Halaman
Hak Cipta © 2017 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Dilindungi Undang-Undang
Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah
dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku siswa ini disusun dan
ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013.
Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui,
dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman.
Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku
ini.
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sejarah Indonesia / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.--
Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
VIII, 232 hlm. : ilus. ; 25 cm.
Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 2
ISBN 978-602-427-122-0 (jilid lengkap)
ISBN 978-602-427-125-1 (jilid 2b)
1.
Indonesia -- Sejarah -- Studi dan Pengajaran
I. Judul
II.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
959.8
Penulis
:
Sardiman AM, dan Amurwani Dwi Lestariningsih.
Penelaah
:
Baha Uddin, Hariyono, Mumuh Muhsin Z, Mohammad
Iskandar.
Pereview
:
Abdul Rojak
Penyelia Penerbitan
:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.
Cetakan ke-1, 2014 ISBN 978-602-282-110-6 (jilid 2b)
Cetakan ke-2, 2017 (Edisi Revisi)
Disusun dengan huruf Frutiger, 11 pt
iii
Sejarah Indonesia
KATA PENGANTAR
Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran Sejarah Indonesia adalah satu
di antara mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh semua peserta didik.
Sebagai pelajaran wajib yang harus diikuti oleh semua peserta didik, buku
ini disusun dengan pendekatan regresif yang lebih populer. Dalam buku
ini peserta didik diajak untuk melihat sejarah dalam kehidupan sehari-hari,
melalui pengamatan terhadap kondisi sosial-budaya dan sejumlah tinggalan-
tinggalan sejarah yang dapat diamati oleh peserta didik di lingkungan
sekitarnya. Dari pengamatan inilah peserta didik diajak untuk melihat
fenomena yang ada di sekitarnya dengan menghubungkannya pada suatu
peristiwa masa lalu. Dengan harapan peserta didik dapat berpikir pluri-
kausal, yang melihat penyebab suatu peristiwa itu karena banyak hal, tidak
mono-kausal terhadap suatu peristiwa yang saat ini sedang terjadi.
Pembahasan dalam buku ini meliputi masa VOC hingga masa
revolusi. Buku ini menyajikan contoh-contoh suatu peristiwa kekinian yang
dapat dihubungkan dengan peristiwa masa lampau. Penyajian dalam buku
ini merupakan usaha minimal yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik diajak untuk lebih
berani mengeksplorasi sumber-sumber belajar lain yang dapat memperkaya
wawasan dan pengetahuan yang tersedia di sekitarnya. Untuk itulah perlu
peranan guru dalam memotivasi dan meningkatkan keterlibatan peserta
didik untuk berperan aktif dalam tugas belajar-mengajar.
Pada kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
pada penelaah buku Prof.Dr. Hariyono, Baha Uddin, M.Hum, Mumuh Muhsin
Z, M.Hum, dan Dr. Mohammad Iskandar yang telah membantu memperkaya
dan memberikan masukan-masukannya hingga buku ini sampai kepada para
pembaca. Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, Drs. M.AP yang telah
memberikan fasilitas dan dukungan hingga terselesaikannya buku ini.
iv
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Akhirnya kepada para pembaca kami terbuka untuk menerima
masukan, saran, dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan buku
ini. Mudah-mudahan buku ini dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan
dunia pendidikan dan menumbuhkan kesadaran sejarah bagi generasi muda.
Jakarta,
Penulis
v
Sejarah Indonesia
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
................................................................................
iii
D
AFTAR ISI ....
.......................................................................................
v
B
AB 5
Tirani Matahari Terbit .............................................................................
1
A.
K
edatangan Jepang ke Indonesia ...........................................
...
6
1.
Masuknya Jepang ke Indonesia
.........................
............
8
2.
Sambutan Rakyat Indo
nesia
..............................
............
11
3.
Pembentukan Pemerin
tahan Militer
...................
............
12
4.
Pemerintahan Sipil
...
......................................................
14
B
.
Or
ganisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang .........................
17
1.
Organisasi yang Bersif
at Sosial Kemasyarakatan
............
19
2.
Organisasi Semimiliter
........................................
............
26
3.
Organisasi Militer .......................................................... 3
3
C.
P
engerahan dan Penindasan Versus Perlawanan ......................
41
1.
Ekonomi Perang
....
......................................................
42
2.
Pengendalian di Bidan
g Pendidikan dan Kebudayaan
.....
47
3.
Pengerahan Romusa
.....................................................
48
4.
Perang Melawan Sang
Tirani
............................
............
50
vi
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
D.
Dr
ama Akhir Sang Tirani
.............................................................
61
1.
Akibat Pendudukan Je
pang di Indonesia
........
............
62
2.
Janji Kemerdekaan
........................................................
66
3.
Panitia Persiapan Kem
erdekaan Indonesia (PPKI)
...........
69
B
AB 6
Indonesia Merdeka .......
.........................................................................
73
A.
Dari Rengasdengklok
Sampai ke
Pegangsaan Timur ...
.
.............. 77
1.
Jepang Bertekuk Lutu
t .......................
................
............
79
2.
Peristiwa Rengasdeng
klok ..................
...............
............
82
3.
Perumusan Teks Prokl
amasi ....................
...........
............
87
4.
Proklamasi Berkuman
dang ......................
...........
............
92
5.
Dukungan dari Berba
gai Lapisan ............................
........
96
B
.
T
erbentuknya Pemerintahan dan NKRI
........................................
104
1.
Pengesahan UUD 1945 dan Pemilihan Presiden,
Wakil Presiden
........
......................................................
105
2.
Pembentukan Departe
men dan Pemerintahan Daerah
....
108
3.
Pembentukan Badan-
Badan Negara
..................
............
109
4.
Pembentukan Kabine
t
.......................................
............
112
5.
Pembentukan Berbag
ai Partai Politik
..................
............
113
6.
Lahirnya Tentara Nasional Indonesia
..................
............
114
C
.
Pr
oklamator dan Peran Para Tokoh Sekitar Proklamasi ...............
124
1.
Peran Sang Proklamator
.....................................
..............
126
2.
Peran para Tokoh Sekitar Proklamasi
.................
..............
128
vii
Sejarah Indonesia
BAB 7
Revolusi Menegakkan Panji-Panji NKRI ................................................
137
A.
T
antangan Awal Kemerdekaan
..................................................
141
1.
Kondisi Awal Indones
ia Merdeka
......................
............
142
2.
Kedatangan Sekutu d
an Belanda
......................
............
144
3.
Merdeka atau Mati
........................................................
147
B
.
Antar
a Perang dan Diplomasi .................................................
169
1.
Rangkaian Perjanjian
Linggarjati
.........................
............
170
2.
Agresi Militer I
.........
......................................................
179
3.
Peran Komisi Tiga Neg
ara ..............................................
182
4.
Perjanjian Renville
....
......................................................
182
5.
Agresi Militer II dan Pe
nangkapan Pimpinan Negara
.......
185
6.
Peran PDRI: Penjaga Eksistensi RI
.....................
............
188
7.
Tetap Memimpin Ger
ilya
...................................
............
190
8.
Serangan Umum 1 Maret 1949 ..........................
............
191
9.
Persetujuan Roem-Ro
yen
.................................
............
193
10.
Yogya Kembali
.....
......................................................
194
11.
Konferensi Inter Indon
esia ..
................................
............
197
12.
Konferensi Meja Bund
ar
..................................
............
198
13.
Pembentukan Republ
ik Indonesia Serikat
.........
............
200
14.
Pengakuan Kedaulata
n
...................................
............
202
15.
Kembali ke Negara Kesatuan
.............................
............
203
viii
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
C.
Nilai-Nilai K
ejuangan Masa Revolusi .................
..........................
207
1.
Persatuan dan Kesatu
an
...................................
............
208
2.
Rela Berkorban dan T
anpa Pamrih
.....................
............
209
3.
Cinta pada Tanah Air
....................................................
209
4.
Saling Pengertian dan
Harga Menghargai
.........
............
209
LA
TIH UJI SEMESTER
............................................................................
214
GLOSARIUM
.................................................................................
217
D
AFTAR PUSTAKA
.............................................................................
222
Profil Penulis
.....
...........
....................................................................... 2
25
Profil Penelaah
....
.........
....................................................................... 2
27
Profil Editor
.....
...........
..................................
..
..................................... 2
32
1
Sejarah Indonesia
BAB 5
Tirani Matahari Terbit
Kedatangan “saudara tua” sebagaimana Jepang menyebut dirinya, mula-mula
disambut dengan penuh harapan, tetapi kemudian mengecewakan rakyat. Meskipun
demikian, pendudukan Jepang membuka sejarah baru bagi Indonesia
Amrin Imran,“Perang Pasifik, dan Jatuhnya Rezim Kolonial Belanda”
dalam Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (ed), 2012
K
amu tentu mengenal macam-macam merek kendaraan bermotor yang
ada di Indonesia. Apa yang kamu bayangkan jika mendengar merek
itu disebut? Dari mana mayoritas asal produk-produk tersebut? Ya, tentu
kamu tidak asing dengan negara asal produk-produk tersebut, yakni Jepang,
atau terkenal dengan nama Negeri Matahari Terbit. Produk-produk itu
cukup menguasai pasar kendaraan bermotor di berbagai belahan dunia,
termasuk Indonesia. Bahkan penjualan produk sepeda motor merek tertentu
mengalami peningkatan jumlah penjualan yang signifikan setiap tahunnya.
Gambaran fakta ini menunjukkan secara ekonomis begitu besar pengaruh dan
dominasi Jepang di Indonesia. Dominasi produk-produk Jepang di Indonesia
sudah berlangsung cukup lama, terutama sejak Orde Baru. Bahkan pernah
mendapat protes dari para mahasiswa tahun 1974, sehingga memunculkan
peristiwa “Malari”. Apa kamu tahu istilah “Malari”? cari jawabnya!
2
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Berbicara mengenai dominasi ekonomi Jepang di Indonesia, sebenarnya
secara historis kita sudah memiliki pengalaman pahit pada saat negeri kita
diduduki Jepang tahun 1942 - 1945. Secara ekonomis kekayaan negeri
kita dikuras untuk kepentingan Jepang demi memenangkan Perang Asia
Timur Raya. Pengalaman sejarah semestinya dapat menjadi pelajaran dalam
menyikapi perkembangan pengaruh ekonomi Jepang sekarang ini.
Kamu bisa menunjukkan beberapa peninggalan penjajahan Jepang yang
sampai sekarang masih dapat kita saksikan? Contoh peninggalan zaman
penjajahan Jepang yang masih bisa disaksikan antara lain Gua Jepang.
Pernahkah kamu mendengar cerita atau bahkan mengunjungi dan melihat
Gua Jepang? Ya, Gua Jepang atau sering juga disebut dengan Lubang
Jepang, di beberapa daerah di Indonesia hampir dapat dijumpai gua
peninggalan masa pendudukan Jepang itu. Misalnya, di Bukittinggi, Sulawesi
Utara, Papua, Bali, dan tempat-tempat lain. Di Bukittinggi, Gua Jepang saat
ini digunakan sebagai tempat wisata sejarah.
Sumber: Kemdikbud, 2014.
Gambar 5.1
Gua Jepang di Bukittinggi.
3
Sejarah Indonesia
Pada masa pendudukan Jepang, Gua Jepang digunakan sebagai benteng
perlindungan tentara Jepang dari serangan musuh. Gua itu dibangun dengan
mengerahkan tenaga kerja murah, yang kemudian dikenal dengan istilah
kerja paksa, atau Romusa.
Meskipun masa pendudukan Jepang hanya berlangsung relatif singkat, tetapi
memberi dampak yang penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Propaganda Jepang mengenai tata pemerintahan baru, keberpihakan
sebagai sesama bangsa Asia, dan janji akan kemerdekaan, memberi harapan
bagi rakyat Indonesia. Kendati sempat dirusak oleh pemerintah Jepang yang
represif, terutama dengan adanya program romusa, dorongan dan gerakan
untuk mencapai kemerdekaan tetap digencarkan oleh kaum pergerakan baik
secara terang-terangan maupun gerakan “bawah tanah” (Taufik Abdullah
dan A.B. Lapian, (ed) 2012).
Nah, bagaimana kisah pendudukan Jepang selama sekitar 3,5 tahun di
Indonesia? Pada uraian berikut akan dibahas mengenai kedatangan Jepang,
perkembangan organisasi pergerakan, dan reaksi rakyat Indonesia terhadap
kekejaman Jepang. Uraian tersebut akan dibahas melalui bab “Tirani Matahari
Terbit”. Istilah ‘tirani’ digunakan untuk menggambarkan tindakan otoriter
dan kekejaman Jepang, sedangkan istilah ‘matahari terbit’ digunakan untuk
penamaan bagi tentara Jepang. Sebab, posisi negara Jepang jika dilihat dari
Indonesia, terletak di arah timur atau sama dengan arah saat matahari terbit,
sehingga Negara Jepang disebut Negara Matahari Terbit.
4
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Tirani Matahari Terbit
Kedatangan Bala
Tentara Jepang sebagai
Saudara Tua
Perkembangan
Pemerintah Organisasi
Pergerakan Masa
Pendudukan Jepang
Pengerahan dan
Penindasan versus
Perlawanan
Ambisi Imperialisme Jepang PD II
Kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya
Kebijakan ekonomi perang,
pengerahan romusha, dan
penderitaan rakyat
PETA KONSEP
5
Sejarah Indonesia
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari uraian ini, diharapkan kamu dapat:
1. Menganalisis kedatangan Jepang ke Indonesia.
2. Mengevaluasi perkembangan organisasi pergerakan di Indonesia.
3. Menganalisis gerakan perlawanan rakyat terhadap kekejaman Jepang.
4. Menghargai dan meneladani semangat juang para tokoh dalam melawan
Jepang.
5. Menumbuhkan rasa syukur kepada Tuhan YME atas kekuatan yang
diberikan kepada rakyat Indonesia yang masih bertahan untuk melawan
setiap pendudukan dan kekejaman bangsa asing.
ARTI PENTING
Belajar sejarah Indonesia masa pendudukan Jepang ini sangat penting
karena di samping mendapatkan pemahaman tentang berbagai perubahan
seperti dalam tata pemerintahan dan kemiliteran, tetapi juga mendapatkan
pelajaran tentang nilai-nilai keuletan dan kerja keras dari para pejuang,
pengorbanan, dan keteguhan untuk mempertahankan kebenaran dan hak
asasi manusia
.
6
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
A. Kedatangan Jepang ke Indonesia
Mengamati Lingkungan
Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012.
Gambar 5.2
Pengeboman Pangkalan Angkatan Laut AS di Pearl Harbour oleh tentara Jepang
Sumber: Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, 2011.
Gambar 5.3
Kedatangan Tentara Jepang ke Indonesia
7
Sejarah Indonesia
»
Coba perhatikan baik-baik gambar 5.2 dan 5.3 di halaman
sebelumnya.
1.
Coba ajukan beberapa pertanyaan, terkait dengan gambar-
gambar tersebut di atas!
2.
Gambar tersebut terkait dengan peristiwa apa?
3.
Mengapa peristiwa itu terjadi?
4.
Apa dampak dari peristiwa itu?
5.
Mengapa keadaan itu terjadi?
Gambar 5.2 terkait dengan peristiwa pengeboman Pearl Harbour yang
menunjukkan kemenangan Jepang terhadap Sekutu pada PD II dalam
peristiwa Perang Pasifik. Peristiwa itu telah membuka jalan bagi Jepang
untuk memasuki negara di Asia, termasuk Indonesia. Sementara gambar 5.3
berkaitan dengan gambaran mengenai cara tentara Jepang memasuki kota-
kota penting di Indonesia.
Perlu dipahami bahwa “rentetan kemenangan yang dicapai tentara Jepang
sejak melancarkan Perang Pasifik membuka pintu bagi mereka untuk
menduduki tanah Hindia Belanda”. Kedatangan “saudara tua”, sebagaimana
Jepang menyebut dirinya, mula-mula disambut dengan penuh harapan,
tetapi kemudian mengecewakan rakyat. Walaupun demikian, pendudukan
Jepang membuka sejarah baru bagi Indonesia”.
Nah, sejarah baru yang bagaimana? Sebelum memahami sejarah baru yang
dimaksud kamu perlu memahami terlebih dulu mengenai bagaimana tentara
Jepang itu datang dan kemudian menguasai Indonesia. Ikutilah uraian
penjelasan tersebut melalui subbab “Kedatangan Saudara Tua”.
8
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Memahami Teks
1. Masuknya Jepang ke Indonesia
Sejak pengeboman Pearl Harbour oleh angkatan Perang Jepang pada 8
Desember 1941, serangan terus dilancarkan terhadap angkatan laut Amerika
Serikat di Pasifik. Serangan-serangan itu seolah-olah tak dapat dibendung
oleh Amerika Serikat. Pasukan Jepang berhasil menghancurkan basis-basis
militer Amerika seperti di Filipina. Kemudian serangan Jepang juga diarahkan
ke Indonesia. Serangan terhadap Indonesia bertujuan untuk mendapatkan
cadangan logistik dan bahan industri perang, seperti minyak bumi, timah,
dan aluminium. Sebab, persediaan minyak di Indonesia diperkirakan dapat
mencukupi kebutuhan Jepang selama Perang Pasifik.
Perlu dipahami bahwa pada saat Jepang ini memasuki Indonesia sudah
membawa kultur dan ideologi fasisme. Jepang sudah menjadi negara fasis.
Fasis—fasisme adalah paham atau ideologi. Fasisme dapat dimaknai sebagai
sistem (sistem pemerintahan), di mana semua kekuasaan berada pada
satu tangan seorang yang diktator dan otoriter. Dalam mengembangkan
kehidupan berbangsa menjadi sangat nasionalistik (chauvinistik), elitis, dan
rasialis. Penataan kehidupan sosial dan ekonomi sangat ketat, sentralistik
dalam sebuah korporasi pemerintah yang otoriter di bawah pemimpin yang
diktator. Fasisme ini mula pertama berkembang di Italia pada tahun 1922
dengan tokohnya Benito Mussolini. Kemudian pada tahun 1933 berkembang
di Jerman, yang selanjutnya berkembang juga di Jepang.
Pada Januari 1942, Jepang mendarat dan memasuki Indonesia. Tentara
Jepang ini masuk ke Indonesia melalui Ambon dan menguasai seluruh
Maluku. Meskipun pasukan KNIL (
Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger
) dan
pasukan Australia berusaha menghalangi, tapi kekuatan Jepang tidak dapat
dibendung. Daerah Tarakan di Kalimantan Timur kemudian dikuasai oleh
Jepang bersamaan dengan Balikpapan (12 Januari 1942). Jepang kemudian
menyerang Sumatra setelah berhasil memasuki Pontianak. Bersamaan
dengan itu Jepang melakukan serangan ke Jawa (Februari 1942).
Pada tanggal 1 Maret 1942, kemenangan tentara Jepang dalam Perang
Pasifik menunjukkan kemampuan Jepang dalam mengontrol wilayah yang
sangat luas, yaitu dari Burma sampai Pulau Wake di Samudra Pasifik. Setelah
daerah-daerah di luar Jawa dikuasai, Jepang memusatkan perhatiannya
untuk menguasai tanah Jawa sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda.
9
Sejarah Indonesia
Untuk menghadapi gerak invasi tentara Jepang, blok sekutu yang terdiri
atas Belanda, Amerika Serikat, Australia, dan Inggris membentuk Komando
Gabungan Tentara Serikat yang disebut ABDACOM
(
American British Dutch
Australian Command
)
yang bermarkas di Lembang. Letnan Jenderal Ter
Poorten diangkat sebagai Panglima ABDACOM. Namun kekuatan ABDACOM
tidak mampu menyelamatkan Hindia Belanda dari kekalahan. Sementara itu,
Gubernur Jenderal Carda (Tjarda) pada Februari 1942 telah mengungsi ke
Bandung.
Dalam pertempuran di Laut Jawa, Angkatan Laut Jepang berhasil
menghancurkan pasukan gabungan Belanda-Inggris yang dipimpin oleh
Laksamana Karel Doorman. Sisa-sisa pasukan dan kapal Belanda yang berhasil
lolos terus melarikan diri menuju Australia. Sementara itu, Jenderal Imamura
dan pasukannya mendarat di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan
itu dilaksanakan di tiga tempat, yakni di Banten dipimpin oleh Jenderal
Imamura sendiri. Kemudian pendaratan di Eretan Wetan-Indramayu dipimpin
oleh Kolonel Tonishori, dan pendaratan di sekitar Bojonegoro dikoordinasi
oleh Mayjen Tsuchihashi. Tempat-tempat tersebut memang tidak diduga
oleh Belanda jika ternyata digunakan pendaratan tentara Jepang. Sementara
itu Jepang tidak menyerang Jakarta, karena pada saat itu Jakarta disiapkan
oleh Belanda sebagai kota terbuka.
Untuk menghadapi pasukan Jepang, sebenarnya Sekutu sudah mempersiapkan
diri, yaitu antara lain berupa tentara gabungan ABDACOM, ditambah satu
kompi Kadet dari Akademi Militer Kerajaan dan Korps Pendidikan Perwira
Cadangan di Jawa Barat. Di Jawa Tengah, telah disiapkan empat batalion
infanteri, sedangkan di Jawa Timur terdiri tiga batalion pasukan bantuan
Indonesia dan satu batalion marinir, serta ditambah dengan satuan-satuan
dari Inggris dan Amerika. Meskipun demikian, tentara Jepang mendarat di
Jawa dengan jumlah yang sangat besar, berhasil merebut tiap daerah hampir
tanpa perlawanan.
Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara
Belanda di Jawa. Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang.
Tentara Jepang terus bergerak ke selatan dan menguasai kota Buitenzorg
(Bogor). Dengan mudah kota-kota di Jawa yang lain juga jatuh ke tangan
Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten atas nama
komandan pasukan Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidak
bersyarat kepada Jepang yang diwakili Jenderal Imamura. Penandatanganan
ini dilaksanakan di Kalijati, Subang. Penyerahan Belanda kepada Jepang
10
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
kemudian dikenal dengan Kapitulasi Kalijati. Dengan demikian, berakhirlah
penjajahan Belanda di Indonesia. Kemudian Indonesia berada di bawah
pendudukan tentara Jepang. Gubernur Jenderal Tjarda ditawan. Namun,
Belanda segera mendirikan pemerintahan pelarian
(exile government)
di
Australia di bawah pimpinan H.J. Van Mook.
»
Coba perhatikan secara cermat kedatangan Jepang atau yang
dikenal dengan “Saudara Tua” ke Indonesia yang begitu cepat dan
merata di berbagai daerah di Indonesia. Tampaknya tentara Jepang
itu sudah paham tentang Indonesia. Coba lakukan pelacakan kira-
kira apa yang telah diperbuat Jepang sebelum tentara Jepang itu
datang ke Indonesia!
Menyimak dari gerakan tentara Jepang untuk menguasai Indonesia
berlangsung begitu cepat itu memang menarik. Hal ini ada kaitannya
dengan perkembangan sebelumnya. Sejak Jepang atau Negeri Sakura atau
Negeri Matahari Terbit berkembang menjadi negara industri dan tampil
sebagai imperialis, Jepang mulai membutuhkan daerah-daerah baru. Salah
satu daerah baru yang dimaksud adalah Indonesia. Keinginan Jepang untuk
menguasai Indonesia karena Indonesia kaya akan sumber daya alam yang
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan industri Jepang. Jepang dengan
slogan
Hakko Ichiu
yang diperkenalkan oleh Kaisar Jimmu adalah doktrin
untuk menguasai dunia dan satu-satunya kekaisaran. Doktrin
Hakko Ichiu
ini kemudian dimodifikasi sebagai alat propaganda dan alat politik untuk
mencapai tujuan pemerintah Jepang. Slogan ini juga diilhami oleh ajaran
Shintoisme
yang menerima dan memadukan semua tradisi termasuk
kehidupan spiritual yang masuk ke Jepang, tanpa menghilangkah tradisi
aslinya
.
Hakko ichiu
telah menjadi slogan dan ajaran tentang kesatuan
keluarga umat manusia. Ajaran ini diterjemahkan bahwa Jepang sebagai
negara maju bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan keluarga umat
manusia dengan memajukan dan mempersatukan bangsa-bangsa di dunia,
termasuk Indonesia. Ajaran
Hakko ichiu
diperkuat oleh keterangan antropolog
yang menyatakan bahwa bangsa Jepang dan Indonesia serumpun. Untuk
merealisasikan keinginannya itu, maka sebelum gerakan tentara Jepang itu
datang ke Indonesia, Jepang sudah mengirim para
spionase
untuk datang ke
Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya.
11
Sejarah Indonesia
2. Sambutan Rakyat Indonesia
Kedatangan Jepang di Indonesia pada awalnya disambut dengan senang
hati oleh rakyat Indonesia. Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua”
yang dipandang dapat membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan
Belanda. Sikap simpatik bangsa Indonesia terhadap Jepang antara lain juga
dipengaruhi oleh kepercayaan ramalan Jayabaya.
Di mana-mana terdengar ucapan “
banzai-banza
i
” (selamat datang-selamat
datang). Sementara itu, pihak tentara Jepang terus melakukan propaganda-
propaganda untuk terus menggerakkan dukungan rakyat Indonesia. Setiap
kali Radio Tokyo memperdengarkan Lagu Indonesia Raya, di samping Lagu
Kimigayo. Bendera yang berwarna Merah Putih juga boleh dikibarkan
berdampingan dengan Bendera Jepang Hinomaru. Melalui siaran radio, juga
dipropagandakan bahwa barang-barang buatan Jepang itu menarik dan
murah harganya, sehingga mudah bagi rakyat Indonesia untuk membelinya.
Simpati dan dukungan rakyat Indonesia itu nampaknya juga karena perilaku
Jepang yang sangat membenci Belanda. Di samping itu, diperkuat pula
dengan berkembangnya kepercayaan tentang Ramalan Jayabaya.
»
Tahukah kamu tentang isi Ramalan Jayabaya? Coba cari tahu
jawabannya!
Tentara Jepang juga mempropagandakan bahwa kedatangannya ke
Indonesia untuk membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajahan bangsa
Barat. Jepang juga akan membantu memajukan rakyat Indonesia. Melalui
program Pan-Asia Jepang akan memajukan dan menyatukan seluruh rakyat
Asia. Untuk lebih meyakinkan rakyat Indonesia, Jepang menegaskan kembali
bahwa Jepang tidak lain adalah “saudara tua”, jadi Jepang dan Indonesia
sama. Bahkan untuk meneguhkan progandanya tentang Pan-Asia, Jepang
berusaha membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan Tiga A”.
»
Coba apa isi semboyan Tiga A itu? Apa kira-kira tujuan Jepang
membentuk perkumpulan itu? Siapa yang dijadikan ketua Gerakan
Tiga A itu?
12
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
3. Pembentukan Pemerintahan Militer
Pada pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari Markas Besar Tentara
Jepang agar penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas
pertahanan dan kemiliteran (termasuk semimiliter). Oleh karena itu,
pemerintah Jepang di Indonesia kemudian membentuk pemerintahan militer.
Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi
menjadi tiga wilayah pemerintahan militer.
a.
Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima
(
Tomi Shudan
)
untuk Sumatra. Pusatnya di Bukittinggi.
b.
Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas
(
Asamu Shudan
) untuk Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta. Kekuatan
pemerintah militer ini kemudian ditambah dengan Angkatan Laut (
Dai
Ni Nankenkanta
i
).
c.
Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada Selatan Kedua)
untuk daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pusatnya di
Makassar.
Pembagian administrasi wilayah pendudukan semacam itu tentu juga
terkait dengan perbedaan kepentingan Jepang terhadap tiap-tiap daerah
di Indonesia, baik dari segi militer maupun politik ekonomi. Pulau Jawa
yang merupakan pusat pemerintahan yang sangat penting waktu itu masih
diberlakukan pemerintahan sementara. Hal ini berdasarkan
Osamu Seirei
(Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Ke-16). Di dalam
undang-undang itu antara lain berisi ketentuan sebagai berikut.
a.
Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan
segala kekuasaan yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima
tentara Jepang di Jawa.
b.
Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia
Belanda tetap diakui kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan
terhadap tentara pendudukan Jepang.
c.
Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap
diakui secara sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan
dengan aturan pemerintahan militer Jepang.
Adapun susunan pemerintahan militer Jepang tersebut adalah sebagai
berikut.
a.
Gunshirekan
(panglima tentara) yang kemudian disebut dengan
S
eiko Shikikan
(panglima tertinggi) sebagai pucuk pimpinan.
Panglima tentara yang pertama dijabat oleh Jenderal Hitoshi Imamura
.
13
Sejarah Indonesia
b.
Gunseikan
(kepala pemerintahan militer) yang dirangkap oleh kepala
staf. Kepala staf yang pertama adalah Mayor Jenderal Seizaburo
Okasaki
.
Kantor pusat pemerintahan militer ini disebut
Gun seikanbu
. Di
lingkungan
Gun seikanbu
ini terdapat empat
bu
(semacam departemen)
dan ditambah satu
bu
lagi, sehingga menjadi lima
bu
.
Adapun kelima
bu
itu adalah sebagai berikut.
1)
Somobu
(Departemen Dalam Negeri)
2)
Zaimubu
(Departemen Keuangan)
3)
Sangyobu
(Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan
Tangan) atau urusan Perekonomian
4)
Kotsubu
(Departemen Lalu Lintas)
5)
Shihobu
(Departemen Kehakiman)
c.
Gunseibu
(koordinator pemerintahan dengan tugas memulihkan
ketertiban dan keamanan atau semacam gubernur) yang meliputi:
1)
Jawa Barat : pusatnya di Bandung.
2)
Jawa Tengah : pusatnya di Semarang.
3)
Jawa Timur : pusatnya di Surabaya.
Ditambah dua daerah istimewa
(Kochi)
yakni Yogyakarta dan Surakarta.
Di dalam pemerintahan itu, Jepang juga membentuk kesatuan
Kempetai
(Polisi Militer). Di samping susunan pemerintahan tersebut, juga ditetapkan
lagu kebangsaan yang boleh diperdengarkan hanyalah
Kimigayo.
Padahal
sebelum tentara Jepang datang di Indonesia, Lagu
Indonesia Raya
sering
diperdengarkan di radio Tokyo.
»
Apa kira-kira tujuan Jepang membentuk Kempetai? Siapa yang
dijadikan pimpinan Kempetai pada waktu itu?
Pada awal pendudukan ini, secara kultural Jepang juga mulai melakukan
perubahan-perubahan. Misalnya, untuk petunjuk waktu harus digunakan
tarikh
Sumera
(tarikh Jepang), menggantikan tarikh Masehi
.
Waktu itu
tarikh Masehi 1942 sama dengan tahun 2602
Sumera
.
Setiap tahun (mulai
tahun 1942) rakyat Indonesia harus merayakan Hari Raya
Tencosetsu
(hari
raya lahirnya Kaisar Hirohito). Dalam bidang politik, Jepang melakukan
kebijakan dengan melarang penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan
menggunakan bahasa Jepang.
14
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
4. Pemerintahan Sipil
Untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang yang
bersifat militer, Jepang juga mengembangkan pemerintahan sipil. Pada
bulan Agustus 1942, pemerintahan militer berusaha meningkatkan sistem
pemerintahan, antara lain dengan mengeluarkan UU No. 27 tentang
aturan pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan UU No. 28 tentang
pemerintahan
shu
serta
tokubetsushi.
Dengan UU tersebut, pemerintahan
akan dilengkapi dengan pemerintahan sipil. Menurut UU No. 28 ini,
pemerintahan daerah yang tertinggi adalah
shu
(karesidenan). Seluruh Pulau
Jawa dan Madura, kecuali
Kochi
Yogyakarta dan
Kochi
Surakarta, dibagi
menjadi daerah-daerah
shu
(karesidenan),
shi
(kotapraja),
ken
(kabupaten),
gun
(kawedanan),
son
(kecamatan), dan
ku
(desa/kelurahan). Seluruh Pulau
Jawa dan Madura dibagi menjadi 17
shu
.
»
Coba
lakukan
identifikasi
di mana
saja
letak
ke-17
daerah
shu
tersebut!
Pemerintahan
shu
itu dipimpin oleh seorang
shucokan. Shucokan
memiliki
kekuasaan seperti gubenur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan
legislatif dan eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan
shucokan
dibantu
oleh
Cokan Kanbo
(Majelis Permusyawaratan
Shu)
. Setiap
Cokan Kanbo
ini memiliki tiga
bu
(bagian), yakni Naiseibu (bagian pemerintahan umum),
Kaisaibu
(bagian ekonomi), dan
Keisatsubu
(bagian kepolisian). Pemerintah
pendudukan Jepang juga membentuk sebuah kota yang dianggap memiliki
posisi sangat penting sehingga menjadi daerah semacam daerah swatantra
(otonomi). Daerah ini disebut
tokubetsushi
(kota istimewa), yang posisi dan
kewenangannya seperti
shu
yang berada langsung di bawah pengawasan
gunseikan.
Sebagai contoh adalah Kota Batavia, sebagai Batavia
Tokubetsushi
di bawah pimpinan
Tokubetu shico
.
Pemerintah Jepang juga membentuk
tonarigumi,
yang pada masa sekarang
ini kita kenal dengan Rukun Tetangga (RT).
Tanorigumi
ini digunakan oleh
pemerintah Jepang untuk mengawasi gerak-gerik rakyat agar dapat dipantau
oleh pemerintah Jepang.
»
Coba lakukan diskusi dengan anggota kelompok, alasan Jepang
membentuk pemerintahan militer yang dilengkapi dengan
pemerintahan sipil. Kemudian, mengapa daerah itu dibagi-bagi
sampai tingkat desa?
15
Sejarah Indonesia
KESIMPULAN
1.
Setelah berhasil melakukan pengeboman Pearl Harbour tahun
1941, gerakan Jepang menuju Asia, termasuk ke Indonesia tidak bisa
terbendung.
2.
Jepang berhasil menguasai Kepulauan Indonesia dengan cepat dan
merata.
3.
Masuk dan kedatangan tentara Jepang disambut baik oleh rakyat
Indonesia karena dipandang sebagai kekuatan pembebas.
4.
Jepang kemudian membentuk pemerintahan militer yang diperkuat
dengan pemerintahan sipil.
16
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
LATIH UJI KOMPETENSI
1.
Jelaskan mengapa kedatangan Jepang ke Indonesia itu berjalan cepat
dan merata ke berbagai wilayah Indonesia!
2.
Mengapa pada mulanya rakyat Indonesia menyambut baik kedatangan
Jepang?
3.
Mengapa Jepang membentuk pemerintahan militer di tiga kawasan:
Sumatra, Jawa-Madura, dan kawasan Indonesia Timur?
4.
Mengapa pemerintah pendudukan Jepang akhirnya hanya boleh
memperdengarkan lagu kebangsaan Kimigayo, sedangkan lagu
Indonesia Raya mulai dilarang?
5.
Pelajaran apa yang kamu peroleh setelah mempelajari sejarah
kedatangan dan awal pemerintahan Jepang di Indonesia?
Tugas
Buatlah peta jalur gerakan masuknya tentara Jepang dari Asia Tenggara
kemudian memasuki Kepulauan Indonesia! Kamu dapat mempelajari buku-
buku sejarah yang ada di perpustakaan sekolah.
17
Sejarah Indonesia
B. Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang
»
Coba amati baik-baik gambar di atas!
Gambar tersebut adalah gambar Empat Serangkai, yakni
Sukarno, Ki Hajar Dewantoro, Moh. Hatta, dan K.H. Mas
Mansyur. Mereka adalah tokoh dalam organisasi Putera.
Apa yang dimaksud dengan organisasi Putera?
Putera adalah salah satu organisasi yang dibentuk pada
zaman pendudukan Jepang.
Banyak organisasi yang dibentuk pada zaman Jepang. Sama seperti organisasi-
organisasi pada umumnya, yaitu organisasi yang bersifat semimiliter dan
militer. Zaman Belanda tidak ada organisasi pergerakan yang bersifat semi
militer. Berikut ini akan dipaparkan tentang perkembangan organisasi
pergerakan di zaman pendudukan Jepang.
Mengamati Lingkungan
Sumber: Album Pahlawan Bangsa, 2004.
Gambar 5.4
Tokoh Empat Serangkai.
18
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Ada satu perkembangan yang berbeda apabila kita memahami perkembangan
organisasi pergerakan antara zaman kolonial Belanda dengan era pendudukan
Jepang. Pada masa kolonial Belanda umumnya organisasi pergerakan yang
muncul dan berkembang diprakarsai oleh para pejuang rakyat Indonesia,
tetapi pada zaman Jepang banyak organisasi atau perkumpulan yang
berdiri diprakarsai oleh Jepang, sementara para tokoh Indonesia mencoba
memanfaatkan organisasi itu untuk kepentingan perjuangan. Hal ini juga
tampak berhubungan dengan perkembangan pandangan sikap para tokoh
Indonesia dalam menghadapi pendudukan Jepang. Banyak di antara para
tokoh Indonesia yang mencoba memanfaatkan masa pendudukan Jepang
untuk melanjutkan perjuangan menuju kemerdekaan. Mereka mengambil
sikap dan strategi bekerja sama dengan Jepang.
Sebagai contoh, pada masa pendudukan Jepang Sukarno bersedia bekerja
sama dengan Jepang. Faktor penyebabnya adalah kemenangan Jepang atas
Rusia pada tahun 1905. Sehingga Sukarno merupakan salah seorang tokoh
pergerakan kebangsaan yang terkesan pada kehebatan Jepang, dan percaya
bahwa Jepang akan memenangkan perang. Sementara, Moh. Hatta dan
Syahrir yang dikenal antifasisme, semestinya menentang Jepang. Namun,
keduanya menyusun strategi yang saling melengkapi. Moh. Hatta mengambil
sikap kooperatif dengan Jepang, sementara Syahrir akan menyusun “gerakan
bawah tanah” (gerakan rahasia).
Syahrir bergerak di “bawah tanah” dan mendapat dukungan dari tokoh-
tokoh lain, seperti Cipto Mangunkusumo dan mantan anggota PNI Baru, Amir
Syarifudin. Amir Syarifudin dikenal sebagai sosok yang bersikap anti-Jepang.
Bahkan Amir Syarifudin dimanfaatkan oleh Belanda untuk menyusun gerakan
perlawanan terhadap Jepang. Untuk ini Amir Syarifudin telah menerima
sejumlah uang dari seorang pejabat Belanda (Van der Plas), sebagai imbalan.
Amir Syarifudin sebagai anggota PKI terikat dengan kebijakan
Commintern
yang menjalankan doktrin Dimitrov yakni bekerja sama dengan kapitalis
untuk menghambat Fasisme karena itu Amir mau bekerja sama dengan
Belanda (Kapitalis).
Memahami Teks
19
Sejarah Indonesia
Sedangkan terhadap umat Islam, Jepang berusaha sekuat tenaga untuk
mendekatinya. Sebab, umat Islam dinilai secara mayoritas anti peradaban
Barat, sehingga diharapkan menjadi kekuatan besar dan mau membantu
Jepang dalam menghadapi Sekutu. Sukarno dan Moh. Hatta bergabung
dalam mengambil sikap kooperatif dengan Jepang. Langkah tersebut diambil
semata-mata demi tujuan yang lebih penting, yakni kemerdekaan. Bahkan
kedua tokoh ini juga mengusulkan agar segera dibentuk organisasi politik,
karena setelah Jepang berkuasa di Indonesia, semua organisasi politik yang
pernah berkembang di zaman Hindia Belanda dibubarkan.
»
Organisasi-organisasi pada zaman pendudukan Jepang ada yang
bersifat kemasyarakatan dan ada pula organisasi yang bersifat
militer atau semimiliter. Organisasi atau perkumpulan apa saja yang
berkembang di zaman pendudukan Jepang itu?
1. Organisasi yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan
a.
Gerakan Tiga A
Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang membentuk
sebuah perkumpulan yang dinamakan Gerakan Tiga A (3A). Perkumpulan ini
dibentuk pada tanggal 29 Maret 1942. Sesuai dengan namanya, perkumpulan
ini memiliki tiga semboyan, yaitu
Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung
Asia
, dan
Nippon Pemimpin Asia
.
Sebagai pimpinan Gerakan Tiga A, bagian
propaganda Jepang (
Sedenbu
) telah menunjuk bekas tokoh Parindra Jawa
Barat yakni Mr. Syamsuddin sebagai ketua dengan dibantu beberapa tokoh
lain seperti K. Sutan Pamuncak dan Moh. Saleh.
Jepang berusaha agar perkumpulan ini menjadi wadah propaganda yang
efektif. Oleh karena itu, di berbagai daerah dibentuk komite-komite. Sejak
bulan Mei 1942, perhimpunan itu mulai diperkenalkan kepada masyarakat
melalui media massa. Di dalam Gerakan Tiga A juga dibentuk subseksi Islam
yang disebut “Persiapan Persatuan Umat Islam”
.
Subseksi Islam dipimpin
oleh Abikusno Cokrosuyoso.
20
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Ternyata sekalipun dengan berbagai upaya, Gerakan Tiga A ini kurang
mendapat simpati dari rakyat. Gerakan Tiga A hanya berumur beberapa
bulan saja. Jepang menilai perhimpunan itu tidak efektif. Bulan Desember
1942 Gerakan Tiga A dinyatakan gagal. Mengapa “Gerakan Tiga A” ini
dinyatakan gagal oleh Jepang, kira-kira apa alasannya?
b.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
“Gerakan Tiga A” dinilai gagal oleh
Jepang. Kemudian Jepang berusaha
mengajak tokoh pergerakan
nasional untuk meningkatkan kerja
sama. Jepang kemudian mendirikan
organisasi pemuda, Pemuda Asia
Raya di bawah pimpinan Sukardjo
Wiryopranoto. Organisasi itu juga
tidak mendapat sambutan rakyat.
Jepang kemudian membubarkan
organisasi itu.
Dukungan rakyat terhadap Jepang memang tidak seperti awal kedatangannya.
Hal ini terjadi karena sikap dan tindakan Jepang yang berubah. Seperti telah
disinggung di depan, Jepang mulai melarang pengibaran bendera Merah
Putih dan yang boleh dikibarkan hanya bendera Hinomaru serta mengganti
Lagu Indonesia Raya dengan lagu Kimigayo. Jepang mulai membiasakan
mengganti kata-kata
banzai
(selamat datang) dengan
bakero
(bodoh).
Masyarakat mulai tidak simpati terhadap Jepang.“Saudara tua” tidak seperti
yang mereka janjikan.
Sementara perkembangan Perang Asia Timur Raya mulai memojokkan Jepang.
Kekalahan Jepang di berbagai medan pertempuran telah menimbulkan rasa
tidak percaya dari rakyat. Oleh karena itu, Jepang harus segera memulihkan
keadaan. Jepang harus dapat bekerja sama dengan tokoh-tokoh nasionalis
terkemuka, antara lain Sukarno dan Moh. Hatta. Karena Sukarno masih
ditahan di Padang oleh pemerintah Hindia Belanda, maka segera dibebaskan
oleh Jepang. Pada tanggal 9 Juli 1942 Sukarno sudah berada di Jakarta dan
bergabung dengan Moh. Hatta
.
Pemimpin Indonesia seperti
Sukarno , Hatta, K.H.
Mas Mansyur, Ki Hajar
Dewantara, Sutardjo
Kartohadikusumo, Abikusno
Cokrosuyoso, dan Prof. Dr.
Supomo, ikut dalam komisi
untuk menyelidiki adat
istiadat Indonesia.
21
Sejarah Indonesia
Jepang berusaha untuk menggerakkan seluruh rakyat melalui tokoh-tokoh
nasionalis. Jepang ingin membentuk organisasi massa yang dapat bekerja
untuk menggerakkan rakyat. Bulan Desember 1942 dibentuk panitia persiapan
untuk membentuk sebuah organisasi massa. Kemudian Sukarno, Hatta, K.H.
Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara dipercaya untuk membentuk gerakan
baru. Gerakan itu bernama Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dibentuk tanggal
16 April 1943. Mereka kemudian disebut sebagai empat serangkai. Sebagai
ketua panitia adalah Sukarno. Tujuan Putera adalah untuk membangun dan
menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah dihancurkan oleh Belanda.
Menurut Jepang, Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi
masyarakat Indonesia guna membantu Jepang dalam perang. Di samping
tugas di bidang propaganda, Putera juga bertugas memperbaiki bidang
sosial ekonomi.
Menurut struktur organisasinya, Putera memiliki pimpinan pusat dan
pimpinan daerah. Pimpinan pusat dikenal sebagai Empat Serangkai.
Kemudian pimpinan daerah dibagi, sesuai dengan tingkat daerah, yakni
tingkat
syu, ken
, dan
gun.
Putera juga mempunyai beberapa penasihat yang
berasal dari orang-orang Jepang. Mereka adalah S. Miyoshi, G. Taniguci, Iciro
Yamasaki, dan Akiyama.
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia VI, 1984.
Gambar 5.5
Pimpinan Putera: Empat Serangkai.
22
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Pada awal berdirinya Putera, cepat mendapatkan sambutan dari organisasi
massa yang ada. Misalnya dari Persatuan Guru Indonesia; Perkumpulan
Pegawai Pos Menengah; Pegawai Pos Telegraf Telepon dan Radio; serta
Pengurus Besar Istri Indonesia di bawah pimpinan Maria Ulfah Santoso. Dari
kalangan pemuda terdapat sambutan dari organisasi Barisan Banteng dan
dari kelompok pelajar terdapat sambutan dari organisasi Badan Perantaraan
Pelajar Indonesia serta Ikatan Sport Indonesia. Mereka semua bergabung ke
dalam Putera.
Putera pun berkembang dan bertambah kuat. Sekalipun di tingkat daerah
tidak berkembang baik, namun Putera telah berhasil mempersiapkan rakyat
secara mental bagi kemerdekaan Indonesia. Melalui rapat-rapat dan media
massa, pengaruh Putera semakin meluas. Perkembangan Putera akhirnya
menimbulkan kekhawatiran di pihak Jepang. Oleh karena itu, Putera telah
dimanfaatkan oleh pemimpin-pemimpin nasionalis untuk mempersiapkan
ke arah kemerdekaan, tidak digunakan sebagai usaha menggerakkan massa
untuk membantu Jepang. Ternyata sikap dan tindakan para pemimpin
nasionalis ini tercium juga oleh penguasa Jepang, maka pada tahun 1944
Putera dinyatakan bubar oleh Jepang. Melalui badan propaganda Jepang ini
Bahasa Indonesia mulai tersebar di kalangan masyarakat Indonesia sekaligus
pula membuat nasionalisme Indonesia semakin kuat.
c.
Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syura Muslimin
(Masyumi)
Berbeda dengan pemerintah Hindia Belanda yang cenderung anti terhadap
umat Islam, Jepang lebih ingin bersahabat dengan umat Islam di Indonesia.
Jepang sangat memerlukan kekuatan umat Islam untuk membantu
melawan Sekutu. Oleh karena itu, sebuah organisasi Islam MIAI yang cukup
berpengaruh pada masa pemerintah kolonial Belanda, mulai dihidupkan
kembali oleh pemerintah pendudukan Jepang. Pada tanggal 4 September
1942 MIAI diizinkan aktif kembali. Dengan demikian, MIAI diharapkan segera
dapat digerakkan sehingga umat Islam di Indonesia dapat dimobilisasi untuk
keperluan perang.
Dengan diaktifkannya kembali MIAI, maka MIAI menjadi organisasi
pergerakan yang cukup penting di zaman pendudukan Jepang. MIAI
menjadi tempat bersilaturakhim, menjadi wadah tempat berdialog, dan
bermusyawarah untuk membahas berbagai hal yang menyangkut kehidupan
23
Sejarah Indonesia
umat, dan tentu saja bersinggungan dengan perjuangan. MIAI senantiasa
menjadi organisasi pergerakan yang cukup diperhitungkan dalam perjuangan
membangun kesatuan dan kesejahteraan umat. Semboyan yang terkenal
adalah “
berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah
berpecah belah
”.
Dengan demikian, pada masa pendudukan Jepang, MIAI
berkembang baik. Kantor pusatnya semula di Surabaya kemudian pindah ke
Jakarta.
Adapun tugas dan tujuan MIAI waktu itu adalah sebagai berikut.
1)
Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masya-
rakat Indonesia.
2)
Mengharmoniskan Islam dengan tuntutan perkembangan zaman.
3)
Ikut membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
Untuk merealisasikan tujuan dan melaksanakan tugas itu, MIAI membuat
program yang lebih menitikberatkan pada program-program yang bersifat
sosio-religius.
Secara khusus program-program itu akan diwujudkan melalui
rencana sebagai berikut:
1)
pembangunan masjid Agung di Jakarta,
2)
mendirikan universitas, dan
3)
membentuk
baitulmal
.
Dari ketiga program ini yang mendapatkan lampu hijau dari Jepang hanya
program yang ketiga.
»
Coba perhatikan! Mengapa Jepang tidak memberi “restu” MIAI
membangun masjid agung dan universitas? Coba cari jawabnya!
MIAI terus mengembangkan diri di tengah-tengah ketidakcocokan
dengan kebijakan dasar Jepang. MIAI menjadi tempat pertukaran pikiran
dan pembangunan kesadaran umat agar tidak terjebak pada perangkap
kebijakan Jepang yang semata-mata untuk memenangkan perang Asia
Timur Raya. Pada bulan Mei 1943, MIAI berhasil membentuk Majelis Pemuda
yang diketuai oleh Ir. Sofwan dan juga membentuk Majelis Keputrian yang
dipimpin oleh Siti Nurjanah. Bahkan dalam mengembangkan aktivitasnya,
MIAI juga menerbitkan majalah yang disebut “Suara MIAI”.
Keberhasilan program
baitulmal,
semakin memperluas jangkauan
perkembangan MIAI. Dana yang terkumpul dari program tersebut semata-
mata untuk mengembangkan organisasi dan perjuangan di jalan Allah,
bukan untuk membantu Jepang.
24
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Arah perkembangan MIAI ini mulai dipahami oleh Jepang sebagai organisasi
yang tidak memberi konstribusi terhadap Jepang. Hal tersebut tidak sesuai
dengan harapan Jepang sehingga pada November 1943 MIAI dibubarkan.
Sebagai penggantinya, Jepang membentuk Masyumi (Majelis Syura Muslimin
Indonesia). Harapan dari pembentukan majelis ini adalah agar Jepang dapat
mengumpulkan dana dan dapat menggerakkan umat Islam untuk menopang
kegiatan perang Asia Timur Raya.
Ketua Masyumi ini adalah Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya dijabat oleh
Mas Mansur dan Wahid Hasyim. Orang yang diangkat menjadi penasihat
dalam organisasi ini adalah Ki Bagus Hadikusumo dan Abdul Wahab. Masyumi
sebagai induk organisasi Islam, anggotanya sebagian besar dari para ulama.
Dengan kata lain, para ulama dilibatkan dalam kegiatan pergerakan politik.
Masyumi cepat berkembang, di setiap karesidenan ada cabang Masyumi. Oleh
karena itu, Masyumi berhasil meningkatkan hasil bumi dan pengumpulan
dana. Dalam perkembangannya, tampil tokoh-tokoh muda di dalam
Masyumi antara lain Moh. Natsir, Harsono Cokroaminoto, dan Prawoto
Mangunsasmito. Perkembangan ini telah membawa Masyumi semakin maju
dan warna politiknya semakin jelas. Masyumi berkembang menjadi wadah
untuk bertukar pikiran antara tokoh-tokoh Islam dan sekaligus menjadi
tempat penampungan keluh kesah rakyat. Masyumi menjadi organisasi
massa yang pro rakyat, sehingga menentang keras adanya romusa. Masyumi
menolak perintah Jepang dalam pembentukannya sebagai penggerak
romusa. Dengan demikian Masyumi telah menjadi organisasi pejuang yang
membela rakyat.
Sikap tegas dan berani di kalangan tokoh-tokoh Islam itu akhirnya dihargai
Jepang. Sebagai contoh, pada suatu pertemuan di Bandung, ketika
pembesar Jepang memasuki ruangan, kemudian diadakan acara
seikerei
(sikap menghormati Tenno Heika dengan membungkukkan badan sampai
90 derajat ke arah Tokyo) ternyata ada tokoh yang tidak mau melakukan
seikerei,
yakni Abdul Karim Amrullah (ayah Hamka)
.
Akibatnya, muncul
ketegangan dalam acara itu. Namun, setelah tokoh Islam itu menyatakan
bahwa
seikerei
bertentangan dengan Islam, sebab sikapnya seperti orang
Islam rukuk waktu sholat. Menurut orang Islam rukuk hanya semata-mata
kepada Tuhan dan menghadap ke kiblat. Dari alasan itu, akhirnya orang-
orang Islam diberi kebebasan untuk tidak melakukan
seikerei
.
25
Sejarah Indonesia
d.
Jawa Hokokai
Tahun 1944, situasi Perang Asia Timur Raya mulai berbalik, tentara Sekutu
dapat mengalahkan tentara Jepang di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan
kedudukan Jepang di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu,
Panglima Tentara ke-16, Jenderal Kumaikici Harada membentuk organisasi
baru yang diberi nama
Jawa Hokokai
(Himpunan Kebaktian Jawa)
.
Untuk
menghadapi situasi perang tersebut, Jepang membutuhkan persatuan
dan semangat segenap rakyat baik lahir maupun batin. Rakyat diharapkan
memberikan darma baktinya terhadap pemerintah demi kemenangan
perang. Kebaktian yang dimaksud memuat tiga hal:
1)
mengorbankan diri,
2)
mempertebal persaudaraan, dan
3)
melaksanakan suatu tindakan dengan bukti.
Susunan
dan kepemimpinan organisasi Jawa Hokokai berbeda dengan
Putera. Jawa Hokokai benar-benar organisasi resmi pemerintah. Oleh karena
itu, pimpinan pusat Jawa Hokokai sampai pimpinan daerahnya langsung
dipegang oleh orang Jepang. Pimpinan pusat dipegang oleh
Gunseikan
,
sedangkan penasihatnya adalah Ir. Sukarno dan Hasyim Asy’ari. Di tingkat
daerah (
syu
/
shu
) dipimpin oleh
Syucokan/Shucokan
dan seterusnya sampai
daerah
ku
(desa
)
oleh
Kuco
(kepala desa/lurah)
,
bahkan sampai
gumi
di bawah
pimpinan
Gumico
.
Dengan demikian, Jawa Hokokai memiliki alat organisasi
sampai ke desa-desa, dukuh, bahkan sampai tingkat rukun tetangga
(Gumi
atau
Tonarigumi
).
Tonarigumi
dibentuk untuk mengorganisasikan seluruh
penduduk dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 10-20 keluarga.
Para kepala desa dan kepala dukuh serta ketua RT bertanggung jawab atas
kelompok masing-masing.
Adapun program-program kegiatan Jawa Hokokai sebagai berikut:
1)
melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerintah
Jepang
2)
memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan
semangat persaudaraan, dan
3)
memperkokoh pembelaan tanah air
Jawa Hokokai adalah organisasi pusat yang anggota-anggotanya terdiri atas
bermacam-macam
hokokai
(himpunan kebaktian) sesuai dengan bidang
profesinya. Misalnya
Kyoiku Hokokai
(kebaktian para pendidik guru-guru) dan
Isi Hokokai
(wadah kebaktian para dokter). Jawa Hokokai juga mempunyai
anggota istimewa, seperti
Fujinkai
(organisasi wanita), dan
Keimin Bunka
26
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Shidosho
(Pusat Kebudayaan)
.
Di dalam membantu memenangkan perang,
Jawa Hokokai telah berusaha antara lain dengan pengerahan tenaga dan
memobilisasi potensi sosial ekonomi, misalnya dengan penarikan hasil bumi
sesuai dengan target yang di tentukan.
Organisasi Jawa Hokokai ini tidak berkembang di luar Jawa, sehingga
Golongan nasionalis di luar Jawa kurang mendapatkan wadah. Penguasa di
luar Jawa seperti di Sumatra berpendapat bahwa di Sumatra terdapat banyak
suku, bahasa, dan adat istiadat, sehingga sulit dibentuk organisasi yang
besar dan memusat, kalau ada hanya lokal di tingkat daerah saja. Dengan
demikian, organisasi Jawa Hokokai ini juga dapat berkembang sesuai yang
diinginkan Jepang.
2. Organisasi Semimiliter
Sesuai dengan sifat pemerintahan militer, Jepang berusaha mengembangkan
organisasi militer. Namun, untuk memperkuat pemerintahannya Jepang juga
mengembangkan organisasi-organisasi semimiliter dan pengerahan para
pemuda yang kuat fisiknya.
a.
Pengerahan Tenaga Pemuda
Kelompok pemuda memegang peranan penting di Indonesia, apalagi melihat
jumlahnya yang cukup besar. Menurut penilaian Jepang, para pemuda apalagi
yang tinggal di daerah perdesaan, belum terpengaruh oleh alam pikiran Barat.
Mereka secara fisik cukup kuat, semangat, dan pemberani. Oleh karena
itu, perlu dikerahkan untuk membantu memperkuat posisi Jepang dalam
menghadapi perang. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut,
maka para pemuda dijadikan sasaran utama bagi propaganda Jepang.
Dengan“Gerakan Tiga A
”
serta semboyan “Jepang, Indonesia sama saja,
Jepang saudara tua”
,
tampaknya cukup menarik bagi kalangan pemuda.
Pernyataan Jepang tentang persamaan, dinilai sebagai suatu perubahan baru
dari keadaan di masa Belanda yang begitu diskriminatif.
27
Sejarah Indonesia
Sebelum secara resmi Jepang membentuk organisasi-organisasi semimiliter,
Jepang telah melatih para pemuda untuk menjadi pemuda yang disiplin,
memiliki semangat juang tinggi (
seishin
) dan berjiwa ksatria
(bushido
)
yang
tinggi. Sesuai dengan sifat pemuda yang energik, maka yang ditekankan
kepada para pemuda adalah
seishin
(semangat) dan
bushido
(jiwa satria)
.
Selain itu, juga dikembangkan jiwa disiplin dan menghilangkan rasa
rendah diri. Salah satu cara untuk menanamkan nilat-nilai tersebut kepada
kaum muda adalah dengan pendidikan, baik pendidikan umum maupun
pendidikan khusus. Pendidikan umum, seperti sekolah rakyat (sekolah dasar)
dan sekolah menengah. Sedangkan pendidikan khusus adalah latihan-
latihan yang diadakan oleh Jepang. Latihan-latihan yang diadakan Jepang,
antara lain BPAR (Barisan Pemuda Asia Raya). Wadah ini digunakan untuk
menanamkan semangat Jepang. BPAR diadakan dari tingkat pusat di Jakarta.
Kemudian di daerah-daerah dibentuk Komite Penginsafan Pemuda
,
yang
anggota-anggotanya terdiri atas unsur kepanduan. Bentuk komite seperti ini
sifatnya lokal dan disesuaikan dengan situasi daerah masing-masing.
Barisan Pemuda Asia Raya tingkat pusat diresmikan pada tanggal 11 Juni
1942 dengan pimpinan dr. Slamet Sudibyo dan S.A. Saleh. Sebenarnya,
BPAR bagian dari Gerakan Tiga A. Program latihan di BPAR diadakan dalam
jangka waktu tiga bulan dan jumlah peserta tidak dibatasi. Semua pemuda
boleh masuk mengikuti latihan. Di dalam latihan-latihan tersebut ditekankan
pentingnya semangat dan keyakinan, mengingat mereka akan menjadi
pimpinan para pemuda.
Selain BPAR, Jepang juga membentuk wadah latihan yang disebut
San A
Seinen Kutensho
di bawah Gerakan Tiga A
,
yang diprakarsai oleh H. Shimuzu
dan Wakabayashi
.
Di dalam
San A Seinen Kutensho
latihan diadakan selama
satu setengah bulan. Latihan-latihannya bersifat khusus, yakni ditujukan
kepada para pemuda yang sudah pernah aktif di dalam organisasi, misalnya
kepanduan. Di samping latihan-latihan yang berkaitan dengan kedisiplinan
dan semangat, pemuda juga diajari mengenai pengetahuan-pengetahuan
praktis seperti memasak, merawat rumah, serta berkebun. Selain itu,
pemuda juga diajari bahasa Jepang. Pada tahap pertama pelatihan, telah
dilatih sebanyak 250 orang.
Meskipun telah dibentuk
San A Seinen Kutensho
,
perkumpulan kepanduan
juga masih diadakan, misalnya “Perkemahan Kepanduan Indonesia”
(Perkindo) yang diadakan di Jakarta. Gerakan kepanduan merupakan wadah
28
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012.
Gambar 5.6
Latihan Seinendan.
yang cukup baik untuk membina kader yang penuh semangat dan disiplin.
Perkumpulan ini pernah dikunjungi oleh
Gunseikan
dan tokoh Empat
Serangkai dari Putera.
b.
Organisasi Seinendan
Seinendan
(Korps Pemuda) adalah organisasi para pemuda yang berusia
14-22 tahun. Pada awalnya, anggota Seinendan 3.500 orang pemuda dari
seluruh Jawa. Tujuan dibentuknya Seinendan adalah untuk mendidik dan
melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah
airnya dengan kekuatan sendiri. Bagi Jepang, untuk mendapatkan tenaga
cadangan guna memperkuat usaha mencapai kemenangan dalam perang
Asia Timur Raya, perlu diadakannya pengerahan kekuatan pemuda. Oleh
karena itu, Jepang melatih para pemuda atau para remaja melalui organisasi
Seinendan. Dalam hal ini Seinendan difungsikan sebagai barisan cadangan
yang mengamankan garis belakang.
Pengkoordinasian kegiatan Seinendan ini diserahkan kepada penguasa
setempat. Misalnya di daerah tingkat
syu,
ketuanya
syucokan
sendiri.
Begitu juga di daerah
ken,
ketuanya
kenco
sendiri dan seterusnya. Untuk
memperbanyak jumlah Seinendan
,
Jepang juga menggerakkan Seinendan
29
Sejarah Indonesia
bagian putri yang disebut
Josyi
Seinendan
.
S
ampai pada masa akhir
pendudukan Jepang, jumlah Seinendan itu mencapai sekitar 500.000
pemuda. Tokoh-tokoh Indonesia yang pernah menjadi anggota Seinendan
antara lain, Sukarni dan Latief Hendraningrat.
c. Keibodan
Organisasi
Keibodan
(Korps Kewaspadaan) merupakan organisasi semimiliter
yang anggotanya para pemuda yang berusia antara 25-35 tahun. Ketentuan
utama untuk dapat masuk Keibodan adalah mereka yang berbadan sehat
dan berkelakuan baik. Apabila dilihat dari usianya, para anggota Keibodan
sudah lebih matang dan siap untuk membantu Jepang dalam keamanan
dan ketertiban. Pembentukan Keibodan ini memang dimaksudkan untuk
membantu tugas polisi, misalnya menjaga lalu lintas dan pengamanan desa.
Untuk itu anggota Keibodan juga dilatih kemiliteran. Pembina keibodan
adalah Departemen Kepolisian
(Keimubu)
dan di daerah
syu (shu)
dibina oleh
Bagian Kepolisian
(Keisatsubu)
.
Di kalangan orang-orang Cina juga dibentuk
Keibodan yang dinamakan
Kakyo Keibotai.
Sumber: PETA: Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa dan Sumatera 1942-1945, 1996.
Gambar 5.7
Chudancho Latief Hendraningrat sedang memberikan pelajaran.
30
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan keibodan maka Jepang
mengadakan program latihan khusus untuk para kader. Latihan khusus
tersebut diselenggarakan di sekolah Kepolisian di Sukabumi. Jangka waktu
latihan tersebut selama satu bulan. Mereka dibina secara khusus dan diawasi
secara langsung oleh para polisi Jepang. Mereka tidak boleh terpengaruh
oleh kaum nasionalis.
Organisasi Seinendan dan Keibodan dibentuk di daerah-daerah seluruh
Indonesia, meskipun namanya berbeda-beda. Misalnya di Sumatra disebut
Bogodan
dan di Kalimantan disebut
Borneo Konan Kokokudan
.
Jumlah
anggota Seinendan diperkirakan mencapai dua juta orang dan keibodan
mencapai sekitar satu juta anggota.
Selain Seinendan dan Keibodan
,
pada bulan Agustus 1943 juga dibentuk
Fujinkai
(Perkumpulan Wanita). Anggotanya minimal harus berusia 15 tahun.
Fujinkai
bertugas di garis belakang untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kesehatan masyarakat melalui kegiatan pendidikan dan kursus-kursus.
Ketika situasi perang semakin memanas, Fujinkai ini juga diberi latihan
militer sederhana, bahkan pada tahun 1944 dibentuk “Pasukan Srikandi”.
Organisasi sejenis juga dibentuk untuk usia murid SD yang disebut
Seinentai
(barisan murid sekolah dasar), kemudian dibentuk
Gakukotai
(barisan murid
sekolah lanjutan).
d.
Barisan Pelopor
Pada pertengahan tahun 1944, diadakan rapat
Chuo-Sangi-In
(Dewan
Pertimbangan Pusat)
.
Salah satu keputusan rapat tersebut adalah
merumuskan cara untuk menumbuhkan keinsyafan dan kesadaran yang
mendalam di kalangan rakyat untuk memenuhi kewajiban dan membangun
persaudaraan untuk seluruh rakyat dalam rangka mempertahankan tanah
airnya dari serangan musuh. Sebagai wujud konkret dari kesimpulan rapat itu
maka pada tanggal 1 November 1944, Jepang membentuk organisasi baru
yang dinamakan “Barisan Pelopor”. Melalui organisasi ini diharapkan adanya
kesadaran rakyat untuk berkembang, sehingga siap untuk membantu Jepang
dalam mempertahankan Indonesia.Organisasi semimiliter “Barisan Pelopor”
ini tergolong unik karena pemimpinnya adalah seorang nasionalis, yakni Ir.
Sukarno, yang dibantu oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran
Martoatmojo.
31
Sejarah Indonesia
Organisasi “Barisan Pelopor” berkembang di daerah perkotaan. Organisasi
ini mengadakan pelatihan militer bagi para pemuda, meskipun hanya
menggunakan peralatan yang sederhana, seperti senapan kayu dan bambu
runcing. Di samping itu, mereka juga dilatih bagaimana menggerakkan
massa, memperkuat pertahanan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
kesejahteraan rakyat. Keanggotaan dari Barisan Pelopor ini mencakup
seluruh pemuda, baik yang terpelajar maupun yang berpendidikan rendah,
atau bahkan tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Keanggotaan yang
heterogen ini justru diharapkan menimbulkan semangat solidaritas yang
tinggi, sehingga timbul ikatan emosional dan semangat kebangsaan yang
tinggi.
Barisan Pelopor ini berada di bawah naungan Jawa Hokokai. Anggotanya
mencapai 60.000 orang. Di dalam Barisan Pelopor ini, dibentuk Barisan
Pelopor Istimewa yang anggotanya dipilih dari asrama-asrama pemuda
yang terkenal. Anggota Barisan Pelopor Istimewa berjumlah 100 orang, di
antaranya ada Supeno, D.N. Aidit, Johar Nur, dan Asmara Hadi. Ketua Barisan
Pelopor Istimewa adalah Sudiro. Barisan Pelopor Istimewa berada di bawah
kepemimpinan para nasionalis. Oleh karena itu, organisasi Barisan Pelopor
ini berkembang pesat. Dengan adanya organisasi ini, semangat nasionalisme
dan rasa persaudaraan di lingkungan rakyat Indonesia menjadi berkobar.
e. Hizbullah
Pada tanggal 7 September 1944, PM Jepang,
Kaiso
mengeluarkan janji
tentang kemerdekaan untuk Indonesia. Sementara keadaan di medan
perang, Jepang mengalami berbagai kekalahan. Jepang mulai merasakan
berbagai kesulitan. Keadaan tersebut memicu Jepang untuk menambah
kekuatan yang telah ada. Jepang merencanakan untuk membentuk pasukan
cadangan khusus dan pemuda-pemuda Islam sebanyak 40.000 orang.
Rencana Jepang untuk membentuk pasukan khusus Islam tersebut, cepat
tersebar di tengah masyarakat. Rencana ini segera mendapat sambutan
positif dari tokoh-tokoh Masyumi, sekalipun motivasinya berbeda. Begitu
pula para pemuda Islam lainnya, mereka menyambut dengan penuh
antusias. Bagi Jepang, pasukan khusus Islam itu digunakan untuk membantu
memenangkan perang, tetapi bagi Masyumi pasukan itu digunakan untuk
32
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
persiapan menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia. Berkaitan dengan hal
itu maka para pemimpin Masyumi mengusulkan kepada Jepang untuk
membentuk pasukan sukarelawan yang khusus terdiri atas pemuda-pemuda
Islam. Oleh karena itu, pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan
sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan
Hizbullah
(Tentara Allah) yang
dalam istilah Jepangnya disebut
Kaikyo Seinen Teishinti.
Tugas pokok Hizbullah
adalah sebagai berikut:
1)
Sebagai tentara cadangan dengan tugas:
a)
melatih diri jasmani maupun rohani dengan segiat-giat
nya,
b)
membantu tentara
Dai Nippon
,
c)
menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh, dan
d)
menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepen
tingan
perang.
2)
Sebagai pemuda Islam, dengan tugas:
a)
menyiarkan agama Islam,
b)
memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama, dan
c)
membela agama dan umat Islam Indonesia.
Untuk mengoordinasikan program dan kegiatan Hizbullah, maka dibentuk
pengurus pusat Hizbullah. Ketua pengurus pusat Hizbullah adalah KH. Zainul
Arifin, dan wakilnya adalah Moh. Roem. Anggota pengurusnya antara lain,
Prawoto Mangunsasmito, Kiai Zarkasi, dan Anwar Cokroaminoto.
Setelah itu, dibuka pendaftaran untuk anggota Hizbullah. Pada tahap
pertama pendaftaran melalui
Syumubu
(kantor Agama). Setiap keresidenan
diminta mengirim 25 orang pemuda Islam, rata-rata mereka para pemuda
berusia 17-25 tahun. Berdasarkan usaha tersebut, terkumpul 500 orang
pemuda. Para anggota Hizbullah ini kemudian dilatih secara kemiliteran
dan dipusatkan di Cibarusa, Bogor, Jawa Barat. Pada tanggal 28 Februari
1945, latihan secara resmi dibuka oleh pimpinan tentara Jepang. Pembukaan
latihan ini dihadiri oleh pengurus Masyumi, seperti K.H. Hasyim Asyari, K.H.
Wahid Hasyim, dan Moh. Natsir. Dalam pidato pembukaannya, pimpinan
tentara Jepang menegaskan bahwa para pemuda Islam dilatih agar menjadi
kader dan pemimpin barisan Hizbullah. Tujuannya adalah agar para pemuda
dapat mengatasi kesukaran perang dengan hati tabah dan iman yang
teguh. Para pelatihnya berasal dari komandan-komandan Peta
dan di bawah
pengawasan perwira Jepang, Kapten
Yanagawa Moichiro
(pemeluk Islam,
yang kemudian menikah dengan seorang putri dari Tasik).
33
Sejarah Indonesia
Latihan dilakukan di Cibarusa selama tiga setengah bulan. Program
latihannya di samping keterampilan fisik kemiliteran, juga dalam bidang
mental rohaniah. Keterampilan fisik kemiliteran dilatih oleh para komandan
Peta, sedangkan bidang mental kerohanian dilatih oleh K.H. Mustafa Kamil
(bidang kekebalan), K.H. Mawardi (bidang tauhid), K.H. Abdul Halim (bidang
politik), dan Kiai Tohir Basuki (bidang sejarah). Sementara itu, sebagai ketua
asrama adalah K.H. Zainul Arifin.
Latihan di Cibarusa berhasil membina kader-kader pejuang yang militan.
Pelatihan itu juga menumbuhkan semangat nasionalisme para kader
Hizbullah. Setelah selesai pelatihan, mereka kembali ke daerah masing-masing
untuk membentuk cabang-cabang Hizbullah beserta program pelatihannya.
Dengan demikian, berkembanglah kekuatan Hizbullah di berbagai daerah
Para anggota Hizbullah menyadari bahwa tanah Jawa adalah pusat
pemerintahan tanah air Indonesia maka harus dipertahankan. Apabila
Jawa yang merupakan garis terdepan diserang musuh, Hizbullah akan
mempertahankan dengan penuh semangat. Semangat ini tentu pada
hakikatnya bukan karena untuk membantu Jepang, tetapi demi tanah air
Indonesia. Jika Barisan Pelopor disebut sebagai organisasi semimiliter di
bawah naungan Jawa Hokokai, maka Hizbullah merupakan organisasi
semimiliter berada di bawah naungan Masyumi.
»
Mengapa Jepang memilih untuk membentuk pasukan cadangan
yang begitu besar dari umat Islam? Apa alasannya? Coba lakukan
telaah tentang hal itu!
3. Organisasi Militer
a.
Heiho
Heiho
(Pasukan Pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung
ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang, baik Angkatan Darat maupun
Angkatan Laut. Syarat-syarat untuk menjadi tentara Heiho antara lain:
1) umur 18-25 tahun
2) berbadan sehat
3) berkelakuan baik, dan
4) berpendidikan minimal sekolah dasar.
34
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Tujuan pembentukan Heiho adalah membantu tentara Jepang. Kegiatannya
antara lain, membangun kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan,
dan membantu perang tentara Jepang di medan perang. Sebagai contoh,
banyak anggota Heiho yang ikut perang melawan tentara Amerika Serikat di
Kalimantan, Irian, bahkan ada yang sampai ke Birma.
Organisasi Heiho lebih terlatih di dalam bidang militer dibanding dengan
organisasi-organisasi lain. Kesatuan Heiho merupakan bagian integral dari
pasukan Jepang. Mereka sudah dibagi-bagi menurut kompi dan dimasukkan
ke kesatuan Heiho menurut daerahnya, di Jawa menjadi bagian Tentara ke-
16 dan di Sumatera menjadi bagian Tentara ke-25. Selain itu, juga sudah
terbagai menjadi Heiho bagian angkatan darat, angkatan laut, dan juga bagian
Kempeitei
(kepolisian). Dalam Heiho, telah ada pembagian tugas, misalnya
bagian pemegang senjata antipesawat, tank, artileri, dan pengemudi.
Sejak berdiri sampai akhir pendudukan Jepang, diperkirakan jumlah anggota
Heiho mencapai sekitar 42.000 orang dan sebagian besar sekitar 25.000
berasal dari Jawa. Namun,dari sekian banyak anggota Heiho tidak seorang
pun yang berpangkat perwira, karena pangkat perwira hanya untuk orang
Jepang.
Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012.
Gambar 5.8
Latihan militer dalam Heiho.
35
Sejarah Indonesia
b.
Peta
Sekalipun tidak dapat dilepaskan dari rasa ketakutan akan adanya serangan
Sekutu, Jepang berusaha agar Indonesia dapat dipertahankan dari serangan
Sekutu. Heiho sebagai pasukan yang terintegrasi dengan pasukan Jepang
masih dipandang belum memadai. Jepang masih berusaha agar ada
pasukan yang secara konkret mempertahankan Indonesia. Oleh karena itu,
Jepang berencana membentuk pasukan untuk mempertahankan tanah air
Indonesia yang disebut Pasukan Pembela Tanah Air (Peta). Jepang berupaya
mempertahankan Indonesia dari serangan Sekutu secara sungguh-sungguh.
Hal ini bisa saja didasari oleh rasa was-was yang makin meningkat karena
situasi di medan perang yang bertambah sulit sehingga di samping Heiho,
Jepang juga membentuk organisasi Peta
.
Peta adalah organisasi militer yang pemimpinnya bangsa Indonesia yang
mendapatkan latihan kemiliteran
.
Mula-mula yang ditugasi untuk melatih
anggota Peta adalah seksi khusus dari bagian intelijen yang disebut
Tokubetsu
Han.
Bahkan sebelum ada perintah pembentukan Peta, bagian
Tokuhetsu
Han
sudah melatih para pemuda Indonesia untuk tugas intelijen. Latihan
tugas intelijen dipimpin oleh Yanagawa.
Latihan Peta itu kemudian berkembang secara sistematis dan terprogram.
Penyelenggaraannya berada di dalam
Seinen Dojo
(Panti Latihan Pemuda)
yang terletak di Tangerang. Mula-mula anggota yang dilatih hanya 40 orang
dari seluruh Jawa.
Pada akhir latihan angkatan ke-2 di
Seinen Dojo,
keluar perintah dari Panglima
tentara Jepang Letnan Jenderal Kumaikici Harada untuk membentuk Tentara
“Pembela Tanah Air”(Peta). Berkaitan dengan itu, Gatot Mangkuprojo
diminta untuk mengajukan rencana pembentukan organisasi Tentara
Pembela Tanah Air. Akhirnya, pada tanggal 3 Oktober 1943 secara resmi
berdirilah Peta. Berdirinya Peta ini berdasarkan peraturan dari pemerintah
Jepang yang disebut
Osamu
Seinendan
,
nomor 44. Berdirinya Peta ternyata
mendapat sambutan hangat di kalangan pemuda. Banyak di antara para
pemuda yang tergabung dalam Seinendan mendaftarkan diri menjadi
anggota Peta. Anggota Peta yang bergabung berasal dari berbagai golongan
di dalam masyarakat.
36
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Peta sudah mengenal adanya jenjang kepangkatan dalam organisasi,
misalnya
daidanco
(komandan batalion),
cudanco
(komandan kompi),
shodanco
(komandan peleton),
bundanco
(komandan regu), dan
giyuhei
(prajurit sukarela). Pada umumnya, para perwira yang menjadi komandan
batalion atau
daidanco
dipilih dari kalangan tokoh-tokoh masyarakat atau
orang-orang yang terkemuka, misalnya pegawai pemerintah, pemimpin
agama, politikus, dan penegak hukum. Untuk
cudanco
dipilih dari mereka
yang sudah bekerja, tetapi pangkatnya masih rendah, misalnya guru-guru
sekolah.
Shodanco
dipilih dari kalangan pelajar sekolah lanjutan. Adapun
budanco
dan
giyuhei
dipilih dari para pemuda tingkat sekolah dasar.
Untuk mencapai tingkat perwira Peta, para anggota harus mengikuti
pendidikan khusus. Pertama kali pendidikan itu dilaksanakan di Bogor
dalam lembaga pelatihan yang diberi nama Korps Latihan Pemimpin
Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa (
Jawa Boei Giyugun Kanbu
Kyoikutai
). Setelah menyelesaikan pelatihan, mereka ditempatkan di
berbagai
daidan
(batalion) yang tersebar di Jawa, Madura, dan Bali.
Menurut struktur organisasi kemiliteran, Peta tidak secara resmi ditempatkan
Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012.
Gambar 5.9
Seleksi penerimaan calon tentara Peta.
37
Sejarah Indonesia
pada struktur organisasi tentara Jepang. Hal ini memang berbeda dengan
Heiho. Peta dimaksudkan sebagai pasukan gerilya yang membantu melawan
apabila sewaktu-waktu terjadi serangan dari pihak musuh. Jelasnya,
Peta bertugas membela dan mempertahankan tanah air Indonesia dari
serangan Sekutu. Dalam kedudukannya di struktur organisasi militer Jepang,
Peta memiliki kedudukan yang lebih bebas atau fleksibel dan dalam hal
kepangkatan ada orang Indonesia yang sampai mencapai perwira. Oleh
karena itu, banyak di antara berbagai lapisan masyarakat yang tertarik untuk
menjadi anggota Peta. Sampai akhir pendudukan Jepang, anggota Peta
ada sekitar 37.000 orang di Jawa dan sekitar 20.000 orang di Sumatra. Di
Sumatra namanya lebih terkenal dengan
Giyugun
(prajurit-prajurit sukarela).
Orang-orang Peta inilah yang akan banyak berperan di bidang ketentaraan
di masa-masa berikutnya. Beberapa tokoh terkenal di dalam Peta, antara lain
Supriyadi dan Sudirman.
Memahami uraian tentang pendudukan Jepang seperti diterangkan di depan,
menunjukkan bahwa Jepang sebenarnya memerintah dengan otoriter,
bersifat tirani. Semua organisasi yang dibentuk diarahkan untuk kepentingan
perang. Oleh karena itu, program pendidikan bersifat militer.
38
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
KESIMPULAN
1.
Organisasi pergerakan di zaman pendudukan Jepang berdiri karena
prakarsa Jepang.
2.
Ada organisasi yang kooperatif, tetapi ada gerakan bawah tanah.
3.
Organisasi yang bersifat sosial kemasyarakatan misalnya Gerakan Tiga A,
Putera, dan Jawa Hokokai.
4.
Organisasi bersifat militer dan semimiliter antara lain: Seinendan,
Keibodan, Barisan Pelopor, Heiho, dan Peta.
5.
Sifat pemerintahan pendudukan Jepang di Indonesia cenderung otoriter
dan bersifat tirani.
6.
Meskipun zaman pendudukan Jepang disebut sebagai zaman edan oleh
orang-orang Jawa (lihat Ben Anderson,
Java in a Time at Revolution
,
bab I), namun mempunyai pengaruh yang cukup kuat bagi pertumbuhan
nasionalisme Indonesia, khususnya dalam penyebarluasan bahasa
Indonesia. Selain itu, peran pemuda makin meningkat serta keyakinan
bahwa bangsa Indonesia pun bisa maju seperti Jepang jika mau belaja
r.
39
Sejarah Indonesia
1.
Bagaimana penilaianmu tentang organisasi pergerakan di Indonesia
pada masa pendudukan Jepang? Terdapat dua model strategi, ada
yang bersifat kooperatif dengan Jepang, tetapi ada nonkooperatif atau
gerakan bawah tanah. Jelaskan secara kritis!
2.
Dalam pelaksanaan pemerintahan, wilayah Indonesia dibagi-bagi dari
tingkat karesidenan sampai desa. Mengapa dan apa alasan Jepang?
3.
Bagaimana penilaianmu berhasilkah taktik Jepang untuk menguasai
Indonesia dengan berbagai propaganda, “Jepang saudara tua”, Pan-
Asia dengan “Gerakan Tiga A”?
4.
Mengapa Jepang begitu semangat untuk membentuk organisasi-
organisasi militer dan semimiliter di Indonesia?
5. Bagaimana sifat pendudukan Jepang di Indonesia?
6.
Bagaimana pandangan dan penilaianmu tentang sikap tokoh-tokoh
Indonesia yang mau duduk sebagai pengurus dan anggota dari
berbagai organisasi pergerakan yang dibentuk Jepang? Apakah luntur
semangat nasionalismenya? Jelaskan!
LATIH UJI KOMPETENSI
40
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Tugas
Buatlah karya tulis tentang kisah sejarah dengan Tema: Jepang “Saudara
Tua”.
1.
Kamu dapat mencari koran, majalah, atau buku-buku yang mendukung
untuk membuat karya tulis tersebut.
2.
Dapat juga kamu mencari seorang narasumber, yang mengalami hidup
pada masa pendudukan Jepang di daerah sekitar tempat tinggalmu
untuk diwawancarai.
3.
Sebelum melakukan wawancara:
a.
Buatlah daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan!
b.
Bawalah buku catatan atau alat perekam untuk merekam
informasi saat berlangsungnya wawancara!
c.
Jangan lupa membawa kamera untuk melakukan
pendokumentasian yang sekiranya kamu anggap penting!
d. Setelah wawancara, buatlah transkrip hasil wawancaramu!
e.
Kemudian, buatlah laporan dalam bentuk esai sekitar 10
halaman!
41
Sejarah Indonesia
C
.
Pengerahan dan Penindasan Versus Perlawanan
»
Coba amati baik-baik gambar atau ilustrasi di atas!
1.
Gambar apakah kira-kira?
2.
Mengapa peristiwa seperti pada gambar itu terjadi?
3.
Ya, gambar di atas menunjukkan sebuah fakta tentang
romusa yang harus bekerja rodi di bawah kekejaman Jepang.
Bagaimana penilaianmu tentang kenyataan itu bila kita lihat
dari hakikat dan martabat sebagai manusia Indonesia?
Di balik senyum manis dan propaganda yang menjanjikan, ternyata Jepang
bertindak kejam. Jepang telah mengerahkan semua potensi dan kekuatan
yang ada untuk menopang perang yang sedang mereka hadapi untuk
melawan Sekutu. Jepang juga menguras aset kekayaan yang dimiliki Indonesia
untuk memenangkan perang dan melanjutkan industri di negerinya.
Mengamati Lingkungan
Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012.
Gambar 5.10
Pengerahan romusa yang sedang bekerja.
42
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Nah, uraian berikut akan membahas mengenai kebijakan dan tindakan
Jepang dalam mengerahkan semua kekuatan yang ada di Indonesia dan
juga kekejaman Jepang dalam berbagai bentuk kerja paksa, serta kebijakan-
kebijakan lain yang menyakitkan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, wajar jika
kemudian muncul berbagai perlawanan.
1. Ekonomi Perang
Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, diterapkan konsep “Ekonomi
perang”. Artinya, semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk
menopang kegiatan perang. Perlu dipahami bahwa sebelum memasuki PD
II, Jepang sudah berkembang menjadi negara industri dan sekaligus menjadi
kelompok negara imperialis di Asia. Oleh karena itu, Jepang melakukan
berbagai upaya untuk memperluas wilayahnya. Sasaran utamanya antara
lain Korea dan Indonesia. Dalam bidang ekonomi, Indonesia sangat menarik
bagi Jepang. Sebab Indonesia merupakan kepulauan yang begitu kaya akan
berbagai hasil bumi, pertanian, tambang, dan lain-lainnya. Kekayaan Indonesia
tersebut sangat cocok untuk kepentingan industri Jepang. Indonesia juga
dirancang sebagai tempat penjualan produk-produk industrinya. Meletusnya
PD II pada hakikatnya merupakan wujud konkret dari ambisi dan semangat
imperialisme masing-masing negara untuk memperluas daerah kekuasaannya.
Oleh karena itu, pada saat berkobarnya PD II, Indonesia benar-benar menjadi
sasaran perluasan pengaruh kekuasaan Jepang. Bahkan, Indonesia kemudian
menjadi salah satu benteng pertahanan Jepang untuk membendung gerak
laju kekuatan tentara Serikat dan melawan kekuatan Belanda.
Setelah berhasil menguasai Indonesia, Jepang mengambil kebijakan dalam
bidang ekonomi yang sering disebut
self help.
Hasil perekonomian di
Indonesia dijadikan modal untuk mencukupi kebutuhan pemerintahan
Jepang yang sedang berkuasa di Indonesia. Kebijakan Jepang itu juga
sering disebut dengan Ekonomi Perang. Untuk lebih jelasnya perlu dilihat
bagaimana tindakan-tindakan Jepang dalam bidang ekonomi di Indonesia.
Ekonomi uang yang pernah dikembangkan masa pemerintahan Belanda
tidak lagi populer.
Memahami Teks
43
Sejarah Indonesia
Nah, uraian berikut akan membahas mengenai kebijakan dan tindakan
Jepang dalam mengerahkan semua kekuatan yang ada di Indonesia dan
juga kekejaman Jepang dalam berbagai bentuk kerja paksa, serta kebijakan-
kebijakan lain yang menyakitkan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, wajar jika
kemudian muncul berbagai perlawanan.
1. Ekonomi Perang
Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, diterapkan konsep “Ekonomi
perang”. Artinya, semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk
menopang kegiatan perang. Perlu dipahami bahwa sebelum memasuki PD
II, Jepang sudah berkembang menjadi negara industri dan sekaligus menjadi
kelompok negara imperialis di Asia. Oleh karena itu, Jepang melakukan
berbagai upaya untuk memperluas wilayahnya. Sasaran utamanya antara
lain Korea dan Indonesia. Dalam bidang ekonomi, Indonesia sangat menarik
bagi Jepang. Sebab Indonesia merupakan kepulauan yang begitu kaya akan
berbagai hasil bumi, pertanian, tambang, dan lain-lainnya. Kekayaan Indonesia
tersebut sangat cocok untuk kepentingan industri Jepang. Indonesia juga
dirancang sebagai tempat penjualan produk-produk industrinya. Meletusnya
PD II pada hakikatnya merupakan wujud konkret dari ambisi dan semangat
imperialisme masing-masing negara untuk memperluas daerah kekuasaannya.
Oleh karena itu, pada saat berkobarnya PD II, Indonesia benar-benar menjadi
sasaran perluasan pengaruh kekuasaan Jepang. Bahkan, Indonesia kemudian
menjadi salah satu benteng pertahanan Jepang untuk membendung gerak
laju kekuatan tentara Serikat dan melawan kekuatan Belanda.
Setelah berhasil menguasai Indonesia, Jepang mengambil kebijakan dalam
bidang ekonomi yang sering disebut
self help.
Hasil perekonomian di
Indonesia dijadikan modal untuk mencukupi kebutuhan pemerintahan
Jepang yang sedang berkuasa di Indonesia. Kebijakan Jepang itu juga
sering disebut dengan Ekonomi Perang. Untuk lebih jelasnya perlu dilihat
bagaimana tindakan-tindakan Jepang dalam bidang ekonomi di Indonesia.
Ekonomi uang yang pernah dikembangkan masa pemerintahan Belanda
tidak lagi populer.
Memahami Teks
Pada waktu Jepang mendarat di Indonesia pada tahun 1942, ternyata
tentara Hindia Belanda telah membumihanguskan objek-objek vital yang ada
di Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar Jepang mengalami kesulitan dalam
upaya menguasai Indonesia. Akibat dari pembumihangusan itu, keadaan
perekonomian di Indonesia menjadi lumpuh pada awal pendudukan Jepang.
Sehubungan dengan keadaan tersebut, langkah pertama yang diambil
Jepang adalah melakukan pengawasan dan perbaikan prasarana ekonomi.
Beberapa prasarana seperti jembatan, alat transportasi, telekomunikasi,
dan bangunan-bangunan diperbaiki. Kemudian beberapa peraturan yang
mendukung program pengawasan kegiatan ekonomi dikeluarkan termasuk
ditetapkannya peraturan pengendalian kenaikan harga. Bagi mereka yang
melanggar, akan dijatuhi hukuman berat.
»
Apa yang dimaksud dengan Ekonomi Perang itu? Coba jelaskan!
Sementara itu, bidang perkebunan di masa Jepang mengalami kemunduran.
Hal ini berkaitan dengan kebijakan Jepang yang memutuskan hubungan
dengan Eropa (yang merupakan pusat perdagangan dunia). Karena tidak
perlu memperdagangkan hasil perkebunan yang laku di pasaran dunia,
seperti tebu (gula), tembakau, teh, dan kopi, maka Jepang tidak lagi
mengembangkan jenis tanaman tersebut. Bahkan tanah-tanah perkebunan
diganti menjadi tanah pertanian sesuai dengan kebutuhan Jepang. Tanah-
tanah itu diganti dengan tanaman padi untuk menghasilkan bahan makanan
dan bahan-bahan lain yang sangat dibutuhkan, misalnya jarak. Tanaman
jarak waktu itu sangat dibutuhkan karena dapat digunakan sebagai minyak
pelumas mesin-mesin, termasuk mesin pesawat terbang. Tanaman kina juga
sangat dibutuhkan, yaitu untuk membuat obat antimalaria, sebab penyakit
malaria sangat mengganggu dan melemahkan kemampuan tempur para
prajurit. Pabrik obat yang sudah ada di Bandung sejak zaman Belanda terus
dihidupkan. Tanaman tebu di Jawa juga mulai dikurangi. Pabrik-pabrik gula
sebagian besar mulai ditutup. Penderesan getah karet di Sumatera mulai
dihentikan. Tanaman-tanaman tembakau, teh, dan kopi di berbagai tempat
dikurangi. Oleh karena itu, pada masa Jepang ini, hasil-hasil perkebunan
sangat menurun. Produksi karet juga turun menjadi seperlimanya produksi
tahun 1941. Pada tahun 1943 produksi teh turun menjadi sepertiganya dari
zaman Hindia Belanda. Beberapa pabrik tekstil juga mulai ditutup karena
pengadaan kapas dan benang begitu sulit. Dalam bidang transportasi,
Jepang merasakan kekurangan kapal-kapal. Oleh karena itu, Jepang terpaksa
mengadakan industri kapal angkut dari kayu. Jepang juga membuka pabrik
mesin, paku, kawat, dan baja pelapis granat, tetapi semua usaha itu tidak
berkembang lancar karena kekurangan suku cadang.
44
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Kebutuhan pangan untuk menopang perang semakin meningkat, sehingga
kegiatan penanaman untuk menghasilkan bahan pangan terus ditingkatkan.
Dalam hal ini, organisasi Jawa Hokokai giat melakukan kampanye untuk
meningkatkan usaha pengadaan pangan terutama beras dan jagung. Tanah
pertanian baru, bekas perkebunan dibuka untuk menambah produksi
beras. Di Sumatra Timur, daerah bekas perkebunan yang luasnya ribuan
hektar ditanami kembali sehingga menjadi daerah pertanian baru. Di tanah
Karo juga dibuka lahan pertanian baru dengan menggunakan tenaga para
tawanan. Di Kalimantan dan Sulawesi juga dibuka tanah pertanian baru untuk
menambah hasil beras. Untuk kepentingan penambahan lahan pertanian
ini, Jepang melakukan penebangan hutan secara liar dan besar-besaran. Di
Pulau Jawa dilakukan penebangan hutan secara liar sekitar 500.000 hektar.
Penebangan hutan secara liar dan berlebihan tersebut mengakibatkan hutan
menjadi gundul, sehingga timbullah erosi dan banjir pada musim penghujan.
Penebangan hutan secara liar tersebut juga berdampak pada berkurangnya
sumber mata air. Dengan demikian, sekalipun tanah pertanian semakin luas,
tetapi kebutuhan pangan tetap tidak tercukupi.
»
Bagaimana pendapat kamu tentang kebijakan Jepang tentang
penebangan hutan secara besar-besaran untuk membuka lahan
pertanian sebagau paya menambah bahan pangan!
Pemerintahan Jepang juga membuat berbagai kebijakan dalam bidang
pertanian. Kebijakan itu diantaranya yaitu kebijakan untuk “wajib serah
padi”. Kebijakan ini menjadikan Jawa sebagai “Lingkungan Kemakmuran
Bersama Asia Timur Raya”. Kebijakan ini melibatkan seluruh Asia Tenggara
serta Asia Timur. Juga kebijakan dalam penanaman jenis-jenis tanaman baru,
seperti kapas, yute-rosela, rami, dan jarak. Keadaan ini semakin menambah
beban bagi pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia. Untuk mengatasi
keadaan ini kemudian pemerintah pendudukan Jepang mengeluarkan
beberapa ketentuan yang sangat ketat yang terkait dengan produksi padi.
a)
Padi berada langsung di bawah pengawasan pemerintah Jepang.
Hanya pemerintah Jepang yang berhak mengatur untuk produksi,
pungutan dan penyaluran padi serta menentukan harganya. Dalam
kaitan ini Jepang telah membentuk badan yang diberi nama
Shokuryo
Konri Zimusyo
(Kantor Pengelolaan Pangan).
b)
Penggiling dan pedagang padi tidak boleh beroperasi sendiri, harus
diatur oleh Kantor Pengelolaan Pangan.
45
Sejarah Indonesia
c)
Para petani harus menjual hasil produksi padinya kepada pemerintah
sesuai dengan kuota yang telah ditentukan dengan harga yang telah
ditetapkan pemerintah Jepang. Begitu juga padi harus diserahkan ke
penggilingan padi yang sudah ditunjuk pemerintah Jepang. Dalam hal
ini, berlaku ketentuan hasil keseluruhan produksi, petani berhak 40%,
kemudian 30% disetor kepada pemerintah melalui penggilingan yang
telah ditunjuk, dan 30% sisanya untuk persiapan bibit dengan disetor
ke lumbung desa.
Selama pendudukan Tirani Jepang kehidupan petani semakin merosot.
Mereka tidak bisa menikmati hasil jerih payahnya sebagai petani. Karena
hasil pertaniannya harus dijual dengan harga yang sudah ditentukan
Jepang (boleh dikatakan diserahkan kepada penguasa Jepang), sehingga
kehidupannya menjadi semakin menderita. Sebelum panen petani harus
melaporkan kepada
kucho
(kepala desa).
Kucho
inilah yang menjadi ujung
tombak pengumpulan hasil panen dari petani. Hasil panen itu ditimbang
dengan ukuran “kintalan” (atau kuintal yang sama dengan 100 kg), pada
hal sebelumnya menggunakan ukuran
dacin
( satu
dacin
kira-kira 65 kg) (Her
Suganda,
Rengasdengklok
, 2009)
Sumber : Sejarah Nasional Indonesia VI, 1984 .
Gambar 5.11.
Pengangkutan hasil padi yang akan dijual dan diserahkan kepada Jepang
46
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Dalam rangka mengendalikan kebijakan di bidang ekonomi, maka semua
objek vital dan alat-alat produksi dikuasai oleh Jepang dan di bawah
pengawasan yang sangat ketat. Pemerintah Jepang juga mengeluarkan
peraturan untuk menjalankan perekonomian di bidang perkebunan.
Perkebunan-perkebunan diawasi dan dipegang sepenuhnya oleh pemerintah
Jepang. Banyak perkebunan yang dirusak dan diganti dengan tanaman
yang sesuai untuk keperluan biaya perang. Rakyat dilarang menanam tebu
dan membuat gula. Beberapa perusahaan swasta Jepang yang menangani
pabrik gula adalah
Meiji Seito Kaisya.
Akibat kebijakan Jepang ini, tingkat
kesejahteraan bangsa Indonesia terus merosot.
Dengan diterapkannya kebijakan ekonomi perang itu, ekonomi uang yang
pernah dikembangkan masa pemerintahan Hindia Belanda tidak begitu
populer. Bahkan bank-bank yang pernah dikembangkan pemerintah Hindia
Belanda dilikuidasi. Semua aset bank disita. Selanjutnya, pada bulan April
1942, diumumkan suatu banking-moratorium tentang adanya penangguhan
pembayaran kewajiban-kewajiban bank. Beberapa bulan kemudian, pimpinan
tentara Jepang untuk Pulau Jawa, yang berada di Jakarta, mengeluarkan
ordonansi berupa perintah likuidasi untuk seluruh bank Belanda, Inggris,
dan beberapa bank Cina. Ordonansi serupa juga dikeluarkan oleh komando
militer Jepang di Singapura untuk bank-bank di Sumatera, sedangkan
kewenangan likuidasi bank-bank di Kalimantan dan
Great East
diberikan
kepada
Navy Ministry
di Tokyo.
Fungsi dan tugas bank-bank yang dilikuidasi tersebut, kemudian diambil
alih oleh bank-bank Jepang, seperti
Yokohama Specie Bank, Taiwan Bank,
dan
Mitsui Bank
,
yang pernah ada sebelumnya dan ditutup oleh Belanda
ketika mulai pecah perang. Sebagai bank sirkulasi di Pulau Jawa,
Javache
Bank
dilikuidasi dibentuklah
Nanpo Kaihatsu Ginko
yang melanjutkan tugas
tentara pendudukan Jepang dalam mengedarkan
invansion money
yang
dicetak di Jepang dalam tujuh denominasi, mulai dari satu hingga sepuluh
gulden
.Uang Belanda kemudian digantikan oleh uang Jepang.
»
Dengan berbagai ketentuan pemerintah Jepang tersebut, coba
bandingkan dengan kegiatan monopoli yang dilakukan pada zaman
Hindia Belanda! Adakah persamaannya? Coba lakukan telaah kritis
tentang hal itu!
47
Sejarah Indonesia
2. Pengendalian di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan
Pemerintah Jepang mulai membatasi kegiatan pendidikan. Jumlah sekolah
juga dikurangi secara drastis. Jumlah sekolah dasar menurun dari 21.500
menjadi 13.500 buah. Sekolah lanjutan menurun dari 850 menjadi 20
buah. Kegiatan perguruan tinggi boleh dikatakan macet. Jumlah murid
sekolah dasar menurun 30% dan jumlah siswa sekolah lanjutan merosot
sampai 90%. Begitu juga tenaga pengajarnya mengalami penurunan secara
signifikan. Muatan kurikulum yang diajarkan juga dibatasi. Mata pelajaran
bahasa Indonesia dijadikan mata pelajaran utama, sekaligus sebagai bahasa
pengantar. Kemudian, bahasa Jepang menjadi mata pelajaran wajib di
sekolah.
Para pelajar harus menghormati budaya dan adat istiadat Jepang. Mereka
juga harus melakukan kegiatan kerja bakti (
kinrohosyi
). Kegiatan kerja bakti
itu meliputi, pengumpulan bahan-bahan untuk perang, penanaman bahan
makanan, penanaman pohon jarak, perbaikan jalan, dan pembersihan asrama.
Para pelajar juga harus mengikuti kegiatan latihan jasmani dan kemiliteran.
Mereka harus benar-benar menjalankan semangat Jepang
(
Nippon Seishin
).
Para pelajar juga harus menyanyikan lagu
Kimigayo,
menghormati bendera
Hinomaru
dan melakukan gerak badan
(taiso
)
serta
seikerei.
Akibat keputusan pemerintah Jepang tersebut, membuat angka buta huruf
menjadi meningkat. Oleh karena itu, pemuda Indonesia mengadakan
program pemberantasan buta huruf yang dipelopori oleh
Putera.
Berdasarkan
kenyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa kondisi pendidikan di Indonesia
pada masa pendudukan Jepang mengalami kemunduran. Kemunduran
pendidikan itu juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah Jepang yang
lebih berorientasi pada kemiliteran untuk kepentingan pertahanan Indonesia
dibandingkan pendidikan. Banyak anak usia sekolah yang harus masuk
organisasi semimiliter sehingga banyak anak yang meninggalkan bangku
sekolah. Bagi Jepang, pelaksanaan pendidikan bagi rakyat Indonesia bukan
untuk membuat pandai, tetapi dalam rangka untuk pembentukan kader-
kader yang memelopori program Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.
Oleh karena itu, sekolah selalu menjadi tempat indoktrinasi kejepangan
.
»
Coba pikirkan baik-baik, mengapa Jepang melakukan pembatasan
dan pengendalian pendidikan di Indonesia?
48
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
3. Pengerahan Romusa
Berbagai kebijakan dan tindakan Jepang seperti disebutkan di atas telah
membuat penderitaan rakyat. Rakyat petani tidak dapat berbuat banyak
kecuali harus tunduk kepada praktik-praktik tirani Jepang. Penderitaan
rakyat ini semakin dirasakan dengan adanya kebijakan untuk pengerahan
tenaga romusa. Kamu tahu apa yang dimaksud dengan romusa? Coba cari
jawabnya!
Perlu diketahui bahwa untuk menopang Perang Asia Timur Raya, Jepang
mengerahkan semua tenaga kerja dari Indonesia. Tenaga kerja inilah yang
kemudian kita kenal dengan romusa. Mereka dipekerjakan di lingkungan
terbuka, misalnya di lingkungan pembangunan kubu-kubu pertahanan, jalan
raya, lapangan udara. Pada awalnya, tenaga kerja dikerahkan di Pulau Jawa
yang padat penduduknya, kemudian di kota-kota dibentuk barisan romusa
sebagai sarana propaganda. Desa-desa diwajibkan untuk menyiapkan
sejumlah tenaga romusa. Panitia pengerahan tersebut disebut
Romukyokai
,
yang ada di setiap daerah.
Rakyat yang dijadikan romusa pada umumnya adalah rakyat yang bertenaga
kasar. Pada awalnya, rakyat Indonesia melakukan tugas romusa secara
sukarela, sehingga Jepang tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh
tenaga. Sebab, rakyat sangat tertarik dengan propaganda tentara Jepang
sehingga rakyat rela
membantu untuk bekerja
apa saja tanpa digaji. Oleh
karena itu, di beberapa
kota pernah terdapat
beberapa romusa yang
sifatnya sementara
dan sukarela. Romusa
sukarela terdiri atas para
pegawai yang bekerja
(tidak digaji) selama satu
minggu di suatu tempat
yang penting. Salah satu
contoh ada rombongan
dari Jakarta dipimpin oleh
Sukarno. Para pekerja
sukarela ini bekerja dalam
Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan
Revolusi), 2012.
Gambar 5.12
Romusa sedang bekerja.
49
Sejarah Indonesia
suasana yang disebut “Pekan Perjuangan Mati-Matian”
.
Akan tetapi, lama-
kelamaan karena kebutuhan yang terus meningkat di seluruh kawasan Asia
Tenggara, pengerahan tenaga yang bersifat sukarela ini oleh pemerintah
Jepang diubah menjadi sebuah keharusan dan paksaan.
Rakyat Indonesia yang menjadi romusa itu diperlakukan dengan tidak
senonoh, tanpa mengenal perikemanusiaan. Mereka dipaksa bekerja sejak
pagi hari sampai petang, tanpa makan dan pelayanan yang cukup. Padahal
mereka melakukan pekerjaan kasar yang sangat memerlukan banyak asupan
makanan dan istirahat. Mereka hanya dapat beristirahat pada malam hari.
Kesehatan mereka tidak terurus. Tidak jarang di antara mereka jatuh sakit
bahkan mati kelaparan.
Untuk menutupi kekejamannya dan agar rakyat merasa tidak dirugikan, sejak
tahun 1943, Jepang melancarkan kampanye dan propaganda untuk menarik
rakyat agar mau berangkat bekerja sebagai romusa. Untuk mengambil hati
rakyat, Jepang memberi julukan mereka yang menjadi romusa itu sebagai
“Pejuang Ekonomi” atau “Pahlawan Pekerja”. Para romusa itu diibaratkan
sebagai orang-orang yang sedang menunaikan tugas sucinya untuk
memenangkan perang dalam Perang Asia Timur Raya. Pada periode itu
sudah sekitar 300.000 tenaga romusa dikirim ke luar Jawa. Bahkan sampai
ke luar negeri seperti ke Birma, Muangthai, Vietnam, Serawak, dan Malaya.
Sebagian besar dari mereka ada yang kembali ke daerah asal, ada yang tetap
tinggal di tempat kerja, tetapi kebanyakan mereka mati di tempat kerja.
Bagaimana dampak dari kebijakan dan tindakan Jepang tersebut?
Yang jelas penderitaan rakyat tidak berkurang tetapi justru semakin
bertambah. Kehidupan rakyat benar-benar menyedihkan. Bahan makanan
sulit didapatkan karena banyak petani yang menjadi pekerja romusa.
Gelandangan di kota-kota besar makin tumbuh subur, seperti di kota Surabaya,
Jakarta, Bandung, dan Semarang. Tidak jarang mereka mati kelaparan di
jalanan atau di bawah jembatan. Penyakit kudis menjangkiti masyarakat.
Pasar gelap tumbuh di kota-kota besar. Akibatnya, barang-barang keperluan
sulit didapatkan dan semakin sedikit jumlahnya. Masyarakat hidup dalam
kesulitan. Uang yang dikeluarkan Jepang tidak ada jaminannya, bahkan
mengalami inflasi yang parah. Bahan-bahan pakaian sulit didapatkan, bahkan
masyarakat menggunakan karung goni sebagai bahan pakaian mereka.
Obat-obatan juga sangat sulit didapatkan. Penderitaan rakyat Indonesia
semakin tidak tertahankan.
50
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
»
Coba
lakukan
refleksi,
bagaimana
perasaan
dan penilaianmu
terkait
dengan praktik romusa itu!
4. Perang Melawan Sang Tirani
Jepang yang mula-mula disambut dengan senang hati, kemudian berubah
menjadi kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang
daripada pemerintah Kolonial Belanda. Jepang seringkali bertindak sewenang-
wenang. Rakyat tidak bersalah ditangkap, ditahan, dan disiksa. Kekejaman
itu dilakukan oleh
kempetai
(polisi militer Jepang). Pada masa pendudukan
Jepang banyak gadis dan perempuan Indonesia yang ditipu oleh Jepang
dengan dalih untuk bekerja sebagai perawat atau disekolahkan, ternyata
hanya dipaksa untuk melayani para
kempetai
. Para gadis dan perempuan itu
disekap dalam kamp-kamp yang tertutup sebagai wanita penghibur. Kamp-
kamp itu dapat kita temukan di Solo, Semarang, Jakarta, dan Sumatera Barat.
Kondisi itu menambah deretan penderitaan rakyat di bawah kendali penjajah
Jepang. Oleh karena itu, wajar kalau kemudian timbul berbagai perlawanan
terhadap pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia.
a.
Aceh Angkat Senjata
Salah satu perlawanan terhadap Jepang di Aceh adalah perlawananan rakyat
yang terjadi di Cot Plieng yang dipimpin oleh Abdul Jalil. Abdul Jalil adalah
seorang ulama muda, guru mengaji di daerah Cot Plieng, Provinsi Aceh.
Karena melihat kekejaman dan kesewenangan pemerintah pendudukan
Jepang, terutama terhadap romusa, maka rakyat Cot Plieng melancarkan
perlawanan. Abdul Jalil memimpin rakyat Cot Plieng untuk melawan tindak
penindasan dan kekejaman yang dilakukan pendudukan Jepang.
Di Lhokseumawe, Abdul Jalil berhasil menggerakkan rakyat dan para santri di
sekitar Cot Plieng. Gerakan Abdul Jalil ini di mata Jepang dianggap sebagai
tindakan yang sangat membahayakan. Oleh karena itu, Jepang berusaha
membujuk Abdul Jalil untuk berdamai. Namun, Abdul Jalil bergeming dengan
ajakan damai itu. Karena Abdul Jalil menolak jalan damai, pada tanggal
10 November 1942, Jepang mengerahkan pasukannya untuk menyerang
Cot Plieng.
51
Sejarah Indonesia
Kemudian, pertempuran berlanjut hingga pada tanggal 24 November 1942,
saat rakyat sedang menjalankan ibadah salat subuh. Karena diserang, maka
rakyat pun dengan sekuat tenaga melawan. Rakyat dengan bersenjatakan
pedang dan kelewang, bertahan bahkan dapat memukul mundur tentara
Jepang. Serangan tentara Jepang diulang untuk yang kedua kalinya, tetapi
dapat digagalkan oleh rakyat. Kekuatan Jepang semakin ditingkatkan.
Kemudian, Jepang melancarkan serangan untuk yang ketiga kalinya dan
berhasil menghancurkan pertahanan rakyat Cot Plieng, setelah Jepang
membakar masjid. Banyak rakyat pengikut Abdul Jalil yang terbunuh.
Dalam keadaan terdesak, Abdul Jalil dan beberapa pengikutnya berhasil
meloloskan diri ke Buloh Blang Ara
.
Beberapa hari kemudian, saat Abdul
Jalil dan pengikutnya sedang menjalankan salat, mereka ditembaki oleh
tentara Jepang sehingga Abdul Jalil gugur sebagai pahlawan bangsa. Dalam
pertempuran ini, rakyat yang gugur sebanyak 120 orang dan 150 orang
luka-luka, sedangkan Jepang kehilangan 90 orang prajuritnya.
Kebencian rakyat Aceh terhadap Jepang semakin meluas sehingga muncul
perlawanan di Jangka Buyadi bawah pimpinan perwira
Gyugun
Abdul Hamid.
Dalam situasi perang yang meluas ke berbagai tempat, Jepang mencari
cara yang efektif untuk menghentikan perlawanan Abdul Hamid. Jepang
menangkap dan menyandera semua anggota keluarga Abdul Hamid. Dengan
berat hati akhirnya Abdul Hamid mengakhiri perlawanannya. Berikutnya
perlawanan rakyat berkobar di Pandrah Kabupaten Bireuen. Perlawanan
disebabkan oleh masalah penyetoran padi dan pengerahan tenaga romusa.
Kerja paksa yang diadakan Jepang terlalu memakan waktu panjang sehingga
para petani hampir tidak memiliki kesempatan untuk menggarap sawah. Di
samping itu, Jepang menancapi bambu runcing di sawah-sawah dengan
maksud agar tidak dapat digunakan Sekutu untuk mendaratkan pasukan
payungnya. Tindakan Jepang itu sangat merugikan rakyat. Fakta yang
memberatkan lagi, Jepang juga memaksa rakyat untuk menyerahkan hasil
panennya sebanyak 50 – 80%.
»
Kamu telah mempelajari bagaimana perjuangan rakyat Aceh dalam
memerangi kekejaman Jepang. Pelajaran apa yang kamu peroleh
sehingga kita dapat menjalani hidup yang lebih baik
?
52
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Sumber: Dengan Semangat
Berkobar: Nasionalisme dan
Gerakan Pemuda di Indonesia
1918-193, 2003.
Gambar 5.13
Kiai Zainal Mustafa.
b.
Perlawanan di Singaparna
Singaparna merupakan salah satu daerah di wilayah Jawa Barat, yang rakyatnya
dikenal sangat religius dan memiliki jiwa patriotik. Rakyat Singaparna sangat
anti terhadap dominasi asing. Oleh karena itu, rakyat Singaparna sangat
benci terhadap pendudukan Jepang, apalagi ketika mengetahui perilaku
pemerintahan Jepang yang sangat kejam. Kebijakan-kebijakan Jepang yang
diterapkan dalam kehidupan masyarakat, banyak yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam, ajaran yang banyak dianut oleh masyarakat Singaparna. Atas
dasar pandangan dan ajaran Islam, rakyat Singaparna melakukan perlawanan
terhadap pemerintahan Jepang. Perlawanan itu juga dilatarbelakangi oleh
kehidupan rakyat yang semakin menderita.
Pengerahan tenaga romusa dengan paksa dan di bawah ancaman ternyata
sangat mengganggu ketenteraman rakyat. Para romusa dari Singaparna
dikirim ke berbagai daerah di luar Jawa. Mereka umumnya tidak kembali
karena menjadi korban keganasan alam maupun akibat tindakan Jepang yang
tidak mengenal perikemanusiaan. Mereka banyak yang meninggal tanpa
diketahui di mana kuburnya. Selain itu, rakyat juga diwajibkaan menyerahkan
padi dan beras dengan aturan yang sangat menjerat dan menindas rakyat,
sehingga penderitaan terjadi di mana-mana. Kemudian secara khusus rakyat
Singaparna di bawah Kiai Zainal Mustafa menentang keras untuk melakukan
seikeirei
.
Itulah sebabnya rakyat Singaparna mengangkat senjata melawan
Jepang
.
Perlawanan meletus pada bulan Februari, 1944.
Perlawanan dipimpin oleh Kiai Zainal Mustafa,
seorang
ajengan
di Sukamanah, Singaparna. Ia
adalah pendiri Pesantren Sukamanah. Pendiri
pesantren Sukamanah ini tidak mau kerja
sama dengan Jepang. Ia sangat menentang
kebijakan-kebijakan Jepang yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Bahkan Zainal Mustafa
secara diam-diam telah membentuk “Pasukan
Tempur Sukamanah” yang dipimpin oleh
ajengan
Najminudin.
53
Sejarah Indonesia
Kiai Zainal Mustafa memulai pertempuran pada salah satu hari Jumat di
bulan Februari 1944. Sebelum perang itu dimulai, ada beberapa utusan
dari kepolisian Tasikmalaya dan beberapa orang Indonesia yang ingin
mengadakan perundingan dengan Zainal Mustafa. Namun, polisi Jepang
itu dilucuti senjatanya dan ditahan oleh pengikut Zainal Mustafa. Kemudian
ada seorang polisi yang disuruh kembali ke Tasikmalaya untuk melaporkan
yang baru saja terjadi dan menyampaikan ultimatum dari Kiai Zainal Mustafa
kepada pihak Jepang agar besok segera memerdekakan Jawa dan jika tidak,
maka akan terjadi pertempuran yang akan mengancam keselamatan orang-
orang Jepang.
Hari berikutnya datang kembali rombongan utusan Jepang ke Sukamanah
untuk mengadakan kembali perundingan dengan Zainal Mustafa.
Akan tetapi, utusan Jepang itu bersikap congkak dan sombong untuk
menunjukkan bahwa Jepang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan
lebih kuat. Hal ini menyulut kemarahan pengikut Zainal Mustafa, sehingga
utusan Jepang itu pun dilucuti senjatanya dan ditangkap bahkan ada yang
dibunuh, sementara ada juga yang berhasil melarikan diri. Setelah kejadian
ini, Jepang mengirimkan pasukan ke Sukamanah, yang terdiri dari 30
orang
kempetai
dan 60 orang polisi negara istimewa
(tokubetsu keisatsu)
dari Tasikmalaya dan Garut. Pertempuran terjadi lebih kurang satu jam di
kampung Sukamanah. Pihak rakyat menyerang dengan mempergunakan
pedang dan bambu runcing yang diikuti dengan teriakan takbir. Zainal
Mustafa dengan pengikutnya bertempur mati-matian untuk menghadapi
gempuran dari pihak Jepang. Karena jumlah pasukan yang lebih besar dan
peralatan senjata yang lebih lengkap, tentara Jepang berhasil mengalahkan
pasukan Zainal Mustafa. Dalam pertempuran ini banyak berguguran para
pejuang Indonesia. Kiai Zainal Mustafa ditangkap Jepang bersama gurunya
Kiai Emar. Selanjutnya Kiai Zainal Mustafa bersama 27 orang pengikutnya
diangkut ke Jakarta. Pada tanggal 25 Oktober 1944, mereka dihukum mati.
Sementara Kiai Emar disiksa oleh polisi Jepang dan akhirnya meninggal.
c.
Perlawanan di Indramayu
Perlawanan terhadap kekejaman Jepang juga terjadi di daerah Indramayu.
Latar belakang dan sebab-sebab perlawanan itu tidak jauh berbeda dengan
apa yang terjadi di Singaparna. Para petani dan rakyat Indramayu pada
umumnya hidup sangat sengsara. Jepang telah bertindak semena-mena
terhadap para petani Indramayu. Mereka harus menyerahkan sebagian besar
54
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
hasil padinya kepada Jepang. Tentu kebijakan ini sangat menyengsarakan
rakyat. Begitu juga kebijakan untuk mengerahkan tenaga romusa juga terjadi
di Indramayu, sehingga semakin membuat rakyat menderita.
Perlawanan rakyat Indramayu antara lain terjadi di Desa Kaplongan, Distrik
Karangampel pada bulan April 1944. Kemudian pada bulan Juli, muncul pula
perlawanan rakyat di Desa Cidempet, Kecamatan Lohbener. Perlawanan
tersebut terjadi karena rakyat merasa tertindas dengan adanya kebijakan
penarikan hasil padi yang sangat memberatkan. Rakyat yang baru saja
memanen padinya harus langsung dibawa ke balai desa. Setelah itu, pemilik
mengajukan permohonan kembali untuk mendapat sebagian padi hasil
panennya. Rakyat tidak dapat menerima cara-cara Jepang yang demikian.
Rakyat protes dan melawan. Mereka bersemboyan “lebih baik mati melawan
Jepang daripada mati kelaparan”. Setelah kejadian tersebut, maka terjadilah
perlawanan yang dilancarkan oleh rakyat. Namun, sekali lagi rakyat tidak
mampu melawan kekuatan Jepang yang didukung dengan tentara dan
peralatan yang lengkap. Rakyat telah menjadi korban dalam membela bumi
tanah airnya.
»
Demikian beberapa perlawanan yang dilakukan untuk melawan
tirani Jepang, baik di Singaparna maupun di Indramayu. Bagaimana
penilaianmu tentang perjuangan rakyat Indonesia? Bagaimana
penilaianmu tentang semboyan: “lebih baik mati melawan Jepang
daripada mati kelaparan?”
d.
Rakyat Kalimantan Angkat Senjata
Perlawanan rakyat terhadap kekejaman Jepang terjadi di banyak tempat.
Begitu juga di Kalimantan, terjadi peristiwa yang hampir sama dengan yang
terjadi di Jawa dan Sumatera. Rakyat melawan Jepang karena himpitan
penindasan yang dirasakan sangat berat. Salah satu perlawanan di Kalimantan
adalah perlawanan yang dipimpin oleh Pang Suma, seorang pemimpin Suku
Dayak. Pemimpin Suku Dayak ini memiliki pengaruh yang luas di kalangan
orang-orang atau suku-suku dari daerah Tayan, Meliau, dan sekitarnya.
Pang Suma dan pengikutnya melancarkan perlawanan terhadap Jepang dengan
taktik perang gerilya. Walaupun mereka hanya berjumlah sedikit, tetapi dengan
bantuan rakyat yang militan dan dengan memanfaatkan keuntungan alam
55
Sejarah Indonesia
berupa rimba belantara,
sungai, rawa, dan daerah
yang sulit ditempuh—
perlawanan berkobar
dengan sengitnya. Namun,
harus dipahami bahwa di
kalangan penduduk juga
berkeliaran para mata-mata
Jepang yang berasal dari
orang-orang Indonesia
sendiri. Lebih menyedihkan
lagi, para mata-mata itu
juga tidak segan-segan
menangkap rakyat,
melakukan penganiayaan,
dan pembunuhan, baik
terhadap orang-orang y a n g
dicurigai atau bahkan
terhadap saudaranya
s e n d i r i . Adanya mata-
mata inilah y a n g sering
membuat perlawanan
para pejuang Indonesia dapat dikalahkan oleh penjajah. Demikian juga
perlawanan rakyat yang dipimpin Pang Suma di Kalimantan ini akhirnya
mengalami kegagalan.
e.
Perlawanan Rakyat Irian Barat
Pada masa pendudukan Jepang, penderitaan juga dialami oleh rakyat di Irian
Barat. Mereka mendapat pukulan dan penganiayaan yang sering di luar batas
kemanusiaan. Oleh karena itu, wajar jika kemudian mereka melancarkan
perlawanan terhadap Jepang.
Gerakan perlawanan yang terkenal di Papua adalah “Gerakan Koreri”
yang berpusat di Biak dengan pemimpinnya bernama L. Rumkorem. Biak
merupakan pusat pergolakan untuk melawan pendudukan Jepang. Rakyat
Irian memiliki semangat juang pantang menyerah, sekalipun Jepang sangat
kuat, sedangkan rakyat hanya menggunakan senjata seadanya untuk
Sumber: Museum Naskah Perumusan Proklamasi.
Gambar 5.14
Kedatangan tentara Jepang di Borneo
Februari 1942.
56
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
melawan. Rakyat Irian terus memberikan perlawanan di berbagai tempat.
Mereka juga tidak memiliki rasa takut. Padahal kalau ada rakyat yang
tertangkap, Jepang tidak segan-segan memberi hukuman pancung di depan
umum. Namun, rakyat Irian tidak gentar menghadapi semua itu. Mereka
melakukan taktik perang gerilya. Tampaknya, Jepang cukup kewalahan
menghadapi keberanian dan taktik gerilya orang-orang Irian. Akhirnya,
Jepang tidak mampu bertahan menghadapi para pejuang Irian tersebut.
Jepang akhirnya meninggalkan Biak. Oleh karena itu, dapat dikatakan Pulau
Biak ini merupakan daerah bebas dan merdeka yang pertama di Indonesia.
Ternyata perlawanan di tanah Irian ini juga meluas ke berbagai daerah, dari
Biak kemudian ke Yapen Selatan. Salah seorang pemimpin perlawanan di
daerah ini adalah Silas Papare. Perlawanan di daerah ini berlangsung sangat
lama bahkan sampai kemudian tentara Jepang dikalahkan Sekutu. Setelah
berjuang bergerilya dalam waktu yang sangat lama, rakyat Yape Selatan
mendapatkan bantuan senjata dari Sekutu, bantuan senjata itu membantu
rakyat Yape Selatan untuk mengalahkan Jepang. Hal tersebut menunjukkan
bagaimana keuletan rakyat Irian dalam menghadapi kekejaman pendudukan
Jepang.
f.
Peta di Blitar Angkat Senjata
Pada masa pendudukan Jepang penderitaan rakyat sangat berat. Tidak
ada sedikit pun dari pemerintah pendudukan Jepang yang memikirkan
kehidupan rakyat yang diperintahnya.Yang ada pada benak Jepang adalah
memenangkan perang dan upaya mempertahankan Indonesia dari serangan
Sekutu. Namun, justru rakyat yang dikorbankan. Rakyat menjadi semakin
menderita. Penderitaan demi penderitaan ini mulai terlintas di benak
Supriyadi seorang
Shodanco
Peta. Tumbuhlah semangat dan kesadaran
nasional, sehingga timbul rencana untuk melakukan perlawanan terhadap
Jepang.
Sebagai komandan Peta, Supriyadi cukup memahami bagaimana penderitaan
rakyat akibat penindasan yang dilakukan Jepang. Masalah pengumpulan
hasil padi, pengerahan romusa, semua dilakukan secara paksa dengan tanpa
memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, sungguh kekejaman yang luar
biasa. Hal semacam ini juga dirasakan Supriyadi dan kawan-kawannya di
lingkungan Peta. Mereka kerap menyaksikan sikap congkak dan sombong
dari para
syidokan
yang melatih mereka.
57
Sejarah Indonesia
Para pelatih Jepang sering merendahkan para prajurit bumiputra. Hal ini
menambah rasa sakit hati sekaligus rasa benci pasukan Supriyadi terhadap
pemerintahan Jepang di Indonesia. Penderitaan rakyat itulah yang
menimbulkan rencana para anggota Peta di Blitar untuk melancarkan
perlawanan terhadap pendudukan Jepang. Rencana perlawanan itu
tampaknya sudah bulat tinggal menunggu waktu yang tepat. Dalam
perlawanan Peta tersebut, direncanakan akan melibatkan rakyat dan
beberapa kesatuan lain.
Apa pun yang terjadi, Supriyadi dengan teman-temannya sudah bertekad
bulat untuk melancarkan serangan terhadap pihak Jepang. Pada tanggal
29 Februari 1945 dini hari, Supriyadi dengan teman-temannya mulai
bergerak. Mereka melepaskan tembakan mortir, senapan mesin, dan granat
dari
daidan
, lalu keluar dengan bersenjata lengkap. Setelah pihak Jepang
mengetahui adanya gerakan penyerbuan itu, mereka segera mendatangkan
pasukan yang semuanya orang Jepang. Pasukan Jepang juga dipersenjatai
dengan beberapa tank dan pesawat udara. Mereka segera menghalau para
anggota Peta yang mencoba melakukan perlawanan. Tentara Jepang mulai
menguasai keadaan dan seluruh kota Blitar mulai dapat dikuasai. Pimpinan
tentara Jepang kemudian menyerukan kepada segenap anggota Peta yang
melakukan serangan, agar segera kembali ke induk kesatuan masing-masing.
Sumber: PETA: Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa dan Sumatera 1942-1945, 1996.
Gambar 5.15
Daidan Peta di Blitar.
58
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Beberapa kesatuan mulai memenuhi perintah pimpinan tentara Jepang itu.
Akan tetapi mereka yang kembali ke induk pasukannya memenuhi panggilan
justru ditangkapi, ditahan, dan disiksa oleh polisi Jepang. Selanjutnya
diserukan kepada anak buah Supriyadi agar menyerah dan kembali ke
induk pasukannya. Kurang lebih setengah dari batalion Supriyadi memenuhi
panggilan tersebut. Namun, pasukan yang lain tidak ingin kembali dan tetap
setia melakukan perlawanan Peta yang dipimpin oleh Supriyadi. Mereka yang
tetap melakukan perlawanan itu antara lain peleton pimpinan
Shodanco
,
Supriyadi, dan Muradi. Mereka membuat pertahanan di lereng Gunung Kawi
dan Distrik Pare.
Untuk menghadapi perlawanan Peta di bawah pimpinan Supriyadi, Jepang
mengerahkan semua pasukannya dan mulai memblokir serta mengepung
pertahanan pasukan Peta tersebut. Namun, pasukan Supriyadi tetap
bertahan. Mengingat semangat, tekad, dan keuletan pasukan Supriyadi dan
Muradi tersebut, maka Jepang mulai menggunakan tipu muslihat. Komandan
pasukan Jepang Kolonel Katagiri berpura-pura menyerah kepada pasukan
Muradi. Kolonel Katagiri kemudian bertukar pikiran dengan anggota pasukan
Peta dengan lemah lembut, penuh kesantunan, sehingga hati para pemuda
yang telah memuncak panas itu bisa membalik menjadi dingin kembali.
Kolonel Katagiri berhasil mengadakan persetujuan dengan mereka. Para
pemuda Peta yang melancarkan serangan bersedia kembali ke
daidan
beserta senjata-senjatanya. Katagiri menjanjikan, bahwa segala sesuatu akan
dianggap soal interen
daidan
, dan akan diurus oleh
Daidanco
Surakhmad.
Mereka akan diterima kembali dan tidak akan dibawa ke depan pengadilan
militer. Dengan hasil kesepakatan itu, maka pada suatu hari kira-kira pukul
delapan malam
Shodanco
Muradi tiba bersama pasukannya kembali ke
daidan
. Di sini sudah berderet barisan para perwira di bawah pimpinan
Daidanco
Surahmad. Sejenak kemudian
Shodanco
Muradi maju, lapor
kepada
Daidanco
Surakhmad, bahwa pasukannya telah kembali. Mereka
juga menyatakan menyesal atas perbuatan melawan Jepang dan berjanji
untuk setia kepada kesatuannya. Mereka tidak menyadari bahwa telah masuk
perangkap, karena dari tempat-tempat yang gelap pasukan Jepang telah
mengepung mereka. Mereka kemudian dilucuti senjatanya dan ditawan,
diangkut ke Markas
Kempetai
Blitar. Ternyata Muradi yang sudah menyerah
tetap diadili dan dijatuhi hukuman mati.
59
Sejarah Indonesia
Kekuatan Peta ini di bawah Supriyadi ini semakin lemah. Tidak terlalu lama
akhirnya perlawanan Peta di Blitar di bawah pimpinan Supriyadi ini dapat
dipadamkan. Tokoh-tokoh dan anggota Peta yang ditangkap kemudian
diadili di depan Mahkamah Militer Jepang di Jakarta.
Setelah melalui beberapa kali persidangan, mereka kemudian dijatuhi
hukuman sesuai dengan peranan masing-masing dalam perlawanan itu.
Ada yang mendapat pidana mati, ada yang seumur hidup, dan sebagainya.
Mereka yang dipidana mati antara lain, dr. Ismail, Muradi yang sudah
disebutkan di atas, Suparyono, Halir Mangkudijoyo, Sunanto, dan Sudarno.
Sementara itu, Supriyadi tidak jelas beritanya dan tidak disebut-sebut dalam
pengadilan tersebut.
»
Kamu sudah mempelajari bagaimana perlawanan Peta di Blitar
pimpinan Supriyadi. Bagaimana penilaianmu tentang sosok
Supriyadi, adakah nilai-nilai yang perlu kita teladani? Bagaimana
penilaianmu tentang taktik Jepang untuk menghadapi perlawanan
Peta di bawah pimpinan Supriyadi?
»
Perlawanan terhadap kekejaman Jepan tentu juga terjadi di berbagai
daerah, termasuk sangat mungkin terjadi di lingkungan kamu. Coba
kamu mencari informasi kira-kira peristiwa apa dan dimana yang
terkait dengan penentangan terhadap kedatangan dan Jepang?
KESIMPULAN
1 .
Jepang telah melakukan kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat Indonesia.
Salah satunya kebijakan Ekonomi Perang, produk ekonomi yang semua diperuntukkan
pemenangan Perang Asia Timur Raya.
2 .
Pengendalian pendidikan dan kebudayaan yang berdampak pada kemunduran bidang
ekonomi, rakyat menjadi bodoh dan banyak buta huruf. Bidang seni dan budaya juga
diawasi.
3 .
Untuk membantu pertahanan Jepang, pemerintah Tirani Jepang telah membentuk
organisasi militer dan semimiliter yang direkrut dari para muda Indonesia.
4 .
Karena tindak kekejaman dan kesewenang-wenangan Jepang telah menimbulkan
perlawanan di berbagai daerah.
60
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
LATIH UJI KOMPETENSI
1.
Mengapa Jepang menerapkan kebijakan “Ekonomi Perang”?
2.
Apakah kamu tahu yang dimaksud dengan
seikeirei
? Jelaskan!
3.
Bagaimana penilaianmu tentang pengerahan tenaga romusa oleh
pemerintah pendudukan Jepang?
4.
Bandingkan tentang kebijakan di bidang pendidikan antara zaman
Pemerintahan Kolonial Belanda dengan pemerintah pendudukan
Jepang di Indonesia!
5.
Jelaskan tentang dampak dari kebijakan Jepang yang sewenang-
wenang! Pelajaran apa yang kamu peroleh dari belajar tentang dampak
kebijakan itu dalam kehidupan sosial kemasyarakatan?
Tugas
1.
Coba amati berbagai situs atau pengaruh budaya yang terkait dengan
kebijakan dan kekejaman Jepang di Indonesia yang ada di lingkungan
kamu. Kemudian buatlah laporan telaah mu tentang hal itu?
2.
Coba buatlah karya tulis dengan judul: “Romusa”.
61
Sejarah Indonesia
D.
Drama Akhir Sang Tirani
Memahami Lingkungan
Apakah yang terlintas dalam pikiranmu, ketika kamu menanyakan alamat
seseorang? Tentu kamu akan menanyakan di jalan apa, di Rukun Tetangga
(RT) dan Rukun Warga (RW) berapakah orang tersebut tinggal. Dengan
mengetahui lokasi RT dan RW akan mempermudah untuk menemukan
alamat yang sedang dicarinya. Selain memudahkan pencarian alamat,
apakah sebenarnya fungsi RT dan RW saat ini? Tentu keberadaan RT dan
RW sekarang ini juga untuk mengordinasikan berbagai kegiatan sosial
kemasyarakatan dan pembangunan di lokasi tersebut. RT dan RW juga
menjadi kepanjangan tangan dari Kelurahan atau Desa dan pemerintahan di
atasnya, sehingga melalui RT informasi pemerintahan di tingkat kecamatan.
Kabupaten, provinsi bahkan pemerintahan pusat dapat sampai ke penduduk
di wilayah RT dan RW setempat.
Tetapi bagaimana keberadaan RT
pada masa pendudukan Tirani
Jepang? Istilah RT dan fungsinya ini
memang diefektifkan pada masa
pendudukan Jepang di Indonesia,
Namun tujuan keberadaan RT
masa pendudukan Jepang untuk
mematai-matai pribumi dalam
kerja romusa atau dalam upaya
menyerahkan hasil pertanian dan
barang lain dari rakyat ke pada
Jepang.
Dengan demikian RT dan RW
mempunyai peranan yang cukup
penting pada masa pendudukan
Jepang. Saat itu Jepang membuat
suatu kebijakan mengerahkan
massa untuk bekerja lebih giat.
Kerja itu kemudian menjurus ke
Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6
(Perang dan Revolusi), 2012.
Gambar 5.16
Penderitaan rakyat, kelaparan
rakyat terjadi di berbagai daerah.
62
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
arah kerja paksa, atau yang kita kenal dengan romusa. Untuk melaksanakan
tugas pengerahan massa dengan baik, maka dibentuklah
tonarigumi
(RT),
merupakan organisasi sosial yang efektif untuk mengawasi pengerahan
tenaga kerja rakyat. Karena tenaga sepenuhnya disediakan untuk kepentingan
Jepang, rakyat sendiri menjadi tidak terurus, ditambah lagi harus melakukan
kerja paksa, maka kehidupan rakyat semakin menderita. Coba amati gambar
di halaman sebelumnya!
Memahami Teks
1. Akibat Pendudukan Jepang di Indonesia
Pendudukan Jepang di Indonesia membawa dampak pada kehidupan
masyarakat Indonesia, baik di bidang politik, ekonomi, sosial-budaya,
pendidikan maupun di bidang birokrasi dan militer.
a.
Bidang Politik
Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang
penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan penggunaan bahasa
Jepang. Struktur pemerintahan dibuat sesuai dengan keinginan Jepang,
misalnya desa dengan
Ku,
kecamatan dengan
So,
kawedanan dengan
Gun
,
kotapraja dengan
Syi,
kabupaten dengan
Ken,
dan karesidenan dengan
Syu.
Setiap upacara bendera dilakukan penghormatan kearah Tokyo dengan
membungkukkan badan 90 derajat yang ditujukan pada Kaisar Jepang
Tenno Heika.
Seperti telah diterangkan di atas bahwa Jepang juga membentuk
pemerintahan militer dengan angkatan darat dan angkatan laut. Angkatan
darat yang meliputi Jawa-Madura berpusat di Batavia. Sementara itu di Sumatra
berpusat di Bukittinggi, angkatan lautnya membawahi Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian, sebagai pusatnya di Ujungpandang.
Pemerintahan itu berada dibawah pimpinan Panglima Tertinggi Jepang
untuk Asia Tenggara yang berkedudukan di Dalat (Vietnam).
Jepang juga membentuk organisasi-organisasi dengan maksud sebagai alat
propaganda, seperti Gerakan Tiga A dan Putera, tetapi gerakan tersebut gagal
dan dimanfaatkan oleh kaum pergerakan sebagai wadah untuk pergerakan
63
Sejarah Indonesia
nasional. Tujuan utama pemerintah Jepang adalah menghapuskan pengaruh
Barat dan menggalang masyarakat agar memihak Jepang. Pemerintah Jepang
juga menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang diucapkan oleh
Perdana Menteri Tojo dalam kunjungannya ke Indonesia pada September
1943. Kebijakan politik Jepang yang sangat keras itu membangkitkan
semangat perjuangan rakyat Indonesia terutama kaum nasionalis untuk
segera mewujudkan cita-cita mereka, yaitu Indonesia merdeka.
b.
Keadaan Sosial-Budaya dan Ekonomi
Guna membiayai Perang Pasifik, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja
dari Indonesia. Mereka dikerahkan untuk membuat benteng-benteng
pertahanan. Mula-mula tenaga kerja dikerahkan dari Pulau Jawa yang
padat penduduknya. Kemudian di kota-kota dibentuk barisan romusa
sebagai sarana propaganda. Propaganda yang kuat itu menarik pemuda-
pemuda untuk bergabung dengan sukarela. Pengerahan tenaga kerja yang
mulanya sukarela lama-lama menjadi paksaan. Desa-desa diwajibkan untuk
menyiapkan sejumlah tenaga romusa. Panitia pengerahan disebut dengan
Romukyokai,
yang ada disetiap daerah.
Para pekerja romusa itu diperlakukan dengan kasar dan kejam. Mereka tidak
dijamin kehidupannya, kesehatan dan makan tidak diperhatikan. Banyak
pekerja romusa yang jatuh sakit dan meninggal. Untuk mengembalikan
citranya, Jepang mengadakan propaganda dengan menyebut pekerja romusa
sebagai “pahlawan pekerja” atau “prajurit ekonomi”. Mereka digambarkan
sebagai sosok yang suci dalam menjalankan tugasnya. Para pekerja romusa
itu juga dikirim ke Birma, Muangthai, Vietnam, Serawak, dan Malaya.
Saat itu kondisi masyarakat menyedihkan. Bahan makanan sulit didapat
akibat banyak petani yang menjadi pekerja romusa. Gelandangan di kota-
kota besar seperti Surabaya, Jakarta, Bandung, dan Semarang jumlahnya
semakin meningkat. Tidak jarang mereka mati kelaparan di jalanan atau
di bawah jembatan. Penyakit kudis menjangkiti masyarakat. Pasar gelap
tumbuh di kota-kota besar. Barang-barang keperluan sulit didapatkan
dan semakin sedikit jumlahnya. Uang yang dikeluarkan Jepang tidak ada
jaminannya, bahkan mengalami inflasi yang parah. Bahan-bahan pakaian
sulit didapatkan, bahkan masyarakat menggunakan karung goni sebagai
bahan pakaian mereka. Obat-obatan juga sangat sulit didapatkan.
64
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Semua objek vital dan alat-alat produksi dikuasai dan diawasi sangat ketat
oleh Pemerintah Jepang mengeluarkan peraturan untuk menjalankan
perekonomian. Perkebunan-perkebunan diawasi dan dipegang sepenuhnya
oleh pemerintah Jepang. Banyak perkebunan yang dirusak dan diganti
tanamannya untuk keperluan biaya perang. Rakyat dilarang menanam tebu
dan membuat gula. Beberapa perusahaan swasta Jepang yang menangani
pabrik gula adalah
Meiji Seito Kaisya.
Masyarakat juga diwajibkan untuk melakukan pekerjaan yang dinilai berguna
bagi masyarakat luas, seperti memperbaiki jalan, saluran air, atau menanam
pohon jarak. Mereka melakukannya secara bergantian. Untuk menjalankan
tugas tersebut dengan baik, maka dibentuklah
tonarigumi
(rukun tetangga)
untuk memobilisasi massa dengan efektif.
Sementara itu, proses komunikasi antarkomponen bangsa di Indonesia
mengalami kesulitan baik komunikasi antarpulau maupun komunikasi
dengan dunia luar, karena semua saluran komunikasi dikendalikan oleh
Jepang. Semua nama-nama kota yang menggunakan bahasa Belanda diganti
dengan Bahasa Indonesia, seperti Batavia menjadi Jakarta dan Buitenzorg
menjadi Bogor. Sementara itu, untuk mengawasi karya para seniman agar
tidak menyimpang dari tujuan Jepang, maka didirikanlah pusat kebudayaan
pada tanggal 1 April 1943 di Jakarta, yang bernama
Keimun Bunka Shidosho
.
Jepang yang mula-mula disambut dengan senang hati, kemudian berubah
menjadi kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang
daripada pemerintah Kolonial Belanda. Jepang seringkali bertindak sewenang-
wenang. Seringkali rakyat yang tidak bersalah ditangkap, ditahan, dan disiksa.
Kekejaman itu dilakukan oleh
kempetai
(polisi militer Jepang). Pada masa
pendudukan Jepang banyak gadis dan perempuan Indonesia yang ditipu
oleh Jepang dengan dalih untuk bekerja sebagai perawat atau disekolahkan,
tetapi dipaksa menemani para
kempetai.
Para gadis dan perempuan tersebut
disekap dalam kamp-kamp yang tertutup sebagai wanita penghibur. Kamp-
kamp tersebut dapat ditemukan di Solo, Semarang, Jakarta, dan Sumatera
Barat.
65
Sejarah Indonesia
c.
Pendidikan
Pada masa pendudukan Jepang, keadaan pendidikan di Indonesia semakin
memburuk. Pendidikan tingkat dasar hanya satu, yaitu pendidikan enam
tahun. Hal itu sebagai politik Jepang untuk memudahkan pengawasan. Para
pelajar wajib mempelajari bahasa Jepang. Mereka juga harus mempelajari
adat istiadat Jepang dan lagu kebangsaan Jepang,
Kimigayo,
serta gerak
badan sebelum pelajaran dimulai. Bahasa Indonesia mulai digunakan sebagai
bahasa pengantar di semua sekolah dan dianggap sebagai mata pelajaran
wajib.
Sementara itu, perguruan tinggi di tutup pada tahun 1943. Beberapa
perguruan tinggi yang dibuka lagi adalah Perguruan Tinggi Kedokteran (
Ika
Daigaku
) di Jakarta dan Perguruan Tinggi Teknik (
Kogyo Daigaku)
di Bandung.
Jepang juga membuka Akademi Pamong Praja (
Konkoku Gakuin
) di Jakarta,
serta Perguruan Tinggi Hewan di Bogor. Pada saat itu, perkembangan
perguruan tinggi benar-benar mengalami kemunduran.
Satu hal keuntungan pada masa Jepang adalah penggunaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar. Melalui sekolah-sekolah itulah Jepang melakukan
indoktrinasasi. Menurut Jepang, pendidikan kader-kader dibentuk untuk
memelopori dan melaksanakan konsepsi kemakmuran Asia Raya. Namun,
bagi bangsa Indonesia tugas berat itu merupakan persiapan bagi pemuda-
pemuda terpelajar untuk mencapai kemerdekaan.
Para pelajar juga dianjurkan untuk masuk militer. Mereka diajarkan Heiho
atau sebagai pembantu prajurit. Pemuda-pemuda juga dianjurkan masuk
barisan
Seinendan
dan Keibodan (pembantu polisi). Mereka dilatih baris
berbaris dan perang meskipun hanya bersenjatakan kayu. Dalam
Seinendan
mereka dijadikan barisan pelopor atau
suisintai
.
Barisan pelopor itu mendapat
pelatihan yang berat. Latihan militer itu kelak sangat berguna bagi bangsa
kita.
d.
Birokrasi dan Militer
Dalam bidang birokrasi, dengan dikeluarkannya UU no. 27 tentang Aturan
Pemerintah Daerah dan UU No. 28 tentang Aturan Pemerintah
Syu
dan
Tokubetshu Syi
,
maka berakhirlah pemerintahan sementara. Kedua aturan itu
merupakan pelaksanaan struktur pemerintahan dengan datangnya tenaga
66
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
sipil dari Jepang di Jawa. Mereka ditempatkan di Jawa untuk melakukan
tujuan reorganisasi pemerintahan Jepang, yang menjadikan Jawa sebagai
pusat perbekalan perang di wilayah selatan.
Sesuai dengan undang-undang itu, seluruh kota di Jawa dan Madura, kecuali
Solo dan Yogyakarta, dibagi atas
syu, syi, ken, gun, son
, dan
ku
.
Pembentukan
provinsi yang dilakukan Belanda diganti dan disesuaikan dengan struktur
Jepang, daerah pemerintahan yang tertinggi, yaitu
Syu
.
Meskipun luas
wilayah
Syu
sebesar keresidenan, namun fungsinya berbeda. Apabila residen
merupakan pembantu gubernur, maka
Syu
adalah pemerintah otonomi di
bawah
shucokan
yang berkedudukan sama dengan gubernur. Pada masa
pendudukan Jepang juga dibentuk
Chou Sangi- in
yang fungsinya tidak jauh
berbeda dengan
Volksraad
. Dalam
Volksraad
masih dapat dilakukan kritik
pemerintah dengan bebas. Sementara
Chou Sangi In
tidak dapat melakukan
hal itu.
Perbedaan antara masa penjajahan sebelumnya dengan masa pendudukan
Jepang yaitu rakyat Indonesia mendapatkan manfaat pengalaman dan
bidang ketentaraan, bidang pertahanan, dan keamanan. Mereka mendapat
kesempatan untuk berlatih militer. Mulai dari dasar-dasar militer, baris
berbaris, latihan menggunakan senjata, hingga organisasi militer, dan latihan
perang. Melalui propagandanya, Jepang berhasil membujuk penduduk untuk
menghadapi Sekutu. Oleh karena itulah, mereka melatih penduduk dengan
latihan-latihan militer. Bekas pasukan Peta itulah yang menjadi kekuatan inti
Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang menjadi Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) dan sekarang dikenal dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
2. Janji Kemerdekaan
Pada tahun 1944, Jepang terdesak, Angkatan Laut Amerika Serikat berhasil
merebut kedudukan penting Kepulauan Mariana, sehingga jalan menuju
Jepang semakin terbuka. Jenderal Hideki Tojo pun kemudian digantikan oleh
Jenderal Kuniaki Kaiso sebagai perdana menteri. Angkatan udara Sekutu yang
di Morotai pun mulai mengadakan pengeboman atas kedudukan Jepang di
Indonesia. Rakyat mulai kehilangan kepercayaannya terhadap Jepang dalam
melawan Sekutu.
67
Sejarah Indonesia
Sementara itu, Jenderal Kuniaki Kaiso
memberikan janji kemerdekaan
(September 1944). Sejak itulah
Jepang memberikan izin kepada
rakyat Indonesia untuk mengibarkan
bendera Merah Putih di samping
bendera Jepang Hinomaru. Lagu
Indonesia Raya boleh dinyanyikan
setelah lagu Kimigayo. Sejak itu
pula Jepang mulai mengerahkan
tenaga rakyat Indonesia untuk
pertahanan. Mereka disiapkan
untuk menghadapi musuh. Pada
saat itu suasana kemerdekaan
terasa semakin dekat.
Selanjutnya, Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan dibentuknya
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
pada 1 Maret 1945. Badan itu dibentuk untuk menyelidiki dan mengumpulkan
bahan-bahan penting tentang ekonomi, politik, dan tatanan pemerintahan
sebagai persiapan kemerdekaan Indonesia. Badan itu diketuai oleh dr. K.R.T.
Radjiman Wedyodiningrat, R.P Suroso sebagai wakil ketua merangkap kepala
Tata Usaha dan seorang Jepang sebagai wakilnya Tata Usaha, yaitu Masuda
Toyohiko dan Mr. R. M. Abdul Gafar Pringgodigdo. Semua anggotanya terdiri
dari 60 orang dari tokoh-tokoh Indonesia, ditambah tujuh orang Jepang
yang tidak punya suara.
Sidang BPUPKI dilakukan dua tahap, tahap pertama berlangsung pada 28 Mei
1945 sampai 1 Juni 1945. Sidang pertama tersebut dilakukan di Gedung
Chou
Shangi In
di Jakarta yang sekarang dikenal sebagai Gedung Pancasila. Pada
masa penjajahan Belanda gedung ini digunakan sebagai gedung
Volksraad.
Meskipun badan itu dibentuk oleh pemerintah militer Jepang, jalannya
persidangan baik wakil ketua maupun anggota istimewa dari kebangsaan
Jepang tidak pernah terlibat dalam pembicaraan persiapan kemerdekaan.
Semua hal yang berkaitan dengan masalah-masalah kemerdekaan Indonesia
merupakan urusan pemimpin dan anggota dari Indonesia.
Pada pidato sidang BPUPKI, Radjiman menyampaikan pokok persoalan
mengenai Dasar Negara Indonesia yang akan dibentuk. Pada sidang
tahap kedua yang berlangsung dari tanggal 10-11 Juni 1945, dibahas dan
Sumber: Pancasila : Nilai Budaya, Ideologi
Bangsa dan Harapan Kita, 2009.
Gambar 5.17
Rakyat menyambut janji
kemerdekaan dari Jepang.
68
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
dirumuskan tentang Undang-Undang Dasar. Dalam kata pembukaannya
Rajiman Wedyodiningrat meminta pandangan kepada para anggota
mengenai dasar negara Indonesia. Orang-orang yang membahas mengenai
dasar negara adalah Muhammad Yamin, Supomo, dan Sukarno
Dalam sidang pertama, Sukarno mendapat kesempatan berbicara dua kali,
yaitu tanggal 31 Mei dan 1 Juni 1945. Namun pada saat itu, seperti apa yang
disampaikan oleh Radjiman, selama dua hari berlangsung rapat, belum ada
yang menyampaikan pidato tentang dasar negara. Menanggapi hal itu, pada
tanggal 1 Juni pukul 11.00 WIB, Sukarno menyampaikan pidato pentingnya
dasar negara dan landasan filosofi dari suatu negara merdeka. Pada saat
itu, Gedung
Chuo Shangi In
mendapat penjagaan ketat dari tentara Jepang.
Sidang saat itu dinyatakan tertutup, hanya beberapa wartawan dan orang
tertentu yang diizinkan masuk. Dalam pidatonya, Sukarno mengusulkan
dasar-dasar negara. Pada mulanya Sukarno mengusulkan Panca Dharma.
Nama Panca Dharma dianggap tidak tepat, karena Dharma berarti kewajiban,
sedangkan yang dimaksudkan adalah dasar. Sukarno kemudian meminta
saran pada seorang teman, yang mengerti bahasa, sehingga dinamakan
dengan Pancasila. Pancasila, sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima
dasar itu didirikan Negara Indonesia, supaya kekal dan abadi.
Pidato Sukarno itu mendapat sambutan sangat meriah, tepukan tangan para
peserta, suatu sambutan yang belum pernah terjadi selama persidangan
BPUPKI. Para wartawan mencatat sambutan yang diucapkan Sukarno
itu dengan cermat. Cindy Adam, penulis buku autobiografi Sukarno,
menceritakan bahwa ketika ia diasingkan di Ende, Flores (saat ini menjadi
Provinsi Nusa Tenggara Timur) pada tahun 1934-1937, Sukarno sering
merenung tentang dasar negara Indonesia Merdeka, di bawah pohon sukun.
Pada kesempatan tersebut Ir. Sukarno juga menjadi pembicara kedua.
Ia mengemukakan tentang lima dasar negara. Lima dasar itu adalah (1)
Kebangsaan Indonesia, (2) Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, (3)
Mufakat atau Demokrasi, (4) Kesejahteraan Sosial, (5) Ketuhanan Yang Maha
Esa. Pidato itu kemudian dikenal dengan Pancasila.
Sementara itu Muh.Yamin dalam pidatonya juga mengemukakan Azas dan
Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia. Menurut Yamin ada lima
azas, yaitu ( 1) Peri Kebangsaan, (2) Peri Kemanusian, (3) Peri Ketuhanan, (4)
Peri Kerakyatan, dan (5) Kesejahteraan rakyat.
69
Sejarah Indonesia
Selanjutnya, sebelum sidang pertama berakhir BPUPKI membentuk panitia
kecil yang terdiri dari sembilan orang. Pembentukan panitia sembilan itu
bertujuan untuk merumuskan tujuan dan maksud didirikannya Negara
Indonesia. Panitia kecil itu terdiri atas, Ir. Sukarno, Muh. Yamin, Mr. Ahmad
Subardjo, Mr. A.A Maramis, Abdul Kahar Muzakkar, Wahid Hasyim, H. Agus
Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso. Panitia kecil itu menghasilkan rumusan
yang menggambarkan maksud dan tujuan Indonesia Merdeka. Kemudian
disusunlah rumusan bersama dasar negara Indonesia Merdeka yang kita
kenal dengan Piagam Jakarta. Di dalam teks Piagam Jakarta itu juga dimuat
lima asas yang diharapkan akan menjadi dasar dan landasan filosofi bagi
Indonesia Merdeka.
3. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
BPUPKI kemudian dibubarkan setelah tugas-tugasnya selesai. Selanjutnya
dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 7 Agustus
1945. Badan itu beranggotakan 21 orang, yang terdiri dari 12 orang wakil
dari Jawa, tiga orang wakil dari Sumatra, dan dua orang dari Sulawesi
dan masing-masing satu orang dari Kalimantan, Sunda Kecil, Maluku, dan
golongan penduduk Cina, ditambah enam orang tanpa izin dari pihak
Jepang. Panitia inilah yang kemudian mengesahkan Piagam Jakarta sebagai
pendahuluan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, 18 Agustus
1945.
PIAGAM JAKARTA
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. (menurut) dasar kemanusian yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. (dan) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah dalam permusyawaratan/ perwakilan
5. (serta dengan mewujudkan suatu ) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
70
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
KESIMPULAN
1.
Kedatangan Jepang yang dianggap sebagai Saudara Tua pada mulanya
disambut dengan penuh harapan. Namun, perlakuan yang kejam
terhadap rakyat Indonesia menimbulkan kebencian rakyat Indonesia
pada Jepang.
2.
Dampak pendudukan Jepang di Indonesia menjadikan rakyat semakin
sengsara, serta kehidupan yang semakin sulit. Semua gerak dikontrol
oleh pemerintah Jepang. Selama itu pula, Jepang menerapkan kebijakan
ekonomi berdasarkan azas ekonomi perang, yaitu menerapkan berbagai
peraturan, pembatasan, dan penguasaan produksi oleh negara untuk
kemenangan perang.
3.
Mobilisasi massa menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan, bahkan
korban jiwa, yaitu romusa yang kemudian oleh pemerintah Jepang
disebut sebagai prajurit pekerja.
4.
Pada masa pendudukan Jepang, pembentukan organisasi massa
dilakukan atas mobilisasi pemerintah militer Jepang. Meskipun
demikian pergerakan terus dilakukan oleh kaum nasionalis baik secara
terang-terangan maupun di bawah tanah.
5.
Program militer pertama Jepang adalah Heiho, yaitu perekrutan serdadu
pembantu lapangan, yang melibatkan pemuda-pemuda Indonesia
dalam kegiatan militer. Keikutsertaan dalam pendidikan militer itu
yang kemudian menjadi bekal pemuda-pemuda Indonesia dalam perang
revolusi kemerdekaan.
6.
Dasar negara dibentuk melalui Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Kemerdekaan Indonesia dan disahkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia.
71
Sejarah Indonesia
1.
Coba kamu uraikan dengan singkat, mengapa pergerakan nasional
pada tahun 1930-an menjadi lebih moderat! Buatlah dalam lembar
kertas folio dan diskusikanlah dengan temanmu!
2.
Buatlah inventarisasi tentang pergerakan nasional pada masa
pendudukan Jepang, kemudian bandingkan dengan masa penjajahan
Belanda!
3. Bagaimanakah peran BPUPKI dan PPKI dalam mempersiapkan
kemerdekaan? Coba diskusikan dengan teman-temanmu, kemudian
buatlah laporan singkat tentang pembentukan dasar negara dan
perumusan Pancasila sebagai dasar negara dalam lima lembar kertas
folio!
4. Bagaimana menurut pendapatmu kondisi Indonesia selama dalam
pendudukan Jepang?
5.
Apakah Indonesia diuntungkan atau dirugikan dengan adanya
pendudukan Jepang?
LATIH UJI KOMPETENSI
72
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 2
Jawablah beberapa pertanyaan dan tugas berikut!
1.
Mengapa Jepang tampak begitu mudah memasuki Kepulauan
Indonesia secara merata?
2. Mengapa dibentuk pemerintahan militer di Sumatra, Jawa, dan juga
Indonesia bagian timur?
3.
Apa maksud program “Pan Asia” dan apa hubungannya dengan
ajaran
Hakko ichiu
?
4. Mengapa dibentuk Putera dan apa tujuannya?
5. Mengapa dibentuk Barisan Pelopor, apa tujuannya?
6.
Jelaskan yang dimaksud dengan Ekonomi Perang?
7. Pada zaman Jepang, keadaan pendidikan dan aktivitas di bidang
perkebunan mengalami kemerosotan. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Coba lakukan telaah kritis!
8.
Jelaskan dampak dari berbagai kebijakan Jepang itu terhadap
kehidupan masyarakat!
9.
Jelaskan tentang perlawanan Rakyat Papua terhadap kekejaman
Jepang!
10.
Nilai-nilai apa yang dapat kamu peroleh setelah belajar tentang sejarah
pendudukan di Jepang di Indonesia?
Praktik tirani tidak sesuai dengan harkat dan martabat manusia
LATIH ULANGAN AKHIR BAB