Gambar Sampul Seni Budaya · Bab 12 Berekspresi Melalui Teater
Seni Budaya · Bab 12 Berekspresi Melalui Teater
Trisno Santoso Retno Sekar Janta

24/08/2021 15:21:42

SMP 7 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Berekspresi Melalui

Teater

G

ambar di atas diambil dari adegan pertunjukan

Pedagang Venesia

karya

William Shakespeare yang dipentaskan oleh siswa sekolah menengah di

Kanada. Terlihat meyakinkan sekali bukan akting yang mereka ciptakan? Kamu

pun dapat memainkan tokoh dengan baik jika mau berlatih dan belajar akting

dengan baik.

BAB

12

Sumber:

media.canada.com

Gambar 12.1

Ekspresi dan akting siswa sekolah menengah

di Kanada dalam pertunjukan teater berjudul

Pedagang

Venesia

karya William Shakespeare.

Seni Teater SMP/MTs Kelas IX

136

Pelajaran teater akan menjadi lebih sah dan menarik jika dipraktikkan.

Oleh karena itu, kali ini kita akan mempraktikkan teori yang telah kita pelajari

dalam suatu pertunjukan teater. Pertunjukan teater dapat menjadi media

yang tepat bagimu untuk berekspresi sekaligus mengaktualisasikan diri.

A. Merancang Pertunjukan Teater Kreatif

Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan mampu merancang per-

tunjukan teater kreatif dengan mengolah unsur teater daerah setempat,

Nusantara, dan mancanegara di Asia.

Kali ini kamu akan merancang pertunjukan teater kreatif. Teater kreatif

adalah karya seni teater yang dikembangkan berdasarkan gagasan baru

dan tidak mengikuti begitu saja teater yang

sudah mentradisi. Kamu dapat merancang per-

paduan berbagai jenis teater tradisional, teater

modern, teater Nusantara, maupun teater manca-

negara di Asia maupun luar Asia

yang telah

kamu pelajari sebelumnya untuk me

rancang

pertunjukan teater kreatif. Kerahkanlah kemam-

puanmu untuk merancang pertunjukan teater

kreatif kali ini karena dengan kreativitas, latih-

an, disiplin, dan kerja keras seseorang mampu

menciptakan pertunjukan yang penuh dengan

ide-ide kreatif dan menarik saat ditonton.

Hal penting yang tidak boleh dilupakan

sebelum membuat pertunjukan teater kreatif

adalah membuat rancangan pertunjukan dan

melaksanakannya sesuai jadwal yang telah

disepakati oleh semua yang terlibat. Rancangan

pertunjukan teater kreatif meliputi hal berikut.

1. Menentukan Tema

Tema pertunjukan teater kreatif dapat kamu tentukan bersama

teman-teman serta guru pembimbing seni teater yang bersangkutan,

dan melalui kesepakatan bersama. Tema pertunjukan misalnya: Per-

temuan Barat dengan Timur (pertunjukan teater yang memadukan

teater tradisi dengan teater Barat).

Sumber:

www.ucfvthea101.files.wordpress.com

Gambar 12.2

Pertunjukan

teater menggunakan gerak

dan riasan pantomim

merupakan salah satu

bentuk pertunjukan teater

kreatif.

Bab 12

- Berekspresi Melalui Teater

137

2. Tujuan Pertunjukan

Pertunjukan teater biasanya memiliki beberapa tujuan berikut ini.

a. Melatih berorganisasi dan bekerja sama dengan teman yang lain.

b. Melatih kemandirian.

c.

Mengenalkan kepada masyarakat hasil prestasi yang telah kamu

raih di bidang seni teater.

d. Menunjukkan kepada masyarakat hasil berlatih serta pembelajaran

mengenai teater.

e.

Memberi hiburan kepada masyarakat di sekitar sekolah.

3. Pembagian Peran Sesuai Tema

Selanjutnya menentukan peran sesuai dengan kemampuan dan

kesepakatan bersama. Misalnya ditentukan siapa yang akan menjadi

sutradara, pemain, tim artistik, tim produksi (panitia) yang akan mena-

ngani pertunjukan, manajer panggung, dan sebagainya. Misalnya yang

tertarik dengan seni musik didaulat untuk menjadi pengiring (pemusik)

pertunjukan; yang tertarik pada seni rupa ditempatkan dalam tim

artistik (penata rias, penata panggung, maupun penata busana); yang

tertarik pada manajemen pertunjukan diberi kepercayaan untuk

menangani produksi pertunjukan; dan sebagainya.

4. Merencanakan Pelaksanaan Kegiatan

Perencanaan pelaksanaan kegiatan meliputi hal-hal berikut.

a. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan di luar jam pelajaran atau setelah jam pela-

jaran. Kegiatan meliputi latihan dan pertunjukan teater.

b. Personil Kegiatan

Seluruh kegiatan dilaksanakan oleh semua siswa dan dibimbing

oleh guru yang bersangkutan.

c. Penanggung Jawab

Kegiatan dipimpin oleh siswa yang berpengalaman atau yang

mampu, berbakat, dan berminat untuk menjadi penanggung jawab dan

dipandu oleh guru karya seni teater.

d. Objek Kegiatan

Objek kegiatan adalah pertunjukan teater Nusantara hasil karya

siswa dengan melibatkan seluruh unsur dan komponen teater Nusan-

tara yang dipilih.

Seni Teater SMP/MTs Kelas IX

138

e. Sumber Dana

Untuk mencukupi seluruh keperluan pergelaran, perlu diupayakan

sumber dana kegiatan yang dapat diperoleh dari bantuan sekolah, ban-

tuan suka rela dari siswa, donatur dari masyarakat, bantuan dari OSIS,

dan sebagainya. Sumber dana juga dapat diperoleh dari pihak sponsor

yang tertarik untuk membiayai pemenatasan.

f.

Bahan Pelengkap

Bantuan dari pihak luar sekolah, misalnya pergelaran disutradarai

oleh sutradara dari luar sekolah.

Kamu sudah merancang pertunjukan teater kreatif dan mene-

rapkan prinsip kerja sama dalam pertunjukan teater. Untuk menam-

bah kreativitasmu, kerjakan tugas berikut ini!

1. Diskusikan dengan teman-teman sekelas untuk membuat

sebuah pertunjukan teater kreatif di sekolahmu.

2. Buatlah rancangan pertunjukan teater yang akan dilaksanakan

oleh seluruh siswa di kelasmu!

3 .

Jelaskan tugas-tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan

sesuai dengan bagian dalam proses pertunjukan tersebut!

4 .

Kerjakan tugas dan pekerjaan sesuai bagianmu dalam pertunjukan

tersebut dengan penuh tanggung jawab! Nah, selamat berproses

teater!

B. Menerapkan Prinsip Kerja Sama dalam Berteater

Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan mampu menerapkan

prinsip kerja sama dalam berteater.

Teater adalah proses menambah kebaikan, kemampuan, keahlian,

kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, dan sebagainya. Maka salah

satunya adalah sebagai proses belajar untuk bekerja sama. Pelaksanaannya

bisa diterapkankan dalam latihan dan setelah latihan oleh seluruh personil

yang terlibat.

Setiap personil memiliki peran dalam pertunjukan. Betapa pun kecilnya

peranan personil tersebut, namun jika ia tidak melaksanakan tugas yang

menjadi kewajibannya, maka pertunjukan akan berjalan kacau. Seluruh

Bab 12

- Berekspresi Melalui Teater

139

personil juga diharapkan memiliki energi dan kreativitas yang tinggi selama

proses dan saat pertunjukan teater. Oleh karena itu, setiap personil yang

terlibat diharapkan dapat bekerja sama yang erat dan memiliki satu jalinan

batin. Untuk persiapan pertunjukan teater kreatif yang melibatkan berbagai

jenis dan bentuk teater dibutuhkan kerja sama erat antara tim artistik dan

tim produksi.

1. Tim Artistik

Tim artistik bertugas menciptakan karya seni pertunjukan sesuai

tema yang telah ditentukan. Pertunjukan tersebut diharapkan kaya

dengan ide-ide kreatif dan sesuai bidang keahlian masing-masing

personil. Tim artistik dipimpin oleh seorang pimpinan artistik yang

biasanya dipegang oleh sutradara. Dialah penentu kebijakan keseluruh-

an artistik yang akan ditampilkan dalam pertunjukan teater. Tim artistik

terdiri atas sutradara, asisten sutradara (kalau diperlukan), para pemain,

serta personil artistik yang terlibat dalam pertunjukan. Dalam mela-

kukan tugasnya, sutradara dibantu asisten sutradara maupun manajer

panggung

Kerja sama tim artistik dilakukan saat latihan hingga pertunjukan

berlangsung. Pada saat latihan bisa dilakukan pada setiap materi latihan,

meliputi hal berikut.

a. Kerja sama antarpemain, misalnya saling mengingatkan jika lawan

main lupa dialog dan

blocking

yang harus dilakukannya.

b. Kerja sama antarpersonil yang tergabung dalam tim penataan

musik. Misalnya saling berusaha menciptakan harmonisasi musik

dan suara yang tepat untuk membangun suasana pertunjukan, serta

memainkan alat musik secara tepat dan jangan saling mendahului

maupun memiliki keinginan untuk menonjol.

c.

Kerja sama antara pemain dengan pemusik dan penata cahaya,

misalnya akting pemain akan lebih meyakinkan jika didukung oleh

kepiawaian penata suara dan penata cahaya dalam menciptakan

suara maupun cahaya yang diciptakan. Sebagai contoh, seorang

pemain memerankan tokoh di medan peperangan yang sedang

berlangsung sengit, dia akan berakting dengan banyak bertiarap

dan merunduk. Akting pemain akan lebih meyakinkan jika disertai

suara tembakan, bom, maupun desingan peluru disertai kilatan

cahaya yang menunjukkan jatuhnya bom, dan sebagainya.

d. Kerja sama antara penata busana dan penata cahaya. Misalnya

jika penata busana akan memasukkan warna busana, dia akan

membicarakannya dengan penata cahaya berkaitan dengan warna

cahaya yang akan digunakannya. Penata busana akan memper-

hitungkan efek warna-warna cahaya terhadap warna busana yang

Seni Teater SMP/MTs Kelas IX

140

akan dipakainya. Demikian pula

penata cahaya akan memper-

timbangkan warna filter yang

akan digunakannya berkaitan

dengan warna busana. Jangan

sampai warna filter yang digu-

nakannya melemahkan warna

busana yang akan dikenakan

oleh pemain. Perhatikan gambar

di samping!

Gambar tersebut diambil dari per-

tunjukan

I La Galigo

di

Teatro Arcim-

boldi Milano (

TAM), salah satu gedung teater bergengsi di kota Milan,

Italia dengan sutradara Robert Wilson asal Amerika Serikat. Pertun-

jukan tersebut terinspirasi dari epik

sastra

Sureq Galigo

, yang berasal

dari masyarakat Bugis, Sulawesi Selatan. Pertunjukan teater kontemporer

tersebut merupakan contoh pertunjukan teater kreatif yang sangat

menarik. Hal ini dikarenakan landasan dasar pertunjukan adalah salah

satu karya sastra tradisional Bugis, dipadu dengan penataan cahaya serta

penataan suara yang canggih. Demikian pula

background

menggunakan

lampu warna warni yang berub

ah-ubah serta adegan seperti halnya

sendratari (seni drama dan tari) yang dipadu dengan alunan musik

dan lagu tradisional rakyat Bugis.

2. Tim Produksi

Tim produksi bertugas dan bertanggung jawab untuk mengelola

pertunjukan. Bermula dari proses produksi hingga pertunjukan ber-

langsung. Tugas dan tanggung jawab tim produksi di antaranya meli-

puti: pembuatan surat pemberitahuan kepada pihak sekolah tentang

pertunjukan teater yang akan dilaksanakan di sekolah, pencarian dana,

pembuatan publikasi pertunjukan, membantu tim artistik untuk me-

nyiapkan sarana dan prasarana, dan menyiapkan acara pada saat

pertunjukan berlangsung. Tim produksi dipimpin oleh seorang pim-

pinan produksi yang dibantu oleh sekretaris, bendahara, bagian publi-

kasi, bagian dokumentasi, bagian transportasi, keamanan, serta seksi-

seksi kerja yang lain.

Tim produksi senantiasa saling bekerja sama dan bertoleransi sebagai

bentuk proses belajar. Juga perlu disadari untuk menjaga kerja sama

dengan elemen-elemen di luar teater, seperti pihak sekolah, pihak sponsor,

masyarakat,

pihak keamanan, birokrat, dan sebagainya.

Sumber:

http://

2.bp.blogspot.com

Gambar 12.3

Penataan cahaya yang

tepat memperkuat warna busana

dan membantu pemain dalam

pertunjukan

I La Galigo

menciptakan

karakter tokoh yang diperankannya.

Bab 12

- Berekspresi Melalui Teater

141

Sumber:

http://blog.nj.com

Gambar 12.4

Aktor pemeran tokoh

Hamm dan tokoh Nagg beradu

akting dalam lakon

Endgame

karya

Samuel Beckett.

Kamu sudah mempelajari materi menerapkan prinsip kerja

sama dalam berteater. Sekarang tugasmu adalah menerapkan

prinsip tersebut dengan teman-teman yang terlibat dalam pertun-

jukan. Tuliskanlah pengalamanmu menerapkan prinsip kerja sama

tersebut ke dalam sebuah tulisan bebas disertai hambatan-hambatan

yang kamu temui selama bekerja sama dengan mereka. Ungkapkan

pula langkah yang kamu ambil untuk mengatasi hambatan tersebut!

Bacakan tulisanmu di depan teman-teman sekelas dan ciptakan

diskusi membahas hambatan serta solusinya.

C. Berakting Secara Wajar

Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan mampu berakting secara

wajar dalam pertunjukan karya teater kreatif di sekolah.

Kegiatan inti berproses teater adalah berlatih dan mementaskan hasil

latihan tersebut. Oleh karena itu, pemain teater sebaiknya mempersiapkan

diri dengan serius dan penuh kreativitas. Pemain teater sebaiknya menguasai

olah tubuh, vokal, dan mempunyai daya konsentrasi, imajinasi, fantasi,

observasi, serta mempunyai kecerdasan, wawasan, serta pengetahuan yang

luas tentang berbagai hal dalam kehidupannya. Sehingga ketika memeran-

kan tokoh akan tampil dengan kedalaman karakter yang indah, menarik,

dan penuh penghayatan sesuai dengan tuntutan naskah pertunjukan.

Pemain teater dituntut untuk menciptakan karakter tertentu dan ber-

akting secara wajar. Akting yang wajar dapat kamu ciptakan hanya dengan

berlatih keras.

Pemain teater sebaiknya mampu

menampilkan akting yang wajar dan

enak dilihat penonton. Hal ini hanya

dapat dicapai jika pemain memiliki sikap

yang santai dan wajar.

Diam tak bergerak tetapi santai dan

wajar. Hal itu lebih bisa menguasai pe-

nonton daripada terlalu banyak bergerak

tetapi tanpa alasan. Bergerak di atas

panggung haruslah memiliki motivasi

atau alasan mengapa gerakan tersebut

Seni Teater SMP/MTs Kelas IX

142

dilakukan. Alasan untuk bergerak biasanya bersumber pada kewajaran dan

kejiwaan. Misalnya tokoh ibu mengucapkan kalimat, “Apa yang terjadi

dengan wajahmu, Zal?” lalu menghampiri sang anak, mengangkat dagunya,

dan memeriksa wajahnya.

Sedangkan alasan kejiwaan merupakan alasan yang muncul dari gam-

baran keadaan jiwa tokoh yang diperankan. Misalnya tokoh yang sedang

gelisah berakting dengan meremas-remas jemarinya dan berjalan mondar-

mandir di atas panggung.

Tanpa kedua alasan itu lebih baik pemain tidak bergerak. Adapun akting

yang paling sulit biasanya adegan diam sementara menunggu giliran untuk

berdialog. Namun hal ini dapat diatasi apabila pemain benar-benar men-

dengar dan menanggapi lingkungan mereka bermain, dan juga apabila

pemain santai.

Sikap santai dan wajar merupakan kunci semua teknik berperan.

Keadaan santai meliputi pikiran, perasaan, dan seluruh otot tubuh. Sedang-

kan sikap wajar ialah spontanitas yang mengandung alasan. Nah, hal ini

hanya dapat kamu capai dengan berlatih secara sungguh-sungguh sehingga

muncul kepercayaan diri yang kuat.

Keadaan santai dan wajar dapat dicapai jika pemain mampu mengatur

pernapasannya. Napas yang teratur bisa memengaruhi ketenangan

perasaan dan otot untuk santai. Apabila otot santai disertai perasaan yang

santai pula, maka dengan mudah pikiran pun akan bisa tenang.

Kamu sudah mempelajari akting secara wajar dalam pertunjuk-

an teater kreatif.

Untuk menambah kreativitasmu, kerjakan tugas

berikut ini!

1. Bentuklah kelompok beranggota tiga siswa. Pelajarilah kutipan

naskah berikut ini dan masing-masing memerankan satu tokoh!

Adegan 10

(

Dua orang petugas Intel bergegas masuk. Mereka bergegas mengejar

seseorang. Dengan pistol di tangan berkeliling memeriksa keadaan.

)

Intel 1

: Kamu periksa di sebelah sana! Saya sebelah situ!

Intel 2

:

Siap! (

Memeriksa keadaan di tempat tersebut.

)

Intel 1

: Bagaimana?

Intel 2

: Nihil!

Intel 1

: Kita periksa ke dalam?

Intel 2

: Siap!

Intel 1

: Hai! Ada orang di dalam?

Intel 2

:

Dengar tidak? Ada orang di dalam? Heh! Jangan

main-main! Kami polisi! Mau ditembak?

Intel 1

: Ayo keluar! Kalau tidak ....

Bab 12

- Berekspresi Melalui Teater

143

(

Kusumo tiba-tiba keluar .... Senyum-senyum angkat tangan.

)

Intel 1

: (

Kepada Intel 2.

) Periksa dia!

Intel 2

: (

Memeriksa dan menggeledah.

) Aman Pak!

Intel 1

: Saudara siapa?

Kusumo :

Kusumo Pak, panggilan sayang: Mas Kus, eh ... Mas

Mo ...ihik ......ihik.

Intel 1

:

Jangan cengengesan! Kami sedang bertugas!

Kusumo : Iya ...

iya ... eemmm ... iya Pak.

Intel 1

: Saudara tinggal di sini?

Kusumo : Iya Pak.

Intel 2

: Mana KTP?

Kusumo : Ndak Pak ... bukan saya Pak ... bu

kan saya ...

bukan saya.

Intel 1

:

Saya tanya KTP?

Kusumo : Saya

bukan Katepe Pak! Saya Kusumo Pak!

Intel 1

: Saya tanya KTP! Kartu Tanda Penduduk! Goblok!

Kusumo : Oh ... itu ... saya ndak punya Pak! Saya baru 15.

Nanti kalau saya 17, saya punya Pak!

Intel 1

:

Sudah! Sudah! Malah cengengesan! Kami sedang

mengejar buron! Saudara melihat gadis membawa

pisau menuju ke sini?

Kusumo : Ndak Pak!

Intel 2

:

Saudara Kusumo! (

Lebih tegas.

) Apakah Saudara me-

lihat seorang gadis membawa pisau menuju kemari?

Kusumo :

Tidak Pak!

Intel 1

:

Saudara yakin dengan penglihatan saudara?

Kusumo :

Yakin Pak!

Intel 1

: Apa ada orang lain yang tinggal di sini?

Kusumo :

Ada Pak!

Intel 1

:

Siapa?

Kusumo : Mbok

Rono dan Pak Rono Pak!

Intel 1

: Siapa mereka?

Kusumo : Ndak

tahu Pak!

Intel 2

: Lho kok ndak tahu?

Kusumo : Ya ndak tahu, tiba-tiba saya ada di sini. Tiba-tiba

mereka juga ada di sini!

Intel 1

:

Apa kerja mereka?

Kusumo :

Pak Rono itu komandan perang, Mbok Rono itu

juragan gembreng.

Intel 2

:

Mana orangnya?

Kusumo : Ndak

tahu Pak, baru kerja!

Intel 1

:

Saudara tidak bohong?

Kusumo :

Tidak Pak! Silakan Bapak periksa dulu. Atau Bapak

dulu yang saya periksa? Dari gejalanya saya tahu

Bapak menderita penyakit yang tidak tertahankan.

Bapak menderita gangguan hati yang cukup parah.

Seni Teater SMP/MTs Kelas IX

144

Gangguan ini menyebabkan Bapak marah terus-

terusan. Bapak jadi kasar, tidak punya perasaan,

sombong, takabur, dan besar kepala!

Untuk mengatasi hal ini ...

Intel 2

:

Stop! Jangan ngawur kamu! Ngomong sembarangan!

(

Kepada Intel 1.

) Bagaimana Pak? Nampaknya kita

tidak dapat mengorek apa-apa dari tikus ini. Mubazir

Pak! Ini orang sinting! Gila! Bagaimana?

Intel 1

: Kamu periksa sekeliling sekali lagi!

Intel 2

:

Siap! (

Memeriksa sekeliling

) Bersih Pak!

Intel 1

: Tapi tadi ada saksi lain yang melihat tersangka me-

nuju kemari! Baik!

Intel 2

:

Siap Pak! (

Kepada Kusumo

) Heh! Dengar Saudara

Kusumo! Kami akan pergi! Jika nanti ada seorang

gadis mencurigakan datang ke sini, segera lapor ke

Polsek terdekat! Ingat! Jangan coba-coba menyem-

bunyikan tersangka! Hukumannya berat! Paham?

Kusumo : Paham Pak!

Intel 1

:

Saudara Kusumo! Anda sudah dengar resikonya

jika melindungi tersangka. Harap Saudara ingat

baik-baik! (

Kepada Intel 2.

) Berangkat!

Intel 2

: Siap Pak!

Kusumo : Da daaag Pak! Sampai ketemu lagi! Kalau ke sini

jangan lupa bawa kartu periksa ya? Hati-hati lho!

Virusnya cepat menyebar! Jangan lupa minum

obatnya ya!

...........................

(Dikutip dari naskah “Rumah buat Lisa [Terbuang]”

karya AF. Sinatra dalam

Lima Naskah Lakon

)

2 .

Praktikkan kutipan naskah yang telah kamu pelajari di depan kelas!

Kelompok lain yang tidak tampil berperan sebagai pengamat.

3. Setelah satu kelompok tampil, kelompok lain memberi komentar

dengan mengisi tabel berikut ini!

Tabel Pengamatan Pemeranan Tokoh

Unsur yang Diamati

No.

Nama

Pemeran

Tokoh

yang

Diperankan

Vokal,

(Laf al,

Intonasi)

Mimik

dan

Ekspresi

Gesture

dan

Bloking

Kewajaran

dan

Kelancaran

Penghayatan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

.............

Bab 12

- Berekspresi Melalui Teater

145

Keterangan:

Nilai A : Baik sekali

Nilai B : Baik

Nilai C : Cukup

Nilai D :

Kurang

Catatan:

Berikan penghargaan kepada kelompok yang telah mementaskan

karyanya dengan memberikan tepuk tangan yang meriah dan

ucapan selamat!

a. Laporkan hasil kerja kelompokmu mengomentari penampilan

kelompok lain!

b. Kerjakan tugas ini secara bergilir!

D. Menyiapkan Pertunjukan Teater Kreatif

di Sekolah

Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan mampu menyiapkan

pertunjukan karya teater kreatif di sekolah.

Pertunjukan teater membutuhkan persiapan dan pengelolaan yang

benar. Kamu telah merancang pertunjukan teater kreatif yang melibatkan

seluruh siswa di kelas. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan pertunjukan

tersebut dengan sebaik-baiknya.

Persiapan pertunjukan oleh tim artistik misalnya sutradara menentukan

bentuk garapan naskah. Apakah akan dipentaskan dengan bentuk teater

tradisional, modern, perpaduan keduanya, ataukah bentuk teater yang lain.

Selanjutnya sutradara memilih pemain (

casting

), menentukan penataan

panggung, kostum yang akan dipakai, penataan rias, penataan suara, dan

pemakaian cahaya.

Agar persiapan pentas lebih matang, perlu diadakan proses adaptasi

pemeranan, penentuan jadwal latihan, dan penguasaan teknik berperan.

Salah satu teknik pemeranan yang perlu dikuasai adalah teknik muncul.

Teknik muncul digunakan pemain untuk muncul di atas panggung per-

tunjukan. Barangkali ia muncul ketika pemain-pemain yang lain sudah

berada di atas pentas dalam satu adegan, barangkali ia muncul tepat pada

saat layar dibuka dan ia sudah ada di pentas. Bagaimana pemain terlihat

di atas pentas, itulah yang disebut teknik muncul.

Seni Teater SMP/MTs Kelas IX

146

Teknik muncul sangat penting ka-

rena dilakukan untuk memunculkan

kesan pertama penonton terhadap

watak tokoh yang dimainkan.

Teknik muncul akan memberikan

gambaran fisik dan tingkat emosi

peran yang dimainkan. Selain itu, juga

diharapkan dapat memberikan gam-

baran suasana perasaan tokoh. Teknik

muncul yang baik dapat dilakukan

jika pemain mampu menyesuaikan

diri dengan perkembangan cerita.

Pemain sebaiknya menunjukkan mimik (ekspresi wajah) yang tepat

untuk menunjukkan emosi yang dialami tokohnya. Aturlah gestur (gerak-

gerak besar; gerakan tangan, kaki, kepala, dan tubuh pada umumnya) sesuai

dengan karakter tokoh. Demikian pula bloking (perpindahan tempat)

pemain diatur sedemikian rupa sehingga pertunjukan tidak menjemukan.

Kamu sudah mempelajari persiapan pertunjukan teater kreatif.

Untuk menambah kreativitasmu, praktikkan latihan teknik kemun-

culan pemain di atas panggung berikut ini!

1. Lakukan latihan muncul dengan menggambarkan usia tokoh

berumur 70 tahun!

2. Lakukan latihan muncul dengan menggambarkan ketidak-

sempurnaan fisik tokoh. Misalnya tokoh yang buta, kaki

pincang, tangan tidak bisa digerakkan, dan sebagainya.

3. Lakukan latihan muncul dengan menggambarkan status sosial

tokoh. Misalnya seorang guru, dokter, pemulung, dan sebagai-

nya.

4. Lakukan latihan muncul dengan rasa gembira, sedih, marah,

curiga, dan sebagainya.

5. Lakukan latihan muncul dengan kepanikan, ketergesa-gesaan,

santai, serius, dan sebagainya.

6. Lakukan latihan secara kelompok. Lakukan improvisasi secara

bergantian, misalnya tokoh X sedang marah, kemudian dilanjut-

kan kemunculan Y dengan marah-marah pula, dan seterusnya.

Sumber:

www.applause-

tickets.com

Gambar 12.5

Persiapan yang

matang akan menghasilkan

kesuksesan seperti tampak pada

pertunjukan

Les-Miserables

karya

Viktor Hugo di atas.

Bab 12

- Berekspresi Melalui Teater

147

E. Menggelar Pertunjukan Teater Kreatif

Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan mampu menggelar per-

tunjukan teater kreatif di sekolah.

Kamu bersama teman-teman sekelas telah merancang dan berlatih

untuk mementaskan teater sesuai dengan

kreativitas kalian. Berdasarkan jadwal

dan hasil latihan, kalian tentunya sudah

siap mementaskan teater. Nah, pentas-

kanlah hasil latihan kalian di sekolah.

Ada berbagai hal yang harus diker-

jakan tim artistik dan tim produksi me-

nyangkut persiapan penataan pertun-

jukan dan teknis acara pertunjukan.

Berikut ini beberapa hal tersebut.

1. Mempersiapkan dan menata perlengkapan panggung dan lampu.

Panggung

sebagai tempat pentas perlu di-

setting

atau ditata sesuai

dengan kebutuhan pertunjukan tanpa meninggalkan nilai artistik.

2 .

Lakukanlah gladi (latihan) bersih sebelum pertunjukan. Saat geladi bersih

semua properti telah ada di panggung, lampu telah di-

display

dan pemain

sebaiknya telah mengenakan kostum dan make up lengkap. Geladi bersih

untuk meminimalkan kesalahan yang mungkin terjadi saat pentas.

3. Tentukan posisi tempat duduk penonton, tempat untuk pemusik, untuk

menata rias dan kostum, tempat untuk penata cahaya, dan tempat pen-

jualan tiket jika pertunjukan ditiketkan.

4. Lakukanlah pertunjukan dengan

penuh tanggung jawab, percaya

diri, disiplin, dan senang hati. Nik-

matilah apa pun tugas dan peran

yang menjadi tanggungjawabmu.

Bagi pemain, tampilkanlah tokoh

dan karakternya sesuai alur cerita,

setting, dan konflik berdasarkan la-

tihan yang selama ini kamu lakukan,

maka pertunjukan drama itu di-

harakan dapat memukau penonton.

Sumber:

www.

smpn137.files.wordpress.com

Gambar 12.6

Latihan teater

sebaiknya dilakukan dengan intensif.

Sumber:

www.

dedidwitagama.files.wordpress.com

Gambar 12.7

Pertunjukan teater

merupakan salah satu wujud kreativitas

siswa menyalurkan bakat seninya.

Seni Teater SMP/MTs Kelas IX

148

Kamu sudah mempelajari cara menggelar pertunjukan teater

kreatif.

Untuk menambah kreativitasmu, diskusikan dan koordinasi-

kan hal-hal berikut ini bersama teman sekelas membahas rencana

pertunjukan teater yang akan kalian lakukan.

1. Bagaimanakah

background

yang kalian kehendaki sebagai latar

panggung? Apakah memerlukan perlakuan khusus seperti

membuat

setting

panggung seperti di dalam hutan, di ruang

parlemen, di ruang keluarga, ataukah cukup diberi kain hitam

atau putih? Pertunjukan teater bisa menggunakan banyak latar

tempat. Latar tempat babak pertama bisa berbeda dengan latar

tempat babak kedua, ketiga, dan seterusnya. Latar tempat harus

sesuai dengan latar waktu, serta latar situasi. Dengan latar yang

tepat, pertunjukan drama akan menjadi lebih hidup.

2. Bagaimanakah pengadaan dan penataan properti di atas

panggung? Apakah properti telah tersedia, ataukah harus me-

minjam, dan sebagainya.

3. Cahaya dan penataan lampu yang bagaimanakah yang cocok

untuk menyinari panggung? Apakah pertunjukan memerlukan

lampu khusus untuk adegan-adegan tertentu, apakah harus

mencari teknisi ahli untuk menangani pengadaan lampu dan

listrik, ataukah cukup kalian sendiri yang menangani?

4. Jam berapakah penonton mulai masuk ruangan, kapankah

pertunjukan dimulai, serta acara pada saat pertunjukan? Apakah

ada peraturan-peraturan khusus yang harus dipatuhi penonton,

misalnya apakah penonton harus mematikan ponsel mereka selama

pertunjukan, apakah mereka dapat mengambil gambar meng-

gunakan lampu blitz, dan sebagainya. Lantas apakah akan diadakan

diskusi setelah pertunjukan, bagaimana cara mengantisipasi jika

penonton melebihi kapasitas gedung, dan sebagainya.

5. Diskusikan pula berbagai permasalahan yang mungkin timbul

berkenaan dengan acara pertunjukan!

F. Menilai Pertunjukan Teater

Setelah mempelajari materi ini siswa diharapkan mampu menilai dan

mengapresiasi pertunjukan teater kreatif di sekolah.

Bab 12

- Berekspresi Melalui Teater

149

Kadang kala kita melakukan suatu kesalahan yang tidak kita sadari. Begitu-

pun dalam pertunjukan teater. Akan terjadi kesalahan dan kekurangan yang

sering tidak disadari oleh pelakunya. Hal ini terutama dapat menimpa pemain,

penata lampu, penata busana dan rias, pemusik, serta kru panggung yang

langsung berhubungan dengan pentas. Nah, untuk mengantisipasi kesalahan-

kesalahan yang mungkin terjadi lagi, diperlukan sebuah evaluasi kerja.

Evaluasi kerja diperlukan untuk menilai pertunjukan dari berbagai aspek

setelah pertunjukan berlangsung. Misalnya pemain terlambat berdialog,

pemusik yang keliru memasukkan suara, kru penata panggung yang salah

menempatkan properti sehingga menyulitkan bloking pemain, dan sebagainya.

Menanggapi hasil pertunjukan teater dapat dari segi tokoh, karakter,

akting, mimik, dan pantomimik tokoh-tokohnya. Kamu juga dapat menang-

gapi pertunjukan dari segi tata rias, tata busana, tata lampu, tata suara,

ilustrasi musik, pemanggungan, dan sebagainya. Selain itu, evaluasi juga

dapat diungkapkan untuk menilai hasil kerja tim produksi. Misalnya bagian

publikasi yang kurang bekerja maksimal sehingga penonton yang datang

sedikit, bagian pendanaan yang tidak mampu menyediakan dana untuk

pertunjukan, dan sebagainya.

Pada saat memberikan evaluasi per-

tunjukan teater, harus disertai dengan

alasan atau argumen yang masuk akal

dan logis. Argumen yang logis tersebut

untuk memantapkan penilaian terhadap

hasil kerja pertunjukan. Tidak jarang

evaluasi berupa kritik-kritik dan akan

menyakitkan hati. Namun semua itu

diharapkan dapat dijadikan sebagai

cambuk dan semangat untuk memper-

baiki kesalahan dan untuk terus maju.

Nah, terimalah kritik-kritik tersebut

dengan lapang dada dan pikiran terbuka.

Kamu sudah menilai dan mengapresiasi pertunjukan teater

kreatif.

Untuk menambah kreativitasmu, kerjakan tugas berikut ini!

1. Berikanlah evaluasi terhadap pertunjukan yang telah kamu

lakukan bersama-sama teman sekelas!

2. Catatlah permasalahan disertai pendapat dan kritik menang-

gapi pertunjukan yang telah kalian lakukan!

3. Sebutkan simpulan hasil evaluasi pertunjukan!

4. Pelajaran apa yang kamu peroleh dari evaluasi pertunjukan?

5 . Bagaimana sikapmu menanggapi evaluasi pertunjukan tersebut?

Sumber:

www.dartmouth.edu

Gambar 12.8

Kekompakan antara

pemain dan tim artistik sangat

diperlukan untuk menciptakan

pertunjukan yang menarik dan dapat

dinikmati penonton.

Seni Teater SMP/MTs Kelas IX

150

6. Solusi apa yang tepat kamu kemukakan untuk memecahkan

permasalahan dalam pertunjukan tersebut?

Pertunjukan teater merupakan sebuah kerja kolektif yang me-

merlukan kerja sama, kedisiplinan, dan tanggung jawab seluruh

personil yang terlibat.

Beberapa hal penting sebelum mementaskan teater adalah me-

nentukan tema, menentukan tujuan pertunjukan, membagi peran

sesuai tema, dan merencanakan pelaksanaan kegiatan.

Pemain teater sebaiknya menguasai olah tubuh, vokal, dan mem-

punyai daya konsentrasi, imajinasi, fantasi, observasi, serta mem-

punyai kecerdasan, wawasan, serta pengetahuan yang luas tentang

berbagai hal dalam kehidupannya. Hal ini untuk menciptakan

karakter tertentu dan berakting secara wajar. Akting yang wajar

hanya dapat diciptakan hanya dengan berlatih keras.

Pertunjukan teater membutuhkan persiapan dan pengelolaan

yang benar. Persiapan dan pengelolaan meliputi tim artistik dan

tim produksi.

Menggelar pertunjukan teater memerlukan persiapan penataan

artistik dan teknis acara pertunjukan. Pertunjukan sebaiknya di-

lakukan dengan penuh tanggung jawab, percaya diri, disiplin, dan

senang hati.

Evaluasi kerja diperlukan untuk menilai pertunjukan dari ber-

bagai aspek. Misalnya dari segi kerja tim artistik dan hasil kerja tim

produksi. Evaluasi pertunjukan diharapkan dapat dijadikan sebagai

cambuk dan semangat untuk memperbaiki kesalahan dan untuk

terus maju.

Pada bab ini kamu telah merancang pertunjukan teater kreatif dengan

mengolah unsur-unsur teater. Kemudian menerapkan prinsip kerja sama dalam

berteater, menyiapkan pertunjukan, dan menggelar pertunjukan teater kreatif

yang diciptakan di sekolah. Nah apakah kamu telah benar-benar menguasai

materi tersebut? Untuk itu, tulislah kembali kegiatan pembelajaran yang telah

kamu lakukan saat mempelajari materi dalam bab ini secara urut dan detail!

Bab 12

- Berekspresi Melalui Teater

151

A. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

1.

Muncul rombongan terdiri atas para pegawai, pembawa beban, dan

pengusung tandu tertutup

.

(1) Ken Arok

:

“Maaf, dapatkah Saudara-Saudara

berhenti sebentar?”

(2) Pengawal

:

“Ada perlu apa?”

(3) Ken Arok

:

“Dapatkah saya bertemu dengan

pemimpin pengawal?”

(4) Pemimpin Pengawal : “Saya, ada apa?”

(5) Ken Arok

:

“Dapatkah saya berbicara dengan Tuan

di tempat lain? Saya tidak mau membuat

seluruh rombongan cemas.”

(6) Pemimpin Pengawal :

“Baik, ada apa? Marilah di tempat lain.”

(

Mereka berjalan ke tengah hutan menjauh

dari rombongan yang menunggu.

) “Kata-

kanlah ada apa?”

(7) Ken Arok

:

“Ada perampok, Tuan!”

(8) Pemimpin Pengawal : “Perampok? Di mana?”

(9) Ken Arok

: “Di sini, Tuan.” (Sambil menusuknya.)

(10)

Pemimpin Pengawal :

“Bajingan!” (

Mati.

)

Dialog yang diucapkan dengan suasana penasaran dan khawatir

terdapat pada nomor ....

a. 1, 2, 3

c. 1, 3, 5

b.

4, 6, 8

d. 8, 9, 10

2. Merencanakan teknik serta cara pertunjukan adalah tugas ....

a. seksi pentas

c.

sutradara

b. pemain

d.

bagian penata panggung

3. Berikut ini naskah teater karya Arthur Miller adalah ....

a.

Rumah Boneka

c. Hamlet

b. Pintu Tertutup

d. Matinya Seorang Salesman

4. Pimpinan Teater Koma adalah ....

a.

Teguh Karya

c. Taufik Ismail

b.

W.S. Rendra

d. Nano Riantiarno

5.

Pada dasarnya seorang pemain teater harus mampu menguasai ....

a. pendengaran dan penciumannya

b.

penglihatan dan perabaannya

c.

penciuman dan pendengarannya

d. tubuh dan pikirannya

Seni Teater SMP/MTs Kelas IX

152

6. Ide cerita naskah teater dapat diperoleh melalui ....

a. imajinasi, pemikiran, pengalaman

b. penderitaan hidup, kesedihan

c.

khayalan semata

d. obrolan selebriti

7. Segala pakaian dan perlengkapan yang dikenakan pemain teater

saat pentas merupakan tugas seorang ....

a. penata rias

b. penata busana

c.

penata musik

d. penata panggung

8. Ibu

: (suaranya lemah) Tolong, ambilkan obat itu, Nin! (batuk-

batuk)

Yuni :

Baik, Bu.

Ibu

: (menarik napas) Oh... hampir setahun rasanya ibu berbaring

terus tak dapat bekerja. Kasihan engkau, Nak.

Kutipan drama di atas menggambarkan bahwa ibu Yuni sedang ....

a. tertidur lelap

b. sakit parah

c.

bermimpi

d. sakit hati

9. Berikut ini merupakan tugas seorang penata busana,

kecuali

....

a. memilih bahan kostum

b. menentukan warna baju yang cocok

c.

membuat pemutih rambut untuk peran orang tua

d. memotong kain sesuai tubuh pemain

10. Bukan merupakan tugas tim produksi adalah ....

a. membuat poster untuk publikasi

b. menyiapkan konsumsi

c.

menentukan properti yang harus digunakan pemain

d. mendokumentasikan pertunjukan

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!

1 .

Bagaimanakah bentuk pertunjukan teater kreatif yang ideal menurut-

mu? Uraikan jawabanmu beserta alasan-alasan yang mendukung!

2 .

Sebutkan tugas-tugas seorang pemain yang baik sebelum pertunjukan!

3. Mengapa teater disebut sebagai sebuah seni kolektif?

4 .

Menurut pengalamanmu bagaimanakah menampilkan suatu bentuk

akting yang wajar dan kamu nikmati? Jelaskan jawabanmu!

5. Jika akan mementaskan kutipan naskah berikut ini, bagaimanakah

penataan panggung, kostum, rias, suara, dan cahaya yang akan

kamu gunakan?

Daftar Pustaka

153

DAFTAR PUSTAKA

Dahana, Radhar Panca. 2001.

Homo Theatricus.

Magelang: Indonesia.

Encarta Encyclopedia 2006

Hamzah, A.A. 1985.

Pengantar Bermain Drama

. Bandung: Rosda.

Hanindawan (Penyunting dan Pengantar). 2006.

Lima Naskah Lakon

. Solo: Taman

Budaya Jawa Tengah.

Harymawan, RMA. 1988.

Dramaturgi

.

Bandung

: Remaja Rosdakarya.

Ismail, Taufiq (ed.) dkk, 2002.

Horison Sastra Indonesia 4, Kitab Nukilan Drama

. Jakarta:

Horison & The Ford Foundation.

Rendra. 2007.

Seni Drama untuk Remaja

. Jakarta: Burung Merak Press.

Saptaria, Rikrik El. 2006.

Panduan Praktis untuk Film dan Teater Acting

. Bandung:

Rekayasa Sains.

Sholeh, Iman dan Rik Rik El Saptaria. 2005.

Modul Workshop Keaktoran Festamasio 3

,

TGM. Jogjakarta: Teater Gajah Mada.

Sholeh, Iman dan Rik Rik El Saptaria. 2005.

Modul Workshop Keaktoran Festamasio 3

.

Jogjakarta: Teater Gajah Mada UGM.

Sitorus, Eka D. 2003.

The Art of Acting: Seni Peran untuk Teater, Film & TV

. Jakarta:

Gramedia Pustaka.

Sumardjo, Jakob. 2004.

Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia

. Bandung:

STSI Press.

Teatron,

Majalah Teater Indonesia

, edisi 02 November 2008.

Waluyo, Herman J. 2002.

Drama, Teori dan Pengajarannya

. Yogyakarta: Hanindita

Widya Graha.

Wilson, Edwin. 1976.

The Theatre Experience. NewYork

: The City University of New York.

www.2.arts.ubc.ca

www.applause-tickets.com

www.athenscentre.gr

www.balivision.com

www.blog.nj.com

www.blontankpoer.blogsome.com

www.bp2.blogger.com

www.civiclightopera.com

www.dartmouth.edu

www.dedidwitagama.files.wordpress.com

www.dreamworldfx.com

www.engineeringharmonics.com

www.evelynrunion.net

www.filmstreet.co.uk

www.i17.photobucket.com

www.img.photobucket.com

www.indonetwork.co.id

www.media.canada.com

www.oswego.edu

www.pakde.com

www.santi12love.files.wordpress.com

www.seatwave.com

www.smpn137.files.wordpress.com

www.ucfvthea101.files.wordpress.com

www.vignetteoridrama.com

Seni Teater SMP/MTs

154

LAMPIRAN

(Naskah Drama)

MALING

(Puntung C.M. Pudjadi)

Para pelaku :

L (Lurah)

J (Jagabaya)

C (Carik)

W (Wongso Kariyo)

Pentas menggambarkan sebuah pendapa kelurahan. Malam hari itu Lurah sedang

berbincang-bincang dengan Carik dan Jagabaya.

L

: ‘’Saya mesti tetap memikirkannya, Pak Jagabaya. Sebagai seorang Lurah, saya

tidak akan berdiam diri terhadap persoalan ini.”

J

: ‘’Tapi maaf, Pak Lurah, saya rasa tindakan Pak Lurah dalam menghadapi

persoalan ini kurang tegas. Maaf, kurang cak-cek, kurang cepat.”

L

: ‘’Memang, saya sadari saya kurang tegas dalam hal ini, ini saya sadari betul,

Pak Jagabaya. Tapi tindakan saya yang kurang cepat ini sebetulnya bukan

berarti apa-apa. Terus terang dalam menghadapi masalah ini saya tidak mau

grusa-grusu

.’’

J

: “Memang tidak perlu

grusa-grusu

, Pak Lurah. Tapi tidak

grusa-grusu

bukan

pula berarti diam saja hanya

plompang-plompong

menunggu berita. Pak Lurah

kan tinggal memberikan perintah atau izin kepada saya untuk mengerahkan

pemuda desa kita untuk mengadakan ronda kampung tiap malam.”

L

: “Iya, saya tahu, Dik, eh, Pak Jagabaya. Tapi dalam saat-saat terakhir ini pemuda

desa kita sedang saya

gembleng

dalam menghadapi kesenian. Pak Jagabaya

tahu, dalam tempo satu bulan lagi Bapak Bupati akan meninjau desa kita.Saya

sedang mempersiapkan pemuda-pemuda desa kita untuk menyambutnya

dengan acara-acara kesenian. Saya mengerti benar tentang selera Pak Bupati.

Dia adalah seorang pecinta kesenian dan ia akan bangga sekali jika tahu

rombongan kesenian yang menyambutnya adalah pemuda dari desa kita. Kita

akan mendapat pujian yang tinggi dan Pak Bupati akan selalu memperhatikan

desa kita.’’

J

: ‘’Tapi apa artinya kita dapat pujian Pak Bupati, jika kenyataannya desa kita

sendiri malahan tidak aman? Walaupun Pak Bupati tidak tahu, tapi yang

merasakan terganggunya keamanan adalah penduduk desa kita, rakyat kita

sendiri, Pak Lurah.’’

L

: ‘’Berapa banyak penduduk yang menderita kerugian akibat gangguan maling

itu? Dan bandingkan dengan pujian yang bakal kita terima. Bayangkan, Pak

Jagabaya, seluruh penduduk desa kita akan ikut bangga dipuji oleh Bapak

Bupati karena maju dalam dunia kesenian.’’

J

: ‘’Kalau Pak Lurah punya cita-cita semacam itu, ya, sudah. Akan lebih baik

kalau semua rakyat di desa ini baik tua-muda, anak laki-laki dan perempuan

dilatih saja karawitan, dilatih ketoprak. Semuanya dilatih kesenian! Jangan

Lampiran

155

cuma pemuda-pemudanya

tok

, tapi semuanya, semuanya! Nggak usah

mengurusi sawah dan ladang atau ternak-ternak mereka ....Jadikan saja desa

ini sebagai desa kesenian!’’

(Mau pergi saking marahnya, tapi dicegah oleh Pak Lurah dan Pak Carik)

L

: ‘’Lho....lho....kok terus begitu, Pak Jagabaya? Sabar toh, sabar, kalau memang

Pak Jagabaya tidak setuju ya mari kita

rembug

secara baik-baik. Sekarang duduk

dulu, Pak Jagabaya, mari duduk dulu. Nah, sekarang maunya Pak Jagabaya

bagaimana? Coba katakan dengan sabar. Dik Carik,

mbok

Dik Carik memberikan

pendapatnya! Katakan, Dik Carik, bagaimana?”

C:(

Gugup

) ’’Wah,

anu

, eh, saya kira usul dari Mas Jagabaya untuk mengadakan

lomba ronda kampung memang perlu sebab ...eh, ...si maling yang tiap malam

mengacau itu memang perlu dirondai! Eh, kita perlu meronda untuk

mengatasi nekadnya si maling yang kurang ajar itu.’’

L

: ‘’Jadi Pak Carik tidak setuju dengan adanya kegiatan kesenian yang tiap

malam diajarkan di Balai Kelurahan?’’

C:‘’

Welah

, ya, setuju banget! Akur saja, Pak Lurah. Tapi, memang maling itu nekad

banget kok, Pak Lurah!’’

L

: ‘’Malingnya nekad bagaimana? Nyatanya rumah saya belum pernah

kemalingan kok, Pak Carik’’.

J

: ‘’Malingnya tidak akan mungkin mencuri di rumah Pak Lurah. Karena rumah

Pak Lurah berdekatan dengan Balai Kelurahan yang tiap malam selalu ramai

dengan pemuda-pemuda yang sedang belajar kesenian. Tapi rumah

penduduk yang di pojok-pojok desa itu?’’

C

: ‘’Benar, Pak Lurah, rumah Pak Wongso Kariyo yang berada di pojok desa

sebelah selatan ini .... wah.... hampir tiap malam

mosok

ada maling masuk. Pak

Lurah sudah mendapat laporan yang lebih jelas bukan?’’

L

: ‘’Laporan tentang kemalingan di rumah Pak Wongso Kariyo memang tiap hari

saya dengar, Dik Carik. Tetapi secara terperinci belum saya ketahui. Maklum,

Dik Carik, saya terlalu sibuk. Coba ceritakan bagaimana?’’

C

: ‘’Kemalingannya memang seperti kemalingan yang terjadi di beberapa rumah

yang lain, Pak Lurah. Tapi ini yang saya katakan maling nekad, ya ini. Maling

memang menjadi maling langganan di rumah Pak Wongso Kariyo karena

setiap malam minggu dia secara rutin datang dua kali dan sampai-sampai

Pak Wongso Kariyo hafal benar dengan maling itu. Pak Wongso Kariyo selalu

menyediakan nasi dan lauk-pauknya kalau maling itu datang.’’

L

: ‘’Kenapa Pak Wongso Kariyo tidak melapor pada Pak Jagabaya?’’

J

: ‘’Dia sudah melapor pada Pak Jagabaya!’’

L

: ‘’Kenapa Pak Jagabaya diam saja?’’

J

: ‘’Edan! Diam saja atau telinga Pak Lurah sudah

budeg

? Tiap hari saya datang

kemari. Tiap hari saya ribut dengan Pak Lurah. Tiap hari saya teriak otot-ototan

dengan Pak Lurah tapi Pak Lurah cuma diam saja. Cuma

plonga-plongo

.’’

L

: ‘’Lho, menangkap maling toh, tidak perlu dengan pemuda desa. Sebagai

seorang jagabaya, Pak Jagabaya mesti bisa menangkap maling itu sendiri.’’

J

: ‘’Edan! Apakah Pak Lurah tidak pernah dengar kabar kalau maling itu

badannya tinggi besar?’’

L

: ‘’ Lho, biarpun malingnya tinggi besar apa Pak Jagabaya tidak bisa menangkap

maling itu sendiri? Pak Jagabaya kan pernah belajar pencak di Kelurahan?

Pak Jagabaya pernah jadi jagoan pencak di desa ini.’’

Seni Teater SMP/MTs

156

J

: ‘’Tapi...

anu

...Pak Lurah kabarnya maling itu bisa main karate dan kungfu.’’

L

: ‘’Apa kau kira pencak akan kalah, kalau bertanding dengan karate dan kungfu?’’

J

: ‘’Saya tidak mau membuktikan apakah pencak akan kalah dengan karate atau

kungfu. Tapi kalau Pak Lurah mau membuktikan, kami persilakan Pak Lurah

sekali-kali bertanding dengan maling itu.’’

W:(

Terdengar teriakannya, kemudian muncul berlari tergesa-gesa; bingung tetapi gembira

)

‘’Pak Luraaaaah, saya telah membunuh oraaaaaang! Pak Lurah, saya telah

membunuh orang! Hebat Pak Lurah orang itu bisa saya bunuh.”

L/J/C :

‘’Apa? Kau telah membunuh orang?’’

W : ‘’Edan saya telah membunuh orang! Edan! Orang itu bisa saya bunuh sendiri,

tanpa bantuan siapa pun juga.’’

L

: ‘’Tenang! Tenang! Coba ceritakan dengan jelas.’’

W : ‘’Edan! Orang itu berhasil saya bunuh sendiri. Orang itu bisa saya bunuh

sendiri, edan!’’

L

: ‘’Sabar! Sabar! Sabar, Kang! Ada apa?’’

W:‘’

Anu

Pak Lurah, saya telah berhasil membunuh orang. Eh...

anu

... saya telah

membunuh maling itu.’’

J

: ‘’Maling itu kau bunuh?’’

W : ‘’Maling itu telah saya bunuh! Seperti biasanya maling itu datang ke rumah

saya sore ini, tapi saya bukan orang yang bodoh lagi. Sudah sejak siang aku

persiapkan perangkap untuk menangkap maling itu. Siang tadi aku sudah

membeli racun tikus. Dan sore ini waktu maling itu datang seperti biasanya

langsung makan malam di rumah saya. Dia tidak tahu bahwa makanan itu

telah saya campur dengan racun tikus tadi. Ya, sayur lodeh untuk lauk maling

itu telah saya campuri dengan racun tikus. Eeeee, saya cuma mengharapkan

maling itu klenger. Tapi, malahan mati. Ya, sudah saya mesti dihukum Pak

Polisi, tidak apa-apa. Sebab sekarang saya telah menjadi orang yang hebat,

bisa menangkap maling hingga mati.’’

L

: ‘’Jadi maling itu mati?’’

W : ‘’Mati, Pak Lurah! Mati!’’

L

: ‘’Kenapa maling itu tidak kau bawa kemari?’’

W : ‘’Saya nggak kuat membawanya sendirian Pak Lurah. Dan untuk meminta

bantuan dari tetangga saya tidak mau, sebab saya tidak berani lancang

sebelum Pak Lurah melihat sendiri siapa maling itu.’’

L

: ‘’Bawa kemari maling itu, lekas!’’

W : ‘’Tapi Pak Lurah nanti apa tidak malu?’’

L

: ‘’Kenapa mesti malu?’’

W : ‘’Karena maling itu ternyata adalah ... ternyata adalah adik lelaki Pak Lurah

sendiri!’’

(Dari:

Kumpulan Drama Remaja,

editor A. Rumadi)

Lampiran

157

SIMFONI ANAK JALANAN

Karya IGN. Arya Sanjaya

Pemain :

Atet = pengamen

Iwo = pengamen

Kemal = pengamen

Abdul = petugas

Nasir = petugas

Komandan

Babak Satu

Di sepotong trotoar sebuah jalan di sebuah kota, tiga remaja tanggung, Atet, Iwo, dan

Kemal sedang mengamen. Iwo sering bermimpi, Atet sangat acuh dengan dirinya dan Kemal

senantiasa menepuk-nepuk perutnya yang selalu kelaparan. Mereka sedang menyanyikan sebuah

lagu berirama dangdut.

Lagu Pengamen

Mondar-mandir di sela-sela mobil

nyanyi-nyanyi sampai suaraku sember

hilir-mudik di antara rumah makan

senyam-senyum sampai bibirku dower

andai saja kupunya rumah mobil juga

ku tak akan sengsara

andai saja kudapat hasil berjuta-juta

pasti aku traktir semua

(

kepada penonton

) mau, mau, mau ...

Kemal

: Dapat berapa kita hari ini?

Atet

:

Sebentar, aku hitung dulu. (

Menghitung uang recehan, penghasilan mereka

)

Iwo

: Eh, kawan-kawan, tadi malam aku bermimpi kejatuhan durian!

Atet

: Benjol dong kepalamu. Eh, Wo, jangan mimpi- mimpi melulu deh!

Iwo

: Memangnya kenapa kalo aku mimpi ketiban durian?!

Kemal

: Kita jadi kebelet pingin durian dong! Ah, bego kamu!

Iwo

: Iya, mimpi dulu, nanti benerannya!!

Kemal

: Dasar

tukang mimpi!

Atet

: Sudah, sudah! Eh, Wo, Mal, lumayan juga penghasilan kita hari ini.

Iwo + Kemal

: Berapa?!

Atet

: Tiga ribu dua ratus rupiah.

Kemal

: Berarti kita bisa makan sama-sama sebungkus nasi kuah sayur dong

...

Tiba-tiba dua orang petugas datang dari sebuah sisi panggung, bergegas sambil meniup

peluitnya. Setelah kejar-kejaran, akhirnya anak-anak itu terperangkap di salah satu pojok

.

Abdul

:

Eh, eh, mau lari ke mana kalian, hah?!

Bertiga

:

Maaf Pak, apa salah kami?!

Seni Teater SMP/MTs

158

Nasir

:

Sudah sering dikasih tahu masih bandel juga, memangnya kalian mau

jadi jagoan ya?!

Iwo

: Ampun Pak, kami sungguh tidak mengerti.

Abdul

: Kalian dilarang ngamen

di sekitar tempat ini, tahu!!

Kemal

:

Maaf Pak, kami tidak tahu, Pak!

Nasir

:

Dasar anak brekele, kamu ...

Atet

:

Betul Pak, kami bener-bener tidak tahu. Baru pertama kali ini kita bertiga

ngamen disini!

Abdul

: Baru

pertama-baru pertama, eh, kalian kira kita berdua buta apa?!

Sudah sering aku lihat kalian pada genjrang-genjreng di sekitar sini ...

Iwo

: Barangkali bukan kami, Pak!

Nasir

:

Pokoknya aku tidak mau tahu, yang jelas malam ini kalian bertiga

yang kami tangkap. Sekarang, ayo ikut ke kantor. Ayo cepat, cepat,

cepat ...!!

Bertiga

:

Tapi Pak, bukan kami, sungguh bukan kami ...

Ketiga anak itu digiring oleh petugas, mereka semua keluar.

Babak Dua

Keesokan harinya di kantor petugas. Iwo, Kemal, dan Atet duduk di bangku panjang, dua

petugas, Abdul dan Nasir mendampingi mereka. Abdul duduk di belakang meja, sementara

Nasir berdiri mondar-mandir dengan pentungan karet di tangannya.

Nasir

:

Nah, hari ini kalian bertiga akan dibebaskan. Tapi ingat, jangan sekali-

sekali kulihat lagi kalian ngamen di tempat itu lagi. Berisik tahu!!

Bapak pejabat yang rumahnya dekat situ sempat matanya ngeliatin

kamu-kamu semua... ngerti, nggak?!

Bertiga

:

Ngerti Bang, eh, Pak!

Tiba-tiba telepon berdering, Abdul mengangkatnya. terdengar suara komandan

memanggilnya menghadap kemejanya

.

Komandan

:

Dul, harap segera datang ke ruangan saya!

Abdul

:

Siap, Komandan. (

pergi ke meja komandan, yang ada di ruangan itu juga,

di atas level yang agak ditinggikan

)

Abdul

:

Siap, Komandan!

Komandan : Duduklah.

Abdul

:

Terima kasih, ‘Dan!

Komandan : Begini

Dul, aku sedang bingung nih. Hari ini anakku yang nomor

dua akan berulang tahun. Dan kami ingin sedikit ada perayaan di

rumah, karena dia ingin mengundang beberapa temannya. Selain

makan-makan ala kadarnya, aku juga minta seorang pemusik, organ

tunggal untuk memeriahkannya. Tapi dasar apes, tadi pagi dia telpon,

katanya nggak bisa tampil karena bapaknya meninggal. Nah, aku

jadi bingung mencari gantinya?! Kira-kira kamu punya kenalan yang

bisa nyanyi nggak?!

Abdul

:

Kenalan? Rasanya nggak ada Komandan.

Komandan : Atau,

tolong cari tahu deh!

Abdul

:

Baik Komandan. (

Hendak berbalik, tiba-tiba ingat sesuatu

) Maaf

Komandan, bagaimana kalau pengamen yang kami tangkap tadi

malam saja kita suruh tampil di rumah komandan?!

Lampiran

159

Komandan

:

Pengamen?!

Abdul

:

Iya, Komandan!

Komandan : Kamu

menangkapnya di mana?

Abdul

: Di

depan rumah boss, Komandan.

Komandan : Oh,

begitu. Ehm, boleh juga. Tapi apa mereka bisa bernyanyi dengan

baik?! Jangan-jangan mereka hanya bisa nyanyi sepotong-sepotong

saja, kan di jalan mereka nggak pernah nyanyi utuh?!

Abdul

: Oh

ya, ya?! Tapi bagaimana kalau kita test saja mereka, Komandan?!

Komandan :

Maksud kamu?

Abdul

:

Ya, kita suruh mereka menyanyikan sebuah lagu, yang utuh tentu

saja. Nah, kalau Komandan anggap layak, kita tampilkan mereka di

rumah komandan.

Komandan

:

Wah, bagus juga ide kamu. Tidak sia-sia ku manggil kamu kemari. Di

mana mereka?

Abdul

: Di

ruangan sebelah, Komandan. Sedang diberi pengarahan oleh Nasir.

Komandan

:

Kalau begitu mari kita temui mereka. (

mereka berdua pergi ke ruang

sebelah

).

Nasir

:

Siap, selamat pagi Komandan!

Komandan

:

Pagi, semua baik-baik saja

Sir

?

Nasir

:

Baik, Komandan.

Komandan

:

Terima kasih. Begini

Sir

, tadi aku sudah cerita sama Abdul, aku butuh

penyanyi untuk ulang tahun anakku Ria nanti malam. Aku ingin

anak-anak ini bisa tampil, tapi sebelumnya aku ingin mendengarkan

mereka menyanyikan sebuah lagu dulu.

Nasir

:

Siap, Komandan! (

terus mendekati para pengamen

). Kalian bertiga, kalian

betul-betul beruntung, kalian bertiga mendapat kesempatan yang bagus

kali ini. Kalian diminta tampil dalam acara ulang tahun anaknya

bapak komandan.

Atet

:

Kami diminta tampil, wah, kesempatan bagus nih ...

Iwo

: Ya, betul!

Nasir

:

Tapi, tentu saja kalau kalian lulus test. Sekarang kalian diminta untuk

bernyanyi di hadapan Komandan. Ayo, nyanyikanlah sebuah lagu,

lagu apa saja, yang penting enak didengar dan sopan, jangan lagu

protes-protesan, awas kalau macam-macam!!

Kemal

: Baik, pak. Ayo

kita nyanyikan sebuah lagu kawan.

Iwo

: Iya, tapi lagu apa?

Kemal

: Lagu

Judul-judulan aja?!

Iwo

: Jangan, itu saru ...

Atet

: Bagaimana kalau lagu plesetannya kang Harry itu?

Iwo

: Jangan, itu masuk kategori lagu protes, kan nggak boleh katanya.

Kemal

: Kalau begitu, lagu (menyebutkan sebuah judul lagu yang akan di

tampilkan) saja!

Iwo

: Ya, ya, lagu itu aja, tapi kamu hafal nggak?!

Kemal

: Hafal dong ...

Atet

: Oke, kalau begitu!! Pak, kami siap pak!

Nasir

:

(setelah mohon persetujuan komandan) Baik, mulailah.

Mereka bertiga mulai menyanyikan sebuah lagu (yang judulnya sudah disebut-

kan diatas) yang sesuai dengan situasi serta kondisi di tempat pertunjukan.

Seni Teater SMP/MTs

160

Selesai nyanyian, komandan, Abdul dan Nasir bertepuk tangan.

Komandan :

Bagus, bagus!!

Abdul

:

Dahsyat, man!!

Nasir

: Asyiikkkk!!!

Komandan

:

Nah, sekarang bersiap-siaplah kalian. Biar kostumnya nanti diatur

oleh Abdul dan Nasir. Ayo kita berangkat (mereka keluar)

Babak Tiga

Esok harinya, di kantor dua petugas, Abdul dan Nasir ngobrol tentang pesta anak

komandan mereka tadi malam.

Abdul

: Meriah banget pestanya si Ria tadi malam ya, Sir!!

Nasir

: Ya,

makanannya enak-enak dan melimpah, teman-temannya si Ria

juga cantik-cantik dan seksi-seksi, wah, betah aku jadinya. Dan anak-

anak itu juga nyanyinya nggak malu-maluin, kompak dan apik deh.

Abdul

: Ya,

walau peralatan mereka sederhana, tapi penampilan mereka tetap

memikat. Sampai semua yang hadir terpikat dan terkagum-kagum

dibuatnya.

Nasir

: Eh,

kira-kira komandan datang nggak hari ini?!

Abdul

:

Aku jamin, nggak bakalan. Paling-paling dia sedang molor kecapaian!

(Tiba-tiba masuk sang komandan)

Komandan : Siapa

yang kamu bilang molor, Dul?!

Abdul

: Eh, itu komandan, ehm .. anak-anak itu ...tentu mereka kecapaian.

Komandan : Oh ya,

tapi dimana mereka, ya?!

Nasir

:

Kurang tahu, komandan.

Komandan : Dimana

kira-kira aku bisa menemukan mereka?!

Abdul

: Apa mereka

sudah nyolong sesuatu dari rumah komandan?!

Nasir

:

Betul komandan, apa mereka sudah berlaku kurang senonoh di pesta

tadi malam?!

Komandan :

Tidak, tidak. Kalian salah sangka. Tadi malam aku tidak melihat

mereka pulang. Jadinya belum sempat mengucapkan terima kasih.

Abdul

: Oh, saya kira mereka tak tah

u diri dan berbuat kacau.

Nasir

: Ya,

saya juga mengira mereka telah mempermalukan komandan di

depan para undangan komandan.

Komandan :

Oh, tidak-tidak. Malahan tamu-tamuku banyak yang memuji mereka.

Banyak diantaranya yang menanyakan dimana aku menemukan

mereka. Dan sekarang aku mau minta tolong pada kalian berdua untuk

menemui mereka.

Abdul

: Mereka disuruh

tampil lagi, komandan?!

Komandan : Tidak,

aku hanya ingin menyampaikan ucapan terima kasihku pada

mereka. Karena mereka telah tampil dengan baik dan dapat meng-

hibur tamu-tamuku. Tolong sampaikan ini kepada mereka. (Menye-

rahkan amplop). Nah, aku pulang dulu, karena ada urusan yang harus

kubereskan dulu, berkaitan dengan pesta tadi malam.

Abdul +

Nasir

:

Baik, komandan!

Komandan

:

Tolong sampaikan kepada mereka sekarang juga!

Lampiran

161

Abdul +

Nasir

:

Siap, komandan!! (Komandan keluar)

Abdul

:

Sir, ayo kita berangkat ..

Nasir

:

Ayo!!! (mereka berdua keluar)

Babak Empat

Sepotong trotoar di sebuah jalan, di sebuah kota. Abdul dan Nasir berjalan mencari Atet,

Iwo dan Kemal. Terlihat keringat mulai menitik di dahi mereka, karena mentari mulai meninggi.

Sambil berjalan mereka mendendangkan potongan lagu.

Abdul

:

Mengamen jangan mengamen

kalau tak pada tempatnya

mengamen boleh saja

asal dibagi dua ...

Nasir

:

Huusss ...

bertugas harus bertugas

tak boleh karena terpaksa

bertugas tentu saja

suka atau tak suka ...

Abdul

: Sir, kearah mana

kita harus mencari mereka, ya?!

Nasir

: Kesana!!

Abdul

: Kenapa kesana?

Nasir

:

Karena disana ada warungnya si Mawar, si janda bahenol ...

Abdul

: Dasar buaya kamu, ayo ... (mereka berjalan sebentar) Wah, lumayan

capek nih.

Nasir

: Ya,

kakiku juga mulai pegel nih.

Abdul

: Tapi kemana perginya anak-anak brekele itu, ya?!

Nasir

: He-eh, kalau dicari menghilang bagai setan, nah kalau lagi nggak

dicari, eh, malah ngibing di depan mata. Dasar apa tuh ..., kata kamu?!

Abdul

: Brekele ...

Nasir

: Ya,

brekele ...

Abdul

: Tapi

ngomong-ngomong, apa ya isi amplop itu?!

Nasir

:

Maksud kamu?

Abdul

: Iya, amplop yang diberikan komandan untuk anak-anak itu.

Nasir

:

Huss, ini amanat tahu!!

Abdul

: Eeeh, aku kan

cuma pengen tahu isinya doang.

Nasir

: Iya,

ya. Apa ya, kira-kira isinya?

Abdul

: Makanya, buruan buka, biar kita tidak penasaran.

Nasir

: Tapi

dosanya kita bagi dua, ya?!

Abdul

: Dosa-dosa,

buruan ah! (Nasir mengeluarkan dan membuka amplop).

Nasir

:

Duit, isinya duit Dul!!

Abdul

: Berapa

banyak? (Nasir menghitung)

Nasir

: Dua

ratus ribu!!

Abdul

: Dua ratus ribu?!

Wah banyak juga, ya!

Nasir

: Iya,

banyak ...

Abdul

: Bagaimana kalau

kita meminjamnya sedikit untuk sarapan?

Nasir

:

Meminjam bagaimana maksud kamu?

Seni Teater SMP/MTs

162

Abdul

:

Ya, kita kan tidak mencuri atau merampoknya, kita hanya meminjam-

nya. Ya, hitung-hitung ongkos pengantaran. Nanti kalau kita ada

rezeki kita kembaliin kepada mereka. Anu, ngomong-ngomong perutku

sudah keroncongan, nih!!

Nasir

:

Boleh juga ide kamu. Tapi, dosanya kita bagi dua, ya?!

Abdul

: Dosa-dosa, buruan!

(Nasir mengambil satu lembar 50 ribuan, segera

dirampas oleh Abdul, kemudian dengan malu-malu dia mengambil

50 ribuan satu lagi untuk dirinya)

Kemudian, masuk Atet dan Kemal sambil berdendang. Kedua petugas itu buru-

buru menyelipkan uang kutipan serta amplop itu kedalam kantung baju mereka.

Nasir

: Itu

mereka, hai .. kamu!! (mendengar teriakan itu, atet dan Kemal

lari, terus dikejar oleh kedua petugas. Mereka lari keliling panggung)

Abdul

:

Tunggu, tunggu dulu!! Kami datang bukan mau menangkap kalian ...

Atet

: Terus, mau ngapain dong?!

Nasir

:

Mau ngasihin uang!!

Kemal

: Ngasih uang buat apa? (mereka berhenti berkejaran)

Abdul

: Kamu aja yang ngejelasin, Sir.

Nasir

:

Bapak komandan ingin menyampaikan ucapan terima kasih ala

kadarnya. Karena berkat penampilan kalian yang bagus, tamu-tamu-

nya menjadi terhibur. (Nasir menyerahkan amplop terus keluar

bersama Abdul. Sementara Atet dan Kemal bengong, seperti nggak

percaya dengan kenyataan yang mereka hadapi)

Kemal

: Duit?! Wah,

berapa banyak isinya, ya?!

Atet

: (Mengeluarkan isi amplop) Seratus ribu ...

Kemal

:

Banyak amat! Eh, Tet bagaimana kalau kita pinjam sedikit buat

sarapan, perutku lapar nih!!

Atet

: Tapi ini amanat buat kita bertiga. Bagaimana kalau kita tunggu Kemal

dulu, sebentar lagi pasti dia datang. Nanti kita sarapannya sama-

sama, bagaimana?! (Iwo masuk) Tuh, Iwo sudah datang.

Iwo

: Maaf friends, aku kebelet tadi. Tapi sekarang sih sudah lega, kita

berangkat?!

Atet

:

Wo, tadi petugas yang menangkap kita kemarin datang kemari.

Komandannya menitipkan duit buat kita ...

Iwo

: Duit, berapa banyak?!

Kemal

: Seratus ribu.

Atet

: Nah, ini uangnya. (menyerahkan amplop).

Iwo

: Baik juga hati komandan itu, ya?!

Atet +

Kemal

: Ya!!

Iwo

: Nah, sekarang mari kita pergi kerumah makan Padang yang di

belokan jalan itu. Kita pesan nasi kapau dengan ayam bakar bumbu

balado yang lezat itu, setuju ...

Atet +

Kemal

:

Let’s go ... (mereka berjalan berputar-putar sambil bernyanyi)

Lampiran

163

Lagu Symphoni Anak Jalanan

Kucoba-coba menapis madu

madu kutapis sengat kudapat

kucoba-coba menulis lagu

lagu kutulis uang kudapat

Jamane-jamane jaman edan

asyik jadi anak jalanan

walaupun susah mencari makan

namun tak pernah menjadi beban

Sungguh enak anak-anak jalanan

anak jalanan banyak kawannya

walau disaku uang tak ada

tetap berdendang tertawa-tawa

Selesai

SISIT KADAL

Karya

Arthur S. Nalan

Madsoleh

: Batu

cincin berkemilau, cincin kecubung dari Tulung Agung Hati ini

sangat galau, saya bingung... tolong, tolong! Nama saya Madsoleh.

Dipanggil Mang Oeh. Berbagai jenis pekerjaan sudah saya coba,

termasuk pekerjaan yang sekarang. Menjual cincin berkeliling kota,

pusat-pusat keramaian, pasar basah, pasar kering, semua sudah saya

telusuri. Tapi tetap saja bernasib kurang baik. Padahal, Anda bisa

lihat sendiri. Penampilan begitu kerennya. Pakai dasi dan sepatu meng-

kilap. Ketek saya beri minyak wangi. Rambut pakai minyak rambut

yang mahal. Cincin berjejer di jemari. Tidak lupa, saya latihan bicara

di depan kaca. Tetapi, tetap saja tidak ada yang berminat membeli.

(MENGELUH) Tuhan, saya ini harus usaha apa lagi? Rasanya sudah

kehabisan akal sehat. Jadi penjual obat yang jujur, malah ditangkap

tibum. Saya kasih uang sogokan, malah ditampar. (DUDUK) Jadi

penjual tape singkung malah diseruduk kerbau gila.

Jelas, habis semua dagangan saya. Jadi tukang pangkas rambut di

bawah pohon rindang, eh, pohonnya tumbang. (MENGELUARKAN

SAPU TANGAN). Jadi penjual bakso tahu siomay, malah dipalak oleh

preman terminal. Dagangan habis, wajah dipermak! (BERTERIAK)

Usaha apa lagi, Tuhaaaan?

Tiba-tiba datang Unus, keponakan Madsoleh, membawa wayang golek sambil berlari.

Unus

: Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang jika orang itu tidak mau

berusaha!

Madsoleh

: Dasar

bocah edan! Bikin kaget orang tua! Kalau bukan keponakan

istri saya dan anak yatim piatu, rasanya sudah tidak sanggup meng-

urus anak yang baru saja lewat. Makannya rakus, kesukaannya ubi.

Jelas saja, kentut terus setiap hari. Untung saja barusan dia lewat tanpa

kentut.

Seni Teater SMP/MTs

164

Unus

: Cintailah anak yatim, niscaya kamu akan dapat pahala.

Madsoleh

:

(BERTERIAK) Unus, jangan lari-lari terus! Saya sedang bingung.

Diamlah barang satu hari! Penonton... tolong beri tahu saya, harus

usaha apa lagi? Sudah saya bilang, segala usaha sudah saya coba.

Tetapi, dasar bernasib sial, tidak pernah ada bahagia!

Madkadib

:

(PADA PENONTON) Siapa orangnya yang suka ikut-ikutan? Nih,

Madkadib! Sekampung Bojong Kenyot, semua juga tahu bahwa saya

sangat pandai dalam urusan ikut-ikutan. Apa ciri-cirinya? Nih,

pakaian necis, jalan selalu sambil bersenandung, pulang selalu malam,

kalau berdiri tidak bisa diam, kesukaannya kolang-kaling, dan tidak

pernah ambil pusing. (NUNJUK KE TEMPAT MADSOLEH) Tidak

seperti suami adik saya, Madsoleh. Bilang nyasih orang soleh, tetapi

selalu kalah. Percuma, percuma. Apa pun pekerjaan yang dilakoninya,

akan saya ikuti. (TERTAWA) Namanya juga orang yang suka

ikutikutan. (MENDEKATI PENONTON) Anda pasti menganggap kami

ini sama. (TERTAWA) Tidak, tidak sama. Yang sama dagangannya,

yang berbeda adalah nasibnya. Kalau Madsoleh nasibnya sisit kadal,

alias bernasib sial, kalau saya sisit arwana. Uang terus berdatangan.

Kalau dia? Nihil dan sial! (TERTAWA)

Nah, sekarang, coba tebak, saya mau ke mana? Berjualan? Ya, benar.

Saya akan berjualan batu cincin. Lihat, berjajar di jemari saya. Batu

cincin sebetulnya adalah barang langka tetapi sangat berharga. Tidak

percaya? Saya punya cerita. Begini ceritanya, kemarin, ada seorang

Tionghoa, katanya mimpi menunggang naga. Naga tersebut

memberinya sebuah batu cincin berwarna merah darah. Dia keburu

bangun, tetapi dia jadi tegang. Dia mencari-cari barang, ke sana-ke

mari mencari batu cincin berwarna merah darah. Di kalangan tukang

batu cincin, batu cincin seperti itu diberi nama yang sangat bagus,

yaitu Merah Delima. Kebetulan, satu minggu yang lalu, Madsoleh

menjual semua koleksinya. Ternyata, ada yang merah darah! Batu

cincin tersebut saya beri cerita yang dramatis. Saya beri dongeng yang

nyambung sama mimpinya orang Tionghoa tersebut. Akhirnya, saya

dapat untung karena orang itu percaya bahwa batu merah darah itu

adalah pemberian naga yang ada dalam mimpinya tersebut.

(BERTERIAK) Terima kasih, Madsoleh!!!

Sumber:

Drama Sisit Kadal karya

(diterjemahkan dari bahasa aslinya,

yaitu bahasa Sunda) dalam

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia

untuk Kelas XI SMA/MA

(buku sekolah elektronik)

oleh Adi Abdul Somad, dkk. 2008.

Lampiran

165

DIAM

Judul asli: Le Silence

Karya: Jean Murriat

Saduran: Bakdi Soemanto

Para Pelaku:

1.

Aleks

2.

Irna

3.

Dawud

(

Pentas menggambarkan sebuah ruangan kamar tamu. Ada beberapa meja dan kursi. Ada

sebuah pintu di sebelah kiri untuk keluar dan masuk. Di atas meja ada beberapa buku. Saat itu

sore hari, kira-kira pukul 18.00 lampu belum dinyalakan.

)

Aleks

:

(Masuk menjatuhkan buku-bukunya di meja, dan duduk dengan kesal).

Bing,

Bing. (

Berhenti

) Bing, Bing. (

Berhenti

) Bong. Bong. (

Berhenti

) Bong,

Booooooong. Huh, Bongkrek.

Irna

: He, sudah lama?

Aleks

:

Baru saja. Kau?

Irna

: Lebih baru dari kau. Mana Bing?

Aleks

:

Tahu. Keluar ‘kali.

Irna

: Jadi, nggak jadi?

Aleks

:

Sejauh info samar-samar, tafsiran masih bebas, kau boleh bilang jadi,

boleh bilang tidak jadi. Boleh bilang ditunda, boleh bilang dimulai,

tetapi terlambat, dan apa saja.

Irna

: Kalau tahu

begini, aku mestinya . . . .

Aleks

:

Nggak kemari, dan ke Rahayu bersama Agus, nonton, dan jajan, dan

minum-minum, dan rileks, dan putar-putar kota, dan cuci mata, dan

. . . .

Irna

: Cukup. Kau tidak usah memperolok-olok Agus begitu. Memang dia

tak sehebat kau, tak sebrilyan kau, tak sepopuler kau, tak serajin kau,

dan tak sekaya kau . . . .

Aleks

: Cukup. Tak usah kau mengejek begitu. Berkata menyanjung-nyanjung,

tetapi menjatuhkan, menghina, meremehkan, memandang rendah,

mereka. . . .

Irna

: Cukup. Tak u

. . . .

Aleks

:

Cukup. Kau . . . .

Irna

: Sudah.

Dawud

: (

Tiba-tiba masuk

) Sudah. Setiap kali ketemu, begini. Di sekolah, di kantin,

di sini, di rumah Amroq, di rumah Pak Juweh, di rumah . . . .

Irna

: Sudah. Kau juga

sama saja. Marah selalu. Di sini, di sana, dan . . . .

Aleks

:

Kau juga mulai lagi. Masalahnya itu apa? Dipecahkan. Tidak asal

ngomong, asal . . . .

Dawud

:

Diam.

Semuanya diam sejenak dan beberapa jenak.

Aleks

:

Ini jadi . . . .

Irna

: Diam, Dawud bilang apa? Masak nggak denger bahwa da . .. .

Seni Teater SMP/MTs

166

Dawud

:

Diam, Irna. Kalau kau terus-terus begitu, berkeringat tanpa guna.

Padahal . . . .

Aleks

:

Kau juga ngomong melulu. Nggak konsekuen itu namanya. Absurd.

Buat larangan dilanggar sendiri. Huh. Dasar . . . .

Irna

: Kau mulai lagi. Komentar itu secukupnya. Tidak ngelantur ke sana ke

sini . . . .

Aleks

:

Diam, Irna, diaaaaaam!

Dawud

: Kau juga diam dulu, jangan menyuruh melulu, nggak memberi contoh

. . . .

Irna

: Kau sendiri mesti diam dulu, baru yang lain itu, Wud.

Diam semua. Tiba-tiba meledak tawa mereka bersama-sama.

Sumber: Bakdi Sumanto,

Majalah Dinding Kumpulan Drama

, 2006 halaman 25-27

MAJALAH DINDING

Para Pelaku:

1.

Anton

2.

Kardi

3.

Rini

4.

Trisno

5.

Wilar

Pentas menggambarkan sebuah ruangan kelas pada waktu pagi hari. Tampak di sana

beberapa meja kursi, kurang begitu teratur rapi. Beberapa papan majalah dinding tersandar di

dinding dan meja.

Seorang pemuda pelajar sedang duduk di atas meja. Ia bersilang tangan. Pemuda itu

Anton namanya. Ia adalah pemimpin redaksi majalah dinding itu. Sedangkan Rini, sekretaris

redaksi duduk di kursi.

Waktu itu hari Minggu Anton tampak kusut. Wajahnya muram. Ia belum mandi, hanya

mencuci muka dan menggosok gigi. Ia terburu-buru ke sekolah karena mendengar berita dari

Wilar, wakil pemimpin redaksi, bahwa majalah dinding itu dibredel oleh kepala sekolah, gara-

gara karikatur Trisno mengejek Pak Kusno, guru karate.

Seorang pelajar lainnya, Kardi, sedang menekuni buku. Ia adalah esais yang mulai dikenal

tulisan-tulisannya lewat majalah dinding itu.

Anton

: Kardi

Kardi

: Ya!

Anton

:

Kau ada waktu nanti sore?

Kardi

:

Ada apa, sih?

Anton

:

Aku perlu bantuanmu. Menyusun surat protes itu.

Rini

:

Kurasa tak ada gunanya, kita protes. Kita sudah kalah. Bagi kita, Kepala

Sekolah kita bukan guru lagi. Bukan pendidik. Ia berlagak penguasa.

Lampiran

167

Kardi

:

Itu tafsiranmu, Rin. Menurut dia, tindakannya mendidik.

Anton

: Mendidik, tetapi mendidik pemberontak. Bukan mendidik anak-anak-

nya sendiri.

Kardi

:

Masa begitu?

Anton

:

Kalau mendidik anaknya sendiri, kan tidak begitu caranya.

Kardi

:

Tentu saja tidak. Ia bertindak, dengan caranya sendiri.

Rini

:

Sudahlah. Kalau kalian menurut aku, sebaiknya kita protes diam. Kita

mogok. Nanti kalau sekolah kita tutup tahun, kita semua diam. Mau

apa Pak Kepala Sekolah itu, kalau kita diam. Tenaga inti masuk staf

redaksi semua.

Anton

:

Tapi masih ada satu bahaya.

Rini

: Bahaya?

Kardi

:

Nasib Trisno, karikaturis kita itu?

Anton

:

Bisa jadi dia akan celaka.

Rini

: Lalu?

Anton

:

Kita harus selesaikan masalah ini.

Rini

:

Caranya?

Anton

:

Kita harus buka

front

terbuka.

Kardi

:

Itu tidak taktis, Bung!

Anton

:

Habis kalau kita main gerilya kita kalah. Dia masih bisa main tangan

besi lewat wali kelas.

Kardi

:

Baik. Tapi

front

terbuka juga berbahaya.

Rini

:

Orang luar bisa tahu. Sekolah cemar.

Kardi

: Betul.

Anton

:

Apakah sudah tak ada jalan keluar lagi? Kita mati kutu?

Kardi

:

Ada. Tapi jangan

grusa-grusu

. Kita harus ingat, ini bukan perlawanan

melawan musuh. Kita berhadapan dengan orang tua kita sendiri, di

rumah sendiri. Jadi jangan asal membakar rumah, kalau marah.

Anton

:

Baik filsuf! Apa rencanamu.

Trisno masuk. Nafasnya terengah-engah peluhnya berleleran

.

Rini

:

Engkau dari mana, Tris?

Anton

:

Dari rumah Pak Kepala Sekolah?

Kardi

:

Dari rumah Pak Kepala Sekolah dan kau dimarahi?

Trisno

: Huuuh. Disemprot ludah pagi hari, bacin.

Rini

:

Ngapain ke sana? Kan tak dipanggil?

Anton

:

Kau goblok, Tris! Masa pagi-pagi ke sana.

Kardi

:

Sebaiknya kau tidak ke sana sebelum

berembug

dengan kita.

Rini

:

Hah! Individualismemu itu

mbok

dikurangi.

Anton

:

Kau selalu begitu setiap kali.

Krisno

:

Terus disemprot apa?

Trisno

: Kalian itu yang goblok

kabeh

.

Anton

:

Loh!

Rini

:

Aku goblok? Secantik ini goblok?

Trisno

: Belum tahu sudah disemprot.

Kardi

:

Pak Kepala ke rumahmu?

Trisno

: Iya. Terus aku mau rembukan gimana sama kalian? Belum bernafas

sudah dicekik.

Seni Teater SMP/MTs

168

Rini

:

Ibumu tahu?

Trisno

: Untung mereka ke gereja pagi.

Anton

: Terus?

Trisno

: Pokoknya aku didesak, ide itu ide siapa. Sudah dapat izin dari kau

apa belum?

Anton

: Jawabmu?

Trisno

: Aku bilang, ide itu ide....

Anton

:

Ide Anton?

Trisno

: Ide Albertus Sutrisno sang pelukis! Dengar?

Rini

:

Tapi, kau bilang sudah ada persetujuan dari pimpinan redaksi.

Trisno

: Tidak, Rin, kullindungi kekasihmu yang belum mandi itu.

Anton

:

Kau bilang apa pada Si Botak

kincling

itu?

Trisno

: Aku bilang bahwa tanpa sepengetahuan Anton, aku pasang karikatur

itu. Sepenuhnya tanggung jawab saya. Dengar?

Kardi

:

Edaaan. Pahlawan

tenan

iki.

Rini

: Ooooo, he

bat kau Tris. Berbahagialah Yayuk yang punya kekasih

macam kau!

Trisno

: Ah, Rin,

mbok

nggak gitu. Nanti aku tidak bisa tidur kau bilang Yayuk

pacarku.

Anton

:

Kenapa kau bilang begitu. Kau menghina aku, Tris? Aku yang suruh

engkau melukis itu. Aku penanggung jawabnya. Akulah yang mesti

digantung ..... bukan kau.

Kardi

:

Loh, loh, sabar, sabar, sabaaar!

Anton

:

Ayo, kau mesti ralat pernyataan itu.

Trisno

: Begini Ton, maksudku, agar kau ....

Anton

: Tidak. Aku tidak butuh perlindunganmu. Aku mesti digantung, bukan

kau!

Trisno

: Begini Ton, maksudku, bahwa aku telah ....

Anton

:

Sudah! Aku tahu, kau berlagak pahlawan, agar orang-orang menaruh

perhatian padamu, sehingga dengan demikian kau ....

Rini

:

Anton! Ini apa? Ini apa?

Kardi

:

Anton, sabaaar. Kau mau bunuh diri apa bagaimana? Masak sedang

gawat malah bertengkar sendiri.

Anton, Kardi, dan Rini hanya membisu.

Trisno

: Maaf, Ton. Aku tidak hendak berlagak pahlawan. Aku sekedar ingin

bertanggung jawab. Aku tidak tega kalau kau... kau di...

Anton membisu.

Trisno

: Dimarahi atau dikeluarkan.

Rini membisu.

Trisno

: Tetapi kau

menolak pernyataan setia kawanku dengan kau. Sudahlah.

Mungkin... kita memang tidak harus dalam satu ide. (

Keluar

).

Anton

:

Tris, Tris, Trisno... Trisno....

Kardi

:

Biar saja dia pergi. Kau mau apakan dia?

Rini

:

Tapi dia bisa memihak Kepala Sekolah.

Kardi

:

Ah, biar saja dia pergi.

Anton

:

Maaf, Di.

Lampiran

169

Kardi

:

Aku ngerti, kenapa kau tersinggung? Tetapi dalam keadaan gawat

kita tidak boleh mengutamakan emosi, demi persatuan kita.

Rini

:

Kau absurd!

(Keluar).

Anton

:

Rin, Rini....

Kardi

:

Nah, gimana kalau begini?

Anton membisu.

Kardi

:

Bagaimana?

Anton

: Pergi!

Kardi terbengong.

Anton

:

Pergi sana kau. Pergi!

Kardi berjalan keluar, Anton diam sendiri, berjalan hilir mudik.

Rini

: (

Masuk

). Ton!

Anton

: Pergi!

Rini

:

Ton.

Anton

:

Pergi

Rini hanya membisu.

Anton

:

Rin....

Rini

:

Anton... oooh.

Wilar

: (

Masuk

). Lah...

Rini

:

Gimana? Pak Lukas mau?

Wilar

:

Lha...

Anton

:

Mana

Pak Lukas?

Wilar

:

Lha....

Rini

:

Ayo, dong, Laaar, gimana dia. Kau ini ngejek.

Anton

:

Kau ketemu dia, pagi ini?

Wilar

: Dia mau!

Anton

: Mau.

Rini

:

Mau?

Wilar

: Jelas. Malah dia bilang begini. Aku wakil kelas kalian. Aku ikut ber-

tanggung jawab atas perbuatan kalian terhadap Pak Kusno. Tapi

kalian tidak boleh bertindak sendiri. Diam saja. Aku yang akan maju

kepada Bapak Kepala Sekolah. Aku akan menjelaskan bahwa Pak

Kusno memang kurang beres. Tapi kalau kalian berbuat dan bertindak

sendiri-sendiri, main corat-coret atau membikin onar, kalian akan aku

laporkan polisi.

Rini

:

Anton!

Wilar

:

Lha...!

Kardi muncul.

Trisno

: (

Muncul

). Lah...!

Bersama

:

Lhaaa!

Sesaat keadaan sepi.

Rini

:

Pak Lukas memang guru sejati. Mau melibatkan diri dengan problem

anak-anaknya. Dia sungguh seperti bapakku sendiri.

Anton

:

Dia seorang bapak yang melindungi, sifatnya lembut seperti seorang

ibu....

Trisno

: Bagaimana kalau dia kita juluki, Pak Lukas Sang Penyelamat...

Semua

:

Setujuuu!

Seni Teater SMP/MTs

170

Kardi termenung.

Rini

:

Ada apa, Filsuf?

Kardi

:

Sekarang sampailah kesimpulan tentang renungan-renunganku

selama ini.

Anton

:

Waaa, kumat dia!

Rini

:

Renungan apa, Di?

Trisno

: Renungan apa lagi?

Kardi

:

Bahwa... bahwa kreativitas ternyata... ternyata membutuhkan

perlindungan.

Sumber: Bakdi Sumanto,

Majalah Dinding Kumpulan Drama

, 2006 halaman 44-51.

Glosarium

171

GLOSARIUM

Akting

:

Tingkah laku yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayat-

an peran yang dimainkan.

Apresiasi teater : Usaha untuk memberikan penilaian terhadap suatu seni teater.

Aktor

:

Orang berakting di atas panggung.

Artikulasi

: H

ubungan antara apa yang dikatakan dan bagaimana menga-

takannya, dan dipengaruhi oleh penguasaan organ produksi

suara.

Bloking

:

Gerak dan perpindahan pemain dari satu area ke area lain di

panggung.

Dimmer

:

Alat pengatur tinggi rendahnya intensitas cahaya.

Filter

: Plastik, mika, atau kaca berwarna untuk mengubah warna lampu.

Gesture

:

Gerak tubuh yang memiliki makna, gerak tubuh sebagai isyarat.

Imajinasi

:

Proses pembentukan gambaran-gambaran baru dalam pikiran,

dimana gambaran tersebut tidak pernah dialami sebelumnya atau

mungkin hanya sedikit yang dialaminya

Improvisasi

: Gerakkan dan ucapan yang tidak terencana untuk menghidup-

kan permainan.

Intonasi

: Nada suara, irama bicara, atau alunan nada dalam melafalkan

kata-kata, sehingga tidak datar atau tidak monoton.

Karakter

:

Gambaran tokoh yang diciptakan penulis naskah lakon melalui

keseluruhan ciri-ciri jiwa dan raga seorang peran.

Katarsis

:

Kelegaan emosional setelah mengalami ketegangan dan pertikaian

batin akibat suatu lakuan dramatis.

Konsentrasi

:

Kemampuan yang diperlukan untuk mengerahkan pikiran dan

kekuatan batin yang ditujukan ke suatu sasaran sehingga dapat

menguasai diri dengan baik.

Lenong

:

Ludruknya Betawi yang mengambil cerita kisah seribu satu malam,

jagoan-jagoan betawi (Si Pitung; Si Jampang; dan lain-lain),

dongeng rakyat, dan sebagainya.

Mamanda

: Seni drama tradisional masyarakat Kutai.

Mimik

: ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukkan emosi

yang dialami pemain.

Penata busana

:

Orang yang bertugas mengatur kostum pemain baik bahan, warna,

model, maupun cara mengenakannya.

Penata panggung : Orang yang bertugas menciptakan dekor di atas panggung untuk

memberikan gambaran kepada penonton tentang kondisi sosial,

waktu, tempat kejadian cerita, dan suasana yang harus di-

munculkan dalam pertunjukan.

Produser

:

Orang yang menyediakan dana pertunjukan.

Properti

:

Benda atau pakaian yang digunakan untuk mendukung dan me-

nguatkan akting pemeran.

Seni Teater SMP/MTs

172

Sikap apresiatif

: Sikap yang bersifat menilai.

Sutradara

:

Orang yang bertugas menafsirkan naskah lakon dan meng-

aktualisasikan ke dalam bentuk seni garap teater secara utuh.

Teater

:

Drama dalam arti lebih luas

Teater daerah

: Teater yang tumbuh dan berkembang di sebuah daerah.

Teater Nusantara : Teater yang tumbuh dan berkembang di wilayah Nusantara.

Teater kreatif

: Teater yang dikembangkan berdasarkan gagasan baru yang tidak

mengikuti begitu saja teater yang sudah mentradisi.

Teater rakyat

: Pertunjukan yang biasanya mengekspresikan dan menggambar-

kan kehidupan suatu masyarakat.

Indeks

173

INDEKS

A

Akting 10, 11, 12, 32, 35, 59, 63, 64, 65, 69,

71, 74, 79, 85, 86, 92, 102, 110, 111,

117, 124, 125, 126, 128, 129, 132, 135,

139, 140, 141, 142, 149, 150, 152, 171

Apresiatif 1, 6, 7, 21, 27, 28, 29, 30, 59, 172

Artikulasi 10, 12, 13, 35, 87, 171

B

Bengkel Teater Rendra 51, 52, 60

Bentuk teater 4, 48, 53, 54, 55, 61, 71, 78,

79, 103, 104, 105, 122, 123, 139, 145

Bloking 146, 149, 171

C

Calonarang 24, 106

D

Dekorasi 23, 37, 42, 49, 62, 110, 119, 120,

130

E

Efek bunyi 96

Efek suara 96

G

Gesture 35, 64, 71, 78, 171

I

Imajinasi 11, 12, 19, 35, 44, 141, 150, 152,

171

K

Karakter 15, 34, 36, 37, 43, 45, 56, 57, 62,

69, 70, 72, 79, 94, 100, 103, 109, 117,

119, 127, 128, 130, 140, 141, 146, 147,

149, 150, 171

Ketoprak 23, 48, 83, 154

Konsentrasi 6, 28, 32, 33, 34, 35, 44, 67, 75,

141, 150, 171

Kostum 36, 65, 71, 72, 73, 76, 96, 101, 102,

103, 104, 105, 106, 111, 113, 119, 120,

121, 124, 128, 129, 145, 147, 152, 160,

171

L

Latihan suara 35, 44

Latihan tubuh 11, 32, 44

Lenong 48, 171

Lighting 15, 17, 19, 45

Ludruk 27, 29, 30, 48, 52, 83, 171

M

Mamanda 26, 27, 48, 83, 106, 171

Menggelar pertunjukan 31, 42, 43, 44, 46,

74, 75, 86, 96, 97, 98, 147, 148, 150

O

Olah pikir 9, 10, 11, 12, 14, 20, 31, 32, 35,

40, 41, 44, 69, 86, 97, 98, 115

Olah tubuh 9, 10, 14, 19, 20, 31, 32, 35, 40,

41, 44, 45, 46, 64, 69, 75, 86, 92, 97, 98,

115, 141, 150

Olah vokal 12, 19, 20, 41, 69, 115

P

Penata artistik 73, 118, 130

Penata cahaya 41, 42, 58, 62, 73, 98, 115,

116, 119, 127, 128, 139, 140, 147

Penata kostum 62, 73, 76

Penata panggung 19, 57, 62, 73, 76, 98,

113, 115, 127, 128, 137, 149, 151, 152,

171

Penata rias 41, 43, 56, 62, 98, 109, 115,

117, 128, 137, 152

Penata suara 70, 73, 98, 128, 139

Pernapasan 13, 19, 67, 69, 75, 142

Persiapan pertunjukan 36, 41, 96, 139,

145, 146

R

Randai 48, 83

S

Sound system 57, 99

Stretching 11

Studiklub Teater Bandung 53

Seni Teater SMP/MTs

174

Subartistik 15, 16

Sutradara 8, 16, 17, 19, 39, 40, 41, 42, 43,

44, 45, 46, 51, 52, 56, 61, 62, 65, 70, 73,

74, 75, 82, 92, 94, 98, 107, 108, 109,

110, 111, 113, 115, 118, 119, 120, 123,

124, 125, 128, 130, 133, 137, 138, 139,

140, 145, 151, 172

T

Teater absurd 54, 123, 125, 134

Teater daerah 1, 2, 5, 6, 7, 8, 15, 17, 18, 21,

22, 27, 28, 29, 30, 31, 36, 39, 40, 41, 42,

43, 44, 46, 121, 136, 172

Teater Dinasti 53, 174

Teater Dulmuluk 24, 174

Teater Gapit 53, 174

Teater Garasi 53, 54, 80, 81, 82, 174

Teater Gidag Gidig 52, 53, 82, 83, 174

Teater Kecil 51, 59, 60, 174

Teater klasik 49, 61, 78, 122, 133

Teater Koma 47, 52, 59, 60, 61, 62, 63, 79,

81, 82, 83, 151, 174

Teater kreatif 107, 108, 113, 136, 138, 139,

140, 141, 142, 145, 146, 147, 148, 149,

150, 152, 172

Teater Kubur 52, 79, 174

Teater mancanegara 103, 104, 105, 121,

122, 123, 125, 129, 130, 131, 132, 134,

136

Teater Mandiri 52, 59, 60, 62, 174

Teater Mendu 25, 174

Teater modern 3, 8, 15, 47, 48, 50, 51, 53,

54, 56, 59, 61, 78, 81, 82, 117, 121, 122,

123, 124, 125, 127, 132, 133, 136, 153

Teater Nusantara 47, 48, 50, 51, 53, 54, 56,

58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 69, 70, 71, 72,

73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83,

84, 86, 92, 93, 94, 96, 97, 98, 121, 136,

137, 172

Teater Payung Hitam 53, 81, 174

Teater Populer 51, 174

Teater rakyat 3, 4, 7, 8, 23, 30, 52, 106, 172

Teater Ruang 53, 79, 174

Teater SAE 52, 62, 82, 83, 174

Teater Satu Lampung 53, 81, 82, 174

Teater Tetas 52, 80, 81, 82, 83, 174

Teater tradisi 2, 3, 4, 7, 8, 15, 16, 17, 18, 20,

22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 37, 39,

41, 44, 47, 48, 49, 50, 61, 101, 102, 103,

104, 105, 106, 107, 108, 127, 136, 145

Teater tradisional 2, 3, 7, 8, 22, 23, 24, 26,

27, 29, 30, 47, 48, 49, 50, 61, 62, 101,

102, 103, 104, 105, 106, 136, 145

untuk SMP/MTs Kelas VII, VIII, dan IX

Trisno Santoso Retno Sayekti Wisik Lawu Purbo Utami

Sekar Galuh Endah Pinuji Lawuningrum Janta Setiana

untuk SMP/MTs Kelas VII, VIII, dan IX

Seni Teater

untuk SMP/MTs

Kelas VII, VIII, dan IX

Seni Teater

Seni Teater

Trisno Santoso Retno Sayekti Wisik Lawu Purbo Utami

Sekar Galuh Endah Pinuji Lawuningrum Janta Setiana

Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP) dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang

memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran

melalui

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49 Tahun 2009,

tanggal 12 Agustus 2009

.

Harga Eceran Tertinggi (HET) *Rp14.837,00

ISBN 978-979-068-997-8