Gambar Sampul Sosiologi · BAB I PERUBAHAN SOSIAL
Sosiologi · BAB I PERUBAHAN SOSIAL
Wida

24/08/2021 16:55:33

SMA 12 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

ii

SOSIOLOGI SMA dan MA Kelas XII IPS

Desainer sampul : Andhika Cakra Permana

Pewajah : Muthiah Farida

Ukuran

: 17,6 x 25 cm

Penulis : Wida Widianti

Hak Cipta pada Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Dilindungi oleh undang-undang

301.07

WID

WIDA Widianti

s

Sosiologi 3 : untuk SMA dan MA Kelas XII IPS / penulis, Wida Widianti

. -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

vi, 134 hlm, : ilus. ; 25 cm

Bibliogra

fi

: hlm. 132-133

Indeks

ISBN 978-979-068-742-4 (no. jilid lengkap)

ISBN 978-979-068-756-1

1. Sosiologi-Studi dan Pengajaran I. Judul

Hak Cipta Buku ini telah dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional

Dari Penerbit Habsa Jaya Bandung

Diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional

Tahun 2009

Diperbanyak Oleh....

iii

KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada

tahun 2009, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit

untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (

website

) Jaringan

Pendidikan Nasional.

Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan

dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan

untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 22 Tahun 2007 tanggal 25 Juni 2007.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para

penulis/penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada

Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan

guru di seluruh Indonesia.

Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada

Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (

down load

), digandakan,

dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun, untuk

penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan

yang ditetapkan oleh Pemerintah. Diharapkan bahwa buku teks pelajaran ini akan

lebih mudah diakses sehingga siswa dan guru di seluruh Indonesia maupun sekolah

Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para

siswa kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku ini sebaik-baiknya.

Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena

itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.

Jakarta, Juni 2009

Kepala Pusat Perbukuan

Kata Pengantar

iv

KATA PENGANTAR

Ilmu Pengetahuan merupakan hasil dari proses kebudayaan masyarakat. Ia

tumbuh dan berkembang sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat

itu sendiri. Di tengah perubahan sosio kultural masayarakat dunia, penguasaan atas

ilmu pengetahuan menjadi hal yang terpenting dalam kehidupan manusia. Ketidak-

mampuan dalam menguasainya, pada gilirannya akan menjadikan seseorang tidak

memiliki kemampuan mengarungi kehidupan dengan baik.

Pada dasarnya ilmu pengetahuan terbagi menjadi tiga, antara lain; ilmu

pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, dan humaniora. Buku sosiologi ini

merupakan bagian dari ilmu pengetahuan sosial yang disusun dan disajikan bagi

siswa yang duduk di bangku SMA dan MA kelas XII dengan materi yang merupa-

kan kelanjutan dari materi pada tingkatan sebelumnya dan merupakan upaya untuk

menggambarkan kerangka sosiologi yang lebih aplikatif dengan kehidupan sehari-

hari. Selain itu, pada tingkatan ini Anda akan dibimbing untuk melakukan penelitian

sosial secara sederhana.

Untuk lebih memahami keterkaitan antara konsep-konsep sosiologi tersebut,

dalam buku ini disertakan pula latihan-latihan sederhana yang bertujuan sebagai

stimulan agar Anda lebih kreatif dan inovatif dalam menemukan dan mengembang-

kan potensi diri.

Jika ada peribahasa, “tidak ada gading yang tak retak”, penyusun percaya

bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Demikian dengan buku ini, bukanlah

satu-satunya buku sosiologi yang terbaik. Untuk lebih memahami pelajaran sosiolo-

gi ini tidak ada salahnya jika Anda juga menjadikan buku sosiologi lainnya sebagai

literatur pendukung.

Penulis

v

Kata Pengantar ~ iii

Daftar Isi ~ iv

Biogra

fi

~ iv

BAB I PERUBAHAN SOSIAL

A. PERUBAHAN SOSIAL DI MASYARAKAT ~ 2

B. PROSES PERUBAHAN SOSIAL DI MASYARAKAT INDONESIA ~ 8

C. DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL TERHADAP

KEHIDUPAN MASYARAKAT ~ 12

D. INTEGRASI DAN DISINTEGRASI ~ 13

E. KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA ~ 20

F. MASYARAKAT TRADISIONAL DAN MASYARAKAT MODERN ~ 24

G. PENGARUH PERKEMBANGAN MASYARAKAT DUNIA TERHADAP PEM-

BENTUKAN PELAPISAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA ~ 30

H. PEMBANGUNAN MASYARAKAT INDONESIA ~ 35

I.

INDONESIA DI TENGAH MODERNISASI DUNIA ~ 48

RANGKUMAN ~ 60

LATIHAN ~ 61

GLOSARIUM ~ 62

BAB 2 LEMBAGA SOSIAL

A.

HAKEKAT LEMBAGA SOSIAL ~ 64

B. TIPE-TIPE LEMBAGA SOSIAL ~ 65

C. BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL ~ 67

RANGKUMAN ~ 78

LA

TIHAN ~ 79

GLOSARIUM ~ 80

BAB 3 METODE PENELITIAN SOSIAL

A.

BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PERKEMBANGAN ILMU

PENGETAHUAN ~ 82

B. MERANCANG PENELITIAN ~ 84

RANGKUMAN ~ 92

LA

TIHAN ~ 93

GLOSARIUM ~ 94

BAB 4 PROSES PENELITIAN SOSIAL

A.

PENDEKATAN-PENDEKATAN PENELITIAN ~ 96

B. SUBJEK PENELITIAN ~ 96

C. DATA PENELITIAN ~ 97

D.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA ~ 98

E. PROSES ANALISIS DATA ~ 98

Daftar Isi

Daftar Isi

F. ANALISIS INTERPRETASI DATA ~ 112

G. MENARIK KESIMPULAN ~ 112

RANGKUMAN ~ 114

GLOSARIUM ~ 115

BAB 5 PENULISAN LAPORAN PENELITIAN

A.

TEKNIK PENULISAN LAPORAN PENELITIAN~ 96

B. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PENELITIAN~ 96

RANGKUMAN ~ 121

GLOSARIUM ~ 122

KUNCI JA

WABAN ~ 123

DAFTAR PUSTAKA ~ 130

INDEKS ~ 134

Daftar Isi

vi

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

1

Semester I

BAB I

PERUBAHAN SOSIAL

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini siswa diharapkan dapat mendeskripsikan bentuk-

bentuk perubahan sosial, memberikan contoh faktor pendorong perubahan

sosial, dan memberikan contoh faktor-faktor penghambat perubahan sosial.

Dampak Perubahan

Sosial

Integrasi

Integrasi

Faktor Penyebab

Perubahan Sosial

komunikasi

ekstern

intern

Perubahan Sosial

Proses Perubahan

Sosial

virus n-ach

2

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

A. PERUBAHAN SOSIAL DI MASYARAKAT

Perkembangan yang selalu terjadi dalam kehidupan sosial telah menyebabkan terja-

dinya perubahan-perubahan. Perkembangan yang terjadi antara masyarakat yang satu de-

ngan masyarakat yang lain berbeda-beda. Masyarakat yang berada di lokasi yang strategis

biasanya mengalami perkembangan yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan masyar-

akat yang berada di lokasi yang terisolir. Kondisi tersebut terjadi karena lokasi yang strategis

memungkinkan masuknya berbagai informasi dari luar sehingga memungkinkan terjadinya

perubahan terhadap peri kehidupan sosialnya. Itulah sebabnya masyarakat yang berada di

lokasi yang strategis pada umumnya berkembang menjadi masyarakat yang terbuka yang

sering melakukan interaksi dengan masyarakat yang lain sehingga perubahan-perubahan

yang terjadi berlangsung relatif cepat. Kondisi seperti itu dapat dijumpai pada masyarakat

pantai (pelabuhan), masyarakat perkotaan, dan lain sebagainya. Masyarakat yang cepat

mengalami perubahan dan atau perkembangan dikenal dengan istilah masyarakat dinamis.

Sedangkan masyarakat yang berada di lokasi yang terisolir akan menjadikan masyar-

akat yang terasing dari berbagai pengaruh. Dalam kondisi seperti itu masyarakat cenderung

bersifat tertutup sehingga tidak terdapat informasi-informasi yang memungkinkan terjadin-

ya perubahan secara signi

fi

kan. Kondisi seperti itu telah menyebabkan kehidu pan yang sta-

tis sehingga perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung secara relatif lamban. Tipologi

masyarakat seperti ini dapat dijumpai di daerah-daerah terpencil yang sulit di jangkai oleh

informasi-informasi baru. Seperti yang telah dibahas dalam bagian sebelumnya, bahwa di

Indonesia juga terdapat suku-suku terasing. Suku terasing tersebut merupakan suatu bentuk

dari masyarakat yang terisolir yang sangat lamban dalam menerima perubahan dan atau

perkembangan atau dikenal juga dengan istilah masyarakat statis.

Perlu disadari bahwa setiap masyarakat akan mengalami perubahan dan atau perkem-

bangan, tidak terkecuali masyarakat yang terisolir atau masyarakat statis. Yang membedakan

antara masyarakat dinamis dengan masyarakat statis hanyalah segi cepat atau lambatnya

perubahan dan atau perkembangan tersebut terjadi. Masyarakat dinamis ditandai dengan

perubahan dan atau perkembangan yang relatif cepat, sedangkan masyarakat statis ditandai

dengan adanya perubahan dan atau perkembangan yang relatif lamban. Namun yang ter-

penting adalah kedua jenis masyarakat tersebut sama-sama mengalami perubahan dan atau

perkembangan. Setiap perubahan yang terjadi akan ditandai dengan adanya penyesuaian-

penyesuaian, yakni antara sistem nilai dan sistem norma yang lama terhadap sistem nilai

dan sistem norma yang baru. Perubahan dan atau perkembangan tersebut sekaligus juga

akan menciptakan struktur atau fungsi yang baru dalam kehidupan masyarakat. Jika suatu

masyarakat tidak berhasil dalam langkah penyesuaian akan berakibat pada terciptanya keti-

daksesuaian setiap unsur dalam struktur dan fungsi sosial. Jika persoalan tersebut dibiarkan

berlarut-larut akan menimbulkan terjadinya disintegrasi dalam kehidupan masyarakat yang

bersangkutan.

1. Pengertian Perubahan Sosial

Membicarakan perubahan sosial sesungguhnya sama artinya dengan membicarakan

perubahan kebudayaan. Pernyataan tersebut selaras dengan pandangan

Koentjaraningrat

tentang kebudayaan yang merupakan segala sesuatu yang merupakan keseluruhan ide,

keseluruhan perilaku, dan keseluruhan benda-benda yang merupakan hasil perilaku dari

Perubahan Sosial

3

manusia. Berdasarkan atas pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa tidak ada masyarakat

yang tidak berbudaya karena masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang berpikir

,

berbuat, dan sekaligus menghasilkan sesuatu sebagai akibat dari proses berpikir dan proses

berbuat tersebut. Dengan demikian, istilah masyarakat dan kebudayaan merupakan dua

konsepsi yang hanya dapat dipisahkan secara teoritis, tetapi tidak dapat dipisahkan secara

praktis. Perubahan sosial akan selalu diikuti oleh adanya perubahan kebudayaan. Sebalikn-

ya, perubahan kebudayaan juga akan selalu diikuti oleh adanya perubahan sosial. Lalu,

apakah yang dimaksud dengan perubahan sosial itu?

Selo Soemardjan berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan perubahan-peruba-

han yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial

di dalam suatu masyarakat, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola

perilaku di antara kelompok-kelompok dalam suatu masyarakat. Sehubungan dengan pe-

rubahan sosial tersebut, Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan

perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi masyarakat. Sedangkan Rob-

ert McIver berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan perubahan dalam hubungan-

hubungan sosial atau perubahan terhadap kesinambungan hubungan-hubungan sosial.

Dari dua pengertian di atas dapat digarisbawahi, bahwa perubahan sosial diindikasikan

dengan adanya perubahan dalam hal struktur sosial, fungsi sosial, dan sistem sosial yang

terjadi dalam suatu masyarakat. Struktur sosial merupakan suatu bentuk jalinan antara ber-

bagai unsur-unsur sosial yang ada dalam suatu masyarakat. Fungsi sosial merupakan bentuk

aktif dari masing-masing unsur yang ada dalam suatu masyarakat. Sedangkan sistem sosial

merupakan jalinan hubungan antara masing-masing unsur yang ada dalam suatu masyarakat

sehingga membentuk suatu jalinan hubungan fungsional.

Adapun beberapa unsur sosial yang sering mengalami perubahan adalah kelompok-

kelompok sosial, sistem nilai dan sistem norma yang mengatur dalam hubungan sosial, pola

perilaku dalam interaksi sosial, sistem pelapisan sosial, kekuasaan dan wewenang, dan lain

sebagainya.

2. Proses Perubahan Sosial di Masyarakat

a. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat

Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama dan rentetan-rentetan perubahan

kecil yang saling mengikuti dengan lambat, dinamakan evolusi. Pada evolusi perubahan

terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi

karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keada-

an-keadaan dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.

Rentetan-rentetan perubahan tersebut tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa-perisitiwa

di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan. Ada bermacam-macam teori tentang evolusi,

pada umumnya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:

1.

Unilinear theories of evolution

. Teori ini pada pokoknya berpendapat bahwa manu-

sia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu,

bermula dari bentuk yang sederhana, kemudian bentuk yang kompleks sampai tahap

yang sempurna.

2.

Universal theory of evolution

, menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah

perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Teori ini mengemukakan bahwa masyar-

4

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

akat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen (sama) ke kelompok

yang heterogen.

3.

Multilined theories of evolution

. Teori ini lebih menekankan pada penelitian- penelitian

terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat misalnya, men-

gadakan penelitian perihal pengaruh perubahan sistem mata pencaharian berburu ke

pertanian.

Sedangkan yang dimaksud perubahan secara cepat atau revolusi adalah proses peru-

bahan Sosial yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi

pokok kehidupan masyarakat (yaitu lembaga kemasyarakatan), disebut revolusi. Di dalam

revolusi, perubahan-perubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu atau tanpa

rencana. Suatu revolusi dapat berlangsung dengan didahului oleh suatu pemberontakan

yang kemudian menjelma menjadi revolusi.

Secara sosiologis, agar suatu revolusi dapat terjadi, maka harus dipenuhi syarat-syarat

tertentu, antara lain:

1. Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat

harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk

mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.

2. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin

masyarakat tersebut

3. Pemimpin dapat menampung keinginan-keinginan masyarakat untuk kemudian meru-

muskan serta menegaskan rasa tidak puas tadi menjadi program dan arah gerakan

4. Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat

5. Harus ada ”momentum”, yaitu saat dimana segala keadaan dan faktor sudah tepat dan

baik untuk memulai suatu gerakan.

b. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

Perubahan-perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur

struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Pe-

rubahan mode pakaian misalnya, tidak akan membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat

dalam keseluruhannya, karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga

kemasyarakatan. Sebaliknya, suatu proses industrialisasi yang berlangsung pada masya-

rakat agraris, misalnya, merupakan perubahan yang akan membawa pengaruh besar pada

masyarakat. Pelbagai lembaga-lembaga kemasyarakatan akan ikut terpengaruhi misalnya

hubungan kerja, sistem pemilikan tanah, hubungan kekeluargaan, strati

fi

kasi masyarakat

dan seterusnya.

c. Perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki

Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan

atau yang telah direncanakan terlebih dulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan pe-

rubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan

agent

of change

, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat

sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan, merupakan peruba-

han-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan

Perubahan Sosial

5

masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan

masyarakat.

3.

Sebab-Sebab Terjadinya Perubahan Sosial

Terjadinya perubahan sosial disebabkan oleh beberapa faktor yang bersifat simultan,

antara lain adalah faktor intern, faktor ekstern, faktor komunikasi, dan virus n-ach.

Faktor intern merupakan penyebab terjadinya perubahan sosial yang terdapat di dalam

kehidupan masyarakat itu sendiri. Terdapat beberapa faktor intern yang menyebabkan terjad-

inya perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat. Di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Adanya penemuan-penemuan baru

Sumber:

www

.primatechnica.co.id

Penemuan-penemuan dalam bidang komputer dan internet telah memungkinkan manusia

dapat melakukan komunikasi dan mengakses data global dalam waktu yang sangat cepat

Manusia dengan kemampuan akal pikiran memiliki dorongan-dorongan yang kuat un-

tuk mengadakan kegiatan penelitian sehingga menghasilkan penemuan-penemuan baru

yang dikenal dengan istilah

discovery

. Penemuan-penemuan baru tersebut didorong

oleh beberapa hal, yakni, (1) kesadaran manusia akan adanya beberapa kekurangan

dalam kebudayaannya, (2) munculnya beberapa ahli yang memiliki kuali

fi

kasi tertentu

sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya, dan (3) adanya beberapa motivasi tertentu

untuk melakukan kegiatan penelitian dan sebagai upaya untuk memperoleh penemuan

baru. Penemuan-penemuan baru tersebut tidak berhenti begitu saja. Para ahli akan se-

lalu melakukan langkah-langkah pengembangan yang dikenal dengan istilah inovasi,

sehingga kebudayaan akan mengalami proses penyempurnaan. Adanya berbagai pen-

emuan tersebut membawa pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat, di

antaranya adalah kehidupan masyarakat akan semakin mudah dan berlangsung secara

cepat. Bahkan, dewasa ini penemuan-penemuan baru telah menciptakan era globalisasi

dan era informasi sehingga segala sistem nilai dan sistem norma yang ada di seluruh

dunia akan segera diketahui oleh seluruh penduduk dunia.

b. Terjadinya mobilitas penduduk

Mobilitas penduduk, baik yang berupa urbanisasi, bedol desa, transmigrasi, imigrasi,

emigrasi, maupun remigrasi telah menyebabkan terjadinya pengurangan penduduk di

6

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

suatu daerah tertentu dan sekaligus penambahan penduduk di daerah lainnya. Keadaan

tersebut telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur dan lembaga ke-

masyarakatan.

c. Adanya kon

fl

ik-kon

fl

ik dalam kehidupan masyarakat

Mobilitas penduduk dengan segala macam dinamika yang terjadi juga dapat menyebab-

kan terjadinya kon

fl

ik-kon

fl

ik sosial, baik yang melibatkan antara individu dengan in-

dividu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok.

Kon

fl

ik-kon

fl

ik yang berkembang tersebut tidak selalu bersifat negatif. Seringkali kon-

fl

ik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat diikuti dengan suatu proses akomodasi

yang pada gilirannya justru akan menguatkan ikatan sosial.

d. Terjadinya revolusi dalam kehidupan masyarakat

Sejarah telah mencatat berbagai macam revolusi, yakni suatu perubahan yang terjadi

secara besar-besaran dan berlangsung dalam waktu yang sangat cepat. Pada abad ke-18

di Inggris telah terjadi revolusi pertanian dan revolusi industri yang membawa akibat

terjadinya perubahan dalam tata kehidupan manusia di seluruh dunia. Pada abad ke-18

itu pula telah terjadi revolusi politik di Amerika Serikat dan di Perancis yang membawa

akibat berkembangnya isu demokratisasi dan penegakan hak-hak asasi manusia dalam

kehidupan politik di seluruh dunia. Pada abad ke-20 di Rusia juga terjadi revolusi poli-

tik yang mengakibatkan terjadinya perubahan besar terhadap tata kehidupan masyar-

akat Rusia baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Banyak sekali

revolusi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, termasuk di Indonesia. Pada tang-

gal 17 Agustus 1945, di Indonesia telah terjadi revolusi

fi

sik yang berupa pendobrakan

kekuatan kolonial oleh kekuatan nasional yang melahirkan negara kesatuan Republik

Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Revolusi

fi

sik tersebut telah mengangkat dera-

jat dan martabat dan sekaligus merubah tata kehidupan masyarakat Indonesia sebagai

masyarakat yang bebas dari belenggu penjajahan.

Faktor ekstern

merupakan sebab-sebab perubahan sosial yang berasal dari luar

masyarakat tersebut. Dalam hubungan ini,

Soerjono Soekanto

menyebutkan adanya

beberapa faktor yang mendorong dan sekaligus beberapa faktor yang menghalangi

terjadinya perubahan sosial. Adapun beberapa faktor yang mendorong terjadinya pe-

rubahan sosial adalah: (1) adanya kontak dengan kebudayaan lain, (2) adanya sistem

pendidikan modern, (3) adanya keinginan yang besar untuk maju dan adanya sikap

menghargai hasil karya seseorang, (4) adanya sikap toleransi terhadap nilai budaya

yang dianggap menyimpang, (5) terdapatnya sistem pelapisan terbuka yang memberi-

kan kesempatan seluas-luasnya bagi masing-masing individu untuk berkembang, (6)

kon

fi

gurasi penduduk yang heterogen, (7) adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap

bidang-bidang kehidupan tertentu, (8) adanya orientasi ke masa depan, dan (9) adanya

nilai-nilai dasar bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki kehidu-

pannya.

Sedangkan beberapa faktor penghalang proses perubahan sosial antara lain adalah:

(1) kurangnya hubungan dengan masyarakat lain sehingga tidak ada motivasi yang

cukup untuk berkembang, (2) lambannya perkembangan ilmu pengetahuan dan tek-

nologi dalam suatu masyarakat, (3) sikap masyarakat yang terlalu mempertahankan

Perubahan Sosial

7

nilai-nilai tradisional, (4) adanya kepentingan-kepentingan yang tertanam secara

kuat (

vested inter

est

), (5) berkembangnya prasangka (

prejudice

) terhadap segala hal

yang dianggap baru, (6) ketakutan akan terjadinya disintegrasi apabila terjadi peru-

bahan dalam kehidupan masyarakat, (7) adanya hambatan yang bersifat ideologis, (8)

berkembangnya adat atau kebiasaan lama, dan (9) adanya nilai dasar yang berang-

gapan bahwa hakikat hidup adalah buruk dan tidak mungkin dapat diperbaiki

Sumber:

www

.mode-institut.de

Dewasa ini kebudayaan barat menggejala

dalam kehidupan remaja di seantero Asia

Faktor komunikasi

merupakan faktor terpenting yang menyebabkan terjadinya peru-

bahan sosial. Seperti yang diketahui bahwa ide-ide perubahan akan disalurkan dalam

kehidupan masyarakat melalui komunikasi. Penemuan-penemuan baru dalam bidang

teknologi informasi yang memungkinkan masyarakat dunia menjadi masyarakat glo-

bal. Apapun yang terjadi di belahan dunia manapun, baik yang berupa gagasan, sistem

nilai dan sistem norma, sistem keyakinan, maupun kebudayaan

fi

sik lainnya akan seg-

era diketahui oleh manusia di seluruh dunia dalam waktu sekejap. Kondisi tersebut

telah memungkinkan manusia di seluruh dunia untuk mengenal sistem nilai dan sis-

tem norma yang berkembang dalam kehidupan masyarakat lain. Jika seseorang atau

sekelompok orang merasa tertarik untuk meniru kebudayaan asing, hal tersebut dapat

segera dilakukan dengan alasan memiliki hak asasi yang tidak dapat diganggu gugat.

Kondisi tersebut senada dengan pernyataan Alvin L. Bertrand, bahwa awal dari proses

perubahan itu adalah komunikasi, yakni proses penyampaian informasi dari satu pihak

ke pihak lain sehingga tercapai pemahaman bersama.

Kegiatan

1. Amatilah kehidupan masyarakat yang ada di lingkungan tempat tinggal kalian.

Lakukan perbandingan antara kenyataan-kenyataan sosial yang terjadi ketika kal-

ian duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dengan kenyataan-kenyataan sosial yang

terjadi sekarang ini. Sebutkan beberapa perubahan sosial yang dapat kalian amati!

2. Coba kalian renungkan dan tuliskan, faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan

terjadinya perubahan sosial, baik yang bersifat intern maupun ekstern?

3. Diskusikan dengan teman sekelas kalian, mengapa bisa terjadi perubahan sosial

8

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

dalam kehidupan masyarakat? Apakah semua masyarakat mengalamu perubahan?

Mengapa bisa demikian? Berikan argumentasi secukupnya guna mendukung pen-

dapat kalian!

4. Tuliskan kembali pandangan Selo Soemardjan, Kingsley Davis, dan Robert McIver

tentang perubahan sosial?

5. Bandingkan pandangan Selo Soemardjan, Kingsley Davis, dan Robert McIver di

atas. Apakah yang membedakan antara ketiga pandangan tentang perubahan sosial

di atas?

B. PROSES PERUBAHAN SOSIAL DI MASYARAKAT INDONESIA

Di dalam kegiatan komunikasi akan terjadi pertukaran dan bahkan penyebaran gagas-

an-gagasan, keyakinan-keyakinan, dan bahkan penyebaran hasil kebudayaan yang bersifat

fi

sik. Komunikasi tersebut akan segera diikuti oleh beberapa proses lanjutan, yakni difusi,

akulturasi, asimilasi, dan akomodasi.

Difusi merupakan suatu proses penyebaran atau perembesan unsur-unsur kebudayaan

yang berupa gagasan-gagasan, keyakinan-keyakinan, serta hasil-hasil kebudayaan dari se-

seorang atau sekelompok orang yang satu kepada seseorang atau sekelompok orang yang

lainnya. Berangkat dari pengertian tersebut dapat dibedakan adanya dua tipe difusi, yakni:

(1) difusi intra-masyarakat (

intra society diffusion

), yakni proses difusi yang terjadi antar

individu atau antargolongan dalam suatu masyarakat, dan (2) difusi antar-masyarakat (

in-

tersociety diffusion

), yakni proses difusi yang terjadi antara suatu masyarakat yang satu

terhadap masyarakat yang lainnya.

Ditinjau dari proses terjadinya, difusi dapat dibedakan atas tiga macam, yakni sebagai

berikut:

1. Perembesan damai

Perembesan damai merupakan suatu proses masuknya unsur-unsur baru, baik yang

berupa gagasan-gagasan, keyakinan-keyakinan, maupun kebudayaan

fi

sik ke dalam suatu

masyarakat tanpa adanya kekerasan. Proses berkembangnya agama Islam di Indonesia

merupakan contoh dari perembesan damai tersebut.

2. Perembesan dengan kekerasan (

penetration violence

)

Perembesan dengan kekerasan (

penetration violence

) merupakan suatu proses masu-

knya unsur-unsur baru, baik yang berupa gagasan-gagasan, keyakinan-keyakinan, mau-

pun kebudayaan

fi

sik ke dalam suatu masyarakat melalui kekerasan dan paksaan sehingga

merusak sistem nilai, sistem norma, dan sekaligus sistem kebudayaan pada masyarakat

penerima. Misalnya, kebudayaan-kebudayaan barat yang disebarkan secara paksa di dae-

rah-daerah jajahannya yang berada di kawasan Asia dan Afrika. Dalam hubungan ini In-

donesia juga pernah mendapat pengalaman pahit oleh sikap Belanda yang arogan selama

menjajah bangsa Indonesia.

Metode Penelitian Sosial

9

3. Perembesan simbiotik

Perembesan simbiotik merupakan proses saling memberi dan saling menerima terha-

dap adanya gagasan-gagasan, keyakinan-keyakinan, maupun kebudayaan

fi

sik lainnya yang

terjadi antara dua masyarakat atau lebih.

Terdapat tiga macam perembesan simbiotik, yaitu:

(1) perembesan simbiotik mutualistik, yakni suatu proses perembesan simbiotik yang saling

menguntungkan antara kedua belah pihak, (2) perembesan simbiotik komersialistik, yakni

suatu proses perembesan simbiotik yang menempatkan salah satu pihak dalam posisi berun-

tung, sedangkan pihak yang lainnya tidak merasa dirugikan, dan (3) perembesan simbiotik

parasitistik, yakni suatu proses perembesan simbiotik yang menempatkan salah satu pihak

dalam posisi beruntung, sedangkan pihak yang lainnya dirugikan.

Akulturasi

merupakan suatu proses bertemunya dua kebudayaan atau lebih, baik yang

berupa kompleks ide, kompleks perilaku, dan kompleks hasil perilaku, sehingga men-

ciptakan suatu bentuk kebudayaan baru tanpa harus menghilangkan ciri-ciri khas dari ke-

budayaan yang ada sebelumnya. Beberapa contoh akulturasi tersebut dapat diperhatikan

pada struktur pemerintahan pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, pembangunan

masjid-masjid pada masa kerajaan Islam, dan lain sebagainya.

Asimilasi

merupakan proses interaksi antara dua kebudayaan atau lebih yang berlang-

sung secara intensif dalam waktu yang relatif lama sehingga masing-masing kebudayaan

tersebut benar-benar berubah dalam wujudnya yang baru yang berbeda dengan wujud

aslinya. Proses asimilasi akan semakin cepat jika didukung oleh beberapa faktor, seperti:

(1) adanya toleransi antarkebudayaan yang berbeda, (2) adanya kesempatan-kesempatan

yang seimbang dalam bidang ekonomi, (3) adanya sikap menghargai terhadap orang asing

berikut kebudayaannya, (4) adanya sikap terbuka dari para penguasa, (5) adanya persamaan

dalam unsur-unsur kebudayaan, (6) terjadinya perkawinan campuran (

amalgamation

), dan

(7) adanya musuh bersama dari luar.

Contoh paling nyata dari proses asimilasi tersebut dapat diperhatikan dalam kehidupan

masyarakat muslim di Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Buleleng, Bali.

Secara keyakinan, masyarakat Desa Pegayaman tersebut merupakan pemeluk agama Islam

yang taat. Akan tetapi terdapat beberapa unsur kebudayaan lain yang berbeda sama sekali

dengan kebudayaan masyarakat Muslim lainnya sebagai akibat dari proses interaksi yang

panjang dengan masyarakat Hindu yang hidup berdampingan secara damai di sekitarnya.

Beberapa hasil dari proses asimilasi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Muslim di

Desa Pegayaman tersebut antara lain terlihat pada sistem penamaan anak yang menggu-

nakan istilah Gede, Wayan, Putu, Ketut dan sebagainya yang lazim digunakan oleh masyar-

akat Bali. Selain itu masyarakat Desa Pegayaman juga mengembangkan sistem pengairan

yang diorganisasi sedemikain rupa sehingga mirip dengan sistem Subak, dan masih banyak

tradisi dan kebudayaan lain yang merupakan asimilasi dengan masyarakat Bali.

Proses asimilasi akan sulit terjadi dalam kehidupan masyarakat mana kala terdapat

beberapa faktor sebagai berikut: (1) terisolirnya kehidupan suatu kelompok masyarakat, (2)

kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang berkembang dalam kehidupan masyar-

akat lainnya, (3) perasaan takut dan menutup diri terhadap pengaruh kebudyaan lain, (4)

perasaan bahwa kebudayaannya lebih tinggi dibandingkan dengan kebudayaan lainnya, (5)

10

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

adanya perbedaan ras, yakni perbedaan ciri-ciri

fi

sik seperti warna dan bentuk rambut, war-

na dan bentuk mata, warna kulit, postur tubuh, dan lain sebagainya, (6) jati diri kelompok

atau kesukuan (

in-group feeling

) yang terlalu kuat, (7) terjadinya gangguan-gangguan yang

dilakukan oleh golongan mayoritas terhadap golongan minoritas, dan (8) adanya perbedaan

kepentingan.

Akomodasi merupakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi

yang seimbang, baik antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok,

maupun antara kelompok dengan kelompok sehingga terjadi saling pengertian, saling

pemahaman, dan saling penghormatan terhadap keberadaan sistem nilai dan sistem norma

yang berkembang dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Karena sifatnya yang

positif, akomodasi sering diusahakan untuk menciptakan stabilitas dalam kehidupan ber-

masyarakat. Adapun tujuan dari akomodasi antara lain adalah untuk: (1) mengurangi per-

bedaan dan pertentangan, (2) mencegah terjadinya bentrokan, (3) menciptakan iklim yang

memungkinkan terjadinya kerja sama, dan (4) mengusahakan terjadinya asimilasi sehingga

kehidupan masyarakat akan semakin stabil.

Adapun bentuk-bentuk dari akomodasi antara lain adalah sebagai berikut:

a. Kompromi (

compromise

)

Kompromi merupakan suatu usaha yang ditempuh untuk mengendalikan kon

fl

ik den-

gan cara membentuk kesepakatan bersama atau saling mengurangi tuntutan satu sama

lain.

b. Arbitrasi (

arbitration

)

Arbitrasi merupakan suatu usaha untuk mengendalikan kon

fl

ik dengan cara menun-

juk pihak ketiga yang ditunjuk oleh pihak-pihak yang terlibat kon

fl

ik. Dalam arbitrasi,

pihak ketiga tersebut berwenang mengambil keputusan, sedangkan pihak-pihak yang

terlibat kon

fl

ik harus menerima kepitisan pihak ketiga, baik secara sukarela maupun

terpaksa.

c. Mediasi (

mediation

)

Sama seperti arbitrasi, mediasi merupakan suatu usaha untuk mengendalikan kon

fl

ik

dengan cara menunjuk pihak ketiga. Akan tetapi, wewenang pihak ketiga tersebut han-

ya sebatas pada pemberian nasehat dan beberapa alternatif jalan keluar lainnya yang

tidak mengikat kepada pihak-pihak yang bertikai.

d. Konsiliasi (

conciliation

)

Konsiliasi merupakan suatu usaha untuk mengendalikan kon

fl

ik dengan menggunakan

lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan bagi masing-masing pihak yang ber-

tikai dapat duduk bersama mendiskusikan persoalan-persoalan yang dipertentangkan.

Tujuan dari konsiliasi adalah mempertemukan keinginan-keinginan dan sekaligus ke-

beratan-keberatan antara masing-masing pihak yang bertikai dalam rangka mencari

persetujuan bersama.

Setiap masyarakat, kapanpun dan di manapun, akan mengalami perubahan. Dengan

demikian, perubahan sosial dapat diperhatikan secara vertikal maupun secara horizontal.

Melihat perubahan sosial secara vertikal dilakukan dengan cara membandingkan keadaan-

keadaan masyarakat pada masa lampau dengan keadaan-keadaan masyarakat pada masa

Metode Penelitian Sosial

11

sekarang. Adapun untuk melihat perubahan sosial secara horizontal dapat dilakukan dengan

membandingkan keadaan-keadaan suatu masyarakat yang ada di daerah tertentu dengan

keadaan-keadaan masyarakat di daerah lainnya. Dengan kegiatan perbandingan tersebut

diketahui adanya masyarakat yang terbelakang, masyarakat yang sedang berkembang, dan

masyarakat yang sudah maju.

Sehubungan dengan uraian di atas,

Soerjono Soekanto

memberikan beberapa karakter

-

istik perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, yakni sebagai berikut:

1. Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang karena setiap masyarakat mengalami

dinamika, baik cepat maupun lambat.

2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti

dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga yang lainnya. Fenomena tersebut

terjadi karena lembaga-lembaga sosial bersifat interdependen sehingga sangat sulit un-

tuk mengisolasi adanya perubahan-perubahan pada lembaga sosial yang tertentu saja.

Perubahan sosial pada masing-masing lembaga kemasyarakatan merupakan suatu mata

rantai yang tidak mungkin dapat diputus.

3. Perubahan sosial yang terlalu cepat akan menimbulkan terjadinya disorganisasi yang

bersifat sementara. Kesementaraan tersebut terjadi sehubungan dengan adanya proses

penyesuaian diri dan sekaligus adanya reorganisasi yang mencakup pemantapan kai-

dah-kaidah dan nilai-nilai yang baru.

4. Perubahan-perubahan sosial tidak dapat dibatasi hanya pada bidang yang bersifat ma-

terial atau hanya pada bidang yang bersifat spiritual saja. Perubahan-perubahan sosial

sekaligus akan mencakup bidang yang bersifat material dan bidang yang bersifat spir-

itual karena antara kedua bidang tersebut terjadi hubungan timbal balik yang sangat

kuat.

5. Secara tipologis perubahan-perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai berikut:

proses sosial, segmentasi, perubahan struktural, dan perubahan-perubahan pada struk-

tur kelompok.

Kegiatan

1. Jelaskan dengan bahasa kalian sendiri tentang pengertian:

a. Difusi

b. Akulturasi

c. Asimilasi

d. Akomodasi

2. Amati lingkungan sekitar tempat tinggal kalian. Coba analisis mana yang lebih

banyak kalian temui di antara ke empat proses perubahan sosial yang terjadi dalam

masyarakat tersebut di atas. Jelaskan alasannya!

3. Kemukakan tanggapan kalian mengenai karakteristik perubahan sosial menurut

pakar sosiologi Soerjono Soekanto. Diskusikan dengan teman-temanmu apakah

pernyataan beliau itu memang sesuai dengan yang ditemui sehari-hari di masyar-

akat?

12

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

C. DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL TERHADAP KEHIDUPAN

MASYARAKAT

Perubahan sosial menuntut adanya penyesuaian antara sistem nilai dan sistem norma

yang baru dengan sistem nilai dan sistem norma yang lama. Tidak setiap langkah penyesua-

ian berhasil secara sempurna. Ada tipe masyarakat yang sanggup secara cepat menerima

perubahan dengan menerima sepenuhnya sistem nilai dan sistem norma yang baru. Seba-

liknya, tidak sedikit masyarakat yang tetap bersiteguh memegang sistem nilai dan sistem

norma yang telah lama dianut. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menimbulkan kesenjan-

gan budaya atau sering disebut dengan istilah

cultural lag

. Kondisi seperti ini dapat diper-

hatikan pada tata kehidupan masyarakat kota yang serba cepat dalam menerima perubahan

sehingga memposisikan dirinya sebagai masyarakat yang modern. Sementara masyarakat

pedesaan yang pada umumnya merupakan masyarakat pertanian masih cukup kuat dalam

memegang adat istiadat dan tradisi-tradisi yang diwarisi secara turun temurun sehingga

relatif lamban dalam menerima perubahan zaman.

Sumber:

www

.serambinews.com

Kehidupan masyarakat pedesaan dengan fasilitas yang seder-

hana.

Ketika terjadi proses perubahan sosial dalam sebuah kelompok masyarakat akan menim-

bulkan ketidakseimbangan (

disequilibrium

) dalam hubungan-hubungan sosial. Kehidupan

masyarakat kota yang serba lengkap dengan segala macam fasilitas hidup, telah menjadi

daya tarik yang luar biasa bagi sebagian masyarakat pedesaan yang ingin ikut menikmati

kue pembangunan di kota. Akibatnya terjadi penumpukan tenaga kerja di kota yang dis-

ebabkan oleh derasnya arus urbanisasi. Penumpukan tenaga kerja yang tidak terserap oleh

lapangan kerja akan menimbulkan beberapa dampak negatif, seperti: (1) bertambahnya

angka pengangguran, (2) bertambahnya tingkat kemiskinan, (3) bertambahnya kejahatan

sosial, dan lain sebagainya.

Jika dikaji secara mendalam, langkah-langkah penyesuaian yang dilakukan sehubun-

gan dengan adanya perubahan setidaknya akan menimbulkan dua kemungkinan, yaitu: (1)

ditemukannya sistem nilai dan sistem norma yang baru yang menjadi landasan dalam melak-

sanakan aktivitas sosial, dan (2) berkembangnya permasalahan-permalasahan baru sebagai

akibat dari kegagalan dalam melaksanakan upaya penyesuaian terhadap sistem nilai dan

sistem norma yang baru tersebut. Alternatif pertama merupakan gambaran keberhasilan dari

berbagai unsur yang ada dalam kehidupan masyarakat dalam melakukan langkah penyesu-

sian sehingga terjadi integrasi sosial. Sebaliknya, alternatif kedua merupakan gambaran

Metode Penelitian Sosial

13

kegagalan dari berbagai unsur yang ada dalam kehidupan masyarakat dalam melakukan

langkah-langkah penyesuaian sehingga menimbulkan disintegrasi sosial.

Adapun gejala-

gejala yang mengawali terjadinya disintegrasi sosial antara lain adalah sebagai berikut:

1. Tidak adanya persamaan pandangan mengenai tujuan hidup yang semula dijadikan lan-

dasan bagi seluruh anggota masyarakat dalam melaksanakan aktivitas sosial.

2. Tidak berfungsinya sistem nilai dan sistem norma secara baik sebagai alat pengenda-

lian sosial dalam kehidupan masyarakat.

3. Terjadi pertentangan sistem nilai dan sistem norma dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Para anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang tidak dikenakan sanksi secara

konsekuen sesuai dengan norma hukum yang berlaku.

5. Tindakan para anggota masyarakat tidak lagi sesuai dengan sistem nilai dan sistem

norma yang telah disepakati sebelumnya.

6. Terjadinya proses sosial yang bersifat disosiasif yang berupa persaingan, pertentangan,

permusuhan, dan lain sebagainya.

Gejala-gejala awal dari proses disintegrasi di atas akan berlanjut dengan berkembang-

nya kehidupan yang tidak normal yang ditandai dengan berkembangnya berbagai macam

krisis, seperti krisis sosial, krisis moral, krisis ekonomi, krisis hukum, krisis politik, dan lain

sebagainya. Kehidupan masyarakat kita dewasa ini telah menunjukkan adanya krisis multi

dimensional. Masyarakat kita dewasa ini sudah terbiasa dengan berita-berita tentang ko-

rupsi, kolusi, nepotisme, perampokan, penodongan, pencurian dengan kekerasan, pemerko-

saan, mengkonsumsi narkoba, prostitusi, dan lain sebagainya. Segala macam bentuk keja-

hatan, baik kejahatan sosial, kejahatan politik, kejahatan ekonomi, maupun segala macam

kejahatan lainnya dengan mudah dapat diperoleh melalui siaran media massa.

Menanggapi berbagai macam problema sosial di atas, sosiolog Soerjono Soekanto be-

ranggapan bahwa problema sosial tersebut tumbuh dan berkembang sebagai akibat dari

tidak adanya satu kesatuan (integrasi) yang harmonis antara lembaga-lembaga sosial, se-

hingga masyarakat mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam hubungan-hubun-

gan sosial.

D. INTEGRASI DAN DISINTEGRASI

Dalam sebuah kelompok masyarakat terjadi penyesuaian-penyesuaian akan menimbul-

kan integrasi sosial dan disintegrasi sosial. Integrasi sosial akan terjadi jika ditemukannya

sistem nilai dan sistem norma yang baru yang menjadi landasan dalam menjalankan aktivi-

tas sosial, sedangkan disintegrasi sosial akan terjadi jika dari proses penyesuaian-penyesua-

ian tersebut berkembang permasalahan-permasalahan baru sebagai akibat dari kegagalan

dalam melaksanakan upaya penyesuaian terhadap sistem nilai dan sistem norma yang baru

tersebut, permasalahan tersebut meliputi:

1. Integrasi

Proses integrasi atau penyatuan sosial terjadi jika perubahan sosial itu membawa unsur-

unsur yang cocok dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Penambahan unsur-

unsur baru di dalam proses perubahan itu menyatu di dalam kerangka kepentingan struktur

sosial yang ada.

14

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

Sikap yang diambil oleh anggota masyarakat dan struktur sosial yang ada adalah sikap

adopsi atau menerima unsur baru sebagai bagian dari sistem yang sudah ada. Bahkan, dalam

beberapa kasus dapat terjadi bahwa unsur baru tersebut justru menghidupkan atau memberi

kekuatan baru bagi berkembangnya unsur yang sudah ada atau disebut revitalisasi.

Ada beberapa kelompok sosial misalnya, yang secara positif menerima kegiatan pari-

wisata karena dapat menghidupkan kembali kebudayaan tradisional yang hampir punah

akibat adanya kegiatan pariwisata tersebut.

Proses integrasi dapat terjadi pula melalui cara interseksi berbagai struktur sosial yang

berbeda dalam satu kesatuan sosial. Perubahan sosial tidak selamanya membawa pengaruh

pada pemisahan hubungan sosial tetapi bisa jadi sebaliknya dapat memperumit keterkaitan

hubungan antara kelompok-kelompok yang ada.

2. Disintegrasi

Kegagalan suatu masyarakat dalam melakukan langkah penyesuaian dapat menim-

bulkan disintegrasi dalam kehidupan masyarakat tersebut. Disintegrasi yang dimaksud

dapat berwujud dalam berbagai bentuk, seperti pemberontakan, demonstrasi, kriminalitas,

kenakalan remaja, prostitusi, dan lain sebagainya.

a. Pergolakan di daerah

Negara-negara yang memiliki wilayah kekuasaan yang luas dengan jumlah penduduk

yang majemuk seperti Indonesia, Uni Sovyet (sekarang Rusia), Yugoslavia, India, Srilanka,

Irlandia, India, Afganistan, dan sebagainya pernah memiliki pengalaman akan adanya per-

golakan di daerah kekuasaannya. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Uni Sovyet kini

telah hancur akibat glasnost dan perestroika. Bahkan, beberapa bekas wilayah Uni Sovyet,

seperti Tajikistan, Turkmenistan, dan Kazakhstan kini telah merdeka sebagai negara yang

berdaulat. Sementara itu, Rusia sampai saat ini belum berhasil menuntaskan pemberontakan

warga muslim Chechnya. Beberapa wilayah di semenanjung Balkan kini telah berhasil me-

merdekakan diri dari Yugoslavia. Srilanka sampai saat ini masih disibukkan oleh pemberon-

takan Macan Tamil. India dan Pakistan masih dalam sengketa memperdebatkankan wilayah

kashmir yang mayoritas berpenduduk muslim. Masih banyak lagi kejadian-kejadian serupa

yang menimpa berbagai negara di dunia.

Indonesia, dengan wilayah yang sangat luas dan terdiri atas ribuan pulau, dengan kondisi

penduduk yang sangat majemuk sudah barang tentu tidak dapat lepas dari problem pergolakan

di daerah. Pergolakan-pergolakan yang terjadi di beberapa wilayah, seperti di Aceh dengan

Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-nya, di Irianjaya (sekarang Papua) dengan Organisasi Papua

Merdeka (OPM)-nya, di Maluku dengan Republik Maluku Selatan (RMS)-nya, pada dasarnya

merupakan kelanjutan dari pergolakan yang telah terjadi sejak zaman Orde Lama.

Seperti yang diketahui bahwa sejak proklamasi kemerdekaan negara Republik Indo-

nesia sampai sekarang terdapat beberapa pergolakan yang terjadi di beberapa daerah di

Indonesia, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Pemberontakan PKI-Madiun

Pemberontakan PKI-Madiun yang dipimpin oleh Moeso, Amir Syarifuddin, dan be-

berapa tokoh PKI lainnya ditandai dengan diproklamasikannya Negara Sovyet Republik

Indonesia di Madiun pada tanggal 18 September 1948. Pemberontakan PKI-Madiun lebih

Metode Penelitian Sosial

15

didorong oleh keinginan segelintir orang Indonesia yang berhaluan sosialis-komunis untuk

mendirikan negara yang berdasarkan atas ideologi komunis. Dalam waktu 12 hari, pem-

berontakan PKI-Madiun berhasil ditumpas oleh

Tentara Nasional Indonesia (TNI).

2. Gerakan DI/TII

Selain karena adanya perbedaan ideologis, yakni ingin mendirikan negara Indonesia

yang berdasarkan atas ajaran agama Islam, gerakan DI/TII juga dipicu oleh kekecewaan

terhadap isi perjanjian Renville yang dipandang sangat merugikan pihak RI. Sebagaimana

yang diketahui, pasukan Hisbullah dan Sabilillah yang dipimpin oleh Soekarmadji Marid-

jan Kartosoewirjo tidak bersedia meninggalkan wilayah Jawa Barat bersama-sama den-

gan pasukan Divisi Siliwangi lainnya. Bahkan pada tanggal 7 Agustus 1949, Soekarmadji

Maridjan Kartosoewirjo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) yang

berpusat di Malangbong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Pengaruh Gerakan DI/TII meluas di

berbagai daerah di Indonesia seperti di daerah Kebumen (Jawa Tengah yang dipimpin oleh

Amir Fattah dan Kyai Mohammad Mahfudz Abdurrahman, di Kalimantan Selatan yang

dipimpin oleh Ibnu Hadjar, di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Kahar Muzakar, dan di

Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureuh.

3. Pemberontakan Andi Azis

Pemberontakan Andi Azis dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mempertahankan

kedudukan Negara Indonesia Timur yang dibentuk oleh Belanda. Pemberontakan tersebut

dilancarkan sekitar bulan April 1950 melalui perlawanan bersenjata dan sekaligus mengelu-

arkan pernyataan-pernyataan melalui surat kabar. Adapun isi pernyataan tersebut adalah se-

bagai berikut: (1) Negara Indonesia Timur (NIT) harus dipertahankan supaya tetap berdiri,

(2) pasukan KNIL yang telah masuk APRIS sajalah yang bertanggung jawab atas keamanan

daerah NIT, dan 93) Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Hatta hendaknya tidak meng-

halangi tetap berdirinya NIT dengan cara kekerasan.

4. Republik Maluku Selatan (RMS)

Republik Maluku Selatan (RMS) merupakan sebuah negara yang dicita-citakan oleh

Dr. Soumokil (bekas Jaksa Agung NIT). Dengan demikian RMS merupakan sebuah ger-

akan separatis yang ingin memisahkan diri dari wilayah negara kesatuan Republik Indone-

sia. Gerakan RMS dapat ditumpas oleh pasukan TNI sekitar bulan Desember 1963.

5. Peristiwa PRRI/Permesta

Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat Semesta

(Permesta) merupakan sebuah gerakan separatis yang diawali dengan berdirinya dewan-de-

wan di berbagai daerah, yakni Dewan Gajah yang berdiri pada tanggal 20 Desember 1956

di Medan dipimpin oleh Letkol M. Simbolon, Dewan Banteng yang berdiri pada tanggal 22

Desember 1956 di Padang dipimpin oleh Letkol Achmad Husein, Dewan Lambung Man-

gkurat yang didirikan oleh Letkol Vantje Sumual di Kalimantan Selatan. Keberadaan de-

wan-dewan tersebut diperkuat dengan adanya Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang

dideklarasikan di Makasar pada tanggal 2 Maret 1957. Dewan-dewan tersebut menjadi cikal

bakal diproklamasikannya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada tang-

gal 17 Pebruari 1958 dengan Mr. Syafrudin Prawiranegara sebagai perdana menterinya.

Memperhatikan berbagai pergolakan di berbagai daerah di Indonesia sebagaimana

yang disebutkan di atas, Koentjaraningrat menyebutkan adanya beberapa sebab, yaitu: (1)

16

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

terjadinya masa transisi dari Republik Indonesia Serikat (RIS) menuju Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) pada tahun 1951, (2) adanya demobilisasi kelompok-kelompok

gerilya Indonesia dan adanya bekas-bekas tentara Belanda (KNIL), (3) adanya revolusi

yang dilakukan untuk menggantikan ideologi Pancasila, seperti Pembe

rontakan PKI-Madiun

dan DI/TII, dan (4) terlalu tersentralisasinya perekonomian Indonesia selama sepuluh tahun

pertama sejak Indonesia merdeka.

b. Demonstrasi

Berbagai media massa belakangan ini sering menayangkan aksi demonstrasi. Pada

dasarnya demonstrasi merupakan kegiatan unjuk rasa dari sekelompok orang yang teror-

ganisir untuk menyatakan ketidakpuasan atau kekecewaan terhadap kebijakan suatu pimpi-

nan atau suatu rezim pemerintahan, baik kebijakan yang telah maupun yang sedang dilak-

sanakan. Lazimnya, demonstrasi dilaksanakan oleh sekelompok orang yang beranggapan

bahwa di dalam kehidupan masyarakat terdapat kesenjangan antara sesuatu yang diinginkan

dengan kenyataan yang terjadi, baik yang menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, bu-

daya, agama, pendidikan, dan lain sebagainya.

Sumber:

www

.indonesiamedia.com

Kaum buruh melakukan demonstrasi menuntut kenaikan upah kerja

Demonstrasi merupakan suatu cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menyam-

paikan aspirasi dan tuntutan tertentu. Demonstrasi tersebut dilaksanakan manakala masya-

rakat tidak memiliki cara lain untuk mencari solusi dari permasalahan yang berkembang

melainkan melalui demonstrasi. Misalnya, berbagai musyawarah yang ditempuh hanya

menemui jalan buntu. Perlu diketahui bahwa demonstrasi tidak sama artinya dengan per-

buatan vandalisme, anarkhisme, atau brutalisme. Penyampaian tuntutan dan aspirasi dalam

demonstrasi dilaksanakan dengan menggunakan berbagai cara seperti meneriakkan yel-yel,

membuat poster-poster, pembacaan puisi, menyanyikan lagu-lagu tertentu, membuat slo-

gan-slogan, membuat pernyataan tertulis, dan lain sebagainya. Namun, demonstrasi akan

berubah menjadi vandalisme, anarkhisme, dan brutalisme mana kala para demonstran mulai

meneriakkan sumpah serapah yang berupa umpatan-umpatan atau caci maki yang memanc-

ing emosi massa, baik masyarakat umum maupun petugas keamanan.

Metode Penelitian Sosial

17

Sumber:

www.

tempointeraktif.com

Petugas keamanan dituntut dapat menggunakan akal sehat

dan kepala dingin dalam menghadapi para demonstran

Demonstrasi memang memiliki dampak positif, yakni merupakan suatu bentuk tekanan

(pressure) dan sekaligus merupakan suatu alat pengendali sosial (Sosial control) yang efek-

tif. Namun demikian, selama masih ada cara lain yang dapat ditempuh, sedapat mungkin

aksi demonstrasi dihindari. Sikap tersebut diperlukan mengingat aksi demonstrasi yang

mengerahkan kekuatan massa sering menciptakan gangguan-gangguan dalam kehidupan

masyarakat, seperti kemacetan lalu lintas, kebisingan, polusi suara, dan lain sebagainya.

Demonstrasi juga dapat menimbulkan keretakan dalam hubungan-hubungan sosial, teru-

tama antara pihak demonstran dengan pihak yang didemo sebagai akibat dari sikap pro dan

kontra yang berkembang antara kedua belah pihak.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia tidak terlepas dari aksi

demonstrasi. Aksi-aksi demonstrasi tersebut dapat diperhatikan antara lain: (1) pada periode

tahun 60-an, yakni ketika rakyat dan mahasiswa melancarkan aksi Tritura, (2) pada periode

tahun 80-an, yakni ketika sebagian masyarakat Indonesia melancarkan aksi penolakan ter-

hadap masuknya produk-produk asing, dan (3) aksi-aksi yang dilancarkan oleh masyarakat

Indonesia sepanjang pertengahan tahun 1999 sampai sekarang untuk menuntut penyeleng-

garaan pemerintahan negara yang bersih dan bertanggung jawab. Aksi-aksi lainnya seperti

aksi kaum buruh kepada majikannya, aksi masyarakat kepada kinerja dewan yang dianggap

tidak memuaskan, dan lain sebagainya.

c. Kriminalitas

Kriminalitas merupakan perilaku kejahatan yang terjadi dan sekaligus sangat meresa-

hkan kehidupan masyarakat. Banyak sekali faktor yang mendorong terjadinya kriminalitas

atau kejahatan sosial. Dalam hal ini, E.H. Sutherland berpandangan bahwa kriminalitas

atau kejahatan merupakan hasil dari proses-proses dalam kehidupan masyarakat seperti

imitasi, identi

fi

kasi, pembentukan konsep diri (self-conception), pelaksanaan peranan so-

sial, asosiasi diferensial, maupun kekecewaan-kekecewaan yang agresif. Dengan demikian

kriminalitas atau kejahatan terjadi sebagai hasil dari interaksi seseorang atau sekelompok

orang dengan seseorang atau sekelompok orang yang berperilaku menyimpang. Pemicu

kriminalitas atau kejahatan sosial adalah adanya tekanan-tekanan mental, baik yang bersifat

ekonomi maupun sosial yang memberikan beban psikologis yang berat.

18

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

Dari sekian banyak bentuk kriminalitas yang ada,

white-collar crime

(kejahatan kerah

putih) yakni aksi-aksi kejahatan yang dilakukan oleh para penguasa maupun para pengusa-

ha ketika menjalankan peran sosialnya. Sesuai dengan status sosial yang disandang, para

pelaku

white-collar crime

(kejahatan kerah putih) merupakan orang yang memegang posisi

dan kedudukan yang sangat kuat, baik dalam bidang ekonomi maupun dalam bidang poli-

tik. Para pelaku

white-collar crime

(kejahatan kerah putih) tersebut seolah-olah tidak takut

terhadap hukum karena hukum dapat dibeli dengan uang dan kekuasaan yang dimilikinya.

Berbeda dengan para pelaku kejahatan lain yang pada umumnya tertekan secara ekono-

mi, para pelaku white-collar crime (kejahatan kerah putih) pada umumnya memiliki latar

belakang ekonomi yang mapan. Keadaan tersebut memungkinkan terjadinya sikap peman-

jaan dalam pola asuh sehingga berkembang pribadi yang sulit mengendalikan keinginan

sehubungan dengan lemahnya prinsip moral yang diajarkan. Bentuk-bentuk white-collar

crime (kejahatan kerah putih) adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme. Kejahatan-kejahatan

serupa itulah yang saat ini sedang melanda kehidupan bangsa Indonesia.

d. Kenakalan Remaja

Dalam kehidupan bermasyarakat terlihat bahwa kenakalan remaja dapat terjadi di ka-

langan masyarakat kaya maupun di kalangan masyarakat miskin. Kenakalan remaja juga

dapat terjadi dalam kehidupan masyarakat pedesaan maupun dalam kehidupan masyarakat

perkotaan. Pada umumnya kenakalan remaja tersebut dapat terjadi karena beberapa hal,

seperti: (1) penanaman sistem nilai dan sistem norma (sense of value) yang lemah, (2)

berkembangnya organisasi-organisasi nonformal yang berperilaku menyimpang sehingga

tidak diinginkan dalam kehidupan masyarakat, dan (3) adanya keinginan untuk mengubah

keadaan disesuaikan dengan perkembangan-perkembangan baru (youth values).

Secara psikologis usia remaja merupakan usia di mana para remaja sedang men-

cari identitas diri. Dengan demikian, secara kejiwaan para remaja berada dalam kondisi

yang labil, dalam arti, para remaja belum menemukan jati diri kepribadiannya secara man-

tap. Di sinilah arti penting pendidikan sebagai usaha untuk membimbing manusia menuju

kedewasaan, yakni menuju penemuan jati diri sebagai manusia. Menurut pengamatan, pada

masyarakat pedesaan, terutama yang terjadi pada keluarga-keluarga miskin, kenakalan re-

maja yang terjadi setidaknya disebabkan oleh tiga faktor, yaitu: (1) keberhasilan pemerin-

tah dalam pembangunan telah membawa konsekuensi logis pada derasnya arus informasi,

baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, baik yang bersifat konstruktif

maupun yang bersifat destruktif, sedangkan para remaja belum memiliki kepribadian yang

mantap, (2) kondisi keluarga yang serba kekurangan telah mendorong para remaja untuk

mencari kegiatan-kegiatan alternatif yang dianggap mengasyikkan tetapi sekaligus sangat

menjerumuskan kepribadian mereka., dan (3) banyaknya keluarga-keluarga pedesaan yang

merantau ke perkotaan (urbanisasi) sehingga membawa konsekuensi logis pada kurangnya

pengawasan dan sekaligus kurangnya pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan ke-

luarga.

Adapun kenakalan remaja yang terjadi pada masyarakat perkotaan, terutama pada kelu-

arga-keluarga kaya, persoalannya terletak pada kesibukan orang tua yang terlalu berseman-

gat dalam meniti karier, baik dalam organisasi, pekerjaan, maupun bisnis sehingga kurang

Metode Penelitian Sosial

19

ada kesempatan untuk memperhatikan perkembangan anak-anak mereka. Kondisi keluarga

seperti itu pada umumnya memberikan kepuasan secara material kepada anak-anak mere-

ka, sedangkan kenyamanan psikologis tidak diberikan secara layak. Keadaan seperti inilah

yang menyebabkan para remaja di perkotaan mengalami kejenuhan sehingga mencari pela-

mpiasan untuk membunuh rasa jenuh dengan menggunakan segala macam fasilitas material

yang diberikan oleh orang tua mereka.

Bentuk-bentuk kenakalan remaja pada umumnya berbentuk perkumpulan-perkumpu-

lan remaja yang suka bikin onar yang berupa

cr

oss-boy/cross-girl

. Adapun beberapa kegia-

tan yang terjadi sehubungan dengan kenakalan remaja tersebut di antaranya adalah pencuri-

an, pencopetan, penganiayaan, penodongan, pornogra

fi

yang dilanjutkan dengan perbuatan

asusila, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pelanggaran tata tertib lalu lintas, dan lain

sebagainya.

e. Prostitusi

Istilah prostitusi, atau lebih populer dengan istilah pelacuran, merupakan suatu kegia-

tan yang dilakukan oleh seseorang dengan cara menawarkan dirinya kepada masyarakat

umum untuk melakukan aktivitas seksual di luar nikah dengan imbalan berupa upah sesuai

dengan kesepakatan yang dibuat. Prostitusi atau pelacuran merupakan salah satu bentuk

perbuatan asusila karena berlawanan dengan norma agama, norma hukum, dan norma adat.

Namun demikian, tidak sedikit masyarakat, baik yang berasal dari keluarga kaya maupun

dari kalangan keluarga miskin, yang terjerumus dalam kegiatan asusila tersebut. Sehubun-

gan dengan masalah tersebut, Soerjono Soekanto memberikan penjelasan adanya dua hal

yang menyebabkan terjadinya prostitusi dalam kehidupan masyarakat, yaitu:

1. Faktor internal, yakni faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelaku prostitusi (pela-

cur) tersebut, seperti dorongan seksual yang tinggi, sifat malas untuk bekerja, dan ke-

inginan untuk menikmati kemewahan dunia (hedonisme), dan lain sebagainya.

2. Faktor eksternal, yakni faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelaku prostitusi (pelacur)

tersebut, seperti kondisi ekonomi yang memprihatinkan, kondisi perumahan yang tidak

memenuhi syarat, kegiatan urbanisasi yang tidak terkendali, dan lain

sebagainya.

Dewasa ini prostitusi (pelacuran) berkembang menjadi masalah nasional. Bahkan,

di berbagai daerah, seperti di kota Surabaya, Jakarta, Bandung, dan lain sebagainya para

pelaku prostitusi (pelacur) telah mengorganisasikan kelompok mereka untuk melakukan

aksi demonstrasi menentang peraturan-peraturan yang sengaja diciptakan untuk menertibkan

kehidupan mereka. Dengan demikian, para pelaku asusila tersebut secara terang-terangan

minta keberadaan mereka diakui secara syah oleh pemerintah. Keadaan tersebut merupakan

suatu ironi dan sekaligus merupakan masalah kemanusiaan yang harus mendapat perhatian

sebagaimana mestinya.

Kegiatan

1. Belakangan ini media massa sering menayangkan pergolakan yang terjadi di be-

berapa daerah, seperti di Irianjaya, dan RMS di Maluku. Berikan pendapat kalian

terhadap beberapa daerah yang berkeinginan untuk melepaskan diri dari negara ke-

satuan Republik Indonesia!

20

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

2. Menurut pandangan kalian, bagaimanakah seharusnya sikap yang diambil oleh

pemerintah untuk mengatasi berbagai pergolakan di daerah tersebut?

3. Sekelompok orang yang menyatakan dirinya sebagai pembela HAM sering melaku-

kan kritik terhadap pemerintah agar memberikan kebebasan kepada beberapa dae-

rah untuk menentukan sikap mereka sendiri. Setujukah kalian dengan pola pikir

seperti itu? Berikan argumentasi secukupnya agar mendukung pendapat kalian!

4. Menurut pandangan kalian, apakah langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk

memberantas kejahatan kerah putih (white collar crime) tersebut?

5. Diskusikan dengan teman sekelas kalian, langkah-langkah apakah yang dapat

ditempuh untuk memberantas kegiatan prostitusi?

E. KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA

Sehubungan dengan posisinya yang sangat strategis, sejak zaman pra sejarah bangsa

Indonesia tidak pernah terlepas dari pengaruh budaya asing. Gelombang budaya asing terse-

but berdifusi, berakulturasi, berasimilasi, dan sekaligus berakomodasi dengan kebudayaan

asli bangsa Indonesia sehingga membentuk kebudayaan bangsa Indonesia sebagaimana

yang ada sekarang ini. Adapun gelombang-gelombang kedatangan pengaruh kebudayaan

asing tersebut dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Kedatangan Suku Bangsa Melanesia

Menurut para ahli purbakala, kedatangan suku bangsa Melanesia ke Indonesia terjadi

pada zaman paleolitikum, yakni pada zaman batu tua. Suku bangsa Melanesoida merupakan

suku bangsa yang berkulit hitam yang berasal dari Teluk Tonkin. Suku bangsa Melanesoida

tersebut membawa kebudayaan Bacson Hoabinh yang setingkat lebih tinggi dibandingkan

dengan kebudayaan penduduk asli Indonesia. Dengan demikian, kedatangan suku bangsa

Melanesoida tersebut sekaligus menandai dimulainya zaman mesolitikum atau kebudayaan

batu tengah di Indonesia. Adapun jejak-jejak persebaran suku bangsa Melanesoida tersebut

dapat ditelusuri pada kehidupan orang-orang Sakai di Siak, orang-orang Semang di pedala-

man Malaya, orang-orang Aeta di pedalaman Filipina, orang-orang Papua di Irianjaya dan

di Kepulauan Melanesia.

2. Kedatangan Ras Mongoloid

Sekitar tahun 2000 SM terjadi lagi gelombang perpindahan bangsa yang berbahasa

Melayu-Austronesia. Pendatang yang berasal dari daerah Yunan, Cina Selatan tersebut

merupakan ras Mongoloid. Dari daerah Yunan suku bangsa Melayu-Austronesia tersebut

menyebar ke daerah-daerah hilir sungai besar di sekitar Teluk Tonkin. Untuk kemudian

bangsa tersebut menyebar ke Semenanjung Malaya, Indonesia, Filipina, Formosa, sampai

ke Madagaskar.

Kebudayaan yang dibawa oleh suku bangsa Austro-Melanesoid adalah kebudayaan

neolitikum, yakni kebudayaan batu muda yang didukung dengan peralatan seperti ka-

pak lonjong dan kapak persegi. Suku bangsa Melayu-Austronesia tersebut juga dikenal

dengan sebutan bangsa Proto-Melayu yang berarti bangsa Melayu Tua. Jejak kedatangan

Metode Penelitian Sosial

21

suku bangsa Austro-Melanesoid tersebut dapat dipelajari dalam kehidupan suku Dayak di

p

edalaman Kalimantan,

suku Toraja di pedalaman Sulawesi, suku Nias di pantai barat

Sumatera, suku Kubu di pedalaman Sumatera, dan suku Sasak di Lombok.

Sekitar tahun 300 SM terjadi lagi gelombang migrasi yang berasal dari daerah Tonkin.

Pendatang baru tersebut dikenal dengan sebutan bangsa Deutro-Melayu yang berarti bangsa

Melayu Muda. Kebudayaan yang dibawa oleh bangsa Deutro-Melayu setingkat lebih tinggi

dibandingkan dengan kebudayaan yang dibawa oleh bangsa Proto-Melayu. Bangsa Deutro-

Melayu tersebut membawa kebudayaan Dongson, yakni kebudayaan perunggu yang ber-

pusat di Dongson. Bangsa Deutro-Melayulah yang memperkenalkan kehidupan menetap

sambil bercocok tanam dan beternak. Selain itu bangsa Deutro Melayu juga telah mengenal

adanya organisasi sosial dengan mengangkat orang yang terkuat sebagai pimpinan mereka.

Untuk mendukung kegiatan bercocok tanam, mereka didukung dengan pengetahuan ten-

tang perbintangan (astronomi). Selain itu, suku bangsa Deutro-Melayu juga telah menge-

nal kehidupan religius, yakni dalam bentuk animisme, dinamisme, dan totemisme. Untuk

keperluan pemujaan mereka mengembangkan kebudayaan megalitikum, yakni membangun

tempat-tempat pemujaan dengan menggunakan batu-batu yang sangat besar.

Dr. Brandes

, seorang ahli purbakala mengklasi

fi

kasikan 10 (sepuluh) unsur kebudayaan

asli nenek moyang bangsa Indonesia, yaitu: (1) mengenal kehidupan bercocok tanam dengan

menanam padi di sawah, (2) mengenal dasar-dasar pertunjukan seni wayang, (3) mengenal

seni gamelan yang terbuat dari perunggu, (4) mengenal seni batik dengan lukisan hias, (5)

dapat membuat barang-barang yang berasal dari bahan logam, (6) mengenal kehidupan

masyarakat yang tersusun secara rapih dengan, yakni sistem macapat, (7) mengenal alat

tukar dalam kehidupan perdagangan, (8) memiliki kemampuan dalam pelayaran, (9)

mengenal ilmu pengetahuan tentang perbintangan (astronomi), dan (10) sudah mengenal

pembagian kerja sehubungan dengan susunan masyarakat yang teratur.

3. Kedatangan dan Pengaruh Agama Hindu/Budha

Sekitar abad ke-4 Masehi ajaran agama Hindu-Budha mulai berpengaruh dalam ke-

hidupan bangsa Indonesia. Diperkirakan sejak permulaan tarikh masehi, ajaran agama

Hindu-Budha sudah memasuki wilayah Indonesia. Terdapat beberapa teori tentang proses

masuknya agama Hindu-Budha, yakni teori ksatria, teori waisya, dan teori arus balik. Te-

ori ksatria mengatakan bahwa yang menyebarkan ajaran agama Hindu-Budha di Indonesia

adalah kaum ksatria dari India. Teori waisya mengatakan bahwa yang menyebarkan agama

Hindu-Budha di Indonesia adalah kaum pedagang India. Sedangkan teori arus balik menga-

takan bahwa yang menyebarkan agama Hindu-Budha di India adalah orang Indonesia sen-

diri yang sengaja memperdalam agama Hindu-Budha di Indonesia untuk kemudian kembali

ke Indonesia untuk mengembangkan ajaran agama Hindu-Budha.

Sejak awal abad ke-5 Masehi pengaruh agama Hindu-Budha mulai terasa dalam ke-

hidupan bangsa Indonesia, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun kebudayaan.

Beberapa kerajaan yang bercorak Hindu-Budha pun bermunculan, seperti: kerajaan Kutai

di Kalimantan Timur, Tarumanegara di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, Kanjuruhan

di Jawa Timur, Mataram Kuno di Jawa Tengah, Medang di Jawa Timur, Sriwijaya di Pa-

lembang, Kediri di Jawa Timur, Singosari di Jawa Timur, Majapahit di Jawa Timur, dan lain

sebagainya.

22

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

4. Kedatangan dan Pengaruh Agama Islam

Beberapa ahli sejarah beranggapan bahwa agama Islam mulai masuk ke wilayah Indo-

nesia sejak abad ke-7 Masehi. Pendapat ini didukung oleh berita Cina dari zaman Dinasti

Tang yang menjelaskan tentang adanya serangan orang-orang Ta-shih terhadap kerajaan

Ho-ling yang pada saat itu diperintah oleh Ratu Simha. Orang-orang Ta-shih ditafsirkan

sebagai orang-orang Arab. Pada abad ke-13 agama Islam semakin berkembang di Indone-

sia. Hal tersebut sesuai dengan berita Marcopolo yang singgah di kerajaan Samudera Pasai

(1292 M), berita Ibnu Batutah yang berkunjung di kerajaan Samudera Pasai (awal abad ke-

14 M), penemuan batu nisan makan Sultan Malik Al-Saleh (meninggal tahun 1297 M).

Secara umum sejarawan sepakat bahwa agama Islam dibawa ke Indonesia oleh para

pedagang Muslim yang berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat (India). Dengan demikian,

awal penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan melalui perdagangan. Selain melalui

perdagangan, terdapat pula saluran-saluran lain yang digunakan dalam menyebarkan agama

Islam, antara lain adalah melalui perkawinan, melalui pendidikan, melalui dakwah secara

terbuka, melalui kesenian dan kebudayaan, dan melalui tasawuf. Melalui cara-cara seperti

itulah agama Islam berkembang di Indonesia secara damai.

Puncak perkembangan agama Islam di Indonesia ditandai dengan munculnya kerajaan-

kerajaan yang bercorak Islam sehingga kehidupan bangsa Indonesia, baik dalam bidang

politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan diwarnai dengan ajaran agama Islam. Adapun ker-

ajaan-kerajaan Islam yang dimaksud antara lain adalah kerajaan Samudera-Pasai di Aceh,

kerajaan Aceh di Aceh, kerajaan Demak di Jawa Tengah, kerajaan Pajang di Jawa Tengah,

kerajaan Mataram-Islam di Yogyakarta, kesultanan Cirebon di Jawa Barat, kesultanan Bant-

en di Banten, kerajaan Gowa-Tallo di Sulawesi Selatan, kerajaan Ternate-Tidore di Maluku,

kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan, dan lain sebagainya.

5. Kedatangan dan Pengaruh Bangsa Barat

Pada awal abad ke-16 bangsa barat mulai berdatangan di Indonesia. Kedatangan bangsa

barat tersebut didorong tiga motivasi utama, yakni: (1) mencari daerah jajahan yang seluas-

luasnya dalam rangka mencapai kejayaan negaranya (glory), (2) ingin mencari kekayaan

yang sebanyak-banyaknya (gold), dan (3) ingin melaksanakan misi gereja, yakni menye-

barkan agama Kristen di daerah jajahan (gospel). Dengan motivasi tiga semboyan tersebut

bangsa barat saling berlomba-lomba mencari daerah jajahan, baik di benua Asia maupun di

benua Afrika.

Tercatat beberapa bangsa barat pernah menginjakkan kaki dan sekaligus merasakan

kekayaan bangsa Indonesia, yakni bangsa Portugis yang berhasil merebut Malaka pada ta-

hun 1511 untuk kemudian merebut Maluku pada tahun 1512. Bangsa Belanda pertama kali

mendarat di Banten pada tahun 1596 untuk kemudian disusul dengan rombongan-rombon-

gan lainnya hingga berhasil menjajah Indonesia selama waktu sekitar 350 tahun. Bangsa

Inggris pernah berhasil merebut Indonesia dari tangan Belanda pada tahun 1811-1815.

Para penjajah tersebut dengan kekuatan paksanya berusaha mewarnai kehidupan bang-

sa Indonesia, termasuk dalam hal penyebaran agama Kristen. Oleh karena itu, dibawah

penjajahan bangsa barat tersebut bangsa Indonesia benar-benar mengalami penderitaan la-

hir batin. Penderitaan yang berkepanjangan itulah yang telah membentuk jiwa-jiwa pejuang

Metode Penelitian Sosial

23

dari putra-putri bangsa sehingga berhasil memproklamasikan kemerdekaannya pada tang-

gal 17

Agustus 1945.

Uraian di atas memberikan gambaran, adaptatifnya bangsa Indonesia menerima unsur-

unsur kebudayaan asing. Segala unsur kebudayaan asing seperti kebudayaan Bacson-

Hoabinh, kebudayaan Dongson, kebudayaan Hindu-Budha, kebudayaan Islam, kebudayaan

barat telah berasimilasi menjadi kebudayaan bangsa Indonesia yang ada sekarang ini.

Kondisi tersebut sekaligus menunjukkan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang

sangat toleran dan sekaligus terbuka terhadap keberadaan kebudayaan asing. Toleransi

dan keterbukaan tersebut telah memungkinkan terjadinya kesinambungan masyarakat

Indonesia sampai sekarang ini. Perlu dicatat, setiap kali pengaruh kebudayaan asing

datang, bukan berarti menghapus sama sekali kebudayaan yang berkembang sebelumnya.

Dalam kebudayaan bangsa Indonesia terdapat beberapa unsur yang bersifat tetap dan

selalu dipertahankan, disamping terdapat beberapa unsur yang berubah. Unsur-unsur yang

bersifat tetap pada umumnya merupakan unsur kebudayaan yang bersifat fundamental yang

menjadi pegangan hidup, misalnya ideologi. Sedangkan unsur-unsur yang berubah pada

umumnya merupakan kebudayaan yang bersifat lahiriah. Fenomena tersebut senada dengan

pandangan Bierens de Haan yang menyebutkan adanya unsur statika dan unsur dinamika.

Unsur statika merupakan unsur yang bersifat tetap, sedangkan unsur dinamika merupakan

unsur yang bersifat berubah-ubah.

Kesinambungan masyarakat Indonesia tersebut semakin kokoh dengan ditetapkannya

Pancasila sebagai landasan idiil, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai landasan kon-

stitusional, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai landasan operasional

bagi pembangunan masyarakat Indonesia. Kesinambungan masyarakat Indonesia tersebut

harus dijamin melalui pelaksanaan pembangunan yang terencana. Di dalam GBHN jelas-

jelas dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan secara berencana, bertahap,

dan berkesinambungan. Setiap tahap pembangunan merupakan landasan bagi kegiatan

pembangunan pada tahap berikutnya.

Kegiatan

1. Letak bangsa Indonesia yang sangat strategis, yakni berada pada posisi silang telah

menyebabkan bangsa Indonesia menjadi lalu lintas dunia. Keadaan tersebut telah

menyebabkan bangsa Indonesia menjadi daerah pertemuan berbagai kebudayaan

dunia. Berikan bukti-bukti berdasarkan data sejarah bahwa bangsa Indonesia

merupakan tempat pertemuan berbagai kebudayaan dunia!

2. Coba diskusikan dengan teman sekelas kalian, identi

fi

kasikanlah karakteristik bang-

sa Indonesia sehubungan dengan adanya berbagai pengaruh kebudayaan dunia?

3. Simaklah sekali lagi uraian-uraian di atas. Coba diskusikan: apakah yang dimaksud

dengan kebudayaan Indonesia itu?

4. Berdasarkan teori Bierens de Haan yang menyebut adanya unsur statika dan unsur

dinamika dalam kebudayaan. Coba carilah contoh: manakah yang tergolong se-

bagai unsur statika dan mana pula yang tergolong sebagai unsur dinamika dalam

kebudayaan Indonesia?

24

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

5. Diskusikanlah dengan teman sekelas kalian, bagaimanakah seharusnya kita ber-

sikap terhadap derasnya kebudayaan asing pada era informasi dan era globalisasi

sekarang ini?

6. Apakah usaha-usaha yang dapat ditempuh untuk tetap mempertahankan kesinam-

bungan bangsa dan negara Indonesia?

F. MASYARAKAT TRADISIONAL DAN MASYARAKAT MODERN

1. Pengertian Masyarakat

Selain sebagai makhluk individu yang memiliki karakter khusus (unik) yang mem-

bedakan dengan individu yang lainnya, manusia juga merupakan makhluk sosial. Ke-

beradaan manusia sebagai makhluk sosial memberikan pengertian bahwa citra kemanu-

siaan atau bahkan esensi kemanusiaan hanya dapat terbentuk mana kala manusia melakukan

serangkaian interaksi dengan yang lainnya. Manusia tidak dapat hidup hanya dengan dirinya

sendiri. Agar dapat mengembangkan dirinya sebagai manusia, seseorang memerlukan ke-

hadiran orang lain. Dengan berhubungan dengan orang lain manusia juga dapat memenuhi

segala macam kebutuhan, baik yang bersifat ekonomi, politik, sosial, budaya, agama, dan

lain sebagainya.

Sebagai konsekuensi logis dari kebutuhan terhadap orang lain tersebut manusia mem-

bentuk kelompok-kelompok yang mana masing-masing anggota dalam kelompok tersebut

terlibat hubungan saling ketergantungan secara terus menerus. Kelompok-kelompok manu-

sia itulah yang merupakan benih bagi munculnya kehidupan bermasyarakat. Terdapat per-

bedaan dinamika yang ditunjukkan oleh masyarakat yang satu dengan masyarakat yang

lainnya. Akibat dari perbedaan dinamika tersebut telah menempatkan masyarakat tradision-

al pada satu satu sisi dan masyarakat modern pada sisi yang lain. Lalu, apakah yang dimak-

sud dengan masyarakat, masyarakat tradisional, dan masyarakat modern itu?

Istilah masyarakat diambil dari bahasa Arab, yakni syiek yang berarti bergaul. Istilah

masyarakat dalam bahasa Inggris adalah

society

yang berasal dari kata socius yang berarti

kawan. Kedua istilah tersebut, yakni pergaulan dan perkawanan, sama-sama memerlukan

keberadaan orang lain demi terjalinnya hubungan komunikasi.

Beberapa pakar ilmu sosial telah memberikan de

fi

nisi tentang masyarakat, di antaranya

adalah sebagai berikut:

a.

Linton

, seorang ahli antropologi, mengemukakan bahwa masyarakat merupakan setiap

kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka itu

dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai suatu kesatuan

sosial dengan batas-batas tertentu.

b.

M.J. Herskovits

menjelaskan bahwa masyarakat merupakan kelompok individu yang

diorganisasikan yang mengikuti suatu cara hidup tertentu.

c.

J.L. Gillin dan J.P. Gillin

mengatakan bahwa masyarakat merupakan suatu kelompok

manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan per-

satuan yang sama.

Metode Penelitian Sosial

25

d.

S.R. Steinmetz

, seorang ahli sosiologi asal Belanda, mengatakan bahwa masyarakat

merupakan suatu kelompok manusia yang terbesar yang meliputi pengelompokan-

pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai hubungan erat dan teratur

.

e.

MacIver

memberikan pandangannya tentang masyarakat sebagai suatu sistem dari cara

kerja dan prosedur dari otoritas yang saling bantu membantu yang meliputi kelompok-

kelompok dan pembagian-pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku

manusia dan kebebasan.

Berdasarkan beberapa de

fi

nisi di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa masyarakat

merupakan sekumpulan manusia yang tinggal bersama pada suatu wilayah dalam waktu

yang relatif lama dan bersifat terus menerus yang di dalamnya terdapat pengaturan terhadap

sikap, perilaku, dan kepentingan-kepentingan, baik yang bersifat perseorangan maupun

yang bersifat kelompok untuk kepentingan hidup bersama. Dengan demikian di dalam suatu

masyarakat setidaknya terdapat empat unsur sebagai berikut:

a.

Struktur sosial

, yakni pengelompokan-pengelompokan di dalam suatu masyarakat, baik

dalam hal jenis kelamin, kelompok umur, kekerabatan, lokalitas, pekerjaan, kedudu-

kan, dan sebagainya dengan maksud untuk mempermudah dalam berperilaku sebagai

suatu kesatuan.

b.

Kontrol sosial

, yakni suatu sistem atau suatu prosedur yang mengatur perilaku masing-

masing anggota dalam suatu masyarakat. Dalam rangka melaksanakan kontrol sosial

tersebut suatu masyarakat menciptakan sistem nilai dan sistem norma yang akan men-

jadi pegangan bagi seluruh anggota masyarakat dalam berperilaku sosial.

c.

Media komunikasi

, yakni media yang mendukung proses interaksi antar anggota dalam

suatu masyarakat. Media komunikasi tersebut dapat berupa bahasa maupun benda-ben-

da lain seperti alat-alat komunikasi dan alat-alat transportasi.

d. Sistem nilai dan sistem norma yang menjadi standar dan patokan bagi seluruh anggota

suatu masyarakat dalam berperilaku sosial.

2. Masyarakat Tradisional

Istilah tradisional berasal dari kata tradisi atau traditum yang berarti sesuatu yang

diteruskan dari masa lalu menuju masa sekarang. Sesuatu yang diteruskan tersebut dapat

berupa benda-benda, pola perilaku, sistem nilai dan sistem norma, harapan dan cita-cita

yang ada dalam suatu masyarakat. Tradisi tersebut terbentuk melalui pikiran, imajinasi,

dan tindakan-tindakan dari seluruh anggota masyarakat yang kemudian diwariskan secara

turun temurun. Adapun wujud sesuatu yang diteruskan (tradisi) tersebut adalah objek-

objek kebendaan, sistem kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan atau adat istiadat, dan lain

sebagainya.

Makna lain dari istilah tradisi adalah segala sesuatu yang berfungsi menjaga atau

memelihara. Dengan demikian, segala sesuatu yang berkembang pada generasi terdahulu

akan dijaga dan dipelihara oleh generasi sekarang dan bahkan mungkin juga oleh generasi

yang akan datang. Suatu tradisi dapat mengalami perubahan mana kala generasi penerus

melakukan pembaharuan terhadap tradisi yang diwariskan oleh generasi pendahulunya.

Pada umumnya perubahan tersebut hanya menyentuh pada unsur-unsur luarnya saja, se-

dangkan unsur-unsur pokoknya tetap tidak mengalami perubahan.

26

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat tradisional

merupakan suatu masyarakat yang memelihara, menjaga, dan mempertahankan tradisi, adat

istiadat, sistem nilai, sistem norma, dan bahkan sistem kebudayaan yang diwariskan oleh

generasi pendahulunya.

Ditinjau dari letak pemukimannya, masyarakat tradisional pada umumnya terdapat

di pedesaan. Oleh karena itu, masyarakat tradisional sering diidentikkan dengan masyar-

akat pedesaan. Namun demikian, sesungguhnya terdapat perbedaan yang mendasar antara

masyarakat tradisional dengan masyarakat pedesaan. Masyarakat tradisional cenderung

merupakan masyarakat yang bersahaja, yakni yang relatif terhindar dari pengaruh modern-

isasi. Sedangkan masyarakat pedesaan, sebagaimana yang diuraikan oleh Sutardjo Karto-

hadikusumo, adalah suatu masyarakat yang tinggal pada suatu wilayah tertentu, memiliki

suatu kesatuan hukum dan menyelenggarakan pemerintahan sendiri.

Uraian di atas mengantarkan pada suatu kesimpulan bahwa masyarakat tradisional pada

umumnya terdapat pada masyarakat pedesaan, meskipun tidak semua masyarakat pedesaan

merupakan masyarakat tradisional. Dengan demikian masyarakat tradisional telah diiden-

tikkan dengan masyarakat pedesaan. Memang antara masyarakat pedesaan dengan masyar-

akat tradisional terdapat beberapa kesamaan. Itulah sebabnya Talcott Parsons berani meng-

gambarkan masyarakat pedesaan sebagai masyarakat tradisional karena memiliki beberapa

ciri sebagai berikut:

1. Adanya ikatan-ikatan perasaan yang erat dalam bentuk kasih sayang, kesetiaan, dan

kemesraan dalam melakukan interaksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk saling

tolong menolong tanpa pamrih-pamrih tertentu.

2. Adanya orientasi yang bersifat kebersamaan (kolekti

fi

tas) sehingga jarang terdapat per-

bedaan pendapat.

Sumber:

Media Indonesia, 2007

Sebagian besar masyarakat pedesaan bekerja sebagai petani

Metode Penelitian Sosial

27

Beberapa karakteristik masyarakat pedesaan di atas banyak ditemui dalam kehidupan

masyarakat pedesaan yang masih murni. Seperti yang tampak dalam kehidupan masyarakat

pedesaan yang terdapat di Jawa yang memiliki beberapa ciri, antara lain sebagai berikut: (1)

adanya persamaan dalam derajat (egaliter) karena strati

fi

kasi sosial yang ada hanya seba-

tas pada kepemilikan tanah belaka, (2) adanya tempat-tempat yang dikeramatkan (punden)

yang kemudian dijadikan sebagai pusat desa, (3) adanya etos komunal yang ditunjukkan

dalam tradisi saling tolong menolong, (4) pengurusan tanah desa dilakukan oleh lurah dan

pamong desa lainnya, dan (5) tidak adanya hak keraton terhadap tanah desa karena hak

keraton diwujudkan dalam bentuk hasil bumi dan pengerahan tenaga kerja dari desa yang

dimaksud.

Mata pencaharian utama masyarakat pedesaan adalah pertanian. Meskipun terdapat be-

berapa pekerjaan lain seperti tukang batu, tukang kayu, tukang genteng, tukang gula, tukang

arang, dan sebagainya, namun pekerjaan-pekerjaan tersebut sifatnya hanya sambilan saja,

pada saat masa tanam atau masa panen tiba, segala macam pekerjaan tersebut akan diting-

galkan begitu saja. Kenyataan seperti ini semakin menunjukkan adanya homogenitas dalam

masyarakat pedesaan.

3. Masyarakat

Modern

Untuk memahami istilah modern perlu mengikuti perkembangan historis yang terjadi

di Eropa sejak abad pertengahan yang merupakan zaman kegelapan (dark age), untuk ke-

mudian disusul dengan munculnya zaman kebangkitan kembali (renaissance), abad pence-

rahan (aufklarung), hingga abad modern sekarang ini. Paham dan pandang tentang modern

yang berkembang di Eropa pada dasarnya diawali pemutusan hubungan dengan kekuasaan

Gereja pada abad pertengahan. Seperti yang diketahui, bahwa pada abad pertengahan terse-

but masyarakat Eropa beranggapan bahwa dunia merupakan bagian dari kerajaan Tuhan.

Dengan demikian segala sesuatu yang dipandang benar dan menjadi keputusan Gereja ha-

rus diterima sebagai kebenaran mutlak.

Prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Gereja di Eropa pada abad pertengahan

bertentangan dengan prinsip prinsip rasionalitas. Itulah sebabnya muncul gerakan intelektual

yang menghendaki adanya kebebasan dalam berpikir, berkesenian, dan sekaligus beragama.

Gerakan intelektual tersebut telah memunculkan paham rasionalisme yang merupakan

tonggak dari kehidupan modern di Eropa. Lalu apakah yang disebut modern itu?

3. Adanya partikularisme, yakni berhubungan dengan perasaan subjektif dan perasaan

kebersamaan. Dengan demikian, dalam masyarakat pedesaan terdapat ukuran-ukuran

(standar) nilai yang bersifat subjektif yang didasarkan pada sikap senang atau tidak

senang, baik atau tidak baik, pantas atau tidak pantas, diterima atau tidak diterima, dan

lain sebagainya.

4. Adanya askripsi yang berhubungan dengan suatu sifat khusus yang diperoleh secara

tidak sengaja, melainkan diperoleh berdasarkan kebiasaan atau bahkan karena suatu

keharusan. Itulah sebabnya masyarakat pedesaan sulit berubah, cenderung bersifat

tradisional dan konservatif yang disebabkan oleh adanya sikap menerima segala sesuatu

sebagaimana apa adanya.

5. Adanya ketidakjelasan (diffuseness) terutama dalam hal hubungan antarpribadi

sehingga masyarakat pedesaan sering menggunakan bahasa secara tidak langsung

dalam menyampaikan suatu maksud.

28

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Antropologi, Harsojo mende

fi

nisikan istilah

modern sebagai suatu sikap pikiran yang mempunyai kecenderungan untuk mendahulukan

sesuatu yang baru dibandingkan dengan sesuatu yang bersifat tradisi. Dampak dari pandangan

modern tersebut adalah adanya sikap yang revolusioner karena munculnya keinginan untuk

meninggalkan dan sekaligus mengganti adat istiadat dan tradisi yang tidak sesuai dengan

nilai-nilai rasionalitas dan menggantinya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Uraian di atas mengantarkan pada pengertian bahwa masyarakat modern merupakan

suatu masyarakat yang lebih mengutamakan rasionalitas dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi sebagai perwujudannya dari pada segala sesuatu yang bersifat tradisi, adat istiadat,

dan lain sebagainya. Adapun beberapa ciri dari masyarakat modern antara lain disebutkan

oleh Selo Soemardjan sebagai berikut:

1. Hubungan yang terjadi antarmanusia lebih didasarkan atas kepentingan-kepentingan

pribadi.

2. Hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain dilakukan secara terbuka dalam sua-

sana saling pengaruh mempengaruhi, kecuali terhadap beberapa penemuan baru yang

bersifat rahasia.

3. Adanya kepercayaan yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi se-

bagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.

4. Masyarakat terbagi-bagi menurut profesi dan keahlian masing-masing yang dipelajari

dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga pendidikan, keterampilan, dan kejuruan.

5. Adanya tingkat pendidikan formal yang relatif tinggi dan merata.

6. Hukum yang diberlakukan merupakan hukum tertulis yang sangat kompleks.

7. Sistem ekonomi yang dikembangkan merupakan sistem ekonomi pasar yang didasar-

kan atas penggunaan uang dan alat-alat pembaharuan yang lain.

Untuk menciptakan masyarakat modern dengan ciri-ciri seperti yang disebutkan di

atas, terlebih dahulu harus dibentuk manusia-manusia yang berjiwa modern. Salah satu

langkah yang dapat ditempuh adalah dengan mengembangkan budaya membaca, menulis,

dan melakukan penelitian (research). Adapun ciri-ciri manusia modern ditunjukkan oleh

sosiolog Soerjono Soekanto, sebagai berikut:

1. Bersikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru maupun penemuan-pene-

muan baru sehingga tidak mengembangkan sikap apriori (purbasangka).

2. Senantiasa siap untuk menerima perubahan setelah menilai adanya beberapa kekurangan

yang dihadapi pada saat itu.

3. Memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya,

sekaligus mempunyai kesadaran bahwa masalah-masalah tersebut memiliki hubungan

dengan keberadaan dirinya.

4. Senantiasa memiliki informasi yang lengkap berkenaan dengan pendiriannya.

5. Berorientasi pada masa kini dan pada masa yang akan datang.

6. Memiliki kesadaran akan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan sekaligus memi-

liki keyakinan bahwa potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik.

Metode Penelitian Sosial

29

7. Memiliki kepekaan terhadap perencanaan.

8.

Tidak mudah menyerah kepada nasib.

9. Percaya terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya peningkatan

kesejahteraan umat manusia.

10. Menyadari dan menghormati hak, kewajiban, serta kehormatan pihak lain.

Perlu digarisbawahi bahwa tidak semua aspek tradisional merupakan suatu hal yang

buruk. Dengan kata lain, terdapat beberapa aspek tradisional yang mendukung terbentuknya

manusia modern. Sifat keterbukaan yang dimiliki oleh manusia modern termasuk di dalam-

nya terhadap nilai-nilai tradisional, dalam arti, jika nilai-nilai tradisional dipandang rasional

dan selaras dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka nilai tradisional tersebut akan

diterima sebagai suatu hal yang positif bagi kehidupan masyarakat.

Sumber:

Encarta

Encyclopedia, 2002

Kesibukan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat kota

Karena ilmu pengetahuan dan teknologi lebih banyak berkembang di perkotaan, maka

masyarakat modern sering diidentikkan dengan masyarakat perkotaan. Terdapat beberapa

ciri yang menonjol yang ditunjukkan oleh masyarakat kota, sebagaimana yang dijabarkan

oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Sosiologi: Suatu Pengantar sebagai

berikut: (1) pada umumnya bersifat individual, yakni mengurus dirinya sendiri tanpa harus

bergantung dengan orang lain, (2) adanya pembagian kerja yang jelas sesuai dengan bidang

dan profesinya masing-masing, (3) terbukanya kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan

sehubungan dengan adanya sistem pembagian kerja yang jelas, (4) penggunaan pola pi-

kir yang secara umum bersifat rasional sehingga interaksi yang terjadi lebih didasarkan

atas faktor kepentingan tertentu, (5) pentingnya faktor waktu sehubungan dengan adanya

pembagian kerja dan jadwal kerja yang padat, dan (6) adanya perubahan-perubahan sosial

yang tampak dengan jelas sehubungan dengan keterbukaannya dalam menerima pengaruh

budaya asing.

Kegiatan

1. Buatlah tabel yang menggambarkan perbedaan antara masyarakat tradisional den-

gan masyarakat modern!

2. Diskusikan dengan teman sekelas kalian tentang proses terjadinya perubahan dari

masyarakat tradisional menuju masyarakat modern!

30

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

3. Lakukan pengamatan pada masayarakat di lingkungan tempat tinggal kalian, apa-

kah termasuk ke dalam kelompok masyarakat tradisional atau modern?

4. Menurut pandangan kalian, apakah modernisasi sama artinya dengan westernisasi?

5. Berikan beberapa contoh yang menunjukkan adanya perbedaan antara modern-

isasi dengan westernisasi!

G. PENGARUH PERKEMBANGAN MASYARAKAT DUNIA TERHADAP

PEMBENTUKAN PELAPISAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA

1. Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

Pada dasarnya, di mata Tuhan semua manusia memiliki derajat dan martabat yang

sama. Namun manusialah yang membuat standar-standar penghormatan dan penghargaan

tertentu sehingga terbentuk lapisan-lapisan sosial dalam kehidupan masyarakat. Terben-

tuknya lapisan-lapisan sosial tersebut membawa konsekuensi pada berkembangnya ang-

gapan tentang adanya lapisan sosial yang dipandang lebih tinggi, lapisan sosial yang dipan-

dang berada dalam posisi menengah, dan lapisan sosial yang dipandang lebih rendah dari

lapisan-lapisan sosial lainnya.

Tinggi rendahnya seseorang dalam sebuah sistem pelapisan sosial tergantung

pada status sosial yang dimiliki. Status sosial yang disandang oleh seseorang diperoleh

berdasarkan penilaian dan pengakuan dari masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya.

Dalam hubungan ini, sosiolog Talcott Parsons menyebutkan adanya lima kriteria yang

dapat dijadikan dasar untuk menentukan tinggi rendahnya status sosial seseorang, yakni:

(1) kelahiran, seperti: ras, jenis kelamin, kebangsawanan, dan sebagainya, (2) kualitas

atau mutu pribadi, seperti: kecerdasan, kebijaksanaan, kekuatan, keterampilan, dan

sebagainya, (3) prestasi, yakni karir seseorang dalam bidang pendidikan, jabatan, usaha,

dan lain sebagainya, (4) kepemilikan atau kekayaan, yakni pencapaian seseorang dalam

mengumpulkan harta kekayaan, dan (5) kekuasaan dan wewenang, yakni besar kecilnya

kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain.

Seperti yang telah dibahas di kelas dua, bahwa sistem pelapisan sosial ada yang bersifat

tertutup dan ada pula yang bersifat terbuka. Sistem pelapisan sosial yang bersifat terbuka

akan membuka celah bagi proses perubahan. Perubahan-perubahan lapisan sosial tersebut

disebabkan oleh adanya perubahan orientasi sistem nilai dalam kehidupan masyarakat. Bagi

bangsa Indonesia, setidaknya terdapat dua indikator utama yang menyebabkan terjadinya

perubahan dalam sistem pelapisan sosial, yakni: (1) sistem kolonialisme dan imperialis-

me yang menginjak-injak kemerdekaan dan kedaulatan bangsa, baik dalam bidang sosial,

ekonomi, politik, maupun kebudayaan, dan (2) industrialisasi yang dilaksanakan sebagai

suatu upaya dalam menggalakkan pembangunan di tanah air. Dua indikator utama tersebut

sedikit banyak telah merubah sistem nilai dan sistem norma dalam sendi-sendi kehidupan

masyarakat yang pada gilirannya telah memunculkan sistem pelapisan sosial yang baru

yang berbeda sama sekali dengan sistem pelapisan sosial yang ada sebelumnya.

Bangsa Indonesia patut bersyukur karena telah dianugrahi berbagai kelebihan, seperti:

Metode Penelitian Sosial

31

kekayaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah ruah, posisinya yang sangat strategis,

yakni berada pada jalur persimpangan dunia, dan lain sebagainya. Beberapa kelebihan yang

dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut telah menarik perhatian negara-negara di dunia

sejak ratusan tahun yang lalu hingga sekarang.

Akibatnya, selama ratusan tahun kemer-

dekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia untuk mengatur negerinya sendiri diinjak-injak

oleh kaum kolonialis dan kaum imperialis yang serakah. Kaum kolonialis dan kaum impe-

rialis dari Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jepang pernah merampas kemerdekaan

dan kedaulatan bangsa Indonesia. Dari sekian banyak negara yang pernah menginjakkan

kaki dan menjajah bangsa Indonesia tersebut, bangsa Belandalah yang paling lama, yakni

sekitar 350 tahun.

Kaum kolonialis dan kaum imperialis telah menguasai seluruh bidang kehidupan bang-

sa Indonesia, terutama bidang politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Bahkan, untuk

mempertahankan kekuasaannya, kaum kolonialis dan kaum imperialis telah memciptakan

suasana sedemikian rupa sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bodoh, miskin,

dan rendah diri. Kaum kolonialis dan kaum imperialis tidak memberikan kesempatan ke-

pada bangsa Indonesia untuk memperoleh pendidikan, jaminan kesehatan dan jaminan so-

sial terhadap bangsa Indonesia sangat rendah. Disamping itu kaum kolonialis dan kaum

imperialis juga menerapkan rasdiskriminasi terhadap bangsa Indonesia pada semua aspek

kehidupan. Berbagai macam perlakuan yang tidak manusiawi tersebut telah menyadarkan

bangsa Indonesia, bahwa kolonialisme dan imperialismep merupakan momok yang harus

dilenyapkan dari muka bumi.

Kolonialisme dan imperialisme telah meninggalkan bekas yang sangat dalam bagi ke-

hidupan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia telah ditempatkan sebagai bangsa kuli atau

budak yang harus memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya terhadap kaum kolo-

nialis dan kaum imperialis. Adanya perubahan-perubahan dalam struktur sosial bangsa In-

donesia selama masa kolonialisme dan imperialisme dijelaskan oleh sosiolog

M.A. Jaspan

dalam bukunya yang berjudul

Social Strati

fi

cation and Social Mobility in Indonesia

.

M.A. Jaspan

mengatakan bahwa selama masa kolonialisme dan imperialisme, struktur

sosial masyarakat Indonesia yang semula terdiri dari para kuli kenceng, kuli gundul, kuli

karang kopek, dan indung tlosor telah mengalami perubahan, sebagai berikut. Para kuli ken-

ceng berkembang menjadi kaum kulak yang kaya raya karena menguasai lahan pertanahan

di pedesaan. Dengan kekayaan seperti itu kaum kulak mampu memperkerjakan kuli gun-

dul dan kuli karang kopek untuk mengerjakan tanahnya dengan sistem bagi hasil. Dalam

keadaan seperti itu, lambat laun kaum kulak dapat menyaingi para bekel atau lurah yang

merupakan penguasa tertinggi di desa. Bahkan, dalam perkembangan berikutnya, kaum

kuli kenceng yang telah berkembang menjadi kaum kulak tersebut menjadi golongan pri-

yayi yang mendapat penghormatan dan penghargaan yang sangat tinggi dalam pandangan

masyarakat Jawa pada saat itu.

Pola-pola yang dikembangkan oleh kaum kolonialis dan kaum imperialis di Indonesia

telah membuat terciptanya struktur masyarakat baru, yang terdiri dari:

1. Lapisan masyarakat kelas 1

Terdiri dari orang-orang Belanda ditambah dengan kaum bangsawan dan kaum kuli ken-

ceng yang telah naik statusnya menjadi kaum priyayi, setingkat dengan kaum bangsawan.

32

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

2. Lapisan masyarakat kelas 2

Terdiri dari orang-orang Tionghoa yang meraih sukses dalam menjalankan kegiatan

perdagangan di Indonesia.

3. Lapisan masyarakat kelas 3

Terdiri dari orang-orang pribumi (penduduk asli Indonesia).

Lapisan masyarakat kelas 1 dan kelas 2 merupakan minoritas tetapi memiliki fungsi

dan peran yang sangat dominan dalam berbagai bidang kehidupan, baik politik, ekonomi,

sosial, maupun kebudayaan. Sedangkan lapisan masyarakat kelas 3 merupakan mayoritas,

namun berposisi sebagai kelompok yang tertindas yang tidak mampu berbuat banyak ter-

hadap lapisan masyarakat kelas 1 dan kelas 2 yang menginjak-injak harkat dan martabat

kemanusiaannya. Dalam sistem pelapisan sosial tersebut, Belanda mengembangkan tradisi

hubungan kawulo-gusti. Rakyat jelata harus memberikan penghormatan dan penghargaan

yang setinggi-tingginya terhadap orang-orang Belanda, para bangsawan dan para priyayi,

termasuk terhadap orang-orang Cina. Hubungan kawulo-gusti tersebut sengaja diciptakan

dalam rangka pelaksanaan politik pecah belah dan kuasai (devide et impera). Dengan cara

seperti itulah sistem kolonialisme dan sistem imperialisme yang diterapkan oleh Belanda

mampu bertahan lama di Indonesia.

2. Pengaruh Industrialisasi terhadap Masyarakat Indonesia

Sejak meletusnya revolusi industri di Inggris pada abad ke-18, beberapa negara di be-

lahan bumi, termasuk Indonesia, dilanda proses industrialisasi. Segera setelah Inggris men-

galami perubahan struktur masyarakat secara besar-besaran dari masyarakat pertanian yang

sederhana menjadi masyarakat industri yang sangat kompleks, negara-negara di kawasan

Eropa, Rusia, Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara lainnya menyusul dalam peng-

galakan industrialisasi. Proses industrialisasi tersebut dilaksanakan sebagai konsekuenasi

dari program pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tingkat kesejahter-

aan masyarakat sesuai dengan yang diharapkan.

Sumber:

A yahbunda 2006

Perindustrian telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para tenaga kerja

untuk mendapatkan pekerjaan yang layak

Pada dasarnya industrialisasi merupakan suatu proses yang ditandai dengan peristiwa

pergeseran tenaga kerja dan proses pergeseran produksi. Pergeseran tenaga kerja terjadi

karena sebelum terjadi revolusi industri kegiatan produksi dilaksanakan dengan menggu-

nakan tenaga otot, baik manusia maupun hewan sehingga proses produksi akan memakan

Metode Penelitian Sosial

33

waktu yang relatif lama. Sedangkan pergeseran produksi terjadi terjadi dari kegiatan

produksi primer seperti mengolah lahan pertanian, menangkap ikan, pertambangan yang

menggunakan tenaga manusia, menjadi kegiatan produksi sekunder yang lebih mengutama-

kan penggunaan tenaga mesin berteknologi tinggi.

Proses industrialisasi yang semula ber

gerak dalam bidang perekonomian, lambat laun

membawa akses yang sangat luas, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.

Dampak positif dari proses industrialisasi di antaranya adalah tersedianya barang-barang

yang berkualitas dalam jumlah yang cukup banyak. Keadaan seperti ini telah mempermudah

kehidupan umat manusia. Adapun beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari proses

industrialisasi antara lain adalah: (1) terbengkalainya lahan pertanian di pedesaan karena

para petani lebih memilih kerja di lapangan industri yang dianggap lebih menjanjikan, (2)

meningkatnya arus urbanisasi sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan tenaga ker-

ja di kota, (3) meningkatnya jumlah pengangguran yang disebabkan karena para pemuda

tidak lagi tertarik untuk bekerja pada sektor pertanian, sedangkan sektor perindustrian tidak

mampu menyerap seluruh tenaga kerja yang tersedia, (4) meningkatnya tindak kejahatan

sebagai akibat dari meningkatnya jumlah pengangguran, dan lain sebagainya.

Proses industrialisasi telah mendorong terjadinya perubahan yang bersifat vertikal

dalam kehidupan bermasyarakat. Hiruk-pikuk proses perindustrian telah menciptakan sua-

sana sedemikian rupa sehingga masyarakat semakin meninggalkan sistem nilai dan sistem

norma yang bersifat radisional, digantikan dengan sistem nilai dan sistem norma sebagaim-

ana yang dianut dalam paham liberal kapitalis. Pada era industrialisasi, masyarakat akan

memberikan penghargaan dan penghormatan yang tinggi terhadap siapa saja yang memiliki

modal dan siapa saja yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan demikian,

faktor kualitas pribadi yang dimiliki oleh seseorang dipandang lebih bernilai dibandingkan

dengan faktor-faktor yang bersifat keturunan.

Berbeda dengan tradisi feodalisme, sistem pelapisan sosial yang terdapat pada masyar-

akat industri bersifat terbuka. Siapapun orangnya yang memiliki modal dan memiliki kuali-

tas pribadi yang handal akan menempati posisi yang sangat tinggi selaras dengan penghar-

gaan dan penghormatan oleh masyarakat yang ada di lingkungannya. Kondisi seperti itu

akan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siapapun yang berkeinginan untuk

melakukan mobilitas sosial dalam rangka memperjuangkan kualitas kehidupannya.

Struktur sosial dalam masyarakat industri lebih dominan didasarkan atas kriteria

ekonomi. Artinya, ukuran kekayaan menjadi pertimbangan utama dalam menempatkan sta-

tus seseorang sesuai dengan kelasnya. Semakin banyak kekayaan yang dimiliki seseorang

akan semakin meningkatkan status sosialnya. Atas dasar ukuran ekonomi seperti itu, sistem

pelapisan sosial dalam masyarakat industri terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) kelom-

pok masyarakat kelas atas (upper class), (2) kelompok masyarakat kelas menengah (middle

class), dan (3) kelompok masyarakat kelas bawah (lower class).

34

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

Sumber:

www.tempointeraktif.com

Kaum profesional menempati strata yang cukup tinggi dalam sistem pela-

pisan sosial berdasarkan kriteria mata pencaharian

Ukuran-ukuran kekayaan tersebut mendorong masyarakat untuk memberikan peni-

laian terhadap tinggi rendahnya kekayaan yang dapat dihasilkan oleh mata pencaharian

tertentu. Akibatnya, masyarakat memberikan penghormatan dan penghargaan yang tinggi

terhadap siapa saja yang berhasil mencapai pekerjaan yang dianggap banyak mendatang-

kan kekayaan. Sebaliknya, masyarakat memandang remeh terhadap pekerjaan yang tidak

banyak menghasilkan rejeki. Atas dasar ukuran-ukuran prestise tersebut, terbentuklah pela-

pisan sosial berdasarkan mata pencaharian, sebagai berikut:

1. Kaum Elite, yakni kelompok orang kaya, seperti usahawan dan kelompok lainnya yang

menempati kedudukan yang sangat tinggi.

2. Kaum Profesional, yakni kelompok orang yang memiliki kemampuan tertentu ber-

dasarkan disiplin akademis yang diperoleh melalui jalur pendidikan tinggi.

3. Kaum Semi-profesional, yakni para pekerja di kantor-kantor, perdagangan, perusahaan

tetapi kurang didukung oleh latar belakang akademis yang memadai dari pendidikan

tinggi.

4. Tenaga Terampil, yakni kelompok orang yang memiliki keterampilan dalam bidang te-

knik dan mekanik seperti sopir, pekerja pabrik, pemangkas rambut, dan lain sebagain-

ya.

5. Tenaga Tidak Terlatih, yakni kelompok orang yang tidak memiliki kemampuan tertentu

sehingga memilih bekerja sebagai tukang kebun, pemulung, pembantu rumah tangga,

dan lain sebagainya.

Kegiatan

Sejalan dengan era modernisasi, di berbagai wilayah telah bermunculan sentra-sentra

industri. Sentra-sentra industri tersebut menjadi daya tarik yang luar biasa bagi para

pencari lapangan kerja, tidak terkecuali pada masyarakat di lingkungan tempat tinggal

kalian.

1. Lakukan pendataan terhadap masyarakat di lingkungan tempat tinggal kalian yang

bekerja di sektor perindustrian. Data tersebut meliputi: nama, alamat, umur, jenis

kelamin, dan jumlah.

Metode Penelitian Sosial

35

2. Lakukan pengamatan secara mendalam, seberapa jauh pekerjaan di sektor perindus-

trian tersebut telah merubah kehidupan mereka.

3. Identi

fi

kasikan bidang-bidang kehidupan yang mana yang mengalami perubahan?

4. Berikan pandangan-pandangan kalian terhadap berbagai perubahan yang kalian iden-

ti

fi

kasi.

H. PEMBANGUNAN MASYARAKAT INDONESIA

Sumber:

www

.liputan6.com

Jakarta sebagai kota metropolitan dengan gedung tinggi

1. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia

Bangsa Indonesia telah melewati dinamika yang luar biasa. Dinamika tersebut terlihat

dalam catatan sejarah, yakni: (1) sejak kedatangan nenek moyang dari Yunan (Dataran

Cina Selatan), (2) datangnya pengaruh Hindu-Budha dari India, (3) datangnya pengaruh

Islam yang dibawa oleh para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat, (4) datangnya kaum

kolonialis dan imperialis yang membelenggu kehidupan bangsa Indonesia, (5) pendobrakan

bangsa Indonesia terhadap kekuatan kolonialis dan imperialis yang dilanjutkan dengan

penegakan negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat, dan (6)

adanya isu-isu baru yang berkaitan dengan demokratisasi, isu-isu penegakan HAM, isu-isu

yang berhubungan dengan sekularisasi, e

fi

siensi, industrialisasi, dan lain sebagainya yang

mewarnai peri kehidupan bangsa Indonesia.

Sebagaimana bangsa-bangsa lain di dunia, bangsa Indonesia telah dan sedang meng-

galakkan pembangunan masyarakat ke arah modernisasi. Modernisasi yang dilaksanakan

oleh bangsa Indonesia bertujuan untuk membentuk masyarakat yang adil dan makmur.

Untuk itulah disusun tahapan-tahapan pembangunan secara sistematis, baik yang bersifat

jangka pendek maupun yang bersifat jangka panjang. Pembangunan yang dilaksanakan

oleh bangsa Indonesia pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan,

kesejahteraan, keadilan, pemerataan, perdamaian, dan keamanan nasional. Pembangunan

juga mengemban misi perubahan sosial sehubungan dengan adanya usaha untuk mengubah

sikap mental masyarakat Indonesia dari hal-hal yang bersifat tradisional menuju masyarakat

yang bersifat modern.

36

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

Sehubungan dengan lambannya proses pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa

Indonesia, Koentjaraningrat menyatakan adanya beberapa mentalitas negatif yang ada pada

diri bangsa Indonesia sebagai akibat dari kekejaman kolonialis Belanda. Mentalitas negatif

yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Mentalitas yang lebih berorientasi pada jumlah (kuantitas) daripada mutu (kualitas).

Sifat tersebut menyebabkan berbagai barang yang diproduksi oleh bangsa Indonesia

terkesan asal jadi dan tidak memuaskan.

2. Mentalitas yang suka menghalalkan berbagai cara demi tercapainya maksud dan tujuan

yang diinginkan. Mentalitas tersebut telah menyebabkan bangsa Indonesia terbiasa un-

tuk mengambil jalan pintas dan tidak wajar dalam mengejar kekuasaan dan wewenang.

Mentalitas tersebut juga menyebabkan sering terjadinya penyalahgunaan kekuasaan

dan wewenang dalam kehidupan politik bangsa Indonesia.

3. Mentalitas rendah diri sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tidak percaya

terhadap kemampuan yang dimiliki. Akibat mentalitas tersebut, bangsa Indonesia

menjadi bangsa yang tidak menghargai hasil karya maupun kebudayaan sendiri dan

cenderung menghargai hasil karya dan kebudayaan asing yang dianggap lebih hebat

dan lebih modern. Padahal, untuk memajukan perekonomian bangsa Indonesia harus

lebih mencintai barang-barang produksi dalam negeri.

4. Mentalitas yang tidak disiplin sehingga proses pembangunan tidak dapat dilaksanakan

dengan sempurna. Beberapa contoh mentalitas yang tidak disiplin tersebut antara lain

adalah penggunaan waktu yang sering tidak tepat, penggunaan tenaga maupun biaya

yang tidak e

fi

sien dan tidak efektif.

5. Mentalitas suka mengabaikan tanggung jawab. Mentalitas yang sering mengabaikan

tanggung jawab tersebut telah memperlamban proses pembangunan karena berlawanan

dengan nilai-nilai profesionalitas. Tanggung jawab dan profesionalisme merupakan

faktor penting yang menopang pelaksanaan pembangunan.

Kegiatan

Berdasarkan pandangan Koentjaraningrat tentang mentalitas bangsa Indonesia sebagai

akibat dari kekejaman penjajah Belanda, maka berikan beberapa contoh mentalitas: (1)

berorientasi pada jumlah dari pada mutu, (2) menghalalkan berbagai cara untuk men-

capai tujuan, (3) rendah diri, dan (4) tidak disiplin, yang terdapat dalam kehidupan

masyarakat kita sehari-hari. Kemudian, diskusikanlah temuan kalian tersebut dengan

teman sekelas kalian.

Selain beberapa mentalitas negatif di atas, terdapat beberapa faktor lain yang berpen-

garuh terhadap keterbelakangan bangsa Indonesia, yakni pertumbuhan penduduk yang san-

gat pesat, tradisi yang berorientasi pada rasa kepantasan dan kepatutan, gejolak politik, dan

kondisi sosial kultural.

a. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat

Laju ekonomi yang dicapai oleh bangsa Indionesia tidak mampu mengimbangi per-

tumbuhan penduduk yang sangat pesat. Sesungguhnya, jumlah penduduk yang besar jika

diimbangi dengan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan potensi

Metode Penelitian Sosial

37

tersendiri bagi proses pembangunan. Namun demikian, krisis moneter yang telah memicu

berkembangnya krisis multidimensional dalam kehidupan bangsa Indonesia telah menyebab-

kan tersendatnya upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Akibatnya, pendapatan

ekonomi bangsa Indonesia mengalami stagnasi. Keadaan seperti ini telah menyebabkan

bangsa Indonesia semakin tertinggal dibandingkan dengan bangsa lain di dunia.

b. Tradisi yang berorientasi pada rasa kepantasan dan kepatutan

Bangsa Indonesia mewarisi suatu tardisi yang dalam istilah Jawa dikenal dengan ewuh

pakewuh. Tradisi serupa ini telah mewarnai hubungan antarmanusia dan hubungan kerja

sama yang diwarnai oleh adat kebiasaan yang berorientasi pada nilai kepantasan dan nilai

kepatutan. Tradisi seperti ini berseberangan dengan semangat rasionalitas dan semangat ob-

jektivitas yang sangat diperlukan dalam proses pembangunan. Disamping itu, tradisi yang

diorientasikan pada nilai kepantasan dan nilai kepatutan juga berseberangan dengan e

fi

sien-

si dan efektivitas yang menjadi faktor penting dalam proses pembangunan.

c. Gejolak politik

Sejak proklamasi kemerdekaan, kehidupan politik bangsa Indonesia sering diwarnai

oleh gejolak politik. Pada awal kemerdekaan bangsa Indonesia sudah harus berhadapan

dengan berbagai ancaman dan tantangan dari kekuatan asing, terutama Belanda. Disam-

ping itu bangsa Indonesia juga harus menghadapi pemberontakan yang terjadi di berbagai

wilayah di tanah air, di antaranya adalah: (1) peristiwa PKI Madiun, gerakan DI/TII di Jawa

Barat, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, dan Aceh, (3) gerakan separatis Republik Maluku

Selatan, pemberontakan Andi Azis, dan sebagainya.

Pada tahun 1965 tragedi nasional telah melanda kehidupan politik bangsa Indonesia.

Gerakan 30 September, atau G30S/PKI telah melakukan upaya kudeta terhadap pemerintahan

yang sah. Peristiwa G30S/PKI tersebut telah memberikan luka yang sangat mendalam dalam

kehidupan politik bangsa Indonesia.

Peristiwa G30S/PKI tersebut sekaligus pertanda bagi proses suksesi kepemimpinan

nasional. Orde Lama digantikan dengan Orde Baru yang berusaha meletakkan dasar-dasar

kehidupan politik bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Semangat

Orde Baru adalah semangat untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan

konsekuen. Boleh dikatakan, pembangunan masyarakat Indonesia baru dapat dilaksanakan

pada masa pemerintahan Orde Baru, yakni pada tahun 1969 dengan Rencana Pembangunan

Lima Tahun (Repelita)-nya.

Sumber:

www

.tempo.co.id

Demonstrasi besar-besaran menuntut penurunan regim Orde Baru

38

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

Pada bulan Mei 1998 gejolak politik kembali menggejala dalam kehidupan politik

bangsa Indonesia. Berbagai lapisan rakyat melakukan aksi demonstrasi menuntut

penyelenggaraan pemerintah yang bersih dari unsur-unsur korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Demonstrasi tersebut berhasil mendesak Presiden Soeharto untuk lengser. Untuk kemudian

secara berturut-turut presiden republik Indonesia dipegang oleh Prof. Dr. Eng. B.J. Habibie,

K.H. Abdurrahman Wahid, Megawati dan sekarang Susilo Bambang Yudhoyono.

Tetapi, pergantian kepemimpinan belum berarti menghilangkan gejolak politik di tanah

air. Sebagai negara demokrasi, nilai-nilai demokrasi haruslah diterapkan dalam segala bi-

dang. Pada masa kepemimpinan Orde Baru, nilai-nilai demokrasi belum berhasil diterap-

kan dengan baik, tak mengherankan jika selama pemerintahan orde baru bahkan hingga

sekarang berbagai isu seperti demokratisasi, penegakan HAM, dan gerakan separatisme

di berbagai daerah masih menghantui kehidupan politik Indonesia. Di sisi lain, kehidupan

ekonomi masyarakat masih memperlihatkan kesenjangan yang luar biasa. Keadaan terse-

but diperparah lagi dengan isu terorisme yang sengaja dihembuskan oleh Amerika Serikat.

Kondisi-kondisi politik seperti itu telah menyebabkan tersendat-sendatnya proses pemban-

gunan bangsa Indonesia.

Pembangunan masyarakat Indonesia harus dilaksanakan secara bertahap. Program

pembangunan yang dilaksanakan pada dasarnya diarahkan pada upaya pemerataan pem-

bangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, penciptaan lapan-

gan kerja yang memadai, menggalakkan pembangunan di daerah-daerah yang terpencil dan

tertinggal, serta pengentasan kemiskinan.

Untuk dapat melaksanakan pembangunan dengan baik, terlebih dahulu diupayakan

peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan sekaligus peningkatan masyarakat

Indonesia agar dapat berkembang sebagai masyarakat yang maju dan mandiri berdasarkan

nilai-nilai Pancasila. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menciptakan masyarakat

Indonesia yang berkualitas. Masyarakat yang berkualitas akan mendorong produktivitas na-

sional yang diwujudkan dalam bentuk peran serta secara aktif dalam berwira usaha. Selan-

jutnya, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati secara merata oleh segenap lapisan

masyarakat Indonesia sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Kondisi tersebut

menjadi syarat utama bagi terciptanya masyarakat Indonesia yang tertib dan dinamis.

a. Pembangunan dalam bidang pertanian

Sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja pada sektor pertanian. Oleh karena itu,

sebagai negara sudah selayaknya jika pembangunan pada sektor pertanian mendapat per-

hatian khusus. Pembangunan dalam bidang pertanian di antaranya diarahkan dalam hal: (1)

penyediaan alat-alat pertanian, (2) peningkatan teknologi pertanian yang didukung dengan

Panca Usaha Tani, (3) peningkatan industri pupuk dan obat-obatan pembasmi hama, (4)

membantu pemasaran produksi pertanian, (5) meningkatkan agroindustri dan agrobisnis,

dan lain sebagainya. Usaha-usaha seperti ini dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraan petani.

Dewasa ini terdapat beberapa masalah yang berhubungan dengan semakin berkurang-

nya lahan pertanian sebagai akibat dari perluasan sentra-sentra industri dan permukiman.

Oleh karena itu, penataan ruang ruang perlu dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar

perkembangan sektor industri, pemukiman, dan prasarana jalan tidak mengurangi lahan-la-

Metode Penelitian Sosial

39

han pertanian yang produktif. Selain beberapa usaha tersebut, pemerintah juga mendorong

tumbuh dan berkembangnya koperasi yang dapat membantu para petani dalam menjalankan

aktivitas sehari-harinya.

Usaha-usaha lain dalam rangka pengembangan sektor pertanian adalah diversi

fi

ka-

si, intensi

fi

kasi, ekstensi

fi

kasi, dan rehabilitasi. Diversi

fi

kasi pertanian merupakan usaha

membudidayakan aneka ragam tanaman yang disesuaikan dengan lingkungan alam yang

ada di sekitarnya. Intensi

fi

kasi pertanian merupakan usaha untuk meningkatkan hasil-hasil

pertanian dengan cara meningkatkan kualitas teknologi pertanian, tanpa harus menambah

lahan pertanian. Ekstensi

fi

kasi pertanian merupakan usaha meningkatkan hasil-hasil perta-

nian dengan cara memperluas lahan pertanian. Sedangkan rehabilitasi pertanian merupakan

usaha memperbaiki kembali lahan-lahan kritis melalui reboisasi, pemupukan dan sebagai-

nya agar lahan pertanian tersebut produktif kembali.

Sumber:

upload.wikimedia.org

Sektor pertanian merupakan mata pencaharian yang

digeluti masyarakat

Indonesia

Usaha-usaha diversi

fi

kasi, intensi

fi

kasi, ekstensi

fi

kasi, dan rehabilitasi tersebut perlu

ditingkatkan dengan sistem yang lebih terpadu dan disesuaikan dengan iklim, jenis dan

tingkat kesuburan tanah, pola tata ruang, lingkungan, dan lain sebagainya. Dalam melak-

sanakan beberapa usaha tersebut para petani harus berperan secara aktif. Dengan demi-

kian, peningkatan kualitas sumber daya manusia di kalangan para petani perlu dilaksanakan

melalui penyuluhan-penyuluhan. Salah satu bagian penting yang perlu ditingkatkan adalah

kemampuan dalam pengelolaan usaha pertanian, terutama yang berkaitan dengan usaha

agroindustri dan agrobisnis sehingga hasil-hasil pertanian memiliki daya saing yang tinggi.

Untuk menjaga kesinambungan pembangunan pada sektor pertanian perlu dilakukan usaha

penelitian dan pengembangan teknologi pertanian yang sesuai dengan lingkungan pertanian

dan sekaligus sesuai dengan kebutuhan para petani.

b. Pembangunan dalam bidang pendidikan

Belakangan ini pembangunan dalam bidang pendidikan banyak disorot oleh para

pemerhati pendidikan. Bahkan, tidak sedikit pakar yang menyarankan adanya peningkatan

anggaran pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Saran-

saran tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa kualitas penyelenggaraan pendidikan

akan berkorelasi positif terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

40

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

Selain peningkatan kualitas pendidikan, usaha yang dapat dilaksanakan dalam bidang

pendidikan adalah pemerataan pendidikan sekaligus pemerataan kualitas pendidikan. seperti

yang diketahui, bahwa terdapat perbedaan kualitas yang cukup antara lembaga pendidikan

yang ada di Jawa dan lembaga pendidikan yang ada di luar Jawa. Juga antara lembaga

pendidikan negeri dengan lembaga pendidikan swasta. Kondisi tersebut perlu mendapatkan

perhatian yang serius dari pemerintah, terutama dalam hal pemerataan kesempatan untuk

memperoleh pendidikan sampai di daerah-daerah terpencil.

Sumber:

WWW

.KABBLITAR.GO.ID

Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang berkompeten dalam

upaya peningkatan sumber daya manusia

Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan

adalah melalui peningkatan kualitas pendidik, pembaharuan kurikulum yang disesuaikan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan perkembangan masyarakat, serta

penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Disamping itu, perlu dilaku-

kan penyuluhan yang memberikan penyadaran bagi masyarakat luas, bahwa penyelengga-

raan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari sistem yang meliputi: (1) lembaga pendidikan

formal yang diselenggarakan di sekolah, (2) lembaga pendidikan informal yang diselengga-

rakan di lingkungan keluarga, dan (3) lembaga pendidikan nonformal yang diselenggarakan

oleh masyarakat. Peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan

sangat diharapkan, terlebih-lebih setelah berkembangnya isu manajemen berbasis sekolah

(school based management).

c. Pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan stabilitas nasional

Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh adanya peningkatan produktivitas

efektivitas, e

fi

siensi, dan peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. Usaha

tersebut merupakan prasyarat untuk melaksanakan pembangunan pada sektor industri dan

sektor pertanian yang bertujuan untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi yang berdaya saing

tinggi. Pembangunan dalam bidang pertanian diarahkan untuk menghasilkan bahan pangan

dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan rakyat, meningkatkan daya beli

rakyat, melanjutkan proses industrialisasi yang terkait dengan agroindustri dan agrobisnis.

Pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai harus diimbangi dengan program pemerataan.

Pemerataan pendapatan dirumuskan melalui kebijakan delapan jalur pemerataan, yang

terdiri dari:

1) Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang, dan

perumahan.

Metode Penelitian Sosial

41

2) Kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.

3) Pembagian

pendapatan.

4) Kesempatan kerja.

5) Kesempatan berusaha.

6) Kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda

dan kaum wanita.

7) Penyebaran pembangunan di seluruh tanah air, dan

8) Kesempatan memperoleh keadilan.

Pertumbuhan ekonomi sebagai hasil pembangunan harus dapat dirasakan oleh mas-

yarakat melalui pemerataan yang nyata dalam bentuk peningkatan pendapatan dan pening-

katan daya beli masyarakat. Jika keberhasilan pembangunan dirasakan sebagai perbaikan

taraf hidup oleh segenap lapisan masyarakat, akan sama artinya dengan membangkitkan

kesadaran seluruh lapisan masyarakat dalam mendukung dan mensukseskan program pem-

bangunan.

Seperti yang disebutkan dalam tujuan pembangunan nasional, bahwa pembangunan

dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur,

material dan spiritual, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Keadilan dan kemakmuran

masyarakat Indonesia tersebut merupakan sebuah kondisi yang positif yang dapat

menjamin stabilitas nasional. Dengan demikian, kebijakan pebangunan yang tidak relevan

dengan asas keadilan dan asas kemakmuran akan mengganggu stabilitas nasional karena

akan menciptakan kecumburuan sosial yang berskala nasional. Kecemburuan sosial yang

berskala nasional merupakan bahaya nasional yang harus selalu diwaspadai. Stabilitas

nasional berkaitan erat dengan keberhasilan program pembangunan nasional. Sedangkan

keberhasilan pembangunan dapat dicapai melalui: (1) peran serta rakyat secara menyeluruh,

dan (2) penyelenggaraan kepemimpinan nasional yang mantap, sehat, dan dinamis.

2. Dampak Modernisasi dan Pembangunan bagi Kehidupan Masyarakat Indonesia

Pada dasarnya pembangunan dilaksanakan dalam rangka modernisasi. Modernisasi

merupakan suatu proses transformasi dari kehidupan yang bersifat tradisional menuju ke-

hidupan yang lebih maju dan modern. Modernisasi yang berawal dari pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tersebut pada akhirnya juga menyentuh pada bidang-bidang

kehidupan lain seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, agama, dan lain se-

bagainya. Dengan demikian terlihat betapa eratnya kaitan antara pembangunan dan mo-

dernisasi. Modernisasi mustahil dapat dilakukan tanpa adanya pembangunan yang mantap.

Dengan kata lain, modernisasi dilakukan melalui tahapan-tahapan pembangunan yang telah

diprogram.

Pembangunan dan modernisasi selalu diarahkan untuk menciptakan situasi dan kondisi

masyarakat yang lebih positif dibandingkan dengan situasi dan kondisi yang ada sebelumnya.

Di antaranya adalah tersedianya berbagai macam fasilitas hidup, sarana, dan prasarana yang

banyak dan berkualitas tinggi sehingga mendukung berbagai sektor kehidupan masyarakat,

meningkatnya taraf hidup masyarakat, meningkatnya martabat bangsa, dan sebagainya.

42

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

Sumber:

Encarta Encyclopedia

Industri dan perdagangan merupakan titik tolak tumbuh-

nya masyarakat perkotaan yang modern dan egaliter

Selain akibat-akibat positif yang disebutkan di atas, pembangunan dan modernisasi

yang tidak direncanakan dengan baik dapat menimbulkan berbagai akibat negatif yang dapat

memicu masalah sosial. Masalah sosial akan berkembang jika terjadi ketidakseimbangan

dalam kehidupan sosial, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun sistem

nilai yang lain. Sedangkan J.L. Gillin dan J.P. Gillin mengatakan bahwa masalah sosial

merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang

membahayakan kehidupan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-

keinginan pokok dari anggota kelompok sosial tersebut sehingga akan menyebabkan

kepincangan ikatan sosial. Beberapa masalah sosial yang timbul sebagai akibat dari proses

pembangunan dan modernisasi antara lain adalah kesenjangan sosial ekonomi, kenakalan

remaja, kriminalitas, dan pencemaran lingkungan.

a. Kesenjangan sosial ekonomi

Dalam bahasa yang sederhana, kesenjangan dapat dikatakan sebagai ketidaksesuaian

antara harapan-harapan yang diinginkan dengan kenyataan yang terjadi. Kesenjangan sosial

ekonomi merupakan suatu kondisi sosial dalam kehidupan masyarakat yang tidak seimbang

akibat adanya berbagai perbedaan dalam kehidupan sosial ekonomi, terutama dalam hal

keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan.

Kesenjangan sosial ekonomi dapat terjadi karena pembangunan dan modernisasi tidak

dilaksanakan secara merata dan berimbang. Ketidakmerataan dan ketidakseimbangan sangat

membahayakan kehidupan sosial karena dapat memicu terjadinya kecemburuan sosial yang

mempengaruhi goyahnya stabilitas nasional. Disamping itu, kesenjangan sosial dan ekonomi

akan terjadi mana kala hasil-hasil yang dicapai dalam pembangunan dan modernisasi hanya

dinikmati oleh sebagian masyarakat saja. Akibatnya, di satu pihak berkembang golongan

masyarakat kaya dan serba mewah, di sisi yang lain berkembang golongan masyarakat yang

hidup dibawah garis kemiskinan.

Terjadinya kesenjangan dapat diawali dengan tidak meratanya kesempatan yang

dimiliki oleh anggota-anggota masyarakat dalam mendapatkan pekerjaan, berusaha,

memenuhi kebutuhan pokok, maupun kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Kesempatan untuk mendapatkan lapangan kerja dan kesempatan untuk berusaha hanya

dimiliki oleh sekelompok kecil masyarakat yang memiliki modal dan memiliki kedekatan-

kedekatan tertentu dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Akibatnya, sebagian kecil

masyarakat dapat menambah kekayaan, sedangkan yang lainnya masih bergelut dengan

kemiskinan.

Metode Penelitian Sosial

43

Sumber:

Kompas Juni 2002

Perkampungan kumuh di tengah-tengah gemerlapnya kota

Adapun beberapa kesenjangan sosial yang disebabkan oleh proses pembangunan dan

modernisasi antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: (1) timbulnya kelompok-kelompok

sosial tertentu, seperti pengangguran, pedagang asongan, pedagang kaki lima, pengemis

jalanan, pengamen, dan lain sebagainya, (2) terjadi kelas-kelas sosial yang disebabkan oleh

perbedaan tingkat pendidikan, (3) terjadi berbagai macam masalah sosial, dan (4) terjadi

perubahan sosial budaya dalam kehidupan masyarakat seperti pergaulan bebas, gaya rambut,

mode pakaian, gaya hidup, dan lain sebagainya yang semakin bersifat materialistis.

Sedangkan kesenjangan yang terjadi dalam bidang ekonomi antara lain dapat disebutkan

sebagai berikut: (1) terjadinya jurang pemisah antara kelompok masyarakat kaya dengan

kelompok masyarakat miskin, dan (2) berkembangnya budaya konsumerisme, yakni gaya

hidup yang menganggap bahwa barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan sehingga

mendorong untuk mengkonsumsi barang dan jasa secara berlebihan.

b. Kenakalan remaja

Kenakalan remaja merupakan suatu bentuk kelainan sikap dan tingkah laku di kalangan

para remaja yang melanggar sistem nilai dan sistem norma yang berlaku dalam kehidupan

bersama. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya kenakalan remaja,

yakni yang berasal dari dalam diri para remaja (faktor intern) dan yang berasal dari luar diri

para remaja (faktor ekstern).

Beberapa faktor yang bersifat intern yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja

antara lain adalah: (1) cacat tubuh, baik yang disebabkan karena faktor keturunan maupun

akibat kecelakaan, (2) sifat dan pembawaan yang cenderung negatif yang membawa kepada

perilaku menyimpang, (3) munculnya berbagai kon

fl

ik diri sebagai akibat dari kekurangan

dan kemiskinan yang dialami, (4) lemahnya kemampuan untuk mengendalikan diri sebagai

akibat dari kurangnya pembinaan mental spiritual, dan (5) kurang mampunya melaksanakan

langkah-langkah penyesuaian dengan lingkungan sosial sehingga mencari pelarian dengan

bergabung dengan kelompok-kelompok remaja nakal.

Sedangkan sebab-sebab kenakalan yang bersifat ekstern antara lain adalah: (1) kurang-

nya perhatian dari orang-orang dekat seperti orang tua, guru, dan masyarakat di lingkungan

sekitarnya, (2) gagalnya proses pendidikan, baik yang dilaksanakan di lingkungan kelu-

arga, lingkungan sekolah, maupun di lingkungan masyarakat, (3) kurangnya penghargaan

yang memadai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitarnya, (4) kurangnya sarana dan

prasarana yang dapat dimanfaatkan untuk mengisi waktu senggang, (5) kurang tepatnya

44

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

pendekatan yang dilaksanakan oleh keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan (6) terdapatnya

peluang dan kesempatan bagi para remaja untuk menyalurkan hasrat dan keinginan

negatifnya.

Para remaja merupakan aset bangsa karena keberadaannya merupakan penerus bagi

generasi-generasi pendahulunya. Dengan demikian menjaga keselamatan kelangsungan

hidup para remaja harus mendapat prioritas tersendiri. Seperti yang diketahui bahwa dewasa

ini kenakalan remaja justru menunjukkan gejala yang semakin meningkat, baik ditinjau

dari jumlah kenakalan maupun kualitas kenakalannya. Jika masalah kenakalan remaja

tidak segera mendapat perhatian yang serius dikhawatirkan masa depan bangsa ini akan

terancam. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dapat dibedakan atas dua macam,

yakni langkah preventif dan langkah kuratif.

Langkah preventif merupakan langkah yang dilakukan sebelum kenakalan tersebut

terjadi. Dengan demikian tujuan dari langkah preventif adalah untuk mencegah terjadinya

kenakalan remaja. Langkah-langkah yang bersifat preventif antara lain adalah sebagai

berikut:

1) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.

2) Pengentasan kemiskinan, terutama terhadap keluarga yang berada di bawah garis

kemiskinan.

3) Mendirikan lembaga-lembaga yang dapat menampung anak-anak yatim dan anak-anak

yang terlantar (panti asuhan).

4) Mendirikan lembaga-lembaga kesehatan yang memadai.

5) Menyediakan tempat rekreasi yang kondusif bagi para remaja.

6) Menyelenggarakan diskusi-diskusi kelompok yang memungkinkan berkembangnya

kepekaan sosial dan sifat-sifat manusiawi lainnya di kalangan remaja.

7) Membangun sarana dan prasarana untuk menyalurkan bakat dan minat para remaja,

seperti olah raga, kesenian, dan sebagainya.

Sumber:

H.U. PIKIRAN RAKY

AT

Kegiatan ekstakulikuler di sekolah merpakan salah satu upaya

untuk mengurangi kenalakan remaja

Sedangkan usaha-usaha kuratif atau usaha penanggulangan kenakalan remaja yang da-

pat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:

1) Menyusun undang-undang khusus yang mengatur tentang kesejahteraan dan mengatur

tentang sanksi akibat dari pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di kalangan remaja.

Metode Penelitian Sosial

45

2) Mendirikan lembaga-lembaga bimbingan psikologi dan lembaga-lembaga pendidikan

yang berperan dalam perbaikan tingkah laku dan membantu para remaja untuk meng-

hindarkan diri dan sekaligus keluar dari perilaku yang menyimpang.

3)

Sedapat mungkin menghilangkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

kenakalan remaja, baik yang bersifat individual, sosial, maupun kultural.

4) Merehabilitasi sifat dan karakter para remaja yang telah terjerumus dalam perilaku

menyimpang.

5) Menyalurkan para remaja yang berperilaku menyimpang menuju lembaga-lembaga

yang kondusif seperti lembaga pendidikan khusus maupun lembaga keagamaan.

6) Memberikan latihan-latihan khusus kepada para remaja untuk hidup secara teratur, ter-

tib, dan berdisiplin.

7) Menumbuhkembangkan aktivitas dan kreativitas di kalangan remaja yang berperilaku

menyimpang sehingga dapat menyalurkan energinya secara positif.

8) Membangun balai-balai latihan kerja (BLK) untuk menampung para remaja yang putus

sekolah.

c. Kriminalitas

Pembangunan dan modernisasi telah mengembangkan perkotaan sedemikian rupa

sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi mayarakat pedesaan. Dari tahun ke tahun

masyarakat pedesaan berbondong-bondong menuju kota untuk mengadu nasib. Namun

demikian lapangan kerja yang tersedia di kota tidak sebanding dengan banyaknya pendatang

baru. Akibatnya, terjadi penumpukan tenaga di perkotaan. Fenomena seperti ini akan

menyebabkan semakin meningkatnya jumlah kemiskinan yang pada gilirannya nanti akan

meningkatkan memicu kriminalitas.

Pada lain hal, terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang memperoleh kesempatan

dan sekaligus fasilitas untuk mendapatkan pekerjaan atau membuka peluang bisnis. Ke-

lompok-kelompok masyarakat seperti ini telah berhasil mencapai tingkat kemakmuran dan

kesejahteraan yang cukup memuaskan. Namun demikian, tidak sedikit kelompok-kelompok

masyarakat yang tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan lapangan pekerjaan

ataupun untuk berwira usaha sebagai akibat dari berbagai keterbatasan yang dimiliki.

Kelompok masyarakat seperti ini lebih sering menemukan kegagalan dalam kehidupan

sosial ekonominya. Kondisi tersebut secara alamiah akan menciptakan jurang pemisah antara

kelompok masyarakat kaya dengan kelompok masyarakat miskin. Ketidakseimbangan

kehidupan sosial ekonomi seperti inilah yang memunculkan kecemburuan sosial dalam

kehidupan masyarakat.

Era keterbukaan dan era informasi juga ikut memberikan andil bagi perkembangan

kriminalitas. Belakangan ini media massa, baik media cetak maupun media elektronik telah

memberikan berbagai macam tayangan, di antaranya adalah yang berkaitan dengan kekerasan,

eksploitasi seks, dan sebagainya. Tayangan-tayangan yang sedianya dimaksudkan untuk

memberikan informasi, pendidikan, dan hiburan tersebut dapat berubah fungsi menjadi

pemicu perilaku kriminal sehubungan dengan rendahnya kemampuan

fi

lter oleh sebagian

masyarakat, terutama para remaja. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah yang dimaksud

dengan kriminalitas itu?

46

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

Kriminalitas merupakan suatu bentuk perilaku menyimpang, yakni perilaku yang

keluar dari sistem nilai dan sistem norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Kriminalitas tersebut dikaji dalam sebuah disiplin ilmu yang

dikenal dengan istilah kriminologi, yakni disiplin ilmu yang secara khusus mengkaji tentang

kejahatan. Menurut Martin L. Haskell dan Lewis Yablonsky, kriminologi merupakan studi

ilmiah yang dipelajari: (1) sifat dan luas kejahatan, (2) sebab-sebab terjadinya kejahatan, (3)

perkembangan hukum pidana dan pelaksanaan peradilan pidana, (4) ciri-ciri penjahat, (5)

pembinaan penjahat, (6) pola-pola kriminalitas, dan (7) akibat kejahatan terhadap perubahan

sosial.

Pemahaman terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan kejahatan seperti di

atas sangat penting agar dapat diperoleh pengertian yang lebih mendalam mengenai

perilaku manusia dan lembaga-lembaga sosial masyarakat yang mampu mempengaruhi

kecenderungan terjadinya penyimpangan terhadap norma-norma hukum. Disamping itu,

pemahaman terhadap kejahatan juga sangat penting untuk melakukan kegiatan analisis

dan sekaligus mencari cara-cara dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dapat diambil

untuk mencegah, mengurangi, dan sekaligus menanggulangi terjadinya kejahatan. Salah

satu cara yang dapat dilaksanakan adalah menghilangkan kesempatan bagi masyarakat

untuk berbuat jahat dan menanamkan nilai-nilai agama dan budi pekerti dalam kehidupan

bermasyarakat.

Sumber:

Suarameredeka.com

Tokoh agama berperan dalam

penanaman

nilai-nilai keagamaan untuk menekan

tindak-tindak kejahatan

d. Pencemaran lingkungan

Setiap manusia mendambakan lingkungan yang aman, nyaman, dan sehat, bebas dari

berbagai ancaman yang diakibatkan oleh pencemaran lingkungan. Namun demikian, pem-

bangunan yang tidak dibarengi dengan analisis masalah dan dampak lingkungan (AMDAL)

sering menimbulkan mala petaka, yakni berupa pencemaran lingkungan. Secara garis besar

pencemaran lingkungan dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu:

1) Pencemaran udara, yakni disebabkan oleh adanya asap atau gas buangan yang tidak

terkendali dari kendaraan-kendaraan bermotor, cerobong-cerobong pabrik, dan se-

bagainya sehingga mengganggu pernapasan.

2) Pencemaran air, yakni pencemaran yang disebabkan oleh adanya limbah-limbah indus-

tri, limbah-limbah rumah tangga, dan sebagainya yang dibuang secara sembarangan

sehingga air berubah menjadi kotor dan beracun.

Metode Penelitian Sosial

47

3) Pencemaran tanah, yakni pencemaran yang disebabkan oleh limbah-limbah padat sep-

erti plastik dan bahan-bahan sintetis lainnya yang secara kimiawi tidak dapat diuraikan

oleh tanah sehingga mengurangi kesuburan tanah.

Sumber:

Media Indonesia 13 Mei 2007

Industrialisasi bisa juga menyebabkan terjadinya polusi udara, air dan tanah

Pencemaran lingkungan, baik lingkungan udara, air, maupun tanah, akan sangat ber-

dampak bagi kesehatan tubuh manusia maupun makhluk hidup yang lainnya. Banyak sekali

wabah penyakit yang ditimbulkan dari pencemaran, seperti sesak napas, keracunan udara,

kolera, asma, TBC, dan sebagainya. mengingat bahaya seperti itu berbagai usaha perlu di-

lakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Usaha-usaha untuk menjaga kelestarian

lingkungan tidak dapat dilakukan hanya dalam skala lokal maupun nasional, melainkan

harus dilaksanakan dalam skala global. Dalam hal ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

merupakan sebuah lembaga yang sangat berkompeten untuk mengambil berbagai kebijakan

yang berhubungan dengan menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan.

World Health Organization (WHO) telah membentuk sebuah lembaga yang disebut

dengan Air Pollution Monitoring Stations (APMS), yakni lembaga yang berusaha untuk

melakukan monitoring terhadap keadaan udara. Stasiun pusat dari APMS yang dikenal

dengan istilah International Centre berada di dua kota besar, yaitu di Washington (Amerika

Serikat) dan di London (Inggris). Sedangkan statisun regional dipilih tiga kota besar lainnya,

yaitu Moskow (Rusia), Tokyo (Jepang), dan Nagpur (India). Sistem monitoring pencemaran

udara tersebut dilengkapi dengan peralatan canggih, yakni Pollution Allert System yang

dapat dipergunakan untuk memonitor kadar pencemaran udara secara terus menerus. Adapun

fungsi dari monitoring udara tersebut antara lain adalah: (1) mengukur kadar zat pencemar

secara teratur, (2) mengamati trend dari kadar zat pencemar, dan (3) mengevaluasi hasil atau

manfaat dari usaha-usaha penanggulangan pencemaran yang sudah ditetapkan.

Disamping kegiatan di atas, WHO juga membuat Standard Air Quality misalnya

dengan cara menetapkan empat kategori zat pencemar yang didasarkan pada konsentrasi

zat pencemar dan waktu pembukaan (exposure time) zat pencemar tersebut. Adapun empat

kategori zat pencemar tersebut adalah:

1) Tingkat pertama, bila zat pencemar tersebut memiliki tingkat konsentrasi yang baik dan

exposure time

atau waktu pembukaannya tidak merugikan manusia.

2) Tingkat kedua, bila zat pencemar tersebut sudah menyebabkan terjadinya iritasi ringan

pada alat-alat panca indera dan alat-alat vegetatif serta membawa dampak pada keru-

sakan lingkungan hidup yang lebih luas.

48

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

3) Tingkat ketiga, bila zat pencemar tersebut sudah menimbulkan gangguan-gangguan

fi

siologis yang bersifat kronis atau bersifat menahun.

4) Tingkat keempat, bila zat pencemar itu sudah menimbulkan gangguan-gangguan yang

bersifat akut dan dapat menimbulkan kematian.

Usaha-usaha yang lain yang dapat ditempuh dalam rangka menjaga dan memelihara

kelestarian lingkungan antara lain adalah: (1) mengadakan penghijauan di perkotaan,

terutama di pusat-pusat kegiatan industri, (2) menerapkan undang-undang anti pencemaran,

(3) melakukan relokasi industri dan relokasi pemukiman untuk menghindari pencemaran yang

lebih fatal, (4) melaksanakan daur ulang terhadap benda-benda buangan, baik yang berasal

dari rumah tangga maupun dari pabrik-pabrik, dan (5) melaksanakan penyuluhan-penyuluhan

tentang arti penting lingkungan hidup, kesehatan, moral dan budi pekerti sehingga masyarakat

memiliki kesadaran untuk melakukan pengawasan dan pemeliharaan terhadap lingkungan

hidupnya. Penyuluhan juga perlu diberikan dalam kaitannya dengan pola-pola hidup yang

bersih dan sehat.

Sumber:

A yahbunda 19/2006

Salah satu gambaran lingkungan bersih yang bebas dari ancaman

berbagai pencemaran lingkungan

Kegiatan

Diskusikan satu topik permasalahan dengan tema “Dampak Pembangunan terhadap Ke-

hidupan Sosial Budaya Masyarakat Sekitarnya” yang ada di sekitar lingkungan sekolah

kalian. Kemukakan mengenai beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi sosial di daerah tersebut?

2. Apa masalahnya?

3. Bagaimana upaya mencari solusi dari permasalahan tersebut?

4. Kira-kira bagaimana dampak permasalahan tersebut terhadap kehidupan sosial bu-

daya masyarakat setempat?

I. INDONESIA DI TENGAH MODERNISASI DUNIA

1. Pengertian Modernisasi

Secara historis proses modernisasi tidak dapat dilepaskan dari munculnya kelompok

intelektual sebagai salah satu bentuk penentangan terhadap kekuasaan Gereja di Eropa

Metode Penelitian Sosial

49

pada abad pertengahan. Seperti yang diketahui bahwa kelompok intelektual tersebut te-

lah memunculkan era kebangkitan kembali (renaissance) dan era pencerahan (aufklarung)

yang kemudian memunculkan aliran rasionalisme yang sangat besar pengaruhnya terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Namun demikian, tonggak modernisasi justru terjadi pada saat peristiwa revolusi in-

dustri yang terjadi di Inggris pada abad ke-18. Revolusi industri tersebut dilatarbelakangi

oleh adanya beberapa penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, di

antaranya adalah penemuan mesin hitung oleh Blaise Pascal, penemuan mesin tenun oleh

James Har

greaves, penemuan mesin uap oleh James Watt, penemuan kapal api yang dikem-

bangkan oleh Symington dan Robert Fulton, penemuan lokomotif yang dikembangkan oleh

Richard Trevithic dan George Stephenson, dan lain sebagainya. Selaras dengan dinamika

masyarakat, modernisasi tersebut terus berkembang ke seluruh penjuru dunia, termasuk di

Indonesia.

Seperti yang telah dijelaskan dalam bagian sebelumnya, modernisasi merupakan suatu

kecenderungan sikap yang mendahulukan sesuatu hal yang baru dibandingkan dengan ses-

uatu yang bersifat tradisi berdasarkan prinsip-prinsip rasionalitas. Pada dasarnya modernisa-

si merupakan suatu proses sosial yang mencakup berbagai bidang kehidupan sehingga tidak

dapat ditetapkan batas-batasnya secara mutlak. Dalam hubungan ini Soerjono Soekanto

menjelaskan bahwa modernisasi merupakan suatu bentuk transformasi total dari kehidupan

yang bersifat tradisional ke arah kehidupan yang bersifat modern, dengan pola-pola ekono-

mis dan politis sebagaimana yang dicirikan dalam kehidupan di negara-negara barat.

Pandangan Soerjono Soekanto di atas seolah-olah menyamakan antara modernisasi

dengan westernisasi. Namun sesungguhnya konsep modernisasi sama sekali berbeda den-

gan konsep westernisasi. Lebih jelas lagi Koentjaraningrat menjelaskan bahwa modernisasi

merupakan suatu usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang.

Untuk masyarakat Indonesia, modernisasi dapat berarti suatu usaha untuk mengubah ber-

bagai sifat dan mentalitas yang tidak cocok dengan pola-pola kehidupan yang berkembang

sekarang. Sedangkan westernisasi, masih menurut Koentjaraningrat, merupakan peniruan

gaya hidup orang barat secara berlebihan, mulai dari pola tingkah laku, pergaulan, kebi-

asaan, hingga gaya hidup dan mode. Tidak semua kebudayaan barat sesuai dengan nilai-nilai

modernitas. Ini sama artinya dengan tidak semua kebudayaan barat cocok untuk diterapkan

di Indonesia. Beberapa kebudayaan barat seperti suka berfoya-foya, mabuk-mabukan, seks

bebas, dan lain sebagainya sama sekali tidak dapat diterapkan dalam kehidupan bangsa In-

donesia yang religius. Dengan demikian, orang-orang yang menganut gaya hidup westernis

belum tentu merupakan orang-orang modern. Terlebih-lebih jika mengingat makna modern

sebagaimana yang disebutkan oleh Alex Inkeles dan David Smith, yakni: (1) selalu terbuka

terhadap ide-ide baru, (2) memiliki visi dan misi yang berorientasi ke depan, (3) memiliki

kemampuan dalam perencanaan, dan (4) memiliki optimisme untuk menguasai, mengolah,

dan memanfaatkan alam.

Awal dari proses modernisasi adalah pembentukan manusia-manusia modern yang

di antaranya ditandai dengan budaya membaca, budaya menulis, dan budaya penelitian

yang mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi

kehidupan umat manusia. Soerjono Soekanto menyebutkan adanya beberapa syarat dalam

proses modernisasi, yaitu:

50

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

a. Menerapkan cara berpikir ilmiah (scienti

fi

c thinking) dalam kehidupan masyarakat

melalui sistem pendidikan dan pengajaran yang terencana dengan baik.

b. Memiliki sistem administrasi negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokra-

si.

c. Mempunyai sistem pengumpulan data yang baik, teratur, akurat, serta terpusat dalam

suatu lembaga atau badan tertentu.

d. Menciptakan iklim masyarakat yang baik dan mendukung terhadap proses modernisasi

melalui penggunaan media komunikasi massa yang efektif.

e. Meningkatnya organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kedisiplinan.

f. Adanya sentralisasi wewenang dalam melaksanakan perencanaan sosial (Social plan-

ning) sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan yang ingin mengubah

perencanaan untuk kepentingan golongan tertentu.

Kegiatan

Tidak sedikit kalangan yang sulit membedakan antara modernisasi dan westernisasi.

Tidak sedikit kalangan yang beranggapan bahwa segala sesuatu yang datang dari negara

barat merupakan suatu hal yang bersifat modern, meskipun sesungguhnya hal terse-

but bertolak belakang dengan makna modern. Tampaknya memang perlu memperjelas

pengertian dan makna dari konsep modernisasi dan westernisasi.

1. Coba tuliskan de

fi

nisi dari modernisasi dan westernisasi!

2. Apakah perbedaan antara modernisasi dan westernisasi?

3. Sebutkan beberapa karakteristik dari modernisasi!

4. Berikan beberapa contoh yang menunjukkan sikap dan pandangan yang selaras

dengan konsepsi modern!

5. Berikan pula beberapa contoh perbuatan yang merupakan gejala westernisasi!

6. Sebutkan beberapa syarat dalam proses modernisasi menurut Soerjono Soekanto!

7. Diskusikan dengan teman sekelas kalian, apakah masyarakat kita sudah dapat dika-

takan sebagai masyarakat modern?

8. Sehubungan dengan pertanyaan nomor 6 di atas, berikan beberapa alasan yang

mendukung argumentasi kalian!

9. Menurut pandangan kalian, mana yang lebih sesuai dengan falsafah bangsa Indone-

sia, modernisasi atau westernisasi?

10. Sehubungan dengan pertanyaan nomor 8 di atas, berikanlah beberapa alasan yang

mendukung argumentasi kalian!

2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dengan adanya masyarakat modern yang salah satu cirinya adalah gemar membaca,

gemar menulis, dan gemar mengadakan kegiatan keilmuan, maka muncullah para ilmuwan

yang kreatif. Kreativitas para ilmuwan tersebut ditandai dengan adanya penemuan-pen-

emuan baru dan sekaligus pengembangan-pengembangan dalam bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi. Apakah yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut?

Metode Penelitian Sosial

51

Ilmu pengetahuan merupakan seperangkat pengetahuan yang tersusun secara sistema-

tis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, hal mana pengetahuan tersebut selalu da-

pat dikaji secara kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. Sedangkan teknologi

merupakan suatu bentuk aplikasi dari prinsip-prinsip ilmu pengetahuan untuk diterapkan

secara praktis dalam rangka membantu kehidupan manusia. Untuk dapat mengembangkan

teknologi yang canggih dan tepat bagi kegiatan pembangunan, perlu dilakukan pendalaman

terhadap berbagai disiplin ilmu pengetahuan secara terpadu. Usaha pengembangan teknolo-

gi tersebut perlu didorong oleh peneliti-peneliti yang memiliki keahlian yang handal, ber

-

dedikasi, kreatif dan inovatif, serta didukung oleh tenaga teknis yang terampil dan tenaga

pengelola yang profesional. Selain itu, pengembangan teknologi harus dirancang secara

serius sehingga berdaya guna dan berhasil guna dalam kehidupan masyarakat.

Adapun beberapa rancangan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di antara

meliputi pengembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dasar, teknologi, dan teknologi

produksi.

Pengembangan ilmu pengetahuan dasar sangat diperlukan untuk memberikan landasan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan (natural science) alam

maupun ilmu pengetahuan sosial (Social science). Pengembangan ilmu pengetahuan dasar

yang dimaksud diarahkan untuk mendukung peningkatan mutu dan kemampuan sumber

daya manusia dalam penguasaan disiplin ilmu. Seperti yang kita ketahui bahwa untuk dapat

mengembangkan teknologi diperlukan penguasaan yang handal terhadap konsep-konsep

ilmu pengetahuan dasar secara baik.

Pengembangan teknologi merupakan suatu upaya yang dilaksanakan untuk mereka-

yasa teknologi berdasarkan ilmu pengetahuan dasar yang dikuasai. Dalam pengemban-

gan teknologi diupayakan untuk mengintegrasikan dan sekaligus menciptakan teknolo-

gi-teknologi baru yang diperlukan untuk merancang bangun dan merekayasa teknologi

produksi dalam rangka membantu penyediaan barang-barang kebutuhan manusia. Dengan

demikian, pengembangan teknologi memiliki hubungan yang sangat erat dengan program

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Sedangkan pengembangan teknologi produksi merupakan suatu pengembangan te-

knologi yang mendukung kegiatan produksi, baik barang maupun jasa. Di dalam pengem-

bangan teknologi produksi terdapat upaya-upaya peningkatan keterampilan dalam mem-

produksi barang dan jasa, peningkatan keahlian dalam organisasi dan manajemen, serta

peningkatan etos dan sekaligus prestasi kerja. Arah dari pengembangan teknologi produksi

adalah untuk mempercepat penguasaan proses produksi dan meningkatkan produktivitas,

kemampuan, serta keterampilan sumber daya manusia dalam mendayagunakan teknologi

dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas barang dan jasa. Keadaan seperti itu

diharapkan dapat memacu proses industrialisasi, meningkatkan e

fi

siensi dan efektivitas

dalam kegiatan produksi, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

3. Modernisasi dalam Bidang Politik dan Ideologi

Pada dasarnya politik merupakan bidang yang berhubungan dengan kekuasaan (power)

dan wewenang (authority). Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara politik berkaitan

erat dengan proses-proses yang berkaitan dengan kenegaraan dan ketatanegaraan, yang

meliputi lembaga-lembaga negara, dasar pemerintahan, sistem pemerintahan, penyeleng-

52

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

garaan pemilihan umum, dan lain sebagainya. pertanyaannya sekarang adalah, apakah yang

dimaksud dengan kekuasaan (power) dan wewenang (authority) tersebut?

Dalam setiap hubungan antarmanusia, baik yang bersifat individual maupun yang

bersifat kelompok, selalu tersimpul unsur kekuasaan dan wewenang. Soerjono Soekanto

mende

fi

nisikan kekuasaan (power) sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak

lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Kekuasaan terdapat

pada semua bidang kehidupan, yakni mencakup kemampuan untuk memerintah dan mem-

berikan keputusan-keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi

tindakan-tindakan pihak lain yang diperintah.

Max Weber

mengatakan bahwa kekuasaan merupakan suatu kesempatan seseorang

atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri,

dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-

orang atau golongan-golongan tertentu. Kekuasaan memiliki bermacam-macam sumber

dan sekaligus bermacam-macam bentuk. Kekuasaan juga terdapat di mana-mana, dalam

hubungan-hubungan sosial maupun dalam organisasi sosial. Namun demikian, pada

umumnya kekuasaan yang tertinggi terletak pada organisasi negara, karena secara formal

negara memiliki hak untuk melaksanakan kekuasaan tertinggi, bahkan negara dapat

menerapkan langkah-langkah kekerasan dan paksaan dalam rangka menjalankan tugas

pemerintahan.

Kekuasaan yang terdapat dalam interaksi sosial, baik yang terjadi antara seseorang

dengan seseorang, antara seseorang dengan kelompok, dan antara kelompok dengan

kelompok, memiliki beberapa unsur sebagai berikut:

a. Rasa takut

Perasaan takut terhadap seseorang akan menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala

kemauan dan tindakan orang yang ditakuti tersebut. Perasaan takut sesungguhnya merupa-

kan gejala jiwa yang bersifat negatif karena kepatuhan yang diwujudkan merupakan ket-

erpaksaan. Pada umumnya orang yang memiliki rasa takut akan berbuat apa saja sesuai

dengan kehendak orang yang ditakuti tadi. Rasa takut juga menyebabkan terjadinya pe-

niruan terhadap sikap dan perilaku orang yang ditakuti yang dikenal dengan istilah

matched

dependent behavior

.

b. Rasa cinta

Rasa cinta akan menghasilkan perbuatan yang positif yang diwujudkan dengan per-

buatan sukarela dalam rangka menyenangkan pihak yang berkuasa. Rasa cinta sebaiknya

dikembangkan dalam hubungan kekuasaan agar sistem kekuasaan yang dijalankan dapat

berjalan dengan tertib dan teratur.

c. Kepercayaan

Kepercayaan muncul sebagai akibat dari hubungan langsung antara dua orang atau

lebih yang bersifat asosiasif. Meskipun kepercayaan sering bersifat pribadi, namun keper-

cayaan juga dapat berkembang dalam hubungan organisasi yang luas. Kepercayaan rakyat

terhadap penguasa akan dapat melanggengkan penguasa tersebut dalam memegang kekua-

saan. Sebaliknya, ketidakpercayaan rakyat terhadap penguasa akan melahirkan mosi tidak

percaya yang dapat menjatuhkan penguasa.

Metode Penelitian Sosial

53

d. Pemujaan

Kepercayaan yang berlebihan akan melahirkan pemujaan.

Akibat dari pemujaan adalah

adanya pembenaran terhadap segala tindakan penguasa, meskipun tindakan penguasa terse-

but sungguh-sungguh salah.

Keempat unsur di atas sering digunakan oleh penguasa untuk dapat menjalankan kekua-

saannya.

Sebagaimana kekuasaan, wewenang juga dapat ditemui di mana-mana. Wewenang

merupakan suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk menetapkan ke-

bijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah penting dan

untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan. Seseorang yang memiliki wewenang

akan bertindak sebagai pemimpin atau pembimbing bagi banyak orang. Dengan demikian,

kekuasaan tanpa wewenang merupakan kekuasaan yang tidak sah karena tidak memiliki

otoritas untuk menjalankan kekuasaannya. Adapun bentuk-bentuk wewenang antara lain

sebagai berikut:

a. Wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional (legal)

Max Weber mengemukakan bahwa perbedaan antara wewenang kharismatis, tradi-

sional, dan rasional didasarkan pada hubungan antara tindakan dengan dasar hukum yang

berlaku. Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan atas kharisma atau

suatu keahlian khusus yang ada pada diri seseorang sebagai anugrah dari Tuhan Yang Maha

Esa. Wewenang kharismatis cenderung bersifat irasional karena tidak diatur oleh kaidah-

kaidah tertentu. Wewenang tradisional merupakan wewenang yang dimiliki oleh seseorang

karena adanya ketentuan-ketentuan tradisional. Sedangkan wewenang rasional merupakan

wewenang yang disandarkan pada sistem hukum yang berlaku dalam masyarakat.

b. Wewenang resmi dan tidak resmi

Wewenang resmi merupakan wewenang yang sistematis dan rasional yang diperoleh

secara resmi berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. Sedangkan wewenang tidak resmi

merupakan wewenang yang terdapat pada kelompok-kelompok yang tidak resmi yang dipe-

roleh secara spontan, situasional, dan didasarkan pada faktor persahabatan maupun faktor

kekeluargaan.

c. Wewenang pribadi dan teritorial

Wewenang pribadi merupakan wewenang yang diperoleh berdasarkan ikatan tradisi

yang didasarkan atas solidaritas antara anggota-anggota kelompok. Wewenang teritorial

merupakan wewenang yang diperoleh berdasarkan penguasaan terhadap daerah-daerah ter-

tentu.

d. Wewenang terbatas dan menyeluruh

Wewenang terbatas merupakan wewenang yang tidak mencakup semua bidang ke-

hidupan, melainkan hanya terbatas pada bidang-bidang tertentu saja. Sedangkan wewenang

menyeluruh merupakan wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan ter-

tentu.

Ideologi merupakan suatu rangkaian konsep cita-cita yang diemban dan diidamkan

oleh suatu kelompok, suatu golongan, suatu gerakan, atau suatu negara. Di dalam suatu ide-

ologi terdapat sistem konsep yang dijadikan landasan dalam memberikan arah dan tujuan

demi menjaga kelangsungan hidup.

54

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

Sistem politik dan ideologi yang terdapat dalam menyelenggarakan kehidupan ber-

bangsa dan bernegara di Indonesia senantiasa mengalami pembaharuan. Setiap pemimpin

negara telah berbuat yang terbaik di zamannya. Meskipun demikian, dalam perkemban-

gannya dilakukan beberapa langkah korektif demi melaksanakan pembaharuan pada tahap

berikutnya. Pemerintah Orde Lama mendapat koreksi dari pemerintah Orde Baru. Demikian

juga selanjutnya, pemerintah Orde Baru mendapat koreksi dari pemerintah yang sekarang.

Pemerintah sekarang juga masih disibukkan oleh berbagai kritik dan koreksi agar terus

melaksanakan pembenahan.

Penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara sudah barang tentu harus

disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang di kalangan rakyat. Pada zaman

Orde Lama, hal mana tingkat pendidikan rakyat Indonesia secara umum masih sangat ren-

dah, maka demokrasi yang diterapkan cenderung bersifat otoriter. Hal tersebut lebih dis-

ebabkan karena ketersediaan sumber daya manusia berkualitas yang sangat sedikit. Pada

zaman Orde Baru kehidupan demokrasi sedikit mengalami peningkatan yang ditandai den-

gan penyelenggaraan pemilu setiap lima tahun sekali. Namun demikian, pada masa Orde

Baru kehidupan kepartaian tidak sebebas sekarang dengan alasan untuk menjaga stabilitas

keamanan nasional.

Belakangan ini sangat gencar terdengar isu-isu demokratisasi. Sebagian masyarakat

menghendaki pelaksanaan demokrasi yang ideal, sebagaimana yang terjadi di negara-ne-

gara barat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa demokrasi merupakan pemerintahan

yang didasarkan atas kekuasaan rakyat atau yang populer dengan istilah

goverment by rule

by the people

. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya demokrasi merupakan sistem

pemerintahan yang mengikutsertakan rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.

Pelaksanaan demokrasi yang ideal harus didukung oleh kualitas sumber daya manu-

sia yang ideal juga. Mengingat, pengambilan keputusan dalam tradisi demokrasi sering

diwarnai oleh suara yang terbanyak bukan suara yang berkualitas. Pengambilan keputu-

san seperti itu bisa jadi akan menjerumuskan. Sebagai ilustrasi, pendapat yang datang dari

seratus orang buta huruf akan dianggap lebih menentukan daripada pendapat yang datang

dari tiga puluh orang pakar. Padahal, secara rasional pendapat para pakarlah yang lebih baik

meskipun jumlahnya tidak sebanyak yang lainnya. Itulah sebabnya, kehidupan demokrasi

dalam sistem politik di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan, yakni demokrasi

parlementer atau dikenal juga dengan demokrasi liberal (terjadi antara tahun 1945-1959),

demokrasi terpimpin (terjadi antara tahun 1959-1966), dan demokrasi Pancasila (terjadi

antara tahun 1966-sekarang).

Pada masa demokrasi parlementer atau demokrasi liberal, pemerintahan sering men-

galami jatuh bangun sebagai akibat dari terlalu dominannya parlemen (DPR) dalam me-

nentukan pemerintahan. Pemerintahan tidak dapat bekerja secara efektif sebagai akibat dari

adanya pertentangan yang terjadi dalam tubuh partai politik sehingga Presiden Soekarno

merasa perlu melakukan dekrit. Sementara itu, pada masa demokrasi terpimpin terdapat

beberapa penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 hingga mencapai puncaknya,

yakni terjadinya tragedi nasional yang berupa G30S/PKI.

Pemerintah Orde Baru melakukan beberapa langkah pembaharuan, yakni dengan men-

erapkan format demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila dapat dide

fi

nisikan sebagai

suatu demokrasi yang dijiwai dan didasari oleh falsafah Pancasila. Semangat yang dibangun

Metode Penelitian Sosial

55

dalam demokrasi Pancasila adalah semangat kekeluargaan. Penyelesaian masalah politik

dilakukan melalui lobi yang intensif untuk menghindarkan diri dari pertentangan penda-

pat dan perpecahan.

Wakil-wakil rakyat dipilih setiap lima tahun sekali melalui pemilihan

umum yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, dan rahasia. Kemajuan yang di-

capai oleh pemerintah Orde Baru adalah terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia

yang tertib dan dinamis berdasarkan ideologi Pancasila.

Perkembangan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara

di Indonesia harus disikapi sebagai suatu upaya untuk mencari format atau model demokra-

si yang cocok bagi sistem perpolitikan Indonesia, mengingat usia bangsa Indonesia yang

relatif masih muda.

Sekitar bulan Mei 1998, terjadi gejolak rakyat berupa aksi demonstrasi yang dilak-

sanakan secara besar-besaran untuk menuntut penyelenggaraan sistem politik yang lebih

demokratis. Aksi tersebut telah berhasil mendesak Presiden Soeharto untuk lengser. Para

pengganti Presiden Soeharto, baik B.J. Habibie, K.H. Abdulrachman Wahid, maupun Me-

gawati terus berupaya melaksanakan pembaharuan. Pembaharuan-pembaharuan tersebut

sudah barang tentu tidak akan pernah berakhir mengingat persoalan bangsa dan negara yang

selalu berkembang. Pembaharuan dalam bidang politik harus dilaksanakan secara terencana

dan sistematis mengingat tantangan yang ada pada era global dan era informasi yang se-

makin berat.

4. Modernisasi dalam Bidang Ekonomi

Modernisasi dalam bidang ekonomi tidak hanya ditekankan pada bidang pengembangan

teknologi produksi saja, melainkan juga pada bidang sistem ekonomi yang dibangun.

Dengan demikian, modernisasi ekonomi bukan semata-mata berarti usaha memajukan

bidang ekonomi agar kegiatan ekonomi bangsa Indonesia menjadi lebih efektif dan lebih

produktif, melainkan juga menyegarkan kembali sistem ekonomi Pancasila yang dianut

oleh bangsa Indonesia.

Kehidupan perekonomian bangsa Indonesia sejak merdeka sampai dekade tahun 60-

an memang cukup memprihatinkan. Kondisi tersebut bisa dimaklumi mengingat bangsa

Indonesia masih harus bergulat dengan revolusi

fi

sik yang menguras harta, benda, maupun

nyawa bangsa Indonesia. Itulah sebabnya pada era 60-an bangsa Indonesia menghadapi

berbagai masalah ekonomi, yakni: (1) laju in

fl

asi yang sangat tinggi, (2) pertumbuhan

ekonomi yang sangat rendah dan pendapatan per kapita yang rendah, (3) kebutuhan pangan

lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah produksi pangan, dan (4) tingkat pertumbuhan

penduduk yang relatif tinggi.

Beberapa kelemahan yang terjadi dalam bidang ekonomi tersebut mendorong pemerintah

menerapkan program rencana pembangunan lima tahun (Repelita) yang dimulai sejak tahun

1969. Adapun beberapa langkah yang diambil di antaranya adalah pengembangan pada

sektor industri nonmigas, bukan hanya mengandalkan pada produksi migas. Melalui program

pembangunan ekonomi tersebut, bangsa Indonesia telah berhasil mencapai beberapa kemajuan

dalam beberapa hal, seperti: (1) berkembangnya sektor industri sehingga menghasilkan

barang yang beraneka ragam, (2) kebutuhan listrik semakin terpenuhi disamping semakin

luasnya jaringan listrik hingga ke desa-desa, (3) berdirinya puskesmas-puskesmas sehingga

meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, (4) meningkatnya rata-rata umur harapan

56

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

hidup (life expectency), dan (5) pemberlakuan program wajib belajar 9 tahun dalam rangka

meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Era pasar bebas yang direncanakan akan terjadi pada tahun 2003 mendatang merupa-

kan tantangan tersendiri bagi kehidupan ekonomi bangsa Indonesia. Era pasar bebas juga

berarti persaingan ekonomi dunia semakin ketat. Selain itu, kondisi perekonomian bangsa

Indonesia yang belum meyakinkan menuntut kemampuan dalam pengelolaan sumber daya

secara e

fi

sien dan efektif demi menjaga kelangsungan ekonomi nasional. Langkah-lang-

kah e

fi

siensi terutama perlu diterapkan dalam beberapa hal, antara lain dengan pengha-

pusan kegiatan-kegiatan ekonomi yang berbiaya tinggi (high cost economy) pada semua

sektor dengan cara penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang efektif dan e

fi

sien,

penyederhanaan perizinan usaha dalam berbagai bidang, penghapusan peraturan-peraturan

yang menghambat, penghapusan pungutan-pungutan yang tidak memiliki fungsi ekonomis,

penajaman prioritas-prioritas pengeluaran pemerintah, pengurangan beberapa subsidi yang

tidak perlu, peningkatan suasana persaingan yang sehat di segala sektor, dan peningkatan

produktivitas tenaga kerja.

5. Modernisasi dalam Bidang Agama

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius. Religiusitas bangsa Indonesia terse-

but telah tampak sejak kehidupan zaman pra sejarah, yakni ditunjukkan dengan berkem-

bangnya paham animisme, dinamisme, totemisme, dan lain sebagainya. Sistem kepercayaan

setidaknya merupakan dasar kepribadian bangsa Indonesia yang memiliki keyakinan dan

kepercayaan bahwa ada kekuasaan tertinggi yang mengatur segala peri kehidupan manu-

sia. Itulah sebabnya ketika datang beberapa ajaran agama, bangsa Indonesia mudah dapat

menerima dan memeluknya sebagai suatu pandangan hidup dan sekaligus sebagai pedoman

dalam berperilaku.

Sebagaimana yang diketahui bahwa dalam kehidupan bangsa Indonesia banyak sekali

terdapat agama dan sistem kepercayaan. Beberapa agama yang diakui keberadaannya di

Indonesia adalah Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha. Disamping beberapa agama

tersebut, sebagian kecil masyarakat Indonesia juga menganut kepercayaan terhadap Tu-

han Yang Maha Esa seperti Kong Hu Chu, Pangestu, Sumarah, Sapta Dharma, dan lain

sebagainya. keberadaan beberapa agama dan aliran kepercayaan tersebut telah menambah

kemajemukan masyarakat Indonesia.

Uraian di atas menunjukkan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang menjun-

jung tinggi nilai-nilai keagamaan. Oleh karena itu, modernisasi dalam bidang agama harus

diarahkan pada hal, yakni: (1) pembinaan yang bersifat intern, seperti pendalaman dan pen-

gamalan ajaran agama, pembinaan hubungan antarumat di lingkungan agama, dan sejenis-

nya, (2) pembinaan yang bersifat ekstern, yakni yang menyangkut hubungan antara umat

beragama yang satu dengan umat beragama yang lain dan sekaligus pembinaan hubungan

antara masing-masing umat beragama dengan pemerintah. Dengan demikian, pembinaan

agama menyangkut persoalan keimanan, ketakwaan, sikap toleransi, dan sebagainya seh-

ingga akan tercipta suatu masyarakat Indonesia yang serasi, selaras, dan seimbang antara

bidang-bidang keduniaan dengan bidang-bidang keakhiratan.

Belakangan ini pengaruh sekularisasi semakin meraja lela pada setiap sisi kehidupan

bangsa Indonesia. Kata sekularisasi diambil dari bahasa

Latin sacculum

yang berarti ser-

ba duniawi. Dari kata sacculum tersebut berkembang kata sekularisme (secularism) yang

Metode Penelitian Sosial

57

berarti paham yang tidak mengikutsertakan nilai-nilai keagamaan dan Tuhan dalam ke-

hidupan. Misi sekulerisasi memang untuk memisahkan antara bidang agama dengan dengan

bidang keduniaan.

Memperhatikan bahaya sekularisasi seperti dalam uraian di atas, maka modernisasi

yang telah dilakukan dalam bidang agama diharapkan dapat menangkal pengaruh-pegaruh

negatif yang datang dari dunia luar

, terutama dunia barat yang lebih berorientasi pada hal-

hal yang bersifat keduniaan semata. Kalau tidak diantisipasi dengan baik, sekularisasi akan

semakin memisahkan kehidupan manusia dari nilai-nilai agama. Pemisahan nilai-nilai aga-

ma dari kehidupan manusia tersebut lambat laun akan menyebabkan manusia tidak percaya

lagi terhadap agama, sehingga manusia akan tidak percaya akan adanya Tuhan Yang Maha

Esa. Fenomena tersebut membahayakan kehidupan umat manusia karena tidak ada lagi

standar nilai yang fundamental yang menjadi pandangan hidup manusia.

6. Pengaruh Perkembangan Iptek, Isu-isu Demokratisasi, E

fi

siensi, dan Sekularisasi

terhadap Industrialisasi dan Urbanisasi

a. Pengaruh perkembangan iptek terhadap industrialisasi dan urbanisasi

Seperti yang telah dibahas dalam bagian sebelumnya, penemuan-penemuan baru dalam

bidang ilmu pengetahuan dan industri di Inggris telah menjadi faktor utama yang mendorong

terjadinya revolusi industri pada abad ke-18. Indikator penting yang dapat diperhatikan

dalam perkembangan industri adalah: (1) e

fi

siensi dalam hal waktu, tenaga, dan biaya, dan

(2) produktivitas industri yang tinggi dalam rangka pemenuhan terhadap segala macam

kebutuhan hidup manusia.

Ilmu pengetahuan dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sulit dipisah-pisahkan.

Keduanya saling dukung satu sama lain. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan akan

mendorong penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi. Sebaliknya, kemajuan

dalam teknologi akan mendukung ilmu pengetahuan sehubungan dengan adanya beberapa

kemudahan yang diperoleh melalui teknologi tersebut. Selanjutnya, kemajuan-kemajuan

dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam mendorong terjadinya

perubahan di setiap unsur kehidupan manusia. Dalam sektor industri misalnya, ilmu

pengetahuan dan teknologi telah mendorong kemajuan-kemajuan dalam bidang industri,

terutama setelah ditemukannya mesin-mesin yang mendukung proses industri.

Pembangunan-pembangunan dalam sektor perindustrian di daerah-daerah strategis

seperti di perkotaan telah menyediakan lapangan kerja yang menarik. Itulah sebabnya,

tidak sedikit masyarakat pedesaan yang ingin mengadu nasib di perkotaan dengan bekerja

pada sektor industri. Keterangan tersebut memberikan gambaran bahwa industrialisasi

telah mendorong terjadinya urbanisasi karena sektor industri dipandang lebih menjanjikan

dibandingkan dengan sektor pertanian, terlebih lagi setelah lahan pertanian di pedesaan

semakin sempit sebagai akibat dari adanya proses pembangunan yang terus menerus

dilaksanakan.

b. Pengaruh demokratisasi terhadap industrialisasi dan urbanisasi

Isu-isu tentang demokratisasi telah memberikan pemahaman baru tentang persamaan

hak dan kewajiban pada setiap orang. isu demokratisasi telah memberikan kesadaran baru

tentang persamaan derajat pada setiap orang. Pesan-pesan demokrasi tersebut sejalan

dengan tuntutan industrialisasi, hal mana dalam proses industrialisasi setiap orang tersedia

58

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

kesempatan dan peluang yang sama untuk berkarir dan berprestasi dalam bidang industri.

Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pendukung proses industrialisasi tidak

pernah memandang jenis kelamin, ras , agama, dan sebagainya. Dengan demikian demokra-

tisasi telah berperan dalam peningkatan partisipasi masyarakat dalam sektor industri. Karena

sektor industrialisasi yang pada umumnya dibangun di perkotaan, maka secara otomatis ang-

katan kerja akan berbondong-bondong menuju kota dalam rangka mencari lapangan kerja

sebagaimana yang diinginkan.

c. Pengaruh e

fi

siensi terhadap industrialisasi dan urbanisasi

Pada dasarnya e

fi

siensi merupakan suatu ketepatan dalam mendayagunakan waktu,

tenaga, dan biaya dalam penyelenggaraan kegiatan industri. Pada umumnya langkah e

fi

sien-

si selalu diikuti dengan langkah efektivitas. Artinya, tenaga, waktu, dan biaya yang ada

didayagunakan sedemikian rupa sehingga menghasilkan produksi yang berkualitas dalam

jumlah yang besar. Prinsip e

fi

siensi identik dengan prinsip ekonomi, yakni dengan modal

yang sedikit menghasilkan lama yang besar.

Kegiatan-kegiatan yang ada dalam proses industrialisasi harus mempertimbangkan

prinsip e

fi

siensi. Tanpa e

fi

siensi proses industri tidak akan dapat berjalan seperti yang di-

harapkan. Adapun beberapa kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka melak-

sanakan e

fi

siensi adalah:

1) Mengurangi biaya ekonomi tinggi (high cost economy) sehingga dana yang ada dapat

dipergunakan secara e

fi

sien dan efektif.

2) Mengeluarkan kebijakan deregulasi, yakni memberikan kemudahan-kemudahan bagi

para pengusaha dalam hal peraturan perizinan.

3) Menghapuskan segala macam peraturan yang dapat menghambat proses

industrialisasi.

4) Menerapkan sistem pembayaran pajak yang tidak memberatkan para pelaku bisnis.

5) Memberlakukan peraturan niaga secara jelas dan tegas.

Langkah-langkah e

fi

siensi di atas terbukti telah mendorong perkembangan industrialisasi

karena para investor, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri berlomba-lomba

untuk menanamkan modal bagi pengembangan industri. Fenomena seperti ini sama artinya

dengan membuka lapangan kerja baru di perkotaan sehingga menjadi daya tarik tersendiri

bagi penduduk desa untuk mencari lapangan kerja pada sektor industri yang ada di kota.

Sumber:

A yahbunda, 13/2006

Sentra-sentra industri yang berkembang pesat di perkotaan

Metode Penelitian Sosial

59

d. Pengaruh sekularisasi terhadap industrialisasi dan urbanisasi

Sekularisasi pada satu sisi telah mendorong terbentuknya manusia yang berjiwa

materialistis. Hal tersebut terjadi sehubungan dengan misi sekularisasi yang ingin

memisahkan kehidupan dunia dari nilai-nilai keagamaan. Pada sisi yang lain, sekularisasi

telah mengajarkan sikap hedonis dalam kehidupan masyarakat. Sikap seperti inilah yang

mendorong manusia untuk sedapat mungkin menghasilkan uang dalam rangka memenuhi

segala macam kebutuhan hidupnya.

Sekularisasi telah membentuk sikap masyarakat yang berorientasi pada pemujaan

terhadap nilai-nilai yang bersifat material. Sifat tersebut sekaligus menjadi pendorong bagi

manusia untuk mengutamakan penggunaan akal pikiran (rasional) dalam memecahkan

persoalan-persoalan kehidupan yang dihadapi, dibandingkan dengan penggunaan emosi

dan perasaan yang bersifat batiniah. Dengan pola pikir seperti tersebut lambat laun manusia

sudah tidak merasa perlu lagi terhadap kehadiran agama.

Uraian di atas setidaknya telah memberikan gambaran bahwa sekularisasi membawa

dampak yang cukup besar bagi proses industrialisasi. Sedangkan proses industrialisasi yang

kebanyakan dibangun di perkotaan telah menjadi dorongan tersendiri bagi masyarakat untuk

per

gi ke perkotaan dalam rangka mencari kesempatan kerja yang tersedia di perkotaan.

Kegiatan

1. Modernisasi tidak dapat dipisahkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Coba

carilah beberapa contoh dari perkembangan teknologi produksi yang dikembang-

kan di lingkungan tempat tinggal kalian!

2. Salah satu dampak dari modernisasi dalam bidang politik adalah berlangsungnya

pemilihan umum yang diselenggarakan secara multi partai yang dilaksanakan se-

bagai wujud dari pelaksanaan demokrasi. Jelaskan sikap kalian tentang banyaknya

partai politik dalam kehidupan politik bangsa Indonesia!

3. Seperti yang diketahui bahwa dasar perekonomian Indonesia adalah agraris. Menu-

rut pandangan kalian, apakah industri pertanian Indonesia sudah cukup berdaya

saing dalam pasar internasional? Mengapa demikian?

4. Dari tahun ke tahun proses urbanisasi selalu mengalami peningkatan. Diskusikan

dengan teman sekelas kalian, mengapa hal itu bisa terjadi?

5. Berikan pandangan kalian tentang langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk

mengatasi masalah urbanisasi tersebut?

6. Salah satu sisi negatif dari modernisasi adalah berkembangnya kecenderungan ma-

terialistis dalam kehidupan masyarakat. Bagaimana kalian menyikapi masalah-ma-

salah seperti ini!

7. Berdasarkan uraian dalam bab ini, identi

fi

kasikanlah faktor-faktor yang mendukung

modernisasi.

8. Identi

fi

kasikan pula faktor-faktor yang menghambat modernisasi.

60

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I

R

angkuman

Tidak ada masyarakat yang tidak berbudaya. Istilah masyarakat dan kebudayaan

merupakan dua konsepsi yang hanya dapat dipisahkan secara teoritis, tetapi tidak dapat

dipisahkan secara praktis.

Perubahan sosial akan selalu diikuti oleh adanya perubahan kebudayaan, demikian

sebaliknya. Menurut Selo Soemardjan perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan

yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial di

dalam suatu masyarakat, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola peri-

laku di antara kelompok-kelompok dalam suatu masyarakat.

Perubahan sosial diindikasikan dengan adanya perubahan dalam hal struktur sosial,

fungsi sosial, dan sistem sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat. Adapun beberapa un-

sur sosial yang sering mengalami perubahan adalah kelompok-kelompok sosial, sistem nilai

dan sistem norma.

Proses integrasi atau penyatuan sosial terjadi jika perubahan sosial itu membawa un-

sur-unsur yang cocok dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Kegagalan suatu

masyarakat dalam melakukan langkah penyesuaian dapat menimbulkan disintegrasi dalam

kehidupan masyarakat tersebut.

Masyarakat tradisional merupakan suatu masyarakat yang memelihara, menjaga, dan

mempertahankan tradisi, adat istiadat, sistem nilai, sistem norma, dan bahkan sistem kebu-

dayaan yang diwariskan oleh generasi pendahulunya.

Masyarakat modern merupakan suatu masyarakat yang lebih mengutamakan rasion-

alitas dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai perwujudannya dari pada segala

sesuatu yang bersifat tradisi, adat istiadat, dan lain sebagainya. Adapun beberapa ciri dari

masyarakat modern antara lain disebutkan oleh Selo Soemardjan sebagai berikut:

1. Hubungan yang terjadi antarmanusia lebih didasarkan atas kepentingan-kepentingan

pribadi.

2. Hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain dilakukan secara terbuka dalam sua-

sana saling pengaruh mempengaruhi, kecuali terhadap beberapa penemuan baru yang

bersifat rahasia.

3. Adanya kepercayaan yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi se-

bagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.

4. Masyarakat terbagi-bagi menurut profesi dan keahlian masing-masing yang dipelajari

dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga pendidikan, keterampilan, dan kejuruan.

5. Adanya tingkat pendidikan formal yang relatif tinggi dan merata.

6. Hukum yang diberlakukan merupakan hukum tertulis yang sangat kompleks.

7. Sistem ekonomi yang dikembangkan merupakan sistem ekonomi pasar yang didasar-

kan atas penggunaan uang dan alat-alat pembaharuan yang lain

Metode Penelitian Sosial

61

J

Latihan

Jawablah beberapa pertanyaan berikut dengan benar!

1. Jelaskan, mengapa suatu masyarakat selalu mengalami perubahan?

2. Sebutkan beberapa faktor yang menyebabkan munculnya kenakalan remaja, baik yang

terjadi di kalangan keluarga kaya (perkotaan) maupun yang terjadi di kalangan kelu-

arga miskin (pedesaan)!

3. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial disebabkan oleh beberapa

faktor, di antaranya adalah adanya penemuan-penemuan baru. Mengapa manusia selalu

terdorong untuk mengadakan penemuan-penemuan?

4. Apakah yang membedakan antara konsiliasi, mediasi, dan arbitrasi?

5. Sebutkan ciri-ciri masyarakat tradisional menurut Talcott Parsons!

6. Mengapa masyarakat modern sering diidentikkan dengan masyarakat perkotaan?

7. Jelaskan, pandangan M.A. Jaspan tentang terjadinya perubahan sistem pelapisan sosial

dalam kehidupan masyarakat di Indonesia pada masa kolonialis dan imperialis Be-

landa?

8. Sebutkan pula dampak-dampak negatif dari proses industrialisasi!

9. Sebutkan beberapa mentalitas negatif yang terdapat dalam kehidupan bangsa Indonesia

sebagai akibat dari kekejaman kolonialis Belanda menurut Koentjaraningrat!

10. Berikan pandangan kalian, mengapa pembangunan dalam bidang pendidikan dianggap

sebagai suatu hal yang sangat penting?

11. Apa sajakah upaya-upaya preventif yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kenaka-

lan remaja?

12. Carilah beberapa contoh perilaku masyarakat yang dapat menyebabkan terjadinya

pencemaran ligkungan!

13. Apakah yang dimaksud dengan modernisasi menurut Soerjono Soekanto dan menurut

Koentjaraningrat!

14. Apakah yang membedakan antara modernisasi dengan westernisasi?

15. Sebutkan beberapa syarat terjadinya modernisasi menurut Soerjono Soekanto!

16. Apakah yang dimaksud dengan wewenang kharismatis, wewenang tradisional, dan we-

wenang rasional (legal) menurut Max Weber?

17. Mengapa pelaksanaan demokrasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkual-

itas?

18. Langkah-langkah apa saja yang ditempuh dalam rangka modernisasi dalam bidang

ekonomi?

19. Tunjukkan bukti-bukti bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius!

20. Jelaskan pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap modern-

isasi dan urbanisasi!

Glosarium

agent of change

: agen perubahan

Arbitrasi

: usaha untuk mengendalikan kon

fl

ik dengan cara menunjuk pihak

ketiga yang ditunjuk oleh pihak-pihak yang terlibat kon

fl

ik.

Difusi

: suatu proses penyebaran atau perembesan unsur-unsur kebu-

dayaan yang berupa gagasan-gagasan, keyakinan-keyakinan,

serta hasil-hasil kebudayaan dari seseorang atau sekelompok

orang yang satu kepada seseorang atau sekelompok orang yang

lainnya

Tradisional

: sesuatu yang diteruskan dari masa lalu menuju masa sekarang

Modern : baru;

Disequilibrium : ketidakseimbangan

Disintegrasi : perpecahan

ekstern : luar

Evolusi

: perubahan secara lambat

Integrasi : penyatuan Sosial

intern : dalam

Kompromi

: suatu usaha yang ditempuh untuk mengendalikan kon

fl

ik dengan

cara membentuk kesepakatan bersama atau saling mengurangi

tuntutan satu sama lain.

Konsiliasi

: suatu usaha untuk mengendalikan kon

fl

ik dengan menggunakan

lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan bagi masing-

masing pihak yang bertikai dapat duduk bersama mendiskusikan

persoalan-persoalan yang dipertentangkan.

Mediasi

: suatu usaha untuk mengendalikan kon

fl

ik dengan cara menunjuk

pihak ketiga.

Modernisasi

:

suatu usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan konstelasi dun-

ia sekarang

mobilitas

: perpindahan

Penetrasi : perembesan

Perubahan Sosial : perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga ke-

masyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial di dalam suatu

masyarakat

Revolusi

: perubahan secara cepat

Strati

fi

kasi : strata; tingkatan