Halaman
Hak Cipta © 2015 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Dilindungi Undang-Undang
Disklaimer:
Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka
implementasi Kurikulum 2013. Buku siswa ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak
di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam
tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang
senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan
dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan
kualitas buku ini.
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Kontributor Naskah
:
Mary
anto, Nur Hayati, Anik Muslikah Indriastuti dan Dessy Wahyuni
Penelaah
:
Dwi Purnan
to, Hasanuddin WS., dan M. Rapi Tang.
Penyelia Penerbitan
:
Pusat K
urikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Cetakan ke-1, 2015
Disusun dengan Times New Roman, 12 pt.
Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Bahasa Indonesia / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Jakarta : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.
x, 238 hlm. : ilus. ; 25 cm.
Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII Semester 2
ISBN 978-602-282-099-4 (jilid lengkap)
ISBN 978-000-000–000-0 (jilid 3b)
1. Bahasa Indonesia
Ekspresi
Diri
d
a
n
Akademik -- Studi dan Pengajaran
I. Judul
II. Kemen
terian Pendidikan dan Kebudayaan
410
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Bahasa Indonesia
iii
Kata Pengantar
Kurikulum 2013 menyadari peran penting bahasa sebagai wahana untuk
mengekspresikan perasaan dan pemikiran secara estetis dan logis. Pada satu
saat, bahasa tidak dituntut dapat mengekspresikan sesuatu dengan efisien
karena ingin menyampaikannya dengan indah sehingga mampu menggugah
perasaan penerimanya. Pada saat yang lain, bahasa dituntut efisen dalam
menyampaikan gagasan secara objektif dan logis supaya dapat dicerna dengan
mudah oleh penerimanya. Dua pendekatan mengekspresikan dua dimensi diri,
perasaan dan pemikiran, melalui bahasa perlu diberikan berimbang.
Sejalan dengan peran di atas, pembelajaran Bahasa Indonesia untuk
jenjang Pendidikan Menengah Kelas XII yang disajikan dalam buku ini disusun
dengan berbasis teks, baik lisan maupun tulis, dengan menempatkan Bahasa
Indonesia sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran. Di
dalamnya dijelaskan berbagai cara penyajian perasaan dan pemikiran dalam
berbagai macam jenis teks. Pemahaman terhadap jenis, kaidah dan konteks
suatu teks ditekankan sehingga memudahkan siswa menangkap makna yang
terkandung dalam suatu teks maupun menyajikan perasaan dan pemikiran
dalam bentuk teks yang sesuai sehingga tujuan penyampaiannya tercapai,
apakah untuk menggugah perasaan ataukah untuk memberikan pemahaman.
Sebagai bagian dari Kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya
keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan, kemampuan
berbahasa yang dituntut tersebut dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan:
dimulai dengan meningkatkan pengetahuan tentang jenis, kaidah dan konteks
suatu teks, dilanjutkan dengan keterampilan menyajikan suatu teks tulis dan
lisan baik terencana maupun spontan, dan bermuara pada pembentukan sikap
kesantunan dan kejelian berbahasa serta sikap penghargaan terhadap Bahasa
Indonesia sebagai warisan budaya bangsa.
Buku Bahasa Indonesia Kelas XII ini menjabarkan usaha minimal yang
harus dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai
dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013, siswa diajak
untuk berani mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas
di sekitarnya. Peran guru dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap
siswa dengan ketersediaan kegiatan pada buku ini sangat penting. Guru dapat
memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang
sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.
Sebagai edisi pertama, buku ini sangat terbuka terhadap masukan
dan akan terus diperbaiki untuk penyempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengundang para pembaca memberikan kritik, saran dan masukan untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas kontribusi tersebut,
iv
Kelas XII
Semest
er 2
kami mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan
yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan
generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).
Jakarta, Januari 2015
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Bahasa Indonesia
v
Prawacana
Pendekatan Saintifik melalui Kegiatan Proyek Pengembangan Teks
Agar menjadi sumber aktualisasi diri, bahasa Indonesia diajarkan melalui
Kurikulum 2013 berbasis teks. Setiap teks—baik lisan maupun tertulis—yang
dikembangkan dalam proses pembelajaran ini memerlukan bahan baku berupa
data, informasi, atau fakta. Bahan baku teks dicari dan/atau ditemukan oleh
peserta didik melalui aktivitas seperti menentukan wujud data/informasi/fakta
dan sumbernya kemudian mengomunikasikannya dalam bentuk teks sesuai
dengan tagihan kurikulum. Aktivitas seperti itulah yang ada dalam kegiatan
proyek pengembangan teks dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis proyek, berbasis masalah, dan
berbasis penemuan harus bertumpu pada kegiatan/pekerjaan dengan tujuan
tertentu dan dengan rencana pencapaiannya dalam rentang waktu yang jelas/
tegas. Dalam kaitan itu, perlu disebutkan di sini bahwa teks merupakan satuan
terkecil bahasa yang memiliki struktur berpikir yang lengkap. Teks—dalam
berbagai jenis (genre), sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan
menurut jenjang pendidikan—dapat juga disebut sebagai produk atau
tujuan akhir dari proses pembelajaran bahasa Indonesia. Karena itu, materi
pembelajaran yang berwujud teks dapat diajarkan dengan berbasis proyek,
masalah, dan penemuan.
Mengingat bahwa untuk menghasilkan teks diperlukan data/informasi/
fakta yang pengumpulan dan analisisnya memerlukan metode tertentu,
pembelajaran berbasis proyek, berbasis masalah, dan berbasis penemuan
ini ditandai dengan penjadwalan waktu untuk setiap langkah pelaksanaan
pendekatan saintifik. Kegiatan ilmiah/saintifik yang pada hakikatnya berciri
sistematis, terkontrol, empirik, dan kritis merupakan aktivitas proyek. Tahapan
pembelajaran berbasis proyek, berbasis masalah, dan berbasis penemuan
tidak mungkin terbalik. Misalnya, terdapat hubungan pendasaran antara
penetapan wujud data/informasi/fakta dan sumbernya. Untuk mewujudkan
teks jenis tertentu, bahan baku teks dan sumber bahan itu ditentukan terlebih
dahulu sebelum dilakukan analisis bahan untuk menjadikan rumusan verba
atau kalimat. Setiap tahap pembelajaran itu terkendali; terkontrol dengan
jadwal kapan tahapan itu dimulai dan diakhiri sehingga capaian pembelajaran
diproses secara akumulatif dari setiap tahap.
Pembelajaran berbasis proyek, berbasis masalah, dan berbasis penemuan
terhadap pengembangan teks merealisasikan pendekatan saintifik yang bersifat
empiris. Teks diwujudkan dalam jenis-jenis tertentu berdasarkan pengalaman
vi
Kelas XII
Semest
er 2
empiris (melalui percobaan, pengamatan, studi pustaka, dan lain-lain) untuk
menemukan kebenaran ilmiah. Untuk itu, kegiatan proyek menandai ciri
empiris dengan aktivitas mempertanyakan keberadaan gejala alam atau gejala
sosial. Lebih dari itu, telaah kritis dilakukan untuk menghubungkan satu fakta
dengan fakta lain yang menjadi temuan. Telaah kritis juga dapat dilakukan
untuk menghubungkan temuan itu dengan temuan yang lebih terdahulu
diperoleh saintis yang lain.
Dalam pembelajaran bahasa berbasis teks, pendekatan saintifik berpadu
dengan tiga model pembelajaran yaitu pembelajaran berbasis proyek, masalah,
dan penemuan. Keterpaduan tiga hal utama itu diarahkan untuk menguatkan
jati diri peserta didik agar bersikap spiritual: menerima, menghargai, dan
menghayati keberadaan bahasa kebangsaan Indonesia yang merupakan
anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Pada saat yang sama, penguatan jati diri
itu memantapkan sikap sosial peserta didik untuk berakhlak mulia serta
bertanggung jawab atas keberadaan bahasa Indonesia sebagai identitas diri
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Melalui kegiatan proyek pengembangan teks, di kalangan peserta didik,
juga akan tumbuh sikap tanggung jawab, setia, dan bangga akan keberadaan
bahasa Indonesia di tengah lingkungan pergaulan dunia global. Sikap itulah
yang melandasi terwujudnya bahasa Indonesia menjadi sumber aktualisasi
diri. Sementara itu, sebagai sumber pengembangan kegiatan ilmiah atau
saintifik, proses pembelajaran teks dengan berbasis proyek, berbasis masalah,
dan berbasis penemuan ini tetap ditempuh secara bertahap dari pembangunan
konteks dan pemodelan teks, kerja bersama membangun teks, serta kerja
mandiri menciptakan teks yang sesuai dengan teks model. Semua tahapan
pembelajaran teks itu, selain terarah dan terukur, juga dilakukan secara
terkendali oleh pendidik atau pembelajar melalui kegiatan evaluasi/penilaian
autentik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Selanjutnya, tanpa bantuan dari berbagai pihak, buku Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik tidak dapat diselesaikan untuk dijadikan materi
pembelajaran pada kelas XII. Untuk itu, kami menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih yang amat tulus kepada semua anggota tim penyusun
dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Mereka yang dengan
gigih berupaya mewujudkan buku kelas XII ini, yakni: Nur Hayati, Anik
Muslikah Indriastuti, Dessy Wahyuni, dan Maryanto. Penghargaan dan ucapan
terima kasih juga kami ungkapkan kepada semua konsultan dari Universitas
Sebelas Maret Surakarta, yaitu Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., Dr. Tri
Wiratno, M.A., dan Dr. Dwi Purnanto, M.Hum. atas peran sertanya sejak
awal penyusunan buku pembelajaran berbasis teks ini. Penghargaan serupa
Bahasa Indonesia
vii
kami sampaikan kepada para penelaah, Prof. Dr. Hasanuddin W.S., M.Hum.
dan Prof. Dr. M. Rapi Tang, M.S. Dengan telaah mereka, kami percaya akan
manfaat yang makin tinggi dari buku ini bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada rekan kami Drs. Saut Raja
H. Sitanggang, M.A. yang telah memberi kami saran untuk kebaikan buku ini.
Tidak ada gading yang tidak retak. Begitu pula buku ini, kehadirannya
pun bukan tanpa cela. Untuk menyempurnakan buku ini, kami mengharapkan
saran dan kritik membangun dari pengguna.
Jakarta, Oktober 2014
Mahsun
Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa
viii
Kelas XII
Semest
er 2
Daftar Isi
Kata Pengantar
..........................................................................................
iii
Prawacana
..................................................................................................
v
Daftar
Isi
.....................................................................................................
viii
Daftar
Gambar
...........................................................................................
xii
Peta Konsep Pelajaran 4
...........................................................................
1
Pelajaran 4
Membangun Opini Publik dengan Bergaya Jurnalistik
........................
2
Kegiatan 1
Pembangunan Konteks dan Pemodelan
Teks Opini/Editorial
..............
3
T
ugas 1 Memahami Struktur dan Kaidah
Kebahasaan Teks Opini/Editorial
...................................................
8
T
ugas 2 Membandingkan Teks Opini/Editorial
...........................................
25
T
ugas 3 Menganalisis Teks Opini/Editorial
.................................................
36
Kegiatan 2
Kerja Bersama Membangun
Teks Opini/Editorial
.................................
38
T
ugas 1 Mengevaluasi Struktur Teks Opini/Editorial
..................................
39
T
ugas 2 Menginterpretasi Fungsi Sosial Teks Opini/Editorial
....................
45
T
ugas 3 Memproduksi Teks Opini/Editorial secara Bersama
......................
50
Kegiatan 3
Kerja Mandiri Membangun
Teks Opini/Editorial
..................................
56
T
ugas 1 Menyunting dan Mengabstraksi Teks Opini/Editorial
...................
57
T
ugas 2 Memproduksi Teks Opini/Editorial secara Mandiri
.......................
67
T
ugas 3 Mengonversi Teks Opini/Editorial
.................................................
71
Peta Konsep Pelajaran 5
...........................................................................
7
4
Pelajaran 5 Mengurai Komplikasi dalam Cerita Fiksi dalam Novel
....
75
Kegiatan 1
Pembangunan Konteks danPemodelan
Teks Cerita
Fiksi dalamNovel
.....................................................................................
76
T
ugas 1 Memahami Struktur dan Ciri Kebahasaan Teks Cerita
Fiksi dalam Novel
.......................................................................
80
T
ugas 2 Membandingkan Teks Cerita Fiksi dalam Novel
........................
114
T
ugas 3 Menganalisis Teks Cerita Fiksi dalam Novel
..............................
122
Bahasa Indonesia
ix
Kegiatan 2
Kerja Bersama Membangun Teks Cerita Fiksi dalam Novel
.............
138
Tugas 1 Mengevaluasi Struktur
Teks Cerita Fiksi dalam Novel
...............
139
Tugas 2 Menginterpretasi Fungsi Sosial
Teks Cerita Fiksi dalam Novel
.
145
Tugas 3 Memproduksi
Teks Cerita Fiksi dalam Novel secara Bersama
...
148
Kegiatan 3
Kerja Mandiri Membangun T
eks Cerita Fiksi dalam Novel
..............
152
Tugas 1 Menyunting dan Mengabstraksi
Teks Cerita Fiksi dalam Novel
153
Tugas 2 Memproduksi
Teks Cerita Fiksi dalam Novel secara Mandiri
....
161
Tugas 3 Mengonversi
Teks Cerita Fiksi dalam Novel
..............................
161
Peta Konsep Pelajaran 6
........................................................................
162
Pelajaran 6 Mewujudkan Teks dalam Genre Makro
..........................
163
Kegiatan 1
Pembangunan Konteks dan Pemodelan
Teks dalam Genre Makro
...
164
Tugas 1 Memahami Struktur dan Ciri Kebahasaan
Teks dalam
Genre Makro
...............................................................................
165
Tugas 2 Membandingkan
Teks dalam Genre Makro
................................
179
Tugas 3 Menganalisis
Teks dalam Genre Makro dalam
Berbagai Jenis Teks
.....................................................................
181
Kegiatan 2
Kerja Bersama Membangun T
eks dalam Genre Makro
.....................
208
Tugas 1 Menghadapi
Teks dalam Genre Berita
........................................
208
Tugas 2 Memecahkan Persoalan dalam Genre Makro
..............................
211
T
ugas 3 Memproduksi Teks dalam Genre Makro secara Bersama
...........
214
Kegiatan 3
Kerja Mandiri Membangun T
eks dalam Genre Makro
......................
216
Tugas 1 Menyunting dan Mengabstraksi
Teks dalam Genre Makro
........
216
Tugas 2 Memanfaatkan Informasi dari Gambar
.......................................
220
Tugas 3 Mengonversi
Teks dalam Genre Makro
......................................
224
Daftar Pustaka
........................................................................................
227
Sumber
Gambar
......................................................................................
230
Glosarium
................................................................................................
231
Indeks
.......................................................................................................
236
x
Kelas XII
Semest
er 2
Daftar Gambar
Gambar 4.1 Pantai Ora di Maluku Tengah
.................................................
5
Gambar 4.2 Bono di Sungai Kampar
..........................................................
7
Gambar 4.3 Sawah jadi tambang
................................................................
51
Gambar 4.4 Mitigasi Bencana
.....................................................................
65
Gambar 4.5 Hipertensi
................................................................................
71
Gambar 5.1 Novel
Nyanyi Sunyi dari Indragiri
.........................................
78
Gambar 5.2 Novel
Laskar Pelangi
.............................................................
114
Gambar 5.3 Pasukan Laskar Pelangi dalam film “Laskar Pelangi”
............
123
Gambar 5.4 Novel dan Skenario
Rumah Tanpa Jendela
............................
159
Bahasa Indonesia
1
Peta Konsep Pelajaran 4
Pelajaran 4
Membangun Opini Publik
dengan Bergaya Jurnalistik
Kegiatan 1
Pembangunan Konteks
dan Pemodelan Teks
Opini/Editorial
Tugas 1
Memahami Struktur
dan Ciri Kebahasaan
Teks Opini/Editorial
Tugas 2
Membandingkan Teks
Opini/Editorial
Tugas 3
Menganalisis Teks
Opini/Editorial
Kegiatan 2
Kerja Bersama
Membangun Teks
Opini/Editorial
Tugas 1
Mengevaluasi Struktur
Teks Opini/Editorial
Tugas 2
Menginterpretasi
Fungsi Sosial Teks
Opini/Editorial
Tugas 3
Memproduksi Teks
Opini/Editorial secara
Bersama
Kegiatan 3
Kerja Mandiri
Membangun Teks
Opini/Editorial
Tugas 1
Menyunting dan
Mengabstraksi Teks
Opini/Editorial
Tugas 2
Memproduksi Teks
Opini/Editorial secara
Mandiri
Tugas 3
Mengonversi Teks
Opini/Editorial
2
Kelas XII
Semest
er 2
Membangun Opini Publik dengan
Bergaya Jurnalistik
Pelajaran ini merupakan proses pembelajaran bahasa Indonesia yang
berbasis teks eksposisi tentang opini atau editorial. Pembelajaran teks ini
membantu peserta didik memeroleh wawasan pengetahuan yang lebih luas
agar terampil berpikir kritis dan kreatif serta bertindak efektif menyelesaikan
permasalahan kehidupan nyata yang tidak terlepas dari kehadiran teks.
Berbagai opini (pendapat atau pemikiran) tentang banyak hal dibahas untuk
diambil hikmahnya dan digunakan sebagai motivasi dalam meraih cita-cita
dan mencipta citra pribadi peserta didik. Permasalahan ini dibahas untuk
menguatkan kapasitas peserta didik guna memanfaatkan keberadaan bahasa
Indonesia dalam menempatkan diri sebagai cerminan sikap bangsa Indonesia
di lingkungan pergaulan dunia global. Untuk itu, pelajaran IV dikemas dengan
menggunakan tema “Membangun Opini Publik dengan Bergaya Jurnalistik”.
Tema pelajaran ini dibahas dalam tiga tahap kegiatan pembelajaran
berbasis teks: pembangunan konteks dan pemodelan teks opini/editorial, kerja
bersama pembangunan teks opini/editorial, serta kerja mandiri pembangunan
PELAJARAN
4
Bahasa Indonesia
3
teks opini/editorial. Dalam setiap teks opini/editorial terdapat komponen
pendapat yang disebut argumentasi. Melalui tahapan kegiatan pembelajaran
teks tersebut, ditemukan satu atau beberapa argumentasi yang diungkapkan
dalam setiap teks opini/editorial yang dibangun. Pengungkapan argumentasi
itu, baik pada tahap kerja bersama maupun kerja mandiri membangun teks,
dilakukan untuk membangun teks yang menerapkan pembelajaran saintifik
dengan model pembelajaran teks berbasis masalah (
problem based learning
),
pembelajaran teks berbasis proyek (
project based learning
), dan pembelajaran
berbasis penyingkapan/penelitian (
discovery/inquiry learning
), serta penilaian
autentik. Untuk memproses pembelajaran teks opini/editorial ini, telah tersedia
berbagai tugas belajar yang sangat beragam guna mencapai kompetensi yang
diharapkan dan membangkitkan kegembiraan serta kegemaran belajar siswa.
Kegiatan 1
Pembangunan Konteks dan Pemodelan Teks Opini/Editorial
Mengemukakan pendapat adalah hak setiap individu. Dengan adanya
kemerdekaan berpendapat akan mendorong seseorang untuk menghargai
perbedaan pendapat. Kemerdekaan berpendapat juga akan menciptakan
masyarakat yang demokratis. Budaya demokrasi dengan sendirinya akan
tumbuh bila rakyat bebas mengemukakan pendapatnya. Namun, kebebasan
tersebut haruslah merupakan kebebasan yang bertanggung jawab. Dengan
demikian, kemerdekaan berpendapat merupakan hal yang penting untuk
dipahami apabila negara yang dibentuk bertumpu pada kepentingan rakyat.
Pendapat secara umum diartikan sebagai buah gagasan atau buah pikiran.
Mengemukakan pendapat berarti mengemukakan gagasan atau mengeluarkan
pikiran. Di Indonesia, seseorang yang mengemukakan pendapatnya atau
mengeluarkan pikirannya dijamin secara konstitusional. Hal itu dinyatakan
dalam UUD 1945, Pasal 28, bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulis dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang.
Salah satu wadah untuk mengemukakan pendapat atau mengeluarkan
pikiran tersebut adalah teks opini/editorial. Seseorang bebas menuangkan
pandangannya terhadap sebuah persoalan melalui teks opini ini. Dalam
mengungkapkan pendapat atau pikiran harus dilengkapi dengan fakta
penunjang dan alasan yang masuk akal agar teks opini yang dibangun bisa
diterima oleh pembaca atau pendengar. Jangan sampai teks yang tercipta itu
hanya berisi pendapat kosong yang cenderung seperti khayalan belaka.
Terdapat dua macam teks opini, yaitu opini analitis dan opini hortatoris. Opini
analitis berkenaan dengan konsep atau teori tentang sesuatu, sedangkan opini
4
Kelas XII
Semest
er 2
hortatoris berkenaan dengan tindakan yang perlu dilakukan atau kebijakan
yang perlu dibuat. Diterima atau tidaknya gagasan atau usulan tersebut oleh
pihak lain bergantung kepada kuat atau tidaknya argumentasi yang diajukan.
Dalam pelajaran ini kalian akan diajak untuk mengemukakan pendapat
secara bebas, tetapi bertanggung jawab melalui teks opini/editorial. Kalian
diminta untuk mengamati persoalan yang menarik dan mencaritahu duduk
persoalan yang sesungguhnya. Kemudian, kalian menganalisis semua
informasi yang diperoleh. Berikutnya kalian mencoba membangun teks opini
secara utuh dengan mengemukakan berbagai argumen untuk bisa meyakinkan
responden yang kalian tuju. Agar orang lain mengetahui pikiran kalian itu,
kalian bisa memublikasikannya melalui berbagai media.
Dari pelajaran ini kalian akan dapat mengungkapkan pendapat dengan
menggunakan argumen logis dan pemikiran kritis terhadap suatu masalah
aktual. Empat tahapan pembelajaran teks yang akan kalian lalui ini adalah
membangun konteks, mempelajari pemodelan teks opini/editorial, kerja
bersama membangun teks opini/editorial, dan akhirnya kalian akan bisa
membangun teks opini/editorial itu dengan kemampuan kalian sendiri.
Kalian pasti sudah mengetahui teks eksposisi yang menjadi dasar
pembangunan teks opini/editorial tersebut. Pelajaran tentang teks eksposisi ini
telah kalian peroleh di kelas X melalui tema “Budaya Berpendapat di Forum
Ekonomi dan Politik”. Pada pelajaran tersebut kalian telah melakukan kegiatan
berpendapat dalam bahasa Indonesia lisan dan tertulis secara baik dan benar.
Kalian telah pula belajar menghadapi beragam cara yang digunakan untuk
membahas dan mengajukan pendapat di berbagai topik ekonomi dan politik,
termasuk kebijakan publik yang memicu konflik sosial.
Pada pelajaran ini, teks eksposisi yang akan kalian pelajari adalah
membangun opini. Kalian akan diajak memahami dan mencermati teks opini/
editorial mengenai berbagai hal. Dari berbagai contoh teks opini/editorial
yang disajikan, beserta pembahasannya, kalian diharapkan bisa mengemukan
pendapat, gagasan, argumentasi, pandangan, dan sebagainya, yang bertujuan
untuk menjelaskan atau memengaruhi publik tentang hal yang disampaikan.
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam mengungkapkan
pendapatnya tentang berbagai peristiwa yang ada. Berbagai pendapat seputar
permasalahan atau fenomena sosial itu bisa ditulis dalam sebuah teks opini/
editorial. Persoalannya, banyak orang mengalami kesulitan menyusun dan
menuangkan idenya dalam bentuk tulisan. Meski sudah banyak hal yang ingin
disampaikan, kemacetan ide untuk memulai sebuah tulisan merupakan hal
yang menyulitkan.
Bahasa Indonesia
5
Agar sukses mengeluarkan ide tersebut melalui teks opini/editorial yang
mengalir dan edukatif, ada baiknya kalian memahami berbagai teks opini/
editorial yang disajikan.
Menjual Sembari Menjaga Nirwana
Sumber:
http://nexttriptourism.com/ora-beach-in-maluku/
Gambar 4.1 Pantai Ora di Maluku Tengah
1.
Indonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol
belaka
atau romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat
indah yang tersembunyi dan masih perawan. Sayangnya, tempat-
tempat itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata. Jangankan
membuat program wisata yang kreatif, membangun prasarananya
saja kerap tidak dilakukan pemerintah.
2.
Dalam beberapa tahun terakhir
, bahkan keindahan sejumlah tempat
terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah. Padahal,
dengan pariwisata, daerah bisa mendapatkan penghasilan sekaligus
memelihara alam selingkungannya.
3.
Di kepulauan
Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata.
Kepulauan itu memiliki pantai-pantai molek, laut yang bening
dan tenang, serta ikan berwarna-warni yang menyelinap di antara
terumbu karang indah. Menjelang senja, matahari menjadi bola
merah yang ditelan laut jingga. Namun, di sana juga berlangsung
perusakan alam yang kerap didukung para politikus. Mereka
6
Kelas XII
Semest
er 2
datang hanya pada saat kampanye untuk memancing suara, bahkan
mempersilakan para nelayan mengebom terumbu karang. Keinginan
pemerintah pusat menjadikannya sebagai taman nasional ditentang
justru oleh pemerintah daerah.
4.
Di Mentawai, Sumatera
Barat, lain lagi yang terjadi. Kepulauan ini
memiliki ombak terbaik untuk berselancar. Di dunia ini hanya ada
tiga tempat yang memiliki
barrel
—ombak berbentuk terowongan—
yang dapat ditemui sepanjang waktu: Hawaii, Haiti, dan Mentawai.
Namun, pemerintah daerah seolah-olah tidak berdaya di sana. Resor
tumbuh menjamur, tetapi kontribusi mereka kepada ekonomi daerah
amat minimal. Mungkin ini merupakan bentuk “protes” mereka
kepada pemerintah daerah yang tidak serius membangun prasarana
wisata di sana.
5.
Dengan ribuan
“surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya
bisa menaikkan jumlah wisatawan asing yang datang ke negeri ini.
Tahun lalu, menurut catatan Badan Pusat Statistik, hanya ada 8 juta
wisatawan asing yang datang berkunjung ke Indonesia. Jangankan
dibandingkan dengan Prancis yang mampu mendatangkan 83
juta turis tahun lalu, jumlah wisatawan asing ke Indonesia masih
jauh dari Malaysia, yang menurut
United Nations World Tourism
Organization
kedatangan 25 juta pelancong pada 2012. Ini
menempatkan Malaysia pada peringkat ke-10 negara dengan jumlah
wisatawan asing terbanyak.
6.
Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia
adalah cetek
nya kesadaran akan potensi yang kita miliki.
Pemerintah pusat ataupun daerah masih lebih senang mendapatkan
uang dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam. Mereka
lebih suka membabat hutan untuk mengambil kayunya, menggali
buminya untuk mengeduk mineral di dalamnya, atau menggantikan
pepohonan hutan dengan kelapa sawit. Pariwisata dianggap tidak
terlalu menguntungkan—terutama untuk pejabat yang korup.
Tidak ada resor atau pengelola wisata yang bisa membayar setoran
ke pejabat korup sebesar yang disetor pejabat hutan atau pemilik
tambang.
7.
Kesadaran menjaga
alam dan mengembangkan potensi wisata justru
datang dari operator wisata. Di Togean, seorang pemilik resor harus
membayar nelayan secara berkala agar mereka tidak memburu ikan
dengan bom. Ia berupaya menyadarkan masyarakat tentang arti
penting keindahan alam di halaman rumah mereka. Di Hulu Bahau,
Bahasa Indonesia
7
Kalimantan Utara, seorang ketua adat besar berhasil menyadarkan
masyarakat untuk menjaga hutan. Bersama lembaga seperti WWF,
masyarakat di sana mengembangkan wisata sungai dan rimba.
8.
Selain membangun
infrastruktur—seperti akses ke tempat itu—dan
sarana semisal transportasi dan penginapan, pemerintah harus lebih
serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini
agar lebih menarik. Singapura, misalnya, pulau kecil yang penuh
beton itu mampu membuat banyak atraksi wisata—meski sebagian
besar artifisial dan terlihat lebih indah di iklan—yang mampu
menarik 15 juta wisatawan asing. Hampir dua kali lipat dari yang ke
Indonesia.
9.
Selama ini
pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau—kalau
mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit—bergesernya
pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba. Padahal
tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan
jalan sendiri. Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya,
bahwa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di
pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut
Sungai Kampar, terdapat “bono”,
tidal bore
yang dirindukan para
selancar sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia.
Sumber:
http://idtraveling.net/2014/07/29/fenomena-7-hantu-seven-ghost-gelombang-
bono-teluk-meranti/
Gambar 4.2 Bono di Sungai Kampar
10.
Indonesia memang
surga sekaligus kisah nyata. Di tangan para
pemangku kepentingan terletak tanggung jawab merayakannya.
(Sumber:
Tempo
, 18—24 November 2013)
8
Kelas XII
Semest
er 2
Tugas 1
Memahami Struktur dan Kaidah Kebahasaan Teks Opini/Editorial
Pada Tugas 1 ini, kalian diajak untuk memahami struktur teks opini/
editorial dengan menguak teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana” yang
menjadi teks model dalam Pelajaran 4. Perhatikanlah secara saksama teks
berikut ini dan bacalah.
Setelah kalian membaca teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana”
tersebut, cobalah kalian diskusikan beberapa hal berikut.
(1)
Setujukah kalian
bahwa penulis teks tersebut ingin mengemukakan
pendapatnya?
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
(2)
Apakah penulis sekadar ingin menjelaskan
pandangannya mengenai
persoalan yang diangkatnya, atau juga bermaksud memengaruhi pembaca
agar menyetujui pemikirannya?
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
(3)
Sebutkan ala
san kalian mengapa teks “Menjual Sembari Menjaga
Nirwana”
ini bisa disebut teks opini/editorial.
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
(4)
Argumentasi
apa saja yang dikemukakan oleh penulis dalam teks
“Menjual Sembari Menjaga Nirwana”?
Bahasa Indonesia
9
__________________________________________________________
___________________________________________
_______________
___________________________________________
_______________
___________________________________________
_______________
___________________________________________
_______________
___________________________________________
_______________
___________________________________________
_______________
___________________________________________
_______________
___________________________________________
_______________
(5)
Berdasarkan isi teks opini/editorial
di atas, terdapat beberapa argumentasi
penulis. Tentukanlah apakah kalian setuju atau tidak pada pendapat
tersebut dengan membubuhkan tanda centang (
ѵ
) pada kolom (S) jika
setuju dan pada kolom (TS) jika tidak setuju.
No.
Argumentasi
S
TS
1.
Keindahan sejumlah tempat terancam oleh
eksploitasi alam yang salah dan serakah.
ѵ
2.
Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu,
pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah
wisatawan asing yang datang ke negeri ini.
3.
Problem utama dari tidak berkembangnya
pariwisata di Indonesia adalah ceteknya
kesadaran akan potensi yang kita miliki.
4.
Selain membangun infrastruktur—seperti
akses ke tempat itu—dan sarana semisal
transportasi dan penginapan, pemerintah harus
lebih serius memikirkan program-program
untuk membungkus potensi ini agar lebih
menarik.
5.
Selama ini pemerintah hanya menjual Bali
dan Bali, atau—kalau mau dikatakan agak
berpandangan luas sedikit—bergesernya pun
paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau
Toba. Padahal tempat-tempat itu tidak perlu
“dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan
sendiri.
10
Kelas XII
Semest
er 2
(6)
Kemukakanlah pendapat kalian tentang beberapa pernyataan berikut ini.
(a)
Dengan pariwisata, daerah bisa mendapatkan
penghasilan sekaligus
memelihara alam selingkungannya. Apa yang dimaksud dengan
pernyataan tersebut?
___________________________________________
____________
___________________________________________
____________
___________________________________________
____________
___________________________________________
____________
___________________________________________
____________
(b)
Setujukah kalian dengan pernyataan:
Resor tumbuh menjamur, tetapi
kontribusi mereka kepada ekonomi daerah amat minimal.
Saya setuju karena
________________________________________
___________________________________________
____________
___________________________________________
____________
Saya tidak setuju karena
___________________________________
___________________________________________
____________
___________________________________________
____________
(c)
Mungkin ini
merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah
daerah yang tidak serius membangun prasarana wisata di sana. Apa
yang dimaksudkan pengarang dengan kata “protes” pada pernyataan
ini?
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
(7)
Judul teks ters
ebut
adalah “Menjual Sembari Menjaga Nirwana”. Apa
yang hendak dijual di sini?
_________________________________________________________
_________________________________________________________
Bahasa Indonesia
11
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
(8)
Bacalah kembali teks dan tandailah
kalimat utama yang ada dalam tiap
paragraf. Misalnya:
Indonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol
belaka atau romantisme dari masa lalu.
Ada begitu banyak tempat
indah yang tersembunyi dan masih perawan. Sayangnya, tempat-tempat
itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata. Jangankan membuat
program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak
dilakukan pemerintah.
Dalam paragraf pertama tersebut terdapat kalimat yang dicetak miring.
Kalimat itu merupakan kalimat utama paragraf tersebut. Sekarang, carilah
kalimat utama pada tiap paragraf dalam teks berikut.
(a) Kalimat utama paragraf kedua
___________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
(b) Kalimat utama paragraf ketiga
___________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
(c) Kalimat utama paragraf keeempat
________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
(d) Kalimat utama paragraf kelima
__________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
(e) Kalimat utama paragraf keenam
__________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
12
Kelas XII
Semest
er 2
(f) Kalimat utama paragraf ketujuh
__________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
(g) Kalimat utama paragraf kedelapan
________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
(h) Kalimat utama paragraf kesembilan
_______________________
______________________________________________________
______________________________________________________
(i) Kalimat utama paragraf kesepuluh
________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
(9)
Pada tugas ini kalian diharapkan dapat menangkap fungsi sosial teks opini
melalui
pemahaman ciri kebahasaan yang ada dalam teks “Menjual Sembari
Menjaga Nirwana” tersebut. Sebuah teks opini biasanya mengupas tuntas
suatu masalah aktual tertentu dengan tujuan
memberi tahu
,
memengaruhi
,
meyakinkan
, atau bisa juga sekadar
menghibur
pembacanya. Oleh sebab
itu, bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan opini tersebut harus
mengungkapan tujuan. Dalam menyatakan sebuah informasi, kata-kata
dipilih secara hati-hati untuk mengekspresikan sikap dan sudut pandang
penulis.
Setelah membaca teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana” itu dengan
saksama, tergambar tujuan penulis. Jelaskanlah bagaimana cara penulis
teks mengungkapkan tujuannya melalui teks opini/editorial.
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
_______________________________________________________
__
_____________________________________________________
Bahasa Indonesia
13
(10)
Dalam sebuah teks opini/
editorial biasanya digunakan bahasa yang
dapat mengekspresikan sikap eksposisi. Agar dapat meyakinkan
pembaca, diperlukan ekspresi kepastian, yang bisa dipertegas dengan
kata keterangan atau adverbia frekuentatif, seperti
selalu, biasanya,
sebagian besar waktu, sering, kadang-kadang, jarang,
dan lainnya.
Tugas kalian adalah mencari adverbia frekuentatif tersebut dalam teks
yang ada.
No.
Kalimat
Adverbia Frekuensi
1.
Namun, di sana juga berlangsung
perusakan alam yang
kerap
didukung para politikus.
kerap
2.
3.
4.
5.
(11)
Konjungsi yang banyak dijumpai pada teks opini adalah
konjungsi
yang digunakan untuk menata argumentasi, seperti
pertama, kedua,
berikutnya,
dan sebagainya; atau konjungsi yang digunakan untuk
memperkuat argumentasi, seperti
bahkan, juga, selain itu, lagi pula,
sebagai contoh, misalnya, padahal, justru
dan lain-lain; atau konjungsi
yang menyatakan hubungan sebab akibat, seperti
sejak, sebelumnya,
dan
sebagainya; konjungsi yang menyatakan harapan, seperti
agar, supaya,
dan sebagainya.
Tugas kalian adalah mencari berbagai konjungsi yang terdapat dalam
teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana”, lalu bubuhkan fungsi
konjungsi tersebut pada kolom yang tersedia.
14
Kelas XII
Semest
er 2
No.
Kalimat
Konjungsi Fungsi Konjungsi
1.
Kesadaran menjaga alam
dan mengembangkan
potensi wisata justru
datang dari operator
wisata.
justru
Untuk
memperkuat
argumentasi
2.
Selain membangun
infrastruktur dan sarana
semisal transportasi
dan penginapan,
pemerintah harus lebih
serius memikirkan
program-program untuk
membungkus potensi ini
agar lebih menarik.
agar
Untuk menyatakan
harapan
3.
4.
5.
6.
7.
Bahasa Indonesia
15
8.
9.
10.
(12)
Teks opini
mencakup penggunaan kata kerja material, relasional, dan
mental sekaligus. Verba (kata kerja) material merupakan verba yang
menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa, misalnya
mengunyah
,
membaca
,
menulis
, dan sebagainya. Sementara itu, verba relasional
adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas (yang mengandung
pengertian A
adalah
B), sirkumstansi (yang mengandung pengertian
A
pada
/
di dalam
B), dan milik (yang mengandung pengertian A
mempunyai
B). Verba yang pertama tergolong ke dalam verba relasional
identifikatif, sedangkan verba yang kedua dan ketiga tergolong ke
dalam verba relasional atributif. Pada verba relasional identifikatif
terdapat partisipan token (
token
) atau teridentifikasi (
identified
) dan
nilai (
value
) atau pengidentifikasi (
identifier
). Misal:
Ayah (token)
adalah (verba relasional identifikasi) pelindung keluarga (nilai)
. Pada
verba relasional atributif terdapat partisipan penyandang (
carrier
) dan
sandangan (
attribute
). Misal:
Ayah (penyandang) mempunyai (verba
relasional atributif) mobil baru (sandangan)
.
Untuk verba yang terakhir, yaitu verba mental, pada umumnya digunakan
untuk mengajukan klaim. Verba ini menerangkan persepsi (misalnya:
melihat, merasa
), afeksi (misalnya:
suka, khawatir
), dan kognisi
(misalnya:
berpikir, mengerti
). Pada verba mental ini terdapat partisipan
pengindera (
senser
) dan fenomena. Contohnya dalam klausa:
Saya
mempercayai bahwa..., Menurut saya..., Saya berpendapat....
Contoh
lain dalam kalimat:
Ayah (pengindera) mendengar (verba mental) kabar
itu (fenomena)
.
Tugas kalian adalah mencari kalimat yang mengandung verba di dalam
teks tersebut. Lalu, kategorikan masing-masing verba tersebut menurut
bentuknya.
16
Kelas XII
Semest
er 2
No.
Kalimat
Verba
Verba Material/
Relasional/Mental
*
1.
Indonesia
adalah
surga
sekaligus kisah nyata, bukan
isapan jempol belaka atau
romantisme dari masa lalu.
adalah
Verba Relasional
Identifikatif
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
*)
pilih salah satu
(13)
Dalam memb
uat teks opini, seorang penulis harus kaya akan kosakata
agar teks yang dibangun memperlihatkan seorang penulis yang
berwawasan luas. Di dalam teks model di muka, terlihat beberapa
kosakata yang jarang digunakan dalam keseharian. Dengan demikian,
tugas kalian berikutnya adalah mencaritahu arti kata baru yang kalian
temukan dalam teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana”. Kalian bisa
Bahasa Indonesia
17
menggunakan
Kamus Besar Bahasa Indonesia
untuk mendapatkan arti
kata-kata tersebut. Lalu, tuliskan jawaban kalian di dalam kolom yang
tersedia di bawah ini.
No. Kosakata
Arti Kosakata
1.
terumbu
dangkalan di laut (yang tidak terlalu luas), terjadi
dari gundukan batuan, seperti gamping atau koral,
sering kelihatan apabila air surut
2.
cetek
3.
nirwana
4.
mengeduk
5.
membabat
6.
resor
7.
artifisial
8.
kreatif
9.
eksploitasi
10.
kontribusi
11.
statistik
18
Kelas XII
Semest
er 2
No. Kosakata
Arti Kosakata
12
wisata
13
wisatawan
14
pelancong
15
potensi
16
infrastruktur
17
akses
18
atraksi
19
selancar
20
pemangku
(14)
Setelah membaca
teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana” tersebut,
kalian melihat beberapa bagian yang membangun teks itu. Teks tersebut
diawali oleh pernyataan pendapat (
thesis statement
). Kalian bisa
mengawalinya dengan topik yang dikemukakan. Setelah itu, kalian
memberikan beberapa argumentasi mengenai pandangan kalian terhadap
persoalan yang dikemukakan. Dalam memberikan argumentasi ini, kalian
harus berusaha meyakinkan pembaca bahwa apa yang dikemukakan
itu benar. Hal yang memungkinkan bahwa kalian juga bisa berusaha
memengaruhi orang lain untuk membenarkan bahkan mengikuti apa
yang kalian utarakan. Bagian ini disebut argumentasi (
arguments
).
Pada bagaian akhir teks opini merupakan pernyataan ulang pendapat
(
reiteration
), yakni kalian melakukan penegasan kembali pendapat yang
Bahasa Indonesia
19
telah dikemukakan agar pembaca atau pendengar semakin yakin dengan
pandangan kalian tersebut.
Teks opini/editorial pada umumnya bersifat aktual yang berisi analisis
subjektif berdasarkan fakta dan data. Dengan serentetan argumentasi
yang disajikan, penulis berusaha memengaruhi dan meyakinkan orang
lain. Teks opini/editorial ini juga kerap mengungkapkan penilaian
atau saran terhadap sesuatu, atau kebijakan subjek dalam memutuskan
sesuatu.
Lengkapilah bagan berikut ini yang berisi struktur teks opini/editorial
yang telah kalian uraikan di muka.
(15)
Tentu
kalian sudah membaca dan mencermati teks “Menjual Sembari
Menjaga Nirwana” tersebut. Sekarang, marilah kita uraikan teks itu
menurut struktur teksnya. Struktur teks itu merupakan gambaran cara
teks itu dibangun. Kalian dapat mengamati bahwa teks opini disusun
dengan struktur pernyataan pendapat, diikuti oleh argumentasi, dan
ditutup oleh pernyataan ulang pendapat. Struktur teks ini dapat dituliskan
seperti berikut: pernyataan pendapat^argumentasi^pernyataan ulang
pendapat (
thesis statement^arguments^ reiteration
).
Stuktur Teks Opini
“Menjual Sembari
Menjaga Nirwana”
20
Kelas XII
Semest
er 2
Struktur Teks
Kalimat dalam Teks
Pernyataan
Pendapat
1.
Indonesia adalah
surga sekaligus kisah
nyata, bukan isapan jempol belaka atau
romantisme dari masa lalu. Ada begitu
banyak tempat indah yang tersembunyi
dan masih perawan. Sayangnya, tempat-
tempat itu belum digarap serius sebagai
tujuan wisata. Jangankan membuat
program wisata yang kreatif, membangun
prasarananya saja kerap tidak dilakukan
pemerintah.
Argumentasi
2.
Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan
keindahan sejumlah tempat terancam oleh
eksploitasi alam yang salah dan serakah.
Padahal, dengan pariwisata, daerah bisa
mendapatkan penghasilan sekaligus me-
melihara alam selingkungannya.
3.
Di kepulauan
Togean, Sulawesi Tengah,
ironi itu terpampang nyata. Kepulauan itu
memiliki pantai-pantai molek, laut yang
bening dan tenang, serta ikan berwarna-
warni yang menyelinap di antara terumbu
karang indah. Menjelang senja, matahari
menjadi bola merah yang ditelan laut
jingga. Namun, di sana juga berlangsung
perusakan alam yang kerap didukung para
politikus. Mereka datang hanya pada saat
kampanye untuk memancing suara, bahkan
mempersilakan para nelayan mengebom
terumbu karang. Keinginan pemerintah
pusat menjadikannya sebagai taman
nasional ditentang justru oleh pemerintah
daerah.
4.
Di Mentawai, Sumatera Barat, lain
lagi
yang terjadi. Kepulauan ini memiliki
ombak terbaik untuk berselancar. Di dunia
ini hanya ada tiga tempat yang memiliki
barrel—ombak berbentuk terowongan—
Bahasa Indonesia
21
yang dapat ditemui
sepanjang waktu: Hawaii,
Haiti, dan Mentawai. Namun, pemerintah
daerah seolah-olah tidak berdaya di sana. Resor
tumbuh menjamur, tetapi kontribusi mereka
kepada ekonomi daerah amat minimal. Mungkin
ini merupakan bentuk “protes” mereka kepada
pemerintah daerah yang tidak serius membangun
prasarana wisata di sana.
5.
Dengan ribuan
“surga yang tersembunyi” itu,
pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah
wisatawan asing yang datang ke negeri ini. Tahun
lalu, menurut catatan Badan Pusat Statistik, hanya
ada 8 juta wisatawan asing yang datang berkunjung
ke Indonesia. Jangankan dibandingkan dengan
Prancis yang mampu mendatangkan 83 juta turis
tahun lalu, jumlah wisatawan asing ke Indonesia
masih jauh dari Malaysia, yang menurut
United
Nations World Tourism Organization
kedatangan
25 juta pelancong pada 2012. Ini menempatkan
Malaysia pada peringkat ke-10 negara dengan
jumlah wisatawan asing terbanyak.
6. Problem utama dari tidak berkembangnyapariwisata
di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi
yang kita miliki. Pemerintah pusat ataupun daerah
masih lebih senang mendapatkan uang dengan cara
mengeksploitasi sumber daya alam. Mereka lebih
suka membabat hutan untuk mengambil kayunya,
menggali buminya untuk mengeduk mineral di
dalamnya, atau menggantikan pepohonan hutan
dengan kelapa sawit. Pariwisata dianggap tidak
terlalu menguntungkan—terutama untuk pejabat
yang korup. Tidak ada resor atau pengelola wisata
yang bisa membayar setoran ke pejabat korup
sebesar yang disetor pejabat hutan atau pemilik
tambang.
22
Kelas XII
Semest
er 2
Struktur Teks
Kalimat dalam Teks
7.
Kesadaran menjaga ala
m dan mengembangkan
potensi wisata justru datang dari operator
wisata. Di Togean, seorang pemilik resor harus
membayar nelayan secara berkala agar mereka
tidak memburu ikan dengan bom. Ia berupaya
menyadarkan masyarakat tentang arti penting
keindahan alam di halaman rumah mereka. Di
Hulu Bahau, Kalimantan Utara, seorang ketua
adat besar berhasil menyadarkan masyarakat
untuk menjaga hutan. Bersama lembaga seperti
WWF, masyarakat di sana mengembangkan
wisata sungai dan rimba.
8. Pemerintah harus lebih serius memikirkan
program-program untuk membungkus potensi
ini agar lebih menarik. Singapura, misalnya,
pulau kecil yang penuh beton itu mampu
membuat banyak atraksi wisata—meski
sebagian besar artifisial dan terlihat lebih
indah di iklan—yang mampu menarik 15 juta
wisatawan asing. Hampir dua kali lipat dari
yang ke Indonesia.
9.
Selama ini pemerintah hanya menjual
Bali
dan Bali, atau—kalau mau dikatakan agak
berpandangan luas sedikit—bergesernya pun
paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau
Toba. Padahal tempat-tempat itu tidak perlu
“dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan
sendiri. Berapa banyak peminat wisata yang
tahu, misalnya, bahwa Teluk Meranti, Kabupaten
Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara
Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus
surut Sungai Kampar, terdapat “bono”, tidal
bore yang dirindukan para selancar sungai, dan
diakui sebagai yang terbaik di dunia.
Pernyataan
Ulang
Pendapat
10.
Indonesia memang surga sekaligus kisah nyata.
Di tangan para pemangku kepentingan
terletak
tanggung jawab merayakannya.
Bahasa Indonesia
23
Sebuah teks opini/editorial diawali oleh pernyataan utama argumen.
Hal utama dari argumen tersebut mengikuti pernyataan tesis
mencakup ringkasan dari informasi utama yang akan digunakan
sebagai pendukung. Setiap paragraf yang kalian gunakan memiliki
kalimat topik yang jelas, berfungsi memperpanjang argumen utama.
Kalimat yang kalian gunakan dalam setiap paragraf diuraikan
untuk memperluas gagasan utama. Untuk itu dibutuhkan rincian
dan bukti dalam setiap paragraf agar dapat mendukung ide yang
disajikan. Dalam penyajian ini, kalian dapat pula memasukkan
kalimat antisipasi sudut pandang lawan yang berkemungkinan
muncul. Di akhir teks opini ini, paragraf kalian ditutup dengan
merangkum ide yang telah dipaparkan sebelumnya. Bagian ini
berfungsi untuk menegaskan kembali sudut pandang kalian
terhadap persoalan yang diutarakan. Oleh sebab itu, terlihatlah
pernyataan pendapat^argumentasi^pernyataan ulang pendapat
sebagai struktur yang membangun sebuah teks opini.
Pada tahap pernyataan pendapat teks opini/editorial tersebut
dikemukakan bahwa Indonesia memiliki banyak tempat indah
yang bisa dijadikan objek wisata. Akan tetapi, tempat-tempat
itu tersembunyi dan belum digarap sama sekali oleh pemerintah
sebagai tujuan wisata. Setelah kalian mengetahui struktur teks yang
membangun teks opini/editorial tersebut, tugas kalian selanjutnya
adalah menguraikan pendapat penulis secara terperinci. Kalian
diminta menguraikan berbagai argumentasi yang ada dalam teks
opini/editorial di atas untuk meyakinkan pembaca agar menerima
pendapat tersebut. Lalu, kalian uraikan bagaimana penulis teks itu
menyatakan ulang pendapatnya pada paragraf penutup.
a)
Pandangan penulis dalam
pernyataan pendapat
:
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
b)
Argumentasi 1
:
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
24
Kelas XII
Semest
er 2
c)
Argumentasi 2
:
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
d)
Argumentasi 3
:
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
e)
Argumentasi 4
:
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
f)
Argumentasi 5
:
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
g)
Ar
gumentasi 7
:
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
h)
Argumentasi 8
:
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
i)
Argumentasi 6
:
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
Bahasa Indonesia
25
j)
Pernyataan ulang pendapat
penulis:
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
T
ugas 2
Membandingkan Teks Opini/Editorial
Pada tugas ini, kalian diajak membandingkan dua teks opini yang berjudul
“Menjual Sembari Menjaga Nirwana” dan “Tentang Baik dan Benar”. Kalian
dapat membandingkan kedua teks tersebut dari berbagai aspek, baik fungsi
sosial, struktur, maupun ciri kebahasaannya.
Tentang Baik dan Benar
oleh: Agus Sri Danardana
1.
Tak dapat dimungkiri
bahwa dalam berbahasa (Indonesia),
ukuran baik dan benar masih sering menjadi perbalahan.
Sekalipun mudah didefinisikan, ukuran baik dan benar itu
acap kali bias dalam implementasinya. Mungkin karena secara
terminologis kata
baik
dan
benar
itu sudah menyaran pada hal
yang sempurna, tanpa cacat sehingga orang pun tidak segan-
segan memaknai slogan penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar itu sama dengan bahasa Indonesia baku. Sebagai
akibatnya, tidak jarang orang (Indonesia) merasa tidak memiliki
kemampuan untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Bahkan, banyak pula orang yang kemudian berantipati pada
slogan itu karena merasa telah dibelenggunya. Menganggap
bahasa Indonesia yang baik dan benar sama dengan bahasa
Indonesia baku adalah sebuah kekeliruan. Bahasa Indonesia baku
sesungguhnya hanyalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang
secara kebijakan (
policy
) ditetapkan sebagai acuan penggunaan
bahasa Indonesia dalam situasi resmi. Padahal, dalam kehidupan
sehari-hari, kebanyakan orang lebih sering berada dalam situasi
tidak resmi sehingga tuntutan untuk selalu berbahasa Indonesia
ragam baku itu memang tidak ada.
26
Kelas XII
Semest
er 2
2.
Secara sederhana, bahasa
yang baik dan benar dapat dijelaskan
sebagai berikut. Bahasa yang baik adalah bahasa yang digunakan
sesuai dengan situasi pemakaiannya, sedangkan bahasa yang
benar adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah
(aturan) bahasa. Karena ditentukan oleh banyak hal (seperti
tempat, topik, dan tujuan pembicaraan serta kawan/lawan
bicara), yang dapat memunculkan banyak ragam bahasa, ukuran
bahasa yang baik (sesuai dengan situasi pemakaian bahasa)
sering dipahami secara salah oleh banyak orang. Pada umumnya,
orang cenderung menyederhanakan cakupan pengertian situasi
pemakaian bahasa itu, misalnya, hanya terbatas pada tempat
saja. Hal itu diperparah lagi oleh rendahnya penguasaan kaidah
bahasa (Indonesia) mereka. Sudah menjadi rahasia umum bahwa
masyarakat (Indonesia) gemar melanggar aturan, tak terkecuali
aturan bahasa yang meliputi tata bunyi/lafal, tatatulis/ejaan,
tatakata, tatakalimat, dan tatamakna itu.
3.
Rupanya, di sinilah letak persoalannya. Banyak orang yang
menganggap bahwa
bahasa Indonesia hanya memiliki satu warna/
ragam. Mereka tidak (mau) menyadari bahwa bahasa Indonesia
memiliki banyak ragam, identik dengan keanekaragaman
masyarakat penggunanya. Pada umumnya, karena tidak memiliki
kesadaran itu, mereka hanya menguasai satu ragam bahasa
sehingga di mana pun dan kapan pun selalu menggunakan ragam
bahasa yang dikuasainya itu. Ibarat berpakaian, di mana pun dan
kapan pun mereka selalu memakai pakaian yang sama.
4.
Atas dasar itu, sesungguhnya orang tidak perlu berbahasa baku
saat tawar-menawar di pasar atau
sedang mengobrol dengan
tetangga saat ronda. Dalam situasi tidak resmi seperti itu,
bentuk-bentuk tidak baku, seperti
duit
alih-alih
uang
;
awak/aku/
ane/gue
alih-alih
saya
; dan
biarin
alih-alih
biarkan
, justru layak
digunakan.
Bayangkan, betapa lucu dan aneh jika dalam tawar-
menawar terjadi dialog seperti berikut ini.
“Bang, berapakah harga satu kilo daging ini?”
“Satu kilo daging ini saya jual Rp100.000,00, Bu.”
“Apakah tidak boleh ditawar, Bang.”
“Boleh, boleh. Berapa Ibu menawar?”
“ Rp90.000,00 saja ya, Bang.”
Bahasa Indonesia
27
5.
Pun sebaliknya, sangatlah tidak pantas jika ada orang
menggunakan
bentuk-bentuk tidak baku itu dalam sebuah
seminar, dengan teman akrabnya sekalipun.
6.
Dalam batas-batas terten
tu, pelanggaran atas penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar mungkin masih dapat dimaklumi.
Penghilangan imbuhan (awalan) pada judul tulisan di surat kabar,
misalnya, masih dapat dimaklumi karena surat kabar memiliki
keterbatasan ruang. Konon, setiap jengkal ruang (karakter)
di surat kabar bernilai bisnis. Oleh karena itu, permakluman
yang sama seharusnya tidak diberikan kepada penyiar yang
membacakan tulisan itu untuk pendengar/pemirsanya. Mengapa?
Karena penyiar tidak terikat oleh ruang. Kalaupun penyiar terikat
oleh waktu, sesungguhnya ia tetap memiliki kebebasan untuk
menyiasatinya: dengan mempercepat tempo, misalnya.
7.
Bagaimana dengan bahasa iklan dan sastra?
Tidak berbeda
dengan ragam bahasa yang lain, ukuran baik dan benar tetap dapat
diterapkan pada dua ragam (iklan dan sastra) itu. “Keanehan”
berbahasa dalam iklan dan sastra (kalau memang ada) harus
dipandang sebagai kreativitas berbahasa pembuat/pengarang
selama tidak bertentangan dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Semua orang mungkin sepakat bahwa iklan yang berbunyi:
Terus
terang, ... terang terus
, misalnya, adalah contoh kreativitas
berbahasa yang berestetika tinggi. Akan tetapi, bagaimana dengan
iklan yang berbunyi:
...melindungi dari kuman
? Sebagai contoh
yang baikkah bunyi iklan itu? Tentu tidak. Mengapa? Karena
bunyi iklan yang terakhir itu, di samping tidak mengajari orang
berlogika dengan baik, juga dapat mengecoh dan membodohi
konsumen. Betapa tidak, seandainya tangan konsumen tiba-tiba
gatal-gatal atau bahkan melepuh setelah menggunakan produk
yang diiklankan itu, perusahaan pembuat produk itu pun akan
dapat lepas tanggung jawab atas tuntutan konsumen karena
bunyi iklannya memang tidak menjanjikan dapat melindungi apa
pun, apalagi tangan konsumen.
8.
Keanehan berbahasa, karena sudah berlangsung lama dan
berterima,
sering tidak dianggap sebagai kesalahan. Dalam surat-
menyurat atau dalam pidato-pidato, misalnya, kalimat yang
berbunyi
Atas perhatiannya, diucapkan terima kasih
seolah-olah
sudah menjadi baku dan dianggap benar. Padahal, jika ditanya
siapa yang memberi perhatian dan siapa yang memberi ucapan,
pasti tidak ditemukan jawaban yang benar karena
–nya
dan
di-
28
Kelas XII
Semest
er 2
mengacu kepada orang ketiga: bukan orang pertama dan kedua
yang sedang berdialog, baik dalam surat maupun pidato.
9.
Begitulah, berbahasa dengan baik dan benar ternyata tidak hanya
dapat memperlancar
komunikasi, tetapi juga dapat meluruskan
cara berpikir (berlogika) dan sekaligus mengajarkan cara
bertanggung jawab.
(Sumber: Agus Sri Danardana [Ed.],
Paradoks
:
Kumpulan Tulisan Alinea di
Riau Pos
2013
, Pekanbaru: Palagan Press, 2013, halaman 1—4)
(1)
Menurut kalian, bagaimanakah berbahasa yang baik dan benar itu?
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
(2)
Teks opini berisi gagasan pribadi atau usulan mengenai sesuatu. Menurut
kalian,
pada teks “Tentang Baik dan Benar”, gagasan apa yang hendak
diungkapkan penulis?
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
(3)
Baca dan cermati kembai teks tersebut.
Argumentasi apa saja yang
diutarakan penulis untuk mendukung gagasannya? Tuliskanlah
argumentasi yang kalian temukan ke dalam kolom berikut.
Bahasa Indonesia
29
Argumentasi
1)___________________________________________________
_____________________________________________________
___________________________________________
2)___________________________________________________
_____________________________________________________
____________________________________________________
3) ___________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
4)___________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
5)___________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
6)___________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
7)___________________________________________________
_____________________________________________________
____________________________________________________
8)___________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
30
Kelas XII
Semest
er 2
9)___________________________________________________
_____________________________________________________
____________________________________________________
10)__________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(4)
Teks opini memuat argumentasi satu sisi, dan jumlah argumentasi
tidak
ditentukan. Selain merupakan milik pencipta
teks, argumentasi
dapat dikembangkan dari pendapat umum yang diambil dari sumber
lain, sepanjang sumber itu disebutkan sebagai referensi. Bacalah
kembali kedua teks opini di muka, kemudian carilah argumentasi yang
dikembangkan dari pendapat lain.
No.
Argumentasi
Referensi
1.
2.
3.
4.
5.
(5)
Ada dua macam opini, yaitu opini analitis
dan opini hortatoris. Tugas
kalian adalah membandingkan teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana”
Bahasa Indonesia
31
dan “Tentang Baik dan Benar”. Setelah kalian membaca dengan cermat,
apakah masing-masing teks tersebut termasuk teks opini analitis atau
hortatoris? Sebutkanlan alasan kalian.
(a)
Teks
“Menjual Sembari Menjaga Nirwana” termasuk jenis teks opini
_______________________________________________________
____________________________.
Alasannya adalah
________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
(b)
Teks
“Tentang Baik dan Benar” termasuk jenis teks opini _________
_______________________________________________________
___________________.
Alasannya adalah
_______________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
(6)
Teks opini mencakup penggunaan verba material
, relasional, dan mental
sekaligus. Cari dan identifikasikanlah verba yang ada dalam teks “Tentang
Baik dan Benar”, lalu tuliskan verba yang kalian temukan ke dalam kolom
berikut.
No.
Kalimat
Verba Verba Material/
Relasional/
Mental
*
1.
32
Kelas XII
Semest
er 2
No.
Kalimat
Verba
Verba Material/
Relasional/
Mental
*
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
*)
pilih salah satu
(7)
Konjungsi apa
saja yang kalian temukan dalam teks “Tentang Baik dan
Benar”? Tuliskan jawaban kalian ke dalam kolom berikut.
Bahasa Indonesia
33
No.
Kalimat
Konjungsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
(8)
Teks opini/editorial
mengandung modalitas untuk membangun opini
yang mengarah kepada saran atau anjuran. Modalitas merupakan cara
seseorang menyatakan sikap dalam sebuah komunikasi. Beberapa bentuk
modalitas antara lain:
memang, niscaya, pasti, sungguh, tentu, tidak,
bukan, bukannya,
dan sebagainya (untuk menyatakan kepastian);
iya,
benar, betul, sebenarnya, malahan,
dan sebagainya (untuk menyatakan
pengakuan);
agaknya, barangkali, entah, mungkin, rasanya, rupanya,
dan
34
Kelas XII
Semest
er 2
sebagainya (untuk menyatakan kesangsian);
semoga, mudah-mudahan,
dan sebagainya (untuk menyatakan keinginan);
baik, mari, hendaknya,
kiranya,
dan sebagainya (untuk menyatakan ajakan);
jangan
(untuk
menyatakan larangan); serta
mustahil, tidak masuk akal,
dan sebagainya
(untuk menyatakan keheranan).
Cari dan identifikasilah modalitas yang ada pada kedua teks tersebut, lalu
tentukan fungsi masing-masing modalitas itu.
No.
Kalimat dalam Teks
Modalitas
Fungsi Modalitas
1.
Indonesia
memang
surga
sekaligus kisah nyata.
memang
Untuk menyatakan
kepastian
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Bahasa Indonesia
35
(9)
Teks opini memuat pendapat atau pandangan penulis yang biasanya
diterbitkan
pada media cetak. Dalam sebuah teks opini terkandung
subjektivitas, tidak hanya fakta belaka. Dalam sebuah media cetak, artikel
opini, surat pembaca, dan tajuk rencana merupakan jenis teks opini.
Artikel opini dan surat pembaca merupakan pendapat pembaca terhadap
suatu masalah, peristiwa, atau kejadian tertentu. Sedangkan tajuk rencana,
atau dikenal juga dengan istilah editorial merupakan opini atau pendapat
redaksi media cetak tersebut terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau
kontroversial yang berkembang di masyarakat.
Opini yang ditulis pihak
redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat
dan sikap media yang bersangkutan. Berbeda dengan artikel opini
yang ditulis pembaca, sebuah tajuk rencana tidak mencantumkan nama
penulisnya karena merupakan suara lembaga.
Perhatikan secara saksama teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana”
dan “Tentang Baik dan Benar”. Apakah kedua teks tersebut adalah artikel
opini yang ditulis seorang pembaca atau editorial yang ditulis oleh redaksi
media cetak?
(a)
T
eks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana” adalah ____________
______________________________________________________,
karena
_________________________________________________
______________________________________________________
(b)
T
eks “Tentang Baik dan Benar” adalah _______________________
___________________________________________,
karena
_________________________________________________
______________________________________________________
(10)
Satu dari
kedua teks tersebut adalah teks editorial. Sebuah teks editorial
isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas, baik
itu aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan,
olah raga, maupun hiburan. Diskusikanlah dengan teman sekelas kalian
bagaimana media cetak yang memuat editorial tersebut menyikapi
situasi aktual yang berkembang dalam masyarakat berkaitan dengan
persoalan yang diangkat dalam teks!
36
Kelas XII
Semest
er 2
Tugas 3
Menganalisis Teks Opini/Editorial
(1)
Pada bagian ini kalian akan diajak untuk menganalisis fungsi sosial teks
opini/editorial.
Kalian bebas memberikan pendapat atau memberikan
penafsiran tentang teks tersebut. Tentu kalian tidak akan kesulitan,
karena kalian sudah memahami bagaimana struktur teks opini/editorial,
bagaimana ciri kebahasaan yang kerap digunakan pada teks tersebut, serta
informasi apa saja yang dibutuhkan untuk membangun sebuah teks opini/
editorial. Oleh karena itu, bacalah kembali secara saksama teks tersebut!
Informasi apa sajakah yang kalian peroleh dari teks “Menjual Sembari
Menjaga Nirwana” tersebut? Coba kalian sebutkan satu-persatu!
a)
Ternyata Indonesia memiliki banyak tempat indah.
b)
Tempat-tempat indah itu masih terbengkalai dan belum digarap.
c)
____________________________________________________
____________________________________________________
d)
____________________________________________________
____________________________________________________
e)
____________________________________________________
____________________________________________________
f)
____________________________________________________
____________________________________________________
g)
____________________________________________________
____________________________________________________
h)
____________________________________________________
____________________________________________________
i)
____________________________________________________
____________________________________________________
j)
____________________________________________________
____________________________________________________
Bahasa Indonesia
37
(2)
Dari teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana”, kalian mengetahui
berbagai informasi tentang objek wisata yang masih tersembunyi di negeri
tercinta
ini. Uraikanlah pendapat kalian apakah kalian setuju dengan hal
yang disampaikan penulis tersebut.
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
(3)
Salah satu unsur yang menentukan berkembangnya industri pariwisata
adalah objek wisata. Semua hal yang menarik
untuk dilihat dan dirasakan
oleh wisatawan itulah yang disebut objek wisata atau tempat wisata.
Tempat wisata ini dapat berupa objek wisata alam, seperti gunung, danau,
sungai, pantai, ataupun laut, sedangkan objek wisata bangunan dapat
berupa museum, benteng, situs peninggalan sejarah, dan sebagainya.
(a)
Menurut kalian,
apakah masih banyak tempat wisata yang memang
belum terjamah, baik oleh pemerintah maupun penduduk setempat?
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
(b)
Coba kalian sebutkan
tempat apa saja yang seharusnya bisa dijadikan
objek wisata di daerah kalian, tetapi masih terabaikan dan belum
dimanfaatkan.
____________________________________________________
__________________________________________
___________
__________________________________________
___________
__________________________________________
___________
38
Kelas XII
Semest
er 2
(c)
Menurut kalian, apa penyebab tempat
di daerah kalian itu masih
belum digarap atau dimanfaatkan (belum terjamah)?
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(d)
Tempat wisata apa sajakah yang ada di daerah kalian?
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(e)
Apakah objek wisata di daerah kalian sering dikunjungi oleh
wisatawan?
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
(f)
Dari mana saja wisatawan itu berasal?
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
Kegiatan 2
Kerja Bersama Membangun Teks Opini/Editorial
Pada kegiatan ini kalian diminta untuk dapat mengajukan argumentasi
bahwa sesuatu itu benar adanya atau sesuatu yang diusulkan itu harus dilakukan.
Hal ini sesuai dengan fungsi sosial teks opini. Dengan merekonstruksi nilai-
nilai dan tujuan sosial yang menerapkan kelaziman kebahasaan, serta mengikuti
tahapan struktur teks yang telah ditetapkan, kalian diharapkan secara bersama
bisa membangun sebuah teks opini/editorial.
Bahasa Indonesia
39
Tugas 1
Mengevaluasi Struktur Teks Opini/Editorial
Siswa bertugas melengkapi dialog, bagan, dan/atau ringkasan berikut.
Kegiatan membangun teks ini membantu siswa untuk membangun teks secara
bersama-sama.
Sastra
, Sebuah Alternatif Pengembangan Proses Kreatif
1.
Sastra erat kaitannya
dengan dunia imajinasi. Sastra lahir oleh
dorongan manusia untuk mengungkapkan masalah manusia,
kemanusiaan, dan semesta melalui imajinasi tersebut. Sastra juga
merupakan karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi
intelektual dan emosional. Sastra yang telah dilahirkan oleh
sastrawan diharapkan dapat memberi kepuasaan estetika dan
intelektual bagi pembaca. Siapa pun itu berhak mengekspresikan
imajinasinya dan bebas menyampaikan pesan moral yang
dibawanya melalui karya yang diciptakannya. Namun, sering
karya sastra tidak mampu dinikmati oleh setiap orang karena
berbagai keterbatasan. Salah satu faktor penyebabnya adalah
kurangnya wahana pemublikasian karya sastra tersebut, sehingga
kerap karya yang telah dilahirkan akhirnya harus mengendap di
laci sang penulis, terutama bagi penulis pemula.
2.
Sebuah karya sastra, apabila tidak dipublikasikan,
akan menguap
begitu saja tanpa makna. Untuk memublikasikan sebuah karya
sastra itulah diperlukan wahana. Selama ini, wahana yang
tersedia adalah media cetak, baik itu buku, koran, majalah,
serta tabloid. Dengan berbagai keterbatasan, seperti jumlah
halaman pada buku atau jumlah kata pada rubrik sastra di koran,
menyebabkan karya sastra yang dimuat harus melalui proses
penyeleksian. Tentu saja kesempatan terbesar untuk dapat
dimuat dalam media cetak tersebut ada pada para sastrawan
yang telah memiliki nama besar. Bagi penulis pemula, apabila
karyanya tidak spektakuler, atau belum memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan oleh redaktur, harus mencoba dan mencoba lagi.
Hal inilah yang kadang membuat banyak penulis pemula putus
asa dan bahkan memutuskan untuk tidak akan mencoba menulis
lagi, dan mencamkan dalam dirinya bahwa ternyata ia tidak
berbakat.
40
Kelas XII
Semest
er 2
3.
Padahal untuk memun
culkan kreativitas dibutuhkan proses,
yakni proses kreatif. Dengan berputus asa seperti itu, berarti
penulis pemula itu telah pula menghambat proses kreatif yang
ada dalam dirinya. Ide-ide imajinatif yang masih bercokol dalam
otak manusia itu, apabila diperlakukan dengan maksimal akan
memunculkan sebuah proses kreatif. Menciptakan suasana yang
dapat mengalirkan gagasan dengan bebas merupakan salah
satu unsur proses kreatif itu sendiri. Berbagai kecenderungan
yang dapat memengaruhi daya kreasi, pengembangan, dan
pelaksanaan gagasan sudah selayaknya tidak diberi peran,
sehingga pemunculan kreativitas tak tersumbat.
4.
Cybersastra,
sebagai sebuah wahana, muncul menjawab
kegelisahan para penulis atau sastrawan pemula. Wahana
ini muncul sekitar awal tahun 2001 seiring dengan
merebaknya internet di Indonesia (http://andarosita.blog.uns.
ac.id/2012/04/29/ membumikan-kata-lewat-cyber-sastra/).
Cybersastra
ini dapat menyalurkan segala bentuk inspirasi
bagi penulis pemula yang menjadi tonggak baru kehadiran
dunia sastra yang bersifat bebas. Dalam hal ini, karya sastra
tidak mengenal ruang, waktu, bahasa, dan mendobrak sekat-
sekat negara, karena dengan beberapa detik tulisan yang dimuat
akan terekspos ke seluruh belahan negara. Setiap penulis yang
memuat karyanya di wahana ini tidak perlu melewati serentetan
aturan yang diciptakan para redaktur seperti pada media cetak.
Harus diakui bahwa koran dan media cetak lainnya telah punya
andil dalam membesarkan nama para sastrawan, tetapi terlalu
naif apabila menganggap koran atau media cetak menjadi satu-
satunya sumber untuk membuat seseorang menjadi sastrawan,
terutama pada era keterbukaan dan era digital ini.
5.
Kehadiran
Cybersastra
membawa
suatu inovasi baru dalam
menduniakan karya sastra.
Theora Aghata dalam esainya “Sastra
Cyber: Beberapa Catatan”, terangkum dalam
Sastra Pembebasan
Antologi Puisi-Cerpen-Esai
(2004), mengungkapkan bahwa
keberadaan
Cybersastra
telah menjadi wahana dan wacana
sangat penting, justru karena fleksibilitas dan kemampuannya
untuk menjadi sebuah barometer baru bagi kemajuan sastra
kita (Indonesia) di masa depan. Peranan strategis
Cybersastra
merupakan wahana berkreasi yang mampu meng-
update
karya
secara singkat sehingga menunjang produktivitas dan mendorong
Bahasa Indonesia
41
perkembangan sastra. Selain itu wahana ini juga mengembangkan
wacana kritis dan mengasah kemampuan maupun pemikiran.
Kegiatan-kegiatan sastra dalam beberapa tahun terakhir marak
berkembang melalui internet, termasuk karya sastra di berbagai
situs jejaring sosial, seperti
,
, dan sebagainya.
6.
, sebuah situs web jejaring sosial populer
yang
diluncurkan pada 4 Februari 2004 ini, kerap dijadikan media
pengekspresian imajinasi bagi banyak orang. Sebagai media
sosial terbuka,
telah mampu mendapat tempat bagi
pelaku sastra. Siapa saja bebas menyiarkan karya-karyanya lewat
media ini, dan setiap orang pun bebas memberikan komentar atau
sekadar mengacungkan jempol sebagai bentuk apresiasi terhadap
karya tersebut. Melalui jejaring sosial yang didirikan oleh Mark
Zuckerberg, seorang mahasiswa Harvard kelahiran 14 Mei 1984
ini, siapa saja memiliki keleluasaan mengembangkan ide dan
gagasan secara bebas. Pemunculan ide kreatif yang terkait erat
dengan kemampuan mentransformasikan serangkaian gagasan
abstrak, dapat diubah menjadi sebuah realitas melalui wahana ini.
Bahkan beberapa komunitas sastra yang bergerak di sini, seperti
“Kopi Sastra”, “Rumah Sastra”, “Dunia Sastra”, dan banyak lagi
membentuk kelompok sendiri. Dengan menggunakan fasilitas
yang disediakan
, mereka saling berbagi karya,
mengomentari satu sama lain, dan mendiskusikan hal-hal yang
berkaitan dengan sastra.
7.
Media ini
memiliki peranan penting dalam menghidupkan karya
sastra. Bagi para penulis pemula, media ini bisa dijadikan sebagai
sebuah bentuk pencarian jati diri di tengah masyarakat dalam
memasarkan karya-karyanya. Bagi para sastrawan yang karya-
karyanya telah dipublikasikan di media cetak, boleh saja ikut
memasarkan karya-karya tersebut melalui media ini. Barangkali,
melalui media cetak, karya yang dihasilkannya itu tidak bisa
dinikmati oleh semua sasaran, tetapi melalui
, karyanya
akan dengan cepat dan mudah diketahui banyak orang. Selain
itu, pemilik akun
bisa saling berkomentar seputar
dunia sastra dan karya-karya yang dipublikasikan, tanpa harus
mengeluarkan biaya banyak. Si pemilik karya pun bisa melihat
sejauh mana apresiasi masyarakat terhadap karyanya.
42
Kelas XII
Semest
er 2
8.
Tidak adanya batasan kreativitas pada
ini, seperti
halnya
media cetak, menyebabkan kebebasan berimajinasi
penulis cenderung menciptakan hal-hal baru, yang terkadang
bersifat sesuka hati. Akibatnya, karya-karya sastra yang lahir
pun semakin liar dan kadang tak terkendali. Oleh sebab itu,
kualitas sastra
layak pula ditinjau lebih jauh. Meskipun
persoalan mutu bersifat relatif, hendaknya karya-karya yang lahir
melalui media ini tetap berbasis teori sastra secara lazim. Jangan
sampai kehadiran sastra
mementahkan kreativitas,
hanya mementingkan kuantitas karya-karya yang berdesakan
ingin dipublikasikan tanpa memedulikan kualitas. Tanpa adanya
seleksi seperti pada sastra koran dan sastra buku, tentu menjadi
peluang sangat besar akan terjadinya hal semacam ini. Dan jika
masalah ini berlarut-larut tanpa adanya kritik melalui penelitian
sastra secara signifikan dan konsisten, maka justru akan menjadi
titik degradasi sastra secara besar-besaran.
(Sumber:
Riau Pos
, Sabtu, 6 April 2013)
(1)
Apakah yang disampaikan pada bagian pernyataan pendapat?
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
(2)
Apa pula informasi yang ada pada bagian argumentasi?
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
(3)
Bagaimana dengan bagian pernyataan ulang pendapat, apakah kalian
dapat menemukannya?
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
Bahasa Indonesia
43
(4)
Agar dapat memengaruhi
pembaca, penulis opini sering menambahkan
data dan fakta untuk mendukung pendapatnya. Carilah argumentasi yang
terdapat dalam teks “Sastra
, Sebuah Alternatif Pengembangan
Proses Kreatif”. Identifikasikanlah argumentasi yang ada, apakah
merupakan pendapat penulis atau fakta yang mendukung pendapat
penulis.
(a)
Pendapat penulis
1)
_________________________________________________
___________________________________________________
2)
_________________________________________________
___________________________________________________
3)
_________________________________________________
___________________________________________________
4)
_________________________________________________
___________________________________________________
5)
_________________________________________________
___________________________________________________
(b)
Fakta
1)
_________________________________________________
___________________________________________________
2)
_________________________________________________
___________________________________________________
3)
_________________________________________________
___________________________________________________
4)
_________________________________________________
___________________________________________________
5)
_________________________________________________
___________________________________________________
(5)
Nyatakan pendapat kalian dengan menjawab pertanyaan berikut ini!
(a)
Apakah kalian memiliki akun
?
(b)
Aktivitas apa yang bisa kalian lakukan dengan media sosial ini?
(c)
Berikanlah pendapat
kalian tentang kelebihan dan kekurangan
.
44
Kelas XII
Semest
er 2
Kelebihan
:
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
Kekurangan
:
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
(d)
Setujukah kalian dengan adanya sastra
?
(e)
Berikanlah pendapat
kalian tentang kelebihan dan kekurangan sastra
.
Kelebihan sastra
:
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
Kekurangan sastra
:
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
(6)
Perhatikan dengan
cermat kalimat berikut: “Peranan strategis
Cybersastra
merupakan wahana berkreasi yang mampu meng-
update
karya secara
singkat sehingga menunjang produktivitas dan mendorong perkembangan
sastra”. Menurut kalian, apakah bentuk kata
meng-
update
melanggar
kaidah bahasa Indonesia?
Bahasa Indonesia
45
Buatlah kelompok yang terdiri dari 3—5 orang. Diskusikanlah hal tersebut
dengan kelompok kalian.
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
(7)
Carilah kata lain seperti kata meng-
update
yang sering digunakan dalam
keseharian, baik berupa lisan maupun tertulis.
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
T
ugas 2
Menginterpretasi Fungsi Sosial Teks Opini/Editorial
Siswa mengulangi pencarian sumber di perpustakaan, media cetak,
internet, observasi lapangan, atau narasumber wawancara secara berkelompok.
Pil Pilu Pemilu
Oleh: Zen Hae (Penyair dan Kritikus Sastra)
1.
Pemilihan umum (pemilu) bukan hanya pesta demokrasi,
tetapi juga pesta akronim (dan singkatan). Menjelang
dan saat
pemilulah kita menyaksikan bangsa kita memproduksi akronim
secara besar-besaran. Pemilu itu adalah sebuah akronim, begitu
juga tahapan dan perangkatnya: pemilukada atau pilkada, pileg,
pilpres, pilwalkot, luber jurdil, parpol, bawaslu/panwaslu,
balon, dapil, caleg, capres/cawapres, pantarlih, dan seterusnya.
2.
Tengok
juga bagaimana para pasangan (calon) pemimpin
menamai diri mereka: WIN-HT (Wiranto-Hary Tanoe),
Aman (Annas Maamun-Arsyadjuliandi Rachman), KarSa
(Soekarwo-Saifullah Yusuf), sementara pasangan Khofifah
Indar Parawansa-Herman Sumawireja berakronim “Berkah”.
Adapun Joko Widodo menjadi “Jokowi”, tetapi Basuki Tjahaja
Purnama malah dipanggil “Ahok”, tidak diakronimkan dengan
“Bacapur” atau “Basunama”.
46
Kelas XII
Semest
er 2
3.
Begitulah, pangkal
soal utama akronim dalam hasrat akan
keringkasan dalam berkomunikasi. Kita menggunakan
akronim sebagai salah satu jalan keluar agar kalimat yang kita
ungkapkan terasa ringkas, mudah diucapkan dan diingat oleh
lawan bicara kita, bangsa yang beringatan pendek ini.
4.
Sejatinya, akronim
bukanlah kata. Ia hanya kata semu
yang proses morfologisnya menimbulkan, setidaknya, tiga
kecenderungan. Pertama, prinsip
semau gue
. Satuan terkecil
akronim adalah huruf atau suku kata dari sejumlah kata yang
dipadatkan. Namun, tidak ada kesepakatan dalam pemadatan
itu. Huruf atau suku kata manakah dari sebuah kata yang
mesti dicomot: yang pertama, yang tengah, yang akhir, atau
kombinasi ketiganya. Apakah yang mesti dikutip adalah unsur
kata dasar atau kata turunan. Semuanya boleh sepanjang
akronim itu bisa “diperlakukan sebagai sebuah kata”, karena
begitulah pengertian dasar akronim menurut
Pedoman Ejaan
yang Disempurnakan (2009).
5.
Akan tetapi, bagaima
na kita bisa memperlakukan akronim
sebagai sebuah kata, dengan cara yang wajar pula? Ambil
contoh lain: “Sentra Gakkumdu” (Sentra Penegakan Hukum
Terpadu). Meski menurut syarat pembentukan akronim ia tidak
lebih dari tiga suku kata dan taat asas dengan mengambil suku
kata terakhir setiap kata, “Gakkumdu” adalah “kata” yang
aneh, baik bunyi maupun kombinasi vokal dan konsonannya.
6.
Kedua, pencomotan huruf atau
suku kata itu menggiring kita ke
dalam perangkap alusi bunyi. Sadar atau tidak, saat membuat
akronim, kita membayangkan bunyi yang mirip dengan bunyi
kata yang sudah ada, atau bahkan sama persis, sehingga kata
yang sudah ada itu mengalami pengayaan makna. Misalnya,
“pileg” (pemilu legislatif) beralusi bunyi dengan
pilek
; “caleg”
(calon anggota legislatif) dengan
calo
, sementara “balon”
(bakal calon) sebunyi dengan
balon
.
7.
Terakhir
, sebaliknya, pembentukan akronim juga menghindari
jebakan alusi bunyi. Sejak awal Orde Baru, “pemilihan
umum” diakronimkan dengan “pemilu”, bukan “pilum” atau
“pemilum” (jika mengacu ke pola “ketum”), tidak juga “pilu”,
yang mencomot unsur kata dasar
pilih
dan
umum
. Jika pemilu
diakronimkan dengan “pilu”, akan segera beralusi bunyi
dengan kata
pilu
yang kita sudah tahu maknanya. Jika “pilu”
Bahasa Indonesia
47
yang digunakan, permainan makna akan menyasar ironi pemilu
di masa itu: pemenangnya partai tertentu melulu. Sedangkan
kini “pemilu” bisa juga dimaknai sebagai “menyebabkan
pilu atau sakit hati” akibat munculnya pelbagai sengketa dan
kecurangan pemilukada.
8.
Memang, dalam pembuatannya,
akronim yang berpola kadang
tidak menarik atau membingungkan, maka orang memilih yang
melenceng tetapi menghasilkan kemerduan bunyi (misalnya
“sisminbakum”) atau menyaran kepada harapan dan doa. Itulah
mengapa Wiranto, capres dari Partai Hanura, menyingkat
namanya menjadi “Win”, bukan “Wir”, karena dengan “Win”
dia berharap akan meraih kemenangan di pilpres. Sedangkan
dengan “Wir” terkesan peluangnya akan “terkiwir-kiwir”—
sebagaimana pernah dinyatakan seorang pengguna
.
9.
Akhirulkalam, bagaimana
semestinya sikap kita terhadap
akronim? Saya menerima akronim sebagai sebentuk kreativitas
dan permainan makna yang menyegarkan. Pada titik tertentu,
ia terasa mengotori bahasa Indonesia atau memperbingung
penuturnya, apalagi penutur asing. Agar mudah dipahami dalam
berkomunikasi, syaratnya sederhana: kita harus merumuskan
kalimat sepadat dan sejernih mungkin—bukan membuat
akronim atau singkatan.
(Sumber: Majalah
Tempo
, 24 Februari—2 Maret 2014, halaman 78)
(1)
Apa yang kalian ketahui tentang akronim? Ceritakanlah pendapat kalian
kepada teman sekelas. Mintalah tanggapan mereka.
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
48
Kelas XII
Semest
er 2
(2)
Nyatakan pendapat kalian dengan menjawab pertanyaan berikut ini!
(a)
Apakah kamu setuju dengan pernyataan bahwa pemilihan
umum
bukan hanya pesta demokrasi, tetapi juga pesta akronim?
Saya setuju karena
______________________________________
_____________________________________________________
Saya tidak setuju karena
__________________________________
_____________________________________________________
(b)
Apakah kalian setuju dengan pernyataan
bahwa penyebab utama
pembuatan akronim adalah keinginan akan keringkasan dalam
berkomunikasi?
Saya setuju karena
______________________________________
_____________________________________________________
Saya tidak setuju karena
__________________________________
_____________________________________________________
(c)
Apakah kalia
n setuju adanya pesta akronim saat atau jelang pemilu?
Saya setuju karena
______________________________________
_____________________________________________________
Saya tidak setuju karena
__________________________________
_____________________________________________________
(d)
Setujukah kalian
bahwa akronim, pada titik tertentu, terasa mengotori
bahasa Indonesia?
Saya setuju karena
______________________________________
_____________________________________________________
Saya tidak setuju karena
__________________________________
_____________________________________________________
(e)
Perhatikan akronim
“KarSa” (Soekarwo-Saifullah Yusuf) dan
“balon” (bakal calon). Kemukakanlah pendapat kalian tentang kedua
akronim tersebut.
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
Bahasa Indonesia
49
(f )
Perhatikan dengan saksama kutipan berikut ini.
Kita menggunakan akronim sebagai salah satu jalan keluar agar
kalimat yang kita ungkapkan terasa ringkas, mudah diucapkan dan
diingat oleh lawan bicara kita, bangsa yang beringatan pendek ini.
Menurut kalian, apa sebenarnya yang ingin disampaikan penulis
opini “Pil Pilu Pemilu” ini?
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(g)
“Akronim bukanlah
kata. Akronim hanyalah kata semu yang proses
morfologisnya menimbulkan prinsip
semau gue
”. Kemukakanlah
pendapat kalian tentang hal ini.
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
(h)
Bagaimana kalian
menyikapi akronim yang berkembang dalam
bahasa Indonesia?
(i)
Menurut kalian, apakah
akronim dapat memperkaya atau malah
merusak bahasa Indonesia?
(j)
Carilah berbagai
akronim yang telah berkembang dalam bahasa
Indonesia. Buatlah contoh kalimat yang mengandung akronim
tersebut.
50
Kelas XII
Semest
er 2
No. Akronim
Kepanjangan
Contoh dalam Kalimat
1.
Puskesmas
pusat kesehatan
masyarakat
2.
Tilang
3.
Rudal
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Tugas 3
Memproduksi Teks Opini/Editorial secara Bersama
Sebelum kalian memproduksi teks opini/editorial, bacalah sajak Agus
R. Sarjono yang terangkum dalam
Kenduri Air Mata: Dua Kumpulan Sajak
(1994) berikut ini.
Bahasa Indonesia
51
Pada Suatu Hari
Maukah kau dengar kisahku, bisik Buldozer
sambil mengisap pipa pada hamparan sawah dan pematang.
Tidak!
jawab sawah sambil tergopoh. Kami sibuk dan harus pergi
sebelum fajar pagi.
Maukah kau dengar kisahku, ucap Buldozer
sambil mengunyah pizza pada sungai dan batu-batu. Tidak!
Kami sibuk. Kami harus berangkat sebelum malam
jadi pekat. Tempat ini sudah bukan
milik kami lagi.
Maukah kau dengar kisahku, rengek Buldozer
sambil mencekal jalur-jalur pematang dan jemari sungai. Tidak!
meskipun kami ingin. Kami sibuk. Lihatlah
traktor-traktor dan surat keputusan dan pidato pengarahan
telah tiba. Kami mesti berangkat sebelum terlambat
dan air mata menjadi jerat.
Buldozer itupun tersedu tercabik sunyi. Ia ingin bercerita
Ia ingin ada yang bersedia mendengarnya.
1991
Agus R. Sarjono
Sumber:
http://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2012/09/
walhi-sawah-jadi-tambang4-15072012-1.jpg
Gambar 4.3 Sawah jadi tambang
52
Kelas XII
Semest
er 2
1)
Mengapa sajak ini diberi judul “Pada Suatu Hari”?
2)
Apakah, melalui sajak ini, penyair mengisahkan sesuatu?
3)
Mengapakah buldozer berada pada hamparan sawah dan pematang?
4)
Apakah kata “buldozer” dalam sajak tersebut melambangkan sesuatu?
5)
Interpretasikanlah sajak tersebut. Diskusikan hasil interpretasi
kalian di
dalam kelas.
Menulis teks opini berarti menyebarluaskan gagasan kepada khalayak.
Dengan berbagai argumentasi, penulis teks opini harus berusaha memengaruhi
khalayak melalui opininya. Apakah gagasannya diterima atau bahkan
diperdebatkan oleh pembaca bergantung seberapa kuat argumentasi yang
diberikan penulis. Tentu saja untuk menghasilkan sebuah teks opini, terdapat
beberapa hal yang harus kalian perhatikan.
(1)
Langkah pertama
dalam menulis adalah menentukan tema. Untuk memilih
tema dalam menulis teks opini, ikutilah isu aktual yang berkembang.
Isu bisa kalian peroleh dari membaca media cetak atau berbagai media
lainnya, menonton televisi, diskusi, atau melakukan wawancara.
Buatlah kelompok yang terdiri dari 2-3 orang, kemudian pilihlah tema
yang akan kalian kembangkan menjadi sebuah teks opini. Sebagai latihan,
kalian bisa mengambil isu dari hasil interpretasi terhadap sajak “Pada
Suatu Hari”.
(2)
Setelah kalian
memilih isu yang dijadikan tema tulisan, tugas kalian
selanjutnya adalah mengumpulkan data sebanyak mungkin. Data
bisa kalian dapatkan dari buku, media cetak, internet, dan sebagainya.
Tuliskanlah data yang kalian peroleh berikut.
(a)
_______________________________________________________
(b)
_______________________________________________________
(c)
_______________________________________________________
(d)
_______________________________________________________
(e)
_______________________________________________________
(3)
Baca dan perhatikan
sekali lagi data yang telah kalian peroleh. Pilihlah
data yang sesuai dengan tujuan dan dapat mendukung kekuatan tulisan
kalian.
Bahasa Indonesia
53
(4)
Berilah judul
untuk tulisan kalian. Sebuah judul sangat menentukan
ketertarikan pembaca. Oleh sebab itu, pilihlah judul yang bagus dengan
mencari sudut pandang yang menarik. Pemberian judul dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan.
_________________________________________________________
_________________________________________________________
(5)
Sebuah teks opini memiliki struktur pernyataan
pendapat^argumenta
-
si^pernyataan ulang pendapat. Nyatakanlah pendapat kalian sebagai pem-
buka teks opini yang dibangun. Untuk memancing pembaca agar menun-
taskan pembacaan terhadap tulisan kalian, berikanlah kalimat pembuka
yang menarik.
Pernyataan Ulang Pendapat
Pernyataan Pendapat
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
___________________________________________________
___________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
(6)
Bagian yang
terpenting dalam sebuah teks opini adalah argumentasi.
Bagian ini dianggap jantung sebuah teks opini. Argumentasi yang kalian
berikan harus mampu meyakinkan pembaca, tentu saja didukung oleh
data yang telah kalian kumpulkan.
54
Kelas XII
Semest
er 2
Kecenderungan pembaca teks opini adalah membaca tulisan yag tidak
panjang, enak dibaca, dan mudah dicerna. Oleh sebab itu, sebagai penulis,
gunakanlah bahasa yang komunikatif, tidak bertele-tele, serta ringkas
penyajiannya. Dalam mengeksplorasi gagasan dan argumentasi kalian,
gunakanlah kalimat yang efektif, efisien, dan mudah dimengerti. Kata
yang tidak efektif bisa kalian pangkas. Jika kalian menggunakan istilah
asing atau bahasa daerah, buatlah padanannya dalam bahasa Indonesia.
Satu hal yang perlu kalian ingat, tulisan yang kalian bangun bukan untuk
menggurui, tetapi hanya berbagi gagasan dan berharap pembaca dapat
menerima pendapat kalian terhadap suatu hal.
Argumentasi yang kalian bangun haruslah konstruktif, agar pesan dalam
tulisan bisa diserap secara baik oleh pembaca. Kemudian, kalian harus
memberikan solusi yang komprehensif.
Argumentasi
1._________________________________________________________
___________________________________________________________
2 . __________________________________________________________
____________________________________________________________
3.__________________________________________________________
____________________________________________________________
4. __________________________________________________________
____________________________________________________________
5. __________________________________________________________
____________________________________________________________
6._______________________________________________________
________________________________________________________
7._______________________________________________________
________________________________________________________
8. __________________________________________________________
____________________________________________________________
9._______________________________________________________
________________________________________________________
10. _________________________________________________________
____________________________________________________________
Bahasa Indonesia
55
(7)
Pada bagian akhir teks opini, kalian bisa memberikan pernyataan ulang
pendapat yang berfungsi mempertegas
gagasan yang kalian tawarkan
kepada pembaca.
Pernyataan Ulang Pedapat
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
___________
(8)
Tulislah kembali
teks opini kalian secara utuh. Buatlah argumentasi kalian
dalam bentuk paragraf dengan mengikuti struktur teks opini pada kolom
berikut ini.
Struktur Teks
Paragraf
Pernyataan Pendapat
56
Kelas XII
Semest
er 2
Struktur Teks
Paragraf
Argumentasi
Pernyataan Ulang
Pendapat
Kegiatan 3
Kerja Mandiri Membangun Teks Opini/Editorial
Teks opini bisa diartikan sebagai pandangan seseorang tentang
suatu masalah. Teks opini tidak sekadar mengemukakan pendapat, tetapi
juga berdasarkan data dan fakta. Pendapat yang diutarakan harus bisa
dipertanggungjawabkan. Data dan fakta yang dikumpulkan penulis melalui
penelitian dari berbagai sumber merupakan penguat argumentasi untuk
menekankan gagasannya.
Membangun opini sesungguhnya merupakan pekerjaan yang mengasah
otak dan menajamkan pikiran untuk memunculkan gagasan baru dalam
menyikapi isu aktual yang sedang berkembang dalam masyarakat. Dengan
mengemukakan berbagai argumentasi yang mampu menguatkan pendapat
yang kalian ajukan, sebagai seorang panulis teks opini, kalian harus siap
diperdebatkan.
Membangun opini publik dengan bergaya jurnalistik yang menjadi tema
Pelajaran IV ini, dapat dilakukan oleh siapa saja. Dengan menulis teks opini,
berarti kalian telah memberikan wawasan dan pengetahuan untuk orang lain.
Dalam media cetak, seperti surat kabar ataupun majalah, teks opini bisa ditulis
oleh orang di luar media cetak tersebut maupun redaksi pada media yang
bersangkutan. Teks opini yang ditulis oleh redaksi dikenal dengan sebutan
tajuk rencana atau editorial. Sebuah tajuk rencana biasanya mengungkapkan
opini redaksi terhadap suatu permasalahan yang sedang hangat dibicarakan.
Bahasa Indonesia
57
Tajuk rencana (editorial) merupakan opini berisi pendapat dan sikap resmi
suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal,
atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis redaksi
diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap
resmi yang bersangkutan.
Tajuk rencana (editorial) biasanya ditulis secara berkala, bergantung jenis
terbitan media: ada yang harian (
daily
), mingguan (
weekly
), dua mingguan
(
biweekly
), serta bulanan (
monthly
). Isi tajuk rencana tersebut menyikapi situasi
yang berkembang di masyarakat luas, baik itu aspek sosial, politik, ekonomi,
kebudayaan, hukum, pemerintahan, olah raga, hiburan, dan sebagainya. Tajuk
rencana ini berkaitan dengan kebijakan media yang bersangkutan, sebab
setiap media mempunyai perbedaan iklim tumbuh dan berkembang dalam
kepentingan yang beragam. Karena merupakan suara lembaga, tajuk rencana
ini tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya, seperti halnya penulis
berita atau
features
. Idealnya, sebuah tajuk rencana merupakan hasil pemikiran
kolektif dari segenap awak media yang merupakan hasil kesepakatan bersama
dalam menyikapi suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di
tengah masyarakat. Meskipun tajuk rencana kerap ditulis secara bergantian
oleh orang yang berbeda dalam sebuah media, semangat isinya tetap harus
mencerminkan suara bersama setiap jajaran redakturnya.
Satu hal yang perlu kalian ingat, setiap media memiliki kepentingan
yang berbeda. Oleh sebab itu, tajuk rencana dari media yang berbeda, akan
memperlihatkan pendapat yang tidak sama dalam menyikapi sebuah persoalan
yang sama. Hal ini bergantung dari kepentingan yang menaungi media yang
bersangkutan.
Tugas 1
Menyunting dan Mengabstraksi Teks Opini/Editorial
Sebelum dipublikasikan, teks opini yang kalian bangun harus disunting
terlebih dahulu. Untuk berlatih menyunting, kerjakanlah tugas berikut ini
secara mandiri.
(1)
Pengimbuhan menunjukka
n pertalian yang teratur antara bentuk dan
makna kata. Keteraturan itu dapat dimanfaatkan untuk mengungkapkan
makna konsep yang berbeda. Berikut ini terdapat contoh bentuk
berimbuhan yang menunjukkan pertalian makna tersebut. Tugas kalian
adalah mencari bentuk berimbuhan lainnya untuk melengkapi kolom
yang kosong.
58
Kelas XII
Semest
er 2
No. Verbal Pelaku/Alat Proses
Hasil
1.
mengubah
pengubah
(yang
mengubah)
pengubahan
(proses
mengubah)
ubahan
(hasil
mengubah)
2.
menyediakan
penyedia
(yang
menyediakan)
3.
memberi
4.
memasang
5.
membangun
6.
7.
8.
9.
10.
(2)
Reduplikasi merupakan proses pengulangan. Dalam reduplikasi terjadi
perubahan makna gramatikal, sehingga terjadi
satuan yang berstatus kata.
(a)
Berikut ini
diberikan bentuk reduplikasi. Tugas kalian adalah
memasangkan kata berulang berikut dengan makna yang tersedia di
kolom sebelahnya.
Bahasa Indonesia
59
No.
Reduplikasi
Makna
1.
tidur-tiduran
[ 4 ]
berkali-kali (iteratif)
2.
antar-mengantar
[ 5 ]
bentuk jamak
3.
beres-beres
[
...
]
tidak mengalami
perubahan makna
4.
keliling-keliling
[
...
]
yang mirip
5.
rumah-rumah
[
...
]
sungguh-sungguh
(intensif)
6.
warna-warni
[
...
]
berbalasan (resiprokal)
7.
lelaki
[ ... ]
variasi
8.
tali-temali
[ ... ]
yang bertindak sebagai
9.
ibu-ibu
[ ... ]
kurang sungguh-sungguh
(deintensif)
10.
mobil-mobilan
[ ... ]
bermacam-macam
(b)
Buatlah contoh kalimat dari reduplikasi di atas.
1)
tidur-tiduran
_________________________________________________
_________________________________________________
2)
antar-mengantar
_________________________________________________
_________________________________________________
60
Kelas XII
Semest
er 2
3)
beres-beres
_________________________________________________
_________________________________________________
4)
keliling-keliling
_________________________________________________
_________________________________________________
5)
rumah-rumah
_________________________________________________
_________________________________________________
6)
warna-warni
_________________________________________________
_________________________________________________
7)
lelaki
_________________________________________________
_________________________________________________
8)
tali-temali
_________________________________________________
_________________________________________________
9)
ibu-ibu
_________________________________________________
______________________
____________________________
10)
mobil-mobilan
______________________
____________________________
______________________
____________________________
Bahasa Indonesia
61
(3)
Hubungan antarkalimat yang membentuk
kalimat majemuk selain
ditandai oleh kata penghubung (konjungsi) juga ditandai oleh
koma
(,) atau
titik koma
(;). Jika hubungan ini menunjukkan ketidaklogisan,
salah satu penyebabnya adalah penggunaan konjungsi yang tidak tepat.
Berikut diberikan beberapa contoh kalimat majemuk yang menggunakan
konjungsi. Jika pengggunaan konjungsi berikut sudah tepat, berilah
tanda (
ѵ
) pada kolom (B). Akan tetapi, jika penggunaan konjungsi dalam
kalimat berikut tidak logis, berilah tanda (
ѵ
) pada kolom (S).
No.
Kalimat
B
S
1.
Resor tumbuh menjamur,
oleh sebab itu
kontribusi mereka kepada ekonomi daerah
amat minimal.
2.
Karena secara terminologis kata
baik
dan
benar
sudah menyaran pada hal yang
sempurna dan tanpa cacat, orang pun tidak
segan-segan memaknai slogan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar itu
sama dengan bahasa Indonesia baku.
Sebagai
akibatnya
, tidak jarang orang (Indonesia)
merasa tidak memiliki kemampuan untuk
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
3.
Dalam kehidupan sehari-hari,
kebanyakan orang lebih sering berada
dalam situasi tidak resmi
sehingga
tuntutan untuk selalu berbahasa
Indonesia ragam baku itu pun tidak ada.
4.
Bahasa yang baik adalah bahasa
yang digunakan sesuai dengan situasi
pemakaiannya,
meskipun
bahasa yang benar
adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan
kaidah (aturan) bahasa.
62
Kelas XII
Semest
er 2
No.
Kalimat
B
S
5.
Berbahasa dengan baik dan
benar ternyata tidak hanya dapat
memperlancar komunikasi,
kemudian
juga dapat meluruskan cara berpikir
(berlogika) dan sekaligus mengajarkan
cara bertanggung jawab.
6.
Pemilihan umum (pemilu) bukan hanya pesta
demokrasi,
namun
juga pesta akronim (dan
singkatan).
7.
Dalam pembuatannya, akronim yang berpola
kadang tidak menarik atau membingungkan,
maka
orang memilih yang melenceng tetapi
menghasilkan kemerduan bunyi
8.
Meskipun
saya tidak dapat menghadiri
undangan tersebut
tetapi
saya akan tetap
mengirimkan kado.
9.
Jepang telah menyiapkan teknologi tahan
bencana
dan
membangun sistem sosial yang
tanggap bencana.
10.
Jika
guru tidak hadir,
maka
para siswa akan
berkeliaran di luar kelas.
(4)
Kesejajaran unsur kalimat
pada kalimat majemuk setara itu diperlukan.
Kesejajaran itu meliputi jenis kalimat ataupun urutan unsur kalimatnya.
Sebagai contoh, jika kalimat pertama yang menjadi unsur kalimat
majemuk setara itu berupa kalimat nomina, pengisi predikatnya berupa
nomina, kalimat kedua dan kalimat selanjutnya juga harus berupa kalimat
nominal. Selanjutnya, jika kalimat pertama dalam kalimat majemuk
setara itu berupa kalimat transitif, kalimat kedua dan selanjutnya juga
harus berupa kalimat transitif. Misalnya sebagai berikut.
(a)
Para pegawai negeri
menerima
gaji setiap awal bulan dan
dibelanjakan
sebagian untuk keperluannya sehari-hari.
(b)
Penulisan laporan itu
dilak
ukan
oleh kelompok V, tetapi kelompok I
menyempurnakan
.
Kedua contoh kalimat majemuk setara di atas tidak memperlihatkan
kesejajaran. Ketidaksejajaran tersebut dapat dilihat dari kata yang dicetak
miring sebagai unsur pengisi kalimat majemuk setara. Kedua kalimat ini
dapat diperbaiki seperti berikut.
Bahasa Indonesia
63
(a)
Para pegawai negeri
menerima
gaji setiap awal bulan dan
membelanjakannya
sebagian untuk keperluannya sehari-hari.
(b)
Penulisan laporan itu
dilakukan
oleh kelompok
V, tetapi
disempurnakan
oleh kelompok I.
Agar kalian lebih memahaminya, buatlah 5 contoh kalimat majemuk
setara lainnya.
1)
_______________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
2)
_______________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
3)
_______________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
4)
_______________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
5)
_______________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
(5)
Salah satu ciri yang membedakan induk kalimat
dan anak kalimat adalah
kemandirian. Induk kalimat mempunyai kemandirian jika dibandingkan
dengan anak kalimat. Seperti yang terlihat pada contoh berikut ini.
(a)
Ketika ayah datang, ibu sedang membersihkan halaman belakang.
(b)
Rani kecewa karena proposal penelitiannya
tidak disetujui oleh
promotornya.
(c)
Cerita pendek ini sangat bagus meskipun hanya dikerjakan selama
sebulan.
64
Kelas XII
Semest
er 2
Unsur kalimat (a)
ibu sedang membersihkan halaman belakang
; (b)
Rani
kecewa
; serta (c)
Cerita pendek ini sangat bagus
merupakan induk kalimat
karena dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal yang mandiri, tidak
bergantung pada unsur lainnya.
Buatlah 10 kalimat majemuk lainnya yang memiliki unsur induk kalimat.
Identifikasikanlah induk dan anak kalimatnya pada kolom berikut.
No. Kalimat Majemuk Induk Kalimat Anak Kalimat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Bahasa Indonesia
65
(6)
Bacalah teks “Mitigasi Belum Optimal” berikut i
ni dengan saksama!
Mitigasi Belum Optimal
S
umber:
https://ohmykiwijusje.files.wordpress.com/2010/12/bancana.png
Gambar 4.4 Mitigasi Bencana
1.
Tanpa kebijakan permanen menghadapi bencana gunung, penyelamatan
morat-marit. Hindari simpang-siur media sosial.
2.
Pemerintah terlihat kurang cekatan
dalam menanggulangi dampak
erupsi. Seolah-olah tak belajar dari akibat letusan Sinabung yang
morat-marit, dari penyediaan masker sampai pasokan air minum,
selimut, dan obat-obatan, pemerintah terkesan kurang sigap-tanggap.
Terkatung-katungnya sejumlah pengungsi karena pos penampungan
mereka ternyata sudah digunakan pengungsi lain membuktikan
manajemen penanggulangan yang serba dadakan.
3.
Operasi tanggap
darurat yang dilakukan pemerintah terkesan sebatas
respons reaktif, spontan, dan sporadis. Sudah saatnya kita memiliki
kebijakan permanen yang mampu mengantisipasi dan meminimalkan
dampak bencana, yakni kebijakan yang berangkat dari
database
pemetaan daerah rawan letusan gunung berapi. Dibutuhkan operasi
dengan persiapan koordinasi penyelamatan, penyediaan infrastruktur,
sampai pelatihan relawan yang dilakukan secara prabencana.
66
Kelas XII
Semest
er 2
4.
Negara seperti Jepang, yang merupakan langganan gempa, secara
sistemik memiliki
program kesiap-siagaan menghadapai bencana.
Mereka menyiapkan teknologi tahan bencana dan membangun sistem
sosial yang tanggap bencana. Mereka menginginkan masyarakatnya
memiliki kultur sadar bencana yang rasional. Sedangkan dalam alam
pikir masyarakat kita, letusan gunung masih dianggap sesuatu yang
insidental, yang walaupun merupakan malapetaka tetap mengandung
“hikmah” tertentu.
5.
Kemampuan pemerintah memberikan
informasi penting yang harus
dipatuhi masyarakat masih lemah. Akibatnya, banyak korban jatuh
yang sebetulnya bisa dihindari. Erupsi Kelud, misalnya, tak banyak
memakan korban langsung. Korban meninggal dan luka-luka justru
karena dampak tak langsung. Beberapa orang tewas karena keruntuhan
atap rumah ketika membersihkan debu yang menumpuk di bubungan.
6.
Tatkala
hujan turun, air membuat debu mengeras, menjadi mirip
campuran semen. Atap pun ambruk karena tak kuat menahan beban.
Masih ada kemungkinan korban bertambah akibat masyarakat
melanggar zona bahaya. Dalam radius sepuluh kilometer, masyarakat
dilarang masuk karena kemungkinan datangnya awan panas. Tetapi,
dalam kenyataannya, banyak penduduk menerobos karena menganggap
keadaan sudah aman.
7.
Kesimpang-siuran informasi hampir selalu terulang pada setiap
bencana.
Setelah letusan Kelud, di media sosial ramai dibicarakan
Gunung Bromo-Semeru akan menyusul. Isu palsu ini bisa membuat
panik. Erupsi tak mirip virus influenza. Setiap gunung memiliki
aktivitas vulkanis sendiri-sendiri, tidak bergantung gunung lain.
8.
Seyogianya, pemerintah tangkas memberi
informasi yang terang-
benderang, yang tingkat akurasinya mampu menyelamatkan
masyarakat. Pada kenyataannya, masyarakat lebih sering mempercayai
prediksi dari sumber tak jelas, misalnya “juru kunci”. Pemerintah,
bagaimanapun, harus mampu menyinergikan deteksi bencana yang
bertolak dari ilmu pengetahuan dan pengalaman lokal.
9.
Tugas mitigasi
adalah meningkatkan pengetahuan mayarakat tentang
ciri-ciri letusan gunung secara ilmiah. Tugas mitigasi juga membangun
menajemen rasional penanggulangan berbasis masyarakat. Daripada
menghamburkan uang untuk hal-hal tak penting, lebih baik pemerintah
mulai menyiapkan infrastruktur mitigasi yang benar.
(Sumber: Majalah
Tempo
, 2 Maret 2014)
Bahasa Indonesia
67
(1)
Buatlah ringkasan teks “Mitigasi Belum Optimal” tersebut!
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
Tugas 2
Memproduksi Teks Opini/Editorial secara Mandiri
Setelah mengabstraksi teks “Mitigasi Belum Optimal” pada tugas
sebelumnya, tugas kalian berikutnya adalah membuat teks opini tentang
peristiwa sosial. Kalian bebas memilih tema yang kalian suka. Ingat, kalian
juga bebas berpendapat dalam teks yang kalian bangun. Jangan lupa sertakan
argumentasi yang dapat meyakinkan pembaca. Untuk memudahkan penulisan,
kalian bisa mencari sumber bahan tulisan di perpustakaan, media massa,
68
Kelas XII
Semest
er 2
internet, observasi di lapangan, dan/atau wawancara dengan narasumber.
Catatlah semua data yang diperoleh, baik catatan kepustakaan, catatan
lapangan, dan/atau hasil wawancara, kemudian tulislah menjadi sebuah teks
opini yang utuh secara mandiri.
(1)
Kalian bisa
memulainya dengan membuat struktur yang sesuai. Struktur
tersebut harus berisi pernyataan pendapat^argumentasi^pernyataan ulang
pendapat (thesis statement^arguments^ reiteration).
Struktur Teks
Kalimat dalam Teks
Pernyataan Pendapat
________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
_______________
________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
_______________
Argumentasi
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
_____________
Bahasa Indonesia
69
Struktur Teks
Kalimat dalam Teks
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
____________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
____________
Pernyataan Ulang Pendapat
_____________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
___________________________
__________________
(2)
Setelah mengisi
bagian yang rumpang pada soal nomor (1), kalian bisa
memasukkannya ke dalam kerangka teks berikut.
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
70
Kelas XII
Semest
er 2
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
____________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
_____________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
____________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
__________________________________________________________
____________________________________
Bahasa Indonesia
71
(3)
Bacakanlah teks yang telah kalian hasilkan itu sehingga teman-teman
kalian dapat mendengarkan isi teks yang telah kalian buat.
(4)
Mintalah pendapat
teman-teman kalian mengenai teks yang telah
dibacakan. Catatlah semua masukan agar kalian bisa menghasilkan teks
opini yang lebih baik.
Tugas 3
Mengonversi Teks Opini/Editorial
Siswa bertugas mencari sumber di perpustakaan, media, internet,
observasi di lapangan, dan/atau melalui wawancara terhadap narasumber
untuk memeroleh data yang akurat sebagai bahan membangun teks opini
secara mandiri.
(1)
Bacalah teks
“Sepertiga Penduduk Indonesia Derita Hipertensi” berikut
ini dengan cermat.
Sepertiga Penduduk Indonesia Derita Hipertensi
Sumber:
http://3.bp.blogspot.com/-
Gambar 4.5 Hipertensi
72
Kelas XII
Semest
er 2
1.
Di sebuah harian nasional, Selasa (22/5), Perhimpunan
Hipertensi Indonesia (
Indonesian Society for Hypertension
)
memasang sebuah iklan dengan judul dalam bahasa Inggris:
World Hypertension Day, May 17, 2012
, sebuah momentum
yang digalang
World Hypertension Leage
dengan tema
“
Healthy Life Style—Healthy Blood Pressure
”. Sebagai
orang awam tentu banyak dari kita yang bertanya, apa
penting dan signifikansinya memperingati Hari Hipertensi
Dunia, yang tepat jatuh pada pekan lalu itu?
2.
Bagi masyarakat
Indonesia yang belakangan ini dilanda
berbagai persoalan sosial, mulai dari larangan konser Lady
Gaga hingga berbagai kasus korupsi yang tiada hentinya,
persoalan hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi) seperti
tenggelam tak ada gaungnya. Apakah karena dianggap
kurang seksi sehingga tidak ada yang mau peduli?
3.
Padahal, kalau
melihat angka penderita hipertensi di
Indonesia, haruslah kita waspada dan sangat peduli.
Prevalensi penyakit ini di Indonesia mencapai 31,7 persen,
artinya diperkirakan satu dari tiga penduduk berusia di
atas 18 tahun adalah penderita hipertensi. Hal ini berarti
puluhan juta penduduk Indonesia dipastikan menderita
hipertensi.
4.
Kalau hipertensi tanpa dampak, kita mungkin patut abai
dan tenang-tenang
saja. Persoalannya, hipertensi dapat
memicu berbagai penyakit lain sebagai akibat rusaknya
berbagai organ tubuh, seperti otak, ginjal, dan jantung
kalau tidak ditangani dengan baik.
5.
Secara global, penyakit
hipertensi memiliki angka
kematian yang cukup mencemaskan, yakni mencapai 7
juta orang meninggal per tahunnya di dunia. Hingga kini,
diperkirakan lebih dari 1 milyar penduduk bumi menderita
hipertensi.
6.
Pada keluarga yang anggotanya menderita
gagal ginjal,
tentu sudah merasakan betapa beratnya biaya dan beban
hidup yang harus ditanggung untuk cuci darah misalnya,
meski mungkin sudah dibantu asuransi. Salah satu penyebab
gagal ginjal adalah hipertensi. Penyakit lain yang juga bisa
dipicu oleh hipertensi adalah stroke dan jantung koroner.
Berbeda dengan demam berdarah yang penderitanya bisa
Bahasa Indonesia
73
meninggal dunia seketika, berbagai penyakit yang dipicu
oleh hipertensi tersebut bisa berlangsung berkepanjangan
dan bahkan menguras biaya yang sangat besar.
7.
Bila hipertensi
tidak diperhatikan, dirawat, atau pun
dicegah, dipastikan akan menimbulkan berbagai
penyakit lain yang bakal mengurangi kesejahteraan dan
produktivitas. Dengan demikian, bermula dari masalah
kesehatan dalam keluarga akan dapat menimbulkan
masalah lain, yaitu problem ekonomi dan sosial. Maka,
melalui tajuk rencana ini masyarakat diingatkan untuk
tidak mengabaikan kesehatan. Masyarakat diimbau untuk
selalu menjaga gaya dan pola hidup yang sehat.
8
Imbauan ini harus pula dibarengi dengan berbagai
kampanye dan penyuluhan untuk berbagi pengetah
uan
tentang kesehatan. Hal ini dapat membangun dan
menyadarkan masyarakat mengenai perlunya gaya dan
pola hidup yang sehat. Tujuannya agar warga terhindar
dari hipertensi dan berbagai penyakit turunannya.
9.
Dengan demikian, kampanye dan penyuluhan seperti yang
dilakukan
Perhimpunan Hipertensi Indonesia ini harus
dihargai, mengingat risiko dan kerugian yang ditimbulkan
penyakit ini sangat besar. Bukan saja menyebabkan beban
bagi anggota keluarga penderita hipertensi, tetapi juga bagi
masyarakat. Risiko ini dapat dikurangi kalau masyarakat
memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai hal itu.
(Sumber:
Sinar Harapan
, Rabu, 23 Mei 2012)
(2)
Konversikanlah teks
“Sepertiga Penduduk Indonesia Derita Hipertensi”
di atas menjadi sebuah teks lain dengan struktur yang berbeda.
(3)
Bacalah hasil
pekerjaan kalian di depan kelas, lalu bandingkanlah dengan
hasil pekerjaan teman-teman yang lain.