Gambar Sampul Sejarah Indonesia   · Bab 2 Pedagang, Penguasa dan Pujangga pada Masa Klasik
Sejarah Indonesia · Bab 2 Pedagang, Penguasa dan Pujangga pada Masa Klasik
Restu Gunawan, Amurwani Dwi Lestariningsih, dan Sardiman

24/08/2021 14:07:41

SMA 10 K-13 revisi 2017

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

73

Sejarah Indonesia

Kutipan di atas menunjukkan perkembangan Kebudayaan

Hindu-Buddha sudah berlangsung sangat lama dan meluas di

seluruh Kepulauan Indonesia. Kebudayaan yang sangat monumental

adalah mulai dikenalnya tulisan. Oleh karena itu dalam bab ini

kita akan mengenal lebih lanjut tentang penduduk di Kepulauan

Indonesia ketika sudah mengenal tulisan dan kebudayaannya

mulai berkembang. Terutama sewaktu pengaruh-pengaruh budaya

Hindu-Buddha masuk ke Kepulauan Indonesia. Masa ini sering kali

disebut juga dengan masa klasik, yaitu awal masuknya unsur-unsur

budaya India di Kepulauan Indonesia. Pada tahapan ini banyak

kemajuan yang dicapai dalam pemikiran dan hasil-hasil budaya baik

dalam bentuk benda, maupun budaya tak benda. Masa klasik juga

diartikan sebagai pertimbangan banyaknya capaian budaya pada

masa Hindu-Buddha itu yang masih tetap dihargai dan ditafsirkan

ulang hingga saat ini meskipun pengaruh budaya Hindu-Buddha

sudah mulai memudar dan digantikan oleh budaya lain.

Bab II

Pedagang, Penguasa

dan Pujangga pada Masa

Klasik (Hindu-Buddha)

Masa Hindu-Buddha berlangsung selama kurang lebih 12 abad.

Pembabakan masa Hindu-Buddha terbagi menjadi tiga, yaitu

periode pertumbuhan, perkembangan, dan keruntuhan. Pada abad

ke-16 agama Islam mulai mendominasi Nusantara. Namun, tidak

berarti pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha hilang tergantikan

kebudayaan Islam. Agama Islam mengakomodasi peninggalan

Hindu-Buddha, tentunya dengan melakukan modifikasi agar

tetap berselang beberapa abad, wujud peradaban Hindu-Buddha

masih dapat kita saksikan hingga sekarang, misalnya dalam

perwujudan sastra dan arsitektur.

(Taufik Abdullah (ed), 2012)

74

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

PETA KONSEP

PEDAGANG, PENGUASA DAN PUJANGGA PADA

MASA KLASIK (HINDU BUDDHA)

Pengaruh Hindu-Buddha

Seni Bangunan

Seni Rupa dan ukir

Seni Sastra dan Aksara

Sistem Kepercayaan

Sistem Pemerintahan

Jaringan Perdagangan dan

Pelayaran Nusantara

Kerajaan Pada Masa

Hindu-Buddha

Akulturasi Kebudayaan Nusantara

dan Hindu-Buddha

Kerajaan Kutai

Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Kalingga

Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Kediri

Kerajaan Singhasari

Kerajaan Majapahit

Kerajaan Buleleng

Kerajaan Tulang bawang

Kerajaan Kotakapur

dan lain-lain

Terbentuk Melalui

Membentuk

Membentuk

Antara lain

Saling

Mempengaruhi

Proses Melalui

Membentuk Budaya Baru

75

Sejarah Indonesia

Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa

Klasik (Hindu-Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan

Pariwisata.

Gambar 2.2

Candi Prambanan

Perhatikan gambar di atas. Tentu kamu pernah membaca

atau bahkan datang untuk melihat kemegahan candi Borobudur

dan candi Prambanan. Kedua candi ini merupakan peninggalan

masa Hindu-Buddha dan berlokasi di Jawa Tengah.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari uraian ini, diharapkan kamu dapat:

1.

Menganalisis pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia

2.

Mengenali kerajaan pada masa Hindu-Buddha

3.

Mendeskripsikan jaringan perdagangan dan

pelayaran Nusantara

4.

Mengalanisis akulturasi Kebudayaan Nusantara

dan Hindu

A.

Pengaruh Budaya India

„

Mengamati Lingkungan

76

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Candi Borobudur terletak di Kota Magelang, Jawa Tengah.

Dari bentuk arsitekturnya candi itu merupakan candi Buddha. Candi

yang megah itu pernah menjadi satu di antara tujuh keajaiban

dunia. Kamu tentu bangga dengan peninggalan budaya itu dan

harus dapat merawat peninggalan yang sangat berharga tersebut.

Tidak jauh dari candi Borobudur, terdapat candi Prambanan. Candi

Hindu itu terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta

dengan Klaten, Jawa Tengah. Kedua candi yang megah itu

merupakan bukti perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-

Buddha di Indonesia. Apa kamu pernah membaca cerita rakyat

tentang Rara Jonggrang dan Bandung Bondowoso? Cerita itu

yang melatarbelakangi terjadinya candi Prambanan. Benarkah hal

tersebut terjadi nyata ataukah hanya sebuah mitos belaka? Kamu

dapat mendiskusikannya bersama teman-teman.

Dua mahakarya itu merupakan bukti-bukti pencapaian yang luar

biasa pada Dinasti Syailendra. Setelah masa dinasti tersebut surut,

pusat kebudayaan dan politik kerajaan pindah ke Jawa bagian

timur. Di Jawa bagian timur itu kemudian berdirilah kerajaan yang

diperintah oleh keturunan Raja Mataram yang bernama Mpu Sindok.

Beberapa sumber sejarah yang berasal dari Cina menyebutkan

tentang adanya hubungan perkawinan antara raja Jawa dan Bali

pada masa pemerintahannya.

Sementara itu, di Sumatra terdapat kerajaan yang sangat

terkenal, yaitu Sriwijaya. Kerajaan yang handal menjalin hubungan

dengan dunia internasional melalui jaringan perdagangan dan

kemaritimannya. Dalam masa itulah para pedagang datang dari

India, Cina dan Arab untuk meramaikan Sriwijaya. Saat Sumatra

berada di bawah Dinasti Syailendra, kerajaan itu dapat menguasai

kerajaan-kerajaan lain di sepanjang Selat Malaka. Pada masa itu

pula hubungan dengan India dan Cina berkembang pesat. Bahkan

hubungan itu sangat berpengaruh dalam perkembangan budaya

pada masa itu, bahkan hingga saat ini pengaruh kedua budaya

itu masih dapat kita temui. Kehebatan Sriwijaya juga ditunjukkan

dengan adanya “dharma” (sumbangan) dari Raja Sriwijaya untuk

77

Sejarah Indonesia

mendirikan asrama di Nalanda, India. Sriwijaya pun menjadi pusat

belajar agama Buddha pada masa itu. Sumber-sumber Tibet dan

Nepal menyebutkan, seorang pendeta Buddha yang bernama Atisa,

belajar Agama Buddha di Sriwijaya selama 12 tahun, atas saran

I-tsing, seorang musafir dari Cina yang lebih dahulu pernah singgah

di Sriwijaya.

Jika mengunjungi Candi Prambanan atau candi Borobudur,

kamu akan melihat kisah dalam dunia wayang. Kamu mungkin

pernah mendengar tentang wayang, atau bahkan ada yang suka

menonton pertunjukan wayang. Wayang sudah dikenal oleh

nenek moyang kita sejak masa Hindu-Buddha. Melalui wayang

kisah

Mahabharata

dipentaskan. Kisah yang hingga saat ini masih

populer adalah kisah

Bharatayudha

. Kisah ini menceritakan tentang

perang saudara antara Kurawa dan Pandawa, tentang kebaikan

yang mengalahkan kejahatan. Cerita itu merupakan saduran dari

India. Seorang pujangga Jawa diperintahkan oleh Jayabaya untuk

menulis cerita itu dalam versi Jawa. Jayabaya adalah Raja Kediri

yang kekuasaannya tidak dapat ditentang oleh kerajaan-kerajaan

lain. Raja ini pula yang dikenal karena kehebatan ramalannya. Selain

Mahabharata

juga dikenal cerita tentang

Ramayana

. Dari kisah

Ramayana

itulah disebutkan adanya Jawadwipa, pulau yang kaya

dengan tambang emas dan perak.

Nama Jawadwipa juga sudah dikenal oleh seorang ahli

geografi Yunani, Ptolomeus, pada awal tarikh Masehi dengan

nama “Labadiu”. Jadi nama Kepulauan Indonesia sudah ditulis dan

dikenal oleh penulis Barat jauh pada masa awal Masehi. Ptolomeus

menyebutkan bahwa Pulau Labadiu artinya Pulau Padi atau dikenal

pula dengan Jawadwipa.

Nah, bagaimanakah agama Hindu dan Buddha dapat masuk

di Kepulauan Indonesia? Banyak ahli yang berpendapat tentang itu.

Pada bab ini kita akan belajar tentang masuk dan berkembangnya

pengaruh-pengaruh India dan Cina, serta capaian-capaian yang

dilakukan para penguasa pada masa itu dan proses masuknya

78

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

agama Hindu dan Buddha. Pada saat ini pula peranan pedagang,

penguasa, dan pujangga sangat terlihat dari bukti-bukti capaian

budaya yang hingga kini masih dapat kita jumpai.

„

Memahami Teks

Satu di antara bangsa yang berinteraksi dengan penduduk

kepulauan di Indonesia adalah bangsa India. Interaksi itu terjalin

sejalan dengan meluasnya hubungan perdagangan antara India dan

Cina. Hubungan itu yang mendorong pedagang-pedagang India dan

Cina datang ke kepulauan di Indonesia. Menurut van Leur, barang

yang diperdagangkan dalam pasar internasional saat itu adalah

barang komoditas yang bernilai tinggi. Barang-barang itu berupa

logam mulia, perhiasan, berbagai barang pecah belah, serta bahan

baku yang diperlukan untuk kerajinan. Dua komoditas penting yang

menjadi primadona pada awal masa sejarah di Kepulauan Indonesia

adalah gaharu dan kapur barus. Kedua komoditas itu merupakan

bahan baku pewangi yang paling digemari oleh bangsa India dan

Cina. Interaksi dengan kedua bangsa itu membawa perubahan pada

bentuk tata negara di beberapa daerah di Kepulauan Indonesia. Juga

perubahan dalam susunan kemasyarakatan dan sistem kepercayaan.

Sejak saat itu pula pengaruh-pengaruh Hindu-Buddha berkembang

di Indonesia.

Untuk memperdalam kajian tentang hal ini kamu dapat

membaca buku Vlekke,

Nusantara: Sejarah Indonesia.

79

Sejarah Indonesia

Tanda-tanda tertua adanya pengaruh kebudayaan Hindu di

Indonesia berupa prasasti-prasasti yang ditemukan di daerah Sungai

Cisedane, dekat Kota Bogor saat ini. Juga di Jawa Barat dekat Kota

Jakarta. Selain itu kita juga dapat melihat peninggalan kebudayaan

Hindia itu di sepanjang pantai Kalimantan Timur, yaitu di daerah

Muarakaman, Kutai. Menurut para ahli sejarah kuno, kerajaan-

kerajaan yang disebut dalam prasasti-prasasti itu adalah kerajaan

Indonesia asli, yang hidup makmur bersumber dari perdagangan

dengan negara-negara di India Selatan. Interaksi dengan orang-

orang dari negara lain itulah yang kemudian mempengaruh cara

pandang para raja-raja saat itu untuk mengadopsi konsep-konsep

Hindu dengan cara mengundang para ahli dan para pendeta dari

golongan Brahmana (pendeta) di India Selatan yang beragama

Wisnu atau Brahma.

Beberapa bukti menunjukkan, setelah budaya India masuk,

terjadi banyak perubahan dalam tatanan kehidupan. Berdasarkan

bukti-bukti yang ditemukan, kerajaan tertua di Muarakaman,

Kalimatan Timur, yaitu Kerajaan Kutai mendapat pengaruh yang

kuat dari budaya India yaitu budaya yang dikembangkan oleh

Bangsa Arya di lembah Sungai Indus. Percampuran budaya itu

kemudian melahirkan kerajaan yang bersifat Hindu di Nusantara.

Baik itu yang mencakup dalam sistem religi, sistem kemasyarakatan,

dan bentuk pemerintahan. Suatu hal yang sangat penting dalam

pengaruh Hindu adalah adanya konsepsi mengenai susunan negara

yang amat hirarkis dengan pembagian-pembagian dan fraksi-fraksi

yang digolongkan ke dalam empat atau delapan bagian besar yang

bersifat sederajat dan tersusun secara simetris. Semua bagian-

bagian itu diorientasikan ke atas, yaitu sang raja dianggap sebagai

keturunan dewa. Raja dianggap keramat dan puncak dari segala hal

dalam negara dan pusat alam semesta.

80

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Kebudayaan Hindu di zaman itu mempunyai kekuatan yang

besar dan serupa dengan zaman modern saat ini, seperti kebudayaan

Barat ataupun kebudayaan Korea yang hampir mempengaruhi

seluruh kehidupan semua bangsa-bangsa di dunia. Demikian halnya

dengan kebudayaan intelektual agama Hindu pada masa itu yang

mempunyai pengaruh kuat di Asia Tenggara.

Sebelum kebudayaan India masuk, pemerintahan desa dipimpin

oleh seorang kepala suku yang dipilih oleh anggota masyarakat.

Seorang kepala suku merupakan orang pilihan yang mengetahui

tentang adat istiadat dan upacara pemujaan roh nenek moyangnya

dengan baik. Ia juga dianggap sebagai wakil nenek moyangnya. Ia

harus dapat melindungi keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya.

Karena itulah larangan dan perintahnya dipatuhi oleh warganya.

Setelah masuknya budaya India, terjadi perubahan. Kedudukan

kepala suku digantikan oleh raja seperti halnya di India. Raja

memiliki kekuasaan yang sangat besar. Kedudukan raja tidak lagi

dipilih oleh rakyatnya, akan tetapi diturunkan secara turun temurun.

Raja merupakan penjelmaan dewa yang seringkali disembah oleh

rakyatnya. Para Brahmana agama Hindu tidak dibebani untuk

menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Pada dasarnya seseorang

tidak dapat menjadi Hindu, tetapi seseorang itu lahir sebagai Hindu.

Mengingat hal tersebut, maka menjadi menarik dengan adanya

agama Hindu di Indonesia. Bagaimana dapat terjadi bahwa orang-

orang Indonesia yang pasti pada mulanya tidak dilahirkan sebagai

Hindu dapat beragama Hindu.

Demikian pula dengan sistem kemasyarakatan. Sistem

kemasyarakatan yang dikembangkan oleh bangsa Arya yang

berkembang di Lembah Sungai Indus adalah sistem kasta. Sistem

kasta mengatur hubungan sosial bangsa Arya dengan bangsa-

bangsa yang ditaklukkannya. Sistem ini membedakan masyarakat

berdasarkan fungsinya. Golongan Brahmana (pendeta) menduduki

81

Sejarah Indonesia

golongan pertama. Ksatria (bangsawan, prajurit) menduduki

golongan kedua. Waisya (pedagang dan petani) menduduki

golongan ketiga, sedangkan Sudra (rakyat biasa) menduduki

golongan terendah atau golongan keempat. Sistem kepercayaan

dan kasta menjadi dasar terbentuknya kepercayaan terhadap

Hinduisme. Penggolongan seperti inilah yang disebut caturwarna.

Awal hubungan dagang antara

penduduk Kepulauan Nusantara dan India

bertepatan dengan perkembangan pesat dari

agama Buddha. Pendeta-pendeta Buddha

menyebarkan ajarannya ke seluruh penjuru

dunia melalui jalur perdagangan tanpa

menghitungkan kesulitan-kesulitan yang

ditempuhnya. Mereka mendaki Himalaya

untuk menyebarkan ajaran Buddha di Tibet.

Dari Tibet mereka melanjutkan ke arah utara

hingga sampai ke Cina. Kedatangan mereka

itu biasanya disampaikan terlebih dahulu,

sehingga ketika tiba di tempat tujuan

mereka dapat bertemu dengan kalangan

istana. Mereka biasanya mengajarkan agama

dengan penuh ketekunan. Mereka juga

membentuk sebuah

sanggha

dengan biksu-

biksu setempat, sehingga muncul suatu

ikatan langsung dengan India, tanah

suci

agama Buddha. Kedatangan para biksu dari

India ke negara-negara lain itu, memunculkan

keinginan para penduduk daerah setempat

untuk pergi ke India mempelajari agama

Buddha lebih lanjut. Para biksu lokal itu

kemudian kembali dengan membawa kitab-

kitab suci, relik, dan kesan-kesan. Bosch

Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas

Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha).

Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan

Pariwisata.

Gambar 2.3

Arca Buddha dan Bodhisattwa

dari sabong pelangi

Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas

Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-

Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan

dan Pariwisata.

Gambar 2.4

Arca Awalokiteswara

82

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

menyebut gejala ini dengan “arus balik”.

Pengaruh Buddha di Indonesia dapat

dijumpai pada beberapa temuan arkeologis.

Satu bukti adalah ditemukannya arca Buddha

terbuat dari perunggu di daerah Sempaga,

Sulawesi Selatan. Menurut ciri-cirinya, arca

Sempaga memperlihatkan langgam seni arca

Amarawati dari India Selatan. Arca sejenis

juga ditemukan di daerah Jember, Jawa

Timur dan daerah Bukit Siguntang, Sumatra

Selatan. Di daerah Kota Bangun, Kutai,

Kalimantan Timur, juga ditemukan arca

Buddha. Arca Buddha itu memperlihatkan

ciri seni area dari India Utara. Kalau begitu

kapan kebudayaan Hindu-Buddha dari India

itu masuk ke Kepulauan Indonesia?

Terdapat berbagai pendapat mengenai proses masuknya

Hindu-Buddha atau sering disebut Hinduisasi. Sampai saat ini masih

ada perbedaan pendapat mengenai cara dan jalur proses masuk dan

berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia.

Beberapa pendapat (teori) tersebut dijelaskan pada uraian berikut:

Pertama

, sering disebut dengan teori

Ksatria

. Dalam kaitan

ini R.C. Majundar berpendapat, bahwa munculnya kerajaan atau

pengaruh Hindu di Kepulauan Indonesia disebabkan oleh peranan

kaum ksatria atau para prajurit India. Para prajurit diduga melarikan

diri dari India dan mendirikan kerajaan-kerajaan di Kepulauan

Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya. Namun, teori Ksatria

yang dikemukakan oleh R.C. Majundar ini kurang disertai dengan

bukti-bukti yang mendukung. Selama ini belum ada ahli yang dapat

menemukan bukti-bukti yang menunjukkan adanya ekspansi dari

prajurit-prajurit India ke Kepulauan Indonesia. Kekuatan teori ini

terletak pada semangat petualangan para kaum ksatria.

Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas

Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha).

Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan

Pariwisata.

Gambar 2.5

Arca Buddha

83

Sejarah Indonesia

Kedua

, teori

Waisya

. Teori ini terkait dengan pendapat N.J.

Krom yang mengatakan bahwa kelompok yang berperan dalam

dalam penyebaran Hindu-Buddha di Asia Tenggara, termasuk

Indonesia adalah kaum pedagang. Pada mulanya para pedagang

India berlayar untuk berdagang. Pada saat itu jalur perdagangan

ditempuh melalui lautan yang menyebabkan mereka tergantung

pada musim angin dan kondisi alam. Bila musim angin tidak

memungkinkan maka mereka akan menetap lebih lama untuk

menunggu musim baik. Para pedagang India pun melakukan

perkawinan dengan penduduk pribumi dan melalui perkawinan

tersebut mereka mengembangkan kebudayaan India. Menurut G.

Coedes, yang memotivasi para pedagang India untuk datang ke Asia

Tenggara adalah keinginan untuk memperoleh barang tambang

terutama emas dan hasil hutan.

Ketiga

, teori

Brahmana

. Teori tersebut sesuai dengan

pendapat J.C. van Leur bahwa Hinduisasi di Kepulauan Indonesia

disebabkan oleh peranan kaum Brahmana. Pendapat van Leur

didasarkan atas temuan-temuan prasasti yang menggunakan bahasa

Sansekerta dan huruf Pallawa. Bahasa dan huruf tersebut hanya

dikuasai oleh kaum Brahmana. Selain itu, adanya kepentingan dari

para penguasa untuk mengundang para Brahmana India. Mereka

diundang ke Asia Tenggara untuk keperluan upacara keagamaan.

Seperti pelaksanaan upacara inisiasi yang dilakukan oleh para kepala

suku agar mereka menjadi golongan ksatria. Pandangan ini sejalan

dengan pendapat yang dikemukan oleh Paul Wheatly bahwa para

penguasa lokal di Asia Tenggara sangat berkepentingan dengan

kebudayaan India guna mengangkat status sosial mereka.

Keempat

, teori yang dinamakan teori

Arus Balik

. Teori ini

lebih menekankan pada peranan bangsa Indonesia sendiri dalam

proses penyebaran kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Artinya,

orang-orang di Kepulauan Indonesia terutama para tokohnya

yang pergi ke India. Di India mereka belajar hal ihwal agama dan

kebudayaan Hindu-Buddha. Setelah kembali mereka mengajarkan

84

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

dan menyebarkan ajaran agama itu kepada masyarakatnya.

Pandangan ini dapat dikaitkan dengan pandangan F.D.K. Bosch

yang menyatakan bahwa proses Indianisasi di Kepulauan Indonesia

dilakukan oleh kelompok tertentu, mereka itu terdiri atas kaum

terpelajar yang mempunyai semangat untuk menyebarkan agama

Buddha. Kedatangan mereka disambut baik oleh tokoh masyarakat.

Selanjutnya karena tertarik dengan ajaran Hindu-Buddha mereka

pergi ke India untuk memperdalam ajaran itu. Lebih lanjut Bosch

mengemukakan bahwa proses Indianisasi adalah suatu pengaruh

yang kuat terhadap kebudayaan lokal.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukan di atas dapat ditarik

suatu kesimpulan bahwa masyarakat di Kepulauan Indonesia

telah mencapai tingkatan tertentu sebelum munculnya kerajaan

yang bersifat Hindu-Buddha. Melalui proses

akulturisasi, budaya yang dianggap sesuai

dengan karakteristik masyarakat diterima

dengan menyesuaikan pada budaya

masyarakat setempat pada masa itu.

Untuk memahami lebih lanjut

kamu dapat membaca buku

Taufik Abdullah dan Adrian B.

Lapian (ed)

Indonesia Dalam

Arus Sejarah,

jilid II.

85

Sejarah Indonesia

Nah, bagaimana selanjutnya dengan persebaran agama Hindu-

Buddha? Beberapa bukti arkeologis menunjukkan perkembangan

masuknya agama Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia. Pengaruh

Hindu ditemukan pada abad ke-5 Masehi. Prasasti yang ditemukan

di Kutai dan Tarumanegara yang menyebutkan sapi sebagai hewan

persembahan menunjukkan bahwa agama Hindu berkembang di

daerah itu. Juga adanya penyebutan Dewa Trimurti yaitu, Brahma,

Wisnu, dan Siwa.

1. Menurut pendapat kamu teori atau pendapat mana yang

paling kuat terkait dengan masuknya budaya Hindu-Buddha?

Jelaskan!

2. Jelaskan kelemahan dan kelebihan masing-masing teori atau

pendapat tersebut!

3. Mengapa rakyat Indonesia mudah menerima ajaran Hindu-

Buddha?

Tugas

Setelah kamu memahami kehidupan masyarakat awal Hindu-

Buddha, coba amati dan perhatikanlah daerah di sekitar tempat

tinggal kamu. Apakah masih ada pengaruh-pengaruh budaya masa

Hindu-Buddha yang masih dilakukan? Buatlah kelompok dengan

temanmu dan buatlah catatan atas permasalahan berikut ini:

1. Apa bentuk pengaruh budaya Hindu-Buddha yang masih

dilakukan masyarakat setempat?

2.

Siapa yang membawa budaya Hindu-Buddha tersebut?

3.

Siapa pendukung budaya Hindu-Buddha tersebut saat ini?

Uji Kompetensi

86

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Coba kamu identifikasi beberapa peninggalan budaya Hindu-

Buddha dalam bentuk budaya benda/fisik maupun budaya tak

benda/non fisik di lingkungan sekitarmu!

„

Mengamati Lingkungan

Gambar 2.6

Makam ini dipercaya oleh masyarakat sebagai makam Patih Gajah Mada

terletak dalam pemakaman Selaparang, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Sumber: Dok. Kemdikbud, 2014.

Mungkin kamu pernah mendengar atau malah sudah pernah

berkunjung di suatu tempat yang disebut Trowulan di Mojokerto.

Kompleks Trowulan inilah yang diperkirakan dulu menjadi pusat

pemerintahan Kerajaan Majapahit. Beberapa situs yang dapat

kita temukan sekarang misalnya ada pendhopo, segaran, Candi

Bajang Ratu dan sebagainya. Kamu bayangkan Majapahit tempo

dulu merupakan kerajaan yang luas dan sudah menjalin kerja sama

dengan kerajaan-kerajaan di luar Kepulauan Indonesia. Bahkan

Mohammad Yamin menyebut Kerajaan Majapahit itu sebagai

Kerajaan Nasional kedua. Bayangkan pula tokoh besar seperti Patih

Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk yang berhasil mempersatukan

Nusantara. Bahkan hingga saat ini kebesaran Patih Gajah Mada

masih melekat dalam ingatan kita, hingga makam Patih Gajah

Mada oleh masyakarat Lombok Timur dipercaya berada di kompleks

pemakaman Raja Selaparang. Cerita kebesaran Patih Gajah Mada

juga terdapat di daerah lain. Nah, itulah kisah menarik Kerajaan

Majapahit, satu di antara kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang

ada di Nusantara. Berikut ini kita akan mempelajari perkembangan

beberapa kerajaan Hindu-Buddha.

B.

Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha

87

Sejarah Indonesia

„

Memahami T

eks

1.

K

erajaan Kutai

Bicara soal perkembangan Kerajaan Kutai, tidak lepas dari

sosok Raja Mulawarman. Kamu perlu memahami keberadaan

Kerajaan Kutai, karena Kerajaan Kutai ini dipandang sebagai

kerajaan Hindu-Buddha yang pertama di Indonesia. Kerajaan

Kutai diperkirakan terletak di daerah Muarakaman di tepi Sungai

Mahakam, Kalimantan Timur. Sungai Mahakam merupakan sungai

yang cukup besar dan memiliki beberapa anak sungai. Daerah di

sekitar tempat pertemuan antara Sungai Mahakam dengan anak

sungainya diperkirakan merupakan letak Muarakaman dahulu.

Sungai Mahakam dapat dilayari dari pantai sampai masuk ke

Muarakaman, sehingga baik untuk perdagangan. Inilah posisi

yang sangat menguntungkan untuk meningkatkan perekonomian

masyarakat. Sungguh Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam

semesta dan tanah air Indonesia itu begitu kaya dan strategis. Hal

ini perlu kita syukuri.

Untuk memahami perkembangan

Kerajaan Kutai itu, tentu memerlukan

sumber sejarah yang dapat menjelaskannya.

Sumber sejarah Kutai yang utama adalah

prasasti yang disebut yupa, yaitu berupa

batu bertulis.

Yupa juga sebagai tugu

peringatan dari upacara kurban. Yupa ini

dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja

Mulawarman. Prasasti Yupa ditulis dengan

huruf pallawa dan bahasa sanskerta.

Dengan melihat bentuk hurufnya, para

ahli berpendapat bahwa yupa dibuat sekitar

abad ke-5 M.

Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah

Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha). Jakarta:

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Gambar 2.7

Aksara yupa

88

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Hal menarik dalam prasasti itu adalah

disebutkannya nama kakek Mulawarman

yang bernama Kudungga. Kudungga

berarti penguasa lokal yang setelah terkena

pengaruh Hindu-Buddha daerahnya

berubah menjadi kerajaan. Walaupun

sudah mendapat pengaruh Hindu-Buddha

namanya tetap Kudungga berbeda dengan

puteranya yang bernama Aswawarman

dan cucunya yang bernama Mulawarman.

Oleh karena itu yang terkenal sebagai

wangsakerta adalah Aswawarman. Coba

pelajaran apa yang dapat kamu peroleh

dengan persoalan nama di dalam satu

keluarga Kudungga itu?

Satu di antara yupa itu memberi

informasi penting tentang silsilah Raja

Mulawarman. Diterangkan bahwa

Kudungga mempunyai putra bernama

Aswawarman. Raja Aswawarman dikatakan

seperti Dewa Ansuman (Dewa Matahari).

Aswawarman mempunyai tiga anak, tetapi

yang terkenal adalah Mulawarman. Raja

Mulawarman dikatakan sebagai raja yang

terbesar di Kutai. Ia pemeluk agama Hindu-

Siwa yang setia. Tempat sucinya dinamakan

Waprakeswara. Ia juga dikenal sebagai

raja yang sangat dekat dengan kaum

Brahmana dan rakyat. Raja Mulawarman

sangat dermawan. Ia mengadakan kurban emas dan 20.000 ekor

lembu untuk para Brahmana. Oleh karena itu, sebagai rasa terima

kasih dan peringatan mengenai upacara kurban, para Brahmana

mendirikan sebuah yupa.

Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah

Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha). Jakarta:

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Gambar 2.8

Prasasti Yupa D175

Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah

Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha). Jakarta:

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Gambar 2.9

Prasasti Yupa

89

Sejarah Indonesia

Pada

masa pemerintahan Mulawarman, Kutai mengalami

zaman keemasan. Kehidupan ekonomi pun mengalami

perkembangan. Kutai terletak di tepi sungai, sehingga

masyarakatnya melakukan pertanian. Selain itu, mereka banyak

yang melakukan perdagangan. Bahkan diperkirakan sudah terjadi

hubungan dagang dengan luar. Jalur perdagangan internasional

dari India melewati Selat Makassar, terus ke Filipina dan sampai

di Cina. Dalam pelayarannya dimungkinkan para pedagang itu

singgah terlebih dahulu di Kutai. Dengan demikian, Kutai semakin

ramai dan rakyat hidup makmur.

Satu di antara yupa di Kerajaan Kutai berisi

keterangan yang artinya:“Sang Mulawarman,

raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi

sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana

yang seperti api, (bertempat) di dalam tanah yang

sangat suci (bernama) Waprakeswara”.

1. Bila benar Kudungga adalah penduduk pribumi, bagaimana agama

Hindu dapat masuk di Kerajaan Kutai? Hubungkanlah jawabanmu

dengan teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama

dan kebudayaan Hindu di Nusantara.

2. Bacalah dengan cermat keterangan di yupa itu. Bila isi yupa itu

diartikan secara harfiah,Raja Mulawarman memberikan hadiah sapi

sebanyak 20.000 ekor kepada para brahmana, artinya pada abad

ke-5 telah ada suatu peternakan yang sangat maju. Permasalahan

yang muncul adalah benarkah pada saat itu peternakan sudah

begitu majunya, sehingga dengan mudah memberikan 20.000 ekor

sapi. Diskusikan dengan teman-teman sekelas kamu!

Untuk memperdalam masalah

ini, kamu dapat membaca buku

Taufik Abdullah dan Adrian B.

Lapian

.

Indonesia dalam Arus

Sejarah,

jilid II

.

Uji Kompetensi

90

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

2.

K

erajaan Tarumanegara

Sejarah

tertua yang berkaitan dengan pengendalian banjir

dan sistem pengairan adalah pada masa Kerajaan Tarumanegara.

Untuk mengendalikan banjir dan usaha pertanian yang diduga di

wilayah Jakarta saat ini, maka Raja Purnawarman menggali Sungai

Candrabaga. Setelah selesai melakukan penggalian sungai maka

raja mempersembahkan 1.000 ekor lembu kepada brahmana.

Berkat sungai itulah penduduk Tarumanegara menjadi makmur.

Siapakah Raja Purnawarman itu?

Purnawarman adalah

raja terkenal dari Tarumanegara.

Perlu kamu pahami bahwa setelah Kerajaan Kutai berkembang

di Kalimantan Timur, di Jawa bagian barat muncul Kerajaan

Tarumanegara. Kerajaan ini terletak tidak jauh dari pantai utara Jawa

bagian barat. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan letak

pusat Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berada di antara Sungai

Citarum dan Cisadane. Kalau mengingat namanya Tarumanegara,

dan kata taruma mungkin berkaitan dengan kata

tarum

yang artinya

nila. Kata

tarum

dipakai sebagai nama sebuah sungai di Jawa Barat,

yakni Sungai Citarum. Mungkin juga letak Tarumanegara dekat

dengan aliran Sungai Citarum. Kemudian berdasarkan prasasti

Tugu, Purbacaraka memperkirakan pusat Kerajaan Tarumanegara

ada di daerah Bekasi.

Sumber sejarah Tarumanegara yang utama adalah beberapa

prasasti yang telah ditemukan. Berkaitan dengan perkembangan

Kerajaan Tarumanegara, telah ditemukan tujuh buah prasasti.

Prasasti-prasasti itu berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta.

Prasasti itu adalah:

91

Sejarah Indonesia

Gambar 2.10

Prasasti Tugu

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.

Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik

(Hindu-Buddha). Jakarta: Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata.

1.

Prasasti Tugu

Inskripsi

yang dikeluarkan oleh Purnawarman ini ditemukan di

Kampung Batu Tumbuh, Desa Tugu, dekat Tanjung Priok, Jakarta.

Dituliskan dalam lima baris tulisan beraksara Pallawa dan bahasa

Sanskerta. Inskripsi tersebut isinya sebagai berikut:

“Dulu (kali yang bernama) Candrabhaga

telah digali oleh maharaja yang mulia dan

mempunyai lengan kencang dan kuat, (yakni Raja

Purnawarman), untuk mengalirkannya ke laut,

setelah (kali ini) sampai di istana kerajaan yang

termashur. Pada tahun ke-22 dari tahta Yang

Mulia Raja Purnawarman yang berkilauan-kilauan

karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta

menjadi panji-panji segala raja, (maka sekarang)

beliau memerintahkan pula menggali kali yang

permai dan berair jernih, Gomati namanya,

seteleh kali itu mengalir di tengah-tengah tanah

kediaman Yang Mulia Sang Pandeta Nenekda

(Sang Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada

hari yang baik, tanggal delapan paroh gelap

bulan

Phalguna

dan selesai pada tanggal 13

paroh terang bulan

Caitra

, jadi hanya dalam 21

hari saja, sedang galian itu panjangnya 6.122

busur (± 11 km). Selamatan baginya dilakukan

oleh brahmana disertai persembahan 1.000 ekor

sapi”.

2. Pr

asasti Ciaruteun

Prasasti

ini ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruteun

Hilir, Cibungbulang, Bogor. Prasasti terdiri atas dua bagian, yaitu

Inskripsi A yang dipahatkan dalam empat baris tulisan berakasara

Pallawa dan bahasa Sanskerta, dan Inskripsi B yang terdiri atas

92

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

satu baris tulisan yang belum dapat dibaca

dengan jelas. Inskripsi ini disertai pula

gambar sepasang telapak kaki. Inskripsi A

isinya sebagai berikut:

“ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki

Dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang

Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja

yang gagah berani di dunia”.

Beberapa sarjana telah berusaha membaca

inskripsi B, namun hasilnya belum

memuaskan. Inskrispi B ini dibaca oleh

J.L.A. Brandes sebagai

Cri Tji aroe? Eun

waca (Cri Ciaru?eun wasa)

, sedangkan H.

Kern membacanya

Purnavarmma-padam

yang berarti “telapak kaki Purnawarman”.

3. Prasasti Kebon Kopi

Prasasti ini ditemukan di

Kampung Muara, Desa Ciaruetun Hilir,

Cibungbulang, Bogor. Prasastinya

dipahatkan dalam satu baris yang diapit

oleh dua buah pahatan telapak kaki gajah.

Isinya sebagai berikut:

“Di sini tampak sepasang telapak kaki......

yang seperti (telapak kaki) Airawata, gajah

penguasa Taruma (yang) agung dalam......

dan (?) kejayaan”.

Gambar 2.11

Prasasti Ciaruteun

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas

Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-

Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan

dan Pariwisata.

Gambar 2.12

Prasasti Kebon Kopi I

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.

Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik

(Hindu-Buddha). Jakarta: Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata.

93

Sejarah Indonesia

4. Prasasti Muara Cianten

T

erletak di muara Kali Cianten,

Kampung Muara, Desa Ciaruteun Hilir,

Cibungbulan, Bogor. Inskripsi ini belum

dapat dibaca. Inskripsi ini dipahatkan

dalam bentuk “aksara” yang menyerupai

sulur-suluran, dan oleh para ahli disebut

aksara ikal.

5. Prasasti Jambu (Pasir Koleangkak)

Terletak di sebuah

bukit (pasir)

Koleangkak, Desa Parakan Muncang,

Nanggung, Bogor. Inskripsinya dituliskan

dalam dua baris tulisan dengan aksara

Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isinya

sebagai berikut:

“Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya,

adalah pemimpin manusia yang tiada taranya, yang

termashur Sri Purnawarman, yang sekali waktu

(memerintah) di Tarumanegara dan yang baju zirahnya

yang terkenal tiada dapat ditembus senjata musuh.

Ini adalah sepasang telapak kakinya, yang senantiasa

berhasil menggempur musuh, hormat kepada para

pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging musuh-

musuhnya”.

Gambar 2.13

Prasasti Kebon Kopi II

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.

Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik

(Hindu-Buddha). Jakarta: Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata.

94

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

6. Pr

asasti Cidanghiang (Lebak)

Terletak

di tepi kali Cidanghiang, Desa Lebak, Munjul,

Banten Selatan. Dituliskan dalam dua baris tulisan beraksara

Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isinya sebagai berikut:

“Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang

sesungguhnya dari Raja Dunia, Yang Mulia Purnwarman, yang

menjadi panji sekalian raja-raja.

7. Pr

asasti Pasir Awi

Inskripsi

ini terdapat di sebuah bukit bernama Pasir Awi,

di kawasan perbukitan Desa Sukamakmur, Jonggol, Bogor,

Inskripsi prasasti ini tidak dapat dibaca karena inskripsi ini

lebih berupa gambar (piktograf) dari pada tulisan. Di bagian

atas inskripsi terdapat sepasang telapak kaki.

P

emerintahan dan Kehidupan Masyarakat

Kerajaan

Tarumanegara mulai berkembang pada abad

ke-5 M. Raja yang sangat terkenal adalah Purnawarman. Ia

dikenal sebagai raja yang gagah berani dan tegas. Ia juga

dekat dengan para brahmana, pangeran, dan rakyat. Ia raja

yang jujur, adil, dan arif dalam memerintah. Daerahnya cukup

luas sampai ke daerah Banten. Kerajaan Tarumanegara telah

menjalin hubungan dengan kerajaan lain, misalnya dengan

Cina.

Dalam kehidupan

agama, sebagian besar masyarakat

Tarumanegara memeluk agama Hindu. Sedikit yang beragama

Buddha dan masih ada yang mempertahankan agama

nenek moyang (animisme). Berdasarkan berita dari Fa-Hien,

di To-lo-mo (Tarumanegara) terdapat tiga agama, yakni

agama Hindu, agama Buddha dan kepercayaan animisme.

95

Sejarah Indonesia

Raja memeluk agama Hindu. Sebagai bukti, pada prasasti

Ciaruteun ada tapak kaki raja yang diibaratkan tapak kaki

Dewa Wisnu. Sumber Cina lainnya menyatakan bahwa, pada

masa Dinasti T’ang terjadi hubungan perdagangan dengan

Jawa. Barang-barang yang diperdagangkan adalah kulit

penyu, emas, perak, cula badak, dan gading gajah. Dituliskan

pula bahwa penduduk daerah itu pandai membuat minuman

keras yang terbuat dari bunga kelapa.

Rakyat Tarumanegara hidup

aman dan tenteram.

Pertanian merupakan mata pencaharian pokok. Di samping

itu, perdagangan juga berkembang. Kerajaan Tarumanegara

mengadakan hubungan dagang dengan Cina dan India.

Untuk memajukan bidang

pertanian, raja

memerintahkan pembangunan irigasi dengan cara menggali

sebuah saluran sepanjang 6112 tumbak (±11 km). Saluran itu

disebut dengan Sungai Gomati. Saluran itu selain berfungsi

sebagai irigasi juga untuk mencegah bahaya banjir.

96

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Prasasti Jambu ( Pasir Koleangkak) terletak di sebuah bukit, di

Desa Parakan Muncang, Nanggung,

Bogor. Prasasti ini ditulis dalam

dua baris tulisan dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta.

Isinya sebagainya berikut:

“Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya, adalah

pemimpin manusia yang tiada taranya, yang termasyhur Sri

Purnawarman, yang sekali waktu (memerintah) di Tarumanegara

dan baju zirahnya yang terkenal tiada dapat ditembus senjata

musuh. Ini adalah sepasang telapak kakinya yang senantiasa

berhasil menggempur musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi

merupakan duri dalam daging musuh-musuhnya”.

Bagaimana pendapat kamu tentang isi teks di atas? Apakah pola

kepemimpinan tokoh yang dijelaskan pada teks tersebut masih

sesuai dengan pemimpin ideal saat ini?

Uji Kompetensi

97

Sejarah Indonesia

3.

K

erajaan Kalingga

Ratu Sima adalah penguasa

di Kerajaan Kalingga. Ia

digambarkan sebagai seorang pemimpin wanita yang tegas dan

taat terhadap peraturan yang berlaku dalam kerajaan itu. Kerajaan

Kalingga atau Holing, diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah.

Nama Kalingga berasal dari Kalinga, nama sebuah kerajaan di India

Selatan. Menurut berita Cina, di sebelah timur Kalingga ada Po-

li (Bali sekarang), di sebelah barat Kalingga terdapat To-po-Teng

(Sumatra). Sementara di sebelah utara Kalingga terdapat Chen-

la (Kamboja) dan sebelah selatan berbatasan dengan samudra.

Oleh karena itu, lokasi Kerajaan Kalingga diperkirakan terletak di

Kecamatan Keling, Jepara, Jawa Tengah atau di sebelah utara

Gunung Muria.

Sumber utama mengenai Kerajaan Kalingga adalah berita

Cina,

misalnya berita dari Dinasti T’ang. Sumber lain adalah Prasasti

Tuk Mas di lereng Gunung Merbabu. Melalui berita Cina, banyak

hal yang kita ketahui tentang perkembangan Kerajaan Kalingga dan

kehidupan masyarakatnya. Kerajaan Kalingga berkembang kira-kira

abad ke-7 sampai ke-9 M.

P

emerintahan dan Kehidupan Masyarakat

Raja yang paling

terkenal pada masa Kerajaan

Kalingga adalah seorang raja wanita yang bernama

Ratu Sima. Ia memerintah sekitar tahun 674 M. Ia

dikenal sebagai raja yang tegas, jujur, dan sangat

bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas dan

seadil-adilnya. Rakyat patuh terhadap semua peraturan

98

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

yang berlaku. Untuk mencoba kejujuran rakyatnya,

Ratu Sima pernah mencobanya, dengan meletakkan

pundi-pundi di tengah jalan. Ternyata sampai waktu

yang lama tidak ada yang mengusik pundi-pundi itu.

Akan tetapi, pada suatu hari ada anggota keluarga istana yang

sedang jalan-jalan, menyentuh kantong pundi-pundi dengan

kakinya. Hal ini diketahui Ratu Sima. Anggota keluarga istana

itu dinilai salah dan harus diberi hukuman mati. Akan tetapi

atas usul persidangan para menteri, hukuman itu diperingan

dengan hukuman potong kaki. Kisah ini menunjukkan, begitu

tegas dan adilnya Ratu Sima. Ia tidak membedakan antara

rakyat dan anggota kerabatnya sendiri.

Agama utama yang dianut oleh penduduk Kalingga

pada umumnya adalah Buddha. Agama Buddha berkembang

pesat. Bahkan pendeta Cina yang bernama Hwi-ning datang

di Kalingga dan tinggal selama tiga tahun. Selama di Kalingga,

ia menerjemahkan kitab suci agama Buddha Hinayana ke

dalam bahasa Cina. Dalam usaha menerjemahkan kitab itu

Hwi-ning dibantu oleh seorang pendeta bernama Janabadra.

Kepemimpinan raja yang adil, menjadikan rakyat hidup

teratur, aman,dan tenteram. Mata pencaharian penduduk

pada umumnya adalah bertani, karena wilayah Kalingga subur

untuk pertanian. Di samping itu, penduduk juga melakukan

perdagangan.

Kerajaan Kalingga mengalami kemunduran

kemungkinan akibat serangan Sriwijaya yang menguasai

perdagangan. Serangan tersebut mengakibatkan

pemerintahan Kijen menyingkir ke Jawa bagian timur atau

mundur ke pedalaman Jawa bagian tengah antara tahun

742 -755 M.

99

Sejarah Indonesia

1. Dari bacaan di atas, bagaimana pendapatmu tentang

kepemimpinan seorang wanita di Indonesia?

2. Bagaimana pendapatmu dengan hukuman yang diterapkan

oleh Ratu Sima kepada kerabatnya sendiri? Bagaimana dengan

pelaksaan hukum di negeri kita saat ini?

3. Coba kamu buat peta letak Kerajaan Holing atau Kalingga

berada saat itu!

Uji Kompetensi

100

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

4.

Kerajaan Sriwijaya

Sejak permulaan tarikh Masehi,

hubungan dagang antara India

dengan Kepulauan Indonesia sudah

ramai. Daerah pantai timur Sumatra

menjadi jalur perdagangan yang ramai

dikunjungi para pedagang. Kemudian,

muncul pusat-pusat perdagangan yang

berkembang menjadi pusat kerajaan.

Kerajaan-kerajaan kecil di pantai

Sumatra bagian timur sekitar abad ke-

7, antara lain Tulangbawang, Melayu,

dan Sriwijaya. Dari ketiga kerajaan itu,

yang kemudian berhasil berkembang

dan mencapai kejayaannya adalah

Sriwijaya. Kerajaan Melayu juga sempat

berkembang, dengan pusatnya di

Jambi.

Sumber : Sriwijaya,sebuah Kejayaan masa lalu di Asi

Tenggara,2011,Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata,

Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala,Direktorat

Tinggalan Purbakala.

Gambar 2.15

Peta jalan masuk Sriwijaya

Gambar 2. 14

Peta lokasi Kerajaan Sriwijaya

Sumber : Dok. Kemdibud

101

Sejarah Indonesia

Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan ekspansi ke daerah

sekitar Melayu. Melayu dapat ditaklukkan dan berada di bawah

kekuasaan Sriwijaya. Letak pusat Kerajaan Sriwijaya ada berbagai

pendapat. Ada yang berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya

di Palembang, ada yang berpendapat di Jambi, bahkan ada yang

berpendapat di luar Indonesia. Akan tetapi, pendapat yang banyak

didukung oleh para ahli, pusat Kerajaan Sriwijaya berlokasi di

Palembang, di dekat pantai dan di tepi Sungai Musi. Ketika pusat

Kerajaan Sriwijaya di Palembang mulai menunjukkan kemunduran,

Sriwijaya berpindah ke Jambi.

Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah

prasasti. Prasasti-prasasti itu ditulis dengan huruf Pallawa. Bahasa

yang dipakai Melayu Kuno. Beberapa prasasti itu antara lain sebagai

berikut.

1. Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit ditemukan

di tepi Sungai Tatang, dekat

Palembang. Prasasti ini berangka

tahun 605 Saka (683 M). Isinya antara

lain menerangkan bahwa seorang

bernama Dapunta Hyang mengadakan

perjalanan suci (

siddhayatra

) dengan

menggunakan perahu. Ia berangkat dari

Minangatamwan dengan membawa

tentara 20.000 personel.

2. Prasasti Talang Tuo

Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat

Kota Palembang di daerah Talang Tuo. Prasasti

ini berangka tahun 606 Saka (684 M). Isinya

menyebutkan tentang pembangunan sebuah

taman yang disebut Sriksetra. Taman ini dibuat oleh

Dapunta Hyang Sri Jayanaga.

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.

Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik

(Hindu-Buddha), Jakarta: Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata.

Gambar 2.16

Prasasti Kedukan Bukit

102

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

3. Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu ditemukan di

Palembang. Prasasti ini tidak berangka

tahun. Isinya terutama tentang kutukan-

kutukan yang menakutkan bagi mereka

yang berbuat kejahatan.

4. Prasasti Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau

Bangka, berangka tahun 608 Saka (656

M). Isinya terutama permintaan kepada

para dewa untuk menjaga kedatuan

Sriwijaya, dan menghukum setiap orang

yang bermaksud jahat.

5. Prasasti Karang Berahi

Prasasti Karang Berahi ditemukan di

Jambi, berangka tahun 608 saka (686 M).

Isinya sama dengan isi Prasasti Kota Kapur.

Beberapa prasasti yang lain, yakni Prasasti

Ligor berangka tahun 775 M ditemukan

di Ligor, Semenanjung Melayu, dan

Prasasti Nalanda di India Timur. Di samping

prasasti-prasasti tersebut, berita Cina juga

merupakan sumber sejarah Sriwijaya yang

penting. Misalnya berita dari I-tsing, yang

pernah tinggal di Sriwijaya.

Perkembangan Kerajaan Sriwijaya

Ada beberapa faktor yang mendorong

perkembangan

Sriwijaya antara lain:

a

.

Letak geografis dari Kota Palembang. Palembang sebagai

pusat pemerintahan terletak di tepi Sungai Musi. Di

depan muara Sungai Musi terdapat pulau-pulau yang

Gambar 2.18

Prasasti Kota

Kapur

Sumber : Bambang

Budi Utomo. 2010.

Atlas Sejarah

Indonesia Masa

Klasik (Hindu-

Buddha), Jakarta:

Kementerian

Kebudayaan dan

Pariwisata.

Gambar 2.17

Prasasti Telaga Batu

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.

Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik

(Hindu-Buddha), Jakarta: Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata.

103

Sejarah Indonesia

berfungsi sebagai pelindung pelabuhan di Muara Sungai

Musi. Keadaan seperti ini sangat tepat untuk kegiatan

pemerintahan dan pertahanan. Kondisi itu pula menjadikan

Sriwijaya sebagai jalur perdagangan internasional dari India

ke Cina, atau sebaliknya. Juga kondisi sungai-sungai yang

besar, perairan laut yang cukup tenang, serta penduduknya

yang berbakat sebagai pelaut ulung.

b.

Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam akibat serangan

Kamboja. Hal ini telah memberi kesempatan Sriwijaya

untuk cepat berkembang sebagai negara maritim.

Perkembangan Politik dan Pemerintahan

Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad

ke-7 M. Pada awal perkembangannya, raja disebut

dengan Dapunta Hyang. Dalam Prasasti Kedukan Bukit

dan Talang Tuo telah ditulis sebutan Dapunta Hyang.

Pada abad ke-7, Dapunta Hyang banyak melakukan usaha

perluasan daerah.

Gambar 2.19

Manapo Tinggi Muara Jambi

Sumber: Dok. Direktorat Geografi Sejarah, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2010

104

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Daerah-daerah yang berhasil dikuasai antara lain

sebagai berikut.

a. Tulang-Bawang yang terletak di daerah

Lampung.

b.

Daerah Kedah yang terletak di pantai barat

Semenanjung Melayu. Daerah ini sangat

penting artinya bagi usaha pengembangan

perdagangan dengan India. Menurut I-tsing,

penaklukan Sriwijaya atas Kedah berlangsung

antara tahun 682-685 M.

c. Pulau Bangka yang terletak di pertemuan

jalan perdagangan internasional, merupakan

daerah yang sangat penting. Daerah ini

dapat dikuasai Sriwijaya pada tahun 686 M

berdasarkan prasasti Kota Kapur. Sriwijaya

juga diceritakan berusaha menaklukkan Bhumi

Java yang tidak setia kepada Sriwijaya. Bhumi

Java yang dimaksud adalah Jawa, khususnya

Jawa bagian barat.

d. Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari.

Daerah ini memiliki kedudukan yang penting,

terutama untuk memperlancar perdagangan

di pantai timur Sumatra. Penaklukan ini

dilaksanakan kira-kira tahun 686 M (Prasasti

Karang Berahi).

e.

Tanah Genting Kra merupakan tanah

genting bagian utara Semenanjung Melayu.

Kedudukan Tanah Genting Kra sangat

penting. Jarak antara pantai barat dan pantai

timur di tanah genting sangat dekat, sehingga

para pedagang dari Cina berlabuh dahulu

di pantai timur dan membongkar barang

dagangannya untuk diangkut dengan pedati

ke pantai barat. Kemudian mereka berlayar

ke India. Penguasaan Sriwijaya atas Tanah

Genting Kra dapat diketahui dari Prasasti Ligor

yang berangka tahun 775 M.

Gambar 2.20

Stupa Mahligai dalam

kompleks Stupa Muara Takus

merupakan tinggalan Kerajaan

Sriwijaya

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.

Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik

(Hindu-Buddha), Jakarta: Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata.

105

Sejarah Indonesia

f.

Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno. Menurut

berita Cina, diterangkan adanya serangan dari

barat, sehingga mendesak Kerajaan Kalingga

pindah ke sebelah timur. Diduga yang melakukan

serangan adalah Sriwijaya. Sriwijaya ingin

menguasai Jawa bagian tengah karena pantai

utara Jawa bagian tengah juga merupakan jalur

perdagangan yang penting.

Sriwijaya terus melakukan perluasan daerah, sehingga

Sriwijaya menjadi kerajaan yang besar. Untuk lebih memperkuat

pertahanannya, pada tahun 775 M dibangunlah sebuah pangkalan

di daerah Ligor. Waktu itu yang menjadi raja adalah Darmasetra.

Raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah

Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad ke-9 M. Pada masa

pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai zaman

keemasan. Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra,

yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya.

Hal tersebut diterangkan dalam Prasasti Nalanda. Balaputradewa

adalah seorang raja yang besar di Sriwijaya. Raja Balaputradewa

Sumber: Doc. Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, 2012.

Gambar 2.21

Salah satu candi di Kompleks Muaro Jambi

106

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala yang saat itu

diperintah oleh Raja Dewapala Dewa. Raja ini menghadiahkan

sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk pendirian sebuah

asrama bagi para pelajar dan siswa yang sedang belajar di Nalanda,

yang dibiayai oleh Balaputradewa, sebagai “dharma”. Hal itu

tercatat dengan baik dalam prasasti Nalanda, yang saat ini berada

di Universitas Nawa Nalanda, India. Bahkan bentuk asrama itu

mempunyai kesamaan arsitektur dengan candi Muara Jambi, yang

berada di Provinsi Jambi saat ini. Hal tersebut menandakan Sriwijaya

memperhatikan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan agama

Buddha dan bahasa Sanskerta bagi generasi mudanya.

Pada tahun 990 M yang menjadi Raja Sriwijaya adalah Sri

Sudamaniwarmadewa. Pada masa pemerintahan raja itu terjadi

serangan Raja Darmawangsa dari Jawa bagian Timur. Akan

tetapi, serangan itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Sri

Sudamaniwarmadewa kemudian digantikan oleh putranya yang

bernama Marawijayottunggawarman. Pada masa pemerintahan

Marawijayottunggawarman, Sriwijaya membina hubungan dengan

Raja Rajaraya I dari Colamandala. Pada masa itu, Sriwijaya terus

mempertahankan kebesarannya.

Pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Sriwijaya cukup luas.

Daerah-daerah kekuasaannya antara lain Sumatra dan pulau-

pulau sekitar Jawa bagian barat, sebagian Jawa bagian tengah,

sebagian Kalimantan, Semenanjung Melayu, dan hampir seluruh

perairan Nusantara. Bahkan Muhammad Yamin menyebutkan

Sriwijaya sebagai negara nasional yang pertama.

107

Sejarah Indonesia

Untuk mengurus setiap daerah kekuasaan Sriwijaya, dipercayakan

kepada seorang Rakryan (wakil raja di daerah). Dalam hal ini

Sriwijaya sudah mengenal struktur pemerintahan.

Perkembangan Ekonomi

Pada mulanya penduduk Sriwijaya hidup dengan

bertani. Akan tetapi karena Sriwijaya terletak di tepi

Sungai Musi dekat pantai, maka perdagangan menjadi

cepat berkembang. Perdagangan kemudian menjadi mata

pencaharian pokok. Perkembangan perdagangan didukung

oleh keadaan dan letak Sriwijaya yang strategis. Sriwijaya

terletak di persimpangan jalan perdagangan internasional.

Para pedagang Cina yang akan ke India singgah dahulu di

Sriwijaya, begitu juga para pedagang dan India yang akan ke

Cina. Di Sriwijaya para pedagang melakukan bongkar muat

barang dagangan. Dengan demikian, Sriwijaya semakin ramai

dan berkembang menjadi pusat perdagangan. Sriwijaya mulai

menguasai perdagangan nasional maupun internasional di

kawasan perairan Asia Tenggara. Perairan di Laut Natuna,

Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut

Jawa berada di bawah kekuasaan

Sriwijaya.

Tampilnya Sriwijaya sebagai

pusat perdagangan, memberikan

kemakmuran bagi rakyat dan negara

Sriwijaya. Kapal-kapal yang singgah

dan melakukan bongkar muat, harus

membayar pajak. Dalam kegiatan

perdagangan, Sriwijaya mengekspor

gading, kulit, dan beberapa jenis

binatang liar, sedangkan barang

Tentang struktur ini kamu dapat membaca buku Sardiman AM

dan Kusriyantinah,

Sejarah Nasional

dan

Sejarah Umum

Sumber: Sriwijaya,sebuah Kejayaan masa lalu

di Asi Tenggara,2011,Kementerian Kebudayaan

dan Pariwisata, Direktorat Jenderal Sejarah dan

Purbakala,Direktorat Tinggalan Purbakala.

Gambar 2.22

Rempah-rempah

108

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

impornya antara lain beras, rempah-rempah,

kayu manis, kemenyan, emas, gading, dan

binatang.

Perkembangan perdagangan tersebut

telah memperkuat kedudukan Sriwijaya sebagai

kerajaan maritim. Kerajaan maritim adalah

kerajaan yang mengandalkan perekonomiannya

dari kegiatan perdagangan dan hasil-hasil laut.

Untuk memperkuat kedudukannya, Sriwijaya

membentuk armada angkatan laut yang kuat.

Melalui armada angkatan laut yang kuat Sriwijaya

mampu mengawasi perairan di Nusantara. Hal

ini sekaligus merupakan jaminan keamanan

bagi para pedagang yang ingin berdagang dan

berlayar di wilayah perairan Sriwijaya.

Kehidupan beragama di Sriwijaya sangat semarak. Bahkan

Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha Mahayana di seluruh

wilayah Asia Tenggara. Diceritakan oleh I-tsing, bahwa di

Sriwijaya tinggal ribuan pendeta dan pelajar agama Buddha.

Salah seorang pendeta Buddha yang terkenal adalah Sakyakirti.

Banyak pelajar asing yang datang ke Sriwijaya untuk belajar

bahasa Sanskerta. Kemudian mereka belajar agama Buddha

di Nalanda, India. Antara tahun 1011 - 1023 datang seorang

pendeta agama Buddha dari Tibet bernama Atisa untuk lebih

memperdalam pengetahuan agama Buddha.

Dalam kaitannya dengan perkembangan agama

dan kebudayaan Buddha, di Sriwijaya ditemukan beberapa

peninggalan. Misalnya, candi Muara Takus, yang ditemukan

dekat Sungai Kampar di daerah Riau. Kemudian di daerah

Bukit Siguntang ditemukan arca Buddha. Pada tahun 1006

Sriwijaya juga telah membangun wihara sebagai tempat suci

agama Buddha di Nagipattana, India Selatan. Hubungan

Sriwijaya dengan India Selatan waktu itu sangat erat.

Gambar 2.23

Arca Buddha Kota Cina

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.

Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik

(Hindu-Buddha), Jakarta: Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata.

109

Sejarah Indonesia

Bangunan lain yang sangat penting adalah Biaro Bahal

yang ada di Padang Lawas, Tapanuli Selatan. Di tempat ini pula

terdapat bangunan wihara.

Kerajaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran

karena beberapa hal antara lain :

a.

Keadaan sekitar Sriwijaya berubah, tidak lagi dekat dengan

pantai. Hal ini disebabkan aliran Sungai Musi, Ogan, dan

Komering banyak membawa lumpur. Akibatnya. Sriwijaya

tidak baik untuk perdagangan.

b.

Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri.

Hal ini disebabkan terutama karena melemahnya angkatan

laut Sriwijaya, sehingga pengawasan semakin sulit.

c. Dari segi politik, beberapa kali Sriwijaya mendapat

serangan dari kerajaan-kerajaan lain. Tahun 1017 M

Sriwijaya mendapat serangan dari Raja Rajendracola dari

Colamandala, namun Sriwijaya masih dapat bertahan. Tahun

1025 serangan itu diulangi, sehingga Raja Sriwijaya, Sri

Sanggramawijayattunggawarman ditahan oleh pihak Kerajaan

Colamandala. Tahun 1275, Raja Kertanegara dari Singhasari

melakukan Ekspedisi Pamalayu. Hal itu menyebabkan daerah

Melayu lepas. Tahun 1377 armada angkatan laut Majapahit

menyerang Sriwijaya. Serangan ini mengakhiri riwayat

Kerajaan Sriwijaya.

Sumber : Indonesiatravel/id/destination/64/candi-muarajambi. Kementrian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Indonesia 2013.

Gambar 2.24

Kompleks Muara Jambi

110

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

5.

Kerajaan Mataram Kuno

Pada pertengahan abad ke-8 di Jawa bagian tengah berdiri

sebuah kerajaan baru. Kerajaan itu kita kenal dengan nama Kerajaan

Mataram Kuno. Mengenai letak dan pusat Kerajaan Mataram Kuno

tepatnya belum dapat dipastikan. Ada yang menyebutkan pusat

kerajaan di Medang dan terletak di Poh Pitu. Sementara itu letak

Poh Pitu sampai sekarang belum jelas. Keberadaan lokasi kerajaan

itu dapat diterangkan berada di sekeliling pegunungan, dan sungai-

sungai. Di sebelah utara terdapat Gunung Merapi, Merbabu,

1.

Mengapa Kerajaan Sriwijaya disebut sebagai kerajaan maritim?

2.

Mengapa Selat Malaka mempunyai peranan penting pada masa

Kerajaan Sriwijaya?

3.

Unsur-unsur apa saja yang harus dikuasai, agar sebuah kerajaan

mampu menjadi kerajaan maritim?

4.

Setujukah kamu dengan sebutan Sriwijaya sebagai kerajaan

nasional pertama? Diskusikan dengan teman-teman!

5.

Jika pada abad ke-7 saja Sriwijaya bisa menjadi kerajaan maritim

hebat, mengapa sekarang kita belum mampu mengulangi

kejayaan di lautan saat ini, apa yang perlu diperbaiki? Diskusikan

dan uraikan jawaban kamu!

6.

Apa yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya mengalami

kemunduran?

7.

Buatlah peta daerah pengaruh kekuasaan Kerajaan Sriwijaya!

Uji Kompetensi

111

Sejarah Indonesia

Sumbing, dan Sindoro; di sebelah barat terdapat Pegunungan

Serayu; di sebelah timur terdapat Gunung Lawu, serta di sebelah

selatan berdekatan dengan Laut Selatan dan Pegunungan Seribu.

Sungai-sungai yang ada, misalnya Sungai Bogowonto, Elo, Progo,

Opak, dan Bengawan Solo. Letak Poh Pitu mungkin di antara Kedu

sampai sekitar Prambanan.

Untuk mengetahui perkembangan Kerajaan Mataram Kuno

dapat digunakan sumber yang berupa prasasti. Ada beberapa

prasasti yang berkaitan dengan Kerajaan Mataram Kuno di

antaranya Prasasti Canggal, Prasasti Kalasan, Prasasti Klura, Prasasti

Kedu atau Prasasti Balitung. Di samping beberapa prasasti tersebut,

sumber sejarah untuk Kerajaan Mataram Kuno juga berasal dari

berita Cina.

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-

Buddha), Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Gambar 2.25

salah satu situs liangan, sisa peninggalan Mataram Kuno.

112

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Perkembangan Pemerintahan

Sebelum Sanjaya berkuasa di Mataram Kuno, di Jawa

sudah berkuasa seorang raja bernama Sanna. Menurut

prasasti Canggal yang berangka tahun 732 M, diterangkan

bahwa Raja Sanna telah digantikan oleh Sanjaya. Raja Sanjaya

adalah putra Sanaha, saudara perempuan dari Sanna.

Dalam Prasasti Sojomerto yang ditemukan di Desa

Sojomerto, Kabupaten Batang, disebut nama Dapunta

Syailendra yang beragama Syiwa (Hindu). Diperkirakan

Dapunta Syailendra berasal dari Sriwijaya dan menurunkan

Dinasti Syailendra yang berkuasa di Jawa bagian tengah.

Dalam hal ini Dapunta Syailendra diperkirakan yang

menurunkan Sanna, sebagai raja di Jawa.

Sanjaya tampil memerintah Kerajaan Mataram Kuno

pada tahun 717 - 780 M. Ia melanjutkan kekuasaan Sanna.

Sanjaya kemudian melakukan penaklukan terhadap raja-raja

kecil bekas bawahan Sanna yang melepaskan diri. Setelah itu,

pada tahun 732 M Raja Sanjaya mendirikan bangunan suci

Gambar 2.26

Prasasti Canggal dan Sojomerto

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-

Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

113

Sejarah Indonesia

sebagai tempat pemujaan. Bangunan ini berupa lingga dan

berada di atas Gunung Wukir (Bukit Stirangga). Bangunan

suci itu merupakan lambang keberhasilan Sanjaya dalam

menaklukkan raja-raja lain.

Raja Sanjaya bersikap arif, adil dalam

memerintah, dan memiliki pengetahuan

luas. Para pujangga dan rakyat hormat

kepada rajanya. Oleh karena itu, di bawah

pemerintahan Raja Sanjaya, kerajaan

menjadi aman dan tenteram. Rakyat

hidup makmur. Mata pencaharian penting

adalah pertanian dengan hasil utama padi.

Sanjaya juga dikenal sebagai raja yang

paham akan isi kitab-kitab suci. Bangunan

suci dibangun oleh Sanjaya untuk

pemujaan lingga di atas Gunung Wukir,

sebagai lambang telah ditaklukkannya

raja-raja kecil di sekitarnya yang dulu

mengakui kemaharajaan Sanna.

Setelah Raja Sanjaya wafat, ia digantikan oleh putranya

bernama Rakai Panangkaran. Panangkaran mendukung adanya

perkembangan agama Buddha. Dalam Prasasti Kalasan yang

berangka tahun 778, Raja Panangkaran telah memberikan

hadiah tanah dan memerintahkan membangun sebuah candi

untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta agama

Buddha. Tanah dan bangunan tersebut terletak di Kalasan.

Prasasti Kalasan juga menerangkan bahwa Raja Panangkaran

disebut dengan nama Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana

Rakai Panangkaran. Raja Panangkaran kemudian memindahkan

pusat pemerintahannya ke arah timur.

Raja Panangkaran dikenal sebagai penakluk yang gagah

berani bagi musuh-musuh kerajaan. Daerahnya bertambah

luas. Ia juga disebut sebagai permata dari Dinasti Syailendra.

Gambar 2.27

Candi Kalasan

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas

Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-

Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan

dan Pariwisata.

114

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Agama Buddha Mahayana waktu itu berkembang pesat. Ia

juga memerintahkan didirikannya bangunan-bangunan suci.

Misalnya, Candi Kalasan dan arca Manjusri.

Setelah kekuasaan Penangkaran berakhir, timbul

persoalan dalam keluarga Syailendra, karena adanya

perpecahan antara anggota keluarga yang sudah memeluk

agama Buddha dengan keluarga yang masih memeluk agama

Hindu (Syiwa). Hal ini menimbulkan perpecahan di dalam

pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno. Satu pemerintahan

dipimpin oleh tokoh-tokoh kerabat istana yang menganut

agama Hindu berkuasa di daerah Jawa bagian utara. Kemudian

keluarga yang terdiri atas tokoh-tokoh yang beragama

Buddha berkuasa di daerah Jawa bagian selatan. Keluarga

Syailendra yang beragama Hindu meninggalkan bangunan-

bangunan candi di Jawa bagian utara. Misalnya, candi-candi

kompleks Pegunungan Dieng (Candi Dieng) dan kompleks

Candi Gedongsongo. Kompleks Candi Dieng memakai nama-

nama tokoh wayang seperti Candi Bima, Puntadewa, Arjuna,

dan Semar.

Sementara yang beragama Buddha meninggalkan candi-candi

seperti Candi Ngawen, Mendut, Pawon dan Borobudur. Candi

Borobudur diperkirakan mulai dibangun oleh Samaratungga pada

tahun 824 M. Pembangunan kemudian dilanjutkan pada zaman

Pramudawardani dan Pikatan.

Perpecahan di dalam keluarga Syailendra tidak berlangsung

lama. Keluarga itu akhirnya bersatu kembali. Hal ini ditandai dengan

perkawinan Rakai Pikatan dan keluarga yang beragama Hindu

dengan Pramudawardani, putri dari Samaratungga. Perkawinan itu

terjadi pada tahun 832 M. Setelah itu, Dinasti Syailendra bersatu

kembali di bawah pemerintahan Raja Pikatan.

115

Sejarah Indonesia

Pada awal abad ke-21, kita sering mendengarkan dan

membicarakan tentang kebudayaan lokal dalam menghadapi

globalisasi. Setidaknya hal itu sudah dialami oleh bangsa kita sejak

abad ke-8, atau bahkan jauh ke masa lampau. Bukti nyata dari

itu adalah Candi Borobudur, yang kemudian dikukuhkan sebagai

Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, pada tahun 1991

Candi Borobudur didirikan oleh Raja Samaratungga dari Dinasti

Syailendra pada abad ke-9. Candi itu terletak di antara dua bukit,

tepatnya di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten

Magelang. Candi Borobudur yang terletak pada satu garis lurus

dengan Candi Pawon dan Candi Mendut dipandang sebagai satu

kesatuan. Letak candi seperti ini sesuai dengan aturan yang disebut

dalam kitab-kitab pedoman para seniman agama di India. kitab itu

disebut dengan

Vastusastra

. Suatu kitab yang menjelaskan tentang

bangunan suci agama Hindu. Namun demikian, aturan-aturannya

juga digunakan sebagai desain bangunan suci agama Buddha.

Candi Borobudur Mahakarya Dynasti Syailendra

Gambar 2.28

Candi Borobudur

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-

Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

116

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Borobudur merupakan karya yang unik. Susunan Candi

Borobudur berbeda dengan susunan candi di India. Pada umumnya

susunan candi di India berdiri di atas fondasi yang tertanam di

dalam tanah. Fondasi tersebut berdenah dengan jari-jari delapan. Di

titik tengah terdapat tiang yang dibuat tembus ke atas permukaan

tanah, dan diteruskan menjadi tongkat dengan payung. Candi

Borobudur didirikan langsung di atas bukit tanpa fondasi yang

ditanam di dalam tanah seperti yang terdapat di India. Dilihat dari

susunannya, Candi Borobudur merupakan sebuah teras-stupa. Kaki

stupa berbentuk undak teras persegi, disusul teras mengalir yang

dihiasi stupa. Susunan candi ini memperlihatkan kuatnya pengaruh

kebudayaan Jawa pada abad ke-8.

Bangunan ini dinamai

Bhumisambharabhudara

yang artinya

adalah bukit peningkatan kebijakan setelah melampaui sepuluh

tingkat Boddhisattwa. Borobudur sendiri terdiri atas sepuluh

tingkatan, yang dapat dipahami sebagai lambang ke-10, jalan

Boddhisattwa. Candi itu berbentuk bujur sangkar, dengan ukuran

123 m x 123 m di bagian kakinya. Bentuk bangunan seperti itu

dapat ditafsirkan sebagai bentuk mandala. Tinggi Candi Borobudur

adalah 35,4 m. Secara vertikal Candi Borobudur terdiri dari dua

pola, yaitu pola undak-undak persegi dan pola bangun vertikal.

Karena bentuknya itulah Candi Borobudur dapat dipahami sebagai

sebuah stupa yang besar.

Dalam agama Buddha stupa merupakan perwujudan dari

makrokosmos yang terdiri atas tiga tingkatan, yaitu

kamadatu,

rupadatu,

dan

arupadatu.

Kamadatu

merupakan alam bawah,

bagian ini berada di bagian bawah Candi Borobudur. Pada

kamadatu

terdapat relief

karmawibangga

, yaitu suatu hukum sebab akibat,

yang merupakan hasil perbuatan manusia.

Arupadatu

adalah alam

atas, yaitu tempat para dewa. Bagian ini berada pada tingkat ketiga,

termasuk stupa induk berada di atas

rupadatu.

Cara membaca relief

pada dinding Candi Barobudur searah dengan jarum jam. Sebagai

candi pemujaan, Borobudur mempunyai hubungan dengan Candi

Mendut dan Candi Pawon. Ketiga candi itu menunjukkan proses

suatu ritual keagamaan. Mula-mula ritual keagamaan dilakukan di

Candi Mendut. Kemudian dilakukan persiapan di Candi Pawon dan

puncak ritual keagamaan dilakukan di Candi Borobudur.

117

Sejarah Indonesia

Dari arca dan relief yang terdapat pada dinding dan pagar

candi menunjukkan bahwa Candi Borobudur sebagai bangunan

berciri agama Buddha aliran Mahayana. Dari arca dan relief itu juga

dapat dilihat adanya penyatuan ajaran Mahayana dan Tantrayana,

sesuai filsafat Yogacara. Dalam relief itu tergambar tentang

kehidupan sehari-hari di Jawa, seperti cara berpakaian, rumah

tinggal, candi, alat berburu, alat-alat keperluan sehari-hari, serta

jenis-jenis tanaman.

Dalam

Kitab Sang Hyang Kamahayanikan Mantranaya

,

pada abad ke-10, Mpu Sindok dari Dinasti Isyana menyebarkan

ajaran dari India, yaitu agama Buddha. Ajaran itu disebarkan di

Jawa dan disesuaikan dengan pengetahuan penduduk pada saat

itu. Lebih jauh lagi hasil pengetahuan itu diwujudkan dalam bentuk

bangunan candi oleh penduduk Jawa, bukan oleh penduduk India.

Candi itu kemudian digunakan sebagai sarana ibadah mereka. Bukti

itu ditunjukkan dengan tidak adanya Kampung Keling yang berada

di sekitar Candi Borobudur. Bukti lainnya itu ditemukannya tulisan

yang memakai huruf Jawa kuno, dengan bahasa

Sanskerta

,

dengan

tidak menggunakan tata bahasa Sanskerta.

Gambar 2.30

Kamadhatu

Gambar 2.29

Rupadhatu

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.

Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik

(Hindu-Buddha). Jakarta: Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata.

Sumber: Idham Bachtiar Setiadi (ed).

2011. 100 Tahun Pemugaran Candi

Borobudur. Jakarta, Direktorat Tinggalan

Purbakala, Direktorat Jenderal Sejarah

dan Purbalaka, Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif

118

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Setelah Samaratungga wafat, anaknya dengan Dewi Tara yang

bernama Balaputradewa menunjukkan sikap menentang terhadap

Pikatan. Kemudian terjadi perang perebutan kekuasaan antara

Pikatan dengan Balaputradewa. Dalam perang ini Balaputradewa

membuat benteng pertahanan di perbukitan di sebelah selatan

Prambanan. Benteng ini sekarang kira kenal dengan Candi Boko.

Dalam pertempuran, Balaputradewa terdesak dan melarikan diri

ke Sumatra. Balaputradewa kemudian menjadi raja di Kerajaan

Sriwijaya.

Kerajaan Mataram Kuno daerahnya bertambah luas.

Kehidupan agama berkembang pesat tahun 856 Rakai Pikatan

turun takhta dan digantikan oleh Kayuwangi atau Dyah Lokapala.

Kayuwangi kemudian digantikan oleh Dyah Balitung. Raja Balitung

merupakan raja yang terbesar. Ia memerintah pada tahun 898 -

911 M dengan gelar Sri Maharaja Rakai Wafukura Dyah Balitung

Sri Dharmadya Mahasambu. Pada pemerintahan Balitung bidang-

bidang politik, pemerintahan, ekonomi, agama, dan kebudayaan

Gambar 2.31

Kelompok Arjuna kompleks Candi Dieng di Dataran Tinggi Dieng,

Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah

Sumber : Direktorat Geografi Sejarah. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-

Buddha). Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2010.

119

Sejarah Indonesia

Gambar 2.32

Kompleks Percandian Gedongsongo, terletak di Kabupaten Semarang,

Jawa Tengah

Sumber : Direktorat Geografi Sejarah. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-

Buddha). Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2010.

mengalami kemajuan. Ia telah membangun Candi Prambanan

sebagai candi yang anggun dan megah. Relief-reliefnya sangat

indah.

Sesudah pemerintahan Balitung berakhir, Kerajaan Mataram

mulai mengalami kemunduran. Raja yang berkuasa setelah Balitung

adalah Daksa, Tulodong, dan Wawa. Beberapa faktor yang

menyebabkan kemunduran Mataram Kuno antara lain adanya

bencana alam dan ancaman dari musuh yaitu Kerajaan Sriwijaya.

1.

Carilah dari kliping koran atau juga dari internet, peninggalan

candi-candi pada masa Sanjaya maupun Syailendra dan ceritakan!

2.

Nilai-nilai apa yang dapat kamu peroleh dari kehidupan beragama

pada masa Mataram Kuno? Diskusikan dan tunjukkan bukti-

bukti sejarahnya.

Uji Kompetensi

120

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Pesona Legenda Candi Prambanan

Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik

(Hindu-Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Gambar 2.33

Candi Prambanan

Roro jonggrang adalah seorang putri semata wayang Raja

Boko, Penguasa Kerajaan Medang Kamulan. Karena kecantikannya,

seorang pangeran bernama Bandung Bondowoso berniat

menyuntingnya sebagai istri. Raja Boko mengabulkan permintaan

Bandung Bondowoso, bila pangeran itu dapat mengalahkannya.

Bandung Bondowoso ternyata dapat mengalahkan Raja Boko.

Namun Roro jonggrang tidak mau dipersunting oleh pembunuh

ayahnya, ia pun tidak berani untuk menolak. Roro jonggrang pun

memberikan syarat pada Bandung untuk membuat seribu candi

lengkap dengan arcanya dalam waktu semalam.

Bandung Bandowoso dengan dibantu sepasukan jin, hampir

dapat meyelesaikan permintaan Roro jonggrang. Saat mendengar

suara kokok ayam bersautan dan melihat langit di ufuk timur

memerah, para jin itu melarikan diri sebelum pekerjaannya

selesai. Melihat tipu daya Lara Jonggrong, Bandung Bondowoso

mengutuknya menjadi arca batu yang ke seribu untuk melengkapi

jumlah keseluruhan arca.

121

Sejarah Indonesia

Tentu kamu pernah mendengar cerita rakyat yang

menceritakan tentang asal mula Candi Prambanan itu. Cerita

itu hingga kini masih berkembang di daerah sekitar Prambanan.

Roro jonggrang sering kali diwujudkan sebagai arca Durga

Mahisasuramawardini yang berada di bilik utara Candi Siwa. Roro

jonggrang secara harfiah diartikan sebagai seorang gadis cantik

semampai. Pada kompleks percandian, sosok Roro jonggrang

diwujudkan pada bangunan paling tinggi dari keseluruhan Candi

Prambanan. Dari kondisi itu kita dapat menafsirkan, bahwa legenda

Bandung Bondowoso itu muncul sebagai cerita rakyat penduduk

Prambanan saat Candi Siwa masih berdiri kokoh. Jadi Candi

Prambanan merupakan sebuah karya monumen kejayaan Mataram

Kuno yang berdiri tinggi tegak di dataran Prambanan yang subur.

Kawasan Candi Prambanan sejak tahun 1991 ditetapkan sebagai

situs cagar budaya dunia oleh UNESCO. Bagi bangsa Indonesia

pengakuan itu sangat membanggakan.

Candi Prambanan dibangun pada abad ke-9 Masehi atas

perintah raja, pada masa puncak kejayaan Dinasti Sanjaya. Pada

masa itulah ia mendirikan Candi Prambanan menurut model candi-

candi Syailendra. Candi Prambanan terletak di Desa Prambanan.

Candi itu pertama ditemukan oleh Calons pada tahun 1733 M.

Bangunan candi itu dibangun untuk sebuah dharma bagi agama

Hindu. Candi Prambanan merupakan bangunan suci agama Hindu

yang ditujukan untuk memperkuat keberadaan agama itu di wilayah

selatan Jawa. Candi itu dibangun atas perintah Raja Rakai Pikatan.

Kompleks Prambanan terdiri atas Candi Siwa, Candi Hamsa, Candi

Wisnu, Candi Nandi, Candi Garuda dan dua buah Candi Apit yang

semuanya berada di halaman pertama. Delapan candi penjaga arah

mata angin dan kurang lebih 200 candi perwara yang mengelilingi

inti pusat.

Candi utama adalah Candi Siwa dengan empat ruangan.

Ruang utama berisi patung Siwa sebagai mahadewa. Di sebelah

utara terdapat Roro jonggrang atau Siwa sebagai Durga

Mahesasuramawardini. Bagian timur terdapat patung Ganesa.

Pada dinding Candi Siwa itu terdapat relief Ramayana, yang berisi

tentang titisan Wisnu hingga Rama menyeberang ke lautan. Cara

membaca relief pada candi itu searah dengan jarum jam. Candi itu

digunakan hanya sebagai tempat pemujaan.

122

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Candi kedua yang terbesar adalah Candi Brahma. Dalam

candi ini terdapat patung Brahma. Juga terdapat relief yang

menggambarkan epik Ramayana. Pada bagian ini menceritakan

tentang Rama menyerang Alengka dan Sinta membakar diri, atau

dikenal dengan cerita “pati obong”. Candi ketiga adalah Candi

Wisnu yang terdapat arca Wisnu di dalamnya. Dalam dinding

candi ini terdapat relief yang menceritakan tentang Kernayana.

Candi Prambanan merupakan candi termegah pada saat itu,

kemegahannya tersohor hingga sampai ke Asia Tenggara.

Candi Sewu yang berada di sekeliling Candi Prambanan

mempunyai latar belakang agama Buddha. Hal itu dilihat dari

arsitektur bentuk candi yang bentuk seperti stupa daripada Candi

Prambanan. Di samping bentuknya juga dicirikan dengan puncak

candi yang berbentuk stupa. Puncak candi itu merupakan satu di

antara lambang dari agama Buddha.

Candi itu kurang lebih terdiri atas 240 bangunan. Bangunan

candi sendiri dibangun dalam areal seluas kurang lebih 49.284 m. Candi

itu diresmikan oleh Rakai Kayuwangi, pada tahun 778 Saka (856

Masehi). Dalam Prasasti Siwagraha tertuliskan tentang pembuatan

Candi Prambanan. Candi dan gapuranya dikerjakan oleh beratus-

ratus pekerja.

Dari segi arsitektur bangunan, Candi Prambanan dan Candi

Sewu masih menampakkan ciri-ciri arsitektur Buddhis. Teknik

pembangunan candi itu dengan menggunakan ikatan pada

setiap bata-batanya. Keistimewaan bangunan itu terletak pada

bentuk candi yang menjulang tinggi pada tanah datar. Candi

Prambanan merupakan candi tertinggi dengan bentuk menara.

Candi Prambanan berada dalam kawasan yang memiliki kepadatan

bangunan candi yang beragam. Khususnya pada bagian sisi

timur Kali Opak, terdapat Candi Bubrah, Lumbung, dan Sewu.

Keempat candi besar yang berderat itu memiliki kesatuan mandala.

Kedekatan letak Candi Prambanan dengan candi-candi agama

Buddha menunjukkan adanya toleransi antara penduduk yang

beragama Hindu dengan penduduk yang beragama Buddha pada

masa Mataram Kuno itu.

Sumber: Inajati Adrisijanti dan Andi Putranto (ed). 2009.

Membangun Kembali

Prambanan.

Yogyakarta: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala

123

Sejarah Indonesia

Kekuasaan Dinasti Isyana

Pertentangan di antara keluarga Mataram, tampaknya terus

berlangsung hingga masa pemerintahan Mpu Sindok pada tahun

929 M. Pertikaian yang tidak pernah berhenti menyebabkan Mpu

Sindok memindahkan ibu kota kerajaan dari Medang ke Daha (Jawa

Timur) dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Isyanawangsa.

Di samping pertentangan keluarga, pemindahan pusat kerajaan

juga dikarenakan kerajaan mengalami kehancuran akibat letusan

Gunung Merapi. Berdasarkan prasasti, pusat pemerintahan Keluarga

Isyana terletak di Tamwlang. Letak Tamwlang diperkirakan dekat

Jombang, sebab di Jombang masih ada desa yang namanya mirip,

yakni desa Tambelang. Daerah kekuasaannya meliputi Jawa bagian

timur, Jawa bagian tengah, dan Bali.

Setelah Mpu Sindok meninggal, ia digantikan oleh anak

perempuannya bernama Sri Isyanatunggawijaya. Ia naik takhta

dan kawin dengan Sri Lokapala. Dari perkawinan ini lahirlah putra

yang bernama Makutawangsawardana. Makutawangsawardana

naik takhta menggantikan ibunya. Kemudian pemerintahan

dilanjutkan oleh Dharmawangsa Tguh yang memeluk agama Hindu

aliran Waisya. Pada masa pemerintahannya, Dharmawangsa Tguh

memerintahkan untuk menyadur kitab

Mahabarata

dalam bahasa

Jawa Kuno. Setelah Dharmawangsa Tguh turun takhta ia digantikan

oleh Raja Airlangga, yang saat itu usianya masih 16 tahun. Hancurnya

kerajaan Dharmawangsa menyebabkan Airlangga berkelana ke

hutan. Selama di hutan ia hidup bersama pendeta sambil mendalami

agama. Airlangga kemudian dinobatkan oleh pendeta agama Hindu

dan Buddha sebagai raja. Begitulah kehidupan agama pada masa

Mataram Kuno. Meskipun mereka berbeda aliran dan keyakinan,

penduduk Mataram Kuno tetap menghargai perbedaan yang ada.

124

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Setelah dinobatkan sebagai raja, Airlangga segera

mengadakan pemulihan hubungan baik dengan Sriwijaya, bahkan

membantu Sriwijaya ketika diserang Raja Colamandala dari India

Selatan. Pada tahun 1037 M, Airlangga berhasil mempersatukan

kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa,

meliputi seluruh Jawa Timur. Airlangga kemudian memindahkan

ibu kota kerajaannya dari Daha ke Kahuripan.

Pada tahun 1042, Airlangga mengundurkan diri dari takhta

kerajaan, lalu hidup sebagai pertapa dengan nama Resi Gentayu

(Djatinindra). Menjelang akhir pemerintahannya Airlangga

menyerahkan kekuasaanya pada putrinya Sangrama Wijaya Tungga-

Dewi. Namun, putrinya itu menolak dan memilih untuk menjadi

seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri.

Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi

dua kerajaan. Kerajaan itu adalah Kediri dan Janggala. Hal itu

dilakukan untuk mencegah terjadinya perang saudara di antara

kedua putranya yang lahir dari selir. Kerajaan Janggala di sebelah

timur diberikan kepada putra sulungnya yang bernama Garasakan

(Jayengrana), dengan ibu kota di Kahuripan (Jiwana). Wilayahnya

meliputi daerah sekitar Surabaya sampai Pasuruan, dan Kerajaan

Panjalu (Kediri). Kerajaan Kediri di sebelah barat diberikan kepada

putra bungsunya yang bernama Samarawijaya (Jayawarsa) dengan

ibu kota di Kediri (Daha), meliputi daerah sekitar Kediri dan Madiun.

Kerajaan Kediri adalah kerajaan pertama yang mmpunyai

sistem administrasi kewilayahan negara berjenjang. Hierarki

kewilayahan dibagi atas tiga jenjang. Struktur paling bawah dikenal

dengan

thani

(desa). Desa ini terbagi menjadi bagian-bagian yang

lebih kecil lagi yang dipimpin oleh seorang

duwan.

Setingkat lebih

tinggi di atasnya disebut

wisaya,

yaitu sekumpulan dari desa-desa.

Tingkatan paling tinggi yaitu negara atau kerajaan yang disebut

dengan

bhumi.

125

Sejarah Indonesia

Uji Kompetensi

1.

Berdasarkan bacaan di atas nilai-nilai apa yang dapat kamu petik

dari kepemimpinan Airlangga?

2.

Setujukah kamu dengan cara Airlangga membagi kerajaan

seperti disebutkan di atas? Uraikan alasan pendapatmu.

Tugas

Sebutkan nama, letak dan fungsi candi yang kamu ketahui. Carilah

dari buku atau sumber internet.

6.

Kerajaan Kediri

Kehidupan politik pada bagian awal di Kerajaan Kediri

ditandai dengan perang saudara antara Samarawijaya yang

berkuasa di Panjalu dan Panji Garasakan yang berkuasa di Jenggala.

Mereka tidak dapat hidup berdampingan. Pada tahun 1052 M

terjadi peperangan perebutan kekuasaan di antara kedua belah

pihak. Pada tahap pertama Panji Garasakan dapat mengalahkan

Samarawijaya, sehingga Panji Garasakan berkuasa. Di Jenggala

kemudian berkuasa raja-raja pengganti Panji Garasakan. Tahun

No.

1

2

3

4

Nama Candi

Letak

Fungsi

126

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

1059 M yang memerintah adalah Samarotsaha. Akan tetapi setelah

itu tidak terdengar berita mengenal Kerajaan Panjalu dan Jenggala.

Baru pada tahun 1104 M tampil Kerajaan Panjalu sebagai rajanya

Jayawangsa. Kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri

dengan ibu kotanya di Daha.

Tahun 1117 M Bameswara tampil sebagai Raja Kediri. Prasasti

yang ditemukan, antara lain Prasasti Padlegan (1117 M) dan

Panumbangan (1120 M). Isinya yang penting tentang pemberian

status

perdikan

untuk beberapa desa.

Pada tahun 1135 M tampil raja yang sangat terkenal, yakni

Raja Jayabaya. Ia meninggalkan tiga prasasti penting, yakni Prasasti

Hantang atau Ngantang (1135 M), Talan (1136 M) dan Prasasti Desa

Jepun (1144 M). Prasasti Hantang memuat tulisan

panjalu jayati

,

artinya panjalu menang. Hal itu untuk mengenang kemenangan

Panjalu atas Jenggala. Jayabaya telah berhasil mengatasi berbagai

kekacauan di kerajaan.

Di kalangan masyarakat Jawa, nama Jayabaya sangat

dikenal karena adanya Ramalan atau

Jangka

Jayabaya. Pada masa

pemerintahan Jayabaya telah digubah Kitab

Baratayuda

oleh Mpu

Sedah dan kemudian dilanjutkan oleh Mpu Panuluh.

Perkembangan Politik, Sosial, dan Ekonomi

Sampai masa awal pemerintahan Jayabaya, kekacauan akibat

pertentangan dengan Janggala terus berlangsung.Baru pada tahun

1135 M Jayabaya berhasil memadamkan kekacauan itu. Sebagai

bukti, adanya kata-kata

panjalu jayati

pada Prasasti Hantang. Setelah

kerajaan stabil, Jayabaya mulai menata dan mengembangkan

kerajaannya.

127

Sejarah Indonesia

Kehidupan Kerajaan Kediri menjadi teratur. Rakyat hidup

makmur. Mata pencaharian yang penting adalah pertanian dengan

hasil utamanya padi. Pelayaran dan perdagangan juga berkembang.

Hal ini ditopang oleh Angkatan Laut Kediri yang cukup tangguh.

Armada laut Kediri mampu menjamin keamanan perairan Nusantara.

Di Kediri telah ada Senopati Sarwajala (panglima angkatan laut).

Bahkan Sriwijaya yang pernah mengakui kebesaran Kediri, yang

telah mampu mengembangkan pelayaran dan perdagangan.

Barang perdagangan di Kediri antara lain emas, perak, gading, kayu

cendana, dan pinang. Kesadaran rakyat tentang pajak sudah tinggi.

Rakyat menyerahkan barang atau sebagian hasil buminya kepada

pemerintah.

Menurut berita Cina, dan kitab

Ling-wai-tai-ta

diterangkan

bahwa dalam kehidupan sehari-hari orang-orang memakai kain

sampai di bawah lutut. Rambutnya diurai. Rumah-rumah mereka

bersih dan teratur, lantainya ubin yang berwarna kuning dan

hijau. Dalam perkawinan, keluarga pengantin wanita menerima

mas kawin berupa emas. Rajanya berpakaian sutera, memakai

sepatu, dan perhiasan emas. Rambutnya disanggul ke atas. Kalau

bepergian, Raja naik gajah atau kereta yang diiringi oleh 500 sampai

700 prajurit.

Di bidang kebudayaan, yang menonjol adalah perkembangan

seni sastra dan pertunjukan wayang. Di Kediri dikenal adanya

wayang panji

.

Beberapa karya sastra yang terkenal, sebagai berikut.

1. Kitab Baratayuda

Kitab Baratayudha

ditulis pada zaman Jayabaya, untuk

memberikan gambaran terjadinya perang saudara antara

Panjalu melawan Jenggala. Perang saudara itu digambarkan

dengan perang antara

Kurawa

dengan

Pandawa

yang

masing-masing merupakan keturunan

Barata

.

128

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

2. Kitab Kresnayana

Kitab Kresnayana

ditulis oleh

Mpu Triguna

pada zaman Raja

Jayaswara. Isinya mengenai perkawinan antara

Kresna

dan

Dewi Rukmini

.

3. Kitab Smaradahana

Kitab Smaradahana

ditulis pada zaman Raja Kameswari oleh

Mpu Darmaja

. Isinya menceritakan tentang sepasang suami

istri

Smara

dan

Rati

yang menggoda Dewa Syiwa yang sedang

bertapa.

Smara

dan

Rail

kena kutuk dan mati terbakar oleh

api (

dahana

) karena kesaktian Dewa Syiwa. Akan tetapi,

kedua suami istri itu dihidupkan lagi dan menjelma sebagai

Kameswara

dan permaisurinya.

4. Kitab Lubdaka

Kitab Lubdaka

ditulis oleh

Mpu Tanakung

pada zaman

Raja Kameswara. Isinya tentang seorang pemburu bernama

Lubdaka. Ia sudah banyak membunuh. Pada suatu ketika

ia mengadakan pemujaan yang istimewa terhadap Syiwa,

sehingga rohnya yang semestinya masuk neraka, menjadi

masuk surga.

Raja yang terakhir di Kerajaan Kediri adalah Kertajaya

atau Dandang Gendis. Pada masa pemerintahannya, terjadi

pertentangan antara raja dan para pendeta atau kaum brahmana,

karena Kertajaya berlaku sombong dan berani melanggar adat. Hal

ini memperlemah pemerintahan di Kediri. Para brahmana kemudian

mencari perlindungan kepada Ken Arok yang merupakan penguasa

di Tumapel. Pada tahun 1222 M, Ken Arok dengan dukungan kaum

brahmana menyerang Kediri. Kediri dapat dikalahkan oleh Ken

Arok.

129

Sejarah Indonesia

7.

Kerajaan Singhasari

Raja-Raja yang Memerintah Singhasari

a.

Ken Arok (1222 – 1227 M)

Setelah berakhirnya Kerajaan Kediri, kemudian berkembang

Kerajaan Singhasari. Pusat Kerajaan Singhasari kira-kira terletak di

dekat Kota Malang, Jawa Timur. Kerajaan ini

didirikan oleh Ken Arok. Ken Arok berhasil tampil

sebagai raja, walaupun ia berasal dari kalangan

rakyat biasa. Menurut kitab

Pararaton

, Ken Arok

adalah anak seorang petani dari Desa Pangkur,

di sebelah timur Gunung Kawi, daerah Malang.

Ibunya bernama Ken Endok.

Diceritakan, bahwa pada waktu masih

bayi, Ken Arok diletakkan oleh ibunya di sebuah

makam. Bayi ini kemudian ditemukan oleh seorang

pencuri, bernama Lembong. Akibat dari didikan

dan lingkungan keluarga pencuri, maka Ken Arok

tumbuh menjadi seorang penjahat yang sering

menjadi buronan pemerintah Kerajaan Kediri.

Suatu ketika Ken Arok berjumpa dengan pendeta

Lohgawe. Ken Arok mengatakan ingin menjadi

orang baik-baik. Kemudian dengan perantaraan

Lohgawe, Ken Arok diabdikan kepada seorang

Akuwu

(bupati) Tumapel, bernama Tunggul

Ametung.

Setelah beberapa lama mengabdi di

Tumapel, Ken Arok mmpunyai keinginan untuk

memperistri Ken Dedes, yang sudah menjadi istri

Tunggul Ametung. Kemudian timbul niat buruk

dari Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung

agar Ken Dedes dapat diperistri olehnya. Ternyata

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas

Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-

Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan

dan Pariwisata.

Gambar 2.34

Patung Ken Dedes

Untuk lebih lengkapnya

kamu dapat membaca

buku

Marwati Djoened

Poesponegoro.

Sejarah

Nasional Indonesia

Jilid II.

130

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

benar, Tunggul Ametung dapat dibunuh oleh Ken Arok dengan

keris

Mpu Gandring

. Setelah Tunggul Ametung terbunuh, Ken Arok

menggantikan sebagai penguasa di Tumapel dan memperistri Ken

Dedes. Pada waktu diperistri Ken Arok, Ken Dedes sudah mengandung

tiga bulan, hasil perkawinan dengan Tunggul Ametung.

Pada waktu itu Tumapel hanya daerah bawahan Raja Kertajaya

dari Kediri. Ken Arok ingin menjadi raja, maka ia merencanakan

menyerang Kediri. Pada tahun 1222 M Ken Arok atas dukungan

para pendeta melakukan serangan ke Kediri. Raja Kertajaya dapat

ditaklukkan oleh Ken Arok dalam pertmpurannya di Ganter, dekat

Pujon, Malang. Setelah Kediri berhasil ditaklukkan, maka seluruh

wilayah Kediri dipersatukan dengan Tumapel dan lahirlah Kerajaan

Singhasari.

Setelah berdiri Kerajaan Singhasari, Ken Arok tampil sebagai

raja pertama. Ken Arok sebagai raja bergelar

Sri Ranggah Rajasa

Sang Amurwabumi

. Ken Arok memerintah selama lima tahun. Pada

tahun 1227 M Ken Arok dibunuh oleh seorang pengalasan atau

pesuruh dan

Batil

, atas perintah Anusapati. Anusapati adalah putra

Ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Jenazah Ken Arok dicandikan

di

Kagenengan

dalam bangunan perpaduan Syiwa-Buddha. Ken

Arok meninggalkan beberapa putra. Bersama Ken Umang, Ken

Arok memiliki empat putra, yaitu Panji Tohjoyo, Panji Sudatu, Panji

Wregola, dan Dewi Rambi. Bersama Ken Dedes, Ken Arok mmpunyai

putra bernama Mahesa Wongateleng.

b. Anusapati

Tahun 1227 M Anusapati naik takhta Kerajaan Singhasari. Ia

memerintah selama 21 tahun. Akan tetapi, ia belum banyak berbuat

untuk pembangunan kerajaan.

Lambat laun berita tentang pembunuhan Ken Arok

sampai pula kepada Tohjoyo (putra Ken Arok). Oleh karena ia

mengetahui pembunuh ayahnya adalah Anusapati, maka Tohjoyo

131

Sejarah Indonesia

ingin membalas dendam, yaitu membunuh

Anusapati. Tohjoyo mengetahui bahwa

Anusapati memiliki kesukaan menyabung ayam

maka ia mengajak Anusapati untuk menyabung

ayam. Pada saat menyabung ayam, Tohjoyo

berhasil membunuh Anusapati. Anusapati

dicandikan di Candi Kidal dekat Kota Malang

sekarang. Anusapati meninggalkan seorang

putra bernama Ronggowuni.

c.

Tohjoyo (1248 M)

Setelah berhasil membunuh Anusapati,

Tohjoyo naik takhta. Masa pemerintahannya

sangat singkat, Ronggowuni yang merasa

berhak atas takhta kerajaan, menuntut takhta

kepada Tohjoyo. Ronggowuni dalam hal ini

dibantu oleh Mahesa Cempaka, putra dari

Mahesa Wongateleng. Menghadapi tuntutan

ini, maka Tohjoyo mengirim pasukannya di

bawah Lembu Ampal untuk melawan Ronggowuni. Kemudian

terjadi pertmpuran antara pasukan Tohjoyo dengan pengikut

Ronggowuni. Dalam pertmpuran tersebut Lembu Ampal berbalik

memihak Ronggowuni. Serangan pengikut Ronggowuni semakin

kuat dan berhasil menduduki istana Singhasari. Tohjoyo berhasil

meloloskan diri dan akhirnya meninggal di daerah Katang Lumbang

akibat luka-luka yang dideritanya.

d.

Ronggowuni (1248 - 1268 M)

Ronggowuni naik takhta Kerajaan Singhasari tahun 1248 M.

Ronggowuni bergelar

Sri Jaya Wisnuwardana

. Dalam memerintah

ia didampingi oleh Mahesa Cempaka yang berkedudukan sebagai

Ratu Anggabaya

. Mahesa Cempaka bergelar

Narasimhamurti

. Di

samping itu, pada tahun 1254 M Wisnuwardana juga mengangkat

putranya yang bernama Kertanegara sebagai

raja muda

atau

Yuwaraja

. Pada saat itu Kertanegara masih sangat muda.

Sumber : Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700

Tahun Majapahit suatu Bunga Rampai,Dinas

Pariwisata Daerah propinsi Daerah Jawa

Timur.

Gambar 2.35

Candi Kidal

132

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Singhasari di bawah pemerintahan Ronggowuni dan Mahesa

Cempaka hidup dalam keadaan aman dan tenteram. Rakyat

hidup dengan bertani dan berdagang. Kehidupan rakyat juga

mulai terjamin. Raja memerintahkan untuk membangun benteng

pertahanan di

Canggu Lor

.

Tahun 1268 M, Ronggowuni meninggal dunia dan dicandikan

di dua tempat, yaitu sebagai Syiwa di

Waleri

dan sebagai Buddha

Amogapasa

di

Jajagu

. Jajagu kemudian dikenal dengan Candi

Jago. Bentuk Candi Jago sangat menarik, yaitu kaki candi bertingkat

tiga dan tersusun berundak-undak. Reliefnya datar dan gambar

orangnya menyerupai wayang kulit di Bali. Tokoh satria selalu diikuti

dengan punakawan. Tidak lama kemudian Mahesa Cempaka pun

meninggal dunia. Ia dicandikan di

Kumeper

dan

Wudi Kucir

.

e.

Kertanegara (1268 - 1292 M)

Tahun 1268 M Kertanegara naik takhta menggantikan

Ronggowuni. Ia bergelar

Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara

.

Kertanegara merupakan raja yang paling terkenal di Singhasari.

Ia bercita-cita, Singhasari menjadi kerajaan yang besar. Untuk

mewujudkan cita-citanya, maka Kertanegara melakukan berbagai

usaha.

Perluasan Daerah Singhasari

Kertanegara menginginkan wilayah Singhasari hingga

meliputi seluruh Nusantara. Beberapa daerah berhasil

ditaklukkan, misalnya Bali, Kalimantan Barat Daya, Maluku,

Sunda, dan Pahang. Penguasaan daerah-daerah di luar Jawa

yang merupakan pelaksanaan politik luar negeri bertujuan

untuk mengimbangi pengaruh Kubilai Khan dari Cina. Pada

tahun 1275 M Raja Kertanegara mengirimkan Ekspedisi

Pamalayu di bawah pimpinan Mahesa Anabrang (

Kebo

Anabrang

). Sasaran dari ekspedisi ini untuk menguasai

Sriwijaya. Akan tetapi, untuk menguasainya harus melalui

daerah sekitarnya termasuk bersahabat dan menanamkan

pengaruh Singhasari di Melayu. Sebagai tanda persahabatan,

133

Sejarah Indonesia

Kertanegara menghadiahkan patung

Amogapasa

kepada penguasa

Melayu. Ekspedisi Pamalayu diharap-

kan akan menggoyahkan Sriwijaya.

Dalam rangka memperkuat

politik luar negeranya, Kertanegara

menjalin hubungan dengan

kerajaan-kerajaan lain di luar

Kepulauan Indonesia. Misalnya

deng

an Raja Jayasingawarman III

dan Kerajaan Campa. Bahkan Raja

Jayasingawarman III memperistri

salah seorang saudara permpuan

dari Kertanegara.

Kertanegara memandang Cina

sebagai saingan. Berkali-kali utusan

Kaisar Cina memaksa Kertanegara

agar mengakui kekuasaan Cina,

tetapi ditolak oleh Kertanegara.

Terakhir pada tahun 1289 M

datang utusan Cina yang dipimpin

oleh Mengki. Kertanegara marah,

Mengki disakiti dan disuruh kembali

ke Cina. Hal inilah yang membuat

marah Kaisar Cina yang bernama

Kubilai Khan. Ia merencanakan

membalas tindakan Kertanegara.

Perkembangan Politik dan Pemerintahan

Untuk menciptakan pemerintahan yang kuat dan

teratur, Kertanegara telah membentuk badan-badan

pelaksana. Raja sebagai penguasa tertinggi. Kemudian raja

mengangkat tim penasihat yang terdiri atas Rakryan i Hino,

Rakryan i Sirikan, dan Rakryan i Halu. Untuk membantu raja

Gambar 2.36

Arca Bhairawa sebagai perwujudan

Raja Kertanegara dari Candi Singosari

Sumber: Dok. Kemdikbud, 2014

134

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

dalam pelaksanaan pemerintahan, diangkat beberapa pejabat

tinggi kerajaan yang terdiri atas Rakryan Mapatih, Rakryan

Demung dan Rakryan Kanuruhan. Selain itu, ada pegawai-

pegawai rendahan.

Untuk menciptakan stabilitas politik dalam negeri,

Kertanegara melakukan penataan di lingkungan para pejabat.

Orang-orang yang tidak setuju dengan cita-cita Kertanegara

diganti. Sebagai contoh, Patih Raganata (Kebo Arema) diganti

oleh Aragani dan Banyak Wide dipindahkan ke Madura,

menjadi Bupati Sumenep dengan nama Arya Wiraraja.

Kehidupan Agama

Pada masa pemerintahan Kertanegara, agama Hindu

maupun Buddha berkembang dengan baik. Bahkan terjadi

Sinkretisme

antara agama Hindu dan Buddha, menjadi

bentuk

Syiwa-Buddha

. Sebagai contoh, berkembangnya

aliran

Tantrayana

. Kertanegara sendiri penganut aliran

Tantrayana

.

Usaha untuk memperluas wilayah dan mencari

dukungan dari berbagai daerah terus dilakukan oleh

Kertanegara. Banyak pasukan Singhasari yang dikirim ke

berbagai daerah antara lain ke tanah Melayu. Oleh karena

itu, kekuatan ibu kota kerajaan berkurang. Keadaan ini

diketahui oleh pihak-pihak yang tidak senang terhadap

kekuasaan Kertanegara. Pihak yang tidak senang itu antara

lain Jayakatwang, penguasa Kediri. Ia berusaha menjatuhkan

kekuasaan Kertanegara.

Saat yang dinantikan oleh Jayakatwang ternyata telah

tiba. Istana Kerajaan Singhasari dalam keadaan lemah.

Pasukan kerajaan hanya tersisa sebagian kecil. Pada saat itu,

Kertanegara sedang melakukan upacara keagamaan dengan

pesta pora, sehingga Kertanegara benar-benar lengah. Tiba-

tiba, Jayakatwang menyerbu istana Kertanegara. Serangan

135

Sejarah Indonesia

Jayakatwang dibagi menjadi dua

arah. Sebagian kecil pasukan Kediri

menyerang dari arah utara untuk

memancing pasukan Singhasari keluar

dari pusat kerajaan. Sementara itu

induk pasukan Kediri bergerak dan

menyerang dari arah selatan. Untuk

menghadapi serangan Jayakatwang,

Kertanegara mengirimkan pasukan

yang ada di bawah pimpinan Raden

Wijaya dan Pangeran Ardaraja.

Ardaraja adalah anak Jayakatwang

dan menantu dari Kertanegara.

Pasukan Kediri yang datang dari arah

utara dapat dikalahkan oleh pasukan

Raden Wijaya Akan tetapi, pasukan inti

dengan leluasa masuk dan menyerang

istana, sehingga berhasil menewaskan

Kertanegara. Peristiwa ini terjadi pada

tahun 1292 M. Raden Wijaya dan

pengikutnya kemudian meloloskan diri

setelah mengetahui istana kerajaan

dihancurkan oleh pasukan Kediri.

Sedangkan Ardaraja membalik dan

bergabung dengan pasukan Kediri.

Jenazah Kertanegara kemudian dicandikan di dua tempat,

yaitu di Candi Jawi di Pandaan dan di Candi Singosari, di daerah

Singosari, Malang. Sebagai raja yang besar, nama Kertanegara

diabadikan di berbagai tempat. Bahkan di Surabaya ada sebuah

arca Kertanegara yang menyerupai bentuk arca Buddha.

Arca Kertanegara itu dinamakan arca

Joko Dolok

. Dengan

terbunuhnya Kertanegara maka berakhirlah Kerajaan Singhasari.

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas

Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha).

Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan

Pariwisata.

Gambar 2.37

Arca Joko Dolok dipercaya

sebagai perwujudan Kertanegara

Untuk lebih lengkapnya kamu

dapat membaca buku Marwati

Djoened Poesponegoro.

Sejarah

Nasional Indonesia Jilid II

dan

Nugroho Notosusanto ddk.

Sejarah

Nasional Indonesia 2 Untuk

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

136

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

8.

Kerajaan Majapahit

Setelah Singhasari jatuh, berdirilah Kerajaan Majapahit yang

berpusat di Jawa Timur, antara abad ke-14 - ke-15 M. Berdirinya

kerajaan ini sebenarnya sudah direncanakan oleh Kertarajasa

Jayawarddhana (Raden Wijaya). Ia me mpunyai tugas untuk

melanjutkan kemegahan Singhasari yang saat itu sudah hampir

runtuh. Saat itu dengan dibantu oleh Arya Wiraraja seorang

penguasa Madura, Raden Wijaya membuka hutan di wilayah yang

disebut dalam kitab Pararaton sebagai “hutannya orang Trik”.

Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah

maja, dan rasa “pahit” dari buah tersebut.

Ketika pasukan Mongol tiba, Raden Wijaya

bersekutu dengan pasukan Mongol untuk

bertmpur melawan Jayakatwang. Setelah

berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden

Wijaya berbalik menyerang pasukan Mongol

sehingga memaksa mereka menarik pulang

kembali pasukannya.

Pada masa pemerintahannya Raden

Wijaya mengalami pemberontakan yang

dilakukan oleh sahabat-sahabatnya yang

pernah mendukung perjuangan dalam

mendirikan Majapahit. Setelah Raden Wijaya

wafat, ia digantikan oleh putranya Jayanegara.

Jayanegara dikenal sebagai raja yang kurang

bijaksana dan lebih suka bersenang-senang.

Kondisi itulah yang menyebabkan pembantu-

pembantunya melakukan pemberontakan.

Di antara pemberontakan tersebut,

yang dianggap paling berbahaya

adalahpemberontakan Kuti. Pada saat itu,

pasukan Kuti berhasil menduduki ibu kota

negara. Jayanegara terpaksa menyingkir ke Desa

Sumber : Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700

Tahun Majapahit suatu Bunga Rampai,Dinas

Pariwisata Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.

Gambar 2.38

Kertarajasa Jayawarddhana,

Raja pertama Majapahit sebagai Wsinu

137

Sejarah Indonesia

Gambar 2.39

Kolam Segaran, merupakan salah satu situs

peninggalan Kerajaan Majapahit terletak di Trowulan,

Mojokerto.

Sumber : Doc. Direktorat Geografi Sejarah,

2010

Badander di bawah perlindungan

pasukan Bhayangkara pimpinan

Gajah Mada. Gajah Mada

kemudian menyusun strategi

dan berhasil menghancurkan

pasukan Kuti. Atas jasa-jasanya,

Gajah Mada diangkat sebagai

Patih Kahuripan (1319-1321 M)

dan Patih Kediri (1322-1330 M).

Kerajaan Majapahit penuh

dengan intrik politik dari dalam

kerajaan itu sendiri. Kondisi yang

sama juga terjadi menjelang

keruntuhan Majapahit. Masa

pemerintahan Tribhuwanattunggadewi Jayawisnuwarddani adalah

pembentuk kemegahan kerajaan. Tribhuwana berkuasa di Majapahit

sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya,

Hayam Wuruk. Pada masa Hayam Wuruk itulah Majapahit berada

di puncak kejayaannya. Hayam Wuruk disebut juga Rajasanagara. Ia

memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389 M.

Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah

Mada, Majapahit mencapai zaman keemasan. Wilayah kekuasaan

Majapahit sangat luas, bahkan melebihi luas wilayah Republik Indonesia

sekarang. Oleh karena itu, Muhammad Yamin menyebut Majapahit

dengan sebutan negara nasional kedua di Indonesia. Seluruh kepulauan

di Indonesia berada di bawah kekuasaan Majapahit. Hal ini memang

tidak dapat dilepaskan dari kegigihan Gajah Mada. Sumpah Palapa,

ternyata benar-benar dilaksanakan. Dalam melaksanakan cita-citanya,

Gajah Mada didukung oleh beberapa tokoh, misalnya Adityawarman

dan Laksamana Nala. Di bawah pimpinan Laksamana Nala Majapahit

membentuk angkatan laut yang sangat kuat. Tugas utamanya

adalah mengawasi seluruh perairan yang ada di Nusantara. Di bawah

pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami kemajuan di

berbagai bidang.

138

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Menurut

Kakawin Nagarakertagama pupuh

XIII-XV,

daerah kekuasaan Majapahit meliputi

Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan,

Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku,

Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian

Kepulauan Filipina. Majapahit juga memiliki

hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma

bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan

mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

Untuk memahami lebih

lanjut kamu dapat

membaca buku Endang

Kristinah dan Aris

Soviyani,

Mutiara-Mutiara

Majapahit; Trowulan,

Situs Kota Majapahit;

dan

Taufik Abdullah

dan Adrian B. Lapian,

Indonesia Dalam Arus

Sejarah, Jilid II.

SUMPAH PALAPA

Pada saat diangkat sebagai Mahapatih Gajah Mada bersumpah

bahwa ia tidak akan beristirahat (

amukti palapa

) jika belum

dapat menyatukan seluruh Nusantara. Sumpah itu kemudian

dikenal dengan Sumpah Palapa sebagai berikut :

“Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, amun

kalah ring Gurun, ring seran, Tanjungpura, ring Haru, ring

Pahang, Dompo,ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, saman

isun amukti palapa”.

Artinya:

“Setelah tunduk Nusantara, saya akan beristirahat; Sesudah

kalah Gurun seran, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali,

Sunda, Palembang, Tumasik, barulah saya akan beristirahat”

139

Sejarah Indonesia

Politik dan Pemerintahan

Majapahit telah mengembangkan sistem pemerintahan

yang teratur. Raja memegang kekuasaan tertinggi. Dalam

melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh berbagai

badan atau pejabat berikut.

1.

Rakryan Mahamantri Katrini

, dijabat oleh para putra

raja, terdiri atas

Rakryan i Hino, Rakryan i Sirikan, dan

Rakryan i Halu

.

2.

Dewan Pelaksana terdiri atas

Rakryan Mapatih

atau

Patih

Mangkabumi

,

Rakryan Tumenggung

,

Rakryan Demung

,

Rakryan Rangga

dan

Rakryan Kanuruhan

. Kelima

pejabat ini dikenal sebagai

Sang Panca ring Wilwatika

.

Di antara kelima pejabat itu

Rakryan Mapatih

atau

Patih

Mangkubumi

merupakan pejabat yang paling penting. Ia

menduduki tempat sebagai

perdana menteri

. Bersama

sama raja, ia menjalankan kebijakan pemerintahan. Selain

itu terdapat pula dewan pertimbangan yang disebut

dengan

Batara Sapta Prabu.

Struktur tersebut ada di pemerintah pusat. Di setiap

daerah yang berada di bawah raja-raja, dibuatkan pula

struktur yang mirip.

Untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan

berwibawa, dibentuklah badan peradilan yang disebut

dengan

Saptopapati

. Selain itu disusun pula kitab hukum oleh

Gajah Mada yang disebut

Kitab Kutaramanawa

. Gajah Mada

memang seorang negarawan yang mumpuni. Ia memahami

pemerintahan strategi perang dan hukum.

Untuk mengatur kehidupan beragama dibentuk badan

atau pejabat yang disebut

Dharmadyaksa

.

Dharmadyaksa

adalah pejabat tinggi kerajaan yang khusus menangani

persoalan keagamaan. Di Majapahit dikenal ada dua

Dharmadyaksa

sebagai berikut.

140

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

1.

Dharmadyaksa ring Kasaiwan

, mengurusi agama Syiwa

(Hindu),

2.

Dharmadyaksa ring Kasogatan

, mengurusi agama

Buddha.

Dalam menjalankan tugas, masing-masing

Dharmadyaksa dibantu oleh pejabat keagamaan yang diberi

sebutan

Sang Pamegat.

Kehidupan beragama di Majapahit berkembang

semarak. Pemeluk yang beragama Hindu maupun Buddha

saling bersatu. Pada masa itu pun sudah dikenal semboyan

Bhinneka Tunggal Ika

, artinya,

sekalipun berbeda-beda baik

Hindu maupun Buddha pada hakikatnya adalah satu jua.

Kemudian secara umum kita artikan

berbeda-beda akhirnya

satu jua

Berkat kepemimpinan Hayam Wuruk

dan Gajah Mada, kehidupan politik, dan

stabilitas nasional Majapahit terjamin.

Hal ini disebabkan pula karena kekuatan

tentara Majapahit dan angkatan lautnya

sehingga semua perairan nasional dapat

diawasi.

Majapahit juga menjalin hubungan

dengan kerajaan lain. Hubungan dengan

Siam, Birma, Kamboja, Anam, India, dan

Cina berlangsung dengan baik. Dalam

membina hubungan dengan luar negeri,

Majapahit mengenal motto

Mitreka

Satata

, artinya negara sahabat.

Sumber : Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700 Tahun

Majapahit suatu Bunga Rampai,Dinas Pariwisata

Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.

Gambar 2.40

Surya Majapahit

141

Sejarah Indonesia

Kehidupan Sosial Ekonomi

Di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk, rakyat

Majapahit hidup aman dan tenteram. Hayam Wuruk sangat

memperhatikan rakyatnya. Keamanan dan kemakmuran

rakyat diutamakan. Untuk itu dibangun jalan-jalan dan

jembatan-jembatan. Dengan demikian lalu lintas menjadi

lancar. Hal ini mendukung kegiatan keamanan dan

kegiatan perekonomian, terutama perdagangan. Lalu lintas

perdagangan yang paling penting melalui sungai. Misalnya,

Sungai Bengawan Solo dan Sungai

Brantas. Akibatnya desa-desa di tepi

sungai dan yang berada di muara

serta di tepi pantai, berkembang

menjadi pusat-pusat perdagangan.

Hal itu menyebabkan terjadinya arus

bolak-balik para pedagang yang

menjajakan barang dagangannya

dari daerah pantai atau muara ke

pedalaman atau sebaliknya. Bahkan

di daerah pantai berkembang

perdagangan antar daerah, antar

pulau, bahkan dengan pedagang

dari luar. Kemudian timbullah

kota-kota pelabuhan sebagai

pusat pelayaran dan perdagangan.

Beberapa kota pelabuhan yang

penting pada zaman Majapahit,

antara lain Canggu, Surabaya,

Gresik, Sedayu, dan Tuban. Pada

waktu itu banyak pedagang dari luar

seperti dari Cina India, dan Siam.

Adanya pelabuhan-pelabuhan

tersebut mendorong munculnya

kelompok bangsawan kaya. Mereka

Gambar 2.41

Contoh mata uang kuno,

yang digunakan rakyat Majapahit

Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700 Tahun

Majapahit suatu Bunga Rampai, Dinas Pariwisata

Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.

Gambar 2.42

cetakan mata uang gobang

Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700 Tahun

Majapahit suatu Bunga Rampai,Dinas Pariwisata

Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.

142

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

menguasai pemasaran bahan-bahan

dagangan pokok dari dan ke daerah-daerah

Indonesia Timur dan Malaka.

Kegiatan pertanian juga dikembangkan.

Sawah dan ladang dikerjakan secukupnya

dan dikerjakan secara bergiliran. Hal ini

maksudnya agar tanah tetap subur dan

tidak kehabisan lahan pertanian. Tanggul-

tanggul di sepanjang sungai diperbaiki untuk

mencegah bahaya banjir.

Perkembangan Sastra dan Budaya

Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, bidang sastra

mengalami kemajuan. Karya sastra yang paling terkenal pada

zaman Majapahit adalah

Kitab Negarakertagama

. Kitab ini ditulis

oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 M. Di samping menunjukkan

kemajuan di bidang sastra,

Negarakertagama

juga merupakan

sumber sejarah Majapahit. Kitab lain yang penting adalah

Sutasoma

.

Gambar 2.43

Relief orang naik perahu

Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700

Tahun Majapahit suatu Bunga Rampai,Dinas

Pariwisata Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.

Gambar 2.44

Relief mengemas padi

Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700 Tahun Majapahit suatu Bunga Rampai,Dinas Pariwisata Daerah

propinsi Daerah Jawa Timur.

143

Sejarah Indonesia

Kitab ini disusun oleh Mpu Tantular. Kitab

Sutasoma

memuat kata-

kata yang sekarang menjadi semboyan negara Indonesia, yakni

Bhinneka Tunggal Ika

. Di samping itu, Mpu Tantular juga menulis

kitab

Arjunawiwaha

.

Sutasoma 139,4d-5d

Hyan Buddha tan pabi lawan siwarajadewa

rwanekadhatu winuwus wara Buddhawisma bhineki

rakwa rinapankenapanarwanosen manka n jiwatwa

kalawan siwatatwa tunggal bhineka ika tan hanna

dharma mangruwa

Artinya : “Dewa Buddha tidak berbeda dengan Siwa. Mahadewa

di antara dewa-dewa. Keduanya dikatakan mengandung banyak

unsur Buddha yang boleh dikatakan tidak terpisahkan dapat

begitu saja dipisahkan menjadi dua? Jiwa Jina dan Jiwa Siwa

adalah satu dalam hukum tidak terdapat dualisme.

Bidang seni bangunan juga berkembang. Banyak bangunan

candi telah dibuat. Misalnya Candi Penataran dan Sawentar di

daerah Blitar, Candi Tigawangi dan Surawana di dekat Pare, Kediri,

serta Candi Tikus di Trowulan.

Keruntuhan Majapahit lebih disebabkan

oleh ketidakpuasan sebagian besar keluarga

raja, setelah turunnya Hayam Wuruk. Perang

Paregreg telah melemahkan unsur-unsur

kejayaan Majapahit. Meskipun peperangan

berakhir, Majapahit terus mengalami

kelemahan karena raja yang berkuasa tidak

mampu lagi mengembalikan kejayaannya.

Unsur lain yang menyebabkan runtuhnya

Majapahit adalah semakin meluasnya

pengaruh Islam pada saat itu.

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas

Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha).

Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Gambar 2.45

Candi Tikus

144

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Kemajuan peradaban Majapahit itu tidak hilang dengan

runtuhnya kerajaan itu. Pencapaian itu terus dipertahankan hingga

masa perkembangan Islam di Jawa. Peninggalan peradaban

Majapahit juga dapat kita saksikan pada perkembangan

lingkup kebudayaan Bali pada saat ini. Kebudayaan yang masih

dikembangkan hingga masa Islam adalah cerita wayang yang

berasal dari epos India yaitu Mahabharata dan Ramayana, serta

kisah asmara Raden Panji dengan Sekar Taji (Galuh Candrakirana).

Selain itu dapat kita saksikan juga pada unsur arsitekturnya bentuk

atap tumpang, seni ukir sulur-suluran dan tanaman melata, senjata

keris, lokasi keramat, dan masih banyak lagi.

Uji Kompetensi

Dalam catatan sejarah, Kerajaan Majapahit dikenal sebagai

kerajaan besar yang mampu menguasai hampir seluruh pulau di

Nusantara, melampaui luas wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia saat ini. Kitab

Negarakertagama

mencatat puluhan

daerah yang menyerahkan upeti kepada Kerajaan Majapahit.

1.

Apa pelajaran yang dapat kamu petik dari belajar tentang

perkembangan Kerajaan Majapahit?

2.

Bagaimanakah Gajah Mada dapat menyatukan wilayah

Nusantara?

3.

Bagaimana penilaianmu tentang Sumpah Amukti Palapa dari

Gajah Mada? Buatlah jawaban dalam 3-4 halaman!

4.

Buatlah peta wilayah Nusantara pada abad ke-10 sampai 15

Masehi.

145

Sejarah Indonesia

9.

Kerajaan Buleleng dan

Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali

Menurut berita Cina di sebelah timur Kerajaan Kalingga ada

daerah

Po-li

atau

Dwa-pa-tan

yang dapat disamakan dengan Bali.

Adat istiadat di

Dwa-pa-tan

sama dengan kebiasaan orang-orang

Kaling. Misalnya, penduduk biasa menulisi daun lontar. Bila ada

orang meninggal, mayatnya dihiasi dengan emas dan ke dalam

mulutnya dimasukkan sepotong emas, serta diberi bau-bauan yang

harum. Kemudian mayat itu dibakar. Hal itu menandakan Bali telah

berkembang.

Dalam sejarah Bali, nama Buleleng mulai terkenal setelah

periode kekuasaan Majapahit. Pada waktu di Jawa berkembang

kerajaan-kerajaan Islam, di Bali juga berkembang sejumlah kerajaan.

Misalnya Kerajaan Gelgel, Klungkung, dan Buleleng yang didirikan

oleh I Gusti Ngurak Panji Sakti, dan selanjutnya muncul kerajaan

yang lain. Nama Kerajaan Buleleng semakin terkenal, terutama

setelah zaman penjajahan Belanda di Bali. Pada waktu itu pernah

terjadi perang rakyat Buleleng melawan Belanda.

Pada zaman kuno, sebenarnya Buleleng sudah berkembang.

Pada masa perkembangan Kerajaan Dinasti Warmadewa, Buleleng

diperkirakan menjadi salah satu daerah kekuasaan Dinasti

Warmadewa. Sesuai dengan letaknya yang ada di tepi pantai,

Buleleng berkembang menjadi pusat perdagangan laut. Hasil

pertanian dari pedalaman diangkut lewat darat menuju Buleleng.

Dari Buleleng barang dagangan yang berupa hasil pertanian

seperti kapas, beras, asam, kemiri, dan bawang diangkut atau

diperdagangkan ke pulau lain (daerah seberang). Perdagangan

dengan daerah seberang mengalami perkembangan pesat pada

masa Dinasti Warmadewa yang diperintah oleh Anak Wungsu. Hal

ini dapat dibuktikan dengan adanya kata-kata pada prasasti yang

disimpan di Desa Sembiran yang berangka tahun 1065 M.

146

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Kata-kata yang dimaksud berbunyi,

“mengkana ya hana

banyaga sakeng sabrangjong, bahitra, rumunduk i manasa...

Artinya, andai kata ada saudagar dari seberang yang datang dengan

jukung bahitra berlabuh di manasa...”

Sistem perdagangannya ada yang menggunakan sistem

barter, ada yang sudah dengan alat tukar (uang). Pada waktu itu

sudah dikenal beberapa jenis alat tukar (uang), misalnya

ma, su

dan

piling.

Dengan perkembangan perdagangan laut antarpulau di

zaman kuno secara ekonomis Buleleng memiliki peranan yang

penting bagi perkembangan kerajaan-kerajaan di Bali misalnya

pada masa Kerajaan Dinasti Warmadewa.

10. Kerajaan Tulang Bawang

Dari sumber-sumber sejarah Cina, kerajaan awal yang

terletak di daerah Lampung adalah kerajaan yang disebut Bawang

atau Tulang Bawang. Berita Cina tertua yang berkenaan dengan

daerah Lampung berasal dari abad ke-5, yaitu dari kitab

Liu-sung-

Shu,

sebuah kitab sejarah dari masa pemerintahan Kaisar Liu Sung

(420–479). Kitab ini di antaranya mengemukakan bahwa pada

tahun 499 M sebuah kerajaan yang terletak di wilayah Nusantara

bagian barat bernama P’u-huang atau P’o-huang mengirimkan

utusan dan barang-barang upeti ke negeri Cina. Lebih lanjut

kitab

Liu-sung-Shu

mengemukakan bahwa Kerajaan P’o-huang

menghasilkan lebih dari 41 jenis barang yang diperdagangkan ke

Cina. Hubungan diplomatik dan perdagangan antara P’o-huang dan

Cina berlangsung terus sejak pertengahan abad ke-5 sampai abad

ke-6, seperti halnya dua kerajaan lain di Nusantara yaitu Kerajaan

Ho-lo-tan dan Kan-t’o-li.

Untuk memahami lebih lanjut kamu dapat membaca buku

Marwati Djoened Poesponoro.

Sejarah Nasional Indonesia

jilid II;

dan

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan

,

Indonesia Sejarah Daerah Bali.

147

Sejarah Indonesia

Dalam sumber sejarah Cina yang lain, yaitu kitab

T’ai-p’ing-

huang-yu-chi

yang ditulis pada tahun 976–983 M, disebutkan

sebuah kerajaan bernama T’o-lang-p’p-huang yang oleh G. Ferrand

disarankan untuk diidentifikasikan dengan Tulang Bawang yang

terletak di daerah pantai tenggara Pulau Sumatera, di selatan sungai

Palembang (Sungai Musi). L.C. Damais menambahkan bahwa

lokasi T’o-lang P’o-huang tersebut terletak di tepi pantai seperti

dikemukakan di dalam

Wu-pei-chih

, “Petunjuk Pelayaran”. Namun,

di samping itu Damais kemudian memberikan pula kemungkinan

lain mengenai lokasi dan identifikasi P’o-huang atau “Bawang” itu

dengan sebuah nama tempat bernama Bawang (Umbul Bawang)

yang sekarang terletak di daerah Kabupaten Lampung Barat, yaitu

di daerah Kecamatan Balik Bukit di sebelah utara Liwah. Tidak jauh

dari desa Bawang ini, yaitu di desa Hanakau, sejak tahun 1912 telah

ditemukan sebuah inskripsi yang dipahatkan pada sebuah batu

tegak, dan tidak jauh dari tempat tersebut dalam waktu beberapa

tahun terakhir ini masih ditemukan pula tiga buah inskripsi batu

yang lainnya.

11. Kerajaan Kota Kapur

Dari hasil penelitian arkeologi yang dilakukan di Kota Kapur,

Pulau Bangka, pada tahun 1994, diperoleh suatu petunjuk tentang

kemungkinan adanya sebuah pusat kekuasaan di daerah itu sejak

masa sebelum munculnya Kerajaan Sriwijaya. Pusat kekuasaan ini

meninggalkan temuan-temuan arkeologi berupa sisa-sisa sebuah

bangunan candi Hindu (Waisnawa) terbuat dari batu bersama

dengan arca-arca batu, di antaranya dua buah arca Wisnu dengan

gaya seperti arca-arca Wisnu yang ditemukan di Lembah Mekhing,

Semenanjung Malaka, dan Cibuaya, Jawa Barat, yang berasal dari

masa sekitar abad ke-5 dan ke-7 Masehi. Sebelumnya di situs Kota

Kapur selain telah ditemukan sebuah inskripsi batu dari Kerajaan

Sriwijaya yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), telah

148

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

ditemukan pula peninggalan-peninggalan yang lain di antaranya

sebuah arca Wisnu dan sebuah arca Durga Mahisasuramardhini. Dari

peninggalan-peninggalan arkeologi tersebut nampaknya kekuasaan

di Pulau Bangka pada waktu itu bercorak Hindu-Waisnawa, seperti

halnya di Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.

Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah

peninggalan berupa benteng pertahanan yang kokoh berbentuk

dua buah tanggul sejajar terbuat dari timbunan tanah, masing-

masing panjangnya sekitar 350 meter dan 1200 meter dengan

ketinggian sekitar 2–3 meter. Penanggalan dari tanggul benteng ini

menunjukkan masa antara tahun 530 M sampai 870 M. Benteng

pertahanan tersebut yang telah dibangun sekitar pertengahan abad

ke-6 M tersebut agaknya telah berperan pula dalam menghadapi

ekspansi Sriwijaya ke Pulau Bangka menjelang akhir abad ke-7

M. Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ini ditandai dengan

Gambar 2.46

Reruntuhan Kota Kapur

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-

Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

149

Sejarah Indonesia

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha).

Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Gambar 2.47

Temuan piring di situs Kota Kapur

dipancangkannya inskripsi Sriwijaya di Kota Kapur yang berangka

tahun 608 Saka (=686 Masehi), yang isinya mengidentifikasikan

dikuasainya wilayah ini oleh Sriwijaya. Penguasaan Pulau Bangsa

oleh Sriwijaya ini agaknya berkaitan dengan peranan Selat Bangsa

sebagai pintu gerbang selatan dari jalur pelayaran niaga di Asia

Tenggara pada waktu itu. Sejak dikuasainya Pulau Bangka oleh

Sriwijaya pada tahun 686 maka berakhirlah kekuasaan awal yang

ada di Pulau Bangka.

150

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Uji Kompetensi

Coba kamu diskusikan peninggalan arkeologis di daerah tempat

kamu tinggal yang berhubungan atau diduga berkaitan dengan

kerajaan Hindu – Buddha. Kamu dapat membentuk kelompok yang

terdiri atas 4 - 5 orang, kemudian buatlah tulisan singkat antara

4-5 halaman. Setelah itu diskusikan di antara kelompok tersebut.

Semua anggota kelompok harus mengemukakan pendapatnya. Bila

di sekitar tempat tinggalmu tidak ditemukan tinggalan arkeologis

masa Hindu-Budha, kamu dapat mencari di daerah/provinsi/

kabupaten/kota yang dekat dengan tempat tinggalmu.

151

Sejarah Indonesia

Kamu tentu sudah akrab dengan istilah globalisasi.

Globalisasi berasal dari kata

global

yang secara harfiah berarti

umum atau mendunia. Globalisasi merupakan suatu kondisi di

mana perbedaaan jarak dan letak geografis bukan lagi menjadi

penghalang. Dunia seakan tanpa batas, sehingga makin dekat

dan menyebar luas. Sejarah mencatat globalisasi sudah dimulai

sejak ribuan tahun lalu. Seperti yang dikutip dari buku Anthony

Reid,

Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara,

perdagangan

internasional telah memunculkan pusat-pusat pemukiman baru

dan memungkinkan terbentuknya jaringan Nusantara. Melanjutkan

pembahasan pada semester sebelumnya, uraian berikut akan

membahas mengenai integrasi jaringan Nusantara melalui jalur

perdagangan dan akulturasi yang terjadi akibat integrasi tersebut.

C.

Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui

Perdagangan

Memahami teks

Pusat-pusat integrasi Nusantara berlangsung melalui

penguasaan laut. Pusat-pusat integrasi itu selanjutnya ditentukan

oleh keahlian dan kepedulian terhadap laut, sehingga terjadi

perkembangan baru, setidaknya dalam dua hal, yaitu (i) pertumbuhan

jalur perdagangan yang melewati lokasi-lokasi strategis di pinggir

pantai, dan (ii) kemampuan mengendalikan (kontrol) politik dan

militer para penguasa tradisional (raja-raja) dalam menguasai jalur

utama dan pusat-pusat perdagangan di Nusantara. Jadi, prasyarat

untuk dapat menguasai jalur dan pusat perdagangan ditentukan

oleh dua hal penting yaitu perhatian atau cara pandang, dan

kemampuan menguasai lautan.

Jalur-jalur perdagangan yang berkembang di Nusantara

sangat ditentukan oleh kepentingan ekonomi pada saat itu dan

perkembangan rute perdagangan dalam setiap masa yang berbeda-

beda. Jika pada masa praaksara hegemoni budaya dominan datang

dari pendukung budaya Austronesia di Asia Tenggara Daratan, maka

pada masa perkembangan Hindu-Buddha di Nusantara terdapat dua

kekuatan peradaban besar, yaitu Cina di utara dan India di bagian

152

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

barat daya. Keduanya merupakan dua kekuatan

super power

pada

masanya dan mempunyai pengaruh amat besar terhadap penduduk

di Kepulauan Indonesia. Bagaimanapun, peralihan rute perdagangan

dunia ini telah membawa berkah tersendiri bagi masyarakat dan

suku bangsa di Nusantara. Mereka secara langsung terintegrasi ke

dalam jaringan perdagangan dunia pada masa itu. Selat Malaka

menjadi penting sebagai pintu gerbang yang menghubungkan

antara pedagang-pedagang Cina dan pedagang-pedagang India.

Pada masa itu, Selat Malaka merupakan jalur penting dalam

pelayaran dan perdagangan bagi pedagang yang melintasi bandar-

bandar penting di sekitar Samudra Indonesia dan Teluk Persia. Selat

itu merupakan jalan laut yang menghubungkan Arab dan India di

sebelah barat laut Nusantara, dan dengan Cina di sebelah timur

laut Nusantara. Jalur ini merupakan pintu gerbang pelayaran yang

dikenal dengan nama “jalur sutra”. Penamaan ini digunakan sejak

abad ke-1 M hingga abad ke-16 M, dengan komoditas kain sutera

yang dibawa dari Cina untuk diperdagangkan di wilayah lain.

Ramainya rute pelayaran ini mendorong timbulnya bandar-bandar

penting di sekitar jalur, antara lain Samudra Pasai, Malaka, dan Kota

Cina (Sumatra Utara sekarang).

Sumber :Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 3.

Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve.

Gambar 2.49

Pelayaran dan Perdagangan internasional melalui Selat Malaka.

153

Sejarah Indonesia

Kehidupan penduduk di sepanjang Selat Malaka menjadi

lebih sejahtera oleh proses integrasi perdagangan dunia yang

melalui jalur laut tersebut. Mereka menjadi lebih terbuka secara

sosial ekonomi untuk menjalin hubungan niaga dengan pedagang-

pedagang asing yang melewati jalur itu. Di samping itu, masyarakat

setempat juga semakin terbuka oleh pengaruh-

pengaruh budaya luar. Kebudayaan India dan

Cina ketika itu jelas sangat berpengaruh terhadap

masyarakat di sekitar Selat Malaka. Bahkan

sampai saat ini pengaruh budaya terutama India

masih dapat kita jumpai pada masyarakat sekitar

Selat Malaka.

Selama masa Hindu-Buddha di samping kian terbukanya

jalur niaga Selat Malaka dengan perdagangan dunia internasional,

jaringan perdagangan dan budaya antarbangsa dan penduduk

di Kepulauan Indonesia juga berkembang pesat terutama karena

terhubung oleh jaringan Laut Jawa hingga Kepulauan Maluku.

Mereka secara tidak langsung juga terintegrasikan dengan jaringan

ekonomi dunia yang berpusat di sekitar Selat

Malaka, dan sebagian di pantai barat Sumatra

seperti Barus. Komoditas penting yang

menjadi barang perdagangan pada saat itu

adalah rempah-rempah, seperti kayu manis,

cengkih, dan pala.

Pertumbuhan jaringan dagang

internasional dan antarpulau telah melahirkan

kekuatan politik baru di Nusantara. Peta

politik di Jawa dan Sumatra abad ke-7, seperti

ditunjukkan oleh D.G.E. Hall, bersumber dari

catatan pengunjung Cina yang datang ke

Sumatra. Dua negara di Sumatra disebutkan,

Mo-lo-yeu

(Melayu) di pantai timur,

tepatnya di Jambi sekarang di muara Sungai

Batanghari. Agak ke selatan dari itu terdapat

Untuk memahami lebih

lanjut kamu dapat membaca

buku Sartono Kartodirdjo.

Pengantar Sejarah

Indonesia Baru 1500-1900:

Dari Emporium sampai

Empirium.

Sumber: Pameran Sejarah-Budaya Asia

Tenggara: Sriwijaya, sebuah Kejayaan masa

lalu di Asia Tenggara, 2011, Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata, Direktorat

Jenderal Sejarah dan Purbakala, Direktorat

Tinggalan Purbakala.

Gambar 2.50

Rempah-rempah

154

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Che-li-fo-che

, pengucapan cara Cina untuk kata

bahasa Sanskerta

,

Sriwijaya. Di Jawa terdapat

tiga kerajaan utama, yaitu di ujung barat Jawa,

terdapat Tarumanegara, dengan rajanya yang

terkemuka Purnawarman, di Jawa bagian tengah

ada

Ho-ling

(Kalingga), dan di Jawa bagian timur

ada Singhasari dan Majapahit.

Selama periode Hindhu-Buddha, kekuatan

besar Nusantara yang memiliki kekuatan integrasi

secara politik, sejauh ini dihubungkan dengan

kebesaran Kerajaan Sriwijaya, Singhasari, dan

Majapahit. Kekuatan integrasi secara politik di

sini maksudnya adalah kemampuan kerajaan-

kerajaan tradisional tersebut dalam menguasai

wilayah-wilayah yang luas di Nusantara di bawah

kontrol politik secara longgar dan menempatkan

wilayah kekuasaannya itu sebagai kesatuan-

kesatuan politik di bawah pengawasan dari

kerajaan-kerajaan tersebut. Dengan demikian

pengintegrasian antarpulau secara lambat laun

mulai terbentuk.

Kerajaan utama yang disebutkan di atas

berkembang dalam periode yang berbeda-beda.

Kekuasaan mereka mampu mengontrol sejumlah

wilayah Nusantara melalui berbagai bentuk

media. Selain dengan kekuatan dagang, politik,

juga kekuatan budayanya, termasuk bahasa.

Interelasi antara aspek-aspek kekuatan tersebut

yang membuat mereka berhasil mengintegrasikan

Nusantara dalam pelukan kekuasaannya.

Kerajaan-kerajaan tersebut berkembang menjadi

kerajaan besar yang menjadi representasi pusat-

pusat kekuasaan yang kuat dan mengontrol

kerajaan-kerajaan yang lebih kecil di Nusantara.

Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012,

700 Tahun Majapahit suatu Bunga

Rampai, Dinas Pariwisata Daerah propinsi

Daerah Jawa Timur.

Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012,

700 Tahun Majapahit suatu Bunga

Rampai, Dinas Pariwisata Daerah

propinsi Daerah Jawa Timur.

Gambar 2.51

Relief terakota yang

menggambarkan paras muka Arab atau

Persia

Gambar 2.52

Relief terakota yang

menggambarkan paras muka orang

India

155

Sejarah Indonesia

Hubungan pusat dan daerah hanya dapat

berlangsung dalam bentuk hubungan hak dan

kewajiban yang saling menguntungkan (

mutual

benefit

). Keuntungan yang diperoleh dari pusat

kekuasaan antara lain, berupa pengakuan

simbolik seperti kesetiaan dan pembayaran upeti

berupa barang-barang yang digunakan untuk

kepentingan kerajaan, serta barang-barang

yang dapat diperdagangkan dalam jaringan

perdagangan internasional. Sebaliknya kerajaan-

kerajaan kecil memperoleh perlindungan dan

rasa aman, sekaligus kebanggaan atas hubungan

tersebut. Jika pusat kekuasaan sudah tidak

memiliki kemampuan dalam mengontrol dan

melindungi daerah bawahannya, maka sering

terjadi pembangkangan dan sejak itu kerajaan besar

terancam disintegrasi. Kerajaan-kerajaan kecil lalu

melepaskan diri dari ikatan politik dengan kerajaan-

kerajaan besar lama dan beralih loyalitasnya

dengan kerajaan lain yang memiliki kemampuan

mengontrol dan lebih bisa melindungi kepentingan

mereka. Sejarah Indonesia masa Hindu-Buddha

ditandai oleh proses integrasi dan disintegrasi

semacam itu. Namun secara keseluruhan proses

integrasi yang lambat laun itu kian mantap dan

kuat, sehingga kian mengukuhkan Nusantara

sebagai negeri kepulauan yang dipersatukan oleh

kekuatan politik dan perdagangan.

Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012,

700 Tahun Majapahit suatu Bunga Rampai,

Dinas Pariwisata Daerah propinsi Daerah

Jawa Timur.

Gambar 2.53

Relief terakota yang

menggambarkan paras muka orang Cina

156

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Uji Kompetensi

1.

Jelaskan bagaimana peranan Sriwijaya dan Majapahit dalam

proses integrasi antarpulau pada masa Hindu-Buddha!

2.

Buatlah peta jaringan perdagangan pada masa Sriwijaya dan

masa Majapahit!

3.

Komoditas apa yang menarik bagi kaum pedagang untuk

mendatangi pelabuhan yang ada di Kepulauan Indonesia?

Bandingkan dengan perdagangan saat ini, komoditas apakah

yang diminati dalam perdagangan internasional?

4.

Carilah pelabuhan yang terdekat dengan kota yang ada di sekitar

daerah tempat tinggalmu. Bagaimanakah menurut pendapatmu

tentang pelabuhan itu?

5.

Pada pembahasan ini kita telah membahas tentang peran laut

pada masa Hindu-Buddha. Apa pendapatmu tentang peran laut

pada saat ini bagi negara Indonesia? Buatlah dalam bentuk esai

sekitar 3-4 halaman!

Kompas

selama dua hari berturut-turut (30-31 Maret 2013)

membuat liputan tentang jelajah kuliner. Mari kita simak artikel itu

bersama-sama:

“Orang India Selatan datang bergelombang ke Sumatra sejak

ribuan tahun silam. Jejak migrasi itu antara lain terekam di antara

harum bumbu kari dan keagungan Kuil Shri Mariamman di Medan,

Sumatra Utara. Kuil itu adalah tapal sejarah gelombang terbesar

kedatangan orang India Selatan ke Sumatra demi rempah dan

kapur barus, gelombang terbesar orang India pada tahun 1880-an

didatangkan Kuypers dan Nienhuys sebagai buruh perkebunan”.

157

Sejarah Indonesia

1.

Setelah kamu mencermati cuplikan artikel di atas, bagaimana

kesan kamu tentang bacaan di atas?

2.

Menurut kamu bagaimanakah pengaruh budaya India itu dapat

diterima oleh penduduk saat itu?

3.

Coba kamu gali jenis kuliner yang terdapat di sekitar kamu yang

mendapat pengaruh dari India!

4.

Bagaimanakah proses masuk dan berkembangnya kuliner yang

mendapat pengaruh India itu di sekitar kamu?

5.

Apakah saat ini masih ada pengaruh budaya India yang masih

melekat dalam kehidupan kita sehari-hari? Berilah contohnya!

6.

Budaya Cina juga membawa pengaruh pada kuliner kita saat ini.

Coba kamu identifikasi, pengaruh budaya Cina pada kuliner di

sekitar tempat tinggalmu!

D.

Akulturasi Kebudayaan Nusantara

dan Hindu-Buddha

Akulturasi kebudayaan yaitu suatu proses percampuran

antara unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan

yang lain, sehingga membentuk kebudayaan baru. Kebudayaan

baru yang merupakan hasil percampuran itu masing-masing

tidak kehilangan kepribadian/ciri khasnya. Oleh karena itu, untuk

dapat berakulturasi, masing-masing kebudayaan harus seimbang.

Begitu juga untuk kebudayaan Hindu-Buddha dari India dengan

kebudayaan Indonesia asli.

Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha

dengan kebudayaan Indonesia asli sebagai berikut.

158

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

1.

Seni Bangunan

Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya

merupakan bentuk akulturasi antara unsur-unsur budaya Hindu-

Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan yang

megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta

bagian-bagian candi dan stupa adalah unsur-unsur dari India.

Bentuk candi-candi di Indonesia pada hakikatnya adalah punden

berundak yang merupakan unsur Indonesia asli. Candi Borobudur

merupakan salah satu contoh dari bentuk akulturasi tersebut.

2.

Seni Rupa dan Seni Ukir

Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan

dalam bidang seni rupa, seni pahat, dan seni ukir. Hal ini dapat

Sumber: Santiko, Hariani dkk, 2011, 100 Tahun

Pemugaran Candi Borobudur, Direktorat Tinggalan

Purbakala Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala.

Gambar 2.55

Salah satu stupa di Candi Borobudur

Sumber : Santiko, Hariani dkk, 2011, 100 Tahun Pemugaran Candi Borobudur, Direktorat Tinggalan Purbakala

Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala.

Gambar 2.54

Sketsa perpaduan aturan vastusastra dan kemahiran lokal

Sumber: Santiko, Hariani dkk, 2011, 100 Tahun

Pemugaran Candi Borobudur, Direktorat Tinggalan

Purbakala Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala

Gambar 2.56

Batas kota

159

Sejarah Indonesia

dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian

dinding-dinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada

dinding-dinding pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa

pahatan riwayat Sang Buddha. Di sekitar Sang Buddha terdapat

lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung

merpati.

Pada relief kala makara pada candi dibuat sangat indah.

Hiasan relief kala makara, dasarnya adalah motif binatang dan

tumbuh-tumbuhan. Hal semacam ini sudah dikenal sejak masa

sebelum Hindu. Binatang-binatang itu dipandang suci, maka sering

diabadikan dengan cara di lukis.

3. Seni Pertunjukan

Menurut J.L.A Brandes, gamelan merupakan satu diantara

seni pertunjukan asli yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebelum

masuknya unsur-unsur budaya India. Selama waktu berabad-

abad gamelan juga mengalami perkembangan dengan masuknya

unsur-unsur budaya baru baik dalam bentuk maupun kualitasnya.

Gambaran mengenai bentuk gamelan Jawa kuno masa Majapahit

dapat dilihat pada beberapa sumber, antara lain prasasti dan kitab

kesusastraan. Macam-macam gamelan dapat dikelompokkan dalam

chordaphones, aerophones, membranophones, tidophones, dan

xylophones

.

Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha).

Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Gambar 2.57

Relief binatang pada Candi Borobudur

160

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

4.

Seni Sastra dan Aksara

Pengaruh India membawa perkembangan seni sastra di

Indonesia. Seni sastra waktu itu ada yang berbentuk prosa dan ada

yang berbentuk tembang (puisi). Berdasarkan isinya, kesusastraan

dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur (pitutur kitab

keagamaan), kitab hukum, dan wiracarita (kepahlawanan). Bentuk

wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab

Ramayana

dan

Mahabarata

. Kemudian timbul wiracarita hasil

gubahan dari para pujangga Indonesia. Misalnya,

Baratayuda

yang

digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga munculnya cerita-

cerita Carangan.

Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari

Mahabarata

dan

Ramayana

, melahirkan seni pertunjukan wayang

kulit (wayang purwa). Pertunjukan wayang kulit di Indonesia,

khususnya di Jawa sudah begitu mendarah daging. Isi dan cerita

pertunjukan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat

edukatif (pendidikan). Cerita dalam pertunjukan wayang berasal

dari India, tetapi wayangnya asli dari Indonesia. Seni pahat dan

ragam luas yang ada pada wayang disesuaikan dengan seni di

Indonesia.

Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700 Tahun

Majapahit suatu Bunga Rampai, Dinas Pariwisata

Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.

Gambar 2.58

Alat musik Celempung dan semacam

kecapi (Candi Jago Malang)

Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700

Tahun Majapahit suatu Bunga Rampai, Dinas

Pariwisata Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.

Gambar 2.59

Alat musik Reyong (Candi

Penataran, Blitar)

161

Sejarah Indonesia

Di samping bentuk dan ragam hias wayang,

muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas

Indonesia. Misalnya tokoh-tokoh punakawan seperti

Semar, Gareng, dan Petruk. Tokoh-tokoh ini tidak

ditemukan di India. Perkembangan seni sastra yang

sangat cepat didukung oleh penggunaan huruf

pallawa, misalnya dalam karya-karya sastra Jawa

Kuno. Pada prasasti-prasasti yang ditemukan terdapat

unsur India dengan unsur budaya Indonesia. Misalnya,

ada prasasti dengan huruf Nagari (India) dan huruf Bali

Kuno (Indonesia).

5.

Sistem Kepercayaan

Sejak masa praaksara, orang-orang di Kepulauan Indonesia

sudah mengenal simbol-simbol yang bermakna filosofis. Sebagai

contoh, kalau ada orang meninggal, di dalam kuburnya disertakan

benda-benda. Di antara benda-benda itu ada lukisan orang

naik perahu, ini memberikan makna bahwa orang yang sudah

meninggal tersebut rohnya akan melanjutkan perjalanan ke tempat

tujuan yang membahagiakan yaitu alam baka. Masyarakat waktu

itu sudah percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai

roh halus. Oleh karena itu, roh nenek moyang dipuja oleh orang

yang masih hidup (animisme).

Setelah masuknya pengaruh India kepercayaan terhadap

roh halus tidak punah. Misalnya dapat dilihat pada fungsi candi.

Fungsi candi atau kuil di India adalah sebagai tempat pemujaan.

Di Indonesia, di samping sebagai tempat pemujaan, candi juga

sebagai makam raja atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang

telah meninggal. Itulah sebabnya peripih tempat penyimpanan abu

jenazah raja didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa yang

dipujanya. Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di

India dengan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang

di Indonesia.

Sumber: Direktorat Peninggalan

Purbakala, 2006, Majapahit

Trowulan, Jakarta: Heritage

Society.

Gambar 2.60

Gambar salah satu

tokoh wayang

162

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Bentuk bangunan lingga dan yoni juga merupakan tempat

pemujaan terutama bagi orang-orang Hindu penganut Syiwaisme.

Lingga adalah lambang Dewa Syiwa. Secara filosofis lingga dan

yoni adalah lambang kesuburan dan lambang kemakmuran. Lingga

lambang laki-laki dan yoni lambang perempuan.

6.

Sistem Pemerintahan

Setelah datangnya pengaruh India di Kepulauan Indonesia,

dikenal adanya sistem pemerintahan secara sederhana.

Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam pemerintah di suatu

desa atau daerah tertentu. Rakyat mengangkat seorang pemimpin

atau semacam kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin

biasanya orang yang sudah tua (senior), arif, dapat membimbing,

memiliki kelebihan-kelebihan tertentu termasuk dalam bidang

ekonomi, berwibawa, serta memiliki semacam kekuatan gaib

(kesaktian). Setelah pengaruh India masuk, maka pemimpin tadi

diubah menjadi raja dan wilayahnya disebut kerajaan. Hal ini secara

jelas terjadi di Kutai.

Salah satu bukti akulturasi dalam bidang pemerintahan,

misalnya seorang raja harus berwibawa dan dipandang memiliki

kekuatan gaib seperti pada pemimpin masa sebelum Hindu-

Buddha. Karena raja memiliki kekuatan gaib, maka oleh rakyat

raja dipandang dekat dengan dewa. Raja kemudian disembah, dan

kalau sudah meninggal, rohnya dipuja-puja.

7. Arsitektur

Bentuk alkulturasi budaya lain yang dapat dilihat hingga

saat ini adalah arsitektur pada bangunan-bangunan keagamanan.

Bangunan keagamaan berupa candi atau arca sangat dikenal pada

masa Hindu-Buddha. Hal ini terlihat pada sosok bangunan sakral

peninggalan Hindu seperti Candi Sewu, Candi Gedungsongo, dan

masih banyak lagi. Juga bangunan pertapaan – wihara merupakan

bangunan berundak. Bangunan ini dapat dilihat pada beberapa

Candi Plaosan, Candi Jalatunda, Candi Tikus, dan masih banyak

lagi. Bentuk lain berupa stupa berundak yang dapat dilihat pada

163

Sejarah Indonesia

bangunan Borobudur. Di samping itu juga terdapat bangunan

Gua, seperti Gua Selomangkleng Kediri, dan Gua Gajah. Bangunan

lainnya dapat berupa gapura paduraksa seperti Candi Bajangratu,

Candi Jedong, dan Candi Plumbangan. Untuk memahami lebih

lanjut baca buku Agus A. Munandar,

Sejarah Kebudayaan

Indonesia

.

Bangunan suci berundak itu sebenarnya sudah berkembang

subur dalam zaman praaksara, sebagai penggambaran dari alam

semesta yang bertingkat-tingkat. Tingkat paling atas adalah tempat

persemayaman roh nenek moyang. Punden berundak itu menjadi

sarana khusus untuk persembahyangan dalam rangka pemujaan

terhadap roh nenek moyang.

Pemikiran dasar dan filsafat yang melandasi kepercayaan

ini terus hidup di dalam alam kehidupan, meskipun tidak begitu

tampil di permukaan. Sebagai lokal genius yang menentukan arah

perkembangan kebudayaan Indonesia dalam mengolah pengaruh

Hindu-Buddha maka unsur-unsur praaksara itu makin nampak

pengaruhnya. Ungkapan-ungkapan seperti candi, misalnya

dipahami maknanya hanya sebagai pemujaan roh nenek moyang.

Alas atau kaki candi berbentuk persegi/bujursangkar, berketinggian

menyerupai batur dan dicapai melalui tangga yang langsung dapat

menuju bilik candi. Di tengah kaki candi terdapat perigi tempat

menanam peripih. Bagian kaki candi disimbolkan sebagai Bhurloka

dalam ajaran Hindu atau Kamaloka dalam ajaran Buddha.

Denah bagian tubuh candi pada umumnya berdimensi lebih

kecil dari alasnya, sehingga membentuk serambi. Bagian tubuh ini

dapat berbentuk kubus atau silinder yang berisi satu atau empat

bilik. Pada candi Hindu lubang perigi yang ditutup yoni terdapat

di tengah bilik utama, dinding luar terdapat relung-relung yang isi

arca. Pada bagian atas setiap pintu masuk candi dihiasi kepala kala

yang dikenal sebagai banaspati, yaitu lambang penjaga.

164

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Bagian atap candi selalu terdiri atas susunan tingkatan yang

mengecil ke atas, dan diakhiri dengan mahkota. Mahkota ini dapat

berupa stupa, lingga, ratna, atau berbentuk kubus. Bagian atap

candi disimbolkan sebagai tempat persemayaman dewa. Khusus

untuk candi-candi Buddha menggunakan stupa sebagai elemennya.

Secara keseluruhan candi menggambarkan hubungan

makrokosmos atau alam semesta yang dibagi menjadi tiga, yaitu

alam bawah tempat manusia yang masih mempunyai nafsu, alam

antara tempat manusia telah meninggalkan keduniawian dan

dalam keadaan suci menemui Tuhannya, dan alam atas tempat-

dewa-dewa.

Uji Kompetensi

1.

Buatlah ringkasan tulisan tentang bab ini dalam dua format

berbeda: (i) dalam bentuk bagan atau skema-skema dengan

keterangan singkat dan (ii) narasi tentang bagan pada tugas

pertama sekitar satu sampai dua halaman untuk membantu

menjelaskan keringkasan dalam tugas pertama (bagan)! Carilah

bahan bacaan terkait dengan pembahasan ini!

2.

Buatlah pertanyaan kritis mengenai tahap-tahap sejarah Hindu-

Buddha sejak zaman praaksara hingga terbentuknya sistem

organisasi kenegaraan (kerajaan) tradisional yang tersebar

di Nusantara. Masing-masing peserta didik diminta memilih

dan membuat deskripsi profil salah satu kerajaan tersebut dan

menyusun pertanyaan-pertanyaan kritis dalam kaitannya dengan

kepemimpinannya, ketatanegaraannya dan kisah sukses serta

kegagalannya. Bagaimana pendapat kamu tentang hipotesis ahli

mengenai hubungan budaya Hindu-Buddha dengan Nusantara?

Diskusikan hasil tulisan kamu!

165

Sejarah Indonesia

3.

Cobalah eksplorasi (jelajah) apakah sisa-sisa kebudayaan material

(

material culture

) dan kebudayaan kerohanian (

spiritual culture

)

masa Hindu-Buddha masih ada di lingkungan tempat tinggal

kamu atau di kampung asal nenek atau orang tua kamu?

Deskripsikan bentuk-bentuk peninggalan itu dan adakah sesuatu

(gagasan) yang berharga jika dikaitkan dengan masa sekarang?

4.

Tulis tugasmu dalam satu esei pendek. Terbitkan dalam koran

lokal atau majalah sekolah!

Kesimpulan

1. Sejak semula tampak bahwa letak geografis Nusantara (yang

kemudian menjadi Indonesia) memainkan peran utama sejak

zaman praaksara. Faktor geografis ini tampaknya merupakan faktor

permanen dalam perjalanan sejarah Indonesia sepanjang masa. Peran

itu ditunjukkan di zaman Hindu-Buddha, ketika jalur utama dalam

pelayaran samudra semakin pesat dan mengintegrasikan daerah

antarpulau. Kondisi demikian didukung dengan keterlibatan nenek

moyang kita secara aktif dalam perdagangan laut, dan mengarungi

lautan. Ini pada gilirannya telah menumbuhkan kekuatan ekonomi dan

politik yang besar di Nusantara sehingga mampu mengintegrasikan

wilayah-wilayah di Nusantara terutama era Kerajaan Sriwijaya,

Singhasari dan Majapahit.

2. Silang budaya Nusantara di zaman praaksara terlihat jelas ketika

pengaruh budaya Austronesia masuk. Sebagian besar dimungkinkan

berkat posisi silang letak geografis Nusantara (di antara dua benua

dan dua samudra). Sekali lagi pola itu diulangi lewat integrasi budaya

dominan seperti Hindu-Buddha. Sumbangan terbesar dari zaman

Hindu-Buddha ialah membebaskan Nusantara dari zaman praaksara

166

Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

dan memberi jalan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

untuk zamannya. Budaya tulis tetap merupakan bagian penting dalam

perkembangan peradaban sampai hari ini. Meskipun sekarang kita

sudah mengenal media

cyber

(media maya), budaya tulisan tidak akan

pernah ditinggalkan dan bahkan akan semakin maju apabila generasi

kita semakin menguasai bahasa tulis.

3. Interaksi antara budaya Nusantara dengan budaya dominan Hindu-

Buddha waktu itu, menunjukkan budaya Indonesia bukanlah penerima

yang pasif, melainkan aktif. Jadi terjadi upaya seleksi (

filter

) tanpa perlu

merendahkan, apa lagi mengucilkan budaya asli nenek moyang yang

sebelumnya. Proses inilah yang dinamakan proses ‘akulturasi budaya’.

Bangsa Indonesia juga melahirkan modifikasi-modifikasi lokal genius,

yaitu semacam kritik dan mempertanyakan budaya yang lama sambil

memperbarui dan memperkuatnya sehingga mampu menghasilkan

peradaban tinggi (

great tradition

) hasil modifikasi dari interaksi budaya

asli Kepulauan Indonesia dengan budaya Hindu-Buddha.

4. Tumbuhnya negara-negara tradisional (kerajaan) yang bercorak

Hindu-Buddha tidak hanya mewariskan peninggalan-peninggalan

sejarah dengan peradaban yang lebih tinggi dari masa nenek moyang

sebelumnya, tetapi juga semacam mahakarya yang abadi seperti

Borobudur. Lebih dari itu kekayaan pemikiran mengenai konsep

kekuasaan, bahasa, dan sastra serta kosmologi alam makro dan mikro.

Kesemuanya terekspresikan dalam perilaku sehari-hari dan sebagian

besar masih hidup dalam masyarakat sampai sekarang.

167

Sejarah Indonesia

Gambar 3.1

Masjid Baiturrahman, Aceh

Sumber :Bambang Budi Utomo. 2011. Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam.

Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.