Gambar Sampul IPS · BAB XII Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam
IPS · BAB XII Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam
WayanLegawa

24/08/2021 15:32:23

SMP 7 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

231

PERKEMBANGAN MASYARAKAT

PADA MASA ISLAM DI

INDONESIA

BAB

XII

PETA KONSEP

Kata Kunci

PROSES MASUK DAN

BERKEMBANGNYA ISLAM

MENDIRIKAN

KERAJAAN ISLAM

MENYEBARKAN ISLAM

KE PEDALAMAN

PERANAN

WALI

PERANAN

PENGUASA

TERBENTUKNYA MASYARAKAT

ISLAM INDONESIA

MENDIRIKAN

KOTA PELABUHAN

PERANAN

PEDAGANG

Setelah mempelajari Bab ini, kalian diharapkan memiliki kemampuan untuk

menjelaskan proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia, serta

perkembangan masyarakat Indonesia pada masa Islam

Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT

melalui Nabi Muhammad SWT dengan maksud untuk memberikan

pencerahan kepada masyarakat (Kaum Quraisy) yang sedang

mengalami kegelapan/kebodohan dalam hidup dan kehidupannya.

Namun, kaum Quraisy tidak percaya terhadap ajaran Islam yang

disampaikan Nabi Muhammad SAW. Bahkan, kaum Quraisy selalu

menjadi musuhnya. Akhirnya, Nabi Muhammad SAW berpindah

Islam, pedagang, jalur perdagangan, pelabuhan, wali, ulama, santri,

masjid, masyarakat Islam, kerajaan, kesultanan, keraton, raja atau

sultan, budaya Islam.

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

232

dari Mekkah ke Madinah untuk mendapatkan kebebasan dalam

menjalankan perintah Allah SWT, yaitu mensiarkan agama

Islam.

Islam t erus berkembang ke seluruh jazirah Arab, bahkan sampai

ke Afrika, Eropa, dan Asia. Ada dua ciri penyebaran agama Islam ke

luar jazirah Arab, yaitu melalui jalan peperangan dan jalan damai.

Penyebaran Islam ke wilayah Barat (Eropa) umumnya dilakukan

melalui jalan peperangan. Sedangkan penyebaran Islam ke wilayah

Timur (Asia) berlangsung secara damai.

Penyebaran Islam ke Asia, termasuk ke Indonesia dilakukan

oleh para pedagang. Oleh karena itu, daerah-daerah yang paling

awal menerima pengaruh Islam adalah daerah pesisir (pantai).

Para pedagang memegang peranan penting dalam penyebaran

Islam di Indonesia. Di samping para pedagang, para Wali (Wali

Songo) memegang peranan penting dalam penyebaran Islam di

pulau Jawa.

Islam berkembang pesat di Indonesia sehingga terbentuklah

komunitas Islam. Komunitas Islam mampu membangun kekuatan

untuk menyaingi kekuatan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-

Budha di daerah pedalaman. Sejak saat itu, mulai lahir kesultanan-

kesultanan Islam di beberap daerah pesisir di wilayah Indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat Islam Indonesia

mampu mengembangkan kebudayaan yang bercorak Islam,

meskipun di sana sini masih dijumpai pengaruh Hindu-Budha.

A. LAHIRNYA AGAMA ISLAM

Pada suatu hari, tepatnya tanggal 17 Ramadhan atau 6 Agustus

610 M, Muhammad mendapat wahyu yang pertama di Goa Hira.

Wahyu itu diturunkan oleh Allah swt melalui Malaikat Jibril.

Wahyu yang pertama itu, kemudian dikenal sebagai Surat Al-

’Alaq (ayat 1-5) dan pada intinya memerintahkan Nabi Muhammad

dan umatnya untuk selalu membaca. Dalam arti sempit, Nabi

Muhammad diperintahkan untuk membaca wahyu-wahyu Allah.

Sedangkan dalam arti luas, Nabi Muhammad diperintahkan untuk

membaca segala sesuatu, termasuk gejala-gejala alam dalam rangka

memperbaiki kehidupan masyarakat jahiliyah. Sejak saat itu,

Muhammad telah menjadi nabi, sekaligus sebagai rasul. Sedangkan

wahyu-wahyu yang lain diterima oleh Nabi Muhammad selama

22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari. Sejak saat menerima wahyu yang

pertama, maka agama Islam telah lahir di dunia.

Perkembangan agama Islam tidak dapat dipisahkan dengan

seseorang yang bernama Muhammad. Siapakah Muhammad itu?

Muhammad dilahirkan di Mekkah pada 12 Robbiulawal Tahun

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

233

Gajah yang bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Ibunya

bernama Aminah binti Wahab, sedangkan ayahnya bernama

Abdullah bin Abdul Muthalib. Kedua orang tuanya berasal dari suku

Quraisy, sebuah suku yang sangat terhormat karena keturunannya

mendapat kedudukan terhormat di Mekkah sebagai penjaga,

pemelihara, dan pelayan Ka’bah. Ketika lahir, Muhammad telah

menjadi anak yatim karena ayahnya meninggal ketika Muhammad

masih di dalam kandungan ibunda tercinta. Ketika berumur enam

tahun, Muhammad telah menjadi anak yatim piatu. Sejak saat itu,

Muhammad diasuh oleh kakeknya, yaitu Abdul Muthalib. Namun,

tidak lama kemudian kakeknya pun meninggal dunia. Oleh karena

itu, semenjak berumur delapan tahun, Muhammad diasuh oleh

pamannya yang bernama Abu Thalib.

Pada waktu berusia 12 tahun, Muhammad telah ikut berdagang

ke negeri Syria (Syam). Oleh karena itu, tidak mengherankan

apabila kemudian Muhammad mampu berdagang atas usahanya

sendiri. Artinya, ia tidak lagi ikut atau membantu orang lain.

Dalam menjalankan usaha dagangnya, Muhammad dikenal sebagai

pedagang yang jujur sehingga mudah memperoleh kepercayaan

dari para pedagang lainnya. Kejujuran merupakan hal baru bagi

masyarakat waktu itu. Bahkan, berkat kejujurannya Muhammad

dipercaya oleh seorang saudagar kaya yang berbudi luhur, yaitu

Siti Khadijah untuk membawa barang-barang dagangannya ke

negeri Syria. Kejujuran, perilaku, dan sikapnya yang baik, membuat

Siti Khadijah jatuh hati kepadanya. Akhirnya, tepat berumur 25

tahun, Muhammad secara resmi menikah dengan Siti Khadijah.

Muhammad adalah seorang yang sangat sederhana, sopan,

santun, jujur, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, suka membantu

dan menolong, dan berbagai sikap dan perilaku baik lainnya.

Muhammad juga sangat peduli terhadap kehidupan masyarakat

di sekitarnya. Sudah sejak lama, Muhammad sangat prihatin atas

kehidupan masyarakat Arab yang diwarnai dengan kebodohan,

ketidakadilan, dan penindasan. Masyarakat Arab seperti ini disebut

’masyarakat jahiliyah’ dan masa itu, disebut ’zaman jahiliyah’.

Ka’bah merupakan kiblat bagi umat

Islam dalam melaksanakan ibadah.

Sebenarnya, Ka’bah merupakan

bangunan peninggalan Nabi Ibrahim

a.s. Namun demikian, Islam mengakui

Ka’bah sebagai salah satu tempat suci

agama Islam.

Gambar 12.1

Ka’bah

(Sumber : dok.

pribadi)

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

234

Atas keprihatinannya, hampir setiap hari Muhammad

mengasingkan diri, bersemedi, dan berdoa memohon kepada

Allah swt agar diberi petunjuk untuk memperbaiki kehidupan

masyarakat jahiliyah yang semakin rusak akhlaknya. Tepat berumur

40 tahun, Muhammad mendapat mendapat wahyu yang pertama,

ketika sedang bersemedi di Goa Hira. Sejak saat itu, Muhammad

telah diangkat menjadi nabi, sekaligus sebagai rasul.

Sejak saat itu, Nabi Muhammad saw mulai mensiarkan risalah

Islam kepada sanak keluarga terdekat dan para sahabatnya. Ajakan

memasuki Islam disambut baik oleh sanak keluarga dan para

sahabat Rasulullah. Dari hari ke hari, dakwah Islam semakin luas

dan semakin banyak pengikutnya. Keadaan itu membuat gusar

para pemuka Suku Quraisy sehingga mereka berusaha untuk

menentang ajaran Islam. Beberapa faktor yang mendorong orang-

orang Quraisy menentang Islam, di antaranya:

1. Tunduk kepada Nabi Muhammad, berarti menyerahkan

kekuasaan dan pimpinan Mekkah kepadanya;

2. Kaum Quraisy tidak menyukai ajaran persamaan hak dan

derajat yang dibawa oleh Islam;

3. Ingin mempertahankan adat istiadat, kepercayaan, dan

upacara-upacara keagamaan yang dilakukan leluhurnya, yaitu

menyembah berhala.

Rasulullah dan para pengikutnya, kemudian mendapat

gangguan, hinaan, ancaman, serta siksaan dari kaum Quraisy.

Keadaan ini semakin menyedihkan, ketika Abu Thalib dan Siti

Aminah meninggal dunia. Dalam kondisi seperti itu, tepatnya

pada 27 Rajab, Raslullah melaksanakan perintah Allah swt

untuk menjalankan Isra Mi’raj. Isra adalah perjalanan Rasulullah

dari Masjidil Haram di Mekkah) ke Masjidil Aqsa di Palestina.

Sedangkan Mi’raj adalah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Aqsa

ke Sidratul Muntaha (langit lapih yang ke tujuh) untuk menerima

perintah menjalankan shalat 5 (lima) waktu dalam satu hari satu

malam.

Sementara, untuk menjaga keselamatan jiwa dan para

pengikutnya, Rasulullah memutuskan untuk melaksanakan hijrah

dari Mekkah ke Madinah. Peristiwa ini kemudian dijadikan dasar

penanggalan tahun Hijrah. Di Madinah, pengikut Rasulullah

melakukan pembinaan masyarakat dengan cara: (1) mendirikan

masjid yang pertama; (2) mengikat persaudaraan antara kaum

Muhajirin (orang-orang yang ikut hijarah dari Mekkah) dengan

kaum Anshor (orang-orang Madinah yang menerima dan menolong

Rasulullah); (3) mengadakan perdamaian dengan orang-orang

Yahudi yang tinggal di Madinah; serta (4) meletakan dasar-dasar

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

235

politik, ekonomi, dan sosial bagi masyarakat Islam. Oleh karena

itu, tidak mengherankan apabila pengikut Rasulullah semakin

bertambah banyak.

Setelah Nabi Muhammad SAW meninggal dunia, Islam terus

berkembang ke seluruh wilayah Timur Tengah, bahkan sampai

ke Afrika, Eropa, dan Asia. Perkembangan Islam tidak dapat

dipisahkan dari peranan para sahabat nabi yang mampu meneruskan

kepemimpinan Nabi Muhammad saw. Sahabat-sahabat nabi yang

paling berjasa dalam menyebarkan Islam adalah Abu Bakar, Umar,

Usman, dan Ali. Mereka dikenal sebagai Khulafaturrosyidin.

Setelah masa kepemimpinan Khulafaturrosyidin berakhir,

Islam telah berkembang menjadi sebuah kekuatan yang besar.

Di Syria muncul Dinast Umayyah, di Bagdad (Irak) muncul

Dinasti Abbasiyah, dan di Eropa pusat kekuasaan Islam terdapat

di Cordoba (Spanyol). Pada masa Dinasti Umayyah Islam telah

berkembang sampai ke India, Cina, dan Asia Tenggara, bahkan

Indonesia. Pada masa dinasti Abasiah Islam lebih berkembang luas

lagi. Setelah kebesaran Abasiah memudar, muncullah kemudian

dinasti Turki Ustmani. Dalam masa pemerintahan Imperium Turki

Ustmani, Islam mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Perkembangan Islam di Asia dilakukan melalui jalur

perdagangan . Pertama, jalur perdagangan darat atau yang dikenal

dengan sebutan ’jalan sutera ’ yang menghubungkan perdagangan

antara daerah pedalaman di Eropa dan Asia Barat bagian Utara

dengan daerah pedalaman di Asia, terutama Tiongkok. Jalan sutera

merupakan jalur perdagangan antara Asia dan Eropa yang sangat

tua usianya.

Gambar 12.2

Masjid Cordo-

ba di Spanyol

Salah satu peninggalan Islam di Eropa

adalah Masjid Cordoba di Spanyol.

Keindahan masjid itu telah menjadi

inspirasi perkembangan seni lukis dan

seni bangunan di Eropa.

(Sumber : dok.

pribadi)

Ingatlah !

ˆ

Ingatkah kalian tentang ‘Perang Salib’ dan ‘Penjelajahan Samudera’

oleh orang-orang Eropa!

ˆ

Mengapa meletus ‘Perang Salib’?

ˆ

Mengapa orang-orang Eropa melakukan ‘Penjelajahan Samudera’?

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

236

Kedua, jalur perdagangan laut yang menghubungkan kota-kota

dagang di sekitar Laut Tengah dan kota-kota dagang di sepanjang

pantai Selatan benua Asia yang terbentang dari Asia Barat – Asia

Selatan – Asia Tenggara – sampai Asia Timur. Para pedagang dari

Asia Barat yang berkunjung ke India, Asia Tenggara, dan Asia

Timur bukan hanya untuk berdagang, melainkan membawa dan

menyebarkan agama Islam. Sebaliknya, para pedagang dari Asia

Tenggara dan Asia Timur yang datang ke India dan Asia Barat

bukan hanya untuk berdagang, melainkan untuk belajar agama

Islam. Dengan demikian, penyebaran dan berkembang Islam ke

berbagai daerah Asia melalui jalan yang damai (paci

fi

c penetration).

Mengapa masyarakat di wilayah Asia dapat menerima ajaran

Islam? Bukankah mereka telah memiliki kepercayaan atau agama

sebelum Islam datang?

Gambar 12.3

Peta Jalur Perdagangan Laut

Betapa strategis dan pentingnya peranan Indo-

nesia dalam perdagangan internasional. Melalui

jalur perdagangan itulah Islam dari kawasan Asia

Barat masuk dan berkembang di wilayah Indone-

sia melalui Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Tugas 12.1

Bentuk kelompok (masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang dan

tugas di bawah ini):

™

Ceriterakan secara singkat penyebaran Islam ke Asia melalui jalur

perdagangan!

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

237

B. MASUK DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI

INDONESIA

Menelusuri kembali sejarah masuk dan perkembangan Islam d i

Indonesia, tentu sangat menarik karena dapat memberikan

pengetahuan dalam membangun kehidupan bermasyarakat

yang lebih baik. Bukankah Islam merupakan agama pencerahan?

Islam diturunkan oleh Allah SWT sebagai ajaran yang mampu

memberantas kebodohan.

1. Bukti-bukti Masuknya Islam di Indonesia

Kapan pengaruh Islam mulai masuk ke Indonesia?

Pertanyaan ini tidak mudah untuk dijawab secara tepat karena

tidak bukti tertulis yang menyebutkan secara pasti. Untuk itu,

kita hanya dapat memperkirakan berdasarkan beberapa bukti

yang dapat ditemukan dan sampai ke tangan kita pada saat ini.

Apalagi, jika dikaitkan dengan kenyataan bahwa Islam masuk

ke Indonesia dibawa oleh para pedagang. Padahal, hubungan

dagang antara Indonesia dan beberapa daerah di Asia (India

dan Asia Barat) telah berlangsung sangat lama. Hubungan

dagang itu telah berlangsung, jauh sebelum Islam lahir.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka dapat diperkirakan

bahwa pengaruh Islam telah masuk ke Indonesia sejak bangsa

Indonesia berhubungan dengan pedagang Islam dari Asia

Barat. Pada abad VII, pedagang-pedagang Islam dari Asia

Barat (Arab dan Persia) telah sampai ke Indonesia. Pada saat

itu, kerajaan yang terkenal di Indonesia adalah Sriwijaya, yang

menurut pedagang Islam disebut dengan Zabag atau Sribusa. Di

samping itu, para pedagang dari Gujarat (India) telah menjalin

hubungan dagang dengan Malaka dan beberapa Kepulauan

Indonesia. Berdasarkan kenyataan itu, dapat diperkirakan

bahwa pengaruh Islam telah masuk ke Indonesia lebih awal

dari pada yang diduga banyak orang. Setidak-tidaknya, orang-

orang Gujarat lebih awal menerima pengaruh Islam dan mereka

membawanya ke Indonesia melalui kegiatan perdagangan.

Beberapa bukti yang dapat dipergunakan untuk

memastikan masuknya Islam di Indonesia adalah sebagai

berikut:

a. Surat Raja Sriwijaya

Salah satu bukti baru tentang masuknya Islam ke

Indonesia dikemukakan oleh Prof. Dr. Azyumardi Asra

dalam bukunya: ‘Jaringan Ulama Nusantara’. Dalam buku

itu, Azumardi menyebutkan bahwa Islam telah masuk ke

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

238

Indonesia pada masa kerajaan Sriwijaya. Hal ini dibuktikan

dengan adanya surat yang dikirim oleh Raja Sriwijaya

kepada Umar bin Khattab yang berisi ucapan selamat atas

terpilihnya Umar bin Khattab sebagai pemimpin Islam

menggantikan Abu Bakar.

b. Makam Fatimah binti Maimun

Berdasarkan hasil penelitian sejarah telah ditemukan

sebuah makam Islam di Leran, Gresik. Pada batu nisan

dari makam tersebut tertulis nama seorang wanita, yaitu

Fatimah binti Maimun dan angka tahun 1082. Artinya, dapat

dipastikan bahwa pada akhir abad XI Islam telah masuk

ke Indonesia.Dengan demikian, dapat diduga bahwa Islam

telah masuk dan berkembang di Indonesia sebelum tahun

1082.

c. Makam Sultan Malik Al-Saleh

Makam Sultan Malik Al-Saleh yang

berangka tahun 1297 merupakan bukti

bahwa Islam telah masuk dan berkembang

di daerah Aceh pada abad XIII. Mengingat

Malik Al-Salaeh adalah seorang sultan, maka

dapat diperkirakan bahwa Islam telah masuk

ke daerah Aceh jauh sebelum Malik Al-Saleh

mendirikan Kesultanan Samudera Pasai.

d. Ceritera Marco Polo

Pada tahun 1092, Marco Polo seorang musa

fi

r dari

Venesia (Italia) singgah di Perlak dan beberap tempat

di Aceh bagian Utara. Marco Polo sedang melakukan

perjalanan dari Venetia ke negeri Cina. Ia menceritakan

bahwa pada abad XI, Islam telah berkembang di Sumatera

bagian Utara. Ia juga menceriterakan bahwa Islam telah

berkembang sangat pesat di Jawa.

e. Ceritera Ibn Battuta

Pada tahun 1345, Ibn Battuta mengunjungi Samudera

Pasai. Ia menceriterakan bahwa Sultan Samudera Pasai

sangat baik terhadap ulama dan rakyatnya. Di samping

itu, ia menceriterakan bahwa Samudera Pasai merupakan

kesultanan dagang yang sangat maju. Di sana, Ibn Battuta

bertemu dengan para pedagang dari India, Cina, dan para

pedagang dari Jawa.

Gambar 12.4

Makam Sultan

Malik Al-Saleh

Makam Sultan

Malik Al-Saleh

me-rupakan

salah satu

peninggalan

Islam tertua di

Kepulauan Nus-

antara.

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

239

f. Pendapat lain

Beberapa waktu terakhir ini berkembang pendapat baru

bahwa Islam sebenarnya telah datang dan berkembang di

kawasan Nusantara pada abad VII-VIII atau abad I tahun

hijrah. Pendapat ini didasarkan pada kenyataan bahwa

masyarakat Indonesia telah menjalin hubungan dagang

dengan bangsa-bangsa India, Cina, dan Arab (khususnya

Persia). Bahkan kalau ditelusur pada awal abad Masehi

orang-orang Yunani telah mengenal Nusantara. Tercatat

dalam peta yang disusun oleh Ptolomeus, nama-nama

seperti Tabih, Argue, Posi Lam Wuli, Rommi, Lameri.

2. Peranan Pedagang

Pedagang adalah seseorang yang pekerjaannya melakukan

jual beli barang. Sedangkan perdagangan adalah sebuah

transaksi (kesepakatan) antara penjual dan pembeli untuk

saling menukarkan barang atau benda yang mereka miliki.

Alat pembayaran yang sah dalam transaksi perdagangan

adalah uang. Namun, pada waktu itu masyarakat belum

mengenal atau mencetak uang sebagai alat pembayaran. Oleh

karena itu, perdagangan masih dilakukan secara ‘barter’, yaitu

perdagangan yang dilakukan dengan cara menukar barang

tertentu dengan barang yang lain. Misalnya, para pedagang

Indonesia membawa hasil pertanian (beras, rempah-rempah,

atau yang lain) bertemua dengan pedagang dari luar yang

membawa barang-barang dagangan (seperti kain, sutera,

keramik, perhiasan, dan sebagainya). Setelah bertemu, mereka

mengadakan transaksi untuk saling menukarkan barang-

barangnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Pada waktu itu, pertemuan antar pedagang bukan pekerjaan

yang mudah karena berbagai faktor, seperti: (1) belum adanya

tempat transaksi yang tetap; (2) keadaan geogra

fi

s yang masih

sulit dijangkau oleh pedagang dari daerah lain; (3) hubungan

antar daerah (kota) yang satu dengan daerah (kota) yang lain

masih sulit; (4) terbatasnya sarana transportasi, terutama

transportasi darat. Oleh karena itu, satu-satunya hubungan

antara para pedagang yang paling mudah adalah melalui jalur

laut.

Kegiatan perlayaran dan perdagangan antara kawasan

Asia Barat dan Asia Timur melalui Selat Malaka telah

berlangsung cukup lama. Malaka menjadi pusat perdagangan

dan persinggahan para pedagang dari Cina, India, Persia, dan

para pedagang dari Kepulauan Indonesia. Pertemuan mereka

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

240

memberikan pengaruh satu sama lainnya, baik dalam bidang

budaya maupun agama.

Orang-orang Persia yang datang kemudian membawa

budaya dan agama Islam. Para pedagang Indonesia pun

mendapat kesempatan untuk belajar agama Islam dari para

pedagang Persia atau pedagang India yang telah memeluk

agama Islam. Bahkan, ketika para pedagang Indonesia pergi

ke Persia selalu memanfaatkan waktu untuk belajar agama.

Oleh karena itu, masyarakat Indonesia mulai memeluk agama

Islam. Bahkan, kota-kota bandar seperti Pasai, Samudera,

Perlak, Gresik, Tuban, Demak, Cirebon, Banten telah menjadi

bandar-bandar yang dikuasai oleh orang-orang Islam. Tidak

lama sesudah itu, muncullah kesultanan-kesultanan Islam di

berbagai wilayah Indonesia.

Perdagangan di Kepulauan Nusantara tidak hanya terjadi

di wilayah Indonesia bagian Barat saja, tetapi telah berkembang

sampai ke wilayah Indinesia bagian Timur. Para pedagang dari

pulau Jawa membawa beras ke Kepulauan Maluku dan sebelum

pulang mereka membeli rempah-rempah untuk dijual kepada

para pedagang dari India, Persia, dan Arab. Dengan demikian,

pengaruh Islam tidak hanya terbatas di pulau Sumatera dan

Jawa, tetapi sampai di Kepulauan Maluku. Oleh karena itu,

tidak mengherankan apabila dalam perkembangannya muncul

kesultanan Islam di Kepulauan Maluku, seperti Kesultanan

Ternate dan Kesultanan Tidore.

Melalui hubungan dagang itulah, para pedagang saling

mengenal dan memperkenalkan adat istiadat, budaya, dan

agamanya. Para pedagang muslim, di samping berdagang,

mereka juga diwajibkan melakukan siar agama atau

menyebarluaskan agamanya kepada orang lain. Meskipun

Gambar 12.5

Jalur Perdagangan dan

Persebaran Islam di Kepulauan

Indonesia

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

241

demikian, yang aktif dalam menyebarkan agama Islam bukan

hanya para pedagang muslim yang berasal dari Arab, Persia,

maupun Gujarat. Para pedagang Indonesia pun sangat aktif

untuk belajar agama Islam sehingga mampu mengajarkan agama

Islam kepada sanak keluarga dan tetangga-tetangganya.

Di samping melalui jalur perdagangan, penyebaran Islam

juga dilakukan melalui jalur perkawinan. Para pedagang

muslim menikah dengan penduduk Indonesia. Setelah

menikah, kemudian mereka ikut memeluk agama Islam.

Bahkan, keluarga mereka akhirnya memeluk agama Islam.

3. Peranan Bandar-bandar Pelabuhan

Sebagaimana dikatakan di atas bahwa salah satu

penghambat pelaksanaan hubungan perdagangan adalah tidak

adanya tempat transaksi yang tetap. Oleh karena itu, salah satu

usaha yang dilakukan oleh para pedagang adalah membangun

kota pelabuhan. Biasanya, kota pelabuhan yang terletak pada

jalur perdagangan yang strategis dapat berkembang dengan

pesat dan cepat. Dengan demikian, pembangunan kota

pelabuhan merupakan salah satu persyaratan yang penting

bagi perkembangan perdagangan di kepulauan Indonesia.

Dalam perkembangannya, kota pelabuhan memegang

peranan penting penyebaran Islam di kepulauan Indonesia.

Kota pelabuhan merupakan tempat bertemunya para

pedagang. Mereka kadang-kadang harus menginap, apabila

barang dagangannya belum laku seluruhnya. Pada waktu

bermalam, banyak kegiatan yang dilakukan para pedagang

muslim, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan ajaran

Islam. Misalnya, melaksanakan sholat dan membaca kitab suci

Al-Qur’an (mengaji). Kegiatan pedagang muslim kemudian

ditiru oleh para pedagang Indonesia. Bahkan, tidak sedikit

di antara pedagang Indonesia yang sengaja belajar agama

Islam.

Berdasarkan kenyataan di atas, maka tidak berlebihan

apabila kota pelabuhan sebagai kota dagang dan jalur

pelayaran memiliki peranan yang strategis dan penting bagi

proses masuknya Islam ke Indonesia. Beberapa fungsi kota

pelabuhan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tempat berlabuh kapal-kapal dagang, baik

untuk memuat dan/atau membongkar barang-barang

dagangannya.

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

242

2. Sebagai tempat traksaksi perdagangan (jual beli barang-

barang).

3. Sebagai tempat persinggahan dan/atau istirahat para

pedagang.

4. Sebagai tempat tinggal para pengusaha kapal dan para

pedagang.

Pada umunya, bandar-bandar tersebut kemudian

berkembang menjadi pusat pemerintahan. Misalnya, Samudra

Pasai, Perlak, Palembang, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon,

Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa, Ternate,

dan Tidore.

4. Proses Penyebaran Islam di Indonesia

Secara umum dapat dikatakan bahwa proses penyebaran

Islam di Indonesia berlangsung secara damai. Hal itu

sangat berbeda dengan proses penyebaran Islam ke Eropa

yang berlangsung melalui jalur peperangan. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi penyebaran Islam di Indonesia

berlangsung secara damai, di antaranya;

Gambar 12.6

Suasana Kegiatan Perdagangan di Pasar Banten Pada

Abad XVI Pasar merupakan salah satu pusat kegiatan manusia. Di

tempat itu, setiap orang melakukan interaksi dengan semua orang

yang dijumpai tanpa membedakan asal dan agamanya. Bahkan,

setiap orang dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru,

termasuk pengetahuan tentang agama Islam.

Tugas 12.2

Tunjukkan dan sebutkan kota-kota pelabuhan di wilayah Indonesia

yang menjadi pusat perdagangan!.

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

243

a. Masyarakat Indonesia sangat percaya bahwa ada kekuatan

yang mengendalikan alam beserta seluruh isinya, di luar

kekuatan yang ada pada diri manusia.

b. Para pedagang sebagai pembawa ajaran Islam ke Indonesia

tidak pernah memaksa orang lain untuk memeluk agama

Islam.

c. Masyarakat Indonesia sangat mengutamakan kehidupan

bermasyarakat yang tenang, tenteram, dan damai.

Islam dapat memberikan pedoman dalam membangun

kehidupan bermasyarakat yang penuh keadilan,

tanpa membedakan status, suku, keyakinan, dan lain

sebagainya.

d. Di samping itu, masyarakat Indonesia percaya bahwa ada

kehidupan yang abadi setelah manusia meninggal dunia.

e. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang

pathernalistik. Artinya, perilaku masyarakat sangat

bergantung pada pimpinannya.

5. Peranan Para Wali dan Ulama

Peranan para wali dan ulama dalam menyebarkan agama

Islam, terutama di daerah pedalaman sangat besar. Mereka

adalah tokoh-tokoh yang menjadi panutan dalam kehidupan

bermasyarakat. Para ulama dan mubaligh yang terkenal

sebagai penyebar agama Islam di Indonesia, di antaranya:

Dato’ri Bandang

dan

Dato Sulaeman

yang menyebarkan

agama Islam di daerah Sulawesi.

Dato’ri Bandang

bersama

Tuan Tunggang’ri Parangan

yang melanjutkan penyebaran agama Islam ke Kutai,

Kalimantan Timur.

Di samping para ulama dan mubaligh, penyebar agama

Islam di pulau Jawa adalah para wali. Mereka dikenal dengan

sebutan

’Wali Sanga’

karena berjumlah 9 orang. Pada dasarnya,

Wali Sanga merupakan

Dewan Mubaligh

. Kesembilan wali

itu adalah sebagai berikut:

1. Maulana Malik Ibrahim,

2. Sunan Ampel,

3. Sunan Bonang,

4. Sunan Drajat,

5. Sunan Giri,

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

244

6. Sunan Kalijaga,

7. Sunan Muria,

8. Sunan Kudus, dan

9. Sunan Gunung Jati.

Di samping Wali Sanga, masih ada beberapa ulama atau

mubaligh yang sangat berperanan dalam mensiarkan agama

Islam di pulau Jawa, di antaranya: Sunan Bayat, Sunan Geseng,

Sunan Prawoto, Sunan Ngudung, Syech Subakir, Syech

Mojoagung, Syech Siti Jenar.

Penerimaan masyarakat terhadap ajaran agama Islam juga

dipe-ngaruhi oleh isi ajaran Islam yang memiliki beberapa

kelebihan, seperti:

1. Islam a dalah agama yang demokratis karena tidak mengenal

kasta seperti agama Hindu.

2. Islam adalah agama yang mudah dipelajari dan

dipahami.

3. Islam dapat disampaikan melalui seni budaya setempat

(lokal).

4. Ajaran Islam sesuai dengan

fi

trah manusia.

5. Islam adalah agama untuk semua umat manusia. Tidak

satu ayatpun yang menyatakan bahwa Islam adalah agama

untuk bangsa Arab.

6. Islam adalah sebagai agama pembawa rahmat, yaitu rahmat

bagi alam semesta.

7. Konsep Ketuhanan dalam Islam yang benar-benar sublim

dan sempurna.

8. Islam mengatur seluruh kehidupan manusia menuju

kebahagiaan dunia dan akherat.

C. KESULTANAN-KESULTANAN ISLAM

Masuk dan berkembangnya pengaruh Islam di Indonesia

telah melahirkan komunitas masyarakat baru, yaitu masyarakat

Islam. Lama kelamaan, komunitas Islam itu semakin besar dan

kuat kedudukannya. Umumnya, masyarakat Islam tinggal di

daerah pesisir dan mensandarkan hidup dari kegiatan pelayaran

dan perdagangan. Oleh karena itu, kehidupan masyarakat Islam

lebih baik dan maju dibandingkan dengan masyarakat yang

tinggal di daerah pedalaman yang mensadarkan kehidupannya

dari sektor agraris.

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

245

Dalam perkembangannya, masyarakat Islam telah menjadi

kekuatan baru di Indonesia. Kekuatan masyarakat Islam yang

berbasis pada sektor pelayaran dan perdagangan mampu

mengimbangi kekuatan Hindu-Budha yang berpusat di daerah

pedalaman yang berbasis pada agraris (pertanian). Bahkan,

masyarkat Islam mulai berusaha untuk memisahkan diri dari

kekuasaan kerajaan Hindu-Budha. Kota-kota bandar yang semula

berada di bawah kekuasaan kerajaan Hindu-Budha telah berubah

menjadi pusat-pusat kerajaan Islam.

Berdiri dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di

Indonesia, selengkapnya adalah sebagai berikut:

1. Kesultanan Perlak, Samudera Pasai, dan Aceh

Berdasarkan bukti-bukti sejarah yang terbaru dapat

diketahui bahwa kesultanan Islam tertua di Indonesia adalah

Kerajaan Perlak. Beberapa bukti sejarah itu adalah naskah-

naskah tua berbahasa Melayu, seperti Idharatul Haq fi

Mamlakatil Ferlah Wal Fasi, Kitab Tazkirah Thabakat Jumu

Sultan As Salathin, dan Silsilah sultan-sultan Perlak dan Pasai.

Dalam naskah tersebut dijelaskan bahwa kerajaan Perlak

didirikan pada tanggal 1 Muhharam 225 H (840 M). Kesultanan

Perlak, pertama kali diperintah oleh Saiyid Abdul Aziz yang

bergelar Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Shah. Ia

berhasil mengangkat negerinya sebagai pancaran sinar Islam

di Nusantara. Sayang, Perlak tidak memiliki putra mahkota

karena sultan terakhir hanya memiliki seorang putri yang

kemudian menikah dengan sultan dari Samudera Pasai pada

tahun 1292. Sejak saat itu, Perlak menjadi bagian dari wilayah

kesultanan Samudera Pasai.

Keberadaan kesultanan Perlak juga dibuktikan dengan

ditemukannya peninggalan sejarah, seperti mata uang Perlak,

stempel kesultanan, dan makam raja-raja Benoa. Di samping

itu, disebutkan bahwa raja terakhir yang memerintah Perlak

adalah Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan

662-692 H (1263-1292 M).

Kesultanan Islam berikutnya yang muncul di Indonesia

adalah Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini berkembang

dengan pesat dan memiliki dua bandar perdagangan yang

ramai, yaitu Samudera dan Pasai. Pada awalnya, kesultanan

Samudera Pasai merupakan penggabungan dua kerajaan kecil,

yaitu kesultanan Samudera dan kesultanan Pasai. Seperti

halnya Perlak, kota bandar Samudera dan Pasai terletak di

pintu masuk Selat Malaka, yaitu jalur perdagangan utama

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

246

antara Arab, Persia, India, dan Cina. Oleh karena itu, sangat

mungkin kedua kota bandar itu telah mendapat pengaruh

Islam pada abad VIII.

Namun demikian, kesultanan Samudera Pasai baru bisa

didirikan pada abad XIII. Kesultanan Samudera Pasai terletak di

Aceh Utara, atau tepatnya di Kabupaten Loksumawe sekarang.

Mengingat letaknya yang strategis, kesultanan Samudera Pasai

dapat berkembang dengan pesat. Wilayah Samudera Pasai

semakin luas, terutama setelah kesultanan Perlak berhasil

disatukan melalui hubungan perkawinan.

Di antara para sultan yang memerintah Samudera Pasai,

Sultan Malik Al-Saleh merupakan sultan yang paling terkenal.

Sultan Malik Al-Saleh dikenal sebagai peletak dasar kekuasaan

Islam. Perdagangan sebagai pilar ekonomi kesultanan dan

rakyatnya hidup makmur.

Pada abad XIV, Samudera Pasai telah menjadi salah

satu tempat studi agama Islam. Banyak para ulama dari

berbagai negeri Islam yang datang ke Samudera Pasai untuk

mendiskusikan masalah-masalah keagamaan dan kehidupan

umat manusia sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.

Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila Samudera Pasai

telah berhasil menyebarkan agama Islam ke berbagai wilayah

sekitarnya, seperti Minangkabau, Jambi, Jawa, Malaka, dan

bahkan sampai ke Patani (Thailand).

Beberapa sultan yang pernah memerintah Samudera Pasai:

h

Malik Al-Saleh (1290-1297),

h

Muhammad Malik Az-Zahir (1297-1326),

h

Mahmud Malik Az-Zahir (1326-1345)),

h

Munsur Malik Az-Zahir (1345-1346),

h

Ahmad Malik Az-Zahir (1346-1383),

h

Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir (1383-1405),

h

Nahrasiyah (1405-1412),

h

Sallah Ad-Din (1412-....),

h

Zaid Malik Az-Zahir (....-1455),

h

Mahmud Malik Az-Zahir (1455-1477),

h

Zain Al-Abidin (1477-1500),

h

Abdullah Malik Az-Zahir (1501-1513),

h

Sultan Zain Al-Abidin )1512-1524).

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

247

Fatahilah adalah salah satu putra Samudera Pasai yang

sangat aktif dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa. Bahkan,

ia kemudian berhasil menduduki jabatan yang tinggi, yaitu

sebagai panglima kerajaan Demak. Sayang, Samudra Pasai

tidak dapat mempertahankan hegemoninya di Selat Malaka

setelah Kerjaaan Malaka dikuasai Portugis pada tahun 1511.

Samudera Pasai sendiri mulai diduduki oleh Portugis pada

tahun 1524.

Pada masa kejayaannya, Samudera Pasai pernah

dikunjungi oleh Marco Polo, seorang saudagar dati Venesia

(Italia) pada tahun 1292. Marco Polo sempat mengunjungi

beberapa daerah, di antaranya Perlak dan Samudera Pasai.

Di samping itu, Samudera Pasai juga pernah didatangi oleh

Ibn Battuta, seorang pengembara dari Taugier (Marroko) pada

tahun 1345.

Di samping Samudera Pasai, di ujung Utara Pulau

Sumatera terdapat kerajaan Islam yang lain, yaitu kerajaan

Aceh. Pusat kekuasaannya di Ramni dan kemudian dipindah

ke Darul Kamal. Kerajaan Aceh didirikan pada tahun 1204 di

bawah pemerintahan Sultan Jihan Syah. Pada waktu itu Aceh

belum berdaulat karena merupakan kecil yang berada di bawah

pengaruh Pedir. Akhirnya, Aceh berhasil melepaskan diri dari

kekuasaan Pedir dan menjadi kerajaan yang berdaulat penuh.

Pada waktu itu, Aceh diperintah oleh Sultan Muhayat Syah

(1514-1528). Pusat kerajaan dipindah ke Kutaraja.

Di bawah pemerintahan Sultan Muhayat Syah, Aceh

mengalami perkembangan yang pesat. Beberapa kerajaan

kecil di sekitarnya disatukan sehingga wilayah kekuasaannya

semakin luas. Kerajaan-kerajaan kecil yang disatukan, di

antaranya Samudera Pasai, Perlak, Lamuri, Benoa Temiang,

dan Indera Jaya. Bahkan, kerajaan Pedir yang pernah

menguasai pun dapat ditahlukan, meskipun Pedir bersekutu

dengan bangsa Portugis. Di samping itu, Aceh sangat berambisi

untuk memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke pantai

Timur Sumatera.

Usaha Aceh untuk menguasai pantai Timur Sumatera

tidak mudah karena wilayahnya sangat luas dan mendapat

perlawanan dari kerajaan Aru. Dalam sebuah peperangan,

kerajaan Aru berhasil dikalahkan. Untuk mengontrol daerah

yang baru, Sultan Aceh mengirimkan seorang panglima

perang, yaitu Gocah Pahlawan. Kemudian, Gocah Pahlawan

dikenal sebagai orang yang menurunkan sultan-sultan Deli

dan Serdang (Sumatera Utara)

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

248

Setelah Sultan Muhayat Syah wafat, ia digantikan oleh

puteranya yang bernama Sultan Salahuddin (1528-1537).

Pemerintahan Salahuddin amat lemah dan selalu memberi

peluang kepada bangsa Portugis untuk menjalin kerja sama.

Akhirnya, Salahuddin dijatuhkan oleh saudaranya, yaitu Raja

Ali. Kemudian Raja Ali naik tahta dengan gelar Sultan Alauddin

Riayat Syah (1537-1468). Pada masa pemerintahannya, Aceh

pernah menyerang Johor yang bersekutu dengan Portugis.

Meskipun, raja Johor berhasil ditawan, tetapi Johor tetap

menjadi kerajaan yang merdeka. Sementara untuk memperkuat

kedudukannya, Aceh menjalin kerja sama dengan Turki, Persia,

India, dan kerajaan-kerajaan Islam di pulau Jawa.

Hiasan atau relief tersebut

menggambarkan peninggalan

Yang bercorak Isalam.

Gambar 12.7

Hiasan pada

Makam Sultan Muhayat Syah

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Aceh:

h

Jatuhnya Malaka ke tangan bangsa Portugis.

h

Tidak ada kerajaan besar yang menjadi saingan Aceh.

h

Kepemimpinan Sultan Muhayat Syah dan Sultan Iskandar Muda

yang tegas, tetapi bijaksana.

h

Aceh telah membangun hubungan kerja sama dengan Kesultanan

Turki.

Gambar 12.8

Manuskrip

Kitab Bustanus Salatin karya

Nuruddin Ar Raniri.

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

249

Aceh mencapai jaman keemasan di bawah pemerintahan

Sultan Iskandar Muda (1607-1936). Ia adalah orang yang cakap

dan pemeluk Islam yang taat. Pada masa pemerintahannya,

wilayah Aceh semakin luas, yaitu membentang di pesisir Barat

Sumatera sampai Bengkulu dan di pesisir Timur Sumatera

sampai Siak. Bahkan, beberapa daerah di Semenanjung

Malaya, seperti Johor, Kedah, Pahang, dan Patani (Thailand)

berhasil dikuasai.

Iskandar Muda bersikap anti penjajah.Ia bercita-cita dapat

mengusir Portugis dari Malaka. Oleh sebab itu Iskandar Muda

beberapa kali menyerang Portugis di Malaka. Contoh, tahun

1629, ia melakukan serangan besar-besaran berhasil. Portugis

pun juga menyerang dan berusaha menguasai Aceh, namun

selalu dapat dipukul mundur oleh tentara Aceh.

Pada masa kekuasaan Iskandar Muda disusun suatu

Undang-undang tentang tata Pemerintahan. Undang-undang

itu disebut Adat Mahkota Alam. Dalam bidang ekonomi,

Iskandar Muda mengembangkan tanaman lada yang sangat

dibutuhkan oleh orang-orang Eropa dan Asia. Pengembangan

sastra mendapat perhatian sehingga muncul ahli-ahli sastra

seperti Nuruddin Ar-Raniri dan Hamzah Fansuri.

Tahun 1636, Sultan Iskandar Muda wafat dan digantikan

Sultan Iskandar Thani (1636-1641). Pada saat itu, Aceh masih

dapat mempertahankan kekuasaannya. Namun, setalah

Iskandar Thani wafat yang bersamaan waktunya dengan

jatuhnya Malaka ke tangan orang-orang Belanda, Aceh mulai

mengalami kemuduran.

2. Kesultanan Demak, Pajang, dan Mataram

Demak merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa.

Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1500.

Sebenarnya, Raden Patah masih keturunan langsung dari

Brawijaya, raja Majapahit. Sebagai sultan pertama Demak,

Raden Patah bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Berdirinya

kerajaan Demak mendapat dukungan dari ulama dan pembesar

di pantai Utara Jawa, seperti Tuban, Gresik, Jepara, Kudus, dan

lain-lainnya.

Peranan kerajaan Demak sebagai pusat penyebaran agama

Islam dan perdagangan di pulau semakin besar, terutama

setelah jatuhnya Malaka ke tangan bangsa Portugis pada

tahun 1511. Pada pedagang muslim yang biasanya melalui

Selat Malaka, kemudian memindahkan jalur perdagangannya

dengan menelusuri pantai Barat Sumatera, Selat Sunda, dan

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

250

sampailah di pantai Utara Jawa. Dengan demikian, jatuhnya

Malaka ke tangan bangsa Portugis merupakan sebuah

keuntungan bagi Demak.

Pada tahun 1513, armada Demak di bawah pimpinan

putera Raden Patah, yaitu Pati Unus melancarkan serangan

terhadap kedudukan Portugis di Malaka. Sayang, serangan

itu mengalami kegagalan karena letak Malaka yang jauh dan

persenjataan pasukan Demak yang sangat kurang. Meskipun

mengalami kegagalan, Pati Unus tetap mendapat pengahargaan

sebagai Pangeran Sabrang Lor.

Pada tahun 1518, Raden Patah meninggal dunia dan

kedudukannya digantikan oleh puteranya, yaitu Pati

Unus. Namun, Pati Unus tidak lama memerintah Demak.

Ia hanya memerintah selama tiga tahun (1518-1521). Pati

Unus tidak memiliki anak dan karena itu, ia digantikan oleh

adiknya, yaituSultan Trenggono (1521-1546). Pada masa

pemerintahannya, Demak mengalami masa kejayaan. Wilayah

Demak pun bertambah luas sampai ke ujung barat pulau Jawa,

Palembang dan Jambi, serta sebagian Kalimantan.

Sultan Trenggono memilih strategi bertahan dalam

menghadapi ancaman Portugis. Ketika, Portugis merencanakan

untuk mendirikan ’benteng’ dan ’kantor dagang’ di Sunda

Kelapa, maka dengan cepat Demak mengirimkan tentaranya ke

Sunda Kelapa pada tahun 1522. Pasukan Demak yang dipimpin

oleh Fatahilah berhasil mengalahkan dan mengusir Portugis

dari Sunda Kelapa pada 1527.

Sepeninggal Sultan Trenggono terjadi pertikaian di antara

kerabat kerajaan, terutama Pangeran Sekar Seda ing Lepen

(adik Sultan Trenggono) dan Pangeran Prawoto (putera

Sultan Trenggono). Pangeran Sekar Seda ing Lepen terbunuh

atas perintah Pangeran Prawoto. Pangeran Sekar Seda ing

Lepen sendiri telah ditetapkan sebagai pengganti Sultan

Trenggono.

Masjid Agung Demak merupakan salah

satu masjid tertua di Indonesia. Masjid

itu dibangun pada pemerintahan Raden

Patah, yaitu pada awal abad XVI. Masjid

Agung Demak memiliki keistimewaan

karena tiangnya terbuat dari tumpukan

’tatal’. Arsitek Masjid Agung Demak masih

dipengaruhi oleh arsitek Jawa.

Gambar 12.9

Masjid Agung

Demak

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

251

Sementara, Arya Penangsang (putera Pangeran Sekar

Seda ing Lepen) yang menganggap diri sebagai orang yang

paling berhak atas tahta Demak, kemudian membunuh

Pangeran Prawoto beserta seluruh keluarganya. Sebenarnya,

apa yang dilakukan Arya Penangsang merupakan tindakan

balas dendam. Akhirnya, Arya Penangsang menjadi Sultan

Demak (1546-1568). Masa pemerintahan Arya Penangsang

ditandai dengan berbagai kekacauan dan pembunuhan.

Banyak orang yang tidak senang terhadap Arya Penangsang

karena kekejamannya.

Pangeran Hadiri, seorang adipati di Jepara dibunuhnya

karena dianggap merintangi kekuasaannya. Tindakan itu

menimbulkan kemarahan Ratu Kali Nyamat (isteri Pangeran

Hadiri), dan segera mengangkat senjata untuk membalas

kematian suaminya. Para adipati yang sepaham diajak bersatu

untuk menghancurkan kekuasaan Arya Penangsang. Di antara

para adipati yang tidak senang terhadap Arya Penangsang

adalah Adiwijaya, seorang adipati di Pajang yang lebih dikenal

dengan sebutan Jaka Tingkir atau Mas Karebet. Ia berhasil

membunuh Arya Penangsang pada tahun 1568 sehingga

kekuasaan Demak berpindah ke tangannya dan mendirikan

kerajaan Pajang.

Pendiri Kerajaan Pajang adalah Adiwijaya (1568-1582).

Ia menduduki tahta Pajang dengan memindahkan kebesaran

kerajaan Demak ke Pajang. Sedangkan, Demak sendiri hanya

dijadikan salah satu kadipaten. Ia mengangkat Arya Pangiri

(putera Pangeran Prawoto) sebagai Adipati Demak. Sebagai

penguasa Pajang, Adiwijaya mendapat pengakuan dari Sunan

Giri dan para adipati di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Setelah menjadi sultan, Adiwijaya (Hadiwijaya) tidak

pernah lupa terhadap jasa-jasa para sahabatnya yang ikut

membantu mengalahkan Arya Penangsang. Ki Ageng

Pemanahan menerima hadiah tanah di daerah Mataram (Alas

Mentaok). Ki Penjawi diberi hadiah di daerah Pati. Keduanya

sekaligus diangkat sebagai Bupati di daerah masing-masing.

Bupati Surabaya yang banyak berjasa menundukan daerah-

daerah Jawa Timur, diangkat sebagai wakil raja dengan daerah

kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya, dan Panarukan.

Sedangkan Sutawijaya (putra Ki Ageng Pemanahan)

diangkat sebagai anak angkat Sultan Adiwijaya dan menjadi

saudar Pangeran Benawa. Pangeran Benawa adalah putera

mahkota Kesultanan Pajang. Sutawijaya adalah seorang

pemuda yang sangat ahli dan cakap dalam bidang militer

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

252

dan peperangan. Ketika Ki Ageng Pemanahan meninggal

dunia pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat sebagai Adipati

Mataram.

Ketika Sultan Adiwijaya wafat pada tahun 1582, seharusnya

digantikan oleh Pangeran Benawa. Namun, ia berhasil

disingkirkan oleh Arya Pangiri. Arya Pangiri pun naik tahta

menjadi Sultan Pajang pada 1582-1586. Sedangkan Pangeran

Benawa hanya dijadikan adipati di Jipang. Ketika menjadi

sultan, tindakan Arya Pangiri sangat meresahkan masyarakat

karena menyita sepertiga sawah rakyat untuk diberikan kepada

para pengikutnya dari Demak.

Tindakan Arya Pangiri tersebut menyebabkan timbulnya

usaha-usaha perlawanan. Kesempatan itu dimanfaatkan

oleh Pangeran Benawa untuk menghimpun kekuatan. Ia

segera menjalin kerja sama dengan saudara angkatnya, yaitu

Sutawiajaya yang telah menjadi Adipati Mataram. Dalam

sebuah serangan, Arya Pangiri dengan mudah dapat dikalahkan

oleh Pangeran Benawa yang dibantu Sutawijaya pada tahun

1586. Namun, Pangeran Benawa tidak mau membunuh Arya

Pangiri dan hanya menyuruh Arya Pangiri untuk kembali ke

Demak.

Setelah berhasil mengalahkan Arya Pangiri, Pangeran

Benawa yang lebih berhak atas tahta Pajang justru

menyerahkan kekuasaannya kepada Sutawijaya. Pangeran

Benawa menyadari bahwa dirinya tidak cukup cakap untuk

mengendalikan pemerintahan, menjamin keamanan, dan

memper-tahankan kekuasaan Panjang yang sangat luas. Di

samping itu, Pangeran Benawa merasa tidak mampu bersaing

dengan saudara angkatnya. Sutawijaya pun menerima tawaran

saudara angkatnya dan sejak saat itu segala kebesaran Pajang

dipindahkan ke Mataram.

Sutawijaya telah lama berharap agar pada suatu saat dapat

menjadi seorang sultan. Oleh karena itu, ketika diangkat sebagai

Adipati Mataram pada tahun 1575, ia mulai memperskuat

kedudukannya dengan membangun benteng di sekeliling

istananya. Akhirnya, harapan itu datang, ketika Pangeran

Benawa menawarkan atau menyerahkan kekuasaannya kepada

Sutawijaya, setelah berhasil mengalahkan Arya Pangiri pada

tahun 1586. Tentu, Sutawijaya tidak menolaknya.

Sejak saat itu, Sutawijaya secara sah menjadi Sultan Pajang.

Namun, tidak lama kemudian ia memindahkan ibukota

kerajaan ke Kotagede yang terletak di sebelah Tenggara Kota

Yogyakarta. Bersamaan dengan itu, nama kerajaan pun berubah

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

253

menjadi Mataram. Sutawijaya menjadi Sultan Mataram (1586-

1601) dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin

Panatagama Kalifatullah. Artinya, sultan yang sekaligus

sebagai panglima perang dan pemimpin agama.

Masa pemerintahan Panembahan Senopati diwarnai

dengan berbagai masalah dan peperangan yang terus menerus.

Masalah tersebut terjadi antara Sutawijaya dan para adipati

yang tidak bersedia mengakui kekuasaan Sutawijaya sebagai

sultan. Mengapa sebagian adipati tidak mau mengakui

Sutawijaya sebagai sultan?

Surabaya, Demak, Ponorogo, Madiun, Kediri, dan

Pasuruan tidak mau mengakui kekuasaan Sutawijaya

dan berusaha melepaskan diri dari Mataram. Akibatnya,

terjadilah pertempuran antara Mataram dan para adipati

di Jawa. Pertempuran paling sengit terjadi antara Mataram

dan Surabaya pada tahun 1586. Akhirnya, pertempuran itu

dapat dihentikan berkat bantuan Sunan Giri. Mataram gagal

menahlukan Surabaya, meskipun Surabaya harus mengakui

kekuasaan Sutawijaya. Sementara, Demak, Ponorogo, Madiun,

Kediri, dan Pasuruan berhasil ditakhlukan sehingga wilayah

Mataram masih cukup luas. Bahkan, Cirebon dan Galuh

berhasil dikuasai pada tahun 1595.

Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601 dan

digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolang (1601-1613).

Ia bergelar Sultan Anyakrawati. Pada masa pemerintahannya

timbul pemberontakan dari Pangeran Puger di Demak pada

tahun 1602-1605 dan Pengeran Jayaraga di Pononrogo pada

tahun 1608. Kedua pemberontakan itu dapat dipadamkan.

Namun, pemberontakan di Surabaya pada tahun 1612 belum

dapat dipadamkan sampai ia meninggal pada tahun 1613.

Sultan Anyakrawati wafat dalam pertempuran di daerah

Krapyak sehingga lebih dikenal dengan sebutan Panembahan

Seda Krapyak.

Pengganti Mas Jolang adalah Mas Rangsang yang bergelar

Sultan Agung Senopati ing Ngalaga Ngabdur Rachman

(1613–1645). Ia lahir tahun 1591, artinya ia menjadi sultan

pada usia 22 tahun. Sultan Agung segera melanjutkan cita-

cita leluhurnya, yaitu mewujudkan kekuasaan Mataram

Pengakuan Para Wali:

Biasanya pengangkatan dan pengesahan seorang sultan dilakukan oleh

seorang wali. Sedangkan Sutawijaya tidak diangkat dan disahkan oleh wali

sebagai sultan. Itulah sebabnya, sebagian para adipati enggan mengakui

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

254

yang meliputi seluruh pulau Jawa. Sejak tahun 1614, Sultan

Agung mulai menahlukan daerah-daerah di pesisir Utara

Jawa. Bala tentara Mataram berhasil menguasai Lumajang,

Pasuruan, Kediri, Tuban, Pajang, Lasem, Surabaya, Madura,

dan Sukadana (Kalimantan). Sedangkan Cirebon dan Banten

belum dapat dikuasai secara penuh. Namun karena Cirebon

dan Banten adalah bekas wilayah Demak, maka Sultan Agung

sebagai penerus Kerajaan Demak merasa berhak atas kedua

wilayah itu. Dengan demikian, tinggal Batavia (Sunda Kelapa)

yang belum ditakhlukan.

Pada tahun 1628 dan 1629, Sultan Agung menyerang

Batavia. Namun, mengalami kegagalan karena bala tentaranya

kekurangan makanan sebagai akibat persediaan makanan yang

telah disediakan dibakar oleh orang-orang Belanda. Setelah itu,

Sultan Agung mengalihkan perhatiannya untuk memajukan

kehidupan rakyatnya. Bidang pertanian mengalami kemajuan.

Pada tahun 1633, Sultan Agung menciptakan tarikh Jawa-Islam

berdasarkan perhitungan bulan yang dimulai pada 1 Muharam

1043 H. Ia juga berhasil menyusun karya Sastra Gending yang

berisi ajaran

fi

lsafat mengenai ’kesucian jiwa’. Di samping itu, ia

berhasil menyusun buku undang-undang pidana dan perdata

yang diberi nama Surya Alam.

Dalam bidang sistem susunan pemerintahan, Mataram di

bagi dalam :

¾

Kutanegara

, yang merupakan daerah pusat keraton.

Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh Patih Lebet (Patih

Dalam) yang dibantu Wedana Lebet (Wedana dalam).

¾

Negara Agung

, yang merupakan daerah yang ada di sekitar

Kutanegara. Dalam pelaksanaan pemerintahan di pegang Patih

Jawi (Patih Luar) yang dibantu Wedana Jawi (Wedana Luar).

¾

Mancanegara,

yaitu daerah di luar negara Agung. Daerah ini

dipimpin oleh para Bupati.

¾

Pesisir

, daerah yang dipimpin oleh para Bupati atau Syah

Bandar.

Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan dikenang sebagai

raja yang terbesar karena dapat membawa Mataram mencapai

jaman keemasan.

3. Kesultanan Cirebon dan Banten

Cirebon bersal dari kata caruban yang berarti campuran.

Masyarakat Cirebon diperkirakan merupakan campuran dari

para pedagang setempat dengan para pedagang Cina yang

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

255

telah memeluk Islam. Menurut buku Sejarah Banten, satu

rombongan keluarga Cina telah mendarat dan menetap di

Gresik. Kemudian mereka memeluk agama Islam. Satu di antara

mereka bernama Cu-cu dan lebih dikenal dengan sebutan Arya

Sumangsang atau Prabu Anom. Keluarga Cucu dapat mencapai

kedudukan dan kehormatan tinggal di Kesultanan Demak dan

mendapat kepercayaan untuk mendirikan perkampungan di

daerah Barat. Atas ketekunannya, mereka berhasil membangun

perkampungan yang disebut Cirebon.

Kapan dan siapa pendiri Kesultanan Cirebon? Sampai

saat ini belum ada jawaban yang pasti. Berdasarkan Ceritera

Caruban (Tjarita Tjaruban), Kesultanan Cirebon didirikan

oleh Syarif Hidayatullah, salah seorang cucu Raja Pakuan

Pajajaran. Ia naik tahta pada tahun 1482, sekembalinya dari

Mekkah. Sebagai seorang cucu raja, ia diberi hak untuk

mengembangkan kekuasaan di Cirebon. Selain sebagai Sultan

Cirebon, Syarif Hidayatullah juga dikenal sebagai seorang wali.

Ia mendapat persetujuan dari para, terutama Sunan Ampel

untuk menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat. Oleh

karena itu, Syarif Hidayatullah kemudian lebih dikenal dengan

nama Sunan Gunung Jati.

Gb. 12.10

Gapura Keraton Cirebon

Cirebon pun berkembang dengan pesat sebagai pusat

perdagangan dan penyebaran agama Islam. Akibatnya, Pakuan

Pajajaran mulai surut. Namun, di antara dua kerajaan itu

tidak pernah terjadi peperangan karena masih ada hubungan

kekerabatan. Syarif Hidayatullah wafat di Cirebon dan

dimakamkan di bukit Gunung Sembung, tidak jauh dari

bukit Gunung Jati. Untuk meneruskan pemerin-tahannya

di Cirebon, Syarif Hidayatullah mengangkat putranya yang

bernama Pangeran Pasarean. Sultan inilah yang menurunkan

raja-raja Cirebon selanjutnya.

Tahun 1679 Cirebon terpaksa dibagi dua yaitu Kasepuhan

dan Kanoman. Waktu itu VOC sudah bercokol kuat di Batavia.

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

256

Dengan politik De Vide at Impera, Kesultanan Kanoman di bagi

dua, yakni Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan

demikian kekuasaan Cirebon terbagi menjadi 3 (tiga), yakni

Kasepuan, Kanoman, dan Kacirebonan. Akhir abad ke-17

Cirebon berhasil dikuasai VOC.

4. Kesultanan Banten

Dasar-dasar pembentukkan Kesultanan Banten telah

dirintis oleh Nurullah pada tahun 1525 atas persetujuan

Sultan Demak. Nurullah adalah seorang muslim yang saleh

dan cakap dalam bidang politik sehingga diharpkan dapat

membendung pengaruh Portugis. Pada tahun 1522, Portugis

telah menandatangi persetujuan dengan Pakuan Pajajaran

untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa. Namun sebelum

maksud Portugis dilaksanakan, Nurullah telah merebut Sunda

Kelapa dari Pajajaran pada tahun 1527. Atas kemenangannya

itu, Nurullah diberi gelar Fatahillah (Kemenangan Allah) oleh

Sultan Trenggon. Di samping itu, nama Sunda Kelapa diganti

dengan Jayakarta.

Siapakah Fatahillah sebenarnya?

Sebelumnya ia bernama Nurullah,

Ia berasal dari Pasai dan pergi ke Demak karena Pasai dikuasai

Portugis.

Ia sangat berjasa kepada Sultan Trenggono dalam mengusir

Portugis dari pulau Jawa.

Ia diizinkan untuk menyebarkan agama Islam di Banten dan

sekitarnya.

Ia berhasil mendirikan Kesultan Cirebon pada tahun 1552.

Ia meninggal pada tahun 1570 dan dimakamkan di Gunung

Sembung.

Dalam Babad Cirebon, ia dikenal sebagai

Wong Agung Sabrang

(pembesar yang berasal dari luar Jawa) dan

Ratu Bagus Pase

(orang terhormat dari Pasai).

Siapakah Sunan Gunung Jati sebenarnya?

Sampai saat ini ada dua pendapat yang berbeda mengenai Sunan

Gunung Jati:

Pertama,

mengatakan bahwa Sunan Gunung Jati adalah Fatahillah.

Artinya, dua nama yang digunakan oleh orang yang sama.

Kedua,

mengatakan bahwa Fatahillah dan Sunan Gunung Jati

adalah dua nama yang dipergunakan oleh dua orang yang berbeda.

Jika pendapat ini benar, maka Sunan Gunung Jati adalah nama lain

dari Syarif Hidayatullah sebagaimana diceriterakan dalam Babad

Caruban maupun sumber-sumber Portugis yang mengatakan

bahwa Fatahillah adalah menantu Sunan Gunung Jati.

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

257

Ketika Portugis bermaksud mendirikan benteng di Sunda

Kelapa, maka kedatangan mereka disambut gempuran oleh

laskar Banten. Portugis terdesak dan akhirnya menyingkir dari

Sunda Kelapa. Akhirnya, Banten diserahkan kepada puteranya

yang kedua, yaitu

Hasanuddin

pada tahun 1552. Sejak saat

itu, Banten melepaskan diri dari Demak dan berdiri sebagai

kerajaan yang merdeka. Oleh karena itu,

Sultan Hasanuddin

(1552-1570) dianggap sebagai sultan Banten yang pertama.

Pada tahun 1570, Sultan Hasanuddin wafat dan digantikan

puteranya yang bernama

Pangeran Yusuf

(1570-1580). Pada

tahun 1579, Pangeran Yusuf menyerang Pajajaran dan sejak

saat itu berakhirlah riwayat kerajaan Hindu di Jawa Barat.

Sedangkan Pangeran

Yusuf digantikan oleh

Maulana Yusuf. Maulana

Yusuf meninggal pada

tahun 1595, ketika

memimpin ekspedisi ke

Palembang. Banten pun

mulai surut karena kalah

bersaing dengan VOC

yang berkuasa di Batavia

(dulu Sunda Kelapa atau

Jayakarta).

5. Ksultanan-kesultanan Islam lainnya

Kerajaan tertua di kawasan Maluku Utara adalah Jailolo.

Di samping itu, ada kerajaan Ternate, Tidore, dan Bacan.

Menurut ceritera rakyat Maluku, keempat kerajaan itu berasal

dari satu keturunan, yaitu Jafar Sidik, seorang bangsa Arab.

Dalam perkembangannya, Kerajaan Ternate lebih menonjol

peranannya karena berhasil mengembangkan perdagangan

rempah-rempah, terutama cengkeh dan lada. Rempah-

rempah merupakan mata dagangan yang sangat dibutuhkan

bangsa Eropa karena di samping

dapat dijadikan bahan penyedap

masakan, rempah-rempah

merupakan bahan obat-obatan.

Oleh karena itu, harga rempah-

rempah sangat tinggi dan rakyat

Maluku pun hidup makmur.

Pada abad XV, perdagangan

di Kepulauan Maluku semakin

Gambar 12.11

Masjid Agung

Banten

Gambar 12.12

Bekas Istana

Kesultanan

Ternate

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

258

ramai. Banyak pedagang dari Jawa, melayu, Arab, dan Cina

datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Mereka

membawa beras, barang tenun, gading, pernik-pernik, dan

piring mangkok berwarna biru dari Cina. Masyarakat Maluku

sangat membutuhkan barang-barang tersebut, terutama

beras.

Dalam sejarah Ternate disebutkan bahwa Sultan Ternate

yang pertama kali memeluk agama Islam adalah Zainal Abidin

(1465-1486). Sebelum memeluk Islam, ia bernama Gapi Buta

dan setelah meninggal dunia ia dikenal dengan sebutan Sultan

Marhum. Sedangkan Sultan Tidore yang pertama kali memeluk

Islam adalah Cirililiyah yang kemudian berganti nama menjadi

Sultan Jamaludin.

Ketika Ternate di bawah pemerintahan Sultan Ben Acorala

dan Tidore di bawah pemerintahan Sultan Almancor, keduanya

berhasil mengangkat kerajaan menjadi negeri yang kuat dan

makmur. Kedua kerajaan itu memiliki puluhan perahu kora-

kora yang dipergunakan untuk berperang dan mengawai lautan

yang menjadi wilayah perdagangannya. Di ibukota Ternater,

yaitu Sampalu banyak didirikan rumah di atas tiang-tiang yang

tinggi dan istana kerajaan dikelilingi dengan pagar. Kota Tidore

dikelilingi dengan pagar tembok, parit, benteng, dan lubang

perangkap sehingga sangat sulit ditembus oleh musuh.

Ternyata, kemajuan kedua kerajaan itu menyebabkan

timbulnya persaingan untuk menanamkan pengaruh atas

wilayah sekitarnya. Oleh karena itu, pada abad XVII muncul

dua persekutuan, yaitu Uli Lima dan Uli Siwa. Uli Lima

dipimpin oleh Ternate dengan anggota Ambon, Obi, Bacan,

dan Seram. Sedangkan Uli Siwa dipimpin oleh Tidore dengan

anggota Makean, Halmahera, Kai, dan pulau-pulau lain hingga

ke Papua bagian Barat.

Kesultanan Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa

peme-rintahan Sultan Baabullah. Sedangkan kesultanan Tidore

mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan

Nuku. Persaingan di antara kedua kesultanan itu dimanfaatkan

oleh bangsa Portugis dan Spanyol yang berambisi untuk

menancapkan kekuasaannya di Kepulauan Maluku. Kedua

bangsa asing itu berusaha mengadudomba antara Ternate

dan Tidore. Ternate dibantu Spanyol dan Tidore dibantu

Portugis.

Pada abad XV, di Sulawesi Selatan telah berdiri beberapa

kerajaan. Suku Makasar mendirikan Kerajaan Gowa dan Tallo.

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

259

Suku Bugis mendirikan Kerajaan Lawu, Bone, Soppeng, dan

Wajo. Raja-raja dari suku Makasar bergelar Karaeng dan raja-

raja dari suku Bugis bergelar Aru (Arung). Kerajaan-kerajaan

itu berusaha saling menakhlukan satu sama lainnya. Misalnya,

Kerajaan Lawu mulai ekspansi ke Kerajaan Sidenreng dan

berlanjut ke Kerajaan Bone. Namun dalam pertempuran

antara Lawu dan Bone, Rajadewa (Lawu) harus mengakui

keunggulan Raja Arumpone (Bone). Rajadewa dipaksa untuk

menandatangani perjanjian Polo Malelae di Unnyi. Sejak saat

itu, kedudukan Lawu tergeser oleh Bone dalam percaturan

politik di Sulawesi Selatan.

Keesultanan Bone terdiri dari 7 kerajaan kecil, yaitu Ujung,

Tibojong, Ta, Tanete Riattang, Tanete Riawang, Ponceng, dan

Macege. Setiap kerajaan kecil dipimpin oleh seorang Matoa

atau Daeng Kalula. Pada masa pemerintahan La Tenrisukki dan

La Wulio Butee, Bone mendapat serangan dari Lawu sampai

beberapa kali, namun dapat digagalkan berkat kerjasama

dengan Kerajaan Gowa-Tallo.

Semula Kesultanan Gowa terdiri dari 9 kerajaan kecil, yeitu

Tombolo, Lakiung, Parang-parang, Data, Agangjene, Saumats,

Bissei, Sero, dan Kalli. Pada masa pemerintahan Tumaparisi-

Kallonna, Gowa disatukan dengan Tallo yang diperintah oleh

Tunipasuruk pada pertengahan abad XV. Kelebihan masing-

masing kerajaan menjadi modal utama dalam membesarkan

Gowa-Tallo. Gowa memberikan sumbangan dengan kehebatan

militernya, sedangkan Tallo memberikan sumbangan dalam

bidang administrasi pemerintahan dan kemampuan dalam

menjalin hubungan dagang dengan para pedagang asing.

Kerajaan Gowa-Tallo disebut juga Kerajaan Makasar (nama

suku bangsa yang memerintah kedua kerajaan itu). Sedangkan

ibukota kerajaan terletak di Sombaopu.

Kesultanan Makasar melancarkan ekspansi ke wilayah

sekitarnya. Beberapa kerajaan kecil seperti Siang, Bone,

Suppa, Sawitto dapat ditundukan. Namun, Kerajaan Bone

bangkit kembali untuk menentang Kerajaan Makasar. Pada

tahun 1528, Bone membentuk persekutuan dengan Kerajaan

Wajo dan Kerajaan Soppeng. Persekutuan yang diikrarkan di

Desa Bunne diberi nama Tellumpocco. Bone diakui sebagai

saudara tua, Wajo sebagai saudar tengah, dan Soppeng seba-

gai saudara bungsu.

Sejak abad XVI, pada pedagang muslim telah menjalin

hubungan dagang dengan pada pedagang dari Sulawesi

Selatan. Di samping itu, beberapa ulama dari Sumatera Barat

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

260

seperti Datok ri Bandang, Datok Sulaeman, dan Datok ri Tiro

datang di Sulawesi Selatan untuk menyebarkan agama Islam.

Pada tahun 1605, Raja Daeng Manrabbia (Gowa) telah memeluk

agama Islam dan bergelar Sultan Alauddin. Sedangkan Karaeng

Matoaya (Raja Tallo merangkap mangkubumi Gowa) mendapat

gelar Sultan Abdullah Awalul Islam. Sejak saat itu, Kerajaan

Mataram berusaha menyebarkan Islam ke seluruh wilayah

kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan.

Usaha tersebut ditentang oleh persekutuan Tellumpocco.

Namun, persekutuan berhasil dikalahkan oleh Kerajaan

Makasar. Soppeng ditundukan pada tahun 1609, Wajo pada

tahun 1610, dan Bone pada tahun 1611. Akhirnya, ketiga

kerajaan suku bangsa Bugis itu memeluk agama Islam.

Meskipun telah dikalahkan, ketiga kerajaan itu tetap diizinkan

untuk mempertahankan persekutuan Tellumpocco.

Setelah mengalahkan persekutuan Tellumpocco, Kerajaan

Makasar mengalami perkembangan yang pesat. Kemajuan

di sektor perdagangan dipengaruhi oleh beberapa faktor,

seperti:

Jatuhnya Malaka ke tangan bangsa Portugis pada tahun

1511,

Suku Makasar dan Bugis dikenal sebagai pelaut yang ulung

sehingga para pedagang merasa nyaman karena mendapat

jaminan keamanan dari kedua suku bangsa itu.

Pelabuhan-pelabuhan di Sulawesi Selatan merupakan pelabuhan

transito bagi para pedagang dari wilayah sebelah Barat yang

akan menuju ke Kepulauan Maluku dan sebaliknya.

Tersedia barang-barang dagangan yang cukup banyak,

terutama rempah-rempah dari Maluku. mampu mengamankan

wilayat laut

Makasar mengalami masa kejayaan pada masa

pemerintahan Sultan Muhammad Said (1639-1653) dan

Sultan Hasanuddin (1653-1669). Pada masa itu, perdagangan

berkembang sangat pesat dan wilayah Kerajaan Makasar telah

sampai pulau Solor di Nusa Tenggara.

D. PENINGGALAN KEBUDAYAAN ISLAM

Masuknya Islam ke Indonesia telah membawa pengaruh

terhadap kehidupan masyarakat. Meskipun demikian, masyarakat

Indonesia masih mempertahankan berbagai tradisi pra Islam dalam

kehidupannya. Dengan kata lain, telah terjadi percampuran antara

kebudayaan Islam dan kebudayaan pra Islam. Hal itu dapat dilihat

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

261

dari beberapa kebudayaan yang muncul pada masa Islam, baik

kebudayaan fisik (material/jasmaniah) maupun kebudayaan

nonfisik (rohaniah). Bagaimanakah proses percampuran dua

kebudayaan atau lebih berlangsung? Apakah kebudayaan baru

lebih dominan dari kebudayaan lama?

Kebudayaan Islam telah berkembang di Indonesia dan secara

garis besar dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok sebagai

berikut:

1. Seni Bangunan, Pahat, dan Ukir

Beberapa peninggalan sejarah yang dikatagorikan sebagai

peninggalan kebudayaan Islam, di antaranya masjid, makam,

kraton, kaligra

fi

.

Masjid

Masjid merupakan bangunan atau tempat beribadah

bagi umat Islam. Sejenis dengan masjid adalah langgar,

mushola, surau. Pada dasarnya, semua bangunan itu

memiliki fungsi utama yang sama, yaitu sebagai tempat

sholat menurut ajaran agama Islam. Bedanya, masjid adalah

tempat sholat berjama’ah pada hari Jumat atau yang sering

disebut sholat Jumtan. Sedangkan langgar, mushola, atau

surau hanya dipergunkan untuk tempat sholat biasa (sholat

lima waktu).

Bangunan masjid sebagai peninggalan sejarah atau

kebudayaan Islam dapat ditemukan di berbagai daerah

di Indonesia, terutama di kota-kota yang menjadi pusat

kerajaan-kerajaan Islam. Masjid Aceh, Masjid Demak,

Masjid atau Menara Kudus, Masjid Banten, Masjid Cirebon,

Masjid Ternate, dan sebagainya. Sebagian besar masjid kuno

telah dipugar karena mulai lapuk. Namun, bentuk atau

seni bangunannya tetap dipertahankan seperti sedia kala.

Hal itu dimaksudkan agar pengaruh dan perkembangan

Gambar 12.13

Menara Masjid Kudus

Tampak dalam gambar bahwa Arsitek Men-

ara Masjid Kudus masih diwarnai oleh arsi-

tek Jawa dan Hindu. Hal itu dapat dipahami

karena pembangunan Menara Kudus tidak

mungkin meninggalkan adat kebiasaan yang

telah lama berkembang dalam masyarakat.

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

262

kebudayaan Islam dapat diketahui prosesnya secara

objektif.

Ada beberapa ciri yang menarik untuk dicermati dari

bangunan masjid, seperti:

a. Masjid memiliki denah bujur sangakar.

b. Pada sisi Barat terdapat bangunan yang menjorok

sebagai ’mihrab’.

c. Pada bagian depan masjid, terdapat serambi.

d. Masjid-masjid yang besar, di samping memiliki serambi

depan juga memiliki serambi samping (pada sisi kanan

dan kiri masjid).

e. Sebagian besar masjid beratap tumpang, semakin ke atas

semakin kecil dan bagian teratas biasanya berbentuk

limas.

f. Di dalam masjid terdapat barisan yang mengelilingi

empat tiang induk.

g. Di bagian depan kiri atau kanan terdapat menara sebagai

tempat untuk menyerukan panggilan sholat (adzan).

h. Masjid biasanya terletak di tengah-tengah kota atau

dekat dengan istana.

i. Di depan masjid biasanya terdapat alun-alun.

Makam

Makam merupakan tempat di mana seseorang yang telah

meninggal dunia dikebumik

an. Menurut ajaran Islam,

sebelum dikebumikan diadakan upcara jenazah. Pada hari

yang ke 100, makan boleh dibangun secara permanen yang

terdiri dari kijing (jirat), batu nisan, dan cungkup, terutama

bagi keluarga raja dan kaum bangsawan. Sedangkan makam

bagi warga masyarakat biasa, umumnya tidak selengkap

Keunikan bangunan masjid:

™

Menara pada atap masjid. Menara Kudus menyerupai candi yang

diberi atap tumpang dan Menara Masjid Banten yang menyerupai

mercusuar di Eropa.

™

Atap masjid umumnya berbentuk limas di atap tumpang. Sedangkan

atap masjid modern berbentuk kubah. Mengapa demikian?

™

Masjid merupakan pusat penyebaran agama Islam, pendidikan,

dan penggemblengan mental seseorang.

™

Masjid akan selalu mengingatkan umat Islam akan kebesaran

kekuasaan Allah swt.

™

Seni bangunan atau arsitek masjid menggambarkan per-campuran

budaya Islam dan budaya pra Islam.

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

263

makam bagi keluarga raja dan kaum bangsawan. Bagi warga

biasa yang paling penting adalah batu nisan.

a. Kijing atau jirat adalah bangunan berbentuk empat

persegi panjang yang terbuat dari batu atau tembok

yang membujur ke arah Utara – Selatan.

b. Batu nisan adalah tonggak pendek yang terbuat dari

batu (atau sekarang ada terbuat dari kayu atau beton)

yang ditanam di atas kundukan tanah sebagai tanda

kubur dan biasanya ditanam di ujung Utara dan Selatan

dari kijing.

c. Cungkup adalah bangunan kecil seperti rumah yang

berfungsi untuk menutup kijing.

Contoh makam kuno yang bercorak Islam adalah

makan Fatimah binti Maimun dan makan Maulana Malik

Ibrahim di Gresik, makam Sultan Malik As-Saleh di Pasai,

makam Raden Patah di Demak, makam Sunan Gunung Jati

di Cirebon, dan sebagainya. Sedangkan para raja biasanya

dimakamkan di daerah perbukitan seperti kompleks makam

Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Muria, kompleks makam

raja-raja Mataram di Imogiri, kompleks raja-raja Cirebon di

Gunung Sembung, dan sebagainya.

Kraton

Pada dasarnya, kraton adalah tempat untuk

melaksanakan berbagai kegiatan penting yang berkaitan

urusan administrasi kerajaan. Kraton juga berfungsi sebagai

tempat tinggal raja atau sultan beserta keluarganya. Kraton

merupakan lambang pusat pemerintahan. Beberapa kraton

yang bercorak Islam adalah Kraton Kesultanan Aceh, Kraton

Demak, Kraton Kasepuhan dan Kanoman di Cirebon,

Kraton Banten, Kraton Yogyakarta, Kraton Surakarta, dan

lain sebagainya.

Bangunan kraton biasanya dilengkapi dengan pintu

gerbang (gapura), pagar tembok, dan parit. Contoh kraton

dengan ciri-ciri seperti itu adalah Kraton Samudera Pasai,

Kraton Banten, Kraton Corebon, Kraton Sombaopu di

Gambar 12.14

Makam Maulana Malik

Ibrahim

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

264

Sulawesi Selatan. Bangunan keraton biasanya terbagi

menjadi tiga bagian, yaitu: (1) bagian belakang merupakan

tempat yang paling sakral dan tidak setiap dapat masuk ke

sana, (2) bagian tengah merupakan balairung sebagai tempat

pertemuan para pembesar kerajaan, dan (3) bagian depan

yang berupa alun-alun. Di alun-alun biasanya ditanam

pohon beringin sebagai lambang pengayoman raja atau

sultan kepada rakyatnya.

Kaligra

fi

Kaligra

fi

merupakan seni melukis yang sangat indah.

Kaligra

fi

adalah seni menulis dengan huruf Arab yang

dipahatkan pada batu, kayu, atau kertas. Seni kaligra

fi

memiliki pola yang beragam, seperti pola daun-daunan,

bunga-bungaan, perbukitan, pemandangan, atau sekedar

garis-garis geometris.

Seni kaligra

fi

mulai berkembang pada abad XVI. Pada

awalnya, seni kaligra

fi

dimanfaatkan untuk memperindah

bangunan masjid, meski masih terbatas pada bagian

mimbar. Hal itu dapat dilihat pada Masjid Mantingan

di Jepara. Dalam perkembangannya, seni kaligra

fi

telah

dimanfaatkan secara luas karena keindahannya.

Gambar 12.16

Hiasan di Masjid Mantingan, Jepara Jawa Tengah

Gambar 12.15

Keraton Yogyakarta

sebagai Lambang

Kekuasaan

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

265

Sedangkan bukti-bukti lain tentang seni kaligra

fi

dapat

dilihat pada beberapa makam kuno. Kaligra

fi

biasanya

dipahatkan atau dilukiskan pada batu nisan, kijing, atau

cungkup.

2. Seni Sastra

Peninggalan Islam di bidang seni sastra sangat kaya dan

beragam. Secara garis besar, peninggalan itu dapat dikelompok

menjadi empat jenis, yaitu hikayat, syair, babad, dan suluk.

™

Hikayat adalah karya sastra yang berisi ceritera tentang

kehidupan manusia. Pada dasarnya, hikayat mengandung

nilai untuk membangkitkan semangat hidup manusia,

meskipun ada beberapa hikayat yang menceriterakan

tentang kesedihan. Misalnya, Hikayat Hang Tuah, Hikayat

Amir Hamzah.

™

Babad adalah karya sastra yang berisi ceritera berlatar

belakang sejarh. Babad merupakan ceritera semata karena

kurang didukung dengan bukti-bukti atau fakta-fakta

seperti halnya sejarah. Misalnya, Babad Tanah Jawi, Babad

Kadhiri, Babad Caruban, Babad Giyanti.

™

Syair adalah puisi lama, di mana tiap-tiap bait terdiri

dari empat baris dan diakhiri dengan bunyi yang sama.

Misalnya, Syair Abdul Muluk, Gurimdam Dua Belas.

™

Suluk adalah kitab-kitab yang menceriterakan tentang

tasawuf. Suluk merupakan kitab peninggalan Islam yang

tertua di Nusantara. Misalnya, Suluk Malang Sumirang,

Suluk Sukarsa, Suluk Wujil.

3. Tradisi dan Upacara

Kebudayaan Islam yang masuk ke Indonesia mengalami

akulturasi dengan kebudayaan pra Islam. Masyarakat muslim

masih melaksanakan tradisi animisme, dinamisme, Hindu,

maupun Budha. Misalnya, tradisi selamatan untuk mendoakan

orang yang telah meninggal masih diselenggarakan umat

Islam, baik pada ke 1-7, ke 40, ke 100, dan ke 1000. Demikian

juga tradisi ziarah ke makam dengan cara membersihkan

kubur, menaburkan bunga, dan menyiramkan air ke makam

para sanak keluarga.

Upacara-upacara keagamaan yang sampai saat ini masih

terus dilaksanakan adalah peringatan Maulid Nabi, peringatan

Isra dan Mi’raj, Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha.

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

266

Upacara Grebeg Maulid di beberapa daerah biasanya disertai

dengan membersihkan benda-benda keramat seperti keris,

tombak, atau benda lainnya. Di Yogyakarta, peringatan

Maulid dimeriahkan dengan gamelan Sekaten dan berbagai

pertunjukkan yang diselenggarakan di alun-alun. Peringatan

wafatnya Hasan dan Husein juga diperingati oleh pengikut

Syi’ah. Setiap tanggal 10 Muharam, masyarakat membuat

bubur putih-cokelat.

Berbagai upacara yang berkaitan dengan siklus kehidupan

seperti melahirkan, pengislaman (bagi laki-laki), perkawinan,

kematian terus dilaksanakan dengan berbagai penyesuaian.

Misalnya, akad nikah dilak-sanakan di masjid untuk memenuhi

syari’at Islam. Sedangkan resepsi pernikahan dilaksanakan

menurut adat setempat. Pendek kata, masih banyak tradisi pra

Islam yang masih dipertahankan dalam kehidupan masyarakat

Islam di Indonesia.

Tugas 12.3

Sebutkan 5 masjid yang termasuk peninggalan sejarah Islam di

Indonesia dan 5 masjid di kota-kota besar di Indonesia beserta

nama seni bangunan masjid-masjid tersebut!

Islam

merupakan salah satu agama wahyu yang diturunkan oleh

Allah swt melalui Nabi Muhammad saw sebagai agama pencerahan

dan pembaruan.

Perkembangan Islam sangat besar ke seluruh jazurah Arab, bahkan

sampai ke Afrika, Eropa, India, Cina, dan Kepulauan Indonesia.

Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Oleh karena

itu, para pedagang memiliki peranan yang besar dalam penyebaran

Islam di Indonesia.

Sedangkan penyebaran Islam ke daerah pedalaman Indonesia

dilakukan oleh para wali, ulama, dan santri. Di samping itu, peranan

para raja dalam mengembangkan ajaran Islam sangat besar, terutama

melalui pendirian kerajaan-kerajaan Islam.

Berbagai peninggalan Islam di Indonesia yang dapat ditemukan

sampai sekarang, di antaranya: masjid, menara, makam, kaligra

fi

, seni

bangunan, dan sebagainya.

Rangkuman

Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia

267

Refleksi

Setelah mempelajari Bab ini, apakah kalian sudah memiliki

kemampuan untuk menjelaskan berbagai persoalan yang berkaitan

dengan perkembangan agama Islam di Indonesia? Mengapa

penyebaran Islam di Indonesia dapat dilakukan secara damai? Apa

kelemahan umat Islam Indonesia? Apabila belum, apa yang harus

kalian lakukan?

Latihan

A. Pilihlah salah satu jawaban yang kamu anggap paling tepat

1. Yang membawa masuk ajaran Islam ke Indonesia adalah;

a. Para pedagang

b. Para ulama dari Gujarat

c. Para Wali (Wali Songo)

d. Para Santri yang belajar agama Islam di Persia

2. Bandar-bandar pelabuhan di seluruh Nusantara memiliki peranan

yang penting dalam penyebaran agama Islam di Indonesia, karena:

a. Bandar pelabuhan merupakan penghubung antar pulau

b. Bandar pelabuah nmerupakan tempat bertemunya saudagar

muslim

c. Bandar pelabuhan merupakan tempat untuk menurunkan dan

memuat barang dagangan

d. Bandar pelabuhan merupakan pintu masuk ajaran Islam di

Indonesia

3. Wali tertua dari Wali Songo adalah:

a. Sunan Bonang

b. Sunan Drajat

c. Maulana Malik Ibrahim

d. Fatahillah

4. Kerajaan Islam tertua di Indonesia adalah:

a. Malaka

b. Aceh

c. Samudera Pasai

d. Perlak

5. Masjid Demak dibangun oleh:

a. R. Patah

b. Adipati Unus

c. Sultan Trenggono

d. Pangeran Sabrang Lor

6. Yang dikenal sebagai Pangeran Sabrang Lor adalah:

a. R. Patah

b. Adipati Unus

c. Sultan Trenggono

d. Fatahillah

Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

268

7. Setelah berhasil mengalahkan Arya Pangiri, maka yang berhak atas

Kerjaan Pajang adalah:

a. Sultan Hadiwiajaya

b. Sutawijaya

c. Pangeran Banowo

d. Arya Penangsang

8. Kerjaaan Islam di Sulawesi Selatan yang didirikan oleh suku Makassar

adalah:

a. Bone

b. Sppeng

c. Gowa

d. Bugis

9. Malaka jatuh ke tangan bangsa Portugis pada tahun:

a. 1509

b. 1511

c. 1512

d. 1515

10. Peninggalan Islam terbesar dalam bidang ilmu pengetahuan adalah:

a. Ilmu Perbintangan

b. Arsitek

c. Seni Sastra

d. Aljabar

B. Isilah titik-titik dengan jawaban kamu

1. Islam masuk ke Indonesia melalui jalur ................................................

....... .......

2. Penyebar agama Islam di pulau Jawa dikenal dengan sebutan ...........

..............

3. Fatahillah atau Falatehan lebih dikenal dengan sebutan .....................

...............

4. Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama Kalifatullah

adalah gelar dari .................................................................................

....................................

5. Untuk mengenang keberhasilan Fatahillah menguasai Sunda Kelapa,

maka nama Sunda Kelapa diubah menjadi ..........................................

................... .............

C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut secara singkat

1. Sebutkan 3 (tiga) alasan masyarakat Indonesia dapat menerima

ajaran Islam!

2. Sebutkan nama-nama Wali Songo dan daerah penyebarannya!

3. Jatuhnya Malaka ke tangan bangsa Portugis sangat menguntungkan

Kerajaan Demak. Mengapa?

4. Pengangkatan Sutawijaya sebagai adipati Mataram menimbulkan

berbagai kon

fl

ik di daerah. Mengapa?

5. Apakah alasan Pangeran Banowo menyerahkan kekuasaannya

kepada Sutawijaya?