Gambar Sampul SEJARAH INDONESIA · a_Bab 5 Tirani Matahari Terbit
SEJARAH INDONESIA · a_Bab 5 Tirani Matahari Terbit
Sardiman AM, dan Amurwani Dwi

24/08/2021 14:18:51

SMA 11 K-13 revisi 2017

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Hak Cipta © 2017 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Dilindungi Undang-Undang

Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah

dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku siswa ini disusun dan

ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013.

Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui,

dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman.

Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku

ini.

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sejarah Indonesia / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.--

Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.

VIII, 232 hlm. : ilus. ; 25 cm.

Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 2

ISBN 978-602-427-122-0 (jilid lengkap)

ISBN 978-602-427-125-1 (jilid 2b)

1.

Indonesia -- Sejarah -- Studi dan Pengajaran

I. Judul

II.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

959.8

Penulis

:

Sardiman AM, dan Amurwani Dwi Lestariningsih.

Penelaah

:

Baha Uddin, Hariyono, Mumuh Muhsin Z, Mohammad

Iskandar.

Pereview

:

Abdul Rojak

Penyelia Penerbitan

:

Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,

Kemendikbud.

Cetakan ke-1, 2014 ISBN 978-602-282-110-6 (jilid 2b)

Cetakan ke-2, 2017 (Edisi Revisi)

Disusun dengan huruf Frutiger, 11 pt

iii

Sejarah Indonesia

KATA PENGANTAR

Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran Sejarah Indonesia adalah satu

di antara mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh semua peserta didik.

Sebagai pelajaran wajib yang harus diikuti oleh semua peserta didik, buku

ini disusun dengan pendekatan regresif yang lebih populer. Dalam buku

ini peserta didik diajak untuk melihat sejarah dalam kehidupan sehari-hari,

melalui pengamatan terhadap kondisi sosial-budaya dan sejumlah tinggalan-

tinggalan sejarah yang dapat diamati oleh peserta didik di lingkungan

sekitarnya. Dari pengamatan inilah peserta didik diajak untuk melihat

fenomena yang ada di sekitarnya dengan menghubungkannya pada suatu

peristiwa masa lalu. Dengan harapan peserta didik dapat berpikir pluri-

kausal, yang melihat penyebab suatu peristiwa itu karena banyak hal, tidak

mono-kausal terhadap suatu peristiwa yang saat ini sedang terjadi.

Pembahasan dalam buku ini meliputi masa VOC hingga masa

revolusi. Buku ini menyajikan contoh-contoh suatu peristiwa kekinian yang

dapat dihubungkan dengan peristiwa masa lampau. Penyajian dalam buku

ini merupakan usaha minimal yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk

mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik diajak untuk lebih

berani mengeksplorasi sumber-sumber belajar lain yang dapat memperkaya

wawasan dan pengetahuan yang tersedia di sekitarnya. Untuk itulah perlu

peranan guru dalam memotivasi dan meningkatkan keterlibatan peserta

didik untuk berperan aktif dalam tugas belajar-mengajar.

Pada kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih

pada penelaah buku Prof.Dr. Hariyono, Baha Uddin, M.Hum, Mumuh Muhsin

Z, M.Hum, dan Dr. Mohammad Iskandar yang telah membantu memperkaya

dan memberikan masukan-masukannya hingga buku ini sampai kepada para

pembaca. Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, Drs. M.AP yang telah

memberikan fasilitas dan dukungan hingga terselesaikannya buku ini.

iv

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Akhirnya kepada para pembaca kami terbuka untuk menerima

masukan, saran, dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan buku

ini. Mudah-mudahan buku ini dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan

dunia pendidikan dan menumbuhkan kesadaran sejarah bagi generasi muda.

Jakarta,

Penulis

v

Sejarah Indonesia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

................................................................................

iii

D

AFTAR ISI ....

.......................................................................................

v

B

AB 5

Tirani Matahari Terbit .............................................................................

1

A.

K

edatangan Jepang ke Indonesia ...........................................

...

6

1.

Masuknya Jepang ke Indonesia

.........................

............

8

2.

Sambutan Rakyat Indo

nesia

..............................

............

11

3.

Pembentukan Pemerin

tahan Militer

...................

............

12

4.

Pemerintahan Sipil

...

......................................................

14

B

.

Or

ganisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang .........................

17

1.

Organisasi yang Bersif

at Sosial Kemasyarakatan

............

19

2.

Organisasi Semimiliter

........................................

............

26

3.

Organisasi Militer .......................................................... 3

3

C.

P

engerahan dan Penindasan Versus Perlawanan ......................

41

1.

Ekonomi Perang

....

......................................................

42

2.

Pengendalian di Bidan

g Pendidikan dan Kebudayaan

.....

47

3.

Pengerahan Romusa

.....................................................

48

4.

Perang Melawan Sang

Tirani

............................

............

50

vi

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

D.

Dr

ama Akhir Sang Tirani

.............................................................

61

1.

Akibat Pendudukan Je

pang di Indonesia

........

............

62

2.

Janji Kemerdekaan

........................................................

66

3.

Panitia Persiapan Kem

erdekaan Indonesia (PPKI)

...........

69

B

AB 6

Indonesia Merdeka .......

.........................................................................

73

A.

Dari Rengasdengklok

Sampai ke

Pegangsaan Timur ...

.

.............. 77

1.

Jepang Bertekuk Lutu

t .......................

................

............

79

2.

Peristiwa Rengasdeng

klok ..................

...............

............

82

3.

Perumusan Teks Prokl

amasi ....................

...........

............

87

4.

Proklamasi Berkuman

dang ......................

...........

............

92

5.

Dukungan dari Berba

gai Lapisan ............................

........

96

B

.

T

erbentuknya Pemerintahan dan NKRI

........................................

104

1.

Pengesahan UUD 1945 dan Pemilihan Presiden,

Wakil Presiden

........

......................................................

105

2.

Pembentukan Departe

men dan Pemerintahan Daerah

....

108

3.

Pembentukan Badan-

Badan Negara

..................

............

109

4.

Pembentukan Kabine

t

.......................................

............

112

5.

Pembentukan Berbag

ai Partai Politik

..................

............

113

6.

Lahirnya Tentara Nasional Indonesia

..................

............

114

C

.

Pr

oklamator dan Peran Para Tokoh Sekitar Proklamasi ...............

124

1.

Peran Sang Proklamator

.....................................

..............

126

2.

Peran para Tokoh Sekitar Proklamasi

.................

..............

128

vii

Sejarah Indonesia

BAB 7

Revolusi Menegakkan Panji-Panji NKRI ................................................

137

A.

T

antangan Awal Kemerdekaan

..................................................

141

1.

Kondisi Awal Indones

ia Merdeka

......................

............

142

2.

Kedatangan Sekutu d

an Belanda

......................

............

144

3.

Merdeka atau Mati

........................................................

147

B

.

Antar

a Perang dan Diplomasi .................................................

169

1.

Rangkaian Perjanjian

Linggarjati

.........................

............

170

2.

Agresi Militer I

.........

......................................................

179

3.

Peran Komisi Tiga Neg

ara ..............................................

182

4.

Perjanjian Renville

....

......................................................

182

5.

Agresi Militer II dan Pe

nangkapan Pimpinan Negara

.......

185

6.

Peran PDRI: Penjaga Eksistensi RI

.....................

............

188

7.

Tetap Memimpin Ger

ilya

...................................

............

190

8.

Serangan Umum 1 Maret 1949 ..........................

............

191

9.

Persetujuan Roem-Ro

yen

.................................

............

193

10.

Yogya Kembali

.....

......................................................

194

11.

Konferensi Inter Indon

esia ..

................................

............

197

12.

Konferensi Meja Bund

ar

..................................

............

198

13.

Pembentukan Republ

ik Indonesia Serikat

.........

............

200

14.

Pengakuan Kedaulata

n

...................................

............

202

15.

Kembali ke Negara Kesatuan

.............................

............

203

viii

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

C.

Nilai-Nilai K

ejuangan Masa Revolusi .................

..........................

207

1.

Persatuan dan Kesatu

an

...................................

............

208

2.

Rela Berkorban dan T

anpa Pamrih

.....................

............

209

3.

Cinta pada Tanah Air

....................................................

209

4.

Saling Pengertian dan

Harga Menghargai

.........

............

209

LA

TIH UJI SEMESTER

............................................................................

214

GLOSARIUM

.................................................................................

217

D

AFTAR PUSTAKA

.............................................................................

222

Profil Penulis

.....

...........

....................................................................... 2

25

Profil Penelaah

....

.........

....................................................................... 2

27

Profil Editor

.....

...........

..................................

..

..................................... 2

32

1

Sejarah Indonesia

BAB 5

Tirani Matahari Terbit

Kedatangan “saudara tua” sebagaimana Jepang menyebut dirinya, mula-mula

disambut dengan penuh harapan, tetapi kemudian mengecewakan rakyat. Meskipun

demikian, pendudukan Jepang membuka sejarah baru bagi Indonesia

Amrin Imran,“Perang Pasifik, dan Jatuhnya Rezim Kolonial Belanda”

dalam Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (ed), 2012

K

amu tentu mengenal macam-macam merek kendaraan bermotor yang

ada di Indonesia. Apa yang kamu bayangkan jika mendengar merek

itu disebut? Dari mana mayoritas asal produk-produk tersebut? Ya, tentu

kamu tidak asing dengan negara asal produk-produk tersebut, yakni Jepang,

atau terkenal dengan nama Negeri Matahari Terbit. Produk-produk itu

cukup menguasai pasar kendaraan bermotor di berbagai belahan dunia,

termasuk Indonesia. Bahkan penjualan produk sepeda motor merek tertentu

mengalami peningkatan jumlah penjualan yang signifikan setiap tahunnya.

Gambaran fakta ini menunjukkan secara ekonomis begitu besar pengaruh dan

dominasi Jepang di Indonesia. Dominasi produk-produk Jepang di Indonesia

sudah berlangsung cukup lama, terutama sejak Orde Baru. Bahkan pernah

mendapat protes dari para mahasiswa tahun 1974, sehingga memunculkan

peristiwa “Malari”. Apa kamu tahu istilah “Malari”? cari jawabnya!

2

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Berbicara mengenai dominasi ekonomi Jepang di Indonesia, sebenarnya

secara historis kita sudah memiliki pengalaman pahit pada saat negeri kita

diduduki Jepang tahun 1942 - 1945. Secara ekonomis kekayaan negeri

kita dikuras untuk kepentingan Jepang demi memenangkan Perang Asia

Timur Raya. Pengalaman sejarah semestinya dapat menjadi pelajaran dalam

menyikapi perkembangan pengaruh ekonomi Jepang sekarang ini.

Kamu bisa menunjukkan beberapa peninggalan penjajahan Jepang yang

sampai sekarang masih dapat kita saksikan? Contoh peninggalan zaman

penjajahan Jepang yang masih bisa disaksikan antara lain Gua Jepang.

Pernahkah kamu mendengar cerita atau bahkan mengunjungi dan melihat

Gua Jepang? Ya, Gua Jepang atau sering juga disebut dengan Lubang

Jepang, di beberapa daerah di Indonesia hampir dapat dijumpai gua

peninggalan masa pendudukan Jepang itu. Misalnya, di Bukittinggi, Sulawesi

Utara, Papua, Bali, dan tempat-tempat lain. Di Bukittinggi, Gua Jepang saat

ini digunakan sebagai tempat wisata sejarah.

Sumber: Kemdikbud, 2014.

Gambar 5.1

Gua Jepang di Bukittinggi.

3

Sejarah Indonesia

Pada masa pendudukan Jepang, Gua Jepang digunakan sebagai benteng

perlindungan tentara Jepang dari serangan musuh. Gua itu dibangun dengan

mengerahkan tenaga kerja murah, yang kemudian dikenal dengan istilah

kerja paksa, atau Romusa.

Meskipun masa pendudukan Jepang hanya berlangsung relatif singkat, tetapi

memberi dampak yang penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Propaganda Jepang mengenai tata pemerintahan baru, keberpihakan

sebagai sesama bangsa Asia, dan janji akan kemerdekaan, memberi harapan

bagi rakyat Indonesia. Kendati sempat dirusak oleh pemerintah Jepang yang

represif, terutama dengan adanya program romusa, dorongan dan gerakan

untuk mencapai kemerdekaan tetap digencarkan oleh kaum pergerakan baik

secara terang-terangan maupun gerakan “bawah tanah” (Taufik Abdullah

dan A.B. Lapian, (ed) 2012).

Nah, bagaimana kisah pendudukan Jepang selama sekitar 3,5 tahun di

Indonesia? Pada uraian berikut akan dibahas mengenai kedatangan Jepang,

perkembangan organisasi pergerakan, dan reaksi rakyat Indonesia terhadap

kekejaman Jepang. Uraian tersebut akan dibahas melalui bab “Tirani Matahari

Terbit”. Istilah ‘tirani’ digunakan untuk menggambarkan tindakan otoriter

dan kekejaman Jepang, sedangkan istilah ‘matahari terbit’ digunakan untuk

penamaan bagi tentara Jepang. Sebab, posisi negara Jepang jika dilihat dari

Indonesia, terletak di arah timur atau sama dengan arah saat matahari terbit,

sehingga Negara Jepang disebut Negara Matahari Terbit.

4

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Tirani Matahari Terbit

Kedatangan Bala

Tentara Jepang sebagai

Saudara Tua

Perkembangan

Pemerintah Organisasi

Pergerakan Masa

Pendudukan Jepang

Pengerahan dan

Penindasan versus

Perlawanan

Ambisi Imperialisme Jepang PD II

Kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya

Kebijakan ekonomi perang,

pengerahan romusha, dan

penderitaan rakyat

PETA KONSEP

5

Sejarah Indonesia

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari uraian ini, diharapkan kamu dapat:

1. Menganalisis kedatangan Jepang ke Indonesia.

2. Mengevaluasi perkembangan organisasi pergerakan di Indonesia.

3. Menganalisis gerakan perlawanan rakyat terhadap kekejaman Jepang.

4. Menghargai dan meneladani semangat juang para tokoh dalam melawan

Jepang.

5. Menumbuhkan rasa syukur kepada Tuhan YME atas kekuatan yang

diberikan kepada rakyat Indonesia yang masih bertahan untuk melawan

setiap pendudukan dan kekejaman bangsa asing.

ARTI PENTING

Belajar sejarah Indonesia masa pendudukan Jepang ini sangat penting

karena di samping mendapatkan pemahaman tentang berbagai perubahan

seperti dalam tata pemerintahan dan kemiliteran, tetapi juga mendapatkan

pelajaran tentang nilai-nilai keuletan dan kerja keras dari para pejuang,

pengorbanan, dan keteguhan untuk mempertahankan kebenaran dan hak

asasi manusia

.

6

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

A. Kedatangan Jepang ke Indonesia

Mengamati Lingkungan

Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012.

Gambar 5.2

Pengeboman Pangkalan Angkatan Laut AS di Pearl Harbour oleh tentara Jepang

Sumber: Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, 2011.

Gambar 5.3

Kedatangan Tentara Jepang ke Indonesia

7

Sejarah Indonesia

»

Coba perhatikan baik-baik gambar 5.2 dan 5.3 di halaman

sebelumnya.

1.

Coba ajukan beberapa pertanyaan, terkait dengan gambar-

gambar tersebut di atas!

2.

Gambar tersebut terkait dengan peristiwa apa?

3.

Mengapa peristiwa itu terjadi?

4.

Apa dampak dari peristiwa itu?

5.

Mengapa keadaan itu terjadi?

Gambar 5.2 terkait dengan peristiwa pengeboman Pearl Harbour yang

menunjukkan kemenangan Jepang terhadap Sekutu pada PD II dalam

peristiwa Perang Pasifik. Peristiwa itu telah membuka jalan bagi Jepang

untuk memasuki negara di Asia, termasuk Indonesia. Sementara gambar 5.3

berkaitan dengan gambaran mengenai cara tentara Jepang memasuki kota-

kota penting di Indonesia.

Perlu dipahami bahwa “rentetan kemenangan yang dicapai tentara Jepang

sejak melancarkan Perang Pasifik membuka pintu bagi mereka untuk

menduduki tanah Hindia Belanda”. Kedatangan “saudara tua”, sebagaimana

Jepang menyebut dirinya, mula-mula disambut dengan penuh harapan,

tetapi kemudian mengecewakan rakyat. Walaupun demikian, pendudukan

Jepang membuka sejarah baru bagi Indonesia”.

Nah, sejarah baru yang bagaimana? Sebelum memahami sejarah baru yang

dimaksud kamu perlu memahami terlebih dulu mengenai bagaimana tentara

Jepang itu datang dan kemudian menguasai Indonesia. Ikutilah uraian

penjelasan tersebut melalui subbab “Kedatangan Saudara Tua”.

8

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Memahami Teks

1. Masuknya Jepang ke Indonesia

Sejak pengeboman Pearl Harbour oleh angkatan Perang Jepang pada 8

Desember 1941, serangan terus dilancarkan terhadap angkatan laut Amerika

Serikat di Pasifik. Serangan-serangan itu seolah-olah tak dapat dibendung

oleh Amerika Serikat. Pasukan Jepang berhasil menghancurkan basis-basis

militer Amerika seperti di Filipina. Kemudian serangan Jepang juga diarahkan

ke Indonesia. Serangan terhadap Indonesia bertujuan untuk mendapatkan

cadangan logistik dan bahan industri perang, seperti minyak bumi, timah,

dan aluminium. Sebab, persediaan minyak di Indonesia diperkirakan dapat

mencukupi kebutuhan Jepang selama Perang Pasifik.

Perlu dipahami bahwa pada saat Jepang ini memasuki Indonesia sudah

membawa kultur dan ideologi fasisme. Jepang sudah menjadi negara fasis.

Fasis—fasisme adalah paham atau ideologi. Fasisme dapat dimaknai sebagai

sistem (sistem pemerintahan), di mana semua kekuasaan berada pada

satu tangan seorang yang diktator dan otoriter. Dalam mengembangkan

kehidupan berbangsa menjadi sangat nasionalistik (chauvinistik), elitis, dan

rasialis. Penataan kehidupan sosial dan ekonomi sangat ketat, sentralistik

dalam sebuah korporasi pemerintah yang otoriter di bawah pemimpin yang

diktator. Fasisme ini mula pertama berkembang di Italia pada tahun 1922

dengan tokohnya Benito Mussolini. Kemudian pada tahun 1933 berkembang

di Jerman, yang selanjutnya berkembang juga di Jepang.

Pada Januari 1942, Jepang mendarat dan memasuki Indonesia. Tentara

Jepang ini masuk ke Indonesia melalui Ambon dan menguasai seluruh

Maluku. Meskipun pasukan KNIL (

Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger

) dan

pasukan Australia berusaha menghalangi, tapi kekuatan Jepang tidak dapat

dibendung. Daerah Tarakan di Kalimantan Timur kemudian dikuasai oleh

Jepang bersamaan dengan Balikpapan (12 Januari 1942). Jepang kemudian

menyerang Sumatra setelah berhasil memasuki Pontianak. Bersamaan

dengan itu Jepang melakukan serangan ke Jawa (Februari 1942).

Pada tanggal 1 Maret 1942, kemenangan tentara Jepang dalam Perang

Pasifik menunjukkan kemampuan Jepang dalam mengontrol wilayah yang

sangat luas, yaitu dari Burma sampai Pulau Wake di Samudra Pasifik. Setelah

daerah-daerah di luar Jawa dikuasai, Jepang memusatkan perhatiannya

untuk menguasai tanah Jawa sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda.

9

Sejarah Indonesia

Untuk menghadapi gerak invasi tentara Jepang, blok sekutu yang terdiri

atas Belanda, Amerika Serikat, Australia, dan Inggris membentuk Komando

Gabungan Tentara Serikat yang disebut ABDACOM

(

American British Dutch

Australian Command

)

yang bermarkas di Lembang. Letnan Jenderal Ter

Poorten diangkat sebagai Panglima ABDACOM. Namun kekuatan ABDACOM

tidak mampu menyelamatkan Hindia Belanda dari kekalahan. Sementara itu,

Gubernur Jenderal Carda (Tjarda) pada Februari 1942 telah mengungsi ke

Bandung.

Dalam pertempuran di Laut Jawa, Angkatan Laut Jepang berhasil

menghancurkan pasukan gabungan Belanda-Inggris yang dipimpin oleh

Laksamana Karel Doorman. Sisa-sisa pasukan dan kapal Belanda yang berhasil

lolos terus melarikan diri menuju Australia. Sementara itu, Jenderal Imamura

dan pasukannya mendarat di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan

itu dilaksanakan di tiga tempat, yakni di Banten dipimpin oleh Jenderal

Imamura sendiri. Kemudian pendaratan di Eretan Wetan-Indramayu dipimpin

oleh Kolonel Tonishori, dan pendaratan di sekitar Bojonegoro dikoordinasi

oleh Mayjen Tsuchihashi. Tempat-tempat tersebut memang tidak diduga

oleh Belanda jika ternyata digunakan pendaratan tentara Jepang. Sementara

itu Jepang tidak menyerang Jakarta, karena pada saat itu Jakarta disiapkan

oleh Belanda sebagai kota terbuka.

Untuk menghadapi pasukan Jepang, sebenarnya Sekutu sudah mempersiapkan

diri, yaitu antara lain berupa tentara gabungan ABDACOM, ditambah satu

kompi Kadet dari Akademi Militer Kerajaan dan Korps Pendidikan Perwira

Cadangan di Jawa Barat. Di Jawa Tengah, telah disiapkan empat batalion

infanteri, sedangkan di Jawa Timur terdiri tiga batalion pasukan bantuan

Indonesia dan satu batalion marinir, serta ditambah dengan satuan-satuan

dari Inggris dan Amerika. Meskipun demikian, tentara Jepang mendarat di

Jawa dengan jumlah yang sangat besar, berhasil merebut tiap daerah hampir

tanpa perlawanan.

Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara

Belanda di Jawa. Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang.

Tentara Jepang terus bergerak ke selatan dan menguasai kota Buitenzorg

(Bogor). Dengan mudah kota-kota di Jawa yang lain juga jatuh ke tangan

Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten atas nama

komandan pasukan Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidak

bersyarat kepada Jepang yang diwakili Jenderal Imamura. Penandatanganan

ini dilaksanakan di Kalijati, Subang. Penyerahan Belanda kepada Jepang

10

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

kemudian dikenal dengan Kapitulasi Kalijati. Dengan demikian, berakhirlah

penjajahan Belanda di Indonesia. Kemudian Indonesia berada di bawah

pendudukan tentara Jepang. Gubernur Jenderal Tjarda ditawan. Namun,

Belanda segera mendirikan pemerintahan pelarian

(exile government)

di

Australia di bawah pimpinan H.J. Van Mook.

»

Coba perhatikan secara cermat kedatangan Jepang atau yang

dikenal dengan “Saudara Tua” ke Indonesia yang begitu cepat dan

merata di berbagai daerah di Indonesia. Tampaknya tentara Jepang

itu sudah paham tentang Indonesia. Coba lakukan pelacakan kira-

kira apa yang telah diperbuat Jepang sebelum tentara Jepang itu

datang ke Indonesia!

Menyimak dari gerakan tentara Jepang untuk menguasai Indonesia

berlangsung begitu cepat itu memang menarik. Hal ini ada kaitannya

dengan perkembangan sebelumnya. Sejak Jepang atau Negeri Sakura atau

Negeri Matahari Terbit berkembang menjadi negara industri dan tampil

sebagai imperialis, Jepang mulai membutuhkan daerah-daerah baru. Salah

satu daerah baru yang dimaksud adalah Indonesia. Keinginan Jepang untuk

menguasai Indonesia karena Indonesia kaya akan sumber daya alam yang

dapat dimanfaatkan untuk pengembangan industri Jepang. Jepang dengan

slogan

Hakko Ichiu

yang diperkenalkan oleh Kaisar Jimmu adalah doktrin

untuk menguasai dunia dan satu-satunya kekaisaran. Doktrin

Hakko Ichiu

ini kemudian dimodifikasi sebagai alat propaganda dan alat politik untuk

mencapai tujuan pemerintah Jepang. Slogan ini juga diilhami oleh ajaran

Shintoisme

yang menerima dan memadukan semua tradisi termasuk

kehidupan spiritual yang masuk ke Jepang, tanpa menghilangkah tradisi

aslinya

.

Hakko ichiu

telah menjadi slogan dan ajaran tentang kesatuan

keluarga umat manusia. Ajaran ini diterjemahkan bahwa Jepang sebagai

negara maju bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan keluarga umat

manusia dengan memajukan dan mempersatukan bangsa-bangsa di dunia,

termasuk Indonesia. Ajaran

Hakko ichiu

diperkuat oleh keterangan antropolog

yang menyatakan bahwa bangsa Jepang dan Indonesia serumpun. Untuk

merealisasikan keinginannya itu, maka sebelum gerakan tentara Jepang itu

datang ke Indonesia, Jepang sudah mengirim para

spionase

untuk datang ke

Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya.

11

Sejarah Indonesia

2. Sambutan Rakyat Indonesia

Kedatangan Jepang di Indonesia pada awalnya disambut dengan senang

hati oleh rakyat Indonesia. Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua”

yang dipandang dapat membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan

Belanda. Sikap simpatik bangsa Indonesia terhadap Jepang antara lain juga

dipengaruhi oleh kepercayaan ramalan Jayabaya.

Di mana-mana terdengar ucapan “

banzai-banza

i

” (selamat datang-selamat

datang). Sementara itu, pihak tentara Jepang terus melakukan propaganda-

propaganda untuk terus menggerakkan dukungan rakyat Indonesia. Setiap

kali Radio Tokyo memperdengarkan Lagu Indonesia Raya, di samping Lagu

Kimigayo. Bendera yang berwarna Merah Putih juga boleh dikibarkan

berdampingan dengan Bendera Jepang Hinomaru. Melalui siaran radio, juga

dipropagandakan bahwa barang-barang buatan Jepang itu menarik dan

murah harganya, sehingga mudah bagi rakyat Indonesia untuk membelinya.

Simpati dan dukungan rakyat Indonesia itu nampaknya juga karena perilaku

Jepang yang sangat membenci Belanda. Di samping itu, diperkuat pula

dengan berkembangnya kepercayaan tentang Ramalan Jayabaya.

»

Tahukah kamu tentang isi Ramalan Jayabaya? Coba cari tahu

jawabannya!

Tentara Jepang juga mempropagandakan bahwa kedatangannya ke

Indonesia untuk membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajahan bangsa

Barat. Jepang juga akan membantu memajukan rakyat Indonesia. Melalui

program Pan-Asia Jepang akan memajukan dan menyatukan seluruh rakyat

Asia. Untuk lebih meyakinkan rakyat Indonesia, Jepang menegaskan kembali

bahwa Jepang tidak lain adalah “saudara tua”, jadi Jepang dan Indonesia

sama. Bahkan untuk meneguhkan progandanya tentang Pan-Asia, Jepang

berusaha membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan Tiga A”.

»

Coba apa isi semboyan Tiga A itu? Apa kira-kira tujuan Jepang

membentuk perkumpulan itu? Siapa yang dijadikan ketua Gerakan

Tiga A itu?

12

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

3. Pembentukan Pemerintahan Militer

Pada pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari Markas Besar Tentara

Jepang agar penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas

pertahanan dan kemiliteran (termasuk semimiliter). Oleh karena itu,

pemerintah Jepang di Indonesia kemudian membentuk pemerintahan militer.

Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi

menjadi tiga wilayah pemerintahan militer.

a.

Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima

(

Tomi Shudan

)

untuk Sumatra. Pusatnya di Bukittinggi.

b.

Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas

(

Asamu Shudan

) untuk Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta. Kekuatan

pemerintah militer ini kemudian ditambah dengan Angkatan Laut (

Dai

Ni Nankenkanta

i

).

c.

Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada Selatan Kedua)

untuk daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pusatnya di

Makassar.

Pembagian administrasi wilayah pendudukan semacam itu tentu juga

terkait dengan perbedaan kepentingan Jepang terhadap tiap-tiap daerah

di Indonesia, baik dari segi militer maupun politik ekonomi. Pulau Jawa

yang merupakan pusat pemerintahan yang sangat penting waktu itu masih

diberlakukan pemerintahan sementara. Hal ini berdasarkan

Osamu Seirei

(Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Ke-16). Di dalam

undang-undang itu antara lain berisi ketentuan sebagai berikut.

a.

Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan

segala kekuasaan yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima

tentara Jepang di Jawa.

b.

Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia

Belanda tetap diakui kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan

terhadap tentara pendudukan Jepang.

c.

Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap

diakui secara sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan

dengan aturan pemerintahan militer Jepang.

Adapun susunan pemerintahan militer Jepang tersebut adalah sebagai

berikut.

a.

Gunshirekan

(panglima tentara) yang kemudian disebut dengan

S

eiko Shikikan

(panglima tertinggi) sebagai pucuk pimpinan.

Panglima tentara yang pertama dijabat oleh Jenderal Hitoshi Imamura

.

13

Sejarah Indonesia

b.

Gunseikan

(kepala pemerintahan militer) yang dirangkap oleh kepala

staf. Kepala staf yang pertama adalah Mayor Jenderal Seizaburo

Okasaki

.

Kantor pusat pemerintahan militer ini disebut

Gun seikanbu

. Di

lingkungan

Gun seikanbu

ini terdapat empat

bu

(semacam departemen)

dan ditambah satu

bu

lagi, sehingga menjadi lima

bu

.

Adapun kelima

bu

itu adalah sebagai berikut.

1)

Somobu

(Departemen Dalam Negeri)

2)

Zaimubu

(Departemen Keuangan)

3)

Sangyobu

(Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan

Tangan) atau urusan Perekonomian

4)

Kotsubu

(Departemen Lalu Lintas)

5)

Shihobu

(Departemen Kehakiman)

c.

Gunseibu

(koordinator pemerintahan dengan tugas memulihkan

ketertiban dan keamanan atau semacam gubernur) yang meliputi:

1)

Jawa Barat : pusatnya di Bandung.

2)

Jawa Tengah : pusatnya di Semarang.

3)

Jawa Timur : pusatnya di Surabaya.

Ditambah dua daerah istimewa

(Kochi)

yakni Yogyakarta dan Surakarta.

Di dalam pemerintahan itu, Jepang juga membentuk kesatuan

Kempetai

(Polisi Militer). Di samping susunan pemerintahan tersebut, juga ditetapkan

lagu kebangsaan yang boleh diperdengarkan hanyalah

Kimigayo.

Padahal

sebelum tentara Jepang datang di Indonesia, Lagu

Indonesia Raya

sering

diperdengarkan di radio Tokyo.

»

Apa kira-kira tujuan Jepang membentuk Kempetai? Siapa yang

dijadikan pimpinan Kempetai pada waktu itu?

Pada awal pendudukan ini, secara kultural Jepang juga mulai melakukan

perubahan-perubahan. Misalnya, untuk petunjuk waktu harus digunakan

tarikh

Sumera

(tarikh Jepang), menggantikan tarikh Masehi

.

Waktu itu

tarikh Masehi 1942 sama dengan tahun 2602

Sumera

.

Setiap tahun (mulai

tahun 1942) rakyat Indonesia harus merayakan Hari Raya

Tencosetsu

(hari

raya lahirnya Kaisar Hirohito). Dalam bidang politik, Jepang melakukan

kebijakan dengan melarang penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan

menggunakan bahasa Jepang.

14

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

4. Pemerintahan Sipil

Untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang yang

bersifat militer, Jepang juga mengembangkan pemerintahan sipil. Pada

bulan Agustus 1942, pemerintahan militer berusaha meningkatkan sistem

pemerintahan, antara lain dengan mengeluarkan UU No. 27 tentang

aturan pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan UU No. 28 tentang

pemerintahan

shu

serta

tokubetsushi.

Dengan UU tersebut, pemerintahan

akan dilengkapi dengan pemerintahan sipil. Menurut UU No. 28 ini,

pemerintahan daerah yang tertinggi adalah

shu

(karesidenan). Seluruh Pulau

Jawa dan Madura, kecuali

Kochi

Yogyakarta dan

Kochi

Surakarta, dibagi

menjadi daerah-daerah

shu

(karesidenan),

shi

(kotapraja),

ken

(kabupaten),

gun

(kawedanan),

son

(kecamatan), dan

ku

(desa/kelurahan). Seluruh Pulau

Jawa dan Madura dibagi menjadi 17

shu

.

»

Coba

lakukan

identifikasi

di mana

saja

letak

ke-17

daerah

shu

tersebut!

Pemerintahan

shu

itu dipimpin oleh seorang

shucokan. Shucokan

memiliki

kekuasaan seperti gubenur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan

legislatif dan eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan

shucokan

dibantu

oleh

Cokan Kanbo

(Majelis Permusyawaratan

Shu)

. Setiap

Cokan Kanbo

ini memiliki tiga

bu

(bagian), yakni Naiseibu (bagian pemerintahan umum),

Kaisaibu

(bagian ekonomi), dan

Keisatsubu

(bagian kepolisian). Pemerintah

pendudukan Jepang juga membentuk sebuah kota yang dianggap memiliki

posisi sangat penting sehingga menjadi daerah semacam daerah swatantra

(otonomi). Daerah ini disebut

tokubetsushi

(kota istimewa), yang posisi dan

kewenangannya seperti

shu

yang berada langsung di bawah pengawasan

gunseikan.

Sebagai contoh adalah Kota Batavia, sebagai Batavia

Tokubetsushi

di bawah pimpinan

Tokubetu shico

.

Pemerintah Jepang juga membentuk

tonarigumi,

yang pada masa sekarang

ini kita kenal dengan Rukun Tetangga (RT).

Tanorigumi

ini digunakan oleh

pemerintah Jepang untuk mengawasi gerak-gerik rakyat agar dapat dipantau

oleh pemerintah Jepang.

»

Coba lakukan diskusi dengan anggota kelompok, alasan Jepang

membentuk pemerintahan militer yang dilengkapi dengan

pemerintahan sipil. Kemudian, mengapa daerah itu dibagi-bagi

sampai tingkat desa?

15

Sejarah Indonesia

KESIMPULAN

1.

Setelah berhasil melakukan pengeboman Pearl Harbour tahun

1941, gerakan Jepang menuju Asia, termasuk ke Indonesia tidak bisa

terbendung.

2.

Jepang berhasil menguasai Kepulauan Indonesia dengan cepat dan

merata.

3.

Masuk dan kedatangan tentara Jepang disambut baik oleh rakyat

Indonesia karena dipandang sebagai kekuatan pembebas.

4.

Jepang kemudian membentuk pemerintahan militer yang diperkuat

dengan pemerintahan sipil.

16

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

LATIH UJI KOMPETENSI

1.

Jelaskan mengapa kedatangan Jepang ke Indonesia itu berjalan cepat

dan merata ke berbagai wilayah Indonesia!

2.

Mengapa pada mulanya rakyat Indonesia menyambut baik kedatangan

Jepang?

3.

Mengapa Jepang membentuk pemerintahan militer di tiga kawasan:

Sumatra, Jawa-Madura, dan kawasan Indonesia Timur?

4.

Mengapa pemerintah pendudukan Jepang akhirnya hanya boleh

memperdengarkan lagu kebangsaan Kimigayo, sedangkan lagu

Indonesia Raya mulai dilarang?

5.

Pelajaran apa yang kamu peroleh setelah mempelajari sejarah

kedatangan dan awal pemerintahan Jepang di Indonesia?

Tugas

Buatlah peta jalur gerakan masuknya tentara Jepang dari Asia Tenggara

kemudian memasuki Kepulauan Indonesia! Kamu dapat mempelajari buku-

buku sejarah yang ada di perpustakaan sekolah.

17

Sejarah Indonesia

B. Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang

»

Coba amati baik-baik gambar di atas!

Gambar tersebut adalah gambar Empat Serangkai, yakni

Sukarno, Ki Hajar Dewantoro, Moh. Hatta, dan K.H. Mas

Mansyur. Mereka adalah tokoh dalam organisasi Putera.

Apa yang dimaksud dengan organisasi Putera?

Putera adalah salah satu organisasi yang dibentuk pada

zaman pendudukan Jepang.

Banyak organisasi yang dibentuk pada zaman Jepang. Sama seperti organisasi-

organisasi pada umumnya, yaitu organisasi yang bersifat semimiliter dan

militer. Zaman Belanda tidak ada organisasi pergerakan yang bersifat semi

militer. Berikut ini akan dipaparkan tentang perkembangan organisasi

pergerakan di zaman pendudukan Jepang.

Mengamati Lingkungan

Sumber: Album Pahlawan Bangsa, 2004.

Gambar 5.4

Tokoh Empat Serangkai.

18

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Ada satu perkembangan yang berbeda apabila kita memahami perkembangan

organisasi pergerakan antara zaman kolonial Belanda dengan era pendudukan

Jepang. Pada masa kolonial Belanda umumnya organisasi pergerakan yang

muncul dan berkembang diprakarsai oleh para pejuang rakyat Indonesia,

tetapi pada zaman Jepang banyak organisasi atau perkumpulan yang

berdiri diprakarsai oleh Jepang, sementara para tokoh Indonesia mencoba

memanfaatkan organisasi itu untuk kepentingan perjuangan. Hal ini juga

tampak berhubungan dengan perkembangan pandangan sikap para tokoh

Indonesia dalam menghadapi pendudukan Jepang. Banyak di antara para

tokoh Indonesia yang mencoba memanfaatkan masa pendudukan Jepang

untuk melanjutkan perjuangan menuju kemerdekaan. Mereka mengambil

sikap dan strategi bekerja sama dengan Jepang.

Sebagai contoh, pada masa pendudukan Jepang Sukarno bersedia bekerja

sama dengan Jepang. Faktor penyebabnya adalah kemenangan Jepang atas

Rusia pada tahun 1905. Sehingga Sukarno merupakan salah seorang tokoh

pergerakan kebangsaan yang terkesan pada kehebatan Jepang, dan percaya

bahwa Jepang akan memenangkan perang. Sementara, Moh. Hatta dan

Syahrir yang dikenal antifasisme, semestinya menentang Jepang. Namun,

keduanya menyusun strategi yang saling melengkapi. Moh. Hatta mengambil

sikap kooperatif dengan Jepang, sementara Syahrir akan menyusun “gerakan

bawah tanah” (gerakan rahasia).

Syahrir bergerak di “bawah tanah” dan mendapat dukungan dari tokoh-

tokoh lain, seperti Cipto Mangunkusumo dan mantan anggota PNI Baru, Amir

Syarifudin. Amir Syarifudin dikenal sebagai sosok yang bersikap anti-Jepang.

Bahkan Amir Syarifudin dimanfaatkan oleh Belanda untuk menyusun gerakan

perlawanan terhadap Jepang. Untuk ini Amir Syarifudin telah menerima

sejumlah uang dari seorang pejabat Belanda (Van der Plas), sebagai imbalan.

Amir Syarifudin sebagai anggota PKI terikat dengan kebijakan

Commintern

yang menjalankan doktrin Dimitrov yakni bekerja sama dengan kapitalis

untuk menghambat Fasisme karena itu Amir mau bekerja sama dengan

Belanda (Kapitalis).

Memahami Teks

19

Sejarah Indonesia

Sedangkan terhadap umat Islam, Jepang berusaha sekuat tenaga untuk

mendekatinya. Sebab, umat Islam dinilai secara mayoritas anti peradaban

Barat, sehingga diharapkan menjadi kekuatan besar dan mau membantu

Jepang dalam menghadapi Sekutu. Sukarno dan Moh. Hatta bergabung

dalam mengambil sikap kooperatif dengan Jepang. Langkah tersebut diambil

semata-mata demi tujuan yang lebih penting, yakni kemerdekaan. Bahkan

kedua tokoh ini juga mengusulkan agar segera dibentuk organisasi politik,

karena setelah Jepang berkuasa di Indonesia, semua organisasi politik yang

pernah berkembang di zaman Hindia Belanda dibubarkan.

»

Organisasi-organisasi pada zaman pendudukan Jepang ada yang

bersifat kemasyarakatan dan ada pula organisasi yang bersifat

militer atau semimiliter. Organisasi atau perkumpulan apa saja yang

berkembang di zaman pendudukan Jepang itu?

1. Organisasi yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan

a.

Gerakan Tiga A

Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang membentuk

sebuah perkumpulan yang dinamakan Gerakan Tiga A (3A). Perkumpulan ini

dibentuk pada tanggal 29 Maret 1942. Sesuai dengan namanya, perkumpulan

ini memiliki tiga semboyan, yaitu

Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung

Asia

, dan

Nippon Pemimpin Asia

.

Sebagai pimpinan Gerakan Tiga A, bagian

propaganda Jepang (

Sedenbu

) telah menunjuk bekas tokoh Parindra Jawa

Barat yakni Mr. Syamsuddin sebagai ketua dengan dibantu beberapa tokoh

lain seperti K. Sutan Pamuncak dan Moh. Saleh.

Jepang berusaha agar perkumpulan ini menjadi wadah propaganda yang

efektif. Oleh karena itu, di berbagai daerah dibentuk komite-komite. Sejak

bulan Mei 1942, perhimpunan itu mulai diperkenalkan kepada masyarakat

melalui media massa. Di dalam Gerakan Tiga A juga dibentuk subseksi Islam

yang disebut “Persiapan Persatuan Umat Islam”

.

Subseksi Islam dipimpin

oleh Abikusno Cokrosuyoso.

20

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Ternyata sekalipun dengan berbagai upaya, Gerakan Tiga A ini kurang

mendapat simpati dari rakyat. Gerakan Tiga A hanya berumur beberapa

bulan saja. Jepang menilai perhimpunan itu tidak efektif. Bulan Desember

1942 Gerakan Tiga A dinyatakan gagal. Mengapa “Gerakan Tiga A” ini

dinyatakan gagal oleh Jepang, kira-kira apa alasannya?

b.

Pusat Tenaga Rakyat (Putera)

“Gerakan Tiga A” dinilai gagal oleh

Jepang. Kemudian Jepang berusaha

mengajak tokoh pergerakan

nasional untuk meningkatkan kerja

sama. Jepang kemudian mendirikan

organisasi pemuda, Pemuda Asia

Raya di bawah pimpinan Sukardjo

Wiryopranoto. Organisasi itu juga

tidak mendapat sambutan rakyat.

Jepang kemudian membubarkan

organisasi itu.

Dukungan rakyat terhadap Jepang memang tidak seperti awal kedatangannya.

Hal ini terjadi karena sikap dan tindakan Jepang yang berubah. Seperti telah

disinggung di depan, Jepang mulai melarang pengibaran bendera Merah

Putih dan yang boleh dikibarkan hanya bendera Hinomaru serta mengganti

Lagu Indonesia Raya dengan lagu Kimigayo. Jepang mulai membiasakan

mengganti kata-kata

banzai

(selamat datang) dengan

bakero

(bodoh).

Masyarakat mulai tidak simpati terhadap Jepang.“Saudara tua” tidak seperti

yang mereka janjikan.

Sementara perkembangan Perang Asia Timur Raya mulai memojokkan Jepang.

Kekalahan Jepang di berbagai medan pertempuran telah menimbulkan rasa

tidak percaya dari rakyat. Oleh karena itu, Jepang harus segera memulihkan

keadaan. Jepang harus dapat bekerja sama dengan tokoh-tokoh nasionalis

terkemuka, antara lain Sukarno dan Moh. Hatta. Karena Sukarno masih

ditahan di Padang oleh pemerintah Hindia Belanda, maka segera dibebaskan

oleh Jepang. Pada tanggal 9 Juli 1942 Sukarno sudah berada di Jakarta dan

bergabung dengan Moh. Hatta

.

Pemimpin Indonesia seperti

Sukarno , Hatta, K.H.

Mas Mansyur, Ki Hajar

Dewantara, Sutardjo

Kartohadikusumo, Abikusno

Cokrosuyoso, dan Prof. Dr.

Supomo, ikut dalam komisi

untuk menyelidiki adat

istiadat Indonesia.

21

Sejarah Indonesia

Jepang berusaha untuk menggerakkan seluruh rakyat melalui tokoh-tokoh

nasionalis. Jepang ingin membentuk organisasi massa yang dapat bekerja

untuk menggerakkan rakyat. Bulan Desember 1942 dibentuk panitia persiapan

untuk membentuk sebuah organisasi massa. Kemudian Sukarno, Hatta, K.H.

Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara dipercaya untuk membentuk gerakan

baru. Gerakan itu bernama Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dibentuk tanggal

16 April 1943. Mereka kemudian disebut sebagai empat serangkai. Sebagai

ketua panitia adalah Sukarno. Tujuan Putera adalah untuk membangun dan

menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah dihancurkan oleh Belanda.

Menurut Jepang, Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi

masyarakat Indonesia guna membantu Jepang dalam perang. Di samping

tugas di bidang propaganda, Putera juga bertugas memperbaiki bidang

sosial ekonomi.

Menurut struktur organisasinya, Putera memiliki pimpinan pusat dan

pimpinan daerah. Pimpinan pusat dikenal sebagai Empat Serangkai.

Kemudian pimpinan daerah dibagi, sesuai dengan tingkat daerah, yakni

tingkat

syu, ken

, dan

gun.

Putera juga mempunyai beberapa penasihat yang

berasal dari orang-orang Jepang. Mereka adalah S. Miyoshi, G. Taniguci, Iciro

Yamasaki, dan Akiyama.

Sumber: Sejarah Nasional Indonesia VI, 1984.

Gambar 5.5

Pimpinan Putera: Empat Serangkai.

22

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Pada awal berdirinya Putera, cepat mendapatkan sambutan dari organisasi

massa yang ada. Misalnya dari Persatuan Guru Indonesia; Perkumpulan

Pegawai Pos Menengah; Pegawai Pos Telegraf Telepon dan Radio; serta

Pengurus Besar Istri Indonesia di bawah pimpinan Maria Ulfah Santoso. Dari

kalangan pemuda terdapat sambutan dari organisasi Barisan Banteng dan

dari kelompok pelajar terdapat sambutan dari organisasi Badan Perantaraan

Pelajar Indonesia serta Ikatan Sport Indonesia. Mereka semua bergabung ke

dalam Putera.

Putera pun berkembang dan bertambah kuat. Sekalipun di tingkat daerah

tidak berkembang baik, namun Putera telah berhasil mempersiapkan rakyat

secara mental bagi kemerdekaan Indonesia. Melalui rapat-rapat dan media

massa, pengaruh Putera semakin meluas. Perkembangan Putera akhirnya

menimbulkan kekhawatiran di pihak Jepang. Oleh karena itu, Putera telah

dimanfaatkan oleh pemimpin-pemimpin nasionalis untuk mempersiapkan

ke arah kemerdekaan, tidak digunakan sebagai usaha menggerakkan massa

untuk membantu Jepang. Ternyata sikap dan tindakan para pemimpin

nasionalis ini tercium juga oleh penguasa Jepang, maka pada tahun 1944

Putera dinyatakan bubar oleh Jepang. Melalui badan propaganda Jepang ini

Bahasa Indonesia mulai tersebar di kalangan masyarakat Indonesia sekaligus

pula membuat nasionalisme Indonesia semakin kuat.

c.

Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syura Muslimin

(Masyumi)

Berbeda dengan pemerintah Hindia Belanda yang cenderung anti terhadap

umat Islam, Jepang lebih ingin bersahabat dengan umat Islam di Indonesia.

Jepang sangat memerlukan kekuatan umat Islam untuk membantu

melawan Sekutu. Oleh karena itu, sebuah organisasi Islam MIAI yang cukup

berpengaruh pada masa pemerintah kolonial Belanda, mulai dihidupkan

kembali oleh pemerintah pendudukan Jepang. Pada tanggal 4 September

1942 MIAI diizinkan aktif kembali. Dengan demikian, MIAI diharapkan segera

dapat digerakkan sehingga umat Islam di Indonesia dapat dimobilisasi untuk

keperluan perang.

Dengan diaktifkannya kembali MIAI, maka MIAI menjadi organisasi

pergerakan yang cukup penting di zaman pendudukan Jepang. MIAI

menjadi tempat bersilaturakhim, menjadi wadah tempat berdialog, dan

bermusyawarah untuk membahas berbagai hal yang menyangkut kehidupan

23

Sejarah Indonesia

umat, dan tentu saja bersinggungan dengan perjuangan. MIAI senantiasa

menjadi organisasi pergerakan yang cukup diperhitungkan dalam perjuangan

membangun kesatuan dan kesejahteraan umat. Semboyan yang terkenal

adalah “

berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah

berpecah belah

”.

Dengan demikian, pada masa pendudukan Jepang, MIAI

berkembang baik. Kantor pusatnya semula di Surabaya kemudian pindah ke

Jakarta.

Adapun tugas dan tujuan MIAI waktu itu adalah sebagai berikut.

1)

Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masya-

rakat Indonesia.

2)

Mengharmoniskan Islam dengan tuntutan perkembangan zaman.

3)

Ikut membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.

Untuk merealisasikan tujuan dan melaksanakan tugas itu, MIAI membuat

program yang lebih menitikberatkan pada program-program yang bersifat

sosio-religius.

Secara khusus program-program itu akan diwujudkan melalui

rencana sebagai berikut:

1)

pembangunan masjid Agung di Jakarta,

2)

mendirikan universitas, dan

3)

membentuk

baitulmal

.

Dari ketiga program ini yang mendapatkan lampu hijau dari Jepang hanya

program yang ketiga.

»

Coba perhatikan! Mengapa Jepang tidak memberi “restu” MIAI

membangun masjid agung dan universitas? Coba cari jawabnya!

MIAI terus mengembangkan diri di tengah-tengah ketidakcocokan

dengan kebijakan dasar Jepang. MIAI menjadi tempat pertukaran pikiran

dan pembangunan kesadaran umat agar tidak terjebak pada perangkap

kebijakan Jepang yang semata-mata untuk memenangkan perang Asia

Timur Raya. Pada bulan Mei 1943, MIAI berhasil membentuk Majelis Pemuda

yang diketuai oleh Ir. Sofwan dan juga membentuk Majelis Keputrian yang

dipimpin oleh Siti Nurjanah. Bahkan dalam mengembangkan aktivitasnya,

MIAI juga menerbitkan majalah yang disebut “Suara MIAI”.

Keberhasilan program

baitulmal,

semakin memperluas jangkauan

perkembangan MIAI. Dana yang terkumpul dari program tersebut semata-

mata untuk mengembangkan organisasi dan perjuangan di jalan Allah,

bukan untuk membantu Jepang.

24

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Arah perkembangan MIAI ini mulai dipahami oleh Jepang sebagai organisasi

yang tidak memberi konstribusi terhadap Jepang. Hal tersebut tidak sesuai

dengan harapan Jepang sehingga pada November 1943 MIAI dibubarkan.

Sebagai penggantinya, Jepang membentuk Masyumi (Majelis Syura Muslimin

Indonesia). Harapan dari pembentukan majelis ini adalah agar Jepang dapat

mengumpulkan dana dan dapat menggerakkan umat Islam untuk menopang

kegiatan perang Asia Timur Raya.

Ketua Masyumi ini adalah Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya dijabat oleh

Mas Mansur dan Wahid Hasyim. Orang yang diangkat menjadi penasihat

dalam organisasi ini adalah Ki Bagus Hadikusumo dan Abdul Wahab. Masyumi

sebagai induk organisasi Islam, anggotanya sebagian besar dari para ulama.

Dengan kata lain, para ulama dilibatkan dalam kegiatan pergerakan politik.

Masyumi cepat berkembang, di setiap karesidenan ada cabang Masyumi. Oleh

karena itu, Masyumi berhasil meningkatkan hasil bumi dan pengumpulan

dana. Dalam perkembangannya, tampil tokoh-tokoh muda di dalam

Masyumi antara lain Moh. Natsir, Harsono Cokroaminoto, dan Prawoto

Mangunsasmito. Perkembangan ini telah membawa Masyumi semakin maju

dan warna politiknya semakin jelas. Masyumi berkembang menjadi wadah

untuk bertukar pikiran antara tokoh-tokoh Islam dan sekaligus menjadi

tempat penampungan keluh kesah rakyat. Masyumi menjadi organisasi

massa yang pro rakyat, sehingga menentang keras adanya romusa. Masyumi

menolak perintah Jepang dalam pembentukannya sebagai penggerak

romusa. Dengan demikian Masyumi telah menjadi organisasi pejuang yang

membela rakyat.

Sikap tegas dan berani di kalangan tokoh-tokoh Islam itu akhirnya dihargai

Jepang. Sebagai contoh, pada suatu pertemuan di Bandung, ketika

pembesar Jepang memasuki ruangan, kemudian diadakan acara

seikerei

(sikap menghormati Tenno Heika dengan membungkukkan badan sampai

90 derajat ke arah Tokyo) ternyata ada tokoh yang tidak mau melakukan

seikerei,

yakni Abdul Karim Amrullah (ayah Hamka)

.

Akibatnya, muncul

ketegangan dalam acara itu. Namun, setelah tokoh Islam itu menyatakan

bahwa

seikerei

bertentangan dengan Islam, sebab sikapnya seperti orang

Islam rukuk waktu sholat. Menurut orang Islam rukuk hanya semata-mata

kepada Tuhan dan menghadap ke kiblat. Dari alasan itu, akhirnya orang-

orang Islam diberi kebebasan untuk tidak melakukan

seikerei

.

25

Sejarah Indonesia

d.

Jawa Hokokai

Tahun 1944, situasi Perang Asia Timur Raya mulai berbalik, tentara Sekutu

dapat mengalahkan tentara Jepang di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan

kedudukan Jepang di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu,

Panglima Tentara ke-16, Jenderal Kumaikici Harada membentuk organisasi

baru yang diberi nama

Jawa Hokokai

(Himpunan Kebaktian Jawa)

.

Untuk

menghadapi situasi perang tersebut, Jepang membutuhkan persatuan

dan semangat segenap rakyat baik lahir maupun batin. Rakyat diharapkan

memberikan darma baktinya terhadap pemerintah demi kemenangan

perang. Kebaktian yang dimaksud memuat tiga hal:

1)

mengorbankan diri,

2)

mempertebal persaudaraan, dan

3)

melaksanakan suatu tindakan dengan bukti.

Susunan

dan kepemimpinan organisasi Jawa Hokokai berbeda dengan

Putera. Jawa Hokokai benar-benar organisasi resmi pemerintah. Oleh karena

itu, pimpinan pusat Jawa Hokokai sampai pimpinan daerahnya langsung

dipegang oleh orang Jepang. Pimpinan pusat dipegang oleh

Gunseikan

,

sedangkan penasihatnya adalah Ir. Sukarno dan Hasyim Asy’ari. Di tingkat

daerah (

syu

/

shu

) dipimpin oleh

Syucokan/Shucokan

dan seterusnya sampai

daerah

ku

(desa

)

oleh

Kuco

(kepala desa/lurah)

,

bahkan sampai

gumi

di bawah

pimpinan

Gumico

.

Dengan demikian, Jawa Hokokai memiliki alat organisasi

sampai ke desa-desa, dukuh, bahkan sampai tingkat rukun tetangga

(Gumi

atau

Tonarigumi

).

Tonarigumi

dibentuk untuk mengorganisasikan seluruh

penduduk dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 10-20 keluarga.

Para kepala desa dan kepala dukuh serta ketua RT bertanggung jawab atas

kelompok masing-masing.

Adapun program-program kegiatan Jawa Hokokai sebagai berikut:

1)

melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerintah

Jepang

2)

memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan

semangat persaudaraan, dan

3)

memperkokoh pembelaan tanah air

Jawa Hokokai adalah organisasi pusat yang anggota-anggotanya terdiri atas

bermacam-macam

hokokai

(himpunan kebaktian) sesuai dengan bidang

profesinya. Misalnya

Kyoiku Hokokai

(kebaktian para pendidik guru-guru) dan

Isi Hokokai

(wadah kebaktian para dokter). Jawa Hokokai juga mempunyai

anggota istimewa, seperti

Fujinkai

(organisasi wanita), dan

Keimin Bunka

26

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Shidosho

(Pusat Kebudayaan)

.

Di dalam membantu memenangkan perang,

Jawa Hokokai telah berusaha antara lain dengan pengerahan tenaga dan

memobilisasi potensi sosial ekonomi, misalnya dengan penarikan hasil bumi

sesuai dengan target yang di tentukan.

Organisasi Jawa Hokokai ini tidak berkembang di luar Jawa, sehingga

Golongan nasionalis di luar Jawa kurang mendapatkan wadah. Penguasa di

luar Jawa seperti di Sumatra berpendapat bahwa di Sumatra terdapat banyak

suku, bahasa, dan adat istiadat, sehingga sulit dibentuk organisasi yang

besar dan memusat, kalau ada hanya lokal di tingkat daerah saja. Dengan

demikian, organisasi Jawa Hokokai ini juga dapat berkembang sesuai yang

diinginkan Jepang.

2. Organisasi Semimiliter

Sesuai dengan sifat pemerintahan militer, Jepang berusaha mengembangkan

organisasi militer. Namun, untuk memperkuat pemerintahannya Jepang juga

mengembangkan organisasi-organisasi semimiliter dan pengerahan para

pemuda yang kuat fisiknya.

a.

Pengerahan Tenaga Pemuda

Kelompok pemuda memegang peranan penting di Indonesia, apalagi melihat

jumlahnya yang cukup besar. Menurut penilaian Jepang, para pemuda apalagi

yang tinggal di daerah perdesaan, belum terpengaruh oleh alam pikiran Barat.

Mereka secara fisik cukup kuat, semangat, dan pemberani. Oleh karena

itu, perlu dikerahkan untuk membantu memperkuat posisi Jepang dalam

menghadapi perang. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut,

maka para pemuda dijadikan sasaran utama bagi propaganda Jepang.

Dengan“Gerakan Tiga A

serta semboyan “Jepang, Indonesia sama saja,

Jepang saudara tua”

,

tampaknya cukup menarik bagi kalangan pemuda.

Pernyataan Jepang tentang persamaan, dinilai sebagai suatu perubahan baru

dari keadaan di masa Belanda yang begitu diskriminatif.

27

Sejarah Indonesia

Sebelum secara resmi Jepang membentuk organisasi-organisasi semimiliter,

Jepang telah melatih para pemuda untuk menjadi pemuda yang disiplin,

memiliki semangat juang tinggi (

seishin

) dan berjiwa ksatria

(bushido

)

yang

tinggi. Sesuai dengan sifat pemuda yang energik, maka yang ditekankan

kepada para pemuda adalah

seishin

(semangat) dan

bushido

(jiwa satria)

.

Selain itu, juga dikembangkan jiwa disiplin dan menghilangkan rasa

rendah diri. Salah satu cara untuk menanamkan nilat-nilai tersebut kepada

kaum muda adalah dengan pendidikan, baik pendidikan umum maupun

pendidikan khusus. Pendidikan umum, seperti sekolah rakyat (sekolah dasar)

dan sekolah menengah. Sedangkan pendidikan khusus adalah latihan-

latihan yang diadakan oleh Jepang. Latihan-latihan yang diadakan Jepang,

antara lain BPAR (Barisan Pemuda Asia Raya). Wadah ini digunakan untuk

menanamkan semangat Jepang. BPAR diadakan dari tingkat pusat di Jakarta.

Kemudian di daerah-daerah dibentuk Komite Penginsafan Pemuda

,

yang

anggota-anggotanya terdiri atas unsur kepanduan. Bentuk komite seperti ini

sifatnya lokal dan disesuaikan dengan situasi daerah masing-masing.

Barisan Pemuda Asia Raya tingkat pusat diresmikan pada tanggal 11 Juni

1942 dengan pimpinan dr. Slamet Sudibyo dan S.A. Saleh. Sebenarnya,

BPAR bagian dari Gerakan Tiga A. Program latihan di BPAR diadakan dalam

jangka waktu tiga bulan dan jumlah peserta tidak dibatasi. Semua pemuda

boleh masuk mengikuti latihan. Di dalam latihan-latihan tersebut ditekankan

pentingnya semangat dan keyakinan, mengingat mereka akan menjadi

pimpinan para pemuda.

Selain BPAR, Jepang juga membentuk wadah latihan yang disebut

San A

Seinen Kutensho

di bawah Gerakan Tiga A

,

yang diprakarsai oleh H. Shimuzu

dan Wakabayashi

.

Di dalam

San A Seinen Kutensho

latihan diadakan selama

satu setengah bulan. Latihan-latihannya bersifat khusus, yakni ditujukan

kepada para pemuda yang sudah pernah aktif di dalam organisasi, misalnya

kepanduan. Di samping latihan-latihan yang berkaitan dengan kedisiplinan

dan semangat, pemuda juga diajari mengenai pengetahuan-pengetahuan

praktis seperti memasak, merawat rumah, serta berkebun. Selain itu,

pemuda juga diajari bahasa Jepang. Pada tahap pertama pelatihan, telah

dilatih sebanyak 250 orang.

Meskipun telah dibentuk

San A Seinen Kutensho

,

perkumpulan kepanduan

juga masih diadakan, misalnya “Perkemahan Kepanduan Indonesia”

(Perkindo) yang diadakan di Jakarta. Gerakan kepanduan merupakan wadah

28

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012.

Gambar 5.6

Latihan Seinendan.

yang cukup baik untuk membina kader yang penuh semangat dan disiplin.

Perkumpulan ini pernah dikunjungi oleh

Gunseikan

dan tokoh Empat

Serangkai dari Putera.

b.

Organisasi Seinendan

Seinendan

(Korps Pemuda) adalah organisasi para pemuda yang berusia

14-22 tahun. Pada awalnya, anggota Seinendan 3.500 orang pemuda dari

seluruh Jawa. Tujuan dibentuknya Seinendan adalah untuk mendidik dan

melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah

airnya dengan kekuatan sendiri. Bagi Jepang, untuk mendapatkan tenaga

cadangan guna memperkuat usaha mencapai kemenangan dalam perang

Asia Timur Raya, perlu diadakannya pengerahan kekuatan pemuda. Oleh

karena itu, Jepang melatih para pemuda atau para remaja melalui organisasi

Seinendan. Dalam hal ini Seinendan difungsikan sebagai barisan cadangan

yang mengamankan garis belakang.

Pengkoordinasian kegiatan Seinendan ini diserahkan kepada penguasa

setempat. Misalnya di daerah tingkat

syu,

ketuanya

syucokan

sendiri.

Begitu juga di daerah

ken,

ketuanya

kenco

sendiri dan seterusnya. Untuk

memperbanyak jumlah Seinendan

,

Jepang juga menggerakkan Seinendan

29

Sejarah Indonesia

bagian putri yang disebut

Josyi

Seinendan

.

S

ampai pada masa akhir

pendudukan Jepang, jumlah Seinendan itu mencapai sekitar 500.000

pemuda. Tokoh-tokoh Indonesia yang pernah menjadi anggota Seinendan

antara lain, Sukarni dan Latief Hendraningrat.

c. Keibodan

Organisasi

Keibodan

(Korps Kewaspadaan) merupakan organisasi semimiliter

yang anggotanya para pemuda yang berusia antara 25-35 tahun. Ketentuan

utama untuk dapat masuk Keibodan adalah mereka yang berbadan sehat

dan berkelakuan baik. Apabila dilihat dari usianya, para anggota Keibodan

sudah lebih matang dan siap untuk membantu Jepang dalam keamanan

dan ketertiban. Pembentukan Keibodan ini memang dimaksudkan untuk

membantu tugas polisi, misalnya menjaga lalu lintas dan pengamanan desa.

Untuk itu anggota Keibodan juga dilatih kemiliteran. Pembina keibodan

adalah Departemen Kepolisian

(Keimubu)

dan di daerah

syu (shu)

dibina oleh

Bagian Kepolisian

(Keisatsubu)

.

Di kalangan orang-orang Cina juga dibentuk

Keibodan yang dinamakan

Kakyo Keibotai.

Sumber: PETA: Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa dan Sumatera 1942-1945, 1996.

Gambar 5.7

Chudancho Latief Hendraningrat sedang memberikan pelajaran.

30

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan keibodan maka Jepang

mengadakan program latihan khusus untuk para kader. Latihan khusus

tersebut diselenggarakan di sekolah Kepolisian di Sukabumi. Jangka waktu

latihan tersebut selama satu bulan. Mereka dibina secara khusus dan diawasi

secara langsung oleh para polisi Jepang. Mereka tidak boleh terpengaruh

oleh kaum nasionalis.

Organisasi Seinendan dan Keibodan dibentuk di daerah-daerah seluruh

Indonesia, meskipun namanya berbeda-beda. Misalnya di Sumatra disebut

Bogodan

dan di Kalimantan disebut

Borneo Konan Kokokudan

.

Jumlah

anggota Seinendan diperkirakan mencapai dua juta orang dan keibodan

mencapai sekitar satu juta anggota.

Selain Seinendan dan Keibodan

,

pada bulan Agustus 1943 juga dibentuk

Fujinkai

(Perkumpulan Wanita). Anggotanya minimal harus berusia 15 tahun.

Fujinkai

bertugas di garis belakang untuk meningkatkan kesejahteraan dan

kesehatan masyarakat melalui kegiatan pendidikan dan kursus-kursus.

Ketika situasi perang semakin memanas, Fujinkai ini juga diberi latihan

militer sederhana, bahkan pada tahun 1944 dibentuk “Pasukan Srikandi”.

Organisasi sejenis juga dibentuk untuk usia murid SD yang disebut

Seinentai

(barisan murid sekolah dasar), kemudian dibentuk

Gakukotai

(barisan murid

sekolah lanjutan).

d.

Barisan Pelopor

Pada pertengahan tahun 1944, diadakan rapat

Chuo-Sangi-In

(Dewan

Pertimbangan Pusat)

.

Salah satu keputusan rapat tersebut adalah

merumuskan cara untuk menumbuhkan keinsyafan dan kesadaran yang

mendalam di kalangan rakyat untuk memenuhi kewajiban dan membangun

persaudaraan untuk seluruh rakyat dalam rangka mempertahankan tanah

airnya dari serangan musuh. Sebagai wujud konkret dari kesimpulan rapat itu

maka pada tanggal 1 November 1944, Jepang membentuk organisasi baru

yang dinamakan “Barisan Pelopor”. Melalui organisasi ini diharapkan adanya

kesadaran rakyat untuk berkembang, sehingga siap untuk membantu Jepang

dalam mempertahankan Indonesia.Organisasi semimiliter “Barisan Pelopor”

ini tergolong unik karena pemimpinnya adalah seorang nasionalis, yakni Ir.

Sukarno, yang dibantu oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran

Martoatmojo.

31

Sejarah Indonesia

Organisasi “Barisan Pelopor” berkembang di daerah perkotaan. Organisasi

ini mengadakan pelatihan militer bagi para pemuda, meskipun hanya

menggunakan peralatan yang sederhana, seperti senapan kayu dan bambu

runcing. Di samping itu, mereka juga dilatih bagaimana menggerakkan

massa, memperkuat pertahanan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan

kesejahteraan rakyat. Keanggotaan dari Barisan Pelopor ini mencakup

seluruh pemuda, baik yang terpelajar maupun yang berpendidikan rendah,

atau bahkan tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Keanggotaan yang

heterogen ini justru diharapkan menimbulkan semangat solidaritas yang

tinggi, sehingga timbul ikatan emosional dan semangat kebangsaan yang

tinggi.

Barisan Pelopor ini berada di bawah naungan Jawa Hokokai. Anggotanya

mencapai 60.000 orang. Di dalam Barisan Pelopor ini, dibentuk Barisan

Pelopor Istimewa yang anggotanya dipilih dari asrama-asrama pemuda

yang terkenal. Anggota Barisan Pelopor Istimewa berjumlah 100 orang, di

antaranya ada Supeno, D.N. Aidit, Johar Nur, dan Asmara Hadi. Ketua Barisan

Pelopor Istimewa adalah Sudiro. Barisan Pelopor Istimewa berada di bawah

kepemimpinan para nasionalis. Oleh karena itu, organisasi Barisan Pelopor

ini berkembang pesat. Dengan adanya organisasi ini, semangat nasionalisme

dan rasa persaudaraan di lingkungan rakyat Indonesia menjadi berkobar.

e. Hizbullah

Pada tanggal 7 September 1944, PM Jepang,

Kaiso

mengeluarkan janji

tentang kemerdekaan untuk Indonesia. Sementara keadaan di medan

perang, Jepang mengalami berbagai kekalahan. Jepang mulai merasakan

berbagai kesulitan. Keadaan tersebut memicu Jepang untuk menambah

kekuatan yang telah ada. Jepang merencanakan untuk membentuk pasukan

cadangan khusus dan pemuda-pemuda Islam sebanyak 40.000 orang.

Rencana Jepang untuk membentuk pasukan khusus Islam tersebut, cepat

tersebar di tengah masyarakat. Rencana ini segera mendapat sambutan

positif dari tokoh-tokoh Masyumi, sekalipun motivasinya berbeda. Begitu

pula para pemuda Islam lainnya, mereka menyambut dengan penuh

antusias. Bagi Jepang, pasukan khusus Islam itu digunakan untuk membantu

memenangkan perang, tetapi bagi Masyumi pasukan itu digunakan untuk

32

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

persiapan menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia. Berkaitan dengan hal

itu maka para pemimpin Masyumi mengusulkan kepada Jepang untuk

membentuk pasukan sukarelawan yang khusus terdiri atas pemuda-pemuda

Islam. Oleh karena itu, pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan

sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan

Hizbullah

(Tentara Allah) yang

dalam istilah Jepangnya disebut

Kaikyo Seinen Teishinti.

Tugas pokok Hizbullah

adalah sebagai berikut:

1)

Sebagai tentara cadangan dengan tugas:

a)

melatih diri jasmani maupun rohani dengan segiat-giat

nya,

b)

membantu tentara

Dai Nippon

,

c)

menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh, dan

d)

menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepen

tingan

perang.

2)

Sebagai pemuda Islam, dengan tugas:

a)

menyiarkan agama Islam,

b)

memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama, dan

c)

membela agama dan umat Islam Indonesia.

Untuk mengoordinasikan program dan kegiatan Hizbullah, maka dibentuk

pengurus pusat Hizbullah. Ketua pengurus pusat Hizbullah adalah KH. Zainul

Arifin, dan wakilnya adalah Moh. Roem. Anggota pengurusnya antara lain,

Prawoto Mangunsasmito, Kiai Zarkasi, dan Anwar Cokroaminoto.

Setelah itu, dibuka pendaftaran untuk anggota Hizbullah. Pada tahap

pertama pendaftaran melalui

Syumubu

(kantor Agama). Setiap keresidenan

diminta mengirim 25 orang pemuda Islam, rata-rata mereka para pemuda

berusia 17-25 tahun. Berdasarkan usaha tersebut, terkumpul 500 orang

pemuda. Para anggota Hizbullah ini kemudian dilatih secara kemiliteran

dan dipusatkan di Cibarusa, Bogor, Jawa Barat. Pada tanggal 28 Februari

1945, latihan secara resmi dibuka oleh pimpinan tentara Jepang. Pembukaan

latihan ini dihadiri oleh pengurus Masyumi, seperti K.H. Hasyim Asyari, K.H.

Wahid Hasyim, dan Moh. Natsir. Dalam pidato pembukaannya, pimpinan

tentara Jepang menegaskan bahwa para pemuda Islam dilatih agar menjadi

kader dan pemimpin barisan Hizbullah. Tujuannya adalah agar para pemuda

dapat mengatasi kesukaran perang dengan hati tabah dan iman yang

teguh. Para pelatihnya berasal dari komandan-komandan Peta

dan di bawah

pengawasan perwira Jepang, Kapten

Yanagawa Moichiro

(pemeluk Islam,

yang kemudian menikah dengan seorang putri dari Tasik).

33

Sejarah Indonesia

Latihan dilakukan di Cibarusa selama tiga setengah bulan. Program

latihannya di samping keterampilan fisik kemiliteran, juga dalam bidang

mental rohaniah. Keterampilan fisik kemiliteran dilatih oleh para komandan

Peta, sedangkan bidang mental kerohanian dilatih oleh K.H. Mustafa Kamil

(bidang kekebalan), K.H. Mawardi (bidang tauhid), K.H. Abdul Halim (bidang

politik), dan Kiai Tohir Basuki (bidang sejarah). Sementara itu, sebagai ketua

asrama adalah K.H. Zainul Arifin.

Latihan di Cibarusa berhasil membina kader-kader pejuang yang militan.

Pelatihan itu juga menumbuhkan semangat nasionalisme para kader

Hizbullah. Setelah selesai pelatihan, mereka kembali ke daerah masing-masing

untuk membentuk cabang-cabang Hizbullah beserta program pelatihannya.

Dengan demikian, berkembanglah kekuatan Hizbullah di berbagai daerah

Para anggota Hizbullah menyadari bahwa tanah Jawa adalah pusat

pemerintahan tanah air Indonesia maka harus dipertahankan. Apabila

Jawa yang merupakan garis terdepan diserang musuh, Hizbullah akan

mempertahankan dengan penuh semangat. Semangat ini tentu pada

hakikatnya bukan karena untuk membantu Jepang, tetapi demi tanah air

Indonesia. Jika Barisan Pelopor disebut sebagai organisasi semimiliter di

bawah naungan Jawa Hokokai, maka Hizbullah merupakan organisasi

semimiliter berada di bawah naungan Masyumi.

»

Mengapa Jepang memilih untuk membentuk pasukan cadangan

yang begitu besar dari umat Islam? Apa alasannya? Coba lakukan

telaah tentang hal itu!

3. Organisasi Militer

a.

Heiho

Heiho

(Pasukan Pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung

ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang, baik Angkatan Darat maupun

Angkatan Laut. Syarat-syarat untuk menjadi tentara Heiho antara lain:

1) umur 18-25 tahun

2) berbadan sehat

3) berkelakuan baik, dan

4) berpendidikan minimal sekolah dasar.

34

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Tujuan pembentukan Heiho adalah membantu tentara Jepang. Kegiatannya

antara lain, membangun kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan,

dan membantu perang tentara Jepang di medan perang. Sebagai contoh,

banyak anggota Heiho yang ikut perang melawan tentara Amerika Serikat di

Kalimantan, Irian, bahkan ada yang sampai ke Birma.

Organisasi Heiho lebih terlatih di dalam bidang militer dibanding dengan

organisasi-organisasi lain. Kesatuan Heiho merupakan bagian integral dari

pasukan Jepang. Mereka sudah dibagi-bagi menurut kompi dan dimasukkan

ke kesatuan Heiho menurut daerahnya, di Jawa menjadi bagian Tentara ke-

16 dan di Sumatera menjadi bagian Tentara ke-25. Selain itu, juga sudah

terbagai menjadi Heiho bagian angkatan darat, angkatan laut, dan juga bagian

Kempeitei

(kepolisian). Dalam Heiho, telah ada pembagian tugas, misalnya

bagian pemegang senjata antipesawat, tank, artileri, dan pengemudi.

Sejak berdiri sampai akhir pendudukan Jepang, diperkirakan jumlah anggota

Heiho mencapai sekitar 42.000 orang dan sebagian besar sekitar 25.000

berasal dari Jawa. Namun,dari sekian banyak anggota Heiho tidak seorang

pun yang berpangkat perwira, karena pangkat perwira hanya untuk orang

Jepang.

Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012.

Gambar 5.8

Latihan militer dalam Heiho.

35

Sejarah Indonesia

b.

Peta

Sekalipun tidak dapat dilepaskan dari rasa ketakutan akan adanya serangan

Sekutu, Jepang berusaha agar Indonesia dapat dipertahankan dari serangan

Sekutu. Heiho sebagai pasukan yang terintegrasi dengan pasukan Jepang

masih dipandang belum memadai. Jepang masih berusaha agar ada

pasukan yang secara konkret mempertahankan Indonesia. Oleh karena itu,

Jepang berencana membentuk pasukan untuk mempertahankan tanah air

Indonesia yang disebut Pasukan Pembela Tanah Air (Peta). Jepang berupaya

mempertahankan Indonesia dari serangan Sekutu secara sungguh-sungguh.

Hal ini bisa saja didasari oleh rasa was-was yang makin meningkat karena

situasi di medan perang yang bertambah sulit sehingga di samping Heiho,

Jepang juga membentuk organisasi Peta

.

Peta adalah organisasi militer yang pemimpinnya bangsa Indonesia yang

mendapatkan latihan kemiliteran

.

Mula-mula yang ditugasi untuk melatih

anggota Peta adalah seksi khusus dari bagian intelijen yang disebut

Tokubetsu

Han.

Bahkan sebelum ada perintah pembentukan Peta, bagian

Tokuhetsu

Han

sudah melatih para pemuda Indonesia untuk tugas intelijen. Latihan

tugas intelijen dipimpin oleh Yanagawa.

Latihan Peta itu kemudian berkembang secara sistematis dan terprogram.

Penyelenggaraannya berada di dalam

Seinen Dojo

(Panti Latihan Pemuda)

yang terletak di Tangerang. Mula-mula anggota yang dilatih hanya 40 orang

dari seluruh Jawa.

Pada akhir latihan angkatan ke-2 di

Seinen Dojo,

keluar perintah dari Panglima

tentara Jepang Letnan Jenderal Kumaikici Harada untuk membentuk Tentara

“Pembela Tanah Air”(Peta). Berkaitan dengan itu, Gatot Mangkuprojo

diminta untuk mengajukan rencana pembentukan organisasi Tentara

Pembela Tanah Air. Akhirnya, pada tanggal 3 Oktober 1943 secara resmi

berdirilah Peta. Berdirinya Peta ini berdasarkan peraturan dari pemerintah

Jepang yang disebut

Osamu

Seinendan

,

nomor 44. Berdirinya Peta ternyata

mendapat sambutan hangat di kalangan pemuda. Banyak di antara para

pemuda yang tergabung dalam Seinendan mendaftarkan diri menjadi

anggota Peta. Anggota Peta yang bergabung berasal dari berbagai golongan

di dalam masyarakat.

36

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Peta sudah mengenal adanya jenjang kepangkatan dalam organisasi,

misalnya

daidanco

(komandan batalion),

cudanco

(komandan kompi),

shodanco

(komandan peleton),

bundanco

(komandan regu), dan

giyuhei

(prajurit sukarela). Pada umumnya, para perwira yang menjadi komandan

batalion atau

daidanco

dipilih dari kalangan tokoh-tokoh masyarakat atau

orang-orang yang terkemuka, misalnya pegawai pemerintah, pemimpin

agama, politikus, dan penegak hukum. Untuk

cudanco

dipilih dari mereka

yang sudah bekerja, tetapi pangkatnya masih rendah, misalnya guru-guru

sekolah.

Shodanco

dipilih dari kalangan pelajar sekolah lanjutan. Adapun

budanco

dan

giyuhei

dipilih dari para pemuda tingkat sekolah dasar.

Untuk mencapai tingkat perwira Peta, para anggota harus mengikuti

pendidikan khusus. Pertama kali pendidikan itu dilaksanakan di Bogor

dalam lembaga pelatihan yang diberi nama Korps Latihan Pemimpin

Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa (

Jawa Boei Giyugun Kanbu

Kyoikutai

). Setelah menyelesaikan pelatihan, mereka ditempatkan di

berbagai

daidan

(batalion) yang tersebar di Jawa, Madura, dan Bali.

Menurut struktur organisasi kemiliteran, Peta tidak secara resmi ditempatkan

Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012.

Gambar 5.9

Seleksi penerimaan calon tentara Peta.

37

Sejarah Indonesia

pada struktur organisasi tentara Jepang. Hal ini memang berbeda dengan

Heiho. Peta dimaksudkan sebagai pasukan gerilya yang membantu melawan

apabila sewaktu-waktu terjadi serangan dari pihak musuh. Jelasnya,

Peta bertugas membela dan mempertahankan tanah air Indonesia dari

serangan Sekutu. Dalam kedudukannya di struktur organisasi militer Jepang,

Peta memiliki kedudukan yang lebih bebas atau fleksibel dan dalam hal

kepangkatan ada orang Indonesia yang sampai mencapai perwira. Oleh

karena itu, banyak di antara berbagai lapisan masyarakat yang tertarik untuk

menjadi anggota Peta. Sampai akhir pendudukan Jepang, anggota Peta

ada sekitar 37.000 orang di Jawa dan sekitar 20.000 orang di Sumatra. Di

Sumatra namanya lebih terkenal dengan

Giyugun

(prajurit-prajurit sukarela).

Orang-orang Peta inilah yang akan banyak berperan di bidang ketentaraan

di masa-masa berikutnya. Beberapa tokoh terkenal di dalam Peta, antara lain

Supriyadi dan Sudirman.

Memahami uraian tentang pendudukan Jepang seperti diterangkan di depan,

menunjukkan bahwa Jepang sebenarnya memerintah dengan otoriter,

bersifat tirani. Semua organisasi yang dibentuk diarahkan untuk kepentingan

perang. Oleh karena itu, program pendidikan bersifat militer.

38

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

KESIMPULAN

1.

Organisasi pergerakan di zaman pendudukan Jepang berdiri karena

prakarsa Jepang.

2.

Ada organisasi yang kooperatif, tetapi ada gerakan bawah tanah.

3.

Organisasi yang bersifat sosial kemasyarakatan misalnya Gerakan Tiga A,

Putera, dan Jawa Hokokai.

4.

Organisasi bersifat militer dan semimiliter antara lain: Seinendan,

Keibodan, Barisan Pelopor, Heiho, dan Peta.

5.

Sifat pemerintahan pendudukan Jepang di Indonesia cenderung otoriter

dan bersifat tirani.

6.

Meskipun zaman pendudukan Jepang disebut sebagai zaman edan oleh

orang-orang Jawa (lihat Ben Anderson,

Java in a Time at Revolution

,

bab I), namun mempunyai pengaruh yang cukup kuat bagi pertumbuhan

nasionalisme Indonesia, khususnya dalam penyebarluasan bahasa

Indonesia. Selain itu, peran pemuda makin meningkat serta keyakinan

bahwa bangsa Indonesia pun bisa maju seperti Jepang jika mau belaja

r.

39

Sejarah Indonesia

1.

Bagaimana penilaianmu tentang organisasi pergerakan di Indonesia

pada masa pendudukan Jepang? Terdapat dua model strategi, ada

yang bersifat kooperatif dengan Jepang, tetapi ada nonkooperatif atau

gerakan bawah tanah. Jelaskan secara kritis!

2.

Dalam pelaksanaan pemerintahan, wilayah Indonesia dibagi-bagi dari

tingkat karesidenan sampai desa. Mengapa dan apa alasan Jepang?

3.

Bagaimana penilaianmu berhasilkah taktik Jepang untuk menguasai

Indonesia dengan berbagai propaganda, “Jepang saudara tua”, Pan-

Asia dengan “Gerakan Tiga A”?

4.

Mengapa Jepang begitu semangat untuk membentuk organisasi-

organisasi militer dan semimiliter di Indonesia?

5. Bagaimana sifat pendudukan Jepang di Indonesia?

6.

Bagaimana pandangan dan penilaianmu tentang sikap tokoh-tokoh

Indonesia yang mau duduk sebagai pengurus dan anggota dari

berbagai organisasi pergerakan yang dibentuk Jepang? Apakah luntur

semangat nasionalismenya? Jelaskan!

LATIH UJI KOMPETENSI

40

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Tugas

Buatlah karya tulis tentang kisah sejarah dengan Tema: Jepang “Saudara

Tua”.

1.

Kamu dapat mencari koran, majalah, atau buku-buku yang mendukung

untuk membuat karya tulis tersebut.

2.

Dapat juga kamu mencari seorang narasumber, yang mengalami hidup

pada masa pendudukan Jepang di daerah sekitar tempat tinggalmu

untuk diwawancarai.

3.

Sebelum melakukan wawancara:

a.

Buatlah daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan!

b.

Bawalah buku catatan atau alat perekam untuk merekam

informasi saat berlangsungnya wawancara!

c.

Jangan lupa membawa kamera untuk melakukan

pendokumentasian yang sekiranya kamu anggap penting!

d. Setelah wawancara, buatlah transkrip hasil wawancaramu!

e.

Kemudian, buatlah laporan dalam bentuk esai sekitar 10

halaman!

41

Sejarah Indonesia

C

.

Pengerahan dan Penindasan Versus Perlawanan

»

Coba amati baik-baik gambar atau ilustrasi di atas!

1.

Gambar apakah kira-kira?

2.

Mengapa peristiwa seperti pada gambar itu terjadi?

3.

Ya, gambar di atas menunjukkan sebuah fakta tentang

romusa yang harus bekerja rodi di bawah kekejaman Jepang.

Bagaimana penilaianmu tentang kenyataan itu bila kita lihat

dari hakikat dan martabat sebagai manusia Indonesia?

Di balik senyum manis dan propaganda yang menjanjikan, ternyata Jepang

bertindak kejam. Jepang telah mengerahkan semua potensi dan kekuatan

yang ada untuk menopang perang yang sedang mereka hadapi untuk

melawan Sekutu. Jepang juga menguras aset kekayaan yang dimiliki Indonesia

untuk memenangkan perang dan melanjutkan industri di negerinya.

Mengamati Lingkungan

Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012.

Gambar 5.10

Pengerahan romusa yang sedang bekerja.

42

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Nah, uraian berikut akan membahas mengenai kebijakan dan tindakan

Jepang dalam mengerahkan semua kekuatan yang ada di Indonesia dan

juga kekejaman Jepang dalam berbagai bentuk kerja paksa, serta kebijakan-

kebijakan lain yang menyakitkan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, wajar jika

kemudian muncul berbagai perlawanan.

1. Ekonomi Perang

Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, diterapkan konsep “Ekonomi

perang”. Artinya, semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk

menopang kegiatan perang. Perlu dipahami bahwa sebelum memasuki PD

II, Jepang sudah berkembang menjadi negara industri dan sekaligus menjadi

kelompok negara imperialis di Asia. Oleh karena itu, Jepang melakukan

berbagai upaya untuk memperluas wilayahnya. Sasaran utamanya antara

lain Korea dan Indonesia. Dalam bidang ekonomi, Indonesia sangat menarik

bagi Jepang. Sebab Indonesia merupakan kepulauan yang begitu kaya akan

berbagai hasil bumi, pertanian, tambang, dan lain-lainnya. Kekayaan Indonesia

tersebut sangat cocok untuk kepentingan industri Jepang. Indonesia juga

dirancang sebagai tempat penjualan produk-produk industrinya. Meletusnya

PD II pada hakikatnya merupakan wujud konkret dari ambisi dan semangat

imperialisme masing-masing negara untuk memperluas daerah kekuasaannya.

Oleh karena itu, pada saat berkobarnya PD II, Indonesia benar-benar menjadi

sasaran perluasan pengaruh kekuasaan Jepang. Bahkan, Indonesia kemudian

menjadi salah satu benteng pertahanan Jepang untuk membendung gerak

laju kekuatan tentara Serikat dan melawan kekuatan Belanda.

Setelah berhasil menguasai Indonesia, Jepang mengambil kebijakan dalam

bidang ekonomi yang sering disebut

self help.

Hasil perekonomian di

Indonesia dijadikan modal untuk mencukupi kebutuhan pemerintahan

Jepang yang sedang berkuasa di Indonesia. Kebijakan Jepang itu juga

sering disebut dengan Ekonomi Perang. Untuk lebih jelasnya perlu dilihat

bagaimana tindakan-tindakan Jepang dalam bidang ekonomi di Indonesia.

Ekonomi uang yang pernah dikembangkan masa pemerintahan Belanda

tidak lagi populer.

Memahami Teks

43

Sejarah Indonesia

Nah, uraian berikut akan membahas mengenai kebijakan dan tindakan

Jepang dalam mengerahkan semua kekuatan yang ada di Indonesia dan

juga kekejaman Jepang dalam berbagai bentuk kerja paksa, serta kebijakan-

kebijakan lain yang menyakitkan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, wajar jika

kemudian muncul berbagai perlawanan.

1. Ekonomi Perang

Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, diterapkan konsep “Ekonomi

perang”. Artinya, semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk

menopang kegiatan perang. Perlu dipahami bahwa sebelum memasuki PD

II, Jepang sudah berkembang menjadi negara industri dan sekaligus menjadi

kelompok negara imperialis di Asia. Oleh karena itu, Jepang melakukan

berbagai upaya untuk memperluas wilayahnya. Sasaran utamanya antara

lain Korea dan Indonesia. Dalam bidang ekonomi, Indonesia sangat menarik

bagi Jepang. Sebab Indonesia merupakan kepulauan yang begitu kaya akan

berbagai hasil bumi, pertanian, tambang, dan lain-lainnya. Kekayaan Indonesia

tersebut sangat cocok untuk kepentingan industri Jepang. Indonesia juga

dirancang sebagai tempat penjualan produk-produk industrinya. Meletusnya

PD II pada hakikatnya merupakan wujud konkret dari ambisi dan semangat

imperialisme masing-masing negara untuk memperluas daerah kekuasaannya.

Oleh karena itu, pada saat berkobarnya PD II, Indonesia benar-benar menjadi

sasaran perluasan pengaruh kekuasaan Jepang. Bahkan, Indonesia kemudian

menjadi salah satu benteng pertahanan Jepang untuk membendung gerak

laju kekuatan tentara Serikat dan melawan kekuatan Belanda.

Setelah berhasil menguasai Indonesia, Jepang mengambil kebijakan dalam

bidang ekonomi yang sering disebut

self help.

Hasil perekonomian di

Indonesia dijadikan modal untuk mencukupi kebutuhan pemerintahan

Jepang yang sedang berkuasa di Indonesia. Kebijakan Jepang itu juga

sering disebut dengan Ekonomi Perang. Untuk lebih jelasnya perlu dilihat

bagaimana tindakan-tindakan Jepang dalam bidang ekonomi di Indonesia.

Ekonomi uang yang pernah dikembangkan masa pemerintahan Belanda

tidak lagi populer.

Memahami Teks

Pada waktu Jepang mendarat di Indonesia pada tahun 1942, ternyata

tentara Hindia Belanda telah membumihanguskan objek-objek vital yang ada

di Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar Jepang mengalami kesulitan dalam

upaya menguasai Indonesia. Akibat dari pembumihangusan itu, keadaan

perekonomian di Indonesia menjadi lumpuh pada awal pendudukan Jepang.

Sehubungan dengan keadaan tersebut, langkah pertama yang diambil

Jepang adalah melakukan pengawasan dan perbaikan prasarana ekonomi.

Beberapa prasarana seperti jembatan, alat transportasi, telekomunikasi,

dan bangunan-bangunan diperbaiki. Kemudian beberapa peraturan yang

mendukung program pengawasan kegiatan ekonomi dikeluarkan termasuk

ditetapkannya peraturan pengendalian kenaikan harga. Bagi mereka yang

melanggar, akan dijatuhi hukuman berat.

»

Apa yang dimaksud dengan Ekonomi Perang itu? Coba jelaskan!

Sementara itu, bidang perkebunan di masa Jepang mengalami kemunduran.

Hal ini berkaitan dengan kebijakan Jepang yang memutuskan hubungan

dengan Eropa (yang merupakan pusat perdagangan dunia). Karena tidak

perlu memperdagangkan hasil perkebunan yang laku di pasaran dunia,

seperti tebu (gula), tembakau, teh, dan kopi, maka Jepang tidak lagi

mengembangkan jenis tanaman tersebut. Bahkan tanah-tanah perkebunan

diganti menjadi tanah pertanian sesuai dengan kebutuhan Jepang. Tanah-

tanah itu diganti dengan tanaman padi untuk menghasilkan bahan makanan

dan bahan-bahan lain yang sangat dibutuhkan, misalnya jarak. Tanaman

jarak waktu itu sangat dibutuhkan karena dapat digunakan sebagai minyak

pelumas mesin-mesin, termasuk mesin pesawat terbang. Tanaman kina juga

sangat dibutuhkan, yaitu untuk membuat obat antimalaria, sebab penyakit

malaria sangat mengganggu dan melemahkan kemampuan tempur para

prajurit. Pabrik obat yang sudah ada di Bandung sejak zaman Belanda terus

dihidupkan. Tanaman tebu di Jawa juga mulai dikurangi. Pabrik-pabrik gula

sebagian besar mulai ditutup. Penderesan getah karet di Sumatera mulai

dihentikan. Tanaman-tanaman tembakau, teh, dan kopi di berbagai tempat

dikurangi. Oleh karena itu, pada masa Jepang ini, hasil-hasil perkebunan

sangat menurun. Produksi karet juga turun menjadi seperlimanya produksi

tahun 1941. Pada tahun 1943 produksi teh turun menjadi sepertiganya dari

zaman Hindia Belanda. Beberapa pabrik tekstil juga mulai ditutup karena

pengadaan kapas dan benang begitu sulit. Dalam bidang transportasi,

Jepang merasakan kekurangan kapal-kapal. Oleh karena itu, Jepang terpaksa

mengadakan industri kapal angkut dari kayu. Jepang juga membuka pabrik

mesin, paku, kawat, dan baja pelapis granat, tetapi semua usaha itu tidak

berkembang lancar karena kekurangan suku cadang.

44

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Kebutuhan pangan untuk menopang perang semakin meningkat, sehingga

kegiatan penanaman untuk menghasilkan bahan pangan terus ditingkatkan.

Dalam hal ini, organisasi Jawa Hokokai giat melakukan kampanye untuk

meningkatkan usaha pengadaan pangan terutama beras dan jagung. Tanah

pertanian baru, bekas perkebunan dibuka untuk menambah produksi

beras. Di Sumatra Timur, daerah bekas perkebunan yang luasnya ribuan

hektar ditanami kembali sehingga menjadi daerah pertanian baru. Di tanah

Karo juga dibuka lahan pertanian baru dengan menggunakan tenaga para

tawanan. Di Kalimantan dan Sulawesi juga dibuka tanah pertanian baru untuk

menambah hasil beras. Untuk kepentingan penambahan lahan pertanian

ini, Jepang melakukan penebangan hutan secara liar dan besar-besaran. Di

Pulau Jawa dilakukan penebangan hutan secara liar sekitar 500.000 hektar.

Penebangan hutan secara liar dan berlebihan tersebut mengakibatkan hutan

menjadi gundul, sehingga timbullah erosi dan banjir pada musim penghujan.

Penebangan hutan secara liar tersebut juga berdampak pada berkurangnya

sumber mata air. Dengan demikian, sekalipun tanah pertanian semakin luas,

tetapi kebutuhan pangan tetap tidak tercukupi.

»

Bagaimana pendapat kamu tentang kebijakan Jepang tentang

penebangan hutan secara besar-besaran untuk membuka lahan

pertanian sebagau paya menambah bahan pangan!

Pemerintahan Jepang juga membuat berbagai kebijakan dalam bidang

pertanian. Kebijakan itu diantaranya yaitu kebijakan untuk “wajib serah

padi”. Kebijakan ini menjadikan Jawa sebagai “Lingkungan Kemakmuran

Bersama Asia Timur Raya”. Kebijakan ini melibatkan seluruh Asia Tenggara

serta Asia Timur. Juga kebijakan dalam penanaman jenis-jenis tanaman baru,

seperti kapas, yute-rosela, rami, dan jarak. Keadaan ini semakin menambah

beban bagi pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia. Untuk mengatasi

keadaan ini kemudian pemerintah pendudukan Jepang mengeluarkan

beberapa ketentuan yang sangat ketat yang terkait dengan produksi padi.

a)

Padi berada langsung di bawah pengawasan pemerintah Jepang.

Hanya pemerintah Jepang yang berhak mengatur untuk produksi,

pungutan dan penyaluran padi serta menentukan harganya. Dalam

kaitan ini Jepang telah membentuk badan yang diberi nama

Shokuryo

Konri Zimusyo

(Kantor Pengelolaan Pangan).

b)

Penggiling dan pedagang padi tidak boleh beroperasi sendiri, harus

diatur oleh Kantor Pengelolaan Pangan.

45

Sejarah Indonesia

c)

Para petani harus menjual hasil produksi padinya kepada pemerintah

sesuai dengan kuota yang telah ditentukan dengan harga yang telah

ditetapkan pemerintah Jepang. Begitu juga padi harus diserahkan ke

penggilingan padi yang sudah ditunjuk pemerintah Jepang. Dalam hal

ini, berlaku ketentuan hasil keseluruhan produksi, petani berhak 40%,

kemudian 30% disetor kepada pemerintah melalui penggilingan yang

telah ditunjuk, dan 30% sisanya untuk persiapan bibit dengan disetor

ke lumbung desa.

Selama pendudukan Tirani Jepang kehidupan petani semakin merosot.

Mereka tidak bisa menikmati hasil jerih payahnya sebagai petani. Karena

hasil pertaniannya harus dijual dengan harga yang sudah ditentukan

Jepang (boleh dikatakan diserahkan kepada penguasa Jepang), sehingga

kehidupannya menjadi semakin menderita. Sebelum panen petani harus

melaporkan kepada

kucho

(kepala desa).

Kucho

inilah yang menjadi ujung

tombak pengumpulan hasil panen dari petani. Hasil panen itu ditimbang

dengan ukuran “kintalan” (atau kuintal yang sama dengan 100 kg), pada

hal sebelumnya menggunakan ukuran

dacin

( satu

dacin

kira-kira 65 kg) (Her

Suganda,

Rengasdengklok

, 2009)

Sumber : Sejarah Nasional Indonesia VI, 1984 .

Gambar 5.11.

Pengangkutan hasil padi yang akan dijual dan diserahkan kepada Jepang

46

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Dalam rangka mengendalikan kebijakan di bidang ekonomi, maka semua

objek vital dan alat-alat produksi dikuasai oleh Jepang dan di bawah

pengawasan yang sangat ketat. Pemerintah Jepang juga mengeluarkan

peraturan untuk menjalankan perekonomian di bidang perkebunan.

Perkebunan-perkebunan diawasi dan dipegang sepenuhnya oleh pemerintah

Jepang. Banyak perkebunan yang dirusak dan diganti dengan tanaman

yang sesuai untuk keperluan biaya perang. Rakyat dilarang menanam tebu

dan membuat gula. Beberapa perusahaan swasta Jepang yang menangani

pabrik gula adalah

Meiji Seito Kaisya.

Akibat kebijakan Jepang ini, tingkat

kesejahteraan bangsa Indonesia terus merosot.

Dengan diterapkannya kebijakan ekonomi perang itu, ekonomi uang yang

pernah dikembangkan masa pemerintahan Hindia Belanda tidak begitu

populer. Bahkan bank-bank yang pernah dikembangkan pemerintah Hindia

Belanda dilikuidasi. Semua aset bank disita. Selanjutnya, pada bulan April

1942, diumumkan suatu banking-moratorium tentang adanya penangguhan

pembayaran kewajiban-kewajiban bank. Beberapa bulan kemudian, pimpinan

tentara Jepang untuk Pulau Jawa, yang berada di Jakarta, mengeluarkan

ordonansi berupa perintah likuidasi untuk seluruh bank Belanda, Inggris,

dan beberapa bank Cina. Ordonansi serupa juga dikeluarkan oleh komando

militer Jepang di Singapura untuk bank-bank di Sumatera, sedangkan

kewenangan likuidasi bank-bank di Kalimantan dan

Great East

diberikan

kepada

Navy Ministry

di Tokyo.

Fungsi dan tugas bank-bank yang dilikuidasi tersebut, kemudian diambil

alih oleh bank-bank Jepang, seperti

Yokohama Specie Bank, Taiwan Bank,

dan

Mitsui Bank

,

yang pernah ada sebelumnya dan ditutup oleh Belanda

ketika mulai pecah perang. Sebagai bank sirkulasi di Pulau Jawa,

Javache

Bank

dilikuidasi dibentuklah

Nanpo Kaihatsu Ginko

yang melanjutkan tugas

tentara pendudukan Jepang dalam mengedarkan

invansion money

yang

dicetak di Jepang dalam tujuh denominasi, mulai dari satu hingga sepuluh

gulden

.Uang Belanda kemudian digantikan oleh uang Jepang.

»

Dengan berbagai ketentuan pemerintah Jepang tersebut, coba

bandingkan dengan kegiatan monopoli yang dilakukan pada zaman

Hindia Belanda! Adakah persamaannya? Coba lakukan telaah kritis

tentang hal itu!

47

Sejarah Indonesia

2. Pengendalian di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan

Pemerintah Jepang mulai membatasi kegiatan pendidikan. Jumlah sekolah

juga dikurangi secara drastis. Jumlah sekolah dasar menurun dari 21.500

menjadi 13.500 buah. Sekolah lanjutan menurun dari 850 menjadi 20

buah. Kegiatan perguruan tinggi boleh dikatakan macet. Jumlah murid

sekolah dasar menurun 30% dan jumlah siswa sekolah lanjutan merosot

sampai 90%. Begitu juga tenaga pengajarnya mengalami penurunan secara

signifikan. Muatan kurikulum yang diajarkan juga dibatasi. Mata pelajaran

bahasa Indonesia dijadikan mata pelajaran utama, sekaligus sebagai bahasa

pengantar. Kemudian, bahasa Jepang menjadi mata pelajaran wajib di

sekolah.

Para pelajar harus menghormati budaya dan adat istiadat Jepang. Mereka

juga harus melakukan kegiatan kerja bakti (

kinrohosyi

). Kegiatan kerja bakti

itu meliputi, pengumpulan bahan-bahan untuk perang, penanaman bahan

makanan, penanaman pohon jarak, perbaikan jalan, dan pembersihan asrama.

Para pelajar juga harus mengikuti kegiatan latihan jasmani dan kemiliteran.

Mereka harus benar-benar menjalankan semangat Jepang

(

Nippon Seishin

).

Para pelajar juga harus menyanyikan lagu

Kimigayo,

menghormati bendera

Hinomaru

dan melakukan gerak badan

(taiso

)

serta

seikerei.

Akibat keputusan pemerintah Jepang tersebut, membuat angka buta huruf

menjadi meningkat. Oleh karena itu, pemuda Indonesia mengadakan

program pemberantasan buta huruf yang dipelopori oleh

Putera.

Berdasarkan

kenyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa kondisi pendidikan di Indonesia

pada masa pendudukan Jepang mengalami kemunduran. Kemunduran

pendidikan itu juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah Jepang yang

lebih berorientasi pada kemiliteran untuk kepentingan pertahanan Indonesia

dibandingkan pendidikan. Banyak anak usia sekolah yang harus masuk

organisasi semimiliter sehingga banyak anak yang meninggalkan bangku

sekolah. Bagi Jepang, pelaksanaan pendidikan bagi rakyat Indonesia bukan

untuk membuat pandai, tetapi dalam rangka untuk pembentukan kader-

kader yang memelopori program Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.

Oleh karena itu, sekolah selalu menjadi tempat indoktrinasi kejepangan

.

»

Coba pikirkan baik-baik, mengapa Jepang melakukan pembatasan

dan pengendalian pendidikan di Indonesia?

48

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

3. Pengerahan Romusa

Berbagai kebijakan dan tindakan Jepang seperti disebutkan di atas telah

membuat penderitaan rakyat. Rakyat petani tidak dapat berbuat banyak

kecuali harus tunduk kepada praktik-praktik tirani Jepang. Penderitaan

rakyat ini semakin dirasakan dengan adanya kebijakan untuk pengerahan

tenaga romusa. Kamu tahu apa yang dimaksud dengan romusa? Coba cari

jawabnya!

Perlu diketahui bahwa untuk menopang Perang Asia Timur Raya, Jepang

mengerahkan semua tenaga kerja dari Indonesia. Tenaga kerja inilah yang

kemudian kita kenal dengan romusa. Mereka dipekerjakan di lingkungan

terbuka, misalnya di lingkungan pembangunan kubu-kubu pertahanan, jalan

raya, lapangan udara. Pada awalnya, tenaga kerja dikerahkan di Pulau Jawa

yang padat penduduknya, kemudian di kota-kota dibentuk barisan romusa

sebagai sarana propaganda. Desa-desa diwajibkan untuk menyiapkan

sejumlah tenaga romusa. Panitia pengerahan tersebut disebut

Romukyokai

,

yang ada di setiap daerah.

Rakyat yang dijadikan romusa pada umumnya adalah rakyat yang bertenaga

kasar. Pada awalnya, rakyat Indonesia melakukan tugas romusa secara

sukarela, sehingga Jepang tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh

tenaga. Sebab, rakyat sangat tertarik dengan propaganda tentara Jepang

sehingga rakyat rela

membantu untuk bekerja

apa saja tanpa digaji. Oleh

karena itu, di beberapa

kota pernah terdapat

beberapa romusa yang

sifatnya sementara

dan sukarela. Romusa

sukarela terdiri atas para

pegawai yang bekerja

(tidak digaji) selama satu

minggu di suatu tempat

yang penting. Salah satu

contoh ada rombongan

dari Jakarta dipimpin oleh

Sukarno. Para pekerja

sukarela ini bekerja dalam

Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan

Revolusi), 2012.

Gambar 5.12

Romusa sedang bekerja.

49

Sejarah Indonesia

suasana yang disebut “Pekan Perjuangan Mati-Matian”

.

Akan tetapi, lama-

kelamaan karena kebutuhan yang terus meningkat di seluruh kawasan Asia

Tenggara, pengerahan tenaga yang bersifat sukarela ini oleh pemerintah

Jepang diubah menjadi sebuah keharusan dan paksaan.

Rakyat Indonesia yang menjadi romusa itu diperlakukan dengan tidak

senonoh, tanpa mengenal perikemanusiaan. Mereka dipaksa bekerja sejak

pagi hari sampai petang, tanpa makan dan pelayanan yang cukup. Padahal

mereka melakukan pekerjaan kasar yang sangat memerlukan banyak asupan

makanan dan istirahat. Mereka hanya dapat beristirahat pada malam hari.

Kesehatan mereka tidak terurus. Tidak jarang di antara mereka jatuh sakit

bahkan mati kelaparan.

Untuk menutupi kekejamannya dan agar rakyat merasa tidak dirugikan, sejak

tahun 1943, Jepang melancarkan kampanye dan propaganda untuk menarik

rakyat agar mau berangkat bekerja sebagai romusa. Untuk mengambil hati

rakyat, Jepang memberi julukan mereka yang menjadi romusa itu sebagai

“Pejuang Ekonomi” atau “Pahlawan Pekerja”. Para romusa itu diibaratkan

sebagai orang-orang yang sedang menunaikan tugas sucinya untuk

memenangkan perang dalam Perang Asia Timur Raya. Pada periode itu

sudah sekitar 300.000 tenaga romusa dikirim ke luar Jawa. Bahkan sampai

ke luar negeri seperti ke Birma, Muangthai, Vietnam, Serawak, dan Malaya.

Sebagian besar dari mereka ada yang kembali ke daerah asal, ada yang tetap

tinggal di tempat kerja, tetapi kebanyakan mereka mati di tempat kerja.

Bagaimana dampak dari kebijakan dan tindakan Jepang tersebut?

Yang jelas penderitaan rakyat tidak berkurang tetapi justru semakin

bertambah. Kehidupan rakyat benar-benar menyedihkan. Bahan makanan

sulit didapatkan karena banyak petani yang menjadi pekerja romusa.

Gelandangan di kota-kota besar makin tumbuh subur, seperti di kota Surabaya,

Jakarta, Bandung, dan Semarang. Tidak jarang mereka mati kelaparan di

jalanan atau di bawah jembatan. Penyakit kudis menjangkiti masyarakat.

Pasar gelap tumbuh di kota-kota besar. Akibatnya, barang-barang keperluan

sulit didapatkan dan semakin sedikit jumlahnya. Masyarakat hidup dalam

kesulitan. Uang yang dikeluarkan Jepang tidak ada jaminannya, bahkan

mengalami inflasi yang parah. Bahan-bahan pakaian sulit didapatkan, bahkan

masyarakat menggunakan karung goni sebagai bahan pakaian mereka.

Obat-obatan juga sangat sulit didapatkan. Penderitaan rakyat Indonesia

semakin tidak tertahankan.

50

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

»

Coba

lakukan

refleksi,

bagaimana

perasaan

dan penilaianmu

terkait

dengan praktik romusa itu!

4. Perang Melawan Sang Tirani

Jepang yang mula-mula disambut dengan senang hati, kemudian berubah

menjadi kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang

daripada pemerintah Kolonial Belanda. Jepang seringkali bertindak sewenang-

wenang. Rakyat tidak bersalah ditangkap, ditahan, dan disiksa. Kekejaman

itu dilakukan oleh

kempetai

(polisi militer Jepang). Pada masa pendudukan

Jepang banyak gadis dan perempuan Indonesia yang ditipu oleh Jepang

dengan dalih untuk bekerja sebagai perawat atau disekolahkan, ternyata

hanya dipaksa untuk melayani para

kempetai

. Para gadis dan perempuan itu

disekap dalam kamp-kamp yang tertutup sebagai wanita penghibur. Kamp-

kamp itu dapat kita temukan di Solo, Semarang, Jakarta, dan Sumatera Barat.

Kondisi itu menambah deretan penderitaan rakyat di bawah kendali penjajah

Jepang. Oleh karena itu, wajar kalau kemudian timbul berbagai perlawanan

terhadap pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia.

a.

Aceh Angkat Senjata

Salah satu perlawanan terhadap Jepang di Aceh adalah perlawananan rakyat

yang terjadi di Cot Plieng yang dipimpin oleh Abdul Jalil. Abdul Jalil adalah

seorang ulama muda, guru mengaji di daerah Cot Plieng, Provinsi Aceh.

Karena melihat kekejaman dan kesewenangan pemerintah pendudukan

Jepang, terutama terhadap romusa, maka rakyat Cot Plieng melancarkan

perlawanan. Abdul Jalil memimpin rakyat Cot Plieng untuk melawan tindak

penindasan dan kekejaman yang dilakukan pendudukan Jepang.

Di Lhokseumawe, Abdul Jalil berhasil menggerakkan rakyat dan para santri di

sekitar Cot Plieng. Gerakan Abdul Jalil ini di mata Jepang dianggap sebagai

tindakan yang sangat membahayakan. Oleh karena itu, Jepang berusaha

membujuk Abdul Jalil untuk berdamai. Namun, Abdul Jalil bergeming dengan

ajakan damai itu. Karena Abdul Jalil menolak jalan damai, pada tanggal

10 November 1942, Jepang mengerahkan pasukannya untuk menyerang

Cot Plieng.

51

Sejarah Indonesia

Kemudian, pertempuran berlanjut hingga pada tanggal 24 November 1942,

saat rakyat sedang menjalankan ibadah salat subuh. Karena diserang, maka

rakyat pun dengan sekuat tenaga melawan. Rakyat dengan bersenjatakan

pedang dan kelewang, bertahan bahkan dapat memukul mundur tentara

Jepang. Serangan tentara Jepang diulang untuk yang kedua kalinya, tetapi

dapat digagalkan oleh rakyat. Kekuatan Jepang semakin ditingkatkan.

Kemudian, Jepang melancarkan serangan untuk yang ketiga kalinya dan

berhasil menghancurkan pertahanan rakyat Cot Plieng, setelah Jepang

membakar masjid. Banyak rakyat pengikut Abdul Jalil yang terbunuh.

Dalam keadaan terdesak, Abdul Jalil dan beberapa pengikutnya berhasil

meloloskan diri ke Buloh Blang Ara

.

Beberapa hari kemudian, saat Abdul

Jalil dan pengikutnya sedang menjalankan salat, mereka ditembaki oleh

tentara Jepang sehingga Abdul Jalil gugur sebagai pahlawan bangsa. Dalam

pertempuran ini, rakyat yang gugur sebanyak 120 orang dan 150 orang

luka-luka, sedangkan Jepang kehilangan 90 orang prajuritnya.

Kebencian rakyat Aceh terhadap Jepang semakin meluas sehingga muncul

perlawanan di Jangka Buyadi bawah pimpinan perwira

Gyugun

Abdul Hamid.

Dalam situasi perang yang meluas ke berbagai tempat, Jepang mencari

cara yang efektif untuk menghentikan perlawanan Abdul Hamid. Jepang

menangkap dan menyandera semua anggota keluarga Abdul Hamid. Dengan

berat hati akhirnya Abdul Hamid mengakhiri perlawanannya. Berikutnya

perlawanan rakyat berkobar di Pandrah Kabupaten Bireuen. Perlawanan

disebabkan oleh masalah penyetoran padi dan pengerahan tenaga romusa.

Kerja paksa yang diadakan Jepang terlalu memakan waktu panjang sehingga

para petani hampir tidak memiliki kesempatan untuk menggarap sawah. Di

samping itu, Jepang menancapi bambu runcing di sawah-sawah dengan

maksud agar tidak dapat digunakan Sekutu untuk mendaratkan pasukan

payungnya. Tindakan Jepang itu sangat merugikan rakyat. Fakta yang

memberatkan lagi, Jepang juga memaksa rakyat untuk menyerahkan hasil

panennya sebanyak 50 – 80%.

»

Kamu telah mempelajari bagaimana perjuangan rakyat Aceh dalam

memerangi kekejaman Jepang. Pelajaran apa yang kamu peroleh

sehingga kita dapat menjalani hidup yang lebih baik

?

52

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Sumber: Dengan Semangat

Berkobar: Nasionalisme dan

Gerakan Pemuda di Indonesia

1918-193, 2003.

Gambar 5.13

Kiai Zainal Mustafa.

b.

Perlawanan di Singaparna

Singaparna merupakan salah satu daerah di wilayah Jawa Barat, yang rakyatnya

dikenal sangat religius dan memiliki jiwa patriotik. Rakyat Singaparna sangat

anti terhadap dominasi asing. Oleh karena itu, rakyat Singaparna sangat

benci terhadap pendudukan Jepang, apalagi ketika mengetahui perilaku

pemerintahan Jepang yang sangat kejam. Kebijakan-kebijakan Jepang yang

diterapkan dalam kehidupan masyarakat, banyak yang tidak sesuai dengan

ajaran Islam, ajaran yang banyak dianut oleh masyarakat Singaparna. Atas

dasar pandangan dan ajaran Islam, rakyat Singaparna melakukan perlawanan

terhadap pemerintahan Jepang. Perlawanan itu juga dilatarbelakangi oleh

kehidupan rakyat yang semakin menderita.

Pengerahan tenaga romusa dengan paksa dan di bawah ancaman ternyata

sangat mengganggu ketenteraman rakyat. Para romusa dari Singaparna

dikirim ke berbagai daerah di luar Jawa. Mereka umumnya tidak kembali

karena menjadi korban keganasan alam maupun akibat tindakan Jepang yang

tidak mengenal perikemanusiaan. Mereka banyak yang meninggal tanpa

diketahui di mana kuburnya. Selain itu, rakyat juga diwajibkaan menyerahkan

padi dan beras dengan aturan yang sangat menjerat dan menindas rakyat,

sehingga penderitaan terjadi di mana-mana. Kemudian secara khusus rakyat

Singaparna di bawah Kiai Zainal Mustafa menentang keras untuk melakukan

seikeirei

.

Itulah sebabnya rakyat Singaparna mengangkat senjata melawan

Jepang

.

Perlawanan meletus pada bulan Februari, 1944.

Perlawanan dipimpin oleh Kiai Zainal Mustafa,

seorang

ajengan

di Sukamanah, Singaparna. Ia

adalah pendiri Pesantren Sukamanah. Pendiri

pesantren Sukamanah ini tidak mau kerja

sama dengan Jepang. Ia sangat menentang

kebijakan-kebijakan Jepang yang tidak sesuai

dengan ajaran Islam. Bahkan Zainal Mustafa

secara diam-diam telah membentuk “Pasukan

Tempur Sukamanah” yang dipimpin oleh

ajengan

Najminudin.

53

Sejarah Indonesia

Kiai Zainal Mustafa memulai pertempuran pada salah satu hari Jumat di

bulan Februari 1944. Sebelum perang itu dimulai, ada beberapa utusan

dari kepolisian Tasikmalaya dan beberapa orang Indonesia yang ingin

mengadakan perundingan dengan Zainal Mustafa. Namun, polisi Jepang

itu dilucuti senjatanya dan ditahan oleh pengikut Zainal Mustafa. Kemudian

ada seorang polisi yang disuruh kembali ke Tasikmalaya untuk melaporkan

yang baru saja terjadi dan menyampaikan ultimatum dari Kiai Zainal Mustafa

kepada pihak Jepang agar besok segera memerdekakan Jawa dan jika tidak,

maka akan terjadi pertempuran yang akan mengancam keselamatan orang-

orang Jepang.

Hari berikutnya datang kembali rombongan utusan Jepang ke Sukamanah

untuk mengadakan kembali perundingan dengan Zainal Mustafa.

Akan tetapi, utusan Jepang itu bersikap congkak dan sombong untuk

menunjukkan bahwa Jepang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan

lebih kuat. Hal ini menyulut kemarahan pengikut Zainal Mustafa, sehingga

utusan Jepang itu pun dilucuti senjatanya dan ditangkap bahkan ada yang

dibunuh, sementara ada juga yang berhasil melarikan diri. Setelah kejadian

ini, Jepang mengirimkan pasukan ke Sukamanah, yang terdiri dari 30

orang

kempetai

dan 60 orang polisi negara istimewa

(tokubetsu keisatsu)

dari Tasikmalaya dan Garut. Pertempuran terjadi lebih kurang satu jam di

kampung Sukamanah. Pihak rakyat menyerang dengan mempergunakan

pedang dan bambu runcing yang diikuti dengan teriakan takbir. Zainal

Mustafa dengan pengikutnya bertempur mati-matian untuk menghadapi

gempuran dari pihak Jepang. Karena jumlah pasukan yang lebih besar dan

peralatan senjata yang lebih lengkap, tentara Jepang berhasil mengalahkan

pasukan Zainal Mustafa. Dalam pertempuran ini banyak berguguran para

pejuang Indonesia. Kiai Zainal Mustafa ditangkap Jepang bersama gurunya

Kiai Emar. Selanjutnya Kiai Zainal Mustafa bersama 27 orang pengikutnya

diangkut ke Jakarta. Pada tanggal 25 Oktober 1944, mereka dihukum mati.

Sementara Kiai Emar disiksa oleh polisi Jepang dan akhirnya meninggal.

c.

Perlawanan di Indramayu

Perlawanan terhadap kekejaman Jepang juga terjadi di daerah Indramayu.

Latar belakang dan sebab-sebab perlawanan itu tidak jauh berbeda dengan

apa yang terjadi di Singaparna. Para petani dan rakyat Indramayu pada

umumnya hidup sangat sengsara. Jepang telah bertindak semena-mena

terhadap para petani Indramayu. Mereka harus menyerahkan sebagian besar

54

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

hasil padinya kepada Jepang. Tentu kebijakan ini sangat menyengsarakan

rakyat. Begitu juga kebijakan untuk mengerahkan tenaga romusa juga terjadi

di Indramayu, sehingga semakin membuat rakyat menderita.

Perlawanan rakyat Indramayu antara lain terjadi di Desa Kaplongan, Distrik

Karangampel pada bulan April 1944. Kemudian pada bulan Juli, muncul pula

perlawanan rakyat di Desa Cidempet, Kecamatan Lohbener. Perlawanan

tersebut terjadi karena rakyat merasa tertindas dengan adanya kebijakan

penarikan hasil padi yang sangat memberatkan. Rakyat yang baru saja

memanen padinya harus langsung dibawa ke balai desa. Setelah itu, pemilik

mengajukan permohonan kembali untuk mendapat sebagian padi hasil

panennya. Rakyat tidak dapat menerima cara-cara Jepang yang demikian.

Rakyat protes dan melawan. Mereka bersemboyan “lebih baik mati melawan

Jepang daripada mati kelaparan”. Setelah kejadian tersebut, maka terjadilah

perlawanan yang dilancarkan oleh rakyat. Namun, sekali lagi rakyat tidak

mampu melawan kekuatan Jepang yang didukung dengan tentara dan

peralatan yang lengkap. Rakyat telah menjadi korban dalam membela bumi

tanah airnya.

»

Demikian beberapa perlawanan yang dilakukan untuk melawan

tirani Jepang, baik di Singaparna maupun di Indramayu. Bagaimana

penilaianmu tentang perjuangan rakyat Indonesia? Bagaimana

penilaianmu tentang semboyan: “lebih baik mati melawan Jepang

daripada mati kelaparan?”

d.

Rakyat Kalimantan Angkat Senjata

Perlawanan rakyat terhadap kekejaman Jepang terjadi di banyak tempat.

Begitu juga di Kalimantan, terjadi peristiwa yang hampir sama dengan yang

terjadi di Jawa dan Sumatera. Rakyat melawan Jepang karena himpitan

penindasan yang dirasakan sangat berat. Salah satu perlawanan di Kalimantan

adalah perlawanan yang dipimpin oleh Pang Suma, seorang pemimpin Suku

Dayak. Pemimpin Suku Dayak ini memiliki pengaruh yang luas di kalangan

orang-orang atau suku-suku dari daerah Tayan, Meliau, dan sekitarnya.

Pang Suma dan pengikutnya melancarkan perlawanan terhadap Jepang dengan

taktik perang gerilya. Walaupun mereka hanya berjumlah sedikit, tetapi dengan

bantuan rakyat yang militan dan dengan memanfaatkan keuntungan alam

55

Sejarah Indonesia

berupa rimba belantara,

sungai, rawa, dan daerah

yang sulit ditempuh—

perlawanan berkobar

dengan sengitnya. Namun,

harus dipahami bahwa di

kalangan penduduk juga

berkeliaran para mata-mata

Jepang yang berasal dari

orang-orang Indonesia

sendiri. Lebih menyedihkan

lagi, para mata-mata itu

juga tidak segan-segan

menangkap rakyat,

melakukan penganiayaan,

dan pembunuhan, baik

terhadap orang-orang y a n g

dicurigai atau bahkan

terhadap saudaranya

s e n d i r i . Adanya mata-

mata inilah y a n g sering

membuat perlawanan

para pejuang Indonesia dapat dikalahkan oleh penjajah. Demikian juga

perlawanan rakyat yang dipimpin Pang Suma di Kalimantan ini akhirnya

mengalami kegagalan.

e.

Perlawanan Rakyat Irian Barat

Pada masa pendudukan Jepang, penderitaan juga dialami oleh rakyat di Irian

Barat. Mereka mendapat pukulan dan penganiayaan yang sering di luar batas

kemanusiaan. Oleh karena itu, wajar jika kemudian mereka melancarkan

perlawanan terhadap Jepang.

Gerakan perlawanan yang terkenal di Papua adalah “Gerakan Koreri”

yang berpusat di Biak dengan pemimpinnya bernama L. Rumkorem. Biak

merupakan pusat pergolakan untuk melawan pendudukan Jepang. Rakyat

Irian memiliki semangat juang pantang menyerah, sekalipun Jepang sangat

kuat, sedangkan rakyat hanya menggunakan senjata seadanya untuk

Sumber: Museum Naskah Perumusan Proklamasi.

Gambar 5.14

Kedatangan tentara Jepang di Borneo

Februari 1942.

56

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

melawan. Rakyat Irian terus memberikan perlawanan di berbagai tempat.

Mereka juga tidak memiliki rasa takut. Padahal kalau ada rakyat yang

tertangkap, Jepang tidak segan-segan memberi hukuman pancung di depan

umum. Namun, rakyat Irian tidak gentar menghadapi semua itu. Mereka

melakukan taktik perang gerilya. Tampaknya, Jepang cukup kewalahan

menghadapi keberanian dan taktik gerilya orang-orang Irian. Akhirnya,

Jepang tidak mampu bertahan menghadapi para pejuang Irian tersebut.

Jepang akhirnya meninggalkan Biak. Oleh karena itu, dapat dikatakan Pulau

Biak ini merupakan daerah bebas dan merdeka yang pertama di Indonesia.

Ternyata perlawanan di tanah Irian ini juga meluas ke berbagai daerah, dari

Biak kemudian ke Yapen Selatan. Salah seorang pemimpin perlawanan di

daerah ini adalah Silas Papare. Perlawanan di daerah ini berlangsung sangat

lama bahkan sampai kemudian tentara Jepang dikalahkan Sekutu. Setelah

berjuang bergerilya dalam waktu yang sangat lama, rakyat Yape Selatan

mendapatkan bantuan senjata dari Sekutu, bantuan senjata itu membantu

rakyat Yape Selatan untuk mengalahkan Jepang. Hal tersebut menunjukkan

bagaimana keuletan rakyat Irian dalam menghadapi kekejaman pendudukan

Jepang.

f.

Peta di Blitar Angkat Senjata

Pada masa pendudukan Jepang penderitaan rakyat sangat berat. Tidak

ada sedikit pun dari pemerintah pendudukan Jepang yang memikirkan

kehidupan rakyat yang diperintahnya.Yang ada pada benak Jepang adalah

memenangkan perang dan upaya mempertahankan Indonesia dari serangan

Sekutu. Namun, justru rakyat yang dikorbankan. Rakyat menjadi semakin

menderita. Penderitaan demi penderitaan ini mulai terlintas di benak

Supriyadi seorang

Shodanco

Peta. Tumbuhlah semangat dan kesadaran

nasional, sehingga timbul rencana untuk melakukan perlawanan terhadap

Jepang.

Sebagai komandan Peta, Supriyadi cukup memahami bagaimana penderitaan

rakyat akibat penindasan yang dilakukan Jepang. Masalah pengumpulan

hasil padi, pengerahan romusa, semua dilakukan secara paksa dengan tanpa

memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, sungguh kekejaman yang luar

biasa. Hal semacam ini juga dirasakan Supriyadi dan kawan-kawannya di

lingkungan Peta. Mereka kerap menyaksikan sikap congkak dan sombong

dari para

syidokan

yang melatih mereka.

57

Sejarah Indonesia

Para pelatih Jepang sering merendahkan para prajurit bumiputra. Hal ini

menambah rasa sakit hati sekaligus rasa benci pasukan Supriyadi terhadap

pemerintahan Jepang di Indonesia. Penderitaan rakyat itulah yang

menimbulkan rencana para anggota Peta di Blitar untuk melancarkan

perlawanan terhadap pendudukan Jepang. Rencana perlawanan itu

tampaknya sudah bulat tinggal menunggu waktu yang tepat. Dalam

perlawanan Peta tersebut, direncanakan akan melibatkan rakyat dan

beberapa kesatuan lain.

Apa pun yang terjadi, Supriyadi dengan teman-temannya sudah bertekad

bulat untuk melancarkan serangan terhadap pihak Jepang. Pada tanggal

29 Februari 1945 dini hari, Supriyadi dengan teman-temannya mulai

bergerak. Mereka melepaskan tembakan mortir, senapan mesin, dan granat

dari

daidan

, lalu keluar dengan bersenjata lengkap. Setelah pihak Jepang

mengetahui adanya gerakan penyerbuan itu, mereka segera mendatangkan

pasukan yang semuanya orang Jepang. Pasukan Jepang juga dipersenjatai

dengan beberapa tank dan pesawat udara. Mereka segera menghalau para

anggota Peta yang mencoba melakukan perlawanan. Tentara Jepang mulai

menguasai keadaan dan seluruh kota Blitar mulai dapat dikuasai. Pimpinan

tentara Jepang kemudian menyerukan kepada segenap anggota Peta yang

melakukan serangan, agar segera kembali ke induk kesatuan masing-masing.

Sumber: PETA: Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa dan Sumatera 1942-1945, 1996.

Gambar 5.15

Daidan Peta di Blitar.

58

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Beberapa kesatuan mulai memenuhi perintah pimpinan tentara Jepang itu.

Akan tetapi mereka yang kembali ke induk pasukannya memenuhi panggilan

justru ditangkapi, ditahan, dan disiksa oleh polisi Jepang. Selanjutnya

diserukan kepada anak buah Supriyadi agar menyerah dan kembali ke

induk pasukannya. Kurang lebih setengah dari batalion Supriyadi memenuhi

panggilan tersebut. Namun, pasukan yang lain tidak ingin kembali dan tetap

setia melakukan perlawanan Peta yang dipimpin oleh Supriyadi. Mereka yang

tetap melakukan perlawanan itu antara lain peleton pimpinan

Shodanco

,

Supriyadi, dan Muradi. Mereka membuat pertahanan di lereng Gunung Kawi

dan Distrik Pare.

Untuk menghadapi perlawanan Peta di bawah pimpinan Supriyadi, Jepang

mengerahkan semua pasukannya dan mulai memblokir serta mengepung

pertahanan pasukan Peta tersebut. Namun, pasukan Supriyadi tetap

bertahan. Mengingat semangat, tekad, dan keuletan pasukan Supriyadi dan

Muradi tersebut, maka Jepang mulai menggunakan tipu muslihat. Komandan

pasukan Jepang Kolonel Katagiri berpura-pura menyerah kepada pasukan

Muradi. Kolonel Katagiri kemudian bertukar pikiran dengan anggota pasukan

Peta dengan lemah lembut, penuh kesantunan, sehingga hati para pemuda

yang telah memuncak panas itu bisa membalik menjadi dingin kembali.

Kolonel Katagiri berhasil mengadakan persetujuan dengan mereka. Para

pemuda Peta yang melancarkan serangan bersedia kembali ke

daidan

beserta senjata-senjatanya. Katagiri menjanjikan, bahwa segala sesuatu akan

dianggap soal interen

daidan

, dan akan diurus oleh

Daidanco

Surakhmad.

Mereka akan diterima kembali dan tidak akan dibawa ke depan pengadilan

militer. Dengan hasil kesepakatan itu, maka pada suatu hari kira-kira pukul

delapan malam

Shodanco

Muradi tiba bersama pasukannya kembali ke

daidan

. Di sini sudah berderet barisan para perwira di bawah pimpinan

Daidanco

Surahmad. Sejenak kemudian

Shodanco

Muradi maju, lapor

kepada

Daidanco

Surakhmad, bahwa pasukannya telah kembali. Mereka

juga menyatakan menyesal atas perbuatan melawan Jepang dan berjanji

untuk setia kepada kesatuannya. Mereka tidak menyadari bahwa telah masuk

perangkap, karena dari tempat-tempat yang gelap pasukan Jepang telah

mengepung mereka. Mereka kemudian dilucuti senjatanya dan ditawan,

diangkut ke Markas

Kempetai

Blitar. Ternyata Muradi yang sudah menyerah

tetap diadili dan dijatuhi hukuman mati.

59

Sejarah Indonesia

Kekuatan Peta ini di bawah Supriyadi ini semakin lemah. Tidak terlalu lama

akhirnya perlawanan Peta di Blitar di bawah pimpinan Supriyadi ini dapat

dipadamkan. Tokoh-tokoh dan anggota Peta yang ditangkap kemudian

diadili di depan Mahkamah Militer Jepang di Jakarta.

Setelah melalui beberapa kali persidangan, mereka kemudian dijatuhi

hukuman sesuai dengan peranan masing-masing dalam perlawanan itu.

Ada yang mendapat pidana mati, ada yang seumur hidup, dan sebagainya.

Mereka yang dipidana mati antara lain, dr. Ismail, Muradi yang sudah

disebutkan di atas, Suparyono, Halir Mangkudijoyo, Sunanto, dan Sudarno.

Sementara itu, Supriyadi tidak jelas beritanya dan tidak disebut-sebut dalam

pengadilan tersebut.

»

Kamu sudah mempelajari bagaimana perlawanan Peta di Blitar

pimpinan Supriyadi. Bagaimana penilaianmu tentang sosok

Supriyadi, adakah nilai-nilai yang perlu kita teladani? Bagaimana

penilaianmu tentang taktik Jepang untuk menghadapi perlawanan

Peta di bawah pimpinan Supriyadi?

»

Perlawanan terhadap kekejaman Jepan tentu juga terjadi di berbagai

daerah, termasuk sangat mungkin terjadi di lingkungan kamu. Coba

kamu mencari informasi kira-kira peristiwa apa dan dimana yang

terkait dengan penentangan terhadap kedatangan dan Jepang?

KESIMPULAN

1 .

Jepang telah melakukan kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat Indonesia.

Salah satunya kebijakan Ekonomi Perang, produk ekonomi yang semua diperuntukkan

pemenangan Perang Asia Timur Raya.

2 .

Pengendalian pendidikan dan kebudayaan yang berdampak pada kemunduran bidang

ekonomi, rakyat menjadi bodoh dan banyak buta huruf. Bidang seni dan budaya juga

diawasi.

3 .

Untuk membantu pertahanan Jepang, pemerintah Tirani Jepang telah membentuk

organisasi militer dan semimiliter yang direkrut dari para muda Indonesia.

4 .

Karena tindak kekejaman dan kesewenang-wenangan Jepang telah menimbulkan

perlawanan di berbagai daerah.

60

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

LATIH UJI KOMPETENSI

1.

Mengapa Jepang menerapkan kebijakan “Ekonomi Perang”?

2.

Apakah kamu tahu yang dimaksud dengan

seikeirei

? Jelaskan!

3.

Bagaimana penilaianmu tentang pengerahan tenaga romusa oleh

pemerintah pendudukan Jepang?

4.

Bandingkan tentang kebijakan di bidang pendidikan antara zaman

Pemerintahan Kolonial Belanda dengan pemerintah pendudukan

Jepang di Indonesia!

5.

Jelaskan tentang dampak dari kebijakan Jepang yang sewenang-

wenang! Pelajaran apa yang kamu peroleh dari belajar tentang dampak

kebijakan itu dalam kehidupan sosial kemasyarakatan?

Tugas

1.

Coba amati berbagai situs atau pengaruh budaya yang terkait dengan

kebijakan dan kekejaman Jepang di Indonesia yang ada di lingkungan

kamu. Kemudian buatlah laporan telaah mu tentang hal itu?

2.

Coba buatlah karya tulis dengan judul: “Romusa”.

61

Sejarah Indonesia

D.

Drama Akhir Sang Tirani

Memahami Lingkungan

Apakah yang terlintas dalam pikiranmu, ketika kamu menanyakan alamat

seseorang? Tentu kamu akan menanyakan di jalan apa, di Rukun Tetangga

(RT) dan Rukun Warga (RW) berapakah orang tersebut tinggal. Dengan

mengetahui lokasi RT dan RW akan mempermudah untuk menemukan

alamat yang sedang dicarinya. Selain memudahkan pencarian alamat,

apakah sebenarnya fungsi RT dan RW saat ini? Tentu keberadaan RT dan

RW sekarang ini juga untuk mengordinasikan berbagai kegiatan sosial

kemasyarakatan dan pembangunan di lokasi tersebut. RT dan RW juga

menjadi kepanjangan tangan dari Kelurahan atau Desa dan pemerintahan di

atasnya, sehingga melalui RT informasi pemerintahan di tingkat kecamatan.

Kabupaten, provinsi bahkan pemerintahan pusat dapat sampai ke penduduk

di wilayah RT dan RW setempat.

Tetapi bagaimana keberadaan RT

pada masa pendudukan Tirani

Jepang? Istilah RT dan fungsinya ini

memang diefektifkan pada masa

pendudukan Jepang di Indonesia,

Namun tujuan keberadaan RT

masa pendudukan Jepang untuk

mematai-matai pribumi dalam

kerja romusa atau dalam upaya

menyerahkan hasil pertanian dan

barang lain dari rakyat ke pada

Jepang.

Dengan demikian RT dan RW

mempunyai peranan yang cukup

penting pada masa pendudukan

Jepang. Saat itu Jepang membuat

suatu kebijakan mengerahkan

massa untuk bekerja lebih giat.

Kerja itu kemudian menjurus ke

Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6

(Perang dan Revolusi), 2012.

Gambar 5.16

Penderitaan rakyat, kelaparan

rakyat terjadi di berbagai daerah.

62

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

arah kerja paksa, atau yang kita kenal dengan romusa. Untuk melaksanakan

tugas pengerahan massa dengan baik, maka dibentuklah

tonarigumi

(RT),

merupakan organisasi sosial yang efektif untuk mengawasi pengerahan

tenaga kerja rakyat. Karena tenaga sepenuhnya disediakan untuk kepentingan

Jepang, rakyat sendiri menjadi tidak terurus, ditambah lagi harus melakukan

kerja paksa, maka kehidupan rakyat semakin menderita. Coba amati gambar

di halaman sebelumnya!

Memahami Teks

1. Akibat Pendudukan Jepang di Indonesia

Pendudukan Jepang di Indonesia membawa dampak pada kehidupan

masyarakat Indonesia, baik di bidang politik, ekonomi, sosial-budaya,

pendidikan maupun di bidang birokrasi dan militer.

a.

Bidang Politik

Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang

penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan penggunaan bahasa

Jepang. Struktur pemerintahan dibuat sesuai dengan keinginan Jepang,

misalnya desa dengan

Ku,

kecamatan dengan

So,

kawedanan dengan

Gun

,

kotapraja dengan

Syi,

kabupaten dengan

Ken,

dan karesidenan dengan

Syu.

Setiap upacara bendera dilakukan penghormatan kearah Tokyo dengan

membungkukkan badan 90 derajat yang ditujukan pada Kaisar Jepang

Tenno Heika.

Seperti telah diterangkan di atas bahwa Jepang juga membentuk

pemerintahan militer dengan angkatan darat dan angkatan laut. Angkatan

darat yang meliputi Jawa-Madura berpusat di Batavia. Sementara itu di Sumatra

berpusat di Bukittinggi, angkatan lautnya membawahi Kalimantan, Sulawesi,

Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian, sebagai pusatnya di Ujungpandang.

Pemerintahan itu berada dibawah pimpinan Panglima Tertinggi Jepang

untuk Asia Tenggara yang berkedudukan di Dalat (Vietnam).

Jepang juga membentuk organisasi-organisasi dengan maksud sebagai alat

propaganda, seperti Gerakan Tiga A dan Putera, tetapi gerakan tersebut gagal

dan dimanfaatkan oleh kaum pergerakan sebagai wadah untuk pergerakan

63

Sejarah Indonesia

nasional. Tujuan utama pemerintah Jepang adalah menghapuskan pengaruh

Barat dan menggalang masyarakat agar memihak Jepang. Pemerintah Jepang

juga menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang diucapkan oleh

Perdana Menteri Tojo dalam kunjungannya ke Indonesia pada September

1943. Kebijakan politik Jepang yang sangat keras itu membangkitkan

semangat perjuangan rakyat Indonesia terutama kaum nasionalis untuk

segera mewujudkan cita-cita mereka, yaitu Indonesia merdeka.

b.

Keadaan Sosial-Budaya dan Ekonomi

Guna membiayai Perang Pasifik, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja

dari Indonesia. Mereka dikerahkan untuk membuat benteng-benteng

pertahanan. Mula-mula tenaga kerja dikerahkan dari Pulau Jawa yang

padat penduduknya. Kemudian di kota-kota dibentuk barisan romusa

sebagai sarana propaganda. Propaganda yang kuat itu menarik pemuda-

pemuda untuk bergabung dengan sukarela. Pengerahan tenaga kerja yang

mulanya sukarela lama-lama menjadi paksaan. Desa-desa diwajibkan untuk

menyiapkan sejumlah tenaga romusa. Panitia pengerahan disebut dengan

Romukyokai,

yang ada disetiap daerah.

Para pekerja romusa itu diperlakukan dengan kasar dan kejam. Mereka tidak

dijamin kehidupannya, kesehatan dan makan tidak diperhatikan. Banyak

pekerja romusa yang jatuh sakit dan meninggal. Untuk mengembalikan

citranya, Jepang mengadakan propaganda dengan menyebut pekerja romusa

sebagai “pahlawan pekerja” atau “prajurit ekonomi”. Mereka digambarkan

sebagai sosok yang suci dalam menjalankan tugasnya. Para pekerja romusa

itu juga dikirim ke Birma, Muangthai, Vietnam, Serawak, dan Malaya.

Saat itu kondisi masyarakat menyedihkan. Bahan makanan sulit didapat

akibat banyak petani yang menjadi pekerja romusa. Gelandangan di kota-

kota besar seperti Surabaya, Jakarta, Bandung, dan Semarang jumlahnya

semakin meningkat. Tidak jarang mereka mati kelaparan di jalanan atau

di bawah jembatan. Penyakit kudis menjangkiti masyarakat. Pasar gelap

tumbuh di kota-kota besar. Barang-barang keperluan sulit didapatkan

dan semakin sedikit jumlahnya. Uang yang dikeluarkan Jepang tidak ada

jaminannya, bahkan mengalami inflasi yang parah. Bahan-bahan pakaian

sulit didapatkan, bahkan masyarakat menggunakan karung goni sebagai

bahan pakaian mereka. Obat-obatan juga sangat sulit didapatkan.

64

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Semua objek vital dan alat-alat produksi dikuasai dan diawasi sangat ketat

oleh Pemerintah Jepang mengeluarkan peraturan untuk menjalankan

perekonomian. Perkebunan-perkebunan diawasi dan dipegang sepenuhnya

oleh pemerintah Jepang. Banyak perkebunan yang dirusak dan diganti

tanamannya untuk keperluan biaya perang. Rakyat dilarang menanam tebu

dan membuat gula. Beberapa perusahaan swasta Jepang yang menangani

pabrik gula adalah

Meiji Seito Kaisya.

Masyarakat juga diwajibkan untuk melakukan pekerjaan yang dinilai berguna

bagi masyarakat luas, seperti memperbaiki jalan, saluran air, atau menanam

pohon jarak. Mereka melakukannya secara bergantian. Untuk menjalankan

tugas tersebut dengan baik, maka dibentuklah

tonarigumi

(rukun tetangga)

untuk memobilisasi massa dengan efektif.

Sementara itu, proses komunikasi antarkomponen bangsa di Indonesia

mengalami kesulitan baik komunikasi antarpulau maupun komunikasi

dengan dunia luar, karena semua saluran komunikasi dikendalikan oleh

Jepang. Semua nama-nama kota yang menggunakan bahasa Belanda diganti

dengan Bahasa Indonesia, seperti Batavia menjadi Jakarta dan Buitenzorg

menjadi Bogor. Sementara itu, untuk mengawasi karya para seniman agar

tidak menyimpang dari tujuan Jepang, maka didirikanlah pusat kebudayaan

pada tanggal 1 April 1943 di Jakarta, yang bernama

Keimun Bunka Shidosho

.

Jepang yang mula-mula disambut dengan senang hati, kemudian berubah

menjadi kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang

daripada pemerintah Kolonial Belanda. Jepang seringkali bertindak sewenang-

wenang. Seringkali rakyat yang tidak bersalah ditangkap, ditahan, dan disiksa.

Kekejaman itu dilakukan oleh

kempetai

(polisi militer Jepang). Pada masa

pendudukan Jepang banyak gadis dan perempuan Indonesia yang ditipu

oleh Jepang dengan dalih untuk bekerja sebagai perawat atau disekolahkan,

tetapi dipaksa menemani para

kempetai.

Para gadis dan perempuan tersebut

disekap dalam kamp-kamp yang tertutup sebagai wanita penghibur. Kamp-

kamp tersebut dapat ditemukan di Solo, Semarang, Jakarta, dan Sumatera

Barat.

65

Sejarah Indonesia

c.

Pendidikan

Pada masa pendudukan Jepang, keadaan pendidikan di Indonesia semakin

memburuk. Pendidikan tingkat dasar hanya satu, yaitu pendidikan enam

tahun. Hal itu sebagai politik Jepang untuk memudahkan pengawasan. Para

pelajar wajib mempelajari bahasa Jepang. Mereka juga harus mempelajari

adat istiadat Jepang dan lagu kebangsaan Jepang,

Kimigayo,

serta gerak

badan sebelum pelajaran dimulai. Bahasa Indonesia mulai digunakan sebagai

bahasa pengantar di semua sekolah dan dianggap sebagai mata pelajaran

wajib.

Sementara itu, perguruan tinggi di tutup pada tahun 1943. Beberapa

perguruan tinggi yang dibuka lagi adalah Perguruan Tinggi Kedokteran (

Ika

Daigaku

) di Jakarta dan Perguruan Tinggi Teknik (

Kogyo Daigaku)

di Bandung.

Jepang juga membuka Akademi Pamong Praja (

Konkoku Gakuin

) di Jakarta,

serta Perguruan Tinggi Hewan di Bogor. Pada saat itu, perkembangan

perguruan tinggi benar-benar mengalami kemunduran.

Satu hal keuntungan pada masa Jepang adalah penggunaan bahasa Indonesia

sebagai bahasa pengantar. Melalui sekolah-sekolah itulah Jepang melakukan

indoktrinasasi. Menurut Jepang, pendidikan kader-kader dibentuk untuk

memelopori dan melaksanakan konsepsi kemakmuran Asia Raya. Namun,

bagi bangsa Indonesia tugas berat itu merupakan persiapan bagi pemuda-

pemuda terpelajar untuk mencapai kemerdekaan.

Para pelajar juga dianjurkan untuk masuk militer. Mereka diajarkan Heiho

atau sebagai pembantu prajurit. Pemuda-pemuda juga dianjurkan masuk

barisan

Seinendan

dan Keibodan (pembantu polisi). Mereka dilatih baris

berbaris dan perang meskipun hanya bersenjatakan kayu. Dalam

Seinendan

mereka dijadikan barisan pelopor atau

suisintai

.

Barisan pelopor itu mendapat

pelatihan yang berat. Latihan militer itu kelak sangat berguna bagi bangsa

kita.

d.

Birokrasi dan Militer

Dalam bidang birokrasi, dengan dikeluarkannya UU no. 27 tentang Aturan

Pemerintah Daerah dan UU No. 28 tentang Aturan Pemerintah

Syu

dan

Tokubetshu Syi

,

maka berakhirlah pemerintahan sementara. Kedua aturan itu

merupakan pelaksanaan struktur pemerintahan dengan datangnya tenaga

66

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

sipil dari Jepang di Jawa. Mereka ditempatkan di Jawa untuk melakukan

tujuan reorganisasi pemerintahan Jepang, yang menjadikan Jawa sebagai

pusat perbekalan perang di wilayah selatan.

Sesuai dengan undang-undang itu, seluruh kota di Jawa dan Madura, kecuali

Solo dan Yogyakarta, dibagi atas

syu, syi, ken, gun, son

, dan

ku

.

Pembentukan

provinsi yang dilakukan Belanda diganti dan disesuaikan dengan struktur

Jepang, daerah pemerintahan yang tertinggi, yaitu

Syu

.

Meskipun luas

wilayah

Syu

sebesar keresidenan, namun fungsinya berbeda. Apabila residen

merupakan pembantu gubernur, maka

Syu

adalah pemerintah otonomi di

bawah

shucokan

yang berkedudukan sama dengan gubernur. Pada masa

pendudukan Jepang juga dibentuk

Chou Sangi- in

yang fungsinya tidak jauh

berbeda dengan

Volksraad

. Dalam

Volksraad

masih dapat dilakukan kritik

pemerintah dengan bebas. Sementara

Chou Sangi In

tidak dapat melakukan

hal itu.

Perbedaan antara masa penjajahan sebelumnya dengan masa pendudukan

Jepang yaitu rakyat Indonesia mendapatkan manfaat pengalaman dan

bidang ketentaraan, bidang pertahanan, dan keamanan. Mereka mendapat

kesempatan untuk berlatih militer. Mulai dari dasar-dasar militer, baris

berbaris, latihan menggunakan senjata, hingga organisasi militer, dan latihan

perang. Melalui propagandanya, Jepang berhasil membujuk penduduk untuk

menghadapi Sekutu. Oleh karena itulah, mereka melatih penduduk dengan

latihan-latihan militer. Bekas pasukan Peta itulah yang menjadi kekuatan inti

Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang menjadi Tentara Keamanan Rakyat

(TKR) dan sekarang dikenal dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

2. Janji Kemerdekaan

Pada tahun 1944, Jepang terdesak, Angkatan Laut Amerika Serikat berhasil

merebut kedudukan penting Kepulauan Mariana, sehingga jalan menuju

Jepang semakin terbuka. Jenderal Hideki Tojo pun kemudian digantikan oleh

Jenderal Kuniaki Kaiso sebagai perdana menteri. Angkatan udara Sekutu yang

di Morotai pun mulai mengadakan pengeboman atas kedudukan Jepang di

Indonesia. Rakyat mulai kehilangan kepercayaannya terhadap Jepang dalam

melawan Sekutu.

67

Sejarah Indonesia

Sementara itu, Jenderal Kuniaki Kaiso

memberikan janji kemerdekaan

(September 1944). Sejak itulah

Jepang memberikan izin kepada

rakyat Indonesia untuk mengibarkan

bendera Merah Putih di samping

bendera Jepang Hinomaru. Lagu

Indonesia Raya boleh dinyanyikan

setelah lagu Kimigayo. Sejak itu

pula Jepang mulai mengerahkan

tenaga rakyat Indonesia untuk

pertahanan. Mereka disiapkan

untuk menghadapi musuh. Pada

saat itu suasana kemerdekaan

terasa semakin dekat.

Selanjutnya, Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan dibentuknya

Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)

pada 1 Maret 1945. Badan itu dibentuk untuk menyelidiki dan mengumpulkan

bahan-bahan penting tentang ekonomi, politik, dan tatanan pemerintahan

sebagai persiapan kemerdekaan Indonesia. Badan itu diketuai oleh dr. K.R.T.

Radjiman Wedyodiningrat, R.P Suroso sebagai wakil ketua merangkap kepala

Tata Usaha dan seorang Jepang sebagai wakilnya Tata Usaha, yaitu Masuda

Toyohiko dan Mr. R. M. Abdul Gafar Pringgodigdo. Semua anggotanya terdiri

dari 60 orang dari tokoh-tokoh Indonesia, ditambah tujuh orang Jepang

yang tidak punya suara.

Sidang BPUPKI dilakukan dua tahap, tahap pertama berlangsung pada 28 Mei

1945 sampai 1 Juni 1945. Sidang pertama tersebut dilakukan di Gedung

Chou

Shangi In

di Jakarta yang sekarang dikenal sebagai Gedung Pancasila. Pada

masa penjajahan Belanda gedung ini digunakan sebagai gedung

Volksraad.

Meskipun badan itu dibentuk oleh pemerintah militer Jepang, jalannya

persidangan baik wakil ketua maupun anggota istimewa dari kebangsaan

Jepang tidak pernah terlibat dalam pembicaraan persiapan kemerdekaan.

Semua hal yang berkaitan dengan masalah-masalah kemerdekaan Indonesia

merupakan urusan pemimpin dan anggota dari Indonesia.

Pada pidato sidang BPUPKI, Radjiman menyampaikan pokok persoalan

mengenai Dasar Negara Indonesia yang akan dibentuk. Pada sidang

tahap kedua yang berlangsung dari tanggal 10-11 Juni 1945, dibahas dan

Sumber: Pancasila : Nilai Budaya, Ideologi

Bangsa dan Harapan Kita, 2009.

Gambar 5.17

Rakyat menyambut janji

kemerdekaan dari Jepang.

68

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

dirumuskan tentang Undang-Undang Dasar. Dalam kata pembukaannya

Rajiman Wedyodiningrat meminta pandangan kepada para anggota

mengenai dasar negara Indonesia. Orang-orang yang membahas mengenai

dasar negara adalah Muhammad Yamin, Supomo, dan Sukarno

Dalam sidang pertama, Sukarno mendapat kesempatan berbicara dua kali,

yaitu tanggal 31 Mei dan 1 Juni 1945. Namun pada saat itu, seperti apa yang

disampaikan oleh Radjiman, selama dua hari berlangsung rapat, belum ada

yang menyampaikan pidato tentang dasar negara. Menanggapi hal itu, pada

tanggal 1 Juni pukul 11.00 WIB, Sukarno menyampaikan pidato pentingnya

dasar negara dan landasan filosofi dari suatu negara merdeka. Pada saat

itu, Gedung

Chuo Shangi In

mendapat penjagaan ketat dari tentara Jepang.

Sidang saat itu dinyatakan tertutup, hanya beberapa wartawan dan orang

tertentu yang diizinkan masuk. Dalam pidatonya, Sukarno mengusulkan

dasar-dasar negara. Pada mulanya Sukarno mengusulkan Panca Dharma.

Nama Panca Dharma dianggap tidak tepat, karena Dharma berarti kewajiban,

sedangkan yang dimaksudkan adalah dasar. Sukarno kemudian meminta

saran pada seorang teman, yang mengerti bahasa, sehingga dinamakan

dengan Pancasila. Pancasila, sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima

dasar itu didirikan Negara Indonesia, supaya kekal dan abadi.

Pidato Sukarno itu mendapat sambutan sangat meriah, tepukan tangan para

peserta, suatu sambutan yang belum pernah terjadi selama persidangan

BPUPKI. Para wartawan mencatat sambutan yang diucapkan Sukarno

itu dengan cermat. Cindy Adam, penulis buku autobiografi Sukarno,

menceritakan bahwa ketika ia diasingkan di Ende, Flores (saat ini menjadi

Provinsi Nusa Tenggara Timur) pada tahun 1934-1937, Sukarno sering

merenung tentang dasar negara Indonesia Merdeka, di bawah pohon sukun.

Pada kesempatan tersebut Ir. Sukarno juga menjadi pembicara kedua.

Ia mengemukakan tentang lima dasar negara. Lima dasar itu adalah (1)

Kebangsaan Indonesia, (2) Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, (3)

Mufakat atau Demokrasi, (4) Kesejahteraan Sosial, (5) Ketuhanan Yang Maha

Esa. Pidato itu kemudian dikenal dengan Pancasila.

Sementara itu Muh.Yamin dalam pidatonya juga mengemukakan Azas dan

Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia. Menurut Yamin ada lima

azas, yaitu ( 1) Peri Kebangsaan, (2) Peri Kemanusian, (3) Peri Ketuhanan, (4)

Peri Kerakyatan, dan (5) Kesejahteraan rakyat.

69

Sejarah Indonesia

Selanjutnya, sebelum sidang pertama berakhir BPUPKI membentuk panitia

kecil yang terdiri dari sembilan orang. Pembentukan panitia sembilan itu

bertujuan untuk merumuskan tujuan dan maksud didirikannya Negara

Indonesia. Panitia kecil itu terdiri atas, Ir. Sukarno, Muh. Yamin, Mr. Ahmad

Subardjo, Mr. A.A Maramis, Abdul Kahar Muzakkar, Wahid Hasyim, H. Agus

Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso. Panitia kecil itu menghasilkan rumusan

yang menggambarkan maksud dan tujuan Indonesia Merdeka. Kemudian

disusunlah rumusan bersama dasar negara Indonesia Merdeka yang kita

kenal dengan Piagam Jakarta. Di dalam teks Piagam Jakarta itu juga dimuat

lima asas yang diharapkan akan menjadi dasar dan landasan filosofi bagi

Indonesia Merdeka.

3. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

BPUPKI kemudian dibubarkan setelah tugas-tugasnya selesai. Selanjutnya

dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 7 Agustus

1945. Badan itu beranggotakan 21 orang, yang terdiri dari 12 orang wakil

dari Jawa, tiga orang wakil dari Sumatra, dan dua orang dari Sulawesi

dan masing-masing satu orang dari Kalimantan, Sunda Kecil, Maluku, dan

golongan penduduk Cina, ditambah enam orang tanpa izin dari pihak

Jepang. Panitia inilah yang kemudian mengesahkan Piagam Jakarta sebagai

pendahuluan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, 18 Agustus

1945.

PIAGAM JAKARTA

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

2. (menurut) dasar kemanusian yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. (dan) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah dalam permusyawaratan/ perwakilan

5. (serta dengan mewujudkan suatu ) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

70

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

KESIMPULAN

1.

Kedatangan Jepang yang dianggap sebagai Saudara Tua pada mulanya

disambut dengan penuh harapan. Namun, perlakuan yang kejam

terhadap rakyat Indonesia menimbulkan kebencian rakyat Indonesia

pada Jepang.

2.

Dampak pendudukan Jepang di Indonesia menjadikan rakyat semakin

sengsara, serta kehidupan yang semakin sulit. Semua gerak dikontrol

oleh pemerintah Jepang. Selama itu pula, Jepang menerapkan kebijakan

ekonomi berdasarkan azas ekonomi perang, yaitu menerapkan berbagai

peraturan, pembatasan, dan penguasaan produksi oleh negara untuk

kemenangan perang.

3.

Mobilisasi massa menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan, bahkan

korban jiwa, yaitu romusa yang kemudian oleh pemerintah Jepang

disebut sebagai prajurit pekerja.

4.

Pada masa pendudukan Jepang, pembentukan organisasi massa

dilakukan atas mobilisasi pemerintah militer Jepang. Meskipun

demikian pergerakan terus dilakukan oleh kaum nasionalis baik secara

terang-terangan maupun di bawah tanah.

5.

Program militer pertama Jepang adalah Heiho, yaitu perekrutan serdadu

pembantu lapangan, yang melibatkan pemuda-pemuda Indonesia

dalam kegiatan militer. Keikutsertaan dalam pendidikan militer itu

yang kemudian menjadi bekal pemuda-pemuda Indonesia dalam perang

revolusi kemerdekaan.

6.

Dasar negara dibentuk melalui Badan Penyelidik Usaha-Usaha

Kemerdekaan Indonesia dan disahkan oleh Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia.

71

Sejarah Indonesia

1.

Coba kamu uraikan dengan singkat, mengapa pergerakan nasional

pada tahun 1930-an menjadi lebih moderat! Buatlah dalam lembar

kertas folio dan diskusikanlah dengan temanmu!

2.

Buatlah inventarisasi tentang pergerakan nasional pada masa

pendudukan Jepang, kemudian bandingkan dengan masa penjajahan

Belanda!

3. Bagaimanakah peran BPUPKI dan PPKI dalam mempersiapkan

kemerdekaan? Coba diskusikan dengan teman-temanmu, kemudian

buatlah laporan singkat tentang pembentukan dasar negara dan

perumusan Pancasila sebagai dasar negara dalam lima lembar kertas

folio!

4. Bagaimana menurut pendapatmu kondisi Indonesia selama dalam

pendudukan Jepang?

5.

Apakah Indonesia diuntungkan atau dirugikan dengan adanya

pendudukan Jepang?

LATIH UJI KOMPETENSI

72

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 2

Jawablah beberapa pertanyaan dan tugas berikut!

1.

Mengapa Jepang tampak begitu mudah memasuki Kepulauan

Indonesia secara merata?

2. Mengapa dibentuk pemerintahan militer di Sumatra, Jawa, dan juga

Indonesia bagian timur?

3.

Apa maksud program “Pan Asia” dan apa hubungannya dengan

ajaran

Hakko ichiu

?

4. Mengapa dibentuk Putera dan apa tujuannya?

5. Mengapa dibentuk Barisan Pelopor, apa tujuannya?

6.

Jelaskan yang dimaksud dengan Ekonomi Perang?

7. Pada zaman Jepang, keadaan pendidikan dan aktivitas di bidang

perkebunan mengalami kemerosotan. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Coba lakukan telaah kritis!

8.

Jelaskan dampak dari berbagai kebijakan Jepang itu terhadap

kehidupan masyarakat!

9.

Jelaskan tentang perlawanan Rakyat Papua terhadap kekejaman

Jepang!

10.

Nilai-nilai apa yang dapat kamu peroleh setelah belajar tentang sejarah

pendudukan di Jepang di Indonesia?

Praktik tirani tidak sesuai dengan harkat dan martabat manusia

LATIH ULANGAN AKHIR BAB