Gambar Sampul Sosiologi · Bab II Dampak Perubahan Sosial
Sosiologi · Bab II Dampak Perubahan Sosial
Atik Catur Budiati

24/08/2021 15:36:36

SMA 12 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

31

Dampak Perubahan Sosial

Bab II

Sumber gambar:

Garuda Indonesia, Maret 1995

z

Dampak Perubahan Sosial

z

Lembaga-Lembaga Sosial

z

Masyarakat

z

Norma dan Nilai Sosial

Kata kunci

Supaya kalian lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dalam bab ini, pelajari dan

ingatlah beberapa kata kuncinya!

Ekonomi

Keluarga

Pendidikan

Agama

Pemerintah

Menerima

Menolak

Modernisasi/Globalisasi

Perubahan “

Culture Lag

Disorganisasi/Reorganisasi

Menjunjung Nilai Budaya

Kualitas SDM

Perkuat Nasionalisme

Teguh pada Norma

Dampak

Perubahan

Sosial

Pencegahan

Perubahan Sosial

Dampak Perubahan

Sosial

Saluran

Perubahan Sosial

Respon Perubahan

Sosial

meliputi

terdiri dari

meliputi

terdiri dari

adalah

Dampak Perubahan

Sosial

Tujuan Pembelajaran:

Sesudah kalian aktif mengikuti pokok bahasan dalam bab ini, diharapkan kalian dapat

mengidentifikasi dan mengetahui adanya dampak-dampak perubahan sosial yang terjadi di

dalam masyarakat.

Supaya kalian lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dalam bab ini, pelajarilah peta

konsepnya!

32

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Pernahkah kalian berpikir bahwa perubahan sosial selalu membawa

dampak yang positif. Bagaimana perubahan sosial ini malah justru

menggilas kehidupan manusia itu sendiri. Pertanyaan inilah yang harus

dijawab oleh masyarakat selaku institusi yang mengalaminya.

Perubahan sosial tidak selamanya kearah yang baik. Hal ini

tergantung dari tujuan dari agen-agen perubahan. Memang diawal

perubahan selalu memberikan janji-janji yang luar biasa, sehingga

masyarakat mengikuti begitu saja tanpa memperdulikan maksud yang

terselubung dibalik perubahan tersebut. Akibatnya masyarakatlah yang

menanggung dampak dari perubahan sosial tersebut dan hanya sebagian

golongan yang mendapat keuntungan. Sebagai contoh pembangunan

mall di kota-kota, orang melihat itu sebuah modernisasi, tapi dalam

perjalanannya malah justru sifat konsumerisme terbentuk dalam individu

di masyarakat. Untuk lebih jelasnya coba pelajari pembahasan berikut

ini!

Sumber:

Tempo 5 Maret 2006

Gambar 2.1

Pesatnya pembangunan mall-mall di kota mengakibatkan terbentuknya

sifat konsumerisme pada masyarakat

33

Dampak Perubahan Sosial

A.

Saluran Perubahan Sosial Dalam Masyarakat

Saluran-saluran perubahan sosial atau

avenue or channel of change

,

merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan dalam

masyarakat yang pada umumnya adalah lembaga-lembaga

kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan,

agama, rekreasi, dan seterusnya. Lalu apakah yang dinamakan dengan

lembaga kemasyarakatan itu? Menurut Soerjono Soekanto (1982),

lembaga kemasyarakatan merupakan terjemahan langsung dari istilah

asing “

social institution

” yang berarti himpunan daripada norma-norma

dari segala tingkatan yang pada suatu kebutuhan pokok di dalam

kehidupan masyarakat. Sedangkan dalam praktiknya, apabila norma-

norma tersebut diwujudkan dalam kegiatan hubungan antar manusia,

maka himpunan norma-norma tersebut akan berujud sebagai “

social

organization

” (organisasi sosial).

Lalu timbul pertanyaan lagi, lembaga kemasyarakatan manakah yang

biasanya menjadi titik tolak bagi suatu perubahan-perubahan sosial dalam

masyarakat itu? Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang biasanya

menjadi titik tolak bagi perubahan sosial biasanya tergantung dari “

cultural

focus

” masyarakat pada suatu masa tertentu. Atau lebih tepatnya sangat

tergantung dari lembaga kemasyarakatan manakah yang pada saat itu

menjadi pusat perhatian dari masyarakat. Sedangkan dalam praktiknya,

maka hanya lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mendapatkan

penilaian tertinggi dari masyarakatlah yang biasanya akan cenderung

menjadi sumber atau saluran-saluran utama bagi perubahan-perubahan

sosial. Sedangkan di sisi lainnya, perubahan-perubahan pada lembaga

kemasyarakatan tersebut juga akan membawa akibat pula pada lembaga-

lembaga kemasyarakatan lainnya, oleh karena lembaga-lembaga

kemasyarakatan tersebut merupakan suatu sistem yang saling terintegrasi.

Adapun apabila lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai suatu sistem

sosial itu digambarkan, maka coraknya adalah sebagai berikut:

Pemerintah

Organisasi-Organisasi

Organisasi-organisasi

Keagamaan

Ekonomi

Organisasi-Organisasi

Keluarga

Pendidikan

Bagan

Lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai suatu sistem sosial

34

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut di atas merupakan suatu

struktur apabila mencakup hubungan antar lembaga-lembaga

kemasyarakatan yang memiliki pola-pola tertentu dan keseimbangan

tertentu. Misalnya saja, apabila ditelaah hubungan antara keluarga dengan

organisasi-organisasi agama, maka jalan pikiran kita akan mengarah pada

suatu kelompok sosial yang terdiri dari ayah, ibu, serta anak-anaknya yang

setiap saat (waktu sholat) pergi ke masjid atau surau untuk mengerjakan

sholat lima waktu misalnya. Kita ketahui bahwa masjid adalah suatu

tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan bagi umat Islam.

Dengan demikian apabila hubungan tersebut ditinjau dari sudut aktivitas

yang dilakukan kedua lembaga kemasyarakatan tersebut, maka seseorang

berurusan dengan fungsinya. Sebenarnya fungsi tersebut lebih penting,

karena hubungan antara unsur-unsur kebudayaan maupun masyarakat

merupakan suatu hubungan fungsionil yang sangat erat.

Contoh lain, pada tanggal 17 Agustus 1945, terjadilah Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia, di mana pertama-tama terjadi perubahan pada

struktur pemerintahan, dari jajahan menjadi negara yang merdeka dan

berdaulat. Hal ini menjalar ke lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya,

misalnya dalam bidang pendidikan, tidak ada diskriminasi lagi antara

golongan-golongan dalam masyarakat, sebagaimana halnya pada jaman

penjajahan. Setiap orang boleh memiliki pendidikan macam apa yang

disukainya. Perubahan-perubahan tersebut dengan demikian dapat

berpengaruh terhadap sikap-sikap, pola-pola perikelakuan, dan nilai-nilai

pada masyarakat Indonesia. Jadi, berdasarkan uraian di atas, dengan singkat

dapat dikatakan bahwa saluran-saluran perubahan tersebut berfungsi agar

sesuatu perubahan dikenal, diterima, diakui, serta dipergunakan oleh

khalayak ramai, atau, mengalami proses

institutionalization

(proses

pelembagaan).

Analisis Sosial

“Tunjukan rasa keingintahuan kalian!”

1.

Apa jadinya jika lembaga pendidikan menjadi sistem modern?

Jelaskan dampaknya bagi masyarakat kecil dan besar serta bagi

proses belajarnya?

2.

Coba kalian kritisi mengapa kemajuan pendidikan di Indonesia

selalu menimbulkan kesenjangan!

35

Dampak Perubahan Sosial

B.

Respon Individu dan Masyarakat terhadap

perubahan Sosial

Sebagaimana pernah disinggung pada bab sebelumnya, terjadinya

perubahan sosial dalam masyarakat akan mendapat reaksi yang beragam

dari masyarakat yang sedang mengalami perubahan. Berbagai ragam

respon masyarakat terhadap perubahan itu ada yang bersifat menolak

dan ada pula yang menerima perubahan, ada yang menanggapinya secara

positif dan adapula yang sebaliknya (negatif), ada yang proaktif dan

adapula yang apatis, dan ada yang progresif serta adapula yang moderat

ataupun adaptif. Berikut ini secara garis besarnya akan dijelaskan sejumlah

respon individu dan masyarakat terhadap munculnya perubahan-

perubahan sosial.

1.

Terjadinya Penolakan (Penentangan-Penentangan)

Masuknya unsur-unsur luar ke dalam masyarakat seringkali dapat

mengalami adanya penolakan-penolakan dari masyarakat yang

bersangkutan. Meskipun telah terjadi penentangan, atau penolakan-

penolakan terhadap unsur-unsur baru (luar) oleh unsur-unsur lama, namun

adakalanya unsur-unsur baru itu tetap masuk, oleh karena masyarakat

tersebut tidak kuasa untuk menolaknya. Dampak dari masuknya unsur-

unsur luar itu ada y

ang besar dan ada pula yang kecil. Apabila dampak/

pengaruh masuknya unsur-unsur dari luar itu bersifat kecil/dangkal, maka

tidak akan sampai menimbulkan kegoncangan-kegoncangan. Sebab

sifatnya yang dangkal dan jikalaupun ada pengaruh maka pengaruhnya

sangat kecil, dan hanya terbatas pada bentuk luarnya saja. Dalam proses

pengaruh perubahan semacam ini maka norma-norma dan nilai-nilai sosial

budaya dari masyarakat yang bersangkutan tidak sampai terpengaruh

olehnya (nilai-nilai masyarakat luar), dan tetap dapat berfungsi secara wajar.

Namun sebaliknya, apabila dampak atau pengaruh yang ditimbulkan

dari masuknya nilai atau unsur-unsur budaya luar itu besar (dalam) maka

dapat menimbulkan adanya ketegangan-ketegangan atau kegoncangan-

kegoncangan. Biasanya, munculnya kegoncangan-kegoncangan tersebut

oleh karena unsur-unsur baru/luar dan lama/dalam yang saling

bertentangan itu, secara bersama-sama berhasil mempengaruhi norma-

norma serta nilai-nilai sosial yang kemudian berpengaruh pula pada warga-

warga masyarakat. Adanya hal yang semacam ini berarti telah muncul

adanya suatu gangguan yang bersifat kontinyu di dalam suatu

masyarakat. Jika hal tersebut tetap berlangsung secara terus-menerus,

36

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

maka pada gilirannya juga akan memunculkan ketegangan-ketegangan

serta kekecewaan-kekecewaan di antara warga masyarakat, yang

diakibatkan oleh karena masing-masing tidak memiliki saluran ke arah

suatu pemecahan atau penyelesaian. Bahkan, apabila keadaan

ketidakseimbangan (yang diakibatkan oleh ketiadaan penyesuaian sosial/

maladjustment

) ini tidak dapat diatasi (dipulihkan) maka sangat

dimungkinkan akan berakibat pada terjadinya

anomie.

2.

Terjadinya Penerimaan (Penyesuaian-Penyesuaian)

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, setiap masuknya unsur-unsur

dari luar dapat menimbulkan ketidakstabilan dalam masyarakat. Hal

tersebut bisa terjadi oleh karena adanya saling pertentangan di antara unsur-

unsur baru dengan unsur-unsur lama, sehingga dapat memengaruhi iklim

keharmonisan dalam masyarakat. Namun apabila ketidakstabilan tersebut

dapat dipulihkan kembali, setelah terjadinya pertentangan atau perubahan,

maka akan menimbulkan suatu keadaaan yang dinamakan

adjustment

(penyesuaian). Keseimbangan atau harmoni dalam masyarakat (

social

equilibrium

) merupakan keadaan yang diidam-idamkan dalam setiap

masyarakat. Dengan keseimbangan dalam masyarakat dimaksudkan

sebagai suatu keadaan di mana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang

pokok dari masyarakat benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam

keadaan demikian, maka individu secara psikologis merasakan akan

adanya suatu ketenteraman, oleh karena tidak adanya pertentangan-

pertentangan ataupun benturan-benturan dalam norma serta nilai-nilai.

T

erciptanya suatu penyesuaian dalam masyarakat dapat terjadi di

tingkat lembaga ataupun orang-perorangan. Yang pertama menunjuk

pada suatu keadaan, di mana masyarakat berhasil menyesuaikan lembaga

kemasyarakatan dengan keadaan yang mengalami perubahan sosial,

sedangkan yang kedua menunjuk kepada usaha-usaha orang-perorangan

untuk menyesuikan diri dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang

telah diubah atau diganti, agar supaya dia terhindar dari disorganisasi

psikologis. Dikenalnya kehidupan dan praktik ekonomi yang berasal dari

Barat, menyebabkan semakin pentingnya peranan keluarga batih sebagai

lembaga produksi dan konsumsi. Peranan keluarga besar atau masyarakat

hukum adat semakin berkurang. Hal ini antara lain menyebabkan bahwa

kesatuan kekeluargaan besar atas dasar ikatan dasar atau kesatuan wilayah

tempat tinggal, terpecah menjadi kesatuan-kesatuan yang kecil. Di

Minangkabau misalnya, di mana menurut tradisi wanita mempunyai

kedudukan yang penting karena garis keturunan yang matrilineal, maka

37

Dampak Perubahan Sosial

sekarang terlihat adanya suatu kecenderungan di mana hubungan antara

anggota-anggota keluarga batih lebih erat, terutama hubungan antara

anak-anak dengan ayahnya, yang semula dianggap tidak mempunyai

kekuasaan apa-apa terhadap anak-anak, sebab ayah dianggap sebagai

orang luar. Bukan hanya itu, pendidikan anak-anak yang sebelumnya

dilakukan oleh keluarga ibu kemudian juga diserahkan kepada ayah.

Selanjutnya, akibat adanya perkembangan-perkembangan kelembagaan

yang semacam itu maka orang-perorangan (agar supaya dia tidak

mengalami tekanan-tekanan psikologis), maka harus menyesuaikan

dengan perubahan-perubahan tersebut.

Selo Soemardjan, dalam Sukanto (1982 : 341) yaitu sehubungan

dengan digantinya bahasa Jawa yang mengenal sistem pertingkatan

bahasa, dengan bahasa Indonesia, sebagai suatu gejala yang mengikuti

perubahan dari sistem berlapis-lapis yang tertutup ke sistem berlapis-lapis

yang terbuka pada masyarakat Jawa di daerah Yogyakarta. Selain itu,

juga perubahan-perubahan di bidang pemerintahan dan administrasi yang

menuju ke arah demokrasi. Dengan adanya perubahan-perubahan

kelembagaan yang semacam itu, kemudian orang-perorangan juga

berusaha untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, yakni sebagai

prasyarat (bekal hidup) dalam suasana yang demokratis. Atau dengan kata

lain, karena adanya prasyarat bahwa bekal kemampuan merupakan salah

satu prasyarat utama yang sangat dibutuhkan bagi seseorang untuk dapat

tetap bertahan hidup di lingkungan masyarakat yang demokratis.

Sumber:

Kompas, 30 Juni 2004

Gambar 2.2

Perubahan-perubahan juga terjadi di bidang pemerintahan yang menuju ke arah

demokrasi.

38

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Analisis Sosial

“Mari kembangkan wawasan kebinekaan kalian!”

Buatlah kelompok dikelas kalian yang terdiri 5 orang, kemudian

kalian datang ke suatu daerah yang masih memiliki kebudayaan

yang kentara!’

1.

Coba kalian catat tentang budaya asli masyarakatnya dan juga

bentuk stratifikasinya!

2.

Diskusikan data yang kalian dapat, cari apakah kebudayaan

tersebut akan terkikis akibat perubahan sosial?

3.

Analisislah secara kritis dampak yang akan terjadi jika

perubahan sosial pada masyarakat tersebut terjadi?

4.

Menurut kalian, apakah modernisasi akan diterima oleh

masyarakat tersebut! Jelaskan!

C.

Dampak Perubahan Sosial

1.

Dampak Perubahan Sosial yang Berkaitan dengan Disorganisasi

dan Reorganisasi dalam Masyarakat

Organisasi merupakan artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan

suatu kesatuan yang fungsional. Sedangkan apabila bagian-bagian yang

fungsional itu ada yang mengalami kerusakan maka akan menyebabkan

terjadinya ketidakseimbangan atau gangguan dalam fungsi organisasi itu.

T

ubuh manusia misalnya, terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing

fungsi seluruh tubuh manusia sebagai suatu kesatuan. Sementara apabila

seseorang sedang sakit (karena ada beberapa bagian tubuhnya yang rusak

atau mengalami gangguan), maka dikatakan bahwa ada salah satu atau

beberapa bagian tubuhnya yang tidak dapat berfungsi sebagaimana

mestinya. Dengan demikian, secara keseluruhan bahwa bagian-bagian

tubuh manusia itu merupakan keseimbangan yang fungsional.

Demikian juga kehidupan dalam sebuah kota misalnya, merupakan

suatu organisasi tersendiri. Jadi apabila ada salah satu bagian kota saja

yang rusak (tidak berfungsi), maka timbullah ketidak-seimbangan dalam

kehidupan kota tadi. Terjadinya ketidak-seimbangan tadi dalam sosiologi

dinamakan disorganisasi (disintegrasi) sosial. Lalu apakah yang dimaksud

dengan disorganisasi (disintegrasi) itu? Disorganisasi adalah suatu keadaan

di mana tidak ada suatu keserasian pada bagian-bagian dari suatu

39

Dampak Perubahan Sosial

kebulatan. Misalnya dalam masyarakat, agar dapat berfungsi sebagai

organisasi, maka harus ada keserasian antara bagian-bagiannya seperti

lembaga kemasyarakatan, norma-norma, nilai-nilai, dan sebagainya.

Dalam kaitannya dengan perubahan sosial, suatu disorganisasi atau

disintegrasi mungkin dapat dirumuskan sebagai suatu proses berpudarnya

norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat, hal mana disebabkan

karena perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga

kemasyarakatan. Sedangkan reorganisasi atau reintegrasi adalah suatu

proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru untuk

menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah

mengalami perubahan.

Tahap reorganisasi dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai

yang baru telah institutionalized (melembaga) dalam diri warga-warga

masyarakat. Sedangkan berhasil tidaknya suatu proses

"institutionalization"

tersebut dalam masyarakat, mengikuti formula sebagai berikut:

Institutionalization

Efektivitas menanam - kekuatan menentang dari masyarakat

:

Kecepatan menanam

Yang dimaksudkan dengan efektivitas menanam adalah hasil yang

positif dari penggunaan tenaga manusia, alat-alat, organisasi dan metode

untuk menanamkan lembaga baru di dalam masyarakat. Semakin besar

kemampuan tenaga manusia, makin ampuh alat-alat yang dipergunakan,

makin rapi dan teratur organisasinya, dan makin sesuai sistem penanaman

itu dengan kebudayaan masyarakat, maka makin besar pula hasil yang

dapat dicapai oleh usaha penanaman lembaga baru itu.

Akan tetapi, setiap usaha untuk menanam sesuatu unsur yang baru,

pasti akan mengalami reaksi dari beberapa golongan dari masyarakat yang

merasa dirugikan. Namun biasanya, kekuatan menentang dari

masyarakat itu mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kemungkinan

berhasilnya proses

"institutionalization"

(pelembagaan) tersebut.

Menurut Soerjono Soekanto (1982 : 347) gambaran mengenai

disorganisasi dan reorganisasi dalam masyarakat tersebut pernah

dilukiskan oleh William I Thomas dan Florian Znaniecki dalam karya

klasiknya yang berjudul

The Polish Peasant in Europe and America

,

khususnya dalam

On disorganization and reorganization

, di mana mereka

membentangkan pengaruh dari suatu masyarakat yang tradisional dan

masyarakat yang modern terhadap jiwa para anggotanya. Watak atau

jiwa seseorang, sedikit banyaknya merupakan pencerminan dari

40

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

kebudayaan masyarakat. Pada masyarakat-masyarakat tradisional

misalnya, maka aktivitas-aktivitas seseorang sepenuhnya berada di bawah

kepentingan masyarakatnya. Di situ segala sesuatunya didasarkan pada

tradisi, dan setiap usaha-usaha untuk merubah satu unsur saja maka berarti

pula usaha-usaha untuk merubah struktur masyarakat secara keseluruhan.

Dalam masyarakat tradisional, struktur masyarakat tersebut dianggap

sesuatu yang suci, yakni sesuatu yang tak dapat diubah-ubah secara

menyolok, atau suatu struktur yang berjalan dengan lambat sekali

(perubahannya lambat sekali). Jika terjadi perubahan dari suatu

masyarakat tradisional menjadi masyarakat yang modern, maka

mengakibatkan pula terjadinya perubahan dalam jiwa setiap anggota

masyarakat tersebut.

Thomas dan Znaniecki sebagaimana dikutip Soerjono Soekanto (1982

: 348) menggambarkan betapa para petani Polandia yang pindah dari

Eropa ke Amerika, mengalami disorganisasi. Hal ini disebabkan karena di

tempat asalnya, mereka merupakan bagian dari masyarakat yang

tradisional dan di Amerika mereka berhadapan dengan masyarakat

modern, yang memiliki pola kehidupan yang berbeda. Dengan demikian

maka timbullah disorganisasi di dalam kalangan masyarakat tradisional

itu. Karena di dalam keluarga batih misalnya, yang semula kuat ikatannya,

di mana orang tua di Eropa memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap

anak-anaknya, akan tetapi di Amerika kekuasaan tersebut menjadi pudar

dan melemah. Selanjutnya ketika terjadi reorganisasi, maka timbullah pula

norma-narma baru yang mengatur hubungan baru antara orang tua dan

anak-anaknya.

Sementara itu, apabila disorganisasi tersebut terjadi dengan sangat

cepatnya, misalnya saja karena meletusnya revolusi, maka kemungkinan

besar akan timbul pula hal-hal yang sukar untuk dikendalikan. Namun

sebaliknya, dalam keadaan yang semacam itu maka reorganisasi tidak

dapat terjadi dengan cepat, oleh karena dalam proses yang semacam itu

maka terlebih dahulu harus menyesuaikan diri dengan masyarakat. Pada

situasi yang demikian kemungkinan akan terjadi pula suatu keadaan di

mana norma-norma yang lama sudah hilang oleh karena disorganisasi

tadi, sedangkan norma-norma yang baru belum terbentuk. Jika keadaan

semacam itu benar-benar terjadi maka dikatakan telah terjadi krisis dalam

masyarakat atau telah terjadi keadaan anomie. Keadaan anomie, yaitu

suatu keadaan di mana tidak ada pegangan terhadap apa yang baik dan

apa yang buruk, sehingga anggota masyarakat tidak mampu lagi untuk

mengukur tindakannya, oleh karena batas-batasnya sudah tidak ada lagi.

41

Dampak Perubahan Sosial

Sumber: Tempo, Hari merdeka 2004

Gambar 2.3

Penerapan aturan baru yang disertai dengan sanksi yang tegas kiranya dapat

menjadi salah satu alternatif jitu menuju proses reorganisasi pasca terjadinya disorganisasi

ataupun disintegrasi dalam masyarakat

Selain itu, suatu keadaan anomie

mungkin pula dapat terjadi pada

saat disorganisasi meningkat ke tahap reorganisasi. Contohnya adalah

norma-norma dalam berlalu lintas, terutama di kota-kota besar

sebagaimana Jakarta atau Surabaya. Sopan santun berlalu lintas yang

secara minimal menyangkut ketaatan seseorang pengemudi atau orang

yang jalan kaki, namun pada peraturan-peraturan lalu lintas itu sering

dilanggar. Pada umumnya, ada suatu kecendeungan bahwa peraturan-

peraturan tersebut dilangggar, padahal peraturan itu bertujuan untuk

menjaga keselamatan masyarakat, termasuk para pengemudi dan orang-

orang yang berjalan kaki. Hal semacam itu sedikit banyaknya dapat

dijadikan suatu indeks terhadap keadaan sampai di mana disorganisasi

itu masih berlangsung dan apakah telah ada suatu reorganisasi.

Analisis Sosial

“Coba tumbuhkan etos kerja kalian!”

Cobalah kalian amati fenomena di sekitarmu, selanjutnya

apakah dalam masyarakat tersebut tercipta keseimbangan sosial atau

terjadi hal yang sebaliknya? Berikan ulasan serta contoh-contoh

konkritnya! Bandingkan dengan masyarakat multikultural!

Apakah yang kalian ketahui tentang terjadinya disorganisasi

(disintegrasi), dan reorganisasi (reintegrasi) dalam masyarakat?

Cobalah kaitkan dengan hasil pengamatan kalian tersebut di atas!

42

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

2.

Dampak yang Berkaitan dengan "Cultural Lag"

Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan sosial, tidak

selalu perubahan-perubahan pada unsur-unsur masyarakat dan

kebudayaan itu mengalami kelainan yang seimbang. Dikenalnya senjata

api dan kuda oleh orang-orang Indian di

Amerika Serikat misalnya,

meskipun hal tersebut mampu merubah cara-cara mereka dalam mencari

makanan dan cara-cara untuk berperang, akan tetapi tidak demikian

halnya dengan bidang-bidang kehidupan lainnya seperti misalnya agama

yang disebarkan oleh penyebar-penyebar agama orang-orang kulit putih.

Di dalam masyarakat, ada unsur-unsur yang dengan cepatnya dapat

berubah, namun sebaliknya ada pula unsur-unsur yang tidak mudah untuk

berubah. Dalam kaitan tersebut, biasanya unsur-unsur kebudayaan

kebendaan akan cepat mudah berubah daripada unsur-unsur kebudayaan

yang bersifat rohaniah. Namun apabila di dalam masyarakat terdapat

unsur-unsur yang tidak mempunyai hubungan yang erat, maka tak ada

persoalan mengenai tidak adanya keseimbangan lajunya perubahan-

perubahan. Misalnya, suatu perubahan dalam cara-cara bertani tidak

begitu berpengaruh terhadap tari-tarian tradisional. Akan tetapi sebaliknya,

sistem pendidikan anak-anak mempunyai hubungan yang begitu erat

dengan dipekerjakannya tenaga-tenaga wanita pada industri-industri.

Sumber:

Tempo 15 Juli 2003

Gambar 2.4

kebudayaan kebendaan seperti teknologi ATM lebih cepat mengalami

perubahan dan perkembangan dari pada unsur-unsur kebudayaan yang bersifat rohaniah.

43

Dampak Perubahan Sosial

Apabila benar-benar terjadi ketidak-seimbangan dalam perubahan

(di antara unsur-unsur yang mempunyai hubungan erat), yaitu bahwa

satu unsur berubah dengan cepatnya sedangkan unsur lainnya yang

berhubungan erat tidak berubah atau berubah dengan lambat sekali, maka

kemungkinan akan terjadi kegoyahan dalam hubungan antar unsur-unsur

tersebut di atas, sehingga dengan begitu keseimbangan daripada

masyarakat pun juga terganggu. Misalnya apabila pertambahan

penduduk berjalan dengan cepat, maka untuk menjaga tata tertib dalam

masyarakat diperlukan pula adanya penambahan jumlah petugas-petugas

keamanan yang seimbang pula banyaknya. Dengan demikian, apabila

dalam kenyatannya muncul adanya ketidakseimbangan maka

kemungkinan besar akan menaikkan pula jumlah (volume) kejahatan

yang terjadi. Demikian pula bertambah banyaknya sekolah-sekolah yang

didirikan oleh masyarakat, maka harus diimbangi pula dengan

penambahan jumlah lapangan pekerjaan. Apabila yang terjadi sebaliknya,

atau terjadi ketidakseimbangan maka kemungkinan akan timbul

pengangguran, dan seterusnya. Sedangkan sampai sejauh mana dampak

yang mungkin muncul sebagai akibat keadaan yang tidak seimbang di

dalam laju perubahan tersebut, maka hal itu tergantung dari erat tidaknya

integrasi di antara unsur-unsur tersebut. Apabila unsur-unsur dalam

masyarakat itu sangat erat integrasinya seperti halnya dengan bagian-

bagian sebuah jam, maka munculnya ketidakseimbangan itu memiliki

akibat-akibat yang sangat jauh. Jadi apabila semisal bagian-bagian dari

jam itu tidak bekerja dengan baik maka tentu saja jam tersebut tidak akan

berfungsi pula dengan baik.

Teori yang terkenal di dalam sosiologi mengenai perubahan dalam

masyarakat, yakni teori

cultural lag

dari William F. Ogburn dalam

Soekanto, 1982 : 350. Teori tersebut mulai dengan suatu kenyataan bahwa

pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya di dalam

keseluruhannya seperti diuraikan sebelumnya, akan tetapi ada bagian

yang tumbuh cepat, sedangkan ada bagian lain yang tumbuhnya lambat.

Perbedaan antara taraf kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan

dari suatu masyarakat itulah yang dinamakan sebagai

"cultural lag"

(artinya ketinggalan kebudayaan). Juga suatu

lag

terjadi apabila laju

perubahan dari dua unsur masyarakat atau kebudayaan (mungkin juga

lebih) yang mempunyai korelasi (hubungan), tidak sebanding, sehingga

unsur yang satu dapat tertinggal dari unsur-unsur lainnya.

44

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Istilah

lag

, sebenarnya dapat dipakai paling sedikit dalam dua

pengertian. Pertama, sebagai suatu jangka waktu antara terjadinya

penemuan baru dan diterimanya penemuan baru itu. Contohnya,

Pemerintah Amerika Serikat telah menerbitkan suatu brosur mengenai

"lag"

antara penemuan baru dengan penggunaan penemuan baru

(pengetahuan tentang pengobatan), yang antara lain isinya adalah bahwa

setiap tahun 40.000 orang mati karena sakit kanker, hal mana sebenarnya

dapat dicegah atau diobati, dan demikian pula dengan orang-orang yang

mati karena sakit jantung dan sebagainya. Kedua, dipakai untuk

menunjuk pada tertinggalnya suatu unsur tertentu terhadap unsur lainnya

yang erat hubungannya, misalnya kepadatan penduduk di kota-kota besar

dan banyaknya petugas-petugas keamanan yang diperlukan. Agar terjadi

suatu keseimbangan, maka salah satu unsur tersebut harus dirubah. Yakni,

yang terlambat dipercepat

perkem-banganya, dan yang

terlalu cepat diperlambat

perkembangannya. Sedangkan

mana yang dipilih, maka

tergantung dari kemungkinan-

kemung-kinannya, misalnya

saja dalam hal hubungannya

antara bertambahnya pendu–

duk di kota-kota besar dengan

jumlah petugas-petugas

keamanan, maka kiranya kecil

kemungkinannya untuk me–

ngurangi penduduk, misalnya

dengan jalan mengusir pen–

duduk dari kota-kota besar tersebut.

Sedangkan ketertinggalan yang akan lebih menyolok adalah

ketertinggalannya alam pikiran dengan perkembangan teknologi yang

sangat pesat, yakni sebagaimana yang banyak kita jumpai khususnya di

negara-negara berkembang saat ini (termasuk Indonesia). Suatu contoh

yang nyata adalah pemanfaatan teknologi internet guna mendapatkan

sumber-sumber informasi, yang merupakan salah satu hasil dari

perkembangan teknologi yang pesat di negara-negara yang telah maju.

Bagi negara-negara yang baru berkembang, penggunaan internet sebagai

sarana untuk mendapatkan informasi belumlah umum dilakukan oleh

masyarakatnya. Jikalaupun ada, maka hanyalah di kalangan orang-orang

Sumber:

Tempo 28 April 2002

Gambar 2.5

Munculnya teknologi internet

juga dapat memicu terjadinya Cultural Lag

(ketertinggalan kebudayaan) dalam

masyarakat.

45

Dampak Perubahan Sosial

terpelajar, dan itu terbatas di daerah-daerah kota saja, sebab selain

teknologinya masih mahal, termasuk membutuhkan fasilitas-fasilitas

tertentu guna dapat mengaksesnya (misalnya komputer), juga memerlukan

pengetahuan-pengetahuan tertentu, yang belum semua orang telah

menguasainya. Dengan demikian bagi kebanyakan masyarakat di negara-

negara berkembang, maka hal tersebut masihlah bersifat awam, oleh

karena belum banyak dikuasai (diperolehnya) segala persyaratan-

persyaratan yang dibutuhkn guna mendapatkan (mengakses) sumber-

sumber informasi melalui teknologi canggih semacam internet tersebut.

Memang tidaklah mudah bagi kita untuk mengatasi segala persoalan-

persoalan yang demikian itu. Oleh karena paling tidak alam pikiran

manusia di atas haruslah dirubah terlebih dahulu, yaitu dari pikiran

tradisionil ke alam pikiran yang lebih modern. Adapun yang menjadi ciri-

ciri pemikiran modern itu antara lain adalah terbuka terhadap hal-hal yang

baru, termasuk terhadap perubahan serta pembaharuan-pembaharuan,

berpikiran luas, mau menghargai pendapat serta pendirian (sikap) dari

orang lain (mau menerima perbedaan), lebih berorientasi kepada keadaan

sekarang serta yang akan datang (daripada ke masa lampau), sehingga

ia perlu pula untuk membuat perencanaan-perencanaan untuk hari

depannya.

Fakta Sosial

“Mari kembangkan wawasan kebinekaan kalian!”

1.

Mengapa muncul ketidakseimbangan sosial dalam masyarakat?

2.

Sebagai anggota masyarakat yang baik bagaimanakah sikap

yang perlu diambil apabila di dalam masyarakat muncul

ketimpangan?

Sumber:

www.tempophoto.com

46

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

3.

Dampak Perubahan Sosial Diakibatkan Modernisasi dan

Globalisasi

Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas yang kadang-

kadang tak dapat ditetapkan batas-batasnya secara mutlak. Di Indonesia

misalnya, modernisasi terutama ditekankan pada sektor pertanian, industri,

di samping faktor-faktor lainnya. Di Indonesia pelaksanaan modernisasi

terutama melalui perubahan-perubahan yang direncanakan, yakni

sebagaimana dilaksanakannya program pembangunan lima tahun

(Repelita) y

ang mulai berlangsung sejak tanggal 1 April 1969.

Pada dasarnya pengertian modernisasi mencakup suatu transformasi

total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern (dalam

arti teknologi dan organisasi sosialnya), ke arah pola-pola ekonomis dan

politis yang menyamai negara-negara barat yang stabil. Karakteristik yang

umum daripada modernisasi menyangkut aspek-aspek sosio-demografi

dari masyarakat dan aspek-aspek sosio-demografi yang digambarkan

dengan istilah gerak sosial (

social mobility

), yaitu suatu proses di mana

unsur-unsur sosial ekonomi dan psikologis dari masyarakat, mulai

menunjukkan adanya peluang-peluang ke arah pola-pola yang baru

melalui sosialisasi dan pola-pola perikelakuan, yang berujud pada aspek-

aspek kehidupan modern seperti misalnya mekanisasi, mass media yang

teratur, urbanisasi, peningkatan pendapatan perkapita, dan sebagainya.

Aspek-aspek strukturil dari organisasi sosial diartikan sebagai unsur-unsur

dan norma-norma kemasyarakatan yang terujud apabila manusia

mengadakan hubungan dengan sesamanya di dalam kehidupan

bermasyarakat. Sedangkan perubahan-perubahan strukturil itu sendiri

dapat menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan, stratifikasi sosial,

hubungan-hubungan, dan lain-lain.

Modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial, yang biasanya

merupakan perubahan sosial yang terarah (

directed change

) yang

didasarkan pada suatu perencanaan (jadi juga merupakan

intended

atau

planned

-

change

). Modernisasi merupakan suatu persoalan yang harus

dihadapi oleh masyarakat yang bersangkutan, oleh karena proses-proses

tersebut bisa meliputi bidang-bidang yang sangat luas, yang menyangkut

proses disorganisasi, problem-probem sosial, konflik-konflik antar

kelompok, hambatan-hambatan terhadap perubahan dan sebagainya.

Sebagaimana ditulis, proses modernisasi dapat menimbulkan

persoalan-persoalan sosial, seperti persoalan-persoalan yang berhubungan

dengan

community organization

, pembagian kerja, aktivitas untuk mengisi

waktu-waktu senggang, dan lain-lain. Pada awal proses modernisasi yang

47

Dampak Perubahan Sosial

biasanya berupa industrialisasi misalnya, problem pengangguran

merupakan persoalan yang meminta perhatian yang mendalam. Di satu

pihak inovasi di bidang teknologi menyebabkan persoalan pengangguran

(khususnya di negara-negara yang baru mengenal modernisasi),

sedangkan di pihak lain (negara-negara maju) juga terjadi problem sosial,

misalnya saja yang berkaitan dengan bagaimana cara-cara mengisi waktu-

waktu luang masyarakatnya. Dalam hal ini (di negara-negara maju),

aktivitas-aktivitas untuk mengisi waktu senggangnya yang biasanya

berhubungan dengan upacara dan tradisi, menjadi pudar akibat adanya

perkembangan teknologi yang cepat tersebut.

Selain itu, di bidang budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang semakin pesat

akibat proses modernisasi dan

indutrialisasi (khususnya pasca

Perang Dunia ke II), telah menim-

bulkan berbagai dampak yang

cukup serius bagi peradaban umat

manusia. Dalam hal ini, meskipun

berbagai kemajuan itu telah

mendatangkan manfaat berupa

dimudahkannya manusia akibat

dibantu kemajuan iptek, namun di sisi lainnya iptek juga telah membawa

laknat, khususnya bagi kehidupan di planet bumi ini. Berbagai kerusakan

lingkungan, polusi udara, tanah, ataupun air, bencana alam, maupun

berbagai kerusakan akhlak yang diakibatkan oleh munculnya budaya

global. Sebab pada saat ini, di mana perkembangan teknologi komunikasi

dan informasi mencapai taraf yang sangat canggih, sehingga berbagai

informasi global masuk ke berbagai negara atau belahan dunia, termasuk

ke Indonesia. Berbagai nilai-nilai budaya global tersebut ada yang bersifat

positif dan juga negatif. Nah akibat derasnya serbuan arus budaya global

yang bersifat negatif yang masuk ke berbagai negara inilah yang

berpengaruh besar terhadap akhlak manusia, khususnya tentu saja para

generasi muda.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, apabila terjadi pengaruh

budaya luar yang masuk ke suatu negara atau masyarakat maka akan

timbul respon (reaksi). Berbagai reaksi itu ada yang bersifat menolak,

menyesuaikan (menerima), maupun menerima namun dengan paksaan

oleh karena misalnya budaya dari masyarakat tersebut kurang dominan

Dinamika Sosial

Dalam bidang ekonomi, dampak

perubahan sosial budaya yang diakibatkan

oleh faktor keterbukaan dan globalisasi

adalah yang paling besar gemanya. Akibat

modernisasi dan globalisasi menyebabkan

kontak-kontak antar negara semakin cepat

dan sering (banyak) dilakukan.

48

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

jika dibandingkan dengan budaya luar

(asing) yang masuk. Nah di sinilah yang perlu

kita perhatikan, sebab dengan masuknya

arus budaya global (akibat lemahnya budaya

lokal) maka dapat berakibat pada kerusakan

akhlak suatu bangsa, terutama bagi generasi

mudanya. Coba kalian perhatikan,

bagaimana saat ini di kalangan generasi

muda yang ikut-ikutan mengikuti mode

pakaian, gaya rambut, gaya aksesoris, dan

bahkan gaya hidup ala orang-orang barat,

khususnya para selebritisnya. Bukan hanya

itu saja, akibat serbuan budaya global juga

telah menyebabkan sebagian remaja kita

yang suka mengkonsumsi narkoba, mabuk-

mabukan, serta pergaulan bebas.

Sebagai generasi muda penerus perjuangan bangsa janganlah ikut-ikutan

berbuat tidak baik (amoral) seperti itu!

Tidak kita pungkiri pula,

bahwa akibat perubahan-

perubahan yang ditimbulkan arus

globalisasi juga telah menyebab-

kan dunia semakin transparan dan

semakin sempit. Akibatnya dunia

pun mengalami era keterbukaan

serta demokratisasi. Sementara di

bidang ekonomi muncul pasar

bebas, dan persaingan guna saling

mengejar atau meningkatkan

kualitas barang-barang. Itulah

sebabnya, HAR Tilaar dalam

prespektif global (1998) mengung-kapkan bahwa di era keterbukaan ini

telah memunculkan masyarakat mega kompetisi, di mana setiap orang

berlomba untuk berbuat yang terbaik untuk mencapai yang terbaik pula.

Untuk itulah agar bisa berkompetisi dengan yang lain maka diperlukan

adanya hasil ataupun kualitas yang tinggi pula. Selanjutnya, oleh karena

era globalisasi (keterbukaan) merupakan eranya mengejar keunggulan dan

kualitas, sehingga masyarakat pun akan menjadi semakin dinamis, aktif,

serta kreatif.

Dinamika Sosial

Menurut Alvin Toffler, dampak negatif

dari perkembangan dan kemajuan serta

penerapan iptek yang telah menghasilkan

berbagai ketimpangan itu disebutnya

sebagai Guncangan Hari Esok (

Future

Shock

), suatu dampak yang tidak saja telah

menimbulkan goncangan fisik (

physical

shock

), melainkan juga guncangan

kejiwaan (

psycological shock

).

Sumber:

Tempo, 7 Januari 2001

Gambar 2.6

Masuknya arus

budaya global dapat

mempengaruhi perilaku remaja.

49

Dampak Perubahan Sosial

Analisis Sosial

“Ayo kembangkang wawasan kontekstual kalian!”

Amatilah kota kalian dan cari dampak perubahan sosial di bawah ini!

No.

Dampak Perubahan

Pengertian

Contoh

Sosial Budaya

kasus

1.

Adjusment

.....................

.....................

2.

Maladjusment

.....................

.....................

3.

Social equilibrium

.....................

.....................

4.

Disorganisasi

.....................

.....................

5.

Reorganisasi

.....................

.....................

6.

Institutionalization

.....................

.....................

7.

Cultural lag

.....................

.....................

8.

Deviation

.....................

.....................

9.

Modernisasi

.....................

.....................

10.

Transformasi

.....................

.....................

11.

Industrialisasi

.....................

.....................

13.

Pembangunan

.....................

.....................

14.

Globalisasi

.....................

.....................

D.

Sikap Kritis Terhadap Perubahan Sosial Budaya

Di antara dampak perubahan sosial budaya yang perlu diantisipasi

atau dicegah sehingga tidak sampai menimbulkan kegoncangan-

kegoncangan atau akibat-akibat yang jelek/negatif atau kurang

menguntungkan bagi masyarakat, adalah dampak-dampak yang bersifat

destruktif (merusak) atau negatif. Untuk itulah agar dampak yang kurang

baik/negatif itu bisa dicegah atau dihilangkan, maka di sini dikemukakan

beberapa alternatif penanggulangan atau pencegahannya antara lain:

1.

Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa

Salah satu ciri masyarakat terbelakang (tradisional) adalah kurangnya

pengetahuan (pendidikan) dari masy

arakat yang bersangkutan. Akibat

dari rendahnya tingkat pendidikan dari masyarakat tradisional itu pula

50

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

sehingga di dalam masyarakat tersebut sulit untuk menerima perubahan-

perubahan yang datangnya dari luar. Selain itu, terjadinya ketertinggalan

kebudayaan (

cultural lag

) yang dialami oleh suatu masyarakat (khususnya

masyarakat tradisional) juga akibat tidak dikuasainya ilmu serta teknologi

dari masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itulah pendidikan harus

senantiasa diupayakan agar masyarakat menjadi maju atau pandai. Orang

yang berpendidikan maju (pandai) biasanya akan berpikiran secara ilmiah,

dan apabila masyarakat telah berpikiran secara ilmiah maka pada

gilirannya akan dapat mencegah pula terjadinya

"cultural lag"

(ketertinggalan kebudayaan). Pentingnya pendidikan ini, terlebih lagi di

era global ini. Sebab salah satu faktor yang menyebabkan mengapa

generasi muda kita mudah terombang ambing (bahkan terseret) oleh arus

budaya global, yakni karena rendahnya kualitas pendidikan (SDM) yang

dimilikinya. Oleh karena itulah raih dan tingkatkanlah kualitas pendidikan

kita, terutama agar kita mampu bersaing dengan bangsa lainnya, serta

memiliki modal yang kuat pula khususnya dalam menghadapi perubahan-

perubahan sosial budaya, terlebih perubahan-perubahan yang diakibatkan

oleh arus globalisasi saat ini.

2.

Memperkuat Nasionalisme (Kesadaran Nasional)

Menurut pendapat Haas

(1982),

nasio

nalisme yang kuat dapat menjadi

pilar terhadap pengaruh buruk dari perkembangan teknologi yang pesat

saat ini. Secara harfiah, nasionalisme berarti cinta tanah air dengan prinsip

bahwa baik dan buruk adalah negeriku. Nasionalisme identik dengan

perasaan atau semangat kesadaran bersama bahwa kita memiliki nilai

bersama yang harus dijaga. Nasionalisme menunjuk pada totalitas kultur,

sejarah, bahasa, psikologi, serta sentimen sosial lainnya yang menarik orang

pada satu perasaan saling memiliki cita-cita maupun nilai kemasyarakatan.

Namun begitu dalam pelaksanaannya, nasionalime tidak boleh disikapi

secara kaku, atau merupakan kesetiaan yang buta. Dengan demikian,

nasionalisme tetap perlu namun harus dilandasi dengan logika serta pikiran

yang rasional.

Kegiatan atau pelajaran bela negara, misalnya upacara bendera,

pramuka, dan lain-lain.

Dengan sikap semacam itu, maka nasionalisme diharapkan akan

mampu menangkal perbedaan suku, adat-istiadat, ras, dan agama, namun

juga tidak bersikap kaku dengan menganggap bahwa baik dan buruk

adalah negara dan bangsaku. Sedangkan dalam kaitannya dengan budaya

global, maka dengan adanya perasaan nasionalisme yang benar maka

51

Dampak Perubahan Sosial

diharapkan kita akan dapat bersikap selektif. Artinya, kita akan mengambil

(menyerap) terhadap nilai-nilai yang baik serta sebaliknya, meninggalkan

nilai-nilai yang buruk (karena tidak sesuai dengan nilai budaya bangsa).

3.

Berpegang Teguh Pada Norma-norma Sosial

Di dalam agama terdapat beberapa aturan yang memberikan

landasan kepada manusia untuk selalu menjalankan perilaku yang baik

dan meninggalkan yang buruk. Sedangkan norma sosial juga memberikan

rambu-rambu kepada manusia agar berperilaku yang baik, sopan, dan

teratur

, atau berperilaku yang sesuai dengan ketentuan dan aturan yang

telah disepakati bersama oleh seluruh anggota masyarakat. Untuk itulah

maka dengan berpegang teguh pada aturan agama serta norma-norma

sosial lainnya yang berlaku dalam masyarakat, maka manusia akan dapat

diterima di lingkungannya. Sedangkan dalam kaitannya dengan pengaruh

budaya global, maka dengan berpegang teguh pada norma-norma sosial

serta agama tersebut, maka kita (bangsa Indonesia) akan memiliki landasan

yang kuat tentang jati diri bangsa, sehingga pada akhirnya bukan hanya

dapat memilih dan memilah berbagai informasi yang masuk, namun juga

kita tidak akan terombang-ambing oleh arus budaya global yang masuk.

Sumber

: www.tempophoto.com

Gambar 2.7

Dengan berpegang teguh pada norma-norma sosial serta agama, kita akan

memiliki landasan kuat tentang jati diri bangsa, sehingga mampu membentengi setiap

masuknya pengaruh negatif akibat modernisasi serta perubahan-perubahan global

52

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

4.

Menjunjung Nilai-nilai Budaya Bangsa

Bangsa kita memiliki nilai budaya yang luhur, yang dapat dijadikan

pilar utama guna menangkal pengaruh negatif yang diakibatkan oleh

derasnya arus globalisasi pada saat ini. Di samping itu, nilai budaya bangsa

juga dapat menjadi pendukung bagi nilai serta pengaruh asing yang

sekiranya dapat membawa dampak positif bagi kehidupan berbangsa dan

bernegara. Berbagai nilai budaya bangsa yang positif yang perlu kita ikuti

(teladani), kita junjung tinggi, serta kita pertahankan itu misalny

a "Pela

Gandong" di Ambon untuk landasan kerukunan, pepatah "guru kencing

berdiri, murid kencing berlari" untuk simbul keteladanan, serta "silih-asih

dan silih-asuh" untuk acuan pendidikan masyarakat. Bahkan, bukanlah

tidak mungkin pula bahwa nilai-nilai budaya bangsa itu justru akan

menjadi faktor pendukung sekaligus sebagai pilar bagi globalisasi terebut.

Ketiga hal di atas merupakan beberapa faktor penangkal terhadap

dampak negatif yang mungkin dapat muncul akibat pengaruh budaya

global, dan sekaligus menjadi faktor pendukung pula untuk tetap kokoh

dan kuatnya jati diri bangsa yang pada akhir-akhir mulai terancam (bahkan

telah memudar) akibat serbuan budaya global.

Sebagaimana kita rasakan, bahwa globalisasi telah menimbulkan

dampak yang luar biasa bagi kehidupan umat manusia. Perlu kita

ingatkan kembali bahwa globalisasi dapat menimbulkan dampak positif

dan negatif. Jadi meskipun kita dapat mengambil keuntungan yang besar

dari globalisasi, misalnya saja dari

perkembangan iptek serta kema-

juan di negara lain (dampak

positif), namun apabila kita tidak

siap untuk menghadapinya maka

dapat berubah menjadi dampak

negatif yang akan kita perolehnya.

Oleh karena itu, agar kita tidak

tergilas begitu saja oleh arus

budaya global serta tidak tertinggal

jauh dari bangsa-bangsa lain di

dunia, maka kita harus memper-

siapkan diri dengan sebaik-

baiknya, misalnya saja dengan

membekalinya dengan pengeta-

huan yang cukup, serta norma dan

ideologi yang kuat.

Dinamika Sosial

Menurut Emil Salim, terdapat empat

bidang kekuatan yang membuat dunia

menjadi semakin transparan, yakni

perkembangan iptek yang semakin canggih,

perkembangan bidang ekonomi yang

mengarah pada perdagangan bebas, serta

issu lingkungan hidup dan politik

Sedangkan HAR Tilaar, mengemukakan

bahwa era keterbukaan secara khusus akan

memasuki tiga area penting yakni ekonomi,

politik, serta budaya, di mana ketiganya akan

didukung pula oleh kekuatan bisnis dan

teknologi sebagai tulang punggung

globalisasi. Oleh karenanya ketiga bidang

area itu akan menempatkan manuia dan

lembaga-lembaganya pada berbagai

tantangan, kesempatan, dan peluang.

53

Dampak Perubahan Sosial

Analisis Sosial

“Mari tumbuhkan sikap kritis kalian!”

Coba kalian amati kehidupan malam di daerahmu! Kemudian

analisislah dengan kritis pertanyaan di bawah ini!

1.

Fenomena apa yang kalian lihat dan analisislah!’

2.

Apakah kalian setuju dengan fenomena tersebut? Jelaskan

pendapat kalian!

3.

Carilah cara untuk menanggulangi perubahan sosial ini!

Rangkuman

1.

Dampak perubahan sosial adalah suatu efek sosial yang

diakibatkan oleh bentuk perubahan sosiak baik berupa

perubahan negatif maupun perubahan positif.

2.

Setiap perubahan sosial memiliki saluran-saluran yang berupa

lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan,

ekonomi, pendidikan, agama, dan keluarga tergantung

kebutuhan apa yang dicapai.

3.

Dalam perubahan sosial ada 2 respon yang akan dilakukan oleh

masyarakat yaitu penolakan terhadap unsur-unsur dari

perubahan sosial dan penerimaan unsur-unsur dari perubahan

sosial tersebut.

4.

Dampak perubahan sosial mempunyai 3 kaitan yaitu

disorganisasi dan reorganisasi, cultural lag, modernisasi dan

globalisasi.

5.

Cara penanggulangan terhadap dampak perubahan sosial

adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

memperkuat nasionalisme, berpegang teguh pada norma-norma

sosial dan menjunjung nilai-nilai budaya bangsa.

54

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Uji Kompetensi

A. Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda

silang (X) pada huruf

a, b, c,

d

atau

e

!

1.

Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan merupakan

saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan dalam

masyarakat yang pada umumnya adalah melalui . . . .

a.

lembaga masyarakat

d.

agent of change

b.

adat-istiadat

e.

proses sosialisasi

c.

norma dan nilai

2.

Suatu lembaga kemasyarakatan yang menjadi titik tolak

perubahan, tergantung kepada . . . masyarakat pada suatu masa

tertentu.

a.

channel of change

d.

cultural lag

b.

agent of change

e.

soc

ial culture

c.

cultural focus

3.

Agar sesuatu perubahan dapat dikenal, diterima, diakui, serta

dipergunakan oleh khalayak ramai, maka harus melalui proses

yang disebut . . . .

a.

internalisasi

d.

modernisasi

b.

institusionalisasi

e.

indoktrinasi

c.

sosialisasi

4.

Terciptanya keseimbangan atau harmoni dalam masyarakat

merupakan keadaan yang sangat diidam-idamkan oleh setiap

masyarakat, keadaan semacam itu diistilahkan pula dengan nama

. . . .

a.

social contact

d.

social equilibrium

b.

social culture

e.

social value

c.

social change

5.

Dalam kaitannya dengan ketertinggalan kebudayaan, biasanya

yang lebih menyolok adalah yang menyangkut . . . .

a.

alam pikiran

b.

perilaku manusia

c.

kondisi psikologis

d.

masalah kesejahteraan

e.

faktor sosial budaya

55

Dampak Perubahan Sosial

6.

Istilah lembaga kemasyarakatan sebagai saluran perubahan sosial,

merupakan terjemahan langsung dari istilah asing, yaitu . . . .

a.

Social Organization

d.

Soc

ial Anomie

b.

Social Institution

e.

Soziale Gebilde

c.

Social Change

7.

Lembaga kemasyarakatan adalah himpunan norma-norma dari

segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di

dalam kehidupan masyarakat, sebagaimana dikemukakan oleh

. . . .

a.

Soerjono Soekanto

d.

Sartono Kartodirdjo

b.

Soelaeman Soemardi

e.

Koentowijoyo

c.

Koentjaraningrat

8.

Dampak perubahan akibat globalisasi yang paling terasa bagi

kehidupan manusia terutama pada bidang . . . .

a.

ekonomi

d.

budaya

b.

politik

e.

agama

c.

sosial

9.

Menurut Har Tilaar, dalam bidang budaya munculnya globalisasi

akan berdampak positif berupa lahirnya masyarakat . . . .

a.

terbuka

d.

sadar hukum

b.

demokratis

e.

global

c.

mega kompetisi

10. Nasionalisme dapat membentengi pengaruh buruk dari

perkembangan teknologi, namun nasionalisme di sini hendaklah

yang dilandasi oleh . . . .

a.

pikiran rasional

d.

sikap totalitas

b.

pikiran irasional

e.

logika hukum

c.

logika matematika

B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!

1.

Mengapa lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pada suatu

saat tertentu mendapatkan penilaian tertinggi dari masyarakat

akan cenderung untuk menjadi sumber (saluran utama)

perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan?

2.

Mengapa perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan

akan membawa akibat pula pada lembaga-lembaga kemasyara-

katan lainnya?

56

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

3.

Apakah fungsi saluran-saluran perubahan bagi terjadinya

perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat?

4.

Apa yang dimaksudkan dengan terciptanya suatu keadaan

keseimbangan dalam masyarakat?

5.

Jelaskan sejumlah respon individu dan masyarakat atas terjadinya

perubahan-perubahan sosial yang diakibatkan oleh munculnya

unsur-unsur asing atau luar dari individu atau masyarakat yang

bersangkutan?

Proyek

“Ayo kembangkan kreativitas kalian!”

Prosedur kerja yang harus dilalui:

Siswa secara kelompok (maksimal 5 orang) mengerjakan tugas

untuk mengamati fenomena sosial (dampak perubahan-perubahan

sosial dan budaya global) yang terjadi di sekitar tempat tinggalnya.

Dengan bimbingan dan arahan guru, maka sebelum menuju ke

lapangan siswa merumuskan sejumlah masalah yang akan dicoba

untuk dicari pemecahannya. Adapun sejumlah masalah yang akan

dicari pemecahannya adalah seputar:

1.

Beberapa dampak negatif perubahan-perubahan global (dampak

secara umum), seperti terhadap lingkungan alam, sosial, fisik

serta kejiwaan, dan lain-lain.

2.

Perubahan sikap dan perilaku generasi muda akibat pengaruh

budaya global.

3.

Beberapa alternatif pemikiran/gagasan (langkah-langkah

tindakan) guna mengatasi semakin memudarnya eksistensi

budaya bangsa (jatidiri bangsa) akibat perubahan-perubahan

sosial dan budaya global.

Untuk menjawab sejumlah pertanyaan tersebut, siswa diminta

untuk terjun ke lapangan dan mencatat hal-hal penting berkaitan

dengan dampak negatif perubahan-perubahan sosial dan budaya

global, khususnya bagi kehidupan manusia. Kegiatan pengamatan

lapangan akan disertai pula dengan mewawancarai beberapa orang

sebagai informan. Untuk sumber informan diupayakan untuk lebih

banyak mewawancarai generasi muda (remaja), sebab kelompok

inilah yang paling banyak kena pengaruh akibat perubahan-

perubahan budaya global.