oleh rakyat
Muna, saat Jepang menyerahkan pemerintahan Muna kepada Ode Ipa yang
kemudian meninggalkan Muna menuju Kendari. Di Buton berita proklamasi
diterima rakyat dari para pelayar yang tiba dari Jakarta dan Bangka serta dari
orang-orang Jepang yang datang ke Makassar. Mula-mula berita itu diterima
di Kepulauan Tukang Besi (Wakatobi). Di Sulawesi Tengah, berita proklamasi
diterima pada tanggal 17 Agustus pada pukul 15.00 waktu setempat. Berita
itu diterima Abdul Latief dari tentara Jepang yang dikawal dari dua tentara
Heiho
dari Sulawesi Selatan, yaitu Saleh Topetu dan Djafar. Perwira itu
mengatakan “Bangsa Indonesia sudah merdeka”.
Di Manado, berita proklamasi pertama kali diterima di markas besar tentara
Jepang yang berkedudukan di Minahasa. Di Markas itu terdapat alat-alat
sarana komunikasi yang mempekerjakan tenaga Indonesia diantaranya adalah
A.S. Rombot. Saat itu, Rombot sedang mendapat tugas untuk menerima
berita
Domei
dari Tokyo. Pada saat itulah berita tentang proklamasi yang
disebarkan di seluruh penjuru dunia itu diketahuinya, tepatnya pada 18
Agustus 1945. Berita itu diterimanya bersamaan dengan berita kapitulasi
Jepang dan perintah genjatan senjata. Segera setelah bertugas Rombot
mengontak W.F. Sumati yang saat itu sebagai
daidancho boo ei Teisintai
di
164
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Tondano. Kedua tokoh itu kemudian menyampaikan berita proklamasi itu
ke tokoh-tokoh nasionalis. Berita itu kemudian disebarkan ke Sangir Talaud,
Bolaang Mongondow, dan Gorontalo.
Setelah berita proklamasi kemerdekaan tersebar keseluruh penjuru Sulawesi,
sejak itu pula bendera merah putih mulai berkibar menjadi lambang Indonesia
merdeka. Cita-cita yang sudah lama diinginkan oleh rakyat pun terwujud.
Di Sulawesi Tenggara misalnya, bendera merah putih dikibarkan pada 17
September 1945 dengan dipimpin oleh D. Andi Kasim. Di Lasusua bendera
merah putih dikibarkan pada 5 Oktober 1945 yang dihadiri oleh kepala distrik
Patampanua dan beberapa pimpinan pemuda RI dari Luwu.
Sementara itu, pada 14 Februari 1946, B.W. Lapian sebagai pemimpin sipil
pada saat itu memimpin pasukan pemuda bersama Letkol. Ch. Taulu dan
Serda S.D. Wuisan merobek bagian biru pada bendera Belanda di tangsi
militer Belanda, di Teling, Menado. Peristiwa heroik itu menandai berkibarnya
bendera merah putih.
h. Operasi Lintas Laut Banyuwangi – Bali
Operasi lintas Laut Banyuwangi-Bali merupakan operasi gabungan dan
pertempuran laut pertama sejak berdirinya negara Republik Indonesia.
peristiwa itu dimulai dengan kedatangan Belanda dengan membonceng
Sekutu, mendarat di Bali dengan jumlah pasukan yang cukup besar, tanggal
3 Maret 1946. Hal ini dimaksudkan Bali sebagai batu loncatan untuk
menyerbu Jawa Timur yang dinilai sebagai lumbung pangan untuk kemudian
mengepung pusat kekuasaan RI. Bali juga dapat dijadikan penghubung ke
arah Australia.
Dengan perkembangan di atas, maka telah mengalihkan konfrontasi dari
Indonesia melawan Jepang berganti menjadi Indonesia melawan Belanda.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka para pemimpin perjuangan yang
sudah sampai di Jawa berusaha mencari bantuan dan membentuk kesatuan-
kesatuan tempur. Mereka antara lain telah membentuk Pasukan Markadi
atau Pasukan Merdeka sebagai pasukan induk. Pasukan itu kemudian lebih
dikenal dengan nama Pasukan M. Kapten Markadi sebelumnya bertugas
mendampingi Kolonel Prabowo, Kolonel Munadi dan Letkol I Gusti Ngurah
Rai ke markas besar TRI di Yogyakarta untuk meminta bantuan, karena makin
lemahnya kekuatan TRI Sunda Kecil di Bali.
165
Sejarah Indonesia
Kondisi itu mendorong Letjen. Urip Sumoharjo di Markas Besar TRI Yogyakarta
untuk memutuskan memperkuat TRI Sunda Kecil dengan bantuan senjata
dan amunisi kepada I Gusti Ngurah Rai. Untuk itulah Pasukan M berperan
penopang Pasukan Sunda Kecil di bawah Pimpinan Ngurah Rai. Pasukan ini
juga dilengkapi pasukan sandi yang disebut CIS (
Combat Intelligent Section
)
yang terdiri dari para pelajar. Disiapkanlah tiga pasukan untuk memblokade
pasukan Belanda. Pasukan angkatan laut dipimpin oleh Kapten Makardi
dan Waroka. Angkatan Darat di bawah pimpinan Letkol I Gusti Ngurah Rai.
Operasi itu direncanakan melalui tiga titik pendaratan. Pasukan Waroka
mendarat di Pantai Gerokgak dan Celuk Bawang. Pasukan Markadi mendarat
di antara Cupel dan Candi Kusuma, Jembrana dan Pasukan I Gusti Gurah
Rai mendarat di Pantai Yeh Kuning. Operasi rahasia itu ditujukan untuk
mendapatkan informasi intelijen yang akurat.
Pasukan diberangkatkan dari Muncar Banyuwangi dengan sasaran daerah
Kuning dan terus ke Munduk Malang. Penyeberangan dilaksanakan malam
hari. Rombongan ini dalam penyeberangannya di tengah laut dipergoki
oleh patroli Belanda dan langsung menembaki ke arah rombongan pasukan
Ngurah Rai. Akibatnya Cokorde Rai Gambir dan Cokorde Dharma Putra
gugur. Sebagian berhasil mendarat di Yeh Kuning dan sebagian lagi di
bawah Ngurah Rai kembali ke Muncar. Keesokan harinya tanggal 4 April
1946, rombongan Ngurah Rai berhasil mendarat di Pulukan untuk seterusnya
menuju Munduk Malang.
Gelombang ketiga, Pasukan M sebagai induk pasukan berangkat pada tanggal
4 April 1946 malam hari. Mereka berangkat dari pelabuhan Banyuwangi
dengan berkekuatan empat peleton. Sasarannya akan mendarat di daerah
Candikusuma. Saat fajar menyingsing, rombongan Pasukan M dipergoki
oleh dua
motorboat
Belanda yang sedang berpatroli. Terjadilah pertempuran
antara Pasukan M melawan patroli Belanda. Dengan taktik menempel pada
motorboat Belanda, Pasukan M sulit untuk ditembaki Belanda. Sebaliknya,
Pasukan M dapat melemparkan granat-granat tangan ke dek motorboat.
Akhirnya, satu
motorboat
Belanda terbakar dan tenggelam serta yang satunya
melarikan diri. Setelah berhasil menghancurkan patroli Belanda, Pasukan
memerintahkan untuk putar haluan kembali ke Banyuwangi, sebab arus laut
yang kuat dan kapal Markadi sendiri berlobang-lobang. Dalam perang ini,
pihak Pasukan M gugur dua orang, yakni Sumeh Darsono dan Sidik.
166
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Keesokan harinya, Pasukan M kembali berlayar menuju Bali dan mereka
berhasil melakukan pendaratan di Klatakan, Melaya, dan Candikusuma.
Sesampainya di Bali dilakukan koordinasi dan dibentuk MGGSK (Markas
Gabungan Gerakan Sunda Kecil). Kemudian pada bulan Juli 1946, juga
terjadi pendaratan pasukan tempur yang dipimpin oleh Kapten Saestuhadi.
Setelah itu terjadilah pertempuran di berbagai daerah.
Mula pertama pasukan MGGSK dihadang oleh pasukan Belanda di Klatakan.
Terjadilah pertempuran sengit. Pasukan MGGSK terdesak dan pemimpin yang
gugur, antara lain Kapten Saestuhadi, Kapten Suryadi, dan Letnan Nurhadi.
Selanjutnya, Pasukan M melakukan penyerangan ke berbagai daerah,
antara lain, di Gilimanuk Cekik, Penginuman, Candikusuma, Cupek, Negara,
Sarikuning, Pulukan, Gunungsari, Klatakan, Munduk Malang, Tabanan, dan
Celukan Bawang.
Untuk mengenang perjuangan pasukan kita yang gugur dalam operasi lintas
laut, maka di daerah Cekik, Gilimanuk didirikan monumen yang dinamakan
Monumen Operasi Lintas Laut Banyuwangi-Bali.
KESIMPULAN
1.
Usaha mempertahankan kemerdekaan terjadi di berbagai daerah di
Indonesia. Umumnya mereka berhadapan dengan kolonialisme baru yang
dipastikan dapat menyengsarakan rakyat Indonesia.
2.
Rakyat di berbagai daerah tidak memiliki ketakutan sedikitpun untuk
melawan kezaliman kolonialisme. Mereka berani bertempur dengan
korban yang sangat besar.
167
Sejarah Indonesia
1.
Tidak lama setelah proklamasi kemerdekaan, Sekutu datang ke
Indonesia. Mengapa Sekutu datang ke Indonesia? Jelaskan alasanmu!
2.
Berbagai pertempuran terjadi di berbagai daerah dalam menentang
Sekutu yang datang ke Indonesia. Mengapa rakyat Indonesia
melakukan perlawanan terhadap Sekutu?
3.
Di antara berbagai perjuangan rakyat Indonesia di berbagai daerah
dalam rangka melawan Sekutu dan Belanda pada bacaan di atas,
pertempuran mana yang menurutmu paling menarik? Jelaskan latar
belakang dan proses terjadinya pertempuran tersebut!
Tugas
1.
Bentuklah kelompok yang terdiri dari tiga orang. Kemudian buatlah
tema “berita sekitar proklamasi di daerah tempat tinggalku”. Setelah
kamu mendapatkan teman dalam satu kelompok ikutilah langkah-
langkah pembuatan tugas sebagai berikut:
a.
Kumpulkan buku, majalah, dan koran yang ada kaitan dengan
berita tentang Proklamasi 17 Agustus 1945.
b.
Setelah data-data kepustakaan terkumpul, diskusikan dengan
guru kamu, kira-kira siapa nara sumber yang pantas untuk
mendapatkan keterangan tentang berita sekitar proklamasi yang
ada di tempat tinggal kamu.
c.
Kemudian buatlah daftar pertanyaan yang terkait dengan kisah
sekitar proklamasi di daerah tempat tinggal kamu, misalnya
kapan berita proklamasi itu diterima oleh penduduk di kotamu.
Bagaimana berita itu dapat sampai di kota tempat tinggalmu.
LATIH UJI KOMPETENSI
168
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
d.
Nah, setelah tersusun daftar pertanyaannya. Cobalah membuat
janji dengan nara sumber yang direkomendasikan oleh guru,
atau tokoh masyarakat setempat. Jangan lupa membawa alat
yang dapat untuk mencatat atau merekam semua kegiatan
wawancara kamu.
e.
Setelah selesai melakukan wawancara kamu dapat menyalin
hasil wawancara itu ke dalam tulisan.
2.
Setelah tahapan no. 1 kamu buatlah sebuah laporan deskriptif naratif
dari hasil kerja kamu itu. Jangan lupa untuk memberi “judul” pada
laporan itu. Judul tidak harus sama dengan tema.
169
Sejarah Indonesia
B. Antara Perang dan Diplomasi
»
Coba amati gambar tempat perundingan Linggarjati di atas!
1.
Di manakah lokasi perundingan tersebut?
2.
Bagaimana peranan Linggarjati dalam sejarah revolusi
kemerdekaan Indonesia?
Linggarjati adalah satu simbol perjuangan diplomasi Indonesia dalam
menyelesaikan masalah kedaulatan dengan Belanda. Seperti telah kamu
kaji pada bagian sebelumnya, bahwa Belanda benar-benar belum mau
meninggalkan Indonesia. Konflik Indonesia-Belanda tidak dapat dihindari.
Kontak senjata dan perundingan dilakukan oleh kedua negara. Bagaimana
perjuangan bangsa Indonesia dalam konflik perang dan damai untuk
mencapai kedaulatan?
Mengamati Lingkungan
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 7.12
Tempat perundingan Linggarjati.
170
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Bangsa Indonesia juga sadar bahwa kekuatan senjata bukan satu-satunya jalan
untuk mencapai kemerdekaan. Jalur diplomasi atau perundingan adalah jalan
lain yang perlu ditempuh bangsa Indonesia. Hal ini juga menunjukkan bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, tetapi lebih mencintai
kemerdekaan. Mengapa demikian? Sebab langkah diplomasi kadang tidak
selamanya menguntungkan bangsa Indonesia, demikian sebaliknya. Maka
dalam kajian di bawah ini kamu akan menelaah bagaimana bangsa kita
berusaha menjalankan politik damai untuk mempertahankan kemerdekaan,
tetapi juga tidak mengesampingkan dengan kekuatan senjata. Jalan damai
apa saja yang ditempuh bangsa Indonesia? Bagaimana dampak jalan yang
ditempuh tersebut? Mari kita telaah bersama.
1. Rangkaian Perjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati merupakan langkah-langkah yang diambil oleh
pemerintah Republik Indonesia untuk memperoleh pengakuan kedaulatan
dari pemerintah Belanda dengan jalan diplomatik. Perjanjian itu melibatkan
pihak Indonesia dan Belanda, serta Inggris sebagai penengah. Tokoh-tokoh
dalam perundingan itu adalah Letnan Jenderal Sir Philip Christison dari Inggris,
seorang diplomat senior serta mantan duta besar Inggris di Uni Soviet, yang
kemudian diangkat sebagai duta istimewa Inggris untuk Indonesia. Wakil
dari Belanda adalah Dr. H.J. Van Mook. Indonesia diwakili Perdana Menteri
Republik Indonesia Sutan Sjahrir.
Sebelum perundingan Linggarjati, sudah dilakukan beberapa kali perundingan
baik di Jakarta maupun di Belanda. Namun, usaha-usaha untuk mencapai
kesepakatan belum memenuhi harapan baik bagi pihak Indonesia maupun
bagi pihak Belanda. Usaha itu mengalami kegagalan karena masing-masing
pihak mempunyai pendapat yang berbeda.
Van Mook adalah orang Belanda yang lahir di Indonesia, yaitu di Semarang.
Ia juga seorang penganjur persekutuan sejak tahun 1930-an. Ia termasuk
kelompok pendorong gerakan orang Belanda di tanah jajahan Hindia
Belanda. Mereka bertujuan untuk menjadikan Hindia Belanda sebagai tanah
air mereka dalam bentuk persemakmuran. Atas pandangan itu suatu saat
nanti Indonesia menjadi bagiannya sesuai dengan makna politik dan sosialnya
sendiri. Atas dasar pemikirannya itu Van Mook berkeinginan keras untuk
171
Sejarah Indonesia
kembali ke Indonesia. Sebagai seorang Letnan Gubernur Jenderal Hindia
Belanda. Van Mook lebih siap menghadapi perubahan situasi daripada
pemerintahan yang ada di Negeri Belanda. Namun, ia mendapatkan situasi
yang jauh dari perkiraannya. Proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan
segala konsekuensinya itu tidak mungkin untuk ditarik kembali. Belanda
hanya dapat menolak dan tidak mengakui negeri jajahannya sebagai negara
yang berdaulat.
Pada awal kehadirannya di Jakarta, Van Mook mendapat tekanan baik dari
Sekutu maupun ancaman perlawanan dari pihak revolusioner Indonesia.
Oleh karena itu, pada awal kehadirannya Van Mook bersedia untuk
melakukan perundingan, meskipun pemerintah Belanda melarangnya untuk
bertemu dengan Sukarno. Pada 14 Oktober 1945, Van Mook bersedia
bertemu dengan Sukarno dan “kelompok-kelompok Indonesia”. Ia tidak
mau menyebut sebagai Republik Indonesia, karena pemerintah Belanda
belum mengakui pemerintahan Republik Indonesia. Dalam pokok pikiran
Van Mook menyatakan, bahwa NICA bersedia membangun hubungan
ketatanegaraan yang baru dan status Indonesia menjadi “negara dominion”
dalam persekutuan “persemakmuran Uni-Belanda”.
Demikianlah karena tidak ada titik temu antara Indonesia dan Belanda,
Cristison tetap berusaha mempertemukan mereka. Pemerintah Belanda
diwakili oleh Van Mook dan wakilnya, Charles O. Van der Plas. Indonesia
diwakili oleh Sukarno dan Moh. Hatta yang didampingi oleh H. Agus Salim
dan Ahmad Subarjo. Dalam pertemuan itu tidak ada hasil yang memuaskan
bagi pihak Indonesia. Pihak Belanda masih menginginkan kebijakan politiknya
yang lama.
Pada minggu-minggu terakhir Oktober 1945, berbagai insiden dan
konfrontasi dengan semakin banyaknya tentara NICA yang datang ke
Indonesia. Konfrontasi itu menyebabkan pihak Sekutu ingin segera
mengakhiri tugasnya di Indonesia, terlebih ketika aksi-aksi kekerasan terjadi
di kota besar di Indonesia, terutama pertempuran sengit di Surabaya.
Pihak Sekutu ingin segera meninggalkan Indonesia, tetapi tidak mungkin
melepaskan tanggungjawab internasionalnya. Untuk itulah satu-satunya
jalan untuk menyelesaikan itu dengan melakukan perundingan.
172
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
a. Perundingan Awal di Jakarta
Pada tanggal I Oktober 1945, telah diadakan perundingan antara Christison
(Inggris) dengan pihak Republik Indonesia. Dalam perundingan ini Christison
mengakui secara
de facto
terhadap Republik Indonesia. Hal ini pula yang
memperlancar gerak masuk Sekutu ke wilayah Indonesia. Kemudian, pihak
pemerintah RI pada tanggal 1 November 1945 mengeluarkan maklumat
politik. Isinya bahwa pemerintah RI menginginkan pengakuan terhadap
negara dan pemerintah RI, baik oleh Inggris maupun Belanda sebagaimana
yang dibuat sebelum PD II. Pemerintah RI juga berjanji akan mengembalikan
semua milik asing atau memberi ganti rugi atas milik yang telah dikuasai oleh
pemerintah RI.
Inggris yang ingin melepaskan diri dari kesulitan pelaksanaan tugas-tugasnya
di Indonesia, mendorong agar segera diadakan perundingan antara Indonesia
dan Belanda. Oleh karena itu, Inggris mengirim Sir Archibald Clark Kerr. Di
bawah pengawasan dan perantaraan Clark Kerr, pada tanggaI 10 Februari
1946 diadakan perundingan Indonesia dengan Belanda di Jakarta. Dalam
perundingan ini Van Mook selaku wakil dari Belanda mengajukan usul-usul
antara lain sebagai berikut:
1)
Indonesia akan dijadikan negara persemakmuran berbentuk federasi,
memiliki pemerintahan sendiri tetapi di dalarn lingkungan Kerajaan
Nederland (Belanda);
2)
masalah dalam negeri di urus oleh Indonesia, sedangkan urusan luar
negeri ditangani oleh pernerintah Belanda;
3)
sebelum dibentuk persemakmuran, akan dibentuk pemerintahan
peralihan selama sepuluh tahun; dan
4)
Indonesia akan dimasukkan sebagai anggota PBB.
Pihak Indonesia belum menanggapi dan mengajukan usul-usul balasannya.
Kebetulan situasi Kabinet Syahrir mengalami krisis, Persatuan Perjuangan (PP)
pimpinan Tan Malaka melakukan oposisi. PP mendesak pada pemerintahan
bahwa perundingan hanya dapat dilaksanakan atas dasar pengakuan seratus
persen terhadap RI.
Ternyata mayoritas suara anggota KNIP menentang kebijaksanaan yang
telah ditempuh oleh Syahrir. Oleh karena itu, Kabinet Syahrir jatuh. Presiden
Sukarno kemudian menunjuknya kembali sebagai Perdana Menteri.
Kabinet Syahrir II terbentuk pada tanggal 13 Maret 1946. Kabinet Syahrir II
mengajukan usul balasan dari usul-usul Van Mook. Usul-usul Kabinet Syahrir
II antara lain sebagai berikut:
173
Sejarah Indonesia
1)
RI harus diakui sebagai negara yang berdaulat penuh atas wilayah
Hindia Belanda.
2)
Federasi Indonesia Belanda akan dilaksanakan dalam masa tertentu.
Mengenai urusan luar negeri dan pertahanan diserahkan kepada suatu
badan federasi yang anggotanya terdiri atas orang-orang Indonesia
dan Belanda.
3)
Tentara Belanda segera ditarik kembali dari republik.
4)
Pemerintah Belanda harus membantu pemerintah Indonesia untuk
menjadi anggota PBB.
5)
Selama perundingan sedang terjadi, semua aksi militer harus dihentikan.
Usulan Syahrir tersebut ternyata ditolak oleh Van Mook. Sebagai jalan
keluarnya Van Mook mengajukan usul tentang pengakuan Republik
Indonesia sebagai wakil Jawa untuk mengadakan kerja sama dalam upaya
pembentukan negara federal yang bebas dalam lingkungan Kerajaan
Belanda. Pada tanggal 27 Maret 1946, Sutan Syahrir memberikan jawaban
disertai konsep persetujuan yang isi pokoknya antara lain sebagai berikut:
1)
supaya pemerintah Belanda mengakui kedaulatan
de facto
RI atas
Jawa dan Sumatra;
2)
supaya RI dan Belanda bekerja sama membentuk RIS; dan
3)
RIS bersama-sama dengan Nederland, Suriname, dan Curacao, menjadi
peserta dalam ikatan kenegaraan Belanda.
Usulan tersebut ternyata sudah saling mendekati kompromi. Oleh karena itu,
usaha perundingan perlu ditingkatkan.
b. Perundingan Hooge Veluwe
Perundingan dilanjutkan di negeri Belanda, di kota Hooge Veluwe bulan
April 1946. Pokok pembicaraan dalam perundingan itu adalah memutus
pembicaraan yang dilakukan di Jakarta oleh Van Mook dan Syahrir. Sebagai
penengah dalam perundingan, Inggris mengirim Sir Archibald Clark Kerr.
Pada kesempatan itu Syahrir mengirim tiga orang delegasi dari Jakarta, yaitu
Mr. W. Suwandi, dr. Sudarsono, dan A.K. Pringgodigdo. Mereka berangkat
bersama Kerr pada 4 April 1946. Dari Belanda hadir lima orang yaitu Van
Mook, J.H. van Royen. J.H. Logeman, Willem Drees, dan Dr. Schermerhorn.
Perundingan tersebut untuk menyelesaikan perundingan yang tidak tuntas
saat di Jakarta.
174
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Perundingan mengalami
deadlock
sejak hari pertama, karena masing-masing
pihak sudah mempunyai harapan yang berbeda. Delegasi Indonesia berharap
ada langkah nyata dalam upaya pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan
Indonesia. Sementara pihak Belanda menganggap pertemuan di Hooge
Veluwe itu hanya untuk sekedar pendahuluan saja.
Pada akhir pertemuan dihasilkan, draf Jakarta yang sudah disiapkan. Sebagian
dapat diterima dan sebagian lagi tidak dapat diterima. Usulan yang diterima
antara lain adalah pengakuan kekuasaan RI atas Jawa, sementara Sumatra
tidak diakui. Dari draf Jakarta, tidak ada satu pun yang disetuju secara resmi,
sehingga tidak dilakukan penandatanganan. Alasan utama Belanda adalah
Belanda tidak siap melakukan pengakuan atas kemerdekaan Indonesia. Oleh
karena itu, pemerintah Indonesia menolak bentuk perundingan di Hooge
Veluwe sebagai perjanjian internasional dua negara. Bagi Indonesia, menerima
delegasi Republik Indonesia sebagai mitra sejajar berarti menganggap negeri
bekas jajahannya sebagai mitra sejajar yang mempunyai kedudukan yang
sama di dunia internasional. Sementara itu, Belanda masih belum mengakui
Indonesia sebagai negara yang berdaulat.
Di sisi lain, kondisi Belanda yang saat itu sedang mempersiapkan pemilihan
umum pertama pascaperang tidak siap untuk mengambil keputusan yang
mengikat masalah Indonesia, karena masalah Indonesia tergantung pada
peta politik yang ada di Belanda. Satu di antara partai politik yang menentang
keras kebijakan perundingan adalah Partai Katolik, seperti halnya dengan
kelompok PP di Indonesia. Pada awal dimulainya perundingan Hooge Valuwe,
Romme pimpinan fraksi Partai Katholik di parlemen Belanda menulis di tajuk
Harian
Volkskrant
dengan nada keras antinegosiasi yang berjudul
De week
der Schande
(Minggu Yang Penuh Aib).
Kegagalan perundingan Hooge Veluwe bagi kedua negara membawanya
untuk kembali mengadakan perundingan. Bagi Indonesia perundingan
Hooge Veluwe memperkuat posisi Indonesia di depan Belanda. Perundingan
itu juga menjadikan masalah Indonesia menjadi perhatian dunia internasional.
Perundingan itu pula yang mengantarkan pada diplomasi internasional dalam
Perjanjian Linggarjati pada kemudian hari.
175
Sejarah Indonesia
c. Pelaksanaan Perundingan Linggarjati
Kegagalan dalam perundingan Hooge Veluwe, pada April 1946, menjadikan
pemerintah Indonesia untuk beralih pada tindakan militer. Pemerintah
Indonesia berpendapat perlu melakukan serangan umum di kedudukan
Inggris dan Belanda yang berada di Jawa dan Sumatra. Namun genjatan
senjata yang dilakukan dengan cara-cara lama dan gerilya tidak membawa
perubahan yang berarti. Resiko yang dihadapi pemerintah semakin tinggi
dengan banyaknya korban yang berjatuhan. Untuk mencegah bertambahnya
korban pada bulan Agustus hingga September 1946 direncanakan untuk
menyusun konsep perang secara defensif. Bagi Sukarno, Hatta, dan Syahrir
perlawanan dengan strategi perang defensif itu lebih beresiko dibandingkan
dengan cara-cara lama, karena akan memakan korban lebih banyak lagi.
Menurut mereka pengakuan kedaulatan Republik Indonesia lebih baik
dilakukan dengan jalan diplomasi.
Pada awal November 1946, perundingan diadakan di Indonesia, bertempat di
Linggarjati. Pelaksanaan sidang-sidangnya berlangsung pada tanggal 11 - 15
November 1946. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Sutan Syahrir, anggotanya
Mr. Moh. Roem, Mr. Susanto Tirtoprojo, dan A.K. Gani. Sementara pihak
Belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn dengan beberapa anggota, yakni
Van Mook, F de Boor, dan van Pool. Sebagai penengah dan pemimpin sidang
adalah Lord Killearn, juga ada saksi-saksi yakni Amir Syarifudin, dr. Leimena,
dr. Sudarsono, dan Ali Budiarjo. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh.
Hatta juga hadir di dalam perundingan Linggarjati itu.
Dalam perundingan itu dihasilkan kesepakatan yang terdiri atas 17 pasal. Isi
pokok Perundingan Linggarjati antara lain sebagai berikut:
1)
Pemerintah Belanda mengakui kekuasaan secara
de facto
pemerintahan RI atas wilayah Jawa, Madura, dan Sumatra. Daerah-
daerah yang diduduki Sekutu atau Belanda secara berangsur-angsur
akan dikembalikan kepada RI;
2)
Akan dibentuk Negara Indonesia Serikat (NIS) yang meliputi seluruh
wilayah Hindia Belanda (Indonesia) sebagai negara berdaulat;
3)
Pemerintah Belanda dan RI akan membentuk Uni Indonesia-Belanda
yang dipimpin oleh raja Belanda;
4)
Pembentukan NIS dan Uni Indonesia- Belanda diusahakan sudah selesai
sebelum 1 Januari 1949;
176
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
5)
Pemerintah RI mengakui dan akan memulihkan serta melindungi hak
milik asing;
6)
Pemerintah RI dan Belanda sepakat untuk mengadakan pengurangan
jumlah tentara; dan
7)
Bila terjadi perselisihan dalam melaksanakan perundingan ini, akan
menyerahkan masalahnya kepada Komisi Arbitrase.
Naskah persetujuan kemudian diparaf oleh kedua delegasi di Istana
Rijswijk
Jakarta (sekarang Istana Merdeka). Isi perundingan itu harus disyahkan dahulu
oleh parlemen masing-masing (Indonesia oleh KNIP). Untuk meratifikasi dan
mensyahkan isi Perundingan Linggarjati, kedua parlemen masih enggan dan
belum puas. Pada bulan Desember 1946, Presiden mengeluarkan Peraturan
No. 6 tentang penambahan anggota KNIP. Hal ini dimaksudkan untuk
memperbesar suara yang pro Perjanjian Linggarjati dalam KNIP. Tanggal
28 Februari 1947 Presiden melantik 232 anggota baru KNIP. Akhirnya isi
Perundingan Linggarjati disahkan oleh KNIP pada tanggal 25 Maret 1947,
yang lebih dikenal sebagai tanggal Persetujuan Linggarjati.
Setelah Persetujuan Linggarjati disahkan, beberapa negara telah memberikan
pengakuan terhadap kekuasaan RI. Misalnya dari Inggris, Amerika Serikat,
Mesir, Afganistan, Birma (Myanmar), Saudi Arabia, India, dan Pakistan.
Perjanjian Linggarjati itu mengandung prinsip-prinsip pokok yang harus
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 7.13
Schermerhom dan Syahrir sedang memaraf naskah Persetujuan Linggarjati.
177
Sejarah Indonesia
disetujui oleh kedua belah pihak melalui serangkaian perundingan lanjutan.
Ketentuan dalam pasal (2) misalnya, menentukan bahwa RI dan Belanda akan
bekerja sama untuk membentuk Negara Indonesia Serikat sebagai pengganti
Hindia Belanda. Namun, perundingan lanjutan terhambat karena masing-
masing pihak menuduh tentaranya melanggar ketentuan genjatan senjata.
Dokumen perjanjian itu pun akhirnya tidak membantu untuk memecahkan
masalah bagi kedua belah bangsa. Bahkan memperburuk keadaan.
Belanda kemudian mengadakan genjatan senjata operasi militer di Jawa dan
Sumatra pada 21 Juli 1947. Belanda menyebut tindakan itu sebagai “
actie
politionel
” (tindakan kepolisian). Istilah itu berarti “pengamanan dalam
negeri” atau yang dimaksud di sini adalah Indonesia. Artinya, Belanda tidak
mengakui kedaulatan Republik Indonesia, seperti yang sudah dinyatakan
dalam dokumen Linggarjati. Belanda memberi sandi pada serangan umum
itu dengan “Operasi Produk” yaitu operasi yang ditujukan untuk wilayah-
wilayah yang dianggap penting secara ekonomi bagi Belanda.
Kondisi itu mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengeluarkan
resolusi. Ada dua resolusi yang disampaikan oleh PBB. Pertama, menghimbau
agar RI dan Belanda segera menghentikan perang dan membentuk Negara
Indonesia Serikat, seperti yang diamanatkan dalam perjanjian Linggarjati.
Kedua, adalah usulan Amerika agar kedua belah pihak membentuk sebuah
tim untuk membantu menyelesaikan masalah itu. Usulan itu kemudian
dikenal dengan istilah “Komisi Tiga Negara”.
Komisi Tiga Negara (KTN) itu terdiri atas Australia, yang diwakili oleh
Richard C Kirby yang dipilih oleh RI. Belanda memilih Belgia yang diwakili
oleh Paul van Zeeland. Amerika diwakili oleh Frank P. Graham yang dipilih
oleh Belgia dan Autralia. Hasil dari KTN itu adalah perundingan diadakan
kembali oleh Indonesia dan Belanda. Pihak Belanda mengusulkan agar
diadakan perundingan di tempat yang netral. Atas jasa Amerika Serikat,
maka digunakannya kapal yang mengangkut tentaranya, dengan nama
USS Renville didatangkan ke Teluk Jakarta dari Jepang. Tentang perjanjian
Renville ini akan dibahas lebih lanjut di bagian berikutnya.
178
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
d. Konferensi Malino
Dalam situasi politik yang tidak menentu di Indonesia, Belanda melakukan
tekanan politik dan militer di Indonesia. Tekanan politik dilakukan dengan
menyelenggarakan Konferensi Malino. Penyelenggaraan konferensi ini
bertujuan untuk membentuk negara-negara federal di daerah yang baru
diserahterimakan oleh Inggris dan Australia kepada Belanda. Di samping
itu, di Pangkal Pinang, Bangka diselenggarakan konferensi untuk golongan
minoritas. Konferensi Malino diselenggarakan pada 15-26 juli 1946,
sedangkan Konferensi Pangkal Pinang pada 1 Oktober 1946. Diharapkan
daerah-daerah ini akan mendukung Belanda dalam pembentukan negara
federasi. Di samping itu, Belanda juga terus mengirim pasukannya memasuki
Indonesia. Dengan demikian, kadar permusuhan antara kedua belah pihak
semakin meningkat. Namun usaha-usaha diplomasi terus dilakukan. Sebagai
contoh tanggal 14 Oktober 1946 tercapai persetujuan gencatan senjata.
Usaha-usaha perundingan pun terus diupayakan.
Setelah perjanjian Linggarjati, Van Mook mengambil inisiatif untuk
mendirikan pemerintahan federal sementara sebagai pengganti Hindia
Belanda. Tindakan Van Mook itu menimbulkan kegelisahan di kalangan
negara-negara bagian yang tidak terwakili dalam susunan pemerintahan.
Pada kenyataannya pemerintah federal yang didirikan Van Mook itu tidak
beda dengan pemerintah Hindia Belanda. Untuk itulah negara-negara federal
mengadakan rapat di Bandung pada Mei – Juli 1948. Konferensi Bandung
itu dihadiri oleh empat negara federal yang sudah terbentuk yaitu Negara
Indonesia Timur, Negara Sumatra Timur, Negara Pasundan, dan Negara
Madura. Juga dihadiri oleh daerah-daerah otonom seperti, Bangka, Banjar,
Dayak Besar, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Riau,
dan Jawa Tengah. Sebagai ketua adalah Mr. T. Bahriun dari Negara Sumatra
Timur.
Rapat itu diberi nama
Bijeenkomst voor Federal Overleg
(BFO), yaitu suatu
pertemuan untuk Musyawarah Federal. Pengambil inisiatif BFO itu adalah
Ida Agung Gde Agung, seorang perdana menteri Negara Indonesia Timur.
juga R.T. Adil Puradiredja, seorang perdana menteri Negara Pasundan. BFO
itu dimaksudkan untuk mencari solusi dari situasi politik yang genting akibat
dari perkembangan politik antara Belanda dan RI yang juga berpengaruh
pada perkembangan negara-negara bagian. Pertemuan Bandung juga
179
Sejarah Indonesia
dirancang untuk menjadikan pemerintahan peralihan yang lebih baik
daripada pemerintahan Federal Sementara buatan Van Mook. (kamu dapat
membaca lebih lanjut tentang peran BFO dalam perjuangan diplomasi pada
buku Taufik Abdullah dan A.B.Lapian (ed) atau buku-buku yang lain).
2. Agresi Militer I
Di tengah-tengah upaya mencari kesepakatan dalam pelaksanaan isi
Persetujuan Linggarjati, ternyata Belanda terus melakukan tindakan
yang justru bertentangan dengan isi Persetujuan Linggarjati. Di samping
mensponsori pembentukan pemerintahan boneka, Belanda juga terus
memasukkan kekuatan tentaranya. Belanda pada tanggal 27 Mei 1947
mengirim nota ultimatum yang isinya antara lain sebagai berikut.
a.
Pembentukan Pemerintahan Federal Sementara (Pemerintahan Darurat)
secara bersama.
b.
Pembentukan Dewan Urusan Luar Negeri.
c.
Dewan Urusan Luar Negeri, bertanggung jawab atas pelaksanaan
ekspor, impor, dan devisa; dan
d.
Pembentukan Pasukan Keamanan dan Ketertiban Bersama
(
gendarmerie
), Pembentukan Pasukan Gabungan ini termasuk juga di
wilayah RI.
Pada prinsipnya Syahrir (yang kabinetnya jatuh Juni 1947) dapat menerima
beberapa usulan, tetapi menolak mengenai pembentukan Pasukan
Keamanan Bersama di wilayah RI. Tanggal 3 Juli dibentuk kabinet baru di
bawah Amir Syarifuddin yang juga tetap menolak pembentukan Pasukan
Keamanan Bersama di wilayah RI.
Pada tanggal 21 Juli 1947 tengah malam, pihak Belanda melancarkan ‘aksi
polisional’ mereka yang pertama. Pasukan-pasukan bergerak dari Jakarta dan
Bandung untuk menduduki Jawa Barat, dan dari Surabaya untuk menduduki
Madura dan Ujung Timur. Gerakan-gerakan pasukan yang lebih kecil
mengamankan wilayah Semarang. Dengan demikian, Belanda menguasai
semua pelabuhan di Jawa. Di Sumatra, perkebunan-perkebunan di sekitar
Medan, instalasi-instalasi minyak dan batu bara di sekitar Palembang dan
Padang diamankan. Pasukan-pasukan Republik bergerak mundur dalam
kebingungan dan menghancurkan apa saja yang dapat mereka hancurkan.
180
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Di beberapa daerah terjadi aksi-aksi pembalasan.Orang-orang Cina di Jawa
Barat dan kaum bangsawan yang dipenjarakan di Sumatra Timur dibunuh.
Beberapa orang Belanda, termasuk Van Mook ingin melanjutkan merebut
Yogyakarta dan membentuk suatu pemerintahan Republik yang lebih lunak,
tetapi pihak Amerika dan Inggris yang tidak menyukai ‘aksi polisional’
tersebut menggiring Belanda untuk segera menghentikan peperangan
terhadap Republlik Indonesia.
Ibu kota RI dapat dikurung Belanda. Hubungan ke luar bagi Indonesia juga
mengalami kesulitan, karena pelabuhan-pelabuhan telah dikuasai Belanda.
Secara ekonomis, Belanda juga berhasil menciptakan kesulitan bagi RI.
Daerah-daerah penghasil beras jatuh ke tangan Belanda. Hubungan ke luar
juga terhambat karena blokade Belanda. Tetapi Belanda belum berhasil
menghancurkan mental dan kekuatan Tentara Indonesia yang didukung oleh
kekuatan rakyat.
Pada tanggal 30 Juli 1947, pemerintah India dan Australia mengajukan
permintaan resmi agar masalah Indonesia-Belanda dimasukan dalam agenda
Dewan Keamanan PBB. Pemintaan itu diterima baik dan dimasukkan dalam
agenda sidang Dewan Keamanan PBB. Tanggal 1 Agustus 1947, Dewan
Sumber: Pengabdian Selama Perang Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe, 1985.
Gambar 7.14
Gerak tentara Belanda di Jawa dan daerah yang dikuasai pada agresi militer
Belanda.
181
Sejarah Indonesia
Keamanan PBB memerintahkan penghentian permusuhan kedua belah
pihak dan mulai berlaku sejak tanggal 4 Agustus 1947. Sementara itu
untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata, Dewan Keamanan PBB
membentuk Komisi Konsuler dengan anggota-anggotanya yang terdiri atas
para Konsul Jenderal yang berada di wilayah Indonesia. Komisi Konsuler
diketuai oleh Konsul Jenderal Amerika Serikat Dr. Walter Foote dengan
beranggotakan Konsul Jenderal Cina, Belgia, Perancis, Inggris dan Australia.
Komisi Konsuler itu diperkuat dengan personil militer Amerika Serikat dan
Perancis sebagai peninjau militer. Dalam laporannya kepada Dewan Keamanan
PBB, Komisi Konsuler menyatakan bahwa tanggal 30 Juli sampai 4 Agustus
1947 pasukan masih mengadakan gerakan militer. Pemerintah Indonesia
menolak garis demarkasi yang dituntut oleh pihak Belanda berdasarkan
kemajuan-kemajuan pasukannya setelah pemerintah melakukan gencatan
senjata. Namun penghentian tembak-menembak tidak dimusyawarahkan
dan belum ditemukan tindakan yang tepat untuk menyelesaikannya agar
jumlah korban bisa dikurangi.
Pada tanggal 3 Agustus 1947 Belanda menerima resolusi DK (Dewan
Keamanan) PBB dan memerintahkan kepada Van Mook untuk menghentikan
tembak-menembak. Pelaksanaannya dimulai pada malam hari tanggal 4
Agustus1947. Tanggal 14 Agustus 1947, dibuka sidang DK PBB. Dari Indonesia
hadir, antara lain Sutan Syahrir. Dalam pidatonya, Syahrir menegaskan bahwa
untuk mengakhiri berbagai pelanggaran dan menghentikan pertempuran,
perlu dibentuk Komisi Pengawas.
Pada tanggal 25 Agustus 1947, DK PBB menerima usul Amerika Serikat
tentang pembentukan suatu
Commitee of Good Offices
(Komisi Jasa-jasa Baik)
atau yang lebih dikenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN). Belanda menunjuk
Belgia sebagai anggota, sedangkan Indonesia memilih Australia. Kemudian
Belanda dan Indonesia memilih negara pihak ketiga, yakni Amerika. Komisi
resmi terbentuk tanggal 18 September 1947. Australia dipimpin oleh Richard
Kirby, Belgia dipimpin oleh Paul Van Zeelland dan Amerika Serikat dipimpin
oleh Dr. Frank Graham.
Ternyata Belanda masih terus berulah, sebelum Komisi Tiga Negara datang
di Indonesia. Belanda terus mendesak wilayah dan melakukan perluasan
wilayah kedudukannya. Kemudian tanggal 29 Agustus 1947, secara sepihak
Van Mook memproklamasikan garis demarkasi Van Mook, menjadi garis
batas antara daerah pendudukan Belanda dan wilayah RI pada saat gencatan
senjata dilaksanakan. Garis-garis itu pada umumnya menghubungkan titik
182
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
terdepan posisi Belanda. Menurut garis Van Mook, wilayah RI lebih sedikit
dari sepertiga wilayah Jawa, yakni wilayah Jawa Tengah bagian timur,
dikurangi pelabuhan-pelabuhan dan perairan laut.
3. Peran Komisi Tiga Negara
Masalah Indonesia-Belanda telah dibawa dalam sidang-sidang PBB. Hal ini
menunjukkan bahwa masalah Indonesia telah menjadi perhatian bangsa-
bangsa dunia. Kekuatan Indonesia di forum internasional pun semakin
kuat dengan kecakapan para diplomator Indonesia yang meyakinkan
negara-negara lain bahwa kedaulatan Indonesia sudah sepantasnya dimiliki
bangsa Indonesia. Tentu saja bahwa kepercayaan bukan disebabkan oleh
para diplomator saja. Perjuangan rakyat Indonesia adalah bukti bahwa
kemerdekaan merupakan kehendak seluruh rakyat Indonesia. PBB sebagai
organisasi internasional berperan aktif menyelesaikan konflik antara RI
dengan Belanda. Berikut ini beberapa peran PBB dalam penyelesaian konflik
Indonesia Belanda.
Atas usul Amerika Serikat DK PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) yang
beranggotakan Amerika Serikat, Australia, dan Belgia. KTN berperan aktif
dalam penyelenggaraan Perjanjian Renville Serangan Belanda pada Agresi
Militer II dilancarkan di depan mata KTN sebagai wakil DK PBB di Indonesia.
KTN membuat laporan yang disampaikan kepada DK PBB, bahwa Belanda
banyak melakukan pelanggaran. Hal ini telah menempatkan Indonesia lebih
banyak didukung negara-negara lain.
4. Perjanjian Renville
Komisi Tiga Negara tiba di Indonesia pada tanggal 27 Oktober 1947 dan
segera melakukan kontak dengan Indonesia maupun Belanda. Indonesia
dan Belanda tidak mau mengadakan pertemuan di wilayah yang dikuasai
oleh salah satu pihak. Oleh karena itu, Amerika Serikat menawarkan untuk
mengadakan pertemuan di geladak Kapal Renville milik Amerika Serikat.
Indonesia dan Belanda kemudian menerima tawaran Amerika Serikat.
Perundingan Renville secara resmi dimulai pada tanggal 8 Desember 1947
di kapal Renville yang sudah berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok. Delegasi
Indonesia dipimpin oleh Amir Syarifuddin, sedangkan delegasi Belanda
183
Sejarah Indonesia
dipimpin oleh R. Abdulkadir Wijoyoatmojo, orang Indonesia yang memihak
Belanda.
Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Indonesia menyetujui isi
Perundingan Renville yang terdiri atas tiga hal sebagai berikut:
a)
Persetujuan tentang gencatan senjata yang antara lain diterimanya
garis demarkasi Van Mook (10 pasal).
b)
Dasar-dasar politik Renville, yang berisi tentang kesediaan kedua pihak
untuk menyelesaikan pertikaiannya dengan cara damai (12 pasal).
c)
Enam pasal tambahan dari KTN yang berisi, antara lain tentang
kedaulatan Indonesia yang berada di tangan Belanda selama masa
peralihan sampai penyerahan kedaulatan (6 pasal).
Sebagai konsekuensi ditandatanganinya Perjanjian Renville, wilayah RI semakin
sempit dikarenakan diterimanya garis demarkasi Van Mook. Berdasarkan
garis demarkasi Van Mook itu wilayah Republik Indonesia tinggal meliputi
Yogyakarta dan sebagian Jawa Timur. Dampak lainnya adalah Anggota TNI
yang masih berada di daerah-daerah kantong yang dikuasai Belanda, harus
ditarik masuk ke wilayah RI di sekitar Yogyakarta. Sebagai contoh pasukan
yang berasal dari kesatuan Divisi Siliwangi yang berjumlah sekitar 35 000
orang harus ditarik dan dipindahkan ke wilayah RI. Kemudian sejumlah
sekitar 6000 pasukan dari Jawa Timur ditarik masuk ke wilayah RI. Peristiwa
inilah yang dikenal dengan peristiwa “hijrah”. Peristiwa “hijrah” ini dimulai
tanggal 1 Februari 1948.
Sumber: Atlas Sejarah Indonesia.
Gambar 7.15
Peta wilayah RI berdasar demarkasi Van Mook.
184
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Pada mulanya para pejuang TNI pejuangan yang berada di pos atau kantong-
kantong perjuangan itu tidak mau ditarik mundur ke wilayah RI atas dasar
garis Van Mook itu. Mereka berpandangan bahwa mereka tidak kalah
perang, tidak perlu dievakuasi. Mereka tidak mau ditarik mundur di belakang
garis Van Mook. Sudah tentu ini menjadi problem tersendiri karena sudah
menjadi keputusan dalam Perundingan Renville. Tampillah Sudirman dengan
kepiawian dan kebapakannya mendekati mereka para anggota TNI itu
dengan menegaskan bahwa kita TNI dan para pejuang Indonesia tidak kalah
perang, para prajurit tidak dievakuasi, tetapi melakukan hijrah ke tempat
yang kondusif untuk melakukan konsolidasi untuk mencapai kemenangan
yang lebih besar. Kemudian Sudirman mengeluarkan amanatnya sebagai
berikut.
Dengan pendekatan dan amanat dari panglima Besar Sudirman ini, dengan
penuh semangat para TNI melakukan hijrah untuk memasuki wilayah RI yang
diakui dalam Perjanjian Renville.
»
Coba diskusikan dengan anggota kelompokmu. Mengapa peristiwa
penarikan pasukan TNI dari Jawa Barat dan Jawa Timur ke wilayah
RI itu dinamakan hijrah? Siapa sebenarnya yang menamakan
peristiwa itu sebagai hijrah?
Isi Perjanjian Renville mendapat tentangan sehingga muncul mosi tidak
percaya terhadap Kabinet Amir Syarifuddin dan pada tanggal 23 Januari 1948,
Amir menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden. Dengan demikian
perjanjian Renville menimbulkan permasalahan baru, yaitu pembentukan
pemerintahan peralihan yang tidak sesuai dengan yang terdapat dalam
perjanjian Linggarjati.
“Anak-anakku anggota Angkatan Perang, tiap-tiap perjuangan mempunyai pasang
surutnya, tetapi dengan iman kita yang tetap teguh dan jiwa yang tetap besar, kita masih
sanggup untuk mengatasi percobaan ini dan percobaan-percobaan lainnya yang mungkin
akan
menyusul lagi.”
(Soekanto, SA., 1981).
185
Sejarah Indonesia
5.
Agresi Militer II dan Penangkapan Pimpinan Negar
a
Sebelum macetnya perundingan Renville sudah ada tanda-tanda bahwa
Belanda akan melanggar persetujuan Renville. Oleh karena itu, pemerintah
RI dan TNI sudah memperhitungkan bahwa sewaktu-waktu Belanda akan
melakukan aksi militernya untuk menghancurkan RI dengan kekuatan
senjata. Untuk menghadapi kekuatan Belanda, maka dibentuk Markas Besar
Komando Djawa (MBKD) yang dipimpin oleh A.H. Nasution dan Hidayat.
Seperti yang telah diduga sebelumnya, pada tanggal 19 Desember 1948
Belanda melancarkan agresinya yang kedua. Sebelum pasukan Belanda
bergerak lebih jauh, Van Langen (Wakil Jenderal Spoor) berbisik kepada Van
Beek (komandan lapangan agresi II):
“
overste tangkap Sukarno, Hatta, dan
Sudirman, mereka bertiga masih ada di istana”
,
demikian perintah pimpinan
Belanda terhadap Van Beek untuk menangkap dan membunuh ketiga
pimpinan nasional kita.
Agresi militer II itu telah menimbulkan bencana militer dan politik, baik
bagi Belanda maupun Indonesia. Walaupun Belanda tampak memperoleh
kemenangan dengan mudah, tetapi sebenarnya membayar cukup mahal.
Serangan Belanda ini telah menuai kritik dari berbagai negara.
Sumber: Gelora Api Revolusi, 1986.
Gambar 7.16
Tentara Belanda pada saat Agresi Militer II.
186
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Dengan taktik perang kilat, Belanda melancarkan serangan di semua front RI.
Serangan diawali dengan penerjunan pasukan-pasukan payung di Pangkalan
Udara Maguwo dan dengan cepat berhasil menduduki ibu kota Yogyakarta.
Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Hatta memutuskan untuk tetap tinggal
di ibukota, meskipun mereka tahu akan ditawan musuh. Alasannya, agar
mereka dengan mudah ditemui oleh TNI, sehingga kegiatan diplomasi dapat
berjalan terus. Di samping itu, Belanda tidak mungkin melancarkan serangan
secara terus-menerus, karena Presiden dan Wakil Presiden sudah ada di
tangan musuh.
Sebagai akibat dari keputusan untuk tetap tinggal di ibu kota, Presiden
Sukarno dan Wakil Presiden Hatta beserta sejumlah Menteri, Kepala Staf
Angkatan Udara Komodor Suryadarma dan lainnya juga ikut ditawan tentara
Belanda. Namun, kelangsungan pemerintahan RI dapat dilanjutkan dengan
baik, karena sebelum pihak Belanda sampai di Istana, Presiden Sukarno
telah berhasil mengirimkan radiogram yang berisi mandat kepada Menteri
Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara yang sedang melakukan kunjungan
ke Sumatra untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
(PDRI). Perintah sejenis juga diberikan kepada Mr. A.A. Maramis yang sedang
di India. Apabila Syafruddin Prawiranegara ternyata gagal melaksanakan
kewajiban pemerintah pusat, maka Maramis diberi wewenang untuk
membentuk pemerintah pelarian
(Exile Goverment)
di luar negeri.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 7.17
Pasukan Belanda memasuki kota Yogyakarta.
187
Sejarah Indonesia
Sementara itu, Panglima Besar Jenderal Sudirman yang sedang sakit
harus dirawat oleh dr. Suwondo selaku dokter pribadinya di rumah di
kampung Bintaran. Setelah mendengar Belanda melancarkan serangan,
Jenderal Sudirman seperti timbul semangat baru. Ia mengingat janjinya
saat menguncapkan sumpah saat dilantik sebagai panglima TNI akan
memperjuangkan kedaulatan dan keutuhan NKRI sampai titik darah yang
penghabisan. Maka ia bangkit dari tempat tidur dengan berucap: “komando
kembali saya ambil alih”. Semua pasukan siap sesuai strategi yang telah
direncanakan. Sudirman segera menuju istana Presiden di Gedung Agung.
Rencananya untuk mengajak Presiden dan pimpinan yang lain untuk
meninggalkan kota untuk bergerilya. Tetapi Presiden Sukarno tidak bersedia
dan akan tetap di istana, sehingga akhirnya ditangkap Belanda.
Ketika mengetahui Presiden, Wakil Presiden, dan beberapa pemimpin lainnya
ditangkap Belanda, maka Jenderal Sudirman dengan para pengawalnya
pergi ke luar kota untuk mengadakan perang gerilya. Para ajudan yang
menyertai Jenderal Sudirman, antara lain Suparjo Rustam dan Cokropranolo,
dr. Suwondo. Sedangkan pasukan di bawah pimpinan Letkol Soeharto terus
berusaha menghambat gerak maju pasukan Belanda. Sebelum berangkat ke
luar kota Sudirman sempat memerintahkan Kapten Suparjo Rustam untuk
menyampaikan sebuah perintah kilat dari panglima melalui RRI Yogyakarta
yang ditujukan kepada semua anggota Angkatan Perang Republik Indonesia
(APRI), yang konsepnya sudah ditulis tangan sendiri oleh Panglima Besar
Sudirman. Isi perintah kilat itu sebagai berikut:
.
Perintah Kilat No.1/PB/D/48
1 .
Kita telah diserang
2 .
Pada tanggal 19 Desember Angkatan Perang Belanda menyerang kota Yogyakarta
dan lapangan terbang Maguwo.
3 .
Pemerintah Belanda telah membatalkan Persetujuan Gencatan Senjata
4 .
Semua angkatan Perang menjalankan rencana yang telah ditetapkan untuk
menghadapi serangan Belanda.
Dikeluarkan di tempat
Tanggal 19 Desember 1948,
Jam 08.00
Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia
Letnan Jenderal Sudirman
188
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Aksi militer Belanda yang kedua ini ternyata menarik perhatian PBB, karena
Belanda secara terang-terangan tidak mengikuti lagi Persetujuan Renville di
depan Komisi Tiga Negara yang ditugaskan oleh PBB. Pada tanggal 24 Januari
1949, Dewan Keamanan PBB membuat resolusi, agar Republik Indonesia
dan Belanda segera menghentikan permusuhan dan membebaskan Presiden
RI dan para pemimpin politik yang ditawan Belanda. Kegagalan Belanda
di medan pertempuran serta tekanan dari AS yang mengancam akan
memutuskan bantuan ekonomi dan keuangan, memaksa Belanda untuk
kembali ke meja perundingan.
6. Peran PDRI : Penjaga Eksistensi RI
Pada saat terjadi agresi militer Belanda II, Presiden Sukarno telah membuat
mandat kepada Syafruddin Prawiranegara yang ketika itu berada di
Bukittinggi untuk membentuk pemerintah darurat. Sukarno mengirimkan
mandat serupa kepada Mr. Maramis dan Dr. Sudarsono yang sedang berada
di New Delhi, India apabila pembentukan PDRI di Sumatra mengalami
kegagalan. Namun, Syafruddin berhasil mendeklarasi berdirinya Pemerintah
Darurat Republik Indonesia ini dilakukan di Kabupaten Lima Puluh Kota pada
tanggal 19 Desember 1948.
Susunan pemerintahannya antara lain sebagai berikut:
a)
Mr. Syafruddin Prawiranegara sebagai ketua merangkap Perdana
Menteri, Menteri Pertahanan dan Menteri Penerangan;
b)
Mr. T.M. Hassan sebagai wakil ketua merangkap Menteri Dalam Negeri,
Menteri Pendidikan, dan Menteri Agama;
c)
Ir. S.M. Rasyid sebagai Menteri Keamanan merangkap Menteri Sosial,
Pembangunan dan Pemuda;
d)
Mr. Lukman Hakim sebagai Menteri Keuangan merangkap Menteri
Kehakiman;
e)
Ir. Sitompul sebagai Menteri Pekerjaan Umum merangkap Menteri
Kesehatan;
f)
Maryono Danubroto sebagai Sekretaris PDRI;
g)
Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar;
h)
Kolonel A.H. Nasution sebagai Panglima Tentara Teritorial Jawa; dan
i)
Kolonel Hidayat sebagai Panglima Tentara Teritorial Sumatra.
189
Sejarah Indonesia
PDRI yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara
ternyata berhasil memainkan peranan yang
penting dalam mempertahankan dan menegakkan
pemerintah RI. Peranan PDRI itu antara lain sebagai
berikut.
PDRI dapat berfungsi sebagai mandataris kekuasaan
pemerintah RI dan berperan sebagai pemerintah
pusat. PDRI juga berperan sebagai kunci dalam
mengatur arus informasi, sehingga mata rantai
komunikasi tidak terputus dari daerah yang satu
ke daerah yang lain. Radiogram mengenai masih
berdirinya PDRI dikirimkan kepada Ketua Konferensi
Asia, Pandit Jawaharlal Nehru oleh Radio Rimba
Raya yang berada di Aceh Tengah pada tanggal
23 Januari 1948. PDRI juga berhasil menjalin hubungan dan berbagi tugas
dengan perwakilan RI di India. Dari India informasi-informasi tentang
keberadaan dan perjuangan bangsa dan negara RI dapat disebarluaskan ke
berbagai penjuru dunia. Terbukalah mata dunia mengenai keadaan RI yang
sesungguhnya.
Konflik antara Indonesia dengan Belanda masih terus berlanjut. Namun
semakin terbukanya mata dunia terkait dengan konflik itu, menempatkan
posisi Indonesia semakin menguntungkan. Untuk mempercepat penyelesaikan
konflik ini maka oleh DK PBB dibentuklah UNCI (
United Nations Commission
for Indonesia
) atau Komisi PBB untuk Indonesia sebagai pengganti KTN.
UNCI ini memiliki kekuasaan yang lebih besar dibanding KTN. UNCI berhak
mengambil keputusan yang mengikat atas dasar suara mayoritas.
UNCI memiliki tugas dan kekuasaan sebagai berikut:
a)
memberi rekomendasi kepada DK PBB dan pihak-pihak yang
bersengketa (Indonesia dan Belanda);
b)
membantu mereka yang bersengketa untuk mengambil keputusan
dan melaksanakan resolusi DK PBB;
c)
mengajukan saran kepada DK PBB mengenai cara-cara yang dianggap
terbaik untuk mengalihkan kekuasaan di Indonesia berlangsung secara
aman dan tenteram;
d)
membantu memulihkan kekuasaan pemerintah RI dengan segera;
e)
mengajukan rekomendasi kepada DK PBB mengenai bantuan yang
dapat diberikan untuk membantu keadaan ekonomi penduduk di
daerah-daerah yang diserahkan kembali kepada RI;
Sumber: 30 Tahun Indonesia
Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 7.18
Syafruddin
Prawiranegara.
190
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
f)
memberikan saran tentang pemakaian tentara Belanda di daerah-
daerah yang dianggap perlu demi ketenteraman rakyat; dan
g)
mengawasi pemilihan umum, bila di wilayah Indonesia diadakan
pemilihan.
Ketika Presidan, Wakil presiden dan pembesar-pembesar Republik ditawan
Belanda di Bangka, delegasi BFO (
Bijzonder Federaal Overleg
) mengunjungi
mereka dan mengadakan perundingan, UNCI mengumumkan bahwa
delegasi-delegasi Republik, Belanda dan BFO telah mencapai persetujuan
pendapat mengenai akan diselenggarakannya KMB. UNCI juga berhasil
menjadi mediator dalam KMB. Bahkan peranan itu juga tampak sampai
penyerahan dan pemulihan kekuasaan Pemerintah RI di Indonesia.
7. Tetap Memimpin Gerilya
Kalau para pemimpin pemerintahan seperti Presiden Sukarno, Wakil Presiden
Moh. Hatta dan beberapa menteri ditangkap Belanda, Panglima Besar
Sudirman yang dalam kondisi sakit hanya dengan satu paru-paru justru
tetap teguh untuk memimpin perang gerilya. Ia dan rombongan melakukan
perjalanan dan pergerakan dari Yogyakarta menuju Gunungkidul dengan
melewati beberapa kecamatan, menuju Pracimantoro, Wonogiri, Ponorogo,
Trenggalek dan Kediri. Dalam gerakan gerilya dengan satu paru-paru itu
Sudirman kadang harus ditandu atau dipapah oleh pengawal masuk hutan,
naik gunung, turun jurang harus memimpin pasukan, memberikan motivasi
dan komando kepada TNI dan para pejuang untuk terus mempertahankan
tegaknya panji-panji NKRI. Dari Kediri lalu memutar kembali melewati
Trenggalek, terus melakukan perjalanan sampai akhirnya di Sobo. Di tempat
ini telah dijadikan markas gerilya sampai saat Presiden dan Wakil Presiden
dengan beberapa menteri kembali ke Yogyakarta.
Sungguh heroik perjalanan Sudirman. Ia telah menempuh perjalanan kurang
lebih 1000 km. Waktu gerilya mencapai enam bulan dengan penuh derita,
lapar dan dahaga. Sudirman tidak lagi memikirkan harta, jiwa dan raganya
semua dikorbankan demi tegaknya kedaulatan bangsa dan negara. Sekalipun
dalam keadaan sakit, Sudirman terus memberi semangat anak buahnya
untuk berjuang melawan kelicikan Belanda.
191
Sejarah Indonesia
8. Serangan Umum 1 Maret 1949
Pada saat para pemimpin ditangkap, Panglima TNI Jenderal Sudirman
memimpin perang gerilya. Beliau dan pasukannya segera meninggalkan kota
dan mengatur siasat. Bagaimana peranan TNI setelah agresi militer Belanda
II? Apakah mereka masih melakukan perlawanan terhadap Belanda?
Pihak Belanda ternyata tidak mau segera menerima resolusi DK PBB, tanggal
28 Januari 1949. Belanda masih mengakui bahwa RI sebenarnya tinggal
nama. RI sudah tidak ada, yang ada hanyalah para pengacau. Sementara itu,
Sri Sultan Hamengkubuwana IX lewat radio menangkap berita luar negeri
tentang rencana DK PBB yang akan mengadakan sidang lagi pada bulan
Maret 1949, untuk membahas perkembangan di Indonesia.
Sri Sultan berkirim surat kepada Jenderal Sudirman tentang perlunya
tindakan penyerangan terhadap Belanda. Sudirman minta agar Sri Sultan
membahasnya dengan komandan TNI setempat, yakni Letkol Soeharto.
Segera penyerangan terhadap Belanda di Yogyakarta dijadwalkan tanggal 1
Maret 1949 dini hari.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 7.19
Rute gerilya Pangsar Sudirman
192
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Pada tanggal 1 Maret 1949 dini hari sekitar pukul 06.00 sewaktu sirine
berbunyi sebagai tanda berakhirnya jam malam, serangan umum dilancarkan
dari segala penjuru. Letkol Soeharto langsung memegang komando
menyerang ke pusat kota. Serangan umum ini ternyata sukses. Selama enam
jam (dari jam 06.00 - jam 12.00 siang) Yogyakarta dapat diduduki oleh TNI.
Setelah Belanda mendatangkan bala bantuan dari Gombong dan Magelang,
dapat memukul mundur para pejuang kita.
Keberhasilan serangan umum itu, kemudian disebarluaskan melalui RRI
gerilya yang ada di Gunung Kidul. Berita ini dapat ditangkap oleh RRI di
Sumatra, yaitu Radio Rimba Raya di Aceh kemudian diteruskan ke luar negeri.
Walaupun hanya sekitar enam jam pasukan Indonesia berhasil menduduki
kota Yogyakarta, namun serangan ini sangat berarti bagi bangsa Indonesia.
Terutama ke dunia internasional untuk membuktikan bahwa RI masih ada,
tidak seperti yang diberikan oleh Belanda. Selain mengobarkan semangat
rakyat kembali juga menunjukkan kepada dunia bahwa negara Indonesia
masih mempunyai kekuatan. Pada waktu itu di Yogyakarta ada beberapa
wartawan asing yang peranannya sangat besar dalam menginformasikan
keadaan Indonesia kepada dunia.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 7.20
Letkol. Soeharto dan anak buahnya.
193
Sejarah Indonesia
9. Persetujuan Roem-Royen
Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dilancarkan oleh para pejuang Indonesia,
telah membuka mata dunia bahwa propaganda Belanda itu tidak benar. RI
dan TNI masih tetap ada. Namun Belanda tetap membandel dan tidak mau
melaksanakan resolusi DK PBB 28 Januari. Perundingan pun menjadi macet.
Melihat kenyataan itu, Amerika Serikat bersikap tegas dan terus mendesak
agar Belanda mau melaksanakan resolusi tanggal 28 Januari. Amerika
Serikat berhasil mendesak Belanda, untuk mengadakan perundingan dengan
Indonesia.
Ketika terlihat titik terang bahwa RI dan Belanda bersedia maju ke meja
perundingan, maka atas inisiatif Komisi PBB untuk Indonesia pada tanggal
14 April 1949 diselenggarakan perundingan di Jakarta di bawah pimpinan
Merle Cochran, anggota Komisi dari AS. Delegasi Indonesia dipimpin oleh
Moh. Roem dan delegasi Belanda dipimpin oleh H.J. Van Royen. Dalam
perundingan itu, RI tetap berpendirian bahwa pengembalian pemerintahan
RI ke Yogyakarta merupakan kunci pembuka perundingan-perundingan
selanjutnya. Sebaliknya pihak Belanda menuntut agar lebih dulu dicapai
persetujuan tentang perintah penghentian perang gerilya oleh pihak RI.
Merle Cochran, wakil dari AS di UNCI mendesak agar Indonesia mau
melanjutkan perundingan. Waktu itu Amerika Serikat menekan Indonesia,
kalau Indonesia menolak, Amerika tidak akan memberikan bantuan dalam
bentuk apa pun. Perundingan segera dilanjutkan pada tanggal 1 Mei 1949.
Kemudian pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai Persetujuan Roem-Royen. Isi
Persetujuan Roem-Royen antara lain sebagai berikut:
a)
Pihak Indonesia bersedia mengeluarkan perintah kepada pengikut
RI yang bersenjata untuk menghentikan perang gerilya. RI juga akan
Ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, guna
mempercepat penyerahan kedaulatan kepada Negara Indonesia Serikat
(NIS), tanpa syarat.
b)
Pihak Belanda menyetujui kembalinya RI ke Yogyakarta dan menjamin
penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua
tahanan politik. Belanda juga berjanji tidak akan mendirikan dan
mengakui negara-negara yang ada di wilayah kekuasaan RI sebelum
Desember 1948, serta menyetujui RI sebagai bagian dari NIS.
194
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumatra memerintahkan Sri
Sultan Hamengkubowono IX untuk mengambil alih pemerintahan Yogyakarta
dari pihak Belanda. Pihak tentara dengan penuh kecurigaan menyambut hasil
persetujuan itu, namun Panglima Jenderal Sudirman memperingatkan seluruh
komando kesatuan agar tidak memikirkan masalah-masalah perundingan.
Setelah pemerintah RI kembali ke Yogyakarta, pada tanggal 13 Juli 1949
diselenggarakan sidang Kabinet RI yang pertama. Pada kesempatan itu,
Syafruddin Prawiranegara mengembalikan mandatnya kepada Wakil Presiden
Moh. Hatta. Dalam sidang kabinet juga diputuskan untuk mengangkat Sri
Sultan Hamengkobuwono IX menjadi Menteri Pertahanan merangkap Ketua
Koordinator Keamanan.
10. Yogya Kembali
Bagaimana setelah disetujuinya Perjanjian Roem Royen? Bagaimana proses
kembalinya RI dan nasib pasukan gerilya yang dipimpin Jenderal Sudirman?
Sebagai pelaksanaan dari kesepakatan itu, maka pada tanggal 29 Juni 1949,
pasukan Belanda ditarik mundur ke luar Yogyakarta. Setelah itu TNI masuk
ke Yogyakarta. Peristiwa keluarnya tentara Belanda dan masuknya TNI ke
Yogyakarta dikenal dengan Peristiwa Yogya Kembali. Presiden Sukarno dan
Wakil Presiden Moh. Hatta ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.
Sejak awal 1949, ada tiga kelompok pimpinan RI yang ditunggu untuk kembali
ke Yogyakarta. Kelompok pertama adalah Kelompok Bangka. Kedua adalah
kelompok PDRI dibawah pimpinan Mr. Syafruddin Prawiranegara. Kelompok
ketiga adalah angkatan perang di bawah pimpinan Panglima Besar Jenderal
Sudirman. Sultan Hamangkubuwono IX bertindak sebagai wakil Republik
Indonesia, karena Keraton Yogyakarta bebas dari intervensi Belanda, maka
mempermudah untuk mengatasi masalah-masalah yang terkait dengan
kembalinya Yogya ke Republik Indonesia. Kelompok Bangka yang terdiri atas
Sukarno, Hatta, dan rombongan kembali ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli
1949, kecuali Mr. Roem yang harus menyelesaikan urusannya sebagai ketua
delegasi di UNCI, masih tetap tinggal di Jakarta.
Rombongan PDRI mendarat di Maguwo pada 10 Juli 1949. Mereka disambut
oleh Sultan Hamangkubuwono IX, Moh. Hatta, Mr.Roem, Ki Hajar Dewantara,
Mr. Tadjuddin serta pembesar RI lainnya.
195
Sejarah Indonesia
Pada tanggal itu pula rombongan Panglima Besar Jenderal Sudirman ditunggu
kedatangannya di Yogyakarta. Sebelumnya berangkat menuju Yogyakarta,
Sudirman berpamitan dengan masyarakat Sobo dan keluarga Pak Karso
yang rumahnya digunakan Sudirman. Ia berpamitan dengan bahasa Jawa,
kurang lebih demikian: “...
gandheng kulo badhe wangsul dateng Ngayojo
malih, namung weling kulo dateng Pak Karso (lan keluargo ing mriki), mugo
sampun ngantos nggadhahi alangan satunggal punopo
(berkenaan kami
akan kembali ke Yogya, hanya pesan kami semoga Pak Karso (dan keluarga di
sini) tidak mendapatkan halangan sesuatu apa” (Sardiman, 2008). Sudirman
kemudian berangkat dan selanjutnya memasuki Desa Wonosari.
Sesampainya di kota Yogyakarta, Rombongan Jenderal Sudirman dijemput
oleh Sultan Hamengkubuwono IX bersama pasukan di bawah pimpinan
Letkol Soeharto sebagai Panglima Perang Yogyakarta, dengan disertai
dua orang wartawan, yaitu Rosihan Anwar dari
Pedoman
dan Frans
Sumardjo dari
Ipphos.
Saat menerima rombongan penjemput itu Panglima
Besar Jenderal Sudirman berada di rumah lurah Wonosari. Saat itu beliau
sedang mengenakan pakaian gerilya dengan ikat kepala hitam. Pada esok
harinya rombongan Pangeran Besar Jenderal Sudirman dibawa kembali ke
Yogyakarta. Saat itu beliau sedang menderita sakit dengan ditandu dan
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 7.21
Presiden, Wakil Presiden dan rombongan tiba di Yogyakarta
196
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
diiringi oleh utusan dan pasukan beliau dibawa kembali ke Yogyakarta.
Dalam kondisi letih dan sakit beliau mengikuti upacara penyambutan resmi
dengan mengenakan baju khasnya yaitu pakaian gerilya.
Upacara penyambutan resmi para pemimpin RI di Ibukota dilaksanakan
dengan penuh khidmat pada 10 Juli. Sebagai pimpinan inspektur upacara
adalah Syafruddin Prawiranegara, didampingi oleh Panglima Besar Jenderal
Sudirman dan para pimpinan RI yang baru saja kembali dari pengasingan
Belanda. Pada 15 Juli 1949, untuk pertama kalinya diadakan sidang kabinet
pertama yang dipimpin oleh Moh. Hatta. Pada kesempatan itu Syafruddin
Prawiranegara menyampaikan kepada Presiden Sukarno tentang tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh PDRI selama delapan bulan di Sumatra
Barat. Pada kesempatan itu pula Syafruddin Prawiranegara secara resmi
menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden RI Sukarno. Dengan
demikian maka berakhirlah PDRI yang selama delapan bulan memperjuangkan
dan mempertahankan eksistensi RI.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 7.22
Jenderal Sudirman dengan ditandu memasuki kota Yogyakarta setelah melakukan
perang gerilya.
197
Sejarah Indonesia
11. Konferensi Inter Indonesia
Belanda tidak berhasil membentuk negara-negara bagian dari suatu negara
federal. BFO. Namun di antara para pemimpin BFO banyak yang sadar dan
melakukan pendekatan untuk bersatu kembali dalam upaya pembentukan
Republik Indonesia Serikat (RIS). Hal ini terutama didorong oleh sukses yang
diperoleh para pejuang dan TNI kita dalam perang gerilya. Mereka sadar
hanya akan dijadikan alat dan boneka bagi kekuasaan Belanda. Oleh karena
itu perlu dibentuk semacam front untuk menghadapi Belanda.
Sementara itu, Kabinet Hatta meneruskan perjuangan diplomasi, yaitu
menyelesaikan masalah intern terlebih dahulu. Beberapa kali diadakan
Konferensi Inter-Indonesia untuk menghadapi usaha Van Mook dengan
Negara bonekanya. Ternyata hasil Konferensi Inter-Indonesia itu berhasil
dengan baik. Walaupun untuk sementara pihak RI menyetujui terbentuknya
Negara RIS, tetapi bukan berarti pemerintah RIS tunduk kepada pemerintah
Belanda.
Pada bulan Juli dan Agustus 1949 diadakan konferensi Inter-Indonesia. Dalam
konferensi itu diperlihatkan bahwa politik
devide et impera
Belanda untuk
memisahkan daerah-daerah di luar wilayah RI mengalami kegagalan. Hasil
Konferensi Inter-Indonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta antara lain:
a.
Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia
Serikat (RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme;
b.
RIS akan dikepalai oleh seorang presiden dibantu oleh menteri-menteri
yang bertanggung jawab kepada presiden;
c.
RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari RI maupun Belanda;
d.
Angkatan Perang RIS adalah Angkatan Perang Nasional, dan Presiden RIS
adalah Panglima Tertinggi Angkatan Perang; dan
e.
Pembentukan Angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal bangsa
Indonesia sendiri.
Dalam konferensi selanjutnya juga diputuskan untuk membentuk Panitia
Persiapan Nasional yang anggotanya terdiri atas wakil-wakil RI dan BFO.
Tugasnya menyelenggarakan persiapan dan menciptakan suasana tertib
sebelum dan sesudah KMB. BFO juga mendukung tuntutan RI tentang
penyerahan kedaulatan tanpa syarat, tanpa ikatan politik maupun ekonomi.
Pihak RI juga menyepakati bahwa Konstitusi RIS akan dirancang pada saat
KMB di Den Haag.
198
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
12. Konferensi Meja Bundar
Perjanjian Roem Royen belum menyelesaikan masalah Indonesia Belanda.
Salah satu agenda yang disepakati Indonesia-Belanda adalah penyelenggaraan
Konferensi Meja Bundar di Den Haag. Bagaimana pelaksanaan KMB tersebut?
Bagaimana kelanjutan perjuangan bangsa Indonesia dalam mewujudkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah selesai KMB? Mari kita lacak
peristiwa-peristiwa proses pengakuan kedaulatan RI dari Belanda!
Indonesia telah menetapkan delegasi yang mewakili KMB yakni Moh. Hatta,
Moh. Roem, Mr. Supomo, Dr. J. Leimena, Mr. Ali Sastroamijoyo, Dr. Sukiman,
Ir. Juanda, Dr. Sumitro Joyohadikusumo, Mr. Suyono Hadinoto, Mr. AK.
Pringgodigdo, TB. Simatupang, dan Mr. Sumardi. Sedangkan BFO diwakili
oleh Sultan Hamid II dari Pontianak.
KMB dibuka pada tanggal 23 Agustus 1949 di Den Haag. Delegasi Belanda
dipimpin oleh Mr. Van Maarseveen dan dari UNCI sebagai mediator adalah
Chritchley. Tujuan diadakan KMB adalah untuk:
a.
menyelesaikan persengketaan antara Indonesia dan Belanda; dan
b.
mencapai kesepakatan antara para peserta tentang tata cara
penyerahan yang penuh dan tanpa syarat kepada Negara Indonesia
Serikat, sesuai dengan ketentuan Persetuiuan Renville.
Sumber: Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Gambar 7.23
Suasana Pembukaan KMB.
199
Sejarah Indonesia
Beberapa masalah yang sulit dipecahkan dalam KMB terutama sebagai
berikut.
a.
Soal Uni Indonesia-Belanda, pihak Indonesia menghendaki agar sifatnya
hanya kerja sama yang bebas tanpa adanya organisasi permanen.
Sedangkan Belanda menghendaki kerja yang lebih luas dengan organisasi
permanen (mengikat).
b.
Soal utang, pihak Indonesia hanya mengakui utang-utang Hindia Belanda
sampai menyerahnya Belanda kepada Jepang. Sementara Belanda
menghendaki agar Indonesia mengambil alih semua utang Hindia
Belanda sampai penyerahan kedaulatan, termasuk biaya perang kolonial
melawan TNI.
Setelah melalui pembahasan dan perdebatan, tanggal 2 November 1949
KMB dapat diakhiri. Hasil-hasil keputusan dalam KNIB antara lain sebagai
berikut:
a.
Belanda mengakui keberadaan negara RIS (Republik Indonesia Serikat)
sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. RIS terdiri dari RI dan 15
negara bagian/daerah yang pernah dibentuk Belanda.
b.
Masalah Irian Barat akan diselesaikan setahun kemudian, setelah
pengakuan kedaulatan.
c.
Corak pemerintahan RIS akan diatur dengan konstitusi yang dibuat oleh
para delegasi RI dan BFO selama KMB berlangsung.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949. 1995
Gambar 7.24
Hatta berpidato dalam Konferensi Meja Bundar.
200
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
d.
Akan dibentuk Uni Indonesia Belanda yang bersifat lebih longgar ,
berdasarkan kerja sama secara sukarela dan sederajat. Uni Indonesia
Belanda ini disepakati oleh Ratu Belanda.
e.
RIS harus membayar utang-utang Hindia Belanda sampai waktu
pengakuan kedaulatan.
f.
RIS akan mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan izin baru
untuk perusahaan-perusahaan Belanda.
Ada sebagian keputusan yang merugikan Indonesia, yakni beban utang
Hindia Belanda yang harus ditanggung RIS sebesar 4,3 miliar gulden. Juga
penundaan soal penyelesaian Irian Barat yang merupakan masalah yang
menjadi pekerjaan panjang bangsa Indonesia. Tetapi yang jelas bahwa hasil
KMB telah memberikan kesempatan yang lebih luas bagi Indonesia untuk
membangun negeri sendiri.
Setelah KMB selesai dan menghasilkan berbagai keputusan dengan segala
cara pelaksanaannya, kemudian Moh. Hatta dan rombongan pada tanggal
7 November 1949 meninggalkan negeri Belanda. Rombongan kemudian
singgah ke Kairo dan Rangoon. Tanggal 14 November 1949 Moh. Hatta tiba
di Maguwo, Yogyakarta disambut oleh Presiden.
13. Pembentukan Republik Indonesia Serikat
Isi KMB diterima oleh KNIP melalui sidangnya pada tanggal 6 Desember
1949. Tanggal 14 Desember 1949 diadakan pertemuan di Jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta. Pertemuan ini dihadiri oleh wakil-wakil Pemerintah RI,
pemerintah negara-negara bagian, dan daerah untuk membahas Konstitusi
RIS. Pertemuan ini menyetujui naskah Undang-Undang Dasar yang akan
menjadi Konstitusi RIS.
Negara RIS berbentuk federasi meliputi seluruh Indonesia dan RI menjadi salah
satu bagiannya. Bagi RI keputusan ini sangat merugikan, tetapi merupakan
strategi agar Belanda segera mengakui kedaulatan Indonesia sekalipun dalam
bentuk federasi RIS. Dalam konstitusi itu juga dijelaskan bahwa Presiden dan
para menteri yang dipimpin oleh seorang Perdana Menteri, secara bersama-
sama merupakan pemerintah. Lembaga perwakilannya terdiri atas dua
201
Sejarah Indonesia
kamar, yakni Senat dan DPR. Senat merupakan perwakilan negara/daerah
bagian yang masing-masing diwakili dua orang. Kemudian, DPR beranggota
150 orang yang merupakan wakil-wakil seluruh rakyat Indonesia.
Pada tanggal 16 Desember1949, Ir. Sukarno terpilih sebagai Presiden RIS.
Secara resmi Ir. Sukarno dilantik sebagai Presiden RIS tanggal 17 Agustus
1949, bertempat di Bangsal Siti Hinggil Keraton Yogyakarta oleh Ketua
Mahkamah Agung, Mr. Kusumah Atmaja, dan Drs. Moh. Hatta diangkat
sebagai Perdana Menteri. Tanggal 20 Desember 1949 Kabinet Moh. Hatta
dilantik. Dengan demikian terbentuk Pemerintahan RIS.
Dengan diangkatnya Sukarno sebagai Presiden RIS, maka presiden RI menjadi
kosong. Untuk itu, ketua KNIP, Mr. Assaat ditunjuk sebagai pejabat Presiden
RI. Tanggal 27 Desember 1949 Mr. Assaat dilantik sebagai pemangku
jabatan Presiden RI sekaligus dilakukan acara serah terima jabatan dari
Sukarno kepada Mr. Assaat. Langkah ini diambil untuk mempertahankan
kelangsungan negara RI. Apabila sewaktu-waktu RIS bubar, maka RI akan
tetap bertahan, karena memiliki kepala negara.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 7.25
Upacara serah terima jabatan Presiden RI dari Ir. Sukarno kepada Mr. Assaat.
202
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
14. Pengakuan Kedaulatan
Pada tanggal 27 Desember 1949, terjadilah penyerahan kedaulatan Belanda
kepada Indonesia yang dilakukan di Belanda dan di Indonesia. Di Negeri
Belanda, delegasi Indonesia dipimpin oleh Moh. Hatta sedangkan pihak
Belanda hadir Ratu Juliana, Perdana Menteri Willem Drees, dan Menteri
Seberang Lautan Sasseu bersama-sama menandatangani akte penyerahan
kedaulatan di Ruang Tahta Amsterdam. Di Indonesia dilakukan oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda A.H.S. Lovink.
Dengan berakhirnya KMB itu, berakhir pula perselisihan Indonesia Belanda.
Indonesia kemudian mendapat pengakuan dari negara-negara lain.
Pengakuan pertama datang dari negara-negara yang tergabung dalam Liga
Arab, yaitu Mesir, Suriah, Lebanon, Saudi Arabia, Afganistan, India, dan lain-
lain. Untuk perkataan “penyerahan kedaulatan” itu oleh pihak Indonesia
diartikan sebagai “pengakuan kedaulatan”, walaupun pihak Belanda tidak
menyetujui dengan perkataan tersebut. Namun, dalam kenyataan oleh
masyarakat internasional diakuinya keberadaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 7.26
Upacara serah terima penandatanganan pengakuan kedaulatan tanggal 27
Desember 1949.
203
Sejarah Indonesia
Walaupun Belanda sendiri tidak mengakui Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dan hanya mengakui tanggal 27
Desember 1949, namun keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
itu tetap terhitung sejak Proklamasi Kemerdekaan oleh bangsa Indonesia.
Pada saat itu bangsa Indonesia tidak menghadapi Belanda, melainkan
menghadapi Jepang, karena sebelumnya Belanda sudah kalah dan menyerah
pada Jepang. Oleh karena itu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia mutlak
atas usaha bangsa Indonesia sendiri.
15. Kembali ke Negara Kesatuan
Setelah RIS menerima pengakuan kedaulatan, segera muncul rasa tidak
puas di kalangan rakyat terutama negara-negara bagian di luar RI. Sejumlah
15 negara bagian/daerah yang merupakan ciptaan Belanda, terasa berbau
kolonial, sehingga belum merdeka sepenuhnya. Negara-negara bagian
ciptaan Belanda adalah sebagai berikut.
a.
Negara Indonesia Timur (NIT) merupakan negara bagian pertama
ciptaan Belanda yang terbentuk pada tahun 1946.
b.
Negara Sumatra Timur, terbentuk pada 25 Desember 1947 dan
diresmikan pada tanggal 16 Februari 1948. Negara Sumatra Selatan,
terbentuk atas persetujuan Van Mook pada tanggal 30 Agustus 1948.
Daerahnya meliputi Palembang dan sekitarnya. Presidennya adalah
Abdul Malik.
d.
Negara Pasundan (Jawa Barat).
e.
Negara Jawa Timur, terbentuk pada tanggal 26 November 1948
melalui surat keputusan Gubernur Jenderal Belanda.
f.
Negara Madura, terbentuk melalui suatu plebesit dan disahkan oleh
Van Mook pada tanggal 21 Januari 1948.
Di samping enam negara bagian tersebut, Belanda masih menciptakan
daerah-daerah yang berstatus daerah otonom. Daerah-daerah otonom yang
dimaksud adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Dayak Besar (daerah
Kalimantan Tengah), Daerah Banjar (Kalimantan Selatan), Kalimantan
Tenggara, Jawa Tengah, Bangka, Belitung, dan Riau Kepulauan.
Setelah pengakuan kedaulatan tuntutan bergabung dengan negara RI
semakin luas. Tuntutan semacam ini memang dibenarkan oleh konstitusi
RIS pada pasal 43 dan 44. Penggabungan antara negara/daerah yang satu
204
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
dengan daerah yang lain dimungkinkan karena dikehendaki rakyatnva. Oleh
karena itu, pada tanggal 8 Maret 1950 Pemerintah RIS dengan persetujuan
DPR dan Senat RIS mengeluarkan Undang-Undang Darurat No. 11 Tahun
1950 tentang, Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS. Setelah
dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No. 11 itu, maka negara-negara
bagian atau daerah otonom seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Madura
bergabung dengan RI di Yogyakarta. Karena semakin banyaknya negara-
negara bagian/daerah yang bergabung dengan RI maka sejak tanggal 22
April 1950, negara RIS hanya tinggal tiga yakni RI sendiri, Negara Sumatra
Timur, dan Negara Indonesia Timur.
Perdana Menteri RIS, Moh. Hatta mengadakan pertemuan dengan Sukawati
(NIT) dan Mansur (Sumatra Timur). Mereka sepakat untuk membentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sesuai dengan usul dari DPR Sumatra
Timur, proses pembentukan NKRI tidak melalui penggabungan dengan RI
tetapi penggabungan dengan RIS. Setelah itu diadakan konferensi yang
dihadiri oleh wakil-wakil RIS, termasuk dari Sumatra Timur dan NIT. Melalui
konferensi itu akhirnya pada tanggal 19 Mei 1950 tercapai persetujuan yang
dituangkan dalam Piagam Persetujuan. Isi pentingnya adalah :
a.
Kesediaan bersama untuk membentuk negara kesatuan sebagai
penjelmaan dari negara RI yang berdasarkan pada Proklamasi 17 Agustus
1945; dan
b.
Penyempurnaan Konstitusi RIS, dengan memasukkan bagian-bagian
penting dari UUD RI tahun 1945. Untuk ini diserahkan kepada panitia
bersama untuk menyusun Rencana UUD Negara Kesatuan.
Panitia bersama juga ditugaskan untuk melaksanakan isi Piagam Persetujuan
19 Mei 1950. Pada tanggal 12 Agustus 1950, pihak KNIP RI menyetujui
Rancangan UUD itu menjadi UUD Sementara. Kemudian, tanggal 14
Agustus 1950, DPR dan Senat RIS mengesahkan Rancangan UUD Sementara
KNIP, menjadi UUD yang terkenal dengan sebutan Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS) tahun 1950.
Pada tanggal 15 Agustus 1950 diadakan rapat gabungan parlemen (DPR)
dan Senat RIS. Dalam rapat gabungan ini Presiden Sukarno membacakan
Piagam Persetujuan terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia. Pada
hari itu, Presiden Sukarno terus ke Yogyakarta untuk menerima kembali
jabatan Presiden Negara Kesatuan dari pejabat Presiden RI, Mr. Asaat.
Dengan demikian, berakhirlah riwayat hidup negara RIS, dan secara resmi
tanggal 17 Agustus 1950 terbentuklah kembali Negara Kesatuan RI. Sukarno
kembali sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden RI.
205
Sejarah Indonesia
»
Kamu telah mempelajari bagaimana perjuangan bangsa Indonesia
memperjuangkan kedaulatan. Berbagai cara dilakukan, baik damai
maupun konfrontasi senjata dilayani demi mencapai kedaulatan
penuh. Menurut pendapatmu, bagaimana keuntungan dan kerugian
bangsa Indonesia melakukan perjuangan diplomasi dan bersenjata
dalam memperjuangkan kemerdekaan?
KESIMPULAN
1.
Belanda tidak rela begitu saja melepaskan Indonesia sebagai negara
merdeka.
2.
Berbagai upaya dilakukan Belanda untuk kembali menguasai
Indonesia.
3.
Untuk memecahkan masalah hubungan Indonesia Belanda, bangsa
Indonesia menggunakan dua cara yakni diplomasi dan konfrontasi.
4.
Kesabaran dan kegigihan bangsa Indonesia akhirnya memperoleh
hasil dengan diakuinya kemerdekaan Indonesia oleh Belanda.
206
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
1.
Terjadinya Perundingan Renville menimbulkan perbedaan pendapat
para tokoh bangsa Indonesia. Jelaskan alasan para tokoh yang
menentang hasil perundingan Renville!
2.
Menurut pendapatmu, bagaimana peranan bangsa asing yang ikut
serta memecahkan masalah Indonesia Belanda?
3.
Pada tanggal 1 Juli 1947 Belanda melakukan Agresi Militer I. Jelaskan
latar belakang dan dampak terjadinya Agresi Militer Belanda I!
4.
Panglima Besar Jendral Sudirman beserta tentaranya melakukan
perang gerilya sebagai bentuk perlawanan terhadap Belanda. Apakah
kamu sepakat dengan tindakan yang dilakukan Sudirman? Jelaskan
alasanmu!
5.
Perjuangan bangsa Indonesia mencapai kedaulatan penuh mengajarkan
kepada kehidupan sekarang bagaimana pentingnya kemerdekaan
penuh. Menurut pendapat kamu, apakah saat ini Indonesia sudah
merdeka 100 ? Apakah ada sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia
yang belum merdeka? Apabila ada, coba kamu tuliskan contoh dan
analisislah penyebabnya!
LATIH UJI KOMPETENSI
207
Sejarah Indonesia
C. Nilai-nilai Kejuangan Masa Revolusi
»
Coba amati gambar di atas!
1. Berdasarkan gambar tersebut, coba buatlah beberapa
pertanyaan!
2. Kamu mungkin sudah tahu gambar di atas. Gambar itu
adalah Jenderal Sudirman yang sedang ditandu saat
memimpin perang gerilya
3. Siapakan Sudirman itu?
4. Bagaimana peranannya dalam sejarah revolusi kemerdekaan
Indonesia?
5. Nilai-nilai apa yang dapat kita kembangkan dalam
kehidupan sekarang ?
Mengamati Lingkungan
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960, 1995.
Gambar 6.27
Jendral Sudirman di atas tandu.
208
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Jenderal Sudirman adalah salah satu tokoh revolusi kemerdekaan Indonesia.
Sosok tentara, pemimpin, guru, dan bapak bangsa yang berjasa besar dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sosok yang dilahirkan untuk revolusi
kemerdekaan. Sosok yang selalu taat kepada pemimpin bangsa. Sosok
religius dan tidak pernah takut dan gentar sedikitpun akan kekuatan asing.
»
Untuk memahami karakter Sudirman lebih jauh, coba kamu cari buku
tentang biografi Sudirman. Ceritakan kembali kisah Sudirman yang
kamu anggap paling berkesan. Tuliskan keteladanan yang pantas
ditiru dari kisah tersebut untuk kehidupan pada masa sekarang!
Peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dalam perang kemerdekaan, banyak
mengandung nilai-nilai positif sebagai nilai-nilai perjuangan yang penting
untuk kamu ketahui. Beberapa nilai perjuangan yang dimaksud antara lain
sebagai berikut.
1. Persatuan dan Kesatuan
Persatuan dan kesatuan adalah nilai yang sangat penting di dalam setiap
bentuk perjuangan. Semua organisasi atau kekuatan yang ada, sekalipun
dengan paham/ideologi atau organisasi yang berbeda, namun tetap bersatu
dalam menghadapi kaum penjajah untuk mencapai kemerdekaan. Pada
masa perlucutan senjata terhadap Jepang, perang melawan Sekutu maupun
Belanda, semua anggota TNI, berbagai anggota kelaskaran dan rakyat
bersatu padu.
Persatuan dan kesatuan senantiasa menjadi jiwa dan kekuatan perjuangan.
Hal yang cukup menonjol misaInya pada waktu Belanda menciptakan
negara-negara bagian dan daerah otonom dalam negara federal. Hal
tersebut jelas memperlihatkan bahwa Belanda berusaha memecah belah
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, timbul berbagai kesulitan di lingkungan
rakyat Indonesia baik secara politis maupun ekonomis. Hal ini disadari benar
oleh rakyat Indonesia, sehingga banyak yang menuntut untuk kembali ke
negara kesatuan. Akhirnya tercapai pada tanggal 17 Desember 1950. Negara
kesatuan dan nilai persatuan cocok dengan jiwa bangsa Indonesia.
Mengamati Teks
209
Sejarah Indonesia
2. Rela Berkorban dan Tanpa Pamrih
Nilai kejuangan bangsa yang sangat menonjol di masa perang kemerdekaan
adalah rela berkorban. Para pemimpin, rakyat, dan para pejuang pada
umumnya benar-benar rela berkorban tanpa pamrih. Sebagai contoh Jenderal
Sudirman yang dalam keadaan sakit, hanya dengan satu paru-paru tetap
memimpin perang gerilya. Ia telah menempuh perjalanan kurang lebih 1000
km dalam waktu sekitar enam bulan dengan penuh derita, lapar dan dahaga,
tetapi semangatnya tak pernah padam. Ia tidak hanya mempertaruhkan jiwa
dan raganya tetapi juga mengorbankan harta benda untuk tegaknya cita-cita
Proklamasi, Negara Indonesia yang bersatu, sejahtera, aman dan tenteram.
Begitu juga tokoh-tokoh pejuang yang lain.
Mereka telah mempertaruhkan jiwa dan raganya, mengorbankan waktu dan
harta bendanya, demi perjuangan kemerdekaan. Kita tidak dapat menghitung
berapa para pejuang kita yang gugur di medan juang, berapa orang yang
harus menanggung cacat dan menderita, akibat perjuangannya. Juga berapa
jumlah harta benda yang dikorbankan demi tegaknya kemerdekaan, semua
tidak dapat kita perhitungkan.
3. Cinta pada Tanah Air
Rasa cinta pada tanah air merupakan faktor pendorong yang sangat kuat
bagi para pejuang kita untuk berjuang di medan laga. Timbullah semangat
patriotisme di kalangan para pejuang kita untuk melawan penjajah. Sebagai
perwujudan dari rasa cinta tanah air, cinta pada tumpah darahnya maka
munculah berbagai perlawanan di daerah untuk melawan kekuatan kaum
penjajah. Di Sumatra, di Jawa, Bali, Sulawesi dan tempat-tempat lain, muncul
pergolakan dan perlawanan menentang kekuatan asing, demi kemerdekaan
tanah airnya.
4. Saling Pengertian dan Harga Menghargai
Di dalam perjuangan mencapai dan mempertahankan kemerdekaan,
diperlukan saling pengertian dan sikap saling menghargai di antara para
pejuang. Sebagai contoh perbedaan pandangan antara pemuda (Syahrir
Mengamati Teks
210
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
dkk.) dengan Bung Karno-Bung Hatta dari golongan tua, tetapi karena saling
pengertian dan saling menghargai, maka kesepakatan dapat tercapai. Teks
proklamasi dapat diselesaikan dan kemerdekaan dapat diproklamasikan,
adalah bukti nyata sebuah kekompakan dan saling pengertian di antara
para tokoh nasional.
Berangkat dari sikap saling pengertian dan saling menghargai juga dapat
memupuk rasa persatuan dan menghindarkan perpecahan. Timbullah rasa
kebersamaan. Sebagai contoh, tokoh-tokoh Islam yang pernah menjadi
Panitia Sembilan dan PPKI, memahami dan menghargai kelompok-
kelompok lain, sehingga tidak keberatan untuk menghilangkan kata-kata
dalam Piagam Jakarta, ”Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi
para pemeluknya” dan diganti dengan ”Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Kelompok sipil lebih menekankan cara diplomasi atau perundingan damai,
sedangkan kaum militer menekankan strategi perjuangan bersenjata.
Ternyata berkat saling menghargai, baik perjuangan diplomasi maupun
perjuangan bersenjata dapat saling mendukung. Begitu juga ketika
terjadi Agresi Belanda II, para pemimpin sipil ingin bertahan di pusat ibu
kota (sehingga akhirnya ditawan Belanda) sedangkan kaum militer ingin
ke luar kota untuk melancarkan gerilya. Kaum militer tidak memaksakan
kehendaknya agar kaum sipil ikut ke luar kota untuk bergerilya, dan begitu
sebaliknya. Semua ini ada hikmahnya, bahwa perjuangan diplomasi maupun
perjuangan bersenjata saling mengisi dan sama-sama pentingnya.
Nilai-nilai perjuangan seperti persatuan dan kesatuan, rela berkorban
dan tanpa pamrih, cinta tanah air, saling pengertian atau tenggang
rasa dan harga menghargai, merupakan nilai-nilai yang penting untuk
dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu tidak hanya
penting di masa perjuangan menentang penjajahan, tetapi juga dalam
kegiatan pembangunan sekarang. Apabila kita memahami dan kemudian
mengamalkan nilai-nilai tersebut, menunjukkan adanya kesadaran sejarah
yang tinggi. Setiap orang yang memiliki kesadaran sejarah semacam
itu tentunya tidak akan korupsi, tidak akan memperkaya diri dengan
mengorbankan orang lain, tidak akan sewenang-wenang dan tidak akan
menyebarkan isu-isu perpecahan yang hanya untuk kepentingan golongan
sendiri. Dengan ini, maka pembangunan demi kemaslahatan umum akan
dapat tercapai.
211
Sejarah Indonesia
Sungguh kemerdekaan ini telah ditegakkan dengan seluruh pengorbanan,
baik jiwa, raga, dan harta, penuh dengan tetesan darah dan derai air mata,
beratus-ratus ribu jiwa melayang sebagai tumbal demi tegaknya panji-panji
NKRI. Mengapa tega dinodai dengan berbagai tindak amoral, korupsi,
penyalahgunaan wewenang, teror dan merusak persatuan dan kesatuan
bangsa. “Sungguh rendah kesadaran sejarah bangsaku”.
KESIMPULAN
1.
Setelah proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia masih harus
menghadapi perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan mencapai
kedaulatan penuh.
2.
Bangsa Indonesia tidak patah semangat untuk mempertahankan
kemerdekaan. Perjuangan dilakukan dengan cara damai maupun bersenjata.
3.
Perjuangan bangsa Indonesia memperoleh kedaulatan berhasil dengan
diperolehnya pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada akhir tahun 1949.
4.
Banyak tokoh terlibat dalam proses perjuangan memperoleh
kedaulatan negara Indonesia. Dengan cara yang berbeda-beda, para tokoh
menunjukkan suri tauladan yang patut ditiru generasi sekarang dan yang
akan datang.
5.
Kemerdekaan bukan berarti perjuangan telah selesai. Perjuangan tidak
lebih ringan, tetapi justru semakin berat. Walaupun musuh yang dihadapi
berbeda dengan masa penjajahan, tetapi membutuhkan tenaga dan biaya
yang sangat besar. Pada awal kemerdekaan, bangsa Indonesia masih harus
berhadapan dengan situasi politik dan ekonomi yang sangat kacau balau.
Sistem pemerintahan belum mantap, dan kondisi keuangan negara sangat
minim.
212
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
1.
Sebutkan tiga tokoh yang sangat berkesan dalam pikiranmu,
kemudian tuliskan peranan tokoh tersebut dalam perjuangan revolusi
kemerdekaan. Nilai-nilai apa yang pantas ditiru dari tokoh tersebut?
Jelaskan alasanmu!
2.
Nilai-nilai kejuangan para tokoh revolusi kemerdekaan masih relevan
diterapkan pada kehidupan sekarang dan yang akan datang? Pilihlah
tiga nilai yang dapat diamalkan pada kehidupan siswa dan pemuda
pada masa sekarang!
3.
Buatlah suatu rencana kegiatan berkelompok yang mungkin
kamu lakukan untuk mengamalkan nilai-nilai perjuangan revolusi
kemerdekaan!
LATIH UJI KOMPETENSI
213
Sejarah Indonesia
1.
Bagaimana kondisi politik Indonesia pada awal kemerdekaan?
2.
Mengapa terjadi pertempuran 10 November 1945, dan bagaimana
peristiwa itu berlangsung?
3.
Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang Bandung Lautan Api!
4.
Keputusan Perundingan Renville merupakan bencana nasional dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Coba telaah secara kritis dan
mendalam!
5.
Lakukan telaah kritis mengapa Belanda sangat mendukung
dilaksanakan Perjanjian Linggarjati!
6.
Apa makna Serangan Umum 1 Maret 1949 dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia?
7.
Mengapa RIS berlangsung tidak terlalu lama?
8.
Pelajaran apa yang dapat kamu peroleh dengan belajar bab tentang
Revolusi Menegakkan Panji-panji NKRI?
LATIH ULANGAN AKHIR BAB
214
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
A.
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat
1.
Tentara Jepang datang ke Indonesia begitu cepat dan tidak banyak
mengadapi kendala, sebab ....
a.
kekuatan tentara Jepang sudah sangat terlatih
b.
Belanda di Indonesia memang sudah tidak berdaya dalam PD II
c.
Jepang sudah mengirim spionase-spionase ke Indonesia sebelum
tentara masuk ke Indonesia
d.
Jepang memiliki keahlian berpropaganda dengan semboyan
Jepang sebagai saudara tua
e.
Jalur-jalur kekuatan pemerintah Belanda yang sudah lemah
sudah diketahui Jepang
2.
Dampak pendudukan Jepang di Indonesia dalam bidang ekonomi,
antara lain ...
a.
Pertanian semakin maju dan perkebunan menjadi mundur
b.
Perkebunan dan pertanian menjadi mundur
c.
Pertanian mundur dan perkebunan maju
d.
Tanaman kopi dimusnahkan dan diganti dengan tanaman jarak.
e.
Industri bidang persenjataan semakin maju
3.
Beberapa tokoh yang memiliki peran signifikan dalam perumusan Teks
Proklamasi, antara lain....
a.
Sukarno, Moh. Hatta, B.M. Diah, Sukarni.
b.
Sukarni, B.M. Diah, Sudiro, Ahmad Subarjo
c.
Sayuti Melik, Ahmad Subarjo, Sudiro, Sukarno
d.
Sukarno, Ahmad Subarjo, Moh. Hatta, Sukarni
e.
Sukarni, Moh. Hatta, Ahmad Subarjo, Sayuti Melik
4.
Makna penolakan Nishimura memberi izin Sukarno untuk rapat PPKI,
ditunjukkan oleh pernyataan...
a.
Sukarno masih memperhitungkan kekuatan tentara Jepang
b.
Kemerdekaan Indonesia sangat tergantung dari kemauan dan
kemampuan bangsa Indonesia
LATIH UJI SEMESTER
215
Sejarah Indonesia
c.
Indonesia memang perlu dibicarakan dengan anggota PPKI
d.
Kemerdekaan Indonesia yang tidak diizinkan Jepang/PPKI berarti
tidak legal
e.
Kemerdekaan Indonesia harus didukung oleh semua kekuatan,
baik para tokoh senior, para pemuda maupun yang selama ini
bekerja sama dengan Jepang
5.
Makna perang gerilya yang dipimpin Sudirman di masa revolusi
adalah....
a.
sebagai penyeimbang politik Belanda yang licik
b.
untuk menunjukkan bahwa TNI masih eksis
c.
bentuk protes dari kebijakan pimpinan pemerintahan yang mau
begitu mudah ditangkap Belanda
d.
sebagai daya penekan para perunding di meja perundingan
untuk segera memutuskan menuju kedaulatan penuh Indonesia
e.
menunjukkan kepada dunia luar dan PBB bahwa apa yang
dilakukan Belanda di Indonesia tidak sesuai dengan realitas dan
kehendak seluruh rakyat Indonesia
B. Jawablah beberapa pertanyaan dan tugas berikut!
1.
Jelaskan bagaimana strategi Jepang sehingga begitu cepat dapat
masuk ke Indonesia dan dengan cepat dapat mengusir sisa-sisa
kekuatan Belanda?
2.
Dengan memahami uraian tentang pendudukan Jepang di Indonesia
lewat bab “Tirani Matahari Terbit”, coba simpulkan sifat-sifat
penjajahan Jepang di Indonesia!
3.
Sumpah Pemuda memiliki makna yang sangat penting dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya mendapatkan kemerdekaan.
4.
Mengapa pihak keamanan Jepang melalui Jenderal Nishimura tidak
mengizinkan Sukarno untuk mengadakan rapat PPKI, dan makna di
balik penolakan apa bagi bangsa Indonesia, jelaskan secara kritis!
5.
Jelaskan bagaimana keadaan Indonesia pada awal kemerdekaan,
216
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
mengapa menghadapi masalah ekonomi dan politik?
6.
Jelaskan yang kamu ketahui tentang Peristiwa Medan Area!
7.
Apa yang saudara ketahui tentang peristiwa hijrah tahun 1948. Apa
makna peristiwa itu bagi perjuangan para pejuang bangsa!
8.
Pada waktu Belanda melakukan Agresi Militer pertama banyak
mendapat kritik dan protes, karena Belanda telah ingkar janji seperti
telah disepakati dalam Perjanjian Linggarjati. Tetapi mengapa Belanda
masih juga melakukan Agresi Militer kedua? Bagaimana pendapat
anda?
9.
Bagaimana pandangan kamu tentang tokoh Sudirman yang memilih
meninggalkan istana untuk kemudian memimpin perang gerilya, tetapi
Sukarno tidak mau keluar kota untuk memimpin perjuangan dengan
TNI dan ditangkap oleh Belanda? Coba jelaskan secara kritis!
10.
Nilai-nilai kejuangan para tokoh revolusi kemerdekaan masih relevan
diterapkan pada kehidupan sekarang dan yang akan datang. Pilihlah
tiga nilai yang dapat diamalkan pada kehidupan siswa dan pemuda
pada masa sekarang!
Tugas
Tuliskan biografi singkat tokoh yang paling berkesan di masa kemerdekaan
dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan nilai-nilai apa yang
dapat kita teladani!
217
Sejarah Indonesia
GLOSARIUM
ABDACOM:
(American British Dutch Australian Command),
tentara gabungan
dari Amerika, Inggris, Belanda dan Australia pada Perang Dunia II untuk
menghadapi Jepang yang bermarkas di Lembang.
AFNEI:
(
Allied Forces Netherlands East Indiers
) di bawah pimpinan Letnan Jenderal
Sir Philip Christison yang tugasnya antara lain: menerima penyerahan
kekuasaan Jepang dan melucutinya untuk dikembalikan ke negeri Jepang.
Aneksasi:
pengambilan dengan paksa tanah (wilayah) negara lain untuk disatukan
dengan tanah (negara) sendiri; penyerobotan; pencaplokan
Asamu Shudan
: pemerintahan Tentara Keenambelas dari Angkatan Darat Jepang
yang berkuasa di Jawa-Madura.
Bangsa
Moor
:
Sebutan untuk kaum Muslim
Bushido
:
Jiwa ksatria yang diajarkan oleh Jepang
Chuo Sangi-in
:
Dewan Pertimbangan Pusat pada masa Jepang
Cultuurstelsel
:
Sistem Tanam Paksa yang digagas oleh Van den Bosch
de
Heeren XVII
(Dewan Tujuh Belas)
:
Dewan pimpinan VOC yang beranggotakan
17 orang wakil dari enam kamar dagang di Belanda
devide et impera:
Politik adu domba
East India Company
(EIC)
: Kongsi dagang Inggris berkantor pusat di India
Dai Ni Nankenkantai
:
Pemerinatahan Angkatan Laut Jepang di Jawa-Madura
Dokuritsu Junbi Inka
i
: Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Dokuritsu Junbi Cosakai:
Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI)
Ekonomi Perang:
Kebijakan Jepang yang menegaskan bahwa semua usaha ekonomi
yang utama untuk membantu peperangan
Ekspansif:
Bersifat meluas
Eksploitasi:
Pemanfaatan untuk keuntungan sendiri
Exile government
: Pemerintahan pelarian
Fasisme
: Gerakan radikal ideologis nasionalis yang cenderung otoriter
Feodalisme:
Sistem sosial politik yang memberikan kekuasaan besar kepada
bangsawan.
Fujinkai
:
Organisasi atau perkumpulan wanita yang juga diberi latihan militer
sederhana (semi militer)
218
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Gerakan bawah tanah:
Organisasi para tokoh pribumi yang tidak formal, bersifat
rahasia di masa Jepang dan bersifat non-kooperatif
Giyugun
:
Prajurit sukarela di Sumatera
glory
: Memburu kejayaan, superioritas, dan kekuasaan. Dalam kaitan ini mereka
saling bersaing dan ingin berkuasa di dunia baru yang ditemukannya.
gold
:
Memburu kekayaan dan keuntungan dengan mencari
dan mengumpulkan
emas, perak dan bahan tambang serta bahan-bahan lain yang sangat
berharga. Waktu itu yang dituju terutama Guinea dan rempah-rempah dari
Timur
gospel
: Menjalankan tugas suci untuk menyebarkan agama. Pada mulanya orang-
orang Eropa ingin mencari dan bertemu Prester John yang mereka yakini
sebagai Raja Kristen yang berkuasa di Timur
Gun
:
Kawedanan
Gunseibu
:
koordinator pemerintahan dengan tugas memulihkan ketertiban dan
keamanan atau semacam gubernur pada masa Jepang
Gunseikan
:
Kepala pemerintahan militer
Gunshirekan
:
(panglima tentara) yang kemudian disebut dengan
Seiko Shikikan
(panglima tertinggi)
Grote Postweg
:
Jalan raya pos antara Anyer–Panarukan sejauh 1.000 km.
gugur gunung:
Bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan
(bersama)
Hakko
ichiu
: Yang bermakna “Delapan Penjuru Dunia di Bawah Satu Atap” yang
dijadikan slogan tentara Jepang untuk mempersatukan berbagai negara
di bawah Jepang, membentuk
kesatuan keluarga umat manusia dengan
memajukan dan mempersatukan bangsa-bangsa di dunia, termasuk
Indonesia
Heiho
:
Organisasi militer yang dibentuk Jepang, bertugas pembantu militer,
ditempatkan di medan perang menyatu dengan tentara Jepang.
Hinomaru
:
Bendera kebangsaan Jepang
Imperialisme:
Sistem politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk mendapatkan
kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar.
Interaksi:
Saling berhubungan.
Intervensi:
Campur tangan dalam perselisihan antara dua pihak.
Jawa Hokai
:
Himpunan Kebaktian (Rakyat) Jawa yang dibentuk Jepang.
Kapitulasi:
Penyerahan kekuasaan sebagai akibat kekalahan dalam peperangan
kepada pihak pemenang.
Kapitulasi Tuntang:
Perjanjian pengalihan kekuasaan di Hindia dari Belanda kepada
Inggris di Tuntang pada 18 September 1811
219
Sejarah Indonesia
Keibodan
: Organisasi pemuda semi militer, sebagai korps kewaspadaan usia 25-35
tahun
Kempete
i:
Polisi militer Jepang
Ken
: Kabupaten
Kimigayo
: Lagu Kebangsaan Jepang
KNIL
(
Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger
) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda
yang anggotanya ada juga orang pribumi di Hindia Belanda dan juga orang
Indo
Kochi
:
Daerah khusus, semacam daerah istimewa karena kedudukannya nyang
masih diakui sebagai kerajaan
Kolonialisme:
Paham tentang penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau
bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu
Komisaris Jenderal:
Badan pemerintah baru yang dibentuk oleh Pangeran Willem
VI setelah Inggris mengembalikan kekuasaan kepada Belanda. Terdiri atas
tiga orang, yakni: Cornelis Theodorus Elout (ketua), Arnold Ardiaan Buyskes
(anggota), dan Alexander Gerard Philip Baron Van der Capellen (anggota)
Komoditas:
Barang dagangan utama
Kongsi:
Persekutuan dagang
Konvensi London:
Perjanjian yang mengharuskan Inggris mengembalikan tanah
jajahan di Hindia kepada Belanda tahun 1814
Kotsubu:
Departemen Lalu Lintas zaman Jepang
Ku
: Kelurahan/desa
Landrente
:
Pajak tanah
Legiun Mangkunegara:
Legiun Mangkunegaran adalah organisasi militer ala Eropa
tepatnya Militer Perancis yang merupakan institusi modern di Asia pada awal
abad ke-19
Liberalisme:
Aliran ketatanegaraan dan ekonomi yang menghendaki demokrasi dan
kebebasan pribadi
liberte, egalite
dan
fraternite
:
Kebebasan, persamaan, dan persaudaraan; prinsip-
prinsip baru yang menggulingkan tradisi, hierarki monarki, aristokrat, dan
kekuasaan Gereja Katolik
Mobilisasi:
Pergerakan tenaga manusia untuk dijadikan tentara
Moderat:
Menghindari perilaku yang bersifat ekstrem
“Mutiara dari Timur”:
Untuk mengibaratkan daerah timur (Indonesia) yang kaya
rempah-rempah dan tambang
Nederlansche Handel Matschappij
(NHM): Perusahaan Perdagangan Belanda
220
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
NICA (
Netherlands Indies Civil Administration):
Tentara
Belanda yang datang
kembali ke Indonesia dengan membonceng tentara Sekutu
Onderkoopman:
Pedagang Muda
Ordonansi:
Peraturan pemerintah
Osamu Seirei
:
Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Ke-16.
Padrao
:
Patok batu sebagai tanda bahwa daerah yang ditemukan itu milik Portugis
Pasar Monopoli:
Hak tunggal untuk berusaha
Pasukan kavaleri:
Pasukan berkuda
Pelayaran
Hongi:
Pelayaran hongi adalah pelayaran yang diadakan oleh VOC
dengan menggunakan senjata lengkap untuk mengawasi jalannya monopoli
perdagangan.
Peta (Pembela Tanah Air)
: Organisasi militer dari kaum pribumi, tugas utamanya
menjaga pertahanan di Indonesia
Pendekatan saintifi
k: Pembelajaran atas dasar langkah-langkah: mengamati,
menanya, mengeksplorasi atau mengumpulkan informasi/data, mengasosiasi
atau menganalisis dan sintesis, kemudian mengomunikasikan
Prefektur:
wilayah yang memiliki otoritas
Propaganda:
Penjelasan yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan seseorang
agar menganut aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu
Raad van Indie
(Dewan Hindia
): Dewan yang bertugas memberi nasihat dan
mengawasi kepemimpinan gubernur jenderal
Radikal:
Kemajuan dalam berpikir dan bertindak untuk menuntut perubahan
Rasionalisme:
Paham yang mengatakan bahwa sumber dari segala kebenaran
adalah pikiran manusia
Republik
Bataaf:
Pemerintahan baru Belanda sebagai bagian dari Perancis yang
dipimpin oleh Louis Napoleon saudara dari Napoleon Bonaparte
Revolusi Perancis:
Suatu periode sosial
radikal dan pergolakan
politik
di Perancis
yang memiliki dampak abadi terhadap sejarah Perancis, dan lebih luas lagi,
terhadap Eropa secara keseluruhan
Romusa
:
Pekerja paksa pada zaman Jepang
Sambatan
:
Arti membantu untuk mengurangi beban keluhan karena pekerjaan
yang banyak
Sangyobu:
Departemen Perusahaan, Industri dan Kerajinan Tangan) atau urusan
Perekonomian
“Saudara tua”:
Sebutan orang Jepang yang mengaku (mempropagandakan) sebagai
saudara lebih tua dari orang-orang Indonesia, agar orang-orang Indonesia
dapat menerima kedatangan Jepang itu dengan baik
221
Sejarah Indonesia
Staatsblad
:
Lembaran Negara
Seikerei
: Tradisi penghormatan kepada dewa Matahari dengan cara
membungkukkan badan (seperti gerakan rukuk bagi orang Islam) ke arah
matahari terbit setiap pagi (tradisi ini sangat ditentang oleh orang Islam,
karena menyembah pada matahari)
Seinendan
: Organisasi pemuda semi militer pada usia 14-22 tahun
Shi (Syi)
: Kota praja
Shu (Syu)
: Daerah karesidenan
Shihobu
:
Departemen Kehakiman zaman Jepang
Shintoisme
:
Keyakinan atau agama kuno di Jepang
Sinkronis:
Konsep berpikir sejarah yang memandang peristiwa yang terjadi dalam
kurun waktu terbatas tetapi memanjang dan meluas dalam konteks ruang
dan aspek
Somobu
:
Departemen Dalam Negeri masa Jepang
Son
: Kecamatan
Sumera
:
Tarikh Jepang
Staten Generaal:
Parlemen Belanda
Tirani:
Bentuk tindakan atau kekuasaan yang sewenang-wenang
Tomi Shudan
:
Tentara Kedua puluh Lima dari Angkatan Darat Jepang yang
memerintah di Sumatera
Tonarigumi
: Setingkat rukun tetangga (RT)
Traktat London:
Perjanjian antara Inggris dan Belanda yang isinya antara lain
bahwa Belanda setelah mendapatkan kembali tanah jajahannya di
Kepulauan Nusantara, tidak dibenarkan mengganggu kedaulatan Aceh
tahun 1824.
Traktat Sumatera:
Perjanjian yang memberikan Belanda kebebasan untuk
meluaskan daerahnya sampai ke Aceh tahun 1871.
Vadem
:
Satuan ukur. satu
vadem
sama dengan 182 cm.
Vereenigde Oost Indische Compagnie
(VOC)
: Kongsi dagang Belanda
berkantor pusat di Batavia
Volksraad
:
Dewan Perwakilan Rakyat pada masa penjajahan Belanda.
Zaimubu
:
Departemen Keuangan pada masa Jepang
222
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dkk. 1978.
Manusia dalam Kemelut Sejarah.
Jakarta: LP3ES.
--------, dan A.B. Lapian. 2012.
Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 5 (Masa Pergerakan
Kebangsaan).
Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.
--------, dan A.B. Lapian. 2012.
Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan
Revolusi)
. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.
Adam, Ahmat. 2003.
Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan
.
Jakarta: Hasta Mitra.
Adam, Cindy. 1984.
Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia
.
(alih bahasa:
Abdul Bar Salim
). Jakarta: Gunung Agung.
Alfarizi, Salman. 2009.
Mohammad Hatta: Biografi Singkat
(1902 – 1980)
,
Yogyakarta: Garasi.
Anderson, Benedict R.O’G. 1972.
Java in a Time of Revolution: Occupation and
Resistance 1944-1946.
Ithaca: Cornell University Press.
Anshari, Endang Saifuddin. 1997.
Piagam Jakarta, 22 Juni 1945: Sebuah Konsensus
Nasional tentang Dasar Negara Republik Indonesia (1945-1949).
Jakarta:
Gema Insani Press.
Badan Musyawarah Musea. 1984.
Sejarah Perjuangan: Yogya Benteng Proklamasi
,
Jakarta: Badan Musyawarah Musea.
Benda, Harry J., 1983.
The Crescent and The Rising Sun: Indonesian Islam Under The
Japanese Occupation 1942 – 1945,
Holland/USA: Faris Publications.
Boomgaard, Peter dan Janneke van Dijk. 2001.
Het Indie Boek.
Zwolle: Waanders
Drukkers
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2007.
Wisata Sejarah
. Jakarta: Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata.
Direktorat Permuseuman. 1992/1993.
Sejarah Museum Perumusan Naskah
Proklamasi.
Jakarta: Direktorat Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan-
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Elson, R. E. 2009.
The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan.
Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta.
Ensiklopedi Indonesia
. 1987. Jakarta: Ichtiar Baru – van Hoeve
Hering, Bob. 2003.
Mohammad Hoesni Thamrin.
Jakarta: Hasta Mitra.
Herkusumo, Arniati Prasedyawati. 1982.
Chuo Sangi In,
Jakarta: Rosda Jayaputra.
223
Sejarah Indonesia
Ingleson, John, 1983.
Jalan Pengasingan
.
(alih bahasa: Zamakhsyari Dhofier), Jakarta:
LP3ES.
Isnaeni, Hendri F. (2015).
Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Kesaksian, Penyiaran
dan Keterlibatan Jepang.
Jakarta: Kompas.
Kahin, George Mc.Turnan. 2013.
Nasionalisme & Revolusi Indonesia,
(alih bahasa
Tim Komunitas Bambu), Depok: Komunitas Bambu.
Kartasasmita, Ginandjar. A. Prabowo. Bambang Kesowo et.al. 1995.
30 Tahun
Indonesia Merdeka 1945-1960
. Jakarta: Sekretariat Negara.
Kompas. 16 Agustus 1975.
Lembaga Soekarno-Hatta. 1986.
Sejarah Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 dan
Pancasila,
Jakarta: Idayu Press.
Margana, Sri dan Widya Fitrianingsih (ed.). 2010.
Sejarah Indonesia: Perspektif Lokal
dan Global,
Yogyakarta: Ombak.
Miert, Hans van. 2003.
Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan
Pemuda di Indonesia 1918-1930.
Jakarta: Hasta Mitra.
Museum Sejarah Jakarta. 2012.
Petunjuk Museum Sejarah Jakarta.
Jakarta: Museum
Sejarah Jakarta.
Nasution, A.H. 1977.
Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia
I
., Bandung: Angkasa.
Noer, Deliar. 1985.
Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900 – 1942,
Jakarta: LP3ES.
Nordholt, Henk Schulte (ed). 1997.
Outward Appearances: Trend, Identitas,
Kepentingan.
Yogyakarta: LKIS.
Notosusanto, Nugroho. 1979.
Tentara Peta pada Jaman Pendudukan Jepang di
Indonesia,
Jakarta: Departemen Pertahanan dan Keamanan.
Panitia Penyusun Sejarah Brigade Ronggolawe. 1985.
Pengabdian Selama Perang
Kemerdekaan Bersama Brigade Ronggolawe.
Aries Lima.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto, 1984,
Sejarah Nasional
Indonesia VI ,
Jakarta: Balai Pustaka.
--------,, 1984,
Sejarah Nasional Indonesia VI,
Jakarta: Balai Pustaka.
Pour, Julius, 2010,
Doorstoot Naar Djokja: Pertikaian Pemimpin Sipil-Militer
, Jakarta:
Kompas.
PT. Mutiara Sumber Widya. 2004.
Album Pahlawan Bangsa.
Jakarta: Mutiara Sumber
Widya.
Reid, Anthony, J.S., 1974,
The Indonesian National Revolution 1945 – 1950
,
Hawthorn-Victoria: Longman Australia Pty Limited.
Ricklefs, M.C., (2008),
Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2008,
(alih bahasa Tim
Penerjemah Serambi), Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Sardiman A.M. 2008,
Guru Bangsa: Sebuah Biografi Jenderal Sudirman
, Yogyakarta:
Ombak.
224
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
--------,. dan Kusriyantinah, (1996),
Sejarah Nasional dan Sejarah Umum
, Surabaya:
Kendang Sari.
--------, 2014.
“
Pangsar Soedirman Sokoguru Revolusi
”
, Kedaulatan Rakyat,
19 Desember 2014.
Sudarmanto, Y.B. 1992.
Jejak-Jejak Pahlawan: Dari Sultan Agung hingga Hamengku
Buwono IX.
Jakarta: Grasindo.
Suganda, Her. 2009.
Rengasdengklok
:
Revolusi dan Peristiwa 16 Agustus 1945.
Jakarta: Kompas.
Suhartono, 1994,
Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi
1908 – 1945),
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suwondo, Purbo S. 1996.
PETA: Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa dan
Sumatera 1942-1945.
Jakarta: Sinar Harapan.
Swantoro, P. 2002.
Dari Buku ke Buku: Sambung Menyambung Menjadi Satu.
Jakarta: KPG.
Tashadi, dkk., 1986/1987,
Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945 – 1949,
Jakarta;
Dep.Dik.Bud.
Tobing KML., 1986,
Perjuangan Politik Bangsa Indonesia: Linggarjati,
Jakarta:
Gunung Agung.
--------,
Perjuangan Politik Bangsa Indonesia: K.M.B.,
Jakarta: Haji Masagung.
Wild, Colin dan Peter Carey. 1986.
Gelora Api Revolusi.
Jakarta: Gramedia.
Zuhdi, Susanto (ed.), 2003:
Tempat Pengasingan dan Makam Pejuang Bangsa,
Jakarta: Proyek Pelestarian dan Pengembangan Sejarah, Asdep Urusan Sejarah
Nasional, Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata.
Pemanfaatan internet untuk ilustrasi/gambar
https://www.google.co.id./search=rumah +Djiau Kie Siong
https://www.google.co.id/search=batas +wilayah, 5-1-2016
https://www.google.co.id/search=jenderal +sudirman, 4-1-2016
225
Sejarah Indonesia
Profil Penulis
Nama Lengkap
: Amurwani Dwi Lestariningsih, S.Sos.,
M.Hum
Telp Kantor/HP
: 08121098998
Alamat Kantor
: Kompleks Kemdikbud, Gedung E
lantai 9, JL. Jenderal Sudirman,
Senayan, Jakarta
Bidang Keahlian
: Sejarah Lisan
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1.
Kepala Sub. Direktorat Pemahaman Sejarah (2007-2012)
2.
Kepala Sub. Direktorat Sejarah (2012-2015)
3.
Kepala Sub. Direktorat Nasional (2015- sekarang)
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1.
S2: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Jurusan Sejarah, Universitas Indonesia
(2004-2006)
2.
S1: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi, Universitas Sebelas
Maret (1988 – 1994)
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1.
Pancasila : Nilai Budaya, Ideologi Bangsa, dan Harapan Kita, (Penerbit
Kemenbudpar-2010)
2.
Panglima Soedirman Pejuang Tanpa Pamrih (Tim), (Penerbit
Kemenbudpar-2010)
3.
Gerwani : Kisah Tahanan Politik Wanita di Kamp Plantungan, (Penerbit
Kompas-2011)
4.
Malam Bencana 1965 Dalam Belitan Krisis Nasional Buku I, (Penerbit Yayasan
Obor-2013)
5.
MPR hingga Reformasi, (Penerbit MPR-2012)
6.
Indonesia Across Orders: Arus Bawah Sejarah Bangsa (1930-1960),
(Penerbit Yayasan Obor-2012)
7.
Buku Pelajaran Sejarah Kelas X; Kurikulum 2013, (Penerbit Kemdikbud-2012)
8.
Buku Pegangan Guru Sejarah Kelas X, Kurikulum 2013, (Penerbit
Kemdikbud-2012)
9.
Buku Pelajaran Sejarah Kelas XI; Kurikulum 2013, (Penerbit Kemdikbud-2013)
10.
Buku Pegangan Guru Sejarah Kelas XI, Kurikulum 2013, (Penerbit
Kemdikbud-2013)
226
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Profil Penulis
Nama Lengkap
: Sardiman AM. M.Pd.
Telp Kantor/HP
: 0274 548202/0811255660
Alamat Kantor
: Jl. Colombo No.1, Yogyakarta
Bidang Keahlian
: Sejarah Pemikiran
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1.
Dosen Pendidikan Sejarah, FIS-UNY, (1980-sekarang)
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1.
S3: Ilmu Pendidikan Kons. IPS, Pascasarjana UNY, (2013- sedang menyusun
disertasi)
2.
S2: Pendidikan Sejarah UNS (1986-1990)
3.
S1: Pendidikan Sejarah FKIS-IKIP Yogyakarta ( 1970-1976).
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1.
Memahami Sejarah, Yogyakarta: Bigraaf, (2004)
2.
Guru Bangsa: Sebuah Biografi Jenderal Sudirman, Yogyakarta: Ombak (2008)
3.
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
(2014: cetakan ke-22)
4.
Demokratisasi dan Defeodalisasi Masa Umar bin Abdul Aziz, Yogyakarta:
UnyPress, (2015)
5.
IPS Terpadu; Buku teks Pelajaran IPS, Surakarta: Tiga Serangkai (2007)
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1.
Sejarah dan Profil Bangsa Yahudi dalam Al-Qur’an: Kajian terhadap Surat
Al Baqarah, (2008)
2.
Dinamika Kebijakan Pendidikan pada Masa Orde Baru (Kebijakan Menteri
Daoed Joesoef dan Nugroho Notosusanto), (2012)
3.
Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara: Kajian terhadap Taman Indria dan
Konsep Paguron Tamansiswa, (2013)
227
Sejarah Indonesia
Profil Penelaah
Nama Lengkap
: Baha` Uddin, S.S., M.Hum
Telp Kantor/HP
: 0274-513096/081226563523
Alamat Kantor
: Fakultas Ilmu Budaya UGM, Jl. Sosio-Humaniora No. 1
Bulaksumur, Yogyakarta
Bidang Keahlian
: Sejarah Indonesia
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1.
Staf Pengajar, Jurusan Sejarah, FIB-UGM (1999- sekarang)
2.
Staf Peneliti, Pusat Studi Korea UGM (1998-sekarang)
3.
Staf Peneliti Pusat Manajemen Kesehatan Pelayanan Kesehatan FK-UGM
(2000-2001)
4.
Staf Dewan Kebudayaan Prop. DIY
(2005)
5.
Anggota Revisi Kurikulum IPS Sejarah SMA, BSNP,Depdiknas
(2005-2006)
6.
Anggota Unit Laboratorium Terpadu FIB UGM (2006-sekarang)
7.
Dosen Pembimbing Lapangan KKN PPM Pembrantasan Buta Aksara LPPM
UGM di Jember, Jatim (2006)
8.
Dosen Pembimbing Lapangan KKN PPM Pembrantasan Buta Aksara LPPM
UGM di Jember dan Banyuwangi, Jatim (2007)
9.
Dosen Pembimbing Lapangan KKN PPM Pembrantasan Buta Aksara, LPPM
UGM di Wonosobo, Jawa Tengah (2008)
10.
Dosen Pembimbing Tutor Program Layanan Masyarakat Pembrantasan Buta
Aksara, LPPM UGM di Wonosobo, Jawa Tengah (2008)
11.
Reviewer Buku Pelajaran IPS Sejarah SMU, BNSP Depdiknas (2007)
12.
Bendahara Jurusan Sejarah FIB UGM (2007 - 2012)
13.
Sekretaris Jurusan Sejarah FIB-UGM (2007-2015)
14.
Reviewer Buku Pelajaran IPS Sejarah SD & SMP, BNSP Depdiknas (2008)
15.
Tim Teknis Program Layanan Masyarakat Pembrantasan Buta Aksara LPPM
UGM (2008)
16.
Reviewer Buku Pelajaran Sejarah Kurikulum 2013 (2013-2015)
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1.
S2: Program Pascasarjana/Program Studi Humaniora/Universitas
Gadjah Mada (2000 – 2005)
2.
S1: Fakultas Sastra/Jurusan Sejarah/Prodi Ilmu Sejarah/Universitas
Gadjah Mada (1993 – 1998)
Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1.
Penelaah Buku Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Umum dan
Sederajat-Depdiknas (2007)
2.
Penelaah Buku Mata Pelajaran IPS Terpadu untuk Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Pertama-Depdiknas (2008)
228
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
3.
Penelaah Buku Pelajaran IPS Sejarah SD & SMP-Depdiknas (2008)
4.
Penelaah Buku Pelajaran IPS Sejarah SMA-Depdiknas (2011)
5.
Penelaah Buku Pengayaan IPS dan Sejarah Kurikulum 2013-Kemendikbud (2013)
5.
Penelaah Buku Palajaran Sejarah Kelas XI Kurikulum 2013-Kemendikbud (2013)
7.
Penelaah Buku Palajaran Sejarah Kelas XII Kurikulum 2013-Kemendikbud (2013)
8.
Penelaah Buku Non-Teks IPS dan Sejarah Kurikulum 2013-Kemendikbud (2014)
9.
Penelaah Buku Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X SMALB Kurikulum 2013-Ke
mendikbud (2015)
10.
Penelaah Buku Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas XI SMALB Kurikulum 2013-Ke
mendikbud (2015)
Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):
1.
Pemahaman Antarbudaya dan Budaya Kerja pada Karyawan PT LG Electronics
Indonesia, Legok, Tangerang, Banten (2005)
2.
Dari Mantri Hingga Dokter Jawa: Studi Tentang Kebijakan Pemerintah Kolonial
dalam Penanganan Penyakit Cacar dan Pengaruhnya terhadap Pelayanan
Kesehatan Masyarakat Jawa pada Abad XIX sampai Awal Abad XX (2006)
3.
Studi Teknis Tamansari Pasca Gempa Bidang Sejarah (2007)
4.
Sejarah Perkembangan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (2008)
5.
Dinamika Pergerakan Perempuan di Indonesia (2009)
6.
Lebaran dan Kontestasi Gaya Hidup: Perubahan sensibilitas Masyarakat Gunung
Kidul Tahun 1990-an (2009)
7.
Dari Gropyokan hingga Sayembara: Studi Kebijakan Pemerintah Lokal Kadipaten
Pakualaman dalam Pengendalian Penyakit Pes Tahun 1916 - 1932 (2009)
8.
Sejarah dan Silsilah Kesultanan Kotawaringin (2009)
9.
Hari Jadi Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta (2010)
10.
Kebijakan Propaganda Kesehatan pada Masa Kolonial di Jawa (2010)
11.
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas dalam Bidang Kesehatan dan
Pembangunan Pedesaan di Banjarnegara 1972-1989 (2011)
12.
Antara Tradisi dan Mentalitas: Dinamika Kehidupan Komunitas Pengemis di
Dusun Wanteyan, Grabag, Magelang (2011)
13.
Penyakit Sosial Masyarakat di Kadipaten Pakualaman pada masa Pakualam VIII
(1906-1937) (2012)
14.
Warisan Sejarah, Preservasi dan Konflik Sosial Di Ujung Timur Jawa:
Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan Penyelamatan Warisan Sejarah Dan
Budaya Situs Kerajaan Macan Putih Di Kabupaten Banyuwangi (2012)
15.
Kretek Indonesia: Dari Nasionalisme Hingga Warisan Budaya (2013)
16.
Sejarah Nasionalisasi Aset-aset BUMN: Dari Perusahaan Kolonial Menjadi
Perusahaan Nasional (2013)
17.
Westernisasi dan Paradoks Kebudayaan: Elit Istana Jawa Pada Masa Paku
Alam V (1878-1900) (2013)
18.
Pemetaan Daerah Rawan Konflik Sosial di DIY (2013)
19.
Bangsawan Terbuang: Studi Tentang Transformasi Identitas Bangsawan Jawa di
Ambon 1718-1980an (2014)
20.
Kajian Hari Jadi Daerah Istimewa Yogyakarta (2015)
21.
Ensiklopedi Budaya Kabupaten Kulonprogo (2015)
229
Sejarah Indonesia
Profil Penelaah
Nama Lengkap
: Prof. Dr. Hariyono, M.Pd
Telp Kantor/HP
: 0341-562778 / 0818380812
Alamat Kantor
: Jl. Semarang 5 Malang
Bidang Keahlian
: Sejarah Indonesia
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1.
Dosen Sejarah di Universitas Negeri Malang (1988 – sekarang)
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1.
S3: Fakultas Ilmu Budaya / Ilmu Sejarah / Universitas Indonesia (1999 – 2004)
2.
S2: PPs / Pendidikan Sejarah / IKIP Jakarta (1990 – 1995)
3.
S1: Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial/Pendidikan Sejarah/IKIP Malang
(1982 – 1986)
Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1.
Nasionalisme Indonesia, Kewarganegaraan dan Pancasila. Malang. UM Press
(2010)
2.
Kedaulatan Indonesia Dalam Perjalanan Sejarah Politik. Malang. UM Press
(2011)
3.
Nasionalisme dan Generasi Muda Indonesia. Surabaya. Sekretariat Daerah
Propinsi Jawa Timur (2012)
4.
Arsitektur Demokrasi Indonesia; Gagasan Awal Demokrasi Para Pendiri
Bangsa.
Malang. Setara Press (2013)
5.
Dinamika Revolusi Nasional. Malang. Aditya Media (2013)
6.
Ideologi Pancasila, Roh Progresif Nasionalisme Indonesia. Malang. Intrans
Publishing (2014)
Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):
1.
Pemikiran Demokrasi menurut Pendiri Bangsa
2.
Sistem Among : Pemikiran Ki Hajar Dewantara
3.
Kekuasaan Raffles di Indonesia
230
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Profil Penelaah
Nama Lengkap
: Dr. Mumuh Muhsin Z., M.Hum.
Telp Kantor/HP
: 022-7796482/08112322511
Alamat Kantor
: Jl. Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor,
Sumedang
Bidang Keahlian
: Ilmu Sejarah
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1.
Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya (2016-2021)
2.
Ketua MSI Cabang Jawa Barat sejak (2010-sekarang)
3.
Sekretaris Prodi S2 Kajian Budaya FIB Unpad (2011-2013).
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1.
S3: Fakultas Sastra/Jurusan Ilmu Sejarah/Program Studi Ilmu Sejarah/
Universitas Padjadjaran (2010)
2.
S2: Fakultas Pascasarjana/Jurusan Ilmu Humaniora/Program Studi Sejarah/
Universitas Gadjah Mada (1993)
3.
S1: Fakultas Sastra/Jurusan Sejarah Universitas Padjadjaran (1986)
Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):
1.
Priangan Abad ke-19; Kondisi Geografi, Ekonomi, dan Sosial (2008)
2.
Jatigede dalam Tinjauan Sejarah dan Budaya (2008)
3.
Kondisi Sosial-Ekonomi Cianjur Abad ke-19. (2009)
4.
Identifikasi Masalah Kebudayaan Sunda Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Yang
Akan Datang (2011)
5.
Bunga Rampai; Mozaik Budaya dan Sejarah dari Kampung Naga hingga
Partai Rakyat Pasundan (editor) (2012)
6.
Bunga Rampai; Pelangi Tradisi dan Sejarah dari Kampung Adat Kuta hingga
Peran Ulama Banten (editor) (2012)
7.
Bunga Rampai; Pelestarian Budaya dan Sejarah Lokal (editor) (2012)
8.
Inventarisasi dan Dokumentasi Sistem Mata Pencaharian yang Ada dan
Berkembang di Jawa Barat (2012)
9.
Kearifan Budaya Masyarakat Nelayan Jawa Barat dalam Menghadapi
Perubahan Ekosistem (2013)
231
Sejarah Indonesia
Profil Penelaah
Nama Lengkap
: Dr. Mohammad Iskandar
Telp Kantor/HP
: 08129689391
Alamat Kantor
: Komplek UI, Jl. Margonda Raya, Depok, Jabar
Bidang Keahlian
: Sejarah
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1.
Dosen Ilmu Sejarah di Universitas Indonesia, Depok (2010 – 2016)
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1.
S3: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya/Program Studi Sejarah – Universitas
Indonesia
2.
S2: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya/Program Studi Sejarah – Universitas
Indonesia
3.
S1: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya/Program Studi Sejarah – Universitas
Indonesia
Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1.
Buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI (Erlangga -2013)
2.
Buku Sejarag Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII (Erlangga – 2014)
3.
Sejarah Para Pemikir Indonesia (Depbudpar – 2004)
4.
Sejarah Kebudayaan Indonesia: Sistem Ilmu Pengetahuan (Raja Grafindo
Persada/Rajawali Pers – 2009)
Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):
1.
De Javasche Bank
1828 – 1953.
(Bank Indonesia – 2014)
2.
Perjuangan bangsa mendirikan Bank Sentral (Bank Indonesia – 2015)
232
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Profil Editor
Nama Lengkap
: Drs. Heni Waluyo Siswanto, M.Pd.
Telp Kantor/HP
: 021-3804248 / 081310813308
Akun Facebook
: hewalsisutaryo
Alamat Kantor
: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Jalan Gunung Sahari No.4 Jakarta Pusat
Bidang Keahlian
: Sejarah
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1. 1994 – 2016: Staf bidang Kurikulum di Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemdikbud.
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1.
S2 Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta.
Tahun masuk 1999. Tahun Lulus 2004.
2.
S1 Jurusan Sejarah Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada.
Tahun masuk 1985. Tahun Lulus 1990.
Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1.
Buku Sejarah Indonesia Kelas X, Tahun 2014.
2.
Buku Sejarah Indonesia Kelas XI, Tahun 2015.
Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):
1.
Penelitian tentang Penerapan Pendidikan Karakter di LPTK belum terbit.
2.
Penelitian tetang Implementasi Penilaian Hasil Belajar Siswa belum terbit.
Sekali Anda mencoba narkoba.
Tak akan pernah lepas diri Anda darinya