Gambar Sampul BahasaIndonesia  · Bab 5 Mengurai Komplikasi
BahasaIndonesia · Bab 5 Mengurai Komplikasi
Maryanto, Nur Hayati, Anik Muslikah Indriastuti dan Dessy Wahyuni

24/08/2021 16:12:51

SMA 12 K-13 revisi 2018

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

74

Kelas XII

Semest

er 2

Peta Konsep Pelajaran 5

Pelajaran 5

Mengurai Komplikasi dalam

Cerita Fiksi

Kegiatan 1

Pembangunan

Konteks dan

Pemodelan Teks

Cerita Fiksi dalam

Novel

Tugas 1

Memahami Struktur

dan Ciri Kebahasaan

Teks Cerita Fiksi

dalam Novel

Tugas 2

Membandingkan Teks

Cerita Fiksi dalam

Novel

Tugas 3

Menganalisis Teks

Cerita Fiksi dalam

Novel

Kegiatan 2

Kerja bersama

Membangun Teks

Cerita Fiksi dalam

Novel

Tugas 1

Mengevaluasi Struktur

Teks

Cerita Fiksi dalam

Novel

Tugas 2

Menginterpretasi

Fungsi Sosial Teks

Cerita Fiksi dalam

Novel

Tugas 3

Memproduksi Teks

Cerita Fiksi dalam

Novel secara Bersama

Kegiatan 3

Kerja Mandiri

Membangun Teks

Cerita Fiksi dalam

Novel

Tugas 1

Menyunting dan

Mengabstraksi Teks

Cerita Fiksi dalam

Novel

Tugas 2

Memproduksi Teks

Cerita Fiksi dalam

Novel secara Mandiri

Tugas 3

Mengonversi Teks

Cerita Fiksi dalam

Novel

Bahasa Indonesia

75

Mengurai Komplikasi Cerita

Fiksi dalam Novel

Pelajaran ini merupakan proses pembelajaran bahasa Indonesia yang

berbasis teks cerita fiksi. Pembelajaran teks ini membantu peserta didik

memeroleh wawasan pengetahuan yang lebih luas agar terampil berpikir kritis

dan kreatif, serta bertindak efektif menyelesaikan permasalahan kehidupan

nyata yang tidak terlepas dari kehadiran teks. Pengalaman tokoh rekaan dalam

menyelesaikan komplikasi permasalahan yang dibangun melalui imajinasi

penulis digunakan sebagai motivasi dalam meraih cita-cita dan mencipta

citra pribadi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi para tokoh ini perlu

dievaluasi agar dapat terpecahkan. Menguraikan komplikasi dan mengevaluasi

permasalahannya dibahas untuk menguatkan kapasitas peserta didik guna

memanfaatkan keberadaan bahasa Indonesia dalam menempatkan diri sebagai

cerminan sikap bangsa Indonesia di lingkungan pergaulan dunia global. Untuk

itu, pelajaran ini dikemas dengan menggunakan tema “Mengurai Komplikasi

Cerita Fiksi dalam Novel”.

Untuk dapat mengurai komplikasi cerita fiksi dalam novel, kegiatan

pembelajaran yang berbasis teks ini dibahas dalam tiga tahap: yaitu (1)

pembangunan konteks dan pemodelan teks cerita fiksi, (2) kerja bersama

pembangunan teks cerita fiksi, serta (3) kerja mandiri pembangunan teks cerita

PELAJARAN

5

76

Kelas XII

Semest

er 2

fiksi. Dalam setiap cerita fiksi, terdapat komponen abstrak, orientasi, komplikasi,

evaluasi, resolusi, dan koda. Melalui tahapan kegiatan pembelajaran teks

tersebut, ditemukan rentetan peristiwa yang dialami tokoh, melalui imajinasi

penulis, mulai dari munculnya persoalan, terjadinya klimaks, hingga adanya

pemecahan masalah yang diangkat dalam setiap cerita fiksi. Urutan peristiwa

itu, baik pada tahap kerja bersama maupun kerja mandiri membangun teks,

dilakukan untuk membangun teks yang menerapkan pembelajaran saintifik

dengan model pembelajaran teks berbasis masalah (

problem based learning

),

pembelajaran teks berbasis proyek (

project based learning

), dan pembelajaran

berbasis penyingkapan/penelitian (

discovery/inquiry learning

), serta penilaian

autentik. Untuk memproses pembelajaran teks cerita fiksi ini, telah tersedia

berbagai tugas belajar yang sangat beragam guna mencapai kompetensi yang

diharapkan dan membangkitkan kegembiraan serta kegemaran belajar.

Ke

giatan 1

Pembangunan Konteks dan Pemodelan Teks Cerita Fiksi dalam Novel

P

ada kegiatan ini, siswa diajak bersikap arif dengan

menyelami ranah pelajaran

tentang teks cerita fiksi dalam novel.

Genre fiksi merupakan jenis teks yang dibuat berdasarkan imajinasi.

Cerita fiksi atau cerita rekaan adalah dunia imajinatif. Pada hakikatnya, cerita

fiksi itu merupakan hasil olahan imajinasi penulis berdasarkan pengalaman,

pandangan, tafsiran, kecendikiaan, wawasan, dan penilaiannya terhadap

berbagai peristiwa. Peristiwa itu bisa saja pernah terjadi secara nyata ataupun

hanya dalam khayalan penulis saja. Kemudian, dengan kemampuan imajinasi

dan keluasan wawasan pengetahuannya, penulis mengungkapkannya kembali

dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya.

Penulis tidak sekadar menampilkan kembali fakta yang terjadi dalam

kehidupan, melainkan telah membalurinya dengan imajinasi dan wawasannya,

sehingga teks cerita fiksi yang dihasilkan tidak sama persis dengan kehidupan

nyata. Akan tetapi, tetap saja dalam menghasilkan karyanya, penulis

dipengaruhi oleh lingkungannya. Dalam menghasilkan sebuah karya sastra,

pengalaman, pengetahuan, dan wawasan penulis sangat menentukan mutu

kreasinya.

Kalian pun bisa menulis. Saat kalian hendak menulis, yang paling penting

adalah kemauan. Kemauan itu harus selalu dipupuk. Caranya adalah membaca,

sebab membaca adalah belajar. Dengan mengarahkan kemauan kalian untuk

membaca karya novel yang ada, kalian bisa distimulasi untuk menulis. Oleh

Bahasa Indonesia

77

sebab itu, jika hendak bicara soal teori menulis, maka teori yang paling tepat

adalah setelah membaca karya-karya yang ada, hendaknya langsung menulis

dengan menggunakan rasa keindahan dan nalar kebenaran.

Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang

objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa

sebagai medianya. Dalam hal ini, bahasa tidak saja merupakan media untuk

menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir, tetapi juga merupakan media

untuk menampung ide, teori, atau sistem berpikir manusia. Sebagai karya

kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha

manyalurkan kebutuhan keindahan manusia.

Dunia sastra dengan berbagai kerumitannya mencoba pula menyodorkan

pemahaman dan kesadaran mengenai situasi dan berbagai masalah yang

dihadapi umat manusia. Dalam hal ini, sastra bermaksud menawarkan semacam

dunia alternatif. Pengarang bermaksud memberi hiburan estetik dan sekalian

hendak menyentuh rasa dan nilai kemanusiaan atau sengaja menampilkan

sesuatu dengan maksud hendak menggugah pembaca dan kepeduliannya atas

kehidupan ini.

Karya sastra tidak jatuh begitu saja dari langit. Karya sastra tersebut

diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan

oleh masyarakat. Sastrawan yang kreatif bermakna orang yang sanggup

menemukan nilai-nilai yang telah ada dalam masyarakat, bukan menciptakan

nilai-nilai. Kesanggupan sastrawan dalam menemukan nilai-nilai terbaik yang

akan dijadikan tema dalam karyanya merupakan suatu hal yang menyangkut

mutu kreativitas tersebut.

Berangkat dari asumsi bahwa kelahiran sastra itu tidak lahir dari

kekosongan sosial, atau dengan kata lain kehidupan sosial akan menjadi

pemicu lahirnya karya sastra, maka sosiologi dan sastra adalah dua hal yang

berbeda tetapi dapat saling melengkapi. Dalam kaitan ini, sastra merupakan

sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan satu tes dialektika

antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya, kemudian

dikembangkan dalam karya sastra.

Nyanyi Sunyi dari Indragiri

karya Hary B. Kori’un secara jelas

menyingkap kondisi sosial masyarakat Provinsi Riau dewasa ini. Dalam novel

tersebut terdapat gambaran keterbelakangan dan kemiskinan yang ada di

Provinsi Riau. Dengan gaya yang khas dari pengarang dalam menyampaikan

ide dan pikirannya, membuat novel ini sangat menarik untuk dianalisis secara

mendalam.

78

Kelas XII

Semest

er 2

Novel peraih penghargaan utama

Ganti Award

2004—nama sebuah

penghargaan penulisan novel yang diselenggarakan oleh Yayasan Bandar

Serai di Pekanbaru, Provinsi Riau (

Ensiklopedia Sastra Riau

, 2011)—ini

diterbitkan oleh Gurindam Press pada Desember 2004. Novel dengan tebal

102 halaman ini terdiri dari empat bagian, yaitu (1) Prolog, (2) Alia, (3) Sarah,

dan (4) Epilog.

Sumber: Koleksi HBK

Gambar 5.1 Novel

Nyanyi Sunyi dari Indragiri

Bacalah prolog dan epilog novel

Nyani Sunyi dari Indragiri

berikut.

A.

Prolog

lelaki tak memiliki apa-apa

jiwanya per

gi, mengikuti arah angin yang tak berketentuan, atau air

sungai yang mengalir membawanya pergi jauh ke arah entah

kadang dia bertanya: “seberapa beranikah aku mempertaruhkan

diriku bertarung membela kehormatan?”

juga, dia masih meragukan dirinya sendiri: “seberapa takutkah aku

dicintai?”

lelaki tak memiliki apa-apa, bekalnya hanya rasa, untuk dijadikan

tongkat penunjuk dalam perjalanan...

(

NSdI

, 2004:ix)

Bahasa Indonesia

79

B.

Epilog

Senja hampir habis,

burung-burung terbang mencari tempat

untuk pulang dan angin semilir berembus tipis. Seorang laki-laki

dengan rambut gondrong, cambang, kumis, dan segala rambut

yang menutupi kepala dan wajahnya. Di punggungnya tergantung

tas ransel lusuh, baju, dan celana, serta sepatu yang dipakainya

juga lusuh. Angin mengibar-ngibarkan rambut gondrongnya, dan

matahari senja yang hampir habis bersinar menerpanya, membuat

lelaki itu seperti siluet hitam, yang terlihat hanya bayangan.

Di sebuah lapau tempat banyak laki-laki yang sedang bermain

domino, dia berhenti sejenak. Mereka yang ada di situ serentak

memandangnya, tetapi kemudian kembali asyik dengan batu

dominonya.

“Masih berapa jauhkah Bukit Tengkorak dari sini, Ibu?” tanya

lelaki itu kepada pemilik lapau.

Kontan, semua orang menghentikan permainannya. “Untuk

apa Anak mencari bukit itu? Semua yang datang ke bukit itu tak

pernah kembali. Kata orang, di bukit itu benar-benar ada hantu,

juga binatang buas seperti beruang, harimau, dan sebagainya,”

jawab salah seorang dari mereka.

“Saya tahu, Pak, saya sudah mendengar semua cerita tentang

Bukit Tengkorak itu. Saya memang tak ingin kembali lagi setelah

sampai di sana...”

Semuanya heran, mulutnya melongo. Ibu pemilik lapau itu

kemudian mengatakan bahwa untuk mencapai Bukit Tengkorak,

harus melakukan perjalanan kaki paling cepat dua hari dua malam,

menuruni tiga lembah dan empat bukit. “Letaknya di sebalik

Gunung Kerinci itu, Anak. Tapi tidak ada angkutan mobil yang

bisa mengantar ke sana. Bahkan pemilik sewaan kuda di daerah

ini juga tidak mau menyewakan kudanya kalau tujuannya ke Bukit

Tengkorak.”

“Terima kasih, Bu. Mungkin saya memang harus berjalan

kaki...”

Kemudian, seperti dalam cerita-cerita komik atau film silat,

lelaki berambut gondrong menggendong tas ransel itu berjalan

menjauhi lapau itu, yang membuat semua orang yang ada di situ

melongo. Angin senja yang hampir habis membuat rambutnya

80

Kelas XII

Semest

er 2

berkibar-kibar, dan sinar matahari yang hampir tenggelam

membuat tubuhnya tampak hanya bayangan, seperti siluet. Dia

berjalan ke arah barat, ke arah matahari tenggelam, ke arah Bukit

Tengkorak, bukit kematian yang diyakini oleh seluruh penduduk

di kaki Gunung Kerinci itu.

Aku memang ingin mati, katanya dalam hati. Tetapi mengapa

aku tak bisa mati?

Beberapa saat kemudian, senja benar-benar telah habis.

Bayangan lelaki itu sudah tidak tampak lagi dari lapau, yang

tertinggal hanya hawa dingin yang menggigilkan tulang.

“Orang aneh...” desis orang-orang di lapau itu. “Semua orang

ingin mencari hidup, ini malah mencari mati... Mengapa tidak

bunuh diri saja?”

Kembali, angin hanya menyisakan dingin yang menggigilkan

tulang-tulang, dan para lelaki itu terus bermain domino hingga

menjelang tengah malam, ketika dingin benar-benar tak bisa

dikurangi dengan kopi atau selimut tebal.

Dingin yang membuat beku, dan laki-laki berambut gondrong

menggendong tas ransel itu tetap berjalan dalam gelap, tanpa

cahaya apapun. Dia terus berjalan, terus berjalan, tanpa cahaya,

tanpa apa-apa. Hanya berjalan, ke arah entah.

(

NSdI

, 2004:99—101)

Tugas 1

Memahami Struktur dan Ciri Kebahasaan Teks Cerita Fiksi dalam Novel

Siswa menggunakan model teks cerita fiksi yang ideal. Kegiatan

pembelajaran pada tahap pemodelan teks ini mencakupi tugas membaca

layap (

skimming

) dan membaca pindai (

scanning

), mengamati model,

bertanya jawab, serta membuat parafrasa dan sebagainya. Siswa bertugas

mendekonstruksi teks cerita fiksi dari aspek tujuan sosial, termasuk nilai dan

norma sosialnya.

Di kelas XI kalian sudah mempelajari “Menemukan Solusi Atas Masalah

Kewirausahaan” melalui teks cerita pendek. Sama halnya seperti cerpen,

novel sebagai sebuah teks cerita fiksi, juga mempunyai kebulatan makna yang

hanya dapat digali dari karya itu sendiri. Untuk itu, kalian harus mengetahui

berbagai unsur pembentuk teks sebagai suatu jalinan yang utuh. Keterjalinan

dan keterkaitan semua unsur tersebut dapat kalian bongkar yang kemudian

dipaparkan untuk menghasilkan makna yang menyeluruh.

Bahasa Indonesia

81

Agar kalian lebih memahami berbagai unsur yang membangun novel

Nyanyi Sunyi dari Indragiri

(

NSdI

), seperti tema, tokoh dan penokohan,

latar, konflik, alur, dan sebagainya, berikut akan diberikan cuplikan isi novel

tersebut. Setelah kalian mengetahui berbagai unsur yang membangun novel

tersebut, kalian akan dengan mudah mengurai komplikasi yang ada di dalam

novel.

Untuk dapat menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini, bacalah

beberapa cuplikan novel

NSdI

berikut.

1)

Bulan April 1998, sekilas,

dari siaran radio yang aku dengar, keadaan

politik memang memburuk akibat jatuhnya harga rupiah. Tetapi bagi

kami, naiknya dolar malah melambungkan harga getah karet, dan harga

kayu juga naik drastis. Inilah yang kemudian memulai segalanya.

(

NSdI

, 2004:22)

2)

Markoni datang ke rumah dan mengatakan bahwa PT

Riau Maju

Timber sudah melakukan penebangan kayu hampir sampai perbatasan

kampung kami. Beberapa hutan di kampung sebelah sudah lenyap

dan tinggal semak yang akan mudah termakan api kalau musim panas

datang pertengahan tahun nanti. “Saya kemarin sempat masuk ke

lokasi penebangan mereka, Bang. Sebentar lagi mungkin hutan yang

di sebelah barat kampung kita ini sudah habis. Sejak Abang pergi

kuliah, kami tak boleh lagi pergi membalak ke hutan. Mereka bilang

hutan kita ini masuk HPH mereka...”

(

NSdI

, 2004:22—23)

3)

Tahun 1986, inilah

tahun terburuk dalam sejarah bencana di

kampungnya. Dia baru tamat SD ketika itu dan umurnya baru 12

tahun. Meski masih bau ingus, tetapi dia ingat betul semua yang terjadi

di kampungnya; panas terik sepanjang tahun, beras menjadi langka,

pohon karet tak mengeluarkan getah karena tak tersiram air. Penduduk

kampung itu akhirnya banyak yang mencari ubi dan talas ke kampung

lain untuk sekadar mempertahankan hidup.

(

NSdI,

2004:38)

4)

Panas terik masih terus memanggang kampungnya,

juga kampung-

kampung lain di pinggir sungai itu. Asap mengepul dari hutan-hutan

di pinggir kampung yang sudah banyak terbakar. Hampir setiap hari

pula, dia selalu mendengar suara mesin penebang kayu meraung-raung

tidak siang tidak malam dan beberapa hari kemudian kayu-kayu, yang

82

Kelas XII

Semest

er 2

sudah dirajang dengan rapi baik berbentuk papan maupun batangan

segi empat dikeluarkan oleh serombongan kerbau dari hutan. Sesampai

di pinggir sungai, ada orang yang mengikatnya dengan tali atau kawat

dan kemudian dalam jumlah besar dialirkan ke arah hilir sungai dan

dikendalikan oleh kepompong bermesin diesel. Hampir setiap hari,

dalam panas yang memanggang kampung itu, hal seperti itu terjadi;

raungan gergaji sepanjang hari, suara

gedblar

kayu tumbang, kayu

yang ditarik kerbau keluar dari hutan menuju pinggir sungai, dan

rombongan aliran kayu ke arah hilir.

(

NSdI

, 2004:39—40)

5)

“Karena mereka

menghancurkan hutan yang menyerap dan menyimpan

air saat musim hujan dan mengeluarkannya saat musim panas seperti

sekarang. Lihatlah, air sungai sudah hampir mengering dan kita

kehilangan mata pencaharian karena ikan-ikannya sudah habis, tak

ada air.”

(

NSdI

, 2004:41)

6)

Namun, ternyata berhari-hari

kemudian hujan benar-benar tak berhenti.

Air sungai naik hingga ke rumah panggung. Suara gemuruh datang

seperti air bah yang menggulung, atau bunyi ombak badai di lautan

ganas. Yang datang beberapa saat setelah itu, benar, air menggulung

dan rumah-rumah penduduk terhempas seperti suara kapal yang pecah

dihantam badai. Banjir benar-benar datang dan mereka tak sempat

menyelamatkan apa-apa.... Banyak rumah yang hancur, ternak yang

terbawa air, dan korban jiwa yang belum terhitung.

(

NSdI

, 2004: 49—50)

7)

Penebangan hutan yang tidak terkontrol dan pembakaran yang

dilakukan membuat

bencana itu selalu datang. Hampir setiap tahun

juga, Kalid selalu menyaksikan kampungnya menjadi danau berwarna

kuning dan seluruh warga kampung harus mengungsi ke bukit selama

beberapa hari sampai air surut.

(

NSdI

, 2004:53)

8)

Namun, aku benar-benar terpukul

ketika musim hujan di bulan

September, aku kehilangan abah. Aku tak bisa pulang ketika itu,

karena permukaan Sungai Indragiri naik dan gemuruh alirannya

seperti ombak yang bergulung berwarna kuning. Aku menginap di

rumah penjaga sekolah selama tiga hari. Ketika hari Sabtu tak hujan,

Bahasa Indonesia

83

aku pulang dan bisa menyeberang. Namun yang kudapati di sana, umi

tidak di rumah dan seluruh penduduk kampung berdoa, membaca Surat

Yasin. Aku bertanya siapa yang meninggal dan mereka diam semua....

Umi kemudian meminta saya mendekat dan mengatakan, “Relakan

abahmu...”

(

NSdI

, 2004:21)

9)

Ya, siapa yang tak kenal DC?

Melawan dia berarti siap menentang maut.

Tetapi aku tak hendak

melawan dia. Aku hanya mengatakan kepada penduduk bahwa yang

membebaskan kemiskinan adalah keyakinan diri kita sendiri. Malam

yang kering pada 12 Agustus 1998 itulah, aku merasa menjadi manusia

yang berani melawan sesuatu yang memang harus dilawan. Aku

menjadi paham, bahwa tak ada penunggu Sungai Indragiri, yang ada

hanyalah perusahaan HPH yang menghabiskan hutan dan membuat

bencana setiap tahunnya.

(

NSdI

, 2004:28)

10)

Aku memang

terseret dendam pribadi, dan masyarakat kampungku

juga marah!

(

NSdI

, 2004:30)

11)

Malam itu

kami bergerak sekitar 30 orang laki-laki dan berkumpul di

rumah Markoni. Kami berjalan tanpa penerangan menuju kompleks

perusahaan itu dengan membawa beberapa jeriken minyak bensin dan

masing-masing orang membawa geretan pemantik api.

(

NSdI

, 2004:28)

12)

Tak

ada yang bisa menyelamatkan

base camp

itu dari amukan api.

Bangunan yang hampir seluruhnya terbuat dari kayu tersebut menjadi

makanan empuk api yang kemudian membumbung dan menjadi bola

api raksasa terlihat dari jauh yang memecah kesunyian kampung itu.

(

NSdI

, 2004:30)

13)

Namun, DC dan perusahaannya telah

menghancurkan semuanya.

Aku berubah menjadi emosional dan gampang marah serta selalu

memendam dendam. Aku sakit hati dan selalu memendam perasaan

ingin menghancurkannya suatu saat nanti kalau ketemu dia, atau

siapapun orang dekatnya. Dia telah menghancurkan semuanya;

banjir dan kekeringan karena hutan di sekitar kampungku habis, abah

terbawa aliran sungai dan jasadnya pun aku tak pernah melihatnya,

84

Kelas XII

Semest

er 2

aku bersama teman-teman membakar

base camp

dan kemudian masuk

penjara yang mungkin membuat umi tertekan batin karena anak satu-

satunya berurusan dengan masalah kriminal dan akhirnya meninggal

hanya beberapa hari sebelum aku keluar dari penjara. Tidak cukupkah

itu menjadi alasan untuk menghancurkannya?

(

NSdI

, 2004: 86)

14)

Mulanya, dengan inisiatif sendiri, aku datang ke kantor Dinas

Kehutanan di Rengat ketika

libur kuliah dan mengatakan kepada

mereka bahwa aktivitas PT Riau Maju Timber di kampung kami harus

dihentikan. Sebab, lambat-laun hutan di kampung kami habis dan banjir

selalu datang menenggelamkan kampung kami. Tapi apa jawaban

mereka? “Tidak hanya di kampungmu hutan ditebang, tetapi mengapa

hanya kamu yang melapor? Itu bukan urusan kamu, pemerintah yang

memberi izin!”

(

NSdI

, 2004:19)

15)

Ada air

bandang manghancurkan kampung. Ada kebakaran; kabut,

jerebu

... Ada luka, sakit hati dan kebencian yang membludak di

dada. Kebencian yang berasal dari kekecewaan karena ketidakadilan:

kepemilikan yang tercabut dan diambil dengan paksa. Mereka memiliki

izin dari pemerintah, tetapi tanah ini bukan tanah pemerintah. Tanah

ini milik manusia; rakyat, orang-orang yang tinggal, lahir dan besar di

tanah ini.

(

NSdI

, 2004:58)

16)

Ketika hakim selesai mem

baca keputusan, kembali, mereka kalap

dan mengatakan bahwa hukuman itu tidak adil untuk Kalid. “Yang

pantas dihukum itu Dedi Chandra dan antek-anteknya!” teriak mereka.

“Hakim telah dibayar oleh Dedi Chandra!” teriak yang lain.

(

NSdI

, 2004:12)

17)

Kami memang bekerja keras untuk meyakinkan publik, baik di media

massa maupun di persidangan

bahwa pembakaran

base camp

yang

dilakukan oleh Kalid dan teman-temannya, hanyalah sebuah akibat

dari sebuah keputusan pemerintah ketika menerbitkan SK HPH untuk

PT Riau Maju Timber yang sahamnya mayoritas dimiliki DC.

(

NSdI

, 2004:8)

Bahasa Indonesia

85

18)

“...Tetapi Yang Mulia, apakah kita juga harus membiarkan ketika

masyarakat

kecil yang seharusnya mendapatkan perlindungan

hukum, diperlakukan tidak adil oleh hukum yang justru melindungi

pihak lain dengan memakai kata sebagai aset pemerintah? Bahwa

hukum yang dibenarkan itu hanya untuk melindungi kelompok kecil

yang memiliki modal dan bisa membayar semuanya? Apakah banjir

bandang yang selalu datang setiap tahun yang sering menelan korban

rakyat kecil, tidak bisa menjadi alasan bahwa semua itu adalah akibat

dari eksplorasi hutan yang berlebihan di daerah sekitar? Mengapa

kita harus menyebutnya bahwa itu hanya sebuah bencana alam yang

diberikan oleh Tuhan...?”

(

NSdI

, 2004:9)

19)

Apakah ada jaminan

bagi kami, bagi umi dan warga kampung ini

bahwa dengan semua penderitaan itu akan masuk surga?

“Tuhan tidak ada di sini, Ustaz...” kataku perlahan kepada Ustaz

Mahyudin setelah acara yasinan selesai.

...Aku diam. Namun sejak itu, aku sudah pergi dari Tuhan dan tak

menyentuh surau atau kitab suci lagi. Aku kecewa sekali. Mungkin

imanku yang pendek, tetapi kenapa semua menjadi tidak adil untuk

kami?

(

NSdI

, 2004:22)

20)

Engkau tahu, aku lahir dan besar di sebuah kampung terisolir yang

hingga kini masih seperti itu ketika aku meninggalkannya

hampir

tujuh tahun lalu. Kemiskinan bukan lagi hal baru, dan itu yang terus

menerus kami lawan. Tetapi kemiskinan itu semakin bertambah

dengan penderitaan yang kami, orang kampung, sulit mencari

solusinya. Bahkan, saking bodohnya, engkau tentu tahu kisah tentang

Fatimah dan Ipah, dua wanita yang dikorbankan kepada penunggu

Sungai Indragiri ketika musim panas melanda kampung kami selama

berbulan-bulan. Itu bukan sebuah bagian dari budaya, Alia, tetapi itu

adalah bentuk ironis dari kebodohan kami.

(

NSdI

, 2004:18)

21)

Mereka dekat

dengan sebuah ornamen modern berupa perusahaan

pengolahan kayu, tetapi mereka menjadi buruh dan bahkan budak

di tanah mereka sendiri. Mereka tak bisa berbuat banyak. Kami tak

bisa lagi mencari kayu barang dua atau tiga kubik seminggu dan itu

dilakukan dengan gotong royong, karena penguasaan hutan sudah

dimiliki oleh perusahaan itu. Kami hanya bisa menakik getah, mencari

86

Kelas XII

Semest

er 2

ikan di sungai dan menjualnya ke pasar. Sementara, setiap musim panas

kami kebagian asap tebal, dan setiap musim hujan kami mendapatkan

banjir bandang.

(

NSdI

, 2004:32)

22)

Seminggu hujan tak berhenti dan kampung itu benar-benar menjadi

danau

baru, mungkin juga puluhan kampung lainnya di sepanjang

aliran sungai. Kalid juga masih ingat ketika itu, setelah air surut dan

normal, kampung itu dilanda wabah kolera. Penyakit itu datang tidak

hanya menyerang anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Banyak yang

meninggal ketika itu, sekitar pertengahan tahun 1986, karena bantuan

obat-obatan dan dokter dari kota terlambat. Transportasi yang susah

membuat distribusi bantuan tersendat, ini belum lagi masalah birokrasi

yang selalu menjadi penghambat penyaluran bantuan dalam bencana

apapun.

(

NSdI

, 2004:51)

23)

Yang ada dalam

pikiranku sejak aku mulai memahami pedihnya

menjadi orang miskin adalah bagaimana supaya kami semua di

kampung diperhatikan; sekolah dibangun dengan layak, jalan dan

jembatan dibuat dan orang-orang di kampung kami tidak bermental

terbelakang seperti itu.

(

NSdI

, 2004:31-32)

24)

Namun dia tetap memiliki keinginan itu; menjadi guru dan mengajar

anak-anak

di kampungnya, agar tidak hanya sekadar bisa tulis-baca

Alquran seperti selama ini didapatkannya dari guru mengaji di surau

ketika malam setelah sholat Maghrib. Dia ingin menjadi guru, agar

anak-anak di kampung ini bisa sekolah yang lebih tinggi; menjadi

insinyur untuk membangun jembatan dan jalan di kampungnya, atau

menjadi pejabat agar punya pikiran untuk membangun sekolah di

kampungnya.

(

NSdI

, 2004:35)

(1)

Untuk menem

ukan tema, terlebih dahulu harus diidentifikasi berbagai

masalah yang ditemukan dalam cerita. Masalah inilah yang kemudian akan

menggiring pada penemuan tema sebuah novel. Maka identifikasikanlah

berbagai masalah yang kalian temukan dalam novel

Nyanyi Sunyi dari

Indragiri

.

Bahasa Indonesia

87

a)

Permasalahan pertama

yang ditemukan adalah persoalan

lingkungan yang dihadapi tokoh dalam novel. Persoalan dimulai

pada April 1998, saat keadaan politik memburuk akibat jatuhnya

harga rupiah. Keadaan tersebut menyebabkan harga getah karet

dan kayu melambung tinggi.

b)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

c)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

d)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

e)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

f)

________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

g)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

h)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

i)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

j)

________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

88

Kelas XII

Semest

er 2

(2)

Tema sifatnya mengikat keseluruhan masalah yang ada dalam cerita.

Setelah

semua permasalahan teridentifikasi dengan baik, tentukanlah

tema novel

NSdI

ini. Lalu diskusikanlah dengan teman sekelas kalian.

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

(3)

Jalur tempat lewatnya

rentetan peristiwa yang merupakan rangkaian

polah para tokoh yang berusaha memecahkan konflik dalam sebuah cerita

disebut alur. Alur, yang merupakan perpaduan semua unsur pembangun

cerita sehingga menjadi kerangka utama, mempunyai penekanan pada

hubungan kausalitas tiap peristiwa yang ada.

Setelah kalian mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam cerita,

cobalah kalian diskusikan secara berkelompok hubungan kausalitasnya.

Buatlah kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 orang.

a) Keadaan politik yang memburuk menyebabkan harga rupiah

yang anjlok, sehingga harga karet dan kayu melambung tinggi.

Hal ini menyebabkan PT Riau Maju Timber “merampas” hutan

masyarakat Rimbo Pematang.

b) Eksplorasi hutan yang berlebihan menyebabkan kekeringan di

musim panas dan banjir di musim hujan.

c)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

d)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

e)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

Bahasa Indonesia

89

f)

________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

g)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

h)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

i)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

j)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

(4)

Untuk mengetahui bentuk

alur sebuah cerita, perlu disimak rangkaian

peristiwa yang terdapat dalam karya tersebut. Di kelas XI, kalian sudah

mempelajari berbagai bentuk alur dalam cerita rekaan, seperti alur

progresif atau alur lurus, dan alur regresif (

flashback

) atau sorot balik,

bahkan ada alur yang bolak-balik. Baik cerpen maupun novel, memiliki

salah satu bentuk alur tersebut.

Berikut ini adalah beberapa cuplikan tambahan yang akan membantu

kalian melihat alur cerita yang terdapat dalam novel

Nyanyi Sunyi dari

Indragiri

. Bacalah cuplikan berikut secara cermat dan perhatikan nomor

halaman setiap kutipan, karena akan membantu kalian menyusun alur

cerita dalam novel

NSdI

.

90

Kelas XII

Semest

er 2

25)

Guntingan koran itu masih ada di mejanya. T

idak semua koran menulis

tentang peristiwa itu, hanya beberapa. Dan yang beberapa itulah yang

membuatnya tersentak. Ada yang nyeri dalam dadanya, ada yang

hampa dalam jiwanya. Benarkah berita itu? Tidakkah salah koran-

koran itu menulis tentang hilangnya lelaki itu terbawa arus Sungai

Indragiri yang menenggelamkan beberapa kampung di Indragiri?

(

NSdI

, 2004:1)

26)

Di depan

beberapa pemuda, suatu malam, aku menjelaskan bagaimana

tamaknya perusahaan-perusahaan besar dalam menjalankan bisnisnya.

“Kapitalis modern tak membutuhkan tenaga kerja yang berlebihan.

Mereka pelit memberikan kesejahteraan kepada pekerja. Jangan

percaya kepada masa depan cerah yang mereka janjikan. Teman-

teman, dari dulu hingga sekarang, kita tetap miskin, sementara

mereka selalu datang dan pergi membawa kekayaan alam kita. Tak

ada agama yang bisa membebaskan masyarakat dari kemiskinan ini.

Dalam Islam, Tuhan juga mengatakan bahwa yang menentukan nasib

seseorang adalah orang itu sendiri. Tuhan tidak akan mengubah nasib

suatu umat, kalau umat itu sendiri tidak mau mengubahnya. Artinya

apa, kita sendiri yang harus bekerja keras untuk keluar dari masalah

ini...”

(

NSdI

, 2004:25)

27)

Kedua penjaga itu

terkejut dan dia lebih terkejut lagi karena pada saat

yang bersamaan, semua pagar keliling sudah menyala dan beberapa

saat setelah itu seluruh bangunan di dalam kompleks itu menyala.

Malam itu, ada api yang membakar, seperti dadaku yang dibakar

dendam!

(

NSdI

, 2004:30)

28)

Hingga kemudian seluruh penduduk kampung itu tersadar, di suatu

malam

yang kering,

base camp

perusahaan itu terbakar. Apinya

menjulur ke atas di malam yang gelap di tengah hutan, menjulur seperti

ingin menjilat apa saja untuk dimakan dan dihancurkan.

(

NSdI

, 2004:57)

29)

Kalid divonis setahun dua bulan oleh hakim.

(

NSdI

, 2004:12)

Bahasa Indonesia

91

30)

Maret 2000. Penjara telah mengajarkan

aku banyak hal. Paling tidak,

aku semakin memahami bahwa di tempat yang terkungkung seperti

itu, aku malah menemukan kebebasan untuk melakukan banyak hal,

termasuk berpikir bagaimana mencari kehidupan yang lebih baik suatu

saat nanti. Di penjara, aku banyak memiliki waktu untuk merenung

dan belajar menghargai orang lain, meski banyak orang yang tak mau

menghargaiku. Aku maklum, mereka kebanyakan memang residivis

dan terbiasa dalam kehidupan yang keras.

(

NSdI

, 2004:62)

31)

Namun ketika sampai di Rimbo Pematang,

tak kudapati umi. Aku hanya

menemukan gundukan tanah merah di pinggir hutan dan jawaban para

tetangga tentang meninggalnya perempuan yang paling kucintai itu

beberapa hari sebelumnya.

(

NSdI

, 2004:62)

32)

Tengah

malam aku meninggalkan Rimbo Pematang, meninggalkan

segala cinta yang kumiliki di kampung itu. Meninggalkan semuanya.

Aku berlari membawa sayatan yang sangat pedih. Aku berjalan kaki

beberapa jam dan tiba di Lintas Timur ketika hawa dingin menusuk

tulang, dan aku tak tahu harus ke mana. Sebuah bus ke arah utara

berhenti dan aku naik. Paginya, bus berhenti di Pekanbaru dan aku

turun di kota itu. Aku pernah beberapa kali ke Pekanbaru, tetapi aku

tidak kenal betul dengan Pekanbaru karena aku lebih kenal Kota Jambi,

tempat aku kuliah, selain jarak yang lebih dekat ke Jambi ketimbang

ke Pekanbaru.

(

NSdI

, 2004:63)

33)

Di dekat penginapan itu, ada rumah makan Padang yang cukup ramai.

Aku menemui salah

seorang pemiliknya dan mengatakan ingin bekerja

sebagai apapun, yang penting menyambung hidup. Si pemilik rumah

makan itu, orang memanggilnya Ajo Yusrizal, tertawa mendengar apa

yang kukatakan... Dia mengatakan bahwa sebenarnya semua tempat

sudah cukup. Namun kemudian dia bilang, kalau aku mau, aku bekerja

dulu di belakang sebagai tukang cuci piring.

(

NSdI

, 2004:64)

34)

“Aku ingin

dia hancur, Sarah.... Aku marah karena DC adalah biang

kehancuran semuanya...”

(

NSdI

, 2004:90)

92

Kelas XII

Semest

er 2

35)

Beberapa bulan kemudian,

hampir Subuh dia datang ke rumah dan

mengatakan dia akan pergi jauh. Perasaanku mengatakan telah terjadi

apa-apa dengan dirinya. Aku yakin dia telah melakukan sesuatu dan

aku yakin itu ada hubungannya dengan DC... “Mungkin saat ini polisi

sedang sibuk dan menyebarkan intelijennya untuk mencari pelakunya.

Aku telah menghancurkan DC....”

(

NSdI

, 2004:94)

36)

“...

Perjalananku

tak tentu arah, bisa saja aku akan lama masuk di

hutan atau tinggal berpindah-pindah di kota besar dengan menjadi

gembel atau pengemis.”

(

NSdI

, 2004:95)

37)

Ketika kemudian

aku mendengar berita itu: engkau hilang terseret

arus sungai dan mayatmu tak ditemukan dalam sebuah banjir bandang

yang melanda kampungmu, aku sudah kehabisan air mata, Kalid. Aku

yakin dan percaya, seperti kejadian-kejadian sebelumnya, engkau

selalu lolos dari apa yang diperkirakan orang. Entahlah, entah kapan

lelaki sepertimu akan mati, atau engkau memang memiliki ilmu yang

membuatmu tak mati, tak terdeteksi aparat, bisa membuat semua orang

mencintaimu dan segala ilmu lainnya?

(

NSdI

, 2004:97—98)

38)

Aku tak yakin, meski aku mempercayainya: kamu bisa melakukan

segalanya

seperti yang engkau inginkan. Benarkah engaku telah mati?

(

NSdI

: 2004:98)

39)

Kemudian, seperti

dalam cerita-cerita komik atau film silat, lelaki

berambut gondrong menggendong tas ransel itu berjalan menjauhi

lapau itu, yang membuat semua orang yang ada di situ melongo. Angin

senja yang hampir habis membuat rambutnya berkibar-kibar, dan sinar

matahari yang hampir tenggelam membuat tubuhnya tampak hanya

bayangan, seperti siluet. Dia berjalan ke arah barat, ke arah matahari

tenggelam, ke arah Bukit Tengkorak, bukit kematian yang diyakini

oleh seluruh penduduk di kaki Gunung Kerinci itu.

(

NSdI

, 2004:100)

40)

Dingin yang membuat beku, dan laki-laki

berambut gondrong

menggendong tas ransel itu tetap berjalan dalam gelap, tanpa cahaya

apapun, tanpa apa-apa. Hanya berjalan, ke arah entah.

(

NSdI

, 2004:101)

Bahasa Indonesia

93

(5)

Perhatikan kutipan halaman 1 dan halaman 98—101. Alur seperti

apakah yang disuguhkan pengarang?

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(6)

Jika setiap

peristiwa dalam cerita fiksi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

bagian awal, tengah, dan akhir, kelompokkanlah peristiwa dalam

NSdI

menjadi tiga bagian tersebut. Lakukanlah secara berkelompok. Setelah

itu, presentasikanlah hasil diskusi kelompok kalian. Mintalah pendapat

kelompok lain agar kalian benar-benar memahami alur peristiwa yang

ada di dalam novel tersebut.

(a)

Bagian A

wal

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(b)

Bagian T

engah

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

94

Kelas XII

Semest

er 2

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(c)

Bagian Akhir

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(7)

Pada umumnya,

bagian awal teks cerita fiksi berisikan paparan dan sedikit

rangsangan yang akan mengantarkan pada permasalahan sebenarnya.

Pada bagian tengah tekslah komplikasi terjadi. Setelah komplikasi

berhasil diuraikan dan dievaluasi, pada bagian akhir cerita biasanya

ditutup dengan penyelesaian.

Cobalah kalian uraikan komplikasi yang terjadi pada novel

NSdI

ini dan

setelah kalian evaluasi, bagaimana penyelesaiannya menurut kalian.

Diskusikanlah dengan teman di sebelahmu.

Komplikasi

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

Bahasa Indonesia

95

Evaluasi

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

Resolusi

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

(8)

Setiap teks pasti memiliki struktur yang mem

bangunnya, yang

memperlihatkan sistem berpikir pengarangnya. Tentu saja kalian masih

ingat struktur yang membangun teks cerita fiksi seperti yang telah kalian

pelajari di kelas XI. Cobalah uraikan struktur yang membangun teks

cerita novel ini pada kolom berikut.

No. Struktur Teks

Peristiwa

1.

Abstrak

Prolog:

lelaki tak memiliki apa-apa

jiwanya pergi, mengikuti arah angin

yang tak berketentuan, atau air sungai

yang mengalir membawanya pergi jauh

ke arah entah

kadang dia bertanya: “seberapa

beranikah aku mempertaruhkan diriku

bertarung membela kehormatan?”

juga, dia masih meragukan dirinya

sendiri: “seberapa takutkah aku

dicintai”

lelaki tak memiliki apa-apa, bekalnya

hanya rasa, untuk dijadikan tongkat

penunjuk dalam perjalanan...

96

Kelas XII

Semest

er 2

No. Struktur Teks

Peristiwa

2.

Orientasi

3.

Komplikasi

4.

Evaluasi

5.

Resolusi

6.

Koda

(9)

Sebuah teks

cerita fiksi terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan,

sehingga dapat terlihat ide yang disampaikan pengarang kepada

pembacanya. Teks cerita fiksi ini merupakan karya sastra berbentuk

prosa. Mengingat hakikat prosa adalah narasi (cerita), maka di dalamnya

ada pelaku cerita (tokoh), rangkaian cerita (alur), pokok masalah yang

diceritakan (tema), siapa yang menyampaikan cerita (pencerita), serta

tempat, waktu, dan suasanan seperti apa cerita itu berlangsung (latar).

Itulah yang kemudian disebut unsur intrinsik prosa atau teks cerita fiksi.

Bahasa Indonesia

97

Tema telah kalian dapatkan pada tugas sebelumnya, setelah kalian

mengidentifikasi permasalahan yang ada di dalam novel. Tokoh yang

berperan dalam cerita juga telah kalian ketahui. Namun, penokohan

tokohnya belum tergambarkan secara gamblang. Berikut akan diberikan

nukilan novel yang menggambarkan penokohan Kalid.

41)

Dia senang bisa memandang lelaki

itu; melihat dari dekat wajahnya

yang tidak terlalu halus—pori-porinya terlihat dan rahangnya yang

menyembul...

.

(

NSdI

, 2004:4)

42)

Kubiarkan cambang, kumis, dan jenggotku memanjan

g, juga rambutku,

supaya tak ada orang yang mengenaliku, meskipun aku yakin tak ada

orang yang mengenaliku di kota ini meski kasusku dimuat di beberapa

koran.

(

NSdI

, 2004:63)

43)

Rambutnya gondrong awut-awutan, hampir seluruh mukanya ditutupi

bulu lebat....

(

NSdI

, 2004:75)

44)

Tetapi

aku sadar sesadar-sadarnya, bahwa tatapan matanya yang

sangat tajam ketika kami pertama kali bertemu—bukan bertemu, aku

yang memandangnya dari kejauhan—menjelang senja beberapa waktu

sebelum huru hara itu, telah mengubah seluruh tatanan pemikiranku

selama ini.

(

NSdI

, 2004:60)

45)

Aku juga pergi tanpa kata-kata,

tetapi sekilas aku bisa melihat ekspresi

Kalid yang dingin. Betul-betul dingin dan beku.

(

NSdI

, 2004:6)

46)

“Begitu dong.

Sekali-kali tersenyum dan tertawa. Jangan menjadi

Mr.

Cool

, aku kan jadi kikuk terus kalau kamu selalu diam...” katanya lagi.

(

NSdI

, 2004:83)

47)

Dia ingat lelaki

itu, lelaki pemberani dan misterius. Lelaki yang mau

melawan badai, membunuh beruang bahkan ketika usianya sendiri

belum sepuluh tahun dan melawan kekuatan apapun yang dianggapnya

salah dan merugikan orang lain

.

(

NSdI

, 2004:1—2)

98

Kelas XII

Semest

er 2

48)

Dan inilah yang ingin

kuceritakan di sini. Tentang laki-laki misterius

yang telah merampas separuh hidupku, yang membuat aku merasa

hidup dan meninggalkan banyak hal yang selama ini kumiliki. Meski

untuk itu, aku juga kehilangan banyak hal...

(

NSdI

, 2004:61)

49)

Namun dia

tetap ngotot agar bisa tetap sekolah yang jaraknya sekitar

15 kilometer ke kota kecamatan. Dan untuk sampai ke sana, dia harus

naik perahu ke arah hilir selama setengah jam, menyambung lagi

dengan angkutan pedesaan ke arah kota kecamatan. Pulangnya, dia

juga harus menempuh rute yang sama ketika pergi.

(

NSdI

, 2004:35)

50)

Yang penting

dia berangkat dulu, melihat kondisi. Kalau memang tak

memungkinkan, dia akan mencari pekerjaan dulu, mengumpulkan

uang, dan setelah itu baru kuliah. Dia bisa istirahat setahun tak kuliah,

ini banyak dilakukan mahasiswa yang kesulitan dana.

(

NSdI

, 2004:37)

Berdasarkan berbagai nukilan yang dberikan, diskusikanlah penokohan

Kalid menurut kalian, baik ciri fisiknya maupun sifat dan sikap yang

digambarkan pengarang.

a)

Kalid adalah

seorang yang berperawakan keras dengan pori

wajah yang agak kasar dan rahang yang menyembul.

b)

______________________________________________________

c)

______________________________________________________

d)

______________________________________________________

e)

______________________________________________________

f )

_____________________________________________________

g)

______________________________________________________

h)

______________________________________________________

Bahasa Indonesia

99

i )

_____________________________________________________

j )

_____________________________________________________

(10)

Secara keseluruhan,

struktur yang membangun teks cerita fiksi adalah

abstrak^orientasi^komplikasi^evaluasi^resolusi^koda. Akan tetapi,

karena teks novel ini termasuk genre makro, terdapat beberapa jenis

genre mikro (teks tunggal) yang mengisi keseluruhan struktur teks novel.

Hal tersebut dapat dilihat pada beberapa nukilan yang menggambarkan

penokohan Kalid. Beberapa nukilan tersebut, jika diamati dengan

cermat, termasuk ke dalam teks deskripsi. Tentu kalian masih ingat apa

dan bagaimana struktur teks deskripsi. Coba sebutkan!

________________________________________________________

________________________________________________________

________________________________________________________

(11)

Agar dapat lebih

memahami genre novel ini, coba kalian baca dengan

saksama penggalan peristiwa yang diambil dari novel

NSdI

berikut ini.

Struktur Teks

Nyanyi Sunyi dari Indragiri

, 2004,

(Halaman 33-36)

Orientasi

1.

1991. Dia masih termenung di serambi rumah

panggungnya sambil

menyaksikan kabut tipis yang

perlahan pergi satu persatu, memberikan tempat kepada

sinar matahari yang datang dengan warna keemasan.

Hari masih pagi dan kampung ini sudah sepi. Sudah

menjadi kebiasaan rutin, sejak selesai salat Subuh, para

lelaki pergi ke rimbo menakik getah. Mereka pulang

sekitar pukul 8 atau 9. Setelah itu mereka istirahat

sebentar sebelum turun ke sawah. Sore hingga malam,

banyak dari mereka kemudian turun ke sungai; menebar

jala mencari ikan atau melihat lukah yang dipasang

sore hari sebelumnya. Dan yang dilakukan oleh para

wanita; bagi yang muda, mereka akan ke sungai

mencuci pakaian, dan para ibu ke pasar menjual ikan

hasil tangkapan suami dan anak-anak mereka di sungai.

Kehidupan yang rutin dari dulu hingga kini.

100

Kelas XII

Semest

er 2

Struktur Teks

Nyanyi Sunyi dari Indragiri

, 2004,

(Halaman 33—36)

Urutan peristiwa

2.

Dia meman

g mau pergi. Dia sudah mengemas pakaiannya

dalam sebuah tas ransel lusuh yang mungkin juga sudah

bau. Dia mau pergi, mengejar dunia dan mimpi masa

kanak-kanaknya: ada jalan beraspal dan jembatan

yang mengeluarkan kampungnya dan juga kampung

sekitarnya dari isolasi. Ada listrik yang menerangi

sehingga kampungnya tidak gelap gulita di malam hari,

karena hanya lampu teplok yang menyala. Dia juga

ingin ada sekolah yang layak tidak hanya sebatas SD,

agar anak-anak kampungnya tidak harus mengayuh

perahu ke seberang ketika ingin berangkat sekolah ke

SMP maupun SLTA. Hal inilah yang membuat banyak

anak di kampungnya akhirnya memilih tidak sekolah

dan melakukan

kegiatan sehari-hari

seperti orang dewasa di kampung

ini; menakik getah, menjala ikan, dan turun ke sawah.

3.

“Tapi

Abah tak memiliki banyak uang untuk sekolahmu,

Nak....” Dia ingat, itu kata abahnya ketika dia ingin

melanjutkan ke SLTA setamat SMP. “Untuk sekolahmu

sampai SMP saja kita harus hidup seperti ini,” sambung

lelaki tua itu sambil mengisap tembakaunya, di suatu

malam yang sepi.

4.

“Saya akan

bekerja sore hari, Abah. Saya akan mencari

sendiri biaya SPP-nya,” katanya ketika itu.

5.

“Jangan begitu,

Lid. Kau harus tahu diri bahwa untuk

sekolah itu biayanya besar. Abah tahu, kau pasti ingin

pintar, ingin jadi orang, ingin membangun kampung

ini seperti cerita-ceritamu ketika kecil dulu. Tetapi itu

mimpi, Nak. Biayanya besar....”

.6

Namun dia tetap ngotot agar bisa tetap

sekolah yang

jaraknya sekitar 15 kilometer ke kota kecamatan. Dan

untuk sampai ke sana, dia harus naik perahu ke arah

hilir selama setengah jam, menyambung lagi dengan

angkutan pedesaan ke arah kota kecamatan. Pulangnya,

dia juga harus menempuh rute yang sama seperti

ketika pagi. Setiap hari dia menempuh perjalanan itu,

dan sorenya dia bekerja pada Jufri, juragan getah di

kampungnya. Dia ikut menjadi buruh angkut getah dari

rumah ke rumah.

Bahasa Indonesia

101

Uang yang didapat dari pekerjaan itu lumayan bisa untuk

membiayai sekolahnya; dari membeli pakaian seragam,

membayar ongkos perjalanan, sampai biaya SPP.

7

.

Malam-malam ketika dia sudah sampai dirumah, dia

sering membayangkan betapa memang berat perjuangan

yang harus dilakukannya untuk bisa sekedar tamat

SLTA. Bagaimana nanti kalau harus kuliah? Namun

dia tetap memiliki keinginan itu; menjadi guru dan

mengajar anak-anak di kampungnya, agar tidak hanya

sekadar bisa tulis-baca Alquran seperti yang selama ini

didapatkannya dari guru mengaji di surau ketika malam

setelah salat Magrib. Dia ingin menjadi guru, agar anak-

anak di kampung ini bisa sekolah yang lebih tinggi;

menjadi insinyur untuk membangun jembatan dan jalan

di kampungnya, atau menjadi pejabat agar punya pikiran

untuk membangun sekolah di kampungnya. Dalam

pikirannya, kalau ada anak kampungnya menjadi pejabat,

tentu dia akan ingat bahwa kampungnya masih terisolir,

sehingga dipikirkan bagaimana membangun jembatan

dan jalan, serta sekolah yang memadai. Tetapi, apakah

aku bisa menjadi guru untuk menciptakan pejabat dan

insinyur itu?

Reorientasi

(pilihan)

8. Tapi dia memang akan pergi. Meninggalkan semuanya,

semua yang pernah dialaminya sejak dia lahir, kanak-

kanak, sampai menamatkan SLTA. Dia ingin ke kota,

meneruskan mimpinya; kuliah dan menjadi seorang guru.

Dan dia sudah berkemas. Sudah memasukkan pakaian

dan semua barang pentingnya, termasuk ijazah, ke dalam

tas ransel lusuhnya.

(

12)

Setelah membaca

dengan cermat penggalan peristiwa yang terdapat

dalam novel

NSdI

di atas, teks apakah yang terlihat dengan struktur

orientasi^uraian peristiwa^reorientasi

tersebut?

________________________________________________________

________________________________________________________

__

_______________________________________________________

_________________________________________________________

__________________________________________________

______

102

Kelas XII

Semest

er 2

(13)

Teks cerita fiksi, khususnya novel, termasuk genre makro, sebab dalam

tubuh teks ini terdapat

beberapa genre mikro. Cuplikan peristiwa

di atas contohnya. Sebuah teks cerita fiksi memiliki urutan struktur

abstrak^orientasi^komplikasi^evaluasi^resolusi^koda. Akan tetapi,

ternyata di dalam struktur besar tersebut, terdapat teks cerita ulang

(rekon) seperti di atas. Teks ini pun dibangun oleh teks lain lagi.

Temukanlah teks lain tersebut dengan memerhatikan penggalan yang

lebih kecil dari nukilan di atas.

(14)

Bacalah kutipan

berikut ini. Kemudian, jawablah pertanyaan yang

berkaitan denga kutipan tersebut.

1.

1991. Dia masih termenung di serambi

rumah panggungnya

sambil menyaksikan kabut tipis yang perlahan pergi satu persatu,

memberikan tempat kepada sinar matahari yang datang dengan

warna keemasan. Hari masih pagi dan kampung ini sudah sepi. Sudah

menjadi kebiasaan rutin, sejak selesai salat Subuh, para lelaki pergi ke

rimbo menakik getah. Mereka pulang sekitar pukul 8 atau 9. Setelah

itu mereka istirahat sebentar sebelum turun ke sawah. Sore hingga

malam, banyak dari mereka kemudian turun ke sungai; menebar jala

mencari ikan atau melihat lukah yang dipasang sore hari sebelumnya.

Dan yang dilakukan oleh para wanita; bagi yang muda, mereka akan

ke sungai mencuci pakaian, dan para ibu ke pasar menjual ikan hasil

tangkapan suami dan anak-anak mereka di sungai. Kehidupan yang

rutin dari dulu hingga kini.

2.

Dia memang mau per

gi. Dia sudah mengemas pakaiannya dalam

sebuah tas ransel lusuh yang mungkin juga sudah bau. Dia mau

pergi, mengejar dunia dan mimpi masa kanak-kanaknya: ada jalan

beraspal dan jembatan yang mengeluarkan kampungnya dan juga

kampung sekitarnya dari isolasi. Ada listrik yang menerangi sehingga

kampungnya tidak gelap gulita di malam hari, karena hanya lampu

teplok yang menyala. Dia juga ingin ada sekolah yang layak tidak

hanya sebatas SD, agar anak-anak kampungnya tidak harus mengayuh

perahu ke seberang ketika ingin berangkat sekolah ke SMP maupun

SLTA. Hal inilah yang membuat banyak anak di kampungnya

akhirnya memilih tidak sekolah dan melakukan kegiatan sehari-hari

seperti orang dewasa di kampung ini; menakik getah, menjala ikan,

dan turun ke sawah.

Bahasa Indonesia

103

6.

Namun dia tetap ngotot agar bisa tetap sekolah yang jaraknya sekitar 15

kilometer ke

kota kecamatan. Dan untuk sampai ke sana, dia harus naik

perahu ke arah hilir selama setengah jam, menyambung lagi dengan angkutan

pedesaan ke arah kota kecamatan. Pulangnya, dia juga harus menempuh

rute yang sama seperti ketika pagi. Setiap hari dia menempuh perjalanan

itu, dan sorenya dia bekerja pada Jufri, juragan getah di kampungnya. Dia

ikut menjadi buruh angkut getah dari rumah ke rumah. Uang yang didapat

dari pekerjaan itu lumayan bisa untuk membiayai sekolahnya; dari membeli

pakaian seragam, membayar ongkos perjalanan, sampai biaya SPP.

Informasi apa yang ada dalam ketiga penggalan teks tersebut?

Uraikanlah!

a)

Informasi dalam teks (1)

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

b)

Informasi dalam teks (2)

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

c)

Informasi dalam teks (6)

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(15)

Dengan mempelajari informasi yang kalian peroleh, kalian mendapat

gambaran

bahwa penulis teks memaparkan secara rinci keadaan di

sekitar tokoh. Beberapa penjelasan bahkan memberikan keterangan

waktu untuk menyatakan keadaan faktual yang dideskripsikan.

104

Kelas XII

Semest

er 2

Pelajarilah sekali lagi dengan saksama informasi yang kalian temukan.

Termasuk teks apakah ketiga penggalan tersebut? Uraikanlah alasan

kalian dan sebutkanlah struktur yang membangun teks tersebut.

________________________________________________________

________________________________________________________

________________________________________________________

________________________________________________________

________________________________________________________

________________________________________________________

________________________________________________________

(16)

Agar kalian lebih

memahami berbagai genre mikro yang membangun

sebuah teks makro, baca dan tentukan masing-masing jenis teks yang

membangun nukilan berikut ini.

Struktur

Teks

Nyanyi Sunyi dari Indragiri

, 2004,

(Halaman 38-41)

Pernyataan

Umum

1.

Tahun

1986, inilah tahun terburuk dalam

sejarah bencana di kampungnya. Dia baru

tamat SD ketika itu dan umurnya baru 12

tahun. Meski masih bau ingus, tetapi dia ingat

betul semua yang terjadi di kampungnya; panas

terik sepanjang tahun, beras menjadi langka,

pohon karet tak mengeluarkan getah karena tak

tersiram air. Penduduk kampung ini akhirnya

banyak yang mencari ubi dan talas ke kampung

lain untuk sekadar mempertahankan hidup.

Urutan

Sebab-

Akibat

2.

Tahun

1986, inilah tahun terburuk dalam

sejarah bencana di kampungnya. Dia baru

tamat SD ketika itu dan umurnya baru 12

tahun. Meski masih bau ingus, tetapi dia ingat

betul semua yang terjadi di kampungnya; panas

terik sepanjang tahun, beras menjadi langka,

pohon karet tak mengeluarkan getah karena tak

tersiram air. Penduduk kampung ini akhirnya

banyak yang mencari ubi dan talas ke kampung

lain untuk sekadar mempertahankan hidup.

Bahasa Indonesia

105

Urutan

Sebab-

Akibat

3.

“Ini cobaan

dari Tuhan, Anakku....” kata abahnya

ketika itu. Tapi mungkin juga peringatan dari

Tuhan karena selama ini kita lalai dan tidak

menjalankan apa yang diperintahkan,” sambung

abahnya lagi.

4.

“Apo nak

kito buat, Abah?” katanya dalam

bahasa kampung, campuran antara logat dusun

Jambi dan Indragiri.

5.

“Berdoa dan

mendekatkan diri kepada Allah

agar bencana kekeringan ini berakhir.”

6.

“Apakah Allah

mau dengar doa dan permintaan

kita?”

7.

“Jika ini

memang ujian, Allah tak akan memberi ujian

yang tidak bisa diterima oleh manusia....”

8.

Setiap malam,

Kalid pergi ke surau untuk mengaji

bersama teman-teman sebayanya.

9.

Setiap pulang

dari surau, Kalid langsung bercerita

kepada abah dan uminya, bahwa dia ingin sekolah

tinggi dan tidak hanya sekadar pandai mengaji. “Saya

ingin jadi insinyur, Abah, biar saya membangun

jembatan di atas Sungai Indragiri ini,” katanya suatu

kali. Abah dan uminya hanya tersenyum mendengar

itu.

10.

Di lain kesempatan, juga ketika pulang dari surau, dia

mengatakan

bahwa lebih baik menjadi guru, agar bisa

menjadikan orang insinyur atau pejabat. “Kalau jadi

insinyur saya hanya sendirian, tetapi kalau jadi guru,

saya bisa menciptakan banyak insinyur,” katanya.

Lagi, abah dan uminya hanya tertawa mendengar itu.

11.

Panas terik masih terus memanggang kampungnya,

juga kampung-kampung lain di pinggir sungai itu.

Asap mengepul dari hutan-hutan di pinggir kampung

yang sudah banyak terbakar. Hampir setiap hari pula,

dia selalu mendengar suara mesin penebang kayu

meraung-raung tidak siang tidak malam dan beberapa

hari kemudian kayu-kayu, yang sudah dirajang

dengan rapi baik berbentuk papan maupun batangan

segi empat, dikeluarkan oleh serombongan kerbau

dari hutan.

106

Kelas XII

Semest

er 2

Struktur

Teks

Nyanyi Sunyi dari Indragiri

, 2004,

(Halaman 38—41)

Urutan

Sebab-

Akibat

Sesampai di pinggir sungai, ada orang yang mengikatnya

dengan tali atau kawat dan kemudian dalam jumlah

besar dialirkan ke arah hilir sungai dan dikendalikan

oleh pompong bermesin diesel. Hampir setiap hari,

dalam panas yang memanggang kampung itu, hal

seperti ini terjadi; kayu yang ditarik kerbau keluar dari

hutan menuju pinggir sungai, dan rombongan aliran

kayu ke arah hilir.

12.

Kalid bertanya

kepada abahnya, apakah mereka yang

bekerja itu adalah orang kampungnya. “Mereka bekerja

kepada seorang pengusaha dari kota yang dibeking

aparat untuk menebang hutan di sekitar kampung kita.

Mereka sudah menghabiskan hutan di daerah hulu, dan

sekarang giliran kampung kita dan kampung-kampung

lain yang akan dihabiskan kayunya....”

13.

“Apakah upah mereka mahal,

Abah?”

14.

“Harga

kayu itu yang mahal, upah untuk mereka yang

menebang, menggergaji, dan semuanya itu sangat kecil.

Padahal mereka mempertaruhkan nyawa. Tidak sedikit

dari mereka yang mati ketika menebang kayu.”

15.

“Tapi mer

eka mau bekerja?”

16.

“Kita semua butuh uan

g...”

17.

“Ayah tid

ak bekerja bersama mereka?”

18.

“Ayah ma

sih bisa mencari pekejaan lain.”

19.

“Banyak orang

kampung kita yang bekerja seperti itu,

kan Bah?”

20.

“Suatu saat

kamu akan tahu, merekalah yang sebenarnya

membuat bibit bencana untuk kampung kita.”

21.

“Kenapa, Abah?”

22.

“Karena mereka

menghancurkan hutan yang

menyerap dan menyimpan air saat musim hujan dan

mengeluarkannya

Bahasa Indonesia

107

saat musim panas seperti sekarang. Lihatlah, air sungai

sudah hampir mengering dan kita kehilangan mata

pencaharian karena ikan-ikannnya sudah habis, tak ada

air.”

23.

Kalid kecil

ketika itu belum paham benar apa itu

ekosistem. Kelak, ketika dia besar, dia baru paham dan

marah semarah-marahnya.

(a) Informasi apa saja yang kalian temukan dalam penggalan teks yang

memiliki struktur pernyataan umum^urutan sebab akibat tersebut?

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(b) Jenis teks apakah yang dibangun dengan struktur seperti itu?

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(c) Apakah

kalian menemukan teks lain dalam tubuh teks di atas? Kalau

ya, teks apakah itu?

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(12)

Perhatikan kutipan berikut ini dengan saksama.

(a)

Kutipan I

Setelah aku diwisuda sebagai sarjana ilmu hukum, aku kemudian memilih

pulang ke Rimbo Pematang. Aku membantu mengajar di SMA Rimbo Parit

dengan status honorer, sekolah tempatku menyelesaikan sekolah dulu. Aku

memegang mata pelajaran Tata Negara dan Sejarah. Seperti ketika sekolah

dulu, aku bolak-balik dari rumah ke kota kecamatan tersebut; dari rumah jalan

kaki beberapa ratus meter ke dermaga penyeberangan dengan perahu di pinggir

sungai, kemudian melanjutkan perjalanan dengan transportasi darat ke Rimbo

Parit. Begitu setiap hari pulang-pergi.

(

NSdI

, 2004:20)

108

Kelas XII

Semest

er 2

(b)

Kutipan II

Guntingan koran itu masih ada di mejanya. Tidak semua koran menulis

tentang peristiwa itu, hanya beberapa. Dan yang beberapa itulah yang

membuatnya tersentak. Ada yang nyeri dalam dadanya, ada yang hampa dalam

jiwanya. Benarkan berita itu? Tidakkah salah koran-koran itu menulis tentang

hilangnya lelaki yang terbawa arus Sungai Indragiri yang menenggelamkan

beberapa kampung di Indragiri?

“Ini pasti bohong!” teriaknya histeris.

Ada beberapa orang di sampingnya, juga Rustaman dan Handoko. “Paling

tidak kita bisa mengecek kebenarannya dan harus ke sana, Alia.” Yang ini suara

Rustaman.

Alia, wanita itu, masih menangis tanpa suara, hanya isakan. “Tapi dia tidak

mungkin mati. Kalau dia harus mati, sudah dari dulu dia mati. Dia tak akan

mati.”

(

NSdI

, 2004:1)

Setelah melihat ketiga kutipan di atas, apa yang bisa kalian ceritakan?

(a)

Kutipan I

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(b)

Kutipan II

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(13)

Jika dilihat

dari sudut pandang penceritaan, kutipan I dan II memiliki

sudut pandang yang berbeda. Uraikanlah perbedaan masing-masingnya.

(a)

Kutipan I

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

Bahasa Indonesia

109

(b)

Kutipan II

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(14)

Perhatikan kutipan berikut dengan teliti.

Panas terik masih terus memanggang kampungnya, juga kampung-

kampung lain di pinggir sungai itu. Asap mengepul dari hutan-hutan

di pinggir kampung yang sudah banyak terbakar. Hampir setiap hari

pula, dia selalu mendengar suara mesin penebang kayu meraung-raung

tidak siang tidak malam dan beberapa hari kemudian kayu-kayu, yang

sudah dirajang dengan rapi baik berbentuk papan maupun batangan

segi empat dikeluarkan oleh serombongan kerbau dari hutan. Sesampai

di pinggir sungai, ada orang yang mengikatnya dengan tali atau kawat

dan kemudian dalam jumlah besar dialirkan ke arah hilir sungai dan

dikendalikan oleh kepompong bermesin diesel. Hampir setiap hari,

dalam panas yang memanggang kampung itu, hal seperti itu terjadi;

raungan gergaji sepanjang hari, suara

gedblar

kayu tumbang, kayu yang

ditarik kerbau keluar dari hutan menuju pinggir sungai, dan rombongan

aliran kayu ke arah hilir.

(

NSdI

, 2004:39—40)

Kutipan di atas berisikan gambaran suasana yang dilukiskan pengarang.

Pendeskripsian suasana tersebut membuat kalian mengetahui secara

detail suasana kampung yang dilukiskan pengarang sehingga pembaca

seolah-olah bisa turut merasakan suasana tersebut.

Berdasarkan kutipan

Nyanyi Sunyi dari Indragiri

halaman 39—40 di

atas, tentukanlah apakah pernyataan berikut ini benar (B), salah (S),

atau tidak terbukti benar salahnya (TT) dengan membubuhkan tanda

centang (√) pada pilihan kalian. Untuk menentukan jawaban, kalian

tidak perlu berpedoman pada pengetahuan umum atau pengetahuan

yang telah kalian miliki, tetapi cukup berpedoman pada informasi yang

disajikan dalam teks tersebut.

110

Kelas XII

Semest

er 2

No.

Pernyataan

B

S

TT

1.

Hutan-hutan di pinggir kampung banyak yang

terbakar.

2.

Kampung di sana menjadi panas akibat hutan

yang terbakar.

3.

Kampung tersebut berada jauh dari sungai.

4.

Mesin penebang kayu hanya terdengar di siang

hari.

5.

Setelah ditebang, kayu-kayu dirajang berbentuk

papan maupun batangan segi empat.

6.

Orang-orang yang bekerja menebang kayu

itu bekerja untuk seorang pengusaha yang

dilindungi aparat.

7.

Untuk mengeluarkan kayu yang sudah

dipotong dari hutan menggunakan jasa kerbau.

8.

Kerbau-kerbau membawa kayu tersebut hingga

ke pinggir sungai.

9.

Setelah sampai dipinggir sungai, kemudian kayu

tersebut dialirkan begitu saja ke arah hilir.

10.

Banyak orang kampung yang bekerja untuk

perusahaan itu.

(20)

Untuk melukiskan sosok dan watak tokoh, serta suasana latar belakang

cerita, baik waktu maupun tempat,

kalian bisa melihat pengarang

menggunakan perumpamaan, yang dikenal dengan sebutan majas atau

gaya bahasa. Perhatikan beberapa kutipan berikut. Tentu saja kalian

masih ingat tentang gaya bahasa. Temukan dan tentukanlah gaya bahasa

yang terdapat di dalamnya.

Bahasa Indonesia

111

No. Kutipan Nyanyi Sunyi dari Indragiri

Gaya Bahasa

1.

Hampir setiap hari pula, dia selalu

mendengar suara mesin penebang kayu

meraung-raung tidak siang tidak malam

dan beberapa hari kemudian kayu-kayu,

yang sudah dirajang dengan rapi baik

berbentuk papan maupun batangan segi

empat dikeluarkan oleh serombongan

kerbau dari hutan (NSdI, 2004:40).

Antitesis

2.

Semuanya seperti musim kering;

kemarau datang dan angin gersang

menusuk-nusuk. Semuanya seperti

musim basah; hujan dan badai adalah

nyanyian dalam sedih dan ngilu.

Semuanya seperti perih, ketika langit tak

menyisakan cerita apa-apa. Semuanya

menjadi sepi... (NSdI, 2004:1).

3.

Angin senja yang hampir habis

membuat rambutnya berkibar-kibar,

dan sinar matahari yang hampir

tenggelam membuat rambutnya tampak

hanya bayangan, seperti siluet (NSdI,

2004:100).

4.

Hampir setiap hari, dalam panas yang

memanggang kampung itu, hal seperti

itu terjadi; raungan gergaji sepanjang

hari, suara gedblar kayu tumbang, kayu

yang ditarik kerbau keluar dari hutan

menuju pinggir sungai, dan rombongan

aliran kayu ke arah hilir

(NSdI, 2004:40).

112

Kelas XII

Semest

er 2

No. Kutipan Nyanyi Sunyi dari Indragiri

Gaya Bahasa

5.

Tetapi aku sadar sesadar-sadarnya,

bahwa tatapan matanya yang sangat

tajam ketika kami pertama kali

bertemu—bukan bertemu, aku yang

memandangnya dari kejauhan—

menjelang senja beberapa waktu

sebelum huru hara itu, telah mengubah

seluruh tatanan pemikiranku selama ini

(NSdI, 2004:60).

6.

Aku diam menahan perih. Perlahan

air mataku mengalir dan aku tak bisa

terisak. Memang tak ada isak, yang ada

dalam diriku adalah pedih, ngilu, dan

nyeri (NSdI, 2004:21—22).

(21)

Dalam sebuah novel, untuk melukiskan

sesuatu, kerap menggunakan

kata sifat yang meluas, agar dapat memberikan penggambaran yang

lebih jelas. Misalnya, untuk menggambarkan

wanita itu

menangis sedih

,

pembaca tidak mengetahui seberapa dalam kesedihan yang dialami si

wanita. Akan tetapi, jika digambarkan:

wanita itu tak dapat menahan

isak tangisnya dengan terus mengucurkan air mata

, pembaca bisa

membayangkan kesedihan seperti apa yang dialami si wanita.

Berikut akan diberikan beberapa contoh kalimat yang menggunakan

kata sifat yang meluas tersebut. Tugas kalian adalah mencari contoh lain

yang boleh kalian buat sendiri.

(a)

Alia, wanita

itu, masih menangis tanpa suara, hanya isakan (

NSdI

,

2004:1).

(b)

Dia senang memandang lelaki

tu; melihat dari dekat wajahnya yang

tidak terlalu halus—dengan pori-pori yang terlihat dan rahang yang

menyembul (

NSdI

, 2004:4).

(c)

Dan sebelum perusahaan

itu datang, tak pernah ada banjir besar

yang menghancurkan kampung kami setiap tahun (

NSdI

, 2004:7).

(d)

____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

Bahasa Indonesia

113

(e)

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(f)

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(g)

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(h)

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(i)

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(j)

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

114

Kelas XII

Semest

er 2

Tugas 2

Membandingkan Teks Cerita Fiksi dalam Novel

Sumber:

http://nz15.blogspot.com/2012/09/resensi-novel-laskar-pelangi.html

Gambar 5.2 Novel

Laskar Pelangi

Sebagai pembanding novel

Nyanyi Sunyi dari Indragiri

, kalian diminta

membaca novel

Laskar Pelangi

yang ditulis oleh Andrea Hirata. Untuk

dapat memahami jalan cerita yang disajikan Andrea Hirata melalui novelnya

tersebut, kalian bisa mencari novelnya di toko buku atau internet. Dengan

membaca novel ini, tentu saja kalian akan lebih mudah menganalisisnya.

Kemudian cari pula informasi lain tentang novel ini dari berbagai sumber.

Catatlah berbagai informasi yang kalian peroleh.

(1)

Perhatikan kutipan

berikut ini. Identifikasikanlah permasalahan yang

terlihat pada kutipan berikut.

1)

N.A. Muslimah Hafsari Hamid

binti K.A. Abdul Hamid,

atau kami memanggilnya Bu Mus, hanya memiliki selembar

ijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri). Namun, beliau

Bahasa Indonesia

115

bertekad melanjutkan cita-cita ayahnya—K.A. Abdul Hamid,

pelopor sekolah Muhammadiyah di Belitong—untuk terus

mengobarkan pendidikan Islam. Tekad itu memberinya

kesulitan hidup tak terkira, karena kami kekurangan guru—

lagi pula siapa yang rela diupah beras 15 kilo setiap bulan?

Maka, selama enam tahun di SD Muhammadiyah, beliau

sendiri yang mengajar semua mata pelajaran—mulai dari

Menulis Indah, Bahasa Indonesia, Kewarganegaraan, Ilmu

Bumi, sampai Matematika, Geografi, Prakarya, dan Praktik

Olahraga. Setelah seharian mengajar, beliau melanjutkan

bekerja menerima jahitan sampai jauh malam untuk mencari

nafkah, menopang hidup dirinya dan adik-adiknya.

(

Laskar Pelangi

, 2007:29-30)

2)

Tak susah melukiskan

sekolah kami, karena sekolah kami

adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan sekolah

miskin di seantero negeri ini yang jika disenggol sedikit saja

oleh kambing yang senewen, bisa rubuh berantakan.

Kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD

Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiah. Maka

kami, sepuluh siswa baru ini bercokol selama sembilan tahun

di sekolah yang sama dan kelas-kelas yang sama, bahkan

susunan kawan sebangku pun tak berubah selama sembilan

tahun SD dan SMP itu.

Kami kekurangan guru dan sebagian besar siswa SD

Muhammadiyah ke sekolah memakai sandal. Kami bahkan

tak punya seragam. Kami juga tak punya kotak P3K. Jika kami

sakit, sakit apa pun: diare, bengkak, batuk, flu, atau gatal-gatal

maka guru kami akan memberikan sebuah pil berwarna putih,

berukuran besar bulat seperti kancing jas hujan, yang rasanya

sangat pahit. Jika diminum kita bisa merasa kenyang. Pada

pil itu ada tulisan besar APC. Itulah pil APC yang legendaris

di kalangan rakyat pinggiran Belitong. Obat ajaib yang bisa

menyembuhkan segala rupa penyakit.

(

Laskar Pelangi

, 2007:17—18)

3)

Sekolah Muhammadiyah

tak pernah dikunjungi pejabat,

penjual kaligrafi, pengawas sekolah, apalagi anggota dewan.

Yang rutin berkunjung hanyalah seorang pria yang berpakaian

seperti ninja. Di punggungnya tergantung sebuah tabung

116

Kelas XII

Semest

er 2

alumunium besar dengan slang yang menjalar ke sana ke mari.

Ia akan berangkat ke bulan. Pria ini adalah utusan dari dinas

kesehatan yang menyemprot sarang nyamuk dengan DDT.

Ketika asap putih tebal mengepul seperti kebakaran hebat,

kami pun bersorak-sorak kegirangan.

Sekolah kami tidak dijaga karena tidak ada benda berharga yang

layak dicuri. Satu-satunya benda yang menandakan bangunan

itu sekolah adalah sebatang tiang bendera dari bambu kuning

dan sebuah papan tulis hijau yang tergantung miring di dekat

lonceng. Lonceng kami adalah besi bulat berlubang-lubang

bekas tungku. Di papan tulis itu terpampang gambar matahari

dengan garis-garis sinar berwarna putih. Di tengahnya tertulis

SD MD (Sekolah Dasar Muhammadiyah).

(

Laskar Pelangi

, 2007:17-18)

4)

Pulau Belitong yang makmur

seperti mengasingkan diri dari

tanah Sumatra yang membujur dan di sana mengalir kebudayaan

Melayu yang tua. Pada abad ke-19, ketika korporasi secara

sistematis mengeksploitasi timah, kebudayaan bersahaja

itu mulai hidup dalam karakteristik sosiologi tertentu yang

atribut-atributnya mencerminkan perbedaan sangat mencolok

seolah berdasarkan status berkasta-kasta. Kasta majemuk itu

tersusun rapi mulai dari para petinggi PN Timah yang disebut

“orang staf” atau

urang setap

dalam dialek lokal sampai pada

para tukang pikul pipa di instalasi penambangan serta warga

suku Sawang yang menjadi buruh-buruh

yuka

penjahit karung

timah. Salah satu atribut diskriminasi itu adalah sekolah-

sekolah PN.

Maka lahirlah kaum menak, implikasi dari institusi yang ingin

memelihara citra aristokrat. PN melimpahi orang staf dengan

penghasilan dan fasilitas kesehatan, pendidikan, promosi,

transportasi, hiburan, dan logistik yang sangat diskriminatif

dibanding kompensasi yang diberikan kepada mereka yang

bukan orang staf. Mereka, kaum borjuis ini, bersemayam

di kawasan eksklusif yang disebut Gedong. Mereka seperti

orang-orang kulit putih di wilayah selatan Amerika pada

tahun 70-an. Feodalisme di Belitong adalah sesuatu yang

unik, karena ia merupakan konsekuensi dari adanya budaya

korporasi, bukan karena tradisi paternalistik dari silsilah,

subkultur, atau priviliese yang dianugerahkan.

Bahasa Indonesia

117

Sepadan dengan kebun gantung yang memesona di pelataran

menara Babylonia, sebuah taman kesayangan Tiran

Nebuchadnezzar III untuk memuja Dewa Marduk, Gedong

adalah

land mark

Belitong. Ia terisolasi tembok tinggi

berkeliling dengan satu akses keluar masuk seperti konsep

cul de sac

dalam konsep pemukiman modern. Arsitektur dan

desain lanskapnya bergaya sangat kolonial. Orang-orang yang

tinggal di dalamnya memiliki nama-nama yang aneh, misalnya

Susilo, Cokro, Ivonne, Setiawan, atau Kuntoro, tak ada Muas,

Jamali, Sa’indun, Ramli, atau Mahader seperti nama orang-

orang Melayu, dan mereka tidak pernah menggunakan bin

atau binti.

Kawasan warisan Belanda ini menjunjung tinggi kesan

menjaga jarak

, dan kesan itu diperkuat oleh jajaran pohon-

pohon saga tua yang menjatuhkan butir-butir buah semerah

darah di atas kap mobil-mobil mahal yang berjejal-jejal

sampai keluar garasi. Di sana, rumah-rumah mewah besar

bergaya Victoria memiliki jendela-jendela kaca lebar dan

tinggi dengan tirai yang berlapis-lapis laksana layar bioskop.

Rumah-rumah itu ditempatkan pada kontur yang agak tinggi

sehingga keliahatan seperti kastil-kastil kaum bangsawan

dengan halaman terpelihara rapi dan danau-danau buatan. Di

dalamnya hidup tenteram sebuah keluarga kecil dengan dua

atau tiga anak yang selalu tampak damai, temaram, dan sejuk.

(

Laskar Pelangi

, 2007:41-43)

5)

Tak disangsikan, jika di-

zoom out

, kampung kami adalah

kampung terkaya di Indonesia. Inilah kampung tambang yang

menghasilkan timah dengan harga segenggam lebih mahal

puluhan kali lipat dibanding segantang padi. Triliunan rupiah

aset tertanam di sana, miliaran rupiah uang berputar sangat

cepat seperti putaran mesin parut, dan miliaran dolar devisa

mengalir deras seperti kawanan tikus terpanggil pemain

seruling ajaib

Der Rattenfanger von Hameln

. Namun, jika

di-

zoom in

, kekayaan itu terperangkap di satu tempat, ia

tertimbung di dalam batas tembok-tembok tinggi Gedong.

Hanya beberapa jengkal di luar lingkaran tembok tersaji

pemandangan kontras seperti langit dan bumi. Berlebihan jika

disebut daerah kumuh tapi tak keliru jika diumpamakan kota

yang dilanda gerhana berkepanjangan sejak era pencerahan

118

Kelas XII

Semest

er 2

revolusi industri. Di sana, di luar lingkar tembok Gedong hidup

komunitas Melayu Belitong yang jika belum punya enam

anak belum berhenti beranak pinak. Mereka menyalahkan

pemerintah karena tidak menyediakan hiburan yang memadai

sehingga jika malam tiba mereka tak punya kegiatan lain

selain membuat anak-anak itu.

Di luar tembok feodal itu berdirlah rumah-rumah kami,

beberapa sekolah negeri, dan satu sekolah kampung

Muhammadiyah. Tak ada orang kaya di sana, yang ada hanya

kerumunan toko miskin di pasar tradisional dan rumah-rumah

panggung yang renta dalam berbagai ukuran. Rumah-rumah

asli Malayu ini sudah ditinggalkan zaman keemasannya.

Pemiliknya tak ingin merubuhkannya karena tak ingin

berpisah dengan kenangan masa jaya, atau karena tak punya

uang. (

Laskar Pelangi

, 2007:49-50)

6)

Kekuatan ekonomi Belitung dipimpin

oleh orang staf PN

dan para cukong swasta yang mengerjakan setiap konsesi

eksploitasi timah. Mereka menempati strata tertinggi dalam

lapisan yang sangat tipis. Kelas menengah tak ada, oh atau

mungkin juga ada, yaitu para camat, para kepala dinas dan

pejabat-pejabat publik yang korupsi kecil-kecilan, dan aparat

penegak hukum yang mendapat uang dari menggertaki

cukong-cukong itu.

Sisanya berada di lapisan terendah, jumlahnya banyak dan

perbedaannya amat mencolok dibanding kelas di atasnya.

Mereka adalah para pegawai kantor desa, karyawan rendahan

PN, pencari madu dan nira, para pemain organ tunggal, semua

orang Sawang, semua orang Tionghoa kebun, semua orang

Melayu yang hidup di pesisir, para tenaga honorer Pemda, dan

semua guru dan kepala sekolah kampung—kecuali guru dan

kepala sekolah PN.

(

Laskar Pelangi

, 2007:55)

Dari berbagai kutipan di atas, terlihat bahwa pengarang ingin

menggambarkan beberapa hal berikut.

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

Bahasa Indonesia

119

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

(2)

Setelah kalia

n mengidentifikasikan permasalahan yang terlihat dari

kutipan di atas, cobalah bandingkan dengan permasalahan yang terlihat

pada novel

Nyanyi Sunyi dari Indragiri

. Berikanlah pendapat kalian, lalu

presentasikan pendapat kalian di depan kelas.

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

120

Kelas XII

Semest

er 2

Perbandingan permasalahan yang terdapat dalam novel

Nyanyi Sunyi dari

Indragiri

dan

Laskar Pelangi

:

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

_________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

(3)

Membandingkan bisa dengan mencari

persamaan maupun perbedaan hal

yang dibandingkan. Seperti halnya teks cerita pada novel

Nyanyi Sunyi

dari Indragiri

terdapat beberapa struktur teks lain di dalamnya, sehingga

novel ini disebut juga dengan genre makro. Apakah pada teks novel

Laskar

Pelangi

juga kalian temukan hal yang sama? Jika ya, berikan beberapa

contohnya, serta sebutkan teks apa saja yang ada di dalam novel tersebut.

________________________________________________________

________________________________________________________

________________________________________________________

________________________________________________________

________________________________________________________

________________________________________________________

Bahasa Indonesia

121

(4)

Bahasa merupakan wahana utama penghasil teks. Bahasa adalah sarana

bagi pengarang agar lelu

asa mengungkapkan gagasan, pikiran, dan

perasaannya. Bahasa dalam novel pada umumnya penuh makna dan

menimbulkan efek estetik. Seorang pengarang harus mampu memilih dan

menggunakan kata-kata yang dapat memperkaya makna, menggambarkan

objek dan peristiwa secara imajinatif, serta memberikan efek emotif bagi

pembacanya. Melalui penggunaan gaya bahasa yang tepat, diksi atau

pilihan kata yang dilakukan pengarang akan memikat pembaca untuk

terus mengikuti jalan cerita yang disuguhkan.

Sama halnya pada novel

Nyanyi Sunyi dari Indragiri

, apakah pada novel

Laskar Pelangi

, pengarangnya juga menggunakan perumpamaan atau

gaya bahasa dalam melukiskan sosok dan watak tokoh, serta suasana latar

cerita baik waktu maupun tempat? Jika ya, berikanlah beberapa contoh

perumpamaan tersebut.

a)

Ayahnya telah

melepaskan belut

yang licin

itu, dan anaknya

baru saja

meloncati nasib, merebut pendidikan

.

Bu Mus menghampiri ayah Lintang. Pria itu berpotongan seperti

pohon cemara angin yang mati karena disambar petir

: hitam,

meranggas, kurus, dan kaku (

LP

, 2007:10).

b)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

c)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

d)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

e)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

f)

________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

g)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

122

Kelas XII

Semest

er 2

h)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

i)

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

j)

________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

T

ugas 3

Menganalisis Teks Cerita Fiksi dalam Novel

Pada dasarnya, teks cerita fiksi tidak berbeda dengan teks sejarah, filsafat,

atau sosiologi. Semuanya mengangkat bahan yang sama, yaitu manusia dan

kemanusiaan. Hal yang membedakannya adalah bagaimana bahan yang sama

itu diolah, disajikan, dan diberi penekanan lewat sudut pandang masing-

masing. Secara hakiki, yang membedakan teks cerita fiksi dengan nonfiksi

adalah adanya dominasi imajinasi. Dalam teks cerita fiksi, dominasi imajinasi

sangat penting. Oleh karena itu, dalam teks cerita fiksi semua fakta cenderung

diperlakukan fiksi. Itu pula sebabnya penilaian terhadap teks cerita fiksi

tidak berkaitan dengan benar-salah, tetapi berkaitan dengan kesanggupan

menyajikan keindahan estetik.

Dalam menganalisis teks cerita fiksi, kalian bisa menguraikan berbagai

unsur yang membangun teks tersebut. Pada tugas ini, yang menjadi teks model

adalah novel

Laskar Pelangi.

(1)

Agar kalian

memahami bagaimana menganalisis sebuah teks cerita fiksi,

bacalah novel

Laskar Pelangi

tersebut yang bisa kalian dapatkan di toko

buku atau pun diunduh dari internet.

(2)

Untuk menganalisis

sebuah teks cerita fiksi, kalian bisa memulainya

dengan mencari tahu tema ceritanya, sebab tema merupakan ide dasar

sebuah cerita. Dari ide dasar itulah kemudian dibangun oleh pengarang

rangkaian peristiwa dengan memanfaatkan unsur intrinsik lainnya, seperti

tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sebagainya. Salah satu cara untuk

mengetahui tema sebuah cerita kalian dapat menguraikan peristiwa yang

dibangun pengarang.

Bahasa Indonesia

123

Sumber:

http://segores-info.blogspot.com/2015/02/resensi-novel-laskar-pelangi-dan-unsur.

html

Gambar 5.3 Pasukan Laskar Pelangi dalam film “Laskar Pelangi”

S

etelah kalian mencari dan membaca berbagai informasi dari banyak

sumber tentang novel

Laskar Pelangi

, tema apa yang kalian temukan

dalam novel tersebut?

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

(3)

Berbagai amanat telah disampaikan

oleh pengarang melalui cerita yang

disuguhkannya dalam novel

Laskar Pelangi.

Berikut kalian akan diberikan

beberapa kutipan yang bisa dimanfaatkan untuk menggali amanat yang

disampaikan oleh pengarang. Bacalah kutipan berikut secara cermat.

Kemudian temukan amanat apa yang disampaikan pengarang melalui

beberapa kutipan tersebut.

7)

Tahun lalu

SD Muhammadiyah hanya mendapatkan sebelas

siswa, dan tahun ini Pak Harfan pesimis dapat memenuhi

target sepuluh. Maka diam-diam dia telah mempersiapkan

sebuah pidato pembubaran sekolah di depan para orang tua

murid pada kesempatan pagi ini. Kenyataan bahwa mereka

124

Kelas XII

Semest

er 2

hanya memerlukan satu siswa lagi untuk memenuhi target

itu menyebabkan pidato ini akan menjadi sesuatu yang

menyakitkan hati.

“Kita tunggu sampai pukul sebelas,” kata Pak Harfan pada Bu

Mus dan seluruh orang tua yang telah pasrah. Suasana hening.

Para orang tua mungkin menganggap kekurangan satu murid

sebagai pertanda bagi anak-anaknya bahwa mereka memang

sebaiknya didaftarkan pada para juragan saja. Sedangkan aku

dan agaknya anak-anak yang lain merasa amat pedih: pedih

pada orang tua kami yang tak mampu, pedih menyaksikan

detik-detik terakhir sebuah sebuah sekolah tua yang tutup

justru pada hari pertama kami ingin sekolah, dan pedih pada

niat kuat kami untuk belajar tapi tinggal selangkah lagi harus

terhenti hanya karena kekurangan satu murid. Kami menunduk

dalam-dalam.

Saat ini sudah pukul sebelas kurang lima dan Bu Mus semakin

gundah. Lima tahun pengabdiannya di sekolah melarat yang

amat ia cintai dan tiga puluh dua tahun pengabdian tanpa

pamrih pada Pak Harfan, pamannya, akan berakhir di pagi

yang sendu ini.

“Baru sembilan orang, Pamanda Guru...” ucap Bu Mus

bergetar sekali lagi. Ia juga sudah tak bisa berpikir jernih.

Ia berulang kali mengucapkan hal yang sama yang telah

diketahui semua orang. Suaranya berat selayaknya orang yang

tertekan batinnya.

Akhirnya, waktu habis karena telah pukul sebelas lewat lima

dan jumlah murid tak juga genap sepuluh. Semangat besarku

untuk sekolah perlahan-lahan runtuh. Aku harus melepaskan

lengan ayah dari pundakku. Sahara menangis terisak-isak

mendekap ibunya karena ia benar-benar ingin sekolah di SD

Muhammadiyah. Ia memakai sepatu, kaus kaki, jilbab, dan

baju, serta telah punya buku-buku, botol air minum, dan tas

punggung yang semuanya baru.

Pak Harfan menghampiri orang tua murid dan menyalami

mereka satu per satu. Sebuah pemandangan yang pilu. Para

orang tua menepuk-nepuk bahunya untuk membesarkan

hatinya. Mata Bu Mus berkilauan karena air mata yang

menggenang. Pak Harfan berdiri di depan para orang tua,

Bahasa Indonesia

125

wajahnya muram. Beliau bersiap-siap memberikan pidato

terakhir. Wajahnya tampak putus asa. Namun ketika beliau

akan mengucapkan kata pertama

Assalamualaikum

seluruh

hadirin terperanjat karena Trapani berteriak sambil menunjuk

ke pinggir lapangan rumput luas halaman sekolah itu.

“Harun!”

(

Laskar Pelangi

, 2007:5-7)

8)

“Terimalah

Harun, Pak, karena SLB hanya ada di Pulau

Bangka, dan kami tak punya biaya untuk menyekolahkannya

ke sana. Lagi pula lebih baik kutitipkan dia di sekolah ini

daripada di rumah ia hanya mengejar-ngejar anak-anak

ayamku....”

Harun telah menyelamatkan kami dan kami pun bersorak.

Sahara berdiri tegak merapikan lipatan jilbabnya dan

meyandang tasnya dengan gagah, ia tak mau duduk lagi. Bu

Mus tersipu. Air mata guru muda ini surut dan ia menyeka

keringat di wajahnya yang belepotan karena bercampur

dengan bedak tepung beras.

(

Laskar Pelangi

, 2007:7-8)

9)

Mendengar keputusan

itu Lintang merontak-ronta ingin

segera masuk kelas. Ayahnya berusaha keras menenang-

nenangkannya, tapi ia memberontak, menepis pegangan

ayahnya, melonjak, dan menghambur ke dalam kelas mencari

bangku kosongnya sendiri. Di bangku itu ia seumpama balita

yang dinaikkan ke atas tank, girang tak alang kepalang, tak

mau turun lagi. Ayahnya telah melepaskan belut yang licin itu,

dan anaknya baru saja meloncati nasib, merebut pendidikan.

(

Laskar Pelangi

, 2007:10)

10)

Agaknya selama turun-temurun keluarga laki-laki

cemara

angin itu tak mampu terangkat dari endemik kemiskinan

komunitas Melayu yang menjadi nelayan. Tahun ini beliau

menginginkan perubahan dan ia memutuskan anak laki-

laki tertuanya, Lintang, tak akan menjadi seperti dirinya.

Lintang akan duduk di samping pria kecil berambut ikal

yaitu aku, dan ia akan sekolah di sini lalu pulang pergi setiap

hari naik sepeda. Jika panggilan nasibnya memang harus

menjadi nelayan, biarkan jalan kerikil batu merah empat

puluh kilometer mematahkan semangatnya. Bau hangus yang

126

Kelas XII

Semest

er 2

kucium tadi ternyata adalah bau sandal

cunghai

, yaitu sandal

yang dibuat dari ban mobil, yang aus karena Lintang terlalu

jauh mengayuh sepeda.

(

Laskar Pelangi

, 2007:11)

11)

Umumnya Bu Mus mengelompokkan tempat

duduk kami

berdasarkan kemiripan. Aku dan Lintang sebangku karena

kami sama-sama berambut ikal. Trapani duduk dengan Mahar

karena mereka berdua paling tampan. Penampilan mereka

seperti para pelantun irama semenanjung idola orang Melayu

pedalaman. Trapani tak tertarik dengan kelas, ia mencuri-

curi pandang ke jendela, melirik kepala ibunya yang muncul

sekali-sekali di antara kepala orang tua lainnya.

Tapi Borek dan Kucai didudukkan berdua bukan karena

mereka mirip, tapi karena sama-sama susah diatur. Baru

beberapa saat di kelas, Borek sudah mencoreng muka Kucai

dengan penghapus papan tulis. Tingkah ini diikuti Sahara yang

sengaja menumpahkan air minum A Kiong sehingga anak

Hokian itu menangis sejadi-jadinya seperti orang ketakutan

dipeluk setan. N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim

Ramdhani Fadillah, gadis kecil berkerudung itu, memang

keras kepala luar biasa. Kejadian ini menandai perseteruan

mereka yang akan berlangsung akut bertahun-tahun. Tangisan

A Kiong nyaris merusak acara perkenalan yang menyenangkan

pagi ini.

(

Laskar Pelangi

, 2007:13-14)

12)

Kami kekurangan guru dan sebagian besar siswa SD

Muhammadiyah

ke sekolah memakai sandal. Kami bahkan

tak punya seragam. Kami juga tak punya kotak P3K. Jika kami

sakit, sakit apa pun: diare, bengkak, batuk, flu, atau gatal-gatal,

maka guru kami akan memberikan sebuah pil berwarna putih,

berukuran besar bulat seperti kancing jas hujan, yang rasanya

sangat pahit. Jika diminum kita bisa merasa kenyang. Pada

pil itu ada tulisan besar APC. Itulah pil APC yang legendaris

di kalangan rakyat pinggiran Belitong. Obat ajaib yang bisa

menyembuhkan segala rupa penyakit.

(

Laskar Pelangi

, 2007:17-18)

Bahasa Indonesia

127

13)

Pak Harfan menceritakan semua

itu dengan semangat perang

Badar sekaligus setenang embusan angin pagi. Kami terpesona

pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya yang memikat. Ada

semacam pengaruh yang lembut dan baik terpancar darinya.

Ia mengesankan sebagai pria yang kenyang akan pahit getir

perjuangan dan kesusahan hidup, berpengetahuan seluas

samudra, bijak, berani mengambil risiko, dan menikmati daya

tarik dalam mencari-cari bagaimana cara menjelaskan sesuatu

agar setiap orang mengerti.

(

Laskar Pelangi

, 2007:23)

14)

Ketika mengajukan pertanyaan

beliau berlari-lari kecil

mendekati kami, menatap kami penuh arti dengan pandangan

matanya yang teduh seolah kami adalah anak-anak Melayu

yang paling berharga. Lalu membisikkan sesuatu di telinga

kami, menyitir dengan lancar ayat-ayat suci, menantang

pengetahuan kami, berpantun, membelai hati kami dengan

wawasan ilmu, lalu diam, diam berpikir seperti kekasih

merindu, indah sekali.

Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang

sederhana melalui kata-katanya yang ringan namun bertenaga

seumpama titik-titik air hujan. Beliau mengobarkan semangat

kami untuk belajar dan membuat kami tercengang dengan

petuahnya tentang keberanian pantang menyerah melawan

kesulitan apa pun. Pak Harfan memberi kami pelajaran

pertama tentang keteguhan pendirian, tentang kerukunan,

tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita. Beliau

meyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam

keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban

untuk sesama. Lalu beliau menyampaikan sebuah prinsip

yang diam-diam menyelinap jauh ke dalam dadaku serta

memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu bahwa hiduplah

untuk memberi sebanyak-banyaknya.

(

La

skar Pelangi

, 2007:23-24)

(4)

Buatlah kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 orang, lalu diskusikanlah

amanat yang kalian temukan dari kutipan di atas.

(a)

Mendobrak kemiskinan

melalui pendidikan menjadi cita-cita tokoh

yang dibangun pengarang dalam novelnya. Pendidikan itu sangat

penting, sebab akan menaikkan derajat seseorang, meskipun dengan

128

Kelas XII

Semest

er 2

segala keterbatasan. Hal ini dapat terlihat dari kutipan nomor 3)

Ayahnya telah melepaskan belut licin itu, dan anaknya baru saja

meloncati nasib, merebut pendidikan (Laskar Pelangi, 2007:10),

dan

nomor 4)

Agaknya selama turun-temurun keluarga laki-laki cemara

angin itu tak mampu terangkat dari endemik kemiskinan komunitas

Melayu yang menjadi nelayan. Tahun ini beliau menginginkan

perubahan dan ia memutuskan anak laki-laki tertuanya, Lintang,

tak akan menjadi seperti dirinya. Lintang akan duduk di samping

pria kecil berambut ikal yaitu aku, dan ia akan sekolah di sini lalu

pulang pergi setiap hari naik sepeda (Laskar Pelangi, 2007:11).

(b)

____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(c)

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

Bahasa Indonesia

129

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(5)

Apakah kalian telah membaca

novel

Laskar Pelangi

ini secara utuh?

Lantas, apakah kalian menemukan amanat yang lainnya dari novel

tersebut?

________________________________________________________

________________________________________________________

________________________________________________________

________________________________________________________

________________________________________________________

________________________________________________________

(6)

Berikut akan diberikan penokohan yang terdapat

dalam novel. Tugas

kalian adalah menyebutkan nama tokoh yang dimaksud, serta temukanlah

bukti pendukungnya dari novel

Laskar Pelangi

tersebut. Kalian juga dapat

menambahkan penokohan dari sebelas tokoh anggota Laskar Pelangi jika

kalian menemukannya, tentu saja beserta bukti kutipannya.

No.

Penokohan

Nama

Tokoh

Kutipan Pendukung

1.

Anak lelaki yang

menunjukkan

minat besar untuk

bersekolah—karena

harus menempuh

jarak 80 kilometer

setiap hari agar bisa

bersekolah. Ia adalah

seorang anak yang

genius dan menjadi

Lintang

a)

Lintang akan duduk

di samping pria kecil

berambut ikal yaitu

aku, dan ia akan

sekolah di sini lalu

pulang pergi setiap

hari naik sepeda.

Jika panggilan

nasibnya memang

harus menjadi

130

Kelas XII

Semest

er 2

No.

Penokohan

Nama

Tokoh

Kutipan Pendukung

teman sebangku Ikal

Ia memiliki cita-

cita menjadi ahli

matematika. Ayahnya

bekerja sebagai

nelayan miskin dan

harus menanggung

14 jiwa anggota

keluarganya.

Lintang

a)

nelayan, biarkan

jalan kerikil batu

merah empat

puluh kilometer

mematahkan

semangatnya (

Laskar

Pelangi

, 2007:13).

b)

c)

2.

Anak lelaki bertubuh

kurus dan berminat

besar pada seni.

3.

Anak lelaki keturunan

Tionghoa yang

menganggap Mahar

adalah guru baginya.

4.

Anak lelaki ini

digambarkan sebagai

tokoh “aku” dalam

cerita. Ia berminat

pada sastra dan selalu

mendapat peringkat

kedua setelah Lintang.

5.

Sang ketua kelas

sepanjang generasi

sekolah Laskar

Pelangi yang

menderita rabun jauh.

6.

Seorang anak

perempuan tomboi

yang berasal dari

keluarga kaya, serta

peserta terakhir Laskar

Pelangi.

Bahasa Indonesia

131

7.

Anak lelaki tampan

yang pintar dan

baik hati. Ia sangat

mencintai ibunya.

8.

Anak lelaki

yang memiliki

keterbelakangan

mental.

9.

Satu-satunya

tokoh perempuan

dalam kelompok

ini—sebelum Flo

bergabung. Ia

adalah gadis yang

keras kepala. Ia

digambarkan sebagai

gadis yang pintar dan

ramah.

10.

Tokoh lain yang

digambarkan sebagai

anak nelayan yang

ceria.

11.

Ia selalu menjaga

citranya sebagai lelaki

jantan.

(7)

Sudut pandang

penceritaan bisa melalui orang pertama (seperti

aku

,

saya

,

atau

kami

) serta orang ketiga (seperti

ia

atau

dia

). Sudut pandang orang

pertama memamparkan kisah berdasarkan apa yang dilihat, dirasakan,

dan dipikirkan oleh tokoh “aku”, “saya”, atau “kami”. Sudut pandang

pertama bisa mengungkapkan isi hati dan pikiran si tokoh semaksimal

mungkin. Akan tetapi, dengan menggunakan sudut pandang orang

pertama ini, kalian tidak bisa melukiskan apa yang ada dalam hati atau

pikiran karakter lain. Sementara itu, penceritaan yang menggunakan

sudut pandang orang ketiga bisa menggunakan kata ganti “ia” atau

“dia”. Pada sudut pandang ini, pencerita bisa melihat semua tindakan

tokoh yang dirujuknya, tetapi ia tidak bisa membaca isi pikiran setiap

karakter. Ia hanya bisa melukiskan segala hal sebatas apa yang ditangkap

indra. Sudut pandang orang ketiga bisa juga digunakan pencerita untuk

132

Kelas XII

Semest

er 2

menggambarkan satu karakter tertentu dengan menuturkan apa yang

dilihat, didengar, dirasakan, dipikirkan, atau diinginkan oleh tokoh “ia”

yang digambarkannya.

Tugas kalian adalah menemukan sudut pandang penceritaan dalam novel

Laskar Pelangi

ini. Apakah kalian menemukan kedua sudut pandang itu?

No.

Sudut

Pandang

Kutipan dari Novel

Laskar Pelangi

1.

Sudut pandang

orang pertama

(a)

Dalam perjalanan pulang aku dengan sengaja

melanggar perjanjian. Setelah kuburan T

ionghoa,

aku tak meminta Syahdan menggantikanku.

(

Laskar Pelangi

, 2007:213).

(b)

(c)

(d)

(e)

2.

(a)

Ia

memperlihatkan bakat kalkulus yang amat

besar dan keahlian

nya

tidak hanya sebatas

menghitung guna menemukan solusi, tetapi

ia

memahami filosofi operasi-operasi matematika

dalam hubungan

nya

dengan aplikasi seperti

yang dipelajari para mahasiswa tingkat lanjut

dalam subjek metodolgi riset (

Laskar Pelangi

,

2007:119).

(a)

(b)

Bahasa Indonesia

133

Sudut pandang

orang ketiga

(c)

(d)

(e)

(8)

Identifikasikanlah permasalahan

yang kalian temukan dalam novel

Laskar

Pelangi

ini.

(a)

Permasalahan pertama

yang ditemukan adalah hampir ditutupnya SD

Muhammadiyah karena kekurangan murid.

(b)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(c)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(d)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(e)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(f)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(g)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

134

Kelas XII

Semest

er 2

(h)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(i)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(j)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(9)

Kemudian, solusi apa yang disuguhkan pengarang atas permasalahan

yang terjadi? Uraikanlah jawaban kalian.

(a)

Permasalahan pertama

yang ditemukan adalah hampir ditutupnya

SD Muhammadiyah karena kekurangan murid. Kemudian, keadaan

ini terselamatkan oleh kedatangan Harun yang menjadi murid

kesepuluh di SD itu.

(b)

___________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(c)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(d)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(e)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(f)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

Bahasa Indonesia

135

(g)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(h)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(i)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(j)

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

____________________________________________________

(10)

Lengkapilah struktur teks novel

Laskar Pelangi

yang terdapat dalam

kolom berikut.

No. Struktur Teks

Peristiwa

1.

Abstrak

Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk

di bangku panjang di depan sebuah kelas.

Sebatang pohon

filicium

tua yang rindang

meneduhiku. Ayahku duduk di sampingku

memeluk pundakku dengan kedua lengannya

dan tersenyum mengangguk-angguk pada

setiap orang tua dan anak-anaknya yang duduk

berderet-deret di bangku panjang lain di depan

kami. Hari itu ada hari yang agak penting: hari

pertama masuk SD (

Laskar Pelangi

, 2007:1).

136

Kelas XII

Semest

er 2

No. Struktur Teks

Peristiwa

2.

Orientasi

3.

Komplikasi

4.

Evaluasi

5.

Resolusi

6.

Koda

(11)

Dalam novel

Laskar Pelangi

ini

terdapat banyak idiom, yaitu konstruksi

yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsurnya. Menurut

Gorys Keraf, idiom merupakan pola struktural yang menyimpang dari

kaidah bahasa umum dan biasanya berbentuk frasa. Sedangkan artinya

tidak dapat diterangkan secara logis atau gramatikal dengan bertumpu

pada makna kata yang membentuknya.

Berikut ini terdapat beberapa idiom yang dikutip dari novel

Laskar

Pelangi

(

LP

) beserta maknanya. Hanya saja idiom (yang dicetak

miring) dan maknanya tersebut dipasangkan secara acak pada kolom

di bawah ini. Tugas kalian adalah mencocokkannya. Isilah kolom yang

kosong dengan nomor yang sesuai.

Bahasa Indonesia

137

No.

Kutipan Idiom

Makna Idiom

1.

Senyum Bu Mus adalah

senyum getir

yang

dipaksakan karena tampak

jelas beliau sedang cemas

(

LP

, 2007:2).

[ 9 ]

‘semangat yang menyala-nyala

dengan hebatnya’

2.

Ia juga diperhatikan ibunya

layaknya

anak emas

.

Mungkin karena ia satu-

satunya laki-laki di antara

lima saudara perempuan

lainnya (

LP

, 2007:74).

[

...

]

‘keadaan yang menegangkan

atau berbahaya’

3.

Sebagian yang lain

diam terpaku

, mulutnya

ternganga, ia diselubungi

kabut dengan tatapan mata

yang kosong dan jauh (

LP

,

2007:104).

[

...

]

‘mulai bicara’

4.

Guru-guru yang sederhana

ini berada dalam

situasi genting

karena

Pengawas Sekolah dari

Depdikbud Sumsel telah

memperingatkan bahwa

jika SD Muhammadiyah

hanya mendapat murid baru

kurang dari sepuluh orang,

maka sekolah paling tua di

Belitong ini harus ditutup

(

LP

, 2007:4).

[

...

]

‘senyum yang lahir dari rasa hati

yang kecewa’

5.

Yang berhasil dibawa pulang

hanya tubuh yang

remuk

redam

.... (

LP

, 2007:264).

[

...

]

‘hancur sama sekali’

6.

Ketika beliau

angkat bicara

,

tak dinyana, meluncurlah

mutiara-mutiara nan puitis

sebagai prolog penerimaan

selamat datang penuh

atmosfer sukacita di

sekolahnya yang sederhana

(

LP

, 2007, 21—22).

[ 5 ]

‘tidak mau mengikuti nasihat

orang lain’

138

Kelas XII

Semest

er 2

No.

Kutipan Idiom

Makna Idiom

7.

Intonasinya lembut

membelai-belai kalbu

dan Mahar

memaku hati

kami dalam rasa pukau

menyaksikannya menyanyi

sambil menitikkan air mata

(

LP

, 2007:137).

[ ... ]

‘orang yang paling disayangi’

8.

Tak mengapa tujuan tak

tercapai asal tak jatuh nama

dalam

debat kusir

(

LP

,

2007:264).

[ ... ]

‘tidak bisa berkata apa-apa’

9.

Kami menanti liku demi

liku cerita dalam detik-

detik menegangkan dengan

dada berkobar-kobar

ingin membela perjuangan

para penegak Islam (

LP

,

2007:23).

[ ... ]

‘debat yang tidak disertai alasan

yang masuk akal’

10.

Sifatnya yang utama: penuh

perhatian dan

kepala batu.

Maka, tak ada yang berani

bikin gara-gara dengannya

karena ia tak pernah segan

mencakar (

LP

, 2007:75).

[ ... ]

‘menciptakan rasa yang

mendalam dalam hati’

Kegiatan 2

Kerja Bersama Membangun Teks Cerita Fiksi dalam Novel

A.S. Laksana dalam bukunya

Creative Writing: Tip dan Strategi

Menulis Cerpen dan Novel

—dengan mengutip perkataan seorang penulis—

mengatakan, “Tulis apa saja yang ada dalam pikiran Anda, dan segala yang

berkecamuk di dalam pikiran itu akan menemukan jalan keluar.” Ketika

menulis, tangan akan melakukan sesuatu dan ia tahu cara mewujudkan apa

yang ada dalam pikiran.

Bahasa Indonesia

139

Jika kalian bukan seorang penulis, atau tidak ingin berprofesi sebagai

penulis, tetaplah menulis. Akrabkan tangan dengan otak kalian, sebab apa

yang ditulis oleh tangan adalah langkah pertama yang akan mewujudkan apa

yang ada di kepala. Albert Einstein, ilmuwan yang namanya yang sudah tidak

asing lagi, tidak pernah dikenal sebagai seorang penulis. Namun, sepanjang

hidupnya ia telah menulis tidak kurang dari dua ribu makalah. Dengan menulis

ia menuangkan segala kemungkinan yang kemudian melahirkan teori-teori

besarnya. Contoh lain, Muhammad Ali, petinju kelas berat yang paling

memukau, juga selalu menulis dan membacakan puisi yang ia buat untuk

calon lawannya sebelum pertandingan. Biasanya ia meramalkan, dengan cara

jenaka, pada ronde keberapa lawannya akan dijatuhkan.

A.S. Laksana menambahkan, ketika kalian menulis, otak kalian merekam

dengan baik setiap gagasan kalian. Dengan demikian, kalian tidak mudah

sesat dan tidak akan kehilangan ilham. Menekuni ilmu disiplin apapun, kalian

perlu menulis agar otak makin terasah dan tidak kehilangan jejak atas segala

yang telah kalian pelajari.

Untuk menuangkan ide yang ada dalam pikiran kalian, janganlah takut

untuk menulis, meskipun tidak langsung menghasilkan tulisan yang baik.

Jangan pernah kalian takut untuk menghasilkan tulisan yang buruk. Hal ini

akan membuat kalian terhindar dari ketegangan yang tidak perlu. Jika kalian

berpikir untuk dapat langsung menulis secara baik, kalian akan terbebani untuk

meraih kesempurnaan, sehingga ide yang akan dikeluarkan dari minda kalian

akan tersendat-sendat. Kemudian kalian tidak akan pernah sungguh-sungguh

menulis. Draf pertama yang buruk, ketika draf itu ada, akan jauh lebih baik

dibandingkan tulisan yang sempurna tetapi tidak pernah ada.

Tugas 1

Mengevaluasi Struktur Teks Cerita Fiksi dalam Novel

Kalian telah mempelajari teks

Laskar Pelangi

secara panjang lebar.

Bacalah sekali lagi catatan yang kalian temukan mengenai novel ini. Kemudian,

kerjakanlah tugas berikut ini.

(1)

Dalam novel

Laskar

Pelangi

banyak dijumpai metafora, metonimia,

dan simile. Metafora merupakan perumpamaan yang membandingkan

benda dengan melukiskan secara langsung atas dasar sifat yang sama.

Metonimia merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata tertentu

sebagai pengganti kata sebenarnya karena memiliki pertalian yang

begitu dekat. Sedangkan simile disebut juga persamaan, merupakan

perbandingan yang bersifat eksplisit dengan maksud menyatakan sesuatu

sama dengan hal yang lain. Gaya bahasa simile ini ditandai dengan kata

pembanding

seperti, seumpama, laksana, selayaknya,

dan sebagainya.

140

Kelas XII

Semest

er 2

Kata pembanding tersebut digunakan untuk menggambarkan bahwa satu

hal yang sedang dibicarakan mempunyai kesamaan dengan hal lain di

luar yang dibicarakan.

Tugas kalian adalah menentukan perumpamaan atau gaya bahasa yang

tepat untuk beberapa kutipan berikut ini.

No.

Kutipan dari Novel

Laskar Pelangi

Gaya Bahasa

1.

Ibu Muslimah yang beberapa menit lalu

sembap, gelisah, dan coreng moreng, kini

menjelma

menjadi

sekuntum

crinum gigantium

.

Sebab tiba-tiba ia

mekar sumringah

dan

posturnya yang jangkung persis tangkai bunga

itu. Kerudungnya juga berwarna bunga

crinum

,

demikian pula bau bajunya, persis

crinum

yang

mirip bau vanili (

LP

, 2007:9).

Metafora

2.

Kulihat lagi

pria cemara angin

itu (

LP,

2007:13).

Metonimia

3.

Ketika aku menyusul Lintang ke dalam kelas,

ia menyalamiku dengan kuat

seperti

pegangan

calon mertua yang menerima pinangan (

LP

,

2007:12).

Simile

4.

Para mayoret cantik, bertubuh ramping

tinggi, dengan senyum khas yang dijaga

keanggunannya, meliuk-liuk

laksana

burung

merak yang sedang memamerkan ekornya (

LP

,

2007:236).

5.

Betapa susahnya menjejalkan ilmu ke dalam

kepala alumuniumnya

(

LP

, 2007:68).

6.

Dalam hatiku, jika berani macam-macam

pastilah

jemarinya seperti patukan burung

bangau

menusuk kedua bola mataku dengan

gerakan kuntau yang tak terlihat (

LP

,

2007:204).

Bahasa Indonesia

141

7.

Si rapi jali

ini adalah maskot kelas kami (

LP

,

2007:74).

8.

Di bangku itu ia

seumpama

balita yang

dinaikkan ke atas tank, girang tak alang

kepalang, tak mau turun lagi (

LP

, 2007:10).

9.

Lintang adalah

mercu suar

. Ia

bintang petunjuk

bagi pelaut di samudera

(

LP

, 2007:431).

10.

Suaranya berat

selayaknya

orang yang tertekan

batinnya (

LP

, 2007:6).

11.

Setiap katanya adalah

beban berat puluhan kilo

yang ia seret satu per satu

(

LP,

2007:353).

12.

Pak Harfah menceritakan semua itu dengan

semangat perang Badar sekaligus

setenang

embusan angin pagi

(

LP

, 2007:23).

13.

Kotak kapur dikeluarkan melalui sebuah lubang

persegi empat

seperti

kandang burung merpati

(

LP

, 2007:203).

14.

Kami

seperti

sekawanan tikus yang paceklik di

lumbung padi (

LP

, 2007:39).

15.

Sejak seminggu yang lalu aku telah menjadi

sekuntum

daffodil

yang gelisah (

LP

, 2007:249).

16.

Rupanya

si kuku cantik

sembrono (

LP

,

2007:208).

17.

Di tengah pusaran itu kami bertempur habis-

habisan dalam sebuah ritual liar Afrika yang

kami tarikan

seperti

binantang buas yang

terluka (

LP

, 2007:245).

18.

Surat ini untukmu,

rambut ikal

(

LP

, 2007:280).

142

Kelas XII

Semest

er 2

No.

Kutipan dari Novel

Laskar Pelangi

Gaya Bahasa

19.

Aku kebanjiran salam dari sepupu-sepupuku

untuk disampaikan pada

laki-laki muda

flamboyan

ini (

LP

, 2007:75).

20.

Dunia baginya hitam putih dan hidup adalah

sekeping jembatan papan lurus yang harus dititi

(

LP

, 2007:68).

(2)

Dalam novel

Laskar

Pelangi

banyak terdapat bahasa asing yang telah

memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Tugas kalian adalah

mencari padanan kata dari bahasa asing yang diberikan dalam bahasa

Indonesia.

No.

Kutipan dari Novel

Laskar Pelangi

Padanan

Kata

1.

Hasil akhirnya adalah sebuah drama seru pertarungan

massal antara manusia melawan binatang dalam

alam Afrika yang liar, sebuah karya yang memukau,

master piece

Mahar (

LP

, 2007:229).

‘karya

kebanggaan’

2.

Aku memiliki minat besar pada seni, akan membuat

sebuah

performing art

bersama para sahabat karib

(

LP

, 2007:64).

3.

Bahkan para kuli panggul yang memikul karung

jengkol tiba-tiba bergerak penuh wibawa, santun,

lembut, dan berseni, seolah mereka sedang

memperagakan busana Armani yang sangat mahal di

atas

catwalk

(

LP

, 2007:212).

4.

Ia tidak punya

sense of fashion

sama sekali (

LP

,

2007:67).

5.

Sebagai Mollen Bas beliau sanggup mengendalikan

shift

ribuan karyawan, memperbaiki kerusakan kapal

keruk yang tenaga-tenaga ahli asing sendiri sudah

menyerah, dan mengendalikan aset produksi miliaran

dolar (

LP

, 2007:47).

Bahasa Indonesia

143

6.

Ia tampil laksana para

event organizer

atau para

seniman, atau mereka yang menyangka dirinya

seniman (

LP

, 2007:229).

7.

Jika makan, orang urban ini tidak mengenal

appetizer

sebagai perangsang selera, tak mengenal

main course,

ataupun

dessert

(

LP

, 2007:53).

8.

Wilayah ini merupakan

blank spot

untuk frekuensi

walky talky

sehingga suara “kemerosok” yang sedikit

menghibur dari alat itu sekarang mati dan tempat ini

segera menjadi mencekam (

LP

, 2007:326).

9.

Seorang penyanyi pop yang melakukan konser

khusus untuk para ibu

single parent

(

LP

, 2007:134).

10.

Mereka semuanya seolah bergerak seperti dalam

slow motion

, demikian indah, demikian anggun (

LP

,

2007:212).

(3)

Perhatikan nukilan berikut.

Ia seperti tertimbun dagangan dan tenggelam

di tengah pusaran

barang-barang kelontong.

Kiak-kiak!

A Miauw memanggil tak sabar, dan Bang Sad tergopoh-gopoh

menghampirinya.

Magai di Maggara masempo linna?

Orang-orang bersarung keberatan ketika mengamati harga kaus

lampu petromaks. Di Manggar lebih murah, kata mereka.

Kito lui, ba? Ngape de Manggar harge e lebe mura?

Bang Sad menyampaikan keluhan itu pada juragannya dalam bahasa

Kek campur Melayu.

(

LP

, 2007:201—202)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggunakan bahasa daerah untuk

membangun percakapan. Hal ini berbeda dengan soal nomor (2) yang

telah kalian kerjakan. Di sana pengarang menggunakan istilah asing yang

sesungguhnya telah ada padanan katanya dalam bahasa Indonesia.

(a)

Menurut kalian, apakah

fungsi istilah asing yang telah ada padanan

katanya tersebut digunakan pengarang dalam karyanya?

(b)

Bagaimana pula dengan fungsi penggunaan bahasa daerah?

144

Kelas XII

Semest

er 2

(c)

Bentuklah kelompok

yang terdiri dari tiga hingga lima orang. Lalu,

diskusikanlah hal ini dengan kelompok kalian.

(d)

Setelah itu,

kemukakanlah pendapat kelompok kalian kepada

kelompok lainnya.

(4)

Diskusikan pula pendapat kalian

mengenai beberapa kutipan berikut yang

memperlihatkan pengimbuhan pada istilah asing.

1)

Tak disangsikan, jika di-

zoom out

, kampung kami adalah

kampung terkaya di Indonesia (

LP

, 2007:49).

2)

Namun, jika di-

zoom in

, kekayaan itu terperangkap di satu

tempat, ia tertimbun di dalam batas tembok-tembok tinggi

Gedong (

LP

, 2007:49).

3)

Caranya ber-

make up

jelas memperlihatkan dirinya sedang

bertempur mati-matian melawan usia... (

LP

, 2007:60).

(5)

Munculnya kata sapaan dalam sebuah komunikasi selalu ditentukan oleh

berbagai

faktor yang berkaitan dengan penutur, kawan bicara, dan situasi

penuturan. Faktor tersebut antara lain situasi (resmi atau tidak resmi),

etnik, kekerabatan, keintiman, status (lebih tinggi, sederajat, atau lebih

rendah, usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan daerah asal).

Dalam novel

Laskar Pelangi

terlihat beberapa kata saapan, seperti

pamanda, ananda, ayahanda, ibunda, pak cik, cicik,

dan sebagainya.

Tugas kalian adalah mencari bentuk kata sapaan yang sering kalian

temukan dalam keseharian dan sebutkan kepada siapa kata sapaan itu

ditujukan. Kemudian buatlah kalimat yang menggunakan kata sapaan

tersebut.

No. Kata Sapaan

Orang yang

Dituju

Contoh dalam Kalimat

1.

Ayah

‘orang tua

laki-laki’

2.

3.

4.

Bahasa Indonesia

145

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Tugas 2

Menginterpretasi Fungsi Sosial Teks Cerita Fiksi dalam Novel

(1)

Perhatikan penggalan cerita

dari novel

Nyanyi Sunyi dari Indragiri

berikut

ini dengan saksama.

(a)

Engkau tahu, aku lahir dan besar di sebuah kampung terisolir

yang hingga

kini masih seperti itu ketika aku meninggalkannya hampir tujuh tahun

yang lalu (

NSdI

, 2004:18).

(b)

Aku merasa, kehidupanku telah mati

setelah kembali ke Rimbo Pematang,

tak kudapati umi. Setelah abah hanyut dibawa Sungai Indragiri, aku

hanya memiliki umi yang kutinggalkan hampir setahun di penjara (

NSdI

,

2004:62).

(c)

Tahun

1986, inilah tahun terburuk dalam sejarah bencana di kampungnya.

Dia baru tamat SD ketika itu dan umurnya baru 12 tahun. Meski masih

bau ingus, tetapi dia ingat betul semua yang terjadi di kampungnya;

panas terik sepanjang tahun, beras menjadi langka, pohon karet tak

mengeluarkan getah karena tak tersiram air. Penduduk kampung itu

akhirnya banyak yang mencari ubi dan talas ke kampung lain untuk

sekadar mempertahankan hidup (

NSdi

, 2004:38).

Kalian sudah membahas novel

NSdI

ini secara panjang lebar. Dari

penggalan cerita di atas, dapat diketahui bahwa latar tempat yang

digunakan pengarang dalam novelnya adalah sebuah kampung di dekat

146

Kelas XII

Semest

er 2

Sungai Indragiri. Seperti yang kalian ketahui, sungai tersebut berada di

Provinsi Riau. Meskipun Desa Rimbo Pematang adalah daerah fiktif yang

diangkat pengarang dalam ceritanya, tetapi penggambaran desa ini dapat

mewakili gambaran kondisi beberapa daerah Indragiri Hulu, Provinsi

Riau.

Dengan membaca kutipan yang ada di atas, apa yang bisa kalian ceritakan?

Diskusikanlah hal ini dengan teman kelompok yang telah kalian bentuk

sebelumnya.

(2)

Perhatikan pula

nukilan cerita dari novel

Laskar Pelangi

berikut ini

dengan cermat.

(d)

Tak disangsikan, jika di-

zoom out

, kampung kami adalah kampung terkaya di

Indonesia.

Inilah kampung tambang yang menghasilkan timah dengan harga

segenggam lebih mahal puluhan kali lipat dibanding segantang padi. Triliunan

rupiah aset tertanam di sana, miliaran rupiah uang berputar sangat cepat seperti

putaran mesin parut, dan miliaran dolar devisa mengalir deras seperti kawanan

tikus terpanggil pemain seruling ajaib

Der Rattenfanger von Hameln

. Namun,

jika di-

zoom in

, kekayaan itu terperangkap di satu tempat, ia tertimbung di dalam

batas tembok-tembok tinggi Gedong.

(e)

Hanya beberapa jengkal

di luar lingkaran tembok tersaji pemandangan kontras

seperti langit dan bumi. Berlebihan jika disebut daerah kumuh tapi tak keliru jika

diumpamakan kota yang dilanda gerhana berkepanjangan sejak era pencerahan

revolusi industri. Di sana, di luar lingkar tembok Gedong hidup komunitas

Melayu Belitong yang jika belum punya enam anak belum berhenti beranak

pinak. Mereka menyalahkan pemerintah karena tidak menyediakan hiburan

yang memadai sehingga jika malam tiba mereka tak punya kegiatan lain selain

membuat anak-anak itu.

(f)

Di luar tembok feodal

itu berdirilah rumah-rumah kami, beberapa sekolah

negeri, dan satu sekolah kampung Muhammadiyah. Tak ada orang kaya di sana,

yang ada hanya kerumunan toko miskin di pasar tradisional dan rumah-rumah

panggung yang renta dalam berbagai ukuran. Rumah-rumah asli Malayu ini

sudah ditinggalkan zaman keemasannya. Pemiliknya tak ingin merubuhkannya

karena tak ingin berpisah dengan kenangan masa jaya, atau karena tak punya

uang. (

Laskar Pelangi

, 2007:49—50)

Secara jelas telah diungkapkan pengarang dalam novel

Laskar Pelangi

bahwa

kehidupan yang kontras terjadi pula di daerah Belitung. Provinsi

Riau dan Belitung sebenarnya daerah kaya di republik ini, tetapi ternyata

masih terdapat daerah miskin di sana. Lalu, bagaimana tanggapan kalian

tentang kehidupan yang seperti ini?

Bahasa Indonesia

147

(3)

Perhatikan nukilan berikut ini. Uraikan pendapat kalian tentang apa yang

digambarkan pengarang pada kutipan itu.

(a)

“Banyak anak usia sekolah di kampungku yang tidak sekolah, Fahmi.

Aku berharap, beberapa tahun lagi di Rimbo Pematang sudah ada SMP

dan SMA sehingga anak-anak di sana dan kampung terdekat tidak harus

menyeberang sungai ke sini untuk sekolah... (

NSdI

, 2004:20).

(b)

Dia mau pergi, mengejar dunia dan mimpi masa kanak-kanaknya: ada

jalan beraspal dan jembatan yang mengeluarkan kampungnya dan juga

kampung sekitarnya dari isolasi. Ada listrik yang menerangi sehingga

kampungnya tidak gelap gulita di malam hari, karena hanya lampu teplok

yang menyala. Dia juga ingin ada sekolah yang layak dan tidak hanya

sebatas SD, agar anak-anak kampungnya tidak harus mengayuh perahu

ke seberang ketika ingin berangkat sekolah ke SMP maupun SLTA.

Hal inilah yang membuat banyak anak di kampungnya yang akhirnya

memilih tidak sekolah dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti yang

dilakukan orang dewasa di kampung ini; menakik getah, menjala ikan,

dan turun ke sawah (

NSdI

, 2004:34).

(c)

Seminggu hujan tak berhenti dan kampung itu benar-benar menjadi

danau baru, mungkin juga puluan kampungl lainnya di sepanjang

aliran sungai. Kalid juga masih ingat ketika itu, setelah air surut dan

normal, kampung itu dilanda wabah kolera. Penyakit itu datang tidak

hanya menyerang anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Banyak yang

meninggal ketika itu, sekitar pertengahan tahun 1986, karena bantuan

obat-obatan dan dokter dari kota terlambat. Transportasi yang susah

membuat distribusi bantuan tersendat, ini belum lagi masalah birokrasi

yang selalu menjadi penghambat penyaluran bantuan dalam bencana

apapun (

NSdI

, 2004:51).

(4)

Apakah kalian setuju bahwa tingkat

keterbelakangan suatu kaum

dipengaruhi oleh faktor kemiskinan?

(5)

Kemiskinan merupakan masalah multidimensional di Indonesia. Padahal

Indonesia

adalah sebuah bangsa yang memiliki kekayaan alam berlimpah.

Kemiskinan ini tidak hanya ditandai oleh rendahnya pendapatan

penduduk, tetapi juga digambarkan oleh rendahnya kualitas kesehatan

dan rendahnya tingkat pendidikan penduduk. Setujukah kalian dengan

pernyataan ini?

148

Kelas XII

Semest

er 2

Tugas 3

Memproduksi Teks Cerita Fiksi dalam Novel secara Bersama

Ketika kalian memutuskan untuk menulis teks cerita fiksi, ide akan mengalir

bersama pikiran yang berbaur dengan fakta secara bersamaan. Cobalah kalian

menulis bebas. Tuangkan semua ide yang muncul, tanpa mengoreksi sepatah

kata pun. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaring suasana hati agar kalian

tidak merasa terbebani. Namun, tetap fokus pada jalan cerita. Tulis ide kalian

tentang karakter, peristiwa, tempat, atau apapun yang berkaitan dengan cerita

yang dibangun.

(1)

Kalian belum

memasuki tahap penentuan karakter (tokoh) atau alur cerita.

Pada umumnya, pengarang menyusun karangan setelah mempunyai tema.

Kalau belum ada tema, sama saja kalian berjalan di tempat gelap, tanpa

tahu arah yang dituju. Tugas pertama kalian adalah menentukan tema dan

ide dasar cerita yang akan kalian bangun.

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

(2)

Tugas selanjutnya

adalah menentukan alur, yaitu rangkaian peristiwa yang

direka dan dijalin sedemikian rupa sehingga menggerakkan jalan cerita,

dari awal, tengah, hingga mencapai klimaks dan akhir cerita. Ada banyak

cara untuk menyusun alur cerita. Dua di antaranya adalah sebagai berikut.

Pertama, cara kronologis, yakni merangkai peristiwa demi peristiwa dari

awal sampai akhir berdasarkan urutan waktu. Kedua, cara

flashback

(bolak-balik), yaitu menceritakan peristiwa masa lalu di tengah cerita.

Biasanya alur ini dipakai kalau pengarang memerlukan latar belakang

yang mendalam. Tentukanlah alur seperti apa yang akan kalian gunakan

untuk teks cerita fiksi yang kalian ciptakan.

_________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

Bahasa Indonesia

149

(3)

Langkah selanjutnya

adalah menciptakan tokoh utama. Menetapkan

penokohan penting dilakukan. Penokohan ini bisa tentang gambaran

fisik (jenis kelamin, wajah, mata, rambut, pakaian, umur, pekerjaan,

cara berjalan, dan sebagainya), gambaran kejiwaan, dan emosi (perilaku,

kesedihan, kemarahan, dan sebagainya).

Berikut contoh penokohan dalam teks cerita fiksi.

(a)

Kubiarkan cambang, kumis, dan jenggotku memanjang, juga

rambutku, supaya tak ada orang yang mengenaliku,

meskipun aku

yakin tak ada orang yang mengenaliku di kota ini meski kasusku

dimuat di beberapa koran (

NSdI

, 2004:63).

(b)

Dan tak ada yang lebih membahagiakan

seorang guru selain

mendapatkan seorang murid yang pintar. Kecemerlangan Lintang

membawa gairah segar di sekolah tua kami yang mulai kehabisan

napas, megap-megap melawan paradigma materialisme sistem

pendidikan zaman baru. Sekarang, suasan belajar mengajar di

sekolah kami menjadi berbeda karena kehadiran Lintang, hanya

tinggal menunggu kesempatan saja baginya untuk mengharumkan

nama perguruan Muhammadiyah. Lintang dengan segala daya tarik

kecerdasannya adalah gemerincing tamborn yang nakal, bernada

miring, dalam alunan stambul bergaya lama. Dialah mantra dalam

rima-rima gurindam yang itu-itu saja. Dia ikan lele yang menggeliat

dalam tmbunan lumpur beku kemarau sekolah kami yang telah bosan

dihina. Tubuhnya yang kurus menjadi siku-siku yang menegakkan

kembali tiang utama perguruan Muhammadiyah yang bahkan belum

tentu tahun depan mendapatkan murid baru (

LP

, 2007:142).

Coba kalian temukan tokoh yang ada di kedua kutipan di atas. Kemudian

jabarkan penokohan yang terlihat pada kutipan tersebut.

(a)

____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(b)

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

150

Kelas XII

Semest

er 2

(4)

Cobalah kalian tentukan seorang tokoh utama rekaan kalian, kemudian

buatlah penokohan tentang tokoh tersebut.

________________________________________________________

________________________________________________________

________________________________________________________

__

_______________________________________________________

_________________________________________________________

_________________________________________________________

(5)

Jawablah beberapa pertanyaan

berikut ini yang berkaitan dengan tokoh

dan penokohan serta alur cerita.

(a)

Apakah tokoh utama rekaan kalian

mencoba untuk menunaikan dan

menuntaskan tujuan cerita?

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(b)

Langkah apa

yang perlu dimainkan oleh tokoh tersebut? (Hal ini akan

menjadi konflik utama dalam cerita)

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(c)

Apa persoalan yang kalian angkat?

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(d)

Bagaimana konflik ini dibangun dalam jalinan cerita kalian?

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

(e)

Apakah tokoh utama yang kalian

bangun akan menjadi tokoh dengan

penokohan yang berbeda di akhir cerita?

_____________________________________________________

_____________________________________________________

_____________________________________________________

Bahasa Indonesia

151

(6)

Tugas kalian selanjutnya adalah menciptakan tokoh pendukung dan tokoh

lawan.

Meskipun bukan tokoh utama, tetapi kehadiran tokoh ini ini akan

memainkan peranan yang penting, karena tokoh ini merupakan bagian

utuh dari alur yang kalian bangun.

Untuk latihan, buatlah beberapa penokohan dengan karakter yang

berbeda. Kalian bisa memberikan gambaran fisik maupun kejiwaan atau

emosi tokoh tersebut.

(a)

____________________________________________________

____________________________________________________

(b)

____________________________________________________

____________________________________________________

(c)

____________________________________________________

____________________________________________________

(d)

____________________________________________________

____________________________________________________

(e)

____________________________________________________

____________________________________________________

(7)

Tulislah

teks cerita yang kalian bangun sesuai dengan tema, alur, serta

tokoh dan penokohan yang telah kalian buat sebelumnya, sesuai dengan

struktur yang membangun teks cerita fiksi.

No. Struktur Teks

Peristiwa

1.

Abstrak

2.

Orientasi

152

Kelas XII

Semest

er 2

No. Struktur Teks

Peristiwa

3.

Komplikasi

4. Evaluasi

5.

Resolusi

6.

Koda

(8)

Tunjukkan hasil karangan kalian

ini kepada teman di sebelah kalian.

Mintalah kritikan dan saran darinya. Kalian pun diharapkan dapat

memberikan masukan atas karya teman kalian itu.

Kegiatan 3

Kerja Mandiri Membangun Teks Cerita Fiksi dalam Novel

Dalam membangun sebuah cerita fiksi, menurut Clara Ng. seorang

sastrawan wanita, hal yang harus dimiliki adalah empat “W”; yakni

who

(siapa tokohnya),

what

(apa yang terjadi),

when

(kapan terjadinya), dan

where

(di mana terjadinya?).

Bahasa Indonesia

153

Kalian sudah menentukan tema, membuat tokoh, dan membangun alur

cerita. Kalian juga sudah menyusunnya menjadi satu bentuk teks cerita

fiksi yang berstruktur. Namun, sehebat apapun seorang pengarang, tidak

akan pernah menghasilkan sebuah tulisan yang langsung jadi. Teks itu perlu

dicermati ulang berbagai kekurangannya agar dapat menghasilkan teks cerita

fiksi yang lebih sempurna.

Tugas 1

Menyunting dan Mengabstraksi Teks Cerita Fiksi dalam Novel

Penyuntingan dilakukan setelah kalian menyelesaikan karya. Ketika

menulis, upayakan jangan menyunting dulu, sebab itu akan membuat proses

penulisan tersendat-sendat. Akan tetapi, begitu selesai menulis, jangan segan

menyuntingnya berkali-kali, sampai kalian merasa yakin teks cerita fiksi yang

kalian hasilkan bagus.

Dalam penyuntingan, kalian harus mencermati semua kekurangan. Buang

semua hal yang berlebihan, tambahkan hal yang masih diperlukan. Kalian harus

membenahi kesalahan ketikan maupun ejaan. Kalimat yang membingungkan

harus diubah. Kalau perlu, alur cerita yang dirasa kurang pas pun bisa diubah.

Agar kalian lebih memahami proses penyuntingan, kerjakanlah latihan

berikut ini.

(1)

Dalam sebuah

teks fiksi, kalian diharapkan mampu menggambarkan

sesuatu untuk meyakinkan pembaca. Sementara itu, teks fiksi bersifat

konkret. Oleh sebab itu, kalian harus memiliki kemampuan mengonkretkan

konsep abstrak. Mengonkretkan konsep abstrak (seperti cinta, sayang,

bahagia, marah, sedih, dahsyat, cantik, dan sebagainya) pada intinya

adalah mencari pengucapan tidak langsug terhadap sebuah konsep, yang

memerlukan perincian yang cermat. Kalian bisa melukiskan bahagia

tanpa menggunakan kata itu sama sekali. Kalian bisa mendeskripsikan

cantik tanpa memunculkan kata itu sama sekali.

Dalam teks cerita fiksi yang bersifat konkret ini, pengarang harus

mampu menghidupkan gambaran nyata tentang perilaku seseorang atau

serangkaian kejadian yang menyeret orang tersebut bergerak dari satu

siatuasi ke situasi selanjutnya. Sebuah teks cerita fiksi tidak berbicara

tentang bahagia, tetapi tentang tindakan orang yang sedang bahagia.

Tugas kalian adalah menuliskan paragraf tentang sedih tanpa

menggunakan kata “sedih” atau kata lain yang merupakan sinonimnya.

154

Kelas XII

Semest

er 2

Setelah itu tuliskan pula paragraf tentang bahagia tanpa menggunakan

kata “bahagia” atau kata lain yang merupakan sinonimnya.

“Sedih”

__________________________________________

___________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

“Bahagia”

___________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

(2)

Deskripsi yang

baik membuat cerita “hidup” di benak pembaca. Deskripsi

tersebut harus memikat seluruh indra pembaca, membangkitkan

rangsangan emosional, serta membuat tokoh dan segala unsur kehidupan

yang dilukiskan dalam cerita menjadi lebih nyata dan bisa dipercaya.

Dengan melibatkan kelima indra, kalian bisa memberikan penggambaran

yang hidup seperti itu. Jika kalian bisa menghasilkan sebuah deskripsi

yang baik, pembaca bisa melihat sesuatu, mencium baunya, merasakan

persentuhan dengannya, mendengar bunyinya, dan mencecap rasanya.

Usahakan kalian tidak hanya menggambarkan apa yang tampak oleh

mata, sebab sama saja artinya kalian hanya menyodorkan sebuah gambar

atau foto.

Berikut ini kalian akan berlatih membuat dan menyunting teks deskripsi

dengan lima indra. Kalian harus memfungsikan kelima indra yang kalian

miliki untuk membawa pembaca seolah mengalami apa yang dibacanya.

Bahasa Indonesia

155

(a)

Tulislah sebuah paragraf tentang suatu tempat. Lukiskan hanya dengan

menggunakan

perincianan secara visual, yakni semua yang bisa dilihat

oleh mata.

______________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

(b)

Tulis ulang atau

perbaiki deskripsi yang kalian buat sebelumnya

dengan memasukkan perincian mengenai suara.

______________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

(c)

Tulis

kembali paragraf kalian. Kali ini, kalian harus memasukkan

detail baru dengan menggunakan indra penciuman. Masukkan bau

dalam perincian kalian tentang tempat yang dilukiskan tersebut.

_________________________________________________________

___________________________________________

______________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

156

Kelas XII

Semest

er 2

(d)

Tulis ulang lagi paragraf kalian dengan menambahkan perincian

indra

perasa kalian. Dengan demikian, kalian sudah memberikan

kesempatan kepada pembaca untuk masuk ke sebuah tempat, melihat

apa yang ada di sana, mendengar suaranya, mencium aroma udaranya,

dan mencecap rasanya.

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

(e)

Tulis kembali

deskripsi yang telah kalian buat sebelumnya, tetapi kali

ini masukkan perincian dengan menggunankan indra peraba kalian.

Kalian bisa melukiskan apa yang kalian rasakan ketika menyentuh

sesuatu. Kalian bisa memasukan deskripsi tentang temperatur (suhu),

tekstur, tekanan, dan sebagainya.

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

__________________________________________________________

(f)

Kalian sudah menyelesaikan beberapa langkah pendeskripsian tempat

dengan

menggunakan kelima indra. Sekarang, baca lagi dengan teliti

tulisan kalian. Kemudian, putuskan apa yang sebenarnya ingin kalian

sampaikan dalam pendeskripsian tersebut. Informasi penting apakah

yang ingin kalian sampaikan dengan deskripsi itu? Cermati deskripsi

kalian, tambahkan perincian yang masih diperlukan serta buang yang

tidak diperlukan. tulis kembali paragraf kalian.

Bahasa Indonesia

157

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

(3)

Dialog atau

percakapan dalam sebuah teks cerita fiksi itu penting. Bukan

untuk memperpanjang jumlah halaman atau untuk menyiasati kebuntuan

bertutur, tetapi fungsi dialog adalah untuk memberikan informasi

yang akan kalian sampaikan. Informasi disampaikan melalui dialog

dengan alasan hanya akan menjadi kuat jika dituliskan dalam bentuk

dialog. Dengan dialog kalian bisa mengungkapkan watak tokoh dan

menghindarkan pembaca dari kejenuhan.

Beberapa saran untuk membuat dialog sebagai berikut. Pertama, jangan

membuat dialog seperti menyalin percakapan sehari-hari, sebab itu

membosankan. Kedua, jangan mengulang apa yang ada dalam narasi,

itu sama saja dengan pemborosan. Ketiga, buatlah dialog secara

ringkas. Keempat, jangan membingungkan pembaca. Kelima, kalian

dapat menambahkan bahasa tubuh bila perlu, dengan demikian, makna

kalimat akan lebih jelas. Keenam, hindari penulisan ejaan fonetik.

Misalnya menggambarkan kegagapan dalam dialog seperti ini: “Ss-ss-

sa-sayy-sayyaa mm-mmma-maau mmm-mmi-miiin-minnn-minnnu-

minnuum!” Selain merepotkan penulis dan pembaca, dialog seperti ini

juga membosankan. Kalian bisa membuat: “Saya mau minum!” katanya

tergagap. Dengan demikian pembaca sudah dapat membayangkan tokoh

yang berdialog sambil tergagap. Saran yang terakhir adalah belajar pada

penulis yang baik. Caranya adalah dengan membaca dan mencermati

karyanya.

158

Kelas XII

Semest

er 2

Tugas kalian sekarang adalah membuat dialog yang terjadi di tempat yang

kalian lukiskan sebelumnya.

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

Secara sederhana, adegan merupakan tindakan penting yang dilakukan

tokoh dalam cerita. Sementara cerita adalah rangkaian adegan demi adegan

yang membangun sebuah teks cerita menjadi utuh. Terdapat beberapa unsur

penyusun adegan sebagai berikut. Pertama, tokoh yang akan mengalami

kejadian kompleks dan berlapis dalam keseluruhan cerita. Kedua, sudut

pandang penceritaan adegan. Ketiga, tindakan penting yang dilakukan tokoh.

Keempat, dialog yang bermakna dan menyampaikan informasi penting yang

dibutuhkan. Kelima, informasi baru tentang tokoh dan perkembangan cerita.

Keenam, konflik yang menguji kesanggupan tokoh dan mampu mengungkap

penokohan. Ketujuh, latar tempat dan waktu. Terakhir, narasi secukupnya

untuk mengantarkan atau menutup adegan.

Tugas kalian adalah membuat sebuah adegan yang membuat tokoh dalam cerita

kalian memasuki tempat yang kalian lukiskan sebelumnya. Kemudian, tokoh

itu melakukan sebuah tindakan di tempat tersebut. Sebagai penutup, kalian

boleh mengeluarkan tokoh itu dari tempat tersebut, atau tetap membiarkannya

di sana.

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

Bahasa Indonesia

159

Berikut ini terdapat sebuah teks cerita fiksi berjudul “Gadis Kecil dan

Doanya”. Teks ini adalah bagian 1 dari novel Rumah Tanpa Jendela yang

ditulis oleh Asma Nadia.

(4)

Bacalah teks “Gadis Kecil dan Doanya” berikut ini dengan cermat.

Gadis Kecil dan Doanya

Sumber: http://gramediamatraman.files.wordpress.com/2011/03/rumah-tanpa-jendela.jpg

Gambar 5.4 Novel dan Skenario

Rumah Tanpa Jendela

Berapa kali kita harus kehilangan orang yang begitu penting dalam

hidup?

Sepasang mata milik seorang gadis cilik tampak khusyuk

mengamati sekeliling ruangan putih bersih itu. Berpindah-pindah dari

monitor dengan angka-angka yang tidak dia mengerti, yang selalu

mengeluarkan bunyi teratur itu, ke selang-selang panjang dengan

cairan bening yang mengalir dan bermuara ke pergelangan tangan satu

sosok yang terbaring di ranjang. Seseorang yang begitu dicintainya.

Kerabat satu-satunya....

Allah... jangan biarkan dia meninggal.

Matanya berkaca. Butiran air yang ingin tumpah ditahannya

sekuat tenaga. Gadis kecil dengan bola mata bulat itu menggigit bibir

keras-keras. Berharap dengan begitu genangan air yang siap menderas

akan berhenti.

160

Kelas XII

Semest

er 2

Dia harus kuat, percuma menangis. Dia harus kuat. lebih baik

berdoa. Ibunya dulu sering mengulang-ulang kalimat itu.

“Berdoa, Ra... mengaji. Minta sama Allah.”

“Apa Allah selalu mengabulkan doa?”

Dia ingat perempuan yang melahirkannya tersenyum saat

mendengar pertanyaan itu.

“Allah mendengar doa, Ra. Allah

nggak

pernah menyia-nyiakan

doa yang meminta.”

Rara tidak puas, mengejar lagi.

“Tapi, apa pasti dikabulkan, Bu? Rara ingin punya jendela...”

kalimat itu menggantung sejenak sebelum bersuara

pelan, “Rara juga

ingin Ibu sembuh.”

Perempuan dengan wajah teduh itu menggenggam tangan anak

satu-satunya, sebelum berbisik, “Allah pasti mengabulkan setiap doa,

Ra. Tapi kadang ada doa-doa lebih penting yang harus didahulukan.”

Tapi Rara ingin Ibu sembuh.... Rara ingin waktu bisa berulang

dan peristiwa yang menyebabkan ibunya sakit tidak perlu terjadi

.

Seperti membaca pikiran Rara, Ibu mulai mengusap-usap rambut

anak semata wayangnya itu.

“Rara bacakan ayat Quran untuk memohon kesembuhan, ya?

Masih ingat?”

Jemari ibu yang bergetar susah payah membuka halaman Alquran

yang dibawakan Rara ke pembaringan.

Dan di halaman itu, telunjuk Ibu berhenti. Alquran surat Al

Anbiya, ayat 83—84.

Malam hening. Hanya suara jernih Rara yang patah-patah

mengaji.

Dan sekarang, ayat yang sama ingin dibacakannya bagi sosok

terkasih yang sudah hampir seminggu tak menyapanya lagi.

Jangan mengangis, Ra. Berdoa....

Suara Ibu, entah siapa yang membawanya mampir ke telinga.

Rara menggigit bibirnya lagi. Air mata ini sulit sekali diaturnya.

(Asma Nadia,

Rumah Tanpa Jendela

, Jakarta: Penerbit Buku Kompas,

Januari 2011, halaman 1-3)

Bahasa Indonesia

161

(5)

Setelah

kalian membaca teks “Gadis Kecil dan Doanya” di atas,

abstraksikanlah teks tersebut menggunakan bahasa kalian sendiri.

(6)

Bandingkanlah hasil abstraksi kalian dengan hasil teman yang lain.

T

ugas 2

Memproduksi Teks Cerita Fiksi dalam Novel secara Mandiri

Setelah melakukan latihan penyuntingan dan mengabstraksi “Gadis

Kecil dan Doanya” pada tugas sebelumnya, berikutnya kalian diminta

untuk membuat teks cerita fiksi secara mandiri. Kalian bisa menulis ulang

hasil suntingan kalian tersebut. Untuk memudahkan penulisan, kalian bisa

mencari sumber bahan tulisan di perpustakaan, media massa, internet,

observasi di lapangan, dan/atau wawancara dengan narasumber. Catatlah

semua data yang diperoleh, baik catatan kepustakaan, catatan lapangan,

dan/atau hasil wawancara, kemudian tulislah menjadi sebuah teks cerita

fiksi yang utuh secara mandiri.

Tugas 3

Mengonversi Teks Cerita Fiksi dalam Novel

(1)

Bacalah sekali lagi teks “Gadis Kecil dan Doanya

” dengan saksama.

Sebagai referensi tambahan, kalian bisa membaca novel

Rumah Tanpa

Jendela

secara utuh, serta beberapa sumber lain dari berbagai media

yang membahas novel ini.

(2)

Konversikanlah teks “Gadis Kecil dan Doanya” d

i atas menjadi sebuah

teks lain dengan struktur yang berbeda.

(3)

Presentasikanlah hasil pekerjaan kalian di depan k

elas, lalu

bandingkanlah dengan hasil pekerjaan teman-teman yang lain.