Halaman
Pelajaran 11
Apresiasi
Teater Mancanegara
di Luar Asia
Pertunjukan teater
mancanegara
Sumber:
www.corbis.com
Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran ini bertujuan agar siswa
dapat mengapresiasi karya seni teater
melalui kemampuannya dalam:
• mengidenti
fi
kasikan jenis karya
seni teater tradisional dan modern
mancanegara di luar Asia, dan
• menampilkan sikap apresiatif
terhadap keunikan dan pesan
moral seni teater manca negara di
luar Asia.
Seni teater telah berkembang di Eropa sejak
2300 tahun yang lalu, yaitu pada masa Yunani
klasik. Ketika Roma mulai menjadi penguasa
Mediterania, pusat teater pun berpindah ke
sana. Periode itu disebut zaman klasik. Tradisi
teater di Eropa terus berkembang, melewati
abad Pertengahan, zaman Renaissance, zaman
Elizabeth, hingga zaman Modern. Selama periode-
periode tersebut, teater Eropa mengalami banyak
perubahan. Meskipun demikian, lakon-lakon
dari zaman Klasik, seperti tragedi dan komedi,
tetap bertahan hingga sekarang. Hal itu dapat
dikatakan bahwa teater Barat berkembang tanpa
melupakan tradisi.
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas IX
154
Teater Mancanegara di
Luar Asia
Jenis-jenis karya
teater mancanegara
di luar Asia
Peta Konsep
•
Teater Yunani Klasik
• Tragedi
• Komedi
• Renaissance
Mengenal sejarah
teater Barat
K
a
t
a
K
u
n
c
i
Apresiasi teater
mancanegara di
luar Asia
Mengenal aliran-
aliran teater Barat
Mengenal
keunikan teater
Barat
Mengetahui pesan
moral dalam teater
Barat
• Presentasional
• Representasional
• Realisme
•
Post-realistic
Pelajaran 11 Pertunjukan Teater Mancanegara di Luar Asia
155
A.
Sejarah Teater Barat
Meskipun asal dari teater Barat belum diketahui, kebanyakan teori merujuk
pada ritual keagamaan kuno pada zaman prasejarah. Alasannya, secara kasat
mata semua ritual mengandung unsur-unsur teatrikal. Mazhab-mazhab yang lain
memiliki pendapat beragam mengenai asal usul teater mulai dari ritus kesuburan,
festival panen, shamanisme, dan sebagainya.
1. Teater Yunani Klasik
Tempat pertunjukan teater Yunani pertama yang permanen dibangun
sekitar 2300 tahun yang lalu. Teater ini dibangun tanpa atap. Bentuknya setengah
lingkaran dengan tempat duduk penonton melengkung dan berundak-undak yang
disebut amphitheater. Ribuan orang mengunjungi amphitheater untuk menonton
teater. Naskah lakon teater Yunani merupakan naskah lakon teater pertama yang
menciptakan dialog di antara para karakternya.
Ciri-ciri khusus pertunjukan teater pada masa Yunani Kuno adalah sebagai
berikut.
Gambar 11.1
Amphiteater merupakan tempat
pertunjukan teater pada masa Yunani
Sumber:
www.mccullagh.org
a.
Pertunjukan dilakukan di amphitheater.
b.
Sudah menggunakan naskah lakon.
c. Seluruh pemainnya pria bahkan peran
wanitanya dimainkan pria dan memakai
topeng karena setiap pemain memerankan
lebih dari satu tokoh.
d.
Cerita yang dimainkan adalah tragedi yang
membuat penonton tegang, takut, dan iba
serta cerita komedi yang lucu, kasar, dan
sering mengeritik tokoh terkenal pada
waktu itu.
e. Selain pemeran utama, ada juga pemain
khusus untuk kelompok koor (penyanyi),
penari, dan narator (pemain yang
menceritakan jalannya pertunjukan).
Berikut ini adalah beberapa pengarang teater Yunani Klasik.
a. Aeschylus (525-456 SM). Dialah yang pertama kali mengenalkan tokoh
protagonis dan antagonis sehingga mampu menghidupkan peran. Karyanya
yang terkenal adalah
Trilogi Oresteia
yang terdiri atas:
Agamennon
,
The Libatian
Beavers
, dan
The Furies
.
b.
Sophocles (496-406 SM) dengan karya yang terkenal adalah
Oedipus The King,
Oedipus at Colonus
, dan
Antigone
.
c.
Euripides (484-406 SM) dengan karya-karyanya antara lain
Medea, Hyppolitus,
The Troyan Woman,
dan
Cyclops
.
d.
Aristophanes (448-380 SM), penulis naskah drama komedi dengan karyanya yang
terkenal adalah
Lysistrata, The Wasps, The Clouds, The Frogs,
dan
The Birds
.
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas IX
156
e.
Manander (349-291 SM). Manander menghilangkan koor dan menggantinya
dengan berbagai watak. Misalnya watak orang tua yang baik, budak yang
licik, anak yang jujur, pelacur yang kurang ajar, tentara yang sombong, dan
sebagainya. Karya Manander juga berpengaruh kuat pada Zaman Romawi
Klasik dan drama komedi Zaman Renaissance dan Elizabethan.
Kebanyakan drama tragedi Yunani dibuat berdasarkan legenda. Drama-drama
ini sering membuat penonton merasa tegang, takut, dan kasihan. Drama komedi
bersifat lucu dan kasar, bahkan sering mengolok-olok tokoh-tokoh terkenal.
2. Teater Romawi Klasik
Pada 200 tahun SM kegiatan kesenian, termasuk teater, beralih dari Yunani
ke Roma. Akan tetapi, kualitas teater Romawi tidak dapat melebihi teater Yunani.
Meskipun demikian, teater Romawi tetap dianggap penting karena berpengaruh
pada zaman Renaissance. Teater kali pertama dipertunjukkan di kota Roma pada
240 SM. Pertunjukan ini dikenalkan oleh Livius Andronicus, seniman Yunani.
Gambar 11.2
Colosseum merupakan gedung teater di Roma
Sumber:
www.btinternet.com
Teater Romawi merupakan hasil adaptasi
bentuk teater Yunani. Hampir di setiap unsur
panggungnya terdapat unsur pemanggungan
teater Yunani. Namun demikian, teater
Romawi memiliki ciri-cirinya sendiri, yaitu
sebagai berikut.
a.
Koor tidak lagi berfungsi mengisi setiap
adegan.
b. Musik menjadi pelengkap seluruh
adegan. Tidak hanya menjadi tema cerita,
tetapi juga menjadi ilustrasi cerita.
c.
Tema berkisar pada masalah kesenjangan
golongan menengah.
d. Karakteristik tokoh bergantung pada
kelas, yaitu orang tua yang bermasalah dengan anak-anaknya atau kekayaan,
anak muda yang melawan kekuasaan orang tua, dan lain sebagainya.
e.
Seluruh adegan terjadi di rumah, di jalan, dan di halaman.
Bentuk-bentuk pertunjukan yang terkenal di zaman Romawi klasik adalah
sebagai berikut.
a. Tragedi
Satu-satunya bentuk tragedi yang terkenal dan berhasil diselamatkan adalah
karya Lucius Anneus Seneca (4 SM-65 M). Tragedi Romawi ini memiliki ciri-ciri
berikut.
1) Plot cerita terdiri atas lima babak dengan struktur cerita yang terperinci
jelas.
2) Adegan berlangsung dalam ketegangan tinggi.
3) Dialog ditulis dalam bentuk sajak.
Pelajaran 11 Pertunjukan Teater Mancanegara di Luar Asia
157
4) Tema cerita seputar hubungan antara alam manusia dan alam gaib.
5)
Menggunakan teknik monolog, bisikan-bisikan pada beberapa tokoh penting
yang mengungkapkan isi hati.
b. Farce Pendek
Farce (pertunjukan jenaka) sejak abad 1 SM menjadi bagian sastra dan menjadi
bentuk drama yang terkenal. Bentuk pertunjukan teater tertua pada zaman Romawi
Klasik ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Selalu menggunakan tokoh yang sama dan sangat tipikal, misalnya tokoh
badut tolol yang bernama Maccus. Tokoh yang serakah dan rakus bernama
Bucco. Adapun Pappus adalah tokoh yang tua dan mudah ditipu.
2) Plot cerita berupa tipuan-tipuan dan hasutan-hasutan yang dilakukan para
badut, musik dan tari menjadi unsur penting dalam menjaga jalan cerita.
3) Menggunakan latar suasana alam pedesaan.
c. Mime
Gambar 11.3
Pertunjukan mime yang lucu
Sumber:
www.corbis.com
Mime muncul di zaman Yunani
sekitar abad 5 SM dan kemudian masuk
ke Romawi sekitar tahun 212 SM. Ciri-ciri
mime adalah sebagai berikut.
1)
Banyak terdapat adegan-adegan lucu,
singkat, dan improvisasi.
2)
Tokoh wanita dimainkan oleh pemain
wanita.
3) Para pemainnya tidak mengenakan
topeng.
4) Cerita yang dibawakan bertema
perzinaan, menentang sakramen, dan upacara gereja.
Teater Romawi merosot setelah bentuk Republik diganti dengan kekaisaran
pada 27 SM. Bahkan, teater ini lenyap setelah terjadi penyerangan bangsa-bangsa
Barbar serta munculnya kekuasaan gereja. Pertunjukan teater terakhir di Roma
terjadi pada 533 SM.
3. Teater Abad Pertengahan
Sepanjang tahun 1400-an dan 1500-an, banyak kota di Eropa mementaskan
drama untuk merayakan hari-hari besar umat Kristen. Drama-drama tersebut
dibuat berdasarkan cerita-cerita Alkitab dan dipertunjukkan di atas kereta
yang ditarik keliling kota, yang disebut
pageant
. Para pemain drama
pageant
menggunakan tempat di bawah kereta untuk menyembunyikan peralatan.
Peralatan ini digunakan untuk efek tipuan, seperti menurunkan seorang aktor
dari atas ke panggung. Para pemain
pageant
memainkan satu adegan dari kisah
dalam Alkitab, lalu berjalan lagi.
Pageant
lain dari aktor-aktor lain untuk adegan
berikutnya, menggantikannya. Aktor-aktor
pageant
seringkali adalah para perajin
setempat yang memainkan adegan yang menunjukkan keahlian mereka. Orang
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas IX
158
berkerumun untuk menyaksikan drama
pageant
religius di Eropa. Drama ini
populer karena pemainnya berbicara dalam bahasa sehari-hari, bukan bahasa
Latin yang merupakan bahasa resmi gereja-gereja Kristen.
Ciri-ciri teater abad pertengahan adalah sebagai berikut.
a. Drama dimainkan oleh aktor-aktor yang belajar di universitas sehingga
dikaitkan dengan masalah
fi
lsafat dan agama.
b. Aktor bermain di panggung di atas kereta yang bisa dibawa berkeliling
menyusuri jalanan.
c. Drama banyak disisipi cerita kepahlawanan yang dibumbui cerita
percintaan.
d. Drama dimainkan di tempat umum dengan memungut bayaran.
e.
Drama tidak memiliki nama pengarang.
4. Teater Zaman Renaissance
Abad 17 memberi sumbangan yang sangat berarti bagi kebudayaan Barat.
Sejarah abad 15 dan 16 ditentukan oleh penemuan-penemuan penting, yaitu mesin,
kompas, dan mesin cetak. Semangat baru muncul untuk menyelidiki kebudayaan
Yunani dan Romawi klasik. Semangat ini disebut semangat Renaissance yang
berasal dari kata
renaitre
yang berarti “kelahiran kembali manusia untuk
mendapatkan semangat hidup baru”. Gerakan yang menyelidiki semangat ini
disebut gerakan
humanisme
.
Kegiatan teater di Italia berpusat di istana-istana dan akademi. Di gedung-
gedung teater milik para bangsawan inilah dipentaskan naskah-naskah yang
meniru drama-drama klasik. Para aktor kebanyakan pegawai-pegawai istana dan
pertunjukan diselenggarakan dalam pesta-pesta istana.
Ada tiga jenis drama yang dikembangkan, yaitu tragedi, komedi, dan pastoral
atau drama yang membawakan kisah-kisah percintaan antara dewa-dewa dengan
para gembala di daerah pedesaan. Namun, nilai seni ketiganya masih rendah.
Drama dilangsungkan dengan mengikuti struktur yang ada. Meskipun demikian,
gerakan mereka memiliki arti penting karena memperkenalkan Eropa pada drama
yang jelas struktur dan bentuknya.
Ciri-ciri teater zaman Renaissance adalah sebagai berikut.
a.
Naskah lakon yang dipertunjukkan meniru teater zaman Yunani klasik.
b.
Cerita bertema mitologi atau kehidupan sehari-hari.
c.
Tata busana dan
se
Ĵ
ing
yang dipergunakan sangat inovatif.
d. Pelaksanaan bentuk teater diatur oleh kerajaan atau universitas.
e. Menggunakan panggung
proscenium,
yaitu bentuk panggung yang memisahkan
area panggung dengan penonton.
Zaman ini juga melahirkan satu bentuk teater yang disebut
commedia dell’arte
,
yaitu bentuk teater rakyat Italia yang berkembang di luar lingkungan istana dan
akademisi. Pada 1575, bentuk ini sudah populer di Italia. Kemudian, menyebar luas
di Eropa dan memengaruhi semua bentuk komedi yang diciptakan pada 1600.
Pelajaran 11 Pertunjukan Teater Mancanegara di Luar Asia
159
Ciri khas
commedia dell’arte
adalah sebagai berikut.
a. Para pemain dibebaskan berimprovisasi mengikuti jalannya cerita dan
dituntut memiliki pengetahuan luas yang dapat mendukung permainan
improvisasinya.
b.
Menggunakan naskah lakon yang berisi garis besar cerita.
c.
Cerita yang dimainkan bersumber pada cerita yang diceritakan secara turun
menurun.
d.
Cerita terdiri atas tiga babak didahului prolog panjang. Plot cerita berlangsung
dalam suasana adegan lucu.
e.
Peristiwa cerita berlangsung dan berpindah secara cepat.
f.
Terdapat tiga tokoh yang selalu muncul, yaitu tokoh penguasa, tokoh
penggoda, dan tokoh pembantu.
g.
Tempat pertunjukannya di lapangan kota dan panggung-panggung sederhana,
yaitu rumah, jalan, dan lapangan.
5. Teater Zaman Elizabeth
Pada 1576, selama pemerintahan Ratu Elizabeth I, gedung teater besar dari
kayu dibangun di London Inggris. Gedung ini dibangun seperti lingkaran sehingga
penonton bisa duduk di hampir seluruh sisi panggung. Gedung teater ini sangat
sukses sehingga banyak gedung sejenis dibangun di sekitarnya. Salah satunya yang
disebut Globe, gedung teater ini bisa menampung 3.000 penonton. Penonton yang
mampu membeli tiket duduk di sisi-sisi panggung. Mereka yang tidak mampu
membeli tiket berdiri di sekitar panggung.
Globe mementaskan drama-drama
karya William Shakespeare, penulis drama
terkenal dari Inggris. Beberapa ceritanya
berisi monolog panjang yang disebut solilokui
yang menceritakan gagasan-gagasan mereka
kepada penonton. Ia menulis 37 drama dengan
berbagai tema, mulai dari pembunuhan dan
perang sampai cinta dan kecemburuan.
Ciri-ciri teater zaman Elizabeth adalah
sebagai berikut.
a.
Pertunjukan dilaksanakan siang hari dan
tidak mengenal waktu istirahat.
b.
Tempat adegan ditandai dengan ucapan
yang disampaikan dalam dialog para
tokoh.
c. Tokoh wanita dimainkan oleh pemain
Gambar 1.4
Globe merupakan gedung teater yang
dibangun di London, Inggris
Sumber:
www.z.abaout.com
anak-anak laki-laki.
d. Penontonnya berbagai lapisan masyarakat dan diramaikan oleh penjual
makanan dan minuman.
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas IX
160
e.
Menggunakan naskah lakon.
f.
Corak pertunjukannya merupakan perpaduan antara teater keliling dan teater
sekolah dan akademi yang keklasik-klasikan.
6. Teater Abad Ke-17 di Spanyol dan Prancis
Drama-drama agama hanya berkembang di Spanyol Utara dan Barat karena
sebagian besar Spanyol dikuasai Islam. Ketika kekuasaan Arab dapat diusir
dari Spanyol kira-kira tahun 1400, drama d
ij
adikan salah satu media untuk
“menghistorikan” kembali bekas jajahan Arab. Teater berkembang sebagai media
dakwah agama. Inilah sebabnya drama agama berkembang di Spanyol. Gereja
sangat berperan dalam pengembangan drama. Pertunjukan yang berkembang
adalah Autos Sacramentales dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a. Tokoh-tokoh dalam cerita adalah tokoh simbolik. Misalnya, si Dosa, si
B
ij
aksana dipertemukan dengan tokoh supranatural dan manusia biasa
dengan cerita berdasarkan kehidupan sekuler maupun ajaran-ajaran gereja.
b.
Dipertunjukkan di atas kereta kuda (dua tingkat) yang dinamai
carros
. Kereta-
kereta kuda tadi juga membawa
se
Ĵ
ing
.
c.
Pertunjukan dilakukan oleh rombongan profesional yang selalu berhubungan
dengan gereja.
d. Pertunjukannya selalu diselingi tarian dan pada saat istirahat diisi dengan
farce
pendek.
Unsur
farce
berdampak pada masuknya sekularisme dalam drama Autos.
Akibatnya, gereja melarang Autos pada 1765 karena semangat
farce
merajalela
dan menyimpang dari ajaran-ajaran agama.
Drama di luar gereja, yaitu drama sekuler berkembang pesat. Pada 1579,
telah berdiri gedung permanen di Madrid. Bentuk gedung teater ini mirip dengan
Elizabethan di Inggris. Pelopor drama sekuler di Spanyol ialah Lope de Rueda
(1510-1565).
Pada abad 17, teater di Prancis menjadi penerus teater abad pertengahan,
yaitu teater yang mementingkan pertunjukan dramatik, bersifat seremonial, dan
ritual kemasyarakatan. Dalam penulisan naskah, terdapat kecenderungan yang
menggabungkan drama-drama klasik dengan tema-tema sosial yang dikaitkan
dengan budaya pikir kaum terpelajar.
Dramawan Perancis bergerak lebih ekstrem dalam mengembangkan bentuk
baru tragedi klasik yang melampaui tragedi Yunani yang padat, cermat, dan santun.
Lahirlah klasisme baru atau neoklasik yang memiliki konvensi sebagai berikut.
a.
Mengikuti dan memahami konsep pembuatan naskah klasik.
b.
Menjaga kemurnian tipe drama.
c.
Setia pada kaidah klasik.
d. Berorientasi pada fungsi drama.
e.
Menitikberatkan pada konsep tentang kebenaran dan moral kebaikan.
f.
Setia pada keutuhan waktu, tempat, dan peristiwa.
Pelajaran 11 Pertunjukan Teater Mancanegara di Luar Asia
161
g.
Hanya mengakui dua bentuk drama, yaitu tragedi dan komedi.
h. Konsep Neoklasik mengajarkan tentang kebenaran.
7. Teater Zaman Restorasi di Inggris
Zaman Restorasi adalah zaman kebangkitan kembali kegiatan teater di Inggris
setelah kaum Puritan yang berkuasa menutup kegiatan teater. Segala bentuk teater
dilarang. Namun setelah Charles II berkuasa kembali, ia menghidupkan kembali
teater.
Adapun ciri-ciri teater pada zaman Restorasi adalah sebagai berikut.
a.
Tema cerita bersifat umum dan penonton sudah mengenalnya.
b.
Tokoh wanita diperankan oleh pemain wanita.
c.
Penonton tidak lagi semua lapisan masyarakat, tetapi hanya kaum menengah
dan kaum atas.
d. Gedung teater mencontoh gaya Italia.
e.
Pertunjukan diselenggarakan di gedung proscenium yang diperluas dengan
menambah area yang disebut apron sehingga terjadi komunikasi yang intim
antara pemain dan penonton.
f.
Se
Ĵ
ing
panggung bergambar perspektif dan lebih bercorak umum, misalnya
taman atau istana.
8. Teater Abad Ke-18
Gambar 1.5
Teater
commedia dell ‘arte
yang berisi
adegan komedi
Sumber:
www. chicagicritic.com
Pada abad ke-17, teater Italia memiliki
struktur-struktur bangunan dan panggung-
panggung arsitektural. Panggung-panggung
itu dihiasi
se
Ĵ
ing-se
Ĵ
ing
perspektif yang dilukis.
Letak panggung dipisahkan dengan auditorium
oleh lengkung proscenium. Di Inggris dan
Spanyol, tidak terdapat pemain wanita dalam
pementasan teater mereka. Tradisi tersebut
berlangsung sampai kira-kira 1587. Di abad ke
17, perusahaan-perusahaan seni peran Prancis
dan Inggris mulai menambahkan wanita ke
dalam rombongan-rombongan pertunjukan
mereka. Di Amerika, teater kolonial baru mulai
muncul.
Pada abad 18, teater di Prancis dimonopoli
oleh pemerintah dengan
comedie francaise
-nya.
Secara tetap, mereka mementaskan komedi dan tragedi, sedangkan bentuk opera,
drama pendek, dan burlesque dipentaskan oleh rombongan teater Italia,
Comedie
Italienne
yang biasanya pentas di pasar-pasar malam. Sampai akhir abad 17, Prancis
menjadi pusat kebudayaan Eropa.
Selama abad 18 Italia berusaha mempertahankan bentuk
commedia dell’arte
. Penulis
besarnya ialah Carlo Goldoni. Karya-karyanya berupa komedi yang kebanyakan agak
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas IX
162
sentimental, tetapi tergolong bermutu. Penulis naskah yang lain adalah Carlo Gozzi.
Ia tidak meneruskan tradisi
commedia dell’arte
tetapi menciptakan sendiri komedi-
komedi fantasi dengan adegan-adegan penuh improvisasi.
Commedia dell’arte
sendiri
mulai merosot dan tidak populer di Italia pada akhir abad 18. Adapun dalam tragedi,
penulis Italia yang menonjol pada abad itu hanya Vi
Ĵ
orio Al
fi
eri.
9. Teater Awal Abad Ke-19
Drama Romantik berkembang antara tahun 1800-1850 karena memudarnya
gagasan neoklasik dan terjadinya peristiwa revolusi Prancis. Revolusi Prancis yang
berhasil mengubah struktur dan pola kehidupan rakyat Prancis menghadirkan
gerakan baru di dunia teater yang mendorong terciptanya formula penulisan tema
dan penokohan dalam naskah lakon.
Ciri-ciri pertunjukan teater Romantik adalah sebagi berikut.
a.
Menggunakan naskah dengan struktur yang bersifat longgar dengan karakter
tokoh yang berubah-ubah di setiap episode.
b.
Setiap bagian plot cerita memiliki episodenya sendiri (plot episodik).
c.
Inti cerita adalah masalah kebebasan memberontak pada fakta dan aturan
yang bersifat klasik.
d.
Membawakan cerita kesejarahan yang memuat adegan perang, pemberontakan,
pembakaran istana, perang tanding, dan sebagainya.
e.
Panggung dihiasi dengan gambar-gambar yang sangat indah.
f.
Se
Ĵ
ing
perspektif diganti dengan lukisan untuk layar sayap panggung dan
sayap belakang dan bentuk skeneri ditampilkan bergantian.
Pada awal abad ke-19, sebuah pergerakan
teater besar yang dikenal dengan Romantik
mulai berlangsung di Jerman. August Wilhelm
Schlegel adalah seorang penulis Roman Jerman
yang menganggap Shakespeare sebagai salah
satu dari pengarang naskah lakon terbesar
dan menerjemahkan 17 dari naskah lakonnya.
Penggemar besar Shakespeare lain adalah
Ludwig Tiecky yang sangat berperan dalam
memperkenalkan karya-karya Shakespeare
kepada orang-orang Jerman. Salah satu
lakon tragedinya adalah Kaiser Octaveous.
Pengarang Jerman lainnya di awal abad ke-19
antara lain, Henrich von Kleist yang dikenal
sebagai penulis lakon terbaik zaman itu,
Christian Grabbe yang menulis
Don Juan
dan
Gambar 11.6
August Wilhelm Schlegel, seorang penulis
roman di Jerman
Sumber:
germanhistorydocs.ghi-dc.org
Faust
. Franz Grillparzer yang dipandang sebagai penulis lakon serius pertama
Austria dan George Buchner yang menulis
Danton’s Death
dan
Leoce & Lena
.
Di Inggris, pergerakan Romantik dipicu oleh naskah lakon karya Samuel
Taylor Coleridge, Henry James Byron, Percy Bysshe Shelley, dan John Keats.
Pelajaran 11 Pertunjukan Teater Mancanegara di Luar Asia
163
Dengan naskah lakon seperti
Remorse
karya Coleridge,
Marino Fanceiro
karya
Byron, dan
The Cinci
karya Shelley. Inggris menjadi berpengaruh kuat dalam
mempopulerkan aliran Romantik. Di Prancis, Victor Hugo menulis
Hernani
(1830).
The Moor of Venice
adalah naskah lakon yang ditulis oleh Alfred de Vigny
yang merupakan adaptasi
Othello
. Alexandre Dumas menulis lakon
Henri III and
His Court
dan
Christine
. Alfred de Musset menulis lakon
A Venician Night
dan
No
Tr i
fl
ing With Love
.
10. Teater Abad Ke-19 dan Realisme
Gambar 11.7
Pertunjukan
vaudeville
yang menampikan
tarian dan nyanyian
Sumber:
www. subparspokeane.
fi
le.wordpress.
com
Banyak perubahan terjadi di Eropa pada
abad ke-19 karena Revolusi Industri. Orang-
orang berkelas pindah ke kota dan teater pun
mulai berubah. Bentuk-bentuk baru teater
diciptakan untuk pekerja industri seperti
Vaudeville
(aksi-aksi seperti rutinitas lagu
dan tari),
Berlesque
(karya-karya drama yang
membuat subjek nampak menggelikan), dan
melodrama (melebih-lebihkan karakter dalam
kon
fl
ik pahlawan versus penjahat). Sandiwara-
sandiwara romantis dan kebangkitan klasik
dimainkan di gedung teater yang megah pada
masa itu. Amerika Serikat masih mengandalkan
gaya teater dan lakon Eropa.
Pada 1820, lilin-lilin dan lampu-lampu
minyak digantikan oleh lampu-lampu gas di
gedung-gedung teater. Gedung Teater Savoy di London (1881) yang mementaskan
drama-drama Shakespeare adalah gedung teater pertama yang panggungnya
diterangi lampu listrik.
Pada abad 19, di Inggris sebuah drama kloset atau naskah lakon yang
sepenuhnya tidak dapat dipentaskan bermunculan. Tercatat nama-nama penulis
drama kloset seperti Wordswoth, Coleridge, Byron, Shelley, Swinburne, Browning,
dan Tennyson. Baru pada akhir abad 19, teater di Inggris juga menunjukkan tanda-
tanda kehidupan dengan munculnya Henry Arthur Jones, Sir Arthur Wing Pinero,
dan Oscar Wilde. Selain itu, terlihat juga kebangkitan pergerakan teater independen
yang menjadi perintis pergerakan teater kecil yang nanti di abad ke-20 tersebar
luas. Misalnya, Theatre Libre Paris, Die Freie Buhne Berlin, dan Independent.
Selama akhir abad 19, di Jerman muncul dua penulis lakon berkelas
internasional, yaitu Hauptmann dan Sudermann. Seorang doktor Viennese, Arthur
Schnitzler, menjadi dikenal luas di luar tempat asalnya Austria dengan naskah
lakon yang ringan dan menyenangkan berjudul
Anatol
. Di Perancis, Brieux menjadi
perintis teater realistis dan klinis.
Belgia menghasilkan
Maeterlinck
. Di Paris, muncul lakon
Cyrano de Bergerac
,
karya Edmond Rostand. Sementara itu, di Italia Giacosa menulis lakon terbaiknya
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas IX
164
yang banyak dikenal,
As the Leaves
dan mengarang syair-syair untuk opera (
La
Boheme, Tosca
, dan
Madame Bu
Ĵ
er
fl
y)
. Verga menulis I
n the Porter’s Lodge
,
The Fox
Hunt
, dan
Cavalleria Rusticana
yang juga lebih dikenal melalui opera Muscagni.
Penulis lakon Italia abad ke-19 yang paling terkenal
adalah Gabriel d’Annunzio, Luigi Pirandello, dan Sem
Benelli dengan lakon berjudul
Supper of Jokes
yang dikenal
di Inggris dan Amerika sebagai The Jest. Bennelli dengan
lakon
Love of The Three
Kings
dikenal di luar Italia dalam
bentuk opera. Di Spanyol Jose Echegaray menulis
The
World and His Wife
, Jose Benavente dengan karyanya
Passion Flower
dan
Bonds of Interest
dipentaskan di
Amerika, dan Sierra bersaudara dengan naskah lakon
Cradle Song
menjadi penghubung abad ke-19 dan 20,
seperti halnya Shaw, Glasworthy, dan Barrie di Inggris,
serta Lady Augusta Gregory dan W.B. Yeats di Irlandia.
Sampai abad ke-19, teater di Amerika dikuasai
oleh Stock Company dengan sistem bintang. Sebuah
rombongan drama lengkap dengan peralatannya serta
bintang-bintangnya mengadakan perjalanan keliling.
Gambar 11.8
Luigi Pirandello, penulis lakon
terkenal di Italia pada abad ke-19
Sumber:
www.corbis.com
Dengan dibangunnya jaringan kereta api,
Stock Company
makin berkembang (1870).
Akibatnya, seni teater tersebar luas di seluruh Amerika. Maka, muncullah teater-
teater lokal.
Stock company
lenyap sekitar tahun 1900. Sindikat teater berkuasa di
Amerika dari tahun 1896-1915.
Realisme menguasai panggung-panggung teater Amerika pada abad ke-19.
Usaha melukiskan kehidupan nyata secara teliti dan detail ini dimulai dengan
pementasan-pementasan naskah-naskah sejarah.
Se
Ĵ
ing
dan kostum diusahakan
semirip mungkin dengan zaman cerita. Charles Kenble dalam memproduksi
King
John
tahun 1823 (naskah Shakespeare) mengusahakan ketepatan sampai hal-hal
yang detail.
Zaman Realisme yang lahir pada penghujung abad ke-19 dapat d
ij
adikan
landas pacu lahirnya seni teater modern di Barat. Penanda yang kuat adalah
timbulnya gagasan untuk mementaskan lakon kehidupan di atas pentas dan
menyajikannya seolah peristiwa itu terjadi secara nyata. Gagasan ini melahirkan
konvensi baru dan mengubah konvensi lama yang lebih menampilkan seni teater
sebagai sebuah pertunjukan yang memang dikhususkan untuk penonton. Tidak
ada lagi pamer keindahan bentuk akting dan puitika kata-kata dalam Realisme.
Semua ditampilkan apa adanya seperti sebuah kenyataan kehidupan.
Diiringi dengan perkembangan teknologi yang dapat digunakan untuk
mendukung artistik pentas, Realisme menjadi primadona di dunia barat. Seni teater
yang menghadirkan penggal kenyataan hidup di atas pentas ini begitu membius
penggemarnya. Para penonton dibuat terhanyut dan larut dalam cerita-cerita yang
dimainkan. Pesona semacam ini membuat Realisme begitu berpengaruh dalam
waktu yang cukup lama.
a
B
d
l
b
W
P
A
C
s
s
o
Ga
mb
a
r 11.8
L
P
d
ll
l
l
k
Pelajaran 11 Pertunjukan Teater Mancanegara di Luar Asia
165
11. Teater Abad Ke-20
Teater telah berubah selama berabad-abad. Gedung-gedung pertunjukan
modern memiliki efek-efek khusus dan teknologi baru. Orang datang ke gedung
pertunjukan tidak hanya untuk menyaksikan teater, melainkan juga untuk
menikmati musik, hiburan, pendidikan, dan mempelajari hal-hal baru. Rancangan-
rancangan panggung termasuk pengaturan panggung arena, atau yang disebut
saat ini, teater di tengah-tengah gedung. Dewasa ini, beberapa cara untuk
mengekspresikan karakter-karakter berbeda dalam pertunjukan-pertunjukan
(di samping nada suara) dapat melalui musik, dekorasi, tata cahaya, dan efek
elektronik. Gaya-gaya pertunjukan realistis dan eksperimental ditemukan dalam
teater Amerika saat ini.
Seiring dengan perkembangan waktu, kualitas pertunjukan realis oleh
beberapa seniman dianggap semakin menurun dan membosankan. Hal ini
mendorong para pemikir teater untuk menemukan satu bentuk ekspresi baru
yang lepas dari konvensi yang sudah ada. Wilayah jelajah artistik dibuka selebar-
lebarnya untuk kemungkinan perkembangan bentuk pementasan seni teater.
Dengan semangat melawan pesona realisme, para seniman mencari bentuk
pertunjukannya sendiri.
Pada awal abad ke-20, istilah teater eksperimental berkembang. Banyak gaya
baru yang lahir baik dari sudut pandang pengarang, sutradara, aktor ataupun
penata artistik. Tidak jarang usaha mereka berhasil dan mampu memberikan
pengaruh seperti gaya simbolisme, surealisme, epik, dan absurd. Namun, tidak
jarang pula usaha mereka berhenti pada produksi pertama. Lepas dari hal itu,
usaha pencarian kaidah artistik yang dilakukan oleh seniman teater modern patut
diacungi jempol karena usaha-usaha tersebut mengantarkan pada keberagaman
bentuk ekspresi dan makna keindahan.
P
e
l
a
t
i
h
a
n
1
Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar!
1.
Sebutkan ciri-ciri khusus pertunjukan teater pada masa Yunani Kuno?
2.
Ciri-ciri apa saja yang membedakan teater Romawi dengan teater Yunani?
3.
Apa yang dimaksud dengan
commedia dell ‘arte
?
4.
Siapakah William Shakespeare?
5.
Apa yang dimaksud dengan drama kloset?
B.
Gaya Pementasan Teater Barat
Gaya penampilan pertunjukan teater Barat secara mendasar dibagi ke
dalam tiga gaya besar, yaitu presentasional, representasional (realisme), dan
post-
realistic.
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas IX
166
Unsur-unsur gaya presentasional adalah
sebagai berikut.
a.
Para pemain bermain langsung di hadapan
penonton. Artinya, karya seni pemeranan
yang ditampilkan oleh para aktor di atas
pentas benar-benar disajikan kepada
penonton sehingga bentuk ekspresi wajah,
gerak, wicara sengaja diperlihatkan lebih
kepada penonton daripada antarpemain.
b. Gerak para pemain diperbesar (
grand style
),
menggunakan wicara menyamping (
aside
),
dan banyak melakukan solilokui (wicara
seorang diri).
c.
Menggunakan bahasa puitis dalam dialog dan wicara.
Berikut ini beberapa lakon yang biasa dan dapat dipentaskan dengan gaya
presentasional.
a.
Romeo and Juliet, Piramus
dan
Thisbi, Raja Lear, Machbeth
(William
Shakespeare)
b.
Akal Bulus Scapin, Tartu
ff
, Tabib Gadungan
(Moliere)
c.
Oidipus
(Sophocles)
2. Gaya Representasional (Realisme)
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad 19, bersama
itu pula teknik tata lampu dan tata panggung maju pesat sehingga para seniman
teater berusaha dengan keras untuk mewujudkan gambaran kehidupan di atas
pentas. Perwujudan dari usaha ini melahirkan gaya yang disebut representasional
atau biasa disebut realisme. Gaya ini berusaha menampilkan kehidupan secara
nyata di atas pentas, sehingga apa yang disaksikan oleh penonton seolah-olah
bukan sebuah pentas teater tetapi potongan cerita kehidupan yang sesungguhnya.
Para pemain beraksi seolah-olah tidak ada penonton yang menyaksikan. Tata
artistik diusahakan benar-benar menyerupai situasi sesungguhnya.
Gaya realisme sangat memesona karena berbeda sekali dengan gaya
representasional. Para penonton tidak jarang ikut hanyut dalam laju cerita,
sehingga mereka merasakan bahwa apa yang terjadi di atas pentas adalah kejadian
sesungguhnya.
s
a
b
Gambar 11.9
Pementasan Romeo dan Juliet yang
menggunakan gaya presentasional
Sumber:
www.culturevulture.com
1. Gaya Presentasional
Hampir semua teater klasik menggunakan gaya ini dalam pementasannya.
Gaya presentasional memiliki ciri khas, “pertunjukan dipersembahkan khusus
kepada penonton”. Bentuk-bentuk teater awal selalu menggunakan gaya ini
karena memang sajian pertunjukan mereka benar-benar dipersembahkan kepada
penonton. Teater Barat yang termasuk dalam gaya ini adalah sebagai berikut.
a.
Teater Klasik Yunani dan Romawi.
b.
Teater abad pertengahan.
c.
Commedia dell’arte
, teater abad 18.
Pelajaran 11 Pertunjukan Teater Mancanegara di Luar Asia
167
Unsur-unsur gaya representasional adalah sebagai berikut.
a.
Aktor saling bermain di antara mereka beranggapan seolah-olah penonton
tidak ada, sehingga mereka benar-benar memainkan sebuah cerita seolah-olah
sebuah kenyataan.
b. Menciptakan dinding keempat (
the fourth wall
) sebagai pembatas imajiner
antara penonton dan pemain.
c.
Konvensi seperti wicara menyamping (
aside
) dan soliloki sangat dibatasi.
d. Menggunakan bahasa sehari-hari.
Gambar 11.10
Pementasan lakon
Burung Manyar
karya
Anton Chekov yang menggunakan gaya
representasional
Sumber:
www.eepinside.com
Berikut ini beberapa lakon yang
biasa dan dapat dipentaskan dengan gaya
representasional.
a.
Kebun Cherry, Burung Manyar, Penagih
Hutang, Pinangan
(Anton Chekov)
b.
Hedda Gabbler, Hantu-hantu, Musuh
Masyarakat
(Henrik Ibsen)
Dalam perkembangannya, lakon gaya
representasional atau realisme ini melahirkan
gaya-gaya baru yang masih berada dalam
ruang lingkupnya yaitu; naturalisme, realisme
selektif, dan realisme.
Naturalisme merupakan sub gaya realisme
yang paling ekstrem. Gaya ini menghendaki
sajian pertunjukan yang benar-benar mirip dengan kenyataan. Setiap detail dan
struktur tata panggung harus benar-benar mirip seperti aslinya sehingga panggung
merupakan potret kehidupan sesungguhnya. Naturalisme selain menuntut
pendekatan ilmiah, juga percaya bahwa kondisi manusia amat ditentukan oleh
faktor lingkungan dan keturunan. Dalam praktiknya, kaum naturalisme banyak
mengungkapkan kemerosotan dan kebobrokan masyarakat golongan bawah.
Drama-drama mereka penuh dengan kebusukan manusia dan hal-hal yang tidak
menyenangkan dalam kehidupan. Panggung harus menggambarkan kenyataan
sebenarnya yang mereka ambil dari kehidupan nyata.
Tokoh naturalisme yang sangat penting ialah Emile Zola. Ia berkata bahwa
“Bukan drama, tetapi kehidupan yang harus disajikan pada penonton”. Sebagai
gerakan teater, naturalisme hanya hidup sampai 1900. Setelah itu, realisme yang
semakin berpengaruh seiring dengan perkembangan teknologi terutama kelistrikan
yang dapat digunakan untuk menunjang teknik pemanggungan.
Realisme selektif merupakan cabang gaya realisme yang memilih atau
menyeleksi detail tertentu dan digabungkan dengan unsur-unsur simbolik dalam
menyajikan keseluruhan tata ruang yang ada di atas pentas. Misalnya, dinding,
pintu dan jendela dibuat seperti aslinya, tetapi atap rumah hanya dtampilkan
dalam bentuk kerangka. Adapun realisme sugestif menggunakan bagian-bagian
dari bangunan atau ruang yang dipilih dan ditampilkan secara mendetail untuk
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas IX
168
memberikan gambaran sugestif bentuk keseluruhannya. Misalnya, satu tiang
ditampilkan untuk memberikan gambaran ruang istana dengan bantuan tata
lampu yang mendukung, selebihnya adalah imajinasi.
3. Gaya Post-Realistic
Dalam abad ke-20, seniman seni teater melakukan banyak usaha untuk
membebaskan seni teater dari batasan-batasan konvensi tertentu (presentasional
dan representasional) dan berusaha memperluas cakrawala kreativitas, baik dari
sisi penulisan lakon maupun penyutradaraan. Gaya ini membawa semangat
untuk melawan atau mengubah gaya realisme yang telah menjadi konvensi
pada masa itu.
Setiap seniman memiliki caranya tersendiri dalam mengungkapkan rasa,
gagasan, dan kreasi artistiknya. Banyak percobaan dilakukan sehingga pada masa
1950-1970 di Eropa dan Amerika gaya ini dikenal sebagai gaya teater eksperimen.
Meskipun pada saat ini banyak teater yang hadir dengan gaya realisme,
kecenderungan untuk melahirkan gaya baru masih saja lahir dari tangan-tangan
kreatif pekerja seni teater.
Banyak gaya yang dapat digolongkan dalam
post-realistic
. Beberapa di
antaranya sangat berpengaruh dan banyak di antaranya yang tidak mampu
bertahan lama. Unsur-unsur gaya
post-realistic
antara lain sebagai berikut.
a.
Mengombinasikan antara unsur presentasional dan representasional.
b. Menghilangkan dinding keempat (
the fourth wall
), dan terkadang berbicara
langsung atau kontak dengan penonton.
c.
Bahasa formal, sehari-hari, dan puitis digabungkan dengan beberapa idiom
baru atau dengan bahasa slank.
a. Simbolisme
Simbolisme adalah sebuah gaya yang menggunakan simbol-simbol untuk
mengungkapkan makna lakon atau ekspresi dan emosi tertentu. Meskipun pada
awalnya gaya ini muncul di Prancis (1180), baru memegang peranan berarti pada
1900.
Simbolisme lahir sebagai pemberontakan terhadap aliran realisme, khususnya
pada pemanggungan yang dipengaruhi oleh karya-karya komponis Richard Wagner.
Simbolisme tidak terlalu mempercayai kelima panca indra dan pemikiran rasional
untuk memahami kenyataan. Intuisi dipercayai untuk memahami kenyataan karena
kenyataan tidak dapat dipahami secara logis, maka kebenaran itu juga tidak mungkin
diungkapkan secara logis pula. Kenyataan yang hanya dapat dipahami melalui intuisi
itu harus diungkapkan dalam bentuk simbol-simbol. Untuk keperluan tersebut, gaya
ini mencoba mensintesiskan beberapa cabang seni dalam pertunjukan seperti seni
rupa (lukisan), musik, tata lampu, seni tari, dan unsur seni visual lain. Simbolisme
sering juga disebut sebagai teater multimedia.
Aliran Simbolisme mengganggap bahwa untuk mengajak penonton menuju
kebenaran harus menjauhkan penonton dari konvensi teater Realisme. Penonton
harus dibebaskan dari hiruk-pikuk keseharian dan dimasukkan ke dalam dunia
Pelajaran 11 Pertunjukan Teater Mancanegara di Luar Asia
169
musik yang gaib. Harus ada jarak antara seni dan kehidupan nyata sehari-hari.
Untuk mewujudkan idenya, kaum Simbolisme membentuk teater sendiri yaitu
Theatre d’Art (1890) dan Theatre de I’Deuvre (1892). Teater ini menginginkan
pertunjukan, bukan tiruan kenyataan sehingga kaum mereka menolak
se
Ĵ
ing
panggung yang ramai dan detail. Latar tidak boleh mencuri perhatian penonton.
Latar hanya membantu terciptanya suasana sehingga kata yang diucapkan mencari
sendiri lingkungan hidupnya. Oleh karena itu, teater Simbolisme hanya memasang
dekor kain polos saja yang memberi arti tak terbatasnya ruang dan waktu. Perhatian
penonton diarahkan pada ucapan atau dialog para pelaku sehingga latar dan tata
busana didesain sesederhana mungkin agar tidak mencuri perhatian penonton.
Tokoh-tokoh teater Simbolisme antara lain sebagai berikut.
1) Adolphe Appia (1862-1928)
2) Edward Gordon Craig (1872-1966)
3) Federico Garcia Lorca (1899-1936)
b. Surealisme
Surealisme dipengaruhi berkembangnya teori psikologi Sigmund Freud
dalam usahanya untuk mengekspresikan dunia bawah sadar manusia melalui
simbol-simbol mimpi, penyimpangan watak atau kejiwaan manusia, dan asosiasi
bebas gagasan. Gaya ini begitu menarik karena penonton seolah dibawa ke alam
lain atau dunia mimpi yang terkadang muskil, tetapi hampir bisa dirasakan dan
pernah dialami oleh semua orang.
c. Ekspresionisme
Istilah ekspresionisme diambil dari gerakan seni rupa pada akhir abad 19 yang
dipelopori oleh pelukis Van Gogh dan Gauguin. Gerakan itu kemudian meluas
pada bentuk-bentuk seni yang lain termasuk teater. Ekspresionisme sudah ada
dalam teater jauh sebelum masa itu, hanya masih merupakan salah satu elemen saja
dalam teater. Sebagai suatu gerakan teater, gaya ini baru muncul 1910 di Jerman.
Sukses pertama teater ekspresionisme dicapai oleh Walter Hasenclever pada 1914
dengan dramanya “Sang Anak”.
Adapun puncak gerakan ini terjadi sekitar 1918 (pada saat Perang Dunia I)
dan mulai merosot 1925. Meskipun awalnya ekspresionisme berkembang di Eropa
terutama selama Perang Dunia I (1914-1918), namun pengaruhnya menjangkau ke luar
Eropa. Beberapa dramawan Amerika yang terpengaruh oleh gerakan ekspresionisme
adalah Elmer Rice, Eugene O’neill, Marc Connelly, dan George Kaufman. Pengaruh
ini terutama nampak dalam tata panggung dan elemen visual yang lebih bebas.
Teknik dramatik dan pendekatan-pendekatan dalam pemanggungan merupakan
pengaruh besar ekspresionisme dalam teater abad 20.
d. Absurdisme
Absurdisme menyajikan satu lakon yang seolah tidak memiliki kaitan
rasional antara peristiwa satu dan yang lain, antara percakapan satu dan yang
lain. Unsur-unsur surealisme dan simbolisme digunakan bersamaan dengan
irrasionalitas untuk memberikan sugesti ketidakbermaknaan hidup manusia serta
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas IX
170
kepelikan komunikasi antarsesama. Drama-drama yang kini disebut absurd, pada
mulanya dinamai eksistensialisme. Persoalan eksistensialisme adalah mencari arti
“eksistensi” atau “ada”. Apa akibat arti itu bagi kehidupan sehari-hari? Pencarian
makna “ada” ini berpusat pada diri pribadi manusia dan keberadaannya di
dunia. Dua tokoh eksistensialis yang terkemuka adalah Jean Paul Sartre (1905)
dan Albert Camus (1913-1960). Para dramawan setelah Sartre dan Camus lebih
banyak menekankan bentuk absurditas dunia itu sendiri. Objek absurd itu mereka
tuangkan dalam bentuk teater yang absurd pula. Tokoh-tokoh teater absurd di
antaranya, adalah Samuel Becke
Ĵ
, Jean Genet, Harold Pinter, Edward Albee, dan
Eugene Ionesco.
P
e
l
a
t
i
h
a
n
2
Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar!
1.
Apa ciri khas gaya pementasan presentasional?
2.
Sebutkan tiga lakon yang dapat dipentaskan dengan gaya presentasional?
3.
Sebutkan empat unsur gaya representasional?
C.
Keunikan dan Pesan Moral Teater Barat
Teater Barat memiliki tradisi yang sangat panjang jika dihubungkan dengan
masa Yunani Klasik. Sebagaimana teater Timur yang telah kamu pelajari di
pelajaran sebelumnya, teater Barat pun memiliki banyak keunikan. Keunikan
itu antara lain telihat dari tipe-tipe lakon teater Barat. Selain itu, teater Barat juga
berisi pesan moral. Hal ini sejalan dengan pendapat Aristoteles mengenai konsep
katarsis.
1. Tipe Lakon Teater Barat
Tipe lakon yang digunakan pada teater Barat adalah drama, tragedi, satir,
dan melodrama. Penjelasan mengenai tipe-tipe lakon akan d
ij
elaskan sebagai
berikut.
a. Drama
Drama berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu
draomai
yang berarti “bertindak
atau berbuat” (mengacu pada salah satu jenis pertunjukan) dan
drame
yang berasal
dari kata Prancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid yang berarti untuk
menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah
yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya
arti penting tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika atau kematian.
William Froug (1993) mendefinisikan drama sebagai lakon serius yang
memiliki segala rangkaian peristiwa yang nampak hidup, mengandung emosi,
kon
fl
ik, daya tarik memikat serta akhir yang mencolok dan tidak diakhiri oleh
kematian tokoh utamanya.
Pelajaran 11 Pertunjukan Teater Mancanegara di Luar Asia
171
Drama juga bisa diartikan sebagai suatu kualitas komunikasi, situasi, aksi,
dan segala apa saja yang terlihat dalam pentas baik secara objektif maupun secara
subjektif, nyata atau khayalan yang menimbulkan kehebatan, keterenyuhan, dan
ketegangan perasaan para pendengar atau penonton. Bisa juga diartikan sebagai
suatu bentuk cerita kon
fl
ik sikap dan sifat manusia dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan gerak di
hadapan pendengar maupun penonton.
Dengan mengacu pada de
fi
nisi tersebut, dapat d
ij
elaskan bahwa drama adalah
salah satu jenis lakon serius dan berisi kisah kehidupan manusia yang memiliki
kon
fl
ik yang rumit dan penuh daya emosi, tetapi tidak mengagungkan sifat tragedi.
Contoh lakon-lakon drama adalah
Hedda Gabler, An Enemy of the People, Brand A
Doll’s House, Pillars of Society, Ghosts
(Henrik Ibsen).
b. Tragedi
Tragedi berasal dari kata
tragoidia
(bahasa Yunani),
tragedy
(bahasa Inggris),
tragedie
(bahasa Perancis) yaitu penggabungan kata
tragos
yang berarti “kambing”
dan kata
aeidein
yang berarti “nyanyian”. Jadi, tragedi adalah nyanyian yang
dinyanyikan untuk mengiringi kambing sebelum dibaringkan di atas altar
untuk dikorbankan. Pengorbanan kambing dilakukan pada saat upacara untuk
menghormati dewa Dionysos yang dianggap sebagai dewa kesuburan. Bisa juga
kata tersebut diartikan untuk menyebut kostum kambing yang dikenakan oleh
aktor ketika memainkan lakon satir. Lakon tragedi menurut Aristoteles adalah
lakon yang meniru sebuah aksi yang sempurna dari seorang tokoh besar dengan
menggunakan bahasa yang menyenangkan supaya para penonton merasa iba dan
ngeri sehingga penonton mengalami pencucian jiwa atau mencapai katarsis.
p
Gambar 11.11
Antigone memiliki lakon tragedi dalam
ceritanya
Sumber:
veracity.unispubs.american.edu.
tetapi sekaligus juga merasa iba. Pendeknya, penonton menyadari betapa kecil dan
rapuhnya jiwa manusia di depan kedahsyatan suratan takdir.
Menurut Aristoteles, ada enam elemen yang ada dalam lakon tragedi, yaitu
sebagai berikut.
1) Plot adalah susunan kejadian atau insiden. Lakon tragedi adalah imitasi
perbuatan manusia dan perbuatan ini akan menghasilkan aksi-aksi atau
insiden yang membuat adanya tragedi.
Kalau dikaji lebih lanjut, definisi tragedi
menurut Aristoteles yaitu lakon tragedi memerlukan
aksi yang sempurna. Dengan aksi yang sempurna
diharapkan mempunyai daya pikat yang tinggi,
padat, kompleks, dan sublim. Dengan aksi yang
sempurna diharapkan penonton mencapai katarsis
(penyucian jiwa). Tokoh yang besar diharapkan
mampu menghadirkan efek tragis yang besar.
Jadi lakon tragedi sebenarnya bukan lakon yang
bercerita tentang duka cita dan kesedihan tetapi
lakon yang bertujuan untuk mengoncang jiwa
penonton sehingga lemas, tergetar, merasa ngeri,
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas IX
172
2)
Watak atau karakter adalah ciri khas tokoh yang terlibat dalam kejadian atau
insiden. Melalui watak atau karakter inilah penonton mengidenti
fi
kasikan
dirinya dalam lakon tragedi.
3) Pikiran-pikiran merupakan kemampuan untuk mengekspresikan hal-hal
yang perlu dan cocok untuk situasi. Dalam lakon, harus ada pembicaraan-
pembicaraan yang mengandung pemikiran-pemikiran yang universal.
4) Diksi adalah gaya atau cara dalam menyusun dan menampilkan kata-kata
sebagai upaya untuk mengekspresikan maksud penulis lakon. Dalam lakon
tragedi, kata-kata disusun dan diucapkan dengan cara puitis.
5)
Musik yang berfungsi untuk memberikan rasa kesenangan dan mengarahkan
emosi-emosi penonton.
6) Spektakel (
mise en scene
) elemen ini merupakan elemen nonpersonal, tetapi
lebih pada elemen pendukung pementasan dari lakon tragedi. Elemen ini
berfungsi untuk mengarahkan emosi penonton pada suasana tragis.
Para penulis lakon tragedi adalah sebagai berikut.
1) Sophocles:
Antigone, Oedipus Tyrannus,
dan
Oedipus at Colonus
(trilogi
Oedipus)
2) Aeschylus:
Agamemnon, The Libatian Bearers, The Furies
(trilogi Oresteia)
3) Euripides:
Medea, Hyppolitus, Ion, Electra, The Trojan Woman, Cyclops
4) Shakespeare:
Hamlet, Macbeth, Romeo and Juliet, Antony and Cleopatra, King Lear,
Julius Caesar, Othello
5) Henrik Ibsen:
Mrs. Alving, A Doll’s House
6) Arthur Miller: The Crucible, All My Sons, Death of a Salesman
7) Seneca: Phaedra
c. Komedi
Komedi berasal dari kata
comoedia
(bahasa Latin),
commedia
(bahasa Italia)
berarti lakon yang berakhir dengan kebahagiaan. Lakon komedi seperti halnya
lakon tragedi merupakan bagian dari upacara penghormatan terhadap dewa
Pallus. Upacara penghormatan ini dilakukan dengan cara melakukan arak-arakan
dan memakai kostum setengah manusia dan setengah kambing. Arak-arakan
ini menyanyi dan melontarkan kata-kata kasar untuk memancing tertawaan
penonton.
Menurut Aristoteles, lakon komedi merupakan tiruan dari tingkah laku manusia
biasa atau rakyat jelata. Tingkah laku tersebut merupakan perwujudan keburukan
manusia ketika menjalankan kehidupan sehingga mampu menumbuhkan tertawaan
dan cemoohan sampai terjadi katarsis atau penyucian jiwa.
Perkembangan lakon komedi bisa dikategorikan dalam berbagai tipe lakon
komedi berdasarkan pada sumber humornya, metode penyampaiannya, dan
bagaimana lakon komedi itu disampaikan. Berikut ini adalah tipe lakon komedi
berdasarkan alirannya.
1)
Black comedy
(k
omedi gelap) adalah lakon komedi yang merujuk pada hal-
hal yang meresahkan. Misalnya, kematian, teror, pemerkosaan, dan perang.
Beberapa aliran komedi ini hampir mirip
dengan
fi
lm horor.
Pelajaran 11 Pertunjukan Teater Mancanegara di Luar Asia
173
2)
Character comedy
(komedi karakter) adalah lakon komedi yang mengambil
humor dari sebuah pribadi yang diciptakan atau dibuat oleh pemeran.
Beberapa lakon komedi ini berasal dari hal-hal yang klise.
Gambar 11.12
The Comedy of Errors
karya Shakespeare
merupakan lakon yang mengandung komedi
Sumber:
www.chicagocritic.com
3)
Improvisational comedy
(komedi improvisasi) adalah lakon komedi yang tidak
terencana dalam pementasannya.
4)
Observational comedy
(komedi pengamatan) adalah lakon komedi yang
bersumber pada lelucon hidup keseharian dan melebih-lebihkan hal yang
sepele menjadi hal yang sangat penting atau mengamati kebodohan dan
kekonyolan yang ada dalam masyarakat dan berharap hal itu diterima sebagai
sesuatu yang wajar.
5)
Physical comedy
(komedi
fi
sik) adalah lakon komedi yang hampir mirip
dengan slaptis, dagelan atau lelucon yang kasar. Komedi lebih mengutamakan
pergerakan
fi
sik atau gestur. Lakon komedi sering terpengaruh oleh badut.
6)
Prop comedy
(komedi dengan peralatan) adalah lakon komedi ini mengandalkan
peralatan yang tidak masuk akal.
7)
Surreal comedy
(komedi surealis) adalah lakon komedi yang berdasarkan pada
hal-hal yang ganjil, situasi yang absur, dan logika yang tidak mungkin.
8)
Topical comedy (komedi topik/satir) adalah lakon komedi yang mengandalkan
pada berita utama dan skandal-skandal yang terpenting dan terpilih. Durasi
waktu pementasan komedi ini sangat cepat tetapi komedi ini sangat populer.
Misalnya
talkshow
tengah malam.
9)
Wit
atau
word play
(komedi intelektual) adalah lakon komedi yang berdasarkan
pada kepintaran dan kecerdasan. Komedi ini seringkali memanipulasi
kehalusan bahasa sebagai bahan leluconnya.
Para penulis lakon komedi adalah sebagai berikut.
1) Aristophanes:
The Archanians, The Knights, Lysistrata, The Wasps, The Clouds,
The Frogs, The Birds
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas IX
174
2) Menander:
Dyscolus, Aspis, Georgo, Dis exapaton,Epitrepontes, Colax, misumenos,
Perikeiromene, Samia, Sicyonios, Heros, Theophoroumene, Kitharistes, Phasma,
Orge
3) Shakespeare:
A Midsummer Night’s Dream, The Comedy of Errors
d. Satir
Satir berasal dari kata
satura
(bahasa Latin),
satyros
(bahasa Yunani),
satire
(bahasa Inggris) yang berarti “sindiran”. Lakon satir adalah lakon yang mengemas
kebodohan, perlakuan kejam, kelemahan seseorang untuk mengecam, mengejek
bahkan menertawakan suatu keadaan dengan maksud membawa sebuah
perbaikan. Tujuan drama satir tidak hanya semata-mata sebagai humor biasa,
tetapi lebih sebagai sebuah kritik terhadap seseorang atau kelompok masyarakat
dengan cara yang sangat cerdik. Lakon satir hampir sama dengan komedi tetapi
ejekan dan sindiran dalam satir lebih agresif dan terselubung.
Lakon satir sudah dimainkan sejak abad ke-5 Sebelum Masehi di teater
Atena. Lakon satir awalnya digunakan untuk melengkapi lakon tragedi Yunani
pada waktu upacara penghormatan Dewa Dionysos. Pertunjukannya berupa
adegan yang singkat dan bersifat menyenangkan penonton. Lakon satir dalam
perkembangannya mengalami kemunduran dan lama kelamaan menghilang dari
teater Yunani.
Penulis lakon satir yang paling terkenal adalah Euripides yang menulis lakon
The Cyclops.
Sebelum Euripides, ada penulis lakon satir yang mendahuluinya, yaitu
Sophocles yang menulis lakon
The Trackers.
Para penulis satir pada zaman Yunani
biasanya mengambil sasaran dewa sebagai bahan ejekan karena pada waktu itu
dewa memiliki kelebihan dan senang memainkan manusia.
e. Melodrama
Melodrama adalah lakon yang isinya mengupas suka duka kehidupan dengan
cara yang menimbulkan rasa haru kepada penonton. Menurut Herman J. Waluyo,
melodrama adalah lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita yang
mendebarkan hati dan mengharukan perasaan penonton. Pementasan lakon-lakon
melodrama sangat berbeda dengan jenis-jenis lakon lainnya. Pementasannya
seolah-olah dilebih-lebihkan sehingga kurang menyakinkan penonton.
Tokoh-tokoh dalam melodrama adalah tokoh biasa dan tidak ternama
(berbeda dengan tokoh dalam lakon tragedi yang harus menggunakan tokoh
yang besar), serta bersifat steriotipe. Jika tokoh tersebut jahat, tokoh tersebut akan
jahat seterusnya dan tidak ada sisi baiknya. Sementara itu, kalau tokoh tersebut
adalah tokoh pahlawan, tokoh tersebut menjadi tokoh pujaan yang luput dari
kekurangan dan kesalahan serta luput dari tindak kejahatan. Tokoh hero dalam
lakon melodrama selalu memenangkan peperangan.
Jenis drama ini berkembang pada permulaan abad kesembilan belas. Istilah
melodrama berasal dari bagian sebuah opera yang menggambarkan suasana
sedih atau romantis dengan iringan musik (melos diturunkan dari kata melodi
atau lagu). Kesan suasana inilah yang kemudian berkembang menjadi jenis drama
tersendiri.
Pelajaran 11 Pertunjukan Teater Mancanegara di Luar Asia
175
Ciri-ciri melodrama sebagai berikut.
1)
Berpegang kepada keadilan moralitas yang keras, yang baik akan mendapatkan
ganjaran pahala dan yang jahat akan mendapat hukuman.
2) Membangkitkan simpati dan keharuan penonton dengan memperlihatkan
penderitaan tokoh baik, dan sebaliknya membangkitkan rasa benci dan marah
kepada tokoh jahat.
Gambar 11.12
Melodrama membuat penonton bersimpatik
Sumber:
americanmelodrama.com
3) Cerita dalam melodrama diramu dengan unsur-unsur ketegangan
(
suspense
).
4) Plot d
ij
alin dengan kejadian-kejadian yang mendadak dan di luar dugaan,
kejadian-kejadian yang tokoh utamanya selalu nyaris lolos dari bahaya
besar.
5)
Karakter tetap yang selalu muncul dalam melodrama adalah pahlawan (lelaki
atau wanita), tokoh lucu (komik), dan penjahat.
6) Dalam pementasannya selalu diiringi musik seperti layaknya seni film
sekarang. Kata melodrama sendiri berasal dari kata
melo
(melodi) dan
drama
.
Musik dalam lakon jenis ini berfungsi untuk membangun suasana dan
membangkitkan emosi penonton.
7)
Tema-tema melodrama berkisar tentang dengan sejarah dan peristiwa rumah
tangga.
2. Pesan Moral dalam Teater Barat
Jika diperhatikan, setiap pementasan teater mengandung pesan moral. Hal
ini barangkali berhubungan dengan asal mula teater yang berasal dari ritual
keagamaan. Pada teater Barat, pesan moral ini dapat dilihat dengan jelas terutama
dalam lakon tragedi dan komedi.
a. Pesan Moral dalam Lakon Tragedi
Tujuan utama lakon tragedi ini adalah membuat penonton mengalami
pengalaman emosi melalui identi
fi
kasi para tokoh dan untuk menguatkan kembali
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas IX
176
kepercayaan diri sebagai bagian dari manusia. Tokoh dalam lakon tragedi ini
biasanya tokoh terpandang, raja, kesatria, atau tokoh yang memiliki pengaruh
di masyarakat, sehingga identi
fi
kasi penonton terhadap tokoh tersebut merasa
betul-betul iba.
Gambar 11.13
Lakon Oedipus yang memberikan
pesan bahwa kekuasaan Tuhan akan
mengalahkan segalanya
Sumber:
vtheatere.net
Di akhir cerita, tokoh utama biasanya mengalami kesengsaraan dan
kematian yang tragis. Jalan yang ditempuh biasanya sangat berat, sulit, dan
membuatnya menderita tetapi sikap ini justru membuatnya tampak mulia dan
berperikemanusiaan. Masalah kematian tokoh utama bukan menjadi hal penting
pada lakon tragedi, melainkan hal yang disampaikan dalam lakon tentang
kehidupanlah yang penting.
Lakon-lakon tragedi Yunani Kuno mengajak manusia untuk merenungkan
hakikat kehidupan dipandang dari sisi yang menyedihkan karena kehidupan pada
prinsipnya selalu kalah dengan takdir ilahi. Dalam lakon tragedi tokoh utama
menghadapi konsekuensi yang tidak bisa ditolak, tetapi mereka yakin bahwa
kehidupan ini bisa ditaklukkan dan dikalahkan meskipun pada akhirnya juga
kalah dengan takdir.
Lakon tragedi seperti roman yang mengungkapkan pencarian manusia
terhadap rahasia kehidupan abadi dan pertahanan terhadap kekuatan jahat
untuk mendapatkan identitas sekaligus semangat hidup, meskipun untuk
mendapatkannya melalui berbagai pengorbanan.
b. Pesan Moral dalam Lakon Komedi
Penciptaan lakon komedi bertitik tolak dari perasaan manusia yang memiliki
kekuatan, namun manusia tidak sadar bahwa dirinya memiliki daya hidup yang
dikelilingi alam semesta. Manusia harus mempertahankan kekuatan dan vitalitas
secara utuh terus menerus bahkan harus menumbuhkembangkan untuk mengatasi
perubahan alam, politik, budaya maupun ekonomi. Perasaan lemah dalam diri
manusia akan mengakibatkan tidak bisa bertahan terhadap segala perubahan dan
tantangan. Untuk menguatkan perasaan itu manusia membutuhkan semacam
cermin diri agar tidak ditertawakan oleh yang lain.
Pelajaran 11 Pertunjukan Teater Mancanegara di Luar Asia
177
P
e
l
a
t
i
h
a
n
3
Jawablah soal-soal berikut ini dengan benar!
1.
Sebutkan tipe-tipe lakon teater Barat?
2.
Apa tujuan utama lakon tragedi?
3.
Apa pesan moral dalam lakon komedi?
U
j
i
K
o
m
p
e
t
e
n
s
i
Carilah informasi mengenai teater-teater mancanegara di luar Asia yang tidak
kamu pelajari di pelajaran ini. Kamu dapat mencarinya di majalah, surat kabar,
atau ensiklopedi. Selain itu, kamu juga dapat memanfaatkan internet. Catatlah
berapa hal mengenai teater tersebut.
1.
Apa nama teater tersebut?
2.
Dari mana teater tersebut berasal?
3.
Cerita apa yang dimainkannya?
4.
Bagaimana kostum para pemain teater tersebut?
5.
Bagaimana dekorasi panggungnya?
5.
Pesan moral apa yang terkandung dalam pementasan tersebut?
Antara 1968-1978, bersama Bengkel Teaternya,
Rendra banyak mementaskan drama terjemahan
ataupun saduran. Lakon-lakon yang dipentaskan
antara lain Kereta Kencana dan Badak-Badak
karya Eugene Ionesco; Romulus Agung karya
Friedrich Durenma
Ĵ
; Perang Troya Tidak Akan
Meletus karya Giraudeux, Istri Yahudi, Informan,
dan Mencari Keadilan karya Bertold Brecht;
Oedipus Sang Raja, Oedipus di Kolonus, dan
Antigone karya Sophocles; Hamlet dan Macbeth
INFO
Lakon komedi adalah lakon yang mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat
manusia dengan cara yang lucu, sehingga para penonton bisa lebih menghayati
kenyataan hidupnya. Jadi, lakon komedi bukan hanya sekadar lawakan kosong
tetapi harus mampu membukakan mata penonton kepada kenyataan kehidupan
sehari-hari yang lebih dalam. Tokoh dalam lakon komedi ini biasanya adalah
orang-orang yang lemah, tertindas, bodoh, dan lugu sehingga identifikasi
penonton terhadap tokoh tersebut bisa ditertawakan dan dicemoohkan. Peristiwa
mentertawakan tokoh yang dilihat ini sebenarnya mentertawakan kelemahan dan
kekurangan yang ada dalam dirinya.
W.S. Rendra, pimpinan Bengkel Teater
Sumber:
www.celeb.kapanlagi.com
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas IX
178
Asal muasal dari teater Barat belum diketahui dengan pasti. Akan tetapi,
•
kebanyakan teori merujuk pada ritual keagamaan kuno pada zaman
prasejarah. Mazhab-mazhab yang lain memiliki pendapat beragam mengenai
asal usul teater, mulai dari ritus kesuburan, festival panen, shamanisme, dan
sebagainya.
Sepanjang tahun 1400-an dan 1500-an, banyak kota di Eropa mementaskan
•
drama untuk merayakan hari-hari besar umat Kristen. Drama-drama tersebut
dibuat berdasarkan cerita-cerita Alkitab.
Abad ke-17 memberi sumbangan yang sangat berarti bagi kebudayaan Barat.
•
Semangat baru muncul untuk menyelidiki kebudayaan Yunani dan Romawi
klasik. Masa ini dikenal sebagai zaman Renaissance.
Zaman Restorasi adalah zaman kebangkitan kembali kegiatan teater di Inggris
•
setelah kaum Puritan yang berkuasa menutup kegiatan teater. Namun, setelah
Charles II berkuasa kembali, ia menghidupkan kembali teater.
• Drama Romantik berkembang antara tahun 1800-1850 karena memudarnya
gagasan neoklasik dan terjadinya peristiwa revolusi Perancis. Revolusi
Perancis yang berhasil mengubah struktur dan pola kehidupan rakyat Perancis
menghadirkan gerakan baru di dunia teater.
Gaya-gaya pertunjukan realistis dan eksperimental ditemukan dalam teater
•
Amerika saat ini. Seiring dengan perkembangan waktu, kualitas pertunjukan
realis oleh beberapa seniman dianggap semakin menurun dan membosankan.
Hal ini mendorong para pemikir teater untuk menemukan satu bentuk ekspresi
baru yang lepas dari konvensi yang sudah ada.
Rangkuman
Mengenal teater di luar Asia merupakan informasi yang harus kamu ketahui
selain teater di Asia bahkan teater di Indonesia sendiri. Teater di luar Asia
berkembang dengan cepat berkat adanya tokoh-tokoh yang melahirkan teater gaya
baru. Apakah kamu mempunyai tokoh yang menginspirasimu dalam bermain
teater?
Re
fl
eksi
karya William Shakespeare; Lysistrata karya Aristophanes; serta Menunggu Godot
karya Samuel Becke
Ĵ
. Selain itu, Rendra juga mementaskan teater karyanya sendiri,
seperti Orang-Orang di Tikungan Jalan, SEKDA, dan Kasidah Barzanji.
(
Sumber:
www.tokohindonesia.com
)
Pelajaran 11 Pertunjukan Teater Mancanegara di Luar Asia
179
A. Berilah tanda silang ( × ) pada jawaban yang benar!
1. Pertunjukan teater pada masa Yunani Klasik dilakukan di ....
a. amphitheater
b. globe
c. teater arena
d. lapangan terbuka
2. Penulis yang kali pertama mengenalkan tokoh protagonis dan antagonis adalah ....
a. Aeschylus
b. Sophocles
c. William Shakespeare
d. Henrik Ibsen
3. Aristophanes (448-380 SM) adalah penulis naskah drama ....
a. tragedi
b. komedi
c. melodrama
d. absurd
4. Drama-drama pada abad pertengahan dibuat berdasarkan cerita-cerita Alkitab
dan dipertunjukkan di atas kereta yang ditarik keliling kota, yang disebut ....
a. arena
b. globe
c. amphiteater
d. pageant
5. Ciri-ciri teater zaman Renaissance adalah sebagai berikut,
kecuali
....
a. naskah lakon yang dipertunjukkan meniru teater zaman Yunani klasik
b. cerita bertema mitologi atau kehidupan sehari-hari
c. tata busana dan
se
Ĵ
ing
yang dipergunakan sangat inovatif
d. pelaksanaan bentuk teater diatur oleh badan swasta
6. Globe pada masa Elizabeth mementaskan drama-drama karya ....
a. Harold Pinter
b. William Shakespeare
c. Euripides
d. Sophocles
7. Raja yang menghidupkan kembali teater pada masa Restorasi adalah ....
a. Edward I
b. Charles I
c. Charles II
d. Henry VII
8. Drama Romantik berkembang antara tahun 1800-1850 karena memudarnya
gagasan neoklasik dan terjadinya peristiwa ....
Pelatihan Pelajaran 11
P
P
e
e
e
l
a
a
t
i
i
h
h
h
1
1
1
P
P
e
e
e
l
a
a
t
i
i
h
h
Seni Teater untuk SMP/MTs Kelas IX
180
a. Revolusi Prancis
b. Revolusi Rusia
c. Revolusi Amerika
d. Revolusi Industri
9. Pada abad ke-19 di Inggrismuncul naskah lakon yang sepenuhnya tidak dapat
dipentaskan yang disebut ....
a. farce
b. mime
c. drama kloset
d. drama absurd
10. Berikut ini adalah tokoh-tokoh teater absurd,
kecuali
....
a. Samuel Becke
Ĵ
b. Henrik Ibsen
c. Edward Albee
d. Jean Genet
B. Jawablah soal-soal berikut dengan benar!
1. Sebutkan enam elemen yang ada dalam lakon tragedi menurut Aristoteles!
2. Apa yang dimaksud dengan lakon komedi?
3. Sebutkan empat dari sembilan tipe lakon komedi!
4. Apa perbedaan tipe lakon drama dan tragedi?
5. Apa tujuan utama lakon tragedi?