Halaman
74
Kelas XII
Semest
er 2
Peta Konsep Pelajaran 5
Pelajaran 5
Mengurai Komplikasi dalam
Cerita Fiksi
Kegiatan 1
Pembangunan
Konteks dan
Pemodelan Teks
Cerita Fiksi dalam
Novel
Tugas 1
Memahami Struktur
dan Ciri Kebahasaan
Teks Cerita Fiksi
dalam Novel
Tugas 2
Membandingkan Teks
Cerita Fiksi dalam
Novel
Tugas 3
Menganalisis Teks
Cerita Fiksi dalam
Novel
Kegiatan 2
Kerja bersama
Membangun Teks
Cerita Fiksi dalam
Novel
Tugas 1
Mengevaluasi Struktur
Teks
Cerita Fiksi dalam
Novel
Tugas 2
Menginterpretasi
Fungsi Sosial Teks
Cerita Fiksi dalam
Novel
Tugas 3
Memproduksi Teks
Cerita Fiksi dalam
Novel secara Bersama
Kegiatan 3
Kerja Mandiri
Membangun Teks
Cerita Fiksi dalam
Novel
Tugas 1
Menyunting dan
Mengabstraksi Teks
Cerita Fiksi dalam
Novel
Tugas 2
Memproduksi Teks
Cerita Fiksi dalam
Novel secara Mandiri
Tugas 3
Mengonversi Teks
Cerita Fiksi dalam
Novel
Bahasa Indonesia
75
Mengurai Komplikasi Cerita
Fiksi dalam Novel
Pelajaran ini merupakan proses pembelajaran bahasa Indonesia yang
berbasis teks cerita fiksi. Pembelajaran teks ini membantu peserta didik
memeroleh wawasan pengetahuan yang lebih luas agar terampil berpikir kritis
dan kreatif, serta bertindak efektif menyelesaikan permasalahan kehidupan
nyata yang tidak terlepas dari kehadiran teks. Pengalaman tokoh rekaan dalam
menyelesaikan komplikasi permasalahan yang dibangun melalui imajinasi
penulis digunakan sebagai motivasi dalam meraih cita-cita dan mencipta
citra pribadi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi para tokoh ini perlu
dievaluasi agar dapat terpecahkan. Menguraikan komplikasi dan mengevaluasi
permasalahannya dibahas untuk menguatkan kapasitas peserta didik guna
memanfaatkan keberadaan bahasa Indonesia dalam menempatkan diri sebagai
cerminan sikap bangsa Indonesia di lingkungan pergaulan dunia global. Untuk
itu, pelajaran ini dikemas dengan menggunakan tema “Mengurai Komplikasi
Cerita Fiksi dalam Novel”.
Untuk dapat mengurai komplikasi cerita fiksi dalam novel, kegiatan
pembelajaran yang berbasis teks ini dibahas dalam tiga tahap: yaitu (1)
pembangunan konteks dan pemodelan teks cerita fiksi, (2) kerja bersama
pembangunan teks cerita fiksi, serta (3) kerja mandiri pembangunan teks cerita
PELAJARAN
5
76
Kelas XII
Semest
er 2
fiksi. Dalam setiap cerita fiksi, terdapat komponen abstrak, orientasi, komplikasi,
evaluasi, resolusi, dan koda. Melalui tahapan kegiatan pembelajaran teks
tersebut, ditemukan rentetan peristiwa yang dialami tokoh, melalui imajinasi
penulis, mulai dari munculnya persoalan, terjadinya klimaks, hingga adanya
pemecahan masalah yang diangkat dalam setiap cerita fiksi. Urutan peristiwa
itu, baik pada tahap kerja bersama maupun kerja mandiri membangun teks,
dilakukan untuk membangun teks yang menerapkan pembelajaran saintifik
dengan model pembelajaran teks berbasis masalah (
problem based learning
),
pembelajaran teks berbasis proyek (
project based learning
), dan pembelajaran
berbasis penyingkapan/penelitian (
discovery/inquiry learning
), serta penilaian
autentik. Untuk memproses pembelajaran teks cerita fiksi ini, telah tersedia
berbagai tugas belajar yang sangat beragam guna mencapai kompetensi yang
diharapkan dan membangkitkan kegembiraan serta kegemaran belajar.
Ke
giatan 1
Pembangunan Konteks dan Pemodelan Teks Cerita Fiksi dalam Novel
P
ada kegiatan ini, siswa diajak bersikap arif dengan
menyelami ranah pelajaran
tentang teks cerita fiksi dalam novel.
Genre fiksi merupakan jenis teks yang dibuat berdasarkan imajinasi.
Cerita fiksi atau cerita rekaan adalah dunia imajinatif. Pada hakikatnya, cerita
fiksi itu merupakan hasil olahan imajinasi penulis berdasarkan pengalaman,
pandangan, tafsiran, kecendikiaan, wawasan, dan penilaiannya terhadap
berbagai peristiwa. Peristiwa itu bisa saja pernah terjadi secara nyata ataupun
hanya dalam khayalan penulis saja. Kemudian, dengan kemampuan imajinasi
dan keluasan wawasan pengetahuannya, penulis mengungkapkannya kembali
dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya.
Penulis tidak sekadar menampilkan kembali fakta yang terjadi dalam
kehidupan, melainkan telah membalurinya dengan imajinasi dan wawasannya,
sehingga teks cerita fiksi yang dihasilkan tidak sama persis dengan kehidupan
nyata. Akan tetapi, tetap saja dalam menghasilkan karyanya, penulis
dipengaruhi oleh lingkungannya. Dalam menghasilkan sebuah karya sastra,
pengalaman, pengetahuan, dan wawasan penulis sangat menentukan mutu
kreasinya.
Kalian pun bisa menulis. Saat kalian hendak menulis, yang paling penting
adalah kemauan. Kemauan itu harus selalu dipupuk. Caranya adalah membaca,
sebab membaca adalah belajar. Dengan mengarahkan kemauan kalian untuk
membaca karya novel yang ada, kalian bisa distimulasi untuk menulis. Oleh
Bahasa Indonesia
77
sebab itu, jika hendak bicara soal teori menulis, maka teori yang paling tepat
adalah setelah membaca karya-karya yang ada, hendaknya langsung menulis
dengan menggunakan rasa keindahan dan nalar kebenaran.
Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang
objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa
sebagai medianya. Dalam hal ini, bahasa tidak saja merupakan media untuk
menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir, tetapi juga merupakan media
untuk menampung ide, teori, atau sistem berpikir manusia. Sebagai karya
kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha
manyalurkan kebutuhan keindahan manusia.
Dunia sastra dengan berbagai kerumitannya mencoba pula menyodorkan
pemahaman dan kesadaran mengenai situasi dan berbagai masalah yang
dihadapi umat manusia. Dalam hal ini, sastra bermaksud menawarkan semacam
dunia alternatif. Pengarang bermaksud memberi hiburan estetik dan sekalian
hendak menyentuh rasa dan nilai kemanusiaan atau sengaja menampilkan
sesuatu dengan maksud hendak menggugah pembaca dan kepeduliannya atas
kehidupan ini.
Karya sastra tidak jatuh begitu saja dari langit. Karya sastra tersebut
diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan
oleh masyarakat. Sastrawan yang kreatif bermakna orang yang sanggup
menemukan nilai-nilai yang telah ada dalam masyarakat, bukan menciptakan
nilai-nilai. Kesanggupan sastrawan dalam menemukan nilai-nilai terbaik yang
akan dijadikan tema dalam karyanya merupakan suatu hal yang menyangkut
mutu kreativitas tersebut.
Berangkat dari asumsi bahwa kelahiran sastra itu tidak lahir dari
kekosongan sosial, atau dengan kata lain kehidupan sosial akan menjadi
pemicu lahirnya karya sastra, maka sosiologi dan sastra adalah dua hal yang
berbeda tetapi dapat saling melengkapi. Dalam kaitan ini, sastra merupakan
sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan satu tes dialektika
antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya, kemudian
dikembangkan dalam karya sastra.
Nyanyi Sunyi dari Indragiri
karya Hary B. Kori’un secara jelas
menyingkap kondisi sosial masyarakat Provinsi Riau dewasa ini. Dalam novel
tersebut terdapat gambaran keterbelakangan dan kemiskinan yang ada di
Provinsi Riau. Dengan gaya yang khas dari pengarang dalam menyampaikan
ide dan pikirannya, membuat novel ini sangat menarik untuk dianalisis secara
mendalam.
78
Kelas XII
Semest
er 2
Novel peraih penghargaan utama
Ganti Award
2004—nama sebuah
penghargaan penulisan novel yang diselenggarakan oleh Yayasan Bandar
Serai di Pekanbaru, Provinsi Riau (
Ensiklopedia Sastra Riau
, 2011)—ini
diterbitkan oleh Gurindam Press pada Desember 2004. Novel dengan tebal
102 halaman ini terdiri dari empat bagian, yaitu (1) Prolog, (2) Alia, (3) Sarah,
dan (4) Epilog.
Sumber: Koleksi HBK
Gambar 5.1 Novel
Nyanyi Sunyi dari Indragiri
Bacalah prolog dan epilog novel
Nyani Sunyi dari Indragiri
berikut.
A.
Prolog
lelaki tak memiliki apa-apa
jiwanya per
gi, mengikuti arah angin yang tak berketentuan, atau air
sungai yang mengalir membawanya pergi jauh ke arah entah
kadang dia bertanya: “seberapa beranikah aku mempertaruhkan
diriku bertarung membela kehormatan?”
juga, dia masih meragukan dirinya sendiri: “seberapa takutkah aku
dicintai?”
lelaki tak memiliki apa-apa, bekalnya hanya rasa, untuk dijadikan
tongkat penunjuk dalam perjalanan...
(
NSdI
, 2004:ix)
Bahasa Indonesia
79
B.
Epilog
Senja hampir habis,
burung-burung terbang mencari tempat
untuk pulang dan angin semilir berembus tipis. Seorang laki-laki
dengan rambut gondrong, cambang, kumis, dan segala rambut
yang menutupi kepala dan wajahnya. Di punggungnya tergantung
tas ransel lusuh, baju, dan celana, serta sepatu yang dipakainya
juga lusuh. Angin mengibar-ngibarkan rambut gondrongnya, dan
matahari senja yang hampir habis bersinar menerpanya, membuat
lelaki itu seperti siluet hitam, yang terlihat hanya bayangan.
Di sebuah lapau tempat banyak laki-laki yang sedang bermain
domino, dia berhenti sejenak. Mereka yang ada di situ serentak
memandangnya, tetapi kemudian kembali asyik dengan batu
dominonya.
“Masih berapa jauhkah Bukit Tengkorak dari sini, Ibu?” tanya
lelaki itu kepada pemilik lapau.
Kontan, semua orang menghentikan permainannya. “Untuk
apa Anak mencari bukit itu? Semua yang datang ke bukit itu tak
pernah kembali. Kata orang, di bukit itu benar-benar ada hantu,
juga binatang buas seperti beruang, harimau, dan sebagainya,”
jawab salah seorang dari mereka.
“Saya tahu, Pak, saya sudah mendengar semua cerita tentang
Bukit Tengkorak itu. Saya memang tak ingin kembali lagi setelah
sampai di sana...”
Semuanya heran, mulutnya melongo. Ibu pemilik lapau itu
kemudian mengatakan bahwa untuk mencapai Bukit Tengkorak,
harus melakukan perjalanan kaki paling cepat dua hari dua malam,
menuruni tiga lembah dan empat bukit. “Letaknya di sebalik
Gunung Kerinci itu, Anak. Tapi tidak ada angkutan mobil yang
bisa mengantar ke sana. Bahkan pemilik sewaan kuda di daerah
ini juga tidak mau menyewakan kudanya kalau tujuannya ke Bukit
Tengkorak.”
“Terima kasih, Bu. Mungkin saya memang harus berjalan
kaki...”
Kemudian, seperti dalam cerita-cerita komik atau film silat,
lelaki berambut gondrong menggendong tas ransel itu berjalan
menjauhi lapau itu, yang membuat semua orang yang ada di situ
melongo. Angin senja yang hampir habis membuat rambutnya
80
Kelas XII
Semest
er 2
berkibar-kibar, dan sinar matahari yang hampir tenggelam
membuat tubuhnya tampak hanya bayangan, seperti siluet. Dia
berjalan ke arah barat, ke arah matahari tenggelam, ke arah Bukit
Tengkorak, bukit kematian yang diyakini oleh seluruh penduduk
di kaki Gunung Kerinci itu.
Aku memang ingin mati, katanya dalam hati. Tetapi mengapa
aku tak bisa mati?
Beberapa saat kemudian, senja benar-benar telah habis.
Bayangan lelaki itu sudah tidak tampak lagi dari lapau, yang
tertinggal hanya hawa dingin yang menggigilkan tulang.
“Orang aneh...” desis orang-orang di lapau itu. “Semua orang
ingin mencari hidup, ini malah mencari mati... Mengapa tidak
bunuh diri saja?”
Kembali, angin hanya menyisakan dingin yang menggigilkan
tulang-tulang, dan para lelaki itu terus bermain domino hingga
menjelang tengah malam, ketika dingin benar-benar tak bisa
dikurangi dengan kopi atau selimut tebal.
Dingin yang membuat beku, dan laki-laki berambut gondrong
menggendong tas ransel itu tetap berjalan dalam gelap, tanpa
cahaya apapun. Dia terus berjalan, terus berjalan, tanpa cahaya,
tanpa apa-apa. Hanya berjalan, ke arah entah.
(
NSdI
, 2004:99—101)
Tugas 1
Memahami Struktur dan Ciri Kebahasaan Teks Cerita Fiksi dalam Novel
Siswa menggunakan model teks cerita fiksi yang ideal. Kegiatan
pembelajaran pada tahap pemodelan teks ini mencakupi tugas membaca
layap (
skimming
) dan membaca pindai (
scanning
), mengamati model,
bertanya jawab, serta membuat parafrasa dan sebagainya. Siswa bertugas
mendekonstruksi teks cerita fiksi dari aspek tujuan sosial, termasuk nilai dan
norma sosialnya.
Di kelas XI kalian sudah mempelajari “Menemukan Solusi Atas Masalah
Kewirausahaan” melalui teks cerita pendek. Sama halnya seperti cerpen,
novel sebagai sebuah teks cerita fiksi, juga mempunyai kebulatan makna yang
hanya dapat digali dari karya itu sendiri. Untuk itu, kalian harus mengetahui
berbagai unsur pembentuk teks sebagai suatu jalinan yang utuh. Keterjalinan
dan keterkaitan semua unsur tersebut dapat kalian bongkar yang kemudian
dipaparkan untuk menghasilkan makna yang menyeluruh.
Bahasa Indonesia
81
Agar kalian lebih memahami berbagai unsur yang membangun novel
Nyanyi Sunyi dari Indragiri
(
NSdI
), seperti tema, tokoh dan penokohan,
latar, konflik, alur, dan sebagainya, berikut akan diberikan cuplikan isi novel
tersebut. Setelah kalian mengetahui berbagai unsur yang membangun novel
tersebut, kalian akan dengan mudah mengurai komplikasi yang ada di dalam
novel.
Untuk dapat menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini, bacalah
beberapa cuplikan novel
NSdI
berikut.
1)
Bulan April 1998, sekilas,
dari siaran radio yang aku dengar, keadaan
politik memang memburuk akibat jatuhnya harga rupiah. Tetapi bagi
kami, naiknya dolar malah melambungkan harga getah karet, dan harga
kayu juga naik drastis. Inilah yang kemudian memulai segalanya.
(
NSdI
, 2004:22)
2)
Markoni datang ke rumah dan mengatakan bahwa PT
Riau Maju
Timber sudah melakukan penebangan kayu hampir sampai perbatasan
kampung kami. Beberapa hutan di kampung sebelah sudah lenyap
dan tinggal semak yang akan mudah termakan api kalau musim panas
datang pertengahan tahun nanti. “Saya kemarin sempat masuk ke
lokasi penebangan mereka, Bang. Sebentar lagi mungkin hutan yang
di sebelah barat kampung kita ini sudah habis. Sejak Abang pergi
kuliah, kami tak boleh lagi pergi membalak ke hutan. Mereka bilang
hutan kita ini masuk HPH mereka...”
(
NSdI
, 2004:22—23)
3)
Tahun 1986, inilah
tahun terburuk dalam sejarah bencana di
kampungnya. Dia baru tamat SD ketika itu dan umurnya baru 12
tahun. Meski masih bau ingus, tetapi dia ingat betul semua yang terjadi
di kampungnya; panas terik sepanjang tahun, beras menjadi langka,
pohon karet tak mengeluarkan getah karena tak tersiram air. Penduduk
kampung itu akhirnya banyak yang mencari ubi dan talas ke kampung
lain untuk sekadar mempertahankan hidup.
(
NSdI,
2004:38)
4)
Panas terik masih terus memanggang kampungnya,
juga kampung-
kampung lain di pinggir sungai itu. Asap mengepul dari hutan-hutan
di pinggir kampung yang sudah banyak terbakar. Hampir setiap hari
pula, dia selalu mendengar suara mesin penebang kayu meraung-raung
tidak siang tidak malam dan beberapa hari kemudian kayu-kayu, yang
82
Kelas XII
Semest
er 2
sudah dirajang dengan rapi baik berbentuk papan maupun batangan
segi empat dikeluarkan oleh serombongan kerbau dari hutan. Sesampai
di pinggir sungai, ada orang yang mengikatnya dengan tali atau kawat
dan kemudian dalam jumlah besar dialirkan ke arah hilir sungai dan
dikendalikan oleh kepompong bermesin diesel. Hampir setiap hari,
dalam panas yang memanggang kampung itu, hal seperti itu terjadi;
raungan gergaji sepanjang hari, suara
gedblar
kayu tumbang, kayu
yang ditarik kerbau keluar dari hutan menuju pinggir sungai, dan
rombongan aliran kayu ke arah hilir.
(
NSdI
, 2004:39—40)
5)
“Karena mereka
menghancurkan hutan yang menyerap dan menyimpan
air saat musim hujan dan mengeluarkannya saat musim panas seperti
sekarang. Lihatlah, air sungai sudah hampir mengering dan kita
kehilangan mata pencaharian karena ikan-ikannya sudah habis, tak
ada air.”
(
NSdI
, 2004:41)
6)
Namun, ternyata berhari-hari
kemudian hujan benar-benar tak berhenti.
Air sungai naik hingga ke rumah panggung. Suara gemuruh datang
seperti air bah yang menggulung, atau bunyi ombak badai di lautan
ganas. Yang datang beberapa saat setelah itu, benar, air menggulung
dan rumah-rumah penduduk terhempas seperti suara kapal yang pecah
dihantam badai. Banjir benar-benar datang dan mereka tak sempat
menyelamatkan apa-apa.... Banyak rumah yang hancur, ternak yang
terbawa air, dan korban jiwa yang belum terhitung.
(
NSdI
, 2004: 49—50)
7)
Penebangan hutan yang tidak terkontrol dan pembakaran yang
dilakukan membuat
bencana itu selalu datang. Hampir setiap tahun
juga, Kalid selalu menyaksikan kampungnya menjadi danau berwarna
kuning dan seluruh warga kampung harus mengungsi ke bukit selama
beberapa hari sampai air surut.
(
NSdI
, 2004:53)
8)
Namun, aku benar-benar terpukul
ketika musim hujan di bulan
September, aku kehilangan abah. Aku tak bisa pulang ketika itu,
karena permukaan Sungai Indragiri naik dan gemuruh alirannya
seperti ombak yang bergulung berwarna kuning. Aku menginap di
rumah penjaga sekolah selama tiga hari. Ketika hari Sabtu tak hujan,
Bahasa Indonesia
83
aku pulang dan bisa menyeberang. Namun yang kudapati di sana, umi
tidak di rumah dan seluruh penduduk kampung berdoa, membaca Surat
Yasin. Aku bertanya siapa yang meninggal dan mereka diam semua....
Umi kemudian meminta saya mendekat dan mengatakan, “Relakan
abahmu...”
(
NSdI
, 2004:21)
9)
Ya, siapa yang tak kenal DC?
Melawan dia berarti siap menentang maut.
Tetapi aku tak hendak
melawan dia. Aku hanya mengatakan kepada penduduk bahwa yang
membebaskan kemiskinan adalah keyakinan diri kita sendiri. Malam
yang kering pada 12 Agustus 1998 itulah, aku merasa menjadi manusia
yang berani melawan sesuatu yang memang harus dilawan. Aku
menjadi paham, bahwa tak ada penunggu Sungai Indragiri, yang ada
hanyalah perusahaan HPH yang menghabiskan hutan dan membuat
bencana setiap tahunnya.
(
NSdI
, 2004:28)
10)
Aku memang
terseret dendam pribadi, dan masyarakat kampungku
juga marah!
(
NSdI
, 2004:30)
11)
Malam itu
kami bergerak sekitar 30 orang laki-laki dan berkumpul di
rumah Markoni. Kami berjalan tanpa penerangan menuju kompleks
perusahaan itu dengan membawa beberapa jeriken minyak bensin dan
masing-masing orang membawa geretan pemantik api.
(
NSdI
, 2004:28)
12)
Tak
ada yang bisa menyelamatkan
base camp
itu dari amukan api.
Bangunan yang hampir seluruhnya terbuat dari kayu tersebut menjadi
makanan empuk api yang kemudian membumbung dan menjadi bola
api raksasa terlihat dari jauh yang memecah kesunyian kampung itu.
(
NSdI
, 2004:30)
13)
Namun, DC dan perusahaannya telah
menghancurkan semuanya.
Aku berubah menjadi emosional dan gampang marah serta selalu
memendam dendam. Aku sakit hati dan selalu memendam perasaan
ingin menghancurkannya suatu saat nanti kalau ketemu dia, atau
siapapun orang dekatnya. Dia telah menghancurkan semuanya;
banjir dan kekeringan karena hutan di sekitar kampungku habis, abah
terbawa aliran sungai dan jasadnya pun aku tak pernah melihatnya,
84
Kelas XII
Semest
er 2
aku bersama teman-teman membakar
base camp
dan kemudian masuk
penjara yang mungkin membuat umi tertekan batin karena anak satu-
satunya berurusan dengan masalah kriminal dan akhirnya meninggal
hanya beberapa hari sebelum aku keluar dari penjara. Tidak cukupkah
itu menjadi alasan untuk menghancurkannya?
(
NSdI
, 2004: 86)
14)
Mulanya, dengan inisiatif sendiri, aku datang ke kantor Dinas
Kehutanan di Rengat ketika
libur kuliah dan mengatakan kepada
mereka bahwa aktivitas PT Riau Maju Timber di kampung kami harus
dihentikan. Sebab, lambat-laun hutan di kampung kami habis dan banjir
selalu datang menenggelamkan kampung kami. Tapi apa jawaban
mereka? “Tidak hanya di kampungmu hutan ditebang, tetapi mengapa
hanya kamu yang melapor? Itu bukan urusan kamu, pemerintah yang
memberi izin!”
(
NSdI
, 2004:19)
15)
Ada air
bandang manghancurkan kampung. Ada kebakaran; kabut,
jerebu
... Ada luka, sakit hati dan kebencian yang membludak di
dada. Kebencian yang berasal dari kekecewaan karena ketidakadilan:
kepemilikan yang tercabut dan diambil dengan paksa. Mereka memiliki
izin dari pemerintah, tetapi tanah ini bukan tanah pemerintah. Tanah
ini milik manusia; rakyat, orang-orang yang tinggal, lahir dan besar di
tanah ini.
(
NSdI
, 2004:58)
16)
Ketika hakim selesai mem
baca keputusan, kembali, mereka kalap
dan mengatakan bahwa hukuman itu tidak adil untuk Kalid. “Yang
pantas dihukum itu Dedi Chandra dan antek-anteknya!” teriak mereka.
“Hakim telah dibayar oleh Dedi Chandra!” teriak yang lain.
(
NSdI
, 2004:12)
17)
Kami memang bekerja keras untuk meyakinkan publik, baik di media
massa maupun di persidangan
bahwa pembakaran
base camp
yang
dilakukan oleh Kalid dan teman-temannya, hanyalah sebuah akibat
dari sebuah keputusan pemerintah ketika menerbitkan SK HPH untuk
PT Riau Maju Timber yang sahamnya mayoritas dimiliki DC.
(
NSdI
, 2004:8)
Bahasa Indonesia
85
18)
“...Tetapi Yang Mulia, apakah kita juga harus membiarkan ketika
masyarakat
kecil yang seharusnya mendapatkan perlindungan
hukum, diperlakukan tidak adil oleh hukum yang justru melindungi
pihak lain dengan memakai kata sebagai aset pemerintah? Bahwa
hukum yang dibenarkan itu hanya untuk melindungi kelompok kecil
yang memiliki modal dan bisa membayar semuanya? Apakah banjir
bandang yang selalu datang setiap tahun yang sering menelan korban
rakyat kecil, tidak bisa menjadi alasan bahwa semua itu adalah akibat
dari eksplorasi hutan yang berlebihan di daerah sekitar? Mengapa
kita harus menyebutnya bahwa itu hanya sebuah bencana alam yang
diberikan oleh Tuhan...?”
(
NSdI
, 2004:9)
19)
Apakah ada jaminan
bagi kami, bagi umi dan warga kampung ini
bahwa dengan semua penderitaan itu akan masuk surga?
“Tuhan tidak ada di sini, Ustaz...” kataku perlahan kepada Ustaz
Mahyudin setelah acara yasinan selesai.
...Aku diam. Namun sejak itu, aku sudah pergi dari Tuhan dan tak
menyentuh surau atau kitab suci lagi. Aku kecewa sekali. Mungkin
imanku yang pendek, tetapi kenapa semua menjadi tidak adil untuk
kami?
(
NSdI
, 2004:22)
20)
Engkau tahu, aku lahir dan besar di sebuah kampung terisolir yang
hingga kini masih seperti itu ketika aku meninggalkannya
hampir
tujuh tahun lalu. Kemiskinan bukan lagi hal baru, dan itu yang terus
menerus kami lawan. Tetapi kemiskinan itu semakin bertambah
dengan penderitaan yang kami, orang kampung, sulit mencari
solusinya. Bahkan, saking bodohnya, engkau tentu tahu kisah tentang
Fatimah dan Ipah, dua wanita yang dikorbankan kepada penunggu
Sungai Indragiri ketika musim panas melanda kampung kami selama
berbulan-bulan. Itu bukan sebuah bagian dari budaya, Alia, tetapi itu
adalah bentuk ironis dari kebodohan kami.
(
NSdI
, 2004:18)
21)
Mereka dekat
dengan sebuah ornamen modern berupa perusahaan
pengolahan kayu, tetapi mereka menjadi buruh dan bahkan budak
di tanah mereka sendiri. Mereka tak bisa berbuat banyak. Kami tak
bisa lagi mencari kayu barang dua atau tiga kubik seminggu dan itu
dilakukan dengan gotong royong, karena penguasaan hutan sudah
dimiliki oleh perusahaan itu. Kami hanya bisa menakik getah, mencari
86
Kelas XII
Semest
er 2
ikan di sungai dan menjualnya ke pasar. Sementara, setiap musim panas
kami kebagian asap tebal, dan setiap musim hujan kami mendapatkan
banjir bandang.
(
NSdI
, 2004:32)
22)
Seminggu hujan tak berhenti dan kampung itu benar-benar menjadi
danau
baru, mungkin juga puluhan kampung lainnya di sepanjang
aliran sungai. Kalid juga masih ingat ketika itu, setelah air surut dan
normal, kampung itu dilanda wabah kolera. Penyakit itu datang tidak
hanya menyerang anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Banyak yang
meninggal ketika itu, sekitar pertengahan tahun 1986, karena bantuan
obat-obatan dan dokter dari kota terlambat. Transportasi yang susah
membuat distribusi bantuan tersendat, ini belum lagi masalah birokrasi
yang selalu menjadi penghambat penyaluran bantuan dalam bencana
apapun.
(
NSdI
, 2004:51)
23)
Yang ada dalam
pikiranku sejak aku mulai memahami pedihnya
menjadi orang miskin adalah bagaimana supaya kami semua di
kampung diperhatikan; sekolah dibangun dengan layak, jalan dan
jembatan dibuat dan orang-orang di kampung kami tidak bermental
terbelakang seperti itu.
(
NSdI
, 2004:31-32)
24)
Namun dia tetap memiliki keinginan itu; menjadi guru dan mengajar
anak-anak
di kampungnya, agar tidak hanya sekadar bisa tulis-baca
Alquran seperti selama ini didapatkannya dari guru mengaji di surau
ketika malam setelah sholat Maghrib. Dia ingin menjadi guru, agar
anak-anak di kampung ini bisa sekolah yang lebih tinggi; menjadi
insinyur untuk membangun jembatan dan jalan di kampungnya, atau
menjadi pejabat agar punya pikiran untuk membangun sekolah di
kampungnya.
(
NSdI
, 2004:35)
(1)
Untuk menem
ukan tema, terlebih dahulu harus diidentifikasi berbagai
masalah yang ditemukan dalam cerita. Masalah inilah yang kemudian akan
menggiring pada penemuan tema sebuah novel. Maka identifikasikanlah
berbagai masalah yang kalian temukan dalam novel
Nyanyi Sunyi dari
Indragiri
.
Bahasa Indonesia
87
a)
Permasalahan pertama
yang ditemukan adalah persoalan
lingkungan yang dihadapi tokoh dalam novel. Persoalan dimulai
pada April 1998, saat keadaan politik memburuk akibat jatuhnya
harga rupiah. Keadaan tersebut menyebabkan harga getah karet
dan kayu melambung tinggi.
b)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
c)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
d)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
e)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
f)
________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
g)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
h)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
i)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
j)
________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
88
Kelas XII
Semest
er 2
(2)
Tema sifatnya mengikat keseluruhan masalah yang ada dalam cerita.
Setelah
semua permasalahan teridentifikasi dengan baik, tentukanlah
tema novel
NSdI
ini. Lalu diskusikanlah dengan teman sekelas kalian.
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
(3)
Jalur tempat lewatnya
rentetan peristiwa yang merupakan rangkaian
polah para tokoh yang berusaha memecahkan konflik dalam sebuah cerita
disebut alur. Alur, yang merupakan perpaduan semua unsur pembangun
cerita sehingga menjadi kerangka utama, mempunyai penekanan pada
hubungan kausalitas tiap peristiwa yang ada.
Setelah kalian mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam cerita,
cobalah kalian diskusikan secara berkelompok hubungan kausalitasnya.
Buatlah kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 orang.
a) Keadaan politik yang memburuk menyebabkan harga rupiah
yang anjlok, sehingga harga karet dan kayu melambung tinggi.
Hal ini menyebabkan PT Riau Maju Timber “merampas” hutan
masyarakat Rimbo Pematang.
b) Eksplorasi hutan yang berlebihan menyebabkan kekeringan di
musim panas dan banjir di musim hujan.
c)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
d)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
e)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
Bahasa Indonesia
89
f)
________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
g)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
h)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
i)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
j)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
(4)
Untuk mengetahui bentuk
alur sebuah cerita, perlu disimak rangkaian
peristiwa yang terdapat dalam karya tersebut. Di kelas XI, kalian sudah
mempelajari berbagai bentuk alur dalam cerita rekaan, seperti alur
progresif atau alur lurus, dan alur regresif (
flashback
) atau sorot balik,
bahkan ada alur yang bolak-balik. Baik cerpen maupun novel, memiliki
salah satu bentuk alur tersebut.
Berikut ini adalah beberapa cuplikan tambahan yang akan membantu
kalian melihat alur cerita yang terdapat dalam novel
Nyanyi Sunyi dari
Indragiri
. Bacalah cuplikan berikut secara cermat dan perhatikan nomor
halaman setiap kutipan, karena akan membantu kalian menyusun alur
cerita dalam novel
NSdI
.
90
Kelas XII
Semest
er 2
25)
Guntingan koran itu masih ada di mejanya. T
idak semua koran menulis
tentang peristiwa itu, hanya beberapa. Dan yang beberapa itulah yang
membuatnya tersentak. Ada yang nyeri dalam dadanya, ada yang
hampa dalam jiwanya. Benarkah berita itu? Tidakkah salah koran-
koran itu menulis tentang hilangnya lelaki itu terbawa arus Sungai
Indragiri yang menenggelamkan beberapa kampung di Indragiri?
(
NSdI
, 2004:1)
26)
Di depan
beberapa pemuda, suatu malam, aku menjelaskan bagaimana
tamaknya perusahaan-perusahaan besar dalam menjalankan bisnisnya.
“Kapitalis modern tak membutuhkan tenaga kerja yang berlebihan.
Mereka pelit memberikan kesejahteraan kepada pekerja. Jangan
percaya kepada masa depan cerah yang mereka janjikan. Teman-
teman, dari dulu hingga sekarang, kita tetap miskin, sementara
mereka selalu datang dan pergi membawa kekayaan alam kita. Tak
ada agama yang bisa membebaskan masyarakat dari kemiskinan ini.
Dalam Islam, Tuhan juga mengatakan bahwa yang menentukan nasib
seseorang adalah orang itu sendiri. Tuhan tidak akan mengubah nasib
suatu umat, kalau umat itu sendiri tidak mau mengubahnya. Artinya
apa, kita sendiri yang harus bekerja keras untuk keluar dari masalah
ini...”
(
NSdI
, 2004:25)
27)
Kedua penjaga itu
terkejut dan dia lebih terkejut lagi karena pada saat
yang bersamaan, semua pagar keliling sudah menyala dan beberapa
saat setelah itu seluruh bangunan di dalam kompleks itu menyala.
Malam itu, ada api yang membakar, seperti dadaku yang dibakar
dendam!
(
NSdI
, 2004:30)
28)
Hingga kemudian seluruh penduduk kampung itu tersadar, di suatu
malam
yang kering,
base camp
perusahaan itu terbakar. Apinya
menjulur ke atas di malam yang gelap di tengah hutan, menjulur seperti
ingin menjilat apa saja untuk dimakan dan dihancurkan.
(
NSdI
, 2004:57)
29)
Kalid divonis setahun dua bulan oleh hakim.
(
NSdI
, 2004:12)
Bahasa Indonesia
91
30)
Maret 2000. Penjara telah mengajarkan
aku banyak hal. Paling tidak,
aku semakin memahami bahwa di tempat yang terkungkung seperti
itu, aku malah menemukan kebebasan untuk melakukan banyak hal,
termasuk berpikir bagaimana mencari kehidupan yang lebih baik suatu
saat nanti. Di penjara, aku banyak memiliki waktu untuk merenung
dan belajar menghargai orang lain, meski banyak orang yang tak mau
menghargaiku. Aku maklum, mereka kebanyakan memang residivis
dan terbiasa dalam kehidupan yang keras.
(
NSdI
, 2004:62)
31)
Namun ketika sampai di Rimbo Pematang,
tak kudapati umi. Aku hanya
menemukan gundukan tanah merah di pinggir hutan dan jawaban para
tetangga tentang meninggalnya perempuan yang paling kucintai itu
beberapa hari sebelumnya.
(
NSdI
, 2004:62)
32)
Tengah
malam aku meninggalkan Rimbo Pematang, meninggalkan
segala cinta yang kumiliki di kampung itu. Meninggalkan semuanya.
Aku berlari membawa sayatan yang sangat pedih. Aku berjalan kaki
beberapa jam dan tiba di Lintas Timur ketika hawa dingin menusuk
tulang, dan aku tak tahu harus ke mana. Sebuah bus ke arah utara
berhenti dan aku naik. Paginya, bus berhenti di Pekanbaru dan aku
turun di kota itu. Aku pernah beberapa kali ke Pekanbaru, tetapi aku
tidak kenal betul dengan Pekanbaru karena aku lebih kenal Kota Jambi,
tempat aku kuliah, selain jarak yang lebih dekat ke Jambi ketimbang
ke Pekanbaru.
(
NSdI
, 2004:63)
33)
Di dekat penginapan itu, ada rumah makan Padang yang cukup ramai.
Aku menemui salah
seorang pemiliknya dan mengatakan ingin bekerja
sebagai apapun, yang penting menyambung hidup. Si pemilik rumah
makan itu, orang memanggilnya Ajo Yusrizal, tertawa mendengar apa
yang kukatakan... Dia mengatakan bahwa sebenarnya semua tempat
sudah cukup. Namun kemudian dia bilang, kalau aku mau, aku bekerja
dulu di belakang sebagai tukang cuci piring.
(
NSdI
, 2004:64)
34)
“Aku ingin
dia hancur, Sarah.... Aku marah karena DC adalah biang
kehancuran semuanya...”
(
NSdI
, 2004:90)
92
Kelas XII
Semest
er 2
35)
Beberapa bulan kemudian,
hampir Subuh dia datang ke rumah dan
mengatakan dia akan pergi jauh. Perasaanku mengatakan telah terjadi
apa-apa dengan dirinya. Aku yakin dia telah melakukan sesuatu dan
aku yakin itu ada hubungannya dengan DC... “Mungkin saat ini polisi
sedang sibuk dan menyebarkan intelijennya untuk mencari pelakunya.
Aku telah menghancurkan DC....”
(
NSdI
, 2004:94)
36)
“...
Perjalananku
tak tentu arah, bisa saja aku akan lama masuk di
hutan atau tinggal berpindah-pindah di kota besar dengan menjadi
gembel atau pengemis.”
(
NSdI
, 2004:95)
37)
Ketika kemudian
aku mendengar berita itu: engkau hilang terseret
arus sungai dan mayatmu tak ditemukan dalam sebuah banjir bandang
yang melanda kampungmu, aku sudah kehabisan air mata, Kalid. Aku
yakin dan percaya, seperti kejadian-kejadian sebelumnya, engkau
selalu lolos dari apa yang diperkirakan orang. Entahlah, entah kapan
lelaki sepertimu akan mati, atau engkau memang memiliki ilmu yang
membuatmu tak mati, tak terdeteksi aparat, bisa membuat semua orang
mencintaimu dan segala ilmu lainnya?
(
NSdI
, 2004:97—98)
38)
Aku tak yakin, meski aku mempercayainya: kamu bisa melakukan
segalanya
seperti yang engkau inginkan. Benarkah engaku telah mati?
(
NSdI
: 2004:98)
39)
Kemudian, seperti
dalam cerita-cerita komik atau film silat, lelaki
berambut gondrong menggendong tas ransel itu berjalan menjauhi
lapau itu, yang membuat semua orang yang ada di situ melongo. Angin
senja yang hampir habis membuat rambutnya berkibar-kibar, dan sinar
matahari yang hampir tenggelam membuat tubuhnya tampak hanya
bayangan, seperti siluet. Dia berjalan ke arah barat, ke arah matahari
tenggelam, ke arah Bukit Tengkorak, bukit kematian yang diyakini
oleh seluruh penduduk di kaki Gunung Kerinci itu.
(
NSdI
, 2004:100)
40)
Dingin yang membuat beku, dan laki-laki
berambut gondrong
menggendong tas ransel itu tetap berjalan dalam gelap, tanpa cahaya
apapun, tanpa apa-apa. Hanya berjalan, ke arah entah.
(
NSdI
, 2004:101)
Bahasa Indonesia
93
(5)
Perhatikan kutipan halaman 1 dan halaman 98—101. Alur seperti
apakah yang disuguhkan pengarang?
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(6)
Jika setiap
peristiwa dalam cerita fiksi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
bagian awal, tengah, dan akhir, kelompokkanlah peristiwa dalam
NSdI
menjadi tiga bagian tersebut. Lakukanlah secara berkelompok. Setelah
itu, presentasikanlah hasil diskusi kelompok kalian. Mintalah pendapat
kelompok lain agar kalian benar-benar memahami alur peristiwa yang
ada di dalam novel tersebut.
(a)
Bagian A
wal
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(b)
Bagian T
engah
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
94
Kelas XII
Semest
er 2
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(c)
Bagian Akhir
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(7)
Pada umumnya,
bagian awal teks cerita fiksi berisikan paparan dan sedikit
rangsangan yang akan mengantarkan pada permasalahan sebenarnya.
Pada bagian tengah tekslah komplikasi terjadi. Setelah komplikasi
berhasil diuraikan dan dievaluasi, pada bagian akhir cerita biasanya
ditutup dengan penyelesaian.
Cobalah kalian uraikan komplikasi yang terjadi pada novel
NSdI
ini dan
setelah kalian evaluasi, bagaimana penyelesaiannya menurut kalian.
Diskusikanlah dengan teman di sebelahmu.
Komplikasi
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
Bahasa Indonesia
95
Evaluasi
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
Resolusi
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
(8)
Setiap teks pasti memiliki struktur yang mem
bangunnya, yang
memperlihatkan sistem berpikir pengarangnya. Tentu saja kalian masih
ingat struktur yang membangun teks cerita fiksi seperti yang telah kalian
pelajari di kelas XI. Cobalah uraikan struktur yang membangun teks
cerita novel ini pada kolom berikut.
No. Struktur Teks
Peristiwa
1.
Abstrak
Prolog:
lelaki tak memiliki apa-apa
jiwanya pergi, mengikuti arah angin
yang tak berketentuan, atau air sungai
yang mengalir membawanya pergi jauh
ke arah entah
kadang dia bertanya: “seberapa
beranikah aku mempertaruhkan diriku
bertarung membela kehormatan?”
juga, dia masih meragukan dirinya
sendiri: “seberapa takutkah aku
dicintai”
lelaki tak memiliki apa-apa, bekalnya
hanya rasa, untuk dijadikan tongkat
penunjuk dalam perjalanan...
96
Kelas XII
Semest
er 2
No. Struktur Teks
Peristiwa
2.
Orientasi
3.
Komplikasi
4.
Evaluasi
5.
Resolusi
6.
Koda
(9)
Sebuah teks
cerita fiksi terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan,
sehingga dapat terlihat ide yang disampaikan pengarang kepada
pembacanya. Teks cerita fiksi ini merupakan karya sastra berbentuk
prosa. Mengingat hakikat prosa adalah narasi (cerita), maka di dalamnya
ada pelaku cerita (tokoh), rangkaian cerita (alur), pokok masalah yang
diceritakan (tema), siapa yang menyampaikan cerita (pencerita), serta
tempat, waktu, dan suasanan seperti apa cerita itu berlangsung (latar).
Itulah yang kemudian disebut unsur intrinsik prosa atau teks cerita fiksi.
Bahasa Indonesia
97
Tema telah kalian dapatkan pada tugas sebelumnya, setelah kalian
mengidentifikasi permasalahan yang ada di dalam novel. Tokoh yang
berperan dalam cerita juga telah kalian ketahui. Namun, penokohan
tokohnya belum tergambarkan secara gamblang. Berikut akan diberikan
nukilan novel yang menggambarkan penokohan Kalid.
41)
Dia senang bisa memandang lelaki
itu; melihat dari dekat wajahnya
yang tidak terlalu halus—pori-porinya terlihat dan rahangnya yang
menyembul...
.
(
NSdI
, 2004:4)
42)
Kubiarkan cambang, kumis, dan jenggotku memanjan
g, juga rambutku,
supaya tak ada orang yang mengenaliku, meskipun aku yakin tak ada
orang yang mengenaliku di kota ini meski kasusku dimuat di beberapa
koran.
(
NSdI
, 2004:63)
43)
Rambutnya gondrong awut-awutan, hampir seluruh mukanya ditutupi
bulu lebat....
(
NSdI
, 2004:75)
44)
Tetapi
aku sadar sesadar-sadarnya, bahwa tatapan matanya yang
sangat tajam ketika kami pertama kali bertemu—bukan bertemu, aku
yang memandangnya dari kejauhan—menjelang senja beberapa waktu
sebelum huru hara itu, telah mengubah seluruh tatanan pemikiranku
selama ini.
(
NSdI
, 2004:60)
45)
Aku juga pergi tanpa kata-kata,
tetapi sekilas aku bisa melihat ekspresi
Kalid yang dingin. Betul-betul dingin dan beku.
(
NSdI
, 2004:6)
46)
“Begitu dong.
Sekali-kali tersenyum dan tertawa. Jangan menjadi
Mr.
Cool
, aku kan jadi kikuk terus kalau kamu selalu diam...” katanya lagi.
(
NSdI
, 2004:83)
47)
Dia ingat lelaki
itu, lelaki pemberani dan misterius. Lelaki yang mau
melawan badai, membunuh beruang bahkan ketika usianya sendiri
belum sepuluh tahun dan melawan kekuatan apapun yang dianggapnya
salah dan merugikan orang lain
.
(
NSdI
, 2004:1—2)
98
Kelas XII
Semest
er 2
48)
Dan inilah yang ingin
kuceritakan di sini. Tentang laki-laki misterius
yang telah merampas separuh hidupku, yang membuat aku merasa
hidup dan meninggalkan banyak hal yang selama ini kumiliki. Meski
untuk itu, aku juga kehilangan banyak hal...
(
NSdI
, 2004:61)
49)
Namun dia
tetap ngotot agar bisa tetap sekolah yang jaraknya sekitar
15 kilometer ke kota kecamatan. Dan untuk sampai ke sana, dia harus
naik perahu ke arah hilir selama setengah jam, menyambung lagi
dengan angkutan pedesaan ke arah kota kecamatan. Pulangnya, dia
juga harus menempuh rute yang sama ketika pergi.
(
NSdI
, 2004:35)
50)
Yang penting
dia berangkat dulu, melihat kondisi. Kalau memang tak
memungkinkan, dia akan mencari pekerjaan dulu, mengumpulkan
uang, dan setelah itu baru kuliah. Dia bisa istirahat setahun tak kuliah,
ini banyak dilakukan mahasiswa yang kesulitan dana.
(
NSdI
, 2004:37)
Berdasarkan berbagai nukilan yang dberikan, diskusikanlah penokohan
Kalid menurut kalian, baik ciri fisiknya maupun sifat dan sikap yang
digambarkan pengarang.
a)
Kalid adalah
seorang yang berperawakan keras dengan pori
wajah yang agak kasar dan rahang yang menyembul.
b)
______________________________________________________
c)
______________________________________________________
d)
______________________________________________________
e)
______________________________________________________
f )
_____________________________________________________
g)
______________________________________________________
h)
______________________________________________________
Bahasa Indonesia
99
i )
_____________________________________________________
j )
_____________________________________________________
(10)
Secara keseluruhan,
struktur yang membangun teks cerita fiksi adalah
abstrak^orientasi^komplikasi^evaluasi^resolusi^koda. Akan tetapi,
karena teks novel ini termasuk genre makro, terdapat beberapa jenis
genre mikro (teks tunggal) yang mengisi keseluruhan struktur teks novel.
Hal tersebut dapat dilihat pada beberapa nukilan yang menggambarkan
penokohan Kalid. Beberapa nukilan tersebut, jika diamati dengan
cermat, termasuk ke dalam teks deskripsi. Tentu kalian masih ingat apa
dan bagaimana struktur teks deskripsi. Coba sebutkan!
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
(11)
Agar dapat lebih
memahami genre novel ini, coba kalian baca dengan
saksama penggalan peristiwa yang diambil dari novel
NSdI
berikut ini.
Struktur Teks
Nyanyi Sunyi dari Indragiri
, 2004,
(Halaman 33-36)
Orientasi
1.
1991. Dia masih termenung di serambi rumah
panggungnya sambil
menyaksikan kabut tipis yang
perlahan pergi satu persatu, memberikan tempat kepada
sinar matahari yang datang dengan warna keemasan.
Hari masih pagi dan kampung ini sudah sepi. Sudah
menjadi kebiasaan rutin, sejak selesai salat Subuh, para
lelaki pergi ke rimbo menakik getah. Mereka pulang
sekitar pukul 8 atau 9. Setelah itu mereka istirahat
sebentar sebelum turun ke sawah. Sore hingga malam,
banyak dari mereka kemudian turun ke sungai; menebar
jala mencari ikan atau melihat lukah yang dipasang
sore hari sebelumnya. Dan yang dilakukan oleh para
wanita; bagi yang muda, mereka akan ke sungai
mencuci pakaian, dan para ibu ke pasar menjual ikan
hasil tangkapan suami dan anak-anak mereka di sungai.
Kehidupan yang rutin dari dulu hingga kini.
100
Kelas XII
Semest
er 2
Struktur Teks
Nyanyi Sunyi dari Indragiri
, 2004,
(Halaman 33—36)
Urutan peristiwa
2.
Dia meman
g mau pergi. Dia sudah mengemas pakaiannya
dalam sebuah tas ransel lusuh yang mungkin juga sudah
bau. Dia mau pergi, mengejar dunia dan mimpi masa
kanak-kanaknya: ada jalan beraspal dan jembatan
yang mengeluarkan kampungnya dan juga kampung
sekitarnya dari isolasi. Ada listrik yang menerangi
sehingga kampungnya tidak gelap gulita di malam hari,
karena hanya lampu teplok yang menyala. Dia juga
ingin ada sekolah yang layak tidak hanya sebatas SD,
agar anak-anak kampungnya tidak harus mengayuh
perahu ke seberang ketika ingin berangkat sekolah ke
SMP maupun SLTA. Hal inilah yang membuat banyak
anak di kampungnya akhirnya memilih tidak sekolah
dan melakukan
kegiatan sehari-hari
seperti orang dewasa di kampung
ini; menakik getah, menjala ikan, dan turun ke sawah.
3.
“Tapi
Abah tak memiliki banyak uang untuk sekolahmu,
Nak....” Dia ingat, itu kata abahnya ketika dia ingin
melanjutkan ke SLTA setamat SMP. “Untuk sekolahmu
sampai SMP saja kita harus hidup seperti ini,” sambung
lelaki tua itu sambil mengisap tembakaunya, di suatu
malam yang sepi.
4.
“Saya akan
bekerja sore hari, Abah. Saya akan mencari
sendiri biaya SPP-nya,” katanya ketika itu.
5.
“Jangan begitu,
Lid. Kau harus tahu diri bahwa untuk
sekolah itu biayanya besar. Abah tahu, kau pasti ingin
pintar, ingin jadi orang, ingin membangun kampung
ini seperti cerita-ceritamu ketika kecil dulu. Tetapi itu
mimpi, Nak. Biayanya besar....”
.6
Namun dia tetap ngotot agar bisa tetap
sekolah yang
jaraknya sekitar 15 kilometer ke kota kecamatan. Dan
untuk sampai ke sana, dia harus naik perahu ke arah
hilir selama setengah jam, menyambung lagi dengan
angkutan pedesaan ke arah kota kecamatan. Pulangnya,
dia juga harus menempuh rute yang sama seperti
ketika pagi. Setiap hari dia menempuh perjalanan itu,
dan sorenya dia bekerja pada Jufri, juragan getah di
kampungnya. Dia ikut menjadi buruh angkut getah dari
rumah ke rumah.
Bahasa Indonesia
101
Uang yang didapat dari pekerjaan itu lumayan bisa untuk
membiayai sekolahnya; dari membeli pakaian seragam,
membayar ongkos perjalanan, sampai biaya SPP.
7
.
Malam-malam ketika dia sudah sampai dirumah, dia
sering membayangkan betapa memang berat perjuangan
yang harus dilakukannya untuk bisa sekedar tamat
SLTA. Bagaimana nanti kalau harus kuliah? Namun
dia tetap memiliki keinginan itu; menjadi guru dan
mengajar anak-anak di kampungnya, agar tidak hanya
sekadar bisa tulis-baca Alquran seperti yang selama ini
didapatkannya dari guru mengaji di surau ketika malam
setelah salat Magrib. Dia ingin menjadi guru, agar anak-
anak di kampung ini bisa sekolah yang lebih tinggi;
menjadi insinyur untuk membangun jembatan dan jalan
di kampungnya, atau menjadi pejabat agar punya pikiran
untuk membangun sekolah di kampungnya. Dalam
pikirannya, kalau ada anak kampungnya menjadi pejabat,
tentu dia akan ingat bahwa kampungnya masih terisolir,
sehingga dipikirkan bagaimana membangun jembatan
dan jalan, serta sekolah yang memadai. Tetapi, apakah
aku bisa menjadi guru untuk menciptakan pejabat dan
insinyur itu?
Reorientasi
(pilihan)
8. Tapi dia memang akan pergi. Meninggalkan semuanya,
semua yang pernah dialaminya sejak dia lahir, kanak-
kanak, sampai menamatkan SLTA. Dia ingin ke kota,
meneruskan mimpinya; kuliah dan menjadi seorang guru.
Dan dia sudah berkemas. Sudah memasukkan pakaian
dan semua barang pentingnya, termasuk ijazah, ke dalam
tas ransel lusuhnya.
(
12)
Setelah membaca
dengan cermat penggalan peristiwa yang terdapat
dalam novel
NSdI
di atas, teks apakah yang terlihat dengan struktur
orientasi^uraian peristiwa^reorientasi
tersebut?
________________________________________________________
________________________________________________________
__
_______________________________________________________
_________________________________________________________
__________________________________________________
______
102
Kelas XII
Semest
er 2
(13)
Teks cerita fiksi, khususnya novel, termasuk genre makro, sebab dalam
tubuh teks ini terdapat
beberapa genre mikro. Cuplikan peristiwa
di atas contohnya. Sebuah teks cerita fiksi memiliki urutan struktur
abstrak^orientasi^komplikasi^evaluasi^resolusi^koda. Akan tetapi,
ternyata di dalam struktur besar tersebut, terdapat teks cerita ulang
(rekon) seperti di atas. Teks ini pun dibangun oleh teks lain lagi.
Temukanlah teks lain tersebut dengan memerhatikan penggalan yang
lebih kecil dari nukilan di atas.
(14)
Bacalah kutipan
berikut ini. Kemudian, jawablah pertanyaan yang
berkaitan denga kutipan tersebut.
1.
1991. Dia masih termenung di serambi
rumah panggungnya
sambil menyaksikan kabut tipis yang perlahan pergi satu persatu,
memberikan tempat kepada sinar matahari yang datang dengan
warna keemasan. Hari masih pagi dan kampung ini sudah sepi. Sudah
menjadi kebiasaan rutin, sejak selesai salat Subuh, para lelaki pergi ke
rimbo menakik getah. Mereka pulang sekitar pukul 8 atau 9. Setelah
itu mereka istirahat sebentar sebelum turun ke sawah. Sore hingga
malam, banyak dari mereka kemudian turun ke sungai; menebar jala
mencari ikan atau melihat lukah yang dipasang sore hari sebelumnya.
Dan yang dilakukan oleh para wanita; bagi yang muda, mereka akan
ke sungai mencuci pakaian, dan para ibu ke pasar menjual ikan hasil
tangkapan suami dan anak-anak mereka di sungai. Kehidupan yang
rutin dari dulu hingga kini.
2.
Dia memang mau per
gi. Dia sudah mengemas pakaiannya dalam
sebuah tas ransel lusuh yang mungkin juga sudah bau. Dia mau
pergi, mengejar dunia dan mimpi masa kanak-kanaknya: ada jalan
beraspal dan jembatan yang mengeluarkan kampungnya dan juga
kampung sekitarnya dari isolasi. Ada listrik yang menerangi sehingga
kampungnya tidak gelap gulita di malam hari, karena hanya lampu
teplok yang menyala. Dia juga ingin ada sekolah yang layak tidak
hanya sebatas SD, agar anak-anak kampungnya tidak harus mengayuh
perahu ke seberang ketika ingin berangkat sekolah ke SMP maupun
SLTA. Hal inilah yang membuat banyak anak di kampungnya
akhirnya memilih tidak sekolah dan melakukan kegiatan sehari-hari
seperti orang dewasa di kampung ini; menakik getah, menjala ikan,
dan turun ke sawah.
Bahasa Indonesia
103
6.
Namun dia tetap ngotot agar bisa tetap sekolah yang jaraknya sekitar 15
kilometer ke
kota kecamatan. Dan untuk sampai ke sana, dia harus naik
perahu ke arah hilir selama setengah jam, menyambung lagi dengan angkutan
pedesaan ke arah kota kecamatan. Pulangnya, dia juga harus menempuh
rute yang sama seperti ketika pagi. Setiap hari dia menempuh perjalanan
itu, dan sorenya dia bekerja pada Jufri, juragan getah di kampungnya. Dia
ikut menjadi buruh angkut getah dari rumah ke rumah. Uang yang didapat
dari pekerjaan itu lumayan bisa untuk membiayai sekolahnya; dari membeli
pakaian seragam, membayar ongkos perjalanan, sampai biaya SPP.
Informasi apa yang ada dalam ketiga penggalan teks tersebut?
Uraikanlah!
a)
Informasi dalam teks (1)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
b)
Informasi dalam teks (2)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
c)
Informasi dalam teks (6)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(15)
Dengan mempelajari informasi yang kalian peroleh, kalian mendapat
gambaran
bahwa penulis teks memaparkan secara rinci keadaan di
sekitar tokoh. Beberapa penjelasan bahkan memberikan keterangan
waktu untuk menyatakan keadaan faktual yang dideskripsikan.
104
Kelas XII
Semest
er 2
Pelajarilah sekali lagi dengan saksama informasi yang kalian temukan.
Termasuk teks apakah ketiga penggalan tersebut? Uraikanlah alasan
kalian dan sebutkanlah struktur yang membangun teks tersebut.
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
(16)
Agar kalian lebih
memahami berbagai genre mikro yang membangun
sebuah teks makro, baca dan tentukan masing-masing jenis teks yang
membangun nukilan berikut ini.
Struktur
Teks
Nyanyi Sunyi dari Indragiri
, 2004,
(Halaman 38-41)
Pernyataan
Umum
1.
Tahun
1986, inilah tahun terburuk dalam
sejarah bencana di kampungnya. Dia baru
tamat SD ketika itu dan umurnya baru 12
tahun. Meski masih bau ingus, tetapi dia ingat
betul semua yang terjadi di kampungnya; panas
terik sepanjang tahun, beras menjadi langka,
pohon karet tak mengeluarkan getah karena tak
tersiram air. Penduduk kampung ini akhirnya
banyak yang mencari ubi dan talas ke kampung
lain untuk sekadar mempertahankan hidup.
Urutan
Sebab-
Akibat
2.
Tahun
1986, inilah tahun terburuk dalam
sejarah bencana di kampungnya. Dia baru
tamat SD ketika itu dan umurnya baru 12
tahun. Meski masih bau ingus, tetapi dia ingat
betul semua yang terjadi di kampungnya; panas
terik sepanjang tahun, beras menjadi langka,
pohon karet tak mengeluarkan getah karena tak
tersiram air. Penduduk kampung ini akhirnya
banyak yang mencari ubi dan talas ke kampung
lain untuk sekadar mempertahankan hidup.
Bahasa Indonesia
105
Urutan
Sebab-
Akibat
3.
“Ini cobaan
dari Tuhan, Anakku....” kata abahnya
ketika itu. Tapi mungkin juga peringatan dari
Tuhan karena selama ini kita lalai dan tidak
menjalankan apa yang diperintahkan,” sambung
abahnya lagi.
4.
“Apo nak
kito buat, Abah?” katanya dalam
bahasa kampung, campuran antara logat dusun
Jambi dan Indragiri.
5.
“Berdoa dan
mendekatkan diri kepada Allah
agar bencana kekeringan ini berakhir.”
6.
“Apakah Allah
mau dengar doa dan permintaan
kita?”
7.
“Jika ini
memang ujian, Allah tak akan memberi ujian
yang tidak bisa diterima oleh manusia....”
8.
Setiap malam,
Kalid pergi ke surau untuk mengaji
bersama teman-teman sebayanya.
9.
Setiap pulang
dari surau, Kalid langsung bercerita
kepada abah dan uminya, bahwa dia ingin sekolah
tinggi dan tidak hanya sekadar pandai mengaji. “Saya
ingin jadi insinyur, Abah, biar saya membangun
jembatan di atas Sungai Indragiri ini,” katanya suatu
kali. Abah dan uminya hanya tersenyum mendengar
itu.
10.
Di lain kesempatan, juga ketika pulang dari surau, dia
mengatakan
bahwa lebih baik menjadi guru, agar bisa
menjadikan orang insinyur atau pejabat. “Kalau jadi
insinyur saya hanya sendirian, tetapi kalau jadi guru,
saya bisa menciptakan banyak insinyur,” katanya.
Lagi, abah dan uminya hanya tertawa mendengar itu.
11.
Panas terik masih terus memanggang kampungnya,
juga kampung-kampung lain di pinggir sungai itu.
Asap mengepul dari hutan-hutan di pinggir kampung
yang sudah banyak terbakar. Hampir setiap hari pula,
dia selalu mendengar suara mesin penebang kayu
meraung-raung tidak siang tidak malam dan beberapa
hari kemudian kayu-kayu, yang sudah dirajang
dengan rapi baik berbentuk papan maupun batangan
segi empat, dikeluarkan oleh serombongan kerbau
dari hutan.
106
Kelas XII
Semest
er 2
Struktur
Teks
Nyanyi Sunyi dari Indragiri
, 2004,
(Halaman 38—41)
Urutan
Sebab-
Akibat
Sesampai di pinggir sungai, ada orang yang mengikatnya
dengan tali atau kawat dan kemudian dalam jumlah
besar dialirkan ke arah hilir sungai dan dikendalikan
oleh pompong bermesin diesel. Hampir setiap hari,
dalam panas yang memanggang kampung itu, hal
seperti ini terjadi; kayu yang ditarik kerbau keluar dari
hutan menuju pinggir sungai, dan rombongan aliran
kayu ke arah hilir.
12.
Kalid bertanya
kepada abahnya, apakah mereka yang
bekerja itu adalah orang kampungnya. “Mereka bekerja
kepada seorang pengusaha dari kota yang dibeking
aparat untuk menebang hutan di sekitar kampung kita.
Mereka sudah menghabiskan hutan di daerah hulu, dan
sekarang giliran kampung kita dan kampung-kampung
lain yang akan dihabiskan kayunya....”
13.
“Apakah upah mereka mahal,
Abah?”
14.
“Harga
kayu itu yang mahal, upah untuk mereka yang
menebang, menggergaji, dan semuanya itu sangat kecil.
Padahal mereka mempertaruhkan nyawa. Tidak sedikit
dari mereka yang mati ketika menebang kayu.”
15.
“Tapi mer
eka mau bekerja?”
16.
“Kita semua butuh uan
g...”
17.
“Ayah tid
ak bekerja bersama mereka?”
18.
“Ayah ma
sih bisa mencari pekejaan lain.”
19.
“Banyak orang
kampung kita yang bekerja seperti itu,
kan Bah?”
20.
“Suatu saat
kamu akan tahu, merekalah yang sebenarnya
membuat bibit bencana untuk kampung kita.”
21.
“Kenapa, Abah?”
22.
“Karena mereka
menghancurkan hutan yang
menyerap dan menyimpan air saat musim hujan dan
mengeluarkannya
Bahasa Indonesia
107
saat musim panas seperti sekarang. Lihatlah, air sungai
sudah hampir mengering dan kita kehilangan mata
pencaharian karena ikan-ikannnya sudah habis, tak ada
air.”
23.
Kalid kecil
ketika itu belum paham benar apa itu
ekosistem. Kelak, ketika dia besar, dia baru paham dan
marah semarah-marahnya.
(a) Informasi apa saja yang kalian temukan dalam penggalan teks yang
memiliki struktur pernyataan umum^urutan sebab akibat tersebut?
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(b) Jenis teks apakah yang dibangun dengan struktur seperti itu?
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(c) Apakah
kalian menemukan teks lain dalam tubuh teks di atas? Kalau
ya, teks apakah itu?
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(12)
Perhatikan kutipan berikut ini dengan saksama.
(a)
Kutipan I
Setelah aku diwisuda sebagai sarjana ilmu hukum, aku kemudian memilih
pulang ke Rimbo Pematang. Aku membantu mengajar di SMA Rimbo Parit
dengan status honorer, sekolah tempatku menyelesaikan sekolah dulu. Aku
memegang mata pelajaran Tata Negara dan Sejarah. Seperti ketika sekolah
dulu, aku bolak-balik dari rumah ke kota kecamatan tersebut; dari rumah jalan
kaki beberapa ratus meter ke dermaga penyeberangan dengan perahu di pinggir
sungai, kemudian melanjutkan perjalanan dengan transportasi darat ke Rimbo
Parit. Begitu setiap hari pulang-pergi.
(
NSdI
, 2004:20)
108
Kelas XII
Semest
er 2
(b)
Kutipan II
Guntingan koran itu masih ada di mejanya. Tidak semua koran menulis
tentang peristiwa itu, hanya beberapa. Dan yang beberapa itulah yang
membuatnya tersentak. Ada yang nyeri dalam dadanya, ada yang hampa dalam
jiwanya. Benarkan berita itu? Tidakkah salah koran-koran itu menulis tentang
hilangnya lelaki yang terbawa arus Sungai Indragiri yang menenggelamkan
beberapa kampung di Indragiri?
“Ini pasti bohong!” teriaknya histeris.
Ada beberapa orang di sampingnya, juga Rustaman dan Handoko. “Paling
tidak kita bisa mengecek kebenarannya dan harus ke sana, Alia.” Yang ini suara
Rustaman.
Alia, wanita itu, masih menangis tanpa suara, hanya isakan. “Tapi dia tidak
mungkin mati. Kalau dia harus mati, sudah dari dulu dia mati. Dia tak akan
mati.”
(
NSdI
, 2004:1)
Setelah melihat ketiga kutipan di atas, apa yang bisa kalian ceritakan?
(a)
Kutipan I
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(b)
Kutipan II
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(13)
Jika dilihat
dari sudut pandang penceritaan, kutipan I dan II memiliki
sudut pandang yang berbeda. Uraikanlah perbedaan masing-masingnya.
(a)
Kutipan I
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
Bahasa Indonesia
109
(b)
Kutipan II
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(14)
Perhatikan kutipan berikut dengan teliti.
Panas terik masih terus memanggang kampungnya, juga kampung-
kampung lain di pinggir sungai itu. Asap mengepul dari hutan-hutan
di pinggir kampung yang sudah banyak terbakar. Hampir setiap hari
pula, dia selalu mendengar suara mesin penebang kayu meraung-raung
tidak siang tidak malam dan beberapa hari kemudian kayu-kayu, yang
sudah dirajang dengan rapi baik berbentuk papan maupun batangan
segi empat dikeluarkan oleh serombongan kerbau dari hutan. Sesampai
di pinggir sungai, ada orang yang mengikatnya dengan tali atau kawat
dan kemudian dalam jumlah besar dialirkan ke arah hilir sungai dan
dikendalikan oleh kepompong bermesin diesel. Hampir setiap hari,
dalam panas yang memanggang kampung itu, hal seperti itu terjadi;
raungan gergaji sepanjang hari, suara
gedblar
kayu tumbang, kayu yang
ditarik kerbau keluar dari hutan menuju pinggir sungai, dan rombongan
aliran kayu ke arah hilir.
(
NSdI
, 2004:39—40)
Kutipan di atas berisikan gambaran suasana yang dilukiskan pengarang.
Pendeskripsian suasana tersebut membuat kalian mengetahui secara
detail suasana kampung yang dilukiskan pengarang sehingga pembaca
seolah-olah bisa turut merasakan suasana tersebut.
Berdasarkan kutipan
Nyanyi Sunyi dari Indragiri
halaman 39—40 di
atas, tentukanlah apakah pernyataan berikut ini benar (B), salah (S),
atau tidak terbukti benar salahnya (TT) dengan membubuhkan tanda
centang (√) pada pilihan kalian. Untuk menentukan jawaban, kalian
tidak perlu berpedoman pada pengetahuan umum atau pengetahuan
yang telah kalian miliki, tetapi cukup berpedoman pada informasi yang
disajikan dalam teks tersebut.
110
Kelas XII
Semest
er 2
No.
Pernyataan
B
S
TT
1.
Hutan-hutan di pinggir kampung banyak yang
terbakar.
√
2.
Kampung di sana menjadi panas akibat hutan
yang terbakar.
3.
Kampung tersebut berada jauh dari sungai.
4.
Mesin penebang kayu hanya terdengar di siang
hari.
5.
Setelah ditebang, kayu-kayu dirajang berbentuk
papan maupun batangan segi empat.
6.
Orang-orang yang bekerja menebang kayu
itu bekerja untuk seorang pengusaha yang
dilindungi aparat.
7.
Untuk mengeluarkan kayu yang sudah
dipotong dari hutan menggunakan jasa kerbau.
8.
Kerbau-kerbau membawa kayu tersebut hingga
ke pinggir sungai.
9.
Setelah sampai dipinggir sungai, kemudian kayu
tersebut dialirkan begitu saja ke arah hilir.
10.
Banyak orang kampung yang bekerja untuk
perusahaan itu.
(20)
Untuk melukiskan sosok dan watak tokoh, serta suasana latar belakang
cerita, baik waktu maupun tempat,
kalian bisa melihat pengarang
menggunakan perumpamaan, yang dikenal dengan sebutan majas atau
gaya bahasa. Perhatikan beberapa kutipan berikut. Tentu saja kalian
masih ingat tentang gaya bahasa. Temukan dan tentukanlah gaya bahasa
yang terdapat di dalamnya.
Bahasa Indonesia
111
No. Kutipan Nyanyi Sunyi dari Indragiri
Gaya Bahasa
1.
Hampir setiap hari pula, dia selalu
mendengar suara mesin penebang kayu
meraung-raung tidak siang tidak malam
dan beberapa hari kemudian kayu-kayu,
yang sudah dirajang dengan rapi baik
berbentuk papan maupun batangan segi
empat dikeluarkan oleh serombongan
kerbau dari hutan (NSdI, 2004:40).
Antitesis
2.
Semuanya seperti musim kering;
kemarau datang dan angin gersang
menusuk-nusuk. Semuanya seperti
musim basah; hujan dan badai adalah
nyanyian dalam sedih dan ngilu.
Semuanya seperti perih, ketika langit tak
menyisakan cerita apa-apa. Semuanya
menjadi sepi... (NSdI, 2004:1).
3.
Angin senja yang hampir habis
membuat rambutnya berkibar-kibar,
dan sinar matahari yang hampir
tenggelam membuat rambutnya tampak
hanya bayangan, seperti siluet (NSdI,
2004:100).
4.
Hampir setiap hari, dalam panas yang
memanggang kampung itu, hal seperti
itu terjadi; raungan gergaji sepanjang
hari, suara gedblar kayu tumbang, kayu
yang ditarik kerbau keluar dari hutan
menuju pinggir sungai, dan rombongan
aliran kayu ke arah hilir
(NSdI, 2004:40).
112
Kelas XII
Semest
er 2
No. Kutipan Nyanyi Sunyi dari Indragiri
Gaya Bahasa
5.
Tetapi aku sadar sesadar-sadarnya,
bahwa tatapan matanya yang sangat
tajam ketika kami pertama kali
bertemu—bukan bertemu, aku yang
memandangnya dari kejauhan—
menjelang senja beberapa waktu
sebelum huru hara itu, telah mengubah
seluruh tatanan pemikiranku selama ini
(NSdI, 2004:60).
6.
Aku diam menahan perih. Perlahan
air mataku mengalir dan aku tak bisa
terisak. Memang tak ada isak, yang ada
dalam diriku adalah pedih, ngilu, dan
nyeri (NSdI, 2004:21—22).
(21)
Dalam sebuah novel, untuk melukiskan
sesuatu, kerap menggunakan
kata sifat yang meluas, agar dapat memberikan penggambaran yang
lebih jelas. Misalnya, untuk menggambarkan
wanita itu
menangis sedih
,
pembaca tidak mengetahui seberapa dalam kesedihan yang dialami si
wanita. Akan tetapi, jika digambarkan:
wanita itu tak dapat menahan
isak tangisnya dengan terus mengucurkan air mata
, pembaca bisa
membayangkan kesedihan seperti apa yang dialami si wanita.
Berikut akan diberikan beberapa contoh kalimat yang menggunakan
kata sifat yang meluas tersebut. Tugas kalian adalah mencari contoh lain
yang boleh kalian buat sendiri.
(a)
Alia, wanita
itu, masih menangis tanpa suara, hanya isakan (
NSdI
,
2004:1).
(b)
Dia senang memandang lelaki
tu; melihat dari dekat wajahnya yang
tidak terlalu halus—dengan pori-pori yang terlihat dan rahang yang
menyembul (
NSdI
, 2004:4).
(c)
Dan sebelum perusahaan
itu datang, tak pernah ada banjir besar
yang menghancurkan kampung kami setiap tahun (
NSdI
, 2004:7).
(d)
____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
Bahasa Indonesia
113
(e)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(f)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(g)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(h)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(i)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(j)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
114
Kelas XII
Semest
er 2
Tugas 2
Membandingkan Teks Cerita Fiksi dalam Novel
Sumber:
http://nz15.blogspot.com/2012/09/resensi-novel-laskar-pelangi.html
Gambar 5.2 Novel
Laskar Pelangi
Sebagai pembanding novel
Nyanyi Sunyi dari Indragiri
, kalian diminta
membaca novel
Laskar Pelangi
yang ditulis oleh Andrea Hirata. Untuk
dapat memahami jalan cerita yang disajikan Andrea Hirata melalui novelnya
tersebut, kalian bisa mencari novelnya di toko buku atau internet. Dengan
membaca novel ini, tentu saja kalian akan lebih mudah menganalisisnya.
Kemudian cari pula informasi lain tentang novel ini dari berbagai sumber.
Catatlah berbagai informasi yang kalian peroleh.
(1)
Perhatikan kutipan
berikut ini. Identifikasikanlah permasalahan yang
terlihat pada kutipan berikut.
1)
N.A. Muslimah Hafsari Hamid
binti K.A. Abdul Hamid,
atau kami memanggilnya Bu Mus, hanya memiliki selembar
ijazah SKP (Sekolah Kepandaian Putri). Namun, beliau
Bahasa Indonesia
115
bertekad melanjutkan cita-cita ayahnya—K.A. Abdul Hamid,
pelopor sekolah Muhammadiyah di Belitong—untuk terus
mengobarkan pendidikan Islam. Tekad itu memberinya
kesulitan hidup tak terkira, karena kami kekurangan guru—
lagi pula siapa yang rela diupah beras 15 kilo setiap bulan?
Maka, selama enam tahun di SD Muhammadiyah, beliau
sendiri yang mengajar semua mata pelajaran—mulai dari
Menulis Indah, Bahasa Indonesia, Kewarganegaraan, Ilmu
Bumi, sampai Matematika, Geografi, Prakarya, dan Praktik
Olahraga. Setelah seharian mengajar, beliau melanjutkan
bekerja menerima jahitan sampai jauh malam untuk mencari
nafkah, menopang hidup dirinya dan adik-adiknya.
(
Laskar Pelangi
, 2007:29-30)
2)
Tak susah melukiskan
sekolah kami, karena sekolah kami
adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan sekolah
miskin di seantero negeri ini yang jika disenggol sedikit saja
oleh kambing yang senewen, bisa rubuh berantakan.
Kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD
Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiah. Maka
kami, sepuluh siswa baru ini bercokol selama sembilan tahun
di sekolah yang sama dan kelas-kelas yang sama, bahkan
susunan kawan sebangku pun tak berubah selama sembilan
tahun SD dan SMP itu.
Kami kekurangan guru dan sebagian besar siswa SD
Muhammadiyah ke sekolah memakai sandal. Kami bahkan
tak punya seragam. Kami juga tak punya kotak P3K. Jika kami
sakit, sakit apa pun: diare, bengkak, batuk, flu, atau gatal-gatal
maka guru kami akan memberikan sebuah pil berwarna putih,
berukuran besar bulat seperti kancing jas hujan, yang rasanya
sangat pahit. Jika diminum kita bisa merasa kenyang. Pada
pil itu ada tulisan besar APC. Itulah pil APC yang legendaris
di kalangan rakyat pinggiran Belitong. Obat ajaib yang bisa
menyembuhkan segala rupa penyakit.
(
Laskar Pelangi
, 2007:17—18)
3)
Sekolah Muhammadiyah
tak pernah dikunjungi pejabat,
penjual kaligrafi, pengawas sekolah, apalagi anggota dewan.
Yang rutin berkunjung hanyalah seorang pria yang berpakaian
seperti ninja. Di punggungnya tergantung sebuah tabung
116
Kelas XII
Semest
er 2
alumunium besar dengan slang yang menjalar ke sana ke mari.
Ia akan berangkat ke bulan. Pria ini adalah utusan dari dinas
kesehatan yang menyemprot sarang nyamuk dengan DDT.
Ketika asap putih tebal mengepul seperti kebakaran hebat,
kami pun bersorak-sorak kegirangan.
Sekolah kami tidak dijaga karena tidak ada benda berharga yang
layak dicuri. Satu-satunya benda yang menandakan bangunan
itu sekolah adalah sebatang tiang bendera dari bambu kuning
dan sebuah papan tulis hijau yang tergantung miring di dekat
lonceng. Lonceng kami adalah besi bulat berlubang-lubang
bekas tungku. Di papan tulis itu terpampang gambar matahari
dengan garis-garis sinar berwarna putih. Di tengahnya tertulis
SD MD (Sekolah Dasar Muhammadiyah).
(
Laskar Pelangi
, 2007:17-18)
4)
Pulau Belitong yang makmur
seperti mengasingkan diri dari
tanah Sumatra yang membujur dan di sana mengalir kebudayaan
Melayu yang tua. Pada abad ke-19, ketika korporasi secara
sistematis mengeksploitasi timah, kebudayaan bersahaja
itu mulai hidup dalam karakteristik sosiologi tertentu yang
atribut-atributnya mencerminkan perbedaan sangat mencolok
seolah berdasarkan status berkasta-kasta. Kasta majemuk itu
tersusun rapi mulai dari para petinggi PN Timah yang disebut
“orang staf” atau
urang setap
dalam dialek lokal sampai pada
para tukang pikul pipa di instalasi penambangan serta warga
suku Sawang yang menjadi buruh-buruh
yuka
penjahit karung
timah. Salah satu atribut diskriminasi itu adalah sekolah-
sekolah PN.
Maka lahirlah kaum menak, implikasi dari institusi yang ingin
memelihara citra aristokrat. PN melimpahi orang staf dengan
penghasilan dan fasilitas kesehatan, pendidikan, promosi,
transportasi, hiburan, dan logistik yang sangat diskriminatif
dibanding kompensasi yang diberikan kepada mereka yang
bukan orang staf. Mereka, kaum borjuis ini, bersemayam
di kawasan eksklusif yang disebut Gedong. Mereka seperti
orang-orang kulit putih di wilayah selatan Amerika pada
tahun 70-an. Feodalisme di Belitong adalah sesuatu yang
unik, karena ia merupakan konsekuensi dari adanya budaya
korporasi, bukan karena tradisi paternalistik dari silsilah,
subkultur, atau priviliese yang dianugerahkan.
Bahasa Indonesia
117
Sepadan dengan kebun gantung yang memesona di pelataran
menara Babylonia, sebuah taman kesayangan Tiran
Nebuchadnezzar III untuk memuja Dewa Marduk, Gedong
adalah
land mark
Belitong. Ia terisolasi tembok tinggi
berkeliling dengan satu akses keluar masuk seperti konsep
cul de sac
dalam konsep pemukiman modern. Arsitektur dan
desain lanskapnya bergaya sangat kolonial. Orang-orang yang
tinggal di dalamnya memiliki nama-nama yang aneh, misalnya
Susilo, Cokro, Ivonne, Setiawan, atau Kuntoro, tak ada Muas,
Jamali, Sa’indun, Ramli, atau Mahader seperti nama orang-
orang Melayu, dan mereka tidak pernah menggunakan bin
atau binti.
Kawasan warisan Belanda ini menjunjung tinggi kesan
menjaga jarak
, dan kesan itu diperkuat oleh jajaran pohon-
pohon saga tua yang menjatuhkan butir-butir buah semerah
darah di atas kap mobil-mobil mahal yang berjejal-jejal
sampai keluar garasi. Di sana, rumah-rumah mewah besar
bergaya Victoria memiliki jendela-jendela kaca lebar dan
tinggi dengan tirai yang berlapis-lapis laksana layar bioskop.
Rumah-rumah itu ditempatkan pada kontur yang agak tinggi
sehingga keliahatan seperti kastil-kastil kaum bangsawan
dengan halaman terpelihara rapi dan danau-danau buatan. Di
dalamnya hidup tenteram sebuah keluarga kecil dengan dua
atau tiga anak yang selalu tampak damai, temaram, dan sejuk.
(
Laskar Pelangi
, 2007:41-43)
5)
Tak disangsikan, jika di-
zoom out
, kampung kami adalah
kampung terkaya di Indonesia. Inilah kampung tambang yang
menghasilkan timah dengan harga segenggam lebih mahal
puluhan kali lipat dibanding segantang padi. Triliunan rupiah
aset tertanam di sana, miliaran rupiah uang berputar sangat
cepat seperti putaran mesin parut, dan miliaran dolar devisa
mengalir deras seperti kawanan tikus terpanggil pemain
seruling ajaib
Der Rattenfanger von Hameln
. Namun, jika
di-
zoom in
, kekayaan itu terperangkap di satu tempat, ia
tertimbung di dalam batas tembok-tembok tinggi Gedong.
Hanya beberapa jengkal di luar lingkaran tembok tersaji
pemandangan kontras seperti langit dan bumi. Berlebihan jika
disebut daerah kumuh tapi tak keliru jika diumpamakan kota
yang dilanda gerhana berkepanjangan sejak era pencerahan
118
Kelas XII
Semest
er 2
revolusi industri. Di sana, di luar lingkar tembok Gedong hidup
komunitas Melayu Belitong yang jika belum punya enam
anak belum berhenti beranak pinak. Mereka menyalahkan
pemerintah karena tidak menyediakan hiburan yang memadai
sehingga jika malam tiba mereka tak punya kegiatan lain
selain membuat anak-anak itu.
Di luar tembok feodal itu berdirlah rumah-rumah kami,
beberapa sekolah negeri, dan satu sekolah kampung
Muhammadiyah. Tak ada orang kaya di sana, yang ada hanya
kerumunan toko miskin di pasar tradisional dan rumah-rumah
panggung yang renta dalam berbagai ukuran. Rumah-rumah
asli Malayu ini sudah ditinggalkan zaman keemasannya.
Pemiliknya tak ingin merubuhkannya karena tak ingin
berpisah dengan kenangan masa jaya, atau karena tak punya
uang. (
Laskar Pelangi
, 2007:49-50)
6)
Kekuatan ekonomi Belitung dipimpin
oleh orang staf PN
dan para cukong swasta yang mengerjakan setiap konsesi
eksploitasi timah. Mereka menempati strata tertinggi dalam
lapisan yang sangat tipis. Kelas menengah tak ada, oh atau
mungkin juga ada, yaitu para camat, para kepala dinas dan
pejabat-pejabat publik yang korupsi kecil-kecilan, dan aparat
penegak hukum yang mendapat uang dari menggertaki
cukong-cukong itu.
Sisanya berada di lapisan terendah, jumlahnya banyak dan
perbedaannya amat mencolok dibanding kelas di atasnya.
Mereka adalah para pegawai kantor desa, karyawan rendahan
PN, pencari madu dan nira, para pemain organ tunggal, semua
orang Sawang, semua orang Tionghoa kebun, semua orang
Melayu yang hidup di pesisir, para tenaga honorer Pemda, dan
semua guru dan kepala sekolah kampung—kecuali guru dan
kepala sekolah PN.
(
Laskar Pelangi
, 2007:55)
Dari berbagai kutipan di atas, terlihat bahwa pengarang ingin
menggambarkan beberapa hal berikut.
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
Bahasa Indonesia
119
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
(2)
Setelah kalia
n mengidentifikasikan permasalahan yang terlihat dari
kutipan di atas, cobalah bandingkan dengan permasalahan yang terlihat
pada novel
Nyanyi Sunyi dari Indragiri
. Berikanlah pendapat kalian, lalu
presentasikan pendapat kalian di depan kelas.
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
120
Kelas XII
Semest
er 2
Perbandingan permasalahan yang terdapat dalam novel
Nyanyi Sunyi dari
Indragiri
dan
Laskar Pelangi
:
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
_________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
(3)
Membandingkan bisa dengan mencari
persamaan maupun perbedaan hal
yang dibandingkan. Seperti halnya teks cerita pada novel
Nyanyi Sunyi
dari Indragiri
terdapat beberapa struktur teks lain di dalamnya, sehingga
novel ini disebut juga dengan genre makro. Apakah pada teks novel
Laskar
Pelangi
juga kalian temukan hal yang sama? Jika ya, berikan beberapa
contohnya, serta sebutkan teks apa saja yang ada di dalam novel tersebut.
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
Bahasa Indonesia
121
(4)
Bahasa merupakan wahana utama penghasil teks. Bahasa adalah sarana
bagi pengarang agar lelu
asa mengungkapkan gagasan, pikiran, dan
perasaannya. Bahasa dalam novel pada umumnya penuh makna dan
menimbulkan efek estetik. Seorang pengarang harus mampu memilih dan
menggunakan kata-kata yang dapat memperkaya makna, menggambarkan
objek dan peristiwa secara imajinatif, serta memberikan efek emotif bagi
pembacanya. Melalui penggunaan gaya bahasa yang tepat, diksi atau
pilihan kata yang dilakukan pengarang akan memikat pembaca untuk
terus mengikuti jalan cerita yang disuguhkan.
Sama halnya pada novel
Nyanyi Sunyi dari Indragiri
, apakah pada novel
Laskar Pelangi
, pengarangnya juga menggunakan perumpamaan atau
gaya bahasa dalam melukiskan sosok dan watak tokoh, serta suasana latar
cerita baik waktu maupun tempat? Jika ya, berikanlah beberapa contoh
perumpamaan tersebut.
a)
Ayahnya telah
melepaskan belut
yang licin
itu, dan anaknya
baru saja
meloncati nasib, merebut pendidikan
.
Bu Mus menghampiri ayah Lintang. Pria itu berpotongan seperti
pohon cemara angin yang mati karena disambar petir
: hitam,
meranggas, kurus, dan kaku (
LP
, 2007:10).
b)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
c)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
d)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
e)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
f)
________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
g)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
122
Kelas XII
Semest
er 2
h)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
i)
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
j)
________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
T
ugas 3
Menganalisis Teks Cerita Fiksi dalam Novel
Pada dasarnya, teks cerita fiksi tidak berbeda dengan teks sejarah, filsafat,
atau sosiologi. Semuanya mengangkat bahan yang sama, yaitu manusia dan
kemanusiaan. Hal yang membedakannya adalah bagaimana bahan yang sama
itu diolah, disajikan, dan diberi penekanan lewat sudut pandang masing-
masing. Secara hakiki, yang membedakan teks cerita fiksi dengan nonfiksi
adalah adanya dominasi imajinasi. Dalam teks cerita fiksi, dominasi imajinasi
sangat penting. Oleh karena itu, dalam teks cerita fiksi semua fakta cenderung
diperlakukan fiksi. Itu pula sebabnya penilaian terhadap teks cerita fiksi
tidak berkaitan dengan benar-salah, tetapi berkaitan dengan kesanggupan
menyajikan keindahan estetik.
Dalam menganalisis teks cerita fiksi, kalian bisa menguraikan berbagai
unsur yang membangun teks tersebut. Pada tugas ini, yang menjadi teks model
adalah novel
Laskar Pelangi.
(1)
Agar kalian
memahami bagaimana menganalisis sebuah teks cerita fiksi,
bacalah novel
Laskar Pelangi
tersebut yang bisa kalian dapatkan di toko
buku atau pun diunduh dari internet.
(2)
Untuk menganalisis
sebuah teks cerita fiksi, kalian bisa memulainya
dengan mencari tahu tema ceritanya, sebab tema merupakan ide dasar
sebuah cerita. Dari ide dasar itulah kemudian dibangun oleh pengarang
rangkaian peristiwa dengan memanfaatkan unsur intrinsik lainnya, seperti
tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sebagainya. Salah satu cara untuk
mengetahui tema sebuah cerita kalian dapat menguraikan peristiwa yang
dibangun pengarang.
Bahasa Indonesia
123
Sumber:
http://segores-info.blogspot.com/2015/02/resensi-novel-laskar-pelangi-dan-unsur.
html
Gambar 5.3 Pasukan Laskar Pelangi dalam film “Laskar Pelangi”
S
etelah kalian mencari dan membaca berbagai informasi dari banyak
sumber tentang novel
Laskar Pelangi
, tema apa yang kalian temukan
dalam novel tersebut?
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
(3)
Berbagai amanat telah disampaikan
oleh pengarang melalui cerita yang
disuguhkannya dalam novel
Laskar Pelangi.
Berikut kalian akan diberikan
beberapa kutipan yang bisa dimanfaatkan untuk menggali amanat yang
disampaikan oleh pengarang. Bacalah kutipan berikut secara cermat.
Kemudian temukan amanat apa yang disampaikan pengarang melalui
beberapa kutipan tersebut.
7)
Tahun lalu
SD Muhammadiyah hanya mendapatkan sebelas
siswa, dan tahun ini Pak Harfan pesimis dapat memenuhi
target sepuluh. Maka diam-diam dia telah mempersiapkan
sebuah pidato pembubaran sekolah di depan para orang tua
murid pada kesempatan pagi ini. Kenyataan bahwa mereka
124
Kelas XII
Semest
er 2
hanya memerlukan satu siswa lagi untuk memenuhi target
itu menyebabkan pidato ini akan menjadi sesuatu yang
menyakitkan hati.
“Kita tunggu sampai pukul sebelas,” kata Pak Harfan pada Bu
Mus dan seluruh orang tua yang telah pasrah. Suasana hening.
Para orang tua mungkin menganggap kekurangan satu murid
sebagai pertanda bagi anak-anaknya bahwa mereka memang
sebaiknya didaftarkan pada para juragan saja. Sedangkan aku
dan agaknya anak-anak yang lain merasa amat pedih: pedih
pada orang tua kami yang tak mampu, pedih menyaksikan
detik-detik terakhir sebuah sebuah sekolah tua yang tutup
justru pada hari pertama kami ingin sekolah, dan pedih pada
niat kuat kami untuk belajar tapi tinggal selangkah lagi harus
terhenti hanya karena kekurangan satu murid. Kami menunduk
dalam-dalam.
Saat ini sudah pukul sebelas kurang lima dan Bu Mus semakin
gundah. Lima tahun pengabdiannya di sekolah melarat yang
amat ia cintai dan tiga puluh dua tahun pengabdian tanpa
pamrih pada Pak Harfan, pamannya, akan berakhir di pagi
yang sendu ini.
“Baru sembilan orang, Pamanda Guru...” ucap Bu Mus
bergetar sekali lagi. Ia juga sudah tak bisa berpikir jernih.
Ia berulang kali mengucapkan hal yang sama yang telah
diketahui semua orang. Suaranya berat selayaknya orang yang
tertekan batinnya.
Akhirnya, waktu habis karena telah pukul sebelas lewat lima
dan jumlah murid tak juga genap sepuluh. Semangat besarku
untuk sekolah perlahan-lahan runtuh. Aku harus melepaskan
lengan ayah dari pundakku. Sahara menangis terisak-isak
mendekap ibunya karena ia benar-benar ingin sekolah di SD
Muhammadiyah. Ia memakai sepatu, kaus kaki, jilbab, dan
baju, serta telah punya buku-buku, botol air minum, dan tas
punggung yang semuanya baru.
Pak Harfan menghampiri orang tua murid dan menyalami
mereka satu per satu. Sebuah pemandangan yang pilu. Para
orang tua menepuk-nepuk bahunya untuk membesarkan
hatinya. Mata Bu Mus berkilauan karena air mata yang
menggenang. Pak Harfan berdiri di depan para orang tua,
Bahasa Indonesia
125
wajahnya muram. Beliau bersiap-siap memberikan pidato
terakhir. Wajahnya tampak putus asa. Namun ketika beliau
akan mengucapkan kata pertama
Assalamualaikum
seluruh
hadirin terperanjat karena Trapani berteriak sambil menunjuk
ke pinggir lapangan rumput luas halaman sekolah itu.
“Harun!”
(
Laskar Pelangi
, 2007:5-7)
8)
“Terimalah
Harun, Pak, karena SLB hanya ada di Pulau
Bangka, dan kami tak punya biaya untuk menyekolahkannya
ke sana. Lagi pula lebih baik kutitipkan dia di sekolah ini
daripada di rumah ia hanya mengejar-ngejar anak-anak
ayamku....”
Harun telah menyelamatkan kami dan kami pun bersorak.
Sahara berdiri tegak merapikan lipatan jilbabnya dan
meyandang tasnya dengan gagah, ia tak mau duduk lagi. Bu
Mus tersipu. Air mata guru muda ini surut dan ia menyeka
keringat di wajahnya yang belepotan karena bercampur
dengan bedak tepung beras.
(
Laskar Pelangi
, 2007:7-8)
9)
Mendengar keputusan
itu Lintang merontak-ronta ingin
segera masuk kelas. Ayahnya berusaha keras menenang-
nenangkannya, tapi ia memberontak, menepis pegangan
ayahnya, melonjak, dan menghambur ke dalam kelas mencari
bangku kosongnya sendiri. Di bangku itu ia seumpama balita
yang dinaikkan ke atas tank, girang tak alang kepalang, tak
mau turun lagi. Ayahnya telah melepaskan belut yang licin itu,
dan anaknya baru saja meloncati nasib, merebut pendidikan.
(
Laskar Pelangi
, 2007:10)
10)
Agaknya selama turun-temurun keluarga laki-laki
cemara
angin itu tak mampu terangkat dari endemik kemiskinan
komunitas Melayu yang menjadi nelayan. Tahun ini beliau
menginginkan perubahan dan ia memutuskan anak laki-
laki tertuanya, Lintang, tak akan menjadi seperti dirinya.
Lintang akan duduk di samping pria kecil berambut ikal
yaitu aku, dan ia akan sekolah di sini lalu pulang pergi setiap
hari naik sepeda. Jika panggilan nasibnya memang harus
menjadi nelayan, biarkan jalan kerikil batu merah empat
puluh kilometer mematahkan semangatnya. Bau hangus yang
126
Kelas XII
Semest
er 2
kucium tadi ternyata adalah bau sandal
cunghai
, yaitu sandal
yang dibuat dari ban mobil, yang aus karena Lintang terlalu
jauh mengayuh sepeda.
(
Laskar Pelangi
, 2007:11)
11)
Umumnya Bu Mus mengelompokkan tempat
duduk kami
berdasarkan kemiripan. Aku dan Lintang sebangku karena
kami sama-sama berambut ikal. Trapani duduk dengan Mahar
karena mereka berdua paling tampan. Penampilan mereka
seperti para pelantun irama semenanjung idola orang Melayu
pedalaman. Trapani tak tertarik dengan kelas, ia mencuri-
curi pandang ke jendela, melirik kepala ibunya yang muncul
sekali-sekali di antara kepala orang tua lainnya.
Tapi Borek dan Kucai didudukkan berdua bukan karena
mereka mirip, tapi karena sama-sama susah diatur. Baru
beberapa saat di kelas, Borek sudah mencoreng muka Kucai
dengan penghapus papan tulis. Tingkah ini diikuti Sahara yang
sengaja menumpahkan air minum A Kiong sehingga anak
Hokian itu menangis sejadi-jadinya seperti orang ketakutan
dipeluk setan. N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim
Ramdhani Fadillah, gadis kecil berkerudung itu, memang
keras kepala luar biasa. Kejadian ini menandai perseteruan
mereka yang akan berlangsung akut bertahun-tahun. Tangisan
A Kiong nyaris merusak acara perkenalan yang menyenangkan
pagi ini.
(
Laskar Pelangi
, 2007:13-14)
12)
Kami kekurangan guru dan sebagian besar siswa SD
Muhammadiyah
ke sekolah memakai sandal. Kami bahkan
tak punya seragam. Kami juga tak punya kotak P3K. Jika kami
sakit, sakit apa pun: diare, bengkak, batuk, flu, atau gatal-gatal,
maka guru kami akan memberikan sebuah pil berwarna putih,
berukuran besar bulat seperti kancing jas hujan, yang rasanya
sangat pahit. Jika diminum kita bisa merasa kenyang. Pada
pil itu ada tulisan besar APC. Itulah pil APC yang legendaris
di kalangan rakyat pinggiran Belitong. Obat ajaib yang bisa
menyembuhkan segala rupa penyakit.
(
Laskar Pelangi
, 2007:17-18)
Bahasa Indonesia
127
13)
Pak Harfan menceritakan semua
itu dengan semangat perang
Badar sekaligus setenang embusan angin pagi. Kami terpesona
pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya yang memikat. Ada
semacam pengaruh yang lembut dan baik terpancar darinya.
Ia mengesankan sebagai pria yang kenyang akan pahit getir
perjuangan dan kesusahan hidup, berpengetahuan seluas
samudra, bijak, berani mengambil risiko, dan menikmati daya
tarik dalam mencari-cari bagaimana cara menjelaskan sesuatu
agar setiap orang mengerti.
(
Laskar Pelangi
, 2007:23)
14)
Ketika mengajukan pertanyaan
beliau berlari-lari kecil
mendekati kami, menatap kami penuh arti dengan pandangan
matanya yang teduh seolah kami adalah anak-anak Melayu
yang paling berharga. Lalu membisikkan sesuatu di telinga
kami, menyitir dengan lancar ayat-ayat suci, menantang
pengetahuan kami, berpantun, membelai hati kami dengan
wawasan ilmu, lalu diam, diam berpikir seperti kekasih
merindu, indah sekali.
Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang
sederhana melalui kata-katanya yang ringan namun bertenaga
seumpama titik-titik air hujan. Beliau mengobarkan semangat
kami untuk belajar dan membuat kami tercengang dengan
petuahnya tentang keberanian pantang menyerah melawan
kesulitan apa pun. Pak Harfan memberi kami pelajaran
pertama tentang keteguhan pendirian, tentang kerukunan,
tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita. Beliau
meyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam
keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban
untuk sesama. Lalu beliau menyampaikan sebuah prinsip
yang diam-diam menyelinap jauh ke dalam dadaku serta
memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu bahwa hiduplah
untuk memberi sebanyak-banyaknya.
(
La
skar Pelangi
, 2007:23-24)
(4)
Buatlah kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 orang, lalu diskusikanlah
amanat yang kalian temukan dari kutipan di atas.
(a)
Mendobrak kemiskinan
melalui pendidikan menjadi cita-cita tokoh
yang dibangun pengarang dalam novelnya. Pendidikan itu sangat
penting, sebab akan menaikkan derajat seseorang, meskipun dengan
128
Kelas XII
Semest
er 2
segala keterbatasan. Hal ini dapat terlihat dari kutipan nomor 3)
Ayahnya telah melepaskan belut licin itu, dan anaknya baru saja
meloncati nasib, merebut pendidikan (Laskar Pelangi, 2007:10),
dan
nomor 4)
Agaknya selama turun-temurun keluarga laki-laki cemara
angin itu tak mampu terangkat dari endemik kemiskinan komunitas
Melayu yang menjadi nelayan. Tahun ini beliau menginginkan
perubahan dan ia memutuskan anak laki-laki tertuanya, Lintang,
tak akan menjadi seperti dirinya. Lintang akan duduk di samping
pria kecil berambut ikal yaitu aku, dan ia akan sekolah di sini lalu
pulang pergi setiap hari naik sepeda (Laskar Pelangi, 2007:11).
(b)
____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(c)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
Bahasa Indonesia
129
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(5)
Apakah kalian telah membaca
novel
Laskar Pelangi
ini secara utuh?
Lantas, apakah kalian menemukan amanat yang lainnya dari novel
tersebut?
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
(6)
Berikut akan diberikan penokohan yang terdapat
dalam novel. Tugas
kalian adalah menyebutkan nama tokoh yang dimaksud, serta temukanlah
bukti pendukungnya dari novel
Laskar Pelangi
tersebut. Kalian juga dapat
menambahkan penokohan dari sebelas tokoh anggota Laskar Pelangi jika
kalian menemukannya, tentu saja beserta bukti kutipannya.
No.
Penokohan
Nama
Tokoh
Kutipan Pendukung
1.
Anak lelaki yang
menunjukkan
minat besar untuk
bersekolah—karena
harus menempuh
jarak 80 kilometer
setiap hari agar bisa
bersekolah. Ia adalah
seorang anak yang
genius dan menjadi
Lintang
a)
Lintang akan duduk
di samping pria kecil
berambut ikal yaitu
aku, dan ia akan
sekolah di sini lalu
pulang pergi setiap
hari naik sepeda.
Jika panggilan
nasibnya memang
harus menjadi
130
Kelas XII
Semest
er 2
No.
Penokohan
Nama
Tokoh
Kutipan Pendukung
teman sebangku Ikal
Ia memiliki cita-
cita menjadi ahli
matematika. Ayahnya
bekerja sebagai
nelayan miskin dan
harus menanggung
14 jiwa anggota
keluarganya.
Lintang
a)
nelayan, biarkan
jalan kerikil batu
merah empat
puluh kilometer
mematahkan
semangatnya (
Laskar
Pelangi
, 2007:13).
b)
c)
2.
Anak lelaki bertubuh
kurus dan berminat
besar pada seni.
3.
Anak lelaki keturunan
Tionghoa yang
menganggap Mahar
adalah guru baginya.
4.
Anak lelaki ini
digambarkan sebagai
tokoh “aku” dalam
cerita. Ia berminat
pada sastra dan selalu
mendapat peringkat
kedua setelah Lintang.
5.
Sang ketua kelas
sepanjang generasi
sekolah Laskar
Pelangi yang
menderita rabun jauh.
6.
Seorang anak
perempuan tomboi
yang berasal dari
keluarga kaya, serta
peserta terakhir Laskar
Pelangi.
Bahasa Indonesia
131
7.
Anak lelaki tampan
yang pintar dan
baik hati. Ia sangat
mencintai ibunya.
8.
Anak lelaki
yang memiliki
keterbelakangan
mental.
9.
Satu-satunya
tokoh perempuan
dalam kelompok
ini—sebelum Flo
bergabung. Ia
adalah gadis yang
keras kepala. Ia
digambarkan sebagai
gadis yang pintar dan
ramah.
10.
Tokoh lain yang
digambarkan sebagai
anak nelayan yang
ceria.
11.
Ia selalu menjaga
citranya sebagai lelaki
jantan.
(7)
Sudut pandang
penceritaan bisa melalui orang pertama (seperti
aku
,
saya
,
atau
kami
) serta orang ketiga (seperti
ia
atau
dia
). Sudut pandang orang
pertama memamparkan kisah berdasarkan apa yang dilihat, dirasakan,
dan dipikirkan oleh tokoh “aku”, “saya”, atau “kami”. Sudut pandang
pertama bisa mengungkapkan isi hati dan pikiran si tokoh semaksimal
mungkin. Akan tetapi, dengan menggunakan sudut pandang orang
pertama ini, kalian tidak bisa melukiskan apa yang ada dalam hati atau
pikiran karakter lain. Sementara itu, penceritaan yang menggunakan
sudut pandang orang ketiga bisa menggunakan kata ganti “ia” atau
“dia”. Pada sudut pandang ini, pencerita bisa melihat semua tindakan
tokoh yang dirujuknya, tetapi ia tidak bisa membaca isi pikiran setiap
karakter. Ia hanya bisa melukiskan segala hal sebatas apa yang ditangkap
indra. Sudut pandang orang ketiga bisa juga digunakan pencerita untuk
132
Kelas XII
Semest
er 2
menggambarkan satu karakter tertentu dengan menuturkan apa yang
dilihat, didengar, dirasakan, dipikirkan, atau diinginkan oleh tokoh “ia”
yang digambarkannya.
Tugas kalian adalah menemukan sudut pandang penceritaan dalam novel
Laskar Pelangi
ini. Apakah kalian menemukan kedua sudut pandang itu?
No.
Sudut
Pandang
Kutipan dari Novel
Laskar Pelangi
1.
Sudut pandang
orang pertama
(a)
Dalam perjalanan pulang aku dengan sengaja
melanggar perjanjian. Setelah kuburan T
ionghoa,
aku tak meminta Syahdan menggantikanku.
(
Laskar Pelangi
, 2007:213).
(b)
(c)
(d)
(e)
2.
(a)
Ia
memperlihatkan bakat kalkulus yang amat
besar dan keahlian
nya
tidak hanya sebatas
menghitung guna menemukan solusi, tetapi
ia
memahami filosofi operasi-operasi matematika
dalam hubungan
nya
dengan aplikasi seperti
yang dipelajari para mahasiswa tingkat lanjut
dalam subjek metodolgi riset (
Laskar Pelangi
,
2007:119).
(a)
(b)
Bahasa Indonesia
133
Sudut pandang
orang ketiga
(c)
(d)
(e)
(8)
Identifikasikanlah permasalahan
yang kalian temukan dalam novel
Laskar
Pelangi
ini.
(a)
Permasalahan pertama
yang ditemukan adalah hampir ditutupnya SD
Muhammadiyah karena kekurangan murid.
(b)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(c)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(d)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(e)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(f)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(g)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
134
Kelas XII
Semest
er 2
(h)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(i)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(j)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(9)
Kemudian, solusi apa yang disuguhkan pengarang atas permasalahan
yang terjadi? Uraikanlah jawaban kalian.
(a)
Permasalahan pertama
yang ditemukan adalah hampir ditutupnya
SD Muhammadiyah karena kekurangan murid. Kemudian, keadaan
ini terselamatkan oleh kedatangan Harun yang menjadi murid
kesepuluh di SD itu.
(b)
___________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(c)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(d)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(e)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(f)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
Bahasa Indonesia
135
(g)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(h)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(i)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(j)
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(10)
Lengkapilah struktur teks novel
Laskar Pelangi
yang terdapat dalam
kolom berikut.
No. Struktur Teks
Peristiwa
1.
Abstrak
Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk
di bangku panjang di depan sebuah kelas.
Sebatang pohon
filicium
tua yang rindang
meneduhiku. Ayahku duduk di sampingku
memeluk pundakku dengan kedua lengannya
dan tersenyum mengangguk-angguk pada
setiap orang tua dan anak-anaknya yang duduk
berderet-deret di bangku panjang lain di depan
kami. Hari itu ada hari yang agak penting: hari
pertama masuk SD (
Laskar Pelangi
, 2007:1).
136
Kelas XII
Semest
er 2
No. Struktur Teks
Peristiwa
2.
Orientasi
3.
Komplikasi
4.
Evaluasi
5.
Resolusi
6.
Koda
(11)
Dalam novel
Laskar Pelangi
ini
terdapat banyak idiom, yaitu konstruksi
yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsurnya. Menurut
Gorys Keraf, idiom merupakan pola struktural yang menyimpang dari
kaidah bahasa umum dan biasanya berbentuk frasa. Sedangkan artinya
tidak dapat diterangkan secara logis atau gramatikal dengan bertumpu
pada makna kata yang membentuknya.
Berikut ini terdapat beberapa idiom yang dikutip dari novel
Laskar
Pelangi
(
LP
) beserta maknanya. Hanya saja idiom (yang dicetak
miring) dan maknanya tersebut dipasangkan secara acak pada kolom
di bawah ini. Tugas kalian adalah mencocokkannya. Isilah kolom yang
kosong dengan nomor yang sesuai.
Bahasa Indonesia
137
No.
Kutipan Idiom
Makna Idiom
1.
Senyum Bu Mus adalah
senyum getir
yang
dipaksakan karena tampak
jelas beliau sedang cemas
(
LP
, 2007:2).
[ 9 ]
‘semangat yang menyala-nyala
dengan hebatnya’
2.
Ia juga diperhatikan ibunya
layaknya
anak emas
.
Mungkin karena ia satu-
satunya laki-laki di antara
lima saudara perempuan
lainnya (
LP
, 2007:74).
[
...
]
‘keadaan yang menegangkan
atau berbahaya’
3.
Sebagian yang lain
diam terpaku
, mulutnya
ternganga, ia diselubungi
kabut dengan tatapan mata
yang kosong dan jauh (
LP
,
2007:104).
[
...
]
‘mulai bicara’
4.
Guru-guru yang sederhana
ini berada dalam
situasi genting
karena
Pengawas Sekolah dari
Depdikbud Sumsel telah
memperingatkan bahwa
jika SD Muhammadiyah
hanya mendapat murid baru
kurang dari sepuluh orang,
maka sekolah paling tua di
Belitong ini harus ditutup
(
LP
, 2007:4).
[
...
]
‘senyum yang lahir dari rasa hati
yang kecewa’
5.
Yang berhasil dibawa pulang
hanya tubuh yang
remuk
redam
.... (
LP
, 2007:264).
[
...
]
‘hancur sama sekali’
6.
Ketika beliau
angkat bicara
,
tak dinyana, meluncurlah
mutiara-mutiara nan puitis
sebagai prolog penerimaan
selamat datang penuh
atmosfer sukacita di
sekolahnya yang sederhana
(
LP
, 2007, 21—22).
[ 5 ]
‘tidak mau mengikuti nasihat
orang lain’
138
Kelas XII
Semest
er 2
No.
Kutipan Idiom
Makna Idiom
7.
Intonasinya lembut
membelai-belai kalbu
dan Mahar
memaku hati
kami dalam rasa pukau
menyaksikannya menyanyi
sambil menitikkan air mata
(
LP
, 2007:137).
[ ... ]
‘orang yang paling disayangi’
8.
Tak mengapa tujuan tak
tercapai asal tak jatuh nama
dalam
debat kusir
(
LP
,
2007:264).
[ ... ]
‘tidak bisa berkata apa-apa’
9.
Kami menanti liku demi
liku cerita dalam detik-
detik menegangkan dengan
dada berkobar-kobar
ingin membela perjuangan
para penegak Islam (
LP
,
2007:23).
[ ... ]
‘debat yang tidak disertai alasan
yang masuk akal’
10.
Sifatnya yang utama: penuh
perhatian dan
kepala batu.
Maka, tak ada yang berani
bikin gara-gara dengannya
karena ia tak pernah segan
mencakar (
LP
, 2007:75).
[ ... ]
‘menciptakan rasa yang
mendalam dalam hati’
Kegiatan 2
Kerja Bersama Membangun Teks Cerita Fiksi dalam Novel
A.S. Laksana dalam bukunya
Creative Writing: Tip dan Strategi
Menulis Cerpen dan Novel
—dengan mengutip perkataan seorang penulis—
mengatakan, “Tulis apa saja yang ada dalam pikiran Anda, dan segala yang
berkecamuk di dalam pikiran itu akan menemukan jalan keluar.” Ketika
menulis, tangan akan melakukan sesuatu dan ia tahu cara mewujudkan apa
yang ada dalam pikiran.
Bahasa Indonesia
139
Jika kalian bukan seorang penulis, atau tidak ingin berprofesi sebagai
penulis, tetaplah menulis. Akrabkan tangan dengan otak kalian, sebab apa
yang ditulis oleh tangan adalah langkah pertama yang akan mewujudkan apa
yang ada di kepala. Albert Einstein, ilmuwan yang namanya yang sudah tidak
asing lagi, tidak pernah dikenal sebagai seorang penulis. Namun, sepanjang
hidupnya ia telah menulis tidak kurang dari dua ribu makalah. Dengan menulis
ia menuangkan segala kemungkinan yang kemudian melahirkan teori-teori
besarnya. Contoh lain, Muhammad Ali, petinju kelas berat yang paling
memukau, juga selalu menulis dan membacakan puisi yang ia buat untuk
calon lawannya sebelum pertandingan. Biasanya ia meramalkan, dengan cara
jenaka, pada ronde keberapa lawannya akan dijatuhkan.
A.S. Laksana menambahkan, ketika kalian menulis, otak kalian merekam
dengan baik setiap gagasan kalian. Dengan demikian, kalian tidak mudah
sesat dan tidak akan kehilangan ilham. Menekuni ilmu disiplin apapun, kalian
perlu menulis agar otak makin terasah dan tidak kehilangan jejak atas segala
yang telah kalian pelajari.
Untuk menuangkan ide yang ada dalam pikiran kalian, janganlah takut
untuk menulis, meskipun tidak langsung menghasilkan tulisan yang baik.
Jangan pernah kalian takut untuk menghasilkan tulisan yang buruk. Hal ini
akan membuat kalian terhindar dari ketegangan yang tidak perlu. Jika kalian
berpikir untuk dapat langsung menulis secara baik, kalian akan terbebani untuk
meraih kesempurnaan, sehingga ide yang akan dikeluarkan dari minda kalian
akan tersendat-sendat. Kemudian kalian tidak akan pernah sungguh-sungguh
menulis. Draf pertama yang buruk, ketika draf itu ada, akan jauh lebih baik
dibandingkan tulisan yang sempurna tetapi tidak pernah ada.
Tugas 1
Mengevaluasi Struktur Teks Cerita Fiksi dalam Novel
Kalian telah mempelajari teks
Laskar Pelangi
secara panjang lebar.
Bacalah sekali lagi catatan yang kalian temukan mengenai novel ini. Kemudian,
kerjakanlah tugas berikut ini.
(1)
Dalam novel
Laskar
Pelangi
banyak dijumpai metafora, metonimia,
dan simile. Metafora merupakan perumpamaan yang membandingkan
benda dengan melukiskan secara langsung atas dasar sifat yang sama.
Metonimia merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata tertentu
sebagai pengganti kata sebenarnya karena memiliki pertalian yang
begitu dekat. Sedangkan simile disebut juga persamaan, merupakan
perbandingan yang bersifat eksplisit dengan maksud menyatakan sesuatu
sama dengan hal yang lain. Gaya bahasa simile ini ditandai dengan kata
pembanding
seperti, seumpama, laksana, selayaknya,
dan sebagainya.
140
Kelas XII
Semest
er 2
Kata pembanding tersebut digunakan untuk menggambarkan bahwa satu
hal yang sedang dibicarakan mempunyai kesamaan dengan hal lain di
luar yang dibicarakan.
Tugas kalian adalah menentukan perumpamaan atau gaya bahasa yang
tepat untuk beberapa kutipan berikut ini.
No.
Kutipan dari Novel
Laskar Pelangi
Gaya Bahasa
1.
Ibu Muslimah yang beberapa menit lalu
sembap, gelisah, dan coreng moreng, kini
menjelma
menjadi
sekuntum
crinum gigantium
.
Sebab tiba-tiba ia
mekar sumringah
dan
posturnya yang jangkung persis tangkai bunga
itu. Kerudungnya juga berwarna bunga
crinum
,
demikian pula bau bajunya, persis
crinum
yang
mirip bau vanili (
LP
, 2007:9).
Metafora
2.
Kulihat lagi
pria cemara angin
itu (
LP,
2007:13).
Metonimia
3.
Ketika aku menyusul Lintang ke dalam kelas,
ia menyalamiku dengan kuat
seperti
pegangan
calon mertua yang menerima pinangan (
LP
,
2007:12).
Simile
4.
Para mayoret cantik, bertubuh ramping
tinggi, dengan senyum khas yang dijaga
keanggunannya, meliuk-liuk
laksana
burung
merak yang sedang memamerkan ekornya (
LP
,
2007:236).
5.
Betapa susahnya menjejalkan ilmu ke dalam
kepala alumuniumnya
(
LP
, 2007:68).
6.
Dalam hatiku, jika berani macam-macam
pastilah
jemarinya seperti patukan burung
bangau
menusuk kedua bola mataku dengan
gerakan kuntau yang tak terlihat (
LP
,
2007:204).
Bahasa Indonesia
141
7.
Si rapi jali
ini adalah maskot kelas kami (
LP
,
2007:74).
8.
Di bangku itu ia
seumpama
balita yang
dinaikkan ke atas tank, girang tak alang
kepalang, tak mau turun lagi (
LP
, 2007:10).
9.
Lintang adalah
mercu suar
. Ia
bintang petunjuk
bagi pelaut di samudera
(
LP
, 2007:431).
10.
Suaranya berat
selayaknya
orang yang tertekan
batinnya (
LP
, 2007:6).
11.
Setiap katanya adalah
beban berat puluhan kilo
yang ia seret satu per satu
(
LP,
2007:353).
12.
Pak Harfah menceritakan semua itu dengan
semangat perang Badar sekaligus
setenang
embusan angin pagi
(
LP
, 2007:23).
13.
Kotak kapur dikeluarkan melalui sebuah lubang
persegi empat
seperti
kandang burung merpati
(
LP
, 2007:203).
14.
Kami
seperti
sekawanan tikus yang paceklik di
lumbung padi (
LP
, 2007:39).
15.
Sejak seminggu yang lalu aku telah menjadi
sekuntum
daffodil
yang gelisah (
LP
, 2007:249).
16.
Rupanya
si kuku cantik
sembrono (
LP
,
2007:208).
17.
Di tengah pusaran itu kami bertempur habis-
habisan dalam sebuah ritual liar Afrika yang
kami tarikan
seperti
binantang buas yang
terluka (
LP
, 2007:245).
18.
Surat ini untukmu,
rambut ikal
(
LP
, 2007:280).
142
Kelas XII
Semest
er 2
No.
Kutipan dari Novel
Laskar Pelangi
Gaya Bahasa
19.
Aku kebanjiran salam dari sepupu-sepupuku
untuk disampaikan pada
laki-laki muda
flamboyan
ini (
LP
, 2007:75).
20.
Dunia baginya hitam putih dan hidup adalah
sekeping jembatan papan lurus yang harus dititi
(
LP
, 2007:68).
(2)
Dalam novel
Laskar
Pelangi
banyak terdapat bahasa asing yang telah
memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Tugas kalian adalah
mencari padanan kata dari bahasa asing yang diberikan dalam bahasa
Indonesia.
No.
Kutipan dari Novel
Laskar Pelangi
Padanan
Kata
1.
Hasil akhirnya adalah sebuah drama seru pertarungan
massal antara manusia melawan binatang dalam
alam Afrika yang liar, sebuah karya yang memukau,
master piece
Mahar (
LP
, 2007:229).
‘karya
kebanggaan’
2.
Aku memiliki minat besar pada seni, akan membuat
sebuah
performing art
bersama para sahabat karib
(
LP
, 2007:64).
3.
Bahkan para kuli panggul yang memikul karung
jengkol tiba-tiba bergerak penuh wibawa, santun,
lembut, dan berseni, seolah mereka sedang
memperagakan busana Armani yang sangat mahal di
atas
catwalk
(
LP
, 2007:212).
4.
Ia tidak punya
sense of fashion
sama sekali (
LP
,
2007:67).
5.
Sebagai Mollen Bas beliau sanggup mengendalikan
shift
ribuan karyawan, memperbaiki kerusakan kapal
keruk yang tenaga-tenaga ahli asing sendiri sudah
menyerah, dan mengendalikan aset produksi miliaran
dolar (
LP
, 2007:47).
Bahasa Indonesia
143
6.
Ia tampil laksana para
event organizer
atau para
seniman, atau mereka yang menyangka dirinya
seniman (
LP
, 2007:229).
7.
Jika makan, orang urban ini tidak mengenal
appetizer
sebagai perangsang selera, tak mengenal
main course,
ataupun
dessert
(
LP
, 2007:53).
8.
Wilayah ini merupakan
blank spot
untuk frekuensi
walky talky
sehingga suara “kemerosok” yang sedikit
menghibur dari alat itu sekarang mati dan tempat ini
segera menjadi mencekam (
LP
, 2007:326).
9.
Seorang penyanyi pop yang melakukan konser
khusus untuk para ibu
single parent
(
LP
, 2007:134).
10.
Mereka semuanya seolah bergerak seperti dalam
slow motion
, demikian indah, demikian anggun (
LP
,
2007:212).
(3)
Perhatikan nukilan berikut.
Ia seperti tertimbun dagangan dan tenggelam
di tengah pusaran
barang-barang kelontong.
“
Kiak-kiak!
”
A Miauw memanggil tak sabar, dan Bang Sad tergopoh-gopoh
menghampirinya.
“
Magai di Maggara masempo linna?
”
Orang-orang bersarung keberatan ketika mengamati harga kaus
lampu petromaks. Di Manggar lebih murah, kata mereka.
“
Kito lui, ba? Ngape de Manggar harge e lebe mura?
”
Bang Sad menyampaikan keluhan itu pada juragannya dalam bahasa
Kek campur Melayu.
(
LP
, 2007:201—202)
Dalam kutipan di atas, pengarang menggunakan bahasa daerah untuk
membangun percakapan. Hal ini berbeda dengan soal nomor (2) yang
telah kalian kerjakan. Di sana pengarang menggunakan istilah asing yang
sesungguhnya telah ada padanan katanya dalam bahasa Indonesia.
(a)
Menurut kalian, apakah
fungsi istilah asing yang telah ada padanan
katanya tersebut digunakan pengarang dalam karyanya?
(b)
Bagaimana pula dengan fungsi penggunaan bahasa daerah?
144
Kelas XII
Semest
er 2
(c)
Bentuklah kelompok
yang terdiri dari tiga hingga lima orang. Lalu,
diskusikanlah hal ini dengan kelompok kalian.
(d)
Setelah itu,
kemukakanlah pendapat kelompok kalian kepada
kelompok lainnya.
(4)
Diskusikan pula pendapat kalian
mengenai beberapa kutipan berikut yang
memperlihatkan pengimbuhan pada istilah asing.
1)
Tak disangsikan, jika di-
zoom out
, kampung kami adalah
kampung terkaya di Indonesia (
LP
, 2007:49).
2)
Namun, jika di-
zoom in
, kekayaan itu terperangkap di satu
tempat, ia tertimbun di dalam batas tembok-tembok tinggi
Gedong (
LP
, 2007:49).
3)
Caranya ber-
make up
jelas memperlihatkan dirinya sedang
bertempur mati-matian melawan usia... (
LP
, 2007:60).
(5)
Munculnya kata sapaan dalam sebuah komunikasi selalu ditentukan oleh
berbagai
faktor yang berkaitan dengan penutur, kawan bicara, dan situasi
penuturan. Faktor tersebut antara lain situasi (resmi atau tidak resmi),
etnik, kekerabatan, keintiman, status (lebih tinggi, sederajat, atau lebih
rendah, usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan daerah asal).
Dalam novel
Laskar Pelangi
terlihat beberapa kata saapan, seperti
pamanda, ananda, ayahanda, ibunda, pak cik, cicik,
dan sebagainya.
Tugas kalian adalah mencari bentuk kata sapaan yang sering kalian
temukan dalam keseharian dan sebutkan kepada siapa kata sapaan itu
ditujukan. Kemudian buatlah kalimat yang menggunakan kata sapaan
tersebut.
No. Kata Sapaan
Orang yang
Dituju
Contoh dalam Kalimat
1.
Ayah
‘orang tua
laki-laki’
2.
3.
4.
Bahasa Indonesia
145
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Tugas 2
Menginterpretasi Fungsi Sosial Teks Cerita Fiksi dalam Novel
(1)
Perhatikan penggalan cerita
dari novel
Nyanyi Sunyi dari Indragiri
berikut
ini dengan saksama.
(a)
Engkau tahu, aku lahir dan besar di sebuah kampung terisolir
yang hingga
kini masih seperti itu ketika aku meninggalkannya hampir tujuh tahun
yang lalu (
NSdI
, 2004:18).
(b)
Aku merasa, kehidupanku telah mati
setelah kembali ke Rimbo Pematang,
tak kudapati umi. Setelah abah hanyut dibawa Sungai Indragiri, aku
hanya memiliki umi yang kutinggalkan hampir setahun di penjara (
NSdI
,
2004:62).
(c)
Tahun
1986, inilah tahun terburuk dalam sejarah bencana di kampungnya.
Dia baru tamat SD ketika itu dan umurnya baru 12 tahun. Meski masih
bau ingus, tetapi dia ingat betul semua yang terjadi di kampungnya;
panas terik sepanjang tahun, beras menjadi langka, pohon karet tak
mengeluarkan getah karena tak tersiram air. Penduduk kampung itu
akhirnya banyak yang mencari ubi dan talas ke kampung lain untuk
sekadar mempertahankan hidup (
NSdi
, 2004:38).
Kalian sudah membahas novel
NSdI
ini secara panjang lebar. Dari
penggalan cerita di atas, dapat diketahui bahwa latar tempat yang
digunakan pengarang dalam novelnya adalah sebuah kampung di dekat
146
Kelas XII
Semest
er 2
Sungai Indragiri. Seperti yang kalian ketahui, sungai tersebut berada di
Provinsi Riau. Meskipun Desa Rimbo Pematang adalah daerah fiktif yang
diangkat pengarang dalam ceritanya, tetapi penggambaran desa ini dapat
mewakili gambaran kondisi beberapa daerah Indragiri Hulu, Provinsi
Riau.
Dengan membaca kutipan yang ada di atas, apa yang bisa kalian ceritakan?
Diskusikanlah hal ini dengan teman kelompok yang telah kalian bentuk
sebelumnya.
(2)
Perhatikan pula
nukilan cerita dari novel
Laskar Pelangi
berikut ini
dengan cermat.
(d)
Tak disangsikan, jika di-
zoom out
, kampung kami adalah kampung terkaya di
Indonesia.
Inilah kampung tambang yang menghasilkan timah dengan harga
segenggam lebih mahal puluhan kali lipat dibanding segantang padi. Triliunan
rupiah aset tertanam di sana, miliaran rupiah uang berputar sangat cepat seperti
putaran mesin parut, dan miliaran dolar devisa mengalir deras seperti kawanan
tikus terpanggil pemain seruling ajaib
Der Rattenfanger von Hameln
. Namun,
jika di-
zoom in
, kekayaan itu terperangkap di satu tempat, ia tertimbung di dalam
batas tembok-tembok tinggi Gedong.
(e)
Hanya beberapa jengkal
di luar lingkaran tembok tersaji pemandangan kontras
seperti langit dan bumi. Berlebihan jika disebut daerah kumuh tapi tak keliru jika
diumpamakan kota yang dilanda gerhana berkepanjangan sejak era pencerahan
revolusi industri. Di sana, di luar lingkar tembok Gedong hidup komunitas
Melayu Belitong yang jika belum punya enam anak belum berhenti beranak
pinak. Mereka menyalahkan pemerintah karena tidak menyediakan hiburan
yang memadai sehingga jika malam tiba mereka tak punya kegiatan lain selain
membuat anak-anak itu.
(f)
Di luar tembok feodal
itu berdirilah rumah-rumah kami, beberapa sekolah
negeri, dan satu sekolah kampung Muhammadiyah. Tak ada orang kaya di sana,
yang ada hanya kerumunan toko miskin di pasar tradisional dan rumah-rumah
panggung yang renta dalam berbagai ukuran. Rumah-rumah asli Malayu ini
sudah ditinggalkan zaman keemasannya. Pemiliknya tak ingin merubuhkannya
karena tak ingin berpisah dengan kenangan masa jaya, atau karena tak punya
uang. (
Laskar Pelangi
, 2007:49—50)
Secara jelas telah diungkapkan pengarang dalam novel
Laskar Pelangi
bahwa
kehidupan yang kontras terjadi pula di daerah Belitung. Provinsi
Riau dan Belitung sebenarnya daerah kaya di republik ini, tetapi ternyata
masih terdapat daerah miskin di sana. Lalu, bagaimana tanggapan kalian
tentang kehidupan yang seperti ini?
Bahasa Indonesia
147
(3)
Perhatikan nukilan berikut ini. Uraikan pendapat kalian tentang apa yang
digambarkan pengarang pada kutipan itu.
(a)
“Banyak anak usia sekolah di kampungku yang tidak sekolah, Fahmi.
Aku berharap, beberapa tahun lagi di Rimbo Pematang sudah ada SMP
dan SMA sehingga anak-anak di sana dan kampung terdekat tidak harus
menyeberang sungai ke sini untuk sekolah... (
NSdI
, 2004:20).
(b)
Dia mau pergi, mengejar dunia dan mimpi masa kanak-kanaknya: ada
jalan beraspal dan jembatan yang mengeluarkan kampungnya dan juga
kampung sekitarnya dari isolasi. Ada listrik yang menerangi sehingga
kampungnya tidak gelap gulita di malam hari, karena hanya lampu teplok
yang menyala. Dia juga ingin ada sekolah yang layak dan tidak hanya
sebatas SD, agar anak-anak kampungnya tidak harus mengayuh perahu
ke seberang ketika ingin berangkat sekolah ke SMP maupun SLTA.
Hal inilah yang membuat banyak anak di kampungnya yang akhirnya
memilih tidak sekolah dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti yang
dilakukan orang dewasa di kampung ini; menakik getah, menjala ikan,
dan turun ke sawah (
NSdI
, 2004:34).
(c)
Seminggu hujan tak berhenti dan kampung itu benar-benar menjadi
danau baru, mungkin juga puluan kampungl lainnya di sepanjang
aliran sungai. Kalid juga masih ingat ketika itu, setelah air surut dan
normal, kampung itu dilanda wabah kolera. Penyakit itu datang tidak
hanya menyerang anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Banyak yang
meninggal ketika itu, sekitar pertengahan tahun 1986, karena bantuan
obat-obatan dan dokter dari kota terlambat. Transportasi yang susah
membuat distribusi bantuan tersendat, ini belum lagi masalah birokrasi
yang selalu menjadi penghambat penyaluran bantuan dalam bencana
apapun (
NSdI
, 2004:51).
(4)
Apakah kalian setuju bahwa tingkat
keterbelakangan suatu kaum
dipengaruhi oleh faktor kemiskinan?
(5)
Kemiskinan merupakan masalah multidimensional di Indonesia. Padahal
Indonesia
adalah sebuah bangsa yang memiliki kekayaan alam berlimpah.
Kemiskinan ini tidak hanya ditandai oleh rendahnya pendapatan
penduduk, tetapi juga digambarkan oleh rendahnya kualitas kesehatan
dan rendahnya tingkat pendidikan penduduk. Setujukah kalian dengan
pernyataan ini?
148
Kelas XII
Semest
er 2
Tugas 3
Memproduksi Teks Cerita Fiksi dalam Novel secara Bersama
Ketika kalian memutuskan untuk menulis teks cerita fiksi, ide akan mengalir
bersama pikiran yang berbaur dengan fakta secara bersamaan. Cobalah kalian
menulis bebas. Tuangkan semua ide yang muncul, tanpa mengoreksi sepatah
kata pun. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaring suasana hati agar kalian
tidak merasa terbebani. Namun, tetap fokus pada jalan cerita. Tulis ide kalian
tentang karakter, peristiwa, tempat, atau apapun yang berkaitan dengan cerita
yang dibangun.
(1)
Kalian belum
memasuki tahap penentuan karakter (tokoh) atau alur cerita.
Pada umumnya, pengarang menyusun karangan setelah mempunyai tema.
Kalau belum ada tema, sama saja kalian berjalan di tempat gelap, tanpa
tahu arah yang dituju. Tugas pertama kalian adalah menentukan tema dan
ide dasar cerita yang akan kalian bangun.
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
(2)
Tugas selanjutnya
adalah menentukan alur, yaitu rangkaian peristiwa yang
direka dan dijalin sedemikian rupa sehingga menggerakkan jalan cerita,
dari awal, tengah, hingga mencapai klimaks dan akhir cerita. Ada banyak
cara untuk menyusun alur cerita. Dua di antaranya adalah sebagai berikut.
Pertama, cara kronologis, yakni merangkai peristiwa demi peristiwa dari
awal sampai akhir berdasarkan urutan waktu. Kedua, cara
flashback
(bolak-balik), yaitu menceritakan peristiwa masa lalu di tengah cerita.
Biasanya alur ini dipakai kalau pengarang memerlukan latar belakang
yang mendalam. Tentukanlah alur seperti apa yang akan kalian gunakan
untuk teks cerita fiksi yang kalian ciptakan.
_________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
Bahasa Indonesia
149
(3)
Langkah selanjutnya
adalah menciptakan tokoh utama. Menetapkan
penokohan penting dilakukan. Penokohan ini bisa tentang gambaran
fisik (jenis kelamin, wajah, mata, rambut, pakaian, umur, pekerjaan,
cara berjalan, dan sebagainya), gambaran kejiwaan, dan emosi (perilaku,
kesedihan, kemarahan, dan sebagainya).
Berikut contoh penokohan dalam teks cerita fiksi.
(a)
Kubiarkan cambang, kumis, dan jenggotku memanjang, juga
rambutku, supaya tak ada orang yang mengenaliku,
meskipun aku
yakin tak ada orang yang mengenaliku di kota ini meski kasusku
dimuat di beberapa koran (
NSdI
, 2004:63).
(b)
Dan tak ada yang lebih membahagiakan
seorang guru selain
mendapatkan seorang murid yang pintar. Kecemerlangan Lintang
membawa gairah segar di sekolah tua kami yang mulai kehabisan
napas, megap-megap melawan paradigma materialisme sistem
pendidikan zaman baru. Sekarang, suasan belajar mengajar di
sekolah kami menjadi berbeda karena kehadiran Lintang, hanya
tinggal menunggu kesempatan saja baginya untuk mengharumkan
nama perguruan Muhammadiyah. Lintang dengan segala daya tarik
kecerdasannya adalah gemerincing tamborn yang nakal, bernada
miring, dalam alunan stambul bergaya lama. Dialah mantra dalam
rima-rima gurindam yang itu-itu saja. Dia ikan lele yang menggeliat
dalam tmbunan lumpur beku kemarau sekolah kami yang telah bosan
dihina. Tubuhnya yang kurus menjadi siku-siku yang menegakkan
kembali tiang utama perguruan Muhammadiyah yang bahkan belum
tentu tahun depan mendapatkan murid baru (
LP
, 2007:142).
Coba kalian temukan tokoh yang ada di kedua kutipan di atas. Kemudian
jabarkan penokohan yang terlihat pada kutipan tersebut.
(a)
____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(b)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
150
Kelas XII
Semest
er 2
(4)
Cobalah kalian tentukan seorang tokoh utama rekaan kalian, kemudian
buatlah penokohan tentang tokoh tersebut.
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
__
_______________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
(5)
Jawablah beberapa pertanyaan
berikut ini yang berkaitan dengan tokoh
dan penokohan serta alur cerita.
(a)
Apakah tokoh utama rekaan kalian
mencoba untuk menunaikan dan
menuntaskan tujuan cerita?
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(b)
Langkah apa
yang perlu dimainkan oleh tokoh tersebut? (Hal ini akan
menjadi konflik utama dalam cerita)
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(c)
Apa persoalan yang kalian angkat?
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(d)
Bagaimana konflik ini dibangun dalam jalinan cerita kalian?
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(e)
Apakah tokoh utama yang kalian
bangun akan menjadi tokoh dengan
penokohan yang berbeda di akhir cerita?
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
Bahasa Indonesia
151
(6)
Tugas kalian selanjutnya adalah menciptakan tokoh pendukung dan tokoh
lawan.
Meskipun bukan tokoh utama, tetapi kehadiran tokoh ini ini akan
memainkan peranan yang penting, karena tokoh ini merupakan bagian
utuh dari alur yang kalian bangun.
Untuk latihan, buatlah beberapa penokohan dengan karakter yang
berbeda. Kalian bisa memberikan gambaran fisik maupun kejiwaan atau
emosi tokoh tersebut.
(a)
____________________________________________________
____________________________________________________
(b)
____________________________________________________
____________________________________________________
(c)
____________________________________________________
____________________________________________________
(d)
____________________________________________________
____________________________________________________
(e)
____________________________________________________
____________________________________________________
(7)
Tulislah
teks cerita yang kalian bangun sesuai dengan tema, alur, serta
tokoh dan penokohan yang telah kalian buat sebelumnya, sesuai dengan
struktur yang membangun teks cerita fiksi.
No. Struktur Teks
Peristiwa
1.
Abstrak
2.
Orientasi
152
Kelas XII
Semest
er 2
No. Struktur Teks
Peristiwa
3.
Komplikasi
4. Evaluasi
5.
Resolusi
6.
Koda
(8)
Tunjukkan hasil karangan kalian
ini kepada teman di sebelah kalian.
Mintalah kritikan dan saran darinya. Kalian pun diharapkan dapat
memberikan masukan atas karya teman kalian itu.
Kegiatan 3
Kerja Mandiri Membangun Teks Cerita Fiksi dalam Novel
Dalam membangun sebuah cerita fiksi, menurut Clara Ng. seorang
sastrawan wanita, hal yang harus dimiliki adalah empat “W”; yakni
who
(siapa tokohnya),
what
(apa yang terjadi),
when
(kapan terjadinya), dan
where
(di mana terjadinya?).
Bahasa Indonesia
153
Kalian sudah menentukan tema, membuat tokoh, dan membangun alur
cerita. Kalian juga sudah menyusunnya menjadi satu bentuk teks cerita
fiksi yang berstruktur. Namun, sehebat apapun seorang pengarang, tidak
akan pernah menghasilkan sebuah tulisan yang langsung jadi. Teks itu perlu
dicermati ulang berbagai kekurangannya agar dapat menghasilkan teks cerita
fiksi yang lebih sempurna.
Tugas 1
Menyunting dan Mengabstraksi Teks Cerita Fiksi dalam Novel
Penyuntingan dilakukan setelah kalian menyelesaikan karya. Ketika
menulis, upayakan jangan menyunting dulu, sebab itu akan membuat proses
penulisan tersendat-sendat. Akan tetapi, begitu selesai menulis, jangan segan
menyuntingnya berkali-kali, sampai kalian merasa yakin teks cerita fiksi yang
kalian hasilkan bagus.
Dalam penyuntingan, kalian harus mencermati semua kekurangan. Buang
semua hal yang berlebihan, tambahkan hal yang masih diperlukan. Kalian harus
membenahi kesalahan ketikan maupun ejaan. Kalimat yang membingungkan
harus diubah. Kalau perlu, alur cerita yang dirasa kurang pas pun bisa diubah.
Agar kalian lebih memahami proses penyuntingan, kerjakanlah latihan
berikut ini.
(1)
Dalam sebuah
teks fiksi, kalian diharapkan mampu menggambarkan
sesuatu untuk meyakinkan pembaca. Sementara itu, teks fiksi bersifat
konkret. Oleh sebab itu, kalian harus memiliki kemampuan mengonkretkan
konsep abstrak. Mengonkretkan konsep abstrak (seperti cinta, sayang,
bahagia, marah, sedih, dahsyat, cantik, dan sebagainya) pada intinya
adalah mencari pengucapan tidak langsug terhadap sebuah konsep, yang
memerlukan perincian yang cermat. Kalian bisa melukiskan bahagia
tanpa menggunakan kata itu sama sekali. Kalian bisa mendeskripsikan
cantik tanpa memunculkan kata itu sama sekali.
Dalam teks cerita fiksi yang bersifat konkret ini, pengarang harus
mampu menghidupkan gambaran nyata tentang perilaku seseorang atau
serangkaian kejadian yang menyeret orang tersebut bergerak dari satu
siatuasi ke situasi selanjutnya. Sebuah teks cerita fiksi tidak berbicara
tentang bahagia, tetapi tentang tindakan orang yang sedang bahagia.
Tugas kalian adalah menuliskan paragraf tentang sedih tanpa
menggunakan kata “sedih” atau kata lain yang merupakan sinonimnya.
154
Kelas XII
Semest
er 2
Setelah itu tuliskan pula paragraf tentang bahagia tanpa menggunakan
kata “bahagia” atau kata lain yang merupakan sinonimnya.
“Sedih”
__________________________________________
___________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
“Bahagia”
___________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
(2)
Deskripsi yang
baik membuat cerita “hidup” di benak pembaca. Deskripsi
tersebut harus memikat seluruh indra pembaca, membangkitkan
rangsangan emosional, serta membuat tokoh dan segala unsur kehidupan
yang dilukiskan dalam cerita menjadi lebih nyata dan bisa dipercaya.
Dengan melibatkan kelima indra, kalian bisa memberikan penggambaran
yang hidup seperti itu. Jika kalian bisa menghasilkan sebuah deskripsi
yang baik, pembaca bisa melihat sesuatu, mencium baunya, merasakan
persentuhan dengannya, mendengar bunyinya, dan mencecap rasanya.
Usahakan kalian tidak hanya menggambarkan apa yang tampak oleh
mata, sebab sama saja artinya kalian hanya menyodorkan sebuah gambar
atau foto.
Berikut ini kalian akan berlatih membuat dan menyunting teks deskripsi
dengan lima indra. Kalian harus memfungsikan kelima indra yang kalian
miliki untuk membawa pembaca seolah mengalami apa yang dibacanya.
Bahasa Indonesia
155
(a)
Tulislah sebuah paragraf tentang suatu tempat. Lukiskan hanya dengan
menggunakan
perincianan secara visual, yakni semua yang bisa dilihat
oleh mata.
______________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
(b)
Tulis ulang atau
perbaiki deskripsi yang kalian buat sebelumnya
dengan memasukkan perincian mengenai suara.
______________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
(c)
Tulis
kembali paragraf kalian. Kali ini, kalian harus memasukkan
detail baru dengan menggunakan indra penciuman. Masukkan bau
dalam perincian kalian tentang tempat yang dilukiskan tersebut.
_________________________________________________________
___________________________________________
______________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
156
Kelas XII
Semest
er 2
(d)
Tulis ulang lagi paragraf kalian dengan menambahkan perincian
indra
perasa kalian. Dengan demikian, kalian sudah memberikan
kesempatan kepada pembaca untuk masuk ke sebuah tempat, melihat
apa yang ada di sana, mendengar suaranya, mencium aroma udaranya,
dan mencecap rasanya.
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
(e)
Tulis kembali
deskripsi yang telah kalian buat sebelumnya, tetapi kali
ini masukkan perincian dengan menggunankan indra peraba kalian.
Kalian bisa melukiskan apa yang kalian rasakan ketika menyentuh
sesuatu. Kalian bisa memasukan deskripsi tentang temperatur (suhu),
tekstur, tekanan, dan sebagainya.
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
(f)
Kalian sudah menyelesaikan beberapa langkah pendeskripsian tempat
dengan
menggunakan kelima indra. Sekarang, baca lagi dengan teliti
tulisan kalian. Kemudian, putuskan apa yang sebenarnya ingin kalian
sampaikan dalam pendeskripsian tersebut. Informasi penting apakah
yang ingin kalian sampaikan dengan deskripsi itu? Cermati deskripsi
kalian, tambahkan perincian yang masih diperlukan serta buang yang
tidak diperlukan. tulis kembali paragraf kalian.
Bahasa Indonesia
157
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
(3)
Dialog atau
percakapan dalam sebuah teks cerita fiksi itu penting. Bukan
untuk memperpanjang jumlah halaman atau untuk menyiasati kebuntuan
bertutur, tetapi fungsi dialog adalah untuk memberikan informasi
yang akan kalian sampaikan. Informasi disampaikan melalui dialog
dengan alasan hanya akan menjadi kuat jika dituliskan dalam bentuk
dialog. Dengan dialog kalian bisa mengungkapkan watak tokoh dan
menghindarkan pembaca dari kejenuhan.
Beberapa saran untuk membuat dialog sebagai berikut. Pertama, jangan
membuat dialog seperti menyalin percakapan sehari-hari, sebab itu
membosankan. Kedua, jangan mengulang apa yang ada dalam narasi,
itu sama saja dengan pemborosan. Ketiga, buatlah dialog secara
ringkas. Keempat, jangan membingungkan pembaca. Kelima, kalian
dapat menambahkan bahasa tubuh bila perlu, dengan demikian, makna
kalimat akan lebih jelas. Keenam, hindari penulisan ejaan fonetik.
Misalnya menggambarkan kegagapan dalam dialog seperti ini: “Ss-ss-
sa-sayy-sayyaa mm-mmma-maau mmm-mmi-miiin-minnn-minnnu-
minnuum!” Selain merepotkan penulis dan pembaca, dialog seperti ini
juga membosankan. Kalian bisa membuat: “Saya mau minum!” katanya
tergagap. Dengan demikian pembaca sudah dapat membayangkan tokoh
yang berdialog sambil tergagap. Saran yang terakhir adalah belajar pada
penulis yang baik. Caranya adalah dengan membaca dan mencermati
karyanya.
158
Kelas XII
Semest
er 2
Tugas kalian sekarang adalah membuat dialog yang terjadi di tempat yang
kalian lukiskan sebelumnya.
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
Secara sederhana, adegan merupakan tindakan penting yang dilakukan
tokoh dalam cerita. Sementara cerita adalah rangkaian adegan demi adegan
yang membangun sebuah teks cerita menjadi utuh. Terdapat beberapa unsur
penyusun adegan sebagai berikut. Pertama, tokoh yang akan mengalami
kejadian kompleks dan berlapis dalam keseluruhan cerita. Kedua, sudut
pandang penceritaan adegan. Ketiga, tindakan penting yang dilakukan tokoh.
Keempat, dialog yang bermakna dan menyampaikan informasi penting yang
dibutuhkan. Kelima, informasi baru tentang tokoh dan perkembangan cerita.
Keenam, konflik yang menguji kesanggupan tokoh dan mampu mengungkap
penokohan. Ketujuh, latar tempat dan waktu. Terakhir, narasi secukupnya
untuk mengantarkan atau menutup adegan.
Tugas kalian adalah membuat sebuah adegan yang membuat tokoh dalam cerita
kalian memasuki tempat yang kalian lukiskan sebelumnya. Kemudian, tokoh
itu melakukan sebuah tindakan di tempat tersebut. Sebagai penutup, kalian
boleh mengeluarkan tokoh itu dari tempat tersebut, atau tetap membiarkannya
di sana.
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
____________________________________________________________
Bahasa Indonesia
159
Berikut ini terdapat sebuah teks cerita fiksi berjudul “Gadis Kecil dan
Doanya”. Teks ini adalah bagian 1 dari novel Rumah Tanpa Jendela yang
ditulis oleh Asma Nadia.
(4)
Bacalah teks “Gadis Kecil dan Doanya” berikut ini dengan cermat.
Gadis Kecil dan Doanya
Sumber: http://gramediamatraman.files.wordpress.com/2011/03/rumah-tanpa-jendela.jpg
Gambar 5.4 Novel dan Skenario
Rumah Tanpa Jendela
Berapa kali kita harus kehilangan orang yang begitu penting dalam
hidup?
Sepasang mata milik seorang gadis cilik tampak khusyuk
mengamati sekeliling ruangan putih bersih itu. Berpindah-pindah dari
monitor dengan angka-angka yang tidak dia mengerti, yang selalu
mengeluarkan bunyi teratur itu, ke selang-selang panjang dengan
cairan bening yang mengalir dan bermuara ke pergelangan tangan satu
sosok yang terbaring di ranjang. Seseorang yang begitu dicintainya.
Kerabat satu-satunya....
Allah... jangan biarkan dia meninggal.
Matanya berkaca. Butiran air yang ingin tumpah ditahannya
sekuat tenaga. Gadis kecil dengan bola mata bulat itu menggigit bibir
keras-keras. Berharap dengan begitu genangan air yang siap menderas
akan berhenti.
160
Kelas XII
Semest
er 2
Dia harus kuat, percuma menangis. Dia harus kuat. lebih baik
berdoa. Ibunya dulu sering mengulang-ulang kalimat itu.
“Berdoa, Ra... mengaji. Minta sama Allah.”
“Apa Allah selalu mengabulkan doa?”
Dia ingat perempuan yang melahirkannya tersenyum saat
mendengar pertanyaan itu.
“Allah mendengar doa, Ra. Allah
nggak
pernah menyia-nyiakan
doa yang meminta.”
Rara tidak puas, mengejar lagi.
“Tapi, apa pasti dikabulkan, Bu? Rara ingin punya jendela...”
kalimat itu menggantung sejenak sebelum bersuara
pelan, “Rara juga
ingin Ibu sembuh.”
Perempuan dengan wajah teduh itu menggenggam tangan anak
satu-satunya, sebelum berbisik, “Allah pasti mengabulkan setiap doa,
Ra. Tapi kadang ada doa-doa lebih penting yang harus didahulukan.”
Tapi Rara ingin Ibu sembuh.... Rara ingin waktu bisa berulang
dan peristiwa yang menyebabkan ibunya sakit tidak perlu terjadi
.
Seperti membaca pikiran Rara, Ibu mulai mengusap-usap rambut
anak semata wayangnya itu.
“Rara bacakan ayat Quran untuk memohon kesembuhan, ya?
Masih ingat?”
Jemari ibu yang bergetar susah payah membuka halaman Alquran
yang dibawakan Rara ke pembaringan.
Dan di halaman itu, telunjuk Ibu berhenti. Alquran surat Al
Anbiya, ayat 83—84.
Malam hening. Hanya suara jernih Rara yang patah-patah
mengaji.
Dan sekarang, ayat yang sama ingin dibacakannya bagi sosok
terkasih yang sudah hampir seminggu tak menyapanya lagi.
Jangan mengangis, Ra. Berdoa....
Suara Ibu, entah siapa yang membawanya mampir ke telinga.
Rara menggigit bibirnya lagi. Air mata ini sulit sekali diaturnya.
(Asma Nadia,
Rumah Tanpa Jendela
, Jakarta: Penerbit Buku Kompas,
Januari 2011, halaman 1-3)
Bahasa Indonesia
161
(5)
Setelah
kalian membaca teks “Gadis Kecil dan Doanya” di atas,
abstraksikanlah teks tersebut menggunakan bahasa kalian sendiri.
(6)
Bandingkanlah hasil abstraksi kalian dengan hasil teman yang lain.
T
ugas 2
Memproduksi Teks Cerita Fiksi dalam Novel secara Mandiri
Setelah melakukan latihan penyuntingan dan mengabstraksi “Gadis
Kecil dan Doanya” pada tugas sebelumnya, berikutnya kalian diminta
untuk membuat teks cerita fiksi secara mandiri. Kalian bisa menulis ulang
hasil suntingan kalian tersebut. Untuk memudahkan penulisan, kalian bisa
mencari sumber bahan tulisan di perpustakaan, media massa, internet,
observasi di lapangan, dan/atau wawancara dengan narasumber. Catatlah
semua data yang diperoleh, baik catatan kepustakaan, catatan lapangan,
dan/atau hasil wawancara, kemudian tulislah menjadi sebuah teks cerita
fiksi yang utuh secara mandiri.
Tugas 3
Mengonversi Teks Cerita Fiksi dalam Novel
(1)
Bacalah sekali lagi teks “Gadis Kecil dan Doanya
” dengan saksama.
Sebagai referensi tambahan, kalian bisa membaca novel
Rumah Tanpa
Jendela
secara utuh, serta beberapa sumber lain dari berbagai media
yang membahas novel ini.
(2)
Konversikanlah teks “Gadis Kecil dan Doanya” d
i atas menjadi sebuah
teks lain dengan struktur yang berbeda.
(3)
Presentasikanlah hasil pekerjaan kalian di depan k
elas, lalu
bandingkanlah dengan hasil pekerjaan teman-teman yang lain.