Halaman
BAB
2
PENGINDRAAN JAUH
DAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFI
Setelah mempelajari citra pengindraan jauh dan sistem informasi geografi,
diharapkan kalian dapat lebih memahami dan mengetahui bahkan
menganalisis objek tanpa harus observasi secara langsung terhadap objek
di lapangan.
Topik inti
Pengindraan jauh
(Sumber:
IGI dan Internet
)
• Pengertian, alat pengindraan
jauh
• Foto udara
• Interpretasi foto udara
• Pemanfaatan pengindraan jauh.
• Sistem Informasi Geografi
Tujuan Pembelajaran
A. Pengertian Pengindraan Jauh
Suatu ilmu, seni, dan teknik dalam usaha mengetahui benda,
dan gejala dengan cara menganalisis objek dan arah tanpa adanya
kontak langsung dengan benda, gejala, dan objek yang dikaji.
Pengambilan data dalam pengindraan jauh dilakukan dari jarak
jauh dengan menggunakan sensor buatan. Tidak adanya kontak
dengan objek yang dikaji maka pengindraan dilakukan dari jarak
jauh sehingga disebut pengindraan jauh.
Ada beberapa istilah dalam bahasa asing yang sering
digunakan untuk pengindraan jauh. Di negara Inggris, pengindraan
jauh dikenal dengan
remote sensing
, di negara Prancis dikenal
dengan
teledection
, di negara Spanyol disebut
sensoria remote
,
di negara Jerman disebut
femerkundung
, dan di negara Rusia
disebut
distansionaya
. Di Indonesia pengindraan jauh lebih dikenal
dengan
remote sensing
.
B. Komponen Pengindraan Jauh
1. Sistem Tenaga
Pengindraan jauh menggunakan dua sumber tenaga yaitu
sumber tenaga matahari dan sumber tenaga buatan. Sumber tenaga
buatan ada sebagai pengganti sumber matahari karena ketika malam
hari di suatu tempat tidak ada sumber tenaga maka dipakai sumber
buatan yang disebut dengan
tenaga pulsa
. Pengindraan jauh yang
menggunakan tenaga matahari dikenal dengan sistem pasif.
Sedangkan pengindraan jauh yang menggunakan tenaga buatan
disebut dengan sistem aktif.
2. Atmosfer
Energi yang masuk ke permukaan bumi tidak seluruhnya sampai,
tapi hanya sebagian kecil masuk ke permukaan bumi. Energi tersebut
dihambat oleh atmosfer melalui serapan, dipantulkan, dan diteruskan.
3. Interaksi Antara Tenaga dan Objek
Dalam perekaman objek diperlukan wahana, tenaga alami, atau
buatan, objek yang direkam, alat sensor, dan deteksi (
detector
). Tenaga
yang memancar ke permukaan bumi (objek) akan memantul dan
direkam oleh alat (sensor).
Pada sensor terdapat alat untuk mendeteksi (
detector
), di mana
detector
yang ada pada alat dipasang pada wahana (seperti balon
udara, pesawat, dan satelit).
2.1
PENGINDRAAN JAUH
36
4.
Wahana dan Sensor
a.
Wahana
adalah kendaraan yang berfungsi untuk menyimpan
alat perekam. Merekam objek permukaan bumi bisa dilakukan
di angkasa maupun di luar angkasa. Wahana yang digunakan
di pengindraan jauh di antaranya balon udara, pesawat
terbang, pesawat ulang-alik, dan satelit. Setiap jenis kendaraan
memiliki kerincian objek yang berbeda. Pesawat terbang
memiliki kerincian objek yang dapat terus ditingkatkan karena
pesawat dapat terbang pada ketinggian yang berbeda,
sedangkan satelit memiliki kerincian objek yang bergantung
pada
pixel
karena ketinggian wahana satelit sudah ditentukan.
b.
Sensor
adalah alat yang berfungsi sebagai penerima
tenaga pantulan maupun pancaran yang direkam oleh
detector
. Sensor sering juga disebut sebagai alat perekam.
Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan
menjadi dua, yaitu sensor fotografik dan sensor elektronik.
1) Sensor Fotografik
Sensor yang digunakan sistem fotografik adalah kamera.
Cara kerja sensor ini berdasarkan pantulan tenaga dari
objek. Sedangkan detektornya adalah film sehingga
sensor fotografik menghasilkan foto. Sensor fotografik
yang dipasang pada pesawat udara menghasilkan citra
yang disebut foto udara, sedangkan sensor fotografik
yang dipasang di satelit sering disebut citra satelit.
2) Sensor Elektronik
Sensor elektronik ini digunakan pada sistem pengindraan
jauh nonfotografik karena proses perekaman objek tidak
berdasarkan pembakaran, tetapi berdasarkan sinyal
elektronik yang dipantulkan atau dipancarkan dan direkam
oleh detektor. Detektor untuk sensor ini adalah pita
magnetik dan proses perekamannya didasarkan pada
energi yang dipantulkan atau dipancarkan. Sensor
elektronik yang direkam pada pita magnetik selanjutnya
diproses menjadi data visual (citra) dan data digital dengan
menggunakan komputer.
5. Perolehan Data
Data pengindraan jauh diperoleh melalui dua cara yaitu dengan cara
manual dan digital. Cara manual dilakukan dengan cara interpretasi secara
visual. Sedangkan cara digital dilakukan dengan menggunakan komputer.
Foto udara biasanya diinterpretasi secara manual.
37
38
Gambar 2.1
Satelit pengindra jarak jauh.
(Sumber:
Kamus Visual
, 2005)
sumber
energi
sensor
pasif
perekam
data
sensor
pasif
perekam
data
pengolahan
data
penerimaan
data
penerimaan
data
radiasi tiruan
sasaran
sasaran
pemantulan
radiasi alam
6. Pengguna Data
Pengguna data adalah orang atau lembaga yang memakai data
pengindraan jauh. Data pengindraan jauh dapat dimanfaatkan dalam
berbagai bidang. Data pengindraan jauh yang memiliki kerincian dan
keandalan sangat dibutuhkan oleh pengguna data.
Pengindraan jauh dengan proses satelit seperti tampak pada
gambar di atas, melalui berbagai proses berikut.
1.
Spektrum Elektromagnetik
Sinar matahari sebagai spektrum elektromagnetik mengenai
sasaran (objek) yang diinginkan.
2.
Penyinaran
Matahari sebagai sumber energi alami digunakan dalam
proses satelit sebagai sistem pasif (searah). Sinar yang
masuk dihambat oleh atmosfir melalui serapan, pantulan, dan
kemudian diteruskan.
3.
Pemantulan dan Penangkapan
Hasil penyinaran dari sasaran (objek) yang berupa pantulan
kemudian ditangkap oleh alat perekam data (citra satelit).
4.
Perekaman
Hasil perekaman dari citra satelit diterima oleh piringan
penerima data, dalam hal ini data secara digital, baru kemudian
diolah (dicetak, disimpan, dan sebagainya) dan digunakan
oleh pengguna data.
39
1) data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan
menggunakan komputer dan 2) data visual yang dianalisis secara
manual. Data visual dibedakan menjadi dua yaitu data citra dan
data noncitra. Data citra berupa gambaran yang mirip wujud aslinya
atau setidaknya berupa gambaran planimetrik. Data noncitra pada
umumnya berupa garis atau grafik.
Citra dibedakan menjadi citra foto atau foto udara dan citra nonfoto.
Perbedaan antara citra foto dan nonfoto adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Citra Foto dan Nonfoto
(Sumber:
Penginderaan Jauh 1
, 1999)
1.
Citra Foto
Citra Foto adalah gambaran suatu gejala di permukaan bumi
sebagai hasil pemotretan dengan menggunakan kamera. Kamera
yang dipasang pada wahana seperti balon udara, pesawat, atau
Variabel Pembeda
Sensor
Detektor
Proses perekaman
Mekanisme
perekaman
Spektrum
elektromagnetik
Citra Foto
Kamera
Film
Fotografi/kimiawi
Serentak
Spektrum tampak
dan perluasannya
Citra Nonfoto
Nonkamera,
mendasarkan atas
penyiangan
(
scanning
)
Kamera yang
detektornya bukan
film
Pita magnetik,
termistor, foto
konduktif, foto voltaic,
dsb
Elektronik
Parsial
Spektra tampak dan
perluasannya, termal
dan gelombang mikro
Jenis Citra
Dalam pengindraan jauh, sensor merekam tenaga yang
dipantulkan atau dipancarkan oleh objek di permukaan bumi.
Rekaman tersebut kemudian diolah untuk menjadi data
pengindraan jauh. Data pengindraan jauh dibagi menjadi dua, yaitu
C. Citra
40
layang-layang maka hasil pemotretannya disebut
foto udara
,
sedangkan kamera yang dipasang dengan menggunakan wahana
satelit hasil pemotretannya disebut
foto satelit
. Citra foto dapat
dibedakan atas beberapa dasar, yaitu 1) Spektrum elektromagnetik
yang digunakan, 2) sumbu kamera, 3) sudut liputan kamera,
4) jenis kamera, 5) warna yang digunakan, dan 6) sistem wahana
dan pengindraannya.
a. Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra
foto dibedakan menjadi lima jenis yaitu sebagai berikut.
1)
Foto ultraviolet,
yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan spektrum ultraviolet dekat dengan panjang
gelombang 0,29 mikrometer.
2)
Foto ortokromatik,
yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga
sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer).
3)
Foto pankromatik,
yaitu foto yang menggunakan seluruh
spektrum tampak.
4)
Foto infra merah asli,
yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan spektrum infra merah dekat hingga panjang
gelombang 0,9-1,2 mikrometer yang dibuat secara
khusus.
5)
Foto infra merah modifikasi,
yaitu foto yang dibuat dengan
infra merah dekat dan sebagian spektrum tampak pada
saluran merah dan sebagian saluran hijau.
b. Posisi sumbu kamera
, yaitu arah sumbu kamera ke
permukaan bumi.
1)
Foto vertikal,
yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera
tegak lurus terhadap permukaan bumi.
2)
Foto condong
atau
foto miring
, yaitu foto yang dibuat
dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak
lurus ke permukaan bumi. Sudut ini umumnya sebesar
10 derajat atau lebih besar. Tapi bila sudut condongnya
masih berkisar antara 1-4 derajat, foto yang dihasikan
masih digolongkan sebagai foto vertikal. Foto condong
masih dibedakan lagi menjadi:
a)
foto sangat condong
(
high oblique photograph
), yaitu
apabila pada foto tampak cakrawalanya,
b)
foto agak condong
(
low oblique photograph
), yaitu
apabila cakrawala tidak tergambar pada foto.
41
c. Sudut Liputan Kamera
Berdasarkan sudut liputan kamera, citra foto dibedakan
menjadi empat jenis. Perhatikan tabel berikut.
Tabel 2.2 Jenis Foto Berdasarkan Sudut Liputan Kamera
(
Sumber:
Penginderaan Jauh 1
, 1999)
d.
Jenis Kamera
Berdasarkan jenis kamera yang digunakan, citra foto dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu citra foto tunggal dan citra
foto jamak:
1)
Foto tunggal,
yaitu foto yang dibuat dengan kamera
tunggal. Tiap daerah liputan foto hanya tergambar oleh
satu lembar foto.
2)
Foto jamak
, yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat
yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang
sama. Foto jamak dapat dibuat dengan tiga cara, yaitu
dengan a) multi kamera atau beberapa kamera yang
masing-masing diarahkan ke satu sasaran, b) kamera multi
lensa atau satu kamera dengan beberapa lensa, c) kamera
tunggal berlensa tunggal dengan pengurai warna.
Foto jamak dibedakan lebih jauh lagi menjadi:
a)
Foto multispektral
yaitu beberapa foto daerah sama
yang dibuat dengan saluran yang berbeda-beda, atau
satu kamera dengan beberapa lensa, masing-masing
lensa menggunakan
band
(saluran) yang berbeda
yaitu biru, hijau, merah, serta infra merah pantulan.
Jenis Kamera
Sudut kecil
(
Narrow Angle
)
Sudut Normal
(
Normal Angle
)
Sudut Lebar
(
Wide Angle
)
Sudut sangat
lebar
(
Super Wide Agle
)
Panjang Fokus
304,8
209,5
152,4
88,8
Sudut Liputan
<600°
60 - 70°
75 - 100°
> 100°
Jenis Foto
Sudut kecil
Sudut normal/
Sudut standar
Sudut lebar
Sudut sangat
lebar
42
b)
Foto dengan kamera ganda
; yaitu dengan
menggunakan kamera ganda. Pada setiap
pemotretan dihasilkan dua foto yang berbeda.
e. Warna yang Digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan, foto berwarna dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)
Foto berwarna semu
(
false color
) atau foto infra merah
berwarna. Pada foto berwarna semu, warna objek tidak
sama dengan warna foto. Misalnya objek seperti vegetasi
yang berwarna hijau dan banyak memantulkan spektrum
infra merah, tampak merah pada foto.
2)
Foto warna asli
(
true color
), yaitu foto pankromatik
berwarna.
f.
Sistem Wahana
Berdasarkan wahana, citra foto dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)
Foto udara
yaitu foto yang dibuat dari pesawat/ balon
udara.
2)
Foto satelit
atau foto orbital, yaitu foto yang dibuat dari
satelit.
2.
Citra Nonfoto
Citra nonfoto adalah gambar atau citra tentang suatu objek
yang dihasilkan oleh sensor, bukan kamera. Dengan cara
scanning
, citra nonfoto dibedakan berdasarkan:
a. spektrum elektromagnetik yang digunakan,
b. sensor yang digunakan, dan
c. wahana yang digunakan.
a. Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
1)
Citra infra merah thermal
, yaitu citra yang dibuat
dengan spektrum infra merah termal. Peng-
indraan pada spektrum ini berdasarkan pada
beda suhu objek dan daya pancarnya pada citra
tecermin dengan beda rona atau beda warnanya.
2)
Citra radar dan citra gelombang mikro,
yaitu citra
yang dibuat dengan spektrum gelombang mikro.
Citra radar merupakan hasil pengindraan dengan
sistem aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan,
sedang citra gelombang mikro dihasilkan dengan
43
sistem pasif yaitu dengan menggunakan sumber
tenaga alamiah.
b. Sensor yang Digunakan
1)
Citra tunggal,
yakni citra yang dibuat dengan
sensor tunggal.
2)
Citra multispektral,
yakni citra yang dibuat dengan
sensor jamak. Berbeda dengan citra tunggal yang
dibuat dengan saluran sempit, citra multispektral
salurannya sempit.
c. Wahana yang Digunakan
1)
Citra dirgantara
, adalah citra yang dibuat dengan
menggunakan wahana yang beroperasi di udara
atau dirgantara.
2)
Citra satelit
, adalah citra yang menggunakan
wahana yang bergerak di ruang angkasa seperti
satelit.
D. Interpretasi Citra
Interpretasi Citra
adalah kegiatan mengenali objek pada citra
dengan cara menganalisis dan kemudian menilai penting atau
tidaknya objek tersebut. Pengenalan objek citra berdasarkan
karakteristik tertentu yang disebut unsur interpretasi citra. Ada
delapan interpretasi citra, di antaranya:
1. Rona/ Warna
Rona
adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan
objek pada citra.
Warna
adalah wujud yang tampak oleh mata dengan
menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari
spektrum nyata.
2. Tekstur
Tekstur
adalah frekuensi perubahan rona pada citra yang
dinyatakan dalam bentuk kasar, sedang, dan halus.
Misalnya hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur
sedang, dan semak bertekstrur halus.
3. Bentuk
Bentuk
merupakan atribut yang jelas sehingga banyak
objek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya. Seperti:
jalan bentuknya memanjang sedangkan lapangan bola
mempunyai bentuk lonjong.
44
4. Ukuran
Ukuran
adalah ciri objek berupa jarak, luas, tinggi lereng,
dan volume. Ukuran objek pada citra berupa skala.
5. Pola
Pola
merupakan suatu keteraturan pada suatu objek di
lapangan yang tampak pada citra. Pola diklasifikasikan
menjadi: teratur, kurang teratur, dan tidak teratur.
6. Situs
Situs
adalah letak suatu objek terhadap objek lain di
sekitarnya. Contoh: pemukiman pada umumnya me-
manjang pada pinggir tebing pantai, tanggul alam, atau
sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat
di daerah dataran rendah, dan sebagainya.
7. Bayangan
Bayangan
bersifat menyembunyikan detail objek yang
berada di daerah gelap. Bayangan juga dapat merupakan
kunci pengenalan yang penting dari beberapa objek yang
justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas.
Contoh: pola transmigrasi dikenali dengan rumah yang
ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing
menghadap ke jalan.
8. Asosiasi
Asosiasi
adalah keterkaitan antara objek yang satu
dengan objek yang lainnya. Contoh: sawah berasosiasi
dengan aliran air (irigasi), pemukiman, dan sebagainya.
Alat Pengindraan Jauh untuk Memperoleh Citra Foto
Alat yang digunakan untuk memperoleh citra foto adalah
kamera. Bagan sebuah kamera sederhana dapat dilihat berikut
ini.
E.
Alat Pengindraan Jauh
45
Gambar 2.2
Bagan sebuah kamera sederhana.
(Sumber: Avery dan Berlin, 1985)
Jenis kamera dalam pengindraan jauh fotografik antara lain:
1.
kamera kerangka untuk pemetaan,
2.
kamera kerangka untuk keperluan tinjau,
3.
kamera panoramik, dan
4.
kamera multispektral.
Kamera kerangka
(
frame camera)
adalah kamera yang
perekaman tiap lembar foto dilakukan secara serentak dan
bukan bagian demi bagian. Pemindahan filmnya adalah kerangka
demi kerangka.
Kamera kerangka untuk pemetaan
disebut juga
kamera
metrik
atau
kamera kartografik
yang lebih menekankan pada
kecermatan informasi metrik.
Kamera kerangka untuk keperluan tinjau
dirancang untuk
menyajikan gambaran objek dengan resolusi spasial yang
tinggi.
Kamera panoramik
adalah kamera yang mengindra pada
bidang pandang yang relatif sempit melalui suatu celah
yang sempit. Daerah yang diindra, diliputi dengan rotasi lensa
kamera.
Jika dibandingkan dengan kamera kerangka, kamera
panoramik mengalokasikan citra daerah yang lebih luas,
Penutup lensa
Lensa
Sudut lensa
Film
Panjang fokus
46
tetapi tidak memiliki ketelitian yang tinggi seperti citra kamera
kerangka.
Kamera strip
bekerja tanpa penutup lensa (
shutter)
. Pada saat
pemotretan, sinar masuk ke kamera melalui celah sempit yang
dibuat melintang terhadap arah jalur penerbangan. Film digerakkan
dengan kecepatan seimbang terhadap gerak relatif antara objek
dan pesawat terbang.
Kamera multispektral
berupa kamera yang diarahkan ke satu
titik fokus (multikamera) atau satu kamera dengan beberapa lensa
(kamera multilensa). Pada setiap pemotretan dapat dihasilkan 3
hingga 12 foto.
Pada dasarnya, kamera terdiri dari tiga bagian, yaitu
kelompok
kerucut lensa, tubuh kamera,
dan
magasen
. Di dalam kerucut
lensa terdapat lensa, filter, diafragma, dan penutup lensa. Pada
tubuh kamera terdapat mekanisme penggerak film, perataan film
pada saat pemotretan, dan penggerak penutup lensa. Pada
magasen terdapat gulungan film dan penarik film.
Bagian yang lain dari pemotretan adalah film. Film dapat dibagi
atas
film ultraviolet, film ortokromatik, film pankromatik,
dan
film
inframerah.
Bagian penting lainnya adalah filter, yaitu pengatur sinar yang
masuk ke kamera. Jenis filter ini di antaranya berupa filter penyerap,
filter penahan gelombang pendek, filter penerus saluran sempit,
filter penyaring gangguan atmosfer, filter anti ketidakseragaman,
dan filter untuk kompensasi warna bagi film berwarna.
Hasil dari pengindraan jauh fotografik berupa foto udara dan
foto satelit. Foto udara pada umumnya dibuat dengan
menggunakan pesawat terbang sebagai wahananya, atau balon
yang dapat mencapai ketinggian hingga 35 km (balon stratosfer).
Foto satelit dibuat dengan menggunakan satelit sebagai
wahananya.
Landsat, SPOT-1, dan ERS-1 merupakan satelit yang cukup
handal, yang didesain sebagai satelit yang multifungsi. Khususnya
ERS-1, membawa lima sensor yang cukup canggih. Sensor yang
dimaksud adalah sebagai berikut.
47
1.
Active Microwave Instrument (AMI)
AMI mampu menghasilkan citra (gambar rekaman suatu
objek) dataran dan lautan, dapat pula menentukan arah
gelombang samudra, serta mengukur arah dan kecepatan
angin.
2.
Radar Altimeter (RA)
Jenis sensor ini mampu mengukur tinggi muka laut, tinggi
gelombang, dan topografi bawah laut.
Radar
adalah
Radio
Detection and Ranging.
3.
Along Track Scanning Radiometer and Microwave
Sounder (ATRS)
ATRS merupakan gabungan antara sensor inframerah dan
gelombang mikro yang fungsinya untuk mengukur temperatur
permukaan laut, mengukur temperatur tebal tutupan awan,
serta mengukur kelembapan awan.
4.
Precise Range and Range-Rate Equipment (PRARE)
PRARE dapat menentukan posisi satelit paling tepat terhadap
lokasi stasiun di muka bumi.
Gambar 2.3
Satelit Radarsat (Sumber:
Kamus Visual
, 2005)
antena radar
susunan
surya
daerah
sensor
pancaran
radar
pengindra
matahari
modul bus
48
5.
Laser Retro-Reflector (LRR)
LRR digunakan untuk menentukan posisi satelit yang tepat
beserta orbitnya dengan lokasi di bumi melalui stasiun-stasiun
laser.
Kemudian, yang dimaksud dengan objek dalam
pengertian pengindraan jauh di atas ialah dapat
berupa permukaan bumi, dirgantara, antariksa.
Pengindraannya dilakukan dari jarak jauh. Dengan
demikian, disebutlah sistem pengindraan itu sebagai
pengindraan jauh.
Karena sensor yang dipasang jauh dari objek
yang akan diindra, maka diperlukan tenaga yang
dipancarkan atau dipantulkan oleh objek itu. Antara
tenaga dan objek terjadi interaksi. Tapi, objek
mempunyai karakter yang berbeda dalam interaksinya
itu misalnya:
Gambar 2.4
Satelit Cuaca (Sumber:
Kamus Visual, 2005
)
1.
air banyak menyerap sinar, dan sedikit memantul-
kan sinar,
2.
batuan kapur salju sedikit menyerap sinar, tetapi
banyak memant
ulkan sinar.
Gambar 2.5
Orbit Kutub
(Sumber:
Ensiklopedi IPTEK
, 2004)
garis puncak
susunan
surya
antena komando
sensor bumi
antena 5 band
perekam suara
perekam gambar
antena UHF
magnetometer
49
b.
Menggambarkan daerah yang sangat luas dibandingkan
dengan tipe mana pun. Daerah yang digambarkannya
berbentuk trapesium, sempit di bagian depan, semakin jauh
semakin lebar.
c.
Skalanya akan sama sepanjang sebuah garis sejajar dengan
horizon, tetapi akan berkurang jika semakin jauh.
d.
Pengaruh perspektif, bentuk, ukuran, dan posisi relatif dari
benda-benda pada foto berlainan dengan yang
sesungguhnya. Sebuah lingkaran akan tampak lonjong,
sebuah bujur sangkar tampak seperti trapesium, tetapi gejala
ini teratur sehingga masih mungkin diperhitungkan untuk
kepentingan pemetaan.
e.
Kalau daerah yang tergambar banyak reliefnya, maka
penyimpangan akan lebih banyak. Misalnya, lereng yang
menghadap kamera digambar lebih luas daripada yang
membelakanginya. Jika kemiringan lereng lebih curam
daripada garis sinar, maka yang membelakangi kamera tidak
terlihat.
Gambar 2.6
Satelit Geostasioneri
(Sumber:
Ensiklopedi IPTEK, 2004
)
Di bawah ini uraian dari ciri berbagai tipe foto.
1.
Ciri Foto Udara Sangat Miring (
High Oblique
)
a.
Foto high oblique
adalah foto yang memperlihatkan horizon
yang diperoleh dengan kamera yang kedudukan sumbu
optiknya membentuk sudut sampai 20° dengan garis
mendatar. Gambarnya semakin jauh akan semakin kabur,
apalagi jika yang digambarkan daerah rata sehingga horizon
tidak terhalangi.
50
2.
Ciri Foto Udara
Low Oblique
(Agak Miring)
Foto low oblique
adalah foto yang diambil dengan kamera
yang sumbunya miring, tetapi tidak menggambarkan horizon.
Prinsipnya sama dengan pemotretan atau foto
high oblique
.
Variasinya tergantung ketinggian dan kemiringan kamera
pemotretan.
3.
Ciri Foto Udara Tegak
a.
Dibuat dengan kamera yang kedudukan sumbunya tegak atau
hampir tegak. Detail yang halus dalam jumlah yang sangat
besar digambarkannya. Semua detail secara lengkap
digambarkan kecuali tebing yang sangat curam.
b.
Daerah yang digambarkan berbentuk persegi dan luasnya
berbanding lurus dengan ketinggian terbang atau berbanding
terbalik dengan jarak fokus kamera. Kalau ketinggian dan
kamera yang digunakan sama, maka daerah yang
digambarkan itu selalu lebih kecil daripada yang digambarkan
di atas foto miring.
c.
Dapat diambil tunggal, berpasangan, atau serial sepanjang
jalur penerbangan. Pada suatu rangkaian semacam itu
terdapat 60% - overlap untuk memungkinkan dipelajari dengan
stereoskop.
d.
Untuk pemotretan udara maka penerangan yang ideal
adalah lurus, tetapi sering ada penyimpangan akibat
pengaruh angin yang arahnya menyilang. Hal ini ada
pengaruhnya terhadap hubungan dengan foto-foto yang
berurutan. Kalau pesawat terbang diarahkan ke jurusan
yang membentuk sudut dengan arah penerbangan yang
ditetapkan dengan maksud mengurangi pengaruh angin
yang datang dari samping dan agar tidak membuat
perubahan pada arah kamera, maka dihasilkan kondisi
yang dinamakan
crab,
di mana foto berkedudukan miring
satu sama lain dan juga miring terhadap garis penerbangan.
Selain crab ada yang disebut
drift,
yaitu jika pada
penerbangan terjadi kegagalan dalam mempertahankan
arah penerbangan akibat adanya angin dari samping.
Sehingga arah terbang sedikit menyimpang.
51
Penyimpangan (
distorsi)
pada foto-foto vertikal antara satu
foto dengan foto yang lain disebabkan perbedaan tinggi
penerbangan. Penyimpangan pada sebuah foto disebabkan oleh
pengaruh penyimpangan
paralaktis
akibat reliet, misalnya
pegunungan, lembah, dan lain-lain.
Tujuan utama mengamati foto udara adalah untuk
menginterprestasikan foto udara. Dari foto udara itulah kita dapat
membuat asumsi, analisis, dan kesimpulan sebagai suatu proses
yang ilmiah dalam memperoleh informasi permukaan bumi yang
berarti.
Alat yang digunakan untuk mengamati foto udara adalah
stereoskop.
Studinya disebut studi stereoskopis. Tujuan studinya
adalah ingin memperoleh gambaran tiga dimensi dari daerah yang
terdapat gambarannya di atas foto itu. Hal ini sebenarnya berlaku
baik untuk interpretasi foto tegak atau miring, bahkan juga foto
biasa yang memenuhi persyaratan.
Setiap pasang dari dua foto udara yang memungkinkan
pandangan stereoskopis disebut
pasangan stereo (stereo pair)
.
Pasangan dari tiga foto yang memungkinkan diperoleh gambaran
stereoskopis yang lengkap dari foto yang ditengah disebut
stereo
triplet
. Istilah
stereogram
digunakan untuk menyebut sepasang
foto yang sudah terpasang sebaik-baiknya sehingga siap untuk
diamati secara stereoskopis dan dengan sendirinya memungkin-
kan diperoleh gambaran yang dimaksud.
Untuk keperluan studi ini diperlukan salah satu dari kedua
macam lensa stereoskop di bawah ini.
1.
Stereoskop Lensa
Stereoskop lensa terdiri atas dua buah lensa yang dipasang
sedemikian rupa sehingga terpisahkan dengan jarak yang
sesuai dengan jarak antara kedua mata pengamat. Jarak antara
kedua lensa ini dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Pada
umumnya, lensa yang dipergunakan mempunyai daya
membesarkan antara 1,25 kali sampai 4 kali dilihat dari
F.
Mengamati Foto Udara
52
2.
Stereoskop Cermin
Jenis ini terdiri atas empat buah cermin yang dipasang dengan
membentuk sudut 45
o
dengan bidang datar. Kedua macam
stereoskop ini masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan apabila keduanya dibandingkan.
a.
Stereoskop lensa
lebih mudah digunakan, berukuran kecil
sehingga mudah dibawa. Dinamakan juga stereoskop saku.
Stereoskop lensa memperlihatkan gambar yang diperbesar
dengan efek relatif yang diperkuat, tetapi daerah yang diamati
tidak banyak berbeda dengan jarak antara kedua mata
pengamat. Akan timbul kesukaran jika daerah yang diamati
lebih (melebihi) jarak ini.
b.
Stereoskop cermin
memungkinkan daerah pengamatan yang
lebih luas dan memungkinkan foto dipasang agak berjauhan
sehingga pengamatan tidak terganggu oleh saling berimpitnya
foto yang sedang diamati. Gambar diperkecil dan efek relatif
dikurangi, kecuali jika digunakan alat bantu untuk membesar-
kan dan untuk dibawa ke mana-mana.
ukuran panjangnya. Suatu hal yang perlu diperhatikan ialah bahwa
pembesaran yang terlalu kuat akan mengaburkan gambaran
yang diperoleh. Oleh karena itu, lensa yang demikian jarang
dipergunakan.
Gambar 2.7
Stereoskop cermin model N-2 Zeiss dengan alat pengukur
stereomikrometer. (Sumber:
Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan,
1983)
53
1.
Beberapa Keterangan pada Foto Udara
Pada foto udara ada beberapa keterangan yang telah ter-
sedia, baik langsung maupun tidak langsung untuk membantu
pengamatan.
a.
Skala foto udara yang diperoleh dengan:
1)
menggunakan perbandingan antara jarak fokus kamera
dengan tinggi terbang;
S=
A
f
2)
membandingkan jarak titik-titik penting di atas foto dengan
jarak sesungguhnya di lapangan, seperti antara tiang-
tiang listrik, ukuran satuan
land use
, dan sebagainya;
3)
menghitung perbandingan jarak antara objek-objek
tertentu di atas foto udara dengan di atas peta yang tepat
yang sudah diketahui skalanya.
Perlu diperhatikan bahwa skala yang tepat hanya pada foto
vertikal dan reliefnya tidak kuat. Jika menggunakan per-
bandingan antara fokus dengan tinggi terbang harus
diperhatikan bahwa altimeter mengukur ketinggian itu mulai
dari permukaan laut.
b.
Lokasi
Jika terdapat di indeks atau mosaik indeks, maka letak suatu
daerah yang gambarnya terdapat pada foto udara dapat
ditentukan melalui perbandingan yang teliti antara gambar itu
dengan bentukan-bentukan yang asli di lapangan, atau dari
lama, kecepatan, dan arah terbang sebelum pengambilan
gambar dihitung dari lapangan terbang.
c.
Bayangan
Dapat membantu menentukan arah mata angin di atas
foto udara terutama jika diketahui jam pengambilan
gambar.
G.
Memperoleh Data Geografi dari Foto udara
54
d.
Orientasi mata angin
juga dapat dikenal melalui peta yang
dengan teliti menunjukkan mata angin.
e.
Tanggal yang tertera di atas foto udara
membantu dalam
2 hal:
1)
menerangkan telah berapa lama foto itu dibuat, hal
ini memungkinkan menafsirkan perubahan yang
terjadi;
2)
menerangkan pada musim apa foto diambil, hal ini
membantu interpretasi dari foto yang bersangkutan.
f .
Keterangan yang lain adalah
jarak fokus kamera yang
digunakan, jam pengambilan gambar, tanda-tanda
kemiringan/sikap kamera saat digunakan.
2.
Interpretasi Foto Udara
a.
Interpretasi Geologi
Pada foto udara, interpretasi geologi memungkinkan
bentukan-bentukan pola-pola dan hubungan yang luas dari
batuan dapat dipelajari lebih cepat dan lebih efektif daripada
langsung di lapangan walaupun untuk mempelajari komposisi
batuan, tekstur, kandungan, fosil, dan hal-hal kecil lainnya tidak
mungkin dilakukan di atas foto udara.
Interpretasi geologi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
interpretasi
lithologis
dan
interpretasi struktur.
1)
Interpretasi Lithologis
Dalam foto udara terdapat kriteria atau hal-hal yang
membantu interpretasi, yaitu :
a)
Bentukan-bentukan muka bumi yang dapat me-
nunjukkan reaksi batuan terhadap proses erosi, yang
menggambarkan batuan yang tahan dan yang
kurang tahan terhadap erosi. Dari bentukan itu
dapat dilihat apakah batuan itu berlapis-lapis atau
tidak.
b)
Warna batuan atas tanah. Batuan yang terbuka
(tidak tertutup oleh hasil pelapukan) memperlihatkan
perbedaan warna yang jelas, sebaliknya jika tertutup
lapisan tanah, perbedaan warnanya tidak begitu
jelas.
55
c)
Perzonaan tumbuh-tumbuhan yang akan me-
nunjukkan pada adanya tipe tumbuhan tertentu yang
tumbuh pada musim-musim tertentu. Hal ini akan
menunjukkan susunan kimiawi tertentu dari batuan
dan kadar air yang terkandung di dalamnya.
d)
Struktur, seperti retakan, pengelupasan, lipatan, dan
sejenisnya, membantu membedakan tipe batuan
secara garis besar.
e)
Depresi-depresi oleh pela-
rutan, seperti batuan kapur,
gips, dan garam batu.
2)
Interpretasi Struktur
Foto udara sangat besar man-
faatnya dalam interpretasi struk-
tur jika penyikapannya baik
karena foto udara merupakan
peta geologis lengkap.
Dalam foto udara,
strike
jelas dapat dilihat jika topografi rata
arah singkapan lapisan adalah arah strike. Kalau permukaan
teriris-iris dapat diukur/ ditentukan dengan menggunakan dua
titik pada struktur yang sama yang juga sama tinggi.
Retakan tampak dari adanya alur-alur atau goresan pada
batuan induk dan pola
drainase rectangular
atau
angulate
dan kadang-kadang dari penyebaran tumbuh-tumbuhan. Di
daerah yang mengalami erosi glasial, danau-danau yang
sempit memanjang menunjukkan adanya sistem retakan itu.
Patahan/ sesar memperlihatkan bentukan yang berlainan,
bergantung pada jenis patahan, keadaan yang baru atau lama,
kekuatan lipatan dari batuan, dan tingkat perkembangan erosi
di daerah itu.
b.
Interpretasi Fisiografis
Foto udara bagi seorang fisiografer sama dengan mikroskop/ kaca
pembesar bagi seorang ahli biologi ataupun ahli batu-batuan.
Interpretasi fisiografis dapat meliputi:
1)
penentuan unit-unit geografis,
2)
penelitian sejarah geologi terakhir,
Gambar 2.8
Struktur patahan dapat diketahui
dengan menggunakan foto udara.
(Sumber:
Azhaliblogsome.com
)
56
3)
penelitian mengenai proses erosi dan sedimentasi dalam
hubungannya dengan pembentukan bentang alam,
4)
pencarian endapan-endapan mineral,
5)
penelitian pendahuluan bagi proyek-proyek penerbangan,
6)
pemetaan tanah dan erosi, dan
7)
studi medan untuk keperluan militer.
Untuk keperluan dari suatu daerah dipengaruhi oleh lima faktor
utama, yaitu
bentukan asal, struktur, iklim, proses geomorfologi
yang berlaku,
dan
tingkat perkembangan
(tua, dewasa, muda).
Objek yang tampak pada foto udara hanyalah bentukan-
bentukan yang tampak di lapangan. Seperti halnya pada peta
topografi, kelima faktor itu dapat ditafsirkan dari bentukan-bentukan
yang tampak karena berkorelasi dengan batuan asal, struktur, dan
proses morfologi yang berlangsung. Proses morfologi dengan iklim
juga berkorelasi. Tingkat perkembangan dapat disimpulkan
langsung, asal kriteria-kriterianya dikenal dengan baik. Meskipun
demikian, pelaksanaannya tidak mudah karena ada beberapa
faktor yang merupakan hambatan: skala yang kecil sehingga
bentukan-bentukan kecil tidak tampak jelas, penutupan oleh
tumbuh-tumbuhan, pekerjaan manusia, sering terdapat bentukan-
bentukan yang mempunyai persamaan, padahal dibentuk oleh
proses yang berlainan, dan keterbatasan kita mengenal bentukan-
bentukan itu.
Gambar 2.9
Hasil Foto Udara
(Sumber:
Indonesian Heritage,
2005
)
57
Hasil interaksi antara tenaga dan objek kemudian direkam
oleh sensor. Perekamannya dilakukan dengan menggunakan
kamera atau alat perekam lainnya, dan hasilnya disebut
data
pengindraan jauh
atau disingkat dengan sebutan
data
. Data
harus diterjemahkan menjadi informasi yang dapat dipahami.
Proses penerjemahan data menjadi informasi disebut
analisa
atau
interpretasi data.
Sebagai contoh, dalam data tertera
sebuah foto yang tampak gelap, berbentuk persegi panjang,
dan tergambar dengan ukuran lebar 1 cm dan panjang 2 cm
dengan skala 1: 10.000. Setelah data itu diinterpretasi, ternyata
bahwa gambaran itu adalah kolam ikan seluas dua hektar.
Baik diukur dari segi jumlah maupun segi frekuensinya,
pada empat dasawarsa terakhir ini penggunaan pengindraan jauh
menunjukkan adanya peningkatan yang sangat pesat. Kenyataan
ini tentunya dilandasi oleh berbagai
alasan di antar
anya seperti
berikut ini.
1.
Citra atau hasil rekamannya menggambarkan objek yang:
a.
wujud dan letaknya mirip dengan sebenarnya;
b.
relatif lengkap;
c.
meliputi daerah yang luas; serta
d.
permanen.
2.
Jenis citra tertentu dapat memperoleh gambar tiga dimensi
apabila pengamatannya dilakukan dengan stereoskop.
3.
Objek yang tidak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra
sehingga objek tersebut bisa dikenali.
4.
Citra dapat dibuat secara cepat meskipun secara terestrial
objeknya sukar dijelajahi.
5.
Pengindraan jauh merupakan satu-satunya cara yang efektif
untuk pemetaan daerah bencana.
6.
Citra merupakan alat yang sangat efektif untuk memantau
perubahan yang cepat, seperti pembukaan hutan, pemekaran
kota, perubahan kualitas lingkungan, dan perluasan lahan
garapan.
Citra merupakan
alat yang efektif
untuk memantau
perubahan yang
cepat.
H. Hasil-hasil Pengindraan Jauh dan Manfaatnya
58
Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki oleh teknologi
pengindraan jauh yang mulanya hanya digunakan dalam bidang
kemiliteran, kini bidang-bidang lain, seperti geologi, industri migas,
perencanaan kota, kehutanan, dan arkeologi turut pula
memanfaatkannya.
1.
Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Bidang Geologi
Pakar geologi, khususnya yang berkaitan
dengan penanggulangan bencana alam,
memerlukan informasi dari teknologi ini untuk
mengetahui/ memperkirakan potensi dan
melokalisasi daerah rawan bencana.
Kegiatan alam tersebut dapat diamati melalui
foto citra indra jauh, yang datanya kemudian
dianalisis dan dipakai sebagai data dasar
peta dampak lingkungan. Jadi, pengindraan
jauh memiliki peranan yang sangat penting
dalam mengidentifikasi daerah rawan
bencana alam.
Informasi potensi rawan yang dihasilkan oleh penafsiran
pengindraan jauh dapat berupa:
a.
jenis dan sebaran batuan;
b.
hubungan antarbatuan;
c.
struktur/ geologis, seperti sesar dan pelipatan;
d.
morfologi tanah;
e.
sebaran, bahaya informasi-informasi itu, maka kita akan
sangat terbantu dalam mengevaluasi kerawanan bencana
dan risiko bahayanya.
2.
Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Industri Migas
Pada era sekarang, industri minyak dan gas bumi (migas)
merupakan salah satu sektor yang banyak memanfaatkan teknolgi
pengindraan jauh, yaitu mulai tahap eksplorasi, produksi, sampai
pada tahap distribusi. Laboratorium pengolahan citra yang dikelola
oleh industri migas telah memanfaatkan teknologi ini dalam berbagai
aktivitasnya, baik dalam kegiatan intern, penelitian bersama, maupun
dalam rangka pelayanan jasa konsultasi teknologi kepada pihak luar.
Gambar 2.10
Foto pemanfaatan pengin-
draan jauh dalam geologi
(Sumber:
www.google.com
)
59
3.
Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Perencanaan Kota
Untuk perencanaan kota diperlukan data tepercaya, terinci, dan
mutakhir. Dengan demikian, pengindraan jauh sebagai satu-satunya
pilihan. Dengan teknologi ini, kota dapat direkam secara cepat. Data
yang diperolehnya menggambarkan wujud dan letak yang
mendekati wujud dan letak bumi yang sebenarnya. Data yang
direkam relatif lebih lengkap dibandingkan dengan cara-cara yang
biasa digunakan. Benda atau fenomena yang relatif tidak terlalu kecil
dan tidak terhalang oleh benda lain dapat direkam dan dikenali.
4.
Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Pengelolaan
Hutan
Hampir semua ahli kehutanan mengakui
bahwa pengindraan jauh merupakan sumber data
yang efektif di bidang kehutanan. Para ahli
kehutanan telah banyak menggunakannya dalam
mempersiapkan peta mengenai tipe-tipe hutan.
Rencana pembangunan jalan-jalan hutan,
pembuatan tata batas, inventarisasi contoh-
contoh tetumbuhan, dan kegiatan-kegiatan
kehutanan lainnya.
Kegiatan pemerolehan data kehutanan yang
semula dilakukan dengan cara manusia, dengan
hadirnya teknologi pengindraan jauh, tugas-tugas
ahli kehutanan menjadi lebih mudah. Tetapi, tidak
semua tugasnya terbantu oleh kehadiran teknologi
ini. Pengukuran-pengukuran yang lebih teliti,
misalnya mengenai diameter pohon, kelas, bentuk, serta cacat
buatan hanya mungkin dilakukan di lapangan. Dengan demikian,
pengindraan jauh digunakan untuk melengkapi, memperbaiki, atau
mengurangi pekerjaan lapangan dan bukan sepenuhnya untuk
mengganti pekerjaan lapangan tersebut.
Berdasarkan ketinggiannya, wahana terbagi 3 kelompok:
a.
Pesawat terbang rendah dan medium, yaitu ketinggian
1.000 – 9.000 meter, citra yang dihasilkan adalah foto udara.
b.
Pesawat terbang tinggi dengan ketinggian 18.000 meter, citra
yang dihasilkan adalah
multispectral scanners data
.
c.
Satelit dengan ketinggian 400 km, citra yang dihasilkan adalah
citra satelit.
Gambar 2.11
Foto pemanfaatan pengin-
draan jauh dalam penge-
lolaan hutan.
(Sumber:
www.lapanrs.com
)
60
5.
Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Survei Arkeologi
Ketidakjelasan lokasi dan data letak benda-benda
peninggalan sejarah mendorong para arkeolog untuk
memanfaatkan teknologi pengindraan jauh. Dengan
teknologi ini, kegiatan survei arkeologi akan lebih
cermat dan lebih mudah. Beberapa temuan yang
diperoleh dengan bantuan pengindraan jauh, yaitu:
a. teridentifikasinya lokasi Banten Girang
sebagai pusat pemukiman masa lampau;
b.
teridentifikasinya parit-parit yang melingkari
Kraton Surowangsan; serta
c.
teridentifikasinya lingkungan situs Tirtayasa
yang diperkirakan sebagai bagian dari Kraton
Banten Tirtayasa.
6.
Pemanfaatan Pengindraan Jauh dalam Kegiatan Militer
Kedigdayaan suatu negara dalam bidang militer,
saat ini tidak lagi ditentukan oleh lengkap tidaknya
persenjataan tempur, melainkan juga ditentukan oleh
ada tidaknya data citra satelit militer misalnya.
Hal ini sudah dibuktikan:
a.
perang Irak dengan sekutu Kuwait,
b.
tertembaknya tokoh pejuang Republik
Chechnya,
c.
Foto Pentagon di Amerika Serikat
Langkah-langkah pengindraan jauh pada umumnya meliputi
enam tahap. Secara garis besar, tahap-tahap tersebut diuraikan
sebagai berikut.
1.
Perumusan dan Tujuan
Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan,
misalnya erosi tanah, penebangan hutan, dan pencemaran
lingkungan. Masalah harus dirumuskan dengan jelas, karena hal itu
merupakan landasan bagi penyusunan tujuan yang ingin dicapai.
Gambar 2.12
Foto pemanfaatan pengin-
draan jauh dalam survei
arkeologi.
(Sumber:
www.balarpalembang.go.id
)
I.
Langkah-langkah Pengindraan Jauh
Gambar 2.13
Foto pemanfaatan
pengindraan jauh
dalam militer
(Sumber:
www.hobart.k 12.in.us
)
61
2.
Evaluasi Kemampuan
Setelah masalah dan tujuan dirumuskan dengan jelas, langkah
berikutnya adalah penelitian terhadap kemampuan dalam
pelaksanaannya. Yang perlu dinilai di antaranya kemampuan tim
pelaksananya, alat dan perlengkapan, waktu, serta dana yang
tersedia. Antara kemampuan dan tujuan harus sesuai. Bila tidak
sesuai, kemampuan harus ditingkatkan atau tujuannya harus ditinjau
kembali, misalnya dengan penyederhanaan masalah atau tujuan,
3.
Pemilihan Cara Kerja
Cara kerja yang dipilih harus sesuai dengan tujuan, jangan
sampai bertolak belakang. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang
memadai mengenai masalah serta objek yang akan diteliti.
4.
Tahap persiapan
a.
Penyiapan Data Acuan
Data acuan
ialah data yang bukan berasal dari citra
pengindraan jauh, akan tetapi data itu diperlukan dalam
interpretasi citra. Data acuan itu dapat berupa monografi
daerah, laporan penelitian, kertas kerja, majalah atau buku,
dan peta. Data-data tersebut diperlukan untuk menunjang
terhadap interpretasi citra dan pengindraan jauh.
b.
Penyiapan Data Pengindraan Jauh
Data pengindraan jauh
ialah hasil perekaman objek dengan
menggunakan sensor buatan, misalnya: berupa citra foto,
citra nonfoto, atau numerik. Data pengindraan jauh yang akan
dipersiapkan harus sesuai dengan tujuan dan kemampuan
penelitian.
c.
Penyiapan Mosaik
Mosaik foto
ialah serangkaian foto dari suatu daerah yang
disusun menjadi satu lembar foto. Penyusunan ini dimaksudkan
untuk menggambarkan daerah penelitian secara utuh.
d.
Orientasi Medan
Pekerjaan ini dilakukan dengan observasi langsung ke medan
penelitian, yang bertujuan untuk mencocokkan wujud medan
(objek) yang tergambar di foto dengan objek yang sebenarnya.
Orientasi medan perlu dilakukan apabila:
1)
tidak adanya data acuan, dan
2)
objek yang tergambar pada foto sulit diinterpretasi.
62
5.
Interpretasi data
Data pengindraan jauh dapat berupa angka-angka (data
numerik) atau pun berupa data visual. Dalam langkah ini, data
tersebut diinterpretasi atau dianalisis menjadi informasi yang
nantinya diperlukan untuk kepentingan-kepentingan tertentu.
6.
Laporan
Laporan hasil penelitian pengindraan jauh sangat bergantung
pada jenis penelitiannya. Laporan hasil penelitian murni akan
berbeda dengan hasil penelitian terapan. Perbedaan tersebut,
terutama terletak pada analisisnya. Bagi penelitian murni,
analisisnya berkisar pada bidang pengindraan jauh itu sendiri.
Sedangkan bagi penelitian terapan, diarahkan untuk membantu
terhadap suatu kepentingan tertentu.
1.
Bentangan Alam sebagai Hasil Pengindraan Jauh
Hasil pengindraan jauh terhadap beberapa bentangan alam
dapat dideskripsikan sebagai berikut.
a.
Bumi
Bentuknya bulat, terdapat berbagai bentuk relief atau bentuk
lahan seperti: gunung api yang tampak seperti kerucut,
dataran pantai yang tampak melingkari laut, tanggul alam
berbentuk lingkaran berisi air yang di pinggirnya dilapisi
tembok.
b.
Wilayah Indonesia
Wilayah Indonesia bentuk luarnya memanjang, terdiri atas
deretan pulau-pulau, dikelilingi oleh rona biru laut.
c.
Hutan Mangrove
1)
ronanya tampak cerah, sedikit lebih gelap dibanding
kenampakan nipah;
2)
teksturnya kasar, sangat berbeda dengan kenampakan
tekstur pada pohon-pohon sekitarnya;
3)
polanya memanjang, mengikuti garis pantai;
4)
mangrove hidup pada ekologi pantai dan daerah rawa.
J. Bentangan Alam dan Bentangan Budaya sebagai
Hasil Pengindraan Jauh
63
d.
Gunung Api
Gunung api berbentuk kerucut, sedangkan kipas aluvial
berbentuk segi tiga yang alasnya cembung.
e.
Kebun Karet
Tampak gelap, pola dan jarak tanamnya teratur, serta
ketinggiannya pun seragam.
2.
Bentangan Budaya sebagai Hasil Pengindraan Jauh
Bentangan budaya, seperti daerah transmigrasi, pemukiman
kumuh, lapangan sepak bola, rumah, terowongan, bandar udara,
stasiun kereta api, dan atap yang merupakan hasil pengindraan
jauh dapat terlihat sebagai berikut.
a.
Daerah Transmigrasi
Polanya teratur, yaitu dengan rumah yang berukuran sama,
jaraknya seragam, dan masing-masing menghadap ke
jalan.
b.
Pemukiman Kumuh
1)
rumah-rumah berukuran kecil;
2)
kepadatan rumah tinggi;
3)
atap terbuat dari genting, asbes, seng, jerami, (serba
aneka);
4)
pola jalan internal tidak teratur;
5)
adanya kakus umum.
c.
Lapangan Sepak Bola
Bentuknya persegi panjang, dikelilingi tembok, rona cerah oleh
rumput, teksturnya halus.
d.
Rumah
Bentuknya persegi panjang, pada umumnya ditanami
tanaman hias atau tanaman pekarangan, ukurannya relatif
lebih kecil daripada kantor atau pabrik.
e.
Terowongan
Wujudnya seperti jalan, tetapi hilang di suatu titik dan kembali
tampak seperti jalan lagi pada titik lain.
64
f.
Bandar Udara
Tampak jelas, yaitu berupa landasan yang lurus dan lebar
dengan pola yang teratur.
g.
Stasiun Kereta Api
Tampak jelas rel kereta api yang berbentuk garis.
h.
Atap
Atap seng dan asbes yang masih baru tampak dengan rona
putih, sedangkan atas sirap ronanya hitam, Genting yang
masih baru tampak kelabu cerah, sedangkan rona genting
lama berkisar antara kelabu hingga kelabu hitam.
Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah sistem berbasis
komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan
menganalisis informasi geografi.
Yang semula informasi permukaan bumi disajikan dalam
bentuk peta yang dibuat secara manual, maka dengan hadirnya
Sistem Informasi Geografi (SIG) informasi-informasi itu diolah oleh
komputer, dan hasilnya berupa peta digital. Sistem Informasi
Geogafi (SIG) mampu menyajikan keaslian dan kelengkapan
sebuah informasi dibandingkan cara-cara yang digunakan
sebelumnya.
Sistem informasi geografi menyimpan data sesuai dengan
data aslinya. Walaupun demikian, agar data yang disimpan itu
akurat, maka data yang dimasukkan haruslah data yang akurat.
Sistem Informasi Geografi (SIG) akan memberikan informasi yang
kurang akurat bila data yang dimasukkan merupakan data yang
meragukan.
Selain berperan sebagai alat pengolah data keruangan, sistem
informasi geografi juga mampu menyajikan informasi mengenai
sumber daya yang dimiliki oleh suatu ruang atau wilayah tertentu.
Dengan demikian, sistem informasi geografi tidak hanya befungsi
sebagai “alat pembuat peta”, tetapi lebih jauh dari itu. Sistem
2.2
SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
A. Pengertian
65
informasi geografi mampu menghasilkan suatu sistem informasi
yang aplikatif, yang dapat digunakan oleh perencana atau oleh
pengambil keputusan untuk kepentingan pengolahan sumber daya
yang ada di suatu wilayah.
Kajian tentang pemetaan sangat penting dalam pelajaran
Geografi, karena kajian-kajiannya berkaitan dengan ruang di
permukaan bumi akan berhubungan dengan persebaran, jarak,
letak, fungsi dan potensi, dan objek serta interaksi antarobjek di
permukaan bumi sehingga objek-objek geografi perlu digambar
pada bidang datar yang disebut peta. Perkembangan informasi
akan data keruangan di era kemajuan IPTEK ini semakin
dibutuhkan karena membutuhkan data yang akurat, praktis, dan
efisien. Dengan demikian, muncullah apa yang dinamakan Sistem
Informasi Geografi (SIG).
Istilah Sistem Informasi Geografi (SIG) banyak digunakan dan
tidak asing lagi di kalangan ahli geografi
(geograf),
yaitu proses
pembuatan peta digital dengan menggunakan komputer. Namun,
pada intinya, SIG tidak hanya digunakan untuk membuat peta saja,
melainkan lebih dari itu, SIG digunakan dalam pengolahan data
keruangan dengan menggunakan komputer.
Definisi SIG selalu berkembang, bertambah, dan bervariasi.
Berikut ini merupakan sebagian kecil definisi-definisi SIG yang telah
beredar di berbagai pustaka.
SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk
memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan,
memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data-data
yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi
(Rice, 20).
SIG adalah teknologi informasi yang cepat menganalisis,
menyimpan, dan menampilkan, baik data spesial maupun
nonspesial. SIG mengombinasikan kekuatan perangkat lunak
basis data relasional dan paket perangkat lunak CAD
(Guo 20).
SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk
memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan
dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang
berfungsi: a) Akuisi dan verifikasi data, b) kompilasi data,
66
Dilihat dari istilahnya, SIG terdiri atas dua pengertian, yaitu
Sistem Informasi
dan
Informasi Geografi.
Sistem informasi
adalah keterpaduan kerja untuk mendapatkan informasi dalam
pengambilan keputusan. Dalam sistem informasi terdapat
komponen data, manusia, perangkat lunak (program komputer),
perangkat keras (komputer), serta aktivitasnya dalam pengolahan
dan analisis data untuk pengambilan keputusan. Adapun
informasi
geografis
adalah kumpulan data atau fakta yang terkait dengan
lokasi keruangan di permukaan bumi, yang disusun sedemikian rupa
sehingga menghasilkan informasi baru yang bersifat geografis dan
c) penyimpanan data, d) perubahan dan updating data, e)
menyimpan dan pertukaran data, f) manipulasi data, g)
pemanggilan dan presentasi data, dan h) analisis data.
(Bern, 92).
Gambar 2.14
Bagan uraian subsistem SIG.
DATA INPUT
Tabel,
Laporan,
Data digital,
Peta tematik,
Citra satelit,
Foto udara,
dan lain-lain
Input
Storage
Retrieval
Prosesi
Output
Peta
Ta b e l
Laporan
Informasi
digital
(
soft copy
)
DATA MANAJEMEN DAN MANIPULASI
OUT PUT
67
berbeda dari sumber data awalnya ketika masih terpisah-pisah.
Oleh karena itu, SIG sebagai sistem informasi memiliki komponen
dan cara kerja tertentu (menangani dan menyimpan data yang berisi
informasi geografis). Adapun sebagai informasi geografis, SIG
menyajikan fakta baru sebagai hasil upaya manipulasi data.
Sistem Komputer
Data Geografis
Pengguna (User)
Foto udara, citra sa-
telit, Data statistik,
dan lain-lain.
Hardware
&
Software
untuk
pemasukan, penyimpanan,
pengolahan, analisis, dan
sebagainya
.
Sebagai suatu sistem, SIG memiliki sejumlah komponen yang
saling berkaitan. Pada dasarnya untuk mengoperasikan SIG
diperlukan tiga komponen, seperti berikut.
1. Sistem Komputer
Sistem komputer terdiri dari dua, yaitu perangkat keras dan
perangkat lunak.
a. Perangkat keras
SIG sebenarnya tidak berbeda dengan
perangkat keras lainnya yang digunakan untuk mendukung
aplikasi bisnis dan sains. Perangkat keras ini umumnya
mencakup:
1) CPU (unit pemproses utama),
perangkat ini merupakan
bagian dari sistem komputer yang bertindak sebagai
tempat untuk pemprosesan semua instruksi-instruksi dan
program (
processor
). Selain itu, CPU juga mengendalikan
seluruh operasi yang ada dalam lingkungan sistem
komputer yang bersangkutan.
Gambar 2.15
Bagan Komponen SIG
B. Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG)
Pemutakhiran, analisis,
dan penerapan
68
2) R A M
, perangkat ini digunakan oleh CPU untuk
menyimpan sementara semua data dan program yang
dimasukkan melalui
input device,
baik untuk jangka
panjang maupun jangka pendek
3) Storage
, perangkat ini merupakan tempat peyimpanan
data secara permanen atau semi permanen (
temporary
)
dibandingkan dengan RAM, akses pada
storage
agak
lambat. Contoh perangkat ini adalah
hardisk
, disket, CD
ROM dan pita magnetis.
4) Input device
, perangkat ini merupakan peralatan-
peralatan yang digunakan untuk memasukkan data ke
dalam SIG. Yang termasuk dalam perangkat ini adalah
mouse, keyboard, scanner
, kamera digital.
a)
Keyboard
merupakan sebuah papan yang terdiri dari
tombol-tombol untuk mengetik kalimat dan simbol-
simbol khusus lainnya pada komputer.
b)
Mouse
dikenal dengan istilah “
Click
’’ atau “
Drag
”
yang artinya menggeser atau menarik. Apabila kita
menekan tombol paling kiri tanpa melepaskannya
dan sambil menggesernya, salah satu akibatnya
objek tersebut akan berpindah atau tersalin ke objek
lain.
c)
Scanner
adalah s
ebuah
alat elektronik yang
fungsinya mirip dengan mesin fotokopi. Mesin
fotokopi hasilnya dapat langsung dilihat pada kertas
sedangkan
scanner
hasilnya ditampilkan pada layar
monitor komputer dahulu kemudian dapat diubah
dan dimodifikasi sehingga tampilan dan hasilnya
menjadi bagus yang kemudian dapat disimpan
sebagai
file
teks, dokumen, dan gambar. Data yang
telah diambil dengan
scanner
bisa dimasukkan
secara langsung ke semua aplikasi komputer yang
mengenali teks ASCIL.
5) Output device,
perangkat ini merupakan peralatan-
peralatan yang digunakan untuk mempresentasikan data
dan informasi SIG berupa kertas (
hardcopy
) atau ke layar
monitor (
softcopy
). Yang termasuk perangkat ini adalah
layar monitor,
printer, plotter
, dan sebagainya.
69
a)
Printer
dan
plotter
adalah jenis
hardcopy device
karena
keluaran hasil proses dicetak di atas kertas.
Printer
memiliki
berbagai macam bentuk dan ukuran, serta ketajaman hasil
cetak. Ukuran kertas yang dapat digunakan pun beragam.
Tetapi untuk mencetak di atas kertas dengan ukuran yang
sangat besar, m
enggunakan
plotter
.
b) Monitor adalah salah satu jenis
softcopy device
karena hasil yang keluar berupa sinyal elektronik.
Dalam hal ini berupa gambar yang tampil di layar
monitor. Gambar yang tampil adalah hasil pem-
prosesan data ataupun informasi masukan.
c)
Digital Camera
, salah satu input
device
yang sedang
marak sekarang adalah digital kamera. Dengan
adanya alat ini, kita dapat lebih mudah memasukkan
data berupa gambar apa saja, dengan ukuran yang
relatif besar ke dalam komputer kita. Digital kamera
banyak jenisnya mulai dari mengambil gambar statis,
sampai dengan kamera yang dapat merekam gambar
seperti video.
b. Software (perangkat lunak)
merupakan program-program
komputer yang berguna untuk menjalankan pekerjaan sesuai
dengan yang dikehendaki. Program tersebut ditulis dengan
bahasa khusus yang dimengerti oleh komputer.
Software
terdiri
dari beberapa jenis, yaitu:
1) Sistem operasi,
adalah
software
yang berfungsi untuk
mengaktifkan seluruh perangkat yang terpasang pada
komputer sehingga tiap-tiap perangkat tersebut dapat
saling berkomunikasi. Tanpa ada sistem operasi, maka
komputer tidak dapat difungsikan sama sekali. Sistem
operasi yang mendukung SIG seperti Windows, UNIX,
Novell, dan lain-lain.
2) Program utility,
berfungsi untuk membantu atau mengisi
kekurangan/ kelemahan sistem operasi.
3) Program aplikasi,
merupakan program yang khusus
melakukan pekerjaan tertentu, Map info, Iddrisi, Erdas, Autocard
for GIS, Ermapper, Ilwis, seperti ARC/Info, ArcView, dan lain-
lain.
70
2. Data Geografis
Data Geografis
adalah data yang berhubungan dengan kondisi
geografi seperti wilayah administrasi negara, jalan raya,
topografi, sungai, gedung, dan sebagainya yang dapat dilihat
dari foto udara, citra satelit, data statistik, dan sebagainya.
3. Pengguna
Pengguna
adalah orang yang mempunyai tugas untuk memilih
informasi yang diperlukan, membuat standar, membuat
jadwal pemutakhiran (
updating
) yang efisien, menganalisis
hasil yang dikeluarkan untuk kegunaan yang diinginkan, dan
merencanakan aplikasi.
Dalam pengoperasian SIG, pemasukan data keruangan
dibutuhkan elemen dasar. Jeffrey dan Jhon (dalam Nurmala
Dewi, 1997) mengemukakan bahwa SIG memiliki lima elemen
dasar SIG, yaitu:
a. akuisi data
merupakan proses mengidentifikasi dan
mengumpulkan data yang dibutuhkan;
b. persiapan
melibatkan manipulasi data dengan berbagai cara
yang berkaitan dengan SIG;
c. manajemen data
yang berfungsi untuk mengatur kreasi dan
mengakses data dasar;
d. manipulasi
dan
analisis
yang memfokuskan pada pengguna
sistem, agar data dalam SIG dapat dianalisis, maka diperlukan
pemahaman tentang memakai SIG;
e. pembuatan produk
merupakan bentuk produk yang sangat
bervariasi, baik dalam kualitas, keakuratan, dan kemudahan
pemakaian.
1.
Data Raster
Pada dasarnya, data SIG dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
data raster
dan
data vektor.
Kedua data ini merupakan data yang
esensial dan memiliki kesatuan fungsi dalam SIG.
C. Jenis Data Sistem Informasi Geografis
71
Model data raster ini menampilkan, menempatkan, dan
menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks
atau piksel-piksel yang membentuk grid. Setiap piksel atau sel ini
memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik. Akurasi
model data ini sangat bergantung pada resolusi atau ukuran
pikselnya (sel grid) di permukaan bumi.
Data raster memberikan informasi
spasial apa yang terjadi di mana saja
dalam bentuk gambaran yang di-
generalisasi. Dengan data ini, dunia
nyata disajikan sebagai elemen matriks
atau sel-sel grid yang homogen.
Dengan model data raster, data geografi
ditandai oleh nilai (bilangan elemen matriks
persegi panjang dari suatu objek).
Dengan demikian, secara konseptual,
model data raster merupa-kan model
data spasial yang paling sederhana.
2.
Data Vektor
Model data vektor menampilkan,
menempatkan, dan menyimpan data
spasial dengan menggunakan titik, garis-
garis atau kurva atau poligon beserta
atribut-atributnya. Bentuk-bentuk dasar
representasi data spasial ini, di dalam
sistem model data vektor, didefinisikan
oleh sistem koordinat kartesian dua
dimensi (x, y). Dalam model data spasial
vektor, garis-garis atau kurva (busur atau
area) merupakan sekumpulan titik-titik
terurut yang dihubungkan. Sedangkan
luas atau poligon juga disimpan sebagai
sekumpulan lis titik-titik. Tetapi dengan
catatan bahwa titik awal dan titik akhir
poligon memiliki nilai kordinat yang sama
(poligon tertutup sempurna).
Gambar 2.16
Format data raster
Gambar 2.17
Model data vektor
(Sumber:
www.balarpalembang.go.id
)
72
Kelebihan
Kelemahan
•
Memiliki struktur data yang sederhana.
•
Mudah dimanipulasi dengan meng-
gunakan fungsi-fungsi matematis
sederhana karena strukturnya
sederhana seperti matrik bilangan-
bilangan biasa.
•
Compatible
dengan citra-citra satelit
pengindraan jauh dan semua image
hasil
scanning
data spasial.
•
Overlay
dan kombinasi data spasial ras-
ter dengan data indraja mudah
dilakukan.
•
Memiliki kemampuan-kemampuan
pemodelan dan analisis spasial tingkat
lanjut.
•
Metode untuk mendapatkan citra ras-
ter lebih mudah (baik melalui
scanning
)
dengan
scanner
segala ukuran yang
sudah beredar luas, maupun dengan
menggunakan citra satelit atau konversi
dari format vektor.
•
Gambaran permukaan bumi dalam bentuk
citra raster yang didapat dari radar atau
satelit pengindraan jauh ( landsat, spot,
ikonos, dan lain-l
ain) s
elalu lebih aktual
daripada bentuk vektornya.
•
Secara umum memerlukan ruang
atau tempat penyimpanan (
disk
)
yang besar di komputer, banyak
terjadi
redundancy,
data baik untuk
setiap layernya maupun secara
keseluruhan.
•
Pengguna sel atau ukuran
grid
yang
lebih besar untuk menghemat ruang
penyimpanan akan menyebabkan
kehilangan informasi dan ketelitian.
•
Sebuah citra raster hanya me-
ngandung satu tematik saja––sulit
digabungkan dengan atribut-atribut
lainnya dalam satu layer. Dengan
demikian, untuk mempresentasikan
atribut-atribut tambahan, juga
diperlukan layer baru––timbul lagi re-
dundancy data secara keseluruhan.
•
Tampilan atau representatif dan
akurasi posisinya sangat bergantung
pada ukuran pikselnya (resolusi
spasial).
•
Sering mengalami kesalahan-
kesalahan dalam menggambarkan
bentuk dari garis-garis batas-batas
suatu objek (karena itu jarang
digunakan untuk penentuan batas-
batas administrasi dan tanah milik)–
sangat bergantung pada resolusi
spasialnya dan toleransi yang
diberikan.
•
Transformasi koordinat dan proyeksi
lebih sulit dilakukan.
•
Sangat sulit untuk mempresentasikan
hubungan topologi (juga
network
).
Tabel 2.3 Perbandingan Data Raster dan Data Vektor
Model
Data
Data
Raster
73
Kelebihan
Kelemahan
Model
Data
•
Prosedur untuk memperoleh data dalam
bentuk raster (atau citra) lebih mudah,
sederhana, dan murah.
•
Memerlukan ruang atau tempat
penyimpanan (
disk
) yang lebih sedikit
di komputer.
•
Satu layer dapat dikaitkan dengan atau
mengandung banyak atribut sehingga
dapat menghemat ruang penyimpanan
secara keseluruhan.
•
Dengan banyak atribut yang dapat
dikandung oleh satu layer, banyak peta
tematik lain (layer) yang dapat di-
hasilkan sebagai peta turunannya.
•
Hubungan topologi dan
network
dapat
dilakukan dengan mudah.
•
Memiliki resolusi spasial yang tinggi.
•
Representatif gratis data spasialnya
sangat mirip dengan peta garis buatan
tangan manusia.
•
Memiliki batas-batas yang teliti, tegas,
dan jelas sehingga sangat baik untuk
pembuatan peta-peta administrasi dan
persil tanah milik.
•
Transformasi koordinat dan proyeksi
tidak sulit dilakukan.
•
Metode untuk mendapatkan format
data vektor melalui proses yang
lama, cukup melelahkan (baik
proses digitasi pada instrumen/
in-
strument fotogrametri digital
on
screen digitizing
langsung di layer
monitor komputer, maupun proses
digitasi di meja digitizer), dan relatif
mahal.
•
Memiliki struktur data yang
kompleks.
•
Datanya tidak mudah untuk
dimanipulasi.
•
Pengguna tidak mudah berkreasi
membuat programnya sendiri untuk
memenuhi kebutuhan aplikasinya.
Hal ini disebabkan oleh stuktur data
vektor yang lebih kompleks dan
prosedur-prosedur fungsi dan
analisisnya memerlukan kemampu-
an yang tinggi karena lebih sulit
(Sumber:
Sistem Informasi Geografis, 2002)
Data
Vektor
74
Sistem informasi geografi merupakan langkah selanjutnya
setelah proses pengindraan jauh dalam rangkaian pengolahan
informasi geografi. Citra yang diperoleh melalui pengindraan jauh
merupakan data dasar atau input yang selanjutnya diolah dan
disajikan oleh sistem informasi geografi. Posisi data dalam citra
pengindraan jauh dapat dikoreksi kembali dalam sistem informasi
geografi. Dengan demikian, integrasi antara data pengindraan jauh
dengan sistem informasi geografi akan memperoleh informasi yang
optimal sebagai data pemanfaatan wilayah.
D. Hubungan antara Teknologi Pengindraan Jauh
dengan SIG
Pada awalnya, pengindraan jauh dan sistem informasi
geografi dikembangkan secara terpisah. Tenaga ahli di bidang
pengindraan jauh mengembangkan sistem sensor dan metode
pengolahan citra, sedangkan ahli sistem informasi geografi akan
lebih mengenal prinsip-prinsip proyeksi peta, analisis keruangan,
dan rancang bangun data dasar keruangan. Walaupun keduanya
berbeda dalam orientasi kerja, tetapi baik ahli pengindraan jauh
maupun sistem informasi geografi, sama-sama perlu mengerti
kondisi dan informasi keruangan yang dikumpulkannya, seperti
ikhwal hutan, geologi perencanaan jalan raya, dan sebagainya.
Secara ringkas, hubungan antara pengindraan jauh dengan
sistem informasi geografi adalah sebagai berikut.
1.
Pengindraan jauh dan sistem informasi geografi keduanya
digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melapor-
kan tentang sumber daya di bumi beserta infrastrukturnya
yang akan digunakan manusia.
2.
Pengindraan jauh dan sistem informasi geografi mempunyai
kemampuan yang saling melengkapi. Kemampuan analisis
pengindraan jauh bertambah baik dengan pemeriksaan (verifikasi)
data yang diperoleh sistem informasi geografi. Demikian pula,
penerapan sistem informasi geografi akan memperoleh
keuntungan dari informasi yang diberikan oleh pengindraan jauh.
3.
Integrasi penggunaan pengindraan jauh dengan sistem
informasi geografi tidak hanya menguntungkan secara
ekonomi, tetapi juga memungkinkan memperoleh data baru
dan bagi daerah yang belum tersedia datanya.
75
Gambar 2.18
Tampilan kompleks perumahan Permata Intan Bandung
(Sumber:
Intimulya,
2005)
Terdapat empat tahap pengolahan informasi geografi, yaitu
sebagai berikut.
1.
Tahap Perolehan Data
Sistem informasi geografi memerlukan data masukan yang
akurat agar nantinya dapat memperoleh informasi yang benar.
Data masukan itu dapat kita peroleh dari beberapa sumber.
a.
Data Lapangan
Data ini diperoleh langsung dari hasil pengukuran lapangan,
misalnya: pengukuran terhadap curah hujan di suatu wilayah,
salinitas air, kedudukan muka air tanah, dan sebagainya.
b.
Data Peta
Yaitu dapat berupa peta yang dituangkan dalam kertas atau
dalam film, misalnya: peta geologi, peta hidrologi, dan
sebagainya. Peta ini masih merupakan data mentah yang
harus kita ubah menjadi data digital.
c.
Data Citra
Data ini diperoleh dari hasil pengindraan jauh.
d.
Database
Database memberikan informasi yang sangat penting bagi
sistem informasi geografi. Data yang disajikan dalam bentuk
database ini dapat memuat informasi yang tidak terbatas.
E. Pengolahan Informasi Geografi
76
2.
Tahap Input Data SIG
Data yang diperoleh, baik berupa data lapangan, data peta,
dan citra pengindraan jauh, maupun database, dimasukkan ke
dalam program sistem informasi geografi.
3.
Tahap Pengolahan Manipulasi dan Analisis Data SIG
Tahap ini merupakan tahap inti dari keseluruhan rangkaian
program sistem informasi geografi.
4.
Tahap Output Data Sistem Informasi Geografi (SIG)
Keluaran (output) yang disajikan sistem informasi geografi,
antara lain: berupa peta, bagan, grafik, tabel, atau berupa hasil-hasil
perhitungan (data numerik). Semua itu dapat berwujud tampilan pada
layar komputer, pada kertas
printer
, atau pun pada media lainnya.
5.
Pemanfaatan SIG
Sesuai dengan definisi SIG yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa kegunaan atau manfaat SIG
sebagai berikut.
a.
Memasukkan dan mengumpulkan data geografi (spasial dan
atribut).
b.
Mengintegrasikan data geogafi (spasial dan atribut).
c.
Memeriksa, mengoreksi (mengedit) data geografi (spasial dan
atribut).
d.
Menyimpan dan memanggil kembali data geografi (spasial
dan atribut).
e.
Mempresentasikan atau menampilkan data geografi (spasial
dan atribut).
f.
Mengelola data geografi (spasial dan atribut).
g.
Memanipulasi data geografi (spasial dan atribut).
h.
Menganalisis data geogafi (spasial dan atribut).
i.
Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam bentuk
peta tematik (
view
dan
lay out
), tabel, grafik, laporan, dan lainnya
dalam bentuk
hardcopy
maupun
softcopy.
77
RANGKUMAN
1.
Pengindraan jauh ialah suatu teknologi yang menyajikan kemampuan untuk
mengumpulkan informasi yang relatif singkat dari daerah yang cukup luas
dengan menggunakan alat, tanpa harus mendatangi langsung objek yang
diteliti.
2.
Alat pengindraan jauh ialah alat yang digunakan untuk memperoleh citra
foto.
3.
Tujuan utama mengamati foto udara adalah untuk menginterpretasikan foto
udara.
4.
Pada foto udara ada beberapa keterangan yang telah tersedia, baik langsung
maupun tidak langsung, untuk membantu pengamatan, yaitu:
a.
skala foto udara,
b.
lokasi,
c.
bayangan,
d.
orientasi mata angin,
e.
tanggal yang tertera di atas foto udara,
f.
jarak fokus kamera.
5.
Hasil-hasil pengindraan jauh dan manfaatnya ialah:
a.
pemanfaatan pengindraan jauh dalam geologi,
b.
pemanfaatan pengindraan jauh dalam industri migas,
c.
pemanfaatan pengindraan jauh dalam perencanaan kota,
d.
pemanfaatan pengindraan jauh dalam survei arkeologi,
e.
pemanfaatan pengindraan jauh dalam kegiatan militer.
6.
Langkah-langkah pengindraan jauh ialah:
a.
perumusan dan tujuan,
b.
evaluasi kemampuan,
c.
pemilihan cara kerja,
d.
tahan persiapan,
e.
interpretasi data,
f.
laporan.
7.
Bentangan alam dan bentangan budaya sebagai hasil pengindraan jauh ialah:
a.
Bumi
b.
Wilayah Indonesia
Hasil pengindraan jauh terhadap bentangan
c.
Hutan Mangrove
alam
d.
Gunung Api
e.
Kebun Karet
°
°
¿
°
°
¾
½
78
f.
Daerah Transmigrasi
g.
Pemukiman Kumuh
h.
Lapangan Sepak Bola
i.
Rumah
Hasil pengindraan jauh
j.
Terowongan
bentangan budaya
k.
Bandar Udara
l.
Stasiun Kereta Api
m. Atap
8.
Sistem informasi geografi adalah sistem berbasis komputer yang digunakan
untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisis informasi geografi.
9.
Pada dasarnya untuk mengoperasikan SIG diperlukan 3 komponen ialah
perangkat keras, perangkat lunak, dan organisasi pengeluaran dan
pemakai SIG.
10. Pada dasarnya data SIG dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu data raster
dan data vektor.
11. Sistem informasi geografi dengan pengindraan jauh memiliki hubungan
yang saling melengkapi, yang kedua-duanya dapat digunakan untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan sumber daya bumi
beserta infrastrukturnya.
12. Pengelolaan informasi geografi meliputi empat tahap, yaitu tahap perolehan
data, tahap input data, tahap pengolahan manipulasi dan analisis data,
dan tahap output data.
13. Pemanfaatan SIG, di antaranya:
a.
memasukkan dan mengumpulkan data geografi;
b.
mengintegrasikan data geografi;
c.
memeriksa, mengoreksi data geografi;
d.
menyimpan dan memanggil kembali data geografi;
e.
mempresentasikan atau menampilkan data geografi.
°
°
°
°
¿
°
°
°
°
¾
½
79
A.
Pilihan Ganda
Berilah tanda silang (X) pada huruf jawaban yang
dianggap benar!
1.
Pengindraan jauh menggunakan suatu alat yang sensitif
terhadap pantulan, daya, gelombang suara, atau gelombang
energi magnetik. Alat tersebut adalah ....
A.
foto
D. satelit
B.
citra
E.
radio
C. sensor
2.
Jenis sensor yang biasa digunakan untuk mengukur tinggi muka
laut, tinggi gelombang, dan topografi bawah laut ialah ....
A.
AMI
D. PRARE
B. RA
E. LRR
C. ATRS
3.
Laser Retri-Reflector biasa digunakan untuk ....
A.
menentukan posisi yang tepat bagi satelit beserta orbitnya
dengan lokasi di bumi melalui stasiun-stasiun laser
B.
menentukan posisi satelit paling tepat terhadap lokasi
stasiun di muka bumi
C. menghasilkan citra daratan dan lautan
D. menentukan arah gelombang samudra
E.
mengukur temperatur permukaan laut
4.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari pengindraan
jauh,
kecuali
...
A.
pengindraan jauh merupakan satu-satunya cara yang
efektif untuk pemetaan daerah bencana
B. hasil pengindraan jauh dapat menggambarkan objek
yang mirip dengan yang sebenarnya
C. pengindraan jauh dapat menghasilkan gambar tiga
dimensi
D. pengindraan jauh dapat mengamati objek yang sukar
dijelajahi
E.
pengindraan jauh memerlukan biaya yang sangat murah
dibandingkan dengan cara-cara pengamatan lainnya
5.
Manfaat pengindraan jauh dalam geologi adalah ....
A.
pemetaan sungai dan studi sedimenter
B.
pengamatan iklim
SOAL-SOAL LATIHAN
80
C. menentukan/ memperkirakan potensi dan melokalisasi
daerah rawan bencana
D. menentukan ukuran permukaan laut
E.
memperkirakan tinggi pohon
6.
Manfaat pengindraan jauh dalam pengelolaan hutan adalah ....
A.
mengamati struktur geografis bumi
B. mengetahui diameter pohon
C. mengamati sumber daya alam
D. menginventarisasi contoh-contoh tetumbuhan
E. menentukan struktur geologi
7.
Manfaat pengindraan jauh di bidang hidrologi adalah ....
A.
pengamatan iklim
B. menentukan struktur geologi
C. pengamatan sumber daya alam
D. mengamati struktur geografis di bumi
E. pemetaan sungai dan studi sedimenter
8.
Setelah masalah dan tujuan pengindraan jauh dirumuskan,
langkah berikutnya adalah ....
A.
evaluasi kemampuan
B. pemililihan cara kerja
C. interpretasi data
D. penyiapan mosaik
E. orientasi medan
9.
Penyusunan mosaik foto bertujuan untuk ....
A.
melaporkan hasil pengamatan
B. membantu interpretasi citra
C. menggambarkan daerah penelitian secara utuh
D. menyederhanakan masalah penelitian
E. memperjelas data pengamatan
10. Hutan mangrove sebagai hasil pengindraan jauh dideskripsi-
kan berupa ....
A.
pola yang memanjang, mengikuti garis pantai
B. bentuk persegi panjang dengan rona cerah
C. pola lurus dengan lebar yang teratur
D. tampak gelap dengan pola tidak teratur
E. seperti kerucut dengan bentuk melingkari laut
11. Foto udara termasuk hasil pengindraan jauh yang dihasilkan
oleh ....
A.
sensor fotografik
D. satelit
B. sensor elektronik
E.
orbit
C. pesawat terbang
81
12. Hasil foto yang menggambarkan/ memperlihatkan horizon, kemudian
gambarnya semakin jauh semakin kabur adalah ciri dari ....
A.
foto
high oblique
D. foto horizon
B.
foto
low oblique
E.
foto vertikal
C. foto teguh
13. Kamera yang melakukan pemotretan tanpa penutup lensa
adalah ....
A.
kamera panoramik
D. kamera strig
B.
kamera metrik
E.
kamera multispektral
C. kamera kerangka
14. Kegiatan militer memanfaatkan foto udara untuk kepentingan
berikut ini,
kecuali
....
A.
pengenalan wilayah
D. pembuat
an peta militer
B.
penelitian kegiatan lawan
E.
pem
buatan jalan
C. perencanaan bom
15. Pasangan dua foto yang tepat dan siap untuk diteliti di-
sebut ....
A.
stereo pair
D.
effisien coverage
B.
clift
E.
effective coverage
C.
gab
16. Nama lain sistem informasi geografi, antara lain
land
information system
atau ....
A.
sistem informasi geo-dasar
B.
sistem informasi sumber daya alam
C. sistem informasi kehutanan
D. sistem informasi lahan
C. sistem informasi keruangan
17. Dalam kaitannya dengan proses pengindraan jauh, SIG
merupakan ....
A.
langkah pelengkap untuk pengindraan jauh
B.
langkah awal dari proses pengindraan jauh
C. langkah kedua dari proses pengindraan jauh
D. langkah terakhir dari proses pengindraan jauh
E.
langkah berikutnya dari proses pengindraan jauh
18. Data yang dihasilkan pengindraan jauh merupakan ... bagi SIG.
A.
input
D. data dasar
B.
data tambahan
E.
output
C. sumber data
82
19. Berbeda dengan ahli pengindraan jauh yang mengembangkan
sistem sensor, para ahli SIG lebih memfokuskan terhadap ....
A.
prinsip-prinsip pengolahan citra dan proyeksi peta
B.
prinsip-prinsip proyeksi peta, analisis keruangan, dan
pengolahan citra
C. prinsip-prinsip analisis keruangan, proyeksi peta, dan
pengolahan citra
D. prinsip-prinsip analisis keruangan dan rancang bangun
data dasar keruangan
E. prinsip-prinsip proyeksi peta, analisis keruangan dan
rancang bangun data dasar keruangan
20. Suatu hal yang sama-sama diperlukan, baik oleh ahli
pengindraan jauh maupun oleh SIG adalah ....
A.
data komputer
B. informasi yang lengkap
C. kondisi dan informasi keruangan yang akan dikumpulkan
D. kondisi alam yang akan dipetakan
E. keadaan data di lapangan
21. Secara garis besar, langkah-langkah SIG adalah sebagai
berikut,
kecuali
....
A.
alat pengolahan data
B. peroleh data
C. keluaran data
D. manipulasi dan analisis data
E. masukan data
22. Yang bukan merupakan data masukan bagi SIG adalah ....
A.
data lapangan
B. data komputer
C. data citra pengindraan jauh
D. data peta
E.
database
23. Hasil pengolahan data SIG disebut ....
A.
sistem
D. objek
B. informasi
E. citra
C. fakta
24. Faktor yang termasuk elemen fisik SIG adalah....
A.
ekonomi
B. klimatologi dan politik
C. budaya
D. geomorfologi dan hidrologi
E. geologi dan manusia
83
25. Dua dimensi pendekatan geografi sebagai dasar dalam SIG
yang paling utama adalah ....
A.
relasi dan proses
B.
lokasi dan letak
C. dimensi ruang dan waktu
D. dimensi kronologis dan aglomerasi
E.
dimensi ruang dan interelasi
26. Dalam pengoperasian SIG, pemasukan data keruangan
dibutuhkan lima elemen dasar SIG yang mengemukakan hal
ini,
kecuali
....
A.
Mathew Edward
D.
Linden
B.
Jeffrey dan John
E.
Calkin dan Tomlison
C. Gronaff
27. Data SIG ada dua jenis, yaitu ....
A.
data
scanner
dan data disket
B.
data piksel dan data vektor
C. data raster dan data vektor
D. data digitizer dan data
keyboard
E.
data manajemen dan data
plotter
28. Data yang diperoleh dari hasil pengindraan jauh, ialah ....
A.
data lapangan
D.
database
B.
data citra
E.
data diri
C. data peta
29. Keluaran (output) yang disajikan SIG adalah di bawah ini,
kecuali
....
A.
peta
D. tabel
B.
grafik
E.
angka
C. bagan
30. Data input SIG diperoleh dari,
kecuali
....
A.
data citra pengindraan jauh
B.
database
C. data lapangan
D. data peta
E.
data angka
84
B. Esai
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan jelas!
1.
Apa yang dimaksud dengan pengindraan jauh?
2.
Sebutkan jenis-jenis sensor yang biasa digunakan dalam
pengindraan jauh! Jelaskan pula fungsinya!
3.
Mengapa pengindraan jauh semakin banyak dimanfaatkan
orang? Jelaskan!
4.
Dapat digunakan dalam bidang apa saja pengindraan jauh
itu?
5.
Bagaimana proses pemanfaatan pengindraan jauh dalam
geologi? Uraikan secara singkat!
6.
Sebutkan langkah-langkah pengindraan jauh!
7.
Bagaimana hasil yang diperoleh apabila hutan mangrove,
pemukiman kumuh, serta lapangan sepak bola direkam oleh
pengindraan jauh?
8.
Sebutkan tujuan utama dalam mengamati foto udara!
9.
Sebutkan alat yang digunakan untuk pengindraan jauh!
10. Sebutkan enam keterangan yang telah tersedia, baik langsung
maupun tidak langsung, untuk membantu pengamatan!
11. Apa yang dimaksud dengan sistem informasi geografi (SIG)?
12. Jelaskan hubungan antara pengindraan jauh dengan SIG!
13. Apa perbedaan pengindraan jauh dengan SIG?
14. Bagaimanakah langkah-langkah pengolahan informasi
geografi? Gambarkan dalam bentuk bagan alur!
15. Dari mana saja data sistem informasi geografi kita peroleh?
Sebutkan!
16. Sebutkan lima elemen dasar SIG menurut Jeffrey dan John!
17. Sebutkan dua jenis data SIG!
18. Apa bedanya data citra dengan
database
?
19. Sebutkan hasil output SIG!
20. Sebutkan lima manfaat SIG!