Halaman
Pelajaran 7
Ekonomi
Di antara sekian materi yang telah kita pelajari bersama,
adakah materi yang kalian rasa sulit untuk memahaminya?
Manfaatkanlah pengulangan-pengulangan materi untuk mengasah
kemampuan kalian. Diskusikanlah dengan teman dan guru kalian
mengenai materi yang belum kalian pahami. Hal itu akan sangat
membantu dalam memperdalam pemahaman kalian.
Pembahasan dalam Pelajaran 7 ini, secara urut meliputi menulis
hal-hal penting yang disampaikan narasumber, menanggapi
pembacaan cerpen, mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani
dari buku biografi, serta mengubah teks wawancara menjadi narasi.
Kajilah materi-materi tersebut dengan cermat untuk memperda-
lam kemampuan dan keterampilan kalian dalam berbahasa dan
berapresiasi sastra. Mulailah untuk mempelajarinya tetap dalam
semangat selalu berprestasi.
Sumber:
Kompas,
2008
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
144
Peta Konsep
Ekonomi
Mendengarkan
Berbicara
Menanggapi
p
embacaan cerpen
Membaca
Membaca buku
biografi
Menulis
Menarasikan teks
wawancara
Menulis hal-hal penting
dalam wawancara
Pelajaran 7 Ekonomi
145
A. Menuliskan Hal-hal Penting dalam
Wawancara
Pembelajaran mengenai wawancara telah kita lakukan pada
pelajaran sebelumnya. Pada pelajaran terdahulu, kalian diharapkan
dapat menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh
atau narasumber yang disampaikan dalam wawancara. Pada
pembelajaran kali ini, kalian diharapkan dapat menuliskan dengan
singkat hal-hal penting yang disampaikan narasumber dalam
wawancara. Untuk lebih memahami materi ini, simaklah
wawancara berikut beserta uraiannya sebagai bahan pembelajaran
kalian.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar kalian
adalah dapat
menuliskan hal-hal
penting yang
disampaikan
narasumber dalam
wawancara.
Bagaimana pendapat Anda tentang bank
asing yang akhirnya menyalurkan dana ke
sektor UMKM (Usaha Makro, Kecil, dan
Menengah) lewat BPR?
Kalau kita lihat, memang ada
kecenderungan bank-bank asing mengikuti
perkembangan perbankan Indonesia. Hal
yang sama terjadi juga pada bank syariah.
Jadi, bukan hanya bank pemerintah atau bank
lokal, unit bisnis syariah pun melihat ini
sebagai potensi.
Sebetulnya yang mereka lihat, bisnis ter-
sebut merupakan sisi kesempatan memper-
oleh keuntungan ke depan. Semuanya melihat
kemungkinan itu.
Apa hal ini akan diikuti bank asing
lainnya?
Bank-bank asing kelihatannya akan
memanfaatkan semua kemungkinan yang ada
untuk mengembangkan bisnis mereka.
Terutama jika penyaluran kredit ke sektor riil
dan sektor industri sudah mulai terbatas.
Pasalnya perkembangan ekonomi kita
saat ini ternyata tidak membaik. Bahkan tahun
2008 ini cenderung menunjukkan gejala-
gejala yang tidak positif, baik karena pengaruh
global maupun lokal.
Cenderung untuk meminimalisasi
risiko, begitu?
Sekarang yang dilihat adalah cara
menyalurkan kredit ke sektor UMKM, kredit
usaha rakyat, dan kredit konsumsi. Semua
kredit tersebut relatif lebih kecil risikonya,
meskipun hasilnya tidak akan sebesar kredit
yang besar-besar.
Dengan cara seperti itu, potensi kredit
macetnya tidak akan sebesar diversifikasi ke
dalam jumlah yang lebih besar. Meskipun
macet, tidak akan sebesar dana macet ban-
dit-bandit Bantuan Likuiditas Bank Indone-
sia (BLBI) yang sampai jutaan dolar atau
triliunan.
Perbankan lebih melihat saluran kredit
skala menengah ke bawah. Setiap perbankan
sebenarnya memiliki target berbeda-beda.
Namun, untuk saat ini kecenderungan
perbankan lebih memilih menyalurkan
dananya untuk hal-hal seperti itu.
Pasalnya, makin besar jumlah kreditnya
maka makin besar risiko macetnya. Maka itu,
dicarilah alternatif perusahaan-perusahaan
menengah ke bawah. Dengan alasan masalah-
masalah yang terjadi pada perusahaan-
perusahaan tersebut lebih mudah diatasi jika
terjadi kredit macet.
Lantas berapa besaran kredit bagi sektor
riil atau UMKM yang realistis?
Jangan terlampau besar. Kita harus
melihat juga kemungkinan mereka mengelola
dana yang mereka pinjam. Apabila terlampau
besar akan berpotensi bermasalah. Mengenai
besaran kredit, bank sudah punya strategi
tersendiri, yang bisa berbeda dengan bank
yang lain.
Dengan suku bunga kredit yang tinggi,
apakah ini akan membebani pengusaha?
Asing Terpikat UMKM
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
146
Penyaluran kredit melalui mekanisme
ini tentu akan rentan terhadap bunga kredit
yang tinggi. Namun, umumnya pengusaha
tidak mempersoalkan suku bunga. Hal ini
dikarenakan usahanya memiliki pendapatan
yang tinggi, sehingga bisa menutup pemba-
yaran bunga.
Jadi, ini bukan berarti kredit untuk sektor
UMKM lebih menarik daripada sektor
konsumsi?
Kalau itu, saya rasa sektor konsumsi
sudah mulai jenuh, bahkan naiknya tingkat
suku bunga sangat berpotensi untuk menjadi
kredit macet. Dengan tingginya tingkat inflasi,
pengeluaran bertambah. Sementara gaji tetap,
dan di lain pihak bunganya naik.
Berarti biaya bunga yang harus diba-
yarkan makin besar, sampai pada satu titik
tidak mampu membayar angsuran. Akhirnya
yang dikorbankan adalah kredit yang diperoleh
selama ini.
Bagaimana kondisi kredit konsumsi saat
ini?
Saya kira sekarang sudah
bubble credit
konsumsinya. Seperti yang terjadi di Amerika,
ketika orang mengambil kredit untuk beli
apartemen dan properti, bunganya masih 1%.
Ketika bunga naik terus hingga 5,25%, dam-
paknya luar biasa.
Akibatnya terjadi ledakan kredit macet.
Hal ini dapat mengguncang seluruh perbankan
dan ekonomi, bukan hanya di Amerika tetapi
global.
Apakah Indonesia berpotensi ke sana?
Ya, Indonesia berpotensi ke sana, karena
terjadi perkembangan luar biasa di sisi kredit
sektor konsumsi dalam beberapa tahun
terakhir. Orang mengambil kartu kredit, kredit
motor, kredit mobil, kredit perumahan, dan
kredit apartemen. Semua bank berlomba-
lomba di sisi ini. Kalau saya melihat, ini sudah
mendekati tingkat-tingkat yang perlu diwas-
padai, karena potensi perusahaan yang
mengalami masalah.
(Sumber:
www.google.co.id
, dengan pengubahan)
Setelah menyimak dialog tersebut, kalian dapat mencatat hal-
hal penting yang terdapat dalam dialog.
1. Sekarang ini bank pemerintah, bank asing, dan bank syariah
menyalurkan dana ke sektor UMKM lewat BPR.
2. Alasan bank pemerintah, bank asing, dan bank syariah
menyalurkan dana ke sektor UMKM adalah memperoleh
keuntungan ke depan.
3. Bank-bank asing akan memanfaatkan semua kemungkinan
untuk mengembangkan bisnisnya, apabila penyaluran kredit
ke sektor riil dan sektor industri terbatas.
4. Perkembangan ekonomi dunia saat ini tidak membaik dan
cenderung menunjukkan gejala-gejala yang tidak positif.
5. Kredit ke sektor UMKM, kredit usaha rakyat, dan kredit
konsumsi merupakan cara berbisnis yang risikonya relatif
lebih kecil, walaupun hasilnya tidak akan sebesar kredit
yang besar-besar.
6. Dengan cara menyalurkan kredit ke sektor UMKM, kredit
usaha rakyat, dan kredit konsumsi, potensi kredit macetnya
tidak akan sebesar diversifikasi ke dalam jumlah yang lebih
besar.
Sumber:
Dok. Penerbit
Pelajaran 7 Ekonomi
147
7. Bank memiliki strategi tersendiri dalam menyalurkan
besaran kredit.
8. Pengusaha tidak mempersoalkan suku bunga, karena
usahanya memiliki pendapatan yang tinggi, sehingga bisa
menutup pembayaran bunga.
9. Perkembangan kredit konsumsi begitu luar biasa, sehingga
harus diwaspadai.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa isi dialog
tersebut adalah berikut.
Dewasa ini banyak bank pemerintah, bank asing, dan bank
syariah menyalurkan dana ke sektor UMKM lewat BPR. Hal
ini dilakukan dengan pertimbangan memperoleh keuntungan
ke depan. Apabila penyaluran kredit ke sektor riil dan sektor
industri mulai terbatas, maka bank-bank asing akan memanfaat-
kannya dengan mengembangkan bisnis tersebut. Apalagi
perkembangan dunia saat ini sedang tidak membaik dan menun-
jukkan gejala-gejala yang tidak positif. Dengan demikian, bisnis
menyalurkan dana ke sektor UMKM merupakan salah satu
cara yang bijak. Hal ini dikarenakan risiko yang akan diterima
relatif lebih kecil, walaupun hasilnya tidak sebesar kredit yang
besar-besar. Selain itu, potensi kredit macetnya pun tidak akan
sebesar kredit ke dalam jumlah yang lebih besar. Berkaitan
dengan besaran kredit, bank sudah memiliki strategi sendiri.
Pengusaha tidak mempersoalkan suku bunga, karena usahanya
memiliki pendapatan yang tinggi, sehingga bisa menutup
pembayaran bunga. Perkembangan kredit konsumsi yang telah
terjadi di Indonesia begitu luar biasa dan harus diwaspadai.
Selain memuat beberapa informasi yang terungkap secara
jelas, dialog tersebut memuat beberapa informasi secara tersirat.
Informasi yang diungkapkan secara tersirat dari dialog tersebut
dapat kalian simpulkan seperti berikut ini.
1. Saat ini perkembangan ekonomi di Indonesia kurang
kondusif.
2. UMKM memerlukan dana untuk mengembangkan usaha-
nya.
3. Adanya anggapan penyaluran kredit ke sektor riil dan
industri sudah mulai terbatas.
4. Pengusaha merasa senang dengan adanya dana yang
disalurkan dari bank asing.
5. Kredit konsumsi yang tinggi berpengaruh terhadap seluruh
perbankan dan ekonomi secara global yang membawa
dampak buruk.
Bingkai Bahasa
Pada teks dialog di atas
terdapat kalimat
majemuk setara dengan
konjungtor
dan
.
Dalam kalimat majemuk
setara, kata penghubung
dan
merupakan
konjungtor yang
menyatakan hubungan
makna ‘penjumlahan’.
Artinya, hubungan
makna yang terdiri antara
klausa yang satu dengan
klausa yang lain bersifat
penjumlahan,
menambahkan, atau
menggabungkan.
Contoh:
a. Kegiatan otonomi
Indonesia dari yang
paling bawah
dan
yang paling dalam.
b. Setiap pagi Ali
menyapu dan
mengepel lantai.
c. Dia membuka tali
rambutnya dan mulai
bersisir.
d. Penerbang itu turun
dan berdiri di samping
pesawat.
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
148
Uji Kemampuan 1
Simaklah wawancara dengan Bagas Kurniawan, pemilik
Ninety Nine Trees Community
Kampung Rusa berikut!
Bisnis Lestarikan Alam
Menjalankan sebuah bisnis tidak mesti
dengan merusak alam. Sebaliknya, bisnis
dapat berjalan berdampingan dengan pe-
lestarian alam. Tidak hanya itu, bisnis juga
dapat menumbuhkan kehidupan sosial yang
berwawasan alam.
Dapat diceritakan konsep-konsep
pendirian
Ninety Nine Trees Community
di
Kampung Rusa?
Sebenarnya, ini merupakan konsep
bisnis petani yang ingin kami sampaikan
kepada anak cucu. Kami memiliki tanggung
jawab moral kepada anak-anak yang tidak
dapat menghadapi sosialisasi secara
lingkungan. Jadi mereka hanya jago kandang,
kehidupan konsumtif, setiap
akhir pekan pasti
ke mal, main
playstation
, atau hanya
nonton
televisi. Nah, pola hidup seperti itu ke depan
pasti akan susah. Jadi dasarnya seperti itu.
Dasar seperti ini adalah kehidupan
hunian yang menyatu dengan alam. Jadi, kami
membuat paradigma terbalik. Apabila orang
mencari uang harus ke luar rumah, tapi (kami)
dengan mempunyai hunian atau rumah, uang
dapat datang ke rumah.
Bagaimana caranya?
Caranya minimal kita punya rumah,
kolam ikan, dan punya tanaman untuk diolah.
Jadi kita berkebun. Lahan ini minimal luasnya
300 meter. Perinciannya 100 meter untuk
didirikan rumah, kemudian kolam ikan 100
meter, dan sisanya untuk berkebun tanam-
tanaman. Jadi, kehidupan itu dapat berjalan
apabila kita berintegrasi dengan alam.
Dengan kita membuat makanan yang diambil
dari alam, otomatis kehidupan kita secara
ekonomi maupun sosial lainnya akan lebih
baik.
Gagasan itu dimulai kapan?
Mulai efektif Juni 2005. Sebenarnya
kami membuat Kampung Rusa ini baru 18
bulan. Hampir semua tanaman yang ada di
sini adalah tanaman baru. Nah, penghuni
rumah-rumah yang ada di sini tidak boleh
merusak atau menebang pohon yang sudah
ada. Kami dalam sehari minimal menanam
10 pohon kertas. Jadi, kami sebenarnya
memulai bukan dengan membuat rumah,
tetapi menanam pohon setiap hari
.
Mengapa demikian?
Dulu sebelum kami menempati daerah
ini, suhu di sini mencapai 40 derajat Celcius.
Ini dikarenakan di sini dulunya tidak ada
pohon sama sekali. Tadinya ini lembah yang
gundul. Nah, yang ada sekarang ini adalah
tanaman yang kita tanam. Ada pohon
trembesi, mahoni, dan jati putih. Itu pohon
yang wajib kita tanam, karena ketiga pohon
itu tidak perlu perawatan secara khusus. Tidak
perlu disiram, tapi tetap dapat hidup. Intinya,
dengan hanya menanam pohon, banyak hal
yang kita dapat. Di antaranya, kayunya dapat
kami gunakan untuk membuat rumah-rumah
ini. Untuk tanaman berbuah yang lain, misal-
nya nangka dan rambutan, yang nanti
buahnya dapat mendatangkan rupiah. Jadi,
semuanya ada nilai ekonomisnya.
Kami membangun secara organik.
Begitu tanamannya sudah ada, terus kita
pikirkan cara supaya air yang mengalir kita
manfaatkan untuk mengairi pertanian yang
ada. Saya optimis, jika soal membayar utang
selama 20 tahun ke negara kreditor, terus
setiap orang Indonesia menanam dua pohon,
tidak usah banyak-banyak, satu pekan sekali,
utang itu pasti terbayar. Nah, pesan moral
ini sebetulnya yang kami tanamkan kepada
anak-anak kami.
Berapa luas lahan di Kampung Rusa ini?
Belum luas, baru lima hektare saja.
Tindakan selanjutnya?
Pelajaran 7 Ekonomi
149
Kita lantas perlu hunian. Kita membuat
rumah yang menunjang kampung ini, dengan
rumah yang ada studio musiknya dan di ruang
bawah digunakan untuk arena bermain anak-
anak. Di rumah sebelah itu
guest house
. Di
ruangan bawah dapat digunakan untuk main
gending
.
Berapa jumlah keluarga di sini?
Ada 10 keluarga dengan
catering
-nya
hanya ada satu. Memang jika ada salah satu
keluarga yang ingin masak makanan tertentu,
ya tidak masalah. Namun, untuk makan siang
dan makan malam dapat pesan ke
catering
.
Nah, anak-anak di sini sudah dapat mening-
galkan makanan yang instan, karena kami
dapat membuat aneka macam makanan
seperti kue, yang juga kami jual ke Jakarta.
Rumah yang ada semuanya meng-
gunakan bahan baku kayu. Kira-kira berapa
dana yang diperlukan?
Rumah ini misalnya memerlukan kayu
sekitar 15-20 kubik. Nah, kami menggunakan
kayu kampung. Contohnya kayu pinus, durian,
dan nangka yang kita rendam di lumpur agar
tidak dimakan oleh rayap. Jadi, kayu ini
memiliki nilai ekonomis, meskipun kayu
kampung. Apabila kayu bengkirai saja, satu
kubik harganya dapat mencapai Rp8 juta.
Apa saja kegiatan yang dapat direalisasi
menjadi bisnis?
Suasana alam di sini sangat memung-
kinkan dijadikan sebagai tempat
outbound
.
Selain itu, juga ada
catering
dan
loundry
. Ada
anggota keluarga di sini yang hobinya mem-
buat rumah kayu, dia sehari-harinya membuat
rumah kayu.
Suasana alam di sini juga dapat untuk
melakukan
gathering family
. Di antaranya ada
acara membakar ikan, dapat belajar bercocok
tanam di sawah dan kebun yang ada di sini,
dan dapat juga memberi makan rusa. Di sini
kami berlakukan
closing area
. Jadi, jika sudah
ada satu keluarga besar yang menyewa tempat
ini, kami menerima tamu lain.
Lembaga apa saja yang mayoritas
melakukan outbound di sini?
Rata-rata sekolah yang
franchise
, misal-
nya Santa Laurensia, Little School, Singapore
School, dan Al-Azhar. Sekolah lokal jarang
datang kemari. Memang sekolah-sekolah
seperti itu sudah memandang perlunya
mengenal alam. Terakhir yang datang kemari
adalah siswa-siswi dari Jakarta International
School (JIS) yang hanya ingin melihat pe-
nanaman padi.
Di sekitar sini, banyak sawah yang dita-
nami. Apa ini juga milik
Ninety Nine Trees
Community
?
Ya, sawah-sawah itu milik kita untuk
mencukupi keperluan. Sawah-sawah itu juga
memberdayakan petani Sali yang ada di sini.
Kita juga prihatin ya, banyak warga asli sudah
tidak punya lahan. Sebagian sudah dikuasai
developer
,
sehingga warga yang ingin bertani
kita arahkan untuk bercocok tanam secara or-
ganik di sawah yang kita miliki. Namun, tidak
mudah juga, sebab petani di sini terbiasa
menggunakan pestisida. Kami arahkan me-
reka untuk bertani ala organik. Saat ini, baru
dua petani yang bersedia menggunakan (cara)
organik.
(Sumber:
Seputar Indonesia
, Februari 2007, dengan
pengubahan)
Kerjakanlah perintah soal berikut dengan benar di buku
tugasmu!
1.
Apakah tema pokok yang disampaikan dalam wawancara di
atas?
2.
Tulislah hal-hal penting yang disampaikan oleh narasumber
dalam wawancara di atas!
3.
Tuliskan hasil wawancara tersebut secara singkat!
4.
Diskusikan hasil kerjamu bersama kelompokmu!
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
150
B. Menanggapi Pembacaan Cerpen
Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang
berbentuk prosa, selain roman dan novel, yang cukup banyak
digemari oleh kalangan remaja. Secara garis besar, cerpen tidak
berbeda jauh dengan roman dan novel. Cerpen mengangkat
berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan mulai dari yang
sederhana sampai yang rumit.
Keterbatasan ruang (sekitar 5–6 halaman) yang diberikan
media (surat kabar, tabloid, atau majalah) kepada jenis karya sastra
ini mengakibatkan jalinan peristiwa yang ada tidak sampai
membawa perubahan nasib bagi sang tokoh utama. Meski de-
mikian, cerpen tetap saja memberikan nuansa tersendiri bagi dunia
sastra kita.
Hampir setiap Minggu, kehadiran cerpen selalu menghiasi
berbagai surat kabar, tabloid, atau majalah. Terbatasnya ruang yang
diberikan oleh pihak media ternyata telah membuat para penulis
cerpen harus berpikir kreatif dalam mengolah imajinasinya,
sehingga mampu menarik minat pembaca. Selain itu, sedikitnya
ruang yang disediakan pengelola media juga telah membuat jenis
karya sastra ini cukup dibaca dalam sekali duduk. Hal inilah yang
kemudian membuat cerpen begitu dekat dengan dunia remaja.
Mereka tidak harus membacanya dalam waktu yang lama. Paling
hanya sekitar 10–15 menit pembacaan cerpen itu sudah dapat
diselesaikan.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar kalian
adalah dapat
memberikan
tanggapan terhadap
cara pembacaan
cerpen.
Kerjakan tugas berikut di buku tugas bersama kelompokmu!
1.
Simaklah wawancara yang disiarkan di radio atau ditayangkan di
televisi!
2.
Tentukanlah tema pokok yang disampaikan dalam wawancara
tersebut!
3.
Tulislah hal-hal penting yang disampaikan oleh narasumber dalam
wawancara di atas!
4.
Tuliskan hasil wawancara tersebut secara singkat!
TAGIHAN
Sumber:
Dok. Penerbit
Pelajaran 7 Ekonomi
151
Namun, tradisi pembacaan cerpen yang kemudian diper-
dengarkan seperti layaknya pertunjukan monolog belum begitu
dikenal di kalangan remaja kita. Tradisi semacam ini biasanya
dilakukan dalam komunitas-komunitas tertentu dan dalam acara-
acara peluncuran buku kumpulan cerpen, yang dilakukan oleh para
sastrawan atau penulisnya sendiri. Namun, paling tidak, pengenalan
tradisi pembacaan semacam ini dapat dijadikan ajang latihan bagi
para penulis dan calon penulis cerpen.
Berbagai latihan itu di antaranya latihan penghayatan terhadap
cerpen yang dibacakan; latihan vokal, baik kuat-lemahnya suara
maupun jelas-tidaknya lafal yang kita ucapkan dapat terkontrol
dengan baik; serta latihan gerak sebagai bentuk ekspresi dari
pembacaan yang kita lakukan. Selain itu, ajang ini pun dapat
dijadikan ajang tukar pengalaman dan pengetahuan antarpenulis
cerpen. Dengan demikian, pembacaan cerpen semacam ini dapat
dijadikan semacam model pembelajaran sastra yang dapat
dikembangkan, baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan
komunitas kelompok yang lebih kecil.
Guna memperdalam pemahaman kalian mengenai materi ini,
mintalah kepada seorang teman kalian untuk membacakan cerpen
“Keysia dan Preman Tua” berikut.
Keysia dan Preman Tua
Karya: Arianto
***
Pada awal pernikahannya dengan Ibu,
Bapak bekerja sebagai buruh pabrik dan
mereka bahagia dengan kehidupannya yang
dijalani dengan indah. Aku pun mendapat
kasih sayang yang penuh dari Bapak dan Ibu.
Walau kami dulu tinggal di rumah kontrakan
yang terbilang sangat sempit tapi kami
bahagia. Sampai suatu saat pabrik garmen
tempat Bapak dan Ibu bekerja gulung tikar
dikarenakan krisis ekonomi dan kenaikan
harga BBM yang memengaruhi kenaikan harga
bahan baku dan penurunan penjualan.
“Bu, pabrik tempat kita bekerja tutup.
Kita harus bagaimana, ya, Bu?”
Aku ingat ucapan Bapak waktu itu, saat
aku masih duduk di bangku kelas 5 SD.
“Sabar Pak, kita coba usaha saja,” jawab
Ibu dengan penuh kesabaran. Ibu adalah
seorang yang sabar dan penyayang terhadap
aku dan adikku.
Setelah tidak bekerja pada pabrik garmen
tersebut, kehidupan kami mengalami
penurunan yang drastis. Ibu mencoba
berjualan lauk matang di rumah, dan Bapak
mencoba menjadi pedagang kaki lima dan
berjualan di depan perkantoran elit.
Musibah yang datang tetap kami jalani
sekeluarga dengan sabar, orang tuaku begitu
ikhlas menjalani semuanya. Dan Bapak
pernah berkata kepada kami sekeluarga,
“Hidup itu berat, tetapi tetap harus dijalani
seberat dan sesusah apa pun. Jangan mengeluh
dan merepotkan orang lain.” Itulah prinsip
Bapak. Aku salut kepada Bapak, walau dalam
keadaan susah beliau tetap tegar sebagai
tulang punggung keluarga.
Tetapi awan hitam masih menyelimuti
keluarga kami. Ketika aku pulang sekolah aku
melihat banyak orang berlari-lari di dekat
rumah kontrakan kami sambil berteriak-teriak
dan membawa ember untuk memadamkan
Selintas Makna
Cerpen merupakan salah
satu genre (tipe) sastra
(dalam hal ini prosa)
yang menggunakan
sepenggal episode
kehidupan manusia
sebagai dasar atau
landasan pengarang
dalam menyampaikan
cerita. Ada beberapa
pendapat pakar sastra
yang mencoba
memberikan batasan
jumlah halaman untuk
jenis genre ini. Namun,
sebenarnya yang lebih
dapat berterima adalah
batasan yang
menyatakan bahwa
cerpen merupakan
sepenggal kisah episode
kehidupan manusia (yang
menjadi tokoh cerita di
dalam karya).
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
152
api. “Kebakaran... kebakaran ...,” begitulah
orang-orang berteriak. Dan begitu pilu melihat
rumah kontrakan kami habis dilalap si jago
merah. Lalu aku pun panik mencari Ibu dan
Bapak.
“Bang Roni, Ibu mana, Bapak ke ma-
na?” tanyaku. Aku pun menangis sekencang-
kencangnya melihat kejadian itu. Seorang
yang kusapa Bang Roni, tetangga kami dalam
rumah petak kontrakan kami, mengantarkan
aku ke Ibu.
Kulihat Ibu sedang menangis seseng-
gukan di pojok mushola dan Bapak masih
berusaha menyelamatkan barang berharga
yang tertinggal di rumah kami, walau memang
kami sebenarnya tidak memiliki apa pun di
rumah.
“Gusti Allah, mengapa Kau tidak ber-
henti memberi kami cobaan,” begitu ratap
Ibu kala itu sambil menggendong adikku, Bu-
di, dan dalam kondisi hamil 6 bulan. Begitu
kulihat guratan kepedihan yang dialami Ibu.
Setelah kebakaran padam, kami seke-
luarga tidak mempunyai tempat tinggal lagi.
***
Karena tidak memiliki uang dan apa
pun, akhirnya kami dengan suatu pilihan
berat, diajak oleh Pak Nainggolan, teman
Bapak sewaktu berjualan di emperan, tinggal
di bawah kolong jembatan.
“Ini rumah baru kita Ka, Bud,” terlihat
Bapak dengan muka yang dibuat seolah
Bapak bahagia dengan sesuatu yang
dibilangnya rumah, walau hanya terdiri dari
tumpukan-tumpukan kardus bekas di bawah
kolong jembatan.
Walau terbuat dari kardus, rumah kami
begitu nyaman. Aku nyaman dengan bekap
kedua orang tua. Bapak dan Ibu begitu
memberi rasa cinta mereka kepada aku dan
Budi. Bapak kini berusaha mencari nafkah
dengan menarik becak. Aku dan Budi, karena
tetap ingin sekolah, memutuskan untuk
mengamen di jalan. Uangnya aku kasih ke
Ibu.
Walau hanya makan seadanya, alham-
dulillah kami masih bisa makan tiga kali
sehari, dengan porsi seadanya. Kulihat Bapak
tetap tegar menjalani harinya dan tetap
menjalankan sholat lima waktu. Bapak selalu
menggunakan baju koko kebesaran yang
tersisa dari kebakaran rumah kami yang dulu.
“Bapak, kayaknya Ibu sudah mau mela-
hirkan deh satu bulan lagi,” ucap Ibu waktu
tengah malam. Saat aku pura-pura tidur dan
mendengarkan percakapan Bapak dan Ibu.
“Iya, Bu, tapi melahirkan di mana.
Bapak tidak punya uang untuk biaya
melahirkan. Gimana, ya, Bu?” kulihat Bapak
melamun di sana.
Sore itu sepulang mengamen dengan
Budi, kulihat Bapak duduk diam di pojok
rumah.
“Sore, Pak, kok tidak narik, Pak?” tanya-
ku polos kepada Bapak.
“Becak Bapak disita oleh polisi. Kata-
nya Bapak melanggar peraturan lalu lintas.
Polisi mengatakan apa Bapak gak lihat di
tiang depan sana ada gambar becak dilarang
masuk area sini,” begitu kata Bapak tentang
kejadian diambilnya becaknya. Kulihat Bapak
menangis di depan rumah kardus kami.
Bapak mengepal tangannya sambil
memukul tanah tanda kekesalannya. Keke-
salan tentang garis hidup dan kemiskinan yang
menimpa kami. Dia berteriak, “Aku benci
pada-Mu, ya, Allah. Tidak habis pikir aku,
pekerjaanku, rumahku dan kini becakku Kau
ambil semua. Kenapa, apa salahku, aku benci
pada-Mu, ya, Allah!”
Ibu hanya diam, tidak ada sepatah kata,
hanya tersenyum dan memeluk Bapak dari
belakang, seakan berusaha menenangkan
Bapak.
Sudah tiga bulan ini Bapak menganggur,
dan sejak saat itu kerjaan Bapak cuma luntang
lantung tidak jelas. Ibu mencoba mencari
nafkah kami dengan memulung, sedangkan
aku dan adikku tetap mengamen. Saat aku
mengamen di perempatan lampu merah,
kulihat seseorang seperti Bapak melakukan
pencopetan dan orang tersebut dikejar-kejar
massa. Untungnya orang itu berhasil me-
nyelamatkan diri dari amukan massa.
Pelajaran 7 Ekonomi
153
Ketika di rumah aku bertanya kepada
Bapak, “Pak, tadi aku lihat seorang pencopet
dikejar massa. Kasihan orang itu, Pak. Kenapa
dia mencopet, ya, Pak?”
Tidak seperti biasanya Bapak yang
kukenal ramah membentakku, “Sudahlah,
anak kecil tau apa, sih!” Kulihat Bapak
memegangi sebuah luka di kakinya yang sama
kulihat dengan pencopet yang kulihat sempat
terjatuh di lampu merah tadi.
Pada awalnya Bapak tidak berterus
terang kepada Ibu, aku, dan adikku. Tetapi
lama-lama kami tahu bahwa Bapak telah
bergabung dengan kelompok preman Bang
Hasan Palembang, sebuah
gang
(kelompok)
preman yang sering merampok, menodong,
dan berbuat kekerasan lainnya.
“Ini uang untuk Ika dan Budi sekolah
lagi, Bu,” suatu hari Bapak menyerahkan uang
kepada Ibu, “Dan Ibu, tolong jangan
memulung lagi. Sebentar lagi Ibu sudah akan
melahirkan.”
“Ini uang dari mana, Pak?” tanya Ibu
kepada Bapak.
“Sudahlah, kalian tidak perlu tahu!,”
bentak Bapak kala itu.
Tetapi suatu hari aku melihat tangan
Bapak berdarah-darah, seperti habis berkelahi
dan banyak kawan-kawan Bapak yang datang
ke rumah.
“Cung, aku
nggak nyangka kalo
kalian
tega membunuh lelaki itu.”
“Itu masalah pilihan Met, aku terdesak
waktu itu,
nggak
ada pilihan lain!” Bapak
membela diri.
“Tapi tidak harus dengan membunuh-
nya, kan?”
“Aku tidak menyangka kalau sabetanku
mengantarnya meregang nyawa.”
“Bodoh, kamu! Hasil sabetanmu nyaris
memutuskan lehernya, mana mungkin
nggak
mati.”
“Oke, ike, aku mengaku salah. Saya kira
kita tidak usah memperpanjang masalah ini,
oke.”
Sahabat Bapak yang dipanggil Memet
diam.
Aku bercerita kepada Ibu tentang ke-
jadian tadi bahwa Bapak menjadi preman.
Tetapi Ibu diam, seakan tidak bisa berkata
lagi.
“Sudahlah Ika, kalian sekolah saja Biar-
kan bapakmu mencari uang. Kita doakan saja
bapakmu selamat,” ucap Ibu pasrah dengan
penjelasanku tentang Bapak.
***
Aku sangat bersyukur karena aku bisa
diterima sebagai karyawan di kelurahan
walaupun aku menjadi pegawai rendahan di
kelurahan. Dengan begitu, aku bisa sedikit
mengangkat kehidupan keluargaku. Alham-
dulillah, aku bisa mengontrak rumah untuk
kami sekeluarga walau hanya sebuah rumah
petak seperti rumah kontrakan kami yang
kebakaran dulu. Memang itu tekadku semen-
jak dulu, yaitu mengangkat martabat keluarga,
dan ibu sudah tidak aku perbolehkan memu-
lung lagi. Kini Ibu mulai membuka usaha
menjual makan di depan rumah kontrakan.
Tetapi Bapak masih dengan kegiatannya
menjadi preman jalanan, tetapi sudah tidak
seberingas dulu lagi. Bapak hanya memegang
lahan parkir, tidak ikut mencopet, menodong
atau tindak kekerasan lagi. Dan kini bukan
hanya ada aku dan Budi, aku memiliki adik
bernama Andi yang lahir di tengah kesusahan
ekonomi keluarga kami.
...
Aku selalu mengikuti saran dari Ibu dan
aku ingin berbakti kepada kedua orang tua.
Mereka sudah susah payah membesarkan aku
dengan liku hidup yang begitu sulit.
“Nama kamu, Ika, ya,” begitulah awal
perkenalanku dengan seorang pemuda.
Namanya Iwan Subrata, seorang pegawai
bank swasta yang menaruh hati padaku. Pada
awalnya aku hanya menanggapi dingin karena
aku takut berakhir dengan kekecewaan. Tetapi
Iwan berhasil meluluhkan hatiku yang mem-
beku.
...
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
154
Mas Iwan menemui Bapak pada hari
Minggu sore.
“Begini Pak, nama saya Iwan Subrata.
Saya datang dengan maksud ingin menikahi
putri Bapak, Ika. Tapi sebelum orang tua saya
datang, saya memberanikan diri untuk me-
nanyakan kesediaan Bapak untuk memper-
bolehkan saya menikahi anak Bapak,” jelas
Mas Iwan kepada Bapak kala itu. Bapak
awalnya sangat terkejut, tapi Bapak adalah
seorang yang bijaksana dan memperbolehkan
putrinya untuk dinikahi oleh Mas Iwan.
....
Aku pun kini telah mempunyai seorang
putri kecil yang cantik dan ceria bernama
Keysia, seorang yang sifatnya mirip Bapak,
keras kepala. Bapak kini telah meninggalkan
pekerjaannya sebagai preman. Dia membuka
usaha bengkel dengan modal dibantu oleh
Budi. Tetapi mungkin rasa sakit hati Bapak
terhadap Tuhan masih membekas di hatinya.
Sampai saat ini Bapak tidak mau sholat.
....
“Bapak, biarlah yang dulu kekerasan
hidup dan cobaan hidup berlalu. Allah selalu
menguji kita karena Allah sayang kita kan,
Pak. Buktinya kini Allah memberi sesuatu
yang indah. Budi bisa kuliah seperti mimpi
Bapak dulu. Dan aku telah menikah dengan
Mas Iwan, orang yang menyayangi aku dan
keluarga kita, serta ada Keysia, cucu Bapak
yang sangat mencintai Bapak,” ujarku.
Tampak sebuah senyum dari wajah
Bapak seakan dia setuju tentang apa yang
telah aku terangkan kepadanya. Setelah
pembicaraan itu, aku melihat Keysia masuk
ke dalam kamar, “Eh, Kakek udah bangun.
Sini Keysia ajarin cara sholat.”
“Boleh, tapi ajarinnya pelan-pelan, ya.”
Bapak pernah berkata tentang
harapannya dia ingin kembali berbakti kepada
Allah dan menjalankan perintahnya sebelum
dia meninggal. Suatu keajaiban telah terjadi
dalam hidupku. Aku melihat Bapak telah
melaksanakan sholat Ashar berjamaah dengan
Keysia putriku. Alhamdulillah, seorang pre-
man tua telah kembali insyaf dan sholat
karena seorang putri kecil yang begitu men-
cintainya. Keysia, putri kecilku yang cantik
yang bisa meluluhkan seorang preman tua dan
menuntunnya ke jalan Allah.
Bukan karena kepintarannya, tapi ke-
tulusan yang ia pancarkan dari tubuh ke-
cilnya.
Aku pun terharu atas kejadian yang
kusaksikan. Kupanjatkan doa kepada Allah
atas sumua karunia yang telah diberikan
kepadaku.
....
Depok, 16 Mei 2008
(Simber:
www.google.co.id
, dengan pengubahan)
Setelah mendengarkan pembacaan cerpen yang dilakukan
oleh salah seorang teman kalian di depan kelas, sudahkah kalian
memahami isi cerpen yang dibacakan itu? Apabila sudah, coba
kalian diskusikan bersama teman sebangku kalian beberapa
tanggapan atas pembacaan cerpen tersebut. Tanggapan itu dapat
berupa tanggapan terhadap proses pembacaannya atau tanggapan
terhadap cerpennya itu sendiri. Untuk lebih memantapkan materi
pembahasan menanggapi pembacaan cerpen, perhatikan contoh
hasil diskusi mengenai tanggapan pembacaan cerpen berikut.
Tanggapan terhadap pembacaan cerpen “Keysia dan Pre-
man Tua,” karya Erwin Arianto adalah berikut.
Pelajaran 7 Ekonomi
155
1. Tanggapan terhadap proses pembacaan
Pembacaannya terlalu cepat sehingga kami selaku
pendengar tidak dapat menyimaknya dengan baik. Selain itu,
perlu diperhatikan kembali kuat-lemahnya suara dan kejelasan
lafal, sehingga kami yang kebetulan duduk di deretan bangku
paling belakang juga dapat menyimak dengan baik pembacaan
tersebut. Intonasi setiap kalimat pun perlu jelas dan tegas. Mana
kalimat berita? Mana kalimat tanya? Mana pula kalimat
perintahnya? Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya dan
perlu diperhatikan adalah penghayatan terhadap sesuatu yang
sedang dibacakan. Apabila isi cerpen itu bernada sedih,
usahakanlah pada saat membacanya jangan dilakukan dengan
riang gembira. Jelas hal ini akan bertentangan dengan sesuatu
yang hendak disampaikan. Dengan memerhatikan hal-hal itu,
saya kira proses pembacaan cerpen akan lebih menarik.
2. Tanggapan terhadap isi cerpen
Isi cerpen tersebut berkisah tentang kehidupan yang nyata
dan masih banyak terjadi. Tema yang diangkat dalam cerpen
ini adalah
permasalahan hidup yang terjadi dalam keluarga
yang disebabkan oleh faktor ekonomi.
Jalinan cerita dalam cerpen tersebut tidak terlalu rumit,
sehingga mudah untuk dipahami. Dalam menyampaikan
ceritanya, pengarang menggunakan bolak-balik, yaitu maju -
mundur - maju.
Cerpen tersebut tidak hanya berkisah mengenai kese-
dihan atau kebahagiaan. Cerpen tersebut berkisah tentang
kebahagiaan yang sebentar yang kemudian dilanjutkan dengan
penderitaan dan kesedihan yang cukup panjang. Namun,
kesedihan tersebut lama-lama terhapuskan dengan kebahagiaan
yang terus dicari tanpa putus asa.
Kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan dalam
cerpen kurang memberikan penekanan dan belum bisa
menyentuh perasaan. Kesedihan diceritakan dengan biasa,
sehingga perasaan para pembaca belum bisa mendalami isi
cerita tersebut. Misalnya, saat membaca cerita yang me-
ngisahkan rumah kebakaran hingga tokoh bapak menjadi pre-
man, seharusnya pembaca bisa merasakan hal itu hingga sampai
menangis. Namun, kalimat-kalimat yang biasa tersebut belum
dapat menyentuh perasaan.
Meskipun kurang menyentuh perasaan dalam penyam-
paiannya, pesan yang terkandung di dalam cerpen dapat dengan
mudah dipahami. Pesan dalam cerpen tersebut antara lain
berikut.
Ingin Tahu?
Beberapa hal yang dapat
ditanggapi dari
pembacaan sebuah
cerpen di antaranya:
tanggapan terhadap
proses pembacaannya
(dalam hal ini si pem-
baca berperan sebagai
media penyampai ide dan
gagasan pengarang) dan
tanggapan terhadap isi
cerpen (dalam hal ini
cerpen dikritisi oleh
pendengar dalam hal:
tema, alur yang
digunakan, dan tokoh-
tokohnya).
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
156
a. Jangan mudah berputus asa dalam menghadapi persoalan
hidup.
b. Selalu bersabar saat menghadapi persoalan hidup.
c. Selalu mengingat Tuhan dalam kesusahan maupun
kebahagiaan.
d. Menerima segala yang diberikan oleh Tuhan dengan rasa
syukur.
e. Taat pada nasihat dan perintah orang tua.
f. Menyanyangi kedua orang tua dengan tulus.
g. Menyadari bahwa manusia itu tidak selalu bahagia dan
kaya, tetapi bisa juga merasa sedih dan miskin.
h. Kekayaan atau kemiskinan tidak menjadi ukuran keba-
hagiaan.
Makna yang terkandung dalam pesan-pesan tersebut
mudah untuk dipahami dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Uji Kemampuan 2
Simaklah pembacaan cerpen berikut dengan saksama!
Bingkisan Lebaran
Rumahnya kosong, ibunya tentunya se-
dang pergi entah ke mana. Sejak ditinggal
ayahnya beberapa tahun yang lalu, Mawar,
murid kelas lima yang wajahnya selalu tam-
pak kemerah-merahan itu, tinggal bersama
ibunya saja di rumah yang dibeli dengan uang
peninggalan suaminya. Lelaki itu meninggal
dalam menjalankan tugas sebagai reporter dan
mendapatkan semacam uang pesangon yang
lumayan jumlahnya. Cukup untuk membeli
sebuah rumah sederhana di sebuah
real es-
tate
agak di luar kota. Ibunya kerja di rumah
menerima jahitan pakaian anak-anak dan
wanita. “Terima kasih, tidak usah sajalah.
Penghasilan saya cukup untuk kami berdua,”
begitu katanya selalu setiap kali ada kerabat
yang menawarkan pertolongan.
Perempuan itu dididik untuk bekerja
keras. Kakek Mawar selalu berpesan agar
ibunya itu jangan tergantung siapa pun. Pesan
itu dilaksanakannya. Dan perempuan itu
menerapkan prinsip serupa terhadap anak
gadis satu-satunya itu. Pulang dari sekolah
sehabis makan, Mawar diajar membantunya;
ia sudah pandai memasang kancing dan
menggunting potongan-potongan kain untuk
saku dan kerah. Ia mempunyai pekerjaan itu
meskipun kadang-kadang merasa iri kepada
anak-anak sebayanya yang setiap pulang
sekolah main sepeda atau bola sepanjang
jalan kecil di depan rumahnya. Ia tidak pernah
mengeluh kepada ibunya.
Siang itu rumahnya kosong, belum per-
nah terjadi. Biasanya pintunya terbuka dan
ibunya terlihat sedang menjahit atau memo-
tong kain. Mawar duduk di teras, kadang-
kadang menjawab teriakan atau lambaian
tangan sambil lalu dari teman-temannya yang
juga pulang sekolah. Sekolahnya agak jauh
dan setiap hari ia naik mobil jemputan yang
tentu saja harus berputar-putar dahulu sebe-
Pelajaran 7 Ekonomi
157
lum mencapai rumahnya, terminal terakhir
mobil jemputan itu. Seperti biasanya, gadis
itu turun di pertigaan dekat rumahnya, lalu
jalan kaki.
Setiap hari mobilnya melewati jalan
kampung dan jalan besar. Setiap hari dilihat-
nya beberapa anak sebayanya bermain-main
di perempatan bawah jembatan layang me-
nunggu lampu merah. Mawar tahu mereka
itu mengemis, ia juga menyaksikan mereka
selalu gembira bermain-main di pinggir jalan
jika lampu sudah hijau kembali. Mereka
berkejaran, jejeritan, main bola. Dalam kha-
yal Mawar, mereka bahkan bisa terbang
melampaui jalan tol, main bola sambil naik
sapu, persis seperti apa yang pernah dibaca-
nya dalam buku cerita. Di antara mereka, ada
seorang anak perempuan sebayanya yang
selalu diperhatikan dan tampaknya memer-
hatikan juga setiap kali bis sekolah itu lewat
di sana. Mawar membayangkan kehidupan
yang bahagia, bermain sambil mencari makan.
Ia tidak pernah memasalahkan apakah anak
itu sekolah atau tidak – meskipun akal se-
hatnya tentu tahu bahwa pengemis-pengemis
kecil itu anak-anak putus sekolah.
Beberapa puluh menit ia duduk di teras,
ibunya belum muncul juga. Ia diajar untuk
tidak tergantung siapa pun, apalagi kebanyak-
an rumah tetangganya sudah kosong ditinggal
penghuninya yang pulang Lebaran ke kam-
pung. Hari itu hari terakhir menjelang libur
dan ibunya tidak punya rencana pergi ke
mana-mana. “Kita simpan saja uang Lebaran
untuk sekolah kamu,” katanya kepada Mawar.
“Untuk apa pulang kampung!” Mawar segera
membayangkan suasana sepi sehabis men-
dengar keputusan ibunya itu. Ia tidak akan
bertemu sepupu-sepupunya di kampung. Juga
paman dan bibinya yang suka membagi
hadiah. Juga nenek dan kakeknya.
Ibunya tidak muncul-muncul juga. Hari
menjelang magrib ketika gadis kecil itu
memutuskan untuk bangkit dan berjalan
meninggalkan rumahnya. Ia masih menyim-
pan uang jajan hari itu, tadi pulangnya agak
cepat. Langkahnya tidak menunjukkan apakah
ia capek atau lapar atau apa. Sama sekali tidak
menoleh ke rumahnya lagi. Tidak dijumpai-
nya juga ibunya di jalan. Ia diajar dengan
keras untuk tidak tergantung kepada siapa
pun, juga kepada ibunya.
Sehabis magrib, hanya sekitar seperem-
pat jam setelah anak gadisnya pergi, ibu
Mawar datang. Rumahnya kosong. Ia lupa
memberi tahu anaknya bahwa siang itu akan
pergi berbelanja untuk Lebaran. Juga lupa
memberikan duplikat kunci rumahnya. Pusat
belanja itu ramainya minta ampun sehingga
pulangnya terlambat. Diletakkan barang
bawaannya, lalu dengan agak segan, mena-
nyakan perihal anaknya kepada dua atau tiga
rumah yang masih ada penghuninya. Perem-
puan itu sama sekali belum pernah meminta
pertolongan apa pun kepada siapa pun dan
karenanya merasa aneh ketika harus mengetuk
pintu rumah tetangga dan bertanya, “Apa tadi
Ibu melihat anak saya?”. Ketika ditanya ada
apa dengan Mawar ia hanya menggeleng dan
menjawab, “Ah, tidak ada apa-apa”. Tetang-
ganya tidak heran menghadapi situasi sema-
cam itu.
Perempuan itu tidak mau merepotkan
siapa pun, tetapi malam itu ia memaksa
dirinya untuk menelpon ke beberapa
kerabatnya. Semua menjawab tidak tahu.
Mereka pun tidak hendak mendesaknya
perihal Mawar sebab tahu bahwa tidak akan
ada gunanya. Dan polisi? Sama sekali tidak
masuk ke pikirannya untuk merepotkan polisi,
lagi pula ia tahu dari koran tempat suaminya
dulu bekerja orang hilang. Hilang! Apakah
Mawar hilang? Begitu saja? Pertama kali
selama hidupnya perempuan itu semalaman
tidak bisa memejamkan mata memikirkan
anak gadisnya. Di benaknya sama sekali tidak
ada bayangan skenario apa pun, baik yang
sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Baru
menjelang subuh ia bisa tidur, bermimpi
tentang Mawar, “Kenapa Ibu tidak pulang-
pulang juga? Aku menunggu Ibu sampai
magrib. Ibu kapan pulang?”
Ia tersentak bangun dan di sekelilingnya
tidak ada Mawar. Ia sendirian saja di rumah
kecil itu, berusaha untuk tidak membayang-
kan apa pun.
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
158
Hari itu ia pergi ke sekolah. Ia hanya
bertemu penjaga sekolah sebab sudah mulai
libur. Ia juga pergi ke rumah beberapa teman
Mawar yang sering ia dengar namanya dan
tahu alamat rumahnya, tetapi semua
mengatakan tidak tahu-menahu di mana anak
itu sekarang. “Waktu itu tinggal Mawar di
bis, dan mungkin Pak Sopir tahu”. Tapi di
mana rumah Sopir?
Sore hari ia baru pulang, dan agak
terkejut melihat seorang anak perempuan
duduk di teras rumahnya. Anak sebaya Mawar
itu kelihatan kumuh, mukanya agak pucat dan
tampak kurang terurus. Tetapi ketika sepasang
matanya menatapnya, jelas tampak cahaya
yang hidup, yang menghapus segala kesan
kumuh dari tubuhnya.
“Siapa kamu?”
“Saya Melati, Bu.”
“Ada perlu apa?” Sama sekali tidak ada
bungkusan plastik atau apa yang
menunjukkan bahwa ia mungkin disuruh
menghantarkan bahan jahitan. Lagi pula ini
sudah lewat musim jahit-menjahit, Lebaran
tinggal dua hari lagi.
“Saya disuruh ke sini, Bu.”
“Siapa yang menyuruhmu?”
“Tidak tahu. Saya ditemuinya, katanya
Ibu perlu pembantu.” Gadis kecil itu lalu
menggambarkan orang yang telah
menemaninya itu. Ibu itu terkejut karena yang
digambarkan itu mirip Mawar, atau memang
Mawar. Sama sekali tidak dikatakan oleh gadis
kecil itu di mana mereka bertemu, meskipun
perempuan itu terus-menerus mendesaknya.
“Saya sebenarnya tidak mau, Bu. Tetapi
dia tampaknya kasihan sekali pada Ibu jika
tak ada yang membantu. Bapak sudah tidak
ada, kan, Bu? Ya akhirnya saya turuti juga
apa katanya, menemani Ibu untuk jadi
pembantu.”
“Sekarang di mana anak itu?”
“Ya, bermain-main dengan saudara-
saudara dan teman-teman saya di sana.” Di
sana di mana, tidak akan pernah dikatakannya
sesuai dengan pesan gadis yang pipinya ke-
merah-merahan itu. Ia telah bersumpah untuk
itu.
Perempuan itu memejamkan mata
sejenak, meluruskan pikiran. Ia semakin yakin
bahwa gadis yang menyuruh Melati ini adalah
anaknya. Ditatapnya gadis kumuh yang
matanya berbinar itu, diusapkan rambutnya,
lalu dibimbingnya masuk rumah.
“Mandilah bersih-bersih. Ganti pa-
kaianmu. Itu yang di kamar adalah baju anak-
ku, pakai saja yang kau suka, pasti cukup.
Habis itu kita masak seadanya. Tidak ada lagi
pekerjaan, semua jahitan sudah diambil. Kita
siap-siap saja, besok pulang ke kampung. Kau
punya kampung? Tentu tidak. Tapi aku dan
anakku itu punya kampung, jadi besok ke
kampung kami. Nanti banyak orang di sana,
dan ....”
Kerjakanlah soal berikut dengan benar di buku tugasmu
!
1.
Jelaskan unsur intrinsik dalam cerpen tersebut yang dapat
menjadikan cerpen tersebut memiliki nilai lebih dalam
pembacaan!
2.
Tuliskan pendapatmu mengenai pembacaan cerpen tersebut
yang dilakukan oleh temanmu!
3.
Diskusikan hasil kerjamu bersama teman-temanmu!
Pelajaran 7 Ekonomi
159
C. Mengungkapkan Hal-hal yang Dapat
Diteladani dari Buku Biografi
Membaca sebagai salah satu sarana untuk menambah
pengetahuan merupakan kegiatan penting yang harus kalian gemari.
Peribahasa mengungkapkan bahwa
buku adalah jendela dunia
.
Nah, cara paling efektif dan mudah untuk mengetahui isi buku
adalah dengan membacanya.
Membaca teks profil tokoh merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan informasi mengenai sosok seseorang. Untuk
mengetahui dan memahami materi ini lebih jauh, simaklah teks di
bawah beserta penjelasannya sebagai bahan pembelajaran kalian.
Kerjakan secara berkelompok
!
1.
Carilah sebuah buku kumpulan cerita pendek di perpustakaan
atau cerita pendek dari surat kabar!
2.
Pilihlah salah satu cerita pendek yang menurutmu cukup menarik!
3.
Mintalah salah seorang temanmu untuk melakukan pembacaan
terhadap cerita pendek tersebut!
4.
Diskusikan mengenai tanggapan terhadap pembacaan cerpen
tersebut! Tulislah tanggapan tersebut di selembar kertas!
5.
Kemukakanlah tanggapan hasil diskusimu tersebut dan serahkan
hasil diskusi kelompokmu kepada guru!
TAGIHAN
Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar kalian
adalah dapat
mengungkapkan hal-
hal yang dapat
diteladani dari buku
biografi yang dibaca.
Soemitro Djojohadikusumo
Begawan Ekonomi Indonesia
Soemitro Djojo-
hadikusumo dilahirkan di
Kebumen, Jawa Tengah,
pada 29 Mei 1917. Beliau
adalah anak pertama dari
pasangan R.M. Margono
Djojohadikusumo (Ketua
Dewan Pertimbangan
Agung pertama dan pendiri
BNI 1946) dan Siti Katoemi Wirodihardjo.
Setelah tamat dari Hogere Burger School
(setara SMU), beliau melanjutkan pendi-
dikannya di Universitas Sorbonne, Paris,
Prancis (1938), dan di Sekolah Tinggi
Ekonomi Nederland atau Economische
Hogeschool Rotterdam, Belanda (sarjana,
1940: doktor, 1942). Gelar doktor ilmu
ekonomi dicapainya ketika beliau berumur
belum genap 26 tahun. Disertasi doktoralnya
berjudul
Kredit Rakyat (Jawa) di Masa Depresi
.
Beliau meninggal dunia pada 8 Maret 2001
dalam usia 84 tahun.
Soemitro dikenal konsisten mengkritik
kebijakan pembangunan yang dinilainya
dapat merusak proses pembangunan nasional.
Ia pernah mengemukakan kebocoran dana
pembangunan yang disebabkan oleh korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN) pada masa
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
160
Orde Baru (1966 – 1998). Beliau tidak
sependapat dengan kebijakan industrialisasi
yang dilakukan sekaligus pada masa itu.
Menurutnya, proses industrialisasi harus
dilakukan secara bertahap karena Indonesia
tidak memiliki basis industri yang kuat. Krisis
moneter pada tahun 1997 – 1998 membukti-
kan bahwa industrialisasi yang dipaksakan itu
ternyata tidak dapat bertahan.
Selama masa hidupnya, Soemitro
pernah menjabat sebagai Pembantu Staf
Perdana Menteri Republik Indonesia (1946),
Presiden Direktur Indonesian Bangking Cor-
poration (1947), Wakil Ketua Perutusan In-
donesia pada Dewan Keamanan PBB (1948
– 1949), anggota delegasi Republik Indone-
sia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag,
Belanda (1949), dan Kuasa Usaha Kedutaan
Besar Republik Indonesia (KBRI) di Wash-
ington DC, Amerika Serikat (1950).
Pada masa Orde Lama, Soemitro
pernah menjadi Menteri Perdagangan dan
Perindustrian (1950 – 1951) dalam usia yang
masih sangat muda (33 tahun). Dua tahun
kemudian, ia menjadi Menteri Keuangan
(1952 – 1953 dan 1955 – 1956).
Pada masa Orde Baru, beliau dua kali
menjadi menteri, yakni Menteri Perdagangan
(1968 – 1973) dan Menteri Negara Riset
(1973 – 1978). Selepas masa baktinya dalam
Kabinet Pembangunan II, Soemitro menjadi
konsultan ekonomi pada PT Indoconsult dan
PT Edecon, Komisaris PT Bank Perkembangan
Asia, Bank Universal, dan Presiden Komisaris
PT Astra. Sebagai ilmuwan kampus, Soemitro
juga pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia (1951 – 1957)
dan guru besar ilmu ekonomi.
Karya ilmiah yang dihasilkan Soemitro
mencakup sejumlah buku dan makalah il-
miah yang berkaitan dengan masalah pem-
bangunan dan kebijakan negara. Di antaranya
adalah
Soal Bank di Indonesia
(1946);
Kebi-
jaksanaan di Bidang Ekonomi Perdagangan
(1972);
Indonesia dalam Perkembangan Du-
nia Kini dan Masa Datang
(1976);
Science,
Resource, and Development
(1977);
Trilogi
Pembangunan dan Ekonomi Pancasila
(1985);
Perdagangan dan Industri dalam Pembangun-
an
(1986),
Kredit Rakyat di Masa Depresi
(1989); serta
Perkembangan Pemikiran Eko-
nomi: Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan
dan Ekonomi Pembangunan
(1994).
Soemitro merupakan salah seorang
arsitek pembangunan ekonomi Indonesia,
terutama pada masa awal pemerintahan Orde
Baru. Pada masa itu, perekonomian Indone-
sia berada dalam kondisi sangat menyedihkan
yang ditandai oleh tingginya tingkat inflasi
yang mencapai 600%, ketidakmampuan
membayar utang luar negeri, merebaknya
pengangguran, dan kondisi kesejahteraan rak-
yat yang memprihatinkan. Sumbangan pemi-
kirannya untuk pembangunan ekonomi di
masa awal Orde Baru ini sangat besar. Tidak
berlebihan jika berbagai kalangan menyebut-
nya sebagai “Begawan ekonomi” Indonesia.
(Sumber:
Ensiklopedi Umum untuk Pelajar 9
, 2005,
dengan pengubahan)
Setelah membaca teks di atas, kalian dapat mendiskusikan
teks tersebut untuk menyarikan riwayat hidup Soemitro Djojoha-
dikusumo, menyimpulkan keistimewaan-keistimewaan, dan men-
catat hal-hal yang bermanfaat bagi siswa. Hasil diskusi mengenai
ketiga hal tersebut dapat kalian kemukakan sebagaimana contoh
berikut.
1. Inti sari riwayat hidup Soemitro Djojohadikusumo
Soemitro dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah, 29 Mei 1917.
Beliau mulai memikirkan ekonomi Indonesia dengan melanjutkan
pendidikannya di Sekolah Tinggi Ekonomi Nederland. Beliau
mencapai gelar doktor ilmu ekonomi saat masih muda, yaitu belum
genap 26 tahun.
Pelajaran 7 Ekonomi
161
Selama hidupnya, Soemitro memiliki karier dan jabatan yang
baik, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dalam usianya
yang masih sangat muda (33 tahun) beliau telah menjadi Menteri
Perdagangan dan Perindustrian. Dua tahun kemudian, beliau
menjadi Menteri Keuangan. Itu terjadi pada masa Orde Lama.
Pada masa Orde Baru, beliau juga pernah menjadi menteri
berturut-turut. Pertama, Menteri Perdagangan dan kedua, Menteri
Negara Riset. Setelah menjadi Menteri Negara Riset, beliau juga
masih berkarier dalam bidang ekonomi.
Beberapa karya ilmiah yang dihasilkan Soemitro antara lain
Soal Bank di Indonesia
(1946);
Kebijaksanaan di Bidang
Ekonomi Perdagangan
(1972);
Indonesia dalam Perkem-
bangan Dunia Kini dan Masa Datang
(1976);
Science, Re-
source, and Development
(1977);
Trilogi Pembangunan dan
Ekonomi Pancasila
(1985);
Perdagangan dan Industri dalam
Pembangunan
(1986);
Kredit Rakyat di Masa Depresi
(1989);
serta
Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori
Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan.
Beliau banyak memberikan sumbangan pemikiran untuk
pembangunan ekonomi di masa awal Orde Baru yang pada masa
itu, perekonomian Indonesia berada dalam kondisi sangat
menyedihkan. Maka itu, Soemitro Djojohadikusumo dijuluki sebagai
“begawan ekonomi” Indonesia.
2. Keistimewaan
a.
Beliau mendapat gelar doktor ilmu ekonomi ketika umurnya
belum genap 26 tahun.
b.
Beliau menjabat sebagai menteri dalam usia yang masih sangat
muda, yaitu 33 tahun.
c.
Beliau berani mengkritik kebijakan pembangunan yang
dinilainya dapat merusak proses
pembangunan nasional.
d.
Beliau berani mengemukakan kebocoran dana pembangunan
yang disebabkan oleh korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
pada masa Orde Baru (1966 - 1998).
e.
Beliau berani mengemukakan ketidaksependapatan dengan
kebijakan industrialisasi yang dilakukan pada masa itu dengan
suatu alasan.
f.
Beliau pernah menjabat sebagai menteri selama empat kali.
g.
Beliau memberikan sumbangan pemikiran yang sangat besar
untuk pembangunan ekonomi di masa awal Orde Baru.
3. Nilai-nilai yang bermanfaat
a.
Ilmu dan karier dapat dicari sejak usia masih muda.
Bingkai Bahasa
Kalimat berita positif
adalah kalimat berita
yang tidak menggunakan
kata negatif
tidak
atau
bukan.
Sementara kali-
mat berita negatif adalah
kalimat berita
yang
menggunakan
kata
negatif
tidak
atau
bukan.
Kata negatif
tidak
diikuti
oleh kata kerja atau kata
sifat, sedangkan kata
negatif
bukan
diikuti oleh
kata benda.
Misalnya:
1. Ia seorang ekonom.
(
kalimat berita positif
)
2. Ia
bukan
seorang
ekonom. (
kalimat
berita negatif
)
3. Ia menguasai berbagai
kegiatan ekonomi.
(
kalimat berita positif
)
4. Ia
tidak
menguasai
berbagai kegiatan
ekonomi.
(
kalimat berita
negatif
)
5. Ia sependapat dengan
kebijakan
industrialisasi yang
dilakukan sekaligus
pada masa itu.
(
kalimat berita po-
sitif
)
6. Ia tidak sependapat
dengan kebijakan
industrialisasi yang
dilakukan sekaligus
pada masa itu.
(
kalimat berita
negatif
)
Variasi kalimat berita
positif adalah perubahan
posisi atau letak kata
dalam kalimat, misalnya:
“
Ia menjadi guru bagi
banyak ekonom
” bisa
menjadi kalimat:
- Menjadi guru ia bagi
banyak ekonom.
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
162
- Bagi banyak ekonom,
ia menjadi guru.
- Bagi banyak ekonom,
menjadi guru ia.
- Menjadi guru bagi
banyak ekonom,
ia.
Menanti Tangan Dingin Boediono di Bank Indonesia
Dr. Boediono lahir di Blitar, Jawa Timur
pada 25 Februari 1943. Ia menjabat sebagai
Menteri Koordinator Perekonomian di
Kabinet Indonesia Bersatu (2005-2008).
Sebelumnya, Boediono pernah menja-
bat sebagai Menteri Keuangan Indonesia era
Presiden Megawati Soekarnoputri dalam
Kabinet Gotong Royong (2001-2004) serta
Menteri Negara Perencanaan dan Pem-
bangunan Nasional/Kepala Bappenas dalam
era Presiden B.J. Habibie di Kabinet Refor-
masi Pembangunan (1998-1999). Ia juga
pernah menjabat sebagai Direktur Bank In-
donesia pada masa pemerintahan Soeharto.
Hingga saat ini, ia mengajar di Fakultas
Ekonomi Universitas Gadjah Mada.
Ia memperoleh gelar S1 (Bachelor of
Economics (Hons.)) dari Universitas West-
ern Australia pada tahun 1967, gelar Master
of Economics diraih dari Universitas Monash,
dan gelar S3 (Ph.D.) dalam bidang ekonomi
diraih dari Wharton School of Business, Uni-
versitas Pennsylvania.
Boediono, yang saat ini menjabat
Menteri Koordinator Bidang Perkonomian,
layaknya superstar di kalangan masyarakat
ekonomi Indonesia.
Sejak beliau masuk ke jajaran elit pe-
merintahan, tangan dinginnya selalu dinanti
para pebisnis dan pelaku ekonomi lainnya.
Ketika menjabat Menteri Keuangan di era
Megawati Soekarnoputri (2001-2004), beliau
mewarisi perekonomian yang masih kritis
akibat krisis ekonomi yang menerpa Indone-
sia sejak 1997.
Namun, berkat kepiawaiannya, masa
transisi dan masa-masa kritis pascakrisis
mampu dilewati. Tak ayal,
BussinessWeek
,
majalah asal AS terbitan McGraw-Hill,
mengatakan pria kelahiran Blitar, Jawa Timur,
tersebut telah membuat Indonesia kembali
pada jalan pertumbuhan ekonomi.
Kinerja Guru Besar Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut,
menurut
BussinessWeek
kala itu, telah
membuat rupiah mampu menguat, mening-
katkan cadangan devisa, menurunkan tingkat
pelarian modal, dan memacu pertumbuhan
ekonomi menjadi empat persen.
“Terima kasih kepada Boediono, negara
ini (Indonesia) tidak lagi berada dalam jalur
krisis dan memiliki kesempatan untuk
menyembuhkan penyakit yang kronis,” tulis
BussinesWeek
kepada Boediono Juni 2003,
ketika memberikan penghargaan sebagai salah
satu Menteri Keuangan terbaik Asia atau
Bintang Asia.
Kiprah Boediono tak berhenti. Ketika
Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai
presiden, diperkirakan Boediono akan tetap
b.
Berani mengkritik terhadap kebijakan yang dapat merusak
dengan alasan yang masuk akal.
c.
Berani mengemukakan fakta.
d.
Mau memberikan pemikiran terhadap sebuah permasalahan.
e.
Memiliki keteguhan hati.
f.
Tidak terpengaruh pada kebijakan-kebijakan yang tidak baik.
Uji Kemampuan 3
Untuk menguji kemampuanmu berkaitan dengan proses membaca
intensif teks profil tokoh, bacalah teks berikut dengan cermat!
Pelajaran 7 Ekonomi
163
menjabat sebagai Menteri Keuangan. Namun,
posisinya ternyata ditempati Jusuf Anwar.
Saat itu Boediono sebenarnya telah
diminta oleh Presiden Yudhoyono untuk
bertahan. Namun, beliau sendiri berniat
beristirahat dan kembali mengajar.
Namun demikian, namanya kembali ke
panggung pemerintahan ketika Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono melakukan perombak-
an
(reshuffle)
kabinet pada 5 Desember 2005.
Presiden memintanya menjabat sebagai
menteri di Kabinet Indonesia Bersatu.
Presiden menempatkan Boediono men-
jadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomi-
an menggantikan Aburizal Bakrie. Layaknya
tangan-tangan tak terlihat, ketika nama
Boediono disebut bakal kembali ke pemerin-
tahan, respons pasar positif.
Indeks kala itu menguat 19,926 poin
dan rupiah menguat ke level di bawah
Rp10.000 per dolar AS. Beberapa media
menyebutkan hal itu merupakan respons
kepercayaan pasar atas reputasi Boediono.
Akankah “tangan-tangan tak terlihat”
kembali bekerja ketika Boediono menjabat
sebagai pemimpin tertinggi otoritas moneter,
yaitu Gubernur Bank Indonesia?
Rapat internal Komisi XI DPR RI di
Jakarta, Senin, memutuskan untuk meneri-
manya mengisi jabatan yang akan ditinggalkan
oleh Burhanudin Abbdullah pada 17 Mei
2008 mendatang.
Boediono menjadi lirikan pertama
banyak pihak setelah dua calon gubernur BI
sebelumnya, Agus Martowardojo dan Raden
Pardede, ditolak oleh DPR. Sehari sebelum
beliau menjadi calon tunggal yang akan
diajukan Presiden ke DPR, menurut kabar
yang beredar, Guru Besar Fakultas Ekonomi
UGM itu telah disepakati oleh Istana untuk
menjadi Gubernur BI.
Beberapa pengamat dan tokoh yang
dimintai nasihat oleh Istana juga menunjuk
dia sebagai seorang yang pantas menduduki
gubernur bank sentral di Indonesia. Para
pengamat ekonomi dan analis pun mengata-
kan Boediono merupakan salah satu tokoh
yang dihormati pasar. Tentu aksi sang pro-
fesor perlu dinanti, sebab tidak hanya pasar
yang menanti tetapi juga seluruh rakyat di
Indonesia.
Tantangan perekonomian saat ini bagi
seorang Gubernur Bank Indonesia tidaklah
mudah. Di tengah situasi krisis keuangan yang
bersumber dari AS terus menjalar ke berbagai
negara, membuat otoritas moneter harus jeli
dalam melakukan tugasnya.
Kelebihan likuiditas di dunia menye-
babkan banyak
hot money
(uang untuk
investasi jangka pendek) yang menyerbu
kawasan-kawasan yang memiliki pasar yang
berkembang (
emerging market
) termasuk In-
donesia.
Selain tingginya likuiditas global,
tingginya inflasi, baik akibat dari dalam negeri
maupun dari barang-barang impor akibat
lonjakan harga di pasar komoditas, energi,
dan juga pangan, merupakan persoalan lain
yang harus diatasi.
”Inflasi harus ditekan karena merampok
rakyat, terutama mereka yang papa dan tak
punya,” kata Boediono ketika uji kelayakan
dan kepatutan di Komisi XI DPR RI.
Belum lagi perlambatan ekonomi glo-
bal yang akan berpengaruh kepada perekono-
mian domestik terutama ekspor yang pada
akhirnya membuat lesunya kegiatan ekonomi
dalam negeri.
Boediono termasuk ekonom yang
percaya bahwa pasar sebagai instrumen untuk
mendistribusikan barang dan jasa yang lebih
efektif dan efisien. Ia mengatakan saat ini
pragmatisme kebijakan diperlukan. Untuk itu,
kebijakan yang dilakukan adalah mengatasi
masalah yang dihadapi saat ini. “Ideologi itu
memang kadangkala penting, tetapi harus kita
lihat realitasnya. Realitasnya hampir semua
negara yang tertutup di Eropa Timur dan China
kembali ke pasar,” kata Boediono ketika uji
kelayakan dan uji kepatutan di Komisi XI
DPR RI.
Ia menambahkan, dalam pengambilan
kebijakan adalah bagaimana menggunakan
pasar yang lebih efektif dan efisien. “Kita
pecahkan bersama secara pragmatis, tidak
kembali ke ideologis,” katanya.
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
164
Kerjakanlah sesuai dengan perintah di buku tugas!
1.
Jelaskan beberapa peristiwa penting dalam sejarah hidup
Boediono!
2.
Buatlah ringkasan isi teks mengenai profil Boediono di atas!
3.
Sebutkan keistimewaan Boediono berdasarkan teks di atas!
4.
Jelaskan nilai-nilai yang bermanfaat bagi siswa dari biografi
tokoh di atas!
5.
Kemukakan komentarmu berkaitan dengan perjalanan hidup
Boediono!
6.
Temukanlah kalimat-kalimat berita positif dalam teks tersebut!
7.
Ubahlah kalimat berita positif yang kamu temukan menjadi
kalimat berita negatif!
8.
Diskusikanlah dengan teman sebangkumu!
Kerjakan bersama kelompokmu!
1.
Carilah buku biografi atau autobiografi di perpustakaan seko-
lahmu!
2.
Bacalah buku biografi atau autobiografi tersebut bersama ke-
lompokmu!
3.
Buatlah ringkasan isi biografi atau autobiografi tersebut!
4.
Jelaskan beberapa peristiwa penting dalam sejarah tokohnya!
5.
Sebutkan keistimewaan tokoh dalam biografi atau autobiografi
tersebut!
6.
Jelaskan nilai-nilai yang bermanfaat bagi siswa dari biografi atau
autobiografi tersebut!
TAGIHAN
Untuk itu, menurut dia, fungsi utama
Bank Indonesia adalah menjaga stabilitas.
“Jangan dilupakan, fungsi utama BI adalah
menjaga stabilitas,” katanya.
Sementara itu, Boediono menyatakan
secara tegas, pilihan untuk melakukan rezim
devisa bebas adalah kebijakan yang harus
tetap dipertahankan. Apalagi di saat pereko-
nomian yang sedang gunjang-ganjing ini.
Pilihan mengubah kebijakan rezim
devisa bebas saat ini justru menurut Boediono
tidak menguntungkan bagi perekonomian
nasional. Hal ini karena suatu negara bisa
dengan cepat diserang oleh para pemilik
modal begitu mengetahui bahwa negara
tersebut mematok nilai tukarnya.
“Kita harus belajar dari krisis 1997. Kita
baru mengumumkan nilai tukar mengambang
terkendali setelah diserang, sehingga meng-
akibatkan kita terpojok,” katanya.
(Sumber:
www.google.com
, dengan pengubahan)
Pelajaran 7 Ekonomi
165
Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar kalian
adalah dapat
mengubah teks
wawancara menjadi
bentuk narasi dengan
memerhatikan cara
penulisan kalimat
langsung dan tidak
langsung dengan
tepat.
D. Mengubah Teks Wawancara Menjadi
Narasi
Ketika mendengarkan dan memahami wawancara dari
narasumber, sebaiknya kalian meluangkan waktu dengan baik dan
mempersiapkan konsentrasi yang cukup. Hal ini diperlukan dalam
menuliskan kembali wawancara dalam bentuk narasi. Bersamaan
kalian mendengarkan, jangan lupa untuk mencatat hal-hal penting
yang dikemukakan narasumber.
Setelah kalian mengubah teks wawancara menjadi narasi,
kalian dapat menyimpulkan berbagai pendapat yang disampaikan
oleh narasumber.
Persiapkanlah konsentrasi kalian untuk menyimak wawancara
yang akan diperankan oleh teman-teman kalian berikut ini.
X:
Apa hubungan artis dengan bisnis di In-
donesia?
Y : Hubungannya relatif dekat atau bahkan
sangat dekat. Artis berbisnis, sudah biasa.
Artis menjadi bintang iklan untuk me-
lancarkan bisnis, banyak. Jadi, saya kira
kedua hal itu bukan saja berhubungan
relatif dekat, bahkan boleh dibilang sa-
ngat terkait, istilahnya
simbiosis mu-
tualisme
, yakni hubungan yang saling
menguntungkan. Saya sependapat jika
artis dan bisnis sangat erat hubungannya,
bahkan saling memerlukan. Seorang artis
menjadi begitu terkenal, itu juga karena
jasa bisnis hiburan. Begitu juga sebalik-
nya, sebuah bisnis akan sukses apabila
didukung oleh artis-artis yang terkenal,
khususnya dalam bidang pemasarannya.
X :
Mungkin Bapak-bapak dapat menjelaskan
tentang fenomena ini, khususnya feno-
mena artis yang menjadi ikon dalam du-
nia bisnis?
Y : Begini, artis yang menjadikan dirinya
sebagai ikon produk tertentu atau bahkan
menganggap pekerjaan seperti itu adalah
bagian dari profesinya merupakan sesuatu
yang relatif baru di Indonesia. Itu terjadi,
salah satunya pada Dian Sastrowardoyo.
Ya, setelah sukses menjadi bintang iklan
sabun Lux, kini model dan aktris Dian
Sastrowardoyo giliran merambah menjadi
duta dalam kampanye perubahan merek
National yang dilebur dalam satu merek
Panasonic.
X :
Lalu bagaimana proses pemilihannya?
Y : Terpilihnya Dian Sastro dianggap
memiliki kesesuaian kepribadian dengan
produk-produk yang dimiliki National
dan Panasonic yang telah dikenal ma-
syarakat dengan
quality
,
modern
, dan
lifestyle
.
Z : Menurut pandangan saya, terpilihnya
Dian Sastro sebagai ikon karena memang
sudah menjadi rezekinya. Namun, jika
dilihat dari faktor yang lain, Dian Sastro
memang merupakan sosok yang feno-
menal dalam dunia artis di Indonesia.
Coba saja Anda amati kemunculan-nya.
Sejak awal muncul, dia langsung melejit
bersanding dengan lawan main sekelas
Christin Hakim dan lain sebagainya. Kini,
ia telah menjadi sosok artis yang matang
dan cukup diperhi-tungkan dalam jagat
perfilman di Indonesia, bahkan Asia.
X :
Lalu apa yang akan dikerjakan oleh Dian
Sastro?
Z : Saya kira tugas seorang duta produk
tertentu, tidaklah mudah. Terutama
dalam hal menjaga citra dan
image
sosok
seorang Dian dari sorotan khalayak
Menjadi Ikon Bisnis
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
166
Setelah kalian menyimak teks wawancara di atas, kalian dapat
mengubah teks wawancara tersebut menjadi bentuk narasi. Berikut
contoh bentuk narasi dari teks wawancara di atas.
Hubungan antara artis dengan bisnis di Indonesia sangatlah
erat. “Hal ini dikarenakan artis menjadi sukses dan terkenal
akibat dari pesatnya perkembangan bisnis hiburan,” kata Y. Y
melanjutkan bahwa dunia bisnis akan makin maju apabila
didukung oleh artis-artis terkenal dalam hal pemasaran. Adapun
artis-artis yang menjadi ikon produk perusahaan tertentu
merupakan artis-artis pilihan yang dianggap memiliki kesesuaian
kepribadian dengan produk yang dihasilkan. Menurut Z, seorang
ikon produk harus dapat menjaga diri, baik perkataan, sikap,
dan perbuatannya. “Tugas seorang ikon produk cukup berat,
karena ia bukan sekadar sales yang berfungsi menarik pembeli.
Ia lebih berfungsi sebagai PR dari perusahaan yang diwa-
kilinya,” lanjut Y.
Uji Kemampuan 4
Perhatikanlah teks wawancara berikut!
banyak. Mau tidak mau, Dian harus
dapat menjaga diri, baik perkataan, sikap,
dan perbuatannya. Karena ia kini bukan
sekadar artis, tetapi seorang PR Group
National. Ya, memang seperti itulah kon-
sekuensinya menjadi seorang duta.
Y : Selama menjadi duta Panasonic, Dian
akan menjadi ikon dalam kampanye
perubahan National menjadi Panasonic.
Selain itu, Dian juga akan terlibat dalam
kegiatan-kegiatan sosial dari grup PT Na-
tional Panasonic Gobel. Jadi jelas bahwa
tugas sebagai ikon di sini berbeda dengan
tugas seorang
sales promotion girl
yang
hanya berfungsi menarik massa. Namun,
ia lebih berfungsi layaknya duta, yaitu
menjadi representasi dari Panasonic di
tiap kegiatan yang diadakan Panasonic,
terutama kegiatan sosial. Dalam kondisi
demikian, boleh dikatakan bahwa Dian
menjalankan profesi sebagai
Public Re-
lations
secara tidak langsung.
(Disarikan dari:
Warta Bisnis
, 15 Desember 2003,
dengan pengubahan)
X
: Bagaimana pendapat Anda tentang
rencana pemerintah untuk menaikkan
harga BBM?
Y : Saya kurang sependapat dengan peme-
rintah. Sebab dengan harga jual saat ini
saja pemerintah masih memperoleh ke-
untungan sebesar Rp1.250,00 per liter.
Jadi, saya kira kondisi ini dapat dijadikan
patokan dasar.
Z : Saya juga tidak sependapat jika harga
BBM harus disesuaikan dengan harga
minyak dunia. Alasan logisnya seperti
apa? Bukankah kita memiliki cukup
banyak sumur minyak? Sementara negara
lain kan memang tidak punya, mereka
hanya mengimpor saja. Apabila kemu-
dian harga itu harus disamakan, saya kira
pemerintah perlu mempertimbangkan
kembali kebijakan yang tidak populer
seperti itu.
Pelajaran 7 Ekonomi
167
X : Lalu bagaimana dengan subsidi BBM yang
selama ini dijalankan oleh pemerintah?
Z : Sekali lagi saya tegaskan bahwa sistem
kompensasi yang dijalankan oleh pe-
merintah selama ini boleh dibilang ku-
rang tepat sasaran, sebab data kepen-
dudukan yang kita punya saja masih
belum beres.
X:
Lalu tingkat kebocoran dana itu sendiri
bagaimana?
Z : Saya kira pemerintah perlu membenahi
terlebih dahulu sistem dan mekanisme
yang akan diterapkan, sehingga alokasi
dana kompensasi itu tidak salah sasaran.
Y : Saya kira istilah subsidi untuk BBM itu
perlu ditinjau kembali, karena pada ke-
nyataannya pemerintah itu masih untung
dan pemerintah tidak menyubsidi apa-
apa. Hanya memang jika BBM itu dijual
di pasaran minyak dunia, pemerintah
dapat mendapatkan untung lebih banyak.
Itu saja.
X : Apa yang terjadi jika pemerintah tetap
akan menaikkan harga BBM?
Y : Ya, seperti biasa. Efek domino dari BBM
ini dapat ke mana-mana, paling tidak
akan memengaruhi harga 9 bahan pokok
keperluan masyarakat. Belum lagi nanti
dampak inflasinya. Belum lagi harga-
harga keperluan yang lain. Padahal,
kondisi rakyat kita saat ini masih belum
siap. Rakyat masih belum pulih keadaan
ekonominya. Apalagi rakyat yang berada
di daerah-daerah pascabencana. Saya kira
keputusan yang lebih bijak adalah
menunda dulu rencana tersebut.
X : Lalu bagaimana dengan agenda menutup
defisit anggaran?
Z : Ada berbagai cara untuk menutupi defisit
anggaran, misalnya tegakkan hukum dan
sita semua harta hasil korupsi, berantas
tuntas
illegal logging
, dan kurangi angka
kebocoran anggaran di semua departe-
men. Hal itu sudah pernah disampaikan
SBY ketika musim kampanye Pilpres yang
lalu. Sekaranglah saatnya untuk diimple-
mentasikan.
Y : Saya kira kondisi anggaran kita belum
terlalu berbahaya. Ya, memang terjadi
defisit, tetapi belum begitu membahaya-
kan. Maka dari itu, pemerintah harus
menerapkan strategi lain yang sekiranya
tidak membebani rakyat banyak.
(Sumber:
www.tempointeraktif.com,
dengan
pengubahan)
Kerjakanlah sesuai dengan perintah di buku tugasmu!
1.
Apakah persoalan pokok yang diulas dalam wawancara
tersebut?
2.
Sebutkan hal-hal penting yang terdapat dalam wawancara
tersebut!
3.
Tuliskanlah isi wawancara tersebut ke dalam beberapa kalimat
singkat!
4.
Buatlah ringkasan bentuk narasi dari isi wawancara yang
dapat kalian sampaikan kepada orang lain!
5.
Diskusikan hasil kerjamu bersama kelompokmu!
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
168
Evaluasi Pelajaran 7
Kerjakan di buku tugas!
1.
Simaklah wawancara berikut dengan cermat!
1.
Menulis hal-hal penting dapat dila-
kukan apabila telah memahami isi
wawancara. Hal-hal penting tersebut
ditulis secara singkat. Berdasarkan
hal-hal penting tersebut, kesimpulan
hasil wawancara dapat ditentukan.
2.
Tanggapan terhadap cerpen dapat
berupa tanggapan terhadap proses
pembacaan atau tanggapan terhadap
cerpen itu sendiri. Tanggapan terhadap
proses pembacaan cerpen dapat di-
tujukan pada volume, intonasi, gestur,
mimik, dan ekspresi. Adapun tang-
gapan terhadap cerpen itu sendiri dapat
ditujukan pada unsur-unsur pemba-
ngunnya, baik unsur intrinsik maupun
unsur ekstrinsik.
3.
Membaca profil tokoh merupakan
salah satu cara untuk mendapatkan
informasi mengenai sosok seseorang.
Setelah membaca buku biografi, kalian
dapat menyimpulkan keistimewaan
dan mencatat hal-hal yang bermanfaat
bagi kamu.
4.
Dalam mengubah teks wawancara
menjadi narasi, terlebih dahulu perlu
menemukan hal-hal penting yang
dikemukakan oleh narasumber. Setelah
menarasikan teks wawancara, kalian
dapat menyimpulkan berbagai pen-
dapat yang disampaikan narasumber.
RANGKUMAN
Kerjakan di buku tugasmu!
1.
Carilah teks wawancara di majalah, surat kabar, atau internet!
2.
Bacalah teks wawancara tersebut dengan saksama!
3.
Apakah persoalan pokok yang diulas dalam wawancara tersebut?
4.
Sebutkan hal-hal penting yang terdapat dalam wawancara
tersebut!
5.
Tuliskanlah isi wawancara tersebut ke dalam beberapa kalimat
singkat!
6.
Buatlah ringkasan bentuk narasi dari isi wawancara yang dapat
kalian sampaikan kepada orang lain!
7.
Diskusikan hasil kerjamu bersama kelompokmu!
TAGIHAN
X : Di era abad ke-21 ini, kita mengenal
istilah
knowledge economy
dan
know-
ledge is power
. Bagaimana tanggapan
Bapak?
Y : Ya, memang saat ini sudah zamannya
serba uang. Hampir semua yang kita
perlukan saat ini bernilai uang. Tidak ada
yang serba gratisan. Mulai dari hal-hal
Pelajaran 7 Ekonomi
169
yang kecil, sampai hal yang besar. Bahkan
untuk mendapatkan informasi saja, saat
ini kita harus mengeluarkan uang.
Misalnya, kita minta informasi nomor te-
lepon dari 108, itu pun harus membayar
pulsa; kita mau mengakses informasi dari
televisi pun kita harus keluar uang listrik
dan beli televisinya. Jadi, tidaklah
berlebihan jika pengetahuan itu saat ini
sangat bernilai ekonomis, bahkan dapat
menjadi kekuatan “yang memaksa” or-
ang lain untuk mengeluarkan uang agar
dapat mendapatkan informasi yang
diperlukannya.
Z : Tapi, maaf jika saya kurang sependapat
dengan Bapak. Masalahnya, apabila
orang yang dikenal cerdas dan ber-
pengetahuan tidak menunjukkan karakter
terpuji, maka tidak diragukan lagi bahwa
dunia akan menjadi lebih dan makin
buruk. Dengan kata lain, ungkapan
knowl-
edge is power
akan menjadi lebih
sempurna jika ditambahkan menjadi
knowledge is power, but character is
more
.
X : Baiklah, berarti dalam hal ini masih ada
parameter lain yang dapat lebih
menyempurnakan sebuah kekuatan, yakni
karakter. Lalu sejauh mana peranan
karakter ini sendiri?
Z : Karakter akan menuntun seseorang yang
berpengetahuan untuk berbuat lebih baik
bagi diri, masyarakat, dan bangsanya.
Sementara apabila kekuatan pengetahuan
itu tidak dilandasi dengan karakter yang
baik, maka ia akan menuntun si empunya
untuk berbuat “menguntungkan bagi diri-
nya, tetapi merugikan khalayak banyak”.
Hal ini disebabkan oleh orientasinya yang
semata-mata hanya bisnis dan ia akan
menghalalkan segala cara untuk melang-
gengkan jalur bisnisnya.
Y : Maaf, menurut saya bisnis adalah bisnis.
Itu tidak ada hubungannya dengan
karakter. Berbicara karakter adalah bicara
kepribadian dan kepribadian lain dengan
bisnis. Pribadi adalah pribadi dan bisnis
tetap saja bisnis. Jadi, perlu ada pemilah-
an yang tegas, mana urusan bisnis dan
mana urusan pribadi. Itu apabila ingin
menjadi seorang yang profesional.
Z : Interupsi sebentar. Jadi, begini, bisnis
memang tetap saja bisnis, hanya bisnis
itu akan lebih beretika apabila dilandasi
dengan karakter yang baik. Dengan
demikian, makna penting sebuah karakter
dan proses pembentukannya akan mela-
hirkan manusia-manusia yang tidak bisa
“dibeli”.
Ke arah yang demikian itulah, pendidik-
an dan pembelajaran termasuk peng-
ajaran di institusi formal dan pelatihan
di institusi nonformal seharusnya ber-
muara, yakni membangun manusia-ma-
nusia berkarakter (terpuji), manusia-ma-
nusia yang memperjuangkan agar dirinya
dan orang-orang yang dapat dipengaruhi-
nya menjadi lebih manusiawi, serta men-
jadi manusia yang utuh atau memiliki
integritas.
(Sumber:
www.pembelajar.com, 2005
, dengan
pengubahan)
Kerjakanlah perintah soal berikut dengan benar!
a. Apakah tema pokok yang disampaikan dalam wawancara
di atas?
b. Jelaskan mengenai pemikiran dan pendapat narasumber
berkaitan dengan materi wawancara!
c. Tuliskan hasil wawancara tersebut secara singkat!
d. Diskusikan hasil kerjamu bersama kelompokmu!
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
170
2.
Simaklah pembacaan cerpen “Dan Mereka Tidak Peduli ...”
yang dilakukan oleh temanmu!
Dan Mereka Tidak Peduli ...
Oleh Ema Mukarromah
Langit Jakarta terlihat cerah. Kereta api
jurusan Parungpanjang yang ditumpangi Nina
mulai meninggalkan stasiun Kota. Kereta api
melaju makin lama makin cepat. Gun-
cangannya yang berirama meninabobokan
sebagian penumpang yang memang sudah
letih seharian bergumul dengan kesibukan
metropolitan. Lampu dalam kereta yang
kebanyakan tidak lagi menyala membuat
perjalanan ini bernuansa temaram.
Penumpang kereta api sangatlah bera-
gam. Namun, tidak peduli tua muda, laki-
laki perempuan, dari yang berpakaian santai
hingga yang perlente, hampir bisa dipastikan
semuanya mencoba mengisi jam-jam perja-
lanan pulang ini dengan tidur gaya duduk,
bahkan berdiri. Maklum saja, saat waktu
sudah menunjukkan jam 20.00 WIB seperti
sekarang, bukankah sudah waktunya bagi
mereka untuk menikmati istirahat di rumah?
Seorang ibu muda rupanya baru naik
dari stasiun tadi. Ia berdiri kebingungan di
depan beberapa bapak-bapak yang memang
telah duduk dari sebelumnya. Rupanya sang
ibu tidak berhasil mendapatkan tempat duduk
untuknya yang sedang menggendong seorang
bayi.
Dua stasiun berlalu. Sang ibu masih juga
berdiri. Kereta api berjalan mulus sehingga
sang ibu masih dapat menjaga kestabilannya.
Entahlah jika kereta di ruas-ruas tertentu mulai
berguncang keras. Adalah hal yang amat
melelahkan jika harus menjaga keseimbangan
sambil menggendong bayi dalam kereta yang
berguncang-guncang. Mendekati stasiun
berikutnya.
Nina masih memerhatikan ibu itu.
Untunglah, seorang bapak di depan ibu itu
akhirnya bangun dari bangkunya. Walaupun
ternyata, berdirinya bapak itu karena semata-
mata ia telah sampai di stasiun tujuannya.
Bukan karena dia peduli.
Akhirnya, duduklah sang ibu muda itu.
Entah kenapa Nina sangat merasa lega. De-
ngan penuh sukacita sang ibu mendudukkan
anaknya di pangkuannya.
Perhatian Nina sekarang tertuju kepada
anak ibu muda itu. Tubuhnya kurus, sedang-
kan warna kulitnya hitam terpapar sang surya.
Mungkin dia sehari-hari sering berada di
bawah siraman matahari. Sedangkan anak
balitanya yang rupanya perempuan terlihat
cukup sehat walaupun agak rewel.
Dari sikap dan penampilan ibu dan anak
itu, Nina tahu bahwa mereka bukan
pengemis. Pakaian yang mereka kenakan
memang tergolong biasa, walaupun bisa
dikatakan kumal. Namun, pakaian demikian
bukanlah pakaian pengemis. Lagipula,
bertahun-tahun bergelut dengan kehidupan di
kereta api. Nina sendiri sudah bisa membe-
dakan gelagat orang-orang yang berprofesi
sebagai pengemis, bahkan pencopet sekali-
pun.
Entah kenapa, tiba-tiba Nina merasa
kasihan pada anak itu. Anak itu jelas tidak
bisa memilih dari orang tua mana dia dila-
hirkan, keadaan ekonomi seperti apa yang
diinginkan. Tidak ada orang yang bercita-cita
menjadi miskin. Tapi, bukanlah suatu yang
salah jika memang terlahir dari keluarga yang
tidak berpunya.
Akhirnya, terdengar suara tangis bayi
meledak.
“Diam, ya, Nak, sssst, sssst, diam ....”
Rupanya anak itu menangis. Ibu sang bayi
berusaha membujuk. Suara tangis bayinya
malah makin menjadi.
“Jangan menangis, ya, Nak, ya ....” Ibu
itu masih membujuk sementara sang anak
masih juga tidak menurut.
Uniknya, dari wajah sang ibu yang letih,
tidak tampak sedikit pun rasa kesal atau
marah. Raut mukanya yang kecapekan sama
Pelajaran 7 Ekonomi
171
sekali tidak menunjukkan emosi yang
dipendam. Bahkan terlihat bahwa ibu itu
sangat berhati-hati memperlakukan sang anak.
Sabar sekali kelihatannya. Dari mulutnya
tidak keluar kata-kata bentakan atau hardikan
kepada anaknya. Ibu itu hanya membujuk de-
ngan kata-kata yang Nina sendiri bisa memas-
tikan bahwa bayi itu belum sepenuhnya
mengerti.
Nina tersentuh. Ingin sekali ia mende-
kati ibu muda itu. Dirasakannya bahwa diri-
nya kagum dengan ibu muda itu yang walau-
pun tampak lelah, namun tangis anaknya tidak
membuatnya serta merta emosi.
Sang ibu muda tadi masih duduk dengan
tenang. Namun raut mukanya nampak sangat
khawatir. Tangannya kini membuka-buka tas
kecilnya, mengambil sebuah dompet lusuh,
lalu membukanya. Dari dalamnya dikeluar-
kannya tiga lembar uang ribuan. Tampak ia
menghela nafas.
Nina terkesiap. Cepat ia mengambil
kesimpulan. Jadi, ibu muda itu hanya me-
miliki uang tiga ribu saat ini. Apakah dengan
sejumlah uang itu ia bisa sampai ke rumah?
Apakah ia punya sesuatu untuk makan ma-
lam? Dan bagaimana dengan keesokan ha-
rinya? Apakah bayinya bisa menikmati susu
layaknya bayi-bayi yang lain? Tapi, bisa jadi
itu hanya asumsi Nina saja. Siapa yang tahu
apakah ibu muda itu memiliki uang atau tidak
memiliki uang? Lagipula, untuk apa peduli
padanya? Stasiun terakhir. Para penumpang
mulai bersiap untuk turun, termasuk juga
Nina, dan ibu muda itu.
Namun, melihat bayi yang tertidur pulas
itu membuat Nina trenyuh. Anak yang tidak
berdosa itu berhak memiliki apa yang juga
dimiliki anak-anak lain. Namun, ia tidak bisa
menentukan bersama orang tua mana yang
ia inginkan, yang bisa memberinya makan,
pakaian, atau orang tua yang kini mendekapnya
sayang untuk membawanya pulang. Dalam
diam Nina berpikir. Mengapa aku juga tidak
dapat berbuat apa-apa untuk anak itu?
“Apa yang bisa kulakukan?” Mungkin
benar bahwa ibu muda itu bukan orang
miskin. Siapa yang tahu.
Namun mungkin juga ibu itu miskin.
Dan ketika ibunya miskin, sang anak tentu
turut merasakan kemiskinan itu. Dan, apakah
etis memilah-milah melakukan kebaikan atas
kategori miskin, sementara miskin itu sendiri
sudah menjadi target proyek pemerintah yang
banyak diselewengkan?
Membayangkan itu Nina teringat,
betapa sering ia sendiri merasa sangat miskin.
Namun di saat yang sama, selalu pantang
baginya untuk meminta, kepada famili
dekatnya sekalipun.
“Apakah ibu muda itu berprinsip sama
denganku?” Nina membatin.
Terdorong rasa kasihan, ingin sekali
Nina memberi anak itu sedikit kelebihan
uangnya hari ini, mudah-mudahan bisa untuk
sekedar membeli susu.
Didekatinya ibu muda itu.
“Bu,” ujar Nina, “Maaf Bu, boleh
tanya?”
“Iya, boleh, Mbak,” jawab sang ibu
“Kenapa Mbak?” sang ibu balik bertanya.
“Maaf, Bu, Ibu pulang ke mana?” tanya
Nina pelan.
“Oh, saya pulang ke sana, Mbak,” ia
menunjuk deretan padat rumah yang berada
di seberang stasiun. Nina sangat tahu bahwa
daerah itu kebanyakan kontrakan orang-orang
yang bekerja serabutan. Tanpa basa-basi lagi
Nina menyerahkan tiga lembar uang lima
ribuan.
“Bu, ini buat beli susu bayi ibu,”
“Waduh, Mbak, terima kasih banyak,
Mbak,” sang ibu berkaca-kaca.
“Sama-sama, Bu.” Nina melangkah
turun dari kereta. Hatinya lega. Melihat sang
ibu yang hampir menangis haru membuat
hatinya tak karuan. Nina yakin bahwa ia tidak
perlu merasa salah sasaran.
Dan untuk hal ini, orang lain tak perlu
peduli.
(Sumber:
www.google.com
, dengan pengubahan)
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
172
Mohammad Sadli adalah profesor
ekonomi di Universitas Indonesia. Ia juga
menjabat sebagai direktur pada beberapa
perusahaan seperti TIFICO Ltd. (anak
perusahaan Terijin Ltd. Jepang), INCO Indo-
nesia Ltd. (anak perusahaan International
Nickel Kanada ), BATA SHOE Indonesia Ltd.,
SAHID JAYA International Hotel, REDECON
Ltd. (Perusahaan konsultan Indonesia). Sejak
1983 beliau berkecimpung di KADIN. Beliau
pernah menjabat sebagai Sekretaris Jendral.
Sekarang sebagai anggota Lembaga Ekonomi-
nya (LP3E), dan merangkap sebagai anggota
Dewan Penasihat.
Di dalam pemerintahan, Sadli pernah
menduduki posisi penting seperti Kepala
BKPM (1967-1973), Menteri Tenaga Kerja
(1971-1973), dan Menteri Pertambangan dan
Perminyakan (1973-1978).
Di dunia internasional keterlibatannya
pun tidak kalah banyaknya, seperti anggota
Gugus Tugas World Bank (1983), anggota
Advisory Group untuk Studi Perencanaan dan
Prioritas Operasi ADB untuk tahun 1980-an
(1982), anggota Panel Studi Peran ADB
dalam tahun 1980-an (1988), anggota Gugus
Tugas ASEAN (1983), dan Wakil Ketua Kamar
Dagang & Industri ASEAN yang disebut Grup-
14 dalam Kerja Sama dan Integrasi Ekonomi
ASEAN (1986-1987).
Tahun 1991 beliau menjadi anggota
Gugus Tugas ASEAN yang diketuai oleh Tan
Sri Gazali Safei (mantan PM Malaysia) dalam
pengembangan status Sekretariat ASEAN. Be-
liau juga anggota Komisi PBB untuk Peren-
canaan Pengembangan (CDP) tahun 1983-
1986. Awal tahun 1973, beliau bertugas se-
bagai anggota kelompok studi PBB mengenai
Perusahaan Multinasional. Profesor Sadli lahir
di Jawa Barat, 10 Juni 1922.
Beliau memperoleh gelar kesarjanaan-
nya pertama kali dari Universitas Gadjah
Mada Jogjakarta sebagai Sarjana Sipil, lalu
kuliah di MIT, AS, mengambil M.Sc. dalam
bidang ekonomi tahun 1956. Kemudian
beliau melanjutkan studi ke University of
California, Barkley, dan tahun 1957 tesis
doktoralnya dipertahankan di Universitas In-
donesia. Terakhir, diangkat menjadi profesor
bidang ekonomi di Universitas Indonesia
tahun 1964.
Bicaranya ceplas-ceplos jika sudah
mengkritisi kebijakan ekonomi pemerintah.
Namun, salah satu arsitek ekonomi Orde Baru
ini dikenal sangat rendah hati. Itulah salah
satu sifat Prof. Sadli yang gampang diingat
publik. Sadli yang menjadi bagian perjalanan
Orde Baru itu kini telah tutup usia pada umur
85 tahun, Selasa 8 Januari 2007, pukul 23.30
WIB. Dia pernah menjadi Menaker dan
Menteri Pertambangan di zaman Presiden
Soeharto.
Bersama ekonom senior lainnya, seperti
Widjojo Nitisastro dan Emil Salim, dia sering
mendapat julukan sinis
Ekonom Berkeley
.
Namun, apa pun sebutannya, tidak menyurut-
kan langkah Sadli yang konsisten memberikan
ilmunya untuk kalangan akademisi dan
Kerjakanlah soal berikut dengan benar!
a. Jelaskan unsur intrinsik dalam cerpen tersebut yang dapat
menjadikan cerpen tersebut memiliki nilai lebih dalam
pembacaan!
b. Apa sajakah hal yang diperlukan dalam pembacaan cer-
pen?
c. Tuliskan pendapatmu mengenai pembacaan cerpen yang
dilakukan oleh temanmu!
d. Diskusikan hasil kerjamu bersama teman-temanmu!
3.
Bacalah teks tokoh berikut dengan cermat!
Mohammad Sadli
Pelajaran 7 Ekonomi
173
negara. Sadli bahkan sempat menjadi
penasihat ekonomi di era Presiden Megawati.
Dalam autobiografi 80 Tahun Mo-
hamad Sadli yang ditulis sejumlah ekonom
muda, disebutkan Sadli sebagai figur yang
rajin melihat perjalanan ekonomi Indonesia
terutama setelah krisis.
Sadli pernah mengatakan krisis ekonomi
adalah berkah yang tersembunyi bagi para
teknokrat di republik ini. Karena krisis itu te-
lah membuat banyak orang tersadar dan mau
melakukan reformasi yang lebih baik.
Suami dari psikolog terkenal Prof. Saparinah
Sadli ini juga masih rajin menulis artikel di
media, yang isinya mengingatkan para pe-
mimpin negeri ini agar jangan kembali mem-
buat kebijakan yang keliru.
Sadli saat ini adalah guru besar ekonomi
dari Universitas Indonesia. Lelaki yang punya
hobi memotret ini diketahui mulai sakit sejak
akhir tahun lalu.
Meski telah berpulang, Sadli mening-
galkan jejak ekonomi yang bermanfaat bagi
kalangan ekonom dan akademisi. Sejumlah
ekonom, seperti Moh. Ikhsan, Faisal Basri,
dan Menteri Keuangan Sri Mulyani, adalah
segilintir murid Sadli. Selamat jalan Prof.
Sadli ....
(Sumber:
www.google.co.id
, dengan pengubahan)
Kerjakanlah sesuai dengan perintah!
a. Jelaskan beberapa peristiwa penting dalam sejarah hidup
Mohammad Sadli!
b. Buatlah ringkasan isi teks mengenai profil Mohammad
Sadli di atas!
c. Sebutkan keistimewaan Mohammad Sadli berdasarkan teks
di atas!
d. Jelaskan nilai-nilai yang bermanfaat bagi siswa dari biografi
tokoh di atas!
e. Kemukakan komentarmu berkaitan dengan perjalanan
hidup Mohammad Sadli!
4.
Pahamilah wawancara berikut!
Berikut petikan wawancara Gunawan
Dewantoro dengan Mari Elka Pangestu.
Berapa besar minat pengusaha Tionghoa
untuk berinvestasi di Indonesia?
Tidak tahu berapa, tapi saya harapkan
bisa besar, ya, karena ini mewakili
top busi-
ness people
(orang-orang bisnis kelas tinggi)
dari
overseas China network
yang ada di
dunia. Saya pikir Indonesia dipandang sangat
baik oleh dunia luar karena berbagai hal.
Seperti kestabilan makro maupun iklim
investasi kita yang sudah sangat membaik dan
potensi Indonesia sebagai pasar maupun
sebagai tempat dengan sumber daya alamnya
yang sangat kaya.
Bidang apa saja yang mereka minati ?
Tadi kami tawarkan semuanya, baik
sektor SDA (Sumber Daya Alam), pangan, dan
juga
manufacturing
(pabrik). Tapi mereka
sepertinya sangat tertarik dengan investasi
sektor pertambangan, selain energi dan juga
properti.
Bagaimana ranking Cina di antara in-
vestor negara lain?
Kalau RRT masih belum terlalu tinggi,
tapi masih ada di
top ten
(sepuluh besar). Di
sini bukan hanya dari RRT, tapi juga jaringan
di
overseas Chinese
atau dalam bahasa
Indonesianya adalah pengusaha keturunan
Tionghoa yang berada di mana pun di dunia,
Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1
174
dari sembilan negara. Ini berarti investasinya
tidak hanya datang dari Cina tapi juga dari
negara lain.
Apa hambatan investasi yang mereka
kemukakan?
Masalah yang mengganggu iklim inves-
tasi umumnya adalah kebijakan yang tidak
konsisten di daerah dan di pusat. Hal ini
disebabkan proses desentralisasi sejak 2000
terus mengalami proses yang cukup besar
transformasinya.
Mulai dari sesuatu yang sangat
desen-
tralized
(dipusatkan), dengan otonomi pe-
merintah daerah sangat besar, sehingga
muncul inkonsistensi dari berbagai peraturan
dan dikenakannya berbagai pajak.
Lalu apa yang ditawarkan pemerintah,
apakah dengan memberi insentif?
Kita tidak memberikan khusus pada
mereka. Namun, kita secara umum kan sudah
mempunyai insentif sistem dan iklim inves-
tasi yang sudah diperbaiki, antara lain RUU
pajak yang sebentar lagi akan disahkan di
DPR.
(Sumber:
www.google.co.id
dengan pengubahan)
Kerjakanlah sesuai dengan perintah!
a. Apakah persoalan pokok yang diulas dalam wawancara
tersebut?
b. Sebutkan hal-hal penting yang terdapat dalam wawancara
tersebut!
c. Ubahlah teks wawancara di atas menjadi bentuk narasi
dengan mencantumkan kalimat langsung dan tidak
langsung!