Gambar Sampul Sosiologi · Bab IV Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial
Sosiologi · Bab IV Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial
Atik Catur Budiati

24/08/2021 15:36:36

SMA 12 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

83

Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

Bab IV

z

Penelitian Sosial

z

Metode Penelitian Sosial

Kata kunci

Mengolah Data

Penelitian

Mengumpulkan

Data Penelitian

Melakukan

Penelitian Sosial

Sederhana

Merancang dan

Melakukan

Penelitian Sosial

Merancang

Penelitian Sosial

Persiapan dalam

Merancang

Penelitian Sosial

Merumuskan

Masalah Penelitian

Memilih Metode

Penilitian

meliputi

terdiri

dari

terdiri

dari

Supaya kalian lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dalam bab ini, pelajarilah peta

konsepnya!

Sumber:

www.tempophoto.com

Tujuan Pembelajaran:

Sesudah kalian aktif mengikuti pokok bahasan dalam bab ini, diharapkan kalian dapat

merancang dan melakukan penelitian sosial secara sederhana.

Merancang dan Melakukan

Penelitian Sosial

Supaya kalian lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dalam bab ini, pelajari dan

ingatlah beberapa kata kuncinya!

84

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Sebagaimana gambar di atas, saat ini fenomena flu burung di negara

kita belum ada solusi konkrit untuk menghentikannya. Padahal korban

sudah banyak berjatuhan bahkan negara kita sudah masuk urutan atas

dalam banyaknya korban. Pernyataan inilah yang harus mampu dicermati

oleh para sosiolog, karena dengan adanya fenomena ini perubahan sosial

dalam masyarakat cukup signifikan. Misalnya, orang yang dulu suka

makan ayam sekarang sudah pada takut dan masih ada efek berantainya

lagi. Ini hanya sepenggal cerita yang dapat diangkat sebagai ikon

penelitian sosial secara sederhana.

Penelitian sosial memang tidak lepas dari berbagai masalah. Fungsi

dari penelitian sosial memang untuk mengetahui masalah-masalah di telik

dari faktor penyebab dan juga indikator untuk menyelesaikan. Kalian juga

akan mengerti lebih jauh setelah mempelajari bab ini. Kalian pasti akan

tertarik untuk menyusun penelitian sosial. Masalahnya bagaimana cara

kita mendapatkan masalah? Bagaimana kita memulainya? Pertanyaan

inilah yang pasti ada di benak kalian. Maka dari itu kita akan mencoba

pelajari bab ini.

Sumber:

Solopos, 2 September 2006

Gambar 4.1

Penyakit flu burung yang

banyak berjangkit sekarang dapat dijadikan

bahan kajian untuk penelitian sosial

85

Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

A.

Metode Penelitian Sosial

Munculnya suatu masalah

ataupun gejala-gejala sosial dalam

masyarakat adalah sesuatu feno-

mena yang akan selalu terjadi

dalam kehidupan manusia. Feno-

mena-fenomena sosial semacam

itu bersifat sangat heterogen, dan

dalam realitasnya dapat ber-

pengaruh (baik positif maupun

negatif) terhadap kehidupan

manusia ataupun masyarakat.

Untuk itulah agar tidak sampai

menimbulkan hal-hal yang ber-

sifat negatif, maka fenomena-

fenomena sosial sema-cam itu

harus segera diantisipasi serta

dihadapinya dengan cara sebaik

serta secermat mungkin, sehingga tidak sampai menimbulkan hal-hal yang

bersifat merugikan, khususnya bagi kehidupan umat manusia. Nah, dalam

kaitan ini pulalah maka ilmu sosiologi dipelajari terutama agar dapat

mengantisipasi ataupun meminimalisir munculnya berbagai dampak

negatif yang diakibatkan oleh berbagai faktor sosial tersebut, yakni dengan

cara mengungkapkan serta mempelajarinya secara ilmiah.

Sosiologi adalah salah satu ilmu yang mempelajari gejala-gejala sosial

secara ilmiah. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi seperti

dikutip Soekanto (1982: 17), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari

struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk di dalamnya mempelajari

perubahan-perubahan sosial. Sebagai pengetahuan yang telah diakui

sebagai ilmu, sosiologi juga telah memiliki berbagai metode ilmiah tertentu

dalam mempelajari dan mengungkapkan gejala-gejala sosial, serta

kebenaran-kebenaran yang terjadi di balik gejala-gejala sosial itu, sehingga

menjadi bahan pengetahuan ilmiah yang bermanfaat bagi kehidupan

individu pada khususnya, serta kemaslahatan seluruh umat manusia pada

umumnya. Sedangkan metode ilmiah tertentu yang akan menjadi alat

utama dalam mengungkapkan serta mempelajari gejala-gejala sosial

tersebut, selanjutnya akan dijabarkannya dalam kegiatan-kegiatan

penelitian sosial dan budaya yang terdapat di lapangan.

Dinamika Sosial

Sosiologi adalah salah satu ilmu yang

mempelajari gejala-gejala sosial secara

ilmiah

Sebagai pengetahuan yang telah

diakui sebagai ilmu, sosiologi juga

memiliki metode-metode ilmiah tertentu

dalam mempelajari dan mengungkapkan

gejala-gejala sosial, serta kebenaran-

kebenaran yang terjadi di balik gejala-

gejala sosial itu, sehingga menjadi bahan

pengetahuan ilmiah yang bermanfaat bagi

kehidupan individu pada khususnya,

serta kemaslahatan seluruh umat

manusia pada umumnya.

86

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa upaya mempelajari

serta mengungkapkan masalah-masalah sosial secara ilmiah merupakan

salah satu langkah antisipatif serta preventif (bahkan kuratif/pengobatan)

guna mencegah dampak yang mungkin timbul akibat munculnya

masalah serta gejala-gejala sosial yang terdapat dalam masyarakat,

sehingga tidak sampai menimbulkan hal-hal yang tidak baik (buruk /

negatif) khususnya bagi kehidupan manusia. Sedangkan salah satu upaya

untuk mempelajari serta mengungkapkan masalah serta gejala-gejala

sosial semacam itu secara ilmiah adalah dengan cara melakukan kegiatan

riset serta penelitian-penelitian masalah sosial sebagaimana terdapat

(dipraktikkan) dalam disiplin ilmu sosiologi.

Penelitian sosial adalah kegiatan ilmiah, yang memiliki fungsi atau

manfaat antara lain memberikan deskripsi (gambaran dan pemetaan),

serta penjelasan terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi dalam

masyarakat, dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan serta

implikasi-implikasinya. Dengan adanya kesimpulan serta implikasi-

implikasi yang muncul dari temuan penelitian di lapangan, manusia

diharapkan dapat mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa tersebut,

meramalkan secara ilmiah kejadian-kejadian yang mungkin akan muncul

kemudian, serta mengambil langkah-langkah yang tepat, sehingga

langkah (termasuk kebijakan-kebijakan) yang akan dikeluarkannya kelak

tidak sampai menimbulkan kerugian baik terhadap dirinya,

lingkungannya, maupun umat manusia pada umumnya. Dengan

demikian kegiatan riset atau penelitian-penelitian sosial ini akan memiliki

implikasi yang sangat positif, terutama bagi kemaslahatan kehidupan

umat manusia secara keseluruhannya.

Namun sebelum sesuatu kegiatan ilmiah (penelitian sosial) itu

dilakukan, seorang peneliti sosial harus membuat terlebih dahulu rencana

atau rancangan metode penelitian apa yang akan digunakan dalam

kegiatan ilmiahnya tersebut. Rancangan metode penelitian ini antara lain

berfungsi untuk mengetahui karakteristik, cara-cara serta seluruh rencana

kegiatan ilmiah apa saja yang akan dilakukannya, termasuk keputusan-

keputusan apa saja yang akan diambilnya nanti, sehigga si peneliti dapat

membuat persiapan-persiapan awal yang lebih baik. Jadi, dengan

membuat rencana atau rancangan metode penelitian tersebut, seorang

peneliti sosial diharapkan akan dapat melaksanakan kegiatan

penelitiannya sesuai dengan arah serta tujuan penelitian sebagaimana ia

rencanakan sebelumnya.

87

Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

Fakta Sosial

“Coba kembangkan kecakapan personal kalian!”

Perhatikan gambar di atas!

Menurut kalian, judul apa yang paling tepat untuk penelitian

mengenai fenomena sosial dalam gambar tersebut?

B.

Membuat Rancangan Metode Penelitian Sosial

1.

Mempersiapkan Sebuah Rancangan Metode Penelitian Sosial

Sebagaimana disebutkan di atas, ada sejumlah hal penting yang perlu

diperhatikan ataupun dipersiapkan oleh seorang peneliti ilmu sosial sebelum

ia memulai kegiatan penelitiannya di lapangan, yakni antara lain membuat

rancangan penelitian sosial yang akan dilakukannya. Sedangkan dalam

membuat rancangan penelitian sosial itu juga ada beberapa hal atau

komponen penting yang harus pula dipersiapkan oleh seorang peneliti ilmu

sosial, yakni antara lain:

a.

Menentukan dan Merumuskan Masalah Penelitian

Sebelum seseorang (peneliti)

memulai sebuah penelitian maka

langkah pertama yang harus

diambil adalah menentukan

masalah yang akan ditelitinya.

Sedangkan masalah itu sendiri

merupakan sesuatu hal (bagian)

terpenting yang akan dicantum-

kan atau dituliskan ke dalam

sebuah rancangan penelitian,

Dinamika Sosial

Dalam dunia ilmiah suatu masalah itu timbul

apabila terdapat kesenjangan (jarak yang

lebar) antara

das sein

dan

das sollen

, atau

antara apa yang sebenarnya (sesuai

kenyataan) terjadi dengan apa yang

seharusnya (sesuai keinginan) terjadi.

Sumber:

Suara Merdeka, 22 Januari 2005

88

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

setelah terlebih dahulu penulis

merumuskannya. Seorang pene-

liti yang pandai (profesional)

biasanya akan cenderung memilih

masalah-masalah penelitian yang

unik, masih langka, dan urgen

(mendesak) untuk diteliti. Namun

sebaliknya, bagi seorang peneliti

yang masih pemula biasanya

hanya akan memilih masalah-

masalah penelitian yang bersifat

sederhana serta masih umum.

Ada beberapa persyaratan sebuah

masalah dapat diangkat ke dalam

suatu penelitian. Dalam pende-

katan positivistik misalnya, syarat

sebuah masalah penelitian adalah

yang jelas dan secara realita

memang ada (nyata), sehingga secara teknis dapat diteliti atau diamati

(bersifat empirik). Hal ini karena salah satu objek penelitian ilmiah adalah

dunia kasat mata, yaitu suatu objek atau fenomena sosial yang dapat

diamati secara inderawi, dan bukannya di dunia atau objek yang tidak

dapat diamati (di dunia alam maya).

Kemudian setelah kalian mengetahui tentang syarat sebuah masalah

yang layak diangkat ke dalam penelitian, lalu timbul pertanyaan, mengapa

dalam kehidupan sosial di masyarakat itu selalu timbul suatu masalah?

Dalam dunia ilmiah suatu masalah itu timbul apabila terdapat kesenjangan

(jarak yang lebar) antara

das sein

dan

das sollen

, atau antara apa yang

sebenarnya (sesuai kenyataan) terjadi dengan apa yang seharusnya (sesuai

keinginan) terjadi. Sebagai contoh, kemiskinan adalah suatu masalah,

sebab di dalam masyarakat terdapat banyak orang yang tidak mampu

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga timbul kemiskinan

(kenyataan yang terjadi/das sein). Kenyataan tersebut adalah jauh dari

harapan yang dicita-citakan oleh kebanyakan orang, yakni setiap manusia

seharusnya mampu untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya (apa

yang seharusnya terjadi/

das sollen

).

Bagi seseorang yang sudah terbiasa dengan kegiatan riset, masalah

penelitian biasanya sudah bisa ditebak (diketahui) dari judul yang telah

dicantumkan atau ditulis oleh seorang peneliti, tetapi tidak selalu penelitian

Sumber:

www.tempophoto.com

Gambar 4.2

Dalam dunia ilmiah, suatu

masalah dikatakan timbul apabila terjadi

kesenjangan antara apa yang seharusnya

terjadi (das sein) dengan realitas yang

sebenarnya terjadi (das sollen)

89

Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

tersebut tergambar dalam judul sebuah laporan penelitian. Selain dapat

diketahui dari judul penelitian, masalah penelitian juga dapat dilihat dari

latar belakang masalah yang telah diajukan oleh peneliti. Latar belakang

biasanya berisi tentang alasan

pemilihan judul (masalah),

urgen (mendesak/pentingnya)

masalah tersebut diangkat

(diteliti), serta adanya segi

kemenarikan dari masalah

tersebut, sehingga seorang

peneliti memiliki alasan kuat

untuk mengadakan penelitian.

Sebuah masalah penelitian

yang telah diulas di dalam latar

belakang masalah biasanya

masih bersifat umum, oleh

karena itu harus diuraikan atau

dijabarkan lagi sehingga lebih

terperinci, dalam hal ini seorang

peneliti harus melakukan proses identifikasi terhadap masalah-masalah

yang akan dijabarkan tersebut. Namun begitu, seorang peneliti tidak lalu

serta merta mengambil seluruh masalah-masalah yang telah teridentifikasi

itu ke dalam fokus penelitiannya. Atau dengan kata lain, masalah-masalah

yang telah diidentifikasikan itu tidak seluruhnya diteliti, sebab selain tidak

efisien/efektif namun juga berakibat penelitiannya tidak memfokus. Jika

suatu penelitian tidak memfokus ke suatu masalah penelitian tertentu maka

hasilnyapun kurang baik, sebab kesimpulannya akan mengambang dan

kurang jelas. Oleh karena itu, seorang peneliti harus memilih beberapa

masalah saja, terutama yang menurut mereka cukup penting. Atau dengan

cara lain misalnya, beberapa masalah yang saling berdekatan namun dirasa

cukup penting bisa saling digabungkan. Dengan demikian untuk

memperoleh hasil penelitian yang baik dan memfokus, maka sub-sub

masalah yang akan diangkat ke dalam suatu penelitian tidak usah terlalu

banyak (misalnya saja ambil satu, dua, atau tiga masalah, dan khususnya

bagi para peneliti pemula hal semacam ini dirasa sangat cukup).

Secara teknis agar lebih mempermudah proses penelitian selanjutnya,

masalah-masalah yang telah dipilih itu kemudian dirumuskan secara

spesifik, dan ditulis ke dalam bahasa serta kalimat yang jelas dan

operasional. Perumusan masalah dapat disusun dalam bentuk kalimat

Sumber:

Suara Merdeka, 20 Februari 2005

Gambar 4.3

Berbagai permasalahan sosial di

sekitar kita dapat dijadikan sasaran penelitian

90

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

pernyataan atau kalimat tanya (pertanyaan). Namun pada umumnya,

perumusan masalah lebih banyak disusun dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Beberapa contoh perumusan masalah dalam penelitian-

penelitian sosial budaya itu misalnya:

1.

Bagaimanakah latar belakang munculnya kenakalan remaja di kota

besar akhir-akhir ini?

2.

Bagaimanakah peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dalam

membina komunikasi yang sehat antara siswa dan dewan guru?

3.

Bagaimanakah peranan Pedagang Kaki Lima (PKL) dalam mengge-

liatkan perekonomian sektor informal di kota A?

4.

Dalam situasi krisis ekonomi, mengapa perjudian menjadi fenomena

yang semakin marak dan tumbuh subur, khususnya di kota-kota besar

pada akhir-akhir ini?

5.

Apakah ada hubungan antara masuknya pengaruh budaya Barat

dengan menurunnya kegairahan masyarakat terhadap apresiasi seni

tradisi?

6.

Bagaimanakah dampak dioperasikannya ATM Kondom terhadap

perilaku seks bebas di kalangan remaja?

Analisis Sosial

“Mari tumbuhkan produktivitas kalian!”

Dengan bekal pemahaman materi di atas, cobalah kalian praktikan

beberapa kegiatan pra penelitian sosial sederhana berikut ini:

1.

Tentukan sebuah masalah penelitian sosial budaya yang menurut

kalian bisa atau layak untuk diteliti (jenis dan topik penelitian

bisa deskriptif atau eksplanatif, serta kualitatif atau kuantitatif).

2.

Dari masalah utama yang menurut kalian layak teliti tersebut,

selanjutnya identifikasikan dan jabarkan sebanyak mungkin

menjadi sub-sub masalah yang kemungkinan akan kalian

angkat ke dalam penelitian.

3.

Pilih tiga sampai empat masalah yang menurut kalian paling

penting, yang akan kalian pecahkan (temukan) jawabannya

dalam penelitian.

4.

Rumuskan ketiga atau empat masalah yang kalian pilih itu ke

dalam bentuk bahasa serta kalimat yang operasional (dibuat

dalam bentuk pertanyaan penelitian).

91

Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

b.

Tujuan Penelitian Sosial

Tujuan penelitian sosial yang pokok adalah menomena sosial. Dalam

usahanya memahami fenomena itu seringkali peneliti menghubungkan

fenomena tersebut dengan fenomena lain.

c.

Menentukan dan Memilih Metode Penelitian Sosial

Selain menentukan masalah dan merumuskannya, hal terpenting yang

perlu diketahui oleh seorang peneliti sebelum membuat atau menentukan

sebuah rancangan penelitian, yaitu memilih atau menentukan sebuah metode

penelitian yang tepat. Bagi seorang peneliti langkah ini merupakan sesuatu

hal yang teramat penting, sebab dengan memperoleh metode yang tepat

dalam sebuah penelitian maka dengan sendirinya proses penelitiannya akan

berjalan sesuai dengan yang diharapkan, yakni sesuai dengan langkah-

langkah ilmiah y

ang tepat atau benar. Selanjutnya, dengan melalui langkah

ilmiah yang benar, maka hasil penelitian pun diharapkan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah pula.

Jadi, berdasarkan uraian di atas

maka dapatlah disimpulkan bahwa

kedudukan metode dalam sebuah

proses penelitian adalah sangat

penting, oleh karena itu seorang

peneliti harus dapat menen-

tukannya secara tepat. Dalam

kegiatan penelitian, metode ilmiah

ini biasanya disesuaikan dengan

objek atau masalah apa yang akan

ditelitinya. Pada uraian berikut ini

akan dicoba dijelaskan beberapa hal

berkaitan dengan pemilihan motode

penelitian ilmiah itu, khususnya

dalam bidang ilmu-ilmu sosial.

Untuk itu ikutilah uraiannya mulai

dari karakteristik, pengertian, alasan

atau pentingnya penggunaan

metode, proses sebuah metode

sampai kepada bagaimana memilih

sebuah metode penelitian sosial yang

sesuai dengan masalah yang akan

ditelitinya itu, berikut ini.

Dinamika Sosial

Kata "metode" yang berasal dari bahasa

Yunani, "methodos", secara sederhana

dapat diartikan sebagai suatu cara kerja

untuk dapat memahami objek yang menjadi

sasaran ilmu yang bersangkutan.

Kedudukan metode amat penting dalam

penelitian ilmu-ilmu sosial dan budaya, sebab

fakta-fakta sosial dan budaya tidak tergeletak

dan sudah "siap pakai" begitu saja, sehingga

tinggal menunggu untuk diambil. Melainkan

harus diamati, diukur, dan dikait-kaitkan

dengan fakta-fakta lainnya yang relevan

Pada awalnya, metode penelitian yang

berkembang pada ilmu-ilmu sosial dan

budaya dipengaruhi oleh pendekatan

positivistik, namun dalam perkembangannya

metode yang dipergunakan dalam pendekatan

positivistik dimodifikasi, dan bahkan

ditinggalkan oleh para peneliti soial budaya

itu sendiri

Para peneliti sosial budaya telah

menemukan bukti bahwa ternyata tidak

semua gejala sosial budaya itu dapat diukur

dan dikuantifisir seperti halnya realitas fisik-

anorganik.

92

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Suatu proses penelitian sosial pada hakikatnya adalah sebuah kegiatan

spionase untuk mencari, menyelidiki, memata-matai, dan menemukan

pengetahuan dari lapangan yang dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya secara ilmiah. Jadi bukan sebaliknya, yakni mencari

kebenaran-kebenaran normatif yang hanya dituntun melalui cara berpikir

deduktif semata. Jadi berbeda dengan kegiatan-kegiatan serupa lainnya,

sebut saja kegiatan wawancara dan pelacakan yang biasa dilakukan di

dunia jurnalistik, di mana pelaksanaannya boleh dilakukan secara tidak

beraturan. Sementara pada kegiatan penelitian (khususnya penelitian-

penelitian sosial), maka hal itu haruslah dilakukan secara urut, teratur, dan

sesuai dengan metode tertentu sehingga gejala yang diteliti serta data-data

yang diperoleh benar-benar cermat (

accurate

), berketerandalan (

reliable

),

dan sahih (

valid

).

Sumber:

www.tempophoto.com

Gambar 4.4

Kegiatan wawancara dan pelacakan di dunia jurnalistik berbeda dengan

kegiatan serupa di dunia penelitian ilmiah, di mana pada jurnalitik dapat dilakukan secara

tidak beraturan, sedangkan di dunia ilmiah tidak (harus urut, teratur, sesuai metode ilmiah)

Sementara itu, metode yang berasal dari bahasa Yunani, "methodos",

secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu cara kerja untuk dapat

memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Lalu

timbul pertanyaan kenapa di dalam penelitian ilmu sosial, keberadaan

metode ini mutlak diperlukan? Hal ini tidak lain, sebagaimana dikatakan

oleh Arnold M. Rose (Bagong Suyanto, dkk, 1995), karena fakta sosial dan

budaya tidak tergeletak dan sudah "siap pakai" begitu saja, sehingga tinggal

menunggu untuk diambil. Melainkan, fakta sosial itu harus dibuka dari

93

Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

"kulit pembungkusnya", jadi

kenyataan yang sepintas tampak,

harus diamati dalam suatu

kerangka acuan yang spesifik,

harus diukur dengan tepat, dan

harus diamati pula pada suatu fakta

yang dapat dikaitkan dengan

fakta-fakta lainnya yang relevan.

Pada awalnya, metode peneli-

tian yang berkembang pada ilmu-

ilmu sosial dipengaruhi oleh

pendekatan positivistik, yang

berpangkal pada keyakinan bahwa

kebenaran-kebenaran itu selalu

termanifestasikan dalam wujud

gejala-gejala yang dapat diamati

secara inderawi. Artinya, pendekatan positivistik (lazim pula disebut

pendekatan empiris), berasumsi bahwa sebuah gejala itu hanyalah boleh

dinilai "betul" (

true

), dan bukan "benar" (

right

), manakala gejala itu kasat

mata, dapat diamati, dan dapat diukur. Namun dalam perkembangannya

kemudian, metode yang dipergunakan dalam pendekatan positivistik di atas

mulai dimodifikasi, dan bahkan ditinggalkan oleh para peneliti sosial itu

sendiri. Oleh karena dalam kenyataannya, bahwa para peneliti sosial telah

menemukan bukti bahwa ternyata tidak semua gejala sosial itu dapat diukur

dan dikuantifisir seperti halnya realitas fisik-anorganik.

Beberapa tokoh dari pende-katan interaksionisme simbolik (Herbert

Mead misalnya), menilai bahwa sesungguhnya mustahil untuk

mengkonsepkan objek-objek kajian ilmu sosial sepenuhnya sebagai sesuatu

yang memiliki raga dan selalu dapat diobservasi. Apa yang disebut

social

fact

dan

social truth

dalam penelitian ilmu sosial, adalah gejala yang hanya

dapat dipahami secara baik bila peneliti mempertajam apa yang disebut

intuitive insight

guna "memahami dari dalam" (verstehen) ihwal objek

kajiannya. Seorang peneliti yang tidak hendak dikungkung fakta-fakta

semu dan gejala yang dangkal, sebagaimana dikatakan sosiolog Peter L.

Berger, maka ia harus memiliki mental subversif, dalam arti senantiasa

berkeinginan untuk membongkar hal-hal yang sudah mapan dan mencari

apa sebenarnya yang ada dan terjadi di balik realita yang manifes itu.

Dinamika Sosial

Dalam ilmu-ilmu sosial budaya

terdapat sekurang-kurangnya dua jenis

penelitian, yakni deskriptif dan eksplanatif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

bertujuan untuk menjelaskan ihwal masalah

atau objek tertentu secara rinci, sedangkan

penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang

menghasilkan atau mencari jawab tentang

hubungan antar objek atau variabel.

Pada garis besarnya ada dua macam

metode penelitian, yakni yang bertipe

kuantitatif dan kualitatif. Pemilihan metode

dalam suatu penelitian sangat tergantung

dari objek serta jenis penelitian yang akan

dilakukan.

94

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Dalam ilmu-ilmu sosial, berdasarkan tujuannya sekurang-kurangnya

terdapat dua macam jenis penelitian, yakni penelitian deskriptif dan

penelitian eksplanatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan

untuk menjelaskan ihwal masalah atau objek tertentu secara rinci,

sedangkan penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang menghasilkan atau

mencari jawab tentang hubungan antar objek atau variabel. Penelitian yang

deskriptif dapat bertipe kuantitatif atau kualitatif, sedangkan penelitian

yang eksplanatif hampir selalu bertipe kuantitatif. Seseorang yang akan

mengadakan penelitian kuantitatif, atau yang bertipe kuantitatif (baik

penelitian deskriptif maupun eksplanatif) maka harus menggunakan

metodologi kuantitatif dalam proses penelitiannya, demikian pula

sebaliknya bagi seseorang yang akan mengadakan penelitian yang bertipe

kualitatif (khususnya pada penelitian deskriptif) maka harus menggunakan

pula metodologi penelitian kualitatif untuk proses penelitiannya.

Penelitian deskriptif, baik itu penelitian survei maupun penelitian

kualitatif, biasanya dilakukan oleh seorang peneliti untuk menjawab sebuah

atau beberapa pertanyaan mengenai keadaan suatu objek atau objek

amatan secara rinci. Pertanyaan-pertanyaan standar yang diajukan dalam

penelitian deskriptif biasanya berkenaan dengan the what, who, why,

where, when, dan how-nya objek penelitian. Sebagai contoh, kalau kita

ingin memperoleh gambaran secara rinci mengenai "modernisasi perikanan

yang tengah terjadi dan dialami komunitas nelayan", misalnya, maka

sejumlah pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian itu adalah di

seputar masalah: Bagaimana bentuk konkrit paket modernisasi yang

tengah diintroduksikan? Siapa saja yang mengintroduksikan dan siapa

pula yang mampu memanfaatkan paket modernisasi itu? Kendala-kendala

apakah yang menghambat proses introduksi paket modernisasi perikanan?

Demikianlah seterusnya.

Sementara itu, penelitian eksplanatif biasanya dilakukan oleh seorang

peneliti untuk mengetahui atau memperoleh informasi tentang apakah

perubahan kuantitas/kualitas suatu variabel, atau mempengaruhi

perubahan kuantitas/kualitas variabel yang lain. "Pengaruh tayangan

adegan kekerasan dan pornografi terhadap perilaku kenakalan remaja",

atau "Pengaruh etos kerja dan besar gaji terhadap kualitas pelayanan

pekerja bank swasta, misalnya, adalah beberapa contoh judul atau

masalah-masalah penelitian yang terdapat dalam penelitian bertipe

eksplanatif. Pada penelitian eksplanatif yang bersifat sederhana biasanya

hanya menguji kekuatan hubungan dua variabel. Akan tetapi pada

95

Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

penelitian-penelitian eksplanatif yang lebih sulit (rumit), terutama karena

pertimbangan mutu yang ingin diraihnya, maka tidak jarang pula

penelitian-penelitian eksplanatif menguji tiga sampai empat variabel

sekaligus, atau bahkan lebih. Bahkan sekarang, dengan adanya bantuan

alat-alat hasil teknologi canggih khususnya komputer, maka jumlah

variabel yang akan (dapat) diuji dalam penelitian-penelitian eksplanatif-

pun semakin lama semakin rumit dan kompleks.

Para peneliti ilmu-ilmu sosial dan budaya sepakat, bahwa penentuan

metode serta langkah-langkah apa yang harus ditempuh dalam suatu

proses penelitian adalah sesuatu hal yang penting dan sentral. Dikatakan

penting oleh karena penelitian yang mencoba mengkaji masalah sosial

apapun tidak mungkin dilakukan tanpa didukung oleh metode penelitian

tertentu. Sedangkan sentral karena kebenaran seluruh temuan data yang

diteliti (terutama kesimpulan dan implikasi hasil penelitian), semuanya

sesungguhnya sedikit banyak ditentukan oleh kebenaran dan ketepatan

metode yang dipilih. Hanya satu hal yang perlu selalu diingat oleh para

peneliti ilmu sosial adalah jenis penelitian apapun yang akan dilakukan,

metode yang dipilih harus mempertimbangkan kesesuaiannnya dengan

objek studi, atau dengan kata lain objeklah yang menentukan metode,

bukan sebaliknya. Tujuan penelitian sosial adalah untuk memahami realitas

sosial, dan keberadaan metode sangat membantu kita agar dapat

memahami realitas sosial secara lebih cermat. Dengan demikian, meskipun

kedudukan metode itu amat penting dan sentral, namun metode bukanlah

suatu ideologi yang harus selalu dituruti dan diperjuangkan, ia hanyalah

alat yang akan membantu kecermatan peneliti dalam proses penelitiannya.

Tujuan penelitian sosial budaya adalah untuk memahami realitas sosial

budaya, dan keberadaan metode sangat membantu kita agar dapat

memahami realitas sosial secara lebih cermat.

Di depan telah disebutkan, selain hanya sebagai alat, pemilihan metode

penelitian juga harus sesuai dengan objek serta jenis penelitian yang akan

dilakukan. Seorang peneliti yang jelas-jelas melakukan penelitian tentang

makna sosial, pandangan hidup, ketaatan beribadah, dan sebagainya,

seyogyanya tidak memaksakan diri untuk mempergunakan metode yang

bertipe kuantitatif (misalnya diterapkannya statistik). Namun sebaliknya,

seorang peneliti yang jelas-jelas melakukan studi eksplanatif (meneliti

hubungan atau pengaruh variabel yang satu terhadap variabel yang lain),

hendaklah tidak berusaha untuk menghindari statistik hanya dengan

pertimbangan tidak menguasai metode kuantitatif tersebut.

96

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Di kalangan ahli-ahli ilmu sosial itu sendiri hingga sekarang masih

merebak perdebatan tentang mana yang lebih baik antara metode kuantitatif

dengan metode kualitatif. Tetapi, lepas dari persoalan apakah metode survai

(kuantitatif) atau metode

grounded research

(kualitatif) yang akan dipilih dan

dipergunakan oleh seorang peneliti, cara dan prosedur penelitian yang

ditempuh (langkah/tahap-tahap metode ilmiahnya) hendaknya selalu

memperhatikan dua hal berikut: konsistensi antar tahap dalam metode

penelitian, dan mempertimbangkan kesesuaian metode yang direncanakan

dengan kondisi riil di lapangan. Konsistensi di sini, artinya mulai dari tahap

pemilihan lokasi, penentuan sampel atau informan, proses pendataan, sampai

kegiatan analisis hendaknya selalu memperhatikan konsekuensi dari kegiatan

tahap yang satu dengan tahap kegiatan yang lainnya. Sedangkan yang

dimakud dengan mempertimbangkan kesesuaian artinya, peneliti harus

pandai-pandai menyiasati perbedaan antara kondisi riil lapangan dengan

kondisi ideal yang direncanakan.

Selanjutnya, satu hal yang perlu kita ingatkan kembali adalah, bahwa

metode di dalam penelitian ilmu-ilmu sosial bukanlah suatu harga mati

yang harus selalu dituruti atau diperjuangkan. Metode di sini hanyalah

salah satu alat atau cara saja guna memahami dan menggali suatu realitas,

serta cara bagaimana suatu realitas yang berhasil digali dan dipahami

tersebut kemudian ditulis, dikomunikasikan, dan akhirnya dipertanggung-

jawabkan oleh si peneliti secara ilmiah, sesuai dengan kredibilitas serta

integritasnya.

Analisis Sosial

“Mari coba asah rasa ingin tahu kalian!”

Diskusikan bersama kelompok kalian beberapa topik

permasalahan berikut ini:

1.

Mengapa kedudukan metode amat penting dan sentral dalam

suatu penelitian?

2.

Bilamanakah seorang peneliti harus menggunakan metode

penelitian kualitatif dan kuantitatif, manakah di antara keduanya

yang dianggap paling baik?

3.

Jelaskan, mengapa pemilihan metode penelitian juga harus sesuai

dengan objek serta jenis penelitian yang akan dilakukan?

97

Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

2.

Membuat Rancangan Penelitian Sosial

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, seorang peneliti sosial yang akan

melaksanakan kegiatan penelitian sosialnya jelas harus mengadakan

persiapan, baik persiapan fisik, administrasi, maupun persiapan secara

profesional. Jadi dalam hal ini seorang peneliti harus membuat keputusan-

keputusan mengenai persiapan-persiapan apa yang akan diadakannya

tersebut, sehingga proses maupun hasil akhirnya nanti tidak melenceng

dari sasaran maupun harapan yang telah dicanangkannya. Beberapa

persiapan penelitian yang merupakan hasil keputusan oleh peneliti itulah

yang selanjutnya akan dituangkannya ke dalam sebuah rancangan

penelitian.

Sementara itu dalam kaitannya dengan pembuatan rancangan

penelitian sosial yang harus dipersiapkan oleh seorang peneliti tersebut,

maka beberapa draf atau poin utama rancangan penelitian yang telah

dipersiapkan peneliti sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bersama-

sama dengan unsur-unsur rancangan penelitian lainnya secara lengkap

akan dituangkannya ke dalam sebuah rancangan penelitian (

research

design

) y

ang sesungguhnya. Pembuatan rancangan penelitian itu sendiri

merupakan langkah terakhir bagi seorang peneliti sebelum mereka

memutuskan untuk memulai kegiatan penelitiannya, termasuk terjun ke

dalam lapangan guna mencari data-data penelitian yang diperlukan. Secara

sederhana, istilah rancangan penelitian ini dapat diartikan sebagai suatu

perencanaan kegiatan sebelum kegiatan penelitian tersebut dilaksanakan.

Suatu rancangan penelitian, dengan demikian dapat diartikan sebagai

suatu rencana kegiatan penelitian sebelum kegiatan penelitian itu

dilaksanakan. Sedangkan kegiatan merencanakan penelitian itu sendiri

berisi atau mencakup beberapa unsur atau komponen-komponen

penelitian yang diperlukan. Meskipun begitu, dalam suatu penelitian yang

bertipe kualitatif, komponen-komponen yang akan dipersiapkan itu

masihlah bersifat kemungkinan, artinya nanti dalam perjalanannya masih

bisa berubah, jadi tergantung dari kondisi serta perkembangan-

perkembangan di lapangan (selama penelitian berlangsung). Sedangkan

pada penelitian yang bertipe kuantitatif, terjadi hal yang sebaliknya, yakni

komponen-komponen penelitian yang dipersiapakan itu cenderung tidak

banyak berubah.

Untuk penelitian yang bertipe kualitatif, komponen-komponen

penelitian yang perlu dipersiapkan dan diputuskan sebagai persiapan untuk

mengadakan penelitian, menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (1998:

98

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Dinamika Sosial

Lincoln dan Guba, mendefinisikan

rancangan penelitian sebagai usaha

merencanakan kemungkinan-kemung-

kinan tertentu secara luas tanpa

menunjukkan secara pasti apa yang akan

dikerjakan dalam hubungan dengan

unsurnya masing-masing

Sedangkan menurut Lexy J.

Moleong, rancangan penelitian diartikan

sebagai usaha merencanakan dan

menentukan segala kemungkinan dan

perlengkapan yang diperlukan dalam

suatu penelitian

Sementara Siswoyo, mengemu-

kakan bahwa rancangan penelitian

menunjukkan rencana atau langkah-

langkah yang akan diambil oleh peneliti

dalam melaksanakan penelitiannya.

237) terdiri dari sepuluh komponen atau unsur, yakni penentuan fokus

(masalah) penelitian, kesesuaian paradigma dengan fokus, kesesuaian

paradigma dengan teori substantif, subyek penelitian, tahap-tahap

penelitian, teknik penelitian, pengumpulan data, analisis data, perlengkapan

penelitian, dan pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan pada penelitian

yang bertipe kuantitatif, ada beberapa rancangan pokok (khusus) yang

harus dipersiapkan oleh seorang peneliti, di mana hal tersebut tidak terdapat

pada tipe penelitian kualitatif. Adapun rancangan pokok penelitian

kuantitatif yang harus dipersiapkan peneliti, selain menentukan fokus

(masalah) penelitian yang akan diteliti juga berisi komponen-komponen

penelitian sebagai berikut:

a.

Sampel dan teknik sampling,

antara lain dijelaskan masa-

lah definisi populasi dan

sampel, serta bagaimana cara

menentukan sampelnya.

b.

Variabel-variabel yang dite-

liti, misalnya variabel terikat

dan variabel bebasnya apa

aja.

c.

Instrumen yang digunakan

untuk mencari data, misalnya

berupa tes, angket, daftar

observasi, atau yang lainnya.

d.

Teknik Pengukuran, yakni

bagaimana variabel diukur

dan bagaimana cara meng-

kuantifikasikannya.

e.

Teknik Analisis Data, yakni

bagaimana data akan diolah,

misalnya akan memakai

teknik statistik apa.

Selanjutnya, setelah kalian mempelajari dan mengetahui beberapa

komponen atau unsur-unsur pokok di dalam rancangan metode penelitian,

dan juga beberapa unsur lainnya dalam sebuah penelitian, berikut ini akan

diberikan sebuah contoh kerangka rancangan penelitian kualitatif yang

nantinya dapat diman-faatkan pula ketika seorang peneliti harus membuat

sebuah usulan penelitian (

research proposal

), baik untuk penelitian-penelitian

yang bersifat akademik, proyek, dan lain-lain.

99

Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

Contoh Kerangka Rancangan Penelitian Sosial

(Berbentuk Kualitatif)

I.

Latar Belakang dan Alasan

A. Latar belakang penelitian

B.

Alasan pemilihan masalah/judul

II.

Perumusan Masalah dan Tujuan

A. Pertanyaan penelitian

B.

Pembatasan studi

C. Kepustakaan yang berkaitan

D. Kesesuaian dengan paradigma dan teori substantif

E.

Tujuan penelitian

III. Metodologi Penelitian

A. Dekripsi latar, sumber data, satuan kajian, dan entri

B.

Tahap-tahap penelitian

C. Teknik penelitian

D. Pengumpulan dan Pencatatan Data

E.

Analisis dan Penafsiran Data

IV. Logistik Penelitian

A. Secara Keseluruhan

B.

Sebelum Terjun ke Lapangan

C. Sewaktu Berada di Lapangan

D. Sesudah Kegiatan Lapangan

E.

Mengakhiri dan Menutup Kegiatan

V.

Pemeriksaan Keabsahan Data

A. Perpanjangan Keikutsertaan

B.

Ketekunan Pengamatan

C. Trianggulasi

D. Pemeriksaan sejawat

E.

Kecukupan Inferensial

F.

Pengecekan Anggota

G. Uraian Tebal

H. Auditing

VI. Penulisan Laporan

A. Teknik Penulisan

B.

Jadwal Penulisan

C. Kerangka Laporan

100

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Contoh Kerangka Rancangan Penelitian Sosial (Berbentuk Kuantitaif)

1.

Coba tentukan masalah apa yang muncul pada fenomena sosial

tersebut.

2.

Cobalah kalian buat rumusan masalahnya.

3.

Tentukan pula bagaimana hipotesis penelitiannya menurut

kalian.

Fakta Sosial

“Coba kembangkan wawasan kontekstual kalian!”

Perhatikan gambar di samping!

1.

Cobalah buat perumusan

masalah tentang fenomena di

samping!

2.

Tentukan hipotesa menurut

kalian!

3.

Metode penelitian apa yang

relevan untuk menjelaskan

fenomena ini! Jelaskan pen-

dapat kalian!

C.

Melakukan Penelitian Sosial Secara Sederhana

Setelah seorang peneliti membuat atau mempersiapkan rancangan

penelitiannya, maka langkah selanjutnya dalam sebuah kegiatan penelitian

sederhana adalah melakukan kegiatan penelitian yang sesungguhnya. Ada

beberapa hal yang harus dilakukan dalam tahap kegiatan lapangan ini,

yaitu mengumpulkan data penelitian serta mengolah hasilnya.

1.

Mengumpulkan Data Penelitian

Agar kita dapat sampai kepada kegiatan mengolah dan menganalisis

data hasil penelitian, maka data-data mentah yang masih berserakan di

lapangan harus segera dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data

y

ang telah dirancang sebelumnya. Ada beberapa teknik pengumpulan data

yang masing-masing memiliki dasar keunggulan serta kelemahannya

sendiri-sendiri. Namun terlepas dari adanya kelemahan dan keunggulan

dari masing-masing teknik pengumpulan data tersebut, maka memilih

Sumber:

Jawa Pos, 16 Januari 2006

101

Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

teknik pengumpulan data juga harus disesuaikan dengan tipe serta jenis

penelitian yang akan dilakukannya.

Secara umum, pengertian teknik pengumpulan data adalah upaya

menjaring data hasil penelitian menggunakan alat-alat (instrumen)

penelitian tertentu secara ilmiah, atau dengan kata lain proses

pengumpulan data hasil penelitian yang dilakukan menggunakan prosedur

yang benar dan ilmiah, sehingga data-data yang berhasil dijaring atau

dikumpulkannya itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara

ilmiah.

Dalam penelitian kualitatif, ada beberapa teknik pengumpulan data

yang biasa digunakan oleh para peneliti, khususnya di bidang ilmu-ilmu

sosial dan budaya, di antaranya yang paling umum dan sering digunakan

adalah teknik wawancara (interview), observasi, dan analisis dokumen.

Teknik pengumpulan data yang semacam itu tentunya disesuaikan dengan

jenis-jenis sumber data yang akan dijaringnya. Dalam penelitian kualitatif,

sumber data yang paling utama adalah informan (yakni orang yang akan

dimintai keterangan/informasi sehubungan dengan kegiatan penelitian

tersebut). Karena sumber utamanya berupa informan, maka teknik

pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian kualitatif adalah

dengan cara wawancara. Sementara sumber-sumber data lainnya seperti

tempat dan peristiwa dapat diperoleh melalui teknik pengamatan

(observasi), sedangkan sumber atau data-data dokumen seperti arsip dan

buku-buku lainnya bersifat mendukung, dan diperoleh melalui teknik

analisis dokumen. Dalam kaitannya dengan penggunaan sumber-sumber

buku serta arsip-arsip tersebut, memang ada satu jenis khusus penelitian

yang bersifat diskriptif kualitatif yang menjadikan sumber-sumber tertulis

tersebut sebagai sumber data utamanya, seperti misalnya penelitian-

penelitian studi pustaka.

Dalam penelitian-penelitian kualitatif murni, ada beberapa teknik

sampling

(cara untuk mendapatkan data/sampel), seperti

Purposive

Sampling

dan

Snowball Sampling

.

Purposive Sampling

adalah teknik

pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu,

yang diseimbangkan dengan tujuan penelitian, dan karena itu pula teknik

tersebut dinamakan sebagai sampling bertujuan. Sedangkan Snowball

Sampling atau teknik bola salju, yang dimakudkan sebagai teknik

pencarian (pemilihan) informan yang semakin lama semakin berkembang

(bagaikan bola salju yang semakin menggelinding semakin besar/

berkembang bolanya/informannya), sesuai dengan kebutuhan dan

102

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

kematangan dalam memperoleh data. Jadi dalam hal ini jumlah informan

tidak dibatasi. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa dalam

penelitian kualitatif sampel tidak ditentukan secara random (acak), sebab

penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk membuat suatu generalisasi

dari hasil penelitian. Selain itu, penelitian kualitatif juga dilakukan hanya

pada komunitas sosial yang jumlahnya relatif kecil, sehingga penentuan

sampel cukup dilakukan secara purposive, atau bahkan tidak disebut sama

sekali sebagai sampel, melainkan hanya disebut sebagai setting atau objek

penelitian saja.

Dalam penelitian kualitatif sampel tidak ditentukan secara random

(acak), sebab penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk membuat suatu

generalisasi dari hasil penelitian. Sementara dalam kaitannya dengan

penelitian-penelitian sosial budaya yang bersifat kuantitatif, maka akan

lebih banyak lagi persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhinya (oleh

para peneliti). Misalnya saja, harus ada penjelasan mengenai variabel-

variabel yang akan dikumpulkan (ditelitinya), dan sumber-sumber data

(dari mana keterangan mengenai variabel tersebut akan didapatkan).

Demikian juga halnya yang menyangkut teknik pengukuran, instrumen

(alat) pengukuran, dan teknik mendapatkan data (umpamanya dengan

interview). Sekiranya pengumpulan data memerlukan instrumen tertentu

(misalnya saja angket, tes, dan lain-lain), maka instrumen yang akan

dipergunakan juga harus diujinya terlebih dahulu sebelum dipergunakan.

Untuk itulah, maka dalam hal ini haruslah dinyatakan terlebih dahulu

secara tersurat, langkah-langkah pengujian yang telah ditempuh beserta

hasil-hasilnya. Memang pada pokoknya, instrumen-instrumen penelitian

kuantitatif tersebut memang harus teruji kemampuannya seperti tingkat

keabsahan (validity/ketepatan) serta tingkat keandalannya (reliability/

keajegannya).

2.

Pengolahan (Analisis) Data Hasil Penelitian

Penelitian Sosial Bertipe Kuantitatif

Selain pengumpulan data, maka dalam suatu penelitian ada salah satu

tahap lagi yang cukup penting untuk dikerjakan, yakni tahap analisis data.

P

ada penelitian sosial yang bertipe kuantitatif, kegiatan analisis data baru

dimulai apabila proses pengumpulan data dari lapangan telah selesai

dilakukan. Pada tahap ini data diolah sedemikian rupa sehingga berhasil

disimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab

persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Untuk itulah, maka

103

Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

pada tahap ini imajinasi serta kreativitas dari seorang peneliti benar-benar

diuji.

Sebagaimana halnya dengan kegiatan pengolahan (analisis) data, di

mana antara jenis penelitian satu dan jenis penelitian lain, akan memiliki

teknik pengolahan (analisis) data yang berbeda pula. Misalnya saja, dalam

penelitian yang bertipe kuantitatif maka teknik-teknik statistik akan lebih

banyak digunakan daripada dalam penelitian yang bertipe kualitatif.

Dalam penelitian kuantitatif, misalnya saja survei, terdapat dua macam

analisis data, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Perbedaan ini

tergantung dari sifat data yang dikumpulkan oleh peneliti. Apabila data

yang berhasil dikumpulkan itu hanya sedikit, bersifat monografi, atau

berujud kasus-kasus (sehingga tidak dapat disusun ke dalam suatu struktur

klasifikatoris), maka analisisnya menggunakan analisis kualitatif.

Sedangkan apabila data yang dikumpulkan tersebut berjumlah besar dan

mudah diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori, maka analisis

kuantitatiflah yang harus dikerjakan. Proses analisis kuantitatif dapat dibagi

menjadi tiga tahapan yang satu dengan lainnya saling berkaitan. Tahap

pertama, adalah pendahuluan, atau yang disebut juga Sebagai tahap

pengolahan data. Tahap kedua, yang merupakan tahap utama dalam

analisis kuantitatif disebut sebagai tahap pengorganisasian data. Sedangkan

tahap yang terakhir adalah tahap penemuan hasil. Rangkaian kegiatan

analisis kuantitatif tersebut dinamakan pula sebagai analisis statistik, sebab

pada tahap kedua dan ketiga pada khususnya, sangatlah diperlukan

adanya pengetahuan serta pengukuran yang cermat menurut ilmu statistik.

Mengingat adanya kenyataan yang semacam itu pulalah sehingga analisis

kuantitatif disebut juga sebagai analisis statistik.

Dalam penelitian kuantitatif terdapat dua macam analisis data, yaitu

analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Perbedaan kedua analisis data

tersebut tergantung dari sifat data yang dikumpulkan oleh peneliti.

Menurut Tadjuddin Nur Effendi, terdapat tiga langkah yang perlu

dikerjakan dalam pengolahan (analisis) data.

Pertama

, memasukkan data

ke dalam kartu atau berkas (

file

) data.

Kedua

, membuat tabel frekuensi

atau tabel silang (silang dua atau tiga variabel).

Ketiga

, mengedit yaitu

mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel

frekuensi atau tabel silang. Ketiga langkah atau kegiatan tersebut dapat

ditempuh baik secara manual maupun melalui komputer. Namun sebelum

proses memasukkan data dilakukan, ada beberapa kegiatan yang harus

dilakukan oleh seorang peneliti yaitu kegiatan editing dan koding. Editing

104

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

adalah penelitian kembali catatan-catatan para pencari data (pewawancara)

untuk mengetahui apakah catatan-catatan itu cukup baik dan dapat

dipersiapkan guna keperluan proses berikutnya. Editing dilakukan

terhadap daftar-daftar pertanyaan yang disusun secara terstruktur dan

diisi lewat wawancara formal. Lewat cara editing inilah diharapkan akan

dapat meningkatkan keandalan (reliabilitas) data yang hendak diolah dan

dianalisis. Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan koding adalah

usaha untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden

menurut macamnya. Sedangkan klasifikasi itu sendiri dilakukan dengan

jalan menandai masing-masing jawaban dengan kode tertentu (biasanya

dalam bentuk angka).

Setelah kegiatan pengolahan data dilakukan, kegiatan analisis

meningkat ke kegiatan pengorganisasian data serta penemuan hasil, di

mana di dalamnya akan ada uji-uji statistik tertentu yang dipersyaratkan,

sehingga dalam kegiatan ini sangatlah dibutuhkan adanya keahlian,

kecakapan serta kreativitas dari masing-masing (para peneliti) untuk

mengeluarkan segala kemampuannya, sehingga akan mendapatkan hasil

atau kesimpulan penelitian yang benar, objektif, serta dapat dipercaya.

Penelitian Sosial Bertipe Kualitatif

Untuk penelitian sosial yang bertipe kualitatif, karena prosesnya yang

bersifat berkesinambungan maka antara kegiatan pengolahan data,

pengumpulan data, serta analisisnya dilakukan secara bersamaan selama

proses penelitian. Oleh karena itulah, maka dalam penelitian kualitatif

pengolahan datanya tidak harus dilakukan (menunggu) setelah data

terkumpul, atau analisis data baru dapat dilakukan setelah pengolahan

data selesai.

Atau dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa, selama data

dikumpulkan peneliti dapat mengolah data serta menganalisisnya secara

bersamaan. Demikian juga sebaliknya, pada saat peneliti menganalisis data,

mereka dapat kembali lagi ke lapangan guna memperoleh tambahan data

yang dianggap perlu serta mengolahnya kembali. Jadi pada penelitian

kualitatif prosedur penelitian tidak distandardisasi dan bersifat fleksibel.

Atau dengan kata lain, yang ada adalah petunjuk yang dipakai, namun

bukan aturan.

Untuk penelitian sosial yang bertipe kualitatif, karena prosesnya yang

bersifat berkesinambungan maka antara kegiatan pengolahan data,

pengumpulan data, serta analisisnya dilakukan secara bersamaan selama

proses penelitian.

105

Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

Sementara khusus untuk pengo-

lahan data dalam penelitian kualitatif,

dilakukan dengan cara mengklasi-

fikasikan atau mengkategorikan data

berdasarkan beberapa tema sesuai fokus

penelitiannya. Pengolahan data kualitatif

ini juga dapat dilakukan dengan

menggunakan komputer. Selanjutnya

bila penelitian (sosial budaya) tersebut

dimaksudkan untuk membentuk

proposisi atau teori, maka analisis data

secara induktif dapat dilakukan melalui

beberapa tahap, yakni sebagaimana

dilakukan dalam penelitian

grounded

research

, sebagai berikut:

a.

Membuat definisi umum/sementara tentang gejala yang dipelajari.

b.

Merumuskan suatu hipotesis untuk menjelaskan gejala tersebut (hal

ini dapat didasarkan pada data, penelitian lain, atau pemahaman dari

peneliti sendiri).

c.

Mempelajari suatu kasus untuk melihat kecocokan antara kasus dan

hipotesis.

d.

Jika hipotesis tidak menjelaskan kasus, maka akan dirumuskan

kembali hipotesis atau mendefinisikan kembali gejala yang dipelajari.

e.

Mempelajari kasus-kasus negatif untuk menolak hipotesis.

f.

Bila ditemui kasus-kasus negatif, akan diformulasikan kembali

hipotesis atau mendefinisikan kembali gejala.

g.

Melanjutkan sampai hipotesis benar-benar diterima dengan cara

menguji kasus-kasus yang bervariasi.

Adanya proses yang bersifat berkesinambungan dalam penelitian

kualitatif, sehingga analisis datanya juga dapat bersifat siklus. Proses siklus

itu meliputi tiga komponen yakni reduksi data, penyajian data, serta

penarikan kesimpulan/verifikasi. Ketiga komponen itu dapat dilakukan

melalui suatu aktivitas yang berbentuk interaksi antar komponen dan

melalui proses pengumpulan data sebagai proses siklus.

Sumber:

www.tempophoto.com

Gambar 4.5

Kegiatan memasukkan

data merupakan rangkaian dalam

penelitian

106

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Analisis Sosial

“Ayo tunjukkan wawasan kebinekaan kalian!”

Dengan bekal mempelajari materi dasar-dasar penelitian sebelumnya,

cobalah kalian kunjungi tempat masyarakat marginal di daerah

kalian.

1.

Tentukan sebuah topik penelitian (bisa berupa judul penelitian)

tentang masalah sosial.

2.

Buatlah rancangan daftar pertanyaan (wawancara) yang akan

anda pakai untuk menjaring data.

3.

Lakukan wawancara sesuai dengan instrumen (daftar

wawancara) yang telah anda buat tersebut!

4.

Analisislah data tersebut dengan menggunakan teori sosial!

Rangkuman

1.

Sosiologi adalah salah satu ilmu yang mempelajari gejala-gejala

sosial secara ilmiah. Sebagai suatu pengetahuan yang disebut

ilmu, sosiologi juga memiliki metode-metode ilmiah tertentu

dalam mempelajari dan mengungkapkan gejala-gejala sosial

tersebut, serta kebenaran-kebenaran yang terjadi di balik gejala-

gejala sosial itu, sehingga menjadi bahan pengetahuan ilmiah

yang bermanfaat bagi kehidupan manusia serta kebaikan seluruh

umat manuia pada umumnya.

2.

Dalam bidang ilmu sosiologi, salah satu upaya untuk

mempelajari serta mengungkapkan masalah serta gejala-gejala

sosial semacam itu di antaranya dilakukan dengan cara

mengadakan penelitian atau kegiatan riset tentang masalah-

masalah sosial. Penelitian sosial adalah salah satu kegiatan

ilmiah, yang memiliki fungsi atau manfaat antara lain

memberikan deskripsi (gambaran dan pemetaan), serta

penjelasan terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi dalam

masyarakat, dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan

serta implikasi-implikasinya.

3.

Sebelum peneliti terjun ke lapangan, seorang peneliti juga harus

harus mengadakan persiapan, baik persiapan fisik, administrasi,

maupun persiapan secara profesional. Peneliti harus membuat

107

Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

keputusan-keputusan tentang persiapan-persiapan yang akan

diadakannya tersebut. Untuk itu peneliti perlu membuat sebuah

rancangan penelitian (research design) sebelum melaksanakan

penelitian. Rancangan dapat diartikan sebagai perencanaan

suatu kegiatan sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. Suatu

rancangan penelitian, dengan demikian dapat diartikan sebagai

suatu rencana kegiatan penelitian sebelum kegiatan penelitian

itu dilaksanakan. Sedangkan kegiatan merencanakan penelitian

itu sendiri berisi atau mencakup beberapa komponen-komponen

penelitian yang diperlukan. Beberapa hal penting yang perlu

dipersiapkan itu misalnya menyangkut penentuan masalah dan

merumuskannya serta memilih dan menentukan metode

penelitian yang akan digunakannya.

4.

Dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya, berdasarkan tujuannya

sekurang-kurangnya terdapat dua macam jenis penelitian, yakni

penelitian deskriptif dan penelitian eksplanatif. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan

ihwal masalah atau objek tertentu secara rinci, sedangkan

penelitian eksplanatif yaitu penelitian yang menghasilkan atau

mencari jawab tentang hubungan antar objek atau variabel.

Penelitian yang deskriptif dapat bertipe kuantitatif atau kualitatif,

sedangkan penelitian yang eksplanatif hampir selalu bertipe

kuantitatif.

5.

Penelitian ilmu-ilmu sosial mengenal dua macam metode

penelitian, yakni yang bertipe kualitatif dan kuantitatif. Tujuan

penelitian sosial adalah untuk memahami realitas sosial budaya,

dan keberadaan metode sangat membantu kita agar dapat

memahami realitas sosial secara lebih cermat. Akan tetapi,

meskipun kedudukan metode itu amat penting dan sentral,

namun metode bukanlah suatu ideologi yang harus selalu

dituruti dan diperjuangkan, ia hanyalah alat yang akan

membantu kecermatan peneliti dalam proses penelitian. Selain

itu, jenis penelitian apapun yang akan dilakukan, metode yang

dipilih harus mempertimbangkan kesesuaiannnya dengan objek

studi, atau dengan kata lain objeklah yang menentukan metode,

bukan sebaliknya.

6.

Beberapa hal yang harus dilakukan ketika seorang peneliti mulai

melakukan penelitian yang sesungguhnya di lapangan, yakni

mengumpulkan dan mengolah (menganalisis) data hasil

108

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

penelitian. Ada beberapa teknik pengumpulan data yang masing-

masing memiliki dasar keunggulan serta kelemahannya sendiri-

sendiri. Namun terlepas dari adanya kelemahan dan keunggulan

dari masing-masing teknik pengumpulan data tersebut, maka

memilih teknik pengumpulan data juga harus disesuaikan dengan

tipe serta jenis penelitian yang akan dilakukannya. Demikian pula

halnya dengan kegiatan pengolahan (analisis) data, di mana antara

jenis penelitian satu dan jenis penelitian lain, akan memiliki teknik

pengolahan (analisis) data yang berbeda.

Uji Kompetensi

A. Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda

silang (X) pada huruf a, b, c, atau d!

1.

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial, proses-

proses sosial, dan perubahan-perubahan sosial, yakni sebagaimana

dikemukakan oleh . . . .

a.

Soerjono Soekanto

d.

Jujun S. Suriasumantri

b.

Selo Soemardjan

e.

Max Weber

c.

Koentjaraningrat

2.

Penelitian Sosial adalah salah satu upaya untuk mempelajari serta

mengungkapkan gejala-gejala sosial secara . . . .

a.

deduktif

d.

ilimiah

b.

induktif

e.

mendalam

c.

transparan

3.

Salah satu tugas dan fungsi penelitian-penelitian sosial adalah

memberikan pandangan serta ramalan-ramalan ilmiah, atas

kejadian-kejadian (sosial budaya) yang mungkin akan terjadi di

kemudian hari, hal tersebut berarti penelitian sosial budaya

memiliki tugas dan fungsi . . . .

a.

edukatif

d.

prediktif

b.

adaptif

e.

preventif

c.

kuratif

4.

Sebelum seorang peneliti memulai sebuah penelitian sosial, maka

langkah pertama yang harus diambilnya adalah . . . .

a.

merumuskan masalah

d.

membatasi masalah

b.

mengidentifikai masalah

e.

membuat hipotesa

c.

menentukan masalah

109

Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

5.

Seorang peneliti yang masih pemula biasanya akan cenderung

memilih masalah-masalah penelitian yang bersifat . . . .

a.

unik

d.

umum

b.

langka

e.

sulit

c.

urgen

6.

Salah satu kelemahan utama para peneliti pemula dalam

menentukan fokus (masalah) penelitiannya adalah . . . .

a.

terlalu sempit

d.

terlalu rumit

b.

terlalu luas

e.

terlalu mendalam

c.

terlalu mudah

7.

Dalam pendekatan positivistik, syarat sebuah masalah penelitian

adalah jelas, nyata, dan secara teknis dapat diteliti serta diamati,

atau dikatakan bersifat . . . .

a.

empiris

d.

komp

rehensif

b.

objektif

e.

realistis

c.

fenomenis

8.

Bagi seseorang yang sudah terbiasa dengan kegiatan riset,

mengetahui sebuah masalah penelitian biasanya lebih mudah

karena ia bisa menebaknya dari . . . .

a.

judul penelitian dan metodologi

b.

metodologi dan kerangka teori

c.

kerangka teori dan latar belakang

d.

latar belakang dan judul

e.

simpulan

9.

Latar Belakang Masalah suatu penelitian terutama akan

menguraikan hal-hal seperti berikut . . . .

a.

mahalnya biaya penelitian

b.

alasan pemilihan teori substantif

c.

urgennya masalah untuk diteliti

d.

kemenarikan jenis penelitianya

e.

sulit mendapatkan masalah

10 Syarat sebuah perumusan masalah antara lain harus memenuhi

kriteria sebagai berikut . . . .

a.

operasional dan menarik

b.

jelas dan mudah dibaca

c.

mudah dibaca dan menarik

d.

spesifik dan operasional

e.

pasti dan mudah dipahami

110

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat

dan jelas!

1.

Dalam dunia ilmiah, bagaimana sebuah masalah sosial itu bisa

timbul? Berikan alasan serta contoh-contohnya!

2.

Mengapa seorang peneliti tidak boleh dengan serta merta

mengambil seluruh masalah ke dalam fokus penelitiannya?

3.

Mengapa seorang peneliti yang akan melaksanakan sebuah

penelitian sosial harus mengadakan persiapan, baik persiapan

fisik, adminitrasi, maupun persiapan secara profesional?

4.

Dalam penelitian kualitatif, mengapa komponen-komponen yang

harus dipersiapkan dalam rancangan penelitian masih dikatakan

bersifat serba kemungkinan? Dalam kaitan tersebut apa pula

perbedaannya dengan penelitian yang bersifat kuantitatif?

5.

Jelaskan beberapa pengertian rancangan penelitian (

research

design

) yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba, Lexy J.

Moleong, Siswojo Hardjodipuro!

Proyek

“Ayo tumbuhkan etos kerja kalian!”

Prosedur kerja yang dilakukan:

1.

Siswa membuat kelompok yang terdiri dari 3 sampai 5 orang,

kemudian mengunjungi tempat-tempat yang mempunyai

potensi rawan adanya permasalahan sosial.

2.

Siswa diminta menentukan masalah (fokus penelitian) yang akan

ditelitinya (boleh penelitian diskriptif atau eksplanatif, dan boleh

menggunakan metode kualitatif atau kuantitatif)

3.

Berdasarkan fokus masalah, jenis penelitian, serta metode yang

akan digunakan buatlah rancangan penelitian yang akan

digunakannya sebagai pedoman/rambu-rambu dalam

melaksanakan penelitian!

4.

Bila ada kesulitan dapat berkonsultasi dengan Bapak/Ibu guru

pada waktu melaksanakan penelitian.

5.

Hasilnya didiskusikan dan dipresentasikan di depan kelas guna

mendapatkan tanggapan, masukan-masukan , serta saran-saran

dari kelompok lainnya (termasuk dari guru)!