Gambar Sampul IPS · Bab 8 Masa Hindu Buddha
IPS · Bab 8 Masa Hindu Buddha
IwanSetiawan

24/08/2021 16:32:50

SMP 7 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman
Indonesia Pada Masa Hindu-BudhaSumber: Bank Image koleksiBab8PendahuluanLetak geografis kepulauan Indonesia telah menjadikan kepulauan Indonesia sebagai jalur perdagangan internasional. Kepulauan Indonesia menjadi daerah transit (pemberhentian) sebelum melanjutkan ke kedua bagian negara tersebut. Orang-orang Indonesia ternyata ikut aktif juga dalam perdagangan tersebut sehingga terjadilah kontak hubungan di antara keduanya (Indonesia-India dan Indonesia-Cina). Hubungan itu akhirnya memberikan pengaruh terhadap perkembangan masyarakat Indonesia selanjutnya. Pada bab ini, kalian akan mempelajari perkembangan masyarakat pada masa Hindu-Budha di Indonesia. Sebelumnya pahamilah peta konsep berikut.Setelah mempelajari bab ini kalian diharapkan dapat:• mendeskripsikan proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesiamenunjukkan daerah-daerah di Indonesia yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budhamenjelaskan perkembangan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesiamenguraikan peninggalan-peninggalan yang bercorak Hndu-Budha di IndonesiaTulisan pallawa dan bahasa sanskerta151
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII152Peta KonsepIndonesia pada Masa Hindu-BudhaPerkembangan awal Hindu-Budha di Indonesia- Teori Ksatria- Teori Brahmana- Teori Waisya- Teori Arus BalikPerkembangan Pemerintahan Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha- Kutai- Tarumanegara- Sriwijaya- Mataram Kuno (Jawa Tengah)- Mataram Lama (Jawa Timur)- Singhasari- Majapahit- Sunda- BaliKebudayaan Hindu-Budha di Indonesia- Agama- Politik dan pemerintah- Pendidikan- SastraProses masuknya kebudayaan Hindu Budha
153Indonesia Pada Masa Hindu-BudhaKata KunciAkulturasi, Hipotesis Waisya, Hipotesis Ksatria, Hipotesis Brahmana,Teori Arus Balik.Munculnya pemerintahan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan India. Kebudayaan India itu bersentuhan dengan kebudayaan Indonesia. Persentuhan kebudayaan ini terjadi sebagai salah satu akibat dari adanya hubungan yang dilakukan oleh orang-orang India dengan orang-orang Indonesia atau sebaliknya. Hubungan itu berawal dari kegiatan perdagangan sehingga pengaruh-pengaruh kebudayaan India dengan mudah masuk ke Indonesia. Terjadilah proses akulturasi antara kebudayaan India dan kebudayaan Indonesia. Demikian juga dengan pengaruh ajaran Hindu-Budha yang sekarang telah berkembang menjadi salah satu agama di Indonesia, tidak lepas dari adanya hubungan antara orang-orang India dan orang-orang Indonesia.1. Proses Masuk dan Berkembang-nya Kebudayaan Hindu-Budha di IndonesiaProses masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia melalui proses yang panjang. Kita perlu mengkaji pendapat para ahli untuk mengetahui proses tersebut. Pendapat para ahli tersebut memang masih berupa dugaan sementara yang masih perlu dibuktikan dengan bukti dan fakta yang lebih akurat. Meskipun demikian, pendapat-pendapat tersebut cukup berguna untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Berikut ini adalah pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Pendapat tersebut terbagi dalam dua bagian, antara lain sebagai berikut. a. Bangsa India yang AktifPendapat ini berusaha menjelaskan mengenai proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia dengan menekankan pada peran aktif dari orang-orang India dalam menyebarkan Hindu-Budha. Orang-orang Indonesia A. Perkembangan Hindu-Budha Di Indonesia
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII154hanya menjadi objek penerima pengaruh kebudayaan Hindu-Budha tersebut. Pendapat mengenai adanya keaktifan orang-orang India dalam menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia yaitu sebagai berikut. 1) Hipotesis WaisyaHipotesis Waisya dikemukan oleh NJ. Krom. NJ. Krom menyebutkan bahwa proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha melalui hubungan dagang antara India dan Indonesia. Para pedagang India yang berdagang di Indonesia disesuaikan dengan angin musim. Apabila angin musim tidak memungkinkan mereka untuk kembali, mereka dalam waktu tertentu menetap di Indonesia. Selama para pedagang India tersebut menetap di Indonesia, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Menurut NJ. krom, mulai dari sini pengaruh kebudayaan India menyebar dan menyerap dalam kehidupan masyarakat Indonesia. 2) Hipotesis KsatriaAda tiga pendapat mengenai proses penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan oleh golongan ksatria, yaitu:a. C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria yang turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang kemudian dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia. b. Sama seperti yang diungkap oleh C.C. Berg, Mookerji juga mengatakan bahwa golongan ksatria dari Indialah yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi sebuah kerajaan. Gambar 8.1 Tulisan pallawa dan bahasa sanskerta merupakan tulisan yang beraasl dari India.Sumber: Lukisan sejarah, 1995
155Indonesia Pada Masa Hindu-Budha Gambar 8.2Jc.Van Leur merupakan pencetus hipotesis Brahmana.Sumber: Lukisan sejarah, 1995Aktivitas KelompokBerdasarkan pendapat-pendapat tersebut tersebut, mana yang menurut kamu pendapat yang dianggap paling benar? Diskusikan dengan teman-temanmu di Kelas.c. J.L. Moens mencoba menghubungkan proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Ternyata sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.3) Hipotesis BrahmanaHipotesis ini diungkap oleh Jc.Van Leur. Dia mengatakan bahwa kebudayaan Hindu-Budha India yang menyebar ke Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana. Pendapatnya itu didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Karena hanya golongan Brahmanalah yang menguasai bahasa dan huruf itu maka sangat jelas di sini adanya peran Brahmana. b. Bangsa Indonesia yang aktifPendapat ini menjelaskan peran aktif dari orang-orang Indonesia yang mengembang kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Pendapat mengenai keaktifan orang-orang Indonesia ini diungkap oleh F.D.K Bosch. Menurut Bosch, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah orang-orang India yang memiliki semangat untuk menyebarkan Hindu-Budha. Setelah tiba di Indonesia mereka menyebarkan ajarannya. Karena pengaruhnya itu, ada di antara tokoh masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya. Pada perkembangan selanjutnya, banyak orang Indonesia sendiri yang pergi ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Budha di India. Sekembalinya di Indonesia, merekalah yang mengajarkannya pada masyarakat Indonesia yang lain. Pendapat F.D.K Bosch ini dikenal dengan nama Teori Arus Balik.
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII156Lahirnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Kerajaan-kerajaan itu antara lain Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Lama (Berpusat di Jawa Tengah), Kerajaan Mataram Lama, Kerajaan Singhasari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Sunda, dan Kerajaan di Bali. Kapan kerajaan-kerajaan itu berdiri? Kebudayaan apa yang telah dihasilkan dari perkembangan kerajaan-kerajaan itu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat kalian jawab dengan menyimak penjelasan berikut ini. a. Kerajaan KutaiKerajaan Kutai terletak di dekat Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui dari tujuh buah prasasti (Yupa) yang ditemukan di Muarakaman, tepi Sungai Mahakam. Prasasti yang berbentuk yupa itu menggunakan huruf pallawa dan bahasa sanskerta. Menurut para ahli, diperkirakan kerajaan Kutai dipengaruhi oleh kerajaan Hindu di India Selatan. Perkiraan itu didasarkan dengan membandingkan huruf di Yupa dengan prasasti-prasasti di India. Dari bentuk hurufnya, diperkirakan prasasti itu berasal dari Abad 5 M. Apabila dibandingkan dengan prasasti di Tarumanegara, bentuk huruf di kerajaan Kutai jauh lebih tua. Berdasarkan salah satu isi prasasti Yupa, kita dapat mengetahui nama-nama raja yang pernah memerintah di Kutai, yaitu Kundungga, Aswawarman, dan Mulawarman. Nama Kundunga tidak dikenal dalam bahasa India, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa nama tersebut merupakan nama asli daerah tersebut. Namun masih dalam yupa yang sama dijelaskan bahwa Kundungga mempunyai anak yang bernama Aswawarman yang mempunyai putra bernama Mulawarman. Dua nama terakhir merupakan nama yang mengandung unsur India. Dengan demikian, salah bukti telah masuknya pengaruh kebudayaan Hindu di Indonesia dapat dilihat dari penamaan anak dan cucu Kundungga. Gambar 8.3 Yupa merupakan salah satu peninggalan kerajaan Kutai.B. Kerajaan Hindu-Budha di IndonesiaSumber: Lukisan sejarah, 1995
157Indonesia Pada Masa Hindu-BudhaBukti lainnya adalah adanya tulisan dengan huruf palawa yang pada prasasti Yupa dan bahasa yang digunakan yaitu sansekerta. Secara keseluruhan isi yupa menceritakan proses upacara kurban yang diadakan Raja Mulawarman. Dia seorang raja besar yang sangat mulia dan ter-kemuka yang pada masanya Dia memberikan 1000 ekor sapi sebagai hadiah kepada para brahmana. Dari sini dapat dianalisis bahwa masyarakat Kutai makmur dan bermata pencaharian sebagai petani dan berternak. b. Kerajaan TarumanegaraKerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan tertua di Pulau Jawa yang dipengaruhi kebudayaan Hindu. Letaknya di Jawa Barat dan diperkirakan berdiri kurang lebih abad ke–5 M. Sumber sejarah mengenai kerajaan Tarumanegara dapat diketahui sumber luar negeri dan dalam negeri. Sumber luar negeri berasal berita Cina. Berita tersebut berupa catatan perjalanan seorang penjelajah Cina bernama Fa-Hien pada awal abad ke-5 M. Dalam bukunya Fa-Kuo-Chi, ia membuat catatan, bahwa di Ye-Po-Ti banyak dijumpai orang-orang Brahmana. Menurut para ahli yang dimaksud dengan Ye-Po-Ti adalah Jawadwipa atau Pulau Jawa atau Tarumanegara. Berita Cina lainnya berasal dari catatan Dinasti Sui, yang menerangkan bahwa telah datang utusan dari To-lo-mo yang menghadap Kaisar di negeri Cina pada tahun 528, 535, 630, dan 669. Sesudah itu, nama To-lo-mo tidak terdengar lagi. To-lo-mo itu diidentifikasikan sebagai kerajaan Taruma (Tarumanegara).Sumber lain mengenai keberadaan kerajaan Tarumanegara yang berasal dari dalam negeri adalah berupa prasasti-prasasti yang ditinggalkannya. Prasasti yang telah ditemukan sampai saat ini ada tujuh buah. Berdasarkan prasasti inilah dapat diketahui bahwa kerajaan Tarumanegara telah mendapat pengaruh kuat dari kebudayaan Hindu. Prasasti itu menggunakan hurup Pallawa dan bahasa Sansekerta. Dengan demikian, Kerajaan Tarumanegara seperti halnya Kerajaan Kutai mendapat pengaruh dari kerajaan Hindu yang ada di India Selatan. Berikut ini ketujuh buah prasasti tersebut yaitu sebagai berikut.1. Prasasti Ciaruteun, ditemukan di dekat muara Cisadane. Pada prasasti ini terdapat cap sepasang telapak kaki raja Purnawarman seperti kaki Dewa Wisnu.
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII1582. Prasasti Kebon Kopi, ditemukan di Cibungbulang, Bogor. Didapatkan pula cap berupa telapak kaki gajah sebagai symbol telapak gajah Airwata (kendaraan Dewa Wisnu.3. Prasasti Jambu, ditemukan di Bukit Koleangkak yang berisi sanjungan kepada raja.4. Prasasti Tugu, ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara yang merupakan prasasti terpanjang dan terpenting. Isinya menjelaskan tentang penggalian saluran Gomati sepanjang 6112 tumbak atau ± 12 Km pada masa ke-22 tahun pemerintahan Purnawarman dan dapat diselesaikan dalam waktu 21 hari. Untuk merayakannya, raja menghadiahkan 1000 ekor sapi kepada para Brahmana.5. Prasasti Pasir Lebak, isinya pujian kepada raja,6. Prasasti Pasir Awi, dan7. Prasasti Muara Cianteun.Berdasarkan sumber-sumber tersebut, baik prasasti yang ditemukan di Jawa Barat maupun berita-berita dari Cina, dapatlah diperoleh gambaran mengenai kehidupan masyarakat kerajaan Tarumanegara pada masa itu. Mata pencaharian penduduknya adalah berpetani dan berdagang. Barang apa yang diperdagangkan, menurut berita yang ditulis Fa-Hien adalah perdagangan cula badak, kulit penyu dan perak. Fa-Hien juga menjelaskan penganut agama Hindu jauh lebih banyak dibandingkan yang menganut agama Budha.c. Kerajaan SriwijayaKerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar yang pernah berjaya di Indonesia. Kerajaan ini mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim dengan menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional. Jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa dikuasai. Dengan demikian, setiap pelayaran dan perdagangan dari Asia Barat ke Asia Timur atau sebaliknya harus melewati wilayah Kerajaan Sriwijaya yang meliputi seluruh Sumatera, sebagian Jawa, Semenanjung Malaysia, dan Muangthai Selatan. Keadaan ini menjadi sumber pendapatan kerajaan Sriwijaya dengan diberlakukannya bea cukai bagi kapal-kapal yang singgah di pelabuhan-pelabuhan milik Sriwijaya. Selain dari bea cukai, penghasilan lain terutama diperoleh dari komoditas ekspor. Komoditas Gambar 8.4 Prasasti Ciaruteun.Sumber: Lukisan sejarah, 1995
159Indonesia Pada Masa Hindu-Budhaekspor Sriwijaya antara lain kapur barus, cendana, gading gajah, buah-buahan, kapas, cula badak, dan wangi-wangian.Menurut para ahli, pusat Kerajaan Sriwijaya ada di Palembang, Sumatera Selatan. Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad ke-7 M. Seperti hal-nya kerajaan Tarumanegara, sumber sejarah kerajaan Sriwijaya berupa prasasti dan berita Cina. Sumber prasasti ini ada yang berasal dari dalam negeri dan ada juga yang berasal dari luar negeri. Sumber yang berupa prasasti dalam negeri antara lain:1. Prasasti Kedukan Bukit (683M) di temukan di daerah Kedukan Bukit, di tepi Sungai Tatang dekat Palembang. Isinya menerangkan tentang perlajanan suci (sidha-yartha) Dapunta Hyang dengan perahu disertai 2.000 orang prajuritnya. Dalam perjalanannya pada tanggal 11 Waisaka 604 (23 April 682), ia berhasil menaklukan be-berapa daerah.2. Prasasti Talang Tuwo (684 M) ditemukan di sebelah barat Kota Palembang sekarang. Isinya menyatakan pembuatan taman bernama Srikerta untuk kemakmuran makhluk.3. Prasasti Telaga Batu (683) ditemukan di dekat Palembang. Berisi kutukan bagi rakyat yang melakukan kejahatan dan tidak taat kepada raja.4. Prasasti Karang Berahi (686 M) ditemukan di daerah Jambi. Isinya berupa permintaan dewa supaya menjaga kerajaan Sriwijaya dan meng-hukum orang yang berbuat jahat.5. Prasasti Kota Kapur (686 M), yang menyatakan usaha kerajaan Sriwijaya untuk menaklukan Jawa yang menolak kekuasaan Sriwijaya. Para ahli menerangkan bahwa kerajaan di Jawa yang ditaklukan itu adalah Tarumanegara. Informasi lain yang dapat diperoleh tentang kerajaan Sriwijaya didapat dari berita Cina. Berita itu datang dari seorang pendeta yang bernama I-tsing. Ia pada tahun 671 pernah berdiam di Sriwijaya untuk belajar tata bahasa Sansekerta sebagai persiapan kunjungannya ke India. I-tsing menyebutkan bahwa di negeri Sriwijaya ada seribu orang pendeta yang belajar agama Budha. Seperi halnya I-tsing, para pendeta Cina lainnya yang akan belajar agama Budha ke India dianjurkan untuk belajar terlebih dahulu di Sriwijaya selama satu sampai dua tahun. Disebutkan juga bahwa para pendeta yang belajar agama Budha Gambar 8.5Prasasti Talang Tuo. Gambar 8.6Prasasti Kota Kapur.Sumber: Lukisan sejarah, 1995Sumber: Lukisan sejarah, 1995
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII160itu dibimbing oleh seorang guru yang bernama Sakyakirti. Berdasarkan berita I-tsing ini, dapatlah disimpulkan bahwa kerajaan Sriwijaya sejak abad ke -7 M telah menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Budha di Asia Tenggara.Puncak Kejayaan Sriwijaya terjadi pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa. Ia berjasa dalam mengirimkan para pendeta dari nusantara ke India untuk memperdalam ajaran agama Budha. Menurut isi prasasti Nalanda di India, Balaputradewa mendirikan asrama khusus di Nalanda.Hubungan dengan India tidak bertahan lama, karena pada awal abad ke-11 Raja Rajendracola dari Kerajaan Colamandala (India) melakukan penyerbuan besar-besaran ke wilayah Sriwijaya, antara lain Kedah, Aceh, Nikobar, Binanga, Melayu, dan Palembang. Berita penyerangan tersebut ada dalam prasasti Tanjore di India Selatan. Tetapi, penyerbuan Colamandala dapat dipukul mundur atas bantuan Raja Airlangga dari Jawa Timur. Atas jasanya ini, Airlangga dinikahkan dengan Sanggramawijayatunggadewi, putri raja Sriwijaya.Kekuatan Sriwijaya mulai menurun setelah berhasil memukul mundur pasukan Colamandala. Menurunnya kekuatan itu dapat terlihat dari ketidakmampuannya untuk mengawasi dan memberi perlindungan bagi pelayaran dan perdagangan yang ada di perairan Indonesia. Keadaan itu dimanfaatkan juga oleh kerajaan-kerajaan vasal (bawahan) untuk melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya, seperti yang dilakukan oleh kerajaan Malayu (Jambi). Gambar 8.7 Patung Budha peninggalan kerajaan Sriwijya yang ditemukan di Sumatera Tengah.. Peta 1.1 Peta Wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.Sumber: Lukisan sejarah, 1995Sumber: Lukisan sejarah 1995
161Indonesia Pada Masa Hindu-Budhad. Kerajaan Mataram Lama (berpusat di Jawa Tengah)Di daerah Jawa Tengah pernah berkuasa dua kerajaan Mataram, yaitu kerajaan Mataram Lama yang bercorak Hindu-Budha dan kerajaan Mataram Islam yang merupakan cikal bakal Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta. Kedua kerajaan itu tumbuh berkembang dalam waktu yang berbeda. Pada bagian ini akan dibahas mengenai kerajaan Mataram Lama yang bercorak Hindu-Budha, sementara kerajaan Mataram yang bercorak Islam akan dibahas pada bab selanjutnya yang berkaitan dengan perkembangan Islam di Indonesia.Kerajaan Mataram Lama yang bercorak Hindu-Budha itu dikenal sebagai kerajaan yang toleran dalam hal beragama. Hal tersebut dibuktikan dengan diperintahnya kerajaan ini pleh dua dinasti, yaitu Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan Dinasti Sailendra yang beragama Budha. Berdasarkan interpretasi terhadap prasasti-prasasti, kedua dinasti itu saling mengisi pemerintahan dan kadang-kadang memerintah bersama-sama. Kerajaan Mataram Lama yang diperintah oleh dua dinasti secara bersamaan, yaitu ketika Rakai Pikatan dari dinasti Sanjaya menikah dengan Sri Pramodhawardhani dari dinasti Syailendra. Pada masa kekuasaan mereka pembangunan candi-candi yang bercorak Hindu-Budha banyak didirikan.Prasasti-prasasti yang berhubungan dengan kerajaan Mataram ini dapat diketahui dari prasasti Canggal (732 M). Berdasarkan prasasti Canggal yang terletak di Kecamatan Salam Magelang, dapat diketahui bahwa raja pertama dari Dinasti Sanjaya adalah Sanjaya yang memerintah di ibukota bernama Medang. Selain prasasti Canggal, ada juga prasasti Kalasan (778M) yang terdapat di sebelah timur Yogyakarta. Dalam prasasti itu disebutkan Raja Panangkaran dengan nama Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran. Untuk lebih mengetahui raja-raja yang memerintah di Mataram, prasasti Kedu atau dikenal juga dengan nama prasasti Mantyasih (907 M) mencantumkan silsilah Raja-raja yang memerintah di Kerajaan Mataram. Prasasti Kedu ini dibuat pada masa Raja Rakai Dyah Balitung. Adapun silsilah raja-raja yang pernah memerintah di Mataram adalah sebagai berikut. Gambar 8.8Prasasti Canggal.Sumber: Lukisan sejarah, 1995
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII1621. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya 2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran 3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan4. Sri Maharaja Rakai Warak5. Sri Maharaja Rakai Garung6. Sri Maharaja Rakai Pikatan 7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang9. Sri Maharaja Rakai Dyah Balitung.Menurut prasasti Kedu dapat diketahui bahwa Raja Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran. Selanjutnya salah seorang keturunan raja Dinasti Sailendra yang bernama Sri Sanggrama Dhananjaya berhasil mengge-ser kekuasaan Dinasti Sanjaya yang dipimpin Rakai Panangkaran pada tahun 778 M. Sejak saat itu Kerajaan Mataram dikuasai sepenuhnya oleh Dinasti Sailendra. Tahun 778 sampai dengan tahun 856 sering disebut sebagai pemerintahan selingan, karena antara Dinasti Sailendra dan Dinasti Sanjaya silih berganti berkuasa di Mataram. Dinasti Sailendra yang beragama Budha mengembangkan kerajaan Mataram Lama yang berpu-sat di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan Dinasti Sanjaya yang bergama Hindu mengembangkan kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah bagian Utara. Puncak kejayaan Dinasti Sanjaya terjadi pada masa pemerintahan Raja Balitung yang menguasai Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia mendirikan candi Prambanan dan Loro Jonggrang. Masa pemerintahan raja-raja Mataram setelah Dyah Balitung tidak terlalu banyak sumber yang menceritakannya. Tetapi dapat Sumber: Lukisan sejarah 1995 Gambar 8.9 Cabdi Borobudur.
163Indonesia Pada Masa Hindu-Budhadiketahui nama-nama raja yang memerintah, yaitu Daksa (913-919), Wawa (919-924), Tulodhong (924-929), dan Mpu Sindok (929-948). Pada tahun 929 M ia memindahkan ibukota kerajaan dari Medang ke Daha (Jawa Timur). e. Kerajaan Mataram Lama (berpusat di Jawa Timur)Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Mpu Sindok memindahkan ibukota kerajaan Mataram dari Medang (Jawa Tengah) ke Daha (Jawa Timur). Selanjutnya Mpu Sindok ini mendirikan dinasti baru yang bernama Isanawangsa dan menjadikan Walunggaluh sebagai pusat Kerajaan. Mpu Sindok ini memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan 948 M. Mpu Sindok kemudian digantikan oleh Sri Isana Tunggawijaya yang memerintah sebagai Ratu. Ia menikah dengan Raja Sri Lokapala dan dikaruniai seorang putra yang bernama Sri Makutawang SwardhanaBerdasarkan Prasasti Pucangan yang berangka tahun 1019, berikut ini silsilah raja yang memerintah di Mataram Jawa Timur.Pada akhir abad ke-10 M, Mataram selajutnya diperintah oleh Sri Dharmawangsa yang memerintah sampai tahun 1016 M. Ia adalah salah seorang keturunan Mpu Sindok. Berdasarkan berita dari Cina, disebutkan bahwa Dharmawangsa pada tahun 990 M mengadakan serangan ke Sriwijaya sebagai upaya mematahkan monopoli perdagangan Sriwijaya. Serangan tersebut gagal, malahan Sriwijaya berhasil menghasut Raja Wurawari (sekitar Banyumas) untuk menyerang istana Dharmawangsa pada tahun 1016. Mpu Sindok (929-947)Sri IsanatunggawijayaSri LokapalaSri MakutawangsawardhanaSri DharmawangsaGunapriadharmptaniUdayana (raja Bali)AirlanggaMarakataAnak Wungsu++
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII164Dari sini mulai terjadi kehancuran Dharmawangsa, setelah Wurawari melakukan penyerangan ke istana. Peristiwa ini menewaskan seluruh keluarga raja termasuk Dharmawangsa sendiri, dan hanya Airlangga yang berhasil menyelamatkan diri. Airlangga berhasil menyelamatkan diri bersama Purnarotama dengan bersembunyi di Wonogiri (hutan gunung). Di sana ia hidup sebagai seorang pertapa. Pada tahun 1019, Airlangga (menantu Dharmawangsa) dinobatkan menjadi raja menggantikan Dhamawangsa oleh para pendeta Budha. Ia segera mengadakan pemulihan hubungan baik dengan Sriwijaya. Airlangga membantu Sriwijaya ketika diserang Raja Colamandala dari India Selatan. Selanjutnya tahun 1037, Airlangga berhasil mempersatukan kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa. Airlangga juga memindahkan ibukota kerajaannya dari Daha ke Kahuripan.Pada tahun 1042, Airlangga menyerahkan kekuasaanya pada putrinya yang bernama Sangrama Wijaya Tunggadewi. Namun, putrinya itu menolak dan memilih untuk menjadi seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri. Selanjutnya Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi dua kerajaan yaitu sebagai berikut.1. kerajaan Janggala di sebelah timur diberikan kepada putra sulungnya Garasakan (Jayengrana) dengan ibukota di Kahuripan (Jiwana) meliputi daerah sekitar Surabaya sampai Pasuruan2. Kerajaan Panjalu (Kediri) di sebelah barat diberikan kepada putra bungsunya yang bernama Samarawijaya (Jayawarsa), dengan ibukota di Kediri (Daha), meliputi daerah sekitar Kediri dan Madiun. Perkembangan selanjutnya yang memerintah di Kediri antara lain raja Jayawarsa, Jayabaya, Sarwewara, Gandara, Kameswara,dan Kertajaya. Kerajaan Kediri pada masa Kertajaya ini akhirnya dikalahkan oleh dari Tumapel (daerah kekuasaan Kediri) pada tahun 1222 dalam pertempuran di Ganter. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Kerajaan Panjalu (Kediri)f. Kerajaan SinghasariDalam kitab Pararaton disebutkan bahwa atas perintah Berihiang menyerang Kediri pada tahun 1222, dan berhasil mengalahkan Kertajaya. Gambar 8.10 Arca perlambang raja Airlangga.Sumber: Lukisan sejarah 1995
165Indonesia Pada Masa Hindu-Budhaselanjutnya mendirikan kerajaan di seluruh wilayah bekas kerajaan kediri. Di atas kekuasaannya ini, menyatakan diri sebagai raja baru dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Nama Tumapel diganti menjadi Singhasari. dengan pusat pemerintahannya di sekitar Kota Malang (Jawa Timur). Ia berkuasa dari tahun 1222-1227.Dalam kitab Pararaton dikisahkan bahwa adalah anak Dewa Brahma. Atas bantuan pendeta Lohgawe, bekerja pada akuwu (kepala desa) Tumapel ( Malang) yang bernama Tunggul Ametung. Ketika bekerja di sana, menjalin hubungan asmara dengan istri muda Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Kemudian membunuh Tunggul Ametung, lalu menikahi Ken Dedes yang sedang hamil, dan sekaligus menjadi Akuwu Tumapel yang baru. Silsilah dan keluarganya sampai Raden Wijaya dapat digambarkan sebagai berikut:Dari perkawinannya dengan Ken Dedes, mem-punyai empat orang anak yaitu: Mahisa Wongate-leng, Panji Saprang, Agni Bhaya, dan Dewi Rimba. Kemudian dari perkawinannya dengan istri yang lain, yaitu Ken Umang, mempunyai anak bernama Panji Tohjaya.Pada tahun 1227 M, dibunuh oleh seseorang atas perintah Anusapati. Anusapati ternyata anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung atau anak tiri . Setelah membunuh , Anusapati menjadi raja Singhasari (1227-1248). Sepak terjang Anusapati ini didukung Gambar 8.11Arca perlambang Ken Dedes.Sumber: Lukisan sejarah 1995Tunggul AmetungKen DedesKen UmangAnusapatiMahisa WongatelengTohjayaSeminingrat/ RanggawuniMahesa CempakaKertanegaraLembu TalRaden Wijaya/ KertarajasaGayatri++++Sri Inyeswari+Ken Arok
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII166oleh Mahisa Wonga Teleng, anak Ken Dedes dari . Dengan meninggalnya , Tohjaya sebagai anak dari Ken Umang ingin membalas kematian ayahnya. Untuk itu, pada tahun 1248, Anusapati dibunuh oleh Tohjaya. Dengan terbunuhnya Anusapati, Panji Tohjaya naik tahta menjadi Raja Singhasari. Pada masa pemerintahannya terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Ranggawuni dan Mahisa Campaka (anak Mahisa Wonga Teleng). Panji Tohjaya berhasil melarikan diri, tetapi ia meninggal di Katang Lumbang. Jatuhnya Tohjaya, Ranggawuni memerintah di Singhasari (1248-1268). Dalam menjalankan pemerintahannya ia didampingi oleh Mahisa Campaka (yang membantu Ranggawuni memberontak pada Panji Tohjaya) yang berkedudukan sebagai perdana menteri dengan gelar Narasingamurti. Pada tahun 1268 M, Raja Ranggawuni yang bergelar Wisnuwardhana meninggal dunia. Tampuk pemerintahan selanjutnya dipegang oleh putranya yang bernama Kertanegara. Pada tahun 1275, Kertanegara mengirimkan tentaranya ke Melayu (Ekspedisi Pamalayu) untuk memperluas daerah kekuasaanya di luar Jawa. Ekspedisi ini juga dilaksanakan dalam rangka menahan serbuan tentara Mongol di bawah pimpinan Kaisar Kubilai Khan yang sedang melakukan perluasan wilayah di Asia Tenggara. Ketika datang utusan dari Mongol untuk menyampaikan keinginan Kubilai Khan agar Raja Singhasari tunduk pada Mongol ditolak oleh Kertanegara. Kubilai Khan marah, tentara Mongol kemudian menyerang Singhasari untuk menghukum Kertanegara. Tetapi peperangan tidak terjadi karena sewaktu mereka datang, kertanegara telah meninggal pada tahun 1292 M. Meninggalnya Kertanegara ini akibat serangan dari Jayakatwang (keturunan Raja Kediri). Dengan meninggalnya Raja Kertanegara ini berakhirlah kerajaan Singhasari.g. Kerajaan MajapahitSetelah kerajaan Singhasari runtuh akibat serangan Jayakatwang, Raden Wijaya (menantu Kertanegara) yang berhasil meloloskan diri dan pergi ke Madura dilindungi oleh Arya Wiraraja (Bupati Sumenep dari Madura). Atas jasa Arya Wiraraja ini, Raden Wijaya mendapat pengampunan dari Jayakatwang. Selain mendapat pengampunan, Raden Gambar 8.12 Kubhilai Khan.Sumber: kublai khan upload.wikimedia.org
167Indonesia Pada Masa Hindu-BudhaWijaya diberi tanah oleh Jayakatwang di sebuah hutan tarik dekat Mojokerto yang kemudian daerah itu disebut dengan daerah Majapahit. Di Majapahit, Raden Wijaya menyusun kekuatan untuk menyerang balik Jayakatwang. Ketika tentara Mongol datang untuk menyerang Singhasari, Raden Wijaya dengan strategi diplomasinya memanfaatkan pasukan itu untuk menyerang Jayakatwang. Pasukan Jayakatwang berhasil ditaklukkan oleh pasukan gabungan. Jayakatwang sendiri akhirnya ditangkap dan dibunuh pasukan Mongol. Ketika tentara Mongol lengah, Raden Wijaya berbalik menyerang pasukan Mongol yang sedang merayakan pesta kemenangan. Banyak tentara Mongol tewas di tangan pasukan Raden Wijaya, sementara tentara yang tidak terbunuh, kembali ke negerinya. Gambar 8.13Wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit.Sumber: Lukisan Sejarah 1995Kemenangan Raden Wijaya itu telah menghantarkan pendirian kerajaan Majapahit menggantikan kerajaan Singhasari. Berikut ini raja –raja yang pernah memerintah di Majapahit antara lain Raden Wijaya yang masih keturunan dari Ken Dedes, Jayanegara yang menggantikan posisi ayahnya sebagai Raja Majapahit yang kedua pada tahun 1309. Karena Jayanegara tidak punya keturunan, maka tampuk pemerintahan dipegang oleh Tribuanatunggadewi (adik perempuan Jayanegara lain ibu atau anak Gayatri salah seorang istri Raden Wijaya). Tribuanatunggadewi hanya memerintah beberapa waktu dan selanjutnya mengangkat anaknya Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit. Lebih jelasnya perhatikan daftar silsilah Dinasti Rajasa berikut.
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII168h. Kerajaan SundaBerita tentang kerajaan Hindu di Jawa Barat setelah kerajaan Tarumanagara terdapat dalam naskah Carita Parahyangan, sebuah sumber berbahasa Sunda Kuno yang ditulis sekitar abad ke-19. Dalam Carita Parahyangan diceritakan bahwa Sanjaya adalah anak dari Sena yang berkuasa di Galuh. Sanjaya disebut sebagai menantu raja Sunda yang bernama Tarusbawa, dan bergelar Tohaan di Sunda. Mendengar nama Sanjaya dan Sena Kalian tentu masih ingat bahwa kedua nama itu tercantum juga dalam prasati Canggal (732 M), yang menceritakan asal usul raja pertama dari dinasti Sanjaya di Kerajaan Mataram Lama. Bila kita bandingkan isi Carita Parahyangan dengan prasasti Canggal, ada Aktivitas KelompokBerdasarkan daftar silsilah di atas, mana raja-raja yang pernah memerintah di Majapahit. Siapakah 4 orang putri turunan Kertanegara itu dan siapa Sri Indreswari (Dara Petak) yang dinikahi oleh Kertarajasa? Diskusikan dengan teman sekelasmu!Tunggul AmetungKen DedesKen UmangAnusapatiMahisa WongatelengTohjayaSeminingrat/ RanggawuniMahesa CempakaKertanegaraLembu TalRaden Wijaya/ KertarajasaGayatri++++Sri Inyeswari+Tribuwana Tunggal BumiJaya NegaraHayam WurukKen Arok
169Indonesia Pada Masa Hindu-Budha Gambar 8.14Peta Kerajaan Sunda.Sumber:Tempo,Agustus 2002kemungkinan Sanjaya di sana adalah orang yang sama. Sedangkan Sannaha dalam prasasti Canggal, kemungkinan Sena dalam Carita Parahyangan. Dengan demikian, di Jawa Barat pada masa itu ada kerajaan yang berpusat di Galuh dengan rajanya Sanjaya.Sumber lain yang menyebutkan adanya kerajaan di Jawa Barat adalah prasasti Sahyang Tapak (1030). Prasasti ini ditemukan di tepian Sungai Citatih, Cibadak, Sukabumi dengan menggunakan bahasa Jawa Kuno, huruf Kawi. Dalam prasasti ini disebutkan tentang adanya raja yang bernama Sri Jayabhupati yang memiliki kekuasaannya di Pakuan Padjajaran. Dia beragama Hindu. Setelah raja Jayabhupati wafat ibukota kerajaan dipindahkan lagi dari Pakuan Padjajaran ke Kawali (Ciamis) oleh Rahyang Niskala Wastu Kencana (raja pengganti Jayabhupati). Di Kawali ini Wastu Kencana mendirikan keraton Surawisesa, membuat saluran air di sekeliling keraton, dan membangun desa-desa untuk kepentingan rakyatnya. Rahyang Niskala Wastu Kencana selanjutnya digantikan Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kancana). Dewa Niskala sendiri nantinya digantikan oleh Sri Baduga Maharaja. Raja ini meninggal setelah tujuh tahun memerintah di Galuh. Ia tewas dalam peristiwa Bubat (1357) setelah Sri Baduga menolak memberikan Dyah Pitaloka sebagai upeti untuk Hayam Wuruk (Raja Majapahit). Kerajaan Sunda selanjutnya diperintah oleh Hyang Bunisora (1357-1371), Prabu Niskala Wastu Kancana (1371-1374), Tohaan (1475-1482), dan Ratu Jayadewata (1482-1521).Menurut prasasti Batutulis pemerintahan Ratu Jayadewata ada di ibukota lama Pakuan Padjajaran.
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII170Kerajaan Sunda ini selanjutnya mulai terancam oleh perkembangan Banten dan Cirebon yang sudah menjadi pelabuhan yang dikuasai oleh orang-orang Islam. Merasa khawatir dengan perkembangan baru di pesisir utara, Sang Ratu Jayadewata mengutus Ratu Samiam (Prabu Surawisesa) ke Malaka untuk meminta bantuan pasukan Portugis memerangi orang-orang Islam. Menurut berita Portugis, utusan yang dipimpin Ratu Samiam itu datang pada tahun 1512 dan 1521. Ratu Samiam atau Prabu Surawisesa menurut carita Parahyiangan menjadi raja Sunda pada tahun 1521-1535. Tindakan yang dilakukan oleh kerajaan Sunda itu tidak disukai oleh kerajaan Demak. Di bawah kepemimpinan Sultan Trenggono, ia berusaha bertindak untuk menghentikan pengaruh Portugis di Jawa. Dikirimlah menantunya yang bernama Fatahillah untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa dan menguasai pelabuhan tersebut. Keadaan tersebut secara politis menekan kerajaan Sunda. Selanjutnya pada masa Raja Nuisya Mulya, kerajaan Sunda runtuh pada tahun 1579 akibat adanya serangan dari Kesultanan Banten di bawah pemerintahan Maulana Yusuf. i. Kerajaan BaliMendengar nama Bali tentu di antara kalian sudah tidak asing lagi. Masyarakatnya sampai sekarang kuat mempertahankan tradisi Hindu. Namun demikian, agama Hindu yang mereka anut telah tercampur dengan budaya masyarakat asli Bali sebelum Hindu. Melalui proses sinkretisme ini, lahirlah agama Hindu Bali yang bernama Hindu Dharma.Pada abad ke-7, nama Bali dalam berita Cina disebut dengan rnama Dwa-pa-tan, yang terletak di sebelah timur kerajaan Holing (Jawa). Menurut para ahli nama Dwa-pa-tan ini sama dengan Bali. Pengaruh Hindu di Bali berasal dari Jawa Timur, ketika Bali berada di bawah kekuasaan Majapahit. Ketika Majapahit runtuh, ada sebagian penduduk yang melarikan diri ke Bali, sehingga banyak penduduk Bali sekarang yang menganggap dirinya keturunan dari Majapahit.Prasasti yang menceritakan raja yang berkuasa di Bali ditemukan di Desa Blanjong, dekat Sanur. Prasasti ini berangka tahun 914. Dalam prasasti ini disebutkan Raja yang bernama Khesari Warmadewa,
171Indonesia Pada Masa Hindu-Budhaistananya terletak di Sanghadwala. Prasasti ini ditulis dengan huruf nagari (India) dan sebagian lagi berhuruf Bali Kuno, tetapi berbahasa Sansakerta. Raja selanjutnya yang berkuasa adalah adalah Ugrasena pada tahun 915. Ugrasena digantikan oleh Tabanendra Warmadewa (955-967). Tabanendra kemudian digantikan oleh Jayasingha Warmadewa yang membangun dua buah pemandian suci di Desa Manukraya. Jayasingha kemudian digantikan oleh Jayasadhu Warmadewa yang memerintah dari tahun 975-983. Jayasadhu digantikan oleh adiknya Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Ia kemudian digantikan oleh Dharmodayana yang terkenal dengan nama Udayana yang naik tahta pada tahun 989. Udayana memerintah sampai tahun 1011. Salah seorang anaknya yaitu Airlangga menikah dengan putri Dharmawangsa (raja Jawa Timur) sehingga Ia menjadi raja di Jawa Timur, sementara Marakata adiknya memerintah di Bali (1011-1022). Marakata adalah raja yang sangat memperhatikan kehidupan rakyatnya, sehingga ia dicintai dan dihormati oleh rakyatnya. Untuk kepentingan peribadatan, ia membangun prasada atau bangunan suci di Gunung Kawi daerah Tampak Siring. Selanjutnya Marakata digantikan oleh adiknya yang bernama Anak Wungsu, yang memerintah dari tahun 1049-1077. Pada masa pemerintahannya, keadaan negeri Bali sangat aman dan tentram. Rakyat hidup dengan bercocok tanam. Selain itu, rakyat juga memelihara binatang seperti kerbau, kambing, lembu, babi, bebek, kuda, ayam, dan anjing. Anak Wungsu tidak memiliki anak dari permaisurinya. Ia meninggal pada tahun 1077 M dan didharmakan di Gunung Kawi dekat Tampak Siring.Pengganti Anak Wungsu adalah Sri Maharaja Sri Walaprahu. Setelah pemerintahan Sri Walaprahu, muncul seorang ratu bernama Paduka Sri maharaja Sri Sakalendukirana Isana Gunadharma Laksmiddhara Wijayatunggadewi. Masa pemerintahannya tidak banyak diketahui. Ia digantikan oleh Sri Suradhipa yang memerintah dari tahun 1115-1119 M dan digantikan oleh Sri Jayasakti. Pada masa pemerintahan Sri Jayasakti, dia sangat memperhatikan rakyatnya tindakan yang dilakukan anatara lain meringankan beban pajak rakyatnya. Sri Jayasakti memerintah hingga tahun 1150 dan digantikan oleh Ragajaya. Setelah masa pemerintahan Ragajaya, di Bali
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII172 Masuknya kebudayaan India ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap perkembangan kebudayaan di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sebelumnya memiliki kebudayaan asli tidak begitu saja menerima budaya-budaya baru tersebut. Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan asli Indonesia. Terjadilah proses akulturasi kebudayaan.Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia ini dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan sejarah dalam berbagai bidang, antara lain:1. bidang agama, dibuktikan dengan berkembangnya agama Hindu dan Budha di Indonesia. Pada awalnya, masyarakat Indonesia banyak menganut animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan terhadap arwah nenek moyang sedangkan dinamisme adalah kepercayaan Aktivitas KelompokUntuk mengenal kerajaan-kerajaan yang brcorak Hindu-Budha di Indonesia, coba perhatikan kamu, kerajaan mana yang menurut Kalian paling berperan dalam mengembangkan ajaran Hindu-Budha di Indonesia, berikan alasannya. Gambar 8.15 Upacara pembakaran mayat di Bali (ngaben) merupakan salah satu peninggalan agama Hindu di Indonesia..terjadi kekosongan pemerintahan. Baru pada tahun 1170 muncul nama seorang raja yang bernama Jayapangus. Pada masa pemerintahan Jayapangus, kitab hukum yang dipakai adalah kitab hukum Manawakamandaka. Setelah Jayapangus masih banyak lagi raja lain-nya yang memerintah di Bali. Sewaktu Bali diperintah oleh Bhatara Sri Asta-asura-ratna Bumi Banten, Bali tahun 1430 ditaklukan oleh Gajah Mada dari kerajaan Majapahit. Raja Bali ini menjadi raja terakhir yang memerintah di Bali. Sejak tahun itu Bali diperintah oleh raja-raja keturunan Jawa yang menganggap dirinya sebagai “wong Majapahit” artinya keturunan Majapahit. Walaupun demikian, di Bali masih ter-dapat kerajaan-kerajaan lain seperti Gianyar, Tabanan, Karangassem, dan Buleleng.Sumber:Tempo,Agustus 2002C. Peninggalan-Peninggalan Kebudayaan Hindu-Budha
173Indonesia Pada Masa Hindu-Budhakepada kekuatan-kekuatan benda-benda pusaka tertentu serta kepercayaan pada kekuatan-kekuatan alam. Setelah masuknya pengaruh India, kepercayaan asli bangsa Indonesia ini kemudian berakulturasi dengan agama Hindu-Budha. Akibat dari akulturasi antara animisme-dinamisme dan Hindu-Buddha, beberapa upacara keagamaan Hindu-Budha yang berkembang di Indonesia tidak selalu sama dengan ajaran Hindu-Buddha India. Akulturasi kebudayaan tersebut menghasilkan sinkretisme antara kebudayaan agama Hindu-Budha dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia. 2. bidang politik dan pemerintahan. Lahirnya berbagai kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia merupakan salah satu bukti adanya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia. Pada awalnya, masyarakat Indonesia belum mengenal corak pemerintahan dengan sistem kerajaan. Sistem pemerintahan yang berlangsung di Indonesia masih berupa pemerintahan kesukuan yang dipimpin oleh seorang kepala suku. Dengan demikian, masuknya pengaruh India membawa pengaruh pada terbentuknya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia. 3. bidang Pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan semacam asarama merupakan salah satu bukti pengaruh dari kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Lembaga pendidikan tersebut mempelajari satu bidang saja, yaitu keagamaan.4. bidang sastra dan bahasa. Pengruh Hindu-Budha pada bahasa adalah dikenal dan digunakannya bahasa Sansakerta dan huruf Pallawa oleh masyarakat Indonesia. Pada masa kerajaan Hindu-Budha di Indonesia seni sastra sangat berkembang terutama pada zaman kejayaan kerajaan Kediri. Karya sastra itu antara lain:a. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disu-sun pada masa pemerintahan Airlangga.b. Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada zaman kerajaan Kediri.c. Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada zaman kerajaan Kediri.d. Arjuna Wijaya dan Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun pada zaman kerajaan Majapahit. Gambar 8.16Naskah yang berisi karya sastara ditemukan di Bali.Sumber: Lukisan Sejarah, 1995
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII174e. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disu-sun pada zaman kerajaan Majapahit.f. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun pada zaman kera-jaan Majapahit.5. bidang seni tari. Relief-relief yang terdapat pada candi-candi terutama candi Borobudur dan Prambanan menunjukan adanya bentuk tari-tarian yang berkembang pada masa itu. Tarian perang, tuwung, bungkuk, ganding, matapukan (tari topeng) merupakan jenis tarian yang terlihat di relief candi tersebut. Alat gamelan nampaknya digunakan untuk mengiringi tarian tersebut. Alat-alat gamelan tersebut, antara lain gendang, gong, kecer, gambang, saron, dan kenong. 6. hiasan pada candi atau sering disebut dengan relief yang terdapat pada candi-candi di Indonesia didasarkan pada cerita-cerita epik yang berkembang dalam kesusastraan yang bercorak Hindu ataupun Budha. Epik yang tertera dalam relief candi Prambanan misalnya mengambil dari cerita Ramayana dan relief pada candi Penataran mengambil epik kisah Mahabharata. Gambar 8.17 Relief-relief yang berada di candi Jago.Sumber:Lukisan Sejarah, 19957. Wujud akulturasi pemujaan arwah leluhur den-gan ajaran Hindu-Budha dapat dilihat dari bentuk arca dan patung yang ditempatkan di candi. Seni arca yang berkembang di Indonesia memper-lihatkan unsur kepribadian dan budaya lokal dan tidak meniru dari India. Contoh raja yang diarcakan adalah raja Rajasa yang didewakan sebagai Siwa di candi makam Kagenengan, raja Anusapati sebagai Siwa di candi makam Kidal, raja Wisnuwardhana sebagai Budha di candi makam Tumpang, raja Kertanegara sebagai Wai-rocana Locana di candi makam Segala dan raja Kertarajasa Jayawardhana sebagai Harihara di candi makam Simping. Patung-patung dewa dalam agama Hindu yang merupakan pening-galan sejarah di Indonesia, antara lain:
175Indonesia Pada Masa Hindu-Budhaa. arca Tribhuwanattunggadewi,b. arca batu Wisnu,c. arca Siwa Mahadewa,d. arca Lorojongrang,e. arca Ganesha, dan f. arca Brahma. Gambar 8.18 Arca Ganesa.8. Pengaruh Hindu-Budha terdapat juga pada seni pertunjukan terutama seni wayang. Seni wayang sampai sekarang masih populer di kalangan masyarakat Indonesia. Seni wayang beragam bentuknya seperti wayang kulit, wayang golek dan wayang orang. Pada masa Hindu-Budha, kebudayaan pertunjukkan wayang ini yang mengambil epik cerita Ramayana dan Mahabharata. Meskipun demikian, cerita yang dikembangkan merupakan perpaduan antara cerita Hindu-Budha dan unsur-unsur budaya asli. Adanya unsur budaya asli dapat terlihat dari dimasukkannya tokoh-tokoh “baru” yang kita kenal dengan sebutan Punakawan. Tokoh-tokoh punakawan seperti Bagong, Petruk dan Gareng (dalam seni wayang golek disebut Astrajingga/Cepot, Dewala dan Gareng).9. bidang seni bangunan. Bidang seni bangunan adalah salah satu peninggalan budaya Hindu-Budha di Indonesia yang sangat menonjol antara lain berupa candi dan stupa. Berikut ini candi-candi yang ditemukan di Indonesia.a Candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta, antara lain: Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Prambanan, Kelompok Candi Dieng, Candi Sukuh , Candi Sarjiwan Candi Lumbung Candi Sewu, dan Candi Sari atau Candi Bendah Sumber: Koleksi Penulis, 1995
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII176b Candi-candi di Jawa Timur, antara lain: Candi Badut, Candi Jago (Candi Jajaghu), Candi Kidal, Candi Panataran, Candi Jajawa (Candi Jawi), Candi Singhasari, Candi Rimbi, Candi Bajang Ratu dan Candi Sumber Awan Gambar 8.20 Candi Dieng.Sumber: Lukisan Sejarah, 1995Sumber: Lukisan Sejarah, 1995 Gambar 8.19 Candi Penataran.c Candi di Jawa Barat, antara lain: candi Cang-kuang d Candi-candi di luar Jawa, antara lain: di Su-matera terdapat beberapa candi seperti candi Muara Jambi, Candi Muara Takus, Candi Tua, Candi Bungsu, Candi Mahligai, dan Candi Gunung Tua. Di Bali terdapat Candi Padas atau Candi Gunung Kawi yang terletak di Desa Tampak Siring Kabupaten Gianyar.
177Indonesia Pada Masa Hindu-BudhaAktivitas KelompokKoleksikan oleh Kalian photo/gambar candi-candi yang ada di Indonesia. Bandingkan antara bentuk dan fungsi dari candi itu, baik yang ada di Jawa maupun di luar Jawa! Apakah yang dapat Kalian simpulkan?Hipotesis Waisya = suatu pandangan yang menyatakan bahwa yang menyebarkan agama Hindu Budha di Indonesia golongan pedagang.Hipotesis Ksatria = suatu pandangan yang menyatakan bahwa yang menyebarkan agama Hindu Budha di Indonesia golongan bangsawan atau para raja.Hipótesis Brahmana = suatu pandangan yang menyatakan bahwa yang menyebarkan agama Hindu Budha di Indonesia adalah golongan pendeta atau brahmana.Teori Arus Balik = suatu teori yang menjelaskan bahwa bangsa Indonsia ketika menerima pengaruh Hindu Budha tidak bersikap pasif, tetapi bersikap aktif yaitu banyak bangsa Indonesia yang pergi ke India untuk belajar agama Hindu Budha kemudian mereka kembali ke Indonesia dan menyebarkan ilmu yang mereka peroleh dari India.Ekspedisi Pamalayu = Ekspedisi yang dilakukan oleh Kertanegara dengan mengirimkan tentaranya ke Melayu dalam rangka memperluas daerah kekuasaan Singgosari di luar Jawa.Glosarium
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII178• Ada beberapa pendapat mengenai proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia, yaitu hipotesis Waisya, Hipotesis Ksatria, Hipotesis Brahmana, dan Teori Arus Balik.• Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia antara lain: Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Mataram Kuno, Kera-jaan Sriwijaya, Kerajaan Singhasari, Kerajaan Kediri, Kerajaan Janggala, Kerajaan Majapahit,Kerajaan Sunda, dan Kerajaan Bali. • Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha itu kita dapat ketahui dari sumber dalam negeri dan luar negeri. Sumber dalam negeri antara lain prasasti, naskah, dan candi. Sementara sumber dari luar berupa naskah, prasasti dan berita yang dibawa oleh para petualang atau pendeta yang pernah singgah di Indonesia • Masuknya kebudayaan India ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap perkembangan kebudayaan di Indonesia. Namun demikian kebudayaan asli Indonesia tidak begitu luntur dengan masuknya budaya-budaya baru tersebut. Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan asli Indonesia. Terjadilah proses akulturasi kebudayaan.• Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia ini dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan sejarah dalam berbagai bidang, antara lain berkem-bangnya agama Hindu-Budha, berkembangnya sastra dan bahasa, seni tari, seni rupa, seni patung, seni wayang, dan seni bangunan (candi atau pura),Rangkuman
179Uji Kompetensi Bab 8A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X)!1. Pengaruh Hindu-Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India yang singgah ke wilayah Indonesia. Pernyataan tersebut adalah inti dari pendapat ....a. brahmanab. waisyac. ksatriad. arus balik2. Salah satu kelebihan hipotesis brahmana dalam proses masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia terlihat dari ....a. berkembangnya sistem kerajaan di Indonesiab. banyaknya bangunan candi yang memiliki seni arsitektur tinggic. berkembangnya bahasa Sansekerta d. berkembangnya upacara-upacara keagamaan a. salah satu bukti yang menunjuk-kan peran aktif bangsa Indonesia dalam 3. Berikut merupakan kelompok candi yang terdapat di Jawa Timur, yaitu candi .... a. Jago, Kidal, dan Badutb. Kidal, Kalasan dan Prambananc. Penataran, Prambanan dan Boro-budurd. Penataran, Kalasan dan Pram-banane. Jago, Penataran dan Prambanan4. Salah satu bentuk akulturasi antara budaya Indonesia dengan budaya India pada bentuk bangunan candi terlihat dari ....a. relief yang dilukiskan pada can-dib. arca atau patung yang terdapat di candic. bentuk stupad. bentuk candi yang berupa punden berundak5. Relief candi Prambanan mengambil penggalan kisah yang terdapat dalam cerita ....a. Arjunawiwahab. Bharatayudhac. Mahabharatad. Ramayana9. Pada masa Rakai Pikatan Kerajaan Mataram Kuno dapat bersatu kembali karena ....a. Rakai Pikatan mendirikan Candi Lorojongrangb. Samaratungga mendirikan Candi Borobudurc. Rakai Pikatan menikahi Pramo-dawardhanid. Pramodawardhani mendirikan Candi Kalasan10. Kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jawa Timur didirikan oleh ....a. Dyah Balitung.b. Rakai Panangkaranc. Samaratunggad. Mpu Sindok11. Raja Dharmawangsa mengalami keruntuhan akibat serangan dari ....a. Airlanggab. Wurawaric. Mpu Sindokd. Dyah Balitung.12. Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua setelah Airlangga karena ....a. serangan dari pasukan tentara Wurawarib. Membagi rata kepada kedua anaknyac. Memperluas wilayah kekuasaan-nyad. Keinginan Mpu Bharada13. Siapakah pendiri kerajaan Singhasari .....a. Ranggawunib. Anusapatic. d. TohjayaUji Kompetensi Bab 8
Wawasan Sosial 1 untuk Kelas VII18014. Puncak kejaayaan yang dialami Kera-jaan Singhasari terjadi pada masa ....a. Kertanegara.b. Kertanegara.c. Ranggawuni.d. Anusapati.15. Kerajaan Majapahit didirikan oleh ....a. Raden Wijaya.b. Gajah Mada.c. Hayam Wuruk.d. Wikramawardhana.B. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar dan jelas.1. Uraikan proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.2. Apa buktinya bahwa di kerajaan Mataram Lama telah terjalin hubungan harmonis antara agama Hindu dan Budha?3. Berikan tiga contoh bentuk akulturasi budaya di Indonesia antara budaya asli Indonesia dengan budaya Hindu-Budha.4. Uraikanlah bagaimana proses berdirinya kerajaan Majapahit.5. Uraikanlah bagaimana proses berdirinya kerajaan Kediri.RefleksiMasyarakat di Pulau Bali sampai saat ini masih memegang teguh tradisi Hindu. Hal tersebut semakin memperkaya kemajemukan Bangsa Indonesia. Perjalanan Sejarah memang telah berperan dalam membentuk keberagaman bangsa ini. Bukankah dengan pandangan demikian kalian akan lebih arif dalam memandang perbedaan?