Gambar Sampul Sosiologi · Bab I Proses Perubahan Sosial di Masyarakat
Sosiologi · Bab I Proses Perubahan Sosial di Masyarakat
Atik Catur Budiati

24/08/2021 15:36:36

SMA 12 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

SMA & MA

Atik Catur Budiati

Sosiologi

XII

Kontekstual

Atik Catur Budiati

iii

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-

Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun

2008, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit

untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (

website

)

Jaringan Pendidikan Nasional.

Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan

dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat

kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 tanggal 25 Juni 2007.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para

penulis/penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada

Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa

dan guru di seluruh Indonesia.

Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen

Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (

down load

)

,

digandakan, dicetak,

dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun, untuk penggandaan

yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang

ditetapkan oleh Pemerintah.

Diharapkan bahwa buku

teks pelajaran ini akan

lebih mudah diakses sehingga siswa dan guru di seluruh Indonesia maupun

sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber

belajar ini.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para

siswa kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku ini sebaik-

baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya.

Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

Jakarta, Juni 2009

Kepala Pusat Perbukuan

Kata Sambutan

iv

Berkat rahmat dan hidayah dari Tuhan Yang Maha Esa, serta dorongan

untuk menyukseskan program pendidikan di SMA/MA, maka penyusunan buku

Sosiologi Kontekstual ini dapat kami selesaikan.

Dalam buku ini kalian diberi bekal untuk dapat menerapkan segala ilmu

yang dipelajari melalui uraian materi, kolom fakta sosial, analisis sosial, dinamika

sosial, uji kompetensi, proyek, serta latihan soal-soal semester dan akhir tahun.

Kami menyadari bahwa buku ini masih terdapat kekurangan, maka kami

mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi

perbaikan dan penyempurnaan penerbitan berikutnya.

Surakarta, Mei 2007

Penulis

Kata Pengantar

v

Da

ft

ar Isi

Kata Sambutan ............................................................................................

ii

Kata Pengantar

............................................................................................

iii

Da

ft

ar Isi ........................................................................................................

iv

Bab I

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

.............................

1

A. Faktor Terjadinya Perubahan Sosial ..................................

3

B

. Tipe Perubahan Sosial .........................................................

1 1

C. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial .

1 8

Bab II

Dampak Perubahan Sosial ......................................................

3 1

A. Saluran Perubahan Sosial Dalam Masyarakat ................

3 3

B

. Respon Individu dan Masyarakat terhadap perubahan

Sosial .......................................................................................

3 5

C. Dampak Perubahan Sosial .................................................

3 8

D. Sikap Kritis Terhadap Perubahan Sosial Budaya ...........

4 9

Bab III

Lembaga

Sosial

...........................................................................

5 7

A. Hakikat dan Tipe Lembaga Sosial .....................................

5 9

B

. Peran dan Fungsi Lembaga Sosial .....................................

6 0

Latihan Soal-soal Semes

ter Gasal

...........................................................

7 9

Bab IV

Merancang dan Melakukan Penelitian Sosial

..................

8 3

A. Metode Penelitian Sosial .....................................................

8 5

B

. Membuat Rancangan Metode Penelitian Sosial .............

8 7

C. Melakukan Penelitian Sosial Secara Sederhana .............

100

Bab V

Publikasi Hasil Pe

nelitian Sosial

..........................................

111

A. Fungsi, Jenis dan Bentuk Laporan Penelitian ..................

113

B

. Kerangka dan Isi Laporan Penelitian ................................

116

C. Teknik Penulisan Laporan Hasil Penelitian .....................

121

Latihan Soal-soal Semester Genap

.........................................................

137

Latihan Akhir

Tahun ................................................................................

140

Glosariu

m .....................................................................................................

145

Da

ft

ar Pustaka .............................................................................................

148

Indeks

.........................................................................................................

150

Kunci Jawaban Sosiologi XII

..................................................................

155

vi

1

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

z

Perubahan Sosial

z

Masyarakat

Tujuan Pembelajaran:

Sesudah kalian aktif mengikuti pokok bahasan dalam bab ini, diharapkan kalian dapat

mengidentifikasi dan mengetahui perubahan sosial di dalam masyarakat.

Kata kunci

Supaya kalian lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dalam bab ini, pelajari dan

ingatlah beberapa kata kuncinya!

Supaya kalian lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dalam bab ini, pelajarilah peta

konsepnya!

mencakup

Faktor-faktor

Perubahan Sosial

Perubahan

Sosial

Luar

Pengaruh Perubahan alam

Peperangan

Pengaruh Kebudayaan lain

Dalam

Perubahan Jumlah Penduduk

Penemuan-penemuan Baru

Konflik dan Pemberontakan

terdiri dari

Direncanakan dan tidak

direncanakan

Perubahan Besar dan Kecil

Perubahan Lambat dan Cepat

Tipe Perubahan

Sosial

terdiri dari

terdiri

dari

terdiri

dari

Bab I

Proses Perubahan Sosial

di Masyarakat

Sumber gambar:

Periplus Travel Guide Bali

2

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Setiap kelompok masyarakat di manapun mereka berada pasti pernah

mengalami perubahan-perubahan. Perubahan itu ada yang mencolok dan

ada pula yang kurang mencolok, ada yang berlangsung secara cepat dan

ada pula yang lambat, ada yang berpengaruh besar dan ada pula yang

kecil. Perubahan-perubahan itu dapat berupa perubahan terhadap nilai

dan norma-norma sosial, pola-pola perikelakuan, organisasi sosial, susunan

lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,

kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Perubahan-

perubahan yang terjadi di dunia ini memang telah berlangsung sejak

dahulu kala, hanya saja pada jaman sekarang perubahan-perubahan

tersebut telah berjalan dengan sangat cepat. Bahkan berkat adanya

kemajuan yang pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi, maka

pengaruh-pengaruhnyapun telah menjalar secara cepat ke bagian-bagian

dunia lainnya.

Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat

memang sesuatu hal yang rumit namun menantang untuk dilakukan. Lalu

apakah yang dimaksud dengan perubahan sosial atau perubahan yang

terjadi dalam masyarakat itu? Gillin dan Gillin sebagaimana yang dikutip

Sukanto (1982 : 307) mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah suatu

variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik

karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi

Gambar 1.1

Adanya perkembangan teknologi mengakibatkan

perubahan hubungan sosial di tempat kerja

Sumber:

Tempo, 24 November 2002

3

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-

penemuan baru yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Sedangkan

seorang sosiolog Indonesia bernama Selo Sumardjan, mengemukakan

bahwa yang dimaksud dengan perubahan sosial adalah segala perubahan

pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang

mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-

sikap, dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam

masyarakat. Selanjutnya bagaimana proses terjadinya perubahan sosial

itu, bagaimana bentuk-bentuknya, serta apa saja yang menyebabkan atau

melatarbelakanginya, cobalah kalian simak pada keterangan berikut ini.

A.

Faktor Terjadinya Perubahan Sosial

Terdapat dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan

sosial, yakni yang berasal dari dalam serta yang berasal dari luar

masyarakat.

a.

Faktor dari Dalam

Faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri (faktor dalam),

antara lain meliputi:

1

)

Perubahan Jumlah penduduk

Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat, dapat

menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam struktur

masyarakat, terutama yang menyangkut masalah lembaga-lembaga

kemasyarakatannya. Sedangkan berkurangnya jumlah penduduk

terutama yang diakibatkan oleh proses migrasi (seperti urbanisasi,

transmigrasi, dan lain-lain) juga dapat mengakibatkan kekosongan,

misalnya pada bidang pembagian kerja, dan stratifikasi sosial yang pada

gilirannya dapat berpengaruh pula terhadap lembaga-lembaga

kemasyarakatan di daerah yang ditinggalkannya.

Pada umumnya, masalah kependudukan yang sering menimbulkan

perubahan sosial budaya tersebut adalah akibat pertambahan penduduk

yang disebabkan oleh arus urbanisasi (ke kota), dan juga akibat

berkurangnya jumlah penduduk terutama di daerah-daerah yang

ditinggalkan oleh orang-orang yang berurbanisasi tersebut. Adanya

urbanisasi penduduk ke kota-kota besar atau tempat-tempat lain yang

menjanjikan harapan telah menimbulkan ketidak-seimbangan antara luas

daerah beserta sumber-sumber kehidupannya dengan jumlah penduduk

yang ada.

4

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Maka, persaingan untuk memenuhi kebutuhan hidup menjadi

semakin tinggi, angka pengangguran juga semakin bertambah akibat

sulitnya mendapatkan pekerjaan-pekerjaan di sektor formal (biasanya para

pendatang tidak memiliki ijasah maupun keahlian-keahlian khusus yang

dibutuhkan oleh bursa kerja sektor formal sehingga mereka kalah bersaing

dengan tenaga-tenaga terdidik kota yang umumnya memiliki semua

persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan bagi bursa tenaga kerja di sektor

formal), dan akibat lebih lanjut adalah munculnya kerawanan di bidang

keamanan serta ketertiban masyarakat. Keadaan seperti itu jelas dapat

menimbulkan perubahan-perubahan baru pada struktur masyarakat,

seperti perubahan corak kehidupan sosial (masyarakat) yang lebih bersifat

individual, sementara di sektor ekonomi kota juga muncul pekerjaan-

pekerjaan baru yang tidak banyak membutuhkan keahlian khusus

maupun pendidikan-pendidikan formal, (asal bisa dikerjakan dan

menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja), seperti pedagang kaki lima,

pedagang asongan, pencuci mobil di pinggir jalan, penyemir sepatu,

perantara calo-calo, dan lain-lain. Sementara kebalikan dari semua itu, ialah

bahwa di daerah-daerah yang ditinggalkan (umumnya daerah pedesaan)

akan mengalami kelambanan dalam pembangunan, antara lain karena

tenaga-tenaga potensial yang ada berurbanisasi ke kota-kota (

brain drain

).

2)

Pertentangan (konflik) dan Pemberontakan (revolusi) di Masyarakat

Suatu pertentangan (konflik), baik itu berupa pertentangan nilai dan

norma-norma, pertentangan agama, etnik, politik, dan lain-lain dapat pula

menimbulkan terjadinya perubahan-perubahan sosial yang cukup luas.

Suatu pertentangan individu terhadap nilai-nilai dan norma-norma, serta

adat-istiadat yang telah berjalan lama misalnya, akan dapat menimbulkan

perubahan apabila individu-individu yang bersangkutan beralih dari nilai-

nilai, norma, serta adat-istiadat yang telah lama diikutinya tersebut. Sebagai

contoh, anggapan umum masyarakat Indonesia bahwa “makin banyak

anak makin banyak rejeki”, dan “setiap anak yang dilahirkan telah memiliki

rejekinya masing-masing”, sehingga tidak menimbulkan kecemasan setiap

kali anaknya lahir. Namun kini pandangan semacam itu mengalami

perubahan, yakni bahwa “makin banyak anak makin besar beban

ekonominya”. Menurut yang percaya, perubahan tersebut diyakini dapat

mengurangi angka pertambahan penduduk dan kesejahteraan juga makin

meningkat, sebab terdapat keseimbangan antara kemampuan ekonomi dan

tanggungjawab membiayai anak. Contoh lain misalnya, pandangan

masyarakat Batak bahwa di dalam keluarga harus ada anak laki-laki untuk

5

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

meneruskan garis keturunan keluarga. Adanya keyakinan semacam itu

ternyata telah mendorong keluarga-keluarga yang belum memperoleh anak

laki-laki untuk terus berupaya mendapatkannya, meskipun sebenarnya

jumlah anaknya telah banyak. Akan tetapi karena pengalaman, terutama

bagi masyarakat Batak yang telah berpengalaman merantau, terhadap

pikiran dan keyakinan tersebut menjadi lebih longgar. Mereka dapat

berpandangan bahwa anak menantu adalah anak laki-laki mereka juga.

Sumber:

Dok. Penerbit

Gambar 1.2

Terjadi pergeseran anta

ra nilai lama yang mengatakan “banyak anak banyak

rezeki” dengan nilai baru yang beranggapan “makin banyak anak justru makin besar beban

ekonominya”, telah membawa perubahan-perubahan, khususnya pandangan orang tua

terhadap anak.

Selain perubahan sosial yang diakibatkan oleh pertentangan nilai-nilai

dan norma yang terdapat dalam masyarakat, perubahan sosial juga dapat

diakibatkan oleh pertentangan ideologi (politik, agama), etnik, dan juga

pemberontakan-pemberontakan. Di Indonesia, perubahan sosial yang

diakibatkan oleh berbagai faktor pertentangan ideologi serta pemberontakan

tersebut telah ada buktinya. Sebut saja misalnya konflik pemerintah dengan

DI/TII, RMS, PRRI/PERMESTA pada awal kemerdekaan, konflik Pemerintah

dengan PKI (Pemberontakan PKI tahun 1948 dan 1965), maupun konflik-

konflik mutakhir di jaman reformasi ini seperti konflik di Aceh, Ambon, Poso,

Papua, Sampit, dan lain-lain. Berbagai perubahan sosial yang ditimbulkan

akibat pertentangan maupun pemberontakan-pemberontakan yang muncul

dalam masyarakat Indonesia tersebut telah berdampak buruk, misalnya

terhentinya aktivitas perekonomian, inflasi, timbulnya rasa saling curiga,

kecemasan, dan lain-lain.

6

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Di dalam jangkauan yang lebih luas, perubahan sosial yang

diakibatkan oleh pertentangan politik maupun pemberontakan (revolusi)

dalam masyarakat juga pernah terjadi di negara Rusia. Akibat

pemberontakan (revolusi) yang terjadi di Rusia tahun 1917 tersebut telah

menyebabkan adanya perubahan sosial, yakni terjadinya perubahan

bentuk sistem kenegaraan, yang mula-mula negara berbentuk kerajaan

yang absolut berubah menjadi negara diktator proletariat yang didasarkan

pada ajaran atau doktrin marxisme dan leninisme (komunisme).

3)

Penemuan-penemuan baru dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi

Akibat perkembangan ilmu

pengetahuan yang semakin tinggi

dan meluas ternyata berdampak

pada penemuan-penemuan baru

berupa teknologi canggih, yang

kemudian berdampak pula ter-

hadap perubahan kehidupan

manusia. Misalnya, jika pada jaman

dahulu manusia bertempat tinggal

di gua-gua, di rumah-rumah

dengan dinding alang-alang, maka

pada saat ini manusia tinggal di

rumah-rumah yang lebih sehat dengan bermacam-macam model dan

gaya. Jika dahulu alat angkut manusia sangat sederhana (misalnya hanya

menggunakan tenaga hewan), maka sekarang manusia telah

menggunakan alat-alat transportasi mesin, yang sudah super canggih.

Adanya penemuan-pene-

muan baru akibat perkem-

bangan ilmu pengetahuan,

baik itu berupa teknologi

maupun berupa gagasan-

gagasan baru yang menyebar

ke masyarakat tersebut,

akhirnya dikenal, diakui, dan

selanjutnya diterima oleh

masyarakat sehingga berdam-

pak pada timbulnya perubahan

sosial.

Dinamika Sosial

1. Penemuan baru sebagai sebab terjadinya

perubahan sosial, dapat dibedakan

dalam pengertian

discovery

dan

invention.

2.

Discovery

adalah penemuan kebudayaan

baru, baik berupa alat baru atau berupa

ide baru yang diciptakan oleh seorang

individu.

3.

Discovery

baru menjadi

invention

kalau

masyarakat sudah menerima atau me-

nerapkan penemuan baru itu dalam

kehidupannya.

Sumber:

CD Image

Gambar 1.3

Penemuan baru di bidang teknologi

yang semakin canggih dapat memicu terjadinya

perubahan sosial yang sangat cepat di masyarakat

7

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

b.

Faktor dari Luar

Faktor yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri (faktor luar),

antara lain dapat meliputi:

1

)

Pengaruh kebudayaan

Hubungan atau kontak secara fisik antara satu masyarakat (budaya)

dengan masyarakat (budaya) lainnya cenderung dapat menyebabkan

terjadinya saling memengaruhi di antara masing-masing masyarakat atau

kebudayaan tersebut. Artinya, suatu masyarakat (budaya) itu bisa

memengaruhi masyarakat (budaya) lainnya, namun sekaligus juga dapat

terkena (mau menerima) pengaruh dari masyarakat (budaya) lainnya itu.

Namun apabila hubungan atau kontak tersebut dilakukan secara tidak

langsung, misalnya melalui alat-alat komunikasi massa seperti radio, televisi,

film, koran, dan lain-lain, maka komunikasinya cenderung bersifat satu

arah saja, yaitu dari masyarakat yang secara aktif menggunakan alat-alat

komunikasi tersebut, sedangkan pihak lain (yakni masyarakat penerima)

tidak memiliki kesempatan untuk memberikan pengaruhnya. Apabila

pengaruh tersebut diterima tidak karena paksaan dari pihak yang

mempengaruhi, maka hasilnya di dalam ilmu ekonomi dinamakan

demonstration effect

. Sedangkan proses penerimaan pengaruhnya, di dalam

ilmu antropologi budaya dinamakan akulturasi.

Adakalanya juga, bahwa dalam proses pertemuan kebudayaan

tersebut, tidak terjadi pengaruh sama sekali (baik satu arah ataupun dua

arah). Pada pertemuan kedua kebudayaan yang tarafnya seimbang

misalnya, kadangkala bisa saling menolak yang mungkin disebabkan

karena pada masa lalunya pernah saling terjadi pertentangan fisik yang

kemudian dilanjutkan dengan pertentangan non fisik antara kedua

masyarakat pendukung masing-masing kebudayaan itu. Keadaan

semacam itu dalam sosiologi antropologi dinamakan

cultural animosity

.

Suatu

cultural animosity

hingga kini ada misalnya antara Surakarta dan

Yogyakarta yang dapat dikembalikan pada kejadian-kejadian pada tahun

1755 (Perjanjian Gianti), dan kemudian Perjanjian Salatiga pada tahun

1757. Pertentangan fisik mengawali bentrokan antara kedua belah pihak

yang kemudian dilanjutkan dengan pertentangan-pertentangan dalam

segi-segi kehidupan lainnya. Walaupun kedua kebudayaan itu memiliki

sumber dan dan dasar yang sama, yakni kebudayaan khusus (

sub culture

)

Jawa, namun terjadi pertentangan-pertentangan (perbedaan) misalnya

dalam hal corak pakaian, tari-tarian, seni musik tradisional, gelar-gelar

kebangsawanan, dan seterusnya.

8

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

Adanya pengaruh dari kebuda-

yaan lain juga dapat menyebabkan

terjadinya proses

imitasi,

yaitu

tindakan seseorang untuk meniru

orang lain melalui sikap,

penampakan, gaya hidupnya atau

apa saja yang dimilikinya. Biasanya

yang lemah cenderung meniru yang

dominan. Proses perubahan dengan

cara imitasi, misalnya dapat terjadi

apabila ada dua kebudayaan yang

saling bertemu, sedangkan salah satu

dari kebudayaan tersebut memiliki

unsur-unsur yang lebih tinggi

(misalnya dalam aspek teknologinya),

maka ada kemung-kinan terjadi

proses

imitasi

(peniruan) dari para

pendukung kebudayaan yang masih

rendah taraf teknologi-nya. Adapun

prosesnya, mula-mula unsur-unsur

tersebut ditambahkan pada

kebudayaannya, akan tetapi lambat laun unsur-unsur kebudayaan mereka

yang dirubah dan diganti dengan unsur-unsur kebudayaan asing tersebut.

Misalnya, pada saat ini orang-orang Indonesia cenderung untuk memakai

pakaian yang bercorak barat, karena dianggap lebih mudah dan praktis.

Sedangkan memakai pakaian tradisionalnya jarang sekali, kecuali hanya

pada kesempatan-kesempatan tertentu misalnya pada saat upacara-

upacara resmi seperti resepsi perkawinan, khitanan, dan lain-lain.

2)

Terjadinya Peperangan

Peperangan yang terjadi antara negara (masyarakat) satu dengan

negara (masyarakat) lainnya juga dapat menimbulkan berbagai dampak

seperti halnya dampak yang ditimbulkan oleh adanya penberontakan dan

pertentangan-pertentangan. Akan tetapi dampak negatif yang ditimbulkan

oleh adanya peperangan jauh lebih dahsyat, karena peralatan perang

biasanya juga lebih canggih.

Selain perubahan di bidang sosial, peperangan dengan negara

(masyarakat) lain dapat pula menyebabkan terjadinya perubahan di

bidang kebudayaan, hal ini oleh karena biasanya negara yang menang

akan memaksakan kepada negara yang kalah, untuk menerima

Kontak atau Interaksi antarbudaya tidak

selamanya menjamin timbulnya pengaruh

satu budaya terhadap budaya lainnya. Suatu

masyarakat bisa saja menerima, menolak,

atau menyeleksi terlebih dahulu baru

kemudian menyerap unsur-unsur budaya

luar yang sesuai. Respons psikologis

individu terhadap

cross-cultural contact

ada

empat kemungkinan, yaitu: 1.

Passing Typed

:

menolak kebudayaan yang asli, dan

mengadopsi kebudayaan yang baru 2.

Chauvinist Typed:

menolak sama sekali

pengaruh budaya asing, dan memperta-

hankan secara kuat kebudayaan asli 3.

Marginal Typed

: terombang-ambing di

antara kebudayaan asli dan kebudayaan

asing 4.

Mediating Typed

: selektif, mau

menerima dan mengkombinasikan

(mensintesiskan) di antara unsur-unsur

budaya namun tanpa melalaikan inti

budayanya sendiri.

Dinamika Sosial

9

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

kebudayaannya yang dianggap

lebih tinggi tarafnya. Negara-

negara yang kalah perang dalam

Perang Dunia II seperti Jerman dan

Jepang (Blok Poros/As), harus

menerima ide-ide yang dipaksakan

dari negara-negara pemenang

(Blok Sekutu), sehingga mengalami

perubahan-perubahan besar pada

masyarakatnya. Jerman misalnya,

telah mengalami perubahan-

perubahan besar menyangkut

bidang kenegaraan, yakni dipecah-

nya negara tersebut menjadi dua yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur

(komunis), sebelum akhirnya berhasil dipersatukan kembali menjelang

runtuhnya komunisme tahun 1990. Hal tersebut tidak saja mengakibatkan

perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di bidang politik dan

pemerintahan, akan tetapi juga di bidang-bidang lainnya seperti ekonomi

dan militer. Sedangkan di timur, Jepang setelah kalah perang juga

mengalami perubahan-perubahan, di mana berkat campur tangan

Amerika Serikat Jepang secara berangsur-angsur berubah dari negara

agraris-militer ke negara industri yang cukup disegani. Perubahan-

perubahan yang demikian juga terjadi di Vietnam, Kamboja, Korea, dan

lain-lain.

3)

Pengaruh Perubahan Lingkungan Alam

Perubahan sosial budaya dapat juga terjadi karena penyebab alam,

seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir besar, angin taufan, dan lain-

lain. Peristiwa-peristiwa alam semacam itu mungkin dapat menyebabkan

bahwa masyarakat-masyarakat yang mendiami daerah-daerah tersebut

terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Apabila masyarakat

tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus

menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang baru pula. Dengan

kejadian semacam itu, kemungkinan akan mengakibatkan terjadinya

perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatannya.

Misalnya masyarakat petani yang terkena musibah banjir besar, kemudian

mereka harus pindah ke suatu daerah yang tidak memungkinkan bagi

adanya kegiatan pertanian, maka terpaksa harus menyesuaikan mata

pencahariannya menjadi seorang nelayan. Sementara masyarakat di

daerah kota yang d

ilanda dan harus diungsikan ke suatu tempat yang lebih

Sumber:

www.tempophoto.com

Gambar 1.4

Dampak peperangan hampir

selalu menimbulkan terjadinya perubahan-

perubahan sosial dalam masyarakat

10

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

aman, misalnya di daerah transmigrasi, maka harus menyesuaikan

kehidupannya, yakni dari kebiasaan hidup di daerah berpenduduk rapat

dan ramai kepada kebiasaan hidup di alam pedesaan yang sunyi di daerah

transmigrasi. Kejadian-kejadian semacam itu jelas akan mengakibatkan

perubahan-perubahan dalam diri masyarakat tadi, misalnya timbul

lembaga-lembaga kemasyarakatan baru seperti pertanian, perkebunan, dan

lain-lain.

Sumber:

Ensiklopedi Umum untuk Pelajar 2

Gambar 1.5

Salah satu faktor alam yang dapat menyebabkan perubahan sosial adalah

terjadinya perubahan-perubahan lingkungan fisik (alam), yang diakibatkan oleh bencana

alam seperti misalnya gempa bumi, angin lesus, banjir, dan lain-lain.

Analisis Sosial

“Mari tumbuhkan etos kerja kalian!”

Kerjakan secara individu, dan selesaikan beberapa tugas berikut ini:

1.

Carilah tiga buah contoh peristiwa perubahan sosial yang pernah

terjadi di daerah kalian!

2.

Selanjutnya jelaskan masing-masing, faktor-faktor apa saja yang

menjadi penyebab atau pendorongnya (untuk menjawab

pertanyaan ini kalian bisa mengelompokkannya atas dasar

faktor luar dan faktor dalam)?

3.

Berilah analisis bagaimana cara pencegahan dari perubahan

sosial!

11

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

B.

Tipe Perubahan Sosial

Perubahan-perubahan yang terjadi di dunia ini memang telah

berlangsung sejak dahulu kala, hanya saja pada jaman sekarang

perubahan-perubahan tersebut telah berjalan dengan sangat cepat. Bahkan

berkat adanya kemajuan yang begitu pesat di bidang teknologi informasi

dan komunikasi, maka pengaruh-pengaruhnyapun telah menjalar secara

cepat ke bagian-bagian dunia lainnya. Lalu seperti apakah terjadinya

perubahan-perubahan sosial itu? Bagaimana contohnya?

Sebagaimana disinggung

di depan, kehidupan manusia

(masyarakat) pasti akan selalu

mengalami perkembangan

atau perubahan. Dalam proses

perubahan tersebut manusia

(masyarakat) biasanya akan

cenderung berusaha (berubah)

ke arah yang lebih maju (lebih

baik), meskipun dalam realita-

nya tidak selamanya hal

semacam itu berhasil didapat-

kannya, sebab adakalanya

juga bahwa perubahan itu

justru terjadi sebaliknya, yakni bergerak ke arah yang lebih jelek

(kemunduran).

Tugas manusia untuk mengusahakan bagaimana agar perubahan-

perubahan tersebut mengarah pada kemajuan, dan sebaliknya mencegah

setiap perubahan yang menuju ke arah kemunduran. Perubahan sosial

yang mengarah pada kemajuan itu misalnya adanya pembangunan dan

modernisasi. Dengan pembangunan, berarti manusia telah merancang

perubahan sosial yang mengarah pada kemajuan. Sedangkan adanya

modernisasi berarti manusia telah merubah sikap mental yang modern

serta menerapkan teknologi canggih yang berguna bagi kelancaran proses

pembangunan suatu masyarakat dan bangsa.

Ditinjau dari aspek historis, terjadinya perubahan sosial adalah suatu

proses yang akan berlangsung terus sepanjang kehidupan manusia.

Sementara ditinjau dari aspek bentuknya, terjadinya perubahan sosial itu

akan meliputi: (1) Perubahan sosial yang berlangsung secara lambat

Sumber:

www.dpreview.com

Gambar 1.6

Pembangunan dan modernisasi

merupakan salah satu contoh perubahan sosial

yang mengarah kepada kemajuan

12

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

(evolusi) dan Perubahan sosial yang berlangsung secara cepat (revolusi);

(2) Perubahan sosial yang berlangsung dengan skala kecil dan Perubahan

sosial yang berlangsung dengan skala besar; (3) Perubahan sosial yang

berlangsung karena dikehendaki atau direncanakan dan Perubahan sosial

yang berlangsung karena tidak dikehendaki atau tidak direncanakan.

Berbagai bentuk perubahan sosial tersebut, beserta beragam contohnya

akan dijelaskan pada uraian berikut ini.

1.

Perubahan Lambat (

Evolusi

) dan Perubahan Cepat (

Revolusi

)

Proses terjadinya perubahan sosial dapat berlangsung secara lambat

dan dapat pula berlangsung secara cepat. Jika perubahan sosial itu

berlangsung secara lambat dan memerlukan waktu yang lama, di dalamnya

juga terdapat serentetan perubahan-perubahan kecil yang saling mengikuti

secara lambat, maka perubahan semacam itu dinamakan ev

olusi. Perubahan

secara evolusi biasanya terjadi dengan sendirinya, tanpa suatu rencana

ataupun suatu kehendak tertentu. Perubahan-perubahan semacam ini

berlangsung karena adanya upaya-upaya masyarakat untuk menyesuaikan

diri dengan keperluan-keperluan,

keadaan-keadaan dan kondisi-

kondisi baru yang timbul sejalan

dengan pertumbuhan masyarakat.

Apabila suatu perubahan

terjadi secara cepat, di mana hal

tersebut bahkan mampu mengenai

dasar-dasar atau sendi-sendi pokok

dari kehidupan masyarakat (yaitu

lembaga-lembaga kemasya–

rakatan), maka perubahan tersebut

dinamakan

revolusi

. Di dalam

revolusi, peru-bahan-perubahan

yang terjadi dapat direncanakan

terlebih dahulu maupun tanpa

rencana. Akan tetapi, meskipun

revolusi dikatakan sebagai

perubahan cepat, namun ukuran

kecepatan-nya sebenarnya bersifat

relatif, oleh karena suatu revolusi

dapat pula memakan waktu yang

relatif lama, seperti misalnya

Dinamika Sosial

Menurut para ahli sosiologi, terdapat

beberapa prinsip yang menjadi ciri umum

perubahan sosial, antara lain meliputi:

1. Tidak ada masyarakat yang berhenti

perkembangannya, karena setiap

masyarakat dapat mengalami perubah-

an secara lambat atau cepat

2. Perubahan yang terjadi pada kelemba-

gaan masyarakat tertentu akan diikuti

oleh perubahan pada lembaga sosial

yang lainnya karena sifatnya yang

interdependen

3. Perubahan sosial yang cepat biasanya

menimbulkan disorganisasi yang bersifat

sementara di dalam proses penyesuaian

diri. Disorganisasi akan diikuti oleh

reorganisasi berupa pemantapan kaidah-

kaidah baru

4. Perubahan sosial tidak dapat dibatasi

dalam bidang kebendaan atau bidang

spiritual saja karena keduanya terdapat

hubungan timbal balik yang saling kait

mengkait.

13

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

revolusi industri yang dimulai di Inggris, di mana terjadi perubahan-

perubahan dari tahap produksi tanpa mesin menuju ke tahap produksi

dengan menggunakan mesin. Perubahan tersebut dianggap cepat, karena

merubah sendi-sendi pokok dari kehidupan masyarakat, seperti misalnya

sistem kekeluargaan, hubungan antara buruh dan majikan, dan seterusnya.

Suatu revolusi dapat pula berlangsung dengan didahului oleh suatu

pemberontakan (

rebellion

), yang kemudian menjelma menjadi revolusi.

Terjadinya pemberontakan para petani di Banten pada tahun 1888

misalnya, telah didahului dengan suatu tindak kekerasan sebelum akhirnya

menjadi suatu revolusi yang mampu merubah sendi-sendi kehidupan

masyarakat di daerah tersebut.

2.

Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

Suatu perubahan dikatakan kecil apabila perubahan itu tidak sampai

membawa pengaruh yang langsung atau berarti bagi masyarakat,

sedangkan sebaliknya, suatu perubahan dikatakan besar apabila

perubahan-perubahan tersebut mampu membawa pengaruh yang besar

bagi masyarakat (khususnya lembaga-lembaga kemasyarakatannya).

Suatu perubahan dalam mode pakaian, gaya rambut, dan model aksesoris

misalnya, tidak akan membawa pengaruh yang berarti bagi masyarakat

dalam keseluruhannya, oleh karena tidak mengakibatkan perubahan-

perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Namun sebaliknya, suatu proses industrialisasi pada masyarakat yang

agraris misalnya, merupakan perubahan yang akan membawa pengaruh

yang besar pada masyarakat yang

bersangkutan. Dalam proses

tersebut (industrialisasi), diperkira-

kan berbagai lembaga-lembaga

kemasyarakatan akan terpengaruh

olehnya, seperti misalnya hu-

bungan kerja, sistem milik tanah,

hubungan-hubungan kekeluar-

gaan, stratifikasi sosial, dan

sebagainya. Dengan demikian

terjadinya proses industrialisasi

pada masyarakat yang masih

agraris merupakan suatu peru-

bahan sosial yang besar bagi

masyarakat yang bersangkutan.

Sumber:

Tempo, 15 Januari 2006

Gambar 1.7

Perubahan dalam mode pakaian

tidak akan sampai membawa perubahan yang

berarti bagi masyarakat, maka dianggap

sebagai perubahan yang kecil saja

14

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

3.

Perubahan yang Dikehendaki (direncanakan) dan Perubahan

yang Tidak Dikehendaki (tidak direncanakan).

Perubahan sosial dapat berlangsung karena dikehendaki atau

direncanakan (

intended

change

), dan dapat pula tidak dikehendaki atau

tanpa suatu perencanaan (

unintended change

). W

alaupun suatu perubahan

sosial telah direncanakan ke arah suatu tujuan yang hendak dicapai, namun

perubahan yang terjadi tidak selamanya berhasil seperti yang dikehendaki.

Oleh karena itu, keberhasilan suatu perubahan sosial yang direncanakan

akan banyak bergantung kepada kemampuan rekayasa sosial yang

dilakukan oleh para perencana sosialnya.

Perubahan yang dikehendaki atau

direncanakan merupakan perubahan

yang diperkirakan (telah direncanakan)

terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang

hendak mengadakan perubahan dalam

masyarakat. Pihak-pihak yang menghen-

daki suatu perubahan biasanya

menyebut para perencana sosial, yakni

seseorang atau sekelompok orang yang

mendapat kepercayaan dari masyarakat

sebagai pemimpin satu atau lebih

lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Dengan demikian, dalam konteks

perubahan yang dikehendaki maka pada

perencana sosial inilah yang akan

memimpin masyarakat dalam merubah

sistem sosialnya. Dalam melaksanakan tugasnya, langsung terjun langsung

untuk mengadakan perubahan, bahkan mungkin menyebabkan

perubahan-perubahan pula pada lembaga-lembaga kemasyarakatan

lainnya. Selain itu, suatu perubahan yang dikehendaki atau yang

direncanakan, selalu berada di bawah pengendalian serta pengawasan dari

perencanaan sosial tersebut. Dalam ilmu sosiologi, cara-cara untuk

mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan

terlebih dahulu sebagaimana dijelaskan di atas, dinamakan

social planning

(perencanaan sosial) atau sering dinamakan pula dengan istilah

social

engineering

(perekayasaan sosial).

Sementara sebaliknya, perubahan-perubahan sosial budaya yang

tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan, merupakan perubahan-

perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki serta berlangsung di luar

Sumber:

Media Indonesia, 7 Agustus 2006

Gambar 1.8

Proses industrialisasi

membawa dampak yang besar bagi

masyarakat.

15

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

jangkauan pengawasan masyarakat, serta dapat menyebabkan timbulnya

akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat. Sedangkan

apabila perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki tersebut

berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang dikehendaki, maka

perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang demikian

besarnya terhadap perubahan-perubahan yang dikehendaki, sehingga

keadaan tersebut tidak mungkin dirubah tanpa mendapat halangan-

halangan dari masyarakat itu sendiri. Atau dengan perkataan lain,

perubahan yang dikehendaki diterima oleh masyarakat dengan cara

mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyara-

katan yang telah ada, atau dengan cara membentuk yang baru. Seringkali

pula terjadi bahwa perubahan yang dikehendaki bekerjasama (saling

menerima) dengan perubahan yang tidak dikehendaki dan kedua proses

tersebut akhirnya saling pengaruh-memengaruhi.

Konsep perubahan yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki,

tidak mencakup faham apakah perubahan-perubahan tersebut diharapkan

atau tidak diharapkan oleh masyarakat. Kadang-kadang, suatu perubahan

yang tidak diharapkan terjadi tapi justru diharapkan oleh masyarakat,

dan sebaliknya suatu perubahan yang diharapkan terjadi tapi tidak

diharapkan oleh masyarakat. Pada umumnya orang sulit untuk

mengadakan ramalan tentang terjadinya perubahan-perubahan yang

tidak dikehendaki, oleh karena proses tersebut biasanya tidak hanya

merupakan akibat dari satu gejala sosial, akan tetapi dari berbagai gejala

sosial sekaligus. Misalnya perubahan-perubahan yang terjadi di

Sumber:

Kompas 22 Juli 2005

Gambar 1.9

Meningkatnya jumlah kendaraan mempermudah transportasi tetapi

juga berdampak terhadap meningkatnya polusi.

16

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta sejak akhir kekuasaan Belanda,

yang sekaligus merupakan perubahan-perubahan yang dikehendaki

maupun yang tidak dikehendaki. Perubahan yang dikehendaki,

sebagaimana dipelopori oleh Sultan Hamengku Buwono IX, adalah

menyangkut bidang politik dan administrasi, yaitu suatu perubahan dari

sistem sentralisme yang autokratis ke sistem desentralisasi yang demokratis.

Sedangkan perubahan yang tidak dikehendaki (meskipun telah

diperhitungkan sebelumnya oleh para pelopor perubahan), dan yang

merupakan akibat dari perubahan-perubahan yang dikehendaki, misalnya

saja hilangnya wewenang para petugas pamong praja di dalam

pemerintahan desa, bertambah pentingnya peranan dukuh yang

menyebabkan berkurangnya ikatan antara kekuatan sosial yang

merupakan masyarakat desa, serta secara berangsur-angsur, hilangnya

peranan kaum bangsawan sebagai warga kelas sosial yang tinggi dalam

masyarakat.

Suatu perubahan yang dikehendaki dapat timbul sebagai suatu reaksi

(yang direncanakan) pada perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan

yang terjadi sebelumnya, baik yang merupakan perubahan yang

dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki. Dalam hal terjadinya

perubahan-perubahan yang dikehendaki, maka perubahan-perubahan

yang kemudian muncul merupakan perkembangan lebih lanjut dari proses

perubahan sebelumnya. Sedangkan bila sebelumnya terjadi perubahan-

perubahan yang tidak dikehendaki, maka perubahan yang dikehendaki

dapat ditafsirkan sebagai suatu pengakuan terhadap perubahan-

perubahan sebelumnya, agar kemudian diterima secara luas oleh

masyarakat. Dalam hal yang terakhir misalnya dapat dicontohkan perihal

hukum kewarisan adat di Indonesia. Pada sebagian masyarakat-

masyarakat tertentu di Indonesia, ada yang mengenal sistem garis

keturunan sepihak, yakni yang hanya mengakui laki-laki saja sebagai

penghubung keturunan seperti di Tapanuli, serta yang hanya mengakui

wanita saja sebagai satu-satunya penghubung keturunan seperti di

Minangkabau. Atas dasar kedua ketentuan tersebut maka berlaku garis

hukum adat bahwa hanya keturunan laki-laki atau wanita saja yang dapat

menjadi ahli waris misalnya di Tapanuli hanya diakui laki-laki, sedangkan

di Minangkabau hanya wanita saja yang dapat menjadi ahli waris. Akan

tetapi seiring dengan perkembangan waktu dan perasaan keadilan

masyarakat, maka ketentuan adat itupun mengalami perubahan-

perubahan sehingga banyak di antara keluarga yang pada akhir-nya tidak

17

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

lagi terlalu mempersoal-kan

perbedaan kelamin terhadap para

ahli warisnya, bahkan para janda

dan duda dapat pula menjadi ahli

waris.

Dalam perkembangan se-

lanjutnya, perubahan-perubahan

yang tidak dikehendaki oleh adat

itupun akhirnya diakui dan dilegal-

kan (dikuatkan) oleh pengadilan,

yakni sebagaimana dapat dilihat

dari keputusan-keputusannya di

seputar hukum adat waris. Bahkan

di tingkat pemerintahan pusat

(negara), keadaan tersebut

kemudian disyahkan oleh

Ketetapan MPRS Nomor 2 Tahun 1960, yang antara lain menegaskan

bahwa semua warisan adalah untuk anak-anak (tanpa membedakan

antara anak laki-laki atau perempuan) dan juga janda.

Dinamika Sosial

Terdapat tiga pola perubahan sosial,

yakni pola linier, pola siklus, dan pola

gabungan di antara keduanya (siklus dan

linier). Perubahan-perubahan yang

dikehendaki tersebut merupakan suatu

teknik sosial yang oleh Thomas dan

Znaniecki ditafsirkan sebagai suatu proses

yang berupa perintah dan larangan. Artinya,

menetralisasikan suatu keadaan krisis dengan

suatu akomodasi (khususnya) untuk

melegalisasikan hilangnya keadaan yang

tidak dikehendaki atau berkembangnya

suatu keadaan (baru) yang dikehendaki.

Legalisasi tersebut dilaksanakan dengan

tindakan-tindakan fisik yang bersifat

arbitratif.

Sumber:

Tempo 16 April 2006

“Cobalah asah kecakapan sosial kalian!”

Cobalah amati gambar di bawah, kemudian berikan pendapat kalian.

Mengapa setiap tahun terjadi peningkatan jumlah pencari kerja.

Fakta Sosial

18

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

C.

Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan

Sosial

Proses perubahan sosial akan senantiasa berlangsung sepanjang

kehidupan umat manusia. Namun begitu, berlangsung cepat (lancar) atau

tidaknya suatu perubahan sosial akan sangat tergantung dari sedikit

banyak (ada tidaknya) faktor-faktor yang diduga dapat mendorong atau

menghambatnya. Apabila di dalam suatu masyarakat terdapat banyak

faktor pendorongnya maka perubahan sosial akan cepat berlangsung, atau

apabila telah berlangsung maka akan semakin cepat atau lancar pula proses

berlangsungnya (perubahannya). Namun sebaliknya, jika di dalam suatu

mayarakat banyak sekali faktor-faktor yang menghambatnya, maka akan

semakin sulit atau terhambat pula proses-proses perubahan sosial yang

akan terjadi. Lalu faktor-faktor apa sajakah kira-kira yang dapat dianggap

sebagai faktor pendorong maupun penghambatnya ? Pada uraian berikut

ini akan dijelaskan tentang berbagai faktor yang diduga dapat

memengaruhi berlangsungnya proses perubahan sosial, baik yang bersifat

mendorong ataupun menghambatnya.

1.

Faktor-faktor yang Mendorong Jalannya Proses Perubahan

Sosial

Proses perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat dapat

berlangsung secara cepat atau lancar

, dan dapat pula berlangsung secara

tidak cepat atau tidak lancar, misalnya saja dengan cara yang lambat atau

tersendat-sendat. Adapun secara umum, faktor-faktor yang diperkirakan

dapat mendorong (memperlancar/mempercepat) bagi jalannya proses

perubahan sosial itu antara lain:

a.

Adanya kontak dengan kebudayaan masyarakat lain

Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah misalnya

diffusion

.

Difusi adalah suatu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari

seseorang kepada orang lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat

lain. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima

oleh masyarakat misalnya, dapat diteruskan dan disebarluaskan pada

masyarakat lain, sampai masyarakat tersebut dapat menikmati kegunaan

dari hasil-hasil peradaban bagi kemajuan manusia. Maka proses semacam

itu merupakan pendorong bagi pertumbuhan suatu kebudayaan dan

memperkaya kebudayaan-kebudayaan umat manusia.

19

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

b.

Adanya sikap terbuka nterhadap karya serta keinginan orang lain

untuk maju

Sikap menghargai karya orang lain dan keinginan-keinginan untuk

maju merupakan salah satu pendorong bagi jalannya perubahan-perubahan.

Apabila sikap tersebut telah melembaga, maka masyarakat akan

memberikan pendorong bagi usaha-usaha untuk mengadakan penemuan-

penemuan baru. P

emberian hadiah nobel dan yang sejenisnya misalnya,

merupakan pendorong bagi individu-individu maupun kelompok-kelompok

lainnya untuk menciptakan karya-karya yang baru lagi.

c.

Adanya Sistem pendidikan formal yang maju

Sistem pendidikan yang baik

yang didukung oleh kurikulum adaptif

maupun fleksibel misalnya, akan

mampu mendorong terjadinya peru-

bahan-perubahan sosial budaya.

P

endidikan formal, misalnya di sekolah,

mengajarkan kepada anak didik

berbagai macam pengetahuan dan

kemampuan yang dibutuhkan oleh

para siswa. Di samping itu, pendidikan

juga memberikan suatu nilai-nilai

tertentu bagi manusia, terutama dalam

membuka pikirannya serta menerima

hal-hal baru dan juga bagaimana cara

berpikir secara ilmiah. Namun jika

dikelola secara baik dan maju, pendi-

dikan bukan hanya sekedar dapat mengajarkan pengetahuan,

kemampuan ilmiah,

skill

, serta nilai-nilai tertentu yang dibutuhkan siswa,

namun lebih dari itu juga mendidik anak agar dapat berpikir secara

obyektif. Dengan kemampuan penalaran seperti itu, pendidikan formal

akan dapat membekali siswa kemampuan menilai apakah kebudayaan

masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan jamannya

atau tidak. Nah, di sinilah kira-kira peranan atau faktor pendorong bagi

pendidikan formal yang maju untuk berlangsungnya perubahan-

perubahan dalam masyarakat.

Sumber:

www.kompas.com

Gambar 1.10

Sistem pendidikan yang

maju juga dapat mendorong bagi

jalannya proses perubahan sosial

20

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

d.

Sikap berorientasi ke masa depan

Adanya prinsip bahwa setiap manusia harus berorientasi ke masa

depan, menjadikan manusia tersebut selalu berjiwa (bersikap) optimistis.

P

erasaan dan sikap optimistis, adalah sikap dan perasaan yang selalu

percaya akan diperolehnya hasil yang lebih baik, atau mengharapkan

adanya hari esok yang lebih baik dari hari sekarang. Sementara jika di

kalangan masyarakat telah tertanam jiwa dan sikap optimistis semacam

itu maka akan menjadikan masyarakat tersebut selalu bersikap ingin maju,

berhasil, lebih baik, dan lain-lain. Adanya jiwa dan sikap optimistik, serta

keinginan yang kuat untuk maju itupula sehingga proses-proses perubahan

yang sedang terjadi dalam masyarakat itu dapat tetap berlangsung.

e.

Sistem lapisan masyarakat yang bersifat terbuka (open

stratification)

Sistem stratifikasi sosial yang terbuka memungkinkan adanya gerak

vertikal yang luas yang berarti memberi kesempatan bagi individu-individu

untuk maju berdasar kemampuannya. Dalam keadaan demikian,

seseorang mungkin akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga

yang mempunyai status yang lebih tinggi. Dengan demikian, seseorang

merasa dirinya berkedudukan sama dengan orang atau golongan lain yang

dianggapnya lebih tinggi dengan harapan agar mereka diperlakukan sama

dengan golongan tersebut. Identifikasi terjadi di dalam hubungan

super

ordinat-subordinat

. Pada golongan yang lebih rendah kedudukannya,

sering terdapat perasaan tidak puas terhadap kedudukan sosial yang

dimilikinya. Keadaan tersebut dalam sosiologi dinamakan “

status-anxiety

”.

Status-anxiety

” tersebut menyebabkan seseorang berusaha untuk

menaikkan kedudukan sosialnya.

f.

Adanya komposisi penduduk yang heterogen

Pada kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai latar

belakang seperti kebudayaan, ras (etnik), bahasa, ideologi, status sosial,

dan lain-lain, atau yang lebih populer dinamakan “masyarakat heterogen”

,

lebih mempermudah bagi terjadinya pertentangan-pertentangan ataupun

kegoncangan-kegoncangan. Hal semacam ini juga merupakan salah satu

pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat.

21

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

g.

Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk

memperbaiki hidupnya

Nasib manusia memang sudah ditentukan oleh Tuhan, namun adalah

menjadi tugas dan kewajiban manusia untuk senantiasa berikhtiar dan

berusaha guna memperbaiki taraf kehidupannya. Lagipula, menurut ajaran

agama juga ditekankan bahw

a Tuhan tidak akan mengubah nasib sesuatu

umat (termasuk individu) selama umat (individu) tersebut tidak berusaha

untuk mengubahnya. Dengan demikian tugas manusia adalah berusaha,

lalu berdoa, sedangkan hasil akhir adalah Tuhan yang menentukannya.

Adanya nilai-nilai hidup serta keyakinan yang semacam itu menyebabkan

kehidupan manusia menjadi dinamik, dan adanya dinamisasi kehidupan

inilah sehingga perubahan-perubahan sosial budaya dapat berlangsung.

h.

Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu

Munculnya ketidakpuasan

masyarakat terhadap bidang-

bidang kehidupan tertentu,

misalnya adanya pelaksanaan

pembangunan yang hanya

menguntungkan golongan ter-

tentu, pembagian hasil pem-

bangunan yang tidak merata,

semakin melebarnya jurang

pemisah antara si kaya dan si

miskin, dan lain-lain, dapat

menyebabkan terjadinya kekece-

waan dalam masyarakat. Bah-

kan jika dibiarkan sampai

berlarut-larut, hal semacam itu

dapat mengakibatkan terjadinya demo ataupun protes-protes yang

semakin meluas, atau bahkan kerusuhan-kerusuhan, dan revolusi. Dengan

demikian adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang

kehidupan tertentu dapat mendorong bagi bergulirnya perubahan-

perubahan sosial budaya.

Selain

sejumlah faktor-faktor di atas, terjadinya perubahan sosial dapat

pula didorong atau dipercepat karena adanya faktor-faktor intern (dari

mayarakat yang mengalami perubahan) seperti:

a.

Adanya sikap masyarakat yang selalu terbuka terhadap setiap perubahan.

b.

Berkembangnya pola pemikiran yang positif terhadap hal-hal yang baru.

Sumber:

Jawa Pos, 16 Januari 2006

Gambar 1.11

Aksi-aksi massa dapat

menjadi pendorong bagi jalannya perubahan-

perubahan sosial dalam masyarakat

22

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

c.

Adanya sikap masyarakat yang selalu menyukai sesuatu yang baru.

d.

Adanya pengalaman yang luas dari masyarakat yang bersangkutan.

Sumber:

www.kompas.com

Sumber:

www.tempophoto.com

Fakta Sosial

1.

Coba perhatikan gambar di atas, apa yang kalian tangkap

tentang perubahan dalam masyarakat tersebut!

2.

Analisislah mengapa perubahan sosial kota dan desa sangat

berbeda?

3.

Klasifikasikan faktor-faktor penghambat dan pendorong dari dua

daerah ini terkait dengan perubahan sosial?

4.

Menurut kalian perubahan mana yang kalian inginkan dan

jelaskan pendapat kalian!

2.

Faktor-faktor yang Menghambat Jalannya Proses Perubahan Sosial

Dalam dinamika masyarakat, selain terdapat faktor-faktor yang dapat

mendorong bagi berlang

sungnya proses perubahan sosial, juga terdapat

faktor-faktor yang dapat menghalangi atau menghambatnya. Adapun

faktor-faktor yang diperkirakan dapat menghambat atau menghalangi

bagi terjadinya proses perubahan sosial tersebut antara lain:

a.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lambat

Salah satu aspek pendorong terjadinya perubahan sosial budaya

adalah majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

Majunya perkembangan iptek menjadi indikator pula majunya taraf

perkembangan budaya suatu masyarakat. Sementara maju dan tingginya

taraf peradaban suatu masyarakat menyebabkan masyarakat tersebut

akan cepat atau mudah mengadakan adaptasi (penyesuaian) terhadap

“Coba kembangkan wawasan kebinekaan kalian!”

23

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

munculnya perubahan-perubahan yang datang dari luar masyarakat yang

bersangkutan. Oleh karena itu, apabila di dalam suatu masyarakat terjadi

hal yang sebaliknya, yakni mengalami kelambanan dalam perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologinya, maka akan menyebabkan

terhambatnya laju perubahan-perubahan sosial budaya pada masyarakat

yang bersangkutan.

b.

Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

Adanya kehidupan masyarakat yang tertutup, hingga menyebabkan

setiap warganya sulit untuk melakukan kontak atau hubungan dengan

masyarakat lain, menyebabkan warga masyarakat tersebut terasing dari

dunia luar

. Akibatnya, bahwa masyarakat tersebut tidak dapat mengetahui

perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain di

luarnya. Jika hal tersebut tetap berlangsung, atau bahkan tidak sepanjang

masa maka akan menyebabkan kemunduran bagi masyarakat yang

bersangkutan, sebab mereka tidak memperoleh masukan-masukan

misalnya saja pengalaman dari kebudayaan lain, yang dapat memperkaya

bagi kebudayaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, faktor ketertutupan

atau kurangnya hubungan dengan masyarakat atau kebudayaan lain,

menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat atau menghalangi bagi

proses perubahan sosial dan budaya di dalam masyarakat.

c.

Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan

Adanya kekhawatiran di kalangan masyarakat akan terjadinya

kegoyahan seandainya terjadi integrasi di antara berbagai unsur-unsur

kebudayaan, juga menjadi salah satu faktor lain terhambatnya suatu proses

perubahan sosial budaya. Memang harus diakui bahwa tidak mungkin

suatu proses integrasi di antara unsur-unsur kebudayaan itu akan

berlangsung secara damai dan sempurna, sebab biasanya unsur-unsur dari

luar dapat menggoyahkan proses integrasi tersebut, serta dapat

menyebabkan pula terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek

tertentu dalam masyarakat.

d.

Adat dan kebiasaan

Setiap masyarakat di manapun tempatnya, pasti memiliki adat serta

kebiasaan t

ertentu yang

harus ditaati dan diikuti oleh seluruh anggota

masyarakat. Adat dan kebiasaan adalah seperangkat norm

a-norma (aturan

tidak tertulis) yang berfungsi sebagai pedo-man bertingkah laku bagi

seluruh anggota masyarakat. Adat biasanya berisi pola-pola perilaku yang

telah diyakini dan diterima oleh masyarakat secara turun-temurun, bersifat

24

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

kekal (abadi), dan oleh karena

itu harus ditaati oleh seluruh

anggota masyarakat, serta

bersifat mengikat. Artinya,

apabila ada sebagian anggota

masyarakat yang tidak

mengindahkan aturan adat

maka akan mendapat sanksi

yang berat baik sanksi moral

maupun sosial dari masyarakat.

Sedangkan kebiasaan adalah

perbuatan yang pantas

dikerjakan maka diterima oleh

masyarakat. Karena pantas

dikerjakan dan telah diterima

oleh masyarakat, maka kebiasaan menjadi perilaku yang diulang-ulang

dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya (secara turun-temurun)

sehingga menjadi semacam aturan (norma) yang harus diikuti oleh setiap

anggota masyarakat. Meskipun tidak sekuat adat, norma kebiasaan juga

memiliki daya pengikat tertentu yang dapat menyebabkan setiap anggota

berperilaku sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.

Dengan demikian dapatlah dibayangkan bahwa apabila dalam

masyarakat tersebut muncul nilai (budaya) serta kebiasaan-kebiasaan

baru yang akan menggeser kebiasaan-kebiasaan lama, apalagi sampai

menggeser adat kebiasaan yang selama ini telah menjadi pedoman serta

aturan yang dipegang teguh secara turun-temurun, maka nilai serta

kebiasaan-kebiasaan baru tersebut akan ditentang, atau bahkan

ditolaknya. Misalnya nilai-nilai baru di masyarakat yang mengatakan

bahwa upacara hajatan dapat dilaksanakan kapan saja, karena pada

hakikatnya semua hari dan bulan itu baik sekalipun dilaksanakan di bulan

Suro (Muharram). Sedangkan di Indonesia, khususnya di kalangan

masyarakat Jawa ada semacam keyakinan yang telah dipegang teguh

karena telah menjadi adat kebiasaan secara turun-temurun, ialah bahwa

menyelenggarakan acara hajatan di bulan Suro adalah suatu pantangan

(dilarang), sebab jika dilaksanakan akan mendatangkan mara bahaya

(bencana), khususnya bagi mereka yang tetap menyelenggarakannya.

Dengan demikian, di kalangan masyarakat Jawa yang percaya serta

memegang secara teguh tradisi serta adat kebiasaan semacam itu, tentu

Sumber:

www.tempophoto.com

Gambar 1.12

Suku badui dalam kehidupan

sehari-hari masih memegang kuat nilai-nilai

adat dan kebiasaan

25

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

akan mengalami kesulitan untuk bisa merubah keyakinan yang telah

mendarah daging itu, meskipun dari luar angin perubahan telah bertiup

dengan kencangnya.

e.

Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat

(

vested interests)

Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem berlapis-lapisan,

pasti akan ada sekelompok orang-orang yang menikmati kedudukan

dalam suatu proses perubahan. P

ada masyarakat-masyarakat yang sedang

mengalami masa transisi, misalnya saja dari otoritarianisme ke sistem

demokrasi biasanya terdapat segolongan orang-orang yang merasa dirinya

berjasa atas terjadinya perubahan-perubahan. Pada segolongan

masyarakat yang berjasa itu biasanya akan selalu mengidentifikasikan

diri dengan usaha serta jasa-jasanya tersebut, sehingga sulit sekali bagi

mereka untuk melepaskan kedudukan yang baru diperolehnya itu dalam

suatu proses perubahan. Hal inilah yang juga dirasa menjadi salah satu

faktor penghalang berikutnya bagi jalannya suatu proses perubahan.

f.

Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap tertutup

Adanya sikap semacam itu, misalnya dapat saja dialami oleh suatu

masyarakat (bangsa) yang pada masa lalunya pernah mengalami

pengalaman pahit selama berinteraksi dengan masyarakat (bangsa) lainnya

di dunia. Sebut saja misalnya pada masyarakat-masyarakat yang dahulunya

pernah mengalami proses penjajahan oleh bangsa lain, seperti bangsa-bangsa

di kaw

asan Asia dan Afrika oleh penjajahan bangsa Barat. Mereka tidak

akan melupakan begitu saja atas berbagai pengalaman pahit yang pernah

diterimanya pada masa lalu, dan hal tersebut ternyata berdampak pada

munculnya kecurigaan di kalangan bangsa-bangsa yang pernah dijajah itu

terhadap sesuatu atau apa-apa yang datang dari barat. Selanjutnya, karena

secara kebetulan unsur-unsur baru yang masuk itu juga kebanyakan berasal

dari negara-negara barat, maka prasangka-prasangka (negatif) juga tetap

ada, terutama akibat rasa kekawatiran mereka akan munculnya penjajahan

kembali yang masuk melalui unsur-unsur budaya tersebut. Dengan

demikian munculnya prasangka serta adanya sikap menolak terhadap

kebudayaan asing juga akan menjadi salah satu faktor penghambat lain

bagi jalannya proses perubahan sosial budaya suatu masyarakat.

g.

Nilai bahwa hidup ini buruk dan tidak mungkin dapat diperbaiki

Di kalangan masyarakat terdapat kepercayaan bahwa hidup di dunia

itu tidak perlu

ngoyo

(terlalu berambisi) sebab baik buruknya suatu

kehidupan (nasib/takdir) itu sudah ada y

ang mengatur, oleh karena itu

26

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

harus dijalaninya secara wajar.

Sementara jika manusia diberikan

kehidupan yang jelek, maka harus

diterimanya pula apa adanya

(

nrimo ing pandum

) serta dengan

penuh kepasrahan karena memang

nasib yang harus diterimanya

demikian. Dengan demikian

manusia tidak perlu

repot-repot

berusaha, apalagi sampai

ngoyo

,

karena tidak ada gunanya sebab

hasilnya pasti akan jelek, sebab

sudah ditakdirkan jelek. Adanya

keyakinan dari masyarakat untuk selalu menerima setiap nasib yang

diberikan Tuhan kepada manusia dengan penuh kepasrahan, termasuk

bila harus menerima nasib (takdir) buruk, menyebabkan kehidupan

masyarakat menjadi bersifat pesimistis dan statis, atau bahkan fatalistik.

Adanya pemahaman yang keliru tentang nasib manusia itulah, sehingga

di dalam masyarakat tidak muncul dinamisasi, yang berarti tidak ada

perubahan, atau jika ada perubahan maka hal tersebut akan berjalan secara

lambat.

h.

Hambatan yang bersifat ideologis

Adanya faktor penghambat yang bersifat ideologis, karena biasanya

setiap usaha mengadakan perubahan-perubahan pada unsur-unsur

kebudayaan rohaniah, akan diartikan sebagai suatu usaha yang

berlawanan dengan ideologi masyarakat yang merupakan dasar bagi

terciptanya integrasi dari masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena

itu faktor-faktor yang bersifat ideologis akan tetap menjadi perintang bagi

jalannya perubahan-perubahan.

i.

Sikap masyarakat yang sangat tradisional

Apabila di dalam masyarakat muncul suatu sikap mengagung-

agungkan akan tradisi masa lampau serta menganggap bahwa tradisi

tersebut secara mutlak tak dapat dirubah, maka sudah dapat dipastikan

bahwa pada masya-rakat tersebut akan mengalami hambatan-hambatan

dalam proses perubahan sosial budayanya. Keadaan tersebut akan menjadi

lebih parah lagi apabila golongan yang berkuasa dalam masyarakat juga

berasal dari golongan yang bersifat konservatif, yakni suatu golongan yang

notabenenya adalah penentang atau anti terhadap perubahan-perubahan.

Dinamika Sosial

Perubahan sosial dapat dibedakan dari

perubahan kebudayaan. Meskipun demi-

kian, secara teoritis, orang hanya cenderung

membedakan perubahan sosial dengan

perubahan kebudayaan dari segi pengertian

masyarakat dan budaya yang diberikannya

saja. Pada umumnya, perubahan sosial lebih

menekankan pada perubahan dalam sistem

kelembagaan yang mengatur tingkah laku

manusia. Sedangkan perubahan kebudayaan

lebih menyangkut pada perubahan sistem

nilai dari masyarakat yang bersangkutan.

27

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

Selain yang sudah disebutkan di atas, dilihat dari segi intern (dari

dalam masyarakat yang mengalami perubahan), terjadinya proses

perubahan sosial juga dapat terhambat oleh karena adanya faktor-faktor

sebagai berikut:

1)

Adanya sikap masyarakat yang ragu-ragu, bahkan curiga terhadap

sesuatu yang baru yang dianggap dapat berdampak negatif.

2)

Adanya kecenderungan dari masyarakat untuk menyukai dan

mempertahankan sesuatu hal yang lama.

3)

Kurangnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat terhadap

sesuatu yang baru.

Analisis Sosial

“Mari asah kecakapan kontekstual kalian!”

Kerjakan dan diskusikanlah bersama kelompokmu (maksimal

5 orang) beberapa persoalan berikut ini:

1.

Mengapa di lingkungan masyarakat yang heterogen dan

memiliki sistem pelapisan yang terbuka dapat menjadi pendorong

bagi berlangsungnya perubahan-perubahan sosial dan budaya?

2.

Bagaimanakah karakteristik (ciri-ciri) masyarakat yang dikatakan

heterogen dan memiliki sistem pelapisan yang terbuka tersebut?

3.

Mengapa sikap masyarakat yang sangat tradisional juga dapat

menjadi faktor penghambat bagi berlangsungnya perubahan-

perubahan sosial dan budaya?

4.

Bagaimanakah ciri-ciri masyarakat yang dikatakan bersikap

sangat tradisional dan tertutup itu?

5.

Bandingkan dengan keadaan di daerah kalian, apakah

masyarakatnya termasuk korban dari perubahan sosial!

Rangkuman

1.

Perubahan sosial adalah gerakan atau suatu variasi dari cara-

cara hidup yang telah diterima yang disebabkan perubahan

kondisi geografis, kebudayaan, materiil, komposisi penduduk,

ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-

penemuan baru.

2.

Faktor terjadinya perubahan sosial ada 2 yaitu dari dalam,

diantaranya perubahan jumlah penduduk, pertentangan, konflik

dan pemberontakan dimasyarakat dan penemuan-penemuan

28

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Faktor dari luar adalah pengaruh budaya lain, terjadinya

peperangan, dan pengaruh perubahan fisik atau lingkungan

alam.

3.

Tipe perubahan sosial ada 3: yaitu perubahan lambat atau cepat,

perubahan kecil dan besar, serta perubahan yang dikehendaki

dan perubahan yang tidak dikehendaki.

4.

Faktor yang mendorong perubahan sosial adalah adanya kontak

dengan kebudayaan masyarakat lain, adanya sikap yang mau

menghargai hasil karya orang lain, adanya sistem pendidikan

yang maju, sikap berorientasi ke masa depan, sistem lapisan yang

bersifat terbuka, adanya komposisi penduduk yang heterogen,

nilai yang senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya,

ketidakpuasan masyarakat, toleransi terhadap penyimpangan.

5. Faktor penghambat adalah perkembangan iptek, kurangnya

hubungan masyarakat, rasa takut akan terjadinya kegoyahan,

adat dan kebiasaan, adanya kepentingan yang tertanam kuat,

prasangka terhadap hal-hal baru, nilai bahwa hidup ini buruk,

hambatan ideologis, dan sikap masyarakat yang tradisional.

Uji Kompetensi

A. Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda

silang (X) pada huruf

a, b, c,

d

atau

e

!

1.

Perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-

lembaga kemasyarakatan di dalam uatu masyarakat yang

mempengaruhi sistem sosialnya, seperti dikemukakan oleh

. . . .

a.

Pitirim Sorokin

d.

Soerjono Soekanto

b.

Soelaeman Soemardi

e.

Selo Soemardjan

c.

Koentjaraningrat

2.

Terjadinya perubahan sosial dapat diakibatkan oleh faktor-faktor

intern

seperti . . . .

a.

perubahan lingkungan fisik

b.

perubahan lingkungan sosial

c.

munculnya peperangan

d.

terjadinya pemberontakan

e.

kontak dengan budaya lain

29

Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

3.

Berikut ini merupakan salah satu faktor penyebab perubahan

sosial yang berasal dari luar mayarakat yang bersangkutan . . . .

a.

pertentangan

d.

peperangan

b.

konflik

e.

p

enemuan baru

c.

pemberontakan

4.

Bertambahnya jumlah penduduk yang cepat sering menimbulkan

terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama yang

menyangkut . . . .

a.

lembaga masyarakat

d.

norma masyarakat

b.

organisasi masyarakat

e.

perilaku masyarakat

c.

struktur masyarakat

5.

Salah satu contoh upaya perubahan sosial yang mengarah pada

kemajuan misalnya adalah . . . .

a.

tradisionalisasi

d.

informasi

b.

modernisasi

e.

kom

unikasi

c.

sosialisasi

6.

Salah satu perubahan sosial yang memerlukan waktu lama, di

dalamnya terdapat serentetan perubahan kecil yang saling

mengikuti secara lambat, disebut . . . .

a.

revolusi

d.

imitasi

b.

evolusi

e.

kohesi

c.

difusi

7.

Apabila perubahan terjadi dengan cepat bahkan mampu

mengenai dasar-dasar pokok dari kehidupan masyarakat, maka

perubahan semacam itu dinamakan . . . .

a.

evolusi

d.

inklusi

b.

sosialisasi

e

.

internalisasi

c.

revolusi

8.

Perubahan sosial yang terjadi dengan sendirinya, tanpa rencana, dan

berlangsung karena adanya usaha manusia untuk menyesuaikan

diri terhadap kondisi lingkungannya, dinamakan . . . .

a.

revolusi

d.

asimilasi

b.

adaptasi

e.

akulturasi

c.

evolusi

9.

Perubahan mode pakaian, gaya rambut, dan model aksesoris

termasuk perubahan sosial budaya dalam artian . . . .

a.

besar

d.

cepat

b.

teratur

e.

kecil

c.

lambat

30

Sosiologi Kontekstual XII SMA/MA

10. Dalam sosiologi, cara-cara untuk mempengaruhi masyarakat

dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu

dinamakan pula dengan istilah . . . .

a.

agent of change

d.

social changing

b.

agent of social

e.

social of control

c.

social planning

B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!

1.

Sebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan sosial!

2.

Mengapa pada umumnya orang sulit untuk mengadakan

ramalan tentang terjadinya perubahan-perubahan sosial-budaya

yang tidak dikehendaki?

3.

Berikan sebuah contoh, terjadinya perubahan yang dikehendaki

yang juga sekaligus tidak dikehendaki (khususnya oleh para

perencana sosialnya) yang pernah terjadi di Indonesia!

4.

Sebut dan jelaskan dua buah contoh masalah kependudukan

yang sering menimbulkan perubahan-perubahan sosial dalam

masyarakat!

5.

Penemuan baru sebagai salah satu penyebab perubahan sosial

budaya dapat dibedakan dalam dua pengertian yakni

discovery

dan

invention

. Jelaskan kedua pengertian tersebut!

Proyek

“Coba tunjukan etos kerja kalian!”

Prosedur kerja yang dilakukan:

1.

Coba datanglah ke sebuah lembaga swadaya masyarakat yang

menangani tentang masalah gender. Kemudian cari data-data

perubahan sosial pada bidang gender baik status, peran, maupun

pola perilakunya.

2.

Analisislah data-data yang kalian dapat, mengapa perempuan

di Indonesia mengalami perubahan sosial yang pesat?

3.

Menurut kalian, apakah perubahan sosial pada perempuan

Indonesia perlu terjadi? Jelaskan pendapat kalian!