Halaman
33
Dinamika dan Pewarisan Budaya
dalam Rangka Integrasi Nasional
Kebudayaan diperoleh melalui proses belajar. Bayi yang baru lahir
belum bisa secara langsung mewarisi kebudayaan. Bayi tersebut akan
memperoleh kebudayaan melalui pewarisan budaya. Meskipun demikian
pewarisan budaya tidak terjadi seperti halnya pewarisan benda pusaka.
Pewarisan budaya ditempuh melalui proses belajar seseorang dari
lingkungan sekitar. Kebudayaan merupakan proses adaptasi manusia
terhadap kehidupan. Selain itu, kebudayaan merupakan pola adaptasi
manusia terhadap lingkungan sehingga ketika lingkungan berubah,
berubah pula kebudayaannya. Dalam bab ini, Anda akan mempelajari
dinamika dan pewarisan budaya dalam rangka integrasi nasional. Namun,
terlebih dahulu akan diuraikan mengenai unusr-unsur budaya universal.
Bab
2
Sumber:
Indonesian Heritage: Performing Arts
, 1998
Setelah mempelajari bab ini, siswa mampu memahami dinamika dan pewarisan budaya serta
dapat menentukan sikap terhadap dampak dinamika dan pewarisan budaya tersebut dalam
rangka mempertahankan keutuhan integrasi nasional.
Apa Manfaatnya Bagiku?
budaya, sistem, pengetahuan, bahasa, organisasi, sosial, teknologi, religi, dinamika, integrasi,
discovery
,
invention
.
Kata Kunci
A. Unsur-Unsur Budaya
Universal
B. Hubungan dan Fungsi
Bahasa, Seni, dan Religi
C. Dinamika Budaya
D. Integrasi Nasional
E. Pewarisan Budaya
pada Masyarakat Tradisional
dan Modern
Setiap masyarakat dan kebudayaan selalu mengalami dinamika,
begitu juga dengan kelompok etnik Dani di Papua.
34
Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI
Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat tidak diwariskan
secara biologis, tetapi diperoleh melalui proses belajar. Kebudayaan
tersebut didapat, didukung, dan diteruskan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan merupakan pernyataan dan
perwujudan dari kehendak perasaan dan pikiran manusia. Oleh
karena itu, kebudayaan dapat berkembang dari tingkat yang
sederhana menuju yang lebih kompleks atau modern sesuai dengan
tingkat pengetahuan manusia pendukung kebudayaan tersebut.
Kebudayaan manusia yang kompleks tersebut dapat diperinci
ke dalam unsur-unsur yang lebih khusus. Kebudayaan setiap
masyarakat, baik kebudayaan yang sederhana maupun yang modern
memiliki unsur-unsur kebudayaan. Setiap unsur tersebut akan
saling berkaitan dan membentuk suatu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan.
Para ahli antropologi memiliki pandangan yang berbeda d
alam
merumuskan unsur-unsur suatu kebudayaan.
Melville J. Herskovits
merumuskan empat unsur pokok kebuday
aan, yaitu sebagai berikut.
1. alat-alat teknologi (
technological equipment
)
2. sistem ekonomi (
economic system
)
3. keluarga (
family
)
4. kekuasaan politik (
political control
)
Adapun menurut
Bronislaw Malinowsky
, suatu kebudayaan
harus memiliki unsur-unsur pokok sebagai berikut.
1. Sistem norma yang memungkinkan masyarakat untuk saling
bekerja sama sehingga dapat menguasai dan menaklukkan alam
sekitar (
the normatic system
).
2. Organisasi ekonomi (
economic organization
).
3. Alat dan lembaga pendidikan, yaitu keluarga yang m
erupakan
lembaga pendidikan utama (
mechanism and agencies of education
).
4. Organisasi kekuasaan (
the organization of force
).
Lebih lanjut
Koentjaraningrat
, mengutip
Kluckhon
merumus-
kan unsur-unsur pokok kebudayaan berdasarkan pendapat para ahli
antropologi menjadi tujuh unsur, yaitu:
1. bahasa,
2. sistem pengetahuan,
3. organisasi sosial,
4. sistem peralatan hidup dan teknologi,
5. sistem mata pencarian,
6. sistem religi,
7. kesenian.
Rumusan unsur-unsur kebudayaan tersebut disebut unsur-unsur
kebudayaan universal atau
cultural universal
. Unsur-unsur tersebut
dianggap universal karena terdapat dalam semua kebudayaan dari
semua bangsa yang ada di dunia ini. Tujuh unsur kebudayaan itu
dapat dijumpai dalam semua wujud kebudayaan, mulai yang kecil,
sederhana, sampai pada ke kebudayaan yang besar dan berkembang.
Selain itu, unsur-unsur tersebut dapat dijumpai dari waktu ke waktu
dengan fungsi dan substansi yang sama, tetapi terdapat perbedaan
dalam bentuk, kualitas, dan kuantitasnya.
A
Unsur-Unsur Budaya Universal
Berilah contoh tujuh unsur kebudayaan
universal dari kebudayaan. Diskusikan
dengan teman sebangku Anda.
Diskusi
Dinamika dan Pewarisan Budaya dalam Rangka Integrasi Nasional
35
Ketujuh unsur kebudayaan tersebut dapat dijabarkan ke dalam
tiga wujud kebudayaan. Adapun ketiga wujud kebudayaan itu
menurut Koentjaraningrat adalah,
pertama
berupa sistem budaya
(
cultural system
). Pada tahap ini wujud kebudayaan bersifat abstrak
karena berkaitan dengan ide-ide (gagasan), nilai-nilai, dan norma-
norma yang mengikat pada masyarakat pendukungnya. Wujud
kedua
adalah sistem sosial, yaitu keseluruhan aktivitas dan tindakan
manusia yang berpola dalam masyarakat pendukungnya. Aktivitas
sosial dapat diperinci dalam tahap-tahap. Tahap pertamanya
diperinci dalam berbagai kompleks sosial, kemudian tiap kompleks
sosial diperinci lagi ke dalam pola-pola sosial. Tiap pola sosial dapat
diperinci lagi dalam tindakan-tindakan. Adapun wujud
ketiga
adalah
kebudayaan fisik. Pada tingkat ini wujud kebudayaan bersifat
konkret karena berkaitan dengan aktivitas manusia yang berupa
benda-benda konkret yang tidak hanya dapat dilihat, tetapi juga
dapat diraba dan dirasakan.
Hubungan antara unsur-unsur kebuday
aan dan wujud
kebudayaan tersebut dapat divisualisasikan d
alam diagram berikut.
Diagram 2.1
Diagram Unsur dan Wujud Kebudayaan
.
Diagram tersebut menunjukkan hubungan
antara tujuh unsur kebudayaan dan tiga
wujud kebudayaan.
Sistem Ide
Sistem Sosial
Kebudayaan Fisik
1
2
3
4
5
6
7
Keterangan:
1. Bahasa
5. Sistem mata pencarian
2. Sistem pengetahuan
6. Sistem religi
3. Organisasi sosial
7. Kesenian
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
Wujud kebudayaan digambarkan dengan lingkaran konsentris.
Lingkaran paling dalam adalah sistem budaya. Lingkaran tengah
adalah sistem sosial dan lingkaran luar adalah kebudayaan
fi
sik.
Adapun isi kebudayaan yang terdiri atas tujuh unsur itu membagi
ketiga wujud kebudayaan dalam tujuh sektor.
Misalnya, sistem religi atau agama sebagai suatu unsur
kebudaya an. Religi agama dalam wujud kebudayaan yang pertama
berupa ajaran,
fi
lsafat, aturan, dan keyakinan mengenai Tuhan, Dewa,
atau keyakinan mengenai alam lain sesudah manusia mati. Agama
dalam wujud sistem sosial dapat berupa pelaksanaan upacara dan
ritual, kegiatan-kegiatan sosial yang dilandasi nilai-nilai atau aturan-
aturan keagamaan dan organisasi-organisasi keagamaan. Adapun
religi atau agama dalam wujud kebudayaan
fi
sik berupa bangunan
candi, patung dewa-dewa, masjid, peralatan upacara, dan peralatan
ibadah lainnya.
Dalam bukunya
The Study of Man
(1963), R. Linton membagi
cultural
universal
dalam empat tahap, yaitu
cultural activities
,
complexes
,
traits
,
dan
items
. Dalam buku tersebut,
Linton memberikan contoh mengenai
perincian unsur kebudayaan besar ke
dalam unsur-unsur yang lebih kecil,
tetapi hanya wujud sistem sosial dan
wujud fisik dari kebudayaan. Ia tidak
memberi contoh perincian unsur-
unsur kebudayaan menurut wujud
sistem budayanya.
Sumber
:
Pengantar Ilmu Antropologi
, 1990
Sekitar
Antropologi
36
Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI
Dengan demikian, proses setiap unsur dari ketujuh unsur
kebuda yaan itu dimulai dari ide, gagasan, nilai, dan norma.
Kemudian, sistem budaya akan mendorong manusia pendukungnya
ke arah perilaku dalam bentuk aktivitas dan interaksi dengan
sesama manusia (sistem sosial). Dari interaksi dan perilaku manusia
tersebut kemudian akan menghasilkan peralatan dan benda-benda
(kebudayaan
fi
sik).
Uraian mengenai tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Bahasa
Bahasa menurut
Ensiklopedi Nasional Indonesia
adalah suatu
sistem tanda bunyi yang secara sukarela
dipergunakan oleh anggota
kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan meng-
identi
fi
kasikan diri. Adapun menurut ilmu antropologi, bahasa
merupakan sistem perlambangan manusia, baik lisan maupun yang
tertulis untuk berkomunikasi satu sama lain. Dalam
etnogra
fi
,
bahasa
merupakan ciri-ciri terpenting yang diucapkan oleh setiap suku
bangsa disertai variasi-variasi dari bahasa yang bersangkutan.
Bahasa yang berkembang di dunia terdapat bermacam-macam,
walaupun terdapat kemiripan dan persamaan kata dalam tiap jenis
bahasa tersebut. Di dunia ini terdapat lebih dari 1000 bahasa yang
berkembang dan digunakan oleh umat manusia. Sejumlah manusia
yang memiliki ciri-ciri ras yang sama, belum tentu memiliki bahasa
yang sama. Contohnya di Asia Tenggara, ada orang Thai, orang
Khmer, dan orang Sunda. Ketiga golongan tersebut berasal dari ras
Paleo-Mongoloid, tetapi bahasa induk mereka merupakan bahasa
yang berlainan. Sebaliknya, ada juga sejumlah manusia yang
memiliki ciri-ciri ras yang berbeda, tetapi mempergunakan satu
bahasa induk yang berasal dari satu keluarga bahasa yang sama.
Contohnya, orang-orang Huwa di Pegunungan Madagaskar, orang
Jawa, dan orang Irian. Ketiga golongan tersebut berasal dari ras
yang berbeda, orang Huwa dari ras Negroid, orang Jawa dari ras
Mongoloid-Melayu, dan orang Irian dari ras Melanesoid. Ketiga
golongan manusia tersebut menggunakan bahasa-bahasa yang
termasuk dalam satu induk, yaitu bahasa Austronesia.
Bahasa-bahasa yang ada di dunia dapat digolong
kan kedalam
beberapa induk bahasa. Ciri-ciri menonjol dari satu suku bangsa
dapat diklasi
fi
kasikan berdasarkan beberapa rumpun, subrumpun,
keluarga, dan subkeluarga. Hal ini dapat dilihat dari
fonetik, fonologi,
sintaksis
, dan
semantik
yang diambil dari bahan ucapan (kosakata)
yang dipergunakan sehari-hari masyarakat pendukung ras/suku
bangsa tersebut. Misalnya di Irian, bahasa-bahasa yang digunakan
oleh suku bangsa yang ada di Irian ada yang termasuk dalam keluarga
Malenesia. Bahasa keluarga Melanesia merupakan satu bagian dari
rumpun bahasa yang lebih besar, yaitu bahasa Austronesia.
Penggunaan bahasa dalam suatu suku bangsa yang tinggal dalam
satu wilayah geogra
fi
s akan saling memengaruhi. Di daerah perbatasan
dua suku bangsa akan terjalin hubungan yang sangat intensif sehingga
akan terjadi saling memenga ruhi antara unsur-unsur bahasa dari kedua
belah pihak. Sebagai contoh, di Jawa terdapat dua suku yang tinggal, yaitu
Suku Sunda dan Suku Jawa. Bahasa yang digunakan oleh kedua suku
tersebut memiliki kosakata yang sama, tetapi terdapat perbedaan
dalam pelafalan dan bahkan dalam arti. Di daerah perbatasan antara
dua suku akan terjadi pencampuran bahasa. Sementara itu, dalam
suku bangsa yang besar didukung oleh berjuta-juta penduduk
akan menunjukkan suatu bentuk yang berbeda. Bentuk tersebut
Apa yang dimaksud dengan fonetik,
fonologis, sintaksis, dan semantik?
Aktif & Kreatif
Sumber:
Indonesian Heritage: Ancient History,
1996
Gambar 2.1
Stupa
Stupa dalam setiap candi merupakan salah
satu wujud kebudayaan fisik.
Dinamika dan Pewarisan Budaya dalam Rangka Integrasi Nasional
37
ditentukan oleh perbedaan geogra
fi
s daerah dan lapisan sosial dalam
masyarakat suku bangsa tersebut. Perbedaan-perbedaan bahasa
khusus tersebut oleh para ahli bahasa disebut perbedaan
logat
atau
dialek
. Contohnya dalam bahasa Jawa, terdapat perbedaan bahasa
yang ditentukan oleh lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat Jawa.
Bahasa Jawa yang dipakai oleh kalangan bangsawan keraton, lapisan
priyayi, dan masyarakat biasa sangat berbeda.
Gambar 2.2
Priyayi
Bahasa Jawa yang digunakan kalangan
bangsawan akan berbeda dengan lapisan
priyayi dan masyarakat biasa.
Sumber:
Perkembangan Peradaban Priyayi,
1985
2. Sistem Peralatan (Teknologi)
Teknologi yang diuraikan hanya teknologi tradisional. Teknologi
tradisional adalah teknologi dari peralatan hidup yang tidak
dipengaruhi oleh teknologi dari kebudayaan Eropa-Amerika.
Menurut
Harsojo,
sistem teknologi yang dimaksud adalah
jumlah keseluruhan teknik yang dimiliki oleh anggota masy
arakat
yang meliputi cara bertindak dan berbuat dalam hubungannya dengan
pengumpulan bahan mentah dari lingkungannya. Bahan tersebut dapat
diproses menjadi alat untuk bekerja, alat untuk menyimpan makanan
atau pakaian, dan alat transportasi serta kebutuhan lain yang berupa
materi. Adapun menurut
J. J. Honigmann
, teknologi adalah mengenai
"... segala tindakan baku dengan apa m
anusia mengubah alam,
termasuk badannya sendiri atau badan orang lain ...." Dari de
fi
nisi
tersebut, Koentjaraningrat mengemukakan bahwa teknologi adalah
mengenai cara manusia membuat, memakai, dan memelihara seluruh
peralatannya, bahkan mengenai cara manusia bertindak dalam
keseluruhan hidupnya. Teknologi lahir ketika manusia mencari dan
memenuhi kebutuhan sehari-hari, ketika manusia meng organisasi kan
masyarakat, serta ketika manusia meng ekspresikan rasa keindahan
dalam membuat suatu karya seni.
Teknologi tradisional pada masyarakat yang berpindah-pindah
(
nomaden
) dan masyarakat desa yang hidup dari pertanian, menurut
Kontjaraningrat paling sedikit memiliki delapan macam sistem per-
alatan, yaitu sebagai berikut.
a. alat-alat produksi
b. senjata
c. wadah
d. alat untuk menyalakan api
Sumber:
Indonesian Heritage: Ancient History,
1996
Gambar 2.3
Alat Produksi
Alat-alat produksi yang digunakan
masyarakat tradisional.
38
Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI
e. makanan, minuman, bahan pembangkit gairah, dan jamu-
jamuan
f.
pakaian dan perhiasan
g. tempat berlindung dan perumahan
h. alat-alat transportasi
Alat-alat produksi adalah alat-alat yang digunakan dalam suatu
pekerjaan, mulai yang sederhana (batu untuk menumbuk padi)
sampai yang lebih kompleks (alat untuk menenun pakaian). Jika
diklasi
fi
kasikan menurut bahannya, alat-alat tersebut dapat dibagi
menjadi alat dari batu, tulang, kayu, logam, dan bambu. Selanjutnya,
jika diklasi
fi
kasikan berdasarkan teknik membuatnya, dapat dibagi
menjadi empat teknik, yaitu teknik dipukul, teknik ditekan, teknik
dipecah, dan teknik digiling. Jika dilihat dari fungsinya alat tersebut
dapat dibedakan menjadi alat untuk memotong, untuk membuat
lobang, memukul, alat penggiling, alat peraga, alat untuk menyala-
kan api, dan alat untuk meniup api.
Senjata dapat diklasi
fi
kasikan berdasarkan bahan pemben
tuknya
dan fungsinya. Berdasarkan bahan pembentukan nya dapat dibagi
menjadi senjata yang terbuat dari batu, kayu, tulang, bambu, dan
logam. Adapun menurut fungsinya, senjata dapat dibagi menjadi
senjata potong, senjata tusuk, senjata lempar, dan senjata penolak.
Berdasarkan cara peng gunaannya, senjata dapat di klasi
fi
kasi kan
menjadi senjata untuk berburu, menangkap ikan, dan berperang.
Wadah adalah alat untuk menyimpan, menimbun, dan memuat
barang-barang. Fungsi lain dari wadah adalah untuk memasak
makanan dan membawa barang. Wadah dapat diklasi
fi
kasikan ber-
dasarkan bahan pembuatnya, seperti dari kayu, bambu, tempurung
kelapa, serat-serat pohon, dan tanah liat. Wadah yang terbuat dari
tanah liat lebih dikenal dengan sebutan
tembikar
.
Makanan jika dilihat dari bahannya dibagi menjadi sayur-sayuran,
buah-buahan, daging, biji-bijian, akar-akaran, dan susu. Jika ditinjau
dari cara pengolahan atau memasaknya, dibagi menjadi makanan yang
dimasak dengan api dan makanan yang dimasak dengan batu panas.
Dipandang dari tujuan konsums
inya, mak
anan dapat
diklasi
fi
kasikan
menjadi makanan (
food
), minuman, bumbu, dan bahan yang dipakai
untuk kenikmatan (misalnya madat dan tembakau).
Pakaian jika digolongkan berdasarkan b
ahan pembuatnya dapat
dibagi menjadi pakaian dari bahan t
enun, kulit pohon, dan kulit kayu.
Menurut Koentjaraningrat, fungsi pakaian dapat dibagi menjadi
empat golongan sebagai berikut.
a. Pakaian yang digunakan untuk menahan pengaruh alam
(melindungi dari panas, dingin, dan hujan).
b. Pakaian untuk menunjukkan kelas sosial (gengsi).
c. Pakaian sebagai lambang yang dianggap suci.
d. Pakaian sebagai perhiasan badan.
Berdasarkan bahan pembuatannya, rumah dapat dibuat dari
kayu, jerami, batu, dan kulit pohon. Tempat berlindung ini berfungsi
untuk me lindungi manusia dari alam (panas, dingin, dan hujan) juga
sebagai tempat beristirahat di waktu malam atau ketika aktivitas
sehari-hari sudah selesai. Berdasarkan fungsi sosialnya rumah dapat
dibagi menjadi:
a. rumah tempat tinggal keluarga kecil,
b. rumah tempat tinggal keluarga besar,
c. rumah ibadah,
d. rumah tempat pertemuan, dan
e. rumah pertahanan.
Sumber:
Tajuk,
24 Juni 1999
Gambar 2.4
Sesajen
Sesajen adalah menu makanan yang
khusus diadakan dalam sua
tu upacara
adat. Aneka masakan tersebut biasanya
ditempatkan pada wadah y
ang khusus pula.
Sumber:
Swa Sembada,
Juni 1999
Gambar 2.5
Rumah
Rumah tempat berlindung dan berkumpul
dengan keluarga.
Dinamika dan Pewarisan Budaya dalam Rangka Integrasi Nasional
39
Manusia selalu ingin bergerak ke mana-mana. Oleh karena itu,
manusia memerlukan alat bantu untuk memudahkan aktivitasnya. Sejak
zaman prasejarah, manusia sudah menciptakan alat transportasi. Alat
tranportasi tersebut dapat digolongkan menjadi perahu, rakit, kereta
beroda, dan binatang. Adapun di zaman modern dapat ditambah
dengan mobil, sepeda, kereta api, dan pesawat terbang.
3. Sistem Mata Pencarian
Para ahli antropologi memusatkan perhatiannya pada sistem
mata pencarian. Hal ini terbatas pada sistem yang bersifat tradisional
karena perhatian antropologi adalah pada kebudayaan suatu suku
bangsa. Sistem mata pencarian tersebut di antaranya:
a. berburu dan meramu,
b. beternak,
c. bercocok tanam di ladang,
d. menangkap ikan,
e. bercocok tanam dengan sistem irigasi,
a. Berburu dan Meramu
Berburu dan meramu adalah sistem mata pencarian manusia
yang pal ing tua. Pada masa sekarang, manusia sudah banyak beralih
ke bidang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut
sejarah, masa manusia memenuhi kebutuhan hidup dari berburu
dan meramu berlangsung pada masa
paleolitikum
(zaman batu tua).
Namun, mata pencarian ini masih ada sampai sekarang. Suku
bangsa yang tinggal di daerah-daerah yang kurang menguntungkan,
menggantungkan hidupnya dari berburu dan meramu (
hunting
and gathering
). Di Indonesia, suku bangsa yang menggantungkan
hidupnya dari berburu dan meramu ini terdapat di Papua dan Suku
Anak Dalam.
Gambar 2.6
Masyarakat
Nomaden
Alam menjadi sumber makanan utama
bagi masyarakat
nomaden
.
Sumber:
Indonesian Heritage: Ancient History,
1996
Dalam masyarakat berburu dan meramu, mereka meng-
gantung
kan hidup sepenuhnya kepada alam (
in-natural
). Alam
dijadikan sebagai tempat untuk mencari sumber makanan. Para
ahli antropologi dalam mempelajari kehidupan masyarakat berburu
dan meramu, memusatkan perhatiannya pada beberapa aspek yang
dibagi berdasarkan ilmu ekonomi. Aspek-aspek tersebut di antaranya
sebagai berikut.
40
Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI
1. Sumber Alam dan Modal
Meliputi hak layak dan hak milik atas wilayah berburu, sumber
air, hak milik atas berburu, senjata yang digunakan untuk
berburu, dan alat transportasi yang digunakan ketika akan
menuju tempat berburu.
2. Tenaga Kerja
Aspek yang dikaji meliputi kelompok manusia yang melakukan
berburu dan meramu, hubungan kelompok dalam berburu, serta
masalah kepemimpinan ketika sedang berburu.
3. Produksi dan Teknologi Produksi
Aspek yang dikaji antropologi meliputi teknik dan cara berburu
termasuk di dalamnya tata cara yang berdasarkan ilmu gaib,
upacara-upacara yang dilakukan ketika akan berburu agar
hewan hasil buruan melimpah, dan alat-alat yang digunakan
untuk berburu.
4. Konsumsi, Distribusi, dan Pemasaran
Aspek yang dikaji antropologi adalah mengenai adat-istiadat
dalam pembagian hasil buruan kepada anggota kelompoknya,
cara bagaimana hasil buruan diproses untuk dimakan atau dijual
kepada masyarakat di luar kelompoknya.
b. Beternak
Beternak yang dilakukan adalah beternak secara tradisional,
yaitu memelihara hewan dalam jumlah yang banyak untuk diambil
hasilnya, misalnya daging, susu, telur, dan kulit. Mata pencarian
ini biasanya di lakukan oleh penduduk/masyarakat yang tinggal
di daerah
sabana
(padang rumput) atau
stepa
. Masyarakat seperti
ini tersebar di daerah Asia Tengah, Asia Barat Daya, Siberia, Afrika
Timur, Afrika Selatan, dan suku bangsa yang tinggal di daerah
gurun Afrika Utara, khusus di Indonesia hanya terdapat di Nusa
Tenggara.
Masyarakat yang bermatapencarian beternak biasanya memiliki
sifat-sifat yang agresif. Hal tersebut disebabkan oleh sepanjang waktu
mereka harus menjaga keamanan ternak dari serangan hewan liar
dan kelompok lain yang menjadi saingannya, serta memperebutkan
daerah padang rumput untuk makanan ternaknya. Sifat agresif mereka
juga disebabkan oleh kebutuhan makanan mereka, yaitu gandum,
beras, sayuran, dan buah-buahan yang biasanya mereka peroleh
dengan cara menaklukan, merebut, dan menjajah masyarakat yang
bermatapencarian bercocok tanam.
Suku bangsa peternak biasanya hidup secara
nomaden
(berpindah-pindah). Sepanjang musim semi dan musim panas,
mereka mengembara ke daerah yang luas dengan tujuan untuk
mencari padang rumput yang subur dan sumber air yang banyak.
Namun jika musim dingin, mereka tinggal dan menetap untuk
sementara di desa-desa induk.
c. Bercocok Tanam di Ladang
Sistem seperti ini biasanya dilakukan oleh masyarakat yang
tinggal di daerah hutan tropis, seperti di Asia Tenggara, kepulauan
di Asia Tenggara, di daerah Sungai Konggo (Afrika), dan di daerah
Sungai Amazone (Amerika Selatan). Daerah hutan tropis biasanya
memiliki tanah yang subur. Hal ini akibat dari daun-daun yang jatuh
ke tanah kemudian membusuk.
Cara orang bercocok tanam di ladang adalah dengan membuka
sebidang tanah di hutan dengan cara membabat semak belukar,
menebang pohon-pohon, kemudian membakar dahan-dahan pohon
Apakah masih ada gaya hidup
seperti berburu dan meramu sampai
sekarang? Apa yang akan Anda
lakukan jika hidup pada masa itu?
Sumber:
Indonesian Heritage: Ancient History,
1996
Gambar 2.7
Ternak
Masyarakat yang bermatapencarian
sebagai peternak biasanya hidup secara
berpindah-pindah (
nomaden
).
Diskusi
Dinamika dan Pewarisan Budaya dalam Rangka Integrasi Nasional
41
yang sudah kering. Setelah ladang dibuka, lahan tersebut ditanami
dengan jenis tanaman yang tidak memerlukan pemeliharaan yang
rumit dan tidak memerlukan irigasi (pengairan). Jenis tanaman
yang biasanya ditanam di ladang adalah padi huma, ubi rambat, ubi
kayu, terong, nanas, cabe, tebu, pisang, labu, durian, dan cempedak.
Setelah 2–3 kali masa panen, ladang tersebut ditinggalkan karena
tanahnya kurang subur. Kemudian, mereka mencari dan membuka
lahan lain yang kosong. Mereka akan kembali ke ladang yang sudah
ditinggalkan selama 10–12 tahun karena pada masa itu lahan tersebut
sudah kembali menjadi hutan.
Dalam sistem berladang, biasanya diperlukan orang banyak
untuk membuka ladang. Tenaga satu keluarga biasanya tidak akan
cukup dan harus meminta bantuan kepada orang lain. Oleh karena
itu, pada masyarakat ini biasanya berkembang sistem kerja sama
(gotong royong) berdasarkan hubungan tetangga dan persaha-
batan. Pekerjaan membuka lahan biasanya dilakukan oleh laki-laki,
tetapi jika dalam satu kelompok kekurangan tenaga laki-laki maka
membuka hutan pun bisa dilakukan oleh wanita.
d. Menangkap Ikan
Sistem mata pencarian ini termasuk mata pencarian tertua di
dunia. Manusia purba yang tinggal di tepi laut, sungai besar, dan danau
telah memanfaatkan sumber alam ini untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka. Ketika manusia sudah mengenal cara bercocok tanam,
menangkap ikan dijadikan sebagai mata pencarian tambahan. Namun,
pada saat ini menangkap ikan dijadikan sebagai mata pencarian yang
utama, terutama bagi penduduk yang tinggal di tepi pantai.
Sumber:
Tempo,
22–28 Januari 2001
Gambar 2.9
Menangkap Ikan
Menangkap ikan termasuk mata pencarian
tertua di dunia.
Para ahli antropologi mempelajari masyarakat ini dengan
memusatkan perhatian pada sumber alam dan modal yang meliputi
hak layak terhadap daerah-daerah di sekitar sungai, danau/pantai,
hak tempat berlabuh perahu, dan hak milik atas alat-alat untuk
menangkap ikan. Cara bekerja dalam menangkap ikan ini meliputi
gotong royong dalam menangkap ikan, mengerahkan awak kapal,
serta pembagian upah dan bagi hasil tangkapan. Teknologi produksi
meliputi cara-cara menangkap ikan, cara memelihara alat-alat
perikanan, cara membuat dan memelihara perahu, serta upacara-
upacara ketika akan menangkap ikan. Distribusi dan pemasaran
meliputi hal-hal yang ada hubungannya dengan cara pengawetan
ikan dan organisasi penjualan serta distribusinya.
Gambar 2.8
Berladang
Sistem berladang biasanya memerlukan
orang banyak untuk membuka ladang.
Sumber:
Tempo,
23 September 2001
42
Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI
e. Bercocok Tanam Menetap dengan Irigasi
Sistem mata pencarian ini pertama kali muncul di daerah-daerah
yang dekat dengan sungai besar karena di sekitar daerah tersebut
tanahnya subur akibat luapan lumpur dari sungai. Daerah-daerah
tersebut misalnya terdapat di Sungai Nil (Mesir), Sungai Gangga
(India), Sungai Eufrat dan Tigris (sekarang daerah sekitar Irak),
serta Sungai Kuning (Cina). Pada masa sekarang, penduduk yang
bermatapencarian berladang sudah banyak yang beralih menjadi
bercocok tanam menetap. Hal ini disebabkan jumlah manusia
sudah meningkat sehingga wilayah hutan banyak yang beralih
fungsi menjadi pemukiman tetap. Penyebab lainnya adalah sudah
majunya ilmu cara menanam dan adanya irigasi sehingga kesuburan
tanah bisa diusahakan dengan cara pemupukan dan pengolahan
tanah. Misalnya pencangkulan atau pengolahan dengan bajak. Jenis
tanaman yang ditanam juga sudah lebih kompleks, seperti padi,
sayuran, buah-buahan, teh, dan kopi. Tanaman yang memerlukan
pe melihara an rumit pun sudah mulai dibudidayakan.
Gambar 2.10
Bertani
Sebelum ditanam padi, tanah diolah
menggunakan cangkul atau bajak.
Sumber:
Indonesian Heritage: Ancient History
, 1996
4. Organisasi Sosial
Kehidupan bermasyarakat diatur dan diorganisisasi oleh adat
istiadat beserta aturan-aturan mengenai bermacam-macam kesatuan
dalam lingkungan hidup dan bergaul. Kesatuan sosial yang paling
dekat adalah kekerabatan dan kesatuan-kesatuan di luar kerabat,
tetapi masih dalam lingkungan komunitas.
Pada masyarakat tradisional, sistem kekerabatan berpengaruh
besar dan sangat mengikat di antara m
ereka. Seiring dengan
perkembangan zaman, fungsi kesatuan kekerabatan biasanya mulai
berkurang dan agak longgar. Walaupun demikian, masih banyak
suku-suku bangsa di dunia yang masih meme gangnya, seperti di
daerah-daerah yang berkebudayaan agraris seperti Afrika, Asia,
Oseanis, dan Amerika Latin.
Para ahli antropologi telah banyak meneliti mengenai macam-
macam sistem kekerabatan, organisasi masyarakat komunitas desa,
serta komunitas kecil dan penggolongan masyarakat atau pelapisan
sosial. Menurut
L. H. Morgan
, macam-macam sistem kekerabatan
di dunia erat kaitannya dengan sistem istilah kekerabatan. Susunan
masyarakat berdasarkan kekerabatan dapat dibedakan menjadi
beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut.
Buatlah sebuah skema struktur
kekerabatan keluarga Anda, minimal
empat generasi dengan Anda
di lapisan paling bawah. Berilah
penjelasan termasuk baris keturunan
apakah keluarga Anda tersebut.
Serahkan hasilnya kepada gurumu.
Asah Ilmu
Etnosentrisme merupakan
kecenderungan untuk memandang
budaya sendiri sebagai yang terbaik
dan menilai kepercayaan dan perilaku
yang berbeda secara budaya dengan
standar kebudayaan sendiri.
Ethnocentrism is the tendency to
view one’s own culture as best and
to judge the behavior and belief
of culturally different by one’s own
standards.
Sumber
:
Anthropology: The Exploration of Human
Diversity
, 2000.
Referensi
Antropologi
Dinamika dan Pewarisan Budaya dalam Rangka Integrasi Nasional
43
a. Garis Keturunan Bapak (
Patrilineal
)
Susunan masyarakat yang
patrilineal
, menarik garis keturunan
selalu dihubungkan dengan bapak. Hak waris hanya diberikan
kepada anggota-anggota kerabat laki-laki, terutama anak laki-laki.
Bagi masyarakat
patrilineal
, laki-laki mendapat penghargaan dan
penghormatan lebih tinggi dari pada kaum wanita. Di Indonesia,
sistem kekerabatan
patrilineal
dianut oleh Suku Batak. Struktur bagan
sistem
patrilineal
dapat dilihat dari bagan berikut.
Bagan 2.1
Struktur Kekerabatan Patrilineal
Sumber:
Pengantar Antropologi
, 1990
b. Garis Keturunan Ibu (
Matrilineal
)
Masyarakat
genealogis
menarik keturunan hanya dihubungkan
dengan ibu. Anak-anak menjadi hak ibu, termasuk dalam kekerabat-
an ibu. Setelah perkawinan pengantin menetap di pusat kediaman
kerabat istri. Sistem waris diturunkan kepada anggota kerabat
perempuan dan kedudukan sosial perempuan lebih tinggi dari pada
laki-laki. Akan tetapi, lelaki tetap berperan sebagai pengelola waktu,
harta, usaha, dan adat keluarga. Sistem
matrilineal
di Indonesia
dianut oleh suku bangsa Minangkabau. Pada suku Minangkabau
laki-laki berperan sebagai pengelola harta dan adat yang disebut
mamak (paman).
Garis keturunan
matrilineal
dapat dilihat dari bagan berikut.
Bagan 2.2
Struktur Kekerabatan Matrilineal
Matrilineal adalah aturan penarikan
garis keturunan yang seseorang
secara otomatis bergabung dengan
pihak ibu sejak lahir dan sepanjang
hidupnya.
Matrilineal descent is unilineal
descent rule in which people join the
mother’s groups automatically at birth
and stay members throughout at birth
and stay members throughout life.
Sumber:
Anthropology: The Exploration of Human
Diversity
, 2000
Referensi
Antropologi
Keterangan:
: Perempuan yang ditelusur sebagai anggota kerabat
: Laki-laki yang ditelusur sebagai anggota kerabat
: Perempuan yang tidak ditelusuri sebagai anggota kerabat
: Laki-laki yang tidak ditelusuri sebagai anggota kerabat
Keterangan:
: Perempuan yang ditelusur sebagai anggota kerabat
: Laki-laki yang ditelusur sebagai anggota kerabat
: Perempuan yang tidak ditelusuri sebagai anggota kerabat
: Laki-laki yang tidak ditelusuri sebagai anggota kerabat
Sumber:
Pengantar Antropologi,
1990
44
Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI
c. Garis Parental
Pada masyarakat
genealogis
yang menarik garis keturunan
dari ibu dan bapak (
parental
dan
bilateral
) adalah para anggotanya
menganggap dirinya kerabat. Dalam memperhitungkan garis
keturunan menghu bungkan kepada ibu dan bapak. Anak-anak
menjadi hak ibu dan bapak termasuk kerabat dari pihak laki-laki
dan pihak istri. Dalam sistem ini tidak ada perbedaan penghargaan
antara laki-laki dan perempuan. Sistem ini dianut oleh Suku Sunda,
Jawa, dan Kalimantan.
d.
Doubleunilateral
Masyarakat
doubleunilateral
adalah masyarakat yang menganut
dua sistem kekerabatan (
patrilineal
dan
matrilineal
) yang berlaku dan
dijadikan sebagai kesatuan-kesatuan sosial. Semua anggota keluarga
adalah kerabat bapak dan kerabat ibu.
e.
Alternered
Susunan kekerabatan ini berarah sepihak dan berdasarkan
perkawinan yang mengakibatkan anak-anak termasuk kerabat bapak
atau termasuk kerabat ibu.
Susunan masyarakat berdasarkan komunitas dibagi menjadi tiga
di antaranya sebagai berikut.
1) Perkampungan, terdiri atas para anggota persekutu an yang
tidak berkerabat namun tinggal di suatu daerah atau lingkungan
yang sama. Mereka merupakan satu kesatuan sosial yang berdiri
sendiri, di atas, dan di bawahnya tidak ada kesatuan hidup (adat)
lain. Sistem ini biasanya terdapat di Jawa dan Bali.
2) Persekutuan daerah adalah suatu daerah yang merupakan
satu kesatuan sosial sendiri dan dalam daerah tersebut ada
beberapa kampung. Kampung-kampung tersebut memiliki tata
peme rintahan sendiri yang sejenis. Setiap kampung merupakan
daerah bawahan dan mengakui persekutuan daerah tersebut
sebagai induknya. Misalnya, marga dengan dusun-dusunnya
di Sumatra Selatan.
3) Serikat-perkampungan adalah hubungan kerja sama antara
beberapa perkampungan yang berdekatan. Persekutuan tersebut
memiliki pengurus, tetapi kedudukannya sejajar dengan pengurus
kampung-kampung lainnya. Model ini biasanya ter bentuk untuk
mengerjakan kepentingan bersama, seperti jalan, irigasi, dan
keamanan. Misalnya, serikat-serikat per kampungan yang ada
di daerah Batak (Tapanuli Tengah).
Sistem penggolongan masyarakat atau pelapisan sosial di-
lakukan berdasarkan beberapa hal, yaitu kekayaan, jenis kelamin,
pembagian kerja, atau tingkat pendidikan. Menurut sifatnya, sistem
pelapisan sosial dibagi dua, yaitu tertutup (
closed social strati
fi
cation
)
dan terbuka (
open social strati
fi
cation
). Pada pelapisan sosial terbuka,
setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan dengan kecakapan
sendiri untuk naik ke lapisan yang lebih atas. Adapun dalam pelapis-
an tertutup, anggota masyarakat tidak bisa mengubah strati
fi
kasi nya.
Dalam hal ini status sosial diwariskan melalui kelahiran, contohnya
sistem kasta di India.
5. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimaksud dalam kebudayaan adalah
merupakan uraian dari cabang-cabang pengetahuan. Setiap suku
bangsa biasanya mengetahui pengetahuan berdasarkan pokok
kajiannya sebagai berikut.
Carilah contoh daerah lain yang
menggunakan sistem kekerabatan
patrilineal, matrilineal, parental,
dubbleunilateral
, dan
alternred
.
Peduli
Dinamika dan Pewarisan Budaya dalam Rangka Integrasi Nasional
45
a. Alam Sekitar
Pengetahuan tentang alam sekitar, mencakup pengetahuan
tentang musim, gejala alam, dan astronomi. Pengetahuan tersebut
mereka peroleh dari pengalaman ketika melakukan aktivitas sehari-
hari, misalnya berburu, bertani, atau berlayar. Biasanya, penge tahuan
tentang alam ini juga berkaitan dengan sistem religi atau kepecayaan
suku bangsa tersebut. Misalnya dalam penciptaan alam semesta,
gejala-gejala alam, atau gerhana. Pengetahuan tersebut biasanya
terkandung dalam dongeng, mitos, ataupun cerita rakyat.
b. Tumbuhan
Pengetahuan tentang tumbuhan merupakan pengetahuan dasar
bagi manusia, terutama bagi yang mata pencariannya bercocok tanam.
Hampir semua suku bangsa, masyarakatnya memiliki pengetahuan
tentang tumbuhan di sekelilingnya. Misalnya tumbuhan yang bisa
dimakan oleh manusia, binatang ternak, tumbuhan obat, dan untuk
membuat racun senjata.
c. Binatang
Pengetahuan tentang binatang merupakan modal utama bagi
masyarakat yang mata pencariannya berburu atau mencari ikan.
Diperlukan pula oleh mereka yang hidup dari pertanian. Bagi
petani, pengetahuan tentang binatang diperlukan agar mereka tahu
bagaimana karakteristik binatang tersebut sehingga mereka dapat
menjaga tanamannya dari gangguan binatang tersebut. Selain itu,
susu dan daging binatang merupakan unsur utama dalam makanan
setiap suku bangsa.
d. Tubuh Manusia
Pengetahuan tentang tubuh manusia dalam masyarakat
tradisional diperlukan untuk menyembuhkan penyakit, biasanya
dimiliki oleh dukun atau tabib. Oleh karena itu, Koentjaraningrat
menyebutnya dengan ilmu dukun karena di pedesaan orang
yang bisa mengobati itu adalah dukun. Mereka biasanya memiliki
pengetahuan yang luas mengenai ciri-ciri tubuh manusia, letak, dan
susunan uratnya.
e. Sifat dan Tingkah Laku Manusia
Pengetahuan ini dalam masyarakat tradisional adalah bagaimana
bertingkah laku, sopan-santun pergaulan, adat istiadat, sistem
norma, hukum adat, pengetahuan tentang silsilah keluarga, dan
sejarahnya.
f. Ruang dan Waktu
Pengetahuan ruang dan waktu dalam masyarakat tradisional
digunakan untuk menghitung, mengukur, menimbang, dan
menentukan penanggalan.
6. Sistem Religi
Religi biasanya disamakan dengan agama. Menurut
Ensiklopedi
Nasional Indonesia
, agama adalah aturan/tata cara hidup manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Agama
mencakup tata tertib upacara sebagai tata cara untuk langsung
berhubungan dengan Tuhan. Agama juga disebut sebagai pedoman
hidup umat manusia, pedoman bagaimana dia harus berpikir, ber-
tingkah laku, dan bertindak sehingga tercipta suatu hubungan serasi
antara manusia dan hubungan erat dengan Tuhan.
Diskusikan bersama teman kelompok
Anda. Apakah langkah yang perlu
dilakukan untuk menumbuhkan
kecintaan generasi muda
mempelajari dan menghayati budaya
lokal, khususnya ilmu pengetahuan?
Diskusi
46
Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI
Dalam kaitannya dengan kebudayaan, sistem religi memiliki
tiga unsur, yaitu sebagai berikut.
a. Sistem Keyakinan
Sistem keyakian secara khusus mengandung banyak sub-unsur.
Para ahli antropologi menaruh perhatian kepada para dewa
(jahat atau baik), sifat-sifat dan tanda-tanda dewa, konsepsi
tentang makhluk halus (roh leluhur, roh jahat, dan hantu),
konsepsi tentang dewa tertinggi dan penciptaan alam semesta
(
kosmogoni
), kosmologi, konsepsi tentang hidup dan mati, serta
konsepsi tentang dunia roh dan akhirat.
b. Sistem Upacara Keagamaan
Dalam sistem upacara keagamaan, para ahli antropologi mene-
kankan pada empat aspek.
Pertama
, tempat upacara keagamaan
dilakukan seperti makam, candi, pura, kuil, gereja, dan masjid.
Kedua
, saat-saat upacara keagamaan (hari-hari keramat, dan hari-
hari suci).
Ketiga
, benda-benda yang digunakan dalam upacara
seperti patung dewa-dewa dan alat bunyi-bunyian (lonceng,
genderang).
Keempat
, para pelaku upacara keagamaan (pendeta,
biksu, syaman, dan dukun).
c. Suatu Umat yang Menganut Religi
Secara khusus unsur ini meliputi masalah-masalah pengikut
suatu agama, hubungan antarpemeluk agama, hubungan dengan
pemimpin agama dan organisasi para penganut, kewajiban, serta
hak-hak penganutnya.
Selain masalah religi, dalam kebudayaan suatu suku bangsa juga
perlu diperhatikan masalah ilmu gaib. Pada masyarakat tradisional,
ilmu gaib erat kaitannya dengan masalah religi.
7. Kesenian
Kesenian adalah suatu ekspresi manusia akan keindahan
dengan latar belakang tradisi atau sistem budaya masyarakat
pemilik karya seni tersebut. Dalam karya seni tersirat pesan dari
masyarakatnya yang berupa pengetahuan, gagasan, kepercayaan,
nilai, dan norma.
Menurut Koentjaraningrat, berdasarkan jenisnya kesenian dibagi
menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Seni rupa, yaitu kesenian yang dinikmati manusia dengan mata.
Seni yang termasuk dalam seni rupa adalah seni patung, seni
ukir, dan seni lukis.
b. Seni suara, yaitu kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan
telinga. Seni yang termasuk dalam seni suara adalah seni vokal,
seni instrumental, dan seni sastra.
Selain memiliki fungsi sebagai ekspresi dari hasrat manusia akan
keindahan, kelompok
kecil kesenian juga memiliki fungsi sosial.
Misalnya, dalam pemujaan terhadap para dewa yang berperan
dalam kehidupan mereka dan roh nenek moyang. Dengan demikian,
antara kesenian dan religi terdapat suatu hubungan, misalnya dalam
upacara pemujaan terhadap arwah nenek moyang atau para dewa
biasanya digunakan alat-alat musik untuk menciptakan harmoni
yang indah dan digambarkan dalam gerak tari-tarian yang indah.
Tari-tarian ditampilkan sebagai pemujaan terhadap arwah nenek
moyang dan menjadi sarana untuk menitipkan harapan di masa
yang akan datang. Kesenian juga merupakan tempat sosiali
sasi/
pertemuan antaranggota masyarakat. Ciri yang terkandung dalam
kesenian rakyat itu memiliki nilai-nilai yang merupakan re
fl
eksi dari
kehidupan sehari-hari mereka.
Beberapa saat yang lalu terjadi
fenomena “kesurupan” di berbagai
wilayah Indonesia. Bagaimana tang-
gapan Anda mengenai peristiwa itu
jika dipandang dari konsep religi?
Diskusi
Jika Anda seorang antropolog dan
diminta melakukan penelitian di
daerah yang penduduknya memeluk
agama yang berlainan dengan
keyakinan Anda. Bersediakah Anda?
Kemukakan apa saja alasan yang
mendukung kesediaan Anda.
Asah Ilmu