Gambar Sampul Bahasa Indonesia · Bab 4 Kehidupan
Bahasa Indonesia · Bab 4 Kehidupan
Agus

23/08/2021 04:51:48

SMP 8 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

49

Kehidupan

Pernahkah kamu menyaksikan pementasan drama. Sebuah

pementasan drama biasanya dipersiapkan dengan baik. Persiapan

tersebut yaitu latihan dialog, penataan panggung, dan pemilihan

kostum yang sesuai dengan karakter yang akan diperankan.

Dalam Pelajaran 3, kamu telah menulis naskah drama ber-

dasarkan keaslian ide dan menanggapi unsur pementasan drama.

Pada pelajaran ini, kamu akan belajar berlatih mengevaluasi pemeran

tokoh drama dan kembali menulis naskah drama berdasarkan

kaidah penulisan naskah drama. Kegiatan belajar tersebut akan

berguna untuk melatih kepekaanmu terhadap sesama.

Pelajaran

4

S

u

m

b

e

r:

w

w

w.

k

o

m

pa

s

o

nl

in

e

.

co

m

Bahasa Indonesia Memperkaya Wawasanku

untuk Kelas VIII

50

A . Menyimpulkan Suatu Teks

melalui Membaca Cepat

Konsep Materi Pelajaran 4

Kamu akan mempelajari Pelajaran 4 ini selama 12 jam pelajaran.

1 jam pelajaran = 40 menit

Kehidupan

Bahasa

Membaca Cepat

Mengevaluasi

Pemeran Tokoh

Drama

Mengukur kecepatan

membaca

Sastra

Menulis Naskah

Drama

Menjawab pertanyaan

Menentukan unsur

pementasan drama

Menanggapi unsur drama

Menyusun kerangka cerita

Kaidah penulisan

naskah drama

Menyimpulkan

isi teks bacaan

melalui

melalui

terdiri

atas

untuk

untuk

dengan

cara

Kemampuan yang akan kamu miliki setelah mempelajari

pelajaran ini adalah sebagai berikut:

mengukur kecepatan membaca;

• menjawab pertanyaan;

Menyimpulkan isi teks bacaan.

Saat duduk di Kelas VII, kamu sudah sering berlatih

membaca cepat, bukan? Nah, pada pelajaran ini, kamu akan

berlatih kembali membaca cepat 250 kata per menit. Kamu

juga akan menjawab pertanyaan dan menyimpulkan isi teks

bacaan. Rumus untuk mengukur kecepatan membaca adalah

sebagai berikut.

Jumlah kata yang dibaca

Jumlah detik untuk membaca

X 60 = jumlah kpm

Kehidupan

51

Tukarkanlah lembaran-lembaran fiksasi kamu dengan milik

temanmu. Lalu, tataplah titik demi titik yang ada pada setiap

lembarannya dengan tidak disertai gerakan kepala. Kegiatan ini

bermanfaat dalam melatih kecepatan gerak mata kamu ketika

membaca.

Setelah kamu berlatih beberapa kali untuk kegiatan

tersebut, berikut ini ada teks bacaan yang harus dibaca dalam

waktu 2 menit. Dalam kegiatan membaca tersebut, kamu harus

mencatat

kata ketiga setelah kata yang bergaris bawah

.

Lakukan kegiatan ini dengan

tidak mengulang kembali kata

sebelumnya

. Setelah selesai, hasilnya cocokkan dengan milik

teman-temanmu.

Sebelum kegiatan membaca cepat ini dimulai, buatlah

beberapa lembar fiksasi seperti berikut. Titik-titik yang ada

dalam lembar kedua atau ketiga harus lebih jarang daripada

yang ada pada lembar-lembar sebelumnya.

Aku adalah Pikiranku

Semua berawal dari yang kita pikirkan.

Jika berpikir bahwa kita bisa, kita pasti bisa.

Nah, bahayanya, sekali berpikir bahwa kita

akan gagal, maka bisa dipastikan bahwa

kegagalan juga yang akan kita dapatkan.

Betulkah begitu?

Cara kita berpikir atau menilai suatu

keadaan sangat memengaruhi cara kita

menghadapi keadaan tersebut. Coba saja

hayati, kita biasanya hanya terpaku pada

sesuatu yang sedang kita pikirkan. Lalu, kita

mulai melakukan sesuatu hanya berdasar pada

apa yang kita pikirkan saat itu. Eh..., sampai

akhirnya kita baru sadar kalau sebenarnya kita

sudah

nyemplung

terlalu jauh.

Coba

deh

perhatikan perilaku perokok.

Terus, coba tanya mengapa mereka merokok

(ya termasuk tanya diri kita sendiri kalau kita

memang merokok)? Tanyakan, apa yang para

perokok pikirkan tentang kesehatan diri dan

kesehatan lingkungannya? Apa tanggapan

mereka tentang rokok? Rasanya, hampir semua

perokok tahu bahwa merokok itu memang

musuh kesehatan; bahwa rokok itu jahat

karena menggerogoti paru-paru, jantung, dan

mekanisme tubuh lainnya.

Lha

, kalau sudah

tahu,

kok

masih tidak bisa lepas dari rokok?

Entah bagaimana, pada diri perokok ada

secuil pikiran bahwa "Ah...,

it’s ok

-lah merokok.

Kalau sudah waktunya sakit,

toh

sakit juga.

Kalau memang bukan jatahnya sakit, ya tidak

Bahasa Indonesia Memperkaya Wawasanku

untuk Kelas VIII

52

Lakukanlah latihan berikut secara bergantian dengan temanmu.

1.

Carilah wacana (bacaan) lain yang terdiri atas paling sedikit 250

kata.

2.

Tukarkanlah wacana tersebut dengan milik temanmu. Kemudian,

bacalah wacana tersebut.

3. Sementara kamu membaca, mintalah ia untuk mengukur

kecepatan membacamu itu. Minta pula ia untuk mengajukan

sedikitnya sepuluh pertanyaan berkenaan dengan bacaan itu.

4. Berapa pertanyaan yang berhasil kamu jawab dengan benar?

Jumlah jawaban yang benar ini akan menandai keberhasilan

membaca kamu. Jika dari sepuluh pertanyaan itu kamu dapat

menjawab dengan benar maksimal delapan pertanyaan, berarti

kamu berhasil. Jika jawaban yang benar kurang dari itu, kamu

harus berlatih lagi membaca cepat.

Berikut masalah-masalah yang dibicarakan dalam wacana

tersebut. Tentukanlah salah satu masalah yang kamu anggap

menarik untuk didiskusikan. Tentukan pula solusi penyelesaian

dari masalah tersebut.

1. Pikiran akan datangnya kegagalan dalam suatu usaha.

2. Sulitnya seseorang menghindari kebiasaan buruk, misalnya

dalam hal merokok.

sakit."

Tuh kan

. Dahsyat,

kan

? Hanya sekelumit

pikiran bahwa "tidak ada salahnya merokok"

dapat mengarahkan perilaku seseorang untuk

mau mengisap rokok yang jelas-jelas sudah

dipahami "kejahatannya".

Begitulah cara kerja perilaku kita.

Meskipun sudah punya pandangan negatif

tentang merokok, tetap saja mereka akan

terjebak pada pilihan perilaku merokok.

Awalnya

sih

memang secuil pikiran, tetapi

kalau dibiarkan terus, pikiran ini dapat terus

"membengkak" sampai akhirnya mengubah

pikiran bahwa memang merokok enggak

berbahaya bagi kesehatan.

Sakti ya pikiran kita? Ya, karena pikiran-

pikiran inilah yang kemudian menjadi setir bagi

semua kegiatan dan aktivitas kita.

Jadi, bagaimana caranya mengendalikan

pikiran? Yang utama, jangan biarkan pikiran

kita mengembara tidak tentu rimbanya.

Jangan sampai

deh

kita sibuk memikirkan

yang sebetulnya tidak perlu untuk dipikirkan.

Bengong, melamun, dan mengkhayal bisa jadi

"pintu" masuk buat pikiran yang tidak-tidak.

Lebih baik ajak pikiran kita untuk "sibuk"

mengolah berbagai macam informasi yang

baik buat didiskusikan. Rugi sekali kalau daya

pikiran kita ini dibiarkan "nganggur" begitu

saja.

Sumber

:

Kompas

, 7 Desember 2004,

dengan beberapa penyesuaian

Latihan

Latihan Tambahan

Kehidupan

53

B. Mengevaluasi Pemeran Tokoh Drama

3. Sulitnya orang dalam mengendalikan pikirannya.

4. Kebiasaan buruk di dalam mengisi pikiran, misalnya

melamun dan berkhayal.

5. Langkanya remaja gaul yang bebas rokok dan alkohol.

Kemampuan yang akan kamu miliki setelah mempelajari pelajaran

ini adalah sebagai berikut:

menentukan unsur pementasan drama;

menanggapi unsur drama dengan alasan yang logis.

Pada pelajaran sebelumnya, kamu sudah berlatih bermain

peran. Akan tetapi, belum fokus mengevaluasi tokoh-tokoh

dalam bermain peran atau pementasan drama tersebut. Nah,

pada pelajaran kali ini, kamu akan diperkenalkan berbagai

tokoh dalam sebuah pementasan drama dan harus berlatih untuk

mengevaluasinya. Dengan demikian, kamu akan lebih mampu

mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama.

Apabila kamu mengapresiasi pementasan drama, menganalisis

pemeranan tokoh sangat penting. Kamu dapat

menganalisis dari

karakter atau sifatnya, tingkah lakunya, ataupun postur tubuh

tokoh tersebut. Dalam drama, cara pengarang mengungkapkan

penokohan itu cenderung bersifat tidak langsung. Oleh karena

itu, untuk mengetahui perwatakan tokoh dapat dilakukan dari

hal-hal berikut.

1. Dialog-dialog yang diucapkan tokoh dengan lawan

bicaranya. Dari dialog tersebut akan tergambar sifat dan

penokohan tokoh tersebut.

2. Bentuk (baik postur tubuh atau kostum) yang dikenakan

cenderung menggambarkan perwatakan tokoh.

Berikut ini contoh-contoh postur tubuh yang kecenderungan

memiliki kesesuaian dengan karakternya.

Fisik

Bahasa Indonesia Memperkaya Wawasanku

untuk Kelas VIII

54

Pentas Drama Anak "Kerajaan Burung"

Burung-burung tak tahan lagi menghuni

dusun. Burung-burung memutuskan kembali

ke kerajaan mereka di negeri antah berantah.

Sebenarnya, jauh di lubuk hati, burung-burung

itu tak ingin berpisah dengan sahabat mereka,

Kiku, anak seorang petani yang baik hati.

Burung-burung itu begitu sedih mengutarakan

maksud hati kepada Kiku, suatu ketika.

Namun, bagaimana lagi, burung-burung

itu sudah tak lagi nyaman berada di dusun

tersebut. Kehidupan mereka terus-menerus

diganggu oleh dua anak bandel, Rudi dan Didu.

Keturunan burung-burung itu diburu, sarang-

sarang tempat mereka bermukim dirusak,

sedangkan telur-telurnya diambil. Habislah

kesabaran burung-burung itu.

"Maaf Kiku. Kami harus pergi ke kerajaan.

Kami tak tahan lagi berada di dusunmu.

Selamat tinggal, Kiku." kata burung-burung itu

kepada Kiku, lirih sekali.

Kiku sendiri tak bisa lagi berbuat apa-

apa, kecuali membiarkan sahabat-sahabatnya

itu pergi. Apalagi, Kiku dikalahkan Rudi dan

Didu.

Latar beralih dan menampakkan per-

temuan akbar kerajaan ulat dan serangga.

Kedua raja sepakat membagi lahan-lahan

tanaman di dusun itu untuk dijadikan santap-

an. Seperti ketiban durian runtuh, kerajaan

ulat dan serangga mendadak kaya raya.

Masyarakat kebingungan bagaimana mengusir

hama yang meluluhlantakkan sumber

mata pencarian mereka. Sang lurah turun

tangan.

3. Dialog yang diucapkan tokoh lain dapat menggambarkannya,

baik ketika langsung berdialog dengan tokoh tersebut

maupun dengan tokoh-tokoh lain yang tanpa melibatkan

kehadiran tokoh tersebut.

Selain menganalisis para tokoh, pendalaman tentang

peran-peran yang dibawakan oleh tokoh pun harus dianalisis.

Apakah tokoh tersebut termasuk pelaku utama atau termasuk

pelaku pembantu? Apakah tokoh termasuk tokoh antagonis

atau protagonis? Nah, dengan modal pengetahuan tersebut,

kamu dapat mengevaluasi pemeranan tokoh dalam sebuah

pementasan drama. Sekarang, bacalah dengan cermat ringkasan

cerita (sinopsis) dari pementasan drama anak di Teater Tertutup

Taman Budaya Jawa Barat berikut.

Dalam membaca

kan

naskah drama, dialog

harus

lah diucapkan jelas

dan menuju sasaran. Jika

irama dan idiom per

cakap

-

an sudah dapat dikuasai,

pasti penonton akan

merasa

kan bahwa dialog-

dialog itu adalah wajar,

alamiah, dan tidak dibuat-

buat sehingga dialog

yang dibaca

kan menjadi

menarik hati.

Sumber:

Drama Karya Dalam

Dua Dimensi,

1996

Lentera

Sastra

Sumber

:

Pikiran Rakyat Cyber Media

, 2002

Temperamen

Sensitif,

intelektual,

religius,

penyendiri

Aktif, energik,

kurang religius,

mencari

prestasi,

agresif

Suka yang

menyenangkan,

sentimental,

mudah bergaul

Sumber

:

Menjadi Aktor

,

karya Suyatna Anirun

Kehidupan

55

Tokoh Rudi dan Didu digambarkan sebagai anak yang nakal,

suka meng ganggu, dan sering bertindak kasar. Tokoh Rudi dan

Didu suka mengganggu kehidupan burung-burung. Burung-

burung sudah tak nyaman lagi berada di dusun tersebut karena

ulah kedua anak tersebut. Jadi, dapat dikatakan tokoh Rudi dan

Didu termasuk tokoh antagonis. Tokoh antagonis adalah tokoh

yang berwatak dan bersifat

jahat.

Tokoh Kiku digambarkan

sebagai

anak yang baik dan suka bersahabat. Tokoh Kiku

termasuk tokoh protagonis, yaitu tokoh yang memiliki watak

dan sikap hidup yang baik.

Pada pementasan drama tersebut, latar berfungsi

menciptakan suasana yang mendukung tema drama. Latar

tersebut melukiskan keadaan atau suasana tertentu sehingga

pergantian latar dapat mengubah keadaan atau suasana

tersebut.

Tanpa menyinggung kualitas permainan para pelaku,

drama anak berjudul "Kerajaan Burung", tentu layak diberikan

apresiasi khusus. Apalagi, seluruh pemain adalah siswa-siswi

Sekolah Dasar Percobaan Negeri (SDPN) Setiabudhi, dengan

bimbingan mahasiswa Jurusan Seni Drama Tari dan Musik

(Sendratasik) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Betapa

tidak, saat drama itu dipentaskan di Teater Tertutup Taman

Budaya Jawa Barat, seluruh pelaku mampu menguasai lakon

yang diusungkan ke pundak mereka.

Setelah seluruh komponen dusun

berembuk, diutuslah Kiku untuk mencari

kerajaan burung, seorang diri. Ia ditugaskan

untuk membujuk sahabat-sahabatnya untuk

kembali, mengenyahkan hama-hama itu.

Meski kebingungan, Kiku melangkahkan kaki

ke belantara. Untunglah, di tengah perjalanan,

ia bertemu dengan burung hantu dan burung

kepodang. Kedua burung itulah yang kemudian

menunjukkan arah mana yang harus ditempuh

Kiku dalam usahanya menemukan kerajaan

burung.

Kiku menghadap Prabu Garuda, ketua

para burung. Semula, Prabu Garuda enggan

mengabulkan permohonan Kiku. Namun, setelah

menimbang-nimbang, sang Prabu memberikan

izin. Bahkan, ia dan seluruh rengrengan turut

pula membantu masyarakat dusun membasmi

hama tersebut. Tak hanya itu, kedua anak

bandel tadi terpaksa harus berurusan dengan

aparat karena polah mereka.

Sumber

:

Pikiran Rakyat Cyber Media

, 2002

1. Bentuklah kelompok yang beranggotakan enam orang.

2. Bacalah naskah drama "Kesalahpahaman" berikut.

Latihan

Bahasa Indonesia Memperkaya Wawasanku

untuk Kelas VIII

56

Drama Satu Babak

Kesalahpahaman

Karya Arminsyah

Pentas

T

empat bermukim orang-orang gembeI,

kelompok gelandangan, dekat stasiun kereta

api, di sekitar lapangan luas.

(

Panggilan azan terdengar sayup menjauh

bersama tenggelamnya fajar. Sinar listrik

mewarnai kota, terdengar tuter mobil dan

dering becak. Seorang pemuda berbaring

dengan pakaian bagus, tetapi kumal. Muncul

seorang ibu masih muda dengan pakaian rapi

terpelajar. Anak tersebut diajak pulang oleh

ibunya

.)

Sani

: "Sekali tidak, tetap tidak. Bagi Sani,

tak ada istilah pulang."

Mama : "Jangan berhati batu. Cintailah

hidupmu. Hari sudah malam. Mama

tidak baik kelewat lama di tempat

ini. Apa nanti kata orang?"

Sani : "Apa nanti kata orang, ya... apa nanti

kata orang. Aku

ogah

pulang. Rumah

sama dengan sarang setan."

Mama : "Di rumah ada kebahagiaan, ada

ketenang

an. Di rumah ada kehidup-

an. Di sini bukan tempatmu, Sani.

Engkau adalah anak Mama, Sani.

Hiduplah yang baik, hiduplah yang

wajar, Nak."

Sani : "Ya, aku si Sani jadi anak tiri.

Keluarga kita sudah pecah Mama,

hidup ini sudah berantakan. Siapa

yang salah, aku si Sani atau Mama?

Ketahuilah Mam, bukan mutiara

kehidupan yang Mama berikan

kepada Sani, melainkan racun yang

mem

binasakan hidup Sani.

(

Tak dapat menahan emosi, ibunya menampar

Sani.

)

Mama : "Anak celaka."

Sani : "TerIambat Mama, terlambat.

Mengapa baru sekarang Mama

menampar Sani? Mengapa tidak

dulu sewaktu Sani mem

butuh kan

pukulan ini, pada masa bocah? Mama

dulu memberi Sani duit sembunyi

sambil berkata, Sani anak sayang,

cahaya mata Mama. Sani anak Mama

ini adalah Sani anak yang gagal dan

kecewa. Akulah si Sani jadi gembel,

anak gelandangan, pencoleng kota

yang ke luar masuk bui. Akulah si

Sani yang senantiasa jadi incaran

polisi."

Mama : (

Hampir rubuh

)

Mama : "Jangan kau rusakkan hidupmu. Kau

Sani adalah anakku, mengapa kau

merusakkan hidup Mama? Mengapa

begini jadinya?"

Sani : "Memang begini jadinya karena

Mama merasa hanya akulah yang

bersalah, hanya Sanilah yang salah.

Tetapi, sebenarnya bibit kehancuran

hidup disebabkan oleh Mama. Ayah

pergi, Ayah mati, Mama kawin lagi.

Sayang dan hati Mama terbagi. Mama

mengajar Sani menjadi pencuri

karena Mama memberi uang dengan

sembunyi-sembunyi supaya tak tahu

Ayah pengganti, laki Mama, ayah

tiri."

(

Ibunya memeluk Sani, tangis kedua insan itu

semakin menjadi.

)

Mama : "Maafkan Mama, Sani. Mama berjanji,

semua itu tidak akan terjadi lagi pada

kita. Mari, Nak, hari sudah gelap. Allah

Swt. mendengar janji Mama tadi.

(

Mereka pun berpelukan

.

Mereka menangis

bersama

.

Mereka menyadari kesalahannya

masing-masing

.

Mereka pun bangkit saling

bergandengan, menuju ke rumah

.)

Sumber

:

Horison Kitab Drama,

November 2007

3. Setelah isi drama dipahami oleh seluruh anggota, pilihlah

peran-peran yang cocok sesuai kesenangan, kemampuan, dan

postur tubuh kamu. Sisanya yang tidak kebagian peran menjadi

figuran.

4.

Setelah mendapat peran, bacalah kembali dialog-dialognya sesuai

dengan perannya masing-masing sampai hafal.

5. Setelah hafal dialog masing-masing, berlatihlah dengan posisi

dan gerakan (akting) sesuai dengan tuntutan dialog.

Kehidupan

57

C. Menulis Naskah Drama

Kemampuan dasar yang akan kamu miliki setelah mempelajari

pelajaran ini adalah sebagai berikut:

• menyusun kerangka cerita;

mengubah naskah cerita ke dalam bentuk drama.

Dalam Pelajaran 1 Bagian D, Pelajaran 2 Bagian D, dan

Pelajaran 3 Bagian C, kamu telah belajar mengenai bermain

peran dalam drama. Dalam pelajaran ini, kamu akan belajar

mengenai penulisan naskah drama. Naskah drama dapat kamu

tulis berdasarkan rekaan kamu sendiri ataupun dengan menulis

naskah drama berdasarkan naskah cerita. Naskah cerita yang

kamu baca dapat kamu ubah bentuknya (adaptasi) menjadi

sebuah naskah drama. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan

saat mengadaptasi naskah drama dari sebuah cerita adalah

sebagai berikut.

1. Bacalah naskah cerita secara cermat dan berulang-ulang.

2. Tentukanlah unsur-unsur yang ada dalam cerita. Hal ini

menyangkut tokoh, perwatakan, hingga latarnya.

3. Setelah pembacaan selesai, bayangkanlah kira-kira

bagaimana penentuan tokoh yang baik hingga properti

yang diperlukan untuk mendukung pementasan drama.

4. Saat pengadaptasian naskah cerita menjadi naskah drama,

kamu dapat menambahkan atau mengurangi bagian isi

cerita. Hal ini dapat dilakukan asalkan tidak mengubah

tema cerita.

Sebagai gambaran, bacalah teks cerita berikut dengan

baik.

Arya berdiri di ruang makan. Sebentar-

sebentar dia mengintip ke ruang kerja ayahnya.

Di ruangan itu tersimpan buku-buku koleksi

ayahnya. Ruangan itu dialasi tikar lampit

Kalimantan. Sangat nyaman. Arya dan Astri

betah berlama-lama membaca di situ. Ibu Arya

yang seorang guru, juga sering mengoreksi

soal-soal ulangan di situ.

Sekarang ini lampu ruangan itu mati. Ayah

belum sempat menggantikan dengan lampu

baru. Arya mengintip sekali lagi. Namun, ia

tidak dapat melihat jelas karena ruangan itu

agak gelap. Sore itu tidak ada seorang pun di

rumah kecuali Arya. Ayah dan ibu mengantar

Astri ke dokter gigi. Arya mulai gelisah. Ia

ingin sekali masuk ke ruangan itu. Tiba-tiba ia

dikejutkan oleh dering telepon. Ternyata dari

Dani, teman sekelasnya.

"Kalau kamu tidak dapat menemukannya,

berarti kamu ingkar janji. Dasar pengecut."

kata Dani dengan suara keras.

"Tetapi, Dan...," jawab Arya gugup.

Belum sempat Arya menyelesaikan kalimatnya,

telepon sudah ditutup Dani. Arya lalu berjalan

menuju ruang belajar. Besok Ibu akan memberi

ulangan Matematika. Di ruang itulah biasanya

Hukuman Manis buat Arya

Oleh Lestari Danardana

Bahasa Indonesia Memperkaya Wawasanku

untuk Kelas VIII

58

Dari cerita tersebut, kamu dapat membuat pemetaan awal

untuk naskah drama seperti berikut.

1. Tokoh

- Arya

- Ibu

- Dani

- Astri (adik Arya)

- Ayah

2. Latar cerita

- Sekolah

- Rumah Arya

Berikut ini contoh pengembangan naskah cerita tersebut

menjadi naskah drama.

Hukuman Manis buat Arya

Arya berdiri di ruang makan. Sebentar-

sebentar dia mengintip ke ruang kerja ayahnya.

Di ruangan itu tersimpan buku-buku koleksi

ayahnya. Ruangan itu dialasi tikar lampit

Kalimantan. Sangat nyaman.

Sekarang ini lampu ruangan itu mati. Arya

mengintip sekali lagi. Namun, ia tidak bisa

melihat jelas karena ruangan itu agak gelap.

Sore itu tidak ada seorang pun di rumah kecuali

Arya. Ayah dan ibu mengantar Astri ke dokter

gigi. Arya mulai gelisah. Ia ingin sekali masuk

ke ruangan itu.

Tiba-tiba, ia dikejutkan oleh dering

telepon. Ternyata dari Dani, teman sekelasnya.

Arya mengangkat telepon.

Ibu mempersiapkan soal-soal ulangan. Perlahan-

lahan dibukanya pintu ruangan itu. Berkas sinar

lampu dari ruang makan menerobos masuk.

"Itu dia.", Dengan gemetar, diambilnya

kertas itu dari atas meja. Lega rasanya begitu

melihat bahwa kertas itu benar-benar soal

ulangan Matematika. Rasa takut kembali

muncul di hatinya. "Pengecut, pengecut."

Mengingat kata-kata Dani itu, Arya menjadi

nekat membawa kertas itu keluar. Secepat

kilat ia lari ke ruang TV menelepon Dani.

"Hebat." teriak Dani. Arya lalu membacakan

soal Matematika itu dan Dani mencatatnya.

"Terima kasih, Arya. Besok kutraktir es

krim Mas Doto

deh

." seru Dani riang.

Arya tertegun sejenak. Dia lalu lari ke

ruang belajar dan menyimpan kembali kertas

soal itu.

Keesokan harinya, ulangan Matematika

berlangsung sesuai jadwal.

"Ya ampun, soalnya persis sekali." seru

Arya dalam hati. Dani berhasil menyelesaikan

soal ulangan dalam waktu dua puluh menit.

Ketika ia menyerahkan lembar jawaban,

semua anak memandang keheranan padanya.

Arya tersenyum dan Dani membalas dengan

mengedipkan sebelah matanya.

Sore harinya, saat Arya pulang ke rumah.

"Ayah, Arya mendapat nilai Matematika paling

tinggi di kelas, lo." seru Ibu.

"Wah hebat. Anak istimewa harus men-

dapat hadiah istimewa." timpal Ayah.

"Aku juga mau kasih Mas Arya hadiah. Tapi

rahasia." ucap Astri, adik Arya.

Arya menutup mulut dengan tangannya.

Alisnya agak terangkat. Ia menjadi salah

tingkah. Ia malu dan merasa sangat bersalah.

Arya akhirnya menunduk dan berkata lirih,

"Maaf, Bu. Saya membaca soal ulangan

Matematika itu tadi malam," air mata meng-

genang di pelupuk matanya.

Ibu memeluknya dengan lembut dan

berkata, "Hmm, Ibu senang akhirnya kamu

mengaku. Tetapi mengapa kau lakukan itu?

Ada yang menyuruhmu?" desak Ibu lembut.

"Ti... tidak, Bu." sahut Arya cepat, tetap

menunduk.

"Memang serbasalah jadi anak guru, ya?"

Ibu menyelidik halus.

"Mmm... sebetulnya kalau aku berani,

hal ini tidak akan terjadi, Bu," jawab Arya

memberanikan diri.

Arya menghela napasnya.

Sumber:

Majalah

Bobo

, No. 30/XXX

Kehidupan

59

1. Buatlah kelompok dengan jumlah anggota lima orang.

2. Setiap kelompok meneruskan pengadaptasian naskah cerita

"Hukuman Manis buat Arya" menjadi naskah drama.

3. Selama pengerjaan, diskusikanlah hal-hal apa saja yang perlu

diperhatikan untuk mendukung cerita tersebut menjadi naskah

drama.

4. Setelah pengadaptasian naskah selesai, lakukanlah latihan

bersama. Tentukan siapa saja yang menjadi pemeran tokoh.

5. Selanjutnya, lakukanlah pertunjukan drama dari hasil

pengadaptasian tersebut di depan teman-temanmu. Lakukan

bergantian dari setiap kelompok.

Latihan

Dani (

dengan suara keras)

: "Kalau kamu tidak

bisa menemukannya, berarti kamu ingkar janji.

Dasar pengecut."

Arya (

gugup

): "Tapi, Dan..."

Di ruang itu, Ibu biasanya mempersiapkan

soal-soal ulangan. Perlahan-lahan dibukanya pintu

ruangan itu.

Arya (bergumam): "Itu dia."

Sebuah buku tergeletak di meja. Tampak

ada sehelai kertas terselip di dalamnya. Arya

tahu benar bahwa mengintip soal sebelum

ulangan adalah perbuatan curang. Namun,

ejekan Dani terngiang-ngiang di telinganya.

Dengan gemetar, diambilnya kertas

ulangan itu dari atas meja.

....

Ringkasan Pelajaran 4

1. Hal utama yang harus diperhatikan saat kamu membaca cepat adalah pergerakan

bola matamu. Saat membaca cepat lehermu jangan ikut bergerak, karena cukup

mata saja yang mengikuti tulisan.

2. Dalam evaluasi pemeranan tokoh drama, dialog-dialog yang diucapkan tokoh-tokoh

akan menjadi pusat perhatian. Penghayatan dialog, gestur, dan kesesuaian postur

tubuh menjadi hal penting yang harus kamu perhatikan.

3. Menulis naskah drama berdasarkan kaidah penulisan naskah drama berbeda dengan

menulis naskah drama berdasarkan keaslian ide. Menulis naskah drama berdasarkan

kaidah penulisan naskah drama, biasanya mengadaptasi dari naskah drama yang

sudah ada. Penulisan naskah drama berdasarkan keaslian ide biasanya menyadur

cerpen dan novel atau karangan sendiri.

Bahasa Indonesia Memperkaya Wawasanku

untuk Kelas VIII

60

Mengukur Kemampuan

Sebuah pementasan drama selalu mengandung unsur-unsur yang perlu untuk

dievaluasi. Pementasan drama sangatlah kompleks dan melibatkan banyak pihak.

Kesatuan tim dalam pementasan drama sangat menentukan kelancaran jalannya

pementasan. Tentu saja isi cerita masih memegang peranan penting. Tetapi, jika saat

dipentaskan menjadi tidak menarik belum tentu naskahnya tidak menarik. Bisa jadi

teknik pemeranannya yang kurang baik. Setelah mempelajri drama, kamu diharapkan

mampu mementaskan drama dengan baik.

Dalang

: "Ha? Ampun Nak ...

(

Histeris

) di mana anakku

Wulan? Di mana? Di mana

Wulan? O, Wulan ...."

Jaka Tarub : "Entah. Kami berpisah se-

sudah kebun kangkung."

Dalang

: "Laki-laki tanpa ke

lem-

butan."

Jaka Tarub : "Dia

ngajak

pisah. Kau

harus tahu, perempuan

sekarang tidak mau di-

buntuti laki-laki. Saya

senang sikap demikian.

Tanpa saling menyakit-

kan hati."

Dalang

: "Sama edan kalian."

Jaka Tarub : (

pada kelompok suara

)

"Okey

, panggil saja aku

Wulan."

Dalang : (

Memotong

) "Jangan

dulu. (

Berpikir

) Kalau

begitu tidak usah adegan

Bidadari turun mandi."

Sumber

:

Horison

, 2002

....

Sukroso

:"Itu yang belum bisa di

Indonesia ini. Di Eropa,

sebuah sajak kudengar,

dibayar oleh majalah

yang memuatkannya,

ratusan."

Satilawati : "Dengan itu saja, pe-

ngarang telah dapat hidup

beberapa bulan."

Sukroso : (

Menarik napas

) "Ya, ke

sana hendaknya pergi

kita nanti, apabila pe-

ngarang-pengarang muda

kita (

melihat ke atas

).

Pengarang-pengarang

Indonesia merdeka?"

Satilawati : (

Te r s e n y u m

) "Ayah, telah

insaf benar kau rupanya

sekarang."

Sumber

:

Dari Ave Maria

ke Jalan Lain ke Roma

, 2002

2.

Jelaskan watak tokoh Satilawati dan Sukroso

dalam penggalan drama berikut.

1.

Sebutkan watak tokoh dalang dalam kutipan

drama berikut.

Kerjakan soal-soal berikut dengan tepat.

3. Tuliskan tanggapanmu terhadap gaya

bahasa yang dipakai dalam penggalan

drama pada nomor 2.

Evaluasi Pelajaran 4