Gambar Sampul Geografi · Bab 1 Peta
Geografi · Bab 1 Peta
Eko Titis Prasongko

24/08/2021 17:04:14

SMA 12 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

GEOGRAFI 3

untuk Siswa Sekolah Menengah Atas - Madrasah Aliah Kelas XII

untuk Siswa Sekolah Menengah Atas - Madrasah Aliah

Eko Titis Prasongko

Rudi Hendrawansyah

Kelas XII

GEOGRAFI

3

Eko Titis Prasongko

Rudi Hendrawansyah

i

GEOGRAFI

untuk Siswa Menengah Atas-Madrasah Aliah Kelas XII

Eko Titis Prasongko

Eko Titis Prasongko

Eko Titis Prasongko

Eko Titis Prasongko

Eko Titis Prasongko

Rudi Hendrawansyah

Rudi Hendrawansyah

Rudi Hendrawansyah

Rudi Hendrawansyah

Rudi Hendrawansyah

3

ii

Geografi

untuk SMA-MA Kelas XII

Ukuran Buku:

17,6 X 25 cm

Jenis Huruf:

Garamond, Souvenir Lt BT

Penanggung Jawab Program:

I Ketut Astawa

Penulis:

Eko Titis Prasongko

Rudi Hendrawansyah

Editor:

Imas Nuraeni Kurniasih

Design Cover:

Iwa

Tata Letak:

Rahmat Mulyana

910.07

Eko

Eko Titis Prasongko

g

Geografi 3 : Untuk Siswa Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas

XII / Penulis Eko Titis Prasongko, Rudi

Hendrawansyah ; Editor Imas

Nuraini Kurniasih

. — Jakarta : Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan

Nasional, 2009.

vi

i

, 166 hlm. : ilus. ; 25 cm.

Bibliografi : hlm. 159

Indeks

ISBN

: 978-979-068-140-8 ( no. jilid lengkap )

978-979-068-147-7

1. Geografi-Studi dan Pengajaran

2. Hendrawansyah Rudi

3. Kurniasih, Imas Nuraini

4. Judul

Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

T

ahun

2009

Diperbanyak oleh .....

Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional

dari Penerbit Acarya Media Utama

iii

K

ata Sambutan

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat

dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen

Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah membeli hak cipta

buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk

disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet

(

website

) Jaringan Pendidikan Nasional.

Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran

yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses

pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

69 Tahun 2008 tanggal 7 November 2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

para penulis/penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta

karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan

secara luas oleh para siswa dan guru di seluruh Indonesia.

Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada

Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (

down load

)

,

digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh

masyarakat. Namun, untuk penggandaan yang bersifat komersial

harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan

oleh Pemerintah. Diharapkan bahwa buku teks pelajaran ini akan

lebih mudah diakses sehingga siswa dan guru di seluruh Indonesia

maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat

memanfaatkan sumber belajar ini.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada

para siswa kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku

ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu

ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat

kami harapkan.

Jakarta, Februari 2009

Kepala Pusat Perbukuan

iv

K

ata Pengantar

Saat ini, kita telah jatuh cinta pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Seakan-akan tak ada hal yang bisa kita lakukan tanpanya. Satu hal esensial yang

tak boleh dilupakan, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah netral. Menjadi

bermanfaat atau merusak kehidupan, semuanya bergantung kepada mental manusia

yang menciptakan dan menerapkannya. Dalam hal ini, seharusnya kita semua

memberikan makna ilmu pengetahuan secara positif bagi kehidupan kita bersama.

Oleh karena itu, kita semua harus memutuskan untuk menentukan tujuan ilmu

pengetahuan sesuai dengan amanat yang diembannya.

Begitu pula dengan ilmu geografi, kita harus menerapkan dan memanfaatkannya

sebagai ilmu amaliah. Pertama, amaliah bagi ilmu geografi sendiri dalam bentuk

pengembangan teori, prinsip, dan konsep keilmuan. Ke dua, amaliah bagi kepentingan

dan kesejahteraan hidup manusia. Dengan demikian, netralnya ilmu pengetahuan

memberikan dampak positif bagi kedamaian dan kesejahteraan umat manusia.

Apapun yang kita lakukan, pada akhirnya kita harus memberikan makna kepada

kehidupan kita sendiri. Oleh karenanya, segala tindakan kita harus memberikan

makna bagi kelestarian lingkungan dan kehidupan semua orang.

Semoga buku yang ada di tangan kalian saat ini bisa menjadi jembatan untuk

mengenal Bumi dan menyayanginya bagaikan ia adalah jantung dalam tubuh kalian

sendiri.

Penulis

Kata Pengantar

v

Kata Sambutan .........................................................................

Kata Pengantar .........................................................................

Daftar Isi ...................................................................................

Bab 1 Peta ...............................................................................

A. Definisi Peta .............................................................................

B.

Garis Astronomis, Skala, Simbol, Lettering, dan Warna Peta ........

C. Proyeksi Peta ..............................................................................

D. Jenis-Jenis Peta ........................................................................

E. Komponen Kelengkapan Peta ..................................................

F.

Fungsi dan Tujuan

Pembuatan Peta ...........................................

G. Membuat Peta Sederhana ........................................................

H. Analisis Lokasi Industri ..........................................................

I.

Analisis Lokasi Pertanian .......................................................

Pelatihan Bab 1 ...............................................................................

Tugas Portofolio :

Analisis Lokasi Industri Lokal Melalui

Peta ..............................................................

Bab 2 Pengindraan Jauh .........................................................

A. Definisi Pengindraan Jauh ...........................................................

B. Sistem Pengindraan Jauh ........................................................

C . Hasil Teknologi Pengindraan Jauh ............................................

D. Unsur-Unsur Interpretasi Citra ................................................

E. Langkah-Langkah Interpretasi Citra ...........................................

F.

Mengenali Foto Udara .............................................................

G. Contoh Interpretasi Citra Hasil Penginderaan Jauh ................

H . Keunggulan dan Keterbatasan Citra Hasil Penginderaan Jauh

.........

I.

Pemanfaatan Penginderaan Jauh ................................................

Pelatihan Bab 2 ..................................................................................

Tugas Portofolio :

Interpr

etasi Foto Udara ..............................

Bab 3 Sistem Informasi Geografis ........................................

A. Pengertian Sistem Informasi Geografis ....................................

B.

Komponen Sistem Info

rmasi Geografis ...................................

D aftar Isi

iii

iv

v

1

3

5

14

16

19

20

21

22

27

32

34

35

37

38

40

44

46

47

50

53

55

58

60

61

63

65

Daftar Isi

vi

C. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis ................................

D. Proses dalam Sistem Informasi Geografis ................................

Pelatihan Bab 3 ................................................................................

Tugas Portofolio :

Membuat Peta Berdasarkan Sistem

Informasi Geografi secara Sederhana ..........

Pelatihan Semester 1 ..............................................................

Bab 4 Pola Keruangan Desa-Kota ..........................................

A. Desa ............................................................................................

B. Kota ............................................................................................

C . Interaksi Desa-Kota .................................................................

Pelatihan Bab 4 ...............................................................................

Tugas Portofolio:

Mengenali Prioritas Pembangunan Lokal

dan Prospek Bisnis Lokal ............................

Bab 5 Wilayah dan Pembangunan .........................................

A. Konsep Wilayah Dalam Kajian Geografi ..................................

B. Pembagian Wilayah ................................................................

C . Perwilayahan ............................................................................

D. Pusat-Pusat Pertumbuhan .......................................................

E. Usaha Pengembangan Wilayah di Indonesia ..............................

F.

Wilayah Pembangunan di Indonesia ......................................

Pelatihan Bab 5 ...............................................................................

Tugas Portofolio:

Mengenali Prioritas Pembangunan Lokal

dan Prospek Bisnis Lokal ..............................

Bab 6 Negara Maju dan Negara Berkembang .....................

A. Indeks Perkembangan Manusia (Human Development Index

[HDI]) ......................................................................................

B. Tahap Perkembangan Negara .....................................................

C . Negara Berkembang dan Negara Maju ......................................

D. Model Pengembangan Wilayah di Negara Maju dan Negara

Berkembang ..............................................................................

E. Profil Jepang dan Amerika Serikat sebagai Negara Maju ............

F.

Profil Cina dan Brasil sebagai Negara Berkembang ....................

Pelatihan Bab 6 ...............................................................................

Tugas Portofolio :

Membuat Peta Tematik ................................

66

68

72

74

75

79

81

85

90

94

96

97

99

101

104

106

110

112

116

118

119

121

124

125

132

134

142

150

152

Daftar Isi

vii

Pelatihan Semester 2 ..................................................................

Glosarium .................................................................................

Daftar Pustaka .........................................................................

Lampiran ...............................................................................

Indeks .....................................................................................

Foto Udara ..............................................................................

153

157

159

160

165

167

Daftar Isi

Peta

Pada pembahasan tentang peta kalian akan belajar

mengenai

apa yang dimaksud dengan peta,

bagaimana standard pembuatannya, membuat peta

sederhana, dan menganalisis sebuah peta.

Keingintahuan manusia

menghantarkannya pada

pengetahuan tak

terbatas. Sekalipun ia tak

tahu apa yang pasti

dihadapannya ia terus

maju dan misteri dunia

baru pun terkuak di

depan mata. Seluruh

perjalanannya bahkan

hingga ke luar angkasa

terabadikan dalam peta.

1

Bab

Peta

2

Berikut ini kata-kata yang menjadi inti materi pada pembahasan

Peta

Kata kunci

peta, skala, garis astromis, simbol, proyeksi, fungsi peta, tujuan peta

Guna membantu kalian memahami alur pemikiran bab ini,

perhatikan peta konsep berikut

Peta konsep

Definisi Peta

Garis Astronomis

Lintang dan Bujur

Angka, Verbal, dan Grafik

Skala

Simbol

Titik, Garis, Huruf, dan

Warna

Garis

Astronomis,

Skala, Simbol,

Lettering, dan

Warna Peta

Fungsi dan

Tujuan

Pembuatan Peta

Membuat Peta

Sederhana

Analisis Lokasi

Industri

Teori Susut dan Biaya Pengangkutan,

Teori Weber

Peta

Komponen

Kelengkapan

Peta

Judul, Garis Astronomis, Inset,

Garis Tepi, Skala, Sumber dan

Tahun Pembuatan, Orientasi,

Legenda

Analisis Lokasi

Pertanian

Pengumpulan Data, Kriteria Lahan

Pertanian

Lettering

Lettering

Warna Peta

Proyeksi Peta

Jenis-Jenis Peta

Peta Umum, Khusus

Berdasarkan Isinya

Berdasarkan

Skala

Kadaster, Skala Besar,

Skala Sedang, Skala Kecil.

Proyeksi Azimuthal,

Silinder, Kerucut

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

3

Sejarah manusia telah berjalan selama

ribuan tahun. Sudah menjadi sifatnya,

manusia selalu ingin mengetahui hal-hal baru,

termasuk di dalamnya mengekplorasi tempat-

tempat baru. Oleh karena itulah dibuat peta.

Pada perkembangannya, peta kemudian

menjadi alat bantu paling dominan dalam

mempelajari geografi (Gambar 1.1). Adanya

peta membuat kita dapat mengetahui keadaan

alam dan budaya suatu tempat dengan cepat.

Dalam menggambarkan permukaan bumi ke

dalam peta digunakan sistem transformasi dari

bidang lengkung menjadi bidang datar. Ilmu

khusus

yang mempelajari tentang peta disebut

kartografi, dan orang yang ahli dalam pemetaan

disebut kartograf.

wilayah permukaan bumi dengan berbagai kenampakan pada suatu bidang

datar yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu.

Berbeda dengan pengertian umum, Organisasi Katografi

Internasional

(International Cartographic Association [ICA]), mendefinisikan

peta sebagai

suatu gambaran atau representasi unsur-unsur kenampakan

abstrak

A . Definisi Peta

Sebagaimana dipaparkan sebelumnya,

bahwa ilmu yang mempelajari peta disebut

kartografi, sedangkan orang yang ahli di

bidang perpetaan disebut kartograf. Menjadi

kartograf butuh persyaratan tertentu. Erwin

Raisz mengatakan ada empat bekal pengetahuan

yang harus dimiliki seorang kartograf.

1. 50% memiliki pengetahuan tentang geografi.

2. 30% mempunyai bakat seni.

3. 10% mengetahui ilmu pasti.

4. 10% mengetahui ilmu-ilmu lain.

Menurut Erwin Raisz, peta adalah gambaran

konvensional permukaan bumi yang diperkecil

dengan berbagai kenampakan dan

ditambah

tulisan-tulisan sebagai tanda pengenal.

Pengertian peta secara umum, mengartikan

peta sebagai gambaran sebagian atau

seluruh

Gambar 1.1

Peta kuno di Mesopotamia yang diperkirakan

dibuat sekitar 3800 tahun SM yang menggam-

barkan sungai-sungai dan lahan pertanian di

utara Mesopotamia.

Sumber: de Blijj, 1980: 5

Gambar 1.2

Peta Bintang di langit belahan bumi selatan.

Pada peta ini ditampakkan nama bulan dalam

setahun beserta berbagai rasi bintang. Tidak

adanya skala pada peta tersebut karena memang

kita tidak tahu berapa luas jagat raya ini.

Sumber: Encyclopaedia Britanica, 2006

Peta

4

permukaan Bumi dan benda-benda angkasa. Satu hal yang

berbeda,

definisi

dari ICA, melepaskan definisi peta yang terikat pada gambaran muka Bumi,

dan meluaskannya pada penggambaran objek-objek di ruang angkasa. Hal

ini dibutuhkan karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

sains, telah membentangkan sayapnya hingga ke tempat-tempat lain di luar

Bumi. Jadi, peta pun digunakan dalam ilmu astronomi untuk memetakan

daerah eksplorasi baru di jagat raya (Gambar 1.2 & 1.3). Tentu saja, tanpa

melepaskan karakteristik esensialnya yaitu penggambaran dalam bentuk dua

dimensi dengan menggunakan skala dan simbol.

Pada pembahasan kali ini, peta akan dikhususkan dalam perannya

sebagai alat bantu geografi untuk membantu mendeskripsikan permukaan

bumi. Untuk menggambarkan permukaan bumi, peta tidak harus

digambarkan dalam bentuk seutuhnya sehingga dalam pemetaan dikenal

simbol yang mewakili bentuk kenampakan permukaan bumi.

Gambar 1.3

Sebagian dari permukaan Mars yang telah dipetakan dalam skala 1: 25.000.000. Proyeksi peta yang digunakan

adalah proyeksi Mercator. Berbeda dengan peta-peta pada umumnya, walaupun tidak mengandung air, warna

biru adalah penciri cekungan, hijau, merah, oranye, hingga ke abu-abu menjadi penciri perbedaan ketinggian.

Sumber: Microsoft Encarta, 2006

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

5

B. Garis Astronomis, Skala, Simbol,

Lettering

, dan

Warna Peta

Peta berbeda dengan gambar biasa. Agar mampu memahami peta,

alangkah baiknya kita memahami terlebih dahulu mengenai garis

astronomis, skala, simbol,

lettering

, dan warna peta.

1. Garis Astronomis

Di kehidupan nyata, jangan harap bisa menemukan garis astronomis

di atas permukaan bumi. Ini disebabkan garis astronomis merupakan garis

khayal yang dibuat dan digunakan untuk mempermudah menentukan posisi

suatu tempat di muka bumi. Garis astronomis dinyatakan dalam bentuk

koordinat garis lintang dan garis bujur (Gambar 1.4).

Peta pernah dinobatkan sebagai ciri khas dari ilmu geografi. Mengapa demikian?

T

ugas Mandiri

analisis

Garis lintang

(

latitude

) merupakan garis khayal yang melingkari Bumi

secara horizontal. Beberapa istilah penting pada garis lintang adalah sebagai

berikut (Gambar 1.5).

Lintang

Kutub Utara

Bujur

Kutub Selatan

90°

90°

60°

30°

60°

30°

30°

30°

60°

60°

180°

30°

Timur

30°

Barat

90°

90°

120°

120°

150°

150°

60°

60°

Sumber: Microsoft Encarta, 2006

Gambar 1.4

Ilustrasi garis astronomis yaitu garis lintang dan garis bujur.

Peta

6

a. Khatulistiwa atau ekuator, yaitu garis lintang 0° dan membagi Bumi

menjadi dua bagian yaitu belahan Bumi utara dan belahan Bumi

selatan. Garis-garis lintang di belahan Bumi utara dinamakan Lintang

Utara (disingkat LU) dan garis-garis di belahan Bumi selatan

dinamakan Lintang Selatan (disingkat LS).

b. Garis balik utara

(

tropic of cancer

), ialah garis lintang 23,5° LU. Garis

lintang ini

merupakan garis khayal

tempat

titik tertinggi Matahari di

belahan Bumi utara dan mengakibatkan musim panas di belahan Bumi

utara.

c. Garis balik selatan

(

tropic of capricorn

), ialah garis lintang 23,5° LS.

Garis ini merupakan tempat titik tertinggi Matahari di belahan Bumi

Selatan dan mengakibatkan musim panas di belahan Bumi selatan

pula.

d. Lingkaran Arktik, ialah garis lintang 66,5° LU. Wilayah yang berada

di lintang 66,5° LU hingga 90° LU mengalami fenomena malam selama

enam bulan berturut-turut, yaitu ketika Matahari berada di belahan

Kutub Utara

Kutub Selatan

Equator

Garis balik selatan

Garis balik Utara

Lingkaran Antartika

Lingkaran Arktik

Gambar 1.5

Ilustrasi istilah garis-garis lintang yang umum dikenal.

Sumber: Microsoft Encarta, 2006

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

7

Bumi selatan (23,5° LS). Fenomena siang selama enam bulan berturut-

turut juga terjadi, yaitu ketika Matahari berada di belahan Bumi utara

(23,5° LU).

e. Lingkaran Antartika, ialah garis 66,5° LS. Wilayah yang berada lintang

66,5° LS hingga 90° LS juga mengalami fenomena malam selama

enam bulan berturut-turut dan siang selama enam bulan berturut-turut

pula. Ketika wilayah di lingkaran Arktik tengah mengalami siang selama

enam bulan, di lingkaran Antartika tengah mengalami malam selama

enam bulan. Sebaliknya apabila lingkaran Arktik tengah mengalami

malam selama enam bulan, lingkaran Antartika mengalami siang

selama enam bulan pula.

f

. Titik Kutub Utara, ialah titik tempat 90° LU berada.

g. Titik Kutub Selatan, ialah titik tempat 90° LS berada.

Jika garis lintang melingkari Bumi secara horizontal maka garis bujur

melingkari Bumi secara vertikal. Garis bujur (longitude/meridian) diartikan

sebagai garis khayal yang membujur dan menghubungkan kutub utara dan

kutub selatan. Beberapa istilah penting berkaitan dengan garis bujur adalah

sebagai berikut.

a.

Bujur Timur (BT), ialah garis bujur dari Kota Greenwhich ke arah

timur (0°

BT-180° BT).

b. Bujur Barat (BB), ialah garis bujur dari Kota Greenwhich ke arah

barat (0° BB-180° BB).

c. Garis tanggal internasional (international date line) adalah garis bujur

tempat berhimpitnya garis 180° BT dengan 180° BB (Gambar 1.6).

Satuan yang digunakan dalam koordinat astonomis adalah derajat (°),

menit ('). dan detik ("). Menit dan detik dalam hal ini, bukan berarti satuan

waktu, tetapi pembagian lintang dan bujur secara spesifik. Aturan

penggunaan satuan lintang dan bujur adalah sebagai berikut.

a.1

°

(dibaca satu

derajat) = 60 menit

b. 1' (dibaca satu menit) =

60 detik

c. 1" (dibaca satu detik)

Contoh

Kota A berada pada posisi 4°30'24" LU dan 126°30'15" BB.

Maka dibaca,

Kota A berada pada posisi empat derajat tiga puluh menit dua puluh

empat detik Lintang Utara dan seratus dua puluh enam derajat tiga puluh

detik lima belas menit Bujur Barat.

Peta

8

2. Skala

Bukanlah peta jika tidak memiliki skala. Skala merupakan perbandingan

jarak, bentuk, dan ukuran yang tergambar di peta dengan keadaan

sesungguhnya di lapangan. Skala dapat dinyatakan dalam bentuk numerik

(angka), skala grafik (tongkat), dan skala verbal.

a.

Skala Numerik (Angka)

Skala numerik atau angka adalah skala peta yang menggunakan angka

atau bilangan pecahan sebagai pembanding jarak. Skala ini dapat berupa

perbandingan cm maupun inchi berbanding mil. Di bawah ini, rumus

standar yang digunakan dalam perhitungan skala numerik.

JS = JPxS

Di mana

JS adalah

jarak sebenarnya

JP adalah

jarak pada peta

S adalah skala

Pada skala angka yang menggunakan satuan cm maka cara

perhitungannya adalah sebagai berikut.

Gambar 1.6

Tempat berhimpitnya bujur 180° BB dan 180° BT, yang sering disebut garis tanggal Internasional. Tempat ini

menjadi patokan pertama yang merayakan tahun baru setiap tahunnya.

Sumber: Microsoft Encarta, 2006

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

9

Contoh

Skala 1: 50.000

Berarti

1 cm di peta =

50.000 cm pada jarak sebenarnya

= 500 m

= 0,5 km

Jadi 1 cm di peta sama dengan 0,5 km pada jarak sebenarnya. Untuk

menghitung jarak sebenarnya dari jarak yang ada di peta, digunakan rumus

di atas.

Contoh

Diketahui jarak Kota A ke Kota B pada peta dengan skala 1: 50.000

adalah 5,5 cm. Berapakah jarak Kota A ke Kota B sebenarnya?

Jawab

JS= JP x S

= 5,5 x 50.000

= 275.000 cm = 2750 m = 2,75 km

Jadi jarak sebenarnya Kota A ke Kota B adalah 2,75 km.

Sedangkan pada peta yang menggunakan skala inchi berbanding mil

maka cara perhitungannya adalah dengan mengkonversi satuan mil satuan

inchi terlebih dahulu, dengan ketentuan 1 mil = 63.360 inchi.

Contoh

Skala 1 inchi: 4 mil

Berarti

1 inchi pada

peta = 4 mil pada jarak sebenarya

= 4 x 63.360

= 253.440 inchi pada jarak sebenarnya.

Jadi 1 inchi di peta sama dengan 253.440 inchi pada jarak sebenarnya.

Untuk menghitung jarak sebenarnya dari jarak yang ada di peta, digunakan

kembali rumus di atas.

Contoh

Pada peta skala 1 inchi: 4 mil diketahui jarak Kota C ke Kota D adalah

6 inchi. Berapakah jarak sebenarnya?

Jawab

JS= JP x S

= 6 x (4 x 63.360)

= 6 x 253.440

= 1.520.640 inchi

Peta

10

Jadi jarak

sebenarya Kota

C ke Kota D adalah

1.520.640 inchi

atau

apabila dikembalikan ke satuan mil (dibagi 63.360) menjadi 24 mil.

Bagaimanakah jika kita berniat untuk mengubahnya ke dalam satuan km?

Cobalah menghitungnya dengan patokan 1 inchi = 2,54 cm dan 1 mil =

1,60934 km.

b.

Skala Grafik (Tongkat)

Skala grafik adalah jenis skala peta yang menggunakan bentuk ruas

garis bilangan sebagai pembanding jarak.

Contoh

0 1

5 cm

0 10

50 km

Arti dari skala grafik di atas ialah setiap 1 cm di

peta sama dengan 10

km pada jarak sebenarnya. Apabila skala grafik di atas diubah menjadi

skala angka maka didapatkan skala 1: 1.000.000.

c.

Skala Verbal

Skala verbal adalah skala peta yang dinyatakan dalam bentuk kalimat.

Contoh

1) Satu cm berbanding 50 km. Artinya, 1 cm di peta sama dengan 50 km

pada jarak sebenarnya.

2) Satu inci berbanding 10 mil. Artinya, 1 cm di peta sama dengan 10

mil pada jarak sebenarnya.

3. Simbol

Simbol merupakan jembatan antara pembuat peta dengan pengguna.

Pembuat peta harus membuat simbol yang memungkinkan pengguna dapat

memahami maksud simbul tersebut. Pembuat peta harus membuat simbol

yang sederhana, mudah digambar, tetapi cukup teliti untuk mencerminkan

data, sedangkan pengguna peta menuntut simbol harus jelas, mudah dibaca,

dan mudah diterjemahkan, baik arti, maupun nilainya. Hal lain yang harus

diperhatikan adalah bahwa simbol harus kontras antara simbol yang satu

dengan simbol lainnya dan harus menarik.

a.

Simbol Titik

Simbol titik dapat berupa simbol gambar dan simbol geometrik. Simbol

gambar merupakan simbol yang menggunakan gambar sesuai dengan

keadaan sebenarnya. Contoh penggunaan simbol gambar dapat dilihat

pada gambar 1.7.

Simbol geometrik merupakan simbol yang menggunakan gambar

berupa bangun matematika. Contoh penggunaan simbol geometrik dapat

dilihat pada gambar 1.8.

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

11

Kota provinsi

Kota kabupaten

Kota kecamatan

Gambar 1.8

Ragam penggunaan simbol geometrik.

Sumber: Dokumentasi penerbit, 2006

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

Sumber: Dokumentasi Penerbit, 2006

Gambar 1.9

Beragam penggunaan simbol garis pada peta. a. Jalan utama; b. Jalan raya; c. Jalan lain; d. Jalan kereta api; e. Batas

negara; f. Batas provinsi; g. Batas kabupaten/kota; h. Sungai.

b.

Simbol Garis

Jalan, sungai, dan batas wilayah pada peta menggunakan simbol garis

(Gambar 1.9). Garis juga digunakan untuk membatasi wilayah-wilayah

yang memiliki fenomena sama. Misalnya, garis-garis isohaline yang

menghubungkan wilayah laut yang memiliki kadar garam yang sama

(Gambar 1.10)

Kandungan salinitas perseribu

Gambar 1.10

Penggunaan simbol garis pada peta Sebaran Salinitas Lautan. Garis menghubungkan tempat-tempat dengan kadar

garam yang sama.

Sumber: Encyclopaedia Britanica, 2006

Sumber: Microsoft Encarta, 2006

Gambar 1.7

Ragam penggunaan simbol gambar.

Rumah makan

Bandara

Bank

Peta

12

c.

Simbol Area (Wilayah)

Objek di permukaan bumi yang berbentuk area atau wilayah seperti

perkebunan, daerah rawa, persawahan, dan hutan digambarkan oleh simbol

area (wilayah). Contoh penggunaan simbol bidang dapat dilihat pada

Gambar 1.11.

1) Nama-nama ibu kota, negara, benua, dan pegunungan harus ditulis

dengan huruf kapital tegak.

2) Nama-nama samudra, teluk yang luas, laut, dan selat yang luas harus

ditulis dengan huruf kapital miring.

3) Nama-nama kota kecil dan gunung harus ditulis dengan huruf kecil

tegak. Awal nama kota dan gunung ditulis dengan huruf besar.

4) Nama-nama sungai, danau, selat yang sempit, dan teluk yang sempit

harus ditulis dengan huruf kecil miring.

5. Warna Peta

Warna pada peta memiliki makna tersendiri (Gambar 1.13).

Penggunaan warna hijau identik dengan dataran rendah dan tutupan

vegetasi. Biru untuk perairan, dan cokelat untuk daratan. Lima warna yang

umum digunakan pada peta adalah sebagai berikut.

4. Tata Penulisan (

Lettering

)

Pada peta terdapat aturan-aturan penulisan objek-objek geografi.

Setidak-tidaknya Terdapat empat aturan penulisan dalam peta yang harus

dipatuhi (Gambar 1.12).

123456789012345678901234

1

2345678901234567890123

4

1

2345678901234567890123

4

1

2345678901234567890123

4

1

2345678901234567890123

4

1

2345678901234567890123

4

1

2345678901234567890123

4

1

2345678901234567890123

4

1

2345678901234567890123

4

1

2345678901234567890123

4

1

2345678901234567890123

4

1

2345678901234567890123

4

123456789012345678901234

Persawahan

Rawa-rawa

Daerah batu kapur

Gambar 1.11

Beragam penggunaan simbol area.

Sumber: Dokumentasi Penerbit, 2006

Solo

BANDUNG

Magelang

Gambar 1.12

Beragam contoh tata penulisan.

Sumber: Dokumentasi Penerbit, 2006

T

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

13

1) Warna merah dan hitam umumnya digunakan untuk mewakili hasil

budaya manusia, meliputi jalan, batas daerah, kota, dan lain

sebagainya. Merah dan hitam juga digunakan untuk mewakili gunung

api aktif (warna merah) dan yang tidak aktif (hitam).

2) Warna hijau untuk mewakili kenampakan vegetasi dan biasanya juga

digunakan untuk mewakili dataran rendah.

3) Warna biru untuk mewakili perairan seperti danau, sungai, dan laut.

Semakin tua warna biru pada peta maka semakin dalam suatu

perairan.

4) Warna kuning dan cokelat untuk mewakili dataran tinggi dan

pegunungan. Makin tua warna cokelat di suatu wilayah pada peta,

makin tinggi relief wilayah tersebut.

5) Warna putih untuk mewakili kenampakkan gletser di muka bumi.

Misalnya, untuk mewakili daerah kutub dan gletser di atas pegunungan

tinggi.

Mengapa garis 180° BT berhimpit dengan garis 180°BB?

T

ugas Mandiri

studi literatur

Gambar 1.13

Beragam penggunaan warna pada peta. Skala 1: 1.000.000.

Sumber: Microsoft Encarta, 2006

Peta

14

C . Proyeksi Peta

Bumi kita merupakan bentuk tiga dimensi, tetapi peta merupakan

bentuk dua dimensi. Walaupun demikian terdapat tiga aspek yang harus

dipenuhi oleh sebuah peta yaitu sebagai berikut.

1.

Conform

, berarti bentuk yang digambarkan di peta harus sesuai dengan

aslinya.

2.

Equivalent

, berarti daerah yang digambar di peta harus sama luas

dengan aslinya.

3.

Equidistant

, berarti jarak yang digambar pada peta harus tepat

perbandingannya dengan jarak sesungguhnya.

Untuk memenuhi ketiga aspek tersebut tidak mungkin, sehingga harus

mengorbankan salah satu. Sebagai jalan kompromi, digunakan proyeksi.

Proyeksi adalah pemindahan dari bidang lengkung ke bidang datar.

Proyeksi berguna untuk menghindari atau memperkecil kesalahan dalam

membuat peta. Macam-macam proyeksi peta adalah sebagai berikut.

1. Proyeksi azimuthal

(

zenithal projection

), adalah bidang proyeksi yang

berupa suatu bidang datar yang menyinggung bola, pada kutub ekuator

atau sembarang tempat yang terletak antara ekuator dan kutub.

Proyeksi ini paling baik untuk menggambar daerah di sekitar ekuator

(Gambar 1.14).

Gambar 1.14

Ilustrasi proyeksi azimuthal (

zenithal projection

).

Sumber: Dokumentasi Penerbit, 2006

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

15

2. Proyeksi

silinder

(

Mercator projection

), adalah semua garis horizontal

dan meridian berupa garis lurus vertikal. Proyeksi ini paling tepat

menggambarkan daerah ekuator sebab ke arah kutub terjadi

pemanjangan garis (Gambar 1.15).

3. Proyeksi kerucut

(

conical projection

), adalah garis yang memotong atau

menyinggung globe dan bentangannya ditentukan oleh sudut puncaknya.

Proyeksi ini menggambarkan daerah dilintang 45° (Gambar 1.16).

Gambar 1.15

Ilustrasi proyeksi silinder (

Mercator projection

).

Sumber: Dokumentasi Penerbit, 2006

Gambar 1.16

Ilustrasi proyeksi kerucut (

conical projection

).

Sumber: Dokumentasi Penerbit, 2006

Peta

16

Selain tiga jenis proyeksi yang telah dijelaskan sebelumnya, masih terdapat jenis-jenis

proyeksi yang lain. Carilah jenis-jenis proyeksi peta yang lain beserta teknik proyeksi yang

digunakan! Jangan lupa untuk menuliskan rangkumanya pada buku catatanmu.

T

ugas Mandiri

studi literatur

D. Jenis-Jenis Peta

Berdasarkan informasi atau isinya peta dapat dibagi menjadi dua

bagian.

1. Peta umum (peta ikhtisar), adalah peta yang menggambarkan segala

sesuatu di permukaan bumi secara umum. Peta umum dibedakan

menjadi dua, yaitu peta chorografi dan peta topografi. Peta chorografi

adalah peta yang menampilkan permukaan bumi secara umum, seperti

peta dunia, peta benua, dan peta

kabupaten

(Gambar 1.17). Peta

topografi

adalah peta yang menampilkan relief permukaan bumi.

2. Peta khusus (tematik) adalah peta yang hanya menggambarkan

kenampakan tertentu saja di permukaan bumi. Contoh peta tematik

antara lain peta pariwisata, peta kepadatan penduduk (Gambar 1.18),

peta pertambangan, dan sebagainya.

Banyak klasifikasi peta yang ada, carilah informasi dari berbagai buku mengenai hal

tersebut! Jangan lupa untuk menuliskannya pada buku catatanmu!

T

ugas Mandiri

studi literatur

Matahari tidak pernah terbit

ataupun tenggelam saat terjadi

fenomena siang selama enam

bulan berturut-turut di wilayah

dengan lintang 66,5° LU-90° LU

ataupun 66,5° LS-90° LS. Di

wilayah ini, Matahari hanya

berputar di cakrawala secara

horizontal.

Eureka

Sementara itu, berdasarkan skalanya peta

diklasifikasikan menjadi lima.

1. Peta kadaster, berskala 1: 100 s.d. 1: 5.000.

2. Peta skala besar, berskala 1 : 5.000 s.d. 1:

250.000.

3. Peta skala sedang, berskala 1: 250.000 s.d 1:

500.000.

4. Peta skala kecil, berskala 1: 500.000 s.d

1:1.000.000.

5. Peta skala sangat kecil, berskala lebih besar

dari 1 : 1.000.000

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

17

128°

128°

LS

LS

LU

LU

BT

BT

BT

BT

KABUPATEN HALMAHERA TENGAH

Skala 1 : 3.500.000

Legenda

Kota kabupaten/kota

Kota lain

Bandara udara nasional

Jalan utama

Jalan raya

Jalan lain

Batas provinsi

Batas-batas kota/kabupaten

Pelabuhan udara perintis

Pelabuhan laut

Gunung api

Gunung tidak aktif

Danau

Sungai

Rawa

> 2.500 m

2.000- 2.500

1.500-2.000 m

1.000-1.500 m

500-1.000 m

100-500 m

0-100 m

0-200 m

200-3.000 m

> 3.000 m

Warna ketinggian

Warna kedalaman

Kota provinsi

Gambar 1.17

Salah satu jenis peta umum.

Sumber: modifikasi Atlas Digital, Remaja Rosda Karya, 2003: 60

Peta

18

Diskusikan dengan guru geografimu, berapakah jarak sebenarnya dari ukuran menit (') dan detik

(") pada satuan pengukuran koordinat astronomis?

Diskusi Lintas Ilmu

Sumber: Encyclopaedia Britanica, 2006

Gambar 1.18

Peta Kepadatan Penduduk Asia, salah satu contoh peta khusus (tematik)

Populasi

per km

2

5

50

100

200

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

19

E. Komponen Kelengkapan Peta

Sebuah peta dikategorikan ideal apabila memenuhi komponen-

komponen berikut ini.

1. Judul Peta

Judul peta merupakan komponen yang sangat penting dalam peta. Jika

sebuah peta berjudul Peta Persebaran Barang Tambang di Indonesia, dapat

dipastikan isi petanya adalah persebaran barang tambang di Indonesia.

2. Garis Astronomis

Terdiri atas garis lintang dan garis bujur. Garis lintang adalah garis

khayal yang sejajar dengan garis khatulistiwa, sedangkan garis bujur adalah

garis khayal yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa. Garis astronomis

berguna untuk menentukan lokasi suatu tempat.

3. Inset

Inset adalah peta berukuran kecil yang disisipkan pada peta utama.

Peta inset dapat diletakkan pada bagian sisi kiri, kanan, atau bawah peta.

Kegunaannya untuk menunjukkan lokasi daerah yang dipetakan.

4. Garis Tepi Peta (

Border

)

Garis tepi merupakan garis pembatas peta yang mengelilingi peta,

berguna untuk membantu saat menggambar pulau, kota, ataupun wilayah

yang dimaksud tepat ditengah-tengahnya.

5. Skala Peta

Skala adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak

sebenarnya dipermukaan bumi. Ada beberapa cara untuk menyajikan skala,

yaitu dengan cara pecahan, verbal, dan garis (batang).

6. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta

Peta dibuat oleh perseorangan atau lembaga, berguna untuk

mengetahui asal peta tersebut diperoleh sehingga ada kepastian bahwa peta

tersebut bukan peta fiktif. Lembaga yang biasa menerbitkan peta adalah

Bakosurtanal, Jawatan Topografi Angkatan darat, dan Badan Pertanahan

Nasional. Tahun pembuatan penting untuk diketahui terutama oleh pengguna

agar diketahui kapan data dalam peta tersebut dibuat, sehingga dapat

diketahui datanya masih layak atau sudah tidak berlaku.

7. Arah Mata Angin (Orientasi)

Arah mata angin (orientasi) dibuat untuk mengetahui arah utara,

selatan,

barat, maupun

timur dalam

peta.

Peta

20

8. Legenda

Legenda merupakan informasi yang disampaikan oleh peta, berguna

untuk menjelaskan simbol-simbol yang terdapat dalam peta.

Amatilah berbagai peta dalam pokok bahasan kali ini. Berilah penilaian, manakah yang

termasuk memenuhi komponen kelengkapan peta dan manakah yang tidak termasuk

memenuhi kelengkapan peta.

T

ugas Mandiri

pengamatan

F. Fungsi dan Tujuan Pembuatan Peta

Bisa dikatakan seluruh lapisan masyarakat di Indonesia membutuhkan

peta seperti perusahan, individu, dan sekolah. Selain untuk menyuplai

konektivitas, peta mempunyai spesifikasi fungsi diberbagai bidang antara

lain sebagai berikut.

1. Untuk menyajikan data tentang potensi suatu daerah.

2. Membantu dalam pembuatan suatu desain misalnya desain jalan.

3. Sebagai penunjuk arah suatu lokasi atau posisi.

4. Untuk memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas

daerah dan jarak dipermukaan bumi.

5. Untuk memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk

permukaan bumi sehingga dimensinya dapat terlihat dalam peta.

Adapun tujuan pembuatan peta adalah sebagai berikut.

1. Menyimpan data-data yang ada di permukaan bumi.

2. Menganalisis data spasial seperti perhitungan volume.

3. Memberikan informasi dalam perencanaan tata kota dan pemukiman.

4. Memberikan informasi tentang ruang yang bersifat alami, baik manusia

maupun budaya.

Jika kalian membuat peta dengan tema tempat-tempat favorit dan peta sekolah, apa

fungsi dan tujuan dari pembutan peta tersebut?

T

ugas Mandiri

studi literatur

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

21

G . Membuat Peta Sederhana

Pada awalnya, pembuatan peta didasarkan pada pengukuran langsung

di lapangan, seperti peta-peta yang ada di dalam sertifikat tanah. Seorang

kartograf harus mampu menghitung jarak dan arah dengan tepat agar peta

yang dibuat bentuknya betul-betul

sesuai dengan yang sebenarnya. Akan

tetapi, seiring dengan perkembangan teknologi pembuatan peta sekarang

lebih mudah dengan menggunakan hasil pengindraan jauh berupa foto udara.

Membuat peta dengan menggunakan data langsung ataupun foto udara

mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Menggunakan data

langsung di lapangan menjamin data yang disampaikan lebih akurat dan

lebih detail, tetapi butuh waktu lama dan mempunyai resiko bentuknya tidak

sesuai dengan yang sebenarnya dipermukaan bumi. Menggunakan sumber

foto udara menjamin bentuknya sesuai dengan bentuk sebenarnya di

permukaan bumi dan lebih cepat, tetapi datanya kurang akurat.

Membuat peta dengan cara sederhana harus didahului dengan

pengukuran jarak dan arah.

1. Pengukuran Jarak

Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan meteran, tongkat,

kayu, dan alat lain yang bisa memenuhi kebutuhan pengukuran jarak

sebagai titik tolak pengukuran. Data tersebut kemudian digambarkan dalam

peta dengan menggunakan skala.

2. Pengukuran Arah

Pengukuran arah dilakukan dengan menggunakan kompas. Pengukuran

arah dengan kompas dimulai dari utara kompas sebagai 0° dan dihitung

searah jarum jam sampai 360°. Besarnya arah dari 0° ini disebut azimuth

atau magnetik azimuth.

Adapun tahapan-tahapan pembuatan peta secara sederhana adalah:

a. Mempersiapkan alat pengukur jarak yang terdiri atas meteran, kayu,

tongkat, dan pengukur jarak yang lain.

b. Mempersiapkan pengukur arah yang berupa kompas.

c. Mempersiapkan kertas gambar dan alat-alat tulis.

d. Menentukan titik awal pembuatan peta di permukaan bumi.

e. Dari titik awal tersebut tentukan kearah mana kalian akan menuju,

jangan lupa di catat dengan jelas.

f

. Setiap tempat yang mengalami perubahan arah harus dicatat dengan

lengkap jarah dan arah perubahannya.

g. Pengukuran jarak dan arah pada akhirnya harus bertemu atau kembali

ke titik awal sehingga menghasilkan garis yang berhubungan.

Peta

22

8. Hasil pengukuran jarak dan arah yang sudah dicatat kemudian tuangkan

ke gambar dengan menggunakan skala tertentu. Contohnya, dari titik awal

menuju titik berikut jaraknya 100 m, maka di kertas gambar bisa buat

10 cm, artinya setiap 10 cm pada peta mewakili 100 m di permukaan bumi.

9. Jika dari titik kedua menuju ketitik ketiga jarak sebenarnya 150 m,

maka panjang garis di peta adalah 15 cm, dan

seterusnya.

10. Setelah selesai, lengkapi dengan informasi-informasi lain yang perlu

digambarkan dengan menggunakan simbol. Peta yang sudah selesai

dilengkapi dengan komponen-komponen lain sehingga menjadi peta

utuh yang meskipun sederhana tapi sempurna.

Buatlah peta sederhana mengenai lingkungan RW tempat tinggalmu? Jangan lupa untuk

memenuhi syarat-syarat kelengkapan peta!

T

ugas Mandiri

studi literatur

H. Analisis Lokasi Industri

Pemilihan lokasi industri memiliki arti yang sangat penting sebab akan

mempengaruhi perkembangan dan kontinuitas proses dan kegiatan industri.

Faktor yang mempengaruhi dan perlu diperhitungkan dalam menentukan pilihan

lokasi industri disebut faktor lokasi yang terdiri atas bahan mentah, sumber

tenaga, pasar, sarana, pengangkutan, ketersediaan air, dan lainnya. Masalah

lokasi timbul karena unsur-unsur yang mempengaruhi faktor lokasi tersebut tidak

selalu terdapat pada daerah yang sama dan sering terpencar. Oleh karena itu,

berdasarkan orientasi faktor-faktor lokasi yang mempengaruhinya maka ada

kecenderungan lokasi industri berada dekat dengan bahan mentah atau berada

dekat sumber tenaga atau berada sumber tenaga kerja atau dekat dengan pasar.

Beberapa industri seperti industri makanan, minuman, industri kulit (sepatu),

dan industri pakaian mungkin bisa ditempatkan dimana saja

(

foot-lose industry

).

Akan tetapi, pada umumnya industri demikian akan memilih daerah pasar

sebagai lokasinya.

Pada pembahasan kali ini kita akan membahas dua teori yang dapat

menjadi acuan dalam menganalisis lokasi industri.

1. Teori Susut dan Biaya Pengangkutan

Teori susut di sini maksudnya adalah pengurangan berat yang terjadi

karena proses pengolahan. Misalnya, pada industri minyak kelapa, 100 kg

kopra (kelapa kering) hanya bisa menghasilkan 25 kg minyak kelapa. Hal

tersebut menunjukkan bahwa setelah melalui proses pengolahan akan

mengalami pengurangan berat.

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

23

Secara umum, teori susut dan biaya pengangkutan mengemukakan

hubungan-hubungan antara faktor susut dan biaya pengangkutan. Teori ini

bermanfaat untuk melihat kecenderungan lokasi industri, artinya dapat

mengkaji kemungkinan-kemungkinan penempatan suatu industri (pabrik) di

tempat yang paling menguntungkan secara ekonomi (Gambar 1.19 dan 1.20).

Pada tabel 1.1 dijabarkan empat kasus suatu pabrik yang mengolah

bahan mentah (M) yang berasal dari satu daerah sumber bahan mentah

(SM), menjadi satu macam barang jadi (B), yang kemudian dijual di suatu

daerah pasar (P). Pada contoh, digunakan dua variabel, yaitu susut dan

biaya pengangkutan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi jalannya industri

dianggap sama dan diabaikan.

Hasil perhitungan biaya pengangkutan seperti pada contoh diatas

menunjukan pada kasus A dan B industri/pabrik cenderung ditempatkan

di daerah sumber bahan mentah. Akan tetapi, pada kasus C dan D

sebaliknya, pabrik cenderung ditempatkan di daerah sumber bahan mentah.

Menurut perhitungan, ternyata jumlah biaya pengangkutan yang harus

dikeluarkan lebih rendah. Pada kasus D besarnya biaya pengangkutan

Tabel 1.1

Perhitungan Teori Susut dan Biaya Pengangkutan

Kasus

A

1000 ton M diolah menjadi

1000 ton B

B

1000 ton M diolah menjadi

600 ton B

C

1000 ton M diolah menjadi

400 ton B

D

1000 ton M diolah menjadi

500 ton B

Rasio

Susut

O%

40%

60%

50%

Jika pabriknya ditempatkan

di daerah sumber bahan

mentah

1000 ton B harus diangkut ke

P dengan biaya Rp. 100/ton.

Jumlah biaya pengangkutan

Rp. 100.000,00

600 ton B harus diangkut ke

P dengan biaya Rp.100/ton.

Jumlah biaya pengangkutan

Rp.60.000,00

400 ton B harus diangkut ke

P dengan biaya Rp. 100/ton.

Jumlah biaya pengangkutan

Rp.40.000,00

500 ton B harus diangkut ke

P dengan biaya Rp.75/ton.

Jum-lah biaya pengangkutan

Rp. 37.000,00

Jika pabriknya ditempatkan

di daerah pasar

1000 ton B harus diangkut

dari M ke P dengan biaya Rp.

50/ton. Jumlah biaya pe-

ngangkutan Rp. 50.000

Biaya pengangkutan = kasus

A yaitu Rp. 50.000,-

Biaya pengangkutan = kasus

A yaitu Rp. 50.000,-

1000 ton M harus diangkut

dari SM ke P Rp. 40/ ton.

Biaya pengangkutan Rp.

40.000

Biaya Pengangkutan

Peta

24

berbeda dengan kasus A, B, dan C. Coba

hitungkan kemungkinannya jika pada kasus D

besarnya biaya pengangkutan disamakan

dengan kasus A, B, dan C.

Terdapat dua kesimpulan dalam pemilihan

lokasi yang baik (dengan catatan faktor-faktor

lainnya sama) menurut teori susut dan biaya

pengangkutan. Pertama, makin besar angka

rasio susut dalam pengolahan, makin kuat

kecenderungan menempatkan pabriknya di

daerah bahan mentah. Kedua, makin besar

perbedaan biaya pengangkutan antar bahan

mentah dan bahan jadi, makin kuat daerah

pasar dijadikan sebagai tempat lokasi industri.

2. Teori Weber

Weber mengemukakan teorinya dalam

bukunya yang terkenal Theory of The Location

of Industries (1909). Teori Weber dimulai

dengan beberapa premis sebagai berikut.

a. Unit analisis tunggal, merupakan daerah

yang terisolasi yang homogen baik

mengenai iklimnya, topografi maupun

penduduknya.

b. Beberapa sumber alam seperti air dan

pasir, mudah diperoleh dimana saja,

sedangkan sumber alam lain hanya

terdapat di daerah-daerah tertentu saja,

misalnya batu bara dan bijih besi.

c. Biaya pengangkutan adalah fungsi dari berat dan jarak, artinya makin

bertambah sesuai dengan berat dan jaraknya. Beberapa contoh kasus

berikut ini menunjukkan peran biaya pengangkutan terhadap

kemungkinan dan kecenderungan lokasi industri.

Kasus A: Satu Pasar dan Satu macam Bahan Mentah

Jika suatu industri hanya mengolah satu macam bahan mentah dan

memasarkannya pada satu daerah pasar maka ada tiga kemungkinan lokasi

industrinya.

1) Jika bahan mentah yang dibutuhkan mudah diperoleh dimana saja

maka pabriknya dapat atau cenderung ditempatkan di daerah pasar.

2) Jika bahan mentah yang diperlukan hanya terdapat di daerah tertentu

saja dan mengalami susut dalam pengolahannya maka pabriknya dapat

ditempatkan baik didaerah pasar maupun daerah bahan mentah.

Sumber: www.itcpr.com

Gambar 1.19

Pengolahan kelapa menjadi kopra di Sulawesi

Tengah. Dalam kasus ini proses pengeringan

kelapa segar dilakukan di perkebunan untuk

menghindari besarnya biaya angkut.

Sumber: www.itcpr.com

Gambar 1.20

Home industry

, pembuatan gitar di Solo, Jawa

Tengah. Industri jenis ini cenderung bisa dilakukan

di mana saja tetapi alangkah baiknya ditempat-

kan dekat dengan pasar agar lebih mudah

menjangkau konsumen.

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

25

3) Jika bahan mentah hanya terdapat di daerah tertentu saja dan

mengalami susut dalam pengolahannya maka industrinya akan

ditempatkan di daerah sumber bahan mentah.

Harus diingat bahwa besarnya biaya pengangkutan berkaitan langsung

dengan berat barang yang diangkut.

Kasus B: Satu Daerah Pasar dan Dua Macam Bahan Mentah

Jika industri mengolah dua macam bahan mentah (M1 dan M2),

hasilnya hanya dipasarkan di suatu tempat tertentu saja maka industri itu

akan ditempatkan di salah satu kemungkinan berikut.

a. Jika M1 dan M2 mudah diperoleh dimana saja maka industri itu akan

ditempatkan di daerah pasar.

b. Jika M1 mudah diperoleh dimana saja sedangkan R2nya hanya

terdapat di suatu daerah tertentu saja duluan daerah pasar dan jika

keduanya tidak mengalami susut dalam pengolahan maka industri

tersebut akan ditempatkan di daerah pasar. Biaya pengangkutan hanya

dikeluarkan untuk R2.

c. Jika kedua bahan mentah (M1 dan M2) hanya terdapat di daerah-

daerah tertentu yang berlainan dan mengalami susut dalam

pengolahannya maka pemecahannya agak sulit. Untuk itu, Weber

memperkenalkan teori yang disebut location triangle (segitiga lokasi)

dengan titik sudutnya adalah daerah pasar (P), dan daerah-daerah

sumber bahan mentah (M1 dan M2). Contohnya, suatu industri

mengolah R1 dan R2. keduanya mengalami susut 50%. Setiap tahunnya

diperlukan masing-masing bahan mentah itu 2.000 ton.

P

XM2

M1

Jarak:

M1 - P = 100km, M 2 - P = 100km, M1 - M2

= 100km, M - X = 87km

Amerika menempati peringkat

satu dalam jajaran ekonomi

dunia. Sektor industri negara ini

menguasai 40% ekonomi dunia.

Eureka

Diskusikan dengan guru ekonomimu,

mengenai pengaruh biaya angkut dan

lokasi terhadap total biaya produksi!

Diskusi Lintas Ilmu

Peta

26

a. Jika industri itu ditempatkan di P maka biaya pengangkutan yang harus

dikeluarkan pertahunnya adalah sebagai berikut.

R1 = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km

R2 = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km

Jumlah =

400.000 ton-km

b. Jika industri itu ditempatkan di M1 maka biaya pengangkutan itu

adalah:

R1 = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km

P = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km

Jumlah =

400.000 ton-km

c. Jika industri itu ditempatkan di titik X maka biaya pengangkutan yang

harus dikeluarkan pertahunnya menjadi:

R1 = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km

R2 = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km

P = 2.000 ton x 87 km = 174.000 ton-km

Jumlah =

374.000 ton-km

Biaya pengangkutan pada poin C ternyata lebih rendah dibandingkan

dengan A dan B. Ini berarti bahwa penempatan atau lokasi industri di

X

akan lebih menguntungkan jika industri itu ditempatkan di P, M1, atau M2.

Sumber: www.kiec.com

Gambar 1.21

Peta kawasan industri Krakatau Steel, kawasan industri ini mengambil tempat di tepian pantai. Hal ini dikarenakan

untuk memudahkan biaya pengangkutan via transportasi laut.

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

27

1. Pengumpulan Data

Berikut ini data yang harus dikumpulkan untuk kepentingan analisis

lahan pertanian.

Buatlah analisis perbandingan antara teori lokasi berdasarkan teori susut dan biaya

angkut versus teori Weber.

T

ugas Mandiri

analisis

I. Analisis Lokasi Pertanian

Menganalisis suatu lokasi pertanian (Gambar 1.22) tidak semudah

membalikkan telapak tangan. Tetapi, secara umum analisis lokasi pertanian

dapat disederhanakan ke dalam dua tahapan yaitu proses pengumpulan

data dan penentuan kriteria kelas lahan pertanian itu sendiri.

Berbagai kemungkinan dalam pemilihan lokasi, bisa dikaji berdasarkan

teori Weber termasuk jika kedua bahan mentah itu mempunyai angka resiko

yang tidak sama besarnya. Begitu pula jika terdapat lebih dari dua macam

bahan mentah, atau mempunyai lebih dari satu daerah pasar dan jarak

antara daerah-daerah itu tidak sama.

Gambar 1.22

Pertanian padi di Solo, Jawa Tengah. Agar mendapat-

kan hasil maksimal, pertanian harus mencermati

dukungan faktor-faktor fisik.

Sumber: www.itcpr.com

a. Iklim dan musim, yaitu curah hujan,

suhu udara, angin, dan kelembapan

udara.

b. Topografi, yaitu lereng tunggal (datar,

landai, miring, curam, dan terjal)

dan lereng majemuk (datar, berombak,

bergelombang, berbukit, dan ber-

gunung).

c. Proses geomorfik, yaitu erosi, longsor,

banjir, dan pengenangan.

d. Tanah, yaitu tekstur, struktur, keda-

laman tanah yang subur, perakaran,

kapasitas dalam menahan air, drainase,

permeabilitas, kebatuan, kesuburan,

salinitas, erodibilitas, dan kedalaman

lapisan padas.

e. Tata air, yaitu kemampuan dalam

menyerap air dan kedalaman muka air.

Peta

28

2. Kriteria Lahan Pertanian

Setelah

proses I, yaitu data terkumpul dan dibandingkan satu aspek

dengan aspek yang lain,

langkah selanjutnya adalah menentukan kriteria

kelas lahan pertanian.

Berikut ini dijabarkan kelas-kelas lahan bagi

pemanfaatan pertanian berdasarkan tabulasi silang data-data yang terkumpul

pada poin 1 di atas.

a.

Kelas I

Tanah pada lahan ini sesuai untuk segala jenis penggunaan

tanpa

perlu

tindakan pengawetan tanah yang khusus, seperti lereng yang datar, bahaya

erosi yang kecil, solum dalam, drainase baik, mudah diolah, dapat menahan

air dengan baik, responsif terhadap pemupukan, tidak terancam banjir, dan

iklim setempat sesuai untuk pertumbuhan tanaman.

Jenis tanah pada lahan kelas ini tidak mempunyai penghambat ataupun

accaman kerusakan, sehingga dapat digarap untuk tanaman semusim dengan

aman. Tindakan pemupukan dan pemeliharaan struktur tanah diperlukan

agar lahan dapat mempertahankan kesuburan dan produktivitasnya.

b.

Kelas II

Tanah pada lahan ini sesuai untuk segala jenis kegiatan pertanian

dengan sedikit hambatan dan kerusakan. Ciri tanah kelas II ini, yaitu lereng

landai, kepekaan erosi sedang atau telah mengalami erosi, bertekstur halus

hingga agak kasar, solum agak dalam, struktur tanah dan daya olah agak

kurang baik, salinitas ringan-sedang, kadang terlanda banjir, drainase

sedang, dan iklim agak kurang koheren dengan jenis tanaman tertentu.

Jika digarap untuk jenis tanaman semusim sedikit diperlukan

konservasi tanah, seperti pengolahan menurut kontur, pergiliran tanaman

dengan tanaman penutup tanah atau pupuk hijau, guludan, selain tindakan

pemupukan seperti pada tanah lahan kelas I.

c.

Kelas III

Tanah pada lahan jenis ini memerlukan konsentrasi yang lebih dalam

menangani konservasi tanahnya karena mempunyai ancaman kerusakan

yang lebih besar dibanding kelas sebelumnya. Ciri tanah ini, seperti lereng

agak miring dan bergelombang, drainase buruk, solum sedang, permeabilitas

tanah bawah lambat, peka terhadap erosi, kapasitas menahan air rendah,

kesuburan rendah dan tidak mudah diperbaiki, sering kali mengalami banjir,

lapisan padas dangkal, salinitas sedang, dan hambatan

iklim agak besar.

d.

Kelas IV

Tanah pada lahan jenis ini mempunyai penghambat yang lebih besar

dari kelas sebelumnya, yaitu lereng miring (15-30%) dan berbukit, kepekaan

erosi besar, solum dangkal, kapasitas menahan air rendah, sering tergenang,

drainase jelek, salinitas tinggi, dan iklim kurang menguntungkan.

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

29

e.

Kelas V

Tanah pada jenis lahan ini tidak sesuai untuk jenis tanaman semusim

karena lereng datar atau cekung, seringkali terlanda banjir, sering tergenang,

berbatu-batu, pada perakaran sering dijumpai catclay, dan berawa-rawa.

Jenis ini lebih cocok untuk hutan produksi atau hutan lindung, padang

penggembalaan atau suaka alam.

f.

Kelas VII

Jenis tanah pada lahan ini tidak sesuai untuk pertanian, penggunaannya

terbatas untuk padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, dan

cagar alam. Pengelolaan lahan perlu dibuat teras bangku, pengolahan lahan

sesuai kontur, sedangkan penutupan tanah dengan rumput perlu diusahakan.

Ciri jenis ini, yaitu kecuraman lereng 30 sampai 45%, ancaman erosi berat,

jika telah erosi berat ditanggulangi, solum tanah sangat dangkal, berbatu-batu,

dan faktor iklim pun tidak

mendukung.

g.

Kelas VIII

Lahan kelas ini tidak sesuai untuk pertanian dan teknik konservasi lahan

ini dengan cara didiamkan dalam keadaan alami. Ancaman kerusakan pada

jenis lahan ini meliputi kecuraman lereng mencapai 65%, berbatu-batu,

kapasitas menahan air sangat rendah, solum sangat dangkal, sering kali

dijumpai singkapan batuan, dan padang pasir.

Sumber: www.tarakan.go.id

Gambar 1.23

Peta tanah Pulau Tarakan. Peta tanah merupakan salah satu data yang harus dikumpulkan untuk menentukan

kriteria lahan pertanian.

Peta

30

Lakukan pengamatan terhadap lokasi pertanian di wilayahmu. menurutmu temasuk ke

dalam kelas lahan yang mana tanah pertanian di daerahmu!

T

ugas Mandiri

obserbasi

Kilas Geografi

Primitive Subsistence Farming

terdapat di daerah trofis (30° LU-30° LS).

Tiga daerah utama pertanian ini adalah Afrika Tengah yang merupakan

daerah terluas, Amerika Selatan tepatnya di Basin Amazon, dan di daerah

Asia Tenggara terutama di daerah-daerah pedalaman.

Komisi

Land Use

, Unesco memakai istilah

Shifting Cultivation

dan

Land

Rotation

untuk

primitive subsitence farming

.

Shifting Cultivation

digunakan

hanya jika petani dan ladangnya secara terus menerus berpindah-pindah.

Istilah

Land Rotation

digunakan hanya jika ladangnya yang berpindah-pindah

tetapi tempat tinggal peladang tetap.

Ciri-ciri ladang berpindah adalah sebagai berikut.

1. Ketergantungan petani yang tinggi terhadap lahan hutan.

2. Lahan ladang (hutan) dibuka dengan cara dibabat dan dibakar.

3. Peralatan yang digunakan masih sederhana, biasanya parang dan tugal.

4. Tidak ada pemeliharaan terhadap tanaman.

5. Lahan sempit, luasnya rata-rata tidak lebih dari 0,5 hektar.

6. Lahan hanya dipakai untuk waktu yang singkat (2 atau 3 kali tanam)

dan kemudian dibiarkan untuk jangka waktu yang lama.

Sistem pertanian

primitive subsistence farming

hanya terdapat pada

daerah-daerah dengan penduduk yang masih jarang sekali. Oleh karena

mayoritas pembukaan ladang dilakukan dengan cara membakar, selain

menimbulkan kebakaran hutan dan polusi asap, kegiatan ini akan merusak

lapisan humus. Walaupun demikian, keuntungannya adalah terdapat

penambahan unsur potash dalam tanah. Tanah hutan biasanya dibuka tiga

atau dua minggu sebelum musim penghujan.

Primitive Subsistence Farming

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

31

R

angkuman

1. Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi yang digambarkan

pada bidang mendatar dengan menggunakan skala.

2. Peta dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, skalanya, objek yang

dipetakan, dan informasi/isinya,

3. Fungsi peta antara lain untuk menyajikan data tentang potensi suatu daerah,

membantu dalam pembuatan suatu desain misalnya desain jalan, sebagai

penunjuk arah suatu lokasi atau posisi, untuk memperlihatkan ukuran,

karena melalui peta dapat diukur luas daerah dan jarak di permukaan

bumi, untuk memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk

permukaan bumi sehingga dimensinya dapat terlihat dalam peta.

4. Tujuan pembuatan peta antara lain menyimpan

data yang ada

di permukaan

bumi, menganalisis data spasial seperti perhitungan volume, memberikan

informasi dalam perencanaan tata kota dan permukiman, memberikan

informasi tentang ruang yang bersifat alami, baik manusia maupun

budaya

5. Komponen-komponen peta antara lain judul peta, garis astronomis, inset,

garis tepi peta, skala peta, sumber peta, tahun pembuatan, arah mata angin

(orientasi), simbol peta,

warna peta, legenda, lettering, dan proyeksi peta.

6.

Analisis lokasi industri terbagi atas dua yaitu berdasarkan teori susut dan

biaya angkut barang, dan berdasarkan teori Weber.

7.

Berdasarkan teori lokasi industri maka lokasi industri memiliki

kecenderungan untuk didirikan dekat dengan tenaga kerja, sumber tenaga,

bahan mentah, dan pasar.

8. Analisis lokasi pertanian terdiri atas dua tahap. Pertama pengumpulan

data. Ke dua tahap penentuan kelas lahan.

9. Data yang perlu dikumpulkan dalam analisis lokasi pertanian adalah iklim,

topografi, proses geomorfik, tanah, dan tata

air.

10. Kelas lahan pertanian di bagi menjadi 8 kelas lahan pertanian, yaitu kelas

I, kelas II, kelas III, kelas IV, kelas V, kelas VI, kelas

VII, dan kelas VIII.

Peta

32

P

elatihan

Bab1

Kerjakanlah di buku tugasmu!

A . Pilihlah jawaban yang paling tepat!

1. Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi yang diperkecil dengan

sebagai ketampakan jika dilihat dengan ditambah tulisan-tulisan sebagai tanda

pengenal. Definisi dikemukakan oleh ....

a. Aristoteles

b. I Made Sandy

c. ICA

d. Erwin Raisz

e. Merrcator

2. Salah satu ciri peta tematik adalah ....

a. menggambarkan satu jenis kenampakan fisik atau sosial budaya

b. menggambarkan beberapa macam kenampakan

c. berskala kecil

d. berskala besar

e. menggambarkan ciri khas wilayah

3. Ketinggian suatu tempat yang ditunjukkan melalui garis-garis terdapat pada ....

a. peta inset

b. peta kontur

c. peta topografi

d. peta

land use

e. peta

wilayah

4. Di dalam menggambarkan peta tematik wilayah yang digambarkan tidak

selamanya harus luas sekali, tetapi bisa juga menggambarkan wilayah yang

sangat sempit asalkan ....

a. temanya spesifik

b. objeknya fisik

c. temanya general

d. sasarannya jelas

e. masalahnya luas

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

33

5. Contoh penerapan simbol garis pada peta adalah ....

a. jalan raya, kota, dan rel kereta

b. makam, sawah, dan sungai

c. sungai, rel kereta api, dan jalan raya

d. sawah, rel kereta api, dan kota

e. rel kereta api, makam, dan sawah

6. Berikut ini yang tidak diperhitungkan dalam teori susut dan biaya angkutan ....

a. penyusutan bahan mentah

b. biaya angkutan

c. jarak pasar dari tempat produksi

d. sumber daya alam seperti air mudah diperoleh

e. makin besar rasio susut dlam pengolaha, pabrik ditempatkan dekat bahan

mentah

7. Berikut ini kalimat yang tepat untuk mngungkapkan teori susut adalah ....

a. proses pengolahan kelapa

sawit menjadi

minyak murni

b.

proses pengolahan kedelai menjadi tahu

c.

proses pengolahan manisan mangga

d. proses pengolahan daging giling

e. proses pengolahan susu menjadi keju

8. Pilihan lokasi yang tepat apabila biaya pengangkutan bahan mentah dan barang

jadi mahal adalah di ....

a. dekat bahan mentah

b. dekat pasar

c dekat sumber tenaga

d. dekat sumber tenaga kerja

e. semua jawaban salah

9. Berikut ini yang bukan merupakan bagian dari teori Weber adalah ....

a. daerah homogen merukan unit analisis tunggal

b. sumber tenaga dari alam seperti air mudah di dapat

c. ongkos pengangkutan adalah fungsi dari berat dan jarak

d. ongkos pengangkutan berperan terhadap kecenderungan lokasi industri

e. semua jawaban benar

1

0. Lereng yang datar, bahaya erosi yang kecil, solum dalam, drainase baik, mudah

diolah, dapat menahan air dengan baik, responsif terhadap pemupukan, tidak

terancam banjir, dan iklim setempat sesuai untuk pertumbuhan tanaman

merupakan ciri dari lahan pertanian kelas ....

a.

kelas I

b. kelas II

c. kelas III

d. kelas IV

e. kelas

V

Peta

34

Tugas Portofolio

Mata Pelajaran :

Geografi

Kelas

: XII (Dua belas)

Pokok Bahasan :

Analisis Lokasi Industri dan Lokasi Pertanian

Tema

: Analisis Lokasi Industri Lokal Melalui Peta

Kerjakanlah bersama kelompok belajarmu!

Disadari atau tidak biaya pengangkutan akan berdampak terhadap biaya

produksi secara keseluruhan.

Langkah-langkah kerja

1. Buatlah peta mengenai sebaran lokasi

industri

di wilayahmu.

2. Pilih salah satu industri yang akan kamu jadikan sampel.

3. Lakukan wawancara mengenai hal-hal berikut.

a. Asal bahan mentah.

b. Tempat pemasaran.

c. Penyusutan barang, baik itu bahan mentah maupun bahan jadi.

4. Analisis hasil wawancaramu dengan menggunakan teori weber serta teori

susut dan biaya angkutan.

5. Jangan lupa untuk membuat pemetaan asal bahan mentah dan jangkauan

pasar dari industri tersebut.

6. Buatlah laporanmu dalam makalah untuk dipresentasikan di depan kelas

dan berikan hasil penelitianmu pada industri yang bersangkutan.

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!

1. Jelaskan definisi peta!

2. Jelaskan kegunaan peta dalam kehidupan sehari-hari!

3. Uraikan data-data yang diperlukan dalam menganalisis suatu lokasi pertanian!

4. Mengapa

data kemiringan lereng diperlukan dalam analisis lokasi pertanian?

5. Mengapa penyusutan bahan mentah menjadi barang

jadi perlu diperhitungkan?

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

23

Secara umum, teori susut dan biaya pengangkutan mengemukakan

hubungan-hubungan antara faktor susut dan biaya pengangkutan. Teori ini

bermanfaat untuk melihat kecenderungan lokasi industri, artinya dapat

mengkaji kemungkinan-kemungkinan penempatan suatu industri (pabrik) di

tempat yang paling menguntungkan secara ekonomi (Gambar 1.19 dan 1.20).

Pada tabel 1.1 dijabarkan empat kasus suatu pabrik yang mengolah

bahan mentah (M) yang berasal dari satu daerah sumber bahan mentah

(SM), menjadi satu macam barang jadi (B), yang kemudian dijual di suatu

daerah pasar (P). Pada contoh, digunakan dua variabel, yaitu susut dan

biaya pengangkutan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi jalannya industri

dianggap sama dan diabaikan.

Hasil perhitungan biaya pengangkutan seperti pada contoh diatas

menunjukan pada kasus A dan B industri/pabrik cenderung ditempatkan

di daerah sumber bahan mentah. Akan tetapi, pada kasus C dan D

sebaliknya, pabrik cenderung ditempatkan di daerah sumber bahan mentah.

Menurut perhitungan, ternyata jumlah biaya pengangkutan yang harus

dikeluarkan lebih rendah. Pada kasus D besarnya biaya pengangkutan

Tabel 1.1

Perhitungan Teori Susut dan Biaya Pengangkutan

Kasus

A

1000 ton M diolah menjadi

1000 ton B

B

1000 ton M diolah menjadi

600 ton B

C

1000 ton M diolah menjadi

400 ton B

D

1000 ton M diolah menjadi

500 ton B

Rasio

Susut

O%

40%

60%

50%

Jika pabriknya ditempatkan

di daerah sumber bahan

mentah

1000 ton B harus diangkut ke

P dengan biaya Rp. 100/ton.

Jumlah biaya pengangkutan

Rp. 100.000,00

600 ton B harus diangkut ke

P dengan biaya Rp.100/ton.

Jumlah biaya pengangkutan

Rp.60.000,00

400 ton B harus diangkut ke

P dengan biaya Rp. 100/ton.

Jumlah biaya pengangkutan

Rp.40.000,00

500 ton B harus diangkut ke

P dengan biaya Rp.75/ton.

Jum-lah biaya pengangkutan

Rp. 37.000,00

Jika pabriknya ditempatkan

di daerah pasar

1000 ton B harus diangkut

dari M ke P dengan biaya Rp.

50/ton. Jumlah biaya pe-

ngangkutan Rp. 50.000

Biaya pengangkutan = kasus

A yaitu Rp. 50.000,-

Biaya pengangkutan = kasus

A yaitu Rp. 50.000,-

1000 ton M harus diangkut

dari SM ke P Rp. 40/ ton.

Biaya pengangkutan Rp.

40.000

Biaya Pengangkutan

Peta

24

berbeda dengan kasus A, B, dan C. Coba

hitungkan kemungkinannya jika pada kasus D

besarnya biaya pengangkutan disamakan

dengan kasus A, B, dan C.

Terdapat dua kesimpulan dalam pemilihan

lokasi yang baik (dengan catatan faktor-faktor

lainnya sama) menurut teori susut dan biaya

pengangkutan. Pertama, makin besar angka

rasio susut dalam pengolahan, makin kuat

kecenderungan menempatkan pabriknya di

daerah bahan mentah. Kedua, makin besar

perbedaan biaya pengangkutan antar bahan

mentah dan bahan jadi, makin kuat daerah

pasar dijadikan sebagai tempat lokasi industri.

2. Teori Weber

Weber mengemukakan teorinya dalam

bukunya yang terkenal Theory of The Location

of Industries (1909). Teori Weber dimulai

dengan beberapa premis sebagai berikut.

a. Unit analisis tunggal, merupakan daerah

yang terisolasi yang homogen baik

mengenai iklimnya, topografi maupun

penduduknya.

b. Beberapa sumber alam seperti air dan

pasir, mudah diperoleh dimana saja,

sedangkan sumber alam lain hanya

terdapat di daerah-daerah tertentu saja,

misalnya batu bara dan bijih besi.

c. Biaya pengangkutan adalah fungsi dari berat dan jarak, artinya makin

bertambah sesuai dengan berat dan jaraknya. Beberapa contoh kasus

berikut ini menunjukkan peran biaya pengangkutan terhadap

kemungkinan dan kecenderungan lokasi industri.

Kasus A: Satu Pasar dan Satu macam Bahan Mentah

Jika suatu industri hanya mengolah satu macam bahan mentah dan

memasarkannya pada satu daerah pasar maka ada tiga kemungkinan lokasi

industrinya.

1) Jika bahan mentah yang dibutuhkan mudah diperoleh dimana saja

maka pabriknya dapat atau cenderung ditempatkan di daerah pasar.

2) Jika bahan mentah yang diperlukan hanya terdapat di daerah tertentu

saja dan mengalami susut dalam pengolahannya maka pabriknya dapat

ditempatkan baik didaerah pasar maupun daerah bahan mentah.

Sumber: www.itcpr.com

Gambar 1.19

Pengolahan kelapa menjadi kopra di Sulawesi

Tengah. Dalam kasus ini proses pengeringan

kelapa segar dilakukan di perkebunan untuk

menghindari besarnya biaya angkut.

Sumber: www.itcpr.com

Gambar 1.20

Home industry

, pembuatan gitar di Solo, Jawa

Tengah. Industri jenis ini cenderung bisa dilakukan

di mana saja tetapi alangkah baiknya ditempat-

kan dekat dengan pasar agar lebih mudah

menjangkau konsumen.

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

25

3) Jika bahan mentah hanya terdapat di daerah tertentu saja dan

mengalami susut dalam pengolahannya maka industrinya akan

ditempatkan di daerah sumber bahan mentah.

Harus diingat bahwa besarnya biaya pengangkutan berkaitan langsung

dengan berat barang yang diangkut.

Kasus B: Satu Daerah Pasar dan Dua Macam Bahan Mentah

Jika industri mengolah dua macam bahan mentah (M1 dan M2),

hasilnya hanya dipasarkan di suatu tempat tertentu saja maka industri itu

akan ditempatkan di salah satu kemungkinan berikut.

a. Jika M1 dan M2 mudah diperoleh dimana saja maka industri itu akan

ditempatkan di daerah pasar.

b. Jika M1 mudah diperoleh dimana saja sedangkan R2nya hanya

terdapat di suatu daerah tertentu saja duluan daerah pasar dan jika

keduanya tidak mengalami susut dalam pengolahan maka industri

tersebut akan ditempatkan di daerah pasar. Biaya pengangkutan hanya

dikeluarkan untuk R2.

c. Jika kedua bahan mentah (M1 dan M2) hanya terdapat di daerah-

daerah tertentu yang berlainan dan mengalami susut dalam

pengolahannya maka pemecahannya agak sulit. Untuk itu, Weber

memperkenalkan teori yang disebut location triangle (segitiga lokasi)

dengan titik sudutnya adalah daerah pasar (P), dan daerah-daerah

sumber bahan mentah (M1 dan M2). Contohnya, suatu industri

mengolah R1 dan R2. keduanya mengalami susut 50%. Setiap tahunnya

diperlukan masing-masing bahan mentah itu 2.000 ton.

P

XM2

M1

Jarak:

M1 - P = 100km, M 2 - P = 100km, M1 - M2

= 100km, M - X = 87km

Amerika menempati peringkat

satu dalam jajaran ekonomi

dunia. Sektor industri negara ini

menguasai 40% ekonomi dunia.

Eureka

Diskusikan dengan guru ekonomimu,

mengenai pengaruh biaya angkut dan

lokasi terhadap total biaya produksi!

Diskusi Lintas Ilmu

Peta

26

a. Jika industri itu ditempatkan di P maka biaya pengangkutan yang harus

dikeluarkan pertahunnya adalah sebagai berikut.

R1 = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km

R2 = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km

Jumlah =

400.000 ton-km

b. Jika industri itu ditempatkan di M1 maka biaya pengangkutan itu

adalah:

R1 = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km

P = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km

Jumlah =

400.000 ton-km

c. Jika industri itu ditempatkan di titik X maka biaya pengangkutan yang

harus dikeluarkan pertahunnya menjadi:

R1 = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km

R2 = 2.000 ton x 100 km= 200.000 ton-km

P = 2.000 ton x 87 km = 174.000 ton-km

Jumlah =

374.000 ton-km

Biaya pengangkutan pada poin C ternyata lebih rendah dibandingkan

dengan A dan B. Ini berarti bahwa penempatan atau lokasi industri di

X

akan lebih menguntungkan jika industri itu ditempatkan di P, M1, atau M2.

Sumber: www.kiec.com

Gambar 1.21

Peta kawasan industri Krakatau Steel, kawasan industri ini mengambil tempat di tepian pantai. Hal ini dikarenakan

untuk memudahkan biaya pengangkutan via transportasi laut.

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

27

1. Pengumpulan Data

Berikut ini data yang harus dikumpulkan untuk kepentingan analisis

lahan pertanian.

Buatlah analisis perbandingan antara teori lokasi berdasarkan teori susut dan biaya

angkut versus teori Weber.

T

ugas Mandiri

analisis

I. Analisis Lokasi Pertanian

Menganalisis suatu lokasi pertanian (Gambar 1.22) tidak semudah

membalikkan telapak tangan. Tetapi, secara umum analisis lokasi pertanian

dapat disederhanakan ke dalam dua tahapan yaitu proses pengumpulan

data dan penentuan kriteria kelas lahan pertanian itu sendiri.

Berbagai kemungkinan dalam pemilihan lokasi, bisa dikaji berdasarkan

teori Weber termasuk jika kedua bahan mentah itu mempunyai angka resiko

yang tidak sama besarnya. Begitu pula jika terdapat lebih dari dua macam

bahan mentah, atau mempunyai lebih dari satu daerah pasar dan jarak

antara daerah-daerah itu tidak sama.

Gambar 1.22

Pertanian padi di Solo, Jawa Tengah. Agar mendapat-

kan hasil maksimal, pertanian harus mencermati

dukungan faktor-faktor fisik.

Sumber: www.itcpr.com

a. Iklim dan musim, yaitu curah hujan,

suhu udara, angin, dan kelembapan

udara.

b. Topografi, yaitu lereng tunggal (datar,

landai, miring, curam, dan terjal)

dan lereng majemuk (datar, berombak,

bergelombang, berbukit, dan ber-

gunung).

c. Proses geomorfik, yaitu erosi, longsor,

banjir, dan pengenangan.

d. Tanah, yaitu tekstur, struktur, keda-

laman tanah yang subur, perakaran,

kapasitas dalam menahan air, drainase,

permeabilitas, kebatuan, kesuburan,

salinitas, erodibilitas, dan kedalaman

lapisan padas.

e. Tata air, yaitu kemampuan dalam

menyerap air dan kedalaman muka air.

Peta

28

2. Kriteria Lahan Pertanian

Setelah

proses I, yaitu data terkumpul dan dibandingkan satu aspek

dengan aspek yang lain,

langkah selanjutnya adalah menentukan kriteria

kelas lahan pertanian.

Berikut ini dijabarkan kelas-kelas lahan bagi

pemanfaatan pertanian berdasarkan tabulasi silang data-data yang terkumpul

pada poin 1 di atas.

a.

Kelas I

Tanah pada lahan ini sesuai untuk segala jenis penggunaan

tanpa

perlu

tindakan pengawetan tanah yang khusus, seperti lereng yang datar, bahaya

erosi yang kecil, solum dalam, drainase baik, mudah diolah, dapat menahan

air dengan baik, responsif terhadap pemupukan, tidak terancam banjir, dan

iklim setempat sesuai untuk pertumbuhan tanaman.

Jenis tanah pada lahan kelas ini tidak mempunyai penghambat ataupun

accaman kerusakan, sehingga dapat digarap untuk tanaman semusim dengan

aman. Tindakan pemupukan dan pemeliharaan struktur tanah diperlukan

agar lahan dapat mempertahankan kesuburan dan produktivitasnya.

b.

Kelas II

Tanah pada lahan ini sesuai untuk segala jenis kegiatan pertanian

dengan sedikit hambatan dan kerusakan. Ciri tanah kelas II ini, yaitu lereng

landai, kepekaan erosi sedang atau telah mengalami erosi, bertekstur halus

hingga agak kasar, solum agak dalam, struktur tanah dan daya olah agak

kurang baik, salinitas ringan-sedang, kadang terlanda banjir, drainase

sedang, dan iklim agak kurang koheren dengan jenis tanaman tertentu.

Jika digarap untuk jenis tanaman semusim sedikit diperlukan

konservasi tanah, seperti pengolahan menurut kontur, pergiliran tanaman

dengan tanaman penutup tanah atau pupuk hijau, guludan, selain tindakan

pemupukan seperti pada tanah lahan kelas I.

c.

Kelas III

Tanah pada lahan jenis ini memerlukan konsentrasi yang lebih dalam

menangani konservasi tanahnya karena mempunyai ancaman kerusakan

yang lebih besar dibanding kelas sebelumnya. Ciri tanah ini, seperti lereng

agak miring dan bergelombang, drainase buruk, solum sedang, permeabilitas

tanah bawah lambat, peka terhadap erosi, kapasitas menahan air rendah,

kesuburan rendah dan tidak mudah diperbaiki, sering kali mengalami banjir,

lapisan padas dangkal, salinitas sedang, dan hambatan

iklim agak besar.

d.

Kelas IV

Tanah pada lahan jenis ini mempunyai penghambat yang lebih besar

dari kelas sebelumnya, yaitu lereng miring (15-30%) dan berbukit, kepekaan

erosi besar, solum dangkal, kapasitas menahan air rendah, sering tergenang,

drainase jelek, salinitas tinggi, dan iklim kurang menguntungkan.

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

29

e.

Kelas V

Tanah pada jenis lahan ini tidak sesuai untuk jenis tanaman semusim

karena lereng datar atau cekung, seringkali terlanda banjir, sering tergenang,

berbatu-batu, pada perakaran sering dijumpai catclay, dan berawa-rawa.

Jenis ini lebih cocok untuk hutan produksi atau hutan lindung, padang

penggembalaan atau suaka alam.

f.

Kelas VII

Jenis tanah pada lahan ini tidak sesuai untuk pertanian, penggunaannya

terbatas untuk padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, dan

cagar alam. Pengelolaan lahan perlu dibuat teras bangku, pengolahan lahan

sesuai kontur, sedangkan penutupan tanah dengan rumput perlu diusahakan.

Ciri jenis ini, yaitu kecuraman lereng 30 sampai 45%, ancaman erosi berat,

jika telah erosi berat ditanggulangi, solum tanah sangat dangkal, berbatu-batu,

dan faktor iklim pun tidak

mendukung.

g.

Kelas VIII

Lahan kelas ini tidak sesuai untuk pertanian dan teknik konservasi lahan

ini dengan cara didiamkan dalam keadaan alami. Ancaman kerusakan pada

jenis lahan ini meliputi kecuraman lereng mencapai 65%, berbatu-batu,

kapasitas menahan air sangat rendah, solum sangat dangkal, sering kali

dijumpai singkapan batuan, dan padang pasir.

Sumber: www.tarakan.go.id

Gambar 1.23

Peta tanah Pulau Tarakan. Peta tanah merupakan salah satu data yang harus dikumpulkan untuk menentukan

kriteria lahan pertanian.

Peta

30

Lakukan pengamatan terhadap lokasi pertanian di wilayahmu. menurutmu temasuk ke

dalam kelas lahan yang mana tanah pertanian di daerahmu!

T

ugas Mandiri

obserbasi

Kilas Geografi

Primitive Subsistence Farming

terdapat di daerah trofis (30° LU-30° LS).

Tiga daerah utama pertanian ini adalah Afrika Tengah yang merupakan

daerah terluas, Amerika Selatan tepatnya di Basin Amazon, dan di daerah

Asia Tenggara terutama di daerah-daerah pedalaman.

Komisi

Land Use

, Unesco memakai istilah

Shifting Cultivation

dan

Land

Rotation

untuk

primitive subsitence farming

.

Shifting Cultivation

digunakan

hanya jika petani dan ladangnya secara terus menerus berpindah-pindah.

Istilah

Land Rotation

digunakan hanya jika ladangnya yang berpindah-pindah

tetapi tempat tinggal peladang tetap.

Ciri-ciri ladang berpindah adalah sebagai berikut.

1. Ketergantungan petani yang tinggi terhadap lahan hutan.

2. Lahan ladang (hutan) dibuka dengan cara dibabat dan dibakar.

3. Peralatan yang digunakan masih sederhana, biasanya parang dan tugal.

4. Tidak ada pemeliharaan terhadap tanaman.

5. Lahan sempit, luasnya rata-rata tidak lebih dari 0,5 hektar.

6. Lahan hanya dipakai untuk waktu yang singkat (2 atau 3 kali tanam)

dan kemudian dibiarkan untuk jangka waktu yang lama.

Sistem pertanian

primitive subsistence farming

hanya terdapat pada

daerah-daerah dengan penduduk yang masih jarang sekali. Oleh karena

mayoritas pembukaan ladang dilakukan dengan cara membakar, selain

menimbulkan kebakaran hutan dan polusi asap, kegiatan ini akan merusak

lapisan humus. Walaupun demikian, keuntungannya adalah terdapat

penambahan unsur potash dalam tanah. Tanah hutan biasanya dibuka tiga

atau dua minggu sebelum musim penghujan.

Primitive Subsistence Farming

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

31

R

angkuman

1. Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi yang digambarkan

pada bidang mendatar dengan menggunakan skala.

2. Peta dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, skalanya, objek yang

dipetakan, dan informasi/isinya,

3. Fungsi peta antara lain untuk menyajikan data tentang potensi suatu daerah,

membantu dalam pembuatan suatu desain misalnya desain jalan, sebagai

penunjuk arah suatu lokasi atau posisi, untuk memperlihatkan ukuran,

karena melalui peta dapat diukur luas daerah dan jarak di permukaan

bumi, untuk memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk

permukaan bumi sehingga dimensinya dapat terlihat dalam peta.

4. Tujuan pembuatan peta antara lain menyimpan

data yang ada

di permukaan

bumi, menganalisis data spasial seperti perhitungan volume, memberikan

informasi dalam perencanaan tata kota dan permukiman, memberikan

informasi tentang ruang yang bersifat alami, baik manusia maupun

budaya

5. Komponen-komponen peta antara lain judul peta, garis astronomis, inset,

garis tepi peta, skala peta, sumber peta, tahun pembuatan, arah mata angin

(orientasi), simbol peta,

warna peta, legenda, lettering, dan proyeksi peta.

6.

Analisis lokasi industri terbagi atas dua yaitu berdasarkan teori susut dan

biaya angkut barang, dan berdasarkan teori Weber.

7.

Berdasarkan teori lokasi industri maka lokasi industri memiliki

kecenderungan untuk didirikan dekat dengan tenaga kerja, sumber tenaga,

bahan mentah, dan pasar.

8. Analisis lokasi pertanian terdiri atas dua tahap. Pertama pengumpulan

data. Ke dua tahap penentuan kelas lahan.

9. Data yang perlu dikumpulkan dalam analisis lokasi pertanian adalah iklim,

topografi, proses geomorfik, tanah, dan tata

air.

10. Kelas lahan pertanian di bagi menjadi 8 kelas lahan pertanian, yaitu kelas

I, kelas II, kelas III, kelas IV, kelas V, kelas VI, kelas

VII, dan kelas VIII.

Peta

32

P

elatihan

Bab1

Kerjakanlah di buku tugasmu!

A . Pilihlah jawaban yang paling tepat!

1. Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi yang diperkecil dengan

sebagai ketampakan jika dilihat dengan ditambah tulisan-tulisan sebagai tanda

pengenal. Definisi dikemukakan oleh ....

a. Aristoteles

b. I Made Sandy

c. ICA

d. Erwin Raisz

e. Merrcator

2. Salah satu ciri peta tematik adalah ....

a. menggambarkan satu jenis kenampakan fisik atau sosial budaya

b. menggambarkan beberapa macam kenampakan

c. berskala kecil

d. berskala besar

e. menggambarkan ciri khas wilayah

3. Ketinggian suatu tempat yang ditunjukkan melalui garis-garis terdapat pada ....

a. peta inset

b. peta kontur

c. peta topografi

d. peta

land use

e. peta

wilayah

4. Di dalam menggambarkan peta tematik wilayah yang digambarkan tidak

selamanya harus luas sekali, tetapi bisa juga menggambarkan wilayah yang

sangat sempit asalkan ....

a. temanya spesifik

b. objeknya fisik

c. temanya general

d. sasarannya jelas

e. masalahnya luas

Geografi untuk SMA-MA Kelas XII

33

5. Contoh penerapan simbol garis pada peta adalah ....

a. jalan raya, kota, dan rel kereta

b. makam, sawah, dan sungai

c. sungai, rel kereta api, dan jalan raya

d. sawah, rel kereta api, dan kota

e. rel kereta api, makam, dan sawah

6. Berikut ini yang tidak diperhitungkan dalam teori susut dan biaya angkutan ....

a. penyusutan bahan mentah

b. biaya angkutan

c. jarak pasar dari tempat produksi

d. sumber daya alam seperti air mudah diperoleh

e. makin besar rasio susut dlam pengolaha, pabrik ditempatkan dekat bahan

mentah

7. Berikut ini kalimat yang tepat untuk mngungkapkan teori susut adalah ....

a. proses pengolahan kelapa

sawit menjadi

minyak murni

b.

proses pengolahan kedelai menjadi tahu

c.

proses pengolahan manisan mangga

d. proses pengolahan daging giling

e. proses pengolahan susu menjadi keju

8. Pilihan lokasi yang tepat apabila biaya pengangkutan bahan mentah dan barang

jadi mahal adalah di ....

a. dekat bahan mentah

b. dekat pasar

c dekat sumber tenaga

d. dekat sumber tenaga kerja

e. semua jawaban salah

9. Berikut ini yang bukan merupakan bagian dari teori Weber adalah ....

a. daerah homogen merukan unit analisis tunggal

b. sumber tenaga dari alam seperti air mudah di dapat

c. ongkos pengangkutan adalah fungsi dari berat dan jarak

d. ongkos pengangkutan berperan terhadap kecenderungan lokasi industri

e. semua jawaban benar

1

0. Lereng yang datar, bahaya erosi yang kecil, solum dalam, drainase baik, mudah

diolah, dapat menahan air dengan baik, responsif terhadap pemupukan, tidak

terancam banjir, dan iklim setempat sesuai untuk pertumbuhan tanaman

merupakan ciri dari lahan pertanian kelas ....

a.

kelas I

b. kelas II

c. kelas III

d. kelas IV

e. kelas

V

Peta

34

Tugas Portofolio

Mata Pelajaran :

Geografi

Kelas

: XII (Dua belas)

Pokok Bahasan :

Analisis Lokasi Industri dan Lokasi Pertanian

Tema

: Analisis Lokasi Industri Lokal Melalui Peta

Kerjakanlah bersama kelompok belajarmu!

Disadari atau tidak biaya pengangkutan akan berdampak terhadap biaya

produksi secara keseluruhan.

Langkah-langkah kerja

1. Buatlah peta mengenai sebaran lokasi

industri

di wilayahmu.

2. Pilih salah satu industri yang akan kamu jadikan sampel.

3. Lakukan wawancara mengenai hal-hal berikut.

a. Asal bahan mentah.

b. Tempat pemasaran.

c. Penyusutan barang, baik itu bahan mentah maupun bahan jadi.

4. Analisis hasil wawancaramu dengan menggunakan teori weber serta teori

susut dan biaya angkutan.

5. Jangan lupa untuk membuat pemetaan asal bahan mentah dan jangkauan

pasar dari industri tersebut.

6. Buatlah laporanmu dalam makalah untuk dipresentasikan di depan kelas

dan berikan hasil penelitianmu pada industri yang bersangkutan.

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!

1. Jelaskan definisi peta!

2. Jelaskan kegunaan peta dalam kehidupan sehari-hari!

3. Uraikan data-data yang diperlukan dalam menganalisis suatu lokasi pertanian!

4. Mengapa

data kemiringan lereng diperlukan dalam analisis lokasi pertanian?

5. Mengapa penyusutan bahan mentah menjadi barang

jadi perlu diperhitungkan?