Gambar Sampul Geografi  · Bab V Sistem Informasi Geografis
Geografi · Bab V Sistem Informasi Geografis
Eni Anjayani

24/08/2021 16:24:44

SMA 12 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

131

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Saya akan memberikan contoh pe-

nerapan SIG dalam kajian geografi.

Saya akan mengenali dan memahami

prinsip kerja SIG.

Saya akan mempraktikkan prinsip

kerja SIG dengan metode konven-

sional.

Akhirnya, saya bisa memahami dasar-

dasar SIG serta memanfaatkannya.

Kemampuan ini sangat berguna bagi

saya untuk mempelajarinya lebih lanjut.

Kelak kemampuan ini akan saya

gunakan untuk membuat perencanaan

keruangan. Tentu ini sangat penting

dalam pembangunan wilayah.

Saat ini, dunia teknologi berkembang

cepat, termasuk dalam ilmu geografi.

Salah satu wujudnya adalah teknologi

sistem informasi geografis (SIG).

Apakah manfaat SIG? Nah, agar tahu

dan bisa menggunakan teknologi ini,

saya akan terlebih dahulu mengenali

seluk-beluk teknologi ini.

132

GEOGRAFI Kelas XII

Berbagai bencana akhir-akhir ini menimpa dari banjir, longsor,

gempa hingga tsunami seolah mengantre menunjukkan kekuatannya.

Korban pun banyak berjatuhan. Melihat kenyataan ini seperti menjadi

hal yang layak apabila negeri kita disebut negeri bencana. Setujukah

kamu? Sudah semestinya kita berusaha menghadapi musibah yang

mungkin terjadi serta tanggap dengan segala kemungkinan yang terjadi

baik itu gempa, banjir, tsunami maupun longsor. Sebagai langkah awal,

kamu bisa mengenali potensi bencana di lingkunganmu. Bisa jadi

korban tidak akan banyak berjatuhan jika masyarakat benar-benar

mengenali bahwa daerahnya berpotensi terhadap terjadinya suatu

bencana. Lebih lanjut kamu bisa menyajikan potensi tersebut pada

peta dan menyusunnya menjadi informasi kerawanan bencana

sedemikian rupa, sehingga tidak hanya bermanfaat bagimu tetapi juga

bagi masyarakat di lingkunganmu. Sistem informasi ini dapat kamu

susun melalui berbagai data dari berbagai sumber, antara lain dari

interpretasi data hasil teknologi penginderaan jauh menjadi sebuah

peta. Nah, untuk mengolah data tersebut kamu dapat menggunakan

prinsip kerja sistem informasi geografis (SIG).

Sumber:

Republika, 22 April 2005

SIG dapat dimanfaatkan untuk mengenali wilayah rawan bencana alam.

133

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Teknologi informasi berkembang amat pesat. Keingintahuan

manusia sangat mendorong perkembangan tersebut. Rasa ingin tahu

manusia tidak hanya terbatas pada lingkungan sekitar. Manusia juga

ingin mengetahui objek dan fenomena di permukaan Bumi yang tidak

sepenuhnya dapat kamu lihat karena keterbatasan indra penglihatan.

Seperti contohnya peristiwa tsunami di Aceh pada bulan Desember

2004. Bagi kamu yang tidak tinggal di Aceh tentunya ingin mengetahui

bagaimana hal itu terjadi. Kamu tentu ingin mengetahui wilayah mana

saja yang terkena gelombang tsunami dan seberapa parah kerusakan

yang terjadi. Pada saat seperti ini kamu akan menyadari betapa

pentingnya teknologi informasi

up to date

yang mampu menggambar-

kan lokasi tertentu di permukaan Bumi, fenomena apa yang terjadi,

bagaimana fenomena itu terjadi, dan pertanyaan lain berhubungan

dengan keruangan. Kenyataan seperti ini mendorong manusia untuk

menciptakan suatu sistem yang mampu mengolah hasil rekaman

kenampakan Bumi dengan lebih teliti dan memadukannya dengan

data-data lain yang telah tersedia. Maka, terciptalah teknologi yang

tidak hanya mampu menggambarkan hasil rekaman Bumi dengan peta,

tetapi juga mampu memadukan hasil rekaman tersebut dengan suatu

data hingga menghasilkan informasi baru. Nah, teknologi ini disebut

SIG.

A. Memahami SIG

Mungkin istilah SIG masih terasa asing bagimu. Tetapi, mungkin tanpa

kamu sadari kamu telah menerapkan konsep dasar SIG dalam

kehidupan sehari-hari. Bahkan kamu telah menikmati produk-produk

teknologi informasi tersebut. Pada saat menggambarkan peta maupun

membuat suatu peta tematik, kamu telah menerapkan sebagian dari

konsep dan tahapan dalam SIG secara sederhana. Lalu, bagaimana

sebenarnya konsep dasar dan tahapan kerja dalam SIG?

1. Konsep Dasar SIG

Masalah lokasi merupakan hal penting dalam geografi. Misalnya

kamu diberikan pertanyaan, ”Di mana kamu parkir?” Mungkin

pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang sering kita dengar.

Meskipun kelihatan sepele, pertanyaan ini merupakan salah satu

contoh bentuk pengenalan lokasi yang mendasar dalam geografi. Untuk

sistem informasi geografis,

modern, konvensional, spa-

sial, digitasi, editing, topologi,

overlay, skoring, buffering,

integrasi, interpretasi, peng-

inderaan jauh

Dunia pemetaan spasial berkembang dengan pesat. Begitu pula

dengan tuntutan penggunaan. Saat ini peta tidak hanya menyajikan

informasi spasial begitu saja, tetapi dituntut agar dapat digunakan untuk

pengelolaan sumber daya perencanaan pembangunan. Bahkan hingga

investigasi ilmiah lainnya. SIG berperan dalam hal ini, karena SIG mampu

mengelola, membangun, menyimpan, dan menampilkan kembali data yang

memiliki referensi geografis. Kemampuan ini membuatnya banyak

dimanfaatkan dalam berbagai bidang.

134

GEOGRAFI Kelas XII

menjawabnya tentu saja kamu harus benar-benar mempunyai data-

data sekeliling tempat kamu parkir.

Begitu juga saat kita terlibat percakapan mengenai suatu peristiwa

yang sedang hangat. Kita akan mengutip informasi yang diambil dari

memori otak kita maupun informasi tambahan dari luar yang diolah

oleh otak menjadi informasi spasial. Hal ini membutuhkan

penggabungan dari sejumlah informasi tentang suatu masalah. Jadi,

pertanyaan-pertanyaan seperti: Di mana Anda parkir tadi? Apakah

dekat dengan tanda tertentu? Apakah dekat atau menghadap gedung?

Apakah dekat atau jauh dengan pintu masuk gedung? Untuk menjawab

pertanyaan ini melibatkan pencarian pada peta imajinasi atau

mental

map

, berdasarkan apa yang telah terekam pada otak kita.

Dalam penggambaran peta imajinasi ini, media yang tepat untuk

penyampaiannya adalah peta dengan informasi-informasi yang bersifat

keruangan. Inilah yang menjadi jantung dari ilmu dan teknologi SIG.

Dari contoh tadi, apa yang kamu lihat di sekitar lingkungan parkir

merupakan masukan data. Rekaman data tersimpan pada otak yang

dalam SIG digunakan komputer. Oleh komputer berbagai data masukan

diolah, dianalisis, diklasifikasi sehingga menghasilkan informasi-

informasi yang lebih detail. Informasi tersebut bisa disajikan dalam

bentuk peta beserta grafik, tabel, dan sebagainya.

Pembahasan mengenai SIG erat kaitannya dengan konsep

pemetaan. Peta merupakan gambaran hasil observasi dan pengukuran.

Informasi keruangan keadaan muka Bumi yang digambarkan dalam

peta dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Data yang di-

masukkan ke dalam peta dapat berupa data titik, garis, bidang, atau

area. Penggambaran data ke dalam peta dapat kamu lakukan secara

manual. Namun, penyajian kondisi muka Bumi dengan cara manual

akan mengalami berbagai hambatan ketika dilakukan perbaikan

informasi maupun penggabungan dengan informasi dari

sumber lainnya. Pada kondisi seperti ini pemakaian

teknologi sistem informasi akan sangat menguntungkan.

Mengapa? Ketika kamu membuat peta secara manual,

untuk menghasilkan peta daerah yang sama dengan tema

lain kamu harus menggambarkannya kembali. Kamu pun

harus memadukan peta lama dengan data lain. Nah,

kemampuan yang demikian dimiliki oleh SIG. Dengan SIG,

kamu bisa menyimpan data dalam komputer dan meng-

ambil kembali data yang diinginkan. Bahkan, kamu dapat

mengubah dan menampilkan kembali data keruangan

dengan informasi baru.

Agar kamu lebih jelas, perhatikan gambar di samping.

Gambar di samping merupakan pencerminan sistem

informasi secara garis besar. Di dalam SIG tercermin

adanya pemasukan data keruangan dalam bentuk pemro-

sesan data numerik (angka). Proses pemasukan data ini

mendasarkan pada kerja mesin dalam hal ini komputer

yang mempunyai spesifikasi tertentu. Data sebagai

masukan harus bersifat numerik yang berarti data

masukan, apa pun bentuknya harus diubah menjadi angka

atau digital. Data lainnya adalah data atribut. Setelah data

masuk dan disimpan dalam komputer, data dapat dipanggil

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.1

Komponen SIG

135

Sistem Informasi Geografis (SIG)

serta diolah kembali untuk menghasilkan berbagai informasi sesuai

masukan sumber data lain.

Pengolahan data ini dilakukan dengan perangkat lunak

(software)

dalam SIG. Dengan

software

ini berbagai data geospasial dianalisis,

dimanipulasi, serta dikelola sehingga dapat dihasilkan informasi baru

yang dapat ditampilkan sesuai kebutuhan baik dalam bentuk peta

maupun data-data atributnya. Nah, dengan gambaran ini tentunya

kamu bisa menangkap konsep dasar dalam SIG. Bagaimana

kesimpulanmu?

Beberapa ahli geografi telah menyampaikan definisi SIG. Beberapa

definisi tersebut dapat kamu cermati pada

geo info

berikut.

Definisi Sistem Informasi Geografis

1. Menurut Marble et.al, 1983

Sistem informasi geografis adalah sistem penanganan data keruangan.

2. Menurut Barrough, 1986

Sistem informasi geografis adalah alat yang bermanfaat untuk

pengumpulan, penimbunan, pengambilan kembali data yang diinginkan,

pengubahan, dan penayangan data keruangan yang berasal dari

kenyataan di permukaan Bumi.

3. Menurut Berry, 1986

Sistem informasi geografis adalah sistem informasi, referensi internal,

otomatisasi, dan keruangan.

4. Menurut Calkin dan Tomlinson, 1984

Sistem informasi geografis adalah sistem komputer suatu data yang

penting.

5. Definisi Lain

a. Sistem informasi geografis adalah teknologi informasi yang

menganalisis, menyimpan, menayangkan baik data keruangan,

maupun nonkeruangan.

b. Sistem informasi geografis adalah suatu tata cara yang digunakan

untuk menyimpan dan memanipulasi data bereferensi geografis

secara manual atau komputerisasi.

6. Menurut Prof. Shunji Nurai

Sistem informasi geografis adalah suatu sistem informasi yang

digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali,

mengolah, menganalisis, dan menghasilkan data bereferensi geografis

atau data geospasial untuk mendukung pengambilan keputusan dalam

perencanaan serta pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam,

lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.

7. Menurut Aronaff, 1989

Sistem informasi geografis adalah sistem informasi yang mendasarkan

pada kerja dasar komputer yang mampu memasukkan, mengolah

(memberi dan mengambil kembali), memanipulasi, analisis data, serta

memberi uraian.

Ingin tahu banyak tentang

SIG? Kunjungi situs

http://geography.about.com.

136

GEOGRAFI Kelas XII

Secara garis besar berbagai definisi mengenai SIG pada

geo info

adalah sama. Bahwa sistem informasi menyangkut berbagai data

geografis, perangkat keras

(hardware)

, dan

software

pendukung, serta

data hasil olahan. Hal-hal tersebut tercakup dalam komponen-

komponen SIG. Sistem informasi geografis sebenarnya bukan hanya

sekadar sistem tetapi merupakan suatu teknologi. Secara terminologi

SIG atau

Geographic Information System

(GIS) mempunyai beberapa

nama. Nama lain dari SIG adalah Sistem Informasi Geo-Dasar

(Geo-Base Information System)

, Sistem Informasi Sumber Daya Alam

(Natural Resource Information System)

, Sistem Informasi Keruangan

(Spatial Information System)

, dan Sistem Informasi Lahan

(Land

Information System)

. Nama-nama lain SIG, umumnya berkaitan erat

dengan bidang keahlian para pembuat perangkat lunaknya.

Meskipun berbeda dalam penamaan sistem pengolahan ini, tetapi

semuanya terdiri atas komponen-komponen yang sama. Secara garis

besar komponen-komponen tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Masukan Data

Subsistem masukan data merupakan fasilitas dalam SIG yang

digunakan untuk memasukkan dan mengubah bentuk data asli

ke bentuk yang dapat diterima serta dapat dipakai dalam kom-

puter.

Tidak semua data bisa dimasukkan dalam sistem

ini. Hanya data-data geospasial (keruangan) yang bisa

diolah dalam SIG. Sumber-sumber data geospasial

antara lain peta

hardcopy

, peta digital, foto udara, citra

satelit, tabel statistik, grafik, serta dokumen lain yang

berhubungan. Data geospasial dibedakan menjadi data

grafis (data geometris) dan data atribut (data tematik).

Nah, perbedaan kedua jenis data tersebut dapat kamu

lihat pada gambar di samping.

Data grafis mempunyai dua bentuk, yaitu data

vektor dan raster. Keduanya mewakili geometri,

topologi, ukuran, bentuk, posisi, dan arah objek di

permukaan Bumi. Perbedaannya, data vektor mem-

punyai arah dan jarak, sedangkan data raster berbentuk

kotak-kotak piksel. Contoh data vektor, antara lain data

hasil digitasi, sedangkan contoh data raster antara lain

citra digital, foto udara digital maupun data hasil

scan

.

Data grafis mempunyai tiga elemen yaitu titik

(node)

,

garis

(arc)

, dan luasan

(poligon)

baik dalam bentuk ras-

ter maupun vektor.

Data atribut merupakan identitas yang dimiliki

oleh data grafis baik itu berbentuk titik, garis, maupun

poligon. Seperti pada bagan di samping, data poligon

nomor 01 merupakan batas persil tanah milik Pak Hasan, nomor

rumah 21 diberikan identitas atau ID berupa angka 1, begitu pula

jalan nomor 1011 mempunyai atribut lebar 8 meter dan termasuk

jalan kelas 3.

Seperti telah dijelaskan di depan, di dalam SIG data masukan

diubah dalam bentuk data numerik (angka) untuk mempermudah

pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Subsistem

masukan data merupakan pekerjaan yang banyak menyita waktu.

Hampir menghabiskan 60% hingga 70% dari keseluruhan proses

Sumber:

www.bk.or.id

Gambar 5.2

Konsep data geospasial.

Kenampakan

sebenarnya

Piksel pada raster

Raster

Titik, garis, luasan/area

Vektor

Data model

Objek Spasial

Atribut pada tabel

No.

Persil

Pemilik

01

M. Hasan

No.

Rumah

21

ID

1

No.

Jalan

1011

Lebar

8.0

Kelas

3

137

Sistem Informasi Geografis (SIG)

dalam SIG. Subsistem ini merupakan subsistem yang rumit. Dalam

subsistem ini, ketepatan, ketelitian, serta keakuratan data masukan

harus terjamin. Langkah pemasukan data yang sebagian besar

dilakukan oleh operator (manusia) sebagai

brainware

juga

merupakan langkah penting. Hal ini karena metode pemasukan

data dan standar data perlu diketahui sebelum pemasukan serta

penggunaan data agar hasilnya benar dan dapat dimanfaatkan.

b. Pengelolaan Data

Subsistem ini digunakan untuk penimbunan data, perbaikan data,

pengelompokan data dan menarik kembali dari arsip data dasar.

Sebagai contoh, kita telah melakukan pemasukan data ke dalam

komputer baik dengan cara digitasi maupun pemrosesan citra

(image procesing)

. Nah, dalam subsistem ini dilakukan perbaikan

data dasar dengan cara menambah, mengurangi, maupun koreksi

data.

c. Manipulasi dan Analisis Data

Subsistem ini berfungsi untuk membedakan data yang akan

diproses atau dianalisis dalam SIG. Data dikelompokkan

berdasarkan elemennya, apakah itu data titik, garis atau poligon.

Pemberian identitas (ID) pada data serta pemberian skor/nilai

berdasarkan klasifikasi dilakukan pada subsistem ini. Selain itu,

subsistem ini dapat digunakan untuk mengubah format data,

seperti format data raster diubah ke format data vektor. Hambatan

juga sering muncul pada subsistem ini, sehingga sampai saat ini

masih diupayakan mendapatkan perangkat

software

dengan cara

kerja yang lebih cepat.

d. Keluaran Data (Data Output)

Subsistem ini merupakan penyajian sebagian atau semua data

hasil dan manipulasi serta analisis data. Informasi dasar maupun

hasil analisis data geografis secara kualitatif dan kuantitatif

ditayangkan pada subsistem ini. Keluaran data dapat berupa peta,

tabel, maupun arsip digital atau arsip elektronik

(electronic file)

.

Data hasil ini dapat digunakan para pengguna untuk melakukan

identifikasi informasi yang diperlukan sebagai bahan dalam

pengambilan kebijakan atau perencanaan.

Setelah membaca dan memahami bagaimana konsep dasar

SIG, mungkin kamu bertanya-tanya, mengapa SIG menjadi begitu

penting dalam analisis keruangan? Ya, karena SIG mempunyai

kemampuan untuk dimanfaatkan dalam penanganan data

keruangan yang merupakan informasi geografis.

Bentuk data dalam SIG pada umumnya merupakan data digi-

tal. Data yang disimpan dalam bentuk digital mempunyai dinamika

yang lebih besar daripada data dalam bentuk garis atau area dalam

peta. Mengapa? Pada data digital tersebut bisa diberikan identitas

(ID) yang berlainan dalam bentuk data yang sama. Contoh data

garis yang berupa jalan. Pada data jalan bisa diberikan atribut jalan

seperti nama jalan, lebar jalan, kelas jalan, dan sebagainya. Dengan

demikian ketika kita ingin mengambil data jalan, data atributnya

pun bisa kita ketahui. Dari data atributnya, kita juga bisa meng-

analisis bagaimana kondisi kapasitas jalan dengan memadukannya

bersama data lain. Jumlah data yang banyak dan pengambilan

kembali pada komputer dengan lebih cepat merupakan ciri data

Peta dan kenampakan muka

Bumi terdiri atas titik, garis,

dan area. Di dalam komputer,

ketiganya disimpan dalam

bentuk vektor. Apakah per-

bedaan data vektor tersebut

dengan data raster? Diskusi-

kan dengan teman sebang-

kumu!

138

GEOGRAFI Kelas XII

digital. Kemampuan manipulasi informasi geografi dan

mengaitkan dengan atribut gejala serta memadukannya dengan

data lain dengan kecepatan tinggi merupakan karakteristik SIG.

Kemampuan inilah yang membuat SIG banyak digunakan para

ahli analisis keruangan untuk penelitian, perencanaan, serta

pengambilan keputusan dalam pembangunan. Meskipun begitu,

sebagai calon geograf yang andal akan sangat bermanfaat jika kamu

memahami bagaimana tahapan kerja di dalam SIG sejak dini. Nah,

oleh karena itu ikutilah pembahasan berikut.

2. Tahapan Kerja dalam SIG

Mempelajari bagaimana tahapan dalam SIG menarik kita untuk

kembali ke pembahasan mengenai komponen SIG. Secara garis besar,

tahapan dalam SIG tercermin dalam rangkaian komponen-komponen

SIG. Setiap komponen tersebut mempunyai subfungsi masing-masing.

Perhatikan bagan berikut.

Berdasarkan bagan di atas, kamu bisa melihat apa saja tahapan

kerja dalam SIG. Mari kita bahas satu per satu.

a. Proses Masukan Data

Proses awal dalam tahapan kerja SIG adalah masukan data

yang terdiri atas akuisisi data dan proses awal.

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.3

Bagan tahapan kerja dalam SIG.

Pengarsipan data

Pemodelan

Operasi pengukuran

Analisis daerah penyangga/

buffering

.

Analisis tumpang susun/

overlay

.

Transformasi skala

Generalisasi

Tampilan perspektif

Digitasi

Editing

Pembangunan topologi

Transformasi proyeksi

Konversi format data

Pemberian atribut

MASUKAN DATA

Akuisisi data dan

proses awal.

PENGELOLAAN DATA

Pengolahan data dasar.

MANIPULASI DAN ANALISIS DATA

Pengukuran keruangan dan

analisis.

PENGGUNA DATA

KELUARAN DATA

Penayangan gambar

& visualisasi.

Menggunakan kalimatmu

sendiri, temukanlah definisi

SIG!

139

Sistem Informasi Geografis (SIG)

1) Proses Akuisisi

Proses akuisisi merupakan proses pemasukan dan

perekaman data yang kemudian diproses dalam komputer.

Langkah awal ini dilakukan dengan digitasi menggunakan

perangkat keras

(hardware)

seperti meja

digitizer, scanner,

serta

komputer.

Keterangan:

CPU

=

Central Processing Unit

atau unit pemrosesan data digital.

Digitizer

= alat yang digunakan untuk mengubah data-data analog menjadi data

digital.

Tape drive

= bagian CPU yang berfungsi menyimpan data.

Disk drive

= bagian CPU yang berfungsi menghidupkan program.

Scanner

= alat perekam gambar.

Selain

hardware

, proses pemasukan data ini

juga membutuhkan

software

. Salah satu

software

SIG yang telah banyak digunakan oleh beberapa

instansi di Indonesia adalah

PC ARC Info

. Dengan

menggunakan perpaduan antara

hardware

dan

soft-

ware

proses pemasukan data bisa dilakukan.

Langkah awal yang diambil adalah digitasi. Digitasi

merupakan proses konversi data spasial dari data

hardcopy

atau kertas cetak ke format digital.

Perhatikan gambar perangkat digitasi di

samping. Digitasi dilakukan dengan terlebih dahulu

menempelkan peta yang akan didigitasi pada meja

digitasi. Proses digitasi dilakukan dengan cara

menggerakkan alat pendigit (seperti

mouse

pada komputer)

sesuai dengan gambar/peta.

2) Editing

Di saat kita melakukan digitasi, hasil penggambaran akan

tampak pada monitor komputer. Melalui monitor komputer,

kita akan mengetahui jika terjadi kesalahan. Oleh karena itu,

perlu dilakukan editing pada data yang sudah masuk. Editing

merupakan suatu proses perbaikan hasil digitasi. Kesalahan

yang sering terjadi pada waktu digitasi adalah

overshoot

dan

undershoot

.

Sumber:

www.preincidentplans.com

Gambar 5.5

Perangkat digitasi

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.4

Perangkat keras/hardware pada tahap pemasukan data.

140

GEOGRAFI Kelas XII

3) Pembangunan Topologi Data

Hasil konversi data analog ke format digital melalui

digitasi tidak secara otomatis diperoleh topologi atau struktur

data. Hasil digitasi sebelum mempunyai struktur topologi

disebut data mentah dan belum dapat diproses untuk analisis.

Mengapa? Karena data mentah tersebut belum bisa dibedakan

apakah data tersebut berupa data titik, garis, atau area. Itulah

tujuan pembangunan topologi data.

Di dalam

Software Arc Info

, ada dua pilihan menu yang

dapat digunakan untuk pembuatan topologi suatu

coverage,

yaitu

clean

dan

build

. Kedua menu tersebut dapat membentuk

topologi suatu

coverage

, tetapi dalam penerapannya masing-

masing mempunyai kekhususan.

Clean

adalah menu untuk

membentuk struktur data topologi dan sekaligus dengan

fasilitas koreksi terhadap kesalahan-kesalahan sederhana

seperti

undershoot

dan

overshoot

. Sedangkan

build

berfungsi

membuat topologi tanpa melakukan perubahan terhadap data

grafis. Jadi, menu

build

tidak menambah maupun mengubah

informasi hasil digitasi.

Build

diterapkan untuk data titik, garis

maupun data poligon yang telah dikoreksi. Lalu, bagaimana

prinsip pembentukan topologi data? Pembangunan topologi

data dilakukan dengan memilih

coverage

hasil digitasi dan

melakukan

build

dengan perintah

build

poly

untuk

membangun topologi data poligon. Sedangkan untuk mem-

bangun topologi data garis digunakan perintah

build line

.

Mungkin kamu bingung dengan beberapa istilah di atas. Ya,

karena kamu belum akrab dengan

software-software

tersebut.

Untuk mengakrabkan atau sekadar berkenalan dengan

perangkat-perangkat dalam SIG ada baiknya kamu mengun-

jungi instansi-instansi yang telah menggunakan teknologi ini.

Instansi-instansi tersebut seperti Fakultas Geografi UGM

Yogyakarta atau Bappeda di wilayah tempat tinggalmu.

4) Pemberian Atribut

Apabila topologi data telah terbentuk, langkah selanjutnya

adalah memberikan identitas (ID) atau label pada data-data

tersebut. Pada

Software Arc Info

, langkah pemberian identitas

sering disebut dengan

annotation

. Nah, perhatikan gambar

berikut ini yang merupakan contoh prinsip pemberian

identitas pada suatu data.

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.6

Contoh kesalahan-kesalahan dalam digitasi.

undershoot

overshoot

hasil editing

Mengapa perangkat lunak

atau

software

pengolahan

citra sangat membantu dalam

SIG? Salah satu alasan

utama menggunakan perang-

kat lunak pengolahan citra

adalah untuk mendeteksi

perincian yang sulit dilihat

mata manusia. Sebagai

contoh, kenampakan

software

untuk menemukan semua

garis pada citra. Nah, temu-

kanlah

software-software

pengolahan citra yang ber-

kembang saat ini.

141

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Setiap poligon pada data tersebut diberikan identitas

dengan menggunakan angka (numerik). Tiap angka ini mem-

punyai arti yang berbeda-beda. Contohnya pada peta kemi-

ringan lereng, ID angka 1 berarti poligon tersebut mempunyai

data atribut datar, dan sebagainya. Salah satu keunggulan

pengolahan data geografi dengan menggunakan SIG yaitu ke-

mampuan untuk menghasilkan informasi yang tidak kita

masukkan, seperti informasi luas poligon. Secara otomatis

informasi luas poligon dan jumlah poligon baik yang

mempunyai identitas (ID) sama maupun tidak akan dihasilkan

oleh komputer. Informasi ini tersaji dalam bentuk tabel,

sehingga setelah proses anotasi, informasi pada tabel

bertambah dengan atribut atau identitas setiap poligon. Nah,

contoh data dalam bentuk tabel dapat kamu lihat pada tabel

berikut.

Tabel 5.1 Tabel Atribut Kemiringan Lereng

Area Perimeter Lereng Lereng-id

Nama

10

12

1

2

miring

16

17

2

1

datar

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

. . . .

Dengan data hasil anotasi ini, data siap diolah dan

dianalisis lebih lanjut. Karena data hasil digitasi merupakan

data geospasial yang mempunyai

georeference

, maka data hasil

digitasi perlu disesuaikan dengan koordinat letak di

permukaan Bumi.

5) Transformasi Koordinat

Proses penyesuaian koordinat geografi pada hasil digitasi

bisa dilakukan sebelum atau sesudah editing. Proses ini di-

kenal dengan transform. Transform adalah menu atau fasilitas

untuk melakukan transformasi koordinat satu

coverage

dari

satu sistem koordinat ke sistem koordinat baku. Fasilitas ini

penting karena pada waktu melakukan masukan data dengan

meja

digitizer

, koordinat yang digunakan adalah koordinat meja

digitizer

. Jadi, fasilitas transfrom digunakan untuk mengubah

koordinat meja digitasi suatu

coverage

menjadi koordinat

lapangan yang diperoleh dari membaca peta rujukan ataupun

survei lapangan.

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.7

Pemberian identitas (ID) pada data poligon.

+1

+2

+3

+1

13

12

10

11

ID

Datar

Miring

Terjal

Datar

10

11

12

13

Atribut

142

GEOGRAFI Kelas XII

Nah, setelah proses ini kita dapat melakukan konversi for-

mat data baik dari vektor ke raster maupun sebaliknya.

Pemberian atribut data yang mempunyai persebaran secara

keruangan dapat dilakukan lagi sesuai keinginan pengguna

data. Itulah proses-proses yang dilakukan dalam subsistem

masukan data.

b. Pengelolaan Data

Subsistem selanjutnya adalah pengelolaan data. Dalam

subsistem ini dilakukan pengolahan data dasar. Proses-proses yang

dilakukan dalam subsistem ini antara lain pengarsipan data dan

pemodelan.

1) Pengarsipan

Pengarsipan dilakukan untuk penyimpanan data-data yang

nantinya akan dilakukan untuk analisis. Hal ini juga berguna

pada saat pemanggilan data kembali. Pengarsipan ini tidak

hanya pada data dasar hasil digitasi, tetapi juga pada data dasar

lain. Sebagai contoh, kita mempunyai data dasar hasil digitasi

berupa peta tanah. Data dasar lain dari peta tanah tersebut

antara lain berupa sifat-sifat tanah seperti tekstur tanah,

kedalaman efektif tanah, dan sebagainya. Nah, pada kondisi

demikian diperlukan arsip berindeks yang disesuaikan dengan

sifat atau asosiasi yang dimiliki oleh data dasar yang

bersangkutan. Prinsip pengarsipan dapat kamu lihat pada tabel

berikut.

User ID (TIC) X (inci)

Y (inci)

1 4,0354

7,4331

2 9,9252

7,4331

3 9,9252

2,8032

4 4,0354

2,8032

User ID (TIC) X (meter) Y (meter)

1 390.000 9.170.000

2 481.500 9.170.000

3 481.500 9.097.000

4 390.000 9.097.000

Sumber:

Diktat Pelatihan SIG, halaman 201

Gambar 5.8

Proses transformasi koordinat.

TIC

Transform

1

4

2

3

1

4

2

3

Sebelum

Transform

(Unit Inci)

Sesudah

Transform

(Unit Meter)

143

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Tabel 5.2 Arsip Berindeks

Indeks

Arsip

Nama Parameter/Unsur

Nomor Catatan Nama File

Tanah

1

tanah 1 (struktur)

2

tanah 2 (kedalaman efektif)

Air

3

air 1 (suhu)

4

air 2 (kecerahan)

Sumber:

Dokumen Penulis

2) Pemodelan

Setelah pengarsipan, langkah selanjutnya adalah

pemodelan. Pemodelan merupakan inti dari bagaimana kita

memperlakukan data untuk analisis sesuai dengan keinginan

pengguna. Pada pemodelan kita membuat konsep bagaimana

membuat atau melakukan analisis terhadap suatu data untuk

memperoleh informasi baru. Pemodelan ini mencerminkan

pola pikir kita dalam melakukan analisis data. Pola pikir ini

sering digambarkan dalam diagram alir. Agar kamu lebih jelas

bagaimana pemodelan dalam SIG, perhatikan diagram alir

model penentuan daerah rawan bahaya lahar gunung berapi.

Sumber:

Diktat Pelatihan SIG

Gambar 5.9

Diagram alir model penentuan daerah rawan bahaya lahar gunung berapi.

Digitasi

Digitasi

Digitasi

Digitasi

Peta

Sungai

Peta

Kubah

Digitasi

Digitasi

editing

editing

editing

editing

editing

Buffer

Buffer

editing

Peta

Administrasi

(Kelurahan)

Peta

Bentuk Lahan

Peta

Lereng

Peta

Curah Hujan

Peta

Kubah

Peta

Sungai

Peta

Administrasi

(Kelurahan)

Peta

Bentuk Lahan

Peta

Lereng

Peta

Curah Hujan

Penambahan

Data Atribut &

Skoring

Penambahan

Data Atribut &

Skoring

Penambahan

Data Atribut &

Skoring

Penambahan

Data Atribut &

Skoring

Penambahan

Data Atribut &

Skoring

Peta

Bentuk Lahan

Peta

Lereng

Peta

Jarak

terhadap

Kubah

Peta

Jarak

terhadap

Sungai

Peta

Jarak

terhadap

Kubah

Peta

Jarak

terhadap

Sungai

Peta

Curah Hujan

Informasi

Risiko Bahaya Lahar

Overlay &

Query

Data

Analog

Data

Digital

Data

Digital

sebagai

Variabel

Input

Peta Daerah Rawan

Bahaya Lahar

Overlay

144

GEOGRAFI Kelas XII

Model atau pemodelan dapat disebut juga sebagai suatu

metode. Seperti contoh di depan yang merupakan metode

untuk menentukan daerah rawan bahaya lahar gunung berapi

menggunakan teknologi SIG. Berbagai komponen dalam SIG

terlihat jelas dalam diagram tersebut mulai dari data-data dasar

sampai dengan informasi baru yang berupa Peta Daerah Rawan

Bahaya Lahar dan Informasi Risiko Bahaya Lahar. Data dasar

yang diperlukan berupa peta bentuk lahan, peta lereng, peta

curah hujan, peta sungai, peta kubah, dan peta administrasi.

c. Manipulasi dan Analisis Data

Melalui proses pemasukan data, peta-peta dasar tersebut

diubah menjadi data digital. Setelah dilakukan editing, peta siap

digunakan untuk analisis. Nah, salah satu contoh analisis yang

bisa dilakukan oleh SIG adalah

buffer

.

1) Buffering

Dalam subsistem manipulasi dan analisis data, contoh-

contoh proses yang dilakukan antara lain berupa

buffer

.

Buffer

bisa dilakukan dengan menggunakan

Software Arc Info

. Tetapi

akhir-akhir ini banyak berkembang

software

yang bisa

digunakan dalam SIG, antara lain

Software Arc View

. Dengan

menggunakan

software

ini, proses

buffer

bisa dilakukan lebih

cepat. Fungsi

buffer

adalah membuat poligon baru berdasarkan

jarak yang telah ditentukan pada data garis atau titik maupun

poligon. Sebagai contoh, kita akan melakukan

buffer

terhadap

jarak sungai 50 meter, menggunakan fasilitas

buffer

yang kita

pilih, kemudian komputer akan mengolah sesuai perintah kita.

Prinsip proses

buffer

dapat kamu lihat pada gambar berikut.

Dalam proses

buffer, software

yang digunakan mempunyai

kemampuan untuk mengukur jarak. Oleh karena itu, pada

subsistem manipulasi dan analisis data juga dapat dilakukan

operasi pengukuran seperti pengukuran jarak.

2) Skoring

Selain pengukuran jarak, skoring atau pemberian nilai

terhadap sifat dari parameter yang digunakan dalam analisis

juga dilakukan pada subsistem ini. Agar kamu lebih

memahaminya, perhatikanlah contoh pemberian skor

terhadap parameter yang digunakan untuk penentuan daerah

rawan bahaya lahar gunung api.

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.10

Prinsip proses buffer.

poligon hasil

buffering

jalan di-

buffer

50 meter

50 m

50 m

poligon baru hasil

buffer

jalan

145

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Tabel 5.3 Skoring Parameter Bentuk Lahan

ID Deskripsi

Skor

1 Kepundan

5

2 Kubah lava

5

3 Kerucut vulkan

4

4 Kerucut parasiter

2

5 Lereng atas vulkan

4

6 Lereng tengah vulkan

3

7 Lereng bawah vulkan

2

8 Lereng kaki vulkan

1

9 Lembah aliran lahar

5

10 Dataran aluvial

1

11 Perbukitan denudasional (luar)

1

Sumber:

Diktat Pelatihan SIG

Tabel 5.4 Skoring Parameter Lereng

ID Kelas

Kriteria Kemiringan Lereng (%) Skor

1

Datar

0–3

1

2

Agak landai

3–7

1

3

Landai

8–14

1

4

Sedang

14–21

2

5

Curam

21–56

3

6

Sangat curam

56–140

4

7

Terjal

> 140

5

Sumber:

Diktat Pelatihan SIG

Tabel 5.5 Skoring Parameter Curah Hujan

ID Kelas

Kriteria Intensitas Curah Hujan (mm/tahun) Skor

1 Sangat rendah

< 2.000

1

2 Rendah

2.000–2.500

2

3 Sedang

2.500–3.000

3

4 Tinggi

3.000–3.500

4

5 Sangat tinggi

> 3.500

5

Sumber:

Diktat Pelatihan SIG

Tabel 5.6 Skoring Parameter Jarak terhadap Sungai

ID Kelas

Kriteria Jarak terhadap Sungai (m)

Skor

1

Sangat dekat

< 50

5

2

Dekat

50–250

4

3

Sedang

250–500

3

4

Jauh

500–750

2

5

Sangat jauh

> 750

1

Sumber:

Diktat Pelatihan SIG

146

GEOGRAFI Kelas XII

Tabel 5.7 Skoring Parameter Jarak terhadap Kubah

ID Kelas

Kriteria Jarak terhadap Kubah (m)

Skor

1

Sangat dekat

< 2.500

5

2

Dekat

2.500–5.000

4

3

Sedang

5.000–7.500

3

4

Jauh

7.500–10.000

2

5

Sangat jauh

> 10.000

1

Sumber:

Diktat Pelatihan SIG

Skoring ini dilakukan untuk memberikan nilai pengaruh

suatu sifat dari parameter terhadap suatu perkiraan kejadian.

Seperti contohnya pada tabel skoring curah hujan. Curah

hujan yang sangat tinggi diberikan skor yang paling tinggi.

Mengapa? Hal ini karena curah hujan yang tinggi memberikan

pengaruh yang cukup tinggi terhadap bahaya gunung api.

Aliran air akan membawa lahar dingin, sehingga jarak yang

sangat dekat dengan sungai pun diberikan skor yang tinggi.

Pemberian skor ini sangat tergantung pada tema analisis. Bisa

saja curah hujan yang tinggi diberikan skor yang rendah,

karena memang curah hujan yang tinggi tidak terlalu

berpengaruh terhadap suatu analisis kejadian. Selain

pemberian skor terhadap sifat-sifat pada tiap parameter, juga

sering dilakukan pembobotan. Hal ini dilakukan apabila di-

anggap ada faktor yang berperan lebih daripada faktor atau

parameter yang lain. Contoh pembobotan dapat kamu lihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 5.8 Pembobotan Parameter

No. Parameter

Bobot

1.

Bentuk lahan

4

2.

Lereng

2

3.

Hujan

3

4.

Jarak terhadap sungai.

5

5.

Jarak terhadap kubah.

3

Sumber:

Diktat Pelatihan SIG

Perhatikan tabel pembobotan di atas. Bobot tertinggi

diberikan pada parameter jarak terhadap sungai, kemudian

parameter bentuk lahan diberikan nilai yang juga tinggi.

Mengapa kedua parameter ini mempunyai bobot tinggi?

Penentuan bobot ini menggunakan pertimbangan logis sesuai

dengan keilmuannya.

Lalu, menurutmu bagaimana logikanya sehingga kedua

parameter (jarak terhadap sungai dan bentuk lahan) diberikan

bobot yang tinggi? Apabila kamu perhatikan lahar berasal dari

gunung berapi yang keluar melalui kepundan. Tentu saja

wilayah bentuk lahan di sekitar kepundan menjadi sangat

rawan terhadap bahaya lahar. Begitu pula dengan keberadaan

sungai. Lahar dingin kerap kali terbawa aliran sungai, sehingga

wilayah yang dekat dengan sungai diberikan skor yang tinggi.

Hal ini pulalah yang menjadi alasan mengapa parameter jarak

terhadap sungai diberikan bobot yang tinggi.

147

Sistem Informasi Geografis (SIG)

3) Overlay

Selain itu, analisis dan manipulasi data dengan

overlay

/

tumpang susun juga sering dilakukan pada subsistem ini.

Operasi overlay pada saat ini sering dilakukan dengan

menggunakan

Software Arc Info

maupun

Arc View

. Hal ini

dilakukan setelah pemberian skor (skoring) dan pembobotan.

Tumpang susun atau

overlay

suatu data grafis adalah

menggabungkan dua atau lebih data grafis untuk memperoleh

data grafis baru yang memiliki satuan pemetaan (unit

pemetaan). Jadi, dalam proses tumpang susun akan diperoleh

satuan pemetaan baru (unit baru).

Untuk melakukan tumpang susun ada beberapa syarat

yang harus dipenuhi. Syaratnya, data-data yang akan di-

over-

lay

harus mempunyai sistem koordinat yang sama. Sistem

koordinat tersebut dapat berupa hasil transformasi nilai

koordinat meja

digitizer

ataupun nilai koordinat lapangan.

Tetapi sebaiknya menggunakan koordinat lapangan, sebab

dengan menggunakan koordinat lapangan akan diperoleh

informasi masing-masing unit dalam luasan yang baku. Nah,

ada beberapa metode untuk melakukan

overlay

data grafis yang

dapat dilakukan pada perangkat lunak SIG. Metode-metode

tersebut adalah

identity, intersection, union,

dan

up date

.

Metode-metode tersebut akan kita bahas satu per satu.

Identity

adalah tumpang susun dua data grafis dengan

menggunakan data grafis pertama sebagai acuan batas luarnya.

Jadi, apabila batas luar antara dua data grafis yang akan di-

overlay

tidak sama, maka batas luar yang akan digunakan

adalah batas luar data grafis pertama.

Metode yang lainnya adalah metode union.

Union

adalah

tumpang susun yang berupa penggabungan antara dua data

grafis atau lebih. Jadi, apabila batas luar antara dua data grafis

yang akan dilakukan tumpang susun tidak sama, maka batas

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.11

Prinsip overlay dengan metode identity.

coverage

A

+

identity

coverage

B

a

b

I

II

a I

b I

Coverage

hasil

tumpang susun.

b II

Batas terluar

adalah sesuai

dengan

coverage

A.

148

GEOGRAFI Kelas XII

luar yang baru adalah gabungan antara batas luar data grafis

pertama dan kedua (batas gabungan paling luar).

Intersection

juga merupakan metode yang dapat digunakan

untuk

overlay

.

Intersection

adalah metode tumpang susun

antara dua data grafis, tetapi apabila batas luar dua data grafis

tersebut tidak sama, maka yang dilakukan pemrosesan hanya

pada daerah yang bertampalan.

Metode

up date

juga merupakan salah satu fasilitas untuk

menumpangsusunkan dengan menghapuskan informasi grafis

pada

coverage input (in cover)

dan diganti dengan informasi

dari informasi

coverage up date (up date cover)

.

a I

b I

coverage

hasil

tumpang susun

b II

batas

terluar

gabungan

coverage

A dan B

I

II

coverage

A

coverage

B

+

union

a

b

I

II

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.12

Prinsip overlay dengan metode union.

+

intersection

a I

b I

b II

Peta hasil

tumpang susun.

coverage

A

a

b

coverage

B

I

II

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.13

Prinsip overlay dengan metode intersection.

149

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Nah,

coverage

baru hasil

overlay

ini, pada dasarnya

merupakan informasi baru yang diperoleh sesuai dengan hasil

klasifikasi. Klasifikasi ini dapat dibuat dengan pengolahan

data dan hasil perhitungan skor. Perhatikanlah tabel klasifikasi

tingkat kerawanan bencana lahar sebagai berikut.

Tabel 5.9 Klasifikasi/Kriteria Tingkat Kerawanan Bencana

Lahar

No. Tingkat Kerawanan Skor Total Keterangan

1. Tidak rawan

0–17 S

angat kecil kemungkinan terkena

aliran lahar.

2. Agak rawan

17–34 Kecil kemungkinan terkena aliran la-

har.

3. Cukup rawan

34–51 Kemungkinan dapat terkena aliran la-

har.

4. Rawan

51–68 Kemungkinan besar terkena aliran la-

har.

5. Sangat rawan

68–85

Kemungkinan sangat besar terkena

aliran lahar.

Sumber:

Diktat Pelatihan SIG

Nilai skor total pada tabel di atas dibuat berdasarkan

pengalian antara skor dengan faktor pembobot. Bagaimana

caranya? Langkah pertama yang kita ambil adalah menghitung

skor total tertinggi dan skor total terendah. Setelah itu kita

tentukan pengkelasannya atau klasifikasi. Untuk beberapa

tema analisis ada yang telah tersedia klasifikasi bakunya. Agar

kamu lebih jelas, ikutilah perhitungan berikut ini.

Skor total tertinggi = (skor tertinggi bentuk lahan × nilai

pembobot) + (skor tertinggi lereng ×

nilai pembobot) + (skor tertinggi curah

hujan × nilai pembobot) + (skor

tertinggi jarak terhadap sungai × nilai

pembobot) + (skor tertinggi jarak

terhadap kubah × nilai pembobot)

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.14

Prinsip overlay dengan metode update.

Coverage

hasil

tumpang susun.

a

b

I

II

III

I

II

III

coverage

A

+

update

coverage

B

I

II

III

a

b

coverage

A

coverage

B

I

II

III

a

b

150

GEOGRAFI Kelas XII

= (5 × 4) + (5 × 2) + (5 × 3) + (5 × 5) +

(5 × 3)

= 85 (nilai tertinggi)

Skor total terendah = (skor t

erendah bentuk lahan × nilai

pembobot) + (skor terendah lereng ×

nilai pembobot) + (skor terendah curah

hujan × nilai pembobot) + (skor

terendah jarak terhadap sungai × nilai

pembobot) + (skor terendah jarak

terhadap kubah × nilai pembobot)

= (1 × 4) + (1 × 2) + (1 × 3) + (1× 5) +

(1 × 3)

= 17 (nilai terendah)

Karena klasifikasi telah ditentukan terdiri atas 5 kelas,

maka tiap tingkatan mempunyai kelas interval sebesar 17 (85

: 5). Kita pun bebas untuk membuat jumlah kelas, tetapi harus

dengan logika yang benar.

Dengan meng-

overlay

peta didapatkan juga

overlay

data

dalam bentuk tabel. Dari data tabel hasil

overlay

dapat

diketahui karakteristik yang dimiliki oleh tiap unit pemetaan.

Sebelum

overlay

, satu peta hanya mempunyai unit-unit

poligon yang menggambarkan karakteristik satu tema peta,

contohnya peta lereng. Setelah

overlay

peta bentuk lahan, peta

lereng, peta curah hujan, peta jarak terhadap sungai, dan peta

jarak terhadap kubah didapatkan unit pemetaan yang lebih

kompleks karena mengandung kelima parameter tersebut.

Ketika selesai proses

overlay

, hasil peta tampak lebih

kompleks dan ruwet sehingga perlu penyederhanaan.

Dissolve

merupakan salah satu langkah yang digunakan untuk penye-

derhanaan satuan pemetaan (unit pemetaan) berdasarkan nilai

atributnya. Jadi, apabila ada dua atau lebih satuan pemetaan

yang bersebelahan dan mempunyai nilai atribut yang sama,

maka batas satuan pemetaan tersebut dihilangkan. Proses ini

sering dilakukan dengan menggunakan

Software Arc View

.

Perhatikan gambar berikut ini dan kamu akan tahu bagaimana

prinsip

dissolve

.

Pada waktu melakukan tumpang susun antara dua data

grafis atau lebih, sering dijumpai adanya kesalahan yang

disebabkan oleh garis yang tidak dapat bertampalan satu sama

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.15

Prinsip dissolve

Hasil

overlay

Hasil

overlay

setelah di-

dissolve

.

+2

+3

+1

+2

+2

+3

+1

+1

+1

+3

+3

151

Sistem Informasi Geografis (SIG)

lainnya. Kesalahan tersebut sebenarnya berpangkal dari

kesalahan pada waktu konversi data analog (digitasi).

Kesalahan karena adanya garis yang tidak tepat bertampalan

dan membentuk poligon baru disebut poligon

sliver

. Untuk

menghilangkan adanya kesalahan tersebut dapat

memanfaatkan menu

eliminate

. Menu

eliminate

berfungsi

untuk mengurangi jumlah poligon pada suatu

coverage

dengan

cara menggabungkan dengan poligon tetangganya.

Nah, setelah proses

eliminate

, jika memang tidak ada lagi

poligon yang harus

dieliminate

, suatu

coverage

siap untuk

diolah menjadi tampilan akhir pada subsistem keluaran data.

Subsistem ini diawali dengan menentukan skala tampilan

akhir dari suatu

coverage

peta.

c. Keluaran Data

Suatu skala peta sering ditentukan berdasarkan kebutuhan

pengguna peta dan media cetak peta. Proses penentuan skala ini

bisa dilakukan dengan menggunakan

Software Arc View

maupun

Arc Info

. Tetapi, para ahli SIG saat ini memilih menggunakan

Soft-

ware Arc View

untuk

layout

peta. Dengan menggunakan

software

ini, skala peta dapat ditentukan secara otomatis maupun secara

manual. Salah satu syarat peta dapat ditentukan skalanya dalam

software

ini adalah peta harus mempunyai koordinat meter atau

sesuai dengan kenyataan di muka Bumi. Langkah-langkah

bagaimana menentukan koordinat pada

Software Arc View

dapat

kamu lihat pada gambar berikut.

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.16

Prinsip proses eliminate.

+1

+2

+5

+6

+3

+4

+1

+2

+4

+6

152

GEOGRAFI Kelas XII

Setelah peta mempunyai skala, peta itu pun siap untuk di-

layout

. Pada prinsipnya

layout

di dalam

Arc View

dilakukan dengan

memanggil

layer-layer

peta yang ingin ditampilkan. Contohnya

untuk membuat peta tematik. Kita panggil terlebih dahulu

layer

peta yang umum, seperti batas administrasi atau batas wilayah

pemetaan, jalan, sungai, dan sebagainya. Nah, setelah itu baru

dilakukan pemanggilan peta dengan

layer

tematik. Hal ini sesuai

dengan tujuan pembuatan peta tematik. Oleh karena ingin

menonjolkan tema tertentu, peta yang sesuai tema tersebut

dipanggil paling akhir. Selain itu, ukuran kertas pada saat akan

mulai

layout

harus ditentukan. Kesemuanya proses

layout

ini dapat

dilakukan dengan menu

layout

pada

Software Arc View

. Mungkin

kamu bingung dengan uraian-uraian mengenai

layout

ini. Nah,

agar kamu lebih memahami mengenai proses

layout

, cermati

gambar berikut.

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.17

Penentuan skala

153

Sistem Informasi Geografis (SIG)

1) Penentuan ukuran kertas untuk media cetak peta.

2) Pengaturan ukuran sesuai dengan rencana

layout

.

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.18

Menu penentuan ukuran layout pada Arc View GIS 3.2.

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.19

Menu pengaturan kertas layout pada Arc View GIS 3.2.

154

GEOGRAFI Kelas XII

3) Penentuan nama peta yang di-

layout

serta ukuran spasi untuk

kedetailan

layout

.

4) Memanggil dan mengatur

layer

atau tema peta yang akan

menjadi komponen pada peta tematik.

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.20

Penamaan peta hasil layout pada Arc View GIS 3.2.

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.21

Pemanggilan layer-layer peta pada Arc View GIS 3.2.

155

Sistem Informasi Geografis (SIG)

5) Membuat komposisi peta dengan fasilitas menu

layout

.

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.22

Menu layout untuk membuat komposisi peta.

156

GEOGRAFI Kelas XII

Melalui proses ini, peta siap dicetak

dan digunakan oleh pengguna data. Pada

subsistem penggunaan data inilah orang

awam dapat benar-benar merasakan betapa

bermanfaatnya sebuah produk dari SIG.

Seperti peta di samping.

Peta di samping merupakan salah satu

contoh produk dari SIG. Berbagai data

dikumpulkan untuk membuat peta

tersebut. Mulai dari data wilayah

administrasi, data zona subduksi, lempeng

tektonik hingga data persebaran kekuatan

gempa di berbagai tempat di wilayah

tersebut. Banyak manfaat yang bisa

diambil dari adanya peta hasil olahan SIG.

Antara lain kita bisa mengetahui batas

lempeng tektonik dan zona subduksi yang

menyebabkan suatu daerah rawan

terhadap gempa tektonik. Bahkan,

persebaran kekuatan gempa di berbagai

tempat bisa diketahui. Jika informasi pada

peta ini disosialisasikan ke masyarakat

awam, pasti akan membantu menanamkan

sikap waspada kepada mereka terhadap bahaya gempa bumi

yang mengancam.

Tidak hanya itu, persebaran kekuatan gempa di berbagai

tempat bisa kita ketahui sehingga dampak kerusakan pun bisa

diprediksi. Selain itu, SIG bisa menjadi alat yang sangat

penting dalam pengambil keputusan guna pembangunan

berkelanjutan. Mengapa bisa dikatakan begitu? Karena SIG

mampu memberikan informasi pada pengambilan keputusan

untuk analisis dan penerapan

database

keruangan. Contohnya

dengan peta zona rawan gempa bumi yang telah disajikan.

Peta tersebut membantu pemerintah dalam mengalokasikan

dana anggaran perbaikan kerusakan akibat gempa maupun

pengalokasian dana bantuan bencana gempa.

Sumber:

www.papua.web.org

Gambar 5.23

Peta zona kekuatan gempa di Papua.

130°

132°

134°

136°

130°

132°

134°

136°

Manokwari

Skala Richter

4,8

4,0

3,2

2,4

1,6

0,8

0,4

0,2

0,0

ungu

merah

hijau

Zona subduksi atau

batas utama lempeng

tektonik.

Igir lempeng tektonik.

Perubahan patahan lempeng.

Setelah mempelajari Sistem Informasi Geografis atau SIG, kamu akan

mengerti betapa bermanfaatnya teknologi ini dalam kehidupan kita. Untuk

mengetahui berbagai hal tentang SIG, galilah informasi sebanyak mungkin

melalui internet. Salah satunya dari situs

www.bk.or.id.

Bukalah bab

mengenai SIG. Baca dan pahamilah, selanjutnya jawablah pertanyaan-

pertanyaan di bawah ini.

1. Mengapa teknologi sistem informasi sangat dibutuhkan saat ini?

2. Apakah keuntungan penerapan SIG?

Tulislah jawabanmu, kemudian diskusikan dengan guru dan teman-teman-

mu.

157

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Wah, ternyata banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil

dari penerapan SIG. Mengapa? Karena tingkat ketelitian sistem

informasi dalam SIG sangat diutamakan. Faktor inilah yang

menjadi pendorong semakin berkembangnya teknologi SIG

yang dari waktu ke waktu terus mengalami perbaikan.

Bagaimana perkembangan teknologi SIG? Dahulu SIG diawali

dengan cara konvensional. Lalu, bagaimana SIG secara

konvensional? Nah, hal itulah yang akan kita pelajari pada

subbab berikut.

B. SIG Konvensional

Saat ini kita harus mulai menyadari betapa pentingnya peta dalam

kehidupan kita. Banyak hal yang bisa diselesaikan dengan mengambil

sumber data pada peta. Data-data sejarah geografis pun sering dapat

dilihat melalui peta. Bahkan, sengketa perebutan Pulau Sipadan-

Ligitan antara Indonesia-Malaysia pun menyangkut peta dan sengketa

Blok Ambalat yang sempat memanas.

Nah, dalam konteks batas dua negara, ternyata persoalannya tidak

hanya menyangkut tanda batas secara fisik yang harus ada dan

dipasang di lapangan. Masalah yang jauh lebih penting adalah

diperlukannya upaya bagaimana merepresentasikan batas negara

tersebut di atas media informasi yang dapat berbentuk peta dalam

format

hardcopy

atau dalam format

softcopy

ataupun digital yang lebih

fleksibel dalam penggunaannya. Dalam proses pemetaan ini, SIG baik

konvensional maupun digital sangat dibutuhkan.

Di depan, kamu telah mempelajari SIG secara modern. Dari apa

yang telah kamu pelajari itu, kamu dapat menarik kesimpulan bahwa

untuk mengoperasikan SIG secara modern dibutuhkan

hardware

dan

software

yang cukup mahal. Apakah ada cara lain untuk meng-

operasikan SIG dengan sarana yang lebih murah? Jawabannya ada

yaitu pengoperasian SIG secara konvensional.

Sebelum SIG berkembang seperti sekarang ini, SIG berawal dari

sebuah gagasan menampilkan beberapa informasi di peta. Gagasan

tersebut dilakukan dengan overlay dua peta, kemudian semakin

banyak peta yang akan dipadukan. Dalam proses ini mulai ditemukan

kesulitan apabila terlalu banyak peta yang dipadukan. Nah, pemikiran

ini mendasari terkembangnya SIG modern. Software SIG yang ada

sekarang juga melalui tahap perkembangan kecanggihan.

Perbedaan yang mendasar antara SIG modern atau SIG digital

dengan SIG konvensional terdapat pada alat. SIG modern atau digital

selalu menggunakan seperangkat alat komputer dalam analisisnya,

sedangkan analisis dalam SIG konvensional dilakukan dengan cara

manual, seperti proses

buffering

pada gambar. Tidak hanya proses

buffering

, semua proses dalam SIG konvensional dilakukan secara

manual dan semimanual atau perpaduan antara digital dengan analisis

manual. Agar lebih jelas, perhatikan gambar berikut.

Menurutmu, apakah keun-

tungan penggunaan perang-

kat komputer pada SIG

modern? Diskusikan dengan

teman sebangkumu!

158

GEOGRAFI Kelas XII

Sumber:

www.bk.or.id

Gambar 5.24

Perbandingan dalam manajemen informasi geospasial.

Analisis

spasial

dengan

buffering.

Manajemen informasi SIG modern.

Analisis manual

Manajemen informasi SIG konvensional.

Sistem data

terpadu dalam

komputer.

Sumber data yang tersebar.

Peta

Sensus

S

S

E

E

N

N

S

S

U

U

S

S

Pengecekan data dilaku-

kan dengan pemanggilan

kembali data geospasial.

IDNO.101

Nama : KI

Pengecekan

manual

Proses Pengelolaan Data

Pengecekan Data

Analisis Data

1. Pemasukan Data

Masih ingatkah kamu, pekerjaan apa saja yang terdapat pada proses

pemasukan data dalam SIG? Ya benar, pekerjaan-pekerjaan tersebut

antara lain digitasi, editing, pembangunan topologi, transformasi

proyeksi, konversi format data, pemberian atribut, dan sebagainya.

Bagaimanakah SIG konvensional melakukan pekerjaan-pekerjaan

dalam proses pemasukan data? Apakah sama dengan SIG digital? Jika

kita menerapkan SIG yang benar-benar konvensional, semua pekerjaan

tersebut kita lakukan secara manual dan hal ini merupakan bagian

dari kartografi. Proses digitasi, editing, dan sebagainya kita lakukan

secara langsung dengan menggambarkannya pada sebuah media kertas.

Berbeda jika kita menerapkan SIG dengan cara memadukan antara

digital dan konvensional. Semua pekerjaan dalam pemasukan data

sama dengan SIG modern, yaitu digitasi, editing, pembangunan

topologi, dan sebagainya. Perbedaannya terletak pada proses

analisisnya yang tetap saja dilakukan secara manual. Contoh nyatanya

seperti pada saat kita melakukan analisis data berupa

buffering

atau

overlay

. Jika peta-peta dasar yang telah berbentuk digital hendak kita

buffer

maupun

overlay

, kita harus mencetak peta-peta tersebut

menggunakan

printer

. Kemudian baru kita

buffer

dan

overlay

secara

manual.

2. Pengelolaan Data

Pengelolaan data dalam SIG konvensional sama dengan SIG yang

lebih modern. Pekerjaan-pekerjaan dalam subsistem pengelolaan data

meliputi operasi penyimpanan, pengaktifan, dan penyimpanan

kembali serta pencetakan semua data yang diperoleh dari masukan

data. Dalam subsistem ini yang membedakan antara SIG yang

konvensional dan SIG yang lebih modern sering dibedakan dengan

159

Sistem Informasi Geografis (SIG)

perkembangan sistem komputerisasi. Karena dengan berkembangnya

sistem komputerisasi, berkembang pula sistem manajemen basis data

yang efisien. Berkembangnya berbagai perangkat lunak atau

software

dalam SIG yang mempunyai kemampuan lebih, bisa saja menjadikan

SIG yang dahulu modern menjadi konvensional.

Sebagai contoh, suatu proses digitasi pada peta bentuk lahan akan

menghasilkan peta digital bentuk lahan dan tabel penyerta yang berisi

nomor urut satuan pemetaan yang pada data raster, diwakili dengan

nilai piksel; nama satuan pemetaan; luas setiap satuan pemetaan;

keliling atau parameter setiap satuan pemetaan. Nah, pada perangkat

lunak SIG yang lebih canggih proses penamaan satuan pemetaan,

perhitungan luas total satuan pemetaan, dan sebagainya dapat

dilakukan secara langsung serta lebih mudah. Berbeda dengan

perangkat lunak yang lebih kuno, pekerjaan-pekerjaan tersebut bisa

saja dilakukan, hanya saja harus menggunakan formula yang lebih

rumit.

3. Manipulasi dan Analisis Data

Subsistem inilah yang membedakan SIG konvensional dengan SIG

modern. Esensi dari SIG adalah analisis secara digital. Meskipun

terkonsep dengan SIG konvensional, tetapi beberapa ahli kartografi

menganggap bahwa SIG konvensional merupakan perkembangan dari

ilmu Kartografi. Tentunya kamu telah mengetahui, pekerjaan-pekerjaan

apa saja yang termasuk dalam subsistem ini. Coba sebutkan.

Tumpang susun

(overlay)

peta merupakan proses yang paling

banyak dilakukan dalam pemanfaatan SIG. Ketika fasilitas komputer

dan perangkat lunak SIG belum tersedia, para

surveyor

pemetaan,

perencanaan dan praktisi lain yang banyak memanfaatkan peta dalam

pekerjaannya menghadapi kendala untuk menumpangsusunkan peta

yang berjumlah lebih dari 4 lembar. Misalkan masing-masing peta

disajikan pada suatu lembar transparan seperti plastik atau kertas

kalkir, maka penumpangsusunan empat peta sekaligus dengan tujuan

menyajikan satuan-satuan pemetaan baru, memberikan gambaran

yang rumit dan sulit untuk dirunut kembali. Inilah inti dari

SIG konvensional. SIG yang lebih modern menyediakan

fasilitas

overlay

(tumpang susun) secara cepat untuk meng-

hasilkan satuan pemetaan baru sesuai dengan kriteria yang

dibuat. Prinsip

overlay

dapat kamu cermati pada gambar

di samping.

Nah, gambar di samping merupakan gambaran prin-

sip

overlay

yang menghasilkan satuan pemetaan baru. Bisa

kamu bayangkan apabila banyak peta di-

overlay

secara

manual, betapa rumitnya bukan? Jika kamu melakukan

overlay

secara manual hanya peta baru yang akan kita hasil-

kan. Berbeda jika kita melakukan

overlay

dengan digital,

selain peta kita akan memperoleh data atribut yang

disajikan dalam bentuk tabel. Hasil

overlay

secara manual

ini kemudian didigitasi sehingga menjadi peta digital.

Meskipun dalam format digital, tetapi peta tersebut tidak

bisa dikatakan produk dari SIG modern karena analisisnya

masih dilakukan secara manual. SIG yang benar-benar

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.25

Prinsip overlay (tumpang susun) pada SIG

konvensional.

1

2

3

1

2

3

4

11

22

33

34

31

23

12

21

24

Hasil

overlay

Peta 1

Peta 2

160

GEOGRAFI Kelas XII

modern menyerahkan semua analisisnya terhadap komputer meskipun

manusia tetap berperan sebagai

brainware

yang mengendalikan

seluruh sistem pada seperangkat komputer.

4. Keluaran Data

Keluaran utama dalam SIG baik yang modern maupun digital

adalah informasi spasial baru. Informasi ini perlu disajikan dalam

bentuk cetakan

(hardcopy)

supaya dapat dimanfaatkan dalam kegiatan

operasional. Perangkat lunak pada SIG yang lebih modern mempunyai

kemampuan yang lebih canggih dan lebih mudah dipahami oleh

pengguna, terutama dalam proses

layout

. Sedangkan SIG yang semi

konvensional menyediakan fasilitas

layout

tetapi dengan proses yang

relatif lebih rumit. Dalam SIG yang sangat konvensional, proses

layout

dilakukan secara manual seperti halnya kita melakukan

layout

biasa. Tentunya kamu bisa membayangkan bagaimana perbedaan SIG

modern dan SIG konvensional dalam proses ini.

Nah, setelah mempelajari SIG modern dan SIG konvensional, kamu

dapat mengetahui bagaimana sejarah perkembangan SIG dan peranan

keduanya dalam berbagai kondisi. Jika kita menemui hambatan berupa

tidak adanya perangkat lunak SIG yang lebih canggih, sistem

konvensional pun masih bisa kita terapkan meskipun dengan berbagai

kekurangan. Tabel berikut memperlihatkan kelebihan SIG modern dan

kekurangan pekerjaan manual (SIG konvensional).

Tabel 5.10 Perbandingan SIG dan Pekerjaan Manual (SIG

Konvensional)

Peta Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan

Sekarang kamu telah mengetahui betapa pentingnya SIG dalam suatu

perencanaan dan pengambilan keputusan bagi pembangunan di suatu

wilayah. Nah, kali ini kamu akan diajak untuk membuat peta arahan fungsi

pemanfaatan lahan di wilayah DAS Kabuyutan. Proyek ini merupakan contoh

penerapan prinsip SIG, meskipun hanya kamu lakukan secara manual. Nah,

hal-hal yang perlu kamu siapkan dan lakukan sebagai berikut.

SIG Modern

SIG Konvensional

Penyimpanan

Database

digital baku dan terpadu. Skala dan standar berbeda.

Pemanggilan data Pencarian dengan komputer.

Cek manual

Pemutakhiran

Sistematis

Mahal dan memakan waktu.

Analisis

overlay

Sangat cepat

Memakan waktu dan tenaga.

Analisis spasial

Mudah

Rumit

Penayangan

Murah

dan cepat

Mahal

Sumber:

Dokumen Penulis

161

Sistem Informasi Geografis (SIG)

1. Alat dan Bahan

a. Peta-peta di bawah ini.

PETA JENIS TANAH

DAS KABUYUTAN

2

10

3

8

37

41

37

37

41

LEGENDA:

2

3

Aluvial hidromorf

Aluvial kelabu tua

Asosiasi aluvial kelabu dengan

cokelat kelabu.

Asosiasi glei humus rendah

dengan aluvial kelabu.

Grumusol kelabu tua.

Kompleks grumusol, regosol,

dan mediteran.

Waduk Malahayu

8

10

37

41

PETA KEMIRINGAN LERENG

DAS KABUYUTAN

I

II

II

I

II

III

II

I

II

IV

I

II

II

I

II

III

II

I

II

IV

LEGENDA

Datar

Landai

Agak Curam

Curam

Sangat Curam

Waduk Malahayu

I

II

III

IV

V

PETA CURAH HUJAN HARIAN RATA-RATA

DAS KABUYUTAN

II

III

II

I

LEGENDA

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Waduk Malahayu

I

II

III

IV

Sumber:

Dokumen Penulis

162

GEOGRAFI Kelas XII

b. Tabel klasifikasi dan skor faktor kemiringan lereng, jenis tanah

menurut kepekaan erosi, dan intensitas hujan harian rata-rata.

Klasifikasi dan Skor Faktor Kemiringan Lereng

Kelas Kemiringan Lereng (dalam %) Keterangan

Skor

I

0,00–8,00

datar

20

II

8,01–15,00

landai

40

III

15,01–25,00

miring

60

IV

25,01–45,00

curam

80

V

45,01 atau lebih

sangat curam

100

Sumber:

Diktat Pelatihan SIG

Klasifikasi dan Skor Intensitas Hujan Harian Rata-Rata

Kelas Intensitas (mm/hr)

Keterangan

Skor

I

s/d 13,60

sangat rendah

10

II

13,61–20,70

rendah

20

III

20,71–27,70

sedang

30

IV

27,71–34,80

tinggi

40

V

34,01 atau lebih

sangat tinggi

50

Sumber:

Diktat Pelatihan SIG

Klasifikasi dan Skor Jenis Tanah Menurut Kepekaan terhadap

Erosi

Kelas Jenis Tanah

Keterangan Skor

I

Aluvial, glei, planosol, hidromorf kelabu

tidak peka

15

II

Latosol

kurang peka 30

III

Brown forest soil, non-calcicbrown,

mediteran agak peka

45

IV

Andosol, laterit, grumusol, podsol, podsolic peka

60

V

Regosol, litosol, organosol, renzina

sangat peka 75

Sumber:

Diktat Pelatihan SIG

c. Tabel klasifikasi fungsi lahan.

Fungsi Lahan/Peruntukan Lahan

Skor Total

Kawasan lindung

t

175

Kawasan fungs

i penyangga.

125–174

Kawasan budi daya tanaman tahunan.

d

124

Sumber:

Diktat Pelatihan SIG

d. Alat tulis

e. Kertas kalkir atau plastik transparan.

f. Pensil warna

163

Sistem Informasi Geografis (SIG)

2. Langkah Kerja:

a. Perhatikan bagan di bawah ini agar kamu memahami alur pemikiran

pada proyek ini.

b. Mulailah dengan menggambar ketiga peta tersebut pada kertas

kalkir atau plastik transparan dengan cara menjiplak sama persis

dengan peta tersebut. T

iap peta digambar pada lembar yang berbeda

dan dengan ukuran yang sama.

c. Buatlah masing-masing peta tersebut dengan ukuran kertas HVS

kuarto. Kamu dapat memperbesar peta dengan fotokopi atau

dengan metode grid.

d. Setelah peta selesai, berikan identitas berupa kelas tiap faktor.

Jangan lupa untuk memberikan legenda sekaligus skor pada tiap

kelas. Legenda dapat kamu buat dalam bentuk tabel seperti pada

tabel klasifikasi dan skor masing-masing parameter.

e. Lakukan tumpang susun ketiga peta tersebut secara bertahap.

Pertama, tumpang susunkan peta kemiringan lereng dengan peta

curah hujan. Berikan nama pada satuan pemetaan hasil

overlay

dengan mendahulukan terlebih dahulu kelas kemiringan lereng,

baru kemudian nilai curah hujan.

Contoh: I SR = lereng kelas I, curah hujan sangat rendah.

II R = lereng kelas II, curah hujan rendah.

III S = lereng kelas III, curah hujan sedang.

IV T = lereng kelas IV, curah hujan tinggi.

f. Tumpang susunkan lagi peta hasil tumpang susun pertama dengan

peta jenis tanah. Kemudian, namailah satuan pemetaan baru

tersebut dengan nomor jenis tanah. Misalnya:

I SR2 = kelas kemiringan lereng I, curah hujan sangat rendah,

dan jenis tanah aluvial hidromorf.

g. Berilah nomor pada setiap satuan pemetaan, kemudian lakukan

analisis untuk menemukan arahan fungsi lahan pada peta hasil

overlay

semua peta. Penentuan arahan fungsi lahan tersebut

dilakukan dengan menjumlah semua skor parameter, yaitu skor

kemiringan lereng, skor curah hujan, dan skor tanah. Analisismu

dapat menggunakan bantuan tabel seperti berikut ini.

Overlay

3 peta

Klasifikasi

arahan fungsi

lahan.

Pemberian ID

dan skor.

Peta arahan

fungsi lahan.

Peta

kemiringan

lereng.

Penggambaran

Pemberian

ID dan

skor.

Pemberian ID

dan skor.

Peta jenis

tanah.

Penggambaran

Pemberian ID

dan skor.

Penggambaran

Peta

curah hujan.

164

GEOGRAFI Kelas XII

h. Setelah hasil analisis selesai, lakukanlah

dissolve

(penggabungan)

poligon-poligon dengan arahan fungsi lahan yang sama, menjadi

satu poligon. Contoh seperti di bawah ini.

i. Lakukanlah

layout

peta arahan fungsi lahan tersebut dengan

menarik. Warnailah peta tersebut dengan pensil warna. Warnai

tiap arahan fungsi lahan yang sama dengan warna yang sama

pula.

j. Buatlah komposisi peta tersebut sebaik dan seindah mungkin.

Kemudian adakan pameran hasil proyek ini. Biarkan seluruh warga

sekolahmu memberikan penilaian terhadap hasil karyamu. Apa

pun penilaiannya, kamu patut bangga karena telah mampu

membuat arahan peruntukan lahan dengan prinsip SIG. Kamu

hebat.

1

I SR1

20

10

15

45 Kawasan budi daya tanaman

(kelas I) (sangat

rendah)

(aluvial)

tahunan.

2

I SRIV

20

10

60

90 Kawasan budi daya tanaman

(kelas I) (sangat r

endah)

(grumusol)

tahunan.

. . .

. . .

. . .

. . .

. . . . . . . . .

Kriteria dan tata cara penetapan fungsi pemanfaatan lahan untuk setiap

satuan lahan sebagai berikut.

a. Kawasan Fungsi Lindung

Kawasan fungsi lindung adalah suatu wilayah yang keadaan dan

sifat fisiknya mempunyai fungsi lindung untuk kelestarian sumber daya

alam, air, flora, dan fauna seperti hutan lindung, hutan suaka, hutan

wisata, daerah sekitar sumber mata air, dan alur sungai, serta kawasan

lindung lainnya.

Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi lindung,

apabila besarnya skor total kemampuan lahannya sama dengan atau

lebih besar 175, atau memenuhi salah satu/beberapa syarat sebagai

berikut.

Nomor

Satuan

Pemetaan

Arahan Fungsi Lahan

Karakteristik

Lahan

Skor

Kelas Kemi-

ringan Lereng

Kelas Curah

Hujan

Kelas Jenis

Tanah

Skor

Total

Hasil

overlay

Hasil

overlay

setelah di-

dissolve

.

+2

+3

+1

+2

+2

+3

+1

+1

+1

+3

+3

Sumber:

Dokumen Penulis

165

Sistem Informasi Geografis (SIG)

1) Mempunyai kemiringan lereng lebih besar dari 45%.

2) Jenis tanahnya sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol, orga-

nosol, dan renzina) dengan kemiringan lereng lebih dari 15%.

3) Merupakan jalur pengaman aliran/sungai, yaitu sekurang-kurang-

nya 100 meter di kiri dan kanan aliran air/sungai.

4) Merupakan pelindung mata air, yaitu sekurang-kurangnya radius

200 meter di sekeliling mata air.

5) Mempunyai ketinggian (elevasi) 2.000 meter di atas permukaan

laut atau lebih.

6) Guna keperluan/kepentingan khusus dan ditetapkan sebagai

kawasan lindung.

b. Kawasan Fungsi Penyangga

Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang dapat

berfungsi lindung dan berfungsi budi daya, letaknya di antara kawasan

fungsi lindung dan kawasan fungsi budi daya seperti hutan produksi

terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun campur, dan lain-lainnya

yang sejenis.

Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi penyangga

apabila besarnya skor total kemampuan lahannya antara 125–174 dan

atau memenuhi kriteria umum sebagai berikut.

1) Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budi

daya secara ekonomis.

2) Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai

kawasan penyangga.

3) Tidak merugikan segi-segi ekologi/lingkungan hidup apabila

dikembangkan sebagai kawasan penyangga.

c. Kawasan Fungsi Budi Daya Tanaman Tahunan

Kawasan budi daya tanaman tahunan adalah kawasan budi daya

yang diusahakan dengan tanaman tahunan seperti hutan produksi

tetap, perkebunan (tanaman keras), tanaman buah-buahan, dan

sebagainya.

Suatu satuan lahan ditetapkan mempunyai fungsi budi daya

tanaman tahunan apabila besarnya skor total kemampuan lahannya

124 atau kurang, serta cocok atau seharusnya dikembangkan untuk

usaha tani tanaman tahunan (kayu-kayuan, tanaman perkebunan, dan

tanaman industri). Selain kawasan tersebut harus memenuhi kriteria

umum seperti pada kawasan fungsi penyangga di atas.

d. Kawasan Fungsi Budi Daya Tanaman Semusim dan Permukiman

Kawasan fungsi budi daya tanaman semusim dan permukiman adalah

kawasan yang mempunyai fungsi budi daya serta diusahakan dengan

tanaman semusim dan permukiman terutama tanaman pangan. Untuk

memilahkan kawasan fungsi budi daya tanaman semusim ditentukan

oleh kesesuaian fisik terhadap komoditas yang dikembangkan. Adapun

untuk kawasan permukiman, selain memenuhi kriteria tersebut, secara

mikro lahannya mempunyai kemiringan tidak lebih dari 8%.

SIG merupakan alat atau sarana analisis spasial yang sangat

bermanfaat untuk menurunkan informasi baru berdasarkan kumpulan

berbagai informasi tematik. Sebagai bukti dapat kamu lihat pada

proyek yang telah kamu lakukan. Untuk membuat arahan fungsi lahan,

kamu dapat menggabungkan dan menganalisis berbagai informasi

tematik seperti kemiringan lereng, curah hujan, serta jenis tanah.

Informasi tematik tersebut bisa diperoleh dari analisis peta dan data

lapangan. Peta kemiringan lereng diperoleh dari analisis garis kontur

166

GEOGRAFI Kelas XII

pada peta. Peta jenis tanah bisa diperoleh berdasarkan survei lapangan.

Nah, itu semua merupakan sumber data pada SIG. Tidak hanya itu,

bahkan hasil pengolahan berbagai citra penginderaan jauh sering

digunakan sebagai sumber data dalam penginderaan jauh. Atau

sebaliknya, saat pengolahan citra penginderaan jauh untuk mencapai

tujuan tertentu memang harus diintegrasikan dengan SIG. Pada subbab

berikut akan disajikan berbagai contoh penerapan SIG terutama

mengenai integrasi penginderaan jauh dengan SIG. Cermati dan

pahami betul, kelak hal ini akan sangat bermanfaat bagimu.

C. Penerapan SIG dalam Kajian Geografi

Contoh SIG sederhana telah kamu lakukan melalui kegiatan di

depan. Mungkin timbul pertanyaan dalam hatimu, mengapa SIG sangat

penting dalam geografi? Sejak SMP, kamu telah mempelajari ilmu

geografi, tentunya kamu telah mengetahui objek apa saja yang menjadi

kajian dalam geografi. Jika kamu cermati benar-benar, semua kajian

geografi mempunyai geo-reference (bereferensi dengan permukaan

Bumi) atau terdistribusi pada permukaan Bumi. Sedangkan SIG

merupakan sistem informasi yang mampu mengolah data yang

mempunyai referensi geografis. Berbagai data geografi antara lain dapat

diperoleh melalui pengolahan citra penginderaan jauh. Oleh karena

itu, data penginderaan jauh sering diintegrasikan dengan SIG.

1. Integrasi SIG dengan Penginderaan Jauh

Istilah integrasi di sini sebenarnya mempunyai makna yang

berbeda dengan kombinasi atau penggabungan. Integrasi yang berarti

penyatuan

memberikan dampak adanya kesatuan dan konsistensi

dalam pengolahan data mulai dari awal sampai akhir yang

mempertimbangkan masalah perbedaan antardata dari segi bentuk,

struktur asli data, serta sifat-sifatnya. Integrasi penginderaan jauh

dengan SIG sudah lama menjadi masalah dengan adanya perbedaan

tersebut. Produk penginderaan jauh berupa hasil interpretasi visual,

kerincian geometri relatif lebih rendah, namun mempunyai

keunggulan dalam penentuan batas satuan pemetaan lahan yang lebih

baik.

Di sisi lain, produk pengolahan citra digital satelit biasanya

memiliki kekurangan karena resolusi spasial yang relatif rendah, tetapi

mempunyai keuntungan karena perincian geometri yang lebih tinggi.

Nah, apabila keduanya dipadukan dapat saling melengkapi. Informasi

mengenai aspek relief, medan ataupun bentuk lahan dapat disadap

dari foto udara dengan lebih tepat, sedangkan pembuatan model spasial

melalui pendekatan spektral dapat dilakukan dengan pengolahan citra

penginderaan jauh. Perpaduan ini dapat dilakukan apabila kedua

sumber data telah mempunyai kesamaan dalam format dan struktur

data, serta diperlakukan oleh pengolah yang sama yaitu SIG. Nah,

bentuk-bentuk integrasi penginderaan jauh dan SIG dapat

dikelompokkan dalam tiga golongan utama yang akan diuraikan

sebagai berikut.

167

Sistem Informasi Geografis (SIG)

a. Penyajian Model Spasial atau Hasil Interpretasi

Mungkin kamu pernah mengalami masalah ini, bagaimana

membuat peta dari hasil interpretasi foto udara? Bagaimana

memberikan koordinat letak geografi pada hasil interpretasi

tersebut? Memang, penggambaran hasil interpretasi ke atas peta

dasar sering mengalami hambatan, karena terbatasnya

ketersediaan dan kemampuan alat pemindah hasil interpretasi.

Alat-alat pemindah hasil interpretasi yang banyak digunakan

adalah

sketch master, zoom transferscope

, dan

stereoplotter

.

Stereoplotter

merupakan alat yang sangat mahal dan sulit dijangkau

oleh instansi-instansi kecil. Tingkat ketelitiannya pun tidak

sebanding dengan kesulitan penggunaan dan mahalnya nilai

investasi. Penggunaan

map-o-graph

atau

electric pantograph

yang

kurang teliti namun mudah digunakan, terkadang digantikan

dengan mesin fotokopi yang mampu memfotokopi dengan berbagai

tingkat pembesaran maupun pengecilan. Nah, untuk mengatasi

masalah tersebut dimanfaatkan integrasi penginderaan jauh dan

SIG dengan fasilitas pengolahan citra. Langkah awal yang perlu

dilakukan adalah melakukan interpretasi foto udara hanya pada

daerah efektifnya saja.

Selanjutnya, bagian foto udara yang diinterpretasi (berikut

dengan hasil interpretasi) ini dilarik

(discan)

dengan menggunakan

scanner

. Lembar-lembar hasil interpretasi yang telah discan

tersebut dimozaik dengan memanfaatkan koreksi geometri pada

software

SIG, dan dengan mengacu pada peta dasar. Secara

otomatis mozaik yang telah dibuat juga memuat gambaran hasil

interpretasinya. Dengan mencetak mozaik tersebut, maka hasil

interpretasi dapat dirunut pada peta dasar dengan ketelitian tinggi.

b. Klasifikasi Multispektral

Pernahkah kamu menjumpai peta penggunaan lahan? Peta

tersebut merupakan peta yang dinamis, informasi pada peta

tersebut harus selalu di-

update

agar memberikan informasi yang

benar-benar sesuai dengan kenyataan di permukaan Bumi. Lalu,

bagaimana membuat dan melakukan

update

terhadap objek

penggunaan lahan? Integrasi antara penginderaan jauh dan SIG

berperan penting dalam hal ini. Langkah yang diambil untuk

membuat peta penggunaan lahan adalah melakukan klasifikasi

visual pada foto udara. Memang lebih mudah mengenali bentuk

Sumber:

Pengolahan Citra Digital, halaman 208

Gambar 5.26

Daerah efektif interpretasi.

Daerah efektif interpretasi (bagian yang diarsir)

Foto 3

P

2

''

P

3

Foto 2

P

3

'

P

1

'

P

2

'

Foto 1

P

1

'P

2

'

P

1

, P

2

, P

3

: pusat foto 1, foto 2, foto 3

P

1

', P

2

', P

3

',P

2

'' : titik pusat pindahan

168

GEOGRAFI Kelas XII

penggunaan lahan pada foto udara, tetapi citra satelit penginderaan

jauh mempunyai keunggulan berupa resolusi temporal. Pada citra

penginderaan jauh, penggunaan lahan dikenali melalui

karakteristik piksel. Hal ini lebih rumit dilakukan. Oleh karena

itu, penggunaan peta bantu dalam klasifikasi citra untuk pemetaan

penggunaan lahan merupakan hal yang penting. Bahkan, bisa

dikatakan merupakan keharusan. Dalam hal inilah SIG berperan.

Peta bantu yang dapat digunakan antara lain peta satuan

medan, peta bentuk lahan, atau peta tanah. Peta-peta tersebut

didigitasi dan kemudian dikonversi ke dalam struktur data raster

supaya sesuai dengan penutup lahan hasil klasifikasi

multispektral. Prosedur lain yang sangat penting supaya kedua

data multisumber dapat diintegrasikan adalah perlunya koreksi

geometri citra.

c. Pembuatan Model Spasial yang Lebih Rumit

Pembuatan model spasial yang lebih rumit juga memanfaatkan

peta-peta bantu, namun proses penggabungannya lebih kompleks

dan bukan hanya tumpang susun saja. Salah satu contoh sederhana

pada saat tumpang susun antara dua peta, contohnya peta lereng

dan peta penggunaan lahan. Nah, setelah tumpang susun, masalah

muncul apabila ternyata terdapat perbedaan yang tipis antara batas

kelas lereng dengan batas penggunaan lahan, sehingga menim-

bulkan ”satuan pemetaan” baru yang kecil-kecil. Perbedaan ini

muncul karena kedua macam peta diproduksi oleh pihak yang

berbeda, dan atau melalui cara yang berbeda, misalnya interpretasi

foto udara dan interpretasi peta topografi. Untuk mengatasinya,

biasanya SIG digunakan untuk mengambil keputusan poligon-

poligon tersebut ikut ke dalam salah satu poligon terdekat.

Mungkin kamu bingung dengan istilah-istilah di depan. Tidak

usah bingung karena pada materi berikut ini akan disajikan contoh

nyata terapan-terapan integrasi SIG dan penginderaan jauh.

2. Contoh-Contoh Penerapan SIG

Seperti telah kamu ketahui, banyak sekali peranan SIG dalam

pengambilan keputusan terutama dalam perencanaan pembangunan.

Bahkan bisa dikatakan SIG tidak hanya penting bagi pakar geografi,

namun juga pakar perencana pembangunan dan penata ruang.

Penataan keruangan dengan SIG tidak hanya melihat segi fisik lahan,

namun akan melibatkan segi sosial, ekonomi, dan kependudukan.

Misalnya studi perkembangan kota. Menggunakan SIG bisa dipadukan

antara kondisi fisik lahan dengan kondisi sosial dan kependudukan

yang dimiliki wilayah tersebut. Sehingga bisa diperoleh kesimpulan

hubungan faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan kota.

Beberapa contoh manfaat penerapan SIG dapat kamu cermati dalam

contoh-contoh berikut.

169

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Interpretasi

tekstur tanah.

Peta Geologi

tahun 1975. 1 : 100.000

Peta lereng

dan relief.

Digital

elevation

model.

Peta

topografi

tahun 1964.

1 : 50.000

Data

kontur

digital.

Penurunan

informasi:

- Profil

Peta jaringan

jalan terpilih.

Interpretasi

bentuk lahan dan

deduksi karakteristik.

Peta

penggunaan

lahan.

Peta akse-

sibilitas

Peta bentuk lahan

(sat. pemetaan) dan

karakteristik medan tentatif.

1 : 50.000

Digitasi,

pengharkatan,

dan pembobotan.

Overlay

Peta satuan lahan.

Faktor pertimbangan:

- Kelas kesesuaian.

- Jarak maksimal antarmenara.

- Sudut maksimal perubahan

arah.

- Ruang bebas SUTT.

- Jarak terdekat dari Gardu Induk.

Peta

rencana

jalur

transmisi

listrik

tahun 1995.

1 : 50.000

Interpretasi

Foto udara tahun 1992. 1 : 50.000

Peta

tanah

1 : 50.000

Penentuan

sampel

Kerja lapangan

Cek lapangan

Pengukuran dan

pengumpulan

data lapangan.

Reinterpretasi

Peta

lereng

dan relief.

Peta

penggunaan

lahan.

Peta akse-

sibilitas

Peta bentuk lahan dengan

atribut:

- Daya dukung tanah.

- Tingkat erosi

- Gerak massa batuan.

Pengkelasan

Peta kesesuaian lahan

untuk jalur transmisi.

Analisis

- Evaluasi jalur yang ada.

- Jalur alternatif jaringan

transmisi listrik.

= Penginderaan Jauh

= Sistem Informasi Geografis

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 5.27

Diagram alir penelitian jalur transmisi listrik.

a. Evaluasi dan Penentuan Jalur Transmisi Listrik Alternatif

Perhatikan diagram berikut.

170

GEOGRAFI Kelas XII

Integrasi penginderaan jauh dan SIG dapat dimanfaatkan

untuk evaluasi maupun pertimbangan perencanaan. Nah, salah

satu contohnya dapat kamu pahami melalui diagram alir penelitian

jalur transmisi listrik. Beberapa aspek kehidupan tentu saja akan

memengaruhi keberadaan suatu jaringan transmisi listrik, antara

lain aspek fisik lahan serta aspek ekonomi. Perencanaan pemba-

ngunan jalur transmisi listrik dilakukan dengan memper-

timbangkan kesesuaian lahan secara fisik serta faktor ekonomi.

Faktor ekonomi yang dipertimbangkan dalam penentuan jalur

transmisi listrik, yaitu aksesibilitas dan jarak terpendek antara

dua gardu induk (stasiun pembangkit listrik). Faktor kondisi fisik

lahan yang dipertimbangkan dalam perencanaan pembangunan

jaringan transmisi listrik, yaitu kerentanan terhadap gerak massa

batuan, erosi, daya dukung tanah, lereng, dan relief. Informasi

karakteristik fisik lahan seperti yang telah disebutkan menjadi

pertimbangan dalam penentuan lokasi jalur transmisi listrik karena

faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh terhadap

pembangunan dan perawatan atau pemilihan jalur transmisi listrik

yang telah ada.

Informasi fisik lahan yang digunakan dalam penelitian ini

dapat diperoleh dengan memanfaatkan foto udara pankromatik

hitam putih. Informasi yang dapat disadap secara langsung dari

foto udara berupa informasi bentuk lahan yang dibantu dengan

peta geologi. Dari satuan pemetaan berupa peta bentuk lahan,

ditunjang dengan informasi pada peta tanah, digunakan untuk

memperoleh informasi tentang kerentanan terhadap gerak massa

batuan atau longsor, tingkat erosi, serta daya dukung tanah. Secara

garis besar nilai dari faktor kerentanan gerak massa batuan, erosi,

lereng dan relief, serta daya dukung tanah dapat memberikan

gambaran tentang karakteristik medan yang memengaruhi

kestabilan lereng dan kekuatannya untuk fondasi, sehingga faktor-

faktor tersebut perlu diperhitungkan dalam pemilihan jalur

transmisi. Informasi lereng dan relief diperoleh dari pengolahan

peta topografi.

Faktor lereng dan relief juga memberikan gambaran tingkat

kesulitan dalam pencapaian daerah lokasi di mana jalur akan

didirikan, sehingga memberikan pengaruh terhadap kesulitan

dalam pembangunannya serta perawatannya. Informasi lereng dan

relief diperoleh dari pengolahan data kontur pada peta topografi.

Selain faktor fisik lahan, dalam penentuan jalur transmisi

listrik dipertimbangkan juga faktor ekonomi, yaitu faktor

aksesibilitas dan juga jarak terdekat dari gardu induk. Informasi

aksesibilitas diperoleh dari foto udara dengan interpretasi

kenampakan jalan yang dapat dilalui kendaraan pengangkut

seperti truk yang kemudian dilakukan pengolahan terhadap peta

jaringan jalan yang telah dihasilkan. Faktor aksesibilitas

dipertimbangkan dalam kaitannya dengan kemudahan dalam

pengangkutan material dan peralatan saat pelaksanaan

pembangunan dan pemeliharaan serta pengawasan pada saat telah

beroperasi.

Data penggunaan lahan diperoleh dari interpretasi foto udara.

Faktor penggunaan lahan dipertimbangkan terutama ditinjau dari

segi keamanan di mana jalur yang ada akan memberikan pengaruh

Menurutmu parameter apa-

kah yang digunakan untuk

menyusun sistem informasi

bencana gempa? Diskusikan

dengan teman sebangkumu!

171

Sistem Informasi Geografis (SIG)

terhadap lingkungan sekitar. Demi faktor keamanan, lokasi jalur

transmisi listrik cenderung menghindari permukiman dan

menghindari situs-situs kuno demi menjaga kelestariannya.

Penentuan jalur transmisi listrik dapat dilakukan dengan

mengintegrasikan kedua aspek yang dipertimbangkan, yaitu aspek

fisik lahan dan aspek ekonomi. Aspek fisik lahan yang terdiri atas

peta lereng dan relief, peta bentuk lahan dengan atributnya berupa

kerentanan lahan, disusun menjadi peta satuan lahan.

Dari satuan lahan yang terbentuk dilakukan analisis

dengan menggunakan teknologi SIG, sehingga dapat

mempermudah dalam proses pengolahan serta dalam

analisis hasil keluaran data secara spasial. Dari

pengolahan peta satuan lahan dihasilkan peta

kesesuaian lahan untuk jalur transmisi listrik yang juga

merupakan evaluasi terhadap jalur transmisi yang

sudah ada. Pada peta kesesuaian lahan telah berbentuk

area yang sesuai untuk jalur transmisi listrik yang

selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut untuk

mengolah informasi berupa poligon kesesuaian

menjadi informasi garis yang tidak lain untuk

menghasilkan jalur alternatif jaringan transmisi listrik.

Analisis ini dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat

aksesibilitas, kelurusan pola kelas kesesuaian lahan yang tinggi.

Dari hasil pola kelurusan tersebut ditarik garis, pada garis tersebut

akan diletakkan menara transmisi dengan mempertimbangkan

kelas kesesuaian lahan yang cukup tinggi, karena menara akan

ditanam pada lahan.

Pertimbangan lain yaitu jarak terdekat dari gardu induk, jarak

maksimum antarmenara, sudut maksimum perubahan arah

saluran, dan ruang bebas SUTT dengan penekanan bebas dari

permukiman/bangunan lain tanpa mempertimbangkan vegetasi,

karena vegetasi diatasi dengan penebangan hingga ketinggian

tertentu pada pemeliharaan harian. Hasil analisis ini berupa

kenampakan garis yang menggambarkan jalur menara transmisi.

Dari kenampakan garis yang telah dipilih dilakukan digitasi,

sehingga kenampakan tersebut menjadi kenampakan garis yang

menggambarkan jalur. Dari pengolahan ini akan dihasilkan

beberapa jalur alternatif. Jalur transmisi listrik akan ditampilkan

juga dalam profil (penampang melintang).

b. Pemanfaatan SIG untuk Menghitung Besarnya Kehilangan Tanah

Pernah mendengar istilah kehilangan tanah? Istilah ini

digunakan untuk menyatakan besarnya tanah yang hilang sebagai

dampak erosi. Ternyata kajian fisik lahan dengan penekanan untuk

menghitung besarnya kehilangan tanah bisa dilakukan

menggunakan SIG. Parameter yang digunakan dalam kajian ini

melibatkan parameter yang digunakan untuk menganalisis

kerawanan wilayah terhadap erosi. Ingin tahu bagaimana cara

menghitung besarnya kehilangan tanah? Perhatikan diagram alir

berikut.

Sumber:

Tempo, 29 Juni 2003

Gambar 5.28

Pendirian jalur transmisi listrik memerlukan

informasi lahan.

Temukan manfaat SIG dalam

pengelolaan sumber daya

alam! Diskusikan dengan

teman sebangkumu!

172

GEOGRAFI Kelas XII

DATA HUJAN

Analisis

PETA

EROSIVITAS

HUJAN

(R)

PETA TANAH

TINJAU

Interpretasi

visual

PETA SATUAN

MEDAN

Analisis tanah di

laboratorium.

Pengumpulan data

lapangan: tanah,

karakteristik lahan,

rotasi tanaman, dan

praktik konservasi.

PETA TOPOGRAFI

1:50.000

Digitasi vektor

dan konversi vektor ke

raster.

Interpolasi kontur

MODEL ELEVASI

DIGITAL (DEM)

Pembuatan model

lereng digital.

CITRA SPOT

DIGITAL

MULTISPEKTRAL

Pra-pemrosesan:

koreksi geometri

dan radiometri

CITRA SPOT

DIGITAL

MULTISPEKTRAL

TERKOREKSI

Pengambilan sampel

dan klasifikasi

multispektral.

PETA

PENUTUP LAHAN

Klasifikasi penggunaan

lahan dengan mengintegrasikan

data lapangan melalui SIG.

PETA PENGGUNAAN

LAHAN, ROTASI &

PRAKTIK KONSERVASI

(CP)

Pembuatan model kehilangan tanah:

A = R x K x LS x CP

PETA

KEHILANGAN TANAH

PETA

ERODIBILITAS

TANAH

(K)

PETA LERENG

PANJANG DAN

KEMIRINGAN

(LS)

Sumber:

Pengolahan Citra Digital, halaman 200

Gambar 5.29

Contoh perhitungan besarnya kehilangan tanah dengan formula USLE melalui

bantuan SIG.

Pembuatan peta kehilangan tanah memerlukan beberapa

informasi tematik, yaitu data hujan, peta tanah skala tinjau, peta

topografi, dan citra SPOT digital multispektral.

Citra SPOT digital multispektral digunakan untuk mem-

peroleh peta penutup lahan. Tentu saja hal ini dilakukan dengan

pengolahan citra tersebut terlebih dahulu. Pengolahan tersebut

mulai dari koreksi geometri dan radiometri untuk mendapatkan

citra yang terkoreksi. Menggunakan citra ini dilakukan klasifikasi

multispektral dan pengambilan sampel untuk menghasilkan peta

penutup lahan. Kemudian peta penutup lahan ini diintegrasikan

dengan data lapangan. Dengan menggunakan SIG, keduanya

173

Sistem Informasi Geografis (SIG)

diintegrasikan untuk memperoleh peta penggunaan lahan, rotasi

tanaman, dan faktor konservasi. Kemudian peta ini disebut faktor

CP.

Selain itu, peta topografi juga digunakan dalam penelitian ini.

SIG berperan dalam proses digitasi dan konversi data vektor ke

raster. Peta topografi juga digunakan untuk koreksi geometri citra,

agar letak kenampakan sesuai dengan kenyataannya di permukaan

Bumi. Dari pengelolaan peta topografi digunakan untuk membuat

DEM (model tiga dimensi). Dari DEM diturunkan menjadi

informasi panjang dan kemiringan lereng yang disebut faktor LS.

Peta tanah skala tinjau digunakan untuk membuat peta satuan

medan. Peta satuan medan ini digunakan untuk pemilihan lokasi

pengambilan sampel. Lokasi pengambilan sampel dipilih pada

beberapa tempat yang memiliki karakteristik lahan yang berbeda.

Data yang dikumpulkan berupa tanah, karakteristik lahan, serta

rotasi tanaman dan praktik konservasi. Dari hasil pengumpulan

data di lapangan, selanjutnya dilakukan analisis tanah di

laboratorium untuk memperoleh nilai erodibilitas tanah.

Erodibilitas merupakan kepekaan tanah terhadap erosi. Hasil

analisis laboratorium kemudian dipadukan dengan peta satuan

medan untuk menghasilkan peta erodibilitas tanah yang disebut

faktor K.

Data hujan diperlukan untuk menghasilkan peta erosivitas

hujan. Erosivitas hujan merupakan nilai kemampuan hujan yang

dapat menimbulkan erosi. Nilai erosivitas ini sebagai faktor R.

Nah, setelah faktor R, K, LS, CP diperoleh, maka melalui formula

USLE didapatkan nilai kehilangan tanah pada setiap satuan

pemetaan yang berasal dari perkalian erosivitas hujan, erodibilitas

tanah, panjang dan kemiringan lereng serta faktor penggunaan

lahan, rotasi, dan praktik konservasi.

Semua contoh yang telah diuraikan akan kamu pelajari dengan

lebih mendalam apabila kelak kamu mengambil kuliah di fakultas

geografi. Masih banyak contoh penerapan SIG di berbagai bidang.

Contoh-contoh tersebut dapat kamu peroleh melalui internet

dengan mengunjungi situs instansi-instansi yang banyak

menggunakan SIG. Situs-situs tersebut antara lain

www.lapan.go.id

dan

www.bakosurtanal.go.id

. Pengetahuanmu ini suatu saat akan

sangat bermanfaat bagimu.

Teknologi pendukung pemetaan berkembang dengan pesat, salah satunya

adalah SIG yang telah kamu pelajari pada bab ini. Nah, salin dan isilah

rangkuman berikut untuk mempermudah belajarmu.

A. Memahami SIG

1. SIG adalah . . . .

2. SIG terdiri atas beberapa komponen, yaitu:

a. Masukan data.

b. . . . .

c. . . . .

d. Keluaran data.

Cobalah temukan berbagai

bentuk pemanfaatan SIG

dalam bidang sosial!

Ingin tahu lebih banyak ten-

tang aplikasi SIG? Kunjungi

situs

www.lapan.go.id

dan

www.bakosurtanal.go.id.

174

GEOGRAFI Kelas XII

3. Tahapan kerja dalam SIG.

Proses kerja SIG sebagai berikut.

a. Proses masukan data, terdiri atas:

1) Proses akuisisi.

2) . . . .

3) . . . .

4) Pemberian atribut.

5) Transformasi koordinat.

b. Pengelolaan data, terdiri atas:

1) Pengarsipan.

2) . . . .

c. Manipulasi dan analisis data, terdiri atas:

1) Buffering.

2) . . . .

3) Overlay.

4) . . . .

d. Keluaran data

B. SIG Konvensional

Perbedaan antara SIG modern dan SIG konvensional sebagai berikut.

Pekerjaan

SIG Modern

SIG Konvensional

Penyimpanan

. . . .

. . . .

. . . .

Pencarian dengan komputer . . . .

Pemutakhiran

Sistematis

. . . .

Analisis overlay

. . . .

. . . .

Analisis spasial

. . . .

. . . .

Penayangan

. . . .

. . . .

A.

Jawablah pertanyaan dengan tepat!

1. Apa sajakah komponen SIG? Jelaskan!

2. Bagaimanakah pembangunan topologi data dalam SIG

dilakukan? Jelaskan!

3. Apakah fungsi transportasi koordinat dalam proses masukan

data?

4. Apakah perbedaan prinsip overlay dengan metode intersec-

tion dan up date? Jelaskan dengan gambar?

5. Bagaimanakah prinsip kerja SIG konvensional?

175

Sistem Informasi Geografis (SIG)

B.

Belajar dari masalah.

Baca dan pahami artikel berikut ini.

Model Penentuan Daerah Potensi Budi Daya Laut

Menggunakan Data Satelit Penginderaan Jauh dan Sistem

Informasi Geografis

Kegiatan dilakukan dengan tujuan membangun suatu model

untuk penentuan daerah potensi budi daya laut (khususnya: budi

daya ikan kerapu menggunakan keramba jaring apung) dengan

memanfaatkan data penginderaan jauh dan sistem informasi

geografis. Beberapa parameter biofisik perairan yang sangat

diperlukan dalam kegiatan budi daya laut, bersifat dinamis, dan

dapat diidentifikasi oleh sensor satelit dipilih dan diekstrak dari

citra satelit Landsat menggunakan algoritma yang sudah

terkalibrasi dengan data lapangan. Ekstraksi parameter dilakukan

untuk dua data citra dengan tanggal akusisi berlainan yang

mewakili kondisi musim barat dan musim timur. Kesesuaian

perairan untuk budi daya laut diperoleh dengan melakukan over-

lay seluruh parameter untuk setiap musim, kemudian dilanjutkan

dengan penggabungan kesesuaian musim yang berbeda sehingga

diperoleh kesesuaian perairan yang mewakili dua musim. Analisis

daerah potensi budi daya dilakukan dengan mempertimbangkan

faktor pembatas (daerah kesesuaian, keterlindungan, dan daerah

konservasi) serta faktor penimbang (aksesibilitas dan pencemaran

lingkungan).

Selanjutnya dilakukan analisis parameter dinamis untuk

mengamati kondisi fluktuasi parameter yang bersifat dinamis

selama 1 tahun menggunakan data satelit multitemporal. Hasil

yang diperoleh (daerah potensi budi daya) masih memerlukan

verifikasi lebih lanjut, walaupun begitu penggunaan data tempo-

ral yang mewakili musim barat dan musim timur serta analisis

parameter dinamis dalam jangka waktu tertentu dapat membantu

untuk memperkirakan masa berlakunya informasi.

Sumber:

www.lapan.go.id

Lakukan analisis pemanfaatan SIG dengan bantuan pertanyaan

berikut.

1. Mengapa untuk menilai kesesuaian perairan untuk budi daya

menggunakan penginderaan jauh dan SIG membutuhkan dua

data citra yang berlainan musik?

2. Gambarkan bagan proses kerja penentuan daerah potensi budi

daya laut dengan SIG!

C.

Tugas.

Guna meraih kompetensi dasar dalam bab ini, lakukan kegiatan

berikut ini.

Manfaat SIG di Berbagai Bidang

1. Tujuan:

Menemukan dan memahami pemanfaatan SIG di

berbagai bidang.

2. Alat dan Bahan:

a. Alat tulis.

b. Informasi dari internet atau berbagai media massa lainnya.

176

GEOGRAFI Kelas XII

3. Langkah Kerja:

a. Bentuklah kelompok yang terdiri atas 3–4 orang!

b. Tiap kelompok mengumpulkan dan menganalisis peman-

faatan SIG pada bidang yang berbeda. Bidang-bidang

tersebut yaitu:

1) SIG dalam perencanaan pola pembangunan.

2) SIG dalam bidang sosial.

3) SIG dalam kajian gejala litosfer.

4) SIG dalam kajian gejala atmosfer.

5) SIG dalam kajian gejala hidrosfer.

c. Setelah tiap kelompok memilih tema, kemudian kumpul-

kanlah informasi mengenai pemanfaatan SIG di bidang

tersebut.

d. Selanjutnya ambillah kesimpulan mengenai pemanfaatan

SIG. Tulislah kesimpulanmu dalam bentuk laporan.

e. Presentasikan hasil laporan kelompokmu di depan kelas

serta diskusikanlah bersama teman sekelasmu.

177

Latihan Ulangan Semester

A.

Pilihlah jawaban yang tepat!

1. Fenomena di permukaan Bumi tidak bisa

disajikan secara keseluruhan pada peta.

Oleh karena itu, dalam pemetaan

diperlukan langkah-langkah sebagai

berikut,

kecuali

. . . .

a. interpretasi

b. generalisasi

c. klasifikasi

d. penghilangan

e. pembesaran

2. Proyeksi azimuth yang bidang proyeksi-

nya membentuk garis tegak lurus dengan

wilayah ekuator adalah azimuth . . . .

a. normal

b. transversal

c. oblique

d. stereografik

e. orthografik

3.

Proyeksi seperti gambar di atas disebut

proyeksi . . . .

a. kerucut normal

b. kerucut transversal

c. kerucut oblique

d. silinder

e. orthografik

4. Suatu data yang mempunyai karakteris-

tik dengan variabel yang nilai-nilainya

dinyatakan dalam bentuk nonnumerik

atau atribut-atribut disebut data . . . .

a. kuantitatif

b. kualitatif

c. distributif

d. nominal

e. ordinal

5. Salah satu faktor yang memengaruhi

aglomerasi industri adalah kondisi lahan.

Kondisi lahan yang menentukan titik

aglomerasi adalah . . . .

a. kemiringan lereng

b. kesesuaian lahan untuk industri

c. ketersediaan air

d. kepadatan penduduk

e. kedalaman tanah

6. Batam menjadi kawasan industri yang

cepat berkembang dan maju, karena

lokasinya yang strategis yaitu . . . .

a. Batam di bentang alam pesisir

b. kondisi bentang alam di wilayah

dataran

c. Batam berada di wilayah segitiga

pertumbuhan Singapura, Johor, dan

Riau

d. Batam terletak pada daerah yang

tidak rawan bencana

e. Batam berada di Selat Malaka

7. Kelengkapan infrastruktur memengaruhi

terjadinya aglomerasi industri dan

menguntungkan pelaku industri, karena

. . . .

a. pengawasan lokasi industri dapat

dilakukan bersama-sama

b. perizinan industri menjadi mudah

c. penggunaan infrastruktur dapat

bersama-sama

d. pengendalian limbah secara bersa-

ma-sama

e. pembayaran pajak menjadi murah

8. Peranan terpenting sarana transportasi

dalam dunia industri adalah . . . .

a. pengangkutan tenaga kerja yang

datang dan pergi

b. mendatangkan bahan mentah dan

menjual produk ke pasaran

c. menghindari kemacetan lalu lintas

yang merugikan

d. pengangkutan mesin-mesin berat

e. perawatan sarana transportasi mem-

butuhkan biaya yang banyak

178

GEOGRAFI Kelas XII

9. Teori keterkaitan transportasi dengan

aglomerasi industri yang dikemukakan

Alfred Weber menekankan pada . . . .

a. lokasi dengan biaya transportasi

terendah

b. kondisi jalan yang tidak selalu lurus

c. biaya perakitan

d. biaya distribusi

e. biaya upah buruh

10.

Berdasarkan gambar di atas, lokasi

industri yang optimal secara teoretis

menurut teori Weber ditunjukkan huruf

. . . .

a. P

b. M

c. K

d. L

e. LR

11. Dalam usaha pertanian, hara menjadi

faktor penting yang dipertimbangkan

karena peranannya terhadap pertum-

buhan tanaman. Unsur hara tersebut

antara lain potasium, yang mempunyai

fungsi . . . .

a. pembentukan sel

b. pembentukan bunga

c. mempercepat pematangan

d. mempercepat pertumbuhan akar

e. menambah daya tahan terhadap

penyakit

12. Kajian lahan dapat dilakukan dengan

konsep kemampuan lahan dan kesesuai-

an lahan, perbedaan antara keduanya

yaitu kesesuaian lahan . . . .

a. mengkaji penggunaan lahan secara

umum

b. mengkaji unsur tanah untuk perun-

tukan tertentu

c. mengkaji lahan untuk peruntukan

tertentu

d. mengkaji aspek iklim untuk peng-

gunaan tertentu

e. mengkaji aspek hidrologi untuk

penggunaan tertentu

13. Secara garis besar karakteristik kondisi

perakaran yang sesuai untuk lahan

pertanian yang ditanami padi sawah

adalah . . . .

a. drainase cepat

b. kedalaman efektif > 50 cm

c. tekstur lempung

d. kedalaman efektif 20–10 cm

e. kedalaman efektif 20–40 cm

14. Teknologi yang digunakan untuk mem-

peroleh informasi tentang sesuatu objek

tanpa harus melakukan kontak lang-

sung dengan objek itu disebut . . . .

(UMPTN 2000)

a. penginderaan jauh

b. handasah

c. terestrial

d. sistem informasi geografis

e

sistem informasi keruangan

15. Foto udara digunakan untuk mengenali

kenampakan-kenampakan seperti di

bawah ini,

kecuali

. . . . (UMPTN 2001)

a. tanah basah dan tanah kering

b. tanaman sehat dan tanaman ter-

serang penyakit

c. sawah irigasi

d. sawah tadah hujan

e. batas wilayah

16. Kegunaan tanda fidusial pada foto udara

adalah . . . .

a. mengetahui nomor registrasi

b. menentukan titik prinsipiil foto

c. menentukan tinggi pesawat

d. mengetahui apakah foto udara benar-

benar vertikal atau tidak

e. menunjukkan panjang fokus kamera

17.

Deretan angka di atas merupakan nomor

seri suatu foto udara. Nomor jalur

terbang ditunjukkan oleh . . . .

a. XVI

b. XVI / 531

c. XIII – 20

d. XIII

e. 531

K

LR

L

P

M

M dan P = sumber-sumber bahan mentah.

K = kota (pasar)

XVI/531/XIII–20

179

Latihan Ulangan Semester

18. Perbedaan antara data vektor dan data

raster yaitu data raster . . . .

a. mempunyai wujud sama persis

dengan kenampakan Bumi

b. mempunyai wujud berupa nilai

piksel

c. berona sesuai dengan kondisi warna

objek

d. berona sesuai dengan jenis objek

e. mudah dideteksi dengan interpretasi

manual

19. Pembangunan topologi data di dalam SIG

sangat penting. Hal ini karena . . . .

a. struktur data menjadi bisa dibedakan

b. menghilangkan kesalahan dalam di-

gitasi

c. menunjang konversi format data

d. mengganti fungsi

overlay

data

e. sebagai langkah awal proses

dissolve

20. Langkah pemberian identitas pada

topologi data merupakan proses . . . .

a.

editing

b.

buffering

c.

annotation

d.

dissolve

e. transformasi koordinat

21. Proses transformasi koordinat dilakukan

dengan tujuan . . . .

a. mengubah data lapangan menjadi

data laboratorium

b. mengubah koordinat antartopologi

data

c. menghilangkan poligon

sliver

d. mengubah koordinat meja ke koordi-

nat lapangan

e. mengintegrasikan data penginderaan

jauh dengan SIG

22. Untuk menghilangkan kesalahan karena

adanya poligon

sliver

, maka proses yang

dilakukan adalah . . . .

a.

dissolve

b.

eliminate

c.

overlay

d.

layout

e.

up date

23. 1) Transformasi skala

2) Generalisasi

3) Pemberian atribut

4) Pembangunan topologi

5) Tampilan perspektif

Hal-hal di atas yang merupakan pekerja-

an pada tahap penayangan gambar dan

visualisasi data adalah . . . .

a. 1), 2), dan 3)

b. 1), 2), dan 4)

c. 1), 2), dan 5)

d. 3), 4), dan 5)

e. 2), 4), dan 5)

24. Data yang digunakan di dalam SIG, salah

satunya adalah data yang diambil lang-

sung di lapangan. Data seperti ini disebut

data . . . .

a. penginderaan jauh

b. terestris

c. geografis

d. geologis

e. lingkungan

25. Perbedaan

build

dan

clean

pada proses

pembangunan topologi data yaitu

build

. . . .

a. disertai dengan koreksi kesalahan se-

derhana

b. tidak disertai dengan koreksi

sederhana

c. berfungsi menggabungkan poligon

sliver

d. membentuk struktur data poligon

e. hanya membentuk struktur data

garis

26. Suatu pengolahan untuk mendapatkan

arahan fungsi lahan menggunakan

teknologi SIG menyatakan bahwa daerah

yang diselidiki hanya layak untuk

kawasan fungsi lahan. Maka daerah yang

diselidiki memenuhi kriteria seperti

berikut,

kecuali

. . . .

a. mempunyai kemiringan lereng lebih

besar 45%

b. jenis tanah sangat peka terhadap

erosi

c. mempunyai ketinggian lebih dari

2.000 meter di atas permukaan laut

d. mempunyai peran melindungi mata

air

e. lokasi memungkinkan dilakukan

budi daya

180

GEOGRAFI Kelas XII

27. Alasan yang mendasari integrasi SIG

dengan penginderaan jauh sebagai input

adalah . . . .

a. data penginderaan jauh tidak ter-

dapat kelemahan

b. data penginderaan jauh menyajikan

objek yang luas

c. hasil penginderaan jauh mudah

dideteksi

d. hasil penginderaan jauh menyajikan

berbagai wujud permukaan Bumi

menyerupai sebenarnya

e. hasil penginderaan jauh memberi-

kan informasi yang sangat detail

28. Perbedaan antara SIG modern dan SIG

konvensional dalam tahap pengelolaan

data sangat didasari oleh faktor . . . .

a. perkembangan sistem pengumpulan

data

b. perkembangan sistem manajemen

basis data dengan komputerisasi

c. perkembangan kebutuhan manusia

d. metode analisis

e. perkembangan

hardware

29. Perbedaan hasil yang nyata antara SIG

konvensional dan SIG modern pada

analisis dengan

overlay

adalah . . . .

a. lebih mudah proses

overlay

digital

b. dihasilkannya tabel secara langsung

pada SIG modern

c. ketelitian yang lebih tinggi pada SIG

konvensional

d. proses yang lebih mudah pada SIG

modern

e. hasil yang

up to date

pada SIG

modern

30. Dengan menggunakan SIG modern

dalam tahap keluaran data lebih mudah

dan cepat dibandingkan dengan SIG

konvensional. Hal ini karena . . . .

a. skala dan tampilan peta dapat

diubah dengan cepat

b. ketelitian penyajian

c. kecepatan konversi data

d. keindahan penyajian data

e. keterbatasan media cetak peta

B.

Jawablah pertanyaan dengan tepat!

1

Langkah apakah yang ditempuh dalam

membuat grafik lingkaran? Jelaskan!

2. Jelaskan apakah perbedaan antara dia-

gram garis sederhana, campuran, dan

gabungan!

3.

Berdasarkan gambar di atas:

a. Manakah lokasi yang optimal teori

praktis? Berikan alasanmu!

b. Manakah lokasi industri yang tepat

menurut teori Weber?

4. Mengapa data penginderaan jauh sangat

berguna dalam bidang kehutanan?

5. Sebagai sebuah sistem, SIG terdiri atas

beberapa subsistem. Sebutkan dan

jelaskan!

M

R

1

R

2

E

F

C

D

A

B

E

F

C

D

A

= jalan kereta api.

= sungai

M

= pasar

R

1

dan R

2

= lokasi bahan mentah.

A, B, C, D, E, F,

= rencana lokasi industri.