Gambar Sampul Bahasa Indonesia · BAB III LINGKUNGAN
Bahasa Indonesia · BAB III LINGKUNGAN
Demas

24/08/2021 15:28:30

SMA 12 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Bab II

~ Lingkungan

41

LINGKUNGAN

Membaca

Membaca cerpen

menjelaskan unsur

intrinsik

Mendengarkan

Membaca

penggalan

novel

Menjelaskan unsur

intrinsik

Menulis

Bentuk surat-surat

dinas

Menulis surat dinas

Berbicara

Membaca inti sari

buku nonviksi

Anda akan diajak berlatih menjelaskan unsur-unsur intrinsik cerpen dan novel,

mengomentari berbagai laporan lisan serta menulis surat dinas

III

LINGKUNGAN

III

Tujuan Pembelajaran

Peta Konsep

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas X II IPA-IPS

42

Mempelajari karya sastra yang diciptakan pengarang-pengarang Indonesia

akan sangat membantu Anda dalam memperluas wawasan kesastraan. Tidak hanya

itu saja, tapi Anda akan terdorong ingin mengetahui lebih lanjut apa yang ada di

dalamnya, unsur-unsur apa yang membangun karya itu sehingga Anda dapat

menjelaskan kepada orang lain tentang hal tersebut. Tidak jauh berbeda dengan

karya sastra, pengetahuan tentang hal-hal di luar karya sastra pun layak dipelajari.

Semisal dalam penulisan surat. Jika pada pembelajaran lalu, Anda sudah mengenal

surat lamaran pekerjaan, sekarang Anda dapat mengenal surat dinas dan bentuk-

bentuknya. Selain hal di atas, dalam pembelajaran selanjutnya, Anda akan diajak

ke dalam forum diskusi untuk membicarakan intisari buku nonfiksi.

A. Membaca Cerpen

Seperti telah dipelajari pada pembelajaran sebelumnya bahwa cerita pendek

(cerpen) merupkan karya sastra yang penyajiannya sangat pendek dan akan habis

dibaca dalam sekali duduk. Untuk kembali menyegarkan ingatan Anda tentang

cerpen, berikut ini disajikan cerpen karya Ahmad Tohari.

RUMAH YANG TERANG

Listrik sudah empat tahun masuk kampungku dan sudah banyak yang

dilakukannya. Kampung seperti mendampat injeksi tenaga baru yang

membuatnya menggeliat penuh gairah. Listrik memberi kampungku cahaya,

musik, es, sampai api dan angin. Di kampungku, listrik juga membunuh

bulan di langit. Bulan tidak lagi menarik hati anak-anak. Bulan tidak lagi

mampu membuat bayang-bayang pepohonan. Tapi kampung tidak merasa

kehilangan bulan. Juga tidak merasa kehilangan tiga laki-laki yang tersengat

listrik hingga mati.

Sebuah tiang lampu tertancap di depan rumahku. Seperti semasa

teman-temannya sesama tiang listrik yang membawa perubahan pada rumah

yang terdekat, demikian halnya beton langsing yang menyangga kabel-kabel

di depan rumahku itu. Bedanya, yang dibawa ke rumahku adalah celoteh-

celoteh sengit dua tetangga di belakang rumahku.

Sampai sekian lama, rumahku tetap gelap. Ayahku tidak mau pasang

listrik. Inilah yang membuat tetangga di belakang rumah jengkel terus-

terusan. Keduanya sangat berhasrat menjadi pelanggan listrik. Tapi hasrat

mereka tak mungkin terlaksana sebelum ada dakstang di bubungan rumahku.

Rumah dua tetangga di belakang itu terlalu jauh dari tiang.

Kampungku yang punya kegemaran berceloteh seperti mendapat jalan

buat berkata seenaknya terhadap ayah. Tentu saja dua tetangga itulah

sumbernya. “Haji Bakir itu seharusnya berganti nama menjadi Haji Bakhil.

Dia kaya tetapi tak mau pasang listrik. Tentu saja dia kawatir akan keluar

banyak duit.”

PENDAHULUAN

Bab II

~ Lingkungan

43

Kadang celoteh yang sampai di telingaku sedemikian tajam sehingga

aku tak kuat lagi menerimanya. Mereka mengatakan ayahku memelihara

tuyul. “Tentu saja Haji Bakir tak mau pasang listrik karena tuyul tidak suka

cahaya terang.” Yang terakhir kedua tetangga itu merencanakan tindakan

yang lebih jauh. Entah belajar dari mana mereka menuduh ayahku telah

melanggar asas kepentingan umum. Mereka menyamakan ayahku dengan

orang yang tidak mau menyediakan jalan bagi seseorang yang bertempat

tinggal di tanah yang terkurung. Konon mereka akan mengadukan ayahku

kepada lurah.

Aku sendiri bukan tidak punya masalah dengan sikap ayah. Pertama,

akulah yang lebih banyak menjadi bulan-bulanan celoteh yang kian meluas

di kampungku. Ini sungguh tidak nyaman. Kedua, gajiku sebagai propagandis

pemakaian alat kontrasepsi memungkinkan aku punya radio, pemutar pita

rekaman, juga TV (karena aku masih bujangan). Maka alangkah konyolnya

sementar listrik ditawarkan sampai ke depan rumah, aku masih harus repot

dengan setiap kali membeli baterei dan nyetrum aki.

Ketika belun tahu latar belakang sikap ayah, aku sering membujuk.

Lho, kenapa aku dan ayah tidak ikut beramai-ramai bersama orang

sekampung membunuh bulan? Pernah kukatakan, apabila ayah enggan

mengeluarkan uang maka pasal memasang listrik akulah yang menanggung

biayanya. Karena kata-kataku ini ayah tersinggung. Tasbih di tangan ayah

yang selalu berdecik tiba-tiba berhenti.

“Jadi kamu seperti orang-orang yang mengatakan aku bakhil dan

pelihara tuyul?”

Aku menyesal. Tapi tak mengapa karena kemudian ayah mengatakan

alasan yang sebenarnya mengapa beliau tidak mau pasang listrik. Dan alasan

itu tak mungkin kukatakan kepada siapa pun, khawatir hanya mengundang

celoteh yang lebih menyakitkan. Aku tak rela ayah mendapat cercaan lebih

banyak.

Betapa juga ayah adalah orang tuaku, yang membiayai sekolahku

sehingga aku kini adalah seorang propagandis pemakaian alat kontrasepsi.

Lalu mengapa orang kurang menghayati status yang kini kumiliki. Menjadi

propagandis tersebut tidak hanya membawa keuntungan materi berupa gaji

dan insentif melainkan ada lagi yang lain.

Jadi, aku mengalah pada keteguhan sikap ayah. Rela setiap kali beli

baterai dan nyetrum aki, dan rela menerima celoteh orang sekampung yang

tiada hentinya.

Ketika ayah sakit, beliau tidak mau dirawat di rumah sakit. Keadaan

beliau makin hari makin serius. Tapi beliau bersiteguh tak mau diopname.

Aku berusaha menyingkirkan perkara yang kukira menyebabkan ayah tak

mau masuk rumah sakit.

“Apakah ayah khawatir di rumah sakit nanti ayah akan dirawat dalam

ruang yang diterangi lampu listrik? Bila demikian halnya maka akan

kuusahakan agar mereka menyalakan lilin saja khusus bagi ayah.

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas X II IPA-IPS

44

Tanggapan ayah ada rasa tersinggung yang terpancar dari mata beliau

yang sudah biru memucat. Ya, Tuhan, lagi-lagi aku menyesal. Dan jiwaku

mendadak buntu ketika mendengar ucapan ayah yang keluar tersendat-

sendat.

“Sudahlah, Nak. Kamu lihat sendiri aku hampir mati. Sepeninggalku

nanti kamu bisa secepatnya memasang listrik di rumah ini.

Tidak pernah sekalipun aku mendengar kata-kata ayah yang

mengandung ironi demikian tajam. Sesalku tak habis-habisnya. Dan malu.

Kewahlianku melakukan pendekatan verbal yang biasa aku lakukan selama

menjadi propagandis alat kontrasepsi ternyata hanya punya arti negatif di

hadapan ayah. Lebih malu lagi karena ucapan ayah tadi adalah kata-kata

terakhir yang ditujukan kepadaku.

Seratus hari sudah kematian ayah orang-orang bertahlil di rumahku

sudah duduk di bawah lampu neon dua puluh watt. Mereka memandangi

lampu dan tersenyum. Dua tetangga belakang yang tentu saja sudah pasang

listrik mendekatiku.

“Nah, lebih enak dengan listrik, ya Mas?”

Aku diam karena sebal melihat gaya mereka yang pasti menghubung-

hubungkan pemasangan listrik di rumahku yang baru bisa terlaksana sesudah

kematian ayah. Oh, mereka tidak tahu bahwa aku sendiri menjadi linglung.

Listrik memang sudah kupasang tapi aku justru takut menghidupkan radio,

TV, dan pemutar pita rekaman. Sore hari aku tak pernah berbuat apa pun

sampai ibu yang menghidupkan lampu. Aku enggan menjamah sakelar

karena setiap kali aku melakukan hal itu tiba-tiba bayangan ayah muncul

dan kudengar keletak-keletik suara tasbihnya.

Linglung. Maka tiba-tiba mulutku nyerocos. Kepada tamu yang

bertahlil aku mengatakan alasan yang sebenarnya mengapa ayahku tidak

suka listrik, suatu hal yang seharusnya tetap kusimpan.

“Ayahku memang tidak suka listrik. Beliau punya keyakinan hidup

dengan listrik akan mengundang keborosan cahaya. Apabila cahaya

dihabiskan semasa hidupnya maka ayahku khawatir tidak ada lagi cahaya

bagi beliau di dalam kubur”.

Aku siap menerima celoteh dan olok-olok yang mungkin akan

dilontarkan para tamu. Karena aku sendiri pernah menertawakan pikiran

ayah yang antik itu. Aneh, para tamu malah menunduk. Aku juga menunduk,

sambil berdoa tanpa sedikitpun kadar olok-olok. Kiranya ayahnya mendapat

cukup cahaya di alam sana.

(Berkenalan Dengan Prosa Fiksi, 2000: 213-217)

Untuk lebih mengenal dan memahami isi cerpen maupun unsur-unsur:

tokoh & karakter, alur, latar, gaya dan bahasa, tema serta amanat yang

membangun di dalamnya!

Latihan

Bab II

~ Lingkungan

45

Tugas Mandiri

Seperti yang telah berulangkali dipaparkan di depan bahwa cerpen merupakan

cerita pendek yang dibangun oleh unsur-unsur intrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur

yang membangun karya sastra (cerpen) dari dalam seperti tema dan amanat, alur/

plot, penokohan, seting/latar, gaya bahasa dan pusat pengisahan.

Perhatikanlah penjelasan unsur-unsur di atas berikut ini!

a.

Tema, biasanya mengambil hal yang menarik dan aktual, mengangkat

masalah kehidupan manusia, hewan, dan lain sebagainya.

b.

Alur, merupakan rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita. Secara umum,

dalam cerpen terbagi menjadi beberapa tahap penyajian, yatu:

1) pengenalan, penulis mengenalkan tokoh utama, problem yang

dihadapi, suasana hati tokoh utama, waktu dan tempat terjadinya

peristiwa tersebut.

2) timbulnya pertikaian/konflik, tokoh utama mulai mengalami

konflik, misalnya: tokoh utama dengan tokoh pembantu, protagonis

dan antagonis, tokoh utama dengan dirinya sendiri, tokoh utama

dengan masyarakat/adat/kaidah agama.

3) Konflik memuncak/klimaks, tokoh utama menghadapi tantangan

berat yang hampir menghancurkan hidupnya, penuh dengan lukisan

yang menegangkan

4) Penyelesaian masalah, yaitu memberikan jalan keluar bagi tokoh

utama terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi

c.

latar/setting, meliputi tempat, waktu, dan suasana terjadinya cerita.

d.

Point of view

/sudut pandang pengarang, yaitu sudut pandang orang

pertama (dengan tokoh aku/saya) dan sudut pandang pengamat yang

serba tahu (pengarang berdiri di luar cerita, pengarang banyak menjadi

penonton cerita, berlaku seperti dalang yang serba tahu).

e.

Pesan/amanat adalah sesuatu yang secara tersirat/tersurat merupakan

misi yang ingin disampaikan kepada pembaca.

f.

Gaya bahasa. Penggunaan gaya bahasa disesuaikan dengan kebutuhan

pengarang agar ceritanya tidak terlalu monoton (sedikit bervariasi).

“Rumah yang Terang” merupakan cerpen karya Amad Tohari yang sengaja

penulis sajikan untuk memberikan nuansa berbeda dari cerpen pada

pembelajaran yang lalu. Setelah Anda memahami isinya, berlatihlah untuk

menjelaskan unsur-unsur yang membangun di dalamnya secara runtut seperti

penjelasan di atas. Sebagai bahan perbandingan, cari dan bacalah cerpen lain

dan cobalah untuk menganalisis unsur intrinsiknya.

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas X II IPA-IPS

46

B. Mendengarkan Pembacaan Penggalan

Novel

Bila tadi Anda telah berlatih menjelaskan unsur intrinsik cerpen, sama halnya

dengan pembelajaran kali ini, namun, yang menjadi objek adalah penggalan novel.

Sebelum menginjak ke sana, berikut disajikan penggalan novel. Salah seorang teman

Anda membacakannya di depan kelas sedangkan siswa yang lain mendengarkan

dengan seksama.

KOOONG

(Iwan Simatupang)

Betul juga dugaan laki-laki tegap dan si kakek itu. Setelah lewat waktu

yang cukup lama, mulailah berdatangan orang ke desa itu mencari mereka

yang sudah lama pergi dari desa itu. Mereka adalah orang yang berurusan

dengan salah satu bidang sawah, kebun, rumah, penggilingan padi, ternak,

dan entah apa lagi yang telah digadaikan, atau malah terang-terangan disebut

di surat yang mereka perlihatkan itu: dijual. Kembali terdengar kegaduhan

di tiap rumah. Wanita-wanita itu meraung-raung, menjerit-jerit. Mereka tidak

setia menyerahkan apa yang diminta orang asing itu.

Laki-laki tegap dan si kakek segera terlibat dalam perdebatan seru.

“Buktinya di surat pakai materei ini!” bentak seorang laki-laki gendut, sambil

menghapus keringat bercucuran di keningnya.

Laki-laki tegap itu sia-sia meminta dia supaya tenang.

“Dengan suara begitu, suara saudara sebentar lagi akan parau. Lebih

payah saudara, bila sudah tidak bisa lagi bicara lagi sama sekali.”

“Itu urusan saya! Saudara jangan mengejek, ya Saya minta saudara

jangan mencoba-coba mengalihkan pembicaraan ini kepada soal-soal tetek

bengek.”

“Baiklah. Sekarang, apa yang saudara kehendaki?”

“Sawah-sawah dan kebun-kebun yang tercantum di surat pakai materei

ini!”

“Surat ini siapa yang tanda tangan?”

“Si jangkung.”

“Mana bukti-bukti yang mengatakan kepada Saudara, memang si

jangkung pemilik sah sawah-sawah dan kebun itu ?”

“Surat yang ia tanda tangani atas materi ini!”

“Ini betul si jangkung yang tanda tangan. Ini betul pula di atas materei

yang sah. Tapi dia harus melampirkan pada surat penggadaian ini surat-

surat resmi kepemilikan yang sah, yang menerangkan dialah pemilik sah

sawah-sawah dan kebun-kebun itu.”

“Tidak ada!”

“Wah, rumit!”

Bab II

~ Lingkungan

47

Latihan

“Rumit bagaimana?”

“Saudara tidak bisa menyita sawah-sawah dan kebun-kebun itu.”

“Kata siapa?”

“Kata undang-undang kita yang berlaku,”

“Undang-undang? Coba lihat surat pakai materei ini. Betul tidak si

jangkung mengaku di sini, dia telah pinjam uang kontan dari saya sejumlah

dua ratus lima puluh ribu rupiah bila jumlah ini tidak dikembalikan dalam

waktu tiga bulan, sawah-sawah dan kebun-kebun yang dia sebut di sini

jatuh jadi milik saya?”

“Saya percaya saudara. Saya juga percaya si jangkung telah berhutang

kepada saudara. cuma yang belum saya ketahui betul rupanya adalah, si

jangkung bukan pemilik sah sawah-sawah dan kebun-kebun yang disebut

itu.”

“Bukan pemiliknya? Dari mana saudara ketahui?”

“Seluruh penduduk desa ini mengetahuinya. Pemiliknya adalah Pak

Sastro. Dia sedang tidak berada di sini.”

“Ke mana?”

“Pergi, untuk sesuatu urusan. Selama dia bepergian, sawah-sawah

dan kebun ini dipercayakannya kepada Pak Lurah desa ini. Kemudian, Pak

Lurah desa ini mempercayakan penggarapannya pada si Jangkung. Itulah

secara ringkas duduk persoalannya.”

Muka laki-laki gendut itu merah sekali ......................

(Dipetik dari Kooong, 1975: 52-54)

Setelah Anda menyimak pembacaan penggalan novel “Kooong”, karya

Iwan Simatupang, jawablah pertanyaan berikut dengan benar!

1.

Apa yang sedang diributkan oleh orang-orang desa?

2.

Siapa yang terlibat perdebatan dengan laki-laki gendut yang ingin menyita

sawah dan kebun?

3.

Siapakah si Jangkung?

4.

Mengapa si Jangkung dicari-cari oleh laki-laki gendut itu?

5.

Berapakah uang yang dipinjam si jangkung?

6.

Siapa yang tidak memperbolehkan sawah dan kebun disita?

7.

Siapakah pemilik sah sawah dan kebun itu?

8.

Ke manakah Pak Sastro saat itu?

9.

Bagaimanakah sesungguhnya peristiwa penggadaian itu bisa terjadi?

10. Siapakah yang menjelaskan duduk persoalan itu sesungguhnya?

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas X II IPA-IPS

48

1. Unsur-Unsur Intrinsik Novel

Seperti halnya sertiap cerita, novel mempunyai unsur-unsur pembentuk

sebagai berikut:

a.

tema

b.

alur atau ploat

c.

perwatakan atau penokohan

d.

sudut pandang

e.

prabayang dan penegangan

f.

nada atau suara

g.

suasana atau latar

h.

fokus

Berikut ini penjelasan unsur-unsur intrinsik tersebut:

a. Tema

Setiap cerita akan memiliki tema, yaitu inti yang ingin disampaikan

pengarang. T

ema merupakan jiwa sudut cerita. Jiwa ini diwujudkan dengan

memberinya wadah berupa rangkaian kejadian. Rangkaian suatu kejadian

disebut alur (plot). Dengan kata lain, adalah rentetan kejadian yang saling

berhubungan untuk mendukung tema yang akan disampaikan.

Setiap kejadian disampaikan dengan dialog atau monolog manusia

dalam cerita, yang memiliki satu unit klimaks dan anti klimaks.

Untuk cerita yang panjang, klimaks dan antiklimaks dapat banyak

jumlahnya. Kumpulan beberapa unit kejadian dapat dijadikan satu bab. Tanpa

meninggalkan kontinuitas dengan bab sebelumnya.

b. Plot

Plot merupakan liku-liku suatu peristiwa, diketemukan dalam kaitan

satu kejadian utama dengan kejadian utama lainnya. Dengan kata lain, plot

menyebabkan satu kejadian punya hubungan dengan kejadian lain yang

bersifat logis.

Plot mengikat jalan cerita sehingga memiliki klimaks dan antiklimaks

dari hubungan-hubungan antarkejadian.

Plot akan lebih berkembang jika manusia yang menjadi pusat

pengisahan tidak hanya satu orang.

Ada bermacam-macam plot. Coba Anda perhatikan!

1) Berdasarkan urutan waktunya:

a

)

Alur maju atau alur kronologis. Peristiwa-peristiwa yang waktunya

sungguh-sungguh berurutan, misalnya setahun yang lalu, setengah

tahun yang lalu, sebulan yang lalu, seminggu yang lalu, hari ini.

b) Sorot balik (alur mundur). Peristiwa-peristiwa yang disusun tidak

secara lurus (tidak menurut urutan waktu), mislnya: Pak Burhan

duduk termenung di teras rumah, kemudian ia teringat peristiwa-

peristiwa masa lampau. Belanda menyerang kampungnya, anak

istrinya meninggal karena bom. Kemudian cerita kembali ke masa

kini.

Bab II

~ Lingkungan

49

2) Berdasarkan letak puncak peristiwanya, terbagi:

a)

Urutan klimaks. Peristiwa dimulai dari hal yang biasa dan semakin

menonjol atau makin tegang. Peristiwa yang menjadi puncak cerita

mengakhiri cerita.

b) Urutan antiklimaks. Diawali peristiwa yang paling tegang/

menonjol untuk kemudian mengendor dan cerita berakhir dengan

peristiwa yang biasa saja., Misalnya: Ditengah keheningan malam

terdengar teriakan “Gempa! Gempa!” Orang seluruh kampung

keluar mendengar teriakan dahsyat itu, ternyata jerit tadi adalah

orang yang sedang mimpi rumahnya diguncang gempa. Orang-

orang pun kesal namun, geli. Lega, malam kembali pada kehening-

annya lagi.

3) Berdasarkan pada rapat-renggangnya hubungan peristiwa satu dengan

lainnya, terbagi atas:

a)

Alur dramatik atau alur rapat, yaitu alur yang tidak dapat disisipi

oleh peristiwa lain di luar alur pokok.

b) Alur renggang atau alur panoramik. Kebalikan dari alur rapat, alur

ini walaupun di dalam ceritanya memiliki banyak alur dari masing-

masing tokoh, namun pada akhir cerita dapat bersatu menjadi satu

kesatuan alur, sehingga cerita menjadi lebih bervariasi.

c. Perwatakan

Perwatakan dalam cerita. Ada tiga cara untuk memperkenalkan watak

atau kepribadian si tokoh, yaitu:

1

) Pengarang menyebutkannya. Ini yang paling mudah, karena pembaca

tinggal menerimanya saja.

2) Pengarang menggambarkannya dalam tingkah laku pelaku: tindakannya,

gerak-geriknya, reaksi pelaku terhadap suatu kejadian atau orang lain.

3) Pengarang menggambarkannya dalam percakapan atau ucapan pelaku:

percakapan pelaku dengan pelaku lain, ucapan pelaku tentang pelaku

lain.

d. Titik Pandang

Kekuatan dan daya tarik cerita juga terletak pada titik pandang yang

jelas dan konsisten. T

itik pandang adalah perspektif dari mana cerita itu

dikisahkan. Titik-titik pandang yang utama adalah: serba tahu, orang

pertama, dan dihanyutkan pikiran. Dengan titik pandang orang pertama,

cerita akan dikisahkan dengan tokoh yang menyebut dirinya dengan kata

“aku” atau “saya”. Di sini pengarang bercerita, dia sebagai tokoh bukan

sebagai dalang.

e. Fokus

Fokus cerita merupakan titik/pusat cerita. Pengungkapan yang jelas

dari suatu cerita, misalnya perjalanan ke Bangka dengan kapal laut dari

Jakarta. T

entang diri saya, tentang rombongan atau tentang perjalanan itu

sendiri.

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas X II IPA-IPS

50

Tugas Mandiri

f. Latar atau Suasana

Latar merupakan background cerita yang penyajiannya mestinya

belum pernah diketahui pembaca,sehingga menimbulkan rasa ingin tahu

dan memberikan suasana baru.

g. Nada

Yang dimaksud nada adalah penutur, orang yang menceritakan cerita

tersebut. Nada suara sangatlah mempengaruhi cara pembaca menafsirkan

cerita dengan baik.

Setelah Anda mendengarkan Pembacaan penggalan novel di atas, latihlah

kemampuan Anda menganalisis unsur-unsur yang terkandung dalam cerita

tersebut. Sebagai bahan perbandingan, Anda dapat mencoba dengan novel

berbeda seperti, “Pada Sebuah Kapal” karya N.H. Dini atau novel-novel terbaru

lainnya.

C. Menulis Surat Dinas

Pada pembelajaran sebelumnya, Anda telah mengenal dan memahami surat

lamaran pekerjaan dan seluk-beluk di dalamnya.

Untuk wawasan selanjutnya, ada baiknya Anda diperkenalkan dengan surat

yang lain, yaitu surat dinas. Coba Anda perhatikan dan pahami salah satu surat

dinas berikut ini!

SURAT PERINTAH KERJA

Nomor:

Yang bertanda tangan di bawah ini:

1. nama

: .........................

jabatan

: Pemimpin Proyek Pembinaan Kurikulum dan Pengadaan

Buku Sekolah Bahasa Indonesia, menurut Surat Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan No..................

Selanjutnya disebut pihak pertama.

2. nama

: ........................

jabatan

: ........................

alamat

: ........................

Selanjutnya disebut pihak kedua.

Pihak pertama memberikan perintah kerja kepada pihak kedua, berupa

pembuatan setting naskah buku: .....................

Pihak pertama dan ketua telah mengadakan persetujuan pelaksanaan

pembuatan setting naskah sebagai berikut:

Bab II

~ Lingkungan

51

Latihan

1.

pihak kedua telah membuat surat penawaran harga pembuatan setting,

dengan,

2.

proyek menerima hasil setting berupa film positif sesuai dengan ukuran

huruf dan bidang cetak yang sudah ditetapkan,

3.

korektor hasil setting adalah tim proyek,

4.

pembuatan film positif, sesudah hasil setting disetujui proyek,

5.

jumlah biaya setting sampai film sebesar: perlembar, termasuk biaya

korektor

6.

penyelenggaraan pekerjaan tersebut harus dijalankan sesuai dengan

persetujuan dan petunjuk-petunjuk dari pihak pertama

Demikian surat perintah kerja ini dibuat untuk dipergunakan dan

dilaksanakan, sebagaimana mestinya.

Dibuat di Jakarta

Pada tanggal tersebut di atas

pihak kedua pihak pertama

yang menerima perintah kerja yang memberi perintah kerja

tanda tangan tanda tangan

Mengamati salah satu surat dinas di atas, hampir sama dengan surat perjanjian

jual beli atau sewa-menyewa. Namun untuk lebih jelasnya, Anda dapat lebih

mengenalnya dengan menjawab pertanyaan berikut ini!

1.

Adakah kepala surat dalam surat dinas di atas?

2.

Siapa yang membuat surat dinas tersebut dan di mana?

3.

Siapakah yang menjadi pihak pertama?

4.

Siapa pula yang menjadi pihak kedua?

5.

Apakah isi surat dinas tersebut?

1. Pengertian dan Jenis Surat Dinas

Surat dinas yang dimaksudkan dalam pembelajaran ini adalah sebagai

salah satu alat komunikasi yang tertulis yang digunakan untuk menyampaikan

warta tentang kedinasan, dibuat oleh pejabat organisasi/instansi pemerintah.

Karena surat dinas itu dibuat oleh seseorang dalam kedudukannya

sebagai pejabat instansi pemerintah, maka surat dinas itu disebut juga surat

jabatan. Di samping itu, dikenal pula sebutan surat resmi unuk surat dinas atau

surat jabatan ini., karena surat dinas dikeluarkan oleh instansi resmi pemerintah

dalam arti bukan oleh suatu organisasi swasta.

Surat dinas memiliki bentuk yang berbeda dengan surat pribadi atau

dagang. Dibandingkan dengan surat pribadi, perbedaannya terletak pada

kedudukan penulis.

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas X II IPA-IPS

52

Penulis surat dinas dalam menyusun kata-kata dan kalimat harus

senantiasa ingat bahwa ia menulis dalam kedudukannya sebagai seoarang

pejabat instansi pemerintah. Selain itu, penulis surat dinas tidak senantiasa

menjadi objek surat itu.

Berikut ini ditampilkan beberapa jenis surat dinas, perhatikanlah!

a. Surat pengantar

yaitu surat yang mempunyai bentuk tertentu yang pada umumnya

berupa formulir, sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan tinggal diisi saja.

Perhatikan contoh!

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROYEK PEMBINAAN KURIKULUM DAN PENGADAAN

BUKU SEKOLAH BAHASA INDONESIA

Jalan Hanglekir II/16, Kebayoran Baru Telepon 710612

JAKARTA SELATAN

Daftar pengantar No. ....................................

Kepada ............................

............................

No. Urut Uraian Banyaknya Keterangan

Jakarta, .............

Tanda tangan penerima

pemimpin proyek

Pada umumnya surat pengantar berukuran oktavo atau A5

b. Surat Pemberitahuan

Pada umumnya surat ini bersifat pemberitahuan yang berisi berita.

Contoh:

PROPINSI SULAWESI SELATAN

No.

:

Ujung Pandang, ...........................

Lampiran

:

Hal

: Kepada

Menteri Dalam Negeri

(Kepala Biro Umum)

Jakarta

Kami beritahukan bahwa pada akhir bulan yang lalu, kapal “Sirimau”

telah berangkat ke Surabaya dikarenakan akan masuk dok selama 2 bulan.

GUBERNUR SULAWESI SELATAN

u.b

Sekretaris

Bab II

~ Lingkungan

53

c. Surat Perintah

Surat ini berisi perintah atau instruksi dari atasan kepada bawahan untuk

melakukan tugas di luar pekerjaan rutin.

Sebagai contohnya dapat Anda amati pada contoh di depan yang digunakan

sebagai bahan latihan.

d. Surat Panggilan

Surat panggilan juga dapat berbentuk formulir sehingga apabila sewaktu-

waktu dibutuhkan tinggal melengkapi data saja.

Perhatikan contoh di bawah ini.

SMA ISLAM I

Jalan Wates Km. 7

YOGYAKARTA

No. :

Yogyakarta,.........................

Lampiran :

Hal

: Panggilan I/II/III

Yth. Saudara.....................

Orang tua/Wali murid........

Kelas..............................

YOGYAKARTA

Kami mengharap kehadiran saudara selaku orang tua/wali murid bernama

............. Kelas ............ di kantor SMA Islam I Jalan Wates Km. 7 Yogyakarta,

pada:

hari

: ............................

tanggal : ...........................

jam

: ..........................

Untuk keperluan ....................................................................................

Atas kehadiran Saudara, kami ucapkan terima kasih.

a.n Kepala Sekolah

Wali kelas

2. Cara Menulis Surat Dinas

Perbedaan surat dinas dengan surat pribadi selain telah dikemukakan di

atas, juga terletak pada kertas suratnya. Pada surat pribadi tidak mengenal kepala

surat, untuk itu alamat pengirim harus ditulis secara lengkap.

Salam pembuka dalam surat dinas menggunakan kata ‘dengan hormat,’

‘bapak yang terhormat,’ ‘tuan ... yang terhormat,’ ‘Assalamualaikum w.w.’

Kata salam dalam surat dinas tergantung kepada kedudukan pengirim surat

terhadap orang yang dikiriminya surat. Secara umum biasanya menggunakan

kata ‘Hormat kami.’ Sedangkan bagian inti surat berisi berita, pernyataan,

pertanyaan, perintah, permohonan, dan sebagainya.

Lalu, bagaimanakah dengan bahasa yang digunakan dalam surat dinas?

Apakah sama dengan bahasa dalam surat pribadi?

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas X II IPA-IPS

54

Tugas Mandiri

Dalam surat dinas walaupun pembuat suratnya dari instansi yang berbeda

tetap menggunakan bahasa yang resmi, yaitu bahasa Indonesia yang disesuaikan

dengan ejaan yang berlaku, sedangkan format baku dalam surat dinas adalah

sebagai berikut:

1) kepala surat

6) alamat yang dituju

2) nomor

7) salam pembuka (tidak harus ada)

3) hal

8) isi surat

4) lampiran

9) salam penutup (tidak selalu ada)

5) tanggal pembuatan surat

10) nama terang, tanda tangan pengirim surat

Setelah Anda mengamati beberapa jenis surat dinas, Anda pasti mampu

menulis salah satu surat dinas. Sebagai portofolio, cobalah Anda membuat surat

dinas yang berisi peringatan dan permohonan dengan kepala surat :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Kantor Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (disesuaikan dengan daerah

tempat tinggal Anda).

D. Menyampaikan Intisari Buku Nonfiksi

dalam Diskusi

Seperti yang telah dipelajari pada bab pendahulu, bahwa diskusi merupakan

ajang bermusyawarah, melatih sikap demokrasi, menguji sikap toleransi,

mengembangkan kebasan pribadi, mengembangkan latihan berpikir, menambah

pengetahuan dan pengalaman serta mengejahwantakan sikap intelijen dan kreatif.

Untuk membuktikan kesemua manfaat di atas, berlatihlah dengan membentuk forum

diskusi kembali dan mengangkat topik berikut ini sebagai bahan diskusi.

Pemanasan Global Menjadi Persoalan Kita

Perubahan iklim terjadi akibat adanya pemanasan global. Bumi

memang perlu dipanaskan agar manusia tidak mati karena beku. Persoalan

kemudian muncul ketika terjadi peningkatan temperatur yang mencolok.

Muncul kekawatiran, bumi suatu kali nanti menjadi sedemikian panasnya

sehingga manusia dan makhluk hidup lainnya tidak akan lagi mampu

menahannya. Kehidupan di atas bumi dikawatirkan musnah.

Radiasi matahari ketika mencapai permukaan bumi kira-kira

sepertiganya dipantulkan langsung ke atmosfer serta sisanya diserap bumi

dan atmosfer. Pemanasan bumi menjadi sedemikian signifikan pening-

katannya ketika tercatat bahwa radiasi inframerah dari permukaan bumi

tidak dapat lepas seluruhnya ke atmosfer karena terhalang efek rumah kaca.

Bab II

~ Lingkungan

55

Gambar 3.1 Asap pabrik, salah satu penyebab pemanasan global

Efek gas rumah kaca pada komposisi yang tepat akan membuat

kehidupan bertahan. Namun, sekarang yang terjadi adalah peningkatan

temperatur akibat gas rumah kaca (GRK).

Efek rumah kaca tersebut terjadi karena radiasi inframerah diserap oleh

molekul-molekul GRK Pemanasan bumi atau pemanasan global ini

kemudian menjadi isu yang ditampung dalam Konversi Kerangka Kerja

PBB tentang Perubahan Iklim. Dan disepakati ada enam GRK yang

signifikan mempengaruhi efek rumah kaca. Keenam gas tersebut adalah

karbondioksida(CO2), metan (CH4), nitrooksida (N2O), hidrofluorokarbon

(HFCS), perfluorokarbon(PFCS) dan sulfurheksafluorida(SF6).

Gas CO2 yang dihasilkan dari aktivitas manusia, sejak 1959, meliputi

55 persen dasi seluruh CO2 yang ada di atmosfer. Sisanya dihasilkan oleh

tanaman dan laut. Pembakaran bahan bakar fosil (yang berasal dari minyak

bumi) ditambah kegiatan produksi semen telah menghasilkan sekitar 75

persen dari CO2 yang dihasilkan manusia.

Sisanya, 25 persen, dihasilkan dari perubahan tata guna lahan. Aktivitas

manusia telah menghasilkan emisi metan, sedangkan emisi N2O oleh

manusia seimbang dengan emisi dari kegiatan alam.

Aktivitas manusia telah meningkatkan konsentrasi CO2 hingga

mencapai 379 parts permillion (ppm), CH4 kini konsentrasinya lebih besar

dari 1.774 parts perbillion (ppb). Selama 650.000 tahun terakhir ini

merupakan tingkat konsentrasi CO2 bisa stabil antara 180 ppm dan 300

ppm, sedangkan CH4 stabil antara 320 ppb dan 790 ppb.

Catat peningkatan dramatik ini: peningkatan konsentrasi CO2 tidak

pernah lebih dari 30 ppm dalam 1000 tahun. Sekarang konsentrasi CO2

meningkat 30 ppm hanya dalam jangka waktu 17 tahun.

Dengan menyimak catatan di atas, seperti tercantum dalam

The

Physical Science Basis

yang dilaporkan oleh Working Group I pada Panel

Antarpemerintah untuk perubahan iklim (IPCC), pihak yang bertanggung

jawab atas pemanasan global mungkin kita memang selayaknya turut

bertanggung jawab atas terjadinya proses pemanasan global yang

mengancam kehidupan (kita) ini.

(Kompas, 2007:13)

www.menlh.go.id

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas X II IPA-IPS

56

Tugas Mandiri

Latihan

Dengan membaca dan memahami isi wacana di atas, lengkapilah pernyataan di

bawah ini dengan tepat!

1.

Perubahan iklim di bumi ini terjadi akibat adanya ... .

2.

....ketika sampai di permukaan bumi, sepertiganya dipantulkan langsung

ke atmosfer.

3.

Peningkatan ... dari permukaan bumi tidak dapat lepas seluruhnya ke

atmosfer.

4.

Hal di atas terhalang oleh ... .

5.

Efek rumah kaca terjadi karena radiasi infra merah diserap oleh ... .

6.

Ada enam gas yang mempengaruhi efek rumah kaca ialah ..., ..., ..., ..., ...,

dan ... .

7.

Gas yang paling banyak dihasilkan oleh aktivitas manusia adalah ....

8.

Pembakaran bahan bakar fosil dan kegiatan produksi semen telah

menghasilkan sekitar ... dari CO2.

9.

Aktivitas manusia telah menghasilkan ... yang lebih besar daripada yang

telah diemisikan oleh alam.

10. Selama ... tahun ini peningkatan CO2 merupakan konsentrasi tertinggi.

Menyampaikan pendapat dalam sebuah diskusi dapat dilakukan scara

sistematik dan teratur. Untuk mengutarakan pendapat secara demikian, diperlukan

pendalaman masalah, diperlukan kebiasaan untuk mengemukakan pendapat secara

langsung dan tidak berbelit-belit, akan tetapi setiap masalah dianalisis secara

terperinci satu per satu.

Menyampaikan intisari sebuah buku pun hendakya secara runtut dimulai dari

judul dilanjutkan isi buku. Gunakanlah bahasa yang baik dan santun. Hal yang

terlebih dahulu dipersiapkan dari sebuah buku adalah meringkas buku tersebut

hingga menjadi sebuah intisari buku. Meringkas buku dilakukan dengan cara

menemukan hal-hal penting dari setiap paragraf yang ada, menyisihkan setiap

kalimat-kalimat penjelas. Merangkum secara keseluruhan hingga menjadi ringkasan

atau intisari.

Bentuklah forum diskusi dengan cara menunjuk teman Anda sebagai

moderator, penulis, penyaji. Anda dapat menggunakan wacana di atas sebagai

bahan diskusi atau Anda dapat mencari bahan lain yang bisa diangkat dalam

forum tersebut.

Bab II

~ Lingkungan

57

Refleksi

Rangkuman

Catatlah informasi yang Anda dapatkan dalam diskusi. Berilah penilaian

terhadap teman Anda yang menyampaikan intisari buku (penyaji). Selanjutnya

secara bergantian, Anda dapat melatih kecakapan tersebut dengan bahan yang

lain.

1.

Unsur yang membangun cerpen dari dalam cerpen itu sendiri disebut unsur

intrinsik, yang terdiri dari: tema dan amanat, plot/alur, perwatakan/

penokohan, latar/setting, gaya bahasa, sudut pandang pengarang.

2.

Unsur intrinsik novel adalah unsur yang membangun novel dari dalam

novel itu sendiri, yaitu tema, plot, perwatakan, titik pandang, fokus, latar/

suasana dan nada.

3.

Surat dinas adalah surat yang dibuat oleh instansi/organisasi tertentu untuk

menyampaikan informasi.

4.

Menulis surat dinas harus memperhatikan bahasa yang sesuai dengan ejaan

yang berlaku, isinya disesuaikan dengan kebutuhan (perintah, permohonan,

peringatan), dan formatnya harus baku (kepala surat, nomor surat, hal,

lampiran, alamat yang dituju, pembuka, isi, penutup, nama terang dan tanda

tangan).

5.

Dalam menyampaikan intisari buku nonfiksi harus memperhatikan

keruntutan buku, berupa judul dan isi buku tanpa harus mengungkapkan

pendahuluan dan penutup. Gunakan bahasa yang santun dan baik serta

memahami aturan permainan dalam diskusi.

1.

Sikap yang harus dilakukan bila menjelaskan unsur-unsur intrinsik cerpen

adalah mengungkapkan pengertian dari masing-masing unsur dengan

memberikan contohnya.

2.

Bila menjelaskan unsur-unsur intrinsik dalam penggalan novel pun, Anda

hendaknya mengungkapkannya dengan disertai petikan novel tersebut

untuk menghindari kesimpangsiuran informasi.

3.

Sikap yang perlu dihindari dalam penulisan surat dinas adalah menng-

gunakan bahasa yang digunakan sehari-hari dan tidak memperhatikan

posisi penulis saat itu. Selain itu, tidak memperhatikan isi dan format baku

surat dinas.

4.

Sikap yang harus dilatih dalam menyampaikan inti sari buku dalam forum

diskusi adalah menyampaikan dengan bahasa yang santun dan komunikatif,

tidak berbelit-belit serta jelas urutan penyajiannya.

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas X II IPA-IPS

58

Evaluasi

Setelah mempelajari materi bab ini, Anda dapat mengukur kemampuan

Anda dengan mengerjakan soal-soal evaluasi berikut ini.

Uraikan jawaban atas pertanyaan berikut ini dengan tepat!

1.

Apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik cerpen dan apa saja yang termasuk

di dalamnya?

2.

Sebutkanlah unsur intrinsik yang tedapat dalam sebuah novel!

3.

Sebutkan karya sastra cerpen dan novel dari sastrawan terkenal Indonesia,

masing-masing tiga buah karya sastra!

4.

Jelaskanlah seluk-beluk surat dinas dan bagaimanakah penulisan surat dinas

yang baik?

5.

Apa yang dimaksud inti sari buku nonfiksi dan bagaimana cara menyam-

paikannya, bila buku tersebut dijadikan bahan pembicaraan dalam diskusi?