Halaman
39
Membuat Peta
Saya akan praktik membuat peta
sekolah berdasarkan hasil pengukuran.
Saya telah mengetahui bagaimana
prinsip dan dasar pemetaan. Agar lebih
lengkap pengetahuan peta yang saya
miliki, saya ingin praktik membuat peta.
Oleh karena itu, saya akan belajar
bagaimana membuat peta.
Saya akan memahami metode peng-
ukuran jarak dalam pemetaan.
Saya akan memahami metode peng-
ukuran sudut arah dalam pemetaan.
Akhirnya, saya memahami dan mampu
membuat peta. Kelak ilmu ini sangat
berguna bagiku dalam menjalani
kehidupan terutama yang berkaitan
dengan masalah keruangan.
40
GEOGRAFI Kelas XII
Lihatlah gambar di atas! Slogan yang dituliskan mengingatkan
betapa pentingnya sebuah peta, tidak hanya dalam pembelajaran
geografi, namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan peta,
kita bisa mencari tempat-tempat yang belum diketahui. Dengan
peta pula, kita dapat mengenal lebih dekat suatu wilayah hingga
kita bisa menemukan potensi yang bisa dikembangkan. Menarik
bukan? Ya, semua itu hanya dengan bekal peta. Lalu, bagaimana
jika suatu wilayah belum dipetakan? Hal ini menjadi tantanganmu
untuk membuatnya.
Sumber:
www.bakosurtanal.go.id
Melalui peta, kita bisa menemukan potensi wilayah.
41
Membuat Peta
Suatu peta dapat dibuat dari hasil pengukuran langsung. Mengapa
peta dibuat dengan suatu pengukuran? Ya, karena peta merupakan
gambaran konvensional permukaan Bumi yang diperkecil dengan skala
tertentu dan digambarkan dalam bidang datar. Oleh karenanya,
pembuatan peta memerlukan pengukuran agar letak dan ukuran
mewakili ukuran sebenarnya. Jika peta dapat dibuat dengan
pengukuran, bagaimana pengukuran tersebut dilakukan?
A. Prinsip Pengukuran dalam Pemetaan
Tentunya kamu pernah melakukan pengukuran, walaupun yang
kamu lakukan merupakan pengukuran sederhana. Kamu pernah
mengukur panjang dan lebar suatu bidang dengan penggaris bukan?
Seperti itulah prinsip pengukuran untuk pemetaan, yaitu mengukur
suatu bidang atau area di permukaan Bumi dengan alat ukur. Tentu
saja tidak mungkin kamu mengukur bidang di permukaan Bumi hanya
dengan penggaris. Menurutmu, peralatan apa sajakah yang dapat
digunakan untuk melakukan pengukuran di permukaan Bumi?
Suatu peta bisa bersumber dari interpretasi citra penginderaan jauh
atau berdasarkan pengukuran langsung. Melalui pengukuran secara
langsung, dikumpulkan data jarak, arah, dan sudut. Hasil pengukuran pa-
rameter ini dikoreksi agar diperoleh hasil yang akurat. Selain itu, agar hasil
pengukuran bisa disajikan dalam sebuah peta diperlukan skala untuk
menggambarkannya.
Sumber:
Elemen Fotogrametri,
halaman 4
Pembuatan peta zaman dahulu menggunakan met
ode pengukuran
langsung. Alat yang digunakan pada waktu itu adalah meteran untuk me-
ngetahui jarak dan kompas untuk mengetahui arah. Metode ini masih dapat
kita gunakan tetapi untuk wilayah yang sempit.
jarak, arah, sudut, azimuth,
bearing, skala, koreksi
Sumber:
Dokumen Penulis
42
GEOGRAFI Kelas XII
Secara keseluruhan, pembuatan peta dengan pengukuran melalui
beberapa tahap yang harus dilalui, yaitu:
1. Kerja Lapangan
Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan meliputi observasi,
pengukuran, serta pencatatan data dari pengukuran. Pada
prinsipnya, kegiatan di tahap ini dapat dilakukan dengan alat-
alat mulai dari yang paling sederhana, seperti kayu ukur, rol meter,
kompas, hingga alat-alat yang lebih canggih seperti penyipat datar,
theodolit, dan sebagainya.
2. Pengelolaan Data Hasil Pengukuran
Pada tahap ini dilakukan penghitungan, pengolahan, dan koreksi
data guna menentukan posisi (koordinat) setiap titik hasil
pengukuran dari wilayah yang dipetakan. Pada tahap ini perlu
dilakukan koreksi karena bisa saja terjadi kesalahan dalam peng-
ukuran. Baik dari
human error
(kesalahan petugas pengukuran)
maupun kesalahan yang bersumber dari alat.
3. Penyajian Peta
Pada tahap ini dilakukan pembuatan peta dengan menggambar
data sesuai dengan hasil pengukuran jarak maupun posisinya
dalam peta.
Di dalam pemetaan, pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur sederhana disebut dengan istilah pengukuran
secara langsung. Hasil pengukuran ini dapat diketahui pada saat itu
juga. Dua unsur penting yang harus diukur di lapangan, yaitu jarak
antara dua titik dan sudut arah. Bagaimana mengukur kedua unsur
penting tersebut?
B. Pengukuran Jarak
Berapakah luas halaman sekolahmu? Untuk mengetahuinya tentu
kamu harus mengetahui panjang dan lebarnya terlebih dahulu.
Cobalah melakukan pengukuran secara berkelompok. Kamu cukup
memerlukan meteran gulung dan tongkat sebagai penanda untuk
melakukan kegiatan ini.
Apabila jarak antara dua titik yang akan diukur lebih panjang dari
alat ukurnya, maka ada dua tahapan, yaitu pelurusan pembanjaran
dan pengukuran. Pengukuran dapat dilakukan setelah pembanjaran
dilakukan.
Jika wilayah yang akan dipetakan sangat luas, metode pengukuran
langsung menjadi tidak efektif. Selain melelahkan, metode pengukuran
langsung akan memakan waktu yang lama. Beruntunglah kini ada alat ukur
yang disebut
theodolit
. Dengan alat ini, jarak dua titik dan sudut arahnya
dapat diketahui dengan cepat. Kamu akan menggunakan alat ini jika kelak
melanjutkan studi di Fakultas Geografi atau Teknik Geodesi.
43
Membuat Peta
1. Pembanjaran
Dalam pembanjaran paling tidak diperlukan sedikitnya empat
buah yalon dan beberapa buah patok. Yalon dapat dibuat dari kayu
ataupun logam dengan ukuran panjang 2–3 meter yang dicat merah
berselang putih atau putih berselang hitam. Pembanjaran dilakukan
oleh dua orang, seorang membidik, sementara itu satu orang lagi
menancapkan yalon sesuai dengan komando si pembidik. Agar kamu
lebih jelas, perhatikan gambar berikut.
Keterangan:
Y3 dan Y4 adalah yalon tambahan sesuai dengan jangkauan meteran.
Pada saat pembanjaran dilakukan, sering terjadi beberapa ham-
batan seperti adanya bangunan yang menghalangi pengukuran, seperti
rumah dan lain-lain. Agar kamu lebih jelas, perhatikan contoh gambar
berikut.
Guna mengukur garis AB yang terhalang rintangan, dilakukan
pengukuran secara bertahap. Untuk membuat garis lurus AB
diperlukan garis pertolongan XY yang sejajar. Selanjutnya, ditentukan
titik P dan Q di antara XY dengan syarat sudut AXP = sudut BYQ =
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 2.2
Pembanjaran dengan rintangan.
J(
>*
(
7
>
7
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 2.1
Pembanjaran tanpa rintangan.
*
7
*
&
*
5
*
:
(.,,
44
GEOGRAFI Kelas XII
90°. Pembuatan sudut siku-siku ini dilakukan dengan cara
memperpanjang garis AX dan BY. Dari titik X dan Y masing-masing
ditentukan dua titik yang sama panjang ke arah kanan dan kiri. Dari
kedua titik ini pula dibuat dua buah busur yang berpotongan di titik
P dan Q. Apabila XPQ dan PQY lurus, berarti posisi titik X dan Y
sudah benar.
Hambatan lain dapat ditemukan ketika pembanjaran dilakukan,
yaitu kondisi lapangan yang bergelombang. Seperti berbatasan dengan
tebing yang curam atau dengan dua tembok yang tinggi. Dalam kondisi
seperti ini tidak mungkin pembidik membidik di balik yalon yang
ditancapkan pada batas areal yang diukur. Bagaimana melakukannya?
Ya, pekerjaan ini dapat dilakukan secara bertahap. Agar kamu
mengetahui lebih jelas bagaimana pembelajaran dilakukan, perhatikan
gambar berikut dan penjelasannya.
Tahap awal dilakukan dengan menancapkan yalon di atas titik A
dan B. Kemudian menancapkan dua buah yalon lain sebagai yalon
bantu (P dan Q) dan yalon gerak (P
1
, P
2
, dan Q
1
, Q
2
). Pekerjaan bisa
dimulai dengan menancapkan yalon Q di antara AB. Dalam
menancapkan yalon Q petugas harus dapat melihat dengan jelas yalon
A. Petugas membidik dari belakang yalon Q ke arah yalon A, sementara
petugas yang lain menancapkan yalon B di antara dan segaris dengan
AQ (sesuai dengan perintah si pembidik).
Selanjutnya, petugas di titik P membidik ke arah titik B dan
mengamati apakah yalon Q sudah satu garis lurus dengan PB. Jika
(
(
7
(
:
>
7
>
:
>
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 2.4
Patok dalam pembanjaran gambar 2.3
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 2.3
Pembanjaran pada medan bergelombang.
45
Membuat Peta
belum, petugas lain harus memindahkan yalon Q ke posisi yang lurus
dengan garis PQ sesuai dengan perintah pembidik. Langkah ini
diulangi lagi hingga diperoleh hasil PQB satu garis lurus, demikian
juga QPA juga satu garis lurus. Keadaan ini menunjukkan bahwa APQB
sudah terletak pada satu garis lurus. Jika jarak AP, PQ, dan QB tidak
terjangkau oleh alat ukur yang ada, maka perlu dilakukan pembanjaran
lagi.
2. Pengukuran
Pengukuran dengan peralatan canggih kini banyak dilakukan.
Namun demikian, hal tersebut tidak langsung membuat peralatan kuno
tidak difungsikan lagi. Dengan beberapa pertimbangan, peralatan kuno
ini masih digunakan, seperti areal yang sempit, datar, dan mudah
karena lebih praktis dan efisien. Demi keakuratan peta, beberapa teknik
pengukuran harus diterapkan.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengukuran, yaitu:
a. Menentukan terlebih dahulu batas-batas areal yang akan diukur.
b. Pemilihan satu atau lebih garis ukur yang akan digunakan sebagai
patokan pengukuran terhadap titik-titik yang lain. Garis ini akan
memberikan kemudahan dalam pengukuran.
c. Letak garis ukur harus dekat dengan kenampakan-kenampakan yang
akan diukur dan tidak menimbulkan
offset
yang panjang.
d. Membuat sketsa yang jelas sebelum melakukan. Hal ini akan membantu
dan memudahkan pekerjaan.
Informasi di atas memberikan gambaran langkah-langkah teknis
yang ditempuh sebelum melaksanakan pengukuran. Langkah-langkah
teknis pengukuran bisa berbeda-beda tergantung bagaimana kondisi
wilayah yang diukur, ada wilayah dengan bentuk teratur, ada pula
wilayah dengan batas yang kompleks.
a. Wilayah dengan Batas yang Teratur dan Sederhana
Contoh pengukuran pada wilayah dengan batas
yang teratur dan sederhana dapat kamu cermati pada
gambar di samping.
Apabila wilayah yang akan diukur seperti pada
gambar, maka langkah tepat yang diambil, yaitu dengan
menarik garis AC. Dengan demikian, wilayah dibagi
menjadi dua wilayah segitiga. Langkah pertama
mengukur AC, selanjutnya mengukur jarak-jarak AD,
CD, dan AB.
Setelah pengukuran, pekerjaan selanjutnya
menggambarkan hasil pengukuran pada kertas.
Penggambaran pada kertas dimulai dengan me-
nentukan skala terlebih dahulu. Selanjutnya, penggambaran hasil
pengukuran dimulai dari garis ukur AC. Kemudian dengan
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 2.5
Pengukuran dengan batas yang teratur dan
sederhana.
46
GEOGRAFI Kelas XII
menggunakan jangka digambar busur-busur AD, CD, AB, dan BC.
Perpotongan antara busur AD dan CD merupakan titik D, sedang
perpotongan antara busur AB dan BC merupakan letak titik B.
Mudah bukan? Memang dalam penggambaran hasil pengukuran
ini, kamu diminta menerapkan ilmu matematikamu.
b. Wilayah dengan Batas yang Tidak Teratur
Contoh pengukuran pada wilayah dengan batas
yang tidak teratur seperti gambar di samping.
Pada wilayah seperti ini dibutuhkan pengukuran
yang lebih banyak, diperlukan beberapa garis ukur yang
digunakan sebagai patokan pengukuran terhadap
kenampakan batas areal. AB, BC, dan AC merupakan
garis ukur yang digunakan. Untuk memperoleh
ketelitian yang tinggi, pada batas wilayah yang tidak
teratur (berlekuk) ditarik garis
offset
, yaitu garis yang
tegak lurus terhadap garis ukur. Garis
offset
ini tidak
boleh terlalu panjang agar ketelitian tetap terjaga.
Jumlah garis
offset
yang harus diukur tergantung pada perbedaan
bentuk batas wilayah dan tingkat ketelitian yang diinginkan.
Penentuan
offset
yang akan diukur (a1, a2, a3, dan seterusnya)
berdasarkan perubahan lebar yang mempunyai perbedaan tajam.
Nah, apa yang kamu lakukan itu tahap awal dari
proses pembuatan peta. Bagaimana menggambarkan
halaman sekolahmu pada selembar kertas? Tentu saja
kamu tidak bisa menggambarkan dengan ukuran
sebenarnya. Oleh karena itu, kamu harus menentukan
skalanya terlebih dahulu. Sebagai contoh, panjang
halaman sekolahmu 47 meter dan lebarnya 26 meter.
Kamu dapat menentukan skala 1 : 200. Dengan skala
itu, berapa panjang dan lebar halaman sekolah yang
harus kamu gambar di kertasmu? Perbandingan hasil
pengukuran dengan skala merupakan hal yang penting
dalam pembuatan peta. Oleh karena itu harus ada
keterpaduan antara skala peta yang akan disajikan
dengan media yang digunakan untuk menggambar-
kannya.
C. Pengukuran Sudut Arah
Jika ditanya tentang letak sekolahmu, apa jawaban yang kamu
berikan? Boleh jadi kamu menjawab bahwa letak sekolahmu di sebelah
utara Kantor X, atau di sebelah barat Jalan Y, dan seterusnya. Mungkin
benar, tetapi lebih sering salah karena bisa jadi sebenarnya sekolahmu
berada di sebelah utara agak ke barat dari Kantor X dan tidak persis
berada di sebelah barat Jalan Y.
Untuk mengetahui arah sebenarnya, kamu memerlukan kompas.
Kompas berfungsi sebagai penunjuk arah dan sudut. Cermati gambar
2.8! Berapakah besar sudut pada berbagai arah yang ditunjukkan oleh
kompas tersebut?
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 2.7
Orang mengukur jarak antara A dan titik B
dengan meteran.
7
:
&
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 2.6
Pengukuran pada wilayah dengan batas
yang tidak teratur.
Sumber:
Earth Our Home, halaman 208
Gambar 2.8
Kompas
47
Membuat Peta
Arah utara mempunyai sudut 0°. Jika pengukuran diawali dari
arah utara, arah selatan mempunyai sudut 180°. Pernyataan arah yang
demikian disebut sebagai pernyataan sudut arah dengan
Azimuth
.
Dalam ilmu ukur tanah atau Handasah, dikenal dua cara untuk
menyatakan besarnya sudut arah, yaitu
Bearing
dan
Azimuth
.
Bagaimanakah perbedaan antara keduanya?
Lihat pernyataan sudut arah pada gambar 2.9!
Menurutmu, berapakah besar sudut arah Uc? Ya, mungkin kamu akan
menjawab bahwa besar sudut arah tersebut adalah 135° atau S 45° T
(Selatan 45° Timur). Kedua bentuk pernyataan tersebut tidak salah,
pernyataan sudut arah 135° merupakan pernyataan dalam bentuk
Azimuth
, sedangkan pernyataan S 45° T merupakan pernyataan dalam
bentuk
Bearing
. Perhatikan gambar 2.10, manakah gambar yang
merupakan pernyataan sudut dengan
Azimuth
, dan mana yang berupa
pernyataan
Bearing
.
Kamu telah mampu membedakan kedua pernyataan sudut arah
tersebut. Berikan kesimpulanmu mengenai perbedaan kedua hal
tersebut, jangan lupa diskusikan dengan guru dan teman-temanmu.
Pernyataan
Bearing
, merupakan sudut arah yang diukur dari utara
atau selatan magnet Bumi ke titik lain searah atau berlawanan arah
jarum jam dengan sudut maksimum 90°. Untuk menunjukkan awal
dan arah pengukuran, di depan angka harus ditulis S (dari selatan)
atau U (utara) serta di belakang angka diikuti huruf T (timur) atau B
(barat).
Pernyataan
Azimuth
, merupakan besarnya sudut arah yang diukur
dari utara magnet Bumi ke titik yang lain searah putaran jarum jam.
Dengan demikian, pengukuran dengan metode
Azimuth
mempunyai
kisaran 0°–360°.
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 2.9
Pernyataan sudut arah.
+
=
7&6
56
Sumber:
Dokumen Penulis
Gambar 2.10
Berbagai macam pernyataan sudut arah.
+
=
'"
)
+
=
&"
'"
56
<"
)
Contoh 1:
Besarnya sudut arah:
Uoa = U 60° T (pengukuran diawali dari arah utara, menuju ke
arah timur 60°)
Soc = S 45° T (pengukuran diawali dari arah selatan, menuju ke
arah timur 45°)
Sod = S 80° B (pengukuran diawali dari arah selatan menuju ke
arah barat 80°)
Uof = U 30° B (pengukuran diawali dari arah utara menuju ke
arah barat 30°)
Contoh 2:
sudut Uoa = 60°
sudut Uoc = 135°
sudut Uod = 260°
sudut Uof = 330°
48
GEOGRAFI Kelas XII
1. Kamu telah memahami bagaimana membaca dan mengukur arah
dengan metode
Bearing
. Mari berlatih dengan soal di bawah ini.
a. Berapakah sudut arah
1) UOx
2) SOy
3) SOz
4) SOi
b. Gambarkanlah pernyataan sudut di
bawah ini dalam sketsa kompas, untuk
menggambarkan sudut, gunakanlah
busur.
1) U 45° T
2) S 80° T
3) S 32° B
4) U 10° B
2. Kamu juga telah memahami bagaimana membaca dan mengukur sudut
arah dengan metode
Azimuth
. Mari berlatih dengan soal di bawah ini.
a. Berapakah sudut arah (gunakanlah busur)
1) sudut Uoa
2) sudut Soc
3) sudut Sod
4) sudut Uof
b. Gambarkanlah pernyataan sudut di
bawah ini dalam sketsa kompas, untuk
menggambarkan sudut gunakanlah
busur.
1) 45°
2) 61°
3) 33°
4) 12°
+
,
?
)
+
+
=
)
+
Jika kamu akan membuat peta tanpa pengukuran langsung, kamu
memerlukan peta dasar. Kamu pernah mempelajari berbagai jenis peta
termasuk peta dasar. Peta umum dapat disebut juga sebagai peta dasar.
Nah, dari peta-peta tersebut dapat dibuat menjadi peta tematik. Apakah
perbedaan dari peta-peta tersebut?
Peta umum merupakan peta yang memuat kenampakan secara
umum, baik kenampakan asli maupun buatan. Contoh-contoh peta
umum antara lain peta topografi, peta administrasi, dan sebagainya.
Apabila dari peta umum tersebut kamu buat lagi menjadi peta dengan
tema tertentu, maka peta umum tersebut dapat disebut sebagai peta
dasar. Langkah yang biasa dilakukan dalam penggunaan peta dasar
49
Membuat Peta
adalah memperbesar atau memperkecil peta. Nah, hal ini pernah kamu
lakukan pada waktu SMP, menggunakan metode grid. Pembesaran dan
pengecilan peta dapat juga kamu lakukan dengan fotokopi atau dengan
alat pantograf.
Adapun peta dengan tema tertentu yang dibuat berdasarkan peta
dasar, dapat disebut sebagai peta tematik. Ada banyak sekali contoh-
contoh peta tematik, seperti peta geologi yang menggambarkan kondisi
kulit Bumi maupun kondisi di dalam Bumi. Pada peta geologi terdapat
informasi mengenai jalur-jalur gunung api, kondisi perlapisan batu-
an, garis-garis patahan kulit Bumi, dan sebagainya. Contoh peta tematik
yang lain seperti peta persebaran penduduk, peta iklim, peta tanah,
peta pariwisata, dan masih banyak lagi. Informasi yang ada pada peta
tematik sangat mendukung tentang tema apa yang dipetakan. Seperti
peta iklim sering disertai dengan informasi unsur-unsur iklim seperti
suhu udara dan arah angin. Begitu juga dengan peta pariwisata yang
memuat informasi persebaran objek wisata juga fasilitas pelengkapnya,
seperti hotel, bandara, stasiun,
money changer
, dan lain-lain. Berbagai
macam kondisi di sekolahmu pun dapat disajikan dengan peta tematik.
Tetapi yang harus kamu ingat dalam pembuatan peta adalah
persyaratan bagaimana peta yang baik.
Syarat-syarat peta yang baik antara lain adanya kelengkapan
komponen-komponen peta seperti judul, skala, legenda, penunjuk
arah, simbol, proyeksi, gambar, koordinat peta, serta tahun pembuatan.
Semakin lengkap komponen-komponen tersebut pada suatu peta, akan
sangat membantu dalam menggali informasi dari peta. Namun, dalam
pembuatan peta kamu juga harus memerhatikan penggunaan
komponen dan komposisi peta. Hal itu akan kita bahas nanti.
D.
Kesalahan dan Koreksi Hasil
Pengukuran
Di dalam suatu pengukuran, hampir tidak ada satu metode ataupun
alat yang dapat memberikan hasil yang pasti benar. Artinya, setiap
pengukuran selalu ada kesalahannya. Hal yang perlu diperhatikan
adalah bagaimana agar besar kesalahan dapat diterima. Nah, oleh ka-
rena itulah diperlukan koreksi untuk memperkecil kesalahan tersebut.
Kesalahan dalam suatu pengukuran dapat terjadi karena beberapa
sebab, yaitu:
1. Kesalahan Alami
(Natural Error)
Kesalahan seperti ini bisa terjadi karena pengaruh gangguan alami
seperti angin, suhu yang tinggi, serta gaya berat.
2. Kesalahan Alat
(Instrumental Error)
Kesalahan ini terjadi antara lain karena perbedaan panjang alat
dari dua alat ukur dengan seri atau buatan pabrik yang berbeda.
3. Kesalahan Petugas Pengukur
Kesalahan ini bisa terjadi karena petugas kurang cermat dalam
memasang dan membaca alat.
Adanya kesalahan seperti yang bersumber dari ketiga sumber di
atas dapat menyebabkan terjadinya kesalahan merambat maupun
kesalahan kumulatif yang mungkin masih bisa dikoreksi. Ada juga
yang tidak bisa dikoreksi. Beberapa kesalahan tersebut bisa dikoreksi
dengan langkah-langkah berikut.
50
GEOGRAFI Kelas XII
Misalnya panjang suatu pita ukur = 50 m, sedangkan diketahui
ukuran standar panjang pita ukur = 50,02 m. Sehingga faktor
koreksi C
1
= (50,02 –50)/50 = 0,0004 m. Jadi, jarak antara dua
titik diukur dengan pita ukur sebesar = 225 m, maka jarak
sebenarnya = 225 + 0,0004 (225) = 225,09 m.
2. Alat Ukur yang Tidak Horizontal
Pada saat pengukuran jarak, sering jarak yang diukur cukup jauh,
hingga alat ukur tidak cukup untuk mengukurnya. Pengukuran
pun dilakukan secara bertahap. Akibatnya, kesalahan yang bersifat
merambat bisa terjadi, yaitu jarak yang terukur lebih panjang dari
jarak sebenarnya. Kesalahan seperti ini bisa diperkecil dengan
menggunakan
hand level
atau
waterpass
.
3. Interpolasi Angka
Koreksi dengan cara ini dilakukan jika pengukuran menggunakan
alat ukur dengan garis skala besar. Misalnya, tiap 50 cm ada satu
garis skala. Guna memperkecil kesalahan ini, disarankan
menggunakan alat ukur tambahan seperti penggaris dengan skala
yang lebih terperinci khusus pada akhir pengukuran saja.
4. Kesalahan Menghitung
Pengukuran dalam pemetaan sering dilakukan secara bertahap
menggunakan alat ukur sederhana (rol meter atau kayu ukur).
Kondisi ini memungkinkan petugas lupa sudah berapa kali alat
ukurnya digunakan. Nah, kesalahan semacam ini termasuk
kesalahan yang bersifat eksidental, artinya jika kesalahan seperti
ini terjadi, maka harus dilakukan pengukuran ulang. Upaya yang
bisa dilakukan untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan
terjadinya kesalahan ini dapat dilakukan dengan memberi tanda
yang berbeda pada sepasang alat ukur yang digunakan.
5. Koreksi Sudut
Kesalahan dalam pengukuran sudut dapat terjadi karena kekurang-
tepatan dalam membidik arah yang benar dan ketidaktelitian alat.
Kesalahan bisa dideteksi apabila selisih pengukuran sudut datang
dan sudut pulang sebesar 180°.
Contoh:
Sudut datang (X ke Y) = 106°
Sudut pulang (Y ke X) = 289°
Selisih = 289° – 106° = 183°, lebih 3° dari 180°.
Kelebihan 3° dibagi 2 menjadi 1°30'. Koreksi dilakukan dengan
menambah 1°30' pada sudut datang dan mengurangi 1°30' untuk
sudut pulang.
1. Kesalahan Panjang Alat Ukur
Kesadaran ini terjadi akibat alat ukur yang berbeda dengan
alat ukur standar. Akibatnya, kesalahan yang timbul bersifat
merambat dalam suatu pengukuran juga perhitungannya. Untuk
menghilangkan kesalahan tersebut, panjang alat perlu dikoreksi
dengan rumus berikut.
T = L +
′
′
−
L = L + C
1
L
Keterangan:
T = panjang sebenarnya
L = panjang terukur
L' = panjang alat ukur
C
1
= faktor koreksi
51
Membuat Peta
=
.
a
. Tujuan:
Membuat peta lingkungan sekolah.
b. Alat dan Bahan:
1) Meteran.
2) Kompas.
3) Tongkat (yalon).
4) Kertas.
5) Lingkungan sekolah.
c. Langkah Kerja:
1) Tancapkan tongkat di setiap sudut
pagar sekolahmu kemudian tandai
dengan huruf, misalnya seperti
gambar di samping.
2) Ukurlah jarak A ke B dengan me-
rentangkan meteran. Catat hasil-
nya.
3) Dengan mengimpitkan kompas ke
tongkat dan meteran, hitunglah
besar sudut (dengan metode
Azi-
muth
) dari A ke B. Dengan cara
yang sama, hitunglah juga besar
sudut dari B ke A. Lakukan ter-
hadap titik lain dengan ketentuan
di bawah ini.
Sudut A : pengukuran dari titik A
ke titik B
Sudut a : pengukuran dari titik B ke titik A
Sudut B : pengukuran dari titik B ke titik C
Sudut b : pengukuran dari titik C ke titik B
Sudut C : pengukuran dari titik C ke titik D
Sudut c : pengukuran dari titik D ke titik C
Sudut D : pengukuran dari titik D ke titik E
Sudut d : pengukuran dari titik E ke titik D
Sudut E : pengukuran dari titik E ke titik A
Sudut e : pengukuran dari titik A ke titik E
4) Masukkan tabel pengukuranmu pada tabel seperti di bawah ini.
Sudut Titik
Jarak (m)
Arah Azimuth
AA ke B
100
106°
a
B ke A
289°
BB ke C
. . . .
. . . .
b
C ke B
. . . .
CC ke D
. . . .
. . . .
c
D ke C
. . . .
DD ke E
. . . .
. . . .
d
E ke D
. . . .
EE ke A
. . . .
. . . .
e
A ke E
. . . .
52
GEOGRAFI Kelas XII
5) Dengan busur derajat, gambarlah
peta berdasarkan tabel yang kamu
buat. Gunakan skala 1 : 1.000 untuk
menggambarnya. Boleh jadi gambar
yang kamu hasilkan tidak klop
antara garis yang satu dengan yang
lain seperti ditunjukkan gambar di
samping. Ini dapat terjadi akibat
salah dalam pengukuran sudut.
Kesalahan ini dapat diatasi dengan melakukan koreksi. Koreksi
dilakukan dengan menghitung selisih antara sudut datang (A ke
B) dan sudut pulang (B ke A). Jika pengukuran benar selisihnya
180°.
Contoh:
Sudut datang (A ke B) =
106°
selisih 183°, berarti kelebihan 3°
Sudut pulang (B ke A) = 289°
Kelebihan 3° dibagi 2 menjadi 1°30'. Koreksi dilakukan dengan
menambah 1°30' pada sudut datang dan mengurangi 1°30' untuk
sudut pulang.
Tabel hasil koreksi pengukuran
Sudut Titik Jarak Arah
Selisih Koreksi
Arah
ke
(m) Azimuth
Sudut Sebenarnya
AA ke B
100
106°
183 3°
+1°30'
107°30'
a
B ke A
289°
–1°30'
287°30'
BB ke C
. . . .
. . . .
. . . . . . . .
. . . .
. . . .
b
C ke B
. . . .
. . . .
. . . .
CC ke D
. . . .
. . . .
. . . . . . . .
. . . .
. . . .
c
D ke C
. . . .
. . . .
. . . .
DD ke E
. . . .
. . . .
. . . . . . . .
. . . .
. . . .
d
E ke D
. . . .
. . . .
. . . .
EE ke A
. . . .
. . . .
. . . . . . . .
. . . .
. . . .
e
A ke E
. . . .
. . . .
. . . .
Nah, dari tabel hasil koreksi di atas, gambarkan kembali hasil
pengukuran ini dengan skala 1 : 1.000.
Pengukuran seperti itu dapat kamu ibaratkan sebagai pengukuran
batas terluar sekolahmu. Dengan menggunakan metode pengukuran
dan koreksi tersebut lengkapilah peta sekolahmu dengan melakukan
pengukuran bagian-bagian ruangan yang ada di sekolahmu, seperti
ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan pagar sekolah.
Lakukanlah juga pengukuran jalan-jalan di sekitar sekolahmu. Sajikan
hasil pengukuran pada sebuah peta lengkap dengan komponen-
komponen peta, seperti contoh berikut ini.
53
Membuat Peta
Pembuatan peta pada saat ini semakin mudah dilakukan karena
peralatannya semakin canggih. Namun, pengukuran dengan alat-alat
sederhana tetap diperlukan. Nah, salin dan isilah rangkuman berikut pada
buku catatanmu agar kamu lebih mudah belajar tentang bagaimana
membuat peta!
A. Prinsip Pengukuran dalam Pemetaan
Pembuatan peta dengan pengukuran melalui beberapa tahap yang
harus dilalui, yaitu:
1. . . . .
2. Pengelolaan data hasil pengukuran.
3. . . . .
B. Pengukuran Jarak
Tahap pengukuran jarak dalam pemetaan melalui dua tahap, yaitu:
1. . . . .
2. . . . .
C. Pengukuran Sudut Arah
Pengukuran sudut arah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:
1. . . . .
Sudut arah diukur dari utara magnet Bumi ke titik lain searah
putaran jarum jam.
2. . . . .
Sudut arah diukur dari utara atau selatan magnet Bumi ke titik lain
searah atau berlawanan arah jarum jam dengan sudut maksimum
90°.
D. Kesalahan dan Koreksi Hasil Pengukuran
1. Kesalahan dalam suatu pengukuran dapat terjadi karena beberapa
sebab, yaitu:
a. Kesalahan alami
b. . . . .
c. . . . .
6 6439663
2&
$0$1###
466"
. -
.
./ -
.
.//:
.
./
.//
.
.
.
.//
.
U
&
&
&!
$
$
$!
%
%
%!
C12 3 4,
C1 3 42
54
GEOGRAFI Kelas XII
2. Beberapa kesalahan yang dilakukan dapat dikoreksi dengan
langkah-langkah berikut.
a. Koreksi kesalahan panjang alat ukur.
b. Koreksi alat ukur yang tidak horizontal.
c. . . . .
d. . . . .
e. . . . .
A.
Jawablah pertanyaan dengan tepat!
1. Jelaskan bagaimana tahap-tahap pekerjaan dalam pembuatan
peta dari hasil pengukuran!
2. Bagaimana pembanjaran dilakukan dalam proses pengukuran
jarak? Jelaskan!
3. Bagaimana penggunaan
offset
dalam pengukuran jarak?
Jelaskan!
4. Apakah perbedaan antara pengukuran sudut dengan metode
Azimuth
dan
Bearing?
5. Bagaimana prinsip koreksi kesalahan karena panjang alat
ukur? Jelaskan!
B.
Belajar dari masalah.
Suatu pengukuran jarak hendak dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan pembanjaran pada wilayah seperti gambar di atas. Coba
temukan dan jelaskan bagaimana cara melakukan pembanjaran
dengan rintangan pada wilayah seperti gambar di atas!
C.
Tugas.
Berdasarkan pengukuran sudut seperti di atas, lakukan koreksi
sudut yang tepat!
%"
:86