Gambar Sampul IPS · Bab 4 Kolonialism
IPS · Bab 4 Kolonialism
Kurtubi

24/08/2021 14:22:28

SMP 8 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

55

Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

Standar Kompetensi:

Memahami proses kebangkitan nasional.

Kompetensi Dasar:

Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai

daerah.

Proses Perkembangan Kolonial-

isme dan Imperialisme di Indo-

nesia

Peta Konsep

Peta Konsep

Pembentukan kekuasaan

kolonial dan imperialisme

Belanda di Indonesia

Reaksi rakyat terhadap

pemerintah kolonial

Belanda

Gerakan perlawanan

Ć

Masa pemerintahan

Daendels

Ć

Masa kolonialisme

dan imperialisme

Inggris di nusantara

(masa pemerintahan

Raffles)

Ć

Masa penjajahan

Hindia Belanda

Ć

Perlawanan Kapiten

Pattimura

Ć

Perlawanan Tuanku

Imam Bonjol

Ć

Perang Diponegoro

(1825 - 1830)

Ć

Perang Bali

Ć

Perlawanan Pangeran

Antasari

Ć

Perlawanan Tengku

Cik Ditiro

Ć

Gerakan protes

petani

Ć

Daerah-daerah

ger-

4

Bab

4

Proses Perkembangan

Kolonialisme dan

Imperialisme di

Indonesia

56

Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII

Gambar 4.1

Logo VOC

Selain dengan para

pedagang, Portugis pun

menghadapi banyak

perlawanan dari bangsa

Indonesia.

Sumber: image.google.com

Kolonialisme adalah penguasaan oleh suatu negara atas daerah

atau bangsa lain dengan maksud untuk memperluas pengaruh dan

wilayah negara yang bersangkutan. Imperialisme adalah suatu sistem

politik yang bertujuan untuk menjajah negara lain untuk mendapatkan

kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar.

Setelah mempelajari bab ini, kamu dapat mengetahui proses

dan dampak kolonialisme dan imperialisme Barat di berbagai wilayah

Indonesia. Mari cermati.

A. Pembentukan Kekuasaan Kolonial dan

Imperialisme Belanda di Indonesia

Kolonialisme dan imperialisme ditumbuhkembangkan oleh negara-

negara Eropa di wilayah Nusantara sejak terjadi Perang Salib, dan

jatuhnya Konstantinopel ke tangan bangsa Turki Usmani yang beragama

Islam sehingga orang-orang Eropa, terutama Portugis berusaha untuk

mematahkan pedagang-pedagang Islam dalam menguasai perdagangan

dari wilayah Nusantara ke wilayah Laut Merah. Mereka tidak kenal

kompromi. Setiap berjumpa dengan orang-orang Islam, Portugis selalu

berusaha untuk menghancurkannya. Selain dengan para pedagang,

Portugis pun menghadapi banyak perlawanan dari masyarakat di

Nusantara. Perlawanan bangsa Indonesia beralasan, karena:

a)

dalam bidang ekonomi, Portugis menjalankan sistem monopoli.

b)

dalam bidang agama, Portugis menyebarkan agama Katolik sebagai

salah satu tugasnya karena dendam terhadap agama Islam yang

mengalahkannya dalam Perang Salib.

Muncullah benih kekuasaan Belanda di Indonesia yang berawal

dari ekspedisi empat kapal dagang Belanda yang tiba di Teluk Banten

pada 1596, dibawah pimpinan Cornelis De Houtman. Ekspedisi

Belanda gagal karena rakyat Banten langsung mengusirnya. Ekspedisi

kedua Belanda datang dengan ramah, sopan, dan hormat kepada

penduduk. Akhirnya, rakyat menerima mereka.

Keberhasilan ekspedisi kedua yang dipimpin Jacob Van Neck

pada 1598 sesudah mendapatkan keuntungan, rombongan kembali

ke negaranya dengan muatan kapal yang penuh rempah-rempah.

Berbondong-bondonglah kapal Belanda datang ke wilayah Nusantara.

Atas

usul Johan Van Olden-Barneveldt, masyarakat Belanda membuat

kongsi dagang seperti yang dilakukan Inggris dan Perancis. Sehingga

pada 20 Maret 1602, Belanda mendirikan VOC atau perhimpunan

perusahaan Hindia Timur. Adapun tujuan didirikannya VOC adalah:

a)

menghilangkan persaingan yang akan merugikan para pedagang

Belanda;

b) menyatukan tenaga untuk menghadapi saingan dagang dengan

bangsa lain; dan

57

Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

c)

mencari keuntungan untuk biaya perang.

Untuk melaksanakan tujuannya tersebut, VOC oleh pemerintah

Belanda diberikan hak Octrooi (hak paten) sebagai berikut:

a) hak mono

poli perdagangan;

b) hak memiliki angkatan perang, berperang;

c) hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja atau penguasa;

dan

d) hak mencetak dan mengedarkan uang.

Dengan hak-hak tersebut VOC berkembang pesat. Banyak orang

Belanda di Nusantara yang lupa diri. Akhirnya, korupsi dimana-mana.

Orang-orang VOC lebih mencari keuntungan pribadi. Akhirnya, di

penghujung abad ke-18 VOC bangkrut dan pada 31 Desember 1799

resmi dibubarkan.

Ketika VOC mengalami kesulitan moneter, di Eropa terjadi Perang

Koalisi (1792 - 1797) yang dimenangkan oleh Perancis. Sedangkan,

Belanda berada di pihak yang kalah. Atas kejadian ini, bukan saja negara

Belanda yang diambil alih oleh Perancis, tetapi daerah-daerah jajahan

milik Belanda pun menjadi milik Perancis, termasuk Indonesia.

1. Masa Pemerintahan Daendels

Pada 19 J

a

nuari 1795, Perancis menduduki Belanda. Raja Willem

V terpaksa melarikan diri ke Inggris. Setelah itu, pemerintahan Belanda

dipimpin oleh Louis Napoleon, adik dari Napoleon Bonaparte. Bentuk

kerajaan Belanda diganti menjadi Republik Bataat, dan pada 1806,

R

epublik

Bataat diganti dengan Kerajaan Belanda (Koninrijk Holland).

Sejak 1808 Louis Napoleon mengirimkan Herman Willem Daendels

sebagai gubernur jenderal di Indonesia. Tugas utamanya adalah untuk

mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Beberapa tindakan

Daendels untuk menjalankan tugasnya, antara lain adalah:

a)

membagi Pulau Jawa menjadi sembilan perfektur (keresidenan);

b) bupati diubah dari penguasa tradisional menjadi aparat

pemerintahan;

c) memba

ngun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya;

d) membangun armada pangkalan tentara di Anyer dan Ujung Kulon;

e)

menarik orang-orang Indonesia untuk dijadikan tentara; dan

f)

membangun jalan raya Anyer sampai Panarukan.

Untuk mendapatkan biaya dalam menjalankan tugasnya, ia

menempuh usaha sebagai berikut:

a) C

ontigenten, artinya pajak yang harus dibayar rakyat dengan

menyerahkan hasil bumi.

b) V

erplichte leverente, artinya kewajiban menjual hasil bumi pada

pemerintah dengan harga yang telah ditentukan.

c) P

reanger stelsel, artinya kewajiban yang dibebankan kepada rakyat

untuk menanam kopi.

Gambar 4.3

Napoleon Bonaparte

Gambar 4.2

Louis Napoleon

Sumber: image.google.com

Sumber: image.google.com

58

Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII

Tindakan-tindakan tersebut makin menambah kesengsaraan

rakyat. Karena rakyat yang menanam, sedangkan hasilnya harus

diserahkan kepada Belanda. Akibatnya, rakyat banyak yang meninggal

karena kelaparan. Kesengsaraan rakyat yang diakibatkan oleh

kekejaman Daendels, akhirnya terdengar juga oleh pemerintah pusat

di Belanda. Daensdels kemudian dipanggil kembali serta digantikan

oleh Jan Willem Jansen.

2. Masa Kolonialisme dan Imperialisme Inggris

di Nusantara (Masa Pemerintahan Raffles)

Pada 3 A

gustus 1811, Angkatan Laut Inggris dibawah pimpinan

Lord Minto, berhasil merebut Batavia dan secara tegas meminta Jansen

untuk menyerahkan Pulau Jawa. Namun, Jansen menolak. Terjadilah

pertempuran antara Inggris dan Belanda yang dimenangkan oleh pihak

Inggris. Pada 17 September 1811, Belanda menyerah di Tuntang

(Salatiga). Kemudian, diadakanlah perjanjian di tempat yang sama,

dalam perjanjian tersebut dinyatakan bahwa Pulau Jawa diserahkan

kepada Inggris.

Lord Minto selaku Gubernur EIC (East India Company) yang

berk

edudukan di India mengangkat Thomas Stamford Raffles untuk

menjadi penguasa di wilayah pemerintahannya, Raffles menerapkan

kebijakan berdasarkan pada asas-asas liberal. Tujuannya adalah

menciptakan sistem ekonomi Jawa yang lepas dari tekanan dan

paksaan.

Pokok-pokok kebijaksanaan sistem pajak tanah pada masa Raffles

adalah sebagai berikut:

a) s

egala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa dihapuskan,

rakyat diberi kebebasan untuk menentukan jenis tanaman yang

akan ditanamnya;

b) peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan

dan sebagai gantinya mereka dijadikan aparat negara yang

bertanggung jawab kepada pemerintah; dan

c) pemerintah Inggris adalah pemilik tanah. Setiap petani yang

menggarap tanah dianggap sebagai penyewa tanah dan diwajibkan

untuk membayar pajak sebagai uang sewa.

Akan tetapi, kenyataannya tujuan baik tersebut tidak bisa

dilaksanakan, karena sistem tanam pajak tanah Raffles tersebut

menemui kegagalan yang disebabkan oleh hal-hal berikut ini:

a) t

idak adanya dukungan bupati yang telah dihapuskan hak-haknya

sebagai pemungut pajak;

b) rakyat p

edesaan belum mengenal sistem ekonomi uang;

c)

kesulitan untuk menentukan luas tanah dan tingkat kesuburannya;

dan

Gambar 4.4

Thomas Stamford Raffles

Sumber: image.google.com

59

Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

d)

kesulitan untuk menentukan besarnya pajak bagi setiap penyewa

tanah.

Raffles kemudian berupaya untuk memperbaikinya. Namun, di

Eropa telah terjadi perubahan karena Perancis kembali kalah dalam

Pera

ng Koalisi. Akhirnya, Inggris dan Belanda mengadakan perjanjian

di London (1814). Isi dari perjanjian tersebut adalah Inggris memberikan

kembali hak untuk mendapatkan kekuasaan atas Nusantara kepada

Belanda.

Sebenarnya, Raffles tidak setuju dengan kebijakan tersebut

karena semasa Belanda berkuasa rakyat nusantara keadaannya sangat

menderita. Raffles meletakkan kekuasaannya sebelum kekuasaan

diserahkan kepada Belanda. Penyerahan kepada Belanda dilakukan

oleh

penggantinya, yaitu John Fendall.

Karya-karya Raffles untuk Nusantara, antara lain adalah:

a)

Buku History of Java.

b) Perintisan pembuatan Kebun Raya Bogor.

c)

Penemuan bunga Rafflesia arnoldi.

3. Masa Penjajahan Hindia Belanda

Sejak perjanjian ditandatangani, kekuasaan atas Hindia Belanda

jatuh k

e tangan pemerintah kolonial Belanda. Penguasa baru ini

kemudian menerapkan berbagai kebijakan yang intinya adalah

monopoli, pemerasan, dan pengerahan tenaga rakyat.

Adapun kebijakan-kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penjualan Tanah Partikelir

Tanah par

t

ikelir (particuliere landerijn) sudah ada sejak zaman

VOC hingga awal abad ke-19. Munculnya tanah partikelir berkaitan

dengan praktik penjualan atau penyewaan tanah yang dilakukan oleh

orang-orang Belanda dan pemilik tanah jabatan kepada masyarakat

swasta. Tanah partikelir tersebut tersebar di daerah pedalaman,

antara lain: di sekitar Batavia dan Bogor, Banten, Karawang, Cirebon,

Semarang, Blora, Lasam, Tuban, dan Surabaya. Para pemilik tanah

partikelir biasa disebut sebagai tuan tanah. Mereka terdiri dari orang-

orang Belanda, Cina, dan Arab. Kedudukan mereka sangat berkuasa

seperti layaknya kepala desa atau bupati. Misalnya, apabila mereka

membeli atau menyewa tanah yang luas, mereka tidak hanya sebagai

pemilik tanahnya, melainkan dengan segenap penduduk yang tinggal

di tanah (daerah) tersebut. Semua penduduk harus tunduk kepada

aturan yang diberlakukan para tuan tanah tersebut. Aturan-aturan

tersebut, misalnya:

a)

menarik hasil panen secara langsung (10% dari hasil panen);

b) menarik uang sewa rumah, bengkel, warung, dan lain-lain; dan

c)

mengerahkan penduduk untuk kerja rodi.

Gambar 4.5

Bunga Raflesia Arnoldi

Sumber: image.google.com

Sejak perjanjian

ditandatangani,

kekuasaan Hindia

Belanda jatuh ke tangan

pemerintah kolonial

Belanda.

60

Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII

Untuk melaksanakan aturan-aturan tersebut, pemerintah kolonial

mengangkat pegawai administrasi, pengawas, dan pemungut pajak.

Dengan kondisi aturan seperti itu, di tanah partikelir tidak jauh bedanya

dengan penerapan perbudakan terhadap rakyat dimana hasil panen

diambil, harus bayar sewa rumah, dan lain-lain. Ditambah lagi dengan

kerja rodi, akhirnya rakyat hidup dengan sengsara. Kelaparan terjadi

di mana-mana, rakyat yang meninggal bukan lagi dengan hitungan

hari, tetapi tiap jam karena penyakit dan kelaparan, bayi banyak yang

meninggal karena air susu kering karena ibunya tidak makan, dan

banyak penderitaan lainnya. Saat itu, rakyat betul-betul tidak dapat

merasakan artinya hidup di buminya sendiri.

Tanah partikelir dilarang dan dibubarkan pada 1817 pada saat

pemerintah kolonial dipimpin oleh Van Der Capallen dengan alasan

karena hasil-hasil produksi (pertanian) banyak yang jatuh ke tangan

tuan tanah sehingga pemasukan keuangan Belanda berkurang.

b. Sistem Tanam Paksa

Setelah menerima kembali kekuasaan atas wilayah Hindia Belanda

dar

i Inggris, Belanda kembali dililit persoalan keuangan yang disebabkan

oleh hal-hal sebagai berikut ini:

a) p

engeluaran biaya perang, terutama Perang Diponegoro dan

Perang Padri;

b) d

i negeri Belanda terjadi pemberontakan Belgia yang ingin

memisahkan diri; dan

c) badan usaha dagang Belanda gagal menghasilkan keuntungan

bagi Belanda.

Guna menyelamatkan Belanda dari kebangkrutan, Gubernur

Jenderal V

an Den Bosh menerapkan politik konservatif dengan cara

menerapkan sistem tanam paksa (Cultuur Stelsel). Sistem ini diharapkan

akan menggairahkan kembali keuangan Belanda, dan dengan sistem

ini Belanda mengharapkan dapat mengumpulkan sejumlah tanaman

yang akan dipasarkan ke Eropa dan Amerika.

Ketentuan-ketentuan sistem tanam paksa tertuang dalam lembaran

negara (staatbled) Nomor 22 Tahun 1834. Aturan-aturan tersebut, di

antaranya adalah:

a) p

enduduk harus menyerahkan · bagian tanahnya untuk ditanami

tanaman perdagangan;

b) ta

nah tersebut bebas pajak;

c)

penduduk yang tidak memiliki tanah harus bekerja di perkebunan

milik Belanda;

d)

waktu untuk tanam paksa tidak boleh melebihi waktu untuk tanam

padi atau kurang lebih tiga bulan;

e)

kegagalan panen ditanggung pemerintah; dan

f)

pelaksanaan tanam paksa diserahkan kepada kepala desa.

Gambar 4.6

Van Den Bosh

1

5

Sumber: image.google.com

61

Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

Namun, pada pelaksanaannya tanam paksa menyengsarakan

rakyat. Hal ini dikarenakan adanya berbagai penyimpangan yang

muncul selama pelaksanaan tanam paksa. Penyimpangan tersebut,

antara lain:

a) rakyat lebih banyak mencurahkan waktu dan tenaganya untuk

tanam paksa;

b) jatah tanah untuk tanam paksa lebih dari · luas tanah yang

dimilikinya;

c)

lahan untuk tanam paksa tetap kena pajak;

d) kelebihan panen tidak dikembalikan kepada rakyat; dan

e)

kegagalan panen tetap menjadi tanggungan rakyat.

Sistem tanam paksa berakibat pada Belanda sendiri maupun rakyat

Indonesia. Berikut ini adalah akibatnya.

1) Bagi B

elanda, yaitu:

a)

teratasinya krisis keuangan negara Belanda;

b)

pemerintahan Belanda mengalami surplus (kelebihan target

anggaran) keuangan; dan

c) memba

ngun pusat-pusat perindustrian.

2) Bagi rakyat Indonesia, yaitu:

a) mengalami kemiskinan dan kemelaratan, rakyat banyak

yang mati karena kelaparan dan penyakit karena hasil panen

yang dikerjakan dengan paksa diambil semua oleh penjajah

Belanda;

b) ba

nyak penduduk melarikan diri meninggalkan desa; dan

c)

jumlah penduduk Jawa berkurang, karena selain meninggal

mereka juga banyak yang diculik (ditangkap) dan dibawa ke

pulau lain untuk kerja paksa.

Itulah sebagian kecil penderitaan yang dialami bangsa kita saat

dijajah oleh pemerintahan Belanda dan yang dilakukan oleh bangsa kita

sendiri yang menjadi bupati dan kepala desa karena ingin mendapatkan

pujian dari penjajah. Mereka senantiasa berlomba-lomba menyerahkan

hasil tanaman rakyat sebanyak-banyaknya. Mereka tidak sadar saudara

sebangsanya menangis karena kelaparan, meninggal karena tidak

makan, anak menjadi yatim piatu karena bapaknya dihukum dan disiksa

oleh Belanda.

Akhirnya, terbongkar pada 1850 di negeri Belanda tentang

p

enderitaan rakyat di Pulau Jawa yang mengalami kelaparan dan

kematian akibat adanya sistem tanam paksa.

Kaum konservatif mendapat reaksi keras dari kaum Liberal dan

kaum Humanis, tokoh-tokohnya adalah sebagai berikut:

1

5

Orang-orang yang

meninggal di jalan Allah

tidak akan sia-sia.

62

Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII

1) Douwes Dekker (1820 - 1887)

Beliau mengungkapkan kritik terhadap Belanda lewat bukunya

yang berjudul „Ma

x Havelar‰. Di dalam bukunya ia menggunakan

nama samaran Multatuli, yang berarti „saya yang menderita‰. Ia

membeberkan secara terang-terangan penyimpangan sistem tanam

paksa dan penderitaan rakyat Lebak (Banten) akibat penindasan petugas

tanam paksa.

2) Baron Van Houvell (1812 - 1879)

Ia adalah seorang pendeta. Setelah kembali ke negerinya, ia

menjadi a

nggota parlemen, kemudian ia bersama kelompoknya

berupaya memperjuangkan nasib rakyat tanah jajahan.

Akhirnya, muncullah kecaman keras supaya pemerintah

menghapuskan

sistem tanam paksa. Setelah

μ

40 tahun berlangsung

di Indonesia, akhirnya tanam paksa dihapuskan (1830 - 1870).

c. Undang-Undang Ta

hun 1870 da

n Pengaruhnya terhadap

Penanaman Modal Asing

Pelaksanaan sistem tanam paksa memang telah melahirkan

p

enderitaan dan kesengsaraan rakyat. Akan tetapi, dengan munculnya

buku „Max Havelar‰ telah menggugah masyarakat Belanda untuk

menentang perilaku bangsanya yang kejam. Di parlemen Frans

De Putte, De Wall dan Thorbecke yang berasal dari kaum liberal

menyampaikan gagasan perlunya menetapkan prinsip liberalisme

ekonomi di tanah jajahan.

Dalam menerapkan liberalisme ekonomi, kaum liberal menghadapi

kendala masalah kepemilikan tanah. Mereka tidak membenarkan

pemerintah dengan seenaknya mengambil alih tanah rakyat. Apabila hal

ini dilakukan, maka asas liberalisme yang mendambakan kebebasan dan

penghormatan hak asasi manusia telah diinjak-injak sebagai perwujudan

dari kemenangan kaum liberal.

Pemerintah Belanda mengeluarkan Undang-Undang Agraria

Tahun 1870. Dengan undang-undang tersebut pemerintah mulai

membuka kesempatan dengan menjalankan politik „pintu terbuka‰,

artinya pemerintah membuka kesempatan yang seluas-luasnya

kepada para pengusaha swasta asing untuk menanamkan modalnya

di Indonesia.

Adapun tujuan dikeluarkannya undang-undang tersebut adalah:

a)

m

elindungi para petani agar tidak kehilangan hak milik atas

tanahnya dari penguasa asing;

b)

memberi kesempatan pada para pengusaha asing untuk menyewa

tanah penduduk untuk usaha perkebunan; dan

Gambar 4.7

Douwes Dekker

Sumber: image.google.com

63

Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

c)

membuka lapangan kerja bagi para penduduk yang tidak memiliki

tanah.

Akibat dari pelaksanaan politik pintu terbuka bagi rakyat Indonesia

adalah:

a)

tanam paksa dihapuskan;

b) rakyat mulai mengenal arti pentingnya uang;

c)

usaha kerajinan rakyat mulai terdesak oleh barang impor;

d) pemerintah Hindia Belanda mulai membangun prasarana; dan

e) Hindia Belanda menjadi penghasil barang perkebunan yang

penting.

Sejak pemberlakuan UU Agraria terjadi kemerosotan kemakmuran

di Pulau Jawa. Hal ini disebabkan karena adanya kerja rodi, pemungutan

pajak yang memberatkan, krisis pada perkebunan-perkebunan, dan

peningkatan jumlah penduduk, terutama di luar Pulau Jawa. Rakyat

menderita karena adanya Koeli Ordonantie, yang merupakan UU yang

mengatur hubungan kerja antara buruh dan pengusaha. Dalam UU

tersebut dituangkan poenale santie, yang artinya ancaman hukuman

kepada para pekerja yang melarikan diri dengan cara menangkap,

menyiksa, dan mengembalikannya ke tempat kerja.

Itulah namanya penjajah, pada awalnya memang ada perubahan

agak longgar dari tanam paksa, tetapi nafsu imperialisme dan

kolonialisme untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya telah

mengubah sifat kemanusiaan. Kaum penjajah menjadi binatang buas

yang siap menerkam rakyat kita yang miskin dan kelaparan. UU

Agraria dihapuskan pada 1890 oleh pemerintah Belanda setelah

μ

30

tahun berlangsung dan telah banyak berpengaruh terhadap pola hidup

bangsa Indonesia.

B. Reaksi Rakyat terhadap Pemerintah

Kolonial Belanda

Ketika bangsa Indonesia ditindas, disiksa, rakyat pun harus bangkit

untuk melawannya. Berikut ini adalah perlawanan rakyat Indonesia

terhadap pemerintah kolonial Belanda.

1. Perlawanan Kapiten Pattimura

Ketika Inggris mengga

nt

ikan Belanda (1811 - 1816), penduduk

Maluku tidak merasa tertekan, karena Inggris membayar hasil bumi

dengan harga yang tinggi dari pada Belanda, juga kapal-kapal Inggris

sering datang membawa barang-barang yang berguna bagi penduduk,

kerja paksa dikurangi, dan yang tak kalah penting bagi perjuangan

bangsa adalah Inggris menghargai pemuda Maluku untuk ikut dinas

angkatan perang Inggris sebagai prajurit penuh.

Akan tetapi, Belanda kembali ke Maluku pada 1817. Timbul rasa

gelisah di antara penduduk dan berniat menolak kembali Belanda ke tanah

UU Agraria dihapuskan

pada 1890 oleh

pemerintah Belanda

setelah

μ

30 tahun

berlangsung dan telah

banyak berpengaruh

terhadap pola hidup

bangsa Indonesia.

Gambar 4.8

Kapiten Pattimura

Sumber: image.google.com

64

Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII

Gambar 4.9

Christina Martha Tiahahu

Gambar 4.10

Imam Bonjol

Sumber: image.google.com

Sumber: image.google.com

Maluku. Pusat perlawanan mulai tumbuh, terutama di Saparua, dibawah

pimpinan Thomas Matulessy (Pattimura) dan pemimpin-pemimpin

lainnya, seperti Antonie Rhebox,

Thomas Pattiweal, Lucas Lattumahina,

Said Perintah, Paulus Tiahahu, dan Ulupoha. Rakyat bergerak menolak

kembalinya Belanda.

Perlawanan rakyat Maluku diawali dengan membakar perahu

Pos di Porto (pelabuhan) pada 15 Mei 1817 dan mengepung Benteng

Duurs

tede. Keesokan harinya rakyat berhasil menguasai benteng dan

menembak mati Residen Maluku, Van De Berg. Pada 14 Mei 1817,

Pattimura mulai memimpin perlawanan kepada Belanda, terutama

di Porto. Belanda kesulitan, akhirnya Belanda meminta bantuan dari

Ambon. Dikirimlah pasukan sebanyak 200 orang pada Juli 1817. Untuk

kedua kalinya Belanda datang ke Saparua dan berhasil menguasai

Benteng Duurstede pada Agustus 1817.

Pejuang Maluku kemudian melanjutkan perjuangan dengan sistem

gerilya. Belanda ingin secepatnya menangkap pemimpin-pemimpin

perlawanan. Selain mengerahkan pasukan yang banyak, Belanda juga

mengumumkan bahwa mereka akan diberi hadiah 100 Gulden bagi

siapa saja yang dapat menangkap Pattimura dan 500 Gulden untuk

pemimpin-pemimpin lainnya. Akan tetapi, rakyat Maluku tidak tergiur

oleh hadiah tersebut. Pada Oktober 1817, Belanda berkeinginan untuk

segera menyelesaikan perang. Untuk itulah pada bulan tersebut Belanda

mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya, Pattimura

dan pemimpin-peminpin lainnya dapat ditangkap Belanda, dan pada

16 Desember 1817 Pattimura dihukum gantung di Kota Ambon.

Dalam Perang Maluku dikenal pula pahlawan wanita, Christina

Ma

rtha Tiahahu dan sering dijuluki Mutiara dari Timur, yang ikut

berjuang melawan Belanda sekalipun usia yang masih muda (17 tahun)

dan wafat 1 Januari 1818 dalam pengasingan (pembuangan) di Pulau

Jawa.

2. Perlawanan Tuanku Imam Bonjol

Di Minangkabau Sumatra Barat, pada abad ke-19 terjadi

p

erselisihan antara kaum Paderi dengan kaum Adat. Kaum Paderi,

yaitu para pemeluk agama Islam yang tidak dipengaruhi oleh adat

kebiasaan. Sedangkan, kaum Adat adalah pemeluk Islam yang banyak

dipengaruhi oleh adat kebiasaan yang kurang baik, seperti berjudi,

menyabung ayam, dan lain-lain.

Dalam perjuangannya, Tuanku Imam Bonjol dibantu oleh Tuanku

Ranceh, Tuanku Nan Cerdik, dan Tuanku Nan Peasaman. Setelah

terjadi perang saudara, kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh

Belanda. Pada 1821, Belanda ikut campur dan membantu kaum Adat.

Belanda menyerbu Tanah Datar pada 1822 dengan menggunakan

65

Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

siasat benteng, seperti Benteng Fort de Kock di Bukit Tinggi. Karena

kalah persenjataannya, kaum Paderi mundur.

Setelah peperangan yang cukup lama, pada 1832 Belanda dapat

me

nguasai Bonjol. Kaum Adat menyadari bahwa bantuan Belanda

hanya siasat adu domba, sebenarnya Belanda ingin menguasai

Minangkabau.

Pada 1837 Belanda kembali dan meningkatkan penyerangannya

ke Bonjol dibawah pimpinan Letnan Kolonel Micheels. Bonjol jatuh

ke tangan Belanda, karena serangan tidak seimbang. Tuanku Imam

Bonjol melarikan diri.

Pada 28 Oktober 1837 Belanda mengundang Imam Bonjol untuk

berunding. Kemudian, Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan ke

Cianjur. Pada 1839, Imam Bonjol dipindahkan ke Ambon, kemudian

Minahasa sampai wafatnya (1864).

3. Perang Diponegoro (1825 - 1830)

Putra Sultan Hamengkubuwono III yang lahir pada 1785

diber

i nama Raden Mas Ontowiryo, kemudian dikenal dengan nama

Pangeran Diponegoro. Sejak kecil beliau diasuh oleh Ratu Ageng Janda

Hamengkubuwono I.

Pangeran Diponegoro sangat sedih melihat penderitaan rakyat

saat itu. Tanah-tanah rakyat diambil untuk dijadikan perkebunan

Belanda. Kebencian Pangeran Diponegoro tambah memuncak setelah

mengetahui bahwa Belanda mematok tanah leluhurnya untuk dijadikan

jalan antara Magelang-Tegalrejo. Bersama rakyat, Pangeran Diponegoro

mencabuti patok-patok tersebut dan diganti dengan tombak. Atas

tindakan Pangeran Diponegoro, Belanda marah dan menandakan

tantangan perang.

Perang Diponegoro terjadi pada 12 Juli 1825 dan berakhir pada

1830. Berikut ini adalah sebab-sebab terjadinya Perang Diponegoro:

a) m

asuknya pengaruh Barat dalam lingkungan keraton, seperti

minum-minuman keras;

b) Belanda akan mempersempit kekuasaan raja-raja; dan

c)

rakyat menderita akibat tingginya pajak dan kerja paksa.

Dalam perlawanannya melawan Belanda, Pangeran Diponegoro

dibantu

oleh Pangeran Mangku Bumi, Kyai Maja, Sentot Alibasyah

Prawirodirjo dari kalangan muda. Pangeran Diponegoro dalam

pepe-rangannya menggunakan sistem gerilya. Sedangkan, Belanda

menggunakan sistem Benteng Stelse.

Pangeran Diponegoro juga disebut sebagai pahlawan dari Gua

Selar

ong. Karena, Pangeran Diponegoro ketika sampai di Selarong ia

bertapa di gua tersebut. Dalam peperangan tersebut banyak pasukan

Gambar 4.11

Pangeran Diponegoro

Sumber: image.google.com

66

Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII

Gambar 4.12

I Gusti Ketut Jelantik

Sumber: image.google.com

Belanda yang tewas. Akibat Belanda sering mengalami kekalahan

dan perang berlangsung lama, maka banyak memakan biaya perang.

Untuk menghentikan peperangan tersebut, Belanda mengeluarkan

siasat, yaitu:

a) Belanda mengembalikan Sultan Hamengkubuwono II (Kakak

Pangeran Diponegoro) yang dibuang ke Penang oleh Raffles.

Pangeran Diponegoro tetap melanjutkan peperangan.

b) B

elanda akan memberikan hadian sebesar 50.000 Gulden kepada

siapa saja yang bisa menangkap Pangeran Diponegoro.

c)

Belanda menangkap Kencono Wungu (Ibu Pangeran Diponegoro),

tetapi juga tidak menyurutkan semangat perangnya, usaha itu juga

tidak berhasil.

Setelah peperangan berlangsung tiga tahun, Kyai Maja dan

Sentot Alibasyah tertangkap. Akan tetapi, Pangeran Diponegoro tetap

semangat melanjutkan peperangan untuk mengusir Belanda dari tanah

Jawa.

Dengan tipu daya, Belanda mengajak Pangeran Diponegoro

berunding. Perundingan itu diadakan di Magelang di rumah seorang

residen. Bila perundingan itu gagal, Pangeran Diponegoro boleh

kembali ke tempatnya. Pada 18 Maret 1830 perundingan dimulai,

B

ela

nda dipimpin oleh Jenderal De Kock, panglima perang Belanda.

Akan tetapi, Pangeran Diponegoro malah ditangkap dan dibuang

ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makasar sampai wafatnya 8

Januari 1855.

4. Perang Bali

Pada 1844 dua buah kapal Belanda terdampar di Pantai Sangset

Bali. Daerah t

ersebut merupakan wilayah kekuasaan Buleleng. Kerajaan

Buleleng menganut hukum Tawan Karang, artinya hak menawan

kapal-kapal yang terdampar di Pulau Bali. Belanda mengirim utusan

agar kapal-kapal Belanda dilepaskan dan untuk menghapus hak Tawan

Karang. Raja Buleleng serta patihnya yang bernama Gusti Ketut Jelantik

tidak menghiraukan permintaan Belanda.

Tahun 1864 Belanda menyerang Buleleng, Benteng Buleleng

Jagaraga dan istana Buleleng dikuasai Belanda. Setelah Belanda

menguasai kerajaan, Buleleng dimanfaatkan oleh raja-raja di Bali untuk

merebut kembali kerajaan Buleleng dari tangan Belanda.

Setelah terdengar berita bahwa istana Buleleng dikuasai oleh raja-

raja

Bali,

Belanda mengirim pasukan dan menyerbu Benteng Jagaraga

pada 1849. Dalam peperangan tersebut rakyat Bali dipimpin oleh

Gusti Ketut Jelantik dan rakyat berperang habis-habisan. Peristiwa itu

terkenal dengan nama Perang Puputan. Dalam perang tersebut, Belanda

mengerahkan pasukan besar dengan jumlah 5000 pasukan dibawah

67

Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

pimpinan Mayjen A.V. Michiels. Sejak jatuhnya Buleleng, perjuangan

rakyat makin lemah. Karang Asam dan Klungkungan masih melakukan

perlawanan, tetapi Bedung, Bali, dan Jembrano sudah menyerah. Pada

1849 seluruh Bali dapat dikuasai Belanda.

5. Perlawanan Pangeran Antasari

Untuk menguasai satu daerah, Belanda selalu menggunakan politik

adu domba. B

egitu juga yang terjadi di Kerajaan Banjar Kalimantan.

Pada 1859 Belanda mengangkat Sultan Tajmid yang tidak disukai oleh

rakyat menjadi Sultan di Banjar. Padahal, ada yang lebih berhak menjadi

sultan di Banjar, yaitu Pangeran Hamid. Pangeran Antasari membela

Pangeran Hamid dengan melawan Belanda.

Sultan Tajmid yang diangkat menjadi Sultan Banjar oleh Belanda

mendapat perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Pangeran Antasari

dibantu oleh kepala-kepala daerah. Mereka sepakat untuk mengusir

Belanda dari Banjar.

Pada 18 April 1959, pecahlah perang yang dikenal dengan nama

P

erang Banjar. Kekuatan Antasari yang semula 6000 orang makin lama

makin bertambah sehingga Belanda mendapat kesulian.

Pada Oktober 1862,

Pangeran Antasari merencanakan serangan

besar-besaran terhadap Belanda. Dalam keadaan pasukan yang

siap tempur, tiba-tiba muncul wabah penyakit cacar melanda di

daerahnya. Akibatnya, Pangeran Antasari terkena penyakit tersebut

dan

meninggal pada 11 Oktober 1862 di Bayan, Kalimantan Selatan.

Beliau dimakamkan di Banjarmasin. Gelar beliau adalah Panembahan

Amiruddin Khalifatul Mukminin.

6. Perlawanan Tengku Cik Ditiro

Tengku Cik Ditiro dilahirkan pada 1836 dengan nama kecilnya

Muhammad Saman. Ia dibesarkan dalam lingkungan agama, kemudian

ia menunaikan haji.

Pada Mei 1881, Pasukan Cik Ditiro dapat merebut benteng

Belanda di Indragiri, kemudian menyerang ke Pulau Breuh dengan

harapan pada 1883 Belanda dapat diusir dari Bumi Aceh. Belanda

mengalami kesulitan untuk menundukkan Cik Ditiro. Belanda membujuk

damai, namun Cik Ditiro menolaknya.

Karena Belanda kesulitan membujuk Cik Ditiro, akhirnya Belanda

menggunakan cara halus, yaitu dikhianati oleh teman seperjuangannya,

seorang wanita, dengan berpura-pura mengantar makanan yang sudah

ditaburi

racun. Kemudian, beliau sakit dan wafat pada Januari 1891 di

Benteng Apeuk Galang Aceh.

Gambar 4.13

Tengku Cik Ditiro

Sumber: image.google.com

68

Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII

C. Gerakan Perlawanan Sosial

Selain perlawanan melalui perang dan bergerilya, rakyat pun

melakukan gerakan perlawanan sosial.

1. Gerakan Protes Petani

Gerakan ini merupakan sebuah gerakan yang dilakukan oleh para

p

etani sebagai ungkapan protes terhadap perilaku atau kebijakan yang

dilakukan oleh pemerintah kolonial dan penguasa tanah partikelir.

Adapun alasan pokok para petani protes adalah sebagai

berikut:

a) P

ara petani sangat membenci pemberlakuan pungutan pajak.

b) Tindakan sewenang-wenang penguasa, misalnya apabila telat

membayar pajak, maka harus menyerahkan ternak, sawah, rumah,

hewan, dan lain-lain.

c) Ada

nya praktik perbudakan kerja paksa.

d) Para petani muak melihat kehidupan mewah kaum bangsawan,

seperti: mabuk-mabukan, pesta.

e)

Adanya ingin hidup bebas tanpa penindasan bangsa asing.

f)

Adanya keyakinan bahwa Ratu Adil akan membebaskan mereka

dari hidup yang menderita.

2. Daerah-Daerah Gerakan Protes Petani

Geraka

n p

erlawanan sosial melalui gerakan protes petani terjadi

di beberapa tempat. Berikut ini uraiannya.

a. Gerakan Petani di Ciomas Bogor (Jawa Barat)

Masyarakat Ciomas yang menetap di sekitar Gunung Salak tidak

mau mener

ima perlakuan para tuan tanah yang melakukan praktik

pemerasan dan penindasan. Mereka meninggalkan tempat untuk

menghindari pungutan pajak yang memberatkannya.

Seorang petani Ciomas yang bernama Arpan berusaha

menggalang persatuan untuk melakukan protes terhadap tuan-tuan

t

anah dan pemerintah. Pada Februari 1886 mereka melakukan

penyerangan terhadap camat Ciomas, Aburakhim. Setelah itu mereka

mundur ke daerah Pasir Paok. Tokoh petani lain, Muhammad Idris,

berhasil menghimpun para petani yang marah kepada para tuan

tanah dan agen-agennya. Muhammad Idris dan teman-temannya

mengadakan serangan mendadak kepada para tuan tanah yang sedang

menyelenggarakan pesta sedekah bumi, pada 20 Mei 1886. Dalam

pesta perayaan tahunan, para tuan tanah tewas tatkala menikmati

permainan musik dansa, minuman keras, dan perbuatan buruk lain

yang tidak disukai para petani.

69

Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

b. Gerakan Protes Petani di Condet (Jakarta)

Perlawanan Condet bermula dari keluarnya peraturan yang

member

i hak kepada para tuan tanah untuk mengadili para petani yang

tidak membayar pajak. Akibatnya, banyak petani yang bangkrut setelah

hartanya disita, dijual, atau dibakar. Namun, para petani tidak tinggal

diam. Mereka berupaya mengatasi kemungkinan mendapat hukuman

dari para tuan tanah dengan mengikuti latihan bela diri yang dipimpin

oleh Entong Gendut, Maliki, dan Modin. Anggota perkumpulan ini

makin hari makin bertambah sehingga keberanian menentang penguasa

menjadi besar.

Pada 5 April 1916 Entong Gendut dan para petani mengacaukan

s

uasana pesta dan perjudian yang berlangsung di vila milik Lady

Rollison. Kejadian ini diketahui wedana dan mantri polisi setempat.

Mereka kemudian mendatangi rumah Entong Gendut untuk

menanyakan sebab-sebab ia melakukan kekacauan. Entong Gendut

tidak menjawabnya, bahkan ia menyatakan dirinya sebagai raja muda

yang akan menyelamatkan nasib rakyat jelata. Ketika mereka hendak

menangkap, segerombolan orang keluar dari semak dan menyerbu

para petugas pemerintahan. Dalam kerusuhan itu, wedana setempat

berhasil ditangkap.

Gambar 4.14 Peta Ciomas-Bogor

Sumber: image.google.com

70

Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII

Gambar 4.16 Peta Tangerang

Sumber: image.google.com

Gambar 4.15 Peta Condet (Jakarta Selatan)

Sumber: image.google.com

c. Gerakan Protes Petani di Tangerang

Timbulnya pe

rla

wanan para petani di pangkalan (Tangerang)

dimulai dari keinginan Kalin dan Sairin mengembalikan kejayaan

kesultanan Banten. Mereka berupaya merebut tanah-tanah milik para

tuan tanah untuk dibagikan. Munculnya keberanian para petani di

wilayah tersebut dilandasi keyakinan bahwa para pemimpin mereka

memiliki ilmu Kawedukan dan Keslametan. Selain itu, para petani juga

dibekali jimat untuk memperoleh kekebalan tubuh.

71

Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

Pada 19 Februari 1924, Kalin dan para pengikutnya menyerang

para tuan tanah. Kantor tuan tanah di kampung Melayu dijarah dan

buku-buku serta dokumennya dibakar. Penyerangan dilanjutkan kepada

asisten wedana Teluk Naga. Mereka terus bergerak menuju Jakarta.

Akan tetapi, gerakan mereka terhambat di tanah tinggi sehingga mereka

banyak yang tertembak oleh peluru para polisi Belanda.

Hikmah dan pelajaran apa yang dapat kamu ambil setelah mempelajari bab ini?

K

ilasan Materi

Ć

Kolonialisme adalah p

enguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan

maksud untuk memperluas pengaruh dan wilayah negara yang bersangkutan.

Ć

Imperialisme adalah suatu sistem politik yang bertujuan untuk menjajah negara lain untuk

mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar.

Ć

K

ekuasaan Belanda di Indonesia berawal dari ekspedisi empat kapal dagang Belanda yang

tiba di teluk Banten pada 1596 di bawah pimpinan Cornelis De Houtman.

Ć

U

saha yang dilakukan oleh Daendels untuk mendapatkan biaya dalam menjalankan tugasnya

adalah contigen, verliche leverente, dan preanger stelsel.

Ć

Karya-karya Rafless untuk bangsa Indonesia adalah buku History of Java, perintisan

pembuatan Kebun Raya Bogor, dan penemuan bunga Raflesia arnoldi.

Ć

Kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial Belanda pada intinya adalah monopoli, pemerasan,

dan pengerahan tenaga rakyat. Kebijakan tersebut adalah penjualan tanah partikelir dan

sistem tanam paksa.

Ć

Pemerintah Belanda mengeluarkan Undang-Undang Agraria Tahun 1970 yang membuka

kesempatan kepada pemerintah untuk menjalankan politik „Pintu Terbuka‰.

Ć

Sistem tanam paksa dapat dihapuskan berkat pelaksanaan politik „Pintu Terbuka‰.

Ć

Reaksi perlawanan rakyat terhadap pemerintah Kolonial Belanda di antaranya adalah

perlawanan Kapiten Pattimura, perlawanan Tuanku Imam Bonjol, perang Diponegoro,

perang Bali, perlawanan Pangeran Antasari, dan perlawanan Tengku Cik Ditiro.

Ć

Gerakan protes petani merupakan ungkapan protes para petani terhadap perilaku atau

kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial dan penguasa tanah partikelir.

Ć

Geraka

n protes petani terjadi di beberapa tempat, yaitu di Ciomas Bogor (Jawa Barat), di

Condet (Jakarta), dan di Tangerang.

72

Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII

1

2

1

6

1

5

2

3

A. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

1. Sejak VOC dibubarkan, kekuasaan

kolonialisme Belanda di Indonesia dipegang

langsung oleh

.

a. pemerintah Daendels

b. pemerintah Raffles

c. pemerintah Hindia Belanda

d. pemerintah Republik Bataaf

2. VOC mengalami kebangkrutan dan akhirnya

dibubarkan pada

.

a. 31 September 1799

b. 31 Oktober 1799

c. 31 Novemper 1799

d. 31 Desember 1799

3. Perubahan pemerintah di negeri Belanda

berpengaruh besar dalam perubahan VOC.

Pada waktu itu kerajaan Belanda berubah

menjadi

.

a. Republlik Bataaf

b. Hindia Belanda

c. Netherland

d. Republik England

4. Salah satu faktor penyebab bangkrutnya

VOC adalah

.

a. pelaksanaan sistem tanam paksa

b. terjadinya korupsi di antara para

pegawainya

c. p

elaksanaan sistem pajak tanah

d. pembangunan jalan Anyer sampai ke

Panarukan

5. Akibat runtuhnya VOC bagi pemerintah

Belanda adalah

.

a. terjadinya perebutan kekuasaan

b. berakhirnya kekuasaan Belanda di

Indonesia

c. k

as negeri Belanda mengalami

kekosongan

Uji Kemampuan

d. banyak daerah-daerah di Indonesia

yang merdeka

6. Pelaksanaan sistem tanam paksa ditujukan

untuk menyelamatkan keuangan Belanda

yang

rapuh sebagai akibat

.

a. kegagalan sewa tanah

b. korupsi yang dilakukan pegawai

Belanda

c. krisis ekonomi yang melanda Eropa

d. perlawanan yang terjadi di berbagai

daerah Indonesia

7. Tokoh yang mengusulkan dilaksanakannya

sistem tanam paksa adalah

.

a. Van den Bosch

b. Van Deventer

c. Van der Plas

d. Daendels

8. Cultuur Stelsel adalah aturan yang

mewajibkan

.

a. petani di Jawa menanam tanaman

yang laku di luar negeri

b. p

ara petani menanam pala dan

palawija untuk kebutuhan sendiri

c. semua hasil pertanian dari petani

diserahkan kepada pemerintah

d. tanah para petani harus ditanami

tanaman perkebunan dan pertanian

9. Berdasarkan ketentuan dalam tanam paksa,

tanah yang harus diserahkan para petani

sebesar

bagian.

a. ·

c. ·

b.

· d.

·

73

Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

10. Hadiah yang diberikan kepada para pegawai

tanam paksa yang dapat menyerahkan

hasil panen melebihi ketentuan yang telah

ditetapkan disebut

.

a. cultuur procenten

b. cultuur stelsel

c. contingenten

d. ponale sanstie

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!

1. Bagaimana upaya Sultan Banten, Sultan Ageng Tirtayasa dalam mempertahankan kedaulatan

negaranya?

2. Bagaima

na upaya VOC dalam menundukkan Kesultanan Banten?

3. Mengapa rakyat Maluku menolak kehadiran Belanda di wilayahnya?

4. Apakah alasan rakyat Maluku memilih Thomas Matulessy sebagai pimpinan perjuangan di dalam

melawan VOC? Jelaskan!

5. Jelaskan apa penyebab khusus pecahnya Perang Diponegoro!

74

Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII

Setelah kamu merinci kekalahan-kekalahannya, bandingkanlah kekalahan-kekalahan

tersebut.

a. Apakah ada persamaannya?

b. Apakah ada perbedaannya? Jika ya, dari segi hal apa perbedaan kekalahan tersebut

terjadi?

c.

Seandainya kamu menjadi Kapiten Pattimura, apa yang akan kamu lakukan agar kesalahan

R

uang Berpikir

Coba kamu kaji

k

embali kekalahan-kekalahan dari perlawanan Kapiten Pattimura, Tuanku

Imam Bonjol, Perang Diponegoro, dan Perang Bali. Buatlah seperti kolom berikut ini.

Sebab-Sebab Kekalahan

Kapiten Pattimura

Tuanku Imam Bonjol

Perang Diponegoro

Perang Bali