Gambar Sampul Bahasa Indonesia · Bab 7 Kegiatan
Bahasa Indonesia · Bab 7 Kegiatan
Adi Abdul Somad , Aminudin , Yudi Irawan

24/08/2021 16:37:23

SMA 12 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Kegiatan

7

Pelajaran

Kegiatan berbahasa meliputi empat aspek, yaitu mendengarkan,

berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut harus

Anda kuasai. Membaca merupakan salah satu pemicu yang dapat

dikaitkan dengan aspek berbahasa lainnya. Anda dapat melakukan

pidato tanpa teks karena sebelumnya Anda telah membaca dan

menghafalkan naskah pidato. Ciri-ciri membacakan puisi pun demikian.

Dengan membaca, Anda dapat mengetahui periodisasi sastra dalam setiap

angkatan. Begitu pula halnya dalam menuangkan gagasan dalam menulis

esai. Anda harus membaca buku-buku referensi sebagai pendukung

terhadap gagasan yang Anda tulis.

S

u

m

b

e

r

:

w

w

w

.

w

o

r

d

p

r

e

s

s

.

c

o

m

108

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program IPA dan IPS

Peta Konsep

Aspek-Aspek Berbahasa

antara lain

dengan

memperhatikan

menentukan

dilakukan dengan

dilakukan dengan

Teknik berpidato

Makna puisi kontemporer

menentukan ciri-ciri karya

setiap periode

membedakan karakteristik

karya setiap periode

mendiskusikan karya yang

dianggap penting

mengembangkan topik dengan pola

pengembangan pembuka, isi, penutup

Penggunaan lafal, intonasi,

nada, dan sikap

Ciri-ciri puisi kontemporer

menentukan periodisasi

sastra

menentukan topik

Berpidato

Membedakan karakteristik periode sastra

Menulis esai berdasarkan topik tertentu

Membaca puisi kontemporer

Alokasi waktu untuk Pelajaran 7 ini adalah 18 jam pelajaran.

1 Jam pelajaran = 45 menit

109

Kegiatan

Siapa yang tidak kenal Bung Karno? Beliau adalah seorang orator

yang ulung. Pidatonya mampu membangkitkan semangat pendengarnya.

Dalam pelajaran ini, Anda akan belajar berpidato tanpa teks.

Pada acara-acara tertentu, seperti peringatan-peringatan hari besar

atau perayaan, Anda sering menemukan orang yang memberikan

pidato. Jika diperhatikan dengan saksama, ada orang yang berpidato

dengan membaca naskah pidato dan ada juga yang berp

idato tanpa

naskah. Metode yang digunakan setiap orang tentu berbeda bergantung

pada kemampuan dan kemahiran orang itu dalam berbicara.

Selain kemahiran dalam berbicara, Anda pun harus melakukan

persiapan sebelum melakukan pidato. Persiapan tersebut adalah menentukan

topik, menetapkan tujuan, menganalisis pendengar, mengumpulkan

bahan, dan memahami materi yang akan disampaikan. Setelah itu, buatlah

kerangka pidato dengan memperhatikan urutan pidato, yaitu pembuka, isi,

dan penutup.

Setelah semua persiapan selesai, sebelum Anda tampil berpidato,

ada baiknya jika Anda berlatih terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar

Anda percaya diri dalam berpidato. Selain itu, Anda pun harus berlatih

mengucapkan kata demi kata dengan jelas, intonasi dan nada yang tepat,

serta sikap yang sesuai dengan situasi.

Sebagai latihan, pelajarilah teks pidato berikut dan sampaikan di

depan kelas.

A

Berpidato Tanpa Teks

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menulis teks pidato

dengan tema tertentu; membawakan pidato dengan lafal, intonasi, nada,

dan sikap yang tepat; mencatat hal-hal yang perlu diperbaiki dari pidato

yang disampaikan teman; dan memperbaiki cara berpidato dan isi pidato

berdasarkan catatan atau masukan teman.

Assalamualaikum Wr.Wb.

Salam sejahtera.

Terima kasih saya sampaikan kepada pembawa acara dan panitia yang telah memberikan kesempatan

kepada saya untuk memberikan sepatah kata sambutan.

Anak-anakku yang berbahagia.

Belajar bagi seseorang adalah suatu kebutuhan. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat melakukan

sesuatu yang berharga baik bagi dirinya maupun orang lain. Banyak orang ketika mendengar kata "belajar",

mereka langsung berpikir tentang setumpuk buku, lengkap dengan teori-teori yang memusingkan.

Padahal belajar tidak melulu seperti itu.

Anak-anakku yang saya cintai.

Salah

satu cara belajar adalah dengan belajar dari pengalaman, baik pengalaman diri sendiri maupun orang

lain. Pengalaman orang lain dapat kita pelajari secara langsung ataupun tidak langsung. Pernahkah kalian

membaca buku-buku sastra? Cerpen dan novel, misalnya, merupakan pengejawantahan atau gambaran

tentang sisi kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk cerita. Nah, pengalaman-pengalaman yang

dialami tokoh-tokohnya dapat kita ambil sebagai bahan untuk direnungkan dan dikaji.

Kalian dapat mengetahui nilai-nilai kehidupan yang harus diteladani.

Anak-anakku sekalian.

Saya berpesan, jangan pernah berhenti untuk belajar. Manfaatkan waktu dan kesempatan untuk belajar.

Belajarlah dengan rajin agar menjadi generasi bangsa yang tangguh dan berguna.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

110

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program IPA dan IPS

1. Pada saat teman Anda menyampaikan isi pidato, catatlah tema

atau topik yang disampaikan.

2. Berikan penilaian terhadap pidato teman Anda seperti lafal,

intonasi, nada, dan sikapnya.

3. Sampaikan komentar terhadap pidato teman Anda dan juga

tentang kekurangannya.

Kegiatan

Lanjutan

1. Buatlah sebuah teks pidato dengan langkah-langkah

berikut:

a. menentukan tema/topik,

b. mengumpulkan bahan,

c. menganalisis pendengar,

d. menyusun kerangka pidato.

2. Kemudian, sampaikan pidato Anda di depan kelas tanpa

teks secara bergiliran dengan memperhatikan lafal, intonasi,

nada, dan sikap yang tepat.

3. Berikan penilaian terhadap pidato teman Anda dengan

menggunakan tabel penilaian berikut.

Tabel 7.1

Penilaian Pidato

No.

Aspek yang Disukai

Bagus

Kurang

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

ketepatan tema

kesesuaian tujuan

keruntutan isi pidato

lafal

intonasi

nada

sikap berdiri

pandangan mata

4. Perbaikilah kekurangan pidato berdasarkan masukan

dari teman Anda.

1

Pd

Ad

ik

ii

d

lh

Uji

Materi

111

Kegiatan

B

Membaca Puisi Kontemporer

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi

tema puisi kontemporer; mengidentifikasi ciri-ciri puisi kontem-

porer; dan menjelaskan maksud isi puisi kontemporer.

Jika Anda membaca puisi-puisi zaman dahulu dan zaman

sekarang, Anda akan merasakan suatu perbedaan. Puisi, biasanya,

ditulis oleh pengarang dengan melihat kondisi zaman pada masa itu

sehingga nilai rasanya akan berbeda jika dibaca pada masa kini. Namun,

ada pula puisi yang masih relevan dengan kondisi masa kini.

Kini, muncul jenis puisi kontemporer. Puisi jenis ini memiliki

kekhasan dalam segi bentuk dan penggunaan diksinya. Puisi kontem-

porer sering disebut dengan puisi yang “lari” dari konvensional. Dalam

hal ini, segi bentuk puisi ini pun cenderung aneh. Penggunaan kata-

katanya seringkali memakai kata ejekan, makian, atau sindiran.

Perhatikan puisi berikut.

Puisi 1

Di

Di

Betul

kau pasti

sedang menghitung

berapa nasib lagi tinggal

sebelum fajar terakhir kau tutup

tanpa seorang pun tahu siapa kau dan

di

kau

maka kini

lengkaplah sudah

perhitungan di luar akal

dan angan-angan di dalam hati kita

tentang sesuatu yang tak bisa siapa pun

menerangkatakan pada saat itu kau mungkin sedang

di

betul

kan

?

(Noorca Marendra)

112

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program IPA dan IPS

SEPISAUPI

sepisau luka sepisau duri

sepikul dosa sepukau sepi

sepisau duka seriasau diri

sepisau sepi sepisau nyanyi

sepisau sepisaupi

sepisaupanya sepikausepi

sepisaupa sepisaupi

sepikul diri keranjang duri

sepisaupa sepisaupi

sepisaupa sepisaupi

sepisaupa sepisaupi

sampai pisauNya ke dalam nyanyi

(Sutardji Calzoum Bachri)

Kesan apa yang Anda dapat setelah membaca puisi tersebut?

Pada puisi 1, bentuk atau tipografi puisi sangat ditonjolkan. Puisi

tersebut sangat mementingkan gambaran visual. Namun, bentuk dan

diksinya memiliki makna yang mendalam. Pada puisi 2, penggunaan

katanya yang sangat menonjol. Perhatikan kata-katanya. Pengarang

seakan melakukan penolakan terhadap gramatika bahasa. Secara

keseluruhan, kedua puisi tersebut menimbulkan imaji visual dan bunyi.

1. Jelaskan ciri-ciri puisi kontemporer "Di" dan "Sepisaupi"

tersebut.

2. Temukan tema kedua puisi tersebut.

3. Jelaskan amanat yang terkandung dalam puisi "Di" dan "Sepisaupi",

tersebut.

4. Jelaskan maksud "Sepisaupi" tersebut.

Puisi 2

Kegiatan

Lanjutan

1. Carilah buku kumpulan puisi kontemporer di per-

pustakaan, kemudian bacalah salah satu judul puisi yang

Anda senangi.

2. Setelah Anda membaca puisi tersebut, tentukan hal-hal

berikut:

a. ciri-ciri,

b. tema,

c. maksud,

d. amanat.

Uji

Materi

113

Kegiatan

Tahukah Anda kapan sastra muncul atau lahir di Indonesia? Jenis

sastra seperti apa yang pertama ada di Indonesia? Dalam pelajaran

ini, Anda akan mempelajari sejarah sastra yang ada di Indonesia.

Menurut zamannya, sastra dapat dikelompokkan ke dalam beberapa

periodesasi sastra. Periodesasi sastra adalah pembagian sastra dalam

beberapa periode atau beberapa zaman.

Penggolongan suatu karya sastra ke dalam suatu periode tertentu,

tentu harus didasarkan oleh ciri-ciri tertentu. Setiap-tiap periode/

angkatan sastra mempunyai ciri yang berbeda. Ciri khas sastra

setiap periode/angkatan merupakan gambaran dari masyarakatnya

sebab sastra merupakan hasil dari masyarakatnya. Jika masyarakat

berubah, sastranya pun akan berubah. Berdasarkan pendapat itu, ter-

jadilah penggolongan sastra atau periodisasi sastra seperti berikut.

1. Sastra Indonesia Lama (Sebelum Tahun 1920)

Kesusastraan lama adalah kesusastraan yang lahir sebelum Abdullah

bin Abdul Kadir Munsyi. Kesusastraan lama lahir sekitar tahun 1500,

setelah agama Islam masuk ke Indonesia sampai abad XIX.

Kesusastraan Melayu pada waktu itu masih bersifat cerita

lisan dari mulut ke mulut, belum berbentuk tulisan atau huruf.

Orang

yang bercerita dan berpantun disebut pawang Pawangdianggap

sebagai buku kesusastraan. Pawang berjasa menerapkan kesusastraan

kepada rakyat sebab rakyat pada waktu itu, belum dapat membaca

dan menulis. Rakyat dapat mengetahui kesusastraan jika menghadiri

pertunjukan yang dilakukan oleh para pawang di daerah Melayu.

Perbedaan Karakteristik

Periodesasi Sastra

C

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menentukan hasil-

hasil karya sastra penting pada setiap periode; mengidentifikasi

karakteristik karya sastra pada setiap periode; menemukan

karakteristik setiap periode; dan mendiskusikan karya-karya yang

dianggap penting pada periode tersebut (misalnya, peristiwa sejarah,

gaya penulisan, dan lain-lain).

Gambar 7.1

Hikayat Amir Hamzah adalah salah

satu karya sastra zaman dahulu.

Sumber:

Dokumentasi

pribadi

Sastrawan dan

Karyanya

Sutardji Calzoum Bachri

dijuluki "Presiden penyair"

oleh rekan-rekannya. Julukan ini kemudian melembaga dan

memang seperti tidak terbantahkan. Ini disebabkan pencapaian

Sutardji mengolah bahasa sebagai bahan pengucapan sajak-

sajaknya. Sutardji membebaskan kata-kata dari tradisi lapuk yang

membelenggu, seperti kamus dan tatanan gramatika konvensional.

Lihat saja puisi-puisi karyanya, seperti

O, Amuk, Kapak

(1981)

yang betul-betul sajak yang energik. Adapun karya sastra lainnya

adalah

Hujan Menulis Ayam

(cerpen 2001).

Sumber

:

www.tokohindonesia.com

114

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program IPA dan IPS

Ciri-ciri kesusastraan lama adalah bahasanya masih meng-

gunakan bahasa baku yang kaku, ceritanya masih berkisar tentang

dewa-dewa, raksasa, atau dongeng yang muluk-muluk, misalnya

menceritakan putri yang cantik jelita serta istana yang indah, atau

cerita tentang pengembaraan seorang putra raja.

Setelah agama Hindu dan Islam masuk ke Indonesia, baru

kesusastraan ini ditulis dalam bentuk buku.

Kesusastraan lama yang asli dapat dibagi menjadi tiga bagian.

1. Cerita yang hidup dalam masyarakat, misalnya

Lebai Malang

,

Pak Belalang

,

Pak Kadok

, dan

Si Makbul

.

2. Sejarah lama yang bersifat nasional, misalnya

Hikayat Raja-

Raja Pasai

,

Sejarah Melayu

,

Hikayat Raja-Raja Aceh

, dan

Silsilah Bugis

.

3. Pelipur lara, misalnya

Hikayat si Miskin

,

Hikayat Mashudul

Hak

,

Hikayat Malin Deman

,

Hikayat Awang Sulung Merah

Muda

, dan

Cerita si Umbut

.

Sastra lama Indonesia, selain memiliki sastra asli juga memiliki

sastra yang bukan asli. Artinya, sastra yang sudah mendapat

pengaruh luar, misalnya mendapat pengaruh cerita Jawa, di antaranya

Hikayat Panji Semirang

,

Hikayat Cekel Weneng Pati

,

Jaran Resmi

,

dan

Damar Wulan

. Selanjutnya, sastra lama Indonesia mendapat

pengaruh Hindu dan Arab Parsi.

Sastra Indonesia yang dipengaruhi agama Hindu, misalnya

Mahabarata

,

Ramayana

, dan

Panca Tantra

. Dalam bahasa Indonesia,

ketiga buku itu berudul

Sri Rama

,

Walmiki

,

Kekawin

,

Serat Kanda

,

Keling

, dan

Tambak

. Pengaruh Arab Parsi dalam sastra lama Indonesia

terlihat dalam karya-karya mengenai ketatanegaraan, misalnya

buku

Tajussa Latin

(Mahkota Raja-Raja),

Bustanussalatin

(Taman

Raja-Raja),

Lukmanul Hakim

, dan

Abunawas

. Selain itu karya lama

terlihat dalam roman sejarah, misalnya

Iskandar Zulkarnaen

,

Amir

Hamzah

, dan

Muh. Ali Hanafiah

. Selanutnya, karya lama terlihat

dalam bentuk didaktik, misalnya

Hikayat Bayan Budiman

,

Hikayat

Bakhtiar

(

Gulam

), dan

Cerita 1001 Malam

.

Selain sastra berbentuk prosa juga ada sastra yang berbentuk

puisi. Sastra lama dalam bentuk puisi di antaranya pantun, mantra,

bidal, carmina, syair, gurindam, talibun, gurindam, syair masnawi,

bait, rubai, kithah, gosali, dan nazam.

Syair berasal dari bahasa Arab, gurindam dari bahasa Tamil.

Seloka berasal dari bahasa Sanskerta. Adapun mantra, bidal, dan

pantun merupakan sastra lama asli Indonesia. Jenis puisi lainn

ya

adalah masnawi, bait, rubai, khithah, gosali, gajal, dan nazam

diambil dari bahasa atau sastra Arab Parsi. Pujangga-pujangga yang

terkenal penggubah syair adalah Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi,

Hamzah Pansuri, dan Raja Ali Haji.

Puisi yang berasal dari Barat adalah soneta. Soneta berasal

dari bahasa Italia yang terbentuk dari kata lain sono, berarti bunyi

atau suara. Soneta lahir pada pertengahan abad ke-13 di Kota

Florence. Dari Italia, soneta menyebar ke seluruh Eropa terutama

ke Eropa Barat, di antaranya Inggris dan Belanda. Kira-kira abad

ke-20, soneta itu dibawa ke Indonesia oleh pemuda-pemuda yang

bersekolah di Belanda. Adapun pelopor pujangga soneta Indonesia

adalah Muhamad Yamin, Y.E. Tatengkeng, Rustam Efendi, Intoyo,

dan Sutan Takdir Alisjahbana.

Gambar 7.2

Salah satu contoh hikayat yang

ditulis dalam bahasa Arab–Melayu.

Sumber:

Dokumentasi

pribadi

115

Kegiatan

2. Sastra Indonesia Masa Kebangkitan (1920–1942)

Perkembangan bahasa dan sastra Indonesia mulai berkembang

sejalan dengan gerak bangsa yang memilikinya. Pembentukan

sastra Indonesia mulai tampak dengan berdirinya gerakan nasional

yang dipimpin oleh Budi Utomo (1908). Dari sini, timbullah sastra

baru yang dipancarkan oleh masyarakat baru pula. Pada masa itu,

keadaannya lebih dinamis dan dikuasai oleh dunia percetakan

serta merupakan alam kebebasan individu. Dalam masa ini, nama

pengarangnya lebih menonjol, begitu pula hasil karyanya. Hasil

karyanya lebih banyak sehingga lebih memungkinkan setiap orang

dapat menikmati karya para pengarangnya.

Kebangkitan ini (1920–1942) dikelompokkan menjadi beberap

periode.

a. Periode 1920 atau Masa Balai Pustaka

Pada tahun 1908, pemerintah Belanda mendirikan lembaga

bacaan rakyat yang bernama

vollectuur

dengan ketuanya Dr. G.A.J.

Hajeu. Lembaga bacaan rakyat bertugas memilih karangan-karangan

yang baik untuk diterbitkan sebagai bahan bacaan rakyat. Pada tahun1917,

lembaga bacaan itu diubah menjadi Balai Pustaka dan yang menjadi

redakturnya adalah para penulis/pengarang serta para ahli bahasa Melayu.

Balai Pustaka bersedia menerbitkan buku-buku karya sastrawan

Indonesia. Akan tetapi, agar dapat diterbitkan, dengan syarat-syarat.

Misalnya, karangan itu tidak boleh mengandung unsur-unsur yang

menentang pemerintah. Tidak boleh menyinggung perasaan golongan

tertentu dalam masyarakat; dan harus bebas/netral dari agama.

Kedudukan Balai Pustaka semakin besar, walaupun kebabasan para

pengarang “di belakang”. Akan tetapi, dilain pihak, para pengarang

diberi jalan untuk mengarang lebih baik sehingga bakat mereka

terpupu. Masyarakat diberi kebebasan untuk menikmati buku-

buku terbitan. Dalam hal ini akibatnya pengetahuan masyarakat

bertambah. Namun, setelah adanya nota Rinkes, pengarang tidak

diberi kebebasan untuk menulis; beberapa buku disensor; begitu

pula karangan asli bangsa Indonesia banyak yang diubah.

Buku-buku karya sastra yang sempat terbit pada masa Balai

Pustak, di antaranya:

1)

Azab dan Sengsara

,

Si Jamin dan Si Johan

, dan

Binasa karena

Gadis Priangan

karya Merari Siregar;

2)

Siti Nurbaya

,

Anak dan Kemenakan

,

Pulau Sumbawa

, dan

Lahami

karya Abdul Muis;

3)

Salah Asuhan

,

Pertemuan Jodoh

,

Surapati

, dan

Robert Anak

Surapati

karya Abdul Muis;

4)

Hulubalang Raja

,

Katak Hendak Menjadi Lembu

,

Salah Pilih

,

Cobaan

,

Karena Mertua

,

Mutiara

,

Apa Dayaku karena Aku

Perempuan

,

Cinta Tanah Air

,

Neraka Dunia

,

Pengalaman Masa

Kecil

, dan

Korban karena Percintaan karya Nur St. Iskandar

;

5)

Darah Muda dan Asmarajaya

karya Jamaludin/Adinegoro;

6)

Di Bawah Lindungan Ka’bah

,

Karena Fitnah

,

Merantau ke

Deli

,

Tuan Direktur

,

Terusir

,

Keadilan Ilahi

,

Tenggelamnya

Kapal van Der Wijck

,

Lembaga Hidup

,

Revolusi Agama

,

Ayahku

,

Adat Minangkabau

,

Negara Islam

,

Empat Bulan di

Amerika

, dan

Kenang-Kenangan Hidup Menghadapi Revolusi

karya HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah).

7)

Kalau

T

ak Untung

dan

Pengaruh Keadaan

karya Selasih/

Sariamin/Seleguri;

Gambar 7.3

Salah satu novel Angkatan Balai

Pustaka

Sumber:

Dokumentasi

pribadi

116

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program IPA dan IPS

8)

Kawan Bergelut

,

Percobaan Setia

,

Pandangan dalam Dunia

Anak-anak

,

Kasih Tak Terlerai

,

Mencari Pencuri Anak Perawan

,

dan

Tebusan Darah

karya Suman Hasibuan;

9)

Teman Duduk

,

Muda Teruna

,

Berebut Uang Satu Milyun

,

Pengalaman di Tanah Irak

, dan

Kehilafan Hakim

karya

Mohamad Kasim;

10)

Si Dul Anak Betawi

,

Pertolongan Dukun

,

Si Cebol Merindukan

Bulan

, dan

Desa/Cita-cita Mustafa

karya Aman Datuk

Majoindo;

11)

Sengsara Membawa Nikmat

,

Tidak Membalas Guna

, dan

Memutuskan Pertalian

karya Tulis St. Sati.

Pada awalnya, pengarang Balai Pustaka didominasi oleh

orang Sumatra. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda tahun 1928,

muncul pengarang-pengarang dari daerah. Salah satu ikrar Sumpah

Pemuda adalah menunjunjung tinggi bahasa Indonesia. Dengan

diresmikannya bahasa Indonesia menjadi bahasa Nusantara di

Indonesia, bermunculan pengarang-pengarang dari pulau-pulau

lainnya. Nama-nama mereka adalah sebagai berikut.

1) A.A. Panji Tisna atau I. Gusti Panji Tisna dari Bali. Karyanya

I

Swasta Setahun di Bedahulu

;

Sukreni Gadis Bali

;

Ni Rawit Ceti

Penjual Orang; Dewi Karuna;

dan

I Made Widiadi

;

2) M.R. Dayoh dari Minahasa Sulawesi Utara, karyanya

Syair untuk

ASIB

;

Pahlawan Minahasa

,

Putra Budiman

; dan

Peperangan

Orang Minahasa dengan Orang Spanyol

;

3) Paulus Supit dari Minahasa Sulawesi Utara, karyanya

Kasih

Ibu;

4) L. Wairata dari Seram Maluku karyanya

Cinta dan Kewajiban

5) Haji Oeng Muntu dari Sulawesi Selatan. Karyanya

Pembalasan

dan Karena Kerendahan Budi

;

6) Sutomo Johar Arifin dari Jawa karyanya

Andang Teruna

.

b. Periode 1993 (Pujangga Baru)

Pada masa ini, Belanda banyak mengeluarkan peraturan yang

terutama pembatasan dalam karangan-karaangan yang ditulis orang

Indonesia. Hal ini Belanda merasa takut disebabkan oleh, bangsa

Indonesia bangkit untuk perjuangan kemerdekaan. Selama ini, sudah

tampak gejala-gejala adanya rasa nasionalisme yang disebabkan

oleh karya sastra yang berbau politik yang menimbulkan semangat

perjuangan. Karya sastra yang berisi pendidikan telah mampu

mencerdaskan masyarakat pribumi.

Dengan semangat yang gigih, bangsa Indonesia, khususnya

para pengarang secara diam-diam, mendirikan organisasi baru yang

diberi nama

Pujangga Baru

. Nama itu diambil dari nama majalah

yang mereka terbitkan pada tanggal 29 juli 1933. Penerbitan majalah

Pujangga Baru

itu dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir

Hamzah, Armijn Pane, dan Sanusi Pane.

Hasil karya dan pengarang Angkatan Pujangga Baru adalah

sebagai berikut.

1) Bentuk puisi, di antaranya:

a)

Rindu Dendam

karya Y.E. Tatengkeng (1934);

b)

Tebaran Mega

karya Sutan Takdir Alisjahbana (1936);

c)

Nyanyi Sunyi

karya Amir Hamzah (1937);

d)

Jiwa Berjiwa

karya

Armijn Pane (1939);

e)

Gamelan Jiwa

karya Armijn Pane (1940);

f)

Buah Rindu

karya Amir Hamzah (1941).

Gambar 7.4

Novel Angkatan Pujangga Baru

Sumber:

Dokumentasi

pribadi

117

Kegiatan

2) Bentuk prosa, di antaranya:

a)

Tak Putus Dirundung Malang

karya Sutan Takdir

Alisjahbana (1929);

b)

Dian yang Tak Kunjung Padam

karya Sutan Takdir

Alisjahbana 1932;

c)

Mencari Pencuri Anak Perawan

karya Suman Hasibuan

(1932);

d)

Pertemuan Jodoh

karya Abdul Muis (1933);

e)

Kalau Tak Untung

karya Selasih (1933);

f)

Kehilangan Mestika

karya Hamidah (1935);

g)

Bergelimang Dosa

karya A. Damhuri (1935);

h)

Layar Terkembang

karya Sutan Takdir Alisjahbana

(1936);

i)

Sukreni Gadis Bali

karya I. Panji Tisna (1938);

j)

Neraka Dunia

karya Sutan Iskandar (1937);

k)

Lenggang Kencana

karya Armijn Pane (1937);

l)

Di Bawah Lindungan Kabah

karya HAMKA (1938);

m)

Tenggelamnya Kapal van Der Wijck

karya HAMKA (1938)

n)

Belenggu

karya Armijn Pane (1940);

o)

Andang Teruna

karya S.D. Arifin (1941);

p)

Anak Perawan di Sarang Penyamun

karya Sutan Takdir

Alisjahbana (1941).

c. Periode 1942 (Zaman Jepang)

Karya sastra pada masa ini dapat dibedakan atas dua kelompok.

Kelompok pertama adalah karya sastra dan pengarangnya yang

resmi berada di bawah naungan Pusat Kebudayaan Jepang. Mereka

menulis sesuai dengan batas-batas yang ditentukan oleh Pusat

Kebudayaan Jepang. kelompok kedua adalah kelompok yang tidak

mau berkompromi dengan Pusat Kebudayaan Jepang. Akan tetapi,

mereka mencari jalan baru untuk mengatakan sesuatu. Cara yang

mereka lakukan diupayakan tidak berbahaya, tetapi cita-cita terlaksana.

Melalui cara ini, banyak karya sastra yang bersifat simbolik.

Pengarang-pengarang dan karya-karyanya yang timbul pada

masa Jepang ini adalah:

1) Usmar Ismail karyanya

Kita Berjuang

,

Diserang Rasa Merdeka

,

Api,Citra

, dan

Liburan Seniman

;

2) Rosihan Anwar karyanya berupa puisi yang berjudul

Lukisan

kepada Prajurit

;

3) Maria Amin karyanya

Tinjaulah Dunia Sana

,

Dengarlah

Keluhan Pohon Mangga

, dan

Penuh Rahasia

.

3. Sastra Indonesia Masa Perkembangan (1945–Sekarang)

Pada masa ini, Indonesia sudah merdeka sehingga tidak

bergantung lagi kepada bangsa lain. Situasi ini tentunya berpengaruh

terhadap perkembangan karya sastra pada masa itu.

a. Periode 1945

Pengarang yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia

merdeka pada waktu itu adalah Chairil Anwar, Idrus, Asrul Sani,

Usmar Ismail dan lain-lain. Rosihan Anwar memberikan nama kepada

mereka sebagai pengarang Angkatan '45. Penamaan ini dimuat dalam

majalah

Siasat.

Sastrawan yang menjadi pelopor dalam bidang puisi

pada periode ini ialah Chairil Anwar. Adapun pelopor dalam bidang

prosa adalah Idrus.

Karya sastra Angkatan '45 mempunyai ciri-ciri tertentu,

misalnya bentuknya agak bebas dan isinya menampilkan suatu

Gambar 7.5

Salah satu novel yang paling

menonjol pada Angkatan Pujangga

Baru.

Sumber:

Dokumentasi

pribadi

118

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program IPA dan IPS

realita. Pujangga yang karyanya menjadi penghubung dalam masa

ini adalah Armijn Pane dan El Hakim.

Karya-karya Angkatan '45 dipengaruhi pujangga-pujangga

Belanda dan dunia, misalnya Rusia, Italia, Prancis, dan Amerika.

Karya sastra dan pengarang Angkatan '45, di antaranya:

1) Chairil Anwar karyanya

Kerikil Tajam

, dan

Deru Campur

Debu

;

2) Idrus karyanya

Surabaya

dan

Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke

Roma

;

3) Asrul Sani karyanya

Tiga Menguak Takdir

, bentuk cerpennya:

Panen

,

Bola Lampu

;

Museum

;

Perumahan bagi Fadrija Navari

,

Si Penyair Belum Pulang

,

Sahabat Saya Cordiza

,

Beri Aku

Rumah

,

Surat dari Ibu

,

Elang Laut

, dan

Orang dalam Perahu

;

4) Usmar Ismail karyanya

Permintaan Terakhir

(cerpen),

Asoka

Mala Dewi

(cerpen),

Puntung Berasap

(kumpulan sajak),

Sedih dan Gembira

(kumpulan drama),

Mutiara dari Nusa

Laut

(drama),

Tempat yang Kosong

,

Mekar Melati, Pesanku

(sandiwara radio), dan

Ayahku Pulang

(sandiwara saduran).

b. Periode 1950

Periode ini merupakan kelanjutan dari Angkatan ‘45 dengan

ciri-ciri sebagai berikut.

1) Pusat kegiatan sastra telah meluas ke seluruh pelosok Indonesia

tidak hanya terpusat di Jakarta atau Yogyakarta;

2) Kebudayaan daerah lebih banyak diungkapkan demi mencapai

perwujudan sastra nasional Indonesia;

3) Nilai keindahan dalam sastra tidak lagi didasarkan pada

kekuasaan asing, tetapi kepada peleburan antara ilmu dan

pengetahuan asing berdasarkan perasaan dan ukuran nasional.

Pengarang yang dimasukkan ke dalam periode ini, adalah:

1) Toto Sudarto Bachtiar karyanya

Suara

(kumpulan sajak) (1950–

1955) dan

Etsa

(1958);

2) Ajip Rosidi karyanya

Tahun-Tahun Kematian

(1955),

Di

Tengah Keluarga

(1956),

Sebuah Rumah buat Hari Tua

(1957),

Perjalanan Penganten

(1958),

Pesta

(kumpulan sajak) (1956),

Ketemu di Jalan

(1956),

Cari Muatan

(1959), dan

Tinjauan

tentang Cerita Pendek Indonesia

(1959);

3) Trisnoyuwono karyanya

Laki-laki dan Mesiu

(1959) serta

Angin

Laut

(1958).

c. Periode 1966

Ada dua peristiwa yang penting di Indonesia, yakni peristiwa 1945

dan peristiwa 1966. Peristiwa 1945 merupakan momentumnya kemer-

dekaan. Hal sebagaimana dilontarkan pen

yair Chairil Anwar yang berontak

terhadap penjajahan Jepang pada 1943. Ia melahirkan puisi yang berisi

semangat

aku ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang

. Adapun

peristiwa 1966 momentumnya menegakkan keadilan.

Beberapa pengarang Angakatan ‘66 dan karyanya adalah sebagai

berikut:

1) Mohamad Ali karyanya

58 Tragedi

,

Siksa dan Bayangan

;

Persetujuan

dengan Iblis

,

Kubur Tak Bertanda

, serta

Hitam atas Putih

;

2) Toto Sudarto Bahtiar karyanya

Suara

dan

Etsa

;

3) Alexander Leo karyanya

Orang yang Kembali

;

4) Nh. Dini karyanya

Dua Dunia

;

Hati yang Damai

; dan

Pada

Sebuah Kapal

.

Gambar 7.6

Salah satu karya besarnya

Chairil Anwar.

Sumber:

Dokumentasi

pribadi

119

Kegiatan

4. Karya yang Mendapatkan Penghargaan

Dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia, ada sejumlah

karya sastra pernah mendapatkan penghargaan. Beberapa peng-

hargaan sastra di antaranya Sastra Nasional BMKN, Hadiah Sastra

Yamin, dan hadiah tahunan pemerintah.

BMKN adalah singkatan dari Badan Musyawarah Kebu-

dayaan Nasional. Lembaga ini pernah memberikan hadiah kepada

sastrawan Indonesia yang menghasilkan karya sastra bermutu.

Beberapa karya dan pengarang yang pernah mendapat Hadiah

Sastra Nasional BMKN antara lain:

Jalan Tak Ada Ujung

(novel,

Mochtar Lubis, 1953),

Laki-Laki dan Mesiu

(cerpen, Trisnoyuwono,

1960),

Tjerita dari Blora

(cerpen, Pramoedya Ananta Toer, 1953),

Perempuan

(kumpulan cerpen, Mochtar Lubis, 1956),

Pulang

(novel,

Toha Mochtar, 1960),

Tandus

(kumpulan puisi, S. Rukiah, 1953),

Priangan si Jelita

(puisi, Ramadhan K.H., 1960),

Titik-Titik Hitam

(drama, Nasyah Djamin, 1960),

Saat yang Genting

(drama, Utuy

Tatang Sontani, 1960),

Merah Semua Merah

(drama, Mh. Rustandi

Kartakusumah, 1960).

Pada 1964, Yayasan Yamin memberikan penghargaan kepada

orang Indonesia yang berhasil pada 1963 dalam bidang sastra.

Sastrawan yang penah mendapat penghargaan Hadiah Sastra Yamin:

Pagar Kawat Berduri

(Trisnoyuwono),

Daerah Tak Bertuan

(Toha

Mochtar),

Orang-Orang Baru dari Banten Selatan

(Pramoedya

Ananta Toer), dan

Mereka Akan Bangkit

(Bur Rasuanto, tetapi ia

menolak hadiah tersebut).

Sejak tahun 1969, pemerintah Republik Indonesia juga memberi-

kan penghargaan kepada seniman dan ilmuwan yang dianggap

berjasa. Di bidang sastra, karya sastra yang pernah mendapat

penghargaan, antara lain:

Siti Nurbaya

(roman, Marah Rusli, 1922),

Salah Asuhan

(roman, Abdul Muis, 1928),

Belenggu

(novel, Armijn

Pane, 1940),

Atheis

(novel, Achdiat K. Miharja, 1949),

Harimau!

Harimau!

(novel, Mochtar Lubis),

Madah Kelana

(puisi, Sanusi

Pane, 1931),

Nyanyi Sunyi

(puisi, Chairil Anwar, 1949), dan

Deru

Campur Debu

(puisi, Chairil Anwar, 1949).

Gambar 7.7

Ajip Rosidi seorang sastrawan yang

mengangkat sastra daerahnya.

Sumber:

Dokumentasi

pribadi

Gambar 7.8

Salah satu buku yang membahas

teater di Indonesia.

Sumber:

Dokumentasi

pribadi

1. Jelaskan ciri-ciri kesusastraan lama.

2. Tuliskan karya yang termasuk kesusastraan lama.

3. Tuliskan buku-buku karya sastra yang sempat terbit pada masa

Balai Pustaka.

4. Sebutkan beberapa karya sastra yang menonjol pada setiap

periode.

5. Tuliskan lima karya sastra dan pengarang yang mendapat

penghargaan.

Uji

Materi

120

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program IPA dan IPS

Kegiatan

Lanjutan

1. Buatlah beberapa kelompok, maksimal lima orang setiap

kelompok.

2. Carilah karya sastra, baik berupa novel, cerpen, maupun

puisi dari tiga angkatan. Anda boleh menentukan sendiri

ketiga karya sastra.

3. Bacalah ketiga karya sastra tersebut di rumah lalu

diskusikan bersama teman-teman Anda untuk menemukan

karakteristik setiap karya.

4. Buatlah laporan yang berisi sinopsis, karakter setiap

angkatan, dan perbedaan karya setiap angkatan.

5. Kumpulkan hasilnya kepada guru.

Pada pelajaran lalu, Anda telah mempelajari penulisan kritik dan

esai. Sebuah esai tidak selalu membicarakan sastra, tetapi dapat pula

membicarakan kehidupan seseorang, sebuah tempat, pemandangan,

masyarakat, kebudayaan, dan sebagainya.

Menulis esai, pada dasarnya, sama dengan menulis karangan

lainnya. Pola penulisan karangan, pada umumnya, menggunakan

pola pendahuluan, isi, dan penutup. Namun, tidak semua karangan

secara eksplisit menyatakan adanya pola tersebut. Akan tetapi, jika

dianalisis, unsur pembuka, isi, dan penutup selalu ada dalam setiap

karangan.

Langkah pertama menulis esai adalah menentukan topik yang

akan ditulis dan dikembangkan. Topik untuk menulis esai dapat

diambil dari berbagai sudut kehidupan, seperti kemasyarakatan,

perekonomian, kebudayaan, teknologi, atau masalah kebahasaan dan

kesusastraan. Untuk mempermudah penulisan, topik yang bertema

umum harus dipersempit. Hal ini dimaksudkan agar penulisan esai

terfokus dan tidak melebar. Langkah selanjutnya adalah mengembang-

kan topik tersebut ke dalam pembukaan, isi, dan penutup.

Bacalah contoh esai berikut.

Menulis Esai Berdasarkan

Topik Tertentu

D

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat menentukan topik

untuk menulis esai; menyusun kerangka esai dengan memperhatikan

pola pengembangan pembuka, isi, dan penutup; menyusun paragraf

pembukaan; menuliskan isi ke dalam beberapa paragraf; menyusun

paragraf penutup; memperbaiki tulisan (dengan mempertimbangkan

diksi, kejelasan kalimat, ejaan, dan tanda baca).

121

Kegiatan

Bahasa Indonesia

dan Siaran Televisi Nasional

Oleh Bur Rasuanto

Bahasa Indonesia masih tetap diperlukan sebagai

salah satu identitas kebersamaan bagi warga negara

Indonesia atau bahasa persatuan yang bisa menjaga

integrasi negara Indonesia. Oleh sebab itu, harus ada

sosialisasi dan pewarisan (

transmission

). Beberapa cara

dapat dilakukan untuk mendukung hal tersebut. Salah

satu cara yang diungkapkan di sini adalah peranan stasiun

televisi bersiaran nasional, baik milik pemerintah (TVRI)

maupun milik swasta (RCTI, SCTV, TPI, ANTV, Indosiar,

dll.). Tidak semua materi siaran televisi menggunakan

bahasa Indonesia baku. Dalam hal ini, Ferdinand de

Saussure (1996: 360–361) menyebut hal seperti ini

sebagai aspek

langue

dari bahasa. Bahasa dalam siaran

televisi ini menarik untuk dikaji karena menjadi bagian

dari dinamika masyarakat di Indonesia.

Teknologi canggih pertama bernama televisi

yang berbasis pada media satelit Palapa ini mulai

muncul di Indonesia pada tahun 1960-an. Fenomena

sosial-budaya yang begitu banyak dan begitu luas

kemudian lebih mudah dihadirkan di ruang keluarga.

Teknologi televisi beserta

hard ware

-nya yang dapat

menjadi salah satu media transformasi dari dunia

yang luas kemudian dapat hadir di tengah-tengah

ruang keluarga. "Dunia yang begitu luas dan besar kini

dapat hadir dalam bentuk televisi, surat kabar, majalah,

internet, dan radio sehingga bisa hadir di tengah-

tengah keluarga dan di ruang yang sempit sekalipun"

(Yasraf Amir Piliang, 1999).

yang lebih mengedepankan aspek nonkomersial

dengan meniadakan siaran iklan, yang kemudian

disusul dengan membatasi siaran iklan. Sumber

operasional TVRI berasal dari dana pemerintah dan

hak siar iklan dari televisi-televisi swasta. Slogan "TVRI

menjalin persatuan dan kesatuan" bukanlah sekadar

jargon yang tanpa arti. Di balik slogan ini, terkandung

semangat untuk menjadi agen atau media perekat bagi

berbagai etnis di Indonesia. Semua itu agar tetap dalam

kondisi terintegrasi, tidak terpecah-belah. Slogan TVRI

itu hampir mirip dengan slogan "sekali di udara tetap

di udara" milik Radio Republik Indonesia (RRI) yang

menyimpan semangat untuk terus mengudara melakukan

siaran walau segenting apapun keadaan negara. Saat itu,

masyarakat Indonesia dalam kondisi selalu terpisahkan

oleh ruang dan waktu dengan saudara-saudaranya sesama

warga Indonesia yang lain. Untuk itu, siaran berita televisi

berusaha menjadi media pemersatu ke dalam "waktu yang

sama", dan seolah-olah para pemirsa televisi berada di dalam

"satu ruang yang sama".

Ada kelebihan siaran TV jika dibandingkan siaran

radio. Siaran radio hanya menyuguhkan aspek audio

sehingga masyarakat hanya dapat mendengar tanpa

tanpa melihat wajah dan ekspresi penyiar radio. Siaran

televisi selain bersifat audio juga ada aspek visual, sehingga

masyarakat bisa mendengar sekaligus dapat melihat

wajah dan ekspresi sang penyiar televisi. Dalam hal ini,

muncul kesan seolah-olah antara penyiar televisi dengan

masyarakat pemirsa berada di dalam suatu "ruang dan

waktu" yang sama. Pada hal-hal tertentu, TVRI dapat

dianggap sebagai salah satu simbol pemersatu bagi

masyarakat Indonesia melalui siaran-siarannya yang

ditujukan kepada seluruh masyarakat Indonesia, atau

masyarakat Indonesia di negara tetangga yang masih bisa

menangkap siaran TVRI.

Kita dapat merujuk pendapat dari

William

A. Folley

(1997: 26) Adapun mengenai simbol: "

A simbol is a sign

in which the relationship between its form and meaning

is stricly conventional, neither due to physical similarity

or contextual constraints".

Jadi, sebuah simbol adalah

sesuatu yang akan memiliki makna apabila sesuatu itu

dihubungkan dengan hal yang lain. Pemberian makna

ini tentu saja mengacu kepada konteks sosial-budaya

masyarakat si pemilik simbol. Mungkin saja sesuatu itu

oleh sekelompok masyarakat dianggap sebagai simbol

yang penuh makna. Akan tetapi, dapat saja objek yang

sama itu oleh masyarakat yang lain dianggap tidak

memiliki makna apa-apa atau hampa makna.

TVRI bisa jadi dianggap sebagai salah satu

simbol pemersatu bagi masyarakat Indonesia karena

dia mampu menyebarkan informasi dengan bahasa

Indonesia ke seluruh pelosok negara. Adapun bahasa

Indonesia adalah bahasa pengantar bagi masyarakat

Sumber:

www.liputan6.com

TVRI selama puluhan tahun menjadi pemain

tunggal stasiun penyiaran televisi di Indonesia yang

telah menjangkau berbagai pelosok Indonesia. Baru

pada paruh kedua tahun 1980-an mulai muncul stasiun

televisi swasta di Jakarta dengan siaran lokal, yaitu

RCTI. Setelah itu, muncul stasiun TPI, SCTV, Indosiar

dan lain-lain yang jangkauan siarannya berskala nasional

seperti halnya TVRI. Walaupun begitu, dalam hal misi,

tentu saja TVRI lebih terlihat sebagai stasiun televisi

122

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program IPA dan IPS

Indonesia yang berbeda etnis maupun bahasa ibu,

sebagai bahasa resmi kenegaraan termasuk bahasa

dokumen atau arsip maupun buku-buku pelajaran di

sekolah, dan bahasa resmi bagi penyebaran informasi

di media massa.

TVRI memiliki makna mendalam karena

dia dihubungkan dengan keberadaan bahasa Indonesia

maupun keberadaan bangsa Indonesia. TVRI menjadi

simbol jembatan bagi masyarakat Indonesia yang secara

geografis maupun kultural adalah masyarakat majemuk.

Media televisi, terutama dalam siaran berita,

misalnya TVRI (siaran Dunia dalam Berita, Berita

Malam), RCTI (siaran Nuansa Pagi, Buletin Siang),

Indosiar (siaran Fokus), SCTV (siaran Liputan 6 pagi,

Liputan 6 Siang) dan lain-lain, kalau diamati pasti para

penyiarnya menggunakan bahasa Indonesia baku. Akan

tetapi, dalam berbagai siaran yang lain, misalnya berbagai

siaran iklan, pertunjukan musik, siaran kuis, atau siaran

kesenian, akan terlihat bahasa pop atau "bahasa gaul"

dengan berbagai varian menjadi bahasa pengantar.

Di sini bisa dilihat adanya aspek

langue

(pada bahasa

berita) sekaligus adanya aspek

parole

(pada berbagai

siaran yang lain) dalam siaran televisi di Indonesia.

Kemudian, hal yang menjadi pertanyaan, mengapa dalam

siaran berita menggunakan bahasa Indonesia baku

sedangkan dalam siaran yang lain menggunakan bahasa

pop? Tentu tidak akan mudah untuk menjawabnya secara

rasional, sistematis, dan jernih.

Fenomena bahasa berita di media televisi ini

menarik untuk dikaji karena pada tingkatan tertentu

bahasa berita bisa menghegemoni sebagian masyarakat

pemirsa televisi sehingga mereka harus mengikutinya

(melihat, mendengar, membenarkan dan memper-

bincangkan). Hegemoni sendiri sering diartikan

sebagai kekuasaan yang dicapai melalui kesepakatan

dan bukan paksaan. Daya jangkau hegemoni sangat

dalam, mencakup pikiran dan perasaan masyarakat,

beroperasi di wilayah publik serta wilayah domestik.

Hegemoni sering dibedakan dengan dominasi.

Hegemoni secara halus menuntun orang untuk

bersikap atau berperilaku sesuai dengan pemegang

kekuasaan. Dalam hegemoni, kadang-kadang orang

tidak merasa terpaksa atau melakukan sesuatu

dengan sukarela. Adapun dominasi diartikan

sebagai kekuasaan yang dicapai melalui paksaan dan

kekerasan, daya jangkau kekuasaan dominasi hanya

sampai permukaan. Kekuasaan dominasi itu dilakukan

secara paksaan. Dalam hal ini, orang sanggup bersikap

atau berperilaku sesuai dengan pemegang kekuasaan

dominasi karena daya kekuatan orang tersebut kalah

kuat dari daya paksa pemegang dominasi.

Bahasa siaran berita televisi beroperasi pada

wilayah hegemoni. Akan tetapi, pada saat tertentu

juga beroperasi pada wilayah dominasi. Contoh

dari dominasi ini adalah saat sang pembaca berita

memerintahkan kepada pemirsa, "Jangan ke mana-

mana dulu karena kami akan hadir lagi setelah jeda

iklan berikut ini" atau "Tetaplah bersama saluran kami".

Kalimat-kalimat imperatif dan "tembak langsung" ini

sering kita jumpai pada siaran berita di televisi. Saat

pembacaan berita ataupun format penghadiran berita

dapat dilihat adanya aspek seni. Sentuhan seni ini juga

menjadi daya tarik khalayak untuk menyaksikan siaran

berita televisi.

Sesuai penjelasan tersebut, seni telah diman-

faatkan oleh para pembaca berita dalam siaran

televisi untuk mengomunikasikan berbagai hal yang

berhubungan dengan informasi kepada khalayak

pemirsa televisi. Mengenai makna seni, perlu

diperhatikan pendapat dari Taufik Abdullah,

"...pada

tahap awal seni adalah suatu pilihan dari berbagai cara

untuk melukiskan dan mengomunikasikan sesuatu.

Tentu saja setiap bentuk seni sesungguhnya adalah

perkembangan dari cara-cara yang biasa dilakukan dalam

hidup manusia (sajak tentu berawal dari ucapan, dan

tarian tentu berawal dari gerakan)."

(

Analisis Kebudayaan

,

tahun I; No.2 1980/1981: 11). Keinginan para pembaca

berita di televisi untuk mendapat perhatian dan tawaran

ketertarikan menyaksikan berita, dikomunikasikan

kepada masyarakat pemirsa melalui seni membaca

berita. Seni dapat menjadi media yang dimanfaatkan

untuk menghadirkan pesona siaran berita.

Sumber

:

www.

duniaesai.com

1. Topik apa yang dibahas dalam esai tersebut?

2. Daftarlah gagasan utama setiap paragraf dalam esai tersebut.

3. Buatlah kerangka esai di atas berdasarkan pengembangan pola

pembuka, isi, dan penutup.

4. Buatlah kerangka esai berdasarkan pengembangan pola pembuka,

isi, dan penutup.

Uji

Materi

123

Kegiatan

Kaidah

Bahasa

Pada bacaan "Bahasa Indonesia dan Siaran Televisi Nasional",

terdapat kata-kata berikut:

1. terintegrasi,

2. terutama,

3. terpecah-pecah,

4. terpisah,

5. terpaksa, dan

6. tertarik.

Awalan

ter

-berfungsi membentuk kata kerja pasif.

Arti Awalan

ter

-

1. Ketidaksengajaan

Contoh: tercoret dan tertumpah.

2. Menyatakan paling (

superlatif

)

Contoh: tertinggi, terpandai, dan terbersih.

3. Menyatakan pekerjaan yang telah selesai (aspek perspektif)

Contoh: terikat, terbagi, terkunci.

4. Menyatakan sesuatu dapat di....

Contoh: terangkat

dapat diangkat

terbaca

dapat dibaca, dan lain-lain.

Awalan

ter

- memiliki fungsi yang sama dengan awalan

di.

Akan tetapi, ada perbedaan di antara kedua imbuhan tersebut.

Perhatikan perbedaan kedua imbuhan tersebut di bawah ini!

Awalan ter-

Awalan di-

a. tidak mementingkan pelaku;

pelaku pada umumnya tidak

disebutkan

b. mengemukakan hasil

tindakan; proses sudah

berlangsung

c. menyatakan ketidaksengajaan

a. masih memperhatikan pelaku

b. masih memperlihatkan

berlakunya tindakan; proses

dapat sedang berlangsung

c. tindakan yang disengaja

Awalan

di-

berfungsi membentuk kata kerja pasif. Arti awalan

di-

adalah tindakan yang pasif; pelaku tindakan tidak dipentingkan.

Contoh: diterima, diambil, dan diberi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapatkah Anda menentu-

kan makna keenam kata berawalan

ter

- tersebut?

Kegiatan

Lanjutan

1. Buatlah sebuah esai dengan tema bahasa dan sastra.

Kemudian, tentukan topiknya.

2. Susunlah esai tersebut dengan pola pembukaan, isi, dan

penutup dengan memperhatikan diksi, kalimat, ejaan, dan

tanda baca.

3. Bahaslah hasilnya bersama teman Anda.

124

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII Program IPA dan IPS

Rangkuman

1. Salah

satu teknik berpidato adalah pidato tanpa teks. Sebelum

berpidato, sebaiknya Anda membuat kerangka pidato terlebih

dahulu.

2. Puisi kontemporer memiliki kekhasan dalam segi bentuk dan

penggunaan diksinya. Puisi ini sering disebut puisi yang lari dari

konvensional.

3. Periodesasi sastra terbagi atas beberapa periode, antara lain:

a. periode Sastra Indonesia Lama (sebelum tahun 1920)

b. periode Sastra Kebangkitan (1920–1942)

1) periode 1920 atau masa Balai Pustaka

2) periode 1942 (zaman Jepang)

3) periode 1945

4) periode 1950

5) periode 1966

4. Langkah pertama dalam menulis esai adalah menentukan topik

yang akan dibahas. Kemudian, topik tersebut dikembangkan

dengan pola pengembangan pembuka, isi, dan penutup.

Refleksi Pelajaran

Setelah mempelajari pelajaran ini, Anda akan mampu

berpidato tanpa teks. Kemahiran Anda dalam berpidato

tanpa teks dapat berguna jika suatu saat Anda diminta untuk

memberikan sambutan pada suatu acara tertentu. Setidaknya,

Anda sudah memiliki kemampuan untuk berpidato. Selain

itu, dengan mempelajari puisi kontemporer, rasa dan daya

apresiasi Anda terhadap karya puisi akan semakin terolah.

Adapun pengetahuan Anda semakin luas setelah mempelajari

perbedaan karakteristik karya sastra pada setiap periode.

125

Kegiatan

Soal Pemahaman Pelajaran 7

Bacalah puisi kontemporer berikut untuk menjawab soal no. 1 dan 2.

Kerjakan soal-soal berikut.

1. Tuliskan ciri-ciri puisi kontemporer tersebut.

2. Apa makna puisi tersebut? Jelaskan.

3. Sebutkan perbedaan karakteristik sastra pada setiap periode.

4. Sebutkan sastrawan dan karyanya yang paling menonjol pada

periode Zaman Kebangkitan.

5. Sebutkan beberapa sastrawan yang mendapat penghargaan

Hadiah Sastra Yamin.

JADI

(Sutardji Calzoum Bachri)

tidak setiap derita

jadi luka

tidak setiap sepi

jadi duri

tidak setiap tanda

jadi makna

tidak setiap tanya

jadi ragu

tidak setiap jawab

jadi sebab

tidak setiap seru

jadi mau

tidak setiap tangan

jadi pegang

tidak setiap kabar

jadi tahu

tidak setiap luka

jadi kaca

memandang kau

pada wajahku!