Halaman
177
Sejarah Indonesia
BAB 4
Sumpah Pemuda dan Jati Diri
Keindonesiaan
“Hasrat untuk meraih kemajuan bangsa Indonesia muncul ketika banyak pemuda
telah mengecap bangku sekolah, baik dalam maupun luar negeri. Selain itu,
munculnya surat kabar telah memupuk kesadaran berbangsa dari seluruh lapisan
masyarakat bumiputra. Kesadaran ini makin tampak dengan banyaknya organisasi
kaum muda, yang mengarahkan tujuannya untuk membentuk suatu bangsa dan
negara yang merdeka”
Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (ed), Indonesia Dalam Arus Sejarah VI (2012)
K
utipan di atas menunjukkan bahwa kaum muda terpelajar mempunyai
peranan yang cukup penting bagi kesadaran untuk mencapai kemajuan
dalam kehidupan berbangsa. Dalam catatan sejarah dapat diingat bagaimana
peran para pemuda dan kaum terpelajar. Hal ini tampak jelas terutama setelah
dilaksanakan Politik Etis di Indonesia. Dibukanya program edukasi telah
membuka jalan lahirnya kaum muda terpelajar yang kemudian menggerakkan
kesadaran kebangsaan sehingga melahirkan gerakan kebangkitan nasional
di Indonesia. Puncaknya adalah terjadinya peristiwa Sumpah Pemuda yang
telah meneguhkan tiga pilar jati diri keindonesiaan: tanah air, bangsa, dan
bahasa Indonesia.
Setelah berhasil menggelorakan Sumpah Pemuda, hampir setiap momen
perubahan dan pembaharuan di Indonesia tidak pernah lepas dari peran
pemuda. Sebut saja peristiwa Proklamasi Indonesia, penumpasan G30S/PKI
dan lahirnya Orde Baru serta gerakan reformasi tahun 1998, kaum muda
tampil sebagai penggerak dan pelopor. Peranan mereka dapat menentukan
kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
178
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Tetapi sayang dalam kehidupan dewasa ini nilai-nilai kepeloporan kaum
muda terpelajar itu tidak sepenuhnya dapat dipahami dan diteladani oleh
para remaja, pemuda dan juga kaum terpelajar, kecuali sebagian kecil.
Marilah kita perhatikan gejala dan kehidupan yang nampak pada remaja dan
masyarakat kita di berbagai daerah dewasa ini. Munculnya perilaku anarkis
di kalangan remaja, perkelahian antarpelajar, penyalahgunaan narkoba dan
rapuhnya rasa nasionalisme. Tidak sedikit di antara remaja kita yang lebih
gandrung dengan budaya dan produk luar negeri ketimbang mencintai
budaya dan produk negeri sendiri, juga munculnya rasa etnosentrisme
hampir dapat kita jumpai di berbagai daerah. Penggunaan Bahasa Indonesia
yang mulai rusak-rusakan. Penolakan terhadap seorang pemimpin karena
tidak berasal dari suku bangsa yang sama, atau karena perbedaan keyakinan,
masih merupakan hal yang sering kali dapat kita lihat dari berbagai media,
baik cetak maupun elektronik. Hal ini sebagai indikator rendahnya semangat
nasionalisme dan jati diri keindonesiaan di lingkungan masyarakat kita.
Tetapi di tengah-tengah merosotnya rasa nasionalisme dan jati diri bangsa
ini ada seorang bocah berumur 8 tahun yang sudah mahir bermain sepak
bola yang bernama Tristan Alif Naufal. Kini ia tengah mendapat undangan
untuk berlatih sepak bola di klub Ajax Amsterdam, Belanda. Ia bersama
kedua orang tuanya mendapat kesempatan menjadi warga negara Belanda
dan mendapat kesempatan menjadi pemain sepak bola di Tim Oranye yang
memang sangat menjanjikan. “Aku mau bela Tim Nasional Indonesia. Aku
tidak mau jadi warga negara Belanda, “aku mau tetap jadi orang Indonesia”,
ujar Alif”. (Tribun Kaltim, 3 November 2013). Sungguh luar biasa pendirian
anak berusia 8 tahun itu. Sudah barang tentu ilustrasi itu menginspirasi
dan menggerakkan hati serta kesadaran kita untuk meneguhkan kembali
semangat nasionalisme kita.
Sehubungan dengan problem kehidupan remaja dan masyarakat yang mulai
melemah semangat keindonesiaannya dan inspirasi dari anak berusia 8 tahun
itu, penting untuk merevitalisasi nilai-nilai kepeloporan para pemuda yang
telah menggelorakan nasionalisme serta prinsip persatuan dan kesatuan
bangsa. Melalui kegiatan belajar kemudian memahami dan menghayati materi
bab tentang Sumpah Pemuda dan Jati diri Keindonesiaan ini diharapkan dan
dapat menumbuhkan semangat nasionalisme dan mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
»
Bagaimanakah penilaian dan perasaan kamu dengan pendirian
Tristan Alif Naufal yang masih berusia 8 tahun tersebut.
179
Sejarah Indonesia
PETA KONSEP
Membangun Jati Diri Keindonesiaan
Latar Belakang Munculnya
Sumpah Pemuda
Kongres Pemuda I
Kongres Pemuda II
Sumpah Pemuda
Makna Nilai-nilai Sumpah
Pemuda
Penguatan Jati Diri
Keindonesiaan
180
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari uraian ini, diharapkan kamu dapat:
1. Menganalisis latar belakang munculnya Sumpah Pemuda.
2. Menganalisis Konggres Pemuda I
3. Menganalisis Konggres Pemuda II dan Lahirnya Sumpah
Pemuda.
4. Menganalisis proses penguatan jati diri keindonesiaan
setelah Sumpah Pemuda.
5. Menghayati dan menerapkan Nilai-nilai Sumpah Pemuda
dalam memperkukuh jati diri keindonesiaan.
6. Meningkatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia-Nya yang memberikan dorongan bangsa Indonesia
untuk memperkukuh persatuan di atas keberagaman.
ARTI PENTING
Belajar sejarah tentang Sumpah Pemuda memiliki makna yang sangat
penting, agar kita mendapat pengetahuan dan pemahaman, bahwa
tegaknya kehidupan bangsa Indonesia harus dilandasi persatuan
dan kesatuan. Nilai persatuan dan kesatuan sebagai nilai dasar dari
Sumpah Pemuda harus terus digelorakan untuk memperkukuh jati diri
keindonesiaan.
181
Sejarah Indonesia
A.
Latar Belakang Sumpah Pemuda
Sumber: Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia 1918-1930,
2003.
Gambar 4.1
Sekolah untuk Anak-anak Indonesia pada Masa Kolonial Hindia Belanda
Sumber: Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan, 2003
Gambar 4.2
Surat kabar
Slompret Melayu
Mengamati Lingkungan
182
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
»
Coba amati baik-baik dua gambar di atas!
1. Mencermati dua gambar di atas ajukan beberapa pertanyaan
yang terkait gambar tersebut.
2. Apakah yang terlintas dalam pikiran kamu tentang koran atau
surat kabar yang terbit pada masa Hindia Belanda itu?
3. Bahasa apakah yang digunakan dalam koran itu, apa
maknanya bagi perjuangan?
Ya, gambar
pertama menunjukkan adanya sekolah kaum pribumi, sedang
gambar yang kedua adalah salah satu contoh surat kabar yang juga
berkembang pada masa Hindia Belanda. Adanya pendidikan/sekolah-
sekolah akan memunculkan kaum terpelajar. Kaum muda terpelajar inilah
kemudian memelopori lahirnya kebangkitan nasional di Indonesia. Hal ini
juga dipacu oleh adanya surat kabar-surat kabar yang sudah terbit saat itu
sehingga mempercepat berkembangnya semangat nasionalisme di kalangan
bangsa Indonesia. Dengan demikian, berkembanglah masa pergerakan
kebangsaan, suatu periode yang sangat penting dalam sejarah perjuangan
bangsa. Dalam periode pergerakan kebangsaan ini telah terjadi peristiwa
yang sangat penting dan monumental, yakni peristiwa Sumpah Pemuda.
Peristiwa ini dapat dikatakan sebagai klimaks dari sebuah perjuangan untuk
mempersatukan seluruh bangsa menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Pada uraian ini kita akan belajar tentang makna nilai-nilai Sumpah Pemuda
bagi kehidupan berbangsa, terutama dalam rangka memperkokoh jati diri
keindonesiaan.
1. Politik Etis: Pintu Pembuka Pendidikan Modern
Memasuki abad ke-20, kebijakan pemerintah kolonial Belanda mendorong
untuk menguasai seluruh wilayah Nusantara. Kebijakan itu diikuti dengan
penaklukkan terhadap wilayah-wilayah yang belum dikuasai, jika perlu
dengan pendekatan militer. Daerah-daerah kolonial yang masih terpisah
disatukan dalam penerapan adminstrasi baru yang berpusat di Batavia, yang
disebut
Pax Neerlandica
.
Pemerintah kolonial pun melakukan perjanjian-
Memahami Teks
183
Sejarah Indonesia
perjanjian. Selanjutnya sistem administrasi tradisional berubah ke sistem
administrasi modern. Suatu sistem yang mana pemerintahan mengambil
alih sistem pemimpin pribumi ke sistem birokrasi kolonial. Kebijakan ini
ditetapkan untuk mengambil posisi penting dari pemimpin daerah ke tangan
Belanda. Sistem itu memisahkan pemimpin pribumi dari akar hubungan
tradisonal dengan rakyatnya, mereka kemudian dijadikan pegawai dalam
birokrasi kolonial.
Serangkaian tindakan penjajahan Belanda tersebut telah menimbulkan
banyak perlawanan dari pihak bangsa Indonesia. Strategi perlawanan yang
ditempuh waktu umumnya dengan perlawanan bersenjata. Sayangnya
perlawanan dalam menghadapi kekuatan kolonialisme dan imperialisme
itu masih bersifat lingkup daerah atau wilayah tertentu. Riau melancarkan
perlawanan sendiri, Banten perang sendiri, Mataram angkat senjata sendiri,
Makasar begitu, Tondano juga begitu dan begitu seterusnya perlawanan
Diponegoro berdiri sendiri, Padri sendiri, Aceh sendiri. Bahkan dari masing-
masing daerah atau pihak Indonesia ini bisa diadu domba. Orang-orang
Madura diadu domba dengan Mataram, Aru Palaka dari Bone diadu dengan
Hasanuddin dari Makassar, pasukan Ali Basya Sentot Prawirodirjo diadu
dengan pasukan Padri. Sudah barang tentu ini sangat tidak menguntungkan
dan sangat melemahkan para pejuang Indonesia. Pengalaman ini
menunjukkan pentingnya cara-cara yang lebih terorganisasi dan didasarkan
pada persatuan dan kesatuan.
Sementara itu, pemerintah kolonial menerapkan kebijakan ekonomi yang
berbasis pada sistem kapitalisme Barat, melalui komersialisasi, sistem moneter,
dan komoditas barang. Sistem itu didukung dengan kebijakan pajak tanah,
sistem perkebunan, perbankan, perindustrian, perdagangan, dan pelayaran.
Dampak dari itu semua, kehidupan rakyat Hindia Belanda mengalami
penurunan kesejahteraan. Kebijakan itu mendapat kritik dari politikus
dan intelektual di Hindia Belanda, yaitu C.Th. Van Deventer. Ia membuat
tulisan yang berjudul “
Een Eereschlud’
(utang kehormatan), yang dimuat di
majalah
De Gids
(1899). Dalam tulisannya Van Deventer mengatakan bahwa
pemerintah Hindia Belanda telah mengeksploitasi wilayah jajahannya untuk
membangun negeri mereka dan memperoleh keuntungan yang besar. Oleh
karena itu, menurutnya sudah sewajarnya Belanda membayar utang budi itu
dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat di negara jajahan.
184
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Kritikan itu mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Beberapa kelompok
yang sependapat dengan Van Deventer mengungkapkan perlunya suatu
kewajiban moral bagi Belanda untuk memberikan balas budi. Keuntungan
yang didapat dari hasil ekploitasi di tanah Hindia harus dikembalikan. Untuk
itulah perlu dilakukan perbaikan kesejahteraan penduduk melalui berbagai
bidang kehidupan, pendidikan, dan besarnya partisipasi masyarakat dalam
mengurus pemerintahan. Kritik-kritik itu mendapat perhatian serius dari
pemerintah Belanda. Ratu Wilhelmina kemudian mengeluarkan suatu
kebijakan baru bagi masyarakat Hindia Belanda yaitu meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Kebijakan baru itu adalah Politik Etis.
Awal abad ke-20, politik kolonial memasuki babak baru, yaitu era Politik
Etis, yang dipimpin oleh Menteri Jajahan Alexander W.F. Idenburg yang
kemudian menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1909-1916). Ada tiga
program Politik Etis, yaitu irigasi, edukasi, dan transmigrasi. Adanya Politik
Etis membawa pengaruh besar terhadap perubahan arah kebijakan politik
negeri Belanda atas negeri jajahan. Pada era itu pula muncul simbol baru
yaitu “kemajuan”. Dunia mulai bergerak dan berbagai kehidupanpun mulai
mengalami perubahan. Pembangunan infrastruktur mulai diperhatikan
dengan adanya jalur kereta api Jawa-Madura. Di Batavia lambang kemajuan
ditunjukkan dengan adanya trem listrik yang mulai beroperasi pada awal masa
itu. Dalam bidang pertanian pemerintah kolonial memberikan perhatiannya
pada bidang pemenuhan kebutuhan pangan dengan membangun irigasi.
Di samping itu, pemerintah juga melakukan emigrasi sebagai tenaga kerja
murah di perkebunan-perkebunan daerah di Sumatera.
Zaman kemajuan ditandai dengan adanya surat-surat R.A. Kartini kepada
sahabatnya Ny. R.M. Abendanon di Belanda, yang merupakan inspirasi
bagi kaum etis pada saat itu. Semangat era etis adalah kemajuan menuju
modernitas. Perluasan pendidikan gaya Barat sebagai model pendidikan
modern merupakan tanda resmi dari bentuk Politik Etis itu. Pendidikan itu
hanya saja menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan oleh negara, tetapi
juga pada sektor swasta Belanda.
»
Benarkah R.A. Kartini memiliki peran penting dalam menginspirasi
era kemajuan dan perluasan pendidikan di Indonesia. Coba berikan
penjelasan secara kritis.
185
Sejarah Indonesia
Adanya pendidikan gaya Barat itu
membuka peluang bagi mobilitas
sosial masyarakat di tanah Hindia/
Indonesia. Pengaruh pendidikan Barat
itu pula yang kemudian memunculkan
sekelompok kecil intelektual bumiputra
yang memunculkan kesadaran, bahwa
rakyat bumiputra harus mampu
bersaing dengan bangsa-bangsa lain
untuk mencapai kemajuan. Golongan
intelektual bumiputra itu disebut
“priyayi baru” yang sebagian besar
adalah guru dan jurnalis di kota-kota.
Pendidikan dan pers itu pula menjadi
sarana untuk menyalurkan ide-ide dan
pemikiran mereka yang ingin membawa
kemajuan, dan pembebasan bangsa
dari segala bentuk penindasan dari
kolonialisme Belanda. Mereka tidak memandang Jawa, Sunda, Minangkabau,
Ambon, atau apa pun karena mereka adalah bumiputra.
Pengalaman yang mereka peroleh di sekolah dan dalam kehidupan setelah
lulus sangatlah berbeda dengan generasi orang tua mereka. Para kaum muda
terpelajar inilah yang kemudian membentuk kesadaran “nasional” sebagai
bumiputra di Hindia, dan bergerak bersama “bangsa-bangsa” lain dalam garis
waktu yang tidak terhingga menuju modernitas, suatu dunia yang memberi
makna baru bagi kaum pelajar terdidik saat itu. Mereka tentunya tidak
mengenal satu sama lain di Batavia, Bandung, Semarang, Solo, Yogyajakarta,
Surabaya, dan seluruh wilayah Hindia. Mereka saling berbagi pengalaman,
gagasan, dan asumsi tentang dunia, Hindia, dan zaman mereka. Pemerintah
Kolonial Belanda juga membentuk
Volksraad
(Dewan Rakyat) yang sejumlah
tokoh Indonesia bergabung di dalamnya. Mereka menggerakkan wacana
perubahan di lembaga tersebut.
Sumber:
Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan
Kesadaran Keindonesiaan,
2003.
Gambar 4.3
R.A. Kartini
186
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
»
Dapatkah kamu jelaskan mengapa pemerintah kolonial Belanda
menerapkan kebijakan Politik Etis di tanah jajahan? Tahukah kamu
bagaimana pengaruh pendidikan pada masyarakat Hindia Belanda?
Coba lakukan pelacakan kemudian buatlah uraian tentang pengaruh
pendidikan pada kaum Pribumi di Hindia Belanda dalam bentuk
narasi deskriptif. Untuk mengerjakan tugas ini kamu dapat membaca
buku-buku sejarah yang ada di perpustakaan sekolah. Dapat juga
kamu mencari informasi melalui internet kemudian kamu cari buku
yang dirujuk itu sebagai bahan referensi dalam membuat tulisan
sejarah Pers Membawa Kemajuan.
2. Pers Membawa Kemajuan
Pada awal abad ke-20, para priyayi baru menuangkan gagasannya melalui
pers (media cetak) mengenai isu-isu perubahan. Isu-isu yang dipopulerkan,
yaitu terkait dengan peningkatan status sosial rakyat bumiputra dan
peningkatan kehidupan di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Kata
kemajuan menjadi populer pada saat itu. Kemajuan saat itu diartikan dengan
pendidikan, pencerahan, peradaban, modernisasi, dan kesuksesan hidup.
Pers merupakan sarana berpartisipasi dalam gerakan emansipasi, kemajuan
dan pergerakan nasional. Pada dekade itu ditandai dengan jumlah penerbitan
surat kabar berbahasa Melayu yang mengalami peningkatan. Orang-orang
pertama yang aktif dalam dunia pers saat itu adalah orang Indo seperti H.C.O.
Clockener Brousson dari
Bintang Hindia
, E.F Wigger dari
Bintang Baru
, dan
G. Francis dari
Pemberitaan Betawi.
Pada abad itu penerbit Tionghoa mulai bermunculan. Para penerbit Tionghoa
itulah yang menjadikan pertumbuhan surat kabar berkembang pesat. Dalam
perkembangannya kaum bumiputra juga mengambil bagian. Mereka
pada mulanya magang pada jurnalis Indo dan Tionghoa, kemudian peran
mereka meningkat sebagai redaktur surat kabar orang Indo dan Tionghoa.
Bermula dari itulah para bumiputra itu mendirikan sendiri penerbitan surat
kabar mereka. Penerbit bumiputra pertama di Batavia yang muncul pada
pertengahan abad ke-20 adalah R.M. Tirtoadisuryo, F.D.J Pangemanan,
dan R.M. Tumenggung Kusuma Utaya, sebagai redaktur
Ilmoe Tani,
Kabar
Perniagaan,
dan
Pewarta Prijaji.
187
Sejarah Indonesia
Di Surakarta R.Dirdjoatmojo menyunting
Djawi Kanda
yang diterbitkan
oleh Albert Rusche & Co., di Yogyakarta Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai
redaktur jurnal berbahasa Jawa,
Retnodhoemillah
diterbitkan oleh Firma H.
Buning.
Bermunculannya media cetak itu segera diikuti dengan munculnya sejumlah
jurnalis bumiputra lainnya. Mereka adalah R. Tirtodanudja dan R. Mohammad
Jusuf. Keduanya adalah redaktur
Sinar Djawa,
yang diterbitkan Honh Thaij
& Co. Djojosudiro, redaktur
Tjahaja Timoer
yang diterbitkan di Malang oleh
Kwee Khaij Khee. Di Bandung Abdul Muis sebagai redaktur
Pewarta Hindia
yang diterbitkan oleh G. Kolff & Co. Para jurnalis bumiputra itulah yang
memberikan wawasan dan ”embrio kebangsaan” melalui artikel, komentar-
komentar mereka dalam surat pembaca, dan mengungkapkan solidaritas
diantara mereka dan para pembaca yang sebagian besar adalah kaum muda
terpelajar. Misalnya
Pewarta Prijaji
yang disunting oleh R.M.T. Kusumo Utoyo
seorang Bupati Ngawi, yang menyerukan persatuan di kalangan priyayi.
Mereka juga mendapatkan dukungan dari simpatisan dan pelanggan dengan
15 cabang di Jawa, Madura, dan Sumatera (lebih lanjut baca Takashi Shiraishi
dalam
Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926
).
Sementara itu pergerakan kebudayaan “cetak” mulai masuk di beberapa
kota kolonial lain, seperti Surabaya, Padang, dan Semarang. Kebudayaan
cetak mempermudah kaum terdidik untuk memperoleh informasi. Pada
tahun 1901, sebuah majalah bulanan
Insulinde
diterbitkan atas kerja sama
para terpelajar di Kota Padang dengan guru-guru Belanda di sekolah raja
(
Kweekschool
) Bukittinggi, terutama van Ophuysen, ahli bahasa Melayu. Ketua
redaksi majalah itu adalah Dja Endar Muda, seorang wartawan keturunan
Tapanuli yang juga telah menerbitkan surat kabar
Pertja Barat
dan majalah
bulanan berbahasa Batak,
Tapian Nauli
. Majala
h Insulinde
itu disebarkan ke
seluruh Sumatera dan Jawa. Majalah itulah yang pertama memperkenalkan
slogan “kemajuan” dan “zaman maju”. Satu diantara artikel menarik yang
dimuat dalam
Insulinde
adalah kisah kemenangan Jepang, negara “kecil”
yang menang mengalahkan Tiongkok “yang besar”. Kemenangan Jepang itu
disebabkan keberhasilannya dalam memasuki “dunia maju”. Ulasan tentang
perkembangan yang terjadi di “dunia maju” secara terbuka mengajak para
pembaca untuk ikut serta dalam zaman “kemajuan”. Majalah itu tidak saja
memuat artikel tentang bangsa Hindia Belanda, akan tetapi juga memuat
tentang berita Asia dan Eropa.
188
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
»
Dapatkah kamu jelaskan apa yang dimaksud dengan kebudayaan
cetak. Bagaimana andil kebudayaan cetak ini dalam ikut memajukan
kehidupan masyarakat Indonesia?
Sementara itu, tokoh muda dr.
Abdul Rivai yang baru datang dari
Belanda menganjurkan pada tokoh
muda di Hindia untuk membentuk
sebuah organisasi. Dalam tulisan-
tulisannya pada surat kabar Bintang
Hindia, ia selalu memuat tentang
“kemajuan” dan “dunia maju”.
Rivai menggolongkan masyarakat
menjadi tiga golongan, yaitu kaum
kolot, kaum kuno, dan kaum
muda. Menurut Rivai, kaum muda
adalah orang yang senantiasa
ingin mendapatkan harga diri
melalui pengetahuan dan ilmu.
Untuk mencapai kemajuan dan
terwujudnya dunia maju, Rivai
menganjurkan agar ada organisasi
bernama Persatuan Kaum Muda
didirikan dengan cabang di semua
kota-kota penting di Hindia.
Seorang pensiunan “dokter Jawa”
yaitu Wahidin Soedirohoesodo
tertarik dengan tulisan Rivai. Saat itu ia sebagai editor majalah berbahasa
Jawa,
Retnodhumilah,
dalam tulisan itu disarankan agar kaum lanjut usia
dan kaum muda membentuk organisasi pendidikan yang bertujuan untuk
memajukan masyarakat. Gagasan Wahidin akhirnya terwujud ketika para
pelajar “Stovia”, Sekolah dokter Jawa, mendirikan suatu organisasi bernama
Boedi Oetomo, pada 2 Mei 1908 (untuk lebih jelasnya dapat dibaca dalam
Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (ed), 2012).
Sumber: Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan
Kesadaran Keindonesiaan, 2003.
Gambar 4.4
dr. Abdul Rivai.
189
Sejarah Indonesia
Beberapa surat kabar yang kemudian membawa kemajuan bagi kalangan
pribumi yaitu
Medan Prijaji
( 1909-1917) dan juga terbitan wanita pertama
yang terbit berkala yaitu
Poetri Hindia
(1908-1913). Seorang editornya yang
dikenal yaitu R.M. Tirtoadisuryo memuat tentang tulisannya, bahwa untuk
memperbaiki status dagang “pedagang bangsa Islam”, perlu ada organisasi
yang anggota-anggotanya terdiri atas para pedagang sehingga “orang
kecil tidak bisa dikalahkan karena mereka bersatu”. Ia kemudian dikenal
sebagai pendiri Sarekat Dagang Islamijah atau lebih dikenal dengan Sarekat
Dagang Islam (SDI). Pada perkembangannya SDI mengubah dirinya menjadi
Sarekat Islam (SI) dengan pimpinan Haji Samanhudi. Begitulah semangat
nasionalisme tumbuh dan dibangun melalui tulisan di media cetak. Begitu
pula di tanah Sumatera, gagasan untuk melawan sistem pemerintahan
kolonial ditunjukkan melalui surat kabar
Oetoesan Melajoe
(1913). Juga
untuk kemajuan kaum perempuan diterbitkan majalah
Soenting Melajoe
,
yang berisi tentang panggilan perempuan untuk memasuki dunia maju tanpa
meninggalkan peranannya sebagai sendi kehidupan keluarga Minangkabau.
Sementara itu, anak-anak muda berpendidikan Barat di Padang menerbitkan
majalah perempuan
Soeara Perempuan
(1918), dengan semboyannya
Vrijheid
(kemerdekaan) bagi anak perempuan untuk ikut dalam kemajuan
tanpa hambatan adat yang mengekang.
Wacana kemajuan terus merebak melalui pers. Pers bumiputra juga
mempunyai fungsi untuk memobilisasi pergerakan nasional pada saat itu.
Harian
Sinar Djawa,
memuat tentang perlunya rakyat kecil untuk terus
menuntut ilmu setinggi mungkin. Surat kabar tersebut memuat dua hal
penting, yaitu tentang “bangsawan usul” dan “bangsawan pikiran”.
Bangsawan usul adalah mereka yang mempunyai keturunan dari keluarga
raja-raja dengan gelar bendara, raden mas, raden, raden ajeng, raden ngabei,
raden ayu, dan lain-lain. Bangsawan pikiran adalah mereka yang mempunyai
gelar meester, dokter, dan sebagainya, yang diperoleh melalui pendidikan.
Surat kabar yang paling mendapat perhatian pemerintah kolonial saat itu
adalah
De Express
. Surat kabar itu memuat berita-berita propaganda ide-
ide radikal dan kritis terhadap sistem pemerintahan kolonial. Puncaknya saat
Cipto Mangunkusumo, Suwardi Surjaningrat, dan Abdul Muis mendirikan
Comite tot Herdenking van Nederlands Honderdjarige Vrijheid
(Panitia
untuk Peringatan Seratus Tahun Kemerdekaan Belanda dari Perancis), yang
kemudian disebut dengan Komite Boemipoetera (1913). Tujuan panitia
itu untuk mengumpulkan dana dari rakyat untuk mendukung perayaan
190
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
kemerdekaan Belanda. Di balik itu tujuan Komite Bumiputra adalah
mengkritik tindakan pemerintah kolonial yang merayakan kemerdekaannya
di tanah jajahan dengan mencari dana dukungan dari rakyat.
Kritik tajam kemudian dilakukan oleh Suwardi Surjaningrat dengan menulis di
brosur yang berjudul
Als Ik Eens Nederlander Was
(“Seandainya Saya menjadi
Seorang Belanda”). Tulisan ini berisi kritikan yang sangat tajam kepada Belanda
yang tidak tahu malu karena minta dana kepada rakyat yang dijajah untuk
perayaan kemerdekaan negara yang menjajah. Pemerintah Kolonial Belanda
menilai tulisan itu dapat menghasut rakyat untuk melawan pemerintah.
Pada 30 Juli 1913, polisi Belanda menangkap Cipto Mangunkusumo dan
Suwardi Suryaningrat. Kemudian menyusul Abdul Moeis sebagai pembaca
naskah itu dalam surat kabar
De Preanger Bode.
Juga Widnjadisastra sebagai
edito
r Kaoem Moeda,
karena telah mencetak dan menyebarluaskan tulisan
itu. Pemerintah kolonial selanjutkan memutuskan “Tiga Serangkai” itu untuk
ditangkap, yaitu Cipto Mangunkusumo, Suwardi Suryaningrat, dan Douwes
Dekker, untuk diasingkan ke luar Jawa. Cipto pada awalnya diasingkan ke
Bangka, kemudian ke Belanda.
Seorang jurnalis bumiputera yang gigih memperjuangkan kebebasan pers
adalah Semaun. Ia mengkritik beberapa kebijakan kolonial melalui
Sinar
Hindia
. Kritikannya mengenai
haatzaai artikelen
, yang menurutnya sebagai
sarana untuk membungkam rakyat dan melindungi kekuasaan kolonial dan
kapitalis asing. Atas kritikannya itulah ia diadili dan dijebloskan ke penjara.
Seorang aktivis dan juga jurnalis, Marco Kartodikromo dikenal dengan
kritikannya yang tajam terhadap program
Indie Weerbaar
dalam bentuk
syair. Kritik tajam Marco itu ditujukan pada Dewan Kota yang sebagian besar
adalah orang Eropa.
»
Pers (media cetak) mempunyai peran penting dalam membangkitkan
nasionalisme. Kapan media cetak mulai dikenal oleh kalangan
bumiputera? Tahukah kamu, bagaimana hubungan dan peran
media cetak dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan bagi
kaum bumiputera? Media cetak apakah yang saat ini dapat ditemui
di lingkungan sekitar kamu? Coba lakukan pelacakan tentang media
cetak sebelumnya yang pernah ada di daerah sekitar kamu, kemudian
buatlah uraian dalam bentuk narasi deskriptif, siapa penerbitnya,
kapan diterbitkan, bagaimana bahasanya. Untuk mengerjakan tugas
ini kamu dapat mencari di internet atau di perpustakaan daerah di
kota tempat tinggal kamu.
191
Sejarah Indonesia
3. Bangkitnya Nasionalisme
Keberadaan kaum muda terpelajar sangat cocok dan responsif terhadap
berkembangnya paham-paham baru, apalagi paham yang ikut menggelorakan
kemerdekaan. Pada saat itu di Eropa sedang tumbuh subur paham-paham
yang terkait dengan kemajuan, kebebasan, kemerdekaan sebagai dampak
dari Revolusi Perancis. Paham-paham itu misalnya liberalisme, nasionalisme,
sosialisme.
Pada awal abad ke-20, paham nasionalisme memasuki wilayah Indonesia.
Perlu diingat bahwa dengan pelaksanaan Politik Etis telah mendorong lahirnya
kaum muda terpelajar. Pemikiran mereka semakin rasional, wawasannya
semakin luas dan terbuka sehingga memperlancar berkembangnya paham-
paham baru di Indonesia. Paham baru itu misalnya nasionalisme. Paham
ini telah mendorong lahirnya kesadaran nasional, kesadaran hidup dalam
suatu bangsa, Bangsa Indonesia. Kesadaran ini kemudian mendorong untuk
merubah dan menyempurnakan strategi perjuangan bangsa yang selama ini
telah dilakukan.
Di samping didorong oleh pelaksanaan Politik Etis sebagai pembuka
munculnya kaum terpelajar, peran pers/media cetak, dan paham-paham
baru, secara eksternal, munculnya kesadaran nasional itu juga dipicu oleh
beberapa peristiwa dunia. Misalnya adanya
Gerakan Turki Muda, Revolusi Cina, Gerakan
Nasional di India dan Filipina.
Sekalipun didorong oleh banyak faktor,
kesadaran berbangsa dan kebangkitan
nasional yang muncul di Indonesia tidak lepas
dari bentuk antitesis terhadap penjajahan dan
kekuasaan kolonialisme dan imperialisme
Belanda. Kesadaran bersama muncul bahwa
untuk melakukan perlawanan terhadap
kolonialisme dan imperialisme, bentuk dan
strateginya harus sudah berubah. Bentuk
diplomasi dan melalui berbagai organisasi
pergerakan dipandang lebih tepat. Dipelopori
oleh kaum terpelajar kemudian lahirlah
berbagai organisasi pergerakan nasional.
Organisasi pergerakan itu ada yang bercorak
Sumber: Pahlawan Indonesia, 2008.
Gambar.4.5.
dr.Wahidin
Sudirohusodo
192
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
sosio-kultural, politik, keagamaan tetapi juga yang sekuler, kedaerahan
tetapi ada juga yang nasionalis, ada dari kelompok pemuda tetapi juga ada
kelompok perempuan. Dalam strategi ada yang kooperatif dan ada juga
non-kooperatif.
Pada periode awal pergerakan kebangsaan telah muncul organisasi Budi
Utomo (BU) yang bersifat
sosio-kultural. Organisasi ini didirikan antara lain
oleh Sutomo, Gunawan atas rintisan Wahidin Sudirohusodo pada tanggal
20 Mei 1908. Tujuannya untuk mengumpulkan dana guna membantu kaum
bumiputera yang kekurangan dalam menempuh pendidikan.
Organisasi yang berikutnya adalah Sarekat Islam (SI). Pada mulanya SI ini
lahir karena adanya dorongan dari R.M. Tirtoadisuryo seorang bangsawan,
wartawan, dan pedagang dari Solo. Tahun 1909, ia mendirikan perkumpulan
dagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Tahun 1911 K.H.
Samanhudi secara resmi mendirikan SDI. Pada tahun 1912 nama SDI diganti
Sarekat Islam (SI) oleh HOS Cokroaminoto. Pada tahun 1912 itu juga berdiri
organisasi yang bercorak politik yakni
Indische Partij
(IP). Pendiri organisasi itu
dikenal dengan sebutan “Tiga Serangkai”, yakni: Douwes Dekker, dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat atau dikenal dengan Ki Hajar
Dewantoro. Setelah itu IP berkembang pesat di berbagai daerah di Indonesia.
Sumber: Keselarasan dan Kejanggalan Pemikiran-pemikiran Priyayi Nasionalis Jawa Awal Abad XX,
1985.
Gambar 4.6
Tiga Serangkai
193
Sejarah Indonesia
Dari bidang keagamaan misalnya ada Muhammadiyah yang bersifat modern,
yang didirikan Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 di Yogyakarta.
Organisasi ini, bercirikan organisasi sosial, pendidikan, dan keagamaan.
Tujuannya antara lain memurnikan ajaran Islam sesuai dengan ajaran Al-
Quran dan Al-Hadis. Tindakannya adalah
amar makruf nahi munkar
, atau
mengajak hal yang baik dan mencegah hal yang buruk. Kemudian muncul
organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi ini didirikan pada tanggal 31
Januari 1926, di Surabaya. Sebagai pendiri organisasi ini adalah Kyai Haji
Hasyim Ashari dan sejumlah ulama lainnya. Organisasi itu berpegang teguh
pada Ahlusunnah wal jam’ah. Organisasi ini tetap mempertahankan tradisi
yang sudah lama berkembang di kalangan ulama. Tujuan organisasi ini
terkait dengan masalah sosial, ekonomi, dan pendidikan. Kedua oraganisasi
Islam ini sekarang merupakan organisasi massa Islam yang cukup besar di
Indonesia.
»
Muhammadiyah dan NU adalah dua organisasi massa Islam yang
terus berkembang di Indonesia. Banyak peran dan andil yang telah
dilakukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagaimana
pendapatmu peran kedua organisasi ini dalam masa perjuangan
melawan penjajahan Belanda. Bagaimana strategi yang dilakukan
masing-masing organisasi itu?
Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 5
(Masa Pergerakan Kebangsaan), 2012.
Gambar 4.8
Logo NU.
Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 5
(Masa Pergerakan Kebangsaan), 2012.
Gambar 4.7
Logo Muhammadiyah
194
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Dari kalangan kaum Kristiani juga membentuk organisasi antara lain
didirikannya Perkumpulan Politik Katolik Jawi (PPKJ). Organisasi ini didirikan
I.J. Kasimo pada tanggal 22 Februari 1925. Organisasi ini juga bergerak
di bidang sosial pendidikan. Tujuannya turut berusaha sekuat tenaga bagi
kemajuan Indonesia.
Organisasi lain yang bergerak di
bidang sosial dan pendidikan yang
bersifat nasional misalnya Taman
Siswa. Organisasi ini didirikan pada
tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta
oleh Raden Mas Suwardi Suryaningrat
yang kemudian lebih dikenal nama
Ki Hajar Dewantoro. Tujuannya lebih
diarahkan pada upaya memajukan
pendidikan
bagi
bumiputera.
Pendidikan yang ditawarkan adalah
sistem pendidikan nasional yang
berdasarkan kepada kebudayaan asli Indonesia. Asas perjuangan Taman
Siswa adalah
“
Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri
Handayani
”
. Dalam waktu singkat Taman Siswa ini sudah berkembang pesat.
Ki Hajar Dewantoro diakui sebagai bapak pendidikan di Indonesia. Ia telah
meletakkan dasar-dasar bagi pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
Organisasi pergerakan lainnya yang bersifat nasionalis, misalnya Perhimpunan
Indonesia (PI). Pada mulanya organisasi ini bernama
Indische Vereniging
didirikan pada tahun 1908 oleh para pelajar/mahasiswa yang belajar di
negeri Belanda seperti R.M Notosuroto, R. Panji Sostrokartono, dan R. Husein
Djajadiningrat. Kemudian dengan datangnya para aktivis perjuangan dari
Indonesia seperti Moh. Hatta, Iwa Kusumasumantri, J.B. Sitanala, organisasi
ini semakin bernuansa politik kebangsaan. Bahkan nama
Indische Vereeniging
diubah menjadi
Indonesische Vereeniging
pada tahun 1922 dan diubah lagi
menjad
i “
Perhimpunan Indonesia” pada tahun 1925. Organisasi ini cukup
revolusioner dalam memperjuangkan kebebasan Indonesia dari penjajahan
Belanda. Majalahnya sebagai corong perjuangan yang semula bernama
“Hindia Putera” diubah menjadi “Indonesia Merdeka” Asas perjuangannya
antara lain: menolong dirinya sendiri (swadaya), non-kooperasi, persatuan
nasional.
Demi mempertahankan
Taman Siswa, Ki Hajar
Dewantara rela melelang
beberapa barangnya untuk
membayar pajak. Sebuah
idealisme dan cita-cita
memang harus dibayar
mahal.
195
Sejarah Indonesia
»
PI memiliki peran yang startegis dalam perjuangan mewujudkan
cita-cita kemerdekaan. Coba beri penjelasan secara deskriptif
analitis!
Sekilas Nama Indonesia
Nama Indonesia mulanya dikembangkan oleh Adolf Bastians
(sarjana Jerman) yang diambil dari Logan (sarjana Inggris). Namun
yang dimaksud Bastians dengan konsep Indonesia, adalah Indonesia
secara etnografi, bukan konsep Indonesia seperti saat ini. selanjutnya
dalam rapat-rapat menjelang kemerdekaan pandangan etnografi
dikalahkan oleh pandangan Ernest Renan tentang nasion yang saat
itu masih digunakan sebagai konsep bangsa dan wilayahnya.
Para pelajar dan mahasiswa Hindia di Belanda kemudian
menggunakan Indonesia sebagai identitas dirinya, tanah airnya, dan
nasionnya, serta posisi politiknya. Karena itulah Organisasi Indische
Vereeniging berganti nama ke Perhimpoenan Indonesia.
Hatta dalam memoarnya menuturkan,” ....Langkah pertama untuk
memperkenalkan Tanah Air kita Indonesia di luar negeri dibuat
dengan berhasil. Nama “INDONESIA” tidak perlu dimajukan dengan
resolusi. Selama aku di sana dan setelah mendengar pidatoku pada
pembukaan Kongres itu, semuanya menyebut Indonesia. orang-orang
Belanda, yang pada pidato permulaan masih menyebut “Hindia
Belanda”, kata itu tidak diulang mereka lagi, dalam perdebatan
maupun dalam pembicaraan lainnya. Dalam tulisan-tulisan mereka
keluar, kepada kawan dan keterangan umum, mereka menyebut
“INDONESIA”. Apalagi setelah bertukar pikiran dengan aku. Dalam
pimpinan agenda Kongres, nama Indonesia telah terekam, tidak
dapat ditukar kembali dengan “Indes Neerlandises”.”
196
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
PI menjadi organisasi politik yang semakin disegani karena pengaruh
Moh. Hatta. Di bawah pimpinan Hatta, PI berkembang dengan pesat dan
merangsang para mahasiswa yang ada di Belanda untuk terus memikirkan
kemerdekaan tanah airnya. Aktivitas politik PI tidak saja dilakukan di Belanda
dan Indonesia, tetapi juga dilakukan secara internasional. Mahasiswa secara
teratur melakukan diskusi dan melakukan kritik terhadap pemerintah
Belanda. PI juga menuntut kemerdekaan Indonesia dengan secepatnya
.
Terilhami dengan perkembangan dan perjuangan PI di Belanda, beberapa
tokoh pemuda seperti Soekarno, Gatot Mangkuprojo dan lain-lain pada
4 Juli 1927 berkumpul untuk mendiskusikan pembentukan organisasi
semacam PI. Setelah melalui serangkaian diskusi dan pertemuan akhirnya,
dalam pertemuan di Bandung, di kediaman Ir. Sukarno, tanggal 4 Juli 1927,
diresmikanlah berdirinya partai baru yang diberi nama Perserikatan Nasional
Indonesia (PNI). Sebagai ketua dipercayakan kepada Ir. Sukarno. Pada
Kongres I di Surabaya, nama Perserikatan Nasional Indonesia diubah menjadi
Partai Nasional Indonesia (PNI). Tujuan perjuangannya untuk kemerdekaan
Indonesia. Asas perjuangannya berdikari (berdiri di atas kaki sendiri), non-
kooperasi dan marhenisme (orientasi kerakyatan).
Sumber: Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia 1918-193,
2003.
Gambar 4.9
Foto mahasiswa yang terhimpun dalam PI.
197
Sejarah Indonesia
Organisasi yang bersifat revolusioner yang lain sebelum PNI sebenanrnya
sudah ada, yakni Partai Komunis Indonesia (PKI). Organisasi ini sebenarnya
merupakan kelanjutan dari organisasi
Indische Sociaal Democratische
Vereniging
(ISDV). ISDV berdiri pada 9 Mei 1914 atas prakarsa Sneevliet.
Tokoh-tokohnya antara lain Semaun, Darsono. Dengan memperhatikan
perkembangan politik, setelah melalui serangkaian pembahasan, maka pada
saat kongres yang ke-7 nama ISDV diubah menjadi Perserikatan Komunis di
Hindia, dan dipertegas pada tanggal 23 Mei 1920 menjadi Partai Komunis
Hindia. Kemudian pada bulan Desember 1920 diubah dengan wajah
keindonesiaan yakni menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebagai ketua
PKI yang pertama adalah Semaun. Pada tahun 1921 diterapkan disiplin
partai, yakni bagi setiap anggota yang rangkap anggota PKI dan SI, harus
memilih salah satu. PKI berkembang menjadi partai radikal dan sekuler. PKI
juga menjadi partai rakyat yang cepat berkembang.
Masa pergerakan kebangsaan ini juga
berkembang organisasi pemuda dan
tidak ketinggalan organisasi para
perempuan. Organisasi pemuda yang
pertama berdiri di Indonesia adalah
Trikoro Darmo. Organisasi ini dibentuk
pada tanggal 7 Mei 1915. Organisasi
ini diharapkan menjadi wadah
pembinaan generasi muda di
Indonesia. Tokohnya antara lain:
Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman.
Nama Trikoro
Darmo
ini bermakna
memiliki tiga tujuan utama yakni:
sakti, bud
i
dan
bakti.
Tujuan dan arah
gerakan Trikoro Darmo untuk
menciptakan wadah pelatihan dan
pembinaan generasi muda/pelajar untuk menjadi pemuka/pemimpin nasional
yang cinta tanah air. Anggota Trikoro Darmo umumnya terdiri atas para
pelajar STOVIA dan berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Di lingkungan pemuda ini juga berkembang gerakan kepanduan yang
umumnya dimiliki oleh organisasi induknya. Misalnya Muhammadiyah
mempunyai organisasi kepanduan Hizbul Wathan (HW). Sementara itu itu
di lingkungan kaum wanita juga berkembang organisasi wanita. Organisasi
yang pertama adalah Puteri Mardika. Organisasi ini dibentuk pada tahun
1912 atas prakarsa BU.
Sumber: Dengan Semangat Berkobar:
Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di
Indonesia 1918-193, 2003.
Gambar 4.10
Satiman.
198
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Melihat beberapa organisasi yang berkembang di masa pergerakan
kebangsaan, jelas orientasinya adalah untuk kemajuan bangsa. Bahkan
ada beberapa organisasi yang secara terang-terangan bertujuan untuk
pembebasan Indonesia dari penjajahan. Namun organisasi-organisasi itu
masih berkembang sendiri-sendiri.
Oleh karena itu, untuk memperkuat perjuangan berbagai organisasi menuju
cita-cita mulia yakni pembebasan rakyat dari belenggu penjajahan atau
kemerdekaan perlu ada saling kerja sama, perlu persatuan dan kesatuan. Hal
inilah yang mendorong para pemuda berjuang untuk dapat mempersatukan
berbagai organisasi dan partai yang ada di Indonesia.
»
Mencermati keadaan organisai yang demikian itu coba bandingkan
dengan kehidupan partai-partai politik di Indonesia dewasa ini.
199
Sejarah Indonesia
KESIMPULAN
1.
Berbagai kebijakan kolonial yang melahirkan kemiskinan dan
penderitaan rakyat telah mendapat kritik keras dari politikus
dan intelektual Belanda C.H. Van Deventer. Kritik itu mendapat
perhatian dari pemerintah Belanda. Kemudian dibuatlah
kebijakan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang dikenal dengan
Politik Etis. Politik etis ini meliputi bidang pendidikan, irigasi/
pertanian, dan emigrasi/transmigrasi.
2.
Bidang pendidikan membuka wawasan bagi kaum muda terpelajar.
Mereka adalah golongan baru yang membawa ide-ide pada
kesadaran kebangsaan. Sarana komunikasi dan transportasi adalah
hal penting yang menghubungkan para kaum terpelajar untuk
membentuk suatu ideologi kebangsaan.
3.
Berkembangnya pers atau media cetak telah menggerakkan ide-ide
kemajuan, sehingga lebih memacu berkembangnya ideologi dan
pergerakan kebangsaan.
4.
Pada Berkembanglah fase kebangkitan nasional. Mulai berkembang
berbagai organisasi pergerakan yang mengusung ideologi kemajuan
dan kebangsaan bahkan juga politik untuk pembebasan rakyat
dari penjajahan.
5.
Berbagai organisasi yang berkembang di era kebangkitan nasional
baik yang bercorak keagamaan atau yang sekuler, bercorak
kedaerahan ataupun yang bersifat nasional, yang kooperatif
ataupun yang non-kooperatif, yang pemuda maupun yang wanita,
tampaknya belum mampu menciptakan persatuan yang kokoh
untuk sama-sama melawan penjajah. Mereka masih memikirkan
bagaimana organisasinya berkembang. Hal ini menjadi pemikiran
serius dari kalangan pemuda untuk mewujudkan gerakan
persatuan dan kesatuan di antara berbagai organisasi.
200
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
LATIH UJI KOMPETENSI
1.
Mengapa pemerintah Hindia Belanda melaksanakan kebijakan Politik
Etis. Bagaimana dampaknya terhadap masyarakat Hindia Belanda?
Jelaskan jawaban kamu dan berikan bukti-buktinya yang hingga saat
ini masih dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari!
2.
Jelaskan hubungan pendidikan dan media cetak dalam membangun
kesadaran kebangsaan. Bandingkan dengan peranan media cetak
yang saat ini berkembang di tanah air!
3.
Jelaskan peran wanita dalam membangun semangat kebangsaan
!
4.
Mengapa para pemuda belum puas dengan perkembangan organisasi
pergerakan kebangsaan di Indonesia sebelum tahun 1928?
5.
Mengapa perjuangan Perhimpunan Indonesia dapat menginspirasi para
pemuda untuk mewujudkan gerakan persatuan di antara organisasi
pergerakan?
Tugas
Di lingkungan tempat tinggalmu mungkin banyak organisasi yang
berkembang, baik itu organisasi sosial atau organisasi politik. Coba cari
akar sejarahorganisasi itu, kemudian tuliskan bagaimana perkembangan
organisasi.
201
Sejarah Indonesia
B. Sumpah Pemuda: Tonggak Persatuan dan Kesatuan
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960. 1995.
Gambar 4.11
foto Kongres Pemuda II.
Pernahkah kamu
mendengar lagu di
samping? Lagu ciptaan
Liberty Manik itu coba
kamu nyanyikan syairnya
dan hayatilah setiap kata
yang terkandung dalam
lagu itu.
Satu nusa
Satu bangsa
Satu bahasa kita
Tanah air
Pasti jaya
Untuk Selama-lamanya
Indonesia pusaka
Indonesia tercinta
Nusa bangsa
Dan Bahasa
Kita bela bersama
-Liberty Manik-
Memahami Lingkungan
202
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
»
Nah, coba kamu renungkan dan pahami gambar dan lirik lagu di
depan! Mungkin kamu juga sudah mencoba untuk menyanyikan
lagu tersebut.
1. Coba ajukan beberapa pertanyaan terkait dengan gambar
dan lagu tersebut.
2. Siapa saja kira-kira pelopor pertemuan seperti yang tertera
pada gambar tersebut.
3. Apa makna lagu tersebut bila dikaitkan dengan peristiwa
sejarah di masa pergerakan nasional.
Gambar pada halaman 201 menunjukkan salah satu situasi Kongres Pemuda II
pada tahun 1928 yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda. Dikaitkan
dengan lirik-lirik lagu di atas sangat tepat karena beberapa lirik lagu itu
menggambar isi Sumpah Pemuda. Nah bagaimana proses lahirnya Sumpah
Pemuda tersebut. Pada uraian berikut kita akan belajar tentang serangkaian
peristiwa sebelumnya yang terkait dengan Kongres Pemuda II dan lahirnya
Sumpah Pemuda.
1.
Federasi dan “Front Sawo Matang”
Pada uraian di depan sudah disebutkan bahwa kaum muda terpelajar belum
puas dengan perkembangan organisasi pergerakan yang belum bersatu.
Kesadaran kebangsaan sudah tumbuh, tetapi masih terbatas pada anggota
masing-masing organisasi. Dengan belajar dari perjuangan PI pemuda
semakin bersemangat untuk mewujudkan persatuan di antara organisasi-
organisasi pergerakan yang ada.
Asas perjuangan PI tidak hanya menginspirasi para muda terpelajar, tetapi
juga tokoh-tokoh organisasi pada umumnya. Sebagai contoh Ir. Sukarno. Ia
belum juga puas dengan keadaan dan perkembangan organisasi-organisasi
yang ada, termasuk PNI sebagai organisasi yang ia pimpin. Perkembangan
PNI memang sangat pesat tetapi belum mampu membangun jaringan
dan kerja sama dengan organisasi-organisasi yang lain. Oleh karena itu,
Memahami Teks
203
Sejarah Indonesia
Ir.Sukarno ingin membentuk wadah yang merupakan gabungan dari
berbagai organisasi. Sukarno pernah membentuk Konsentrasi Radikal pada
tahun 1922. Konsentrasi Radikal dimaksudkan merupakan wadah penyatuan
para nasionalis dan partai-partai yang diwakilinya.
Gagasan tentang persatuan dan kerja sama antarorganisasi itu sudah
lama didengungkan oleh PI. Bahkan “persatuan” menjadi salah satu asas
perjuangan PI. Tahun 1926 Moh. Hatta dengan tegas menyatakan perlunya
diciptakan “blok nasional” yang terdiri atas partai-partai politik (organisasi-
organisasi pergerakan), baik yang berbasis komunis maupun yang nasionalis,
(baik yang agamis maupun yang sekuler), guna menghadapi penjajahan
pemerintah Hindia Belanda. Namun sayangnya pada tahun 1926 dan awal
tahun 1927 PKI dengan ambisinya melakukan gerakan sendiri melawan
kekuasaan Belanda dan akhirnya dapat dihancurkan oleh Belanda.
Dengan peristiwa itu, maka tokoh-tokoh pergerakan nasionalis semakin
bersemangat untuk membentuk kekuatan bersama. Apalagi kondisi politik
saat itu yang diwarnai dengan sikap keras dan kejam pemerintah kolonial
terhadap organisasi-organisasi pergerakan. Oleh karena itu, sangat diperlukan
kerja sama antara berbagai organisasi pergerakan yang ada. Kebetulan juga
pada tahun 1927 telah terbit beberapa surat kabar yang memuat tulisan
tentang perlunya mengatasi berbagai perbedaan untuk membangun kerja
sama yang lebih kokoh.
Dalam rangka merealisasikan gagasan tentang persatuan itu, Ir. Sukarno ingin
membentuk wadah persatuan dengan memadukan aliran nasionalisme, Islam
dan marxisme, sehingga merupakan kekuatan moral dan nasionalisme yang
kokoh. Ir. Sukarno mendesak para pemimpin organisasi untuk membentuk
sebuah federasi antarpartai dan organisasi yang sekaligus merupakan “front
sawo matang” untuk menghadapi praktik diskriminasi kelompok kulit putih
yang merasa superior. Federasi dalam hal ini harus mencerminkan situasi
sosial dan politik di Indonesia dengan berbagai orientasi dan aliran yang
beragam. Mengingat realitas ini maka federasi dibuat longgar dan tidak lebur.
Ir. Sukarno segera menemui beberapa pimpinan organisasi untuk membahas
ide persatuan melalui sebuah federasi. Sukarno juga bertemu dengan Dr.
Sukiman sebagai pimpinan Partai Sarikat Islam (PSI) sebagai organisasi atau
partai yang cukup besar di Indonesia. Serangkaian pertemuan dan diskusi
dilakukan untuk membahas tentang pembentukan federasi antarpartai dan
organisasi di Indonesia. Ada pemikiran bahwa organisasi baru hasil federasi
itu akan diberi nama “Persatuan Rakyat Indonesia” (Sardiman AM, 1996).
204
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Untuk membahas secara resmi tentang ide federasi tersebut maka pada
tanggal 17-18 Desember 1927 diadakan rapat di Bandung. Hadir dalam
rapat itu antara lain perwakilan dari BU, PNI, PSI, PPKI, beberapa organisasi
pemuda seperti Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Pasundan, Kelompok Studi
Indonesia. Mereka sepakat mendirikan sebuah federasi yang diberi nama
“Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia”
(PPPKI). Kemudian sebelum terbentuk kepengurusan federasi yang tetap,
terlebih dulu dibentuk semacam panitia yang diketuai oleh Sabirin. Akhirnya
terbentuk kepengurusan tetap PPPKI, sebagai berikut.
Dewan Penasihat : Ir. Sukarno dan Dr. Sukiman
Ketua : Iskaq Cokroadisuryo
Sekretaris merangkap Bendahara
: Dr. Samsi
Adapun tujuan dari PPPKI adalah sebagai berikut:
1)
Mencegah perselisihan antarpartai dan organisasi
2)
Menyatukan arah dan cara beraksi dalam perjuangan ke kemerdekaan
Indonesia.
3)
Mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia dengan berbagai
lambangnya, seperti Sang Merah Putih, lagu Indonesia Raya dan
Bahasa Indonesia.
»
Mengapa Ir. Sukarno ingin membentuk federasi antarpolitik dan
organisasi pergerakan. Mengapa federasi yang akan dibentuk itu
bersifat longgar?
2.
Cita-Cita Persatuan
Munculnya elite baru di kalangan kaum muda terpelajar, telah melahirkan
pemahaman baru, yakni tentang kebangsaan. Kalangan elite baru itu lebih
cenderung memilih pekerjaan sebagai guru, penerjemah, dokter, pengacara,
dan wartawan agar dapat memberikan perlindungan dan advokasi kepada
rakyat.
Tujuh tahun setelah didirikannya Budi Utomo, pemuda Indonesia mulai
bangkit meskipun dalam loyalitas kedaerahan. Seperti telah disinggung di
depan bahwa pada tahun 1915 telah lahir organisasi pemuda yang pertama,
Trikoro Darmo. Trikoro Darmo ini diharapkan menjadi wadah pembinaan
generasi muda untuk penjadi pemimpin nasional yang memiliki rasa cinta
tanah air.
205
Sejarah Indonesia
Organisasi Trikoro Darmo dirasakan para anggotanya cenderung Jawa sentris,
terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Oleh karena itu, dalam kongresnya
di Solo pada 12 Juli 1918, nama Trikoro Darmo diganti menjadi
Jong Java,
yang berarti Jawa Muda. Harapannya masyarakat dan komunitas Sunda di
Jawa Barat dan juga Kaum Betawi bisa bergabung dengan
Jong Java
.
Pada dasarnya
Jong Java
ini bukan organisasi politik dan anggotanya tidak
berpolitik. Organisasi ini lebih menaruh perhatian pada pendidikan dan
pelatihan. Namun dalam perkembangannya atas usul Samsurijal pada
kongers
Jong Java
tahun 1924, bahwa anggota
Jong Java
itu dibagi dalam
dua kelompok. Kelompok pertama anggota yang berusia di bawah 18 tahun
tidak boleh berpolitik dan kelompok kedua anggota yang berusia 18 tahun
ke atas diizinkan untuk ikut dalam gerakan politik.
Berkembangnya organisasi
Jong Java
ini telah mendorong munculnya
organisasi pemuda di berbagai daerah. Misalnya pada tanggal 9 Desember
1917 berdiri organisasi pemuda
Jong Sumatranen Bond
. Organisasi ini
didirikan oleh para pelajar dan pemuda Sumatera yang ada di Jakarta.
Tokohnya antara lain Moh. Hatta, Muh. Yamin. Tujuannya untuk mempererat
tali persaudaraan dan persatuan antarpelajar dari Sumatera.
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960. 1995.
Gambar 4.12
Foto salah satu situasi Kongres Jong Java.
206
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Pada tahun 1918 berdiri organisasi pemuda yang bernama
Jong Minahasa.
Menyusul berikutnya berdiri
Jong Celebes
(Sulawesi),
Jong Ambon, Jong
Borneo
(Kalimantan). Kemudian Sekar Rukun, organisasi pemuda dari tanah
Sunda yang didirikan oleh para pelajar Sekolah Guru. Organisasi-organisasi
ini berorientasi pada kedaerahan atas dasar prinsip persatuan. Tujuan
dikembangkannya organisasi-oraganisasi itu untuk mempersatukan para
pemuda dan pelajar yang merupakan keturunan dari orang tua yang berasal
dari daerah-daerah yang bersangkutan (misalnya anggota
Jong Celebes
para pemuda/pelajar keturunan orang tua dari Sulawesi,
Jong Ambon
, para
pemuda keturunan orang tua dari Ambon, dan begitu seterusnya).
Selain berkembang organisasi pemuda dari berbagai daerah juga muncul
organisasi pemuda dari kelompok agama. Sebagai contoh dari penganut
agama Islam muncul organisasi
Jong Islamieten Bond
(JIB). Organisasi ini atas
ide Agus Salim setelah usulnya untuk memasukkan unsur Islam di dalam
Jong Java
, tidak diterima. Oleh karena dibentuk
Jong Islamieten Bond
untuk
mewadahi para pemuda yang berasal dari kalangan Islam. Sebagai ketua JIB
dipercayakan kepada Samsurijal dan Agus Salim sebagai penasihat. Sekalipun
berbasis Islam, JIB memperjuangkan persatuan nasional
Perkembangan organisasi-organisasi pemuda tersebut semakin meramaikan
suasana pergerakan kebangsaan di Indonesia, apalagi setelah beberapa
organisasi pemuda mulai bersentuhan dengan gerakan politik. Sebagai
contoh pada lustrum pertama
Jong Sumatranen Bond
pada tahun 1923.
Dalam lustrum itu Muh. Yamin menyampaikan pidato yang bertajuk;
De
Maleische Taal in het verleden, heden en ini de toekomst
(Bahasa Melayu
di Masa Lampau, Sekarang dan Masa Datang). Muh. Yamin melontarkan
gagasan pentingnya sebuah majalah kebudayaan yang diberi nama Malaya
(nama ini dalam rangka mengambil hati penduduk Malaya yang masih
berada di bawah penjajahan Inggris). Gagasan ini dapat dimaknai bahwa
perlunya bangsa Indonesia memiliki bahasa pengantar yang bersumber dari
budaya sendiri (Restu Gunawan, “Pemuda dan Perempuan dalam Dinamika
Nasionalisme Indonesia, dalam buku
Indonesia dalam Arus Sejarah
,
2012).
Begitu juga Jong Java setelah tahun 1924 nuansa politik semakin jelas.
Sementara itu JIB sudah sangat kental dengan gerakan politik. Dengan
demikian, telah terjadi perubahan pesat dan radikal di lingkungan organisasi
pemuda. Organisasi pemuda saat itu semakin meluas untuk mencapai cita-
cita persatuan Indonesia.
207
Sejarah Indonesia
Pada tanggal 15 November 1925 dilaksanakan pertemuan organisasi-
organisasi pemuda. Hadir dalam pertemuan itu antara lain perwakilan dari
Jong Java,
Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon,
Jong Celebes,
Pelajar-
pelajar Minahasa, Sekar Rukun. Dalam pertemuan ini antara lain dibahas
tentang rencana kongres pemuda. Kemudian setelah pertemuan ini juga
dibentuk sebuah komite dipimpin oleh Tabrani. Komite ini diberi tanggung
jawab untuk menyelenggarakan kongres pemuda.
»
Gerakan pemuda memiliki andil yang penting dalam mewujudkan
cita-cita persatuan Indonesia? Coba lakukan telaah secara kritis!
Setelah dilakukan berbagai persiapan maka pada 30 April – 2 Mei 1926,
diadakannya rapat besar pemuda di Jakarta, yang kemudian dikenal dengan
Kongres Pemuda Pertama. Kongres itu diketuai oleh M. Tabrani. Tujuan
kongres itu adalah untuk mencapai perkumpulan pemuda yang tunggal, yaitu
membentuk suatu badan sentral. Keberadaan badan sentral ini dimaksudkan
untuk memantapkan paham persatuan kebangsaan dan mempererat
hubungan antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan.
Sumber: Sejarah Nasional dan Sejarah Umum, 1996
Gambar 4.13
. Foto salah satu situasi Kongres Pemuda I
208
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Gagasan-gagasan persatuan dibicarakan dan juga dipaparkan oleh para
tokoh dalam kongres itu. Sumarto misalnya, tampil sebagai pembicara
dengan topik “Gagasan Persatuan Indonesia”. Bahder Djohan tampil dengan
topik “Kedudukan Wanita dalam Masyarakat Indonesia”. Nona Adam
yang menyampaikan gagasannya tentang “Kedudukan Kaum Wanita”.
Djaksodipoero berbicara tentang “Rapak Lumuh”. Paul Pinontoan berbicara
tentang “Tugas Agama di dalam Pergerakan Nasional”. Muhammad Yamin
berbicara tentang “Kemungkinan Perkembangan Bahasa-Bahasa dan
Kesusasteraan Indonesia di Masa Mendatang”.
Gagasan yang disampaikan oleh Yamin dalam kongres itu merupakan
pengulangan dari pidatonya yang disampaikan dalam Lustrum I
Jong
Sumatranen Bond.
Saat itu pidato Yamin mendapat komentar dari Prof. Dr.
Hooykes, bahwa kelak Muh. Yamin menjadi pelopor bagi usaha penggunaan
bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dan pergaulan di Indonesia.
Dengan demikian, penggunaan bahasa Belanda dapat semakin terdesak.
Dalam Kongres Pemuda I telah muncul kesadaran dan kesepahaman
tentang perlunya bahasa kesatuan. Pada saat kongres ini telah diusulkan
untuk memutuskan bahasa kesatuan yang pilihannya antara bahasa Jawa
atau Bahasa Melayu. Setelah dipilih satu di antara dua bahasa itu akhirnya
dipilih Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan yang disebut dengan
Bahasa Indonesia. Jadi pada akhir Kongres Pemuda I itu sudah disepakati
dan diputuskan bahwa bahasa persatuan adalah Bahasa Indonesia. Hanya
pada waktu M. Tabrani mengusulkan dan kemudian memutuskan agar
Ikrar Pemuda yang mengakui Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
dibicarakan lagi pada Kongres Pemuda berikutnya. Inilah hasil penting dari
Kongres Pemuda I.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Kongres Pemuda I telah melahirkan
keputusan yang mendasar yakni mengakui dan menerima tentang cita-cita
persatuan Indonesia dan bahasa Indonesia disepakati sebagai perekatnya.
Perlu diketahui bahwa usul mengenai bahasa Indonesia itu sebenanrnya
datang dari M. Tabrani. Semula Muh. Yamin agak keberatan, namun setelah
berdiskusi dengan Sanusi Pane dan dan Adinegoro, disepakati yang diusulkan
sebagai bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia yang intinya berasal dari
bahasa Melayu yang akan diperkaya oleh bahasa-bahasa lainnya.
209
Sejarah Indonesia
»
Tahun 1926 telah dilaksanakan Kongres Pemuda I. Kongres ini
memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan bangsa. Coba
jelaskan!
3.
Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa.
Perangkat lunak untuk membangun dan memperkokoh persatuan sudah
disepakati, yakni bahasa. Namun, dalam rangka melawan penjajahan harus
juga diwujudkan secara kongkret. Organisasi atau partai yang berjalan sendiri-
sendiri tentu tidak efektif. Begitu juga organisasi pemuda yang terpisah-pisah
tidak akan bisa melawan penjajahan. Oleh karena itu, setelah Kongres
Pemuda I berakhir, berkembang usulan agar dilakukan penggabungan
berbagai organisasi pemuda yang ada. Sebagai realisasinya maka pada
tanggal 15 Agustus 1926 diadakan pertemuan organisasi-organisasi pemuda
di Jakarta. Hadir dalam pertemuan itu perwakilan antara lain dari
Jong Java
,
Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond,
Sekar Rukun
, Jong Bataks
Bond
,
Jong Celebes,
Perhimpunan Pelajar Ambon, juga dihadiri Komite
Kongres Pemuda I. Dalam pertemuan ini diusulkan agar dibentuk badan
tetap untuk keperluan persatuan Indonesia. Berkaitan dengan usulan ini
maka tanggal 31 Agustus 1926 telah disahkan Anggaran Dasar untuk suatu
perkumpulan atau organisasi pemuda yang baru yang diberi nama
Jong
Indonesia
. Namun realisasinya belum memuaskan seperti yang diharapkan
para pemuda. Baru pada tanggal 20 Februari 1927 ada pertemuan yang
digagas oleh
Algemene Studie Club
di Bandung. Pertemuan tersebut berhasil
mendirikan organisasi pemuda yang diberi nama
Jong Indonesia
. Organisasi
ini berdasarkan pada asas kebangsaan atau nasionalisme. Tokoh-tokoh yang
ada di dalam
Jong Indonesia
itu antara lain: Sutan Syahrir, Suwiryo, Halim,
Moh. Tamzil, Yusupadi, dan Notokusumo.
Di samping organisasi itu, pada bulan September 1926 juga diadakan
pertemuan para pelajar atau mahasiswa. Dalam pertemuan itu berhasil
dibentuk perkumpulan yang diberi nama Perhimpunan Pelajar-Pelajar di
Indonesia (PPPI). Anggota umumnya dari para mahasiswa STOVIA dan
Sekolah Tinggi Hukum. PPPI bertujuan untuk memperjuangkan Indonesia
merdeka. Cita-cita hanya dapat tercapai bila paham kedaerahan dihilangkan
dan perselisihan pendapat di antara kaum nasionalis harus dihapuskan.
Aktivitas PPPI meliputi gerakan pemuda, sosial, dan politik. Ketua
perkumpulan itu Soegondo Djojopoespito, tokoh-tokoh lainnya adalah Muh.
Yamin, Abdullah Sigit, Suwiryo, Sumitro Reksodiputro, A.K. Gani, Sunarko,
210
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Amir Syarifuddin, dan Sumanang. Perhimpunan itu sering berkumpul di
Indonesische Clubgebouw
yang terletak di Jl. Kramat No 106, Weltevreden.
Mereka mempunyai hubungan antaranggota yang sangat dekat dan tidak
formal. PPPI memiliki peran penting dalam pertemuan-pertemuan berikutnya
dalam rangka mewujudkan persatuan Indonesia untuk melawan penjajahan
Belanda. Dua oragisasi PPPI dan
Jong Indonesia
ini memiliki peran strategis
dalam perjuangan pemuda untuk mewujudkan persatuan Indonesia.
Memasuki tahun 1927 perjuangan pemuda mengalami percepatan yang luar
biasa. Setiap ide persatuan untuk membebaskan Indonesia ditangkap dengan
segera, baik oleh kelompok pemuda bahkan juga kelompok tua. Dinamika
silaturahmi antarorganisasi terus dilakukan untuk mencapai kesepatan dan
mewujudkan. Gerakan semangat dan gelora perjuangan para pemuda ini
semakin meningkat untuk merapatkan barisan perjuangan di tanah Hindia,
karena didukung oleh bergabungnya tokoh-tokoh dan para pelajar dari
Perhimpunan Indonesia yang baru saja kembali ke tanah air. Di antara
mereka adalah Sartono, Moh. Nazif, dan Mononutu. Selama dua tahun
itulah para pemuda mengadakan pertemuan secara intensif di
Indonesische
Clubgebouw.
Pada tanggal 28 Desember 1927,
Jong Indonesia
menyelenggarakan kongres
di Bandung. Dalam kongres ini Ir. Sukarno memberikan ceramah yang dapat
menambah semangat para pemuda. Dalam kongres ini juga menetapkan
nama
Jong Indonesia
diganti dengan Pemuda Indonesia. Beberapa keputusan
penting dalam kongres ini antara lain:
1.
Menetapkan nama
Jong Indonesia
diganti dengan Pemuda Indonesia
2.
Bahasa Indonesia (akhirnya dipilih bahasa Melayu) dijadikan bahasa
pengantar organisasi Pemuda Indonesia.
3.
Pemuda Indonesia menyetujui usul PPPI tentang dibentuknya fusi semua
organisasi–organisasi lainnya yang berasaskan kebangsaan.
Selanjutnya untuk merealisasikan gagasan fusi semua organisasi itu, PPPI
segerta mengambil langkah-langkah. Diadakanlah pertemuan untuk
membentuk panitia yang dikenal sebagai Panitia Kongres Pemuda II. Panitia
ini akan bertanggung jawab terhadap serangkaian acara seperti rapat-
rapat terbuka dan ceramah-ceramah yang menganjurkan dan menguatkan
semangat persatuan. Pada bulan Juni 1928, panitia kongres dibentuk. Terpilih
sebagai Ketua Kongres Pemuda II adalah Soegoendo Djojopoespito dari PPPI.
Selengkapnya susunan panitia itu sebagai berikut.
211
Sejarah Indonesia
Ketua
: Soegoendo Djojopoespito dari PPPI
Wakil Ketua
: Djoko Marsaid dari
Jong Java
,
Sekretaris
: Muh. Yamin dari
Sumatranen Bon
d
Bendahara
: Amir Syarifuddin dari
Jong Bataks Bond
Pembantu I
: Djohan Muh. Tjai dari
Jong Islamieten Bond
Pembantu II
: Kontjosungkono dari Pemuda Indonesia
Pembantu III
: Senduk dari
Jong Celebes
Pembantu IV
: J. Leimena dari
Jong Ambon
Pemantu V
: Rohyani dari Pemuda Kaum Betawi
Banyak tokoh-tokoh dari Perhimpunan Indonesia yang memberi saran dan
masukan dalam penyelenggaraan kongres, misalnya Sartono, S.H., Sunario,
SH., Moh. Nazif, A.J.Z Mononutu.
Kongres Pemuda II ini dialaksanakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928.
Yang diundang dalam kongres ini adalah semua organisasi pemuda dan
mahasiswa, serta berbagai organisasi dan partai yang sudah ada. Tampak
hadir beberapa tokoh pemuda ataupun tokoh senior, seperti: Soegoendo
Djojopoespito, Djoko Marsaid, Muh. Yamin, Amir Syarifuddin, Sartono,
Kartokusumo, Abdulrahman, Sunario, Kartosuwiryo, S. Mangunsarkoro,
Nonan Purnomowulan, Siti Sundari, Muh. Roem, Wongsonegoro,
Kasmansingodimedjo, dan A.K. Gani. Kongres itu juga dihadiri perwakilan
dari
Volksraad
dan juga dari pemerintah Hindia Belanda. Diperkirakan hadir
lebih dari 750 orang.
Kongres itu dilaksanakan dalam tiga tahapan sidang.
Rapat pertama
Dilaksanakan hari Sabtu, 27 Oktober 1928 malam bertempat di gedung
Katholik Jongelingen Bond, Waterloopen
. Rapat dibuka oleh Ketua Panitia
Kongres Pemuda II. Di dalam pembukaan ini juga dibacakan amanat tertulis
dari Ir. Sukarno, amanat tertulis dari pengurus Perhimpunan Indonesia
yang ada di Belanda. Sementara itu, dalam pidato pembukaan Soegoendo
Djojopoespito menyerukan tentang pentingnya Indonesia Bersatu. Dalam
sidang pertama, Muh. Yamin memberikan ceramah tentang persatuan dan
kebangsaan Indonesia. Dalam ceramahnya itu Yamin menegaskan ada lima
faktor yang dapat memperkuat persatuan bangsa, yakni faktor: sejarah,
bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
212
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Rapat kedua
Rapat kedua dilaksanakan pada hari Minggu, 28 Oktober 1928, berlangsung
pukul 08.00-12.00 Sidang dilaksanakan di
Oost Java Bioscoop Koningsplein
.
Rapat membahas hal-hal yang berkait dengan pendidikan. Beberapa tokoh
tampil berbicara misalnya Nona Purnomowulan, S. Mangunsarkoro. Ki Hajar
Dewantoro diharapkan dapat tampil sebagai pembicara tetapi berhalangan
hadir.
Rapat ketiga
Rapat ketiga dialksanakan pada hari Minggu 28 Oktober 1928 17.30-20.00
Rapat ini dilaksanakan di gedung
Indonesische Clubgebouw
., Jl. Kramat Raya
106. Pada rapat ketiga ini rencananya akan diramaikan dengan acara pawai
atau arak-arakan organisasi kepanduan. Namun, pawai gagal dilakukan
karena dihalang-halangi oleh pihak polisi Belanda. Hal ini mengecewakan para
peserta. Walaupun demikian, kekecewaan ini tidak menyurutkan semangat
para peserta. Bahkan sebaliknya semakin membakar semangat para peserta
kongres. Pada rapat yang ketiga ini juga diisi ceramah-ceramah. Misalnya
Ramelan menyampaikan tentang gerakan kepanduan. Berikutnya Sunario
menyampaikan materi tentang “Pergerakan Pemuda dan Persatuan Bangsa”
dalam ceramah ini ditekankan pentingnya persatuan dan kehidupan yang
demokratis dan patriotis.
Rapat kemudian diistirahatkan. Pada saat istirahat ini tampillah W.R.
Supratman untuk memainkan lagu yang diberi judul “Indonesia Raya”.
Namun untuk menyiasati agar tidak dilarang oleh orang Belanda yang hadir,
W.R. Supratman menampilkan lagu tersebut secara instrumental dengan
biola. Lagu inilah yang kemudian kita kenal dengan Lagu Kebangsaan
Indonesia dan bendera Merah Putih diakui sebagai bendera kebangsaan.
Setelah istirahat kemudian rapat dilanjutkan. Pada puncak Kongres Pemuda
II ini diikrarkan sebuah sumpah yang kemudian kita kenal dengan nama
Sumpah Pemuda senantiasa menjadi keputusan penting yang historis-
monumental dalam Kongres Pemuda II. Naskah rumusan ikrar Sumpah
Pemuda ini selengkapnya dirumuskan oleh Muh. Yamin. Naskah selengkapnya
dapat dilihat sebagai berikut.
213
Sejarah Indonesia
Kepoetoesan Kongres Pemoeda-Pemoedi Indonesia
Kerapatan pemoeda-pemoedi Indonesia diadakan oleh perkoempoelan-
perkoempoelan Indonesia berdasarkan kebangsaan, dengan namanja Jong
Java, Jong Soematra Bond (Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar
Roekoen, Jong Islameten Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan
Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia.
Memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober tahoen 1928 di negeri
Djakarta.Sesoenggoehnja mendengar pidato-pidato pembitjaraan jang
diadakan di dalam kerapatan tadi sesoedahnja mendengar pidato-pidato dan
pembitjaraan ini.
Kerapatan laloe mengambil kepoetoesan:
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah
darah jang satoe, tanah Indonesia
Kedua:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa
jang satoe, bangsa Indonesia
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mendjoendjoeng
bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Setelah mendengar poetoesan ini, kerapatan mengeloearkan kejakinan azas
ini wadjib dipakai oleh segala perkoempoelan kebangsaan Indonesia.
Mengeloearkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan
memperhatikan dasar persatoeannja:
Kemaoean,
Sejarah,
Bahasa,
Hoekoem adat,
Pendidikan dan kepandoean.
Dan mengeloearkan pengharapan soepaja poetoesan ini disiarkan dalam segala
surat kabar dan dibatjakan di moeka rapat perkoempoelan-perkoempoelan. .
214
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Setelah Kongres Pemuda II berakhir, perkumpulan-perkumpulan pemuda
segera menyiapkan untuk melakukan proses fusi. Bahkan Jong Java sebagai
organisasi pemuda terbesar dan tertua mengadakan kongres tanggal 25-29
Desember 1928 di Yogyakarta memutuskan menyetujui untuk ikut fusi di
dalam perkumpulan pemuda baru yang akan segera dibentuk.
Sebagai pematangan persiapan fusi, pada tanggal 24 April dan 25 Mei
1929 diadakan pertemuan di gedung
Indonesia Clubgebouw
yang dihadiri
perwakilan perkumpulan pemuda seperti perwakilan
Jong Java, Jong
Sumatranen Bond,
dan Pemuda Indonesia. Dalam pertemuan ini disepakati
hasil fusi akan melahirkan organisasi pemuda yang baru yang berdasarkan
pada kebangsaan Indonesia. Untuk itu dibentuklah suatu komisi besar
yang anggotanya diambil dari berbagai organisasi pemuda. Berdasarkan
perwakilan dari masing-masing organisasi itu disusunlah struktur Komisi
Besar Indonesia Muda, sebagai berikut.
Ketua
: Kuntjoropurbopranoto
Wakil Ketua
: Muh. Yamin
Penulis I
: Joesoepandi
Penulis II
: Sjahrial
Sumber: .30.Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960. 1995 .
Gambar 4.14
Foto salah satu situasi Kongres Pemuda.
215
Sejarah Indonesia
Bendahara I
: Assaat
Bendahara II
: Soewadji Prawirohardjo
Administratie I
: A.K. Gani
Administratie II
: Mohammad Tamzil
Pembantu
: G.R. Pantouw
Pembantu
: Surjadi
Selanjutnya Komisi Besar Indonesia Muda ini menyelenggarakan kongres pada
tanggal 28 Desember 1930 - 2 Januari 1931 di gedung Habiprojo Surakarta.
Dalam kongres ini diputuskan organisasi baru sebagai hasil fusi berbagai
organisasi pemuda yang diberi nama Indonesia Muda. Tepat pukul 12.00
WIB semua hadirin diminta untuk berdiri dan piagam pendirian Indonesia
Muda dibacakan. Pada saat itu Panji-panji Indonesia Muda berkibar untuk
selama-lamanya diiringi bunyi gamelan, setelah gamelan berhenti semua
pemuda yang hadir menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Pada saat diresmikan Indonesia Muda sudah memiliki 25 cabang di seluruh
Indonesia dengan 2.393 anggota (Restu Gunawan, “Pemuda dan Perempuan
dalam Dinamika Nasionalisme Indonesia”, dalam buku
Indonesia dalam
Arus Sejarah,
2012). Dengan berdirinya Indonesia Muda secara otomatis
perkumpulan atau berbagai organisasi pemuda yang ada menyatakan
membubarkan diri.
Tujuan organisasi Indonesia Muda ini adalah membangun dan
mempertahankan keinsyafan antara anak bangsa yang bertanah air satu agar
tercapai Indonesia Raya. Karena Indonesia Muda berusaha memajukan rasa
saling menghargai dan memelihara persatuan semua anak bangsa, menjalin
kerja sama dengan semua komponen bangsa, mengadakan kursus-kursus
untuk memberantas buta huruf, memajukan kegiatan olah raga, dan lain-
lain.
»
Peristiwa Kongres Pemuda II tahun 1928 yang melahirkan Sumpah
Pemuda Tahun 1928 dapat dikatakan sebuah revolusi dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya membebaskan bangsa
dari cengkeraman penjajahan. Coba jelaskan!
216
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
4.
Nilai-nilai Penting Sumpah Pemuda
Menurut Taufik Abdullah, kisah Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah
Pemuda memperlihatkan pada kita tentang satu hal yang menarik dalam
pengetahuan masa lalu kita. Sumpah Pemuda dapat kita lihat sebagai
perwujudan dari sebuah peristiwa besar, yaitu produk dari berkumpulnya
organisasi-organisasi pemuda terpelajar untuk melakukan “Kongres
Pemuda”. Sumpah Pemuda dipandang sebagai pengakuan fundamental dari
sebuah bangsa yang masih dalam tahap pembentukan. Ia terbentuk melalui
kurun yang waktu panjang. Tujuh tahun setelah terbentuknya Budi Utomo,
pemuda Indonesia mulai bangkit meskipun masih dalam tahapan loyalitas
kepulauan. Perubahan pesat dan radikal dari organisasi-organisasi pemuda
itu mendorong mereka untuk menciptakan persatuan yang lebih luas.
Dengan demikian, jelas nilai yang utama dari peristiwa Sumpah Pemuda
adalah nilai
persatuan
.
Persatuan yang diilhami oleh asas perjuangan
Perhimpunan Indonesia ini sudah lama diperjuangkan oleh para pemuda.
Para pemuda dengan memahami sejarah panjang perjuangan bangsa
Indonesia, telah melahirkan kesadaran yang mendalam tentang pentingnya
persatuan. Kiranya dapat cermati bagaimana ratusan tahun bangsa kita
berjuang untuk membebaskan diri dari kekuasaan penjajahan. Aceh berjuang,
Banten, Mataram, Makassar, Maluku, tetapi gagal karena mereka berjuang
di daerahnya sendiri-sendiri. Selanjutnya Patimura, Pangeran Hidayatullah,
Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Cut Nyak Dien juga kandas tidak
mampu mengusir penjajah karena tidak ada saling membantu di antara
mereka. Mereka belum mampu menjalin persatuan di antara mereka.
Begitu juga di era modern BU, SI, Indische Partij, PSI, PKI, PNI belum berhasil
membebaskan Indonesia dari cengkeraman penjajah. Setiap organisasi masih
cenderung berjuang dengan organisasinya sendiri. Oleh karena itu, berbagai
organisasi pemuda berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan persatuan
di antara anak bangsa, minimal di kalangan pemuda. Lahirnya Indonesia
Muda diharapkan dapat menggerakkan seluruh komponen bangsa untuk
menciptakan Indonesia Raya, membebaskan diri dari penjajahan, dan
akhirnya tercapai kemerdekaan.
Nilai berikutnya, adalah kemandirian, jati diri, kedaulatan atau penguatan
nasionalisme. Secara tidak langsung dengan peristiwa Sumpah Pemuda,
para pemuda telah meneguhkan pentingnya jati diri Indonesia, penguatan
semangat kebangsaan atau nasionalisme. Hal ini tercermin dalam ikrar satu
tanah air, satu bangsa dan keikhlasan menjunjung satu bahasa: INDONESIA.
217
Sejarah Indonesia
Pernyataan satu nusa, bangsa, dan bahasa Indonesia ini menunjukkan adanya
kesadaran yang amat tinggi tentang jati diri dan semangat kebangsaan kita
semua sebagai orang Indonesia. Di dalam jati diri dan ruh kebangsaan itu
tentu mengandung kemandirian, kalau bangsa ini mandiri berarti berdaulat,
berdaulat berarti tidak dijajah orang lain, itulah kemerdekaan.
Di balik peristiwa Sumpah Pemuda, juga terkandung nilai demokrasi. Setelah
Sumpah Pemuda diikrarkan, persatuan diwujudkan maka langkah-langkah
perjuangan pun dilaksanakan. Dalam mewujudkan cita-cita Indonesia
Raya, satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa perlu ada program-program
kebersamaan, saling menghargai, dan rembug bareng di antara komponen
bangsa untuk memajukan bangsa. Setelah maju dapat mandiri dan bedaulat.
Bahkan dalam strategi politik para pemuda juga mengembangkan sikap
saling menghargai baik yang mengambil langkah kooperasi maupun non-
kooperasi. Mereka dalam berjuang tidak lagi dengan fisik dan kekerasan
tetapi dengan bermusyawarah, berdemokrasi misalnya melalui
Volksraad
.
Di depan sudah disinggung bahwa pada tahun 1926 telah menunjukkan
perubahan dalam orientasi perjuangan bagi organisasi pergerakan
kebangsaan. Pendekatan dan strategi perjuangan mulai dimantapkan.
Orientasi dan pendekatan politik semakin terbuka. Semangat persatuan
dan kesatuan mulai digelorakan. Kongres Pemuda II yang melahirkan
Sumpah Pemuda secara nyata mengembangkan semangat persatuan dan
kebangsaan. Di samping itu, Sumpah Pemuda secara tidak langsung
telah memberikan pelajaran tentang nilai-nilai jati diri dan demokrasi.
Dengan dipelopori organisasi pemuda, nilai dan semangat keindonesiaan
untuk memperkokoh jati diri dan kemandirian juga semakin memantapkan
perjuangan bangsa Indonesia. Perjuangan politik melalui Volksraad telah
juga menjadi ajang yang penting untuk menunjukkan salah satu strategi
perjuangan bangsa yang lebih demokratis.
Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa Sumpah Pemuda telah
menjadi tonggak sejarah dalam mengompakkan perjuangan seluruh warga
bangsa Indonesia dalam upaya mengusir penjajah. Sekalipun perjuangan
belum berlabuh pada tujuan yang diharapkan tetapi semua itu, baik
perjuangan yang bersifat kooperatif dan non-kooperatif, perjuangan
melalui Volksraad maupun di luar Volksraad telah menunjukkan eksistensi
bangsa Indonesia dalam berjuang untuk mengusir penjajahan menuju
kemerdekaan bangsa
.
218
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
KESIMPULAN
1
.
Memasuki tahun 1926 gagasan tentang persatuan antarorganisasi dan
komponen bangsa semakin menguat.
2.
Ir. Sukarno berusaha menyatukan berbagai organisasi dan partai yang ada.
Tahun1927 telah membentuk: ”Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Bahkan sebelum yakni tahun 1922
Sukarno telah membentuk Konsentrasi Radikal.
3.
Berbagai organisasi pemuda berusaha mewujudkan cita-cita persatuan.
Tahun 1926 diadakan Kongres Pemuda I. Dalam kongres ini semakin
kuatnya untuk mewujudkan persatuan antara semua unsur dan disepakati
untuk membentuk organisasi pemuda yang baru sebagai hasil fusi
antaraorganisasi pemuda yang ada. Disepakati perlunya bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar.
4.
Sumpah Pemuda sebagai klimak agenda dalam Kongres Pemuda II, 28-10-
1928 dengan ikrarnya satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, merupakan
peristiwa dan sangat penting yang historis-monumental dalam dinamika
perjuangan bangsa menuju cita-cita persatuan Indonesia.
5. Sumpah Pemuda memiliki nilai-nilai yang sangat bermakna dalam menuju
cita-cita Indonesia Merdeka. Nilai-nilai persatuan, jati diri/semangat
kebangsaan dan demokrasi merupakan nilai-nilai yang sangat penting
artinya bagi perjuangan rakyat Indonesia pada masa-masa berikutnya,
yang secara nyata menunjukkan identitas keindonesiaan. Indonesia Raya,
Indonesia Merdeka sebagai tujuan utama.
219
Sejarah Indonesia
LATIH UJI KOMPETENSI
1.
Mengapa pemuda berusaha keras untuk mewujudkan cita-cita
persatuan Indonesia?
2.
Menurut analisismu, apa yang menjadi produk terpenting dari Kongres
Pemuda I tahun 1926?
3.
Di dalam ikrar Sumpah Pemuda antara lain dinyatakan tanah air
yang satu tanah Indonesia, berbangsa yang satu Bangsa Indonesia,
menjunjung bahasa Persatuan Bahasa Indonesia. Mengapa rumusan
yang terkait dengan bahasa Indonesia berbeda dengan yang tanah air
dan bangsa, jelaskan!
4.
Dalam konteks memperjuangkan persatuan untuk kemerdekaan
bangsa, siapa tokoh yang paling berperan penting dalam Kongres
Pemuda II?
5.
Jelaskan secara krtitis tentang nilai-nilai penting dalam Sumpah
Pemuda, mengapa nilai-nilai itu kamu anggap penting?
6.
Perhatikan kutipan berikut
“Pada 31 Oktober 1920 anggota dari dua perhimpunan pelajar terbesar di Hindia
Belanda, Jong Java dan Jong Sumatranen Bond berkumpul di sebuah ruangan di Batavia
untuk mendengarkan pidato P. Fournier, seorang pimpinan gerakan teosofi Hindia. Itu
adalah pertemuan pertama Studiegroep Politiek Wetenshappen (Kelompok Studi Ilmu
Politik)...
” Kepala yang dingin dan hati yang gembira”.
Begitulah Fournier
menyimpulkan kualitas-kualitas terpenting yang harus dipunyai seorang pemimpin
politik. Hati yang gembira maksudnya adalah cinta yang menggelora terhadap tanah
air, hasrat yang menyala-nyala untuk bekerja demi kemajuan bangsa.” Begitulah jiwa
politik yang diharapkan oleh Fournier kepada para pelajar....”
Coba jelas bagaimana pendapatmu tentang kutipan tersebut dalam
konteks perjuangan tokoh-tokoh di Indonesia!
220
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Tugas
Buatlah sebuah karya tulis sejarah dengan judul “Pemudaku: Dulu, Kini dan
Esok”. (kamu dapat menggunakan berbagai buku, koran, dan majalah yang
ada di sekitar kamu sebagai sumber).
Jangan lupa dalam uraian karangan itu mengandung uraian tentang
pentingnya Sumpah Pemuda, mengapa setiap tanggal 28 Oktober diperingati
sebagai Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pemuda. Apa makna Sumpah Pemuda
itu bagi dirimu, bagi para pelajar dan pemuda pada umumnya?
221
Sejarah Indonesia
c.
Penguatan Jati Diri Keindonesiaan
»
1. Coba cermati dengan seksama gambar di atas. Kemudian buatlah
beberapa pertanyaan terkait dengan gambar tersebut!
2. Apa kira-kira isi kegiatan kongres yang sesuai pada gambar itu?
3. Aktivitas yang tertera pada gambar tersebut ada kaitannya
dengan proses penguatan jati diri keindonesiaan?
Kalau kita perhatikan isi Sumpah Pemuda merupakan suatu peristiwa
komitmen dan kebulatan tekad Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang satu
dan tanah air yang satu, serta menjunjung bahasa persatuan yang satu,
bahasa Indonesia.
Memahami Lingkungan
Sumber: Indonesia dalam Arus Sejarah, 2012.
Gambar 4.15
Foto Kongres GAPI tahun 1939.
222
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Harus diingat Sumpah Pemuda itu memiliki makna yang strategis dalam
rangkaian untuk mengembangkan rasa persatuan dan proses penguatan jati
diri bangsa, bangsa Indonesia. Karena hal yang sangat menonjol, setelah
terjadinya Sumpah Pemuda, organisasi-organisasi dan partai yang ada secara
tegas mendasarkan jiwa dan semangat keindonesiaan. Partai atau organisasi
politik yang belum mencatumkan namanya dengan kata Indonesia, mulai
menambahkan nama Indonesia, misalnya Partai Sarekat Islam menjadi Partai
Sarekat Islam Indonesia.
Pada bagian ini kita akan mendalami tentang materi yang terkait dengan
“Penguatan Jati Diri Keindonesiaan” sebagai implikasi dari semangat Sumpah
Pemuda.
1.
Politik untuk Kesejahteraan dan Kejayaan
Perlu dipahami bahwa dengan berkembangnya organisasi di kalangan
pemuda juga diikuti oleh
berkembangnya organisasi wanita atau perempuan
di Indonesia. Pada tahun 1912 berdiri organisasi perempuan yang pertama
yakni Putri Mardika di Jakarta. Organisasi itu bertujuan untuk membantu
bimbingan dan penerangan pada gadis bumiputera dalam menuntut
pelajaran dan mengemukakan pendapat di muka umum, serta memperbaiki
hidup wanita sebagai manusia yang mulia. Berbagai aktivitas dilakukan oleh
organisasi itu, terutama memberikan beasiswa untuk menunjang pendidikan
dan menerbitkan majalah wanita
Putri Mardika.
Beberapa tokoh yang pernah
duduk dalam kepengurusan Putri Mardika, yaitu Sabaruddin, R.A Sutinah,
Joyo Pranoto, Rr. Rukmini, dan Sadikun Tondokusumo. Kartini
Fonds
,
didirikan atas usaha Ny. C. Th. Van Deventer, seorang penasehat Politik
Etis. Perkumpulan itu didirikan pada 1912 dengan tujuan untuk mendirikan
sekolah Kartini. Setelah itu, muncul dan berkembang organisasi perempuan
di berbagai daerah, juga organisasi-organisasi perempuan sebagai bagian
dari organisasi yang sudah ada, seperti organisasi wanita di Muhammadiyah,
organisasi wanita di Taman Siswa, organisasi perempuan di BU, dan begitu
seterusnya.
Memahami Teks
223
Sejarah Indonesia
Berkembangnya berbagai organisasi wanita tersebut mendorong pergerakan
wanita untuk lebih berperan untuk meningkatkan kesejahteraan kaum
perempuan. Wanita yang mengenyam pendidikan juga semakin banyak.
Dengan demikian, wawasan mereka juga semakin berkembang untuk
memberi dukungan terhadap organisasi-organisasi pergerakan pada
umumnya.
Diadakannya Kongres Pemuda II yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda
tersebut nampaknya ikut menyemangati perjuangan organisasi pergerakan
perempuan di Indonesia. Seide dengan pelaksanaan Kongres Pemuda II itu
kemudian organisasi-organisasi wanita yang telah berkembang di berbagai
daerah di Indonsia itu mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada
22-25 Desember 1928, di Pendopo Joyodipuro, yang dipimpin oleh Ny. R.A.
Sukanto. Kongres itu diprakarsai oleh Ny. Sukoto, Nyi Hajar Dewantara,
dan Nn. Suyatin. Kongres itu bertujuan untuk menjalin persatuan di antara
perkumpulan wanita, dan memajukan wanita. Dalam Kongres Perempuan
Indonesia I itu dihadiri oleh 30 organisasi wanita. Kongres Perempuan
Indonesia I itu merupakan bagian penting bagi Kesatuan Pergerakan Wanita
Indonesia. Untuk mengenang sejarah kongres perempuan maka setiap
tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia.
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia V, 1984.
Gambar 4.16
Kongres Perempuan I, 22-25 Desember 1928.
224
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Pada perkembangan selanjutnya organisasi itu berubah nama sebagai
Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPPI). Perjuangan organisasi itu
semakin kuat dengan didirikannya Isteri Sedar dan Istri Indonesia. Isteri Sedar
didirikan oleh Suwarni Pringgodigdo (1930), di Bandung. Organisasi itu
bertujuan meningkatkan kesadaran wanita Indonesia untuk memperkokoh
cita-cita Indonesia Merdeka. Organisasi ini sejalan dengan PNI, yang menolak
poligami. Selanjutnya Istri Indonesia didirikan 1932. Organisasi itu didirikan
berdasarkan nasionalisme dan demokrasi. Tujuan Istri Indonesia adalah
mencapai Indonesia Raya dan bersikap kooperatif terhadap pemerintah
Belanda. Tokoh-tokoh organisasi itu adalah Ny. Sunaryo Mangunpuspito dan
Maria Ulfah Santoso. Kongres Perempuan I dan juga semakin meningkatnya
gerakan organisasi wanita telah ikut mendorong bagi kemajuan perjuangan
bangsa Indonesia untuk mencapai kejayaan. Kejayaan ini dalam rangka
menuju cita-cita kemerdekaan.
»
Organisasi kaum perempuan juga memiliki andil yang cukup penting
dalam ikut memajukan masyarakat Hindia yang sedang dijajah oleh
Belanda. Coba jelaskan bagaimana peran organisasi perempuan
dalam membantu memajukan bidang pendidikan saat itu.
2.
Pemuda yang Berpolitik
Seperti telah dijelaskan bahwa pada tahun 1931 secara resmi telah berdiri
organisasi pemuda hasil fusi yang bernama Indonesia Muda. Mereka para
anggota penuh semangat untuk memperjuangakan Indonesia Bersatu,
Indonesia yang merdeka.
Pada mulanya perkumpulan Indonesia Muda tidak diperbolehkan terlibat
dalam politik. Tekanan pemerintah terhadap larangan berpolitik mendorong
anggota Indonesia Muda untuk mendirikan perkumpulan lain, bahkan
tersebar di berbagai organisasi politik atau golongan yang ada. Pada 1931,
orang-orang PNI Baru di Malang mendirikan Suluh Pemuda Indonesia yang
bercorak Marhaen. Partindo di Yogyakarta mendirikan Persatuan Pemuda
Rakyat Indonesia (Perpri). Dari perkumpulan Islam misalnya, berdiri JIB bagian
keputrian, Pemuda Muslim Indonesia, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda
Perserikatan Ulama, Pemuda Persatuan Islam, dan Anshor NU. Dari pemuda
Kristen misalnya, lahir Persatuan Pergerakan Pemuda Kristen, sementara
225
Sejarah Indonesia
pemuda Katholik melahirkan Mudo Katholik dari partai politik Suluh Pemuda
Indonesia, barisan Pemuda Gerindo, Jajasan Obor Pasundan. Perkumpulan
lainnya seperti, Taman Siswa, Persatuan Pemuda Teknik, Persatuan Putri
Cirebon, Kebangunan Sulawesi, dan Minangkabau. Di dalam organisasi ini
para pemuda dapat bersentuhan dengan kegiatan politik sesuai dengan
dinamika organisasi induknya.
Dalam gerakannya para pemuda juga melakukan kegiatan kepanduan.
Kepanduan itu berasal dari kepanduan
Jong Java
, Pemuda Sumatera,
dan organisasi pemuda lainnya. Di samping itu juga berdiri kepanduan
berdasarkan kebangsaan dan keagamaan, seperti Natipy, Hizbul Wathon,
Siap, dan Kepanduan Rakyat Indonesia.
Kepanduan itu mengambil azas dari kepanduan dunia, yang berisi tentang
memberikan pelajaran dalam bentuk segala permainan dan kecakapan pandu,
untuk meningkatkan kesehatan para pemuda. Dalam kegiatan kepanduan
ini para pemuda dengan payung kegiatan kesehatan bisa dikaitkan dengan
pembinaan disiplin seperti baris-berbaris. Dari kegiatan ini dapat ditumbuhkan
semangat termasuk kemudian semangat patriotisme dan nasionalisme, atau
cinta tanah air seperti yang dikembangkan di lingkungan Hizbul Wathon.
3.
Nasionalisme yang Revolusioner
Sebagai seorang terpelajar Sukarno, muncul sebagai seorang pemuda cerdas
yang memimpin pergerakan nasional baru. Ia mendirikan partai dengan
nama Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927). Partai itu bersifat revolusioner,
sebelumnya partai itu bernama Algeemene Studie Club. Sukarno memimpin
partai itu hingga Desember 1929. Jumlah anggotanya hingga saat itu
mencapai 1000 orang.
Sukarno juga turut serta memprakarsai berdirinya Permufakatan
Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada
1927. Pada 28 Oktober 1928 organisasi ini ikut menyatakan ikrar tentang
tanah air yang satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia.
Pernyataan Sumpah Pemuda itu membawa dampak luas pada masyarakat
untuk menumbuhkan nasionalisme yang kuat. Di daerah-daerah munculnya
nasionalisme yang digerakkan oleh tradisi dan agama. Mereka terinspirasi
oleh para pemimpin pergerakan nasional yang ada di Jakarta.
226
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Oleh karena itu,
perlawanan terhadap
kekuasaan kolonial
pada masa pergerakan
banyak berbasis pada
masalah perkumpulan
agama. Di pihak lain,
karena gerakan-
gerakannya yang
cenderung keras,
komunis merupakan
target langsung dari
pemerintah Belanda.
Namun
demikian,
Belanda tidak dapat
mempertahankan
kekuasaan mereka di
daerah-daerah yang berbasis komunis. Pada saat itu semangat untuk
memerangi imperialisme dan kolonialis begitu kuat di lingkungan pengikut-
pengikut PKI. Pengikut Tan Malaka masih terus dapat mempertahankan
kerangka struktur yang biasanya dilakukan melalui kontak pribadi di desa-
desa atau bekerja sama dengan organisasi-organisasi agama lainnya.
Sementara itu Partai Nasional Indonesia (PNI) terus menggelorakan program-
program perjuangan. Kritik tajam terhadap kekejaman kolonialisme dan
imperialis terus dilancarkan. Oleh karena itu, PNI di bawah pimpinan Ir.
Sukarno terus mendapat tekanan dari Belanda. Sukarno sebagai pimpinan PNI
karena aksi-aksi yang dengan radikal terhadap pemerintah Belanda, akhirnya
ditangkap dan diadili. Menjelang vonis pengadilan dijatuhkan, Sukarno
sempat mengucapkan pidato pembelaan untuk membakar semangat para
pejuang. Pidato pembelaan itulah yang kemudian dibukukan dengan judul:
“Indonesia Menggugat”.
Pidato pembelaan Bung Karno yang kemudian diberi judul Indonesia
Menggugat itu telah ikut membangun kesadaran tentang dampak
penjajahan dan imperialisme modern yang akan membawa kesengsaraan
Sumber: Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan
Pemuda di Indonesia 1918-1930, (2003.)
Gambar 4.17
Logo PNI di dinding saat pelaksanaan kongres.
227
Sejarah Indonesia
dan penderitaan rakyat. Oleh karena itu, setiap organisasi dan partai yang
berjiwa kemerdekaan akan menolak dan melakukan perlawanan terhadap
kekejaman penjajah dan imperialisme (baca: Indonesia Menggugat. Pidato
Bung Karno tentang Indonesia Menggugat itu telah ikut mendorong
terjadinya penguatan kesadaran sebagai bangsa yang harus merdeka.
Pidato pembelaan Bung karno yang cukup kritis dan keras untuk tidak
mempengaruhi pendirian hakim. Putusan pengadilan akhirnya menjatuhkan
hukuman kurungan kepada Sukarno. Ia ditahan di Penjara Sukamiskin
selama empat tahun terhitung Desember 1930. Selama Sukarno menjalani
masa penahanannya PNI pecah menjadi dua, Partai Indonesia (Partindo)
dipimpin oleh Sartono dan Pendidikan Nasional Indonesia Baru dipimpin oleh
Mohammad Hatta dan Syahrir. Setelah bebas Sukarno masuk dalam Partai
Indonesia.
Partai Indonesia pimpinan Sukarno lebih menekankan pada mobilisasi massa,
sedangkan Hatta dan Sjahrir lebih menekankan pada organisasi kader yang
akan menentang tekanan pemerintah kolonial Belanda dengan keras dan
lebih menanamkan pemahaman ide nasionalisme. Namun demikian, kedua
strategi politik itu belum mencapai hasil yang maksimal. Akhirnya, ketiga
tokoh itu ditangkap dan diasingkan oleh Belanda dan ditahan serta diasingkan
Sumber : Manusia dalam Kemelut Sejarah, 1978.
Gambar 4.18
Foto Sukarno dan kawan-kawan di depan gedung pengadilan di Bandung.
228
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
pada 1933. Kedua organisasi yang
didirikan oleh ketiga tokoh itupun
dibubarkan oleh pemerintah
kolonial.
Sukarno dengan ide-ide
nasionalisme itu memang terus
diawasi. Selepas dari penjara
Sukamiskin kemudian diasingkan
ke Ende, Flores, Nusa Tenggara
Timur. Ia ditempatkan di sebuah
rumah (konon rumah ini milik Haji
Abdullah). Bersama keluarganya,
Sukarno selama empat tahun
(1934-1938) diisolasi dijauhkan dari
dinamika perjuangan kebangsaan. Tetapi ide dan semangat nasionalismenya
tidak pernah padam. Dikisahkan di pengasingan itu Sukarno sering
merenung di bawah pohon sukun yang ada di dekat rumah itu. Kebetulan
pohon sukun itu bercabang lima. Ia merenungkan nilai-nilai luhur yang ada
dalam kehidupan Bangsa Indonesia
sejak zaman Praaksara. Nilai-nilai
itulah yang kemudian dirumuskan
menjadi nilai-nilai dalam Pancasila.
Menurut Cindy Adam, Sukarno
memberi nama Pancasila itu karena
terinspirasi dengan pohon sukun
yang bercabang lima dan daun
sukun yang memiliki lima sirip
kanan, kiri, dan tengah.
Sukarno ternyata tidak hanya
diisolasi, sebagai tahanan
pemerintah, Sukarno justru masih
harus berjuang untuk menghidupi
anggota keluarganya. Inilah
perjuangan dan pengorbanan
yang harus dilakukan Sukarno di
pengasingan.
Sungguh sebuah pengorbanan
yang dilakukan Sukarno. Kalau
ia mau bekerja untuk Belanda
tentu akan menjadi orang yang
kaya raya bersama keluarganya.
Tetapi ia tidak memilih itu. Ia
memilih berjuang bersama rakyat,
sekalipun harus miskin, harus
dipenjara di Sukamiskin.
Sumber:https://www.google.co.id/search.
phon+sukun,5-9-2015
Gambar 4.19.
Pohon sukun di Ende tempat
Sukarno merenung, waktu ia diasingkan ke Ende
229
Sejarah Indonesia
»
Merenungkan kisah Sukarno itu sangat menarik. Tidak hanya
diisolasi, Sukarno harus juga berjuang untuk menghidupi
keluarganya selama empat tahun di pengasingan. Ia berjualan
pakaian. Makan dengan sayur seadanya. Kadang-kadang dengan
ikan asin. Bahkan saat ibu mertuanya meninggal di pengasingan
itu, Sukarno harus menguburkannya sendiri. Karena Sukarno selalu
mendapat pengawasan ketat dari serdadu Belanda, sehingga
Sukarno sulit berinteraksi dengan orang lain. Cukup tragis memang.
Nah, bagaimana perasaan kamu dengan nasib Sukarno pejuang
kita itu. Bagaimana pula penilaian kamu dengan tindakan Belanda
tersebut?
4.
Volksraad
: Wahana Perjuangan
Sementara Sukarno dan beberapa tokoh lain ditahan, organisasi pergerakan
untuk menentang Belanda terus berjalan. Kelompok yang beraliran Marxis
mendirikan Gerakan Rakjat Indonesia (Gerindo) di bawah kepemimpinan Amir
Sjarifuddin dan A.K. Gani. Partai ini cenderung menampakkan faham fasisme
internasional. Di Sumatera Timur, PNI, PKI, Permi, dan Partindo pemimpinnya
berasal dari organisasi-organisasi radikal dari tahun-tahun sebelumnya.
Gerindo sebagai partai yang berpaham marxis lebih menunjukkan sikap
anti kolonialisme, anti-Eropa dan antikapitalisme. Desakan-desakan untuk
kemerdekaan nasional sangat kuat dan radikal. Organisasi itu juga tidak
sepaham dengan sistem feodalisme, nasionalisasi perusahaan-perusahaan
kapital dan restorasi hak-hak tanah pribumi.
Sementara itu, Gabungan Politik Indonesia (GAPI) didirikan pada tahun 1939.
Tokoh pendiri GAPI adalah Muhammad Husni Thamrin. Dalam gabungan itu,
Gerindo berada dalam satu arah dengan Parindra yang dipimpin oleh Thamrin
dan sebelumnya oleh Sutomo. Parindra adalah partai politik Indonesia yang
paling berpengaruh di Hindia, karena keberhasilannya dalam pemilihan di
volksraad. Thamrin kemudian memimpin front Indonesia bersatu di dalam
V
olksraad
yang disebut Fraksi Nasional.
Pada akhir tahun 1929, pimpinan PNI ditangkap. Untuk melanjutkan
perjuangan maka dibentuklah fraksi baru dalam
volksraad
yang bernama
Fraksi Nasional, pada Januari 1930 di Jakarta. Fraksi itu diketuai oleh
230
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Muhammad Husni Thamrin yang beranggotakan sepuluh orang yang berasal
dari Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Tujuan organisasi itu adalah menjamin
kemerdekaan Indonesia dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Penangkapan pimpinan PNI menjadi pembicaraan di kalangan Fraksi Nasional.
Mereka mengecam tindakan pemerintah terhadap ketidakadilan yang
diterapkan terhadap gerakan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Atas
usulan Fraksi Nasional itu
volksraad
meninjau ulang kebijakan pemerintah
kolonial. Pemerintah kemudian mengusulkan perkara yang dituduhkan
kepada para pemimpin ke pengadilan tinggi, bukan pengadilan negeri.
Akan tetapi permintaan itu ditolak, karena masalah itu menyangkut masalah
perbuatan pidana, bukan masalah pelanggaran politik. Jelaslah bahwa
gerakan yang dilakukan oleh kaum pergerakan dianggap sebagai kejahatan
yang mengganggu keamanan bukan sebagai gerakan politik.
Fraksi Nasional juga menolak usulan pemerintah untuk memperkuat
pertahanan yang dapat menghabiskan biaya yang besar. Ini berarti menambah
kesengsaraan rakyat karena situasi ekonomi saat itu sedang mengalami
depresi. Menurut Fraksi Nasional lebih baik biaya itu digunakan untuk
meningkatkan kesejateraan rakyat. Sementara pengawasan dalam bidang
politik semakin diperketat dengan adanya bermacam-macam larangan,
seperti larangan berkumpul, pembredelan surat kabar, dan propaganda.
Fraksi Nasional juga mendorong anggotanya untuk lebih berperan dalam
Volksraad.
Para nasionalis di
Volksraad
diminta untuk bersikap nonkooperasi.
Meskipun aspirasi masyarakat sudah mendapat tempat, melalui perjuangan
yang bersikap moderat dalam perjuangannya, rasa tidak puas terhadap
pemerintah terus berkembang. Kericuhan sempat muncul dengan adanya
Petisi Sutardjo pada 15 Juli 1936, dalam sidang V
olksraad.
Petisi itu
menyuarakan tentang kurang giatnya pergerakan nasional dalam pergerakan
yang disebabkan oleh tidak adanya saling pengertian dari pihak pemerintah.
Situasi politik dunia saat itu, yaitu sedang berkembangnya naziisme dan
fasisisme seharusnya membuat pemerintah waspada melihat bahaya yang
mungkin mengancam Indonesia, sehingga perlu mempererat hubungan
dengan Pergerakan Nasional Indonesia.
231
Sejarah Indonesia
Sutardjo Kartohadikusumo, yang saat itu sebagai ketua Persatuan Pegawai
Bestuur/Pamong Praja Bumi Putera dan wakil dari organisasi itu di V
olksraad,
mendapat dukungan dari beberapa wakil golongan dan daerah dari
Volksraad
mengusulkan diadakan suatu musyawarah antara wakil Indonesia dan
Kerajaan Belanda untuk menentukan masa depan bangsa Indonesia yang
dapat berdiri sendiri meskipun dalam ruang lingkungan Kerajaan Belanda.
Petisi itu melahirkan pro dan kontra, baik di kalangan Indonesia dan Belanda.
Petisi itu mendapat persetujuan mayoritas dari anggota
Volksraad,
selanjutnya
disampaikan pada pemerintah kerajaan dan parlemen Belanda. Partai
Nasional saat itu memperingatkan para pendukung petisi, bahwa tindakan
yang diambil itu tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, seperti
Volksraad
sehingga usaha itu sia-sia belaka. Pendukung petisi itu tidak
menghiraukan peringatan itu, bahkan membentuk suatu komite agar petisi
itu mendapat dukungan luas di kalangan rakyat. Kondisi itu tidak hanya
bergerak di Indonesia saja, bahkan hingga ke negeri Belanda, sehingga
menyetujui petisi itu.
Petisi itu tanpa melalui perdebatan ditolak oleh pemerintah Belanda pada 16
November 1938. Alasan penolakan petisi adalah Indonesia belum siap untuk
memikul tanggungjawab memerintah diri sendiri. Bangsa Indonesia juga
dinilai belum mampu untuk berdiri apalagi menjadi negara yang merdeka.
Cara penolakan yang tanpa perdebatan di parlemen mengecewakan pihak
pergerakan nasional, meskipun pihak yang ditolak sesungguhnya telah
menduga sebelumnya. Realitas itu menunjukkan bahwa tuntutan rakyat
Indonesia tidak dibicarakan secara terbuka di parlemen.
PETISI SUTARDJO:
1. Volk
sraad sebagai parlemen sesungguhnya,
2. Direktur departemen diberi tanggungjawab,
3. Dibentuk Dewan Kerajaan sebagai badan tertinggi antara
negeri Belanda dan Indonesia yang anggotanya merupakan
wakil kedua belah pihak,
4. Penduduk Indonesia adalah orang-orang yang karena
kelahirannya, asal usulnya, dan cita-citanya memihak Indonesia.
232
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
a.
Partai Indonesia Raya (Parindra)
Partai Indonesia Raya didirikan di Solo pada Desember 1935. Partai ini
merupakan gabungan dari dua organisasi yang berfusi yaitu BU dan PBI.
Sebagai ketuanya dipilih dr. Sutomo. Tujuan partai adalah mencapai Indonesia
Raya dan mulia yang hakekatnya mencapai Indonesia merdeka.
Di Jawa anggota Parindra banyak berasal dari petani, mereka kemudian
disebut dengan kaum
kromo
.
Di daerah lain masuk kaum Betawi, Serikat
Sumatera, dan Sarikat Selebes. Partai ini adalah yang mengajukan petisi
Sutardjo yang ditandatangani oleh Sutardjo, penandatanganan pertama,
yang lainnya I.J. Kasimo,.dr. Sam Ratulangi, Datuk Tumenggung, Kwo Kwat
Tiong, dan Alatas.
b.
Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
Kegagalan Petisi Sutardjo mendorong gagasan untuk menggabungan
organisasi politik dalam suatu bentuk federasi. Gabungan Politik Indonesia
(GAPI) itu diketuai oleh Muh. Husni Thamrin. Pimpinan lainnya adalah Mr.
Amir Syarifuddin, dan Abikusno Tjokrosuyoso. Alasan lain dibentuknya GAPI
adalah adanya situasi internasional akibat meningkatnya pengaruh fasisme.
Juga sikap pemerintah yang kurang memperhatikan kepentingan Bangsa
Indonesia. Kemenangan dan kemajuan yang diperoleh negara fasis yaitu,
Jepang, Jerman, Italia tidak menggembirakan Indonesia. Karena itu pers
Indonesia menyerukan untuk menyusun kembali barisan dalam suatu wadah
persatuan berupa “konsentrasi nasional”.
Sumber: Mohammad Hoesni Thamrin, 2003.
Gambar 4.20
Foto tokoh–tokoh GAPI.
233
Sejarah Indonesia
Parindra berpendapat pentingnya untuk perjuangan ke dalam, yaitu
menyadarkan dan menggerakkan rakyat untuk memperoleh suatu
pemerintahan sendiri, serta menyadarkan pemerintah Belanda akan cita-
cita bangsa Indonesia. Juga mengadakan perubahan pendekatan dengan
organisasi-organisasi politik untuk membicarakan masa depan Bangsa
Indonesia. Pada 21 Mei 1939, dalam rapat pendirian konsentrasi nasional di
Jakarta berhasil didirikan suatu organisasi yang merupakan kerja sama partai
politik nasional di Jakarta yang diberi nama Gabungan Partai Politik Indonesia
(GAPI).
Anggaran Dasar GAPI menyebutkan, bahwa GAPI mempunyai hak untuk
menentukan diri sendiri; persatuan nasional dari seluruh bangsa Indonesia
dengan berdasarkan kerakyatan dalam paham politik, ekonomi, sosial, dan
persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia. Dalam konferensi I GAPI (4 Juli
1939) dibicarakan aksi GAPI dengan semboyan Indonesia berparlemen. GAPI
tidak menuntut kemerdekaan penuh, tetapi suatu parlemen berdasarkan
sendi demokrasi.
Untuk mencapai tujuannya, GAPI menyerukan pada rakyat Indonesia agar
didukung oleh semua lapisan masyarakat. Seruan itu disambut hangat oleh
Pers Indonesia. Pada 1939, GAPI mengadakan rapat umum. Tidak kurang
dari seratus tempat mengadakan rapat propaganda tujuan GAPI, sehingga
suasana di Indonesia saat itu menyerukan Indonesia berparlemen. Penyadar,
PNI Baru, dan Perkumpulan Kristen Indonesia tidak sependapat dengan GAPI.
Mereka berpendapat tidak ada gunanya bersifat meminta-minta kepada
Belanda.
Untuk mencapai tujuannya, GAPI membentuk Kongres Rakyat Indonesia
(KRI). Tujuan kongres untuk kesempurnaan Indonesia dan cita-citanya, yaitu
Indonesia Berparlemen penuh. Keputusan penting lainnya adalah penetapan
bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu
persatuan Indonesia. Juga penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
rakyat Indonesia. Selanjutnya dibentuk Komite Parlemen Indonesia.
Saat Jerman menyerbu Polandia, GAPI mengeluarkan
Manifest GAPI
(20
September 1939). Isi manifest itu mengajak rakyat Indonesia dan Negeri
Belanda untuk bekerja sama menghadapi bahaya fasisme. Menurut GAPI
usaha itu lebih berhasil bila rakyat Indonesia diberi hak baru dalam urusan
pemerintahan, yaitu suatu pemerintahan dengan parlemen yang dipilih dari,
oleh rakyat, dan pemerintah yang bertanggungjawab kepada parlemen.
234
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Pada Agustus 1940, saat negeri Belanda dikuasai Jerman dan Indonesia
dinyatakan dalam darurat perang, GAPI kembali mengeluarkan resolusi yang
menuntut diadakannya perubahan ketatanegaraan di Indonesia dengan
menggunakan hukum tata negara dalam masa genting. Isi resolusi adalah
mengganti
Volksraad
dengan parlemen sejati yang anggotanya dipilih
rakyat dan mengubah fungsi kepala departemen menjadi menteri yang
bertanggungjawab kepada parlemen. Bagi rakyat serta organisasi lainnya
yang tidak bergabung dalam GAPI diminta untuk mendukung GAPI. Resolusi
itu dikirimkan ke gubernur jenderal,
Volksraad
, Ratu Wilhelmina, dan kabinet
Belanda di London.
Aksi gigih yang dilakukan itu menghasilkan persetujuan pemerintah. Pada 14
September 1940 dibentuk
Commissie tot besudeering van staatsrechtelijke
Hervormigen
. Komisi itu dikenal dengan komisi Visman, karena diketuai oleh
D. Visman. Pembentukan komisi itu tidak mendapat sambutan baik dari
Volksraad
maupun dari GAPI sendiri. Ketidaksetujuan itu didasarkan dari
pengalaman sebelumnya, bahwa pembentukan komisi tidak menghasilkan
perbaikan nasib rakyat seperti yang diinginkan. Untuk menghindari
ketidaksamaan pendapat dalam menghadapi komisi Visman, GAPI meminta
anggota-anggotanya untuk tidak memberikan pendapatnya sendiri-sendiri.
Sikap GAPI menjadi lunak ketika menerima undangan secara resmi dari
komisi Visman. Sementara itu
Volksraad
mengajukan suatu mosi yang lebih ringan
dengan mengajak kerja sama pemimpin
Indonesia dan pemerintah Belanda.
Pertemuan wakil GAPI dengan komisi
Visman pada 14 Februari 1941 di
Gedung
Raad van Indie
, di Jakarta tidak
menghasilkan hal baru. Pertemuan itu
hanya menambahkan kekecewaan pada
kalangan pergerakan sehingga ada
anggapan GAPI tidak radikal lagi.
Tentang Penguatan Jatidiri
Kebangsaan selengkapnya
kamu bisa membaca buku
dari Taufik Abdullah dan A.B.
Lapian,
Indonesia dalam
Arus Sejarah, 2012
, juga
buku Suhartono,
Sejarah
Pergerakan Nasional: dari Budi
Utomo sampai Proklamasi
1908 -1945
, juga buku Siti
Waridah Q (dkk), 1997,
Sejarah Nasional Indonesia
dan Dunia
, buku Hans van
Miert,
Dengan Semangat
Berkobar: Nasionalisme
dan Gerakan Pemuda di
Indonesia, 1918-1930, 2003
,
juga buku Susanto Tirtoprodjo,
Sejarah Pergerakan Nasional
Indonesia, 1960 .
235
Sejarah Indonesia
5.
Tamatnya Kemaharajaan Belanda
Ratusan tahun sudah Belanda membangun kemaharajaan di Kepulauan
Indonesia, di tanah Hindia Belanda. Secara interen pejuang dan para pemuda
yang kemudian berpolitik untuk mewujudkan persatuan guna melawan
penjajahan. Roda kebangsaan digerakkan untuk melawan ganasnya roda
kolonialisme dan imperialisme. Tetapi tampaknya roda kolonialisme dan
imperialisme itu masih cukup kokoh. Tetapi para pejuang dan intelek muda
kita tidak pernah putus asa. Roda kebangsaan terus digerakkan di berbagai
penjuru yang dipandang memungkinkan untuk mendapatkan kebebasan
termasuk melalui
Volksraad.
Kebijakan politik etis telah diterapkan sebagai pengaman dari sebuah
pertanggungjawaban pemerintah kolonial terhadap negeri jajahan yang
rakyatnya sudah lama dibuat menderita. Pintu pendidikan dan politik bagi
kaum bumiputera, dibuka untuk memberi kesempatan para pejuang kita
untuk mengekspresikan strategi perjuangannya secara lebih demokratis,
berbeda dari perjuangan masa-masa sebelumnya. Tetapi semua ini tidak
dapat berjalan cepat sebagaimana harapan para pejuang pergerakan
kebangsaan. Kekuatan kolonialisme dan imperialisme Belanda tampak
masih mampu mengontrol para pejuang kita. Masuknya bumiputera sebagai
anggota
Volksraad
bukan berarti kaum bumiputera diberi hak penuh untuk
menyuarakan pendapatnya. Namun setidaknya
Volksraad
sudah memberikan
peluang para wakil Hindia, yang membukakan wawasan mereka perlunya
persatuan untuk melakukan gerakan nasional dalam melawan dominasi
kolonialisme dan imperialisme Belanda.
Di tengah-tengah roda pergerakan kebangsaan bergesekan dan beradu
dengan roda kolonialisme dan imperialisme, Tuhan Yang Maha Kuasa, telah
membuat skenario baru, yakni berkobarnya Perang Dunia II. Perang itu pun
dengan cepat menjalar ke Indonesia yang ditandai dengan datangnya tentara
Jepang yang kemudian ikut menyudahi kemaharajaan Belanda di Indonesia.
236
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
KESIMPULAN
1. Sumpah Pemuda merupakan peristiwa yang sangat penting
dalam upaya membangun jati diri bangsa Indonesia.
2. Melalui Kongres Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928
telah digelorakan semangat persatuan dan kesatuan yang
sangat penting artinya bagi perjuangan rakyat Indonesia pada
masa-masa berikutnya, dengan secara nyata menunjukkan
identitas keindonesiaan. Indonesia merdeka sebagai tujuan
para pemuda.
3.
Berkembang pula nasionalisme modern yang revolusioner
seperti dipelopori Sukarno.
4.
Dalam perkembangannya muncul organisasi-organisasi baru
yang bersikap kooperatif dalam rangka mengembangkan
demokrasi dengan prinsip musyawarah. Oleh karena itu,
berbagai bentuk strategi organisasi-organisasi pergerakan
nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial dilakukan
dengan kooperasi dan non-kooperasi.
5.
Parindra merupakan organisasi yang berbentuk nasional dan
mempunyai strategi perjuangan dengan aksi politik Volksraad sebagai
media perjuangan.
6
Di tengah-tengah pergesekan kekuatan pergerakan kebangsaaan
dan kekuatan kolonialisme sedang berlangsung Perang Dunia II
berkecamuk. Kedatangan Jepang telah mempercepat tamatnya
kemaharajaan Belanda di Indonesia.
237
Sejarah Indonesia
LATIH UJI KOMPETENSI
1.
Coba jelaskan bagaimana peran pergerakan perempuan dalam
perjuangan mencapai persatuan dan pembebasan Indonesia dari
penjajah!
2.
Tahukan kalian isi pidato pembelaan Bung Karno yang kemudian
terkenal dengan sebutan “Indonesia Menggugat”?
3.
Tunjukkan secara kritis kaitan antara Sumpah Pemuda dengan
penguatan jati diri keindonesiaan?
4.
Mengapa Sutarjo menyampaikan petisi, apa makna petisi tersebut?
5.
Ilustrasikan secara singkat bagaimana perjuangan GAPI dalam rangka
memperkokoh jatidiri dan perjuangan melawan penjajahan!
Tugas
Buatlah sebuah karangan atau karya tulis sejarah dengan judul “Belanda
Tutup Buku di Indonesia” Jangan lupa kamu dapat mencari informasi
di perpustakaan atau wawancara kalau ada tokoh di sekitar kamu yang
sekiranya tahu tentang berakhirnya penjajahan Belanda di Indonesia.
238
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
LATIH ULANGAN AKHIR BAB
1.
Coba jelaskan peran Politik Etis sebagai pintu pembuka dalam
membangun kesadaran persatuan bangsa!
2.
Bagaimana peran pers dalam memajukan pola pikir masyarakat
sehingga dapat mendukung perjuangan bangsa?
3.
Lakukan telaah secara kritis bagaimana keterkaitan antara kebangkitan
rasa nasionalisme dengan munculnya Sumpah Pemuda.
4.
Apa yang dimaksud dengan “front sawo matang” dan bagaimana
kaitannya dengan cita-cita persatuan?
5.
Apa makna pidato Sukarno yang berjudul Indonesia Mengguggat
dengan upaya penguatan jati diri keindonesiaan?
6.
Bagaimana langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merealisasikan
nilai-nilai persatuan dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang
dikehendaki Sumpah Pemuda?
239
Sejarah Indonesia
LATIH UJI SEMESTER
A. Pilih salah satu jawaban yang paling tepat!
1.
Secara politik ekonomi, faktor pendorong utama orang-orang Eropa
mencari daerah timur, adalah .....
a.
ingin melanjutkan Perang salib
b.
menguasai wilayah Nusantara
c.
ditemukannya teori bahwa bumi itu bulat
d.
ingin mencari bahan mentah untuk industri
e.
jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani pada tahun
1453
2.
Alasan dibentuknya VOC adalah .....
a.
karena instruksi dari Raja Belanda
b.
menghindari persaingan antarkongsi dagang
c.
meningkatkan kas negara di negeri induk (Belanda)
d.
menguasai dan memonopoli perdagangan di Indonesia
e.
untuk mengefektifkan pelaksanaan penjajahan Belanda di
Indonesia
3.
Dampak positif bagi masyarakat dari penjajahan Belanda terutama
masa Tanam Paksa dan Usaha Swasta, adalah
a.
semakin banyaknya jenis tanaman dalam kegiatan pertanian
b.
dikembangkannya sarana transportasi
c.
dikembangkannya program pendidikan bagi kaum bumi putera
d.
dikembangkannya struktur pemerintahan yang lebih modern
e.
dikenalkannya ekonomi uang
4.
Asas Pi yang cukup menginspirasi pergerakan kebangsaan di
Indonesia adalah...
a.
self help
dan kesatuan nasional
b.
kooperasi dan kesejahteraan rakyat
c.
nasionalisme dan radikalisme
d.
kesatuan bahasa dan budaya
e.
kedaulatan politik dan kebebasan berpendapat
240
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
5.
Sumpah Pemuda dapat dikatakan sebagai bentuk proklamasi dari
a.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
b.
lahirnya satu bangsa, bangsa Indonesia
c.
terbentuknya kesatuan wilayah Indonesia
d.
pengakuan keragaman dalam satu budaya nasional
e.
jati diri keindonesiaan merupakan identitas nasional
B.
Jawablah beberapa pertanyaan berikut!
1.
Jelaskan latar belakang kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke dunia
Timur! Bagaimana kondisi Eropa Barat pada abad ke-14 dan 15?
2.
Belanda termasuk bangsa yang terlambat datang ke Indonesia
dibanding dengan Spanyol, Portugis dan juga Inggris. Mengapa
demikian. Jelaskan dan tunjukkan dengan bukti terjadinya perebutan
hegemoni bangsa-bangsa Eropa di Indonesia!
3.
Jelaskan tentang kedaulatan Kerajaan Mataram di bawah Sultan
Agung! Bagaimana dengan kedudukannya dibanding dengan
kekuasaan VOC?
4.
Perlawanan Diponegoro terhadap Belanda didasari atas nilai kesyukuran
dan keimanan. Coba jelaskan!
5.
Jelaskan heroisme dalam perang Tondano!
6.
Daendels merupakan tokoh muda yang berpandangan maju. Akan
tetapi setelah memegang kendali di Indonesia banyak tindakannya
tidak sesuai dengan pandangan ideologinya. Begitu juga Raffles. Coba
jelaskan bagaimana pendapatmu dan bandingkan kedua tokoh itu.
Bagaimana pula tindakannya dalam pemerintahan!
7.
Tahukah kamu tentang posisi Politik Etis dan program pendidikan masa
pergerakan nasional di Indonesia? Apa peran penting Politik Etis bagi
munculnya Sumpah Pemuda?
241
Sejarah Indonesia
8.
Di samping persatuan, demokrasi dan jati diri keindonesiaan juga
merupakan nilai penting dari Sumpah Pemuda. Coba jelaskan.
9.
Apa yang dimaksud dengan “Indonesia Berparlemen”?
10.
Salah satu dampak perkembangan kolonialisme dan imperialisme
di Indonesia adalah tentang realitas batas wilayah. Coba jelaskan
perkembangan konsep batas wilayah Kepulauan Indonesia sampai
kemudian menjadi batas wilayah NKRI?
Tugas
Buatlah biografi seorang tokoh yang muncul dan berjuang pada kurun waktu
perlawanan terhadap penjajahan sampai masa pergerakan kebangsaan
Indonesia yang ada di daerahmu. Jangan lupa nilai-nilai apa yang dapat
diteladani dari tokoh tersebut.
Nasionalisme dan solidaritas adalah modal dasar kemandirian
bangsa
242
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
GLOSARIUM
Afdelin
g:
daerah yang merupakan bagian dari daerah karesidenan yang dipimpin
oleh seorang Asisten Residen
Aneksasi:
pengambilan dengan paksa tanah (wilayah) negara lain untuk disatukan
dengan tanah (negara) sendiri; penyerobotan; pencaplokan
Bangsa Moor:
sebutan untuk kaum Muslim
Cultuurstelsel:
Sistem Tanam Paksa yang digagas oleh Van den Bosch
de Heeren XVII (Dewan Tujuh Belas):
Dewan pimpinan VOC yang beranggotakan 17
orang wakil dari enam kamar dagang di Belanda
De Javasche Ban
k
, adalah sebuah bank yang didirikan oleh Belanda di Batavia
pada tanggal 24 Januari 1828
devide et impera:
Politik Adu domba
Dualisme pemerintahan
. Pada masa penjajahan ada dua pemerintahan yakni
pemerintahan Eropa (
Europees bestuur
) dan pemerintahan pribumi (
Inlands
bestuur
).
East India Company
(EIC)
:.Kongsi dagang Inggris berkantor pusat di India.
Ekspansif:
bersifat meluas
Eksploitasi:
pemanfaatan untuk keuntungan sendiri
Feodalisme
adalah sistem sosial politik yang memberikan kekuasaan besar kepada
bangsawan.
glory
: memburu kejayaan, superioritas, dan kekuasaan. Dalam kaitan ini mereka
saling bersaing dan ingin berkuasa di dunia baru yang ditemukannya.
gold:
memburu kekayaan dan keuntungan dengan mencari dan mengumpulkan
emas, perak dan bahan tambang serta bahan-bahan lain yang sangat
berharga. Waktu itu yang dituju terutama Guinea dan rempah-rempah dari
Timur
gospe
l
: menjalankan tugas suci untuk menyebarkan agama. Pada mulanya orang-
orang Eropa ingin mencari dan bertemu Prester John yang mereka yakini
sebagai Raja Kristen yang berkuasa di Timur
Grote Postweg
:
jalan raya pos antara Anyer–Panarukan sejauh 1.000 km.
gugur gunung
:
bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan
(bersama)
243
Sejarah Indonesia
Imperialisme
adalah sistem politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk
mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar.
Interaksi
adalah saling berhubungan.
Intervensi
adalah campur tangan dalam perselisihan antara dua pihak.
Kapitulasi
adalah penyerahan kekuasaan sebagai akibat kekalahan dalam peperangan
kepada pihak pemenang.
Kapitulasi Tuntang:
perjanjian pengalihan kekuasaan di Hindia dari Belanda kepada
Inggris di Tuntang pada 18 September 1811
Kolonialisme:
paham tentang penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau
bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu
Komisaris Jenderal:
Badan pemerintah baru yang dibentuk oleh Pangeran Willem
VI setelah Inggris mengembalikan kekuasaan kepada Belanda. Terdiri atas
tiga orang, yakni: Cornelis Theodorus Elout (ketua), Arnold Ardiaan Buyskes
(anggota), dan Alexander Gerard Philip Baron Van der Capellen (anggota).
Komoditas
adalah barang dagangan utama.
Kongsi
adalah persekutuan dagang.
Konvensi London:
Perjanjian yang mengharuskan Inggris mengembalikan tanah
jajahan di Hindia kepada Belanda tahun 1814.
Landrente
adalah pajak tanah.
Legiun Mangkunegara:
Legiun Mangkunegaran adalah organisasi militer ala Eropa
tepatnya Militer Perancis yang merupakan institusi modern di Asia pada awal
abad ke-19.
Liberalisme
adalah aliran ketatanegaraan dan ekonomi yang menghendaki demokrasi
dan kebebasan pribadi.
liberte, egalite dan fraternite
:
kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. prinsip-
prinsip baru yang menggulingkan tradisi, hierarki monarki, aristokrat, dan
kekuasaan Gereja Katolik.
Mobilisasi
adalah pengerahan tenaga manusia untuk dijadikan tentara.
Moderat
adalah menghindari perilaku yang bersifat ekstrem.
Nederlansche Handel Matschappij
(NHM): Perusahaan Perdagangan Belanda
Onderkoopman
:
Pedagang Muda
Ordonansi:
peraturan pemerintah
Padrao
:
patok batu sebagai tanda bahwa daerah yang ditemukan itu milik Portugis
Pasar Monopoli:
hak tunggal untuk berusaha
Pasukan kavaleri:
pasukan berkuda
244
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Pelayaran Hongi:
Pelayaran hongi adalah pelayaran yang diadakan oleh VOC
dengan menggunakan senjata lengkap untuk mengawasi jalannya monopoli
perdagangan.
Prefektur:
wilayah yang memiliki otoritas.
Propaganda
adalah penjelasan yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan
seseorang agar menganut aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu.
Raad van Indie (Dewan Hindia)
: Dewan yang bertugas memberi nasihat dan
mengawasi kepemimpinan gubernur jenderal.
Radikal
adalah kemajuan dalam berpikir dan bertindak untuk menuntut perubahan.
Rasionalisme
adalah paham yang mengatakan bahwa sumber dari segala kebenaran
adalah pikiran manusia.
Republik
Bataaf:
Pemerintahan baru Belanda sebagai bagian dari Perancis yang
dipimpin oleh Louis Napoleon saudara dari Napoleon Bonaparte.
Revolusi Perancis:
suatu periode sosial radikal dan pergolakan politik di Perancis
yang memiliki dampak abadi terhadap sejarah Perancis, dan lebih luas lagi,
terhadap Eropa secara keseluruhan
Sambatan:
membantu untuk mengurangi beban keluhan karena pekerjaan yang
banyak.
Sawo matang:
untuk memberi gambaran warna kulit orang Indonesia
Staatsblad
:
Lembaran Negara
Staten Generaal
:
Parlemen Belanda
Traktat London:
Perjanjian antara Inggris dan Belanda yang isinya antara lain bahwa
Belanda setelah mendapatkan kembali tanah jajahannya di Kepulauan
Nusantara, tidak dibenarkan mengganggu kedaulatan Aceh tahun 1824.
Traktat Sumatera:
Perjanjian yang memberikan Belanda kebebasan untuk meluaskan
daerahnya sampai ke Aceh tahun 1871.
Vadem
:
satuan ukur. satu
vadem
sama dengan 182 cm.
Vereenigde Oost Indische Compagnie
(VOC)
: Kongsi dagang Belanda berkantor pusat
di Batavia
Volksraad
adalah Dewan Perwakilan Rakyat pada masa penjajahan Belanda
245
Sejarah Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dkk. 1978.
Manusia dalam Kemelut Sejarah
. Jakarta: LP3ES
--------, dan A.B. Lapian. 2012.
Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 4
(Kolonisasi dan
Perlawanan
). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.
--------, dan A.B. Lapian. 2012.
Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 5
(
Masa Pergerakan
Kebangsaan)
.
Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.
Adam, Ahmat. 2003.
Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan.
Jakarta: Hasta Mitra.
Adam, Cindy. 1984.
Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
(alih bahasa:
Abdul Bar Salim). Jakarta: Gunung Agung.
Alfarizi, Salman. 2009.
Mohammad Hatta: Biografi Singkat (1902 – 1980
),
Yogyakarta: Garasi.
Bachtiar, Harsya W , Peter B.R. Carey, Onghokham. 2009.
Raden Saleh: Anak
Belanda, Mooi Indie dan Nasionalisme.
Jakarta: Komunitas Bambu.
Badan Musyawarah Musea. 1984.
Sejarah Perjuangan: Yogya Benteng Proklamasi,
Jakarta: Badan Musyawarah Musea
Bernard H. M, Vlekke. 1944.
Nusantara: a History of the East Indian Archipelago.
Massachusetts: Harvard University Press.
Boomgaard, Peter dan Janneke van Dijk. 2001.
Het Indie Boek.
Zwolle: Waanders
Drukkers.
Carey, Peter, (2011).
Kuasa Ramalan
:
Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama
di Jawa, 1785-1855,
(alih bahasa Parakitri T. Simbolon), Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2007.
Wisata Sejarah
. Jakarta: Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata.
Elson, R. E.. 2009.
The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan
. Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta.
Ensiklopedi Indonesia
. 1987. Jakarta: Ichtiar Baru – van Hoeve
Hering, Bob. 2003.
Mohammad Hoesni Thamrin.
Jakarta: Hasta Mitra.
Ingleson, John, 1983.
Jalan Pengasingan.
(alih bahasa: Zamakhsyari Dhofier). Jakarta:
LP3ES.
Kahin, George Mc.Turnan. 2013.
Nasionalisme & Revolusi Indonesia
, (alih bahasa
Tim Komunitas Bambu. Depok: Komunitas Bambu.
246
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Kartodirdjo, Sartono. 1990.
Pengatar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan
Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme
,
Jilid 2. Jakarta: Gramedia.
Kartodirdjo, Sartono. 2005.
Sejak Indische sampai Indonesia.
Jakarta: Kompas.
Komandoko, Gamal. 2008
Boedi Oetomo: Awal Bangkitnya Kesadaran Bangsa
,
Yogyakarta: Medpress.
Margana, Sri dan Widya Fitrianingsih (ed.). 2010.
Sejarah Indonesia: Perspektif Lokal
dan Global.
Yogyakarta: Ombak.
Maryoto, Andreas. 2009.
Jejak Pangan: Sejarah, Silang Budaya dan Masa Depan
.
Jakarta: Kompas.
Miert, Hans van. 2003.
Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan
Pemuda di Indonesia 1918-1930.
Jakarta: Hasta Mitra.
Moedjanto, G. 1988.
Indonesia Abad ke 20,
Jilid I, Yogyakarta: Kanisius.
Museum Sejarah Jakarta. 2012.
Petunjuk Museum Sejarah Jakarta
. Jakarta: Museum
Sejarah Jakarta.
Nagazumi, Akira, 1989.
Bangkitnya Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908 –
1918,
( alih bahasa: KITLV-LIPI), Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Nasution (1995).
Sejarah Pendidikan Indonesia
. Jakarta: Bumi Aksara.
Noer, Deliar. 1985.
Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900 – 1942
. Jakarta: LP3ES.
Nordholt, Henk Schulte (ed). 1997.
Outward Appearances: Trend, Identitas,
Kepentingan.
Yogyakarta: LKIS. .
Posponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1984.
Sejarah Nasional
Indonesia V.
Jakarta: Balai Pustaka.
--------, 1984,
Sejarah Nasional Indonesia VI,
Jakarta : Balai Pustaka .
Pringgodigdo, A.K., 1986,
Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia,
Jakarta: Dian Rakyat.
Album Pahlawan Bangsa
. 2004. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
Purwadi. (2003).
Perjuangan Kraton Yogyakarta: Jasa Sri Sultan Hamengku Buwono
I-X dalam Memakmurkan Rakyat.
Banten: Krakatau Press.
Reis, Ronald A. 2013.
Christopher Columbus and the Age of Exploration for kids
with 21 activities.
Chicago: Chicago Review Press.
Ricklefs, M.C. (1974)
.
Jogjakarta Under Sultan Mangkubumi 1749-1792.
London:
Oxford University Press.
--------, (2008),
Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2008,
(alih bahasa Tim Penerjemah
Serambi). Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
--------,. dan Kusriyantinah. (1996).
Sejarah Nasional dan Sejarah Umum.
Surabaya:
Kendang Sari
247
Sejarah Indonesia
Simbolon, Parakiti T. (2007).
Menjadi Indonesia
, Jakarta: Kompas.
Sudarmanto, Y.B. 1992.
Jejak-Jejak Pahlawan: Dari Sultan Agung hingga Hamengku
Buwono IX.
Jakarta: Grasindo.
Suhartono. 1994.
Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi
1908 – 1945),
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suriansyah. M. dkk. (ed.), 2003,
Sejarah Banjar.
Banjarmasin: Badan Penerbit dan
Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
Swantoro, P. 2002.
Dari Buku ke Buku Sambung Menyambung Menjadi Satu.
Jakarta: KPG.
Wild, Colin dan Peter Carey. 1986.
Gelora Api Revolusi.
Jakarta: Gramedia.
Zuhdi, Susanto (ed.). 2003.
Tempat Pengasingan dan Makam Pejuang Bangsa,
Jakarta: Proyek Pelestarian dan Pengembangan Sejarah, Asdep Urusan Sejarah
Nasional, Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata.
248
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Pemanfaatan internet untuk ilustrasi/gambar.
https://www
. google.co.id
./search
=kopi dan tebu, 7 – 8- 2015
https://id.wikipedia.org/wiki
., 8-9-2015. (tempat dan naskah Perjanjian Giyanti)
https://www.google.co.id/search
=benteng+moraya
https://www.google.com/search
=perjanjian
tordesillas, 15-10-2015
https://www.google.com/search
=jp.coen, 17-10-2015
https://www.google.com/search
=jung
+indonesia, 18-10-2015
https://id.wikipedia.org./wiki
=tembakau, 4-1-2016
https://www.google.co.id/search
=kemiskinan
, 4-1-2016
https://www.google.co.id/search
=batas+wilayah
, 4-1-2016
https://www..google.co.id/search=perang
sultan Ageng,
30-1-2016
249
Sejarah Indonesia
Profil Penulis
Nama Lengkap
: Amurwani Dwi Lestariningsih, S.Sos.,
M.Hum
Telp Kantor/HP
: 08121098998
Alamat Kantor
: Kompleks Kemdikbud, Gedung E
lantai 9, JL. Jenderal Sudirman,
Senayan, Jakarta
Bidang Keahlian
: Sejarah Lisan
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1.
Kepala Sub. Direktorat Pemahaman Sejarah (2007-2012)
2.
Kepala Sub. Direktorat Sejarah (2012-2015)
3.
Kepala Sub. Direktorat Nasional (2015- sekarang)
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1.
S2: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Jurusan Sejarah, Universitas Indonesia
(2004-2006)
2.
S1: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi, Universitas Sebelas
Maret (1988 – 1994)
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1.
Pancasila : Nilai Budaya, Ideologi Bangsa, dan Harapan Kita, (Penerbit
Kemenbudpar-2010)
2.
Panglima Soedirman Pejuang Tanpa Pamprih (Tim), (Penerbit
Kemenbudpar-2010)
3.
Gerwani : Kisah Tahanan Politik Wanita di Kamp Plantungan, (Penerbit
Kompas-2011)
4.
Malam Bencana 1965 Dalam Belitan Krisis Nasional Buku I, (Penerbit Yayasan
Obor-2013)
5.
MPR hingga Reformasi, (Penerbit MPR-2012)
6.
Indonesia Across Orders: Arus Bawah Sejarah Bangsa (1930-1960),
(Penerbit Yayasan Obor-2012)
7.
Buku Pelajaran Sejarah Kelas X; Kurikulum 2013, (Penerbit Kemdikbud-2012)
8.
Buku Pegangan Guru Sejarah Kelas X, Kurikulum 2013, (Penerbit
Kemdikbud-2012)
9.
Buku Pelajaran Sejarah Kelas XI; Kurikulum 2013, (Penerbit Kemdikbud-2013)
10.
Buku Pegangan Guru Sejarah Kelas XI, Kurikulum 2013, (Penerbit
Kemdikbud-2013)
250
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Profil Penulis
Nama Lengkap
: Sardiman AM. M.Pd.
Telp Kantor/HP
: 0274 548202/0811255660
Alamat Kantor
: Jl. Colombo No.1, Yogyakarta
Bidang Keahlian
: Sejarah Pemikiran
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1.
Dosen Pendidikan Sejarah, FIS-UNY, (1980-sekarang)
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1.
S3: Ilmu Pendidikan Kons. IPS, Pascasarjana UNY, (2013- sedang menyusun
disertasi)
2.
S2: Pendidikan Sejarah UNS (1986-1990)
3.
S1: Pendidikan Sejarah FKIS-IKIP Yogyakarta ( 1970-1976).
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1.
Memahami Sejarah, Yogyakarta: Bigraaf, (2004)
2.
Guru Bangsa: Sebuah Biografi Jenderal Sudirman, Yogyakarta: Ombak (2008)
3.
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
(2014: cetakan ke-22)
4.
Demokratisasi dan Defeodalisasi Masa Umar bin Abdul Aziz, Yogyakarta:
UnyPress, (2015)
5.
IPS Terpadu; Buku teks Pelajaran IPS, Surakarta: Tiga Serangkai (2007)
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1.
Sejarah dan Profil Bangsa Yahudi dalam Al-Qur’an: Kajian terhadap Surat
Al Baqarah, (2008)
2.
Dinamika Kebijakan Pendidikan pada Masa Orde Baru (Kebijakan Menteri
Daoed Joesoef dan Nugroho Notosusanto), (2012)
3.
Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara: Kajian terhadap Taman Indria dan
Konsep Paguron Tamansiswa, (2013)
251
Sejarah Indonesia
Profil Penelaah
Nama Lengkap
: Baha` Uddin, S.S., M.Hum
Telp Kantor/HP
: 0274-513096/081226563523
Alamat Kantor
: Fakultas Ilmu Budaya UGM, Jl. Sosio-Humaniora No. 1
Bulaksumur, Yogyakarta
Bidang Keahlian
: Sejarah Indonesia
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1.
Staf Pengajar, Jurusan Sejarah, FIB-UGM (1999- sekarang)
2.
Staf Peneliti, Pusat Studi Korea UGM (1998-sekarang)
3.
Staf Peneliti Pusat Manajemen Kesehatan Pelayanan Kesehatan FK-UGM
(2000-2001)
4.
Staf Dewan Kebudayaan Prop. DIY
(2005)
5.
Anggota Revisi Kurikulum IPS Sejarah SMA, BSNP,Depdiknas
(2005-2006)
6.
Anggota Unit Laboratorium Terpadu FIB UGM (2006-sekarang)
7.
Dosen Pembimbing Lapangan KKN PPM Pembrantasan Buta Aksara LPPM
UGM di Jember, Jatim (2006)
8.
Dosen Pembimbing Lapangan KKN PPM Pembrantasan Buta Aksara LPPM
UGM di Jember dan Banyuwangi, Jatim (2007)
9.
Dosen Pembimbing Lapangan KKN PPM Pembrantasan Buta Aksara, LPPM
UGM di Wonosobo, Jawa Tengah (2008)
10.
Dosen Pembimbing Tutor Program Layanan Masyarakat Pembrantasan Buta
Aksara, LPPM UGM di Wonosobo, Jawa Tengah (2008)
11.
Reviewer Buku Pelajaran IPS Sejarah SMU, BNSP Depdiknas (2007)
12.
Bendahara Jurusan Sejarah FIB UGM (2007 - 2012)
13.
Sekretaris Jurusan Sejarah FIB-UGM (2007-2015)
14.
Reviewer Buku Pelajaran IPS Sejarah SD & SMP, BNSP Depdiknas (2008)
15.
Tim Teknis Program Layanan Masyarakat Pembrantasan Buta Aksara LPPM
UGM (2008)
16.
Reviewer Buku Pelajaran Sejarah Kurikulum 2013 (2013-2015)
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1.
S2: Program Pascasarjana/Program Studi Humaniora/Universitas
Gadjah Mada (2000 – 2005)
2.
S1: Fakultas Sastra/Jurusan Sejarah/Prodi Ilmu Sejarah/Universitas
Gadjah Mada (1993 – 1998)
Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1.
Penelaah Buku Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Umum dan
Sederajat-Depdiknas (2007)
2.
Penelaah Buku Mata Pelajaran IPS Terpadu untuk Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Pertama-Depdiknas (2008)
252
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
3.
Penelaah Buku Pelajaran IPS Sejarah SD & SMP-Depdiknas (2008)
4.
Penelaah Buku Pelajaran IPS Sejarah SMA-Depdiknas (2011)
5.
Penelaah Buku Pengayaan IPS dan Sejarah Kurikulum 2013-Kemendikbud (2013)
5.
Penelaah Buku Palajaran Sejarah Kelas XI Kurikulum 2013-Kemendikbud (2013)
7.
Penelaah Buku Palajaran Sejarah Kelas XII Kurikulum 2013-Kemendikbud (2013)
8.
Penelaah Buku Non-Teks IPS dan Sejarah Kurikulum 2013-Kemendikbud (2014)
9.
Penelaah Buku Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X SMALB Kurikulum 2013-Ke
mendikbud (2015)
10.
Penelaah Buku Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas XI SMALB Kurikulum 2013-Ke
mendikbud (2015)
Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):
1.
Pemahaman Antarbudaya dan Budaya Kerja pada Karyawan PT LG Electronics
Indonesia, Legok, Tangerang, Banten (2005)
2.
Dari Mantri Hingga Dokter Jawa: Studi Tentang Kebijakan Pemerintah Kolonial
dalam Penanganan Penyakit Cacar dan Pengaruhnya terhadap Pelayanan
Kesehatan Masyarakat Jawa pada Abad XIX sampai Awal Abad XX (2006)
3.
Studi Teknis Tamansari Pasca Gempa Bidang Sejarah (2007)
4.
Sejarah Perkembangan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (2008)
5.
Dinamika Pergerakan Perempuan di Indonesia (2009)
6.
Lebaran dan Kontestasi Gaya Hidup: Perubahan sensibilitas Masyarakat Gunung
Kidul Tahun 1990-an (2009)
7.
Dari Gropyokan hingga Sayembara: Studi Kebijakan Pemerintah Lokal Kadipaten
Pakualaman dalam Pengendalian Penyakit Pes Tahun 1916 - 1932 (2009)
8.
Sejarah dan Silsilah Kesultanan Kotawaringin (2009)
9.
Hari Jadi Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta (2010)
10.
Kebijakan Propaganda Kesehatan pada Masa Kolonial di Jawa (2010)
11.
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas dalam Bidang Kesehatan dan
Pembangunan Pedesaan di Banjarnegara 1972-1989 (2011)
12.
Antara Tradisi dan Mentalitas: Dinamika Kehidupan Komunitas Pengemis di
Dusun Wanteyan, Grabag, Magelang (2011)
13.
Penyakit Sosial Masyarakat di Kadipaten Pakualaman pada masa Pakualam VIII
(1906-1937) (2012)
14.
Warisan Sejarah, Preservasi dan Konflik Sosial Di Ujung Timur Jawa:
Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan Penyelamatan Warisan Sejarah Dan
Budaya Situs Kerajaan Macan Putih Di Kabupaten Banyuwangi (2012)
15.
Kretek Indonesia: Dari Nasionalisme Hingga Warisan Budaya (2013)
16.
Sejarah Nasionalisasi Aset-aset BUMN: Dari Perusahaan Kolonial Menjadi
Perusahaan Nasional (2013)
17.
Westernisasi dan Paradoks Kebudayaan: Elit Istana Jawa Pada Masa Paku
Alam V (1878-1900) (2013)
18.
Pemetaan Daerah Rawan Konflik Sosial di DIY (2013)
19.
Bangsawan Terbuang: Studi Tentang Transformasi Identitas Bangsawan Jawa di
Ambon 1718-1980an (2014)
20.
Kajian Hari Jadi Daerah Istimewa Yogyakarta (2015)
21.
Ensiklopedi Budaya Kabupaten Kulonprogo (2015)
253
Sejarah Indonesia
Profil Penelaah
Nama Lengkap
: Prof. Dr. Hariyono, M.Pd
Telp Kantor/HP
: 0341-562778 / 0818380812
Alamat Kantor
: Jl. Semarang 5 Malang
Bidang Keahlian
: Sejarah Indonesia
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1.
Dosen Sejarah di Universitas Negeri Malang (1988 – sekarang)
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1.
S3: Fakultas Ilmu Budaya / Ilmu Sejarah / Universitas Indonesia (1999 – 2004)
2.
S2: PPs / Pendidikan Sejarah / IKIP Jakarta (1990 – 1995)
3.
S1: Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial/Pendidikan Sejarah/IKIP Malang
(1982 – 1986)
Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1.
Nasionalisme Indonesia, Kewarganegaraan dan Pancasila. Malang. UM Press
(2010)
2.
Kedaulatan Indonesia Dalam Perjalanan Sejarah Politik. Malang. UM Press
(2011)
3.
Nasionalisme dan Generasi Muda Indonesia. Surabaya. Sekretariat Daerah
Propinsi Jawa Timur (2012)
4.
Arsitektur Demokrasi Indonesia; Gagasan Awal Demokrasi Para Pendiri
Bangsa.
Malang. Setara Press (2013)
5.
Dinamika Revolusi Nasional. Malang. Aditya Media (2013)
6.
Ideologi Pancasila, Roh Progresif Nasionalisme Indonesia. Malang. Intrans
Publishing (2014)
Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):
1.
Pemikiran Demokrasi menurut Pendiri Bangsa
2.
Sistem Among : Pemikiran Ki Hajar Dewantara
3.
Kekuasaan Raffles di Indonesia
254
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Profil Penelaah
Nama Lengkap
: Dr. Mumuh Muhsin Z., M.Hum.
Telp Kantor/HP
: 022-7796482/08112322511
Alamat Kantor
: Jl. Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor,
Sumedang
Bidang Keahlian
: Ilmu Sejarah
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1.
Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya (2016-2021)
2.
Ketua MSI Cabang Jawa Barat sejak (2010-sekarang)
3.
Sekretaris Prodi S2 Kajian Budaya FIB Unpad (2011-2013).
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1.
S3: Fakultas Sastra/Jurusan Ilmu Sejarah/Program Studi Ilmu Sejarah/
Universitas Padjadjaran (2010)
2.
S2: Fakultas Pascasarjana/Jurusan Ilmu Humaniora/Program Studi Sejarah/
Universitas Gadjah Mada (1993)
3.
S1: Fakultas Sastra/Jurusan Sejarah Universitas Padjadjaran (1986)
Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):
1.
Priangan Abad ke-19; Kondisi Geografi, Ekonomi, dan Sosial (2008)
2.
Jatigede dalam Tinjauan Sejarah dan Budaya (2008)
3.
Kondisi Sosial-Ekonomi Cianjur Abad ke-19. (2009)
4.
Identifikasi Masalah Kebudayaan Sunda Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Yang
Akan Datang (2011)
5.
Bunga Rampai; Mozaik Budaya dan Sejarah dari Kampung Naga hingga
Partai Rakyat Pasundan (editor) (2012)
6.
Bunga Rampai; Pelangi Tradisi dan Sejarah dari Kampung Adat Kuta hingga
Peran Ulama Banten (editor) (2012)
7.
Bunga Rampai; Pelestarian Budaya dan Sejarah Lokal (editor) (2012)
8.
Inventarisasi dan Dokumentasi Sistem Mata Pencaharian yang Ada dan
Berkembang di Jawa Barat (2012)
9.
Kearifan Budaya Masyarakat Nelayan Jawa Barat dalam Menghadapi
Perubahan Ekosistem (2013)
255
Sejarah Indonesia
Profil Penelaah
Nama Lengkap
: Dr. Mohammad Iskandar
Telp Kantor/HP
: 08129689391
Alamat Kantor
: Komplek UI, Jl. Margonda Raya, Depok, Jabar
Bidang Keahlian
: Sejarah
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1.
Dosen Ilmu Sejarah di Universitas Indonesia, Depok (2010 – 2016)
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1.
S3: Fakultas Ilmu PengetahuajnBudaya/Program Studi Sejarah – Universitas
Indonesia
2.
S2: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya/Program Studi Sejarah – Universitas
Indonesia
3.
S1: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya/Program Studi Sejarah – Universitas
Indonesia
Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1.
Buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI (Erlangga -2013)
2.
Buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII (Erlangga – 2014)
3.
Sejarah Para Pemikir Indonesia (Depbudpar – 2004)
4.
Sejarah Kebudayaan Indonesia: Sistem Ilmu Pengetahuan (Raja Grafindo
Persada/Rajawali Pers – 2009)
Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):
1.
De Javasche Bank 1
828 – 1953. (Bank Indonesia – 2014)
2.
Perjuangan bangsa mendirikan Bank Sentral (Bank Indonesia – 2015)
256
Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK
Semester 1
Profil Editor
Nama Lengkap
: Drs. Heni Waluyo Siswanto, M.Pd.
Telp Kantor/HP
: 021-3804248 / 081310813308
Akun Facebook
: hewalsisutaryo
Alamat Kantor
: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Jalan Gunung Sahari No.4 Jakarta Pusat
Bidang Keahlian
: Sejarah
Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:
1. 1994 – 2016: Staf bidang Kurikulum di Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemdikbud.
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
1.
S2 Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta.
Tahun masuk 1999. Tahun Lulus 2004.
2.
S1 Jurusan Sejarah Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada.
Tahun masuk 1985. Tahun Lulus 1990.
Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1.
Buku Sejarah Indonesia Kelas X, Tahun 2014.
2.
Buku Sejarah Indonesia Kelas XI, Tahun 2015.
Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):
1.
Penelitian tentang Penerapan Pendidikan Karakter di LPTK belum terbit.
2.
Penelitian tetang Implementasi Penilaian Hasil Belajar Siswa belum terbit.
Sekali Anda mencoba narkoba.
Tak akan pernah lepas diri Anda darinya