Halaman
Pelajaran 5
Karya Seni
Teater Nusantara
Sejarah teater tradisional di Indonesia
dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada
zaman itu, unsur-unsur teater tradisional banyak
digunakan untuk mendukung upacara ritual.
Teater tradisional merupakan bagian dari suatu
upacara keagamaan ataupun upacara adat-
istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat.
Selanjutnya, pada awal abad kesembilan belas
muncul teater transisi. Teater transisi adalah
penamaan atas kelompok teater pada periode saat
teater tradisional mulai mengalami perubahan
karena pengaruh budaya lain. Periode teater
transisi kemudian diikuti kemunculan teater
modern, yaitu teater yang sudah dikemas melalui
ilmu drama Barat (dramaturgi). Nah itulah
sekilas tentang teater Nusantara. Untuk lebih
jauhnya, kamu dapat mempelajari jenis-jenis
teater Nusantara dan mengapresiasinya pada
pelajaran ini.
Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran ini bertujuan agar siswa
mampu mengapresiasi karya seni teater
melalui kemampuannya dalam:
• mengidentifikasi jenis karya seni
teater Nusantara, dan
• menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan dan pesan moral
seni teater Nusantara.
Pertunjukan wayang wong
yang merupakan salah satu
karya seni teater Nusantara
Sumber:
www.
fl
ickr.com
Kelas
VIII
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII
60
Teater Nusantara
Jenis-jenis karya
teater Nusantara
Peta Konsep
• Teater tradisional
• Teater transisi
• Teater modern
Mengenal teater
tradisional di
Indonesia
K
a
t
a
K
u
n
c
i
Apresiasi teater
Nusantara
Mengenal
teater transisi
dan modern di
Indonesia
Mengenal
keunikan seni
teater Nusantara
Mengetahui pesan
moral dalam seni
teater Nusantara
Pelajaran 5 Karya Seni Teater Nusantara
61
A.
Jenis-Jenis Teater Nusantara
Banyaknya grup teater yang hidup di daerah menjadi kekayaan tersendiri bagi
perteateran Nusantara. Setiap daerah mempunyai ciri khas dan keunikan yang
digali dari kehidupan dan sumber daya alam yang ada di tempatnya. Variasi bentuk
naskah dan properti menjadi daya tarik dan nilai tambah bagi berlangsungnya
teater.
Di tengah arus globalisasi dan perubahan zaman, teater tradisional di
berbagai daerah sampai sekarang masih dapat dinikmati oleh peminatnya. Mereka
hidup dengan caranya sendiri demi kelangsungan pementasan. Ada yang tetap
mempertahankan pakem dengan pola-pola yang telah diwariskan pendahulunya,
tetapi tak jarang pula para pelaku teater berkompromi dengan hal-hal yang baru
sesuai dengan tuntutan penonton. Hal tersebut secara langsung atau tidak langsung
akan berdampak pada variasi dan bertambahnya tontonan teater yang berkembang
di masyarakat. Secara garis besar, jenis teater yang ada dan dikenal di Nusantara
adalah teater tradisional dan teater modern.
1. Teater Tradisional di Indonesia
Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat
bervariasi antara satu daerah dan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-
unsur pembentuk teater tradisional itu berbeda-beda, bergantung pada kondisi
dan sikap budaya masyarakat, serta sumber dan tata-cara tempat teater tradisional
lahir. Berikut ini disajikan beberapa bentuk teater tradisional yang ada di daerah-
daerah di Indonesia.
a. Wayang
Wayang merupakan suatu bentuk teater
tradisional yang sangat tua dan dapat ditelusuri
bagaimana asal muasalnya. Untuk menelusuri
sejak kapan ada pertunjukan wayang di Jawa,
kamu dapat menemukannya pada berbagai
prasasti di zaman Raja Jawa, antara lain pada
masa Raja Balitung. Pada masa pemerintahan
Raja Balitung, telah ada petunjuk adanya
pertunjukan wayang seperti yang terdapat
pada Prasasti Balitung 907 Masehi. Prasasti
tersebut mewartakan bahwa pada saat itu telah
dikenal adanya pertunjukan wayang.
Petunjuk semacam itu juga ditemukan
dalam kakawin Arjunawiwaha karya Mpu
Kanwa pada zaman Raja Airlangga dalam abad ke-11. Oleh karena itu, pertunjukan
wayang dianggap sebagai kesenian tradisi yang sangat tua. Namun, bentuk wayang
pada zaman itu belum jelas tergambar model pementasannya.
Gambar 5.1
Wayang kulit
Sumber:
www.heritageo
Ħ
ava.com
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII
62
Awal mula adanya wayang, yaitu saat Prabu Jayabaya bertakhta di Mamonang
pada tahun 930. Sang Prabu ingin mengabadikan wajah para leluhurnya dalam
bentuk gambar yang kemudian dinamakan Wayang Purwa. Dalam gambaran itu
diinginkan wajah para dewa dan manusia zaman purba. Pada mulanya hanya
digambar di dalam rontal (daun tal). Orang sering menyebutnya daun lontar.
Kemudian berkembang menjadi wayang kulit sebagaimana dikenal sekarang.
b. Wayang Wong (Wayang Orang)
Wayang wong
dalam bahasa Indonesia artinya wayang orang, yaitu pertunjukan
wayang kulit, tetapi dimainkan oleh orang. Wayang wong adalah bentuk teater
tradisional Jawa yang berasal dari wayang kulit yang dipertunjukkan dalam bentuk
berbeda, dimainkan oleh orang, lengkap dengan menari dan menyanyi, dan tidak
memakai topeng.
Pertunjukan wayang orang terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan
di Jawa Barat ada juga pertunjukan wayang orang (terutama di Cirebon) tetapi tidak
begitu populer. Lahirnya wayang orang dapat
diduga dari keinginan para seniman untuk
keperluan pengembangan bentuk wayang
kulit yang dapat dimainkan oleh orang
sehingga dalang yang memainkannya tidak
muncul, tetapi dapat dilakukan oleh para
pemainnya sendiri. Wujud pergelarannya
berbentuk drama, tari, dan musik.
Wayang orang dapat dikatakan masuk
kelompok seni teater tradisional, karena
tokoh-tokoh dalam cerita dimainkan oleh
para pelaku (pemain). Sang dalang bertindak
sebagai pengatur laku dan tidak muncul
dalam pertunjukan. Di Madura, terdapat
pertunjukan wayang orang yang agak berbeda karena masih menggunakan topeng
dan menggunakan dalang seperti pada wayang kulit. Namun, dalang tersebut
tidak berperan seperti dalam pertunjukan wayang kulit. Dalang dalam wayang
wong Madura ditempatkan di balik layar penyekat dengan diberi lubang untuk
mengikuti gerak pemain di depan layar penyekat. Dalang masih mendalang
dalam pengertian semua ucapan pemain dilakukan oleh sang dalang karena para
pemain memakai topeng. Para pemain di sini hanya menggerak-gerakkan badan
atau tangan untuk mengimbangi ucapan yang dilakukan oleh sang dalang. Di
Madura, pertunjukan ini dinamakan topeng dalang. Semua pemain topeng dalang
memakai topeng dan para pemain tidak mengucapkan dialog. Namun, pemain
harus pandai menari.
c. Mak Yong
Mak yong merupakan suatu jenis teater tradisional yang bersifat kerakyatan.
Mak yong yang paling tua terdapat di pulau Mantang, salah satu pulau di daerah
Riau. Pada mulanya, kesenian mak yong berupa tarian joget atau ronggeng. Dalam
perkembangannya mak yong dimainkan dengan cerita-cerita rakyat, legenda,
ng
(terutama
di
Cirebon)
tetapi
tidak
Gambar 5.2
Pertunjukan wayang orang
Sumber:
www.
fl
ickr.com
Pelajaran 5 Karya Seni Teater Nusantara
63
dan cerita-cerita kerajaan. Mak yong digemari
oleh para bangsawan dan sultan-sultan, hingga
sering dipentaskan di istana-istana.
Bentuk teater rakyat mak yong tak ubahnya
sebagai teater rakyat umumnya, dipertunjukkan
dengan menggunakan media tarian, nyanyian,
laku, dan dialog dengan membawa cerita-cerita
rakyat yang sangat populer di daerahnya.
Cerita-cerita rakyat tersebut bersumber pada
sastra lisan Melayu. Daerah Riau merupakan
sumber dari bahasa Melayu Lama. Ada dugaan
bahwa sumber dan akar mak yong berasal dari
daerah Riau, kemudian berkembang dengan baik di daerah lain.
Pementasan mak yong selalu diawali dengan bunyi tabuhan yang dipukul bertalu-
talu sebagai tanda bahwa ada pertunjukan mak yong yang akan segera dimulai. Setelah
penonton berkumpul, seorang pawang (sesepuh dalam kelompok mak yong) tampil
ke tempat pertunjukan melakukan persyaratan sebelum pertunjukan dimulai yang
dinamakan upacara buang bahasa atau upacara membuka tanah dan berdoa untuk
memohon agar pertunjukan dapat berjalan lancar.
d. Randai
Randai merupakan suatu bentuk teater tradisional yang bersifat kerakyatan
yang terdapat di daerah Minangkabau, Sumatra Barat. Sampai saat ini, randai
masih hidup dan berkembang serta masih digemari oleh masyarakatnya, terutama
di daerah pedesaan. Teater tradisional randai bertolak dari sastra lisan yang disebut
“kaba” (dapat diartikan sebagai cerita).
Bakaba
artinya bercerita.
Ada dua unsur pokok yang menjadi dasar randai, yaitu sebagai berikut.
1) Pertama, unsur penceritaan. Cerita yang disajikan adalah kaba dan
disampaikan lewat gurindam, dendang, dan lagu. Diiringi oleh alat musik
tradisional Minang yaitu salung, rebab, bansi, rebana atau yang lainnya, dan
juga lewat dialog.
2)
Kedua, unsur laku dan gerak, atau tari yang dibawakan melalui galombang.
Gerak tari yang digunakan bertolak dari gerakan silat tradisi Minangkabau
dengan berbagai variasi.
e. Mamanda
Daerah Kalimantan Selatan mempunyai
cukup banyak jenis kesenian. Kesenian
yang paling populer yaitu mamanda yang
merupakan teater tradisional yang bersifat
kerakyatan dan orang sering menyebutnya
sebagai teater rakyat.
Pada 1897, rombongan Abdoel Moeloek
dari Malaka datang ke Banjarmasin
yang lebih dikenal dengan Komidi Indra
Bangsawan. Pengaruh Komidi Bangsawan
Gambar 5.3
Pertunjukan mak yong
Sumber:
www.photobucket.com
Gambar 5.4
Pementasan mamanda
Sumber:
www.mtc.gov
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII
64
ini sangat besar terhadap perkembangan teater tradisional di Kalimantan Selatan.
Sebelum mamanda lahir, telah ada bentuk teater rakyat yang dinamakan bada
moeloek, yang berasal dari kata
ba abdoel moeloek
. Nama teater tersebut berasal
dari judul cerita
Abdoel Moeloek
karangan Saleha.
f. Lenong
Lenong merupakan teater rakyat Betawi. Lenong yang ada pada saat ini sudah
sangat berbeda jauh dibandingkan dengan lenong zaman dahulu. Lenong sekarang
berkembang sesuai dengan perkembangan
masyarakat lingkungannya. Pada saat itu,
di Jakarta, yang masih bernama Betawi
(orang Belanda menyebutnya: Batavia)
terdapat empat jenis teater tradisional
yang disebut topeng Betawi, lenong,
topeng blantek, dan jipeng atau jinong.
Pada kenyataannya, keempat teater rakyat
tersebut banyak persamaannya. Perbedaan
umumnya hanya pada cerita yang
ditampilkan dan musik pengiringnya.
2. Teater Transisi di Indonesia
Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat
teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain.
Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model
yang memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat, kemudian dinamakan teater
bangsawan. Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis
meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau
outline story
(garis besar cerita per
adegan). Penyajian cerita dilakukan dengan menggunakan panggung dan dekorasi.
Teater transisi mulai memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan.
Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan teater
nontradisi. Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional dipengaruhi
juga oleh teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia
sekitar 1805. Pementasan tersebut berkembang hingga ke Betawi (Batavia) dan
mengawali berdirinya gedung Schouwburg (sekarang Gedung Kesenian Jakarta)
pada 1821.
Perkenalan masyarakat Indonesia pada teater nontradisi dimulai sejak
Agust Mahieu mendirikan Komedie Stamboel di Surabaya pada 1891, yang
pementasannya secara teknik telah banyak mengikuti budaya dan teater Barat
(Eropa). Sastra lakon mulai diperkenalkan dengan lakon ditulis oleh orang Belanda
F.Wiggers yang berjudul
Lelakon Raden Be
ij
Soerio Retno
, pada 1901. Kemudian
disusul oleh Lauw Giok Lan lewat
Karina Adinda
,
Lelakon Komedia Hindia Timoer
(1913), dan lain-lainnya yang menggunakan bahasa Melayu Rendah.
Setelah Komedie Stamboel didirikan, muncul kelompok sandiwara seperti
Sandiwara Dardanella (The Malay Opera Dardanella) yang didirikan oleh
enong
zaman
dahulu.
Lenong
sekarang
Gambar 5.5
Lenong teater tradisional asal Betawi
Sumber:
www.indonesiamedia.com
Pelajaran 5 Karya Seni Teater Nusantara
65
Willy Klimano
ff
alias A. Pedro pada 21 Juni 1926. Kemudian, lahirlah kelompok
sandiwara lain, seperti Opera Stambul, Komidi Bangsawan, Indra Bangsawan,
Sandiwara Orion, Opera Abdoel Moeloek, dan Sandiwara Tjahaja Timoer.
Pada masa teater transisi, istilah teater belum muncul. Istilah yang ada saat
itu adalah sandiwara. Karenanya, rombongan teater pada masa itu menggunakan
nama sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai
pada zaman Jepang dan permulaan zaman kemerdekaan, istilah sandiwara masih
sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah
zaman kemerdekaan.
3. Teater Modern
Teater modern adalah bentuk teater yang telah mengalami pengaruh dari
teater Eropa atau lebih dikenal dengan teater Barat. Pengaruh tersebut bisa
berupa sebagian yaitu hanya naskahnya saja, propertinya, set dekorasi panggung,
penempatan panggung, karakter dan penokohan, penentuan alur cerita, dan
sebagainya. Bisa juga pengaruhnya total semua diterapkan dalam sebuah
pementasan.
a. Teater Indonesia 1920-an
Teater pada masa kesusastraaan angkatan Pujangga Baru kurang berarti jika
dilihat dari konteks sejarah teater modern Indonesia. Namun, cukup penting
dilihat dari sudut kesusastraan, yakni naskah-naskahnya. Naskah-naskah drama
tersebut belum mencapai bentuk sebagai drama karena masih menekankan unsur
sastra dan sulit untuk dipentaskan.
Drama-drama Pujangga Baru ditulis sebagai ungkapan ketertekanan kaum
intelektual di masa itu akibat penindasan pemerintahan Belanda yang amat keras
terhadap kaum pergerakan sekitar 1930-an. Bentuk sastra drama yang pertama
kali menggunakan bahasa Indonesia dan disusun dengan model dialog antartokoh
dan berbentuk sajak adalah
Bebasari
(artinya: kebebasan yang sesungguhnya atau
inti kebebasan) karya Rustam Efendi (1926).
Lakon
Bebasari
merupakan sastra drama yang menjadi pelopor semangat
kebangsaan. Lakon ini menceritakan perjuangan tokoh utama Bujangga yang
membebaskan putri Bebasari dari niat jahat Rahwana. Penulis lakon lainnya
yaitu Sanusi Pane menulis
Kertajaya
(1932) dan
Sandyakalaning Majapahit
(1933),
Muhammad Yamin menulis
Ken Arok dan Ken Dedes
(1934). Armi
ij
n Pane mengolah
roman
Swasta Setahun di Bedahulu
karangan I Gusti Nyoman Panji Tisna menjadi
naskah drama, Nur Sutan Iskandar menyadur karangan Molliere, dengan judul
Si Bachil
, Imam Supardi menulis drama dengan judul
Keris Mpu Gandring
, Dr.
Satiman Wirjosandjojo menulis drama berjudul
Nyai Blorong
, dan Mr. Singgih
menulis drama berjudul Hantu.
Lakon-lakon tersebut ditulis berdasarkan tema kebangsaan, persoalan, dan
harapan serta misi mewujudkan Indonesia sebagai negara merdeka. Penulis-
penulis ini adalah cendekiawan Indonesia, menulis dengan menggunakan bahasa
Indonesia dan berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Bahkan, presiden pertama
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII
66
Indonesia, Ir Soekarno, pada 1927 menulis dan menyutradarai teater di Bengkulu
(saat di pengasingan). Beberapa lakon yang ditulisnya antara lain
Rainbow
,
Krukut
Bikutbi
, dan
Dr. Setan
.
b. Teater Indonesia 1940-an
Pada masa penjajahan Jepang, semua unsur kesenian dan kebudayaan
dikonsentrasikan untuk mendukung pemerintahan totaliter Jepang. Meskipun
demikian, dua orang tokoh, yaitu Anjar Asmara dan Kamajaya masih sempat
memikirkan pendirian Pusat Kesenian Indonesia. Tujuannya untuk menciptakan
pembaharuan kesenian yang selaras dengan perkembangan zaman sebagai upaya
untuk melahirkan kreasi-kreasi baru dalam wujud kesenian nasional Indonesia.
Oleh karena itu, pada 6 Oktober 1942, di rumah Bung Karno dibentuklah Badan
Pusat Kesenian Indonesia. Pengurus badan ini adalah Sanusi Pane (ketua), Mr.
Sumanang (sekretaris), serta Arm
ij
n Pane, Sutan Takdir Alisjahbana, dan Kama
Jaya (anggota).
Pada masa pendudukan Jepang, kelompok rombongan sandiwara yang
berkembang adalah rombongan sandiwara profesional. Dalam kurun waktu
ini, semua bentuk seni hiburan yang berbau Belanda lenyap karena pemerintah
penjajahan Jepang anti budaya Barat. Rombongan sandiwara keliling komersial,
seperti Bintang Surabaya, Dewi Mada, Mis Ribut, Mis Tjitjih, Tjahaya Asia,
Warna Sari, Mata Hari, Pancawarna, dan lain-lain kembali berkembang dengan
mementaskan cerita dalam bahasa Indonesia, Jawa, dan Sunda. Rombongan
sandiwara Bintang Surabaya tampil dengan aktor dan aktris kenamaan, antara lain
Astaman, Tan Ceng Bok (Si Item), Ali Yugo, Fi
fi
Young, Dahlia, dan sebagainya.
Pengarang Nyoo Cheong Seng, yang dikenal dengan nama samarannya
Mon Siour D’amour ini dalam rombongan sandiwara Bintang Surabaya menulis
lakon antara lain,
Kris Bali, Bengawan Solo, Air Mata Ibu
(sudah di
fi
lmkan),
S
ij
a
,
R.A Murdiati
, dan Rombongan sandiwara Bintang Surabaya menyuguhkan
pementasan-pementasan dramanya dengan cara lama, yaitu di antara satu dan
lain babak diselingi oleh tarian-tarian, nyanyian, dan lawak. Secara istimewa
selingannya kemudian ditambah dengan
mode show
dengan peragawati gadis-
gadis Indo-Belanda yang cantik-cantik.
Selanjutnya, muncul rombongan sandiwara Dewi Mada, dengan bintang-
bintang eks Bolero, yaitu Dewi Mada dengan suaminya Ferry Kok yang sekaligus
sebagai pemimpinnya. Rombongan sandiwara Dewi Mada lebih mengutamakan
tarian dalam pementasan teater mereka karena Dewi Mada adalah penari terkenal
sejak masa rombongan sandiwara Bolero. Cerita yang dipentaskan antara lain,
Ida
Ayu, Ni Parini
, dan
Rencong Aceh
.
Hingga 1943 rombongan sandiwara hanya dikelola pengusaha Cina atau
dibiayai Sendenbu (barisan propaganda Jepang) karena bisnis pertunjukan itu
masih asing bagi para pengusaha Indonesia. Baru kemudian Muchsin sebagai
pengusaha besar tertarik dan membiayai rombongan sandiwara Warna Sari.
Keistimewaan rombongan sandiwara Warna Sari adalah penampilan musiknya
yang mewah yang dipimpin oleh Garsia, seorang keturunan Filipina yang terkenal
Pelajaran 5 Karya Seni Teater Nusantara
67
sebagai “raja drum”. Garsia menempatkan deretan drumnya yang berbagai ukuran
itu memenuhi lebih dari separuh panggung. Ia menabuh drum-drum tersebut
sambil meloncat ke kanan – ke kiri sehingga menarik minat penonton. Cerita-cerita
yang dipentaskan antara lain:
Panggilan Tanah Air, Bulan Punama, Kusumahadi,
Kembang Kaca, Dewi Rani
, dan lain sebagainya.
Anjar Asmara, Ratna Asmara, dan Kama Jaya pada 6 April 1943 mendirikan
rombongan sandiwara angkatan muda Matahari. Hanya kalangan terpelajar yang
menyukai pertunjukan Matahari yang menampilkan hiburan berupa tari-tarian.
Lakon-lakon yang ditulis Anjar Asmara antara lain
Musim Bunga di Slabintana,
Nusa Penida, Pancaroba, Si Bongkok, Guna-guna,
dan
Jauh di Mata
. Kama Jaya menulis
lakon antara lain
Solo di Waktu Malam, Kupu-kupu, Sang Pek Engtay,
dan
Potong Padi
.
Dari semua lakon tersebut ada yang sudah di
fi
lmkan, yaitu
Solo di Waktu Malam
dan
Nusa Penida
.
Menjelang akhir pendudukan Jepang muncul rombongan sandiwara yang
melahirkan karya sastra yang cukup berarti, yaitu Penggemar Maya (1944),
pimpinan Usmar Ismail dan D. Djajakusuma dengan dukungan Suryo Sumanto,
Rosihan Anwar, dan Abu Hanifah dengan para anggota cendekiawan muda,
nasionalis, dan para profesional (dokter, apoteker, dan lain-lain). Kelompok ini
berprinsip menegakkan nasionalisme, humanisme, dan agama. Pada saat inilah
pengembangan ke arah pencapaian teater nasional dilakukan. Teater tidak hanya
sebagai hiburan, tetapi juga untuk ekspresi kebudayaan berdasarkan kesadaran
nasional dengan cita-cita menuju humanisme dan religiositas dan memandang
teater sebagai seni serius dan ilmu pengetahuan. Karena itu, teori teater perlu
dipelajari secara serius. Pandangan Penggemar Maya ini kemudian menjadi pemicu
berdirinya Akademi Teater Nasional Indonesia di Jakarta.
c. Teater Indonesia Tahun 1950-an
Setelah perang kemerdekaan, peluang terbuka bagi seniman untuk
merenungkan perjuangan dalam perang kemerdekaan. Mereka juga merenungkan
peristiwa perang kemerdekaan, kekecewaan, penderitaan, keberanian dan
nilai kemanusiaan, pengkhianatan, kemuna
fi
kan, kepahlawanan dan tindakan
pengecut, keikhlasan sendiri dan pengorbanan, dan lain-lain. Peristiwa perang
secara khas dilukiskan dalam lakon
Fajar Sidik
(Emil Sanossa, 1955),
Kapten Syaf
(Aoh Kartahadimaja, 1951),
Pertahanan Akhir
(Sitor Situmorang, 1954),
Titik-Titik
Hitam
(Nasyah Jamin, 1956), dan
Sekelumit Nyanyian Sunda
(Nasyah Jamin, 1959).
Sementara itu, ada lakon yang bercerita tentang kekecewaan pascaperang, seperti
korupsi, oportunisme politis, erosi ideologi, kemiskinan, Islam dan komunisme,
melalaikan penderitaan korban perang, dan lain-lain. Tema itu terungkap dalam
lakon-lakon seperti
Awal dan Mira
(1952),
Sayang Ada Orang Lain
(1953) karya Utuy
Tatang Sontani, bahkan lakon adaptasi,
Pakaian dan Kepalsuan
oleh Achdiat K.
Mihardja (1956) berdasarkan
The Man In Grey Suit
karya Averchenko dan
Hanya
Satu Kali
(1956), berdasarkan
Justice
karya John Galsworthy. Utuy Tatang Sontani
dipandang sebagai tonggak penting menandai awal dari maraknya drama realis di
Indonesia dengan lakon-lakonnya yang sering menyiratkan dengan kuat alienasi
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII
68
sebagai ciri kehidupan modern. Lakon
Awal dan Mira
(1952) tidak hanya terkenal di Indonesia, melainkan
sampai ke Malaysia.
Realisme konvensional dan naturalisme
tampaknya menjadi pilihan generasi yang terbiasa
dengan teater Barat dan dipengaruhi oleh idiom
Henrik Ibsen dan Anton Chekhov. Kedua seniman
teater Barat dengan idiom realisme konvensional
ini menjadi tonggak berdirinya Akademi Teater
Nasional Indonesia (ATNI) pada 1955 oleh Usmar
Ismail dan Asrul Sani. ATNI menggalakkan dan
memapankan realisme dengan mementaskan
lakon-lakon terjemahan dari Barat, seperti karya-
karya Moliere, Gogol, dan Chekov. Adapun metode
pementasan dan pemeranan yang dikembangkan
oleh ATNI adalah Stanislavskian. Alumni ATNI
yang menjadi aktor dan sutradara antara lain, Teguh Karya, Wahyu Sihombing,
Tatiek Malyati, Pramana Padmadarmaya, Galib Husein, dan Kasim Achmad. Di
Yogyakarta 1955, Harymawan dan Sri Murtono mendirikan Akademi Seni Drama
dan Film Indonesia (ASDRAFI). Adapun Himpunan Seni Budaya Surakarta (HBS)
didirikan di Surakarta.
d. Teater Indonesia Tahun 1970-an
Jim Lim mendirikan Studiklub Teater Bandung dan mulai mengadakan
eksperimen dengan menggabungkan unsur-unsur teater etnis seperti gamelan, tari
topeng Cirebon, longser, dan dagelan dengan teater Barat. Karya penyutradaraannya,
yaitu
Awal dan Mira
(Utuy T. Sontani) dan
Paman Vanya
(Anton Chekhov). Ia juga
berakting dalam lakon
The Glass Menagerie
(Tennesse William, 1962) dan
The Bespoke
Overcoat
(Wolf mankowitz ). Pada 1960, Jim Lim menyutradari
Bung Besar
, (Misbach
Yusa Biran) dengan gaya longser teater rakyat Sunda. Jim Lim juga menggabungkan
unsur wayang kulit dan musik dalam karya penyutradaraannya yang berjudul
Pangeran Geusan Ulun
(Saini KM., 1961). Mengadaptasi lakon Hamlet dan diubah
judulnya menjadi
Jaka Tumbal
(1963/1964). Menyutradarai dengan gaya realistis
tetapi isinya absurditas pada lakon
Caligula
(Albert Camus, 1945),
Badak-badak
(Ionesco, 1960), dan
Biduanita Botak
(Ionesco, 1950).
Peristiwa penting dalam usaha membebaskan teater dari batasan realisme
konvensional terjadi pada 1967, ketika Rendra kembali ke Indonesia. Rendra
mendirikan Bengkel Teater Yogya yang kemudian menciptakan pertunjukan
pendek improvisatoris yang tidak berdasarkan naskah jadi (
wellmade play
) seperti
dalam drama-drama realisme. Akan tetapi, pertunjukan bermula dari improvisasi
dan eksplorasi bahasa tubuh dan bebunyian mulut tertentu atas suatu tema yang
diistilahkan dengan teater mini kata (menggunakan kata seminimal mungkin).
Pertunjukannya misalnya,
Bib Bop
dan
Rambate Rate Rata
(1967,1968).
Gambar 5.6
Achdiat K. Mihardja salah satu
tokoh drama realis
Sumber:
upload.wikipedia
Pelajaran 5 Karya Seni Teater Nusantara
69
Pusat kesenian Taman Ismail Marzuki yang didirikan oleh Ali Sadikin,
Gubernur DKI Jakarta pada 1970 menjadi pemicu meningkatnya aktivitas dan
kreativitas berteater di Jakarta dan kota besar lainnya,
seperti Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Padang,
Palembang, dan Ujung Pandang. Taman Ismail Marzuki
menerbitkan enam puluh tujuh judul lakon yang ditulis
oleh tujuh belas pengarang sandiwara, menyelenggarakan
festival pertunjukan secara teratur, juga lokakarya dan
diskusi teater secara umum atau khusus.
Tokoh-tokoh teater yang muncul pada 1970-an lainnya
adalah Teguh Karya (Teater Populer), D. Djajakusuma,
Wahyu Sihombing, Pramana Padmodarmaya (Teater
Lembaga), Ikranegara (Teater Saja), Danarto (Teater
Tanpa Penonton), Adi Kurdi (Teater Hitam Putih).
Ari
fi
n C. Noor (Teater Kecil) dengan gaya pementasan
yang kaya irama dari
blocking
, musik, vokal, tata cahaya,
kostum, dan verbalisme naskah. Putu W
ij
aya (Teater
Mandiri) dengan ciri penampilan menggunakan kostum yang meriah dan vokal
keras. Fokus tidak terletak pada aktor tetapi gerombolan yang menciptakan situasi
dan aksi sehingga lebih dikenal sebagai teater teror.
e. Teater Indonesia Tahun 1980 – 1990-an
Tahun 1980-1990-an situasi politik Indonesia kian seragam melalui pembentukan
lembaga-lembaga tunggal di tingkat nasional. Ditiadakannya kehidupan politik
kampus dan dewan kampus merupakan akibat peristiwa Malari 1974. Dalam latar
situasi seperti itu lahirlah beberapa kelompok teater dari festival teater.
Pada saat itu lahirlah kelompok-kelompok teater baru di berbagai kota di
Indonesia. Di Yogyakarta muncul Teater Dynasti, Teater Jeprik, Teater Tikar, Teater
Shima, dan Teater Gandrik. Teater Gandrik menonjol dengan warna teater yang
mengacu kepada teater tradisional kerakyatan dan menyusun berita-berita yang
aktual di masyarakat menjadi bangunan cerita. Lakon yang dipentaskan antara lain,
Pasar Seret, Meh, Kontrang- kantring, Dhemit, Upeti, Sinden
, dan
Orde Tabung
.
Di Solo (Surakarta) muncul Teater Gapit yang menggunakan bahasa Jawa dan
latar cerita yang meniru lingkungan kehidupan
rakyat pinggiran. Salah satu lakonnya berjudul
Tuk. Di samping Gapit
.
Aktivitas teater terjadi juga di kampus.
Salah satu teater kampus yang menonjol adalah
teater Gadjah Mada dari Universitas Gadjah
Mada (UGM) Yogyakarta. Jurusan teater dibuka
di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta
pada tahun 1985. ISI menjadi satu-satunya
perguruan tinggi seni yang memiliki program
gy
Gambar 5.7
W.S. Rendra pendiri Bengkel Teater
Sumber:
www.rileks.com
g
gg
Gambar 5.8
Pusat Kesenian Taman Ismail Marzuki
Sumber:
www.rileks.com
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII
70
Strata 1 untuk bidang seni teater pada saat itu. Aktivitas teater kampus mampu
menghidupkan dan membuka kemungkinan baru gagasan-gagasan artistik dalam
teater.
f. Teater Kontemporer Indonesia
Teater Kontemporer Indonesia mengalami perkembangan yang sangat
membanggakan. Sejak munculnya eksponen 70 dalam seni teater, kemungkinan
ekspresi artistik dikembangkan dengan gaya khas masing-masing seniman.
Gerakan ini terus berkembang sejak 1980-an sampai saat ini. Meskipun seni teater
konvensional tidak pernah mati tetapi teater eksperimental terus juga tumbuh.
Semangat kolaboratif yang terkandung dalam seni teater dimanfaatkan secara
optimal dengan menggandeng beragam unsur pertunjukan yang lain. Dengan
demikian, wilayah jelajah ekspresi menjadi semakin luas dan kemungkinan bentuk
garap semakin banyak.
P
e
l
a
t
i
h
a
n
1
Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar!
1.
Apa perbedaan wayang wong dan wayang kulit?
2.
Sebutkan dua unsur pokok yang menjadi dasar Randai!
3.
Apa yang dimaksud dengan teater transisi?
4.
Apa yang dimaksud dengan teater modern?
5.
Jelaskan perkembangan teater Indonesia pada 1920-an!
B. Keunikan dan Pesan Moral Teater Nusantara
Teater merupakan salah satu bentuk kesenian yang tidak hanya memberikan
kesenangan semata. Lebih dari itu, teater bisa memberikan sumbangan bagi
keluhuran budi pekerti dan kematangan jiwa. Teater dalam konteksnya selalu
d
ij
adikan alat hiburan dan tontonan rakyat kecil. Namun, lebih jauh lagi teater
hendaknya mampu membawa masyarakat untuk lebih mengenal dirinya
dan keberadaannya dalam lingkup masyarakat. Di sini, teater bisa berperan
sebagai penuntun pada masyarakat untuk berusaha hidup lebih arif, baik, dan
b
ij
aksana.
1. Fungsi Teater Nusantara
Di Indonesia, teater tradisi memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai sarana
upacara, hiburan, sarana penyambung sejarah, dan sarana komunikasi. Fungsi-
fungsi tersebut dapat kamu pahami pada penjelasan berikut.
a. Sarana Upacara
Teater yang berfungsi sebagai sarana upacara adalah teater yang
pementasannya dipersembahkan untuk para leluhur dan digunakan dalam
upacara-upacara keagamaan yang bersifat sakral, magis, dan religius. Teater
Pelajaran 5 Karya Seni Teater Nusantara
71
bentuk ini banyak ditemukan pada zaman kerajaan seperti di daerah Jawa, Bali,
Sumatra, dan Kalimantan.
b. Sarana Hiburan
Fungsi yang paling terasa dalam pementasan teater yaitu mampu memberikan
suguhan hiburan kepada masyarakat sebagai penikmat. Hal ini sangat
dimungkinkan mengingat penonton teater pada awalnya adalah rakyat kecil yang
kesehariannya bekerja di ladang/sawah. Dengan adanya pertunjukan teater, secara
otomatis kerinduan masyarakat akan dunia hiburan akan terobati.
Berikut ini adalah contoh teater yang berfungsi sebagai sarana hiburan.
1.
Wayang orang dari Yogyakarta dan Surakarta yang berfungsi untuk menghibur
para tamu yang berkunjung ke keraton.
2.
Wayang golek dari Jawa Barat yang berfungsi untuk menghibur masyarakat
di acara pernikahan atau khitanan maupun acara tertentu.
3.
Teater gambuh dari Bali yang dapat menghibur orang yang sedang melakukan
persiapan melakukan acara keagamaan.
4.
Ludruk dari Jawa Timur yang menghibur dengan banyolan dan penampilan
para pemainnya.
5.
Lenong Betawi, dengan celotehan ala Betawi mampu menghibur warga.
c. Sarana Penyambung Sejarah
Teater berfungsi untuk lebih mengenal, memahami, dan mengetahui sekaligus
penyambung lidah sejarah leluhur, pemimpinnya, raja, daerah, dan bangsa. Dengan
banyaknya pementasan teater secara kontinyu, otomatis masyarakat akan selalu
mengenal dan menghargai keluhuran nilai sejarah. Hal ini berdampak pula bagi
pewarisan nilai pada generasi penerus karena teater adalah proses pembelajaran
paling praktis yang mudah diingat dan dicerna oleh siapa saja, termasuk anak-
anak. Sebagai contoh adalah ketoprak yang membawakan sejarah adat dan
kepemimpinan raja-raja Jawa dan teater topeng di Bali yang memperkenalkan
sejarah keluarga kepada masyarakat umum.
d. Sarana Media Komunikasi
Dengan bahasa yang mudah dimengerti, penampilan yang kocak, dan
menghibur membuat orang akan terlena. Dari keadaan seperti itu orang tidak
sadar bahwa penonton dibawa pada situasi yang tidak terbayangkan, biasanya
penonton akan terhanyut pada alur cerita yang sedang berjalan. Secara sadar atau
tidak sadar informasi yang diberikan pementasan teater akan dengan mudah
masuk ke dalam ingatan penonton.
Teater memiliki peranan sebagai tempat terjadinya hubungan yang erat antara
seniman dengan penontonnya dan juga sebagai wadah cerminan tinggi rendahnya
budaya setempat. Jenis teater yang berfungsi sebagai media komunikasi adalah
ketoprak yang mengambil lakon cerita Mahabarata dan Ramayana atau cerita
panji dan kepahlawanan.
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII
72
2. Pesan Moral Seni Teater Nusantara
Karya teater merupakan karya seni dan kesenian itu selalu bersangkutan
dengan moral. Dasar dari keindahan dan moral adalah ketertiban, jadi kesenian
adalah keindahan yang berdasar pada ketertiban, sedangkan moral berdasar pada
ketertiban batin. Dalam hal ini moral menanamkan budi pekerti yang baik atau
selalu menanamkan kesesuaian. Oleh karena itu, dalam suatu pertunjukan karya
teater terdapat pesan moral yang akan disampaikan pada penontonnya.
Karya teater tradisi yang ada di Nusantara ini banyak ragamnya dan
mengandung pesan moral yang begitu tinggi. Pesan moral ini dapat diketahui
melalui amanat dalam suatu cerita yang dipertunjukkan. Adapun pesan moral
dapat dilihat dari ciri-ciri penampilan dari suatu pertunjukan teater, yaitu sebagai
berikut.
a. Anonim
Pencipta lakon dan cerita tidak pernah dikenal.
b. Improvisasi
Seniman yang lebih banyak mengandalkan kecakapan alamiah, baik dialog
ataupun akting yang sedapat mungkin menyatu dengan penonton hingga penonton
masuk ke dalam situasi yang telah dibuat oleh sang seniman.
c. Pentas
Pentasnya terletak pada sebuah arena berbentuk “telapak kuda”. Bentuk ini
memungkinkan pertunjukan dapat ditonton dari segala arah agar dapat dinikmati
secara bersama-sama. Dengan begitu, penonton bukan saja merasa terhibur akan
tetapi menyatu bersama cerita dalam pertunjukan tersebut.
d. Humor dan Heroik
Mementingkan lawak-jenaka, di samping memperlihatkan kesatriaan.
e. Simbolis Karikatural
Penampilan cerita cukup sederhana, ringan, dan mudah dipahami oleh siapa
saja. Tokoh-tokoh manusia digambarkan menurut penjiwaannya, bukan kadar
bentuk realis.
f. Derma Keliling
Ongkos pertunjukan tidak pernah diperoleh dari hasil penjualan karcis masuk.
Penonton menyaksikan pergelaran secara gratis. Ongkos pertunjukan didapatkan
dari derma penonton secara sukarela.
P
e
l
a
t
i
h
a
n
2
Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar!
1.
Sebutkan fungsi-fungsi teater tradisi!
2.
Apa yang dimaksud dengan teater sebagai sarana upacara?
3.
Mengapa kesenian selalu bersangkutan dengan moral?
Pelajaran 5 Karya Seni Teater Nusantara
73
U
j
i
K
o
m
p
e
t
e
n
s
i
Amatilah sebuah kelompok teater yang ada di sekitarmu! Klasi
fi
kasi apakah
teater tersebut termasuk tradisional atau teater modern disertai alasannya.
Kemudian, berikan tanggapan pada pementasan teaternya dengan menanggapi
keunikan-keunikan dari teater tersebut!
Komedi Stamboel yang berdiri pada 1891 merupakan rombongan teater
pertama di Indonesia. Rombongan ini didirikan oleh August Mahieu dan Yap
Goan Tay. Pementasannya berdasarkan cerita yang dituturkan oleh program master
(semacam sutradara) dan setiap pemain harus menciptakan dialognya sendiri.
(
Sumber
:
Indonesian Heritage: Pertunjukan
, 2002)
INFO
Pada pelajaran ini, kamu telah mempelajari perkembangan teater di Nusantara.
Seni teater Nusantara memiliki keanekaragaman dan keunikan yang patut untuk
dibanggakan. Bagaimana tanggapanmu terhadap keunikan teater Nusantara
tersebut?
Re
fl
eksi
Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat
•
bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh
unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbeda-beda, tergantung
kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata cara di mana teater
tradisional lahir.
• Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater
tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain.
• Teater modern adalah bentuk teater yang telah mengalami pengaruh dari teater
Barat (Eropa) atau lebih dikenal dengan teater Barat.
• Teater merupakan salah satu bentuk kesenian yang tidak hanya memberikan
kesenangan semata. Lebih dari itu teater bisa memberikan sumbangan bagi
keluhuran budi pekerti dan kematangan jiwa.
Rangkuman
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas VIII
74
A. Berilah tanda silang (×) pada jawaban yang benar!
1. Prasasti Balitung yang bertitimangsa 907 Masehi menunjukkan pada masa itu
telah ada pertunjukan ....
a. ketoprak c. wayang
b. ludruk d. randai
2. Kakawin Arjunawiwaha adalah karya ....
a. Jayabaya c. Mpu Sedah
b. Mpu Panuluh d. Mpu Kanwa
3. Di Madura, terdapat sejenis pertunjukan wayang orang yang dinamakan ....
a. topeng dalang c. dalang jemblung
b. wayang topeng d. wayang beber
4. Pawang adalah sebutan untuk sesepuh dalam kelompok ....
a. mamanda c. randai
b. wayang wong d. makyong
5. Teater nontradisi dimulai di Indonesia sejak Agust Mahieu mendirikan ....
a. Sandiwara Orion c. Sandiwara Dardanella
b. Komedie Stamboel d. Komidi Bangsawan
6. Istilah yang digunakan sebelum istilah teater muncul adalah ....
a. sandiwara c. tonil
b.
play
d. monolog
7. Bentuk drama Indonesia dan disusun dengan dialog antartokoh adalah....
a. Kertajaya c. Bebasari
b. Ken Arok dan Ken Dedes
d. Sandyakalaning Majapahit
8. Tokoh yang menulis dan menyutradarai teater di Bengkulu ialah ....
a. Soetan Sjahrir c. HOS Tjokroaminoto
b. Soekarno d. Agoes Salim
9. Badan Pusat Kesenian Indonesia diketuai oleh ....
a. Sanusi Pane c. Sutan Takdir Alisjahbana
b. Arm
ij
n Pane d. Amir Hamzah
10. Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) didirikan pada 1955 oleh ....
a. Teguh Karya dan Ari
fi
n C. Noer
c. Jim Lim dan Suyatna Anirun
b. Arm
ij
n Pane dan Sanusi Pane
d. Usmar Ismail dan Asrul sani
B. Jawablah soal-soal berikut dengan benar!
1. Apa perbedaan antara teater tradisional dan teater transisi?
2. Sebutkan dua unsur pokok yang menjadi dasar randai!
3. Apa peran Angkatan Pujangga Baru dalam perjuangan merebut kemerdekaan
Indonesia?
4. Siapa sajakah tokoh yang berperan dalam rombongan sandiwara Penggemar
Maya?
5. Apa yang dilakukan Rendra sebagai usaha membebaskan teater dari batasan
realisme konvensional?
Pelatihan Pelajaran 5
a
a
t
i
i
h
h
h
a
a
n
5
n
5
n
5
Pelaj
a
a
ran
a
a
t
i
i
h
h
a
a
n
n
n
P
P
P
e
el
l
j5