Gambar Sampul Antropologi · Bab III Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan Di Indonesia
Antropologi · Bab III Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan Di Indonesia
Dyastriningrum

22/08/2021 09:07:03

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

59

Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan di Indonesia

Saya ingin mempelajari keragaman

budaya dan bahasa yang ada di

Indonesia.

Saya akan mencari informasi tentang

bahasa dan dialek yang digunakan

oleh masyarakat serta keterkaitan

antara bahasa dan dialek.

Saya juga akan mengamati per-

kembangan tradisi lisan dalam

masyarakat.

Saya akan menemukan rumpun

bahasa Austronesia.

Saya berharap bisa mengunakan

bahasa Indonesia dengan baik dan

benar serta melestarikan bahasa

dan tradisi lisan daerah saya.

60

ANTROPOLOGI Kelas XI

Pernahkah kamu mengenal huruf yang tertera di atas? Atau bahkan telah

menguasainya? Huruf di atas adalah huruf yang dimiliki oleh etnis Jawa.

Huruf Jawa di atas dikenal dengan nama huruf Hanacaraka. Etnis Sunda

dan Bali pun memiliki huruf tersendiri. Huruf adalah sebuah sarana yang

digunakan untuk mentranskripsi suatu bahasa. Bahasa adalah suatu sarana

yang digunakan manusia untuk mengantarkan maksud yang akan

disampaikannya. Dengan kata lain, bahasa digunakan untuk berkomunikasi

dan berinteraksi. Bahasa yang terdapat di Indonesia ratusan buah jumlahnya.

Pada satu bahasa yang sama masih pula terdapat pengucapan yang berbeda

meski memiliki arti yang sama. Hal tersebut akan dikaji lebih lanjut pada

bab ini.

Sumber:

Indonesian Heritage: Bahasa dan Sastra, halaman 13

Huruf Jawa

61

Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan di Indonesia

Kata Kunci

:

bahasa, dialek, tradisi lisan,

rumpun bahasa, bahasa

daerah

Di seluruh permukaan bumi pada saat ini terdapat sekitar 7000 bahasa.

Bahasa di Indonesia ada sekitar 700 bahasa. Sudah tahukah kamu,

termasuk ke dalam rumpun apakah bahasa Indonesia itu? Sudah

tahukah pula kamu bahasa yang terdapat di Indonesia? Bagaimanakah

asal usul bahasa Indonesia itu?

A. Bahasa dan Dialek

Apakah bahasa itu? Kamu berbincang-bincang dengan temanmu

menggunakan bahasa lisan. Kamu menulis materi pelajaran dengan

menggunakan bahasa tulis. Kamu berbincang-bincang dengan teman

sekampungmu dengan menggunakan bahasa daerah atau dialekmu.

Namun, tahukah kamu apa arti bahasa itu?

1. Konsep Bahasa

Dikutip dari Kridalaksana (1923), bahasa adalah sistem lambang

bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial

untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri.

Dikutip dari Tarigan, dikatakan oleh Anderson dan Douglas Brown

bahwa bahasa memiliki ciri atau sifat bahasa. Ciri-ciri bahasa itu

antara lain bahasa itu adalah

sebuah sistem, berwujud lambang,

berupa bunyi, bersifat arbitrer, bermakna, bersifat konvensional, unik,

universal, dan produktif, bervariasi, dinamis,digunakan sebagai alat

komunikasi, dan merupakan identitas penuturnya.

Definisi Bahasa

Dikutip dari

wikipedia.org

, manusia telah mencoba untuk mendefinisikan

bahasa dari beberapa segi. Definisi bahasa sebagai berikut.

a. Satu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan.

b. Satu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka

ke dalam pikiran orang lain.

Bahasa dan

Dialek di

Masyarakat

Tradisi Lisan

di Masyarakat

Bahasa-

Bahasa di

Indonesia

Peduli terhadap Bahasa,

Dialek, dan Tradisi Lisan

Bahasa dan Dialek

62

ANTROPOLOGI Kelas XI

Bahasa adalah alat canggih yang mampu dipergunakan

pada berbagai kesempatan dan kebutuhan. Melalui bahasa

pula manusia mampu menyampaikan segala hal yang

dimaksudkan kepada pihak lain. Namun demikian, konteks

bahasa pula bermain di dalamnya. Demikian pula halnya

dengan bahasa yang tidak hanya memiliki satu makna. Kata

”bahasa” dapat diinterpretasikan berbeda-beda, tergantung

pada konteks yang melingkupinya.

Abdullah Chaer mengatakan bahwa bahasa dalam

bahasa Indonesia mengandung makna lebih dari satu

makna. Simaklah contoh-contoh berikut ini.

a. Fina belajar

bahasa

Korea.

Bahasa pada kalimat

a

merujuk pada bahasa tertentu.

De Saussure mengatakan sebagai

langue.

b. Manusia memiliki

bahasa,

sedangkan hewan tidak.

Bahasa pada kalimat

b

merujuk pada bahasa pada umumnya; yakni

language.

c. Jangan bergaul dengan anak yang tidak tahu

bahasa

itu.

Bahasa pada kalimat

c

merujuk pada sopan santun.

d. Pada pejabat tidak memiliki

bahasa

yang sama.

Bahasa pada kalimat

d

merujuk pada kebijakan dalam mengambil

keputusan.

e. Katakanlah dengan

bahasa

bunga.

Bahasa pada kalimat

e

merujuk pada pemberian bunga sebagai

lambang suatu maksud.

f.

Kerusuhan itu tidak dapat dituntaskan dengan

bahasa

militer.

Bahasa pada kalimat

f

merujuk pada

dengan cara.

g. Saat dia berpidato,

bahasa

nya penuh dengan kata ”daripada” dan

akhiran ”ken”.

Bahasa pada kalimat

g

merujuk pada arti harfiahnya.

Simaklah kalimat

a

hingga

e

, kata

bahasa

adalah bentuk kias

karena memiliki makna yang bersayap. Artinya tidak memiliki makna

secara harafiah.

c. Satu kesatuan sistem makna.

d. Satu kode yang yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan

antara bentuk dan makna.

e. Satu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh:

Perkataan, kalimat, dan lain-lain).

f. Satu sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat

linguistik.

g. Satu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan.

h. Satu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka

ke dalam pikiran orang lain.

i. Satu kesatuan sistem makna.

j. Satu kode yang yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan

antara bentuk dan makna.

k. Satu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh:

perkataan, kalimat, dan lain-lain).

l. Satu sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat

linguistik.

Sumber:

www.wikipedia.org

Sumber:

www.waspada.co.id

Gambar 3.1

Bahasa digunakan untuk menyampaikan

pesan.

63

Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan di Indonesia

a. Bahasa dan Rumpun Bahasa di Dunia

Bahasa yang ada di dunia sangat beragam. Masing-masing

bahasa dikelompokkan ke dalam satu rumpun bahasa, yang asal-

usulnya sama. Bahasa apakah yang merupakan bahasa pertama

atau perintis, sulit sekali ditemukan. Selain karena telah punah,

juga tidak terdokumentasikan dengan baik. Salah satu cara yang

biasa dipakai adalah dengan mengenali ciri-cirinya lalu membuat

perbandingan. Metode perbandingan ini pertama kali dikemu-

kakan oleh August Schleicher, seorang ahli bahasa abad XIX.

Dengan metode ini, ia dapat menunjukkan status rumpun bahasa

dari bahasa-bahasa yang ada di dunia. Rumpun bahasa terbesar

adalah Niger Kordofania (terdiri atas 1489), disusul rumpun

bahasa Austronesia (terdiri atas 1262 bahasa), Trans Nugini

(terdiri atas 552 bahasa), dan Indo Eropa (terdiri atas 443 bahasa).

Secara umum bahasa di dunia dibagi menjadi 11 subrumpun;

antara lain sebagai berikut (

www.wikipedia.org

).

1) Rumpun Indo Eropa

Rumpun bahasa ini meliputi bahasa-bahasa Jerman, Indo-Iran,

Armenia, Baltik, SlavikRoaman, Keltik, Gaulis.

2) Rumpun Hamito-Semit (Afro-Asiatik)

Rumpun bahasa ini meliputi bahasa-bahasa Koptis, Berber,

Kushid, Chad, Arab, Etiopik, Ibrani.

3) Rumpun Chari-Nul

Rumpun ini meliputi bahasa Swahili, Bantrik, Khoisan.

4) Rumpun Dravida

Rumpun ini meliputi bahasa Telugu, Tamil, Kanari,

Malayalam.

5) Rumpun Austronesia (Melayu Polinesia)

Rumpun ini meliputi bahasa Indonesia (Melayu, Austronesia

Barat), Melanesia, Mikronesia, Polinesia.

6) Rumpun Kaukasus

7) Rumpun finno-Ugris

Rumpun ini meliputi bahasa Hungar, Lapis, Samoyid.

8) Rumpun Paleo Asiatis (Hiperbolis)

Rumpun ini meliputi bahasa-bahasa di Siberia Timur.

9) Rumpun Ural-Altai

Rumpun ini meliputi bahasa-bahasa Mongol, Maluku, Tungu,

Turki, Korea, Jepang.

10) Rumpun Sino-Tibet

Rumpun ini meliputi bahasa-bahasa Yenisei, Ostyak, Tibeto,

Burma, Cina.

11) Rumpun bahasa Indian

Rumpun bahasa ini meliputi bahasa Eskimo, Aleut, Na-Dene,

Algonkin, Wakshan, Hokan, Sioux, Penuto, Aztek-Tanoan.

Bahasa di dunia bersifat

divergensif

‘memecah dan menyebar

menjadi banyak. Namun demikian, bahasa pun dapat punah

karena ditinggalkan penuturnya yang beralih ke bahasa lain yang

dianggap lebih menguntungkan.

Di Indonesia terdapat lebih dari 200 bahasa dan logat yang

digunakan. Namun, tetap bahasa Indonesia yang digunakan

sebagai bahasa resmi. Logat yang paling banyak adalah logat Jawa

64

ANTROPOLOGI Kelas XI

karena 45% penduduk Indonesia adalah orang Jawa. Bahasa

Indonesia menggunakan huruf Latin di dalam transkripsinya.

Banyak bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia;

beberapa di antaranya adalah bahasa Arab, bahasa Sanskerta,

bahasa Belanda, bahasa Inggris, bahasa Portugis, dan lain-lain.

Bahasa Indonesia termasuk di dalam rumpun bahasa Austronesia.

b. Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu dan satu

rumpun dengan bahasa Austronesia. Bahasa Melayu adalah bahasa

keempat terbesar yang dituturkan di dunia, dengan pengguna

kurang lebih berjumlah 250 juta jiwa. Bahasa ini telah menjadi

lingua franca

bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara sejak zaman

perdagangan kuno Bukti bertulis yang tertua tentang bahasa

Melayu Kuno ini terdapat di beberapa buah prasasti sebagai

berikut.

(ms.wikipedia.org)

1) Prasasti Kedukan Bukit menggunakan aksara Palawa ditemu-

kan di Palembang, berangka tahun 605 Tahun Saka (683 M).

2) Prasasti Talang Tuwo berangka tahun 606 Tahun Saka (684

M). Prasasti ini ditemukan oleh Residen Westenenk tanggal

17 November 1920 di barat daya Bukit Siguntang,Palembang.

3) Prasasti Kota Kapur berangka tahun 608 Tahun Saka (686 M).

4) Prasasti Karang Berahi berangka tahun 614 Tahun Saka

(692 M)

Sumber:

www.wikipedia.org

Gambar 3.2

Prasasti Kedukan Bukit.

Berikut ini contoh bagaimana hubungan kekerabatan berbagai bahasa tentang

kata-kata bilangan satu sampai dengan sepuluh dalam rumpun bahasa

Austronesia.

Bahasa 1 2345 678 9 10

Proto-

esa dusa telu sepat lima

enem pitu walu

siwa s

apuluq

Austronesia

Paiwan

ita

dusa celu s

epac lima

unem picu alu

siva ta-

puluq

Tagalog

isa dalawa tatlo

apat lima

anim pito walo siyam sampu

Ma’anyan

isa’

rueh telo

epat dime

enem pitu

balu’

suei

sapuluh

Malagasy

iray

roa telo efatra

dimy enina fito valo

sivy

folo

Aceh

sa

duwa lhee

peuet limong nam tujoh

lapan sikureu- ploh

eng

Toba Batak

sada duwa tolu opat lima

onom pitu uwalu

sia sam

pulu

Bali

sa

dua telu empat lima enem pitu akutus

sia

dasa

Sasak

esa

due telu empat lime enem pitu’

balu’

siwa’

sepulu

Jawa Kuna

sa

rwa telu pat lima

nem pitu

wwalu s

anga sapuluh

Jawa Baru

siji

loro telu papat lima

nem pitu wolu sanga sepuluh

Sunda

hiji

dua tilu

opat lima

genep tujuh dalapan s

alapan sapuluh

Madura

settong dhua t

ello’ ‘empa’ lema’

ennem petto’

ballu sanga’

sapolo

Melayu

satu

dua tiga empat lima

enam tujuh del

apan sembi- sepuluh

lan

Minangkabau ciek

duo tigo ampek limo

anam t

ujuah dal

apan sambilan puluah

Rapanui

tahi

rua toru ha rima

ono hitu va’u

iva

‘ahuru

Hawaii

ekahi

elua ekolu eha elima eono

ehiku

ewalu

eiwa

umi

Sumber:

id.wikipedia.org

65

Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan di Indonesia

Dari sejumlah prasasti itu, kita bisa mengetahui bagaimana

perkembangan bahasa Melayu dari waktu ke waktu.

Peran dan fungsi bahasa Melayu saat itu antara lain sebagai

berikut.

Pertama

, sebagai bahasa perdagangan.Peran ini didukung

oleh keberadaan Kerajaan Sriwijaya yang menjadi negara kerajaan

maritim terbesar di Asia Tenggara. Saat itu, di sepanjang pesisir

pantai Sumatra, Jawa, dan Malaka terbentuk bandar-bandar transit

yang biasa dipakai oleh para pedagang untuk istirahat dan

mengambil bekal perdagangan. Dalam perkembangan selanjutnya,

muncul pemukiman dan komunitas yang dihuni oleh pedagang

dari beragam latar belakang budaya. Interaksi antarpedagang ini

mengakibatkan bahasa Melayu terbawa ke kawasan yang lebih luas.

Secara internal, bahasa Melayu semakin diperkaya ragamnya

sementara itu secara eksternal jangkauannya semakin luas.

Kedua

, bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa agama. Selain

sebagai pemegang hegemoni dagang di kawasan Asia Tenggara,

Kerajaan Sriwijaya adalah pusat pengembangan agama Buddha.

Hubungannya dengan India, menyebabkan Sriwijaya mampu

menjadi tempat pembelajaran agama Buddha yang tersohor di

Asia Tenggara. Para musafir banyak yang singgah untuk

memperdalam ajaran Buddha. Para musafir seperti Fa Hien dan I

Ching menyebut bahasa Melayu dengan

Kw’unlun

.

Bukti adanya hubungan bahasa Melayu zaman Sriwijaya

dengan bahasa Melayu berikutnya bisa dilihat pada prasasti Talang

Tuo (

Zulkifli Muhammad

1971: 16 dalam Shahrin Abdullah,

1971), sebagaimana dikutip

Wahjudi Djaja

):

”di asannakala

marga lai temu muah ya ahara dengan air diminumnya

sawayaknya wuatnya huma parlak mancak muwah ya

manghidupi pasu prakara marhulun tuwi werddhi muwah ya

janganya ya nikenai sewanyaknya yang upasarga pidana

swapnawigna”

. Artinya: ”Apabila mereka (orang-orang itu) lapar,

di tempat perhentian atau di tengah-tengah perjalanan haruslah

mereka mendapatkan makanan dan air minum. Moga-moga segala

perhumaan dan kebun-kebun yang mereka perbuat memberi hasil

yang banyak. Moga-moga selamat segala macam ternak dan

sekalian hamba sahaya mereka itu. Mudah-mudahan jangan

mereka ditimpa oleh sesuatu malapetaka, atau disiksa oleh

penyakittak dapat tior”. Dari kutipan tersebut, kita bisa melihat

bagaimana dukungan politik Kerajaan Sriwijaya sangat penting

untuk perkembangan bahasa Melayu.

Pada masa kerajaan Islam, bahasa Melayu semakin berkem-

bang dengan pesat. Pedagang-pedagang Nusantara merupakan

aktor utama perdagangan di sepanjang jalur Malaka-Maluku. Dari

kontak dagang inilah kemudian berkembang menjadi kontak

budaya. Inilah yang melatarbelakangi munculnya tulisan Arab

Malayu, yaitu huruf Arab yang digunakan untuk menuliskan kata-

kata Melayu. Puncak perkembangan bahasa Melayu pada periode

Islam ini terjadi pada masa Kerajaan Islam Aceh Darussalam. Pada

masa ini muncullah tokoh-tokoh besar seperti Syeh Hamzah

Fanzuri, Syeh Syamsuddin Sumatrani, Syeh Nuruddin Ar-Raniri,

dan Syeh Abdur Rauf Tengku Syiah Kuala. Mereka mengembang-

kan pemikiran Islam dan karya sastra (tasawuf) dalam bahasa Arab

Malayu.

Sumber:

www.bangka.go.id

Gambar 3.3

Situs Kerajaan Sriwijaya.

66

ANTROPOLOGI Kelas XI

Bahasa Melayu pun menjadi bahasa utama di lingkungan

bahasa kerajaan dan dunia kesusastraan. Karya sastra dengan mutu

tinggi bermunculan di Bumi Serambi Mekah. Misalnya,

Hikayat

Aceh, Bustanus Salatin,

dan lain-lain. Kesusastraan juga

berkembang dengan pesat pada masa Kerajaan Demak dan Mataram

Islam. Kesusastraan waktu itu antara lain berupa

Babad Demak,

Babad Tanah Jawi, Nitisastra

, dan lain-lain yang ditulis dengan

aksara Arab. Bahasa dan sastra Melayu bisa berkembang karena

adanya dukungan para wali dan raja. Wali Sanga adalah tokoh-

tokoh sastra yang hebat, sedangkan Sultan Agung adalah raja yang

memiliki rasa estetis sangat tinggi.

Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga memengaruhi

perkembangan bahasa Melayu. Seorang petualang dari Portugis,

Pigafetta, menulis

Vocabuli de questi populi mari

berisi 426 kata-

kata Melayu. Tome Pires menulis buku

Suma Oriental

di mana

telah menyebut pulau-pulau Sumatra, Nusa Tenggara, dan

Maluku. Perkembangan bahasa Melayu juga didorong oleh aksi

kristenisasi. Franciscus Xaverius menerjemahkan kitab-kitab Injil

ke dalam bahasa Melayu dan bahasa setempat.

Perkembangan bahasa Melayu sangat pesat pada masa

penjajahan Belanda. Selain memperkenalkan surat kabar atau

koran, pemerintah kolonial juga membuka beragam model

pendidikan dan prasarana masyarakat perkotaan lainnya. Bahasa

Melayu pelan-pelan berubah menjadi bahasa pengantar

pendidikan dan komunikasi persuratkabaran. Pada masa inilah

muncul istilah

Maleish

untuk menyebut bahasa Melayu. Politik

etis yang di antaranya berisi edukasi, sangat memengaruhi

penyebarluasan bahasa Melayu. Pada sekolah-sekolah tinggi

seperti OSVIA, NIAS, dan STOVIA bahasa itu menjadi perekat

persatuan para mahasiswa. Mereka yang berlatar belakang berbeda

menggunakan bahasa Melayu untuk menjalin komunikasi dan

pergaulan.

Pada tanggal 14 September 1908, pemerintah kolonial Hindia

Belanda membentuk

Commissie voor de Inlandsche School en

Volklectuur

yang diketuai oleh GAJ. Hazeu. Latar belakang

pembentukan lembaga ini adalah untuk mengendalikan

kecenderungan kaum bangsawan yang mulai berpolitik dan

menggunakan bahasa Melayu untuk menyampaikan ide dan

gagasannya tentang paham kebangsaan. Artinya, pemerintah

kolonial berusaha menjauhkan rakyat dari bahasa Melayu. Namun,

usaha pemerintah ini tidak menemui banyak hasil, karena para

sastrawan dan tokoh pergerakan mampu menggunakan surat kabar

dan majalah pergerakan untuk menuangkan gagasannya.

Meski lembaga

Volkslectuur

menerapkan sensor untuk tulisan

dan karya sastra yang diterbitkan, namun banyak pula karya sastra

yang lahir pada masa itu. Misalnya

Nyai Permana

karya RM. Tirto

Adisuryo,

Si Bejo Jurnalis Berontak

karya Semaun,

Hikayat

Kadirun

karya Mas Marco Kartodikromo, dan lain-lain. Dalam

perkembangannya, justru dari lembaga bentukan pemerintah

inilah lahir karya sastra pada periode pergerakan. Misalnya novel

Siti Nurbaya

karya Marah Rusli,

Salah Asuhan

karya Abdul Muis,

dan lain-lain.

67

Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan di Indonesia

Akhirnya, bahasa Melayu dijadikan identitas nasional saat

para pemuda menggelar kongresnya tahun 1928 di Jakarta. Bahasa

Melayu dijadikan bahasa persatuan dengan nama Bahasa

Indonesia. Bahasa inilah yang digunakan dalam dunia pergerakan

untuk menumbuhkembangkan nasionalisme Indonesia. Banyak

tulisan para tokoh pergerakan yang dimuat dalam beragam surat

kabar atau majalah. Bahkan para tokoh tersebut menyampaikan

pidato untuk menggugah kesadaran nasional dengan mengguna-

kan bahasa Melayu atau Indonesia. Saat para pemimpin bangsa

menyusun konstitusi negara, bahasa Melayu tersebut dimasukkan

ke dalam salah satu pasalnya.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa Indonesia

mempunyai fungsi sebagai berikut.

1) Bahasa resmi kenegaraan

2) Bahasa persatuan

3) Identitas bangsa Indonesia

Ketiga fungsi tersebut merupakan satu kesatuan yang akan

menopang kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Dengan

menggunakan bahasa Indonesia, kita bisa menjalin komunikasi

dan interaksi dengan sesama suku bangsa secara lebih mudah.

Beragam kepentingan kita pun bisa lebih mudah terpenuhi apabila

bahasa yang kita gunakan bisa dimengerti oleh orang lain.

Fungsi bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa atau negara

akan menjadikan bahasa Indonesia sebagai ciri atau tanda yang

membedakan dengan bangsa lain. Inilah yang bisa membanggakan

bangsa kita. Ketiga fungsi bahasa tersebut akan mampu

memperkukuh integritas dan persatuan sesama anak bangsa.

Karena, ketiadaan kebanggaan pada bahasa sendiri akan menjadi

awal munculnya disintegrasi negara Indonesia. Kita tidak bisa

saling berkomunikasi dengan suku bangsa yang lain karena

masing-masing merasa bangga dengan bahasa daerahnya. Akan

lebih parah lagi apabila generasi penerus lebih bangga dengan

bahasa manca negara sehingga bahasa Indonesia akan ditinggalkan.

Menurut

Amran Halim

(sebagaimana dikutip Wahjudi Djaja,

1996), dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa

Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional,

lambang identitas nasional, alat pemersatu bangsa, dan sarana

komunikasi antarsuku dan budaya bangsa. Melihat betapa

strategisnya kedudukan bahasa Indonesia, selayaknya seluruh

warga negara menjunjung tinggi bahasa tersebut dengan cara

menggunakan bahasa itu secara baik dan benar sesuai dengan

kondisi dan lingkungannya.

c. Ragam Bahasa Sekolah di Indonesia

Perkembangan bahasa Indonesia berjalan seiring dengan

perkembangan masyarakat pemakainya. Perkembangan dan

perubahan bahasa Indonesia itu antara lain dipengaruhi oleh

luasnya wilayah pemakaian bahasa Indonesia dan keanekaragam-

an penuturnya. Apalagi perubahan yang terjadi di masyarakat pun

berjalan sangat cepat. Keragaman latar belakang penuturnya baik

dari segi geografis maupun dari sosial menyebabkan munculnya

keragaman bahasa.

Sumber:

Indonesian Heritage: Bahasa dan

Sastra, halaman 85

Gambar 3.4

Naskah Sumpah Pemuda

68

ANTROPOLOGI Kelas XI

Salah satu ragam bahasa Indonesia yang penting untuk diamati

adalah ragam pendidikan formal yang biasa dipakai di sekolah,

yang biasa disebut ragam bahasa tinggi. Ragam bahasa itu biasanya

dianggap sebagai tolok untuk pemakaian bahasa yang benar. Oleh

karena itulah maka ragam bahasa sekolah itu disebut juga ragam

bahasa baku.

Ciri-ciri lafal baku bahasa Indonesia antara lain sebagai

berikut: berkaitan dengan bahasa sekolah yang sering disebut

ragam tinggi, biasa lazim digunakan oleh kelompok terpelajar, lafal

atau sistem bunyinya lebih kompleks, cenderung mempunyai

khasanah bunyi yang lebih banyak, cenderung mempunyai kaidah

fonotaktis yang lebih rumitn dan cenderung berbeda dalam kaidah

pemberian tekanan pada kata.

Aspek-aspek bunyi dan tekanan yang memperbedakan ragam

bahasa baku dengan ragam bahasa tak-baku yang biasa dipakai

kaum tak-terpelajar, bersumber pada logat atau aksen. Ragam

bahasa baku adalah ragam bahasa yang paling sedikit memper-

lihatkan ciri kedaerahan.

Ragam bahasa baku cocok untuk keperluan komunikasi ver-

bal yang penting, yang menjadi tolok untuk pemakaian bahasa

yang benar, bergengsi, dan berwibawa. Ragam bahasa baku antara

lain berfungsi sebagai pemersatu, penanda kepribadian, penanda

wibawa, dan sebagai kerangka acuan.

Ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 merupakan

peristiwa bersejarah yang sangat penting dalam proses perkem-

bangan bangsa Indonesia yang bersatu. Ratusan suku bangsa

dengan latar belakang kebahasaan dan menyebar di kepulauan

Nusantara bisa hidup penuh kebersamaan karena berkomunikasi

dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Kepribadian suatu bangsa akan terlihat saat terlibat dalam

pergaulan antarbangsa. Dengan mendengar logat dan lafal atau

dialeknya, kita bisa mengetahui dari mana ia berasal. Kewibawaan

orang juga akan terlihat saat ia menggunakan lafal bakunya. Orang

yang berbahasa dengan ragam baku, cenderung akan memperoleh

status sosial yang tinggi.

Ragam baku dan lafal baku dalam penggunaan bahasa

Indonesia sesungguhnya merupakan tuntutan Sumpah Pemuda

tahun 1928 dan UUD 1945. Pengakuan bahasa Melayu sebagai

bahasa persatuan dengan nama bahasa Indonesia menuntut setiap

orang Indonesia untuk bisa berkomunikasi satu sama lain baik

secara lisan maupun secara tertulis dalam bahasa persatuan.

Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berarti bahwa

segala bentuk komunikasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan

kehidupan berbangsa dan bernegara dilakukan dalam bahasa

Indonesia. Semua kegiatan komunikasi verbal dalam bahasa

Indonesia itu, secara lisan atau secara tertulis, hanya akan

mencapai hasil yang baik jika menggunakan ragam baku bahasa

Indonesia. Oleh karena itu, seluruh elemen bangsa (sejak presiden

sampai rakyat biasa) harus membiasakan diri menggunakan ragam

bahasa yang baku.

Sumber:

Dokumen Penulis

Gambar 3.5

Ragam bahasa baku di-

gunakan dalam acara-

acara resmi.

69

Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan di Indonesia

d. Bahasa Daerah di Indonesia

Menurut

www.ethnologue.com,

di dunia terdapat sekitar 7.000

bahasa. Di Indonesia terdapat 700 bahasa, dan 60-70 buah terdapat

di NTT. Jadi, dari seluruh bahasa yang ada di seluruh permukaan

bumi, 10% terdapat di Indonesia, dan 1% terdapat di NTT. Tidak

banyak negara yang memiliki banyak bahasa. Oleh karena itu

bangsa Indonesia patut bangga akan kekayaan bahasa yang

dimiliki.

Bahasa daerah di Indonesia yang berjumlah sekitar

700 bahasa tersebut banyak yang terancam punah,

terutama yang terdapat di daerah NTT. Kepunahan

terjadi disebabkan tidak digunakannya kembali bahasa

tersebut. Banyak bahasa daerah yang ditinggalkan

karena cenderung digunakannya bahasa Indonesia di

dalam kehidupan sehari-hari.

Dikutip dari pernyataan Louise Baird pada

www.ethnologue.com

ada anggapan negatif terhadap

bahasa daerah yang menyebabkan bahasa daerah

semakin ditinggalkan. Anggapan negatif tersebut

sebagai berikut.

1) Bahasa daerah dianggap ketinggalan zaman.

2) Bahasa daerah dianggap sebagai bahasa milik orang

golongan bawah.

3) Bahasa daerah dianggap tidak intelek.

4) Bahasa daerah dianggap tidak memiliki kegunaan di daerah

perkotaan.

5) Bahasa daerah dianggap tidak mendukung kemajuan.

6) Bahasa daerah dianggap tidak mendukung kesuksesan belajar.

Oleh sebab itu, perlu ditingkatkan adanya anggapan positif

terhadap bahasa daerah. Anggapan negatif tersebut sebagai berikut.

1) Bahasa daerah adalah salah satu kebanggaan bangsa karena

telah ada sejak zaman dahulu.

2) Bahasa daerah adalah kekayaan kebudayaan bangsa.

3) Bahasa daerah adalah salah satu ciri khas bangsa sehingga

menjadi identitas bangsa.

4) Bahasa daerah adalah penunjang kemajuan.

5) Bahasa daerah penunjang kemajuan pendidikan.

Bahasa daerah yang ada di Indonesia luar biasa banyaknya.

Masing-masing daerah memiliki bahasa daerah sendiri-sendiri.

Berikut ini adalah bahasa daerah yang ada di Indonesia ber-

dasarkan daerahnya.

Sumber:

Bunga Bangsa Indonesia, halaman 176

Gambar 3.6

Bahasa daerah digunakan sebagai alat

komunikasi suku bangsa.

Bahasa Daerah di Indonesia

Selain kaya dengan keragaman budaya dan tradisi, bangsa Indonesia juga

kaya dengan bahasa daerah. Bahasa-bahasa itu digunakan oleh warga suku

bangsa dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah klasifikasi bahasa daerah

berdasarkan wilayahnya.

70

ANTROPOLOGI Kelas XI

Itu adalah nama-nama bahasa daerah yang ada di berbagai pulau

di Indonesia. Masing-masing pulau memiliki bahasa daerah yang

berbeda satu dengan yang lain. Masih banyak lagi bahasa daerah yang

lain yang belum tercatat. Misalnya yang biasa dipakai oleh suku bangsa-

suku bangsa terasing yang hidup di pedalaman hutan.

Hafalkanlah rumpun bahasa di atas dengan sebaik-baiknya, lalu saling

bertukar pertanyaan mengenai rumpun bahasa tersebut dengan teman-

temanmu.

2. Konsep Dialek

Awal mula bahasa digunakan oleh manusia sering menjadi bahan

penelitian yang banyak dibahas. William A. Haviland mengatakan

bahwa para ahli linguistik menemukan bahasa yang sungguh-sungguh

primitif atau kuno. Bahasa tersebut adalah bahasa suku bangsa Arunta

di Australia tengah. Menjelang tahun 1930, bahasa tersebut meng-

hadapi kepunahan. Bahasa yang sangat kuno tersebut hanya memiliki

komponen yang sangat sederhana; yakni hanya memiliki tiga suara

vokal. Ketiga suara vokal tersebut adalah

a

, i, dan u. Demikian pula

konsonan yang dimilikinya hanya terdiri dari

k

, l, m,

n

,

p, r, t

, dan

sy

.

Suku bangsa Arunta tidak memberi nama untuk seluruh objek.

Kosakata yang dimiliki hanya merujuk pada nama aktivitas dan

keadaan. Mereka juga tidak menggunakan preposisi atau konjungsi

No. Wilayah

Bahasa Daerah

1. Bali

bahasa Bali, bahasa Sasak

2. Jawa

bahasa Jawa, Madura, Sunda

3. Kalimantan

bahasa Bahau, Bajau, Banjar, Iban, Kayan, Kenya, Klemautan,

Melayu, Milano, Ot-Danum,

4. Maluku

bahasa Alor, Ambelan, Aru, Banda, Belu, Buru, Geloli, Goram,

Helo, Kadang, Kai, Kaisar, Kroe, Lain, Leti, Pantar, Roma, Rote,

Solor, Tanibar, Tetun, Timor, Wetar, Windesi, Ternate, Tidore,

Bacan, Sula, Taliabo

5. Nusa Tenggara Sasak, Sumba,

Sumbawa, Tetun, Timor

6. Sulawesi

bahasa Bubgkumori, Laki, Landawe, Mapute, Buol, Gorontalo,

Kaidipan, Bulanga, Balantak, Banggai, Babongko, Loinan,

Bonerate, Butung, Kalaotoa, Karompa, Layolo, Walio, Bugis,

Luwu, Makassar, Mandar, Pitu, Sa’dan, Salu, Seko, Uluna,

Bantik, Mongondow, Sangir, Talaud, Tambalu, Tombatu,

Tompakewa, Tondano, Tontembun, Tomini, Bada’Besona, Kail,

Leboni, Napu, Pilpikoro, Toraja, Wotu

7. Sumatra

bahasa Aceh, Alas, Angkola, Batak, Enggano, Gayo, Karo,

Kubu, Lampung, Lom, Mandailing, Melayu, Mentawai,

Minangkabau, Nias, Orang Laut, Pak-Pak, Rejang Lebong, Riau,

Sikule, Simulur

Sumber:

organisasi.org/bahasa

71

Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan di Indonesia

di dalam tutur mereka. Dengan bahasa tutur yang sangat sederhana

tersebut, mereka memakai alat bantu visual dengan menggunakan 400

bentuk gerakan untuk membantu bahasa lisan.

Berkaitan dengan bahasa lisan, Edward Callary mengatakan bahwa

di dalam penggunaan bahasa, hasil tutur berkembang menjadi banyak

variasi. Variasi bahasa dapat terjadi bergantung pada kebiasaan

berbicara penutur bahasa. Variasi bahasa tersebut yang dinamakan

dengan

dialek

. Dikutip dari

www.wikipedia.org

, dialek (dari bahasa

Yunani äéÜëåêôïò, ”dialektos”), adalah

varian-varian sebuah bahasa

yang sama

.

Varian-varian ini berbeda satu sama lain, tetapi masih

banyak menunjukkan kemiripan satu sama lain sehingga belum

pantas disebut bahasa-bahasa yang berbeda.

Dialek tidak hanya berkaitan dengan bahasa, namun juga berkaitan

dengan fitur non-kebahasaan. Fitur non-kebahasaan tersebut adalah

letak geografis, kelas sosial, usia, pekerjaan, dan gender. Pada dialek

geografikal atau regional, terdapat beberapa dialek; yaitu dialek kelas,

dialek usia, dan dialek gender.

Sesungguhnya setiap penutur tidak hanya mengguna-

kan satu dialek, melainkan banyak dialek. Dialek tersebut

bergantung pada daerah penutur tinggal, usia penutur

tersebut, dan jenis kelaminnya.

Sebagai contoh, seorang perempuan berusia remaja

berasal dari daerah Surabaya akan menggunakan dialek

Jawa Timuran

dan berbicara sesuai dengan tingkat usianya

dengan menggunakan bahasa yang biasa digunakan remaja

seusianya. Di samping itu juga menggunakan bahasa yang

biasa dipakai para perempuan yang lebih feminin.

Dialek akan semakin kuat terbentuk manakala setiap

penutur saling berinteraksi pada satu daerah tuturan.

Dialek tidak membuat bahasa menjadi berbeda pada satu daerah

tuturan, melainkan menyeragamkan bunyi tuturan penuturnya.

Interaksi sosial sangat berperan di dalamnya.

Di samping dialek, setiap penutur memiliki warna suara

yang

berbeda-beda. Jarang sekali ada penutur yang memiliki warna suara

yang benar-benar sama. Pada saat seorang penutur berbicara, tanpa

dilihat pun sering dapat diterka sosok penutur tersebut. Itu disebabkan

karena penutur tersebut memiliki warna suara yang khas yang dimili-

kinya. Di samping warna suara, juga gaya bahasa dan susunan kalimat

yang digunakannya yang menjadi

trade mark

penuturnya. Hal tersebut

yang dikenal dengan istilah

idiolek.

Sumber:

Kompas, 20 April 2006

Gambar 3.7

Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi

manusia di segala usia.

Cobalah tuliskan dua daerah yang memiliki dialek yang berlainan, meski

menggunakan bahasa yang sama. Berikanlah contoh lima kata dan ucapkan

di muka kelas.

72

ANTROPOLOGI Kelas XI

B. Hubungan Bahasa dan Dialek

Bahasa yang digunakan dalam kehidupan manusia mengandung

beragam dialek. Dialek tersebut memiliki variasi yang beragam. Variasi

tersebut di antaranya ada yang berkaitan dengan aktivitas. M. Ramlan

dan kawan-kawan membagi ragam bahasa Indonesia menjadi sebagai

berikut.

Pertama

, ragam berdasarkan tempat misalnya dialek Jakarta,

dialek Menado, dialek Jawa, dan sebagainya.

Kedua

, ragam bahasa

berdasarkan penutur terbagi menjadi ragam golongan cedekiawan dan

ragam golongan bukan cendekiawan.

Ketiga

, ragam bahasa berdasarkan

sarana terbagi menjadi ragam lisan dan ragam tulisan.

Keempat

, ragam

bahasa berdasarkan bidang penggunaan terbagi menjadi ragam ilmu,

ragam sastra, ragam surat kabar, ragam undang-undang, dan lain-lain.

Kelima

, ragam bahasa berdasarkan suasana penggunaan, terbagi

menjadi ragam resmi dan ragam santai.

Dialek Banyumasan

Dialek ini sering disebut

Bahasa Ngapak Ngapak

yaitu kelompok bahasa

bahasa Jawa yang dipergunakan di wilayah Banyumas, Jawa Tengah. Bahkan

beberapa kosakata dan dialeknya juga dipergunakan di Banten utara serta

daerah Cirebon-Indramayu. Logat bahasanya agak berbeda dibanding dialek

bahasa Jawa lainnya karena bahasa Banyumasan masih berhubungan erat

dengan bahasa Jawa Kuno (Kawi). Jumlah penutur dialek ini antara 12–15

juta orang.

Bahasa Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Seorang

ahli bahasa Belanda, E.M. Uhlenbeck, mengelompokkan dialek-dialek yang

dipergunakan di wilayah barat dari Jawa Tengah sebagai kelompok (rumpun)

bahasa Jawa bagian barat (Banyumasan, Tegalan, Cirebonan dan Banten

Utara). Kelompok lainnya adalah bahasa Jawa bagian tengah (Surakarta,

Yogyakarta, Semarang dan lain-lain) dan kelompok bahasa Jawa bagian

timur.

Kelompok bahasa Jawa bagian barat berbeda dengan bahasa Sunda.

Dibandingkan dengan bahasa Jawa dialek Yogyakarta dan Surakarta, dialek

Banyumasan banyak sekali bedanya. Perbedaan yang utama yakni akhiran

’a’ tetap diucapkan ’a’ bukan ’o’. Jika di Solo orang makan sego’ (nasi), di

wilayah Banyumasan orang makan ’sega’. Selain itu, kata-kata yang

berakhiran huruf mati dibaca penuh, misalnya kata

enak

oleh dialek lain

bunyinya

ena

, sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca enak dengan

suara huruf ’k’ yang jelas, itulah sebabnya bahasa Banyumasan dikenal

dengan bahasa Ngapak atau Ngapak-ngapak.

Perkembangan bahasa Banyumasan antara lain sebagai berikut:

a. Abad ke-9 - 13 sebagai bagian dari bahasa Jawa Kuno.

b. Abad ke-13 - 16 berkembang menjadi bahasa Jawa abad pertengahan.

c. Abad ke-16 - 20 berkembang menjadi bahasa Jawa baru.

d. Abad ke-20 - sekarang, sebagai salah satu dialek bahasa Jawa modern.

Tahap-tahapan perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh muncul-

nya kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa. Terdapat empat sub-dialek utama dalam

bahasa Banyumasan, yaitu Wilayah Utara (Tegalan), Wilayah Selatan

(Banyumasan), Wilayah Cirebon - Indramayu (Cirebonan) dan Banten Utara.

73

Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan di Indonesia

a. Wilayah Utara

Dialek Tegalan dituturkan di wilayah utara, antara lain Tanjung, Ketanggungan,

Larangan, Brebes, Slawi, Moga, Pemalang, Surodadi dan Tegal.

b. Wilayah Selatan

Dialek ini dituturkan di wilayah selatan, antara lain Bumiayu, Karang

Pucung, Cilacap, Nusakambangan, Kroya, Ajibarang, Purwokerto,

Purbalingga, Bobotsari, Banjarnegara, Purwareja, Kebumen serta

Gombong.

c. Cirebon Indramayu

Dialek ini dituturkan di sekitar Cirebon, Jatibarang dan Indramayu. Secara

administratif, wilayah ini termasuk dalam Provinsi Jawa Barat.

d. Banten Utara

Dialek ini dituturkan di wilayah Banten utara yang secara administratif

termasuk dalam Provinsi Banten.

Contoh kosakata dalam dialek Banyumasan antara lain

inyong

atau

aku,

gandhul

atau pepaya, dan

rika

atau kamu.

Sumber:

id.wikipedia.org

Kamu telah mampu mendeskripsikan ragam-ragam bahasa. Ragam seperti

itu bisa ditemukan di mana-mana. Sebutkanlah ragam bahasa apa saja yang

dipergunakan di masyarakat sekitarmu!

Bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa sangat dipengaruhi

oleh konteks sosial budaya yang melingkunginya. Konteks budaya

tersebut bergantung pula pada status sosial, aktivitas, daerah geografis,

usia, gender, dan masih banyak lagi.

Masyarakat bahasa yang berada di wilayah perkotaan sangat

berbeda di dalam penggunaan bahasanya dengan masyarakat bahasa

yang berada di daerah pedesaan. Hal ini disebabkan oleh konteks sosial

budaya yang menyertai di dalam kehidupan masyarakat bahasa

tersebut.

Seorang pelajar yang tinggal di kota Surabaya akan memiliki dialek

yang berbeda dengan seorang pelajar yang tinggal di daerah pedesaan

di pinggiran kota Surabaya. Meski keduanya adalah seorang yang

berpendidikan, namun gaya bahasa atau dialek yang digunakan akan

jauh berbeda.

Dua penutur bahasa yang berbeda jenis kelamin yang memiliki

profesi sebagai kapster salon akan menggunakan dialek yang berbeda.

Kapster salon pria cenderung akan menggunakan bahasa gaul yang

saat ini sedang tren digunakan; misalnya

sutralah

’sudahlah’,

Sementara itu kapster perempuan, meski jarang menggunakan ragam

bahasa seperti itu, namun sedikit-sedikit juga menggunakannya.

Persentase pemakaian bahasa gaul yang umumnya banyak

digunakan oleh para banci seperti itu lebih sedikit digunakan oleh

kapster perempuan.

74

ANTROPOLOGI Kelas XI

Di daerah Yogyakarta juga dikenal dengan

basa walikan.

Basa

walikan

adalah transkripsi dari huruf

ha, na, ca.ra. ka

yang terdiri

dari empat baris itu kemudian dipasangkan. Baris kesatu dengan baris

ketiga, dan baris kedua dengan baris keempat. Misalnya kata ”mari”

menjadi

dayi

. Kata-kata dalam

basa walikan

tersebut umumnya

digunakan oleh pelajar lelaki dibandingkan pelajar perempuan atau

banyak digunakan oleh mahasiswa dibandingkan oleh mahasiswi.

Seorang eksekutif muda akan menggunakan ragam bahasa atau

dialek yang berbeda dibandingkan tukang parkir. Hal tersebut dangat

dipengaruhi oleh aktivitas kesehariannya di tempat kerja. Eksekutif

muda terbiasa dengan rapat, presentasi, melakukan lobi, bisnis, dan

lain sebagainya; adapun tukang parkir hanya melakukan aktivitas

memandu kendaraan pada arah yang tepat. Akibatnya penggunaan

bahasanya pun akan jelas jauh berbeda.

1. Buatlah masing-masing lima contoh kata yang sering digunakan dalam

dialek Jakarta dan Minang.

2. Buatlah masing-masing lima contoh kata yang sering digunakan oleh

banci dan preman.

C. Tradisi Lisan

Pernahkah kamu mendengar lagu yang berjudul

Lir-Ilir

? Melalui

berbagai grup musik, lagu yang konon digubah oleh Sunan Kalijaga

itu kembali hadir di tengah-tengah kita. Mari kita simak syair lagu

tersebut.

Lir-ilir, lir-ilir

tandure wis sumilir

Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar

Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi

Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro

Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir

Dondomono jrumatono kanggo sebo mengko sore

Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane

Yo surako... surak hiyo...

Artinya:

Sayup-sayup terbangun (dari tidur)

Tanaman telah bersemi,

betapa menghijau bak gairah pengantin baru

Anak-anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu,

meskipun licin tetaplah panjat untuk mencuci pakaian

Pakaian-pakaian yang koyak disisihkan

Jahitlah benahilah untuk menghadap nanti sore

Selagi terang rembulanya

Selagi banyak waktu luangnya

Mari bersorak-sorak ayo...

75

Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan di Indonesia

Sudah tahukah kamu bahwa banyak kekayaan budaya yang ber-

bentuk lisan? Sudah pernahkah kamu mendengarkan tembang ge-

guritan, kidung, dan lain-lain? Pernahkah pula melihat wayang kulit,

wayang orang, orang berpantun, dan segala bentuk cerita yang di-

sampaikan secara lisan? Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan

tradisi lisan? Berbagai daerah di Indonesia memiliki tradisi lisan

tersebut. Daerah Sabang hingga daerah Merauke memiliki tradisi lisan

tersebut. Tradisi lisan memiliki banyak jenis dan memiliki muatan

pesan yang sangat baik.

1. Konsep Tradisi Lisan

Dikutip dari Amir Rochyatmo, tradisi lisan adalah

folklor lisan

yang dirumuskan sebagai bagian kebudayaan yang diciptakan,

disebarluaskan, dan diwariskan dalam bentuk kelisanan, seperti

cerita rakyat dan nyanyian rakyat. Adat kebiasaan secara turun

menurun dari nenek moyang yang masih diperlukan dalam

masyarakat.

Melalui Amir Rochyatmo, Danandjaja menjelaskan

bahwa tradisi lisan adalah bagian dari folklor. Dikutip dari

Danandjaja, folklor adalah

kolektivitas yang tersebar secara

turun temurun dalam versi yang berbeda-beda baik bentuk

lisan maupun yang disertai gerak isyarat atau alat

pembantu pengingat.

Lebih lanjut, dikutip dari Amir

Rochyatmo, Danandjaja mengatakan bahwa tradisi lisan

memiliki ciri-ciri:

penyebaran dan pewarisan secara lisan,

bersifat tradisional, memiliki berbagai versi bukan variasi,

anonim, bentuknya berpola, milik bersama, bersifat polos,

lugu, dan spontan.

Gorys Keraf mengatakan bahwa sesungguhnya yang dimaksudkan

dengan bahasa dalam pengertian keseharian itu adalah bahasa lisan.

Adapun bahasa tulis yang kita kenal itu adalah bentuk pencerminan

dari bahasa lisan dengan menggunakan simbol-simbol yang ditulis.

Dalam bentuk lisan, terdapat kata-kata yang seolah dijalin satu

sama lain, serta terjadi perhentian sebentar atau agak lama pada

beberapa tempat disertai suara menaik atau menurun. Kata-kata yang

dibunyikan itu diiringi dengan gerakan alis, tangan, kepala, atau pun

bahu.

Di samping itu, bentuk lisan dapat ditranskripsikan dengan me-

nuangkan hasil ujaran ke dalam bentuk simbol atau gambar. Berkaitan

dengan kebahasaan, Gorys Keraf lebih jauh membagi hal kebahasaan

ke dalam dua hal; yakni bentuk dan makna. Aspek bentuk dapat di-

kategorikan ke dalam dua hal; yakni segi segmental dan supraseg-

mental.

Segi segmental, unsur bahasa dapat dibagi ke dalam beberapa jenis;

yaitu wacana, kalimat, frasa, kata, morfem, fonem. Pada segi

suprasegmental, beberapa hal yang perlu menjadi perhatian adalah

tekanan keras, tekanan tinggi (nada), tekanan panjang, dan intuisi.

Berkaitan dengan media penyampaiannya, Tarigan membagi atas

dua hal; yaitu wacana lisan dan wacana tulis. Tidak terlepas dengan

tradisi lisan, lebih lanjut Tarigan menuturkan bahwa yang disebut

dengan wacana lisan adalah

satuan bahasa yang terlengkap dan

Sumber:

Indonesia Indah, halaman 14

Gambar 3.8

Tradisi lisan di Indonesia.

76

ANTROPOLOGI Kelas XI

terbesar di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi

tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang

nyata disampaikan secara lisan.

Tarigan menyampaikan berdasarkan

pemikiran Schegloff dan Sacles bahwa wacana lisan sangat

memperhatikan pembicara, mitra bicara, dan waktu.

Lebih khusus lagi, sesungguhnya tradisi lisan adalah

segala

wacana yang disampaikan secara lisan mengikuti cara atau adat

istiadat yang telah menjadi pola di dalam masyarakat

(

www.ui.ac.id

).

Dalam hal ini, wacana meliputi cerita, legenda, mitos, uraian

genealogi, bahkan seremonial dan ritual. Dengan demikian, tradisi

lisan juga tergolong di dalam wacana. Tradisi lisan tersebut

sesungguhnya memiliki dimensi yang sangat luas karena berlangsung

dalam kurun waktu panjang dan telah menjadi sebuah tradisi sehingga

melibatkan pelbagai sikap budaya masyarakat pada suatu masa

tertentu.

2. Macam-Macam Tradisi Lisan

Ada beberapa contoh tradisi lisan, misalnya

Shalawat Dulang

yang berasal dari Minangkabau. Amir menjelaskan bahwa Sahalawat

Dulang adalah suatu pengucapan mengenai kalimat shalawat diiringi

dengan tepuk pada dulang ’nampan kuningan’ dan berisi puji-pujian.

Slawatan,

yaitu tetembangan dengan kata-kata Arab dengan diiringi

tepukan rebana. Selain itu masih ada lagi wayang, mantra, cerita

(cerita panji), geguritan, dan kidung.

Menurut I Made Swastika, daerah Bali terdapat tradisi lisan

seperti geguritan Cilinaya, geguritan Megantaka, geguritan Bagus

Umbara, geguritan Pakang Raras, geguritan Jong Biru, geguritan Panji

Semirang, kidung Wangbang Widya, kidung Waseng,

kidung Malat, kidung Panjimarga, kidung Brahmana

Sangupati.

Menurut I Nengah Dwija, ada beberapa contoh tradisi

lisan lain, yakni pertunjukan Sanghyang Rejang, per-

tunjukan Gambuh, pertunjukan Wayang Wong, pertunjukan

Balih-balihan Legong Arya Kebyar, gambuh, wayang kulit,

dramatari topeng, peratari arja, sendratari.

Suryadi mengatakan bahwa sastra lisan Minangkabau

terbagi dua, yakni kaba dan puisi. Prosa kaba contohnya:

si Jobang, rabab pasisia, rabab pariaman, dendang panah,

basimalin, dan baratan. Puisi contohnya: indang, salawat

dulang, bagurau, dan dendang parintang.

3. Perkembangan Tradisi Lisan

Dewasa ini perkembangan tradisi lisan mengalami kemajuan yang

cukup pesat. Terlebih lagi dengan adanya media elektronik seperti

televisi, radio, bahkan internet. Sarana seperti itu yang kemudian

dapat melestarikan dan menyebarkan tradisi lisan hingga ke seluruh

Indonesia, bahkan ke luar negeri.

Sumber:

www.kab-kupang.go.id

Gambar 3.9

Seni tari pada sebuah suku bangsa.

77

Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan di Indonesia

Tradisi lisan awalnya adalah berbentuk lisan, namun

dalam perkembangannya di samping dilakukan pere-

kaman, juga dilakukan pencatatan. Tradisi lisan kemudian

menjadi bentuk tulis. Sesungguhnya tradisi lisan tersebut

masih berbentuk lisan, hanya saja dilakukan pencatatan-

pencatatan agar tradisi lisan tersebut tidak raib. Namun

demikian, aplikasi tetap dilakukan dengan lisan.

Perubahan tradisi lisan tersebut antara lain disebabkan

semakin berkembangnya media massa dan elektronika.

Beragam bentuk tradisi lisan baik sejak zaman prasejarah

hingga masa kontemporer, dikemas oleh media massa ke

dalam beragam bentuk tayangan. Dampaknya adalah orang

yang melihat tayangan tersebut akan menyebarluaskan

tradisi lisan dalam bentuk baru.

D. Rumpun Bahasa Austronesia

Bahasa Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa yang memiliki

wilayah persebaran yang cukup luas di dunia. Para penutur bahasa

ini diduga berasal dari Cina bagian selatan. Sekitar 4000 tahun yang

lalu, mereka melakukan migrasi ke Pulau Taiwan, lalu menyebar ke

Filipina, Indonesia, Madagaskar, dan Lautan Pasifik.

Di ujung utara

: Taiwan dan Hawaii

Di ujung selatan : Selandia Baru (Aotearoa)

Di ujung barat

: Madagaskar

Di ujung timur : Pulau Paskah (Rapanui)

Bahasa Jawa yang digunakan di wilayah Suriname juga dapat

dimasukkan ke dalam daerah sebaran bahasa Austronesia. Studi lebih

lanjut juga terdapat penutur yang menggunakan bahasa mirip Melayu

di daerah pesisir Sri Lanka. Dengan demikian, wilayah tersebut juga

masuk ke dalam daerah sebaran bahasa Austronesia. (

www.wikipedia.org)

1. Istilah Austronesia

Austronesia

berasal dari bahasa Latin

austrâlis

yang memiliki makna

’selatan’ dan bahasa Yunani

nesos

yang memiliki makna ’pulau’. Jadi,

Austronesia

secara harafiah berarti ’Kepulauan Selatan’. Kata

Austronesia

adalah sebuah istilah yang dipergunakan di dalam

linguistik untuk menandai suatu rumpun bahasa yang dituturkan oleh

penduduk yang berada pada wilayah Pulau Taiwan, Kepulauan

Indonesia, Filipina, Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau

Madagaskar. (

www.wikipedia.org)

2. Bangsa Austronesia

Bangsa Austronesia bermula dari daerah Tiongkok bagian selatan.

Bangsa tersebut melakukan migrasi sekitar 5.000 tahun yang lalu ke

Pulau Taiwan, kemudian menuju ke Filipina, Indonesia, Madagaskar

dekat Benua Afrika, dan ke seluruh Samudra Pasifik. Salah satu hal

yang menarik adalah bahasa Ma’anyan di daerah Dayak Kalimantan

sangat dekat dengan bahasa yang digunakan di daerah Madagaskar

di lepas pantai timur Afrika. (

www.wikipedia.org)

Sumber:

Kompas, 4 Juni 2006

Gambar 3.10

Penyebaran tradisi lisan bisa melalui me-

dia elektronika.

78

ANTROPOLOGI Kelas XI

3. Klasifikasi Bahasa Austronesia

Rumpun bahasa Austronesia dibagi ke dalam dua kategori utama

yaitu bahasa Taiwanik dan bahasa Melayu-Polinesia. Secara lengkap,

rumpun bahasa Austronesia dibagi menjadi seperti berikut.

a. Rumpun bahasa Austronesia meliputi

bahasa Taiwanik (bahasa

Atayalik, bahasa Tsouik, bahasa Paiwanik, bahasa Taiwanik Barat,

dan bahasa Taiwanik yang terpengaruh bahasa Tionghoa.

b. Bahasa Melayu-Polinesia meliputi: bahasa Melayu-Polinesia Barat,

bahasa Borneo, bahasa Filipina Utara, bahasa Filipina Tengah,

bahasa Filipina Selatan, bahasa Mindanao Selatan, bahasa Sama-

Bajau, bahasa Sulawesi, bahasa Sundik.

c. Bahasa Melayu-Polinesia Tengah meliputi: bahasa Bima-Sumba,

bahasa Maluku Tengah, bahasa Maluku Tenggara, bahasa Timor-

Flores.

d. bahasa Melayu Polinesia Timur meliputi bahasa Halmahera

Selatan-Papua Barat-Laut dan bahasa Oseania.

Bahasa Sundik yang termasuk di dalam kategori bahasa Melayu

Polinesia Barat adalah cabang bahasa yang kemudian menurunkan

bahasa Jawa, bahasa Melayu (termasuk bahasa Indonesia, bahasa

Sunda, bahasa Madura, bahasa Aceh, bahasa Batak dan bahasa Bali.

(

www.wikipedia.org)

4. Tipologi Bahasa Austronesia

Bahasa Austronesia adalah bahasa yang sederhana karena pada

umumnya terdiri dari suku kata yang terbuka dan sedikit memiliki

gugusan konsonan. Bahasa-bahasa yang termasuk besar di dalam

rumpun bahasa Austronesia adalah bahasa Jawa, bahasa bahasa

Melayu (termasuk bahasa Indonesia dan bahasa Minangkabau), bahasa

Tagalog, bahasa Sunda, bahasa Madura, bahasa Bali, bahasa Aceh,

bahasa Batak, dan bahasa Malagasy. Jumlah penutur bahasa

Austronesia sekitar 300 juta jiwa.

Bahasa Austronesia yang resmi digunakan terdapat di lima negara;

yakni Malaysia, Singapura, Brunei, Indonesia (bahasa Indonesia),

Timor-timur (bahasa Tetun). Di samping pada lima negara tersebut,

bahasa Austronesia yang resmi digunakan di Filipina adalah bahasa

Tagalog, di Madagaskar adalah bahasa Malagasy, dan di Aotearoa

(Selandia Baru) adalah bahasa Maori.

Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa rumpun bahasa

Austronesia termasuk di dalam rumpun besar bahasa Austro-Asia

atau superfamili Austrik. Dikatakan bahwa seluruh bahasa di daerah

Tiongkok bagian selatan sesungguhnya adalah kerabat rumpun bahasa

Austronesia, bahasa Austro-Asia, bahasa Tai-Kadai dan bahasa Hmong-

Mien (atau disebut juga Miao-Yao). Hal tersebut dapat dilihat berikut

ini. Rumpun bahasa Austrik meliputi Austronesia, Tai-Kadai, Hmong-

Mien, Austro-Asia.

Pada awalnya hingga tahun antara 2000 SM–1000 SM para

pemakai rumpun-rumpun bahasa di atas tersebut tinggal di daerah

yang saat ini termasuk RRC bagian selatan. Pada masa itu penutur

bahasa Sino-Tibet; yaitu sukubangsa Han dari Tiongkok utara

79

Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan di Indonesia

menyerang ke daerah selatan sehingga penutur bahasa Austrik

tercerai-berai. Akibatnya, penutur Austronesia lalu bermigrasi ke

Taiwan dan ke kepulauan Asia Tenggara dan Samudra Pasifik lainnya.

Dengan demikian bahasa Austronesia tersebar hingga ke daerah-daerah

tersebut.

Jika dilihat secara kebahasaan, bahasa Austronesia menggunakan

dua suku kata, bahasa Austro-Asia menggunakan suku kata pertama,

dan bahasa Tai-Kada menggunakan suku kata kedua. Contohnya dapat

dilihat pada penggunaan kata berikut.

mata ‘mata’ (bahasa Proto-Austronesia)

*mãt ‘mata (bahasa Proto-Mon-Kmer (Austro-Asia))

*taa ‘mata’ (bahasa Proto Thai (Tai-Kadai)). (

www.wikipedia.org)

E.

Peduli pada Bahasa, Dialek, dan Tradisi

Lisan

Dapatkah kamu bayangkan, jika kamu hidup tanpa menggunakan

bahasa. Akan terjadi banyak kesalahpahaman. Berbicara dengan meng-

gunakan bahasa pun, terkadang ada kesalahpahaman. Kesalahpahaman

lebih besar lagi jika menggunakan bahasa yang tidak biasa diguna-

kannya sehari-hari.

Bahasa digunakan pada pelbagai kesempatan. Pada aktivitas

sehari-hari, pidato, rapat, menyanyi, berpuisi, memimpin barisan,

berjualan, dan sebagainya. Bahasa sangat berjasa bagi kehidupan

berinteraksi. Tidak hanya antarmanusia, berbicara dengan binatang

pun masih tetap menggunakan bahasa. Itulah kehebatan bahasa.

Di dalam kehidupan berbahasa, juga berkembang tradisi lisan.

Bahasa dan tradisi lisan jika tidak dilestarikan, lambat laun akan

menjadi punah.

1. Peduli terhadap Bahasa

Bahasa adalah emas. Bahasa adalah pondasi. Bahasa adalah

payung. Itu adalah ungkapan-ungkapan yang menegaskan bahwa

bahasa adalah sesuatu yang sangat berharga dan sangat diperlukan.

Bahasa adalah emas karena bahasa adalah sarana pengantar

komunikasi di dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa, manusia

dapat mengerti akan perintah, mengerti akan permintaan, mengerti akan

kemarahan, mengerti akan pujian, bahkan mengerti akan penipuan.

Tanpa bahasa, manusia akan lambat di dalam melakukan aktivitas

sehari-hari karena tidak ada sarana melakukan komunikasi.

Dengan begitu pentingnya bahasa, maka bahasa harus dipelihara

dengan baik. Jika bahasa ditinggalkan penuturnya, maka bahasa

tersebut akan mengalami kepunahan. Oleh karena itu perlu

ditumbuhkan rasa peduli terhadap bahasa.

Beberapa bentuk kepedulian terhadap bahasa, di antaranya sebagai

berikut.

a. Diadakannya Bulan Bahasa

Pada hari Sumpah Pemuda, diadakan bulan bahasa dengan menye-

lenggarakan pelbagai kegiatan yang berkaitan dengan kebahasaan

seperti menulis esai, berpuisi, berpidato, dan lain sebagainya.

Kegiatan semacam ini bisa akan mampu merangsang daya kreasi

manusia dan memberdayakan kemampuannya berbahasa.

Sumber:

prasetya.brawijaya.ac.id

Gambar 3.11

Kegiatan baca puisi adalah

contoh sikap peduli pada

bahasa.

80

ANTROPOLOGI Kelas XI

b. Membuat Majalah yang Mendukung Aktivitas Berbahasa

Majalah tersebut adalah majalah yang menyediakan tempat untuk

penulisan apa pun yang berkaitan dengan kepedulian terhadap

bahasa, seperti penulisan puisi, cerita pendek, esai, dan lain

sebagainya. Pada era reformasi, media massa membuka seluas-

luasnya kesempatan ekspresi untuk para penulis, sastrawan, dan

esais.

c. Pembuatan Lagu yang Menggunakan Bahasa yang Dikehendaki

Lagu yang diciptakan dengan menggunakan bahasa nasional

maupun bahasa daerah atau pun bahasa asing, berarti aktivitas

tersebut telah melakukan kepedulian terhadap bahasa. Bahasa

memang merupakan media ekspresi bagi segala perasaan,

keinginan, harapan, dan cita-cita rakyat.

d. Diselenggarakannya Pengajaran Bahasa

Dengan adanya pengajaran bahasa, berarti peduli terhadap bahasa

sungguh baik adanya acara di televisi yang mendukung

kebahasaan seperti adanya pembahasan mengenai suatu bahasa,

pembacaan puisi, atau penggunaan bahasa pada berbagai acara

televisi, itu pun sudah menjadi salah satu sikap peduli terhadap

bahasa.

Aktivitas-aktivitas tersebut adalah bentuk aktivitas peduli

terhadap bahasa. Dengan aktivitas tersebut, bahasa dapat lestari

terpelihara.

Perkembangan bahasa Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial

kemasyarakatan dan teknologi yang ada pada saat itu. Akibat kemajuan

teknologi, tradisi tulis yang ada di kalangan siswa semakin berkurang. Dampak

dari perkembangan ini adalah semakin tidak pedulinya siswa dan generasi

penerus bangsa terhadap keberadaan dan kelestarian bahasa Indonesia.

Sebutkan dan jelaskanlah kegiatan apa yang telah dilakukan oleh sekolahmu

yang berkaitan dengan sikap peduli terhadap bahasa!

2. Peduli terhadap Tradisi Lisan

Tidak jauh berbeda halnya dengan kepedulian terhadap bahasa,

kepedulian terhadap tradisi lisan juga harus dilakukan. Beberapa

kepedulian terhadap tradisi lisan, antara lain sebagai berikut.

a. Diadakannya Pagelaran

Diadakan pagelaran wayang, tembang-tembang, dan lain sebagai-

nya.

b. Pembuatan Program Televisi

Membuat program televisi yang mendukung tradisi lisan.

81

Bahasa, Dialek, dan Tradisi Lisan di Indonesia

c. Pembuatan Situs di Internet

Membuat situs di internet yang mendukung tradisi lisan. Bila

perlu dapat didengarkan dan terdapat transkripsinya dalam

bentuk tertulis.

d. Lomba

Sering diadakannya lomba berkaitan dengan tradisi lisan.

Dengan aktivitas kepedulian terhadap tradisi lisan tersebut, maka

tradisi lisan dapat lebih lama terpelihara.

Karena kemajuan zaman yang ditandai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, generasi muda (siswa) semakin tidak lagi perduli

bentuk-bentuk tradisi lisan yang merupakan peninggalan kebudayaan bangsa.

Misalnya, pergelaran wayang kulit. Hampir bisa dipastikan bahwa generasi

muda tidak lagi mempunyai ketertarikan pada kebudayaan bangsa yang

adiluhung itu. Sebutkan dan jelaskanlah kegiatan apa yang telah dilakukan

oleh sekolahmu yang berkaitan dengan sikap peduli terhadap tradisi lisan!

a. Bahasa Indonesia termasuk rumpun bahasa Austronesia. Di dalam

bahasa Indonesia terdapat ragam bahasa yang disebabkan oleh

perbedaan latar belakang geografis dan sosiologis.

b. Bahasa Indonesia lahir dari bahasa Melayu yag telah berkembang sejak

zaman Kerajaan Sriwijaya. Oleh para tokoh Pergerakan Nasional, bahasa

tersebut diangkat sebagai bahasa persatuan.

c. Unsur-unsur yang memengaruhi bahasa Indonesia berasal dari bahasa

daerah (dialek, logat, dan ragam bahasa daerah lainnya).

d. Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia

berfungsi sebagai bahasa pengantar pendidikan dan bahasa di dunia

pemerintahan.

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota kelompok

sosial untuk bekerja sama berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri. Melihat

pentingnya bahasa bagi kehidupan sebuah bangsa, maka segenap anak

bangsa mestinya ikut merawat dan melestarikan bahasa daerah dan bahasa

nasionalnya sebaik-baiknya. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan

bahasa secara baik dan benar di semua bidang kehidupan.

82

ANTROPOLOGI Kelas XI

A.

Jawablah pertanyaan dengan tepat!

1. Sebutkan ciri-ciri bahasa menurut Anderson dan Douglas

Brown!

2. Jelaskan proses terbentuknya bahasa Indonesia!

3. Mengapa generasi muda mempunyai anggapan negatif tentang

bahasa daerah?

4. Jelaskan pengertian tentang dialek!

5. Sebutkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara!

B.

Belajar dari masalah.

Indonesia memiliki ratusan bahasa daerah. Masing-masing daerah

memiliki bahasa ibu yang biasa digunakan oleh suku bangsa dalam

kehidupan sehari-hari. Sementara itu kita juga memiliki bahasa

persatuan bahasa Indonesia. Bagaimana sikap dan caramu

melestarikan bahasa daerah dan bahasa persatuan tersebut?

Arbitrer

adalah manasuka; sewenang.

Dialek

adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakainya.

Etnik

adalah bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau

kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena

keturunan, adat, agama, bahasa, dan lain-lain.

Hegemoni

adalah pengaruh kepemimpinan, dominasi, kekuasaan dan

sebagainya suatu negara atas negara lain.

Linguistik

adalah ilmu tentang bahasa.

Rumpun

adalah golongan besar bangsa (bahasa) yang sama asal dan

jenisnya.

83

Latihan Ulangan Kenaikan Kelas

A.

Pilihlah jawaban yang tepat!

1. Untuk memenuhi kebutuhan psikologi,

sebagai makhluk yang bertakwa,

manusia sadar bahwa dirinya memiliki

keterbatasan dalam berbagai hal.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa

agama merupakan pedoman . . . .

a. estetika

b. eksistensi

c.

confidence

d. perasaan kolektif

e. prinsip benar dan salah

2. Proses seorang individu dari masa kanak-

kanak sampai dewasa, berkembang

berhubungan, mengenal, dan menye-

suaikan diri dengan individu-individu

lain disebut . . . .

a. enkulturasi

b. sosialisasi

c. adaptasi

d. integrasi

e. asimilasi

3. Proses seorang individu mempelajari dan

menyesuaikan alam pikiran serta

sikapnya terhadap adat istiadat, sistem

norma dan peraturan-peraturan yang

hidup dalam kebudayaan disebut . . . .

a. sosialisasi

b. enkulturasi

c. akulturasi

d. asimilasi

e. internalisasi

4.

Invention

dapat didefinisikan sebagai

. . . .

a. penemuan baru yang belum diolah

b. penemuan baru yang belum diterima

oleh masyarakat

c. penemuan baru yang sudah diterima

oleh masyarakat

d. pendapat seseorang yang belum

diterima oleh masyarakat

e. opini umum yang menentukan arah

pergerakan nasional

5. Masuk dan diterimanya orang-orang

yang berasal dari keturunan Tionghoa ke

dalam kehidupan bangsa Indonesia,

sehingga mereka yang semula memiliki

kebudayaan khas sekarang tidak lagi

merupakan contoh . . . .

a. inovasi

b. akulturasi

c. enkulturasi

d. asimilasi

e. sosialisasi

6. Setiap masyarakat menghendaki ke-

hidupan yang seimbang antara unsur

budaya lama dengan unsur budaya baru.

Apabila unsur budaya lama dengan

unsur budaya baru tidak dapat menye-

suaikan diri, maka terjadilah . . . .

a. integrasi kebudayaan

b. enkulturasi

c. asimilasi

d. adjusment

e. madjusment

7. Bahasa Austronesia adalah sebuah

rumpuh bahasa yang memiliki wilayah

persebaran yang cukup luas di dunia.

Batas persebaran di ujung utara adalah

. . . .

a. Selandia Baru

b. Taiwan dan Hawaii

c. Madagaskar

d. Pulau Paskah

e. India

8.

Austronesia

berasal dari bahasa Latin

austra

-

lis

yang memiliki makna . . . .

a. barat

b. timur

c. selatan

d. udara

e. timur utara

9.

Nesos

yang memiliki makna ”pulau”

berasal dari bahasa . . . .

a. Indonesia

b. Jerman

c. Yunani

d. Itali

e. Spanyol

84

ANTROPOLOGI Kelas XI

10. Austrik terdiri atas bahasa . . . .

a. Austronesia

b. Tai-Kadai

c. Hmong-Mien

d. Austro-Asia

e. Melanesia

11. Yang termasuk dalam bahasa Melayu-

Polinesia adalah bahasa . . . .

a. Atayalik

b. Tsouik

c. Paiwanik

d. Mindanao Selatan

e. Urdu

12. Suku bangsa yang menyerang dari

Tiongkok Utara ke daerah selatan se-

hingga penutur bahasa Austrik tercerai-

berai adalah . . . .

a. Tan

b. Yi

c. Han

d. Tang

e. Yuan

13. Bahasa yang dipakai untuk mengetahui

sesuatu termasuk dalam fungsi . . . .

a. instrumental

b. heuristik

c. interaksi

d. originasi

e. regulasi

14. Sarana komunikasi yang sangat penting

bagi manusia adalah . . . .

a. makanan

b. rumah

c. bahasa

d. pakaian

e. pendidikan

15. Berikut ini yang

tidak

termasuk dalam

tujuh unsur universal utama adalah . . . .

a. bahasa

b. manusia

c. sistem pengetahuan

d. sistem religi

e. organisasi sosial

16. Bahasa yang paling kuno ditemukan oleh

para ahli linguistik di negara . . . .

a. Austria

b. Australia

c. Afrika

d. Amerika

e. Asia

17. Dalam penggunaan bahasa, hasil tutur

berkembang menjadi banyak variasi.

Variasi bahasa dapat terjadi bergantung

pada kebiasaan berbicara penutur

bahasa. Variasi bahasa tersebut dinama-

kan dengan . . . .

a. linguistik

b. dialek

c. linguis

d. idiolek

e. bahasa

18. Penutur memiliki warna suara yang khas

yang dimilikinya. Di samping warna

suara, juga gaya bahasa dan susunan

kalimat yang digunakannya yang men-

jadi

trade mark

penuturnya. Hal tersebut

yang dikenal dengan istilah . . . .

a. linguistik

b. dialek

c. linguis

d. idiolek

e. fonem

19. Berikut ini adalah seni tari yang ada pada

suku Jawa,

kecuali

. . . .

a. Ngremo

b. Gambyong

c. Janger

d. Tayub

e. Serimpi

20. Ilmu yang mempelajari tentang gambar-

an kebudayaan suku-suku bangsa di

dunia, disebut . . . .

a. etnografi

b. etnologi

c. etimologi

d. rasinisme

e. rasiologi

21. Di bawah ini adalah wujud konkret

kebudayaan,

kecuali

. . . .

a. bahasa

b. perilaku

c. artefak

d. sistem gagasan

e. benda-benda budaya

22. Sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-

citakan, dan dianggap penting oleh

masyarakat, disebut . . . .

a. nilai

b. etos

c. persepsi

d. pengetahuan

e. pandangan hidup

85

Latihan Ulangan Kenaikan Kelas

23. Proses peralihan nilai-nilai budaya

melalui belajar, merupakan pengertian

dari . . . .

a. kebudayaan

b. peradaban

c. pewarisan budaya

d. integrasi kebudayaan

e. akulturasi kebudayaan

24. Hubungan antara kebudayaan dan

kepribadian adalah . . . .

a. kebudayaan merupakan wujud nyata

dari kepribadian

b. kepribadian melatarbelakangi

perkembangan kebudayaan

c. kebudayaan tidak ada hubungannya

dengan kepribadian

d. tanpa kepribadian yang mantap,

tidak akan lahir kebudayaan

e. kepribadian dan kebudayaan berasal

dari sumber yang berbeda

25. Hal yang diwariskan dalam keluarga

melalui proses sosialisasi adalah . . . .

a. anak diperkenalkan pada status

dirinya dan status orang lain dalam

keluarga

b. anak diperkenalkan pada sejumlah

aturan yang berkaitan dengan

hubungan antaranggota keluarga

c. dalam keluarga diwariskan sistem

perkawinan kekerabatan yang

berlaku dalam kelompok masyarakat

d. anak diperkenalkan dapat ber-

komunikasi dengan keluarga sendiri

dan keluarga yang lain

e. pendidikan agama dan etika juga

didasari oleh pendidikan keluarga

26. Masuk dan diterimanya orang-orang

keturunan Cina di Indonesia hingga

menyebabkan hilangnya kehidupan khas

mereka merupakan salah satu contoh

. . . .

a. akulturasi

b. penetrasi

c. invasi

d. asimilasi

e. milenarisme

27. Kemampuan manusia untuk memahami

rahasia-rahasia alam dan mengaplikasi-

kannya dalam berbagai kegiatan manusia

merupakan pengertian . . . .

a. modernisasi

b. akomodasi

c.

westernisasi

d. evolusi budaya

e. revolusi budaya

28. Dikatakan oleh Koentjaraningrat bahwa

pada multikultural etnis akan ditemukan

unsur yang bersifat . . . .

a. organisatoris dan situasional

b. dinamik dan situasional

c. dinamik dan fungsionalis

d. organisatoris dan dinamik

e. situasional

29. Unsur yang tidak dinamik adalah . . . .

a. ras

b. suku bangsa

c. bahasa

d. agama

e. adat istiadat

30. Sebelum dipersatukan oleh Josep Broz

Tito, suku bangsa yang dipengaruhi oleh

Turki adalah . . . .

a. Slovenia

b. Albania

c. Kroasia

d. Serbia Utara

e. Bosnia

31. Hal yang dapat menjadikan pendorong

bagi integrasi nasional adalah . . . .

a. negara multietnis yang tidak me-

miliki sejarah nasional yang panjang

b. adanya sejarah pertentangan etnis

yang kejam

c. tidak adanya diskriminasi

d. tidak adanya toleransi beragama

e. tidak adanya persatuan nasional

32. Salah satu contoh identitas nasional

adalah . . . .

a. bendera bangsa lain

b. bahasa nasional

c. kantor menteri

d. suku bangsa

e. pabrik

86

ANTROPOLOGI Kelas XI

33. Respons masyarakat desa dan masyarakat

kota terhadap perubahan budaya adalah

. . . .

a. pola kehidupan kota telah ditata

secara baik

b. telah dirasakan manfaatnya secara

menyeluruh

c. perekonomiannya diserahkan pada

pasar

d. perekonomiannya diserahkan pada

koperasi

e. secara bertahap terjadi proses per-

geseran gerakan sosial di segala

bidang

34. Makna dari kepribadian yang selaras

dengan lingkungan fisik adalah . . . .

a. selaras dengan nilai yang dianut

b. mampu mempertahankan tradisi

leluhur

c. sesuai dengan alam di mana masya-

rakat itu hidup

d. mampu menangkal segala unsur

yang datang dari luar

e. cocok dengan perkembangan di era

global

35. Sikap

vested interest

dapat menghambat

pembangunan. Apakah yang dimaksud

dengan

vested interest

?

a. Sikap mental masyarakat tradisional.

b. Prasangka buruk terhadap sesuatu

yang baru.

c. Adanya rasa takut akan terjadinya

kegoyahan budaya.

d. Adanya hambatan yang bersifat

ideologis.

e. Adanya kepentingan-kepentingan

yang telah tertanam kuat sekali.

B.

Jawablah pertanyaan dengan tepat!

1. Jelaskan macam-macam seni verbal!

2. Jelaskan cara-cara pewarisan kebudayaan

pada masyarakat modern!

3. Sebutkan faktor-faktor penghambat

integrasi nasional!

4. Negara-negara mana saja yang meng-

gunakan bahasa Austronesia?

5. Apakah yang dimaksud dengan evolusi

kebudayaan?

6. Jelaskan pengertian akulturasi kebudaya-

an menurut Koentjaraningrat!

7. Berikan contoh terjadinya sinkretisme

kebudayaan!

8. Apakah yang dimaksud dengan diver-

sitas kebudayaan?

9. Tunjukkan bentuk-bentuk kepedulian

kita terhadap bahasa!

10. Berikan salah satu contoh terjadinya

akulturasi kebudayaan!

87

Indeks

A

A. Davis, 4

A. Hoebel, 4

A.L. Kroiber, 5

Action, 4

Adaptasi fisik, 39

Adisi, 41, 42, 43

Akulturasi, 29, 41, 46, 53, 54

Alam antara, 8

Alam atas, 8

Alam bawah, 8

Arupadhatu, 7

Asimilasi, 29, 37, 43, 46, 53, 54

Asosiasi, 31

B

Bahasa lisan, 30

Bahasa nasional, 47

Bahasa tulis, 30

Barter, 39

Basa walikan, 74

Batik, 7, 9, 11, 14, 24

Behavior, 4

Berburu dan meramu, 32

Bidal, 9

Budaya nasional, 3, 10, 11, 13, 14, 24

Buddhayah, 4, 29

Buddhi , 4

C

C.C Wisler, 4

C. Kluckhohn, 4, 30

Cangkriman, 9

Cerita Ramayana, 39

Cina peranakan, 17

Cina totok, 17

Cipta, 29

Colere, 29

Covert culture, 5

Cultural universals, 30

Culture, 29

D

Dekulturasi, 42, 43

Diffusion, 39

Difusi, 29, 37, 38, 39, 40, 41, 53, 38, 40, 54

Dinamika Kebudayaan, 27, 29, 36, 37, 46, 53, 54

Directional process, 38

Discovery, 44

Diskriminasi gender, 48

Divergensif, 63

Diversitas, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25

E

E.B. Tylor, 4

Empati, 21

Enkulturasi, 29, 44, 45, 54

Ethnometodology, 5

Evolusi, 29, 37, 38, 44, 53, 54

F

Fasis, 47

Fauna, 30

Flash disk, 42

Floopy disk, 42

Flora, 30

Folklor, 8, 75

Folklor bukan lisan, 9

Folklor lisan, 9

Friksi, 17, 20, 21

G

Gaya Surakarta, 7

Gaya Yogyakarta, 7

Garabek, 41

Globalisasi, 6, 12, 13, 15, 24

Gorys Keraf, 34

H

H.A.K. Halliday, 34

Handphone, 42

Hari Poerwanto, 4

Heuristik, 34

88

ANTROPOLOGI Kelas XI

HIV Aids, 40

Historical particularism, 5

I

Identitas nasional, 47

Idiolek, 71

Ilmu gaib, 33

Imajinatif, 35

Imitasi, 36

Inovasi, 29, 37, 44, 53, 54

Instrumental, 33, 34

Integrasi, 27, 28, 29, 34, 46, 47, 48, 49, 50, 53, 54

Integrasi bangsa, 27, 29, 48, 50, 53, 54

Integrasi Nasional, 27, 29, 46, 47, 48, 49, 50

integrasi sosial, 28

Interaksi, 30, 34

Internalisasi, 29, 44, 45, 54

Invention, 44

J

James Danandjaja, 8

K

Kamadhatu, 7

Kapitalisme, 40

Karya, 29

Kebudayaan asing, 3

Kebudayaan lokal, 3

Kebudayaan nasional, 3

Kecemburuan sosial, 48

Kemplong, 7

Kepala suku, 50

Kepribadian nasional, 12

Kesusastraan suci, 33

Koentjaraningrat, 29, 38, 41, 43, 44, 45, 47

Komunitas sosial, 3

Komuniti keagamaan, 33

Konflik, 20

Kontrol sosial, 19

L

Larungan, 22

Learned behavior, 4

Legenda, 9

Lembaga agama, 22

Lembaga keluarga, 23

Lembaga pendidikan, 23

Lembaga sosial, 22

Levi Straouss, 5

Lington, 5

Lingua franca, 64

Linguistik, 62, 70, 77, 82

Lucman, 5

Logat, 9, 63, 68, 72, 81

M

Mahabarata, 39

Makroskopik, 37, 38

Malinowsq, 5

Migrasi, 38, 39, 41

Mikroskopik, 37

Mite, 9

Mitos, 8, 10

Monokultur, 17, 18

Motif kain, 7

Multiagama, 50

Multietnis, 48, 49

N

Nazi, 47

Nilai budaya lokal, 40

Nilai religius, 35

O

Ora ilok, 18

Orang Jogja, 19

Organisasi sosial, 29

Originasi, 42, 43

Overt culture, 5

P

Padepokan, 50

Pamali, 18, 19

Pemeo, 9

Penetration Pacifique, 39, 54

Pewarisan budaya, 27, 28, 50

Pewarisan Kebudayaan, 28, 29, 50, 51, 52, 53, 54

Pola tindakan, 3

Polikultur, 18

89

Indeks

R

Ras, 47, 48, 49, 50

Rasa, 29

Religi, 35

Representasi, 36

Rupadhatu, 7

S

Sabana tropikal, 39

Selamatan, 9

Sesaji, 33

Siklus hidup, 9

Simbol, 30

Sistem mata pencaharian, 29

Sistem pengetahuan, 29

Sistem peralatan hidup dan teknologi, 29

Sistem religi, 29

Solidaritas sosial, 35

Status, 48

Structuralism, 5

Structuralism functionalism, 5

Suku bangsa, 28

Sulastrin Sutrisno, 8

Suma Oriental, 66

Superioritas, 43

T

Takhayul, 9

Teori evolusi, 4

Toleransi, 21

Trade mark, 71

Tradisi lisan, 59, 61, 75, 76, 77, 79, 80, 81

Tradisi masyarakat, 40

U

Usman Pelly, 11

V

Van Vollenhoven, 16

VCD, 51

Volkslectuur, 66

W

Wayang, 9, 15, 25

90

ANTROPOLOGI Kelas XI

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006,

Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar Mata Pelajaran Antropologi untuk SMA/MA

, Jakarta.

Badcock, Christopher R., 1975

, Structuralism and Social Theory, London

,

Hutchinson.

Callary, Edward, 1996, ”

Dialectology

” dalam

Encyclopedia of

Cultural

Anthropology,

NewYork, Henry Holt and Company.

Chaer, Abdullah, 2003,

Linguistik Umum

, Jakarta, Rineka Cipta.

Djaja, Wahjudi, 1996,

”Bahasa dan Nasionalisme: Peran Bahasa Melayu dalam

Perjalanan Keindonesiaan 1908–1945”

, Skripsi SI FS UGM.

Duija, I Nengah, 2003, ”

Kriteria Estetika Seni Pertunjukan Topeng Pajegan

” dalam

Tali Rasa,

Jakarta, UI.

H.A.K., Halliday, 1994,

Bahasa, Konteks, dan Teks,

Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Haviland, William A., 1985,

Anthropology 4th Edition

(terjemahan),

Antropologi

Edisi ke empat,

1995, Yogyakarta, Penerbit Erlangga.

KBBI, 2001

, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta, Balai Pustaka.

Keraf, Gorys, 1984,

Komposisi

, Flores, Nusa Indah.

Koentjaraningrat, 1985,

Beberapa Pokok Antropologi Sosial

, Jakarta, Dian Rakyat.

–––––, 1985,

Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan,

Jakarta, PT Gramedia.

–––––, 1986

, Pengantar Ilmu Antropologi,

Jakarta, Aksara Baru.

–––––, 1990,

Sejarah Teori Antroplogi

, Jakarta, UI Press.

–––––, 1993,

Masyarakat Terasing di Indonesia

, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama

–––––, 2005,

Pengantar Antropologi I

, Jakarta, PT Rineka Cipta.

Levi Strauss, Claude, 1969,

Elementary Structures of Kinship

, London.

M. Ramlan dkk, 1992,

Bahasa Indonesia Yang Salah dan Yang Benar

, Yogyakarta,

Andi Offset.

Pelly, Usman, 1994,

Teori-teori Sosial Budaya

, Jakarta, Depdikbud.

Poerwanto, Hari, 2000,

Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi,

Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Schegloff & Sacles, dalam

Pengajaran Wacana

, Bandung, Angkasa.

Shahrin Abdullah, 1971,

Cheramah Bahasa dan Sastra

, Kelantan, Pustaka Aman

Press.

Suastika, I Made, 2003, ”Cerita Panji dalam Tradisional Bali, Analisis Proses Pem-

bali-an” dalam

Tali Rasa,

Jakarta, UI.

Suryadi, 2003, ”

Wanita Minangkabau dalam Dunia Kesenian

, Sebuah Tinjauan

Sosial Budaya” dalam

Tali Rasa,

Jakarta, UI.

Tarigan, 1987,

Pengajaran Wacana

, Bandung, Angkasa.

Van Baal, 1987

, Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hingga dekade

1970),

Jakarta, PT Gramedia.

Wahjono, Parwatri, 2003,

Tali Rasa,

Jak

arta, UI.

http://www.let.leidenuniv.nl/aapp/bairdPentingnyaBD.html,

15 Oktober 2006

http://id.wikipedia.org/wiki/Dialek,

15 Oktober 2006

www.insistnet.com,

29 Oktober 2006

www.ui.ac.id

, 30 Oktober 2006