Halaman
73
Sejarah Indonesia
Kutipan di atas menunjukkan perkembangan Kebudayaan
Hindu-Buddha sudah berlangsung sangat lama dan meluas di
seluruh Kepulauan Indonesia. Kebudayaan yang sangat monumental
adalah mulai dikenalnya tulisan. Oleh karena itu dalam bab ini
kita akan mengenal lebih lanjut tentang penduduk di Kepulauan
Indonesia ketika sudah mengenal tulisan dan kebudayaannya
mulai berkembang. Terutama sewaktu pengaruh-pengaruh budaya
Hindu-Buddha masuk ke Kepulauan Indonesia. Masa ini sering kali
disebut juga dengan masa klasik, yaitu awal masuknya unsur-unsur
budaya India di Kepulauan Indonesia. Pada tahapan ini banyak
kemajuan yang dicapai dalam pemikiran dan hasil-hasil budaya baik
dalam bentuk benda, maupun budaya tak benda. Masa klasik juga
diartikan sebagai pertimbangan banyaknya capaian budaya pada
masa Hindu-Buddha itu yang masih tetap dihargai dan ditafsirkan
ulang hingga saat ini meskipun pengaruh budaya Hindu-Buddha
sudah mulai memudar dan digantikan oleh budaya lain.
Bab II
Pedagang, Penguasa
dan Pujangga pada Masa
Klasik (Hindu-Buddha)
Masa Hindu-Buddha berlangsung selama kurang lebih 12 abad.
Pembabakan masa Hindu-Buddha terbagi menjadi tiga, yaitu
periode pertumbuhan, perkembangan, dan keruntuhan. Pada abad
ke-16 agama Islam mulai mendominasi Nusantara. Namun, tidak
berarti pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha hilang tergantikan
kebudayaan Islam. Agama Islam mengakomodasi peninggalan
Hindu-Buddha, tentunya dengan melakukan modifikasi agar
tetap berselang beberapa abad, wujud peradaban Hindu-Buddha
masih dapat kita saksikan hingga sekarang, misalnya dalam
perwujudan sastra dan arsitektur.
(Taufik Abdullah (ed), 2012)
74
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
PETA KONSEP
PEDAGANG, PENGUASA DAN PUJANGGA PADA
MASA KLASIK (HINDU BUDDHA)
Pengaruh Hindu-Buddha
Seni Bangunan
Seni Rupa dan ukir
Seni Sastra dan Aksara
Sistem Kepercayaan
Sistem Pemerintahan
Jaringan Perdagangan dan
Pelayaran Nusantara
Kerajaan Pada Masa
Hindu-Buddha
Akulturasi Kebudayaan Nusantara
dan Hindu-Buddha
Kerajaan Kutai
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Kalingga
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Kediri
Kerajaan Singhasari
Kerajaan Majapahit
Kerajaan Buleleng
Kerajaan Tulang bawang
Kerajaan Kotakapur
dan lain-lain
Terbentuk Melalui
Membentuk
Membentuk
Antara lain
Saling
Mempengaruhi
Proses Melalui
Membentuk Budaya Baru
75
Sejarah Indonesia
Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa
Klasik (Hindu-Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata.
Gambar 2.2
Candi Prambanan
Perhatikan gambar di atas. Tentu kamu pernah membaca
atau bahkan datang untuk melihat kemegahan candi Borobudur
dan candi Prambanan. Kedua candi ini merupakan peninggalan
masa Hindu-Buddha dan berlokasi di Jawa Tengah.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari uraian ini, diharapkan kamu dapat:
1.
Menganalisis pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia
2.
Mengenali kerajaan pada masa Hindu-Buddha
3.
Mendeskripsikan jaringan perdagangan dan
pelayaran Nusantara
4.
Mengalanisis akulturasi Kebudayaan Nusantara
dan Hindu
A.
Pengaruh Budaya India
Mengamati Lingkungan
76
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Candi Borobudur terletak di Kota Magelang, Jawa Tengah.
Dari bentuk arsitekturnya candi itu merupakan candi Buddha. Candi
yang megah itu pernah menjadi satu di antara tujuh keajaiban
dunia. Kamu tentu bangga dengan peninggalan budaya itu dan
harus dapat merawat peninggalan yang sangat berharga tersebut.
Tidak jauh dari candi Borobudur, terdapat candi Prambanan. Candi
Hindu itu terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta
dengan Klaten, Jawa Tengah. Kedua candi yang megah itu
merupakan bukti perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-
Buddha di Indonesia. Apa kamu pernah membaca cerita rakyat
tentang Rara Jonggrang dan Bandung Bondowoso? Cerita itu
yang melatarbelakangi terjadinya candi Prambanan. Benarkah hal
tersebut terjadi nyata ataukah hanya sebuah mitos belaka? Kamu
dapat mendiskusikannya bersama teman-teman.
Dua mahakarya itu merupakan bukti-bukti pencapaian yang luar
biasa pada Dinasti Syailendra. Setelah masa dinasti tersebut surut,
pusat kebudayaan dan politik kerajaan pindah ke Jawa bagian
timur. Di Jawa bagian timur itu kemudian berdirilah kerajaan yang
diperintah oleh keturunan Raja Mataram yang bernama Mpu Sindok.
Beberapa sumber sejarah yang berasal dari Cina menyebutkan
tentang adanya hubungan perkawinan antara raja Jawa dan Bali
pada masa pemerintahannya.
Sementara itu, di Sumatra terdapat kerajaan yang sangat
terkenal, yaitu Sriwijaya. Kerajaan yang handal menjalin hubungan
dengan dunia internasional melalui jaringan perdagangan dan
kemaritimannya. Dalam masa itulah para pedagang datang dari
India, Cina dan Arab untuk meramaikan Sriwijaya. Saat Sumatra
berada di bawah Dinasti Syailendra, kerajaan itu dapat menguasai
kerajaan-kerajaan lain di sepanjang Selat Malaka. Pada masa itu
pula hubungan dengan India dan Cina berkembang pesat. Bahkan
hubungan itu sangat berpengaruh dalam perkembangan budaya
pada masa itu, bahkan hingga saat ini pengaruh kedua budaya
itu masih dapat kita temui. Kehebatan Sriwijaya juga ditunjukkan
dengan adanya “dharma” (sumbangan) dari Raja Sriwijaya untuk
77
Sejarah Indonesia
mendirikan asrama di Nalanda, India. Sriwijaya pun menjadi pusat
belajar agama Buddha pada masa itu. Sumber-sumber Tibet dan
Nepal menyebutkan, seorang pendeta Buddha yang bernama Atisa,
belajar Agama Buddha di Sriwijaya selama 12 tahun, atas saran
I-tsing, seorang musafir dari Cina yang lebih dahulu pernah singgah
di Sriwijaya.
Jika mengunjungi Candi Prambanan atau candi Borobudur,
kamu akan melihat kisah dalam dunia wayang. Kamu mungkin
pernah mendengar tentang wayang, atau bahkan ada yang suka
menonton pertunjukan wayang. Wayang sudah dikenal oleh
nenek moyang kita sejak masa Hindu-Buddha. Melalui wayang
kisah
Mahabharata
dipentaskan. Kisah yang hingga saat ini masih
populer adalah kisah
Bharatayudha
. Kisah ini menceritakan tentang
perang saudara antara Kurawa dan Pandawa, tentang kebaikan
yang mengalahkan kejahatan. Cerita itu merupakan saduran dari
India. Seorang pujangga Jawa diperintahkan oleh Jayabaya untuk
menulis cerita itu dalam versi Jawa. Jayabaya adalah Raja Kediri
yang kekuasaannya tidak dapat ditentang oleh kerajaan-kerajaan
lain. Raja ini pula yang dikenal karena kehebatan ramalannya. Selain
Mahabharata
juga dikenal cerita tentang
Ramayana
. Dari kisah
Ramayana
itulah disebutkan adanya Jawadwipa, pulau yang kaya
dengan tambang emas dan perak.
Nama Jawadwipa juga sudah dikenal oleh seorang ahli
geografi Yunani, Ptolomeus, pada awal tarikh Masehi dengan
nama “Labadiu”. Jadi nama Kepulauan Indonesia sudah ditulis dan
dikenal oleh penulis Barat jauh pada masa awal Masehi. Ptolomeus
menyebutkan bahwa Pulau Labadiu artinya Pulau Padi atau dikenal
pula dengan Jawadwipa.
Nah, bagaimanakah agama Hindu dan Buddha dapat masuk
di Kepulauan Indonesia? Banyak ahli yang berpendapat tentang itu.
Pada bab ini kita akan belajar tentang masuk dan berkembangnya
pengaruh-pengaruh India dan Cina, serta capaian-capaian yang
dilakukan para penguasa pada masa itu dan proses masuknya
78
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
agama Hindu dan Buddha. Pada saat ini pula peranan pedagang,
penguasa, dan pujangga sangat terlihat dari bukti-bukti capaian
budaya yang hingga kini masih dapat kita jumpai.
Memahami Teks
Satu di antara bangsa yang berinteraksi dengan penduduk
kepulauan di Indonesia adalah bangsa India. Interaksi itu terjalin
sejalan dengan meluasnya hubungan perdagangan antara India dan
Cina. Hubungan itu yang mendorong pedagang-pedagang India dan
Cina datang ke kepulauan di Indonesia. Menurut van Leur, barang
yang diperdagangkan dalam pasar internasional saat itu adalah
barang komoditas yang bernilai tinggi. Barang-barang itu berupa
logam mulia, perhiasan, berbagai barang pecah belah, serta bahan
baku yang diperlukan untuk kerajinan. Dua komoditas penting yang
menjadi primadona pada awal masa sejarah di Kepulauan Indonesia
adalah gaharu dan kapur barus. Kedua komoditas itu merupakan
bahan baku pewangi yang paling digemari oleh bangsa India dan
Cina. Interaksi dengan kedua bangsa itu membawa perubahan pada
bentuk tata negara di beberapa daerah di Kepulauan Indonesia. Juga
perubahan dalam susunan kemasyarakatan dan sistem kepercayaan.
Sejak saat itu pula pengaruh-pengaruh Hindu-Buddha berkembang
di Indonesia.
Untuk memperdalam kajian tentang hal ini kamu dapat
membaca buku Vlekke,
Nusantara: Sejarah Indonesia.
79
Sejarah Indonesia
Tanda-tanda tertua adanya pengaruh kebudayaan Hindu di
Indonesia berupa prasasti-prasasti yang ditemukan di daerah Sungai
Cisedane, dekat Kota Bogor saat ini. Juga di Jawa Barat dekat Kota
Jakarta. Selain itu kita juga dapat melihat peninggalan kebudayaan
Hindia itu di sepanjang pantai Kalimantan Timur, yaitu di daerah
Muarakaman, Kutai. Menurut para ahli sejarah kuno, kerajaan-
kerajaan yang disebut dalam prasasti-prasasti itu adalah kerajaan
Indonesia asli, yang hidup makmur bersumber dari perdagangan
dengan negara-negara di India Selatan. Interaksi dengan orang-
orang dari negara lain itulah yang kemudian mempengaruh cara
pandang para raja-raja saat itu untuk mengadopsi konsep-konsep
Hindu dengan cara mengundang para ahli dan para pendeta dari
golongan Brahmana (pendeta) di India Selatan yang beragama
Wisnu atau Brahma.
Beberapa bukti menunjukkan, setelah budaya India masuk,
terjadi banyak perubahan dalam tatanan kehidupan. Berdasarkan
bukti-bukti yang ditemukan, kerajaan tertua di Muarakaman,
Kalimatan Timur, yaitu Kerajaan Kutai mendapat pengaruh yang
kuat dari budaya India yaitu budaya yang dikembangkan oleh
Bangsa Arya di lembah Sungai Indus. Percampuran budaya itu
kemudian melahirkan kerajaan yang bersifat Hindu di Nusantara.
Baik itu yang mencakup dalam sistem religi, sistem kemasyarakatan,
dan bentuk pemerintahan. Suatu hal yang sangat penting dalam
pengaruh Hindu adalah adanya konsepsi mengenai susunan negara
yang amat hirarkis dengan pembagian-pembagian dan fraksi-fraksi
yang digolongkan ke dalam empat atau delapan bagian besar yang
bersifat sederajat dan tersusun secara simetris. Semua bagian-
bagian itu diorientasikan ke atas, yaitu sang raja dianggap sebagai
keturunan dewa. Raja dianggap keramat dan puncak dari segala hal
dalam negara dan pusat alam semesta.
80
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Kebudayaan Hindu di zaman itu mempunyai kekuatan yang
besar dan serupa dengan zaman modern saat ini, seperti kebudayaan
Barat ataupun kebudayaan Korea yang hampir mempengaruhi
seluruh kehidupan semua bangsa-bangsa di dunia. Demikian halnya
dengan kebudayaan intelektual agama Hindu pada masa itu yang
mempunyai pengaruh kuat di Asia Tenggara.
Sebelum kebudayaan India masuk, pemerintahan desa dipimpin
oleh seorang kepala suku yang dipilih oleh anggota masyarakat.
Seorang kepala suku merupakan orang pilihan yang mengetahui
tentang adat istiadat dan upacara pemujaan roh nenek moyangnya
dengan baik. Ia juga dianggap sebagai wakil nenek moyangnya. Ia
harus dapat melindungi keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya.
Karena itulah larangan dan perintahnya dipatuhi oleh warganya.
Setelah masuknya budaya India, terjadi perubahan. Kedudukan
kepala suku digantikan oleh raja seperti halnya di India. Raja
memiliki kekuasaan yang sangat besar. Kedudukan raja tidak lagi
dipilih oleh rakyatnya, akan tetapi diturunkan secara turun temurun.
Raja merupakan penjelmaan dewa yang seringkali disembah oleh
rakyatnya. Para Brahmana agama Hindu tidak dibebani untuk
menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Pada dasarnya seseorang
tidak dapat menjadi Hindu, tetapi seseorang itu lahir sebagai Hindu.
Mengingat hal tersebut, maka menjadi menarik dengan adanya
agama Hindu di Indonesia. Bagaimana dapat terjadi bahwa orang-
orang Indonesia yang pasti pada mulanya tidak dilahirkan sebagai
Hindu dapat beragama Hindu.
Demikian pula dengan sistem kemasyarakatan. Sistem
kemasyarakatan yang dikembangkan oleh bangsa Arya yang
berkembang di Lembah Sungai Indus adalah sistem kasta. Sistem
kasta mengatur hubungan sosial bangsa Arya dengan bangsa-
bangsa yang ditaklukkannya. Sistem ini membedakan masyarakat
berdasarkan fungsinya. Golongan Brahmana (pendeta) menduduki
81
Sejarah Indonesia
golongan pertama. Ksatria (bangsawan, prajurit) menduduki
golongan kedua. Waisya (pedagang dan petani) menduduki
golongan ketiga, sedangkan Sudra (rakyat biasa) menduduki
golongan terendah atau golongan keempat. Sistem kepercayaan
dan kasta menjadi dasar terbentuknya kepercayaan terhadap
Hinduisme. Penggolongan seperti inilah yang disebut caturwarna.
Awal hubungan dagang antara
penduduk Kepulauan Nusantara dan India
bertepatan dengan perkembangan pesat dari
agama Buddha. Pendeta-pendeta Buddha
menyebarkan ajarannya ke seluruh penjuru
dunia melalui jalur perdagangan tanpa
menghitungkan kesulitan-kesulitan yang
ditempuhnya. Mereka mendaki Himalaya
untuk menyebarkan ajaran Buddha di Tibet.
Dari Tibet mereka melanjutkan ke arah utara
hingga sampai ke Cina. Kedatangan mereka
itu biasanya disampaikan terlebih dahulu,
sehingga ketika tiba di tempat tujuan
mereka dapat bertemu dengan kalangan
istana. Mereka biasanya mengajarkan agama
dengan penuh ketekunan. Mereka juga
membentuk sebuah
sanggha
dengan biksu-
biksu setempat, sehingga muncul suatu
ikatan langsung dengan India, tanah
suci
agama Buddha. Kedatangan para biksu dari
India ke negara-negara lain itu, memunculkan
keinginan para penduduk daerah setempat
untuk pergi ke India mempelajari agama
Buddha lebih lanjut. Para biksu lokal itu
kemudian kembali dengan membawa kitab-
kitab suci, relik, dan kesan-kesan. Bosch
Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas
Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha).
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata.
Gambar 2.3
Arca Buddha dan Bodhisattwa
dari sabong pelangi
Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas
Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-
Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata.
Gambar 2.4
Arca Awalokiteswara
82
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
menyebut gejala ini dengan “arus balik”.
Pengaruh Buddha di Indonesia dapat
dijumpai pada beberapa temuan arkeologis.
Satu bukti adalah ditemukannya arca Buddha
terbuat dari perunggu di daerah Sempaga,
Sulawesi Selatan. Menurut ciri-cirinya, arca
Sempaga memperlihatkan langgam seni arca
Amarawati dari India Selatan. Arca sejenis
juga ditemukan di daerah Jember, Jawa
Timur dan daerah Bukit Siguntang, Sumatra
Selatan. Di daerah Kota Bangun, Kutai,
Kalimantan Timur, juga ditemukan arca
Buddha. Arca Buddha itu memperlihatkan
ciri seni area dari India Utara. Kalau begitu
kapan kebudayaan Hindu-Buddha dari India
itu masuk ke Kepulauan Indonesia?
Terdapat berbagai pendapat mengenai proses masuknya
Hindu-Buddha atau sering disebut Hinduisasi. Sampai saat ini masih
ada perbedaan pendapat mengenai cara dan jalur proses masuk dan
berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia.
Beberapa pendapat (teori) tersebut dijelaskan pada uraian berikut:
Pertama
, sering disebut dengan teori
Ksatria
. Dalam kaitan
ini R.C. Majundar berpendapat, bahwa munculnya kerajaan atau
pengaruh Hindu di Kepulauan Indonesia disebabkan oleh peranan
kaum ksatria atau para prajurit India. Para prajurit diduga melarikan
diri dari India dan mendirikan kerajaan-kerajaan di Kepulauan
Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya. Namun, teori Ksatria
yang dikemukakan oleh R.C. Majundar ini kurang disertai dengan
bukti-bukti yang mendukung. Selama ini belum ada ahli yang dapat
menemukan bukti-bukti yang menunjukkan adanya ekspansi dari
prajurit-prajurit India ke Kepulauan Indonesia. Kekuatan teori ini
terletak pada semangat petualangan para kaum ksatria.
Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas
Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha).
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata.
Gambar 2.5
Arca Buddha
83
Sejarah Indonesia
Kedua
, teori
Waisya
. Teori ini terkait dengan pendapat N.J.
Krom yang mengatakan bahwa kelompok yang berperan dalam
dalam penyebaran Hindu-Buddha di Asia Tenggara, termasuk
Indonesia adalah kaum pedagang. Pada mulanya para pedagang
India berlayar untuk berdagang. Pada saat itu jalur perdagangan
ditempuh melalui lautan yang menyebabkan mereka tergantung
pada musim angin dan kondisi alam. Bila musim angin tidak
memungkinkan maka mereka akan menetap lebih lama untuk
menunggu musim baik. Para pedagang India pun melakukan
perkawinan dengan penduduk pribumi dan melalui perkawinan
tersebut mereka mengembangkan kebudayaan India. Menurut G.
Coedes, yang memotivasi para pedagang India untuk datang ke Asia
Tenggara adalah keinginan untuk memperoleh barang tambang
terutama emas dan hasil hutan.
Ketiga
, teori
Brahmana
. Teori tersebut sesuai dengan
pendapat J.C. van Leur bahwa Hinduisasi di Kepulauan Indonesia
disebabkan oleh peranan kaum Brahmana. Pendapat van Leur
didasarkan atas temuan-temuan prasasti yang menggunakan bahasa
Sansekerta dan huruf Pallawa. Bahasa dan huruf tersebut hanya
dikuasai oleh kaum Brahmana. Selain itu, adanya kepentingan dari
para penguasa untuk mengundang para Brahmana India. Mereka
diundang ke Asia Tenggara untuk keperluan upacara keagamaan.
Seperti pelaksanaan upacara inisiasi yang dilakukan oleh para kepala
suku agar mereka menjadi golongan ksatria. Pandangan ini sejalan
dengan pendapat yang dikemukan oleh Paul Wheatly bahwa para
penguasa lokal di Asia Tenggara sangat berkepentingan dengan
kebudayaan India guna mengangkat status sosial mereka.
Keempat
, teori yang dinamakan teori
Arus Balik
. Teori ini
lebih menekankan pada peranan bangsa Indonesia sendiri dalam
proses penyebaran kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Artinya,
orang-orang di Kepulauan Indonesia terutama para tokohnya
yang pergi ke India. Di India mereka belajar hal ihwal agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha. Setelah kembali mereka mengajarkan
84
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
dan menyebarkan ajaran agama itu kepada masyarakatnya.
Pandangan ini dapat dikaitkan dengan pandangan F.D.K. Bosch
yang menyatakan bahwa proses Indianisasi di Kepulauan Indonesia
dilakukan oleh kelompok tertentu, mereka itu terdiri atas kaum
terpelajar yang mempunyai semangat untuk menyebarkan agama
Buddha. Kedatangan mereka disambut baik oleh tokoh masyarakat.
Selanjutnya karena tertarik dengan ajaran Hindu-Buddha mereka
pergi ke India untuk memperdalam ajaran itu. Lebih lanjut Bosch
mengemukakan bahwa proses Indianisasi adalah suatu pengaruh
yang kuat terhadap kebudayaan lokal.
Berdasarkan teori-teori yang dikemukan di atas dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa masyarakat di Kepulauan Indonesia
telah mencapai tingkatan tertentu sebelum munculnya kerajaan
yang bersifat Hindu-Buddha. Melalui proses
akulturisasi, budaya yang dianggap sesuai
dengan karakteristik masyarakat diterima
dengan menyesuaikan pada budaya
masyarakat setempat pada masa itu.
Untuk memahami lebih lanjut
kamu dapat membaca buku
Taufik Abdullah dan Adrian B.
Lapian (ed)
Indonesia Dalam
Arus Sejarah,
jilid II.
85
Sejarah Indonesia
Nah, bagaimana selanjutnya dengan persebaran agama Hindu-
Buddha? Beberapa bukti arkeologis menunjukkan perkembangan
masuknya agama Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia. Pengaruh
Hindu ditemukan pada abad ke-5 Masehi. Prasasti yang ditemukan
di Kutai dan Tarumanegara yang menyebutkan sapi sebagai hewan
persembahan menunjukkan bahwa agama Hindu berkembang di
daerah itu. Juga adanya penyebutan Dewa Trimurti yaitu, Brahma,
Wisnu, dan Siwa.
1. Menurut pendapat kamu teori atau pendapat mana yang
paling kuat terkait dengan masuknya budaya Hindu-Buddha?
Jelaskan!
2. Jelaskan kelemahan dan kelebihan masing-masing teori atau
pendapat tersebut!
3. Mengapa rakyat Indonesia mudah menerima ajaran Hindu-
Buddha?
Tugas
Setelah kamu memahami kehidupan masyarakat awal Hindu-
Buddha, coba amati dan perhatikanlah daerah di sekitar tempat
tinggal kamu. Apakah masih ada pengaruh-pengaruh budaya masa
Hindu-Buddha yang masih dilakukan? Buatlah kelompok dengan
temanmu dan buatlah catatan atas permasalahan berikut ini:
1. Apa bentuk pengaruh budaya Hindu-Buddha yang masih
dilakukan masyarakat setempat?
2.
Siapa yang membawa budaya Hindu-Buddha tersebut?
3.
Siapa pendukung budaya Hindu-Buddha tersebut saat ini?
Uji Kompetensi
86
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Coba kamu identifikasi beberapa peninggalan budaya Hindu-
Buddha dalam bentuk budaya benda/fisik maupun budaya tak
benda/non fisik di lingkungan sekitarmu!
Mengamati Lingkungan
Gambar 2.6
Makam ini dipercaya oleh masyarakat sebagai makam Patih Gajah Mada
terletak dalam pemakaman Selaparang, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Sumber: Dok. Kemdikbud, 2014.
Mungkin kamu pernah mendengar atau malah sudah pernah
berkunjung di suatu tempat yang disebut Trowulan di Mojokerto.
Kompleks Trowulan inilah yang diperkirakan dulu menjadi pusat
pemerintahan Kerajaan Majapahit. Beberapa situs yang dapat
kita temukan sekarang misalnya ada pendhopo, segaran, Candi
Bajang Ratu dan sebagainya. Kamu bayangkan Majapahit tempo
dulu merupakan kerajaan yang luas dan sudah menjalin kerja sama
dengan kerajaan-kerajaan di luar Kepulauan Indonesia. Bahkan
Mohammad Yamin menyebut Kerajaan Majapahit itu sebagai
Kerajaan Nasional kedua. Bayangkan pula tokoh besar seperti Patih
Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk yang berhasil mempersatukan
Nusantara. Bahkan hingga saat ini kebesaran Patih Gajah Mada
masih melekat dalam ingatan kita, hingga makam Patih Gajah
Mada oleh masyakarat Lombok Timur dipercaya berada di kompleks
pemakaman Raja Selaparang. Cerita kebesaran Patih Gajah Mada
juga terdapat di daerah lain. Nah, itulah kisah menarik Kerajaan
Majapahit, satu di antara kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang
ada di Nusantara. Berikut ini kita akan mempelajari perkembangan
beberapa kerajaan Hindu-Buddha.
B.
Kerajaan-Kerajaan pada Masa Hindu-Buddha
87
Sejarah Indonesia
Memahami T
eks
1.
K
erajaan Kutai
Bicara soal perkembangan Kerajaan Kutai, tidak lepas dari
sosok Raja Mulawarman. Kamu perlu memahami keberadaan
Kerajaan Kutai, karena Kerajaan Kutai ini dipandang sebagai
kerajaan Hindu-Buddha yang pertama di Indonesia. Kerajaan
Kutai diperkirakan terletak di daerah Muarakaman di tepi Sungai
Mahakam, Kalimantan Timur. Sungai Mahakam merupakan sungai
yang cukup besar dan memiliki beberapa anak sungai. Daerah di
sekitar tempat pertemuan antara Sungai Mahakam dengan anak
sungainya diperkirakan merupakan letak Muarakaman dahulu.
Sungai Mahakam dapat dilayari dari pantai sampai masuk ke
Muarakaman, sehingga baik untuk perdagangan. Inilah posisi
yang sangat menguntungkan untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat. Sungguh Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam
semesta dan tanah air Indonesia itu begitu kaya dan strategis. Hal
ini perlu kita syukuri.
Untuk memahami perkembangan
Kerajaan Kutai itu, tentu memerlukan
sumber sejarah yang dapat menjelaskannya.
Sumber sejarah Kutai yang utama adalah
prasasti yang disebut yupa, yaitu berupa
batu bertulis.
Yupa juga sebagai tugu
peringatan dari upacara kurban. Yupa ini
dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja
Mulawarman. Prasasti Yupa ditulis dengan
huruf pallawa dan bahasa sanskerta.
Dengan melihat bentuk hurufnya, para
ahli berpendapat bahwa yupa dibuat sekitar
abad ke-5 M.
Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah
Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha). Jakarta:
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Gambar 2.7
Aksara yupa
88
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Hal menarik dalam prasasti itu adalah
disebutkannya nama kakek Mulawarman
yang bernama Kudungga. Kudungga
berarti penguasa lokal yang setelah terkena
pengaruh Hindu-Buddha daerahnya
berubah menjadi kerajaan. Walaupun
sudah mendapat pengaruh Hindu-Buddha
namanya tetap Kudungga berbeda dengan
puteranya yang bernama Aswawarman
dan cucunya yang bernama Mulawarman.
Oleh karena itu yang terkenal sebagai
wangsakerta adalah Aswawarman. Coba
pelajaran apa yang dapat kamu peroleh
dengan persoalan nama di dalam satu
keluarga Kudungga itu?
Satu di antara yupa itu memberi
informasi penting tentang silsilah Raja
Mulawarman. Diterangkan bahwa
Kudungga mempunyai putra bernama
Aswawarman. Raja Aswawarman dikatakan
seperti Dewa Ansuman (Dewa Matahari).
Aswawarman mempunyai tiga anak, tetapi
yang terkenal adalah Mulawarman. Raja
Mulawarman dikatakan sebagai raja yang
terbesar di Kutai. Ia pemeluk agama Hindu-
Siwa yang setia. Tempat sucinya dinamakan
Waprakeswara. Ia juga dikenal sebagai
raja yang sangat dekat dengan kaum
Brahmana dan rakyat. Raja Mulawarman
sangat dermawan. Ia mengadakan kurban emas dan 20.000 ekor
lembu untuk para Brahmana. Oleh karena itu, sebagai rasa terima
kasih dan peringatan mengenai upacara kurban, para Brahmana
mendirikan sebuah yupa.
Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah
Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha). Jakarta:
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Gambar 2.8
Prasasti Yupa D175
Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah
Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha). Jakarta:
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Gambar 2.9
Prasasti Yupa
89
Sejarah Indonesia
Pada
masa pemerintahan Mulawarman, Kutai mengalami
zaman keemasan. Kehidupan ekonomi pun mengalami
perkembangan. Kutai terletak di tepi sungai, sehingga
masyarakatnya melakukan pertanian. Selain itu, mereka banyak
yang melakukan perdagangan. Bahkan diperkirakan sudah terjadi
hubungan dagang dengan luar. Jalur perdagangan internasional
dari India melewati Selat Makassar, terus ke Filipina dan sampai
di Cina. Dalam pelayarannya dimungkinkan para pedagang itu
singgah terlebih dahulu di Kutai. Dengan demikian, Kutai semakin
ramai dan rakyat hidup makmur.
Satu di antara yupa di Kerajaan Kutai berisi
keterangan yang artinya:“Sang Mulawarman,
raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi
sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana
yang seperti api, (bertempat) di dalam tanah yang
sangat suci (bernama) Waprakeswara”.
1. Bila benar Kudungga adalah penduduk pribumi, bagaimana agama
Hindu dapat masuk di Kerajaan Kutai? Hubungkanlah jawabanmu
dengan teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama
dan kebudayaan Hindu di Nusantara.
2. Bacalah dengan cermat keterangan di yupa itu. Bila isi yupa itu
diartikan secara harfiah,Raja Mulawarman memberikan hadiah sapi
sebanyak 20.000 ekor kepada para brahmana, artinya pada abad
ke-5 telah ada suatu peternakan yang sangat maju. Permasalahan
yang muncul adalah benarkah pada saat itu peternakan sudah
begitu majunya, sehingga dengan mudah memberikan 20.000 ekor
sapi. Diskusikan dengan teman-teman sekelas kamu!
Untuk memperdalam masalah
ini, kamu dapat membaca buku
Taufik Abdullah dan Adrian B.
Lapian
.
Indonesia dalam Arus
Sejarah,
jilid II
.
Uji Kompetensi
90
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
2.
K
erajaan Tarumanegara
Sejarah
tertua yang berkaitan dengan pengendalian banjir
dan sistem pengairan adalah pada masa Kerajaan Tarumanegara.
Untuk mengendalikan banjir dan usaha pertanian yang diduga di
wilayah Jakarta saat ini, maka Raja Purnawarman menggali Sungai
Candrabaga. Setelah selesai melakukan penggalian sungai maka
raja mempersembahkan 1.000 ekor lembu kepada brahmana.
Berkat sungai itulah penduduk Tarumanegara menjadi makmur.
Siapakah Raja Purnawarman itu?
Purnawarman adalah
raja terkenal dari Tarumanegara.
Perlu kamu pahami bahwa setelah Kerajaan Kutai berkembang
di Kalimantan Timur, di Jawa bagian barat muncul Kerajaan
Tarumanegara. Kerajaan ini terletak tidak jauh dari pantai utara Jawa
bagian barat. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan letak
pusat Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berada di antara Sungai
Citarum dan Cisadane. Kalau mengingat namanya Tarumanegara,
dan kata taruma mungkin berkaitan dengan kata
tarum
yang artinya
nila. Kata
tarum
dipakai sebagai nama sebuah sungai di Jawa Barat,
yakni Sungai Citarum. Mungkin juga letak Tarumanegara dekat
dengan aliran Sungai Citarum. Kemudian berdasarkan prasasti
Tugu, Purbacaraka memperkirakan pusat Kerajaan Tarumanegara
ada di daerah Bekasi.
Sumber sejarah Tarumanegara yang utama adalah beberapa
prasasti yang telah ditemukan. Berkaitan dengan perkembangan
Kerajaan Tarumanegara, telah ditemukan tujuh buah prasasti.
Prasasti-prasasti itu berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta.
Prasasti itu adalah:
91
Sejarah Indonesia
Gambar 2.10
Prasasti Tugu
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.
Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik
(Hindu-Buddha). Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata.
1.
Prasasti Tugu
Inskripsi
yang dikeluarkan oleh Purnawarman ini ditemukan di
Kampung Batu Tumbuh, Desa Tugu, dekat Tanjung Priok, Jakarta.
Dituliskan dalam lima baris tulisan beraksara Pallawa dan bahasa
Sanskerta. Inskripsi tersebut isinya sebagai berikut:
“Dulu (kali yang bernama) Candrabhaga
telah digali oleh maharaja yang mulia dan
mempunyai lengan kencang dan kuat, (yakni Raja
Purnawarman), untuk mengalirkannya ke laut,
setelah (kali ini) sampai di istana kerajaan yang
termashur. Pada tahun ke-22 dari tahta Yang
Mulia Raja Purnawarman yang berkilauan-kilauan
karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta
menjadi panji-panji segala raja, (maka sekarang)
beliau memerintahkan pula menggali kali yang
permai dan berair jernih, Gomati namanya,
seteleh kali itu mengalir di tengah-tengah tanah
kediaman Yang Mulia Sang Pandeta Nenekda
(Sang Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada
hari yang baik, tanggal delapan paroh gelap
bulan
Phalguna
dan selesai pada tanggal 13
paroh terang bulan
Caitra
, jadi hanya dalam 21
hari saja, sedang galian itu panjangnya 6.122
busur (± 11 km). Selamatan baginya dilakukan
oleh brahmana disertai persembahan 1.000 ekor
sapi”.
2. Pr
asasti Ciaruteun
Prasasti
ini ditemukan di Kampung Muara, Desa Ciaruteun
Hilir, Cibungbulang, Bogor. Prasasti terdiri atas dua bagian, yaitu
Inskripsi A yang dipahatkan dalam empat baris tulisan berakasara
Pallawa dan bahasa Sanskerta, dan Inskripsi B yang terdiri atas
92
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
satu baris tulisan yang belum dapat dibaca
dengan jelas. Inskripsi ini disertai pula
gambar sepasang telapak kaki. Inskripsi A
isinya sebagai berikut:
“ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki
Dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang
Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja
yang gagah berani di dunia”.
Beberapa sarjana telah berusaha membaca
inskripsi B, namun hasilnya belum
memuaskan. Inskrispi B ini dibaca oleh
J.L.A. Brandes sebagai
Cri Tji aroe? Eun
waca (Cri Ciaru?eun wasa)
, sedangkan H.
Kern membacanya
Purnavarmma-padam
yang berarti “telapak kaki Purnawarman”.
3. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti ini ditemukan di
Kampung Muara, Desa Ciaruetun Hilir,
Cibungbulang, Bogor. Prasastinya
dipahatkan dalam satu baris yang diapit
oleh dua buah pahatan telapak kaki gajah.
Isinya sebagai berikut:
“Di sini tampak sepasang telapak kaki......
yang seperti (telapak kaki) Airawata, gajah
penguasa Taruma (yang) agung dalam......
dan (?) kejayaan”.
Gambar 2.11
Prasasti Ciaruteun
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas
Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-
Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata.
Gambar 2.12
Prasasti Kebon Kopi I
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.
Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik
(Hindu-Buddha). Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata.
93
Sejarah Indonesia
4. Prasasti Muara Cianten
T
erletak di muara Kali Cianten,
Kampung Muara, Desa Ciaruteun Hilir,
Cibungbulan, Bogor. Inskripsi ini belum
dapat dibaca. Inskripsi ini dipahatkan
dalam bentuk “aksara” yang menyerupai
sulur-suluran, dan oleh para ahli disebut
aksara ikal.
5. Prasasti Jambu (Pasir Koleangkak)
Terletak di sebuah
bukit (pasir)
Koleangkak, Desa Parakan Muncang,
Nanggung, Bogor. Inskripsinya dituliskan
dalam dua baris tulisan dengan aksara
Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isinya
sebagai berikut:
“Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya,
adalah pemimpin manusia yang tiada taranya, yang
termashur Sri Purnawarman, yang sekali waktu
(memerintah) di Tarumanegara dan yang baju zirahnya
yang terkenal tiada dapat ditembus senjata musuh.
Ini adalah sepasang telapak kakinya, yang senantiasa
berhasil menggempur musuh, hormat kepada para
pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging musuh-
musuhnya”.
Gambar 2.13
Prasasti Kebon Kopi II
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.
Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik
(Hindu-Buddha). Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata.
94
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
6. Pr
asasti Cidanghiang (Lebak)
Terletak
di tepi kali Cidanghiang, Desa Lebak, Munjul,
Banten Selatan. Dituliskan dalam dua baris tulisan beraksara
Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isinya sebagai berikut:
“Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang
sesungguhnya dari Raja Dunia, Yang Mulia Purnwarman, yang
menjadi panji sekalian raja-raja.
7. Pr
asasti Pasir Awi
Inskripsi
ini terdapat di sebuah bukit bernama Pasir Awi,
di kawasan perbukitan Desa Sukamakmur, Jonggol, Bogor,
Inskripsi prasasti ini tidak dapat dibaca karena inskripsi ini
lebih berupa gambar (piktograf) dari pada tulisan. Di bagian
atas inskripsi terdapat sepasang telapak kaki.
P
emerintahan dan Kehidupan Masyarakat
Kerajaan
Tarumanegara mulai berkembang pada abad
ke-5 M. Raja yang sangat terkenal adalah Purnawarman. Ia
dikenal sebagai raja yang gagah berani dan tegas. Ia juga
dekat dengan para brahmana, pangeran, dan rakyat. Ia raja
yang jujur, adil, dan arif dalam memerintah. Daerahnya cukup
luas sampai ke daerah Banten. Kerajaan Tarumanegara telah
menjalin hubungan dengan kerajaan lain, misalnya dengan
Cina.
Dalam kehidupan
agama, sebagian besar masyarakat
Tarumanegara memeluk agama Hindu. Sedikit yang beragama
Buddha dan masih ada yang mempertahankan agama
nenek moyang (animisme). Berdasarkan berita dari Fa-Hien,
di To-lo-mo (Tarumanegara) terdapat tiga agama, yakni
agama Hindu, agama Buddha dan kepercayaan animisme.
95
Sejarah Indonesia
Raja memeluk agama Hindu. Sebagai bukti, pada prasasti
Ciaruteun ada tapak kaki raja yang diibaratkan tapak kaki
Dewa Wisnu. Sumber Cina lainnya menyatakan bahwa, pada
masa Dinasti T’ang terjadi hubungan perdagangan dengan
Jawa. Barang-barang yang diperdagangkan adalah kulit
penyu, emas, perak, cula badak, dan gading gajah. Dituliskan
pula bahwa penduduk daerah itu pandai membuat minuman
keras yang terbuat dari bunga kelapa.
Rakyat Tarumanegara hidup
aman dan tenteram.
Pertanian merupakan mata pencaharian pokok. Di samping
itu, perdagangan juga berkembang. Kerajaan Tarumanegara
mengadakan hubungan dagang dengan Cina dan India.
Untuk memajukan bidang
pertanian, raja
memerintahkan pembangunan irigasi dengan cara menggali
sebuah saluran sepanjang 6112 tumbak (±11 km). Saluran itu
disebut dengan Sungai Gomati. Saluran itu selain berfungsi
sebagai irigasi juga untuk mencegah bahaya banjir.
96
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Prasasti Jambu ( Pasir Koleangkak) terletak di sebuah bukit, di
Desa Parakan Muncang, Nanggung,
Bogor. Prasasti ini ditulis dalam
dua baris tulisan dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta.
Isinya sebagainya berikut:
“Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya, adalah
pemimpin manusia yang tiada taranya, yang termasyhur Sri
Purnawarman, yang sekali waktu (memerintah) di Tarumanegara
dan baju zirahnya yang terkenal tiada dapat ditembus senjata
musuh. Ini adalah sepasang telapak kakinya yang senantiasa
berhasil menggempur musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi
merupakan duri dalam daging musuh-musuhnya”.
Bagaimana pendapat kamu tentang isi teks di atas? Apakah pola
kepemimpinan tokoh yang dijelaskan pada teks tersebut masih
sesuai dengan pemimpin ideal saat ini?
Uji Kompetensi
97
Sejarah Indonesia
3.
K
erajaan Kalingga
Ratu Sima adalah penguasa
di Kerajaan Kalingga. Ia
digambarkan sebagai seorang pemimpin wanita yang tegas dan
taat terhadap peraturan yang berlaku dalam kerajaan itu. Kerajaan
Kalingga atau Holing, diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah.
Nama Kalingga berasal dari Kalinga, nama sebuah kerajaan di India
Selatan. Menurut berita Cina, di sebelah timur Kalingga ada Po-
li (Bali sekarang), di sebelah barat Kalingga terdapat To-po-Teng
(Sumatra). Sementara di sebelah utara Kalingga terdapat Chen-
la (Kamboja) dan sebelah selatan berbatasan dengan samudra.
Oleh karena itu, lokasi Kerajaan Kalingga diperkirakan terletak di
Kecamatan Keling, Jepara, Jawa Tengah atau di sebelah utara
Gunung Muria.
Sumber utama mengenai Kerajaan Kalingga adalah berita
Cina,
misalnya berita dari Dinasti T’ang. Sumber lain adalah Prasasti
Tuk Mas di lereng Gunung Merbabu. Melalui berita Cina, banyak
hal yang kita ketahui tentang perkembangan Kerajaan Kalingga dan
kehidupan masyarakatnya. Kerajaan Kalingga berkembang kira-kira
abad ke-7 sampai ke-9 M.
P
emerintahan dan Kehidupan Masyarakat
Raja yang paling
terkenal pada masa Kerajaan
Kalingga adalah seorang raja wanita yang bernama
Ratu Sima. Ia memerintah sekitar tahun 674 M. Ia
dikenal sebagai raja yang tegas, jujur, dan sangat
bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas dan
seadil-adilnya. Rakyat patuh terhadap semua peraturan
98
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
yang berlaku. Untuk mencoba kejujuran rakyatnya,
Ratu Sima pernah mencobanya, dengan meletakkan
pundi-pundi di tengah jalan. Ternyata sampai waktu
yang lama tidak ada yang mengusik pundi-pundi itu.
Akan tetapi, pada suatu hari ada anggota keluarga istana yang
sedang jalan-jalan, menyentuh kantong pundi-pundi dengan
kakinya. Hal ini diketahui Ratu Sima. Anggota keluarga istana
itu dinilai salah dan harus diberi hukuman mati. Akan tetapi
atas usul persidangan para menteri, hukuman itu diperingan
dengan hukuman potong kaki. Kisah ini menunjukkan, begitu
tegas dan adilnya Ratu Sima. Ia tidak membedakan antara
rakyat dan anggota kerabatnya sendiri.
Agama utama yang dianut oleh penduduk Kalingga
pada umumnya adalah Buddha. Agama Buddha berkembang
pesat. Bahkan pendeta Cina yang bernama Hwi-ning datang
di Kalingga dan tinggal selama tiga tahun. Selama di Kalingga,
ia menerjemahkan kitab suci agama Buddha Hinayana ke
dalam bahasa Cina. Dalam usaha menerjemahkan kitab itu
Hwi-ning dibantu oleh seorang pendeta bernama Janabadra.
Kepemimpinan raja yang adil, menjadikan rakyat hidup
teratur, aman,dan tenteram. Mata pencaharian penduduk
pada umumnya adalah bertani, karena wilayah Kalingga subur
untuk pertanian. Di samping itu, penduduk juga melakukan
perdagangan.
Kerajaan Kalingga mengalami kemunduran
kemungkinan akibat serangan Sriwijaya yang menguasai
perdagangan. Serangan tersebut mengakibatkan
pemerintahan Kijen menyingkir ke Jawa bagian timur atau
mundur ke pedalaman Jawa bagian tengah antara tahun
742 -755 M.
99
Sejarah Indonesia
1. Dari bacaan di atas, bagaimana pendapatmu tentang
kepemimpinan seorang wanita di Indonesia?
2. Bagaimana pendapatmu dengan hukuman yang diterapkan
oleh Ratu Sima kepada kerabatnya sendiri? Bagaimana dengan
pelaksaan hukum di negeri kita saat ini?
3. Coba kamu buat peta letak Kerajaan Holing atau Kalingga
berada saat itu!
Uji Kompetensi
100
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
4.
Kerajaan Sriwijaya
Sejak permulaan tarikh Masehi,
hubungan dagang antara India
dengan Kepulauan Indonesia sudah
ramai. Daerah pantai timur Sumatra
menjadi jalur perdagangan yang ramai
dikunjungi para pedagang. Kemudian,
muncul pusat-pusat perdagangan yang
berkembang menjadi pusat kerajaan.
Kerajaan-kerajaan kecil di pantai
Sumatra bagian timur sekitar abad ke-
7, antara lain Tulangbawang, Melayu,
dan Sriwijaya. Dari ketiga kerajaan itu,
yang kemudian berhasil berkembang
dan mencapai kejayaannya adalah
Sriwijaya. Kerajaan Melayu juga sempat
berkembang, dengan pusatnya di
Jambi.
Sumber : Sriwijaya,sebuah Kejayaan masa lalu di Asi
Tenggara,2011,Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata,
Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala,Direktorat
Tinggalan Purbakala.
Gambar 2.15
Peta jalan masuk Sriwijaya
Gambar 2. 14
Peta lokasi Kerajaan Sriwijaya
Sumber : Dok. Kemdibud
101
Sejarah Indonesia
Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan ekspansi ke daerah
sekitar Melayu. Melayu dapat ditaklukkan dan berada di bawah
kekuasaan Sriwijaya. Letak pusat Kerajaan Sriwijaya ada berbagai
pendapat. Ada yang berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya
di Palembang, ada yang berpendapat di Jambi, bahkan ada yang
berpendapat di luar Indonesia. Akan tetapi, pendapat yang banyak
didukung oleh para ahli, pusat Kerajaan Sriwijaya berlokasi di
Palembang, di dekat pantai dan di tepi Sungai Musi. Ketika pusat
Kerajaan Sriwijaya di Palembang mulai menunjukkan kemunduran,
Sriwijaya berpindah ke Jambi.
Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah
prasasti. Prasasti-prasasti itu ditulis dengan huruf Pallawa. Bahasa
yang dipakai Melayu Kuno. Beberapa prasasti itu antara lain sebagai
berikut.
1. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan
di tepi Sungai Tatang, dekat
Palembang. Prasasti ini berangka
tahun 605 Saka (683 M). Isinya antara
lain menerangkan bahwa seorang
bernama Dapunta Hyang mengadakan
perjalanan suci (
siddhayatra
) dengan
menggunakan perahu. Ia berangkat dari
Minangatamwan dengan membawa
tentara 20.000 personel.
2. Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat
Kota Palembang di daerah Talang Tuo. Prasasti
ini berangka tahun 606 Saka (684 M). Isinya
menyebutkan tentang pembangunan sebuah
taman yang disebut Sriksetra. Taman ini dibuat oleh
Dapunta Hyang Sri Jayanaga.
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.
Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik
(Hindu-Buddha), Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata.
Gambar 2.16
Prasasti Kedukan Bukit
102
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
3. Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu ditemukan di
Palembang. Prasasti ini tidak berangka
tahun. Isinya terutama tentang kutukan-
kutukan yang menakutkan bagi mereka
yang berbuat kejahatan.
4. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau
Bangka, berangka tahun 608 Saka (656
M). Isinya terutama permintaan kepada
para dewa untuk menjaga kedatuan
Sriwijaya, dan menghukum setiap orang
yang bermaksud jahat.
5. Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi ditemukan di
Jambi, berangka tahun 608 saka (686 M).
Isinya sama dengan isi Prasasti Kota Kapur.
Beberapa prasasti yang lain, yakni Prasasti
Ligor berangka tahun 775 M ditemukan
di Ligor, Semenanjung Melayu, dan
Prasasti Nalanda di India Timur. Di samping
prasasti-prasasti tersebut, berita Cina juga
merupakan sumber sejarah Sriwijaya yang
penting. Misalnya berita dari I-tsing, yang
pernah tinggal di Sriwijaya.
Perkembangan Kerajaan Sriwijaya
Ada beberapa faktor yang mendorong
perkembangan
Sriwijaya antara lain:
a
.
Letak geografis dari Kota Palembang. Palembang sebagai
pusat pemerintahan terletak di tepi Sungai Musi. Di
depan muara Sungai Musi terdapat pulau-pulau yang
Gambar 2.18
Prasasti Kota
Kapur
Sumber : Bambang
Budi Utomo. 2010.
Atlas Sejarah
Indonesia Masa
Klasik (Hindu-
Buddha), Jakarta:
Kementerian
Kebudayaan dan
Pariwisata.
Gambar 2.17
Prasasti Telaga Batu
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.
Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik
(Hindu-Buddha), Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata.
103
Sejarah Indonesia
berfungsi sebagai pelindung pelabuhan di Muara Sungai
Musi. Keadaan seperti ini sangat tepat untuk kegiatan
pemerintahan dan pertahanan. Kondisi itu pula menjadikan
Sriwijaya sebagai jalur perdagangan internasional dari India
ke Cina, atau sebaliknya. Juga kondisi sungai-sungai yang
besar, perairan laut yang cukup tenang, serta penduduknya
yang berbakat sebagai pelaut ulung.
b.
Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam akibat serangan
Kamboja. Hal ini telah memberi kesempatan Sriwijaya
untuk cepat berkembang sebagai negara maritim.
Perkembangan Politik dan Pemerintahan
Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad
ke-7 M. Pada awal perkembangannya, raja disebut
dengan Dapunta Hyang. Dalam Prasasti Kedukan Bukit
dan Talang Tuo telah ditulis sebutan Dapunta Hyang.
Pada abad ke-7, Dapunta Hyang banyak melakukan usaha
perluasan daerah.
Gambar 2.19
Manapo Tinggi Muara Jambi
Sumber: Dok. Direktorat Geografi Sejarah, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2010
104
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Daerah-daerah yang berhasil dikuasai antara lain
sebagai berikut.
a. Tulang-Bawang yang terletak di daerah
Lampung.
b.
Daerah Kedah yang terletak di pantai barat
Semenanjung Melayu. Daerah ini sangat
penting artinya bagi usaha pengembangan
perdagangan dengan India. Menurut I-tsing,
penaklukan Sriwijaya atas Kedah berlangsung
antara tahun 682-685 M.
c. Pulau Bangka yang terletak di pertemuan
jalan perdagangan internasional, merupakan
daerah yang sangat penting. Daerah ini
dapat dikuasai Sriwijaya pada tahun 686 M
berdasarkan prasasti Kota Kapur. Sriwijaya
juga diceritakan berusaha menaklukkan Bhumi
Java yang tidak setia kepada Sriwijaya. Bhumi
Java yang dimaksud adalah Jawa, khususnya
Jawa bagian barat.
d. Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari.
Daerah ini memiliki kedudukan yang penting,
terutama untuk memperlancar perdagangan
di pantai timur Sumatra. Penaklukan ini
dilaksanakan kira-kira tahun 686 M (Prasasti
Karang Berahi).
e.
Tanah Genting Kra merupakan tanah
genting bagian utara Semenanjung Melayu.
Kedudukan Tanah Genting Kra sangat
penting. Jarak antara pantai barat dan pantai
timur di tanah genting sangat dekat, sehingga
para pedagang dari Cina berlabuh dahulu
di pantai timur dan membongkar barang
dagangannya untuk diangkut dengan pedati
ke pantai barat. Kemudian mereka berlayar
ke India. Penguasaan Sriwijaya atas Tanah
Genting Kra dapat diketahui dari Prasasti Ligor
yang berangka tahun 775 M.
Gambar 2.20
Stupa Mahligai dalam
kompleks Stupa Muara Takus
merupakan tinggalan Kerajaan
Sriwijaya
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.
Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik
(Hindu-Buddha), Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata.
105
Sejarah Indonesia
f.
Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno. Menurut
berita Cina, diterangkan adanya serangan dari
barat, sehingga mendesak Kerajaan Kalingga
pindah ke sebelah timur. Diduga yang melakukan
serangan adalah Sriwijaya. Sriwijaya ingin
menguasai Jawa bagian tengah karena pantai
utara Jawa bagian tengah juga merupakan jalur
perdagangan yang penting.
Sriwijaya terus melakukan perluasan daerah, sehingga
Sriwijaya menjadi kerajaan yang besar. Untuk lebih memperkuat
pertahanannya, pada tahun 775 M dibangunlah sebuah pangkalan
di daerah Ligor. Waktu itu yang menjadi raja adalah Darmasetra.
Raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah
Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad ke-9 M. Pada masa
pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai zaman
keemasan. Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra,
yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya.
Hal tersebut diterangkan dalam Prasasti Nalanda. Balaputradewa
adalah seorang raja yang besar di Sriwijaya. Raja Balaputradewa
Sumber: Doc. Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, 2012.
Gambar 2.21
Salah satu candi di Kompleks Muaro Jambi
106
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala yang saat itu
diperintah oleh Raja Dewapala Dewa. Raja ini menghadiahkan
sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk pendirian sebuah
asrama bagi para pelajar dan siswa yang sedang belajar di Nalanda,
yang dibiayai oleh Balaputradewa, sebagai “dharma”. Hal itu
tercatat dengan baik dalam prasasti Nalanda, yang saat ini berada
di Universitas Nawa Nalanda, India. Bahkan bentuk asrama itu
mempunyai kesamaan arsitektur dengan candi Muara Jambi, yang
berada di Provinsi Jambi saat ini. Hal tersebut menandakan Sriwijaya
memperhatikan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan agama
Buddha dan bahasa Sanskerta bagi generasi mudanya.
Pada tahun 990 M yang menjadi Raja Sriwijaya adalah Sri
Sudamaniwarmadewa. Pada masa pemerintahan raja itu terjadi
serangan Raja Darmawangsa dari Jawa bagian Timur. Akan
tetapi, serangan itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Sri
Sudamaniwarmadewa kemudian digantikan oleh putranya yang
bernama Marawijayottunggawarman. Pada masa pemerintahan
Marawijayottunggawarman, Sriwijaya membina hubungan dengan
Raja Rajaraya I dari Colamandala. Pada masa itu, Sriwijaya terus
mempertahankan kebesarannya.
Pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Sriwijaya cukup luas.
Daerah-daerah kekuasaannya antara lain Sumatra dan pulau-
pulau sekitar Jawa bagian barat, sebagian Jawa bagian tengah,
sebagian Kalimantan, Semenanjung Melayu, dan hampir seluruh
perairan Nusantara. Bahkan Muhammad Yamin menyebutkan
Sriwijaya sebagai negara nasional yang pertama.
107
Sejarah Indonesia
Untuk mengurus setiap daerah kekuasaan Sriwijaya, dipercayakan
kepada seorang Rakryan (wakil raja di daerah). Dalam hal ini
Sriwijaya sudah mengenal struktur pemerintahan.
Perkembangan Ekonomi
Pada mulanya penduduk Sriwijaya hidup dengan
bertani. Akan tetapi karena Sriwijaya terletak di tepi
Sungai Musi dekat pantai, maka perdagangan menjadi
cepat berkembang. Perdagangan kemudian menjadi mata
pencaharian pokok. Perkembangan perdagangan didukung
oleh keadaan dan letak Sriwijaya yang strategis. Sriwijaya
terletak di persimpangan jalan perdagangan internasional.
Para pedagang Cina yang akan ke India singgah dahulu di
Sriwijaya, begitu juga para pedagang dan India yang akan ke
Cina. Di Sriwijaya para pedagang melakukan bongkar muat
barang dagangan. Dengan demikian, Sriwijaya semakin ramai
dan berkembang menjadi pusat perdagangan. Sriwijaya mulai
menguasai perdagangan nasional maupun internasional di
kawasan perairan Asia Tenggara. Perairan di Laut Natuna,
Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut
Jawa berada di bawah kekuasaan
Sriwijaya.
Tampilnya Sriwijaya sebagai
pusat perdagangan, memberikan
kemakmuran bagi rakyat dan negara
Sriwijaya. Kapal-kapal yang singgah
dan melakukan bongkar muat, harus
membayar pajak. Dalam kegiatan
perdagangan, Sriwijaya mengekspor
gading, kulit, dan beberapa jenis
binatang liar, sedangkan barang
Tentang struktur ini kamu dapat membaca buku Sardiman AM
dan Kusriyantinah,
Sejarah Nasional
dan
Sejarah Umum
Sumber: Sriwijaya,sebuah Kejayaan masa lalu
di Asi Tenggara,2011,Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata, Direktorat Jenderal Sejarah dan
Purbakala,Direktorat Tinggalan Purbakala.
Gambar 2.22
Rempah-rempah
108
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
impornya antara lain beras, rempah-rempah,
kayu manis, kemenyan, emas, gading, dan
binatang.
Perkembangan perdagangan tersebut
telah memperkuat kedudukan Sriwijaya sebagai
kerajaan maritim. Kerajaan maritim adalah
kerajaan yang mengandalkan perekonomiannya
dari kegiatan perdagangan dan hasil-hasil laut.
Untuk memperkuat kedudukannya, Sriwijaya
membentuk armada angkatan laut yang kuat.
Melalui armada angkatan laut yang kuat Sriwijaya
mampu mengawasi perairan di Nusantara. Hal
ini sekaligus merupakan jaminan keamanan
bagi para pedagang yang ingin berdagang dan
berlayar di wilayah perairan Sriwijaya.
Kehidupan beragama di Sriwijaya sangat semarak. Bahkan
Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha Mahayana di seluruh
wilayah Asia Tenggara. Diceritakan oleh I-tsing, bahwa di
Sriwijaya tinggal ribuan pendeta dan pelajar agama Buddha.
Salah seorang pendeta Buddha yang terkenal adalah Sakyakirti.
Banyak pelajar asing yang datang ke Sriwijaya untuk belajar
bahasa Sanskerta. Kemudian mereka belajar agama Buddha
di Nalanda, India. Antara tahun 1011 - 1023 datang seorang
pendeta agama Buddha dari Tibet bernama Atisa untuk lebih
memperdalam pengetahuan agama Buddha.
Dalam kaitannya dengan perkembangan agama
dan kebudayaan Buddha, di Sriwijaya ditemukan beberapa
peninggalan. Misalnya, candi Muara Takus, yang ditemukan
dekat Sungai Kampar di daerah Riau. Kemudian di daerah
Bukit Siguntang ditemukan arca Buddha. Pada tahun 1006
Sriwijaya juga telah membangun wihara sebagai tempat suci
agama Buddha di Nagipattana, India Selatan. Hubungan
Sriwijaya dengan India Selatan waktu itu sangat erat.
Gambar 2.23
Arca Buddha Kota Cina
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.
Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik
(Hindu-Buddha), Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata.
109
Sejarah Indonesia
Bangunan lain yang sangat penting adalah Biaro Bahal
yang ada di Padang Lawas, Tapanuli Selatan. Di tempat ini pula
terdapat bangunan wihara.
Kerajaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran
karena beberapa hal antara lain :
a.
Keadaan sekitar Sriwijaya berubah, tidak lagi dekat dengan
pantai. Hal ini disebabkan aliran Sungai Musi, Ogan, dan
Komering banyak membawa lumpur. Akibatnya. Sriwijaya
tidak baik untuk perdagangan.
b.
Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri.
Hal ini disebabkan terutama karena melemahnya angkatan
laut Sriwijaya, sehingga pengawasan semakin sulit.
c. Dari segi politik, beberapa kali Sriwijaya mendapat
serangan dari kerajaan-kerajaan lain. Tahun 1017 M
Sriwijaya mendapat serangan dari Raja Rajendracola dari
Colamandala, namun Sriwijaya masih dapat bertahan. Tahun
1025 serangan itu diulangi, sehingga Raja Sriwijaya, Sri
Sanggramawijayattunggawarman ditahan oleh pihak Kerajaan
Colamandala. Tahun 1275, Raja Kertanegara dari Singhasari
melakukan Ekspedisi Pamalayu. Hal itu menyebabkan daerah
Melayu lepas. Tahun 1377 armada angkatan laut Majapahit
menyerang Sriwijaya. Serangan ini mengakhiri riwayat
Kerajaan Sriwijaya.
Sumber : Indonesiatravel/id/destination/64/candi-muarajambi. Kementrian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Indonesia 2013.
Gambar 2.24
Kompleks Muara Jambi
110
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
5.
Kerajaan Mataram Kuno
Pada pertengahan abad ke-8 di Jawa bagian tengah berdiri
sebuah kerajaan baru. Kerajaan itu kita kenal dengan nama Kerajaan
Mataram Kuno. Mengenai letak dan pusat Kerajaan Mataram Kuno
tepatnya belum dapat dipastikan. Ada yang menyebutkan pusat
kerajaan di Medang dan terletak di Poh Pitu. Sementara itu letak
Poh Pitu sampai sekarang belum jelas. Keberadaan lokasi kerajaan
itu dapat diterangkan berada di sekeliling pegunungan, dan sungai-
sungai. Di sebelah utara terdapat Gunung Merapi, Merbabu,
1.
Mengapa Kerajaan Sriwijaya disebut sebagai kerajaan maritim?
2.
Mengapa Selat Malaka mempunyai peranan penting pada masa
Kerajaan Sriwijaya?
3.
Unsur-unsur apa saja yang harus dikuasai, agar sebuah kerajaan
mampu menjadi kerajaan maritim?
4.
Setujukah kamu dengan sebutan Sriwijaya sebagai kerajaan
nasional pertama? Diskusikan dengan teman-teman!
5.
Jika pada abad ke-7 saja Sriwijaya bisa menjadi kerajaan maritim
hebat, mengapa sekarang kita belum mampu mengulangi
kejayaan di lautan saat ini, apa yang perlu diperbaiki? Diskusikan
dan uraikan jawaban kamu!
6.
Apa yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya mengalami
kemunduran?
7.
Buatlah peta daerah pengaruh kekuasaan Kerajaan Sriwijaya!
Uji Kompetensi
111
Sejarah Indonesia
Sumbing, dan Sindoro; di sebelah barat terdapat Pegunungan
Serayu; di sebelah timur terdapat Gunung Lawu, serta di sebelah
selatan berdekatan dengan Laut Selatan dan Pegunungan Seribu.
Sungai-sungai yang ada, misalnya Sungai Bogowonto, Elo, Progo,
Opak, dan Bengawan Solo. Letak Poh Pitu mungkin di antara Kedu
sampai sekitar Prambanan.
Untuk mengetahui perkembangan Kerajaan Mataram Kuno
dapat digunakan sumber yang berupa prasasti. Ada beberapa
prasasti yang berkaitan dengan Kerajaan Mataram Kuno di
antaranya Prasasti Canggal, Prasasti Kalasan, Prasasti Klura, Prasasti
Kedu atau Prasasti Balitung. Di samping beberapa prasasti tersebut,
sumber sejarah untuk Kerajaan Mataram Kuno juga berasal dari
berita Cina.
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-
Buddha), Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Gambar 2.25
salah satu situs liangan, sisa peninggalan Mataram Kuno.
112
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Perkembangan Pemerintahan
Sebelum Sanjaya berkuasa di Mataram Kuno, di Jawa
sudah berkuasa seorang raja bernama Sanna. Menurut
prasasti Canggal yang berangka tahun 732 M, diterangkan
bahwa Raja Sanna telah digantikan oleh Sanjaya. Raja Sanjaya
adalah putra Sanaha, saudara perempuan dari Sanna.
Dalam Prasasti Sojomerto yang ditemukan di Desa
Sojomerto, Kabupaten Batang, disebut nama Dapunta
Syailendra yang beragama Syiwa (Hindu). Diperkirakan
Dapunta Syailendra berasal dari Sriwijaya dan menurunkan
Dinasti Syailendra yang berkuasa di Jawa bagian tengah.
Dalam hal ini Dapunta Syailendra diperkirakan yang
menurunkan Sanna, sebagai raja di Jawa.
Sanjaya tampil memerintah Kerajaan Mataram Kuno
pada tahun 717 - 780 M. Ia melanjutkan kekuasaan Sanna.
Sanjaya kemudian melakukan penaklukan terhadap raja-raja
kecil bekas bawahan Sanna yang melepaskan diri. Setelah itu,
pada tahun 732 M Raja Sanjaya mendirikan bangunan suci
Gambar 2.26
Prasasti Canggal dan Sojomerto
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-
Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
113
Sejarah Indonesia
sebagai tempat pemujaan. Bangunan ini berupa lingga dan
berada di atas Gunung Wukir (Bukit Stirangga). Bangunan
suci itu merupakan lambang keberhasilan Sanjaya dalam
menaklukkan raja-raja lain.
Raja Sanjaya bersikap arif, adil dalam
memerintah, dan memiliki pengetahuan
luas. Para pujangga dan rakyat hormat
kepada rajanya. Oleh karena itu, di bawah
pemerintahan Raja Sanjaya, kerajaan
menjadi aman dan tenteram. Rakyat
hidup makmur. Mata pencaharian penting
adalah pertanian dengan hasil utama padi.
Sanjaya juga dikenal sebagai raja yang
paham akan isi kitab-kitab suci. Bangunan
suci dibangun oleh Sanjaya untuk
pemujaan lingga di atas Gunung Wukir,
sebagai lambang telah ditaklukkannya
raja-raja kecil di sekitarnya yang dulu
mengakui kemaharajaan Sanna.
Setelah Raja Sanjaya wafat, ia digantikan oleh putranya
bernama Rakai Panangkaran. Panangkaran mendukung adanya
perkembangan agama Buddha. Dalam Prasasti Kalasan yang
berangka tahun 778, Raja Panangkaran telah memberikan
hadiah tanah dan memerintahkan membangun sebuah candi
untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta agama
Buddha. Tanah dan bangunan tersebut terletak di Kalasan.
Prasasti Kalasan juga menerangkan bahwa Raja Panangkaran
disebut dengan nama Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana
Rakai Panangkaran. Raja Panangkaran kemudian memindahkan
pusat pemerintahannya ke arah timur.
Raja Panangkaran dikenal sebagai penakluk yang gagah
berani bagi musuh-musuh kerajaan. Daerahnya bertambah
luas. Ia juga disebut sebagai permata dari Dinasti Syailendra.
Gambar 2.27
Candi Kalasan
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas
Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-
Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata.
114
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Agama Buddha Mahayana waktu itu berkembang pesat. Ia
juga memerintahkan didirikannya bangunan-bangunan suci.
Misalnya, Candi Kalasan dan arca Manjusri.
Setelah kekuasaan Penangkaran berakhir, timbul
persoalan dalam keluarga Syailendra, karena adanya
perpecahan antara anggota keluarga yang sudah memeluk
agama Buddha dengan keluarga yang masih memeluk agama
Hindu (Syiwa). Hal ini menimbulkan perpecahan di dalam
pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno. Satu pemerintahan
dipimpin oleh tokoh-tokoh kerabat istana yang menganut
agama Hindu berkuasa di daerah Jawa bagian utara. Kemudian
keluarga yang terdiri atas tokoh-tokoh yang beragama
Buddha berkuasa di daerah Jawa bagian selatan. Keluarga
Syailendra yang beragama Hindu meninggalkan bangunan-
bangunan candi di Jawa bagian utara. Misalnya, candi-candi
kompleks Pegunungan Dieng (Candi Dieng) dan kompleks
Candi Gedongsongo. Kompleks Candi Dieng memakai nama-
nama tokoh wayang seperti Candi Bima, Puntadewa, Arjuna,
dan Semar.
Sementara yang beragama Buddha meninggalkan candi-candi
seperti Candi Ngawen, Mendut, Pawon dan Borobudur. Candi
Borobudur diperkirakan mulai dibangun oleh Samaratungga pada
tahun 824 M. Pembangunan kemudian dilanjutkan pada zaman
Pramudawardani dan Pikatan.
Perpecahan di dalam keluarga Syailendra tidak berlangsung
lama. Keluarga itu akhirnya bersatu kembali. Hal ini ditandai dengan
perkawinan Rakai Pikatan dan keluarga yang beragama Hindu
dengan Pramudawardani, putri dari Samaratungga. Perkawinan itu
terjadi pada tahun 832 M. Setelah itu, Dinasti Syailendra bersatu
kembali di bawah pemerintahan Raja Pikatan.
115
Sejarah Indonesia
Pada awal abad ke-21, kita sering mendengarkan dan
membicarakan tentang kebudayaan lokal dalam menghadapi
globalisasi. Setidaknya hal itu sudah dialami oleh bangsa kita sejak
abad ke-8, atau bahkan jauh ke masa lampau. Bukti nyata dari
itu adalah Candi Borobudur, yang kemudian dikukuhkan sebagai
Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, pada tahun 1991
Candi Borobudur didirikan oleh Raja Samaratungga dari Dinasti
Syailendra pada abad ke-9. Candi itu terletak di antara dua bukit,
tepatnya di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten
Magelang. Candi Borobudur yang terletak pada satu garis lurus
dengan Candi Pawon dan Candi Mendut dipandang sebagai satu
kesatuan. Letak candi seperti ini sesuai dengan aturan yang disebut
dalam kitab-kitab pedoman para seniman agama di India. kitab itu
disebut dengan
Vastusastra
. Suatu kitab yang menjelaskan tentang
bangunan suci agama Hindu. Namun demikian, aturan-aturannya
juga digunakan sebagai desain bangunan suci agama Buddha.
Candi Borobudur Mahakarya Dynasti Syailendra
Gambar 2.28
Candi Borobudur
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-
Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
116
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Borobudur merupakan karya yang unik. Susunan Candi
Borobudur berbeda dengan susunan candi di India. Pada umumnya
susunan candi di India berdiri di atas fondasi yang tertanam di
dalam tanah. Fondasi tersebut berdenah dengan jari-jari delapan. Di
titik tengah terdapat tiang yang dibuat tembus ke atas permukaan
tanah, dan diteruskan menjadi tongkat dengan payung. Candi
Borobudur didirikan langsung di atas bukit tanpa fondasi yang
ditanam di dalam tanah seperti yang terdapat di India. Dilihat dari
susunannya, Candi Borobudur merupakan sebuah teras-stupa. Kaki
stupa berbentuk undak teras persegi, disusul teras mengalir yang
dihiasi stupa. Susunan candi ini memperlihatkan kuatnya pengaruh
kebudayaan Jawa pada abad ke-8.
Bangunan ini dinamai
Bhumisambharabhudara
yang artinya
adalah bukit peningkatan kebijakan setelah melampaui sepuluh
tingkat Boddhisattwa. Borobudur sendiri terdiri atas sepuluh
tingkatan, yang dapat dipahami sebagai lambang ke-10, jalan
Boddhisattwa. Candi itu berbentuk bujur sangkar, dengan ukuran
123 m x 123 m di bagian kakinya. Bentuk bangunan seperti itu
dapat ditafsirkan sebagai bentuk mandala. Tinggi Candi Borobudur
adalah 35,4 m. Secara vertikal Candi Borobudur terdiri dari dua
pola, yaitu pola undak-undak persegi dan pola bangun vertikal.
Karena bentuknya itulah Candi Borobudur dapat dipahami sebagai
sebuah stupa yang besar.
Dalam agama Buddha stupa merupakan perwujudan dari
makrokosmos yang terdiri atas tiga tingkatan, yaitu
kamadatu,
rupadatu,
dan
arupadatu.
Kamadatu
merupakan alam bawah,
bagian ini berada di bagian bawah Candi Borobudur. Pada
kamadatu
terdapat relief
karmawibangga
, yaitu suatu hukum sebab akibat,
yang merupakan hasil perbuatan manusia.
Arupadatu
adalah alam
atas, yaitu tempat para dewa. Bagian ini berada pada tingkat ketiga,
termasuk stupa induk berada di atas
rupadatu.
Cara membaca relief
pada dinding Candi Barobudur searah dengan jarum jam. Sebagai
candi pemujaan, Borobudur mempunyai hubungan dengan Candi
Mendut dan Candi Pawon. Ketiga candi itu menunjukkan proses
suatu ritual keagamaan. Mula-mula ritual keagamaan dilakukan di
Candi Mendut. Kemudian dilakukan persiapan di Candi Pawon dan
puncak ritual keagamaan dilakukan di Candi Borobudur.
117
Sejarah Indonesia
Dari arca dan relief yang terdapat pada dinding dan pagar
candi menunjukkan bahwa Candi Borobudur sebagai bangunan
berciri agama Buddha aliran Mahayana. Dari arca dan relief itu juga
dapat dilihat adanya penyatuan ajaran Mahayana dan Tantrayana,
sesuai filsafat Yogacara. Dalam relief itu tergambar tentang
kehidupan sehari-hari di Jawa, seperti cara berpakaian, rumah
tinggal, candi, alat berburu, alat-alat keperluan sehari-hari, serta
jenis-jenis tanaman.
Dalam
Kitab Sang Hyang Kamahayanikan Mantranaya
,
pada abad ke-10, Mpu Sindok dari Dinasti Isyana menyebarkan
ajaran dari India, yaitu agama Buddha. Ajaran itu disebarkan di
Jawa dan disesuaikan dengan pengetahuan penduduk pada saat
itu. Lebih jauh lagi hasil pengetahuan itu diwujudkan dalam bentuk
bangunan candi oleh penduduk Jawa, bukan oleh penduduk India.
Candi itu kemudian digunakan sebagai sarana ibadah mereka. Bukti
itu ditunjukkan dengan tidak adanya Kampung Keling yang berada
di sekitar Candi Borobudur. Bukti lainnya itu ditemukannya tulisan
yang memakai huruf Jawa kuno, dengan bahasa
Sanskerta
,
dengan
tidak menggunakan tata bahasa Sanskerta.
Gambar 2.30
Kamadhatu
Gambar 2.29
Rupadhatu
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010.
Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik
(Hindu-Buddha). Jakarta: Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata.
Sumber: Idham Bachtiar Setiadi (ed).
2011. 100 Tahun Pemugaran Candi
Borobudur. Jakarta, Direktorat Tinggalan
Purbakala, Direktorat Jenderal Sejarah
dan Purbalaka, Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
118
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Setelah Samaratungga wafat, anaknya dengan Dewi Tara yang
bernama Balaputradewa menunjukkan sikap menentang terhadap
Pikatan. Kemudian terjadi perang perebutan kekuasaan antara
Pikatan dengan Balaputradewa. Dalam perang ini Balaputradewa
membuat benteng pertahanan di perbukitan di sebelah selatan
Prambanan. Benteng ini sekarang kira kenal dengan Candi Boko.
Dalam pertempuran, Balaputradewa terdesak dan melarikan diri
ke Sumatra. Balaputradewa kemudian menjadi raja di Kerajaan
Sriwijaya.
Kerajaan Mataram Kuno daerahnya bertambah luas.
Kehidupan agama berkembang pesat tahun 856 Rakai Pikatan
turun takhta dan digantikan oleh Kayuwangi atau Dyah Lokapala.
Kayuwangi kemudian digantikan oleh Dyah Balitung. Raja Balitung
merupakan raja yang terbesar. Ia memerintah pada tahun 898 -
911 M dengan gelar Sri Maharaja Rakai Wafukura Dyah Balitung
Sri Dharmadya Mahasambu. Pada pemerintahan Balitung bidang-
bidang politik, pemerintahan, ekonomi, agama, dan kebudayaan
Gambar 2.31
Kelompok Arjuna kompleks Candi Dieng di Dataran Tinggi Dieng,
Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah
Sumber : Direktorat Geografi Sejarah. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-
Buddha). Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2010.
119
Sejarah Indonesia
Gambar 2.32
Kompleks Percandian Gedongsongo, terletak di Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah
Sumber : Direktorat Geografi Sejarah. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-
Buddha). Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2010.
mengalami kemajuan. Ia telah membangun Candi Prambanan
sebagai candi yang anggun dan megah. Relief-reliefnya sangat
indah.
Sesudah pemerintahan Balitung berakhir, Kerajaan Mataram
mulai mengalami kemunduran. Raja yang berkuasa setelah Balitung
adalah Daksa, Tulodong, dan Wawa. Beberapa faktor yang
menyebabkan kemunduran Mataram Kuno antara lain adanya
bencana alam dan ancaman dari musuh yaitu Kerajaan Sriwijaya.
1.
Carilah dari kliping koran atau juga dari internet, peninggalan
candi-candi pada masa Sanjaya maupun Syailendra dan ceritakan!
2.
Nilai-nilai apa yang dapat kamu peroleh dari kehidupan beragama
pada masa Mataram Kuno? Diskusikan dan tunjukkan bukti-
bukti sejarahnya.
Uji Kompetensi
120
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Pesona Legenda Candi Prambanan
Sumber :Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik
(Hindu-Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Gambar 2.33
Candi Prambanan
Roro jonggrang adalah seorang putri semata wayang Raja
Boko, Penguasa Kerajaan Medang Kamulan. Karena kecantikannya,
seorang pangeran bernama Bandung Bondowoso berniat
menyuntingnya sebagai istri. Raja Boko mengabulkan permintaan
Bandung Bondowoso, bila pangeran itu dapat mengalahkannya.
Bandung Bondowoso ternyata dapat mengalahkan Raja Boko.
Namun Roro jonggrang tidak mau dipersunting oleh pembunuh
ayahnya, ia pun tidak berani untuk menolak. Roro jonggrang pun
memberikan syarat pada Bandung untuk membuat seribu candi
lengkap dengan arcanya dalam waktu semalam.
Bandung Bandowoso dengan dibantu sepasukan jin, hampir
dapat meyelesaikan permintaan Roro jonggrang. Saat mendengar
suara kokok ayam bersautan dan melihat langit di ufuk timur
memerah, para jin itu melarikan diri sebelum pekerjaannya
selesai. Melihat tipu daya Lara Jonggrong, Bandung Bondowoso
mengutuknya menjadi arca batu yang ke seribu untuk melengkapi
jumlah keseluruhan arca.
121
Sejarah Indonesia
Tentu kamu pernah mendengar cerita rakyat yang
menceritakan tentang asal mula Candi Prambanan itu. Cerita
itu hingga kini masih berkembang di daerah sekitar Prambanan.
Roro jonggrang sering kali diwujudkan sebagai arca Durga
Mahisasuramawardini yang berada di bilik utara Candi Siwa. Roro
jonggrang secara harfiah diartikan sebagai seorang gadis cantik
semampai. Pada kompleks percandian, sosok Roro jonggrang
diwujudkan pada bangunan paling tinggi dari keseluruhan Candi
Prambanan. Dari kondisi itu kita dapat menafsirkan, bahwa legenda
Bandung Bondowoso itu muncul sebagai cerita rakyat penduduk
Prambanan saat Candi Siwa masih berdiri kokoh. Jadi Candi
Prambanan merupakan sebuah karya monumen kejayaan Mataram
Kuno yang berdiri tinggi tegak di dataran Prambanan yang subur.
Kawasan Candi Prambanan sejak tahun 1991 ditetapkan sebagai
situs cagar budaya dunia oleh UNESCO. Bagi bangsa Indonesia
pengakuan itu sangat membanggakan.
Candi Prambanan dibangun pada abad ke-9 Masehi atas
perintah raja, pada masa puncak kejayaan Dinasti Sanjaya. Pada
masa itulah ia mendirikan Candi Prambanan menurut model candi-
candi Syailendra. Candi Prambanan terletak di Desa Prambanan.
Candi itu pertama ditemukan oleh Calons pada tahun 1733 M.
Bangunan candi itu dibangun untuk sebuah dharma bagi agama
Hindu. Candi Prambanan merupakan bangunan suci agama Hindu
yang ditujukan untuk memperkuat keberadaan agama itu di wilayah
selatan Jawa. Candi itu dibangun atas perintah Raja Rakai Pikatan.
Kompleks Prambanan terdiri atas Candi Siwa, Candi Hamsa, Candi
Wisnu, Candi Nandi, Candi Garuda dan dua buah Candi Apit yang
semuanya berada di halaman pertama. Delapan candi penjaga arah
mata angin dan kurang lebih 200 candi perwara yang mengelilingi
inti pusat.
Candi utama adalah Candi Siwa dengan empat ruangan.
Ruang utama berisi patung Siwa sebagai mahadewa. Di sebelah
utara terdapat Roro jonggrang atau Siwa sebagai Durga
Mahesasuramawardini. Bagian timur terdapat patung Ganesa.
Pada dinding Candi Siwa itu terdapat relief Ramayana, yang berisi
tentang titisan Wisnu hingga Rama menyeberang ke lautan. Cara
membaca relief pada candi itu searah dengan jarum jam. Candi itu
digunakan hanya sebagai tempat pemujaan.
122
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Candi kedua yang terbesar adalah Candi Brahma. Dalam
candi ini terdapat patung Brahma. Juga terdapat relief yang
menggambarkan epik Ramayana. Pada bagian ini menceritakan
tentang Rama menyerang Alengka dan Sinta membakar diri, atau
dikenal dengan cerita “pati obong”. Candi ketiga adalah Candi
Wisnu yang terdapat arca Wisnu di dalamnya. Dalam dinding
candi ini terdapat relief yang menceritakan tentang Kernayana.
Candi Prambanan merupakan candi termegah pada saat itu,
kemegahannya tersohor hingga sampai ke Asia Tenggara.
Candi Sewu yang berada di sekeliling Candi Prambanan
mempunyai latar belakang agama Buddha. Hal itu dilihat dari
arsitektur bentuk candi yang bentuk seperti stupa daripada Candi
Prambanan. Di samping bentuknya juga dicirikan dengan puncak
candi yang berbentuk stupa. Puncak candi itu merupakan satu di
antara lambang dari agama Buddha.
Candi itu kurang lebih terdiri atas 240 bangunan. Bangunan
candi sendiri dibangun dalam areal seluas kurang lebih 49.284 m. Candi
itu diresmikan oleh Rakai Kayuwangi, pada tahun 778 Saka (856
Masehi). Dalam Prasasti Siwagraha tertuliskan tentang pembuatan
Candi Prambanan. Candi dan gapuranya dikerjakan oleh beratus-
ratus pekerja.
Dari segi arsitektur bangunan, Candi Prambanan dan Candi
Sewu masih menampakkan ciri-ciri arsitektur Buddhis. Teknik
pembangunan candi itu dengan menggunakan ikatan pada
setiap bata-batanya. Keistimewaan bangunan itu terletak pada
bentuk candi yang menjulang tinggi pada tanah datar. Candi
Prambanan merupakan candi tertinggi dengan bentuk menara.
Candi Prambanan berada dalam kawasan yang memiliki kepadatan
bangunan candi yang beragam. Khususnya pada bagian sisi
timur Kali Opak, terdapat Candi Bubrah, Lumbung, dan Sewu.
Keempat candi besar yang berderat itu memiliki kesatuan mandala.
Kedekatan letak Candi Prambanan dengan candi-candi agama
Buddha menunjukkan adanya toleransi antara penduduk yang
beragama Hindu dengan penduduk yang beragama Buddha pada
masa Mataram Kuno itu.
Sumber: Inajati Adrisijanti dan Andi Putranto (ed). 2009.
Membangun Kembali
Prambanan.
Yogyakarta: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala
123
Sejarah Indonesia
Kekuasaan Dinasti Isyana
Pertentangan di antara keluarga Mataram, tampaknya terus
berlangsung hingga masa pemerintahan Mpu Sindok pada tahun
929 M. Pertikaian yang tidak pernah berhenti menyebabkan Mpu
Sindok memindahkan ibu kota kerajaan dari Medang ke Daha (Jawa
Timur) dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Isyanawangsa.
Di samping pertentangan keluarga, pemindahan pusat kerajaan
juga dikarenakan kerajaan mengalami kehancuran akibat letusan
Gunung Merapi. Berdasarkan prasasti, pusat pemerintahan Keluarga
Isyana terletak di Tamwlang. Letak Tamwlang diperkirakan dekat
Jombang, sebab di Jombang masih ada desa yang namanya mirip,
yakni desa Tambelang. Daerah kekuasaannya meliputi Jawa bagian
timur, Jawa bagian tengah, dan Bali.
Setelah Mpu Sindok meninggal, ia digantikan oleh anak
perempuannya bernama Sri Isyanatunggawijaya. Ia naik takhta
dan kawin dengan Sri Lokapala. Dari perkawinan ini lahirlah putra
yang bernama Makutawangsawardana. Makutawangsawardana
naik takhta menggantikan ibunya. Kemudian pemerintahan
dilanjutkan oleh Dharmawangsa Tguh yang memeluk agama Hindu
aliran Waisya. Pada masa pemerintahannya, Dharmawangsa Tguh
memerintahkan untuk menyadur kitab
Mahabarata
dalam bahasa
Jawa Kuno. Setelah Dharmawangsa Tguh turun takhta ia digantikan
oleh Raja Airlangga, yang saat itu usianya masih 16 tahun. Hancurnya
kerajaan Dharmawangsa menyebabkan Airlangga berkelana ke
hutan. Selama di hutan ia hidup bersama pendeta sambil mendalami
agama. Airlangga kemudian dinobatkan oleh pendeta agama Hindu
dan Buddha sebagai raja. Begitulah kehidupan agama pada masa
Mataram Kuno. Meskipun mereka berbeda aliran dan keyakinan,
penduduk Mataram Kuno tetap menghargai perbedaan yang ada.
124
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Setelah dinobatkan sebagai raja, Airlangga segera
mengadakan pemulihan hubungan baik dengan Sriwijaya, bahkan
membantu Sriwijaya ketika diserang Raja Colamandala dari India
Selatan. Pada tahun 1037 M, Airlangga berhasil mempersatukan
kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa,
meliputi seluruh Jawa Timur. Airlangga kemudian memindahkan
ibu kota kerajaannya dari Daha ke Kahuripan.
Pada tahun 1042, Airlangga mengundurkan diri dari takhta
kerajaan, lalu hidup sebagai pertapa dengan nama Resi Gentayu
(Djatinindra). Menjelang akhir pemerintahannya Airlangga
menyerahkan kekuasaanya pada putrinya Sangrama Wijaya Tungga-
Dewi. Namun, putrinya itu menolak dan memilih untuk menjadi
seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri.
Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi
dua kerajaan. Kerajaan itu adalah Kediri dan Janggala. Hal itu
dilakukan untuk mencegah terjadinya perang saudara di antara
kedua putranya yang lahir dari selir. Kerajaan Janggala di sebelah
timur diberikan kepada putra sulungnya yang bernama Garasakan
(Jayengrana), dengan ibu kota di Kahuripan (Jiwana). Wilayahnya
meliputi daerah sekitar Surabaya sampai Pasuruan, dan Kerajaan
Panjalu (Kediri). Kerajaan Kediri di sebelah barat diberikan kepada
putra bungsunya yang bernama Samarawijaya (Jayawarsa) dengan
ibu kota di Kediri (Daha), meliputi daerah sekitar Kediri dan Madiun.
Kerajaan Kediri adalah kerajaan pertama yang mmpunyai
sistem administrasi kewilayahan negara berjenjang. Hierarki
kewilayahan dibagi atas tiga jenjang. Struktur paling bawah dikenal
dengan
thani
(desa). Desa ini terbagi menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil lagi yang dipimpin oleh seorang
duwan.
Setingkat lebih
tinggi di atasnya disebut
wisaya,
yaitu sekumpulan dari desa-desa.
Tingkatan paling tinggi yaitu negara atau kerajaan yang disebut
dengan
bhumi.
125
Sejarah Indonesia
Uji Kompetensi
1.
Berdasarkan bacaan di atas nilai-nilai apa yang dapat kamu petik
dari kepemimpinan Airlangga?
2.
Setujukah kamu dengan cara Airlangga membagi kerajaan
seperti disebutkan di atas? Uraikan alasan pendapatmu.
Tugas
Sebutkan nama, letak dan fungsi candi yang kamu ketahui. Carilah
dari buku atau sumber internet.
6.
Kerajaan Kediri
Kehidupan politik pada bagian awal di Kerajaan Kediri
ditandai dengan perang saudara antara Samarawijaya yang
berkuasa di Panjalu dan Panji Garasakan yang berkuasa di Jenggala.
Mereka tidak dapat hidup berdampingan. Pada tahun 1052 M
terjadi peperangan perebutan kekuasaan di antara kedua belah
pihak. Pada tahap pertama Panji Garasakan dapat mengalahkan
Samarawijaya, sehingga Panji Garasakan berkuasa. Di Jenggala
kemudian berkuasa raja-raja pengganti Panji Garasakan. Tahun
No.
1
2
3
4
Nama Candi
Letak
Fungsi
126
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
1059 M yang memerintah adalah Samarotsaha. Akan tetapi setelah
itu tidak terdengar berita mengenal Kerajaan Panjalu dan Jenggala.
Baru pada tahun 1104 M tampil Kerajaan Panjalu sebagai rajanya
Jayawangsa. Kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri
dengan ibu kotanya di Daha.
Tahun 1117 M Bameswara tampil sebagai Raja Kediri. Prasasti
yang ditemukan, antara lain Prasasti Padlegan (1117 M) dan
Panumbangan (1120 M). Isinya yang penting tentang pemberian
status
perdikan
untuk beberapa desa.
Pada tahun 1135 M tampil raja yang sangat terkenal, yakni
Raja Jayabaya. Ia meninggalkan tiga prasasti penting, yakni Prasasti
Hantang atau Ngantang (1135 M), Talan (1136 M) dan Prasasti Desa
Jepun (1144 M). Prasasti Hantang memuat tulisan
panjalu jayati
,
artinya panjalu menang. Hal itu untuk mengenang kemenangan
Panjalu atas Jenggala. Jayabaya telah berhasil mengatasi berbagai
kekacauan di kerajaan.
Di kalangan masyarakat Jawa, nama Jayabaya sangat
dikenal karena adanya Ramalan atau
Jangka
Jayabaya. Pada masa
pemerintahan Jayabaya telah digubah Kitab
Baratayuda
oleh Mpu
Sedah dan kemudian dilanjutkan oleh Mpu Panuluh.
Perkembangan Politik, Sosial, dan Ekonomi
Sampai masa awal pemerintahan Jayabaya, kekacauan akibat
pertentangan dengan Janggala terus berlangsung.Baru pada tahun
1135 M Jayabaya berhasil memadamkan kekacauan itu. Sebagai
bukti, adanya kata-kata
panjalu jayati
pada Prasasti Hantang. Setelah
kerajaan stabil, Jayabaya mulai menata dan mengembangkan
kerajaannya.
127
Sejarah Indonesia
Kehidupan Kerajaan Kediri menjadi teratur. Rakyat hidup
makmur. Mata pencaharian yang penting adalah pertanian dengan
hasil utamanya padi. Pelayaran dan perdagangan juga berkembang.
Hal ini ditopang oleh Angkatan Laut Kediri yang cukup tangguh.
Armada laut Kediri mampu menjamin keamanan perairan Nusantara.
Di Kediri telah ada Senopati Sarwajala (panglima angkatan laut).
Bahkan Sriwijaya yang pernah mengakui kebesaran Kediri, yang
telah mampu mengembangkan pelayaran dan perdagangan.
Barang perdagangan di Kediri antara lain emas, perak, gading, kayu
cendana, dan pinang. Kesadaran rakyat tentang pajak sudah tinggi.
Rakyat menyerahkan barang atau sebagian hasil buminya kepada
pemerintah.
Menurut berita Cina, dan kitab
Ling-wai-tai-ta
diterangkan
bahwa dalam kehidupan sehari-hari orang-orang memakai kain
sampai di bawah lutut. Rambutnya diurai. Rumah-rumah mereka
bersih dan teratur, lantainya ubin yang berwarna kuning dan
hijau. Dalam perkawinan, keluarga pengantin wanita menerima
mas kawin berupa emas. Rajanya berpakaian sutera, memakai
sepatu, dan perhiasan emas. Rambutnya disanggul ke atas. Kalau
bepergian, Raja naik gajah atau kereta yang diiringi oleh 500 sampai
700 prajurit.
Di bidang kebudayaan, yang menonjol adalah perkembangan
seni sastra dan pertunjukan wayang. Di Kediri dikenal adanya
wayang panji
.
Beberapa karya sastra yang terkenal, sebagai berikut.
1. Kitab Baratayuda
Kitab Baratayudha
ditulis pada zaman Jayabaya, untuk
memberikan gambaran terjadinya perang saudara antara
Panjalu melawan Jenggala. Perang saudara itu digambarkan
dengan perang antara
Kurawa
dengan
Pandawa
yang
masing-masing merupakan keturunan
Barata
.
128
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
2. Kitab Kresnayana
Kitab Kresnayana
ditulis oleh
Mpu Triguna
pada zaman Raja
Jayaswara. Isinya mengenai perkawinan antara
Kresna
dan
Dewi Rukmini
.
3. Kitab Smaradahana
Kitab Smaradahana
ditulis pada zaman Raja Kameswari oleh
Mpu Darmaja
. Isinya menceritakan tentang sepasang suami
istri
Smara
dan
Rati
yang menggoda Dewa Syiwa yang sedang
bertapa.
Smara
dan
Rail
kena kutuk dan mati terbakar oleh
api (
dahana
) karena kesaktian Dewa Syiwa. Akan tetapi,
kedua suami istri itu dihidupkan lagi dan menjelma sebagai
Kameswara
dan permaisurinya.
4. Kitab Lubdaka
Kitab Lubdaka
ditulis oleh
Mpu Tanakung
pada zaman
Raja Kameswara. Isinya tentang seorang pemburu bernama
Lubdaka. Ia sudah banyak membunuh. Pada suatu ketika
ia mengadakan pemujaan yang istimewa terhadap Syiwa,
sehingga rohnya yang semestinya masuk neraka, menjadi
masuk surga.
Raja yang terakhir di Kerajaan Kediri adalah Kertajaya
atau Dandang Gendis. Pada masa pemerintahannya, terjadi
pertentangan antara raja dan para pendeta atau kaum brahmana,
karena Kertajaya berlaku sombong dan berani melanggar adat. Hal
ini memperlemah pemerintahan di Kediri. Para brahmana kemudian
mencari perlindungan kepada Ken Arok yang merupakan penguasa
di Tumapel. Pada tahun 1222 M, Ken Arok dengan dukungan kaum
brahmana menyerang Kediri. Kediri dapat dikalahkan oleh Ken
Arok.
129
Sejarah Indonesia
7.
Kerajaan Singhasari
Raja-Raja yang Memerintah Singhasari
a.
Ken Arok (1222 – 1227 M)
Setelah berakhirnya Kerajaan Kediri, kemudian berkembang
Kerajaan Singhasari. Pusat Kerajaan Singhasari kira-kira terletak di
dekat Kota Malang, Jawa Timur. Kerajaan ini
didirikan oleh Ken Arok. Ken Arok berhasil tampil
sebagai raja, walaupun ia berasal dari kalangan
rakyat biasa. Menurut kitab
Pararaton
, Ken Arok
adalah anak seorang petani dari Desa Pangkur,
di sebelah timur Gunung Kawi, daerah Malang.
Ibunya bernama Ken Endok.
Diceritakan, bahwa pada waktu masih
bayi, Ken Arok diletakkan oleh ibunya di sebuah
makam. Bayi ini kemudian ditemukan oleh seorang
pencuri, bernama Lembong. Akibat dari didikan
dan lingkungan keluarga pencuri, maka Ken Arok
tumbuh menjadi seorang penjahat yang sering
menjadi buronan pemerintah Kerajaan Kediri.
Suatu ketika Ken Arok berjumpa dengan pendeta
Lohgawe. Ken Arok mengatakan ingin menjadi
orang baik-baik. Kemudian dengan perantaraan
Lohgawe, Ken Arok diabdikan kepada seorang
Akuwu
(bupati) Tumapel, bernama Tunggul
Ametung.
Setelah beberapa lama mengabdi di
Tumapel, Ken Arok mmpunyai keinginan untuk
memperistri Ken Dedes, yang sudah menjadi istri
Tunggul Ametung. Kemudian timbul niat buruk
dari Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung
agar Ken Dedes dapat diperistri olehnya. Ternyata
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas
Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-
Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata.
Gambar 2.34
Patung Ken Dedes
Untuk lebih lengkapnya
kamu dapat membaca
buku
Marwati Djoened
Poesponegoro.
Sejarah
Nasional Indonesia
Jilid II.
130
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
benar, Tunggul Ametung dapat dibunuh oleh Ken Arok dengan
keris
Mpu Gandring
. Setelah Tunggul Ametung terbunuh, Ken Arok
menggantikan sebagai penguasa di Tumapel dan memperistri Ken
Dedes. Pada waktu diperistri Ken Arok, Ken Dedes sudah mengandung
tiga bulan, hasil perkawinan dengan Tunggul Ametung.
Pada waktu itu Tumapel hanya daerah bawahan Raja Kertajaya
dari Kediri. Ken Arok ingin menjadi raja, maka ia merencanakan
menyerang Kediri. Pada tahun 1222 M Ken Arok atas dukungan
para pendeta melakukan serangan ke Kediri. Raja Kertajaya dapat
ditaklukkan oleh Ken Arok dalam pertmpurannya di Ganter, dekat
Pujon, Malang. Setelah Kediri berhasil ditaklukkan, maka seluruh
wilayah Kediri dipersatukan dengan Tumapel dan lahirlah Kerajaan
Singhasari.
Setelah berdiri Kerajaan Singhasari, Ken Arok tampil sebagai
raja pertama. Ken Arok sebagai raja bergelar
Sri Ranggah Rajasa
Sang Amurwabumi
. Ken Arok memerintah selama lima tahun. Pada
tahun 1227 M Ken Arok dibunuh oleh seorang pengalasan atau
pesuruh dan
Batil
, atas perintah Anusapati. Anusapati adalah putra
Ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Jenazah Ken Arok dicandikan
di
Kagenengan
dalam bangunan perpaduan Syiwa-Buddha. Ken
Arok meninggalkan beberapa putra. Bersama Ken Umang, Ken
Arok memiliki empat putra, yaitu Panji Tohjoyo, Panji Sudatu, Panji
Wregola, dan Dewi Rambi. Bersama Ken Dedes, Ken Arok mmpunyai
putra bernama Mahesa Wongateleng.
b. Anusapati
Tahun 1227 M Anusapati naik takhta Kerajaan Singhasari. Ia
memerintah selama 21 tahun. Akan tetapi, ia belum banyak berbuat
untuk pembangunan kerajaan.
Lambat laun berita tentang pembunuhan Ken Arok
sampai pula kepada Tohjoyo (putra Ken Arok). Oleh karena ia
mengetahui pembunuh ayahnya adalah Anusapati, maka Tohjoyo
131
Sejarah Indonesia
ingin membalas dendam, yaitu membunuh
Anusapati. Tohjoyo mengetahui bahwa
Anusapati memiliki kesukaan menyabung ayam
maka ia mengajak Anusapati untuk menyabung
ayam. Pada saat menyabung ayam, Tohjoyo
berhasil membunuh Anusapati. Anusapati
dicandikan di Candi Kidal dekat Kota Malang
sekarang. Anusapati meninggalkan seorang
putra bernama Ronggowuni.
c.
Tohjoyo (1248 M)
Setelah berhasil membunuh Anusapati,
Tohjoyo naik takhta. Masa pemerintahannya
sangat singkat, Ronggowuni yang merasa
berhak atas takhta kerajaan, menuntut takhta
kepada Tohjoyo. Ronggowuni dalam hal ini
dibantu oleh Mahesa Cempaka, putra dari
Mahesa Wongateleng. Menghadapi tuntutan
ini, maka Tohjoyo mengirim pasukannya di
bawah Lembu Ampal untuk melawan Ronggowuni. Kemudian
terjadi pertmpuran antara pasukan Tohjoyo dengan pengikut
Ronggowuni. Dalam pertmpuran tersebut Lembu Ampal berbalik
memihak Ronggowuni. Serangan pengikut Ronggowuni semakin
kuat dan berhasil menduduki istana Singhasari. Tohjoyo berhasil
meloloskan diri dan akhirnya meninggal di daerah Katang Lumbang
akibat luka-luka yang dideritanya.
d.
Ronggowuni (1248 - 1268 M)
Ronggowuni naik takhta Kerajaan Singhasari tahun 1248 M.
Ronggowuni bergelar
Sri Jaya Wisnuwardana
. Dalam memerintah
ia didampingi oleh Mahesa Cempaka yang berkedudukan sebagai
Ratu Anggabaya
. Mahesa Cempaka bergelar
Narasimhamurti
. Di
samping itu, pada tahun 1254 M Wisnuwardana juga mengangkat
putranya yang bernama Kertanegara sebagai
raja muda
atau
Yuwaraja
. Pada saat itu Kertanegara masih sangat muda.
Sumber : Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700
Tahun Majapahit suatu Bunga Rampai,Dinas
Pariwisata Daerah propinsi Daerah Jawa
Timur.
Gambar 2.35
Candi Kidal
132
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Singhasari di bawah pemerintahan Ronggowuni dan Mahesa
Cempaka hidup dalam keadaan aman dan tenteram. Rakyat
hidup dengan bertani dan berdagang. Kehidupan rakyat juga
mulai terjamin. Raja memerintahkan untuk membangun benteng
pertahanan di
Canggu Lor
.
Tahun 1268 M, Ronggowuni meninggal dunia dan dicandikan
di dua tempat, yaitu sebagai Syiwa di
Waleri
dan sebagai Buddha
Amogapasa
di
Jajagu
. Jajagu kemudian dikenal dengan Candi
Jago. Bentuk Candi Jago sangat menarik, yaitu kaki candi bertingkat
tiga dan tersusun berundak-undak. Reliefnya datar dan gambar
orangnya menyerupai wayang kulit di Bali. Tokoh satria selalu diikuti
dengan punakawan. Tidak lama kemudian Mahesa Cempaka pun
meninggal dunia. Ia dicandikan di
Kumeper
dan
Wudi Kucir
.
e.
Kertanegara (1268 - 1292 M)
Tahun 1268 M Kertanegara naik takhta menggantikan
Ronggowuni. Ia bergelar
Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara
.
Kertanegara merupakan raja yang paling terkenal di Singhasari.
Ia bercita-cita, Singhasari menjadi kerajaan yang besar. Untuk
mewujudkan cita-citanya, maka Kertanegara melakukan berbagai
usaha.
Perluasan Daerah Singhasari
Kertanegara menginginkan wilayah Singhasari hingga
meliputi seluruh Nusantara. Beberapa daerah berhasil
ditaklukkan, misalnya Bali, Kalimantan Barat Daya, Maluku,
Sunda, dan Pahang. Penguasaan daerah-daerah di luar Jawa
yang merupakan pelaksanaan politik luar negeri bertujuan
untuk mengimbangi pengaruh Kubilai Khan dari Cina. Pada
tahun 1275 M Raja Kertanegara mengirimkan Ekspedisi
Pamalayu di bawah pimpinan Mahesa Anabrang (
Kebo
Anabrang
). Sasaran dari ekspedisi ini untuk menguasai
Sriwijaya. Akan tetapi, untuk menguasainya harus melalui
daerah sekitarnya termasuk bersahabat dan menanamkan
pengaruh Singhasari di Melayu. Sebagai tanda persahabatan,
133
Sejarah Indonesia
Kertanegara menghadiahkan patung
Amogapasa
kepada penguasa
Melayu. Ekspedisi Pamalayu diharap-
kan akan menggoyahkan Sriwijaya.
Dalam rangka memperkuat
politik luar negeranya, Kertanegara
menjalin hubungan dengan
kerajaan-kerajaan lain di luar
Kepulauan Indonesia. Misalnya
deng
an Raja Jayasingawarman III
dan Kerajaan Campa. Bahkan Raja
Jayasingawarman III memperistri
salah seorang saudara permpuan
dari Kertanegara.
Kertanegara memandang Cina
sebagai saingan. Berkali-kali utusan
Kaisar Cina memaksa Kertanegara
agar mengakui kekuasaan Cina,
tetapi ditolak oleh Kertanegara.
Terakhir pada tahun 1289 M
datang utusan Cina yang dipimpin
oleh Mengki. Kertanegara marah,
Mengki disakiti dan disuruh kembali
ke Cina. Hal inilah yang membuat
marah Kaisar Cina yang bernama
Kubilai Khan. Ia merencanakan
membalas tindakan Kertanegara.
Perkembangan Politik dan Pemerintahan
Untuk menciptakan pemerintahan yang kuat dan
teratur, Kertanegara telah membentuk badan-badan
pelaksana. Raja sebagai penguasa tertinggi. Kemudian raja
mengangkat tim penasihat yang terdiri atas Rakryan i Hino,
Rakryan i Sirikan, dan Rakryan i Halu. Untuk membantu raja
Gambar 2.36
Arca Bhairawa sebagai perwujudan
Raja Kertanegara dari Candi Singosari
Sumber: Dok. Kemdikbud, 2014
134
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
dalam pelaksanaan pemerintahan, diangkat beberapa pejabat
tinggi kerajaan yang terdiri atas Rakryan Mapatih, Rakryan
Demung dan Rakryan Kanuruhan. Selain itu, ada pegawai-
pegawai rendahan.
Untuk menciptakan stabilitas politik dalam negeri,
Kertanegara melakukan penataan di lingkungan para pejabat.
Orang-orang yang tidak setuju dengan cita-cita Kertanegara
diganti. Sebagai contoh, Patih Raganata (Kebo Arema) diganti
oleh Aragani dan Banyak Wide dipindahkan ke Madura,
menjadi Bupati Sumenep dengan nama Arya Wiraraja.
Kehidupan Agama
Pada masa pemerintahan Kertanegara, agama Hindu
maupun Buddha berkembang dengan baik. Bahkan terjadi
Sinkretisme
antara agama Hindu dan Buddha, menjadi
bentuk
Syiwa-Buddha
. Sebagai contoh, berkembangnya
aliran
Tantrayana
. Kertanegara sendiri penganut aliran
Tantrayana
.
Usaha untuk memperluas wilayah dan mencari
dukungan dari berbagai daerah terus dilakukan oleh
Kertanegara. Banyak pasukan Singhasari yang dikirim ke
berbagai daerah antara lain ke tanah Melayu. Oleh karena
itu, kekuatan ibu kota kerajaan berkurang. Keadaan ini
diketahui oleh pihak-pihak yang tidak senang terhadap
kekuasaan Kertanegara. Pihak yang tidak senang itu antara
lain Jayakatwang, penguasa Kediri. Ia berusaha menjatuhkan
kekuasaan Kertanegara.
Saat yang dinantikan oleh Jayakatwang ternyata telah
tiba. Istana Kerajaan Singhasari dalam keadaan lemah.
Pasukan kerajaan hanya tersisa sebagian kecil. Pada saat itu,
Kertanegara sedang melakukan upacara keagamaan dengan
pesta pora, sehingga Kertanegara benar-benar lengah. Tiba-
tiba, Jayakatwang menyerbu istana Kertanegara. Serangan
135
Sejarah Indonesia
Jayakatwang dibagi menjadi dua
arah. Sebagian kecil pasukan Kediri
menyerang dari arah utara untuk
memancing pasukan Singhasari keluar
dari pusat kerajaan. Sementara itu
induk pasukan Kediri bergerak dan
menyerang dari arah selatan. Untuk
menghadapi serangan Jayakatwang,
Kertanegara mengirimkan pasukan
yang ada di bawah pimpinan Raden
Wijaya dan Pangeran Ardaraja.
Ardaraja adalah anak Jayakatwang
dan menantu dari Kertanegara.
Pasukan Kediri yang datang dari arah
utara dapat dikalahkan oleh pasukan
Raden Wijaya Akan tetapi, pasukan inti
dengan leluasa masuk dan menyerang
istana, sehingga berhasil menewaskan
Kertanegara. Peristiwa ini terjadi pada
tahun 1292 M. Raden Wijaya dan
pengikutnya kemudian meloloskan diri
setelah mengetahui istana kerajaan
dihancurkan oleh pasukan Kediri.
Sedangkan Ardaraja membalik dan
bergabung dengan pasukan Kediri.
Jenazah Kertanegara kemudian dicandikan di dua tempat,
yaitu di Candi Jawi di Pandaan dan di Candi Singosari, di daerah
Singosari, Malang. Sebagai raja yang besar, nama Kertanegara
diabadikan di berbagai tempat. Bahkan di Surabaya ada sebuah
arca Kertanegara yang menyerupai bentuk arca Buddha.
Arca Kertanegara itu dinamakan arca
Joko Dolok
. Dengan
terbunuhnya Kertanegara maka berakhirlah Kerajaan Singhasari.
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas
Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha).
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata.
Gambar 2.37
Arca Joko Dolok dipercaya
sebagai perwujudan Kertanegara
Untuk lebih lengkapnya kamu
dapat membaca buku Marwati
Djoened Poesponegoro.
Sejarah
Nasional Indonesia Jilid II
dan
Nugroho Notosusanto ddk.
Sejarah
Nasional Indonesia 2 Untuk
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
136
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
8.
Kerajaan Majapahit
Setelah Singhasari jatuh, berdirilah Kerajaan Majapahit yang
berpusat di Jawa Timur, antara abad ke-14 - ke-15 M. Berdirinya
kerajaan ini sebenarnya sudah direncanakan oleh Kertarajasa
Jayawarddhana (Raden Wijaya). Ia me mpunyai tugas untuk
melanjutkan kemegahan Singhasari yang saat itu sudah hampir
runtuh. Saat itu dengan dibantu oleh Arya Wiraraja seorang
penguasa Madura, Raden Wijaya membuka hutan di wilayah yang
disebut dalam kitab Pararaton sebagai “hutannya orang Trik”.
Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah
maja, dan rasa “pahit” dari buah tersebut.
Ketika pasukan Mongol tiba, Raden Wijaya
bersekutu dengan pasukan Mongol untuk
bertmpur melawan Jayakatwang. Setelah
berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden
Wijaya berbalik menyerang pasukan Mongol
sehingga memaksa mereka menarik pulang
kembali pasukannya.
Pada masa pemerintahannya Raden
Wijaya mengalami pemberontakan yang
dilakukan oleh sahabat-sahabatnya yang
pernah mendukung perjuangan dalam
mendirikan Majapahit. Setelah Raden Wijaya
wafat, ia digantikan oleh putranya Jayanegara.
Jayanegara dikenal sebagai raja yang kurang
bijaksana dan lebih suka bersenang-senang.
Kondisi itulah yang menyebabkan pembantu-
pembantunya melakukan pemberontakan.
Di antara pemberontakan tersebut,
yang dianggap paling berbahaya
adalahpemberontakan Kuti. Pada saat itu,
pasukan Kuti berhasil menduduki ibu kota
negara. Jayanegara terpaksa menyingkir ke Desa
Sumber : Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700
Tahun Majapahit suatu Bunga Rampai,Dinas
Pariwisata Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.
Gambar 2.38
Kertarajasa Jayawarddhana,
Raja pertama Majapahit sebagai Wsinu
137
Sejarah Indonesia
Gambar 2.39
Kolam Segaran, merupakan salah satu situs
peninggalan Kerajaan Majapahit terletak di Trowulan,
Mojokerto.
Sumber : Doc. Direktorat Geografi Sejarah,
2010
Badander di bawah perlindungan
pasukan Bhayangkara pimpinan
Gajah Mada. Gajah Mada
kemudian menyusun strategi
dan berhasil menghancurkan
pasukan Kuti. Atas jasa-jasanya,
Gajah Mada diangkat sebagai
Patih Kahuripan (1319-1321 M)
dan Patih Kediri (1322-1330 M).
Kerajaan Majapahit penuh
dengan intrik politik dari dalam
kerajaan itu sendiri. Kondisi yang
sama juga terjadi menjelang
keruntuhan Majapahit. Masa
pemerintahan Tribhuwanattunggadewi Jayawisnuwarddani adalah
pembentuk kemegahan kerajaan. Tribhuwana berkuasa di Majapahit
sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya,
Hayam Wuruk. Pada masa Hayam Wuruk itulah Majapahit berada
di puncak kejayaannya. Hayam Wuruk disebut juga Rajasanagara. Ia
memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389 M.
Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah
Mada, Majapahit mencapai zaman keemasan. Wilayah kekuasaan
Majapahit sangat luas, bahkan melebihi luas wilayah Republik Indonesia
sekarang. Oleh karena itu, Muhammad Yamin menyebut Majapahit
dengan sebutan negara nasional kedua di Indonesia. Seluruh kepulauan
di Indonesia berada di bawah kekuasaan Majapahit. Hal ini memang
tidak dapat dilepaskan dari kegigihan Gajah Mada. Sumpah Palapa,
ternyata benar-benar dilaksanakan. Dalam melaksanakan cita-citanya,
Gajah Mada didukung oleh beberapa tokoh, misalnya Adityawarman
dan Laksamana Nala. Di bawah pimpinan Laksamana Nala Majapahit
membentuk angkatan laut yang sangat kuat. Tugas utamanya
adalah mengawasi seluruh perairan yang ada di Nusantara. Di bawah
pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami kemajuan di
berbagai bidang.
138
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Menurut
Kakawin Nagarakertagama pupuh
XIII-XV,
daerah kekuasaan Majapahit meliputi
Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan,
Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku,
Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian
Kepulauan Filipina. Majapahit juga memiliki
hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma
bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan
mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
Untuk memahami lebih
lanjut kamu dapat
membaca buku Endang
Kristinah dan Aris
Soviyani,
Mutiara-Mutiara
Majapahit; Trowulan,
Situs Kota Majapahit;
dan
Taufik Abdullah
dan Adrian B. Lapian,
Indonesia Dalam Arus
Sejarah, Jilid II.
SUMPAH PALAPA
Pada saat diangkat sebagai Mahapatih Gajah Mada bersumpah
bahwa ia tidak akan beristirahat (
amukti palapa
) jika belum
dapat menyatukan seluruh Nusantara. Sumpah itu kemudian
dikenal dengan Sumpah Palapa sebagai berikut :
“Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, amun
kalah ring Gurun, ring seran, Tanjungpura, ring Haru, ring
Pahang, Dompo,ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, saman
isun amukti palapa”.
Artinya:
“Setelah tunduk Nusantara, saya akan beristirahat; Sesudah
kalah Gurun seran, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali,
Sunda, Palembang, Tumasik, barulah saya akan beristirahat”
139
Sejarah Indonesia
Politik dan Pemerintahan
Majapahit telah mengembangkan sistem pemerintahan
yang teratur. Raja memegang kekuasaan tertinggi. Dalam
melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh berbagai
badan atau pejabat berikut.
1.
Rakryan Mahamantri Katrini
, dijabat oleh para putra
raja, terdiri atas
Rakryan i Hino, Rakryan i Sirikan, dan
Rakryan i Halu
.
2.
Dewan Pelaksana terdiri atas
Rakryan Mapatih
atau
Patih
Mangkabumi
,
Rakryan Tumenggung
,
Rakryan Demung
,
Rakryan Rangga
dan
Rakryan Kanuruhan
. Kelima
pejabat ini dikenal sebagai
Sang Panca ring Wilwatika
.
Di antara kelima pejabat itu
Rakryan Mapatih
atau
Patih
Mangkubumi
merupakan pejabat yang paling penting. Ia
menduduki tempat sebagai
perdana menteri
. Bersama
sama raja, ia menjalankan kebijakan pemerintahan. Selain
itu terdapat pula dewan pertimbangan yang disebut
dengan
Batara Sapta Prabu.
Struktur tersebut ada di pemerintah pusat. Di setiap
daerah yang berada di bawah raja-raja, dibuatkan pula
struktur yang mirip.
Untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa, dibentuklah badan peradilan yang disebut
dengan
Saptopapati
. Selain itu disusun pula kitab hukum oleh
Gajah Mada yang disebut
Kitab Kutaramanawa
. Gajah Mada
memang seorang negarawan yang mumpuni. Ia memahami
pemerintahan strategi perang dan hukum.
Untuk mengatur kehidupan beragama dibentuk badan
atau pejabat yang disebut
Dharmadyaksa
.
Dharmadyaksa
adalah pejabat tinggi kerajaan yang khusus menangani
persoalan keagamaan. Di Majapahit dikenal ada dua
Dharmadyaksa
sebagai berikut.
140
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
1.
Dharmadyaksa ring Kasaiwan
, mengurusi agama Syiwa
(Hindu),
2.
Dharmadyaksa ring Kasogatan
, mengurusi agama
Buddha.
Dalam menjalankan tugas, masing-masing
Dharmadyaksa dibantu oleh pejabat keagamaan yang diberi
sebutan
Sang Pamegat.
Kehidupan beragama di Majapahit berkembang
semarak. Pemeluk yang beragama Hindu maupun Buddha
saling bersatu. Pada masa itu pun sudah dikenal semboyan
Bhinneka Tunggal Ika
, artinya,
sekalipun berbeda-beda baik
Hindu maupun Buddha pada hakikatnya adalah satu jua.
Kemudian secara umum kita artikan
berbeda-beda akhirnya
satu jua
Berkat kepemimpinan Hayam Wuruk
dan Gajah Mada, kehidupan politik, dan
stabilitas nasional Majapahit terjamin.
Hal ini disebabkan pula karena kekuatan
tentara Majapahit dan angkatan lautnya
sehingga semua perairan nasional dapat
diawasi.
Majapahit juga menjalin hubungan
dengan kerajaan lain. Hubungan dengan
Siam, Birma, Kamboja, Anam, India, dan
Cina berlangsung dengan baik. Dalam
membina hubungan dengan luar negeri,
Majapahit mengenal motto
Mitreka
Satata
, artinya negara sahabat.
Sumber : Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700 Tahun
Majapahit suatu Bunga Rampai,Dinas Pariwisata
Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.
Gambar 2.40
Surya Majapahit
141
Sejarah Indonesia
Kehidupan Sosial Ekonomi
Di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk, rakyat
Majapahit hidup aman dan tenteram. Hayam Wuruk sangat
memperhatikan rakyatnya. Keamanan dan kemakmuran
rakyat diutamakan. Untuk itu dibangun jalan-jalan dan
jembatan-jembatan. Dengan demikian lalu lintas menjadi
lancar. Hal ini mendukung kegiatan keamanan dan
kegiatan perekonomian, terutama perdagangan. Lalu lintas
perdagangan yang paling penting melalui sungai. Misalnya,
Sungai Bengawan Solo dan Sungai
Brantas. Akibatnya desa-desa di tepi
sungai dan yang berada di muara
serta di tepi pantai, berkembang
menjadi pusat-pusat perdagangan.
Hal itu menyebabkan terjadinya arus
bolak-balik para pedagang yang
menjajakan barang dagangannya
dari daerah pantai atau muara ke
pedalaman atau sebaliknya. Bahkan
di daerah pantai berkembang
perdagangan antar daerah, antar
pulau, bahkan dengan pedagang
dari luar. Kemudian timbullah
kota-kota pelabuhan sebagai
pusat pelayaran dan perdagangan.
Beberapa kota pelabuhan yang
penting pada zaman Majapahit,
antara lain Canggu, Surabaya,
Gresik, Sedayu, dan Tuban. Pada
waktu itu banyak pedagang dari luar
seperti dari Cina India, dan Siam.
Adanya pelabuhan-pelabuhan
tersebut mendorong munculnya
kelompok bangsawan kaya. Mereka
Gambar 2.41
Contoh mata uang kuno,
yang digunakan rakyat Majapahit
Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700 Tahun
Majapahit suatu Bunga Rampai, Dinas Pariwisata
Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.
Gambar 2.42
cetakan mata uang gobang
Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700 Tahun
Majapahit suatu Bunga Rampai,Dinas Pariwisata
Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.
142
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
menguasai pemasaran bahan-bahan
dagangan pokok dari dan ke daerah-daerah
Indonesia Timur dan Malaka.
Kegiatan pertanian juga dikembangkan.
Sawah dan ladang dikerjakan secukupnya
dan dikerjakan secara bergiliran. Hal ini
maksudnya agar tanah tetap subur dan
tidak kehabisan lahan pertanian. Tanggul-
tanggul di sepanjang sungai diperbaiki untuk
mencegah bahaya banjir.
Perkembangan Sastra dan Budaya
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, bidang sastra
mengalami kemajuan. Karya sastra yang paling terkenal pada
zaman Majapahit adalah
Kitab Negarakertagama
. Kitab ini ditulis
oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 M. Di samping menunjukkan
kemajuan di bidang sastra,
Negarakertagama
juga merupakan
sumber sejarah Majapahit. Kitab lain yang penting adalah
Sutasoma
.
Gambar 2.43
Relief orang naik perahu
Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700
Tahun Majapahit suatu Bunga Rampai,Dinas
Pariwisata Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.
Gambar 2.44
Relief mengemas padi
Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700 Tahun Majapahit suatu Bunga Rampai,Dinas Pariwisata Daerah
propinsi Daerah Jawa Timur.
143
Sejarah Indonesia
Kitab ini disusun oleh Mpu Tantular. Kitab
Sutasoma
memuat kata-
kata yang sekarang menjadi semboyan negara Indonesia, yakni
Bhinneka Tunggal Ika
. Di samping itu, Mpu Tantular juga menulis
kitab
Arjunawiwaha
.
Sutasoma 139,4d-5d
Hyan Buddha tan pabi lawan siwarajadewa
rwanekadhatu winuwus wara Buddhawisma bhineki
rakwa rinapankenapanarwanosen manka n jiwatwa
kalawan siwatatwa tunggal bhineka ika tan hanna
dharma mangruwa
Artinya : “Dewa Buddha tidak berbeda dengan Siwa. Mahadewa
di antara dewa-dewa. Keduanya dikatakan mengandung banyak
unsur Buddha yang boleh dikatakan tidak terpisahkan dapat
begitu saja dipisahkan menjadi dua? Jiwa Jina dan Jiwa Siwa
adalah satu dalam hukum tidak terdapat dualisme.
Bidang seni bangunan juga berkembang. Banyak bangunan
candi telah dibuat. Misalnya Candi Penataran dan Sawentar di
daerah Blitar, Candi Tigawangi dan Surawana di dekat Pare, Kediri,
serta Candi Tikus di Trowulan.
Keruntuhan Majapahit lebih disebabkan
oleh ketidakpuasan sebagian besar keluarga
raja, setelah turunnya Hayam Wuruk. Perang
Paregreg telah melemahkan unsur-unsur
kejayaan Majapahit. Meskipun peperangan
berakhir, Majapahit terus mengalami
kelemahan karena raja yang berkuasa tidak
mampu lagi mengembalikan kejayaannya.
Unsur lain yang menyebabkan runtuhnya
Majapahit adalah semakin meluasnya
pengaruh Islam pada saat itu.
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas
Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha).
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Gambar 2.45
Candi Tikus
144
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Kemajuan peradaban Majapahit itu tidak hilang dengan
runtuhnya kerajaan itu. Pencapaian itu terus dipertahankan hingga
masa perkembangan Islam di Jawa. Peninggalan peradaban
Majapahit juga dapat kita saksikan pada perkembangan
lingkup kebudayaan Bali pada saat ini. Kebudayaan yang masih
dikembangkan hingga masa Islam adalah cerita wayang yang
berasal dari epos India yaitu Mahabharata dan Ramayana, serta
kisah asmara Raden Panji dengan Sekar Taji (Galuh Candrakirana).
Selain itu dapat kita saksikan juga pada unsur arsitekturnya bentuk
atap tumpang, seni ukir sulur-suluran dan tanaman melata, senjata
keris, lokasi keramat, dan masih banyak lagi.
Uji Kompetensi
Dalam catatan sejarah, Kerajaan Majapahit dikenal sebagai
kerajaan besar yang mampu menguasai hampir seluruh pulau di
Nusantara, melampaui luas wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia saat ini. Kitab
Negarakertagama
mencatat puluhan
daerah yang menyerahkan upeti kepada Kerajaan Majapahit.
1.
Apa pelajaran yang dapat kamu petik dari belajar tentang
perkembangan Kerajaan Majapahit?
2.
Bagaimanakah Gajah Mada dapat menyatukan wilayah
Nusantara?
3.
Bagaimana penilaianmu tentang Sumpah Amukti Palapa dari
Gajah Mada? Buatlah jawaban dalam 3-4 halaman!
4.
Buatlah peta wilayah Nusantara pada abad ke-10 sampai 15
Masehi.
145
Sejarah Indonesia
9.
Kerajaan Buleleng dan
Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali
Menurut berita Cina di sebelah timur Kerajaan Kalingga ada
daerah
Po-li
atau
Dwa-pa-tan
yang dapat disamakan dengan Bali.
Adat istiadat di
Dwa-pa-tan
sama dengan kebiasaan orang-orang
Kaling. Misalnya, penduduk biasa menulisi daun lontar. Bila ada
orang meninggal, mayatnya dihiasi dengan emas dan ke dalam
mulutnya dimasukkan sepotong emas, serta diberi bau-bauan yang
harum. Kemudian mayat itu dibakar. Hal itu menandakan Bali telah
berkembang.
Dalam sejarah Bali, nama Buleleng mulai terkenal setelah
periode kekuasaan Majapahit. Pada waktu di Jawa berkembang
kerajaan-kerajaan Islam, di Bali juga berkembang sejumlah kerajaan.
Misalnya Kerajaan Gelgel, Klungkung, dan Buleleng yang didirikan
oleh I Gusti Ngurak Panji Sakti, dan selanjutnya muncul kerajaan
yang lain. Nama Kerajaan Buleleng semakin terkenal, terutama
setelah zaman penjajahan Belanda di Bali. Pada waktu itu pernah
terjadi perang rakyat Buleleng melawan Belanda.
Pada zaman kuno, sebenarnya Buleleng sudah berkembang.
Pada masa perkembangan Kerajaan Dinasti Warmadewa, Buleleng
diperkirakan menjadi salah satu daerah kekuasaan Dinasti
Warmadewa. Sesuai dengan letaknya yang ada di tepi pantai,
Buleleng berkembang menjadi pusat perdagangan laut. Hasil
pertanian dari pedalaman diangkut lewat darat menuju Buleleng.
Dari Buleleng barang dagangan yang berupa hasil pertanian
seperti kapas, beras, asam, kemiri, dan bawang diangkut atau
diperdagangkan ke pulau lain (daerah seberang). Perdagangan
dengan daerah seberang mengalami perkembangan pesat pada
masa Dinasti Warmadewa yang diperintah oleh Anak Wungsu. Hal
ini dapat dibuktikan dengan adanya kata-kata pada prasasti yang
disimpan di Desa Sembiran yang berangka tahun 1065 M.
146
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Kata-kata yang dimaksud berbunyi,
“mengkana ya hana
banyaga sakeng sabrangjong, bahitra, rumunduk i manasa...
”
Artinya, andai kata ada saudagar dari seberang yang datang dengan
jukung bahitra berlabuh di manasa...”
Sistem perdagangannya ada yang menggunakan sistem
barter, ada yang sudah dengan alat tukar (uang). Pada waktu itu
sudah dikenal beberapa jenis alat tukar (uang), misalnya
ma, su
dan
piling.
Dengan perkembangan perdagangan laut antarpulau di
zaman kuno secara ekonomis Buleleng memiliki peranan yang
penting bagi perkembangan kerajaan-kerajaan di Bali misalnya
pada masa Kerajaan Dinasti Warmadewa.
10. Kerajaan Tulang Bawang
Dari sumber-sumber sejarah Cina, kerajaan awal yang
terletak di daerah Lampung adalah kerajaan yang disebut Bawang
atau Tulang Bawang. Berita Cina tertua yang berkenaan dengan
daerah Lampung berasal dari abad ke-5, yaitu dari kitab
Liu-sung-
Shu,
sebuah kitab sejarah dari masa pemerintahan Kaisar Liu Sung
(420–479). Kitab ini di antaranya mengemukakan bahwa pada
tahun 499 M sebuah kerajaan yang terletak di wilayah Nusantara
bagian barat bernama P’u-huang atau P’o-huang mengirimkan
utusan dan barang-barang upeti ke negeri Cina. Lebih lanjut
kitab
Liu-sung-Shu
mengemukakan bahwa Kerajaan P’o-huang
menghasilkan lebih dari 41 jenis barang yang diperdagangkan ke
Cina. Hubungan diplomatik dan perdagangan antara P’o-huang dan
Cina berlangsung terus sejak pertengahan abad ke-5 sampai abad
ke-6, seperti halnya dua kerajaan lain di Nusantara yaitu Kerajaan
Ho-lo-tan dan Kan-t’o-li.
Untuk memahami lebih lanjut kamu dapat membaca buku
Marwati Djoened Poesponoro.
Sejarah Nasional Indonesia
jilid II;
dan
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan
,
Indonesia Sejarah Daerah Bali.
147
Sejarah Indonesia
Dalam sumber sejarah Cina yang lain, yaitu kitab
T’ai-p’ing-
huang-yu-chi
yang ditulis pada tahun 976–983 M, disebutkan
sebuah kerajaan bernama T’o-lang-p’p-huang yang oleh G. Ferrand
disarankan untuk diidentifikasikan dengan Tulang Bawang yang
terletak di daerah pantai tenggara Pulau Sumatera, di selatan sungai
Palembang (Sungai Musi). L.C. Damais menambahkan bahwa
lokasi T’o-lang P’o-huang tersebut terletak di tepi pantai seperti
dikemukakan di dalam
Wu-pei-chih
, “Petunjuk Pelayaran”. Namun,
di samping itu Damais kemudian memberikan pula kemungkinan
lain mengenai lokasi dan identifikasi P’o-huang atau “Bawang” itu
dengan sebuah nama tempat bernama Bawang (Umbul Bawang)
yang sekarang terletak di daerah Kabupaten Lampung Barat, yaitu
di daerah Kecamatan Balik Bukit di sebelah utara Liwah. Tidak jauh
dari desa Bawang ini, yaitu di desa Hanakau, sejak tahun 1912 telah
ditemukan sebuah inskripsi yang dipahatkan pada sebuah batu
tegak, dan tidak jauh dari tempat tersebut dalam waktu beberapa
tahun terakhir ini masih ditemukan pula tiga buah inskripsi batu
yang lainnya.
11. Kerajaan Kota Kapur
Dari hasil penelitian arkeologi yang dilakukan di Kota Kapur,
Pulau Bangka, pada tahun 1994, diperoleh suatu petunjuk tentang
kemungkinan adanya sebuah pusat kekuasaan di daerah itu sejak
masa sebelum munculnya Kerajaan Sriwijaya. Pusat kekuasaan ini
meninggalkan temuan-temuan arkeologi berupa sisa-sisa sebuah
bangunan candi Hindu (Waisnawa) terbuat dari batu bersama
dengan arca-arca batu, di antaranya dua buah arca Wisnu dengan
gaya seperti arca-arca Wisnu yang ditemukan di Lembah Mekhing,
Semenanjung Malaka, dan Cibuaya, Jawa Barat, yang berasal dari
masa sekitar abad ke-5 dan ke-7 Masehi. Sebelumnya di situs Kota
Kapur selain telah ditemukan sebuah inskripsi batu dari Kerajaan
Sriwijaya yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), telah
148
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
ditemukan pula peninggalan-peninggalan yang lain di antaranya
sebuah arca Wisnu dan sebuah arca Durga Mahisasuramardhini. Dari
peninggalan-peninggalan arkeologi tersebut nampaknya kekuasaan
di Pulau Bangka pada waktu itu bercorak Hindu-Waisnawa, seperti
halnya di Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.
Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah
peninggalan berupa benteng pertahanan yang kokoh berbentuk
dua buah tanggul sejajar terbuat dari timbunan tanah, masing-
masing panjangnya sekitar 350 meter dan 1200 meter dengan
ketinggian sekitar 2–3 meter. Penanggalan dari tanggul benteng ini
menunjukkan masa antara tahun 530 M sampai 870 M. Benteng
pertahanan tersebut yang telah dibangun sekitar pertengahan abad
ke-6 M tersebut agaknya telah berperan pula dalam menghadapi
ekspansi Sriwijaya ke Pulau Bangka menjelang akhir abad ke-7
M. Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ini ditandai dengan
Gambar 2.46
Reruntuhan Kota Kapur
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-
Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
149
Sejarah Indonesia
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha).
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Gambar 2.47
Temuan piring di situs Kota Kapur
dipancangkannya inskripsi Sriwijaya di Kota Kapur yang berangka
tahun 608 Saka (=686 Masehi), yang isinya mengidentifikasikan
dikuasainya wilayah ini oleh Sriwijaya. Penguasaan Pulau Bangsa
oleh Sriwijaya ini agaknya berkaitan dengan peranan Selat Bangsa
sebagai pintu gerbang selatan dari jalur pelayaran niaga di Asia
Tenggara pada waktu itu. Sejak dikuasainya Pulau Bangka oleh
Sriwijaya pada tahun 686 maka berakhirlah kekuasaan awal yang
ada di Pulau Bangka.
150
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Uji Kompetensi
Coba kamu diskusikan peninggalan arkeologis di daerah tempat
kamu tinggal yang berhubungan atau diduga berkaitan dengan
kerajaan Hindu – Buddha. Kamu dapat membentuk kelompok yang
terdiri atas 4 - 5 orang, kemudian buatlah tulisan singkat antara
4-5 halaman. Setelah itu diskusikan di antara kelompok tersebut.
Semua anggota kelompok harus mengemukakan pendapatnya. Bila
di sekitar tempat tinggalmu tidak ditemukan tinggalan arkeologis
masa Hindu-Budha, kamu dapat mencari di daerah/provinsi/
kabupaten/kota yang dekat dengan tempat tinggalmu.
151
Sejarah Indonesia
Kamu tentu sudah akrab dengan istilah globalisasi.
Globalisasi berasal dari kata
global
yang secara harfiah berarti
umum atau mendunia. Globalisasi merupakan suatu kondisi di
mana perbedaaan jarak dan letak geografis bukan lagi menjadi
penghalang. Dunia seakan tanpa batas, sehingga makin dekat
dan menyebar luas. Sejarah mencatat globalisasi sudah dimulai
sejak ribuan tahun lalu. Seperti yang dikutip dari buku Anthony
Reid,
Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara,
perdagangan
internasional telah memunculkan pusat-pusat pemukiman baru
dan memungkinkan terbentuknya jaringan Nusantara. Melanjutkan
pembahasan pada semester sebelumnya, uraian berikut akan
membahas mengenai integrasi jaringan Nusantara melalui jalur
perdagangan dan akulturasi yang terjadi akibat integrasi tersebut.
C.
Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui
Perdagangan
Memahami teks
Pusat-pusat integrasi Nusantara berlangsung melalui
penguasaan laut. Pusat-pusat integrasi itu selanjutnya ditentukan
oleh keahlian dan kepedulian terhadap laut, sehingga terjadi
perkembangan baru, setidaknya dalam dua hal, yaitu (i) pertumbuhan
jalur perdagangan yang melewati lokasi-lokasi strategis di pinggir
pantai, dan (ii) kemampuan mengendalikan (kontrol) politik dan
militer para penguasa tradisional (raja-raja) dalam menguasai jalur
utama dan pusat-pusat perdagangan di Nusantara. Jadi, prasyarat
untuk dapat menguasai jalur dan pusat perdagangan ditentukan
oleh dua hal penting yaitu perhatian atau cara pandang, dan
kemampuan menguasai lautan.
Jalur-jalur perdagangan yang berkembang di Nusantara
sangat ditentukan oleh kepentingan ekonomi pada saat itu dan
perkembangan rute perdagangan dalam setiap masa yang berbeda-
beda. Jika pada masa praaksara hegemoni budaya dominan datang
dari pendukung budaya Austronesia di Asia Tenggara Daratan, maka
pada masa perkembangan Hindu-Buddha di Nusantara terdapat dua
kekuatan peradaban besar, yaitu Cina di utara dan India di bagian
152
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
barat daya. Keduanya merupakan dua kekuatan
super power
pada
masanya dan mempunyai pengaruh amat besar terhadap penduduk
di Kepulauan Indonesia. Bagaimanapun, peralihan rute perdagangan
dunia ini telah membawa berkah tersendiri bagi masyarakat dan
suku bangsa di Nusantara. Mereka secara langsung terintegrasi ke
dalam jaringan perdagangan dunia pada masa itu. Selat Malaka
menjadi penting sebagai pintu gerbang yang menghubungkan
antara pedagang-pedagang Cina dan pedagang-pedagang India.
Pada masa itu, Selat Malaka merupakan jalur penting dalam
pelayaran dan perdagangan bagi pedagang yang melintasi bandar-
bandar penting di sekitar Samudra Indonesia dan Teluk Persia. Selat
itu merupakan jalan laut yang menghubungkan Arab dan India di
sebelah barat laut Nusantara, dan dengan Cina di sebelah timur
laut Nusantara. Jalur ini merupakan pintu gerbang pelayaran yang
dikenal dengan nama “jalur sutra”. Penamaan ini digunakan sejak
abad ke-1 M hingga abad ke-16 M, dengan komoditas kain sutera
yang dibawa dari Cina untuk diperdagangkan di wilayah lain.
Ramainya rute pelayaran ini mendorong timbulnya bandar-bandar
penting di sekitar jalur, antara lain Samudra Pasai, Malaka, dan Kota
Cina (Sumatra Utara sekarang).
Sumber :Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 3.
Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve.
Gambar 2.49
Pelayaran dan Perdagangan internasional melalui Selat Malaka.
153
Sejarah Indonesia
Kehidupan penduduk di sepanjang Selat Malaka menjadi
lebih sejahtera oleh proses integrasi perdagangan dunia yang
melalui jalur laut tersebut. Mereka menjadi lebih terbuka secara
sosial ekonomi untuk menjalin hubungan niaga dengan pedagang-
pedagang asing yang melewati jalur itu. Di samping itu, masyarakat
setempat juga semakin terbuka oleh pengaruh-
pengaruh budaya luar. Kebudayaan India dan
Cina ketika itu jelas sangat berpengaruh terhadap
masyarakat di sekitar Selat Malaka. Bahkan
sampai saat ini pengaruh budaya terutama India
masih dapat kita jumpai pada masyarakat sekitar
Selat Malaka.
Selama masa Hindu-Buddha di samping kian terbukanya
jalur niaga Selat Malaka dengan perdagangan dunia internasional,
jaringan perdagangan dan budaya antarbangsa dan penduduk
di Kepulauan Indonesia juga berkembang pesat terutama karena
terhubung oleh jaringan Laut Jawa hingga Kepulauan Maluku.
Mereka secara tidak langsung juga terintegrasikan dengan jaringan
ekonomi dunia yang berpusat di sekitar Selat
Malaka, dan sebagian di pantai barat Sumatra
seperti Barus. Komoditas penting yang
menjadi barang perdagangan pada saat itu
adalah rempah-rempah, seperti kayu manis,
cengkih, dan pala.
Pertumbuhan jaringan dagang
internasional dan antarpulau telah melahirkan
kekuatan politik baru di Nusantara. Peta
politik di Jawa dan Sumatra abad ke-7, seperti
ditunjukkan oleh D.G.E. Hall, bersumber dari
catatan pengunjung Cina yang datang ke
Sumatra. Dua negara di Sumatra disebutkan,
Mo-lo-yeu
(Melayu) di pantai timur,
tepatnya di Jambi sekarang di muara Sungai
Batanghari. Agak ke selatan dari itu terdapat
Untuk memahami lebih
lanjut kamu dapat membaca
buku Sartono Kartodirdjo.
Pengantar Sejarah
Indonesia Baru 1500-1900:
Dari Emporium sampai
Empirium.
Sumber: Pameran Sejarah-Budaya Asia
Tenggara: Sriwijaya, sebuah Kejayaan masa
lalu di Asia Tenggara, 2011, Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata, Direktorat
Jenderal Sejarah dan Purbakala, Direktorat
Tinggalan Purbakala.
Gambar 2.50
Rempah-rempah
154
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Che-li-fo-che
, pengucapan cara Cina untuk kata
bahasa Sanskerta
,
Sriwijaya. Di Jawa terdapat
tiga kerajaan utama, yaitu di ujung barat Jawa,
terdapat Tarumanegara, dengan rajanya yang
terkemuka Purnawarman, di Jawa bagian tengah
ada
Ho-ling
(Kalingga), dan di Jawa bagian timur
ada Singhasari dan Majapahit.
Selama periode Hindhu-Buddha, kekuatan
besar Nusantara yang memiliki kekuatan integrasi
secara politik, sejauh ini dihubungkan dengan
kebesaran Kerajaan Sriwijaya, Singhasari, dan
Majapahit. Kekuatan integrasi secara politik di
sini maksudnya adalah kemampuan kerajaan-
kerajaan tradisional tersebut dalam menguasai
wilayah-wilayah yang luas di Nusantara di bawah
kontrol politik secara longgar dan menempatkan
wilayah kekuasaannya itu sebagai kesatuan-
kesatuan politik di bawah pengawasan dari
kerajaan-kerajaan tersebut. Dengan demikian
pengintegrasian antarpulau secara lambat laun
mulai terbentuk.
Kerajaan utama yang disebutkan di atas
berkembang dalam periode yang berbeda-beda.
Kekuasaan mereka mampu mengontrol sejumlah
wilayah Nusantara melalui berbagai bentuk
media. Selain dengan kekuatan dagang, politik,
juga kekuatan budayanya, termasuk bahasa.
Interelasi antara aspek-aspek kekuatan tersebut
yang membuat mereka berhasil mengintegrasikan
Nusantara dalam pelukan kekuasaannya.
Kerajaan-kerajaan tersebut berkembang menjadi
kerajaan besar yang menjadi representasi pusat-
pusat kekuasaan yang kuat dan mengontrol
kerajaan-kerajaan yang lebih kecil di Nusantara.
Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012,
700 Tahun Majapahit suatu Bunga
Rampai, Dinas Pariwisata Daerah propinsi
Daerah Jawa Timur.
Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012,
700 Tahun Majapahit suatu Bunga
Rampai, Dinas Pariwisata Daerah
propinsi Daerah Jawa Timur.
Gambar 2.51
Relief terakota yang
menggambarkan paras muka Arab atau
Persia
Gambar 2.52
Relief terakota yang
menggambarkan paras muka orang
India
155
Sejarah Indonesia
Hubungan pusat dan daerah hanya dapat
berlangsung dalam bentuk hubungan hak dan
kewajiban yang saling menguntungkan (
mutual
benefit
). Keuntungan yang diperoleh dari pusat
kekuasaan antara lain, berupa pengakuan
simbolik seperti kesetiaan dan pembayaran upeti
berupa barang-barang yang digunakan untuk
kepentingan kerajaan, serta barang-barang
yang dapat diperdagangkan dalam jaringan
perdagangan internasional. Sebaliknya kerajaan-
kerajaan kecil memperoleh perlindungan dan
rasa aman, sekaligus kebanggaan atas hubungan
tersebut. Jika pusat kekuasaan sudah tidak
memiliki kemampuan dalam mengontrol dan
melindungi daerah bawahannya, maka sering
terjadi pembangkangan dan sejak itu kerajaan besar
terancam disintegrasi. Kerajaan-kerajaan kecil lalu
melepaskan diri dari ikatan politik dengan kerajaan-
kerajaan besar lama dan beralih loyalitasnya
dengan kerajaan lain yang memiliki kemampuan
mengontrol dan lebih bisa melindungi kepentingan
mereka. Sejarah Indonesia masa Hindu-Buddha
ditandai oleh proses integrasi dan disintegrasi
semacam itu. Namun secara keseluruhan proses
integrasi yang lambat laun itu kian mantap dan
kuat, sehingga kian mengukuhkan Nusantara
sebagai negeri kepulauan yang dipersatukan oleh
kekuatan politik dan perdagangan.
Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012,
700 Tahun Majapahit suatu Bunga Rampai,
Dinas Pariwisata Daerah propinsi Daerah
Jawa Timur.
Gambar 2.53
Relief terakota yang
menggambarkan paras muka orang Cina
156
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Uji Kompetensi
1.
Jelaskan bagaimana peranan Sriwijaya dan Majapahit dalam
proses integrasi antarpulau pada masa Hindu-Buddha!
2.
Buatlah peta jaringan perdagangan pada masa Sriwijaya dan
masa Majapahit!
3.
Komoditas apa yang menarik bagi kaum pedagang untuk
mendatangi pelabuhan yang ada di Kepulauan Indonesia?
Bandingkan dengan perdagangan saat ini, komoditas apakah
yang diminati dalam perdagangan internasional?
4.
Carilah pelabuhan yang terdekat dengan kota yang ada di sekitar
daerah tempat tinggalmu. Bagaimanakah menurut pendapatmu
tentang pelabuhan itu?
5.
Pada pembahasan ini kita telah membahas tentang peran laut
pada masa Hindu-Buddha. Apa pendapatmu tentang peran laut
pada saat ini bagi negara Indonesia? Buatlah dalam bentuk esai
sekitar 3-4 halaman!
Kompas
selama dua hari berturut-turut (30-31 Maret 2013)
membuat liputan tentang jelajah kuliner. Mari kita simak artikel itu
bersama-sama:
“Orang India Selatan datang bergelombang ke Sumatra sejak
ribuan tahun silam. Jejak migrasi itu antara lain terekam di antara
harum bumbu kari dan keagungan Kuil Shri Mariamman di Medan,
Sumatra Utara. Kuil itu adalah tapal sejarah gelombang terbesar
kedatangan orang India Selatan ke Sumatra demi rempah dan
kapur barus, gelombang terbesar orang India pada tahun 1880-an
didatangkan Kuypers dan Nienhuys sebagai buruh perkebunan”.
157
Sejarah Indonesia
1.
Setelah kamu mencermati cuplikan artikel di atas, bagaimana
kesan kamu tentang bacaan di atas?
2.
Menurut kamu bagaimanakah pengaruh budaya India itu dapat
diterima oleh penduduk saat itu?
3.
Coba kamu gali jenis kuliner yang terdapat di sekitar kamu yang
mendapat pengaruh dari India!
4.
Bagaimanakah proses masuk dan berkembangnya kuliner yang
mendapat pengaruh India itu di sekitar kamu?
5.
Apakah saat ini masih ada pengaruh budaya India yang masih
melekat dalam kehidupan kita sehari-hari? Berilah contohnya!
6.
Budaya Cina juga membawa pengaruh pada kuliner kita saat ini.
Coba kamu identifikasi, pengaruh budaya Cina pada kuliner di
sekitar tempat tinggalmu!
D.
Akulturasi Kebudayaan Nusantara
dan Hindu-Buddha
Akulturasi kebudayaan yaitu suatu proses percampuran
antara unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan
yang lain, sehingga membentuk kebudayaan baru. Kebudayaan
baru yang merupakan hasil percampuran itu masing-masing
tidak kehilangan kepribadian/ciri khasnya. Oleh karena itu, untuk
dapat berakulturasi, masing-masing kebudayaan harus seimbang.
Begitu juga untuk kebudayaan Hindu-Buddha dari India dengan
kebudayaan Indonesia asli.
Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha
dengan kebudayaan Indonesia asli sebagai berikut.
158
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
1.
Seni Bangunan
Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya
merupakan bentuk akulturasi antara unsur-unsur budaya Hindu-
Buddha dengan unsur budaya Indonesia asli. Bangunan yang
megah, patung-patung perwujudan dewa atau Buddha, serta
bagian-bagian candi dan stupa adalah unsur-unsur dari India.
Bentuk candi-candi di Indonesia pada hakikatnya adalah punden
berundak yang merupakan unsur Indonesia asli. Candi Borobudur
merupakan salah satu contoh dari bentuk akulturasi tersebut.
2.
Seni Rupa dan Seni Ukir
Masuknya pengaruh India juga membawa perkembangan
dalam bidang seni rupa, seni pahat, dan seni ukir. Hal ini dapat
Sumber: Santiko, Hariani dkk, 2011, 100 Tahun
Pemugaran Candi Borobudur, Direktorat Tinggalan
Purbakala Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala.
Gambar 2.55
Salah satu stupa di Candi Borobudur
Sumber : Santiko, Hariani dkk, 2011, 100 Tahun Pemugaran Candi Borobudur, Direktorat Tinggalan Purbakala
Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala.
Gambar 2.54
Sketsa perpaduan aturan vastusastra dan kemahiran lokal
Sumber: Santiko, Hariani dkk, 2011, 100 Tahun
Pemugaran Candi Borobudur, Direktorat Tinggalan
Purbakala Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala
Gambar 2.56
Batas kota
159
Sejarah Indonesia
dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian
dinding-dinding candi. Misalnya, relief yang dipahatkan pada
dinding-dinding pagar langkan di Candi Borobudur yang berupa
pahatan riwayat Sang Buddha. Di sekitar Sang Buddha terdapat
lingkungan alam Indonesia seperti rumah panggung dan burung
merpati.
Pada relief kala makara pada candi dibuat sangat indah.
Hiasan relief kala makara, dasarnya adalah motif binatang dan
tumbuh-tumbuhan. Hal semacam ini sudah dikenal sejak masa
sebelum Hindu. Binatang-binatang itu dipandang suci, maka sering
diabadikan dengan cara di lukis.
3. Seni Pertunjukan
Menurut J.L.A Brandes, gamelan merupakan satu diantara
seni pertunjukan asli yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebelum
masuknya unsur-unsur budaya India. Selama waktu berabad-
abad gamelan juga mengalami perkembangan dengan masuknya
unsur-unsur budaya baru baik dalam bentuk maupun kualitasnya.
Gambaran mengenai bentuk gamelan Jawa kuno masa Majapahit
dapat dilihat pada beberapa sumber, antara lain prasasti dan kitab
kesusastraan. Macam-macam gamelan dapat dikelompokkan dalam
chordaphones, aerophones, membranophones, tidophones, dan
xylophones
.
Sumber : Bambang Budi Utomo. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-Buddha).
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Gambar 2.57
Relief binatang pada Candi Borobudur
160
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
4.
Seni Sastra dan Aksara
Pengaruh India membawa perkembangan seni sastra di
Indonesia. Seni sastra waktu itu ada yang berbentuk prosa dan ada
yang berbentuk tembang (puisi). Berdasarkan isinya, kesusastraan
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tutur (pitutur kitab
keagamaan), kitab hukum, dan wiracarita (kepahlawanan). Bentuk
wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kitab
Ramayana
dan
Mahabarata
. Kemudian timbul wiracarita hasil
gubahan dari para pujangga Indonesia. Misalnya,
Baratayuda
yang
digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Juga munculnya cerita-
cerita Carangan.
Berkembangnya karya sastra terutama yang bersumber dari
Mahabarata
dan
Ramayana
, melahirkan seni pertunjukan wayang
kulit (wayang purwa). Pertunjukan wayang kulit di Indonesia,
khususnya di Jawa sudah begitu mendarah daging. Isi dan cerita
pertunjukan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat
edukatif (pendidikan). Cerita dalam pertunjukan wayang berasal
dari India, tetapi wayangnya asli dari Indonesia. Seni pahat dan
ragam luas yang ada pada wayang disesuaikan dengan seni di
Indonesia.
Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700 Tahun
Majapahit suatu Bunga Rampai, Dinas Pariwisata
Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.
Gambar 2.58
Alat musik Celempung dan semacam
kecapi (Candi Jago Malang)
Sumber: Kartodirdjo,Sartono dkk, 2012, 700
Tahun Majapahit suatu Bunga Rampai, Dinas
Pariwisata Daerah propinsi Daerah Jawa Timur.
Gambar 2.59
Alat musik Reyong (Candi
Penataran, Blitar)
161
Sejarah Indonesia
Di samping bentuk dan ragam hias wayang,
muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas
Indonesia. Misalnya tokoh-tokoh punakawan seperti
Semar, Gareng, dan Petruk. Tokoh-tokoh ini tidak
ditemukan di India. Perkembangan seni sastra yang
sangat cepat didukung oleh penggunaan huruf
pallawa, misalnya dalam karya-karya sastra Jawa
Kuno. Pada prasasti-prasasti yang ditemukan terdapat
unsur India dengan unsur budaya Indonesia. Misalnya,
ada prasasti dengan huruf Nagari (India) dan huruf Bali
Kuno (Indonesia).
5.
Sistem Kepercayaan
Sejak masa praaksara, orang-orang di Kepulauan Indonesia
sudah mengenal simbol-simbol yang bermakna filosofis. Sebagai
contoh, kalau ada orang meninggal, di dalam kuburnya disertakan
benda-benda. Di antara benda-benda itu ada lukisan orang
naik perahu, ini memberikan makna bahwa orang yang sudah
meninggal tersebut rohnya akan melanjutkan perjalanan ke tempat
tujuan yang membahagiakan yaitu alam baka. Masyarakat waktu
itu sudah percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai
roh halus. Oleh karena itu, roh nenek moyang dipuja oleh orang
yang masih hidup (animisme).
Setelah masuknya pengaruh India kepercayaan terhadap
roh halus tidak punah. Misalnya dapat dilihat pada fungsi candi.
Fungsi candi atau kuil di India adalah sebagai tempat pemujaan.
Di Indonesia, di samping sebagai tempat pemujaan, candi juga
sebagai makam raja atau untuk menyimpan abu jenazah raja yang
telah meninggal. Itulah sebabnya peripih tempat penyimpanan abu
jenazah raja didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa yang
dipujanya. Ini jelas merupakan perpaduan antara fungsi candi di
India dengan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang
di Indonesia.
Sumber: Direktorat Peninggalan
Purbakala, 2006, Majapahit
Trowulan, Jakarta: Heritage
Society.
Gambar 2.60
Gambar salah satu
tokoh wayang
162
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Bentuk bangunan lingga dan yoni juga merupakan tempat
pemujaan terutama bagi orang-orang Hindu penganut Syiwaisme.
Lingga adalah lambang Dewa Syiwa. Secara filosofis lingga dan
yoni adalah lambang kesuburan dan lambang kemakmuran. Lingga
lambang laki-laki dan yoni lambang perempuan.
6.
Sistem Pemerintahan
Setelah datangnya pengaruh India di Kepulauan Indonesia,
dikenal adanya sistem pemerintahan secara sederhana.
Pemerintahan yang dimaksud adalah semacam pemerintah di suatu
desa atau daerah tertentu. Rakyat mengangkat seorang pemimpin
atau semacam kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin
biasanya orang yang sudah tua (senior), arif, dapat membimbing,
memiliki kelebihan-kelebihan tertentu termasuk dalam bidang
ekonomi, berwibawa, serta memiliki semacam kekuatan gaib
(kesaktian). Setelah pengaruh India masuk, maka pemimpin tadi
diubah menjadi raja dan wilayahnya disebut kerajaan. Hal ini secara
jelas terjadi di Kutai.
Salah satu bukti akulturasi dalam bidang pemerintahan,
misalnya seorang raja harus berwibawa dan dipandang memiliki
kekuatan gaib seperti pada pemimpin masa sebelum Hindu-
Buddha. Karena raja memiliki kekuatan gaib, maka oleh rakyat
raja dipandang dekat dengan dewa. Raja kemudian disembah, dan
kalau sudah meninggal, rohnya dipuja-puja.
7. Arsitektur
Bentuk alkulturasi budaya lain yang dapat dilihat hingga
saat ini adalah arsitektur pada bangunan-bangunan keagamanan.
Bangunan keagamaan berupa candi atau arca sangat dikenal pada
masa Hindu-Buddha. Hal ini terlihat pada sosok bangunan sakral
peninggalan Hindu seperti Candi Sewu, Candi Gedungsongo, dan
masih banyak lagi. Juga bangunan pertapaan – wihara merupakan
bangunan berundak. Bangunan ini dapat dilihat pada beberapa
Candi Plaosan, Candi Jalatunda, Candi Tikus, dan masih banyak
lagi. Bentuk lain berupa stupa berundak yang dapat dilihat pada
163
Sejarah Indonesia
bangunan Borobudur. Di samping itu juga terdapat bangunan
Gua, seperti Gua Selomangkleng Kediri, dan Gua Gajah. Bangunan
lainnya dapat berupa gapura paduraksa seperti Candi Bajangratu,
Candi Jedong, dan Candi Plumbangan. Untuk memahami lebih
lanjut baca buku Agus A. Munandar,
Sejarah Kebudayaan
Indonesia
.
Bangunan suci berundak itu sebenarnya sudah berkembang
subur dalam zaman praaksara, sebagai penggambaran dari alam
semesta yang bertingkat-tingkat. Tingkat paling atas adalah tempat
persemayaman roh nenek moyang. Punden berundak itu menjadi
sarana khusus untuk persembahyangan dalam rangka pemujaan
terhadap roh nenek moyang.
Pemikiran dasar dan filsafat yang melandasi kepercayaan
ini terus hidup di dalam alam kehidupan, meskipun tidak begitu
tampil di permukaan. Sebagai lokal genius yang menentukan arah
perkembangan kebudayaan Indonesia dalam mengolah pengaruh
Hindu-Buddha maka unsur-unsur praaksara itu makin nampak
pengaruhnya. Ungkapan-ungkapan seperti candi, misalnya
dipahami maknanya hanya sebagai pemujaan roh nenek moyang.
Alas atau kaki candi berbentuk persegi/bujursangkar, berketinggian
menyerupai batur dan dicapai melalui tangga yang langsung dapat
menuju bilik candi. Di tengah kaki candi terdapat perigi tempat
menanam peripih. Bagian kaki candi disimbolkan sebagai Bhurloka
dalam ajaran Hindu atau Kamaloka dalam ajaran Buddha.
Denah bagian tubuh candi pada umumnya berdimensi lebih
kecil dari alasnya, sehingga membentuk serambi. Bagian tubuh ini
dapat berbentuk kubus atau silinder yang berisi satu atau empat
bilik. Pada candi Hindu lubang perigi yang ditutup yoni terdapat
di tengah bilik utama, dinding luar terdapat relung-relung yang isi
arca. Pada bagian atas setiap pintu masuk candi dihiasi kepala kala
yang dikenal sebagai banaspati, yaitu lambang penjaga.
164
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Bagian atap candi selalu terdiri atas susunan tingkatan yang
mengecil ke atas, dan diakhiri dengan mahkota. Mahkota ini dapat
berupa stupa, lingga, ratna, atau berbentuk kubus. Bagian atap
candi disimbolkan sebagai tempat persemayaman dewa. Khusus
untuk candi-candi Buddha menggunakan stupa sebagai elemennya.
Secara keseluruhan candi menggambarkan hubungan
makrokosmos atau alam semesta yang dibagi menjadi tiga, yaitu
alam bawah tempat manusia yang masih mempunyai nafsu, alam
antara tempat manusia telah meninggalkan keduniawian dan
dalam keadaan suci menemui Tuhannya, dan alam atas tempat-
dewa-dewa.
Uji Kompetensi
1.
Buatlah ringkasan tulisan tentang bab ini dalam dua format
berbeda: (i) dalam bentuk bagan atau skema-skema dengan
keterangan singkat dan (ii) narasi tentang bagan pada tugas
pertama sekitar satu sampai dua halaman untuk membantu
menjelaskan keringkasan dalam tugas pertama (bagan)! Carilah
bahan bacaan terkait dengan pembahasan ini!
2.
Buatlah pertanyaan kritis mengenai tahap-tahap sejarah Hindu-
Buddha sejak zaman praaksara hingga terbentuknya sistem
organisasi kenegaraan (kerajaan) tradisional yang tersebar
di Nusantara. Masing-masing peserta didik diminta memilih
dan membuat deskripsi profil salah satu kerajaan tersebut dan
menyusun pertanyaan-pertanyaan kritis dalam kaitannya dengan
kepemimpinannya, ketatanegaraannya dan kisah sukses serta
kegagalannya. Bagaimana pendapat kamu tentang hipotesis ahli
mengenai hubungan budaya Hindu-Buddha dengan Nusantara?
Diskusikan hasil tulisan kamu!
165
Sejarah Indonesia
3.
Cobalah eksplorasi (jelajah) apakah sisa-sisa kebudayaan material
(
material culture
) dan kebudayaan kerohanian (
spiritual culture
)
masa Hindu-Buddha masih ada di lingkungan tempat tinggal
kamu atau di kampung asal nenek atau orang tua kamu?
Deskripsikan bentuk-bentuk peninggalan itu dan adakah sesuatu
(gagasan) yang berharga jika dikaitkan dengan masa sekarang?
4.
Tulis tugasmu dalam satu esei pendek. Terbitkan dalam koran
lokal atau majalah sekolah!
Kesimpulan
1. Sejak semula tampak bahwa letak geografis Nusantara (yang
kemudian menjadi Indonesia) memainkan peran utama sejak
zaman praaksara. Faktor geografis ini tampaknya merupakan faktor
permanen dalam perjalanan sejarah Indonesia sepanjang masa. Peran
itu ditunjukkan di zaman Hindu-Buddha, ketika jalur utama dalam
pelayaran samudra semakin pesat dan mengintegrasikan daerah
antarpulau. Kondisi demikian didukung dengan keterlibatan nenek
moyang kita secara aktif dalam perdagangan laut, dan mengarungi
lautan. Ini pada gilirannya telah menumbuhkan kekuatan ekonomi dan
politik yang besar di Nusantara sehingga mampu mengintegrasikan
wilayah-wilayah di Nusantara terutama era Kerajaan Sriwijaya,
Singhasari dan Majapahit.
2. Silang budaya Nusantara di zaman praaksara terlihat jelas ketika
pengaruh budaya Austronesia masuk. Sebagian besar dimungkinkan
berkat posisi silang letak geografis Nusantara (di antara dua benua
dan dua samudra). Sekali lagi pola itu diulangi lewat integrasi budaya
dominan seperti Hindu-Buddha. Sumbangan terbesar dari zaman
Hindu-Buddha ialah membebaskan Nusantara dari zaman praaksara
166
Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
dan memberi jalan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk zamannya. Budaya tulis tetap merupakan bagian penting dalam
perkembangan peradaban sampai hari ini. Meskipun sekarang kita
sudah mengenal media
cyber
(media maya), budaya tulisan tidak akan
pernah ditinggalkan dan bahkan akan semakin maju apabila generasi
kita semakin menguasai bahasa tulis.
3. Interaksi antara budaya Nusantara dengan budaya dominan Hindu-
Buddha waktu itu, menunjukkan budaya Indonesia bukanlah penerima
yang pasif, melainkan aktif. Jadi terjadi upaya seleksi (
filter
) tanpa perlu
merendahkan, apa lagi mengucilkan budaya asli nenek moyang yang
sebelumnya. Proses inilah yang dinamakan proses ‘akulturasi budaya’.
Bangsa Indonesia juga melahirkan modifikasi-modifikasi lokal genius,
yaitu semacam kritik dan mempertanyakan budaya yang lama sambil
memperbarui dan memperkuatnya sehingga mampu menghasilkan
peradaban tinggi (
great tradition
) hasil modifikasi dari interaksi budaya
asli Kepulauan Indonesia dengan budaya Hindu-Buddha.
4. Tumbuhnya negara-negara tradisional (kerajaan) yang bercorak
Hindu-Buddha tidak hanya mewariskan peninggalan-peninggalan
sejarah dengan peradaban yang lebih tinggi dari masa nenek moyang
sebelumnya, tetapi juga semacam mahakarya yang abadi seperti
Borobudur. Lebih dari itu kekayaan pemikiran mengenai konsep
kekuasaan, bahasa, dan sastra serta kosmologi alam makro dan mikro.
Kesemuanya terekspresikan dalam perilaku sehari-hari dan sebagian
besar masih hidup dalam masyarakat sampai sekarang.
167
Sejarah Indonesia
Gambar 3.1
Masjid Baiturrahman, Aceh
Sumber :Bambang Budi Utomo. 2011. Atlas Sejarah Indonesia Masa Islam.
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.