Gambar Sampul Seni Budaya · Bab 3 Mengidentifikasi Jenis Karya Seni Teater Daerah
Seni Budaya · Bab 3 Mengidentifikasi Jenis Karya Seni Teater Daerah
Trisno Santoso Retno Sayekti Wisik Lawu Purbo Uta

24/08/2021 15:03:47

SMP 7 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Mengidentifikasi Jenis

Karya Seni Teater Daerah

G

ambar di atas merupakan pertunjukan Wayang Orang, salah satu jenis

teater daerah. Tentu saja beragam jenis bentuk teatrikal yang dapat kamu

temukan di sekitar tempat tinggalmu. Dapatkan kamu menyebutkan jenis-jenis

teater yang berkembang di daerahmu? Di antara teater yang berkembang,

manakah yang paling diminati masyarakat di daerahmu?

pada bab ini kamu akan diajak mempelajari jenis-jenis karya seni teater di

bebrapa daerah serta menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan dan

pesan moral seni teater tersebut.

Sumber:

Suroto Jimbung

BAB

3

Gambar 3.1

Wayang Orang sebagai salah satu dari karya seni teater daerah di

Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Seni Teater SMP/MTs Kelas VII

22

A. Jenis Karya Seni Teater Daerah

Setelah mempelajari bab ini siswa diharapkan mampu mengidentifikasi jenis

karya seni teater daerah setempat.

Teater tradisional merupakan hasil kreativitas dan kebersamaan suatu

kelompok sosial yang berakar dari budaya setempat. Misalnya: dongeng,

pantun, tari, musik, dan syair. Teater tradisional tanpa menggunakan

naskah dan bersifat improvisasi. Sifatnya supel, artinya dipentaskan di sem-

barang tampat. Jenis ini masih hidup dan berkembang di daarah-daerah di

seluruh Indonesia. Sifat teater tradisional, yaitu improvisasinya sederhana,

spontan, dan menyatu dengan kehidupan rakyat. Pada bab 1 kamu sudah

mempe

lajari t

eater tutur, sekarang akan ditampilkan seni teater tradisi dari

beberapa daerah di Indonesia. Contoh-contoh teater tradisional tersebut meli-

puti sebagai berikut.

1. Teater Tradisi dari Jawa Barat

Sukabumi adalah salah satu kebupaten yang ada di Jawa Barat. Di

sana ada teater khas yang bernama “Gekbreng”. Kesenian yang berupa

drama tari ini bersifat humor yang menceritakan tentang kehidupan ma-

syarakat sehari-hari. Nama Gekbreng itu sendiri merupakan gabungan

dari dua kata, yaitu “gek” dan “breng” yang artinya “duduk seketika”.

Dengan demikian, Gekbreng dapat diartikan ketika seseorang duduk,

saat itu pula riuh rendah bunyi gamelan memulai aksi pertunjukan.

Kesenian Gekbreng diciptakan oleh Abah Ba’i pada tahun 1918, setelah

tamat berguru pada seorang seniman longser yang bernama Abah Emod

alias Abah Soang di Kampung Situ Gentang Ranji, Sukabumi.

Konon, kesenian ini timbul dari reaksi masyarakat atas ketidakadilan

yang dilakukan oleh para penguasa waktu itu. Dengan kreatifitasnya,

Abah Ba’i menangkap keluhan-keluhan masyarakat terhadap penguasa

itu dan meramunya menjadi suatu bentuk drama tari yang bersifat humor

yang kemudian disebut Gekbreng. Jadi, dahulu Gekbreng adalah suatu

kesenian yang bertujuan untuk mengingatkan para penguasa melalui

sindiran-sindiran halus yang disampaikan dengan gaya humor agar

jangan terlalu sewenang-wenang dalam menggunakan kekuasaannya.

Peralatan musik yang digunakan untuk mengiring pertunjukan

Gekbreng adalah seperangkat gamelan berlaras selendro yang terdiri

atas: (1) kendang; (2) terompet; (3) ketuk tilu; (4) rebab; (5) rincik; dan

(6) gong.

Bab 3

- Mengidentifikasi Jenis Karya Seni Teater Daerah

23

Pertunjukan Gekbreng biasanya diadakan di tempat terbuka atau tempat

yang agak luas, seperti pendapa atau halaman rumah. Para penontonnya

duduk berkeliling membentuk huruf U atau tapal kuda. Demikian pula

dekorasi panggungnya, terkesan cukup seadanya dan bahkan bersifat

abstrak imajiner. Pertunjukan teater rakyat ini dapat dilakukan pada siang

maupun malam hari. Pada malam hari, sebagai pencahayaan dipergunakan

obor tradisional bersumbu tiga yang disebut

oncor

.

2. Teater Tradisi dari Betawi

a. Lenong merupakan seni teater tradisional Betawi yang sampai kini

masih ada. Lenong Betawi biasa mengambil cerita kisah seribu satu

malam, jagoan-jagoan betawi (Si Pitung; Si Jampang; dan lain-lain),

dongeng rakyat, dan sebagainya. Musik pengiringnya mengguna-

kan gambang kromong yaitu alat musik khas Betawi.

b. Topeng Betawi dalam bahasa Betawi berarti pertunjukan. Teater

rakyat ini dimainkan di tengah kerumunan berbaur dengan penon-

ton. Pertunjukan diawali dengan bunyi-bunyian orkes untuk menarik

penonton. Lalu dibuka dengan topeng kedok yang dimainkan oleh

satu atau dua orang wanita. Pertunjukan dilanjutkan dengan kembang

topeng betawi dan bodor (lawak) yang dimainkan oleh primadona

lawak. Inti pertunjukan baru dimainkan pada tengah malam, berupa

cerita kepahlawanan tokoh betawi dan lain-lain.

3. Teater Tradisi dari Jawa Tengah dan Yogyakarta

a. Ketoprak

Teater yang amat populer di Jawa Tengah dan Yogyakarta ini cukup

tua usianya, yaitu muncul sejak tahun 1887. Mula-mula hanya meru-

pakan permainan lesung orang-orang desa di bawah bulan purnama,

kemudian ditambah tembang dan nyanyian. Jadi, bukan tontonan. Baru

pada tahun 1909, setelah dimodifikasi dengan tambahan alat-alat musik,

seperti kendang, terbang, seruling, dan kecrek, pertunjukan ini dipertonton-

kan. Pada tahun 1920-an berkembanglah kelompok-kelompok ketoprak

yang mempertontonkan ketoprak

dalam bentuk seperti yang kita

kenal sekarang. Pertunjukannya

pun tidak lagi diselenggarakan di

halaman rumah atau pendapa,

melainkan beralih ke panggung

prosenium. Cerita yang dipentas-

kan beragam dan sejak tahun

1930-an sudah mengambil sumber-

sumber cerita yang lebih modern.

Sumber:

http://

santi12love.files.wordpress.com

Gambar 3.2

Kesenian Ketoprak yang

sedang dimainkan di pendapa desa.

Seni Teater SMP/MTs Kelas VII

24

b. Wayang Wong

Teater Wayang Wong (Wayang Orang) semula muncul di Istana

Yogyakarta pada pertengahan abad 18, namun akhirnya keluar istana

dan menjadi kegemaran rakyat. Per-

tunjukannya diselenggarakan di pasar-

pasar

malam, taman hiburan, dan di pentas

prosenium.

Penataan panggung

realistik

dengan set ruangan keraton,

gerbang

keraton, jalan desa, dan lain-lain. Cerita

yang dipentaskan umumnya Maha-

bharata dan Ramayana yang dipelajari

dari

guru-guru tari keraton. Pemainnya

harus pandai me

nari dan menembang

serta memahami tarian untuk karakter

tertentu, selain juga mampu melakukan

brontowecono

(berdialog) dalam karakter

yang dibawakannya.

4. Teater Tradisi dari Bali

Calonarang

Teater ini muncul pada tahun 1825 di Klungkung dalam lingkup

istana, namun diyakini telah hidup sebelumnya. Fungsinya adalah

mengiringi upacara keagamaan dan tolak bala. Sumber ceritanya adalah

kitab

Calonarang

yang terdiri atas empat cerita, yakti

Katundung Ratna

Mangali

(pengusiran Ratna Mangali),

Perkawinan Mpu Bahula

,

Ngeseng

Waringin

(pembakaran pohon beringin), dan

Kautus Rarung

(utusan

Rarung ke istana dan perkawinan

Ratna Mangali-Raja Airlangga). Tata

tari, iringan gamelan, dan busana

dalam teater ini banyak mengambil

dari tari gambuh. Dialog atau

anta-

wacana

para pemain diucapkan

dalam bahasa Kawi dan Bali. Tokoh

tetapnya ada sepuluh, ditambah

tokoh hantu-hantu kecil bertopeng

yang ditujukan sebagai lelucon.

5. Ragam Teater Melayu

a. Teater Dulmuluk dari Sumatera Selatan

Berbagai versi mengenai asal muasal Dulmuluk. Ada beberapa versi

tentang sejarah teater tradisional yang berkembang di Sumatera Selatan

itu. Satu versi yang sering disebut-sebut, teater ini bermula dari syair Raja

Sumber:

Suroto Jimbung

Gambar 3.3

Salah satu adegan

perang dalam kesenian Wayang

Orang.

Sumber:

www.balivision.com

Gambar 3.4

Pertunjukan Calonarang

di daerah Bali.

Bab 3

- Mengidentifikasi Jenis Karya Seni Teater Daerah

25

Ali Haji, sastrawan yang pernah bermukim di Riau dan terkenal dengan

Gurindam 12. Salah satu syair Raja Ali Haji diterbitkan dalam buku Kejayaan

Kerajaan Melayu. Karya yang mengisahkan Raja Abdul Muluk itu terkenal

dan menyebar di berbagai daerah Melayu, termasuk Palembang.

Versi lain menyebutkan, seorang pedagang keturunan Arab, Wan

Bakar, membacakan syair tentang Abdul Muluk di sekitar rumahnya

di Tangga Takat, 16 Ulu. Acara tersebut menarik minat dan perhatian

masyarakat sehingga mereka datang berkerumun. Agar lebih menarik,

pembacaan syair kemudian disertai dengan peragaan oleh beberapa

orang, ditambah iringan musik.

Pertunjukan itu mulai dikenal sebagai Dulmuluk pada awal abad

ke-20. Pada masa penjajahan Jepang sejak tahun 1942, seni rakyat itu

berkembang menjadi teater tradisi yang dipentaskan di atas panggung.

Kelompok

teater kemudian bermunculan dan Dulmuluk tumbuh dan

digemari masyarakat. Pertunjukan Dulmuluk menjadi menarik karena

menampilkan unsur-unsur teater yang lengkap. Ada cerita, syair, lagu-

lagu Melayu, dan

lawakan. Lawakan

pada pertu

njukan Dulmuluk sering

mengangkat dan menertawakan

ironi kehidupan sehari-hari masya-

rakat saat itu. Pertunjukan Dulmuluk

selalu dibawakan secara spontan dan

menghibur,

bahkan penonton juga

bisa merespons percakapan di atas

panggung. Bahasa yang digunakan

adalah bahasa Melayu dan bahasa

Palembang.

b. Teater Mendu dari Kepulauan Riau

Mendu adalah sebuah kesenian yang menyebar ke berbagai tempat

di daerah yang disebut sebagai Pulau Tujuh, yakni: Bunguran Timur

(Ranai dan Sepempang), Siantan (Terempa dan Langi), dan Midai di

Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

Mendu adalah seni pertunjukan yang unik. Keunikannya adalah

cerita yang dimainkan tanpa naskah, sehingga para pemain harus hafal

benar alur ceritanya di luar kepala. Dialog-dialognya disampaikan dengan

tarian dan nyanyian yang diiringi dengan musik yang khas, gabungan

dari bunyi gong, gendang, beduk, biola, dan kaleng. Sementara itu,

lagu-lagu yang dinyanyikan adalah: Air Mawar, Jalan Kunon,

Ilang

Wayat, Perang, Beremas, Ayuhai, Tale Satu, Pucok Labu, Sengkawang, Nasib,

Numu Satu Serawak, Setanggi, Burung Putih, Wakang Pecah, Mas Merah,

Indar Tarik Lembu, Numu Satu, Lemak Lamun, Lakau, dan Catuk. Sedang-

kan tarian-tariannya adalah: Air Mawar, Lemak Lamun, Lakau, Ladun,

Jalan Runon, dan Baremas.

Sumber:

http://bp2.blogger.com

Gambar 3.5

Pertunjukan Dulmuluk.

Seni Teater SMP/MTs Kelas VII

26

Cerita yang dimainkan adalah Hikayat Dewa Mendu yang diangkat

dari cerita rakyat masyarakat Bunguran-Natuna. Cerita itu terbagi

dalam tujuh episode. Ketujuh episode tersebut sebagai berikut.

1. Episode pertama, menceritakan kehidupan di kayangan dan turun-

nya Dewa Mendu dan Angkara Dewa ke dunia yang fana.

2. Episode kedua, menceritakan berpisahnya Dewa Mendu dengan

Siti Mahdewi akibat perbuatan jin jahat yang diutus oleh Maharaja

Laksemalik.

3. Episode ketiga, menceritakan perjalanan Siti Mahdewi, kelahiran

anaknya yang kemudian diberi nama Kilan Cahaya, dan per-

jumpaannya dengan Nenek Kabayan.

4. Episode keempat, mengisahkan tentang perjalanan Dewa Mendu

yang kemudian sampai di sebuah kerajaan yang rajanya bernama

Bahailani.

5. Episode kelima, menceritakan perjalanan Dewa Mendu ke sebuah

kerajaan yang rajanya bernama Majusi.

6. Episode keenam, menceritakan perjalanan Dewa Mendu ke sebuah

kerajaan yang rajanya bernama Firmansyah.

7. Episode ketujuh, mengisahkan bagaimana Dewa Mendu bertemu

dengan Kilan Cahaya yang diawali dengan perkelahian antar-

keduanya. Cerita Dewa Mendu ini dapat dimainkan dalam bebe-

rapa versi, namun inti ceritanya tetap sama.

Tokoh-tokoh dalam seni pertunjukan Mendu, di samping Dewa

Mendu adalah: Angkara Dewa, Siti Mahdewi, Maharaja Laksemalik,

Kilan Cahaya, Nenek Kebayan, Raja Bahailani, Raja Majusi, Raja

Firmansyah, Raja Beruk, dan tokoh-tokoh pendukung lainnya yang

jenaka seperti Tuk Mugok dan Selamat Salabe. Kedua tokoh ini seperti

tokoh Punakawan dalam pewayangan yaitu sebagai humoris dalam

cerita Mendu. Oleh karena itu, mereka menjadi bagian yang penting

dan sangat disenangi oleh penonton.

Bahasa yang dipergunakan dalam berdialog adalah bahasa Mendu

dan bahasa Melayu sehari-hari masyarakat pendukungnya. Bahasa

Mendu digunakan oleh para tokoh utama, sedangkan bahasa Melayu

sehari-hari digunakan oleh tokoh-tokoh lainnya, seperti: jin, dayang,

dan peran pembantu lainnya.

c. Teater Mamanda dari Kalimantan

Seni teater tradisional masyarakat Kutai disebut Mamanda. Istilah

Mamanda diduga berasal dari istilah

pamanda

atau

paman

. Kata tersebut

dalam suatu lakon merupakan panggilan raja yang ditujukan kepada

menteri, wajir atau mangkubuminya dengan sebutan

pamanda menteri

,

pamanda wajir

, dan

pamanda mangkubumi

.

Bab 3

- Mengidentifikasi Jenis Karya Seni Teater Daerah

27

Karena seringnya kata

pamanda

diucapkan dalam setiap pertunjukan,

maka istilah tersebut menjadi julukan bagi seni pertunjukan itu sendiri. Seni

teater

tradisional Mamanda merupakan salah satu seni pertunjukan yang

populer di Kutai di masa lalu. Kesenian ini selalu dipertunjukkan pada setiap

perayaan

hari

nasional, pada acara perkawinan, khitanan, dan sebagainya.

Mamanda merupakan salah satu jenis hiburan yang disenangi

masyarakat. Ada dua pakem cerita yang digunakan dalam Mamanda

yaitu jalan cerita yang disajikan dalam Mamanda adalah tentang sebuah

kerajaan, maka pertunjukan Mamanda tersebut mirip dengan Kethoprak.

Namun, jika yang dipertunjukan adalah cerita rakyat biasa, maka

pertunjukan Mamanda tersebut mirip dengan Ludruk. Dalam

pertunjukannya, Mamanda selalu menggunakan dua jenis alat alat

musik yakni gendang dan biola.

Kesenian Mamanda sudah ja-

rang dipentaskan secara terbuka.

Namun pada Festival Erau di kota

Tenggarong, kesenian Mamanda

sering dipertunjukkan secara ter-

buka untuk mengisi salah satu mata

acara hiburan rakyat.

Kamu sudah mempelajari definisi teater daerah dan ragam

teater Jawa, Bali, dan Melayu. Sekarang agar lebih terasah kemam-

puan dan kreativitasmu, coba kamu identifikasi ragam teater daerah

di daerah kamu, baik sejarah, proses kreatif berkeseniannya, dan

lain-lain! Kamu bisa melihat artikelnya di koran, majalah, internet,

atau kamu bisa bertanya langsung pada orang-orang disekitarmu

atau kelompok-kelompok teater daerah di tempat tinggalmu!

B. Menunjukkan Sikap Apresiatif terhadap Keunikan

dan Pesan Moral Seni Teater Daerah Setempat

Siswa diharapkan mampu menunjukkan sikap apresiatif terhadap

keunikan dan pesan moral seni teater daerah setempat.

Sumber:

http://bp2.blogger.com

Gambar 3.6

Pertunjukan Mamanda.

Seni Teater SMP/MTs Kelas VII

28

Pada bab 1 kamu sudah

mempelajari

proses kemunculan teater daerah,

ragam teater tutur, dan bagaimana mengapresiasi serta menampilkan

keunikan dan pesan moral seni teater daerah. Kegiatan ini dilakukan dengan

mengamati sebuah

kelompok

pertunjukan khususnya

kelompok

kesenian

teater daerah sedang mementaskan

cerita di

panggung. Oleh karena itu, untuk

dapat memberikan penghargaan terhadap seni teater, perlu menikmati

dengan penuh konsentrasi termasuk memberikan penilaian terhadap seni

teater daerah setempat. Adapun yang perlu diapresiasi dalam karya seni

teater daerah adalah keunikan dan pesan moral yang terkandung dalam

seni teater tersebut.

1. Menunjukkan Keunikan Seni Teater Daerah

Pada bab 1 dijelaskan bahwa keunikan dari seni teater daerah, meli-

puti tata gerak, tata busana, tata musik, dan penyajian. Namun kalau

kita cermati lagi lebih dalam lagi muncul kembali beberapa hal yang

menyebabkan teater daerah itu terkesan unik, yaitu sebagai berikut.

a. Keragaman bentuk, keragaman bentuk pada seni daerah disebab-

kan karena jumlah suku bangsa yang terdapat di Indonesia begitu

banyak sekitar 300 suku bangsa. Tiap -tiap suku bangsa di Indonesia

memiliki minimal satu bentuk cipta seni.

b. Keragaman fungsi. Munculnya seni teater daerah bermula dari

prosesi ritual namun seiring berkembangnya pola kehidupan

masyarakat zaman sekarang banyak sekali teater tradisi berubah

dari kebutuhan ritual menjadi kebutuhan yang bersifat

ngepop

seperti: perkawinan, khitanan, dan lain-lain.

c.

Sifat sederhana, di beberapa tempat aspek kederhanaan masih di-

pegang teguh oleh beberapa kelompok teater tradisi seperti gagasan

ide dan peralatan serta cara penyampaian ke penonton secara spontan.

2. Mengungkapkan Pesan Moral Seni Teater Daerah

Pada dasarnya, setiap seni teater daerah di Indonesia memiliki pesan

moral. Oleh karena itu, untuk dapat mengungkapkan pesan moral teater

daerah setempat, hendaknya kamu secara cermat dan penuh apresiatif

dalam menyaksikan karya teater daerah. Ada beberapa pesan moral yang

bisa dilihat dari pertunjukan teater daerah, antara lain penghargaan

terhadap Tuhan, alam (air, angin, tanah, api), pahlawan, dan sebagainya.

Kamu sudah mempelajari keunikan seni teater daerah dan

mengungkapkan pesan moral seni teater daerah. Coba asahlah

kemampuanmu dengan menunjukkan keunikan dan pesan moral

dari seni teater yang ada di daerahmu!

Bab 3

- Mengidentifikasi Jenis Karya Seni Teater Daerah

29

Teater tradisional merupakan hasil kreativitas dan kebersamaan

suatu kelompok sosial yang berakar dari budaya setempat. Teater

tradisional tanpa menggunakan naskah dan bersifat improvisasi.

Sifatnya supel, artinya dipentaskan di sembarang tampat. Jenis ini

masih hidup dan berkembang di daarah-daerah di seluruh Indo-

nesia. Sifat teater tradisional, yaitu improvisasinya sederhana, spontan,

dan menyatu dengan kehidupan rakyat

Kamu sudah mempelajari jenis-jenis karya seni teater daerah dan

menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan dan pesan moral seni teater

daerah setempat. Apakah kamu masih mengalami kesulitan dengan materi

tersebut? Apabila masih mengalami kesulitan dengan materi tersebut, kamu

bisa

bertanya pada guru atau orang-orang yang ahli dalam bidang tersebut

seperti pimpi

nan teater di daerahmu!

A. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

1 .

Di bawah ini yang merupakan teater tradisional dari Betawi adalah ....

a. lenong

c. ludruk

b. kethoprak

d.

calonarang

2. Kisah Calonarang berasal dari Kerajaan ....

a. Mulawarwan

b. Udayana

c.

Sriwijaya

d. Airlangga

3. Kethoprak berasal dari Provinsi ....

a. Bali

b. Lombok

c.

Jawa Tengah

d. Jawa Barat

4. Bahasa yang digunakan dalam Calonarang adalah bahasa ....

a. Kawi dan bahasa Bali

b. Sansekerta dan bahasa Bali

c.

Kawi dan Sansekerta

d. Jawa tengahan dan Sansekerta

Seni Teater SMP/MTs Kelas VII

30

5. Kesenian tradisi Ludruk berasal dari ....

a. Jawa Timur

b. Jawa Tengah

c.

Jawa Barat

d. Jakarta

6. Keunikan seni teater daerah meliputi hal berikut,

kecuali

....

a. tata gerak

b. tata busana

c.

penyajian

d. penontonnya

7. Arja merupakan kesenian teater tradisi yang berasal dari ....

a. Jawa Barat

b. Jawa Timur

c.

Jawa Tengah

d. Bali

8. Ludruknya Betawi yang mengambil cerita kisah seribu satu malam,

jagoan-jagoan betawi (Si Pitung; Si Jampang; dan lain-lain), dongeng

rakyat, dan sebagainya disebut ....

a. topeng Betawi

b. lenong

c.

ondel-ondel

d. kethoprak

9. Improvisasi sederhana, spontan, dan menyatu dengan kehidupan

rakyat merupakan ....

a. tujuan teater rakyat

b. target dari teater rakyat

c.

sifat teater kontemporer

d. sifat teater rakyat

10. Munculnya seni teater daerah bermula dari prosesi ....

a. ritual keagamaan

b. cipta seni itu sendiri

c.

semangat memperoleh rezeki

d. estetika

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!

1. Jelaskan proses munculnya teater tradisi!

2. Sebutkan keunikan dari teater tradisional!

3. Bagaimanakah sikap apresiatif terhadap pesan moral seni teater

tradisional? Jelaskan!

4. Apakah hubungan antara keragaman suku dengan hasil cipta seni

teater tradisi?

5. Sebutkan tiga jenis seni teater tradisional lengkap dengan sejarah

penciptaannya!