Halaman
ii
SOSIOLOGI SMA dan MA Kelas XII IPS
Desainer sampul : Andhika Cakra Permana
Pewajah : Muthiah Farida
Ukuran
: 17,6 x 25 cm
Penulis : Wida Widianti
Hak Cipta pada Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi oleh undang-undang
301.07
WID
WIDA Widianti
s
Sosiologi 3 : untuk SMA dan MA Kelas XII IPS / penulis, Wida Widianti
. -- Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
vi, 134 hlm, : ilus. ; 25 cm
Bibliogra
fi
: hlm. 132-133
Indeks
ISBN 978-979-068-742-4 (no. jilid lengkap)
ISBN 978-979-068-756-1
1. Sosiologi-Studi dan Pengajaran I. Judul
Hak Cipta Buku ini telah dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional
Dari Penerbit Habsa Jaya Bandung
Diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2009
Diperbanyak Oleh....
iii
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada
tahun 2009, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit
untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (
website
) Jaringan
Pendidikan Nasional.
Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan
untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 Tahun 2007 tanggal 25 Juni 2007.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para
penulis/penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan
guru di seluruh Indonesia.
Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (
down load
), digandakan,
dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun, untuk
penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan
yang ditetapkan oleh Pemerintah. Diharapkan bahwa buku teks pelajaran ini akan
lebih mudah diakses sehingga siswa dan guru di seluruh Indonesia maupun sekolah
Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para
siswa kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku ini sebaik-baiknya.
Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena
itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, Juni 2009
Kepala Pusat Perbukuan
Kata Pengantar
iv
KATA PENGANTAR
Ilmu Pengetahuan merupakan hasil dari proses kebudayaan masyarakat. Ia
tumbuh dan berkembang sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat
itu sendiri. Di tengah perubahan sosio kultural masayarakat dunia, penguasaan atas
ilmu pengetahuan menjadi hal yang terpenting dalam kehidupan manusia. Ketidak-
mampuan dalam menguasainya, pada gilirannya akan menjadikan seseorang tidak
memiliki kemampuan mengarungi kehidupan dengan baik.
Pada dasarnya ilmu pengetahuan terbagi menjadi tiga, antara lain; ilmu
pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, dan humaniora. Buku sosiologi ini
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan sosial yang disusun dan disajikan bagi
siswa yang duduk di bangku SMA dan MA kelas XII dengan materi yang merupa-
kan kelanjutan dari materi pada tingkatan sebelumnya dan merupakan upaya untuk
menggambarkan kerangka sosiologi yang lebih aplikatif dengan kehidupan sehari-
hari. Selain itu, pada tingkatan ini Anda akan dibimbing untuk melakukan penelitian
sosial secara sederhana.
Untuk lebih memahami keterkaitan antara konsep-konsep sosiologi tersebut,
dalam buku ini disertakan pula latihan-latihan sederhana yang bertujuan sebagai
stimulan agar Anda lebih kreatif dan inovatif dalam menemukan dan mengembang-
kan potensi diri.
Jika ada peribahasa, “tidak ada gading yang tak retak”, penyusun percaya
bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Demikian dengan buku ini, bukanlah
satu-satunya buku sosiologi yang terbaik. Untuk lebih memahami pelajaran sosiolo-
gi ini tidak ada salahnya jika Anda juga menjadikan buku sosiologi lainnya sebagai
literatur pendukung.
Penulis
v
Kata Pengantar ~ iii
Daftar Isi ~ iv
Biogra
fi
~ iv
BAB I PERUBAHAN SOSIAL
A. PERUBAHAN SOSIAL DI MASYARAKAT ~ 2
B. PROSES PERUBAHAN SOSIAL DI MASYARAKAT INDONESIA ~ 8
C. DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL TERHADAP
KEHIDUPAN MASYARAKAT ~ 12
D. INTEGRASI DAN DISINTEGRASI ~ 13
E. KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA ~ 20
F. MASYARAKAT TRADISIONAL DAN MASYARAKAT MODERN ~ 24
G. PENGARUH PERKEMBANGAN MASYARAKAT DUNIA TERHADAP PEM-
BENTUKAN PELAPISAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA ~ 30
H. PEMBANGUNAN MASYARAKAT INDONESIA ~ 35
I.
INDONESIA DI TENGAH MODERNISASI DUNIA ~ 48
RANGKUMAN ~ 60
LATIHAN ~ 61
GLOSARIUM ~ 62
BAB 2 LEMBAGA SOSIAL
A.
HAKEKAT LEMBAGA SOSIAL ~ 64
B. TIPE-TIPE LEMBAGA SOSIAL ~ 65
C. BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL ~ 67
RANGKUMAN ~ 78
LA
TIHAN ~ 79
GLOSARIUM ~ 80
BAB 3 METODE PENELITIAN SOSIAL
A.
BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PERKEMBANGAN ILMU
PENGETAHUAN ~ 82
B. MERANCANG PENELITIAN ~ 84
RANGKUMAN ~ 92
LA
TIHAN ~ 93
GLOSARIUM ~ 94
BAB 4 PROSES PENELITIAN SOSIAL
A.
PENDEKATAN-PENDEKATAN PENELITIAN ~ 96
B. SUBJEK PENELITIAN ~ 96
C. DATA PENELITIAN ~ 97
D.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA ~ 98
E. PROSES ANALISIS DATA ~ 98
Daftar Isi
Daftar Isi
F. ANALISIS INTERPRETASI DATA ~ 112
G. MENARIK KESIMPULAN ~ 112
RANGKUMAN ~ 114
GLOSARIUM ~ 115
BAB 5 PENULISAN LAPORAN PENELITIAN
A.
TEKNIK PENULISAN LAPORAN PENELITIAN~ 96
B. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PENELITIAN~ 96
RANGKUMAN ~ 121
GLOSARIUM ~ 122
KUNCI JA
WABAN ~ 123
DAFTAR PUSTAKA ~ 130
INDEKS ~ 134
Daftar Isi
vi
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
1
Semester I
BAB I
PERUBAHAN SOSIAL
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini siswa diharapkan dapat mendeskripsikan bentuk-
bentuk perubahan sosial, memberikan contoh faktor pendorong perubahan
sosial, dan memberikan contoh faktor-faktor penghambat perubahan sosial.
Dampak Perubahan
Sosial
Integrasi
Integrasi
Faktor Penyebab
Perubahan Sosial
komunikasi
ekstern
intern
Perubahan Sosial
Proses Perubahan
Sosial
virus n-ach
2
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
A. PERUBAHAN SOSIAL DI MASYARAKAT
Perkembangan yang selalu terjadi dalam kehidupan sosial telah menyebabkan terja-
dinya perubahan-perubahan. Perkembangan yang terjadi antara masyarakat yang satu de-
ngan masyarakat yang lain berbeda-beda. Masyarakat yang berada di lokasi yang strategis
biasanya mengalami perkembangan yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan masyar-
akat yang berada di lokasi yang terisolir. Kondisi tersebut terjadi karena lokasi yang strategis
memungkinkan masuknya berbagai informasi dari luar sehingga memungkinkan terjadinya
perubahan terhadap peri kehidupan sosialnya. Itulah sebabnya masyarakat yang berada di
lokasi yang strategis pada umumnya berkembang menjadi masyarakat yang terbuka yang
sering melakukan interaksi dengan masyarakat yang lain sehingga perubahan-perubahan
yang terjadi berlangsung relatif cepat. Kondisi seperti itu dapat dijumpai pada masyarakat
pantai (pelabuhan), masyarakat perkotaan, dan lain sebagainya. Masyarakat yang cepat
mengalami perubahan dan atau perkembangan dikenal dengan istilah masyarakat dinamis.
Sedangkan masyarakat yang berada di lokasi yang terisolir akan menjadikan masyar-
akat yang terasing dari berbagai pengaruh. Dalam kondisi seperti itu masyarakat cenderung
bersifat tertutup sehingga tidak terdapat informasi-informasi yang memungkinkan terjadin-
ya perubahan secara signi
fi
kan. Kondisi seperti itu telah menyebabkan kehidu pan yang sta-
tis sehingga perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung secara relatif lamban. Tipologi
masyarakat seperti ini dapat dijumpai di daerah-daerah terpencil yang sulit di jangkai oleh
informasi-informasi baru. Seperti yang telah dibahas dalam bagian sebelumnya, bahwa di
Indonesia juga terdapat suku-suku terasing. Suku terasing tersebut merupakan suatu bentuk
dari masyarakat yang terisolir yang sangat lamban dalam menerima perubahan dan atau
perkembangan atau dikenal juga dengan istilah masyarakat statis.
Perlu disadari bahwa setiap masyarakat akan mengalami perubahan dan atau perkem-
bangan, tidak terkecuali masyarakat yang terisolir atau masyarakat statis. Yang membedakan
antara masyarakat dinamis dengan masyarakat statis hanyalah segi cepat atau lambatnya
perubahan dan atau perkembangan tersebut terjadi. Masyarakat dinamis ditandai dengan
perubahan dan atau perkembangan yang relatif cepat, sedangkan masyarakat statis ditandai
dengan adanya perubahan dan atau perkembangan yang relatif lamban. Namun yang ter-
penting adalah kedua jenis masyarakat tersebut sama-sama mengalami perubahan dan atau
perkembangan. Setiap perubahan yang terjadi akan ditandai dengan adanya penyesuaian-
penyesuaian, yakni antara sistem nilai dan sistem norma yang lama terhadap sistem nilai
dan sistem norma yang baru. Perubahan dan atau perkembangan tersebut sekaligus juga
akan menciptakan struktur atau fungsi yang baru dalam kehidupan masyarakat. Jika suatu
masyarakat tidak berhasil dalam langkah penyesuaian akan berakibat pada terciptanya keti-
daksesuaian setiap unsur dalam struktur dan fungsi sosial. Jika persoalan tersebut dibiarkan
berlarut-larut akan menimbulkan terjadinya disintegrasi dalam kehidupan masyarakat yang
bersangkutan.
1. Pengertian Perubahan Sosial
Membicarakan perubahan sosial sesungguhnya sama artinya dengan membicarakan
perubahan kebudayaan. Pernyataan tersebut selaras dengan pandangan
Koentjaraningrat
tentang kebudayaan yang merupakan segala sesuatu yang merupakan keseluruhan ide,
keseluruhan perilaku, dan keseluruhan benda-benda yang merupakan hasil perilaku dari
Perubahan Sosial
3
manusia. Berdasarkan atas pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa tidak ada masyarakat
yang tidak berbudaya karena masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang berpikir
,
berbuat, dan sekaligus menghasilkan sesuatu sebagai akibat dari proses berpikir dan proses
berbuat tersebut. Dengan demikian, istilah masyarakat dan kebudayaan merupakan dua
konsepsi yang hanya dapat dipisahkan secara teoritis, tetapi tidak dapat dipisahkan secara
praktis. Perubahan sosial akan selalu diikuti oleh adanya perubahan kebudayaan. Sebalikn-
ya, perubahan kebudayaan juga akan selalu diikuti oleh adanya perubahan sosial. Lalu,
apakah yang dimaksud dengan perubahan sosial itu?
Selo Soemardjan berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan perubahan-peruba-
han yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial
di dalam suatu masyarakat, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola
perilaku di antara kelompok-kelompok dalam suatu masyarakat. Sehubungan dengan pe-
rubahan sosial tersebut, Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi masyarakat. Sedangkan Rob-
ert McIver berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan perubahan dalam hubungan-
hubungan sosial atau perubahan terhadap kesinambungan hubungan-hubungan sosial.
Dari dua pengertian di atas dapat digarisbawahi, bahwa perubahan sosial diindikasikan
dengan adanya perubahan dalam hal struktur sosial, fungsi sosial, dan sistem sosial yang
terjadi dalam suatu masyarakat. Struktur sosial merupakan suatu bentuk jalinan antara ber-
bagai unsur-unsur sosial yang ada dalam suatu masyarakat. Fungsi sosial merupakan bentuk
aktif dari masing-masing unsur yang ada dalam suatu masyarakat. Sedangkan sistem sosial
merupakan jalinan hubungan antara masing-masing unsur yang ada dalam suatu masyarakat
sehingga membentuk suatu jalinan hubungan fungsional.
Adapun beberapa unsur sosial yang sering mengalami perubahan adalah kelompok-
kelompok sosial, sistem nilai dan sistem norma yang mengatur dalam hubungan sosial, pola
perilaku dalam interaksi sosial, sistem pelapisan sosial, kekuasaan dan wewenang, dan lain
sebagainya.
2. Proses Perubahan Sosial di Masyarakat
a. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama dan rentetan-rentetan perubahan
kecil yang saling mengikuti dengan lambat, dinamakan evolusi. Pada evolusi perubahan
terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi
karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keada-
an-keadaan dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Rentetan-rentetan perubahan tersebut tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa-perisitiwa
di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan. Ada bermacam-macam teori tentang evolusi,
pada umumnya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:
1.
Unilinear theories of evolution
. Teori ini pada pokoknya berpendapat bahwa manu-
sia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu,
bermula dari bentuk yang sederhana, kemudian bentuk yang kompleks sampai tahap
yang sempurna.
2.
Universal theory of evolution
, menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah
perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Teori ini mengemukakan bahwa masyar-
4
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
akat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen (sama) ke kelompok
yang heterogen.
3.
Multilined theories of evolution
. Teori ini lebih menekankan pada penelitian- penelitian
terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat misalnya, men-
gadakan penelitian perihal pengaruh perubahan sistem mata pencaharian berburu ke
pertanian.
Sedangkan yang dimaksud perubahan secara cepat atau revolusi adalah proses peru-
bahan Sosial yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi
pokok kehidupan masyarakat (yaitu lembaga kemasyarakatan), disebut revolusi. Di dalam
revolusi, perubahan-perubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu atau tanpa
rencana. Suatu revolusi dapat berlangsung dengan didahului oleh suatu pemberontakan
yang kemudian menjelma menjadi revolusi.
Secara sosiologis, agar suatu revolusi dapat terjadi, maka harus dipenuhi syarat-syarat
tertentu, antara lain:
1. Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat
harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk
mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
2. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin
masyarakat tersebut
3. Pemimpin dapat menampung keinginan-keinginan masyarakat untuk kemudian meru-
muskan serta menegaskan rasa tidak puas tadi menjadi program dan arah gerakan
4. Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat
5. Harus ada ”momentum”, yaitu saat dimana segala keadaan dan faktor sudah tepat dan
baik untuk memulai suatu gerakan.
b. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan-perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur
struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Pe-
rubahan mode pakaian misalnya, tidak akan membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat
dalam keseluruhannya, karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga
kemasyarakatan. Sebaliknya, suatu proses industrialisasi yang berlangsung pada masya-
rakat agraris, misalnya, merupakan perubahan yang akan membawa pengaruh besar pada
masyarakat. Pelbagai lembaga-lembaga kemasyarakatan akan ikut terpengaruhi misalnya
hubungan kerja, sistem pemilikan tanah, hubungan kekeluargaan, strati
fi
kasi masyarakat
dan seterusnya.
c. Perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki
Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan
atau yang telah direncanakan terlebih dulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan pe-
rubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan
agent
of change
, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat
sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan, merupakan peruba-
han-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan
Perubahan Sosial
5
masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan
masyarakat.
3.
Sebab-Sebab Terjadinya Perubahan Sosial
Terjadinya perubahan sosial disebabkan oleh beberapa faktor yang bersifat simultan,
antara lain adalah faktor intern, faktor ekstern, faktor komunikasi, dan virus n-ach.
Faktor intern merupakan penyebab terjadinya perubahan sosial yang terdapat di dalam
kehidupan masyarakat itu sendiri. Terdapat beberapa faktor intern yang menyebabkan terjad-
inya perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat. Di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Adanya penemuan-penemuan baru
Sumber:
www
.primatechnica.co.id
Penemuan-penemuan dalam bidang komputer dan internet telah memungkinkan manusia
dapat melakukan komunikasi dan mengakses data global dalam waktu yang sangat cepat
Manusia dengan kemampuan akal pikiran memiliki dorongan-dorongan yang kuat un-
tuk mengadakan kegiatan penelitian sehingga menghasilkan penemuan-penemuan baru
yang dikenal dengan istilah
discovery
. Penemuan-penemuan baru tersebut didorong
oleh beberapa hal, yakni, (1) kesadaran manusia akan adanya beberapa kekurangan
dalam kebudayaannya, (2) munculnya beberapa ahli yang memiliki kuali
fi
kasi tertentu
sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya, dan (3) adanya beberapa motivasi tertentu
untuk melakukan kegiatan penelitian dan sebagai upaya untuk memperoleh penemuan
baru. Penemuan-penemuan baru tersebut tidak berhenti begitu saja. Para ahli akan se-
lalu melakukan langkah-langkah pengembangan yang dikenal dengan istilah inovasi,
sehingga kebudayaan akan mengalami proses penyempurnaan. Adanya berbagai pen-
emuan tersebut membawa pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat, di
antaranya adalah kehidupan masyarakat akan semakin mudah dan berlangsung secara
cepat. Bahkan, dewasa ini penemuan-penemuan baru telah menciptakan era globalisasi
dan era informasi sehingga segala sistem nilai dan sistem norma yang ada di seluruh
dunia akan segera diketahui oleh seluruh penduduk dunia.
b. Terjadinya mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk, baik yang berupa urbanisasi, bedol desa, transmigrasi, imigrasi,
emigrasi, maupun remigrasi telah menyebabkan terjadinya pengurangan penduduk di
6
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
suatu daerah tertentu dan sekaligus penambahan penduduk di daerah lainnya. Keadaan
tersebut telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur dan lembaga ke-
masyarakatan.
c. Adanya kon
fl
ik-kon
fl
ik dalam kehidupan masyarakat
Mobilitas penduduk dengan segala macam dinamika yang terjadi juga dapat menyebab-
kan terjadinya kon
fl
ik-kon
fl
ik sosial, baik yang melibatkan antara individu dengan in-
dividu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok.
Kon
fl
ik-kon
fl
ik yang berkembang tersebut tidak selalu bersifat negatif. Seringkali kon-
fl
ik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat diikuti dengan suatu proses akomodasi
yang pada gilirannya justru akan menguatkan ikatan sosial.
d. Terjadinya revolusi dalam kehidupan masyarakat
Sejarah telah mencatat berbagai macam revolusi, yakni suatu perubahan yang terjadi
secara besar-besaran dan berlangsung dalam waktu yang sangat cepat. Pada abad ke-18
di Inggris telah terjadi revolusi pertanian dan revolusi industri yang membawa akibat
terjadinya perubahan dalam tata kehidupan manusia di seluruh dunia. Pada abad ke-18
itu pula telah terjadi revolusi politik di Amerika Serikat dan di Perancis yang membawa
akibat berkembangnya isu demokratisasi dan penegakan hak-hak asasi manusia dalam
kehidupan politik di seluruh dunia. Pada abad ke-20 di Rusia juga terjadi revolusi poli-
tik yang mengakibatkan terjadinya perubahan besar terhadap tata kehidupan masyar-
akat Rusia baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya. Banyak sekali
revolusi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, termasuk di Indonesia. Pada tang-
gal 17 Agustus 1945, di Indonesia telah terjadi revolusi
fi
sik yang berupa pendobrakan
kekuatan kolonial oleh kekuatan nasional yang melahirkan negara kesatuan Republik
Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Revolusi
fi
sik tersebut telah mengangkat dera-
jat dan martabat dan sekaligus merubah tata kehidupan masyarakat Indonesia sebagai
masyarakat yang bebas dari belenggu penjajahan.
Faktor ekstern
merupakan sebab-sebab perubahan sosial yang berasal dari luar
masyarakat tersebut. Dalam hubungan ini,
Soerjono Soekanto
menyebutkan adanya
beberapa faktor yang mendorong dan sekaligus beberapa faktor yang menghalangi
terjadinya perubahan sosial. Adapun beberapa faktor yang mendorong terjadinya pe-
rubahan sosial adalah: (1) adanya kontak dengan kebudayaan lain, (2) adanya sistem
pendidikan modern, (3) adanya keinginan yang besar untuk maju dan adanya sikap
menghargai hasil karya seseorang, (4) adanya sikap toleransi terhadap nilai budaya
yang dianggap menyimpang, (5) terdapatnya sistem pelapisan terbuka yang memberi-
kan kesempatan seluas-luasnya bagi masing-masing individu untuk berkembang, (6)
kon
fi
gurasi penduduk yang heterogen, (7) adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap
bidang-bidang kehidupan tertentu, (8) adanya orientasi ke masa depan, dan (9) adanya
nilai-nilai dasar bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki kehidu-
pannya.
Sedangkan beberapa faktor penghalang proses perubahan sosial antara lain adalah:
(1) kurangnya hubungan dengan masyarakat lain sehingga tidak ada motivasi yang
cukup untuk berkembang, (2) lambannya perkembangan ilmu pengetahuan dan tek-
nologi dalam suatu masyarakat, (3) sikap masyarakat yang terlalu mempertahankan
Perubahan Sosial
7
nilai-nilai tradisional, (4) adanya kepentingan-kepentingan yang tertanam secara
kuat (
vested inter
est
), (5) berkembangnya prasangka (
prejudice
) terhadap segala hal
yang dianggap baru, (6) ketakutan akan terjadinya disintegrasi apabila terjadi peru-
bahan dalam kehidupan masyarakat, (7) adanya hambatan yang bersifat ideologis, (8)
berkembangnya adat atau kebiasaan lama, dan (9) adanya nilai dasar yang berang-
gapan bahwa hakikat hidup adalah buruk dan tidak mungkin dapat diperbaiki
Sumber:
www
.mode-institut.de
Dewasa ini kebudayaan barat menggejala
dalam kehidupan remaja di seantero Asia
Faktor komunikasi
merupakan faktor terpenting yang menyebabkan terjadinya peru-
bahan sosial. Seperti yang diketahui bahwa ide-ide perubahan akan disalurkan dalam
kehidupan masyarakat melalui komunikasi. Penemuan-penemuan baru dalam bidang
teknologi informasi yang memungkinkan masyarakat dunia menjadi masyarakat glo-
bal. Apapun yang terjadi di belahan dunia manapun, baik yang berupa gagasan, sistem
nilai dan sistem norma, sistem keyakinan, maupun kebudayaan
fi
sik lainnya akan seg-
era diketahui oleh manusia di seluruh dunia dalam waktu sekejap. Kondisi tersebut
telah memungkinkan manusia di seluruh dunia untuk mengenal sistem nilai dan sis-
tem norma yang berkembang dalam kehidupan masyarakat lain. Jika seseorang atau
sekelompok orang merasa tertarik untuk meniru kebudayaan asing, hal tersebut dapat
segera dilakukan dengan alasan memiliki hak asasi yang tidak dapat diganggu gugat.
Kondisi tersebut senada dengan pernyataan Alvin L. Bertrand, bahwa awal dari proses
perubahan itu adalah komunikasi, yakni proses penyampaian informasi dari satu pihak
ke pihak lain sehingga tercapai pemahaman bersama.
Kegiatan
1. Amatilah kehidupan masyarakat yang ada di lingkungan tempat tinggal kalian.
Lakukan perbandingan antara kenyataan-kenyataan sosial yang terjadi ketika kal-
ian duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dengan kenyataan-kenyataan sosial yang
terjadi sekarang ini. Sebutkan beberapa perubahan sosial yang dapat kalian amati!
2. Coba kalian renungkan dan tuliskan, faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan
terjadinya perubahan sosial, baik yang bersifat intern maupun ekstern?
3. Diskusikan dengan teman sekelas kalian, mengapa bisa terjadi perubahan sosial
8
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
dalam kehidupan masyarakat? Apakah semua masyarakat mengalamu perubahan?
Mengapa bisa demikian? Berikan argumentasi secukupnya guna mendukung pen-
dapat kalian!
4. Tuliskan kembali pandangan Selo Soemardjan, Kingsley Davis, dan Robert McIver
tentang perubahan sosial?
5. Bandingkan pandangan Selo Soemardjan, Kingsley Davis, dan Robert McIver di
atas. Apakah yang membedakan antara ketiga pandangan tentang perubahan sosial
di atas?
B. PROSES PERUBAHAN SOSIAL DI MASYARAKAT INDONESIA
Di dalam kegiatan komunikasi akan terjadi pertukaran dan bahkan penyebaran gagas-
an-gagasan, keyakinan-keyakinan, dan bahkan penyebaran hasil kebudayaan yang bersifat
fi
sik. Komunikasi tersebut akan segera diikuti oleh beberapa proses lanjutan, yakni difusi,
akulturasi, asimilasi, dan akomodasi.
Difusi merupakan suatu proses penyebaran atau perembesan unsur-unsur kebudayaan
yang berupa gagasan-gagasan, keyakinan-keyakinan, serta hasil-hasil kebudayaan dari se-
seorang atau sekelompok orang yang satu kepada seseorang atau sekelompok orang yang
lainnya. Berangkat dari pengertian tersebut dapat dibedakan adanya dua tipe difusi, yakni:
(1) difusi intra-masyarakat (
intra society diffusion
), yakni proses difusi yang terjadi antar
individu atau antargolongan dalam suatu masyarakat, dan (2) difusi antar-masyarakat (
in-
tersociety diffusion
), yakni proses difusi yang terjadi antara suatu masyarakat yang satu
terhadap masyarakat yang lainnya.
Ditinjau dari proses terjadinya, difusi dapat dibedakan atas tiga macam, yakni sebagai
berikut:
1. Perembesan damai
Perembesan damai merupakan suatu proses masuknya unsur-unsur baru, baik yang
berupa gagasan-gagasan, keyakinan-keyakinan, maupun kebudayaan
fi
sik ke dalam suatu
masyarakat tanpa adanya kekerasan. Proses berkembangnya agama Islam di Indonesia
merupakan contoh dari perembesan damai tersebut.
2. Perembesan dengan kekerasan (
penetration violence
)
Perembesan dengan kekerasan (
penetration violence
) merupakan suatu proses masu-
knya unsur-unsur baru, baik yang berupa gagasan-gagasan, keyakinan-keyakinan, mau-
pun kebudayaan
fi
sik ke dalam suatu masyarakat melalui kekerasan dan paksaan sehingga
merusak sistem nilai, sistem norma, dan sekaligus sistem kebudayaan pada masyarakat
penerima. Misalnya, kebudayaan-kebudayaan barat yang disebarkan secara paksa di dae-
rah-daerah jajahannya yang berada di kawasan Asia dan Afrika. Dalam hubungan ini In-
donesia juga pernah mendapat pengalaman pahit oleh sikap Belanda yang arogan selama
menjajah bangsa Indonesia.
Metode Penelitian Sosial
9
3. Perembesan simbiotik
Perembesan simbiotik merupakan proses saling memberi dan saling menerima terha-
dap adanya gagasan-gagasan, keyakinan-keyakinan, maupun kebudayaan
fi
sik lainnya yang
terjadi antara dua masyarakat atau lebih.
Terdapat tiga macam perembesan simbiotik, yaitu:
(1) perembesan simbiotik mutualistik, yakni suatu proses perembesan simbiotik yang saling
menguntungkan antara kedua belah pihak, (2) perembesan simbiotik komersialistik, yakni
suatu proses perembesan simbiotik yang menempatkan salah satu pihak dalam posisi berun-
tung, sedangkan pihak yang lainnya tidak merasa dirugikan, dan (3) perembesan simbiotik
parasitistik, yakni suatu proses perembesan simbiotik yang menempatkan salah satu pihak
dalam posisi beruntung, sedangkan pihak yang lainnya dirugikan.
Akulturasi
merupakan suatu proses bertemunya dua kebudayaan atau lebih, baik yang
berupa kompleks ide, kompleks perilaku, dan kompleks hasil perilaku, sehingga men-
ciptakan suatu bentuk kebudayaan baru tanpa harus menghilangkan ciri-ciri khas dari ke-
budayaan yang ada sebelumnya. Beberapa contoh akulturasi tersebut dapat diperhatikan
pada struktur pemerintahan pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, pembangunan
masjid-masjid pada masa kerajaan Islam, dan lain sebagainya.
Asimilasi
merupakan proses interaksi antara dua kebudayaan atau lebih yang berlang-
sung secara intensif dalam waktu yang relatif lama sehingga masing-masing kebudayaan
tersebut benar-benar berubah dalam wujudnya yang baru yang berbeda dengan wujud
aslinya. Proses asimilasi akan semakin cepat jika didukung oleh beberapa faktor, seperti:
(1) adanya toleransi antarkebudayaan yang berbeda, (2) adanya kesempatan-kesempatan
yang seimbang dalam bidang ekonomi, (3) adanya sikap menghargai terhadap orang asing
berikut kebudayaannya, (4) adanya sikap terbuka dari para penguasa, (5) adanya persamaan
dalam unsur-unsur kebudayaan, (6) terjadinya perkawinan campuran (
amalgamation
), dan
(7) adanya musuh bersama dari luar.
Contoh paling nyata dari proses asimilasi tersebut dapat diperhatikan dalam kehidupan
masyarakat muslim di Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Buleleng, Bali.
Secara keyakinan, masyarakat Desa Pegayaman tersebut merupakan pemeluk agama Islam
yang taat. Akan tetapi terdapat beberapa unsur kebudayaan lain yang berbeda sama sekali
dengan kebudayaan masyarakat Muslim lainnya sebagai akibat dari proses interaksi yang
panjang dengan masyarakat Hindu yang hidup berdampingan secara damai di sekitarnya.
Beberapa hasil dari proses asimilasi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Muslim di
Desa Pegayaman tersebut antara lain terlihat pada sistem penamaan anak yang menggu-
nakan istilah Gede, Wayan, Putu, Ketut dan sebagainya yang lazim digunakan oleh masyar-
akat Bali. Selain itu masyarakat Desa Pegayaman juga mengembangkan sistem pengairan
yang diorganisasi sedemikain rupa sehingga mirip dengan sistem Subak, dan masih banyak
tradisi dan kebudayaan lain yang merupakan asimilasi dengan masyarakat Bali.
Proses asimilasi akan sulit terjadi dalam kehidupan masyarakat mana kala terdapat
beberapa faktor sebagai berikut: (1) terisolirnya kehidupan suatu kelompok masyarakat, (2)
kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang berkembang dalam kehidupan masyar-
akat lainnya, (3) perasaan takut dan menutup diri terhadap pengaruh kebudyaan lain, (4)
perasaan bahwa kebudayaannya lebih tinggi dibandingkan dengan kebudayaan lainnya, (5)
10
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
adanya perbedaan ras, yakni perbedaan ciri-ciri
fi
sik seperti warna dan bentuk rambut, war-
na dan bentuk mata, warna kulit, postur tubuh, dan lain sebagainya, (6) jati diri kelompok
atau kesukuan (
in-group feeling
) yang terlalu kuat, (7) terjadinya gangguan-gangguan yang
dilakukan oleh golongan mayoritas terhadap golongan minoritas, dan (8) adanya perbedaan
kepentingan.
Akomodasi merupakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi
yang seimbang, baik antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok,
maupun antara kelompok dengan kelompok sehingga terjadi saling pengertian, saling
pemahaman, dan saling penghormatan terhadap keberadaan sistem nilai dan sistem norma
yang berkembang dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Karena sifatnya yang
positif, akomodasi sering diusahakan untuk menciptakan stabilitas dalam kehidupan ber-
masyarakat. Adapun tujuan dari akomodasi antara lain adalah untuk: (1) mengurangi per-
bedaan dan pertentangan, (2) mencegah terjadinya bentrokan, (3) menciptakan iklim yang
memungkinkan terjadinya kerja sama, dan (4) mengusahakan terjadinya asimilasi sehingga
kehidupan masyarakat akan semakin stabil.
Adapun bentuk-bentuk dari akomodasi antara lain adalah sebagai berikut:
a. Kompromi (
compromise
)
Kompromi merupakan suatu usaha yang ditempuh untuk mengendalikan kon
fl
ik den-
gan cara membentuk kesepakatan bersama atau saling mengurangi tuntutan satu sama
lain.
b. Arbitrasi (
arbitration
)
Arbitrasi merupakan suatu usaha untuk mengendalikan kon
fl
ik dengan cara menun-
juk pihak ketiga yang ditunjuk oleh pihak-pihak yang terlibat kon
fl
ik. Dalam arbitrasi,
pihak ketiga tersebut berwenang mengambil keputusan, sedangkan pihak-pihak yang
terlibat kon
fl
ik harus menerima kepitisan pihak ketiga, baik secara sukarela maupun
terpaksa.
c. Mediasi (
mediation
)
Sama seperti arbitrasi, mediasi merupakan suatu usaha untuk mengendalikan kon
fl
ik
dengan cara menunjuk pihak ketiga. Akan tetapi, wewenang pihak ketiga tersebut han-
ya sebatas pada pemberian nasehat dan beberapa alternatif jalan keluar lainnya yang
tidak mengikat kepada pihak-pihak yang bertikai.
d. Konsiliasi (
conciliation
)
Konsiliasi merupakan suatu usaha untuk mengendalikan kon
fl
ik dengan menggunakan
lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan bagi masing-masing pihak yang ber-
tikai dapat duduk bersama mendiskusikan persoalan-persoalan yang dipertentangkan.
Tujuan dari konsiliasi adalah mempertemukan keinginan-keinginan dan sekaligus ke-
beratan-keberatan antara masing-masing pihak yang bertikai dalam rangka mencari
persetujuan bersama.
Setiap masyarakat, kapanpun dan di manapun, akan mengalami perubahan. Dengan
demikian, perubahan sosial dapat diperhatikan secara vertikal maupun secara horizontal.
Melihat perubahan sosial secara vertikal dilakukan dengan cara membandingkan keadaan-
keadaan masyarakat pada masa lampau dengan keadaan-keadaan masyarakat pada masa
Metode Penelitian Sosial
11
sekarang. Adapun untuk melihat perubahan sosial secara horizontal dapat dilakukan dengan
membandingkan keadaan-keadaan suatu masyarakat yang ada di daerah tertentu dengan
keadaan-keadaan masyarakat di daerah lainnya. Dengan kegiatan perbandingan tersebut
diketahui adanya masyarakat yang terbelakang, masyarakat yang sedang berkembang, dan
masyarakat yang sudah maju.
Sehubungan dengan uraian di atas,
Soerjono Soekanto
memberikan beberapa karakter
-
istik perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, yakni sebagai berikut:
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang karena setiap masyarakat mengalami
dinamika, baik cepat maupun lambat.
2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti
dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga yang lainnya. Fenomena tersebut
terjadi karena lembaga-lembaga sosial bersifat interdependen sehingga sangat sulit un-
tuk mengisolasi adanya perubahan-perubahan pada lembaga sosial yang tertentu saja.
Perubahan sosial pada masing-masing lembaga kemasyarakatan merupakan suatu mata
rantai yang tidak mungkin dapat diputus.
3. Perubahan sosial yang terlalu cepat akan menimbulkan terjadinya disorganisasi yang
bersifat sementara. Kesementaraan tersebut terjadi sehubungan dengan adanya proses
penyesuaian diri dan sekaligus adanya reorganisasi yang mencakup pemantapan kai-
dah-kaidah dan nilai-nilai yang baru.
4. Perubahan-perubahan sosial tidak dapat dibatasi hanya pada bidang yang bersifat ma-
terial atau hanya pada bidang yang bersifat spiritual saja. Perubahan-perubahan sosial
sekaligus akan mencakup bidang yang bersifat material dan bidang yang bersifat spir-
itual karena antara kedua bidang tersebut terjadi hubungan timbal balik yang sangat
kuat.
5. Secara tipologis perubahan-perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai berikut:
proses sosial, segmentasi, perubahan struktural, dan perubahan-perubahan pada struk-
tur kelompok.
Kegiatan
1. Jelaskan dengan bahasa kalian sendiri tentang pengertian:
a. Difusi
b. Akulturasi
c. Asimilasi
d. Akomodasi
2. Amati lingkungan sekitar tempat tinggal kalian. Coba analisis mana yang lebih
banyak kalian temui di antara ke empat proses perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat tersebut di atas. Jelaskan alasannya!
3. Kemukakan tanggapan kalian mengenai karakteristik perubahan sosial menurut
pakar sosiologi Soerjono Soekanto. Diskusikan dengan teman-temanmu apakah
pernyataan beliau itu memang sesuai dengan yang ditemui sehari-hari di masyar-
akat?
12
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
C. DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL TERHADAP KEHIDUPAN
MASYARAKAT
Perubahan sosial menuntut adanya penyesuaian antara sistem nilai dan sistem norma
yang baru dengan sistem nilai dan sistem norma yang lama. Tidak setiap langkah penyesua-
ian berhasil secara sempurna. Ada tipe masyarakat yang sanggup secara cepat menerima
perubahan dengan menerima sepenuhnya sistem nilai dan sistem norma yang baru. Seba-
liknya, tidak sedikit masyarakat yang tetap bersiteguh memegang sistem nilai dan sistem
norma yang telah lama dianut. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menimbulkan kesenjan-
gan budaya atau sering disebut dengan istilah
cultural lag
. Kondisi seperti ini dapat diper-
hatikan pada tata kehidupan masyarakat kota yang serba cepat dalam menerima perubahan
sehingga memposisikan dirinya sebagai masyarakat yang modern. Sementara masyarakat
pedesaan yang pada umumnya merupakan masyarakat pertanian masih cukup kuat dalam
memegang adat istiadat dan tradisi-tradisi yang diwarisi secara turun temurun sehingga
relatif lamban dalam menerima perubahan zaman.
Sumber:
www
.serambinews.com
Kehidupan masyarakat pedesaan dengan fasilitas yang seder-
hana.
Ketika terjadi proses perubahan sosial dalam sebuah kelompok masyarakat akan menim-
bulkan ketidakseimbangan (
disequilibrium
) dalam hubungan-hubungan sosial. Kehidupan
masyarakat kota yang serba lengkap dengan segala macam fasilitas hidup, telah menjadi
daya tarik yang luar biasa bagi sebagian masyarakat pedesaan yang ingin ikut menikmati
kue pembangunan di kota. Akibatnya terjadi penumpukan tenaga kerja di kota yang dis-
ebabkan oleh derasnya arus urbanisasi. Penumpukan tenaga kerja yang tidak terserap oleh
lapangan kerja akan menimbulkan beberapa dampak negatif, seperti: (1) bertambahnya
angka pengangguran, (2) bertambahnya tingkat kemiskinan, (3) bertambahnya kejahatan
sosial, dan lain sebagainya.
Jika dikaji secara mendalam, langkah-langkah penyesuaian yang dilakukan sehubun-
gan dengan adanya perubahan setidaknya akan menimbulkan dua kemungkinan, yaitu: (1)
ditemukannya sistem nilai dan sistem norma yang baru yang menjadi landasan dalam melak-
sanakan aktivitas sosial, dan (2) berkembangnya permasalahan-permalasahan baru sebagai
akibat dari kegagalan dalam melaksanakan upaya penyesuaian terhadap sistem nilai dan
sistem norma yang baru tersebut. Alternatif pertama merupakan gambaran keberhasilan dari
berbagai unsur yang ada dalam kehidupan masyarakat dalam melakukan langkah penyesu-
sian sehingga terjadi integrasi sosial. Sebaliknya, alternatif kedua merupakan gambaran
Metode Penelitian Sosial
13
kegagalan dari berbagai unsur yang ada dalam kehidupan masyarakat dalam melakukan
langkah-langkah penyesuaian sehingga menimbulkan disintegrasi sosial.
Adapun gejala-
gejala yang mengawali terjadinya disintegrasi sosial antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tidak adanya persamaan pandangan mengenai tujuan hidup yang semula dijadikan lan-
dasan bagi seluruh anggota masyarakat dalam melaksanakan aktivitas sosial.
2. Tidak berfungsinya sistem nilai dan sistem norma secara baik sebagai alat pengenda-
lian sosial dalam kehidupan masyarakat.
3. Terjadi pertentangan sistem nilai dan sistem norma dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Para anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang tidak dikenakan sanksi secara
konsekuen sesuai dengan norma hukum yang berlaku.
5. Tindakan para anggota masyarakat tidak lagi sesuai dengan sistem nilai dan sistem
norma yang telah disepakati sebelumnya.
6. Terjadinya proses sosial yang bersifat disosiasif yang berupa persaingan, pertentangan,
permusuhan, dan lain sebagainya.
Gejala-gejala awal dari proses disintegrasi di atas akan berlanjut dengan berkembang-
nya kehidupan yang tidak normal yang ditandai dengan berkembangnya berbagai macam
krisis, seperti krisis sosial, krisis moral, krisis ekonomi, krisis hukum, krisis politik, dan lain
sebagainya. Kehidupan masyarakat kita dewasa ini telah menunjukkan adanya krisis multi
dimensional. Masyarakat kita dewasa ini sudah terbiasa dengan berita-berita tentang ko-
rupsi, kolusi, nepotisme, perampokan, penodongan, pencurian dengan kekerasan, pemerko-
saan, mengkonsumsi narkoba, prostitusi, dan lain sebagainya. Segala macam bentuk keja-
hatan, baik kejahatan sosial, kejahatan politik, kejahatan ekonomi, maupun segala macam
kejahatan lainnya dengan mudah dapat diperoleh melalui siaran media massa.
Menanggapi berbagai macam problema sosial di atas, sosiolog Soerjono Soekanto be-
ranggapan bahwa problema sosial tersebut tumbuh dan berkembang sebagai akibat dari
tidak adanya satu kesatuan (integrasi) yang harmonis antara lembaga-lembaga sosial, se-
hingga masyarakat mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam hubungan-hubun-
gan sosial.
D. INTEGRASI DAN DISINTEGRASI
Dalam sebuah kelompok masyarakat terjadi penyesuaian-penyesuaian akan menimbul-
kan integrasi sosial dan disintegrasi sosial. Integrasi sosial akan terjadi jika ditemukannya
sistem nilai dan sistem norma yang baru yang menjadi landasan dalam menjalankan aktivi-
tas sosial, sedangkan disintegrasi sosial akan terjadi jika dari proses penyesuaian-penyesua-
ian tersebut berkembang permasalahan-permasalahan baru sebagai akibat dari kegagalan
dalam melaksanakan upaya penyesuaian terhadap sistem nilai dan sistem norma yang baru
tersebut, permasalahan tersebut meliputi:
1. Integrasi
Proses integrasi atau penyatuan sosial terjadi jika perubahan sosial itu membawa unsur-
unsur yang cocok dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Penambahan unsur-
unsur baru di dalam proses perubahan itu menyatu di dalam kerangka kepentingan struktur
sosial yang ada.
14
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
Sikap yang diambil oleh anggota masyarakat dan struktur sosial yang ada adalah sikap
adopsi atau menerima unsur baru sebagai bagian dari sistem yang sudah ada. Bahkan, dalam
beberapa kasus dapat terjadi bahwa unsur baru tersebut justru menghidupkan atau memberi
kekuatan baru bagi berkembangnya unsur yang sudah ada atau disebut revitalisasi.
Ada beberapa kelompok sosial misalnya, yang secara positif menerima kegiatan pari-
wisata karena dapat menghidupkan kembali kebudayaan tradisional yang hampir punah
akibat adanya kegiatan pariwisata tersebut.
Proses integrasi dapat terjadi pula melalui cara interseksi berbagai struktur sosial yang
berbeda dalam satu kesatuan sosial. Perubahan sosial tidak selamanya membawa pengaruh
pada pemisahan hubungan sosial tetapi bisa jadi sebaliknya dapat memperumit keterkaitan
hubungan antara kelompok-kelompok yang ada.
2. Disintegrasi
Kegagalan suatu masyarakat dalam melakukan langkah penyesuaian dapat menim-
bulkan disintegrasi dalam kehidupan masyarakat tersebut. Disintegrasi yang dimaksud
dapat berwujud dalam berbagai bentuk, seperti pemberontakan, demonstrasi, kriminalitas,
kenakalan remaja, prostitusi, dan lain sebagainya.
a. Pergolakan di daerah
Negara-negara yang memiliki wilayah kekuasaan yang luas dengan jumlah penduduk
yang majemuk seperti Indonesia, Uni Sovyet (sekarang Rusia), Yugoslavia, India, Srilanka,
Irlandia, India, Afganistan, dan sebagainya pernah memiliki pengalaman akan adanya per-
golakan di daerah kekuasaannya. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Uni Sovyet kini
telah hancur akibat glasnost dan perestroika. Bahkan, beberapa bekas wilayah Uni Sovyet,
seperti Tajikistan, Turkmenistan, dan Kazakhstan kini telah merdeka sebagai negara yang
berdaulat. Sementara itu, Rusia sampai saat ini belum berhasil menuntaskan pemberontakan
warga muslim Chechnya. Beberapa wilayah di semenanjung Balkan kini telah berhasil me-
merdekakan diri dari Yugoslavia. Srilanka sampai saat ini masih disibukkan oleh pemberon-
takan Macan Tamil. India dan Pakistan masih dalam sengketa memperdebatkankan wilayah
kashmir yang mayoritas berpenduduk muslim. Masih banyak lagi kejadian-kejadian serupa
yang menimpa berbagai negara di dunia.
Indonesia, dengan wilayah yang sangat luas dan terdiri atas ribuan pulau, dengan kondisi
penduduk yang sangat majemuk sudah barang tentu tidak dapat lepas dari problem pergolakan
di daerah. Pergolakan-pergolakan yang terjadi di beberapa wilayah, seperti di Aceh dengan
Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-nya, di Irianjaya (sekarang Papua) dengan Organisasi Papua
Merdeka (OPM)-nya, di Maluku dengan Republik Maluku Selatan (RMS)-nya, pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari pergolakan yang telah terjadi sejak zaman Orde Lama.
Seperti yang diketahui bahwa sejak proklamasi kemerdekaan negara Republik Indo-
nesia sampai sekarang terdapat beberapa pergolakan yang terjadi di beberapa daerah di
Indonesia, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Pemberontakan PKI-Madiun
Pemberontakan PKI-Madiun yang dipimpin oleh Moeso, Amir Syarifuddin, dan be-
berapa tokoh PKI lainnya ditandai dengan diproklamasikannya Negara Sovyet Republik
Indonesia di Madiun pada tanggal 18 September 1948. Pemberontakan PKI-Madiun lebih
Metode Penelitian Sosial
15
didorong oleh keinginan segelintir orang Indonesia yang berhaluan sosialis-komunis untuk
mendirikan negara yang berdasarkan atas ideologi komunis. Dalam waktu 12 hari, pem-
berontakan PKI-Madiun berhasil ditumpas oleh
Tentara Nasional Indonesia (TNI).
2. Gerakan DI/TII
Selain karena adanya perbedaan ideologis, yakni ingin mendirikan negara Indonesia
yang berdasarkan atas ajaran agama Islam, gerakan DI/TII juga dipicu oleh kekecewaan
terhadap isi perjanjian Renville yang dipandang sangat merugikan pihak RI. Sebagaimana
yang diketahui, pasukan Hisbullah dan Sabilillah yang dipimpin oleh Soekarmadji Marid-
jan Kartosoewirjo tidak bersedia meninggalkan wilayah Jawa Barat bersama-sama den-
gan pasukan Divisi Siliwangi lainnya. Bahkan pada tanggal 7 Agustus 1949, Soekarmadji
Maridjan Kartosoewirjo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) yang
berpusat di Malangbong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Pengaruh Gerakan DI/TII meluas di
berbagai daerah di Indonesia seperti di daerah Kebumen (Jawa Tengah yang dipimpin oleh
Amir Fattah dan Kyai Mohammad Mahfudz Abdurrahman, di Kalimantan Selatan yang
dipimpin oleh Ibnu Hadjar, di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Kahar Muzakar, dan di
Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureuh.
3. Pemberontakan Andi Azis
Pemberontakan Andi Azis dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mempertahankan
kedudukan Negara Indonesia Timur yang dibentuk oleh Belanda. Pemberontakan tersebut
dilancarkan sekitar bulan April 1950 melalui perlawanan bersenjata dan sekaligus mengelu-
arkan pernyataan-pernyataan melalui surat kabar. Adapun isi pernyataan tersebut adalah se-
bagai berikut: (1) Negara Indonesia Timur (NIT) harus dipertahankan supaya tetap berdiri,
(2) pasukan KNIL yang telah masuk APRIS sajalah yang bertanggung jawab atas keamanan
daerah NIT, dan 93) Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Hatta hendaknya tidak meng-
halangi tetap berdirinya NIT dengan cara kekerasan.
4. Republik Maluku Selatan (RMS)
Republik Maluku Selatan (RMS) merupakan sebuah negara yang dicita-citakan oleh
Dr. Soumokil (bekas Jaksa Agung NIT). Dengan demikian RMS merupakan sebuah ger-
akan separatis yang ingin memisahkan diri dari wilayah negara kesatuan Republik Indone-
sia. Gerakan RMS dapat ditumpas oleh pasukan TNI sekitar bulan Desember 1963.
5. Peristiwa PRRI/Permesta
Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat Semesta
(Permesta) merupakan sebuah gerakan separatis yang diawali dengan berdirinya dewan-de-
wan di berbagai daerah, yakni Dewan Gajah yang berdiri pada tanggal 20 Desember 1956
di Medan dipimpin oleh Letkol M. Simbolon, Dewan Banteng yang berdiri pada tanggal 22
Desember 1956 di Padang dipimpin oleh Letkol Achmad Husein, Dewan Lambung Man-
gkurat yang didirikan oleh Letkol Vantje Sumual di Kalimantan Selatan. Keberadaan de-
wan-dewan tersebut diperkuat dengan adanya Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang
dideklarasikan di Makasar pada tanggal 2 Maret 1957. Dewan-dewan tersebut menjadi cikal
bakal diproklamasikannya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada tang-
gal 17 Pebruari 1958 dengan Mr. Syafrudin Prawiranegara sebagai perdana menterinya.
Memperhatikan berbagai pergolakan di berbagai daerah di Indonesia sebagaimana
yang disebutkan di atas, Koentjaraningrat menyebutkan adanya beberapa sebab, yaitu: (1)
16
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
terjadinya masa transisi dari Republik Indonesia Serikat (RIS) menuju Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) pada tahun 1951, (2) adanya demobilisasi kelompok-kelompok
gerilya Indonesia dan adanya bekas-bekas tentara Belanda (KNIL), (3) adanya revolusi
yang dilakukan untuk menggantikan ideologi Pancasila, seperti Pembe
rontakan PKI-Madiun
dan DI/TII, dan (4) terlalu tersentralisasinya perekonomian Indonesia selama sepuluh tahun
pertama sejak Indonesia merdeka.
b. Demonstrasi
Berbagai media massa belakangan ini sering menayangkan aksi demonstrasi. Pada
dasarnya demonstrasi merupakan kegiatan unjuk rasa dari sekelompok orang yang teror-
ganisir untuk menyatakan ketidakpuasan atau kekecewaan terhadap kebijakan suatu pimpi-
nan atau suatu rezim pemerintahan, baik kebijakan yang telah maupun yang sedang dilak-
sanakan. Lazimnya, demonstrasi dilaksanakan oleh sekelompok orang yang beranggapan
bahwa di dalam kehidupan masyarakat terdapat kesenjangan antara sesuatu yang diinginkan
dengan kenyataan yang terjadi, baik yang menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, bu-
daya, agama, pendidikan, dan lain sebagainya.
Sumber:
www
.indonesiamedia.com
Kaum buruh melakukan demonstrasi menuntut kenaikan upah kerja
Demonstrasi merupakan suatu cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menyam-
paikan aspirasi dan tuntutan tertentu. Demonstrasi tersebut dilaksanakan manakala masya-
rakat tidak memiliki cara lain untuk mencari solusi dari permasalahan yang berkembang
melainkan melalui demonstrasi. Misalnya, berbagai musyawarah yang ditempuh hanya
menemui jalan buntu. Perlu diketahui bahwa demonstrasi tidak sama artinya dengan per-
buatan vandalisme, anarkhisme, atau brutalisme. Penyampaian tuntutan dan aspirasi dalam
demonstrasi dilaksanakan dengan menggunakan berbagai cara seperti meneriakkan yel-yel,
membuat poster-poster, pembacaan puisi, menyanyikan lagu-lagu tertentu, membuat slo-
gan-slogan, membuat pernyataan tertulis, dan lain sebagainya. Namun, demonstrasi akan
berubah menjadi vandalisme, anarkhisme, dan brutalisme mana kala para demonstran mulai
meneriakkan sumpah serapah yang berupa umpatan-umpatan atau caci maki yang memanc-
ing emosi massa, baik masyarakat umum maupun petugas keamanan.
Metode Penelitian Sosial
17
Sumber:
www.
tempointeraktif.com
Petugas keamanan dituntut dapat menggunakan akal sehat
dan kepala dingin dalam menghadapi para demonstran
Demonstrasi memang memiliki dampak positif, yakni merupakan suatu bentuk tekanan
(pressure) dan sekaligus merupakan suatu alat pengendali sosial (Sosial control) yang efek-
tif. Namun demikian, selama masih ada cara lain yang dapat ditempuh, sedapat mungkin
aksi demonstrasi dihindari. Sikap tersebut diperlukan mengingat aksi demonstrasi yang
mengerahkan kekuatan massa sering menciptakan gangguan-gangguan dalam kehidupan
masyarakat, seperti kemacetan lalu lintas, kebisingan, polusi suara, dan lain sebagainya.
Demonstrasi juga dapat menimbulkan keretakan dalam hubungan-hubungan sosial, teru-
tama antara pihak demonstran dengan pihak yang didemo sebagai akibat dari sikap pro dan
kontra yang berkembang antara kedua belah pihak.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia tidak terlepas dari aksi
demonstrasi. Aksi-aksi demonstrasi tersebut dapat diperhatikan antara lain: (1) pada periode
tahun 60-an, yakni ketika rakyat dan mahasiswa melancarkan aksi Tritura, (2) pada periode
tahun 80-an, yakni ketika sebagian masyarakat Indonesia melancarkan aksi penolakan ter-
hadap masuknya produk-produk asing, dan (3) aksi-aksi yang dilancarkan oleh masyarakat
Indonesia sepanjang pertengahan tahun 1999 sampai sekarang untuk menuntut penyeleng-
garaan pemerintahan negara yang bersih dan bertanggung jawab. Aksi-aksi lainnya seperti
aksi kaum buruh kepada majikannya, aksi masyarakat kepada kinerja dewan yang dianggap
tidak memuaskan, dan lain sebagainya.
c. Kriminalitas
Kriminalitas merupakan perilaku kejahatan yang terjadi dan sekaligus sangat meresa-
hkan kehidupan masyarakat. Banyak sekali faktor yang mendorong terjadinya kriminalitas
atau kejahatan sosial. Dalam hal ini, E.H. Sutherland berpandangan bahwa kriminalitas
atau kejahatan merupakan hasil dari proses-proses dalam kehidupan masyarakat seperti
imitasi, identi
fi
kasi, pembentukan konsep diri (self-conception), pelaksanaan peranan so-
sial, asosiasi diferensial, maupun kekecewaan-kekecewaan yang agresif. Dengan demikian
kriminalitas atau kejahatan terjadi sebagai hasil dari interaksi seseorang atau sekelompok
orang dengan seseorang atau sekelompok orang yang berperilaku menyimpang. Pemicu
kriminalitas atau kejahatan sosial adalah adanya tekanan-tekanan mental, baik yang bersifat
ekonomi maupun sosial yang memberikan beban psikologis yang berat.
18
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
Dari sekian banyak bentuk kriminalitas yang ada,
white-collar crime
(kejahatan kerah
putih) yakni aksi-aksi kejahatan yang dilakukan oleh para penguasa maupun para pengusa-
ha ketika menjalankan peran sosialnya. Sesuai dengan status sosial yang disandang, para
pelaku
white-collar crime
(kejahatan kerah putih) merupakan orang yang memegang posisi
dan kedudukan yang sangat kuat, baik dalam bidang ekonomi maupun dalam bidang poli-
tik. Para pelaku
white-collar crime
(kejahatan kerah putih) tersebut seolah-olah tidak takut
terhadap hukum karena hukum dapat dibeli dengan uang dan kekuasaan yang dimilikinya.
Berbeda dengan para pelaku kejahatan lain yang pada umumnya tertekan secara ekono-
mi, para pelaku white-collar crime (kejahatan kerah putih) pada umumnya memiliki latar
belakang ekonomi yang mapan. Keadaan tersebut memungkinkan terjadinya sikap peman-
jaan dalam pola asuh sehingga berkembang pribadi yang sulit mengendalikan keinginan
sehubungan dengan lemahnya prinsip moral yang diajarkan. Bentuk-bentuk white-collar
crime (kejahatan kerah putih) adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme. Kejahatan-kejahatan
serupa itulah yang saat ini sedang melanda kehidupan bangsa Indonesia.
d. Kenakalan Remaja
Dalam kehidupan bermasyarakat terlihat bahwa kenakalan remaja dapat terjadi di ka-
langan masyarakat kaya maupun di kalangan masyarakat miskin. Kenakalan remaja juga
dapat terjadi dalam kehidupan masyarakat pedesaan maupun dalam kehidupan masyarakat
perkotaan. Pada umumnya kenakalan remaja tersebut dapat terjadi karena beberapa hal,
seperti: (1) penanaman sistem nilai dan sistem norma (sense of value) yang lemah, (2)
berkembangnya organisasi-organisasi nonformal yang berperilaku menyimpang sehingga
tidak diinginkan dalam kehidupan masyarakat, dan (3) adanya keinginan untuk mengubah
keadaan disesuaikan dengan perkembangan-perkembangan baru (youth values).
Secara psikologis usia remaja merupakan usia di mana para remaja sedang men-
cari identitas diri. Dengan demikian, secara kejiwaan para remaja berada dalam kondisi
yang labil, dalam arti, para remaja belum menemukan jati diri kepribadiannya secara man-
tap. Di sinilah arti penting pendidikan sebagai usaha untuk membimbing manusia menuju
kedewasaan, yakni menuju penemuan jati diri sebagai manusia. Menurut pengamatan, pada
masyarakat pedesaan, terutama yang terjadi pada keluarga-keluarga miskin, kenakalan re-
maja yang terjadi setidaknya disebabkan oleh tiga faktor, yaitu: (1) keberhasilan pemerin-
tah dalam pembangunan telah membawa konsekuensi logis pada derasnya arus informasi,
baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, baik yang bersifat konstruktif
maupun yang bersifat destruktif, sedangkan para remaja belum memiliki kepribadian yang
mantap, (2) kondisi keluarga yang serba kekurangan telah mendorong para remaja untuk
mencari kegiatan-kegiatan alternatif yang dianggap mengasyikkan tetapi sekaligus sangat
menjerumuskan kepribadian mereka., dan (3) banyaknya keluarga-keluarga pedesaan yang
merantau ke perkotaan (urbanisasi) sehingga membawa konsekuensi logis pada kurangnya
pengawasan dan sekaligus kurangnya pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan ke-
luarga.
Adapun kenakalan remaja yang terjadi pada masyarakat perkotaan, terutama pada kelu-
arga-keluarga kaya, persoalannya terletak pada kesibukan orang tua yang terlalu berseman-
gat dalam meniti karier, baik dalam organisasi, pekerjaan, maupun bisnis sehingga kurang
Metode Penelitian Sosial
19
ada kesempatan untuk memperhatikan perkembangan anak-anak mereka. Kondisi keluarga
seperti itu pada umumnya memberikan kepuasan secara material kepada anak-anak mere-
ka, sedangkan kenyamanan psikologis tidak diberikan secara layak. Keadaan seperti inilah
yang menyebabkan para remaja di perkotaan mengalami kejenuhan sehingga mencari pela-
mpiasan untuk membunuh rasa jenuh dengan menggunakan segala macam fasilitas material
yang diberikan oleh orang tua mereka.
Bentuk-bentuk kenakalan remaja pada umumnya berbentuk perkumpulan-perkumpu-
lan remaja yang suka bikin onar yang berupa
cr
oss-boy/cross-girl
. Adapun beberapa kegia-
tan yang terjadi sehubungan dengan kenakalan remaja tersebut di antaranya adalah pencuri-
an, pencopetan, penganiayaan, penodongan, pornogra
fi
yang dilanjutkan dengan perbuatan
asusila, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pelanggaran tata tertib lalu lintas, dan lain
sebagainya.
e. Prostitusi
Istilah prostitusi, atau lebih populer dengan istilah pelacuran, merupakan suatu kegia-
tan yang dilakukan oleh seseorang dengan cara menawarkan dirinya kepada masyarakat
umum untuk melakukan aktivitas seksual di luar nikah dengan imbalan berupa upah sesuai
dengan kesepakatan yang dibuat. Prostitusi atau pelacuran merupakan salah satu bentuk
perbuatan asusila karena berlawanan dengan norma agama, norma hukum, dan norma adat.
Namun demikian, tidak sedikit masyarakat, baik yang berasal dari keluarga kaya maupun
dari kalangan keluarga miskin, yang terjerumus dalam kegiatan asusila tersebut. Sehubun-
gan dengan masalah tersebut, Soerjono Soekanto memberikan penjelasan adanya dua hal
yang menyebabkan terjadinya prostitusi dalam kehidupan masyarakat, yaitu:
1. Faktor internal, yakni faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelaku prostitusi (pela-
cur) tersebut, seperti dorongan seksual yang tinggi, sifat malas untuk bekerja, dan ke-
inginan untuk menikmati kemewahan dunia (hedonisme), dan lain sebagainya.
2. Faktor eksternal, yakni faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelaku prostitusi (pelacur)
tersebut, seperti kondisi ekonomi yang memprihatinkan, kondisi perumahan yang tidak
memenuhi syarat, kegiatan urbanisasi yang tidak terkendali, dan lain
sebagainya.
Dewasa ini prostitusi (pelacuran) berkembang menjadi masalah nasional. Bahkan,
di berbagai daerah, seperti di kota Surabaya, Jakarta, Bandung, dan lain sebagainya para
pelaku prostitusi (pelacur) telah mengorganisasikan kelompok mereka untuk melakukan
aksi demonstrasi menentang peraturan-peraturan yang sengaja diciptakan untuk menertibkan
kehidupan mereka. Dengan demikian, para pelaku asusila tersebut secara terang-terangan
minta keberadaan mereka diakui secara syah oleh pemerintah. Keadaan tersebut merupakan
suatu ironi dan sekaligus merupakan masalah kemanusiaan yang harus mendapat perhatian
sebagaimana mestinya.
Kegiatan
1. Belakangan ini media massa sering menayangkan pergolakan yang terjadi di be-
berapa daerah, seperti di Irianjaya, dan RMS di Maluku. Berikan pendapat kalian
terhadap beberapa daerah yang berkeinginan untuk melepaskan diri dari negara ke-
satuan Republik Indonesia!
20
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
2. Menurut pandangan kalian, bagaimanakah seharusnya sikap yang diambil oleh
pemerintah untuk mengatasi berbagai pergolakan di daerah tersebut?
3. Sekelompok orang yang menyatakan dirinya sebagai pembela HAM sering melaku-
kan kritik terhadap pemerintah agar memberikan kebebasan kepada beberapa dae-
rah untuk menentukan sikap mereka sendiri. Setujukah kalian dengan pola pikir
seperti itu? Berikan argumentasi secukupnya agar mendukung pendapat kalian!
4. Menurut pandangan kalian, apakah langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk
memberantas kejahatan kerah putih (white collar crime) tersebut?
5. Diskusikan dengan teman sekelas kalian, langkah-langkah apakah yang dapat
ditempuh untuk memberantas kegiatan prostitusi?
E. KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA
Sehubungan dengan posisinya yang sangat strategis, sejak zaman pra sejarah bangsa
Indonesia tidak pernah terlepas dari pengaruh budaya asing. Gelombang budaya asing terse-
but berdifusi, berakulturasi, berasimilasi, dan sekaligus berakomodasi dengan kebudayaan
asli bangsa Indonesia sehingga membentuk kebudayaan bangsa Indonesia sebagaimana
yang ada sekarang ini. Adapun gelombang-gelombang kedatangan pengaruh kebudayaan
asing tersebut dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Kedatangan Suku Bangsa Melanesia
Menurut para ahli purbakala, kedatangan suku bangsa Melanesia ke Indonesia terjadi
pada zaman paleolitikum, yakni pada zaman batu tua. Suku bangsa Melanesoida merupakan
suku bangsa yang berkulit hitam yang berasal dari Teluk Tonkin. Suku bangsa Melanesoida
tersebut membawa kebudayaan Bacson Hoabinh yang setingkat lebih tinggi dibandingkan
dengan kebudayaan penduduk asli Indonesia. Dengan demikian, kedatangan suku bangsa
Melanesoida tersebut sekaligus menandai dimulainya zaman mesolitikum atau kebudayaan
batu tengah di Indonesia. Adapun jejak-jejak persebaran suku bangsa Melanesoida tersebut
dapat ditelusuri pada kehidupan orang-orang Sakai di Siak, orang-orang Semang di pedala-
man Malaya, orang-orang Aeta di pedalaman Filipina, orang-orang Papua di Irianjaya dan
di Kepulauan Melanesia.
2. Kedatangan Ras Mongoloid
Sekitar tahun 2000 SM terjadi lagi gelombang perpindahan bangsa yang berbahasa
Melayu-Austronesia. Pendatang yang berasal dari daerah Yunan, Cina Selatan tersebut
merupakan ras Mongoloid. Dari daerah Yunan suku bangsa Melayu-Austronesia tersebut
menyebar ke daerah-daerah hilir sungai besar di sekitar Teluk Tonkin. Untuk kemudian
bangsa tersebut menyebar ke Semenanjung Malaya, Indonesia, Filipina, Formosa, sampai
ke Madagaskar.
Kebudayaan yang dibawa oleh suku bangsa Austro-Melanesoid adalah kebudayaan
neolitikum, yakni kebudayaan batu muda yang didukung dengan peralatan seperti ka-
pak lonjong dan kapak persegi. Suku bangsa Melayu-Austronesia tersebut juga dikenal
dengan sebutan bangsa Proto-Melayu yang berarti bangsa Melayu Tua. Jejak kedatangan
Metode Penelitian Sosial
21
suku bangsa Austro-Melanesoid tersebut dapat dipelajari dalam kehidupan suku Dayak di
p
edalaman Kalimantan,
suku Toraja di pedalaman Sulawesi, suku Nias di pantai barat
Sumatera, suku Kubu di pedalaman Sumatera, dan suku Sasak di Lombok.
Sekitar tahun 300 SM terjadi lagi gelombang migrasi yang berasal dari daerah Tonkin.
Pendatang baru tersebut dikenal dengan sebutan bangsa Deutro-Melayu yang berarti bangsa
Melayu Muda. Kebudayaan yang dibawa oleh bangsa Deutro-Melayu setingkat lebih tinggi
dibandingkan dengan kebudayaan yang dibawa oleh bangsa Proto-Melayu. Bangsa Deutro-
Melayu tersebut membawa kebudayaan Dongson, yakni kebudayaan perunggu yang ber-
pusat di Dongson. Bangsa Deutro-Melayulah yang memperkenalkan kehidupan menetap
sambil bercocok tanam dan beternak. Selain itu bangsa Deutro Melayu juga telah mengenal
adanya organisasi sosial dengan mengangkat orang yang terkuat sebagai pimpinan mereka.
Untuk mendukung kegiatan bercocok tanam, mereka didukung dengan pengetahuan ten-
tang perbintangan (astronomi). Selain itu, suku bangsa Deutro-Melayu juga telah menge-
nal kehidupan religius, yakni dalam bentuk animisme, dinamisme, dan totemisme. Untuk
keperluan pemujaan mereka mengembangkan kebudayaan megalitikum, yakni membangun
tempat-tempat pemujaan dengan menggunakan batu-batu yang sangat besar.
Dr. Brandes
, seorang ahli purbakala mengklasi
fi
kasikan 10 (sepuluh) unsur kebudayaan
asli nenek moyang bangsa Indonesia, yaitu: (1) mengenal kehidupan bercocok tanam dengan
menanam padi di sawah, (2) mengenal dasar-dasar pertunjukan seni wayang, (3) mengenal
seni gamelan yang terbuat dari perunggu, (4) mengenal seni batik dengan lukisan hias, (5)
dapat membuat barang-barang yang berasal dari bahan logam, (6) mengenal kehidupan
masyarakat yang tersusun secara rapih dengan, yakni sistem macapat, (7) mengenal alat
tukar dalam kehidupan perdagangan, (8) memiliki kemampuan dalam pelayaran, (9)
mengenal ilmu pengetahuan tentang perbintangan (astronomi), dan (10) sudah mengenal
pembagian kerja sehubungan dengan susunan masyarakat yang teratur.
3. Kedatangan dan Pengaruh Agama Hindu/Budha
Sekitar abad ke-4 Masehi ajaran agama Hindu-Budha mulai berpengaruh dalam ke-
hidupan bangsa Indonesia. Diperkirakan sejak permulaan tarikh masehi, ajaran agama
Hindu-Budha sudah memasuki wilayah Indonesia. Terdapat beberapa teori tentang proses
masuknya agama Hindu-Budha, yakni teori ksatria, teori waisya, dan teori arus balik. Te-
ori ksatria mengatakan bahwa yang menyebarkan ajaran agama Hindu-Budha di Indonesia
adalah kaum ksatria dari India. Teori waisya mengatakan bahwa yang menyebarkan agama
Hindu-Budha di Indonesia adalah kaum pedagang India. Sedangkan teori arus balik menga-
takan bahwa yang menyebarkan agama Hindu-Budha di India adalah orang Indonesia sen-
diri yang sengaja memperdalam agama Hindu-Budha di Indonesia untuk kemudian kembali
ke Indonesia untuk mengembangkan ajaran agama Hindu-Budha.
Sejak awal abad ke-5 Masehi pengaruh agama Hindu-Budha mulai terasa dalam ke-
hidupan bangsa Indonesia, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun kebudayaan.
Beberapa kerajaan yang bercorak Hindu-Budha pun bermunculan, seperti: kerajaan Kutai
di Kalimantan Timur, Tarumanegara di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, Kanjuruhan
di Jawa Timur, Mataram Kuno di Jawa Tengah, Medang di Jawa Timur, Sriwijaya di Pa-
lembang, Kediri di Jawa Timur, Singosari di Jawa Timur, Majapahit di Jawa Timur, dan lain
sebagainya.
22
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
4. Kedatangan dan Pengaruh Agama Islam
Beberapa ahli sejarah beranggapan bahwa agama Islam mulai masuk ke wilayah Indo-
nesia sejak abad ke-7 Masehi. Pendapat ini didukung oleh berita Cina dari zaman Dinasti
Tang yang menjelaskan tentang adanya serangan orang-orang Ta-shih terhadap kerajaan
Ho-ling yang pada saat itu diperintah oleh Ratu Simha. Orang-orang Ta-shih ditafsirkan
sebagai orang-orang Arab. Pada abad ke-13 agama Islam semakin berkembang di Indone-
sia. Hal tersebut sesuai dengan berita Marcopolo yang singgah di kerajaan Samudera Pasai
(1292 M), berita Ibnu Batutah yang berkunjung di kerajaan Samudera Pasai (awal abad ke-
14 M), penemuan batu nisan makan Sultan Malik Al-Saleh (meninggal tahun 1297 M).
Secara umum sejarawan sepakat bahwa agama Islam dibawa ke Indonesia oleh para
pedagang Muslim yang berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat (India). Dengan demikian,
awal penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan melalui perdagangan. Selain melalui
perdagangan, terdapat pula saluran-saluran lain yang digunakan dalam menyebarkan agama
Islam, antara lain adalah melalui perkawinan, melalui pendidikan, melalui dakwah secara
terbuka, melalui kesenian dan kebudayaan, dan melalui tasawuf. Melalui cara-cara seperti
itulah agama Islam berkembang di Indonesia secara damai.
Puncak perkembangan agama Islam di Indonesia ditandai dengan munculnya kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam sehingga kehidupan bangsa Indonesia, baik dalam bidang
politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan diwarnai dengan ajaran agama Islam. Adapun ker-
ajaan-kerajaan Islam yang dimaksud antara lain adalah kerajaan Samudera-Pasai di Aceh,
kerajaan Aceh di Aceh, kerajaan Demak di Jawa Tengah, kerajaan Pajang di Jawa Tengah,
kerajaan Mataram-Islam di Yogyakarta, kesultanan Cirebon di Jawa Barat, kesultanan Bant-
en di Banten, kerajaan Gowa-Tallo di Sulawesi Selatan, kerajaan Ternate-Tidore di Maluku,
kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan, dan lain sebagainya.
5. Kedatangan dan Pengaruh Bangsa Barat
Pada awal abad ke-16 bangsa barat mulai berdatangan di Indonesia. Kedatangan bangsa
barat tersebut didorong tiga motivasi utama, yakni: (1) mencari daerah jajahan yang seluas-
luasnya dalam rangka mencapai kejayaan negaranya (glory), (2) ingin mencari kekayaan
yang sebanyak-banyaknya (gold), dan (3) ingin melaksanakan misi gereja, yakni menye-
barkan agama Kristen di daerah jajahan (gospel). Dengan motivasi tiga semboyan tersebut
bangsa barat saling berlomba-lomba mencari daerah jajahan, baik di benua Asia maupun di
benua Afrika.
Tercatat beberapa bangsa barat pernah menginjakkan kaki dan sekaligus merasakan
kekayaan bangsa Indonesia, yakni bangsa Portugis yang berhasil merebut Malaka pada ta-
hun 1511 untuk kemudian merebut Maluku pada tahun 1512. Bangsa Belanda pertama kali
mendarat di Banten pada tahun 1596 untuk kemudian disusul dengan rombongan-rombon-
gan lainnya hingga berhasil menjajah Indonesia selama waktu sekitar 350 tahun. Bangsa
Inggris pernah berhasil merebut Indonesia dari tangan Belanda pada tahun 1811-1815.
Para penjajah tersebut dengan kekuatan paksanya berusaha mewarnai kehidupan bang-
sa Indonesia, termasuk dalam hal penyebaran agama Kristen. Oleh karena itu, dibawah
penjajahan bangsa barat tersebut bangsa Indonesia benar-benar mengalami penderitaan la-
hir batin. Penderitaan yang berkepanjangan itulah yang telah membentuk jiwa-jiwa pejuang
Metode Penelitian Sosial
23
dari putra-putri bangsa sehingga berhasil memproklamasikan kemerdekaannya pada tang-
gal 17
Agustus 1945.
Uraian di atas memberikan gambaran, adaptatifnya bangsa Indonesia menerima unsur-
unsur kebudayaan asing. Segala unsur kebudayaan asing seperti kebudayaan Bacson-
Hoabinh, kebudayaan Dongson, kebudayaan Hindu-Budha, kebudayaan Islam, kebudayaan
barat telah berasimilasi menjadi kebudayaan bangsa Indonesia yang ada sekarang ini.
Kondisi tersebut sekaligus menunjukkan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
sangat toleran dan sekaligus terbuka terhadap keberadaan kebudayaan asing. Toleransi
dan keterbukaan tersebut telah memungkinkan terjadinya kesinambungan masyarakat
Indonesia sampai sekarang ini. Perlu dicatat, setiap kali pengaruh kebudayaan asing
datang, bukan berarti menghapus sama sekali kebudayaan yang berkembang sebelumnya.
Dalam kebudayaan bangsa Indonesia terdapat beberapa unsur yang bersifat tetap dan
selalu dipertahankan, disamping terdapat beberapa unsur yang berubah. Unsur-unsur yang
bersifat tetap pada umumnya merupakan unsur kebudayaan yang bersifat fundamental yang
menjadi pegangan hidup, misalnya ideologi. Sedangkan unsur-unsur yang berubah pada
umumnya merupakan kebudayaan yang bersifat lahiriah. Fenomena tersebut senada dengan
pandangan Bierens de Haan yang menyebutkan adanya unsur statika dan unsur dinamika.
Unsur statika merupakan unsur yang bersifat tetap, sedangkan unsur dinamika merupakan
unsur yang bersifat berubah-ubah.
Kesinambungan masyarakat Indonesia tersebut semakin kokoh dengan ditetapkannya
Pancasila sebagai landasan idiil, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai landasan kon-
stitusional, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai landasan operasional
bagi pembangunan masyarakat Indonesia. Kesinambungan masyarakat Indonesia tersebut
harus dijamin melalui pelaksanaan pembangunan yang terencana. Di dalam GBHN jelas-
jelas dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan secara berencana, bertahap,
dan berkesinambungan. Setiap tahap pembangunan merupakan landasan bagi kegiatan
pembangunan pada tahap berikutnya.
Kegiatan
1. Letak bangsa Indonesia yang sangat strategis, yakni berada pada posisi silang telah
menyebabkan bangsa Indonesia menjadi lalu lintas dunia. Keadaan tersebut telah
menyebabkan bangsa Indonesia menjadi daerah pertemuan berbagai kebudayaan
dunia. Berikan bukti-bukti berdasarkan data sejarah bahwa bangsa Indonesia
merupakan tempat pertemuan berbagai kebudayaan dunia!
2. Coba diskusikan dengan teman sekelas kalian, identi
fi
kasikanlah karakteristik bang-
sa Indonesia sehubungan dengan adanya berbagai pengaruh kebudayaan dunia?
3. Simaklah sekali lagi uraian-uraian di atas. Coba diskusikan: apakah yang dimaksud
dengan kebudayaan Indonesia itu?
4. Berdasarkan teori Bierens de Haan yang menyebut adanya unsur statika dan unsur
dinamika dalam kebudayaan. Coba carilah contoh: manakah yang tergolong se-
bagai unsur statika dan mana pula yang tergolong sebagai unsur dinamika dalam
kebudayaan Indonesia?
24
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
5. Diskusikanlah dengan teman sekelas kalian, bagaimanakah seharusnya kita ber-
sikap terhadap derasnya kebudayaan asing pada era informasi dan era globalisasi
sekarang ini?
6. Apakah usaha-usaha yang dapat ditempuh untuk tetap mempertahankan kesinam-
bungan bangsa dan negara Indonesia?
F. MASYARAKAT TRADISIONAL DAN MASYARAKAT MODERN
1. Pengertian Masyarakat
Selain sebagai makhluk individu yang memiliki karakter khusus (unik) yang mem-
bedakan dengan individu yang lainnya, manusia juga merupakan makhluk sosial. Ke-
beradaan manusia sebagai makhluk sosial memberikan pengertian bahwa citra kemanu-
siaan atau bahkan esensi kemanusiaan hanya dapat terbentuk mana kala manusia melakukan
serangkaian interaksi dengan yang lainnya. Manusia tidak dapat hidup hanya dengan dirinya
sendiri. Agar dapat mengembangkan dirinya sebagai manusia, seseorang memerlukan ke-
hadiran orang lain. Dengan berhubungan dengan orang lain manusia juga dapat memenuhi
segala macam kebutuhan, baik yang bersifat ekonomi, politik, sosial, budaya, agama, dan
lain sebagainya.
Sebagai konsekuensi logis dari kebutuhan terhadap orang lain tersebut manusia mem-
bentuk kelompok-kelompok yang mana masing-masing anggota dalam kelompok tersebut
terlibat hubungan saling ketergantungan secara terus menerus. Kelompok-kelompok manu-
sia itulah yang merupakan benih bagi munculnya kehidupan bermasyarakat. Terdapat per-
bedaan dinamika yang ditunjukkan oleh masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lainnya. Akibat dari perbedaan dinamika tersebut telah menempatkan masyarakat tradision-
al pada satu satu sisi dan masyarakat modern pada sisi yang lain. Lalu, apakah yang dimak-
sud dengan masyarakat, masyarakat tradisional, dan masyarakat modern itu?
Istilah masyarakat diambil dari bahasa Arab, yakni syiek yang berarti bergaul. Istilah
masyarakat dalam bahasa Inggris adalah
society
yang berasal dari kata socius yang berarti
kawan. Kedua istilah tersebut, yakni pergaulan dan perkawanan, sama-sama memerlukan
keberadaan orang lain demi terjalinnya hubungan komunikasi.
Beberapa pakar ilmu sosial telah memberikan de
fi
nisi tentang masyarakat, di antaranya
adalah sebagai berikut:
a.
Linton
, seorang ahli antropologi, mengemukakan bahwa masyarakat merupakan setiap
kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka itu
dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai suatu kesatuan
sosial dengan batas-batas tertentu.
b.
M.J. Herskovits
menjelaskan bahwa masyarakat merupakan kelompok individu yang
diorganisasikan yang mengikuti suatu cara hidup tertentu.
c.
J.L. Gillin dan J.P. Gillin
mengatakan bahwa masyarakat merupakan suatu kelompok
manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan per-
satuan yang sama.
Metode Penelitian Sosial
25
d.
S.R. Steinmetz
, seorang ahli sosiologi asal Belanda, mengatakan bahwa masyarakat
merupakan suatu kelompok manusia yang terbesar yang meliputi pengelompokan-
pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai hubungan erat dan teratur
.
e.
MacIver
memberikan pandangannya tentang masyarakat sebagai suatu sistem dari cara
kerja dan prosedur dari otoritas yang saling bantu membantu yang meliputi kelompok-
kelompok dan pembagian-pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku
manusia dan kebebasan.
Berdasarkan beberapa de
fi
nisi di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa masyarakat
merupakan sekumpulan manusia yang tinggal bersama pada suatu wilayah dalam waktu
yang relatif lama dan bersifat terus menerus yang di dalamnya terdapat pengaturan terhadap
sikap, perilaku, dan kepentingan-kepentingan, baik yang bersifat perseorangan maupun
yang bersifat kelompok untuk kepentingan hidup bersama. Dengan demikian di dalam suatu
masyarakat setidaknya terdapat empat unsur sebagai berikut:
a.
Struktur sosial
, yakni pengelompokan-pengelompokan di dalam suatu masyarakat, baik
dalam hal jenis kelamin, kelompok umur, kekerabatan, lokalitas, pekerjaan, kedudu-
kan, dan sebagainya dengan maksud untuk mempermudah dalam berperilaku sebagai
suatu kesatuan.
b.
Kontrol sosial
, yakni suatu sistem atau suatu prosedur yang mengatur perilaku masing-
masing anggota dalam suatu masyarakat. Dalam rangka melaksanakan kontrol sosial
tersebut suatu masyarakat menciptakan sistem nilai dan sistem norma yang akan men-
jadi pegangan bagi seluruh anggota masyarakat dalam berperilaku sosial.
c.
Media komunikasi
, yakni media yang mendukung proses interaksi antar anggota dalam
suatu masyarakat. Media komunikasi tersebut dapat berupa bahasa maupun benda-ben-
da lain seperti alat-alat komunikasi dan alat-alat transportasi.
d. Sistem nilai dan sistem norma yang menjadi standar dan patokan bagi seluruh anggota
suatu masyarakat dalam berperilaku sosial.
2. Masyarakat Tradisional
Istilah tradisional berasal dari kata tradisi atau traditum yang berarti sesuatu yang
diteruskan dari masa lalu menuju masa sekarang. Sesuatu yang diteruskan tersebut dapat
berupa benda-benda, pola perilaku, sistem nilai dan sistem norma, harapan dan cita-cita
yang ada dalam suatu masyarakat. Tradisi tersebut terbentuk melalui pikiran, imajinasi,
dan tindakan-tindakan dari seluruh anggota masyarakat yang kemudian diwariskan secara
turun temurun. Adapun wujud sesuatu yang diteruskan (tradisi) tersebut adalah objek-
objek kebendaan, sistem kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan atau adat istiadat, dan lain
sebagainya.
Makna lain dari istilah tradisi adalah segala sesuatu yang berfungsi menjaga atau
memelihara. Dengan demikian, segala sesuatu yang berkembang pada generasi terdahulu
akan dijaga dan dipelihara oleh generasi sekarang dan bahkan mungkin juga oleh generasi
yang akan datang. Suatu tradisi dapat mengalami perubahan mana kala generasi penerus
melakukan pembaharuan terhadap tradisi yang diwariskan oleh generasi pendahulunya.
Pada umumnya perubahan tersebut hanya menyentuh pada unsur-unsur luarnya saja, se-
dangkan unsur-unsur pokoknya tetap tidak mengalami perubahan.
26
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat tradisional
merupakan suatu masyarakat yang memelihara, menjaga, dan mempertahankan tradisi, adat
istiadat, sistem nilai, sistem norma, dan bahkan sistem kebudayaan yang diwariskan oleh
generasi pendahulunya.
Ditinjau dari letak pemukimannya, masyarakat tradisional pada umumnya terdapat
di pedesaan. Oleh karena itu, masyarakat tradisional sering diidentikkan dengan masyar-
akat pedesaan. Namun demikian, sesungguhnya terdapat perbedaan yang mendasar antara
masyarakat tradisional dengan masyarakat pedesaan. Masyarakat tradisional cenderung
merupakan masyarakat yang bersahaja, yakni yang relatif terhindar dari pengaruh modern-
isasi. Sedangkan masyarakat pedesaan, sebagaimana yang diuraikan oleh Sutardjo Karto-
hadikusumo, adalah suatu masyarakat yang tinggal pada suatu wilayah tertentu, memiliki
suatu kesatuan hukum dan menyelenggarakan pemerintahan sendiri.
Uraian di atas mengantarkan pada suatu kesimpulan bahwa masyarakat tradisional pada
umumnya terdapat pada masyarakat pedesaan, meskipun tidak semua masyarakat pedesaan
merupakan masyarakat tradisional. Dengan demikian masyarakat tradisional telah diiden-
tikkan dengan masyarakat pedesaan. Memang antara masyarakat pedesaan dengan masyar-
akat tradisional terdapat beberapa kesamaan. Itulah sebabnya Talcott Parsons berani meng-
gambarkan masyarakat pedesaan sebagai masyarakat tradisional karena memiliki beberapa
ciri sebagai berikut:
1. Adanya ikatan-ikatan perasaan yang erat dalam bentuk kasih sayang, kesetiaan, dan
kemesraan dalam melakukan interaksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk saling
tolong menolong tanpa pamrih-pamrih tertentu.
2. Adanya orientasi yang bersifat kebersamaan (kolekti
fi
tas) sehingga jarang terdapat per-
bedaan pendapat.
Sumber:
Media Indonesia, 2007
Sebagian besar masyarakat pedesaan bekerja sebagai petani
Metode Penelitian Sosial
27
Beberapa karakteristik masyarakat pedesaan di atas banyak ditemui dalam kehidupan
masyarakat pedesaan yang masih murni. Seperti yang tampak dalam kehidupan masyarakat
pedesaan yang terdapat di Jawa yang memiliki beberapa ciri, antara lain sebagai berikut: (1)
adanya persamaan dalam derajat (egaliter) karena strati
fi
kasi sosial yang ada hanya seba-
tas pada kepemilikan tanah belaka, (2) adanya tempat-tempat yang dikeramatkan (punden)
yang kemudian dijadikan sebagai pusat desa, (3) adanya etos komunal yang ditunjukkan
dalam tradisi saling tolong menolong, (4) pengurusan tanah desa dilakukan oleh lurah dan
pamong desa lainnya, dan (5) tidak adanya hak keraton terhadap tanah desa karena hak
keraton diwujudkan dalam bentuk hasil bumi dan pengerahan tenaga kerja dari desa yang
dimaksud.
Mata pencaharian utama masyarakat pedesaan adalah pertanian. Meskipun terdapat be-
berapa pekerjaan lain seperti tukang batu, tukang kayu, tukang genteng, tukang gula, tukang
arang, dan sebagainya, namun pekerjaan-pekerjaan tersebut sifatnya hanya sambilan saja,
pada saat masa tanam atau masa panen tiba, segala macam pekerjaan tersebut akan diting-
galkan begitu saja. Kenyataan seperti ini semakin menunjukkan adanya homogenitas dalam
masyarakat pedesaan.
3. Masyarakat
Modern
Untuk memahami istilah modern perlu mengikuti perkembangan historis yang terjadi
di Eropa sejak abad pertengahan yang merupakan zaman kegelapan (dark age), untuk ke-
mudian disusul dengan munculnya zaman kebangkitan kembali (renaissance), abad pence-
rahan (aufklarung), hingga abad modern sekarang ini. Paham dan pandang tentang modern
yang berkembang di Eropa pada dasarnya diawali pemutusan hubungan dengan kekuasaan
Gereja pada abad pertengahan. Seperti yang diketahui, bahwa pada abad pertengahan terse-
but masyarakat Eropa beranggapan bahwa dunia merupakan bagian dari kerajaan Tuhan.
Dengan demikian segala sesuatu yang dipandang benar dan menjadi keputusan Gereja ha-
rus diterima sebagai kebenaran mutlak.
Prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Gereja di Eropa pada abad pertengahan
bertentangan dengan prinsip prinsip rasionalitas. Itulah sebabnya muncul gerakan intelektual
yang menghendaki adanya kebebasan dalam berpikir, berkesenian, dan sekaligus beragama.
Gerakan intelektual tersebut telah memunculkan paham rasionalisme yang merupakan
tonggak dari kehidupan modern di Eropa. Lalu apakah yang disebut modern itu?
3. Adanya partikularisme, yakni berhubungan dengan perasaan subjektif dan perasaan
kebersamaan. Dengan demikian, dalam masyarakat pedesaan terdapat ukuran-ukuran
(standar) nilai yang bersifat subjektif yang didasarkan pada sikap senang atau tidak
senang, baik atau tidak baik, pantas atau tidak pantas, diterima atau tidak diterima, dan
lain sebagainya.
4. Adanya askripsi yang berhubungan dengan suatu sifat khusus yang diperoleh secara
tidak sengaja, melainkan diperoleh berdasarkan kebiasaan atau bahkan karena suatu
keharusan. Itulah sebabnya masyarakat pedesaan sulit berubah, cenderung bersifat
tradisional dan konservatif yang disebabkan oleh adanya sikap menerima segala sesuatu
sebagaimana apa adanya.
5. Adanya ketidakjelasan (diffuseness) terutama dalam hal hubungan antarpribadi
sehingga masyarakat pedesaan sering menggunakan bahasa secara tidak langsung
dalam menyampaikan suatu maksud.
28
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Antropologi, Harsojo mende
fi
nisikan istilah
modern sebagai suatu sikap pikiran yang mempunyai kecenderungan untuk mendahulukan
sesuatu yang baru dibandingkan dengan sesuatu yang bersifat tradisi. Dampak dari pandangan
modern tersebut adalah adanya sikap yang revolusioner karena munculnya keinginan untuk
meninggalkan dan sekaligus mengganti adat istiadat dan tradisi yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai rasionalitas dan menggantinya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Uraian di atas mengantarkan pada pengertian bahwa masyarakat modern merupakan
suatu masyarakat yang lebih mengutamakan rasionalitas dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagai perwujudannya dari pada segala sesuatu yang bersifat tradisi, adat istiadat,
dan lain sebagainya. Adapun beberapa ciri dari masyarakat modern antara lain disebutkan
oleh Selo Soemardjan sebagai berikut:
1. Hubungan yang terjadi antarmanusia lebih didasarkan atas kepentingan-kepentingan
pribadi.
2. Hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain dilakukan secara terbuka dalam sua-
sana saling pengaruh mempengaruhi, kecuali terhadap beberapa penemuan baru yang
bersifat rahasia.
3. Adanya kepercayaan yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi se-
bagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
4. Masyarakat terbagi-bagi menurut profesi dan keahlian masing-masing yang dipelajari
dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga pendidikan, keterampilan, dan kejuruan.
5. Adanya tingkat pendidikan formal yang relatif tinggi dan merata.
6. Hukum yang diberlakukan merupakan hukum tertulis yang sangat kompleks.
7. Sistem ekonomi yang dikembangkan merupakan sistem ekonomi pasar yang didasar-
kan atas penggunaan uang dan alat-alat pembaharuan yang lain.
Untuk menciptakan masyarakat modern dengan ciri-ciri seperti yang disebutkan di
atas, terlebih dahulu harus dibentuk manusia-manusia yang berjiwa modern. Salah satu
langkah yang dapat ditempuh adalah dengan mengembangkan budaya membaca, menulis,
dan melakukan penelitian (research). Adapun ciri-ciri manusia modern ditunjukkan oleh
sosiolog Soerjono Soekanto, sebagai berikut:
1. Bersikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru maupun penemuan-pene-
muan baru sehingga tidak mengembangkan sikap apriori (purbasangka).
2. Senantiasa siap untuk menerima perubahan setelah menilai adanya beberapa kekurangan
yang dihadapi pada saat itu.
3. Memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya,
sekaligus mempunyai kesadaran bahwa masalah-masalah tersebut memiliki hubungan
dengan keberadaan dirinya.
4. Senantiasa memiliki informasi yang lengkap berkenaan dengan pendiriannya.
5. Berorientasi pada masa kini dan pada masa yang akan datang.
6. Memiliki kesadaran akan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan sekaligus memi-
liki keyakinan bahwa potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik.
Metode Penelitian Sosial
29
7. Memiliki kepekaan terhadap perencanaan.
8.
Tidak mudah menyerah kepada nasib.
9. Percaya terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya peningkatan
kesejahteraan umat manusia.
10. Menyadari dan menghormati hak, kewajiban, serta kehormatan pihak lain.
Perlu digarisbawahi bahwa tidak semua aspek tradisional merupakan suatu hal yang
buruk. Dengan kata lain, terdapat beberapa aspek tradisional yang mendukung terbentuknya
manusia modern. Sifat keterbukaan yang dimiliki oleh manusia modern termasuk di dalam-
nya terhadap nilai-nilai tradisional, dalam arti, jika nilai-nilai tradisional dipandang rasional
dan selaras dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka nilai tradisional tersebut akan
diterima sebagai suatu hal yang positif bagi kehidupan masyarakat.
Sumber:
Encarta
Encyclopedia, 2002
Kesibukan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat kota
Karena ilmu pengetahuan dan teknologi lebih banyak berkembang di perkotaan, maka
masyarakat modern sering diidentikkan dengan masyarakat perkotaan. Terdapat beberapa
ciri yang menonjol yang ditunjukkan oleh masyarakat kota, sebagaimana yang dijabarkan
oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Sosiologi: Suatu Pengantar sebagai
berikut: (1) pada umumnya bersifat individual, yakni mengurus dirinya sendiri tanpa harus
bergantung dengan orang lain, (2) adanya pembagian kerja yang jelas sesuai dengan bidang
dan profesinya masing-masing, (3) terbukanya kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan
sehubungan dengan adanya sistem pembagian kerja yang jelas, (4) penggunaan pola pi-
kir yang secara umum bersifat rasional sehingga interaksi yang terjadi lebih didasarkan
atas faktor kepentingan tertentu, (5) pentingnya faktor waktu sehubungan dengan adanya
pembagian kerja dan jadwal kerja yang padat, dan (6) adanya perubahan-perubahan sosial
yang tampak dengan jelas sehubungan dengan keterbukaannya dalam menerima pengaruh
budaya asing.
Kegiatan
1. Buatlah tabel yang menggambarkan perbedaan antara masyarakat tradisional den-
gan masyarakat modern!
2. Diskusikan dengan teman sekelas kalian tentang proses terjadinya perubahan dari
masyarakat tradisional menuju masyarakat modern!
30
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
3. Lakukan pengamatan pada masayarakat di lingkungan tempat tinggal kalian, apa-
kah termasuk ke dalam kelompok masyarakat tradisional atau modern?
4. Menurut pandangan kalian, apakah modernisasi sama artinya dengan westernisasi?
5. Berikan beberapa contoh yang menunjukkan adanya perbedaan antara modern-
isasi dengan westernisasi!
G. PENGARUH PERKEMBANGAN MASYARAKAT DUNIA TERHADAP
PEMBENTUKAN PELAPISAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA
1. Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia
Pada dasarnya, di mata Tuhan semua manusia memiliki derajat dan martabat yang
sama. Namun manusialah yang membuat standar-standar penghormatan dan penghargaan
tertentu sehingga terbentuk lapisan-lapisan sosial dalam kehidupan masyarakat. Terben-
tuknya lapisan-lapisan sosial tersebut membawa konsekuensi pada berkembangnya ang-
gapan tentang adanya lapisan sosial yang dipandang lebih tinggi, lapisan sosial yang dipan-
dang berada dalam posisi menengah, dan lapisan sosial yang dipandang lebih rendah dari
lapisan-lapisan sosial lainnya.
Tinggi rendahnya seseorang dalam sebuah sistem pelapisan sosial tergantung
pada status sosial yang dimiliki. Status sosial yang disandang oleh seseorang diperoleh
berdasarkan penilaian dan pengakuan dari masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya.
Dalam hubungan ini, sosiolog Talcott Parsons menyebutkan adanya lima kriteria yang
dapat dijadikan dasar untuk menentukan tinggi rendahnya status sosial seseorang, yakni:
(1) kelahiran, seperti: ras, jenis kelamin, kebangsawanan, dan sebagainya, (2) kualitas
atau mutu pribadi, seperti: kecerdasan, kebijaksanaan, kekuatan, keterampilan, dan
sebagainya, (3) prestasi, yakni karir seseorang dalam bidang pendidikan, jabatan, usaha,
dan lain sebagainya, (4) kepemilikan atau kekayaan, yakni pencapaian seseorang dalam
mengumpulkan harta kekayaan, dan (5) kekuasaan dan wewenang, yakni besar kecilnya
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain.
Seperti yang telah dibahas di kelas dua, bahwa sistem pelapisan sosial ada yang bersifat
tertutup dan ada pula yang bersifat terbuka. Sistem pelapisan sosial yang bersifat terbuka
akan membuka celah bagi proses perubahan. Perubahan-perubahan lapisan sosial tersebut
disebabkan oleh adanya perubahan orientasi sistem nilai dalam kehidupan masyarakat. Bagi
bangsa Indonesia, setidaknya terdapat dua indikator utama yang menyebabkan terjadinya
perubahan dalam sistem pelapisan sosial, yakni: (1) sistem kolonialisme dan imperialis-
me yang menginjak-injak kemerdekaan dan kedaulatan bangsa, baik dalam bidang sosial,
ekonomi, politik, maupun kebudayaan, dan (2) industrialisasi yang dilaksanakan sebagai
suatu upaya dalam menggalakkan pembangunan di tanah air. Dua indikator utama tersebut
sedikit banyak telah merubah sistem nilai dan sistem norma dalam sendi-sendi kehidupan
masyarakat yang pada gilirannya telah memunculkan sistem pelapisan sosial yang baru
yang berbeda sama sekali dengan sistem pelapisan sosial yang ada sebelumnya.
Bangsa Indonesia patut bersyukur karena telah dianugrahi berbagai kelebihan, seperti:
Metode Penelitian Sosial
31
kekayaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah ruah, posisinya yang sangat strategis,
yakni berada pada jalur persimpangan dunia, dan lain sebagainya. Beberapa kelebihan yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut telah menarik perhatian negara-negara di dunia
sejak ratusan tahun yang lalu hingga sekarang.
Akibatnya, selama ratusan tahun kemer-
dekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia untuk mengatur negerinya sendiri diinjak-injak
oleh kaum kolonialis dan kaum imperialis yang serakah. Kaum kolonialis dan kaum impe-
rialis dari Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jepang pernah merampas kemerdekaan
dan kedaulatan bangsa Indonesia. Dari sekian banyak negara yang pernah menginjakkan
kaki dan menjajah bangsa Indonesia tersebut, bangsa Belandalah yang paling lama, yakni
sekitar 350 tahun.
Kaum kolonialis dan kaum imperialis telah menguasai seluruh bidang kehidupan bang-
sa Indonesia, terutama bidang politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Bahkan, untuk
mempertahankan kekuasaannya, kaum kolonialis dan kaum imperialis telah memciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bodoh, miskin,
dan rendah diri. Kaum kolonialis dan kaum imperialis tidak memberikan kesempatan ke-
pada bangsa Indonesia untuk memperoleh pendidikan, jaminan kesehatan dan jaminan so-
sial terhadap bangsa Indonesia sangat rendah. Disamping itu kaum kolonialis dan kaum
imperialis juga menerapkan rasdiskriminasi terhadap bangsa Indonesia pada semua aspek
kehidupan. Berbagai macam perlakuan yang tidak manusiawi tersebut telah menyadarkan
bangsa Indonesia, bahwa kolonialisme dan imperialismep merupakan momok yang harus
dilenyapkan dari muka bumi.
Kolonialisme dan imperialisme telah meninggalkan bekas yang sangat dalam bagi ke-
hidupan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia telah ditempatkan sebagai bangsa kuli atau
budak yang harus memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya terhadap kaum kolo-
nialis dan kaum imperialis. Adanya perubahan-perubahan dalam struktur sosial bangsa In-
donesia selama masa kolonialisme dan imperialisme dijelaskan oleh sosiolog
M.A. Jaspan
dalam bukunya yang berjudul
Social Strati
fi
cation and Social Mobility in Indonesia
.
M.A. Jaspan
mengatakan bahwa selama masa kolonialisme dan imperialisme, struktur
sosial masyarakat Indonesia yang semula terdiri dari para kuli kenceng, kuli gundul, kuli
karang kopek, dan indung tlosor telah mengalami perubahan, sebagai berikut. Para kuli ken-
ceng berkembang menjadi kaum kulak yang kaya raya karena menguasai lahan pertanahan
di pedesaan. Dengan kekayaan seperti itu kaum kulak mampu memperkerjakan kuli gun-
dul dan kuli karang kopek untuk mengerjakan tanahnya dengan sistem bagi hasil. Dalam
keadaan seperti itu, lambat laun kaum kulak dapat menyaingi para bekel atau lurah yang
merupakan penguasa tertinggi di desa. Bahkan, dalam perkembangan berikutnya, kaum
kuli kenceng yang telah berkembang menjadi kaum kulak tersebut menjadi golongan pri-
yayi yang mendapat penghormatan dan penghargaan yang sangat tinggi dalam pandangan
masyarakat Jawa pada saat itu.
Pola-pola yang dikembangkan oleh kaum kolonialis dan kaum imperialis di Indonesia
telah membuat terciptanya struktur masyarakat baru, yang terdiri dari:
1. Lapisan masyarakat kelas 1
Terdiri dari orang-orang Belanda ditambah dengan kaum bangsawan dan kaum kuli ken-
ceng yang telah naik statusnya menjadi kaum priyayi, setingkat dengan kaum bangsawan.
32
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
2. Lapisan masyarakat kelas 2
Terdiri dari orang-orang Tionghoa yang meraih sukses dalam menjalankan kegiatan
perdagangan di Indonesia.
3. Lapisan masyarakat kelas 3
Terdiri dari orang-orang pribumi (penduduk asli Indonesia).
Lapisan masyarakat kelas 1 dan kelas 2 merupakan minoritas tetapi memiliki fungsi
dan peran yang sangat dominan dalam berbagai bidang kehidupan, baik politik, ekonomi,
sosial, maupun kebudayaan. Sedangkan lapisan masyarakat kelas 3 merupakan mayoritas,
namun berposisi sebagai kelompok yang tertindas yang tidak mampu berbuat banyak ter-
hadap lapisan masyarakat kelas 1 dan kelas 2 yang menginjak-injak harkat dan martabat
kemanusiaannya. Dalam sistem pelapisan sosial tersebut, Belanda mengembangkan tradisi
hubungan kawulo-gusti. Rakyat jelata harus memberikan penghormatan dan penghargaan
yang setinggi-tingginya terhadap orang-orang Belanda, para bangsawan dan para priyayi,
termasuk terhadap orang-orang Cina. Hubungan kawulo-gusti tersebut sengaja diciptakan
dalam rangka pelaksanaan politik pecah belah dan kuasai (devide et impera). Dengan cara
seperti itulah sistem kolonialisme dan sistem imperialisme yang diterapkan oleh Belanda
mampu bertahan lama di Indonesia.
2. Pengaruh Industrialisasi terhadap Masyarakat Indonesia
Sejak meletusnya revolusi industri di Inggris pada abad ke-18, beberapa negara di be-
lahan bumi, termasuk Indonesia, dilanda proses industrialisasi. Segera setelah Inggris men-
galami perubahan struktur masyarakat secara besar-besaran dari masyarakat pertanian yang
sederhana menjadi masyarakat industri yang sangat kompleks, negara-negara di kawasan
Eropa, Rusia, Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara lainnya menyusul dalam peng-
galakan industrialisasi. Proses industrialisasi tersebut dilaksanakan sebagai konsekuenasi
dari program pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tingkat kesejahter-
aan masyarakat sesuai dengan yang diharapkan.
Sumber:
A yahbunda 2006
Perindustrian telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para tenaga kerja
untuk mendapatkan pekerjaan yang layak
Pada dasarnya industrialisasi merupakan suatu proses yang ditandai dengan peristiwa
pergeseran tenaga kerja dan proses pergeseran produksi. Pergeseran tenaga kerja terjadi
karena sebelum terjadi revolusi industri kegiatan produksi dilaksanakan dengan menggu-
nakan tenaga otot, baik manusia maupun hewan sehingga proses produksi akan memakan
Metode Penelitian Sosial
33
waktu yang relatif lama. Sedangkan pergeseran produksi terjadi terjadi dari kegiatan
produksi primer seperti mengolah lahan pertanian, menangkap ikan, pertambangan yang
menggunakan tenaga manusia, menjadi kegiatan produksi sekunder yang lebih mengutama-
kan penggunaan tenaga mesin berteknologi tinggi.
Proses industrialisasi yang semula ber
gerak dalam bidang perekonomian, lambat laun
membawa akses yang sangat luas, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
Dampak positif dari proses industrialisasi di antaranya adalah tersedianya barang-barang
yang berkualitas dalam jumlah yang cukup banyak. Keadaan seperti ini telah mempermudah
kehidupan umat manusia. Adapun beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari proses
industrialisasi antara lain adalah: (1) terbengkalainya lahan pertanian di pedesaan karena
para petani lebih memilih kerja di lapangan industri yang dianggap lebih menjanjikan, (2)
meningkatnya arus urbanisasi sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan tenaga ker-
ja di kota, (3) meningkatnya jumlah pengangguran yang disebabkan karena para pemuda
tidak lagi tertarik untuk bekerja pada sektor pertanian, sedangkan sektor perindustrian tidak
mampu menyerap seluruh tenaga kerja yang tersedia, (4) meningkatnya tindak kejahatan
sebagai akibat dari meningkatnya jumlah pengangguran, dan lain sebagainya.
Proses industrialisasi telah mendorong terjadinya perubahan yang bersifat vertikal
dalam kehidupan bermasyarakat. Hiruk-pikuk proses perindustrian telah menciptakan sua-
sana sedemikian rupa sehingga masyarakat semakin meninggalkan sistem nilai dan sistem
norma yang bersifat radisional, digantikan dengan sistem nilai dan sistem norma sebagaim-
ana yang dianut dalam paham liberal kapitalis. Pada era industrialisasi, masyarakat akan
memberikan penghargaan dan penghormatan yang tinggi terhadap siapa saja yang memiliki
modal dan siapa saja yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan demikian,
faktor kualitas pribadi yang dimiliki oleh seseorang dipandang lebih bernilai dibandingkan
dengan faktor-faktor yang bersifat keturunan.
Berbeda dengan tradisi feodalisme, sistem pelapisan sosial yang terdapat pada masyar-
akat industri bersifat terbuka. Siapapun orangnya yang memiliki modal dan memiliki kuali-
tas pribadi yang handal akan menempati posisi yang sangat tinggi selaras dengan penghar-
gaan dan penghormatan oleh masyarakat yang ada di lingkungannya. Kondisi seperti itu
akan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siapapun yang berkeinginan untuk
melakukan mobilitas sosial dalam rangka memperjuangkan kualitas kehidupannya.
Struktur sosial dalam masyarakat industri lebih dominan didasarkan atas kriteria
ekonomi. Artinya, ukuran kekayaan menjadi pertimbangan utama dalam menempatkan sta-
tus seseorang sesuai dengan kelasnya. Semakin banyak kekayaan yang dimiliki seseorang
akan semakin meningkatkan status sosialnya. Atas dasar ukuran ekonomi seperti itu, sistem
pelapisan sosial dalam masyarakat industri terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) kelom-
pok masyarakat kelas atas (upper class), (2) kelompok masyarakat kelas menengah (middle
class), dan (3) kelompok masyarakat kelas bawah (lower class).
34
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
Sumber:
www.tempointeraktif.com
Kaum profesional menempati strata yang cukup tinggi dalam sistem pela-
pisan sosial berdasarkan kriteria mata pencaharian
Ukuran-ukuran kekayaan tersebut mendorong masyarakat untuk memberikan peni-
laian terhadap tinggi rendahnya kekayaan yang dapat dihasilkan oleh mata pencaharian
tertentu. Akibatnya, masyarakat memberikan penghormatan dan penghargaan yang tinggi
terhadap siapa saja yang berhasil mencapai pekerjaan yang dianggap banyak mendatang-
kan kekayaan. Sebaliknya, masyarakat memandang remeh terhadap pekerjaan yang tidak
banyak menghasilkan rejeki. Atas dasar ukuran-ukuran prestise tersebut, terbentuklah pela-
pisan sosial berdasarkan mata pencaharian, sebagai berikut:
1. Kaum Elite, yakni kelompok orang kaya, seperti usahawan dan kelompok lainnya yang
menempati kedudukan yang sangat tinggi.
2. Kaum Profesional, yakni kelompok orang yang memiliki kemampuan tertentu ber-
dasarkan disiplin akademis yang diperoleh melalui jalur pendidikan tinggi.
3. Kaum Semi-profesional, yakni para pekerja di kantor-kantor, perdagangan, perusahaan
tetapi kurang didukung oleh latar belakang akademis yang memadai dari pendidikan
tinggi.
4. Tenaga Terampil, yakni kelompok orang yang memiliki keterampilan dalam bidang te-
knik dan mekanik seperti sopir, pekerja pabrik, pemangkas rambut, dan lain sebagain-
ya.
5. Tenaga Tidak Terlatih, yakni kelompok orang yang tidak memiliki kemampuan tertentu
sehingga memilih bekerja sebagai tukang kebun, pemulung, pembantu rumah tangga,
dan lain sebagainya.
Kegiatan
Sejalan dengan era modernisasi, di berbagai wilayah telah bermunculan sentra-sentra
industri. Sentra-sentra industri tersebut menjadi daya tarik yang luar biasa bagi para
pencari lapangan kerja, tidak terkecuali pada masyarakat di lingkungan tempat tinggal
kalian.
1. Lakukan pendataan terhadap masyarakat di lingkungan tempat tinggal kalian yang
bekerja di sektor perindustrian. Data tersebut meliputi: nama, alamat, umur, jenis
kelamin, dan jumlah.
Metode Penelitian Sosial
35
2. Lakukan pengamatan secara mendalam, seberapa jauh pekerjaan di sektor perindus-
trian tersebut telah merubah kehidupan mereka.
3. Identi
fi
kasikan bidang-bidang kehidupan yang mana yang mengalami perubahan?
4. Berikan pandangan-pandangan kalian terhadap berbagai perubahan yang kalian iden-
ti
fi
kasi.
H. PEMBANGUNAN MASYARAKAT INDONESIA
Sumber:
www
.liputan6.com
Jakarta sebagai kota metropolitan dengan gedung tinggi
1. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia
Bangsa Indonesia telah melewati dinamika yang luar biasa. Dinamika tersebut terlihat
dalam catatan sejarah, yakni: (1) sejak kedatangan nenek moyang dari Yunan (Dataran
Cina Selatan), (2) datangnya pengaruh Hindu-Budha dari India, (3) datangnya pengaruh
Islam yang dibawa oleh para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat, (4) datangnya kaum
kolonialis dan imperialis yang membelenggu kehidupan bangsa Indonesia, (5) pendobrakan
bangsa Indonesia terhadap kekuatan kolonialis dan imperialis yang dilanjutkan dengan
penegakan negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat, dan (6)
adanya isu-isu baru yang berkaitan dengan demokratisasi, isu-isu penegakan HAM, isu-isu
yang berhubungan dengan sekularisasi, e
fi
siensi, industrialisasi, dan lain sebagainya yang
mewarnai peri kehidupan bangsa Indonesia.
Sebagaimana bangsa-bangsa lain di dunia, bangsa Indonesia telah dan sedang meng-
galakkan pembangunan masyarakat ke arah modernisasi. Modernisasi yang dilaksanakan
oleh bangsa Indonesia bertujuan untuk membentuk masyarakat yang adil dan makmur.
Untuk itulah disusun tahapan-tahapan pembangunan secara sistematis, baik yang bersifat
jangka pendek maupun yang bersifat jangka panjang. Pembangunan yang dilaksanakan
oleh bangsa Indonesia pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan,
kesejahteraan, keadilan, pemerataan, perdamaian, dan keamanan nasional. Pembangunan
juga mengemban misi perubahan sosial sehubungan dengan adanya usaha untuk mengubah
sikap mental masyarakat Indonesia dari hal-hal yang bersifat tradisional menuju masyarakat
yang bersifat modern.
36
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
Sehubungan dengan lambannya proses pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa
Indonesia, Koentjaraningrat menyatakan adanya beberapa mentalitas negatif yang ada pada
diri bangsa Indonesia sebagai akibat dari kekejaman kolonialis Belanda. Mentalitas negatif
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Mentalitas yang lebih berorientasi pada jumlah (kuantitas) daripada mutu (kualitas).
Sifat tersebut menyebabkan berbagai barang yang diproduksi oleh bangsa Indonesia
terkesan asal jadi dan tidak memuaskan.
2. Mentalitas yang suka menghalalkan berbagai cara demi tercapainya maksud dan tujuan
yang diinginkan. Mentalitas tersebut telah menyebabkan bangsa Indonesia terbiasa un-
tuk mengambil jalan pintas dan tidak wajar dalam mengejar kekuasaan dan wewenang.
Mentalitas tersebut juga menyebabkan sering terjadinya penyalahgunaan kekuasaan
dan wewenang dalam kehidupan politik bangsa Indonesia.
3. Mentalitas rendah diri sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tidak percaya
terhadap kemampuan yang dimiliki. Akibat mentalitas tersebut, bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang tidak menghargai hasil karya maupun kebudayaan sendiri dan
cenderung menghargai hasil karya dan kebudayaan asing yang dianggap lebih hebat
dan lebih modern. Padahal, untuk memajukan perekonomian bangsa Indonesia harus
lebih mencintai barang-barang produksi dalam negeri.
4. Mentalitas yang tidak disiplin sehingga proses pembangunan tidak dapat dilaksanakan
dengan sempurna. Beberapa contoh mentalitas yang tidak disiplin tersebut antara lain
adalah penggunaan waktu yang sering tidak tepat, penggunaan tenaga maupun biaya
yang tidak e
fi
sien dan tidak efektif.
5. Mentalitas suka mengabaikan tanggung jawab. Mentalitas yang sering mengabaikan
tanggung jawab tersebut telah memperlamban proses pembangunan karena berlawanan
dengan nilai-nilai profesionalitas. Tanggung jawab dan profesionalisme merupakan
faktor penting yang menopang pelaksanaan pembangunan.
Kegiatan
Berdasarkan pandangan Koentjaraningrat tentang mentalitas bangsa Indonesia sebagai
akibat dari kekejaman penjajah Belanda, maka berikan beberapa contoh mentalitas: (1)
berorientasi pada jumlah dari pada mutu, (2) menghalalkan berbagai cara untuk men-
capai tujuan, (3) rendah diri, dan (4) tidak disiplin, yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat kita sehari-hari. Kemudian, diskusikanlah temuan kalian tersebut dengan
teman sekelas kalian.
Selain beberapa mentalitas negatif di atas, terdapat beberapa faktor lain yang berpen-
garuh terhadap keterbelakangan bangsa Indonesia, yakni pertumbuhan penduduk yang san-
gat pesat, tradisi yang berorientasi pada rasa kepantasan dan kepatutan, gejolak politik, dan
kondisi sosial kultural.
a. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat
Laju ekonomi yang dicapai oleh bangsa Indionesia tidak mampu mengimbangi per-
tumbuhan penduduk yang sangat pesat. Sesungguhnya, jumlah penduduk yang besar jika
diimbangi dengan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan potensi
Metode Penelitian Sosial
37
tersendiri bagi proses pembangunan. Namun demikian, krisis moneter yang telah memicu
berkembangnya krisis multidimensional dalam kehidupan bangsa Indonesia telah menyebab-
kan tersendatnya upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Akibatnya, pendapatan
ekonomi bangsa Indonesia mengalami stagnasi. Keadaan seperti ini telah menyebabkan
bangsa Indonesia semakin tertinggal dibandingkan dengan bangsa lain di dunia.
b. Tradisi yang berorientasi pada rasa kepantasan dan kepatutan
Bangsa Indonesia mewarisi suatu tardisi yang dalam istilah Jawa dikenal dengan ewuh
pakewuh. Tradisi serupa ini telah mewarnai hubungan antarmanusia dan hubungan kerja
sama yang diwarnai oleh adat kebiasaan yang berorientasi pada nilai kepantasan dan nilai
kepatutan. Tradisi seperti ini berseberangan dengan semangat rasionalitas dan semangat ob-
jektivitas yang sangat diperlukan dalam proses pembangunan. Disamping itu, tradisi yang
diorientasikan pada nilai kepantasan dan nilai kepatutan juga berseberangan dengan e
fi
sien-
si dan efektivitas yang menjadi faktor penting dalam proses pembangunan.
c. Gejolak politik
Sejak proklamasi kemerdekaan, kehidupan politik bangsa Indonesia sering diwarnai
oleh gejolak politik. Pada awal kemerdekaan bangsa Indonesia sudah harus berhadapan
dengan berbagai ancaman dan tantangan dari kekuatan asing, terutama Belanda. Disam-
ping itu bangsa Indonesia juga harus menghadapi pemberontakan yang terjadi di berbagai
wilayah di tanah air, di antaranya adalah: (1) peristiwa PKI Madiun, gerakan DI/TII di Jawa
Barat, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, dan Aceh, (3) gerakan separatis Republik Maluku
Selatan, pemberontakan Andi Azis, dan sebagainya.
Pada tahun 1965 tragedi nasional telah melanda kehidupan politik bangsa Indonesia.
Gerakan 30 September, atau G30S/PKI telah melakukan upaya kudeta terhadap pemerintahan
yang sah. Peristiwa G30S/PKI tersebut telah memberikan luka yang sangat mendalam dalam
kehidupan politik bangsa Indonesia.
Peristiwa G30S/PKI tersebut sekaligus pertanda bagi proses suksesi kepemimpinan
nasional. Orde Lama digantikan dengan Orde Baru yang berusaha meletakkan dasar-dasar
kehidupan politik bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Semangat
Orde Baru adalah semangat untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Boleh dikatakan, pembangunan masyarakat Indonesia baru dapat dilaksanakan
pada masa pemerintahan Orde Baru, yakni pada tahun 1969 dengan Rencana Pembangunan
Lima Tahun (Repelita)-nya.
Sumber:
www
.tempo.co.id
Demonstrasi besar-besaran menuntut penurunan regim Orde Baru
38
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
Pada bulan Mei 1998 gejolak politik kembali menggejala dalam kehidupan politik
bangsa Indonesia. Berbagai lapisan rakyat melakukan aksi demonstrasi menuntut
penyelenggaraan pemerintah yang bersih dari unsur-unsur korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Demonstrasi tersebut berhasil mendesak Presiden Soeharto untuk lengser. Untuk kemudian
secara berturut-turut presiden republik Indonesia dipegang oleh Prof. Dr. Eng. B.J. Habibie,
K.H. Abdurrahman Wahid, Megawati dan sekarang Susilo Bambang Yudhoyono.
Tetapi, pergantian kepemimpinan belum berarti menghilangkan gejolak politik di tanah
air. Sebagai negara demokrasi, nilai-nilai demokrasi haruslah diterapkan dalam segala bi-
dang. Pada masa kepemimpinan Orde Baru, nilai-nilai demokrasi belum berhasil diterap-
kan dengan baik, tak mengherankan jika selama pemerintahan orde baru bahkan hingga
sekarang berbagai isu seperti demokratisasi, penegakan HAM, dan gerakan separatisme
di berbagai daerah masih menghantui kehidupan politik Indonesia. Di sisi lain, kehidupan
ekonomi masyarakat masih memperlihatkan kesenjangan yang luar biasa. Keadaan terse-
but diperparah lagi dengan isu terorisme yang sengaja dihembuskan oleh Amerika Serikat.
Kondisi-kondisi politik seperti itu telah menyebabkan tersendat-sendatnya proses pemban-
gunan bangsa Indonesia.
Pembangunan masyarakat Indonesia harus dilaksanakan secara bertahap. Program
pembangunan yang dilaksanakan pada dasarnya diarahkan pada upaya pemerataan pem-
bangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, penciptaan lapan-
gan kerja yang memadai, menggalakkan pembangunan di daerah-daerah yang terpencil dan
tertinggal, serta pengentasan kemiskinan.
Untuk dapat melaksanakan pembangunan dengan baik, terlebih dahulu diupayakan
peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan sekaligus peningkatan masyarakat
Indonesia agar dapat berkembang sebagai masyarakat yang maju dan mandiri berdasarkan
nilai-nilai Pancasila. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menciptakan masyarakat
Indonesia yang berkualitas. Masyarakat yang berkualitas akan mendorong produktivitas na-
sional yang diwujudkan dalam bentuk peran serta secara aktif dalam berwira usaha. Selan-
jutnya, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati secara merata oleh segenap lapisan
masyarakat Indonesia sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Kondisi tersebut
menjadi syarat utama bagi terciptanya masyarakat Indonesia yang tertib dan dinamis.
a. Pembangunan dalam bidang pertanian
Sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja pada sektor pertanian. Oleh karena itu,
sebagai negara sudah selayaknya jika pembangunan pada sektor pertanian mendapat per-
hatian khusus. Pembangunan dalam bidang pertanian di antaranya diarahkan dalam hal: (1)
penyediaan alat-alat pertanian, (2) peningkatan teknologi pertanian yang didukung dengan
Panca Usaha Tani, (3) peningkatan industri pupuk dan obat-obatan pembasmi hama, (4)
membantu pemasaran produksi pertanian, (5) meningkatkan agroindustri dan agrobisnis,
dan lain sebagainya. Usaha-usaha seperti ini dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan petani.
Dewasa ini terdapat beberapa masalah yang berhubungan dengan semakin berkurang-
nya lahan pertanian sebagai akibat dari perluasan sentra-sentra industri dan permukiman.
Oleh karena itu, penataan ruang ruang perlu dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar
perkembangan sektor industri, pemukiman, dan prasarana jalan tidak mengurangi lahan-la-
Metode Penelitian Sosial
39
han pertanian yang produktif. Selain beberapa usaha tersebut, pemerintah juga mendorong
tumbuh dan berkembangnya koperasi yang dapat membantu para petani dalam menjalankan
aktivitas sehari-harinya.
Usaha-usaha lain dalam rangka pengembangan sektor pertanian adalah diversi
fi
ka-
si, intensi
fi
kasi, ekstensi
fi
kasi, dan rehabilitasi. Diversi
fi
kasi pertanian merupakan usaha
membudidayakan aneka ragam tanaman yang disesuaikan dengan lingkungan alam yang
ada di sekitarnya. Intensi
fi
kasi pertanian merupakan usaha untuk meningkatkan hasil-hasil
pertanian dengan cara meningkatkan kualitas teknologi pertanian, tanpa harus menambah
lahan pertanian. Ekstensi
fi
kasi pertanian merupakan usaha meningkatkan hasil-hasil perta-
nian dengan cara memperluas lahan pertanian. Sedangkan rehabilitasi pertanian merupakan
usaha memperbaiki kembali lahan-lahan kritis melalui reboisasi, pemupukan dan sebagai-
nya agar lahan pertanian tersebut produktif kembali.
Sumber:
upload.wikimedia.org
Sektor pertanian merupakan mata pencaharian yang
digeluti masyarakat
Indonesia
Usaha-usaha diversi
fi
kasi, intensi
fi
kasi, ekstensi
fi
kasi, dan rehabilitasi tersebut perlu
ditingkatkan dengan sistem yang lebih terpadu dan disesuaikan dengan iklim, jenis dan
tingkat kesuburan tanah, pola tata ruang, lingkungan, dan lain sebagainya. Dalam melak-
sanakan beberapa usaha tersebut para petani harus berperan secara aktif. Dengan demi-
kian, peningkatan kualitas sumber daya manusia di kalangan para petani perlu dilaksanakan
melalui penyuluhan-penyuluhan. Salah satu bagian penting yang perlu ditingkatkan adalah
kemampuan dalam pengelolaan usaha pertanian, terutama yang berkaitan dengan usaha
agroindustri dan agrobisnis sehingga hasil-hasil pertanian memiliki daya saing yang tinggi.
Untuk menjaga kesinambungan pembangunan pada sektor pertanian perlu dilakukan usaha
penelitian dan pengembangan teknologi pertanian yang sesuai dengan lingkungan pertanian
dan sekaligus sesuai dengan kebutuhan para petani.
b. Pembangunan dalam bidang pendidikan
Belakangan ini pembangunan dalam bidang pendidikan banyak disorot oleh para
pemerhati pendidikan. Bahkan, tidak sedikit pakar yang menyarankan adanya peningkatan
anggaran pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Saran-
saran tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa kualitas penyelenggaraan pendidikan
akan berkorelasi positif terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
40
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
Selain peningkatan kualitas pendidikan, usaha yang dapat dilaksanakan dalam bidang
pendidikan adalah pemerataan pendidikan sekaligus pemerataan kualitas pendidikan. seperti
yang diketahui, bahwa terdapat perbedaan kualitas yang cukup antara lembaga pendidikan
yang ada di Jawa dan lembaga pendidikan yang ada di luar Jawa. Juga antara lembaga
pendidikan negeri dengan lembaga pendidikan swasta. Kondisi tersebut perlu mendapatkan
perhatian yang serius dari pemerintah, terutama dalam hal pemerataan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan sampai di daerah-daerah terpencil.
Sumber:
WWW
.KABBLITAR.GO.ID
Lembaga pendidikan merupakan lembaga yang berkompeten dalam
upaya peningkatan sumber daya manusia
Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan
adalah melalui peningkatan kualitas pendidik, pembaharuan kurikulum yang disesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan perkembangan masyarakat, serta
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Disamping itu, perlu dilaku-
kan penyuluhan yang memberikan penyadaran bagi masyarakat luas, bahwa penyelengga-
raan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari sistem yang meliputi: (1) lembaga pendidikan
formal yang diselenggarakan di sekolah, (2) lembaga pendidikan informal yang diselengga-
rakan di lingkungan keluarga, dan (3) lembaga pendidikan nonformal yang diselenggarakan
oleh masyarakat. Peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan
sangat diharapkan, terlebih-lebih setelah berkembangnya isu manajemen berbasis sekolah
(school based management).
c. Pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan stabilitas nasional
Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh adanya peningkatan produktivitas
efektivitas, e
fi
siensi, dan peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. Usaha
tersebut merupakan prasyarat untuk melaksanakan pembangunan pada sektor industri dan
sektor pertanian yang bertujuan untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi yang berdaya saing
tinggi. Pembangunan dalam bidang pertanian diarahkan untuk menghasilkan bahan pangan
dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan rakyat, meningkatkan daya beli
rakyat, melanjutkan proses industrialisasi yang terkait dengan agroindustri dan agrobisnis.
Pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai harus diimbangi dengan program pemerataan.
Pemerataan pendapatan dirumuskan melalui kebijakan delapan jalur pemerataan, yang
terdiri dari:
1) Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang, dan
perumahan.
Metode Penelitian Sosial
41
2) Kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3) Pembagian
pendapatan.
4) Kesempatan kerja.
5) Kesempatan berusaha.
6) Kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda
dan kaum wanita.
7) Penyebaran pembangunan di seluruh tanah air, dan
8) Kesempatan memperoleh keadilan.
Pertumbuhan ekonomi sebagai hasil pembangunan harus dapat dirasakan oleh mas-
yarakat melalui pemerataan yang nyata dalam bentuk peningkatan pendapatan dan pening-
katan daya beli masyarakat. Jika keberhasilan pembangunan dirasakan sebagai perbaikan
taraf hidup oleh segenap lapisan masyarakat, akan sama artinya dengan membangkitkan
kesadaran seluruh lapisan masyarakat dalam mendukung dan mensukseskan program pem-
bangunan.
Seperti yang disebutkan dalam tujuan pembangunan nasional, bahwa pembangunan
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur,
material dan spiritual, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Keadilan dan kemakmuran
masyarakat Indonesia tersebut merupakan sebuah kondisi yang positif yang dapat
menjamin stabilitas nasional. Dengan demikian, kebijakan pebangunan yang tidak relevan
dengan asas keadilan dan asas kemakmuran akan mengganggu stabilitas nasional karena
akan menciptakan kecumburuan sosial yang berskala nasional. Kecemburuan sosial yang
berskala nasional merupakan bahaya nasional yang harus selalu diwaspadai. Stabilitas
nasional berkaitan erat dengan keberhasilan program pembangunan nasional. Sedangkan
keberhasilan pembangunan dapat dicapai melalui: (1) peran serta rakyat secara menyeluruh,
dan (2) penyelenggaraan kepemimpinan nasional yang mantap, sehat, dan dinamis.
2. Dampak Modernisasi dan Pembangunan bagi Kehidupan Masyarakat Indonesia
Pada dasarnya pembangunan dilaksanakan dalam rangka modernisasi. Modernisasi
merupakan suatu proses transformasi dari kehidupan yang bersifat tradisional menuju ke-
hidupan yang lebih maju dan modern. Modernisasi yang berawal dari pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut pada akhirnya juga menyentuh pada bidang-bidang
kehidupan lain seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, agama, dan lain se-
bagainya. Dengan demikian terlihat betapa eratnya kaitan antara pembangunan dan mo-
dernisasi. Modernisasi mustahil dapat dilakukan tanpa adanya pembangunan yang mantap.
Dengan kata lain, modernisasi dilakukan melalui tahapan-tahapan pembangunan yang telah
diprogram.
Pembangunan dan modernisasi selalu diarahkan untuk menciptakan situasi dan kondisi
masyarakat yang lebih positif dibandingkan dengan situasi dan kondisi yang ada sebelumnya.
Di antaranya adalah tersedianya berbagai macam fasilitas hidup, sarana, dan prasarana yang
banyak dan berkualitas tinggi sehingga mendukung berbagai sektor kehidupan masyarakat,
meningkatnya taraf hidup masyarakat, meningkatnya martabat bangsa, dan sebagainya.
42
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
Sumber:
Encarta Encyclopedia
Industri dan perdagangan merupakan titik tolak tumbuh-
nya masyarakat perkotaan yang modern dan egaliter
Selain akibat-akibat positif yang disebutkan di atas, pembangunan dan modernisasi
yang tidak direncanakan dengan baik dapat menimbulkan berbagai akibat negatif yang dapat
memicu masalah sosial. Masalah sosial akan berkembang jika terjadi ketidakseimbangan
dalam kehidupan sosial, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun sistem
nilai yang lain. Sedangkan J.L. Gillin dan J.P. Gillin mengatakan bahwa masalah sosial
merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang
membahayakan kehidupan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-
keinginan pokok dari anggota kelompok sosial tersebut sehingga akan menyebabkan
kepincangan ikatan sosial. Beberapa masalah sosial yang timbul sebagai akibat dari proses
pembangunan dan modernisasi antara lain adalah kesenjangan sosial ekonomi, kenakalan
remaja, kriminalitas, dan pencemaran lingkungan.
a. Kesenjangan sosial ekonomi
Dalam bahasa yang sederhana, kesenjangan dapat dikatakan sebagai ketidaksesuaian
antara harapan-harapan yang diinginkan dengan kenyataan yang terjadi. Kesenjangan sosial
ekonomi merupakan suatu kondisi sosial dalam kehidupan masyarakat yang tidak seimbang
akibat adanya berbagai perbedaan dalam kehidupan sosial ekonomi, terutama dalam hal
keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan.
Kesenjangan sosial ekonomi dapat terjadi karena pembangunan dan modernisasi tidak
dilaksanakan secara merata dan berimbang. Ketidakmerataan dan ketidakseimbangan sangat
membahayakan kehidupan sosial karena dapat memicu terjadinya kecemburuan sosial yang
mempengaruhi goyahnya stabilitas nasional. Disamping itu, kesenjangan sosial dan ekonomi
akan terjadi mana kala hasil-hasil yang dicapai dalam pembangunan dan modernisasi hanya
dinikmati oleh sebagian masyarakat saja. Akibatnya, di satu pihak berkembang golongan
masyarakat kaya dan serba mewah, di sisi yang lain berkembang golongan masyarakat yang
hidup dibawah garis kemiskinan.
Terjadinya kesenjangan dapat diawali dengan tidak meratanya kesempatan yang
dimiliki oleh anggota-anggota masyarakat dalam mendapatkan pekerjaan, berusaha,
memenuhi kebutuhan pokok, maupun kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Kesempatan untuk mendapatkan lapangan kerja dan kesempatan untuk berusaha hanya
dimiliki oleh sekelompok kecil masyarakat yang memiliki modal dan memiliki kedekatan-
kedekatan tertentu dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Akibatnya, sebagian kecil
masyarakat dapat menambah kekayaan, sedangkan yang lainnya masih bergelut dengan
kemiskinan.
Metode Penelitian Sosial
43
Sumber:
Kompas Juni 2002
Perkampungan kumuh di tengah-tengah gemerlapnya kota
Adapun beberapa kesenjangan sosial yang disebabkan oleh proses pembangunan dan
modernisasi antara lain dapat disebutkan sebagai berikut: (1) timbulnya kelompok-kelompok
sosial tertentu, seperti pengangguran, pedagang asongan, pedagang kaki lima, pengemis
jalanan, pengamen, dan lain sebagainya, (2) terjadi kelas-kelas sosial yang disebabkan oleh
perbedaan tingkat pendidikan, (3) terjadi berbagai macam masalah sosial, dan (4) terjadi
perubahan sosial budaya dalam kehidupan masyarakat seperti pergaulan bebas, gaya rambut,
mode pakaian, gaya hidup, dan lain sebagainya yang semakin bersifat materialistis.
Sedangkan kesenjangan yang terjadi dalam bidang ekonomi antara lain dapat disebutkan
sebagai berikut: (1) terjadinya jurang pemisah antara kelompok masyarakat kaya dengan
kelompok masyarakat miskin, dan (2) berkembangnya budaya konsumerisme, yakni gaya
hidup yang menganggap bahwa barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan sehingga
mendorong untuk mengkonsumsi barang dan jasa secara berlebihan.
b. Kenakalan remaja
Kenakalan remaja merupakan suatu bentuk kelainan sikap dan tingkah laku di kalangan
para remaja yang melanggar sistem nilai dan sistem norma yang berlaku dalam kehidupan
bersama. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya kenakalan remaja,
yakni yang berasal dari dalam diri para remaja (faktor intern) dan yang berasal dari luar diri
para remaja (faktor ekstern).
Beberapa faktor yang bersifat intern yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja
antara lain adalah: (1) cacat tubuh, baik yang disebabkan karena faktor keturunan maupun
akibat kecelakaan, (2) sifat dan pembawaan yang cenderung negatif yang membawa kepada
perilaku menyimpang, (3) munculnya berbagai kon
fl
ik diri sebagai akibat dari kekurangan
dan kemiskinan yang dialami, (4) lemahnya kemampuan untuk mengendalikan diri sebagai
akibat dari kurangnya pembinaan mental spiritual, dan (5) kurang mampunya melaksanakan
langkah-langkah penyesuaian dengan lingkungan sosial sehingga mencari pelarian dengan
bergabung dengan kelompok-kelompok remaja nakal.
Sedangkan sebab-sebab kenakalan yang bersifat ekstern antara lain adalah: (1) kurang-
nya perhatian dari orang-orang dekat seperti orang tua, guru, dan masyarakat di lingkungan
sekitarnya, (2) gagalnya proses pendidikan, baik yang dilaksanakan di lingkungan kelu-
arga, lingkungan sekolah, maupun di lingkungan masyarakat, (3) kurangnya penghargaan
yang memadai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitarnya, (4) kurangnya sarana dan
prasarana yang dapat dimanfaatkan untuk mengisi waktu senggang, (5) kurang tepatnya
44
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
pendekatan yang dilaksanakan oleh keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan (6) terdapatnya
peluang dan kesempatan bagi para remaja untuk menyalurkan hasrat dan keinginan
negatifnya.
Para remaja merupakan aset bangsa karena keberadaannya merupakan penerus bagi
generasi-generasi pendahulunya. Dengan demikian menjaga keselamatan kelangsungan
hidup para remaja harus mendapat prioritas tersendiri. Seperti yang diketahui bahwa dewasa
ini kenakalan remaja justru menunjukkan gejala yang semakin meningkat, baik ditinjau
dari jumlah kenakalan maupun kualitas kenakalannya. Jika masalah kenakalan remaja
tidak segera mendapat perhatian yang serius dikhawatirkan masa depan bangsa ini akan
terancam. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dapat dibedakan atas dua macam,
yakni langkah preventif dan langkah kuratif.
Langkah preventif merupakan langkah yang dilakukan sebelum kenakalan tersebut
terjadi. Dengan demikian tujuan dari langkah preventif adalah untuk mencegah terjadinya
kenakalan remaja. Langkah-langkah yang bersifat preventif antara lain adalah sebagai
berikut:
1) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
2) Pengentasan kemiskinan, terutama terhadap keluarga yang berada di bawah garis
kemiskinan.
3) Mendirikan lembaga-lembaga yang dapat menampung anak-anak yatim dan anak-anak
yang terlantar (panti asuhan).
4) Mendirikan lembaga-lembaga kesehatan yang memadai.
5) Menyediakan tempat rekreasi yang kondusif bagi para remaja.
6) Menyelenggarakan diskusi-diskusi kelompok yang memungkinkan berkembangnya
kepekaan sosial dan sifat-sifat manusiawi lainnya di kalangan remaja.
7) Membangun sarana dan prasarana untuk menyalurkan bakat dan minat para remaja,
seperti olah raga, kesenian, dan sebagainya.
Sumber:
H.U. PIKIRAN RAKY
AT
Kegiatan ekstakulikuler di sekolah merpakan salah satu upaya
untuk mengurangi kenalakan remaja
Sedangkan usaha-usaha kuratif atau usaha penanggulangan kenakalan remaja yang da-
pat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:
1) Menyusun undang-undang khusus yang mengatur tentang kesejahteraan dan mengatur
tentang sanksi akibat dari pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di kalangan remaja.
Metode Penelitian Sosial
45
2) Mendirikan lembaga-lembaga bimbingan psikologi dan lembaga-lembaga pendidikan
yang berperan dalam perbaikan tingkah laku dan membantu para remaja untuk meng-
hindarkan diri dan sekaligus keluar dari perilaku yang menyimpang.
3)
Sedapat mungkin menghilangkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
kenakalan remaja, baik yang bersifat individual, sosial, maupun kultural.
4) Merehabilitasi sifat dan karakter para remaja yang telah terjerumus dalam perilaku
menyimpang.
5) Menyalurkan para remaja yang berperilaku menyimpang menuju lembaga-lembaga
yang kondusif seperti lembaga pendidikan khusus maupun lembaga keagamaan.
6) Memberikan latihan-latihan khusus kepada para remaja untuk hidup secara teratur, ter-
tib, dan berdisiplin.
7) Menumbuhkembangkan aktivitas dan kreativitas di kalangan remaja yang berperilaku
menyimpang sehingga dapat menyalurkan energinya secara positif.
8) Membangun balai-balai latihan kerja (BLK) untuk menampung para remaja yang putus
sekolah.
c. Kriminalitas
Pembangunan dan modernisasi telah mengembangkan perkotaan sedemikian rupa
sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi mayarakat pedesaan. Dari tahun ke tahun
masyarakat pedesaan berbondong-bondong menuju kota untuk mengadu nasib. Namun
demikian lapangan kerja yang tersedia di kota tidak sebanding dengan banyaknya pendatang
baru. Akibatnya, terjadi penumpukan tenaga di perkotaan. Fenomena seperti ini akan
menyebabkan semakin meningkatnya jumlah kemiskinan yang pada gilirannya nanti akan
meningkatkan memicu kriminalitas.
Pada lain hal, terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang memperoleh kesempatan
dan sekaligus fasilitas untuk mendapatkan pekerjaan atau membuka peluang bisnis. Ke-
lompok-kelompok masyarakat seperti ini telah berhasil mencapai tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan yang cukup memuaskan. Namun demikian, tidak sedikit kelompok-kelompok
masyarakat yang tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan lapangan pekerjaan
ataupun untuk berwira usaha sebagai akibat dari berbagai keterbatasan yang dimiliki.
Kelompok masyarakat seperti ini lebih sering menemukan kegagalan dalam kehidupan
sosial ekonominya. Kondisi tersebut secara alamiah akan menciptakan jurang pemisah antara
kelompok masyarakat kaya dengan kelompok masyarakat miskin. Ketidakseimbangan
kehidupan sosial ekonomi seperti inilah yang memunculkan kecemburuan sosial dalam
kehidupan masyarakat.
Era keterbukaan dan era informasi juga ikut memberikan andil bagi perkembangan
kriminalitas. Belakangan ini media massa, baik media cetak maupun media elektronik telah
memberikan berbagai macam tayangan, di antaranya adalah yang berkaitan dengan kekerasan,
eksploitasi seks, dan sebagainya. Tayangan-tayangan yang sedianya dimaksudkan untuk
memberikan informasi, pendidikan, dan hiburan tersebut dapat berubah fungsi menjadi
pemicu perilaku kriminal sehubungan dengan rendahnya kemampuan
fi
lter oleh sebagian
masyarakat, terutama para remaja. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah yang dimaksud
dengan kriminalitas itu?
46
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
Kriminalitas merupakan suatu bentuk perilaku menyimpang, yakni perilaku yang
keluar dari sistem nilai dan sistem norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Kriminalitas tersebut dikaji dalam sebuah disiplin ilmu yang
dikenal dengan istilah kriminologi, yakni disiplin ilmu yang secara khusus mengkaji tentang
kejahatan. Menurut Martin L. Haskell dan Lewis Yablonsky, kriminologi merupakan studi
ilmiah yang dipelajari: (1) sifat dan luas kejahatan, (2) sebab-sebab terjadinya kejahatan, (3)
perkembangan hukum pidana dan pelaksanaan peradilan pidana, (4) ciri-ciri penjahat, (5)
pembinaan penjahat, (6) pola-pola kriminalitas, dan (7) akibat kejahatan terhadap perubahan
sosial.
Pemahaman terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan kejahatan seperti di
atas sangat penting agar dapat diperoleh pengertian yang lebih mendalam mengenai
perilaku manusia dan lembaga-lembaga sosial masyarakat yang mampu mempengaruhi
kecenderungan terjadinya penyimpangan terhadap norma-norma hukum. Disamping itu,
pemahaman terhadap kejahatan juga sangat penting untuk melakukan kegiatan analisis
dan sekaligus mencari cara-cara dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dapat diambil
untuk mencegah, mengurangi, dan sekaligus menanggulangi terjadinya kejahatan. Salah
satu cara yang dapat dilaksanakan adalah menghilangkan kesempatan bagi masyarakat
untuk berbuat jahat dan menanamkan nilai-nilai agama dan budi pekerti dalam kehidupan
bermasyarakat.
Sumber:
Suarameredeka.com
Tokoh agama berperan dalam
penanaman
nilai-nilai keagamaan untuk menekan
tindak-tindak kejahatan
d. Pencemaran lingkungan
Setiap manusia mendambakan lingkungan yang aman, nyaman, dan sehat, bebas dari
berbagai ancaman yang diakibatkan oleh pencemaran lingkungan. Namun demikian, pem-
bangunan yang tidak dibarengi dengan analisis masalah dan dampak lingkungan (AMDAL)
sering menimbulkan mala petaka, yakni berupa pencemaran lingkungan. Secara garis besar
pencemaran lingkungan dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu:
1) Pencemaran udara, yakni disebabkan oleh adanya asap atau gas buangan yang tidak
terkendali dari kendaraan-kendaraan bermotor, cerobong-cerobong pabrik, dan se-
bagainya sehingga mengganggu pernapasan.
2) Pencemaran air, yakni pencemaran yang disebabkan oleh adanya limbah-limbah indus-
tri, limbah-limbah rumah tangga, dan sebagainya yang dibuang secara sembarangan
sehingga air berubah menjadi kotor dan beracun.
Metode Penelitian Sosial
47
3) Pencemaran tanah, yakni pencemaran yang disebabkan oleh limbah-limbah padat sep-
erti plastik dan bahan-bahan sintetis lainnya yang secara kimiawi tidak dapat diuraikan
oleh tanah sehingga mengurangi kesuburan tanah.
Sumber:
Media Indonesia 13 Mei 2007
Industrialisasi bisa juga menyebabkan terjadinya polusi udara, air dan tanah
Pencemaran lingkungan, baik lingkungan udara, air, maupun tanah, akan sangat ber-
dampak bagi kesehatan tubuh manusia maupun makhluk hidup yang lainnya. Banyak sekali
wabah penyakit yang ditimbulkan dari pencemaran, seperti sesak napas, keracunan udara,
kolera, asma, TBC, dan sebagainya. mengingat bahaya seperti itu berbagai usaha perlu di-
lakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Usaha-usaha untuk menjaga kelestarian
lingkungan tidak dapat dilakukan hanya dalam skala lokal maupun nasional, melainkan
harus dilaksanakan dalam skala global. Dalam hal ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
merupakan sebuah lembaga yang sangat berkompeten untuk mengambil berbagai kebijakan
yang berhubungan dengan menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan.
World Health Organization (WHO) telah membentuk sebuah lembaga yang disebut
dengan Air Pollution Monitoring Stations (APMS), yakni lembaga yang berusaha untuk
melakukan monitoring terhadap keadaan udara. Stasiun pusat dari APMS yang dikenal
dengan istilah International Centre berada di dua kota besar, yaitu di Washington (Amerika
Serikat) dan di London (Inggris). Sedangkan statisun regional dipilih tiga kota besar lainnya,
yaitu Moskow (Rusia), Tokyo (Jepang), dan Nagpur (India). Sistem monitoring pencemaran
udara tersebut dilengkapi dengan peralatan canggih, yakni Pollution Allert System yang
dapat dipergunakan untuk memonitor kadar pencemaran udara secara terus menerus. Adapun
fungsi dari monitoring udara tersebut antara lain adalah: (1) mengukur kadar zat pencemar
secara teratur, (2) mengamati trend dari kadar zat pencemar, dan (3) mengevaluasi hasil atau
manfaat dari usaha-usaha penanggulangan pencemaran yang sudah ditetapkan.
Disamping kegiatan di atas, WHO juga membuat Standard Air Quality misalnya
dengan cara menetapkan empat kategori zat pencemar yang didasarkan pada konsentrasi
zat pencemar dan waktu pembukaan (exposure time) zat pencemar tersebut. Adapun empat
kategori zat pencemar tersebut adalah:
1) Tingkat pertama, bila zat pencemar tersebut memiliki tingkat konsentrasi yang baik dan
exposure time
atau waktu pembukaannya tidak merugikan manusia.
2) Tingkat kedua, bila zat pencemar tersebut sudah menyebabkan terjadinya iritasi ringan
pada alat-alat panca indera dan alat-alat vegetatif serta membawa dampak pada keru-
sakan lingkungan hidup yang lebih luas.
48
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
3) Tingkat ketiga, bila zat pencemar tersebut sudah menimbulkan gangguan-gangguan
fi
siologis yang bersifat kronis atau bersifat menahun.
4) Tingkat keempat, bila zat pencemar itu sudah menimbulkan gangguan-gangguan yang
bersifat akut dan dapat menimbulkan kematian.
Usaha-usaha yang lain yang dapat ditempuh dalam rangka menjaga dan memelihara
kelestarian lingkungan antara lain adalah: (1) mengadakan penghijauan di perkotaan,
terutama di pusat-pusat kegiatan industri, (2) menerapkan undang-undang anti pencemaran,
(3) melakukan relokasi industri dan relokasi pemukiman untuk menghindari pencemaran yang
lebih fatal, (4) melaksanakan daur ulang terhadap benda-benda buangan, baik yang berasal
dari rumah tangga maupun dari pabrik-pabrik, dan (5) melaksanakan penyuluhan-penyuluhan
tentang arti penting lingkungan hidup, kesehatan, moral dan budi pekerti sehingga masyarakat
memiliki kesadaran untuk melakukan pengawasan dan pemeliharaan terhadap lingkungan
hidupnya. Penyuluhan juga perlu diberikan dalam kaitannya dengan pola-pola hidup yang
bersih dan sehat.
Sumber:
A yahbunda 19/2006
Salah satu gambaran lingkungan bersih yang bebas dari ancaman
berbagai pencemaran lingkungan
Kegiatan
Diskusikan satu topik permasalahan dengan tema “Dampak Pembangunan terhadap Ke-
hidupan Sosial Budaya Masyarakat Sekitarnya” yang ada di sekitar lingkungan sekolah
kalian. Kemukakan mengenai beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi sosial di daerah tersebut?
2. Apa masalahnya?
3. Bagaimana upaya mencari solusi dari permasalahan tersebut?
4. Kira-kira bagaimana dampak permasalahan tersebut terhadap kehidupan sosial bu-
daya masyarakat setempat?
I. INDONESIA DI TENGAH MODERNISASI DUNIA
1. Pengertian Modernisasi
Secara historis proses modernisasi tidak dapat dilepaskan dari munculnya kelompok
intelektual sebagai salah satu bentuk penentangan terhadap kekuasaan Gereja di Eropa
Metode Penelitian Sosial
49
pada abad pertengahan. Seperti yang diketahui bahwa kelompok intelektual tersebut te-
lah memunculkan era kebangkitan kembali (renaissance) dan era pencerahan (aufklarung)
yang kemudian memunculkan aliran rasionalisme yang sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Namun demikian, tonggak modernisasi justru terjadi pada saat peristiwa revolusi in-
dustri yang terjadi di Inggris pada abad ke-18. Revolusi industri tersebut dilatarbelakangi
oleh adanya beberapa penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, di
antaranya adalah penemuan mesin hitung oleh Blaise Pascal, penemuan mesin tenun oleh
James Har
greaves, penemuan mesin uap oleh James Watt, penemuan kapal api yang dikem-
bangkan oleh Symington dan Robert Fulton, penemuan lokomotif yang dikembangkan oleh
Richard Trevithic dan George Stephenson, dan lain sebagainya. Selaras dengan dinamika
masyarakat, modernisasi tersebut terus berkembang ke seluruh penjuru dunia, termasuk di
Indonesia.
Seperti yang telah dijelaskan dalam bagian sebelumnya, modernisasi merupakan suatu
kecenderungan sikap yang mendahulukan sesuatu hal yang baru dibandingkan dengan ses-
uatu yang bersifat tradisi berdasarkan prinsip-prinsip rasionalitas. Pada dasarnya modernisa-
si merupakan suatu proses sosial yang mencakup berbagai bidang kehidupan sehingga tidak
dapat ditetapkan batas-batasnya secara mutlak. Dalam hubungan ini Soerjono Soekanto
menjelaskan bahwa modernisasi merupakan suatu bentuk transformasi total dari kehidupan
yang bersifat tradisional ke arah kehidupan yang bersifat modern, dengan pola-pola ekono-
mis dan politis sebagaimana yang dicirikan dalam kehidupan di negara-negara barat.
Pandangan Soerjono Soekanto di atas seolah-olah menyamakan antara modernisasi
dengan westernisasi. Namun sesungguhnya konsep modernisasi sama sekali berbeda den-
gan konsep westernisasi. Lebih jelas lagi Koentjaraningrat menjelaskan bahwa modernisasi
merupakan suatu usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang.
Untuk masyarakat Indonesia, modernisasi dapat berarti suatu usaha untuk mengubah ber-
bagai sifat dan mentalitas yang tidak cocok dengan pola-pola kehidupan yang berkembang
sekarang. Sedangkan westernisasi, masih menurut Koentjaraningrat, merupakan peniruan
gaya hidup orang barat secara berlebihan, mulai dari pola tingkah laku, pergaulan, kebi-
asaan, hingga gaya hidup dan mode. Tidak semua kebudayaan barat sesuai dengan nilai-nilai
modernitas. Ini sama artinya dengan tidak semua kebudayaan barat cocok untuk diterapkan
di Indonesia. Beberapa kebudayaan barat seperti suka berfoya-foya, mabuk-mabukan, seks
bebas, dan lain sebagainya sama sekali tidak dapat diterapkan dalam kehidupan bangsa In-
donesia yang religius. Dengan demikian, orang-orang yang menganut gaya hidup westernis
belum tentu merupakan orang-orang modern. Terlebih-lebih jika mengingat makna modern
sebagaimana yang disebutkan oleh Alex Inkeles dan David Smith, yakni: (1) selalu terbuka
terhadap ide-ide baru, (2) memiliki visi dan misi yang berorientasi ke depan, (3) memiliki
kemampuan dalam perencanaan, dan (4) memiliki optimisme untuk menguasai, mengolah,
dan memanfaatkan alam.
Awal dari proses modernisasi adalah pembentukan manusia-manusia modern yang
di antaranya ditandai dengan budaya membaca, budaya menulis, dan budaya penelitian
yang mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi
kehidupan umat manusia. Soerjono Soekanto menyebutkan adanya beberapa syarat dalam
proses modernisasi, yaitu:
50
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
a. Menerapkan cara berpikir ilmiah (scienti
fi
c thinking) dalam kehidupan masyarakat
melalui sistem pendidikan dan pengajaran yang terencana dengan baik.
b. Memiliki sistem administrasi negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokra-
si.
c. Mempunyai sistem pengumpulan data yang baik, teratur, akurat, serta terpusat dalam
suatu lembaga atau badan tertentu.
d. Menciptakan iklim masyarakat yang baik dan mendukung terhadap proses modernisasi
melalui penggunaan media komunikasi massa yang efektif.
e. Meningkatnya organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kedisiplinan.
f. Adanya sentralisasi wewenang dalam melaksanakan perencanaan sosial (Social plan-
ning) sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan yang ingin mengubah
perencanaan untuk kepentingan golongan tertentu.
Kegiatan
Tidak sedikit kalangan yang sulit membedakan antara modernisasi dan westernisasi.
Tidak sedikit kalangan yang beranggapan bahwa segala sesuatu yang datang dari negara
barat merupakan suatu hal yang bersifat modern, meskipun sesungguhnya hal terse-
but bertolak belakang dengan makna modern. Tampaknya memang perlu memperjelas
pengertian dan makna dari konsep modernisasi dan westernisasi.
1. Coba tuliskan de
fi
nisi dari modernisasi dan westernisasi!
2. Apakah perbedaan antara modernisasi dan westernisasi?
3. Sebutkan beberapa karakteristik dari modernisasi!
4. Berikan beberapa contoh yang menunjukkan sikap dan pandangan yang selaras
dengan konsepsi modern!
5. Berikan pula beberapa contoh perbuatan yang merupakan gejala westernisasi!
6. Sebutkan beberapa syarat dalam proses modernisasi menurut Soerjono Soekanto!
7. Diskusikan dengan teman sekelas kalian, apakah masyarakat kita sudah dapat dika-
takan sebagai masyarakat modern?
8. Sehubungan dengan pertanyaan nomor 6 di atas, berikan beberapa alasan yang
mendukung argumentasi kalian!
9. Menurut pandangan kalian, mana yang lebih sesuai dengan falsafah bangsa Indone-
sia, modernisasi atau westernisasi?
10. Sehubungan dengan pertanyaan nomor 8 di atas, berikanlah beberapa alasan yang
mendukung argumentasi kalian!
2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dengan adanya masyarakat modern yang salah satu cirinya adalah gemar membaca,
gemar menulis, dan gemar mengadakan kegiatan keilmuan, maka muncullah para ilmuwan
yang kreatif. Kreativitas para ilmuwan tersebut ditandai dengan adanya penemuan-pen-
emuan baru dan sekaligus pengembangan-pengembangan dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Apakah yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut?
Metode Penelitian Sosial
51
Ilmu pengetahuan merupakan seperangkat pengetahuan yang tersusun secara sistema-
tis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, hal mana pengetahuan tersebut selalu da-
pat dikaji secara kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. Sedangkan teknologi
merupakan suatu bentuk aplikasi dari prinsip-prinsip ilmu pengetahuan untuk diterapkan
secara praktis dalam rangka membantu kehidupan manusia. Untuk dapat mengembangkan
teknologi yang canggih dan tepat bagi kegiatan pembangunan, perlu dilakukan pendalaman
terhadap berbagai disiplin ilmu pengetahuan secara terpadu. Usaha pengembangan teknolo-
gi tersebut perlu didorong oleh peneliti-peneliti yang memiliki keahlian yang handal, ber
-
dedikasi, kreatif dan inovatif, serta didukung oleh tenaga teknis yang terampil dan tenaga
pengelola yang profesional. Selain itu, pengembangan teknologi harus dirancang secara
serius sehingga berdaya guna dan berhasil guna dalam kehidupan masyarakat.
Adapun beberapa rancangan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di antara
meliputi pengembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dasar, teknologi, dan teknologi
produksi.
Pengembangan ilmu pengetahuan dasar sangat diperlukan untuk memberikan landasan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan (natural science) alam
maupun ilmu pengetahuan sosial (Social science). Pengembangan ilmu pengetahuan dasar
yang dimaksud diarahkan untuk mendukung peningkatan mutu dan kemampuan sumber
daya manusia dalam penguasaan disiplin ilmu. Seperti yang kita ketahui bahwa untuk dapat
mengembangkan teknologi diperlukan penguasaan yang handal terhadap konsep-konsep
ilmu pengetahuan dasar secara baik.
Pengembangan teknologi merupakan suatu upaya yang dilaksanakan untuk mereka-
yasa teknologi berdasarkan ilmu pengetahuan dasar yang dikuasai. Dalam pengemban-
gan teknologi diupayakan untuk mengintegrasikan dan sekaligus menciptakan teknolo-
gi-teknologi baru yang diperlukan untuk merancang bangun dan merekayasa teknologi
produksi dalam rangka membantu penyediaan barang-barang kebutuhan manusia. Dengan
demikian, pengembangan teknologi memiliki hubungan yang sangat erat dengan program
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Sedangkan pengembangan teknologi produksi merupakan suatu pengembangan te-
knologi yang mendukung kegiatan produksi, baik barang maupun jasa. Di dalam pengem-
bangan teknologi produksi terdapat upaya-upaya peningkatan keterampilan dalam mem-
produksi barang dan jasa, peningkatan keahlian dalam organisasi dan manajemen, serta
peningkatan etos dan sekaligus prestasi kerja. Arah dari pengembangan teknologi produksi
adalah untuk mempercepat penguasaan proses produksi dan meningkatkan produktivitas,
kemampuan, serta keterampilan sumber daya manusia dalam mendayagunakan teknologi
dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas barang dan jasa. Keadaan seperti itu
diharapkan dapat memacu proses industrialisasi, meningkatkan e
fi
siensi dan efektivitas
dalam kegiatan produksi, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
3. Modernisasi dalam Bidang Politik dan Ideologi
Pada dasarnya politik merupakan bidang yang berhubungan dengan kekuasaan (power)
dan wewenang (authority). Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara politik berkaitan
erat dengan proses-proses yang berkaitan dengan kenegaraan dan ketatanegaraan, yang
meliputi lembaga-lembaga negara, dasar pemerintahan, sistem pemerintahan, penyeleng-
52
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
garaan pemilihan umum, dan lain sebagainya. pertanyaannya sekarang adalah, apakah yang
dimaksud dengan kekuasaan (power) dan wewenang (authority) tersebut?
Dalam setiap hubungan antarmanusia, baik yang bersifat individual maupun yang
bersifat kelompok, selalu tersimpul unsur kekuasaan dan wewenang. Soerjono Soekanto
mende
fi
nisikan kekuasaan (power) sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak
lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Kekuasaan terdapat
pada semua bidang kehidupan, yakni mencakup kemampuan untuk memerintah dan mem-
berikan keputusan-keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
tindakan-tindakan pihak lain yang diperintah.
Max Weber
mengatakan bahwa kekuasaan merupakan suatu kesempatan seseorang
atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri,
dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-
orang atau golongan-golongan tertentu. Kekuasaan memiliki bermacam-macam sumber
dan sekaligus bermacam-macam bentuk. Kekuasaan juga terdapat di mana-mana, dalam
hubungan-hubungan sosial maupun dalam organisasi sosial. Namun demikian, pada
umumnya kekuasaan yang tertinggi terletak pada organisasi negara, karena secara formal
negara memiliki hak untuk melaksanakan kekuasaan tertinggi, bahkan negara dapat
menerapkan langkah-langkah kekerasan dan paksaan dalam rangka menjalankan tugas
pemerintahan.
Kekuasaan yang terdapat dalam interaksi sosial, baik yang terjadi antara seseorang
dengan seseorang, antara seseorang dengan kelompok, dan antara kelompok dengan
kelompok, memiliki beberapa unsur sebagai berikut:
a. Rasa takut
Perasaan takut terhadap seseorang akan menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala
kemauan dan tindakan orang yang ditakuti tersebut. Perasaan takut sesungguhnya merupa-
kan gejala jiwa yang bersifat negatif karena kepatuhan yang diwujudkan merupakan ket-
erpaksaan. Pada umumnya orang yang memiliki rasa takut akan berbuat apa saja sesuai
dengan kehendak orang yang ditakuti tadi. Rasa takut juga menyebabkan terjadinya pe-
niruan terhadap sikap dan perilaku orang yang ditakuti yang dikenal dengan istilah
matched
dependent behavior
.
b. Rasa cinta
Rasa cinta akan menghasilkan perbuatan yang positif yang diwujudkan dengan per-
buatan sukarela dalam rangka menyenangkan pihak yang berkuasa. Rasa cinta sebaiknya
dikembangkan dalam hubungan kekuasaan agar sistem kekuasaan yang dijalankan dapat
berjalan dengan tertib dan teratur.
c. Kepercayaan
Kepercayaan muncul sebagai akibat dari hubungan langsung antara dua orang atau
lebih yang bersifat asosiasif. Meskipun kepercayaan sering bersifat pribadi, namun keper-
cayaan juga dapat berkembang dalam hubungan organisasi yang luas. Kepercayaan rakyat
terhadap penguasa akan dapat melanggengkan penguasa tersebut dalam memegang kekua-
saan. Sebaliknya, ketidakpercayaan rakyat terhadap penguasa akan melahirkan mosi tidak
percaya yang dapat menjatuhkan penguasa.
Metode Penelitian Sosial
53
d. Pemujaan
Kepercayaan yang berlebihan akan melahirkan pemujaan.
Akibat dari pemujaan adalah
adanya pembenaran terhadap segala tindakan penguasa, meskipun tindakan penguasa terse-
but sungguh-sungguh salah.
Keempat unsur di atas sering digunakan oleh penguasa untuk dapat menjalankan kekua-
saannya.
Sebagaimana kekuasaan, wewenang juga dapat ditemui di mana-mana. Wewenang
merupakan suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk menetapkan ke-
bijaksanaan, menentukan keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah penting dan
untuk menyelesaikan pertentangan-pertentangan. Seseorang yang memiliki wewenang
akan bertindak sebagai pemimpin atau pembimbing bagi banyak orang. Dengan demikian,
kekuasaan tanpa wewenang merupakan kekuasaan yang tidak sah karena tidak memiliki
otoritas untuk menjalankan kekuasaannya. Adapun bentuk-bentuk wewenang antara lain
sebagai berikut:
a. Wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional (legal)
Max Weber mengemukakan bahwa perbedaan antara wewenang kharismatis, tradi-
sional, dan rasional didasarkan pada hubungan antara tindakan dengan dasar hukum yang
berlaku. Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang didasarkan atas kharisma atau
suatu keahlian khusus yang ada pada diri seseorang sebagai anugrah dari Tuhan Yang Maha
Esa. Wewenang kharismatis cenderung bersifat irasional karena tidak diatur oleh kaidah-
kaidah tertentu. Wewenang tradisional merupakan wewenang yang dimiliki oleh seseorang
karena adanya ketentuan-ketentuan tradisional. Sedangkan wewenang rasional merupakan
wewenang yang disandarkan pada sistem hukum yang berlaku dalam masyarakat.
b. Wewenang resmi dan tidak resmi
Wewenang resmi merupakan wewenang yang sistematis dan rasional yang diperoleh
secara resmi berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. Sedangkan wewenang tidak resmi
merupakan wewenang yang terdapat pada kelompok-kelompok yang tidak resmi yang dipe-
roleh secara spontan, situasional, dan didasarkan pada faktor persahabatan maupun faktor
kekeluargaan.
c. Wewenang pribadi dan teritorial
Wewenang pribadi merupakan wewenang yang diperoleh berdasarkan ikatan tradisi
yang didasarkan atas solidaritas antara anggota-anggota kelompok. Wewenang teritorial
merupakan wewenang yang diperoleh berdasarkan penguasaan terhadap daerah-daerah ter-
tentu.
d. Wewenang terbatas dan menyeluruh
Wewenang terbatas merupakan wewenang yang tidak mencakup semua bidang ke-
hidupan, melainkan hanya terbatas pada bidang-bidang tertentu saja. Sedangkan wewenang
menyeluruh merupakan wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan ter-
tentu.
Ideologi merupakan suatu rangkaian konsep cita-cita yang diemban dan diidamkan
oleh suatu kelompok, suatu golongan, suatu gerakan, atau suatu negara. Di dalam suatu ide-
ologi terdapat sistem konsep yang dijadikan landasan dalam memberikan arah dan tujuan
demi menjaga kelangsungan hidup.
54
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
Sistem politik dan ideologi yang terdapat dalam menyelenggarakan kehidupan ber-
bangsa dan bernegara di Indonesia senantiasa mengalami pembaharuan. Setiap pemimpin
negara telah berbuat yang terbaik di zamannya. Meskipun demikian, dalam perkemban-
gannya dilakukan beberapa langkah korektif demi melaksanakan pembaharuan pada tahap
berikutnya. Pemerintah Orde Lama mendapat koreksi dari pemerintah Orde Baru. Demikian
juga selanjutnya, pemerintah Orde Baru mendapat koreksi dari pemerintah yang sekarang.
Pemerintah sekarang juga masih disibukkan oleh berbagai kritik dan koreksi agar terus
melaksanakan pembenahan.
Penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara sudah barang tentu harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang di kalangan rakyat. Pada zaman
Orde Lama, hal mana tingkat pendidikan rakyat Indonesia secara umum masih sangat ren-
dah, maka demokrasi yang diterapkan cenderung bersifat otoriter. Hal tersebut lebih dis-
ebabkan karena ketersediaan sumber daya manusia berkualitas yang sangat sedikit. Pada
zaman Orde Baru kehidupan demokrasi sedikit mengalami peningkatan yang ditandai den-
gan penyelenggaraan pemilu setiap lima tahun sekali. Namun demikian, pada masa Orde
Baru kehidupan kepartaian tidak sebebas sekarang dengan alasan untuk menjaga stabilitas
keamanan nasional.
Belakangan ini sangat gencar terdengar isu-isu demokratisasi. Sebagian masyarakat
menghendaki pelaksanaan demokrasi yang ideal, sebagaimana yang terjadi di negara-ne-
gara barat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa demokrasi merupakan pemerintahan
yang didasarkan atas kekuasaan rakyat atau yang populer dengan istilah
goverment by rule
by the people
. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya demokrasi merupakan sistem
pemerintahan yang mengikutsertakan rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.
Pelaksanaan demokrasi yang ideal harus didukung oleh kualitas sumber daya manu-
sia yang ideal juga. Mengingat, pengambilan keputusan dalam tradisi demokrasi sering
diwarnai oleh suara yang terbanyak bukan suara yang berkualitas. Pengambilan keputu-
san seperti itu bisa jadi akan menjerumuskan. Sebagai ilustrasi, pendapat yang datang dari
seratus orang buta huruf akan dianggap lebih menentukan daripada pendapat yang datang
dari tiga puluh orang pakar. Padahal, secara rasional pendapat para pakarlah yang lebih baik
meskipun jumlahnya tidak sebanyak yang lainnya. Itulah sebabnya, kehidupan demokrasi
dalam sistem politik di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan, yakni demokrasi
parlementer atau dikenal juga dengan demokrasi liberal (terjadi antara tahun 1945-1959),
demokrasi terpimpin (terjadi antara tahun 1959-1966), dan demokrasi Pancasila (terjadi
antara tahun 1966-sekarang).
Pada masa demokrasi parlementer atau demokrasi liberal, pemerintahan sering men-
galami jatuh bangun sebagai akibat dari terlalu dominannya parlemen (DPR) dalam me-
nentukan pemerintahan. Pemerintahan tidak dapat bekerja secara efektif sebagai akibat dari
adanya pertentangan yang terjadi dalam tubuh partai politik sehingga Presiden Soekarno
merasa perlu melakukan dekrit. Sementara itu, pada masa demokrasi terpimpin terdapat
beberapa penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945 hingga mencapai puncaknya,
yakni terjadinya tragedi nasional yang berupa G30S/PKI.
Pemerintah Orde Baru melakukan beberapa langkah pembaharuan, yakni dengan men-
erapkan format demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila dapat dide
fi
nisikan sebagai
suatu demokrasi yang dijiwai dan didasari oleh falsafah Pancasila. Semangat yang dibangun
Metode Penelitian Sosial
55
dalam demokrasi Pancasila adalah semangat kekeluargaan. Penyelesaian masalah politik
dilakukan melalui lobi yang intensif untuk menghindarkan diri dari pertentangan penda-
pat dan perpecahan.
Wakil-wakil rakyat dipilih setiap lima tahun sekali melalui pemilihan
umum yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, dan rahasia. Kemajuan yang di-
capai oleh pemerintah Orde Baru adalah terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia
yang tertib dan dinamis berdasarkan ideologi Pancasila.
Perkembangan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara
di Indonesia harus disikapi sebagai suatu upaya untuk mencari format atau model demokra-
si yang cocok bagi sistem perpolitikan Indonesia, mengingat usia bangsa Indonesia yang
relatif masih muda.
Sekitar bulan Mei 1998, terjadi gejolak rakyat berupa aksi demonstrasi yang dilak-
sanakan secara besar-besaran untuk menuntut penyelenggaraan sistem politik yang lebih
demokratis. Aksi tersebut telah berhasil mendesak Presiden Soeharto untuk lengser. Para
pengganti Presiden Soeharto, baik B.J. Habibie, K.H. Abdulrachman Wahid, maupun Me-
gawati terus berupaya melaksanakan pembaharuan. Pembaharuan-pembaharuan tersebut
sudah barang tentu tidak akan pernah berakhir mengingat persoalan bangsa dan negara yang
selalu berkembang. Pembaharuan dalam bidang politik harus dilaksanakan secara terencana
dan sistematis mengingat tantangan yang ada pada era global dan era informasi yang se-
makin berat.
4. Modernisasi dalam Bidang Ekonomi
Modernisasi dalam bidang ekonomi tidak hanya ditekankan pada bidang pengembangan
teknologi produksi saja, melainkan juga pada bidang sistem ekonomi yang dibangun.
Dengan demikian, modernisasi ekonomi bukan semata-mata berarti usaha memajukan
bidang ekonomi agar kegiatan ekonomi bangsa Indonesia menjadi lebih efektif dan lebih
produktif, melainkan juga menyegarkan kembali sistem ekonomi Pancasila yang dianut
oleh bangsa Indonesia.
Kehidupan perekonomian bangsa Indonesia sejak merdeka sampai dekade tahun 60-
an memang cukup memprihatinkan. Kondisi tersebut bisa dimaklumi mengingat bangsa
Indonesia masih harus bergulat dengan revolusi
fi
sik yang menguras harta, benda, maupun
nyawa bangsa Indonesia. Itulah sebabnya pada era 60-an bangsa Indonesia menghadapi
berbagai masalah ekonomi, yakni: (1) laju in
fl
asi yang sangat tinggi, (2) pertumbuhan
ekonomi yang sangat rendah dan pendapatan per kapita yang rendah, (3) kebutuhan pangan
lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah produksi pangan, dan (4) tingkat pertumbuhan
penduduk yang relatif tinggi.
Beberapa kelemahan yang terjadi dalam bidang ekonomi tersebut mendorong pemerintah
menerapkan program rencana pembangunan lima tahun (Repelita) yang dimulai sejak tahun
1969. Adapun beberapa langkah yang diambil di antaranya adalah pengembangan pada
sektor industri nonmigas, bukan hanya mengandalkan pada produksi migas. Melalui program
pembangunan ekonomi tersebut, bangsa Indonesia telah berhasil mencapai beberapa kemajuan
dalam beberapa hal, seperti: (1) berkembangnya sektor industri sehingga menghasilkan
barang yang beraneka ragam, (2) kebutuhan listrik semakin terpenuhi disamping semakin
luasnya jaringan listrik hingga ke desa-desa, (3) berdirinya puskesmas-puskesmas sehingga
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, (4) meningkatnya rata-rata umur harapan
56
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
hidup (life expectency), dan (5) pemberlakuan program wajib belajar 9 tahun dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Era pasar bebas yang direncanakan akan terjadi pada tahun 2003 mendatang merupa-
kan tantangan tersendiri bagi kehidupan ekonomi bangsa Indonesia. Era pasar bebas juga
berarti persaingan ekonomi dunia semakin ketat. Selain itu, kondisi perekonomian bangsa
Indonesia yang belum meyakinkan menuntut kemampuan dalam pengelolaan sumber daya
secara e
fi
sien dan efektif demi menjaga kelangsungan ekonomi nasional. Langkah-lang-
kah e
fi
siensi terutama perlu diterapkan dalam beberapa hal, antara lain dengan pengha-
pusan kegiatan-kegiatan ekonomi yang berbiaya tinggi (high cost economy) pada semua
sektor dengan cara penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang efektif dan e
fi
sien,
penyederhanaan perizinan usaha dalam berbagai bidang, penghapusan peraturan-peraturan
yang menghambat, penghapusan pungutan-pungutan yang tidak memiliki fungsi ekonomis,
penajaman prioritas-prioritas pengeluaran pemerintah, pengurangan beberapa subsidi yang
tidak perlu, peningkatan suasana persaingan yang sehat di segala sektor, dan peningkatan
produktivitas tenaga kerja.
5. Modernisasi dalam Bidang Agama
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius. Religiusitas bangsa Indonesia terse-
but telah tampak sejak kehidupan zaman pra sejarah, yakni ditunjukkan dengan berkem-
bangnya paham animisme, dinamisme, totemisme, dan lain sebagainya. Sistem kepercayaan
setidaknya merupakan dasar kepribadian bangsa Indonesia yang memiliki keyakinan dan
kepercayaan bahwa ada kekuasaan tertinggi yang mengatur segala peri kehidupan manu-
sia. Itulah sebabnya ketika datang beberapa ajaran agama, bangsa Indonesia mudah dapat
menerima dan memeluknya sebagai suatu pandangan hidup dan sekaligus sebagai pedoman
dalam berperilaku.
Sebagaimana yang diketahui bahwa dalam kehidupan bangsa Indonesia banyak sekali
terdapat agama dan sistem kepercayaan. Beberapa agama yang diakui keberadaannya di
Indonesia adalah Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha. Disamping beberapa agama
tersebut, sebagian kecil masyarakat Indonesia juga menganut kepercayaan terhadap Tu-
han Yang Maha Esa seperti Kong Hu Chu, Pangestu, Sumarah, Sapta Dharma, dan lain
sebagainya. keberadaan beberapa agama dan aliran kepercayaan tersebut telah menambah
kemajemukan masyarakat Indonesia.
Uraian di atas menunjukkan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang menjun-
jung tinggi nilai-nilai keagamaan. Oleh karena itu, modernisasi dalam bidang agama harus
diarahkan pada hal, yakni: (1) pembinaan yang bersifat intern, seperti pendalaman dan pen-
gamalan ajaran agama, pembinaan hubungan antarumat di lingkungan agama, dan sejenis-
nya, (2) pembinaan yang bersifat ekstern, yakni yang menyangkut hubungan antara umat
beragama yang satu dengan umat beragama yang lain dan sekaligus pembinaan hubungan
antara masing-masing umat beragama dengan pemerintah. Dengan demikian, pembinaan
agama menyangkut persoalan keimanan, ketakwaan, sikap toleransi, dan sebagainya seh-
ingga akan tercipta suatu masyarakat Indonesia yang serasi, selaras, dan seimbang antara
bidang-bidang keduniaan dengan bidang-bidang keakhiratan.
Belakangan ini pengaruh sekularisasi semakin meraja lela pada setiap sisi kehidupan
bangsa Indonesia. Kata sekularisasi diambil dari bahasa
Latin sacculum
yang berarti ser-
ba duniawi. Dari kata sacculum tersebut berkembang kata sekularisme (secularism) yang
Metode Penelitian Sosial
57
berarti paham yang tidak mengikutsertakan nilai-nilai keagamaan dan Tuhan dalam ke-
hidupan. Misi sekulerisasi memang untuk memisahkan antara bidang agama dengan dengan
bidang keduniaan.
Memperhatikan bahaya sekularisasi seperti dalam uraian di atas, maka modernisasi
yang telah dilakukan dalam bidang agama diharapkan dapat menangkal pengaruh-pegaruh
negatif yang datang dari dunia luar
, terutama dunia barat yang lebih berorientasi pada hal-
hal yang bersifat keduniaan semata. Kalau tidak diantisipasi dengan baik, sekularisasi akan
semakin memisahkan kehidupan manusia dari nilai-nilai agama. Pemisahan nilai-nilai aga-
ma dari kehidupan manusia tersebut lambat laun akan menyebabkan manusia tidak percaya
lagi terhadap agama, sehingga manusia akan tidak percaya akan adanya Tuhan Yang Maha
Esa. Fenomena tersebut membahayakan kehidupan umat manusia karena tidak ada lagi
standar nilai yang fundamental yang menjadi pandangan hidup manusia.
6. Pengaruh Perkembangan Iptek, Isu-isu Demokratisasi, E
fi
siensi, dan Sekularisasi
terhadap Industrialisasi dan Urbanisasi
a. Pengaruh perkembangan iptek terhadap industrialisasi dan urbanisasi
Seperti yang telah dibahas dalam bagian sebelumnya, penemuan-penemuan baru dalam
bidang ilmu pengetahuan dan industri di Inggris telah menjadi faktor utama yang mendorong
terjadinya revolusi industri pada abad ke-18. Indikator penting yang dapat diperhatikan
dalam perkembangan industri adalah: (1) e
fi
siensi dalam hal waktu, tenaga, dan biaya, dan
(2) produktivitas industri yang tinggi dalam rangka pemenuhan terhadap segala macam
kebutuhan hidup manusia.
Ilmu pengetahuan dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sulit dipisah-pisahkan.
Keduanya saling dukung satu sama lain. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan akan
mendorong penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi. Sebaliknya, kemajuan
dalam teknologi akan mendukung ilmu pengetahuan sehubungan dengan adanya beberapa
kemudahan yang diperoleh melalui teknologi tersebut. Selanjutnya, kemajuan-kemajuan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam mendorong terjadinya
perubahan di setiap unsur kehidupan manusia. Dalam sektor industri misalnya, ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mendorong kemajuan-kemajuan dalam bidang industri,
terutama setelah ditemukannya mesin-mesin yang mendukung proses industri.
Pembangunan-pembangunan dalam sektor perindustrian di daerah-daerah strategis
seperti di perkotaan telah menyediakan lapangan kerja yang menarik. Itulah sebabnya,
tidak sedikit masyarakat pedesaan yang ingin mengadu nasib di perkotaan dengan bekerja
pada sektor industri. Keterangan tersebut memberikan gambaran bahwa industrialisasi
telah mendorong terjadinya urbanisasi karena sektor industri dipandang lebih menjanjikan
dibandingkan dengan sektor pertanian, terlebih lagi setelah lahan pertanian di pedesaan
semakin sempit sebagai akibat dari adanya proses pembangunan yang terus menerus
dilaksanakan.
b. Pengaruh demokratisasi terhadap industrialisasi dan urbanisasi
Isu-isu tentang demokratisasi telah memberikan pemahaman baru tentang persamaan
hak dan kewajiban pada setiap orang. isu demokratisasi telah memberikan kesadaran baru
tentang persamaan derajat pada setiap orang. Pesan-pesan demokrasi tersebut sejalan
dengan tuntutan industrialisasi, hal mana dalam proses industrialisasi setiap orang tersedia
58
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
kesempatan dan peluang yang sama untuk berkarir dan berprestasi dalam bidang industri.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pendukung proses industrialisasi tidak
pernah memandang jenis kelamin, ras , agama, dan sebagainya. Dengan demikian demokra-
tisasi telah berperan dalam peningkatan partisipasi masyarakat dalam sektor industri. Karena
sektor industrialisasi yang pada umumnya dibangun di perkotaan, maka secara otomatis ang-
katan kerja akan berbondong-bondong menuju kota dalam rangka mencari lapangan kerja
sebagaimana yang diinginkan.
c. Pengaruh e
fi
siensi terhadap industrialisasi dan urbanisasi
Pada dasarnya e
fi
siensi merupakan suatu ketepatan dalam mendayagunakan waktu,
tenaga, dan biaya dalam penyelenggaraan kegiatan industri. Pada umumnya langkah e
fi
sien-
si selalu diikuti dengan langkah efektivitas. Artinya, tenaga, waktu, dan biaya yang ada
didayagunakan sedemikian rupa sehingga menghasilkan produksi yang berkualitas dalam
jumlah yang besar. Prinsip e
fi
siensi identik dengan prinsip ekonomi, yakni dengan modal
yang sedikit menghasilkan lama yang besar.
Kegiatan-kegiatan yang ada dalam proses industrialisasi harus mempertimbangkan
prinsip e
fi
siensi. Tanpa e
fi
siensi proses industri tidak akan dapat berjalan seperti yang di-
harapkan. Adapun beberapa kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam rangka melak-
sanakan e
fi
siensi adalah:
1) Mengurangi biaya ekonomi tinggi (high cost economy) sehingga dana yang ada dapat
dipergunakan secara e
fi
sien dan efektif.
2) Mengeluarkan kebijakan deregulasi, yakni memberikan kemudahan-kemudahan bagi
para pengusaha dalam hal peraturan perizinan.
3) Menghapuskan segala macam peraturan yang dapat menghambat proses
industrialisasi.
4) Menerapkan sistem pembayaran pajak yang tidak memberatkan para pelaku bisnis.
5) Memberlakukan peraturan niaga secara jelas dan tegas.
Langkah-langkah e
fi
siensi di atas terbukti telah mendorong perkembangan industrialisasi
karena para investor, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri berlomba-lomba
untuk menanamkan modal bagi pengembangan industri. Fenomena seperti ini sama artinya
dengan membuka lapangan kerja baru di perkotaan sehingga menjadi daya tarik tersendiri
bagi penduduk desa untuk mencari lapangan kerja pada sektor industri yang ada di kota.
Sumber:
A yahbunda, 13/2006
Sentra-sentra industri yang berkembang pesat di perkotaan
Metode Penelitian Sosial
59
d. Pengaruh sekularisasi terhadap industrialisasi dan urbanisasi
Sekularisasi pada satu sisi telah mendorong terbentuknya manusia yang berjiwa
materialistis. Hal tersebut terjadi sehubungan dengan misi sekularisasi yang ingin
memisahkan kehidupan dunia dari nilai-nilai keagamaan. Pada sisi yang lain, sekularisasi
telah mengajarkan sikap hedonis dalam kehidupan masyarakat. Sikap seperti inilah yang
mendorong manusia untuk sedapat mungkin menghasilkan uang dalam rangka memenuhi
segala macam kebutuhan hidupnya.
Sekularisasi telah membentuk sikap masyarakat yang berorientasi pada pemujaan
terhadap nilai-nilai yang bersifat material. Sifat tersebut sekaligus menjadi pendorong bagi
manusia untuk mengutamakan penggunaan akal pikiran (rasional) dalam memecahkan
persoalan-persoalan kehidupan yang dihadapi, dibandingkan dengan penggunaan emosi
dan perasaan yang bersifat batiniah. Dengan pola pikir seperti tersebut lambat laun manusia
sudah tidak merasa perlu lagi terhadap kehadiran agama.
Uraian di atas setidaknya telah memberikan gambaran bahwa sekularisasi membawa
dampak yang cukup besar bagi proses industrialisasi. Sedangkan proses industrialisasi yang
kebanyakan dibangun di perkotaan telah menjadi dorongan tersendiri bagi masyarakat untuk
per
gi ke perkotaan dalam rangka mencari kesempatan kerja yang tersedia di perkotaan.
Kegiatan
1. Modernisasi tidak dapat dipisahkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Coba
carilah beberapa contoh dari perkembangan teknologi produksi yang dikembang-
kan di lingkungan tempat tinggal kalian!
2. Salah satu dampak dari modernisasi dalam bidang politik adalah berlangsungnya
pemilihan umum yang diselenggarakan secara multi partai yang dilaksanakan se-
bagai wujud dari pelaksanaan demokrasi. Jelaskan sikap kalian tentang banyaknya
partai politik dalam kehidupan politik bangsa Indonesia!
3. Seperti yang diketahui bahwa dasar perekonomian Indonesia adalah agraris. Menu-
rut pandangan kalian, apakah industri pertanian Indonesia sudah cukup berdaya
saing dalam pasar internasional? Mengapa demikian?
4. Dari tahun ke tahun proses urbanisasi selalu mengalami peningkatan. Diskusikan
dengan teman sekelas kalian, mengapa hal itu bisa terjadi?
5. Berikan pandangan kalian tentang langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk
mengatasi masalah urbanisasi tersebut?
6. Salah satu sisi negatif dari modernisasi adalah berkembangnya kecenderungan ma-
terialistis dalam kehidupan masyarakat. Bagaimana kalian menyikapi masalah-ma-
salah seperti ini!
7. Berdasarkan uraian dalam bab ini, identi
fi
kasikanlah faktor-faktor yang mendukung
modernisasi.
8. Identi
fi
kasikan pula faktor-faktor yang menghambat modernisasi.
60
Sosiologi
SMA dan MA Kelas XII IPS Semester I
R
angkuman
Tidak ada masyarakat yang tidak berbudaya. Istilah masyarakat dan kebudayaan
merupakan dua konsepsi yang hanya dapat dipisahkan secara teoritis, tetapi tidak dapat
dipisahkan secara praktis.
Perubahan sosial akan selalu diikuti oleh adanya perubahan kebudayaan, demikian
sebaliknya. Menurut Selo Soemardjan perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan
yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial di
dalam suatu masyarakat, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola peri-
laku di antara kelompok-kelompok dalam suatu masyarakat.
Perubahan sosial diindikasikan dengan adanya perubahan dalam hal struktur sosial,
fungsi sosial, dan sistem sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat. Adapun beberapa un-
sur sosial yang sering mengalami perubahan adalah kelompok-kelompok sosial, sistem nilai
dan sistem norma.
Proses integrasi atau penyatuan sosial terjadi jika perubahan sosial itu membawa un-
sur-unsur yang cocok dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Kegagalan suatu
masyarakat dalam melakukan langkah penyesuaian dapat menimbulkan disintegrasi dalam
kehidupan masyarakat tersebut.
Masyarakat tradisional merupakan suatu masyarakat yang memelihara, menjaga, dan
mempertahankan tradisi, adat istiadat, sistem nilai, sistem norma, dan bahkan sistem kebu-
dayaan yang diwariskan oleh generasi pendahulunya.
Masyarakat modern merupakan suatu masyarakat yang lebih mengutamakan rasion-
alitas dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai perwujudannya dari pada segala
sesuatu yang bersifat tradisi, adat istiadat, dan lain sebagainya. Adapun beberapa ciri dari
masyarakat modern antara lain disebutkan oleh Selo Soemardjan sebagai berikut:
1. Hubungan yang terjadi antarmanusia lebih didasarkan atas kepentingan-kepentingan
pribadi.
2. Hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain dilakukan secara terbuka dalam sua-
sana saling pengaruh mempengaruhi, kecuali terhadap beberapa penemuan baru yang
bersifat rahasia.
3. Adanya kepercayaan yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi se-
bagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
4. Masyarakat terbagi-bagi menurut profesi dan keahlian masing-masing yang dipelajari
dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga pendidikan, keterampilan, dan kejuruan.
5. Adanya tingkat pendidikan formal yang relatif tinggi dan merata.
6. Hukum yang diberlakukan merupakan hukum tertulis yang sangat kompleks.
7. Sistem ekonomi yang dikembangkan merupakan sistem ekonomi pasar yang didasar-
kan atas penggunaan uang dan alat-alat pembaharuan yang lain
Metode Penelitian Sosial
61
J
Latihan
Jawablah beberapa pertanyaan berikut dengan benar!
1. Jelaskan, mengapa suatu masyarakat selalu mengalami perubahan?
2. Sebutkan beberapa faktor yang menyebabkan munculnya kenakalan remaja, baik yang
terjadi di kalangan keluarga kaya (perkotaan) maupun yang terjadi di kalangan kelu-
arga miskin (pedesaan)!
3. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial disebabkan oleh beberapa
faktor, di antaranya adalah adanya penemuan-penemuan baru. Mengapa manusia selalu
terdorong untuk mengadakan penemuan-penemuan?
4. Apakah yang membedakan antara konsiliasi, mediasi, dan arbitrasi?
5. Sebutkan ciri-ciri masyarakat tradisional menurut Talcott Parsons!
6. Mengapa masyarakat modern sering diidentikkan dengan masyarakat perkotaan?
7. Jelaskan, pandangan M.A. Jaspan tentang terjadinya perubahan sistem pelapisan sosial
dalam kehidupan masyarakat di Indonesia pada masa kolonialis dan imperialis Be-
landa?
8. Sebutkan pula dampak-dampak negatif dari proses industrialisasi!
9. Sebutkan beberapa mentalitas negatif yang terdapat dalam kehidupan bangsa Indonesia
sebagai akibat dari kekejaman kolonialis Belanda menurut Koentjaraningrat!
10. Berikan pandangan kalian, mengapa pembangunan dalam bidang pendidikan dianggap
sebagai suatu hal yang sangat penting?
11. Apa sajakah upaya-upaya preventif yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kenaka-
lan remaja?
12. Carilah beberapa contoh perilaku masyarakat yang dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran ligkungan!
13. Apakah yang dimaksud dengan modernisasi menurut Soerjono Soekanto dan menurut
Koentjaraningrat!
14. Apakah yang membedakan antara modernisasi dengan westernisasi?
15. Sebutkan beberapa syarat terjadinya modernisasi menurut Soerjono Soekanto!
16. Apakah yang dimaksud dengan wewenang kharismatis, wewenang tradisional, dan we-
wenang rasional (legal) menurut Max Weber?
17. Mengapa pelaksanaan demokrasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkual-
itas?
18. Langkah-langkah apa saja yang ditempuh dalam rangka modernisasi dalam bidang
ekonomi?
19. Tunjukkan bukti-bukti bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius!
20. Jelaskan pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap modern-
isasi dan urbanisasi!
Glosarium
agent of change
: agen perubahan
Arbitrasi
: usaha untuk mengendalikan kon
fl
ik dengan cara menunjuk pihak
ketiga yang ditunjuk oleh pihak-pihak yang terlibat kon
fl
ik.
Difusi
: suatu proses penyebaran atau perembesan unsur-unsur kebu-
dayaan yang berupa gagasan-gagasan, keyakinan-keyakinan,
serta hasil-hasil kebudayaan dari seseorang atau sekelompok
orang yang satu kepada seseorang atau sekelompok orang yang
lainnya
Tradisional
: sesuatu yang diteruskan dari masa lalu menuju masa sekarang
Modern : baru;
Disequilibrium : ketidakseimbangan
Disintegrasi : perpecahan
ekstern : luar
Evolusi
: perubahan secara lambat
Integrasi : penyatuan Sosial
intern : dalam
Kompromi
: suatu usaha yang ditempuh untuk mengendalikan kon
fl
ik dengan
cara membentuk kesepakatan bersama atau saling mengurangi
tuntutan satu sama lain.
Konsiliasi
: suatu usaha untuk mengendalikan kon
fl
ik dengan menggunakan
lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan bagi masing-
masing pihak yang bertikai dapat duduk bersama mendiskusikan
persoalan-persoalan yang dipertentangkan.
Mediasi
: suatu usaha untuk mengendalikan kon
fl
ik dengan cara menunjuk
pihak ketiga.
Modernisasi
:
suatu usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan konstelasi dun-
ia sekarang
mobilitas
: perpindahan
Penetrasi : perembesan
Perubahan Sosial : perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga ke-
masyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial di dalam suatu
masyarakat
Revolusi
: perubahan secara cepat
Strati
fi
kasi : strata; tingkatan