Halaman
Pelajaran 9
Pariwisata
Masih adakah kesulitan-kesulitan yang belum terpecahkan
dalam memahami materi-materi yang telah kita pelajari bersama?
Diskusikan kesulitan-kesulitan tersebut bersama teman-teman dan
bapak/ibu guru kalian. Akan sangat membantu, jika kalian mengu-
las serta memahami kembali materi-materi tersebut di waktu luang.
Pada Pelajaran 9 ini, kalian akan mempelajari kembali menge-
nai mendengarkan wawancara sebagai materi menyimak kalian.
Materi kemampuan berbicara, membaca, dan menulis berturut-turut
yaitu menjelaskan tokoh serta hubungan latar cerpen dengan
realitas kehidupan sosial; menemukan gagasan utama suatu teks;
serta menulis kreatif puisi mengenai keindahan alam.
Manfaatkan materi-materi di atas sebagai pemicu untuk
meningkatkan kemahiran kalian dalam kemampuan berbahasa dan
bersastra.
Sumber:
Garuda,
2006
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
194
Peta Konsep
Pariwisata
Mendengarkan
Berbicara
Menjelaskan tokoh serta
hubungan latar cerpen
dengan realitas sosial
Membaca
Menemukan gagasan
utama
Menulis
Menulis puisi
Menyimpulkan informasi
narasumber
Pelajaran 9 Pariwisata
195
A. Menyimpulkan Pikiran, Pendapat, dan
Gagasan dari Narasumber
Bagaimanakah kemampuan kalian dalam mendengarkan dan
memahami isi wawancara setelah kita membahasnya pada pela-
jaran terdahulu? Pada pembelajaran ini, kita akan mengulas kembali
materi tersebut untuk memperdalam pemahaman dan kemampuan
kalian dalam mendengar dan memahami isi wawancara.
Guna mendapatkan informasi berkaitan dengan pengetahuan
yang kalian perlukan, kalian dapat melakukan dengan cara
menyimak wawancara dari narasumber-narasumber yang
bersangkutan. Dengan menyimak wawancara, baik secara lang-
sung maupun melalui media elektronik, kalian akan mendapatkan
penjelasan-penjelasan berkaitan dengan topik permasalahan yang
dibahas. Untuk itu, dalam memahami isi wawancara yang sifatnya
sekali tayang, kalian harus menyimaknya dengan konsentrasi penuh.
Apabila perlu, kalian persiapkan alat tulis untuk mencatat hal-hal
yang sifatnya penting.
Persilakan teman kalian untuk memperagakan wawancara
di bawah ini. Sebagai upaya melatih kemampuan menyimak, kalian
tidak perlu membaca teks wawancara di bawah ini. Simaklah
dengan saksama wawancara yang diperagakan teman kalian di
depan kelas!
Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar kalian
adalah dapat
membuat kesimpulan
mengenai pikiran,
pendapat, dan
gagasan seorang
tokoh atau
narasumber dalam
wawancara.
Cagar Budaya
Bagaimana menurut pandangan Bapak
tentang maraknya pembongkaran bangunan-
bangunan bersejarah?
Pembongkaran bangunan-bangunan
sejarah yang sebenarnya merupakan bagian
dari cagar budaya yang kemudian diganti
dengan bangunan-bangunan komersial seperti
mall
(pusat perbelanjaan), hotel, gedung
pertemuan,
café
, dan lain sebagainya, dila-
kukan atas dasar asas manfaat. Namun, para
pemerhati dan ahli bangunan bersejarah
menilai, pemanfaatan bangunan cagar budaya
seharusnya dilakukan dengan tetap memer-
hatikan keaslian bentuk bangunan asal. De-
ngan demikian, bangunan tersebut tetap dapat
memberikan corak tersendiri bagi perkem-
bangan sejarah kota yang bersangkutan.
Undang-Undang (UU) Cagar Budaya
Nomor 5 Tahun 1992 mengatur sanksi
hukuman kurungan maksimal 10 tahun atau
sanksi denda 100 juta. Namun, praktik di
lapangan sangat lemah. Mengapa terjadi
demikian?
Pembangunan kota menuju kota atau
megapolitan, di sisi lain telah membuktikan
sebagai ancaman bagi berdirinya bangunan
atau kawasan yang telah ditetapkan sebagai
cagar budaya. Kemungkinan ke arah tersebut
membesar karena kota-kota besar di Indone-
sia tidak memiliki aturan hukum kuat yang
mengatur sanksi bagi mereka yang jelas-jelas
merusak nilai sejarah sebuah bangunan atau
kawasan. Kekuatan SK wali kota pun selama
ini kurang berarti, sementara peraturan daerah
(perda) yang mengatur sanksi masih dalam
konsep, bahkan UU No. 5/1992 sendiri
sangat lemah praktiknya di lapangan.
Mengapa negara kita tidak dapat meniru
negara-negara maju yang telah berhasil
memadukan kemajuan zaman dan keeksotisan
masa lalu melalui gedung-gedung berse-
jarahnya?
(Sumber:
http//:
images.google.co.id
)
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
196
Karena kembali kepada persoalan dasar,
yakni masalah penegakan hukum yang masih
lemah. Saat ini hukum seakan hanya berpihak
kepada mereka-mereka yang memiliki uang
dan kekuasaan. Karena orientasinya uang
dalam waktu yang relatif singkat, akhirnya
“menghalalkan” segala cara agar hal itu dapat
tercapai. Padahal, mereka tidak sadar bahwa
sebenarnya kemampuan memadukan nilai-
nilai sejarah dalam kekinian ternyata merupa-
kan ide yang sangat brilian (cemerlang).
Betapa tidak, kota-kota di negara-negara maju
di berbagai belahan dunia mampu menyu-
guhkan eksotisme kekinian dari benda-benda
cagar budaya yang berusia ratusan tahun.
Selain mampu menampilkan ciri khas
dan sejarah kota itu sendiri, ternyata benda-
benda cagar budaya mampu mendatangkan
keuntungan lain yang mengalir dari mening-
katnya kunjungan wisata sejarah sebuah kota.
Lalu, bagaimana solusi terbaik agar ke-
perluan-keperluan pembangunan ekonomi
kota dapat terpenuhi tanpa harus menghan-
curkan dan menghilangkan sejarah kota
tersebut?
Di sinilah perlunya sebuah kearifan
bersama. Artinya, perlu adanya usaha zonasi
kawasan perlindungan (kawasan konservasi)
yang idealnya adalah usaha mengakomodasi
berbagai keperluan akan ruang dari keseluruh-
an komponen lingkungan hidup. Akan tetapi,
tidak menutup kemungkinan usaha konservasi
(perlindungan) lebih difokuskan pada
perlindungan beberapa komponen tertentu
saja. Misalnya bangunan-bangunan tertentu
saja yang hanya karena sifatnya yang unik dan
sangat dekat dengan sejarah berdirinya sebuah
kota. Sementara masyarakat di sekitar
kawasan konservasi yang dianggap tidak unik,
bukan menjadi fokus pengelolaan.
Pada hakikatnya, kawasan konservasi
merupakan hasil dari ide pengelolaan ruang
berupa zonasi dengan pertimbangan dan
tujuan tertentu yang dinyatakan dengan
kesepakatan perundangan. Artinya, objek
berupa ruang muka bumi tertentu dilindungi
untuk tujuan tertentu yang diperkuat dengan
hukum yang mengaturnya. Akhirnya kawasan
konservasi memiliki batas hukum secara
keruangan. Hal yang paling jelas barangkali
adalah konflik (perselisihan) tentang tata
batas antara kawasan konservasi dengan
masyarakat di sekitarnya.
Kawasan konservasi ditentukan secara
hukum jauh setelah masyarakat punya kekuat-
an hukum (hukum adat misalnya). Apabila
sudah begini, komitmen kuat yang tertransfer
dengan baik dalam setiap pemegang kebijakan
kota menjadi jalan keluarnya. Persoalannya,
sejauh mana kesadaran ini menjadi kesadaran
kolektif (secara gabungan), baik birokrat mau-
pun masyarakat. Selain itu, perlu juga konsis-
tensi penegakan hukum dan kemauan keras
pemkot maupun legislatif untuk melahirkan
perda cagar budaya menjadi awal kesung-
guhan dalam mempertahankan cagar budaya.
(Sumber:
Kompas
, 27 Juli 2004, dengan
pengubahan)
Setelah menyimak wawancara di atas, kita dapat berdiskusi
mengenai pikiran, pendapat, dan gagasan yang dikemukakan
narasumber dan mampu menyimpulkannya. Hasil diskusi hal-hal
tersebut dapat dituliskan sebagaimana berikut.
Beberapa pikiran, pendapat, dan gagasan yang dikemukakan
oleh narasumber adalah berikut.
1. Pembongkaran bangunan-bangunan sejarah yang dilakukan
atas dasar asas manfaat harus memerhatikan cagar budaya.
2. Pembangunan kota menuju kota metropolitan atau me-
gapolitan, di sisi lain telah membuktikan sebagai ancaman
bagi berdirinya bangunan atau kawasan yang telah dite-
tapkan sebagai cagar budaya.
Pelajaran 9 Pariwisata
197
3. Kemungkinan ke arah tersebut makin menggejala karena
kota-kota besar di Indonesia tidak memiliki aturan hukum
kuat yang mengatur sanksi bagi mereka yang jelas-jelas
merusak nilai sejarah sebuah bangunan atau kawasan.
4. SK wali kota kurang berarti, peraturan daerah (perda) yang
mengatur sanksi masih dalam konsep, dan bahkan UU No.
5/1992 sangat lemah praktiknya di lapangan.
5. Poin-poin penting dalam mempertahankan bangunan cagar
budaya, termasuk detail alasan sebuah bangunan atau
kawasan dapat ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya,
telah dituliskan dalam undang-undang.
6. Kemampuan memadukan nilai-nilai sejarah dalam kekinian
merupakan ide yang sangat brilian. Betapa tidak, kota-kota
di negara-negara maju di berbagai belahan dunia mampu
menyuguhkan eksotisme kekinian dari benda-benda cagar
budaya yang berusia ratusan tahun.
7. Komitmen kuat yang tertransfer dengan baik dalam setiap
pemegang kebijakan kota menjadi jalan keluarnya.
Kesimpulan mengenai pikiran, pendapat, dan gagasan dari
narasumber di atas dapat kalian kemukakan kembali secara tertulis,
sebagaimana berikut.
Pembangunan kota menuju kota metropolitan atau
megapolitan, di sisi lain telah membuktikan sebagai ancaman
bagi berdirinya bangunan atau kawasan yang telah ditetapkan
sebagai cagar budaya. Kemungkinan ke arah tersebut makin
menggejala karena kota-kota besar di Indonesia tidak memiliki
aturan hukum kuat yang mengatur sanksi bagi mereka yang
jelas-jelas merusak nilai sejarah sebuah bangunan atau kawas-
an. Padahal, mereka tidak sadar bahwa kemampuan memadu-
kan nilai-nilai sejarah dalam kekinian merupakan ide yang sangat
brilian. Betapa tidak, kota-kota di negara-negara maju di ber-
bagai belahan dunia mampu menyuguhkan eksotisme kekinian
dari benda-benda cagar budaya yang berusia ratusan tahun.
Selain mampu menampilkan ciri khas dan sejarah kota
itu sendiri, ternyata benda-benda cagar budaya mampu
mendatangkan keuntungan lain yang mengalir dalam jangka
panjang dari meningkatnya kunjungan wisata sejarah sebuah
kota. Untuk itu, perlu adanya komitmen kuat yang tertransfer
dengan baik dalam setiap pemegang kebijakan kota.
Persoalannya, sejauh mana kesadaran ini menjadi kesadaran
kolektif, baik birokrat maupun masyarakat. Selain itu, perlu
juga konsistensi penegakan hukum.
Selintas Makna
Wawancara merupakan
salah satu teknik tanya-
jawab dengan seseorang
(pejabat, tokoh, dan
sebagainya) yang
diperlukan untuk
dimintai keterangan atau
pendapatnya mengenai
suatu hal, untuk dimuat
dalam surat kabar,
disiarkan melalui radio,
atau ditayangkan pada
layar televisi. Tanya-
jawab tersebut dapat
dilakukan oleh direksi
(kepala personalia atau
kepala humas)
perusahaan dengan
pelamar pekerjaan;
tanya-jawab peneliti
dengan narasumber.
Bingkai Bahasa
Pada teks wawancara
terdapat banyak kata
berimbuhan
ke-/-an
.
Beberapa makna
imbuhan
ke-/-an
di
antaranya menyatakan:
1. tempat
– kecamatan
– kelurahan
2. terlalu
– kebesaran
– kesempitan
3. bersifat
– keadilan
– kemanusiaan
4. mengalami/menderita/
terkena
– keracunan
– kemalaman
5. agak
– kemerahan
– kehijauan
6. mirip
– kekanak-kanakan
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
198
Uji Kemampuan 1
Simaklah petikan wawancara berikut!
Wawancara dengan Kepala Balai TNBT Wilayah Riau, Ir. Moh. Haryono, M. Si.
Ada anekdot yang menyatakan bahwa
Bukit Tigapuluh telah menjadi Bukit
Duapuluh Delapan karena berkurang dua.
Tanggapan Anda?
Bukit Tigapuluh tidak berkurang sedikit
pun. Masih seperti biasa. Menurut legenda,
nama Bukit Tigapuluh diambil dari nama
salah satu bukit yang ada di perbatasan Riau-
Jambi. Untuk dapat mencapai puncak bukit
tersebut, harus menempuh lima belas bukit
dari Riau dan Lima belas bukit dari Jambi.
Namun, secara fisik jumlah bukitnya lebih
dari tiga puluh. Apabila dilihat di peta
Sumatra, Bukit Tigapuluh ini berada dalam
kawasan perbukitan curam di tengah ham-
paran dataran rendah sebelah timur Sumatra
yang terpisah sama sekali dari rangkaian
pegunungan Bukit Barisan.
Namun, ada juga yang mengatakan
Bukit Tigapuluh berasal dari bukit tiga jurai,
karena letaknya diapit tiga sungai besar, yaitu
Sungai Batang Gansal, Sungai Batang Cinaku,
dan DAS Batanghari di Provinsi Jambi.
Bagaimana dengan potensi alam dan
nilai ekowisatanya?
Dilihat dari segi biologi, keaneka-
ragaman hayatinya cukup tinggi. Mulai dari
flora-fauna hingga hutan hujan dataran
rendah. Menurut penelitian, hutan hujan di
sini salah satu yang terbaik di Sumatra.
Sementara untuk jenis satwa lindung, seperti
harimau dan tumbuhan
Raflesia hasseltii
atau
Cendawan Muka Rimau, hanya ada di sini.
Secara geofisik, Taman Nasional ini meru-
pakan hamparan perbukitan yang layak dibu-
didayakan. Karena itu, apabila tidak dijadi-
kan kawasan nasional, maka harus menjadi
kawasan yang dilindungi.
Berkaitan dengan pemanfaatan potensi,
telah dilakukan berdasarkan konsep
Pemanfaatan Lestari. Pemanfaatan Lestari
yaitu pemanfaatan yang benar-benar berguna
dan diizinkan melalui hasil hutan nonkayu.
Rotan, jernang, buah, dan madu, misalnya
yang telah dimanfaatkan masyarakat
tradisional. Begitu juga ekowisata. Kita telah
memberlakukan tiket masuk untuk lokasi
wisata yang kini terus ditata, dikembangkan,
dan dipromosikan. Termasuk melalui leaflet,
buklet, CD film, internet, hingga pameran
di Jakarta. Hal ini sengaja dilakukan,
mengingat masih belum banyak masyarakat
yang mengetahui keberadaan Taman Nasional
ini. Bahkan penduduk Provinsi Riau sekali-
pun.
Secara signifikan, bentuk TNBT tidaklah
kompak. Apakah memang seperti itu?
Idealnya, bentuk kawasan konservasi itu
kompak, baik lingkaran atau segi empat.
Tentunya dengan luasan yang besar dan batas
luar yang kecil atau kelilingnya yang kecil.
Awalnya, saat diusulkan menjadi Taman
Nasional, luasan itu sekitar 250 ribu ha
dengan bentuk kompak. Apabila dilihat di
peta, kawasan ini terdiri atas hutan dengan
kondisi topografi yang bagus, tinggi, dan
curam. Namun, saat itu sebagian kawasan
hutan dikelola oleh HPH dengan berbagai
kepentingan di sana. Akhirnya, Taman
Nasional sekarang adalah gabungan dua hutan
lindung Jambi dan Riau
plus
beberapa hutan
produksi di sekitarnya yang memungkinkan
menjadi Taman Nasional. Nah, luasan itulah
yang dapat ditetapkan, meskipun secara fisik
di luar dan di dalam layak ditetapkan.
Ada upaya maksimal untuk menjadi-
kannya ideal, sebut saja rasionalisasi?
Tentu ada. Usaha rasionalisasi sebenar-
nya telah dirintis KKI Warsi. Apabila awalnya
berkutat di Tebo, kini melebar ke Provinsi
Riau. Targetnya, Teluk Keritang di eks-HPH
PT Dalex yang potensinya cukup bagus dan
tidak ada aktivitas pengelolaan hutan di sana.
Kegiatan ini telah mendapat dukungan
pemerintah setempat (Jambi) dan telah
digulirkan ke pusat. Terakhir, pusat masih
menunggu rekomendasi Gubernur Jambi.
Pelajaran 9 Pariwisata
199
Dalam rasionalisasi ini, pihak balai
taman sangat mendukung, karena selain
bentuknya bertambah kompak. Maka itu,
potensi yang sebelumnya ada di luar
kawasan, akan ada kewenangan pihak balai
untuk mengelolanya secara hukum.
Anda tidak resah dengan reaksi
masyarakat apabila rasionalisasi terwujud?
Apa yang masyarakat dapatkan?
Rasionalisasi harus dilakukan bertahap
melalui skala prioritas, seperti lokasi yang
baik, hutannya eks-HPH dan tidak dikelola
lagi, serta jauh dan tidak ada hunian masyara-
kat. Inilah prioritas utama dengan risiko mini-
mal.
Tentunya, masyarakat sekitar kawasan
masih dapat menggantungkan hidupnya dari
hasil hutan nonkayu. Jadi, mereka masih
dapat memanfaatkan buah, getah, jernang,
dan hasil lainnya untuk jangka panjang.
Permasalahan sekarang, mereka
diiming-iming pihak luar untuk menebang
kayu guna mendapatkan hasil yang lebih
cepat. Ataupun, ikut menebang karena takut
kehabisan. Padahal, ketika timbul kerusakan,
mereka tidak dapat memanfaatkan hutan lagi.
(Sumber:
www.warsi.or.id,
2006, dengan
pengubahan)
Kerjakanlah sesuai dengan perintah di buku tugasmu!
1.
Tuliskan gagasan dari narasumber yang terdapat dalam
wawancara yang kalian simak!
2.
Apakah kesimpulan isi wawancara tersebut?
3.
Tulislah kesimpulan mengenai gagasan narasumber dalam
wawancara tersebut!
4.
Diskusikan hasil kerjamu bersama teman-temanmu!
B. Menjelaskan Tokoh serta Hubungan Latar
Suatu Cerpen dengan Realitas Sosial
Cerpen merupakan salah satu genre (tipe) sastra (dalam hal
ini prosa) yang menggunakan sepenggal episode kehidupan manusia
sebagai dasar atau landasan pengarang dalam menyampaikan
cerita. Ada beberapa pendapat pakar sastra yang mencoba
memberikan batasan jumlah halaman untuk jenis genre ini. Namun,
sebenarnya yang lebih dapat diterima adalah batasan yang
menyatakan bahwa cerpen merupakan sepenggal kisah episode
kehidupan manusia (yang menjadi tokoh cerita di dalam karya).
Simaklah cerpen berikut!
Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar kalian
adalah dapat
mendeskripsikan
tokoh serta
menjelaskan
hubungan latar suatu
cerpen dengan
realitas sosial.
Alun-Alun Suryakencana
Karya: F. Rahardi
Seperti biasa, pagi itu Alun-Alun
Suryakencana di Taman Nasional Gede
Pangrango sangat cerah. Langit begitu biru
dan bersih. Tak ada awan, tak ada kabut, dan
tak ada angin. Matahari putih dan silau, tetapi
udara masih juga dingin. Semula sepi. Hanya
sekali-kali dipecah tawa, teriakan dan suara
misting beradu dari arah tenda. Pagi itu,
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
200
beberapa tenda pecinta alam tampak
bertebaran di sekitar mata air. Di tengah alun-
alun. Selebihnya kosong sampai jauh.
Alam yang senyap itu, tiba-tiba digusur
bunyi yang gemuruh memekakkan telinga.
Heli itu besar dan tahu-tahu menyembul
begitu saja dari gerumbulan sentigi. Setelah
berputar beberapa kali, ia mendarat di tempat
yang lapang dan datar. Rumput, edelweis,
dan rentetan
rhododendron
, semua meliuk-
liuk mengikuti pusaran baling-baling heli.
Semua seakan ingin roboh dan tiarap rata
dengan tanah. Tetapi setelah baling-baling itu
makin pelan dan berhenti, semua jadi biasa
lagi.
“Ini sungguh hebat, John! Luar biasa!
Mengapa baru sekarang saya diberitahu kalau
ada alun-alun yang namanya apa ini tadi?”
tanya si Bos itu kepada si John.
“Suryakencana, Pak! Inilah tempat yang
paling eksotis untuk pesta pengantin. Bukan
sekadar pesta kebun, tapi pesta alam. Tidak
ada yang pernah punya gagasan seperti
seorisinil Bapak. Orang mantu biasanya kan
di Balai Kartini, Hilton, Manggala Warna
Bhakti, paling banter Istana dan Kebun Raya
Bogor. Atau Singapura, Hongkong, dan
Mekah. Tapi Bapak lain, Bapak mendatang-
kan tamu-tamu pilihan itu ke Suryakencana!”
“Sudahlah John, aku melihat dengan
mata kepalaku sendiri. Inilah lokasi paling
eksotis untuk resepsi pernikahan anakku. Ayo,
pulang dan segera membentuk panitia.”
***
Rapat panitia itu berlangsung di sebuah
ruang perkantoran di Jalan Sudirman, Jakarta
Pusat. Beberapa mahasiswa pecinta alam
diikutkan. Ada seksi perizinan, perlengkapan,
dekorasi, transportasi, dokumentasi, proto-
kuler, menu, dan seksi-seksi lainnya. Semua
perlengkapan akan diangkut dengan belasan
heli carteran. Belasan toilet mobil juga akan
dipasang.
Rapat panitia sore ini mendapat kehor-
matan dihadiri Menteri Kehutanan, Menteri
Lingkungan Hidup, dan beberapa dirjen.
Semua manggut-manggut dan sepakat, bahwa
perhelatan Bos Besar ini harus didukung
secara politis dan ekonomis. Wartawan yang
mengendus berita kontroversi ini segera mem-
blow up
-nya di media masing-masing.
“Ini sudah sangat keterlaluan. Tidak bisa
dibiarkan. Kita harus gerak!” teriak seorang
aktivis lingkungan di depan para mahasiswa
pecinta alam UI.
“Gila memang, beberapa teman kita,
ternyata ada yang membelot ikut jadi
panitia,” kata seorang seniman di warung
Alex di TIM.
“Mereka harus kita sikat. Minggu depan
kita harus menggelar demo. Menteri-menteri
bego
itu harus kita beri pelajaran.”
Demo menentang resepsi pernikahan di
Alun-Alun Suryakencana itu berlangsung seru.
Koran dan televisi gencar mengekspos. Tokoh
demonstran tampil dalam wawancara
eksklusif. Pengantin laki-laki dan perempuan
juga diuber infotaimen. Tetapi mereka berdua
menghilang. Wartawan kecewa, tapi mereka
tidak kehilangan akal. Menteri Kehutanan
dicecar dengan pertanyaan gencar.
“Jadi Pak Menteri memang mengizin-
kan Taman Nasional kita diacak-acak untuk
hura-hura?” tanya wartawan.
“Yang mau hura-hura siapa? Itu lokasi
saya izinkan untuk resepsi pernikahan. Bukan
untuk hura-hura seperti kalian kira,” jawab
Menteri keras.
“Saya dengar Pak Menteri telah terima
amplop hingga izin keluar dengan lancar?”
“Ya memang saya sudah menerima
amplop. Isinya permohonan izin dan pro-
posal acara yang kalian ributkan ini.”
“Berapa em, Pak, yang Bapak terima?”
“Banyak sekali, namanya juga surat. Ada
a, ada b, ada c, tentu juga ada emnya. Tapi
saya ya hanya membaca. Tidak perlu meng-
hitung huruf emnya.”
“Maksud saya, Bapak telah terima uang
berapa em dari pengusaha yang akan mantu
itu?”
Pelajaran 9 Pariwisata
201
“Lo, pasti beberapa em. Dia memang
harus menyewa dan saya mematok harga
tinggi. Kalian cek saja ke Sekjen.”
“Untuk Bapak sendiri?”
“Saya juga pernah mau dikasih tetapi
saya tolak. Cukup begitu?”
“Anu Pak, katanya ...!”
“Sudahlah, nanti diselesaikan saja
dengan Pak Dirjen!”
***
Pro dan kontra resepsi pernikahan di
Alun-Alun Suryakencana, makin hari makin
ramai. September seharusnya sudah mulai
hujan. Tetapi langit masih tetap tidak
berawan. Di mana-mana kering kerontang;
kebakaran hutan terjadi di mana-mana dan
asapnya terbang sampai ke negeri Jiran.
Menteri Kehutanan diprotes, didemo, dan
dikejar-kejar wartawan. Isu kebakaran hutan
juga digunakan untuk memojokkan Menteri
ini. “Kalau nanti sampai terjadi kebakaran di
Taman Nasional bagaimana, Pak?”
“Kalau sampai terjadi kebakaran, ya
dipadamkan. Kebakaran di lokasi sulit seperti
di Sumatra dan Kalimantan saja saya urus.
Apalagi kebakaran di situ. Apa kalian ingin
kalau ada kebakaran, saya diem saja?”
“Bukan begitu Pak. Ini kan musim
kemarau. Kalau nanti ada yang membuang
puntung, lalu hutannya terbakar, kita kan
makin jadi sorotan internasional. Modal asing
akan sulit masuk lo, Pak!”
“Semua sudah disiapkan. Semua sudah
diurus sampai detilnya. Saya sudah konsultasi
ke Bapak Presiden dan beliau mengatakan
bahwa saya harus jalan terus!”
“Beliau malah ingin hadir dalam resepsi
ini. Beliau juga mengatakan bahwa gagasan
memanfaatkan Taman Nasional untuk resepsi
pernikahan merupakan terobosan yang
briliyan
. Diharapkan para wisatawan baik
asing maupun lokal, akan makin mengenal
Taman Nasional kita, lalu mengunjunginya.
Itu berarti devisa akan masuk.”
Seminggu sebelum hajatan besar ber-
langsung, kesibukan sudah mulai tampak.
Heli besar kecil hilir mudik. Kepala Taman
Nasional telah menutup Gunung Gede Pang-
rango bagi pendakian umum. Paspampres
mulai menyisiri tempat-tempat yang mencu-
rigakan. Semua pintu masuk pendakian dijaga
ketat. Jalur-jalur yang biasa digunakan pencari
kayu bakar dan pencari paku-pakuan semua
dijaga tentara, polisi, mahasiswa pecinta
alam, dan warga setempat.
Hari H itu pun tiba. Cuaca sangat cerah.
Tak ada secuil awan pun tampak di langit.
Heli demi heli berdengung dari Jakarta
menuju Suryakencana. Semua membawa
tamu VVIP. Suasana alun-alun itu sendiri
sudah berubah dari hari-hari biasa. Meskipun
sentigi,
rhododendron
, edelweis, dan rumput
liar, semua masih tegak menjadi hiasan alami
di antara tenda-tenda. Dan nun di tengah
tenda-tenda kecil warna-warni itu, berdirilah
sebuah tenda raksasa yang megah. Di tenda
besar itulah para tamu agung akan duduk
menyaksikan hajatan.
Pukul 09.00 pagi, tamu-tamu sudah
mulai datang. Mereka tidak langsung masuk
tenda, melainkan berkeliling menikmati
pemandangan yang belum pernah mereka
saksikan sebelumnya. Pukul 09.30 tamu yang
datang makin banyak. Sebab pukul 10.00
akad nikah akan dimulai.
Pukul 09.45, mendadak kabut datang.
Cuaca yang semula cerah tiba-tiba berubah
gelap. Angin juga bertiup sangat kencang.
Kabut makin tebal. Angin makin menggila.
Hujan turun dengan lebat. Para tamu ber-
larian. Tenda-tenda kecil roboh dan terbang
dibawa angin. Cuaca makin tak karuan. Tenda
besar terguncang-guncang keras. Tiba-tiba
sebuah tenda kecil terbang menghantam
tenda besar itu. Tenda besar itu pun roboh.
Sebagian terpalnya melambai-lambai di-
mainkan angin. Kain tenda itu terus berki-
baran, bagai layar kapal yang tiangnya patah
diterjang badai.
(Sumber:
Kumpulan Cerpen Kompas
, 2006)
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
202
Sumber:
Dok. Penerbit
Setelah cerpen dibacakan, kalian dapat mendiskusikan
bersama teman kalian tentang penokohan dan latar cerita yang
terdapat pada cerpen tersebut.
1. Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang diciptakan oleh pengarang
untuk berkelakuan dan mengalami peristiwa dalam cerita. Dalam
cerita, selalu ada tokoh utama (protagonis), yang berfungsi sebagai
penggerak cerita dan tokoh lain yang diciptakan untuk mengimbangi
atau menjadi lawan main tokoh utama, yakni tokoh lawan
(antagonis). Sementara tokoh-tokoh yang fungsinya hanya sebagai
pelengkap cerita disebut tokoh bawahan. Konflik yang dibangun
antara tokoh utama dengan tokoh lawan itulah yang kemudian
menjadi inti dan menggerakkan cerita.
Tokoh dalam cerpen
Alun-Alun Suryakencana
karya F.
Rahardi adalah berikut.
a.
Si Bos
, adalah tokoh yang tampil sebagai sosok seorang yang
memiliki jiwa seni dan sangat menyayangi anaknya. Si Bos
juga merupakan tokoh yang kaya yang mementingkan harga
diri dan kelompoknya.
Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Suryakencana, Pak! Inilah tempat yang paling eksotis
untuk pesta pengantin. Bukan sekadar pesta kebun, tapi pesta
alam. Tidak ada yang pernah punya gagasan seperti seorisinil
Bapak. Orang mantu biasanya kan di Balai Kartini, Hilton,
Manggala Warna Bhakti, paling banter Istana dan Kebun Raya
Bogor. Atau malah Singapura, Hongkong, dan Mekah. Tapi
Bapak lain, Bapak mendatangkan tamu-tamu pilihan itu ke
Suryakencana!”
“Sudahlah John, aku melihat dengan mata kepalaku
sendiri. Inilah lokasi paling eksotis untuk resepsi pernikahan
anakku. Ayo, pulang dan segera membentuk panitia.
b.
John
, adalah teman dekat si Bos yang selalu menemani dan
memberikan dukungan terhadap keinginan si Bos.
Kutipannya sebagai berikut.
“Ini sungguh hebat, John! Luar biasa! Mengapa baru
sekarang saya diberitahu kalau ada alun-alun yang namanya
apa ini tadi?” tanya si Bos itu kepada si John.
“Suryakencana, Pak! Inilah tempat yang paling eksotis
untuk pesta pengantin. Bukan sekadar pesta kebun, tapi pesta
alam. Tidak ada yang pernah punya gagasan seperti seorisinil
Bapak. Orang mantu biasanya kan di Balai Kartini, Hilton,
Manggala Warna Bhakti, paling banter Istana dan Kebun Raya
Pelajaran 9 Pariwisata
203
Bogor. Atau malah Singapura, Hongkong, dan Mekah. Tapi
Bapak lain, Bapak mendatangkan tamu-tamu pilihan itu ke
Suryakencana!”
c.
Seorang aktivis lingkungan dan seorang seniman
, adalah
tokoh-tokoh yang menentang para tokoh yang mementingkan
kelompoknya.
Kutipannya sebagai berikut.
“Ini sudah sangat keterlaluan. Tidak bisa dibiarkan. Kita
harus bergerak!” teriak seorang aktivis lingkungan di depan
para mahasisiwa pecinta alam UI.
“Gila memang, beberapa teman kita, ternyata ada yang
membelot ikut jadi panitia,” kata seorang seniman di warung
Alex di TIM.
“Mereka harus kita sikat. Minggu depan kita harus
menggelar demo. Menteri-menteri
bego
itu harus kita beri
pelajaran.”
d.
Pengantin laki-laki dan perempuan
, adalah tokoh yang takut
pada sebuah kenyataan dan tidak bertanggung jawab.
Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Demo menentang resepsi pernikahan di Alun-Alun
Suryakencana itu berlangsung seru. Koran dan televisi gencar
mengekspos. Tokoh demonstran tampil dalam wawancara
eksklusif. Pengantin laki-laki dan perempuan juga diuber
infotaimen. Tetapi mereka berdua menghilang. Wartawan
kecewa, tapi mereka tidak kehilangan akal. Menteri
Kehutanan dicecar dengan pertanyaan gencar.
e.
Wartawan
, adalah tokoh yang memiliki keingintahuan yang
besar.
Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
“Jadi Pak Menteri memang mengizinkan Taman
Nasional kita diacak-acak untuk hura-hura?” tanya wartawan.
“Saya dengar Pak Menteri telah terima amplop hingga
izin keluar dengan lancar?”
“Berapa em, Pak, yang Bapak terima?”
“Maksud saya, Bapak telah terima uang berapa em dari
pengusaha yang akan mantu itu?”
“Untuk Bapak sendiri?”
“Anu Pak, katanya ....”
Bingkai Sastra
Selain tokoh, dalam suatu
cerita terdapat latar,
yakni segala keterangan
mengenai waktu, ruang,
dan suasana terjadinya
lakuan dalam karya
sastra. Deskripsi latar
dapat bersifat fisik,
realistis, dokumenter,
dan dapat pula berupa
deskripsi perasaan. Latar
adalah lingkungan yang
dapat berfungsi sebagai
metonimia, metafora,
atau ekspresi tokohnya
(Wellek dan Waren,
1989).
Namun unsur yang juga
sangat penting adalah
lakuan atau peristiwa,
yang membentuk
kerangka cerita (alur
utama). Rangkaian
peristiwa direka dan
dijalin dengan saksama
membentuk alur yang
menggerakkan jalannya
cerita melalui rumitan ke
arah klimaks dan
selesaian (Sudjiman,
1990).
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
204
f.
Pak Menteri
, adalah tokoh yang bertanggung jawab, cermat,
dan teliti.
“Yang mau hura-hura siapa? Itu lokasi saya izinkan untuk
resepsi pernikahan. Bukan untuk hura-hura seperti kalian kira,”
jawab Menteri keras.
“Ya, memang saya sudah telah terima amplop. Isinya
permohonan izin dan proposal acara yang kalian ributkan.”
“Kalau sampai terjadi kebakaran, ya, dipadamkan.
Kebakaran di lokasi sulit seperti di Sumatra dan Kalimantan
saja saya urus. Apalagi kebakaran di situ. Apa kalian ingin
kalau ada kebakaran, saya diem saja?”
“Semua sudah disiapkan. Semua sudah diurus sampai
detilnya. Saya sudah konsultasi ke Bapak Presiden dan beliau
mengatakan bahwa saya harus jalan terus!”
2 . Latar
Latar yakni segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan
suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra. Deskripsi latar dapat
bersifat fisik, realistis, dokumenter, dan dapat pula berupa deskripsi
perasaan.
Latar dalam cerpen
Alun-Alun Suryakencana
karya F.
Rahardi
adalah berikut.
a.
Latar waktu, yaitu pagi hari, saat rapat panitia sore, bulan
September, seminggu sebelum hajatan besar berlangsung, serta
hari H pukul 09.00 pagi, pukul 09.30, dan pukul 09.45.
Kutipannya sebagai berikut.
“Seperti biasa, pagi itu Alun-Alun Suryakencana di
Taman Nasional Gede Pangrango sangat cerah. Langit begitu
biru dan bersih. Tak ada awan, tak ada kabut, dan tak ada
angin. ....
Rapat panitia sore ini mendapat kehormatan dihadiri
Menteri Kehutanan, Menteri Lingkungan Hidup, dan beberapa
dirjen. ....
Pro dan kontra resepsi pernikahan di Alun-Alun Suryak-
encana, makin hari makin ramai. September seharusnya sudah
mulai hujan, ....
Seminggu sebelum hajatan besar berlangsung, kesibukan
sudah mulai tampak. Heli besar kecil hilir mudik. ....
Hari H itu pun tiba. Cuaca sangat cerah. Tak ada secuil
awan pun tampak di langit. Heli demi heli berdengung dari
Jakarta menuju Suryakencana. ....
Pelajaran 9 Pariwisata
205
... Pukul 09.00 pagi, tamu-tamu sudah mulai datang.
Mereka tidak langsung masuk tenda, melainkan berkeliling
menikmati pemandangan yang belum pernah mereka saksikan
sebelumnya. Pukul 09.30 tamu yang datang makin banyak.
Sebab pukul 10.00 akad nikah akan dimulai.
Pukul 09.45, mendadak kabut datang. Cuaca yang
semula cerah tiba-tiba berubah gelap. Angin juga bertiup
sangat kencang. Kabut makin tebal. Angin makin menggila.
Hujan turun dengan lebat. ....
b.
Latar ruang dan tempat, yaitu Alun-Alun Suryakencana, sebuah
ruang perkantoran di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, dan
warung Alex di TIM.
Kutipannya sebagai berikut.
“Seperti biasa, pagi itu Alun-Alun Suryakencana di
Taman Nasional Gede Pangrango sangat cerah. Langit begitu
biru dan bersih. Tak ada awan, tak ada kabut, dan tak ada
angin. ....
Rapat panitia itu berlangsung di sebuah ruang perkan-
toran di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Beberapa mahasiswa
pecinta alam diikutkan. Ada seksi perizinan, perlengkapan,
dekorasi ....
“Gila memang, beberapa teman kita, ternyata ada yang
membelot ikut jadi panitia,” kata seorang seniman di warung
Alex di TIM.
c.
Latar suasana, yaitu suasana cerah, kegembiraan, kemarahan,
seru, ramai, sibuk, dan mencekam.
Kutipannya sebagai berikut.
Seperti biasa, pagi itu Alun-Alun Suryakencana di Taman
Nasional Gede Pangrango sangat cerah. Langit begitu biru
dan bersih. Tak ada awan, tak ada kabut, dan tak ada angin.
....
“Ini sungguh hebat John! Luar biasa! Mengapa baru
sekarang saya diberitahu kalau ada alun-alun yang namanya
apa ini tadi?” tanya si Bos itu kepada si John.
“Ini sudah sangat keterlaluan. Tidak bisa dibiarkan. Kita
harus gerak!” teriak seorang aktivis lingkungan di depan para
mahasiswa pecinta alam UI.
“Gila memang, beberapa teman kita, ternyata ada yang
membelot ikut jadi panitia,” kata seorang seniman di warung
Alex di TIM.
“Mereka harus kita sikat. Minggu depan kita harus
menggelar demo. Menteri-menteri
bego
itu harus kita beri
pelajaran.”
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
206
Demo menentang resepsi pernikahan di Alun-Alun
Suryakencana itu berlangsung seru. Koran dan televisi gencar
mengekspos. Tokoh demonstran tampil dalam wawancara
eksklusif. Pengantin laki-laki dan perempuan juga diuber
infotaimen. Tetapi mereka berdua menghilang. Wartawan
kecewa, tapi mereka tidak kehilangan akal. Menteri Kehu-
tanan dicecar dengan pertanyaan gencar.
Pro dan kontra resepsi pernikahan di Alun-Alun Surya-
kencana, makin hari makin ramai. September seharusnya
sudah mulai hujan. Tetapi langit masih tetap tidak berawan.
Paspampres mulai menyisiri tempat-tempat yang
mencurigakan. Semua pintu masuk pendakian dijaga ketat.
Jalur-jalur yang biasa digunakan pencari kayu bakar dan
pencari paku-pakuan semua dijaga tentara, polisi, mahasiswa
pecinta alam, dan warga setempat.
Hari H itu pun tiba. Cuaca sangat cerah. Tak ada secuil
awan pun tampak di langit. Heli demi heli berdengung dari
Jakarta menuju Suryakencana. Semua membawa tamu VVIP.
Suasana alun-alun itu sendiri sudah berubah dari hari-hari
biasa.
Pukul 09.45, mendadak kabut datang. Cuaca yang
semula cerah tiba-tiba berubah gelap. Angin juga bertiup
sangat kencang. Kabut makin tebal. Angin makin menggila.
Hujan turun dengan lebat. Para tamu berlarian. Tenda-tenda
kecil roboh dan terbang dibawa angin. Cuaca makin tak
karuan. Tenda besar terguncang-guncang keras. Tiba-tiba
sebuah tenda kecil terbang menghantam tenda besar itu. Tenda
besar itu pun roboh. Sebagian terpalnya melambai-lambai
dimainkan angin. Kain tenda itu terus berkibaran, bagai layar
kapal yang tiangnya patah diterjang badai.
Uji Kemampuan 2
Simaklah cerpen berikut!
Senyum Karyamin
Karyamin melangkah pelan dan sangat
hati-hati. Beban yang menekan pundaknya
adalah pikulan yang digantungi dua keranjang
batu kali. Jalan tanah yang sedang didakinya
sudah licin dibasahi air yang menetes dari
tubuh Karyamin dan kawan-kawan yang
pulang balik mengangkat batu dari sungai ke
pangkalan material di atas sana. Karyamin
sudah berpengalaman agar setiap perjalanan-
nya selamat. Yakni berjalan menanjak sambil
menjaga agar titik berat beban dan badannya
tetap berada pada telapak kaki kiri atau
kanannya. Pemindahan titik berat dari kaki
kiri ke kaki kanannya pun harus dilakukan
dengan baik. Karyamin harus memperhitung-
kan tarikan napas serta ayunan tangan demi
keseimbangan yang sempurna.
Pelajaran 9 Pariwisata
207
Meskipun demikian, pagi ini Karyamin
sudah dua kali tergelincir. Tubuhnya roboh,
lalu menggelinding ke bawah, berkejaran
dengan batu-batu yang tumpah dari keranjang-
nya. Dan setiap kali jatuh, Karyamin menjadi
bahan tertawaan kawan-kawannya. Mereka,
para pengumpul batu itu, senang mencari
hiburan dengan cara menertawakan diri
mereka sendiri.
Kali ini Karyamin merayap lebih hati-
hati. Meski dengan lutut yang sudah bergetar,
jemari kaki dicengkeramkannya ke tanah.
Segala perhatian dipusatkan pada pengen-
dalian keseimbangan sehingga wajahnya
kelihatan tegang. Sementara itu, air terus
mengucur dari celana dan tubuhnya yang
basah. Dan karena pundaknya ditekan oleh
beban yang sangat berat, maka nadi di
lehernya muncul menyembul kulit.
Boleh jadi Karyamin akan selamat
sampai ke atas bila tak ada burung yang nakal.
Seekor burung paruh udang terjun dari ran-
ting yang menggantung di atas air, menyam-
bar seekor ikan kecil, lalu melesat tanpa rasa
salah hanya sejengkal di depan mata Kar-
yamin.
“Aduh,” teriak Karyamin yang sedetik
kemudian sudah kehilangan keseimbangan.
Tubuhnya bergulir sejenak, lalu jatuh ter-
tunduk dibarengi suara dua keranjang batu
yang ruah. Tubuh itu ikut meluncur, tetapi
berhenti karena tangan Karyamin berhasil
mencengkeram rerumputan. Empat atau lima
orang kawan Karyamin terbahak bersama.
Mereka, para pengumpul batu itu, senang
mencari hiburan dengan cara menertawakan
diri mereka sendiri.
...
Dan Karyamin tidak ikut tertawa,
melainkan cukup tersenyum. Bagi mereka,
tawa atau senyum sama-sama sah sebagai
perlindungan terakhir. Tawa dan senyum bagi
mereka adalah simbol kemenangan terhadap
tengkulak, terhadap rendahnya harga batu,
atau terhadap licinnya tanjakan. Pagi itu
senyum Karyamin pun menjadi tanda
kemenangan atas perutnya yang sudah mulai
melilit dan matanya yang berkunang-kunang.
Memang, Karyamin telah berhasil
membangun fatamorgana kemenangan
dengan senyum dan tawanya. Anehnya, Kar-
yamin merasa demikian terhina oleh burung
paruh udang yang bolak-balik melintas di atas
kepalanya. Suatu kali, Karyamin ingin mem-
babat burung itu dengan pikulannya. Tetapi
niat itu diurungkan karena Karyamin sadar,
dengan mata yang berkunang-kunang dia tak
akan berhasil melaksanakan maksudnya.
Jadi, Karyamin hanya tersenyum. Lalu
bangkit meski kepalanya pening dan langit
seakan berputar. Diambilnya keranjang dan
pikulan, kemudian Karyamin berjalan me-
naiki tanjakan, Karyamin terpaku sejenak me-
lihat tumpukan batu yang belum lagi men-
capai seperempat kubik, tetapi harus diting-
galkannya. Di bawah pohon waru, Saidah
sedang menggelar dagangannya, nasi pecel.
Jakun Karyamin turun naik. Ususnya terasa
terpilin.
“Masih pagi kok mau pulang, Min?”
tanya Saidah. “Sakit?”
Karyamin menggeleng dan tersenyum.
Saidah memerhatikan bibirnya yang membiru
dan kedua telapak tangannya yang pucat.
Setelah dekat, Saidah mendengar suara
keruyuk dari perut Karyamin.
“Makan, Min?”
“Tidak. Beri aku minum saja. Da-
ganganmu sudah ciut seperti itu. Aku tak
ingin menambah utang.”
“Iya, Min, iya. Tetapi kamu lapar, kan?”
Karyamin hanya tersenyum sambil
menerima segelas air yang disodorkan oleh
Saidah. Ada kehangatan menyapu ke-
rongkongan Karyamin terus ke lambungnya.
“Makan, ya Min? Aku tak tahan melihat
orang lapar. Tak usah bayar dulu. Aku sabar
menunggu tengkulak datang. Batumu juga
belum dibayarnya, kan?”
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
208
Si paruh udang kembali melintas cepat
dengan suara mencecet. Karyamin tak lagi
membencinya karena sadar, burung yang
demikian sibuk pasti sedang mencari makan
buat anak-anaknya dalam sarang entah di
mana. Karyamin membayangkan anak–anak
si paruh udang sedang meringkuk lemah
dalam sarang yang dibangun dalam tanah di
sebuah tebing yang terlindung. Angin kembali
bertiup. Daun–daun itu selalu saja bergerak
menentang arus karena dorongan angin.
“Jadi, kamu sungguh tak mau makan,
Min?” tanya Saidah ketika melihat Karyamin
bangkit.
“Tidak. Kalau kamu tak tahan melihat
aku lapar, aku pun tak tega melihat dagangan-
mu habis karena utang-utangku dan kawan-
kawan.”
“Iya Min, iya. Tetapi ...”
Saidah memutus kata-katanya sendiri
karena Karyamin sudah berjalan menjauh.
Tetapi Saidah masih sempat melihat Karyamin
menoleh kepadanya sambil tersenyum sambil
menelan ludah berulang-ulang. Ada yang
mengganjal di tenggorokan yang berhasil
didorongnya ke dalam. Diperhatikannya
Karyamin yang berjalan melalui lorong liar
sepanjang tepi sungai. Kawan-kawan Karya-
min menyeru-yeru dengan segala macam se-
loroh cabul. Tetapi Karyamin hanya sekali
berhenti dan menoleh sambil melempar
senyum.
...
Sesungguhnya Karyamin tidak tahu
betul mengapa dia harus pulang. Di rumahnya
tak ada sesuatu buat mengusir suara keruyuk
dari lambungnya. Istrinya juga tak perlu
dikhawatirkan. Oh ya, Karyamin ingat bahwa
istrinya memang layak dijadikan alasan buat
pulang. Semalaman tadi istrinya tak bisa tidur
lantaran bisul di puncak pantatnya. “Maka
apa salahnya bila aku pulang buat menemani
istriku yang meriang.”
...
Sebelum habis mendaki tanjakan,
Karyamin mendadak berhenti. Dia melihat
dua buah sepeda jengki yang di parkir di
halaman rumahnya. Denging dalam telinga-
nya terdengar semakin nyaring. Kunang–
kunang di matanya pun semakin banyak.
Maka Karyamin sungguh–sungguh berhenti,
dan termangu. Dibayangkan istrinya yang
sedang sakit harus menghadapi dua penagih
bank harian. Padahal Karyamin tahu, istrinya
tidak mampu membayar kewajibannya hari
ini, hari esok, hari lusa, dan entah hingga ka-
pan, seperti entah kapan datangnya tengkulak
yang telah setengah bulan membawa batunya.
Masih dengan seribu kunang-kunang di
matanya, Karyamin mulai berpikir apa perlu-
nya dia pulang. Dia merasa pasti tak bisa
menolong keadaan, atau setidaknya meno-
long istrinya menghadapi dua penagih bank
harian. Maka pelan-pelan Karyamin memba-
likkan badan, siap kembali turun. Namun,
di bawah sana Karyamin melihat seorang
lelaki dengan baju batik motif tertentu dan
berlengan panjang. Kopiahnya yang mulai
botak kemerahan menyakinkan Karyamin
bahwa lelaki itu adalah Pak Pamong.
“Nah, akhirnya kamu ketemu juga,
Min. Kucari kau di rumah, tak ada. Di pang-
kalan batu, tak ada. Kamu mau menghindar,
ya?”
“Menghindar?”
“Ya. Kamu memang
mbeling
(nakal),
Min. Di gerumbulan ini hanya kamu yang
belum berpartisipasi. Hanya kamu yang be-
lum setor uang dana Afrika, dana untuk me-
nolong orang–orang yang kelaparan di sana.
Nah, sekarang hari-hari terakhir. Aku tak mau
lebih lama kau persulit.”
Karyamin mendengar suara napas sen-
diri. Samar-samar, Karyamin juga mendengar
detak jantung sendiri. Tetapi Karyamin tidak
melihat bibir yang mulai menyungging
senyum. Senyum yang sangat baik untuk
mewakili kesadaran yang mendalam akan diri
serta situasi yang harus dihadapinya. Sayang-
nya, Pak Pamong malah menjadi marah oleh
senyum Karyamin.
Pelajaran 9 Pariwisata
209
“Kamu menghina aku, Min?”
“Tidak, Pak. Sungguh tidak.”
“Kalau tidak, mengapa kamu ter-
senyum-senyum? Hayo cepat, mana uang
iuranmu?”
Kali ini Karyamin tidak hanya terse-
nyum, melainkan tertawa keras-keras. De-
mikian keras sehingga mengundang seribu
lebah masuk ke telinganya, seribu kunang
masuk ke matanya. Lambungnya yang
kempong
berguncang-guncang dan mera-
puhkan keseimbangan seluruh tubuhnya.
Ketika melihat tubuh Karyamin jatuh tergu-
ling ke lembah, Pak Pamong berusaha mena-
hannya. Sayang, gagal.
Kerjakanlah soal berikut dengan cermat di buku tugasmu!
1.
Tuliskan tokoh dan penokohan dari cerpen di atas!
2.
Jelaskan hubungan latar cerpen tersebut dengan realitas sosial
yang ada di sekitarmu!
3.
Diskusikan hasil kerjamu dengan teman-temanmu!
C. Menemukan Gagasan Utama Suatu Teks
Sejauh manakah kalian dapat mengidentifikasi sebuah pokok
permasalahan atau gagasan utama dari sebuah bacaan? Ba-
gaimanakah proses yang kalian lakukan untuk dapat menemukan
gagasan utama dari suatu bacaan? Pada pembahasan ini, kita
akan membahas mengenai membaca dan menemukan gagasan
utama dari suatu bacaan.
Informasi mengenai suatu berita, peristiwa, atau pengetahuan
dapat kalian peroleh dari berbagai sumber bacaan. Namun, dalam
setiap bacaan tidak semua kalimat merupakan pokok informasi
atau gagasan utama dalam bacaan tersebut. Upaya menemukan
gagasan utama atau pokok persoalan dalam bacaan diperlukan
kejelian dan kecermatan dalam proses membaca. Untuk
memahami materi ini lebih jauh, simaklah beberapa teks bacaan
di bawah beserta penjelasannya.
Kerjakanlah tugas berikut di buku tugas!
1.
Carilah sebuah cerpen dari media cetak (surat kabar, tabloid, atau
majalah) yang berkisah tentang peristiwa yang menurutmu
menarik!
2.
Deskripsikanlah penokohan dan latar yang ada dalam cerpen
tersebut!
3.
Jelaskanlah permasalahan pokok yang ingin disampaikan
pengarang melalui cerpen tersebut!
TAGIHAN
Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar kalian
adalah dapat
menentukan gagasan
utama dalam teks
yang dibaca.
Sumber:
Dok. Penerbit
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
210
Candi Sukuh Misteri Piramida yang Terpenggal
Candi Sukuh terletak di Kabupaten
Karanganyar, sekitar 34 km arah timur Solo,
atau 2 jam perjalanan dengan kendaraan.
Sejak diperkenalkan sebagai objek wisata
purbakala yang unik, candi ini makin populer
di mata wisatawan mancanegara maupun
wisatawan domestik, apalagi didukung
dengan strategi promosi yang gencar serta
kemudahan akses transportasi dan akomodasi.
Sebenarnya, Candi Sukuh sama dengan
candi lainnya di Indonesia, yaitu berupa
bangunan tua yang terbuat dari tumpukan
batuan andesit ditambah pahatan arca serta
lukisan relief. Hanya, kompleks Candi Sukuh
memiliki arca dan lukisan relief yang sungguh
unik dan berbeda dengan candi lainnya, yang
menggambarkan kisah perselingkuhan Dewi
Uma, permaisuri Dewa Siwa. Kiranya hal
inilah yang memicu timbulnya julukan “The
Most Exotic Temple in The World” bagi
Candi Sukuh.
Awalnya, Candi Sukuh ditemukan
secara tidak sengaja oleh penduduk tahun
1815. Penemuan itu dilaporkan pada Jhonson,
Residen Inggris yang bermukim di Solo.
Lantas Jhonson memerintahkan ahli purbakala
untuk menggarap kawasan bersejarah tersebut.
Walaupun telah melalui proses inventarisasi,
penelitian dan pemugaran sejak 1917, hanya
sedikit misteri yang terungkap.
Secara keseluruhan, Candi Sukuh terdiri
atas 3 undakan yang masing-masing ditandai
dengan gerbang gapura. Seperti layaknya
bangunan bercorak Hindu, makin tinggi un-
dakan itu, makin tinggi pula tingkat kesucian
tempat tersebut.
Di halaman pembuka, terdapat pintu
gerbang beratap yang berhiaskan kepala
raksasa dan mempunyai 11 buah anak tangga.
Lorong masuk panjangnya 2,10 m, lebar 1
m, dan tingginya mencapai 2,35 m. Di lantai
gapura terdapat relief
lingga-yoni
. Selain
sebagai pengusir roh jahat, perpaduan relief
itu melambangkan kesuburan.
Di undakan kedua, tidak ditemukan
bangunan, arca, maupun relief, sedangkan di
undakan terakhir — yang merupakan tempat
tersuci — terdapat bangunan utama, beberapa
candi kecil, serta arca garuda, gajah, dan kura-
kura. Di bagian lainnya, ada beberapa lukisan
relief, obelisk, dan prasasti yang hingga kini
belum jelas maknanya.
Di bagian paling belakang, terdapat
bangunan utama candi yang merupakan
tempat paling sakral. Struktur bangunannya
berbentuk piramida yang puncaknya
terpenggal. Bentuk bangunan seperti itu
ternyata mirip dengan Candi Mayan di
Amerika Selatan. Namun, hingga kini belum
dapat dipastikan ada tidaknya kaitan sejarah
di antara keduanya.
(Sumber:
Pikiran Rakyat,
5 Januari 2003,
dengan pengubahan)
Dalam menemukan gagasan pokok dalam teks, kalian dapat
menentukan gagasan utama atau ide utama setiap paragraf terlebih
dahulu. Gagasan utama atau ide utama tersebut terletak pada
kalimat utama. Berdasarkan gagasan utama yang terdapat dalam
kalimat utama, kalian dapat menuliskan butir-butir pokoknya.
Butir-butir pokok dalam suatu teks adalah hal-hal penting atau
utama yang ingin disampaikan dalam sebuah bacaan. Supaya lebih
jelas, berikut diuraikan cara untuk dapat menemukan gagasan pokok
suatu bacaan.
1.
Membaca teks bacaan dengan cermat.
2.
Memerhatikan keterkaitan bacaan dengan judul.
Pelajaran 9 Pariwisata
211
3.
Memahami pikiran utama setiap paragraf.
4.
Menyimpulkan pikiran-pikiran utama menjadi butir-butir pokok
bacaan.
5.
Menemukan gagasan pokok dalam teks secara utuh ber-
dasarkan butir-butir pokok bacaan.
Berdasarkan teks “Candi Sukuh Misteri Piramida yang Ter-
penggal”, dapat kalian tulis gagasan utama atau pikiran utama setiap
paragraf sebagai berikut.
1. Candi Sukuh terletak di Kabupaten Karanganyar.
2. Candi Sukuh berupa bangunan tua yang terbuat dari
tumpukan batuan, pahatan arca, serta lukisan relief.
3. Candi Sukuh ditemukan oleh penduduk tahun 1815.
4. Candi Sukuh terdiri atas 3 undakan.
5. Di halaman pembuka, terdapat pintu gerbang beratap yang
berhiaskan kepala raksasa dan bertangga 11 buah.
6. Hal-hal yang ditemukan di undakan kedua, terakhir, dan di
bagian lain.
7. Bangunan utama candi yang merupakan tempat paling
sakral terletak di bagian paling belakang.
Adapun butir-butir pokok yang dapat kalian ambil dari teks di
atas berdasarkan gagasan utamanya, dapat kalian tuliskan sebagai
berikut.
1. Letak Candi Sukuh yang populer di mata wisman.
2. Relief dan pahatan unik Candi Sukuh menjadi daya tarik
tersendiri.
3. Sejarah penemuan keberadaan Candi Sukuh.
4. Penjelasan berkaitan struktur Candi Sukuh.
Gagasan utama teks “Candi Sukuh Misteri Piramida yang
Terpenggal” berdasarkan butir-butir pokoknya dapat kalian susun
sebagai berikut.
Candi Sukuh yang berada di lereng Gunung Lawu wilayah
Kabupaten Karanganyar memiliki panorama alam yang indah serta
keunikan yang mampu menarik perhatian wisman. Candi Sukuh
yang dibangun dengan konsep punden berundak ditemukan tahun
1815. Setiap undakan memiliki gapura dan teras ruang yang berisi
relief-relief.
Selintas Makna
Sebuah alinea dikatakan
baik jika seluruh kalimat
dalam alinea hanya
membicarakan satu
gagasan utama, satu
pokok pikiran, atau satu
masalah. Jika dalam
sebuah alinea terdapat
kalimat yang
menyimpang dari
masalah yang sedang
dibicarakan, berarti
dalam alinea tersebut
terdapat lebih dari satu
gagasan utama atau satu
pokok pikiran (Finoza,
2001: 153).
Ingin Tahu?
Perhatikan kalimat:
Awalnya, Candi Sukuh
ditemukan secara tidak
sengaja oleh penduduk
tahun 1815
pada teks
“Candi Sukuh Misteri
Piramida yang
Terpenggal” paragraf
ketiga. Kalimat tersebut
merupakan kalimat pasif.
Hal ini ditunjukkan oleh
subjeknya yang dikenai
pekerjaan serta
predikatnya merupakan
kata kerja pasif yang
ditandai dengan awalan
di–
.
Perhatikan pula kalimat:
Lantas Jhonson
memerintahkan ahli
purbakala untuk
menggarap kawasan
bersejarah tersebut
pada
paragraf ketiga. Kalimat
tersebut merupakan
kalimat aktif. Hal ini
dikarenakan subjeknya
(Jhonson) melakukan
pekerjaan dan predikat-
nya merupakan kata
kerja aktif yang ditandai
dengan awalan
me–
.
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
212
Sensasi Sunset di Karimunjawa
Uji Kemampuan 3
Bacalah teks bacaan berikut!
Alangkah syahdunya dapat membaca
puisi
Samukhe Shanti Parabar
dari Sovana
Dasgupta (yang dikembangkan dari
Brahmasangeet
karya Rabindranath Tagore)
pada suatu petang; dengan sepasang kaki
terbenam dalam pasir pantai berwarna putih
dan sesekali ombak mendekat serta menjilat
telapak. Nyiur melambai jauh di atas kepala.
Perlahan matahari menghilang di bawah
cakrawala. Beberapa perahu nelayan terlihat
di Ujung Gelam, titik barat terjauh dari Pulau
Karimun Besar dalam gugusan Kepulauan
Karimunjawa.
“Pemandangannya secantik Pulau Ladik
dan Praline di Kepulauan Seyhelles,” puji
Nicholas yang tahun lalu menghabiskan
liburan musim panasnya dengan bertetirah
ke kepulauan di wilayah Afrika itu.
“Menakjubkan, jika mengingat kenya-
taan bahwa Karimunjawa masih termasuk
bagian Pulau Jawa. Serasa bukan di Jawa, tapi
entah di mana ...”.
Padahal sehari lalu, saat kami tiba, cua-
ca sangat tidak bersahabat. Langit mendung
sejak petang. Lantas lewat tengah malam turun
hujan badai. Muka air laut naik, meski tidak
sampai membanjiri lantai kayu pondok tem-
pat tinggal yang terletak di tengah laut. Atap
pun serasa hendak diterbangkan angin ken-
cang.
Paginya, hampir seluruh jemuran di
Pondok Terapung Jaya Karimun (JK) ikut
berpindah tempat. Sembari tersenyum, saya
mengembalikan beberapa sarung bali ke
jendela kamar tetangga.
Matahari muncul dari balik Pulau
Karimun Besar. Sementara berbagai hilir
mudik di bawah lantai kayu yang sengaja
dipasang tidak terlalu rapat, mulai air laut
yang demikian jernih, ikan carper, badut
“Nemo” dengan anemon “pasangannya”,
kakap merah (
Red snapper),
hiu kecil, penyu
hijau (
Chelonia mydas),
hingga ikan belutak
yang dapat menggembungkan badannya mirip
durian, dapat dilihat langsung di situ.
Ismarjoko, pengelola Pondok Terapung
JK, memang sengaja membuat semacam
akuarium laut sekitar kamar-kamar yang dihuni
tetamu. “Apabila ada hewan laut yang
dilindungi tersangkut jaring nelayan di sini,
saya akan tebus untuk dilepaskan lagi di dekat
pondok,” tukas lelaki berputra tiga asal
Magelang, Jawa Tengah, itu. Ia sendiri punya
program berkesinambungan melepas penyu
hijau dari akuarium kembali ke habitatnya
jika dirasa sudah cukup besar. “Saya mengun-
dang mahasiswa serta muspida setempat
untuk menghadiri acara pelepasan ini. Tamu-
tamu di Pondok JK biasanya juga ikut serta.”
Tidak berapa lama usai sarapan,
Suharto, pengurus sekaligus pengemudi
perahu motor Pondok JK, menawarkan pro-
gram “Ingin diantar ke pulau mana hari ini?”.
Laut yang belum tercemar, kekayaan biota laut
– termasuk terumbu karang – serta pulau-
pulau kecil memang menjadi andalan
Karimunjawa National Marine Park. Silakan
pilih dari 27 pulau yang ada di sana untuk
dikunjungi. Namun, kita dilarang mendarat
di beberapa tempat karena kawasan tersebut
digunakan sebagai lokasi latihan militer.
Uniknya lagi, hampir tiap pulau
memiliki kekhasan tersendiri. Semisal Pulau
Menjangan Besar yang didominasi cemara
laut (
Casuarina equsetifora)
atau Pulau
Burung yang sesuai namanya menjadi tempat
konservasi burung. Apabila tengah mujur, di
sini dapat dijumpai elang laut perut putih
(
Haliaeetus leucogaster),
salah satu satwa
terancam punah di dunia, pelikan, serta
horbill. Sementara Ujung Gelam atau Tanjung
Gelam yang masih bersambung dengan Pulau
Karimun Besar, didominasi pohon-pohon
nyiur tinggi berbatang melengkung.
Pelajaran 9 Pariwisata
213
Pondok Terapung JK dan pulau-pulau kecil
yang tersebar di sekitar Karimun Besar.
...
Sangat mungkin faktor jarak dari Pulau
Karimun Besar membuat habitat laut di Kari-
munjawa ikut terjaga dari kondisi tercemar.
Sama halnya informasi sebelum keberang-
katan kami ke sana. Mencari data di internet
menghabiskan informasi secukupnya alias
tidak “melimpah”. Bahkan di “Thorn Tree
Lonely Planet”, forum pertukaran info antar–
backpaker
sedunia di dunia maya masih ni-
hil. Itu sebabnya sepulang dari sana saya
langsung mem-
posting
data primer. Utama-
nya, jadwal transportasi umum menuju
lokasi.
“Apabila belum pernah ke sini, rasanya
memang
ngaluk-ngaluk
(serasa begitu jauh –
Red),” ujar Ismarjoko, istri pemilik Pondok
Terapung JK, saat menghidangkan kare
kepiting batu untuk kami. “Di Karimun Besar
belum memiliki fasilitas umum, sehingga
masih banyak kekurangan. Saat melahirkan
anak-anak, saya mesti ke rumah sakit bersalin
di Magelang untuk perawatan lebih lengkap.”
Namun, “menyepi” sejenak di kepu-
lauan mini ini sungguh menyenangkan. Jadi,
silakan berkunjung selagi kondisi alaminya
belum tercemar. Sedikit saran: cukup banyak
wisata “tambahan” jika mengambil jalur
masuk dan jalur pulang berbeda. Pengunjung
dapat singgah beberapa saat untuk jalan-jalan
di Semarang dan Jepara sebelum bertolak
kembali ke Jakarta, atau sebaliknya, mengeks-
ploitasi kedua kota itu sembari menunggu
jadwal keberangkatan ke Karimunjawa.
(Sumber:
Intisari
, Januari 2006, dengan pengubahan)
Kesamaannya, hampir seluruh gugusan
pulau di Kepulauan Karimunjawa dapat
dinikmati matahari terbenam nan menawan.
Batin ini serasa begitu kaya, tiap hari
bertandang dari satu pulau ke pulau lain untuk
menyaksikan matahari kembali ke peraduan
dari sudut-sudut pandang berbeda. Tempat-
tempat ini sekaligus menjadi surga bagi
penggemar fotografi dalam mengabadikan
matahari lingsir (terbenam). Terlebih jika
cuaca cerah dan di luar musim pancaroba
(saat terbaik berkunjung kemari adalah pada
bulan Mei – September), bulatnya si bola
merah dan keindahannya terasa berbeda
apabila dibandingkan dengan saat dilihat dari
tempat lain.
Nama Karimunjawa merujuk pada
penyebutan Sunan Muria tentang kepulauan
mini itu, yang terlihat
kremun-kremun saking
Tanah Jawi
(cuma sebatas bayang-bayang
samar dari Pulau Jawa). Demikian pula yang
kami rasakan saat naik kapal feri atau Kapal
Motor Perintis (KMP) Muria dari titik tolak
Pantai Kartini, Jepara. Lamanya hampir enam
jam dengan perasaan (di situ-situ saja feri
seperti tidak bergerak), sehingga segala
permainan dibawa. Mulai monopoli,
bridge
,
catur jawa, sampai kolok-kolok lima dadu
(
yahtzee
).
Namun, jemunya perjalanan segera
terusir begitu Feri Muria buang sauh di
Pelabuhan Karimun Besar. Kebiruan laut dan
pemandangan indah menyeruak di sana-sini.
Ada kampung nelayan, juga teriakan salam
anak-anak selagi becak kami menyusur
Karimun Besar menuju pelabuhan perahu-
perahu motor untuk tujuan lanjutan ke
Kerjakanlah soal-soal berikut dengan cermat di buku
tugasmu!
1.
Apakah tema pokok pada bacaan di atas?
2.
Tentukan gagasan pokok dari setiap paragraf pada bacaan di
atas!
3.
Tulislah butir-butir pokok berdasarkan gagasan pokok tersebut!
4.
Tuliskanlah gagasan utama dari teks tersebut!
5.
Diskusikan hasil kerjamu dengan teman-temanmu!
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
214
Bingkai Sastra
Pada saat kalian akan
menuliskan puisi, ada
beberapa hal yang perlu
diketahui, di antaranya
kata-kata dalam puisi
sebaiknya dipilih tidak
sekadar menginformasi-
kan, tetapi pilihlah kata-
kata yang sifatnya
menunjukkan.
Misalnya:
Kamu ingin menunjukkan
tentang pentingnya
membaca.
Kemudian kalian hanya
memilih kata:
Baca
(tentu saja hal itu kurang
berkesan di benak
pembaca)
Namun, lain halnya jika
kalian memilih kata-kata:
baca
bacalah
sebab Tuhan mencipta
penuh dengan sejuta
makna
atau
baca
bacalah
Sebab Tuhan bertitah
Manusia itu harus jadi
khalifah
(tentu ini akan
meninggalkan kesan
tersendiri dalam benak
pembaca)
Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar kalian
adalah dapat menulis
puisi dengan pilihan
kata yang tepat dan
rima yang menarik
berkaitan dengan
keindahan alam.
D. Menulis Kreatif Puisi Berkaitan dengan
Keindahan Alam
Sudah berapakah puisi yang pernah kalian tulis? Termasuk
puisi bebaskah karya kalian tersebut? Puisi bebas adalah puisi yang
tidak terikat oleh rima, matra, jumlah larik dalam setiap bait, dan
jumlah suku kata dalam setiap larik. Setiap puisi pada prinsipnya
ingin menyampaikan pesan penyair kepada pembaca. Pesan
tersebut dapat bersumber dari curahan perasaan atau ungkapan
jiwa si penyair terhadap pengalaman hidup yang berkesan dan
bermakna. Oleh karena itulah, pengalaman hidup merupakan
sumber inspirasi penulisan puisi yang tiada habisnya. Berkaitan
dengan hal tersebut, berlatih menulis sebuah puisi sebenarnya
tidaklah sesulit yang dibayangkan.
Pada dasarnya, setiap orang memiliki perasaan yang dapat
diungkapkan atas pengalaman hidupnya. Hanya terkadang,
seseorang terlalu dibatasi oleh pemahaman bahwa puisi itu harus
menggunakan rangkaian bahasa yang tinggi, bermajas, ataupun
penuh dengan kiasan, dan sebagainya. Pendapat tersebut tidak
mutlak benar. Setiap karya tulis yang memiliki nilai sastra, yang
bentuk maupun isinya memenuhi kriteria sebagai puisi, maka dapat
dikatakan karya tersebut termasuk puisi.
Langkah awal dalam berlatih menulis puisi adalah berikut.
1.
Menentukan tema yang akan diangkat dalam puisi.
2.
Sebelum memulai menulis, bebaskanlah hati dari segala macam
rasa takut yang selama ini menghantui. Takut salah, takut tidak
berbobot, takut dilecehkan, dan sebagainya.
3.
Tulislah semua kata yang muncul di dalam benak yang terkait
dengan tema tersebut. Dalam tahap ini, tidak perlu merisaukan
penggunaan diksi atau pilihan kata.
4.
Setelah dirasa cukup atau selesai, mulailah cermati keindahan
diksi, perimaan, urutan, keserasian bait, dan unsur-unsur puisi
lainnya (metafora, citraan, simbol, mitos, tema, dan amanat).
Sebagai bahan pembelajaran kalian dalam berlatih menulis
puisi, perhatikan puisi mengenai sebuah
rumah terpencil
berikut
dengan saksama.
Rumah Terpencil
Karya: Zawawi Imron
Buat Yuyun
Sebuah rumah terpencil di hutan Camba
tak punya tetangga
Tapi kurasa
ada daun-daun bersenyuman tiap hari
Pelajaran 9 Pariwisata
215
Di sini
seperti tak ada yang berangkat tua
Dan sia-sia mengasah cakar atau gigi
Yang mekar hanya sanubari
(
Berlayar di Pamor Badi
k, 2003)
Berdasarkan puisi tersebut, dapat kalian lihat pengungkapan
pengarang mengenai sebuah rumah terpencil atas apa yang
dirasakan, dilihat, atau didengarnya. Pengarang mengungkapkan
perasaannya kepada seseorang mengenai keinginannya mem-
berikan rumah yang terpencil di dalam hutan Camba. Tempat yang
jauh dari keramaian dan hanya dikelilingi pepohonan yang hijau
dan segar setiap hari. Dengan demikian, perasaan hati selalu damai,
tenang, dan awet muda.
Untuk dapat menuangkan ide, gagasan, dan pengalaman ke
dalam bentuk puisi perlu latihan dan pengetahuan tentang puisi
yang memadai. Hal yang perlu diingat bahwa puisi merupakan
karya sastra yang bersifat puitis, yang membangkitkan perasaan,
menarik perhatian, dan menimbulkan tanggapan yang jelas.
Uji Kemampuan 4
Kerjakanlah dengan cermat dan teliti di buku tugasmu!
1.
Tentukan sebuah tema puisi yang menarik yang berkaitan
dengan keindahan alam!
2.
Ungkapkan segala sesuatu yang ada dalam benakmu ke dalam
tulisan kata-kata!
3.
Pilihlah kata-kata yang bermakna dan indah yang mewakili
segala sesuatu yang ada di dalam benakmu!
4.
Susunlah diksi atau pilihan kata yang telah kamu pilih menjadi
karya sastra bentuk puisi!
5.
Suntinglah puisimu dengan memerhatikan keserasian bait, baris,
serta perimaannya!
RANGKUMAN
1.
Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan
gagasan narasumber dalam wa-
wancara dapat dilakukan dengan me-
nyimak wawancara dengan kon-
sentrasi yang baik. Bersamaan dengan
menyimak, pikiran, pendapat, dan
gagasan narasumber dapat dicatat.
Berdasarkan catatan tersebut, dapat
disimpulkan mengenai pikiran, penda-
pat, dan gagasan narasumber.
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
216
2.
Latar merupakan salah satu unsur in-
trinsik cerita. Latar suatu cerpen
dapat berkaitan dengan realitas sosial
masa kini. Latar yaitu segala kete-
rangan mengenai waktu, ruang, dan
suasana terjadinya lakuan dalam karya
sastra.
3.
Gagasan utama adalah suatu gagasan
yang menjadi pokok pengembangan
sebuah wacana. Gagasan pokok dapat
ditemukan dengan membaca wacana
secara tepat, jeli, dan cermat.
4.
Puisi ditulis berdasarkan pada tema.
Ide puisi dapat diambil dari keindahan
alam. Ciri puisi adalah penggunaan
pemilihan kata yang indah dan padat
makna. Maka itu, sebelum menulis
puisi hendaknya mendata semua kata
yang muncul dalam benak. Kemudian
baru mencermati diksi atau pilihan kata
yang tepat untuk mengubah kata-kata
tersebut.
Evaluasi Pelajaran 9
Kerjakan di buku tugas!
1.
Simaklah wawancara berikut!
Wawancara dengan Kepala Desa Adat Suku Talang Mamak (Bapak M. Hoed)
Bagaimana dengan Suku Talang Mamak,
apakah suku yang Bapak pimpin itu juga ting-
gal dalam Taman dan melakukan penebangan
secara beringsut?
Kami telah menetap di sana jauh
sebelum ada penetapan kawasan TNBT.
Selama ini kami tetap berusaha arif terhadap
hutan dan alam. Namun, seiring dengan
bertambahnya jumlah anggota, suku kami
membuka sedikit kawasan hutan untuk
sekadar bercocok tanam.
Apa yang Bapak maksudkan dengan
istilah “tetap berusaha arif terhadap hutan dan
alam”?
Tidak banyak yang tahu bahwa dua
budaya adat masyarakat kami adalah hidup
selaras dengan alam. Jadi, kami tetap ber-
usaha arif terhadap hutan dan alam karena
berkat adanya alam inilah kami dapat menik-
mati hidup. Jelas, yang telah kami lakukan,
hanya membuka sedikit lahan hutan untuk
menanaminya dengan tanaman makanan
pokok masyarakat kami. Selain itu, setiap
kami menebang pohon-pohon yang tua untuk
keperluan pembuatan rumah, selalu kami
ganti dengan menanam tiga tanaman baru.
Itulah adat kami, yang sampai saat ini selalu
mengajari kami untuk hidup berdampingan
dengan alam.
Bagaimana perasaan Bapak dengan
ditetapkannya wilayah adat Suku Talang
Mamak sebagai bagian dari Taman Nasional?
Sekali lagi kami tegaskan bahwa kami
telah ada dan menetap di sana jauh sebelum
ada penetapan kawasan TNBT. Maka dari itu,
kami berharap pemerintah mau mengakui
keberadaan kami dan hutan adat milik
masyarakat Desa Lubuk Bedorong, Kecamatan
Limun, Kabupaten Sarolangun. Apalagi
kawasan hutan adat kami dianggap mem-
punyai peran penting sebagai
water catchment
area
(wilayah serap air) bagi Sungai Limun
yang merupakan anak Daerah Aliran Sungai
(DAS) Batanghari.
Pelajaran 9 Pariwisata
217
Kerjakanlah sesuai dengan perintah di buku tugasmu!
a. Tuliskan gagasan dari narasumber yang terdapat dalam
wawancara yang kamu simak!
b. Apakah kesimpulan isi wawancara tersebut?
c. Tulislah kesimpulan mengenai gagasan narasumber dalam
wawancara tersebut!
2.
Bacalah cerpen berikut dengan cermat!
Mengingat potensinya yang tinggi
itulah, kami tengah berupaya agar hutan adat
segera mendapatkan pengakuan sah negara,
melalui pengukuhan dari SK Bupati. Dengan
pengakuan dan pengukuhan itu dapat dijadi-
kan perisai bagi kelestarian dan perlindungan
hutan adat secara lengkap.
Sebenarnya apa yang Bapak harapkan
dari pengakuan itu?
Dengan pengakuan dan pengukuhan itu,
akan makin menguatkan keberadaan hutan
adat kami yang sudah kami jaga dan lestarikan
sejak dari tahun 1970-an. Kami berharap
keinginan untuk mendapatkan SK Bupati
hendaknya tidak dikaitkan dengan masalah
politik. Hal ini dikarenakan masalah menjaga
kelestarian hutan adat ini adalah menyangkut
keberlangsungan masa depan anak cucu suku
kami. Dengan adanya pengakuan dan
pengukuhan itu, kami dapat hidup tenang tan-
pa takut diusir dari tanah moyang kami dan
kami pun dapat turut berpartisipasi dalam me-
lestarikan hutan warisan leluhur kami.
(Sumber:
www.warsi.or.id,
2006, dengan
pengubahan)
Kisah Klasik dalam Air Mata Langit
Oleh: Nimas Gilang Puja Norma
Madras,
24
May
Kain sari putih, kain khas India yang
panjang sudah tertempel pada badanku,
sedangkan kayu cendana menyokong sesosok
jenazah tetangga baruku.
Lelaki berbadan tegap membawa obor
dan mulai menyalakan api membakar. Seorang
wanita yang dari tadi menangis meraung-raung
dibopong oleh dua orang lelaki mendekati
kobaran api yang mulai menggila. Wanita itu
meronta dan berteriak dalam bahasa Hindi,
yang tentu saja aku tidak tahu. Di luar dugaan-
ku, kedua orang lelaki itu malah melemparkan
wanita yang kutahu sebagai istri almarhum ke
dalam kobaran api.
“Maria tak usah takut. Ritual yang baru
saja kau saksikan tadi adalah sebagai lambang
kesetiaan seorang istri kepada suaminya yang
telah meninggal”.
Di luar hujan sangat lebat, seakan menya-
pu kepiluan hari ini.
Nanking,
Jun 16
Tembok itu sungguh kokoh, sangat sesuai
bila ia termasuk tujuh keajaiban dunia. Aku
ingat bahwa dulu Jimmy berjanji mengajakku
kemari untuk
honeymoon
(bulan madu) kelak
setelah menikah. Dengan langkah berat kuta-
paki penuh canda.
Kusempatkan diriku untuk mengunjungi
sebuah kuil. Kudengar di Cina terkenal akan
ramalan nasibnya.
Tampak seorang rahib menyunggingkan
senyum di depan pintu gerbang sebuah kuil.
“Nona, mari masuk,” ujarnya dengan bahasa
yang dapat aku mengerti. “Apa Anda punya
masalah atau mau meramal nasib?” lanjutnya
lagi.
Akhirnya kami melakukan perdebatan seru
seputar cinta.
“Cinta itu tak mengenal ruangan dan
waktu.”
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
218
“Maksudnya?” tanyaku.
“Baiklah, besok datanglah kemari pada
jam yang sama, kau akan mengerti.”
Jun,
17
Kuil yang kemarin terlihat bersih itu
sekarang sangat meriah dengan hiasan warna
merah. Rahib yang kemarin berdebat denganku
sekarang mengenakan jubah kuning berkomat-
kamit di belakang meja sesembahan.
“Selamat pagi, ada acara apa di sini?”
tanyaku pada salah seorang pengunjung.
“Pernikahan Tuan Muda Wen,” jawabnya
singkat.
Kuputuskan untuk menunggu ritual upa-
cara ini sampai selesai dan menemui rahib itu
untuk mempertanyakan apa maksud ucapannya
kemarin. Kulihat seorang pria gagah, tampan,
dan masih muda duduk di kursi pengantin.
Wajahnya berseri-seri. “Maaf, itukah yang
bernama Tuan Muda Wen?“ tanyaku pada
perempuan di sebelahku.
“Ya, dialah mempelai prianya”, lanjut-
nya. Aku mengangguk paham.
“Lantas di mana mempelai wanitanya?,”
tanyaku lagi.
“Itu di sebelah kiri Tuan Muda Wen,”
jawabnya singkat, tapi membuatku bingung.
Aku mencari-cari sosok seorang gadis yang
sebaya dengan Tuan Muda Wen. Kulihat tak
seorang gadis pun yang duduk di samping
pemuda tampan itu. Yang ada malah seorang
ibu yang kuperkirakan usianya hampir setengah
abad lebih. Benarkah seorang pemuda yang
gagah dan tampan itu menikahi seorang wanita
yang lebih cocok dipanggil ibu olehnya.
Pandanganku kemudian beralih pada sebuah
boneka yang tergolek di atas kursi pengantin.
Mainan siapa yang tertinggal pikirku. Atau
mungkin boneka berbaju sutra merah ini seba-
gai mas kawinnya?
“Untuk apa boneka itu?” Kuberanikan
bertanya lagi pada gadis itu. Tentu saja untuk
“Tuan Muda Wen”, jawabnya. Alisku menger-
nyit. “Boneka itu adalah mempelai wanitanya?”
Kerjakanlah soal berikut dengan cermat!
a. Tuliskan tema dari cerpen di atas!
b. Jelaskan tokoh dan perwatakan tokoh yang terdapat dalam
cerpen di atas!
c. Tuliskan amanat dan pesan moral yang terkandung dalam
cerpen!
d. Jelaskan hubungan latar cerpen tersebut dengan realitas
sosial yang ada di sekitarmu!
3.
Bacalah dengan cermat!
Disiapkan, Paket-paket Wisata ke Malaysia
Menyambut penerbangan Jogjakarta-
Kuala Lumpur yang akan dioperasikan Ma-
laysia Airlines dan Air Asia, sejumlah agen
perjalanan di Jogjakarta mempersiapkan paket-
paket wisata ke Kuala Lumpur, Malaysia.
Selain untuk menekan pendapatan, langkah
ini juga untuk menyeimbangkan arus pe-
numpang dari Jogjakarta dan Kuala Lumpur,
agar pihak maskapai tidak merugi.
Yenti, bagian
tour
luar negeri Nusantara
Tour, Selasa (29/1), menuturkan, paket wisata
yang ditawarkan berkisar pada harga 340 dolar
AS, belum termasuk biaya pajak bandara
(air-
port tax).
“Dengan harga tersebut, calon
wisatawan dapat menikmati suasana di Ma-
laysia selama 4 hari 3 malam. Harga itu sudah
sangat murah,” katanya.
Pelajaran 9 Pariwisata
219
Ada beberapa jenis paket yang diper-
siapkan, seperti paket tiket dan hotel atau
tiket-hotel-tour. Untuk paket kedua, agen
biasanya sudah mempersiapkan pemandu
wisata khusus yang akan menemani wisa-
tawan mengelilingi Malaysia. ”Untuk hotel
dan kegiatan
tour,
kami menjalin kerja sama
dengan sejumlah agen di sana,” katanya.
Sejak ditawarkan, paket-paket wisata
tersebut sudah banyak diminati. Tidak hanya
kalangan masyarakat DIJ, peminat juga datang
dari luar DIJ, seperti Magelang, Temanggung,
dan Klaten.
“Pesanan terbanyak pada bulan Maret
karena ada libur panjang tanggal 20-23,”
katanya.
Hal senada juga diungkapkan General
Manager Pasar Tiket, Faroki Syayidi. Menurut-
nya, selain membuat paket wisata sendiri,
agen juga bekerja sama dengan pihak mas-
kapai. “Mereka sudah mempersiapkan paket
sendiri, jadi kami tinggal menjual saja,” ka-
tanya.
Rencananya rute internasional akan mu-
lai dioperasikan pada 30 Januari mendatang.
(Sumber:
Kompas
, 30 Januari 2008, dengan
pengubahan)
Kerjakanlah sesuai dengan perintah!
a. Apakah tema pokok pada bacaan di atas?
b. Tentukan gagasan utama-gagasan utama dari setiap
paragraf pada bacaan di atas!
c. Tuliskanlah gagasan utama dari teks tersebut!
4.
Kerjakanlah dengan cermat dan teliti!
a. Tentukan sebuah tema puisi yang menarik yang berkenaan
dengan keindahan alam!
b. Ungkapkan segala sesuatu yang ada dalam benakmu ke
dalam tulisan kata-kata!
c. Pilihlah kata-kata yang bermakna dan indah, yang mewakili
segala sesuatu yang ada di dalam benakmu!
d. Susunlah diksi yang telah kamu pilih menjadi karya sastra
bentuk puisi!
e. Suntinglah puisimu dengan memerhatikan keserasian bait,
baris, serta perimaannya!
5.
Bacalah teks berikut dengan cermat!
HUDOQ
Hudoq merupakan sebuah seni tari
yang dilakukan oleh suku Dayak Bahau dan
Modang di Kalimantan Timur untuk memulai
musim tanam padi, bersih desa, dan mera-
yakan musim panen. Seni tari ini dilakukan
sebagai wujud persembahan kepada dewi
padi dan pencipta alam semesta.
Penari hudoq Bahau dan Modang
memakai topeng kayu berukir, gabungan
antara citra hama tanaman dan satwa-satwa
berbahaya. Seluruh tubuh penari tertutup
busana yang terbuat dari kulit pohon, dihiasi
rumbai daun pisang. Busana dilengkapi topi
berbulu dan tongkat kayu yang dipegang di
tangan kanan.
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
220
Musik pengiring berupa gong dan
tubun
, yaitu sebuah gendang kecil yang dapat
digenggam, dilapisi
besisi
(kulit kadal) pada
salah satu sisinya dan diikat kuat dengan
rotan. Tarian ini biasanya dilakukan oleh se-
belas penari, masing-masing memakai topeng
berbeda, digelar di lapangan luas dan terbuka.
Para penonton mengelilingi arena pertun-
jukan.
Sebelas penari duduk berbaris di tengah
arena. Pawang (pemimpin upacara) menabur-
kan beras kuning ke kepala penari sebagai
tanda upacara dimulai. Satu demi satu para
penari berdiri dan berjalan pelan sesuai
dengan tempo musik, bergerak ke dalam
lingkaran, tangan melambai, badan berayun,
kaki menghentak, kemudian kembali ke
tengah lingkaran, dan kembali menari. Saat
itu pawang menyampaikan pesan kepada roh
yang menguasai penari dengan mengucapkan
mantra suci yang panjang. Roh-roh diminta
untuk menjaga tanaman, menjauhkan hama
yang membahayakan, dan melindungi
penduduk desa.
Seiring makin dalam mereka kerasukan,
gerakan mereka menjadi lebih tegas; tangan
memukul paha dan hentakan kaki makin
kuat. Saat puncak, musik dan tarian berhenti.
Rangkaian upacara diakhiri tatkala pawang
mendekati para penari dan mengimbau para
roh agar kembali ke asal masing-masing di
hutan, gunung, empat penjuru angin, gua,
dan tempat lainnya. Para penari kembali ke
tengah arena dan disadarkan kembali oleh
pawang. Setelah melepas topeng dan busana,
mereka bergabung dengan penonton.
(Sumber:
Seni Pertunjukan
, 2002: 14—15)
Kerjakanlah sesuai dengan perintah!
a. Apakah tema pokok pada bacaan di atas?
b. Tentukan gagasan utama-gagasan utama dari setiap
paragraf pada bacaan di atas!
c. Tuliskanlah gagasan utama dari teks tersebut!