Gambar Sampul Bahasa Indonesia  · Bab 6 Menilai Karya Melalui Kritik dan Esai
Bahasa Indonesia · Bab 6 Menilai Karya Melalui Kritik dan Esai
Maman Suryaman, Suherli, dan Istiqomah.

24/08/2021 15:36:46

SMA 12 K-13 revisi 2018

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Bahasa Indonesia

183

3

3

18

8

Menilai Karya Melalui

Kritik dan Esai

Sumber: http://www.padek.com/koran/read/detail/3372

Kritik dan esai adalah dua jenis tulisan yang hampir sama. Keduanya

sama-sama mengungkapkan pendapat atau argumen. Namun, penulis kritik

dan esai haruslah melakukan analisis dan penilaian secara objektif terlebih

dahulu agar dapat dipercaya.

Selain artikel, resensi, dan ulasan, dalam kolom bebas (kolom yang bisa

diisi oleh penulis lepas, bukan redaksi) juga ada kritik dan esai. Kedua jenis

teks ini sangat menarik untuk dipelajari karena dapat memberi wawasan

sekaligus berpikir kritis dalam menilai karya orang lain.

Bab

6

184

Kelas XII

Bahasa Indonesia

1

1

84

8

Kata ’kritik’ sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang

terlintas dalam benakmu ketika ada seseorang menyampaikan kritik? Sebagian

di antara kamu mungkin ada yang beranggapan bahwa kritik adalah celaan,

pernyataan yang mengungkap kekurangan karya seseorang. Tentulah tidak

salah jika yang dimaksud adalah kritik

tanpa dasar. Yang dimaksud dengan

kritik di dalam pelajaran ini adalah kritik yang didasarkan atas analisis yang

mendalam. Karya yang dikritik biasanya berupa karya seni, baik karya sastra,

musik, lukis, buku, maupun fi

lm.

Berbeda dengan kritik yang fokusnya adalah menilai karya, esai lebih

mengarah pada ’cara pandang’ seseorang terhadap suatu objek atau peristiwa;

tidak selalu terhadap karya. Pemahaman tentang kritik dan esai sering kali

rancu karena keduanya merupakan teks yang harus didasarkan pada suatu

objek untuk dinilai.

Dalam pembelajaran ini kamu akan belajar tentang kritik dan esai, serta

perbandingan di antara keduanya. Hal yang kamu pelajari tidak terbatas pada

kritik dan esai sastra, tetapi juga kritik dan esai bidang lain agar kamu dapat

memperluas wawasan. Hal-hal yang akan kamu pelajari dalam bab ini adalah

sebagai berikut.

1. Membandingkan kritik dengan esai.

2. Menyusun kritik dan esai.

3. Menganalisis sistematika dan kebahasaan kritik dan esai.

4. Mengonstruksi kritik atau esai.

Untuk membantu kamu dalam mempelajari dan mengembangkan

kompetensi berbahasa, pelajari peta konsep di bawah ini dengan saksama!

Menilai karya

melalui kritik dan

esai

1.

Mengidentifikasi unsur kritik dan esai

2.

Membandingkan kritik dengan esai

berdasarkan pengetahuan dan sudut

pandang penulisnya

1.

Menyusun kritik terhadap karya sastra

2.

Menyusun pernyataan esai terhadap suatu

objek atau permasalahan

1.

Mengonstruksi kritik sastra dengan

memperhatikan sistematika dan

kebahasaannya

2.

Mengonstruksi esai dengan

memperhatikan sistematika dan

kebahasaannya

1.

Menentukan nilai-nilai yang terdapat

dalam sebuah buku pengayaan (nonfi ksi)

2.

Menentukan nilai-nilai yang terdapat

dalam satu buku drama (fi ksi)

1.

Menulis refl eksi tentang nilai-nilai

yang terkandung dalam sebuah buku

pengayaan (nonfi ksi)

2.

Menulis refl eksi tentang nilai-nilai yang

terkandung dalam satu buku drama (fi ksi)

Mengontruksi nilai-nilai dalam

buku pengayaan dan buku drama

Menulis refl eksi tentang nilai-nilai

dari buku pengayaan dan buku

drama

Menyusun kritik dan esai

Membandingkan kritik sastra

dan esai

Menganalisis sistematika dan

kebahasaan

Menilai Karya

Melalui Kritik

dan Esai

Bahasa Indonesia

185

5

5

18

8

A. Membandingkan Kritik Sastra dan Esai

!

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

(1)

mengidentifi

kasi unsur kritik dan esai;

(2)

membandingkan kritik dengan esai berdasarkan

pengetahuan dan sudut pandang penulisannya.

Mengidentifi

kasi Unsur Kritik dan Esai

Di atas telah disinggung bahwa kritik adalah penilaian terhadap suatu

karya secara seimbang baik kelemahan maupun kelebihannya. Selanjutnya,

gurumu atau salah seorang temanmu akan membacakan teks kritik terhadap

cerpen. Untuk itu, tutuplah bukumu dan berkonsentrasilah untuk menangkap

dan memahami isi teks tersebut.

Capaian Eksperimen Novel Lelaki Harimau

Maman Mahayana

Setelah sukses dengan

Cantik itu Luka

(Yogyakarta: AKY, 2002; Jakarta

Gramedia, 2004) yang memancing berbagai tanggapan, kini Eka Kurniawan

menghadirkan kembali karyanya,

Lelaki Harimau

(Gramedia, 2004; 192

halaman). Sebuah novel yang juga masih memendam semangat eksperimen.

Berbeda dengan

Cantik itu Luka

yang mengandalkan kekuatan narasi

yang seperti lepas kendali dan deras menerjang apa saja,

Lelaki Harimau

memperlihatkan penguasaan diri narator yang dingin terkendali, penuh

pertimbangan, dan kehati-hatian.

Pemanfaatan –atau lebih tepat eksplorasi–setiap kata dan kalimat tampak

begitu cermat dalam usahanya merangkai setiap peristiwa. Eka seperti hendak

menunjukkan dirinya sebagai ”eksperimental” yang sukses bukan lantaran

faktor kebetulan. Ada kesungguhan yang luar biasa dalam menata setiap

peristiwa dan kemudian mengelindankannya menjadi struktur cerita. Di balik

itu, tampak pula adanya semacam kekhawatiran untuk tidak melakukan ke lalai-

an yang tidak perlu. Di sinilah

Lelaki Harimau

menunjukkan jati dirinya sebagai

Kegiatan

1

186

Kelas XII

Bahasa Indonesia

1

1

86

8

sebuah novel yang tidak sekadar mengandalkan kemampuan bercerita, tetapi

juga semangat eksploratif yang mu

ngkin dilakukan dengan memanfaatkan

berbagai sarana komunikasi kesastraan.

Ia lalu menyelusupkannya ke dalam

segenap unsur intrinsik novel bersangkutan.

***

Mencermati perkembangan kepengarangan Eka Kurniawan, kekuatan

narasi itu sesungguhnya sudah tampak dalam

Coret-Coret di Toilet

(Yogyakarta:

Yayasan Aksara Indonesia, 2000), sebuah antologi cerpen yang mengusung

berbagai tema. Dalam antologi itu, Eka terkesan bercerita lepas-ringan, meski

di dalamnya banyak kisah tentang konteks sosial zamannya. Di sana, ia tampak

masih mencari bentuk. Belakangan, cer

pennya ”Bau Busuk” (Jurnal Cerpen,

No. 1, 2002) cukup mengagetkan dengan eksperimennya. Dengan hanya

mengandalkan sebuah alinea dan 21 kalimat, Eka bercerita tentang sebuah

tragedi pembantaian yang terjadi di negeri antah-berantah (Halimunda).

Di negeri itu, mayat tak beda dengan sampah. Pembantaian bisa jadi berita

penting, bisa juga tak penting, sebab esok akan diganti berita lain atau hilang

begitu saja, seperti yang terjadi di negeri ini.

Meski narasi yang meminimalisasi kalimat itu, sebelumnya pernah

dilakukan Mangunwijaya dalam

Durga Umayi

(Jakarta: Grafi

ti, 1991) yang

hanya menggunakan 280 kalimat untuk novel setebal 185 halaman, Eka dalam

Lelaki Harimau

seperti menemukan caranya sendiri yang lebih cair. Di sana,

ada semacam kompromi antara semangat eksperimen dengan hasratnya untuk

tidak terlalu memberi beban berat bagi pembaca. Maka, Rangkaian kalimat

panjang yang melelahkan itu, diolah dalam kemasan yang lain sebagai alat

untuk membangun peristiwa. Wujudlah rangkaian peristiwa dalam kalimat-

kalimat yang tidak menjalar jauh berkepanjangan ke sana ke mari, tetapi

cukup dengan penghadiran dua sampai empat peristiwa berikut berbagai

macam latarnya.

Cara ini ternyata cukup efektif.

Lelaki Harimau

, di satu pihak berhasil

membangun setiap peristiwa melalui rangkaian kalimat yang juga sudah

berperistiwa, dan di lain pihak, ia tak kehilangan pesona narasinya yang

mengalir dan berkelak-kelok. Dengan begitu, kalimat-kalimat itu sendiri

sesungguhnya sudah dapat berdiri sebagai peristiwa. Cermati saja sebagian

besar rangkaian kalimat dalam novel itu. Di sana –sejak awal –kita akan

menjumpai lebih dari dua–tiga peristiwa yang seperti sengaja dihadirkan

untuk membangun suasanan peristiwa itu sendiri.

Tentu saja, cara ini bukan tanpa risiko. Rangkaian peristiwa yang

membangun alur cerita, jadinya terasa agak lambat. Ia juga boleh jadi akan

Bahasa Indonesia

187

7

7

18

8

mendatangkan masalah bagi pembaca yang tak biasa menikmati kalimat

panjang. Oleh karena itu, berhadapan dengan novel model ini, kita (pembaca)

mesti memulainya tanpa prasangka dan menghindar dari jejalan pikiran yang

berpretensi pada sejumlah horison ha

rapan. Bukankah banyak pula novel

kanon yang peristiwa-peristiwa awalnya dibangun melalui narasi yang lambat?

Jadi, apa yang dilakukan Eka sesunggu

hnya sudah sangat lazim dilakukan para

novelis besar.

***

Secara tematik,

Lelaki Harimau

tidaklah mengusung tema besar,

pemikiran fi

lsafat, atau fakta historis. Ia berkisah tentang kehidupan masyarakat

di sebuah desa kecil. Dalam komunitas itu, hubungan antarsesama, interaksi

antarwarga, bisa begitu akrab, bahkan sangat akrab.

Perhatikan kalimat pertama yang mengawali kisahan novel ini. ”Senja

ketika Margio membunuh Anwar Sadat, Kyai Jahro tengah masyuk dengan

ikan-ikan di kolamnya, ditemani aroma asin yang terbang di antara batang

kelapa, dan bunyi falseto laut, dan badai jinak merangkak di antara ganggang,

dadap, dan semak lantana.” (hlm. 1). Peristiwa apa yang melatarbelakangi

pembunuhan itu dan bagaimana duduk perkaranya? Jawabannya terungkap

justru pada bagian akhir novel ini. Jadi, peristiwa di bagian awal, sebenarnya

kelanjutan dari peristiwa yang terjadi di bagian akhir saat Margio meminta

Anwar Sadat untuk mengawini ibunya (hlm. 192).

Itulah salah satu keunikan novel ini. Eka melanjutkan kalimat pertama

itu tidak pada peristiwa pembunuhan yang dilakukan Margio, tetapi pada diri

tokoh Kyai Jahro. Mulailah ia berkisah tentang kyai itu. Lalu, dari sana muncul

pula tokoh Mayor Sadrah. Ia pun bercerita tentang tokoh itu. Begitulah,

pencerita seperti sengaja tidak membiarkan dirinya berdiri terpaku pada satu

titik. Ia menyoroti satu tokoh dan kemudian secara perlahan beralih ke tokoh

lain. Di antara rangkaian peristiwa yang dibangun dan dihidupkan oleh setiap

tokohnya, menyelusup pula mitos tentang manusia harimau, potret bersahaja

masyarakat pinggiran, dan keakraban kehidupan mereka. Sebuah pesona yang

disampaikan lewat narasi yang rancak yang seperti menyihir pembaca untuk

terus mengikuti kelak-kelok peristiwa yang dihadirkannya.

Dalam hal itu, kedudukan pencerita seperti sebuah kamera yang terus

bergerak merayap dari satu tokoh ke tokoh lain, dari satu peristiwa ke peristiwa

lain. Akibatnya, peristiwa yang dihadirkan di awal: Senja ketika Margio

membunuh Anwar Sadat, ... seperti timbul-tenggelam mengikuti pergerakan

tokoh-tokohnya. Seperti seseorang yang masuk sebuah lorong berbentuk

spiral. Ia terus menggelinding perlahan mengikuti ke mana pun arah lorong

188

Kelas XII

Bahasa Indonesia

1

1

88

8

itu menuju. Ketika muncul di permukaan, ia sadar bahwa ternyata ia masih

berada di tempat semula; di seputar ketika ia mulai masuk lorong itu.

***

Dalam konteks perjalanan novel Indonesia, pola alur seperti itu pernah

digunakan Achdiat Karta Mihardja dalam Atheis (1949), meski dihadirkan

untuk membingkai biografi

tokoh Hasan. Putu Wijaya dalam Stasiun

membangunnya untuk mengeksplorasi pikiran-pikiran si tokoh. Akan tetapi,

dalam

Dag-Dig-Dug

, Putu Wijaya menggunakannya agak lain. Akhir cerita

yang seperti mengulangi kembali peristiwa awal, dirangkaikan lewat dialog-

dialog antartokoh mengingat karya itu berupa naskah drama. Iwan Simatupang

dalam

Kering

dan

Koong,

menutup peristiwa akhir dengan mengembalikan

kesadaran si tokoh sebagai akibat yang terjadi pada peristiwa awal. Tampak

di sini, bahwa pola spiral sesungguhnya bukanlah hal yang baru sama sekali.

Meskipun begitu,

Lelaki Harimau,

dilihat dari sudut itu, tetap saja

menghadirkan kekhasannya sendiri. Selain pola alur yang demikian, Eka

menggunakan kalimat-kalimat itu se

bagai pintu masuk menghadirkan

rangkaian peristiwa. Dengan demikian ka

limat tidak hanya bertindak sebagai

fondasi bagi pencerita untuk membangun peristiwa, juga sebagai pilar

penyangga bagi peralihan peristiwa satu

ke peristiwa lain melalui pergantian

fokus cerita

(focus of narration)

dari tokoh yang satu ke tokoh yang lain. Dalam

hal ini,

Lelaki Harimau

telah menunjukkan keunikannya sendiri.

Hal lain yang juga ditampilkan Eka dalam novel ini menyangkut cara

bertuturnya yang agak janggal, tetapi benar secara semantis. Ia banyak

menghadirkan metafora yang terasa agak

aneh, tetapi tidak menyalahi makna

semantisnya. Kadang kala muncul di sana-sini pola kalimat yang mengingatkan

kita pada

style

penulis Melayu Tionghoa. Di bagian lain, berhamburan pula

analogi atau idiom yang tidak lazim, tetapi justru terasa segar sebagai sebuah

usaha melakukan eksplorasi bahasa. Da

lam hal ini, bahasa Indonesia dalam

novel ini jadi terasa sangat kaya dengan ungkapan, idiom, metafora, dan

analogi.

***

Dalam beberapa hal,

Lelaki Harimau

harus diakui, berhasil memperlihatkan

sejumlah capaian. Ia menjelma tidak sekadar mengandalkan imajinasi, tetapi

juga bertumpu lewat proses berpikir dan tindak eksploratif kalimat dengan

berbagai kemungkinannya. Peristiwa perselingkuhan Nuraeni-Anwar Sadat

pun, terasa sebagai kisah yang eksotis (hlm. 133-142); prosesi penguburan

Komar bin Syueb, ayah Margio (hlm. 168-171), menjadi kisah yang di sana-sini

menghadirkan kelucuan. Eka seperti sengaja memporakporandakan struktur

Bahasa Indonesia

189

9

9

18

8

kalimat yang klise, dan sekaligus menyodorkan pola yang terasa lebih segar,

agak janggal dan terkadang lucu.

Lelaki Harimau,

tak pelak lagi, tampil sebagai

novel dengan kategori: cerdas!

Sumber: http://ekakurniawan.net/blog/capaian-eksperimentasi-novel-lelaki-harimau-43.php#more-43

No.

Pernyataan

Ya

Tidak

1.

Membahas tentang sebuah karya sastra.

2.

Di dalamnya dituliskan isi atau sinopsis cerpen.

3.

Teks tersebut menilai kelebihan dan kekurangan cerpen.

4.

Penilaian dilakukan secara objektif, didasarkan atas data objektif yang

benar-benar ada.

5.

Disertai kajian teori untuk menguatkan analisis atau penilaian. Disertai

kajian teori untuk menguatkan analisis atau penilaian.

Berdasarkan jawaban di atas, dapatkah kamu menemukan bahwa teks

kritik berisi tentang penilaian atas kelebihan dan kelemahan sebuah karya

secara objektif, disertai dengan data-data pendukung, baik sinopsis karya,

alasan logis, maupun teori-teori yang mendukung? Jika hal itu terpenuhi,

kritik termasuk dalam genre teks eksposisi.

Kritik terfokus pada penilaian. Hal ini tentu akan berbeda dengan esai.

Kamu akan mempelajari esai. Kamu pasti sudah pernah menonton fi

lm

”Batman”, baik melalui layar televisi maupun bioskop. Berikut ini adalah

contoh esai fi

lm ”Batman” yang ditulis oleh Gunawan Muhammad.

Batman

Gunawan Mohammad

Batman tak pernah satu, maka ia tak berhenti. Apa yang disajikan

Christopher Nolan sejak ”Batman Begins” (2005) sampai dengan ”Th

e

Dark Knight Rises” (2012) berbeda jauh dari asal-muasalnya, tokoh cerita

bergambar karya Bob Kane dan Bill Finger dari tahun 1939. Bahkan tiap fi

lm

dalam trilogi Nolan sebenarnya tak menampilkan sosok yang sama, meskipun

Christian Bale memegang peran utama dalam ketiga-tiganya.

Tiap kali kita memang bisa mengidentifi

kasinya dari sebuah topeng

kelelawar yang itu-itu juga. Tapi tiap kali ia dilahirkan kembali sebagai sebuah

jawaban baru terhadap tantangan baru. Sebab selalu ada hubungan dengan

190

Kelas XII

Bahasa Indonesia

1

1

90

9

hal-ihwal yang tak berulang, tak terduga—dengan ancaman penjahat besar

Th e Joker atau Bane, dalam krisis Kota Gotham yang berbeda-beda.

Sebab itu Batman bisa bercerita tentang asal mula, tetapi asal mula

dalam posisinya yang bisa diabaikan: wujud yang pertama tak menentukan

sah atau tidaknya wujud yang kedua dan terakhir. Wujud yang kedua dan

terakhir bukan cuma sebuah fotokopi dari yang pertama. Tak ada yang–sama

yang jadi model. Yang ada adalah simulacrum—yang masing-masing justru

menegaskan yang–beda dan yang–banyak dari dan ke dalam dirinya, dan tiap

aktualisasi punya harkat yang singularis, tak bisa dibandingkan. Mana yang

”asli” tak serta-merta mesti dihargai lebih tinggi.

Sebab kreativitas berbeda dari orisinalitas. Kreativitas berangkat ke masa

depan. Orisinalitas mengacu ke masa lalu. Masa yang telah silam itu tentu saja

baru ada setelah ditemukan kembali. Akan tetapi, arkeologi yang menggali

dan menelaah petilasan tua, perlu diliha

t sebagai bagian dari proses mengenali

masa lalu yang tak mungkin dikenali.

Pada titik ketika masa lalu mengelak,

ketika kita tak merasa terkait dengan petilasan tua, ketika itulah kreativitas

lahir.

Saya kira bukan kebetulan ketika dalam komik ”Night on Earth” karya

Warren Ellis dan John Cassaday (2003), Planetary, sebuah organisasi rahasia,

menyebut diri

archeologists of the impossible

.

Para awaknya datang ke Kota Gotham, untuk mencari seorang anak

yang bisa membuat kenyataan di sekitarnya berganti-ganti seperti ketika ia

dengan

remote control

menukar saluran televisi. Kota Gotham pun berubah

dari satu kemungkinan ke kemungkinan lain, dan Batman, penyelamat kota

itu, bergerak dalam pelbagai penjelmaannya. Ada Batman sang penuntut balas

yang digambarkan Bob Kane; ada Batman yang muncul dari serial televisi

tahun 1966, yang dibintangi oleh Adam West sebagai Batman yang lunak; ada

juga Batman yang suram menakutkan dalam cerita bergambar Frank Miller.

Semua itu terjadi di gang tempat ayah Bruce Wayne dibunuh penjahat—yang

membuat si anak jadi pelawan laku kriminal.

Satu topeng, satu nama—sebuah sintesis dari variasi yang banyak itu.

Namun, sintesis itu berbeda dengan penyatuan. Ia tak menghasilkan identitas

yang satu dan pasti. Hal yang lebih penting lagi, sintesis itu tak meletakkan

semua varian dalam sebuah norma yang baku. Tak dapat ditentukan mana

yang terbaik, tepatnya: mana yang terbaik untuk selama-lamanya.

Sebab itu Kota Gotham dalam ”Night on Earth” bisa jadi sebuah alegori. Ia

bisa mengajarkan kepada kita tentang aneka perubahan yang tak bisa dielakkan

dan sering tak terduga. Ia bisa mengasyikkan tapi sekaligus membingungkan.

Ia paduan antara sesuatu yang ”utuh” dan sesuatu yang kacau.

Bahasa Indonesia

191

1

1

19

9

Dengan alegori itu tak bisa kita katakan, mengikuti Leibniz, bahwa

inilah ”dunia terbaik dari semua dunia yang mungkin”,

le meilleur des mondes

possibles.

Bukan saja optimisme itu berlebihan. Voltaire pernah mencemoohnya

dalam novelnya yang kocak, ”Candide”, sebab di dunia ini kita tetap saja akan

menghadapi bermacam-macam kejahatan dan bencana, 1.001 inkarnasi Th

e

Joker dengan segala mala yang di

akibatkannya. Kesalahan Leibniz—yang

hendak menunjukkan sifat Tuhan yang Mahapemurah dan Mahapengasih—

justru telah memandang Tuhan sebagai

kekuasaan yang tak murah hati: Tuhan

yang hanya menganggap kehidupan kita sebagai yang terbaik, dan dengan

begitu dunia yang bukan dunia kita tak patut ada dan diakui.

Kesalahan Leibniz juga karena ia terpaku kepada sebuah pengalaman

yang seakan-akan tak akan berubah. Padahal, seperti Kota Gotham dalam

”Night on Earth”, dunia mirip ribuan gambar yang berganti-ganti di layar, dan

berganti-ganti pula cara kita memandangnya.

Penyair Wallace Stevens menulis sebuah sajak, ”Th

irteen Ways of Looking

at a Blackbird”. Salah satu bait dari yang 13 itu mengatakan,

But I know, too,

Th at the blackbird is involved

In what I know

Memandang seekor burung-hitam bukan hanya bisa dilakukan dengan

lebih dari satu cara. Juga ada keterpautan antara yang kita pandang dan ”yang

aku ketahui”. ”Yang aku ketahui” tak pernah ”aku ketahui semuanya”. Dengan

kata lain, dunia—seperti halnya Kota Gotham—selamanya adalah dunia yang

tak bisa seketika disimpulkan.

Tak berarti pengalaman adalah sebuah proses yang tak pernah tampak

wujud dan ujungnya. Pengalaman bukanlah arus sungai yang tak punya

tebing. Meskipun demikian, wujud, ujung, dan tebing itu juga tak terpisah dari

”yang aku ketahui”. Dunia di luarku selamanya terlibat dengan tafsir yang aku

bangun dari pengalamanku—tafsir yang tak akan bisa stabil sepanjang masa.

Walhasil, akhirnya selalu harus ada kesadaran akan batas tafsir. Akan

selalu ada yang tak akan terungkap—dan bersama itu, akan selalu ada Gotham

yang terancam kekacauan dan keambrukan. Itu sebabnya dalam ”Th

e Dark

Knight Rises”, Inspektur Gordon tetap mau menjaga misteri Batman, biarpun

dikabarkan Bruce Wayne sudah mati. Dengan demikian bahkan penjahat yang

tecerdik sekalipun tak akan bisa mengklaim ”aku tahu”.

Sumber: Majalah Tempo, Edisi Senin, 06 Agustus 2012~

192

Kelas XII

Bahasa Indonesia

1

1

92

9

Untuk mengetahui unsur esai, jawablah pertanyaan berikut ini dengan

memberi tanda (

9

) sesuai dengan hasil temuanmu!

No.

Pernyataan

Ya

Tidak

1.

Membahas tentang sebuah karya sastra.

2.

Di dalamnya dituliskan isi atau sinopsis cerpen.

3.

Teks tersebut menilai kelebihan dan kekurangan cerpen.

4.

Penilaian dilakukan secara objektif, didasarkan atas data objektif

yang benar-benar ada.

Berdasarkan hasil jawabanmu di atas, dapatkah kamu menemukan bahwa

esai di atas membahas karya

fi

lm, tetapi tidak mencantumkan sinopsisnya, tidak

menilai kelebihan dan kelemahan karya, tetapi membahas satu hal saja dari

fi

lm

Batman

dengan sudut pandang pribadi (secara subjektif). Subjektivitas

penulis esai tampak sekali pada penggunaan kata ganti saya dalam teks di atas.

Hal lain yang juga penting untuk diketahui bahwa bahasan esai tidak hanya

terkait karya, tetapi terdapat obyek lain misalnya peristiwa sehari-hari bahkan

imajinasi dan impian penulisnya tentang suatu hal atau keadaan.

Membandingkan Kritik dengan Esai Berdasarkan

Pengetahuan dan Pandangan

Berdasarkan kajian pada pembelajaran sebelumnya, kamu dapat membuat

perbandingan dengan melihat persamaan dan perbedaan di antara kritik dan

esai. Persamaan dan perbedaan dapat dilihat berdasarkan pengetahuan yang

ada dalam kritik dan esai serta sudut pandang yang diambil penulisnya dalam

membahas objek kajian.

Berdasarkan pengetahuan (isi) yang dikaji di dalamnya, perbandingan

kritik dan esai dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1: Perbandingan Kritik dan Esai

Berdasarkan Pengetahuan yang Disajikan

No.

Kritik

Esai

1.

Objek kajian adalah karya, misalnya seni

musik, sastra, tari, drama, fi lm, pahat,

dan lukis.

Obyek kajian dapat berupa karya atau

fenomena

Kegiatan

2

Bahasa Indonesia

193

3

3

19

9

NO.

Kritik

Esai

2.

Ada deskripsi karya, bila karya berwujud

buku deskripsinya berupa sinopsis atau

novel.

Tidak ada ringkasan atau sinopsis karya.

3.

Menyajikan data obyektif.

Tidak selalu membutuhkan data.

Dilihat dari pandangan penulisnya, perbandingan kritik dan sastra

dapat diringkas sebagai berikut.

Tabel 2: Perbandingan Kritik dan Esai

Berdasarkan Pandangan Penulisnya

No.

Kritik

Esai

1.

Penilaian terhadap karya dilakukan

secara objektif disertai data dan alasan

yang logis.

Kajian dilakukan secara subjektif, menurut

pendapat pribadi penulis esai.

2.

Dalam memberikan penilaian seringkali

menggunakan kajian teori yang sudah

mapan.

Jarang atau hampir tidak pernah

mencantumkan kajian teori.

3.

Pembahasan terhadap karya secara utuh

dan menyeluruh.

Objek atau fenomena yang dikaji tidak

dibahas menyeluruh, tetapi hanya pada

hal yang menarik menurut pandangan

penulisnya. Meskipun demikian,

pembahasannya dilakukan secara utuh.

Tugas

Berdasarkan perbandingan di atas, bacalah dua teks berikut ini.

T

entukanlah mana yang merupakan teks kritik dan mana yang merupakan

teks esai. Jelaskan alasanmu!

Teks I

Gerr

Oleh: Gunawan Muhammad

Di depan kita pentas yang berkecamu

k. Juga satu suku kata yang meledak:

”Grrr”, ”Dor”, ”Blong”, ”Los”. Atau dua suku kata yang mengejutkan dan

membingungkan: ”Aduh”, ”Anu”. Di depan kita: panggung Teater Mandiri.

Teater Mandiri pekan ini berumur 40 tahun—sebuah riwayat yang tak

mudah, seperti hampir semua grup teater di Indonesia. Ia bagian dari sejarah

Indonesia yang sebenarnya penting sebagai bagian dari cerita pembangunan

194

Kelas XII

Bahasa Indonesia

1

1

94

9

”bangun” dalam arti jiwa yang tak lelap tertidur. Putu Wijaya, pendiri dan tiang

utama teater ini, melihat peran pembangunan ini sebagai ”teror”—dengan

cara yang sederhana. Putu tak berseru, tak berpesan. Ia punya pendekatan

tersendiri kepada kata.

Pada Putu Wijaya, kata adalah benda. Kata adalah materi yang punya

volume di sebuah ruang, sebuah kombinasi bunyi dan imaji, sesuatu yang fi

sik

yang menggebrak persepsi kita. Ia tak mengklaim satu makna. Ia tak berarti:

tak punya isi kognitif atau tak punya manfaat yang besar.

Ini terutama hadir dalam teaternya—yang membuat Teater Mandiri

akan dikenang sebagai contoh terbaik teater sebagai peristiwa, di mana sosok

dan benda yang tak berarti dihadirkan. Mungkin sosok itu (umumnya tak

bernama) si sakit yang tak jelas sakitnya. Mungkin benda itu sekaleng kecil

balsem. Atau selimut—hal-hal yang dalam kisah-kisah besar dianggap sepele.

Dalam teater Putu Wijaya, justru itu bisa jadi fokus.

Bagi saya, teater ini adalah ”teater miskin” dalam pengertian yang berbeda

dengan rumusan Jerzy Grotowski. Bukan karena ia hanya bercerita tentang

kalangan miskin. Putu Wijaya tak tertarik untuk berbicara tentang lapisan-

lapisan sosial. Teater Mandiri adalah ”teater miskin” karena ia, sebagaimana

yang kemudian dijadikan semboyan kreatif Putu Wijaya, ”bertolak dari yang

ada”.

Saya ingat bagaimana pada tahun 1971, Putu Wijaya memulainya. Ia bekerja

sebagai salah satu redaktur majalah Tempo, yang berkantor di sebuah gedung

tua bertingkat dua dengan lantai yang goyang di Jalan Senen Raya 83, Jakarta.

Siang hari ia akan bertugas sebagai wartawan. Malam hari, ketika kantor sepi,

ia akan menggunakan ruangan yang terbatas dan sudah aus itu untuk latihan

teater. Dan ia akan mengajak siapa saja: seorang tukang kayu muda yang di

waktu siang memperbaiki bangunan kantor, seorang gelandangan tua yang

tiap malam istirahat di pojok jalan itu,

seorang calon fotograf yang gagap. Ia

tak menuntut mereka untuk berakting dan mengucapkan dialog yang cakap.

Ia membuat mereka jadi bagian teater sebagai peristiwa, bukan hanya cerita.

Dari sini memang kemudian berkembang gaya Putu Wijaya: sebuah teater

yang dibangun dari dialektik antara ”peristiwa” dan ”cerita”, antara kehadiran

aktor dan orang-orang yang hanya bagian komposisi panggung, antara kata

sebagai alat komunikasi dan kata sebagai benda tersendiri. Juga teater yang

hidup dari tarik-menarik antara patos dan humor, antara suasana yang

terbangun utuh dan disintegrasi yang segera mengubah keutuhan itu.

Orang memang bisa ragu, apa sebenarnya yang dibangun (dan

dibangunkan) oleh teater Putu Wijaya. Keraguan ini bisa dimengerti. Indonesia

Bahasa Indonesia

195

5

5

19

9

didirikan dan diatur oleh sebuah lapisan elite yang berpandangan bahwa

yang dibangun haruslah sebuah ”bangunan”, sebuah tata, bahkan tata yang

permanen. Elite itu juga menganggap bahwa kebangunan adalah kebangkitan

dari ketidaksadaran. Ketika Putu Wijaya

memilih kata ”teror” dalam hubungan

dengan karya kreatifnya, bagi saya ia menampik pandangan seperti itu.

Pentasnya menunjukkan bahwa pada tiap tata selalu tersembunyi

chaos,

dan

pada tiap ucapan yang transparan selalu tersembunyi ketidaksadaran.

Sartre pernah mengatakan, salah satu motif menciptakan seni adalah

”memperkenalkan tata di mana ia semula tak ada, memasangkan kesatuan

pikiran dalam keragaman hal-ihwal”. Sa

ya kira ia salah. Ia mungkin berpikir

tentang keindahan dalam pengertian klasik, di mana tata amat penting. Bagi

saya Teater Mandiri justru menunjukkan bahwa di sebuah negeri di mana

tradisi dan antitradisi berbenturan (tapi juga sering berkelindan), bukan

pengertian klasik itu yang berlaku.

Pernah pula Sartre mengatakan, seraya meremehkan puisi, bahwa ”kata

adalah aksi”. Prosa, menurut Sartre,

”terlibat” dalam pembebasan manusia

karena memakai kata sebagai alat mengomunikasikan ide, sedangkan puisi

tidak. Namun, di sini pun Sartre salah. Ia tak melihat, prosa dan puisi bisa

bertaut—dan itu bertaut dengan hidup dalam teater Putu Wijaya. Puisi dalam

teater ini muncul ketika keharusan berkomunikasi dipatahkan. Sebagaimana

dalam puisi, dalam sajak Chairil Anwa

r apalagi dalam sajak Sutardji Calzoum

Bachri, yang hadir dalam pentas Teater Mandiri adalah imaji-imaji, bayangan

dan bunyi, bukan pesan, apalagi khotbah. Hal ini penting, di zaman ketika

komunikasi hanya dibangun oleh pesan verbal yang itu-itu saja, yang tak lagi

akrab dengan diri, hanya hasil kesepakatan orang lain yang kian asing.

Sartre kemudian menyadari ia salah. Sejak 1960-an, ia mengakui bahwa

bahasa bukan alat yang siap. Bahasa tak bisa mengungkapkan apa yang ada di

bawah sadar, tak bisa mengartikulasikan hidup yang dijalani,

le vecu

. Ia tentu

belum pernah menyaksikan pentas Teater Mandiri, tapi ia pasti melihat bahwa

pelbagai ekspresi teater dan kesusastraan punya daya ”teror” ketika, seperti

Teater Mandiri, menunjukkan hal-hal yang tak terkomunikasikan dalam

hidup.

Sebab yang tak terkatakan juga bagian dari ”yang ada”. Dari sana kreativitas

yang sejati bertolak.

Sumber: Majalah

Tempo

Edisi Senin, 27 Juni 2011

196

Kelas XII

Bahasa Indonesia

1

1

96

9

Teks 2

Menimbang Ayat-Ayat Cinta

Karya sastra yang baik juga bisa menggambarkan hubungan antarmanusia,

manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan. Ini karena dalam

karya sastra seharusnya terdapat ajaran moral, sosial sekaligus ketepatan

dalam pengungkapan karya sastra.

Begitu pula yang ingin disampaikan oleh Habiburrachman El Shirazy

dalam novelnya yang berjudul

Ayat-ayat Cinta.

Novel yang kemudian menjadi

fenomena tersendiri dalam perjalanan karya sastra Indonesia, terutama yang

beraliran islami, karena penjualannya mampu mengalahkan buku-buku yang

digandrungi, seperti Harry Potter ini mengusung tema cinta islami yang

dihiasi dengan konfl

ik-konfl

ik yang disusun dengan apik oleh penulisnya.

Novel ini mengisahkan perjalanan cinta antara 2 anak manusia, Fahri

sebagai pelajar Indonesia yang belajar di Mesir, dan Aisha, seorang gadis Turki.

Meskipun mengusung tema cinta tidak lantas membuat novel ini membahas

cinta erotis antara laki-laki dan wanita. Banyak cinta lain yang masih bisa

digambarkan, seperti cinta pada sahabat, kekasih hidup, dan tentu saja pada

cinta sejati, Allah Swt. Perjalanan cinta yang tidak biasa digambarkan oleh

Habiburrachman.

Nilai dan budaya Islam sangat kental dirasakan oleh pembaca pada setiap

bagiannya. Bahkan, hampir di tiap paragraf kita akan menemukan pesan

dan amanah. Ya, katakan saja paragraf yang sarat dengan amanah. Namun,

dengan bentuk yang seperti itu tidak kemudian membuat novel ini menjadi

membosankan untuk dibaca karena penulis tetap menggunakan kata-kata

sederhana yang mudah dipahami dan tidak terkesan menggurui. Gaya penulis

untuk mengungkapkan setiap pesan justru menyadarkan kita bahwa sedikit

sekali yang baru kita ketahui tentang Islam.

Latar yang Dilukis Sempurna

Hal lain yang pantas untuk diunggulkan dalam novel ini adalah

kemampuan Habiburrachman untuk melukiskan latar dari tiap peristiwa, baik

itu tempat kejadian, waktu, maupun suasananya. Ia dapat begitu fasih untuk

menggambarkan tiap lekuk bagian tempat yang ia jadikan latar dalam novel

tersebut ditambah dengan gambaran suasana yang mendukung sehingga

seakan-akan mengajak pembaca untuk berwisata dan menikmati suasana

Mesir di Timur Tengah lewat karya tulisannya.

Bahasa Indonesia

197

7

7

19

9

Bukan hal yang aneh kemudian ketika memang ’Kang Abik’, begitu penulis

sering dipanggil, mampu untuk menggambarkan latar yang bisa dikatakan

sempurna itu. Ia memang beberapa tahun hidup di Mesir karena tuntutan

belajar. Akan tetapi, tidak menjadi mudah juga untuk mengungkapkan setiap

tempat yang dijadikan latar. Bahkan oleh orang Mesir sendiri memang tidak

memiliki sarana bahasa yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ingin ia

sampaikan.

Alur cerita juga dirangkai dengan begitu baik. Meskipun banyak

menggunakan alur maju, cerita berjalan tidak monoton. Banyak peristiwa yang

tidak terduga menjadi kejutan. Konfl

ik yang dibangun juga membuat novel ini

layak menjadi novel kebangkitan bagi sastra islami setelah merebaknya novel-

novel

teenlit

. Banyak kejutan, banyak inspirasi yang kemudian bisa hadir

dalam benak pembaca. Bahkan bisa menjadi semacam media perenungan atas

berbagai masalah kehidupan.

Karakter Tokoh yang Terlalu Sempurna

Satu hal yang ditemukan terlihat ja

nggal dalam novel ini adalah karakter

tokoh, yaitu Fahri yang digambarkan begitu sempurna dalam novel tersebut.

Maksud penulis di sini, mungkin ia ingin menggambarkan sosok manusia

yang benar-benar mencitrakan Islam dengan segala kebaikan dan kelembutan

hatinya. Hal yang menjadi janggal jika sosok yang digambarkan begitu

sempurna sehingga sulit atau bahkan ti

dak ditemukan kesalahan sedikit pun

padanya.

Jika dibandingkan dengan karya sastra lama milik Tulis Sutan Sati, mungkin

akan ditemukan kesamaan dengan karakter tokoh Midun dalam Roman

Sengsara Membawa Nikmat

yang berpasangan dengan Halimah sebagai tokoh

wanitanya. Dalam roman tersebut, Midun juga digambarkan sebagai sosok

pemuda yang sempurna dengan segala bentuk fi

sik dan kebaikan hatinya.

Hanya saja, di sini penggambarannya tidak menggunakan bahasa-bahasa yang

langsung menunjukkan kesempurnaan tersebut sehingga tidak terlalu kentara.

Ini di luar bahasa karya sastra lama yang cenderung suka melebih-lebihkan

(hiperbola). Perbedaan yang lain adalah tidak banyak digunakannya istilah-

istilah islami dalam roman tersebut daripada novel

Ayat-ayat Cinta.

Pembaca yang merasakan hal ini pasti akan bertanya-tanya, adakah sosok

yang memang bisa sesempurna tokoh Fahri tersebut. Meskipun penggambaran

karakter tokoh diserahkan sepenuhnya pada diri penulis, tetapi akan lebih

baik jika karakter tokoh yang dimunculkan tetap memiliki keseimbangan.

Dalam arti, jika tokoh yang dimunculkan memang berkarakter baik, maka

198

Kelas XII

Bahasa Indonesia

1

1

98

9

paling tidak ada sisi lain yang dimunculkan. Akan tetapi, tentu saja dengan

porsi yang lebih kecil atau bisa diminimalisasikan. Jangan sampai karakter ini

dihilangkan karena pada kenyataannya tidak ada sosok yang sempurna, selain

Rasulullah.

Sumber:http://esaisastrakita.blogspot.com/2013/05/esai-kritik-prosa-aninda-lestia-anjani.html (Dengan

penyesuaian)

Tu g a s

1. Buatlah perbandingan isi teks 1 dan teks 2 dengan menggunakan tabel

berikut ini.

Aspek

Gerr

Menimbang Ayat-ayat Cinta

Hal yang dikaji

Deskripsi/sinopsis

Data yang disajikan

2. Buatlah perbandingan cara pandang penulis kedua teks di atas dengan

menggunakan tabel berikut.

Aspek

Gerr

Menimbang Ayat-ayat Cinta

Cara penilaian

Penggunaan

Kajian teori

Keutuhan

pembahasan

B. Menyusun Kritik dan Esai

!

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

(1) menyusun kritik terhadap karya sastra;

(2) menyusun pernyataan esai terhadap suatu objek atau

permasalahan.

Bahasa Indonesia

199

9

9

19

9

Setelah memahami isi kritik dan esai, pada pembelajaran ini, kamu akan

belajar untuk menyusun kritik dan esai. Untuk itu, bacalah kembali contoh

teks kritik ”Lelaki Tak Pernah Basi” dan esai ”Batman” di atas.

Menyusun Kritik Sastra

Dalam menyusun kritik, ada beberapa hal yang harus dipegang oleh

kritikus (penulis kritik). Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

1. Penulis kritik (kritikus) harus benar-benar membaca atau mengamati

karya yang akan dikritik.

2. Kritikus harus membekali diri dengan pengetahuan tentang karya yang

akan dikritisi.

3. Kritikus harus mengumpulkan data-data penunjang dan alasan logis

untuk mendukung penilaian yang diberikan.

4. Kritik yang disampaikan tidak hanya mengungkap kelemahan, tetapi

harus seimbang dengan kelebihannya.

5. Jika diperlukan, kritikus menggunakan kajian teori yang relevan untuk

mendukung penilaiannya.

Marilah kita lihat kembali kalima

t-kalimat kritik, serta kalimat yang

mengandung penilaian kelebihan dan kekurangan karya, pada teks ”Capaian

Eksperimen Lelaki Harimau” di atas. Kalimat-kalimat kritik dalam teks

tersebut didominasi oleh kelebihan novel terebut. Dalam mengungkapkan

kelebihannya, kritikus melengkapinya dengan data atau alasan yang logis.

Perhatikan contoh berikut!

Berbeda dengan

Cantik itu Luka

yang mengandalkan kekuatan narasi

yang seperti lepas kendali dan deras menerjang apa saja,

Lelaki Harimau

memperlihatkan penguasaan diri narator yang dingin terkendali,

penuh pertimbangan dan kehati-hatian. Pemanfaatan –atau lebih

tepat eksplorasi–setiap kata dan kalimat tampak begitu cermat dalam

usahanya merangkai setiap peristiwa.

Pada kutipan di atas, kritikus menilai keunggulan cara penceritaan novel

Lelaki Harimau

disertai data pengguaan kata-kata dan kalimat dilakukan

sangat cermat. Kalimat-kalimat yang digunakan dapat membangun peristiwa

dalam novel tersebut.

Perhatikan pula bagaimana kritikus

menilai kelebihan novel dilihat dari

alurnya seperti terbaca pada kutipan berikut ini.

Kegiatan

1

200

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

00

0

Di antara rangkaian peristiwa yang dibangun dan dihidupkan oleh

setiap tokohnya, menyelusup pula mitos tentang manusia harimau,

potret bersahaja masyarakat pinggiran, dan keakraban kehidupan

mereka. Sebuah pesona yang disampaikan lewat narasi yang rancak

yang seperti menyihir pembaca untuk terus mengikuti kelak-kelok

peristiwa yang dihadirkannya.

Selain mengupas kelebihannya, teks kritik tersebut juga menyampaikan

kelemahan novel

Lelaki Harimau

seperti tampak pada kutipan berikut ini.

Tentu saja, cara ini bukan tanpa risiko. Rangkaian peristiwa yang

membangun alur cerita, jadinya terasa agak lambat. Ia juga boleh jadi akan

mendatangkan masalah bagi pembaca yang tak biasa menikmati kalimat

panjang.

Tugas

Bacalah kutipan novel

Laskar Pelangi

berikut ini, kemudian buatlah kalimat

kritiknya!

Bab I: Sepuluh Murid Baru

PAGI itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di

bangku panjang di depan sebuah kelas. Sebatang

pohon tua yang riang meneduhiku. Ayahku duduk

di sampingku, memeluk pundakku dengan kedua

lengannya dan tersenyum mengangguk-angguk

pada setiap orangtua dan anak-anaknya yang duduk

berderet-deret di bangku panjang lain di depan kami.

Hari itu adalah hari yang agak penting: hari pertama

masuk SD. Di ujung bangku-bangku panjang tadi ada

sebuah pintu terbuka. Kosen pintu itu miring karena

seluruh bangunan sekolah sudah doyong seolah akan

roboh. Di mulut pintu berdiri dua orang guru seperti

para penyambut tamu dalam perhelatan. Mereka

adalah seorang bapak tua berwajah sabar, Bapak K.A. Harfan Efendy Noor,

sang kepala sekolah dan seorang wanita muda berjilbab, Ibu N.A. Muslimah

Hafsari atau Bu Mus. Seperti ayahku, mereka berdua juga tersenyum.

Namun, senyum Bu Mus adalah senyum getir yang dipaksakan karena

tampak jelas beliau sedang cemas. Wajahnya tegang dan gerak-geriknya

gelisah. Ia berulang kali menghitung jumlah anak-anak yang duduk di bangku

Bahasa Indonesia

201

1

1

20

0

panjang. Ia demikian khawatir sehingga tak peduli pada peluh yang mengalir

masuk ke pelupuk matanya. Titik-titik keringat yang bertimbulan di seputar

hidungnya menghapus bedak tepung beras yang dikenakannya, membuat

wajahnya coreng moreng seperti pameran emban bagi permaisuri dalam Dul

Muluk, sandiwara kuno kampung kami.

”Sembilan orang . . . baru sembilan orang Pamanda Guru, masih kurang

satu...,” katanya gusar pada bapak kepala sekolah. Pak Harfan menatapnya

kosong.

Aku juga merasa cemas. Aku cemas karena melihat Bu Mus yang resah

dan karena beban perasaan ayahku menjalar ke sekujur tubuhku. Meskipun

beliau begitu ramah pagi ini tapi lengan kasarnya yang melingkari leherku

mengalirkan degup jantung yang cepat. Aku tahu beliau sedang gugup dan

aku maklum bahwa tak mudah bagi seorang pria berusia empat puluh tujuh

tahun, seorang buruh tambang yang beranak banyak dan bergaji kecil, untuk

menyerahkan anak laki-lakinya ke sekolah. Lebih mudah menyerahkannya

pada tauke pasar pagi untuk jadi tukang parut atau pada juragan pantai untuk

menjadi kuli kopra agar dapat membantu ekonomi keluarga. Menyekolahkan

anak berarti mengikatkan diri pada biaya selama belasan tahun dan hal itu

bukan perkara gampang bagi keluarga kami.

”Kasihan ayahku ....”

Maka aku tak sampai hati memandang wajahnya.

”Barangkali sebaiknya aku pulang saja, melupakan keinginan sekolah, dan

mengikuti jejak beberapa abang dan sepupu-sepupuku, menjadi kuli .....”

Tapi agaknya bukan hanya ayahku yang gentar. Setiap wajah orang tua di

depanku mengesankan bahwa mereka tidak sedang duduk di bangku panjang

itu, karena pikiran mereka, seperti pikiran ayahku, melayang-layang ke pasar

pagi atau ke keramba di tepian laut membayangkan anak lelakinya lebih baik

menjadi pesuruh di sana. Para orang tua ini sama sekali tak yakin bahwa

pendidikan anaknya yang hanya mampu mereka biayai paling tinggi sampai

SMP akan dapat mempercerah masa depan keluarga. Pagi ini mereka terpaksa

berada di sekolah ini untuk menghindarkan diri dari celaan aparat desa karena

tak menyekolahkan anak atau sebagai orang yang terjebak tuntutan zaman

baru, tuntutan memerdekakan anak dari buta huruf.

Aku mengenal para orangtua dan anak-anaknya yang duduk di depanku.

Kecuali seorang anak lelaki kecil kotor berambut keriting merah yang meronta-

ronta dari pegangan ayahnya. Ayahnya itu tak beralas kaki dan bercelana kain

belacu. Aku tak mengenal anak beranak itu.

202

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

02

0

Selebihnya adalah teman baikku. Trapani misalnya, yang duduk di

pangkuan ibunya, atau Kucai yang duduk di samping ayahnya, atau Syahdan

yang tak diantar siapa-siapa. Kami bertetangga dan kami adalah orang-orang

Melayu Belitong dari sebuah komunitas yang paling miskin di pulau itu. Adapun

sekolah ini, SD Muhammadiyah, juga se

kolah kampung yang paling miskin

di Belitong. Ada tiga alasan mengapa para orang tua mendaft

arkan anaknya

di sini. Pertama, karena sekolah Muhammadiyah tidak menetapkan iuran

dalam bentuk apa pun, para orang tua hanya menyumbang sukarela semampu

mereka. Kedua, karena fi

rasat, anak-anak mereka di

anggap memiliki karakter

yang mudah disesatkan iblis sehingga sejak usia muda harus mendapatkan

pendadaran Islam yang tangguh. Ketiga, karena anaknya memang tak diterima

di sekolah mana pun.

Bu Mus yang semakin khawatir memancang pandangannya ke jalan raya

di seberang lapangan sekolah berharap kalau-kalau masih ada pendaft

ar baru.

Kami prihatin melihat harapan hampa itu. Maka tidak seperti suasana di SD

lain yang penuh kegembiraan ketika menerima murid angkatan baru, suasana

hari pertama di SD Muhammadiyah penuh dengan kerisauan, dan yang paling

risau adalah Bu Mus dan Pak Harfan.

Guru-guru yang sederhana ini berada dalam situasi genting karena

Pengawas Sekolah dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa jika

SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepuluh orang

maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup. Karena itu sekarang

Bu Mus dan Pak Harfan cemas sebab sekolah mereka akan tamat riwayatnya,

sedangkan para orang tua cemas karena biaya, dan kami, sembilan anak-anak

kecil ini yang terperangkap di tengah cemas kalau-kalau kami tak jadi sekolah.

Tahun lalu, SD Muhammadiyah hanya mendapatkan sebelas siswa, dan

tahun ini Pak Harfan pesimis dapat memenuhi target sepuluh. Maka diam-

diam beliau telah mempersiapkan sebuah

pidato pembubaran sekolah di depan

para orang tua murid pada kesempatan pagi ini. Kenyataan bahwa beliau hanya

memerlukan satu siswa lagi untuk memenuhi target itu menyebabkan pidato

ini akan menjadi sesuatu yang menyakitkan hati.

”Kita tunggu sampai pukul sebelas,” kata Pak Harfan pada Bu Mus dan

seluruh orangtua yang telah pasrah. Suasana hening.

Para orang tua mungkin menganggap kekurangan satu murid sebagai

pertanda bagi anak-anaknya bahwa mereka memang sebaiknya didaft

arkan

pada para juragan saja. Sedangkan aku dan agaknya juga anak-anak yang

lain merasa amat pedih: pedih pada orang tua kami yang tak mampu, pedih

menyaksikan detik-detik terakhir sebuah

sekolah tua yang tutup justru pada

Bahasa Indonesia

203

3

3

20

0

hari pertama kami ingin sekolah, dan pedih pada niat kuat kami untuk belajar

tapi tinggal selangkah lagi harus terhenti hanya karena kekurangan satu murid.

Kami menunduk dalam-dalam.

Saat itu sudah pukul sebelas kurang lima dan Bu Mus semakin gundah.

Lima tahun pengabdiannya di sekolah melarat yang amat ia cintai dan tiga

puluh dua tahun pengabdian tanpa pamrih pada Pak Harfan, pamannya, akan

berakhir di pagi yang sendu ini.

”Baru sembilan orang Pamanda Guru ...,” ucap Bu Mus bergetar sekali

lagi. Ia sudah tak bisa berpikir jernih.

Ia berulang kali mengucapkan hal yang

sama yang telah diketahui semua orang. Suaranya berat selayaknya orang yang

tertekan batinnya.

Akhirnya, waktu habis karena telah pukul sebelas lewat lima dan jumlah

murid tak juga genap sepuluh. Semangat besarku untuk sekolah perlahan lahan

runtuh. Aku melepaskan lengan ayahku dari pundakku. Sahara menangis

terisak-isak mendekap ibunya karena ia benar-benar ingin sekolah di SD

Muhammadiyah. Ia memakai sepatu, kaus

kaki, jilbab, dan baju, serta telah

punya buku-buku, botol air minum, dan tas punggung yang semuanya baru.

Pak Harfan menghampiri orang tua murid dan menyalami mereka satu

per satu. Sebuah pemandangan yang pilu. Para orang tua menepuk-nepuk

bahunya untuk membesarkan hatinya. Mata Bu Mus berkilauan karena air

mata yang menggenang. Pak Harfan berdiri di depan para orangtua, wajahnya

muram. Beliau bersiap-siap memberikan pidato terakhir. Wajahnya tampak

putus asa.

Namun ketika beliau akan mengucapkan kata pertama,

Assalamu’alaikum,

seluruh hadirin terperanjat karena Tripani berteriak sambil menunjuk ke

pinggir lapangan rumput luas halaman sekolah itu.

”Harun!”.

Kami serentak menoleh dan di kejauhan tampak seorang pria kurus tinggi

berjalar terseok-seok. Pakaian dan sisiran rambutnya sangat rapi. Ia berkemeja

lengan panjang putih yang dimasukkan ke dalam. Kaki dan langkahnya

membentuk huruf x sehingga jika berjalan seluruh tubuhnya bergoyang-

goyang hebat. Seorang wanita gemuk setengah baya yang berseri-seri susah

payah memeganginya. Pria itu adalah Harun, pria jenaka sahabat kami semua,

yang sudah berusia lima belas tahun dan agak terbelakang mentalnya. Ia sangat

gembira dan berjalan cepat setengah berlari tak sabar menghampiri kami. Ia

tak menghiraukan ibunya yang tercepuk-cepuk kewalahan menggandengnya.

204

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

04

0

Mereka berdua hampir kehabisan napas ketika tiba di depan Pak Harfan.

”Bapak Guru ..., ” kata ibunya terengah-engah.

”Terimalah Harun, Pak, karena SLB hanya ada di Pulau Bangka, dan

kami tak punya biaya untuk menyekolahkannya ke sana. Lagi pula lebih baik

kutitipkan dia disekolah ini daripada di rumah ia hanya mengejar -ngejar

anak-anak ayamku .....

Harun tersenyum lebar memamerkan gigi-giginya yang kuning panjang-

panjang. Pak Harfan juga terseyum, beliau melirik Bu Mus sambil mengangkat

bahunya.

”Genap sepuluh orang ...,” katanya.

Harun telah menyelamatkan kami dan kami pun bersorak. Sahara berdiri

tegak merapikan lipatan jilbabnya dan menyandang tasnya dengan gagah, ia

tak mau duduk lagi.

Bu Mus tersipu. Air mata guru muda ini surut dan ia menyeka keringat di

wajahnya yang belepotan karena bercampur dengan bedak tepung beras.

(Dikutip dari novel Laskar Pelangi, 10-15)

Menyusun Pernyataan Esai terhadap Objek atau Peristiwa

Berbeda dengan kritik yang menyajikan kelebihan dan kelemahan karya,

esai membahas objek atau fenomena dari sudut pandang yang dianggap

menarik oleh penulisnya. Hal yang dibahas kadang-kadang bukan merupakan

hal yang penting bagi orang lain, tetapi kejelian penulis dalam memilih aspek

yang acap kali diabaikan orang lain, serta kemampuannya menyajikan dalam

bahasa yang mengalir lancar membuat esai menjadi menarik.

Perhatikan beberapa contoh kalimat esai dalam kutipan teks ”Batman

di

atas.

Tiap kali kita memang bisa mengidentifi

kasinya dari sebuah topeng

kelelawar yang itu-itu juga. Tapi tiap kali ia dilahirkan kembali sebagai sebuah

jawaban baru terhadap tantangan baru. Sebab selalu ada hubungan dengan

hal-ihwal yang tak berulang, tak terduga—dengan ancaman penjahat besar

Th e Joker atau Bane, dalam krisis Kota Gotham yang berbeda-beda. Sebab

itu Batman bisa bercerita tentang asal mula, tetapi asal mula dalam posisinya

yang bisa diabaikan: wujud yang pertama tak menentukan sah atau tidaknya

wujud yang kedua dan terakhir. Wujud yang kedua dan terakhir bukan cuma

sebuah fotokopi dari yang pertama. Tak ada yang–sama yang jadi model. Yang

Kegiatan

2

Bahasa Indonesia

205

5

5

20

0

ada adalah simulacrum—yang masing-masing justru menegaskan yang–beda

dan yang–banyak dari dan ke dalam dirinya, dan tiap aktualisasi punya harkat

yang singularis, tak bisa dibandingkan. Mana yang ”asli” tak serta-merta mesti

dihargai lebih tinggi.

Dalam kutipan di atas, penulis mengajak pembaca untuk menyadari bahwa

meskipun judul fi

lm dan tokoh utamanya sama, ternyata Batman dalam tiap

fi lm selalu berbeda. Penulis esai cukup cerdik membuktikan pernyataannya.

Pendapatnya tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

Satu topeng, satu nama—sebuah sintesis dari variasi yang banyak itu.

Namun, sintesis itu berbeda dengan penyatuan. Ia tak menghasilkan identitas

yang satu dan pasti. Hal yang penting lagi, sintesis itu tak meletakkan semua

varian dalam sebuah norma yang baku. Tak dapat ditentukan mana yang

terbaik, tepatnya: mana yang terbaik untuk selama-lamanya.

Tugas

Bacalah kembali kutipan novel

Laskar Pelangi

di atas. Kemudian, datalah

bagian-bagian yang menarik untuk disoroti, misalnya penggunaan bahasa,

kriteria pemilihan tokoh, bersekolah, dan sebagainya. Pilihlah satu bagian

saja. Kemudian, buatlah kalimat esainya.

C. Menganalisis Sistematika dan Kebahasaan

!

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

(1)

menganalisis sistematika kritik sastra dan esai;

(2)

menganalisis kebahasaan kritik sastra dan esai.

Menganalisis Sistematika Kritik Sastra dan Esai

Teks kritik dan esai berdasarkan fungsinya dapat dimasukkan dalam genre

teks eskposisi. Kamu pasti masih ingat fungsi teks eksposisi, bukan? Benar, teks

eksposisi digunakan untuk menyampaikan pendapat. Sistematika teks kritik

dan esai dapat dilihat dari struktur te

ksnya. Masih ingat jugakah kalian dengan

Kegiatan

1

206

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

06

0

struktur teks eksposisi? Struktur teks kritik dan esai sama dengan struktur teks

eksposisi yaitu pernyataan pendapat (tesis), argumen, dan penegasan ulang.

Dalam teks kritik, pendapat/ tesis yang disampaikan adalah hasil penilaian

terhadap sebuah karya. Argumen yang disajikan berupa data-data obyektif

dalam karya serta alasan yang logis. Penegasan ulang dalam kritik dapat berupa

ringkasan atau pengulangan kembali tesis dalam kalimat yang berbeda.

Perhatikan hasil analisis sistematika kritik

Capaian Eksperimen Novel

Lelaki Harimau”

berikut ini.

Sistematika

Kutipan teks

Pernyataan pendapat

...Sebuah novel yang juga masih memendam semangat

eksperimen. Berbeda dengan

Cantik itu

Luka

yang

mengandalkan kekuatan narasi yang seperti lepas

kendali dan deras menerjang apa saja,

Lelaki Harimau

memperlihatkan penguasaan diri narator yang dingin

terkendali, penuh pertimbangan, dan kehati-hatian.

Argumen

1.

Di sana, ada semacam kompromi antara semangat

eksperimen dengan hasratnya untuk tidak terlalu

memberi beban berat bagi pembaca. Rangkaian

kalimat panjang yang melelahkan itu, diolah dalam

kemasan yang lain sebagai alat untuk membangun

peristiwa.

2. Secara tematik,

Lelaki Harimau

tidaklah mengusung

tema besar, pemikiran fi lsafat, atau fakta historis. Ia

berkisah tentang kehidupan masyarakat di sebuah

desa kecil.

3.

Pencerita seperti sengaja tidak membiarkan dirinya

berdiri terpaku pada satu titik. Ia menyoroti satu

tokoh. Kemudian, secara perlahan beralih ke tokoh

lain.

4. Meski begitu,

Lelaki Harimau

, dilihat dari sudut itu,

tetap saja menghadirkan kekhasannya sendiri. Selain

pola alur yang demikian, Eka menggunakan kalimat-

kalimat itu sebagai pintu masuk menghadirkan

rangkaian peristiwa.

Bahasa Indonesia

207

7

7

20

0

Sistematika

Kutipan teks

5.

Hal lain yang juga ditampilkan Eka dalam novel

ini menyangkut cara bertuturnya yang agak

janggal, tetapi benar secara semantis. Ia banyak

menghadirkan metafora yang terasa agak aneh,

tetapi tidak menyalahi makna semantisnya.

Penegasan ulang

Dalam beberapa hal,

Lelaki Harimau

harus diakui, berhasil

memperlihatkan sejumlah capaian. Ia menjelma tak

sekadar mengandalkan imajinasi, tetapi juga bertumpu

lewat proses berpikir dan tindak eksploratif kalimat

dengan berbagai kemungkinannya.

Dalam teks esai, pendapat/tesis yang disampaikan adalah pandangan

penulis terhadap objek atau fenomena yang disorotinya. Argumen yang

disajikan berupa alasan yang logis yang subjektif. Penegasan ulang dalam

kritik dapat berupa ringkasan atau pengulangan kembali

Perhatikan contoh analisis sistematika, berdasarkan struktur teks, teks

esai: ”Batman” berikut ini.

Sistematika

Kutipan teks

Pernyataan pendapat

Batman tak pernah satu, maka ia tak berhenti.

Argumen

1.

Tiap kali, kita memang bisa mengidentifi kasinya dari

sebuah topeng kelelawar yang itu-itu juga. Tapi tiap kali ia

dilahirkan kembali sebagai sebuah jawaban baru terhadap

tantangan baru. Sebab selalu ada hubungan dengan hal-

ihwal yang tak berulang, tak terduga—dengan ancaman

penjahat besar The Joker atau Bane, dalam krisis Kota

Gotham yang berbeda-beda.

2.

Sebab itu, Batman bisa bercerita tentang asal mula, tetapi

asal mula dalam posisinya yang bisa diabaikan: wujud yang

pertama tak menentukan sah atau tidaknya wujud yang

kedua dan terakhir. Wujud yang kedua dan terakhir bukan

cuma sebuah fotokopi dari yang pertama.

3.

Satu topeng, satu nama—sebuah sintesis dari variasi yang

banyak itu. Tapi sin

tesis itu berbeda

dengan penyatuan.

208

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

08

0

Penegasan ulang

Walhasil, akhirnya selalu harus ada kesadaran akan batas tafsir.

Akan selalu ada yang tak akan terungkap—dan bersama

itu, akan selalu ada Gotham yang terancam kekacauan dan

keambrukan. Itu sebabnya dalam “The Dark Knight Rises”,

Inspektur Gordon tetap mau menjaga misteri Batman, biarpun

dikabarkan Bruce Wayne sudah mati. Dengan demikian bahkan

penjahat yang tecerdik sekalipun tak akan bisa mengklaim ”aku

tahu”.

Tu g a s

Bacalah kembali teks ”Menimbang Ayat-ayat Cinta”

da

n

”Gerr”

di atas.

Kemudian, analisislah sistematika teksnya berdasarkan struktur teks. Kamu

dapat menggunakan tabel yang sama seperti contoh di atas.

Menganalisis Kebahasaan Kritik Sastra dan Esai

Sebagai teks eksposisi, teks kritik dan esai secara umum juga memiliki

kaidah kebahasaan yang hampir sama dengan teks eksposisi.

1. Menggunakan pernyataan-pernyataan persuasif.

Contoh:

a. Oleh karena itu, berhadapan dengan novel model ini, kita (pembaca)

mesti memulainya tanpa prasangka dan menghindar dari jejalan

pikiran yang berpretensi pada sejumlah horison harapan. Bukankah

banyak pula novel kanon yang peristiwa-peristiwa awalnya dibangun

melalui narasi yang lambat?

b. Rangkaian kalimat panjang yang melelahkan itu, diolah dalam

kemasan yang lain sebagai alat untuk membangun peristiwa. Wujudlah

rangkai peristiwa dalam kalimat-kalim

at yang tidak menjalar jauh

berkepanjangan ke sana ke mari, tetapi cukup dengan penghadiran

dua sampai empat peristiwa berikut berbagai macam latarnya.

2. Menggunakan pernyataan yang menyatakan fakta untuk mendukung

atau membuktikan kebenaran argumentasi penulis/penuturnya. Mungkin

pula diperkuat oleh pendapat ahli yang dikutipnya ataupun pernyataan-

pernyataan pendukung lainnya yang bersifat menguatkan. Dalam contoh

di atas, kutipan tampak pada ikrar Sumpah Pemuda.

Kegiatan

2

Bahasa Indonesia

209

9

9

20

0

3. Menggunakan pernyataan atau ungkapan yang bersifat menilai atau

mengomentari.

Pemanfaatan –atau lebih tepat eksplorasi–setiap kata dan kalimat tampak

begitu cermat dalam usahanya merangkai setiap peristiwa. Eka seperti

hendak menunjukkan dirinya sebagai ”eksperimental” yang sukses bukan

lantaran faktor kebetulan. Ada kesungguhan yang luar biasa dalam menata

setiap peristiwa dan kemudian mengelindankannya menjadi struktur

cerita. Di balik itu, tampak pula adanya semacam kekhawatiran untuk

tidak melakukan kelalaian yang tidak perlu.

4. Menggunakan istilah teknis berkaitan dengan topik yang dibahasnya.

Topik contoh teks kritik adalah nove

l, dan istilah-istil

ah yang digunakan

juga berkaitan dengan novel, misalnya narator, antologi, eksplorasi,

eksperimen, mitos, biografi

, dan alur. Topik pada teks esai adalah fi

lm,

terutama fi

lm ”Batman”. Istilah-istilah fi

lm yang digunakan antara lain

orisinalitas, trilog Nolan,

planetary, remote control

, alegori, dan

candide.

Dengan menggunakan

Kamus Besar Bahasa Indonesia

, baik cetak maupun

versi daring, dan kamus istilah bidang fi

lm, carilah arti istilah-istilah

tersebut.

5. Menggunakan kata kerja mental. Hal ini terkait dengan karakteristik

teks eksposisi yang bersifat argumentatif dan bertujuan mengemukakan

sejumlah pendapat. Kata kerja yang dimaksud, antara lain,

memendam,

mengandalkan, mengidentifi

kasi, mengingatkan, menegaskan, dan

menentukan.

Contoh:

a. Sebuah novel yang juga masih

memendam

semangat eksperimen.

b. Dengan hanya

mengandalkan

sebuah alinea dan 21 kalimat, Eka

bercerita tentang sebuah tragedi pembantaian yang terjadi di negeri

antah-berantah (Halimunda).

c. Kadang kala muncul di sana-sini pola kalimat yang

mengingatkan

kita

pada

style

penulis Melayu Tionghoa.

e. Tiap kali kita memang bisa mengidentifi

kasinya dari sebuah topeng

kelelawar yang itu-itu juga.

f. Sebab itu Batman bisa bercerita tentang asal mula, tapi asal mula dalam

posisinya yang bisa diabaikan: wujud yang pertama tak

menentukan

sah atau tidaknya wujud yang kedua dan terakhir.

210

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

0

1

g. Yang ada adalah simulacrum–yang masing-masing justru

menegaskan

yang–beda dan yang–banyak dari dan ke dalam dirinya, dan tiap

aktualisasi punya harkat yang singular, tak bisa dibandingkan.

Selain mengikuti kaidah kebahasaan teks eksposisi secara umum teks

esai memiliki karakter khas yaitu ga

ya bahasa berupa pilihan kata, struktur

kalimat, dan gaya penulisannya merupakan hal yang berkaitan erat dengan

penulis esai secara pribadi. Setiap penulis esai, memiliki gaya bahasa yang

khas yang membedakannya dengan penulis esai yang lain. Sebagai contoh,

esai yang ditulis Gunawan Muhammad pasti berbeda dengan gaya bahasa esai

yang ditulis oleh A.S. Laksana, Bakdi Sumanto, dan Umar Kayam. Bahkan bagi

penikmat esai, ketika membaca satu paragraf teks esai tanpa nama penulisnya,

ia akan dapat menebak siapa penulisnya.

Tu g a s

Bacalah kembali teks ”Menimbang Ayat-ayat Cinta” dan ”Gerr” di atas.

K

emudian, kerjakan tugas berikut.

1. Analisislah kaidah kebahasaannya dengan menggunakan tabel berikut ini.

Judul teks: . . . .

No.

Kaidah Kebahasaan

Kutipan

1.

Banyak menggunak

an pernyataan-

pernyataan persuasif.

2.

Penggunaan pernyataan atau

ungkapan yang bersifat menilai atau

mengomentari.

3.

Penggunaan istilah teknis.

4.

Penggunaan kata kerja mental.

2. Berikan komentarmu terhadap gaya bahasa yang digunakan dalam teks

esai tersebut!

Bahasa Indonesia

211

1

1

2

1

D. Mengonstruksi Kritik Sastra dan Esai

!

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

(1)

mengonstruksi kritik sastra dengan memperhatikan

sistematika dan kebahasaannya;

(2)

mengonstruksi esai dengan memperhatikan sistematika

dan kebahasaannya.

Mengonstruksi Kritik Sastra

Pada pembelajaran terdahulu, kamu telah mempelajari pengertian, isi,

sistematika, dan kebahasaan kritik. Dalam pembelajaran ini, kamu akan

belajar menulis kritik.

Setelah menentukan karya yang akan kamu kritik, kerjakan tugas berikut

ini.

Tu g a s

1.

Datalah identitas karya tersebut!

2.

Buatlah deskripsi singkat karya tersebut. Untuk

fi

lm, drama dan novel

wujud deskripsinya adalah sinopsis!

3. Datalah kelebihan dan kelemahan karya tersebut!

4. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan yang telah kamu data, buatlah teks

kritik sederhana minimal 200 kata!

Mengonstruksi Esai

Berbeda dengan kritik yang harus menyoroti sebuah karya. Hal yang

disoroti dalam esai dapat juga berupa fenomena tertentu, misalnya bahasa,

budaya, politik, dan agama. Cermati contoh esai bahasa berikut ini.

Kegiatan

1

Kegiatan

2

212

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

2

1

Aksara yang Membingungkan

Jamal D. Rahman

Datanglah ke terminal yang ada di Indonesia. Hal pertama yang segera

Anda temukan adalah tidak memadainya informasi tertulis menyangkut

kebutuhan-kebutuhan primer yang diperlukan calon penumpang. Tidak ada

informasi tertulis tentang kendaraan apa saja yang tersedia di terminal, rute

mana saja yang dilayani, jam keberangkatan, jam kedatangan, dan tarif yang

ditetapkan. Ini tidak berarti di terminal-terminal kita sama sekali tidak ada

informasi tertulis. Di terminal, kita tentu saja selalu ada informasi tertulis.

Akan tetapi, calon penumpang yang hanya mengandalkan informasi tertulis

yang tersedia di terminal dijamin bingung atau tersesat. Aksara di sana

bagaimana pun membingungkan.

Calon penumpang dituntut untuk bertanya kepada petugas atau calon

penumpang lain tentang beberapa hal untuk memenuhi kebutuhan primer

mereka di terminal: kendaraan apa yang bisa dipilih, loket penjualan tiket, tarif

perjalanan, jam keberangkatan, ruang tunggu, dan lain lain. Dengan kata lain,

informasi tertulis yang tersedia tidak bisa diandalkan seratus persen. Meskipun

ada informasi tertulis, calon penumpang masih harus mencari informasi lisan.

Anehnya, informasi lisan kadang kala berbeda atau bertentangan dengan

informasi tertulis. Lebih aneh lagi, informasi lisan kadang kala justru lebih

bisa dipercaya dibanding informasi tertulis.

Datanglah juga ke stasiun kereta api yang ada di Indonesia. Kita akan

menemukan hal serupa.

Baiklah kita coba datang juga ke bandar udara yang ada di Indonesia.

Kita akan menemukan hal serupa pula. Misalkan kita akan terbang dari

Jakarta katakanlah ke Balikpapan, dan kita telah memiliki tiket satu maskapai

penerbangan, kita tidak akan mendapatkan informasi tertulis tentang di

terminal berapa kita akan naik pesawat. Perlu diketahui bahwa bandara

Soekarno-Hatta, Jakarta, terdiri atas 3 terminal domestik. Setiap terminal

melayani penerbangan maskapai berbeda-beda. Agar kita tidak salah masuk

terminal di Bandara Soekarno-Hatta, kita harus mencari informasi lisan

tentang terminal yang melayani maskapai penerbangan kita. Kita bisa bertanya

kepada petugas bandara, calon penumpang, sopir bus bandara, atau sopir taksi.

Sampai batas tertentu, kenyataan tersebut merefl

eksikan kegagapan

keberaksaraan kita di tengah begitu mengakarnya kelisanan dalam kehidupan

praktis sehari-hari. Kelisanan jelas ta

k mungkin dipertahankan dalam banyak

aspek kehidupan praktis kita. Betapa repot dan alangkah boros menjelaskan

Bahasa Indonesia

213

3

3

2

1

semua hal secara lisan kepada banyak orang. Keberaksaraan mau tak mau

harus dilembagakan dalam banyak aspek kehidupan praktis. Kesadaran

tentang keharusan pelembagaan keberaksaraan ini tak perlu dipertegas lagi,

sebab dalam hal ini kita telah memiliki

kesadaran yang sama, yang antara lain

dibuktikan dengan banyaknya gerakan dan usaha meningkatkan budaya-baca

di berbagai daerah, baik dilakukan pemerintah maupun masyarakat. Betapa

pun tidak memadai, tersedianya informasi tertulis di terminal bus, stasiun

kereta api, bandar udara dan tempat-tempat umum lainnya adalah bukti lain

bahwa keberaksaraan merupakan suatu keharusan dalam kehidupan praktis

sehari-hari.

Kegagapan keberaksaraan kita merupakan konsekuensi dari mengakarnya

kelisanan bukan hanya dalam kehidupaan praktis sehari-hari, melainkan

bahkan dalam kebudayaan kita secara umum. Pada dasarnya kelisanan

(primer) merupakan ciri masyarakat komunal yang hangat dan intim —dan

dalam arti itu tentu saja ia positif. Demikianlah misalnya di dalam bus, kereta

api, kapal laut, atau pesawat udara kita mudah bertegur sapa dengan orang-

orang yang sama sekali tidak kita kenal sebelumnya, bahkan ngobrol dengan

hangat satu sama lain. Kelisanan ini j

ugalah kiranya yang melatari peribahasa

kita yang terkenal, yaitu ”malu bertanya sesat di jalan”. Ditafsirkan secara

harfi

ah, jika Anda tidak mengenal jala

n di suatu daerah, maka Anda harus

bertanya (secara lisan) tentang jalan yang akan Anda lewati agar Anda tidak

tersesat —dan ingat: tak tersedia informasi tertulis yang benar-benar memadai

untuk Anda.

Karena kelisanan mengakar begitu kuat, keberaksaraan kita diam-diam

bekerja dengan

mind-set

kelisanan. Kelisanan mengandaikan seseorang bisa

bertanya langsung menyangkut keterangan atau informasi lisan yang baginya

tidak jelas. Karena itu, orang tidak berpikir untuk memberikan keterangan atau

informasi lisan sejelas dan selengkap mungkin, toh pendengar bisa langsung

bertanya tentang hal-hal yang belum jelas menyangkut keterangan atau

informasi lisan yang diterimanya. Orang tidak berpikir untuk memberikan

keterangan atau informasi lisan sejelas mungkin, sebab dia bisa tahu apakah

keterangan lisan yang diberikannya sampai di telinga penerima dengan benar

atau keliru. Jika ternyata keterangan yang diberikannya sampai di telinga

penerima dengan keliru, orang tersebut toh bisa langsung mengoreksinya.

Sebaliknya, keberaksaraan mengandaikan seseorang tidak memiliki

kesempatan untuk bertanya atau mengonfi rmasi keterangan tertulis yang

baginya tidak jelas. Setelah seseoran

g menuangkan sebuah gagasan dalam

sebuah tulisan, pembacanya tidak mungkin meminta keterangan sang penulis

secara langsung tentang hal-hal yang

baginya meraguka

n dan tidak jelas

214

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

4

1

dalam tulisan tersebut. Keberaksaraan bekerja atas dasar kesadaran penuh

bahwa keterangan atau informasi tertulis harus diberikan sejelas mungkin.

Dalam keberaksaraan, kekaburan, atau ketidakjelasan sebuah keterangan

harus dihindari sejauh-jauhnya, antara lain dengan mengontrol secara cermat

struktur kalimat dan bahkan argumen yang diajukan. Keterangan tertulis yang

kabur hanya akan membingungkan pembaca.

Berbagai keterangan, petunjuk, dan informasi tertulis di terminal, stasiun

kereta api, dan bandar udara kita merupakan produk dari keberaksaraan

namun dengan

mind-set

kelisanan. Ia adalah paradoks atau bahkan kontradiksi

antara keberaksaraan dan kelisanan. Berbagai keterangan itu dibuat tertulis

(untuk dibaca), tetapi jauh dari kehendak untuk memberikan keterangan

sejelas mungkin sebagaimana dituntut dalam keberaksaraan. Meskipun

tertulis, ia tidak perlu jelas benar sebab toh calon penumpang diandaikan

bisa bertanya (secara lisan) kepada petugas atau calon penumpang lain

menyangkut keterangan tertulis yang baginya tidak jelas. Dan bukankah malu

bertanya sesat di jalan? Dirumuskan dengan cara lain, berbagai keterangan,

petunjuk, dan informasi dimaksud jadi tida

k memadai, karena ia dibuat tidak

atas dasar apa yang diandaikan oleh keberaksaraan, melainkan atas dasar apa

yang diandaikan oleh kelisanan.

Ini mencakup juga tempat-tempat umum lain seperti jalan raya, sarana

transportasi umum, objek pariwisata, museum, klinik, rumah sakit, termasuk

tempat-tempat layanan masyarakat seperti kantor-kantor pemerintah, dan

perpustakaan. Jika akan membuat paspor di kantor imigrasi, Anda harus

bertanya secara lisan mengenai prosedur pembuatan paspor kepada petugas.

Misalkan Anda akan membayar pajak kendaraan di kantor Samsat, Anda pasti

bertanya mengenai prosedur pembayaran pajak kendaraan Anda. Jika Anda

membesuk keluarga yang tengah dirawat di rumah sakit, Anda masih harus

bertanya kepada petugas rumah sakit letak kamar Mawar atau Bugenfi

l tempat

keluarga Anda dirawat. Ini memang negeri berkelisanan.

Inilah akar masalah kita selalu bingung setiap kali datang ke tempat-

tempat layanan umum, meskipun di sana ada banyak informasi dan petunjuk

tertulis. Budaya membaca kita rendah, kiranya tak perlu didiskusikan

lagi. Beberapa waktu lalu Organisasi Pengembangan Kerja Sama Ekonomi

(OECD) mengumumkan survei mereka tentang budaya membaca. Salah satu

temuannya adalah budaya membaca Indonesia terendah di antara 52 negara

di kawasan Asia Timur. Rendahnya budaya membaca masyarakat Indonesia

membuat kita tidak memiliki kultur keberaksaraan. Hal itu berakibat langsung

pada kehidupan praktis sehari-hari kita.

Bahasa Indonesia

215

5

5

2

1

Karena budaya baca kita rendah, maka kehidupan praktis kita lebih banyak

bekerja atas dasar kelisanan. Akibat berikutnya adalah kita tidak sanggup

memberikan dan tidak bisa mendapatkan pelayanan paling sederhana yang

mudah, praktis, efi

sien, jelas, dan tidak membingungkan. Dengan kata lain,

rendahnya budaya membaca di Indonesia berakibat langsung pada rendahnya

kualitas layanan umum paling sederhana dalam banyak kehidupan praktis

sehari-hari.

Sumber: ”Catatan Kebudayaan”

Majalah Horison

, Oktober 2010.

Berdasarkan contoh, topik yang dibahas dalam esai dapat diangkat dari

hal-hal sederhana di lingkungan sekitar kita. Masalah yang diangkat acap kali

diabaikan orang lain. Dengan sudut pandang yang berbeda, dengan argumen

yang kuat, topik yang sederhana akan menjadi bahasan yang nikmat dan

memikat.

Tu g a s

1.

Amatilah fenomena yang terjadi di lingkungan tempat tinggalmu, dari

koran, majalah, televisi, atau internet tentang masalah yang sedang aktual!

2.

Tentukanlah satu bagian saja dari fenomena tersebut yang menarik

perhatianmu! Pastikan kamu memiliki bekal pengetahuan yang cukup

tentang hal tersebut.

3. Buatlah pernyataan pribadimu terhadap hal yang kamu pilih tersebut!

4. Siapkan argumen untuk mendukung pernyataan pribadimu!

5. Tulislah sebuah esai berdasarkan hal yang kamu pilih dan argumentasi

yang sudah kamu siapkan. Gunakanlah gaya bahasamu yang berbeda

dengan gaya bahasa orang lain. Jangan terpengaruh dengan gaya bahasa

orang lain!

E. Mengidentifi

kasi Nilai-Nilai dalam Buku Pengayaan dan

Buku Drama

!

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

(1) menentukan nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah buku

pengayaan (nonfi

ksi),

(2) menentukan nilai-nilai yang terdapat dalam satu buku drama

(fi ksi).

216

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

6

1

Buku pengayaan adalah buku penunjang buku utama (buku teks) yang

digunakan oleh siswa. Penulisan naskah buku pengayaan ini tidak mengacu

kepada kurikulum dan tidak ada aturan yang mengikat karena buku pengayaan

ini salah satu buku pelengkap perpustakaan.

Buku pengayaan sangat penting untuk menambah wawasan kamu selain

pengetahuan yang didapatkan dari buku teks. Buku pengayaan bisa dijadikan

sebagai buku bacaan umum, komik, cerita, atau gurauan karakter. Buku

pengayaan yang baik adalah buku pengayaan yang betul-betul menunjang

buku teks yang digunakan di sekolah. Kamu dapat meningkatkan kemampuan

berfi

kir dan memperluas wawasannya dengan sering membaca buku-buku

pengayaan yang bermutu dan

update

sesuai dengan keadaan sekarang. Salah

satu contoh adalah buku pengayaan yang di dalamnya berisi motivator atau

biografi

orang-orang sukses. Buku pengayaan seperti itu akan merangsang

pemikiran dan pola pikirmu, sehingga mempunyai tekad untuk maju yang

diawali belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Buku pengayaan ini

terbagi menjadi tiga kelompok yaitu buku pengayaan untuk pengetahuan,

keterampilan dan kepribadian. Ketiga jenis ini dibuat oleh penulis dengan

sebuah teknik penyampaian materi yang menarik dan inovatif.

Menentukan Nilai-Nilai yang Terdapat dalam Sebuah Buku

Pengayaan (Nonfi

ksi)

Agar lebih memahami seperti apa buku pengayaan, kamu diajak membaca

rangkuman buku di bawah ini.

Bob Sadino: Mereka Bilang Saya Gila!

Sumber: www.googleimage.com

Pengusaha  sukses yang satu ini menjalani jalan hidup yang panjang dan

berliku sebelum meraih sukses. Dia sempat menjadi sopir taksi hingga kuli

bangunan yang hanya berpenghasilan Rp100,00. Gayanya yang sederhana

Kegiatan

1

Bahasa Indonesia

217

7

7

2

1

dan terkesan nyentrik menjadi ciri khasnya tersendiri. Bercelana pendek

jin, kemeja lengan pendek yang ujung lengannya tidak dijahit, dan kerap

menyelipkan cangklong di mulutnya. Ya, itulah sosok pengusaha ternama

Bob

Sadino, seorang entrepreneur sukses yang merintis usahanya benar-benar dari

bawah dan bukan berasal dari keluarga wirausaha. Siapa sangka, pendiri dan

pemilik tunggal Kem Chicks (supermarket) ini pernah menjadi sopir taksi dan

kuli bangunan dengan upah harian Rp100,00.

Celana pendek memang dikenal menjadi ”pakaian dinas” Om Bob begitu

dia biasa disapa dalam setiap aktivitasnya. Pria kelahiran Lampung, 9 Maret

1933, yang mempunyai nama asli Bambang Mustari Sadino, hampir tidak

pernah melewatkan penampilan ini, baik ketika santai, mengisi seminar

entrepreneur, maupun bertemu pejabat pemerintah seperti presiden. Aneh,

tetapi itulah Bob Sadino.

Keanehan juga terlihat dari perjalanan hi

dupn

ya. Kemapanan yang

diterimanya pernah dianggap sebagai hal yang membosankan dan harus

ditinggalkan. Anak bungsu dari keluarga berkecukupan ini mungkin tidak

akan menjadi seorang pengusaha yang menjadi inspirasi semua orang seperti

sekarang, jika dulu ia tidak m

emilih untuk menjadi orang miskin.

Ketika orang tuanya meninggal, Bob yang kala itu berusia 19 tahun mewarisi

seluruh harta kekayaan keluarganya karena semua saudara kandungnya kala

itu sudah dianggap hidup mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian

hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di

Belanda dan menetap selama kurang lebih sembilan tahun. Di sana, ia bekerja

di Djakarta Lylod di kota Amsterdam, Belanda, juga di Hamburg, Jerman. Di

Eropa ini dia bertemu Soelami Soejoed yang kemudian menjadi istrinya.

Sebelumnya dia sempat bekerja di Unilever Indonesia. Namun, hidup

dengan tanpa tantangan baginya merupakan hal yang membosankan. Ketika

semua sudah pasti didapat dan sumb

ernya pun ada, ini menjadikannya tidak

lagi menarik. ”Dengan besaran gaji waktu itu kerja di Eropa, ya enaklah kerja

di sana. Siang kerja, malamnya pesta dan dansa. Begitu-begitu saja, terus

menikmati hidup,” tulis Bob Sadino dalam bukunya 

Bob Sadino: Mereka Bilang

Saya Gila.

Pada 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Kala itu dia membawa

serta dua mobil Mercedes miliknya. Satu mobil dijual untuk membeli sebidang

tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup

di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia

memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri. Satu mobil Mercedes yang tersisa

218

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

8

1

dijadikan ”senjata” pertama oleh Bob yang memilih menjalani profesi sebagai

sopir taksi gelap. Tetapi, kecelakaan membuatnya tidak berdaya. Mobilnya

hancur tanpa bisa diperbaiki.

Tak lama setelah itu Bob beralih pekerjaan menjadi kuli bangunan. Gajinya

ketika itu hanya sebesar Rp100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat

tekanan hidup yang dialaminya. Bob merasakan pahitnya menghadapi hidup

tanpa memiliki uang. Untuk membeli beras saja dia kesulitan. Oleh karena itu,

dia memilih untuk tidak merokok. Jika dia membeli rokok, besok keluarganya

tidak akan mampu membeli beras. ”Kalau kamu masih merokok malam ini,

besok kita tidak bisa membeli beras,” ucap istrinya memperingati.

Keadaan tersebut ternyata diketahui teman-temannya di Eropa. Mereka

prihatin. Bob yang dulu hidup mapan dalam menikmati hidup harus terpuruk

dalam kemiskinan. Keprihatinan juga datang dari saudara-saudaranya. Mereka

menawarkan berbagai bantuan agar Bob bisa keluar dari keadaan tersebut.

Namun, Bob menolaknya.

Bob pun  sempat depresi, tetapi bukan berarti harus menyerah. Baginya,

kondisi tersebut adalah tantangan yang harus dihadapi. Menyerah berarti

sebuah kegagalan. ”Mungkin waktu itu saya anggap tantangan. Ternyata ketika

saya tidak punya uang dan saya punya keluarga, saya bisa merasakan kekuatan

sebagai orang miskin. Itu tantangan,

powerfull

. Seperti magma yang sedang

bergejolak di dalam gunung berapi,” papar Bob.

Jalan terang mulai terbuka ketika seorang teman menyarankan Bob

memelihara dan berbisnis telur ayam negeri untuk melawan depresinya. Pada

awal berjualan, Bob bersama istrinya hanya menjual telur beberapa kilogram.

Akhirnya, dia tertarik mengembangkan usaha peternakan ayam. Ketika itu, di

Indonesia, ayam kampung masih mendominasi pasar. Bob-lah yang pertama

kali memperkenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia. Bob menjual

telur-telurnya dari pintu ke pintu. Padahal saat itu telur ayam negeri belum

populer di Indonesia sehingga barang dagangannya tersebut hanya dibeli

ekspatriat-ekspatriat yang tinggal di daerah Kemang.

Ketika bisnis telur ayam terus berkembang Bob melanjutkan usahanya

dengan berjualan daging ayam. Kini Bob mempunyai PT Kem Foods (pabrik

sosis dan daging). Bob juga kini memi

liki usaha agrobisnis dengan sistem

hidroponik di bawah PT Kem Farms. Pergaulan Bob dengan ekspatriat rupanya

menjadi salah satu kunci sukses. Ekspatriat merupakan salah satu konsumen

inti dari supermarket miliknya, Kem

Chick. Daerah Kemang pun kini identik

dengan Bob Sadino.

Bahasa Indonesia

219

9

9

2

1

”Kalau saja saya terima bantuan

kakak-kakak saya wakt

u itu, mungkin

saya tidak bisa bicara seperti ini kepada Anda. Mungkin saja Kem Chick tidak

akan pernah ada,” ujarnya.

Pengalaman hidup Bob yang panjang dan berliku menjadikan dirinya

sebagai salah satu ikon entrepreneur Indonesia. Kemauan keras, tidak takut

risiko, dan berani menjadi miskin merupakan hal-hal yang tidak dipisahkan

dari resepnya dalam menjalani tantangan hidup. Menjadi seorang entrepreneur

menurutnya harus bersentuhan langsung dengan realitas, tidak hanya berteori.

Karena itu, menurutnya, menjadi sarjana saja tidak cukup untuk melakukan

berbagai hal karena dunia akademik tanpa praktik hanya membuat orang

menjadi sekadar tahu dan belum beranjak pada taraf bisa. ”Kita punya ratusan

ribu sarjana yang menghidupi dirinya sendiri saja tidak mampu, apalagi

menghidupi orang lain,” jelas Bob.

Bob membuat rumusan kesuksesan dengan membagi dalam empat hal

yaitu tahu, bisa, terampil, dan ahli. ”Tahu” merupakan hal yang ada di dunia

kampus, di sana banyak diajarkan berbagai hal, tetapi tidak menjamin mereka

bisa. ”Bisa” ada di dalam masyarakat. Mereka bisa melakukan sesuatu ketika

terbiasa dengan mencoba berbagai ha

l walaupun awalnya tidak bisa sama

sekali. ”Terampil” adalah perpaduan keduanya. Dalam hal ini orang bisa

melakukan hal dengan kesalahan yang sangat sedikit. Sementara itu, ”ahli”

menurut Bob tidak jauh berbeda dengan terampil. Namun, predikat ”ahli”

harus mendapatkan pengakuan dari orang lain, tidak hanya klaim pribadi.

Sumber: www.reportase5.com

Setelah membaca teks di atas, kamu diminta menyampaikan tanggapannya

antara lain dengan beberapa pertanyaan berikut.

a. Apakah kamu berkeinginan untuk menjadi enterpreneur seperti Bob

Sadino?

b. Apa yang membuat Bob Sadino sanggup bangkit kembali setelah terpuruk

dalam kemiskinan?

c. Apa rumus keberhasilan yang dibuat oleh Bob Sadino?

Setelah kamu membaca rangkuman buku pengayaan yang berjudul

Bob

Sadino: Mereka Bilang saya Gila!

Selanjutnya temukan nilai-nilai yang ada

dalam isi buku serta bukti kalimat yang mendukung nilai-nilai tersebut. Siswa

juga ditugaskan untuk memberi penjelasan atau makna dari kalimat tersebut.

220

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

0

2

No.

Nilai yang Terkandung dalam Buku

Pengayaan

Bukti kalimat dan penjelasan

1.

Nilai sosial ekonomi

2.

Nilai moral

3.

Nilai kemanusiaan

....................................................................

...................................................................

Menentukan Nilai-Nilai yang Terdapat dalam Buku Drama

Buku drama merupakan kumpulan dari beberapa naskah drama. Drama

merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas.

Drama berasal dari bahasa Yunani ”

draomai

” yang berarti berbuat, berlaku,

bertindak, atau beraksi. Drama naskah

merupakan salah satu genre sastra

yang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Drama pentas adalah jenis kesenian

mandiri, yang merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian seperti

musik, tata lampu, seni lukis, seni kostum, seni rias, dan sebagainya.

Kegiatan

2

Bahasa Indonesia

221

1

1

22

2

Di bawah ini adalah salah satu contoh naskah drama. Selamat membaca!

Tempat Istirahat

Karya: David Campton

DI PEKUBURAN UMUM, TERDENGAR SUARA-SUARA BURUNG.

DERU RIBUT KENDARAAN DI KEJAUHAN. SEPASANG ORANG TUA

SEDANG DUDUK DI BANGKU. HARI SUDAH SORE

NENEK

Jadi jauh.

KAKEK

Jadi lebih jauh.

NENEK

Aku gembira bisa duduk di sini. Bagaimanapun, kebaikan merekalah

menempatkan bangku di sini, di mana kita bisa bebas melihat bunga.

KAKEK

Apa yang akan kita makan nanti malam?

NENEK

Sudah bertahun-tahun.

KAKEK

Kukira aku mulai lapar.

NENEK

Maret, Juli, September. Sudah September lagi. Tak banyak di kota

besar, dimana kau bisa bebas melihat bunga, kecuali di pasar bunga atau

di toko-toko. Tapi kau tak dapat duduk-duduk di sana. Aku gembira kita

bisa ke sini pulang belanja. Di sini bisa duduk-duduk sambil memandangi

bunga-bunga, di pekuburan ini.

KAKEK

Tak dapat lama-lama.

NENEK

Kita beruntung mendapatkan pekuburan di tengah perjalanan pulang.

222

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

2

2

KAKEK

Beruntung?

NENEK

Sungguh tenteram di sini.

KAKEK

Tak lama bedug akan berbunyi dan adzan akan berkumandang. Hari sudah

maghrib. Kita akan pulang.

(Hening, Mau Pergi)

Kita harus pulang kalau sudah maghrib.

(Hening)

Hari akan jadi gelap. Kita harus di rumah

(Hening)

Makan malam.

NENEK

Tak ada tempat yang lebih tenteram daripada dalam kuburan.

KAKEK

Tak dapat lagi menaiki pagar, seperti biasanya dulu.

NENEK

Nisan-nisan dari batu marmer.

KAKEK

Kau dengan nisan-nisanmu.

NENEK

Sebuah nisan dipahat dengan ayat-ayat suci.

KAKEK

(

Melihat Pada Keranjang Belanjaan

)

Apa di keranjang itu?

NENEK

Pahatan yang halus, pada batu marmer putih.

KAKEK

Ada sesuatu dalam keranjang itu yang tak kuketahui apa?

Bahasa Indonesia

223

3

3

22

2

NENEK

Di atasnya diberi atap dari seng. Tiang-tiangnya dari besi. Sungguh aman

berada di bawah atap yang kokoh.

KAKEK

Kulihat kau memungut sesuatu tadi. Aku melihatnya dengan sudut

pandangku ketika di muka penjual, kau selipkan sesuatu ke dalam

keranjang.

NENEK

Nisan yang indah. Satu dua jambangan porselin dengan bunga-bunga

dahlia. Tetapi ada sesuatu yang khusus dengan badan kuburan yang terbuat

dari marmer putih itu. Ukiran halus seorang ahli.

(

Ia Memukul Tangan Si Kakek Dari Keranjang

)

Jangan menggerayangi keranjangku!

KAKEK

Dendeng?

NENEK

Bukan.

KAKEK

Atau pindang?

NENEK

Matanya kayak mata elang saja.

KAKEK

Pindang tongkol?

NENEK

Jika mau tahu, sepotong pindang bandeng.

KAKEK

Pindang bandeng, ya?

NENEK

Sudah lama kita tak makan bandeng.

KAKEK

Aku suka bandeng.

224

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

4

2

NENEK

Itulah sebabnya kuambil itu. Kukatakan pada diriku sendiri: sore Sabtu ini

kita akan makan dengan lauk yang layak. Kita akan makan sambel petai

dan sayur lodeh.

KAKEK

Dan pindang bandeng.

NENEK

Ya, ada sesuatu yang istimewa dengan kuburan itu. Marmer putih yang

memantulkan cahaya matahari.

KAKEK

Sebentar lagi akan terbenam.

NENEK

Tenteram. Kau tak dapat temukan yang lebih menyenangkan. Di mana-

mana tempat teratur. Lihatlah sekelompok bunga-bunga di sana. Anggrek.

KAKEK

Anggrek pada kuburan? Tentu nantinya mereka akan meletakkan setampir

nasi tumpeng.

NENEK

Anggrek!

KAKEK

Nah, kini kau tahu, kuburan siapa itu, kan?

NENEK

Aku tak menyangka kalau ada orang yang memasang bunga anggrek.

KAKEK

Itu kuburan Mas Parto, Kasir Pegadaian.

NENEK

Mas Parto? Apa ia mati?

KAKEK

Mereka baru saja menguburnya.

Bahasa Indonesia

225

5

5

22

2

NENEK

Mas Parto, Yah. Buat lelaki tak jadi soal benar umur itu. Baru saja ia

melewati usia sembilan puluh.

KAKEK

Selama hidupn

ya, ia telah mengenyam madu kehidupan. Segala bentuk

kesenangan; dari arak, perempuan, dan perjudian, segala. Ia punya cara

yang jelas.

NENEK

Uang mengalir seperti air. Anggrek. Dikubur bersama dengan kuburan

isterinya.

KAKEK

Setelah limapuluh tahun bersama, baru di situlah mereka bersanding tanpa

bertengkar lagi.

NENEK

Aku tak tahu, ketika hendak memesan nisan, apakah mereka akan

mencantumkan huruf-huruf yang berbunyi: Mas Parto dan Isteri. Dalam

mautpun mereka tak terpisahkan.

KAKEK

Sudahlah...

NENEK

Dalam maut...

KAKEK

Jangan mulai lagi.

NENEK

Aku tahu, apa-apa saja yang akan dikatakan orang tentang dia.

KAKEK

Harusnya kita tak berhenti di sini. Setiap kali kau akan selalu terpaku.

NENEK

Di mana mereka akan mengubur kita, heh?

226

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

6

2

KAKEK

Hari begini sudah terlambat untuk berfi

kir begitu. Sudah hampir waktunya

buat makan malam.

NENEK

Di mana mereka akan mengubur kita? Dalam sebuah lubang yang hina

dan terasing.

KAKEK

Cobalah berpikir tentang yang lain. Berpikirlah tentang pindang bandeng.

NENEK

Tak heran kalau di pinggir jalan kereta api. Di suatu tempat dimana tak

pernah dikunjungi seorangpun. Dan mereka akan mengubur kau di dalam

sebuah lubang buruk lainnya. Pada lubangmu sendiri. Kita akan terpisah.

KAKEK

Jika kita berdua sudah mati, apalagi yang hendak dipikirkan?

NENEK

Dikubur bersama orang-orang asing. Sungguh tak pantas. Aku bahkan tak

sempat berpikir akan mendapatkan hiasan yang layak. Tak banyak yang

kumaui. Sebuah batu nisan yang sederhana, untuk memberi tahu siapa

yang terkubur di dalamnya.

KAKEK

Kita tak mampu membiayai penguburan kita sendiri. Bahkan buat

membiayai menggali lubangnya, kita tidak mampu.

NENEK

Aku suka kuburan marmer yang megah.

KAKEK

Biayanya begitu banyak.

NENEK

Sebuah nisan yang besar diukir begitu indahnya.

KAKEK

Beratus-ratus ribu. Kita tidak punya beratus-ratus ribu.

Bahasa Indonesia

227

7

7

22

2

NENEK

Dan pada nisan itu ditulis : Pamujo dan Norma, dalam maut mereka tak

terpisahkan. Tapi mereka akan memisahkan kita.

(

Hening

)

Jika kita punya uang, kita bisa bersama-sama selalu, selama-lamanya,

sampai akhir zaman.

KAKEK

Kita tidak mempunyai uang. Kita tak pernah mempunyainya.

(Hening)

NENEK

Salah siapa itu?

KAKEK

Itu cerita lama, sayang. Biarlah berlalu.

NENEK

Jika kau seorang miliuner, kau bisa membeli kuburan sendiri yang terbuat

dari batu marmer putih. Kau dapat membeli pemakaman keluarga sendiri.

Jika kau seorang miliuner.

KAKEK

Aku tidak pernah ditakdirkan jadi miliuner.

NENEK

Mas Parto menumpuk uang. Otaknya tidak seperempat cerdas otakmu,

tetapi ia menumpuk uang. Tanpa pertolongan isterinya. Ekonomi? Ia tak

mengerti arti kata itu. Tetapi di sana mereka terbaring bersama ditutupi

bunga anggrek, tinggal menunggu batu nisannya saja.

KAKEK

Aku tak dapat mencari uang.

NENEK

Sudah kukatakan. Berkali-kali sudah kukatakan bagaimana? Kau tak mau

mencari uang. Itulah kesukarannya.

KAKEK

Aku bekas seorang pembuat sepatu, kubikin sepatu.

228

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

8

2

NENEK

Seharusnya kau mudah mencari uang.

KAKEK

Dalam bertahun-tahun kita nikah, tak pernah kakimu beralas.

NENEK

Seharusnya kau jadi tukang daging. Jual daging banyak dapat uang. Berapa

harganya sepotong limpa, dan yang bagaimana yang bisa mengalirkan

uang. Kita bisa menghemat, hari demi hari. Aku sudah bisa jadi seorang

miliuner, jika sekiranya kau menjadi seorang penjual daging.

KAKEK

Aku tak bisa membayangkan jadi sesuatu selain jadi tukang sepatu.

NENEK

Jika dulu kau mau menurut saranku, kau sekarang sudah jadi miliuner.

KAKEK

Aku tak tahu kau ingin jadi miliuner. Kukira kau hanya menggoda.

NENEK

Menggoda!

(Hening)

KAKEK

Kau telah mengawini lelaki yang salah.

NENEK

Aku melakukan kewajibanku mendorong kau, kau katakan itu menggoda.

KAKEK

Kau harus mengawini lelaki yang pintar cari uang. Seperti Mas Parto.

Aku tak punya bakat untuk berbuat begitu, maka akan sia-sia saja meski

kucoba. Tapi aku menjalaninya bersama kau. Tiap lebaran kubelikan kau

pakaian, dan segala macam yang bisa kucapai dengan uangku. Jika kau

menghendaki orang yang pandai memberi uang, seharusnya kau kawin

dengan orang lain.

NENEK

Jika kau tak mau aku mendorongmu, mengapa dulu kau minta aku jadi

isterimu?

Bahasa Indonesia

229

9

9

22

2

KAKEK

Semua yang kau pikirkan, adalah batu nisan, itulah.

NENEK

Apalagi yang bisa kita pikirkan?

KAKEK

Aku.

NENEK

Kau bahkan tak punya batu nisan sendiri.

KAKEK

Aku tidak mau bicara tentang batu nisan.

NENEK

Lalu apa yang sedang kau pikirkan?

KAKEK

Aku.

NENEK

Kau.

KAKEK

Kau katakan aku telah menyia-nyiakan seluruh waktuku.

NENEK

Apa lagi yang telah kau lakukan dengan waktumu?

TERDENGAR SUARA BEDUG DIPUKUL DI KEJAUHAN. OBROLAN

MEREKA TERHENTI

NENEK

Senja telah datang.

KAKEK

Selalu datang setiap hari.

(Hening)

Tak bisakah kau melupakannya?

230

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

0

3

NENEK

Semakin dingin.

KAKEK

Pegang tanganku.

KAKEK MEMEGANG TANGAN NENEK

NENEK

Suara bedug itu.

KAKEK

Nanti jangan lewat ke sini lagi.

TERDENGAR SUARA ADZAN

NENEK

Adzan.

KAKEK

Waktunya sembahyang.

NENEK

Kita pergi.

(Hening)

Mari.

KAKEK

Kukira sudah terlambat menghe

ndaki jadi miliuner sekarang.

HENING

NENEK

Ada pindang bandeng buat malam.

KAKEK

Bandeng, eh?

NENEK

Dan sambel petai dan sayur lodeh.

MEREKA MENGGOTONG KERANJANG BELANJAAN MEREKA DAN

PERGI. NENEK MENGHENTIKAN LANGKAHNYA, MEMANDANG

KE ARAH TUMPUKAN BUNGA-BUNGA

Bahasa Indonesia

231

1

1

23

3

NENEK

Anggrek!

KAKEK

Kau tak dapat makan bandeng kalau nasinya dingin.

(PERLAHAN KAKEK MENDORONGNYA LAGI)

NENEK

Tidak. Tak ada yang dapat melebihi pindang bandeng dan sepiring nasi

hangat.

MEREKA PERGI.

FADE BLACK OUT.

Setelah kamu membaca naskah drama ya

ng berjudul ”Tempat Istirahat”,

coba temukan nilai-nilai yang ada dalam isi naskah tersebut yang dapat kamu

teladani. Carilah bukti kalimat yang mendukung nilai-nilai tersebut. Selamat

mengerjakan!

No.

Nilai yang Terkandung dalam Naskah

Drama

Bukti Kalimat dan Penjelasan

1.

Nilai Sosial Ekonomi

2.

Nilai Moral

3.

Nilai Kemanusiaan

4.

Nilai Ketuhanan

............................................................

............................................................

232

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

2

3

F. Menulis Refl

eksi tentang Nilai-Nilai dari Buku

Pengayaan dan Buku Drama

!

Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

(1) menulis refl

eksi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam

sebuah buku pengayaan (nonfi

ksi);

(2) menulis refl

eksi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam

buku drama.

Apa yang ada di benak kamu ketika mendengar kata refl

eksi? Pernahkah

kamu merefl

eksikan kembali buku yang pernah kamu baca? Refl

eksi berarti

bergerak mundur untuk merenungkan kembali apa yang sudah terjadi dan

dilakukan. Dalam hal ini adalah menu

lis kembali dengan bahasa sendiri

terkait dengan buku yang pernah kamu baca.

Nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah buku baik fi

ksi maupun nonfi

ksi

dapat dijadikan sebagai contoh, teladan, dan juga motivasi untuk kita. Nah,

pada bagian ini kita akan belajar untuk menulis refl

eksi tentang nilai-nilai

yang terkandung dalam buku pengayaan dan buku drama.

Sebagai contoh adalah refl

eksi tentang buku

Indonesia, Habis Gelap

Te r b i t l a h Te r a n g

. Menilik dari judulnya, kita akan teringat dengan buku

legendaris yang ditulis oleh R.A Kartini.

Nah, setelah membaca buku

Habis Gelap Terbitlah Terang

kita dapat

merefl

eksikan nilai-nilai dari isi buku tersebut dalam diri kita. Banyak yang

dapat kita teladani dari sosok R.A. Kartini.

Menulis Refl

eksi tentang Nilai-Nilai dari Buku Pengayaan

(Nonfi

ksi)

Bacalah rangkuman buku pengayaan berikut ini. Bentuklah kelompok

bersama teman-temanmu. Kemudian refl

eksikan nilai-nilai yang terkandung

dalam buku pengayaan tersebut secara singkat dan jelas. Setelah itu,

presentasikan di depan kelas. Selamat mengerjakan!

Kegiatan

1

Bahasa Indonesia

233

3

3

23

3

Kisah Hidup Chairul Tanjung Si Anak Singkong

Sumber: www.allchussna.wordpress.com

Chairul Tanjung kecil melalui hari-hari penuh keceriaan sebagai anak

pinggiran kota Metropolitan. Bermain bersama teman-teman dengan membuat

pisau dari paku yang digilaskan di roda rel dekat rumahnya di Kemayoran,

adalah kegiatan seru yang menyenangkan. Juga bersepeda beramai-ramai di

akhir pekan ke kawasan Ancol, sambil jajan penganan murah, buah lontar.

Saat usia SMP, Bapaknya (Abdul Gafar Tanjung) yang saat itu telah

mempunyai percetakan, koran dan transportasi gulung tikar, dinyatakan pailit

oleh Pemerintah karena idealismenya yang bertentangan dengan Pemerintah

yang berkuasa saat itu (Soeharto). Sang ayah adalah Ketua Partai Nasional

Indonesia (PNI) Ranting Sawah Besar. Semua koran Bapaknya dibredel.

Semua aset dijual hingga tak memiliki rumah satu pun. Mungkin demi gengsi,

di awal-awal, Bapaknya menyewa sebuah losmen di kawasan Kramat Raya,

Jakarta untuk tinggal mereka sekeluarga. Hanya satu kamar, dengan kamar

mandi di luar yang kemudian dihuni 8 orang. Kedua orang tua Chairul, dan 6

orang anaknya, termasuk Chairul sendiri. Tidak kuat terus-menerus membayar

sewa losmen, mereka kemudian memutuskan pindah ke daerah Gang Abu,

Batutulis. Salah satu kantong kemiskinan di Jakarta waktu itu. Rumah tersebut

adalah rumah nenek Chairul, dari ibundanya, Halimah.

234

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

4

3

Ibunya adalah sosok yang jarang sekali mengeluhkan kondisi, sesulit

apapun keadaan keluarga. Namun saat itu, Chairul melihat raut wajah ibunya

sendu, tidak ceria dan tampak lelah. Setelah ditanya, lebih tepatnya didesak

Chairul, ibunya baru berucap, ”Kamu punya sedikit uang, Rul? Uang ibu sudah

habis dan untuk belanja nanti pagi sudah

tidak ada lagi. Sama sekali tidak ada”.

Setamat kuliah, Chairul berekan dengan orang lain dalam membangun

sebuah pabrik sepatu. Setelah 3 bulan awal dimulainya pabrik tersebut

dilalui dengan terlunta-lunta dengan tanpa pesanan. Disaat pabrik terancam

bangkrut, datanglah pesanan sendal dari luar negeri sejumlah 12.000 pasang

dengan estimasi 6.000 pasang dikirim awal. Dan berubahlah pabrik tersebut

dari pabrik sepatu menjadi pabrik sendal. Saat melihat hasil kerja pabrik

tersebut, pihak pemesan merasa tertarik dan langsung melakukan pesanan

kembali bahkan mencapai angka 240.000 pasang padahal yang awalnya

12.000 pasang tadi masih 6.000 pasang yang dikirim. Mulailah pabrik tersebut

berkembang. Setelah beberapa lama akhirnya Chairul memutuskan berhenti

berekan dan mulai membangun bisnis dengan modal pribadi dan menjelma

menjadi pengusaha yang mandiri.

Pada tahun 1994, Chairul resmi meminang gadis pujaannya yaitu Anita

yang juga merupakan adik kelasnya sewaktu kuliah. Dan pada tahun 1996,

Chairul memperoleh berkah yang berlimpah karena pada tahun tersebut

lahirlah anak pertama dan bersamaan dengan diputuskannya Chairul sebagai

pemilik dari Bank Mega.

Chairul Tanjung  dikenal sebagai pengusaha yang agresif. Ekspansi

usahanya merambah segala bidang, mulai perbankan dengan bendera  Bank

Mega Group, pertelivisian  Trans TV  dan  Trans 7,  hotel  dengan bendera  Th

e

Trans, di bidang  supermarket, CT (panggilan akrab Chairul Tanjung)

mengakuisisi Carrefour, pesawat terbang, hingga bisnis hiburan  TRANS

STUDIO, dan bisnis lainnya.

Riwayat kehidupan CT kecil bisa dikatakan terlahir dari keluarga cukup

berada kala itu. Dia mempunyai enam saudara kandung. A.G. Tanjung, ayahnya,

adalah mantan wartawan pada era Orde Lama dan pernah menerbitkan surat

kabar dengan oplah kecil. Namun, ketika terjadi pergantian era pemerintahan,

usaha ayahnya itu tutup karena ayahnya mempunyai pemikiran yang

berseberangan dengan penguasa politik saat itu. Keadaan tersebut memaksa

kedua orang tuanya menjual rumah dan harus rela menjalani hidup seadanya.

Mereka pun kemudian menyewa sebuah losmen dengan kamar-kamar yang

sempit.

Bahasa Indonesia

235

5

5

23

3

Kondisi ekonomi keluarganya yang sulit membuat orang tuanya tidak

sanggup membayar uang kuliah Chairul yang waktu itu hanya sebesar

Rp75.000,00. ”Tahun 1981 saya diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Indonesia (UI). Uang masuk ini dan itu total Rp75.000,00. Tanpa

saya ketahui, secara diam-diam ibu menggadaikan kain halusnya ke pegadaian

untuk membayar uang kuliah,” katanya lirih.

Melihat pengorbanan sang ibu, ia lalu berjanji tidak ingin terus-menerus

menjadi beban orang tua. Sejak saat itu, ia tidak akan meminta uang lagi

kepada orang tuanya. Ia bertekad akan mencari akal bagaimana caranya bisa

membiayai hidup dan kuliah. CT pria kelahiran Jakarta, 18 Juni 1962 pada

awalnya memulai bisnis kecil-kecilan. Dia bekerja sama dengan pemilik

mesin fotokopi, dan meletakkannya di tempat strategis yaitu di bawah tangga

kampus. Mulai dari berjualan buku kuliah stensilan, kaos, sepatu, dan aneka

barang lain di kampus dan kepada teman-temannya. Dari modal usaha itu,

ia berhasil membuka sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium

di daerah Senen Raya, Jakarta. Sayang, karena sifat sosialnya – yang sering

memberi fasilitas kepada rekan kuliah, serta sering menraktir teman – usaha

itu bangkrut.

Memang terbilang terjal jalan yang harus ditempuh Chairul Tanjung

sebelum menjadi orang sukses seperti sekarang ini. Kepiawaiannya

membangun jaringan bisnis telah memuluskan perjalanan bisnisnya. Salah

satu kunci sukses dia adalah tida

k tanggung-tanggung dalam melangkah.

Menurut penuturan Chairul, gedung tua Fakultas Kedokteran UI

dulu belum menggunakan lift

. Dari lantai satu hingga lantai empat masih

menggunakan tangga. Lewat ruang kosong di bawah tangga ini, Chairul muda

melihat peluang yang bisa dimanfaatkannya untuk menghasilkan uang. ”Nah,

kebetulan ada ruang kosong di bawah tangga. Saya lalu berpikir untuk bisa

memanfaatkannya sebagai tempat fotokopi. Akan tetapi, masalahnya, saya

tidak mempunyai mesin fotokopi. Uang untuk membeli mesin fotokopi pun

tidak ada,” tuturnya.

Dia pun lantas mencari akal dengan mengundang penyandang dana

untuk menyediakan mesin fotokopi dan membayar sewa tempat. Waktu itu

ia hanya mendapat upah dari usaha foto kopi sebesar Rp2,5,00 per lembar.

”Sedikit, ya. Tapi, karena itu daerah

kampus, dalam hal ini mahasiswa banyak

yang fotokopi, maka jadilah keuntungan saya lumayan besar,” katanya sambil

melempar senyum.

236

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

6

3

Tidak hanya sampai di situ, ia pun terus berusaha mengasah kemampuan-

nya dalam berbisnis. Usaha lain, seperti usaha stiker, pembuatan kaos, buku

kuliah stensilan, hingga penjualan buku bekas dicobanya. Usai menyelesaikan

kuliah, Chairul memberanikan diri me

nyewa kios di daerah Senen, Jakarta

Pusat, dengan harga sewa Rp1 juta per tahun.

Kios kecil itu dimanfaatkannya untuk membuka CV yang bergerak di

bidang penjualan alat-alat kedokteran gigi. Sayang, usaha tersebut tidak

berlangsung lama karena kios tempat usahanya lebih sering dijadikan tempat

berkumpul teman-temannya sesama aktivis. ”Yang nongkrong lebih banyak

ketimbang yang beli,” kata mahasiswa teladan tingkat nasional 1984-1985 ini.

Selang berapa tahun, ia mencoba bangkit dan melangkah lagi dengan

menggandeng dua temannya mendirikan PT Pariarti Shindutama yang

memproduksi sepatu. Ia mendapatkan kredit ringan dari Bank Exim sebesar

Rp150 juta. Kepiawaiannya membangun jaringan bisnis membuat sepatu

produksinya mendapat pesanan sebanyak 160.000 pasang dari pengusaha

Italia.

Bisnisnya terus berkembang. Ia mulai mencoba merambah ke industri

genting, sandal, dan properti. Namun, di tengah usahanya yang sedang

merambat naik, tiba-tiba

dia terbentur perbedaan visi dengan kedua rekannya.

Ia pun memutuskan memilih mundur dan menjalankan sendiri usahanya.

Memang tidak jaminan, seseorang yang berkarier sesuai dengan latar

belakang pendidikannya akan sukses. Keny

ataannya tidak sedikit yang berhasil

justru setelah mereka keluar dari jalur. ”Modal dalam usaha memang penting,

tetapi mendapatkan mitra kerja yang andal adalah segalanya. Membangun

kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas dalam menjalankan

bisnis,” ujar Chairul Tanjung yang lebih memilih menjadi seorang pengusaha

ketimbang seorang dokter gigi biasa. Dan pilihannya untuk menjadi pengusaha

menempatkan CT sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia dengan total

kekayaan mencapai 450 juta dolar AS. Sebuah prestasi yang mungkin tak

pernah dibayangkannya saat memulai usaha kecil-kecilan, demi mendapat

biaya kuliah, ketika masih kuliah di UI dulu.

Hal itulah yang barangkali membuat Chairul Tanjung selalu tampil apa

adanya, tanpa kesan ingin memamerkan kesuksesannya. Selain itu, rupanya

ia pun tak lupa pada masa lalunya. Karenanya, ia pun kini getol menjalankan

berbagai kegiatan sosial. Mulai dari PMI, Komite Kemanusiaan Indonesia,

anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia dan sebagainya. ”Kini

waktu saya lebih dari 50% saya curahkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan,”

ungkapnya.

Bahasa Indonesia

237

7

7

23

3

Kini Grup Para mempunyai kerajaan bisnis yang mengandalkan pada

tiga bisnis inti. Pertama jasa keuangan seperti Bank Mega, Asuransi Umum

Mega, Aanya yaitu bisnis televisi, TransTV. Pada bisnis pertelevisian ini, ia

juga dikenal berhasil mengakuisisi televisi yang nyaris bangkrut TV7, dan kini

berhasil mengubahnya jadi Trans7 yang juga cukup sukses.

Langkah ekspansi selanjutnya adalah mendirikan perusahaan patungan

dengan mantan wapres Jusuf Kalla membentuk taman wisata terbesar TRANS

STUDIO di Makassar, untuk menyaingi keberadaan Universal Studio yang

ada di Singapura. Taman hiburan dalam ruangan terbesar di Indonesia inipun

sekarang telah merambah kota Bandung, dan sebentar lagi kota-kota besar di

Indonesia lainnya.

Chairul merupakan salah satu dari tujuh orang kaya dunia asal Indonesia.

Dia juga satu-satunya pengusaha pribumi yang masuk jajaran orang tajir

sedunia. Enam wakil Indonesia lainnya adalah Michael Hartono, Budi Hartono,

Martua Sitorus, Peter Sondakh, Sukanto Tanoto, dan Low Tuck Kwong.

Berkat kesuksesannya itu majalah

Warta Ekonomi

menganugerahi

pria berdarah Minang/Padang sebagai salah seorang tokoh bisnis paling

berpengaruh di tahun 2005 dan dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya

di dunia tahun 2010 versi majalah

Forbes

dengan total kekayaan $1 Miliar.

Sumber: www.horidesign.wordpress.com

Menulis Refl

eksi tentang Nilai-Nilai yang Terkandung dalam

Buku Drama

Bacalah naskah drama Putu wijaya yang berjudul ”Dag Dig Dug”.

Bentuklah kelompok bersama teman-temanmu. Kemudian refl

eksikan nilai-

nilai yang terkandung dalam naskah drama tersebut secara singkat dan jelas.

Setelah itu, presentasikan di depan kelas. Selamat mengerjakan!

DAG DIG DUG

Karya Putu Wijaya

Waktu Lewat.

Dalam percakapan dengan Tamu.

Tamu tersebut dua orang lelaki. Keempatnya duduk di sekeliling meja.

Kegiatan

2

238

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

8

3

Mereka minum dan makan kue berbungkus daun yang agak merepotkan

untuk memakannya. Tapi semuanya mencoba makan kue yang enak tersebut

sambil tetap berusaha dalam keadaan suasana bersedih.

Mereka juga disuguh makan malam yang harum dan enak.

TAMU I

: Kami gembira dapat datang ke mari mengabarkan.

SUAMI

: O, kami juga gembira penguburannya sudah dengan sebaik-

baiknya.

TAMU II

: Hari itu Minggu, Chairul adalah orang yang sangat kami

butuhkan.

SUAMI : Ya, ya!

TAMU I

: Kami baru beberapa bulan bekerja sama, tapi rasanya sudah

lama sekali, karena ada kecocokan.

SUAMI

: Ya, ya.

TAMU II

: Tidak ada orang yang benci kepadanya karena ia polos.

SUAMI : Memang.

TAMU II

: Ia selalu menutupi kehidupan pribadinya. Bahkan sampai

pondoknya tidak kami ketahui. Setelah semalam suntuk

mencari, baru ketemu.

TAMU I

: Anehnya lagi, beberapa hari setelah dia meninggal,

seorang perempuan yang tinggal di rumah sebelahnya mati

menggantung diri

.

TAMU II

: Saya kira baiknya dijelask

an kepada Bapak ini bagaimana

keadaannya pada saat terakhir, soal perempuan itu.

TAMU I

: Ya, tapi kau ingat, maaf ...

SUAMI : Silakan!

(

kedua tamu berbicara satu sama lain, agak rahasia, suami berbicara dengan

istrinya agak keras)

SUAMI

: Betul, kan?

ISTRI

: Yah apa boleh buat, sudah takdir.

SUAMI

: Pantas pikiran tak enak terus, ingat pagi-pag

i waktu hendak

ke alun-alun, dua kali ban sepeda pecah.

Bahasa Indonesia

239

9

9

23

3

ISTRI

: Hmm ya!

SUAMI : Tapi.

TAMU II

: Maaf, begini, pak.

SUAMI

: Ya, ya?

TAMU II

: Chairul Umam, tidak jelas keluarganya dan asalnya. Satu-

satunya alamat yang kami dapatkan dalam kamarnya adalah

alamat Bapak. Surat Bapak, maaf kami baca demikian akrab

sehingga kami memutuskan untuk menghubungi Bapak.

Sekian lama telah lalu, kami ingin segera urusan ini selesai.

SUAMI

: O, ya sudah kebiasaan saya menganggap semua orang anak.

ISTRI

: Maklum ada anak sendiri. Bapak kadang-kadang lupa

mereka hanya mondok di sini.

TAMU

: Berapa lama Chairul mondok di sini, Bu?

SUAMI

: Lama tidaknya bukan soal saudara. Saya semua orang muda,

baik mempunyai semangat, saya akui anak saya.

TAMU II

: O ya!

SUAMI : Ya.

ISTRI

: Kami tidak seperti indekosan lain. Kami tidak untuk mencari

uang, iseng saja, ingin nolong yang ingin sekolah.

SUAMI

: Ya. Dan kebanyakan dari mereka yang sudah mondok di

sini, berhasil.

ISTRI

: Tentu ada juga, misalnya karena kesulitan keuangan dari

keluarga.

TAMU I

: Chairul tentunya termasuk yang belakangan ini.

SUAMI : Hm!

TAMU I

: Menurut dugaan kami dia seorang pemberontak dalam

keluarganya sehingga tidak disukai. Lalu ia memutuskan

hubungannya sama sekali.

SUAMI : Ya.

TAMU II

: Apakah ia sudah giat sejak di sini dulu? Saya kira pandangan

hidup dan aktivitasnya sudah dimulainya sejak lama sekali.

SUAMI

: O ya.

240

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

40

4

TAMU

: Dalam lingkungan kami ia termasuk paling aneh, tapi ia

orang yang dalam dan berbakat besar.

SUAMI : Memang.

ISTRI

: Dimakan lagi kuenya.

TAMU

: Terima kasih, Bu, sudah penuh.

ISTRI

: Ibu senang bikin kue, anak-anak semuanya doyan kue.

Sekarang semua sedang pulang kampungnya masing-

masing. Bulan depan pasti ramai lagi.

TAMU

: O, ya?

ISTRI

: Barangkali bulan depan ada yang lulus dokter.

TAMU

: O, ya?

ISTRI

: Yang sekolah insinyur mungkin akan ke luar negeri.

TAMU

: O, ya?

SUAMI

: Lalu yang menabrak bagaimana?

TAMU II

: O, itu begini, Pak. Kere-kere itu sudah mencatat nomor

motor yang menabrak. Sekarang sedang dalam pengusutan.

Kami akan urus itu!

SUAMI

: Apa ini dianggap kecelakaan?

TAMU I

: Dalam dua hal tidak. Pertama, mereka ngebut. Kedua,

mereka lari setelah nabrak. Ini sudah perkara kriminal.

SUAMI

: Saya harap dihukum.

TAMU

: O, ya! Pasti!

TAMU

: Kami semua merasa kehilangan.

SUAMI

: O,ya, memang.

TAMU

: Bakatnya besar sekali. Semua orang kagum karena dia tetap

diam-diam dan rendah hati.

SUAMI

: Ya, saya maklum.

TAMU II

: Kami sedang merencanakan memberi sesuatu yang khusus

buatnya, karena ia kelihatannya serius.

SUAMI

: Ya. Saya kira itu tepat untuk dia.

TAMU I

: Kami akan mencoba.

Bahasa Indonesia

241

1

1

24

4

SUAMI

: O, itu baik sekali.

TAMU II

: Banyak pikiran-pikirannya yang cemerlang.

SUAMI

: O, ya?

TAMU

: Apakah kawan-kawannya ada di sini?

SUAMI

: Begini saudara. Kami sudah menganggapnya anak sendiri.

Dia memang cerdas dan berbakat. Bapak sampai heran

dalam umurnya yang sekian dahulu waktu masih di sini,

ia sudah terlalu serius. Kadang-kadang bapak khawatir

melihat anak-anak yang terlalu serius kurang menghiraukan

dia sendiri.

TAMU I

: Memang ia tidak begitu mengacuhkan.

SUAMI

: Ya, itulah keistimewaannya. Tapi kalau diajak berpikir

misalnya, soal, soal-soal segala sesuatu, pikirannya tajam

sekali.

TAMU I

: Caranya mengupas, gemilang saya kira dia mempunyai

harapan besar di kemudian hari.

SUAMI

: Memang. Tapi walaupun, sebagai seorang manusia dalam

pergaulan, walaupun tak menghiraukan kepentingan diri

sendiri, sangat memperhatikan kawan-kawannya. Suka

menolong dan selalu rendah hati.

TAMU II

: Ya. Tak ada orang di kantor kami yang benci kepadanya.

SUAMI

: Memang. Budinya luhur, tidak memilih kawan, tidak pernah

merugikan orang lain, malah selalu berusaha mengekang

diri sendiri kalau merasa akan merugikan orang lain.

Sungguh sedih kehilangan ini. Bagi Bapak semua anak-anak

adalah anak bapak. Bapak sering ingat justru ia lain. Ia selalu

memperhatikan, selalu berusaha

mengajak bercakap-cakap

menanyakan pendapat. Tampangnya begitu, tapi pikirannya

maju, tetapi bapak tidak takut menghadapi pendapat-

pendapatnya itu, berbeda kalau Bapak menghadapi anak-

anak muda lain. Banyak pikiran yang tidak terlalu maju

atau luar-biasa, tapi cara menyampaikan terlalu menyerang,

jadi takut. Dia tidak. Dia mengerti bagaimana semuanya

dengan mudah dan sederhana, sehingga saya tidak takut

atau, atau iri. Atau merasa diremehkan. Pendeknya, sopan

dalam segala sepak terjangnya, Yah. Kehilangan. Ini bukan

242

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

42

4

pertama kalinya. Dan mereka kebanyakan yang baik-

baik semua. Bapak tidak ada anak justru merasa betul

kehilangan. Di sini selalu dan

mendorong anak-anak, segala

sepak terjangnya, kemudian selalu kami ikuti, bangga kalau

mereka dapat berbuat baik walaupun tak mendapat apa-apa.

Sedih kalau macet, jatuh, disingkirkan, dibenci, difi

tnah,

bahkan masuk penjara dan mati. Bagaimana mereka semua

mulai bersungguh-sungguh, mereka semuanya, baik-baik.

tetapi tentu saja ada yang bertindak keliru, salah ambil

langkah atau malang seperti ini. Kami ikut sedih. Tak rela,

mereka masih muda itu dikeroyok tanggung jawab tidak

semestinya atau belum waktunya mereka terima! (

menahan

tangisnya).

Saya tahu, banyak orang tua-tua, banyak, saya

menyesal terhadap tindakan mereka, meskipun saya adalah

saya, yang telah memaksa, be

rsedih, lalu menjadi musuh

yang tidak pada tempatnya. Dan saya tidak dapat berbuat

apa-apa mereka yang tidak kuat menahan semua ini, lalu

jatuh atau mengalami kecelakaan dalam pembuangannya.

(berhenti dan menyembunyikan tangisnya).

Maaf, maaf. Saya

selalu tak bisa menahan kalua sedang bicara ...

(

semua diam).

(tamu-tamu tersebut makan kue, suami berhasil mengekang tangisnya)

SUAMI

: Tak apa-apa.

TAMU

: Kami juga minta maaf, tidak bisa lama.

SUAMI

: Lho buru-buru.

TAMU

: Kami sudah puas bertemu Bapak.

TAMU

: Kami repot sekali. Banyak tugas. Besok pagi kami harus

kembali ke Jakarta.

ISTRI

: Lho buru-buru. Nginap di sini.

TAMU

: Terima kasih bu. Kami repot, maklum wartawan.

TAMU

: Lain kali kami akan datang lagi.

SUAMI

: Wah, kok buru-buru.

TAMU

: Kami ingin sekali, tapi tugas memanggil.

ISTRI : Sayang.

TAMU

: Apa boleh buat.

Bahasa Indonesia

243

3

3

24

4

SUAMI

: Makan dulu kuenya!

TAMU

: Sudah penuh, Pak.

ISTRI

: Nggak enak barangkali, di Jakarta biasa roti.

TAMU

: Bukan begitu, Bu!

SUAMI

: Habiskan dulu. Ayolah, ini sengaja.

(

tamu-tamu itu terpaksa makan, tuan rumah juga ikut makan)

(tamu I mengeluarkan sesuatu dari tasnya, amplop)

SUAMI : (

pura-pura tak melihat amplop itu).

Jadi, Menteng Pulo?

TAMU I

: Ya.

SUAMI

: Bapak tahu Karet.

TAMU II

: Kalau bapak ingin ke Jakarta, kabarkan saja, nanti kami antar

ke kuburan.

ISTRI

: Wah tidak ada ongkos, apal

agi sebentar lagi anak-anak

datang. Repot.

TAMU I

: Siapa tahu satu ketika.

ISTRI

: Saya kira.

TAMU I

: Siapa tahu, kalau.

ISTRI

: Tidak mungkin.

SUAMI

: Tapi benar juga, siapa tahu, satu ketika mungkin kita ada

kesempatan. Pasti akan.

TAMU II

: Beritahu saja kepada kami.

SUAMI

: O, ya. Alamatnya?

TAMU I

: O, ya! (

mengeluarkan kartu nama, tamu II mengambil kartu

itu dan menulis

alamatnya, lalu menyerahkan kepada suami,

orang tua itu membaca alamat tersebut, tamu membenarkan).

SUAMI

: Mudah-mudahan, siapa tahu.

TAMU I

: Begini, Pak ..., kami datang ke mari, pertama untuk lebih

menjelaskan lagi kabar meninggalnya Chairul Umam. Yang

kedua ini

(meletakkan amplop di depan suami)

sejumlah uang

dari asuransi jiwa kecelakaan lalu lintas dan sejumlah uang

dari kantor, serta kawan-kawan untuk diterimakan kepada

Bapak. Jangan sampai salah paham. Semuanya ini memang

244

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

44

4

tidak memadai untuk mengobati rasa kehilangan tersebut,

tetapi ini adalah kewajiban kami sebagai sahabatnya. Jangan

merasa ragu-ragu untuk menerim

a. Bapak dapat pergunakan

uang ini untuk memperbaiki kuburan, berkunjung ke Jakarta,

selamatan, atau terserah. Kami ditugaskan kemari untuk

menyampaikan ini, serta mendapat kewajiban menyerahkan

dan jangan sampai ditolak. Terimalah!

(

menerimakan, suami kebingungan).

TAMU II

: Dan sekali lagi maafk

an kelancangan kami telah mengambil

tindakan sendiri, semuanya demi kebaikan Chairul sendiri.

(

tamu berdiri).

Hanya ini yang ... dan seterusnya

(terus

berbicara, suami dan istri terpukau).

(Wijaya, Putu. 2005. Dag Dig Dug. Jakarta: Balai Pustaka. Halaman 14-20)

Rangkuman

1. Teks kritik berisi tentang penilaian kelebihan dan kelemahan sebuah karya

secara objektif, disertai dengan data-data pendukung baik sinopsis karya,

alasan logis, dan teori-teori yang mendukung.

2. Teks esai berisi kajian tentang suatu objek atau fenomena tertentu dari

sudut pandang pribadi penulisnya, bersifat subjektif, dan disajikan dengan

gaya bahasa khas penulisnya.

3. Perbandingan kritik dengan esai dari segi pengetahuan adalah sebagai

berikut.

No.

Kritik

Esai

a.

Objek kajian adalah karya, misalnya seni

musik, sastra, tari, drama, fi lm, pahat,

dan lukis.

Objek kajian dapat berupa karya atau

fenomena.

b.

Ada deskripsi karya, bila karya berwujud

buku deskripsinya berupa sinopsis atau

novel.

Tidak ada ringkasan atau sinopsis karya.

c.

Menyajikan data-data objektif.

Tidak selalu membutuhkan data.

Bahasa Indonesia

245

5

5

24

4

4. Perbandingan kritik dengan esai dari segi pandangan adalah sebagai

berikut.

No.

Kritik

Esai

a.

Penilaian terhadap karya dilakukan

secara objektif disertai data dan alasan

yang logis.

Kajian dilakukan secara subjektif,

menurut pendapat pribadi penulis esai.

b.

Dalam memberikan penilaian seringkali

menggunakan kajian teori yang sudah

mapan.

Jarang atau hampir tidak pernah

mencantumkan kajian teori.

c.

Pembahasan terhadap karya secara utuh

dan menyeluruh.

Objek atau fenomena yang dikaji tidak

dibahas menyeluruh, tetapi hanya pada

hal yang menarik menurut pandangan

penulisnya. Meskipun demikian,

pembahasannya dilakukan secara utuh.

5. Sistematika teks kritik dan esai dapat dilihat dari struktur teksnya, sama

dengan struktur teks eksposisi yaitu pernyataan pendapat (tesis), argumen,

dan penegasan ulang.

6. Kaidah kebahasaan teks kritik dan esai adalah (a) banyak menggunakan

pernyataan-pernyataan persuasif; (b) banyak menggunakan pernyataan

atau ungkapan yang bersifat menilai atau mengomentari; (c) banyak

menggunakan istilah teknis berkaitan dengan topik yang dibahasnya;

dan (d) banyak menggunakan kata kerja mental. Khusus untuk esai,

penyajiannya menggunakan gaya bahasa yang subjektif.

246

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

46

4

Daftar Pustaka

Sumber Buku:

Hakim, Nadliful. 2015.

Makalah

. ”Pasar tunggal ASEAN Economic

Community (AEC) 2015 Peluang atau Ancaman?”

Kedaulatan Rakyat. 2014.

Kedaulatan

Rakyat

, 6 Januari 2014.

Kado Tahun

Baru 2014 Pertamina”.

Kompas. 2011.

Kompas

, 28 November 2011.

Jembatan Mahakam yang

Diresmikan Tahun 2002 Ambruk!”

Kuncoro, Mudrajad. 2009.

Mahir Menulis: Kiat Jitu Menulis Artikel Opini,

Kolom, dan Resensi Buku.

Jakarta: Erlangga.

Muhammad, Damhuri.

Kompas

Minggu, 29 September 2013.

Lelaki Ragi dan

Perempuan Santan.

Nurbaya, St. (Ed.). 2011.

Bahasa Indonesia :Panduan Menulis Karya Ilmiah

.

Yogyakarta: Kanwa Publisher.

Suparno dan Mohamad Yunus. 2004.

Materi Pokok Keterampilan Dasar

Menulis

. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Tohari, Ahmad. 2011.

Ronggeng Dukuh Paruk

. Jakarta: Gramedia.

Waluyo, Herman J. 2002.

Drama: Teori dan Pengajarannya

. Yogyakarta:

Hanindita Graha Widya.

Wiyatmi. 2009.

Pengantar Kajian Sastra

. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Sumber Internet:

http// www.tempo.co edisi 12 Mei 2015

http://nasional.sindonews.com edisi Kamis, 30 Juli 2015

https://id.wikipedia.org/wiki/Ronggeng_Dukuh_Paruk

Berbahasa-bersastra.blogspot.com

www.allchussna.wordpress.com

www.goodreads.com

www.jophouse.com

Bahasa Indonesia

247

7

7

24

4

Glosarium

adverbial Frekuentif : adverbia yang menggambarkan makna yang berhubungan

dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu yang

diterangkan adverbia itu

aktual

: sedang menjadi pembicaraan orang banyak atau baru saja

terjadi

argumen

: alasan yang dapat dipakai untuk memperkuat atau menolak

suatu pendapat, pendirian, atau gagasan

artikel

: karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam

majalah, surat kabar

editorial

: artikel dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan

pendirian editor atau pimpinan surat kabar (majalah) tersebut

mengenai beberapa pokok masalah, tajuk rencana

esai

: karangan prosa yang membahas suatu masalah secara

sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya

fakta

: hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan, sesuatu

yang benar-benar ada atau terjadi

fenomenal

: luar biasa, hebat, dan dapat dirasakan pancaindra

fi

ksi

: rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan

identitas

: ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang

ikhtisar

: pemandangan secara ringkas (yang penting-penting saja);

ringkasan

imajinasi

: daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan)

imajinatif

: mempunyai atau menggunakan imajinasi; bersifat khayal

kata Kerja Material : kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan

keterangan aposisi : keterangan yang memberi penjelasan kata benda. Jika

ditulis, keterangan ini diapit tanda koma atau tanda pisah

atau tanda kurung.

komplikasi

: kerumitan

konektor Kronologis : kata hubung yang menunjukkan urutan waktu

konjungsi

: kata atau ungkapan penghubung antarkata, antarfrasa,

antarklausa, dan antarkalimat

kritik

: tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan

baik buruk terhadap suatu hasil karya

248

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

48

4

kuali

fi

kasi

: keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu

(menduduki jabatan)

modalitas

: cara pembicara menyatakan sikap terhadap

suatu imajinasi dalam komunikasi antarpribadi

(barangkali, harus, dan sebagainya)

non

fi

ksi

: yang tidak bersifat

fi

ksi, tetapi berdasarkan fakta dan

kenyataan (tentang karya sastra, karangan)

novel

: karangan prosa yang panjang mengandung

rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang

di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat

setiap pelaku

nukilan

: kutipan atau tulisan yang dicantumkan pada suatu

benda

opini

: pendapat; pikiran; pendirian

orientasi

: pengenalan awal dalam sebuah cerita

prosa

fi

ksi

: karangan bebas yang bersifat

fi

ktif

redaksi

: badan (pada persuratkabaran) yang memilih dan

menyusun tulisan yang akan dimasukkan ke dalam

surat kabar dsb)

rekon faktual (informasional) : novel yang memuat kejadian faktual seperti

eksperimen ilmiah, laporan polisi, dan lain-lain

rekon imajinatif

: novel yang memuat kisah faktual yang dikhayalkan

dan diceritakan secara lebih rinci

rekon pribadi

: novel yang memuat kejadian di mana penulisnya

terlibat secara langsung

rekon :

cerita

ulang

resensi

: pertimbangan atau pembicaraan tentang buku;

ulasan buku

resolusi

: tahap penyelesaian dalam sebuah cerita narasi

riwayat hidup

: uraian tentang segala sesuatu yang telah dialami

(dijalankan) seseorang

tajuk rencana

: karangan pokok dalam surat kabar

teks opini

: teks yang merupakan wadah untuk mengemukakan

pendapat atau pikiran

verba

: kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau

keadaan; kata kerja

Bahasa Indonesia

249

9

9

24

4

Indeks

A

Abidin, Zaenal, 125

alinea, 5, 9, 10, 13, 14, 21, 29, 168, 193

alur, 67, 93, 104, 105, 109, 110, 112,

169, 170, 171, 173, 180, 183, 184, 190,

193

antologi, 168, 193

argumen, 78, 80, 84, 87, 89, 91, 92, 93,

95, 96, 97, 114, 165, 190, 191, 198, 199,

200, 201

argumentasi, 4,5,6, 8, 88, 127, 128, 129,

139, 193

artikel , 77, 78, 85, 97, 101, 102, 113,

114, 116, 118, 122, 125, 126, 127, 129,

134, 136, 139, 143, 156, 159, 163

autobiogra

fi

, 34

B

biogra

fi

, 34, 74, 103, 170

C

cerita perjalanan, 34

cerita ulang, 41, 74

cerpen, 34, 143, 167, 168

citraan, 79, 91, 105

D

Dalman, 156

dialog, 63, 64, 75, 171, 178

E

editorial, 76-92, 96, 97, 99, 114, 115,

146

eksperimentasi, 168, 169, 171, 183, 190,

193

eksplorasi, 168, 170, 171, 183, 193

eksposisi, 5, 7, 88, 114, 139, 172, 189,

190, 192, 193, 194, 201

El Shirazy, Habiburrachman, 179, 180

esai, 13, 27, 36, 42, 49, 60, 62, 70, 82,

83, 88, 88, 90, 93, 96, 111, 138, 142,

143, 158, 165, 166, 167, 172, 175-177,

181, 182, 186, 188-196, 199-201

F

fakta, 33, 57, 58, 75, 78, 81-83, 86-88,

93, 95-97, 113-115, 118, 122, 125-130,

134, 135, 138, 139, 153

fenomenal, 78, 79, 81, 84, 85, 87, 88,

96, 97, 140, 200

fi

ksi, 26, 27, 34, 38, 41, 58, 73, 98, 104,

112, 141

frasa, 65, 139

G

gaya Bahasa, 105, 194, 195, 200, 201

H

Hariadi, Langit Kresna, 41, 68, 69

I

identitas, 1, 11, 29, 142, 173, 189, 195

imajinasi, 57, 58, 65, 139, 140, 171,

175, 191

imajinatif, 156

Izdhihary, Faradina, 188

K

kalimat retoris, 90, 91, 97

kata ganti penunjuk, 91, 97

kata kerja, 62, 63, 64, 75, 193

kata kerja material, 62, 64, 75

kata kerja mental, 63, 64, 75, 193, 194,

201

kata sifat, 64, 75

keterangan aposisi, 140

KH, Ramadhan, 144

koda, 41, 42, 50, 75

komplikasi, 32, 33, 41, 42, 75

konjungsi, 62, 64, 75, 91, 97, 139, 140,

146, 159, 194

kronologis, 75

250

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

0

5

kontroversial, 78, 79, 81, 84, 85, 96, 97

kritik, 77, 82, 83, 88, 93, 97, 113, 165,

166, 167, 172, 175-177, 181-184, 188-

193, 195, 196, 200, 201

kritikus, 183

kuali

fi

kasi, 1, 6, 15, 22, 29

Kurniawan, Eka, 168

L

latar, 32-34, 38, 41, 53, 67, 72, 75, 100-

105, 110-112, 120, 169, 170, 180, 192,

197

M

Mahayana, Maman, 168

majas, 105

Martono, Nanang, 121

Mintardja, SH,34

mitos, 123, 170, 183, 193

modalitas, 140

Mohammad, Gunawan, 172, 177, 194

N

narator, 168, 183, 190, 193

non

fi

ksi, 26, 27, 34

novel, 32, 34, 42, 45, 71, 98-110, 112,

1114, 130, 141-144, 168-171, 174, 176,

179-184, 188-193, 195, 100

novel sejarah, 31-33, 38, 41, 42, 44, 46,

48, 50-52, 54, 56-58, 61, 62, 64, 65-69,

72, 75

nukilan, 140

O

opini, 78, 81-83, 88, 97, 113-116, 118,

122, 125-130, 133, 134, 139, 140, 146,

147, 160, 161, 202

orientasi, 32, 33, 41-43, 75, 90

P

persuasif, 192, 194, 201

prediksi, 82, 83, 88, 93, 97

prosa

fi

ksi, 98, 104, 112

R

Rahman, Jamal D, 196

redaksi, 77, 78, 80-83, 87, 89, 97, 166

rekaan, 57, 73, 74

rekomendasi, 78, 80, 89, 92, 93, 95, 96,

97, 155

resensi, 166, 202

resolusi, 32, 34, 41, 42, 75

riwayat hidup , 4-7, 13, 18, 19, 22-24,

29

Romadi dan Rustamaji, 6, 16

roman, 34, 181

S

sudut pandang, 73, 104, 107, 112, 167,

175, 176, 188, 199, 200

T

tajuk rencana, 78, 140

teks opini, 127, 140

tema, 104, 105, 107-110, 112, 180, 190

tesis, 4, 5, 8, 10, 152, 154, 173, 189,

190, 191, 201

Toer, Pramoedya Ananta, 32, 33, 67, 68,

69, 71

Tohari, Ahmad, 99, 100, 102, 103, 105-

107, 202

Toharudin Uus & Sri Hendrawati, 157

U

ulasan, 77, 88, 91, 97, 166

unsur intrinsik, 99, 104, 105, 112, 168

V

verbal, 179

W

Widya, Dianing,117

Wijaya, Putu, 141, 143, 144, 170, 171,

177, 178, 179

Bahasa Indonesia

251

1

1

25

5

Nama Lengkap : Dr. M

aman Suryaman, M.Pd.

Telp. Kantor/HP : (0274)586168 / 081321775597

E-mail

: [email protected] maman_

[email protected]

Akun Facebook :

[email protected]

Alamat Kantor : Kampus Karangmalang - Yogyakarta

Bidang Keahlian : Pengajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1. Dosen tetap FBS UNY 1992–sekarang

2.

Wakil Dekan I Bidang Akademik, Penelitian dan PPM 2015–sekarang

3. Ketua Jurusan merangkap Ketua Program Studi 2011–2015

4. Ketua Redaksi Jurnal Kependidikan Terakreditasi Nasional 2011

5. Sekjen Masyarakat Penelitian Pendidikan Indonesia (MPPI) 2013

6. Pengurus APROBSI Bidang Akademik 2014-sekarang

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1. S3: PPs /Prodi Pendidikan Bahasa di UPI (1997–2001)

2.

S2: PPs/Prodi Pendidikan Bahasa di UPI (1994–1997)

3. S1: FPBS/Jur. PBSI di IKIP Bandung (1986–1991)

Judul Buku yang Pernah Ditelaah (10 Tahun Terakhir):

1.

Metodologi P

embelajaran Bahasa

(2012)

2.

Puisi Indonesia

(2012)

3.

Sejarah Sastra Berperspektif Gender

(2012)

4.

Panduan Penulisan Bahan Ajar Bahasa Indonesia

(2012)

5

.

Panduan Pendidik Bahasa Indonesia SMP

(2011)

6.

Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SMA

(2009)

7.

Model Panduan Pendidik Pengajaran Sastra

(2008)

8. Pedoman Penulisan Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia (2008)

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1. Pengembangan Membaca Sastra Mahasiswa (2015)

2.

Evaluasi Diri Strategi Belajar Mahasiswa Program S2 PBSI (2015)

3. Pengembangan Buku Cerita Anak Berbasis Pend. Karakter (2014)

4. Perbandingan Kesadaran Feminis dalam Novel-Novel Indonesia (2013)

5. Analisis Hasil Belajar Peserta Didik dalam Literasi Membaca (2011)

6. Pengembangan Model Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia (2011)

7. Pengembangan Model Buku Ajar Sejarah Sastra Indonesia (2009)

8. Pengembangan Model Buku Panduan Pendidik Peng. Bahasa (2008)

Profi

l

Penulis

252

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

2

5

Nama Lengkap : Istiqomah, S.Pd., M.Pd

Telp. Kantor/HP : (0341) 591310 / 081334231701

E-mail : [email protected]

Akun Facebook : faradina izdhihary dua

Alamat Kantor : Jl. Perjuangan 32 Cirebon

Bidang Keahlian : Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1. Tahun 1999 – 2009 guru di SMA Negeri 2 Batu

2.

Tahun 2009 – sekarang guru di SMA Negeri 1 Batu

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1. S2: Pascasarjana/Manajemen Pendidikan/Kepengawasan/Universitas

Negeri M

alang (2007-2009)

2. S1: Pendidikan Bahasa dan Seni/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/

IKIP Malang (1989-1993)

Judul Buku yang Pernah Ditelaah (10 Tahun Terakhir):

1.

T

uhan, Aku Malu

(2010) kumpulan puisi menggunakan nama pena

Faradina Izdhihary

2.

Membaca Hujan

, (2011) kumpulan cerpen menggunakan nama pena

Faradina Izdhihary

3

. Sepu

Ɵ

h Cinta Hawna

(2011) Novel menggunakan nama pena Faradina

Izdhihary.

4.

Sa

fi

r Cinta

(2012) Novel menggunakan nama pena Faradina Izdhihary.

5.

Menantu untuk Ibu

(2014) Novel menggunakan nama pena Faradina

Izdhihary

6.

Kelinci-Kelinci Ujian Cinta

(2014), kumpulan cerpen menggunakan nama

pena Faradina Izdhihary

7.

Sukses Uji Kompetensi Guru

(2013), uku pendidikan

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1. Pemanfaatan Kartu Soal Sebagai Media Pembelajaran dalam Pembelajaran

M

ateri ”Perkembangan Genre Sastra Indonesia” di kelas XI Bahasa SMAN 2

Batu. (Penelitian Tindakan Kelas, 2006)

2. Pemanfaatan Kliping Foto Berita sebagai Media Pembelajaran dalam

Pembelajaran ”Menulis Cerpen Berdasarkan Realitas Sosial” di Kelas XI

Semester Genap 2006/2007 SMAN 2 Batu (Penelitian Tindakan Kelas, 2007)

3. Pemanfaatan Facebook sebagai Media Pembelajaran Menulis Cerpen Bagi

Siswa Kelas XI Bahasa SMAN 1 Batu (Dalam Penugasan Mandiri). (Penelitian

Tindakan Kelas, 2010)

4. Peningkatan Minat dan hasil Belajar Menulis Paragraf Deskripsi dengan

Media Foto Obyek Wisata Kota Batu dan Self Correction Terbimbing pada

Siswa Kelas X.10 SMA Negeri 1 Batu Tahun 2011/ 2012. (Penelitian Tindakan

Kelas, 2007), Artikel ilmiahnya dimuat di Jurnal Kelasa, Kelebat Masalah

Bahasa dan Sastra. ISSN 1907-7165 Volume 7, Nomor 1 Juni 2012

Bahasa Indonesia

253

3

3

25

5

Membayar

Pajak

Berarti Cinta

Tanah Air

5. Peningkatan Minat dan hasil Belajar Menulis Paragraf Deskripsi dengan

Media Foto Obyek Wisata Kota Batu dan Self Correction Terbimbing pada

Siswa Kelas X.10 SMA Negeri 1 Batu Tahun 2011/ 2012. (Penelitian Tindakan

Kelas, 2012; Diserahkan ke perpustakaan sekolah)

6. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Menulis Laporan Hasil Wawancara

melalui Penerapan Modifi kasi Pembelajaran Kooperatif Model CIRC dengan

Media Batik Metro TV bagi Siswa Kelas X.4 SMA Negeri 1 Batu Tahun

2011/2012. (2012) Diserahkan ke perpustakaan dan dimuat di Jurnal Ilmiah

”Jembatan Merah” edisi Desember 2012. ISSN: 1907-1779 (Balai Bahasa Jawa

Timur)

7. Penerapan Metode KB dengan Video K-3 untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa pada Pembelajaran Teks Negosiasi (Dimuat pada jurnal ”Jembatan

Merah”, Terbitan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, Vol 10. Edisi Desember

2014. ISSN 1907-1779

8. Pengembangan Bahan Ajar Sastra Berbasis Kearifan Lokal sebagai Upaya

Pendidikan Karakter Bangsa dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk

SMA kelas X (Penelitian Pengembangan didanai Hibah Penelitian Guru dan

Dosen, Puslitjak, Kemendikbud dan dimuat pada Jurnal Ilmiah Nasional

EDUKASI, Tahun 2 Nomor II tahun 2015), sebagai Ketua

9. Penerapan Pembelajaran Kontekstual dengan Media Video pada

Pembelajaran Teks Negosiasi bagi Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Batu Tahun

Ajaran 2014/ 2015 (Penelitian Tindakan Kelas, 2015. didanai Hibah PTK

Guru 2015, Puslitjak, Kemendikbud; Artikel ilmiahnya dimuat pada jurnal

”Jembatan Merah”, Terbitan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, Vol 12. Edisi

Desember 2014. ISSN 1907–1779)

254

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

4

5

Nama Lengkap : Prof. Dr.

Suherli, M.Pd.

Telp. Kantor/HP : 0231206558 / 085659865021

E-mail : [email protected]

Akun Facebook :

Suherli Kusmana

Alamat Kantor : SMA Negeri 1 Batu Jawa Timur Jalan KH

Agus Salim 57 Batu Jawa Timur

Bidang Keahlian : Menulis (fi ksi, puisi, dan KTI), publik

speaking, melatih menulis dan

membaca puisi.

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1. Dosen Kopertis IV dpk Universitas Galuh 1988-2013;

2.

Dosen Kopertis IV dpk Universitas Swadaya Gunung Jati 2014-sekarang;

3. Ketua Asosiasi Pengajar Bahasa Indonesia (APBI) 2013 – sekarang;

4. Pengurus Harian Asosiasi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

(APROBSI) 2014 – sekarang;

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1. S3: Program Pascasarjana/Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

UPI Bandung (1998-2002)

2.

S2: Program Pascasarjana/Program Studi pendidikan Bahasa Indonesia

IKIP Bandung (1993 – 1996)

3. S1: Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni/Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Bandung (1984 – 1988)

Judul Buku yang Pernah Ditelaah (10 Tahun Terakhir):

1.

Menulis K

arangan Ilmiah: Kajian dan Panduan

(2007)

2.

Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA

(2008)

3.

Guru Bahasa Indonesia Profesional

(2009)

4.

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Cerdas dan Menyenangkan

(2010)

5.

Merancang Karya Tulis Ilmiah

(2011)

6.

Model Pembelajaran Siswa Ak

Ɵ

f

(2012)

7.

Krea

Ɵ

vitas Menulis

(2014)

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1. Kajian Keterbacaan Buku Teks Pelajaran: Sebuah (Preliminary Study Terhadap

Buku

Teks Pelajaran Sekolah Dasar Berstandar Nasional Berdasarkan

Profi

l Membaca Siswa, Keterpahaman Bacaan, dan Keterpakaian dalam

Pembelajaran) 2006

2. Kajian Keterbacaan Buku Teks Pelajaran untuk SMP/MTs (Studi terhadap

Keterbacaan Buku Teks Pelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan

Matematika Berstandar Nasional) tahun 2007

3. Studi Realitas dan Ekspektasi terhadap Dosen, Mahasiswa, dan Kelembagaan

PAI di Perguruan Tinggi Umum se-Jawa Timur (2008)

4. Model Pembinaan Imtak dan Aktivitas Mesjid Kampus (Studi Terhadap

Realitas dan Ekspektasi pada Perguruan Tinggi Umum (PTU) di Daerah

Istimewa Yogjakarta sebagai Dasar Perumusan Standarisasi Bina Imtak dan

Masjid Kampus) 2009

Bahasa Indonesia

255

5

5

25

5

5.

Kontribusi Pembinaan Imtak dan Ak

Ɵ

vitas Mesjid Kampus terhadap

Pembinaan Sumber Daya Manusia pada PTAI di Priangan Timur (2010)

6.

Kajian terhadap Eksistensi dan Peranserta Organisasi Kemasyarakatan

dalam Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Ciamis (2011)

7.

Studi terhadap Nilai-nilai Budaya Lokal sebagai Basis Pengembangan

Karakter dan Ja

Ɵ

Diri (2012)

8. Kajian Efek

Ɵ

vitas Pengembangan Objek Wisata Pangandaran (tahun

2013)

9.

Kajian Penggunaan Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia yang

Digunakan Guru dalam Pembelajaran (Studi Kasus di Cirebon, Kuningan,

Ciamis, dan Banjar) pada 2014

10. Studi tentang Kebutuhan Bahan Ajar dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia pada SMP/MTs serta SMA/MA/SMK di Wilayah III Cirebon

(2015)

PAJAK

MEMBANGUN

NEGERI

256

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

6

5

Nama Lengkap : Dr. Dwi Purnanto, M.Hum.

Telp. Kantor/HP : 0271-712655 / 08122615054

E-mail : [email protected]

Akun Facebook : -

Alamat Kantor : F UNS Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126

Keahlian

: Lektor Kepala

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1. 2005 – 2007: Penelaah Buku Bahasa Indonesia SMP & SMA. Pusbuk.

Kemendik

nas

2. 2015 – 2016: Penelaah Buku Bahasa Indonesia SMP & SMA. Pusbuk.

Kemendiknas

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1. S1: Linguistik/ Universitas Sebelas Maret Surakarta, (tahun masuk 1979–

tahun lulus 1984)

2.

S2: Linguistik/ Universitas Sebelas Maret Surakarta, (tahun masuk 1998–

tahun lulus 2001)

3. S3: Linguistik/ Universitas Sebelas Maret Surakarta, (tahun masuk 2002–

tahun lulus 2010)

Judul Buku yang Pernah Ditelaah (10 Tahun Terakhir):

1. Register dan Kerangka Kerja Analisisnya dalam Majalah Jala Bahasa

V

olume 7 Nomor 1 Mei 2011

2. Struktur Wacana Persidangan Pidana dalam Majalah Kajian Linguistik dan

Sastra Vol. 23 No. 1

3. Menyumbang artikel Prinsip-Prinsip Interaksi dalam Persidangan Pidana

dalam Proceeding Seminar Internasional Optimalisasi Pemanfaatan

Potensi Bahasa, Sastra dan Kebudayaan Indonesia, serta komunikasi

Sosial-Politik pada Era Globalisasi 2010

4. Menyumbang artikel Pemakaian Bahasa Hukum Pidana dalam buku

Panorama Pengkajian Bahasa, Sastra, dan

Pengajarannya. 2009. Surakarta:

Program S3 dan S2 Pascasarjana dan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret. 2009

5. Register Pialang Kendaraan Bermotor. 2002

6. Radikalisme Keagamaan dan Perubahan Sosial (Penelitian dari The Asia

Foundation). 2002

7. Menyumbang artikel Karakteristik Pemakaian Bahasa Pialang Kendaraan

Bermotor di Surakarta dalam buku Bahasa dan Sastra Indonesia Menuju

Peran Transformasi Sosial Budaya Abad XXI. Editor: Sujarwanto dan

Jabrohim. 2002

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1. Struktur, Fungsi, dan Penafsiran Makna Pemakaian Bahasa Hukum Pidana di

P

engadilan Wilayah Surakarta 2010

Profi

l

Penelaah

Bahasa Indonesia

257

7

7

25

5

Katakan

TIDAK

pada

NARKOBA!

Nama Lengkap : Prof. Dr. Muhammad Rapi

Telp. Kantor/HP : 0411861508 / 081354955411

E-mail : [email protected]

Akun Facebook : mrt muh

Alamat Kantor : kampus UNM parantambung FEB

Keahlian

: Bahasa dan Sastra Indonesia

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1. 2000-2016 Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri

M

akassar

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1. S3: Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pasca Sarjana Universitas

P

adjajaran (1996-2001)

2. S2: Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pasca Sarjana (1989-1991)

3. S1: Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Ujung Pandang (1980-1986)

Judul Buku yang Pernah Ditelaah (10 Tahun Terakhir):

1. Bahasa Indonesia kelas 1,2,3 SMP, SMA, SMK .

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

-

2.

Tindak Tutur Direktif dalam Persidangan Pidana di Wilayah Surakarta tahun

2011

3. Strategi Tanya Jawab dalam Persidangan di Wilayah Surakarta 2012 ;

4. Prinsip-Prinsip Interaksi dalam Persidangan Pidana di Wilayah Surakarta

2013

5. Pemerolehan Bahasa Anak-Anak Idiot (

Down Syndrome

) di Kabupaten

Ponorogo Jawa Timur (Kajian Psikolinguistik) 2014

6. Kearifan Lokal Petani dan Persepsinya terhadap Pekerjaan Non-Petani

Masyarakat di Kabupaten Ngawi (Kajian Etnolinguistik) 2015

7. Ketidaksantunan Berbahasa dalam Persidangan Pidana di Wilayah Eks-

Karesidenan Surakarta 2015

8. Kesantunan Kritik dalam Masyarakat E

tnik Madura: Kajian Pemberdayaan

Fungsi Bahasa 2015

258

Kelas XII

Bahasa Indonesia

2

2

8

5

Nama Lengkap : Yadi Mulyadi, S.S.

Telp. Kantor/HP : (022) 5403533 / 081 321 308 202

E-mail : [email protected]/[email protected]

Akun Facebook : https://www.facebook.com/yadim1

Alamat Kantor : Jl. Permai 28 Nomor 100, Margahayu Permai, Bandung

Keahlian

: Bahasa dan Sastra Indonesia

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1. 2011-2016 : Editor dan Penulis di Yrama Widya, Bandung

2.

2012-2014 : Staff Pengajar MKDU Bahasa Indonesia, Akper Kebonjati,

Bandung

3. 2012 : Redaktur Bahasa Majalah Pendidikan Surya Medali, PT Satu Nusa,

Bandung

4. 2006-2011 : Koord. Editorial CV Acarya Media Utama, Bandung

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1. S-1 : Bahasa dan Sastra Indonesia, UPI Bandung (2002-2006)

Judul Buku yang Pernah Ditelaah (10 Tahun Terakhir):

1.

Bahasa Indonesia SMA

-MA/SMK–MAK Kelas X–XII

(Kemdikbud, 2016)

2.

Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK:

Analisis Fungsi, Struktur, dan Kaidah, serta Langkah-Langkah Penulisannya

(Yrama Widya, 2014)

3.

Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013

(Yrama

Widya, 2014)

4.

Bahasa Indonesia SD/MI Kelas I–VI

(Yrama Widya, 2012)

5.

Menuju Mahir Berbahasa dan Bersastra Indonesia Kelas X (Acarya Media

Utama

, 2008)

6.

Menuju Mahir Berbahasa dan Bersastra Indonesia Kelas XI, XII Program

Bahasa

(Acarya Media Utama, 2008)

7.

Menuju Mahir Berbahasa dan Bersastra Indonesia Kelas XI, XII Program IPA-

IPS

(Acarya Media Utama, 2008)

8.

Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTs Kelas VII, VIII, dan IX

(Acarya Media

Utama, 2008)

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

-

Profi

l

Editor