Halaman
Peradaban Masa Hindu–Buddha
181
Agama dan kebudayaan Hindu–Buddha lahir pertama kali di India. Melalui perdagangan, hal itu
masuk dan berkembang, serta mempunyai perngaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Kebudayaan dan sistem pemerintahannyapun ikut berpengaruh. Hal itu bisa dilihat
dari berdirinya beberapa kerajaan di Indonesia yang bercorak Hindu-Buddha. Selain itu juga bisa
dilihat dari adanya peninggalan sejarah, seperti candi. Salah satu candi peninggalan sejarah adalah
Candi Borobudur. Candi Borobudur termasuk salah satu bangunan termegah yang pernah dibuat
manusia dan didirikan oleh dinasti Syailendra. Pada candi Borobudur, kisah kehidupan ajaran
Buddha dipahatkan pada reliefnya. Untuk lebih jelasnya, marilah kita mempelajari perkembanga
masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu–Buddha, serta peninggalan-
peninggalannya, yang diuraikan pada bab ini.
7
Peradaban Masa Hindu-Buddha
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
182
Kata Kunci
¾
Hindu–Buddha
¾
agama
¾
kebudayaan
¾
peninggalan
Perkembangan agama
Buddha di Asia Timur
–
Persebaran agama
Buddha di Cina
–
Persebaran agama
Buddha di Jepang
– Persebaran kebudayaan
dan agama Hindu-
Buddha di Asia
Tenggara
– Perkembangan pemerin-
tahan masa Hindu-
Buddha di Asia
Tenggara
Perkembangan kebudaya-
an, agama, dan pemerintahan
masa Hindu–Buddha di
Asia Tenggara
Persebaran unsur-unsur
kebudayaan dan agama
Hindu–Buddha di Indonesia
Peta jalur masuk dan ber-
kembangnya Hindu-Buddha
di Indonesia
Peta daerah yang dipe-
ngaruhi unsur Hindu-
Buddha di Indonesia
Peninggalan sejarah ber-
corak Hindu-Buddha di
Indonesia
– Perkembangan
kebudayaan dan agama
Hindu di Hindustan
– Perkembangan agama
Buddha di Hindustan
– Perkembangan
pemerintahan masa
Hindu–Buddha di
Hindustan
Perkembangan masyarakat, kebudayaan,
dan pemerintah masa Hindu–Buddha di
Asia
Perkembangan Hindu–
Buddha di Asia Selatan
Pengaruh Hindu-Buddha
terhadap perkembangan
masyarakat
Pengaruh Hindu-
Buddha terhadap
sistem pemerintahan
Peradaban Masa Hindu–Buddha
Peninggalan sejarah
bercorak Hindu–
Buddha
Peradaban Masa Hindu–Buddha
183
Nenek moyang bangsa Indonesia sejak dulu telah menjalin
hubungan dengan bangsa-bangsa lain terutama dalam bidang
perdagangan dan pelayaran. Dari hubungan yang terjalin itu,
berbagai pengaruh pun ikut masuk ke Indonesia, tidak
terkecuali pengaruh budaya di antaranya agama Hindu dan
Buddha. Hal itu akan berpengaruh pada perkembangan
masyarakat dan sistem pemerintahan. Pada pembahasan
selanjutnya, kamu akan mempelajari perkembangan yang
bercorak Hindu–Buddha dan persebarannya hingga masuk ke
Indonesia.
Agama Hindu dan Buddha beserta kebudayaannya yang
dibawa oleh para pedagang dari India berpengaruh pada
perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan
negara yang didatanginya. Bagaimanakah perkembangan Hindu
Buddha di Asia?
1. Perkembangan Hindu dan Buddha di Asia Selatan
Hindustan adalah sebutan untuk suatu kawasan yang sekarang
menjadi wilayah negara India, Pakistan, Bangladesh,
Afghanistan, dan Nepal. Kawasan Hindustan merupakan suatu
kawasan yang tertutup dari kawasan lainnya. Di bagian timur,
barat, dan selatan, kawasan ini dikelilingi oleh Laut Arab dan
Samudra Hindia. Sementara di bagian utara, kawasan ini
dibatasi oleh Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Hindu
Kush yang tegak memanjang.
Selain laut, satu-satunya jalan darat untuk memasuki wilayah
ini adalah sebuah celah di antara Pegunungan Himalaya dan
Pegunungan Hindu Kush yang dinamakan Celah Kaiber (
Khyber
Pass
).
Meski posisinya tertutup, kawasan Hindustan merupakan
kawasan yang subur karena dialiri oleh banyak sungai yang lebar
dan panjang. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Indus,
Gangga, Yamuna, dan Brahmaputra.
Pada sekitar tahun 3000–2000 SM, kawasan Lembah Sungai
Indus dihuni oleh bangsa Dravida. Pada masa tersebut, bangsa
Dravida telah membangun sebuah kebudayaan yang maju.
Mereka telah mengenal tulisan gambar (
pictogram
), sistem tata
kota, dan sistem pemerintahan yang mengatur kehidupan
masyarakatnya dengan peraturan-peraturan. Mereka telah
mampu membangun kota-kota di kawasan Lembah Sungai
Indus.
Sisa-sisa peninggalan sejarah bangsa Dravida dapat dilacak di
sebuah situs (lokasi) peninggalan sejarah yang dinamakan
Mohenjo-Daro dan Harappa yang terletak di Larkana, Pakistan.
Situs tersebut ditemukan sekitar tahun 1920-an oleh seorang
A.
Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan,
dan Pemerintahan Masa Hindu–Buddha
di Asia, serta Persebarannya
Wawasan Sosial
Kata
Hindustan
berasal dari
kata
Hindu
. Hindu merupakan
suatu sebutan yang sejak
ribuan tahun Sebelum Masehi
telah digunakan oleh bangsa-
bangsa di sekitar Hindustan
untuk menyebut orang-orang
yang tinggal di kawasan
Hindustan. Kata Hindu sendiri
diperkirakan berasal dari kata
Indus (sungai).
Gambar 7.1
Celah Kaiber di Pakistan
Sumber:
Microsoft Student 2006
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
184
Gambar 7.3
Peta lokasi pusat-pusat
kebudayaan Mohenjo-Daro.
Sumber:
Atlas Dunia Buana Raya
ilmuwan Inggris yang bernama Sir John Marshall. Mohenjo-
Daro dan Harappa memiliki luas sekitar 200 hektar.
Mohenjo-Daro dan Harappa diperkirakan merupakan kota besar
pada zaman logam. Pada bagian tengah situs tersebut,
ditemukan pondasi dan reruntuhan beberapa bangunan yang
diperkirakan merupakan pusat pemerintahan, sekolah,
lumbung, dan pemandian umum.
Di sekitar situs tersebut juga ditemukan banyak pondasi dan
reruntuhan bangunan yang lebih kecil, diperkirakan
merupakan sisa-sisa rumah penduduk. Di antara bangunan-
bangunan tersebut, ada jalan-jalan yang lebar dan rata, serta
lurus. Kebudayaan bangsa Dravida tersebut dikenal dengan
sebutan kebudayaan Mohenjo-Daro dan Harappa.
a. Perkembangan Kebudayaan dan Agama Hindu di Hindustan
Perkembangan kebudayaan dan agama Hindu bermula dari
terjadinya perpindahan bangsa Arya ke kawasan Hindustan
pada abad ke-15 SM secara bergelombang dalam kelompok-
kelompok besar melalui Celah Kaiber.
Karena perpindahan bangsa Arya tersebut, terjadilah
percampuran kebudayaan antara bangsa Arya dengan
bangsa Dravida. Kebudayaan yang baru tersebut kemudian
dinamakan
kebudayaan Weda
.
Sumber ajaran agama Hindu terdapat pada kitab Weda yang
ditulis dalam empat bagian (
samhitu
), yaitu sebagai berikut.
1) Rigweda, berisi syair pujian kepada dewa.
2) Samaweda, berisi nyanyian pada waktu melaksanakan
upacara Rigweda.
3) Yajurweda, berisi doa-doa yang diucapkan pada waktu
upacara dengan diiringi penyajian Rigweda dan nyanyian
Samaweda.
4) Atharwaweda, berisi mantra-mantra yang digunakan
untuk berbagai keperluan, seperti sihir dan ilmu gaib.
Tugas Bersama
Tunjukkan bukti-bukti bahwa
bangsa Dravida sudah maju
peradabannya!
Lakukan diskusi dengan temanmu
sebangku!
Gambar 7.2
Situs Mohenjo-Daro dan
Harappa di Pakistan.
Sumber:
Microsoft Student 2006
Peradaban Masa Hindu–Buddha
185
Seiring dengan semakin banyaknya bangsa Arya yang pindah
ke Hindustan, maka kebudayaan Weda berkembang pesat
di kawasan Sungai Indus. Kemudian, karena jumlah
penduduk yang semakin bertambah, sebagian penduduk
mulai berpindah ke kawasan timur di sekitar Sungai Gangga
dan Yamuna.
Bangsa Arya yang menguasai kawasan tersebut berusaha
keras menjaga kekuasaannya agar posisinya tetap berada di
atas bangsa Dravida. Untuk kepentingan tersebut, mereka
kemudian membagi masyarakat dalam kelas-kelas yang
disebut
kasta
. Sistem kasta membagi masyarakat menjadi
beberapa kelas berdasarkan pekerjaan dan kekayaan. Kasta
seseorang menentukan hak dan kewajiban mereka dalam
kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena itu, dapat dipastikan bangsa Arya akan
menempatkan diri pada kasta-kasta yang tinggi, sedangkan
bangsa Dravida ditempatkan pada kasta-kasta yang rendah.
Semula, ada empat kasta dalam kehidupan masyarakat,
yakni sebagai berikut.
1) Kasta brahmana, terdiri atas para pendeta dan orang-
orang pintar.
2) Kasta ksatria, terdiri atas orang-orang yang duduk di
pemerintahan, tentara, raja, dan keluarga raja.
3) Kasta waisya, terdiri atas para petani dan pedagang.
4) Kasta sudra, terdiri atas para buruh, tukang, dan pelayan.
Dalam perkembangannya, orang-orang bangsa Dravida
ternyata masih dapat berpindah kasta ke tingkat yang lebih
tinggi. Untuk itu guna lebih memperkuat posisinya dalam
masyarakat, bangsa Arya memunculkan kasta kelima untuk
bangsa Dravida, yakni kasta
paria
(artinya kaum buangan).
Orang-orang yang ada dalam kasta paria tidak diberi hak
apa pun dalam masyarakat dan mereka dipisahkan dari
kehidupan masyarakat.
Adanya sistem kasta dalam masyarakat menandai lahirnya
kebudayaan baru yang dinamakan kebudayaan Hindu.
Pemberlakuan sistem kasta ini kemudian diikuti oleh
berkembangnya kepercayaan yang menyembah banyak
dewa dan dewi (politeisme). Beberapa dewa sesembahan
mereka di antaranya adalah
Dewa Agni
(dewa api),
Dewa
Surya
(dewa matahari),
Dewa Bayu
(dewa angin),
Dewa Indra
(dewa perang),
Dewi Laksmi
(dewi keberuntungan),
Dewi
Saraswati
(dewi kesenian), dan
Dewa Ganesha
(dewa
pengetahuan).
Selain dewa dan dewi di atas, masih banyak dewa-dewi
lainnya. Namun, pada sekitar abad ke-7 SM, kebudayaan
Hindu menempatkan tiga dewa yang dianggap menempati
posisi paling tinggi, yakni
Dewa Brahma
sebagai pencipta
alam semesta,
Dewa Wisnu
sebagai pemelihara alam, dan
Dewa Syiwa
sebagai perusak alam. Ketiga dewa itu disebut
Trimurti.
Gambar 7.4
Piramida yang menun-
jukkan tingkat kasta
dalam agama Hindu.
Sumber:
Dokumen Penerbit
1
2
3
4
5
Keterangan:
1.
Brahmana
2.
Ksatria
3.
Waisya
4.
Sudra
5.
Paria
Tugas Mandiri
Bagaimanakah pendapatmu
tentang sistem kasta?
Sisi positif apakah yang dapat
diambil dari pengelompokan
masyarakat berdasarkan kasta?
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
186
Kepercayaan Hindu diajarkan secara turun-temurun melalui
syair atau nyanyian yang berisi pemujaan pada dewa dan
berbagai petunjuk kehidupan. Setelah berabad-abad,
berbagai ajaran tersebut dihimpun menjadi sebuah buku
yang dinamakan
Weda
yang artinya pengetahuan. Kitab
Weda ditulis dalam bahasa Sanskerta dengan huruf Pallawa.
Bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa hanya dapat diucapkan
dan dibaca oleh para brahmana. Karena itu, hanya brahmana
yang berhak untuk membaca Weda.
Masyarakat Hindu melaksanakan ajaran agamanya dengan
berbagai macam bentuk peribadatan. Ibadah yang paling
utama adalah menyembah dewa di kuil-kuil dan perayaan
hari-hari besar. Hari besar masyarakat Hindu antara lain
Rakhsa-Bandhan dan Navaratri.
Seiring dengan perkembangan masyarakat Hindu yang
pesat, kemudian terciptalah corak pemerintahan berbentuk
kerajaan. Munculnya kerajaan-kerajaan Hindu di kawasan
Hindustan sangat memengaruhi pola interaksi masyarakat
Hindu. Karena negara berkewajiban menyejahterakan
rakyatnya, maka kerajaan-kerajaan tersebut mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan menggalakkan
pertanian, peternakan, dan pembuatan barang-barang untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pada akhirnya, hasil
pertanian dan pembuatan barang, serta peternakan
mengalami kelebihan (
surplus
). Surplus ini mendorong
dilakukannya perdagangan dengan kerajaan-kerajaan lain,
termasuk dengan kawasan di luar Hindustan. Diperkirakan
dari perdagangan inilah awal tersebarnya kebudayaan dan
agama Hindu ke kawasan lain, termasuk Indonesia.
b . Perkembangan Agama Buddha di Hindustan
Pada abad ke-6 SM, di kawasan Lumbini, kaki Pegunungan
Himalaya (sekarang bagian dari wilayah negara Nepal), ada
sebuah kerajaan yang bernama Kapilawastu. Pada sekitar
tahun 563 SM, kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja
yang bernama Suddodhana. Pada tahun tersebut lahir
seorang putra Raja Suddodhana yang bernama Pangeran
Sidharta.
Sejak lahir, banyak
cenayang
dan pendeta yang meramalkan
bahwa Pangeran Sidharta akan menjadi seorang tokoh besar,
namun sebelumnya dia akan menerima berbagai kesusahan
dan penderitaan.
Untuk mencegah agar ramalan tersebut tidak menjadi
kenyataan, maka Pangeran Sidharta dikurung dalam istana
dan sama sekali tidak boleh keluar agar tidak menyaksikan
berbagai macam penderitaan dan kesusahan yang dialami
manusia.
Namun suatu hari di tahun 533 SM saat Pangeran Sidharta
berusia 29 tahun, ia berkesempatan untuk keluar istana dan
berjalan-jalan ke beberapa desa di sekitar istananya. Dalam
Gambar 7.5
(a) Dewa Brahma, (b)
Dewa Wisnu, (c) Dewa
Syiwa
Sumber:
Ensiklopedi Umum untuk
Pelajar
a
b
c
Peradaban Masa Hindu–Buddha
187
perjalanan itu, Pangeran Sidharta menyaksikan berbagai
macam hal yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Ada
jenazah manusia, orang tua yang sakit-sakitan, dan
orang-orang yang berpenyakit kulit. Oleh karena
terdorong oleh keingintahuannya, Pangeran Sidharta
memutuskan untuk meninggalkan istana dan segala
kemewahan yang dirasakannya sejak kecil. Ia kemudian
mengembara untuk mencari hakikat kehidupan yang
sesungguhnya.
Pada suatu hari di tahun 528 SM, Pangeran Sidharta tiba
di sebuah desa bernama Ghaya yang terletak di tepi
Sungai Gangga. Di bawah sebatang pohon kalpataru yang
rindang, ia bertapa. Pada suatu malam, ia merasa
mendapat pencerahan dan memahami hakikat
kehidupan yang sesungguhnya. Sejak itu ia menjadi
Buddha (artinya yang mendapat pencerahan). Sementara
tempatnya bertapa dinamakan
Bodhi Ghaya
dan pohon
yang menaunginya saat mendapat pencerahan
dinamakan
pohon bodhi.
Setelah mendapat pencerahan, Sidharta melanjutkan
pengembaraannya. Sidharta tiba di Taman Rusa yang terletak
di Desa Sarnath, Benares.
Di tempat itu, untuk pertama kalinya Sidharta berceramah
pada orang-orang dan mengajarkan hakikat kehidupan.
Inti ajaran Buddha berupa
Catur Aryasatyani
, maksudnya
empat kebenaran mulia. Adapun empat kebenaran mulia
tersebut adalah sebagai berikut.
1) Dalam kehidupan manusia, penderitaan lebih hebat
daripada kebahagiaan.
2) Penderitaan manusia timbul karena adanya hasrat untuk
hidup.
3) Hanya dengan usaha, maka penderitaan itu dapat
terhapus.
4) Cara mencapainya dapat dilakukan dengan menjalankan
delapan jalan utama (
astavida
).
Ajaran Buddha tidak mengenal sistem kasta. Semua pengikut
Buddha adalah sama kedudukannya dan semua wajib
mengamalkan ajaran-ajaran sang Buddha yang disebut
Dharma
.
Sepeninggal sang Buddha, agama Buddha terpecah menjadi
dua aliran, yaitu Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana.
Buddha Hinayana berarti kendaraan kecil, sedangkan
Buddha Mahayana berarti kendaraan besar.
Perbedaan pandangan antara aliran Hinayana dengan
Mahayana dalam hal keanggotaan sangha, cita-cita dan tujuan
akhir kehidupan manusia, serta perbedaan keyakinan
tentang masyarakat dewa.
Gambar 7.6
Patung Sidharta Gautama
yang sedang bersemedi.
Sumber:
Microsoft Student 2006
Tugas Mandiri
Mengapa Sidharta dinamakan
sebagai Buddha? Kemudian,
coba Berilah penjelasan secara
singkat inti ajaran agama Buddha!
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
188
c. Perkembangan Pemerintahan Masa Hindu-Buddha di
Hindustan
Seperti telah kamu pelajari sebelumnya, perkembangan
kebudayaan dan agama Hindu–Buddha berkembang dengan
pesat. Sedangkan masyarakat yang semakin beragam perlu
diatur dengan sistem pemerintahan yang dapat menyejahterakan
seluruh masyarakatnya. Maka, masyarakat Hindu–Buddha
pun mengenal sistem negara dalam bentuk kerajaan.
Kerajaan-kerajaan di kawasan Hindustan muncul di pusat-
pusat peradaban dan kebudayaan. Pada awalnya, kerajaan-
kerajaan tersebut saling memengaruhi satu sama lain.
Kemudian, antarkerajaan di kawasan tersebut mulai saling
menjatuhkan karena didorong oleh beberapa sebab, antara
lain keinginan untuk memperluas wilayah dan memakmurkan
masyarakatnya.
Dalam situasi seperti itu, ada sebuah kerajaan yang tampil
sebagai kerajaan yang paling berpengaruh dan memiliki
wilayah yang luas. Kerajaan tersebut adalah Kerajaan
Magadha yang terletak di Lembah Sungai Gangga, yakni di
Bihar, bagian selatan Hindustan. Kerajaan Magadha didirikan
oleh Mahapadma Nanda pada tahun 360 SM. Anak cucu
Mahapadma yang memimpin kerajaan tersebut kemudian
disebut Dinasti (keluarga) Nanda.
Pada tahun 326 SM, kawasan Hindustan berhasil dimasuki
oleh tentara dari Kerajaan Macedonia yang dipimpin
langsung oleh Raja Iskandar Agung (
Alexander the Great
).
Sejak itu, banyak kerajaan yang jatuh ke tangan pasukan
Macedonia, kecuali Magadha.
Dalam suasana kalut seperti itu, pada tahun 322 SM seorang
panglima yang bernama Chandragupta Maurya melakukan
pemberontakan. Chandragupta Maurya berhasil merebut
tahta dan mengakhiri kepemimpinan Dinasti Nanda. Sejak
itu, Magadha pun mulai dipimpin oleh Dinasti Maurya.
Kitab suci agama Buddha disebut
Tripitaka Kitab Tripitaka. terdiri
atas:
– Winayapittaka
(peraturan dan
hukum yang menentukan cara
hidup para pemeluknya).
– Sutrantapittaka
(wejangan-
wejangan sang Buddha).
– Abhidharmapittaka
(penjelas-
an dan kupasan mengenai
masalah keagamaan).
Wawasan Sosial
Gambar 7.7
Peta wilayah kekuasaan Dinasti Maurya pada masa pemerintahan
Ashoka.
Sumber:
Atlas Dunia Buana Raya
Peradaban Masa Hindu–Buddha
189
Pada masa pemerintahannya, Chandragupta Maurya
menetapkan Hindu sebagai agama resmi negara dan sangat
menekankan pembangunan sehingga kebudayaan dan
agama Hindu pun meningkat dengan pesat.
Chandragupta Maurya banyak membangun sarana umum
dan jalan-jalan yang menghubungkan berbagai tempat di
wilayah kekuasaannya.
Chandragupta Maurya kemudian menyerahkan tahta
kepada putranya yang bernama Bindusara pada tahun 298
SM. Pada masa pemerintahan Bindusara, wilayah kerajaan
bertambah luas lagi. Seperti ayahnya, Bindusara giat
melakukan penaklukan-penaklukan terhadap kerajaan lain.
Pada akhir pemerintahannya tahun 273 SM, seluruh
kawasan Hindustan Selatan telah menjadi bagian dari
wilayah Kerajaan Magadha.
Bindusara kemudian digantikan oleh putranya yang bernama
Ashoka. Ashoka melanjutkan kebijakan ayah dan kakeknya
untuk memperluas Kerajaan Magadha. Pada masa
pemerintahannya, dia berhasil memperluas wilayah kerajaan
hingga ke Afghanistan dan Nepal.
Pada tahun 261 SM, dalam sebuah penyerangan ke Kerajaan
Kalinga, Ashoka sadar bahwa kekerasan dan peperangan
hanya akan menghasilkan penderitaan bagi rakyat. Sejak itu,
Ashoka lebih memerhatikan rakyatnya. Dia kemudian
memeluk agama Buddha. Pada masa pemerintahannya,
agama Buddha mengalami masa keemasan di Hindustan.
Masa pemerintahan Ashoka kemudian banyak diisi dengan
penyebaran agama Buddha. Ashoka meningkatkan
kesejahteraan rakyat, persamaan hak, dan mengajarkan
rakyatnya untuk tidak melakukan kekerasan.
Setelah wafatnya Ashoka pada tahun 232 SM, kejayaan
Dinasti Maurya mulai memudar. Para penerusnya lebih
sering saling berebut kekuasaan daripada mengurusi rakyat.
Akibatnya, satu per satu wilayah kekuasaan Dinasti Maurya
melepaskan diri dan membentuk kerajaan baru. Raja terakhir
Dinasti Maurya yang bernama Brhadratha meninggal dalam
sebuah pemberontakan pada tahun 185 SM.
Setelah menghilangnya Dinasti Maurya, selama 500 tahun
kawasan Hindustan diduduki secara bergantian oleh bangsa
Macedonia, Kushan, dan Shaka. Namun pada abad ke-4 M,
muncul Dinasti Gupta yang didirikan oleh Ghatotkhaca.
Ghatotkhaca lebih dikenal dengan nama Chandra Gupta I.
Dinasti Gupta menetapkan Hindu sebagai agama negara.
Oleh karena itu, agama Hindu yang sempat memudar pada
masa Dinasti Maurya kembali mengalami kemajuan. Dinasti
ini berhasil memerintah India hingga sekitar dua abad.
Chandra Gupta I memerintah dari tahun 320–353 M.
Kemudian digantikan oleh putranya yang bernama
Samudera Gupta. Samudera Gupta wafat pada tahun 376
dan digantikan putranya, Chandra Gupta II. Pada masa
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
190
pemerintahan Chandra Gupta II, agama Hindu mengalami
masa keemasan di Hindustan. Hal ini tidak terlepas dari
terjadinya peningkatan perdagangan antara bangsa
Hindustan dengan Cina yang saat itu diperintah Dinasti
Khan, dan hubungannya dengan Romawi.
Perkembangan agama Hindu pada masa pemerintahan
Chandra Gupta II ditandai dengan kemajuan pesat dalam
bidang astronomi, matematika, dan sastra. Sebaliknya,
agama Buddha tidak pernah berkembang lagi di Hindustan
dan lebih banyak berkembang di luar kawasan tersebut.
2. Perkembangan Agama Buddha di Asia Timur
Pengaruh Buddha menyebar luas di kawasan Asia Timur, tetapi
tidak demikian untuk pengaruh Hindu. Buddha dikenal di Cina
mulai abad ke-1 M, sehingga pada akhirnya tersebar luas di
seluruh wilayah Cina. Selanjutnya, ajaran Buddha mulai dikenal
di Korea dan Jepang sehingga menjadikannya agama besar di
kedua wilayah tersebut.
a. Persebaran Agama Buddha di Cina
Agama Buddha mulai dikenal di Cina pada masa
pemerintahan Dinasti Han. Masuknya agama Buddha ke
Cina tidak terlepas dari hubungan perdagangan antara
Hindustan dengan Cina yang berjalan lancar dan pesat.
Sebelum masuk agama Buddha, bangsa Cina menganut
kepercayaan
Konfusianisme
dan
Taoisme
yang diajarkan oleh
Kong Fu Tze dan Lao Tze. Karena itu, pada awal masuknya
agama Buddha ke Cina, tidak banyak orang Cina yang
menjadi pengikut Buddha.
Agama Buddha mencapai masa keemasan di Cina saat
pemerintahan Dinasti Tang pada abad ke-7 hingga abad ke-10.
Dinasti Tang menetapkan Buddha sebagai agama negara.
Pada masa kekuasaan Dinasti Tang ini, kaisar-kaisar Dinasti
Tang sering mengirimkan para pelajar untuk belajar agama
Buddha ke Hindustan. Karenanya, jalur perdagangan yang
semula telah ramai semakin bertambah ramai. Masa
keemasan Buddha di Cina ini ditandai munculnya banyak
sangha.
b . Persebaran Agama Buddha di Jepang
Sebelum mengenal agama Buddha, bangsa Jepang telah
memiliki kepercayaan sendiri yang disebut
Shinto
. Shinto
adalah agama yang mengajarkan penyembahan pada Dewa
Matahari yang mereka namakan
Amaterasu Omikami
.
Sejarah penyebaran Buddha di Jepang dimulai pada tahun
592 M, yaitu pada masa pemerintahan kaisar Suiko. Kaisar
Suiko mengangkat Pangeran Shotoku sebagai perdana
menteri yang berkuasa penuh untuk mengatur Jepang.
Pangeran Shotoku sebagai pelaksana pemerintahan berusaha
meningkatkan hubungan perdagangan dengan Cina.
Tugas Mandiri
Jelaskan latar belakang masuk-
nya agama Buddha di Cina!
Gambar 7.8
Patung Lao Tze me-
nunggang kerbau.
Sumber:
Ensiklopedi Umum untuk
Pelajar
Peradaban Masa Hindu–Buddha
191
Kemudian, pada tahun 594 M dia mengirim delegasi ke Cina.
Ternyata pada saat pulang ke Jepang, delegasi tersebut juga
membawa beberapa orang rahib Buddha dari Cina. Pangeran
Shotoku sendiri kemudian memeluk agama Buddha. Sejak
itu, agama Buddha mulai berkembang di Jepang dan
mencapai puncaknya pada zaman Dinasti Nara yang
menetapkan Buddha sebagai agama resmi negara.
3. Perkembangan Kebudayaan, Agama, dan Pe-
merintahan Masa Hindu–Buddha di Asia Tenggara
Negara-negara di kawasan Asia Tenggara tidak luput juga dari
pengaruh Hindu–Buddha yang dibawa oleh para pedagang dari
India.
a. Persebaran Kebudayaan dan Agama Hindu–Buddha di Asia
Tenggara
Seperti halnya penyebaran agama Buddha ke Cina,
persebaran agama dan kebudayaan Hindu–Buddha ke Asia
Tenggara juga diawali oleh perdagangan. Perdagangan antara
kawasan Asia Tenggara telah berlangsung sejak zaman
logam. Ini terbukti melalui penemuan sejumlah barang-
barang bercorak Buddha yang ditemukan di Ban Don Ta
Phet, Thailand. Barang-barang perunggu yang ditemukan
tersebut bercorak Buddha India dan diperkirakan berasal
dari sekitar abad ke-4 SM.
Hubungan dagang antara Asia Tenggara dengan India marak
dilakukan karena adanya perbedaan komoditas (barang
dagangan) antara India dengan Asia Tenggara. Sejumlah
sumber menyebutkan bahwa para pedagang India terbiasa
berlayar ke Indonesia untuk membeli rempah-rempah dan
menukarnya dengan kain yang mereka bawa dari
Hindustan.
Kata
Shinto
berarti jalan para
dewa, pemujaan para dewa,
pengajaran para dewa, atau
agama para dewa. Dalam agama
Shinto dikenal istilah
tennoisme
,
yaitu keyakinan bahwa kaisar
Jepang (
tenno
) merupakan ke-
turunan Dewi Matahari,
Amaterasu
Omikami.
Wawasan Sosial
Gambar 7.9
Jalur pelayaran antara India–Indonesia–Cina pada awal Masehi.
Sumber:
Atlas Dunia Buana Raya
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
192
Mereka menggunakan jalur pantai timur Sumatra dan
berlabuh di pelabuhan-pelabuhan yang ada di sepanjang
pantai timur Sumatra tersebut. Setelah itu, mereka biasanya
melanjutkan perjalanan ke Cina dan kembali ke India
melalui rute yang sama.
Hubungan perdagangan tersebut lambat laun mulai
berimbas pada kebudayaan. Para pedagang Asia Tenggara
melihat bahwa India memiliki kebudayaan yang telah maju
apabila dibandingkan dengan kebudayaan mereka.
Karena terdorong untuk maju seperti halnya India, maka
para pedagang tersebut mempelajari kebudayaan India dan
mengajarkannya di tanah asalnya. Salah satu aspek yang
mereka pelajari adalah agama Hindu dan Buddha.
Sejak saat itu, mulailah agama Hindu dan Buddha dikenal
di kawasan Asia Tenggara. Masuknya pengaruh agama Hindu
dan Buddha akhirnya menyebabkan perubahan kebudayaan
di Asia Tenggara. Kebudayaan masyarakat di Asia Tenggara
mulai dimasuki unsur Hindu dan Buddha. Kebudayaan
bercorak Hindu dan Buddha tersebut akhirnya memengaruhi
kehidupan masyarakat Asia Tenggara, terutama di bidang
politik, ekonomi, dan sosial.
b . Perkembangan Pemerintahan Masa Hindu–Buddha di Asia
Tenggara
Perubahan politik dapat dilihat dari bermunculannya
kerajaan-kerajaan Hindu–Buddha di kawasan Asia Tenggara.
Perlu diketahui, sebelum adanya pengaruh agama dan
kebudayaan Hindu dan Buddha, masyarakat di Asia
Tenggara tidak mengenal sistem pemerintahan yang
berbentuk kerajaan.
Pada masa sebelum masuknya pengaruh Hindu dan Buddha,
masyarakat di Asia Tenggara hidup di desa-desa dengan
jumlah penduduk terbatas. Pola kepemimpinan yang dikenal
masyarakat ketika itu adalah kepemimpinan yang diberikan
oleh seseorang yang dianggap penting di antara mereka, yaitu
semacam kepala suku. Para kepala suku tersebut tidak
dijabat secara turun temurun, namun dipilih secara
musyawarah.
Dalam agama Hindu dan Buddha, peran seorang raja sangat
kuat dan dominan. Posisi raja sangat dikeramatkan, bahkan
terkadang seorang raja dianggap sebagai keturunan dewa
atau titisan dewa. Diperkirakan posisi raja sangat dibutuhkan
oleh para kepala suku untuk lebih memperkuat posisinya
di tengah masyarakat.
Upaya kepala suku dengan mengundang para brahmana
Hindu agar datang dan mengajarkan agama Hindu kepada
penduduknya merupakan salah satu cara agar penduduknya
masuk agama Hindu dan posisinya sebagai pemimpin
berubah menjadi raja.
Tugas Mandiri
Apakah peranan perdagangan
bagi persebaran Hindu–Buddha
di Asia Tenggara?
Peradaban Masa Hindu–Buddha
193
Bersamaan dengan berkembangnya hubungan dagang antara
India dengan Indonesia, maka masuk pula agama dan kebudayaan
Hindu–Buddha ke Indonesia. Pembawa dan penyebar agama dan
kebudayaan Hindu ke Indonesia adalah kaum brahmana.
Sedangkan berita tentang masuknya agama Buddha di Indonesia
bersumber dari pendeta Buddha Cina Fa-Hien
1. Peta Jalur Masuk dan Berkembangnya Hindu–
Buddha di Indonesia
Penyebaran Hindu–Buddha dari India ke Indonesia berkaitan
erat dengan perdagangan yang berlangsung pada waktu itu.
Agama dan budaya Hindu–Buddha dibawa ke Indonesia oleh
para pedagang dan pendeta dari India atau Cina melalui jalur
darat dan jalur laut.
a. Melalui Jalur Darat
Jalur darat dilakukan dengan menumpang para kafilah pada
jalur jalan sutera, yaitu dari Hindia ke Tibet hingga sampai
Cina, Korea, dan Jepang. Ada juga yang melakukan
perjalanan dari Hindia Utara ke Bangladesh, Myanmar,
Thailand, Semenanjung Malaya, kemudian berlayar ke
Indonesia.
b . Melalui Jalur Laut
Para penyebar agama dan budaya Hindu–Buddha datang
ke Indonesia melewati jalur mengikuti rombongan para
pedagang yang berlayar dari Asia Selatan ke Asia Timur. Rute
yang dilalui yaitu dari Hindia menuju Myanmar, Thailand,
Semenanjung Malaya, Indonesia, Kamboja, Vietnam, Cina,
Korea, dan Jepang. Ada pula yang langsung berlayar ke
Indonesia.
Gambar 7.10
Peta jalur masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu–Buddha
di Indonesia.
B.
Persebaran Unsur-Unsur Kebudayaan
dan Agama Hindu–Buddha di Indonesia
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
194
2. Peta Daerah yang Dipengaruhi Unsur Hindu–Buddha
di Indonesia sampai Abad ke-14
Pengaruh agama dan kebudayaan Hindu–Buddha dari India
terhadap agama dan kebudayaan Indonesia sangat kuat.
Masuknya unsur-unsur Hindu–Buddha ke Indonesia
berlangsung secara bertahap dan berkelanjutan. Hampir semua
wilayah di Indonesia menerima pengaruhnya.
a. Daerah-Daerah yang Dipengaruhi Unsur Buddha
Unsur Buddha di Indonesia dibuktikan dengan ditemukannya
peninggalan berupa arca perunggu Buddha di daerah
Sempaga (Sulawesi Selatan) yang mempunyai kesamaan
dengan arca di Amarawati (India). Arca sejenis ditemukan
pula di daerah Jember (Jawa Timur) dan Bukit Siguntang
(Sumatra Selatan).
Selain itu ditemukan arca di Kota Bangun (Kutai, Kalimantan
Timur) yang mempunyai kemiripan dengan arca di
Ghandara (India).
Pengaruh Buddha berlangsung pesat pada abad ke-7 sampai
abad ke-9. Daerah-daerah yang mendapat pengaruh Buddha
meliputi Kerajaan Melayu, Mataram, Singasari, dan
Majapahit.
b . Daerah-Daerah yang Dipengaruhi Unsur Hindu
Dengan ditemukan tujuh buah yupa di Kerajaan Kutai
Kalimantan Timur dan tujuh buah prasasti yang ditemukan
dari Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat berhuruf Pallawa,
maka diperkirakan kebudayaan Hindu yang menyebar
berasal dari India Selatan.
Pengaruh agama dan kebudayaan Hindu berkembang di
Kerajaan Ho-ling, Mataram, Kanjuruhan, Kediri, Singasari,
Majapahit, Sunda, dan Bali.
Gambar 7.11
Peta daerah di Indonesia yang dipengaruhi dan tidak dipengaruhi unsur Hindu–Buddha.
Tugas Mandiri
Berikan pendapatmu mengenai
pengaruh dari kegiatan per-
dagangan yang dijalani Indone-
sia dengan India!
Peradaban Masa Hindu–Buddha
195
Hubungan India dengan Indonesia pada awalnya merupakan
hubungan dagang, maka persebaran unsur-unsur Hindu dan
Buddha pun diawali dari daerah pantai yang memiliki
pelabuhan. Masyarakat di pelabuhan mulai tumbuh sebagai
pemeluk Hindu dan Buddha, sehingga ajaran Hindu–Buddha
ikut memengaruhi kebudayaan masyarakat setempat.
Masuknya agama dan budaya Hindu–Buddha juga yang
sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat di
Indonesia. Agama Hindu mempunyai pengaruh besar terhadap
struktur masyarakat dan stratifikasi sosial. Agama Hindu
membagi masyarakat menjadi empat kasta yang masing-masing
berbeda kedudukan dan derajat sosialnya. Dengan demikian
masyarakat Indonesia mengenal sistem kasta yang membagi
masyarakat menjadi kelompok-kelompok sosial yang hidup
terpisah.
Aspek ilmu pengetahuan bangsa Indonesia juga mengalami
perubahan, di mana setelah masuknya agama Hindu dan
Buddha bangsa Indonesia menjadi kenal huruf Pallawa dan
bahasa Sanskerta. Dikenalnya tulisan ini merupakan babak baru
yang membawa bangsa Indonesia memasuki masa sejarah.
Setelah bangsa Indonesia mengenal tulisan dan bahasa
Sanskerta, maka pertumbuhan dan perkembangan masyarakat
serta kebudayaanya semakin cepat. Struktur masyarakat mulai
berkembang lebih teratur dan terorganisasi. Masyarakat yang
dulunya hanya merupakan kelompok-kelompok masyarakat
yang dikepalai oleh kepala-kepala suku, mulai mengenal sistem
pemerintahan dalam bentuk kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu–Buddha.
C.
Pengaruh Hindu–Buddha terhadap
Perkembangan Masyarakat
Gambar 7.12
Peta persebaran dan pusat kerajaan Hindu dan Buddha yang pernah ada di Indonesia.
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
196
Perkembangan agama dan kebudayaan Hindu–Buddha di
kawasan Indonesia berimbas pada corak pemerintahan.
Kerajaan-kerajaan Hindu–Buddha berdiri dan mulai
memainkan peranan dalam kehidupan masyarakat Indonesia
ketika itu. Pada subbab ini, kita akan mempelajari beberapa
kerajaan Hindu dan Buddha yang pernah ada di Indonesia.
1. Kerajaan Kutai
Keberadaan Kerajaan Kutai dapat terlacak dengan ditemukannya
prasasti berupa tulisan dalam bahasa Sanskerta dengan huruf
Pallawa yang dipahatkan pada tujuh monumen batu. Monumen
batu tersebut dinamakan
yupa
, yang ditemukan di tepi hulu
Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
Berdasarkan isi tulisan, yupa-yupa tersebut dibuat oleh para
brahmana Hindu yang tinggal di Kutai sebagai tanda terima
kasih pada seorang raja bernama
Mulawarman
yang telah
menghadiahkan 20.000 ekor sapi pada mereka. Beberapa yupa
lainnya kemudian mengisahkan bahwa Raja Mulawarman
adalah putra Raja Aswawarman dan cucu dari Kudungga.
Penemuan tujuh yupa yang menceritakan seorang raja Hindu
membuktikan bahwa pada masa tersebut, pengaruh Hindu
telah masuk dan kuat di Indonesia. Dengan penemuan tersebut,
masyarakat Kutai pada masa itu pun sudah dapat dipastikan
memeluk agama Hindu, karena rakyat biasanya mengikuti
kepercayaan pemimpinnya. Sebagai masyarakat Hindu, sudah
pasti masyarakat Kutai juga memberlakukan sistem kasta dalam
kehidupan kemasyarakatan sehari-hari.
2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang pada zaman
yang sama dengan Kerajaan Kutai, yakni pada abad ke-5 M.
Keberadaan kerajaan ini dapat terlacak dengan ditemukannya
tujuh buah prasasti. Lima di antara tujuh prasasti tersebut
ditemukan di Bogor, yakni Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon
Kopi, Prasasti Pasir Jambu, Prasasti Pasir Awi, dan Prasasti Muara
Cianten. Sementara itu, Prasasti Tugu ditemukan di Cilincing,
Jakarta, dan Prasasti Lebak ditemukan di Banten.
a. Prasasti Tugu
Prasasti terpanjang dan terpenting adalah Prasasti Tugu yang
mengisahkan dilakukannya pembangunan saluran
pengairan sepanjang 6.112 tombak (sekitar 12 km) atas
perintah Raja Purnawarman. Saluran air tersebut kemudian
diberi nama
gomati.
Pembangunan saluran tersebut
dilaksanakan pada tahun ke-22 pemerintahan Raja
Purnawarman dan dapat diselesaikan selama 21 hari. Selain
saluran gomati, prasasti tersebut juga menceritakan tentang
pembangunan saluran
chandrabhaga
.
Gambar 7.13
Peta lokasi Kerajaan
Kutai.
Nama
Taruma
dihubungkan
dengan nama Citarum, karena
beberapa prasasti dari Kerajaan
Tarumanegara ditemukan di
sekitar Sungai Citarum di Jawa
Barat.
Wawasan Sosial
D.
Pengaruh Hindu–Buddha terhadap
Sistem Pemerintahan
Peradaban Masa Hindu–Buddha
197
b . Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun menggambarkan dua telapak kaki dengan
tulisan Pallawa berbahasa Sanskerta. Arti tulisan tersebut
kurang lebih berbunyi:
“Dua telapak kaki yang seperti telapak kaki Dewa Wisnu ini
adalah telapak kaki milik Yang Mulia sang Purnawarman,
raja negara Taruma yang paling gagah di dunia”.
c. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti Kebon Kopi ditemukan di Cibungbulang, Bogor.
Prasasti ini menggambarkan dua telapak kaki gajah yang
dinyatakan sebagai tapak kaki Airawata (gajah kendaraan
Dewa Wisnu). Isi prasasti tersebut sebagian tidak dapat
dibaca karena ada bagian-bagian yang telah usang.
d. Prasasti Jambu
Prasasti ini disebut juga Prasasti Pasir Koleangkak, terletak
di daerah perkebunan jambu, berjarak 30 km sebelah barat
Bogor. Prasasti ini mengisahkan kehebatan Raja Purnawarman.
e. Prasasti Lebak
Prasasti Lebak memiliki kemiripan model tulisan dengan
Prasasti Tugu. Prasasti Lebak yang ditemukan pada tahun
1947 isinya menggambarkan tentang keagungan dan
kebesaran Raja Purnawarman.
Selain prasasti yang telah disebutkan, ditemukan juga arca-
arca sebagai bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara,
antara lain Arca Rajasari, Arca Wishnu Cibuaya I, dan Arca
Wishnu Cibuaya II. Selain dari prasasti-prasasti dan arca,
juga diperoleh berita luar negeri dari Fa Hien, seorang Cina
yang beragama Buddha.
Berdasarkan berita dari catatan Fa Hien, diketahui bahwa
penduduk Tarumanegara ada yang beragama Buddha,
namun agama mayoritas penduduknya adalah Hindu.
3. Kerajaan Mataram Kuno
Ada banyak sumber berita yang menceritakan keberadaan
Kerajaan Mataram Kuno. Sumber yang berupa peninggalan
tertulis, di antaranya Prasasti Canggal (732 M), Prasasti Kalasan
(778 M), Prasasti Karang Tengah (824 M), Prasasti Argapura (863
M), dan Prasasti Kedu (907 M). Sumber-sumber lainnya berupa
dongeng-dongeng yang diceritakan secara turun-temurun. Ada
satu dongeng yang dibukukan, yakni Babad Parahyangan, serta
cerita-cerita dari luar negeri.
Prasasti Canggal yang bertahun 732 M ditemukan pada sebuah
bangunan lingga yoni di Gunung Wukir. Prasasti tersebut
berhuruf Pallawa dengan bahasa Sanskerta. Berdasarkan prasasti
tersebut, raja yang bernama Sanjaya membangun lingga yoni
sebagai penghormatan kepada Dewa Syiwa. Dapat disimpulkan
bahwa Raja Sanjaya dan sebagian besar rakyatnya beragama
Hindu.
Tugas Mandiri
Sebutkan hal-hal penting yang
dicatat Fa Hsien tentang Taruma-
negara!
Gambar 7.14
Prasasti Ciaruteun
(Ciampea, Bogor) yang
sebelumnya dikenal
dengan nama Prasasti
Ciampea.
Sumber:
Ensiklopedi Umum untuk
Pelajar
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
198
Kitab Babad Parahyangan menceritakan bahwa Sanjaya adalah
keponakan dari seorang pangeran yang bernama Sanna.
Dikisahkan bahwa Pangeran Sanna berperang dengan Raja
Purbasora dari Galuh (sekarang kita mengenalnya sebagai
Ciamis). Karena kalah, Sanna lalu menyingkir ke Gunung
Merapi. Kemudian, di kawasan Gunung Merapi tersebut dia
membangun kerajaan baru. Raja pengganti Sanna, yakni
Sanjaya kembali ke Galuh dan membalas kekalahan Sanna
kepada Raja Purbasora. Berdasarkan hal tersebut, maka anak
cucu Sanjaya yang memerintah di Mataram Lama kemudian
disebut Dinasti Sanjaya.
Selain itu, Sanjaya dikisahkan memiliki wilayah kekuasaan yang
luas, bahkan hingga ke negeri Kamboja. Hal tersebut diceritakan
oleh tiga sumber yang berbeda, yakni Babad Parahyangan, Abu
Zayd (seorang pengembara dari Arab), dan sebuah prasasti di
Thailand. Diceritakan bahwa Dinasti Sanjaya yang merupakan
penganut Hindu menyerang Kerajaan Chenla yang beragama
Buddha di Kemir (Khmer/Kamboja). Peperangan berakhir
dengan kekalahan Chenla, kemudian raja Chenla yang bernama
Jayawarman dibawa ke Mataram sebagai tawanan. Raja
Jayawarman kemudian dibebaskan dan diberi sebidang tanah
di Mataram. Di kemudian hari, keluarga Raja Jayawarman
tersebut justru lebih berpengaruh daripada keluarga Sanjaya.
Mereka pun dapat menguasai Jawa dan membangun dinasti
baru, yakni Dinasti Syailendra. Dinasti Syailendra terkenal
karena salah satu peninggalannya, yakni Candi Borobudur.
Dinasti Syailendra yang beragama Buddha akhirnya lebih
mendominasi pemerintahan. Sehingga, Mataram diperintah
oleh dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra.
Wilayah Mataram pun terbagi dua, wilayah utara diperintah
oleh Dinasti Syailendra dan wilayah selatan diperintah oleh
Dinasti Sanjaya.
Gambar 7.15
Kompleks Candi Dieng di
Wonosobo, Jawa Tengah
merupakan peninggal-
an Candi Hindu pada
masa Kerajaan Mataram
Kuno.
Sumber:
Impact Postcards
Gambar 7.16
Candi Borobudur, peninggalan Dinasti Syailendra.
Sumber:
Impact Postcards
Peradaban Masa Hindu–Buddha
199
Kemudian, dua dinasti tersebut dapat dipersatukan dengan
pernikahan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya yang beragama
Hindu dengan Pramodhawardhani dari Dinasti Syailendra yang
beragama Buddha. Rakai Pikatan memengaruhi istrinya untuk
menuntut hak tahta Dinasti Syailendra dari Raja Balaputradewa
(adik Pramodhawardhani), sehingga perang saudara terjadi.
Balaputradewa akhirnya kalah dan lari ke Sumatra. Dengan
begitu, pemerintahan Mataram kembali dipersatukan di bawah
Dinasti Sanjaya. Hal tersebut membuktikan walaupun rakyat
Mataram Kuno berbeda agama (Hindu dan Buddha), namun
memiliki toleransi yang tinggi.
Berdasarkan Prasasti Kedu bertahun 907 M yang dikeluarkan
oleh Raja Rakai Watuhura Dyah Balitung, dapat diketahui nama-
nama raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram Kuno.
Raja-raja itu berturut-turut yakni Raja Sanjaya, Rakai
Panangkaran, Rakai Panunggulan, Rakai Warak, Rakai Garung,
Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, dan
Rakai Watuhura Dyah Balitung.
Sepeninggal Dyah Balitung, Mataram Kuno mengalami
kemunduran dan berturut-turut diperintah oleh raja-raja yang
lemah seperti Daksotama, Dyah Tulodong, dan yang terakhir
Dyah Wawa. Raja Dyah Wawa memiliki perdana menteri
sekaligus menantunya bernama Mpu Senduk yang pada
akhirnya mengambil alih tahta dan memindahkan ibu kota
kerajaan ke Jawa Timur. Setelah itu, riwayat Kerajaan Mataram
Kuno berakhir.
4. Kerajaan Medang Kamulan, Kahuripan, dan Kediri
Seperti telah kamu ketahui, riwayat Kerajaan Mataram Kuno
berakhir setelah Mpu Senduk mengambil alih tahta dan
memindahkan ibu kota kerajaan ke Medang Kamulan. Sebagai
raja, Mpu Senduk diberi gelar Sri Isyana, sehingga keluarganya
disebut Dinasti Isyana.
Selanjutnya, Medang Kamulan diperintah oleh cucu Mpu
Senduk yang bernama Dharmawangsa. Karena ingin menguasai
jalur perdagangan di Selat Malaka, maka pada tahun 1003
Dharmawangsa menyerang Kerajaan Sriwijaya. Namun
serangan tersebut tidak berhasil, bahkan Sriwijaya dapat
membalas hingga Kerajaan Medang Kamulan pun runtuh.
Pada saat Medang Kamulan diserang oleh Kerajaan Sriwijaya,
salah seorang menantu Dharmawangsa yang bernama Airlangga
berhasil melarikan diri ke hutan bersama pengikutnya yang
setia, Narottama. Setelah hidup mengembara di hutan dan
mendapat gemblengan dari para brahmana, pada tahun 1019
Airlangga dinobatkan menjadi raja. Selanjutnya dia
memindahkan ibu kota kerajaan ke Kahuripan. Sampai pada
akhirnya, pemerintahan dinasti berakhir.
Dari perjalanan kisah Kerajaan
Mataram Kuno, tunjukkan bukti-
bukti adanya toleransi antara
umat Hindu dan Buddha!
Diskusikan dengan teman
semejamu!
Tugas Bersama
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
200
Airlangga meninggal pada tahun 1049 M. Untuk menghindari
perang saudara, kerajaan dibagi dua untuk dua putra Airlangga,
yakni Kerajaan Kahuripan dengan ibu kota Janggala dan
Kerajaan Kediri dengan ibu kota Daha. Raja Kahuripan adalah
Mapanji Garasakan dan raja Kediri yaitu Sri Samarawijaya.
Kemudian, keduanya terlibat perang saudara. Perang saudara
tersebut tampaknya berlangsung hingga bertahun-tahun.
Terbukti setelah itu, tidak ada lagi prasasti atau sumber berita
yang menceritakan kedua kerajaan tersebut.
Namun, pada tahun 1116 di Kediri muncul seorang raja
bernama Sri Bameswara yang memerintah hingga tahun 1134.
Sri Bameswara kemudian digantikan oleh Raja Jayabaya
memerintah hingga tahun 1159 M. Setelah itu, berturut-turut
Kediri diperintah oleh Sri Sarweswara (1159–1170), Sri
Aryaswara (1170–1180), Sri Gandra (1181–1182), dan Sri
Kameswara (1182–1185).
Tahun 1185, Kertajaya naik tahta menggantikan Sri Kameswara.
Pada masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya
dengan para brahmana. Pertentangan terjadi karena Kertajaya
ingin disembah sebagai dewa, sehingga para brahmana marah
dan menganggapnya telah melanggar ajaran agama Hindu yang
mereka anut. Kemudian para brahmana melarikan diri ke
Tumapel. Mereka meminta perlindungan kepada bupati
Tumapel yang saat itu dijabat oleh Ken Arok. Ken Arok
kemudian melindungi para brahmana dan hal tersebut
membuat Raja Kertajaya murka. Maka pada tahun 1222, Raja
Kertajaya pun menyerang Tumapel. Dalam sebuah pertempuran
di Kota Ganter, Raja Kertajaya terbunuh. Peristiwa itu menandai
berakhirnya riwayat Kerajaan Kediri.
5. Kerajaan Singasari
Setelah berakhirnya riwayat Kerajaan Kediri, di Pulau Jawa tidak
ada kerajaan yang mengatur dan memimpin rakyat. Melihat
hal tersebut, Ken Arok segera memproklamasikan berdirinya
Kerajaan Singasari. Wilayah-wilayah yang sebelumnya
merupakan bagian dari Kerajaan Kediri segera diambil alih. Ken
Arok pun menduduki tahta sebagai raja Singasari yang pertama.
Sebelum menjadi raja, Ken Arok menduduki jabatan bupati
Tumapel setelah membunuh bupati Tumapel sebelumnya,
yakni Tunggul Ametung dengan keris buatan Mpu Gandring.
Mpu Gandring sendiri tewas dibunuh Ken Arok dengan keris
yang sama. Selain mengambil jabatan Tunggul Ametung, Ken
Arok juga menikahi istri Tunggul Ametung yang bernama Ken
Dedes.
Saat dinikahi oleh Ken Arok, Ken Dedes sedang mengandung
tiga bulan dari hasil perkawinan sebelumnya dengan Tunggul
Ametung. Kemudian, Ken Dedes melahirkan anak tersebut dan
diberi nama Anusapati. Kemudian dari pernikahannya dengan
Gambar 7.17
Arca Raja Airlangga di
Candi Belahan. Arca ini
kini disimpan di
Museum Trowulan.
Sumber:
Ensiklopedi Umum untuk
Pelajar
Peradaban Masa Hindu–Buddha
201
Ken Arok, Ken Dedes melahirkan Mahisa Wong Ateleng.
Selanjutnya, Ken Arok menikah lagi dengan Ken Umang dan
mempunyai anak yang diberi nama Tohjaya.
Sebagai raja, Ken Arok bergelar
Sri Ranggah Rajasa
Amurwabhumi
. Dengan begitu, anak cucunya yang selanjutnya
memerintah Singasari disebut Dinasti Rajasa. Ken Arok hanya
sempat memerintah selama 5 tahun. Pada tahun 1227, Ken Arok
dibunuh oleh Anusapati sebagai pembalasan dendam atas
peristiwa pembunuhan Tunggul Ametung oleh Ken Arok. Ken
Arok dibunuh dengan keris yang sebelumnya digunakan untuk
membunuh Tunggul Ametung.
Kemudian Anusapati naik tahta menjadi raja hingga akhirnya,
pada tahun 1248 M Anusapati dibunuh oleh Tohjaya pada suatu
arena sabung ayam dengan keris yang sebelumnya digunakan
untuk membunuh Ken Arok.
Selanjutnya, Tohjaya menduduki tahta menggantikan
Anusapati. Namun tidak lama kemudian, Tohjaya tewas
dibunuh oleh Ranggawuni, anak Anusapati. Ranggawuni pun
naik tahta bergelar
Sri Jaya Wisnuwardhana
. Untuk lebih
memperkuat pemerintahannya, ia mengangkat putra Mahisa
Wong Ateleng yang bernama Mahisa Campaka sebagai Ratu
Angabhaya.
Pada tahun 1254, Wisnuwardhana mengangkat putranya yang
bernama Kertanegara sebagai raja muda (
Yuvaraja
). Karena
Kertanegara masih kecil, pemerintahan masih dijalankan oleh
Wisnuwardhana sendiri.
Wisnuwardhana adalah satu-satunya raja Singasari yang tidak
mati terbunuh. Ia meninggal pada tahun 1268 dan Kertanegara
pun menggantikannya.
Sebagai raja, Kertanegara bergelar
Sri Maharajadiraja Sri
Kertanegara
. Kertanegara bercita-cita untuk mempersatukan
semua wilayah Nusantara di bawah kekuasaan Singasari. Untuk
tujuan tersebut, pada tahun 1275 Kertanegara mengirim utusan
dan pasukan ke Melayu (ekspedisi Pamalayu). Pengiriman
utusan tersebut bertujuan untuk mempererat hubungan dengan
Kerajaan Melayu, sekaligus untuk merebut jalur perdagangan
di Selat Malaka guna membendung Kerajaan Sriwijaya.
Kertanegara menganggap bahwa penguasaan Selat Malaka
sangat diperlukan untuk menahan kemungkinan adanya
serangan dari Mongol yang saat itu diperintah oleh Kaisar Kubilai
Khan.
Kaisar Kubilai Khan saat itu memang sedang giat memperluas
kerajaannya. Berkali-kali ia mengirim utusan kepada
Kertanegara agar tunduk pada kekuasaan Mongol. Tercatat
bahwa tahun 1280, 1281, dan 1286 ia mengirimkan utusan.
Pada tahun 1289 M, ia kembali mengirim utusan yang bernama
Meng Chi
. Kertanegara yang biasanya menolak baik-baik
Gambar 7.18
Candi Kidal dipersembah-
kan kepada Anusapati.
Sumber:
www.google.com:image
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
202
permintaan Kubilai Khan, kali itu merasa marah sekali. Surat
Kubilai Khan yang dibawa Meng Chi dirobek-robek, kemudian
utusan tersebut dipotong kedua telinga dan hidungnya, serta
rambutnya digunduli. Di kepala Meng Chi, ditulisnya surat
balasan yang menyatakan bahwa ia tak akan pernah takluk pada
raja mana pun.
Kubilai Khan sangat marah sekali atas perlakuan Kertanegara
pada utusannya. Dia langsung mengirim ribuan pasukan ke
Pulau Jawa.
Saat pasukannya tiba di tahun 1292, Kertanegara telah wafat
karena terjadi pemberontakan Kediri yang dipimpin
Jayakatwang.
Namun pada saat terjadi pemberontakan, seorang menantu
Kertanegara yang bernama Raden Wijaya melarikan diri ke
Madura dan meminta perlindungan Bupati Madura Arya
Wiraraja. Dengan bantuan Arya Wiraraja, Raden Wijaya berhasil
membentuk pasukan.
Kemudian, begitu mengetahui bahwa pasukan Mongol telah
tiba di Jawa, maka Raden Wijaya pun menggunakan
muslihatnya. Kepada pasukan Mongol, dikatakannya bahwa
Jayakatwang adalah raja Singasari yang mereka cari. Pasukan
Mongol pun menyerang istana Singasari yang telah dikuasai
Jayakatwang dan berhasil.
6. Kerajaan Majapahit
Sepeninggal Kerajaan Singasari, di Jawa terjadi kekosongan
kekuasaan. Raden Wijaya segera menobatkan diri sebagai raja
dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Kemudian, dia
memindahkan ibu kota ke Mojokerto. Dari sini dimulailah
riwayat Kerajaan Majapahit.
Masa pemerintahan Kertarajasa berjalan dengan goyah.
Pemberontakan terjadi di beberapa tempat di antaranya
dilakukan oleh Sora, Nambi, dan Kuti yang merupakan kawan-
kawan Kertarajasa saat mengusir Jayakatwang dan tentara
Mongol. Mereka tidak puas atas jabatan yang diberikan setelah
Kertarajasa menjadi raja. Hingga wafatnya Kertarajasa pada
tahun 1309, masih banyak pemberontakan yang belum berhasil
dipadamkan.
Kertarajasa digantikan oleh putranya yang bernama Jayanegara.
Seperti halnya masa pemerintahan Kertarajasa, pada masa
pemerintahan Jayanegara pun banyak terjadi pemberontakan
di mana-mana. Sebagian besar pemberonta-kan justru
dilakukan oleh para pejabat negara yang tidak puas atas jabatan
yang diberikan.
Salah satu pemberontakan paling dahsyat dilakukan oleh Kuti
pada 1319. Kuti berhasil menduduki ibu kota hingga raja
mengungsi ke Desa Bedander yang disertai oleh pasukan
bhayangkari (pasukan pengawal raja). Pasukan bhayangkari
tersebut dipimpin oleh seorang komandan bernama Gajah
Mada. Dengan kelihaiannya, Gajah Mada dapat membalikkan
Gambar 7.19
Candi Singasari disebut
juga Candi Tumapel
berupa Kuil Syiwa yang
besar dan tinggi.
Sumber:
Ensiklopedi Umum untuk
Pelajar
Nama Majapahit diduga berasal
dari nama pohon maja, karena
pada masa itu hutan Tarik banyak
ditumbuhi pohon maja.
Dugaan ini berdasarkan kitab
Pararaton, Kidung Panji Wijaya
Krama, dan Kidung Harsa Wijaya
yang menceritakan berdirinya
Kerajaan Majapahit.
Wawasan Sosial
Peradaban Masa Hindu–Buddha
203
keadaan dan mengembalikan raja ke istananya sekaligus
memadamkan pemberontakan Kuti. Atas jasanya, Gajah Mada
diangkat sebagai patih untuk wilayah Daha dan Kahuripan.
Jayanegara wafat pada 1328 karena dibunuh oleh tabib
pribadinya yang bernama Tanca. Oleh karena saat wafat
Jayanegara tidak memiliki anak, maka adik perempuan
Jayanegara yang bernama Tribhuwanattunggadewi naik tahta.
Pada masa kepemimpinannya, pemerintahan mulai berjalan
baik walau masih ada beberapa pemberontakan, antara lain
pemberontakan yang dilakukan Sadeng dan Keta pada tahun
1331. Pemberontakan tersebut kembali dapat dipadamkan oleh
Gajah Mada. Atas jasanya, Gajah Mada diangkat sebagai
mahapatih, jabatan yang setara dengan perdana menteri di
zaman sekarang. Saat pengangkatannya sebagai mahapatih
tersebut, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang terkenal
sebagai Sumpah Palapa. Sumpah Palapa berisi pernyataan
bahwa Gajah Mada tidak akan menyantap makanan enak yang
mengandung rempah dan garam hingga seluruh Nusantara
tunduk di bawah kekuasaan Majapahit. Gajah Mada menyusun
kitab Kutaramanawa sebagai dasar hukum di Kerajaan
Majapahit.
Tribhuwanattunggadewi memerintah selama 22 tahun hingga
tahun 1350. Setelah itu tahta diserahkan pada putranya yang
masih berusia 15 tahun, Hayam Wuruk. Sebagai raja, Hayam
Wuruk bergelar
Sri Rajasanegara
. Pada masa pemerintahannya,
Majapahit mengalami masa puncak kejayaan. Pemerintahan
Rajasanegara yang didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada
berhasil mempersatukan hampir seluruh Nusantara di bawah
kekuasaan Majapahit. Wilayah kekuasaan Majapahit terbentang
dari Sumatra hingga Papua.
Wujud dari Sumpah Palapa salah satunya tergambar dalam
toleransi kehidupan beragama. Hal ini terbukti adanya
Dharmadhyaksa ring Kasaiwan
yang mengurus Siwaisme dan
Dharmadhyaksa ring Kasogatan
untuk agama Buddha. Gambaran
toleransi Majapahit dipaparkan dalam kitab Sutasoma karya
Mpu Tantular yang berisi ajaran agama yang di dalamnya
terdapat ungkapan Bhinneka Tunggal Ika.
Akhir kerajaan Majapahit berawal dari wafatnya Gajah Mada
pada tahun 1364. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, di antaranya
adalah terjadinya sengketa keluarga yang berlarut-larut yang
berpangkal dari masalah perebutan kekuasaan. Hal tersebut
menyebabkan pemerintahan tidak stabil dan penguasa berganti-
ganti dengan cepat sehingga satu per satu wilayah taklukan
Majapahit memerdekakan diri atau jatuh ke tangan kerajaan
lain.
Keadaan bertambah parah dengan adanya pengaruh Islam yang
semakin kuat sehingga rakyat banyak yang berpindah agama.
Hal ini berujung dengan berdirinya kerajaan Islam Demak di
Jawa.
Tugas Mandiri
Apa yang menyebabkan Majapahit
yang begitu berkuasa akhirnya
mengalami keruntuhan?
Gambar 7.20
Gajah Mada mulai
dikenal setelah berhasil
memadamkan pem-
berontakan Kuti pada
1391.
Sumber:
Ensiklopedi Umum untuk
Pelajar
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
204
7. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya memiliki pengaruh kuat di kawasan Asia
Tenggara. Berbagai sumber berita baik dari dalam negeri
maupun luar negeri menyebutkan bahwa kerajaan ini
mempunyai peran yang sangat penting dalam peta pelayaran
dan perdagangan di kawasan Selat Malaka.
Sumber dari luar negeri tersebut adalah Prasasti Ligor
(Malaysia), Prasasti Kanton (Cina), serta Berita dari Cina, yaitu
catatan Dinasti Tang dan catatan I-Tsing.
Sedangkan sumber sejarah dari dalam negeri berupa Prasasti
Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Telaga Batu,
Prasasti Palas Pasemah, dan Prasasti Karang Berahi.
Dalam Prasasti Kedukan Bukit (bertahun 688), Talang Tuo,
dan Telaga Batu menjelaskan bahwa ibu kota kerajaan ini
terletak di antara Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar
Kiri, berarti di sekitar Kota Palembang sekarang.
Dalam Prasasti Kota Kapur dan Karang Berahi yang
ditemukan di Bangka dan Jambi, diceritakan bahwa kerajaan
ini memiliki wilayah kekuasaan yang luas hingga ke Melayu
(Malaysia).
Puncak kejayaan Kerajaan Sriwijaya terjadi pada masa
pemerintahan Raja Balaputradewa. Pada masa pemerintahan-
nya, ia sering mengirim para pelajar Sriwijaya untuk
mempelajari agama Buddha di India. Bahkan, dalam Prasasti
Nalanda di India diceritakan bahwa Raja Balaputradewa
memiliki asrama khusus untuk para pelajar Sriwijaya yang
sedang belajar agama Buddha di India.
Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada abad
ke-11 M. Ini diawali dengan terjadinya peperangan melawan
Kerajaan Colamandala dari India pada tahun 1023. Selain
itu, kemunculan Kerajaan Majapahit yang berniat
menundukkan seluruh Nusantara semakin memperlemah
Kerajaan Sriwijaya, hingga akhirnya kerajaan ini menghilang
pada abad ke-13.
Gambar 7.21
Peta kekuasaan Kerajaan Majapahit pada zaman keemasan.
Gambar 7.22
Prasasti Telaga Batu,
bukti berdirinya Kerajaan
Sriwijaya. Prasasti ini
berisi sumpah setia
kepada Kerajaan Sriwijaya.
Sumber:
Ensiklopedi Umum untuk
Pelajar
Tugas Mandiri
Sebutkan faktor-faktor yang
memengaruhi kemunduran
Kerajaan Sriwijaya!
Peradaban Masa Hindu–Buddha
205
Banyaknya kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia sejak
awal Masehi sampai abad ke-15 mewariskan peninggalan-
peninggalan sejarah bercorak Hindu dan Buddha yang banyak
pula. Peninggalan sejarah tersebut beragam bentuknya, ada
yang berbentuk bangunan, seni patung (arca-arca), seni pahat
dan ukir (relief), serta sastra (kitab-kitab). Pada bagian ini, kamu
akan mempelajari beberapa peninggalan sejarah tersebut.
1. Candi
Candi merupakan bangunan yang memiliki fungsi sebagai
bangunan monumen. Di India, candi biasanya merupakan
makam raja-raja. Namun, di Indonesia ada pula candi yang
dibuat hanya untuk menghormati seorang raja. Karena fungsi
asalnya sebagai makam, maka candi umumnya berbentuk
bangunan yang tinggi dengan tiga bagian. Bagian bawah
merupakan lambang
bhurloka
(alam manusia), bagian tengah
menggambarkan
bhuvarloka
(alam kematian), dan bagian atap
melambangkan
swarloka
(alam para dewa).
Candi-candi yang ada di Indonesia memiliki corak berbeda,
tergantung pada karakter kerajaan yang membuatnya. Candi-
candi yang ada di Jawa Tengah bagian utara biasanya berbentuk
melingkar, di mana candi-candi kecil melingkari candi utama yang
besar. Ini menggambarkan susunan masyarakat yang
menempatkan raja sebagai pusat kekuasaan. Ini dapat dipahami,
mengingat kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah bagian utara
umumnya merupakan kerajaan Hindu. Sementara itu, candi-
candi yang ada di Jawa Tengah bagian selatan umumnya memiliki
ukuran yang sama besar, tidak ada candi yang besar maupun
tingginya melebihi yang lain. Ini menggambarkan susunan
masyarakat demokratis yang menempatkan raja dan masyarakat
lainnya setara. Hal ini merupakan karakter agama Buddha yang
tidak menganut sistem kasta. Sementara itu, candi-candi di Jawa
Timur biasanya menempatkan candi utama yang besar di
belakang candi-candi yang lebih kecil. Hal ini menggambarkan
kedudukan raja sebagai pemersatu masyarakat.
Berikut ini beberapa candi yang ada di Jawa dan Sumatra.
a. Candi Borobudur di Jawa Tengah, merupakan candi Buddha
yang didirikan tahun 770 M atas perintah Raja Wisnu dari
Dinasti Syailendra, untuk menghormati Buddha.
b . Candi Kalasan di Jawa Tengah, merupakan candi Buddha yang
didirikan tahun 778 M atas perintah Raja Rakai Panangkaran
dari Dinasti Sanjaya untuk menghormati Dewi Tara.
c. Candi Mendut di Jawa Tengah, merupakan candi Buddha
yang didirikan atas perintah Raja Indra dari Dinasti
Syailendra, untuk menghormati Buddha dan Bodhisatva.
E.
Peninggalan Sejarah Bercorak Hindu–
Buddha di Indonesia
Tugas Bersama
Kamu tentu pernah berkunjung
atau rekreasi mengunjungi
sebuah candi.
– Coba tuliskan candi-candi
yang pernah kamu kunjungi
dan klasifikasikan termasuk
candi Hindu atau kah candi
Buddha!
– Apakah ciri-ciri candi Hindu?
– Apakah ciri-ciri candi Buddha?
– Diskusikan dengan kelompok-
mu!
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
206
d. Candi Prambanan di Jawa Tengah, merupakan candi Hindu
yang didirikan atas perintah Raja Rakai Pikatan dan selesai pada
masa pemerintahan Raja Daksa dari Dinasti Sanjaya. Candi ini
dibangun untuk menghormati Dewa Brahma, Syiwa, dan
Wisnu.
e. Candi Sewu di Jawa Tengah, merupakan candi Buddha yang
didirikan atas perintah Raja Indra dari Dinasti Syailendra, untuk
menghormati Manjusri.
f. Candi Sukuh di Jawa Tengah, merupakan candi Hindu
peninggalan Majapahit. Candi ini sangat menonjolkan unsur
Jawa yang kuat, lebih dari unsur India.
g. Candi Plaosan di Jawa Tengah, merupakan candi Buddha yang
didirikan atas perintah Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani
dari Dinasti Syailendra.
h. Candi Dieng di Jawa Tengah, merupakan candi Hindu yang tidak
diketahui pendirinya. Namun, banyak pakar yang berpendapat
bahwa candi ini merupakan sisa peninggalan Dinasti Sanjaya.
i. Candi Singasari di Jawa Timur, merupakan candi Hindu yang
didirikan untuk menghormati Raja Kertanegara dari Singasari.
j. Candi Sumberawan di Jawa Timur, merupakan candi Buddha
yang didirikan untuk menghormati kunjungan Raja Hayam
Wuruk ke wilayah tersebut.
k. Candi Muara Takus di Sumatra, merupakan candi Buddha
peninggalan Kerajaan Melayu. Tampaknya candi ini dibangun
setelah pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra hilang.
Gambar 7.23
(a) Candi pram
banan, (b)
Candi Sukuh
Sumber:
Ensiklopedi Umum untuk Pelajar, www.google.com :image
a
b
Candi Buddha tertua di Pulau Jawa adalah Candi Kalasan (Jawa
Tengah) yang didirikan pada tahun 778 M. Adapun candi Hindu
tertua di Pulau Jawa adalah Candi Badut (Jawa Timur) yang
didirikan pada tahun 760 M.
2. Kitab
Kerajaan Hindu dan Buddha meninggalkan beberapa kitab yang
isinya beragam. Ada yang berisi cerita, berita sejarah, atau dongeng-
dongeng. Isi kitab umumnya berbentuk syair. Beberapa kitab
peninggalan kerajaan Hindu dan Buddha di antaranya adalah
sebagai berikut.
Peradaban Masa Hindu–Buddha
207
Rangkuman
a.
Kitab Bharatayuda tulisan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
b .
Kitab Smaradhana tulisan Mpu Dharmaja.
c.
Kitab Negarakertagama tulisan Mpu Prapanca.
d.
Kitab Sutasoma tulisan Mpu Tantular.
e.
Kitab Pararaton, merupakan kitab yang menceritakan silsilah
raja-raja Singasari dan Majapahit.
f.
Kitab Sundayana, merupakan kitab yang menceritakan
peristiwa Bubat.
g.
Kitab Ranggalawe, merupakan kitab yang menceritakan
pemberontakan Ranggalawe.
3. Relief
Relief merupakan pahatan tulisan atau gambar yang biasanya
terdapat pada dinding candi. Beberapa relief ada yang menceritakan
pengalaman hidup raja dan para dewa Hindu atau Buddha.
4. Arca
Arca merupakan batu yang dipahat hingga membentuk manusia
atau binatang. Biasanya, dibuat untuk menggambar-kan orang-
orang atau dewa-dewa tertentu.
Peninggalan arca di Indonesia yang terpenting antara lain Syiwa,
Brahma, Wisnu, Buddha, dan Dhyani Boddhisatwa
Gambar 7.24
Contoh relief-relief di Candi Borobudur.
Sumber:
Sejarah Nasional Indonesia
Perkembangan kebudayaan dan agama Hindu bermula dari terjadinya perpindahan
bangsa Arya ke kawasan Hindustan pada abad ke-15 SM melalui Celah Kaiber.
Sumber ajaran agama Hindu terdapat pada kitab Weda yang ditulis dalam empat bagian,
yaitu Rigweda, Samaweda, Yajurweda, dan Atharwaweda.
Dalam masyarakat Hindu dikenal adanya kasta (pembagian masyarakat dalam kasta),
yaitu brahmana, ksatria, waisya, dan sudra.
Ajaran Buddha muncul sebagai reaksi atas sistem kasta dalam agama Hindu yang
dirasakan tidak adil, karena semua manusia adalah sama, yaitu dapat mengalami berbagai
macam kesusahan dan penderitaan yang sama pula.
Inti ajaran Buddha berupa Catur Aryasatyani (empat keberanian mulia).
– Dalam kehidupan manusia, penderitaan lebih hebat daripada kebahagiaan.
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
208
2.
Dalam ajaran Hindu, manusia yang tidak
diberi hak apa pun dan dipisahkan dari
kehidupan masyarakat digolongkan
dalam kasta ....
a. brahmana
c. p
aria
b . ksatria
d. waisya
1.
Sisa-sisa peninggalan bangsa Dravida
dapat dilacak di sebuah situs peninggalan
sejarah yang dinamakan ....
a. Celah Kaiber
b . Mohenjo–Daro dan Harappa
c. monumen
d. kebudayaan Dravida
Latihan Soal
7
Kerjakan di buku tugasmu!
I.
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
– Penderitaan manusia timbul karena adanya hasrat untuk hidup.
– Hanya dengan usaha, maka penderitaan itu dapat terhapus.
– Cara mencapainya dapat dilakukan dengan menjalankan delapan jalur utama (
astavida
).
Penyebaran Hindu–Buddha dari India ke Indonesia berkaitan erat dengan perdagangan
yang berlangsung pada waktu itu. Agama dan budaya Hindu–Buddha dibawa ke Indonesia
oleh para pedagang dan pendeta dari India atau Cina melalui jalur darat dan laut.
Refleksi
Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha pernah memiliki pengaruh yang sangat besar
di Nusantara, baik dalam kehidupan sosial maupun politik. Kamu telah mempelajari
tentang perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-
Buddha, serta peninggalan-peninggalannya. Sekarang cobalah menerapkan materi yang
telah kamu pelajari dengan kondisi di daerahmu masing-masing.
Berilah tanda cek (
√
) sesuai dengan keadaanmu masing-masing.
Tidak
Ya
Pernyataan
No
1.
Apakah di daerahmu terdapat peninggalan Hindu atau
Buddha dari masa lalu?
Pernahkah kamu mengunjungi situs peninggalan kerajaan dari masa
Hindu-Buddha yang dekat dengan daerah tempat tinggalmu?
Apakah peninggalan tersebut terawat dengan baik?
2.
Peninggalan dari masa Hindu-Buddha memberikan bukti
bahwa bangsa kita dahulu telah memiliki kebudayaan yang
maju. Beberapa hasil budaya yang masih dapat kita jumpai
adalah candi-candi, kitab-kitab sastra, dan sisa-sisa keraton.
Dapatkah kamu meneladani semangat dan kerja keras
pendahulu kita dalam menghasilkan karya-karya yang masih
dapat kita nikmati hingga saat ini?
Masuknya agama Hindu-Buddha di Nusantara akan
mempengaruhi beranekaragamnya kebudayaan dan keyakinan
yang dianut masyarakat di negara kita saat ini. Terhadap
keyakinan orang lain, apakah kita harus menghormatinya?
Peradaban Masa Hindu–Buddha
209
3.
Kasta waisya terdiri atas ....
a. pendeta
b . keluarga raja
c. buruh dan tukang
d. petani dan pedagang
4.
Kerajaan tertua di Indonesia yang berperan
sebagai pusat pengembangan agama
Buddha adalah ....
a. Mataram
c. S
riwijaya
b. Tarumanegara
d. Majapahit
5.
Raja Singasari yang pertama adalah ....
a. Ken Arok
c. Ken Norton
b . Ken Umang
d. Ken Dedes
6.
Prasasti Hindu yang ditemukan di
Indonesia kebanyakan menggunakan
huruf ....
a. Hindu
c.
Pallawa
b. Kawi
d. Sanskerta
7.
Raja Kahuripan yang pertama adalah ....
a. Airlangga
b . Rakai Panangkaran
c. Dyah Balitung
d. Ken Arok
8.
Prasasti Kedu yang dikeluarkan oleh
Raja Rakai Watuhura Dyah Balitung
bertahun
....
a. 907 M
c. 709 M
b. 697 M
d. 970 M
9.
Pada masa pemerintahan Mpu Senduk
disusun kitab suci agama Buddha yang
berjudul ....
a. Arjuna Wiwaha
b . Purwadigama
c. Pararaton
d. Sang Hyang Kamahayanikan
10.
Salah satu pengaruh budaya India
terhadap budaya Indonesia dalam bidang
politik dan pemerintahan, yaitu ....
a. penduduknya memeluk agama Hindu
b . Indonesia masuk zaman sejarah
c. bangunan Candi Borobudur
d. berdirinya Kerajaan Kutai
11.
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan yang
bercorak agama ....
a. Islam
c. Kristen
b . Buddha
d. Hindu
12.
Bukti adanya pengaruh Hindu dalam
kehidupan masyarakat di Nusantara pada
permulaan abad ke-4 M adalah berdirinya
Kerajaan ....
a. Ho-ling dan Kutai
b . Ho-ling dan Tarumanegara
c. Kutai dan Pajajaran
d. Kutai dan Tarumanegara
13.
Salah satu kepercayaan yang dianut
bangsa Cina sebelum masuknya agama
Buddha adalah ....
a. komunisme
c. kontusisme
b. konfusianisme
d. kontaisme
14.
Agama Buddha mengalami zaman
keemasan di Hindustan pada masa
pemerintahan Raja ....
a. Ashoka
c. Chandragupta
b . Bindusara
d. Samuderagupta
15.
Wisnuwardhana mengangkat putranya
yang bernama Kertanegara sebagai raja
Singasari pada tahun ....
a. 1254
c. 1239
b. 1219
d. 1280
II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar!
1.
Bagaimana pengaruh agama Hindu dan Buddha dalam unsur kebudayaan masyarakat?
Jelaskan!
2.
Apakah arti penting Sumpah Palapa bagi perjuangan bangsa Indonesia?
3.
Faktor-faktor apa saja yang mendorong kemajuan Kerajaan Sriwijaya?
4.
Jelaskan perbedaan candi Hindu dengan candi Buddha!
5.
Mengapa Pangeran Sidharta memutuskan meninggalkan istana?
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
210
Wacana Sosial
Bacalah berita dari media massa di bawah ini dengan saksama!
Kompleks percandian yang dibangun pada masa Kerajaan Kediri tahun 1197 M
hingga masa Kerajaan Majapahit tahun 1454 M, hingga kini belum bisa dipugar hingga
tuntas. Candi induk yang diperkirakan terdiri atas lima tingkat itu hingga kini baru
dipugar tingkat pertama hingga tingkat ketiga.
Bangunan tingkat keempat dan tingkat kelima telah dipugar secara terpisah di
sebelah timur candi induk, diletakkan di atas tanah. Para ahli arkeologi belum bisa
memastikan bagaimana bentuk keseluruhan candi induk sehingga tingkat keempat
dan kelima tersebut dibiarkan terpisah.
Candi Naga yang terletak di dekat candi induk juga “tidak utuh” karena tak memiliki
atap,
yang diduga memiliki atap berbahan ijuk. Namun, relief candi yang
menggambarkan delapan ksatria atau raja yang mengangkat naga terlihat terawat.
Bale Agung dan Pendopo Teras Kompleks Percandian Palah, bagian terdepan
kompleks yang ditemukan Sir Thomas Stamford Raffles pada tahun 1815 M itu, tidak
lagi memiliki dinding. Akan tetapi, relief yang ada di sepanjang dinding altar bisa dibaca
dengan jelas meski ada beberapa relief yang belum dikenali kisahnya.
Bagian dari kompleks yang terlihat utuh adalah Candi Angka Tahun, sebuah candi
kecil berbahan batu andesit dengan bentuk punden berundak khas Jawa Timur.
Hayam Wuruk mengunjungi Palah untuk melakukan pemujaan kepada Hyang
Acalapati atau Raja Gunung Girindra.
Sumber:
Kompas, 8 November 2005.
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan mendiskusikannya dalam kelompokmu!
1.
Terdiri atas candi apa sajakah kompleks candi pernataran pada wacana di atas?
2.
Mengapa kompleks candi penataran dijadikan sebagai tempat singgah Hayam
Wuruk?
3.
Berdasarkan materi yang telah kamu pelajari pada bab ini dan wacana di atas,
manfaat apa yang dapat kamu ambil dengan mengetahui berbagai benda-benda
peninggalan sejarah?
Menyusuri Salah Satu Tempat Singgah Hayam Wuruk
Kompleks Percandian Palah
merupakan kompleks percandian
terbesar di Blitar, Jawa Timur. Kompleks
Percandian Palah adalah salah satu
tempat berbentuk candi yang paling
sering disinggahi Hayam Wuruk. Karena
kompleks ini terletak di Desa Penataran,
Kecamatan Nglegok, di sisi lereng barat
daya Gunung Kelud sekitar 12 kilometer
dari Blitar, maka candi yang dipugar
tahun 1917–1918 itu lebih dikenal se-
bagai Kompleks Percandian Penataran.
Kompleks Candi Penataran