Halaman
Mengidentifikasi Jenis
Karya Seni Teater Daerah
G
ambar di atas merupakan pertunjukan Wayang Orang, salah satu jenis
teater daerah. Tentu saja beragam jenis bentuk teatrikal yang dapat kamu
temukan di sekitar tempat tinggalmu. Dapatkan kamu menyebutkan jenis-jenis
teater yang berkembang di daerahmu? Di antara teater yang berkembang,
manakah yang paling diminati masyarakat di daerahmu?
pada bab ini kamu akan diajak mempelajari jenis-jenis karya seni teater di
bebrapa daerah serta menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan dan
pesan moral seni teater tersebut.
Sumber:
Suroto Jimbung
BAB
3
Gambar 3.1
Wayang Orang sebagai salah satu dari karya seni teater daerah di
Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Seni Teater SMP/MTs Kelas VII
22
A. Jenis Karya Seni Teater Daerah
Setelah mempelajari bab ini siswa diharapkan mampu mengidentifikasi jenis
karya seni teater daerah setempat.
Teater tradisional merupakan hasil kreativitas dan kebersamaan suatu
kelompok sosial yang berakar dari budaya setempat. Misalnya: dongeng,
pantun, tari, musik, dan syair. Teater tradisional tanpa menggunakan
naskah dan bersifat improvisasi. Sifatnya supel, artinya dipentaskan di sem-
barang tampat. Jenis ini masih hidup dan berkembang di daarah-daerah di
seluruh Indonesia. Sifat teater tradisional, yaitu improvisasinya sederhana,
spontan, dan menyatu dengan kehidupan rakyat. Pada bab 1 kamu sudah
mempe
lajari t
eater tutur, sekarang akan ditampilkan seni teater tradisi dari
beberapa daerah di Indonesia. Contoh-contoh teater tradisional tersebut meli-
puti sebagai berikut.
1. Teater Tradisi dari Jawa Barat
Sukabumi adalah salah satu kebupaten yang ada di Jawa Barat. Di
sana ada teater khas yang bernama “Gekbreng”. Kesenian yang berupa
drama tari ini bersifat humor yang menceritakan tentang kehidupan ma-
syarakat sehari-hari. Nama Gekbreng itu sendiri merupakan gabungan
dari dua kata, yaitu “gek” dan “breng” yang artinya “duduk seketika”.
Dengan demikian, Gekbreng dapat diartikan ketika seseorang duduk,
saat itu pula riuh rendah bunyi gamelan memulai aksi pertunjukan.
Kesenian Gekbreng diciptakan oleh Abah Ba’i pada tahun 1918, setelah
tamat berguru pada seorang seniman longser yang bernama Abah Emod
alias Abah Soang di Kampung Situ Gentang Ranji, Sukabumi.
Konon, kesenian ini timbul dari reaksi masyarakat atas ketidakadilan
yang dilakukan oleh para penguasa waktu itu. Dengan kreatifitasnya,
Abah Ba’i menangkap keluhan-keluhan masyarakat terhadap penguasa
itu dan meramunya menjadi suatu bentuk drama tari yang bersifat humor
yang kemudian disebut Gekbreng. Jadi, dahulu Gekbreng adalah suatu
kesenian yang bertujuan untuk mengingatkan para penguasa melalui
sindiran-sindiran halus yang disampaikan dengan gaya humor agar
jangan terlalu sewenang-wenang dalam menggunakan kekuasaannya.
Peralatan musik yang digunakan untuk mengiring pertunjukan
Gekbreng adalah seperangkat gamelan berlaras selendro yang terdiri
atas: (1) kendang; (2) terompet; (3) ketuk tilu; (4) rebab; (5) rincik; dan
(6) gong.
Bab 3
- Mengidentifikasi Jenis Karya Seni Teater Daerah
23
Pertunjukan Gekbreng biasanya diadakan di tempat terbuka atau tempat
yang agak luas, seperti pendapa atau halaman rumah. Para penontonnya
duduk berkeliling membentuk huruf U atau tapal kuda. Demikian pula
dekorasi panggungnya, terkesan cukup seadanya dan bahkan bersifat
abstrak imajiner. Pertunjukan teater rakyat ini dapat dilakukan pada siang
maupun malam hari. Pada malam hari, sebagai pencahayaan dipergunakan
obor tradisional bersumbu tiga yang disebut
oncor
.
2. Teater Tradisi dari Betawi
a. Lenong merupakan seni teater tradisional Betawi yang sampai kini
masih ada. Lenong Betawi biasa mengambil cerita kisah seribu satu
malam, jagoan-jagoan betawi (Si Pitung; Si Jampang; dan lain-lain),
dongeng rakyat, dan sebagainya. Musik pengiringnya mengguna-
kan gambang kromong yaitu alat musik khas Betawi.
b. Topeng Betawi dalam bahasa Betawi berarti pertunjukan. Teater
rakyat ini dimainkan di tengah kerumunan berbaur dengan penon-
ton. Pertunjukan diawali dengan bunyi-bunyian orkes untuk menarik
penonton. Lalu dibuka dengan topeng kedok yang dimainkan oleh
satu atau dua orang wanita. Pertunjukan dilanjutkan dengan kembang
topeng betawi dan bodor (lawak) yang dimainkan oleh primadona
lawak. Inti pertunjukan baru dimainkan pada tengah malam, berupa
cerita kepahlawanan tokoh betawi dan lain-lain.
3. Teater Tradisi dari Jawa Tengah dan Yogyakarta
a. Ketoprak
Teater yang amat populer di Jawa Tengah dan Yogyakarta ini cukup
tua usianya, yaitu muncul sejak tahun 1887. Mula-mula hanya meru-
pakan permainan lesung orang-orang desa di bawah bulan purnama,
kemudian ditambah tembang dan nyanyian. Jadi, bukan tontonan. Baru
pada tahun 1909, setelah dimodifikasi dengan tambahan alat-alat musik,
seperti kendang, terbang, seruling, dan kecrek, pertunjukan ini dipertonton-
kan. Pada tahun 1920-an berkembanglah kelompok-kelompok ketoprak
yang mempertontonkan ketoprak
dalam bentuk seperti yang kita
kenal sekarang. Pertunjukannya
pun tidak lagi diselenggarakan di
halaman rumah atau pendapa,
melainkan beralih ke panggung
prosenium. Cerita yang dipentas-
kan beragam dan sejak tahun
1930-an sudah mengambil sumber-
sumber cerita yang lebih modern.
Sumber:
http://
santi12love.files.wordpress.com
Gambar 3.2
Kesenian Ketoprak yang
sedang dimainkan di pendapa desa.
Seni Teater SMP/MTs Kelas VII
24
b. Wayang Wong
Teater Wayang Wong (Wayang Orang) semula muncul di Istana
Yogyakarta pada pertengahan abad 18, namun akhirnya keluar istana
dan menjadi kegemaran rakyat. Per-
tunjukannya diselenggarakan di pasar-
pasar
malam, taman hiburan, dan di pentas
prosenium.
Penataan panggung
realistik
dengan set ruangan keraton,
gerbang
keraton, jalan desa, dan lain-lain. Cerita
yang dipentaskan umumnya Maha-
bharata dan Ramayana yang dipelajari
dari
guru-guru tari keraton. Pemainnya
harus pandai me
nari dan menembang
serta memahami tarian untuk karakter
tertentu, selain juga mampu melakukan
brontowecono
(berdialog) dalam karakter
yang dibawakannya.
4. Teater Tradisi dari Bali
Calonarang
Teater ini muncul pada tahun 1825 di Klungkung dalam lingkup
istana, namun diyakini telah hidup sebelumnya. Fungsinya adalah
mengiringi upacara keagamaan dan tolak bala. Sumber ceritanya adalah
kitab
Calonarang
yang terdiri atas empat cerita, yakti
Katundung Ratna
Mangali
(pengusiran Ratna Mangali),
Perkawinan Mpu Bahula
,
Ngeseng
Waringin
(pembakaran pohon beringin), dan
Kautus Rarung
(utusan
Rarung ke istana dan perkawinan
Ratna Mangali-Raja Airlangga). Tata
tari, iringan gamelan, dan busana
dalam teater ini banyak mengambil
dari tari gambuh. Dialog atau
anta-
wacana
para pemain diucapkan
dalam bahasa Kawi dan Bali. Tokoh
tetapnya ada sepuluh, ditambah
tokoh hantu-hantu kecil bertopeng
yang ditujukan sebagai lelucon.
5. Ragam Teater Melayu
a. Teater Dulmuluk dari Sumatera Selatan
Berbagai versi mengenai asal muasal Dulmuluk. Ada beberapa versi
tentang sejarah teater tradisional yang berkembang di Sumatera Selatan
itu. Satu versi yang sering disebut-sebut, teater ini bermula dari syair Raja
Sumber:
Suroto Jimbung
Gambar 3.3
Salah satu adegan
perang dalam kesenian Wayang
Orang.
Sumber:
www.balivision.com
Gambar 3.4
Pertunjukan Calonarang
di daerah Bali.
Bab 3
- Mengidentifikasi Jenis Karya Seni Teater Daerah
25
Ali Haji, sastrawan yang pernah bermukim di Riau dan terkenal dengan
Gurindam 12. Salah satu syair Raja Ali Haji diterbitkan dalam buku Kejayaan
Kerajaan Melayu. Karya yang mengisahkan Raja Abdul Muluk itu terkenal
dan menyebar di berbagai daerah Melayu, termasuk Palembang.
Versi lain menyebutkan, seorang pedagang keturunan Arab, Wan
Bakar, membacakan syair tentang Abdul Muluk di sekitar rumahnya
di Tangga Takat, 16 Ulu. Acara tersebut menarik minat dan perhatian
masyarakat sehingga mereka datang berkerumun. Agar lebih menarik,
pembacaan syair kemudian disertai dengan peragaan oleh beberapa
orang, ditambah iringan musik.
Pertunjukan itu mulai dikenal sebagai Dulmuluk pada awal abad
ke-20. Pada masa penjajahan Jepang sejak tahun 1942, seni rakyat itu
berkembang menjadi teater tradisi yang dipentaskan di atas panggung.
Kelompok
teater kemudian bermunculan dan Dulmuluk tumbuh dan
digemari masyarakat. Pertunjukan Dulmuluk menjadi menarik karena
menampilkan unsur-unsur teater yang lengkap. Ada cerita, syair, lagu-
lagu Melayu, dan
lawakan. Lawakan
pada pertu
njukan Dulmuluk sering
mengangkat dan menertawakan
ironi kehidupan sehari-hari masya-
rakat saat itu. Pertunjukan Dulmuluk
selalu dibawakan secara spontan dan
menghibur,
bahkan penonton juga
bisa merespons percakapan di atas
panggung. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa Melayu dan bahasa
Palembang.
b. Teater Mendu dari Kepulauan Riau
Mendu adalah sebuah kesenian yang menyebar ke berbagai tempat
di daerah yang disebut sebagai Pulau Tujuh, yakni: Bunguran Timur
(Ranai dan Sepempang), Siantan (Terempa dan Langi), dan Midai di
Natuna Provinsi Kepulauan Riau.
Mendu adalah seni pertunjukan yang unik. Keunikannya adalah
cerita yang dimainkan tanpa naskah, sehingga para pemain harus hafal
benar alur ceritanya di luar kepala. Dialog-dialognya disampaikan dengan
tarian dan nyanyian yang diiringi dengan musik yang khas, gabungan
dari bunyi gong, gendang, beduk, biola, dan kaleng. Sementara itu,
lagu-lagu yang dinyanyikan adalah: Air Mawar, Jalan Kunon,
Ilang
Wayat, Perang, Beremas, Ayuhai, Tale Satu, Pucok Labu, Sengkawang, Nasib,
Numu Satu Serawak, Setanggi, Burung Putih, Wakang Pecah, Mas Merah,
Indar Tarik Lembu, Numu Satu, Lemak Lamun, Lakau, dan Catuk. Sedang-
kan tarian-tariannya adalah: Air Mawar, Lemak Lamun, Lakau, Ladun,
Jalan Runon, dan Baremas.
Sumber:
http://bp2.blogger.com
Gambar 3.5
Pertunjukan Dulmuluk.
Seni Teater SMP/MTs Kelas VII
26
Cerita yang dimainkan adalah Hikayat Dewa Mendu yang diangkat
dari cerita rakyat masyarakat Bunguran-Natuna. Cerita itu terbagi
dalam tujuh episode. Ketujuh episode tersebut sebagai berikut.
1. Episode pertama, menceritakan kehidupan di kayangan dan turun-
nya Dewa Mendu dan Angkara Dewa ke dunia yang fana.
2. Episode kedua, menceritakan berpisahnya Dewa Mendu dengan
Siti Mahdewi akibat perbuatan jin jahat yang diutus oleh Maharaja
Laksemalik.
3. Episode ketiga, menceritakan perjalanan Siti Mahdewi, kelahiran
anaknya yang kemudian diberi nama Kilan Cahaya, dan per-
jumpaannya dengan Nenek Kabayan.
4. Episode keempat, mengisahkan tentang perjalanan Dewa Mendu
yang kemudian sampai di sebuah kerajaan yang rajanya bernama
Bahailani.
5. Episode kelima, menceritakan perjalanan Dewa Mendu ke sebuah
kerajaan yang rajanya bernama Majusi.
6. Episode keenam, menceritakan perjalanan Dewa Mendu ke sebuah
kerajaan yang rajanya bernama Firmansyah.
7. Episode ketujuh, mengisahkan bagaimana Dewa Mendu bertemu
dengan Kilan Cahaya yang diawali dengan perkelahian antar-
keduanya. Cerita Dewa Mendu ini dapat dimainkan dalam bebe-
rapa versi, namun inti ceritanya tetap sama.
Tokoh-tokoh dalam seni pertunjukan Mendu, di samping Dewa
Mendu adalah: Angkara Dewa, Siti Mahdewi, Maharaja Laksemalik,
Kilan Cahaya, Nenek Kebayan, Raja Bahailani, Raja Majusi, Raja
Firmansyah, Raja Beruk, dan tokoh-tokoh pendukung lainnya yang
jenaka seperti Tuk Mugok dan Selamat Salabe. Kedua tokoh ini seperti
tokoh Punakawan dalam pewayangan yaitu sebagai humoris dalam
cerita Mendu. Oleh karena itu, mereka menjadi bagian yang penting
dan sangat disenangi oleh penonton.
Bahasa yang dipergunakan dalam berdialog adalah bahasa Mendu
dan bahasa Melayu sehari-hari masyarakat pendukungnya. Bahasa
Mendu digunakan oleh para tokoh utama, sedangkan bahasa Melayu
sehari-hari digunakan oleh tokoh-tokoh lainnya, seperti: jin, dayang,
dan peran pembantu lainnya.
c. Teater Mamanda dari Kalimantan
Seni teater tradisional masyarakat Kutai disebut Mamanda. Istilah
Mamanda diduga berasal dari istilah
pamanda
atau
paman
. Kata tersebut
dalam suatu lakon merupakan panggilan raja yang ditujukan kepada
menteri, wajir atau mangkubuminya dengan sebutan
pamanda menteri
,
pamanda wajir
, dan
pamanda mangkubumi
.
Bab 3
- Mengidentifikasi Jenis Karya Seni Teater Daerah
27
Karena seringnya kata
pamanda
diucapkan dalam setiap pertunjukan,
maka istilah tersebut menjadi julukan bagi seni pertunjukan itu sendiri. Seni
teater
tradisional Mamanda merupakan salah satu seni pertunjukan yang
populer di Kutai di masa lalu. Kesenian ini selalu dipertunjukkan pada setiap
perayaan
hari
nasional, pada acara perkawinan, khitanan, dan sebagainya.
Mamanda merupakan salah satu jenis hiburan yang disenangi
masyarakat. Ada dua pakem cerita yang digunakan dalam Mamanda
yaitu jalan cerita yang disajikan dalam Mamanda adalah tentang sebuah
kerajaan, maka pertunjukan Mamanda tersebut mirip dengan Kethoprak.
Namun, jika yang dipertunjukan adalah cerita rakyat biasa, maka
pertunjukan Mamanda tersebut mirip dengan Ludruk. Dalam
pertunjukannya, Mamanda selalu menggunakan dua jenis alat alat
musik yakni gendang dan biola.
Kesenian Mamanda sudah ja-
rang dipentaskan secara terbuka.
Namun pada Festival Erau di kota
Tenggarong, kesenian Mamanda
sering dipertunjukkan secara ter-
buka untuk mengisi salah satu mata
acara hiburan rakyat.
Kamu sudah mempelajari definisi teater daerah dan ragam
teater Jawa, Bali, dan Melayu. Sekarang agar lebih terasah kemam-
puan dan kreativitasmu, coba kamu identifikasi ragam teater daerah
di daerah kamu, baik sejarah, proses kreatif berkeseniannya, dan
lain-lain! Kamu bisa melihat artikelnya di koran, majalah, internet,
atau kamu bisa bertanya langsung pada orang-orang disekitarmu
atau kelompok-kelompok teater daerah di tempat tinggalmu!
B. Menunjukkan Sikap Apresiatif terhadap Keunikan
dan Pesan Moral Seni Teater Daerah Setempat
Siswa diharapkan mampu menunjukkan sikap apresiatif terhadap
keunikan dan pesan moral seni teater daerah setempat.
Sumber:
http://bp2.blogger.com
Gambar 3.6
Pertunjukan Mamanda.
Seni Teater SMP/MTs Kelas VII
28
Pada bab 1 kamu sudah
mempelajari
proses kemunculan teater daerah,
ragam teater tutur, dan bagaimana mengapresiasi serta menampilkan
keunikan dan pesan moral seni teater daerah. Kegiatan ini dilakukan dengan
mengamati sebuah
kelompok
pertunjukan khususnya
kelompok
kesenian
teater daerah sedang mementaskan
cerita di
panggung. Oleh karena itu, untuk
dapat memberikan penghargaan terhadap seni teater, perlu menikmati
dengan penuh konsentrasi termasuk memberikan penilaian terhadap seni
teater daerah setempat. Adapun yang perlu diapresiasi dalam karya seni
teater daerah adalah keunikan dan pesan moral yang terkandung dalam
seni teater tersebut.
1. Menunjukkan Keunikan Seni Teater Daerah
Pada bab 1 dijelaskan bahwa keunikan dari seni teater daerah, meli-
puti tata gerak, tata busana, tata musik, dan penyajian. Namun kalau
kita cermati lagi lebih dalam lagi muncul kembali beberapa hal yang
menyebabkan teater daerah itu terkesan unik, yaitu sebagai berikut.
a. Keragaman bentuk, keragaman bentuk pada seni daerah disebab-
kan karena jumlah suku bangsa yang terdapat di Indonesia begitu
banyak sekitar 300 suku bangsa. Tiap -tiap suku bangsa di Indonesia
memiliki minimal satu bentuk cipta seni.
b. Keragaman fungsi. Munculnya seni teater daerah bermula dari
prosesi ritual namun seiring berkembangnya pola kehidupan
masyarakat zaman sekarang banyak sekali teater tradisi berubah
dari kebutuhan ritual menjadi kebutuhan yang bersifat
ngepop
seperti: perkawinan, khitanan, dan lain-lain.
c.
Sifat sederhana, di beberapa tempat aspek kederhanaan masih di-
pegang teguh oleh beberapa kelompok teater tradisi seperti gagasan
ide dan peralatan serta cara penyampaian ke penonton secara spontan.
2. Mengungkapkan Pesan Moral Seni Teater Daerah
Pada dasarnya, setiap seni teater daerah di Indonesia memiliki pesan
moral. Oleh karena itu, untuk dapat mengungkapkan pesan moral teater
daerah setempat, hendaknya kamu secara cermat dan penuh apresiatif
dalam menyaksikan karya teater daerah. Ada beberapa pesan moral yang
bisa dilihat dari pertunjukan teater daerah, antara lain penghargaan
terhadap Tuhan, alam (air, angin, tanah, api), pahlawan, dan sebagainya.
Kamu sudah mempelajari keunikan seni teater daerah dan
mengungkapkan pesan moral seni teater daerah. Coba asahlah
kemampuanmu dengan menunjukkan keunikan dan pesan moral
dari seni teater yang ada di daerahmu!
Bab 3
- Mengidentifikasi Jenis Karya Seni Teater Daerah
29
Teater tradisional merupakan hasil kreativitas dan kebersamaan
suatu kelompok sosial yang berakar dari budaya setempat. Teater
tradisional tanpa menggunakan naskah dan bersifat improvisasi.
Sifatnya supel, artinya dipentaskan di sembarang tampat. Jenis ini
masih hidup dan berkembang di daarah-daerah di seluruh Indo-
nesia. Sifat teater tradisional, yaitu improvisasinya sederhana, spontan,
dan menyatu dengan kehidupan rakyat
Kamu sudah mempelajari jenis-jenis karya seni teater daerah dan
menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan dan pesan moral seni teater
daerah setempat. Apakah kamu masih mengalami kesulitan dengan materi
tersebut? Apabila masih mengalami kesulitan dengan materi tersebut, kamu
bisa
bertanya pada guru atau orang-orang yang ahli dalam bidang tersebut
seperti pimpi
nan teater di daerahmu!
A. Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1 .
Di bawah ini yang merupakan teater tradisional dari Betawi adalah ....
a. lenong
c. ludruk
b. kethoprak
d.
calonarang
2. Kisah Calonarang berasal dari Kerajaan ....
a. Mulawarwan
b. Udayana
c.
Sriwijaya
d. Airlangga
3. Kethoprak berasal dari Provinsi ....
a. Bali
b. Lombok
c.
Jawa Tengah
d. Jawa Barat
4. Bahasa yang digunakan dalam Calonarang adalah bahasa ....
a. Kawi dan bahasa Bali
b. Sansekerta dan bahasa Bali
c.
Kawi dan Sansekerta
d. Jawa tengahan dan Sansekerta
Seni Teater SMP/MTs Kelas VII
30
5. Kesenian tradisi Ludruk berasal dari ....
a. Jawa Timur
b. Jawa Tengah
c.
Jawa Barat
d. Jakarta
6. Keunikan seni teater daerah meliputi hal berikut,
kecuali
....
a. tata gerak
b. tata busana
c.
penyajian
d. penontonnya
7. Arja merupakan kesenian teater tradisi yang berasal dari ....
a. Jawa Barat
b. Jawa Timur
c.
Jawa Tengah
d. Bali
8. Ludruknya Betawi yang mengambil cerita kisah seribu satu malam,
jagoan-jagoan betawi (Si Pitung; Si Jampang; dan lain-lain), dongeng
rakyat, dan sebagainya disebut ....
a. topeng Betawi
b. lenong
c.
ondel-ondel
d. kethoprak
9. Improvisasi sederhana, spontan, dan menyatu dengan kehidupan
rakyat merupakan ....
a. tujuan teater rakyat
b. target dari teater rakyat
c.
sifat teater kontemporer
d. sifat teater rakyat
10. Munculnya seni teater daerah bermula dari prosesi ....
a. ritual keagamaan
b. cipta seni itu sendiri
c.
semangat memperoleh rezeki
d. estetika
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan proses munculnya teater tradisi!
2. Sebutkan keunikan dari teater tradisional!
3. Bagaimanakah sikap apresiatif terhadap pesan moral seni teater
tradisional? Jelaskan!
4. Apakah hubungan antara keragaman suku dengan hasil cipta seni
teater tradisi?
5. Sebutkan tiga jenis seni teater tradisional lengkap dengan sejarah
penciptaannya!