Gambar Sampul Bahasa Indonesia · Bab 2 Aktif dan Kreatif
Bahasa Indonesia · Bab 2 Aktif dan Kreatif
Ratna

24/08/2021 16:01:11

SMP 7 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Pada pelajaran ini, kamu diharapkan mampu menguasai

empat kompetensi melalui aspek bersastra berikut.

1.

Mendengarkan dongeng yang dibacakan teman, lalu

menemukan hal-hal yang menarik dalam cerita dongeng

tersebut melalui analisis unsur-unsurnya

2.

Berlatih mengekspresikan diri melalui kegiatan bercerita

dengan urutan yang baik disertai suara, lafal, intonasi, gestur,

dan mimik yang sesuai sehingga cerita mudah dipahami

pendengarnya

3.

Membaca teks sastra (cerita anak), me mahami isinya, lalu

mampu menceritakan kembali s ec

ara jelas

4.

Berekspresi melalui kegiatan menulis pantun sesuai dengan

syarat-syarat pantun

Aktif dan Kreatif

Pelajaran 2

Gambar 2.1

Kegiatan membaca puisi merupakan bentuk

kreativitas siswa dalam belajar bahasa dan sastra.

dwottawa.files.wordpress.com

22

Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MT s VII

A. Mendengarkan Dongeng dan Menemukan

Hal-hal yang Menarik

1. Pengertian Dongeng dan Unsur-unsurnya

Apakah kamu telah mengetahui pengertian dongeng? Pada pelajaran

ini, kamu diajak mendengarkan dongeng lalu menemukan hal-hal yang

menarik dari isi cerita dongeng tersebut melalui unsur-unsur dalam cerita.

Dongeng merupakan salah satu bentuk karya sastra lama yang berjenis

prosa. Dongeng juga merupakan cerita rekaan, khayal, atau fiksi. Dalam

dongeng juga terdapat unsur-unsur yang membangun cerita seperti jenis

prosa lain, misalnya cerpen dan novel. Unsur-unsur tersebut meliputi tokoh,

watak tokoh, alur, latar, tema, dan amanat. Perbedaan antara dongeng dan

cerpen atau novel adalah tingkat rekaannya. Oleh karenanya, dongeng

mempunyai daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Selain itu, cerita dalam

dongeng juga menjadi daya tarik bagi orang tua untuk bercerita karena

mengandung nilai-nilai mora l yang dapat diajarkan kepada anak-anak.

1. Kegiatan mendengarkan dongeng biasa dilakukan oleh anak-anak saat

menjelang tidur.

2

.

Tujuan mendongeng adalah pemberian contoh yang baik dan tidak baik.

3

.

Dalam dongeng terdapat pesan-pesan kehidupan yang mendidik,

misalnya nilai kejujuran, persahabatan, kesederhanaan, kedermawanan,

kerja sama, dan kerja keras.

4

.

Dongeng disebut sebagai cerita pelipur lara karena fungsinya sebagai

penghibur hati yang biasa dituturkan lisan secara turun-temurun.

Hendaknya kamu pahami dahulu unsur-unsur dalam sebuah dongeng

berikut.

a. Tema, yaitu pokok pembicaraan

yang disampaikan dalam cerita

dongeng.

b. Tokoh, yaitu para pelaku yang

mendukung cerita dalam dongeng.

c. Watak tokoh atau penokohan, yaitu

gambaran perilaku atau watak para

pelaku dalam cerita dongeng.

d. Latar, yaitu tempat, waktu, dan

suasana yang terjadi dalam cerita

dongeng.

Dalam kesusastraan lama di In-

donesia, sering menggunakan

kata-kata sandang

si, sang, sri,

hang

, dan

dang

. Akan tetapi, kata

sandang yang sering digunakan

adalah kata

sang

. Penggunaan

kata

sang

untuk mengagungkan

seseorang yang dihormati,

seorang tokoh pahlawan, tokoh

cerita, atau nama sesuatu.

23

Aktif dan Kreatif

e. Alur, yaitu rangkaian kisah cerita yang disusun secara logis sebagai

jalan cerita dalam dongeng.

f. Amanat, yaitu pesan yang akan disampaikan dalam cerita dongeng

yang mengandung ajaran atau nilai-nilai moral.

2. Mendengarkan Pembacaan Dongeng

Tutuplah bukumu dan dengarkan pembacaan dongeng yang dilakukan salah

satu temanmu berikut ini!

Sambil mendengarkan dongeng, jawablah beberapa

pertanyaan di bawah ini!

a. Apa judul dongeng tersebut?

b. Siapa saja tokoh dalam dongeng tersebut?

c. Bagaimana ringkasan isi cerita dongeng tersebut?

d. Hal-hal apa yang menarik dari cerita tersebut?

e. Adakah hal-hal baik yang dapat dicontoh dan hal-hal buruk yang tidak

perlu dicontoh dari cerita dongeng tersebut?

Abunawas, Bocah Tak Bertuan

Hasan kaget bukan kepalang, tatkala kambing-kambing yang

digembalakannya hilang seekor. Ia mencari ke sana kemari, tetapi tak ketemu

juga. Saat hampir putus asa, dari kejauhan tiba-tiba terlihat kambingnya tengah

dituntun orang. Hasan bergegas memburu orang itu. Ketika sudah dekat,

orang yang menuntun kambingnya itu ternyata Balsom, tetangganya sendiri.

“Balsom, hendak kau bawa ke mana kambingku itu, hah?” tanya Hasan,

berang. Yang ditanya ternyata menjawab dengan santai.

“Saya kira kambing ini tak bertuan. Dia berkeliaran sendirian. Daripada

dimakan macan, lebih baik kuamankan saja di rumahku.”

Mendapat jawaban seperti itu, Hasan sebenarnya sakit hati juga. Namun,

Hasan tak ingin terjadi keributan. Dia mencoba mengalah dan menerima

balasan Balsom. Cuma dia meminta agar Balsom tak mengulanginya lagi.

Namun, janji tinggal janji. Beberapa waktu setelah kejadian itu, Balsom kembali

mengulang perbuatannya lagi. Dia mencoba mencuri kambing Hasan lagi.

24

Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MT s VII

Ketika tepergok, Balsom bisa saja berkilah.

“Aku tidak tahu kalau itu kambingmu. Dia berkeliaran sendirian.

Daripada dimakan macan, lebih baik kuamankan saja di rumahku. Makanya

kambing-kambingmu itu diberi tanda yang jelas, biar semua orang tahu.”

Kali ini Hasan tidak bisa menahan kemarahannya lagi. Dia menghujat

Balsom habis-habisan.

“Kau memang pandai berkilah! Kau tidak bisa ditegur dengan cara yang

baik-baik. Kalau itu memang maumu, baiklah. Aku juga bisa melakukan hal

yang sama padamu.”

Mendapat ancaman seperti itu, Balsom tidak gentar. Dia menanggapinya

dengan tenang. Balsom tahu, Hasan tidak cukup pintar untuk bisa

melaksanakan ancamannya itu. Namun usai kejadian itu, Hasan punya

rencana lain. Dia menemui Abunawas di rumahnya. Ia meminta nasihat agar

bisa membuat Balsom jera.

“Kalau masalahnya seperti itu, gampang,” ucap Abunawas, usai

mendengar cerita Hasan.

“Gampang bagaimana maksudmu?” tanya Hasan, tak mengerti.

“Sudah, lusa ikut aku. Dia akan merasakan balasan yang setimpal. Aku

tahu kebiasaannya. Setiap Rabu siang, dia pasti pergi ke pasar kota. Setelah

itulah kita akan buat dia menangis sejadi-jadinya.”

Hasan belum sepenuhnya mengerti maksud Abunawas, tetapi karena

meyakini kecerdikan Abunawas, dia menyetujui saja rencana itu.

Rabu siang, Abunawas dan Hasan menunggu di sebuah jalan. Keduanya

bersembunyi di balik rerimbunan pohon. Mereka berharap, Balsom akan

melewati jalan itu.

Benar juga! Tak berapa lama kemudian, Balsom melewati jalan itu sembari

menuntun anak lelakinya yang berumur tiga tahun. Melihat sebuah sandal

tergeletak tak bertuan, Balsom berhenti sejenak.

“Bukankah ini pasangan sandal yang kutemui di jalan, beberapa saat

yang lalu? Kalau tahu aku bakal menemukan pasangannya, mengapa aku

tidak mengamankan sandal tadi?” gumam Balsom, sembari geleng-geleng

kepala.

Setelah berpikir sejenak, Balsom membulatkan pikiran. Dia akan kembali

untuk mengambil sandal yang tergeletak di tengah jalan, beberapa saat yang

lalu.

“Kau tunggu di sini, ya?” kata Balsom pada anaknya. “Ayah pasti akan

kembali lagi. Tidak lama,

kok

, paling hanya sepuluh menit saja.”

Beberapa saat setelah Balsom meninggalkan anaknya, Abunawas dan

Hasan langsung bereaksi. Dia mendekati anak Balsom dan membujuknya

agar mau ikut dengannya. Diiming-iming mainan dan gula-gula, anak Balsom

menurut saja diajak Abunawas dan Hasan.

Tatkala Balsom sudah kembali ke tempat semula, betapa kagetnya dia.

Anaknya raib tak berimba. Dia tidak tahu harus bertanya kepada siapa.

Jalanan ini sepi, nyaris tak berpenghuni. Yang ada hanya rerimbunan pohon

dan semak-semak. Sembari hilir mudik ke sana kemari, Balsom meraung-raung

sejadi-jadinya, menangisi kepergian anaknya.

Di tengah kepanikannya, tiba-tiba dia melihat sekilas anaknya dituntun

orang. Balsom segera berlari mengejar bayangan itu. Setelah dekat, ternyata

25

Aktif dan Kreatif

Penilaian

Keterangan

Baik Cukup Kurang

No.

Aspek Penilaian

benar. Anaknya tengah dituntun Abunawas dan Hasan.

“Hai, apa-apaan ini! Mau kau bawa ke mana anakku, hah?!” seru Balsom

memaki Abunawas dan Hasan.

“Lho, ini anakmu?” ucap Abunawas pura-pura tidak tahu. “Saya kira

bocah ini tidak bertuan. Dia berkeliaran sendirian tadi. Daripada dimakan

macan, lebih baik kuamankan saja di rumahku.”

Mendapat jawaban setelak itu, Balsom seketika terdiam. Amarahnya yang

meluap-luap seketika sirna. Kilahnya kepada Hasan beberapa waktu yang

lalu, kini dibalikkan lagi kepadanya, oleh Abunawas. Wajah Balsom merah

padam menahan malu. Akhirnya, tanpa banyak bicara, Balsom segera

merenggut tubuh anaknya dari tangan Abunawas dan pergi tanpa sepatah

kata.

(Sumber:

Mentari

, edisi 375,

Tahun XXV, 28 April 2007)

3. Menceritakan Hal-Hal Menarik dalam Dongeng

Lakukan kegiatan kelompok dengan mengikuti rambu-rambu di bawah ini!

1. Bentuklah kelompok diskusi dalam kelasmu sesuai kesepakatan! Jika di

kelasmu ada teman yang berbeda agama, suku, jenis kelamin, atau

kewarganegaraan, bagilah kelompok secara seimbang dan membaur!

2. Aturlah tempat duduk di kelasmu dengan posisi melingkar! Jika perlu,

lakukan kegiatan ini di luar kelas!

3. Ceritakan kembali isi dongeng

Abunawas, Bocah Tak Bertuan

dengan

menggunakan acuan jawaban atas pertanyaan pada tugas sebelumnya!

4. Setiap anggota kelompok melakukan kegiatan ini dan teman lainnya

memberikan penilaian dengan acuan dalam tabel di bawah ini!

Tabel 2.1 Penilaian Penampilan Teman

Nama Teman : ___________________

1. Gaya penceritaan

2. Kejelasan isi

3. Urutan penceritaan

4. Kelancaran berbahasa

26

Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MT s VII

4. Latihan

1. Bacalah secara bersama-sama dengan temanmu dalam hati dongeng

yang berjudul “Abunawas, Bocah Tak Bertuan”!

2. Selanjutnya, coba jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini

dengan benar dan tuliskan di buku tugasmu!

a. Apa judul dongeng yang kamu dengarkan?

b. Siapa tokoh utama dalam d ongeng tersebut?

c. Di mana terjadinya peristiwa dalam dongeng tersebut?

d. Pengalaman menarik apa yang dialami tokoh dalam dongeng

tersebut?

e. Apakah mungkin pengalaman yang dialami tokoh tersebut terjadi

dalam kehidupan nyata? Jelaskan menurut pendapatmu!

f. Apa nasihat yang ada dalam d ongeng tersebut?

g. Bagaimana watak tokoh dalam cerita tersebut?

h. Menurutmu, bagaimana akhir cerita dalam dongeng tersebut agar

lebih menarik? Jelaskan sesuai pendapatmu!

1. Carilah sebuah dongeng dari majalah atau koran yang terbit di

kotamu! Bacalah dongeng tersebut dengan cermat! Jika mungkin,

kamu dapat mengakses internet untuk men-

down load

cerita

dongeng yang kamu temukan.

2. Tentukan tema dongeng yang kamu baca tersebut!

3. Temukan hal-hal menarik dalam dongeng tersebut disertai alas an

yang logis!

4. Tulislah pesan/amanat yang ingin disampaikan dalam dongeng

tersebut!

5. Kumpulkan tugas latihan ini kepada gurumu disertai guntingan

atau fotokopi atau

print out

dongeng yang kamu dapatkan tersebut!

6. Jangan lupa cantumkan sumber dongeng tersebut!

27

Aktif dan Kreatif

B. Bercerita dengan Urutan yang Baik

1. Teknik Bercerita yang Baik

Keterampilan mendongeng m erupakan bentuk keterampilan berbicara.

Oleh karena itu, seorang pendongeng dituntut memiliki perbendaharaan kata

yang banyak sehingga dapat memilih k ata yang tepat sesuai k halayak

pendengarnya. Diksi (pilihan kata) untuk konsumsi anak balita tentu berbeda

dengan diksi untuk anak-anak usia SD dan SMP. Seseorang yang suka

menceritakan cerita kepada orang lain dis ebut pendongeng

(story teller)

.

Pernahkah kamu mendengar istilah tersebut? Untuk dapat menjadi seorang

pencerita yang baik, hendaknya memerhatikan beberapa teknik dalam bercerita.

Apa saja teknik-teknik tersebut? Berikut akan dibahas satu per satu.

a. Menggunakan kata-kata yang komunikatif (tidak kaku). Jika mungkin,

menggunakan kata-kata baku yang sedang

trend

agar tercipta hubungan

yang dekat dengan pendengar.

b. Mengucapkan huruf, kata, dan kalimat dengan lafal yang tepat agar

pendengar lebih mudah memahami isi cerita.

c. Memerhatikan intonasi kalimat. Intonasi adalah naik turunnya lagu

kalimat yang berfungsi membentuk makna kalimat. Dengan intonasi

yang tepat, pendengar dapat membedakan pengucapan kalimat untuk

nada sedih, marah, gembira, dan sebagainya.

d. Mengucapkan kalimat dengan jeda yang tepat. Jeda adalah perhentian

lagu kalimat. Jeda berfungsi untuk menandai batas-batas satuan kalimat.

e. Memerhatikan nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya pengucapan suatu

kata. Dalam hal ini, intonasi berfungsi untuk memberi tekanan khusus

pada kata-kata tertentu. Tinggi-rendahnya nada dapat membedakan

bagian kalimat yang satu dengan bagian kalimat lain yang tidak penting.

f. Penerapan gesture dan mimik yang tepat. Gesture adalah peniruan

dengan gerak-gerik anggota badan, sedangkan mimik dalam peniruan

gerakan raut muka. Penguasaan

gesture

dan mimik dapat dilakukan

dengan meniru gerakan orang tertawa, menangis, melompat,

menyumpit, berteriak, dan sebagainya.

Setelah memahami teknik-teknik bercerita, kamu dapat menggunakan

cerita rakyat dari Kalimantan yang berjudul

Anggrek Hitam untuk Domia

pada halaman depan untuk latihan bercerita. Sebelumnya, perhatikan tanda-

tanda intonasi dan jeda pada pengucapan sebuah kalimat berikut.

a. Tanda / untuk intonasi tinggi.

b. Tanda \ untuk intonasi rendah.

c. Tanda | untuk jeda sebagai tanda henti sementara.

d. Tanda // untuk jeda akhir.

28

Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MT s VII

2. Contoh Cerita Rakyat

Indonesia adalah negara yang kaya akan khazanah budaya. Salah satu

bentuk budaya Indonesia adalah cerita rakyat yang sangat banyak ragamnya.

Hampir di setiap daerah di pelosok Nusantara ini memiliki cerita daerah

atau lebih dikenal dengan cerita rakyat. Perkembangan cerita rakyat tersebut

dilakukan secara turun-temurun dan disebarkan secara lisan atau bentuk

tuturan. Bacalah contoh teks cerita rakyat dari daerah Kalimantan di bawah

ini dan lakukan latihan selanjutnya!

Anggrek Hitam untuk Domia

(Diceritakan oleh R. Masri Sareb Putra)

Gong dari rumah panjang menggelegar bertalu-talu. Penduduk kampung

Tebelianmangkang sudah tahu. Jika gong d itabuh, berarti ada keadaan

genting. Mereka pun bergegas mendatangi rumah itu. Rupanya, seorang

wanita bernama Darahitam akan melahirkan bayi. Namun, bayinya tak juga

mau keluar. Darahitam sangat khawatir. Sebelumnya, sudah dua kali bayinya

meninggal. Sambil kesakitan, ia berdoa dan bernazar.

“Jubata, tolonglah agar anakku lahir dengan selamat. Lelaki atau

perempuan, anak ini akan kupersembahkan menjadi pelayanmu!”

Jubata adalah dewa tertinggi suku Dayak. Jubata adalah perantara antara

manusia dan Tuhan. Darahitam yakin, Jubata akan menolongnya. Dan ....

“Hoa, hoa, hoa...,” suara tangis bayi memecah keheningan.

Seluruh penduduk desa menyambut gembira. “Ia lahir dengan selamat!

Bayi yang cantik! Kulitnya bersih. Hidungnya mancung. Alisnya tebal. Bulu

matanya lentik,” seru para wanita. Karena sangat cantik, bayi perempuan itu

dinamakan Domia. Dalam bahasa Dayak,

domia

berarti dewi.

29

Aktif dan Kreatif

Seperti ramalan banyak orang, Domia tumbuh menjadi gadis jelita. Banyak

pria yang melamarnya. Namun, Domia menolak sebab ia terikat nazar ibunya

pada Jubata. Domia ditakdirkan menjadi pelayan Tuhan atau imam wanita.

Seorang imam tak boleh menikah. Tak seorang pun bisa membatalkan nazarnya,

kecuali Jubata sendiri yang mencabutnya. Meskipun demikian, Domia jatuh

cinta kepada pemuda bernama Ikot Rinding. Pemuda itu pun mencintai Domia.

Namun, Ikot Rinding heran karena Domia tak mau menikah dengannya.

Suatu hari yang panas, pergilah Ikot Rinding memancing. Karena tak

ada seekor ikan pun yang didapatnya, ia pun pergi ke hulu sungai. Di tengah

jalan, Ikot Rinding terhenti. Ia melihat Domia sedang mencuci pakaian. Pemuda

itu langsung menghampiri gadis pujaan hatinya.

“Domia, mengapa kau tak mau menjadi istriku?” tanya Ikot Rinding.

Mendengar pertanyaan itu, Domia terkejut. Gadis cantik itu akhirnya

berterus terang. Ia bercerita tentang nazar ibunya pada Jubata ketika

melahirkannya. Betapa sedih hati Ikot Rinding mendengar cerita itu. Ia tahu,

nazar pada Jubata hanya bisa dibatalkan oleh Jubata sendiri, tetapi ... ke mana

ia harus mencari Jubata?

Demi cintanya pada Domia, Ikot Rinding pun mengembara. Setelah enam

hari mengembara, sampailah ia di Bukit Sungkung. Ikot Rinding beristirahat

dan tertidur pulas di bawah pohon rindang. Begitu bangun, hari sudah pagi,

berarti ini hari ketujuh pengembaraannya mencari Jubata.

Ketika akan melangkah pergi, Ikot Rinding terkejut. Ia melihat sebuah

sumpit tergeletak di tanah. Ikot Rinding segera memungutnya dan meneruskan

pengembaraannya. Ketika melintasi sebongkah batu, ia tiba-tiba teringat pada

nasihat ibunya, “Jangan sekali-kali mengambil barang orang lain tanpa izin.

Seketika Ikot Rinding berbalik dan meletakkan sumpit itu ke tempat semula.

Ikot pun meneruskan perjalanannya mencari Jubata. Badannya lelah. Ia

merasa lapar dan dahaga. Akan tetapi, begitu ingat Domia, ia bersemangat

kembali. Tiba-tiba terdengar suara desisan. Sekelebat melintas seekor ular

tedung. Ia terhenti di depan Ikot Rinding. Lidahnya kecil panjang bercabang.

Badannya yang tadi melingkar, ditegakkan. Ikot Rinding sadar, ia harus

waspada. Tangan kanannya kini m eraih ranting. Diputar-putar ranting itu,

dengan cepat tangan kirinya menyambar si ular tedung. Ular itu rupanya

terpedaya oleh gerak tipunya. Dilemparkannya ular tedung itu ke tepi jurang.

Usai peristiwa itu, terdengar langkah kaki. Rupanya ada orang yang

menonton perkelahian Ikot Rinding melawan ular tedung. Semula Ikot Rinding

curiga. Namun, wajahpemuda itu tampak ramah.

“Aku Salampandai, putra bungsu raja hutan di sini,” ujarnya.

Salampandai bercerita sudah dua hari ini ia berburu. Namun, tak berhasil

menangkap apa pun. Ini gara-gara senjatanya hilang. Ia juga bercerita bahwa

ayahnya menyuruhnya berlatih menyumpit.

Sekarang Ikot Rinding tahu siapa pemilik sumpit yang ditemukannya

tadi. Ia mengajak Salampandai ke tempat sumpit itu. Benda itu masih ada di

sana. Karena gembira, Salampandai mengundang Ikot Rinding bermalam di

rumahnya. Ia ingin mengenalkan sahabat barunya kepada keluarganya.

Bahkan, ia pun ingin menjadikan Ikot Rinding saudara angkatnya, walau ia

sudah mempunyai enam orang kakak.

30

Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MT s VII

Sejak saat itu, Ikot Rinding diizinkan tinggal di istana. Raja dan ratu

sangat menyayanginya seperti anak kandung sendiri. Salampandai dan Ikot

Rinding pun selalu bersama ke mana pun mereka pergi. Suatu hari raja

berpesan kepada Ikot Rinding dan keenam putranya saat mereka akan pergi

berburu, “Jaga si bungsu baik-baik!” Ikot Rinding pun mengangguk, tetapi

keenam saudara kandung Salampandai tak menjawab. Mereka tak menyukai

Ikot Rinding. Mereka merasa ratu dan raja hanya memerhatikan si Bungsu

dan Ikot Rinding. Mereka lalu membuat rencana mencelakakan salah satu

dari Ikot Rinding atau si Bungsu. Mereka mengajak si Bungsu dan Ikot Rindang

ke hutan

Setibanya di hutan, mereka harus berpencar. Salampandai mendapat

tempat yang jauh agak mendaki dan Ikot Rinding ke tempat yang menurun.

Keenam kakak Salampandai sengaja memisahkan mereka berdua. Namun,

ketika keenam orang itu sudah pergi, diam-diam Ikot Rinding membuntuti

Salampandai. Ia tahu keenam orang itu sengaja menyuruh Salampandai ke

tempat yang berbahaya.

“Berhenti! Jangan lewat gua itu!” teriak Ikot Rinding pada si Bungsu.

Ikot Rinding tahu, di gua itu hidup sekawanan kalong. Gigi dan cakar hewan-

hewan itu sangat tajam. “Salampandai, tiarap!” teriak Ikot Rinding saat

melihat gumpalan hitam keluar dari mulut gua. Akan tetapi, terlambat. Si

Bungsu kini dalam kepungan kelelawar.

Dengan tangkas, Ikot Rinding mecabut mandau. Ia menebas ke segala arah.

Satu per satu binatang gua itu dikalahkannya. Kini tinggal raja kelelawar yang

bertubuh besar. Kali ini Ikot Rinding menggunakan sumpitnya. “Fuuhhhh!”

Hanya sekali tiupan, robohlah si raja kelelawar. Si Bungsu pun selamat.

Keduanya lalu pulang. Salampandai menceritakan peristiwa pada

ayahnya. Raja sangat takjub mendengarkan cerita ketangkasan Ikot Rinding.

ia sangat bahagia karena putra kesayangannya selamat.

“Mintalah apa saja yang kau inginkan,” ujarnya kepada Ikot Rinding.

“Hari ini juga akan segera kupenuhi.”

Pada saat itu Ikot Rinding baru sadar. Ayah Salampandai ternyata adalah

Jubata itu sendiri. Inilah saat yang diimpikannya. Meski agak ragu, Ikot Rinding

pun berkata, “Aku memohon bukan untuk diriku, tetapi untuk orang lain. Sudilah

kiranya Raja membebaskan Domia dari nazar ibunya, Darahitam.”

Jubata ingat. Tujuh belas tahun yang lalu, seorang ibu bernama Darahitam

kesulitan bersalin. Karena putus asa, Darahitam bernazar dan kini Ikot Rinding

meminta agar nazar itu dilepaskannya. Jubata yang bijaksana mengerti. Berbuat

baik jauh lebih penting daripada memegang keteguhan sebuah sumpah.

“Permohonanmu kukabulkan,” ujarnya.

“Apakah tandanya?” tanya Ikot Rinding.

Melihat keraguan putra angkatnya, Raja masuk ke kamarnya. Begitu

keluar, tangannya memegang setangkai anggrek hitam, yang hanya tumbuh

di halaman istana Jubata.

“Inilah tandanya,” sabda Jubata. Anggrek itu lalu diserahkannya kepada

Ikot Rinding. “Begitu Domia menerima sendiri dari uluran tanganmu, bunga

ini segera berubah warna. Itulah pertanda bahwa nazar ibunya telah

kulepaskan.”

31

Aktif dan Kreatif

Usai menerima anggrek hitam itu, Ikot Rinding bergegas meninggalkan

istana. Ia telah sangat rindu pada Domia. Perjalanan panjang ditempuhnya

tanpa rasa lelah. Tak terasa, tibalah ia di kampung Tebelianmangkang.

Anggrek hitam diserahkannya kepada Domia. Tanpa banyak bicara,

Domia menurut ketika diminta memejamkan matanya. Ketika membuka

kelopak matanya, dia melihat anggrek hitam telah berubah warna jadi putih

bersih. Indah berseri bagai anggrek bulan. Domia terlepas dari nazar ibunya.

Akhirnya, Ikot Rinding dan Domia hidup bahagia sampai mereka tua.

(Sumber:

Bobo

, No. 10/XXVIII)

3. Berlatih Mendongeng/Bercerita

Kegiatan yang dapat kamu lakukan adalah sebagai b erikut.

a. Membuat catatan ringkasan cerita yang telah kamu baca tersebut, yang

meliputi judul, nama tokoh, watak tokoh, tema, alur, latar, unsur-unsur

lainnya.

b. Memberi tanda jeda dan intonasi pada ringkasan cerita yang kamu buat.

c. Perhatikan lafal, intonasi, jeda,

gesture

, dan mimik pada saat bercerita

agar pendengar mudah menangkap isi cerita yang kamu sampaikan.

d. Lakukan bercerita di depan kelas secara bergantian dengan temanmu.

Selanjutnya, simak penampilan temanmu dalam bercerita dan berikan

penilaian dengan mengikuti format penilaian di bawah ini!

Tabel 2.2

Format Penilaian Bercerita

Nama Teman : ____________________

Nama Penilai :

____________________

1. Penguasaan vokal/suara

2. Penguasaan lafal

3. Penguasaan intonasi

4. Penguasaan mimik

Penggunaan intonasi dibedakan dalam tiga kalimat.

1. Kalimat berita, menggunakan intonasi mendatar pada akhir kalimat.

2. Kalimat tanya, menggunakan intonasi menurun pada akhir kalimat.

3. Kalimat perintah, menggunakan intonasi menaik/tinggi pada akhir kalimat.

No.

Aspek Penilaian

Penilaian

Keterangan

Baik Cukup Kurang

32

Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MT s VII

4. Latihan

Berlatihlah menceritakan kembali cerita rakyat dengan mengikuti rambu-

rambu berikut ini!

a. Bentuklah kelompok sesuai kesepakatan dalam kelasmu! Usahakan

pembagian kelompok tidak bias gender sehingga antara peserta laki-

laki dan perempuan seimbang!

b. Masing-masing kelompok mencari cerita rakyat yang ada di Indonesia.

Selanjutnya, dipilih cerita rakyat yang telah disepakati bersama dalam

kelompok.

c. Cerita rakyat yang terpilih dijadikan bahan bercerita. Semua anggota

kelompok membaca cerita tersebut, lalu secara bergantian menceritakan

cerita rakyat tersebut.

d. Pada saat temanmu bercerita, coba berikan penilaian dengan

menggunakan format pada Tabel 2.2 di atas!

e. Berdasarkan komentar yang disampaikan temanmu, perbaiki jika

penilaian yang diberikan temanmu bernilai kurang ( K)!

1. Berlatihlah membubuhkan tanda intonasi dan jeda pada kutipan

kalimat dalam cerita rakyat yang telah kamu pilih sebelumnya!

Kerjakan di buku tugasmu dan bandingkan dengan hasil kerja

temanmu!

2. Setelah membubuhkan tanda intonasi dan jeda, cobalah membaca

kalimat-kalimat tersebut dengan intonasi dan jeda yang tepat!

Praktikkan di depan kelas secara bergantian dengan temanmu!

C. Membaca Cerita Anak dan Menceritakan

Kembali Isinya

1. Pengertian Membaca Intensif

Pernahkah kamu membaca cerita anak, baik novel, cerpen, maupun

dongeng? Tahukah kamu teknik-teknik yang digunakan untuk membaca

sebuah teks cerita? Tahukah kamu yang dimaksud dengan teknik membaca

intensif? Kegiatan membaca yang dilakukan dengan tujuan menelaah dan

memahami secara mendalam dan utuh suatu teks dikenal dengan nama

teknik membaca intensif. Teknik membaca intensif dapat dilakukan untuk

teks fiksi maupun teks nonfiksi. Cerita anak merupakan jenis cerita fiksi.

Untuk itu, kamu diajak membaca cerita anak berjudul

Bermain Curang

33

Aktif dan Kreatif

dengan menggunakan teknik membaca intensif. Selanjutnya, kamu

diharapkan mampu menguasai kompetensi untuk menceritakan kembali

isi cerita anak yang telah kamu baca.

2. Membaca Intensif Cerita Anak

Bacalah kutipan cerita anak di bawah ini dengan teknik membaca intensif! Sambil

membaca, buatlah ringkasan ceritanya!

Bermain Curang

Kelas jadi hiruk pikuk. Tepuk tangan terdengar menggema ketika Antok

menerima hadiah dari Pak Efendi sebagai pemenang lomba kaligrafi. Anak-

anak yang duduknya berjejer di belakang, meneriaki Antok dengan lantang.

Antok hanya tersenyum mendengar pujian dari beberapa temannya. Ia merasa

bangga. Namun, ada sesuatu yang disembunyikan dalam kemenangannya.

Semua ini hanya dia yang tahu.

Bel istirahat berbunyi. Antok mengajak beberapa anak pergi ke kantin Bu

Iyah. Antok akan mentraktir mereka atas kemenangan yang diraihnya.

“Ayolah, kalian makan apa yang kalian suka. Tidak usah sungkan-

sungkan,” kata Antok merasa bahagia.

Di tempat lain, Ali sedang memerhatikan Antok bersama kawan-

kawannya. Mereka tampaknya bersenang-senang di kantin Bu Iyah. Padahal,

Ali tahu tentang semuanya. Ia tahu, kemenangan yang diraih Antok hanyalah

semu belaka. Dalam lomba tersebut, Antok bermain curang.

“Hai Ali, kenapa kamu ada di sini? Kenapa tidak bergabung dengan

mereka?” tanya Ramelan menepuk pundak Ali. Ali sedikit terkejut melihat

kedatangan sahabatnya itu.

“Undangannya terbatas, Lan.”

“Aku jadi heran, masak sih kamu tidak diajak oleh Antok untuk makan-

makan atas kemenangan yang diraihnya. Kamu kan teman sebangkunya, Ali!”

Ali terdiam sesaat. Seolah ada sesuatu yang dipikirkan olehnya.

“Ada apa, Al? Tiba-tiba wajah kamu pucat. Kamu sakit?” Ramelan

merasa heran ketika menangkap perubahan itu.

Ali menggeleng. Entah mengapa, tiba-tiba saja Ali tidak bisa berdusta

pada Ramelan. “Lan, sebenarnya kemenangan Antok dalam perlombaan itu

karena dia berbuat curang,” kata Ali berterus terang.

“Maksudmu?” Ramelan tertawa terbelalak sekaligus merasa penasaran

dengan pernyataan sahabatnya.

“Ya. Dalam perlombaan itu sebenarnya yang membuat kaligrafi adalah

kakaknya!”

“Dari mana kamu tahu, Al?”

Aku melihatnya sendiri ketika bermain ke rumah Antok. Dia memintaku

untuk merahasiakannya pada orang lain.”

Kedua anak itu terdiam beberapa saat. Ramelan tidak menyangka kalau

Antok akan seberani itu berbuat curang dalam perlombaan.

34

Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MT s VII

“Jadi, karena itu kamu tidak mau bergabung dengan mereka?” kata

Ramelan memecah kebisuan itu.

“Aku tidak bisa menyimpan kebohongan terus-menerus, Lan. Kalau aku

diam, berarti aku ikut andil mengotori dalam perlombaan itu. Makanya, aku

berbagi cerita ini pada kamu, agar aku tidak terus-menerus dihantui perasaan

bersalah!”

“Berarti kemenangan Antok tidak murni!” kata Ramelan.

Keesokan harinya, berita itu begitu cepatnya tersebar dari mulut ke mulut.

Akhirnya, berita itu menjadi rahasia umum. Sebenarnya, tidak sedikit anak-

anak yang mudah percaya dengan desas-desus itu. Selama ini, mereka

mengenal Antok sebagai anak yang baik. Rasanya tidak mungkin, Antok

melakukan perbuatan securang itu.

“Hari ini ada tugas keterampilan untuk kalian,” kata Pak Efendi pagi itu

di depan kelas. “Bapak harap, tugas ini dikerjakan di dalam kelas.”

Anak-anak mendadak sontak mendengung seperti suara kumbang.

“Tugas apa lagi, Pak?” protes Baskoro yang duduknya paling belakang.

“Membuat tulisan kaligrafi!”

Antok, yang duduknya sebangku dengan Ali, terkejut bukan main. Bukan

karena apa, tetapi selama ini Antok memang tidak bisa menulis Arab. Padahal,

tempo hari dialah yang telah memenangkan perlombaan itu. Keringat dingin

membasahi badan Antok.

Di dalam kelas, Pak Efendi mon dar-mandir mengawasi muridnya.

Sesampainya di bangku Antok, Pak Efendi memerhatikannya. Ia salah tingkah.

Keringatnya makin bercucuran membasahi keningnya.

“Ada apa dengan kamu, Antok? Kamu sakit?” tanya Pak Efendi.

Antok menggeleng, tetapi tidak bisa berdusta pada Pak Efendi.

“Saya... saya tidak bisa mengerjakannya, Pak,” katanya dengan jujur.

Lho

, bukankah dalam perlombaan itu, kamu yang menang?” tanya Pak

Efendi heran.

35

Aktif dan Kreatif

“Tapi... tapi yang membuat kaligrafi itu bukan saya, Pak.”

“Lalu, siapa yang membuatnya?”

“Kakak saya.”

Anak-anak yang mendengar pengakuan Antok, jadi terkejut. Mereka tak

menyangka, kalau Antok akan berbuat curang dalam perlombaan itu. Kelas

jadi ramai. Sebagian anak-anak memaki Antok. Antok pun jadi malu sendiri.

Wajahnya tampak pucat. Ingin rasanya dia menangis.

“Sudah, sudah, kalian jangan ramai! Kejadian ini peringatan buat kalian

semua. Bukankah tempo hari Bapak sudah bilang, siapa pun yang berbuat

curang pasti akan menanggung akibatnya!” kata Pak Efendi.

Anak-anak terdiam, tetapi pandangan mereka sinis ke arah Antok. Antok

sendiri menundukkan wajahnya. Malu sekali karena kecurangannya terbongkar.

(Sumber:

Mentari

, edisi 375, Tahun XXV,

28 April 2007, hlm. 12-13)

Jawablah pertanyaan di bawah ini berdasarkan isi cerita anak

Bermain

Curang

yang telah kamu baca!

1. Antok adalah tokoh yang menang dalam lomba penulisan kaligrafi,

tetapi kemenangan tersebut diraih karena kecurangannya. Bagaimana

pendapatmu tentang pernyataan tersebut?

2. Bagaimana sifat Ali? Apakah ia tokoh yang suka berdusta?

3. Siapa tokoh yang akhirny a dapat membongkar kecurangan Antok?

4. Apa tujuan penulisan cerita ters ebut? Jelaskan m enurut pendapatmu!

5. Nilai moral apa yang kamu peroleh setelah membaca cerita tersebut?

Jelaskan menurut pendapatmu!

3. Teknik Menceritakan Kembali

Untuk dapat memahami isi cerita anak dan menceritakannya kembali,

kamu hendaknya memerhatikan hal-hal di bawah ini.

a. Menyebutkan judul cerita.

b. Menyebutkan nama-nama tokoh dalam cerita.

Tokoh-tokoh ini mempunyai ciri-ciri f isik, identitas, da n menjalin

hubungan dengan orang-orang di sekitarnya.

c. Menjelaskan watak (karakter) tiap tokoh.

Watak tokoh berkembang seiring perkembangan masalah yang

dihadapinya. Emosi tokoh dipengaruhi oleh watak atau sifat-sifat dasarnya.

Misalnya, tokoh yang sabar tentu akan berbeda dengan tokoh yang pemarah.

d. Menentukan urutan peristiwa dalam cerita anak.

Urutan peristiwa dalam sebuah cerita dikenal dengan nama alur. Alur

dalam cerita dapat ditemukan dengan membaca setiap paragraf dalam

cerita tersebut.

e. Membuat ringkasan ceritanya.

Berdasarkan ringkasan cerita anak ini, kamu dapat menceritakan kembali

kepada teman-temanmu secara bergantian di depan kelas.

36

Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MT s VII

Dalam menceritakan kembali cerita anak yang telah dibaca, kamu dapat

menggunakan peribahasa untuk menggambarkan cerita. Tahukah kamu

yang dimaksud dengan peribahasa? Peribahasa merupakan bagian dari

suatu bahasa. Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang

susunannya tetap dan mampu mengisahkan suatu maksud tertentu.

Peribahasa biasanya berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip

hidup, atau aturan tingkah laku.

Contoh peribahasa:

a. Sedia payung sebelum hujan.

Artinya: Bersiap sedia sebelum terjadi sesuatu yang kurang baik.

b. Bagai menegakkan benang basah.

Artinya: Melakukan pekerjaan yang mustahil dapat dilaksanakan.

c. Ada gula ada semut.

Artinya: Di mana banyak kesenangan, di situlah banyak orang

berkumpul.

d. Tak ada gading yang tak retak.

Artinya: Tidak ada sesuatu yang tak ada cacatnya, tidak ada manusia

yang sempurna.

e. Bagai air di daun talas.

Artinya: Pendirian seseorang yang selalu berubah-ubah.

Tokoh dalam sebuah cerita merupakan pemeran yang berfungsi menampilkan

peristiwa, gagasan, atau pendapat pengarang melalui lakuan, dialog, dan

monolog.

Berdasarkan penampilan dan perwatakannya, tokoh dibedakan menjadi dua.

1. Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang disenangi pem baca karena selalu

bertindak membela tema cerita.

2. Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang tidak disenangi pembaca karena

berusaha mengalahkan niat baik tokoh protagonis.

1. Bentuklah kelompok diskusi dalam kelasmu sesuai kesepakatan

teman-temanmu!

2. Setiap kelompok berdiskusi untuk menjawab pertanyaan di bawah ini.

(1) Peribahasa yang menyatakan penyerahan adalah ....

a. Besar pasak daripada tiang.

b. Biduk berlalu kiambang berlaut.

c. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna.

d. Persoalan itu umpama menegakkan benang basah.

37

Aktif dan Kreatif

(2) Para pejuang meninggalkan kota Bandung dengan menyerang

markas Sekutu dan membumihanguskan kota Bandung.

Pernyataan di atas sesuai dengan peribahasa ....

a. Berakit-rakit ke hulu, bersenang-senang ke tepian.

b. Kuman di seberang lautan kelihatan, gajah di pelupuk

mata tidak tampak.

c. Daripada hidup becermin bangkai, lebih baik mati

berkalang tanah.

d. Sehari selembar benang, lama-lama menjadi sehelai kain.

(3) Segalak-galaknya orang tua, tidak akan mencelakakan

anaknya.

Peribahasa yang tepat untuk kalimat di atas adalah ....

a. Sebuas-buasnya harimau tidak akan memakan anaknya.

b. Harimau mati meninggalkan belang.

c. Harimau yang mengaum tidak akan menerkam.

d. Sepandai-pandai tupai melompat, akan jatuh juga.

(4) Seorang perempuan yang cantik tiba-tiba ditimpa kesusahan,

maka hilanglah cahaya dan seri wajahnya.

Pernyataan di atas sesuai dengan peribahasa ....

a. Ayam lepas tangan bertahi.

b. Bagai bunga ditimpa panas.

c. Makan hati berulam jantung.

d. Hilang kilat dan kilau.

(5) Penggunaan peribahasa yang tepat terdapat pada kalimat di

bawah ini adalah ....

a. Suaranya lantang seperti tong kosong berbunyi nyaring.

b. Sejak kesusahan menimpanya, Riana yang cantik jelita itu

kehilangan cahaya dari wajahnya, bagai bunga ditimpa panas.

c. Antara mobil dan motor bagai pinang dibelah dua,

keduanya sama-sama kendaraan bermotor.

d. Memang, si Rini dan si Rina dua kembar layaknya tak ada

gading yang tak retak.

3. Selanjutnya, setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan

ditanggapi oleh kelompok lain.

38

Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MT s VII

D. Menulis Pantun Sesuai Syarat-syaratnya

1. Pengertian Pantun dan Syarat-syarat Pantun

Tahukah kamu cara menuliskan pantun dengan benar? Apa saja syarat-

syaratnya? Kamu akan diajak belajar untuk menguasai kompetensi menulis

pantun sesuai syarat-syaratnya.

Pantun merupakan salah sat u jenis karya sastr a Melayu Lama yang

berbentuk puisi. Pantun juga merupakan salah satu peninggalan masyarakat

Melayu. Pada zaman dahulu, pantun diciptakan untuk berbagai tujuan,

antara lain menyampaikan nasihat, menyatakan rasa sayang, ajaran budi

pekerti dan moral, untuk kepentingan sosial, serta untuk hiburan/kejenakaan

semata. Sebagai jenis pu isi lama, pantun memiliki kata-k ata yang khas.

Kekhasan kata-kata dalam pantun ditunj ukkan melalui penggunaan kata-

katanya, ungkapan pengarang, serta kemerduan bunyinya karena pilihan

bunyi akhir yang teratur. Pantun terdiri atas dua bagian, yaitu bagian

sampiran dan isi. Hal yang dipentingkan dalam menulis pantun adalah

mementingkan keindahan bahasa, pemadatan makna kata, dan bentuk

penulisannya berbait-bait. Salah satu keindahan bahasa dalam sebuah pantun

ditandai oleh rima a - b - a - b. Jika kamu akan menulis sebuah pantun dengan

baik, hendaknya memerhatikan syarat-syarat pantun berikut .

a. Satu bait terdiri atas empat baris.

b. Baris pertama dan kedua merupakan sam piran, sedangkan bait ketiga

dan keempat merupakan isi.

c. Setiap baris terdiri atas 8 - 12 suku kata.

d. Rima akhir berpola a - b - a - b.

Perhatikan rima akhir contoh pantun di bawah ini.

Asam pauh dari sebe

rang

(a)

Dimuat di dalam pe

ti

(b)

Badan jauh di rantau o

rang

(a)

Kalau sakit siapa mengoba

ti

(b)

Berdasarkan isinya, pantun terdiri atas tiga jenis.

a. Pantun anak-anak, terdiri atas pantun teka-teki dan pantun jenaka.

b. Pantun remaja, terdiri atas pantun perkenalan, pantun berkasih-

kasihan, dan pantun perpisahan.

c. Pantun orang tua, terdiri atas pantun adat, pantun agama, dan pantun

nasihat.

39

Aktif dan Kreatif

2. Contoh Pantun

Perhatikan contoh pantun di bawah ini!

)

Contoh (1)

Kalau piknik di tepi pantai

Pulanglah sebelum hari senja

Kalau adik ingin pandai

Belajarlah sambil berdoa

)

Contoh (2)

Ada melinjo a da emping

Digoreng dengan minyak kelapa

Ada sinyo tertawa nyaring

Dicoreng hidungnya dengan jelaga

)

Contoh (3)

Pisang emas dibawa berlayar

Masak sebiji dimasukkan peti

Utang emas dapat dibayar

Utang budi dibawa mati

)

Contoh (4)

Awan putih tinggi di langit

Di bawah bumi jadi naungan

Cita-cita biarpun tinggi selangit

Tata krama tetap jadi pegangan

)

Contoh (5)

Ubi kayu rendah batangnya

Daun direbus isi dimakan

Orang berilmu rendah hatinya

Bisa dipegang jadi harapan

1. Pantun disebarkan dengan cara berpindah dari mulut ke mulut.

2. Kehadiran pantun tidak diketahui asal mulanya bagaimana, siapa

pembuatnya, kapan dibuatnya, dan di mana dibuat.

40

Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MT s VII

Setelah kamu mengetahui syarat-syarat menulis sebuah pantun dan

mencermati beberapa contoh pantun yang disajikan, lengkapilah pantun

di bawah ini! Kerjakan di buku tugasmu!

1. Kalau piknik di tepi pantai

Pulanglah sebelum hari senja

Kalau adik ingin _________

Belajarlah sambil _________

2. Berburu ke padang ________

Dapat rusa belang ________

Berguru kepalang ajar

Bagai bunga kembang tak jadi

3. Kalau ada sumur di ladang

Bolehlah kita menumpang mandi

_______________________

_______________________

4. _______________________

_______________________

Sungguh elok berbibir sumbing

Walau marah tertawa juga

5. Tulis kata jadi kalimat

_________________

Petik inti dari nasihat

_________________

6. _________________

Kayu mahoni nomor dua

_________________

Kenapa mereka tidak menerima

3. Latihan

1. Bentuklah kelompok dalam kelasmu secara berpasangan, boleh dengan

teman sebangku atau dengan yang lain!

2. Tulislah dua bait pantun yang merupakan jenis pantun berbalasan

dengan tema bebas!

3. Bacalah pantun yang kamu tulis bersama pasangan temanmu tersebut

secara berbalasan di depan kelas!

41

Aktif dan Kreatif

Kerjakan soal-soal di bawah ini berdasarkan perintahnya! Serahkan hasilnya kepada

guru untuk dinilai!

1. Jelaskan daya tarik dongeng bagi anak-anak!

2. Untuk menjadi seorang pendongeng atau

story teller

yang baik,

hendaknya memerhatikan teknik-teknik dalam bercerita. Jelaskan

teknik-teknik yang diperlukan tersebut!

3. Bacalah kutipan dongeng di bawah ini!

Seorang petani saat mengumpulkan kayu-kayu kering mendengar jeritan.

Dilihatnya seekor ular terjepit di antara batu-batu. Petani itu meloncat mundur

karena takut.

“Tolonglah aku, Tuan, keluarkan aku dari bawah batu ini!”

“Ya, aku bisa saja menolongmu,” jawab si petani, “tapi untuk apa? Kamu

pasti akan mematuk aku dan menyemburkan racunmu. Bagaimana pun, ular

tetap ular.”

“Aku tidak akan berbuat sekeji itu,” kata ular.

Akhirnya, dengan mengabaikan akal sehatnya, petani itu mengangkat batu

yang menindih sang ular. Dibiarkannya ular itu merayap keluar. Tiba-tiba ular

itu mematuknya. Untunglah petani itu masih sempat menghindarinya.

Jelaskan amanat yang disampaikan dalam penggalan dongeng di atas!

4. Isilah pantun di bawah ini sesuai bahasamu!

a.

Gendang gendut tali kecapi

Pinggan tak retak, nasi tak dingin

Tua tak hendak, kami tak ingin

________________________

b.

Dari apa dibuat kuali

Jelas dari tanah liat

Daripada harus membeli

___________________

42

Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MT s VII

Pada pelajaran ini kamu diajak belajar bersastra yang meliputi

empat aspek berikut.

1. Mendengarkan dongeng berjudul

Abunawas, Bocah Tak Bertuan

yang dibacakan teman, lalu menyebutkan unsur-unsur yang

ada dalam dongeng tersebut.

2. Mengenal salah satu cerita rakyat dari daerah Kalimantan yang

berjudul

Anggrek Hitam untuk Domia

dan mampu menjadikan

sebagai bahan bercerita/mendongeng dengan memerhatikan

teknik bercerita yang baik.

3. Membaca cerita anak berjudul

Bermain Curang

dan men-

ceritakan kembali isinya berdasarkan unsur-unsur instrinsik

yang ada cerita tersebut.

4. Mengenal jenis pantun dan contohnya, lalu mampu menuliskan

pantun berdasarkan syarat-syarat pantun yang telah dipelajari.

Setelah mempelajari materi-materi di atas, apakah kamu telah

menguasai kompetensi yang diharapkan?

Kamu dapat menambah khazanah pengetahuan kesusastraan

Indonesia melalui cerita rakyat yang dibaca.

Kamu dapat menghindari perbuatan curang yang dapat

berakibat tidak baik bagi diri sendiri dan selalu berbuat jujur,

setelah membaca cerita anak dengan tema ketidakjujuran.

Kamu pandai menulis pantun dapat bermanfaat bagi diri

sendiri. Misalnya, pantun-pantun yang ditulis tersebut dikirim

ke media cetak dan dimuat. Selain mendapat honor, tentu

namamu menjadi dikenal banyak orang.