Gambar Sampul Geografi · Bab 1 Fenomena Biosfer dan Antroposfer
Geografi · Bab 1 Fenomena Biosfer dan Antroposfer
Iskandar

23/08/2021 13:04:23

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Hukum Dasar Kimia

1

GEOGRAFI 2

Kelas XI Kelas XI

Kelas XI Kelas XI

Kelas XI

SMA SMA

SMA SMA

SMA

dan MAdan MA

dan MAdan MA

dan MA

PUSAT PERBUKUAN

Departemen Pendidikan Nasional

ii

Kimia Kelas X SMA dan MA

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional

dilindungi Undang-undang

Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional

dari Penerbit PT. Remaja Rosdakarya

Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009

Diperbanyak oleh ....

RR.PL.3152-01-07

G E O G R A F I 2

Kelas XI SMA dan MA

Penulis

: L. Iskandar

Penelaah

: Moh. Ma’mur

Tanudidjaja

Editor

: Daris Efendi

Desain Sampul

: Guyun Slamet

Ilustrator

: Rochman Suryana

Perwajahan

: Mamay Andriana

910.7

ISK

ISKANDAR

g

Geografi 2 : Kelas XI SMA dan MA / penulis, Iskandar

; editor, Daris Efendi ; illustrator, Rochman Suryana

.

— Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

vi, 191 hlm, : ilus. ; 25 cm

Bibliografi : hlm.187-188

Indeks

ISBN 978-979-068-790-5 (nomor jilid lengkap)

ISBN 978-979-068-795-0

1. Geografi-Studi dan Pengajaran I. Judul

II. Daris Efendi

III. Rochman Suryana

Hukum Dasar Kimia

iii

K A T A S A M B U T A N

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat

dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan

Nasional, pada tahun 200

9

, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran

ini dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan kepada masyarakat

melalui situs internet (

website

) Jaringan Pendidikan Nasional.

Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang

memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses

pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

22 Tahun 2007.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada para penulis/penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak

cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk

digunakan secara luas oleh para siswa dan guru di seluruh Indonesia.

Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya

kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (

down

load

)

,

digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh

masyarakat. Namun, untuk penggandaan yang bersifat komersial harga

penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh

Pemerintah. Diharapkan bahwa buku teks pelajaran ini akan lebih

mudah diakses sehingga siswa dan guru di seluruh Indonesia maupun

sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan

sumber belajar ini.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.

Kepada para siswa kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah

buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu

ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami

harapkan.

Jakarta, Juni 2009

Kepala Pusat Perbukuan

iv

Kimia Kelas X SMA dan MA

KATA PENGANTAR

Buku geografi ini diperuntukkan pada satuan pendidikan Sekolah Menengah

Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) kelas XI (sebelas). Dalam mata

pelajaran geografi ini diharapkan agar peserta didik memiliki kemampuan:

memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang

berkaitan (

comprehensive

atau pengetahuan); menguasai keterampilan dasar

dalam memperoleh data dan informasi, mengkomunikasikan dan

menerapkan pengetahuan geografi (

skill

atau keterampilan); serta

menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaat-

kan sumber daya alam secara arif serta memiliki toleransi terhadap keragaman

budaya masyarakat (

afektif

).

Kami juga berusaha menjabarkan materi pelajaran ini dengan cara

sebagai berikut.

1.

Materi pokok (pokok bahasan, subpokok bahasan) dan uraian materi

kami susun lebih rinci sesuai dengan kedalaman materi yang ditentukan untuk

peserta didik SMA atau MA kelas XI (se

belas). Di sam

ping itu, kami sesuaikan

pula dengan alokasi waktu yang ditetapkan dalam kurikulum.

2.

Kami memberikan keterampilan bagi peserta didik dalam bentuk

penugasan-penugasan. Cara ini dimaksudkan untuk mendorong para peserta

didik mengamati, menganalisis, menafsirkan peta, grafik, tabel, dan gambar

yang disajikan.

3.

Evaluasi akhir bab, akhir semester, dan akhir tahun bertujuan untuk

mengukur daya serap peserta didik.

Semoga buku pelajaran ini bermanfaat bagi rekan-rekan pengajar

maupun para peserta didik kita. Kami menyadari bahwa buku ini

mengandung banyak kekurangan. Kritik dan saran penyempurnaan dari

rekan-rekan pengajar sangat kami harapkan.

Bandung, Juni 2007

Penulis

Hukum Dasar Kimia

5

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN

KATA SAMBUTAN

KATA SAMBUTAN

KATA SAMBUTAN

KATA SAMBUTAN

iii

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

iv

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

v

BAB I

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

1

A. Pengertian Fenomena Biosfer

3

B. Persebaran Tumbuhan (Flora) dan Hewan (Fauna)

4

C. Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia

11

D. Pengertian Fenomena Antroposfer

17

E. Aspek Kependudukan

25

F. Komposisi Penduduk (Susunan Penduduk)

27

G. Menghitung Penduduk Suatu Wilayah

29

H. Informasi Kependudukan melalui Peta, Tabel, Grafik

atau Diagram

38

Kata Kunci

43

Rangkuman

44

Evaluasi Akhir Bab

45

BAB II

Sumber Daya Alam

Sumber Daya Alam

Sumber Daya Alam

Sumber Daya Alam

Sumber Daya Alam

4 9

A. Pengertian Sumber Daya Alam

51

B. Jenis-Jenis Sumber Daya Alam

53

C. Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara Arif

112

Kata Kunci

119

Rangkuman

120

Evaluasi Akhir Bab

121

Evaluasi Akhir Semester I

127

BAB III

Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup

Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup

Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup

Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup

Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup

135

A. Pemanfaatan Lingkungan Hidup dalam Kaitannya

dengan Pembangunan Berkelanjutan

137

vi

Kimia Kelas X SMA dan MA

B. Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Kaitannya

dengan Pembangunan Berkelanjutan

145

Kata Kunci

158

Rangkuman

158

Evaluasi Akhir Bab

159

Evaluasi Akhir Tahun

166

Glosarium

175

Daftar Pustaka

187

Indeks

189

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

1

Fenomena Biosfer dan

Antroposfer

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

1

Bab I

TUJUAN PEMBELAJARAN

Siswa dapat:

1.

menjelaskan pengertian fenomena biosfer;

2.

memberi contoh sebaran hewan dan tumbuhan;

3.

menjelaskan pengertian fenomena antroposfer;

4.

menguraikan dan memberi contoh aspek kependudukan.

Sumber:

National Geographic Wallpaper

Kelestarian fauna menjadi faktor kelangsungan hidup biosfer di muka bumi

2

Geografi 2 Kelas XI SMA dan MA

PETA KONSEP

Fenomena Biosfer

Komposisi penduduk

Menghitung penduduk

suatu wilayah

Informasi kependudukan

melalui peta, grafik atau

diagram

Fenomena

Biosfer dan

Antroposfer

Persebaran Flora dan Fauna

Persebaran Flora

dan Fauna di Indonesia

Fenomena Antroposfer

Aspek kependudukan

- Dinamika penduduk

- Pertumbuhan penduduk

- Harapan hidup pada waktu lahir

- Kepadatan penduduk

- Rasio ketergantungan

- Proyeksi penduduk

- Angkatan kerja

- Kerusakan Flora dan Fauna

- Berkurangnya luas lahan

- Dampak kerusakan flora dan fauna

- Persebaran flora di permukaan bumi

- Persebaran fauna di permukaan bumi

- Persebaran flora di Indonesia

- Jenis dan persebaran fauna di Indonesia

- Tingkat pertumbuhan penduduk

- Persebaran penduduk Indonesia

- Mobilitas penduduk

- Kualitas penduduk

- Upaya pengendalian penduduk

Penduduk sebagai

sumber daya manusia

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

3

D

i lapisan kulit bumi terdapat kehidupan organisme yang disebut

biosfer

(meliputi tumbuh-tumbuhan, binatang, mikroorganisme) dan

antroposfer

(manusia). Adanya makhluk hidup tersebut akan menimbulkan fenomena

(peristiwa atau masalah), baik yang menguntungkan maupun merugikan.

A. Pengertian Fenomena Biosfer

Fenomena

adalah peristiwa atau terjadinya sesuatu hal di muka bumi.

Biosfer

berasal dari kata

bios

yang berarti

hidup

dan

sphaira (sphere

) yang berarti

lapisan atau bagian dari kulit bumi, air, dan atmosfer tempat ditemukan

kehidupan organisme tumbuh-tumbuhan, binatang, dan mikroorganisme.

Fenomena biosfer

adalah peristiwa atau terjadinya sesuatu hal di muka

bumi yang berkaitan dengan makhluk hidup (yang meliputi tumbuh-

tumbuhan, binatang, dan mikroorganisme).

Contoh fenomena biosfer adalah sebagai berikut.

1. Kerusakan Flora dan Fauna

Pemanfaatan sumber daya alam tanpa memperhatikan kelestariannya

akan menimbulkan kerusakan pada flora dan fauna tersebut, bahkan dapat

mengakibatkan kepunahan. Akibatnya akan berdampak terhadap kehidupan

manusia. Kepunahan jenis ataupun varietas flora dan fauna tertentu dapat

disebabkan oleh beberapa hal, misalnya berkurangnya luas lahan; kerusakan

lahan, misalnya kerusakan hutan sehingga hewan yang hidup di dalam hutan

akan punah; eksploitasi atau penggunaan yang berlebihan; penggunaan

teknologi yang tidak sesuai dengan keadaan lingkungan; perburuan jenis ikan

paus yang berlebihan; di Indonesia terjadi perburuan rusa; pengambilan rotan

dan kayu ramin yang berlebihan; penggunaan herbisida dan insektisida yang

berlebihan; dan pencemaran oleh industri.

2. Berkurangnya Luas Lahan

Berkurangnya luas lahan ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

a.

populasi (jumlah) manusia yang terus bertambah disebabkan

terjaminnya kesehatan akibat kemajuan teknologi kedokteran;

b.

permukiman manusia makin luas sehingga akan menggeser tumbuh-

tumbuhan dan hewan;

c.

pembangunan pabrik di atas lahan yang berasal dari lahan pertanian.

4

Geografi 2 Kelas XI SMA dan MA

3. Dampak Kerusakan Flora dan Fauna

Dampak kerusakan flora dan fauna terhadap kehidupan adalah

berkurangnya sumber daya alam; dapat menimbulkan bencana tanah longsor

dan banjir; penelitian secara ilmiah akan terhambat karena punahnya jenis

flora dan fauna tertentu; dan akan memusnahkan habitat lain karena

terputusnya siklus rantai makanan.

B. Persebaran Tumbuhan (Flora) dan Hewan

(Fauna)

1. Persebaran Flora di Permukaan Bumi

Jenis flora berdasarkan iklim dan ketinggian tempat di muka bumi ada

empat macam, yaitu:

a.

Hutan hujan tropis,

terdiri atas berikut ini.

1) hutan hujan tanah rawa, meliputi:

a)

hutan rawa air tawar, terletak pada ketinggian kurang dari 100

m di atas permukaan air laut, suhunya 26

r

C;

b)

hutan rawa gambut, terletak pada ketinggian 100 m di atas

permukaan air laut, suhunya 26

r

C;

c)

hutan mangrove (bakau), terletak pada ketinggian 5 m di atas

permukaan air laut, suhunya 26

r

C.

2)

hutan hujan tanah kering, meliputi:

a)

hutan pantai, ketinggian 5 m, suhunya 26

r

C;

b)

hutan penuh, ketinggian 700 m – 1.000 m, suhunya 23

r

C – 19

r

C;

c)

hutan dipterocarpaceae, ketinggian 1.000 m, suhunya 26

r

C –

21

r

C;

d)

hutan nondipterocarpaceae, ketinggian 1.000 m, suhunya

26

r

C – 21

r

C;

e)

hutan belukar, ketinggian 1.000 m, suhunya 26

r

C – 21

r

C;

f)

hutan fegaceal, ketinggian 1.000 m – 2.000 m, suhunya 26

r

C –

21

r

C;

g)

hutan casuarina, ketinggian 1.000 m – 2.000 m, suhunya 21

r

C –

11

r

C;

h)

hutan nothofagus, ketinggian 1.000 m – 3.000 m, suhunya

21

r

C – 11

r

C;

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

5

i)

hutan agathis campuran, ketinggian 2.500 m, suhunya 26

r

C –

13

r

C.

b.

Hutan musim,

terdiri atas berikut ini.

1)

hutan musim gugur daun, ketinggian 800 m di atas permukaan air

laut, suhunya 20

r

C;

2)

hutan musim selalu hujan, ketinggian 1.200 m, suhunya 22

r

C.

c.

Hutan savanna (sabana),

terdiri atas berikut ini.

1)

hutan sabana pohon dan palma, ketinggian kurang dari 900 m,

suhunya 22

r

C;

2)

hutan sabana casuarina, ketinggian 1.600 m – 2.400 m, suhunya

19

r

C – 13

r

C.

d.

Stepa (padang rumput),

terdiri atas berikut ini.

1)

stepa iklim kering, ketinggian kurang dari 900 m, suhunya 22

r

C.

2)

stepa iklim basah, terdiri atas:

a)

rawa rumput, ketinggian kurang dari 100 m, suhunya 26

r

C;

b)

stepa tanah rendah, ketinggian kurang dari 1.000 m, suhunya

26

r

C – 21

r

C;

c)

stepa pegunungan, ketinggian 1.500 m – 2.400 m, suhunya

18

r

C – 23

r

C;

d)

stepa berawa gunung, ketinggian 1.500 m – 2.400 m, suhunya

10

r

C – 23

r

C;

e)

stepa Alpin, ketinggian 4.000 m – 4.500 m (batas salju), suhunya

kurang dari 10

r

C;

f)

komunitas rumput dan tundra (lumut), ketinggian lebih dari

4.500 m, suhunya kurang dari 10

r

C.

Adapun jenis, persebaran flora, dan kaitannya dengan bentukan muka

bumi di dunia akan diuraikan berikut ini.

a. Persebaran Flora Darat Dunia

Para ahli geografi tumbuhan membagi dunia ini dalam 6 bagian besar

daerah kawasan flora. Namun, di dalam kawasan-kawasan tersebut terdapat

pula beberapa variasi. Akhirnya, daerah kerajaan itu dibagi lagi atas

subkerajaan atau provinsi-provinsi yang mencerminkan antara hutan padang

rumput, gurun, dan tundra. Kawasan-kawasan flora tersebut adalah sebagai

berikut.

1)

Kawasan Australia

Kawasan Australia daerahnya di Benua Australia.

6

Geografi 2 Kelas XI SMA dan MA

2)

Kawasan Tanjung (Cape)

Kawasan Tanjung merupakan daerah yang kecil di ujung sebelah selatan

Afrika.

3)

Kawasan Antartika

Kawasan Antartika berada dalam suatu lingkungan yang mengelilingi

bagian utara massa daratan. Dimulai dari Patagonia dan Chili sebelah selatan

,

melalui garis Pulau Oseania sampai Selandia Baru.

4)

Kawasan Paleotropis

Kawasan Paleotropis meliputi tiga subkerajaan besar, yakni Afrika, Indo-

Malaysia

,

dan Polinesia

.

Masing-masing dibagi lagi atas beberapa provinsi.

5)

Kawasan Neotropis

Kawasan Neotropis, meliputi hampir seluruh wilayah

Amerika Selatan.

6)

Kawasan Boreal

Kawasan Boreal merupakan kerajaan yang terbesar dari kerajaan-

kerajaan lainnya, meliputi Amerika Utara, Eropa, dan Asia Utara. Masing-

masing kerajaan ini dibatasi penghalang yang jelas, yakni samudera,

rangkaian pegunungan atau gurun.

Keenam kawasan itu dapat dilihat dalam peta, menurut W.T. Neill dalam

bukunya

The Geography of Life

(1969), berikut ini.

Gambar 1.1

Kawasan-kawasan flora berdasarkan persebaran tumbuh-tumbuhan tinggi

(varietas yang berbiji) atau persebaran spesies.

Sumber:

Makalah Biogeografi Jurusan Georgrafi IKIP Bandung

1. Kawasan

Australia

4. Kawasan

Baleotropik

6. Kawasan

Boreal

5. Kawasan

Neotropik

3. Kawasan Antartika

2. Kawasan Cape

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

7

b. Jenis Flora yang Hidup di Daratan

Jenis-jenis flora yang hidup di daratan adalah sebagai berikut.

1)

Hutan hujan tropis (hutan equatorial)

Hutan hujan tropis berada antara garis lintang 0

r

– 30

r

LU/LS. Hutan

hujan tropis terdapat di Sumatera, Kalimantan, India, Brasil, Florida,

dan Karibia.

2)

Hutan musim

Hutan musim terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi, dan Nusa

Tenggara.

3)

Hutan hujan daerah sedang

Hutan hujan daerah sedang terdapat di:

a)

dataran tinggi zone ekuatorial dan tropis,

b)

daerah lintang 25

r

– 30

r

LU/LS, serta

c)

daerah pantai barat antara lintang 35

r

– 55

r

LU/LS.

4)

Hutan berdaun jarum (konifer)

Hutan berdaun jarum ini terdapat di Siberia dan Alaska.

5)

Sabana (savanna)

Sabana terdapat di Nusa Tenggara, Aceh, Jawa Timur, dan Venezuela.

6)

Stepa (padang rumput)

Stepa terdapat di Australia, Argentina, Brasil, Amerika Serikat, dan

daerah sekitar Laut Kaspia.

7)

Gurun

Gurun terdapat di pantai barat benua antara lintang 35

r

– 39

r

LU/LS.

8)

Tundra (padang lumut)

Tundra terdapat di Rusia Utara, Kanada Utara, Norwegia, Finlandia,

dan Greenland.

c. Jenis Flora yang Hidup di Air Tawar

Jenis flora yang hidup di air tawar adalah ganggang, teratai, eceng

gondok, dan lumut.

2. Persebaran Fauna di Permukaan Bumi

Sama halnya dengan flora, fauna beradaptasi pada lingkungan tertentu.

Migrasi fauna dihambat oleh iklim dan penghalang-penghalang fisiografis,

misalnya gurun, deretan pegunungan, dan samudera. Oleh karena itu, pulau-

pulau memiliki fauna-fauna yang agak khusus terpisah dari daerah lain.

8

Geografi 2 Kelas XI SMA dan MA

Wilayah-wilayah zoogeografis utama telah dibuat oleh Wallace pada

tahun 1876, seperti berikut ini.

Gambar 1.2

Wilayah zoogeografis dunia Wallace

Sumber:

Makalah kuliah Biogeografi, jurusan Geografi, IKIP Bandung

Neartik

Paleartik

Gurun

Australia

Oriental

Gurun

Neotropik

Laut Transisi

Ethiopia

Wilayah zoogeografis dunia terdiri atas berikut ini.

a. Wilayah Paleartik

Wilayah ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1)

mencakup Eropa dan Asia bagian utara;

2)

memiliki 28 famili kordata, 9 di antaranya tersebar luas di mana-mana;

3)

faunanya adalah beberapa reptil, domba, kambing, bison, ikan salmon

(salem) dan ikan forel (

trout

)

.

b. Wilayah Neartik

Wilayah ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1)

meliputi Amerika Utara dan Greenland;

2)

banyak kesamaan dengan paleartik, karena keduanya pernah bergabung

pada zaman Tertier dan Plestosen, misalnya bison, ikan salmon (

salem

)

,

dan ikan forel (

trout

)

;

3)

faunanya memiliki beberapa bentuk yang khas, seperti musang

berkantung, tikus berkantung, pronghorn atau kalkun liar, reptil,

opposum dan maccoon (jenis beruang), bebek, serta angsa.

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

9

c. Wilayah Oriental

Wilayah ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1)

meliputi wilayah Australia dan Asia Tenggara (Indonesia);

2)

mempunyai ciri bentuk-bentuk tropik yang ada di daerah semenanjung

dan pulau-pulau (kedudukan tropik memberinya pertalian dengan

wilayah Ethiopia dan Himalaya, membentuk batas tajam yang meliputi

banyak daerah di utaranya);

3)

fauna meliputi satu spesies gajah, dua spesies badak

,

beberapa spesies

rusa dan antelop, burung kuau, burung enggang, harimau, aneka ragam

kadal, serta ular. Tiga spesies tikus kesturi, gibbon, orang utan, tapir

,

dan kera.

d. Wilayah Ethiopia

Wilayah ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1)

meliputi sebagian besar wilayah tropis, Afrika bagian selatan Sahara,

dan Arabia Selatan;

2)

memiliki fauna yang paling beraneka di antara semua kerajaan, walau-

pun tidak memiliki tikus mondok, berang-berang, beruang, dan unta;

3)

banyak kesamaan dengan wilayah oriental, misalnya antelop, tapir,

badak, kera, dan burung enggang;

4)

kuda nil, burung unta, dan kelompok

pengunggis

, serta pemakan

serangga.

e. Wilayah Australia

Wilayah ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1)

meliputi fauna di Australia;

2)

memiliki beberapa mamalia berplasenta dan khas (dari 9 famili mamalia

yang ada, 8 di antaranya khas);

3)

Selandia Baru bahkan lebih terpencil dan memiliki sedikit fauna, yaitu

hanya kelelawar dan burung berjalan

,

reptil-teptil seperti tokek dan

sphe-

nodon

(yang menghilang di lain tempat pada zaman Kapur);

4)

fauna lainnya adalah binatang berkantung, kiwi

,

kasuari, dan emu (jenis

burung unta).

f. Wilayah Neotropis

Wilayah ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1)

meliputi Amerika Selatan adalah wilayah tropis dan memiliki famili

hewan mamalia eksklusif dalam jumlah terbesar;

10

Geografi 2 Kelas XI SMA dan MA

2)

setengah dari 32 famili hewan berkantung (berbeda dengan bentuk di

Australia);

3)

fauna lainnya adalah banyak jenis kera, burung, pengunggis yang khas,

armadillo

dan

sloth

(jenis kukang Amerika Selatan), beruang berbintik,

rusa, serta tapir

.

g. Wilayah Antartika

Wilayah ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1)

sekarang dipandang oleh banyak ahli biogeografi sebagai wilayah

kelanjutan;

2)

memiliki fauna yang termiskin.

h. Wilayah Oseania (Samudera)

Persebaran fauna di samudera membentuk perbedaan nyata dengan

yang ada di daratan karena air yang lebih dingin dapat mencegah migrasi

dari satu tempat ke tempat lain. Wilayahnya dibagi atas zona

Atlantik, Hindia,

Pasifik Barat,

dan

Pasifik Timur

. Walaupun demikian, banyak jenis fauna

terdapat di semua zona ini. Keragaman terbesar terdapat di zona Indo-Barat

Pasifik. Mereka adalah bentuk planktonik dan ikan yang memberi

homogenitas bagi wilayah ini.

Pulau-pulau seperti kelompok Hawaii terpisah dan selebihnya memiliki

beberapa bentuk khas, tetapi banyak bentuk karang Indo-Barat Pasifik yang

tidak terdapat di sana. Zona-zona

Pasifik Timur

dan

Atlantik

sangat mirip,

meskipun mereka terpisah oleh jembatan darat Panama. Fauna laut dangkal

Atlantik sebelah utara dan Pasifik sebelah utara dapat dihubungkan, dan

berbeda dari sisi Antartika.

Kelompok transisi antara air dingin dan hangat ditemukan di Laut

Mediterania dan di sekitar sisi-sisi benua sebelah selatan. Di samping bentuk-

bentuk air dangkal, ada bentuk-bentuk perenang dan bentuk bentonik air

dalam. Semua itu sangat berguna bagi kehidupan ikan.

Untuk lebih jelasnya, lihatlah Peta Zona-Zona Zoogeografis Samudera

(gambar 1.3).

Daerah paparan benua dan samudera dalam, dibedakan oleh bentuk-

bentuk kehidupan dasar (bentonik). Bentuk plankton dan perenang

melibatkan penyebaran yang agak berbeda (Ekman, 1953).

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

11

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

16

15

17

Gambar 1.3

Peta Zona-Zona Zoogeografis

Samudera

Sumber:

Makalah kuliah Biogeografi, jurusan Geografi, IKIP Bandung

Keterangan:

1.

Fauna Paparan Tanjung

2.

Fauna Paparan Antiboreal

3.

Fauna Laut Dalam Antartika

4.

Fauna Paparan Peru

5.

Fauna Paparan Selandia Baru

6.

Fauna Laut Dalam India

7.

Fauna Paparan Australia

8.

Paparan Air Hangat Pasifik India

Barat

9.

Fauna Atlantik Mediterania

10. Fauna Laut Dalam Atlantik

11. Fauna Paparan Namibia

12. Laut Dalam Arktik

13. Fauna Kutub Arktik

14. Paparan Boreal Pasifik Utara

15. Laut Dalam Pasifik

16. Paparan Air Hangat Pasifik Timur

17. Paparan Tanjung Atlantik Utara

C. Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia

1. Persebaran Flora di Indonesia

Kita mengetahui bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam. Sumber

daya itu meliputi sumber daya hayati maupun nonhayati. Sumber daya hayati

Indonesia meliputi flora dan fauna. Adapun jumlah dan jenisnya sangat

banyak. Indonesia memiliki sumber daya hayati tertinggi di dunia.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan adalah

iklim, tanah,

dan

biotik

(pengaruh tumbuhan lain dan hewan). Indonesia

memiliki ketiga faktor tersebut sehingga tumbuh-tumbuhannya beraneka

ragam. Junghuhn membuat zonasi tumbuh-tumbuhan berdasarkan pengaruh

faktor iklim yang dikaitkan dengan ketinggian suatu tempat. Lihat gambar

berikut ini!

12

Geografi 2 Kelas XI SMA dan MA

Gambar 1.4.

Zona tumbuh-tumbuhan di Indonesia berdasarkan ketinggian permukaan bumi

(menurut Junghuhn)

kelapa, tebu, karet, padi

kopi, sayuran, padi, teh

tembakau, jagung, kapuk, coklat

hutan tanaman industri

sayuran, teh, kopi, kina

hampir tidak

ada tanaman

budaya

Dingin

Sejuk

Sedang

600 m

2.500 m

1.500 m

1.000 m

Panas

Sumber:

Flora dan Fauna. Drs. Sudarmadji

Jenis keseluruhan tumbuh-tumbuhan di Indonesia

s

25.000 jenis (lebih

dari 10% flora dunia). Jenis lumut dan ganggang jumlahnya

s

35.000 jenis.

Tidak kurang dari 40% jenis ini merupakan jenis yang

endemik.

Maksudnya,

jenis tersebut hanya terdapat di Indonesia dan tidak terdapat di tempat lain.

Jumlah marga yang endemik di Indonesia

s

202 dan 59 di antaranya terdapat

di Kalimantan dan negara tetangga di sebelahnya. Dari semua suku tumbuhan

yang ada, suku tumbuhan yang banyak adalah

orchidaceae

(suku anggrek),

dipterocarpaceae

(suku meranti-merantian),

leguminoceae

(suku kacang-

kacangan), dan

myrtaceae

(suku jambu-jambuan).

Selanjutnya akan kita bahas tentang jenis flora berdasarkan faktor

geologi.

a. Flora di Daerah Paparan Sunda

Flora di daerah Paparan Sunda terdapat di dua tempat, yaitu sebagai

berikut.

1)

Flora di Sumatera

a)

Flora endemik sebanyak 17 marga, misalnya bunga Rafflesia Arnoldi

(bunga terbesar di dunia) dan bunga bangkai Amorphophallus Titanum

(bunga tertinggi di dunia).

b)

Flora hutan terdiri atas berikut ini:

(1) hutan dataran rendah, berpohon tinggi, misalnya pohon keruing,

meranti, dan kapur barus;

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

13

(2) hutan rawa gambut berupa hutan bakau di bagian timur Sumatera;

(3) hutan rawa air tawar di Provinsi Lampung;

(4) bermacam-macam vegetasi di pantai barat Sumatera, misalnya

meranti-merantian, keruing, dan rotan.

2)

Flora di Kalimantan

Flora di Kalimantan memiliki kesamaan dengan flora di Sumatera. Flora

di Kalimantan terdiri atas hutan darat tanah rendah, pohon meranti-

merantian, hutan gambut, hutan mangrove, dan hutan hujan tropis. Selain

itu tumbuh rotan, bunga anggrek, dan tumbuhan endemik.

b. Flora di Daerah Peralihan

Jumlah flora di Sulawesi sekitar 4.222 jenis. Flora tersebut berkerabat

dengan flora wilayah kering di Filipina, Maluku, Nusa Tenggara, dan Jawa.

Jenis tumbuhan pantai, dataran rendah, dan ultra basis mirip dengan flora

Irian. Tumbuhan gunung pada ketinggian 1.000 m atau lebih mirip dengan

jenis tumbuhan di Kalimantan.

Flora Sulawesi,

terdiri atas berikut ini.

1)

Flora pegunungan, berasal dari dua sumber, yaitu sumber setempat

(autokton)

dan dari luar daerah

(alokton).

2)

Pantai-pantai berbatu karang, hamparan lumpur, hutan bakau dan

vegetasi di pantai berbatu dan berpasir, nipah, serta tumbuhan man-

grove.

3)

Habitat-habitat air tawar kebanyakan miskin zat-zat hara. Akibatnya,

habitat air tawar tidak berkembang biak.

4)

Hutan dataran rendah, mempunyai jumlah jenis pohon yang terbanyak

dari semua tipe hutan. Akan tetapi, hutan ini hanya mempunyai tujuh

jenis yang tergolong meranti-merantian (suku Dipterocarpaceae).

Flora di Sulawesi ada yang berasal dari Nusa Tenggara dan Jawa. Hal

ini membuktikan bahwa Selat Makassar pernah terbuka untuk masuknya

flora dari kedua wilayah itu.

c. Flora di Daerah Paparan Sahul

Keanekaragaman flora di setiap paparan ditentukan oleh faktor

lingkungan setempat. Flora di daerah Papua atau Irian, antara lain sebagai

berikut.

1)

Hutan hujan tropis dengan ciri-ciri pohon-pohonnya tinggi, berdaun

lebar, di bawahnya tumbuh pohon-pohon yang membelit, tumbuh-

tumbuhannya heterogen, dan hutannya lebat.

14

Geografi 2 Kelas XI SMA dan MA

2)

Jenis Pometia Pinnata (Motea) yang variabilitas genetiknya sesuai dengan

variabilitas tempat tumbuh.

Variabilitas

= berubah-ubah. Jenis ini adalah

pohon sagu, pohon nipah, dan mangrove.

2. Jenis dan Persebaran Fauna di Indonesia

Jenis hewan di Indonesia diperkirakan berjumlah 220.000 jenis. Terdiri

atas 200.000 jenis serangga (17% fauna serangga di dunia), 4.000 jenis ikan,

2.000 jenis burung, 1.000 jenis reptilia, dan ampibia.

Wallace

mengemukakan pandangan bahwa Kepulauan Indonesia dihuni

oleh tiga fauna yang berbeda, yaitu di bagian timur, bagian barat, dan bagian

tengah (peralihan). Berdasarkan jenis burung, ia membuat garis batas, yaitu

antara Lombok dan Bali, dan antara Kalimantan dan Sulawesi. Ia menge-

mukakan bahwa Kalimantan, Jawa, dan Sumatera pernah menjadi bagian

dari Asia. Sementara itu, Maluku, Irian, dan Timor pernah menjadi bagian

dari Benua Pasifik-Australia. Fauna Sulawesi sangat khas, sehingga ia

menduga mungkin Sulawesi pernah bersambung dengan Benua Asia maupun

Benua Pasifik Australia. Garis yang ditarik oleh Wallace di sebelah timur

Filipina melalui Selat Makassar (antara Kalimantan dan Sulawesi) serta antara

Lombok dan Bali disebut

Garis Wallace.

a. Jenis Fauna di Indonesia

1)

Fauna Asiatis

Fauna Asiatis menempati Indonesia bagian barat, yaitu Selat Makassar

dan Selat Lombok. Hewan tersebut sama dengan hewan yang hidup di Asia,

misalnya gajah, harimau, badak, dan beruang.

2)

Fauna Peralihan

Fauna Peralihan mempunyai jenis fauna Asiatis dan Australis. Misalnya,

babi rusa, anoa, burung maleo, kera, dan kuskus.

3)

Fauna Australis

Fauna Australis menempati Indonesia bagian timur, meliputi Irian dan

pulau-pulau di sekitarnya. Jenis hewannya mempunyai banyak persamaan

dengan hewan Benua Australia. Misalnya, hewan menyusui kecil, seperti

kangguru dan burung-burung berwarna (cenderawasih dan kakaktua). Di

kawasan ini tidak ditemui jenis kera. Perbedaan fauna Asiatis dan Australis

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

15

Tabel 1.1

Perbedaan Fauna Asiatis dan Australis

Fauna Asiatis

Fauna Australis

a. Binatang menyusui besar-besar

a. Binatang menyusui kecil-kecil

b. Terdapat macam-macam kera

b. Tidak terdapat kera

c. Jenis ikan air tawar banyak

c. Jenis ikan air tawar sedikit

d. Jenis burung berwarna sedikit

d. Terdapat banyak burung berwarna

Sumber:

Flora dan Fauna, Drs. Sudarmadji

Weber

menentukan perban-

dingan hewan Asia dan Australia

sama besar (50 : 50). Hewan yang

dianalisis oleh Weber adalah burung-

burung dan hewan menyusui. Ia

menarik garis batas antara Sulawesi

dan Maluku, Halmahera dan di

sebelah timur NTT dan Timor. Garis-

nya disebut

Garis Weber

.

Lydekker

menentukan batas barat

fauna Australia yang dasar pemi-

kirannya hampir sama dengan

Wallace yang menentukan batas

timur fauna Asia. Garis ini mengikuti

kontur (garis kedalaman) laut 180 m – 200 m, sekitar Paparan Sahul dan

Paparan Sunda. Untuk lebih jelasnya mengenai Garis Wallace, Weber, dan

Lydekker lihat peta 1.5.

b. Persebaran Fauna di Indonesia

Persebaran fauna di pulau-pulau Indonesia adalah sebagai berikut.

1)

Fauna di Jawa

Jenis fauna di Jawa antara lain banteng, badak bercula satu, harimau,

dan rusa.

2)

Fauna di Sumatera (Pulau Terkaya Fauna di Indonesia)

Jenis fauna di Sumatera, antara lain mawas, badak Sumatera, gajah, harimau,

dan anjing hutan atau ajag (

Cuon Alpinus

); jenis burung yang hanya ada di

Sumatera, misalnya enggang raksasa; dan jenis burung yang bermigrasi.

3)

Fauna di Kalimantan

Fauna di Kalimantan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan di

Sumatera. Jenis fauna di Kalimantan, antara lain jenis burung dan jenis ampibi

(biawak, buaya, dan kera berhidung panjang).

Garis Wallace

Garis Weber

Garis Lydekker

Gambar 1.5

Peta Garis Biografi melalui

Kepulauan Asia Tenggara, menurut

Simpson (1997)

Sumber:

Flora dan Fauna. Drs. Sudarmadji

16

Geografi 2 Kelas XI SMA dan MA

4)

Fauna di Sulawesi

Fauna di Sulawesi merupakan fauna khas di Indonesia. Jenis faunanya

tidak ditemui di pulau-pulau lain di Indonesia. Jenis fauna di Sulawesi, antara

lain sebagai berikut: babi rusa bertaring melengkung, anoa (kerbau kerdil),

kera, dan kuskus; burung maleo, burung pemakan lebah berwarna hijau tua,

burung rangkong besar berwarna cerah, jalak Sulawesi, dan jalak paruh besar;

bencok (katak pohon) di Kepulauan Talaud, namun di daratan Sulawesi tidak

ada, kecuali di Queensland (Australia); dan tarsius, anatomi tubuhnya mirip

kera dan manusia.

5)

Fauna di Irian atau Papua

Jenis fauna di Irian atau Papua, antara lain sebagai berikut: burung-

burung berwarna (cenderawasih, kakak tua, kasuari, dan nuri); ikan

seleropages (jenis ikan bertulang pertama yang hidup di bumi); ikan ceratodus

(bernapas dengan paru-paru); dan kangguru kecil dan tidak ada kera.

c. Satwa Langka yang Dilindungi

Satwa yang terancam kepunahannya diusahakan untuk dilindungi

dengan berbagai peraturan perundangan. Badan yang bertanggung jawab

atas kelestarian satwa adalah Balai Konservasi Sumber Daya alam (BKSDA)

dan Departemen Kehutanan.

Berdasarkan hal tersebut, dikeluarkan peraturan-peraturan untuk

melindungi satwa langka, di antaranya sebagai berikut.

1)

Berdasarkan Ordinansi dan Peraturan Perlindungan Binatang Liar No.

134 dan 266 Tahun 1931, satwa yang dilindungi adalah:

a)

orang hutan,

e)

gajah,

b)

trenggiling,

f)

banteng,

c)

burung cenderawasih,

g)

babi rusa, dan

d)

biawak komodo,

h)

kancil.

2)

Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 421/KPTA/um/8/1970, satwa

yang dilindungi adalah:

a)

harimau,

e)

beo,

b)

macan tutul,

f)

kasuari,

c)

monyet hutan,

g)

kuau, dan

d)

kakak tua,

h)

burung alap-alap.

3)

Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 327/KPTA/um/7/1972, satwa

yang dilindungi adalah:

a)

harimau sumatera,

e)

burung kipas biru,

b)

bajing tanah,

r)

kelinci sumatera, dan

c)

itik liar,

g)

mandar sulawesi.

d)

ikan duyung,

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

17

T U G A S 1

1.

Coba tulis satwa langka yang dilindungi yang ada di daerahmu

pada selembar kertas untuk dilaporkan kepada guru geografimu.

2.

Apa yang kamu lakukan kalau di daerahmu ada yang

memelihara satwa langka tanpa dibudidayakan?

3.

Pernahkah kamu berkunjung ke kebun binatang?

Cobalah catat nama-nama dan tempat hidup binatang yang ada

di kebun binatang itu, buatlah laporan kepada guru geografimu

dan diskusikan di kelasmu!

D. Pengertian Fenomena Antroposfer

Hal yang dipelajari dalam antroposfer adalah manusia (penduduk).

Antroposfer

berasal dari kata

anthropos

yang berarti manusia, dan

sphaira

(

sphere

) yang berarti bola atau lingkungan. Jadi, antroposfer adalah manusia

(penduduk) yang berdiam di muka bumi. Adapun fenomena antroposfer

adalah peristiwa atau terjadinya sesuatu di muka bumi yang berkaitan dengan

manusia (penduduk).

Fenomena antroposfer atau masalah kependudukan di Indonesia

adalah sebagai berikut.

1. Tingkat Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Indonesia dalam dua dekade terakhir ini terus

bertambah. Pada tahun 1971 jumlahnya 119,2 juta; tahun 1980 jumlahnya 147,5

juta; dan tahun 1990 jumlahnya 179,3 juta. Berarti dalam waktu sembilan

tahun, yaitu dari tahun 1971 - 1980 penduduk bertambah sebanyak 28,3 juta

orang. Berarti pula kecepatan pertambahan penduduk sebesar 2,32% per

tahun. Dalam kurun waktu 10 tahun berikutnya, yaitu dari tahun 1980 – 1990,

penduduk bertambah sebanyak 31,8 juta orang. Berarti kecepatan

pertambahan penduduk sebesar 1,98% per tahun. Penurunan laju per-

tumbuhan tersebut, terutama disebabkan oleh penurunan tingkat kelahiran.

Hal ini sebagai dampak dari meningkatnya persentase wanita dalam usia subur

yang ikut program Keluarga Berencana dan meningkatnya usia kawin wanita.

Laju pertumbuhan penduduk dan perubahannya untuk setiap provinsi

tidak sama. Akan tetapi, semuanya menunjukkan kecenderungan menurun,

18

Geografi 2 Kelas XI SMA dan MA

kecuali Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,

Sulawesi Tenggara, dan Irian Jaya

(Papua). Pr

ovinsi penerima transmigran,

seperti Kalimantan Timur, Bengkulu, dan Riau, laju pertumbuhan penduduk-

nya dalam kurun waktu 1980 sampai dengan tahun 1990 sangat tinggi.

Kalimantan Timur laju pertumbuhan penduduknya 4, 42%, Bengkulu 4, 378%,

dan Riau 4, 30%.

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk In-

donesia adalah 206,3 juta jiwa. Jumlah ini meliputi penduduk Indonesia yang

bertempat tinggal tetap sebesar 205,8 juta dan yang tidak bertempat tinggal

tetap sebesar 421,399 jiwa. Tahun 2002, jumlah penduduk Indonesia

meningkat menjadi 212 juta jiwa. Untuk tingkat dunia, jumlah penduduk

Indonesia menduduki urutan keempat paling banyak setelah Cina (pertama),

India (kedua), Amerika Serikat (ketiga).

2. Persebaran Penduduk di Indonesia

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persebaran

Penduduk

1)

Faktor Lingkungan

Yang termasuk faktor lingkungan adalah sebagai berikut:

a)

faktor alam, meliputi iklim, relief, kesuburan tanah, dan persediaan air

b)

lingkungan budaya, meliputi pendidikan, kesempatan kerja,

pengangkutan, dan perhubungan.

2)

Faktor Potensi Ekonomi

Faktor potensi ekonomi

, yaitu kemampuan suatu wilayah untuk

menyediakan sumber penghidupan bagi penduduk dan tersedianya sumber

daya di wilayah itu.

3)

Faktor Demografi

Faktor ini meliputi kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk.

4)

Faktor Politik

Dengan adanya pemberontakan dan peperangan maka banyak

penduduk yang pindah, sehingga akan mempengaruhi persoalan penduduk.

b. Persebaran Penduduk Berdasarkan Pulau

Berdasarkan hasil sensus tahun 2000, tingkat kepadatan penduduk Pulau

Jawa mencapai 951 jiwa/km

2

dan tahun 2002 mencapai 975 jiwa/km

2

. Tingkat

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

19

Nanggroe Aceh Darussalam

51.937

2,75

66

76

78

Sumatera Utara

73.587

3,89

139

158

162

Sumatera Barat

42.889

2,27

93

99

100

Riau

94.560

5,00

35

52

57

Jambi

53.437

2,83

38

45

47

Sumatera Selatan

93.083

4,92

68

74

78

Bengkulu

19.789

1,05

60

79

84

Lampung

35.384

1,87

170

191

195

Kep. Bangka Belitung

16.171

0,86

56

57

Sumatera

76

90

93

DKI Jakarta

664

0,04

12.439

12.535

12.623

Jawa Barat

34.579

1,83

1.023

1.033

1.074

Jawa Tengah

32.549

1,72

876

959

977

DI Yogyakarta

3.186

0,17

914

980

993

Jawa Timur

47.922

2,53

678

726

735

Banten

8.651

0,46

936

996

Jawa

843

951

975

Bali

5.633

0,30

493

559

573

Nusa Tenggara Barat

20.153

1,07

167

199

206

Nusa Tenggara Timur

47.351

2,50

69

83

83

Bali dan Nusa Tenggara

139

152

155

Kalimantan Barat

146.07

7,76

22

27

29

Kalimantan Tengah

153.564

8,12

9

12

13

Kalimantan Selatan

43.546

2,30

60

69

70

Kalimantan Timur

230.227

12,18

8

11

11

Kalimantan

16

20

21

Sulawesi Utara

15.273

0,81

162

132

134

Sulawesi Tengah

63.67

3,37

27

35

36

Sulawesi Selatan

62.365

3,30

112

129

133

Sulawesi Tenggara

38.140

2,02

35

48

51

Gorontalo

12.215

0,65

68

70

Sulawesi

65

78

80

Maluku

46.975

2,48

40

26

25

Maluku Utara

30.895

1,63

25

24

Papua

365.466

19,33

5

6

6

Maluku dan Papua

8

9

10

Indonesia

1.890.754

100,00

95

109

112

kepadatan penduduk tertinggi di Pulau Jawa pada tahun 2002 adalah Provinsi

DKI Jakarta, yaitu 12.623 orang per km

2

. Di luar Pulau Jawa yang tergolong

tinggi tingkat kepadatan penduduknya pada tahun 2002 adalah Bali, yaitu

sebesar 573 orang per km

2

. Sementara itu, Provinsi Papua yang luasnya hampir

20% dari luas seluruh wilayah Indonesia, pada tahun 2002 tingkat kepadatan

penduduknya hanya 6 orang per km

2

. Untuk lebih jelasnya, lihatlah tabel

berikut ini!

Tabel 1.2

Persebaran dan Kepadatan Penduduk di Pulau-Pulau di Indonesia Tahun 2002

Provinsi

1990

2000

2002

Kepadatan Penduduk (jiwa per km

2

)

km

2

Luas Lahan

%

Sumber

:

BPS Tahun

2002

20

Geografi 2 Kelas XI SMA dan MA

Berdasarkan tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa persebaran

penduduk di Indonesia tidak merata di tiap-tiap pulau. Sehingga kepadatan

penduduknya pun berbeda-beda. Akan tetapi, kalau kita rata-ratakan

kepadatan penduduk di seluruh Indonesia ialah tahun 1990 kepa

datannya

95, tahun 2000 adalah 109, sedangkan tahun 2002 kepadatannya 112.

T U G A S 2

Perhatikan tabel 1.2. Susun secara berurutan provinsi-provinsi yang

luas lahannya lebih dari 90.000 km

2

sampai yang terluas (5 provinsi):

1.

Provinsi . . . . kepadatan penduduknya . . . .

2.

Provinsi . . . . kepadatan penduduknya . . . .

3.

Provinsi . . . . kepadatan penduduknya . . . .

4.

Provinsi . . . . kepadatan penduduknya . . . .

5.

Provinsi . . . . kepadatan penduduknya . . . .

Tulis jawabannya pada buku tulismu!

c. Persebaran Penduduk Berdasarkan Provinsi

Provinsi-provinsi di Pulau Jawa dan Bali merupakan tempat persebaran

penduduk yang besar karena mempunyai daya tarik. Misalnya, tempat

tersedianya sarana pendidikan, pengembangan budaya, dan teknologi.

3. Mobilitas Penduduk

a. Pengertian

Mobilitas penduduk

atau

gerakan penduduk

ialah perpindahan penduduk

dari suatu daerah ke daerah lain.

b. Jenis-jenis Mobilitas Penduduk

Ada dua macam mobilitas penduduk, yaitu sebagai berikut.

1)

Migrasi,

yaitu mobilitas penduduk yang bertujuan untuk menetap di

daerah baru.

2)

Mobilitas sirkuler (mobilitas sementara),

yaitu mobilitas penduduk untuk

sementara waktu, tidak untuk menetap. Contohnya, setelah panen dan

tidak ada kegiatan, para petani pergi ke kota untuk mencari nafkah

(migrasi musiman); atau para pekerja yang pada waktu pagi pergi ke

kota, sorenya kembali ke tempat tinggalnya di pinggiran kota.

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

21

c. Migrasi

Migrasi

adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain

di dalam negeri maupun dari suatu negara ke negara lain untuk menetap,

baik secara perorangan, keluarga maupun berkelompok. Pengertian menetap

menurut Sensus Penduduk Indonesia adalah orang yang tinggal di daerah

baru selama enam bulan atau lebih.

1)

Sebab-Sebab Terjadinya Migrasi

Ada beberapa sebab terjadinya migrasi, yaitu sebagai berikut.

a)

Alasan ekonomi,

karena kesukaran hidup di suatu daerah mendorong

keinginan untuk mencari kehidupan yang lebih baik ke daerah lain.

b)

Alasan politis,

yaitu adanya pergolakan politik dalam suatu negara

sehingga kaum politisi pindah ke negara lain untuk mencari

perlindungan dan keamanan dirinya.

c)

Alasan agama,

karena kurang terjamin atau terkekang dalam kehidupan

beragama penduduk pindah ke daerah lain yang sesuai dengan

kehidupan agamanya.

d)

Alasan lain,

misalnya bencana alam, kekeringan yang panjang,

peperangan, kelaparan, dan wabah penyakit.

2)

Jenis-Jenis Migrasi

Ada 2 jenis migrasi, yaitu sebagai berikut.

a)

Migrasi antarnegara (internasional)

, yaitu perpindahan penduduk dari

suatu negara ke negara lain. Yang termasuk migrasi antarnegara adalah

sebagai berikut.

(1)

Imigrasi

, yaitu masuknya penduduk negara lain ke satu negara.

Misalnya, masuknya orang Malaysia ke Indonesia. Orang Malay-

sia tersebut disebut sebagai

imigran

. Perpindahannya itu disebut

imigrasi.

Imigrasi dapat bersifat permanen, artinya tinggal menetap untuk

selamanya. Sebaliknya, dapat pula bersifat sementara, misalnya TKI

ke Arab Saudi berdasarkan kontrak selama dua tahun.

(2)

Emigrasi,

yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara

lain. Misalnya, orang-orang Indonesia yang pindah ke New

Caledonia dan Suriname. Mereka disebut

emigran

. Perpindahannya

disebut emigrasi.

(3)

Remigrasi,

yaitu kembalinya para emigran ke negara asalnya.

Misalnya, orang-orang Ambon yang tadinya pindah ke Belanda

sebagai emigran, kemudian kembali lagi pindah ke Indonesia.

22

Geografi 2 Kelas XI SMA dan MA

b)

Migrasi dalam negeri (nasional),

yaitu perpindahan penduduk dari suatu daerah

ke daerah lain di wilayah negara itu. Misalnya, perpindahan penduduk antar-

provinsi. Yang termasuk imigrasi dalam negeri adalah sebagai berikut.

(1)

Transmigrasi (migrasi intern)

, yaitu perpindahan penduduk dari suatu

pulau atau provinsi yang berpenduduk padat ke suatu pulau atau

provinsi lain yang berpenduduk jarang di negara sendiri. Macam-

macam transmigrasi adalah sebagai berikut.

(a)

Transmigrasi umum

, yaitu transmigrasi yang semua biayanya

ditanggung pemerintah, baik biaya perjalanan maupun biaya

hidup selama satu tahun di daerah transmigrasi. Tiap keluarga

mendapat alat pertanian, rumah, bibit, dan tanah seluas dua

hektar.

(b)

Transmigrasi swakarsa

, yaitu transmigrasi yang pembiayaannya

sebagian ditanggung sendiri dan sebagian ditanggung peme-

rintah. Pemerintah memberi tanah dua hektar dan membiayai

perjalanannya.

(c)

Transmigrasi spontan

, yaitu transmigrasi yang seluruh biaya

ditanggung oleh transmigran itu sendiri. Pemerintah tidak

memberikan bantuan apa pun.

(d)

Transmigrasi bedol desa

, yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh

seluruh penduduk desa beserta pejabat pemerintah desa.

Transmigrasi bedol desa dilaksanakan karena bencana alam,

misalnya karena letusan Gunung Merapi, penduduk beserta

pejabat desa yang bertempat tinggal di kaki gunung dipindah-

kan ke Sumatera. Penduduk Wonogiri dipindahkan ke Sitiung

(Sumatera Barat), karena daerahnya dibuat PLTA Gajah

Mungkur (bendungan).

(e)

Transmigrasi khusus

, yaitu transmigrasi yang diselenggarakan

oleh Departemen Transmigrasi bersama instansi pemerintah

atau organisasi lain, misalnya KNPI, Pramuka, dan sebagainya.

Penyelenggaraannya sama dengan transmigrasi umum,

misalnya transmigrasi pemuda ke Sumatera Utara (daerah

Labuhanbatu).

(f)

Transmigrasi bekas pejuang

, yaitu transmigrasi yang diseleng-

garakan oleh bekas pejuang dan yang ditransmigrasikan

adalah mantan ABRI yang sudah pensiun. Daerah trans-

migrasinya adalah Kalimantan Barat, dan Lampung.

(2)

Urbanisasi,

ialah perpindahan penduduk dari desa ke kota atau kota-

kota besar. Permasalahan yang berkaitan dengan urbanisasi adalah

sebagai berikut.

Fenomena Biosfer dan Antroposfer

23

(a) Keadaan di desa

Banyak penduduk tidak memiliki tanah, pendapatan

penduduk rendah, dan sulit mencari pekerjaan di luar bidang

pertanian.

(b) Keadaan di kota

Banyak daya tarik di kota, misalnya hiburan, rekreasi, adanya

gedung-gedung, fasilitas pendidikan lengkap, dan luasnya

kesempatan kerja di desa.

(c)

Akibat urbanisasi

Kekurangan tenaga kerja di desa. Akibatnya, sulit mencari

tenaga yang berpendidikan di desa dan sulit mencari tenaga

penggerak pembangunan di desa.

(d) Akibat urbanisasi di kota

Timbul pengangguran karena tidak semua yang urbanisasi

dapat bekerja; timbul tuna wisma, dan daerah

slum

(kumuh);

meningkatnya kejahatan; dan angkutan umum tidak dapat

mencukupi kebutuhan penumpang yang terus meningkat.

(e)

Usaha pemerintah mengurangi urbanisasi

Pemerintah membatasi penduduk desa pindah ke kota;

melaksanakan pembangunan sampai ke daerah-daerah;

mengembangkan kota-kota kecil; serta menyediakan fasilitas

yang dibutuhkan penduduk desa, misalnya fasilitas

pendidikan, kesehatan, hiburan, rekreasi, dan penerangan.

4. Kualitas Penduduk

Kualitas penduduk disebut juga mutu penduduk atau mutu sumber daya

manusia. Kualitas penduduk dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

a.

kualitas fisik penduduk,

meliputi pemenuhan gizi, kesehatan, kematian,

dan harapan hidup pada waktu lahir;

b.

kualitas nonfisik penduduk,

meliputi pendidikan, latihan kerja, dan sikap

(keinginan atau dorongan).

Makin tinggi pendidikan, makin tinggi pula keterampilan dan penge-

tahuannya, serta makin mudah menerima pembaruan. Apabila pendidikan

dilengkapi dengan latihan kerja maka akan lebih baik. Pendidikan dan latihan

kerja akan memberikan kemampuan dan sikap yang diperlukan untuk bekerja

dengan baik. Hasilnya, produktivitas kerja menjadi tinggi. Dengan kualitas

fisik dan nonfisik yang tinggi maka orang-orang dapat bekerja dengan hasil

yang tinggi.

24

Geografi 2 Kelas XI SMA dan MA

Apabila suatu negara memiliki kualitas penduduk yang tinggi maka

penduduk atau sumber daya tersebut merupakan modal dan bukan menjadi

beban pembangunan. Oleh sebab itu, peningkatan jumlah penduduk

(kuantitas) perlu diikuti dengan peningkatan kualitas penduduk. Di Indone-

sia, kualitas penduduk relatif masih rendah sehingga perlu ditingkatkan.

5. Upaya Pengendalian Penduduk

Beberapa masalah pokok di bidang kependudukan di Indonesia adalah

sebagai berikut.

a.

Jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi

(dijelaskan di pokok bahasan Tingkat Pertumbuhan Penduduk).

b.

Persebaran penduduk tidak merata.

Lebih dari 60% penduduk Indonesia

bermukim di Pulau Jawa dan Madura yang luasnya 6,9% dari luas

wilayah Indonesia. Sementara itu, di luar Pulau Jawa dan Madura jumlah

penduduknya lebih sedikit. Lihat tabel 1.2!

Persebaran penduduk yang tidak seimbang membawa akibat kelebihan

tenaga kerja di Pulau Jawa. Sementara itu, di luar Pulau Jawa kekurangan

tenaga kerja. Akibatnya, terjadi pengangguran.

c.

Komposisi penduduk tidak menguntungkan.

Penduduk yang berusia di

bawah 15 tahun sebanyak 44% dan yang berusia di atas 64 tahun

sebanyak

s

2% sehingga angka ketergantungannya tinggi sebab usia ini

tidak produktif.

d.

Mobilitas penduduk rendah.

Pada dasarnya, penduduk Indonesia tidak

suka berpindah, walaupun mungkin akan memberikan kehidupan yang

lebih baik. Penduduk yang bertempat tinggal di Pulau Jawa sulit sekali

untuk bersedia pindah ke luar Pulau Jawa.

Dengan adanya masalah-masalah penduduk di Indonesia yang demikian

maka kebijakan pemerintah dalam upaya pengendalian penduduk adalah

sebagai berikut.

a.

Menurunkan tingkat kelahiran, yaitu dengan meningkatkan

kesejahteraan keluarga dan mengurangi kemiskinan, meningkatkan

perkembangan fisik dan mental anak, serta meningkatkan kesehatan ibu.

Oleh karena itu, program Keluarga Berencana yang dikaitkan dengan

kesejahteraan ibu dan anak akan diteruskan.

b.

Usaha untuk mempengaruhi persebaran penduduk, yaitu program

transmigrasi dan pembangunan daerah. Hal ini dimaksudkan agar

tenaga kerja, tanah, dan sumber-sumber alam dapat dimanfaatkan secara

optimal.