Gambar Sampul Sosiologi · Bab 5 Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural
Sosiologi · Bab 5 Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural
VinaDwiLaning

24/08/2021 10:47:58

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

95

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

Keberadaan Indonesia sebagai ma-

syarakat multikultural menyimpan

banyak kemajemukan dan keragaman

etnik, suku, agama, tradisi, dan adat

istiadat. Karenanya, saya ingin mem-

pelajari keragaman kelompok-kelom-

pok sosial dalam masyarakat multikul-

tural Indonesia.

Saya akan menggali informasi tentang

keragaman suku bangsa Indonesia.

Saya akan menganalisis perubahan

akibat globalisasi terhadap pertum-

buhan kelompok sosial (suku, adat,

etnis, dan agama).

Saya juga akan mengamati konflik

yang terjadi akibat keanekaragaman.

Selanjutnya, saya akan berusaha

menemukan solusi tepat dalam pe-

mecahannya.

Akhirnya, saya mampu bersikap

bijaksana dalam menyikapi segala

perbedaan, karena pada dasarnya

kita tinggal di negara yang penuh

dengan keanekaragaman.

SOSIOLOGI Kelas XI

96

Inilah Indonesia. Sebagai bangsa, Indonesia memiliki banyak

keunikan. Letak geografisnya, menjadikan Indonesia terdiri atas 13.000

gugusan pulau. Setiap pulau memiliki adat, budaya, bahasa, dan

kebiasaan yang berbeda-beda. Karenanya, Indonesia dikatakan sebagai

masyarakat multikultural. Melihat kondisi tersebut, Indonesia

memiliki bermacam-macam kelompok sosial yang diwujudkan dalam

keanekaragaman suku bangsa. Lantas, bagaimanakah kelompok sosial

atau keragaman suku bangsa dalam masyarakat multikultural

Indonesia?

Sumber:

www.bali-paradise.com

Sumber:

cyberbali.com

Keragaman kelompok sosial masyarakat multikultural Indonesia.

Sumber:

www.muspe.unibo.it

Sumber:

www.astra-honda.com

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

97

A.

Faktor Penyebab Multikultural di

Indonesia

Merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa ditolak bahwa negara

Indonesia terdiri atas berbagai kelompok etnis, budaya, agama, dan

lain-lain. Oleh karena itu, bangsa Indonesia disebut sebagai

masyarakat multikultural yang unik dan rumit. Tahukah kamu apa

yang menyebabkannya?

Pada dasarnya terdapat banyak faktor yang menyebabkan

masyarakat Indonesia menjadi masyarakat multikultural dan multiras.

Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Faktor Sejarah Indonesia

Di mata dunia, Indonesia adalah negeri yang kaya dan

subur. Segala sesuatu yang diperlukan semua bangsa

tumbuh di Indonesia. Misalnya, palawija dan rempah-

rempah. Oleh karena itu, Indonesia menjadi negeri

incaran bagi bangsa lain. Sejak tahun 1605 bangsa

Indonesia telah dikunjungi oleh bangsa-bangsa lain

yaitu Portugis, Belanda, Inggris, Cina, India, dan Arab.

Kesemua bangsa tersebut datang dengan maksud dan

tujuan masing-masing. Oleh karena itu, mereka tinggal

dan menetap dalam jangka waktu yang lama. Kondisi

ini menjadikan Indonesia memiliki struktur ras dan

budaya yang makin beragam.

2. Faktor Geografis

Apabila dilihat secara geografisnya Indonesia berada di jalur

persilangan transportasi laut yang ramai dan strategis. Karenanya

banyak bangsa-bangsa pedagang singgah ke Indonesia sekadar

untuk berdagang. Bangsa-bangsa tersebut seperti Arab, India,

Portugis, Spanyol, Inggris, Jepang, Korea, Cina, Belanda, Jerman,

dan lain-lain. Kesemua bangsa tersebut mempunyai struktur

budaya yang berbeda-beda. Persinggahan ini mengakibatkan

masuknya unsur budaya tertentu ke negara Indonesia. Hal ini

dapat dilihat dari masuknya bahasa Inggris, bahasa Belanda, agama

Islam, Nasrani, Hindu, dan Buddha.

Penyebab multi-

kultural Indonesia:

• Faktor sejarah

• Letak geografis

• Bentuk fisik

• Struktur geologi

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

Keragaman suku

bangsa dan budaya

Indonesia

Dampak:

• Konflik vertikal

• Konflik horizon-

tal

• Terkendalanya

pencapaian in-

tegrasi

multikultural, konflik vertikal,

konflik horizontal, keaneka-

ragaman suku bangsa

Sumber:

www.govisland.com

Gambar 5.1

Masuknya pedagang luar menyebabkan

keanekaragaman budaya di Indonesia.

SOSIOLOGI Kelas XI

98

3. Faktor Bentuk Fisik Indonesia

Apabila dilihat dari struktur geologinya, bangsa Indonesia terletak

di pertemuan tiga lempeng benua besar. Hal ini menjadikan

Indonesia berbentuk negara kepulauan yang terdiri atas ribuan

pulau. Masing-masing pulau mempunyai karakteristik fisik

sendiri-sendiri. Untuk mempertahankan hidup, masyarakat di

masing-masing pulau mempunyai cara yang berbeda-beda, sesuai

dengan kondisi fisik daerahnya. Oleh karena itu, masing-masing

pulau juga mempunyai perkembangan yang berbeda-beda pula.

Teknologi, budaya, seni, bahasa mereka pun berbeda-beda yang

akhirnya membentuk masyarakat multikultural.

4. Faktor Perbedaan Struktur Geologi

Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa pada dasarya

Indonsia terletak di antara tiga pertemuan lempeng, yaitu lempeng

Asia, Australia, dan Pasifik. Kondisi ini menjadikan Indonesia

mempunyai tiga tipe struktur geologi yaitu tipe Asia dengan

struktur geologi Indonesia Barat, tipe peralihan dengan zona

geologi dengan struktur geologi Indonesia Tengah, dan tipe

Australia dengan struktur geologi Indonesia Timur. Perbedaan

inilah yang mengakibatkan adanya perbedaan ras, suku, jenis flora

dan faunanya.

Berdasar data Lemhanas,

Indonesia terdiri atas sekurang-

kurangnya 17.677 buah baik

pulau besar maupun pulau

kecil. Pulau-pulau tersebut di

antaranya Sumatra, Kali-

mantan, Papua, Sulawesi,

Jawa, Sabang, Natuna, Nias,

Simeulue, Bangka, Tanimbar,

Key, Halmahera, Balitung, B

ali,

Lombok, Sumba, Sumbawa,

Solor, Alor, Barbar, Ambon,

Buru hingga Kepulauan Aru,

dan Kepulauan Biak di ujung

Indonesia Timur.

Pada pembahasan di depan telah diungkapkan secara jelas tentang

masyarakat multikultural. Pada dasarnya pendidikan multikultural memang

sangat diperlukan untuk memberikan landasan multikulturalisme. Pendidikan

multikultural diyakini sebagai langkah awal untuk mencegah semakin

banyaknya konflik etnis yang terjadi. Oleh karena itu, tidak ada salahnya

apabila kita memperdalam wawasan dan pengetahuan kita tentang

masyarakat multikultural. Bersama kelompokmu cobalah menggali informasi

sebanyak-banyaknya tentang masyarakat multikultural. Manfaatkan artikel-

artikel di media massa atau situs-situs internet untuk mengerjakan aktivitas

ini. Berdasarkan data-data dan fakta-fakta yang ada rumuskan pengertian

masyarakat multikultural dan tentukan pula ciri-ciri masyarakat multikultural.

Tulislah hasilnya dalam bentuk laporan dan bacakan di depan kelas.

B.

Proses Terjadinya Keragaman Suku

Bangsa Indonesia

Jika dilihat berdasarkan letak geografisnya, Indonesia adalah

negara kepulauan yang terpisahkan oleh lautan luas. Kondisi ini

menjadikan setiap pulau mengembangkan budayanya sendiri-sendiri.

Akibatnya, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang

majemuk, dihuni oleh ratusan kelompok suku serta kaya akan bahasa

dan kebudayaan daerah. Secara umum, keragaman Indonesia ditandai

oleh kemajemukan suku bangsa dan bahasa (sekitar 250 dialek), agama

(Buddha, Hindu, Islam, Katolik, Konghucu, Protestan, dan lain-lain),

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

99

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (sekitar 400 aliran), sistem

hukum (nasional, agama, adat, sistem kekerabatan), serta sistem

perkawinan (monogami dan poligami). Kesemua ini melukiskan

kekayaan Indonesia yang tidak ternilai harganya.

Keanekaragaman dan kemajemukan ini tidak lepas dari

perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Lantas, bagaimanakah

keragaman suku bangsa Indonesia terbentuk? Tentunya

proses ini tidak berjalan secara sederhana, namun melalui

proses yang panjang.

Mulanya penghuni pertama Indonesia sekitar 500.000

tahun yang lalu bernama

Pithecanthropus erectus

ditemukan di Pulau Jawa dekat Sungai Bengawan Solo.

Selanjutnya, tahun 1891 dan 1892 di Desa Trinil ditemu-

kan

Homo soloensis

. Homo soloensis dengan karakteristik

yang mirip dengan masyarakat Austromelanosoid telah

menjelajah ke barat (Sumatra) dan timur (Papua). Selama

penjelajahan tentunya mereka memengaruhinya dan

terpengaruhi oleh daerah sekitarnya.

Pada masa 3000–500 Sebelum Masehi, Indonesia telah dihuni oleh

penduduk migran submongoloid dari Asia yang di kemudian hari

menikah dengan penduduk Indigenous. Pada 1000 Sebelum Masehi

pernikahan silang masih terjadi dengan penduduk migran

Indo-Arian dari Asia Selatan, subsuku ini dari India. Alhasil,

masuknya para pendatang dari India dan menyebarkan

agama Hindu ke seluruh kepulauan.

Pada abad XIII, pedagang muslim dari Gujarat dan

Persia mulai mengunjungi Indonesia melakukan per-

dagangan. Bersamaan dengan berdagang, penduduk Gujarat

dan Arab melakukan penyebaran agama Islam ke wilayah

sekitar. Selanjutnya di tahun 1511, Portugis tiba di

Indonesia. Awalnya kedatangan Portugis bertujuan untuk

mencari rempah, namun lambat laun mereka juga me-

nyebarkan agama Kristen. Serentetan perjalanan sejarah ini

menghasilkan lebih dari lima puluh kelompok suku bangsa

di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke yang

terdiri atas suku Jawa, Sunda, Minangkabau, Bugis, Batak,

Bali, Ambon, Dayak, Sasak, Aceh, dan lain-lain.

C.

Keragaman Suku Bangsa Indonesia di

Bagian Barat, Tengah, dan Timur

Sebagai bangsa yang majemuk, bangsa Indonesia memiliki

puluhan, bahkan ratusan suku bangsa. Suku-suku bangsa tersebut

tersebar di seluruh Indonesia. Keberagaman suku bangsa menjadi

karakteristik tersendiri bagi Indonesia. Misalnya, di Kepulauan

Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, Bali, dan Jawa berbagai macam

aneka tradisi dan karya budaya tumbuh dan berkembang seperti aneka

tarian, arsitektur, rumah adat, candi, kerajinan tangan, dan jenis

makanan. Kesemua itu menjadi berbeda di setiap suku bangsanya.

Melihat realitas ini dapat dibayangkan betapa kaya dan indahnya

kebudayaan Indonesia. Nah, kali ini kita akan mengkaji lebih dalam

tentang kekayaan kultur Indonesia dari barat sampai ke timur.

Sumber:

umich.edu

Gambar 5.3

Bangsa pendatang dalam perdagangan

nasional membawa pengaruh terhadap

keanekaragaman.

Sumber:

cas.bellarmine.edu

Gambar 5.2

Ilustrasi kehidupan manusia pertama di

Indonesia.

SOSIOLOGI Kelas XI

100

Sumber:

www.liputan6.com

Gambar 5.4

Suku bangsa Mentawai.

1. Suku Bangsa Mentawai

Orang Mentawai bertempat tinggal di Kepulauan Mentawai,

yaitu di pulau-pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai

Selatan. Umumnya, mereka masih tinggal di daerah-daerah

hutan tropik. Desa-desa yang ada biasanya terletak di muara

sungai, jaraknya lima kilometer dari pantai. Mata pen-

caharian suku Mentawai adalah berkebun dengan cara

membuka sebidang tanah di hutan dengan cara memotong

belukar dan menebang pohon-pohon yang kecil. Selain

berkebun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, orang

Mentawai juga menangkap ikan dan berburu di hutan.

Umumnya orang Mentawai telah menganut agama. Agama

yang ada adalah Kristen, Katolik, dan Islam, walaupun nilai-

nilai tradisi masih melekat dengan kuat.

2. Suku Bangsa Nias

Pulau Nias merupakan pulau terbesar di sebelah barat Sumatra. Orang

Nias mendiami Kabupaten Nias yang terdiri atas satu pulau besar

utama dan beberapa pulau kecil, seperti Pulau Hikano di Karat, Senau

dan Lafau di utara dan Pulau Batu di selatan. Bahasa yang

berkembang pada suku Nias mempunyai dua logat, yaitu

logat di Nias Utara dan Nias Selatan atau Tello. Logat yang

pertama digunakan di Nias bagian utara, timur, dan barat.

Sedangkan yang kedua digunakan di Nias bagian tengah,

selatan, dan Kepulauan Batu. Umumnya mata pencaharian

orang Nias adalah bercocok tanam dan berladang.

Sedangkan mata pencaharian tambahan adalah berburu,

menangkap ikan, beternak, dan pertukangan. Sistem religi

yang berkembang pada orang Nias sudah sangat beragam.

Menurut catatan tahun 1967, jumlah pemeluk agama di

Nias yaitu Kristen Protestan 295.244 jiwa, Islam 30.163

jiwa, Katolik 24.485 jiwa, Pelega 2.658 jiwa, dan Buddha

288 jiwa.

Sumber:

www.indonesiamedia.com

Gambar 5.5

Suku bangsa Nias.

Lompat Batu di Nias

Di Nias Selatan, para pemuda dilatih melompati dinding batu kiri dan kanan,

latihan untuk menyiapkan mereka menghadapi perang. Kini, melompati batu

digelar untuk hiburan wisatawan. Tiang batu, yang disebut hambo batu,

tempat para pemuda latihan melompat masih dapat dijumpai di banyak

desa di Nias. Apabila loncatan berhasil, satu kepala harus dikuburkan di

dalamnya. Tetapi apabila seseorang gagal dalam loncatan, salah satu

anggota dewan tua-tua, warga desa, rakyat biasa menjejakkan kakinya

pada batu tersebut (bawah kanan), untuk memohon kepada roh dari kepala

yang dikubur agar pelompat muda itu diizinkan menyelesaikan tugasnya

pada usahanya yang kedua.

Sumber:

Indonesian Heritage, halaman 17

Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

101

3. Suku Bangsa Minangkabau

Mayoritas suku Minang bertempat tinggal di Sumatra Barat. Suku

Minang hidup dengan budaya matriarkal. Budaya matriarkal

menyentuh sendi kehidupan suku Minang, di mana garis keturunan

mereka ditentukan oleh garis keturunan ibu, yang dikenal dengan

budaya Bundo Kanduang. Namun demikian, budaya matriarkal tidak

menyentuh pada lembaga pemerintahan, karena di dalam memerintah

laki-laki masih mendominasi kekuasaan dibandingkan

kaum perempuan. Hal ini dikarenakan pengaruh agama

Islam yang kuat di kalangan suku Minang. Umumnya orang

Minang menggunakan bahasa mereka sendiri, yaitu bahasa

Minangkabau. Bahasa ini erat kaitannya dengan bahasa

Melayu. Pada dasarnya antara bahasa Melayu dengan

Minangkabau memiliki banyak kesamaan. Berbicara ten-

tang mata pencaharian hidup, sebagian besar suku Minang

hidup dengan bercocok tanam. Mereka mengusahakan

sawah di daerah yang tinggi untuk menanam sayur-

sayuran. Di daerah kurang subur, mereka menanam pisang,

ubi jalar, dan sebagainya. Sementara di daerah pesisir,

mereka hidup dari hasil kelapa dan menangkap ikan.

4. Suku Bangsa Batak

Sebagian besar suku bangsa Batak mendiami daerah pegunungan

Sumatra Utara, mulai dari perbatasan Daerah Istimewa Aceh di utara

sampai ke perbatasan Riau dan Sumatra Barat sebelah selatan. Selain

itu, orang Batak juga mendiami tanah datar yang berada di antara

daerah pegunungan pantai timur Sumatra Utara dan pantai barat

Sumatra Utara. Dengan demikian, suku Batak mendiami Dataran

Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun,

Dairi, Toba, Humbang, Silindung, Angkola, Mandailing, dan Kabupaten

Tapanuli Tengah.

Suku bangsa Batak terdiri atas beberapa subsuku antara lain suku

Karo (mendiami di Dataran Tinggi Karo, Langkat, Hulu, Serdang Hulu,

dan Deli Hulu), suku Simalungun (mendiami di daerah Simalungun),

suku Pakpak (mendiami daerah Dairi), suku Toba (mendiami suatu

daerah induk yang meliputi daerah tepi Danau Toba, Pulau Samosir,

Dataran Tinggi Toba, daerah Asahan, Silindung, daerah

antara Barus dan Sibolga), suku Angkola (mendiami daerah

induk Angkola dan Sipirok, sebagian dari Sibolga dan

Batang Toru dan sebagian utara dari Padang Lawas),

serta

suku Mandailing (mendiami daerah induk Mandailing, Ulu,

Pakatan, dan bagian selatan dari Padang Lawas).

Dikenal beberapa logat bahasa yang berkembang di

suku Batak. Logat-logat tersebut antara lain, logat Karo yang

dipakai oleh orang Karo, logat Pakpak dipakai oleh orang

Pakpak, logat Simalungun dipakai oleh orang Simalungun,

dan logat Toba dipakai oleh orang Toba, Angkola, serta

Mandailing.

Sumber:

pascal-blonde.info

Gambar 5.6

Suku bangsa Minangkabau.

Sumber:

members.ispswest.com

Gambar 5.7

Suku bangsa Batak.