Halaman
Karya Seni Rupa Murni Indonesia
Pelajaran 11
Indonesia merupakan negara yang kaya akan
budaya. Keragaman budaya tersebut tersebar di seluruh
Nusantara. Budaya tersebut berkembang sejak zaman
prasejarah hingga kini. Seni rupa murni sebagai bagian
dari budaya juga terus berkembang hingga saat ini.
Pada pelajaran ini, kamu akan belajar tentang seni
murni yang berkembang di Indonesia. Setelah itu,
kamu dapat menunjukkan sikap apresiatif terhadap
seni murni yang berkembang di Indonesia.
Sumber:
www.corbis.com
Sum
ber
www
co
rbi
sc
om
162
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX
Kata Kunci
•
Aerograph
•
Naturalis
• Dekoratif
• Realis
•
Mooi Indie
•
Romantisme
Karya Seni Rupa
Murni Indonesia
Sejarah
Perkembangan
Seni Lukis
Indonesia
Sikap Apresiasi
Seni Rupa Murni
Nusantara
Seni Lukis
Prasejarah Indonesia
Seni Lukis Hindu
Klasik Indonesia
Seni Lukis Islam
Indonesia
Seni Lukis Indonesia
Baru
Proses Berkarya
Seni Rupa
Mengapresiasi
Karya Seni Rupa
Murni
Tahapan
Mengapresiasi
Karya Seni Rupa
Murni
Cakupan Materi
Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia
163
A. Sejarah Perkembangan Seni Lukis Indonesia
Perkembangan seni rupa Indonesia khususnya seni lukis tidak banyak
diketatahui. Hal itu karena karya tulis yang mengupas parjalanan seni rupa masih
sedikit dan terbatas pada kalangan akademis. Namun, akhir-akhir ini banyak
seniman yang mengupas dan menulis seputar seni dan kesenian di Indonesia,
terutama tentang seni lukis.
Secara garis besar perkembangan seni rupa Indonesia meliputi seni prasejarah,
sejarah seni Indonesia-Hindu, seni Indonesia-Islam, dan seni Indonesia Modern.
1. Seni Lukis Prasejarah Indonesia
Pada zaman prasejarah, seni lukis memegang peranan penting karena setiap
lukisan mempunyai makna dan maksud
tertentu. Pada zaman tersebut lukisan dibuat
pada dinding-dinding gua dan karang.
Salah satu teknik yang digunakan oleh
orang-orang gua untuk melukis di dinding-
dinding gua adalah dengan menempelkan
tangan di dinding gua, lalu disemprot
dengan kunyahan daun-daunan atau batu
mineral berwarna. Teknik menyemprot ini
dikenal dengan nama
aerograph
. Media lain
yang digunakan untuk membuat lukisan
adalah tanah liat. Pewarna yang digunakan berasal dari bahan-bahan alami seperti
mineral dan lemak binatang. Pada umumnya tujuan dan tema yang dipilih untuk
membuat lukisan-lukisan tersebut adalah magis.
Contoh karya seni lukis yang dihasilkan pada zaman prasejarah dapat dilihat di
Gua Leang Pa
Ĵ
akere di Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan tersebut menggambarkan
adegan perburuan. Selain itu, ada juga lukisan pada dinding-dinding gua di
pantai selatan Irian Jaya (Papua). Lukisan yang terdapat di tempat tersebut
menggambarkan nenek moyang. Hal yang menarik perhatian pada lukisan yang
tersebar di daerah yang amat luas itu adalah siluet tangan yang terdapat di mana-
mana. Cap tangan ini terdapat pula di Sulawesi Selatan, pada lukisan di tebing
batu di teluk Sulaeman Seram, di teluk Berau Papua, dan di pulau Arguni dan
di kepulauan Kei. Selain motif bayangan tangan, motif yang terdapat di banyak
tempat ialah sosok manusia, perahu, matahari, bulan, burung, ikan, kura-kura,
manusia, kadal, kaki, dan babi rusa.
2. Seni Lukis Hindu Klasik Indonesia
Setelah zaman prasejarah berakhir, bangsa Indonesia telah memiliki berbagai
macam keahlian seperti pembuatan batu besar berbentuk piramida berundak, seni
tuang logam, pertanian dan peralatannya, seni pahat, serta pembuatan batik yang
Gambar 11.1
Lukisan telapak tangan pada dinding gua
Sumber:
www
.catatanperjalanan.com
G
b
11 1
164
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX
dikembangkan dengan penambahan unsur-unsur baru pada waktu masuknya
pengaruh Hindu. Zaman ini merupakan babak baru dalam periodisasi kebudayaan
di Indonesia dan dapat dikatakan sebagai zaman sejarah karena pada zaman ini
telah ditemukan peninggalan berupa tulisan. Hal ini terjadi karena adanya kontak
kebudayaan dengan India sekitar abad ke-5 M.
Tema yang umum digunakan pada suatu karya seni pada masa ini antara
lain tema agama, mitologi, legenda, dan cerita sejarah. Contohnya lukisan Bali
Klasik yang berisi cerita Ramayana dan Mahabharata. Gaya yang dipakai pada
pahatan dinding candi zaman Majapahit adalah gaya wayang dengan komposisi
bidang mendatar yang padat dan sarat dengan stilasi. Sebutan gaya wayang di sini
menunjukkan tanda persamaan dalam stilasi bentuk tokoh cerita wayang kulit dan
lukisan Bali Klasik. Warna lukisan terbatas pada warna-warna yang dapat dicapai
bahan alami seperti kulit kayu, daun-daunan, tanah, dan jelaga. Lukisan dibuat
pada kain memanjang tanpa dipasang pada bingkai rentang sehingga hasilnya
menyerupai lukisan gulungan. Seperti juga pahatan dinding candi dan gambar
lontar, fungsi dari lukisan Bali Klasik adalah sebagai media pendidikan sesuai
dengan ajaran agama atau falsafah hidup zaman Hindu.
Seni lukis di Bali mulai berlangsung
ketika kebudayaan Hindu Jawa Timur
terdesak oleh kebudayaan Islam. Keberadaan
seni lukis yang menyatu dan berakulturasi
dengan kebudayaan Hindu menjadi khas
dan dikenal oleh berbagai negara hingga
kini. Perkembangan seni lukis Hindu-Bali
dapat diuraikan dalam tiga bagian, yaitu
seni lukis Kamasan, seni lukis Pita Maha,
dan seni lukis Seniman Muda.
3. Seni Lukis Islam Indonesia
Seperti pada zaman Hindu, kesenian Islam di Indonesia berpusat di istana.
Seorang seniman tugasnya tidak semata-mata menciptakan karya seni, akan tetapi
ia juga seorang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan dan
fi
lsafat, di samping
mengenal cabang seni lainnya. Pada seni Islam, terdapat suatu pantangan untuk
melukiskan motif makhluk hidup dalam bentuk realistis. Para seniman melakukan
upaya kompromistis dengan kebudayaan sebelumnya.
Dalam hal ini toleransi Islam mendukung proses kesinambungan tradisi seni
rupa sebelumnya, tetapi dengan nafas baru, seperti hiasan dengan motif stilasi
binatang dan manusia dipadukan dengan huruf Arab, baik dalam penerapan
elemen estetis pada mesjid, penggarapan seni kriya, lukisan atau kaligra
fi
. Adapun
pembuatan patung, dibuat demikian tersamar sehingga seolah-olah gambaran ini
hanya berupa hiasan dedaunan atau
fl
ora.
Gambar 11.2
Contoh seni lukis Kamasan
Sumber:
www
.
sumberilmu.info
Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia
165
Biasanya lukisan dibuat sebagai hiasan yang menggambarkan cerita-cerita
tokoh dalam pewayangan atau lukisan binatang
candra sangkala
dan tentang riwayat
nabi. Adapun bentuk lukisan yang disamarkan seperti lukisan kaca yang berasal
dari Cirebon.
4. Seni Lukis Indonesia Baru
Seni lukis Indonesia baru berkembang setelah masa seni lukis Islam. Berikut ini
latar belakang lahirnya seni lukis Indonesia baru beserta perkembangannnya.
a. Latar Belakang
Karya seni lahir dari jiwa seorang seniman melalui pengolahan media dengan
bahan, alat, dan teknik tertentu. Tidak dipungkiri bahwa karya seni seringkali
menampilkan hal-hal yang khas dan unik dari suatu pribadi.
Seni lukis Indonesia baru yang berkembang di Indonesia seperti juga kesenian
pada umumnya tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa menempatkannya dalam
keseluruhan kerangka masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Perkembangan
jarya seni lukis Indonesia dipengaruhi kuat oleh kekuatan sejarah. Latar belakang
lahirnya seni lukis Indonesia baru adalah sebagai berikut.
1) Warisan budaya
Warisan budaya merupakan bagian
dalam pembentukan watak seorang manusia
yang berdasar pada hubungan manusia
itu dengan keadaan di sekelilingnya. Di
dalamnya terkandung hubungan kejiwaan
antara intuisi manusia dan emosi manusia
dengan realitas yang tak terumuskan.
2) Kekuatan sejarah
Kekuatan sejarah yang berupa kejadian-
kejadian dan gejala-gejala sosial yang
sedang berlangsung di sekeliling seniman.
Kehidupan sosial dengan pergolakan-
pergolakan dan perjuangan nasional. Tumbuhnya kesadaran nasional yang
mencetuskan Sumpah Pemuda pada 1928 pun merupakan gejala masyarakat yang
menjadi dorongan kuat di masa awal perkembangan seni lukis Indonesia baru.
3) Pengaruh Barat
Pengaruh barat adalah kenyataan yang juga merupakan kekuatan sejarah. Masa
penjajahan, misalnya, mengakibatkan persentuhan antara seni lukis Indonesia pada
awal pembentukannya dengan seni lukis Barat. Majunya media komunikasi dunia
dan percampuran peradaban dunia seni rupa pun menjadi masalah khusus.
Gambar 11.3
Lukisan sebagai bagian dari warisan budaya
Sumber:
www
.extremusmilitis.
fi
les.wordpress.com
166
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX
b. Perkembangan Seni Lukis Indonesia Baru
Segala sesuatu yang berhubungan dengan modern selalu diasosiasikan dengan
Barat (Eropa atau Amerika). Oleh karena itu, sebutan seni rupa Indonesia modern
tidak bisa dilepaskan dari tradisi berkesenian di Eropa. Persentuhan seni Indonesia
dengan seni modern telah berjalan lama dan mendalam sehingga secara langsung
atau tidak langsung telah menimbulkan hubungan atau kontak budaya. Salah
satu bentuk hubungan atau kontak budaya ini berlangsung melalui kolonialisasi
(penjajahan).
Seni rupa modern di Eropa diproklamirkan sejak munculnya aliran
post
impresionisme
(awal abad ke-18). Saat itu ruang kebebasan untuk mencipta
karya seni terbuka lebar yang diawali dengan tumbuhnya sikap individualistis
dalam berkarya. Sikap individualistis semakin kokoh dengan makin maraknya
eksperimen-eksperimen kaum seniman, baik dari masalah bahan, teknik, maupun
pengungkapan (ekspresi) berkesenian mereka.
Persentuhan seni kolektif Indonesia dan seni modern Eropa berjalan melalui
pelukis-pelukis Eropa yang datang ke Indonesia. Persentuhan itu secara perlahan
namun pasti telah menggugah individu-individu tertentu untuk membuka
lembaran baru dalam berkesenian, yakni seni rupa baru. Pada zaman seni rupa
Indonesia baru ini, terjadi beberapa perkembangan seperti berikut.
1) Masa Raden Saleh (Perintisan)
Pada pertengahan abad ke-19, dunia seni lukis atau seni gambar seniman-
seniman Indonesia masih mengacu pada gaya tradisional yang berkembang di
daerah-daerah. Sebagian besar karya seni tersebut menyimpan potensi dekoratif.
Misalnya, lukisan di Bali dan Jawa serta ornamen di Toraja dan Kalimantan.
Sebagian ahli memandang
Raden Saleh
Syarif Bustaman
(1807–1880) sebagai
perintis seni lukis modern Indonesia.
Ungkapan ini tidak berlebihan mengingat
Raden Saleh merupakan orang Indonesia
pertama yang mendapat bimbingan melukis
secara khusus dari pelukis-pelukis bergaya
naturalis dan realis keturunan Belgia
yang pernah tinggal di Indonesia, yakni
A.A.J. Payen. Atas rekomendasi Payen dan
didukung oleh C. Reinwart, Raden Saleh
berkesempatan belajar ke Eropa. Pada
masa itu, belajar ke Eropa masih tergolong langka bagi kebanyakan penduduk
Indonesia. Namun, karena Raden Saleh dipandang mempunyai bakat besar dan
masih keturunan bangsawan maka keberangkatannya ke Eropa tak ada yang bisa
menghalangi. Ia menjadi orang Indonesia pertama yang belajar seni rupa ke luar
Gambar 11.4
Raden Saleh
Sumber:
wb4.indo-work.com
G
b
11 4
Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia
167
negeri. Di Eropa, Raden Saleh mendapat bimbingan dari pelukis potret terkemuka,
Cornellius Krusemen dan pelukis pemandangan alam, Andreas Sche
Ģ
out.
Raden Saleh sempat belajar di beberapa negara lainnya seperti Jerman. Di
sana, ia bertemu dengan pelukis-pelukis potret lainnya. Ia juga sempat berkunjung
ke Aljazair untuk mengadakan studi banding dan bertemu serta menjalin
persahabatan dengan pelukis setempat, Horace Vernet. Setelah itu, ia berkunjung
ke Prancis. Saat itu, di Prancis sedang berkembang aliran Romantisme.
Lebih dari dua puluh tahun lamanya Raden Saleh berada di Eropa. Pada 1851
ia menyempatkan pulang ke Indonesia karena ia merasa rindu pada kampung
halamannya. Tak berapa lama kemudian ia kembali lagi ke Eropa, dan pada 1879
ia menetapkan untuk pulang ke Indonesia dan selanjutnya bermukim di Bogor.
Setahun kemudian, tepatnya 23 April 1880, beliau wafat di Bondongan, Bogor.
Mencermati perjalanan hidupnya, dapat
dikatakan bahwa Raden Saleh lebih lama
tinggal di Eropa daripada di Indonesia.
Karena itu wajar jika karya lukisnya
hingga kini lebih banyak tersimpan di
Eropa. Sekalipun demikian, emosinya yang
romantis tentang Indonesia tidak pupus oleh
kehidupan Eropa. Ia tetap menghasilkan
karya-karya yang menunjukkan sikap
nasionalisme karena saat itu Indonesia
dalam masa penjajahan. Para ahli seni rupa
memandang karya Raden Saleh secara
tersirat memuat pesan kebangsaan yang tersembunyi seperti tampak dalam
karyanya yang bertajuk
Antara Hidup dan Mati
. Karya ini memperlihatkan
pertarungan antara seekor Banteng (simbol keperkasaan dan kekuatan bangsa
Indonesia) dan dua ekor Singa (simbol kerakusan dan ketamakan penjajah).
Demikian pula lukisan
Penangkapan Diponegoro
.
Karya monumental Raden Saleh yang tercatat antara lain Perkelahian dengan
Binatang Buas, Hutan Terbakar, Banjir, Harimau dan Mangsanya, dan Merapi
yang Meletus. Adapun lukisan potret yang pernah dibuatnya antara lain potret
Sultan Hamengkubuwono VIII, potret seorang tua menghadap buku dan globe,
potret putri-putri de Jonge, potret Hentzepeter, potret R. P. Bonington, dan
potret Keluarga Raden Saleh. Hal tersebut merupakan sebuah contoh dari usaha
pemerintah kolonial Belanda untuk mengasimilasikan masyarakat Jawa dengan
budaya Eropa.
2) Masa Indonesia Jelita (
Mooi Indie
)
Seni rupa Indonesia sejak meninggalnya Raden Saleh sempat mengalami masa
kekosongan. Kehidupan penjajahan dan feodalisme yang sudah mengakar tidak
memungkinkan Raden Saleh melakukan pengkaderan seni lukis. Pada awal abad
Gambar 11.5
Penangkapan Diponegoro karya Raden Saleh
Sumber:
akaldankehendak.com
168
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX
ke-20, munculnya Abdullah Suryosubroto yang juga keturunan bangsawan Solo,
bukan untuk melanjutkan gaya melukis Raden Saleh. Pada awalnya, Abdullah ke
Eropa bermaksud mempelajari ilmu kedokteran. Namun, niat itu berubah karena
ketertarikannya terhadap dunia seni lukis yang kemudian mengantarkannya
menjadi mahasiswa pada salah satu akademi kesenian di Eropa.
Sepulang dari Eropa, Abdullah S.R.
(1878–1941) bermukim di Bandung dan
kemudian mengembangkan gaya melukis
sendiri, yang kemudian dikenal dengan
sebutan Indonesia Jelita (
Mooi Indie
). Gaya
ini menekankan pada keelokan dan suasana
kehidupan bangsa Indonesia dengan
alamnya yang subur dan masyarakatnya
yang tentram. Pemandangan alam
merupakan objek lukisan yang sangat
dominan. Apa saja yang indah dan romantis
terlihat menyenangkan, tenang, dan damai.
Lukisan-lukisan itu hanya membawa satu makna, yaitu ‘Indies yang molek’ bagi
orang asing dan para wisatawan.
Gunung, pohon kelapa, dan sawah adalah objek-objek yang dituangkan dalam
karya seni oleh para seniman. Demikian juga lukisan wanita-wanitanya yang elok
nan cantik. Pelukis pribumi lainnya yang gemar dengan gaya ini adalah Wakidi,
M. Pirngadie, Basuki Abdullah, dan Wahdi.
Sebenarnya sebelum gaya ini dikembangkan Abdullah S.R, telah hadir pelukis-
pelukis asing yang sengaja diundang oleh pemerintah Kolonial Belanda untuk
bekerja sebagai pelukis pesanan. Pelukis-pelukis tersebut antara lain W. G. Ho
Ĥ
er
(Belanda), R. Locatelli (Italia), Le Mayeur (Belanda), Roland Strasser (Swiss), E.
Dezentje (Belanda), dan Rudolf Bonnet (Belanda).
3) Masa Cita Nasional
Gaya melukis
Mooi Indie
tidak terlepas dari kaca mata orang Barat yang memandang
bahwa alam Indonesia adalah surga. Padahal pada kenyataannya kehidupan rakyat
Indonesia itu penuh dengan kemelut, kemelaratan, tekanan, dan berbagai penderitaan
hidup lainnya. Kondisi inilah yang memunculkan kelompok pelukis yang memiliki
empati tinggi terhadap kemelaratan rakyat jelata sebagai penolakan dari gerakan
sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat kebanyakan pelukis yang bergabung
dengan kelompok ini berasal dari kalangan rakyat sehingga mereka merasakan
penderitaan dan kepahitan hidup rakyat terjajah.
S. Sudjojono (1913–1986) sebagai penggerak kelompok ini sama sekali tidak
pernah belajar seni rupa ke Eropa. Pelukis-pelukis yang tergabung ke dalam
kelompok ini antara lain Agus Djaya Suminta, L. Sutioso, Rameli, Abdul Salam, O
Ĵ
o
Gambar 11.6
Lukisan karya Abdullah Suryosubroto
Sumber:
Lukisan-lukisan koleksi Ir
. Soekarno
Gam
bar
11
6
Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia
169
Jaya, S. Sudiarjo, Emiria Sunassa, Saptarita
Latif, Herbert Hutagalung, S. Tutur, Hendro
Jasmara, dan Sutioso.
Untuk memperkokoh gerakan dan
menyamakan persepsi, kelompok ini
kemudian membentuk Perkumpulan
Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) pada
1938 di Jakarta. Karena tujuan utamanya
adalah menggalang solidaritas nasional
antarseniman lokal dalam mengembangkan
seni lukis yang bercorak Indonesia asli,
mereka senantiasa membuat sketsa-sketsa tentang corak kehidupan masyarakat
saat itu di berbagai tempat.
Di masa ini, S. Sudjojono berhasil menciptakan karya monumental, seperti
Di Depan Kelambu Terbuka, Cap Gomeh, Jongkatan, Mainan Anak-Anak Sunter,
Sayang Saya Bukan Anjing, serta Nyekar dan Bunga Kamboja. Agus Djaya Suminta
menghasilkan karya Bharata Yudha, Arjuna Wiwaha, Dalam Taman Nirwana
dan Suara Suling di Malam Hari. Sementara itu, O
Ĵ
o Jaya melahirkan karya
Penggodaan dan Wanita Impian.
4) Masa Pendudukan Jepang
Masa imperialisme di Indonesia belum berakhir meskipun Belanda harus
angkat kaki dari bumi Indonesia. Hal itu karena Indonesia mengalami penjajahan
Jepang (1942–1945). Pada zaman pendudukan Jepang, tepatnya pada 1942,
PERSAGI dipaksa bubar. Seniman yang lahir dari kalangan
grass root
(akar rumput),
yakni masyarakat bawah, jumlahnya semakin banyak. Sementara itu, tentara
pendudukan Jepang yang berkuasa saat itu sangat jeli melihat perkembangan
kesenian Indonesia. Pada 1945, mereka mendirikan sebuah lembaga dengan nama
Jepang
Keimin Bunka Shidoso
(Pusat Kebudayaan) yang pengajarnya merupakan
mantan anggota PERSAGI seperti Agus Djaya Suminta dan S. Sudjojono. Mereka
yang menyediakan sarana untuk kegiatan berkesenian.
Pada masa ini, sekalipun kehidupan perekonomian masyarakat Indonesia
serba kekurangan, namun kehidupan berkesenian tampak berkobar-kobar. Para
pelukis pun mendapat angin segar dari tentara pendudukan Jepang. Angin segar ini
dimanfaatkan oleh para pelukis Indonesia untuk melakukan pameran. Tujuannya
di samping memamerkan karya-karya pelukis lokal, juga sebagai ajang penyebaran
rasa kebangsaan kepada masyarakat luas. Pelukis yang turut serta memamerkan
karya lukisnya ialah Basuki Abdullah, A
ff
andi, Kartono Yudhokusumo, Nyoman
Ngedon, Hendra Gunawan, Henk Ngantung, dan O
Ĵ
o Jaya.
Di sisi lain, perubahan sosial politik terus bergulir dan semakin mempertebal
jiwa nasionalisme rakyat. Sebagai wadah tempat penampungan aspirasi rakyat,
dibentuklah lembaga yang berupaya mempersiapkan segala sesuatu hal yang
Gambar 11.7
Lukisan karya S. Sudjojono
Sumber:
www
.catatanperjalanan.com
G
b
11 7
170
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX
mungkin terjadi. Lembaga itu didirikan
oleh Ir. Soekarno, K.H. Manshur, dan Ki
Hajar Dewantara dengan nama
Poesat
Tenaga Rakjat
atau
POETRA
. Salah satu
bidang yang dikelola lembaga ini adalah
seni lukis. Dengan demikian, seni lukis pun
memiliki peran aktif dalam menyebarkan
jiwa nasionalisme. Secara tidak langsung
dapat dikatakan bahwa seni lukis memiliki
andil besar dalam mencapai kemerdekaan
bangsa Indonesia. Para pelukis yang pernah
aktif dalam lembaga POETRA adalah
para pelukis dari berbagai aliran seperti S.
Sudjojono, A
ff
andi, Hendra Gunawan, Sudarso, Barli Sasmita dan Wahdi.
5) Masa Sesudah Kemerdekaan
Keadaan negara setelah proklamasi kemerdekaan 1945 tidak menghentikan
aktivitas kesenian. Saat itu seni lukis d
ij
adikan media untuk berjuang. Perkembangan
seni lukis di Indonesia menunjukkan kemajuan yang pesat karena seni lukis telah
menyatu dengan semangat perjuangan kemerdekaan bangsa. Jiwa kepahlawanan
ini dibuktikan dalam bentuk poster-poster perjuangan dan lukisan sketsa di tengah-
tengah pertempuran. Salah seorang pelukis yang pernah melakukan hal itu ialah
Djajengasmoro bersama kelompok Pelukis Front-nya.
Pindahnya pusat pemerintahan ke Yogyakarta pada 1946 diikuti dengan
h
ij
rahnya para pelukis. Kota Yogyakarta pun menjadi pusat para pelukis. Pada
1946 di Yogyakarta, A
ff
andi, Rusli, Hendra Gunawan, dan Har
ij
adi membentuk
perkumpulan Seni Rupa Masyarakat. Setahun kemudian, yaitu pada 1947 mereka
bergabung dengan perkumpulan Seniman Indonesia Muda (SIM) yang dibentuk
pada 1946 di Madiun dengan pelopor Sudjojono.
Pusat kegiatan SIM berpindah dari Madiun ke Surakarta dan kemudian
berpindah lagi ke Yogyakarta. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi keadaan
yang masih sering bergolak. Di Yogyakarta, anggota SIM menerbitkan majalah
bernama Seniman. Melalui majalah, disebarkan berbagai ajakan kepada para
seniman berbakat agar bergabung sehingga anggotanya terus bertambah. Beberapa
orang yang bergabung di antaranya Suromo, Surono, Abdul Salam, Sudibyo, dan
Trisno Sumarjo. Namun, pertentangan internal di antara pengurus membuat
A
ff
andi dan Hendra Gunawan keluar dari SIM. Kemudian, mereka membentuk
kelompok Peloekis Rakjat yang di dalamnya terdapat Soedarso, Kusnadi, Sasongko,
Dullah, Trubus, Sumitro, Sudoardjo, dan Set
ij
oso.
6) Masa Pendidikan Formal
Pada 1949, R. J. Katamsi dengan beberapa seniman anggota SIM, Pelukis
Rakjat, POETRA, dan Budayan Taman Siswa merintis akademi Seni Rupa Indonesia
Gambar 11.8
A
ff
andi
Sumber:
wb3.indo-work.com
Gb
Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia
171
(ASRI) yang kini berubah menjadi ISI. Tujuan didirikannya akademi ini adalah
untuk mencetak calon-calon seniman. Para tokoh ASRI antara lain S. Soedjojono,
Hendra Gunawan, Djajengasmoro, Kusnadi, dan Sindusiswono.
Sementara itu, di Bandung pada 1950-an berdiri pula Balai Perguruan Tinggi
Guru Gambar yang dipelopori oleh Syafe’i Soemardja. Ia dibantu oleh Mochtar
Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, dan Edi Karta Subarna. Sejak 1959, lembaga ini
berubah nama menjadi jurusan Seni Rupa pada Institut Teknologi Bandung
(ITB).
Pada 1964, berdiri pula jurusan
Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung
(saat ini bernama Universitas Pendidikan
Indonesia) yang dipelopori oleh Barli,
Karmas, Popo Iskandar, Radiosuto, dan
Wiyoso Yudoseputo. Sebagian alumni
Jurusan Seni Rupa IKIP Bandung yang
menekuni seni lukis adalah seniman Oho
Garha, Nana Banna, Hidayat, Dadang MA,
dan Hardiman. Beberapa tahun kemudian
dibuka jurusan seni rupa di IKIP lainnya di
seluruh Indonesia.
7) Masa Seni Lukis Baru di Indonesia
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan masyarakat yang mulai maju,
sekitar 1974 lahirlah kelompok seniman muda di berbagai daerah. Para seniman
muda yang tergabung dalam gerakan ini antara lain Jim Supangkat, S. Prinka,
Satyagraha, F. X. Harsono, Dede Eri Supria, dan Munni Ardi. Mereka menampilkan
corak baru dalam penggarapan karyanya. Pameran perdana karya mereka yang
diadakan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta banyak mengundang perhatian
masyarakat. Karya-karya para seniman muda yang kebanyakan masih kuliah itu
didasari oleh alasan-alasan sebagai berikut.
• Membongkar peristilahan seniman sebagai atribut yang hanya dilekatkan
pada kalangan akademis saja, sementara masyarakat kecil yang bergiat dalam
kesenian tidak mendapat tempat yang semestinya.
• Menggugat batasan-batasan seni yang sudah lama dipancangkan oleh seniman
tua. Ini berarti menghindari adanya pembingkaian seni dalam satu kaca
mata.
• Berusaha menciptakan sesuatu yang baru dengan berbagai media, konsep
berkarya, dan lain-lain. Penciptaan karya seni tersebut tidak terkecuali seni
yang diterapkan pada hal yang dipandang sakral.
Gambar 11.9
Lukisan karya Popo Iskandar
Sumber:
www
.askart.com
G
b
11 9
172
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX
Pelatihan 1
1
1
Buatlah kelompok yang terdiri atas 4 orang siswa. Carilah dari berbagai
sumber seperti buku-buku di perpustakaan atau internet hasil-hasil karya
seni para seniman Indonesia yang dibuat pada masa perkembangan seni
lukis Indonesia baru. Kemudian buatlah kliping dari gambar-gambar tersebut
dengan memberikan penjelasan tentang hasil karya seni tersebut!
B. Sikap Apresiasi Seni Rupa Murni Nusantara
Hasil karya seni rupa murni Indonesia telah ada sejak zaman prasejarah dan
terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Sebagai bagian dari masyarakat
Indonesia, kamu dapat menunjukkan sikap apresiatif terhadap hasil karya seni
rupa murni tersebut.
1. Proses Berkarya Seni Rupa
Seni rupa sebagai aktivitas manusia dalam berolah rasa muncul bersamaan dengan
adanya kehidupan di muka bumi. Hasil karya seni rupa sangat beragam, mulai dari
bentuk sederhana sebagai awal lahirnya sebuah kebudayaan di zaman prasejarah
hingga mencapai bentuk yang kompleks seperti di zaman modern ini.
Pertumbuhan seni rupa didasari oleh pandangan manusia yang dinamis dalam
konsep, proses, dan keahlian berkarya seni rupa sehingga menghasilkan beragam
karya, baik berupa gagasan, tema, bentuk, bahan atau media yang dipakai, teknik
serta prosedur praktik dan cara penggunaannya.
Proses yang panjang dan memakan waktu yang lama serta terus menerus dalam
berkarya akan menghasilkan sebuah identitas bagi si pencipta atau seniman dalam
menemukan jati dirinya. Dalam ruang
lingkup yang lebih luas, identitas itu akan
memberikan pengaruh penting dalam
pengakuan karya cipta seseorang. Hal itu
akan berpengaruh pula pada keuntungan
dari segi moril dan materil, termasuk pada
kebanggaaan diri, kelompok, atau bangsa.
Hasil karya tersebut akan mendapat
pengakuan dari masyarakat, bangsa,
bahkan dunia. Misalnya, lukisan A
ff
andi
yang banyak mendapat pengakuan dari
masyarakat dunia.
Gambar 12.10
Lukisan karya A
ff
andi
Sumber:
www
.askart.com
Gb
Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia
173
Pendorong
Seniman
Keinginan
untuk
berkarya
Proses
kreatif
Karya
Identitas
(ciri khas)
Pengaruh
Untuk mendapatkan pengakuan dari dunia luar tersebut, seorang seniman
harus bekerja dengan kesungguhan dan hati, bekerja terus-menerus dengan
memperbanyak praktek dan terus mengolah imajinasi serta pengetahuan teknik.
Hal tersebut dapat diringkas melalui skema berikut ini.
2. Mengapresiasi Karya Seni Rupa Murni
Tujuan utama penciptaan karya seni rupa murni adalah untuk mengungkapkan
ekspresi jiwa, gagasan, atau ide untuk kepentingan estetis tanpa dikaitkan dengan
kepentingan praktis. Oleh karena itu, seni murni diciptakan tanpa hal-hal lain
yang berkaitan dengan fungsi praktis sehingga dalam penciptaannya tidak terikat
dengan aturan-aturan tertentu.
Sebuah karya seni rupa murni yang telah dibuat oleh seorang seniman pada
akhirnya akan masuk ke dalam lingkungan luar. Lingkungan itu bisa berupa orang
lain, komunitas pecinta seni, galeri, atau masyarakat umum. Apabila karya tersebut
telah masuk ke dalam suatu lingkungan, akan terjadi proses saling menanggapi
dan saling berkomunikasi antara keduanya dengan bahasa tertentu. Nah, proses
inilah yang dinamakan dengan apresiasi.
Tujuan pokok dari apresiasi karya seni secara umum adalah menjadikan
masyarakat dapat menerima dan menikmati sebuah karya atau masyarakat
menjadi peka seni. Dari proses inilah nantinya masyarakat mau dan mampu untuk
mengomentari sebuah karya. Komentar yang dilontarkan oleh masyarakat akan
membentuk sebuah opini tentang seni. Opini bisa bersifat khusus tentang hal
kekaryaan seperti warna dan bentuk, atau di luar kekaryaan seperti ide, gagasan,
makna, pesan, dan tujuan pembuatan karya. Komentar dan opini inilah yang
sdalam seni rupa sering disebut dengan kritik seni.
3. Tahapan Mengapresiasi Karya Seni Rupa Murni
Dalam mengapresiasi karya seni rupa murni, seorang pengamat dapat
memberikan penilaian terhadap karya secara bebas selama penilaiannya tidak
Gambar 12.11
Skema proses dalam menghasilkan sebuah karya hingga mendapatkan pengakuan
174
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX
menyimpang dari hal-hal yang bersifat norma umum. Misalnya, seseorang
melontarkan kata-kata kasar yang cenderung melecehkan bahkan menghina karya
orang lain atau menjelek-jelekan karya yang sedang dipamerkan. Akan jauh lebih
baik jika seseorang menanggapi sebuah karya berdasarkan pengetahuan dan
pemahaman secara rasional. Kedua hal tersebut tentunya akan menjadi pembeda
sekaligus mengungkap cerminan sebenarnya diri.
Adapun tahapan dalam mengapresiasi karya seni rupa murni seperti seni
lukis, seni patung, dan seni gra
fi
s adalah sebagai berikut.
a. Tahap Awal
Tahap awal merupakan tahap ketika seorang pengamat melihat sebuah karya,
baik karya yang dipamerkan maupun melihat karya tertentu secara sekilas. Tahap
ini disebut juga dengan tahap perkenalan.
b. Tahap Penghayatan
Tahap penghayatan merupakan tahap di mana seorang pengamat berupaya
untuk mengamati lebih jauh lagi dan berusaha untuk memahami serta menghayati
sebuah karya. Dalam tahap penghayatan, seorang apresiator akan berpikir sejenak
atau lama bergantung pada pengetahuan yang dimilikinya. Proses penghayatan
ini merupakan tahap yang penting dan utama dalam mengapresiasi karya.
c. Tahap Penilaian
Tahapan penilaian merupakan tahap pengambilan keputusan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu tentang bernilai atau berharganya suatu
karya seni. Tahapan ini juga dapat dikatakan sebagai tahap penghargaan dengan
menentukan apakah karya yang sedang diapresiasi baik atau indah.
Dalam mengapresiasi sebuah karya seni rupa kamu dapat memahami,
menghayati, menilai, dan memberikan keputusan terhadap sebuah karya seni
secara bebas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini.
a. Mendeskripsikan (pemaparan) sebuah karya dengan cara menemukan dan
mencatat sesuatu yang dilihat apa adanya, namun tidak mengambil kesimpulan
apapun.
b. Uraian kebentukan (formal), yaitu tahapan menelusuri sebuah karya
berdasarkan strukturnya, baik itu warna, garis, bentuk, maupun teksturnya.
c. Penafsiran makna yang meliputi tema yang digarap dan masalah-masalah
yang dikemukakan.
d. Penilaian, yaitu tahapan untuk menentukan derajat suatu karya seni.
Itulah beberapa tahapan dalam mengapresiasi karya seni rupa. Kamu tentunya
dapat melakukannya pula. Semakin banyak kamu melihat karya seni maka
akan semakin kaya pengalaman estetis dan semakin mudah untuk memahami,
menghayati, serta menilai karya diri sendiri dan karya orang lain.
Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia
175
Re
fl
eksi
Uji Kompetensi
Perhatikan lukisan Penjual Jamu karya Basuki Abdullah dan Perahu
Madura karya A
ff
andi. Pilih salah satu lukisan tersebut, kemudian tuliskan
apresiasimu terhadap lukisan tersebut. Sertakan pula biogra
fi
pembuatnya.
Bacakan hasilnya di depan kelas secara bergantian!
Pelatihan 2
2
2
Carilah dari berbagai sumber tentang karya-karya seni murni yang dibuat
oleh seniman-seniman Indonesia. Pilihlah, salah satu di antaranya, kemudian
amati karya seni tersebut. Setelah itu, tuliskan apresiasimu terhadap karya
seni tersebut!
Pada pelajaran ini kamu telah belajar tentang keragaman hasil karya seni
lukis di Indonesia sejak zaman prasejarah hingga saat ini. Karya-karya tersebut
menunjukkan betapa para seniman Indonesia memiliki gagasan yang sangat
beragam untuk dituangkan dalam sebuah karya seni. Teknik yang digunakan
juga beraneka ragam. Berikan pendapatmu mengenai hal tersebut!
176
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX
Rangkuman
• Pada zaman parsejarah lukisan dibuat pada dinding-dinding gua dan
karang dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu disemprot
dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna.
• Tema yang umum digunakan pada suatu karya seni pada masa Hindu
Klasik Indonesia antara lain tema agama, mitologi, legenda, dan cerita
sejarah.
• Pada seni Islam, terdapat suatu pantangan untuk melukiskan motif
makhluk hidup dalam bentuk realistis.
• Raden Saleh merupakan orang Indonesia pertama yang mendapat
bimbingan melukis secara khusus dari A.A.J. Payen.
• Abdullah S.R. mengembangkan gaya melukis sendiri yang dikenal
dengan sebutan Indonesia Jelita (
Mooi Indie
). Gaya ini menekankan pada
keelokan dan suasana kehidupan bangsa Indonesia dengan alamnya
yang subur dan masyarakatnya yang tentram.
• Pertumbuhan seni rupa didasari oleh pandangan manusia yang dinamis
dalam konsep, proses, dan keahlian berkarya seni rupa sehingga
menghasilkan beragam karya, baik berupa gagasan, tema, bentuk,
bahan atau media yang dipakai, teknik serta prosedur praktek dan cara
penggunaannya.
• Tujuan utama penciptaan karya seni rupa murni adalah untuk
mengungkapkan ekspresi jiwa, gagasan, atau ide untuk kepentingan
estetis tanpa dikaitkan dengan kepentingan praktis.
• Tahapan dalam mengapresiasi karya seni rupa murni seperti seni lukis,
seni patung, dan seni gra
fi
s adalah tahap awal, penghayatan, dan
penilaian.
Pelajaran 11 Karya Seni Rupa Murni Indonesia
177
A. Berilah tanda silang (×) pada jawaban yang benar!
1. Teknik dengan cara semprotan menggunakan warna-warna yang digunakan
berasal dari bahan-bahan alami seperti mineral dan lemak binatang pada
zaman prasejarah disebut ...
a.
aerograph
b.
aerophone
c. aerowisata
d.
aerogri
Ģ
2. Daerah di Bali yang terkenal sebagai sentra lukisan Bali Klasik adalah ....
a. Kuta
b. Denpasar
c. Kamasan
d. Kota Gede
3. Daerah penghasil lukisan kaca di Indonesia dengan motif kaligra
fi
adalah ....
a. Tasikmalaya
b. Yogyakarta
c. Cirebon
d. Malang
4. Perintis seni lukis Indonesia adalah ....
a. Abdullah S.R.
b. A
ff
andi
c. Raden Saleh
d. Popo Iskandar
5.
(Sumber:
www.iklanpropertiku.com
)
Lukisan Basuki Abadulah tersebut termasuk lukisan bergaya ....
a.
Mooi Indie
b. cita nasional
Pelatihan Pelajaran 11
178
Seni Rupa untuk SMP/MTs Kelas IX
c. masa kemerdekaan
d. masa seni lukis baru
6. Berikut ini adalah pelukis asing di Indonesia yang mengembangkan gaya
Mooi
Indie
,
kecuali
....
a. W. G. Ho
Ĥ
er (Belanda)
b. R. Locatelli (Italia)
c. Le Mayeur (Belanda)
d. A.A.J. Payen (Belgia)
7. Pencetus Masa Cita Nasional yang pendapatnya selalu meledak-ledak
adalah ....
a. Abdullah S.R.
b. S. Sudjojono
c. Raden Saleh
d. Popo Iskandar
8. Kepanjangan dari PERSAGI adalah ....
a. Perkumpulan Ahli Gambar Indonesia
b. Persatuan Ahli Gambar Indonesia
c. Persatuan Ahli Seni Indonesia
d. Perkumpulan Ahli Seni Indonesia
9. Tahap awal dalam mengapresiasi seni murni adalah ....
a. memerhatikan karya seni
b. memberikan penilaian terhadap karya seni
c. menginterpretasikan karya seni
d. berdiam diri sejenak dan memikirkan karya seni
10. Salah seorang yang termasuk angkatan Seni Lukis Baru Indonesia adalah ....
a. Mas Pirngadi
b. A
ff
andi
c. Jim Supangkat
d. Tisna Sanjaya
B. Kerjakan soal-soal berikut dengan baik dan benar!
1. Jelaskan secara singkat kronologis perkembangan seni lukis Indonesia!
2. Apa yang dimaksud dengan seni lukis Indonesia Hindu dan Indonesia Islam
klasik?
3. Siapakah S. Sudjojono dan apa peranannya bagi seni lukis Indonesia?
4. Sebutkan beberapa bentuk karya seni murni yang terdapat di Indonesia!
5. Amati salah satu karya seni murni dari seniman Indonesia, kemudian tuliskan
apresiasimu atas karya seni tersebut!