Halaman
Ragam Seni Rupa Terapan Nusantara
Pelajaran 7
Indonesia memiliki beragam suku bangsa yang
hidup tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Setiap
suku bangsa tersebut memiliki hasil karya seni kriya
masing-masing. Pembuatan benda-benda tersebut tentu
tidak terlepas dari kebutuhan mereka sehari-hari. Oleh
karena itu, ada benda-benda yang memiliki kesamaan
antara satu daerah dengan daerah yang lain. Akan tetapi
ada juga benda-benda yang berbeda antara satu daerah
dengan daerah yang lain. Nah, pada pelajaran ini kamu
akan belajar beberapa jenis hasil karya seni kriya.
Sumber:
wb3.indo-work.com
Sum
ber
:
wb3
in
do
wor
kc
om
100
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas VIII
Kata Kunci
•
A cire perdue
• Dekorasi
•
Bivalve
• Seni desain
• Bordir
• Seni kriya
Ragam Seni
Rupa Terapan
Nusantara
Apresiasi Seni
Rupa Terapan
Nusantara
Penikmatan
Karya Seni
Mengapresiasi
Seni Rupa
Terapan
Seni Kriya
(Kerajinan)
Seni Desain
(
Design
)
Penilaian Karya
Seni
Empati
Cakupan Materi
Pelajaran 7 Ragam Seni Rupa Terapan Nusantara
101
A. Mengapresiasi Seni Rupa Terapan
Pada prinsipnya seni rupa lebih menitikberatkan pada segi estetika. Seni rupa
terapan sebagai bagian dari seni rupa tidak hanya menitikberatkan segi estetika,
namun juga segi fungsi atau kegunaan. Dalam seni ini aspek fungsi menempati
porsi utama. Selain itu, seni rupa terapan juga menambahkan nilai kenyamanan,
estetis, dan ekonomis sebagai penunjang.
Secara umum, seni rupa terapan dibagi menjadi dua, yaitu seni kriya (kerajinan/
cra
Ğ
) dan seni desain (
design
).
1. Seni Kriya (Kerajinan)
Benda-benda hasil karya seni kriya (kerajinan) akan menunjukkan nilai
kegunaan yang ditunjang dengan nilai keindahan. Bentuk karya seni rupa terapan
bisa berbentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Bentuk benda diolah sedemikian
rupa disesuaikan dengan fungsi dari benda tersebut.
Benda-benda hasil karya seni kriya dibuat dengan beberapa teknik seperti
batik, tenun, sulam, bordir, anyam, ukir, dan lukis. Teknik yang digunakan oleh
para pengrajin seni kriya disesuaikan dengan jenis benda yang akan dibuat. Selain
itu, faktor daerah pembuatan karya seni kriya juga diperhatikan. Hal itu karena
setiap daerah memiliki sumber daya alam yang berbeda. Misalnya, para pengrajin
seni kriya di pulau Papua membuat ukiran kayu karena daerah tersebut memiliki
sumber daya alam berupa kayu yang cukup banyak. Sementara para pengrajin
seni kriya di pulau Jawa membuat batik karena daerah tersebut memiliki sumber
daya alam berupa kapas untuk bahan dasar kain.
Gambar 7.1
a. Ukiran kayu dari Papua dan b. Batik dari Jawa
Sumber:
www
.corbis.com
dan
laili4rohmawati.
fi
les.wordpress.com
a
b
102
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas VIII
Tradisi membuat benda-benda seni kriya telah ada sejak zaman prasejarah. Dari
temuan-temuan benda prasejarah diketahui bahwa manusia mulai menetap pada
zaman Batu Muda (Neolitikum). Mereka telah mulai membuat benda fungsional
untuk menunjang aktivitas mereka sehari-hari. Salah satunya adalah tembikar
yang terbuat dari tanah lempung yang berfungsi sebagai wadah. Tembikar pada
zaman ini telah memiliki hiasan berupa simbol-simbol atau lambang-lambang
kehidupan spiritual yang dipercaya oleh masyarakat.
Dalam perkembangan selanjutnya, seni kriya mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya pada aspek fungsi semata tetapi
berimbas pada peningkatan kualitas bentuk dan bahan serta corak hiasannya. Pada
awalnya benda-benda tersesebut memiliki bentuk yang sederhana berkembang
menjadi bentuk-bentuk yang beraneka ragam dan rumit. Demikian juga dengan
hiasan yang semakin banyak, detail, dan bervariasi.
a. Fungsi Seni Kriya
Seni kriya memiliki beberapa fungsi seperti mainan, hiasan, dan benda
pakai.
1) Mainan
Hasil karya seni kriya ada yang
berfungsi sebagai mainan. Hasil karya
seni ini biasanya dibuat untuk konsumsi
anak-anak. Pada umumnya hasil karya
seni kriya yang berfungsi sebagai mainan
dibuat dengan sederhana dan harganya
relatif murah. Contoh hasil karya seni kriya
yang berfungsi sebagai mainan antara lain
boneka, mobil-mobilan, pistol-pistolan, dan
lego.
2) Dekorasi
Hasil karya seni kriya yang berfungsi sebagai dekorasi lebih mementingkan
unsur keindahan dari unsur fungsinya. Benda-benda seni kriya untuk dekorasi
biasanya digunakan sebagai hiasan di sebuah ruangan seperti ruangan kantor atau
rumah. Contoh hasil karya seni kriya yang berfungsi sebagai dekorasi antara lain
wayang, payung hias, guci, relief, dan lukisan.
3) Benda pakai
Hasil karya seni kriya yang berfungsi sebagai benda pakai lebih mementingkan
unsur fungsi dari unsur keindahan. Benda-benda tersebut dapat dipakai langsung
sesuai dengan fungsinya. Contoh hasil karya seni kriya yang berfungsi sebagai
benda pakai antara lain tas untuk membawa buku, piring untuk makan, gelas
untuk minum, dan benda-benda rumah tangga lainnya.
Gambar 7.2
Seni kriya mainan berupa mobil-mobilan dari kayu
Sumber:
www
.detik
fi
nance.com
Pelajaran 7 Ragam Seni Rupa Terapan Nusantara
103
b. Jenis-Jenis Seni Kriya
Di dalam membuat karya seni kriya, seorang pengrajin seni dituntut untuk
memerhatikan tiga hal, yaitu bentuk, fungsi, dan bahan. Ketiga hal tersebut harus
benar-benar dipahami, dipelajari, dan dikuasai dengan baik supaya hasilnya
memuaskan. Selain itu, pengrajin juga dituntut untuk memadukan bentuk, fungsi,
dan bahan menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dengan daya kreativitasnya
ia mampu mewujudkan hasil produksi yang dapat diterima dan sesuai dengan
perkembangan zaman (
up to date
). Produk tersebut juga diminati dan tidak
mungkin selain menjadi benda pakai juga menjadi barang koleksi masyarakat.
Berdasarkan media dan cara pembuatanya seni kriya dapat dikelompokkan
dalam kriya batik, tenun, bordir, anyaman, keramik, ukiran, logam, kulit, dan
batu. Untuk kriya batik dan tenun sudah dibahas pada pelajaran sebelumnya.
Oleh karena itu, pada bagian ini akan dibahas kriya lainnya.
1) Kriya anyaman
Kriya anyaman pada prinsipnya adalah teknik berkarya dengan cara mengatur
bahan-bahan dasarnya dalam bentuk tindih-menindih, silang-menyilang, dan
lipat-melipat. Prinsip ini memanfaatkan jalur horizontal (pakan) dan jalur vertikal
(lungsin) yang disusun dengan pola tertentu. Ada pula yang menggunakan pola
miring (diagonal) dan melingkar.
Hasil karya seni kriya anyaman Nusantara sangat beragam karena negara kita
memiliki beragam bahan baku di setiap daerah. Anyaman tersebut ada yang dibuat
dengan bahan dasar bambu, rotan, pandan, lontar, jaksi, mendong, panama, dan
eceng gondok. Selain bahan alami tersebut,
ada juga anyaman yang dibuat dari bahan-
bahan limbah seperti kertas koran, tali
plastik, dan gulungan plastik.
Pusat kriya anyaman banyak tersebar
di beberapa daerah di Indonesia. Daerah-
daerah tersebut antara lain Tasikmalaya
(Jawa Barat), Bali, Lombok, Kalimantan,
Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, dan
Papua.
2) Kriya keramik
Teknologi sederhana pembuatan
keramik telah dikenal manusia sejak ribuan tahun lalu. Sekira 30000 tahun SM
telah dibuat benda-benda keramik untuk wadah. Secara umum, keramik adalah
benda yang terbuat dari tanah lempung (tanah liat) yang dibakar. Istilah keramik
berasal dari
keramos
, yang berarti lempung yang dibakar.
Untuk membuat benda keramik dibutuhkan tanah liat yang berkualitas.
Tanah liat berkualitas artinya tanah tersebut telah mengalami proses pengolahan
Gambar 7.3
Anyaman bambu
Sumber:
sh03l.
fi
les.wordpr
ess.com
104
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas VIII
sedemikian rupa atau telah ditambah dengan unsur pelengkap seperti kaolin
sehingga siap dibentuk. Membentuk keramik dibutuhkan teknik tertentu seperti
teknik lempeng (
slab
), teknik putar (
throwing
), teknik pilin (
coiling
), teknik p
ij
at
(
pinching
), dan teknik cetak tuang.
Dewasa ini seni keramik telah
berkembang pesat di berbagai daerah di
Indonesia. Bahkan, beberapa di antaranya
telah beralih menjadi usaha kerajinan dan
desain keramik yang bersifat profesional
dengan kualitas yang tinggi, baik segi
pengolahan bahan, desain, bentuk, ragam
hias, kualitas bakar maupun hasil akhirnya
(
fi
nishing
).
Beberapa daerah penghasil seni
keramik adalah daerah Plered (Purwakarta),
Bandung, Banjarnegara, Mayong (Jepara),
Klampok (Purwokerto), Jatiwangi (Cirebon), Kasongan (Yogyakarta), Dinoyo
(Malang), Kapal (Bali), dan Takalar (Sulawesi Selatan).
3) Kriya bordir
Kriya bordir adalah kriya yang menempatkan hiasan dari benang yang
d
ij
ahitkan pada kain. Bordir biasanya ditempatkan pada ujung-ujung kain yang
berfungsi untuk menghias dan mempercantik tampilan kain. Sebutan lain untuk
bordir adalah sulam.
Dewasa ini proses membordir banyak
dilakukan dengan mesin bordir. Selain
lebih cepat dalam pengerjaannya, pembuat
bordir lebih leluasa dalam membuat motif
sesuai dengan kreativitasnya.
Aplikasi kriya bordir telah berkembang
pesat. Semula bordir hanya diperuntukkan
untuk penghias kain saja, sekarang bordir
bisa digunakan pada pakaian (baju), tas,
kerudung, taplak, dan mukena. Motif yang
dipakai biasanya berupa motif tumpal dan
rose
Ĵ
a
(setengah lingkaran) dengan variasi
motif lain. Daerah penghasil bordir yang terkenal adalah Tasikmalaya (Jawa Barat).
4) Kriya logam
Kriya logam adalah kriya yang mengolah logam menjadi berbagai macam
benda kerajinan. Mengolah logam biasanya dengan cara mengecor logam panas
dengan cetakan. Cetakan ini bisa terbuat dari tanah liat, gips, pasir, atau logam
juga.
Gambar 7.4
Keramik Cirebon
Sumber:
community
.kompas.com
Gambar 7.5
Mesin bordir
Sumber:
www
.
fl
ickr.com
Pelajaran 7 Ragam Seni Rupa Terapan Nusantara
105
Teknik membuat kriya logam ada dua, yaitu teknik
a cire perdue
dan teknik
bivalve
.
a) Teknik
a cire perdue
atau cetakan lilin, caranya adalah membuat bentuk benda
yang dikehendaki dengan lilin. Setelah membuat model dari lilin, model
tersebut ditutup dengan menggunakan tanah, kemudian dibuat lubang dari
atas dan bawah. Setelah itu, cetakan dibakar sehingga lilin yang terbungkus
dengan tanah akan mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Untuk
selanjutnya melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu. Apabila
sudah dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga keluarlah benda yang
diinginkan.
b) Teknik
bivalve
atau setangkap, caranya yaitu menggunakan cetakan yang
ditangkupkan dan dapat dibuka sehingga setelah dingin cetakan tersebut
dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki. Cetakan tersebut
terbuat dari batu atau kayu.
Bahan baku kriya logam berupa perunggu, kuningan, tembaga, emas, dan
perak. Hasilnya bisa berupa alat rumah tangga, alat musik (kenong dan goong),
perhiasan (cincin dan gelang), serta senjata. Daerah pengecoran logam dapat
ditemukan di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah.
5) Kriya lukis
Lukisan, selain sebagai bentuk hasil ekspresi juga berfungsi sebagai hiasan.
Dalam hal ini bentuk lukisan yang dibuat secara massal dan dalam jumlah
yang banyak. Karya lukisannya dibuat secara berulang-ulang sehingga gambar
pada lukisan sama. Bahannya terbuat dari
kain kanvas dengan kualitas rendah atau
menggunakan kain beludru berwarna
hitam, kaca, dan kulit kayu.
Daerah penghasil lukisan dengan
media kanvas terdapat di Jelekong (Jawa
Barat), Sokaraja–Banyumas (Jawa Tengah),
dan Ubud (Bali). Lukisan dengan media
kaca terdapat di daerah Trusmi–Cirebon
(Jawa Barat). Adapun lukisan dengan
media kulit dapat ditemukan di Papua dan
Kalimantan.
6) Kriya kulit
Kriya kulit adalah jenis karya seni yang bahan bakunya menggunakan kulit.
Kulit yang digunakan adalah kulit kerbau, sapi, kambing, buaya, dan ular.
Kulit tersebut sebelum dipakai terlebih dahulu mengalami proses pengolahan
yang panjang yaitu mulai dari pemisahan dari daging satwa, pencucian dengan
Gambar 7.6
Lukisan kaca dari Cirebon
Sumber:
indagkotacir
ebon.
fi
les.wordpress.com
Gb76
106
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas VIII
cairan tertentu, pembersihan, perendaman
dengan zat kimia tertentu (penyamakan),
pewarnaan dengan warna yang diinginkan,
perentangan supaya tidak mengkerut,
pengeringan, dan penghalusan. Setelah itu,
kulit baru dipotong-potong sesuai dengan
ukuran yang ditentukan.
Hasil kriya kulit berupa tas, sepatu,
ikat pinggang, pakaian (jaket), dompet, dan
tempat HP. Daerah penghasil kriya kulit
antara lain Garut, Yogyakarta, dan Bali.
7) Kriya ukiran
Kriya ukiran merupakan jenis karya
seni yang dilakukan dengan mengolah
permukaan suatu benda sehingga dihasilkan
suatu bentuk yang indah. Bahan dasar
kriya ukiran sangat beragam seperti kayu,
gading, tulang, kulit, logam, dan batu.
Daerah penghasil ukiran adalah Jepara
(Jawa Tengah), Papua, dan Bali.
8) Kriya batu
Batu yang memiliki tekstur keras dan
cenderung kaku untuk dibentuk ternyata
dapat diolah menjadi seni kerajinan yang
indah. Salah satunya berasal dari daerah Sukaraja, Sukabumi. Di daerah ini dapat
d
ij
umpai berbagai material batu yang telah diolah menjadi hiasan dan dekorasi
rumah. Ada batu akik, jesper, fosil, dan batu-batu permata lainnya yang dibentuk
menjadi hiasan dengan motif
fl
ora dan fauna.
2. Seni Desain (
Design
)
Desain dapat dilihat atau diserap oleh mata. Hal ini berarti setiap benda buatan
dibuat melalui proses perancangan dan pola rancang tertentu. Benda-benda yang
sederhana, misalnya gerabah sampai benda-benda yang berteknologi canggih
seperti pesawat televisi dan tidak satupun yang dibuat asal jadi. Kesemuanya
dibuat dengan pola rancangan tertentu atau disebut juga dengan desain.
Proses desain dapat sederhana, tetapi dapat pula rumit. Sederhana apabila
menyangkut perumusan pola rancangan pembuatan benda tersebut, tetapi akan
semakin rumit jika harus menyangkut pula faktor-faktor lain seperti unsur-unsur
tradisional, kultural, dan perlambangan (simbolisme). Namun, proses manapun
akan memberikan keasyikan dan nilai tambah bagi perancangnya.
Gambar 7.7
Tas dengan bahan dasar kulit sapi
Sumber:
www
.truebag.com
Gambar 7.8
Ukiran kayu dari Bali
Sumber:
www
.balicheckin.com
Pelajaran 7 Ragam Seni Rupa Terapan Nusantara
107
Dalam mendesain terdapat beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan,
antara lain sebagai berikut.
• Kesederhanaan, yaitu pertimbangan-pertimbangan yang mengutamakan
pengertian dan bentuk yang inti (prinsipal).
• Keselarasan, yang berarti kesesuaian antara bagian yang satu dengan bagian
yang lainnya dalam suatu benda atau rancangan.
• Irama, yaitu adanya kesan gerak yang ditimbulkan oleh keselarasan (harmoni)
dan ketidakselarasan (kontras).
• Kesatuan yang terpadu (
unity
).
• Keseimbangan (
balance
).
Perkembangan dan tuntutan zaman membuat para desainer untuk lebih
berpikir kreatif dan inovatif dalam merancang hasil karyanya. Adanya perguruan
tinggi yang menyelenggarakan pendidikan desain menunjang hadirnya para
desainer atau perancang handal yang siap menjawab tantangan dan kebutuhan
pasar.
Seni desain dapat dikelompokkan ke dalam 4 cabang, yaitu desain komunikasi
visual (DKV), desain produk, desain interior, dan desain tekstil.
1) Desain Komunikasi Visual (DKV)
Desain komunikasi visual (DKV) atau
desain gra
fi
s adalah cabang seni rupa yang
berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat
akan komunikasi rupa yang akan dicetak
seperti brosur, pam
fl
et, poster, undangan,
majalah, surat kabar, logo, kemasan, komik,
karikatur, dan buku.
Dalam perkembangannya, desain
komunikasi visual (DKV) berkembang sejalan
dengan perubahan dan perkembangan
teknologi. Pemanfaatan alat-alat teknologi
tinggi seperti fotogra
fi
, percetakan laser,
komputer, animasi, dan internet sudah menjadi barang lazim dan penunjang bagi
para desainer.
2) Desain Produk
Desain produk adalah cabang seni rupa yang berupaya memecahkan masalah
kebutuhan masyarakat akan benda dan peralatan untuk menunjang kegiatan
sehari-hari. Desain ini merancang berbagai produk yang sesuai dengan kehidupan
dan kegiatan manusia seperti sepatu olah raga, sepatu kantor, tas, perangkat militer,
alat transportasi, dan alat kedokteran.
Kesesuaian bentuk dan kenyaman sangat diperlukan dalam membuat sebuah
produk. Selain itu juga perlu dipertimbangkan faktor keamanan dan kesesuaian.
Tahap akhir dari suatu desain produk adalah keindahan bagi konsumen.
Gambar 7.9
Koran sebagai hasil desain gra
fi
s
Sumber:
asmono28.
fi
les.wordpr
ess.com
108
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas VIII
Pelatihan 1
1
1
3) Desain Interior
Desain interior adalah cabang seni rupa
yang berupaya memenuhi kebutuhan akan
segala bentuk dan permasalahan seputar
ruangan. Desain ini berhubungan dengan
penciptaan dan penataan ruang dalam
(interior).
Penciptaan ruang dalam disesuaikan
dengan unsur pelengkapnya, mulai dari
bentuk dan ukuran ruangan, warna ruangan,
perabot yang sesuai, pencahayaan, proporsi,
kesesuaian antara pengguna dengan
ruangan, serta ketepatan ruang bagi pengguna dan aktivitasnya.
4) Desain Tekstil
Desain tekstil adalah cabang seni
rupa yang berkaitan dengan hal yang
menyangkut pertekstilan. Desainer tekstil
biasanya berhubungan dengan masalah
kain, baik dilihat dari teknik pembuatan
kain, pewarnaan, pembuatan dan penerapan
motif yang sesuai pada kain, sampai pada
pembuatan mesin alternatif pembuat kain.
Desain tekstil juga berhubungan dengan
perancangan pakaian. Perkembangan dan
perubahan mode harus ditanggapi dengan
kreasi dan inovasi para desainer.
Gambar 7.10
Desain interior
Sumber:
www
.
fi
onacampbelldesign.co.uk
Gambar 7.11
Baju dengan bahan batik
Sumber:
wb3.indo-work.com
Bentuklah sebuah kelompok yang terdiri atas 4 orang siswa. Carilah dari
berbagai sumber tentang macam-macam karya seni kriya yang dihasilkan
di daerahmu! Tuliskan jeniskan beserta model corak dan teknik yang
digunakan!
B. Apresiasi Seni Rupa Terapan Nusantara
Apresiasi timbul saat seseorang mengamati sebuah karya seni. Dari pengamatan
awal tersebut secara langsung atau tak langsung telah masuk dan terlibat ke dalam
Pelajaran 7 Ragam Seni Rupa Terapan Nusantara
109
sebuah ruang tanggapan berupa rangsangan jiwa untuk menilai apakah karya
tersebut menarik, indah, mengagumkan, mengesankan, atau mengharukan.
Apresiasi memiliki berberapa fungsi yang berkaitan dengan kegiatan mental,
yaitu penikmatan karya seni, penilaian karya seni, dan empati.
1. Penikmatan Karya Seni
Tahap penikmatan karya seni merupakan tahap yang akan menimbulkan rasa
puas, kecewa, atau bahkan tidak menimbulkan perasaan apa-apa.
2. Penilaian Karya Seni
Tahap penilaian berlangsung untuk mencari nilai-nilai seni, memahami isi
dan pesan dari karya seni, mengadakan perbandingan-perbandingan hingga
didapatkan kesimpulan. Tahap ini merupakan tahap yang kompleks karena
menangkap makna suatu karya merupakan pekerjaan yang sulit.
3. Empati
Tahap ini merupakan tahap di mana si pengamat turut merasakan suka duka,
pikiran, perasaan, watak, dan pandangan hidup yang tercermin dalam karya
seni.
Apresiasi seni pada dasarnya adalah untuk mendapatkan pengalaman estetis,
di mana pengalaman yang didapat dari penikmatan seni terarah, sadar dan
bertujuan. Apresiasi dibagi menjadi dua, yaitu apresiasi pasif dan aktif. Apresiasi
pasif jika penikmat hanya mencapai pada tahap implementasi. Sementara apresiasi
aktif adalah proses apresiasi pasif disertai dengan melakukan pembuatan karya.
Dalam mengapresiasi sebuah karya seni ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu aspek
fi
sik dan psikis.
1. Aspek Fisik
Aspek
fi
sik berhubungan dengan hal yang sifatnya indrawi, artinya penerapan
dilakukan secara visual (kasat mata). Bentuk karya dapat dipersepsi oleh mata
pengamat dan wujudnya berupa unsur-unsur
fi
sik seperti garis, bidang, dan
warna.
2. Aspek Psikis
Aspek ini berkaitan dengan unsur-unsur non
fi
sik berupa pesan dan gagasan
seniman yang terkandung pada karya, seperti komposisi, pesan, gagasan, tema,
gaya, simbolik (perlambangan), kemampuan dan bakat seniman dalam mengelola,
serta mengolah nilai
fi
sik (bentuk).
Apresiasi akan semakin kompleks dan rumit, hal ini dapat terjadi mengingat
karya seni selalu berubah, baik dari segi teknik kekaryaan, pengetahuan perupa,
maupun perkembangan ilmu dan teknologi yang terus maju.
110
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas VIII
Gambar 7.12
Hasil desain komputer
Sumber:
wb3.indo-work.com
Melihat fenomena tersebut, peran apresiasipun mau tak mau berubah. Adapun
sebagai landasan berp
ij
ak dalam menilai sebuah karya seni bisa dilakukan dengan
berbagai pendekatan, antara lain pendekatan mimetik, pendekatan ekspresi,
pendekatan struktural, dan pendekatan semiotik.
• Pendekatan mimetik
Pendekatan ini mengaitkan karya seni dengan alam (
nature
) atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan unsur-unsur alamiah. Misalnya, gambar
pemandangan yang lebih menekankan pada kemiripan dengan alam
sesungguhnya, baik dilihat dari segi bentuk, kemiripan, warna maupun
unsur.
• Pendekatan ekspresif
Pendekatan ini lebih menekankan pada menilai ungkapan atau ekspresi
seniman. Hal ini dapat dilihat dari spontanitas dan kelugasan dalam
menggunakan media.
• Pendekatan struktural
Pendekatan ini dilakukan dengan menilai aspek-aspek struktur pembentuk
karya seni, baik aspek bentuk maupun unsur pendukungnya.
• Pendekatan semiotik
Pada pendekatan semiotik, apresiasi dapat digali dengan mengungkap
isi dan kandungan berbagai unsur atau tanda yang ingin disampaikan oleh
perupa. Hal ini dapat terungkap lewat konsep dan gagasan perupa dalam
karya seni.
Apresiasi selain bertujuan untuk mengenal, mengamati, dan menilai karya
seni, juga merupakan sebuah ajang komunikasi antara perupa dan pemakai
(penikmat/konsumen). Hal itu sebagai landasan pemenuhan kebutuhan sosial.
Pelajaran 7 Ragam Seni Rupa Terapan Nusantara
111
Uji Kompetensi
Pelatihan 2
2
2
Pada akhirnya hal tersebut akan menjadi
hubungan timbal balik bagi perupa itu
sendiri dalam mengungkap kekurangan dan
kelebihan karya di mata masyarakat untuk
perbaikan mutu, kualitas, atau harga.
Nusantara, dengan berbagai suku
dan daerah, memiliki beragam kesenian
dan hasil karya seni yang variatif. Karya
seni tersebut dibuat (diproduksi) dengan
berbagai jenis, bentuk, gaya, media, teknik,
kekhasan, dan fungsi yang berbeda-beda.
Hal ini didukung oleh kekayaan sejarah,
latar belakang, adat istiadat, agama dan
religi, serta lingkungan alam yang melimpah
sebagai inspirasi dan penyedia bahan baku. Ditambah lagi adanya pengaruh dari
luar yang menambah kekayaan dan membentuk pola ragam berupa ide, gagasan,
media, teknik pembuatan, kemampuan berkarya, dan perwujudan sebuah karya
sehingga ujungnya akan memperkaya khazanah seni Nusantara sebagai bagian
dari seni dunia.
Buatlah tulisan mengenai karya seni rupa terapan Nusantara dari daerahmu.
Berilah penilaian melalui pendekatan apresiasi sesuai pengetahuanmu.
Penilaian tersebut bisa dilihat dari berbagai aspek!
Gambar 7.13
Lukisan merupakan karya seni yang dapat
diapresiasi
Sumber:
wb3.indo-work.com
G
b
Buatlah kliping tentang berbagai hasil karya seni. Kelompokkan hasilnya
ke dalam kelompok desain seperti desain komunikasi visual (DKV), desain
produk, desain interior, dan desain tekstil. Berilah apresisasi terhadap hasil-
hasil karya seni tersebut!
112
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas VIII
Rangkuman
Re
fl
eksi
Dalam pelajaran ini kamu telah belajar tentang beragam hasil karya
seni terapan yang terdapat di Nusantara. Kamu pun akan semakin kagum
dengan indahnya hasil karya seni tersebut. Ceritakan salah satu caramu
dalam mengapresiasi hasil karya seni terapan Nusantara!
• Secara umum, seni rupa terapan dibagi menjadi dua, yaitu seni kriya
(kerajinan/
cra
Ğ
) dan seni desain (
design
).
• Benda-benda hasil karya seni kriya dibuat dengan beberapa teknik seperti
batik, tenun, sulam, bordir, anyam, ukir, dan lukis.
• Seni kriya memiliki beberapa fungsi seperti mainan, hiasan, dan benda
pakai.
• Berdasarkan media dan cara pembuatanya seni kriya dapat
dikelompokkan dalam kriya batik, tenun, bordir, anyaman, keramik,
ukiran, logam, kulit, dan batu.
• Seni desain dapat dikelompokan ke dalam 4 cabang, yaitu desain
komunikasi visual (DKV), desain produk, desain interior, dan desain
tekstil.
• Apresiasi memiliki berberapa fungsi yang berkaitan dengan kegitan
mental, yaitu penikmatan karya seni, penilaian karya seni, dan
empati.
• Menilai sebuah karya seni bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan,
antara lain pendekatan mimetik, pendekatan ekspresi, pendekatan
struktural, dan pendekatan semiotik.
Pelajaran 7 Ragam Seni Rupa Terapan Nusantara
113
A. Berilah tanda silang (×) pada jawaban yang benar!
1. Contoh seni kriya yang berfungsi sebagai dekorasi adalah ....
a. payung hias
b. tas
c. meja
d. kursi
2. Boneka dan pistol-pistolan merupakan dua karya yang berfungsi sebagai ....
a. benda pakai
b. hiasan
c. aplikasi
d. mainan
3. Dalam membuat karya seni kriya, seorang pengrajin dituntut untuk
memerhatikan tiga hal, yaitu ....
a. bentuk, tekstur, dan alat
b. alat, halus, dan sederhana
c. bentuk, fungsi, dan bahan
d. alat, bentuk, dan hasil
4. Kriya yang proses utamanya menggunakan media benang atau kain adalah ....
a. kriya patung
b. kriya keramik
c. kriya logam
d. kriya tekstil
5. Istilah lain dari seni bordir adalah ....
a. motif
b. dekorasi
c. sulam
d. tenun
6. Daerah penghasil bordir di Jawa Barat adalah ....
a. Tasikmalaya
b. Bandung
c. Bogor
d. Cianjur
Pelatihan Pelajaran 7
114
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas VIII
7. Teknik sekali pakai dalam pembuatan benda dari logam adalah ....
a.
press moulding
b.
pinching
c.
bivalve
d.
a cire perdue
8. Poster, pam
fl
et, dan brosur adalah hasil karya seni bidang ....
a. desain gra
fi
s
b. desain produk
c. desain interior
d. desain eksterior
9. Apresiasi adalah sikap kepekaan orang dalam ....
a. menghargai, mengagumi, dan menilai
b. menghargai, menilai, dan membeli
c. membuat, menyimpan, dan menjual
d. membuat, menyimpan, dan mengumpulkan
10. Pendekatan sebuah karya dinilai dengan kenyataan yang ada di alam adalah ....
a. struktural
b. mimetik
c. ekspresi
d. semiotik
B. Kerjakan soal-soal berikut dengan baik dan benar!
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan apresiasi!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan seni kria!
3. Apa yang dimaksud dengan teknik
a cire perdue dan
bivalve?
4. Tuliskan jenis-jenis karya seni terapan yang terdapat di Nusantara?
5. Amatilah sebuah karya seni terapan yang terdapat di Nusantara, kemudian
tuliskan apresiasimu atas karya tersebut dengan memerhatikan gagasan dan
teknik yang digunakan!