Gambar Sampul Geografi · BAB 2 ANALISIS LOKASI INDUSTRI DAN PERTANIAN
Geografi · BAB 2 ANALISIS LOKASI INDUSTRI DAN PERTANIAN
Bagja Waluya

24/08/2021 15:28:29

SMA 12 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

37

Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu:

• mengklasifikasikan industri berdasarkan kriteria tertentu;

• menentukan lokasi industri atas dasar bahan baku, pasar, biaya

angkut, tenaga kerja, modal, teknologi, peraturan, dan lingkungan;

• mengidentifikasi faktor penyebab gejala aglomerasi industri;

• menganalisis keterkaitan sarana transportasi dengan aglomerasi

industri;

• mengidentifikasi manfaat peta dalam menganalisis lokasi industri;

• mengidentifikasi manfaat peta dalam menganalisis lokasi pertanian.

ANALISIS LOKASI

INDUSTRI DAN PERTANIAN

MELALUI PETA

37

2

(Sumber: www.tatamulia.co.id)

38

KLASIFIKASI

INDUSTRI

LOKASI

INDUSTRI

SARANA

TRANSPORTASI

AGLOMERASI

INDUSTRI

ANALISIS LOKASI

INDUSTRI DAN PERTANIAN

MELALUI PETA

BAHAN MENTAH

MODAL

TENAGA KERJA

SUMBER ENERGI

PASAR

TEKNOLOGI

PERANGKAT

HUKUM

KONDISI

LINGKUNGAN

ANALISIS LOKASI

INDUSTRI DAN PERTANIAN

PETA KONSEP

39

Apakah kamu tahu tentang industri? Jika dilihat dari besarnya, tentu

dari pabrik satu dengan lainnya terdapat perbedaan. Ada pabrik yang kecil

dan ada yang besar. Hal ini sangat berkaitan dengan kegiatan industrinya,

sehingga dari keanekaragaman tersebut maka industri dapat diklasifikasikan

berdasarkan karakteristiknya masing-masing.

Kamu juga pasti dapat menyaksikan di mana keberadaan pabrik-pabrik

tersebut. Ada pabrik-pabrik yang berjajar di sepanjang jalan atau mengelompok

pada suatu wilayah tertentu. Ada pabrik yang terdapat di daerah pinggiran

kota, di perkotaan, di desa, bahkan ada yang di daerah terpencil.

Dari apa yang kamu lihat, pasti menimbulkan beberapa pertanyaan yang

ingin kamu ketahui, seperti mengapa industri-industri tersebut berbeda-beda

jenisnya? Mengapa pula lokasinya ada yang mengelompok, tersebar, dekat

dengan kota, di perkotaan, dan bahkan di daerah terpencil? Pertanyaan-

pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang berkaitan dengan lokasi

industri dan persebarannya.

Pada bab ini akan dibahas tentang industri berdasarkan klasifikasi, lokasi,

dan penyebarannya. Selain itu, kita juga akan mencoba untuk menganalisis

lokasi industri dan pertanian melalui peta, sehingga dapat menambah wawasan

pengetahuan dan keterampilan kamu dalam memanfaatkan peta untuk mengkaji

lokasi-lokasi industri dan pertanian di suatu wilayah.

A. KLASIFIKASI INDUSTRI

Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia

yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah

Industri, manufaktur, aglomerasi, transportasi.

Kata Kunci :

Gambar 2.1

Kawasan Industri di Cikarang,

Jawa Barat

(Sumber: www.tatamulia.co.id)

Gambar 2.2

Kawasan Pertanian di Kerawang,

Jawa Barat

(Sumber: Zul Afdi Umar, 2007)

40

jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut

sebagai kegiatan manufaktur (

manufacturing

). Padahal, pengertian industri

sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi

yang sifatnya produktif dan komersial.

Karena merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam

industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin

maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin

banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan

dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun

berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan

pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar,

modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut,

perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan

keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan

masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya.

Adapun klasifikasi industri berdasarkan kriteria masing-masing, adalah

sebagai berikut.

1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku

Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung

pada apa yang akan dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan

bahan baku yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:

a.

Industri ekstraktif,

yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung

dari alam. Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan,

dan industri hasil kehutanan.

b.

Industri nonekstraktif

, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasil-

hasil industri lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan

industri kain.

c.

Industri fasilitatif

atau disebut juga

industri tertier

.

Kegiatan industrinya

adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya:

perbankan, perdagangan, angkutan, dan pariwisata.

2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan

menjadi:

a.

Industri rumah tangga

, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja

kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat

terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau

pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota

41

keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/

tahu, dan industri makanan ringan.

b.

Industri kecil,

yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar

5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif

kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada

hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri

pengolahan rotan.

c.

Industri sedang

, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar

20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang

cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan

perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri

konveksi, industri bordir, dan industri keramik.

d.

Industri besar,

yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100

orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun

secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki

keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan

dan kelayakan

(fit and profer test)

. Misalnya: industri tekstil, industri

mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.

3. Klasifikasi industri berdasarkan produksi yang dihasilkan

Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan

m

enjadi:

a.

Industri primer

, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda

yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan

tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung. Misalnya: industri

anyaman, industri konveksi, industri makanan dan minuman.

b.

Industri sekunder

, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda

yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan.

Misalnya: industri pemintalan benang, industri ban, industri baja, dan

industri tekstil.

c.

Industri tertier

, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau

benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun

tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah

atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya: industri angkutan, industri

perbankan, industri perdagangan, dan industri pariwisata.

4. Klasifikasi industri berdasarkan bahan mentah

Berdasarkan bahan mentah yang digunakan, industri dapat dibedakan

menjadi:

42

a.

Industri pertanian,

yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang

diperoleh dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya: industri minyak goreng,

Industri gula, industri kopi, industri teh, dan industri makanan.

b.

Industri pertambangan

, yaitu industri yang mengolah bahan mentah

yang berasal dari hasil pertambangan. Misalnya: industri semen, industri

baja, industri BBM (bahan bakar minyak bumi), dan industri serat sintetis.

c.

Industri jasa

, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang dapat

mempermudah dan meringankan beban masyarakat tetapi menguntungkan.

Misalnya: industri perbankan, industri perdagangan, industri pariwisata,

industri transportasi, industri seni dan hiburan.

5. Klasifikasi industri berdasarkan lokasi unit usaha

Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan

industri. Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan

menjadi:

a.

Industri ber

orientasi pada pasar (market oriented industry)

, yaitu

industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.

b.

Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industry)

,

yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk,

terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang

pendidikannya.

c.

Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry)

,

yaitu industri yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya:

industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping), industri

pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan amoniak), dan

industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).

d.

Industri berorientasi pada bahan baku

, yaitu industri yang didirikan

di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan

dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan

pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan lahan tebu.

e.

Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose

industry)

, yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat

di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena bahan baku,

tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana

saja. Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.

6. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi

Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi:

43

a.

Industri hulu

, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi

barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku

untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri

alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.

b.

Industri hilir,

yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi

barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau

dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat terbang, industri

konveksi, industri otomotif, dan industri meubeler.

7. Klasifikasi industri berdasarkan barang yang dihasilkan

Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:

a.

Industri berat

, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau alat

produksi lainnya. Misalnya: industri alat-alat berat, industri mesin, dan

industri percetakan.

b.

Industri ringan

, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai untuk

dikonsumsi. Misalnya: industri obat-obatan, industri makanan, dan industri

minuman.

8. Klasifikasi industri berdasarkan modal yang digunakan

Berdasarkan modal yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:

a.

Industri dengan penanaman modal dalam negeri

(PMDN), yaitu industri

yang memperoleh dukungan modal dari pemerintah atau pengusaha nasional

(dalam negeri). Misalnya: industri kerajinan, industri pariwisata, dan industri

makanan dan minuman.

b.

Industri dengan penanaman modal asing

(PMA), yaitu industri yang

modalnya berasal dari penanaman modal asing. Misalnya: industri komunikasi,

industri perminyakan, dan industri pertambangan.

c.

Industri dengan modal patungan

(join venture)

, yaitu industri yang

modalnya berasal dari hasil kerja sama antara PMDN dan PMA. Misalnya:

industri otomotif, industri transportasi, dan industri kertas.

9. Klasifikasi industri berdasarkan subjek pengelola

Berdasarkan subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan menjadi:

a.

Industri rakyat,

yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat,

misalnya: industri meubeler

, industri makanan ringan, dan industri kerajinan.

b.

Industri negara,

yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik negara

yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya: industri kertas, industri

44

pupuk, industri baja, industri pertambangan, industri perminyakan, dan

industri transportasi.

10. Klasifikasi industri berdasarkan cara pengorganisasian

Cara pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh berbagai faktor,

seperti: modal, tenaga kerja, produk yang dihasilkan, dan pemasarannya.

Berdasarkan cara pengorganisasianya, industri dapat dibedakan menjadi:

a.

Industri kecil

, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil,

teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari

kalangan keluarga, produknya masih sederhana, dan lokasi pemasarannya

masih terbatas (berskala lokal). Misalnya: industri kerajinan dan industri

makanan ringan.

b.

Industri menengah

, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif

besar

, teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-

200 orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi pemasarannya relatif

lebih luas (berskala regional). Misalnya: industri bordir, industri sepatu,

dan industri mainan anak-anak.

c.

Industri besar

, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar,

teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam

jumlah banyak dan terampil, pemasarannya berskala nasional atau

internasional. Misalnya: industri barang-barang elektronik, industri otomotif,

industri transportasi, dan industri persenjataan.

11. Klasifikasi industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Perindustrian

Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian

industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/

I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

Adapun pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:

a. Industri Kimia Dasar (IKD)

Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan: modal yang

besar

, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industri

yang termasuk kelompok IKD adalah sebagai berikut:

1)

Industri kimia organik, misalnya: industri bahan peledak dan industri bahan

kimia tekstil.

2)

Industri kimia anorganik, misalnya: industri semen, industri asam sulfat,

dan industri kaca.

45

3)

Industri agrokimia, misalnya: industri pupuk kimia dan industri pestisida.

4)

Industri selulosa dan karet, misalnya: industri kertas, industri pulp, dan

industri ban.

b. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)

Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi

mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan.

Adapun yang termasuk

industri ini adalah sebagai berikut:

1)

Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya: mesin traktor,

mesin hueler, dan mesin pompa.

2)

Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya: mesin pemecah batu, buldozer,

excavator, dan motor grader.

3)

Industri mesin perkakas, misalnya: mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji,

dan mesin pres.

4)

Industri elektronika, misalnya: radio, televisi, dan komputer.

5)

Industri mesin listrik, misalnya: transformator tenaga dan generator.

6)

Industri keretaapi, misalnya: lokomotif dan gerbong.

7)

Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya: mobil, motor, dan

suku cadang kendaraan bermotor.

8)

Industri pesawat, misalnya: pesawat terbang dan helikopter.

9)

Industri logam dan produk dasar, misalnya: industri besi baja, industri

alumunium, dan industri tembaga.

10) Industri perkapalan, misalnya: pembuatan kapal dan reparasi kapal.

11) Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya: mesin produksi, peralatan

pabrik, the blower, dan kontruksi.

c.

Aneka Industri (AI)

Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-

macam barang kebutuhan hidup sehari-hari.

Adapun yang termasuk industri

ini adalah sebagai berikut:

1)

Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi.

2)

Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan mesin

jahit, televisi, dan radio.

3)

Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obat-

obatan, dan pipa.

4)

Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam

dan makanan kemasan.

46

5)

Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu lapis,

dan marmer.

d. Industri Kecil (IK)

Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja

sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga,

misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan

dari tanah (gerabah).

e. Industri pariwisata

Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis dari

kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa: wisata seni dan budaya (misalnya:

pertunjukan seni dan budaya), wisata pendidikan (misalnya: peninggalan, arsitektur

,

alat-alat observasi alam, dan museum geologi), wisata alam (misalnya:

pemandangan alam di pantai, pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan

wisata kota (misalnya: melihat pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, wilayah

pertokoan, restoran, hotel, dan tempat hiburan).

B. MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI

Lokasi suatu industri berada, selain memperlihatkan karakteristik dari

kegiatan industrinya juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan industri

tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan lokasi suatu industri.

Karena itu, pengambilan keputusan dalam merencanakan lokasi industri harus

didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang matang dari faktor-faktor

yang mempengaruhinya. Pemilihan lokasi yang strategis merupakan kerangka

kerja yang presfektif bagi pengembangan suatu kegiatan yang bersifat komersil.

Artinya, lokasi tersebut harus memiliki atau memberikan pilihan-pilihan yang

menguntungkan dari sejumlah akses yang ada.

Semakin strategis suatu lokasi industri, berarti akan semakin besar peluang

keuntungan yang akan diperoleh. Dengan demikian, tujuan penentuan lokasi

industri yaitu untuk memperbesar keuntungan dengan menekan biaya produksi

dan meraih pangsa pasar yang lebih luas.

1. Faktor-faktor penentuan lokasi industri

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi

industri, di antaranya sebagai berikut.

47

a. Bahan mentah

Bahan mentah merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dalam

kegiatan industri, sehingga keberadaannya harus selalu tersedia dalam jumlah

yang besar demi kelancaran dan keberlanjutan proses produksi.

Apabila bahan

mentah yang dibutuhkan industri, cadangannya cukup besar dan banyak ditemukan

maka akan mempermudah dan memperbanyak pilihan atau alternatif penempatan

lokasi industri. Apabila bahan mentah yang dibutuhkan industri cadangannya

terbatas dan hanya ditemukan di tempat tertentu saja maka akan menyebabkan

biaya operasional semakin tinggi dan pilihan untuk penempatan lokasi industri

semakin terbatas.

b. Modal

Modal yang digunakan dalam peoses produksi merupakan hal yang sangat

penting. Hal ini kaitannya dengan jumlah produk yang akan dihasilkan, pengadaan

bahan mentah, tenaga kerja yang dibutuhkan, teknologi yang akan digunakan,

dan luasnya sistem pemasaran. Dengan demikian, suatu industri yang memiliki

modal besar memiliki alternatif yang banyak dalam menentukan lokasi industrinya.

Sebaliknya, bagi industri yang bermodal sedikit atau kecil maka kurang memiliki

banyak pilihan dalam menentukan lokasinya.

c.

Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan tulang punggung dalam menjaga kelancaran

proses produksi, baik jumlah maupun keahliannya.

Adakalanya suatu industri

membutuhkan tenaga kerja yang banyak, walaupun kurang berpendidikan.

Tetapi, ada pula industri yang hanya membutuhkan tenaga-tenaga kerja yang

berpendidikan dan terampil. Dengan demikian, penempatan lokasi industri

berdasarkan tenaga kerja sangat tergantung pada jenis dan karakteristik kegiatan

industrinya.

d. Sumber energi

Kegiatan industri sangat membutuhkan energi untuk menggerakkan mesin-

mesin produksi, misalnya: kayu bakar

, batubara, listrik, minyak bumi, gas

alam, dan tenaga atom/nuklir. Suatu industri yang banyak membutuhkan energi,

umumnya mendekati tempat-tempat yang menjadi sumber energi tersebut.

e. Transportasi

Kegiatan industri harus ditunjang oleh kemudahan sarana transportasi

dan perhubungan. Hal ini untuk melancarkan pasokan bahan baku dan menjamin

distribusi pemasaran produk yang dihasilkan. Sarana transportasi yang dapat

48

digunakan untuk kegiatan industri di antaranya transportasi darat (keretaapi

dan kendaraan roda empat atau lebih), transportasi laut (kapal laut), dan

transportasi udara (kapal terbang).

f.

Pasar

Pasar sebagai komponen yang sangat penting dalam mempertimbangkan

lokasi industri, sebab pasar sebagai sarana untuk memasarkan atau menjual

produk yang dihasilkan. Lokasi suatu industri diusahakan sedekat mungkin

menjangkau konsumen, agar hasil produksi mudah dipasarkan.

g. Teknologi yang digunakan

Penggunaan teknologi yang kurang tepat dapat menghambat jalannya

suatu kegiatan industri. Penggunaan teknologi yang disarankan untuk

pengembangan industri pada masa mendatang adalah industri yang: memiliki

tingkat pencemaran (air

, udara, dan kebisingan) yang rendah, hemat air, hemat

bahan baku, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Bahkan pasar internasional

sudah mensyaratkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dan

sumberdaya sebagai salah satu syarat agar produknya dapat diterima di pasaran

internasional melalui ISO 9000 dan ISO 14000.

h. Perangkat hukum

Perangkat hukum dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan sangat

penting demi menjamin kepastian berusaha dan kelangsungan industri, antara

lain tata ruang, fungsi wilayah, upah minimum regional (UMR), perizinan,

sistem perpajakan, dan keamanan.

Termasuk jaminan keamanan dan hukum

penggunaan bahan baku, proses produksi, dan pemasaran. Peraturan dan

perundang-undangan harus menjadi pegangan dalam melaksanakan kegiatan

industri karena menyangkut modal yang digunakan, kesejahteraan tenaga kerja,

dan dampak negatif (limbah) yang ditimbulkan.

i.

Kondisi lingkungan

Faktor lingkungan yang dimaksud ialah segala sesuatu yang ada di sekitarnya

yang dapat menunjang kelancaran produksi. Suatu lokasi industri yang kurang

mendukung, seperti keamanan dan ketertiban, jarak ke pemukiman, struktur

batuan yang tidak stabil, iklim yang kurang cocok, terbatasnya sumber air

,

dan lain-lain, hal ini dapat menghambat keberlangsungan kegiatan industri.

Namun, semua faktor yang mempengaruhi lokasi industri tersebut, tentunya

tidak seluruhnya dapat diakomodasi. Terkadang suatu lokasi industri mendekati

tempat beradanya sumber bahan baku, tetapi jauh dari daerah pemasaran,

49

atau sebaliknya. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk menentukan

lokasi industri yang ideal, sehingga lahirlah beberapa teori lokasi dari para

ahli yang didasarkan pada faktor-faktor produksi paling dominan dari suatu

kegiatan industri. Teori lokasi adalah suatu teori yang dikembangkan untuk

melihat dan memperhitungkan pola lokasional kegiatan ekonomi termasuk

industri dengan cara yang konsisten dan logis, dan untuk melihat serta

memperhitungkan bagaimana antarwilayah kegiatan ekonomi itu saling berhubungan

(interrelated)

.

2. Teori lokasi

Pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi industri yaitu

ditekankan pada biaya transportasi yang rendah. Beberapa teori yang banyak

digunakan dalam menentukan lokasi industri, adalah sebagai berikut:

a.

Theory of industrial location

(teori lokasi industri) dari

Alfr

ed Weber

.

b.

Theory of optimal industrial location

(teori lokasi industri optimal)

dari

Losch

.

c.

Theory of weight loss and transport cost

(teori susut dan ongkos

transport).

d.

Model of gravitation and interaction

(model gravitasi dan interaksi)

dari

Issac Newton

dan

Ullman

.

e.

Theory of cental place

(teori tempat yang sentral) dari

Walter Christaller

.

Pada prinsipnya beberapa teori lokasi tersebut untuk memberikan masukan

bagi penentuan lokasi optimum, yaitu lokasi yang terbaik dan menguntungkan

secara ekonomi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai beberapa teori

lokasi.

a. Theory of industrial location (teori lokasi industri) dari Alfred

Weber

Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan

mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum, dengan

asumsi sebagai berikut:

1

)

Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim

dan penduduknya relatif homogen.

2)

Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.

3) Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah

Minimum Regional (UMR).

4) Hanya ada satu jenis alat transportasi.

5) Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.

50

6)

Terdapat persaingan antarkegiatan industri.

7)

Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.

Persyaratan tersebut jika dipenuhi maka teori lokasi industri dari

Alfred

We b e r

dapat digunakan. Weber menggunakan tiga faktor (variabel penentu)

dalam analisis teorinya, yaitu titik material, titik konsumsi, dan titik tenaga

kerja. Ketiga titik (faktor) ini diukur dengan ekuivalensi ongkos transport.

Berdasarkan asumsi tersebut di atas, penggunaan teori Weber tampak

seperti pada gambar berikut ini.

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.3

Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri

(Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000)

Keterangan:

M

= pasar

P = lokasi biaya terendah.

R1, R2 = bahan baku

Gambar (a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak.

(b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri.

(c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri.

b. Teori lokasi industri optimal (Theory of optimal industrial loca-

tion) dari Losch

Teori ini didasarkan pada permintaan

(demand)

, sehingga dalam teori

ini diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri yaitu

apabila dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas, sehingga dapat dihasilkan

pendapatan paling besar

.

Untuk membangun teori ini,

Losch

juga berasumsi bahwa pada suatu

tempat yang topografinya datar atau homogen, jika disuplai oleh pusat (industri)

volume penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat industri

semakin berkurang volume penjualan barang karena harganya semakin tinggi,

akibat dari naiknya ongkos transportasi. Berdasarkan teori ini, setiap tahun

pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasar seluas-luasnya.

Di samping itu, teori ini tidak menghendaki wilayah pasarannya akan terjadi

tumpang tindih dengan wilayah pemasaran milik pabrik lain yang menghasilkan

51

barang yang sama, sebab dapat mengurangi pendapatannya. Karena itu, pendirian

pabrik-pabrik dilakukan secara merata dan saling bersambungan sehingga

berbentuk heksagonal.

c.

Teori susut dan ongkos transport (theory of weight loss and

transport cost)

Teori ini didasarkan pada hubungan antara faktor susut dalam proses

pengangkutan dan ongkos transport yang harus dikeluarkan, yaitu dengan

cara mengkaji kemungkinan penempatan industri di tempat yang paling

menguntungkan secara ekonomi. Suatu lokasi dinyatakan menguntungkan apabila

memiliki nilai susut dalam proses pengangkutan yang paling rendah dan biaya

transport yang paling murah.

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa:

1)

Makin besar angka rasio susut akibat pengolahan maka makin besar

kemungkinan untuk penempatan industri di daerah sumber bahan mentah

(bahan baku), dengan catatan faktor yang lainnya sama.

2)

Makin besar perbedaan ongkos transport antara bahan mentah dan barang

jadi maka makin besar kemungkinan untuk menempatkan industri di daerah

pemasaran.

d. Model gravitasi dan interaksi (model of gravitation and interac-

tion) dari Issac Newton dan Ullman

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa tiap massa mempunyai gaya

tarik (gravitasi) untuk berinteraksi di tiap titik yang ada di region yang saling

melengkapi (

r

egional complementarity

), kemudian memiliki kesempatan

berintervensi (

intervening opportunity

), dan kemudahan transfer atau pemindahan

dalam ruang (

spatial transfer ability

).

Teori interaksi ialah teori mengenai kekuatan hubungan-hubungan ekonomi

(

economic connection

) antara dua tempat yang dikaitkan dengan jumlah

penduduk dan jarak antara tempat-tempat tersebut. Makin besar jumlah

penduduk pada kedua tempat maka akan makin besar interaksi ekonominya.

Sebaliknya, makin jauh jarak kedua tempat maka interaksi yang terjadi semakin

kecil. Untuk menggunakan teori ini perhatikan rumus berikut.

Keterangan:

I

= gaya tarik menarik diantara kedua region.

d = jarak di antara kedua region.

P = jumlah penduduk masing-masing region.

P

1

P

2

I = ––––––

d

2

52

e. Teori tempat yang sentral (theory of cental place) dari Walter

Christaller

Teori ini didasarkan pada konsep

range

(jangkauan) dan

thr

eshold

(ambang).

Range

(jangkauan) adalah jarak tempuh yang diperlukan untuk mendapatkan

barang yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan

threshold

(ambang) adalah

jumlah minimal anggota masyarakat yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan

suplai barang.

Menurut teori ini, tempat yang sentral secara hierarki dapat dibedakan

menjadi tiga jenis, yaitu:

1)

Tempat sentral yang berhierarki 3 (K = 3), merupakan pusat pelayanan

berupa pasar yang senantiasa menyediakan barang-barang bagi daerah

sekitarnya, atau disebut juga kasus pasar optimal.

2)

Tempat sentral yang berhierarki 4 (K = 4), merupakan situasi lalu lintas

yang optimum. Artinya, daerah tersebut dan daerah sekitarnya yang

terpengaruh tempat sentral itu senantiasa memberikan kemungkinan jalur

lalu lintas yang paling efisien.

3)

Tempat sentral yang berhierarki 7 (K = 7), merupakan situasi administratif

yang optimum. Artinya, tempat sentral ini mempengaruhi seluruh bagian

wilayah-wilayah tetangganya.

Teori Christaller akan lebih tepat jika digunakan untuk daerah dataran

rendah, sebab tiap lokasi memiliki peluang yang sama untuk berkembang.

Contohnya pada sebuah daerah pedataran luas yang dihuni oleh penduduk

secara merata. Untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, tentu memerlukan

berbagai barang dan jasa seperti: pakan (makan dan minum), papan (rumah

dan perabotannya), sandang (pakaian dan asesorisnya), pendidikan, dan

kesehatan. Lokasi yang menyediakan barang dan jasa tersebut, hanya ada

pada tempat tertentu saja, sehingga ada jarak antara tempat tinggal dengan

lokasi penyedia barang dan jasa. Jarak tempuh dari tempat tinggal menuju

pusat penyediaan barang atau jasa disebut

range

.

Persaingan dalam penyediaan barang dan jasa tidak akan cukup dengan

mengkamulkan pada kualitas barang atau jasa layanan yang terbaik, melainkan

lokasi yang dapat dan mudah dijangkau oleh konsumen (masyarakat) harus

menjadi perhatian.

Untuk menerapkan teori ini, diperlukan beberapa syarat di antaranya

sebagai berikut:

1)

Topografi atau keadaan bentuk permukaan bumi dari suatu wilayah relatif

seragam sehingga tidak ada bagian yang mendapat pengaruh lereng atau

pengaruh alam lain dalam hubungannya dengan jalur angkutan.

53

2)

Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen dan tidak

memungkinkan adanya produksi primer yang menghasilkan padi-padian,

kayu, dan batubara.

3. Kecenderungan lokasi industri

Penentuan lokasi industri sebagaimana telah diuraikan sebelumnya memiliki

beberapa alternatif atau kecenderungan yang didasarkan pada orientasi faktor-

faktor produksi yang tersebar di berbagai lokasi. Faktor-faktor produksi

dalam kegiatan industri, di antaranya dipengaruhi oleh: bahan baku, sumber

ener

gi, tenaga kerja, modal, transportasi, dan pasar. Kecenderungan lokasi

industri berdasarkan jenis industri dapat dikelompokkan sebagai berikut.

a. Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi bahan baku

Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi bahan baku adalah industri

yang membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang cukup besar

, bahan baku

yang digunakan tidak rusak/utuh, dan bahan baku yang diolah banyak mengalami

penyusutan sehingga meringankan biaya pengangkutan.

Pertimbangan yang digunakan untuk menempatkan industri yang berorientasi

pada bahan baku, di antaranya adalah:

1)

Industri yang mengolah bahan baku yang cepat rusak atau busuk, misalnya:

industri daging, industri ikan, industri bunga, dan industri susu.

2)

Industri yang mengolah bahan baku dalam jumlah besar atau barang

curahan

(bulk goods)

dan biaya angkutannya cukup mahal, misalnya:

industri kayu dan industri pengolahan minyak bumi. Industri kelompok

ini memiliki perbandingan kehilangan berat (weight loss) mencapai 75%

atau lebih.

3)

Memiliki ketersedian bahan mentah yang cukup besar.

4)

Biaya pengangkutan bahan mentah lebih mahal daripada biaya pengangkutan

barang jadi.

5)

Volume produksi lebih kecil dari bahan mentah karena adanya penyusutan.

b. Industri yang cenderung ditempatkan di daerah pemasaran

Industri yang cenderung ditempatkan di daerah pemasaran adalah industri

yang biasanya tidak mengalami kesulitan dalam penggunaan bahan baku atau

mudah diperoleh di daerah sekitarnya. Misalnya: industri perakitan, industri

makanan, dan industri konveksi.

Pertimbangan yang digunakan untuk menempatkan industri yang berorientasi

pada daerah pemasaran, di antaranya adalah:

54

1)

Jika dalam pembuatan barang industri, perbandingan kehilangan (susut)

berat mencapai nol persen, biaya angkut untuk barang jadi lebih mahal

dari pada biaya angkut untuk barang mentah. Misalnya: industri roti karena

setelah diolah beratnya tidak berbeda dengan bahan mentahnya.

2)

Jika bahan mentah/baku mudah diperoleh. Misalnya: industri air mineral,

karena air bersih dianggap mudah diperoleh.

3)

Jika barang yang dihasilkan memerlukan ongkos tinggi karena ukurannya

relatif lebih besar. Misalnya: industri peti dan industri mebel.

4)

Jika barang yang dihasilkan selalu mengalami perubahan yang cepat karena

kaitannya dengan model dan mode yang sedang berkembang. Misalnya

industri konveksi.

5)

Jika biaya angkut barang jadi lebih mahal dari pada biaya angkut bahan

mentah/baku.

6)

Jika produksi yang dihasilkan mudah rusak dan tidak tahan lama.

7)

Jika barang yang dihasilkan memerlukan pemasaran yang luas.

8)

Jika bahan baku yang digunakan tahan lama.

c.

Industri yang cenderung ditempatkan di pusat-pusat konsentrasi

penduduk

Industri yang cenderung ditempatkan di pusat-pusat konsentrasi penduduk,

yaitu industri yang memerlukan tenaga kerja yang banyak. Industri ini bersifat

padat karya, misalnya: industri elektronika dan garmen. Industri ini biasanya

berlokasi di tempat pemusatan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang murah

dan terampil.

Adapun industri yang memerlukan tenaga kerja dengan keahlian

yang khusus dalam jumlah yang banyak di antaranya industri kain batik dan

industri kain bordir.

d. Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi sumber tenaga/

energi

Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi sumber tenaga/energi adalah

industri yang banyak memerlukan sumber tenaga (listrik, minyak bumi, batubara,

gas, dan air). Misalnya: industri peleburan baja/besi, industri pembangkit

listrik tenaga air (PL

TA), dan industri pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

e. Industri yang cenderung ditempatkan dengan orientasi pada

biaya pengangkutan

Industri yang cenderung ditempatkan dengan orientasi pada biaya

pengangkutan adalah industri yang memerlukan sarana atau jaringan transportasi

55

yang mudah dan baik, sehingga tidak mengganggu jalur pemasaran. Industri

ini biasanya industri yang memerlukan bahan mentah, pengolahan, dan pemasaran

pada satu tempat yang sama. Misalnya: industri air kemasan atau air karbonasi.

f.

Industri yang berorientasi pada modal

Industri yang berorientasi pada modal adalah industri yang biasanya memiliki

produksi yang besar dan sangat vital secara ekonomis, dan memiliki pasar

yang luas serta strategis untuk menarik modal asing. Misalnya: industri farmasi

dan alat-alat kesehatan.

g. Industri yang berorientasi pada teknologi

Industri yang berorientasi pada teknologi adalah industri yang membutuhkan

tenaga kerja dengan keahlian khusus dan terdidik, serta telah menerapkan

teknologi adaptif. Misalnya: industri pertanian, industri perikanan, industri

pariwisata, dan industri perhotelan.

h. Industri yang berorientasi pada peraturan dan perundang-

undangan

Industri yang berorientasi pada peraturan dan perundang-undangan adalah

industri yang memerlukan kemudahan dalam perizinan dan sistem perpajakan.

Misalnya relokasi industri negara maju ke negara-negara berkembang umumnya

sangat memperhatikan orientasi peraturan perizinan dan perpajakan. Jika

izin mereka agak dipersulit dan terlalu mahal pajaknya, maka negara maju

tersebut tidak akan mendirikan industri di negara berkembang.

i.

Industri yang berorientasi pada lingkungan

Industri yang berorientasi pada lingkungan adalah industri yang tidak

merusak lingkungan, dengan cara menggunakan teknologi atau proses industri

yang ramah lingkungan. Cirinya hemat bahan baku dan sumber energi, serta

tidak mencemari lingkungan, tetapi memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

C. FAKTOR PENYEBAB GEJALA AGLOMERASI INDUSTRI

Lokasi industri merupakan suatu tempat atau wilayah di permukaan bumi

dengan segala unsur-unsurnya, baik unsur fisik maupun sosial yang memberikan

kontribusi terhadap kelancaran dan perkembangan kegiatan industri secara

optimal dari segi ekonomi. Unsur-unsur tersebut merupakan faktor lokasi

yang meliputi bahan mentah atau bahan baku, modal, tenaga kerja, sumber

ener

gi, transportasi, pasar, teknologi, iklim, sumber air, peraturan dan perundang-

undangan.

56

Faktor-faktor tersebut perlu diperhitungkan, mengingat tidak semua unsur

yang mendukung kegiatan industri tersedia dan mudah diperoleh di suatu

tempat. Apabila suatu industri didukung oleh faktor-faktor tersebut secara

lengkap maka kegiatan industri tersebut akan menguntungkan. Pada kenyataannya,

lokasi industri yang ideal (yang memenuhi semua persyaratan) jarang ditemukan.

Karena itu, penempatan lokasi industri harus memilih di antara tempat-tempat

yang paling menguntungkan.

Akibat adanya keterbatasan dalam pemilihan lokasi yang ideal maka

sangat dimungkinkan akan munculnya pemusatan atau terkonsentrasinya industri

pada suatu wilayah tertentu yang dikenal dengan istilah

aglomerasi industri

.

Misalnya, industri garmen, industri konveksi, dan industri kerajinan dibangun

di suatu tempat yang berdekatan dengan pusat pemukiman penduduk; Industri

berat yang memerlukan bahan mentah, seperti batu bara dan besi baja, penentuan

lokasi pabriknya cenderung mendekati sumber bahan mentah.

Pemusatan industri dapat terjadi pada suatu tempat terkonsentrasinya

beberapa faktor yang dibutuhkan dalam kegiatan industri. Misalnya bahan

mentah, energi, tenaga kerja, pasar, kemudahan dalam perizinan, pajak yang

relatif murah, dan penanggulangan limbah merupakan pendukung aglomerasi

industri.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, penyebab terjadinya aglomerasi industri

antara lain:

1.

terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan pada suatu

lokasi;

2.

kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada salah satu faktor produksi

tertentu;

3 .

adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan dengan tata

ruang dan fungsi wilayah;

4.

adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang pelayanan

industri lainnya yang lengkap;

5.

adanya kerja sama dan saling membutuhkan dalam menghasilkan suatu

produk.

Aglomerasi industri yang muncul di suatu kawasan, dapat diakibatkan

oleh faktor alamiah dan dapat juga diakibatkan secara disengaja dengan

perencanaan yang matang. Aglomerasi industri yang terbentuk secara alamiah,

yaitu apabila pemusatannya diakibatkan secara kebetulan karena lokasi tersebut

memiliki beberapa faktor yang menunjang dan dibutuhkan dalam proses

perkembangan industri. Aglomerasi yang terbentuk secara disengaja, yaitu

karena berdasarkan hasil perencanaan tata ruang yang dilengkapi berbagai

kebutuhan yang menunjang dalam proses perkembangan industri.

57

Model aglomerasi industri yang berkembang akhir-akhir ini, dapat

diketegorikan menguntungkan, di antaranya adalah:

1 .

mengurangi pencemaran atau kerusakan lingkungan, karena terjadi pemusatan

kegiatan sehingga memudahkan dalam penanganannya;

2.

mengurangi kemacetan di perkotaan, karena lokasinya dapat disiapkan

di sekitar pinggiran kota;

3.

memudahkan pemantauan dan pengawasan, terutama industri yang tidak

mengikuti ketentuan yang telah disepakati;

4.

tidak mengganggu rencana tata ruang;

5.

dapat menekan biaya transportasi dan biaya produksi serendah mungkin.

Di dalam aglomerasi industri dikenal istilah

kawasan industri

atau sering

disebut

industrial estate

, yaitu suatu kawasan atau tempat pemusatan kegiatan

industri pengolahan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana, misalnya:

lahan dan lokasi yang strategis. Selain itu, terdapat pula fasilitas penunjang

lain, misalnya listrik, air, telepon, jalan, dan tempat pembuangan limbah, yang

telah disediakan oleh perusahaan pengelola kawasan industri.

Pada awalnya, fasilitas penunjang kegiatan industri pada kawasan aglomerasi

industri hanya dikuasai oleh pemerintah. Tetapi, sekarang perusahaan swasta

sudah diberikan wewenang untuk mengelolanya. Tujuan dibentuknya suatu

kawasan industri (aglomerasi yang disengaja), antara lain untuk mempercepat

pertumbuhan industri, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong

kegiatan industri agar terpusat dan berlokasi di kawasan tersebut, dan

menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan lingkungan. Misalnya:

beberapa kawasan industri di Indonesia, antara lain Medan, Cilegon (Banten),

Pulogadung (Jakarta), Cikarang (Bekasi), Cilacap (Jateng), Rungkut (Surabaya),

dan Makassar.

Selain kawasan industri, dikenal juga istilah

kawasan berikat (Bonded

zone)

. Kawasan berikat

(Bonded zone)

merupakan suatu kawasan dengan

batas tertentu di dalam wilayah pabean yang di dalamnya diberlakukan ketentuan

khusus di bidang pabean. Ketentuan tersebut antara lain mengatur lalu lintas

pabean dari luar daerah atau dari dalam pabean Indonesia lainnya tanpa terlebih

dahulu dikenakan bea cukai atau pungutan negara lainnya, sampai barang

tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor atau ekspor. Kawasan berikat berfungsi

sebagai tempat penyimpanan, penimbunan, dan pengolahan barang yang berasal

dari dalam atau luar negeri. Contoh kawasan berikat, yaitu PT Kawasan

Berikat Indonesia meliputi Tanjung Priok, Cakung, dan Batam.

Sehubungan dengan kawasan berikat, juga terdapat istilah

industri berikat

(Industrial Linkage)

, yaitu beberapa industri yang memiliki keterikatan ke

dalam suatu industri utama. Keterikatan antara satu industri dengan industri

58

lainnya dapat terjalin dari elemen-elemen (lahan, modal, mesin, tenaga kerja,

informasi, pasar, transportasi, dan unsur lainnya) yang terkait dengan

pengoperasian industri. Sedikitnya ada empat jenis keterkaitan yang menyebabkan

terjadinya industri berikat, yaitu:

1.

keterkaitan produk;

2.

keterkaitan jasa;

3.

keterkaitan proses;

4.

keterkaitan subkontrak.

Sebagai contoh industri berikat yaitu industri garmen. Dalam hal ini industri

garamen sebagai industri utamanya. Sedangkan di sekitar industri garmen

tersebut akan dikelilingi oleh industri-industri lain yang berfungsi sebagai

penunjang, misalnya: industri tekstil, industri kancing, reslasting, dan asesoris

lainnya. Adanya keterkaitan antara industri yang berada pada suatu tempat,

tidak hanya dapat menekan biaya transport, tetapi juga dapat mendukung

pertumbuhan dan keberlangsungan industri-industri tersebut.

D. KETERKAITAN SARANA TRANSPORTASI DENGAN AGLO-

MERASI INDUSTRI

Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan

manusia selama ini. Manusia sebagai makhluk dinamis, senantiasa terus bergerak

dan berusaha dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

Awal

kehidupan manusia, hanya memiliki ruang gerak yang terbatas untuk memenuhi

kebutuhan primer saja (makan dan minum), seperti melalui kegiatan berburu,

meramu, dan sistem pertanian berpindah-pindah

(nomad)

. Kebiasaan ini berjalan

cukup lama dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses

kehidupan tersebut merupakan pendidikan dan pembelajaran seiring dengan

terus meningkatnya jumlah populasi manusia dan terus meningkatnya kebutuhan

hidup.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup pada kondisi jumlah penduduk yang

semakin padat maka mulai ditemukan berbagai temuan baru dalam bidang

ilmu pengetahuan dan teknologi yang menunjang percepatan pemenuhan kebutuhan

tersebut. Hasil perkembangan iptek tersebut di antaranya dalam bidang

transportasi.

Aktivitas ekonomi sekarang ini, baik yang berhubungan dengan pertanian,

perdagangan, jasa maupun industri, kelangsungannya tidak terlepas dari

transportasi. Di negara-negara maju, misalnya: di Eropa dan Amerika, lengkapnya

sarana dan prasarana transportasi telah mendukung keberhasilan sebagai negara-

negara industri. Pada negara-negara yang hanya memiliki beberapa jalan raya,

59

pertukaran barang terjadi dalam skala kecil dan kebanyakan merupakan produk

lokal. Seandainya, sarana dan prasarana transportasi dikembangkan, keuntungan

akibat pertukaran barang dapat ditingkatkan. Sebagai contoh di Prancis,

awalnya kebanyakan petani menanam anggur karena dianggap lebih berharga

dan sangat menguntungkan, sedangkan kebutuhan akan gandum lebih baik

didatangkan dari negara lain. Dengan demikian, transportasi merupakan fasilitas

yang memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk menggerakkan dan

menunjang aktivitas masyarakat, barang, dan jenis lainnya yang dianggap

berharga oleh masyarakat dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Keberadaan transportasi di permukaan bumi memiliki keterkaitan yang

sangat erat dengan keadaan populasi penduduk. Hal ini, dapat dilihat dari

semakin bertambahnya jumlah penduduk di suatu tempat, pergerakan (mobilitas)

pun semakin kompleks di tempat tersebut. Beberapa alasan yang menyebabkan

berkembangnya sistem transportasi dari waktu ke waktu, antara lain sebagai

berikut:

1.

Sumber daya alam yang tersedia tidak tersebar secara merata, sehingga

terjadi pergerakan manusia untuk mencari dan mencapai lokasi sumberdaya

alam yang dibutuhkan.

2.

Jumlah dan penyebaran penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya

tidak sama, sehingga terjadi saling membutuhkan dan dibutuhkan di antara

penduduk yang satu dengan penduduk yang lainnya.

3.

Adanya perbedaan kualitas dan kemampuan masyarakat, sehingga ada

sekelompok masyarakat yang memiliki teknologi yang tinggi dan ada

pula sekelompok masyarakat yang teknologinya masih konvensional.

4 .

Adanya perbedaan kemampuan mengelola lahan, sehingga adanya perbedaan

tingkat sosial ekonomi masyarakat, yang saling membutuhkan sarana

transportasi untuk menunjang kehidupannya.

Adanya transportasi memungkinkan hubungan antardaerah, hubungan

antar-

hinterland

dan

foreland

, serta menimbulkan dampak sosial-ekonomi

penduduk dan penggunaan lahan. Keberadaan sarana dan prasarana transportasi

tidak dapat lepas dari pengaruh berbagai faktor geografi, di antaranya sebagai

berikut.

1. Iklim

Kondisi iklim berpengaruh sangat besar pada kelancaran transportasi,

terutama transportasi laut dan udara.

Adanya badai topan, kabut, hujan, salju,

maupun asap tebal memungkinkan terganggunya penerbangan dan pelayaran

yang akan dilakukan. Di daerah yang memiliki curah hujan tinggi mengakibatkan

pemeliharaan jalan raya dan kereta api menjadi lebih tinggi, jalan akan cepat

60

rusak akibat aliran air dan banjir. Bahkan fenomena perubahan fungsi jalan

pada waktu hujan sebagai sungai merupakan fenomena yang sering terjadi,

akibat tidak disiplinnya masyarakat dalam membersihkan saluran air dan

membuang sampah tidak pada tempatnya.

2. Struktur geologi

Kondisi batuan di tiap wilayah berbeda-beda, ada wilayah yang memiliki

kondisi batuan yang stabil dan ada juga daerah yang memiliki kondisi batuan

yang tidak stabil. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kestabilan jalan.

Jalan yang berada di daerah labil cenderung cepat rusak. Hal ini akan

mengakibatkan tingginya biaya pemeliharaan dan perbaikan jalan. Sebaliknya

jalan yang berada di daerah yang stabil cenderung lebih awet.

3. Keadaan morfologi

Keberadaan morfologi suatu daerah sangat berpengaruh pada sarana

transportasi darat. Misalnya: di daerah perbukitan sampai pegunungan yang

selalu labil dan berkelok-kelok akan mengakibatkan pembuatan dan

pemeliharaannya jalan menjadi mahal. Selain itu, diperlukan prasarana lain,

misalnya: jembatan dan terowongan. Begitu juga keberadaan morfologi dasar

laut sangat berpengaruh pada kecepatan kapal, besarnya muatan kapal dan

pembuatan dermaga atau pelabuhan.

4. Faktor sosial

Keberadaan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi pada

dasarnya merupakan tuntutan masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhan

hidupnya, misalnya: bepergian ke tempat kerja, sekolah, belanja, hubungan

sosial, bisnis, rekreasi, dan lain-lain. Semua itu, melahirkan tuntunan adanya

jalan, angkutan dan rute-rute kendaraan yang efisien, aman, dan nyaman.

5. Kondisi ekonomi

Kondisi ekonomi sebagai hasil dari pertumbuhan industri dan aktivitas

komersial lainnya telah mendorong semakin meningkatnya kebutuhan akan

transportasi. Semakin tinggi dan kompleks aktivitas atau kemajuan ekonomi

suatu masyarakat dapat dilihat atau diukur dari kondisi jaringan transportasinya.

Jalan yang lebar

, terpelihara, banyak lintasan, lengkapnya sarana angkutan,

terminal, pelabuhan, dan bkamura sangat berkolerasi dengan membaiknya

keadaan ekonomi masyarakat sekitarnya.

61

6. Keadaan politik dan kebijaksanaan pemerintah

Pembuatan jaringan transportasi seringkali dibuat karena latar belakang

politik dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan, keamanan, dan pertahanan,

walaupun mungkin secara ekonomis kurang menguntungkan atau bahkan tidak

ada. Pembangunan fasilitas transportasi juga merupakan kebijaksanaan pemerintah

dalam rangka pembangunan, baik nasional, regional maupun lokal agar

pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat di samping kestabilan politik dan

pemerataan pembangunan dapat diciptakan.

7. Teknologi yang dimiliki

Setiap sarana dan prasarana transportasi mempunyai karakteristik tersendiri.

Misalnya: kereta api memerlukan lokomotif dengan mesin penggerak yang

berbeda (batubara, listrik, diesel) dan jaringan rel kereta api yang baik dan

kuat. Pesawat terbang berhubungan dengan daya angkut, mesin pesawat,

kapasitas bandara, sistem komunikasi udara, dan perlengkapan lain yang

dibutuhkan untuk layaknya suatu penerbangan. Kapal laut dengan rute, dermaga,

kecepatan mesin, dan daya angkut. Semua itu harus didukung oleh teknologi

transportasi yang dimiliki.

Apabila penguasaan teknologinya belum memadai

maka sistem transportasi yang aman, nyaman, mudah, dan terjangkau oleh

masyarakat tidak mungkin terwujud.

Selain beberapa keuntungan dan keunggulan yang dapat diraih dari

pengembangan sarana transportasi, juga dapat memunculkan dampak negatif.

Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan dari keberadaan transportasi,

antara lain sebagai berikut.

a. Perubahan penggunaan lahan

Pebaikan dan pembukaan jalan sebagai sarana transportasi, dapat

menyebabkan perubahan penggunaan lahan yang tidak terkendali. Misalnya,

perubahan penggunaan lahan hutan menjadi tegalan, perubahan lahan tegalan

menjadi pemukiman, dan seterusnya. Penataan ruang yang tidak terkendali

dapat menimbulkan berbagai bencana seperti banjir dan erosi.

b. Perbedaan harga lahan

Pembukaan dan perbaikan sarana transportasi dapat menyebabkan naiknya

harga tanah dan terjadinya perbedaan kelas harga tanah. Semakin dekat ke

jalan maka harga tanah semakin tinggi, sedangkan semakin jauh dari jalan

maka harga tanah semakin rendah. Hal ini akan memacu jual beli tanah dan

pengalihan fungsi tanah.

62

c.

Penyebaran dan kepadatan penduduk

Peningkatan saranan transportasi dapat menyebabkan penyebaran penduduk

semakin merata dan kepadatan penduduk semakin tinggi. Hal ini akan memacu

pemilikan lahan yang semakin sempit, sehingga pengolahan lahan semakin

intensif, dan pada gilirannya produktivitas lahan semakin menurun dan petani

semakin miskin.

d. Tingginya mobilitas penduduk

Perbaikan sarana transportasi akan memacu mobilitas penduduk, baik

berupa migrasi, urbanisasi maupun gerakan sirkuler lainnya. Hal ini dapat

menyebabkan perubahan mata pencaharian penduduk yang tadinya bertani

menjadi beralih ke sektor lain, sehingga tenaga kerja sektor pertanian berkurang.

e. Perubahan budaya masyarakat

Perbaikan sarana transportasi dapat menyebabkan perubahan budaya

masyarakat yang dilaluinya. Perubahan tersebut dapat berbahaya apabila filter

budaya yang dimiliki masyarakat kurang kuat, sebab bisa jadi yang diserap

ialah budaya yang kurang baik dan negatif.

Tetapi apabila filter budaya yang

dimiliki masyarakatnya kuat maka kekhawatiran tersebut tidak akan terjadi.

f.

Memacu pembangunan berbagai fasilitas fisik

Pembangunan sarana transportasi dapat memacu pembangunan fasilitas

fisik lainnya seperti pemukiman, villa, sarana hiburan dan rekreasi. Perubahan

ini akan menyebabkan rusaknya tata ruang yang telah ditetapkan sebelumnya.

Selain itu, fungsi lahan sebagai daerah resapan jadi berkurang.

Sarana transportasi yang telah dijelaskan tersebut erat kaitannya dengan

aglomerasi industri. Sebagaimana penjelasan bahwa di antara faktor-faktor

penyebab munculnya aglomerasi industri pada suatu wilayah, memiliki prinsip

yang sama yaitu untuk memperhitungkan biaya transportasi minimum agar

dapat menekan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Selain itu, sistem

transportasi yang baik dan mudah di suatu tempat atau wilayah merupakan

salah satu alasan untuk terjadi aglomerasi industri pada tempat atau wilayah

bersangkutan.

Untuk menganalisis hubungan antara sarana transportasi dan aglomerasi

industri, dapat diikuti pada contoh kasus berikut.

Misalnya pada suatu proses pembangunan industri, sumber bahan mentah

(B), pasar (P), dan sumber energi (E) terdapat pada tempat yang terpisah-

pisah. Dalam hal ini faktor tenaga kerja dianggap faktor yang selalu bergerak

63

untuk mengikuti lokasi industri, sehingga dapat diabaikan. Aglomerasi industri

akan terjadi pada kisaran sekitar ketiga faktor tersebut. Proses aglomerasi

industri terjadi karena setiap perencanaan atau penentu kebijakan dalam pemilihan

lokasi akan memperhatikan terapan konsep isotim dan isodapen dalam

memperhitungkan biaya transportasi minimum. Perhatikan gambar berikut!

Gambar 2.4

Penerapan konsep isotim dan isodapen

dalam perhitungan Biaya transportasi minimum

(Sumber: Nursid Sumaatmadja, 1988, halaman 136)

Isotim

merupakan garis-garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat

yang memiliki biaya transportasi yang sama.

Isodapen

merupakan garis-garis

yang menghubungkan tempat yang memiliki kenaikan biaya transportasi yang

sama besarnya di atas biaya transportasi lokal minimum. Adapun lokasi industri

dengan biaya transportasi minimum akan terletak pada daerah yang berbentuk

segitiga (segitiga aglomerasi).

Pada gambar tersebut terdapat dua segitiga aglomerasi, yaitu segitiga

aglomerasi I yang dibatasi oleh isodapen 5 dan segitiga aglomerasi II yang

dibatasi oleh isodapen 6. Lokasi industri ini akan diletakkan di bagian segitiga

aglomerasi I ataupun II, bergantung pada penawaran. Jika lokasi industri

diletakkan pada segitiga I, berarti biaya transportasi harus 5 unit di atas

biaya transportasi minimum. Jika lokasinya pada segitiga aglomerasi II, penambahan

biaya di atas biaya transportasi minimum sampai unit ke-6.

Pada segitiga aglomerasi II masih dapat dilakukan pilihan atau penawaran

antara di A1, A2, atau A3. Jika kita lebih berorentasi pada pasar maka lokasi

industri dapat diletakkan di A1, di sini penambahan biaya pemasaran sampai

dengan 4 unit. Adapun untuk pengangkutan bahan mentah 6 unit dan energi

64

6 unit. Selanjutnya, coba kamu analisis jika keputusan lokasi itu di A2 atau

A3.

Selain oleh faktor transportasi, faktor aglomerasi industri yang sekarang

sedang berkembang, juga dipengaruhi oleh inovasi teknologi dan globalisasi

ekonomi. Akibat globalisasi akan berkembang kota-kota global yang bukan

hanya diperhitungkan berdasarkan untung-rugi secara ekonomi, tetapi juga

untung-rugi aspek politik dan sosial ekonomi penduduk. Kebijakan pemerintah

dalam meningkatkan fungsi politik dan ekonomi terhadap kawasan industri

mempengaruhi pemilihan lokasi aglomerasi industri.

Di Indonesia, fenomena kota global terjadi di Jakarta Metropolitan. Industri

sektor keuangan dan perdagangan terpadu dalam kapitalisasi global. Ruang

digunakan dengan cepat dalam perkembangan kota baru. Akibatnya, tanah

pertanian beralih ke dalam penggunaan perkotaan karena banyak kawasan

perumahan di pusat kota berubah menjadi pusat niaga, hotel-hotel, berbagai

apartemen dengan bangunan tinggi, perkantoran, dan sebagainya.

Jakarta berkembang menjadi kota dengan pusat berganda, lokasi-lokasi

pembangunan kota baru dan kawasan perumahan di Jabotabek ditempatkan

sesuai dengan kebijakan pemerintah agar dapat diupayakan keteraturan tata

ruangnya.

E. ANALISIS LOKASI INDUSTRI DAN PERTANIAN MELALUI PETA

Pemanfaatan peta oleh manusia, sudah berlangsung sejak dahulu. Semakin

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang pemetaan,

pemanfaatan peta untuk menunjang aktivitas kehidupan manusia pun makin

meluas, baik dalam keperluan sipil maupun militer

. Beberapa pemanfaatan

peta, antara lain:

1.

Petunjuk lokasi suatu wilayah di permukaan bumi.

2.

Menggambarkan luas, bentuk, dan penyebaran berbagai gejala di muka

bumi.

3.

Penentu jarak dan arah berbagai tempat di muka bumi.

4.

Sumber keterangan keadaan

sosiografis

dan

fisiografis

suatu wilayah

seperti jumlah penduduk, potensi sumber daya alam, relief, iklim, jenis

vegetasi, dan lain-lain.

5 .

Sarana penerangan wilayah, seperti digunakan oleh pemerintah dan militer.

6.

Dokumen.

Demikian halnya dalam sektor industri dan pertanian sebagai contoh

kegiatan ekonomi manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pemanfaatan peta untuk menentukan lokasi industri maupun pertanian adalah

65

sangat penting, sehingga didapatkan suatu lokasi yang ideal untuk menempatkan

kedua aktivitas ekonomi manusia tersebut.

Untuk dapat memanfaatkan peta dengan baik dan benar, maka cara-

cara penggunaannya harus dikuasai terlebih dulu. Apabila kamu ingin menggunakan

peta, perhatikan hal-hal berikut:

1.

Informasi apa yang akan kamu cari dalam peta.

2.

Sesuaikah judul peta yang kamu gunakan dengan informasi yang akan

dicari.

3.

Apabila informasi yang kamu butuhkan adalah kondisi saat ini, maka

lihatlah tahun pembuatannya, karena peta yang menggambarkan objek

mudah berubah (seperti penggunaan lahan), kemungkinan saat ini sudah

ada perubahan.

4 .

Amati legenda dengan seksama, agar kamu terhindar dari kesalahan informasi

yang terdapat dalam peta.

5.

Perhatikan pula skala yang tercantum pada peta, sehingga kamu dapat

mengetahui perbandingan ukuran atau jarak pada peta dengan di lapangan.

Setelah kamu menguasai bagaimana cara penggunaan peta, maka selanjutnya

cobalah untuk menganalisis lokasi industri dan pertanian yang ideal menurut

kamu berdasarkan pada peta yang kamu miliki atau melalui media yang diberikan

guru!

Untuk dapat menganalisis lokasi industri pada peta, maka tidak terlepas

dari pengaruh faktor-faktor yang sudah kita pelajari sebelumnya, yaitu: bahan

mentah, modal, sumber energi, tenaga kerja, pasar, teknologi, transportasi,

perundang-undangan, dan lingkungan. Perlu kamu ingat kembali, bahwa

keberadaan faktor-faktor tersebut semata-mata untuk menghemat biaya

transportasi yang seminimal mungkin sehingga biaya produksi dapat ditekan.

Selain unsur-unsurnya, penentuan lokasi industri juga sangat dipengaruhi oleh

jenis dan karakteristik kegiatan industrinya.

Misalnya, kamu ingin menentukan lokasi industri tekstil pada peta. Industri

tekstil lebih menekankan pada penggunaan tenaga kerja yang banyak dengan

pendidikan yang rendah; biaya angkut hasil produksi lebih tinggi daripada

bahan mentah; terletak pada jaringan lalu lintas ramai; jauh dari lokasi pemukiman

padat; harga lahan dan pajak yang rendah; dan adanya kebijakan pemerintah

terhadap perencanaan tata ruang di lokasi tersebut. Dengan faktor-faktor

tersebut, tentunya kamu dapat menentukan di mana sebaiknya lokasi industri

tersebut ditempatkan.

Sebagai contoh, lihatlah peta Kota Bandung dan sekitarnya, yang di

dalamnya terdapat kawasan industri.

66

Gambar 2.5

Peta Kota Bandung dan sekitarnya

(Sumber: Dinas Tata Ruang Kota Bandung, tahun 2003)

Garis-garis panah yang ditunjukkan pada peta di atas merupakan pusat-

pusat atau kawasan industri yang berkembang di dekitar daerah Kota Bandung

atau daerah pinggiran kota. Tahukah kamu, mengapa kawasan industri berkembang

di sana? Sebagai jawaban, kamu bisa menganalisisnya dengan bantuan faktor-

faktor yang mempengaruhi keberadaan lokasi industri di atas!

Adapun untuk menentukan suatu lokasi pertanian yang ideal pada peta,

maka harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

keberlangsungan perkembangannya, seperti luas dan penggunaan lahan; keadaan

iklim yang menunjang pertumbuhan tanaman pertanian; sumber air; kesuburan

tanah; kedekatan dengan sarana transportasi untuk mengangkut hasil panen;

dan kedekatan dengan lokasi pemasaran hasil pertanian.

Sebagai contoh, Kota Bandung yang merupakan salah satu kota besar

berpenduduk padat dan sebagai pusat pertumbuhan, memiliki daerah hinterland

yang subur sehingga dapat memasok hasil pertanian yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat kotanya. Jika kita lihat pada peta (Gambar 2.5), kawasan

67

Bandung Utara, Bandung Selatan, dan Kabupaten Garut, merupakan daerah

pegunungan yang potensial bagi produktivitas pertanian lahan kering, seperti

palawija, hortikultura, dan hasil perkebunan lainnya. Di samping itu, sebagian

besar wilayah dataran rendah di Bandung Selatan, Kabupaten Subang,

Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Garut merupakan

kawasan pertanian lahan basah seperti padi sawah yang berproduktivitas

tinggi. Selain karena kondisi alam yang mempengaruhi daerah-daerah tersebut

sebagai lokasi pertanian, kedekatan jarak dan lengkapnya sarana prasarana

transportasi dengan Bandung memberikan kemudahan dalam hal pemasaran

hasil produksi.

Klasifikasi industri berdasarkan SK Mentri Perindustrian No. 19/M/

I/1986 dapat dibedakan menjadi industri kimia dasar, industri mesin logam

dasar dan elektronika, aneka industri, industri kecil, dan industri pariwisata.

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi

industri, di antaranya bahan mentah, modal, tenaga kerja, sumber energi,

transportasi, pasar, teknologi yang digunakan, perangkat hukum, dan kondisi

lingkungan.

Faktor penyebab terjadinya aglomerasi industri antara lain: terkonsentrasinya

beberapa faktor produksi yang dibutuhkan, kesamaan lokasi usaha, adanya

wilayah pusat pertumbuhan industri, adanya kesamaan kebutuhan sarana,

prasarana, dan adanya kerja sama yang saling membutuhkan.

Beberapa alasan yang menyebabkan berkembangkan sistem transportasi,

di antaranya sumber daya alam yang tersedia tidak merata, jumlah dan penyebaran

penduduk tidak sama, adanya perbedaan kualitas dan kemampuan masyarakat,

dan adanya perbedaan kemampuan mengelola lahan.

Keberadaan alat transportasi tidak dapat lepas dari pengaruh oleh berbagai

faktor geografi, di antaranya: kondisi cuaca, kondisi batuan, keadaan morfologi,

faktor sosial, kondisi ekonomi, keadaan politik dan kebijakan pemerintah,

dan teknologi yang dimiliki. Hal ini akan berkaitan dengan besar-kecilnya

biaya transport yang harus dikeluarkan untuk mengangkut keperluan industri.

Untuk dapat menganalisis lokasi industri dan pertanian pada peta, maka

tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kedua

kegiatan ekonomi tersebut.

R

ingkasan

68

Industri

: kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang

bersifat produktif.

Manufaktur

: bagian kegiatan industri yang mengolah barang

mentah atau bahan baku menjadi barang setengah

jadi atau barang jadi.

Industri ekstraktif

industri yang bahan bakunya diperoleh langsung

dari alam.

Industri nonekstraktif

: industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil

industri lain.

Industri primer

: industri yang menghasilkan barang atau benda

yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang

atau benda yang dihasilkan tersebut dapat

dinikmati atau digunakan secara langsung.

Market oriented industry

: industri yang berorientasi pada pasar atau industri

yang didirikan mendekati daerah persebaran

konsumen.

Bahan baku

: bahan dasar yang terdiri atas barang mentah

atau barang setengah jadi yang digunakan untuk

industri.

Modal industri

: besarnya investasi yang dimiliki suatu industri

untuk kelancaran proses produksi. Modal

industri bisa berupa uang, bangunan, teknologi,

dan lainnya.

Aglomerasi industri

: pemusatan atau terkonsentrasinya industri pada

suatu wilayah tertentu.

Transportasi

: segala sesuatu yang berhubungan dengan

angkutan atau pengangkutan.

Coba cari peta di daerahmu! Berikan analisisnya tentang keberadaan

lokasi industri dan pertanian pada peta tersebut berdasarkan faktor-faktor

yang mempengaruhinya. Berikan pula pandangan kamu terhadap per-

kembangannya pada masa mendatang!

G

losarium

K

egiatan kelompok

69

Kunjungi lokasi industri yang ada di sekitar tempat tinggalmu, kemudian

coba identifikasi hal-hal sebagai berikut:

1.

Berdasarkan bahan bakunya, termasuk industri apa?

2.

Berdasarkan tenaga kerja, termasuk industri apa?

3.

Berdasarkan produksi yang dihasilkan, termasuk industri apa?

4.

Berdasarkan bahan mentahnya, termasuk industri apa?

5.

Berdasarkan cara pengorganisasiannya, termasuk industri apa?

6.

Apa yang menjadi pendorong didirikannya industri tersebut?

7.

Apa dampak positif dan negatif dari industri tersebut?

I.

Pilihan Ganda

Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang tepat!

1

.

Isilah manufaktur dalam pengertian industri secara sempit, ditujukan pada

kegiatan ....

a. semua kegiatan produktif

b. pemasaran produksi hasil industri

c. semua kegiatan ekonomi manusia

d. industri rumah tangga

e. pengolahan barang mentah menjadi barang jadi

2.

Istilah industri berasal dari kata

industria

yang berarti ....

a. majikan

b. pengusaha

c. tenaga kerja

d. penggunaan mesin-mesin

e. proses pengolahan

3.

Kehadiran dan kebutuhan industri sangat diperlukan, hal ini untuk ....

a. menunjang kehidupan manusia

b. mengurangi pengangguran

c. menunjang pemerintah daerah

d. memanfaatkan sumber daya alam

e. menjaga lingkungan

T

ugas mandiri

U

JI KOMPETENSI

70

4 .

Untuk menentukan jenis industri didasarkan pada beberapa kriteria,

kecuali

....

a. transportasi

b. modal

c. teknologi yang digunakan

d. tenaga kerja

e. pangsa pasar

5 .

Industri ekstraktif adalah industri yang bahan bakunya diperoleh langsung

dari alam, misalnya ....

a. industri pariwisata

b. industri perbankan

c. industri pesawat terbang

d. industri hasil pertanian

e. industri berat

6.

Berikut ini merupakan ciri industri kecil,

kecuali

....

a. tenaga kerjanya antara 5 sampai 19 orang

b. modal yang digunakan relatif kecil

c. tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar dan umumnya masih

ada hubungan saudara

d. produknya untuk konsumsi sendiri

e. produknya sebagian besar alat rumah tangga dan bahan untuk industri lain

7 .

Jika dilihat dari bahan mentah yang digunakan dalam proses produksinya

industri kendaraan bermotor termasuk pada ....

a. industri menengah

d. i

ndustri padat karya

b. industri berat

e. aneka industri

c. industri primer

8.

Jika dilihat dari produk yang dihasilkannya, industri pariwisata termasuk

pada ....

a. industri tersier

d. industri negara

b. industri PMA

e. aneka industri

c. industri campuran

9.

Lokasi industri merupakan hal yang sangat penting karena akan

mempengaruhi ....

a. keuntungan yang akan diperoleh dalam proses industri

b. biaya transportasi

c. tenaga kerja yang akan digunakan

71

d. teknologi yang akan digunakan

e. jenis dan kriteria industri yang dikembangkan

10. Pengertian lokasi yang strategis suatu industri adalah ....

a. lokasi yang tepat

b. lokasi yang mudah dijangkau

c. memberikan pilihan-pilihan yang menguntungkan dari sejumlah akses

yang ada

d. memberikan kenyamanan untuk pengembangan dan perluasan proses

produksi

e. lokasi yang dekat dengan pemukiman penduduk

11. Jika jenis barang yang memiliki risiko cukup tinggi pada saat pengangkutan

bahan mentah, maka sebaiknya industri tersebut ditempatkan di ....

a. daerah pemusatan penduduk

b. daerah sumber bahan baku

c. daerah sumber energi

d. daerah pinggiran kota

e. daerah pemasaran

12. Adanya kebijakan dengan melakukan proteksi pada barang-barang produk

domestik memiliki tujuan ....

a. mengatur lalu lintas produksi perdagangan

b. harga produk domestik dapat dikendalikan

c. melindungi produk

d. memberi peluang kepada masyarakat untuk bekerja semaksimal mungkin

e. menjaga stabilitas ekonomi

13. Istilah bapak asuh dalam rangka menumbuhkembangkan perindustrian

di Indonesia adalah ....

a. meningkatkan komoditas ekspor

b. melindungi produk dalam negeri

c. mengembangkan industri besar

d. melindungi kegiatan industri kecil

e. menentukan harga jual yang layak

14. Prinsip teori lokasi industri dari Alfred Weber adalah ....

a. mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum

b. mempertimbangkan lokasi yang strategis

c. mempertimbangkan batas wilayah pemasaran

d. menentukan tempat yang sentral

e. mempertimbangkan permintaan

(demand)

72

15. Menurut teori susut dan ongkos transport, suatu lokasi dinyatakan

menguntungkan apabila ....

a. kekuatan hubungan ekonomi

b. biaya operasional masih menguntungkan

c. memiliki nilai susut dalam proses pengangkutan yang paling rendah

dan biaya transport yang paling murah

d. biaya susut sama dengan biaya transport

e. mendekati daerah sumber bahan baku

16. Industri yang cenderung ditempatkan di lokasi bahan baku, apabila ....

a. memiliki ketersedian bahan mentah yang cukup besar

b. kesulitan dalam memasarkan produk

c. adanya penyusutan dalam pengangkutan bahan baku

d. lokasinya terpencil

e. sarana transportasinya memadai

17. Adanya sistem transportasi yang diciptakan manusia memiliki tujuan sebagai

berikut,

kecuali

....

a. memudahkan hubungan sosial

b. meringankan biaya produksi

c. memperlancar angkutan barang

d. memperbanyak arus urbanisasi

e. memberikan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan

18. Meningkatnya volume distribusi dan transportasi kebutuhan merupakan

dampak dari interaksi antarwilayah dalam aspek ....

a. sosial

d. budaya

b. ekonomi

e. politik

c. hukum

19. Penyebab terjadinya aglomerasi industri antara lain ....

a. adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang pelayanan

industri lainnya yang lengkap

b. tersebarnya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan oleh industri

tertentu

c. adanya penyebaran pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan dengan

tata ruang dan fungsi wilayah

d. adanya peningkatan jumlah dan variasi industri akibat globalisasi

e. kurangnya tempat yang ideal untuk dijadikan lokasi industri

20. Berikut ini merupakan penyebab terjadinya industri berikat,

kecuali

....

a. keterkaitan produk

73

b. keterkaitan jasa

c. keterkaitan proses

d. keterkaitan barang yang dihasilkan

e. keterkaitan sistem produksi

II.

Uraian

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!

1. Jelaskan pengertian industri primer, industri sekunder, dan industri tertier.

serta berikan contohnya!

2. Mengapa pariwisata tergolong pada bidang industri?

3. Jelaskan beberapa faktor sosial yang mempengaruhi faktor produksi!

4. Apa yang dimaksud dengan industri hilir dan industri hulu?

5. Apa bedanya antara industri kecil dengan industri rakyat?

6. Jelaskan keuntungan yang diperoleh jika lokasi industri dekat dengan

bahan baku!

7 . Mengapa kondisi lingkungan menjadi pertimbangan penentuan lokasi industri?

8. Sebutkan dua asumsi yang digunakan dalam teori susut dan ongkos

transport?

9. Jelaskan penyebab terjadinya aglomerasi industri!

10. Jelaskan hubungan antara sarana transportasi dengan aglomerasi industri!

Setelah mempelajari bab ini, adakah materi yang belum kamu pahami?

Jika ada, maka materi apakah yang betul-betul belum kamu pahami tersebut?

Coba dipelajari kembali, sehingga proses bejarmu tuntas. Apabila masih menemui

kesulitan mengenai materi tersebut, diskusikanlah bersama teman-temanmu

atau tanyakan kepada guru. Jika sudah betul-betul kamu pahami, silahkan

untuk melanjutkan pada pembelajaran bab selanjutnya!

R

efleksi

74