Gambar Sampul Geografi · BAB 1 TEKNIK DASAR PEMETAAN
Geografi · BAB 1 TEKNIK DASAR PEMETAAN
Bagja Waluya

24/08/2021 15:28:29

SMA 12 K-13

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

i

MEMAHAMI

GEOGRAFI

SMA/MA

Untuk Kelas XII

Semester 1 dan 2

Program Ilmu Pengetahuan Sosial

Bagja Waluya

Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional

ii

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional

Dilindungi Undang-undang

MEMAHAMI GEOGRAFI SMA/MA KELAS XII

Semester 1 dan 2, Program Ilmu Pengetahuan Sosial

Penulis

:

Bagja Waluya

Editor Ahli

:

Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si.

Ilustrator

:

Tim Redaksi

Desain Cover

:

Iwan Dharmawan

Ukuran Buku

:

17,6 x 25 cm

Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan

Depar

temen Pendidikan Nasional

Tahun 200

9

Diperbanyak oleh ...

910.7

BAG

BAGJA Waluya

m

Memahami Geografi 3 SMA/MA : Untuk Kelas XII, Semester 1 dan 2

Program Ilmu Pengetahuan Sosial / Oleh Bagja Waluya ;

editor, Gurniwan Kamil Pasya ; illustrator, Tim Redaksi. — Jakarta :

Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

vi, 28

1

hlml. : ilus. ; 25 cm.

Bibliografi : hlm. 277-278

Indeks

: hlm. 279-281

ISBN 978-979-068-140-8 (no. jilid lengkap)

ISBN 978-979-068-148-4

1. Geografi-Studi dan Pengajara

n I. Judul II. Gumiwan Kamil Pasya

III. T

im Redaksi IV. Judul

Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional

dari penerbit ARMICO

iii

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya,

Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah

membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan

kepada masyarakat melalui situs internet (

website

) Jaringan Pendidikan Nasional.

Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan

telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk

digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor

22

Tahun 200

7 Tanggal 25 Juni 2007.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/

penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen

Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan guru di seluruh

Indonesia.

Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen

Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (

down load

)

,

digandakan, dicetak,

dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun, untuk penggandaan yang

bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan

oleh Pemerintah. Diharapkan bahwa buku teks pelajaran ini akan lebih mudah diakses

sehingga siswa dan guru di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada

di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para siswa

kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku ini sebaik-baiknya. Kami

menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran

dan kritik sangat kami harapkan.

Jakarta, Pebruari 2009

Kepala Pusat Perbukuan

KATA SAMBUTAN

iv

KATA PENGANTAR

Buku teks memiliki peranan penting dan strategis dalam upaya meningkatkan

mutu pendidikan nasional, khususnya pada satuan pendidikan dasar dan menengah.

Atas dasar pemikiran tersebut, pemerintah telah menetapkan kebijakan melalui

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 yang mengatur

tentang berbagai hal yang berkaitan dengan buku teks pelajaran.

Buku yang baik dalam arti layak, tidak hanya mengacu pada standar isi dari

kurikulum yang berlaku, akan tetapi harus memiliki penyajian yang baik dan menarik,

bahasa yang benar dan mudah dimengerti serta penggunaan tipografi yang tepat.

Karena itu, buku Geografi ini disusun berdasarkan standar isi Kurikulum yang berlaku

dan standar acuan penulisan buku teks yang telah ditetapkan oleh Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP).

Buku

Memahami Geografi SMA/MA untuk Kelas XII Program Ilmu

Pengetahuan Sosial

ini terdiri atas empat bab, yaitu mengenai Teknik Dasar

Pemetaan, Analisis Lokasi Industri dan Pertanian Melalui Peta, Penginderaan Jauh,

Sistem Informasi Geografi, Pola Keruangan Desa dan Kota, Konsep Wilayah dan

Pusat Pertumbuhan, dan Wilayah Negara Maju dan Berkembang. Penyajian materi

buku ini, tidak terlalu memberikan penekanan yang berlebihan pada pengetahuan,

melainkan mengajak siswa untuk melihat contoh dalam kehidupan sehari-hari dan

melibatkannya dalam proses tersebut secara aktif. Penggunaan gaya bahasa yang

baik dan mudah dimengerti sangat diutamakan, sehingga hasil belajar siswa akan

lebih bermakna. Media gambar diberikan agar lebih menarik dan kontekstual. Setiap

bab dilengkapi tugas mandiri dan kelompok dalam rangka memupuk nilai-nilai

(apektif) dan keterampilan (psikomotor) pribadi siswa serta kerja samanya dalam

kelompok. Adapun untuk mengukur keberhasilan belajar siswa (kognitif), akan

dievaluasi melalui tes formatif atau latihan dan refleksi. Pengenalan terhadap obyek

geografi ditekankan pada pengamatan lingkungan sekitar.

Semoga buku ini dapat dijadikan media belajar yang sesuai dengan standar

nasional pendidikan yang bertujuan: untuk meningkatkan mutu pendidikan, melindungi

peserta didik dari buku-buku yang tidak bermutu, meningkatkan minat dan kegemaran

membaca, serta meningkatkan mutu perbukuan nasional, baik produk yang

dihasilkan, proses, maupun sumber daya manusianya.

Bandung, Juni 2007

Penulis

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................

iv

DAFTAR ISI ..........................................................................................

v

SEMESTER KESATU

BAB 1 TEKNIK DASAR

PEMET

AAN

.............................................

1

A. Komponen Peta

...................................................................

4

B. Prinsip Dasar Peta dan Pemetaan

.........................................

14

C. Membuat Peta Lingkungan Sekitar atau Sekolah

...................

22

D. Membaca Peta ....................................................................

28

Ringkasan

..................................................................................

29

Uji Kompetensi ..........................................................................

31

BAB 2 ANALISIS LOKASI INDUSTRI DAN PERTANIAN MELA-

L

UI PETA .................................................................................

37

A. Klasifikasi Industri

................................................................

39

B. Menentukan Lokasi Industri

.................................................

46

C. Faktor Penyebab Gejala Aglomerasi Industri

........................

55

D. Keterkaitan Sarana Transportasi dengan Aglomerasi Industri .

58

E. Analisis Lokasi Industri dan Pertanian Melalui Peta

...............

64

Ringkasan

..................................................................................

67

Uji Kompetensi ..........................................................................

69

BAB 3 PENG

INDERAAN JAUH

......................................................

75

A

. Hakikat Penginderaan Jauh ..................................................

78

B. Sistem Penginderaan Jauh ....................................................

80

C. Mengenal Media Citra .........................................................

91

D. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh...................................

96

Ringkasan

..................................................................................

97

Uji Kompetensi ..........................................................................

99

BAB 4 SISTEM INFOR

MASI GEOGRAFIS

..................................

105

A

. Konsep Dasar

SIG .............................................................. 108

B. Komponen SIG

...................................................................

110

C. Tahapan Kerja SIG..............................................................

115

KATA SAMBUTAN ............................................................................

iii

vi

D. Manfaat SIG dalam Kajian Geografi

..................................... 124

Ringkasan

.................................................................................. 126

Uji Kompetensi

.......................................................................... 130

Latihan Akhir Semester Kesatu

................................................... 135

SEMESTER KEDUA

BAB 5 POLA KERUANGAN

DESA

DAN

KOTA

............................ 141

A. Potensi Desa dan Perkembangan Desa Kota ........................ 143

B

. Struktur Ruang Desa dan Kota

............................................. 147

C. Interaksi Wilayah Desa dan Kota

......................................... 160

Ringkasan

.................................................................................. 166

Uji Kompetensi

.......................................................................... 169

BAB 6 KONSEP WILAYAH DAN PEWILAYAHAN

.......................

175

A. Konsep Wilayah

..................................................................

178

B. Contoh Pewilayahan Secara Formal dan Fungsional

.............. 188

C. Pewilayahan Berdasarkan Fenomena Geografis

.................... 190

D. Pusat-pusat Pertumbuhan

..................................................... 195

E. Pusat-pusat Pertumbuhan di Indonesia

.................................. 201

Ringkasan

.................................................................................. 204

Uji Kompetensi

.......................................................................... 207

BAB 7 NEGARA MAJU DAN NE

GARA BERKEMBANG

...........

211

A. Ciri-ciri Negara Maju dan Negara Berkembang .................... 213

B

. Tahapan-tahapan Perkembangan Negara Menurut W.W.

Rostow ................................................................................ 217

C. Contoh Negara Maju dan Negara Berkembang di Dunia

...... 219

D. Model Pengembangan Wilayah di Negara Maju dan Negara

Berkembang ........................................................................ 256

E. Usaha-usaha Pengembangan Wilayah di Indonesia

................ 262

Ringkasan

.................................................................................. 264

Uji Kompetensi

.......................................................................... 266

Latihan Akhir Semester Kedua

................................................... 271

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 277

INDEKS

.................................................................................................

279

1

Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu:

• menunjukkan komponen-komponen peta

• mengidentifikasi prinsip dasar peta dan pemetaan

• mempraktikkan prinsip proyeksi peta ke bidang datar

• membuat peta lingkungan sekitar/sekolah

TEKNIK DASAR

PEMETAAN

1

1

(Sumber: Atlas Indonesia)

2

TEKNIK DASAR

PEMETAAN

KOMPONEN

PETA

JUDUL

SKALA

LEGENDA

TANDA ARAH

SIMBOL

PETA INSET

SUMBER DAN

TAHUN PEMBUATAN

MEMBUAT PETA

SEKOLAH/LINGKUNGAN

MEMBACA PETA

PRINSIP DASAR PETA

DAN PEMETAAN

PETA KONSEP

3

Jika kamu pergi ke suatu tempat yang belum pernah kamu kenal, misalnya

untuk mencari alamat seseorang atau teman, bagaimana perasaanmu? Apakah

kamu takut tersesat atau nekad pergi mencarinya? Kedua perasaan tersebut

tidaklah mencerminkan

seorang geografi

. Kamu bisa menghilangkan perasaan

tersebut dengan bantuan sebuah peta. Peta merupakan alat utama di dalam

ilmu geografi. Peta akan memberikan informasi kepada kamu mengenai berbagai

tempat yang ada di permukaan bumi ini. Bahkan melalui peta, kamu dapat

mengamati ketampakan permukaan bumi lebih luas daripada batas pandang

manusia.

Permukaan bumi dengan segala isinya merupakan sesuatu yang terlalu

luas untuk dapat dijelajahi. Manusia beserta makhluk hidup lainnya, sungai,

laut, daratan, gunung, lembah, kota, negara, adalah berbagai fenomena alam

dan budaya yang tersebar mengisi permukaan bumi ini. Semua hasil ciptaan-

Nya tersebut adalah semata-mata untuk manusia, sehingga manusia penting

mengetahuinya. Walau demikian, kita memiliki keterbatasan untuk dapat

mengetahui semua informasi yang tersebar di berbagai belahan bumi ini. Kita

hanya dapat mengenal keadaan dan rupa dari permukaan bumi sejauh batas

pandangannya mengizinkan. Karena itu, agar pola dari seluruh atau sebagian

permukaaan bumi dapat ditangkap dalam sekali pandangan maka dibuatlah

bumi yang diproyeksikan dalam bentuk peta.

Pada bab ini, kamu akan mempelajari prinsip-prinsip dasar peta dan

teknik pemetaan. Dengan mempelajarinya, diharapkan kamu memiliki kemampuan

dalam mendeskripsikan prinsip-prinsip dan mempraktikkan keterampilan dasar

peta dan pemetaan. Tetapi sebelumnya, untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan kamu tentang peta, coba amati kedua gambar berikut!

Gambar 1.1

Contoh Peta dan Denah

(Sumber: Atlas Indonesia dan koleksi penulis, 2006)

4

Dari contoh gambar di atas, coba kamu pahami tentang apa yang

membedakan peta dengan denah dan di mana letak persamaannya!

A. KOMPONEN PETA

Kapan peta mulai ada dan digunakan manusia? Peta mulai ada dan

digunakan manusia, sejak manusia melakukan penjelajahan dan penelitian.

W

alaupun masih dalam bentuk yang sangat sederhana yaitu dalam bentuk

sketsa mengenai lokasi suatu tempat. Pada awal abad ke 2 (87 M – 150 M),

Claudius Ptolomaeus mengemukakan mengenai pentingnya peta. Kumpulan

dari peta-peta karya

Claudius Ptolomaeus

dibukukan dan diberi nama “

Atlas

Ptolomaeus

”.

Istilah

peta

diambil dari bahasa Inggris yaitu

map.

Kata itu berasal dari

bahasa Yunani

mappa

yang berarti

taplak

atau

kain penutup meja

. Menurut

ICA (

International Cartographic Association

),

peta

adalah suatu gambaran

atau representasi unsur-unsur kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan

bumi, yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa.

Dengan demikian, peta adalah gambar, akan tetapi tidak semua gambar adalah

peta.

Penggunaan skala pada peta merupakan perbandingan antara bidang

gambar dengan permukaan bumi sebenarnya. Permukaan bumi tidak mungkin

digambar sesuai ukuran aslinya, sehingga harus diperkecil dengan perbandingan

tertentu. Karena peta sebagai gambaran permukaan bumi pada sebuah bidang

datar, sedangkan bumi merupakan benda berbentuk bola maka untuk membuat

peta, baik sebagian maupun seluruh permukaan bumi harus menggunakan

teknik proyeksi tertentu. Ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan dan

teknik pembuatan peta disebut

kartografi,

sedangkan orang yang ahli membuat

peta disebut

kartografer

.

Pada awalnya, pembuatan peta hanya untuk menggambarkan permukaan

bumi yang bersifat umum. Setelah itu, peta berkembang sehingga menggambarkan

hal-hal khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pembuat dan pengguna

peta. Dengan demikian, peta yang biasa kamu temukan sangat benyak jenisnya.

Banyaknya jenis peta tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya

tujuan pembuatan peta, jenis simbol dan skala yang digunakan, atau

kecenderungan penonjolan bentuk fenomena yang akan digambarkan. Dari

sekian banyak jenis peta, pada dasarnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok

besar yaitu berdasarkan isi peta dan skala peta.

Peta, pemetaan, proyeksi

Kata Kunci :

5

Menurut isi peta, dibedakan atas peta umum dan peta khusus.

1.

Peta umum

, adalah peta yang menggambarkan seluruh penampakan

yang ada di permukaan bumi, baik bersifat alamiah (misalnya sungai,

danau, gunung, laut, hutan, dan lain-lain) maupun budaya atau buatan

manusia (misalnya: batas wilayah, jalan raya, kota, pelabuhan udara,

perkebunan, dan lain-lain). Contoh peta umum antara lain: peta dunia,

peta korografi, peta rupa bumi dan peta topografi.

2.

Peta khusus

disebut pula

peta tematik

, adalah peta yang menggambarkan

atau menyajikan informasi penampakan tertentu (spesifik) di permukaan

bumi. Pada peta ini, penggunaan simbol merupakan ciri yang ditonjolkan

sesuai tema yang dinyatakan pada judul peta. Beberapa contoh peta

tematik antara lain: peta iklim, peta geologi, peta penggunaan lahan,

peta persebaran penduduk, dan lain-lain.

Kedua jenis peta tersebut dapat kamu lihat dan bandingkan seperti pada

gambar 1.2.

Gambar 1.2a

Contoh peta rupa bumi

(peta umum)

(Sumber: Bakusurtanal, 1990)

Gambar 1.2b

Contoh peta geologi

(peta khusus)

(Sumber: Direktur Geologi, 1998)

6

Menurut skala yang dibuat, peta dapat dikelompokkan sebagai

berikut:

1.

Peta kadaster

, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 100 sampai

dengan 1 : 5.000. Contoh: Peta hak milik tanah.

2.

Peta skala besar

, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 5.000 sampai

dengan 1: 250.000. Contoh: Peta topografi

3.

Peta skala sedang

, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 250.000

sampai dengan 1 : 500.000. Contoh: Peta kabupaten per provinsi.

4.

Peta skala kecil

, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 500.000

sampai dengan 1 : 1.000.000. Contoh: Peta Provinsi di Indonesia.

5.

Peta geografi

, yaitu peta yang memiliki skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000.

Contoh: Peta Indonesia dan peta dunia.

Peta yang baik harus dilengkapi dengan komponen-komponennya, agar

peta mudah dibaca, ditafsirkan dan tidak membingungkan bagi pengguna peta.

Adapun komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam suatu peta, yaitu

sebagai berikut.

1. Judul peta

Judul peta memuat isi peta. Dari judul peta kamu dapat segera mengetahui

data daerah mana yang tergambar dalam peta. Contoh: Peta Penyebaran

Penduduk Pulau Jawa., Peta

Tata Guna Tanah Propinsi Bali, Peta Indonesia,

dan lainnya. Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. Sebab,

biasanya sebelum membaca isi peta, para pengguna pasti terlebih dahulu

membaca judul peta. Judul peta hendaknya memuat atau mencerminkan informasi

sesuai isi peta. Selain itu, judul peta jangan sampai menimbulkan penafsiran

ganda pada peta. Judul peta, biasanya diletakkan di bagian tengah atas peta

atau dapat juga diletakkan di bagian lain dari peta, asalkan tidak mengganggu

ketampakan dari keseluruhan peta.

2. Skala peta

Skala adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta dengan

jarak sebenarnya, dan satuan ukuran yang sama. Skala sangat erat kaitannya

dengan data yang disajikan. Skala peta dicari dengan menggunakan rumus

berikut:

Skala peta = Jarak objek di peta : Jarak objek di muka bumi

7

Bila ingin menyajikan data rinci maka digunakan skala besar, misalnya

1 : 5.000. Sebaliknya, apabila ingin ditunjukkan hubungan ketampakan secara

keseluruhan maka digunakan skala kecil, misalnya skala 1 : 1.000.000.

Gambar 1.3 Perbandingan skala peta

(Sumber: Koleksi penulis, 2006)

Contoh:

Untuk peta yang memiliki skala 1 : 100.000, berarti jarak 1 cm di peta sama dengan

100.000 cm jarak sebenarnya di permukaan bumi.

Penulisan skala pada peta dapat berupa skala angka seperti di atas,

atau dalam bentuk skala garis (skala grafis). Garis atau batang pengukur

tersebut dibagi-bagi menjadi beberapa bagian dengan ukuran yang sama.

Contoh:

0123456cm

0

5

10

15

20

25

30

km

Skala garis di atas dapat dibaca satuan jarak 1 cm di peta berbanding

lurus dengan satuan jarak 5 km di lapangan. Apabila skala garis tersebut

dikonversi atau diubah menjadi skala angka maka dapat ditulis menjadi

1 : 500.000. Atau kamu dapat membuatnya dalam bentuk skala kalimat (skala

verbal) karena skala dinyatakan dalam bentuk kalimat. Skala ini biasanya

terdapat pada peta-peta buatan Inggris, dan umumnya kurang digunakan.

Misalnya kita menemukan kalimat “

One inch equals approximately 4,5 miles

(satu inci kurang lebih sama dengan 4,5 mil). Pernyataan tersebut dapat diartikan

bahwa satuan jarak 1 inci (2,5 cm) di peta berbanding lurus dengan satuan

jarak 4,5 mil jarak sebenarnya di lapangan.

3. Legenda atau keterangan

Legenda pada peta menerangkan arti dari simbol-simbol yang terdapat

pada peta. Legenda itu harus dipahami oleh pengguna peta, agar tujuan

pembuatannya mencapai sasaran. Legenda biasanya diletakkan di pojok kiri

bawah peta. Selain itu, legenda peta dapat juga diletakkan pada bagian lain

1:100.000

1:50.000

1:25.000

8

peta, sepanjang tidak mengganggu kenampakan peta secara keseluruhan.

Lihat gambar 1.4.

Gambar 1.4

Contoh legenda/ keterangan pada peta

(Sumber: Koleksi penulis, 2006)

4. Tanda arah atau tanda orientasi

Tanda arah atau tanda orientasi penting artinya pada suatu peta. Gunanya

untuk menunjukkan arah utara, selatan, timur dan barat.

Tanda orientasi perlu

dicantumkan pada peta untuk menghindari kekeliruan. Tanda arah pada peta

biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke arah utara. Petunjuk ini

diletakkan di bagian mana saja dari peta, asal tidak mengganggu ketampakan

peta.

Gambar 1.5 Penunjuk arah mata angin pada peta

(Sumber: Koleksi penulis, 2006)

5. Simbol

Gambar yang ada pada peta merupakan informasi geografis yang

berhubungan dengan bentuk wilayah beserta kenampakan fenomena alam

atau budaya (buatan manusia). Misalnya; sungai, gunung, danau, rawa-rawa,

laut, batas wilayah, perkampungan, kota, jalan raya, penduduk, dan lain-

lain.

Fenomena alam dan budaya tidak mungkin digambarkan pada peta sama

persis dengan keadaan sebenarnya di permukaan bumi. Untuk memberi tanda

++++++++ B

atas negara

Gunung

+.+.+.+.+.+ Batas provinsi

Gunungapi

–.–.–.–.–.– Batas kabupaten

Ibukota provinsi

Rel kereta ap

i

Ibukota kabupaten

9

fenomena yang terdapat pada suatu wilayah, dipergunakan lambang tertentu

yang memiliki makna dan mudah dipahami oleh banyak orang (pengguna peta).

Lambang tersebut dinamakan

simbol peta

.

Penggunaan simbol-simbol pada peta bersifat konvensional, artinya; sesuai

dengan kelaziman umum atau dapat dimengerti secara umum. Pemakaian simbol

berlaku menurut skala peta. Pada peta tematik yang bertujuan untuk menampilkan

fenomena tertentu maka pemakaian simbol akan menonjolkan bagian tertentu

tersebut. Misalnya pada

peta jalan

maka simbol jalan digambar lebih hitam

atau lebih tebal daripada biasanya.

Simbol yang dapat ditemukan pada sebuah peta, secara garis besar dapat

kita golongkan menjadi empat jenis, yakni:

simbol warna, simbol titik, simbol

garis, dan simbol wilayah.

Adapun wujud simbol dalam kaitannya dengan

unsur yang digambarkan dapat dibedakan atas wujud

piktorial, geometrik

,

dan

huruf

.

Sebelum kita membahas jenis-jenis simbol peta, simaklah gambar 1.6

di bawah ini.

Gambar 1.6 Peta Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

(Sumber: Atlas Indonesia)

a. Simbol warna

Penggunaan simbol warna untuk kenampakan geografis pada peta memiliki

makna tertentu. Misalnya, penggunaan warna hijau pada peta rupa bumi berbeda

10

maknanya jika digunakan pada peta iklim. Berikut ini dijelaskan secara singkat

penggunaan warna pada peta:

1)

Kenampakan

hipsografi

atau relief muka bumi, menggunakan warna

dasar coklat, dari coklat muda sampai coklat tua. Makin tua warna coklat

makin tinggi letak suatu tempat dari permukaan laut. Lihat pada contoh

peta di atas, warna coklat tua digunakan untuk daerah pegunungan.

2)

Kenampakan

hidrografi

atau wilayah perairan (sungai, danau, laut),

menggunakan warna dasar biru, dari biru muda (hampir putih) sampai

biru tua (kehitaman). Makin tua warna biru makin dalam letak suatu

tempat dari permukaan air laut. Perhatikan contoh peta, warna biru muda

digunakan untuk laut dangkal dan warna biru tua untuk laut dalam.

3)

Kenampakan

vegetasi

(hutan, perkebunan), menggunakan warna dasar hijau.

Warna hijau juga digunakan untuk menggambarkan wilayah dataran rendah.

4)

Kenampakan

hasil budaya manusia

(misal; jalan, kota, pemukiman,

batas wilayah, pelabuhan udara), menggunakan warna merah dan hitam.

Jalan raya dan kota biasanya digambarkan dengan simbol berwarna merah.

Jalan kereta api, batas wilayah dan pemukiman, biasanya digambarkan

dengan simbol berwarna hitam.

5)

Warna putih pada peta juga digunakan untuk menggambarkan kenampakan

es di permukaan bumi, misalnya es di kutub utara dan selatan pada Peta

Dunia.

Penggunaan simbol warna pada peta akan lebih indah dilihat dan

kenampakan yang ingin disajikan juga kelihatan lebih jelas. Tidak ada peraturan

yang baku mengenai penggunaan warna dalam peta. Jadi, penggunaan warna

adalah bebas, sesuai dengan maksud atau tujuan si pembuat peta, dan kebiasaan

umum. Contohnya: untuk laut atau danau digunakan warna biru; untuk temperatur

(suhu) digunakan warna merah atau coklat; untuk curah hujan digunakan

warna biru atau hijau; daerah pegunungan tinggi/dataran tinggi (2000 - 3000

meter) digunakan warna coklat tua; Untuk dataran rendah (pantai) ketinggian

0 – 200 meter dari permukaan laut digunakan warna hijau.

b. Simbol titik

Pada peta umum, simbol titik biasanya digunakan untuk menggambarkan

sifat (kualitas) kenampakan geografis yang mengutamakan aspek letak.

Kenampakan-kenampakan tersebut misalnya; gunung api, kota, danau, pelabuhan

udara, dan lain-lain. Pada peta khusus (tematik), penggunaan simbol titik

dapat menggambarkan nilai (kuantitas) persebaran kenampakan geografis.

Misalnya, pada peta persebaran penduduk. Besar-kecilnya dan kerapatan

simbol titik pada peta tersebut dapat menggambarkan kepadatan penduduk

di suatu wilayah.

11

Gambar 1.7

Penggunaan simbol titik untuk pemetaan sebaran jumlah penduduk di Sumatera

(Sumber: AtlasIndonesia - IPS, 2000)

Simbol titik pada peta dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni:

simbol

piktorial

dan

simbol geometrik.

1)

Simbol piktorial

adalah simbol yang menggambarkan kenampakan geografis,

khususnya kenampakan budaya (buatan manusia) yang mirip dengan keadaan

sebenarnya. Misalnya dipergunakan untuk menggambarkan pelabuhan

laut (gambar jangkar), pelabuhan udara (gambar pesawat terbang), mesjid

(gambar bulan bintang), rel kereta api, taman, dan lain-lain.

Gambar 1.8 Contoh simbol piktorial

(Sumber: Koleksi penulis, 2006)

2)

Simbol geometrik adalah simbol yang menggunakan gambar-gambar bangun

geometrik pada peta, seperti lingkaran, segitiga, persegi panjang, atau

gabungannya.

=

=

=

=

=

=

=

Rel keretaapi

Pom bensin

Rumah sakit

Kantor pemadam

kebakaran

Taman

Stadion olahraga

Danau

12

Gambar 1.9 Contoh simbol geometrik

(Sumber: Koleksi penulis, 2006)

c.

Simbol huruf

Simbol huruf

dipergunakan bersama-sama dengan simbol lain dan sifatnya

melengkapi. Simbol huruf, biasanya menggunakan huruf awal atau inisial dari

kata yang akan ditampilkan, bahkan terkadang menggunakan angka.

Gambar 1.10 Contoh simbol huruf

(Sumber: Koleksi penulis, 2006)

d. Simbol garis

Pada peta umum, simbol garis dipergunakan untuk menggambarkan sifat

(kualitas) kenampakan geografis yang bentuknya memanjang, seperti; sungai,

garis pantai, jalan raya, jalan kereta api, dan batas wilayah.

Gambar 1.11 Contoh simbol garis

(Sumber: Koleksi penulis, 2006)

Pada peta tematik, simbol garis digunakan pula untuk menggambarkan

kuantitas (jumlah) suatu kenampakan atau gejala geografis. Pada simbol garis,

ada yang diberi angka untuk menunjukkan nilai tertentu, misalnya pada garis

kontur untuk menunjukkan ketinggian. Simbol garis yang digunakan untuk

menyatakan kuantitas, dikenal dengan istilah

isolines

.

Isolines

adalah garis-

garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki kesamaan

dalam gejala geografis yang ditonjolkannya. Ada pula yang dinamakan

Isopleth,

= Ibukota provinsi

= gunung

= mercusuar

= kota kecil/kecamatan

H

S

P

T

= Hotel

= Pemukiman

= Sekolah

= Tegalan

sungai

jalan raya utama

jalan raya

batas kabupaten

13

yaitu garis-garis di peta yang menghubungkan tempat dengan nilai distribusi

yang sama. Isopleth dapat berupa sebagai berikut:

1)

Isohipse

, yaitu garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat yang

memiliki ketinggian yang sama dari permukaan laut.

2)

Isobar

, yaitu garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki

tekanan udara yang sama.

3)

Isotherm,

yaitu garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat yang

memiliki suhu udara yang sama.

4)

Isohyet,

yaitu garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki

curah hujan yang sama.

5)

Isoseista,

yaitu garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat yang

memiliki kerusakan fisik yang sama akibat gempa bumi.

d. Simbol wilayah

Simbol wilayah disebut juga simbol bidang atau

simbol ar

ea

. Simbol

ini dipergunakan untuk menggambarkan kenampakan geografis berbentuk

area, seperti: kawasan pemukiman, areal persawahan, areal perkebunan, pulau,

benua, dan lain-lain.

Gambar 1.12 Contoh simbol wilayah

(Sumber: Koleksi penulis, 2006)

6. Peta inset (peta sisipan)

Peta inset merupakan peta yang disisipkan karena wilayah yang digambar

merupakan bagian dari peta utama atau peta yang menggambarkan wilayah

yang lebih luas daripada wilayah yang digambarkan.

7. Sumber dan tahun pembuatan peta

Bila kamu membaca peta, perhatikan sumbernya. Sumber memberi kepastian

kepada pembaca peta, bahwa data dan informasi yang disajikan dalam peta

tersebut benar benar absah (dipercaya/akurat), dan bukan data fiktif atau

hasil rekaan. Hal ini akan menentukan sejauh mana si pembaca peta dapat

mempercayai data atau informasi tersebut. Selain sumber

, perhatikan juga

= persawahan

= daerah batu kapur

= daerah batu pasir

14

tahun pembuatannya. Pembaca peta dapat mengetahui bahwa peta itu masih

cocok atau tidak untuk digunakan pada masa sekarang atau sudah kadaluarsa

karena sudah terlalu lama.

Selain komponen-komponen di atas, satu hal yang penting dari peta

adalah toponim. Toponim merupakan penamaan objek geografi di permukaan

bumi. Setiap objek di permukaan bumi memiliki sejarah dan cerita. Oleh

karena itu, penamaan objek tersebut harus menggunakan bahasa daerah setempat

atau lokal. Dari nama objek atau gejala tersebut akan memudahkan menelusuri

sejarah dan cerita dari kejadian dari objek atau gejala tersebut, seperti Gunung

Tangkuban Parahu. Nama Tangkuban Parahu kita sudah mengenal bahasanya

dan akan mudah mencari cerita terjadinya Tangkuban Parahu.

Dari uraian materi tadi dapat disimpulkan bahwa semua yang ada pada

peta dinamakan komponen-komponen kelengkapan peta, yang sangat penting

bagi kamu untuk mengenal dan membaca peta.

B. PRINSIP DASAR PETA DAN PEMETAAN

Pada prinsipnya, peta merupakan gambaran seluruh atau sebagian dari

permukaan bumi yang diperkecil pada sebuah bidang datar atau diproyeksikan

dalam dua dimensi dengan metode dan perbandingan tertentu atau skala.

Gambar yang ada pada peta merupakan informasi geografis yang berhubungan

dengan bentuk wilayah beserta kenampakan fenomena alam dan budaya.

Berikut ini dijelaskan tahapan-tahapan dalam pembuatan sebuah peta.

Di dalam pembuatan peta, ada beberapa prinsip pokok yang harus diperhatikan.

Adapun yang dimaksud pembuatan peta dalam hal ini bukan dalam pengertian

pemetaan wilayah. Langkah-langkah prinsip pokok dalam pembuatan peta

adalah:

1

.

menentukan daerah yang akan kamu petakan;

2.

membuat peta dasar (base map) yaitu peta yang belum diberi simbol;

3.

mencari dan mengklasifikasikan (menggolongkan) data sesuai dengan

kebutuhan;

4.

membuat simbol-simbol yang mewakili data;

5.

menempatkan simbol pada peta dasar;

6.

membuat legenda (keterangan), dan

7.

melengkapi peta dengan tulisan (lettering) secara baik dan benar.

1. Tata cara penulisan pada peta

Untuk membuat tulisan

(lettering)

pada peta ada kesepakatan di antara

para ahli (kartografer) yaitu sebagai berikut:

15

a .

Nama geografis ditulis dengan bahasa dan istilah yang digunakan penduduk

setempat. Contoh: Sungai ditulis Ci (Jawa Barat), Kreung (Aceh), Air

(Sumatra Utara). Nama sungai ditulis searah dengan aliran sungai dan

menggunakan huruf miring.

Gambar 1.13 Contoh penulisan sungai

(Sumber: Koleksi penulis, 2006)

b.

Nama jalan di tulis harus searah dengan arah jalan tersebut, dan ditulis

dengan huruf cetak kecil.

Gambar 1.14 Contoh penulisan nama jalan

(Sumber: Koleksi penulis, 2006)

2. Memperbesar dan memperkecil peta

Setelah kamu memahami langkah-langkah dalam membuat peta, jenis-

jenis simbol peta dan penggunaannya, sekarang kita pelajari bagaimana cara

memperbesar dan memperkecil peta. Langkah-langkah untuk memperbesar

peta sama halnya dengan memperkecil peta, hanya tinggal kebalikannya. Langkah-

langkah yang bisa kamu lakukan, sebagai berikut.

Jl. Kartini

Jl. Mawar

Jl. Ros

Jl. Biru

Jl. Ahmad Yani

Jl. R.E. Martadinata

16

a. Menggunakan grid

Memperbesar dan atau memperkecil peta dengan bantuan grid atau garis-

garis koordinat yaitu dengan memberikan garis khayal pada peta yang terdiri

atas garis lintang dan garis bujur

.

Jika gambar suatu daerah diperbesar, berarti bentuk daerah tetap, tetapi

ukuran panjang dan lebar diperbesar, bilangan pembagi skala menjadi lebih

kecil, dan detail gambar makin banyak. Sebaliknya jika gambar suatu daerah

diperkecil maka bentuk daerah tetap, tetapi ukuran panjang dan lebar diperkecil,

bilangan pembagi skala menjadi lebih besar, dan detail gambar semakin sedikit.

Urutan kerja sebagai berikut:

1)

Menentukan daerah yang akan digambar, misalnya menggambar Peta

Pulau Jawa, diketahui peta asli skala 1 : 15.000.000 berukuran 40 ×

30 cm.

2)

Menentukan pembesaran atau pengecilan gambar:

a) Jika skala daerah yang akan digambar menjadi 1 : 7.500.000 ini berarti

peta skala diperbesar 2 kali dan ukuran peta diperbesar 2 kali menjadi

80 × 60 cm.

b) Jika skala daerah yang akan digambar menjadi 1 : 30.000.000, ini berarti

skala peta diperkecil ½ kali dan ukuran peta diperkecil ½ kali menjadi

20 × 15 cm.

3)

Menarik garis-garis yang sejajar garis tepi peta asli, sehingga terbentuk

petak-petak. Jarak antargaris disesuaikan dengan ukuran pembesaran

atau pengecilan. Misalnya jika peta asli berukuran petaknya 4 × 4 cm

maka peta yang baru 8 × 8 cm jika diperbesar, menjadi 2 × 2 cm jika

diperkecil.

4)

Melakukan langkah yang sama seperti tahap 3 pada kertas lain yang

dipersiapkan untuk memindahkan gambar.

5)

Meniru pola garis yang membentuk gambar daerah dalam peta asli pada

kertas yang sudah dipersiapkan. Penarikan arah garis disesuaikan dengan

titik-titik potong antara garis yang membentuk gambar daerah dengan

garis-garis yang membentuk petak-petak pada peta asli.

Setelah tiruan gambar daerah pada peta selesai dilakukan, tahap terakhir

ialah melengkapi bagian-bagian (komponen-komponen) peta pada gambar

yang baru.

Contoh:

Peta berskala 1 : 100.000 akan diperbesar 2 kali, maka skala peta tersebut menjadi

1 : 50.000. (Lihat gambar 1.14).

17

Gambar 1.15

Cara memperbesar peta dengan memperbesar grid

(Sumber: Koleksi penulis, 2006)

b. Fotocopy

Cara yang harus kamu lakukan yaitu dengan memfotocopy peta tersebut.

Bila kamu ingin memperbesar peta maka gunakanlah mesin fotocopy yang

dapat memperbesar peta. Sebelum difotocopy

, usahakan peta yang akan

diperbesar skalanya sudah dirubah dalam bentuk skala garis atau batang,

agar perubahan hasil peta yang diperbesar akan sesuai dengan perubahan

skalanya. Akan tetapi, jika masih dalam bentuk skala angka maka akan sangat

sulit menyesuaikannya.

Contoh:

Mengubah skala angka ke skala garis

Skala 1 : 100.000 menjadi,

Artinya, jarak 10 cm di peta mewakili jarak 10 km di lapangan.

c.

Menggunakan alat pantograf

Selain dengan memperbesar grid dan memfotocopy untuk memperbesar

dan memperkecil peta, maka dapat menggunakan alat pantograf. Di bawah

ini disajikan gambar sketsa dari pantograf.

012345678910Cm

01246810Km

18

a, b, c merupakan lengan-lengan yang

mempunyai skala faktor yang sama

a

b

c

tempat pensil

kaca pengamat

PETA

kertas gambar

A

Gambar 1.16

Pantograf alat untuk memperbesar dan memperkeil skala peta

(Sumber: Koleksi penulis, 2006)

Pantograf dapat mengubah ukuran peta sesuai dengan ukuran yang diinginkan.

Pada dasarnya, kerja pantograf berdasarkan jajaran genjang. Tiga dari empat

sisi jajaran genjang (a, b dan c) mempunyai skala faktor yang sama. Skala

pada ketiga sisi tersebut dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan, yaitu memperbesar

atau memperkecil peta. Pada alat ini juga digunakan formulasi yaitu:

m

M

× 100.

Contoh:

Suatu peta akan diperbesar 5 kali lipat.

Diketahui:

m

= 1 (besar peta yang asli)

M = 5 (besar peta yang akan dibuat)

1

Maka skala faktor = –– × 100 = 20

5

Setelah didapat besarnya skala faktor, kemudian pantograf diatur sehingga

masing-masing lengan pantograf memiliki skala faktor sama dengan 20. Selanjutnya

peta yang akan diperbesar letakkan di tempat B dan kertas gambar kosong

letakkan di tempat gambar A yang sudah dilengkapi pensil. Kemudian gerakkan

B mengikuti peta asal, melalui kaca pengamat atau dijiplak.

3. Proyeksi peta

Peta merupakan gambaran dari seluruh atau sebagian permukaan bumi

yang diproyeksikan pada sebuah bidang datar dengan menggunakan skala.

Bentuk muka bumi tidaklah beraturan, sehingga sangatlah sulit bila dilakukan

19

perhitungan dari hasil pengukuran untuk dijadikan sebuah bidang datar (peta).

Untuk itu, diperlukan suatu bidang lain yang teratur yang mendekati bentuk

muka bumi yang sebenarnya. Bidang tersebut adalah

elipsoida

dengan jarak

dan luas tertentu, bidang inilah yang dapat kita sebut sebagai bentuk matematis

dari muka bumi.

Dari cara menggambarkan bentuk elipsoida ke bentuk datar dapat digunakan

rumus matematik tertentu yang disebut dengan proyeksi peta. Proyeksi peta

adalah suatu sistem pemindahan dari bentuk permukaan yang lengkung atau

bola pada suatu bidang datar. Apabila sebuah globe (bola bumi) kita buat

menjadi sebuah bidang datar tanpa diproyeksikan terlebih dulu maka akibatnya

akan menjadi sobek-sobek. Demikian pula, jika globe tersebut dibuka menjadi

bidang datar dengan memisahkan kedua kutubnya atau dengan cara yang

lain, seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 1.17

Globe dibuka sehingga menghasilkan bentuk seperti kupu-kupu

(Sumber: K.J. Villanueva, 1978, Kartografi, halaman 86)

Beberapa ketentuan umum dalam proyeksi peta, adalah sebagai berikut:

a.

Bentuk yang diubah harus tetap;

b.

Luas permukaan yang diubah harus tetap;

c.

Jarak antara satu titik dengan titik lain di atas permukaan yang diubah

harus tetap;

d.

Sebuah peta yang diubah tidak mengalami penyimpangan arah.

Memenuhi keempat syarat tersebut dalam mengubah bidang lengkung

menjadi sebuah bidang datar adalah hal yang tidak mungkin. Apabila suatu

syarat dapat dipenuhi, berarti mengorbankan syarat lainnya. Karena itu, untuk

dapat membuat rangka peta yang meliputi beberapa bagian muka bumi, kita

harus mengadakan kompromi di antara keempat syarat tersebut. Akibatnya

muncullah berbagai proyeksi peta, yang setiap proyeksi mempunyai kebaikan

20

dan kelemahan. Apabila terdapat sebuah proyeksi yang menyatakan sama

bentuk dan sama luas, hal itu hendaknya diartikan bahwa proyeksi yang

bersangkutan sampai tingkat tertentu dapat memenuhi syarat tersebut.

Akibat adanya kompromi untuk menyesuaikan peta menurut kegunaannya,

sehingga terjadi beberapa perubahan, yaitu perubahan jarak, perubahan sudut,

dan perubahan luas. Dengan demikian, perlu diusahakan adanya suatu sistem

proyeksi, agar tetap dipertahankan suatu hubungan sudut yang sama serta

tetap dipertahankan suatu hubungan luas yang sama dari bentuk-bentuk tertentu

pada bidang yang satu ke bidang yang lain.

Untuk memahami dan mengaplikasikan kenyataan-kenyataan ini dalam

memproyeksikan suatu bidang bola ke suatu bidang datar, perlu diketahui

bahwa skala hanya terdapat pada satu titik dan skala dapat berlainan dalam

arah yang berlainan. Sebagai bukti kita lihat gambar berikut.

Gambar 1.18

Proyeksi dari bentuk bola ke bidang datar

(Sumber: Kartografi, 1978, halaman 59)

Perlu diingat bahwa penyimpangan atau kesalahan yang terjadi pada

saat mengubah bidang lengkung menjadi bidang datar dinamakan

distorsi

peta

.

Untuk menghasilkan peta yang baik, terdapat beberapa jenis proyeksi

peta sebagai berikut.

a. Menurut bidang proyeksinya

1)

Pr

oyeksi silinder atau tabung,

adalah proyeksi peta yang diperoleh

dengan cara memproyeksikan permukaan globe pada bidang silinder.

2)

Proyeksi kerucut,

adalah proyeksi peta yang diperoleh dengan cara

memproyeksikan permukaan globe pada sebuah kerucut.

21

3)

Proyeksi azimuthal,

adalah proyeksi peta yang diperoleh dengan cara

memproyeksikan globe pada sebuah bidang datar.

4)

Proyeksi konvensional,

ialah proyeksi peta yang tidak diklasifikasikan

dalam proyeksi silinder, kerucut, maupun azimuthal, tetapi diperoleh atas

dasar ketentuan sendiri.

Gambar 1.19

Proyeksi silinder, proyeksi kerucut, dan proyeksi azimuthal

(Sumber: Sumber: Encarta Premium 2006)

b. Menurut garis karakternya

Garis karakter

yang dimaksud dalam proyeksi ini adalah garis yang

selalu melalui pusat globe yang merupakan sumber bidang proyeksi. Proyeksi

berdasarkan garis karakternya terdiri atas:

1

)

Proyeksi normal, garis karakternya berhimpit dengan sumbu bumi.

22

2)

Proyeksi miring, garis karakternya membentuk sudut dengan sumbu bumi.

3)

Proyeksi melintang, bila garis karakternya tegak lurus dengan sumbu

globe.

c.

Menurut distorsinya

1)

Pr

oyeksi conform (orthomorphic)

, yaitu proyeksi peta yang menunjukkan

bentuk daerah-daerah kecil di peta sama bentuknya di muka bumi/globe.

Dalam proyeksi ini sudut perpotongan antara dua garis di muka bumi

atau globe sama dengan sudut perpotongan dua agaris di atas petanya.

Karena itu, semua garis paralel dan meridian akan senantiasa berpotongan

pada 90

o

(tegak lurus sesamanya) dan perbandingan panjang di antara

kedua garis tersebut sama seperti di muka bumi/globe. Proyeksi ini cocok

untuk menunjukkan arah dan banyak digunakan untuk kepentingan peta-

peta navigasi.

2)

Proyeksi equal area (equivalent)

, yaitu proyeksi peta yang menunjukkan

luas daerah pada peta sama dengan di muka bumi pada skala yang sama.

Hal ini berarti masing-masing persegi panjang di antara garis paralel

dan meridian digambarkan dalam luas yang sebenarnya pada muka bumi.

Proyeksi ini baik sekali untuk menggambarkan penyebaran fenomena

yang bersifat kuantitatif, misalnya penyebaran produksi padi, kelapa,

jagung, dan sebagainya.

3)

Proyeksi equidistant

, yaitu proyeksi yang menggambarkan jarak atau

yang melalui pusat peta digambarkan menurut panjang yang sebenarnya

seperti pada permukaan bumi dalam skala yang sama. Jarak-jarak lain

yang tidak melalui pusat peta, tidak diperlihatkan secara jelas, sedangkan

arah dari pusat kota ke berbagai tempat digambarkan secara jelas. Proyeksi

ini baik bagi peta navigasi yang rutenya melalui atau bertolak dari pusat

peta.

Peta dapat digambar dengan berbagai gaya, masing-masing menunjukkan

permukaan yang berbeda untuk subjek yang sama yang memungkinkan kita

untuk memvisualisasikan dunia dengan mudah, informatif dan fungsional.

C. MEMBUAT PETA LINGKUNGAN SEKITAR ATAU SEKOLAH

Peta yang biasa Anda lihat dan gunakan merupakan hasil pengukuran

jarak dan arah pada daerah yang dipetakan.

Agar Anda lebih memahami

tentang peta, sebaiknya Anda untuk terjun langsung mempraktikannya walaupun

masih dengan teknik dan alat yang sederhana. Anda bisa lakukan praktek

pemetaan dengan membuat peta lingkungan sekitar atau peta sekolah. Alat

23

yang bisa digunakan adalah kompas untuk pengukuran arah, meteran untuk

pengukuran jarak, dan busur untuk menggambarkan arah hasil pengukuran

di kertas.

1. Kompas dan cara penggunaannya

Kompas terdiri atas sebuah jarum yang satu ujungnya selalu menunjuk

arah utara dan ujung satunya lagi menunjuk arah selatan.

Arahkanlah kompas

pada suatu objek dan geserlah ke objek lainnya. Apa yang terjadi dengan

jarum kompas tersebut? Ya, jarum kompas ikut bergeser juga, bukan? Jarum

kompas tersebut selalu menunjuk ke arah utara. Jika kompas digeser ke

berbagai arah, maka jarum kompas akan selalu bergerak menuju ke arah

utara.

Kompas juga terdiri atas piringan kompas yang di atasnya terdapat angka

derajat (0 sampai 360 derajat). Piringan tersebut ikut bergerak seiring bergeraknya

jarum kompas. Posisi suatu objek ditentukan dengan melihat angka derajat

pada piringan kompas oleh suatu pointer (garis penunjuk). Jika pointer

menunjukkan angka 270 derajat, maka posisi benda tersebut sebesar 270

derajat dari utara.

Adapun langkah-langkah penggunaan kompas yang harus Anda pahami

adalah sebagai berikut:

a.

Tentukanlah objek yang akan dibidik yaitu objek yang tak bergerak,

misalnya tiang listrik, pohon, perempatan jalan, dan lain-lain. Jika sulit,

bawalah tongkat yang bisa ditancapkan atau tiang yang bisa berdiri.

Bisa juga salah satu teman Anda menjadi objek bidikan.

b .

Bukalah penutup kompas dan bidiklah objek yang telah ditentukan tersebut!

Arahkan pandangan pada objek searah dengan kawat pembidik yang

ada pada bagian penutup kompas. Tunggu sampai jarum pada kompas

relatif stabil menunjuk pada arah utara magnet. Ketepatan bidikan diperoleh

dengan mengarahkan fokus yang telah tersedia pada kompas.

c .

Perhatikanlah angka derajat yang ditunjukkan oleh tanda penunjuk besarnya

sudut. Besarnya sudut yang dibuat antara titik tempat kita membidik

dengan tempat sasaran kompas disebut

Azimut.

Gambar 1.20 Sudut Azimut

(Sumber: Koleksi penulis, 2006)

utara

tempat membidik

sasaran membidik

24

Sedangkan

Back Azimut

merupakan tempat sasaran bidikan ke tempat

asal kita membidik, sehingga sudut yang dibentuk kebalikannya, maka harus

dikurangi 180° atau ditambah 180°.

Gambar 1.21 Sudut Back Azimut

(Sumber: Koleksi penulis, 2006)

Ketepatan pengukuran arah dengan menggunakan kompas ini dipengaruhi

oleh ketepatan membidik dan ada tidaknya gangguan terhadap kompas itu

sendiri seperti adanya besi, baja dan aliran listrik di sekitar kompas. Karena

itu, objek bidikan harus stabil, perhatikan cara memegang kompas yang benar,

dan upayakan kompas yang digunakan untuk jauh dari benda-benda yang

mengganggu pada saat membidik objek. Lakukanlah latihan cara menggunakan

kompas berkali-kali dan jika memungkinkan bandingkanlah hasil bidikan pada

objek yang sama dengan rekan Anda.

2. Data hasil pengukuran

Sekarang cobalah praktikkan cara menggunakan kompas di halaman

sekolah kamu masing-masing. Bagilah kelas kamu menjadi beberapa kelompok

sesuai dengan jumlah kompas yang tersedia.

Tiap kelompok pergi ke sebuah

lokasi yang terbuka atau halaman sekolah dan tentukan titik awal atau permulaan

tempat membidik yang berbeda antara kelompok satu dengan lainnya. Petakanlah

sekolah kamu tersebut dengan menggunakan kompas dan meteran.

Langkah-langkah untuk mendapatkan data hasil pengukuan dalam membuat

peta sekolah adalah sebagai berikut:

a.

Bawalah alat yang telah ditugaskan pada pertemuan sebelumnya yaitu

berupa pensil, penghapus, kertas catatan (HVS), dan alas untuk mencatat.

b .

Tentukanlah titik/plot awal pemetaan. Upayakan agar plot tersebut mudah

diingat atau jika sulit tandailah dengan menggunakan tongkat atau tanda

lainnya.

utara

tempat membidik

sasaran

25

c.

Jika plot telah ditentukan, maka kamu bisa memulai membidik objek

pada plot berikutnya. Posisi kompas harus tepat berada di atas titik

atau tanda plot pertama tadi. Selanjutnya tentukan besar sudut azimut

dan back azimut hasil pengukuran yang terlihat pada kompas.

d.

Hasil pengukuran dicatat pada kertas yang telah disediakan. Tulislah

angka derajat (besar sudut azimut dan back azimut) hasil bidikan pertama

tadi.

e.

Setelah hasil pengukuran dicatat, maka pekerjaan berikutnya adalah

mengukur jarak antara plot pertama dengan plot ke dua yang dibidik

tadi. Catatlah hasil pengukuran masing-masing plot tadi!

f.

Setelah dari plot A bergerak ke plot B, kemudian bidik dan ukur jarak

plot C dari plot B, plot C ke plot D, dan seterusnya. Lakukanlah pekerjaan

tersebut untuk plot-plot berikutnya sampai kembali ke plot A.

3. Merumuskan hasil pengukuran

Jika pekerjaan pengukuran di lapangan telah selesai, maka tahap berikutnya

adalah merumuskan hasil pengukuran di kelas atau di laboratorium.

Tulislah

data hasil pengkuran secara sistematis dalam bentuk tabel (seperti pada tabel

1.1). Buatlah skala yang akan digunakan dan sesuaikan dengan ukuran kertas

yang tersedia. Sebagai contoh, peta yang akan digambar menggunakan skala

1 : 200, artinya 1 cm di peta menggambarkan 200 cm di lapangan atau 2 m

di lapangan. Setelah membuat skala yang akan digunakan, maka selanjutnya

Anda dapat menentukan luas kertas yang dibutuhkan untuk menggambarkan

peta sekolah hasil pengukuran kamu. Cermati masing-masing sudut dan jaraknya,

sehingga ukuran kertas yang diperlukan sesuai dengan ukuran peta yang akan

digambar!

Tabel 1.1

Pencatatan Data Hasil Pengukuran

Nama Plot

Jarak dilapangan

(meter)

Jarak di peta

(centimeter)

Besar sudut

(Azimut)

Besar sudut

(Back Azimut)

A - B

22

11

45

135 + 180 = 315

B - C

30

15

120

C - D

14

7

210

dan

seterusnya

..............

..............

................

.................

26

4. Membuat peta sekolah hasil pengukuran

Siapkanlah sejumlah alat dan bahan untuk menggambar peta yaitu kertas

HVS, pensil, mistar

, dan busur derajat. Setelah semuanya siap, maka lakukanlah

langkah-langkah untuk membuat peta dari hasil pengukuran lapangan adalah

sebagai berikut:

a .

Tentukanlah titik pertama atau plot A pada kertas yang akan dibuat petanya.

Perhatikanlah jarak dan sudut yang dibentuk setiap plot, sehingga Anda

dapat menentukan letak titik plot pertama atau A pada kertas dan arah

gambar selanjutnya tidak keluar dari kertas yang tersedia.

b.

Tentukanlah arah utara dari peta (orientasi peta).

c.

Pada titik A, buatlah tanda silang (tegak lurus).

d.

Pada titik A yang telah diberi tanda silang, tentukan sudut garis A – B

dengan menggunakan busur derajat. Besarnya sudut berdasarkan hasil

bidikan kompas dari A ke B (azimut). Tariklah garis dari A ke B yang

panjangnya sesuai dengan skala yang telah Anda tentukan. Sebagai contoh,

jika hasil pengukuran di lapangan dari A ke B adalah 22 meter dan skala

gambarnya 1 : 200, maka garis tersebut panjangnya adalah 11 cm.

e.

Pada plot B, buatlah tanda silang seperti pada plot A.

f.

Tentukan sudut garis B – C dengan menggunakan busur derajat dan

tarik garis sesuai dengan skala tadi.

g.

Lakukan langkah tersebut pada plot-plot berikutnya sampai kembali ke

plot A.

Apabila semua data telah digambarkan, coba kamu perhatikan peta yang

kamu buat tersebut! Apakah membentuk suatu poligon tertutup?

Gambar 1.22

Peta berdasarkan hasil pengukuran sebenarnya dari lapangan

(perhatikan adanya celah pada peta yang seharusnya tertutup karena

adanya kesalahan pengukuran lapangan)

(Sumber: Koleksi penulis, 2006)

27

Jika peta yang dibuat berupa suatu wilayah atau poligon tertutup, maka

janganlah heran jika peta yang Anda buat ternyata tidak membentuk sebuah

poligon tertutup (pada contoh seperti gambar 1.19 seharusnya peta yang

dibuat berupa poligon tertutup dan kembali ke titik A). Kesalahan biasanya

terjadi karena kurang tepatnya bidikan, tidak tepatnya posisi membidik, kesalahan

membaca angka derajat pada kompas, dan lain-lain). Untuk memperbaiki

kesalahan tersebut, lakukanlah langkah-langkah berikut:

a.

Tarik garis yang menghubungkan kedua ujung celah. Ukurlah panjang

celahnya.

b .

Buatlah sebuah garis lurus mendatar yang panjangnya sama dengan seluruh

garis yang digambar tadi (dari titik A ke titik A lagi).

c.

Pada salah satu ujung garis mendatar tadi, buatlah garis tegak lurus yang

panjangnya sama dengan panjang celah yang telah diukur tadi.

d.

Tariklah garis dari ujung garis tegak lurus tadi ke ujung garis mendatar,

sehingga membentuk sebuah segitiga.

e.

Tempatkanlah titik A, B, C dan seterusnya sampai titik terakhir pada

garis mendatar tersebut. Panjang antartitik tersebut sama dengan panjang

hasil penggambaran sebelumnya, sehingga perlu diukur terlebih dahulu.

f.

Buatlah garis tegak lurus pada masing-masing titik atau plot sampai pada

hipotenusa (garis berbentuk miring pada segitiga siku-siku) seperti pada

gambar 1.23.a

g.

Ukurlah panjang tiap garis tersebut dan tempatkan pada masing-masing

plot secara tegak lurus, seperti pada gambar 1.23.b.

h.

Buat garis keliling baru pada gambar bercelah dengan menarik ujung-

ujung garis tegak lurus, sehingga membentuk sebuah poligon tertutup,

seperti gambar 1.23.c.

h.

Hasil perbaikan gambar telah selesai dilakukan seperti tampak pada

gambar 1.23.d.

Gambar 1.23.a

Segitiga yang panjangnya berdasarkan

ukuran garis keliling peta yang ada celahnya

(Sumber: Koleksi penulis, 1996)

1

B

2

C

3

D

4

E

5

FA

lebar celah 5 mm

A

28

Gambar 1.23.b.

Garis tegak lurus pada masing-masing plot dari gambar 1.19

(Sumber: Koleksi penulis, 1996)

D. MEMBACA PETA

Kamu tidak hanya dituntut untuk mahir membuat peta sederhana seperti

yang dilakukan sebelumnya, melainkan kamu juga harus bisa bagaimana cara

membaca peta yang baik. Seperti harus memahami dengan baik semua simbol

atau informasi yang ada pada peta. Kalau kamu dapat membaca peta dengan

baik dan benar

, maka kamu akan memiliki gambaran mengenai keadaan wilayah

yang ada dalam peta, walaupun belum pernah melihat atau mengenal medan

(muka bumi) yang bersangkutan secara langsung. Ada beberapa hal yang

perlu ketahui dalam membaca peta antara lain:

1

4

5

3

2

B

A

A

E

F

D

C

1

4

5

3

2

B

E

F

D

C

A

A

Gambar 1.23.c.

Penempatan garis keliling baru dan

menghubungkan dengan garis tegak lurus

pada masing-masing plot

(Sumber: Koleksi penulis, 1996)

Gambar 1.23.d.

Garis keliling baru pada peta

hasil perbaikan

(Sumber: Koleksi penulis, 1996)

29

1.

isi peta dan tempat yang digambarkan, melalui judul;

2.

lokasi daerah, melalui letak garis lintang dan garis bujur;

3.

arah, melalui petunjuk arah (orientasi);

4.

jarak atau luas suatu tempat di lapangan, melalui skala peta;

5 .

ketinggian tempat, melalui titik trianggulasi (ketinggian) atau melalui garis

kontur;

6.

kemiringan lereng, melalui garis kontur dan jarak antara garis kontur

yang berdekatan;

7.

sumber daya alam, melalui keterangan (legenda);

8.

kenampakan alam, misalnya relief, pegunungan/gunung, lembah/sungai,

jaringan lalu lintas, persebaran kota. Ketampakan alam ini dapat diketahui

melalui simbol-simbol peta dan keterangan peta.

Selanjutnya kita dapat menafsirkan peta yang kita baca, antara lain sebagai

berikut: peta yang banyak gunung/pegunungan dan lembah/sungai, menunjukkan

bahwa daerah itu berelief kasar; alur-alur yang lurus, menunjukkan bahwa

daerah itu tinggi dan miring, jika alur sungai berbelok-belok (berbentuk meander),

menunjukkan daerah itu relatif datar; pola (bentuk) pemukiman penduduk

yang memusat dan melingkar; menunjukkan daerah itu kering (sulit air) tetapi

di tempat-tempat tertentu terdapat sumber-sumber air.

Dengan membaca peta, Anda akan dapat mengetahui:

1.

jarak lurus antarkota;

2 .

keadaan alam suatu wilayah, misalnya suatu daerah sulit dilalui kendaraan

karena daerahnya berawa-rawa;

3.

keadaan topografi (relief) suatu wilayah;

4 .

keadaan penduduk suatu wilayah, misalnya kepadatan dan persebarannya;

5.

keadaan sosial budaya penduduk, misalnya mata pencaharian, persebaran

sarana kota dan persebaran permukiman.

Peta yang baik harus dilengkapi dengan komponen-komponennya seperti

judul peta, skala, legenda, tanda arah atau orientasi, simbol, peta inzet, serta

sumber dan tahun pembuatan peta.

Langkah-langkah prinsip pokok dalam pembuatan peta yaitu: 1) menentukan

daerah yang akan kamu petakan; 2) membuat peta dasar

(base map)

yaitu

peta yang belum diberi simbol; 3) mencari dan mengklarifikasikan

(menggolongkan) data sesuai dengan kebutuhan; 4) membuat simbol-simbol

R

ingkasan

30

yang mewakili data; 5) menempatkan simbol pada peta dasar; 6) membuat

legenda (keterangan), dan 7) melengkapi peta dengan tulisan (lettering) secara

baik dan benar.

Untuk memperkecil distorsi pemindahan bentuk bumi yang bulat pada

bidang datar, digunakan teknik proyeksi. Terdapat beberapa jenis proyeksi

peta, yaitu proyeksi silinder, proyeksi kerucut, dan proyeksi azimuthal.

Pemetaan sederhana dapat dilakukan pengukuran dan pemetaan sekolah

dengan menggunakan alat kompas, meteran, dan busur. Walau demikian,

pembuatan peta sederhana memiliki prinsip yang sama jika melakukan pengukuran

dengan teodolit.

Komponen peta

: unsur-unsur yang harus terdapat dalam sebuah peta agar

mudah dibaca dan dipahami informasi yang ditampilkannya.

Peta topografi

: peta yang menggambarkan relief permukaan bumi.

Peta umum

: peta yang menggambarkan semua ketampakan yang ada

pada suatu daerah secara umum.

Peta khusus

: peta yang menggambarkan ketampakan-ketampakan

tertentu dari permukaan bumi baik kondisi fisik maupun

sosial budayanya.

Simbol peta

: lambang pada peta yang digunakan untuk memberikan

identitas yang dapat mewakili informasi permukaan bumi.

Garis bujur

: garis khayal pada peta yang membujur dari Kutub Utara

ke Kutub Selatan.

Skala peta

: perbandingan jarak lurus antara dua titik sembarang di

peta dengan jarak horizontal atau jarak datar kedua titik

itu di permukaan bumi dengan satuan ukuran yang sama.

Skala grafis

: skala yang dinyatakan dalam bentuk batang atau garis

lurus.

Peta inset

: peta sisipan adalah peta berukuran kecil yang disisipkan

pada peta utama.

Gambarlah peta dengan menggunakan data pada tabel berikut!

G

losarium

K

egiatan kelompok

31

Berdasarkan pengalaman membuat peta yang telah kamu miliki dan hasil diskusi

kelompok yang telah kamu laksanakan, buatlah suatu kesimpulan tentang cara

pembuatan peta berdasarkan hasil pengukuran lapangan!

I.

Pilihan Ganda

Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang tepat !

1

.

Persamaan antara denah dan peta adalah sebagai berikut,

kecuali

....

A. menggambarkan suatu tempat sebagaimana kenampakannya dari atas

B. menggunakan bidang datar

C. gambar suatu tempat yang diperkecil dengan skala

D. terdapat garis-garis koordinat

E. menggunakan sistem proyeksi peta

2 .

Peta yang menggambarkan kenampakan tertentu di permukaan bumi disebut

....

A. peta umum

D. p

eta topografi

B. peta kadaster

E. p

eta tematik

C. peta dunia

3.

Manakah di bawah ini yang merupakan hakikat peta?

Patok

Azimut

Back

Azimut

Ukuran

Patok

Azimut

Back

Azimut

Ukuran

A

192

12

15

K

10

190

8

B

178

358

12

L

355

175

6

C

160

340

15

M

340

160

10

D

175

355

6

N

320

140

12

E

200

20

8

O

310

130

6

F

165

345

15

P

280

100

35

G

120

300

16

Q

240

60

40

H

140

320

20

R

200

20

25

I

100

280

30

S

J

25

205

30

T

T

ugas mandiri

U

JI KOMPETENSI

32

A. Sebagai media untuk menyajikan informasi gejala geografis di permukaan

bumi

B. Sebagai ilmu bantu geografi

C. Sebagai seni dan teknik menggambarkan bidang lengkung pada bidang

datar

D. Sebagai petunjuk jarak, luas, bentuk dan arah

E. Memberikan petunjuk agar tidak tersesat di jalan

4.

Unsur-unsur alam yang digambarkan pada peta antara lain ....

A. jembatan, pemukiman, perkebunan.

B. danau, gunung, laut.

C. batas wilayah, jalan raya, sungai.

D. pelabuhan laut, rute pelayaran, kedalaman laut.

E. sungai, waduk, laut, dermaga.

5.

Perbandingan ukuran jarak di peta dengan jarak sebenarnya di muka

bumi disebut ....

A. judul peta

D. inset atau sisipan

B. simbol peta

E. dkala peta

C. koordinat peta

6.

Skala pada peta 1 : 25.000, jenis skala di atas ialah ....

A. skala angka

D. sk

ala kalimat

B. skala garis

E. skala verbal

C. skala batang

7.

Jika jarak dua titik di peta 5 cm dan jarak sebenarnya di muka bumi

5 km, maka skala petanya adalah ....

A. 1: 5.000

D. 1 : 25.000

B. 1: 50.000

E. 1: 5.000.000

C. 1: 500.000

8.

Warna dasar biru pada peta biasaya digunakan untuk menggambarkan ....

A. hipsografi

D. vegetasi

B. warna dasar peta

E. budaya

C. hidrografi

9.

Simaklah daftar kenampakan geografis di bawah ini:

(1) sungai

(6) daerah rawa

(2) gunung

(7) s

uhu udara

(3) danau

(8) pelabuhan laut

(4) kota

(9) pemukiman

(5) batas wilayah

33

Manakah dari kenampakan di atas yang menggunakan simbol titik?

A. (1), (3) dan (5)

D. (5), (6), (7) dan (9)

B. (2), (4), (6) dan (9)

E. (2), (3), (4) dan (8)

C. (3), (6), (7) dan (9)

10. Penulisan huruf yang baik untuk nama sungai, yaitu ...

A. huruf besar tegak

D.

huruf kecil miring

B. huruf besar miring

E

. huruf sambung miring

C. huruf kecil tegak

11. Dataran rendah pada peta topografi diberi warna ....

A. biru

D. hijau

B. kubing

E.

kuning tua

C. kuning muda

12. Syarat-syarat peta ....

A. bersih, rapi dan indah

B. jarak di peta sama dengan jarak di lapangan

C. dapat ditangkap maknanya

D. memiliki judul, skala, dan legenda

E. memberikan makna yang sebenarnya

13. Tujuan pembuatan peta yang paling tepat ialah ....

A. menyajikan informasi permukaan bumi melalui gambar

B. menyajikan informasi gejala-gejala yang ada di permukaan bumi

C. menyajikan informasi keruangan gejala-gejala yang ada di permukaan

bumi

D. menyajikan informasi lokasi dan tempat-tempat di permukaan bumi

E. menyajikan informasi persebaran keruangan di permukaan bumi

14. Pengetahuan khusus yang mempelajari peta dinamakan ....

A. kartografi

D. geodesi

B. geografi

E. topografi

C. kartograf

15. Simbol garis yang menggambarkan batas provinsi adalah ....

A. + + + + +

D. +.+.+.+.+

B. - - - -

E. —.—.—.—

C. + - + - + -

16. Simbol titik pada sebuah peta umumnya menunjukkan ....

A. isi

D. jumlah

B. kota

E. jalan raya

C . sungai

34

17. Setiap peta mencantumkan hal-hal di bawah ini,

kecuali

....

A. legenda

D. tahun pembuatan

B. skala peta

E.

ukuran luas peta

C. petunjuk arah

18. Sebuah peta diperbesar 5 kali, maka skalanya apabila memakai pantograph

adalah ....

A. 100

D. 400

B. 200

E. 500

C. 300

19. Alat untuk mengukur jarak langsung adalah ....

A. kompas

D. yalon

B. tali meteran

E. patok

C. theodolite

20. Utara yang menunjukkan arah utara sebenarnya, disebut ....

A. utara magnetis

D. utara vertikal

B. utara geografis

E. utara horizontal

C. utara grid

II.

Uraian

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!

1.

Jelaskan perbedaan proyeksi apabila ditinjau dari sifat-sifat asli yang

dipertahankan!

2. Sebutkan langkah-langkah prinsip pokok dalam pembuatan peta!

3. Bagaimana langkah-langkah dalam memperbesar dan memperkecil sebuah

peta?

4. Hal-hal apa sajakah yang harus diperhatikan dalam metode pembuatan peta

dengan alat bantu sederhana: kompas dan meteran?

5. Tentukan skala petanya jika diketahui jarak antara titik A dan titik B di peta

2,5 sedangkan jarak sesungguhnya adalah 50 km!

6. Jelaskan penggunaan simbol warna dalam peta tematik!

7. Berikan contoh-contoh fenomena yang menggunakan simbol titik, simbol garis

dan simbol area!

8. Tentukan jarak antara titik X dan Y di peta yang memiliki skala 1:

10.000.000, jika jarak sebenarnya di lapangan 2 km.

9. Jelaskan perbedaan peta skala kecil dengan peta skala besar dari luas

wilayah cakupan dan kedetailannya!

35

10. Jelaskan kedudukan penting sebuah peta dalam ilmu geografi!

Setelah mempelajari bab ini, adakah materi yang belum kamu pahami?

Jika ada, maka materi apakah yang betul-betul belum kamu pahami tersebut?

Coba dipelajari kembali, sehingga proses belajarmu tuntas. Apabila masih

menemui kesulitan mengenai materi tersebut, diskusikanlah bersama teman-

temanmu atau tanyakan kepada guru.

Jika sudah betul-betul kamu pahami, silakan untuk melanjutkan pada

pembelajaran bab selanjutnya!

R

efleksi

36