Halaman
Bab VII~ Kemanusiaan
159
KEMANUSIAAN
Anda akan berlatih membaca cepat, menentukan unsur-unsur dalam naskah drama,
menjelaskan unsur-unsur prosa naratif, mengomentari unsur-unsur dalam drama, menyusun
makalah, dan menganlisis wacana.
KEMANUSIAAN
Membaca
Membaca cepat
Membaca drama
Menilai unsur
dalam drama
Kebahasaan
Menganalisis
wacana tulis
dan lisan
Menulis
Menyusun makalah
Berbicara
Menjelaskan unsur
prosa naratif
Indonesia
terjemahan.
Mengomentari
unsur drama
lokal
VII
Tujuan Pembelajaran
Peta Konsep
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
160
Anak didik tercinta, tentunya Anda sering mengadakan diskusi atau mengikuti
seminar. Dalam acara tersebut pasti diberikan makalah sebagai bahan pembicaraan.
Nah, pernahkah Anda membuatnya? Bila belum pernah, nanti Anda akan diajak
berlatih menyusun makalah.
Selanjutnya dengan membaca, pengetahuan dan wawasan Anda akan semakin
luas dan bertambah, lalu bagimanakah cara membaca yang efektif bila Anda memiliki
waktu sempit? Membaca cepat adalah solusinya dan akan Anda pelajari. Membaca
drama dan menganalisis unsurnya pun akan Anda pelajari. Selain itu, ada baiknya
bila Anda juga memelajari prosa (cerpen) dan mengomentari unsur dalam drama.
Hal ini akan menambah keterampilan Anda berbicara.
Pada pembelajaran terakhir, Anda akan diajak mengenal berbagai jenis
wacana, baik lisan maupun tertulis agar Anda dapat menerapkannya dengan baik.
A. Menulis Makalah
Pernahkah Anda mengikuti diskusi/seminar? Anda pasti akan mendapatkan
sebuah pembahasan yang akan dibahas dalam diskusi/seminar dalam bentuk tulisan.
Berikut pembahasan tentang tulisan yang disebut dengan makalah.
1.
Makalah dapat diartikan sebagai tulisan tentang sesuatu pokok permasalahan
yang dibacakan di depan umum dan sering juga disusun untuk diterbitkan.
2.
Makalah juga dapat diartikan sebagai tugas pelajaran selama pendidikan di
sekolah.
3.
Struktur makalah terdiri dari pendahuluan, pembahasan, dan penutup.
Berikut ini disajikan contoh makalah. Baca dan pahami dengan baik!
Fungsi dan Peranan Bahasa
dalam Berkomunikasi
Oleh: Agus Haryanto
A. Pendahuluan
Kebutuhan manusia pertama yang mendasar adalah berekspresi diri.
Dalam situasi tertentu, kebutuhan berkomunikasi dapat ditangguhkan, tetapi
kebutuhan untuk berekspresi tidak dapat ditangguhkan. Contoh ekspresi adalah
bila seseorang sedang berjalan sendirian di tepi sebuah sungai , tiba-tiba ia
berseru,”Oh, hidup ini seperti sungai; harus ada sumbernya!” baru kemudian
ia menulis sebaris puisi. Ide yang muncul langsung dapat diekspresikan dalam
bentuk karya. Dengan dasar inilah maka pembahasan fungsi bahasa akan
dimulai dari pengekspresian diri.
B. Pembahasan
Ekspresi diri merupakan prasyarat dan landasan komunikasi antar sesama.
Pengertian komunikasi dapat dipeluas: komunikasi dengan diri sendiri, dengan
alam, dengan Tuhan. Segala bentuk komunikasi itu dapat berlangsung hanya
apabila manusia dapat berekspresi diri.
Bab VII~ Kemanusiaan
161
Latihan
Pentingnya komunikasi memang harus ditekankan terlebih dahulu
karena dengan komunikasi dapat mencapai kemajuan dan prestasi hidup.
Namun, sebelum berkomunikasi dengan orang lain, segalanya harus
dipertimbangkan terlebih dahulu. Komunikasi dengan orang lain akan
berjalan dengan baik bila tujuannya jelas, dirumuskan secara ringkas dan
tepat cermat. Adapun peranan bahasa secara eksplisit yaitu orang dapat
melakukan pengamatan, merumuskan gagasan, menyusun rencana,
melaksanakan renacana itu dan menilai hasil-hasil yang dicapai selanjutnya
dapat merumuskan kembali gagasan baru.
Menurut Slamet Imam Santosa, dalam rangka kehidupan manusia,
fungsi bahasa yang paling mendasar adalah menjelmakan pemikiran ke
dalam dunia kehidupan dan penjelman tersebut menjadi landasan untuk
suatu perbuatan. Ditambahkan pula oleh Keraf dalam Komposisi yang
mengatakan bahwa peranan bahasa sebagai alat untuk berekspresi, alat
berkomunikasi, alat untuk mengadakan integrasi dan alat untuk
mengadakan kontrol sosial.
C. Penutup
Jadi, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa
yang utama adalah sebagai alat berekspresi yang kemudian berkembang
ke arah komunikasi yang lain. Yang jelas, komunikasi merupakan hal
esensial bagi individu maupun kelompok dan menjadikan setiap usaha dan
kerja menjadi tertata bila tepat penempatannya.
Daftar Pustaka
Keraf, Gorys. 1980.
Komposisi
Cetakan ke-IV. Ende: Nusa Indah.
Poerwadarminta, W.J.S. 1967.
Karang – Mengarang
. Yogyakarta:
UP Indonesia.
Imam Santosa, Slamet. “Fungsi Bahasa, Matematika, dan Logika
untuk Ketahanan Indoonesia dalam abad ke-20 di Jalan Raya Bangsa-
Bangsa” dalam
kumpulan Kertas Kerja Seminar Perbukuan
.
IKAPI&KADIN Jabar.
Setelah Anda membaca dan memahami makalah yang disajikan, jawablah
pertanyaan berikut ini!
1.
Apa yang menjadi kebutuhan mendasar manusia?
2.
Dalam situasi seperti apa, komunikasi dapat ditangguhkan?
3.
Ilustrasikan penggunaan bahasa sebagai alat ekspresi!
4.
Apa peranan bahasa secara eksplisit?
5.
Jelaskan pendapat Gorys Keraf tentang fungsi dan peranan bahasa!
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
162
1. Menentukan Teknik Penulisan Makalah
Penulisan makalah sama dengan menulis karya-karya ilmiah lainnya,
karena makalah secara garis besar sama dengan karya-karya ilmiah yang lain.
Perhatikanlah teknik penulisannya:
a.
Tentukanlah pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang permasalahan, tujuan, objek, dan
sebagainya. Secara garis besar isi makalah terdapat pada pendahuluan.
b.
Bahaslah dalam sebuah pembahasan
Pembahasan berisi ulasan masalah yang dikemukakan, bisa dengan teknik
penulisan secara induksi maupun deduksi.
Bab ini semua bukti-bukti pendukung, argumen, dan data-data yang
memperkuat ulasan harus disertakan dan diuraikan secara rinci.
c.
Akhir dengan sebuah penutup
Pada bab ini berisi simpulan dan saran.
Ssimpulan berisi hasil dari pembicaraann/ulasan dari pendahuluan sampai
pembahasan. Sedangkan saran berisi sesuatu yang mungkin menjadi
kontribusi positif (Ide yang bersifat konstruktif) bagi makalah tersebut.
2. Mengemukakan Gagasan dalam Makalah Sederhana dengan
Mengikuti Aturan yang Benar
Dalam setiap menulis, Anda harus mengemukakan ide/gagasan. Demikian
pula dengan makalah.
Ide biasanya dituangkan ke dalam tulisan berupa kalimat utama dan kalimat
penjelas. Sebagai latihan untuk mengemukakan gagasan, pada sebuah makalah
sebelumnya perhatikan format berikut agar gagasan yang dikemukakan mengikuti
aturan yang benar.
(judul)
I.
Pendahuluan
1.1 ....... .......
.....................
1.2 .............
.......................
1.3 .........
...........................
II.
Pembahasan
2.1 ..............
......................
2.2 .............
.......................
2.3 ..............
......................
2.3.1 ......
....................
2.3.2 .....
.....................
III.
Penutup
.................
........................ ...
Bab VII~ Kemanusiaan
163
Tugas Mandiri
Untuk menguji kemampuan Anda dalam menulis makalah, bergabunglah dengan
teman sebangku untuk menyusun makalah yang bertemakan kesehatan! Mintalah
bimbingan guru Anda bila mengalami kesulitan. Kumpulkanlah dalam bentuk
tulisan tangan dan menggunakan kertas folio untuk mendapatkan penilaia!
B. Membaca Cepat
1. Membaca Teks
Membaca adalah salah satu kegiatan yang menumbuhkan rasa
keingintahuan terhadap sesuatu yang dibaca. Sebagai siswa, tentunya Anda sering
dihadapkan kepada kegiatan membaca. Dengan membaca, maka informasi Anda
akan bertambah dan wawasan pengetahuan semakin bertambah.
Untuk menambah wawasan Anda kembali, berikut disajikan sebuah teks,
bacalah dengan baik dan pahami isinya!
Mata Indah, Adakah Kau Lelah?
Mata lelah, tegang atau pegal adalah gangguan yang dialami mata karena
otot-ototnya dipaksa bekerja keras, terutama saat harus melihat objek dekat
dalam jangka waktu lama. Dengan rasa tak nyaman di mata atau mata terasa
sakit, otomatis akan mempengaruhi pandangan yang bisa menjadi samar.
Terganggunya kemampuan untuk memfokuskan, bisa menjadikan si empunya
mata akan sakit kepala ringan sampai cukup serius.
Hal yang terkadang terlupakan hingga menyebabkan mata menjadi lelah
adalah masalah pencahayaan atau peletakan cahaya. Cahaya yang terlalu
terang akan membuat mata silau dan penglihatan terganggu, begitu juga jika
terlalu redup.
Selain itu, masalah alergi atau mata kering dan ketidakseimbangan otot
mata akan mengakibatkan mata harus bekerja ekstra keras untuk dapat
menangkap objek. Mata lelah, menurut Daud dapat disebabkan karena mata
terus-menerus terfokus pada satu pandangan dengan jarak yang sangat dekat,
misalnya bekerja lama di depan komputer. Untuk pandangan yang tidak
berubah-ubah saat memandang objek, lensa mata bisa berubah-ubah
bentuknya. Apalagi kalau melihat dari jarak dekat, lensa akan mencembung.
Di situlah otot-otot mata akan bekerja keras. Tak heran jika lama-kelamaan
kondisi mata menjadi pegal dan lelah.
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
164
Gambar 7.1
Posisi tubuh yang benar saat mengoperasikan komputer
Mata adalah organ tubuh yang paling peka. Kesalahan dalam
memperlakukannya akan berakibat fatal. Untuk itu, mulailah memperlakukan
mata secara seksama dan hati-hati. Perlu diketahui, mata memiliki keterbatasan
adaptasi dan sangat peka terhadap pengaruh lingkungan sekitar. Pada kasus
mata lelah, misalnya, salah satunya disebabkan oleh posisi tubuh yang salah
saat berhadapan dengan sebuah objek. Oleh karena itu, para ahli mematok
bahwa paling tidak jarak antara monitor dan mata selitar 50-70 cm. Memang,
biasanya tubuh akan menyesuaikan berapa jarak yang dibutuhkan agar mata
dapat melihat dengan nyaman. Sementara untuk membaca buku tulisan, Daud
menyarankan sebaiknya berjarak 30-40 cm dari objek baca. Jika mata Anda
berpotensi miopi, hindarilah hal-hal menyebabkan mata lelah. Jika dibiarkan,
akibatnya “minus” di mata akan bertambah.
Pilihlah makanan-makanan yang penuh dengan vitamin A, C, B1 atau
B6. Vitamin tersebut sangat membantu untuk bola mata, otot, dan syaraf mata.
Cara yang paling umum untuk mengatasi mata lelah adalah meneteskan
obat tetes mata. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara memfokuskan
pandangan pada objek yang cukup jauh selama beberapa detik saja atau selama
20-30 menit untuk melepaskan diri dari objek tatapan. Llalu meregangkan
punggung, leher serta melihat ke sekeliling. Tindakan-tindakan ini akan banyak
bermanfaat untuk mencegah ancaman kesehatan mata.
“Tidak sulit untuk sejenak melepaskan pandangan mata pada fokus yang
jauh, pada saat itu otot-otot mata akan beristirahat.”
Cara tradisional juga bisa dilakukan, misalnya mengompres mata dengan
mentimun selama 15 menit. Atau dengan es batu yang dioleskan ke sekeliling
mata untuk menyegarkan darah di sekitar mata. Selain itu, juga bisa melakukan
pijatan lembut pada sekitar mata. Terakhir, lakukan senam mata dengan melirik
ke bagian arah yang berbeda selama beberapa saat.
( Paras, 2005: 44 dengan pengubahan seperlunya)
www.bufalo.edu.com
Bab VII~ Kemanusiaan
165
Latihan
Setelah Anda membaca dan mencermati teks di atas, lengkapilah kalimat rumpang
berikut ini!
1.
Pengertian mata lelah adalah .............................................................. .
2.
Penyebab mata lelah ialah .................................................................. .
3.
Menurut Daud, faktor penyebab mata lelah adalah ............................... .
4. Jarak yang dianjurkan antara monitor dengan mata ialah
.......................................................................................................... .
5.
Membaca buku atau tulisan sebaiknya berjarak .................................... .
6.
Minus di mata akan bertambah, jika mata memiliki bakat ...................... .
7.
Makanan yang sangat dianjurkan untuk kesehatan mata ialah yang
bervitamin.................., ................, ......................, dan ...................... .
8.
Cara paling umum mengatasi mata lelah adalah .................................. .
9.
Untuk melepaskan mata dari objek bisa menggunakan waktu selama
........................................................................................................ .
10. Cara tradisional untuk mengatasi mata lelah adalah .............................
dan ....................................................................................................
.
2. Menemukan Ide Pokok dengan Membaca Cepat
Pembelajaran kali ini adalah membaca cepat dengan kecepatan 300 - 350
kata per menit. Dengan kecepatan tersebut, Anda harus dapat menemukan ide
pokok yang terdapat dalam bacaan. Untuk mengetahui tingkat pemahamanmu
terhadap bacaan, Anda dapat menjawab pertanyaan dan menjawab minimal 75
persen pertanyaan.
Melatih kebiasaan membaca sesungguhnya harus dilatih secara terus-
menerus, salah satunya dengan memberikan bacaan yang menarik dan
memperhatikan hal-hal, seperti:
a.
membaca dengan tidak bersuara (vokalisasi)
b.
tidak membaca dengan mengeja kata-kata meskipun tidak bersuara
(subvokalisasi)
c.
lebih berkonsentrasi
d.
tidak mengulangi kata atau kalimat yang telah dibaca
e.
tidak perlu menggerakkan anggota badan terutama kepala
Kecepatan membaca (km) merupakan kecepatan mata menangkap
lambang-lambang bahasa yang berupa kata. Oleh karena itu, kecepatan membaca
hanya memperhitungkan jumlah kata yang dibaca dan waktu yang dibutuhkan.
Sedangkan satuan untuk kecepatan membaca adalah
kpm
(kata per menit).
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
166
Perhatikanlah cara menghitung kecepatan membaca!
Jumlah kata yang dibaca
×60=....kpm
Waktu baca (dalam satuan detik)
Perhatikanlah penerapan rumus tersebut ke dalam contoh!
Doni membaca teks yang berjumlah 5000 kata dalam waktu 10 menit (600/
detik).
Kecepatan membaca Doni adalah ................... .
5000
×60= 500 kpm
600
Kecepatan membaca secara efektif atau kecepatan efektif membaca
sering disebut Kecepatan Efektif (KE). Merupakan perpaduan antara kecepatan
visual (mata) dan interpretasi otak (pemahaman). Rumus untuk menghitung
keceptan efektif membaca adalah:
Jumlah kata yang dibaca
skor yang diperoleh
×60
=... . kpm
Waktu baca (dalam detik)
skor ideal
Perhatikanlah penerapan rumus tersebut pada soal!
Wati membaca teks yang berjumlah 1500 kata dalam tempo 5 menit (300 detik)
Ia dapat menjawab soal-soal yang disediakan sebanyak 15 soal dari jumlah soal
20 butir. Maka kecepatan efektif membaca (KEM) Wati adalah ........... .
1500
15
×60
=450 kpm
300
10
×
3. Menemukan Ide (Gagasan) Pokok dalam Teks
Gagasan atau ide pokok sebuah bacaan dapat diletakkan di mana saja
oleh penulis. Gagasan pokok merupakan pokok pikiran dalam paragraf yang
dituangkan ke dalam kalimat utama. Dalam sebuah bacaan, biasanya penulis
meletakkan kalimat utama di awal bacaan/paragraf, di akhir, di awal dan di akhir
paragraf.
Agar dapat menemukan ide/gagasan pokok sebuah paragraf, Anda perlu
memperhatikan hal-hal berikut:
a.
Membaca kalimat awal pada sebuah paragraf harus cermat dan teliti,
barangkali ide pokok terletak di awal paragraf. Kalimat-kalimat lain yang
tidak penting tidak perlu dibaca semua.
b.
Bila ide pokok sudah ditemukan di awal paragraf maka kalimat tersebut
Anda garis bawahi.
c.
Bila Anda belum menemukan ide pokok di awal paragraf, lanjutkan
pembacaan Anda sambil mencari kata kuncinya. Barangkali ide pokok
terletak di akhir paragraf. Kata kunci dapat berupa kata adalah, yaitu, ialah.
Dengan menemukan kata-kata kunci tersebut, secara otomatis Anda dapat
menemukan kalimat utama.
Bab VII~ Kemanusiaan
167
Tugas Mandiri
Misalkan:
..........................................................................................
Cakra adalah titik-titik pusat energi yang ada di sepanjang tubuh. Jika tiap
cakra telah jernih, energi dalam tubuh kita lancar.
(Paras, 2005: 42)
d.
Bila di awal paragraf, Anda telah menemukan ide pokoknya, jangan berhenti
sampai di situ, walaupun Anda tidak perlu membaca kalimat selanjutnya.
Perhatikanlah kalimat terakhir, apakah penulis memberi penegasan kembali
terhadap apa yang ditulis sebelumnya. Kalau ya, berarti paragraf tersebut
memiliki dua ide pokok, yaitu di awal dan di akhir paragraf.
Bacalah kembali teks yang disajikan di depan “Mata Indah, Adakah Kau Lelah?”
Gunakanlah teknik membaca cepat serta gunakanlah rumus kecepatan membaca
dan membaca efektif. Berlatihlah secara bergantian dengan teman semeja Anda.
Temukanlah ide pokoknya, catat hasilnya dan serahkan kepada guru Anda untuk
mendapatkan komentar.
Sebagai portofolio, carilah teks yang terdiri dari 300 - 350 kata. Berlatihlah
menemukan ide pokok dan gunakanlah rumus kecepatan membaca. Mintalah
penilaian kepada guru Anda.
C. Membaca Naskah Drama
Tentunya Anda sudah sering membaca naskah drama, namun ada baiknya
Anda membaca sekali lagi untuk mengetahui unsur-unsur yang membangun naskah
tersebut.
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
168
Bacalah dengan seksama naskah berikut dan pahami isinya!
BAPAK
Lakon satu babak
(B. Soelarto)
Para pelaku
: usia 51 tahun
Sulung
: usia 28 tahun
Bungsu
: usia 24 tahun
Perwira
: usia 26 tahun
Drama ini terjadi pada 19 Januari 1949, sebulan setelah tentara Kolonial
Belanda melancarkan aksi agresinya yang kedua dengan merebut ibu kota
Republik Indonesia, Yogyakarta.
Tentara kolonial telah pula siap-siap untuk melancarkan serangan kilat
hendak merebut sebuah kota strategis yang hanya dipertahankan oleh satu
batalyon Tentara Nasional Indonesia.
Di kota itulah Bapak dikagetkan kedatangan putra sulungnya yang
mendadak muncul setelah bertahun merantau tanpa kabar berita.
Si sulung telah kembali pulang dengan membawa sebuah usul yang amat
sangat mengagetkan si bapak.
Waktu itu seputar jam 10.00, si Bapak yang sudah lanjut usia, jalan hilir
mudik dengan membawa beban persoalan yang terus-menerus meronrong
pikirannya.
Bapak
: “Dia, putra sulungku. Si anak hilang telah kembali pulang. Dan
sebuah usul diajukan; segera mengungsi ke daerah pendudukan
yang serba amat tentram. Hmm, ya,ya, usulnya dapat
kumengerti. Karena ia terbiasa bertahun hidup di sana. Dalam
sangkar, jauh dari deru prahara. Bertahun mata hatinya
digelapbutakan oleh nina bobok, lelap-buai si penjajah. Bertahun
semangatnya dijinakkan oleh suap roti keju. Celaka, o, o, betapa
celaka nian.“
Si bungsu senyum mendatang.
Bungsu : “Ah, Bapak rupanya lagi ngomong seorang diri.”
Bapak
: “Ya, anakku, terkadang orang lebih suka ngomong pada dirinya
sendiri. Tapi, bukankah kau tadi bersama abangmu? “
Bungsu : “Ya. Sehari k
ami tamasya mengitari seluruh penjuru kota.
Sayang sekali, kami tidak berhasil menjumpai Mas ............ .”
Bapak
: “Tunanganmu?”
Bungsu : “Ah, dia sibuk dengan urusan kemiliteran melulu. Bahkan, ketika
kami mendatangi asramanya, dia tidak ada. Kata mereka, ia
sedang rapat dinas. He heh, seolah-olah seluruh hidupnya tersita
untuk urusan-urusan militer saja.”
Bab VII~ Kemanusiaan
169
Bapak
: “Kita sedang dalam keadaan darurat perang, Nak. Dan dalam
keadaan begini, bagi seorang prajurit kepentingan negara ada di
atas segalanya. Bukan saja seluruh waktunya, bahkan juga jiwa
raganya. Tapi, eh, mana abangmu sekarang?”
Bungsu : “Oo, rupanya dia begitu rindu pada bumi kelahirannya. Seluruh
penjuru kota dipotreti semua. Tapi, kurasa abang akan segera
tiba. Dan, sudahkah Bapak menjawab usul yang diajukannya
itu?”
Bapak
: “Itulah, itulah yang hendak kuputuskan ini, Nak.”
Bungsu : “Nah, itu dia!”
Si sulung datang dengan mencangklong pesawat potret, mengenakan kaca
mata hitam. Terus, duduk, melepas kaca mata dan meletakkan
pesawat potret di meja.
Sulung
: “Huhuh, kota tercintaku ini sudah berubah wajah. Dipenuhi baju
seragam menyandang senapan. Dipagari lingkaran kawat
berduri. Dan wajahnya kini menjadi garang berhiaskan laras-
laras senapan mesin. Tapi, di atas segalanya, kota tercintaku ini
masih tetap memperlihatkan kejelitaannya.”
Bapak
: “Begitulah, Nak, suasana kota yang sedang dicekam keadaan
darurat perang.”
Sulung
: “Ya, pertanda akan hilang keamanan, berganti huru- hara
keonaran.dan mumpung masih keburu waktu, bagaimana dengan
keputusan Bapak atas usulanku itu?”
Bapak
: “Menyesal sekali, Nak ............... .”
Sulung
: “Bapak menjawab dengan penolakan, bukan?”
Bapak
: “Ya.”
Bungsu : “Jawaban bapak sangat bijaksana.”
Sulung
: “Bijaksana! Ya, kau benar manisku. Setidak tidaknya demikianlah
anggapanmu, karena bukankah secara kebetulan tunanganmu
adalah seorang perwira TNI di sini. Tapi, maaf, bukan maksudku
menyindirmu, Adik sayang.”
Si bungsu pergi. Si sulung mengantar dengan senyum.
Bapak
: “Nak, pertimbangan bukanlah kartena masa depan adikmu
seorang. Juga bukan karena masa depan sisa usiaku.”
Sulung
: “Hmm, lalu? Barangkali karena rumah pusaka ini ya, Bapak?”
Bapak
: “Sesungguhnyalah, Nak, lebih karena itu.”
Sulung
: “Oo ya? Apa itu Bapak?”
Bapak
: “Kemerdekaan.”
Sulung
: “Kemerdekaan? Kemerdekan apa?”
Bapak
: “Bangsa dan bumi pusaka.”
Sulung
: “Bapak yang baik. Bertahan sudah aku hidup di daerah
pendudukan sana bersama beribu bangsa awak yang tercinta.
Dan aku, seperti juga mereka, tidak pernah merasa jadi budak-
belian atau pun tawanan perang. Ketahuilah, ya Bapak, di sana
kami hidup merdeka.”
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
170
Bapak
: “Bebaskah kau menuntut kemerdekaan?”
Sulung
: “Hoho, apa yang mesti dituntut! Kami di sana manusia-manusia
merdeka.”
Bapak
: “Bagaimana kemerdekaan menurut kau, Nak?”
Sulung
: “Hmm, di sana kami punya wali negara, bangsa awak. Di sana,
segala lapangan kerja terbuka lebar bagi bangsa awak. Di sana,
bagian terbesar tentara polisi, alat negara bangsa awak. Di atas,
segalanya, kami di sana hidup dalam damai. Rukun berdampingan
antara si putih dan bangsa awak.”
Bapak
: “Dan di atas segalanya pula, di sana si putih menjadi yang
dipertuan. Dan sebuah bendera asing jadi lambang kedaulatan,
lambang kuasa, penjajahan. Dapatkah itu kau artikan suatu
kemerdekaan?”
Sulung
: “Ah, Bapak berpikir secara politis, itu urusan politik!”
Bapak
: “Nak, kemerdekaan atau penjajahan selalu soal politik. Selalu
merupakan buah politik.”
Sulung
: “Baik, baik. Tapi ya, bapak. Kita bukan politis.”
Bapak
: “Nak, setiap patriot pada hakekatnya adalah seorang diplomat,
seorang negarawan. Dan, justru karena kesadaran dan
pengertian politiknya itulah, seorang patriot akan senantiasa
membangkang terhadap tiap politik penjajahan. Betapa pun
manis bentuk lahirnya. Renungkanlah itu, Nak. Dan marilah
kuambil contoh masa lalu. Bukankah dulu semasa kita masih
hidup dalam alam Hindia - Belanda.”
“Kita hidup dalam serba kecukupan sandang-pangan.
Kesejahteraan hidup keluarga dalam suasana aman tentram dan
masa pensiun yang enak, sudah dengan sendirinya berarti hidup
dalam kemerdekaan? Tidak, Anakku! Kemerdekaan tidak
ditentukan oleh semua itu. Kemerdekaan adalah soal harga diri
kebangsaan, soal kehormatan kebangsaan. Ia ditentukan oleh
kenyataan, apakah suatu bangsa menjadi yang dipertuan mutlak
atas bumi pusakanya sendiri atau tidak. Ya, Anakku,
renungkanlah kebenaran ucapanku ini. Renungkanlah.”
Sulung
: “Menyesal, ya, Bapak. Rupanya kita berbeda kutub dalam tafsir
makna ......... .”
Bapak
: “Namun, kau, Nak, kau wajib untuk merenungkannya. Sebab,
aku yakin kau akan mampu menemukan titik simpul kebenaran
ucapanku itu.”
Sulung
: “Baik, baik. Itu akan kurenungkan. Mungkin kelak aku akan
membenarkan tafsir Bapak. Tapi sekarang ini dan dalam waktu
mendatang yang singkat, aku belum bersedia untuk
mempertimbangkannya. Lagipula, kita sekarang diburu waktu.
Karenanya, kumohon Bapak berkenan sekali lagi
mempertimbangkan usulku. Setidak-tidaknya, demi kedamaian
hidup masa tua Bapak juga.
Bab VII~ Kemanusiaan
171
Bahkan, juga demi masa depan adikku satu-satunya. Tapi karena
dia lebih memberati masa nikahnya dengan seorang perwira
TNI, terpulanglah pada kehendaknya sendiri. Cuma, telah
kupesankan padanya, agar ia segera saja pindah ke pedalaman
yang masih jauh dari jangkauan peluru meriam. Karena kurasa
wajah kota tercintaku ini tak lama lagi akan hancur lebur ditimpa
kebinasaan perang.”
Bapak
: “Nak, apapun yang akan terjadi aku akan tetap berthan di sini.
Dan bila mereka melanda kota ini, insya Alloh aku pun akan
ikut angkat senjata. Bukan karena rumah dan tanah waris. Tapi,
karena kemerdekaan tanah pusaka. Ya, mungkin sekali
pembelaanku akan kurang berarti ... .”
Sulung
: “Ah, Bapak terpanggang oleh api sentimen patriotisme. Ya, ya
aku memang mengerti, lantaran dulu Bapak pernah jadi buron
pemerintah Hindia-Belanda. Bahkan, sampai-sampai
almarhumah bunda wafat dalam siksa kesepian dan kegelisahan
karena Bapak selalu keluar masuk penjara. Dan, kini rupanya
Bapak menimpakan segala dendam itu pada pemeritahan
kerajaan. Bapak, sebaiknya lupakan masa lalu. Lupakanlah
semua duka cerita itu.”
Bapak
: “Anakku sayang, kebencianku pada mereka. Dulu, sekarang,
dan besok, bukanlah karena dendam pribadi. Tidak!
Pembangkanganku dulu, sekarang dan besok bukanlah karena
sentimen, tapi karena keyakinan. Ya, keyakinan bahwa mereka
adalah penjajah. Keyakinan bahwa membangkang mereka
adalah suatu tindak mulia, tindak hak. Untuk, itu ku rela
menderita dan kornamkan segalnya., Nak. Aku bangga untuk
itu. Juga almarhumah bundamu, Nak. Karena ia tahu dan sadar
akan arti pengorbanannya. Tidak akan pernah tersia. Meski tak
akan ada bintang jasa dan tugu kenangan baginya ............ .”
Sulung
: “Lepas dari setuju atau tidak, aku kagumi Bapak dalam meneguhi
keyakinan. Ya, lepas dari setuju atau tidak, aku kagumi kesabaran
dan ketabahan almarhumah bunda. Untuk itulah, aku selalu
bangga kepada bapak dan almarhumah bunda. Juga pada adikku
seorang yang begitu tinggi kesadaran pengertiannya, begitu
agung cintanya pada kemerdekaan, meski tafsirnya adalah tafsir
yang bapak rumuskan. Dan, ya, kita mesti berbangga diri dalam
meneguhi cita dan keyaknan masing-masing. Tapi, ya Bapak,
usulku tak ada sangkut pautnya dengan masalah kebanggaan-
kebanggaan pribadi. Usulku, cuma untuk keselamatan pribadi!”
Bapak
: “Kau benar, usulmu memang tidak bersangkut-paut dengan
kebanggaan-kebanggaan pribadi. Tapi, usulmu itu langsung
menyentuh keyakinan-keyakinan pribadi. Dan menurut jalan
pikiran keyakinanku, usulmu itu wajib ditolak. Mutlak! Sebab
pengorbanan keyakinan, begitu nilai rasanya sungguh teramat
nista.
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
172
Tengoklah sejarah, lihatlah betapa para satria muslim syahid
dalam membela dan meneguhi keyakinannya ....”
Sulung
: “Ya, bila memang Bapak begitu teguh pada pendirian yang bapak
anut, apa boleh buat .................. .”
Bapak
: “Tapi, Nak, izinkan aku tanya, bagaimana sikapmu dalam
perjuangan pembangkangan kita melawan penjajah?”
Sulung
: “Sudah kunyatakan tadi, bahwa antara kita ada perbedaan kutub,
perbedaan dalam merumuskan tafsir makna. Kita menempuh
jalan yang beda. Bapak memilih jalan pembangkangan, aku
sebaliknya. Konsekuensi memang amat berat. Satu tragedi. Dan
menurut tanggapanku, tragedi yang terjadi dan bakal terjadi di
sini menjadi tanggung jawab kaum ekstrimis, dari pihak yang
sekeyakinan dengan Bapak.”
Bapak
: “Sayang sekali, Nak, kita tegak pada dua kutub yang
bertentangan secara asasi. Tapi adalah keliru bila kau
menimpakan kesalahan dan tanggung jawab segala duka cita
pada pihak kami, Nak. Kami cinta damai, tapi adalah pasti, lebih
memberati kemampuan kemerdekaan, maka pihak kami pun
membenarkan tindak pembangkangan bersenjata ............... .”
Sulung
: “Begitu pendapat Bapak? Memang Bapak ada hak penuh untuk
berpendapat demikian itu.”
Bapak
: “Nak, keyakinanmu salah. Sadarlah!”
Sulung
: “Salah bagi Bapak, benar bagiku. Dan, aku sadar benar akan
itu. Dan dengan penuh kesadaran pula, aku bersedia
menanggung segala resikonya.”
Si sulung cepat melangkah ke dalam.
Bapak
: “Ya, memang keyakinan tidak bisa dipaksakan. Tidak juga bagi
seorang bapak kepada anak kandung sendiri. Namun, bagaimana
pun jua, aku telah mengingatkannya.”
Dari dalam rumah terdengar suara-suara isyarat pesawat
pemancar isyarat. Bapak tersentak keheranan. Dan dengan
penuh curiga si bapak melangkah ke dalam.
Si bungsu muncul dengan mencangklong tas penuh berisi
bungkusan makanan dan sayur-mayur.
Bungsu : “Ee, ke mana semua ini .......... .”
Di luar orang kedengaran mengetuk-ngetuk pintu.
Bungsu : “Oo, Mas. Mari Mas silakan masuk.”
Perwira muncul beriring senyum bersambut senyum si bungsu.
Perwira : “Maafkan, aku tadi tidak sempat menemui ........... .”
Bungsu : “Lupakanlah. Yang penting Mas sekarang sudah berada di sini.”
Perwira : “Di mana abangmu, Dik? Tentulah ia amat jengkel padaku,
bukan? Kenapa sejak kedatangannya di sini, ia selalu tidak
berhasil dalam usahanya mengenalku. Ya, aku pun sangat ingin
mengenalnya. Dapatkah kini aku yang memperkenalkan diri?”
Bungsu : “Tentu, dan itu sudah kewajibanmu, Mas ........... .”
Bab VII~ Kemanusiaan
173
Mendadak dari dalam kedengaran suara tembakan pistol beberapa kali. Si
bungsu dan perwira tersentak kaget.
Bungsu : “Kau dengar, Mas?”
Perwira : “Tembakan pistol!”
Bungsu : “Dari dalam rumah ............. .”
Perwira : “Pasti ada sesuatu yang tidak beres di dalam sana. Adakah
Bapak memiliki senjata api itu, Dik?”
Bungsu : “Setahuku tidak.”
Perwira : “Abangmu, barangkali”
Si bapak mendadak muncul dengan pistol di tangan kanan dan
sebuah map tebal di tangan kiri. Mereka saling menatap dengan
heran , tegang. Si bapak meletakkan map di atas meja. Pistol
diletakkan di atas meja.
Bapak
: “Pistol ini milik putra sulungku.”
Bungsu : “Bapak, apa yang terjadi!”
Bapak
: “Aku ....... Aku telah menembak mati abangmu, anak kandungku
pribadi.”
Si bungsu menjerit.
Bungsu : “Tapi ........ tapi bagaimana mungkin bapak bertindak begitu
..........”.
Bapak
: “Bagaimana juga, aku telah melakukannya dengan kebenaran.”
Bungsu : “Apa ...... apa dosa abangku seorang!”
Si bapak tenang duduk, berusaha menguasai diri. Lalu menatap ke
perwira yang masih terpaku keheranan.
Bapak
: “Nak, lihatlah ada alat-alat apa saja di kamar dalam sana!”
Bungsu : “Bapak, jawablah tanyaku tadi, katakanlah apa dosa, apa salah
abang?”
Si bapak terdiam, si bungsu terisak pilu. Perwira cepat pergi ke
dalam. Sejenak sepi selain sedu sedan si bungsu. Kemudian
perwira juga muncul dengan wajah memucat, tangan kanan
mencangklong alat peneropong. Tangan kiri mengapit lipatan
peta militer dan pistol isyarat.
Bapak
: “Apa saja yang kau temukan di sana?”
Perwira : “Sebuah alat pemancar - isyarat radio. Dan yang kubawa ........”
Barang-barang diletakkan di atas meja.
Perwira : “Pistol isyarat. Peta militer yang secara terperinci
menggambarkan denah kota ini, lengkap dengan tempat-tempat
instalasi militer, kubu-kubu pertahanan kita di sini.”
Si bapak menoleh ke arah si bungsu yang masih tersedu.
Bapak
: “Kau dengar sendiri, Nak? Abangmu, seorang pengkhianat.”
Si bapak gemetar tubuhnya, dan suaranya menggemetarlah.
Bapak
: “Dia anak kandungku, pengkhianat!”
Mata si bapak terkaca basah, berulang-ulang menggumam kata-
kata “pengkhianat”. Dengan menahan amarah bercampur
kepedihan hati.
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
174
Si bapak mengeluarkan sebuah potret ukuran kartu pos dari dalam map
yang tadi dibawanya. Potret diperlihatkan kepada si bungsu dan perwira.
Bapak
: “Lihat-lihat! Dia dalam seragam tentara kolonial, dengan pangkat
letnan! Lengkap dengan bintang jasa khianatnya menghiasi
dada.”
Si bungsu menghentikan sedu isakannya. Cepat merebut potret. Kemudian
seolah potret itu pun terlepas sendiri jatuh ke lantai. Si bungsu menutupkan
kedua tangannya pada wajahnya beriring suara melengking parau.
Bungsu : “Aba
ng!”
Bapak
: “Tak perlu ia diratapi lagi, Nak.”
Si bungsu dengan mata terkaca basah mengangguk pelan sambil menahan
kerunyaman hatinya. Dan deraian air mata kepedihannya.
Si bapak mengambil map, diserahkannya kepada perwira yang masih
tertegun dengan wajah yang muram.
Bapak
: “Bawa! Di dalamnya, penuh dengan dokumen-dokumen rahasia
militer. Mungkin sekali juga, kunci sandi dinas-rahasia tentara
kolonial. Sebab dia ternyata seorang opsir dalam Dinas Rahasia
Tentara Kerajaan.”
Perwira menerima map.
Bapak
: “Nak, izinkan kubertanya. Apa yang akan kalian lakukan
terhadapnya sekiranya ia tertangkap kalian?”
Perwira : “Hukum tembak sampai mati.”
Bapak
: “Itu sudah terlaksana, dengan tanganku pribadi.”
Bungsu : “Tapi, mengapa bapa
k sendiri yang menghakimi?
Bapak
: “Karena dia anak kandungku pribadi. Karena aku cinta
padanya. Ya, karena cinta itulah, aku tidak rela meneruskan
langkah sesatnya, langkah khianatnya. Harus ya, wajib
dihentikan. Meskipun dengan jalan membunuhnya. Tapi dengan
kematiannya, aku telah menyelamatkan jiwanya dari sesatan
hanya sampai sekian. Dengan kematiannya, berakhir pula kerja
nistanya sebagai pengkhianat. Ya, sekali ini aku memaksakan
kehendakku pada anak kandungku sendiri .......................... .”
Si bapak menoleh ke arah perwira.
Bapak
: “Tolonglah Nak, bawa kemari jenazah almarhum.”
Perwira cepat melangkah ke dalam. Si bapak menghampiri si bungsu.
Bapak
: “Bagaimana pun juga, abangmu kini telah bebas dari
cengkeraman tindak khianat.”
Bungsu : “Oo, Bapak, b
etapa memelas kemalangan hidupnya. Betapa
memelas.
Bapak
: “Belas kasihanilah ia, sebagaimana kita menaruh belas kasihan
pada jiwa-jiwa malang.”
Perwira muncul dengan mengemban jenazah si sulung yang sudah
diselimuti kain. Si bapak memberi isyarat agar jenazah diletakkan di lantai.
Bab VII~ Kemanusiaan
175
Si bungsu masih dengan mata terkaca basah menghampiri jenazah
si sulung, dan dengan berlutut menyingkap selimut. Ditatapnya wajah jenazah
dengan berlinang. Lalu dengan gemetar, kain diselimutkan lagi menutupi
wajah jenazah. Sambil bangkit si bungsu menggumam lirih.
Bungsu : “Sesungguhnya manusia itu kepunyaan Tuhan Yang Maha Esa
dan kepada-Nya jualah akhirnya manusia kembali.”
Perwira mengeluarkan notes dari saku celananya.
Perwira : “Ini buku harian mendiang, yang tadi kutemukan dari sakunya,
dan inilah catatan yang terakhir ................. 18 Januari 1949.”
Semua laporan sudah diterima Markas Besar. Beres tinggal tanda
OK, besok pagi. Operasi badai bisa direncanakan menurut rencana X, 19
Januari, jam 12.00 .................................. .
Bapak
: “Sekarang tanggal 19 Januari!
Perwira : “Kekuatan kita cuma satu batalyon. Sekarang jam 11.35 ........”
Terdengar deru pesawat-pesawat terbang. Mereka semua tersentak.
Bapak
: “Mereka datang, cepatlah bertindak! Dam kau anakku, ikutlah
bersama bakal suamimu!”
Bungsu : “Bapak juga ............ .”
Bapak
: “Tidak! Aku tidak akan pergi. Aku akan tetap di sini. Mereka
pasti akan segera ke mari. Mereka akan menjumpai jenazah
abangmu. Dan, aku akan bikin perhitungan dengan mereka.
Pistol ini akan memadai untuk itu.”
Bungsu : “Tidak! Bapak
mesti ikut kami.”
Terdengar ledakan bom-bom menggemuruh, bersusul tembakan
meriam-meriam.
Bapak
: “Cepat pergilah! Cepat!”
Perwira yang telah mengambil barang-barang sitaan, cepat-
cepat menarik tangan si bungsu. Keduanya berlari keluar, tapi
behenti sejenak di ambang.
Perwira : “Selamat tinggal ya, Bapak.”
Bungsu : “Selamatlah, ya, Bapak.”
Bapak
: “Selamat berjuang. Berbahagialah. Lahirkanlah pahlawan-
pahlawan! Tuhan bersama kalian. Selamat berjuang.”
Perwira dan si bungsu menghilang pergi. Ledakan-ledakan,
tembakan-tembakan kian dekat menggemuruh. Bersusul tembakan gencar.
Si bapak dengan tenang menghampiri jenazah. Dibukanya kain yang
menutup bagian wajah jenazah. Sejenak ditatap dengan penuh keharuan.
Bapak
: “Damailah ruhmu di alam baka. Tuhan akan mengampuni siapa
saja yang dikehendaki-Nya. Karena, sesungguhnya Tuhan Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Wajah jenazah kembali ditutupkan. Lalu dengan tenang si bapak
menghampiri meja , mengambil pistol. Tenang membuka kunci pistol. Dan
dengan gerak tenang pula melangkah ke arah ambang dengan senjata.
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
176
Latihan
Bapak
: “Sekarang telah tiba saatnya bagiku untuk bikin perhitungan
dengan si biang keladi yang menimpakan duka cerita selama
berabad di tanah air. Sekarang telah tiba saatnya bagiku untuk
berikan pengorbananku yang terbesar bagimu, ya, kemerdekaan
bumi pusaka!”
(
Domba-Domba Revolusi
, 2007:127-144)
Setelah membaca naskah drama dan memahami makna yang terkndung di
dalamnya, diskusikanlah dengan teman sebangku mengenai pertanyaan berikut!
1.
Sebutkan tokoh-tokoh yang bermain dalam drama “Bapak”!
2.
Jelaskan karakter tokoh-tokoh tersebut!
3.
Ke manakah si sulung pergi selama ini?
4.
Usul apa yang diajukan si sulung kepada bapak?
5.
Penolakan seperti apa yang disampaikan bapak atas usul tersebut?
6.
Bagaimanakah tanggapan si sulung atas penolakan usulnya?
7.
Siapa yang menjadi calon suami si bungsu?
8.
Ketidakharmonisan si sulung dengan perwira disebabkan permasalahan
apa?
9.
Apa yang dilakukan Bapak setelah mengetahui kenyataan bahwa si sulung
sebagai pengkhianat?
10.
Sementara itu, di akhir cerita, apa yang terjadi dengan tanah kelahiran
mereka?
1. Pengertian Drama
Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan karya sastra jenis lain, yaitu unsur pementasan yang
mengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan umum.
Meskipun demikian, ada juga naskah drama yang sifatnya hanya untuk dibaca
atau sering disebut
closed drama
.
Berdasarkan ciri-cirinya, drama memiliki sifat penokohan yang mempunyai
peranan penting dalam mengungkap cerita di dalamnya. Oleh karena itu setiap
tokoh mempunyai sifat-sifat kritis sebagai penyampai amanat dari pengarangnya,
misalnya satire, humor, ambiguitas, sarkasme ataupun kritik-kritik sosial lainnya
yang tergambar melalui dialog-dialog antartokoh.
Bab VII~ Kemanusiaan
177
2. Menjelaskan Unsur-unsur dalam Drama
Unsur paling pokok dalam sebuah drama ada empat, yaitu lakon (naskah
drama atau t
ext play
), pemain (aktor atau aktris), tempat (gedung pertunjukan),
dan penonton. Unsur lakon memegang peranan penting karena pemain tanpa
lakon jelas tidak dapat membuat drama. Begitu pun tempat saja tanpa lakon
tidak akan menghasilkan drama. Tetapi, sebaliknya kalau hanya ada lakon saja,
maka kita masih bisa mengikuti drama-drama bacaan, misalnya “
closed drama.
”
Lakon drama disusun atas unsur-unsur yang sama dengan novel atau roman,
yaitu:
a.
Tema, merupakan pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran pokok
ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik.
b.
Amanat, adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada
pembaca naskah atau pendengar (dalam hal ini) dan juga penonton drama.
Artinya penonton dapat menyimpulkan pesan moral yang telah ia dengar,
baca atau saksikan.
c.
Plot. Lakon drama yang baik selalu mengandung konflik. Sebab, roh drama
adalah konflik. Drama memang selalu menggambarkan konflik atau
pertentangan.
Adanya pertentangan menimbulkan rangkaian peristiwa yang menjadi
sebab-akibat dan disebut alur/plot.
Secara rinci perkembangan plot drama ada 6 tahap, yaitu:
1)
Eksposisi, tahap ini disebut tahap perkenalan, karena penonton mulai
diperkenalkan dengan lakon drama.
2)
Konflik, tahap ini adalah tahap kejadian. Insiden inilah mulai plot drama
sebenarnya, karena insiden merupakan konflik yang menjadi dasar
sebuah drama
3)
Komplikasi, konflik-konflik yang semakin berkembang dan semakin
banyak, kait-mengkait dan masih menimbulkan tanda tanya.
4)
Krisis, tahap ini berbagai konflik mencapai puncaknya.
5)
Resolusi, Pada tahap ini dilakukan penyelesaian konflik.
6)
Keputusan, tahap terkhir ini semua konflik berakhir dan cerita sebentar
lagi selesai.
d.
Karakter atau perwatakan, yaitu keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh
dalam lakon drama.
e.
Dialog, meupakan perwujudan dari jalan cerita lakon drama. Dialog yang
dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang dimainkan.
f.
Setting, adalah tempat, rung, waktu, suasana terjadinya adegan. Karena
semua adegan dimainkan di panggung, panggung harus bisa menggambarkan
tempat adegan yang sedang terjadi.
g.
Bahasa, naskah drama diwujudkan dari bahan dasar bahasa dan penulis
drama sebenarnya menggunakan bahasa untuk menuangkan ide dramanya.
h.
Interpretasi, adalah penafsiran terhadap lakon drama yang dimainkan yang
biasanya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang diangkat ke
atas panggung oleh para seniman.
(
Terampil Bermain Drama
, 2007: 23-30)
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
178
Tugas Mandiri
Setelah Anda membaca naskah drama di atas, diskusikanlah dengan teman
semeja Anda untuk menentukan unsur-unsur pembangun naskah drama tersebut.
Tulislah hasil diskusi Anda dan serahkan kepada guru untuk mendapatkan
penilaian!
D.Prosa Naratif
Tahukah Anda apa yang dimaksud prosa naratif? Prosa naratif adalah
cerita yang berbentuk prosa (karangan), berupa cerpen, novel atau roman. Pada
kesempatan ini, Anda akan berlatih membahas cerpen/novel Indonesia dan
terjemahan.
Berikut ini ditampilkan cerpen. Bacalah dengan seksama dan pahami isinya!
KANG DASRIP
(Emha Ainun Nadjib)
Kang Dasrip kecewa dan agak bingung. Anaknya, Daroji yang belum
sembuh karena dikhitan kemarin, kini sudah mulai menagih. Sebelum hajat
khitanan ini, ia memang berjanji kepada anaknya akan membelikannya
radio merek Philip seperti kepunyaan Wak Haji Kholik. Tapi mana bisa,
perhitungannya ternyata meleset. Ia bukannya mendapat laba dari hajat
ini, malah rugi. Undangan-undangan itu ternyata banyak yang kurang ajar.
Cobalah pikir. Perhitungan Kang Dasrip sebenarnya sudah dibilang
matang. Ia keluarkan biaya sesedikit mungkin untuk hajatan khitanan
anaknya ini. Ia tidak bikin tarup di depan rumahnya karena akan
menghabiskan banyak batang bambu dan sesek, melainkan cukup membuka
gedeg bagian depan rumahnya. Dengan demikian, beranda dan ruang depan
rumahnya menjadi tersambung dan bisa dijadikan tempat upacara khitanan.
Ia tidak pakai acara macem-macem. Cukup panggil calak, tukang khitan,
dengan bayaran dua ribu rupiah. Kemudian, tak usah nanggap wayang
atau ketoprak, ludruk, lagu-lagu dangdut atau kasidahan, atau apa saja asal
ada kasetnya. Semua biayannya cukup tiga ribu rupiah untuk waktu sehari
semalam penuh.
Bab VII~ Kemanusiaan
179
Biaya yang tidak bisa dielakkan banyaknya ialah untuk suguhan,
makan minum dan jajan-jajan serta rokok. Yang diundang tak usah banyak-
banyak. Cukup kerabat-kerabat terdekat, tetapi terutama orang-orang yang
dulu pernah mengundangnya berhajat. Kang Dasrip punya catatan berapa
banyak ia memberi beras atau uang ketika ia pergi ke kondangan. Ia yakin
pasti memperoleh jumlah yang sama bahkan bisa lebih banyak.
Tetapi ternyata mereka banyak yang kurang ajar. Yang dulu ia
buwuhi Rp 200 sekarang cuma ngasih Rp 100. Bahkan ada yang lebih
parah lagi, datang tanpa membawa apa-apa. Kang Dasrip misuh-misuh.
Ia rugi ada kira-kira lima belas ribu. Gagallah ia membelikan radio buat
anaknya. Sedang si Daroji sudah merengek-rengek.
“Sudahlah, Kang. Tak usah bingung. Kita nunggu sewaan tebu sawah
kita saja untuk beli radio itu, “ kata istri Kang Dasrip.
“Kau kira berapa sewan untuk sawah kita?” Kang Dasrip malah
kelihatan semakin berang. Mereka seenaknya sendiri saja memberi harga
sewa kita untuk ditanami tebu. Ngomongnya saja tebu rakyat! Tapi nyatanya
malah maksa-maksa kita, dan tebunya juga punya pabrik! Punya
pemerintah.!”
Istrinya tidak berani membantah. Tapi Kang Dasrip sendiri toh hanya
bisa bingung.
“Biarlah aku nanti yang ngomongi Daroji,” kata istrinya lagi.
“Ngomongi apa! Dia anak kecil!”
“Ya disuruh sabar.”
Kang Dasrip tertawa kecut. “Sabar sampai kapan?”
“Kita kan bisa usaha.”
“Usaha apa!”
“Soal sewa tebu itu misalnya. Kau kan bisa minta Pak Lurah untuk
menaikkan harga sewanya.”
Tertawa Kang Dasrip mengeras. “Kau kira lurah kita itu pahlawa
ya! Dia itu takut sama atasannya. Atasannya itu ada main sama yang
ngurus tebu itu. Dan lagi lurah kita pasti juga dapat apa-apa. Dia sudah
punya sawah berhektar-hektar, pajak-pajak dari kita tak tahu larinya ke
mana, uang pembangunan desa sedikit sekali kita lihat hasilnya, tapi belum
pernah dia merasa puas, dia masih merasa kurang kaya ... !
“Jadi bagaimana?” istrinya nampak sedih.
“Ya! Bagaimana! Memang bagaimana?” jawab Kang Dasrip.
Mereka kemudian tak berkata-kata lagi.
Tapi kemudian ternyata Kang Dasrip punya rencana diam-diam. Ia
mengambil sisa-sisa surat undangan, kertas cetakan yang dibelinya di toko
dan tinggal mengisi nama yang diundang. Di bagian belakangnya yang
kosong ia pergunakan untuk menulis surat. Ternyata ditujukan kepada para
undangan yang kurang ajar itu. “Saya dulu mbuwuhi saudara Rp 200, kok
sekarang Saudara hanya ngasih Rp100, tulisnya ....
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
180
Latihan
Ketika surat itu selesai diantarnya, ributlah orang desa. Ada yag
tertawa, ada yang memaki-maki. Yang jelas surat itu dengan cepat menjadi
bahan gunjingan. Bahkan ternyata ada juga yang dikirim ke undangan dari
desa sebelah. Maka makin keraslah tanggapan orang desa. “Memalukan
desa kita!” kecam mereka.
Dan akhirnya Kang Dasrip tidak menikmati hasil apa-apa dari
tindakan kebingungannya itu, kecuali nama yang memalukan. Bahkan, lebih
dari itu, di tengah malam, ia gelisah karena genting rumahnya ada yang
melempari berkali-kali. Kang Dasrip naik pitam. Ia keluar rumah dan berlari
hendak mengejar pelaku-pelakunya. Tapi tentu saja ia sia-sia. Malam amat
pekat dan lingkungan begitu rimbununtuk ditembus. Akhirnya ia masuk
kembali dan terengah-engah di kursi. Istrinya ketakutan. Tapi Kang Dasrip
berusaha meredakannya. “Mereka itu undangan-undangan yang kurang
ajar itu!” katanya.
Paginya Kang Dasrip berpamitan kepada Daroji akan ke kota untuk
beli radio hingga bersukacitalah anak itu. Tapi siangnya Kang Dasrip datang
dengan wajah sendu. “Radionya dicopet di pasar, Nak....!” ujarnya. Daroji
menangis.
(
Berkenalan dengan Prosa Fiksi
, 2000:142-146)
Setelah Anda membaca dan memahami isi cerpen di atas dengan baik, jawablah
pertanyaan berikut ini!
1.
Siapakah nama anak Kang Dasrip?
2.
Apa yang telah dijanjikan Kang Dasrip terhadap anaknya?
3.
Hajatan apa yang diadakan Kang Dasrip di rumah?
4.
Berapa biaya yang telah dihabiskan Kang Dasrip pada hajatan tersebut?
5.
Apa yang diharapkan Kang Dasrip dari hajatan itu?
6.
Apa yang terjadi terhadap harapan tersebut?
7.
Apa yang diusulkan istri Kang Dasrip kalau ternyata harapan Kang Dasrip
tidak menjadi kenyataan?
8.
Selanjutnya, rencana apa yang akan dilakukan untuk menebus rasa sakit
hati kepada tamu yang diundangnya?
9.
Balasan apa yang diterima Kang Dasrip atas perlakuannya kepada tamu
undangan?
10.
Pada akhirnya, apakah Daroji bisa memiliki radio seperti milik Wak Haji
Kholik?
Bab VII~ Kemanusiaan
181
1. Membahas Unsur-unsur dalam Cerpen/Novel (Indonesia dan
T
erjemahan)
Sebuah karya sastra baru bermakna penuh dalam hubungannya dengan karya
sastra lainnya. Membandingkan antara karya sastra yang satu danyang lain sering
disebut hubungan intertekstual. Teks sastra yang menjadi latar belakang
penciptaan karya sastra lain disebut hipogram. Dari keterangan tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa sebuah karya sastra tidak lepas dari karya sebelumnya.
Hal ini karena adanya hubungan kesejarahan antara karya sastra sekarang
dansebelum atau sesudahnya.
Hubungan intertekstual adalah hubungan yang saling memengaruhi sebuah
karya sastra, baik novel, cerpen, puisi, maupun drama. Hubungan tersebut bisa
berupa kesamaan unsur intrinsik (tema, tokoh, alur, latar) ataupun unsur-unsur
lain di luar karya sastra tersebut (pengarang, lingkungan sekitar pengarang,
masyarakat, dan lain lain). Karya sastra ditulis berdasarkan konvensi sastra
yang sudah ada. Hubungan kesejarahan ini berupa penerusan tradisi atau konvensi
sastra, dapat juga pemutusan tradisi atau konvensi sastra dalam batas tertentu.
Pengaranglah yang menghasilkan atau menciptakan karya prosa tersebut.
Oleh karena itu dalam mencari keterkaitan antarkarya sastra (prosa), hendaknya
mempertimbangkan hal-hal di bawah ini!
a.
Adanya kesamaan tema, penokohan, latar waktu dan sosial, dan konflik-
konflik yang dibangun;
b.
Latar belakang pengarang; dan
c.
Kehidupan masyarakat pada saat karya sastra tersebut lahir.
Unsur yang membangun sebuah karya sastra dari dalam atau yang disebut
dengan unsur intrinsik terdiri dari beberapa unsur di bawah ini.
Perhatikanlah uraian berikut ini!
a.
Tema, yaitu dasar umum yang menopang suatu cerita. Baik cerpen maupun
novel, tema dapat diperoleh dari mana pun (kehidupan manusia, hewan,
pengalaman orang lain, imajinasi, dan lain sebagainya).
b.
Alur, merupakan urutan kejadian yang merupakan hubungan sebab-akibat.
Alur dalam cerpen biasanya terdiri dari satu alur saja dan berjenis alur
lurus. Alurpada novel dapat terdiri lebih dari satu alur dan berjenis lurus,
sorot balik (
flashback
), atau campuran (lurus dan
flashback
). Tahapan-
tahapan dalam alur pun dapat Anda cermati berikut ini:
1)
Penyituasian;
2)
Tahap pemunculan konflik;
3)
Tahap peningkatan konflik;
4)
Tahap penyelesaian.
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
182
c.
Tokoh yaitu pelaku cerita.
Perhatikan uraian berikut!
Tokoh terbagi atas:
1)
Tokoh statis dan berkembang, penokohan yang berhubungan dengan
perubahan watak dalam perkembangan peristiwa.
2)
Tokoh utama dan tambahan, yaitu penokohan yang berhubungan
dengan seberapa sering tokoh tersebut muncul, seberapa penting
peran tokoh tersebut dalam sebuah cerita, dan merupakan tokoh
penghubung (
central
) dengan tokoh lain.
3)
Tokoh protagonis dan antagonis, yaitu penokohan yang berhubungan
dengan nilai-nilai kehidupan yang dibawa seorang tokoh (baik-buruk,
kaya-miskin, agamis-atheis, dan lain-lain).
Teknik pelukisan tokoh dibagi menjadi:
1)
Teknik Ekspositori, dimana pengarang melukiskan tokoh dengan
melakukan deskripsi, uraian, dan penjelasan.
Perhatikan ilustrasi berikut!
“Hai jongos! Minta air teh satu ya!” teriak Anwar tiba-tiba,
sehingga orang-orang pada kaget. Kemudian seolah-olah tak peduli
akan orang-orang di sekelilingnya, ia menghisap rokoknya dengan
helaan napas panjang, Hffff! Hffff! (Mihardja, 2000: 105)
Maka tak mengherankan, kalau Karim setelah ibunya
meninggal dunia segera melarikan dirinya dari kungkungan si Arab
tua itu.
Dan tidaklah mengherankan pula agaknya, kalau ia yang sudah
mengicip-icipi pelajaran dan didikan modern sedikit-sedikit, kemudian
setelah ia lepas dari “penjara Timur kolot” itu ia segera menempuh
hidup yang kebarat-baratan (Mihardja, 2000: 38)
2) Teknik Dramatik, pengarang melukiskan tokoh dengan memberikan
informasi sepotong-sepotong sehingga pembaca diharuskan
membaca secara teliti dan sampai habis.
Perhatikan kutipan berikut!
Pada dewasa itu, aku agaknya sampai pada puncak
kegiatanku dalam menjalankan perintah agama. Aku pernah
berpuasa sampai tujuh hari tujuh malam. (Mihardja, 2000 29)
Jelas padaku, bahwa di samping bimbang karena belum ada
keyakinan yang teguh perihal kepercayaannya terhadap Tuhan,
Hasan itu terdampar pula oleh perasaan-perasaan cemburu dan
compleks-compleks lain terhadap Anwar, Rusli, dan Kartini. Dan
sangat romantis sifatnya. Lebih mudah dibawa mengalun oleh
gelombang perasaan daripada dibawa mengorek-orek sesuatu oleh
pikiran sampai habis kepala dasarnya yang sedalam-dalamnya
(Mihardja, 2000: 183).
Bab VII~ Kemanusiaan
183
Tugas Mandiri
d.
Latar, merupakan landas tumpu (latar belakang) kejadian sebuah cerita.
Anda dapat memperhatikan pembedaan latar berikut ini:
1)
Latar tempat, yaitu lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi.
2)
Latar waktu, yaitu masalah yang berhubungan dengan kapan
terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
3)
Latar alat, yaitu objek yang dipergunakan tokoh untuk menjalani
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
4)
Latar sosial, yaitu perilaku kehidupan sosial masyarakat (bahasa
daerah, penamaan, dan status) di suatu tempat yang diceritakan dalam
karya fiksi.
Perhatikan ilustrasi berikut!
Novel terjemahan Si Bongkok dari Notre-dame karya Victor Hugo
mempunyai latar penceritaan yang menjadi tumpuan kejadian peristiwa
dalam novel tersebut. Latar tempat kejadian cerita tersebut terletak di
kota Paris. Penggunaan latar waktu dalam cerita tersebut adalah
pembangunan kota Paris pada abad ke-15. Latar alat yang dipergunakan
antara lain: lilin, tiang gantungan, celemek, dan lain-lain. Sedangkan latar
sosial penceritaan novel tersebut adalah kontradiksi antara kaum
bangsawan dan kaum jelata.
Perbedaan mencolok cerpen dan novel terletak pada bentuknya.
Cerpen memiliki bentuk cerita yang pendek (berkisar 500-an kata),
sedangkan novel memiliki bentuk cerita yang panjang (terdiri atas puluhan
ribu kata).
Untuk menguji kemampuan Anda dalam menjelaskan unsur-unsur dalam prosa
naratif Indonesia dan terjemahan, lakukan kegiatan berikut!
1.
Carilah di perpustakaan sekolah Anda:
a.
Cerpen/ novel Indonesia
b.
Cerpen / novel terjemahan
2.
Selanjutnya bahaslah unsur-unsur pembentuknya satu persatu!
Anda dapat melakukannya dengan teman sebangku. Selanjutnya, jelaskanlah
hasil bahasan Anda di depan kelas! Mintalah komentar guru Anda!
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
184
E. Mengomentari Unsur-unsur Drama Indonesia
Seperti yang telah dipaparkan berulang-ulang pada pembelajaran yang lalu,
bahwa drama merupakan karya sastra yang cara penikmatannya dengan
dipentaskan. Salah satu unsur dalam pementasannya adalah naskah drama. Dalam
naskah drama terkandung unsur-unsur pembangunnya.
Sebelum memelajari unsur pembangun lakon drama, berikut disajikan teks
drama. Bacalah dengan seksama dan pahami isinya!
M A N G I R
PUTRI PAMBAYUN : Pohonku dia bakal seorang pria, sekembar
segagah ayahnya...
W
ANABAYA
:
(tertawa, memandang jauh)
Tak ada yang lebih
ber-bahagia dari si Wana-baya menjadi bapa, dari
anak kelahiran rahim istrinya. (
Tertawa
). Dan kau
sendiri, Adisaroh kekasih, tiadakah kau rindu
kampung halaman, sebelah timur seberang tujuh
sungai.
PUTRI PAMBAYUN : Terlalu rindu, kakang, sekalipun tidak seperti di sini
- di sini wanita dapatkan segala-gala: damai dan
suka, setia dan cinta.
WANABAYA
: Kau terlalu rindu kampung halaman, juga kau
berbahagia di Perdikan. Empat bulan kau telah
saksikan, tak ada lelaki perbudak wanita seperti
di istana. Orang-orang berbangsa itu lupa, wanita
tak lain dari ibu bangsa. Maka jangan kau suka
melamun Adisaroh kekasih si kakang. Gelisah hati
melihat, seakan kakang tak cukup bertimbang rasa.
PUTRI PAMBAYUN : Tak ada yang lebih dari Kakang. Kalaupun
Adisaroh mati semoga matilah di sini, di bawah
naungan beringin, di tingkah kicauan burung tiada
henti.
WANABAYA
: Bukan waktu bagimu bicara perkara mati.
PUTRI PAMBAYUN : Kata orang tua-tua: bila berbahagia ingatlah pada
maut yang semakin dekat. Bila hadapi mati
hendaknya orang menghitung semua kebahagiaan
yang sudah terlewati.
Bab VII~ Kemanusiaan
185
WANABAYA
: Ah-ah-ah, kata-kata kosong belaka. Semua yang
ada bukankah hanya buah usaha? Sang maut bukan
urusan kita. Kau akan lahirkan anak kita dengan
selamat. Kau akan saksikan anakmu, cucu dan
buyutmu, Adisaroh! Leluhur, bumi dan langit bakal
jaga keturunan kita, sampai dunia belah dua, dan
burung burung tak bisa bertengger lagi.
PUTRI PAMBAYUN : Aku harus percaya, karena bapa anakku yang
bicara.
WANABAYA
: Apa yang masih kau lamunkan lagi? Lihat sejoli
belibis di angkasa sana. Adakah mereka suka
bermenung seperti kau? Tidak, Adisaroh kekasih
kakang, karena semua sudah ada pada mereka.
Katakan, Adisaroh belahan jiwa, apa yang masih
kurang?
PUTRI PAMBAYUN : (
membawa Wanabaya meninggalkan tanah
ketinggian
). Setiap malam, kakangku Wanabaya,
bila, semua sudah lelap, pepohonan terangguk-
angguk mengantuk, dan angin tak juga jera
berkelana, Adisaroh istrimu bangun hati mengucap
syukur dapatkan suami seperti Kakang. Aku
memohon, ya, Kau Sang Pembikin Nyawa, kecuali
mati, jangan pisahkan kami berdua, jangan Kau
biarkan kami bercerai sendiri-sendiri.
WANABAYA
: (
meletakkan satu tangan pada pundak Putri
Pambayun
). Tak pernah kau bicara tentang
perpisahan atau tentang perceraian. Bukankah kau
tak halangi si Kakang berangkat ke medan perang?
PUTRI PAMBAYUN : Setiap Kakang berangkat ke medan perang, aku
tahu Kakang pasti pulang.
WANABAYA
: Dan kau takutkan perpisahan perceraian.
PUTRI PAMBAYUN : Setiap malam bila Kakang di medan perang, tak
lain kerjaku dari besarkan kepercayaan Kakang
pasti menang, di mana saja bertahan ke mana saja
menyerang.
WANABAYA
: Setiap malam, Adisaroh kekasih?
PUTRI PAMBAYUN : Setiap malam tanpa senggang, si bayi ini jadi saksi.
WANABAYA
: Manakah ada wanita utama dari adik si Kakang?
Pada suami berbakti, diam-diam berbudi?
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
186
PUTRI PAMBAYUN : Namun setiap perpisahan menakutkan, setiap
perceraian mengecutkan - seakan suatu latihan,
Kakang akan tinggalkan aku seorang diri, untuk
selama-lamanya.
WANABAYA
: Lhahdalah.
PUTRI PAMBAYUN : Ke mana diri dan bayi ini nanti akan pergi?
WANABAYA
: Demi langit dan bumi, demi leluhur keramat
berbahagia tak bakal, Adisaroh kekasih, tak bakal
kau aku tinggalkan.
PUTRI PAMBAYUN : Biar aku bersujud padamu, untuk puji terima
kasihku.
WANABAYA
: Sujud padaku? (
curiga
) Bukan adat wanita desa
bersujud pada guru suami. Apakah kau kehendaki
aku mati dahulu untuk bisa kau sujudi?
PUTRI PAMBAYUN : Ampun, kang, betapa takut kau tinggalkan sendiri,
di sini dan di mana saja, di dunia ini juga di dunia
lain.
WANABAYA
: Adisaroh, dalam mengandung betapa banyak rusuh
dalam dadamu. Mari berjalan-jalan, nikmati
keindahan tamanmu. Sebentar lagi kakang akan
berangkat lagi, agak jauh ke garis depan.
PUTRI PAMBAYUN : Jangan, kang, nanti Kakang terlupa, terlambat tiba
di perbatasan. Taman takkan berkisar, perbatasan
bisa bergeser.
WANABAYA
: Perempuan bijaksana, pandai peringatkan suami
pada tugasnya. (
Tiba-tiba menoleh ke arah
rumah
). Ada yang datang, Adisaroh kekasih.
(
pergi meninggalkan panggung
).
PUTRI PAMBAYUN : Suami gagah berani tak ada seperti dia, tampan
dermawan, kasihnya tidak tara. Di mana lagi
seorang wanita dapatkan suami seperti dia!
(
membelai perut
). Kau jabang bayi, Ki Ageng
Mangir kecil, jangan permalukan ibumu nanti bila
saksikan matari. (
kembali ke bawah pohon
mangga dan duduk di atas bangku, berkecap
sebentar
). Ah-ah, hari tugas terakhir - habisnya
suatu perjanjian.
TUMENGGUNG
: (
memasuki panggung membawa cangkul kayu)
Bab VII~ Kemanusiaan
187
MANDARAKA
dengan mata berlapis baja; berdiri pada suatu
jarak di hadapan Putri Pambayun; meletakkan
cangkul di tanah dengan tangan masih memegangi
tangkai; mata curiga ditebarkan ke mana-
mana
).
Cucunda Gusti Putri Pambayun!
PUTRI PAMBAYUN : (
berubah air muka, waspada
). Nenenda
Mandaraka Juru Martani.
TUMENGGUNG
: Terpaksa neneda datang kini untuk menagih janji.
MANDARAKA
PUTRI PAMBAYUN : Dia datang menagih janji.
1. Ki Ageng Pamanahan, ayah
Panembahan Senapati,
+ 90
tahun.
2.
Purbaya, Pangeran, anak pertama
Panembahan Senapati dengan
Lembayung, putri Ki Ageng
Giring,
+ 20 tahun, anggota
rombongan telik Mataram.
3.
Jagaraga, Tumenggung, anggota
rombongan telik Mataram, kepala
pasukan dari 1000 orang,
+ 35
tahun.
4. Pringgalaya, Tumenggung,
anggota rombongan telik
Mataram, kepala pasukan dari
1000 orang,
+ 45 tahun.
5. Senapati, Panembahan, raja
pertama Mataram,
+ 45 tahun.
6. Pajang, Demang, kepala
kedemangan Pajangan, gegenduk
Mangir, kepala Rata,
+ 42 tahun.
7.
Patalan, Demang, kepala kedemangan Pandak, gegenduk Mangir, kepala
Rata,
+ 35 tahun.
8.
Pandak, Demang, kepala kedemangan Pandak, gegenduk Mangir, kepala
Rata,
+ 46 tahun.
9.
Jodog, Demang, kepala kedemangan Jodog, gegenduk Mangir, kepala
Rata,
+ 55 tahun).
10. Pencerita (troubadour).
11. Beberapa orang prajurit Mataram.
(Dikutip dari: Toer, Pramoedya Ananta. 2004)
Gambar 7.1
Cover “Mangir”
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
188
Latihan
Setelah Anda membaca dan memahami penggalan drama di atas, jawablah
pertanyaan berikut ini!
1.
Apa yang dimaksud dengan ‘Mangir’?
2.
Sipakah yang disebut dengan Adisaroh dalam naskah tersebut?
3.
Apa yang dibicarakan oleh Wanabaya dan Putri Pambayun?
4.
Apa yang ditakutkan oleh Putri Pambayun?
5.
Menurut Anda, adakah budaya Jawa yang Anda temukan dalam naskah?
Jelaskan!
1. Menceritakan Isi Drama
Drama merupakan karya sastra yang melukiskan kehidupan dan watak
manusia lewat gerak dan dialog di atas pentas. Seperti yang Anda ketahui bahwa
di Indonesia pertunjukkan sejenis drama mempunyai istilah yang bermacam-
macam, seperti wayang orang, ketoprak, ludruk (di Jateng dan Jatim), lenong
(Betawi), randai (Minang), reog (Jabar), rangda (Bali), dan sebagainya.
Bila Anda menceritakan isi drama, sama dengan menceritakan isi novel
atau cerpen. Artinya, Anda harus memahami keseluruhan isi drama setelah itu
baru dapat Anda ceritakan isinya kepada orang lain.
2. Membahas Unsur-unsur dan Kekhasannya
Bila Anda mengamati sebuah drama, unsur-unsur yang membangunnya
antara lain naskah/lakon, pemain, tempat pertunjukan, dan penonton. Sedangkan
naskah drama itu sendiri terdiri atas tema, plot, dialog, karakterisasi.
Berikut Anda perhatikan uraian tentang unsur-unsur drama dan
kekhasannya:
a.
Tema
Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa tema merupakan pikiran pokok
yang mendasari lakon drama, yang dikembangkan sedemikian rupa menjadi
cerita yang menarik dalam wujud dialog.
b.
Plot
Merupakan rangkaian cerita. Plot yang baik mengandung konflik
(ketegangan). Tanpa adanya konflik, sebuah drama akan terasa hambar.
Cermati susunan plot berikut ini!
1) Eksposisi (insiden yang mengawali konflik)
2) Komplikasi (penanjakan lakon dan menjadi konflik)
3) Resolusi (konflik mengendur dan selesai)
c.
Karakterisasi
Merupakan penggambaran karakter. Karakter tersebut bermacam-macam,
yaitu antagonis, trigonis, dan protagonis.
Bab VII~ Kemanusiaan
189
Tugas Mandiri
d.
Dialog
Melalui dialog pembaca akan mengetahui karakter/watak pelaku drama.
e.
Warna lokal
Setiap karya sastra memiliki keunggulan di dalamnya. Ciri khas yang
diperoleh mengenai hubungan antara karya sasta dan masyarakat pada
khususnya dan segala macam simbol-simbol kehidupan yang tertuang di
dalamnya. Oleh karena itu, beberapa karya sastra dijumpai mempergunakan
nilai-nilai lokal untuk mengungkapkan fakta sosial tertentu dengan tujuan
memberikan wawasan kepada pembaca atau penonton. Kekhasan tersebut
bisa terlihat lewat berbagai bentuk, antara lain dialog, tema lokal, adat,
kostum, dan lain-lain.
Sebagai bahan untuk menguji kemampuan Anda, bacalah kembali teks drama
yang disajikan dan ceritakan isi drama tersebut di depan teman-teman! Selanjutnya
bahaslah unsur-unsur yang ada di dalamnya seperti tokoh, watak, latar, plot,
tema dan perilaku berbahasanya! Serahkan hasil kerja Anda kepada guru!
F. Menganalisis Wacana Tulis dan Lisan
Berbicara masalah wacana, hal yang terbersit dalam benak Anda adalah
bacaan semacam artikel. Namun, sesungguhnya yang disebut dengan wacana adalah
semua bacaan/karangan/prosa. Sebelum membahas berbagai jenis wacana, berikut
ini disajikan salah satu wacana, bacalah dengan seksama dan pahami isinya!
Modal Celana Kolor, Kini Juragan
‘Jalma tan kena kinira.’ Ungkapan ini bermakna nasib seseorang tidak
bisa disangka-sangka. Suatu saat seseorang bisa bernasib baik, namun tidak
tertutup kemungkinan pada saat tertentu mengalami nasib apes. Ibarat roda
terkadang berada pada posisi atas. Jika berbicara mengenai nasib, dalam khasanah
budaya Jawa perputaran nasib acapkali diyakini dengan istilh
cakra
manggilingan.
Keyakinan itulah yang dipegang oleh Muntohar, asal Demak, Jateng.
Berbekal tekad dan niat untuk memperbaiki derajat hidup, hampir selama15 tahun
Muntohar berjuang meraih sebuah sukses. Berawal dari seorang penjaga teh
botol minuman keliling di sejumlah pasar malam di beberapa kota, kini Muntohar
menuai hasilnya. Saat mengawali usahanya, Muntohar hanya bermodalkan celana
kolor.
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
190
Latihan
Namun, berkat kerja keras disertai doa, kini Muntihar menjelma menjadi
seorang juragan mainan. Di setiap pasar malam yang digelar di setiap kota,
dirinya selalu hadir, termasuk di acara Sekaten di Yogyakarta. Dan sekarang
dalam usahanya, dia mengusung bendera Diana Ria Enterprise, yang diambil
dari nama anaknya Diana Ria Sari.
Untuk mengusung seluruh stand mainan, ia mengoperasikan tak kurang
dari 120 karyawan. Selain usaha tersebut, ia juga mempertahankan warung
bakso rintisan mertuanya yang ada di lokasi sekaten.
Kesuksesan yang diraih Muntohar, tak lepas dari Yang Maha Kuasa dan
kerja kerasnya selama ini.
(
Kedaulatan Rakyat
, 2008:1)
Setelah Anda membaca dan memahami bacan di atas, jawablah pertanyaan
berikut ini!
1.
Tokoh siapa yang dibahas dalam bacaan di atas?
2.
Sebelum kesuksesannya, usaha apa yang ia tekuni?
3.
Profesi apa yang sekarang ditekuninya hingga membuahkan kesuksesan?
4.
Bagaimana cara ia mengoperasikan pekerjaannya?
5.
Usaha apa yang melengkapi usahanya sekarang?
6.
Sebutkan ungkapan Jawa yang ia pegang teguh dalam hidupnya!
7.
Menurut Anda, bagaimana Muntohar menyikapi hidup ini?
8.
Kesan apa yang Anda tangkap dari bacaan di atas?
1. Mengidentifikasi Berbagai Jenis Wacana
Dalam kehidupan sehari-hari tentu Anda sering berhadapan dengan
berbagai bacaan/wacana. Wacana-wacana tersebut memiliki karakteristik sendiri-
sendiri karena memang sangat berbeda penempatannya.
Berikut ini disajikan uraian tentang ketiga wacana tersebut. Perhatikan
perbedaannya!
a.
Wacana jurnalistik merupakan wacana persuratkabaran atau disebut juga
dengan berita yang memiliki kekhasan, seperti bahasanya yang lugas, tidak
bertele-tele, penulisannya efektif, isinya akurat dan tidak basi serta
penyajiannya yang biasanya menggunakan sistem piramida terbalik ataupun
5W + 1H.
Bab VII~ Kemanusiaan
191
Perhatikan ilustrasinya!
Hingga Minggu (11/11) siang sejumlah blok di Kompleks
Perumnas III, kelurahan Aren Jaya, Kecamatan Bekasi, masih
tergenang. Selama hujan mengguyur sepanjang Sabtu pekan lalu,
kompleks perumahan yang berbatasan dengan wilayah Kecamatan
Tambun, Kabupaten Bekasi, ini terendam banjir hingga mencapai lutut
orang dewasa atau sekitar setengah meter akibat meluapnya drainase.
(
Kompas
, 2007:25)
b.
Berbeda dengan wacana sastra yang memiliki keunikan sendiri karena
bahasanya konotatif, tidak terikat aturan ejaan dan tanda baca, bersifat
subjektif seperti pada karya sastra cerpen, novel, atau roman.
Perhatikan contoh berikut!
Mendengar itu aku langsung menatapnya, dan kulihat dari dua
bola matanya yang bening itu ada ketulusan di sana. Jauh di dasar
sanubari, aku menyusun sebait ungkapan syukur yang tak terhingga
akan kehadiran Sinta sebagai pendamping hidupku.
(Dikutip dari:
Pelangi itu Memang Indah
. Paras, 2005:86)
c.
Sedangkan wacana ilmiah memiliki karakteristik objektif, lugas, sistematis,
logis, efektif, akurat seperti dapat Anda jumpai pada penulisan laporan.
Perhatikan ilustrasinya!
Sebuah karya ilmiah yang formal memerlukan persayaratan-
persayaratan teknis antara lain pengetikannya yang rapi tampilan yang
menarik dan beberapa persayaratan lainnya. Semua pernyataan ini
secara umum disebut konvensi naskah.
(dikutip dari
Komposisi
, 2001:246-247)
2. Mengorganisasikan Wacana
Mengorganisasikan sama dengan mengklasifikasi/ mengelompokkan/
menggolongkan berdasarkan aturan yang ada. Seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya bahwa wacana dapat digolongkan menjadi wacana jurnalistik, sastra,
dan ilmiah sesuai dengan karakteristiknya.
3. Menentukan Kohesi dan Koheren Wacana secara Utuh
Bila Anda membaca sebuah wacana, Anda akan menemukan susunan/
rangkaian kalimat yang membina alinea secara bersama-sama untuk menyatakan
suatu hal (suatu tema) tertentu. Kesatuan alinea itu disebut dengan kohesi.
Kalimat yang satu dengan yang lain saling berhubungan dan menyatakan
kekompakan sehingga tidak akan terdapat kalimat sumbang disebut dengan
wacana yang koheren.
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
192
Tugas Mandiri
Dalam pembelajaran sebelumnya, Anda telah membahas wacana tulis.
Lalu bagaimanakah dengan wacana lisan? Wacana lisan adalah wacana yang
disampaikan secara lisan/langsung oleh penuturnya. Wacana demikian dapat
Anda peroleh dengan cara mendengarkan atau menyimak.
Dilihat dari isi, wacana lisan sama dengan wacana tulis. Perbedaannya
adalah bagaimana penyajiannya. wacana lisan tidak mengenal tanda baca, ejaan,
dan sebagainya. Sebagai penggantinya dalam wacana lisan terdapat intonasi,
jeda dan mimik/penghayatan si penutur.
Kemampuan Anda akan semakin berkembang bila Anda mampu mengerjakan
tugas berikut yaitu mencari jenis-jenis wacana yang disusun dalam bentuk kliping
dan berikan komentar Anda. Serahkan hasil kerja Anda kepada guru untuk
mendapatkan penilaian!
1.
Makalah adalah tulisan tentang pokok permasalahan yang dibacakan di
depan umum atau sering dibuat untuk diterbitkan.
Struktur makalah terdiri dari pendahuluan, pembahasan, penutup dan daftar
pustaka.
2.
Membaca cepat adalah membaca dengan kecepatan tertentu untuk
memahami isi bacaan.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui kecepatan membaca adalah
sebagai berikut:
Jumlah kata yang dibaca
×60= ... . kpm
Waktu baca (detik)
3.
Unsur-unsur dalam naskah drama adalah tema, amanat, plot, karakter,
dialog, latar, bahasa dan interpretasi.
4.
Prosa naratif (cerpen/novel) terdiri dari unsur-unsur pembangun tema, tokoh,
plot, dan perwatakan
Tema merupakan pokok pikiran yang dijadikan dasar mengarang.
Tokoh adalah pelaku dalam cerita, sedangkan perwatakan merupakan
gambaran karakter tiap pelaku.
Plot merupakan alur dalam cerita yang memiliki hubungan sebab akibat.
Rangkuman
Bab VII~ Kemanusiaan
193
5.
Drama Indonesia dengan warna daerah artinya drama yang memiliki
kekhasan sendiri dengan menampilkan budaya dan tradisi daerah
(mengusung kebudayan daerah tertentu)
6.
Wacana tulis dan lisan terbagi menjadi tiga jenis bila dilihat dari konteks
bahasanya, yaitu wacana jurnalistik, ilmiah dan sastra.
1.
Dalam menyusun makalah, Anda harus memperhatikan sistematika
penulisannya serta menghindari penggunaan kalimat yang tidak efektif.
2.
Saat membaca cepat, gunakan teknik yang telah dipaparkan dan hindari
membaca hanya di awal dan akhir karangan saja.
3.
Unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra dapat ditemukan dengan
membaca dan mengamati bagian-bagian cerita. Usahakan membaca dengan
cermat.
4.
Dalam menjelaskan unsur yang ada dalam prosa naratif Indonesia/
terjemahan gunakan kalimat yang efektif dan jelas. Usahakan penjelasan
yang diberikan disertai ilustrasinya.
5.
Mengomentari drama yang bersifat lokal hendaknya memperhatikan unsur
yang ada di dalamnya dan unsur budaya yang menyertainya.
6.
Hindari kesalahpahaman terhadap jenis-jenis wacana tulis dan lisan. Pahami
terlebih dahulu sebelum Anda menganalisisnya.
Refleksi
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
194
1.
Berikut ini yang merupakan ciri-ciri makalah yang baik adalah... .
a.
bercorak debat, memihak, cermat dan jujur, mengharukan pembaca,
menyajikan argumentasi
b.
menyajikan fakta-fakta, cermat dan jujur, tidak bersifat haru, tidak bercorak
debat, tidak memihak
c.
mengarukan pembaca, menyajikan argumentasi, memihak, cermat dan jujur,
bercorak debat
d.
menyajikan fakta-fakta, mengharukan pembaca, menyajikan argumentasi,
tidak bersifat haru, tidak memihak
e.
menyajikan fakta-fakta, cermat dan jujur, todak bersifat haru, menyajikan
argumentasi, memihak
2.
Berikut ini unsur-unsur yang terdapat dalam sistemaika penulisan makalah,
kecuali... .
a.
pendahuluan
b.
isi/pembahasan
c.
penutup
d.
daftar pustaka
e.
daftar harga
3.
Dini membaca teks yang terdiri dari 1000 kata. Waktu yang dibutuhkannya 3,5
menit. Dini dapat menjawab 9 pertanyaan dengan benar dari 10 pertanyaan
yang disediakan. Maka KEM Dini adalah... .
a .
257,14 kpm
b.
285,71 kpm
c.
315 kpm
d.
317,46 kpm
e .
428,57 kpm
4.
Plot dalam drama terdiri dari 6 tahap. Tahap yang mengatakan bahwa penonton
mulai diperkenalkan dengan lakon drama yang akan ditontonnya meskipun hanya
dengan gambaran selintas dan wujud perkenalan itu untuk mengantarkan penonton
pada situasi awal lakon drama disebut tahap... .
a.
eksposisi
b.
konflik
c .
komplikasi
d.
krisis
e .
resolusi
Setelah mempelajari materi bab ini, Anda dapat mengukur kemampuan Anda
dengan mengerjakan soal-soal evaluasi berikut ini.
Evaluasi
Bab VII~ Kemanusiaan
195
5.
Perhatikan kutipan naskah drama Putu Wijaya berikut!
Salah seorang
: (memegang hidung). Sudah mati masih bisa kentut.
Salah seorang
: (menjauh juga). Ini apa-apaan. Kita sudah dipermainkan.
Waktu hidup mengganggu, sesudah mati jadi beban, cuh!
Yang simpati
: Mari Saudara-saudara,
sebentar lagi gelap. Sebagian di
kiri sebagian di kanan. (Tak ada yang mau. Ia mencoba mengangkat sendiri.
Tak bisa. Yang lain menonton saja).
Unsur lakon drama di atas yang paling menonjol adalah... .
a.
tema dan alur
b.
karakter dan alur
c.
alur dan gaya bahasa
d.
tema dan amanat
e.
tema dan karakter
6.
Perempuan : Baik-baik saja mereka. Tapi aku sangat berharap agar mereka
segera pergi dari sini. Aku sudah cukup dibikin sendat oleh tingkah laku mereka.
Bung tahu, sebenarnya losmen ini sudah kututup buat umum, seminggu yang
lalu. Karena dalam keadaan genting begini, aku tidak mau ambil resiko. Kedua
tamu, Tuan pedagang dan tuan pemerintah, impin itu pun sudah pasti kutolak
numpang di sini, sekiranya aku tidak bisa dipaksa oleh para penguasa. Juga
Tuan Tabib itu, biar dia selalu langganan nginap di sini kalau sedang melewati
kota ini, sudah pasti kutolak bila tanpa pengantar dari seorang opsir laskar yang
sudah jadi langganan obat jualannya.
(
Domba-Domba Revolusi
, 2006:5)
Karakter yang ditampilkan perempuan dalam lakon tersebut adalah... .
a .
bengis
b.
kejam
c.
tegas
d.
lembut
e .
plin-plan
7.
“ Demikianlah perempuan yang dicita-citakan oleh Puteri Sedar bukanlah
perempuan yang berdiri dalam masyarakat sebagai hamba dan sahaya, tetapi
sebagai manusia yang sejajar dengan laki-laki, yang tidak usah takut dan minta
dikasihani......... Ya, pendeknya seratus persen manusia bebas dalam segala hal”
Petikan Layar Terkembang di atas menggambarkan ... .
a.
kesendirian
b.
kemandirian
c.
emansipasi
d.
kerinduan
e.
cita-cita
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XII – Prodi Bahasa
196
8.
Unsur-unsur di bawah ini merupakan unsur intrinsik dalam cerpen,
kecuali
... .
a.
tema
b.
amanat
c.
latar
d.
biografi pengarang
e.
gaya bahasa
9.
Berikut ini yang termasuk ragam wacana tulis dalam bentuk wacana jurnalistik
adalah... .
a.
Berdasarkan etimologi (asal-usul bentuk kata), kata drama berasal dari
bahasa Yunani yaitu
dram
yang berarti gerak. Tontonan drama memang
menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (akting) di
panggung.
b.
Qom merupakan kota tua yang pada mulanya dihuni oleh pemeluk agama
tua Zoroaster.
c.
Pasokan listrik DKI Jakarta kembali normal seiring dengan selesainya
perbaikan menara saluran udara tegangan tinggi (SUTT).
d.
Iya, iya, sudah jelas semuanya. Aku hanya membantumu belajar, dan....
e.
Masalah lain yang sering ditanyakan orang adalah bagaimana cara
menuliskan kata ulang kata majemuk atau kata gabung.
10.
Kesatuan alinea yang menyatukan kalimat satu dengan kalimat lain dan
mendukung satu tema dalam sebuah paragraf disebut... .
a .
kohesi
b.
koherensi
c.
enjambemen
d.
eksplisit
e .
implisit